Post on 03-Mar-2019
“STRATEGI DAKWAH PERSATUAN ISLAM DALAM KONTEKS PEMBARUAN
DI PIMPINAN CABANG PURWAKARTA”
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh:
Fahmi Hayatudin
NIM: 1110051000131
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
i
ABSTRAK
Strategi Dakwah Persatuan Islam dalam Konteks Pembaruan
di Pimpinan Cabang Purwakarta
Berdirinya Pimpinan Cabang Persatuan Islam Purwakarta pada dasarnya merupakan respon akan perlunya wadah pergerakan organisasi masyarakat di Purwakarta sebagai organisasi yang menyerukan tegaknya Qur’an dan Sunah. Apalagi saat ini Purwakarta telah berubah menjadi Kota yang sarat akan budaya, dimana pendidikan, pembangunan infrastruktur, tradisi serta kegiatan-kegiatan yang berlangsung di tanah Purwakarta diakulturasi sedemikian rupa. Sebagaimana yang tertera pada visi, misi dan tujuan dakwah pembaruan Persatuan Islam yaitu mengembalikan Islam kepada ajaran yang utuh yang bersumber kepada Qur’an dan Sunnah.
Berdasarkan hal tersebut, penulis menyusun pertanyaan agar mempermudah jalannya proses penelitian, yaitu bagaimana strategi dakwah pembaruan Pimpinan Cabang Persatuan Islam Purwakarta?
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A., mengatakan strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning)dan manajemen untuk mencapoai suatu tujuan, akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Sedangkan strategi dakwah menurut beliau, berkaitan dengan strategi komunikasi, bahwa strategi dakwah bisa diartikan sebagai perpaduan dari perencanaan dan manajemen dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Dan untuk mencapai tujuan itu, pendekatan strategi bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis, dideskripsikan dan ditafsirkan dengan menggunakan teori-teori yang ada sebagai acuan dalam analisa data.
Setelah melakukan analisa data, maka dapat disimpulkan bagaimana proses strategi dakwah pembaruan dari PC Persis Purwakarta. Perumusan strategi dilakukan pada saat Tasykil sekaligus rapat kerja PC Persis Purwakarta, yaitu sekitar seminggu setelah kepengurusan PC Persis Purwakarta Masa Jihad 2014-2018 terbentuk. Dari perencnaan tersebut maka ditetapkanlah dua program unggulan yang strategis, yaitu Institusionalisasi dan Ideologisasi. Langkah awal implementasi dakwah melibatka dan memanfaatkan kader dai dari PC Persis Purwakarta sendiri yaitu dengan masuk lewat jalur pendidikan dan dakwah yang dimiliki dan berada di bawah naungan PC Persis Purwakarta. Sampai saat ini, PC Persis Purwakarta melakukan evaluasi baik secara insidentil ataupun terencana. Evaluasi PC Persis Purwakarta juga dilaksanakan secara terencana setiap enam bulan sekali. Sejauh ini, evaluasi secara terencana sudah dilakukan sebanyak dua kali, sementara secara insidentil telah dilakukan sebanyak satu kali.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim.
Alhamdulillahirobbil’aalamiin, puji serta rasa syukur yang teramat dalam
penulis ucapkan kepada Allah SWT. yang tanpa-Nya penulis takkan pernah
mampu merapungkan tugas akhir skripsi ini. Sholawat serta salam semoga
tercurah limpahkan kepada junjunan Nabi Muhammad SAW. Yang telah
membawa Islam dari Jaman kegelapan kepada Jaman yang terang benderang.
Perjuangan yang sungguh penulis tak mengira akan sangat panjang sekali
akhir dari penulisan tugas skripsi ini untuk mencapai gelar sarjana Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Doa, bantuan, dukungan, motivasi, kritikan, bahkan marahan penulis
terima dalam proses penulisan skripsi ini. Namun itu tidak mengurangi rasa terima
kasih penulis atas perhatian besar yang ditujukan kepada penulis. Mudah-
mudahan Allah membalas segala perhatian ini dengan balasan yang lebih baik
lagi. Jazaakumullah Khoeron Katsiiro kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta serta Dr. Arief Subhan selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Rachmat Baihaky, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam dan Fita Fathurrahmah, M. Si selaku Sekretaris Jurusan Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
3. Prof. Dr. Murodi, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ade Masturi, MA. selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis. Terima
kasih telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis sampai
penyelesaian akhir skripsi ini.
5. Seluruh Ibu/ Bapak dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah memberikan dedikasinya
selaku pengajar sekaligus pembimbing penulis selama masa perkuliahan.
6. Ayahanda dan Ibunda tersayang, Bapa Yusup dan Mamah Yanti, yang
penulis takkan pernah bosan meminta maaf atas segala kekurangan
anakmu ini. Semoga Allah senantiasa menyayangi kalian.
7. Perpustakan Utama dan Perpustakaan Fakultas UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, beserta seluruh jajaran pengurusnya.
8. Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, Ust. AS Syamsuri, S. Ag.,
yang telah membantu kelancaran penelitian penulis, beserta seluruh jajaran
pengurus PC Persis Purwakarta.
9. Semua aa dan teteh penulis. Jazakumullah Khoeron Katsiro, Syukron atas
bantuan baik berupa materiil maupun moril. A Budi Rahman Hakim dan
teh Nia Siti Amaniah atas bantuan terutama materiil dalam membiayai
kuliah penulis, teh Risa Khoerunnisa dan a Budi Tresnaniadi selalu apa
adanya terhadap penulis, a Iqbal Hamba Izzati yang senantiasa menemani
penulis dalam suka dan duka, adik-adikku Ragib Firdaus, Fadlan
iv
Dipiheman Rabbani, Urpan Rojulan Naufal, a Yosep dan teh Eni, a Hadi
dan teh Ida, teh Mira.
10. Teman-teman HIMA PERSIS seperjuangan Azhar Lujjatul Widad, Aceng
Muchtar Rosyadi, Fahmi ‘Omen’ Fathurahman, Ridhwan Deri Iradat,
Ihsan Fauzi Rahman, Umam, Jahid, Taopik Muarip, Fajar ‘Roy’, juga
Syekh ‘Milanisti’ Irfan, Fazlur ‘Interisti’ Rahman, dan rekan diskusi
terbaikku, Saddam Husein. Terima kasih untuk kenangan dan pengalaman
yang telah kita ukir bersama, sehat selalu!
11. Teman-teman KPI D, Abdurahman, Sumantri, Abdullah Ichsan Baihaki,
Enjang Zaki, Maulana Fityan, Kurniawan Prasetyo, Helmi Affandi, Bobby
Gunawan, Zainun Najmi, Agung Sulistiono, Rachmat Affandi, Syehab
Budiyanto, Cory Carolina, Rika Alisha, Dwi Novita, Arista Rahma
Pangastuti, Anggi Agustin, Isyana Tungga Dewi, Yusrina Rahma Dewi,
Nadia Pratama, Fitri, Itha Basytha, Intan Purwatih, Nurmalisa Nazarani,
Karlia Zainul, Nurul Fazriah, Erfa Dwi Jayanti.
Purwakarta, 16 Maret 2015
Penulis,
Fahmi Hayatudin
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 9
D. Metodologi Penelitian ................................................................. 10
E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 13
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 15
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 17
A. Strategi Dakwah ........................................................................... 17
1. Pengertian Strategi .................................................................. 17
2. Pengertian Dakwah ................................................................. 19
3. Pengertian Strategi Dakwah .................................................... 22
B. Proses Tahapan Strategi ................................................................ 24
1. Perencanaan Strategis ............................................................... 24
2. Tiga Proses Tahapan Strategis ................................................. 26
C. Pemikiran Pembaruan Islam ......................................................... 29
BAB III PROFIL PIMPINAN CABANG PERSIS PURWAKARTA .......... 47
A. Sejarah Masuknya Persis di Purwakarta ...................................... 47
B. Visi dan Misi Pimpinan Cabang Persis Purwakarta ...................... 50
C. Tujuan Pimpinan Cabang Persis Purwakarta ................................ 50
D. Susunan Kepengurusan ................................................................ 53
E. Tugas dan Wewenang .................................................................. 55
F. Pedoman Penyelenggaraan Dakwah Pimipinan Cabang Peris
Purwakarta ................................................................................ 58
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 68
A. Perumusan Strategi ...................................................................... 69
1. Pendekatan Analisis SWOT ..................................................... 70
2. Program Dakwah Pembaruan .................................................. 77
B. Implementasi Strategi ................................................................. 79
1. Institusionalisasi lewat pendidikan formal yang berada di
bawah tanggung jawab Pimpinan Cabang Persis Purwakarta .... 80
2. Ideologisasi lewat Tabligh dan Dakwah Bil-lisaan ................... 85
C. Evaluasi Strategi .......................................................................... 93
BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 95
A. Kesimpulan .................................................................................. 95
B. Saran ........................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. ......... 99
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Data Kader Da’i PC Persis Purwakarta .................................................... 82
Tabel 2 Data masjid jam’iyyah dan jadwal rutin mingguan .................................. 90
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah pembaruan di Indonesia merupakan sejarah organisasi sosial
keagamaan. Berbeda dengan di kawasan Timur Tengah, tepatnya Saudi
Arabia, yang dipengaruhi oleh ide dan gerakan Wahabi lewat Ibn ‘Abd al-
Wahab. Di sisi lain, Mesir yang dipelopori Muhammad Abduh beranjak dari
pemikirannya tentang apa yang membuat umat Islam mengalami kemunduran.
Jika Muhammad Ibn ‘Abd Wahab berusaha mengajak kaum muslimin
untuk tunduk sepenuhnya kepada Al-Qur’an dan As-sunnah, dan menolak
praktik-prkatik ritual yang menyimpang dari hukum Islam yang sebenarnya.
Maka Muhammad Abduh berpikir bahwa sifat jumud atau pemujaan yang
berlebihan kepada wali atau syeikh, kepatuhan yang membuta kepada ulama
di kalangan umat Islam-lah yang menyebabkan kemunduran.1
Akar pembaruan Islam sesunggunya telah dirintis oleh Ibnu Taimiyah,
yang kemudian dilanjutkan oleh muridnya, Ibnu Qayyim al-Jawziyah. Ibnu
Taimiyah sebagaimana dijelaskan Nurcholis Madjid, mengkritik perilaku
keagamaan masyarakat yang telah jauh menyimpang dari ajaran al-Qur’an dan
Sunnah. Ia mengatakan
“Bahwa Rasulullah SAW telah menjelaskan seluruh segi agama baik prinsip-prinsipnya maupun cabang-cabangnya baik segi batinnya maupun lahirnya, baik segi ilmu maupuhn amalnya. Sesungguhnya prinsip ini adalah pangkal prinsip-prinsip ilmu dan iman. Barang-siapa
1 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada
Al-Qur’an dan Al-Sunnah” (Bandung: FAPPI dan Iris Press, 2010), cet. Ke-1, h. 1.
2
berpegang lebih kuat pada prinsip itu maka ia lebih berhak atas kebenaran, baik dalam segi ilmu maupun segi amal...”2
Gejala pembaruan pemikiran Islam di Indonesia baru muncul sekitar
awal abad ke-20 bersamaan dengan bangkitnya kesadaran nasional, yaitu
ditandai dengan berdirinya Syarikat Dagang Islam yang kemudian menjadi
Syarikat Islam (SI) pada tahun 1905. Kemudian Muhammmadiyyah pada
1912, al-Irsyad tahun 1914, baru kemudian Persatuan Islam (PERSIS) pada
tahun 1923.3 Hal ini kemudian diyakini oleh Salim Umar, bahwa Persatuan
Islam merupakan salah satu dari beberapa gerakan yang bercorak modernis.
Rusydi Haqmka, misalnya, mengatakan bahwa
“Muhammadiyyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan tahun 1912 di Yogyakarta tergolong sebagai gerakan Pembaruan. Organisasi lain yang sejalan dengan Muhammadiyyah di Indonesia ialah Persatuan Islam (Persis) yang didirikan di Bandung tahun 1923, al-Irsyad tahun 1915 oleh Syeikh Ahmad Soerkati, dan Gerakan Sumatera Thawalib di Padang Panjang Sumatera Barat sekitar tahun 1910-1919 di bawah pimpinan H. Rasul dan kawan-kawan”. 4
Dengan demikian, Persatuan Islam merupakan ormas Islam yang
bercorak Pembaruan yang di dalam perjalanannya dikenal menitikberatkan
kegiatan keagamaannya dengan melakukan seleksi dan koreksi terhadap
paham, pandangan dan keyakinan umat Islam, dalam rangka membersihkan
iman dan keyakinan umat Islam dari segala kepercayaan, pandangan dan
keyakinan yang membawa umat ke arah syirk. Selain juga membersihkan
ibadah kaum muslimin dari praktik-praktik bid’ah.5
2 Nurchalis Madjid, Khazanah Intelektual Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 247. 3 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada
Al-Qur’an dan Al-Sunnah” (Bandung: FAPPI dan Iris Press, 2010), cet. Ke-1, h. 3. 4 Salim Umar, Persatuan Islam: Pembaruan dan pengaruhnya (Bandung: IAIN, 1995), h.
18, yang mengutip tulisan Rusydi Hamka, berjudul: “Muhammadiyyah sebagai Gerakan Pembaruan Dulu, Kini, dan Nanti”, dalam Panjimas No. 812 tahun XXXV.
5 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah” (Bandung: FAPPI dan Iris Press, 2010), cet. Ke-1, h. 5.
3
Gerakan reformasi dan modernisasi Islam di Indonesia dalam arti
gerakan Pembaruan Islam masih belum jelas arti dan maknanya. Menurut
Harun Nasution dan H. Endang Saifuddin Anshari,6 Pembaruan di sini
mengandung banyak arti, antara lain gerakan dan usaha untuk merubah
paham-paham, adat istiadat, institusi lama untuk disesuaikan dengan suasana
baru yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Istilah
ini pun dimaksudkan memperbarui agama, namun tidak sama dengan
Enlightmen atau The Age of Reason yang bersifat pemujaan akal dan ilmu.
Adapun gerakan Pembaruan Islam di Indonesia berasal dari pandangan
Islam di Indonesia sendiri yang terdiri dari dua paradigma, yaitu Islam
Tradisional dan Islam Modernis.7 Perbedaaan keduanya terdiri dari tiga aspek:
Pertama, semangat pemurnian ajaran untuk membersihkan ajaran
Islam dari apa yang mereka sebut sebagai bid’ah, takhayyul, dan khurafat.
Kedua, sikap terhadap tradisi bermadzhab, khususnya dalam bidang fiqh, yang
kemudian menimbulkan perselisihan di sekitar masalah khilafiyah dan
masalah taqlid. Ketiga, sikap terhadap perubahan dan rasionalitas.
Pada dasarnya segala upaya yang dilakukan Persis sebagai gerakan
pembaruan Islam merupakan bentuk pengabdian umat akan tugasnya di muka
bumi. Sebagaimana yang dijelaskan Q.S. Ali-Imran: 104.
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung”.
6 Lihat Harun Nasution, “Pembaruan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan”,
Jakarta: Bulan Bintang, 1982 hlm.9 dan Endang Saifuddin Anshari, “Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran tentang Islam dan Umatnya”, Bandung: Pustaka, 1983 hlm.72.
7 Deliar Noor, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: LP3ES, 1980), h. 36.
4
Dalam ayat tersebut terdapat tiga level pesan suci yang sangat penting
yaitu, (1) panggilan, ajakan atau seruan kepada kebaikan (al-khaiyr’), (2)
anjuran, suruhan, kepada al-ma’ruf, dan (3) pencegahan dari al-munkar.
Ketiga level tersebut dijelaskan sebagai pertama, menyangkut ajakan dan
seruan pada nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang prinsipil, universal, dan
masih abstrak. Kedua, menyangkut perintah penjabaran nilai-nilai kebaikan
dan kebenaran yang universal itu dalam kehidupan sehari-hari yang masih
konkrit. Sedangkan ketiga, menyangkut pencegahan dari hal-hal yang
memang ditolak dan ditentang oleh nurani manusia.8
Dalam banyak literatur, Islam digambarkan sebagai tema sentral dalam
dakwah. Oleh karena itu Islam merupakan wawasan dan basis ruang gerak
dakwah sebagai implementasi dari publikasi ajaran agama. Maksudnya, Islam
disini berada dalam posisi ideologi, ajaran, dan konsep. Sedangkan dakwah
berada dalam ranah aplikasi dan pengalaman. Selain celah tersebut, Islam dan
dakwah selebihnya tidak memiliki jarak antara keduanya.
Jika demikian, maka tujuan dakwah pada dasarnya sama dengan tujuan
Islam itu sendiri yaitu transformasi sikap kemanusiaan (attitude of humanity
transformation) atau yang dalam terminology Al-Qur’an disebutkan al-ikhraj
min al-zulumat ila al-nur.9
Maka dari itu benarlah perintah yang tercantum dalam Surat Ali-Imran
104 agar segolongan umat menyeru kepada kebajikan, mengeluarkan manusia
dari kegelapan (al-ikhraj min al-zulumati) kepada cahaya (ila al-nur), dan
8 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2011), ed. Ke-1, cet. Ke-1, h. 17. 9 A. Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah: Rekayasa Membangun Agama dan
Peradaban Islam (Jakarta: Kencana, 2011), ed. Ke-1, cet. Ke-1, h. 58.
5
termasuk mengemablikan Islam kepada ajaran yang sebenarnya yang
bersumber keada Qur’an dan Hadis.
Agama (ad-diin) dan idiom (al-islaam), Pertama, merupakan manhaj
ilahiyah yang diwahyukan Allah kepada Rasulullah saw. bersama kitab-Nya,
yang menyangkut akidah, ibadah, akhlak, dan syari’ah. Itu semua
dimaksudkan untuk mengatur hubungan hamba dengan Tuhannya dan
hubungan manusia dengan manusia lainnya. Makna semacam ini bersifat
statis, tidak bisa dirubah dan diperbarui, karena agama merupakan hakikat
yang luar biasa. Kedua, kondisi hidup manusia dalam hubungannya dengan
makna yang pertama, baik pikiran, perasaan, amal maupun akhlak. Dalam
makna ini, agama selalu berubah dan bergerak, kadang bertambah atau
berkurang, kadang kian lemah atau atau kian kuat, kadang kian jernih atau
menjadi keruh, kadang lurus atau bengkok. Semua tergantung pada sejauh
mana pemahaman, keimanan, serta ketekunan seseorang dalam menjalankan
agamanya.10
Makna semacam inilah yang membutuhkan pembaruan. Sebuah
pembaruan yang disandarkan kepada umat, bukan kepada Allah dalam
memperbarui agama-Nya. Jadi gerakan reformasi di sini lebih mengacu
kepada agama umat, bukan agama Allah. Sebagaimana hadis dari Abu
Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya Allah mengutus umat ini pada penghujung tiap seratus tahun, orang yang memperbarui agamanya.” (Diriwayatkan oleh Abu Daud, Hakim dan Baihaqi)
10 Yusuf Qardhawi, Membangun Masyarakat Baru, Penerjemah: Ruydi Helmi (Jakarta:
Gema Insani Pers, 1997) cet. Ke-1, h. 39-40.
6
Hadis ini menjelaskan bahwa di setiap zaman, Allah SWT akan
senantiasa mengutus dan mengganti para pembaru agama yang akan
memperbarui sunnah-sunnah yang telah mati. Yang menjadi sorotan masalah
di sini bukanlah kapan dan bagaimana konteks penghujung seratus tahun itu,
melainkan bahwa Allah SWT tidak akan membiarkan umat ini mati dalam
kungkungan kehancuran, tanpa mengutus orang yang akan menghidupkan
kembali yang telah usdang dan telah tercerai berai.11
Pembaruan sejak awal abad ke-20 identik dengan istilah usaha
mengambil cap dan cara pemikiran Barat. Pemikiran yang menjaga akidah
Islam, tetapi dipengaruhi oleh pemikiran Barat yang begitu kuat, memisahkan
agama dan Negara dan menjadikan undang-undang Barat sebagai pengganti
syari’at Islam.12
Sejalan dengan misi dari pembaruan tersebut, konsep serta persepsi
mengenai pembaruan sejak awal sampai saat ini menarik untuk diperdebatkan.
Bahkan Nurcholis Madjid secara ekstrem mengatakan bahwa Persis bersama
organisasi Islam lainnya seperti Muhammdiyah dan Al-Irsyad saat ini dinilai
sudah berhenti sebagai pembaru-pembaru. Organisasi-organisasi pembaruan
kini telah menjadi beku sendiri karena tidak sanggup menangkap semangat
dari ide-ide pembaruan itu sendiri, yaitu dinamika dan progresivitas.
11 Yusuf Qardhawi, Membangun Masyarakat Baru, Penerjemah: Ruydi Helmi h. 16.
12 Muhammad Al-Bahiy, Pemikiran Islam Modern, Penerjemah: Su’adi Sa’ad (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986) cet. Ke-1, h. 109.
7
Akibatnya timbul keadaan stagnan yang secara menyeluruh, menimpa umat
hingga saat ini.13
PC Persis Purwakarta menghadapi dilema yang sama dengan Persis
keumuman perihal identitas, pemikiran, dan jalan geraknya. Meskipun
substansi dakwahnya tetap berorientasikan kembali kepada al-Qur’an dan as-
Sunnah, namun ada anggapan bahwa Persis terjebak dalam aksentuasi tajdid.
Sebagaimana dikutip dalam buku “Pergulatan Pemikiran Kaum Muda Persis”,
Persis seharusnya tidak apriori terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, bahkan yang bersumber dari Barat sekalipun. Persis kali ini dicap
gagal menginterpretasikan berbagai macam pemikiran kontemporer, new
discourse yang sedang hangat berkembang entah itu masalah sosial, politik,
ekonomi, budaya, dan bahkan fiqh, sehingga tidak mampu melayani
kebutuhan kebutuhan rutinitas religiustik umat.14
Sebagaimana tertuang didalam Qanun Asasi dan Qanun Dakhili Persis,
tajdid merupakan salah satu misi gerakan dakwah Persis itu sendiri.15 Tentu
harus ada keselarasan antara teori tajdid dan praktik tajdid. Oleh karena itu,
jika PC Persis Purwakarta misinterpretatif tentang makna tajdid itu sendiri,
maka segala upaya dakwah pembaruan di Purwakarta patut dipertanyakan.
Jika bertitik tolak pada hadis yang dikeluarkan oleh Abu Hurairah di
atas, maka pembaruan dalam Bahasa Arab disebut tajdid, menurut al-Manawi
sebagaimana dikutip oleh Yusuf Qardhawi adalah membersihkan sunnah dari
13 Deddy Jamaluddin Malik & Idy Subandy Ibrahim, Zaman Baru Islam Indonesia:
Pemikiran dan Aksi Politik Abdurrahman Wahid, M. Amien Rais, Nurcholis Madjid, dan Jalaluddin Rakhmat (Bandung: Zaman Wacana Mulia, 1998), h. 175.
14 Endang Sirodjudin Hafid, Tiar Anwar Bachtiar, Dudung Abdul Rahman, Pepen Irpan Fauzan, Pergulatan Pemikiran Kaum Muda Persis. (Bandung: Granada, 2005), h. xxii.
