Post on 08-Feb-2022
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
KONSUMEN DALAM MEMILIH PERTAMINI DITINJAU
DARI ETIKA BISNIS ISLAM
(Studi di desa Karang Tanjung kecamatan Padang Ratu kabupaten
Lampung Tengah)
Oleh:
WIDAD KAMALA NUR AMRIANA
NPM: 13104784
Fakultas: Ekonomi dan Bisnis Islam
Jurusan: Ekonomi Syari’ah
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) JURAI SIWO METRO
1439 H/ 2018 M
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN
DALAM MEMILIH PERTAMINI DITINJAU DARI ETIKA BISNIS ISLAM
(Studi di desa Karang Tanjung Kecamatan Padang Ratu Kabupaten
Lampung Tengah)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Nama :WIDAD KAMALA N.A
Npm : 13104784
Pembimbing I : Dra. Hj. Siti Nurjanah, M.Ag
Pembimbing II : Suraya Murcitaningrum, M.Si
Jurusan : Ekonomi Syariah
Fakultas : Syariah dan Ekonomi Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) METRO
1439 H/ 2018M
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN
DALAM MEMILIH PERTAMINI DITINJAU DARI
ETIKA BISNIS ISLAM
(Studi Di Desa Karang Tanjung Kecamatan Padang Ratu
Kabupaten Lampung Tengah)
ABSTRAK
Oleh
WIDAD KAMALA NUR AMRIANA
Perilaku konsumen merupakan tindakan yang secara langsung dilakukan
oleh individu dalam proses pengambilan keputusan untuk menggunakan barang
yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga banyaknya usaha di era
sekarnag ini membuat para pedagang berinovasi untuk membuat usaha yang
diminati konsumen, salah satunya dengan cara menjual bensin menggunakan alat
canggih seperti alat pengukur dan selang layaknya SPBU atau sering disebut
dengan pertamini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen dalam memilih pertamini ditinjau dari etika
bisnis Islam di desa Karang Tanjung. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian lapangan (field research), bersifat deskriptif dengan teknik analisa data
kualitatif. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian menggunakan
metode wawancara dan dokumentasi. Metode analisis data peneliti menggunakan
analisis data kualitatif dengan menggunakan cara berfikir induktif.
Berdasarkan analisis data yang peneliti lakukan, maka peneliti
mengambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen dalam memilih pertamini adalah selain mengikuti zaman yang semakin
maju dan modern, pertamini juga lebih praktis, aman dan cepat. Konsumen dapat
membeli sesuai dengan yang mereka butuhkan. Selain itu juga konsumen dapat
selalu melihat titik awal takaran dan kualitas minyak yang selalu jernih saat
membeli di pertamini. Adapun faktor-faktor dalam memilih pertamini jika di
tinjau dari etika bisnis Islam belum sepenuhnya mengacu pada prinsip etika bisnis
Islam seperti prinsip keadilan dan juga tanggung jawab. Sedangkan prinsip tauhid,
prinsip kehendak bebas, dan prinsip kebenaran (kebajikan dan kejujuran) sudah
cukup di aplikasikan dalam aktivitas bisnis tersebut.
MOTTO
م و كل زق رب لوا من ر كل وا رل ر ۥ لل ٱشكل و رب غفل بة و ة طي ١٥بل “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah
kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah
Tuhan yang Maha Pengampun”. (Q.S. As- Saba’ : 15)1
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah, (Diponorogo. CV Penerbit, 2006), h. 343.
PERSEMBAHAN
Tiada kata yang pantas diucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT
Tuhan semesta alam, serta rasa bahagia kupersembahkan skripsi ini sebagai
ungkapan rasa hormat dan cinta kasihku yang tulus kepada:
1. Ibunda tercinta Ibu Suryatun dan Ayahanda tercinta Bapak
AM.Rahmat.YS yang selalu melimpahkan butiran-butiran kasih sayang
yang tak pernah habis dan tak pernah bosan mendo’akan disetiap langkah-
langkah kecil putra-putrinya.
2. Kakak-kakakku tersayang, Edy Tohadi, S.Ag, M.Pdi, Ummi Khabibah,
S.Pd dan kakak- kakakku yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang
selalu mengingatkan dan terus memberikan motivasi untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
3. Pembimbing skripsi ku Ibu Dra. Hj. Siti Nurjanah, M.Ag dan Ibu Suraya
Murcitaningrum, M.Si yang selalu sabar, iklas dan selalu memberikan
bimbingan serta motivasi hingga skripsi ini selesai.
4. Sahabat-sahabat seperjuangan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,
karena selalu memberikan keceriaan, dukungan dan bantuan yang tak
ternilai harganya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan
khususnya mahasiswa Program Studi Ekonomi Syari’ah angkatan 2013
maupun mahasiswa IAIN Jurai Siwo Metro yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu.
5. Almamater tercinta IAIN Jurai Siwo Metro yang menjadi tempat penulis
menuntut ilmu dan memperdalam Ekonomi Syari’ah.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ............................................. vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii
HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian .................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................... 7
D. Penelitian Relevan ......................................................................... 8
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Perilaku Konsumen ....................................................................... 10
1. Pengertian Perilaku Konsumen ................................................ 10
2. Jenis- jenis Konsumen ............................................................. 12
3. Teori Kebutuhan Konsumen ................................................... 16
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen ........ 22
B. Pertamini ........................................................................................ 29
1. Pengertian Pertamini ................................................................ 29
2. Kelebihan Pertamini ................................................................. 30
3. Kekurangan Pertamini ............................................................. 31
C. Etika bisnis Islam ........................................................................... 32
1. Pengertian Etika Bisnis Islam .................................................. 32
2. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam ............................................ 33
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian .............................................................. 38
1. Jenis Penelitian ....................................................................... 38
2. Sifat Penelitian ....................................................................... 38
B. Sumber Data ................................................................................. 39
1. Sumber Data Primer ............................................................... 39
2. Sumber Data Sekunder ........................................................... 39
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 40
1. Wawancara (interview) .......................................................... 40
2. Dokumentasi ........................................................................... 42
D. Teknik Analisis Data ..................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Kampung Karang Tanjung .................................................. 44
1. Sejarah Singkat Kampung Karang Tanjung ............................ 44
2. Luas dan Batas Wilayah .......................................................... 44
3. Sejarah singkat berdirinya pertamini di desa Karang Tanjung .. 44
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam
Memilih Pertamini......................................................................... 45
C. Analisis Etika Bisnis Islam Terhadap Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Memilih Pertamini ... 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 58
B. Saran ..................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR LAMPIRAN
1. Alat Pengumpul Data
2. Out Line
3. Bimbingan Konsultasi
4. Surat Tugas
5. Izin Research
6. Surat Keterangan Bebas Pustaka
7. Surat Keterangan Bimbingan Skripsi
8. Nota Dinas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya alam telah banyak memberikan manfaat bagi
keberlangsungan kehidupan manusia terutama bagi pemenuhan kebutuhan
manusia yang semakin lama semakin bertambah seiring dengan
perkembangan populasi manusia yang meningkat. Dengan pengolahan
secara sederhana maupun dengan teknologi yang berkembang dari waktu
ke waktu.
