Segara Anakan Dan Permasalahannya

14
Kondisi Fidik dan Hidrolika Perairan Segara Anakan. Sebuah Wacana Alternatip Edy Sulistyono, Ir.,MT, Profesional Madya SDA KTA No : 074865 Pendahuluan Begitu banyak studi tentang Segara Anakan dan begitu lama proyek tentang Segara Anakan telah berlangsung, semuanya telah menarik banyak pihak untuk ikut melihat dan menginterprestasikan penomena yang terjadi. Naskah ini ditulis dalam rangka berupaya untuk ikut berpartisipasi dalam memperkaya wacana yang sudah ada, melalui kunjungan lapangan sehari. A. KUNJUNGAN LAPANGAN. Kunjungan lapangan dilakukan pada tanggal 11 Pebruari 2012 dengan menelusuri sungai citanduy dan perairan segara anakan. Peralatan yang dipakai adalah GPS ecosounding dan perahu. Penelusuran dilakukan antara jam 10.00 sampai dengan jam 14.00, pada saat posisi pasang surt seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

Transcript of Segara Anakan Dan Permasalahannya

Page 1: Segara Anakan Dan Permasalahannya

Kondisi Fidik dan Hidrolika Perairan Segara Anakan. Sebuah Wacana Alternatip

Edy Sulistyono, Ir.,MT, Profesional Madya SDA KTA No : 074865

Pendahuluan

Begitu banyak studi tentang Segara Anakan dan begitu lama proyek tentang Segara Anakan telah berlangsung, semuanya telah menarik banyak pihak untuk ikut melihat dan menginterprestasikan penomena yang terjadi. Naskah ini ditulis dalam rangka berupaya untuk ikut berpartisipasi dalam memperkaya wacana yang sudah ada, melalui kunjungan lapangan sehari.

A. KUNJUNGAN LAPANGAN. Kunjungan lapangan dilakukan pada tanggal 11 Pebruari 2012 dengan menelusuri sungai citanduy dan perairan segara anakan. Peralatan yang dipakai adalah GPS ecosounding dan perahu. Penelusuran dilakukan antara jam 10.00 sampai dengan jam 14.00, pada saat posisi pasang surt seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

Dari grafik pasang surut diatas nampak jenis pasang surut dilokasi pekerjaan termasuk semi diurnal (dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut), dengan tunggang pasang maksimum 2.00 meter dan pada saat kunjungan, ketika berangkat (sekitar tanggal 11 Pebruari pukul 10.00), muka air sedang bergerak mendekati pasang tertinggi untuk hari itu dan sedang bergerak kearah surut pada saat diperjalanan menelusuri segara anakan, karena itu pada saat itu arus cenderung bergerak kearah bukaan segara anakan di arah barat.

Selama penelusuran segara anakan, ditemui kenyataan bahwa berdasarkan kondisi visual dan hasil pengukuran kedalaman perairan dengan alat eco sounding, hal hal sebagai berikut :

Page 2: Segara Anakan Dan Permasalahannya

1. diperairan terbuka, kedalam perairan yang diukur pada sekitar pukul 13.00, antara 20 cm sampai dengan 1.00, padahal pada saat itu menurut grafik pasut diatas, posisi muka air sedang berada pada posisi sekitar 1.50 meter diatas surut terendah (periksa grafik pasang surut), ini berarti sebagian besar segara anakan, terutama di perairan terbuka sudah akan kering pada saat surut terendah.