15 Qanun Asasi-Qanun Dakhili, Penjelasan Qanun Asasi-Qanun Dakhili Pedoman Kerja Program Jihad 2005-2010 Persatuan Islam (Bandung: PERSIS PRESS, 2005), h. 25.
8
segala macam bid’ah, memperbanyak ilmu dan membantu para penuntutnya,
serta menghancurkan para penganjur dan pelaku bid’ah.16
Memberbarui sesuatu merupakan proses pengembalian kepada wujud
asal sesuatu. Ia harus memperbaruinya, sehingga tampak seperti baru kembali,
yakni dengan cara memperkuat seluruh bagiannya, memperbaiki yang telah
usang dan rusak, sehingga tampak atau paling tidak mendekati bentuknya
semula.
Begitupun dakwah dalam usahanya memperbaiki apa yang telah rusak
sehingga menjadi baru kembali. Persis Cabang Purwakarta mempunyai
tantangan berat untuk mensterilisasi umat Islam khususnya di Purwakarta dari
kekhawatiran akan tercampurnya ajaran agama dengan budaya-budaya lokal.
Sebagaimana diketahui, saat ini Purwakarta dipimpin oleh Bupati Dedi
Mulyadi. Beliau adalah sosok pemimpin yang eksentrik dan estetik karena
visi, misi, dan pandangannya yang dinilai sangat membudaya, dan cenderung
konservatif. Bahkan beliau sempat masuk pemberitaan karena dinilai
menistakan agama.17
Strategi dakwah yang meliputi metode, siasat, taktik atau manuver
yang dipergunakan dalam aktivitas gerakan dakwah,18 merupakan inti dari
penelitian ini. Peneliti bermaksud mencari tahu bagaimana strategi dakwah
Persatuan Islam Cabang Purwakarta dalam melakukan pembaruan agama.
Pembaruan di sini bukan dalam pengertian modernisasi agama, bukan pula
16 Yusuf Qardhawi, Membangun Masyarakat Baru, Penerjemah: Ruydi Helmi h. 41. 17 Menistakan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung pengertian
menjadikan (menganggap) nista; menghinakan; merendahkan (derajat dsb). Pada 7 Agustus 2008, Bupati Purwakarta dinilai menyejajarkan eksistensi kitab suci Al-Qur’an dengan alat musik seruling. Antaranews.com, MUI Nilai Bupati Purwakarta Nista Agama, http://www.antaranews.com/berita/112780/mui-nilai-bupati-purwakarta-nista-agama (diakses pada 22-06-2014)
18 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.32.
9
pembatalan suatu ayat Al-Qur’an ataupun penghapusan suatu hadis Nabi yang
jelas sahih, serta modifikasi inti ajaran agama. Melainkan pembaruan dalam
arti pemurnian kembali ajaran-ajaran Islam yang seutuhnya karena telah
terkotori seiring perjalanan sejarah berupa penyimpangan dari ajaran asli
sebagaimana visi, misi, serta cita-cita dari Persis itu sendiri.
Atas latar belakang tersebut, peneliti mengangkat skripsi yang berjudul
“Strategi Dakwah Persatuan Islam dalam Konteks Pembaruan di Pimpinan
Cabang Purwakarta”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Fokus penelitian ini terbatas pada strategi dakwah Pimpinan Cabang
Persatuan Islam Purwakarta. Agar penelitian ini sistematis, maka penulis
membatasi masalah yang akan dibahas berkisar kajian tentang strategi dakwah
PC Persis Purwakarta pada periode Nopember-Desember tahun 2014.
Agar penelitian ini dapat dibahas secara mendalam berdasarkan judul
dan pembatasan masalah, maka penulis mengambil rumusan masaalah secara
umum yaitu: “Bagaimana strategi dakwah pembaruan PC Persis Purwakarta?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian pada penelitian ini adalah untuk mengetahui
strategi dakwah Persatuan Islam Cabang Purwakarta dalam melakukan
dakwah pembaruan.
Adapun manfaat penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Akademis
Penulis berharap penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan
dan menjadi daftar rujukan, referensi atau perbandingan dalam studi
10
Ilmu Dakwah. Khususnya bagi mahasiswa Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam dan umumnya bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi.
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan dan rekomendasi bagi Pimpinan Cabang
Persatuan Islam (PC Persis) Purwakarta tentang strategi dakwah agar
benar-benar menjadi gerakan pembaharu.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.
Dengan menggunakan analisis deskriptif dimana peneliti berusaha
melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau
bidang tertentu secara faktual dan cermat.19
Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau
lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi tertentu.20 Penelitian deskriptif mempelajari masalah-
masalah dalam masyarakat, serta tata cara dalam masyarakat dan situasi-
situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap, pandangan,
serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu
fenomena.
19 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), h. 22. 20 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), ed. Ke-2, h. 4.
11
Adapun dalam penelitian ini digambarkan secara terperinci bagaimana
strategi dakwah Pimpinan Cabang Persatuan Islam Purwakarta dalam
melakukan pembaruan yaitu pemurnian ajaran Islam seutuhnya.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek penelitian ini adalah Pimpinan Cabang Persatuan Islam
Purwakarta.
b. Objek penelitian ini adalah srategi dakwah dari Pimpinan Cabang
Persatuan Islam Purwakarta.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode dalam
pengumpulan data, di antaranya:
a. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
untuk memperoleh informsai dari terwawancara.21 Dalam penelitian
ini, peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh gambaran
tentang konsep pembaruan dalam dakwah serta bagaimana strategi
dakwah Pimpinan Cabang Persatuan Islam Purwakarta.
Pada penelitian ini, penulis telah melakukan wawancara dengan:
1) Tokoh Senior Persis Purwakarta sekaligus Ketua Bidang garapan
Bimhajum (Bimbingan Haji dan Umroh) PC Persis Purwakarta,
yaitu H. U Yusup Yudamargana, perihal sejarah masuknya Persis
ke Purwakarta dan kompleksitas berdakwah di Purwakarta.
21 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h. 126.
12
2) Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, yaitu Ust. A.
Saepudin Syamsuri, S.Ag., perihal strategi dakwah pembaruan
Persatuan Islam Cabang Purwakarta.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan
sistematis untuk memperoleh data serta melakukan pencatatan dari
hasil observasi.22 Pada penelitian ini, peneliti telah mengamati
langsung proses program dakwah PC Persis Purwakarta baik itu
berupa khotbah, pengajian, kajian, atau diskusi.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, catatan harian, dan sebagainya.23 Peneliti telah melakukan
dokumentasi berupa library searching tentang data tertulis yang
berkaitan dengan objek penelitian.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Patton adalah prose mengatur uraian data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar.24
Adapun teknik analisis data pada penelitian ini adalah:
a. Pengumpulan informasi melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi.
22 Andi Bulaeng, Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer (Yogyakarta: Andi
Yogyakarta, 2004), cet. Ke-1, h. 63. 23 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, h. 131. 24 Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993),
cet. Ke-10, h. 103.
13
b. Reduksi, atau memilih informasi yang sesuai dan tidak sesuai dengan
masalah penelitian.
c. Penyajian. Setelah pemilihan informasi yang sesuai, data disajikan
dalam bentuk uraian ataupun penjelasan.
d. Terakhir adalah menarik kesimpulan dari penjelasan.
5. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan pada penelitian skripsi ini merujuk kepada
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi).25
E. Tinjauan Pustaka
Setelah melakukan peninjauan pustaka terhadap skripsi-skripsi yang
berada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam, penulis belum menemukan skripsi tentang strategi
dakwah Islam yang dilakukan oleh Persatuan Islam perihal dakwah
pembaruan. Adapun skripsi mengenai strategi dakwah sebelumnya pernah
diangkat oleh:
1. Dodiana Kusuma, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
lulusan tahun 2010, dengan judul skripsi “Strategi Dakwah Front
Pembela Islam (FPI) dalam menanggulangi Dampak Negatif
Globalisasi”. Skripsi ini berisi tentang strategi, upaya serta peran FPI
dalam menghadapi globalisasi yang dinilia berdampak negatif terhadap
kehidupan umat manusia khususnya di Indonesia dalam upaya
mewujudkan baldatun thoyyibah. Pembahasan tersebut tentu berbeda
25 Hamid Hamid, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi),
CeQDA (Centre for Quality Development and Assurance), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, April 2007, cet. Ke-11.
14
dengan substansi permasalahan yang diangkat dalam penelitian yang
penulis angkat, yaitu dengan objek penelitian strategi dakwah dalam
konteks pembaruan dan subjek penelitian PC Persis Purwakarta.
2. Makhsis Sakhabi DJ, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
lulusan tahun 2010, dengan judul “Gerakan Dakwah dalam Konteks
Islam Modern Menurut Prof. Dr. Din Syamsuddin”. Perbedaan skripsi
tersebut terletak pada pendekatan sosio-historis dengan Prof. Dr. Din
Syamsuddin sebagai sampel penelitiannya. Skripsi ini mencoba
mengulas gerakan dakwah Islam dalam konteks kemodernan serta
mendalami pemahaman dakwah Islam modern menurut Din
Syamsuddin, sebagai bagian dari upaya menyeragamkan implementasi
dakwah Islam agar tercapai sasaran dakwah tepat pada medannya.
Selain itu, kajian ini juga ingin melihat bagaimana dakwah Islam
menghadapi isu-isu Islam modern, bagaimana gerakan dakwah Islam
menjadi solusi bagi krisis spiritual, moral dan social bangsa, serta
bagaimana format ideal gerakan dakwah Islam modern.
3. Indra Dita Puspito, Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
lulusan tahun 2011, dengan judul skripsi “Strategi Dakwah Generasi
Muda Masjid Al-Hikmah (GEMA) dalam meningkatkan nilai-nilai
keislaman para pemuda di kampong areman Cimanggis Depok”.
Skripsi ini membahasd bagaimana strategi dakwah dari generasi muda
masjid Al-Hikmah (GEMA) sebagai sampel penelitiannya.
Pembahasan strategi dakwah di sini bersifat umum, berbeda dengan
dakwah pembaruan yang penulis angkat pada penelitian ini. Dengan
15
demikian, penelitian yang penulis angkat sangat berbeda dengan
penelitian sripsi stersebut.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, berikut
rincian pembahasannya.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini memuat latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tentang pengertian strategi dakwah,
proses tahapan strategi, dan pengertian pemikiran
pembaruan agama.
BAB III PROFIL PC PERSIS PURWAKARTA
Bab ini membahas tentang gambaran umum PC Persis
Purwakarta, termasuk gambaran umum aktivitas dan
perkembangannya.
BAB IV STRATEGI DAKWAH PERSATUAN ISLAM
DALAM KONTEKS PEMBARUAN DI PERSATUAN
ISLAM CABANG PURWAKARTA
Bab ini mengemukakan hasil analisis pada penelitian ini,
yaitu tentang bagaimana strategi dakwah pembaruan
Pimpinan Cabang Persatuan Islam Purwakarta. Bagaimana
16
Perumusan, Implementasi, dan Evaluasi Strategi Dakwah
Pembaruan, termasuk kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan Pimpinan Cabang Persatuan Islam Purwakarta
dalam berdakwah di Purwakarta.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi Dakwah
1. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari kata Yunani Kuno, yaitu strategos yang sering
digunakan dalam istilah militer yang berarti suatu cara untuk memenangkan
suatu pertempuran.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), strategi artinya ilmu
dan seni menggunakan sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijakan
tertentu dalam perang dan damai. Atau rencana yang cermat mengenai kegiatan
untuk mencapai sasaran khusus, atau juga berarti sesuatu yang dikerjakan demi
kelancaran komunikasi.2
Secara umum, strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar
haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan,
penetapan strategi harus didahului oleh analisis kekuatan lawan yang meliputi
jumlah personal, kekuatan dan persenjataan, kondisi lapangan, posisi musuh,
dan sebagainya.3
Dalam manajemen (management strategy), strategi adalah suatu proses
yang berkenaan dengan penentuan arah masa depan suatu organisasi dan
1 Veithzal Rifai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: Dari Teori ke
Praktek (Jakarta: Murai Rencana, 2006), h. 85. 2 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007) ed. Ke-3, h. 1092. 3 Abu Ahmad, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 11.
18
pelaksanaan keputusan dalam rangka mencapai sasaran jangka pendek dan
jangka panjang organisasi.4
Menurut William F. Gluek, strategi adalah rencana yang dipersatukan,
komprehensif, terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis
perusahaan atau lembaga terhadap tantangan lingkungan dan yang dirancang
untuk meyakinkan bahwa saran dasar perusahaan akan dicapai dengan
pelaksanaan yang tepat oleh organisasi tersebut.5
Sedangkan menurut Achmad Rukhy, strategi adalah sebuah proses yang
sistematis dan berkesinambungan dimana orang membuat keputusan-keputusan
tentang tujuan yang ingin dicapai pada masa depan dan bagaimana tujuan
tersebut harus dicapai dan bagaimana pula keberhasilan akan diukur.6
Dalam perspektif terminologis, Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy,
M.A., mengatakan bahwa
“Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning)dan manajemen untuk mencapoai suatu tujuan, akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya”.7
Sedangkan Dr. Fuad Amsyari, mengatakan “bahwa dalam pengertian
dasarnya, strategi dan taktik adalah metode atau taktik untuk memenangkan
suatu persaingan. Persaingan itu berbentuk suatu pertempuran fisik untuk
merebut suatiu wilayah dengan memakai senjata dan tenaga manusia.
Sedangkan dalam bidang non-militer, strategi dan taktik adalah suatu cara atau
4 Veithzal Rifai, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: Dari Teori ke Praktek, h. 84.
5 William F. Gluek, Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan (Jakarta: Erlangga, 1989), ed. Ke-2, h. 24.
6 Mulkanasir, Strategik Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia, Jurnal Dakwah dan Komunikasi, edisi 2 Desember 2006, h. 276.
7 Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992) cet. Ke-4, h. 32.
19
tekhnik untuk memenangkan suatu persaingan anatara kelompok-kelompok
yang berbeda orientasi hidupnya.”8
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kata strategi banyak
diadopsi dan diinterpretasikan sesuai ilmu-ilmu yang berkaitan. Begitu pun
Ilmu Dakwah, menurut Fuad Amsyari, strategi merupakan bagian dari Islam,
atau dengan kata lain islam merupakan manifestasi dari kata strategi itu sendiri,
yaitu strategi manusia untuk dapat hidup bahagia lahir dan batin. Oleh karena
itu, strategi tidak seharusnya bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam itu
sendiri.
2. Pengertian Dakwah
Kata dakwah merupakan bentuk masdar dari kata da’aa, yad’uu,
da’watan (dakwah), yang berarti ajakan. Secara etimologi, dalam kamus
bahasa Arab al-Munawwir, kata dakwah berarti:
“doa, panggilan, seruan, ajakan, undangan, atau permintaan”.9
Selain itu, dakwah secara bahasa diartikan sebagai berikut:
a. Nida (panggilan), perupakan seruan, panggilan, atau ajakan.
b. Mendorong kepada sesuatu.
c. Mengajak kepada sesuatu yang ingin diadakan atau dihindarkan, benar
atau salah.
d. Upaya melalui perkataan atau perbuatan untuk memengaruhi orang lain
agar mengikuti satu madzhab atau agama.
e. Memohohn dan meminta. 10
8 Fuad Amsyari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia (Bandung: Mizan, 1990),
cet. Ke-1, h. 40. 9 A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Lengkap (Jakarta: Pustaka
Progresif, 1997), cet. Ke-14, ed- ke-2, h. 407.
20
Sedangkan secara terminologi meliputi upaya lewat ucapan dan
perbuatan untuk Islam, menerapkan manhaj-nya, meyakini akidahnya dan
melaksaksanakan syariatnya.11 Menurut M. Quraisy Shihab, sebagaimana
dikutip oleh Anwar Arifin, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsafan
atau usaha mengubah situasi kepada yang lebih baik dan sempurna terhadap
individu dan masyarakat.12
Sementara Toha Yahya Umar berpendapat bahwa dakwah islamiyah
adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar
sesuai perintah Allah, untuk kemashlahatan dan kebahagiaan dunia dan
akhirat.13 Sedangkan H. Sudirman menegaskan bahwa pada dasarnya dakwah
adalah mengajak manusia berbuat yang ma’ruf dan mencega yang munkar
dalam arti merubah manusia ke situasi yang lebih baik dalam kehidupan.14
Da’i merupakan orang yang melakukan ajakan tersebut, baik seruan
kepada kebenaran atau bahkan kesesatan. maksudnya, setiap da’i berangkat
dari pemahannya masing-masing yang berbeda satu sama lain, bahkan ketika
dia mengajak kepada bid’ah, madzhab, atau agama. Sedangkan Rasulullah
adalah da’i yang mengajak kepada tauhid, menaati dan mengikuti syariatnya.
Umat Islam adalah umat risalah dan dakwah yang memiliki tujuan dan
sasaran dalam kehidupannya. Allah menyebut mereka dengan,
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
10 Taufik al-Wa’iy, Dakwah ke Jalan Allah: Muatan, Sarana & Tujuan, editor: Muhith
M. Ishaq (Jakarta: Robbani Pers, 2010), h. 10. 11 Taufik al-Wa’iy, Dakwah ke Jalan Allah: Muatan, Sarana & Tujuan, editor: Muhith
M. Ishaq, h. 12. 12 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2011), h. 36. 13 Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Wijaya, 1983), h. 1. 14 H. Sudirman, Problematika Dakwah di Indonesia (Jakarta: Pusat Dakwah Islam
Indonesia, 1972), h. 47.
21
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (Ali-Imron: 110)
Setiap umat yang berada di ambang kehancuran dan terancam
kehilangan eksistensi dan pengaruhnya, pasti diawali oleh ketidakberadaan,
atau bahkan keberadaannya seperti tidak ada, (wujuuduhu ka ‘adamihi)seorang
da’i yang berfungsi menyampaikan risalah Allah SWT. Ia kehilangan
sentuhannya, lirih suaranya, rancu risalahnya, kehilangan tujuan utamanya, dan
hancur peninggalannya.
Memiliki seorang da’i merupakan suatu kebutuhan utama, baik itu bagi
agama, ataupun umat sebagai mad’u yang diseru. Da’i sebagai orang yang
berilmu, yang ditinggikan derajatnya oleh Allah, mempunyai tanggung jawab
besar untuk menyebarkan risalah-Nya, memberikan pemahaman
keagamaannya, mengajak manusia untuk mentauhidkan Allah, amar ma’ruf
dan nahiy munkar.
Kemudian ia mempunyai kewajiban agar agama-Nya tidak lagi asing
seperti di awal kedatangannya. Menghidupkan nilai-nilai idealismenya,
memperbarui diri, membersihkan langkah-langkahnya, dan memperbaiki
kekurangan-kekurangannya. Dan yang paling penting adalah menjaga agama-
Nya dari hal-hal yang membahayakan dan membinasakan.
Kewajiban dakwah sempat diperdebatkan oleh para mufassir, apakah
dakwah itu wajib ‘ain ataukah wajib kifayah.15 Namun, pada saat ini dakwah
15 Wajib ‘ain berarti wajib bagi setiap orang untuk melakukannya. Sedangkan wajib
kifayah berarti jika ada sebagian kalangan telah melakukannya, yang lain gugur kewajibannya. Taufik al-Wa’iy, Dakwah ke Jalan Allah: Muatan, Sarana & Tujuan, editor: Muhith M. Ishaq, h. 77.
22
adalah wajib ‘ain pada setiap level dab stratanya, sesuai dengan ilmunya.16
Setiap orang dapat menyerukan Islam dengan caranya masing-masing. Dengan
demikian, potensi untuk menyampaikan risalah Islam dimiliki siapapun tanpa
terkecuali sesuai dengan tingkat kesanggupannya dan itu menjadi sebuah
keharusan bagi setiap individu.
3. Pengertian Strategi Dakwah
Menurut Samsul Munir, strategi dakwah merupakan siasat, metode,
taktik, atau manuver yang digunakan dalam aktivitas kegiatan dakwah.17
Onong Uchjana Effendy berkaitan dengan strategi komunikasi, bahwa strategi
dakwah bisa diartikan sebagai perpaduan dari perencanaan dan manajemen
dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Dan untuk mencapai tujuan itu,
pendekatan strategi bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan
kondisi.18
Tujuan dakwah akan tercapai jika strategi dakwahnya terstruktur dan
sistematis. Strategi dakwah yang digunakan dalam usaha dakwah harus
memperhatikan beberapa asas, diantaranya:
a. Asas Filosofis
Asas ini terutama membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan
tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau dalam aktivitas
dakwah.
16 Taufik al-Wa’iy, Dakwah ke Jalan Allah: Muatan, Sarana & Tujuan, editor: Muhith
M. Ishaq, h. 83. 17 Samsul Munir Amin, MA, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam (Jakarta: Amzah,
2008), H. 11-12. 18 Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007) cet. Ke-21, h. 32.
23
b. Asas Kemampuan dan Keahlian Da’i (Achievement and Professional)
Asas ini mengenai kepribadian da’i yang mencakup sifat, sikap dan
kepribadian diri pribadi seorang da’i. Sukses tidaknya dakwah yang
dibawakannya akan sangat bergantung pada konsep diri seorang da’i.
c. Asas Sosiologi
Asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan
kondisi sasaran dakwah. Misalnya, politik pemerintah setempat, mayoritas
agama di daerah setempat, filosofis sasaran dakwah. Sosio kultural sasaran
dakwah dan sebagainya.
d. Asas Psikologi
Asas ini terkait dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah manusia,
begitupun sasaran dakwahnya yang memiliki karakter (kejiwaan) yang
unik yakni berbeda satu sama lain. Apalagi masalah agama, yang
merupakan kepercayaan (rohaniah) tak luput dari masalah-masalah
psikologis sebagai asas dakwahnya.
e. Asas Efektifitas dan Efisiensi
Asas ini menjelaskan bahwa aktivitas dakwah harus ada keberimbangan
antara biaya, waktu, maupun tenaga yang dikeluarkan dengan hasil yang
dicapai, yaitu keberhasilan dakwahnya. 19
19 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
32.
24
B. Proses Tahapan Strategi
Sebelum mengetahui tiga tahapan utama dari sebuah strategi,
hendaknya dilakukan perencanaan strategis terlebih dahulu agar dapat
menimbang keunggulan dan kelemahan yang dimiliki organisasi tertentu.
1. Perencanaan Strategis
Zaini Muchtarom menyatakan bahwa perencanaan strategis
mengembangkan metode penyusunan yang menitikberatkan pada
penyesuaian lingkungan dan belajar dari pengalaman. Organisasi dakwah
dihadapkan pada peluang dan tantangan dalam berdakwah guna
menentukan posisi dari organisasi. Dengan mengetahui keduanya,
organisasi dakwah akan mengetahui dimana letak kekuatan utamanya dan
dimana celah kelemahannya. Pendekatan ini disebut dengan pendekatan
analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, and Threat)20
Endang Saefuddin Anshori mengatakan bahwa dalam menyusun
strategi ada tujuan hal pokok yang harus diperhatikan:
a. Dasar: Asas Teori Ajaran Tertentu.
b. Tujuan
c. Personal (Pimpinan dan Anggota)
d. Tempat atau Medan
e. Cara
f. Waktu
20 Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah (Yogyakarta: Al-Iman Press,
1996), h. 70.
