Post on 07-Apr-2018
8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya
1/18
TERAPI HIV PADA ANAK DAN PERMASALAHANNYA
PENDAHULUAN
Sejak tahun 2000, Indonesia telah berubah dari negara Low Level Epidemic
menjadi Concentrated Level Epidemic, dalam hal infeksi HIV/AIDS, yaitu berdasarkan
hasil survey pada sub populasi tertentu yang menunjukkan prevalensi HIV di beberapa
provinsi telah melebihi 5 % secara konsisten.
AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus(HIV). Infeksi ini berkembang dengan cepat terutama di negara
berkembang dan menjadi ancaman terhadap keberhasilan peningkatan taraf kesehatan
yang telah dicapai. Ancaman tidak hanya angka kematian anak, juga jumlah anak yatim
piatu, perburukan sumber daya manusia maupun kondisi sosial ekonomi keluargapenderita. Penyakit AIDS juga meninggalkan stigma merugikan yang berdampak pada
sangsi sosial terhadap penderita maupun keluarganya.8
Pada bulan Desember 2003 UNAIDS memperkirakan 50 juta HIV-AIDS,
diantaranya 2,5 juta anak usia dibawah 15 tahun, dan kematian 500.000 orang pada anak
usia kurang 15 tahun. Sebagian besar(91%) anak tertular dari ibunya yang terinfeksi.9,10
Laporan DEPKES RI sampai maret 2004 terdapat 25 orang anak terkena AIDS, dari
4159 penderita HIV, dan 493 orang meninggal.1,11,12 Cara transmisi dapat dengan cara
perinatal, post partum, dan cara lain. Diagnosis HIV dapat
8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya
2/18
TERAPI
PENDAHULUAN
Sejak tahun 20
menjadi Concentrated
hasil survey pada sub
provinsi telah melebihi
AIDS merupak
8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya
3/18
ditegakkan dari: gejala klinis, menetukan respon imun spesifik terhadap HIV, mendeteksi
virus atau partikel virus HIV. Berbagai tes yang dipergunakan untuk mendiagnosis
infeksi HIV seperti ; tes untuk antibodi HIV (ELISA test, Rapid test, Western blot test) .
Obat antiretroviral (ARV) telah mengubah prognosis pasien dengan infeksi
HIV/AIDS, menurunkan angka kematian, kejadian masuk rumah sakit serta peningkatan
kualitas hidup ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).
Pada tanggal 1 Desember 2003, WHO telah mencanangkan 3 by 5 initiative
yang artinya 3 juta ODHA di dunia harus mendapat akses ARV pada tahun 2005, dan
Indonesia mendapat target sebanyak 9.200 ODHA mendapat akses ARV pada tahun
2005. Untuk dapat mencapai target tersebut, telah dilakukan pelatihan keperawatan,
dukungan dan pengobatan, termasuk terapi antiretroviral (TAR) untuk 25 rumah sakit di
seluruh Indonesia serta sekaligus menunjuk rumah sakit tersebut sebagai pusat rujukan
ARV pada awal tahun 2004.
Sesuai dengan hak asasi anak semua anak dengan HIV harus mendapat akses
pengelolaan, konseling,edukasi, rekreasi dan dukungan sosial dan perlindungan terhadap
diskriminasi.13 Pengelolaan infeksi HIV pada bayi dan anak memerlukan penanganan
yang komperhensif dan multi pihak. Modalitas terapi utama pada infeksi HIV yaitu obat
anti virus. Selain itu didukung dengan pengelolaan suportif seperti nutrisi, dukungan
psikologis, koseling dan pengendalian infeksi oportunistik. Terapi anti virus initial untuk
HIV pada anak 2004 yang dianjurkan untuk anak usia > 3tahun yaitu regimen berbasis
inhibitor reverse transkriptase yaitu : 2 NRTI (zidovudin dan lamivudin ) + dengan atau
tanpa nelvinavir. Monitoring pasien HIV meliputi : karakteristik sel T dengan
menghitung CD4 , viral load (kopi RNA HIV), laboratorium : darah rutin,renal dan
hepar function test , lipid, antibodi terhadap toksoplasma, CMV, EKG, skrining visual,
perkembangan dan pertumbuhan serta psikososial. Imunisasi pada anak infeksi HIV
direkomendasikan menerima imuniasi standar seperti anak sehat, meskipun kadar
proteksi yang didapat tidak tercapai sesuai yang diinginkan. Imunisasi yang
direkomendasikan seperti: hepatitis B, DPT, Hemofilus influenza, pneumococcal, polio
vaksin yang inaktif, sedangkan imunisasi dengan vaksin hidup seperti BCG, campak,
MMR tidak dianjurkan pada imunokompromis berat.14
8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya
4/18
BAB II
HIV/AIDS PADA ANAK
Tanda dan gejala klinis merupakan parameter yang sangat berguna dalam
membuat diagnosis HIV/AIDS, meskipun manifestasi klinis HIV pada anak-anak
seringkali overlapping dengan beberapa penyakit yang biasa terjadi pada anak-anak.