PERAIRAN TERBUKA SEGARA ANAKAN PADA SAAT PASANG, SEBAGIAN BESAR AKAN MENJADI DARATAN SAAT SURUT TERENDAH

2. perairan di alur antara pulau pulau kecil atau tanah timbul, pada pukul 12.00 – 13.00, relatip lebih dalam, sekitar 1.00 – 2.00 meter sehingga transportasi air masih berjalan dengan lancar, namun dengan demikian akan menjadi kandas pada saat surut terndah. Kondisi ini dapat dimaklumi, mengingat kondisi di alur sempit kecepata arus pasang maupun surut relatip besar, sehingga di lokasi tersebut proses sedimentasi berjalan relatip lambat, disamping itu juga karena sebagian besar angkutan sedimen yang lebih kasar telah diendapkan diperairan yang lebih luas sebelum masuk ke alur alur sempit yang posisinya lebih ke arah timur (menjauh dari arah bukaan kelaut dari segara anakan di sebelah barat), kecepatan arus diperairan yang luas sangat kecil.

Page 3: Segara Anakan Dan Permasalahannya

ALUR DIA NTARA TANAH TIMBUL ATAU PULAU DI SEGARA ANAKAN PADA SAAT PASANG

3. Di alur sebelah kanan muara sungai citanduy, yang mengarah ke bukaan segara anakan di sebelah barat, kondisi perairan relatip lebih dalam, kami menelusuri area tersebut antara pukul 10.00 sampai dengan pukul 11.00, pada saat itu perairan sedang bergerak pasang naik, sehingga arus sedang bergerak ke arah timur, masuk kedalam perairan segara anakan, namun demikian sudah melambat karena pasang sudah menjelang ke puncak (periksa grafikpasang surut), sehingga perjalan ke arah barat relatip ringan.

Berdasarkan hasil pengukuran dengan eco sounding, menunjukan perairan di sisi luar tikungan relatip lebih dalam dibanding perairan disisi dalam tikungan, kenyataan ini menunjukan bahwa arus perairan ditempat tersebut bergerak lebih cepat pada saat surut dibanding pada saat pasang, fenomena ini mudah dipahami karena dasar perairan di lokasi tersebut miring ke arah bukaan segara anakan, sehingga karena pengaruh gravitasi, aliran akan bergerak lebih cepat ke arah laut pada saat surut.

ALUR PERAIRAN SEGARA ANAKAN KE ARAH BUKAAN DI SEBELAH BATRAT

4. penelusuran muara sungai citanduy sampai dengan sekitar 1 km ke arah hulu, memperlihatkan adanya longsoran longsoran disis luar tikungan, longsoran ini terjadi karena dasar perairan di lokasi tersebut makin dalam dan tebing sungainya maki tegak. Fenomen ini menunjukan adanya proses erosi di lokasi tersebut, kejadian inididuga terjadi pada saat banjir dan muka air sedang bergerak surut. Karena dikanan kiri sungai dekat mura umumnya berupa sawah, tegalan atau pekarangan rumah, maka jika tidak diatasi akan sangat merugikan masyarakat akibat hilangnya lahan mereka dari tahun ke tahun. Hasilpengukuran dengan eco sounding juga menunjukan perairan di sisi luar tikungan jauh lebih dalam dibanding dengan perairan disis dalamtikungan. Perairan disisi luar tikungan mempunyai kedalaman 4.00 m – 7.00 meter, sedang disisi dalamtikungan hanya 1.00 – 2.00 meter, kenyataan ini menujukan lebih jelas bahwa kecepat arus disis luar jauh lebih tinggi dibanding dengan kecepatan arus disisi dalam tikungan, ini menunjukan kecetan arus setiap saat jauh lebih besar ke arah hilir sekalipun pasang sedang bergerak naik, secara visul, dilaangan memperlihatkan hal itu,meskipun saat pengamatan muka air di laut sedang bergerak naik (periksa grafik pasut pada pukul 09.00, tanggal 11 Pebruari 2012)

Page 4: Segara Anakan Dan Permasalahannya

ALUR SUNGAI CITANDUIY DISEBELAH HULU MUARA, FOTO DIAMBIL PADA PUKUL 09.00 TANGGAL 11 PEBRUARI 2012, MUKA AIR SEDANG BERGERAK NAIK/PASANG.