Memenuhi kebutuhan hidup merupakan naluri manusia. Saat
semakin dewasa seseorang, maka barang yang akan di butuhan menjadi
beberapa prioritasnya. Begitu pula dengan perputaran zaman yang begitu
pesat dan canggih.
Kebutuhan konsumen, perorangan, atau rumah tangga merupakan
kebutuhan manusia yang dapat memberikan hal menyenangkan dan
sangat rumit atau kompleks. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan pokok
kehidupan seperti makanan, minuman, pakaian, udara, perumahan,
kesehatan, dan keselamatan. Disamping itu terdapat kebutuhan yang lebih
tinggi lagi yaitu sosial. Apabila kebutuhan seseorang tidak dapat dipenuhi
dan memuaskannya, maka ia merasa tidak senang atau tidak aman
hidupnya. Dalam keadaan seperti ini ia akan selalu berusaha lebih kuat
lagi dan memusatkan diri untuk dapat memenuhi kebutuhannya.2
Teori Maslow mengenai kebutuhan dasar manusia sampai sekarang
masih menjadi teori yang banyak mendasari pemikiran- pemikiran tentang
perilaku manusia. Teori Maslow mengatakan bahwa setiap manusia
mempunyai kebutuhan- kebutuhan dasar yang bertingkat- tingkat. Oleh
sebab itu, teori Maslow ini sering disebut teori hierarki kebutuhan. Orang
selalu berusaha memenuhi kebutuhan terbawah terlebih dahulu sebelum
merasakan timbulnya kebutuhan yang lebih tinggi. Seperti kebutuhan fisik,
kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan egoistik, dan
kebutuhan aktualisasi diri. 3
Apabila dihubungkan dengan perilaku konsumen, semakin tinggi
tingkat kebutuhan tersebut maka semakin tinggi harga yang harus
dibayar.4
Terkait perilaku konsumen, Islam mengatur segenap perilaku
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula masalah
konsumsi, Islam mengatur bagaimana manusia berguna bagi
kemaslahatan. Dalam pengertiannya perilaku konsumen adalah suatu
reaksi sikap yang dapat menimbulkan tindakan pada saat konsumen
sebagai pemakai akhir dihadapkan dengan barang atau jasa sehingga
konsumen dapat mengambil keputusan memilih baik jenis maupun
2 Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran Dasar Konsep dan Strategi, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002), h. 85. 3 Ibid. 4 Mulyadi Nitisusanto, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan, (Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 51.
kualitas produk yang akan dibelinya.5 Karena Kebutuhan dalam konteks
perilaku konsumen mempunyai peranan yang sangat penting karena
kebutuhan merupakan suatu hal yang perlu dipenuhi. Kebutuhan juga yang
mendasari perilaku konsumen dalam melakukan tindakan, untuk
memenuhi kebutuhannya tersebut tentu saja konsumen akan melakukan
tindakan.6
Perilaku konsumen merupakan tindakan yang secara langsung
dilakukan oleh individu dalam proses pengambilan keputusan untuk
menggunakan barang yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan.7
Mengenali perilaku konsumen tidaklah mudah, kadang konsumen
terus terang menyatakan kebutuhan dan keinginan, namun sering pula
mereka bertindak sebaliknya. Mungkin konsumen tidak memahami
motivasi secara lebih mendalam, sehingga konsumen seringkali bereaksi
untuk mengubah pikiran pada menit- menit terakhir sebelum akhirnya
melakukan keputusan pembelian.8
Teori perilaku konsumen dalam ekonomi Islam, konsumen
cenderung untuk memilih barang dan jasa yang memberikan maslahah
maksimum. Konsumsi dalam Islam dibedakan atas konsumsi duniawi,
yaitu konsumsi untuk pemenuhan jasmani dan rohani. Konsumsi akhirat
yaitu konsumsi untuk kepentingan ibadah. Perilaku konsumen muslim
5 M. Abdul Manan,Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Wakaf, 1997), h.50. 6 Mulyadi Nitisusanto, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan, (Bandung:
Alfabeta,2013), h. 23. 7 Ibid., h. 278. 8 Ibid., h. 2.
dalam hal ini yaitu, seorang konsumen akan mempertahankan manfaat dan
berkah yang dihasilkan dari kegiatan konsumsinya. Konsumen merasakan
adanya manfaat suatu kegiatan ketika ia mendapatkan pemenuhan
kebutuhan fisik, psikis dan material. Disisi lain, berkah akan diperoleh
ketika ia mengkonsumsi barang atau jasa yang dihalalkan oleh syari’at
Islam.9
Perilaku konsumen yang tanpa berfikir panjang memutuskan
pembelian membuat pendapat bahwa tindakan tersebut mengarah kepada
perbuatan berlebih- lebihan dan boros. Islam juga mengakui kebutuhan-
kebutuhan manusia akan keindahan dan perlunya pemenuhan kebutuhan
tersebut, seperti dalam QS Al a’raf: 31:10
و لوا سجد وكل مم عند كل زينتكل وا ذل بن ءادم خل ۞ي وا بل ول ٱش
هل إن لسفلوا ب ۥت سفي ل يل مل ٣١ ٱل
Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di
Setiap (memasuki) mesjid. Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-
lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan.( QS. Al- A’araf – 31)
Ata Al-Khurrasani telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman Allah SWT, jangan lah berlebih-
lebihan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih- lebihan.
9 Munrokhim Misanam, M. Bhekti Hendrianto, Priyonggo Suseno, Pusat pengkajian dan
pengembangan ekonomi Islam (Ekonomi Islam), (Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009),
h. 129. 10 Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemah, (Diponogoro. CV Penerbit, 2006), h.
122.
