Tata Laksana Tetanus

Post on 11-Feb-2015

130 views 8 download

Transcript of Tata Laksana Tetanus

Tata Laksana Tetanus

Tata Laksana

• Eradikasi bakteri kausatif• Netralisasi antitoksin yang belum terikat• Terapi suportif selama fase akut• Rehabilitasi• Imunisasi

Eradikasi bakteri kausatif

• Thwaites menganjurkan penggunaan antibiotik Metronidazole 500mg per oral atau intravena selama setiap 6jam selama 7-10 hari.

• Hadded et al menyarankan metronidazol 15mg/kgBB saat awal diikuti 20-30mg/kgBB/hari selama 7-14 hari atau sampai hilangnya tanda-tanda infeksi lokal yang aktif.

Manajemen Luka

• Luka dapat digolongkan menjadi luka yang rentan mengalami tetanus atau luka yang tidak rentan tetanus.

• Setelah menentukan jenis luka lakukan anamnesa riwayat imunisasi pada pasien.

• Tetanus toxoid diberikan pada pasien dengan imunisasi booster terakhir lebih dari 10 tahun sebelumnya. Jika imunisasi lebih dari 10 tahun yang lalu diberikan pula TIG.

Luka rentan tetanus Luka yang tidak rentan tetanus

>6-8 jam < 6 jam

Kedalaman > 1 cm Superficial (>1 cm)

Terkontaminasi Bersih

Bentuk stelat, avulsi, atau hancur

(ireguler)

Bentuk linear, tepi tajam

Denervasi, iskemik Neuro/vaskuler intak

Terinfeksi (purulen, jaringan nekrotik) Tidak terinfeksi

Dosis Tt :• Usia ≥ 7 tahun : 0,5 ml (5IU) i.m• Usia < 7 tahun : Gunakan DTP atau DtaP sebagai

pengganti Tt. Jika kontaindikasi terhadap pertusis, berikan DT, dosis 0,5 ml i.m

Dosis TIG:• Profilaksis dewasa : 250-500 U i.m pada ekstrimitas

kontralateral lokasi penyuntikan Tt.• Profilaksis anak : 250 U i.m pada ekstremitas

kontralateral lokasi penyuntikan Tt.

Netralisasi antitoksin yang belum terikat

• Dosis yang dianjurkan oleh El Hadded et al adalah 500 unit HTIG diberikan secara intramuskular segera setelah diagnosis tetanus ditegakkan.

• ATS (Anti Tetanus Serum) dengan dosis 10.000 IU diberikan intramuskuler. Pemberian dilakukan saat awal pasien ditegakkan diagnosis tetanus.

Terapi suportif selama fase akut• Kekuatan otot dan rigiditas/spasme otot

Benzodiazepin akan memperbesar GABA Agonis dengan cara menghambat inhibitor endogen di reseptor GABAA. Diazepam dilaporkan memiliki efektivitas yang baik dengan efek depresi nafas yang lebih rendah dibanding dengan golongan barbiturat. Diazepam juga memiliki efek antikonvulsan dan muscle relaxation, sedatif dan anxiolytic. Dosis yang dianjurkan adalah 0,5-10 mg/kg untuk dewasa atau sebagai berikut :Spasme ringan : 5-20 mg p.o. setiap 8 jam bila perluSpasme sedang : 5-10 mg i.v. bila perlu, tidak melebihi dosis 80-120 mg dalam 24 jam atau dalam bentuk drip.Spasme berat : 50-100 mg dalam 500 ml dextrose 5% dan diinfuskan dengan kecepatan 10-15mg/jam diberikan dalam 24 jam.

Magnesium sulfat dapat digunakan sebagai antispasme

Dosis awal 70 mg/kgBB dalam bentuk larutan dextrose 5 % 100ml secara intravena melalui infus selama 30 menit

Dosis pemeliharaan 2gram/jam (<60 tahun) dan 1 gram/jam (≥60 tahun) dalam larutan dextrose 5% 500ml, diberikan selama 6 jam

Dosis kemudian dititrasi dengan cara menaikkan dosis 0,5 gram (<60 tahun) atau 0,25 gram (≥60 tahun) setiap 6 jam sampai

spasme umum (kejang) terkontrol ↓

Kurangi dosis 0,25 gram/jam sampai terkontrol spasme dengan dosis efektif minimum.

• Kontrol disfungsi otonomPemberian cairan 8 liter per hari (fluid

floading) disertai dengan pemberian sedasi.Dapat diberikan morfin dengan dosis 20-

180 mg per hari. Propanolol untuk mengatasi hipertensi

episodik dan takikardi dengan dosis 5-10 mg, dapat dinaikkan hingga 40mg tiga kali sehari, dosis yang biasa digunakan adalah 5-20 mg tiga kali sehari.

• Komplikasi RespirasiRigiditas otot dan spasme dinding dada,

diafragma, dan perut menyebabkan retriksi nafas. Ketidakmampuan menelan saliva, sekresi

saliva yang masif, spasme faring, peningkatan tekana intraabdomen dan statis gaster secara keseluruhan menyebabkan peningkatan resiko aspirasi.

Trakeostomi dilakukan pada pasien dengan Patel Joag 3 keatas. Pada stadium IV dan V trakeostomi tidak secara signifikan mengurangi kematian.

• Miokarditis dan gangguan kardiovaskuler lainGejala klinis berupa fatigue, demam, dyspneu d’effort, takikardi, takipnue, dan lain-lain. Beta adrenegic blocker digunakan untuk menurunkan cardiac output dan menurunkan resistensi pembuluh darah perifer.

• Gangguan gastrointestinalRanitidine dengan dosis 150mg setiap 8 jam sekali. Hilang darah yang masif dapat diganti dengan pemberian transfusi darah.

KOMPLIKASI

• Laringospasm, kekakuan otot-otot pematasan atau terjadinya akumulasi sekresi berupa pneumonia

• Atelektase • Kompressi fraktur vertebra • Laserasi lidah akibat kejang

PROGNOSIS

Prognosis tetanus diklasifikasikan dari tingkat keganasannya, dimana :

• 1. Ringan; bila tidak adanya kejang umum ( generalized spasm )

• 2. Sedang; bila sekali muncul kejang umum • 3. Berat ; bila kejang umum yang berat sering

terjadi.