B. HASIL SURVEY DAN PENGUKURAN.

C. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI.Berdasarkan hasil peninjauan secara visual dan hasil pengukuran yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan adanya dugaan sedimen yang terakumulasi di segara anakan sebelah timur, mayoritas tidak berasal dari sungai Citanduy, melainkan mayoritas berasal dari hasil erosi permukaan yang diangkut oleh sungai sungai atau drainasi alam yang berada disebelah timur sungai Citanduy.

Kesimpulan sementara diatas diambil didasarkan pada fenomena sebagai berikut :

1. Pada saat air laut pasang, pergerakan arus dibukaan sebelah barat tidak nampak nyata, bahkan didekat muara masih dominan ke arah bukaan, ini menandakan muara sungai Citanduy lebih dipengaruhi oleh aliran sungai (River Flow Dominated), bukan oleh pasang surut (Tide Dominated) atau gelombang (Wave Dominated).

2. Dasar perairan diloksi tersebut pada butir 1 diatas juga miring relatip curam ke arah barat (bukaan sebelah barat) sehingga dapat diduga sedimen dari arah sungai Citanduy cenderung akan bergerak kearah barat, terutama sedimen dasar, terlebih pada saat surut. Kalaupunterjadi pergerakan kearah barat dan timur muara sesuai pergerakan pasang surut, tetap diduga debit sedimen yang ditransport kearah barat akan lebih besar.

3. Pada saat pasang ataupun surut, pergerakan arus diperairan segara anakan sebelah timur yang relatip luas sangat lambat sehingga diduga kecil kemungkinan membawa sedimen dari arah sebelah barat dan diendapkan pada lokasi tersebut, padahal kenyataannya perairan dilokasi tersebut sangat dangkal dan menunjukan adanya akumulasi sedimen, karena itu sedimen diduga berasal dari arah sebelah utara atau timur.

Sehubungan dengan kesimpulan sementara tersebut diatas, maka direkomendasikan agar dilakukan pembuktian melalui kegiatan survey pengukuran dan study lanjutan sebagai berikut :

Page 5: Segara Anakan Dan Permasalahannya

1. Dilakukan pengukuran hidrometri dan sedimen pada saat musim hujan untuk melihat sirkulasi arus dan sedimen pada saat hujan. Pengukuran dilakukan di semua alur drainasi alam termasuk sungai Citanduy dan kawasan perairan Segara Anakan.

2. Dilakukan pemodelan numerik sirkulasi arus dan sedimen di seluruh perairan drainasi alam dan sungai Citanduy serta perairan segara anakan, pemodelan numerik dilakukan termasuk untukmelihat perobahan batimetri perairan selamakurun wktuyang cukup panjang (5 tahun – 10 tahun). Untuk mendukung pemodelan numerik, pengukuran sebagaimana dilakukan pada butir 1 diatas direkomendasikan dilakukan dengan prosedur sebagimana dibawah ini (METODE PENGAMBILAN DATA PRIMER), sehingga hasilnya sekaligus dapat digunakan untuk kalibrasi dan verifikasi pemodelan numerik

3. Dilakukan upaya gradasi butiran dan uji karbon untuk melihat asal sedimen yang terakumulasi disegara anakan, karena itu uji karbon terhadap sedimen dilakukan dengan mengambil sampel diseluruh alur drainasi alam dan sungai Citanduy serta perairan Segara Anakan. Perairan.

4. Melakukan review atas atas hasil study dan usulan kegiatan untuk melestarikan keberadaan Segara Anakan dengan segala potensi dan kondisi lingkungannya, kemudian dilakukan upaya review atas usulan yang telah dibuat sebelumnya termasuk biaya yang diperlukan.