Yakni yang melampaui batas Allah SWT dalam masalah halal atau haram,
yang berlebih- lebihan terhadap apa yang di halalkannya, yaitu dengan
menghalalkan yang di haramkannya atau mengharamkan yang di
halalkannya. Tetapi Allah SWT menyukai sikap yang menghalalkan apa
yang di halalkannya dan mengharamkan apa yang di haramkannya, karena
yang demikian itulah sifat pertengahan yang di perintahkan olehnya.11
Berdasarkan ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa, rezeki yang
diberikan Allah SWT merupakan berkah yang harus kita syukuri dan
sebaiknya dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan tidak berlebih-
lebihan, serta menggunakan rezeki untuk hal- hal yang mendatangkan
manfaat, karena dengan menggunakan rezeki dengan bijak juga
merupakan salah satu cara bersyukur kepada Allah SWT. Kita semua
sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, telah memiliki kewajiban
menyembah kepada Allah sebagai wujud dari rasa syukur yaitu
menyembah kepadanya.
Banyaknya usaha diera sekarang ini membuat para pedagang
berinovasi untuk membuat usaha yang diminati konsumen, salah satunya
dengan cara menjual bensin menggunakan alat canggih seperti alat
pengukur dan selang layaknya SPBU atau sering disebut dengan
pertamini.
Pertamini adalah Kios Pompa Mini yang digunakan pedagang
bensin eceran untuk memudahkan dan memaksimalkan penjualannya pada
11 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier, (Surabaya. PT
Bina Ilmu Offset, 2004), Edisi Revisi, h. 417.
saat ini. Karena dengan inovasi yang sederhana ini membuat pelayanan
kepada konsumen lebih cepat, aman dan praktis. Pada saat mengisi bensin
beberapa liter pun tidak perlu bersusah payah menuangkan botol bensin
berulang kali, cukup tarik Tuas Nozzle bensin pun tercurah dengan takaran
yang pas karena Alat Pompa Pertamini ini di lengkapi dengan Tabung
Gelas Takar Literan. Dengan Pertamini, selain adanya ukuran pada tangki
ukur, penjual juga tidak harus meminta izin usaha pada polsek dan
kelurahan setempat.12
Selanjutnya berdasarkan penelusuran data kelapangan diperoleh
informasi bahwa, konsumen lebih tertarik dengan Pertamini, karena selain
lebih praktis konsumen dapat membeli BBM sesuai dengan apa yang
mereka butuhkan, seperti konsumen ingin membeli Rp.5000 pun akan
dilayani oleh pembeli. Akan tetapi pada pedagang eceran yang
menggunakan botol, konsumen hanya boleh membeli dengan batas
minimal 1 liter perbotol.13
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik memilih
judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam
Memilih Pertamini di Tinjau dari Etika Bisnis Islam (studi kasus didesa
Karang Tanjung Kecamatan Padang Ratu Kabupaten Lampung Tengah)”.
12 https://id.m.wikipedia.org/wiki/pertamini, diunduh pada 14 Maret 2017. 13 Hasil wawancara dengan ibu Habibah selaku pembeli bensin pertamini, Pra Survey
pada tanggal 10 Februari 2017.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti lebih
memfokuskan permasalahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen dalam memilih pertamini ditinjau dari etika bisnis
Islam (studi di desa Karang Tanjung Kecamatan Padang Ratu Kabupaten
Lampung Tengah) yang nantinya akan dirumuskan menjadi suatu
permasalahan untuk diteliti. Adapun pertanyaan yang akan diajukan
sebagai berikut:
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam
memilih pertamini ditinjau dari etika bisnis Islam didesa Karang
Tanjung?
C. Tujuan dan manfaat penelitian
1. Tujuan
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen dalam memilih pertamini didesa Karang Tanjung.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Penelitian ini merupakan sumbangan pemikiran semua
pihak yang berkepentingan untuk mengetahui dan memahami
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
dalam memilih pertamini.
b. Secara praktis
Merupakan sumbangsih keilmuan dalam wawasan kepada
umat Islam, terutama terhadap bisnis penjual pertamini.
D. Penelitian relevan
Terdapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan
permasalahan yang diangkat dalam pembahasan atau topik penelitian ini.
Oleh karena itu, peneliti akan memaparkan dan menunjukkan dengan tegas
bahwa masalah yang akan dibahas belum pernah diteliti sebelumnya.
Penelitian pertama melakukan peninjauan terhadap skripsi Sukma
Hendra Wahyudi yang berjudul “Analisis Konsumsi dan Perilaku
Konsumen dalam Penggunaan Energi Bahan Bakar Minyak untuk
Kendaraan Bermotor di Surakarta” yang diteliti oleh Sukma Hendra
Wahyudi Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret surakarta.14 Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian
saya yaitu membahas tentang perilaku konsumen. Penelitian saudara
sukma Hendra Wahyudi fokus tentang perilaku konsumen dalam
penggunaan bahan bakar minyak untuk kendaraan bermotor, sedangkan
skripsi saya membahas tentang minat beli konsumen ditinjau dari ekonomi
Islam.
Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Jual Beli Bensin Eceran di
Jalan Medoho Raya Sambirejo Semarang” yang diteliti oleh Nurlilita
14 Sukma Hendra Wahudi, Analisis Konsumsi dan Perilaku Konsumen dalam
Penggunaan Energi Bahan Bakar Minyak untuk Kendaraan Bermotor di Surakatra, skripsi
Universitas Sebelas Maret,2010
Abbas Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Walisongo Semarang.15 Penelitian ini menjelaskan tentang Jual Beli
Bensin Eceran. Kesimpulan yang dapat diambil dari skripsi saudari
Nurlilita Abbas yaitu memiliki persamaan dengan penelitian saya yaitu
membahas tentang bensin eceran. Penelitian saudari Nurlilita Abbas fokus
tentang pelaksanaan jual beli bensin eceran, sedangkan skripsi saya
membahas tentang minat beli konsumen ditinjau dari ekonomi Islam.
Hasil penelitian yang dikemukakan diatas, dapat diketahui bahwa
penelitian- penelitian antara peneliti satu dan dua memiliki perbedaan dari
penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian terdahulu secara garis besar.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa karya ilmiah tersebut belum
pernah diteliti sebelumnya.