Manifestasi klinis yang tampak pada anak-anak dalam kenyataannya akan lebih berat.
Pendekatan rasional untuk mendiagnosis infeksi HIV/AIDS memerlukan tenaga
kesehatan yang memiliki tingkat kecurigaan yang tinggi dan knowlegde serta skill dalam
mendiagnosis dan menangani infeksi HIV pada anak-anak. Ketrampilan berkomunikasi
merupakan dasar yang dapat dipakai oleh petugas kesehatan untuk menawarkan
pemeriksaan HIV pada anak maupun orang tua mereka.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan :
- Klinis (tanda dan gejala)
- Kombinasi klinis dan laboratoris
Tes laboratorium spesifik untuk HIV memberikan diagnosis definitif, menambah
kekuatan diagnosis klinis (seperti paparan yang tetap), atau dapat menambah eksklusi
dari penyakit HIV, yang memberikan klinisi untuk mengeksplore diagnosis diferensial
lainnya.
8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya
5/18
Tes laboratorium lainnya seperti total limfosit count dan hitung serta persentase
CD4, dapat memberikan bukti infeksi HIV lebih lanjut dan mampu menunjukkan tingkat
imunodefisiensi.
Diagnosis Klinis
HIV/AIDS seharusnya dicurigai pada anak-anak dengan tanda klinis yang
dicurigai atau kondisi-kondisi yang berhubungan dengan HIV seperti tabel di bawah ini :
Tabel 1 : Tanda atau kondisi klinis anak-anak yang dicurigai terinfeksi HIV
Kespesifikan infeksi HIV Tanda/kondisi
Tanda/kondisi yang sangat spesifik
untuk infeksi HIV
- Pneumocystis pneumonia
- Candidiasis oesophageal
- Cryptococcus ekstrapulmonal
- Infeksi Salmonella invasif
Pneumonitis interstitial limfoid
- Herper Zooster (single) dengan
kerusakan multi dermatom
- Sarkoma kaposi
- Limfoma
- Multifaktorial history progresif
Tanda/kondisi yang biasa ditemukan
pada anak-anak yang terinfeksi HIV dan
yang tidak lazim pada anak-anak yang
- Infeksi bakteri yang berat,
khususnya jika berulang
- Oral thrush yang
berulang/menetap- Pembesaran parotis bilateral
yang tidak disertai rasa nyeri
- Limfadenopati non inguinal
persisten generalisata
- Hepatosplenomegali (pada area
8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya
6/18
tidak terinfeksi non endemis malaria)
- Panas yang menetap dan atau
berulang
- Disfungsi Neurologi
- Herpes Zooster (single), single
dermatom
- Dermatitis generalisata persisten
yang tidak respon terapi
Tanda/kondisi yang biasa terjadi pada
anak-anak dengan infeksi HIV tetapi
juga biasa terjadi pada anak-anak yangtidak terinfeksi
- Otitis kronik, berulang dengan
discharge telinga
- Diare persisten/berulang- Pneumonia berat
- Tuberkulosis
- Bronkiektasis
- Gagal tumbuh (Failure to thrive)
- Marasmus
Tes laboratorium
Tes laboratorium memberikan bukti konfirmasi dan atau dugaan adanya infeksi HIV. Ada
dua tipe tes laboratorium :
- Tes antibodi : HIV ELISA, rapid test, dan Western Blot
- Tes virologi : Uji PCR DNA HIV, uji RNA termasuk muatan virus, Kompleks
imun HIV-disosiasi uji antigen p24, dan Kultur virus HIV mononuklear
pembuluh darah perifer.