Metode pengambilan data primerDalam rangka mendukung rekomendasi diatas, maka perlu dilakukan pengambilan data primer dengan metode sebagaimana diuraikan dibawah ini. Data primer dianalisis, jagar dapat dipakai untuk kalibrasi model numerik, karena itu supaya dapat dipakai untuk keperluan tersebut, data harus diambil dengan mengikuti pedoman sebagai berikut :

I. Pengukuran pasang surut.

a. Dilakukan selama 1 bulan.Hasil pengukuran pasang surut akhirnya akan dipakai untuk menentukan ketinggian penting yang akan dipakai untuk perencanaan, anatar lain HHWL, MHWL , HWL, MWL, LWL, MLWL DAN LLWL). Untuk menentukan ketinggian ketinggian tersebut diperlukan setidaknya sembilan komponen pasang surut, untuk mendapatkan ke sembilan komponen pasang surut setidaknya diperlukan pengukuran pasang surut selama 30 hari.

b. Data elevasi muka air diambil jam jaman.Untuk mendapatkan komponen pasang surut, biasanya digunakan metoda Admiralty, Kuadrat terkecil atau Fourrier Tansform. Ketiga metode tersebut membutuhkan data dalam jam jaman.

c. Elevasi muka air diikatkan pada BM yang disetujui proyek.Pekerjaan Perencanaan di muara sungai dan pantai harus diikatkan pada parameter ketinggian air di muara dan pantai, karena selanjutnya pada saat konstruksi kontraktor akan menggunan BM yang ada di darat, maka data pengkuran pasang surut harus diikatkan pada sistim ketinggian yang ada melalui BM yang telah ada dan digunakan untuk membangun konstruksi yang sudah ada sehingga konstruksi yang baru mempunyai sistim ketinggian dan posisi sama, sehingga kedua bangunan akan menyatu menjadi satu sistim.

Page 6: Segara Anakan Dan Permasalahannya

d. Dilakukan dilokasi dimana pada saat surut terendah masih ada genangan dan masih terukur.Agar semua ketinggian muka air pada semua siklus pasang surut dapat diambil, maka papan duga ketinggian harus diletakan pada lokasi dimana pada saat surut terendah masih ada genagan yang masih berhubungan dengan badan air secara keseluruhan (bukan genangan setempat yang tertinngal)

e. jika di muara, diambil dilokasi dimana tidak ada arus sungai.Jika dilokasi pengukuran masih terdapat arus, maka berarti ketinggian muka air diposisi alat ukur masih lebih tinggi dari muka air diperairan lepas pantai, karena itu data yang terukur atau tercatat bukan ketinggian muka air lepas yang murni karena pasang surut, sehingga komponen hasil nalisis pasang surut tidak bisa langsung dipakai, tetapi harus ditransformasikan ke posisi laut lepas.

f. Jika dipantai, pilih lokasi yang terlindung dari gelombang.Untuk mendapat komponen pasang surut yang akurat, diperlukan data ketinggian still water level, bukan ketinggian muka gelombang, karena itu lokasi alat ukur harus diletakan pada posisi yang tidak dipengaruhi gelombang atau set up gelombang. Jika posis tersebut sulit didapatkan, maka papan duda pengukuran harus diletakan didalam pipa yang diletaka diperairan sehigga muka air didalam pipa tidak terpengaruh gelombang.

g. Dilakukan pada periode pelaksanaan pengukuran batimetri, pengukuran arus, pengukuran gelombang, pengambilan sampel sedimen pantai.Data hasil pengukuran batimetri akan berobah dengan waktu karena adanya pengaruh pasang surut dan posisi karena perbedaan elevasi dasar perairan, arah dan kecepatan arus disuatu titik akan berobah sesuai dengan posisi muka air dan arah perobahan (naik atau turun), ketinggian dan status gelombang (pecah atau belum) dipengaruhi oleh kedalaman perairan, kemudian distribusi dan konsentrasi sedimen dipengaruhi oleh arah dan kecepata arus dan kecepatan arus dipengaruhi oleh posisi pasang surut, sehubungan dengan itu, semua hasil pengukuran tersebut diatas harus di kaitkan dengan kondisi pasang surut dan waktunya.