15 Nurlilita Abbas, Pelaksanaan Jual Beli Bensin Eceran di Jalan Medoho Raya
Sambirejo Semarang, Skripsi UIN Walisongo Semarang, 2015.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. PERILAKU KONSUMEN
1. Pengertian Perilaku Konsumen
Perekonomian dan teknologi yang semakin maju, berkembang pula
strategi yang harus dijalankan para pedagang, khususnya dibidang
pemasaran. Mempelajari apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh
konsumen pada saat ini sangat penting. Untuk itu pedagang perlu
memahami atau mempelajari perilaku konsumen dalam hubungannya
dengan pembelian yang dilakukan oleh konsumen tersebut. Dalam
menentukan jenis produk atau jasa, konsumen selalu mempertimbangkan
tentang produk atau jasa apa yang dibutuhkan, hal ini dikenal dengan
perilaku konsumen.16
Konsumen adalah pengguna barang atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk hidup lain.17
Dalam ilmu ekonomi mikro, konsumen adalah seseorang atau
kelompok yang melakukan serangkaian kegiatan konsumsi barang
atau jasa. Pengertian lain tentang konsumen adalah orang atau sesuatu
yang membutuhkan, menggunakan, dan memanfaatkan barang atau jasa.
16 Vinna Sri Yuniarti, Perilaku Konsumen Teori dan Praktik, Bandung : Pustaka Setia,
2015, h. 56. 17 Ibid., h. 46.
Menurut Philip Kotler, konsumen adalah semua individu dan
rumah tangga yang membeli dan memperoleh barang atau jasa untuk
dikonsumsi pribadi.18
Menurut Shiffman dan Kanuk, perilaku konsumen merupakan
perilaku yang diperlihatkan oleh konsumen dalam mencari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang
mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.19
Menurut London dan Della Bitta, perilaku konsumen adalah proses
pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu- individu, yang
semuanya melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan,
menggunakan, atau mengabaikan barang- barang dan jasa- jasa. Dalam
pengertian lain, perilaku konsumen merupakan proses pengambilan
keputusan dan aktivitas fisik dalam mengevaluasi, memproses,
menggunakan, dan membuang barang atau jasa.20
Menurut Ebert dan Griffin, perilaku konsumen adalah upaya
konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan
dikonsumsi.21
Menurut solomon, perilaku konsumen merupakan studi terhadap
proses yang dilalui oleh individu atau kelompok ketika memilih, membeli,
18 Ibid. 19 Ibid. 20 Ibid., h.46-47. 21 Ibid., h.47.
menggunakan, atau membuang suatu produk, jasa, ide, atau gagasan untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.22
Menurut Enggel, Blackwell dan Miniard, perilaku konsumen
adalah sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,
mengkonsumsi, dan mengahabiskan produk dan jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan itu.23
Menurut Gerald Zaldman dan Wallendorf, perilaku konsumen
adalah tindakan- tindakan, proses, dan hubungan sosial yang dilakukan
individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan
suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan
produk, pelayanan, dan sumber- sumber lainnya.24
Keberhasilan para pedagang dalam pemasaran perlu didukung
pemahaman yang baik mengenai perilaku konsumen, karena dengan
memahami perilaku konsumen para pedagang dapat merancang apa saja
yang diinginkan konsumen.
Berdasarkan uraian di atas, maka perilaku konsumen adalah
perilaku yang digunakan seorang konsumen untuk memilih produk atau
barang yang dapat memenuhi kebutuhannya tersebut.
22 Ibid. 23 Mulyadi nitisusanto, perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan, Bandung :
Alfabeta, 2013, h. 32. 24 Sudaryono, Perilaku Konsumen dalam perspektif Pemasaran, Jakarta : Lentera Ilmu
Cendekia, 2014, h. 5.
2. Jenis- jenis konsumen
Keputusan konsumen untuk pembelian suatu produk sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti persepsi, proses pembelajaran
dan memori, motivasi dan nilai konsep diri, sikap, kepribadian dan gaya
hidup. Keputusan konsumen dan bergantung pada tipe keputusan (rutin
atau jarang), situasi pembelian yang dihadapi, kelompok atau orang yang
mempengaruhi dan menjadi acuan. Selanjutnya, kebudayaan dan sub
budaya juga memiliki pengaruh bagi perilaku konsumen.25
Konsumen pada dasarnya dikelompokkan kedalam dua kategori,
yakni :
a. Konsumen individu
Seorang anak sekolah yang membeli sebuah buku disebuah
toko disebut sebagai konsumen individu atau konsumen
perorangan. Seorang ibu yang sedang berbelanja dipasar, disebut
sebagai konsumen individu atau konsumen perseorangan atau
konsumen perorangan.26
Seorang mahasiswa yang sedang makan disebuah kantin
kampus, juga disebut sebagai konsumen individu. Seorang dosen
yang ketika berangkat kesebuah kampus untuk mengajar, dan
menggunakan kendaraan atau angkutan umum juga disebut sebagai
konsumen individu. Demikian juga dengan seseorang yang sedang
bepergian dengan menggunakan transportasi udara juga disebut
25 Vinna Sri Yuniarti, Perilaku Konsumen Teori dan Praktik., h. 48. 26 Mulyadi nitisusanto, perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan, Bandung :
Alfabeta, 2013, h.26.
sebagai konsumen individu. Dengan demikian, maka pengertian
konsumen sangat mudah untuk dikenal dan dipahami. Karena
sifatnya yang individu, maka jelas kiranya bahwa konsumen
individu ini jumlahnya sangat besar. Bagi seorang pelaku usaha
konsumen individu yang jumlahnya besar ini lebih menjanjikan
apabila mempunyai daya beli yang sangat kuat.27
b. Konsumen institusi (organisasi)
Seorang kepala sekolah yang membeli pakaian seragam
untuk para muridnya disebut sebagai konsumen institusi meskipun
yang membeli adalah satu orang. Demikian juga bagian
perlengkapan sebuah klub sepak bola yang membeli peralatan olah
raga seperti bola, sepatu, pakaian seragam untuk tim sepak bola,
disebut sebagai konsumen institusi atau konsumen organisasi.28
Koperasi simpan pinjam keluarga sakinah, yang membeli
keperlaun untuk kepentingan anggotanya, disebut dengan
konsumen institusi, atau konsumen organisasi atau konsumen
kelompok. Didalam konsumen kelompok, terdapat konsumen
individu, karena pada dasarnya konsumen kelompok merupakan
kumpulan konsumen individu. Dapat dikatakan bahwa konsumen
kelompok merupakan kumpulan konsumen individu yang memiliki
kesamaan relatif kebutuhan dan keinginan tersebut dilakukan
dalam bentuk memasuki organisasi kelompok, yang didalam
27 Ibid. 28 Ibid.
masyarakat sering kita kenal dengan nama kelompok atau
organisasi sosial.29
Konsumen individu dan konsumen institusi memiliki
kesamaan, yakni sebagai pembeli, pemakai, pengguna, pengemar,
pengakum, penikmat dan menghabiskan atau memanfaatkan apa
yang telah dibeli. Kesamaan lainnya adalah ketika berlangsungnya
tahapan- tahapan dalam proses mengambil keputusan membeli.
