Post on 18-Jan-2017
STRATEGI ADAPTASI FISIOLOGI DAN PERILAKU MAMAL AKUATIK
Ariel Hananya (8580)Shofura Fityah M (8597)Nivita Lindasari (8629)
Nofi Faricha (8642)
o Terdiri dari 3 ordo: cetacea, pinnipedia, dan sirenia
o Ordo cetacea: mamalia yang terspesialisasi secara penuh di lingkungan perairan contoh: Tursiops sp. (lumba-lumba)
Mamal akuatik
Berbentuk streamline (torpedo) Tanpa rambut dan daun telinga Ukuran panjang tubuh maksimum 3,9 m. Jantan lebih lebar daripada betina
pada umur sama Memiliki blowhole Memiliki flipper Ekor berbentuk pipih horizontal (fluke) Terdapat lapisan lemak di bawah kulitnya (blubber)
Karakteristik | Tursiops. sp
Konservasi panas dengan meminimalkan aliran darah ke kulit (countercurrent pada aliran erteri-vena)
Jaringan subkutan banya mengandung corpus adiposum yaitu 1/3 bagian tubuh terdiri dari lemak.
Myoglobin dalam otot mencapai 9-44 gram/kg atau sekitar dua sampai sembilan kali lipat dari hewan terestrial.
Adaptasi
Menggunakan echolocation Harus tetap terjaga untuk dapat bernafas,
jika tidak maka akan tenggelam: concious breathers
Individu baru dilahirkan dengan posisi ekor keluar terlebih dahulu, agar tidak tenggelam
Calf (bayi lumba-lumba) dilahirkan pada saat musim semi dan musim panas
Adaptasi
Latar Belakang- Kelompok Cetacea merupakan kelompok
makhluk hidup endotermik yang mempertahankan suhu tubuh secara konstan
- Beberapa studi membuktikan adanya hubungan aliran panas berkaitan dengan energi transfer per unit area
Untuk mengetahui peranan struktur vaskular pada aliran panas secara simultan dan berkelanjutan yang menghasilkan fluks panas serta temperatur kulit dalam 3 kedudukan sirip dorsal pada lumba-lumba leher botol.
Tujuan
Penelitian dilakukan di Sarasota Bay, Florida, USA Dengan jumlah 19 ekor bottlenose dolphin liar yang telah di
karantina sejak 12–23 Juni, 2000. Temperatur air berada diantara 27.8–31.9°C dan temperatur
udara 30.2–32.2°C
Material and Method
Fluks panas dan temperatur tubuh dibentuk secara simultan dan berurutan pada tigas posisi dari sirip doplhin.
(1) Bagian distal ujung siri dorsal(2) Pusat sirip yang berdekatan dengan superficial vein(3) Pusat sirip yang berlawanan dengan superficial vein.
Semua pengukuran dikumpulkan dalam waktu sekitar 15 menit di bawah dua kondisi percobaan:
(4) hewan dikondisikan stasioner, dengan sirip punggung yang di atas permukaan air, untuk 7-8 menit pertama dan
(5) hewan dikondisikan stasioner dengan kepala di atas air dan sirip punggung terendam di bawah permukaan air untuk tambahan 7-8 menit.
Experimental design
hasil
Result : Skin Temperature
Hasil menunjukkan bahwa lumba-lumba memiliki perbedaan suhu yang spasial.
Rata-rata perbedaan fluks panas yang diukur pada tiga posisi dari sirip lumba-lumba di penelitian ini sering sama dengan atau lebih besar dari perubahanfluks panas direkam dari satu posisi pada lumba-lumba sebelum dan setelah menyelam
Variabel yang mempengaruhi konduksi perpindahan panas adalah permukaan daerah, konduktivitas termal dan diferensial temperatur antara kulit dan lingkungan ambien
Hasil untuk sirip punggung di udara yang cukup berbeda.Sebagai contoh, tidak ada hubungan antara nilai fluks panas tinggi dan perbedaan suhu tinggi. Meskipun ujung distal sirip cenderung memiliki perbedaan suhu yang lebih tinggi relatif terhadap dua posisi lainnya, hanya 8% dari lumba-lumba memiliki fluks panas tertinggi nilai pada posisi ini.
Erin M. Meagher, William A. McLellan, Andrew J. Westgate, Randall S. Wells, Dargan Frierson, Jr and D. Ann Pabst. 2002. The relationship between heat flow and vasculature in the dorsal fin of wild bottlenose dolphins Tursiops truncatus. The Journal of Experimental Biology 205, 3475–3486
Daftar pustaka