h. Analisis data pasut dengan metode kuadarat terkecil.Analisa pasang surut untuk mendapatkan komponen pasang surut paling mudah dijelaskan jika menggunakan metode kuadrat terkecil, karena itu pada pekerjaan ini konsultan akan mengolah data pasang surut menggunakan metoda kuadrat terkecil.

i. Jenis pasut (diurnal, semi diurnal, campur).Disamping komponen pasang surut dipakai untuk mencari ketinggian ketinggian penting, juga dipakai untuk mendapatkan jenis pasang surut.

j. Data diambil dalan skala cm.Unit ini dipakai agar sesuai dengan unit atau satuan yang sudah ada sebelumnya.

II. Pengukuran batimetri.

a. Dilakukan sampai dengan closure depth.Sounding dilakukan tegak lurus garis pantai, kearah darat sampai dengan kedalaman yang dimungkinkan perahu tidak kandas dan kearah laut sampai dengan kedalaman

Page 7: Segara Anakan Dan Permasalahannya

tidak lagi mempengaruhi deformasi gelombang (closure depth) atau sejauh 1 Km (mana yang dicapai lebih dulu).

b. Data antara sounding terakhir dengan data topografi diambil dengan interpolasi.Elevasi perairan antara titik terkhir yang dapat diukur lewat pengukuran topografi dengan titik terakhir yang dapat diukur lewat sounding sebelum perahu kandas, diperoleh melalui interpolasi antara kedua data ketinggian dimaksud.

c. Dilakukan pada periode pengukuran pasut.Data kedalaman hasil pengukuran batimetri akan berobah dengan waktu karena adanya pengaruh pasang surut, dan posisi karena perbedaan elevasi dasar perairan, karena itu untuk mendapatkan elevasi absolut dasar perairan, data kedalaman hasil pengukuran batimetri harus dikaitkan dengan data pasang surut yang telah dikaitkan dengan BM di darat.

d. Pengambilan data kedalaman dilakukan bersamaan dengan pengambilan data posisi dan waktu (tanggal dan jam).Data posisi untuk menetapkan posisi saat kedalaman diambil, sedang waktu diperlukan agar kedalaman dapat dikaitkan dengan data pasang surut.

e. Pengambilan data sampai dengan closure depth atau I Km dari garis pantai (mana yang dicapai lebih dulu).Posisi fondasi bangunan pantai yang berada pada kedalaman dimana gelombang sudah tidak berpengaruh pada dasar perairan, akan lebih aman, karena pada kedalaman tersebut sudah tidak terdapat pergerakan atau dinamika sedimen yang berarti, karena itu kajian pergerakan sedimen pada kedalaman tersebut tidak diperlukan, sehingga citra perairannyapun tidak diperlukan.

f. BM yang dipakai referensi topografi dan batimetri harus sama.Dimaksudkan agar peta citra daratan dan perairan dapat di gabungkan, karena itu perlu mempunyai referensi yang sama.

III. Pengukuran arus pantai.

a. Pengukuran arus dilakukan didaerah kawasan studi.

b. Data kecepatan diambil bersamaan dengan pengambilan data posisi dan waktu (tanggal dan jam) sehingga dapat dikaitkan dengan data pasut.Dengan mengetahui tanggal dan jam maka dapat diketahui posisi muka air pada saat itu, karena itu data ukur kecepatan yang dikaitkan dengan waktu akan dapat dikaitkan dengan ketinggian muka air pada saat data kecepatan diambil.

c. Posisi pengambilan data arus diikatkan dengan BM pasut.Pengambilan data arus pelu diketahui posisinya karena data ini akan digunakan untuk melakukan kalibrasi pemodelan arus. Posisi kecepatan arus hasil pemodelan harus sama dengan posisi kecepatan arus hasil pengukuran.

d. Data arus yang diambil adalah kecepatan dan arah.Kecepatan diperlukan untuk mengetahui potensi terhadap daya transportnya terhadap sedimen dan arah diperlukan untuk melihat kemana sedimen akan ditransport.