Denagn demikian maka perbedaannya adalah dalam hal
berlangsungnya proses keputusan membeli. Mengingat pembeli
institusi biasanya terdiri lebih dari satu orang, maka dalam
pertimbangannya untuk membeli dan atau tidak membeli
memerlukan waktu dan proses yang lebih panjang. Proses yang
panjang tersebut diakibatkan oleh adanya waktu yang dibutuhkan
untuk menyamakan persepsi, pengalaman, kepribadian dan
sebagainya. Semakin banyak anggota konsumen yang terlibat
dalam konsumen kelompok semakin lama waktu yang diperlukan
untuk mengambil keputusan.30
Berdasarkan dari sudut pandang produsen, baik konsumen
individu maupun konsumen institusi adalah sama pentingnya,
keduanya merupakan penyerap produk barang dan atau jasa yang
ditawarkan pelaku usaha diarena pasar. Tanpa mereka tidak
mungkin suatu usaha akan tumbuh dan berkembang. Sekalipun
29 Ibid., h.27. 30 Ibid.
demikian perlu diketahui bahwa konsumen individu lebih memiliki
potensi yang mampu membesarkan perusahaan dibandingkan
dengan konsumen kelompok. Penyebabnya sudah sangat jelas,
karna konsumen individu jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan
konsumen kelompok.31
Konsumen individu dan konsumen institusi memiliki
karakteristik masing- masing. Namun secara logika yang
membesarkan sebuah usaha utamanya adalah konsumen individu,
karena selain jumlahnya lebih banyak dibanding dengan konsumen
institusi, konsumen individu sering kali menjadi bagian dari
konsumen institusi. Pelaku usaha perlu mempelajari, mengenali
dan memahami karakteristik setiap jenis konsumen. Kemudian
memperlakukan mereka dengan baik agar tetap menjadi relasi
perusahaan.32
Berdasarkan uraian di atas, maka konsumen terdapat dua
jenis yaitu konsumen individu yang digunakan untuk dirinya
sendiri dan konsumen organisasi yang digunakan untuk
kepentingan orang banyak.
3. Teori Kebutuhan konsumen
Teori Maslow mengenai kebutuhan dasar manusia sampai sekarang
masih menjadi teori yang banyak mendasari pemikiran- pemikiran
tentang perilaku manusia. Teori Maslow mengatakan bahwa setiap
31 Ibid. 32 Ibid., h. 27-28.
manusia mempunyai kebutuhan- kebutuhan dasar yang bertingkat-
tingkat. Oleh sebab itu, teori Maslow ini sering disebut teori hierarki
kebutuhan.
Orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan terbawah terlebih
dahulu sebelum merasakan timbulnya kebutuhan yang lebih tinggi.33
Secara singkat hierarki kebutuhan manusia dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Kebutuhan fisik (Physical Need)
Seseorang membutuhkan makanan, minuman, tempat
tinggal, kebutuhan seksual, kebutuhan rasa puas dan kebutuhan
fisik lainnya. Orang butuh makan dan minum agar tetap dan
mampu bertahan hidup. Orang juga membutuhkan hubungan badan
sebagai guna mengatasi dorongan libidonya. Dan orang juga
membutuhkan agar tetap terjaga kondisi fisiknya. Dihubungkan
dengan perilaku konsumen, maka kebutuhan makanan bisa
memiliki variasi keinginan yang sangat luas dan beragam.
Demikian pula dengan kebutuhan- kebutuhan yang bersifat fisik
lainnya.34
Berdasarkan uraian di atas seseorang membutuhkan
kebutuhan fisik yang mampu untuk bertahan hidup, apabila
dihubungkan dengan perilaku konsumen, maka kebutuhan tersebut
semuanya sangat beragam dan sangat luas.
33 Ibid. 34 Ibid., h. 46-47.
b. Kebutuhan rasa aman (Safety Need)
Setiap orang membutuhkan rasa aman dan terlindungi dari
kerugian fisik maupun kerugian psikis. Setiap orang membutuhkan
rasa aman, baik dari gangguan orang lain, dari gangguan binatang,
dari gangguan alam, dan gangguan- gangguan lainnya.
Kebutuhan rasa aman bukan semata- mata yang berkaitan
dengan kondisi fisik, melainkan juga dari gangguan non fisik,
seperti dari gangguan makhluk halus, atau gangguan yang berupa
teror dan ancaman lainnya yang bersifat psikis. Lebih luas lagi
terkait dengan kebutuhan rasa aman ini termasuk kebutuhan
terhadap masa depan yang pasti. Setiap keluarga membutuhkan
kepastian masa depan terjamin. Orang dewasa membutuhkan
kesejahteraan dihari tua, seorang pelajar atau mahasiswa
membutuhkan lapangan kerja setelah tamat dari kegiatan
pendidikan.35
Rakyat banyak membutuhkan kepastian bahwa sembako
dan bahan bakar untuk memasak mudah didapat dan harga
terjangkau. Para pegawai, pekerja, pelajar, dan pengguna moda
transportasi umum membutuhkan kepastian bahwa jadwal mereka
ketempat tujuan tidak mengalami gangguan atau penundaan. Para
ibu rumah tangga dan pengguna kompor gas elpiji membutuhkan
alat untuk memasak yang tidak membahayakan keselamatan
35 Ibid., h. 47.
mereka. Secara keseluruhan setiap manusia sebagai anggota
masyarakat membutuhkan rasa aman dari segala macam hambatan,
kesulitan dan kekurangan atas semua kebutuhan hidup guna
menyambung hidup. Demikian luas dan beragamnya kebutuhan
manusia.36
Berdasarkan uraian di atas, setiap orang pasti membutuhkan
rasa aman dan terlindungi dari segala ancaman dan kerugian untuk
dapat bertahan hidup.
c. Kebutuhan sosial (social Need)
Seseorang membutuhkan untuk bergabung dengan orang
lain, merasa dimiliki oleh orang lain, dan membutuhkan rasa
persaudaraan. Manusia merupakan makhluk sosial, oleh karena itu
bergabung dengan orang lain merupakan sebuah kebutuhan yang
harus dipenuhi.37
Kebutuhan sosial bukan terbatas hanya agar dapat bergaul
dan bergabung dengan orang lain, akan tetapi juga ingin menjadi
bagian dari sebuah komunitas, sebuah kelompok masyarakat.