25
g. Peralatan21
Adapun tahapan dasar perencanaan strategis menurut Zaini
Muchtarom meliputi:
a. Persiapan
b. Mempertegas Visi dan Misi
c. Menilai Lingkungan
d. Menyepakati Prioritas-prioritas
e. Penulisan Rencana Strategis
f. Melaksanakan Rencana Strategis
g. Memantau dan Mengevaluasi22
Tahapan dasar tersebut hendaknya diiringi langkah-langkah yang
menurut Zaini Muchtarom, di antaranya adalah:
a. Menentukan usaha yang sesuai dengan keadaan. Menetapkan bentuk
kegiatan dakwah atau jenis materi dakwah dengan kebutuhan nyata
masyarakat sehingga benar-benar memenuhi apa yang dibutuhkan
mitra dakwah atau mad’u.
b. Mengadakan segmentasi mad’u. Mengelompokkan mad’u agar dapat
diketahui dan dipahami dengan jelas perbedaan dan kebutuhan
masing-masing lapisan, sehingga dapat diciptakan rumusan yang
memenuhi kebutuhan sekaligus memanfaatkan kekuatan yang ada.
21 Endang Saefuddin Anshari, Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran tentang Islam dan
Umatnya (Jakarta: CV Rajawali, 1986), ed. ke-2, cet. ke-1, h. 22. 22 Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, h. 70.
26
c. Menentukan strategi persaingan.
Dakwah menggunakan semangat persaingan, berlomba-lomba dalam
kebaikan diwujudkan dalam bentuk yang menarik sehingga tercipta
keunggulan dalam berdakwah.
d. Menentukan alokasi sumber daya.
Mengalokasi sumber daya yang ada sesuai dengan kebutuhan sehingga
potensi organisasi benar-benar termaksimalkan.
e. Menghadapi ketidaktentuan.
Menyiapkan beberapa skenario alternatif dalam melakukan dakwah
sehingga segala kemungkinan yang dihadapi di medan dakwah dapat
terpecahkan dengan baik. 23
2. Tiga Proses Tahapan Strategi
Bambang Hariadi membagi proses tahapan strategi ke dalam tiga
tahapan proses yaitu perumusan strategi, implementasi strategi, dan
evaluasi strategi.24
a. Perumusan Strategi (Strategy Formulation)
Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke
depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi,
menetapkan tujuan strategis dan kemampuan organisasi, serta
merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut.25
23 Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, h. 70-72. 24 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisnis
(Malang: Bayu Media Publishing, 2005), h. 5. 25 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisnis
(Malang: Bayu Media Publishing, 2005), h. 5.
27
Menyusun strategi berarti mencari jalan untuk mencapai hasil yang
ditargetkan sesuai visi dan misi di dalam situasi organisasi serta
prospek yang dihadapi.26
Dengan demikian perumusan strategi itu meliputi,
1) Membangun visi dan misi organisasi
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, visi merupakan
kemampuan untuk melihat pada inti persoalan; pandangan;
wawasan.27 Sementara misi adalah tugas yg dirasakan orang sebagai
suatu kewajiban untuk melakukannya demi agama, ideologi,
patriotisme, dan sebagainya.28
Membangun visi dan misi merupakan hal dasar yang wajib
dilakukan setiap organisasi karena ini menyangkut ideologi
organisasi dan akan menentukan arah gerak organisasi tersebut. Ini
merupakan proses penting bagi sebuah organisasi dalam
merumuskan strategi apa yang akan dilancarkannya.
2) Menetapkan tujuan strategis dan kemampuan organsasi
Tujuan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
arah, haluan (jurusan).29 Sementara kemampuan adalah suatu
kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan.30
Setelah membangun visi dan misi organisasi, hal penting
selanjutnya dalam membuat sebuah strategi adalah menetapkan
tujuan dan mengetahui sejauh mana kemampuan organisasi
26 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisnis, h. 8-9. 27 http://Kbbi.web.id 28 http://Kbbi.web.id 29 http://Kbbi.web.id 30 http://Kbbi.web.id
28
tersebut. Menimbang dan membuat pemetaan kemampuan
organisasi merupakan tahap yang sangat fundamental mengingat ini
akan dijadikan rujukan dan patokan sebuah organisasi dalam
melanggengkan tujuannya. Dalam hal ini, biasanya sebuah
organisasi dapat melakukan sebuah pendekatan yang disebut
dengan pendekatan analisis SWOT (Strenght, Weakness,
Opportunity, and Threat).31
3) Merancang strategi untuk mencapai tujuan
Setelah diketahui apa visi, misi dan tujuan dari sebuah organisasi,
maka langkah selanjutnya adalah merancang yakni mengatur segala
sesuatu sebelum bertindak, mengerjakan, atau dalam hal ini
membuat sebuah strategi untuk mencapai apa yang telah ditargetkan
dalam tujuan orgnaisasi tersebut.
b. Implementasi Strategi (Strategy Implementation)
Implementasi strategi adalah proses dimana strategi dan kebijaksanaan
dijalankan melalui pembangunan struktur, pengembangan program,
budget, dan prosedur pelaksanaan. Ini merupakan tahap yang paling
sulit mengingat banyaknya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan di lapangan dan mungkin juga tidak sesuai dengan
perkiraan awal.32
Jika merujuk pada proses implementasi di atas, maka ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam melakukan implementasi strategi, yaitu:
31 Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah (Yogyakarta: Al-Iman Press, 1996), h. 70.
32 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisnis, h. 13.
29
1) Pembangunan struktur
2) Pengembangan program
3) Budget, dan
4) Prosedur pelaksanaan
c. Evaluasi dan Pengendalian Strategi (Strategy Control)
Evaluasi dan Pengendalian Strategi adalah suatu proses dimana
aktivitas dan hasil kerja dimonitor sehingga kinerja yang sesungguhnya
dapat dibandingkan dengan kinerja yang diharapkan. Jika terlihat ada
penyimpangan maka harus segera diidentifikasi sebab-sebabnya untuk
kemudian dikoreksi.33
C. Pemikiran Pembaruan Islam
Pemikiran mengenai pembaruan Islam tidak terlepas dari dua corak
pemikiran yang saling terkait namun berbeda latar belakang terbentuknya.
Pertama, corak pemikiran yang lebih ke arah puritanisme atau
fundamentalisme, dan kedua bercorak modernisme. Pemikiran yang pertama
dipelopori oleh Muhammad Ibn ‘Abd al-Wahab,34 sementara pemikiran
modernis diungkapkan oleh Jamaluddin al-Afgani dan Muhammad Abduh.35
Howard M. Federspiel menyatakan bahwa ada tiga hal yang menjadi
perhatian umat Islam pada abad ke-20 menjelang munculnya gerakan
33 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisnis, h. 14. 34 Menurut Muhammad Ibnu ‘Abd al-Wahab, ajaran tarekat dan animisme merupakan
dua hal yang menyebabkan kemunduran di dunia Islam. Kedua hal tersebut menyebabkan rusaknya tauhid umat Islam karena tidak lagi memohon dan meminta pertolongan langsung kepada Allah, melainkan membutuhkan perantara seperti wali dan benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan ghaib. Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah”, h. 38.
35 Menurut Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-Afghani umat Islam mundur karena sifat jumud, yang membuat mereka pasrah akan segala sesuatu, termasuk pemahaman mereka yang keliru tentang qadha’ dan qadar. Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah”, h. 39.
30
pembaruan Islam di Indonesia: (1) Menjawab tantangan kebudayaan lokal non-
muslim, (2) memegang teguh pada keyakinan dan amalan Islami, dan (3)
menyesuaikan diri dengan pikiran dan teknologi modern.36
Atas dasar itu, umat Islam di Indonesia pun merespon dengan berbagai
macam cara. Pertama, kelompok yang mencontoh kaum sekularis Barat yang
menganggap agama hanya sekedar masalah keyakinan dan peribadatan yang
sifatnya pribadi yang hanya memberikan pengaruh moral dan etis pada
masyarakat dan pemerintah. Kedua, kelompok yang mengidentikkan diri
dengan nilai-nilai religius asli Asia Tenggara dan dengan hukum adat
kebiasaan setempat lalu meleburkan peribadatan dengannya. Ketiga,
kelompok yang mengidentifikasikan diri mereka dengan keyakinan dan
peribadatan serta jurisprudensi Islam Timur Tengah tradisional, dan berusaha
agar budaya lokal dan pemikiran modern sesuai gagasan mereka.37
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa konteks
pembaruan dalam agama Islam terdiri dari dua pemikiran:
1. Modernisasi
Menurut Harun Nasution dan H. Endang Saifuddin Anshari,38
Pembaruan di sini bermakna gerakan dan usaha untuk merubah
paham-paham, adat istiadat, institusi lama untuk disesuaikan dengan
suasana baru yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi
36 Federspiel, Howard M., Persatuan Islam, Islamic Reform in Twentieth Century
Indonesia (New York: Modern Indonesia Project Southeast Asia Program, Cornell University, 1970), h. iii.
37 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah”, h. 40.
38 Lihat Harun Nasution, “Pembaruan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan”, Jakarta: Bulan Bintang, 1982 hlm.9 dan Endang Saifuddin Anshari, “Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran tentang Islam dan Umatnya”, Bandung: Pustaka, 1983 hlm.72.
31
modern. Istilah ini pun dimaksudkan memperbarui agama, meski
begitu ini tidak bermaksud sama dengan Enlightmen atau The Age of
Reason yang bersifat pemujaan akal dan ilmu.
2. Purifikasi
Pembaruan dalam konteks purifikasi mengandung arti semangat
pemurnian ajaran untuk mengembalikan Islam kepada Qur’an dan
Sunnah serta membersihkan ajaran Islam dari apa yang mereka sebut
sebagai bid’ah, takhayyul, dan khurafat. 39
Jika bertitik tolak pada kedua konteks di atas, maka konteks
pembaruan yang dipegang Persatuan Islam merupakan pembaruan untuk yang
dimaksudkan untuk mengembalikan Islam kepada ajaran Qur’an dan Sunnah
atau dengan kata lain Purifikasi.
Hal ini berkenaan dengan konteks pembaruan dalam ayat Al-Qur’an
dan Hadist Nabi, yang disebut dengan istilah jadid dan dalam bentuk kata
kerja (fi’il) seperti jaddada, yujaddidu ataupun tajdiidan. Di dalam al-isra: 49-
51 diterangkan bahwa Allah akan mengembalikan manusia seperti sedia kala.
Ia akan mematikannya, lalu menghidupkan kembali. Dari ayat ini dipahami
bahwa pembaruan (tajdid) kejadian, adalah membangkitkan, menghidupkan,
dan mengulangnya kembali seperti pertama kali diciptakan.40 Pembaruan
kejadian pada ayat tersebut adalah menghidupkan dan membangkitkan
kembali seperti sediakala, setelah menghilang, kehilangan jejak, dan punah.
39 Deliar Noor, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: LP3ES, 1980),
h. 36. 40 Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), cet. Ke-1, h.
127.
32
Menurut Yusuf Qardhawi dalam bukunya “Min Ajli Shahwatin
Raasyidah: Tujaddiduddiin…wa Tanhadhu bid-Dunya”, yang diterjemahkan
oleh Rusydi Helmi, pembaruan dalam kaitannya dengan agama Islam bisa
berarti satu diantara dua definisi berikut.
Pertama, merupakan manhaj Ilahiyah yang diwahyukan Allah kepada Rasulullah saw. Bersama kitab-Nya, yang menyangkut akidah, ibadah, akhlak, dan syariah. Itu semua dimaksudkan untuk mengatur hubungan antara hamba dengan Rabb-nya dan hubungan manusia dengan manusia lainnya.41 Makna semacam ini mengacu pada dasar agama yang statis, tidak bisa diubah dan diperbarui, karena agama merupakan sebuah hakikat dan keniscayaan. Kedua, kondisi hidup manusia dalam hubungannya dengan makna yang pertama, baik pikiran, perasaan, amal maupun akhlak. Dalam makna semacam ini, agama (iman) selalu berubah, kadang bertambah dan kadang berkurang, kadang kian lemah atau kian kuat, kadang lurus dan kadang bengkok. Kadang jernih dan kadang keruh. Semua itu tergantung pada pemahaman, ketekunan dan keteguhan seseorang dalam menjalankan ajaran agamanya.42 Makna semacam inilah yang membutuhkan pembaruan.
“Iman itu sungguh-sungguh diciptakan dalam rongga masing-masingmu seperti sebuah baju diciptakan. Karena itu mintalah kepada Allah supaya Ia memperbaharui iman di dalam hatmu.” (HR ath-Thabrani dari Ibn Umar)
Dalam hadist ini dapat ditangkap tiga pengertian yang saling
berhubungan dalam kaitannya dengan tajdid atau pembaruan. Pertama, iman
masuk dan menetap dalam hati seseorang. Kedua, keadaan iman tersebut
rusak dan usang seperti pakaian yang juga rusak. Ketiga, meningkatkan doa
kepada Allah SWT (disertai dengan berbuat amal saleh) agar ia memperbarui
iman tersebut seperti sedia kala.43
“Sesungguhnya Allah SWT akan mengutus untuk umat ini, di penghujung setiap seratus tahun, orang yang memperbaharui agama untuknya.” (HR ath-Thabrani dari Abu Hurairah)
41 Yusuf Qardhawi, Membangun Masyarakat Baru, Penerjemah: Rusydi Helmi (Gema
Insani Press: Jakarta, 1997), cet. Ke-1, h. 39. 42 Yusuf Qardhawi, Membangun Masyarakat Baru, Penerjemah: Rusydi Helmi, h. 40. 43 Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual (Gema Insani Press: Jakarta, 1998), cet. Ke-1, h.
128.
33
Menurut al-Azizi, yang mensyarah kitab Al-Jami’ ash-shaghiir, dari al-
Alqami, makna tajdid adalah menghidupkan amaliah qur’an dan sunnah yang
telah diabaikan, dan menganjurkan umat untuk melaksanakan keduanya.44
Mengenai idiom yujaddidu (memperbarui), al-Manawi sebagaimana
dikutip oleh Yusuf Qardhawi, berkata bahwa:
“tajdid adalah membersihkan sunnah dari segala macam bid’ah, memperbanyak ilmu dan membantu para penuntutnya, serta menghancurkan para penghancur dan pelaku bid’ah.”45
Jika merujuk pada beberapa pernyataan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa tajdid ialah memperbarui apa yang telah usang serta
mengembalikannya kepada wujud asalnya seperti sedia kala. Tujuannya agar
terlihat baru kembali, yaitu dengan memperkuat seluruh bagiannya,
memperbaiki yang telah usang dan rusak, sehingga nampak, atau paling tidak
mendekati, bentuknya semula. Jadi, pembaruan di sini tidak berarti merubah
karakter yang lama atau mengganti dengan sesuatu yang baru (modern),
karena yang semacam ini tidak bisa disebut pembaruan.
Namun begitu, saat ini terjadi pergulatan pemikiran mengenai konsepsi
pembaruan antara kaum muda dan kaum tua. Hal ini menjadi diskursus
tersendiri dalam gejolak pemikiran di internal Persis. Agar pembahasan hasil
penelitian ini sampai kepada maksud dan tujuan penelitian ini, maka
sebagaimana ditulis dalam pembatasan dan perumusan masalah penelitian ini,
fokus penelitian ini adalah bagaimana strategi dakwah pembaruan PC Persis
Purwakarta. Namun untuk sampai kepada hal tersebut, perlu kiranya penulis
gambarkan pemikiran pembaruan keagamaan Persis terlebih dahulu. Hal ini
44 Yusuf Qardhawi, Membangun Masyarakat Baru, Penerjemah: Rusydi Helmi, h. 40. 45 Yusuf Qardhawi, Membangun Masyarakat Baru, Penerjemah: Rusydi Helmi, h. 41.
34
sangat penting sebagai referensi dan rujukan konten dakwah Persis. Setelah
itu, penulis akan menyampaikan beberapa dasar pemikiran yang dicita-citakan
kaum muda terhadap Persis secara umum.
Berikut ini adalah beberapa dasar pemikiran pembaruan keagamaan
Persis secara umum:
1. Pemikiran di Bidang Teologi
a. Konsep wali dan kaitannya dengan tawassul
Salah satu diskursus yang menarik minat Persis di seputar pembahasan
teologi, justru berupa kritisi tentang konsep wali dan kaitannya dengan
tawassul yang biasanya erat dengan kaum Islam Tradisional ketimbang
konsep teologi itu sendiri. Persis memang dikenal senang merespon
pemikiran keagamaan khususnya yang dirasa tidak sesuai dengan
konsepsi pemikiran Persis itu sendiri.
Secara bahasa, tawassul artinya mendekat kepada yang dituju serta
mencapainya dengan keimanan yang kuat. Pada praktiknya, tawassul
adalah berdoa lewat perantara, baik berupa orang ataupun benda.46
Pada intinya, Persis beranggapan bahwa musyrik hukumnya bagi
siapapun yang berdoa lewat perantara orang yang telah meninggal
dunia, baik itu setingkat Nabi atau Wali. Tawassul dibenarkan jika
meminta kepada yang masih hidup.
b. Konsepsi qadha dan qadhar
Persis meyakini bahwa persoalan qadha dan qadhar merupakan bagian
dari kemahaesaan Allah. Takdir Allah menjelma dalam rupa hukum-
46 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah”, h. 91.
35
Nya (sunnatullah) atau hukum sebab-akibat yang pasti berlaku
termasuk di dalamnya kebebasan berkehendak dan berbuat bagi
manusia (free will and free act). Namun begitu, mereka tetap meyakini
bahwa pada akhirnya perbuatan manusia itu adalah ciptaan Allah. Oleh
karenanya, manusia wajib mempertanggungjawabkan amal
perbuatannya di sisi Allah.47
c. Konsepsi khurafat dan takhayul
Khurafat adalah suatu ketentuan tentang sebuah cara upacara yang
waktu dan tempatnya tidak diatur oleh akal, tidak menghukumkan
wajib atau sunnat, pelakunya tidak mengharapkan ganjaran, namun
hanya berdasarkan ketakutan akan sesuatu yang ghaib belaka.
Sedangkan takhayul merupakan gambaran dalam pikiran yang
dasarnya berasal dari kebiasaan nenek moyang.48 Persis meyakini
bahwa perbuatan ini merupakan bagian dari syirik kepada Allah dan
telah merusak nilai-nilai ketauhidan yang semata-mata harusnya
ditujukan hanya kepada Allah. Kepercayaan-kepercayaan ini berasal
dari kepercayaan Animisme, yakni kepercayaan kuno bangsa
Indonesia. Di samping itu, Persis juga tidak membenarkan adanya
tradisi-tradisi yang telah diakulturasi kepada agama yang telah
mengakar, di Indonesia khususnya, karena berasal dari agama lain.
d. Lain-lain
47 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada
Al-Qur’an dan Al-Sunnah”, h. 96. 48 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada
Al-Qur’an dan Al-Sunnah”, h. 96.
36
Persis sangat concern dengan dasar ketauhidan yang absolut dan hal-
hal yang membuat seseorang telah melakukan perbuatan syirik.
Sebagaimana dijelaskan A. Hassan dalam Kitab At-Tauhid, yang
menjabarkan hal-hal yang membuat seseorang telah melakukan
perbuatan syirik sebanyak 23 perkara, seperti diantaranya termasuk
takut kepada sesuatu melebihi takut kepada Allah, menerima
keputusan guru-guru, ulama-ulama dalam urusan agama tanpa disertai
dalil dari Qur’an dan Hadis, beribadah tanpa keterangan dari Allah,
menganggap kayu dan kuburan mempunyai berkat, tunduk,
merendahkan diri kepada kuburan, batu, kayu, dan besi yang dianggap
keramat, beribadah semata-mata ingin dipuji, bersumpah dengan nama
selain Allah, menghormat bendera, menganggap sesuatu itu sial,
menganggap semua agama itu baik, dan lain sebagainya.49
2. Pemikiran di Bidang Syariat
a. Konsepsi tentang sumber-sumber syariat
1) Al-Qur’an
Al-Qur’an dan hadis adalah dua sumber hukum Islam yang pokok,
sementara ijma’ dan qiyas pada hakekatnya tidak berdiri sendiri.
2) Hadis
Dalam ranah hadis, Persis memegang teguh ilmu hadis yang
dianggap sebagai dasar dan pijakan dalam menentukan hadis mana
yang bisa digunakan dan hadis mana yang tidak bisa digunakan.
Badri Khaeruman menyimpulkan bahwa:
49 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada
Al-Qur’an dan Al-Sunnah”, h. 99-102.
37
“Hadits, dari segi boleh dipakai dan tidaknya, dibagi tiga macam: 1) Hadits Maqbul, yang boleh diterima, atau dipakai, 2) Hadits Dha’if, lemah, dan 3) Hadits Mawdhu’, palsu. Sedangkan Hadits Maqbul ada tiga macam: 1) Hasan, 2) Shohih, dan 3) Ashhah, lebih shahih. Dalam hadists Ashhah ini termasuk Hadits Mutawattir, yakni hadits yang didengar langsung dari Nabi oleh orang banyak, sehingga betul-betul yakin bahwa hadits itu dari Nabi. Hadits Hasan boleh dijadikan alasan kalau tidak berlawanan dengan al-Qur’an, dengan Hadits Shohih atau Hadits Ashhah. Hadits Shiohih boleh dibuat dalil apabila tidak bertentangan dengan al-Qur’an atau dengan hadits Ashhah. Hadits Ashhah boleh dijadikan dalil jika tidak bertentangan dengan al-Qur’an.”
3) Ijtihad
Ijtihad dalam terminologi Persis, ijtihad bukanlah sumber utama
yang berdiri sendiri, namun merupakan salah satu metode alternatif
yang dapat diterima sebagai sumber ajaran syariat Islam. Beberapa
sumber atau metode untuk berijtihad itu sendiri, antara lain:
a) Ijma’
Ijma’ oleh A. Hassan sebagaimana dikutip di dalam Badri
Khaeruman, adalah suatu itikad tentang agama yang dikatakan
oleh sahabat-sahabat Nabi yang terkenal yang tidak dibantah
oleh sahabat-sahabat yang lain, oleh karena itu tidak
bertentangan dengan Qur’an dan Hadis yang shahih.50
Ijma’ diterima sebagai hukum Islam karena sahabat-sahabat
tersebut dipercaya tidak mungkin bersepakat untuk berdusta
atau menentukan hukum kalau tidak ada landasan yang berasal
dari Nabi meskipun tidak kita ketahui dan tidak sampai kepada
umat Islam di kemudian hari.
50 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah”, h. 111.
38
b) Qiyas
Qiyas merupakan mengambil hukum suatu perkara kepada
perkara yang lain. Dalam terminologi Pesis, qiyas hanya
berlaku bagi masalah sosial atau ibadah yang berkaitan dengan
sosial, namun tidak dibenarkan melakukan qiyas dalam hal
ibadah mahdhah.