Page 8: Segara Anakan Dan Permasalahannya

e. Sebaikanya ada data arus yang diambil ditempat yang sama (titik tetap) dalam 24 jam di beberapa titik.Data kecepatan dan arah dititik yang sama diperlukan untuk melihat kecepata dan arah pengaruh dari fluktuasi muka air laut.

f. Pengukuran arus dilakukan bersamaan dengan penguran arah dan kecepatan angin.Kecepan dan arah arus, disamping dibangkitkan oleh gaya pasang surut, terutama diperairan dangkal, juga dipengaruhi oleh kecepatan dan arah angin, terutama diperairan dalam, karena itu hubungan antara kecepatan dan arah arus perlu didilihat hubungannya dengan kecepatan dana arah angin.

g. Pengukuran arus sebaiknya dilakukan minimal satu periode pasut, dalam 3 hari.Besar kemungkinan arah dan kecepatan arus terkait langsung dengan fluktuasi air laut, terutama diperairan dangkal, karena itu pengukuran arah dan kecepatan arus minimak satu periode pasang surut.

IV. Pengambilan sedimen pantai.

a. Pengambilan sedimen dilakukan didaerah studi.

b. Data sedimen diambil bersamaan dengan pengambilan data posisi dan waktu (tanggal dan jam).Pergerakan sedimen dipengaruhioleh kecepatan dan arah arus, kecepatan dan arah arus sangat dipengaruhi oleh fluktuasi muka air karena pasang surut, fluktuasi pasang surut itu sendiri tergantung pada ruang dan waktu (posisi dan tanggal dan jam. Disamping itu, pergerakan sedimen juga dipengaruhi oleh arah dan profil gelombang, profil gelombang juga berubah menurut ruang dn waktu.

c. Posisi pengambilan data sedimen diikatkan dengan BM.Karena sebaran sedimen akan disatukan dengan peta topografi dan batimetri, maka posisi pengukuran / pengambilan sedimen juga diikatkan pada sistim BM yang dipakai pengukuran topografi dan batimetri.

d. Data sedimen yang diambil adalah sedimen dasar dan melayang (sampel air).Konsentrasi sedimen terdistribusi secara vertikal maupun horisontal, total load transport sedimen dihitung untuk semuanya, karena itu pengambilan sampel harus dilakukan untuk sedimen melayang dalam beberapa kedalaman (0.4 d, 0.6 d dan 0.8d) dan dasar perairan.

V. Pengukuran kecepatan arus sungai.

a. Dilakukan pada profil yang stabil.Kecepatan arus diantaranya tergantung dengan uas tampang basah aliran, karena itu pengukuran kecepatan arus harus dilakukan pada penampang alur yang relatip stabil sehingga dapat dilakukan beberapa kali dalam waktu yang berbeda dan dapat dikorelasikan satu sama lain (utnuk membuat stage hydrograph atau discharge hydrograph) karena parameter luas tampang basah hanya berobah karena perobahan tinggi muka air.

Page 9: Segara Anakan Dan Permasalahannya

b. Bentuk profil sungai diambil terlebih dahulu dan elvasi diikatkan pada BM.Agar semua parameter ketinggian (ketinggian dasar sungai, ketinggian muka air) dapat dikaitkan dengan ketinggian komponen bangunan yang akan direncanakan, maka kesemuanya harus diikatkan pada sistim ketinggian BM yang sama.

c. Data arus diambil di tengah dan kedua tepi dalam beberapa kedalaman.Karena pengaruh kekentalan dan kekasaran dasar dan atau dinding alur, maka kecepatan aliran tidak akan sama dalam arah vertikal maupun horisontal, untuk menghitung debit maka tampang basah akan dibagi menurut luas cell dikalikan dengan kecepatan arus di masing masing cell..