TES ANTIBODI
Tes antibodi paling banyak digunakan untuk menegakkan diagnosis HIV dan
memberikan bukti yang nyata adanya infeksi HIV pada dewasa dan anak usia lebih dari
18 bulan. Tes ini kurang dapat diterapkan pada anak kurang dari 18 bulan karena mereka
masih membawa antibodi spesifik HIV dari ibunya. Saat dimana antibodi maternal HIV
positif dieliminasi dari berbagai macam sistem infant (seroreversi). Kebanyakan anak-
anak yang tidak mendapatkan ASI tidak terinfeksi, akan mengalami seroreversi usia 15
8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya
7/18
bulan, tetapi persentasinya lebih kecil (antara < 1% sampai > 18 % pada beberapa
penelitian) tidak akan kembali sampai usia 18 bulan.
Meski terdapat keterbatasan, HIV ELISA dan Rapid Tes merupakan tes yang paling luas
digunakan dan memberikan bukti adanya paparan
TES VIROLOGI
Uji Kompleks HIV Immune Dissosiasi antigen p24
Protein p24 (antigen) berasal dari inti protein virus HIV. Terdeteksinya Antigen p24
adalah bukti kuat adanya infeksi HIV. Uji antigen p24 menggunakan teknik yang dapat
ditunjukkan pada kebanyakan laboratorium rutin. Juga dapat digunakan dalam
mendiagnosis anak-anak usia kurang dari 18 bulan. Meskipun tes generasi pertama
memiliki spesifisitas yang tinggi, tetapi dalam hal sensitifitas lebih rendah daripada uji
RNA dan PCR DNA.
PCR DNA HIV
Uji PCR DNA memperkuat adanya HIV pro virus DNA secara berurutan ke dalam sel
mononuklear yang tampak dalam pembuluh darah perifer dan merupakan uji yang dapat
diterima sebagai standart diagnosis infeksi HIV selama periode infant pada negara
berkembang.
Sensitifitas PCR DNA HIV adalah rendah selama 1-2 minggu pertama kehidupannya
karena tes ini tidak dapat mendeteksi level DNA HIV yang sangat rendah pada bayi-bayi
yang terinfeksi beberapa menit/jam/hari segera, selama melahirkan dan awal pemberian
ASI. Setelah 4-6 minggu kehidupan, sensitifitas dan spesifisitas dari tes PCR DNA HIV
mencapai 100 %, kecuali pada bayi-bayi yang terpapar HIV lewat ASI.
UJI RNA HIV
Uji ini dengan cara mendeteksi RNA virus dalam plasma dan cairan tubuh lainnya
dengan menggunakan metoda yang bermacam-macam seperti PCR Transkriptase reverse,
in vitro signal amplification nucleic acid probes/branched chain DNA dan nucleic acid
sequence-based amplification (NASBA).
Metode pemeriksaan RNA secara kuantitatif digunakan untuk membedakan risiko
progresifitas penyakit HIV dan membantu memutuskan awal mula pemberian ERT.
8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya
8/18
Interpretasi hasil tes
- Anak lebih dari 18 bulan
1. Infeksi HIV dapat dikonfirmasi dengan hasil antibodi positif
2. Infeksi HIV dapat dieksklusi dengan hasil antibodi negatif
3. Anak-anak yang terekspose yang mendapatkan ASI harus dilakukan testing
ulang 3-6 bulan setelah keputusan mendapatkan ASI Eksklusif/penuh sebelum
infeksi HIV dapat dieksklusi.
- Anak kurang dari 18 bulan
1. Tes yang negatif menyingkirkan infeksi HIV
2. Tes yang positif menyatakan adanya infeksi HIV
STADIUM INFEKSI DAN PENYAKIT HIV PADA ANAK-ANAK
Penentuan stadium merupakan metoda yang distandarisasi untuk menilai stadium
penyakit/progresivitas dan untuk membuat keputusan perawatan/pengobatan. Adalah
penting untuk menentukan stadium infeksi HIV pada anak-anak karena :
- Dapat mengklarifikasi prognosis pasien
- Dapat memperkuat diagnosis klinis infeksi HIV jika hasil tes laboratorium
tidak tersedia
- Mempengaruhi tipe intervensi pengobatan, termasuk indikasi untuk memulai
dan atau merubah ART.
Untuk menentukan Stadium penyakit HIV digunakan parameter klinis dan laboratoris.
Terdapat 2 sistem penentuan stadium infeksi HIV secara klinis pada anak yaitu : menurut
CDC AS dan WHO.
