Post on 15-Apr-2017
Takwil Dalam MatsnawiMuhammad Nur Jabir
Bagaimana membedakan antara syair sufi dan bukan?
apakah syair berikut ini berasal dari seorang sufi?
api adalah cinta yang jatuh dalam seruling,baranya adalah cinta yang jatuh dalam minuman,
Letak Perbedaan pada Penakwilannya *Kerumitan membedakan antara syair
sufi dan bukan karena syair sufi juga menggunakan bahasa kesehariaan.
*Persamaan secara lahiriyah dalam pemilihan diksi akan menyulitkan pembaca membedakan mana syair sufi dan yang bukan syair sufi.
*Cara membedakannya dengan melihat dari mana syair itu berasal.
*Jika tak ada kunci dalam memahami niat seorang penyair, maka kita tidak akan bisa memahami apalagi menakwil sebuah syair.
*misalnya jika seorang sufi berbicara mengenai cinta, tentu cinta yang dimaksud bukan lagi cinta dalam pandangan awam, akan tetapi terkait dengan cinta ILahi meskipun fenomena dan rasa cinta tak ada perbedaan .
Kata Rumi; *Cinta memiliki 500 sayap dan
setiap kepakan, dari puncak ‘Arsy hingga singgasana yang paling bawah,
*Zahid karena takut hingga kakinya bergerak, Namun para pecinta kepakannya melebihi percikan udara.
Kata Rumi;Cinta adalah lidah api, saat menyala akan membakar segalanya kecuali kekasih.
Mengapa sufi lebih memilih bahasa awam?tujuan utama sastra sufi ialah
berusaha mentransfer kondisi dan perasaan sufistik yang dialami oleh seorang sufi kepada pembaca agar
pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan oleh seorang sufi meskipun melalui pengalaman
yang berbeda.
Kondisi atau Rasa tak terpisah dari Makrifat *perbedaannya, dalam penyaksian yang
disertai dengan kondisi atau rasa yang dialami oleh seorang sufi pasti dibarengi dengan makrifat atau pengetahuan.
*seorang arif dalam setiap penyaksiannya menyingkap hakikat ILahiyah akan membuahkan pengetahuan sufistik dan pasti
dibarengi dengan suatu kondisi/rasa tertentu . *SYUHUD > MAKRIFAT > RASA > BAHASA
~Salah seorang bertanya cinta itu apa?
Ku katakan, “perkara-perkara semacam ini jangan kau tanya
maknanya,”Saat kau menjadi diriku, kau akan menyaksikannya,Sebab saat dirimu membacanya, kau akan mengetahuinya .
~Rumi, Ghazal, 2733
Rasa dan Kondisi adalah titik pertemuan antara sufistik (irfan) dan sastra.
tiga tahapan dalam sastra sufistik; ~tahap pemikiran atau pengetahuan
~tahap imajinasi ~tahap bahasa
tahap pemikiran atau pengetahuan;pada tahap ini seorang sufi atau penyair berhadapan dengan suatu fenomena atau hakikat dan realitas serta mempersepsi fenomena atau realitas tersebut. Bersamaan dengan ini suatu kondisi atau rasa akan menyertai dirinya .
tahap imajinasi; adalah tahap dimana seorang sufi atau penyair berusaha menyajikan atau mempresentasikan rasa dan persepsi yang diperoleh sebelumnya. Usaha ini akan berdampak pada perubahan makna dan merelasikannya dengan perangkat bahasa. Perubahan ini terjadi karena adanya proses perpindahan alam dari alam makna menuju alam bahasa. Sebab itu terkadang penulis tak lagi memperhatikan aturan bahasa demi menjaga makna yang dimaksud.
tahap bahasa; adalah tahap akhir dari proses sebelumnya yaitu tahap menghadirkan proses sebelumnya dalam bentuk kalimat dan struktur bahasa .
Penggunaan kalimat yang digunakan sangat bergantung kepada konsep-konsep yang dimiliki sebelumnya, semakin kaya pengetahuan yang dimiliki, semakin luas pula bentuk kalimat yang dapat digunakan .
Kata Rumi;Jika kau ingin menyusun sajak dan berpuisi, pergi! Enyahkan kata-katamu. Jangan berjalan diatas bait dan tulisan.Cintamu telah menjelmakan bait-bait dan ghazal bagi tiap helai rambutku! Ekstasimu telah menjadikanku sebuah tong madu!
Lihatlah darah dalam bait-baitku, bukan puisi! Karena mata dan hatiku sedang menuangkan darah cintanya.
Kata Rumi;Ketika darah bercampur, kuserahkan warna puisi sehingga pakaianku tak berwarna-darah dan bukanlah darah-berwarna.Daya tarik Tuhan mewujudkan kata-kataku. Karena Dia lebih dekat denganku daripada diriku sendiri.Dia telah membawaku dari nonwujud dan menjadikanku mampu bicara setiap waktu,Dalam kemurahannya, kata-kataku menjelma mutiara.
END