Adapun alasan qiyas dibenarkan sebagai cara menentukan
hukum, karena 1) perintah Allah, 2) sesuai dengan Sunnah, 3)
sesuai dengan atsar sahabat, dan 4) masuk akal. Namun Persis
menolak qiyas dalam hal mahdhah karena itu berarti
penambahan baru dalam ibadah dan setiap ibadah yang selain
yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya adalah perkara bid’ah.
Sebagaimana Imam Syafi’i menyatakan bahwa
menganalogikan sesuatu dalam ibadah itu tidak bisa diterima,
“Laa Qiyaasa fil-ibaadah”.51
c) Istihsan dan Mashalih
Istihsan diartikan sebagai mengikuti hawa nafsu dan keinginan
subyektif yang hukumnyah haram. Istilah atau analogi membeli
kucing dalam karung mungkin paling tepat untuk
menggambarkan hal ini. Berdasarkan kaidah yang umum, jual
beli yang belum ada kejelasan ada atau tidak ada barangnya
sebenarnya tidak diperbolehkan. Namun, ada satu keterangan
hadis yang membolehkan dilakukannya Al-salamu atau
51 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada
Al-Qur’an dan Al-Sunnah”, h. 112.
39
pembelian timpah (uang dibayarkan lebih dahulu sedang
barangnya belum ada), maka jual beli seperti itu menjadi sah.
Sedangkan Maslahah Mursalah dalam terminologi Persis
diagambarkan sebagai mengambil resiko kecil untuk
menghindari bahaya yang lebih besar atau suatu pengorbanan
untuk mengecilkan bahaya. 52
d) Nasikh Mansukh
Nasikh mansukh adalah menghapuskan atau membatalkan
hukum yang sudah ada karena dianggap ada pertentangan satu
sama lain. Persis menanggapi perbedaan pendapat mengenai
adakah ayat Qur’an yang dimansukh dengan menyatakan
bahwa nasihkh mansukh hanya ada dalam hadis dan tidak ada
satu ayat al-Qur’an pun yang di mansukh.53
e) Tarjih
Tarjih atau menguatkan salah satu dari dua dalil yang sederajat
dengan tambahan yang tidak berdiri sendiri, merupakan salah
satu cara yang seringkali ditempuh ulama-ulama Persis dalam
mengambil sebuah kesimpulan dari suatu dalil.54
f) Ittiba’, Taqlid, dan Talfiq
Ittiba’ adalah menerima fatwa dari seseorang yang
menunjukkan dalilnya dari al-Qur’an, as-Sunnah maupun
52 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada
Al-Qur’an dan Al-Sunnah”, h. 113. 53 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada
Al-Qur’an dan Al-Sunnah”, h. 115. 54 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada
Al-Qur’an dan Al-Sunnah”, h. 116.
40
ijtihad ulama lain. Ittiba’ diperuntukkan bagi orang awam yang
tidak mampu berijtihad sendiri. lawan dari Ittiba’ adalah taqlid,
yang berarti meniru, menerima dan mengikuti suatu hukum
yang disampaikan seseorang tanpa alasan yang jelas dari
Qur’an ataupun Sunnah. A. Hassan berpandangan bahwa
bermadzhab sama sama maknanya dengan bertaqlid. Hal itu
dilarang oleh Allah, Rasul-Nya, sahabat, bahkan oleh imam-
imam yang ditaqlidi.55
Sedangkan talfiq yang mengandung penegertian bertaqlid
kepada beberapa madzhab di dalam satu urusan, ditentang oleh
Persis. Persis sendiri tidak mengikatkan diri dalam satu imam
madzhab dan memilih pendapat mana saja asal sesuai dengan
Qur’an dan Sunnah menurut pemahaman ulama Persis.56
b. Konsepsi tentang bid’ah
Dalam terminologi Persis, bid’ah dianggap sebagai sesuatu yang
merusak kemurnian syariat Islam.57 Dalam praktiknya, ketentuan-
ketentuan ibadah (mahdhah) yang ditetapkan dalam syariat merupakan
hak mutlak Allah. Baik penetapan itu berkaitan dengan bilangan
ibadah, waktu ibadah, maupun ketetapan lain, semuanya harus
berlandaskan sumber syariat Islam yaitu Qur’an dan Sunnah, selain itu
maka dianggap sebagai perilaku bid’ah.
55 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada
Al-Qur’an dan Al-Sunnah”, h. 117. 56 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada
Al-Qur’an dan Al-Sunnah”, h. 118. 57 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada
Al-Qur’an dan Al-Sunnah”, h. 122.
41
Adapun bid’ah dalam masalah sosial, Moenawar Cholil, salah seorang
ulama yang lama tergabung dalam Dewan Hisbah Persis, berkata
bahwa ada dua alternatif penetapan. Pertama, jika hal tersebut
berkaitan dengan adat dan terbukti di dalamnya terdapat ruh ibadah,
maka perbuatan tersebut tergolong kepada bid’ah. Jika adat tersebut
tidak ada kaitannya dengan syariat sama sekali maka perbuatan bid’ah
tersebut tidak dianggap keji.58
c. Konsepsi tentang furu’ dan khilafiyah
Pada perkembangannya, Persis justru mendapati dirinya dikritik keras
karena dianggap hanya mempersoalkan masalah-masalah kecil seputar
ushalli, membaca qunut dalam sholat shubuh, membaca surat Yasin
dan tahlil di malam kematian seseorang, Mawludan, dan Nisfu
Sya’ban. Namun Persis tidak menganggap hal-hal ini sebagai hal yang
sepele, namun justru menganggapnya sangat penting. Karena persoalan
iabadah tersebut dianggap sebagai urusan Tuhan dan manusia hanya
sebagai pengamalnya dan tidak berhak sama sekali untuk menambah
ataupun mengurangi sesuatu pun. Jamaah Persis beranggapan bahwa
ini menyangkut diterima tidaknya ibadah yang dilakukan manusia dan
ke neraka atau tidaknya karena mengerjakan perbuatan tersebut.59
Pertentangan yang terjadi di tubuh umait Islam seputar bermadzhab
dipandang jamaah Persis sebagai hal yang seharusnya hanya dijadikan
bahan pertimbangan, ditinjau ulang dan dikembalikan pada dasar
58 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada
Al-Qur’an dan Al-Sunnah”, h. 123. 59 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada
Al-Qur’an dan Al-Sunnah”, h. 125.
42
hukum asal yaitu Qur’an dan Sunnah. Karena sifat ijtihadi yang
terdapat dalam keempat pandangan imam-imam tersebut mengandung
makna benar dan salah. Apalagi, jika ikhtilaf tersebut malah
mendatangkan rasa dengki antara pengikut imam-imam tersebut.
Padahal imam-imam tersebut sudah mengimbau jika pendapat mereka
bertentangan dengan Qur’an dan Sunnah maka tidak perlu diikuti.60
Di sisi lain, kaum muda Persis justru mengajak kaum tua Persis
untuk merekonstruksi pemikiran pembaruan (fikratut tajdid)
keberagamaan Persis di atas yang menurut mereka tidak lagi
mencerminkan substansi pembaruan yang benar-benar dibutuhkan pada
saat ini.
Endang Sirojudin Hafiz mengungkapkan bahwa kunci tajdid dien
adalah mengerti dan paham atau yang dalam terminologi Islam disebut
fiqh. Fiqih (pengertian atau pemahaman) di sini sesuai dengan apa yang
ditunjukkan al-Qur’an dan Sunnah, yaitu Fiqh tentang jagat raya (fiqh
kaun) dan Fiqh tentang agama (fiqh dien). Fiqh kaun ialah memahami
ciptaan Allah, sedangkan fiqhuddien bermakna memahami syariat-Nya.
Perkembangan ilmu-ilmu Islam saat ini dinilai mandek karena
kurang apresiatif terhadap fiqh kaum dan fokus penekanannya lebih
kepada aspek ritual atau fiqh dien. Akibatnya etos untuk menguasai ilmu
pengetahuan menurun dan yang terjadi adalah justru kita malah sibuk
mencari hukumnya.
60 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada
Al-Qur’an dan Al-Sunnah”, h. 127.
43
Menganggap bahwa segala sesuatunya harus berlandaskan ibadah
tentu sangat baik, namun harus diikuti dengan gerak ke samping dan
mengembangkan ilmu-ilmu Islam untuk kepentingan kemanusiaan,
membangun konsesnsus dan menjadi solusi bagi pemecahan sosial
kemasyarakatan. Atas dasar itu, kaum muda Persis menantang kaum tua
untuk berani mengubah tafsir lama, fiqh lama, teologi lama, dan semua
unsur Islam yang telah membeku. Bukan dengan maksud mengubah Islam,
tapi mengubah konstruksi pemahaman lama tentang Islam.61
Inilah tajdid yang diutarakan oleh banyak pemikir-pemikir
pembaruan keagamaan saat ini termasuk kaum muda Persis. Konsekuensi
dari dibukanya pintu ijtihad sampai waktu yang tidak ditentukan adalah
banyaknya ruang untuk berinovasi dan menghidarkan masyarakat muslim
dari pemiskinan nuansa pemikiran secara luas.
Allah berulang kali menyebutkan kata ilmu dan hikmah di dalam
al-Qur’an sebagai dua kata kunci yang membuat kitab ini disebut kitab
kebijaksanaan (Al-Qur’aanu Al-Hakim). Ilmu dan hikmah di didapatkan
dari instrumentalitas aql (akal) dan fikr (pemikiran), sehingga
menghasilkan ilmu yang bila dihayati secara lebih mendalam akan
mengasilkan hikmah. Dengan demikian muncul suatu hubungan linear:
akal (aql)-pemikiran (fikr)-ilmu-hikmah.62
Untuk menggapai tujuan hidup yang lebih tinggi yang
berorientasikan tujuan, baik kemajuan material maupun kemajuan
61 Endang Sirodjudin Hafid, Tiar Anwar Bachtiar, Dudung Abdul Rahman, Pepen Irpan
Fauzan, Pergulatan Pemikiran Kaum Muda Persis. (Bandung: Granada, 2005), h. 20. 62 Endang Sirodjudin Hafid, Tiar Anwar Bachtiar, Dudung Abdul Rahman, Pepen Irpan
Fauzan, Pergulatan Pemikiran Kaum Muda Persis. (Bandung: Granada, 2005), h. 24.
44
spiritual, manusia harus menjelajahi luasnya lautan ilmu pengetahuan yang
kompleks. Dengan demikian, garis besar agenda kkaum muda Persis
adalah sebagai berikut.
1. Memberantas bid’ah dalam artian sesuatu yang sebenarnya bukan
agama tetapi dianggap agama.
2. Mempertegas mana yang benar-benar perkara agama dan mana yang
aspek kultural dari agama.
3. Melanjutkan dan mengembangkan estafeta sejarah ilmu pengetahuan
agar lebih maju.
4. Mempertegas inti agama Islam, yaitu Tauhid. Lalu memandang alam
raya (ayat kauniyyah) sebagai objek yang terbuka, harus dibaca an
benar-benar bisa dijalankan.
5. Memahami bahwa Allah itu Maha mutlak, tidak mungkin hakikat-Nya
dipahami oleh manusia yang nisbi. Manusia tidak boleh memutlakkan
sesuatu selain Allah. Memutlakkan sesuatu selain Allah adalah sama
dengan menganggap sesuatu itu setara dengan Allah, dan itu musyrik.
Intinya adalah manusia tidak berhak mengklaim suatu perbuatan
benar-benar salah dan benar-benar benar, serta menganggap dirinya
dan kaumnya yang paling benar.
6. Allah adalah asal dan tujuan hidup manusia. Oleh karena itu, seorang
Muslim harus terus bergerak mendekati Allah, dinamis dan tidak
mengenal perhentian.
45
7. Semua kegiatan manusia dalam berbudi-aya haruslah berasaskan
semangat kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam hidup dan keinginan
mencapai perkenan-Nya.
8. Menggalakan ijtihad sebagai suatu kemestian. Ijtihad merupakan
suatu usaha terus menerus, meninggalkan ijtihad berarti menganggap
persoalan sudah selesai dan kita semua sudah sampai. Itu berarti
klaim, padahal manusia adalah makhluk yang nisbi.
9. Manusia adalah makhluk yang mungkin salah. Manusia harus
menyadari bahwa ilmu tidak mempunyai batas, sebab batas ilmu ialah
ilmu Allah. Namun begitu, manusia harus terus berkreasi dan
berinovasi untuk menembus dari batas ilmu yang telah dikembangkan,
tidak takut salah meski harus tetap penuh kesadaran dan kenisbian,
dan yakin bahwa dalam berijtihad tidak ada yang benar-benar salah.
Jika benar akan mendapat dua pahala, dan salah mendapat satu pahala.
10. Mengembangkan ide-ide keterbukaan dan senantiasa bersedia
mendengar pendapat orang lain dengan hati terbuka.
11. Mempertegas prinsip kenisbian ke dalam (relativisme internal),
menanamkan sikap toleransi dan sikap menahan diri dari
merendahkan orang seiman dalam rangka menegakkan persaudaraan
berdasarkan iman.
12. Kita tidak mungkin mengetahui kebenaran yang mutlak, namun begitu
kita harus menangkap kebenaran yang ada dalam diri kita sebagai
kebenaran wujudi atau eksistensial. Wujud spesifik kebenaran yang
nisbi itu sendirinya tidak boleh dihayati sebagai kebenaran akhir, oleh
46
karena itu dituntut terus menerus untuk bersungguh-sungguh
menemukan berbagai jalan menuju kepada-Nya.63
63 Endang Sirodjudin Hafid, Tiar Anwar Bachtiar, Dudung Abdul Rahman, Pepen Irpan
Fauzan, Pergulatan Pemikiran Kaum Muda Persis. (Bandung: Granada, 2005), h. 28-31.
47
BAB III
PROFIL PIMPINAN CABANG PERSIS PURWAKARTA
A. Sejarah Masuknya Persis di Purwakarta
Persatuan Islam (Persis) pertama kali masuk ke Purwakarta sekitar
tahun 1955.Ketika itu Persis di Purwakarta masih berstatus Pimpinan
Jamiyah Purwakarta yang belum memiliki cabang tersendiri namun aktif
mengikuti pengajian-pengajian yang secara rutin diadakan.Biasanya,
kegiatan-kegiatan PJ Persis Purwakarta tersebut aktif dan berkembang di
daerah Pasar Jumat Purwakarta.
Tokoh yang mempelopori dakwah Persis di Purwakarta adalah
Ust.Ama Winanta Dirja. Beliau merupakan sosok sentral yang
mengemban dakwah Persis dan mengembangkannya di Purwakarta,
khususnya daerah Pasar Jumat. Respon yang diberikan oleh masyarakat
terhadap kegiatan dakwah Persis di Purwakarta sangatlah Positif. Sehingga
terkadang, anggota-anggota Persis dari Pimpinan Pusat sendiri yang
mengisi kegiatan dakwah Persis di Purwakarta, semisal Ust. Isa Ansori
atau Ust. E. Abdurrahman.
Melihat kondisi jamaah yang kian lama kian bertambah, serta
kondisi Purwakarta yang membutuhkan pengembangan dakwah serta
mengingat perlu diadakannya proses kaderisasi sebagai wujud berjalannya
sebuah organisasi, maka PJ Persis Purwakarta membentuk Pimpinan
Cabang Purwakarta. PC Persis Purwakarta secara resmi terbentuk pada
48
tahun 1963.Diresmikan oleh Ust. Prof. Rusydad Nurdin, sebagai Wakil
Ketua I Pimpinan Pusat Persatuan Islam.1
Pimpinan Cabang Persatuan Islam Purwakarta (PC Persis
Purwakarta) merupakan salah satu wadah dakwah Persatuan Islam yang
berada pada tataran otonom tingkat Kecamatan yang bermukim di
Purwakarta. Meskipun pada dasarnya mengemban visi, misi, serta tujuan
dakwah yang sama dengan Pimpinan Pusat-nya, yaitu mengembalikan
Islam kepada ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah, PC Persis Purwakarta
memiliki problematika tersendiri dalam menyampaikan dakwah
pembaruan di Purwakarta. Saat ini, Purwakarta berubah menjadi Kota
yang sarat akan budaya, dimana Pendidikan, Pembangunan infrastruktur,
tradisi serta kegiatan-kegiatan yang berlangsung di tanah Purwakarta
diakulturasi sedemikian rupa.
Pimpinan Cabang Persatuan Islam Purwakarta bertempat di Jl. RE
Martadinata No. 29 Purwakarta. Lingkup kegiatan dan kewenangan
Pimpinan Cabang Purwakarta bersifat teknis operasional dan pembinaan
langsung dalam skala Kecamatan. Pada saat ini, Pimpinan Cabang
Persatuan Islam Purwakarta memimpin tujuh Pimpinan Jam’iyyah dalam
Kecamatan Purwakarta. Ketujuh Pimpinan Jam’iyyah tersebut terdiri dari:
1. Pimpinan Jam’iyyah Al-Amin
2. Pimpinan Jam’iyyah Al-Anshori
3. Pimpinan Jam’iyyah Al-Manaar
1 Wawancara pribadi dengan Ketua Bidgar Bimhajum PC Persis Purwakarta, H. Yusuf
Yudamargana pada 20 Nopember 2014.
49
4. Pimpinan Jam’iyyah Ar-Royaan
5. Pimpinan Jam’iyyah Ar-Risalah
6. Pimpinan Jam’iyyah At-Taqwa
7. Pimpinan Jam’iyyah Nurul Iman
Persatuan Islam menentukan sifatnya sebagai organisasi
pendidikan, tabligh, dan kemasyarakatan yang berladaskan al-Quran dan
as-Sunnah. Begitupun PC Persis Purwakarta yang ditunjang oleh sarana
dakwah seperti di bidang Pendidikan mulai dari RA Al-Anshori, MD Al-
Manar, SDIT Al-Manar, MTs Al-Manar, dan MA Al-Manar. Sarana
Pendidikan ini sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai dasar,
ideologi, serta kerangka berpikir dari dakwah pembaruan PC Persis
Purwakarta yang menekankan aspek aqidah, syariah, dan akhlak
berlandaskan Qur’an-Sunnah. Sarana dakwah lainnya didukung dengan
keberadaan tujuh Masjid yang dikelola oleh Jam’iyyah Persatuan Islam
yang berada di Purwakarta, diantaranya; Masjid Al-Amin, Masjid Al-
Anshori, Masjid Al-Manar, Masjid Al-Furqon, Masjid Ar-Royan, Masjid
At-Taqwa, dan Masjid Nurul Iman. Beragam kegiatan dakwah dan sosial
kemasyarakatan diselenggarakan, seperti pengajian harian, bulanan,
tahunan, Khutbah Jum’at, ‘Ied, Gerhana, diskusi, kajian, penerimaan dan
penyaluran zakat maal, zakat fitrah, maupun kurban ternak Idul Adha, dan
lain-lain baik yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang maupun
otonom di bawahnya seperti Persistri (Persatuan Islam Istri), maupun
Pemuda.
50
B. Visi-Misi PC Persis Purwakarta
Visi dan misi dari Pimpinan Cabang Persatuan Islam, sebagaimana
tingkatan otonom lainnya, yaitu:2
1. Visi: Terwujudnya al-jama’ah sesuai tuntutan Al-Qur’an dan As-
Sunnah.
2. Misi: (1) mengembalikan umat kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, (2)
menghidupkan ruh al-jihad, ijtihad, dan tajdid, (3) mewujudkan
mujahid, mujtahid, dan Muwahid, (4) meningkatkan kesejahteraan
umat.
C. Tujuan PC Persis Purwakarta
Pada dasarnya, tujuan dari Persis Cabang Purwakarta sama dengan
Persis Pusat. Karena Pimpinan Pusat Persatuan Islam merupakan akar dari
ideologi organisasi di bawahnya, seperti Pimpinan Wilayah, Pimpinan
Daerah, Pimpinan Cabang, dan Pimpinan Jam’iyyah.
Adapun tujuan yang menjadi cita-cita Persatuan Islam adalah:3
1. Mengamalkan segala ajaran Islam dalam setiap segi kehidupan
anggotanya dalam masyarakat.
2. Menempatkan kaum muslimin pada ajaran aqidah dan syariah
berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah.
Untuk mencapainya, maka organisasi ini dijalankan dalam bentuk
berjamaah, berimamah, dan berimaroh seperti yang dicontohkan
Rasulullah SAW.Jam’iyyah ini bersifat harakah tajdid dalam pemikiran
2 Qanun Asasi-Qanun Dakhili, Penjelasan Qanun Asasi-Qanun Dakhili Pedoman Kerja
Program Jihad 2005-2010 Persatuan Islam (Bandung: PERSIS PRESS, 2005), h. 25. 3 Wawancara pribadi dengan Ketua Bidgar Dakwah Pimpinan Cabang Persatuan Islam
Purwakarta, Ust.AS. Syamsuri, S. Ag, pada 13 Desember 2014
51
keislaman dan penerapannya. Agar organisasi tetap terarah dalam
mengemban misi perjuangannya maka Persatuan Islam menentukan
sifatnya sebagai organisasi pendidikan, tabligh, dan kemasyarakatan yang
berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah.4
Selanjutnya, untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan itu,
Persatuan Islam menyusun rencana kegiatan yang dibagi kepada Rencana
Jihad Khusus dan Rencana Jihad Umum.
1. Rencana Jihad Khusus
a. Mendidik dan membina para anggota untuk menjadi hamba Allah
yang mengamalkan syariat Islam dengan semestinya, penuh
tanggung jawab, menjadi uswatun hasanah bagi keluarga dan
masyarakat sekelilingnya baik dalam aqidah, ibadah, dan
muamalah.
b. Membentuk para anggota menjadi ashhaabun (para sahabat) dan
hawaariyyuun (para pembela) Islam yang mampu bertindak selaku
muballigh dan muballighaat dengan jalan memperdalam
pengertian dan memperkaya ilmu-ilmu yang berkenaan dengan
hukum-hukum syara’ dan ajaran-ajaran Islam.
c. Mendidik dan membina para anggota agar mengadakan,
memilihara, dan memakmurkan masjid dan mushala, memelihara
wakaf dan melancarkan zakat, dengan jalan memimipin
peribadatan baik badaniah atau amaliahIslam berdasarkan Al-
4 Tafsir Qanun Asasi Persatuan Islam (1984), h. 17-21.
52
Quran dan Sunnah yang sebenarnya, untuk membuktikan
kehidupan ruh al-iman dan takwa.
d. Mendidik dan membina para anggota agar mendirikan lembaga-
lembaga pendidikan untuk menanam dan mengokohkan pengertian
aqidah, ibadah, dan akhlak Islam.
e. Membina para anggota agar mengadakan dan memperkaya
kepustakaan Islam dengan jalan mengadakan penerbitan-
penerbitan keagamaan untuk memperluas tersebarnya paham dan
keyakinan wajibnya kembali kepada al-Qur;an dan as-Sunnah.
f. Mendidik dan membina para anggota agar mengadakan kegiatan-
kegiatan kemasyarakatan lainnya yang sejalan dengan tujuan
organisasi dan tidak menyimpang dari ajaran al-Qur’an dan al-
Sunnah.