Setiap manusia membutuhkan diterima didalam lingkungan
komunitas tersebut dan diakui dalam bentuk persahabatan dan
persaudaraan. Apabila didalam kehidupan masyarakat terdapat satu
atau dua orang yang tidak bersikap demikian, maka seyogyanya
36 Ibid.,h.48. 37 Ibid.
pemuka masyarakat ditempat tersebut mempertanyakan, dan
kiranya patut mencurigainya.
Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa bila seorang
atau dua orang oknum berperilaku demikian, ternyata kemudian
diketahui belakangan bahwa oknum tersebut, memiliki itikad yang
kurang baik. Dari berita yang dimuat dimedia, ternyata oknum
masyarakat tersebut adalah seorang pembuat orang terlarang atau
sabu- sabu, atau seorang teroris. Informasi baru diketahui, ketika
aparat keamanan telah melakukan tindakan dan atau
penggerebekan. Perkembangan seperti ini, teriring dengan semakin
luasnya kebutuhan manusia, termasuk motivasi untuk melakukan
kejahatan.38
Berdasarkan uraian di atas, dengan kebutuhan sosial
seseorang pasti menginginkan rasa persaudaran dalam kelompok
masyarakat, supaya setiap manusia membutuhkan di terima di
dalam komunitas lingkungan dan di akui dalam bentuk
persahabatan dan persaudaraan.
d. Kebutuhan egoistik (Esteem Need)
Seseorang membutuhkan dari orang lain atau orang
sekitarnya pengakuan terhadap faktor psikilogis internal yang
melekat pada dirinya, seperti kebutuhan untuk dihormati,
kebutuhan untuk disegani, kebutuhan untuk dipatuhi. Dalam
38 Ibid., h. 49.
bentuuk yang lebih konkrit, kebutuhan tersebut meluas untuk
memiliki posisi tertentu dimasyarakat, misalnya seseorang
menginginkan menempati posisi sebagai pemimpin formal atau
pemimpin non formal dilingkungannya. Disamping itu seorang
membutuhkan untuk dapat diakui oleh masyarakat lingkungannya
seperti kebutuhan untuk memiliki status, kebutuhan untuk dikenal
orang lain dan kebutuhan untuk mendapat perhatian dari orang
lain. 39
Berdasarkan uraian di atas, kebutuhan egoistik memang
sangatlah fenomenal dikalangan masyarakat yang melekat pada
dirinya masing-masing, seperti kebutuhan untuk di hormati, di
segani, dan di patuhi.
e. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization Need)
Aktualisasi merupakan kebutuhan manusia yang paling
tinggi. Kebutuhan ini timbul ketika kebutuhan- kebutuhan pada
tingkat dibawahnya telah dipeuhi secara penuh. Aktualisasi
merupakan titik puncak perwujudan kebutuhan manusia,
kebutuhan tertinggi yang ingin ditunjukkan oleh seseorang kepada
masyarakat lingkungannya. Seseorang membutuhkan untuk
menjadi dan atau menempati suatu posisi puncak yang diinginkan,
yang dirasakan dia merasa mampu untuk melaksanakan dan
menjalankan fungsi tersebut.
39 Ibid.
Apabila dihubungkan dengan perilaku konsumen, ternyata
bila seseorang membutuhkan sesuatu untuk dimiliki, semakin
tinggi tingkat kebutuhan tersebut maka semakin tinggi harga yang
harus dibayar. Kondisi ini mengandung pengertian bahwa untuk
mencapai dan mendapatkan kebutuhan, semakin tinggi hierarkinya
maka semakin keras perjuangan dan pengorbanan yang
dilakukan.40
Berdasarkan uraian di atas, adapun kebutuhan konsumen
itulah sangat banyak seperti kebutuhan untuk memenuhi keinginan
dirinya sendiri hingga keinginan sosial untuk sesuatu yang
dimiliki.
4. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
a. Faktor kebudayaan
1.) Kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar
dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk- makhluk
lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia
umumnya dipelajari. Seorang anak yang sedang tumbuh
mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, prefensi dan perilaku
melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan
lembaga- lembaga sosial penting lainnya.
40 Mulyadi nitisusanto, perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan, Bandung :
Alfabeta, 2013, h. 46-50.
2.) Sub-Budaya
Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya- sub-budaya
yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi
yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat
dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme,
kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis.
3.) Kelas sosial
Kelas- kelas sosial adalah kelompok- kelompok yang relafit
homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang
tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai,
minat dan perilaku yang serupa.41
Berdasarkan uraian di atas, faktor kebudayaan merupakan
faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku
seseorang, yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang
lebih spesifik untuk para anggotanya, yang tersusun secara
hierarki dan dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan
perilaku yang serupa.
b. Faktor- faktor sosial
1.) Kelompok referensi
Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh
kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak
41 Nugroho J. Setiadi, Perikau Konsumen, (Jakarta: Kencana, 2008),h. 11.
langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Beberapa
diantaranya adalah :
a) kelompok kelompok primer, yang adanya interaksi
yang cukup berkesinambungan, seperti keluarga,
teman, tetangga dan teman sejawat.
b) Kelompok- kelompok sekunder, yang cenderung lebih
resmi dan yang mana interaksi yang terjadi kurang
berkesinambungan. Kelompok yang seseorang ingin
menjadi anggotanya disebut kelompok aspirasi.
Sebuah kelompok diasosiatif ( memisahkan diri)
adalah sebuah kelompok yang nilai atau perilakunya
tidak disukai oleh individu.42
Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-
kelompok referensi dari konsumen sasaran mereka.
Orang umumnya sangat dipengaruhi oleh kelompok
referensi mereka pada tiga cara. Pertama, kelompok
referensi memperlihatkan pada seseorang perilaku dan
gaya hidup baru. Kedua, mereka juga mempengaruhi
sikap dan konsep jati diri seseorang karena orang
tersebut umumnya ingin “ menyesuaikan diri”. Ketiga,
mereka menciptakan tekanan untuk menyesuaikan diri
42 Ibid.
yang dapat mempengaruhi pilihan produk dan merek
seseorang.43
Berdasarkan uraian di atas, kelompok referensi yang
berada pada faktor-faktor sosial merupakan kelompok
yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak
langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang yang
ingin menyesuaikan diri.