SistemCDC membagi infeksi HIV anak ke dalam 4 kategori klinis yaitu :
- Kategori N (Asimptomatis)
- Kategori A (simptomatis ringan)
- Kategori B (simptomatis sedang)
- Kategori C/AIDS (simptomatis berat)
Sistem stadium klinis pediatri menurut WHO (November 2004) juga membagi infeksi
HIV anak dalam 4 kategori yaitu :
8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya
9/18
Tabel 2 Stadium penyakit HIV/AIDS pediatri menurut WHO
STADIUM 1
- Asimptomatis
- Limfadenopati persisten
generalisata
- Hepatosplenomegali
STADIUM 2 - Erupsi pruritus papular
- Dermatitis seboroik
- Infeksi jamur kuku
- Angular chelitis
- Lineal gingival eritema
- Extensive HPV/ molluscum
infection (> 5% dari luastubuh/wajah)
- Ulserasi oral kambuhan (>2 x/6
bulan)
- Pembesaran parotis
- Herpes zooster (>1x/12 bulan)
- Infeksi Saluran Nafas Atas
kronis/kambuhan : Otitis media,
Otorrhea, sinusitis (>2x/6 bulan)
STADIUM 3
- Malnutrisi moderat yang tidak
dapat diterangkan (-2 SD/Z
score) yang tidak respon dg
terapi standart
- Diare persisten yang tidak dapat
diketahui penyebabnya (>14 hr)
- Panas yang menetap yang tidakdiketahui penyebabnya
(intermiten/menetap>1 bulan)
- Kandidiasis oral (di luar periode
neonatal)
- Oral hairy leukoplakia
8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya
10/18
- Tuberkulosis paru
- Susp pneumonia bakterial berat
yang berulang (>2x/12 bulan)
- Ginggivitis ulseratif nekrotising
akut/periodontitis
- Lymphoid Interstitialis
Pneumonitis (LIP)
- Anemia yang tidak diketahui
penyebabnya (
8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya
11/18
CDC juga mengembangkan sistem staging berdasarkan hitung CD4 sesuai usia yaitu :
tidak ada bukti supressi imun, supressi moderat, dan supressi imun berat.
Tabel 3 : Klasifikasi imunologi berdasarkan hitung total dan % CD4
Kategori imunologi
Usia anak
< 12 bulan 1-5 tahun 6-12 tahun
CD4/ L (%) CD4/ L (%) CD4/ L (%)1. Tidak ada bukti
supressi
1500 ( 25) 1000 ( 25) 500 ( 25)
2. Bukti supressi
moderat
750-1499 (15-24) 500-999 (15-24) 200-499 (15-24)
3. Bukti supressi
berat
< 750 (< 15) < 500 (< 15) < 200 (< 15)
Jika tidak ada data mengenai CD4 dapat digantikan TLC (total limfosit count). TLC 6 tahun yang menunjukkan imunosupressi,
terutama jika terdapat tanda yang berhubungan dengan HIV.
8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya
12/18
BAB III
TERAPI HIV PADA ANAK
Setelah melakukan diagnosis dan penentuan stadium, selanjutnya menyesuaikan langkah
berikutnya. Adalah penting memperhatikan jika terdapat keterbatasan prasarana, seperti
tidak adanya sarana laboratorium, tetapi secara klinis terdapat tanda-tanda HIV. Tabel 4
di bawah ini menjelaskan langkah-langkah bagaimana memulai penatalaksanaan :
Tabel 4 : Apa yang dilakukan jika mendapatkan diagnosis HIV dengan perbedaan tingkat
sarana penunjang untuk menegakkan diagnosis?
Jika terdapat : Dan : Kemudian :
Tidak ada fasilitas
laboratorium
HIV ditegakkan dari tanda
klinis
- monitor pertumbuhan &
perkembangan
- suport nutrisi
- kontrol infeksi
- profilaksis PCP
- Ancaman infeksi oportun
Curiga AIDS Semua di atas ditambah
ART
8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya
13/18
Dengan tes sederhana
(complete blood count) dan
Antibodi HIV positif
Suspek HIV < 18 bulan - monitor pertumbuhan &
perkembangan
- suport nutrisi
- kontrol infeksi
- profilaksis PCP
- Ancaman infeksi oportun
- tes ulang usia 18 bulan
< 18 bulan dan AIDS - Semua yang disebut di
atas ditambah ART
- tes ulang usia 18 bulan
Konfirmasi HIV > 18 bulan Semua yang disebut di atas
ditambah ART sesuai
indikasi stadium klinis dan
CD4 atau hitung limfosit
Tes Virologi (PCR, Tes
Antigen p24)
Konfirmasi HIV Semua yang disebutkan di
atas ditambah ART
Pada dasarnya terapi dengan menggunakan ART bertujuan :
- Meningkatkan survival anak-anak dengan infeksi HIV
- Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimal
- Menjaga, meningkatkan sistem immun dan berikutnya mengurangi infeksi
oportunistik
- Menekan replikasi HIV dan berikutnya mencegah progresifitas penyakit
- Mengurangi angka kematian pada anak-anak dan meningkatkan kualitas hidup
PRINSIP ART
ART merupakan bagian dari terapi HIV secara komprehensif. Pedoman prinsip dari
terapi ART meliputi :
- Jangan memulai terapi ART terlalu segera (jika hitung CD4 normal) atau
terlalu lambat (saat sistem imun mengalami kerusakan yang irreversibel)
- Pilihlah regimen obat yang memiliki tingkat efektifitas yang telah terbukti,
bebas dari efek samping yang serius dan mudah dalam penggunaannya.