2. Rencana Jihad Umum
a. Mengadakan kegiatan-kegiatan dakwah secara lisan, tulisan dan
amal perbuatan dalam masyarakat yang sejalan dengan al-Qur’an
dan as-Sunnah.
b. Melakukan amar ma’ruf dan nahiy munkar dalam segala ruang dan
waktu, membela dan menyelamatkan umat Islam dari gangguan
lawan-lawan Islam dengan cara hak dan ma’ruf yang sesuai dengan
ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah.
c. Menghidupkan dan memelihara ruh al-jihad (jiwa perjuangan) dan
ijtihad dalam kalangan para anggita khususnya dan umat Islam
umumnya.
53
d. Membasmi munkarat, bid’ah, khurafat, takhayul, taqlid dan syirk
dalam lingkungan anggota khususnya dan umat Islam umumnya.
e. Memberikan jawaban dan perlawanan terhadap tantangan aliran
yang mengancam hidup keislaman demi tegak dan kokohnya
agama Allah.
f. Mengadakan dan memelihara hubungan yang baik dengan segenap
organisasi Islam di Indonesia dan seluruh dunia untuk menuju
terwujudnya bun-yaan al-Islaam (bangunan Islam) yang kokoh. 5
D. Susunan Kepengurusan PC Persis Purwakarta
Pimpinan Cabang Persatuan Islam merupakan organisasi
masyarakat yang berada di bawah naungan Pimpinan Pusat, Pimpinan
Wilayah, dan Pimpinan Daerah Persatuan Islam.Jalannya roda organisasi
sangat bergantung pada peran aktif anggotanya agar organisasi dapat
berjalan sesuai dengan visi dan misinya.Pimpinan Cabang Persatuan Islam
Purwakarta saat ini memasuki babak baru dengan kepengurusan yang
terbilang baru pada masa jihad 2014-2018. Berikut adalah susunan
kepengurusan Pimpinan Cabang Persatuan Islam Purwakarta masa jihad
2014-2018:
5 Badri Khaeruman, Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali kepada
Al-Qur’an dan Al-Sunnah” (Bandung: FAPPI dan Iris Press, 2010), cet. Ke-1, h. 50-51.
54
SUSUNAN PENGURUS
PIMPINAN CABANG PERSATUAN ISLAM PURWAKARTA
MASA JIHAD 2014-2018 M
Penasihat : H. Ubad
Drs. Tatang Abdurahman
M Hisyam
Ketua : Endang Wahyana, BA
Wakil Ketua : Asep Gunawan, M. Ag
Sekretaris : Hadi Saepul Rizal S. Sos. I
Bendahara : H. Mumu Muhammad
Ketua Bidgar Binbang SDM & O : Haris Mardiana
Ketua Bidgar Pendidikan : Haris Fatwa, M. Pd
Ketua Bidgar Dakwah : AS Syamsuri, S. Ag
Ketua Bidgar Bimhajum : H. U Yususf Yudamargana
Ketua Bidgar Perwakafan : Adam Syafril, SM, HK
Ketua Bidgar Perzakatan : H Usman
Ketua Bidgar Bangsosek : Annas
55
E. Tugas dan Wewenang
1. Ketua
a. Secara umum memimpin dan mengarahkan seluruh anggota
Pimpinan Cabang dalam melaksanakan jihad jam’iyyah di
Cabangnya.
b. Mewakili kepentingan jam’iyyah, ke dalam dan ke luar sesuai
dengan daerah kerjanya.
c. Menjalin hubungan baik dengan pamong, pemuka masyarakat, dan
organisasi-organisasi lain setempat (tingkat Kecamatan) dalam
rangka jihad Jam’iyyah.
d. Menangani masalah dan keanggotaan jam’iyyah.
2. Wakil Ketua
a. Mewakili Ketua apabila Ketua berhalangan dan tidak dapat
melaksanakan tugasnya mewakili kepentingan jam’iyyah.
b. Memimpin, mengarahkan, dan mengawasi pelaksanaan jihad
semua bidang garapan, termasuk mengkoordinasikan para Ketua
Bidgarnya.
c. Memimpin, mengarahkan, dan mengawasi pelaksanaan kegiatan di
jamaah-jamaah.
d. Mengkoordinasikan tugas Sekretaris dan Bendahara.
3. Sekretaris
a. Mengelola kesekretariatan jam’iyyah
b. Mengelola data dan informasi jam’iyyah, termasuk menangani
penyiaran dan publikasinya.
56
c. Mendampingi Ketua dalam pembinaan hubungan, terutama dengan
pihak luar.
4. Bendahara
a. Mengelola harta dan kekayaan jam’iyyah, termasuk waqaf yang
diamanahkan kepada jam’iyyah.
b. Menyelenggarakan segala bentuk penerimaan dan pengeluaran
keuangan jam’iyyah dengan tanda bukti yang sah, termasuk
pelaporannya secara periodic. Semua pengeluaran harus
sepengetahuan Ketua.
c. Menyusun anggaran pendapatan dan belanja Pimpinan Cabang.
d. Menggalakan dan mengoptimalkan penggalian sumber-sumber
dana untuk membiayai kegiatan Cabang.
5. Ketua Bidgar Pendidikan
a. Bertanggung jawab atas pengelolaan pesantren/lembaga-lembaga
pendidikan Persatuan Islam di Cabang sesuai dengan pedoman
jam’iyyah.
b. Menyerap dan menginventarisasikan permasalahan yang timbul
dalam penyelenggaraan pesantren/lembaga-lembaga pendidikan
Persatuan Islam di Cabang.
c. Mengusulkan pengangkatan pimpinan pesantren, mudir, dan guru-
guru untuk bertugas di pesantren/lembaga-lembaga pendidikan
Persatuan Islam di Cabang kepada Pimpinan Cabang.
57
6. Ketua Bidgar Dakwah
a. Mengkoordinasikan para muballigh/khotib untuk mengisi
pengajian-pengajian, shalat Jum’at dan/atau Ied di daerah kerja
Cabang.
b. Menyelenggarakan pengajian-pengajian untuk pendalaman,
pemahaman dan pengamalan al-Qur’an dan as-Sunnah bagi
anggota atau calon anggota.
c. Menyelenggarakan tamhiedul muballighientingkat pemula bagi
calon-calon muballigh atau khatib di daerah kerja Cabang.
d. Melayani permintaan pengisian khotib dan/atau tabligh untuk
masjid-masjid yang tidak dikelola oleh jam’iyyah atau dari
lembaga masyarakat lainnya di daerah kerja Cabang.
e. Mengusulkan pengangkatan Qoyyimul Masjid dan Imam Rawatib
masjid milik Jam’iyyah kepada Ketua Pimpinan Cabang.
f. Menyelenggarakan pelatihan dan penataran keapda anggota
dan/atau calon anggota tentang kaifiyyah pengurusan jenazah.
7. Ketua Bidgar Bimhajum
a. Membantu memberikan penyuluhan kepada calon jamaah haji dan
umrah yang ingin mendapat bimbingan dari Persatuan Islam.
b. Membantu mengkoordinasikan calon jamah haji dan umrah dan
meneruskannya kepada Kantor Pusat/Perwakilan Lembaga
Pelayanan dan Bimbingan Ibadah Haji Persatuan Islam (Lembaga
Haji Persis)
58
8. Ketua Bidgar Perwakafan
a. Membantu Ketua Umum dan BendaharaUmum melaksanakan
tugas-tugas jam’iyyah ke dalam atau ke luar sesuai dengan
keputusan Muktamar dan/atau ketentuan-ketentuan lain dalam
masalah perwakafan.
b. Memimpin Bidang Garapan Perwakafan dan pelaksanaan segala
keputusan yang berkaitan dengan bidang garapan perwakafan.
c. Menginventarisasikan semua wakaf yang diterima oleh Jam’iyyah.
9. Ketua Bidgar Perzakatan
a. Mendata anggota, jamaah dan ummat yang dipandang berpotensi
sebagai wajib zakat.
b. Mendata anggota, jamaah, dan ummat yang dipandang berhak
menerima zakat serta (bersama Bidgar Binbang SDM & O)
mengarahkan mustahiq zakat agar menggunakannya secara optimal
untuk meningkatkan kehidupan mereka.
c. Berfungsi sebagai jami’ zakat di Cabangnya.6
F. Pedoman Penyelenggaraan Dakwah PC Persatuan Islam Purwakarta
1. Ketentuan Umum
a. Dakwah adalah mengajak, menyeru, membina dan mendorong
manusia agar berbuat baik, mengikuti pentunjuk, menyuruh
mereka berbuat ma’ruf dan melarang mereka berbuat munkar
sesuai tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah serta iltizam dalam al-
Jama’ah.
6 Qanun Asasi-Qanun Dakhili Persatuan Islam
59
b. Da’i adalah para pelaksana dakwah dalam menyeru kepada dan
memasyarakatkan al-Qur’an dan as-Sunnah.
c. Mad’u adalah seluruh umat manusia sebagai objek dakwah.
d. Media dakwah adalah segala sarana dan prasarana yang digunakan
untuk kegiatan dakwah.
e. Peta dakwah adalah gambaran da’i dan masyarakat objek dakwah
yang meliputi pendidikan sosial, budaya, ekonomi, politik, potensi,
dan kondisi daerah itu serta segala problema yang ada di dalamnya.
f. Bidang Garapan dakwah, disingkat Bidgar Dakwah, adalah
perangkat struktural dan operasional Bidang Tarbiyah sebagai
pengelola kebijakan dakwah.
g. Qoyyimul Masjid Persatuan Islam adalah lembaga non struktural
Jam’iyyah yang bertugas mengelola dan memakmurkan masjid.
h. Imam Rawatib adalah seorang anggota Persis yang memenuhi
persyaratan untuk diangkat menjadi imam shalat di masjid wakaf
Jam’iyyah.
2. Tujuan Dakwah
a. Tercapainya peningkatan wawasan, pemahaman, dan keyakinan
para anggota dan umat Islam pada umumnya terhadap ajaran Islam
secara kaaffah sesuai tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah.
b. Terbinanya para anggota Persis dalam menjalankan aqidah, ibadah,
dan muamalah sesuai tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah.
60
3. Tugas dan Wewenang Bidgar Dakwah
a. Mengkoordinasikan para muballigh/khotib untuk mengisi
pengajian-pengajian, shalat Jum’at dan/atau Ied di daerah kerja
Cabang.
b. Menyelenggarakan pengajian-pengajian untuk pendalaman,
pemahaman dan pengamalan al-Qur’an dan as-Sunnah bagi
anggota atau calon anggota.
c. Menyelenggarakan tamhiedul muballighientingkat pemula bagi
calon-calon muballigh atau khatib di daerah kerja Cabang.
d. Melayani permintaan pengisian khotib dan/atau tabligh untuk
masjid-masjid yang tidak dikelola oleh jam’iyyah atau dari
lembaga masyarakat lainnya di daerah kerja Cabang.
e. Mengusulkan pengangkatan Qoyyimul Masjid dan Imam Rawatib
masjid milik Jam’iyyah kepada Ketua Pimpinan Cabang.
f. Menyelenggarakan pelatihan dan penataran keapda anggota
dan/atau calon anggota tentang kaifiyyah pengurusan jenazah.
4. Da’i dan Objek Dakwah
a. Kriteria da’i Persatuan Islam:
1) Da’i Persatuan Islam adalah anggota Persatuan Islam dan
Bagian Otonomnya.
2) Kriteria da’i Persatuan Islam ditetapkan oleh Bidgar Dakwah
Pimpinan Pusat Persatuan Islam.
b. Hak dan Kewajiban da’i Persatuan Islam:
61
1) Da’i Persatuan Islam berhak:
a) Memperoleh bimbingan, arahan, nasihat, dan teguran demi
tercapainya kesempurnaan pelaksanaan dakwah.
b) Mendapat perlindungan keamanan, keselamatan dari
Jam’iyyah dan kelancaran dakam pelaksanaan dakwah.
c) Menyampaikan saran, usul, dan pendapatnya demi
kemajuan dan keutuhan dakwah.
2) Da’i Persatuan Islam berkewajiban:
a) Menyampaikan al-haq (kebenaran) dalam situasi dan
kondisi apapun.
b) Mengutamakan tugas dan kepentingan Jam’iyyah di atas
kepentingan lainnya.
c) Memelihara dan menjaga nama baik serta kehormatan
Jam’iyyah.
d) Menambah dan meningkatkan kemampuan ilmu, wawasan
berpikir melalui bacaan, telaah, diskusi, dan media-media
lainnya.
c. Sifat-sifat Da’i Persatuan Islam sebagai berikut:
1) Memiliki semangat mempelajari dan mengamalkan ajaran
Islam.
2) Berakhlaqul karimah, penyantun, dan berlapang dada.
3) Berani dalam membela kebenaran dan ikhlas dalam beramal.
4) Tidak meminta balas jasa duniawi atas tugas dakwahnya.
62
5) Optimistis dan mempunyai keyakinan yang kuat terhadap janji-
janji Allah swt.
6) Wara, menjaga diri dari barang-barang syubhat dan
menjauhkan diri dari tempat-tempat yang menimbulkan
tuduhan.
7) Mengikhlaskan dakwahnya hanya karena Allah swt.
8) Sabar dalam menghadapi ujian.
9) Saling membantu (ta’awwun) dan menghargai kerja serta
pemikiran orang lain.
d. Objek Dakwah adalah sebagai berikut:
1) Seluruh anggota Persatuan Islam dan anggota bagian
otonomnya.
2) Simpatisan Persatuan Islam.
3) Kaum muslimin dengan segala keragamannya.
4) Seluruh manusia dengan segala agamanya.
5. Bentuk dan Metode Dakwah
a. Bentuk-bentuk Dakwah:
1) Bil-lisan dalam bentuk nasihat-nasihat, tausiyah, ceramah,
diskusi/tanya jawab, seminar, lokakarya, mimbar Jum’at,
pengajian umum, dan sebagainya.
2) Bil-kitabah dalam bentuk tulisan.
3) Bil-lisanil-Hal melalui kegiatan-kegiatan sosial, seperti:
menyantuni fakir miskin, yatim, beasiswa, membantu msuibah
bencana alam, khitanan masal, dan sebagainya.
63
b. Metode Dakwah:
1) Bil-hikmah.
2) Mauidhah hasanah.
3) Mujadalah bil-latii hiya ahsan.
c. Bentuk dan Metode Dakwah berfungsi:
1) Menanamkan pengertian.
2) Memupuk keyakinan.
3) Membimbing amalan.
6. Media dan Materi Dakwah
a. Media Dakwah adalah sebagai berikut:
1) Media dakwah bil-lisan dapat melalui mimbar pengajian,
seminar, media elektronik.
2) Media dakwah bil-kitabah dapat melalui media cetak dan
selebaran.
3) Media dakwah bil-lisanil-hal adalah menempatkan akhlaqul
karimah dan uswatun hasanah dalam berbagai kegiatan.
b. Materi Dakwah adalah:
1) Aqidah, Syari’ah, dan Akhlak yang bersumber pada al-Qur’an
dan as-Sunnah.
2) Kebijakan-kebijakan Jam’iyyah.
3) Materi disampaikan secara menyeluruh dan terprogram
(syumuli dan manhaji).
7. Prosedur Penyelenggaraan Dakwah
a. Penugasan da’i ke daerah-daerah dilakukan oleh Bidgar Dakwah.
64
b. Penugasan da’i didasarkan atas permohonan dari Pimpinan
Cabang, Pimpinan Daerah, Pimpinan Wilayah, Perwakilan
Pimpinan Pusat, lembaga-lembaga lainnya, serta masyarakat
umum kepada Pimpinan Pusat melalui Bidgar Dakwah.
c. Da’i Persatuan Islam yang ditugaskan ke daerah adalah da’i yang
mendapat rekomendasi dari Bidgar Dakwah.
d. Da’i yang ditugaskan ke dan di daerah harus memberikan laporan
kegiatan secara berkala dan berjenjang.
e. Dakwah dilaksanakan berdasarkan jadwal berkala dan atau
insidental yang ditentukan oleh Pimpinan Jam’iyyah.
f. Dakwah yang diselenggarakan oleh anggota, simpatisan Persatuan
Islam dan Pimpinan Jam’iyyah harus terlebih dahulu menempuh
prosedur Jam’iyyah.
g. Da’i Persatuan Islam tidak dilarang untuk menyampaikan
dakwahnya di luar Jam’iyyah.
h. Da’i Persatuan Islam yang mempunyai garapan pengajian di luar
Jam’iyyah Persatuan Islam hendaknya memberitahukan
kegiatannya kepada Pimpinan Cabang setempat.
i. Da’i dari luar Jam’iyyah Persatuan Islam yang akan
menyampaikan dakwah di lingkungan Jam’iyyah harus seizing
Pimpinan Jam’iyyah.
65
8. Kaderisasi dan Pengangkatan Da’i
a. Kaderisasi
1) Kaderisasi da’i dilakukan melalui tamhiedul muballighien,
pendidikan, dan latihan da’i (Daurah Duu’aat) dan pelatihan
lain yang sejenis.
2) Kaderisasi tersebut di atas diselenggarakan oleh Pimpinan
Jam’iyyah secara berkala.
3) Peserta yang dimaksud adalah anggota Persatuan Islam yang
dibuktikan dengan kartu anggota atau yang dipersiapkan
keanggotaannya dengan rekomendasi Pimpinan Cabang.
4) Dalam proses kaderisasi Pimpinan Jam’iyyah dapat bekerja
sama dengan pihak lain selama tidak bertentangan dengan
pedoman penyelenggaraan dakwah Persatuan Islam.
b. Pengangkatan Da’i
1) Pengangkatan da’i dilakukan oleh Bidgar Dakwah Pimpinan
Jam’iyyah setelah terlebih dahulu mengadakan penilaian
terhadap calon da’i mengenai penguasaan ilmu, kemampuan,
keterampilan, perilaku, dan komitmen terhadap Jam’iyyah.
2) Bidgar Dakwah Pimpinan Jam’iyyah melaporkan kondite da’i
yang bersangkutan kepada Bidgar Dakwah Pimpinan Pusat
Persatuan Islam.
3) Bidgar Dakwah Pimpinan Pusat Persatuan Islam dapat
mengangkat para da’i untuk disiapkan menjadi duu’aat
mutafarrigh yang berkualitas.
66
9. Qoyyimul Masjid dan Imam Masjid Persatuan Islam
a. Qoyyimul Masjid Persatuan Islam
1) Qoyyimul Masjid Persatuan Islam berada di semua masjid
wakaf Persatuan Islam.
2) Qoyyimul Masjid ditetapkan dan disahkan oleh Pimpinan
Cabang atas usul Bidgar Dakwah.
3) Tugas dan wewenang Qoyyimul Masjid diatur melalui
ketetapan Bidgar Dakwah Pimpinan Pusat Persatuan Islam.
b. Imam Rawatib Persatuan Islam
1) Setiap Qoyyimul Masjid yang berada di semua jenjang
Jam’iyyah harus memiliki seorang Imam Rawatib.
2) Imam Rawatib adalah anggota Persatuan Islam yang memenuhi
persyaratan, diangkat dan ditetapkan oleh Ketua Pimpinan
Cabang atas usul Ketua Bidgar Dakwah.
3) Kriteria Imam Rawatib ditetapkan oleh Bidang Garapan
Dakwah Pimpinan Pusat Persatuan Islam.
10. Sumber Dana
a. Dana kegiatan Bidgar Dakwah bersumber dari dan diatur oleh
Pimpinan Jam’iyyah.
b. Dana dakwah dapat diperoleh juga dari segala sumber lain yang
halal dan tidak mengikat.
c. Dana dakwah yang bersumber dari anggaran Jam’iyyah digunakan
untuk penyelenggaraan dakwah di lingkungan Jam’iyyah.
67
11. Evaluasi
a. Evaluasi dakwah dilakukan oleh Pimpinan Jam’iyyah di setiap
jenjang Jam’iyyah.
b. Sasaran evaluasi dakwah adalah da’i dan objek dakwah (mad’u).
c. Evaluasi dakwah terhadap da’i Persatuan Islam mencakup metode,
kinerja, dan keberhasilan dakwahnya.
12. Sanksi
a. Pelanggaran terhadap ketentuan dalam pedoman ini dikenakan
sanksi Jam’iyyah.
b. Penetapan sanksi Jam’iyyah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat
Persatuan Islam sesuai dengan Qanun Dakhili BAB I Pasal 10 dan
Pasal 11.7
7 Pedoman Penyelenggaraan Dakwah Pimpinan Cabang Persatuan Islam Purwakarta
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pergolakan pemahaman tentang tajdid atau pembaruan di ruang diskusi
internal Persatuan Islam secara umum saat ini telah sampai ke bagian otonom
Persatuan Islam itu sendiri, bahkan termasuk Pimpinan Cabang Persatuan Islam
Purwakarta. Perbedaan paham ini terjadi antara kaum tua dan kaum muda. Kaum
muda dengan tegas mempertanyakan aksentuasi gerakan pembaruan Persis yang
bertumpu pada pemberantasan bid’ah, takhayul, dan khurafat.
Kaum muda menganggap bahwa aksentuasi gerakan tersebut sudah tidak
lagi relevan dengan perkembangan zaman dan bukan hal yang benar-benar
dibutuhkan umat. Bukan bermaksud mengecilkan cita-cita besar Persis, namun hal
tersebut nampak perlu dipertanyakan karena kaum muda ingin agar dakwah Persis
tetap relevan dan kontekstual. Sebagaimana disampaikan Ketua Bidgar
Pendidikan PD Persis Purwakarta, Dr. Yusep Solehudin, M. Ag, dalam sebuah
kunjungan diskusi dan sosialisasi di PC Persis Wanayasa, bahwa apa yang
ditampilkan Persis tidak lagi ideal dan mengandung kesan tanggung sebagai
ormas yang menyatakan dirinya sebagai organisasi pembaruan.
Dudung Abdul Rohman bahkan mengutarakan di dalam buku “Pergulatan
Pemikiran Kaum Muda Persis”, seyogianya Persis mengembangkan wacana
kebebasan berpikir dan menghargai perbedaan sepanjang pendapat itu memiliki
dalil, argumentatif dan berada pada koridor yang jelas jika memang Persis
69
bergerak di bidang pembaruan pemikiran keislaman serta membuka pintu ijtihad
selebar-lebarnya sampai kapan pun.1
Demikian terjadi perbedaaan interpretasi mengenai konsepsi pemikiran
pembaruan di tubuh Persis antara kaum muda dan kaum tua. Dalam prosesnya,
sebagaimana yang telah diutarakan di bab II, strategi dakwah memiliki tahapan-
tahapan strategi yang umunya dilakukan, yaitu perumusan strategi, implementasi
strategi, dan evaluasi strategi.