2.) Keluarga
Dapat di bedakan antara dua keluarga dalam kehidupan
pembeli, yang pertama adalah: keluarga orientasi, yang
merupakan orang tua seseorang. Dari orang tualah seseorang
mendapatkan pandangan tentang agama, politik, ekonomi, dan
merasakan ambisi pribadi nilai atau harga diri dan cinta.
Keluarga prokreasi, yaitu pasangan hidup anak- anak seseorang
keluarga merupakan organisai pembeli dan konsumen yang
paling penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara
intensif.
3.) Peran dan strategi
Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama
hidupnya keluara, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam
43 Ibid.
setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan
status.44
Berdasarkan uraian di atas, faktor-faktor sosial yang sangat
penting adalah keluarga, dari faktor tersebut manusia
merasakan ambisi pribadi nilai atau harga diri dan cinta.
c. Faktor pribadi
1.) Umur dan tahapan dalam siklus hidup.
Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus
hidup keluarga. Beberapa penelitian telah mengidentifikasi
tahapan- tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang- orang
dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi
tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya.
2.) Pekerjaan
Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-
kelompok pekerja yang memiliki minat diatas rata- rata
terhadap produk dan jasa tertentu.
3.) Keadaan ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari pendapatan
yang dapat dibelanjakan ( tingkatannya, stabilitasnya, dan
polanya), tabungan dan hartanya (termasuk persentase yang
44 Nugroho J. Setiadi, perilaku konsume, ( jakarta: kencana, 2008), h. 11-12.
mudah dijadikan uang), kemampuan untuk meminajm dan
sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung.45
4.) Gaya hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup didunia yang
diekspresikan pleh kegiatan, minat, dan pendapatan seseorang.
Gaya hidup menggambarkan “seseorang secara keseluruhan”
yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga
mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.
5.) Kepribadian dan konsep diri
Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda
dari setiap orang yang memandang responnya terhadap
lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian merupakan
suatu variabel yang sangat berguna dalam menganalisis
perilaku konsumen. Bila jenis- jenis kepribadian dapat
diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang kuat antara jenis-
jenis kepribadian tersebut dan berbagai pilihan produk atau
merek.46
Berdasarkan uraian di atas, adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen adalah faktor peribadi
seperti kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata
terhadap produk dan jasa, keadaan ekonomi seseorang terdiri
dari pendapatan yang di belanjakan, kemampuan untuk
45 Ibid. 46 Ibid.
meminjam dan sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung,
gaya hidup seseorang juga mencerminkan sesuatu di balik
kelas sosial.
d. Faktor- faktor psikologis
1.) Motivasi
Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul
dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, haus,
resah tidak nyaman. Adapun kebutuhan lain bersifat
psikogenik, yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan
fisiologis tertentu, seperti kebutuahan untuk diakui, kebutuhan
harga diri atau kebutuhan diterima.
2.) Persepsi
Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang
memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi
untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini.
3.) Proses belajar
Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku
seseorang yang timbul dari pengalaman.
4.) Kepercayaan dan sikap
Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki
seseorang terhadap sesuatu.
Kita sekarang dapat mengahargai berbagai kekuatan yang
memengaruhi perilaku konsumen. Keputusan membeli
seseorang merupakan hasil suatu hubungan yang saling
memenagruhi dan yang rumit antara faktor- faktor budaya,
sosial, pribadi, dan psikologi. Faktor- faktor ini sangat berguna
untuk mengidentifikasi pembeli- pembeli yang mungkin
memiliki minat terbear terhadap suatu produk. Faktor- faktor
lain dapat mengisyaratkan pada pemasar mengenai bagaimana
mengembangkan produk, harga, distribusi, dan promosi.47
B. PERTAMINI
1. Pengertian Pertamini
Pertamini adalah tempat berjualan bahan bakar yang dikelola
secara individual atau perorangan, tanpa badan hukum. Sejatinya,
pertamini ini adalah pedagang eceran biasa. Dahulu pedagang bensin
eceran menjual bensin dengan menggunakan botol, jerigen ataupun
drum. Maka tidak mengherankan jika tampak- tampak botol- botol
ukuran 1 liter atau jerigen ukuran 2 sampai 5 liter berderet dikios
pedagang bensin eceran. Namun, jika biasanya pedagang eceran
menggunakan botol, pertamini menggunakan literan yang lebih
modern. Selain memakai pompa atau literan manual dengan gelas
literan berkapasitas lima liter, pertamini juga dilengkapi dengan batas
tera pada setiap satu liternya. Tangki cadangan merekapun memakai
drum berkapasitas 200 liter yang ditanam atau dimasukkan dibawah
bangunan khusus berdinding beton. Bensin yang dibeli dari SPBU
47 Nugroho J. Setiadi, edisi revisi perilaku konsumen, ( jakarta : kencana, 2003), h. 12-14.
kemudian dimasukkan kedalam drum sebelum dijual kepada
konsumen. Bagi konsumen, jika stok persediaan BBM di SPBU resmi
habis, pertamini bisa menjadi pilihan. Walaupun harga pertamini
sedikit lebih mahal dibanding harga resmi.48
Pertamini sendiri dianggap membantu para pengendara motor yang
kehabisan bensin dijalan letakknya jauh dari SPBU. Pertamini ternyata
merupakan usaha kreatif yang dapat membantu para pengendara yang
dapat kehabisan bahan bakar dan jauh jangkauan dari SPBU.
Berdasarkan uraian diatas, pertamini merupakan tempat berjualan
bensin eceran yang memudahkan para pengendara yang kehabisan
bensin.
2. Kelebihan Pertamini
Walaupun kita tahu sebenernya SPBU lebih unggul dari yang
lainnya, walaupun begitu alternatif pertamini ini mempunyai
kelebihan. Mini pom ini selain bisa dibawa kemana- mana sehingga
penjual bisa menentukan lokasinya dan penjual juga bisa survei sendiri
dimana tempat yang strategis untuk berdagang BBM ini. Maka disini
penulis akan memaparkan sedikit kelebihan dari pertamini. Berikut
adalah kelebihan dari pertamini :
a. Memiliki konsep yang sama seperti pedagang bensin yang lainnya
seperti dipertamina rsmi dan yang eceran. Hanya ini tapilannya
kecil dan modern.