8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya
14/18
- Pertimbangkan kemampuan (affordabilitas) dan availabilitas obat dan
kombinasi obat
- Dukung pasien dan keluarganya dalam hal ketaatan minum obat
Obat ARV bukan untuk menyembuhkan AIDS/HIV, melainkan untuk meningkatkan
kualitas hidup penderitanya. ARV adalah obat yang mahal dan penggunaannya
memerlukan pengetahuan dan infrastruktur yang cukup kuat dari tenaga kesehatan yang
merawatnya.
ART memiliki keterbatasan :
- Interaksi antar obat dan resistensinya dapat menurunkan potensi obat ARV
- Pasien dengan ART dapat menimbulkan reaksi samping obat
- Obat-obatan HIV sangat mahal
- Pasien harus mendapatkan minimal 95 % dari obat-obatannya untuk
meminimalkan resistensi obat yang bersifat mendadak (emergency), dimana
dapat menimbulkan kegagalan terapi. Ketaatan minum obat merupakan kunci
keberhasilan terapi.
ASSESSMENT PRE TREATMENT
Evaluasi berikut ini merupakan bagian dari assessmen pre treatmen :
1. Assessmen klinik lengkap
2. Assessmen neurodevelopmental
3. BB, PB, dan lingkar kepala
4. CBC (Complete Bloob Count) dan hitung jenis termasuk TLC (Total Limfosit
Count)
5. Alanin Aminotransferase (ALT)
6. x foto thoraks
7. Jika memungkinkan hitung CD4
8. Jika memungkinkan kadar virus
Evaluasi ini membantu memutuskan kesesuaian ART pasien selama pengobatan dan
digunakan untuk mengassess respon klinis dan biologis seperti monitoring reaksi
samping dari obat.
8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya
15/18
TERAPI FIRST-LINE
Treatmen infeksi HIV pada anak-anak harus mengikuti rekomendasi nasional. Jika tidak
terdapat rekomendasi nasional, dapat dipertimbangkan pilihan first line berikut ini :
- Usia < 3 tahun dan atau BB < 10 kgZidofudine/Lamivudine/Nevirapine
- Usia > 3 tahun dan atau BB > 10 kgZidofudine/Lamivudine/Efavirens
- Kegagalan profilaksis nevirapine Zidofudine/Lamivudine/Lopinavir dan
ritonavir sebagai koformulasi
Tabel 5 : Obat-obatan ARV pada anak-anak dalam praktek
Obat Bentuk
sediaan
(formulasi)
Dosis Efek samping Keterangan
Nucleoside Reverse Transcriptase inhibitors (NRTIs)
Zidovudine
AZT,ZDV, atau
Retrovir
Suspensi 10
mg/ml
Capsul 100
mg, 250 mg
Tablet 150
mg
180 mg/m2 2 x sehari
atau
90-180 mg/m2 3 x sehari
Dosis neonatus:
2 mg/kgBB 4 x sehari
Netropenia, anemia,
nyeri kepala, myopati,
asidosis laktat (jarang)
Dapat diberik
bersama
makanan.
Simpan di su
kamar
Lamivudin
3TC
Suspensi 10
mg/ml
Tablet 150
mg
4 mg/kg BB 2 x sehari
Dosis neonatus:
2 mg/kg BB 2 x sehari
Nyeri kepala,
abdominal pain, fatigue,
pankreatitis, neuropati
perifer, netropenia,
LFT, asidosis laktat
(jarang)
Dapat diberik
bersama
makanan.