A. Perumusan Strategi
Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-
langkah ke depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi
organisasi, menetapkan tujuan strategis dan kemampuan organsasi, serta
merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut.2
Perumusan strategi dilakukan pada saat Tasykil sekaligus rapat
kerja PC Persis Purwakarta, yaitu sekitar seminggu setelah kepengurusan
PC Persis Purwakarta Masa Jihad 2014-2018 terbentuk. Adapun target
utama dari perumusan strategi dakwah PC Persis Purwakarta yaitu
tercapainya peningkatan wawasan, pemahaman, dan keyakinan para
anggota dan umat Islam, khususnya yang berada di Purwakarta, terhadap
ajaran Islam secara kaafah baik itu mengenai aqidah, ibadah, dan
muamalah sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.3
1 Endang Sirodjudin Hafid, Tiar Anwar Bachtiar, Dudung Abdul Rahman, Pepen Irpan
Fauzan, Pergulatan Pemikiran Kaum Muda Persis. (Bandung: Granada, 2005), h. 86. 2 Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisnis (Malang:
Bayu Media Publishing, 2005), h. 5. 3 Wawancara pribadi bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, AS.
Syamsyuri, S. Ag., pada 13-12-2014.
70
Adapun bahan pertimbangan dalam proses perumusan strategi
dakwah yang dilakukan PC Persis Purwakarta ada dua hal. Pertama, di
ranah pendidikan, banyaknya jumlah peserta didik yang berasal dari dalam
dan luar jam’iyyah sehingga memicu Pimpinan Cabang Persis Purwakarta
untuk meningkatkan mutu pendidikan di Pesantren yang dikelola, agar
dakwah Persis berkenaan dengan aqidah, ibadah dan muamalah semakin
banyak dipahami masyarakat luas. Kedua, adanya fasilitas dakwah yang
memadai. PC Persis Purwakarta membawahi tujuh Pimpinan Jamaah yang
semuanya tersebar di berbagai daerah di Kecamatan Purwakarta. Intinya,
PC Persis Purwakarta benar-benar ingin mencoba mengoptimalkan wadah
dakwah yang dimiliki.4
1. Pendekatan analisa SWOT
Menurut Hisyam Ali yang dikutip oleh Rafi’udin dan
Maman dalam bukunya, untuk merumuskan strategi dakwah yang
strategis, terlebih dulu harus memperhatikan hal-hal yang biasa
disebut Pendekatan analisa SWOT.5 Melalui pendekatan analisa
SWOT ini, maka akan diketahui pemetaan PC Persis Purwakarta
dilihat dari sisi internal dan eksternal organisasi.
a. Strenghts (Kekuatan)
Kekuatan merupakan keunggulan yang dimiliki suatu lembaga
menyangkut sumber daya, keuangan, dan piranti lain yang
mungkin dimiliki. Keberhasilan strategi yang diterapkan tentu
4 Wawancara pribadi bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, AS.
Syamsyuri, S. Ag., pada 13-12-2014. 5 Rafi’udin dan Maman, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h.
77.
71
tidak terlepas dari kekuatan yang dimiliki PC Persis
Purwakarta dalam menunjang dakwah baik dari sisi internal
maupun eksternal organisasi.
1) Internal
Pertama, PC Persis Purwakarta membawahi jam’iyyah yang
tersebar di tujuh daerah di Kecamatan Purwakarta, oleh
karena itu hal ini memudahkan PC Persis untuk
menyebarkan dakwah pembaruannya karena mempunyai
fasilitas yang mendukung dakwah pembaruannya. Kedua,
kader da’i PC Persis Purwakarta sebagian besar merupakan
kader yang tumbuh dan belajar di lingkungan Persis,
sehingga memudahkan rencana jihad dakwah PC Persis
Purwakarta. Ketiga, didukung oleh kaderisasi berjenjang dan
terstruktur di ranah Pendidikan RA sampai MA yang
terdapat di Kecamatan Purwakarta. Sehingga mempunyai
basis kader dan calon kader yang berkesinambungan.
Keempat, ada beberapa kader da’i yang dipercaya mengisi
banyak ceramah keagamaan di luar organisasi, seperti
Indosat, PLN, radio, Jatiluhur TV, dll.6
2) Eksternal
Pertama, sambutan baik dari masyarakat di luar organisasi
terhadap dakwah Persis di Purwakarta. Kedua, respons
positif dari masyarakat luar organisasi terhadap perbaikan
6 Wawancara Pribadi dengan Ketua Bidgar Bimhajum PC Persis Purwakarta, H.U Yusuf
Yudamargana pada 31-12-2014.
72
struktur dan pola pendidikan baik sekolah atau pesantren
Persis Purwakarta.7
Persis telah masuk ke Purwakarta sejak tahun 1955, oleh
karena itu wajar jika dakwah Persis sudah diterima di
kalangan masyarakat Purwakarta. Selain itu, adanya
perbaikan struktur, infrastruktur, serta pola pendidikan yang
kini diambil alih oleh Dr. Yosep Solehudin yang merupakan
pakar pendidikan juga berperan penting terhadap
meningkatnya ketertarikan serta respons positif dari luar
jamaah. Hal ini terbukti dengan banyaknya siswa yang
bersekolah di institusi pendidikan yang dikelola Persis. Jika
4 sampai 5 tahun yang lalu institusi pendidikan Persis
sempat mengalami kemunduran dengan sedikitnya peserta
didik, contohnya seperti pada lulusan angkatan 2003, 2010
dan 2011 Madrasah Aliyah Al-Manar PPI 33 Purwakarta
yang hanya berjumlah kurang dari 15 santri dalam satu kelas
serta rata-rata hanya 20 santri setiap tahunnya.
Namun, sekarang salah satu institusi pendidikan Persis
Purwakarta sebagai contoh PPI No. 33 Al-Manar
berjumlahkan 40 santri dalam satu kelas dan terdiri dari dua
kelas setiap angkatannya.
7 Observasi peneliti melihat antusiasme terhadap dakwah maupun pendidikan di institusi
Persis Purwakarta.
73
b. Weaknesses (Kelemahan)
Kelemahan merupakan keterbatasan yang dimiliki oleh suatu
organisasi termasuk PC Persis Purwakarta. Kelemahan ini
menjadi salah satu faktor penghambat dalam dakwah pembaruan
PC Persis Purwakarta.
1) Internal
Pertama, dakwah pembaruan disampaikan dengan cara yang
kurang tepat. Beberapa kader dai PC Persis Purwakarta
seringkali terlalu keras menyampaikan dakwahnya tanpa
mempertimbangkan kondisi mad’u. Kedua, terlalu terfokus
pada dakwah bil-lisan, sementara dakwah bil-kitabah
(budaya menulis) kurang begitu tergarap. Ketiga, tidak
memaksimalkan potensi media massa dan media sosial
sebagai ajang dakwah. Sebenarnya, media massa maupun
media sosial merupakan sarana yang potensial untuk
menyampaikan ide dakwah, namun PC Persis Purwakarta
sampai saat ini kurang begitu melihat adanya potensi ini
dengan tidak adanya blog, fan page, ataupun pemanfaatan
sarana lain yang ada di media. Keempat, banyaknya ulama
Persis Purwakarta yang telah tiada dan proses regenerasi
yang terhambat sementara belum ditemukannya ulama
pengganti yang sepadan. Dalam 5 tahun ke belakang ini,
Persis Purwakarta telah ditinggalkan banyak ulama-ulama
terbaiknya yang berpulang ke rahmatullah yang belum bisa
74
tergantikan kehadirannya. Kelima, perbaikan instiutusi
pendidikan menjadi lebih modern membuat sebagian
golongan tua dan golongan muda berselisih paham.
Sementara golongan muda kader Persis Purwakarta lebih
menginginkan pendidikan yang lebih bersahabat dengan
pendidikan nasional, golongan tua justru lebih menginginkan
institusi pendidikan yang lebih mendalami nilai-nilai
keislaman. Hal ini tentu menjadi batu sandungan dalam
menjalankan roda organisasi.8
2) Eksternal
Dakwah pembaruan, terutama pemberantasan takhayul,
bid’ah, dan khurofat kadangkala menjadi isu yang sensitif di
kalangan masyarakat luar. Lebih dari itu, masyarakat bahkan
merasa hal ini sudah usang untuk diperbincangkan.
c. Opportunities (Peluang)
Peluang merupakan kesempatan untuk berkembang yang bisa
diambil suatu organisasi agar strategi yang dijalannya tepat.
Peluang yang dimiliki Pimpinan Cabang Persatuan Islam
adalah:
1) Internal
Eksistensi PC Persis Purwakarta yang akan terus berjalan
seiring berlimpahnya kader/bakal kader da’i muda di ranah
8 Wawancara Pribadi dengan Ketua Bidgar Bimhajum PC Persis Purwakarta, H.U Yusuf
Yudamargana pada 20-11-2014.
75
pendidikan.9 Dakwah lewat pendidikan, penanaman
pengertian di usia dini sampai jenjang remaja tentang ide-ide
Persis menjadi momentum paling krusial dalam proses
pengkaderan bagi regenerasi di tubuh PC Persis Purwakarta
khususnya, dan umumnya Persis serta Islam secara
keseluruhan.
2) Eksternal
Kepercayaan yang telah terbangun di masyarakat bagi Persis
Purwakarta untuk menjalankan kegiatan dakwah bagi umat
merupakan nilai lebih yang wajib dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Selain itu, banyaknya sarana dakwah dan
pendidikan Persis Cabang Purwakarta yang tersebar di tujuh
jam’iyyah di seluruh Kecamatan Purwakarta.10
d. Threats (Ancaman)
Ancaman adalah suatu kondisi yang tidak menguntungkan pada
sebuah organisasi. Adapun ancaman yang mungkin akan
dihadapi PC Persis Purwakarta adalah:
1) Internal
Pertama, ketidakcermatan da’i dalam menyampaikan dakwah
pembaruan akan berdampak negatif bagi mad’u.11 Proses
kaderisasi kader dai Persis Purwakarta sebaiknya dijadikan
9 Wawancara pribadi bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, AS.
Syamsyuri, S. Ag., pada 13-12-2014. 10 Wawancara pribadi bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, AS.
Syamsyuri, S. Ag., pada 13-12-2014. 11 Wawancara pribadi bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, AS.
Syamsyuri, S. Ag., pada 13-12-2014.
76
momentum untuk benar-benar mencetak dai-dai yang
berkualitas dan sesuai harapan dan menjadi jawaban bagi
masyarakat/mad’u. Kedua, fleksibilitas pengurus PC Persis
Purwakarta dalam mengimplementasikan strategi dakwah
pembaruan akan membuat dakwah PC Persis Purwakarta
jalan di tempat. Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta
memberi keleluasaan bagi dai PC Persis Purwakarta untuk
menyampaikan materi dakwahnya. Meskipun dakwah yang
disampaikan tidak lepas dari visi, misi, dan tujuan dakwah
Persis namun akan lebih baik jika Ketua Bidgar Dakwah PC
Persis Purwakarta memberikan kurikulum khusus untuk
disampaikan agar tidak terjadi pengulangan dakwah yang itu-
itu saja serta menjadi bahan acuan yang jelas untuk ke
depannya. Ketiga, ketidakmampuan dan keengganan
memanfaatkan media dakwah terutama dakwah bil-kitabah
baik di media massa elektronik, media sosial, media cetak,
majalah, artikel, atau media tulis lainnya akan menjani nilai
minus PC Persis Purwakarta dalam melakukan dakwah
pembaruan, karena gagal merespons jaman yang telah maju.
Terakhir, regenerasi yang terputus akibat tidak mampu
melahirkan pengganti ulama-ulama Persis Purwakarta yang
sepadan.12
12 Wawancara pribadi bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, AS.
Syamsyuri, S. Ag., pada 13-12-2014.
77
2) Eksternal
Pertama, kondisi sosial-budaya masyarakat Purwakarta yang
berseberangan dengan visi dan misi dakwah PC Persis
Purwakarta. Purwakarta yang begitu membudaya
memberikan kekhawatiran akan dakwah pembaruan PC
Persis Purwakarta. Ini menjadi tantangan tersendiri untuk
menghindarkan kemungkinan akulturasi dan sinkretisme di
Kecamatan Purwakarta. Kedua, terjadi perbedaan pandangan
diantara kalangan muda dan kalangan tua mengenai model
pendidikan yang ideal bagi keberlangsungan dakwah
pembaruan PC Persis Purwakarta.13
Dengan mempertimbangan kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan dari Pimpinan Cabang Persis Purwakarta di atas, maka
terciptalah sebuah perencanaan strategi dakwah yang sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan mad’u.
2. Program Dakwah Pembaruan
Pimpinan Cabang Persatuan Islam Purwakarta kemudian
menentukan program dakwah strategis dari hasil pertimbangan
kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada untuk
melanggengkan misi dakwah pembaruannya. Adapun program
dakwah tersebut di antaranya adalah:
13 Wawancara Pribadi dengan Ketua Bidgar Bimhajum PC Persis Purwakarta, H.U Yusuf
Yudamargana pada 20-11-2014.
78
a. Institusionalisasi lewat pendidikan formal yang berada di
bawah tanggung jawab Pimpinan Cabang Persis
Purwakarta.
b. Ideologisasi lewat Tabligh dan Dakwah Bil-lisaan.
Kedua program tersebut dinilai sebagai upaya yang paling
tepat bagi PC Persis Purwakarta dalam melaksanakan dakwah
pembaruan.
Institusionalisasi notabene dibuat oleh Persis dari tingkat
Pmpinan Pusat sampai Pimpinan Jamaah di berbagai daerah dan
propinsi, institusi pendidikan mulai dari Raudhatul Atfal sampai
Perguruan Tinggi. Adapun pendidikan formal yang berada di
bawah territorial PC Persis Purwakarta di antaranya; Raudhatul
Atfal Persis No. 81 Al-Anshori, SDIT Persis No. 33 Al-Manar,
Pesantren Persatuan Islam No. 33 MTs Al-Manar, dan Pesantren
Persatuan Islam No. 33 MA Al-Manar.
Ideologisasi disini mencakup proses penanaman
pemahaman ide maupun gagasan PC Persis Purwakarta terhadap
anggota, simpatisan, dan penyampaiannya kepada masyarakat di
luar organisasi demi tegaknya Qur’an dan Sunnah.
Pada akhirnya, proses implementasi strategi dakwah
pembaruan PC Persis Purwakarta tergantung pada bagaimana
proses institusionalisasi dan ideologisasi berlangsung.
79
B. Implementasi Strategi
Implementasi pada dasarnya merupakan proses pengaplikasian atas
apa yang telah dibahas dalam perumusan strategi. Namun kenyataannya,
proses ini justru merupakan tahap yang paling sulit. Pada praktiknya,
banyak kendala dan rintangan yang dihadapi di lapangan sehingga
terkadang hasilnya tidak sama seperti yang diinginkan.14
Di dalam Qanun Asasi dan Qanun Dakhili Persis disebutkan bahwa
Persatuan Islam adalah suatu nama yang identik dengan dunia pergerakan
Islam dimana core business-nya adalah dunia pendidikan dan dakwah. PC
Persis Purwakarta sebagai salah satu bagian otonom dari Pimpinan Pusat
Persis mengimplementasikannya ke dalam rancangan program
dakwahnya.
Adapun faktor pendukung dari proses implementasi strategi
dakwah PC Persis Purwakarta,15 diantaranya;
1) Kepercayaan yang telah didapat dari masyarakat umum.
2) Tersedianya fasilitas pendidikan dan ruang dakwah yang
menunjang proses pengimplementasian.
Namun selain faktor pendukung yang memudahkan proses
implementasi strategi dakwah pembaruan, terdapat faktor penghambat
yang mungkin menjadi penghalang dari implementasi dakwah PC Persis
Purwakarta:
14 Wawancara pribadi bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, AS.
Syamsyuri, S. Ag., pada 13-12-2014. 15 Wawancara Pribadi dengan Ketua Bidgar Bimhajum PC Persis Purwakarta, H.U Yusuf
Yudamargana pada 20-11-2014.
80
1) Minimnya intensitas interaksi dengan luar organisasi jika
dibandingkan dengan di dalam organisasi.
2) Loyalitas para anggota yang dinilai masih kurang.
3) Kurangnya inovasi dakwah.
Proses implementasi dari program-program strategis yang
dihasilkan dari perumusan strategi terangkum seperti yang dibawah ini.
1. Institusionalisasi lewat pendidikan formal yang berada di bawah
tanggung jawab Pimpinan Cabang Persis Purwakarta.
Pendidikan merupakan sarana dakwah yang potensial baik
untuk menanamkan nilai-nilai dakwah kembali kepada Quran-
Sunnah, maupun sebagai proses kaderisasi agar regenerasi terus
berlanjut dan eksistensi PC Persis Purwakarta tidak terhenti di
masa yang akan datang.
Sebagaimana di dalam al-qur’an dijelaskan betapa
pentingnya memperdalam ilmu pengetahuan khususnya tentang
agama agar setiap manusia kelak dapat menjaga dirinya dan
mengemban tanggung jawab minimal atas dirinya sendiri.
Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. At-Taubah: 122)
Di ayat lain Allah juga menuntut orang mukmin agar
mendidik anak-anak mereka dengan mengambil hikmah dari apa
yang dilakukan Luqman terhadap anaknya.
81
Artinya: Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman: 12-13)
PC Persis Purwakarta saat ini sedang bahu membahu
merekonstruksi sistem pendidikan sekolah-sekolah Persis di
Kecamatan Purwakarta khususnya agar semakin menarik minat
para simpatisan dan masyarakat umum bersama Bidgar Pendidikan
PD Persis Purwakarta.
Setelah sekolah-sekolah/ madrasah Persis di Purwakarta
digarap dengan lebih serius, akhirnya jumlah pelajar baik di SDIT,
MTs dan MA Al-Manar No. 33 kini mengalami peningkatan yang
signifikan dengan kurang lebih total 600 siswa. Jumlah ini 6 kali
lipat lebih banyak jika dibandingkan dengan 4 sampai 5 tahun
yang lalu di mana SDIT bahkan belum didirikan pada saat itu.16
Upaya tersebut tentu akan berdampak positif khususnya
bagi PC Persis Purwakarta dalam mengembangkan strategi
dakwahnya terutama dalam menyampaikan dan menanamkan nilai-
nilai dakwah pembaruan Persis.
Adapun sekolah-sekolah/ madrasah yang berada di bawah
tanggung jawab PC Persis Purwakarta tersebut, di antaranya:
16 Disampaikan oleh Ketua Bidgar Pendidikan PD Persis Purwakarta, Dr. Yosep
Solihudin, M. Ag., dalam acara sosialisasi PD Persis Purwakarta pada tanggal 16-1-2015.
82
a) Raudhatul Athfal Persatuan Islam Al-Anshori No. 81 (Jl.
Ipik Gandamanah Kp. Rawa Mekar RT 02/01 Tegal Munjul
Purwakarta)
b) Madrasah Diniyyah Takmiliyah Awaliyah Persatuan Islam
No. 33 (Jl. RE Martadhinata No. 27)
c) Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Manar No. 33 (Jl. Ipik
Gandamanah Kp. Rawa Mekar RT 02/01 Tegal Munjul
Purwakarta)
d) Pesantren Persatuan Islam Madrasah Tsanawiyah Al-Manar
No. 33 (Jl. Purnawarman Barat RT 15/03 Sindang Kasih
Purwakarta)
e) Pesantren Persatuan Islam Madrasah Aliyah Al-Manar No.
33 (Jl. Purnawarman Barat RT 15/03 Sindang Kasih
Purwakarta)
PC Persis Purwakarta bekerja sama dengan Pimpinan
Jam’iyyah dan institusi terkait untuk menjaga keberlangsungan dan
kelancaran proses pendidikan. Sebagian besar kader da’i PC Persis
Purwakarta mempunyai tanggung jawab baik untuk mengelola
ataupun mengajar di kelima sekolah/ madrasah Persis Purwakarta
di atas. Oleh karena itu, hal ini sangat membantu dan
mempermudah PC Persis Purwakarta dalam melakukan misi
dakwah pembaruannya, yakni mengembalikan Islam kepada
Qur’an dan Sunnah.
83
Dari keseluruhan kader da’i PC Persis Purwakarta yang
berjumlah 28 orang, terdapat 18 kader da’i yang ikut serta berjihad
dalam institusi pendidikan Persis di Kecamatan Purwakarta baik
itu sebagai pengelola, pembimbing atau pengajar.
No Nama Kualifikasi Da’i Status di
Institusi
Pendidikan
Persis
1 O Komaruddin, SM Pendidikan S1 Pengajar
2 H. U Yusup
Yudhamargana
Tamhiedul
Mubalighien
Pembimbing
3 DR. Yusep Solehudin,
M.Ag
Pendidikan S3 Pengelola dan
Pengajar
(Mudir ‘Aam
PPI Al-Manar
No. 33)
4 Sano Al-Faruqi, S.Pd Pendidikan S1 Pengajar
5 Endang Wahyana, BA Pendidikan S1 Pengelola dan
Pengajar
(Mudir
Tsanawiyah
PPI Al-Manar
No. 33)
84
6 Drs.H. Tatang
Abdurrahman
Pendidikan S1 Pengelola
7 H. Ubad Badrudin Dauroh Duu’aat -
8 Asep Gunawan, M.Ag Pendidikan S2 Pengajar
9 Jafar Yahya Dauroh Duu’aat Pengajar
10 H.Apipuddin Tamhiedul
Mubalighien
-
11 H.Arifin Busyaeri Tamhiedul
Mubalighien
-
12 R M O Syahroni Tamhiedul
Mubalighien
-
13 H.Uci Suryana Dauroh Duu’aat Pengajar
14 AS Syamsuri, S.Ag Pendidikan S1 Pengajar
15 Insan Fauzi, S.Pd Pendidikan S1 Pengajar
16 H.Ade Darmawan Tamhiedul
Mubalighien
-
17 H.Udin Syamsuddin Dauroh Duu’aat -
18 M Hisyam Dauroh Duu’aat -
19 Hadi Saeful Rizal,
S.Sos.I
Pendidikan S1 Pengajar
20 H. E Syariffuddin Tamhiedul
Mubalighien
Pengajar
21 Haris Arief R, S.Pd Pendidikan S1 Pengelola dan
Pengajar
85
22 E Warsito Tamhiedul
Mubalighien
Pengelola
23 Ahmad Qutub Dauroh Duu’aat -
24 Firmandi Nusantara Tamhiedul
Mubalighien
Pembimbing
Asrama dan
Pengajar
25 Haris Mardiana Tamhiedul
Mubalighien
-
26 Kustono, S.Ag Pendidikan S1 Pengajar
27 Drs. Asep Saefuddin Pendidikan S1
28 Iqbal H I, S.Kom.I Pendidikan S1 Pembimbing
Asrama dan
Pengajar
Tabel. 117
Data Kader Da’i PC Persis Purwakarta
2. Ideologisasi lewat Tabligh dan Dakwah Bil-lisaan.
Pada dasarnya tujuan dari dakwah PC Purwakarta sama
dengan Persis Pusat. Yaitu pertama, mengamalkan segala ajaran
Islam dalam setiap segi kehidupan anggotanya dalam masyarakat.