d. Data diambil bersamaan dengan pengambilan data elevasi muka air dan waktu (jam dan tanggal).Arah dan kecepata arus sungai didaerah muara akan dipengaruhi oleh pasang surut, pada saas surut akan bergeraka kerah laut dan pada saat pasang akan bergerak kearah hulu, dengan kecepatan tergantung pada taraf pasang yang terjadi, sedang taraf pasang yang terjadi berobah menurut ruang dan waktu, karena itu saat pengukuran arus harus dicatat pula posisi dan waktunya.

e. Diambil pada periode pengukuran pasut.Sehubungan dengan butir d. diatas, maka pengambilan data kecepatan arus harus dilakukan bersamaan denga pengukuran pasang surut.

VI. Pengambilan sedimen di sungai.

a. Dilakukan pada profil yang stabil.Konsentrasi sedimen di sungai sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus, karena itu berdeda dalam wktu dan ruang, sedang kecepatan arus diantaranya tergantung dengan luas tampang basah aliran, karena itu pengukuran konsentrasi sedimen harus dilakukan pada penampang alur yang relatip stabil sehingga dapat dilakukan beberapa kali dalam waktu yang berbeda dan dapat dikorelasikan satu sama lain karena parameter luas tampang basah hanya berobah karena perobahan tinggi muka air.

b. Bentuk profil sungai diambil terlebih dahulu dan elvasi diikatkan pada BM.Agar semua parameter ketinggian (ketinggian dasar sungai, ketinggian muka air) dapat dikaitkan dengan ketinggian komponen bangunan yang akan direncanakan, maka kesemuanya harus diikatkan pada sistim ketinggian BM yang sama.

c. Data sedimen diambil di tengah dan kedua tepi dalam beberapa kedalaman.Terkait dengan butir b. diatas, karena pengaruh kekentalan dan kekasaran dasar dan atau dinding alur, maka kecepatan aliran tidak akan sama dalam arah vertikal maupun horisontal, karena itu maka pengambilan sampel sedimen juga harus dilakuka dibeberapa kedalaman dan posisi horisontal..

d. Data diambil bersamaan dengan pengambilan data arus, elevasi muka air dan waktu (jam dan tanggal).Konsentrasi sedimen di sungai , terutama di daerah muara akan dipengaruhi oleh pasang surut, pada saas surut akan terdistribusi kerah laut dan pada saat pasang akan terdistribusi kearah hulu, dengan konsentrasi dan kecepatan distribusi tergantung

Page 10: Segara Anakan Dan Permasalahannya

pada taraf pasang yang terjadi, sedang taraf pasang yang terjadi berobah menurut ruang dan waktu, karena itu saat pengukuran sedimen harus dicatat pula posisi dan waktunya.

e. Diambil pada periode pengukuran pasut.Sehubungan dengan butir d . diatas, maka pengambilan data kecepatan arus harus dilakukan bersamaan denga pengukuran pasang surut.

VII. Pengukuran topografi.

a. Diikatkan dengan BM yang sama dengan yang dipakai untuk semua pengukuran lainnya (batimetri, arus dan sedimen).Pengukuran topografi, batimetri, arus di pantai maupun di sungai dan pengukuran sedimen di pantai maupun di sungai, harus diikatkan pada BM yang sama (sistim ketinggian dan posisi yang sama), dan dilakukan pada saat yang sama/serentak sehingga mencari korelasi satu sama lain dapat dilakukan.

b. Data ketinggian diambil sampai dengan perairan dimana masih bisa dilakukan (memperpendek jarak interpolasi).Pada dasarnya sistim interpolasi diambil dalam keadaan terpaksa, misalnya pada perairan yang sangat landai dan berlereng regulair/linier sehingga perahu akan kandas jauh sebelum mencapai garis pantai. Pada pantai yang relatip curam dengan gelombang kecil, pengukuran batimetri dan topografi dapat dilakukan secara overlapping.