Simpan di su
kamar
Stavudin
D4T, Zerit
Suspensi 1
mg/ml
Kapsul 20,
30, 40 mg
1 mg/kg BB 2 x sehari Nyeri kepala, Traktus
GI, rash, neuropati
perifer, LFT,
pankreatitis, asidosis
Dapat diberik
bersama
makanan.
Simpan suspe
8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya
16/18
laktat di kulkas
Didanosine
Ddl, videx
Suspensi 10
mg/ml
Tablet 25, 50,
100, 150 mg
90-120 mg/m2 2 x sehari Diare, nyeri abdomen,
mual, neuropati perifer,
pankreatitis, asidosis
laktat, LFT
Diberikan s
perut kosong
Simpan suspe
di dalam kulk
Abacavir
ABC, Ziagen
Suspensi 20
mg/ml
Tablet 300
mg
8 mg/kg BB 2 x sehari Hipersensitivitas rash
(5%), panas, malaise,
mucositis, pankreatitis,
asidosis laktat
Dapat diberik
bersama
makanan.
Simpan di su
kamar
Jangan diula
lagi sete
timbul
hipersensitivit
Non Nucleoside Reverse Transcriptase inhibitors (NRTIs)
Nevirapine
NVP, Viramune
Suspensi 10
mg/ml
Tablet 200
mg
Mulai dengan dosis 120
mg/m2 sekali sehari
selama 14 hari
Tingkatkan sampai dosis
penuh (120-200 mg/m2)
setiap 12 jam
(maksimum 200 mg
setiap 12 jam) jika tidak
ada rash atau efek
samping berat
Rashes, Steven-Johnson
Sindrom, LFT,
hipersensitivitas dan
hepatitis
Dapat diberik
bersama
makanan.
Simpan di su
ruang
Pantau toksis
liver
Efavirenz
EFV, Stocrin
Capsules 50
mg, 200 mg
Dosis tunggal :
BB 10-15 kg : 200 mgBB 15-20 kg : 250 mg
BB 20-25 kg : 300 mg
BB 25-32,5 kg : 350 mg
BB 32,5-40 kg : 400 mg
BB > 40 kg : 600 mg
Rash (sedang),
somnolen, mimpi buruk, insomnia,
confusion, halusinasi,
euforia, amnesia,
agitasi, pemikiran
abnormal
Dapat diberik
bersamamakanan.
Diberikan p
malam hari.
Simpan di su
ruang
8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya
17/18
Tidak ada d
farmakokineti
< 10 kg dan u
< 3 tahun.
Protease Inhibitors (Pis)Ritonavir
RTV, Norvir
Suspensi 80
mg/ml
Kapsul 100
mg
Dosis awal 250 mg/m2 2
x sehari
Ditingkatkan 50 mg/m2
2 x sehari setiap interval
2-3 hari sampai 400
mg/m2 2 x sehari
Intoleransi GI, nyeri
kepala, Anoreksia,
LFT, Lipid abnormal
(jarang)
Diberikan
bersama
makanan.
Meningkat
melalui
pencampuran
dengan su
madu, es kr
yogurt atau su
coklat
Simpan suspe
di dalam kul
atau di su
ruangan sela
2 bulan
Nelfinavir
NFV Vira-cept
Suspensi 50
mg/ 1 gram
sendok
makan
Tablet 250
mg
Pediatrik: 55 mg/kg BB
2 x sehari
Dewasa : 750 mg 3 x
sehari atau 1250 mg 2 x
sehari
Diare, muntah, rash :
lipid abnormal,
penyakit hati kronik
atau eksaserbasi
(jarang)
Diberikan
dengan
makanan.
Suspensi da
dicampur
dengan air, su
puding, es kr
formula
Lopinavir/ritonavir
LPV/ RTV, Kaletra
Suspensi 80
mg LPV dan
20 mg RTV
230 mg/m2 LPV/57,5
mg/m2 RTV 2 x sehari
dinaikkan max 400 mg
Intoleransi GI, rash,
nyeri kepala, lipid
abnormal, hiperglikemi,
Diberikan
dengan
makanan.
8/3/2019 Terapi Hiv Pada Anak Dan Permasalahannya
18/18
per ml
Kapsul 133,3
mg LPV dan
33,3 mg RTV
LPV/ 100 mg RTV 2 x
sehari
pankreatitis (jarang) Makanan tin
lemak
meningkatkan
absorbsi
Simpan
kulkas un
suspensi a
pada
ruangan sela
2 bulan
Kombinasi Obat
D4T/3 TC/NVP
(Triomun)
Tablet
40/50/200 mg
1 tablet 2 x sehari
tergantung BB anak