Kedua, menempatkan kaum muslimin pada ajaran aqidah dan
syariah berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah.18
17 Data dari dokumentasi Jadwal Khotib Jum’at PC Persis Purwakarta. 18 Wawancara pribadi bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, AS.
Syamsyuri, S. Ag., pada 13-12-2014.
86
Segala aktivitas dakwah PC Persis Purwakarta baik dalam
dakwah bil-lisan, dakwah bil-kitabah, dan dakwah bil-lisanil-hal,
semuanya berpegang kepada pedoman pokok yang di dalamnya
terkandung prinsip-prinsip perjuangan kembali kepada Quran dan
sunnah, sekaligus sebagai identitas yang mewarnai seluruh gerak
langkah organisasi dan anggotanya, secara konkret tertulis dalam
Qanun Asasi (Anggaran Dasar) dan Qanun Dakhili (Anggaran
Rumah Tangga) Persatuan Islam.19
PC Persis Purwakarta menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah
sebagai rujukan paling fundamental dalam praktik dakwahnya.
Oleh karena itu, Quran dan sunnah merupakan sumber ajaran Islam
(pendapat ulama bukan sumber ajaran Islam). Ini merupakan
konsekuensi logis bagi setiap hamba Allah untuk menjadikan
keduanya sebagai panduan hidup di dunia dan akhirat. Oleh
karenanya, setiap orang harus membersihkan dirinya dari tradisi
yang tidak diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. PC Persis
Purwakarta-pun tidak membenarkannya taqlid kepada ulama serta
memohon kepada Allah lewat perantara syekh, wali, atau benda
tertentu karena itu merupakan perbuatan musyrik dan Allah tidak
butuh perantara. Taqlid tidaklah dibenarkan dalam ajaran Islam,
karena bagaimanapun besarnya seorang ulama atau imam, ia tidak
lebih dari seorang guru yang mana merupakan manusia biasa dan
tidak terbebas dari salah. Oleh karena itu, manusia mempunyai
19 Wawancara pribadi bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, AS.
Syamsyuri, S. Ag., pada 13-12-2014.
87
kebebasan untuk mengikuti atau tidak mengikuti pendapat ulama
tersebut. Makannya, Persis tidak mengenal istilah madzhab karena
bisa saja salah jika tidak sesuai dengan Quran dan Sunnah.Ketiga,
pintu ijtihad selalu terbuka dan tidak tertutup.20
PC Persis Purwakarta menempatkan dirinya ke dalam
ormas yang lebih modern ketimbang tradisional. Banyak yang
beranggapan bahwa modernisasi adalah usaha merubah paham,
adat, kebiasaan yang telah mengakar di masyarakat dan
menyesuaikannya dengan suasana ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lebih jauh lagi, modernisasi bahkan diartikan dengan pemujaan
terhadap akal dan ilmu. Tentu ini tidak sesuai dengan pembaruan
agama dalam Islam. Sementara tradisionalisasi dalam agama
merupakan bentuk baru dari sebuah agama yang telah masuk pada
suatu wilayah yang sarat akan adat istiadat dan kebiasaan warga
setempat. Agama tidak lagi berada dalam bentuk utuhnya karena
telah bercampur dengan tradisi setempat. Islam tradisional juga
percaya bahwa kebenaran agama terkandung dalam tulisan-tulisan
para ulama terdahulu terutama fuqaha dan mutakallimun. Oleh
karena itu, PC Persis Purwakarta melihat bahwa gerakan
dakwahnya lebih ke arah modern namun dalam arti yang positif.
Persis tidak menutup diri akan perkembangan jaman, oleh karena
itu terbuka dan membuka pintu ijtihad mengenai pokok-pokok
20 Wawancara pribadi bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, AS.
Syamsyuri, S. Ag., pada 13-12-2014.
88
agama ketimbang bersandar pada tradisi penafsir-penafsir masa
lampau.21
Pemikiran pembaruan Persis tentang mengembalikan Islam
kepada Qur’an dan Sunnah bukan berari mengembalikan segala
sesuatunya seperti pada zaman Nabi Muhammad SAW. dan
sahabat-sahabatnya, melainkan menghendaki apa yang seharusnya
disakralkan dan apa yang tidak seharusnya disakralkan oleh umat
Islam. Hal ini berkaitan erat dengan konsepsi puritanisme yang
cenderung menutup diri dengan kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan. Persatuan Islam, secara umum, berbeda dengan
sebagian organisasi keagamaan lainnya yang juga bercorak
puritanisme namun terlihat menutup diri terhadap keduniawian.
Adapun jika terjadi pertentangan, perselisihan, atau
perbedaan dalam menghadapi dinamika di masyarakat, PC Persis
Purwakarta tetap berpijak pada visi, misi dan yang menjadi tujuan
dakwah Persis sebagai gerakan pembaruan, yakni mengembalikan
Islam kepada Quran dan Sunnah. Karena toleransi dalam agama,
aqidah bahkan syariah bukanlah penyelesaian. Perselisihan yang
terjadi di medan dakwah, itu karena mental dan sikap
ketidakterbukaan. Persis memang dikenal lebih antusias dengan
perdebatan dibandingkan ormas lainnya, itu yang menjadikan
Persis secara umum mungkin dinilai sedikit lebih ekstrem.
21 Wawancara pribadi bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, AS.
Syamsyuri, S. Ag., pada 13-12-2014.
89
PC Persis Purwakarta melihat bahwa sebaik-baik hujjah
adalah hujjah Allah dan Rasul-Nya, yaitu Al-Qur’an dan As-
sunnah. Di dalam Quran dengan jelas diterangkan bahwa keduanya
(Quran dan Sunnah) haruslah beriringan. Sebagaimana tertera
dalam Ali Imron: 31, An-Nisa: 80, 150-151, Al-Ahzab: 36, dan
banyak ayat lainnya. Jadi mengembalikan Islam kepada sedia kala,
Islam yang berlandaskan Quran dan Sunnah merupakan harga
mati. Menurut Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta,
Ustadz AS. Syamsuri, S. Ag, masih ada diantara masyarakat
Purwakarta ini yang percaya akan takhayul seperti melempar koin
jika ada jenazah yang sedang dihantar ke kuburannya lewat di
depan rumahnya sebagai tolak bala, lalu melaksanakan ibadah-
ibadah dengan tata cara yang tidak diajarkan Nabi, dan tradisi-
tradisi lain yang sudah mengakar di masyarakat. Ini semua
merupakan kompleksitas yang harus dihadapi kader da’i PC Persis
Purwakarta. Beliau-pun berharap sepenuhnya kepada para da’i PC
Persis Purwakarta agar bisa mengatasi masalah yang berkembang
di masyarakat dan menyampaikan dakwah sebaik-baiknya
sehingga dapat diterima dengan baik oleh mad’u.22
Adapun beberapa agenda dakwah dan tabligh di daerah
kerja PC Persis Purwakarta, di antaranya:
a) Khutbah jum’at
22 Wawancara pribadi bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, AS.
Syamsyuri, S. Ag., pada 13-12-2014.
90
Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, selaku
pemegang otoritas dan tanggung jawab dalam agenda
dakwah PC Persis Purwakarta, awalnya akan melakukan
koordinasi dengan Pimpinan Jam’iyyah terkait siapa da’i
PC Persis Purwakarta yang ingin dikedepankan menjadi
khotib jum’at di Pimpinan Jam’iyyah terkait. Kemudian
Pimpinan Jam’iyyah mengajukan nama khotib kepada
Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, dan atas
persetujuan Ketua Pimpinan Cabang, maka Ketua Bidgar
Dakwah PC Persis Purwakarta menugaskan kepada da’i
terpilih dan membuat jadwal khutbah jum’at yang
kemudian disebarkan kepada tiap Jam’iyyah.
Saat ini, terdapat 28 da’i PC Persis Purwakarta dengan
beragam kualifikasi yang terdata sebagai khotib jum’at di 7
Jam’iyyah. Jika ada da’i yang berhalangan menjadi khatib
jum’at, maka da’i wajib lapor kepada Bidgar Dakwah PC
Persis Purwakarta untuk dicarikan penggantinya.23
b) Pengajian rutin mingguan
PC Persis Purwakarta membawahi 7 Jam’iyyah yang
tersebar di Kecamatan Purwakarta. Setiap Jam’iyyah
memiliki jadwal pengajian rutin mingguan tersendiri
dengan da’i dari PC Persis Purwakarta sebagai penceramah
pengajian rutin tersebut. Kegiatan pengajian rutin
23 Wawancara pribadi bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, AS.
Syamsyuri, S. Ag., pada 13-12-2014.
91
mingguan diadakan ba’da maghrib menjelang Isya. Adapun
perihal materi ceramah yang disampaikan, Bidgar Dakwah
PC Persis Purwakarta memberikan keleluasaan kepada da’i
terkait, namun tetap pada koridor visi dan misi dakwah
Persis secara umum, yaitu revitalisasi Quran dan sunnah.
Berikut ini adalah 7 masjid Jam’iyyah beserta waktu
penyelenggaraannya.24
No Masjid Alamat Waktu
1 Masjid
Al-Manar
Jl. Purnawarman Barat
RT 15/03 Sindang
Kasih Purwakarta
Setiap Senin,
Ba’da
Maghrib
2 Masjid
Al-Amin
Jl. Purnawarman Barat
RT 45/03 Sindang
Kasih Purwakarta
Setiap Rabu,
Ba’da
Maghrib
3 Masjid
Ar-Royan
Jl. Ipik Gandamanah
Kp. Rawa Mekar RT
02/01 Tegal Munjul
Purwakarta
Setiap
Kamis,
Ba’da
Maghrib
4 Masjid
Al-
Anshori
Jl. Ibrahim Singadilaga Setiap Senin,
Ba’da
Maghrib
24 Wawancara pribadi bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, AS.
Syamsyuri, S. Ag., pada 13-12-2014.
92
5 Masjid
Ar-
Risalah
Jl. RE Martadhinata
No. 27
Setiap
Selasa,
Ba’da
Shubuh
6 Masjid
Nurul
Iman
Pasar Senen
Purwakarta
Setiap
Minggu,
Ba’da
Shubuh
7 Masjid
At-Taqwa
Jl. Alamanda
Ciseureuh, Kebon
Kolot, Purwakarta
Setiap Sabu,
Ba’da
Maghrib
Tabel 2.25
Data masjid jam’iyyah dan jadwal rutin mingguan
c) Pengajian bulanan
Pengajian bulanan PC Persis Purwakarta diselenggarakan
maksimal 2 bulan sekali dengan pemateri undangan dari
Pimpinan Pusat Persatuan Islam. Kegiatan ini bertempat di
sebelah Kantor PC Persis Purwakarta yaitu Madrasah
Diniyyah Takmiliyah Awaliyah Persatuan Islam No. 33 (Jl.
RE Martadhinata No. 27). Kegiatan ini dihadiri oleh
pengurus, anggota, dan simpatisan Persis di Purwakarta
25 Wawancara pribadi bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, AS.
Syamsyuri, S. Ag., pada 13-12-2014.
93
umumnya, khususnya Kecamatan Purwakarta.26
Momentum ini dijadikan sebagai sarana silaturahmi
Pimpinan Pusat kepada Pimpinan Cabang beserta kader
Persis lain, selain juga sebagai proses ideologisasi dari
Pusat Persis.
d) Pengajian Persistri
Persistri merupakan kependekan dari Persatuan Islam Istri,
yaitu daerah otonom PC Persis, khususnya PC Persis
Purwakarta. Adapun pengajian Persistri diadakan 3 kali
dalam satu minggu. Meskipun Persistri mempunyai
kepengurusan sendiri, namun tetap berada pada tanggung
jawab dari PC Persis Purwakarta.27
e) Lain-lain
Agenda dakwah lainnya mencakup khutbah dua Hari Raya,
Idul Fitri dan Idul Adha, ceramah shalat gerhana, tabligh
akbar, serta diskusi yang sifatnya fleksibel bisa diadakan
kapan dan dimana saja.28
C. Evaluasi Strategi
Setelah melalui beberapa tahapan yang sudah dijelaskan
sebelumnya, untuk mengetahui dan mengukur tingkat keberhasilan strategi
26 Wawancara pribadi bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, AS.
Syamsyuri, S. Ag., pada 13-12-2014. 27 Wawancara pribadi bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, AS.
Syamsyuri, S. Ag., pada 13-12-2014. 28 Wawancara pribadi bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, AS.
Syamsyuri, S. Ag., pada 13-12-2014.
94
dakwah, diperlukan adanya evaluasi strategi. Karena itu, evaluasi dari
program-program yang diimplementasikan perlu dilakukan terus menerus.
Evaluasi ini memegang peranan pentng dalam mengetahui dan
memastikan sejauh mana keberhasilan dakwah yang telah dilaksanakan
apakah sesuai atau tidak dengan perumusan atau perencanaan yang telah
ditetapkan, karena itu evaluasi harus dilakukan dan terprogram waktunya.
PC Persis Purwakarta melakukan evaluasi baik secara insidentil
ataupun terencana. Insidentil maksudnya apabila terdapat kendala di
medan dakwah yang menyangkut program atau implementasi dakwah,
maka evaluasi merupakan jalan untuk memperbaikinya. Evaluasi PC
Persis Purwakarta juga dilaksanakan secara terencana setiap enam bulan
sekali. Sejauh ini, evaluasi secara terencana sudah dilakukan sebanyak dua
kali, sementara secara insidentil telah dilakukan sebanyak satu kali. 29
29 Wawancara pribadi bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, AS.
Syamsyuri, S. Ag., pada 13-12-2014.
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tajdid atau pembaruan ialah memperbarui apa yang telah usang serta
mengembalikannya kepada wujud asalnya seperti sedia kala. Tujuannya agar
terlihat baru kembali, yaitu dengan memperkuat seluruh bagiannya,
memperbaiki yang telah usang dan rusak, sehingga nampak, atau paling tidak
mendekati, bentuknya semula. Dalam konteks dakwah pembarun PC Persis
Purwakarta adalah mengembalikan ajaran Islam kepada Qur’an dan Sunnah.
1. Perumusan Strategi
Perumusan strategi dilakukan pada saat Tasykil sekaligus rapat
kerja PC Persis Purwakarta, yaitu sekitar seminggu setelah
kepengurusan PC Persis Purwakarta Masa Jihad 2014-2018 terbentuk.
Adapun target utama dari perumusan strategi dakwah PC Persis
Purwakarta yaitu tercapainya peningkatan wawasan, pemahaman, dan
keyakinan para anggota dan umat Islam, khususnya yang berada di
Purwakarta, terhadap ajaran Islam secara kaafah baik itu mengenai
aqidah, ibadah, dan muamalah sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Melalui pendekatan analisa SWOT, penulis melakukan
pemetaan mengenai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari
dakwah pembaruan PC Persis Purwakarta baik di dalam organisasi
(internal) atau di luar organisasi (eksternal). Setelah mengetahui dan
mempertimbangkan hal tersebut, sesuai kesepakatan PC Persis
96
Purwakarta menyusun dan menetapkan program-program dakwah
unggulan yang strategis dalam melakukan pembaruan, yaitu:
a. Institusionalisasi lewat pendidikan formal yang berada di
bawah tanggung jawab Pimpinan Cabang Persis Purwakarta.
b. Ideologisasi lewat Tabligh dan Dakwah Bil-lisaan.
Kedua program ini dinilai sebagai program yang paling
strategis dan realistis bagi PC Persis Purwakarta dalam melakukan
dakwah pembaruan di daerah kerja cabang.
2. Implementasi Strategi
Proses Institusionalisasi lewat pendidikan formal di daerah
kerja cabang, Kecamatan Purwakarta, terdapat institusi pendidikan
yang diisi langsung oleh banyak kader da’i dari PC Persis Purwakarta.
Terdapat 5 institusi pendidikan yang berada di daerah kerja cabang
Purwakarta dan menjadi tanggung jawab dari PC Persis Purwakarta, di
antaranya; Raudhatul Athfal Persatuan Islam Al-Anshori No. 81,
Madrasah Diniyyah Takmiliyah Awaliyah Persatuan Islam No. 33,
Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Manar No. 33, Pesantren Persatuan
Islam Madrasah Tsanawiyah Al-Manar No. 33, Pesantren Persatuan
Islam Madrasah Aliyah Al-Manar No. 33.
Dari keseluruhan kader da’i PC Persis Purwakarta yang
berjumlah 28 orang, terdapat 18 kader da’i yang ikut serta berjihad
dalam institusi pendidikan Persis di Kecamatan Purwakarta baik itu
sebagai pengelola, pembimbing atau pengajar. Hal ini dinilai akan
97
memudahkan PC Persis Purwakarta dalam melakukan dakwah
pembaruannya terutama lewat pendidikan.
Selain institusionalisasi lewat pendidikan, program kedua yang
dinilai potensial dan rasonal adalah ideologisasi lewat Tabligh dan
Dakwah Bil-lisaan. Di daerah kerja cabang Purwakarta terdapat 7
masjid yang terdapat di 7 jam’iyyah, yaitu: Masjid Al-Amin, Masjid
Al-Anshori, Masjid Al-Manar, Masjid Ar-Risalah, Masjid Ar-Royan,
Masjid At-Taqwa, dan Masjid Nurul Iman.
Adapun beberapa agenda dakwah dan tabligh di daerah kerja
PC Persis Purwakarta, seperti khutbah jum’at, pengajian rutin
mingguan, pengajian bulanan, pengajian Persistri, dan kegiatan
dakwah lainnya seperti khutbah Idul Fitri dan Idul Adha, shalat
gerhana, tabligh akbar, serta diskusi.
3. Evaluasi Strategi
PC Persis Purwakarta melakukan evaluasi baik secara insidentil
ataupun terencana. Insidentil maksudnya apabila terdapat kendala di
medan dakwah yang menyangkut program atau implementasi dakwah,
maka evaluasi merupakan jalan untuk memperbaikinya. Evaluasi PC
Persis Purwakarta juga dilaksanakan secara terencana setiap enam
bulan sekali. Sejauh ini, evaluasi secara terencana sudah dilakukan
sebanyak dua kali, sementara secara insidentil telah dilakukan
sebanyak satu kali.
98
B. Saran
Berdasarkan penjelasan yang penulis paparkan di bab-bab
sebelumnya, maka penulis melihat bahwa ada beberapa hal yang mungkin
perlu untuk ditingkatkan agar menjadi perbaikan di hari mendatang.
1. Kepada pengurus Pimpinan Cabang Persis Purwakarta agar
meningkatkan kinerja dan loyalitasnya. Karena berdasarkan
pengamatan penulis, terjadi sedikit kevakuman di beberapa aspek
bidang garapan.
2. Kepada da’i Pimpinan Cabang Persis Purwakarta agar terus
memperbarui dan memperdalam wawasannya terutama dalam
mengetahui informasi kekinian.
3. Kepada elit anggota Pimpinan Cabang Purwakarta dan yang berada
di atasnya, agar menetapkan dan mengukuhkan konsepsi tajdid
yang sebenarnya, sehingga tidak lagi menjadi polemik di kalangan
internal, memperjelas arah gerak dakwahnya, dan menjadi jawaban
atas pertanyaan masalah-masalah umat kekinian.
99
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Abu. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Al-Bahiy, Muhammad. Pemikiran Islam Modern, Penerjemah: Su’adi Sa’ad, cet.
Ke-1. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986).
al-Wa’iy, Taufik. Dakwah ke Jalan Allah: Muatan, Sarana & Tujuan, editor:
Muhith M. Ishaq. Jakarta: Robbani Pers, 2010.
Amin, Samsul Munir. Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: Amzah,
2008.
Amsyari, Fuad. Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, cet. Ke-1. Bandung:
Mizan, 1990.
Anshari, Endang Saefuddin. Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran tentang Islam
dan Umatnya. Jakarta: CV Rajawali, 1986.
Anshari, Endang Saifuddin. “Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran tentang Islam
dan Umatnya”. Bandung: Pustaka, 1983.
Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi, ed. Ke-1, cet.
Ke-1. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer: Sebuah Studi Komunikasi. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2011.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta, 2002.
Bulaeng, Andi. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, cet. Ke-1.
Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2004.
100
Gluek, William F. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, ed. Ke-2.
Jakarta: Erlangga, 1989.
Hafid, Endang Sirodjudin, Bachtiar, Tiar Anwar, Rahman, Dudung Abdul, dan
Fauzan, Pepen Irpan. Pergulatan Pemikiran Kaum Muda Persis.
Bandung: Granada, 2005.
Hafidhuddin, Didin. Dakwah Aktual. Jakarta: Gema Insani Press, 1998.
Hamid, Hamid, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi), CeQDA (Centre for Quality Development and Assurance), UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, April 2007
Hariadi, Bambang. Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisnis.
Malang: Bayu Media Publishing, 2005.
Howard M., Federspiel. Persatuan Islam, Islamic Reform in Twentieth Century
Indonesia. New York: Modern Indonesia Project Southeast Asia Program,
Cornell University, 1970.
Ismail, A. Ilyas dan Hotman, Prio. Filsafat Dakwah: Rekayasa Membangun
Agama dan Peradaban Islam, ed. Ke-1, cet. Ke-1. Jakarta: Kencana,
2011).
Khaeruman, Badri. Persatuan Islam: Sejarah Pembaruan Pemikiran “Kembali
kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah”, Cet. Ke-1. Bandung: FAPPI dan Iris
Press, 2010.
Madjid, Nurchalis. Khazanah Intelektual Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1984.
Malik, Deddy Jamaluddin & Ibrahim, Idy Subandy. Zaman Baru Islam Indonesia:
Pemikiran dan Aksi Politik Abdurrahman Wahid, M. Amien Rais,
101
Nurcholis Madjid, dan Jalaluddin Rakhmat. Bandung: Zaman Wacana
Mulia, 1998.
Moeleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, cet. Ke-10. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1993.
Muchtarom, Zaini. Dasar-dasar Manajemen Dakwah. Yogyakarta: Al-Iman Press,
1996.
Mulkanasir, Strategik Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia, Jurnal
Dakwah dan Komunikasi, edisi 2 Desember 2006.
Munawwir, A. W. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Lengkap, cet. Ke-14, ed-
ke-2. Jakarta: Pustaka Progresif, 1997.
Nasution, Harun. “Pembaruan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan”.
Jakarta: Bulan Bintang, 1982.
Noor, Deliar. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES,
1980.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
ed. Ke-3. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Qanun Asasi-Qanun Dakhili, Penjelasan Qanun Asasi-Qanun Dakhili Pedoman
Kerja Program Jihad 2005-2010 Persatuan Islam. Bandung: PERSIS
PRESS, 2005.
Qardhawi, Yusuf. Membangun Masyarakat Baru, Penerjemah: Ruydi Helmi, cet.
Ke-1. Jakarta: Gema Insani Pers, 1997.
Rafi’udin dan Maman, Prinsip dan Strategi Dakwah. Bandung: Pustaka Setia,
1997.
102
Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005.
Rifai, Veithzal. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan: Dari Teori
ke Praktek. Jakarta: Murai Rencana, 2006.
Sudirman, H. Problematika Dakwah di Indonesia. Jakarta: Pusat Dakwah Islam
Indonesia, 1972.
Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.
Tafsir Qanun Asasi Persatuan Islam, 1984.
Uchjana, Onong. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, cet. Ke-4. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1992.
Umar, Salim. Persatuan Islam: Pembaruan dan pengaruhnya. Bandung: IAIN,
1995.
Umar, Toha Yahya Ilmu Dakwah. Jakarta: Wijaya, 1983.
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian Sosial, ed.
Ke-2. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
http://www.antaranews.com/berita/112780/mui-nilai-bupati-purwakarta-nista-
agama
Lampiran I
Pedoman Wawancara
Nama : H. U Yusup Yudamargana
Waktu : 20-11-2014
1. Kapan pertama kali Persis masuk ke Purwakarta?
Persatuan Islam (Persis) pertama kali masuk ke Purwakarta sekitar tahun
1955.
2. Bagaimana Persis masuk ke Purwakarta?
Ketika itu Persis di Purwakarta masih berstatus Pimpinan Jamiyah
Purwakarta yang belum memiliki cabang tersendiri namun aktif mengikuti
pengajian-pengajian yang secara rutin diadakan.Biasanya, kegiatan-
kegiatan PJ Persis Purwakarta tersebut aktif dan berkembang di daerah
Pasar Jumat Purwakarta.
3. Siapa tokoh yang pertama kali mengenalkan Persis di Purwakarta?
Tokoh yang mempelopori dakwah Persis di Purwakarta adalah Ust.Ama
Winanta Dirja.Namun ternyata respon masyarakat Purwakarta sangat
positif terhadap Persis, sehingga terkadang, anggota-anggota Persis dari
Pimpinan Pusat sendiri yang mengisi kegiatan dakwah Persis di
Purwakarta, semisal Ust.Isa Ansori atau Ust. E. Abdurrahman.
4. Kapan Persis Cabang Purwakarta resmi dibentuk?
PC Persis Purwakarta secara resmi terbentuk pada tahun 1963.Diresmikan
oleh Ust. Prof. Rusydad Nurdin, sebagai Wakil Ketua I Pimpinan Pusat
Persatuan Islam.
5. Apa yang menjadi landasan dakwah Persis Cabang Purwakarta?
Pada dasarnya, Persis Cabang Purwakarta menginduk pada Pimpinan
Pusat Persatuan Islam. Segala aktivitas berlandaskan misi dari Persis itu
sendiri, berpegang kepada pedoman pokok yang di dalamnya terkandung
prinsip-prinsip perjuangan kembali kepada Quran dan sunnah, sekaligus
sebagai identitas yang mewarnai seluruh gerak langkah organisasi dan
anggotanya, secara konkret tertulis dalam Qanun Asasi (Anggaran Dasar)
dan Qanun Dakhili (Anggaran Rumah Tangga) Persatuan Islam.
6. Apa makna pembaruan bagi Persis?
Bagi Persis, istilah pembaruan berangkat dari tulisan Muhammad Abduh
dalam majalah Al-Manar, bahwa “Al-Islaam Mahjuubun bil-Muslimiin”.
Artinya, Islam itu terhalang oleh orang-orang muslim itu sendiri. Tulisan
ini seolah menghendaki cara berpikir dan cara hidup yang baru bagi umat
Islam dengan hasrat untuk mengembalikan, serta menghidupkan kembali
peninggalan lama Islam, yakni Quran dan Sunnah.
Pokok-pokok pemikiran pembaruan Persis pada dasarnya satu paham
dengan Muhammad bin Abdul Wahhab, bahwa pertama, Quran dan
sunnah merupakan sumber ajaran Islam (pendapat ulama bukan sumber
ajaran Islam). Kehidupan seorang muslim tidak dapat dipisahkan dari
ketentuan-ketentuan hukum Islam itu sendiri, itu merupakan konsekuensi
logis sebagai hamba-Nya yang harus taat melaksanakan tugasnya untuk
beribadah atau taat kepada Allah. Oleh karenanya, setiap orang harus
membersihkan dirinya dari tradisi yang tidak diperintahkan oleh Allah dan
Rasul-Nya. Lalu yang kedua tidak dibenarkannya taqlid kepada ulama
serta memohon kepada Allah lewat perantara syekh, wali, atau benda
tertentu karena itu merupakan perbuatan musyrik dan Allah tidak butuh
perantara. Taqlid tidaklah dibenarkan dalam ajaran Islam, karena
bagaimanapun besarnya seorang ulama atau imam, ia tidak lebih dari
seorang guru yang mana merupakan manusia biasa dan tidak terbebas dari
salah. Oleh karena itu, manusia mempunyai kebebasan untuk mengikuti
atau tidak mengikuti pendapat ulama tersebut. Makannya, Persis tidak
mengenal istilah madzhab karena bisa saja salah jika tidak sesuai dengan
Quran dan Sunnah.Ketiga, pintu ijtihad selalu terbuka dan tidak tertutup.
7. Bagaimana Persis memandang modernisasi dan tradisionalisasi
dalam agama Islam?
Modernisasi ini muncul sebagai jawaban atas tantangan dengan
mencontoh kaum sekularis Barat yang merasa agama hanya sekedar
kawasan keyakinan dan peribadatan yang sifatnya pribadi. Modernisasi ini
mempunyai banyak arti, seperti usaha merubah paham, adat, kebiasaan
yang telah mengakar di masyarakat dan menyesuaikannya dengan suasana
ilmu pengetahuan dan teknologi. Lebih jauh lagi, modernisasi bahkan
diartikan dengan pemujaan terhadap akal dan ilmu. Tentu ini tidak sesuai
dengan pembaruan agama dalam Islam. Sementara tradisionalisasi dalam
agama merupakan bentuk baru dari sebuah agama yang telah masuk pada
suatu wilayah yang sarat akan adat istiadat dan kebiasaan warga setempat.
Agama tidak lagi berada dalam bentuk utuhnya karena telah bercampur
dengan tradisi setempat.Islam tradisional juga percaya bahwa kebenaran
agama terkandung dalam tulisan-tulisan para ulama terdahulu terutama
fuqaha dan mutakallimun.
8. Dimanakah Persis menempatkan diri, modernisme atau
tradisionalisme?
Tentu bukan di tradisionalisme, lebih ke modernisme namun dalam artian
yang positif. Persis tidak menutup diri akan perkembangan jaman, oleh
karena itu terbuka dan membuka pintu ijtihad mengenai pokok-pokok
agama ketimbang bersandar pada tradisi penafsir-penafsir masa lampau.
9. Sebagai ormas, dimanakah arah pergerakan Persis?
Persatuan Islam memiliki ciri khas dalam gerak dan langkahnya, yaitu
menitikberatkan pada pembentukan paham keagamaan yang dilancarkan
melalui pendidikan dan lain-lain.
Narasumber
H. U Yusup Yudamargana
Lampiran II
Pedoman Wawancara
Nama : Ust. AS. Syamsuri S. Ag
Waktu : Sabtu, 13-12-2014
Asas Pertimbangan Strategi
1. Secara filosofis, apa tujuan dari aktivitas dakwah yang dilakukan
Persis Cabang Purwakarta?
Pada dasarnya tujuan dari dakwah Persis Cabang Purwakarta sama dengan
Persis Pusat. Pertama, mengamalkan segala ajaran Islam dalam setiap segi
kehidupan anggotanya dalam masyarakat. Kedua, menempatkan kaum
muslimin pada ajaran aqidah dan syariah berdasarkan al-Quran dan as-
Sunnah.
2. Bagaimana kualifikasi da’i yang ikut menyampaikan dakwah
pembaruan Persis Cabang Purwakarta?
Proses kaderisasi da’I dilakukan melalui tamhiedul muballighien,
pendidikan, dan latihan Da’I (Daurah Duu’at), ataupun pelatihan lain yang
sejenis. Setelah itu, dilakukanlah pengangkatan Da’i oleh Bidgar Dakwah
pimpinan Cabang setelah terlebih dahulu mengadakan penilaian terhadap
calon da’I mengenai ilmu, kemampuan, keterampilan, prilaku, komitmen
terhadap Jam’iyyah.
Saat ini, secara umum pimpinan cabang memiliki jumlah kader Da’I
sejumlah 28 orang. Berikut tabel ringkas kualifikasinya:
No NAMA Pola Kaderisasi 1 O Komaruddin, SM Pendidikan S1 2 H. U Yusup Yudhamargana Tamhiedul Mubalighien 3 DR. Yusep S, M.Ag Pendidikan S3 4 Sano Al-Faruqi, S.Pd Pendidikan S1 5 Endang Wahyana, BA Pendidikan S1 6 Drs.H. Tatang Abdurrahman Pendidikan S1 7 H. Ubad Badrudin Dauroh Duu’aat 8 Asep Gunawan, M.Ag Pendidikan S2 9 Jafar Yahya Dauroh Duu’aat 10 H.Apipuddin Tamhiedul Mubalighien 11 H.Arifin Busyaeri Tamhiedul Mubalighien 12 R M O Syahroni Tamhiedul Mubalighien 13 H.Uci Suryana Dauroh Duu’aat 14 AS Syamsuri, S.Ag Pendidikan S1 15 Insan Fauzi, S.Pd Pendidikan S1 16 H.Ade Darmawan Tamhiedul Mubalighien 17 H.Udin Syamsuddin Dauroh Duu’aat 18 M Hisyam Dauroh Duu’aat 19 Hadi Saeful Rizal, S.Sos.I Pendidikan S1 20 H. E Syariffuddin Tamhiedul Mubalighien 21 Haris Arief R, S.Pd Pendidikan S1 22 E Warsito Tamhiedul Mubalighien 23 Ahmad Qutub Dauroh Duu’aat 24 Firmandi Nusantara Tamhiedul Mubalighien 25 Haris Mardiana Tamhiedul Mubalighien 26 Kustono, S.Ag Pendidikan S1 27 Drs.Asep Saefuddin Pendidikan S1 28 Iqbal H I, S.Kom.I Pendidikan S1
3. Berdasarkan kondisi sosio-kultural di Purwakarta, bagaimana Persis
Cabang Purwakarta merespon dinamika masyakarakat Purwakarta
dalam perihal dakwah pembaruan?
Kami tetap berpijak pada visi, misi dan yang menjadi tujuan dakwah
Persis sebagai gerakan pembaruan, yakni mengembalikan Islam kepada
Quran dan Sunnah. Karena toleransi dalam agama, aqidah bahkan syariah
bukanlah penyelesaian. Memang selaku pendakwah, kami hanya
menyampaikan dan Allah yang memberi hidayah. Namun kami percaya
jikapun ada perselisihan terjadi di medan dakwah, itu karena mental dan
sikap ketidakterbukaan. Persis memang dikenal lebih antusias dengan
perdebatan dibandingkan ormas lainnya, itu yang menjadikan Persis
mungkin dinilai sedikit lebih ekstrem.
4. Berkenaan dengan analisis SWOT, apa kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman dari dakwah pembaruan Persis Cabang
Purwakarta?
a) Strength (Kekuatan). Pertama, Persis sudah punya kesan baik dan
mendapat kepercayaan di tengah-tengah masyarakat Purwakarta
karena telah lama menyiarkan dakwah. Kedua, kader da’i PC Persis
Purwakarta sebagian besar merupakan kader yang tumbuh dan belajar
di lingkungan Persis, sehingga memudahkan rencana jihad dakwah PC
Persis Purwakarta. Selain itu, kader da’i PC Persis Purwakarta
dipercaya mengisi banyak ceramah keagamaan di luar organisasi,
seperti Indosat, PLN, radio, Jatiluhur TV, dll.
b) Weakness (Kelemahan). Saya kira ada beberapa da’i yang cenderung
keras dalam menyampaikan dakwah pembaruan kembali kepada
Qur’an-sunnah sehingga menyebabkan penerimaan yang kurang begitu
baik di mata masyarakat. Kemudian, banyaknya ulama Persis
Purwakarta yang telah tiada dan proses regenerasi yang terhambat
sementara belum ditemukannya ulama pengganti yang sepadan. Dan
juga ada perbedaan pendapat perihal konsep ideal Pesantren yang
seharusnya. Saat ini sistem Pendidikan di SDIT, MTs, dan MA
direkonstruksi demi perbaikan agar kembali menarik minat
masyarakat. Meskipun berdampak positif, namun tetap ada perbedaan
pandangan dari golongan muda dan golongan tua.
c) Opportunities (Peluang). Berlimpahnya kader/bakal kader da’i muda di
ranah pendidikan, banyaknya sarana dakwah Persis Cabang
Purwakarta yang tersebar di tujuh jam’iyyah di seluruh Kecamatan
Purwakarta, serta kebutuhan dan kepercayaan masyarakat sekitar
Purwakarta akan jenjang pendidikan sekolah/pesantren Persis yang
telah dibenahi.
d) Threats (Ancaman). Ketidakcermatan da’i dalam menyampaikan
dakwah pembaruan akan berdampak negatif bagi mad’u, ancaman
terputusnya rantai regenerasi da’i jika sarana dakwah lewat pendidikan
tidak digarap secara optimal.
5. Apa saja program dakwah Persis Cabang Purwakarta?
Secara garis besar, kami menanamkan nilai-nilai dan ide-ide pemikiran
Persis lewat Pendidikan dan Dakwah yang berlandaskan al-Qur’an dan as-
Sunnah. Kami memiliki fasilitas pendidikan dan dakwah yang
mendukung. Misalnya, di jenjang pendidikan:
1) Raudhatul Athfal Persatuan Islam Al-Anshori No. 81
2) Madrasah Diniyyah Takmiliyah Awaliyah Persatuan Islam No. 33
3) Sekolah Dasar Islam Terpadu Al-Manar No. 33
4) Pesantren Persatuan Islam Terpadu Madrasah Tsanawiyah Al-Manar
No. 33
5) Pesantren Persatuan Islam Terpadu Madrasah Aliyah Al-Manar No. 33
Sementara lewat dakwah bil-lisan, kami melangsungkan agenda
dakwah di tujuh Pimpinan Jamaah di Kecamatan Purwakarta.
No Masjid Alamat 1 Al-Manar Jl. Purnawarman Barat RT 15/03
Sindang Kasih Purwakarta 2 Al-Amin Jl. Purnawarman Barat RT 45/03
Sindang Kasih Purwakarta 3 Ar-Royan Jl. Ipik Gandamanah Kp. Rawa
Mekar RT 02/01 Tegal Munjul Purwakarta
4 Al-Anshori Jl. Ibrahim Singadilaga 5 Ar-Risalah Jl. RE Martadhinata No. 27 6 Nurul Iman Pasar Senen Purwakarta 7 At-Taqwa Jl. Alamanda Ciseureuh, Kebon
Kolot, Purwakarta
Adapun untuk pemateri dari pengajian rutin mingguan di tiap jamaah,
kami serahkan kepada Pimpinan Jamaah untuk merekomendasikannya
kepada Pimpinan Cabang untuk kemudian kami tugaskan. Sementara
untuk isi materi dakwah kami memberikan keleluasaan kepada da’i yang
bersangkutan. Ada juga Pengajian Persistri yang berlangsung 3 kali dalam
satu minggu yang berada di bawah otonom PC Persis Purwakarta. Selain
itu, ada juga pengajian bulanan yang berlangsung maksimal dua bulan
sekali yang mengundang Pimpinan Pusat Persis. Pengajian ini dihadiri
oleh pengurus, anggota, dan simpatisan khususnya di Kecamatan
Purwakarta sebagai ajang silaturahim Persis di Purwakarta dan proses
ideologisasi Pimpinan Pusat kepada bagian otonomnya. Selain itu, agenda
dakwah lainnya seperti tabligh akbar, shalat gerhana, idu fitri, idul adha,
serta diskusi-diskusi yang sifatnya fleksibel.
Langkah-langkah Dasar Strategi Dakwah
1. Berdasarkan realita di lapangan, apakah Persis Cabang Purwakarta
tetap berpegang pada platform Persis sebagai gerakan pembaruan
atau memilih memenuhi kebutuhan mad’u?
Kami percaya bahwa sebaik-baik hujjah adalah hujjah Allah dan Rasul-
Nya, yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah.Di dalam Quran dengan jelas
diterangkan bahwa keduanya (Quran dan Sunnah) haruslah beriringan.
Sebagaimana tertera dalam Ali Imron: 31, An-Nisa: 80, 150-151, Al-
Ahzab: 36, dan banyak ayat lainnya. Jadi mengembalikan Islam kepada
sedia kala, Islam yang berlandaskan Quran dan Sunnah merupakan harga
mati.Kalaupun di Purwakarta ini masih banyak pelaku bid’ah, takhayul,
dan khurafat, kami tetap berpegang pada visi, misi, serta tujuan dakwah
kami.Dan memang maasih ada diantara masyarakat Purwakarta ini yang
percaya akan takhayul seperti melempari jenazah yang sedang dihantar ke
kuburannya dengan koin ketika lewat di depan rumahnya, lalu
melaksanakan ibadah-ibadah dengan tata cara yang tidak diajarkan Nabi,
dan tradisi-tradisi lain yang sudah mengakar di masyarakat kita.
2. Apakah Persis Cabang Purwakarta mengadakan segmentasi mad’u
dalam berdakwah?
Segmentasi mad’u kami percayakan sepenuhnya kepada da’i.Karena
mereka yang paling tahu siapa yang sedang mereka hadapi.Dan ini penting
agar dakwah dapat diterima dan dimengerti dengan baik.
3. Apakah ormas lain turut berpengaruh dalam membentuk strategi
dakwah Persis menjadi lebih menarik dan unggul?
Kami saat ini sedang memperbarui sektor dakwah lewat pendidikan.Dan
Alhamdulillah, saat ini sekolah-sekolah Persis di Purwakarta seperti
Madrasah Tsanawiyyah serta Madrasah Aliyyah Pesantren Persatuan
Islam No. 33 kembali diminati setelah digarap dengan lebih serius dan
akhirnya jumlah pelajar baik di MTs atau MA kini meningkat dengan
pesat. Kami juga memiliki jenjang pendidikan Madrasah Diniyyah dan
baru membangun Sekolah Dasar Islam Terpadu yang mana mendapatkan
respon positif.Ini semua berawal dari keinginan kami agar Persis tidak
melulu soal kualitas, tapi juga kuantitas. Ini sangat penting untuk proses
kaderisasi dan dakwah pembaruan Persis di Purwakarta.
4. Adakah skenario alternatif dalam menghadapi segala kemungkinan
di medan dakwah?
Itu juga kami serahkan sepenuhnya kepada da’i. Karena mereka yang
paling mengetahui situasi di medan dakwah bagaimana. Tapi tentu kami
percaya, kami memiliki da’i yang punya kompetensi untuk menghadapi
berbagai kemungkinan saat melaksanakan dakwah.
Perumusan Strategi Dakwah
1. Apakah Persis Cabang Purwakarta mengadakan perumusan strategi
dakwah?
Ya.
2. Kapan perumusan strategi dakwah diterapkan oleh Persis Cabang
Purwakarta untuk periode 2014-2018?
Saat tasykil sekaligus rapat kerja.
3. Apa yang menjadi target utama dari perumusan strategi dakwah
Persis Cabang Purwakarta?
Tercapainya peningkatan wawasan, pemahaman, dan keyakinan para
anggota dan umat Islam pada umumnya terhadap ajaran Islam secara
kaafah baik itu mengenai aqidah, ibadah, dan muamalah sesuai dengan al-
Qur’an dan as-Sunnah.
4. Siapa saja yang berpartisipasi dalam merumuskan strategi dakwah
Persis Cabang Purwakarta?
Seluruh pengurus PC Persis Purwakarta dan perwakilan dari Pimpinan
Daerah Persis Purwakarta.
5. Hal apa saja yang menjadi pertimbangan dalam proses perumusan
strategi dakwah Persis Cabang Purwakarta?
Di ranah pendidikan, banyaknya jumlah peserta didik yang berasal dari
dalam dan luar jam’iyyah sehingga memicu Pimpinan Cabang Persis
Purwakarta untuk meningkatkan mutu pendidikan di Pesantren yang kami
kelola, agar dakwah Persis berkenaan dengan aqidah, ibadah dan
muamalah semakin banyak dipahami masyarakat luas. Kedua, adanya
fasilitas dakwah yang memadai. PC Persis Purwakarta membawahi tujuh
Pimpinan Jamaah di Kecamatan Purwakarta, seperti Pimpinan Jamaah Al-
Manar, Pimpinan Jamaah Ar-Royan, Pimpinan Jamaah Al-Amin,
Pimpinan Jamaah Al-Anshori, Pimpinan Jamaah At-Taqwa, Pimpinan
Jamaah Nurul Iman, Pimpinan Jamaah Ar-Risalah yang semuanya tersebar
di berbagai daerah di Kecamatan Purwakarta. Intinya, kami mencoba
mengoptimalkan wadah dakwah yang kami miliki.
Implementasi Strategi Dakwah
1. Bagaimana langkah awal pelaksanaan implementasi strategi dakwah
Persis Cabang Purwakarta?
Mengkoordinasikan para mubaligh/ khatib untuk mengisi pengajian-
pengajian, shalat Jum’at, ‘Ied, dan kegiatan dakwah lainnya di daerah
kerja cabang.
2. Apa faktor pendukung dan Faktor penghambat dari setiap strategi
dakwah yang telah dirumuskan?
Faktor pendukung:
1) Kepercayaan yang telah didapat dari masyarakat umum.
2) Tersedianya fasilitas pendidikan dan ruang dakwah yang menunjang
proses pengimplementasian.
Faktor penghambat:
1) Minimnya intensitas interaksi dengan luar organisasi jika
dibandingkan dengan di dalam organisasi.
2) Loyalitas para anggota yang dinilai masih kurang.
3) Kurangnya inovasi dakwah.
3. Apakah setiap implementasi strategi sesuai dengan perumusannya?
Tentu tidak selalu. Karena selalu ada selalu ada sesuatu yang ditemui di
perjalanan. Baik itu penyampaian yang kurang baik, kemasan yang kurang
menarik, atau tidak maksimalnya potensi da’i.
4. Bagaimana mengukur keberhasilan dari implementasi strategi?
Mungkin ketika mendapat respon positif dari masyarakat luar,
kepercayaan, dan antusiasme yang besar.
Evaluasi Strategi Dakwah
1. Apakah Persis Cabang Purwakarta melakukan evaluasi dari setiap
implementasi strategi dakwah yang telah diterapkan?
Ya.
2. Bagaimana cara evaluasi strategi dakwah Persis Cabang
Purwakarta?
Evaluasi kadang secara spontanitas (insidental), kadang memang
terencana yakni 6 bulan sekali.
3. Sudah berapa kali evaluasi dilakukan Persis Cabang Purwakarta di
periode ini?
Secara terencana sudah dilakukan sebanyak dua kali, sementara secara
insidental telah dilakukan sebanyak satu kali.
Narasumber
Ust. AS Syamsuri, S. Ag
Lampiran III
Dokumentasi
Ket: Penulis bersama Ketua Bidgar Dakwah PC Persis Purwakarta, Ust. AS
Syamsuri, S. Ag.
Ket: Penulis bersama Ketua Bidgar Bimhajum PC Persis Purwakarta, H. U Yusup
Yudamargana.