48Indonesiaindonesia.com/f/125284-pertamini/, diunduh pada 14 maret 2017.
b. Mudah dan praktis, tidak ribet seperti yang eceran yang harus
diwadahi botol terlebih dahulu dan mengukur timbangannya.
c. Pengukur literan pasti tepat, tidak usah ragu karena mini pom pasti
akurat dalam pengukuran bensinnya dan tidak ada kecurangan
karena ini sudah diatur oleh alat canggih modern.
d. Air bensin langsung dapat diisikan pada kendaraan seperti mobil
atau motor karena sistemnya sama seperti SPBU.
e. Kapasitas penyimpanan bensin yang cukup luas yakni 200 liter.
f. Lebih cepat dan sederhana.49
3. Kekurangan pertamini
Konsep utama usaha pertamini ini masih sama dengan pedagang
bensin eceran, hanya saja konsep ini lebih canggih dan mempermudah
pedagang dan pembeli saat pengisian bensin dalam kendaraan. Namun
jika sebelumnya penulis telah memaparkan sedikit kelebihan dari
konsep usaha bensin eceran yang sudah tidak menggunakan botol,
disini pertamini masih mempunyai beberapa kekurangan diantaranya
adalah :
a. Tampilan atau desain pertamini masih menggunakan pompa atau
engkol (manual).
b. Tabung untuk menyimpan bensin di bagian atas tidak memenuhi
standar (mengandung resiko), dikarenakan tabung menggunakan
49 https://pro-rahasia.com/omzet-besar-dari-usaha-pom-bensin-mini-portable/, diunduh
pada 14 Maret 2017.
Piva air (Paralon) untuk tempat menyimpan bensin dibagian atas
tersebut.
c. Pompa yang digunakan untuk menyedot bensin dari drigen
(penyimpanan bensin) ke tabung atas menggunakan Rotax / fuel
pump untuk mobil.
d. pertamini hanya mampu melayani eceran niminal 1000 dan
kelipatannya tetapi tidak bisa melayani nominal ratusan rupiah
e. konsumen masih harus melihat atau memperhatikan display harga
atau literan saat melakukakan pengisian bensin, dikarenakan nozzle
tidak berhenti otomatis.50
50 Ibid.
C. ETIKA BISNIS ISLAM
1. Pengertian Etika Bisnis Islam
Etika merupakan seperangkat prinsip moral yang membedakan
yang baik dari yang buruk.51 Bisnis diartikan sebagai usaha dagang,
usaha komersial di dunia perdagangan, dan bidang usaha. Sehingga
bisnis merupakan suatu organisasi yang menjalankan aktivitas
produksi dan penjualan barang-barang dan jasa yang diinginkan oleh
konsumen untuk memperoleh profit. 52
Etika bisnis Islam merupakan prinsip moral untuk
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk aktivitas
bisnis dalam berbagai bentuk yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan
hartanya termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara perolehanya
atas penjualan barang-barang dan pendayagunaan hartanya.
2. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam
Ada lima prinsip yang membentuk sistem etika bisnis islam, yaitu:
a. Keesaan (Tauhid)
Sebagai sumber utama etika Islam karena mengandung
kepercayaan tentang kesatuan atau keesaan tuhan. Tauhid
merupakan dasar dan sekaligus motivasi untuk menjamin
kelangsungan hidup, kecukupan, kekuasaan dan kehormatan
51 Rafik Issa Beekun, Etika Bisnis Islam, diterjemahkan oleh Muhammad, dari judul asli
Islamic Business Ethics, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004), h. 3
52 Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjakusuma, Menggagas Bisnis
Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), h. 15
manusia yang telah di disain Allah SWT untuk menjadi mahluk
yang di mulyakan. Secara umum tauhid di pahami sebagai sebuah
ungkapan keyakinan (Syahadat) seorang muslim atas keesaan
Tuhan.53
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
prinsip Tauhid harus mengakui keesaan Allah SWT. Adapun
wujud keyakinan tersebut dapat di tunjukan dengan melakukan
aktivitas bisnis yang di niatkan untuk mendapatkan Ridho Allah
SWT dan mencari keuntungan bukan hanya sebatas untuk
kehidupan dunia namun juga untuk di akherat dengan keuntungan
yang berlipat ganda.
Tauhid merupakan wacana teologis yang mendasari segala
aktivitas manusia, termasuk kegiatan bisnis. Tauhid menyadarkan
manusia sebagai mahluk ilahiyah, sosok mahluk yang bertuhan.54
Dengan demikian, kegiatan bisnis manusia tidak terlepas dari
pengawasan tuhan, dan dalam rangka melaksanakan perintah
tuhan. Dalam Al-Qur’an juga di sebutkan bahwa tauhid merupakan
filsafat fundamental dari ekonomi Islam.
b. Keadilan
53 Muhammad, Paradigma, Metodologi dan Aplikasi Ekonomi Syari’ah, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2008), h. 109
54 Veithzal Rivai, Islamic Business and Economic Ethnics, (Jakarta: PT Aksara, 2012), h.38
Prinsip ini menuntut agar setiap manusia memperlakukan
orang lain sesuai dengan haknya. Hak orang lain perlu di hargai
dan jangan sampai di langgar, persis seperti dirinya mengharapkan
agar hak-haknya di hargai dan tidak di langgar.
Keadilan adalah suatu masalah yang sangat sulit di
laksanakan mudah di katakan dan sulit di terapkan. Terutama
keadilan dalam bidang ekonomi dan hukum.55 Islam telah
menetapkan nilai keadilan dalam semua aspek ekonomi dan Islam
mengharuskan setiap orang mendapatkan haknya dan tidak
mengambil hak atau bagian orang lain.
Prinsip adil merupakan pilar penting dalam ekonomi islam.
Penegakan keadilan ini termasuk keadilan ekonomi terutama dalam
hal berbisnis dan penghapusan kesenjangan pendapatan. Allah
SWT menurunkan Islam sebagai sistem kehidupan bagi seluruh
umat manusia, menekankan pentingnya keadilan dalam sektor
ekonomi atau bisnis.
c. Kehendak Bebas
Manusia di perbolehkan melakukan segala hal yang di
inginkan selama tidak melanggar syari’at, dalam bisnis pun
manusia bebas untuk memilih. Kebebasan yang di miliki oleh
setiap individu di akui dalam kerangka etika bisnis Islam selama
55 Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam Suatu Pengantar 2, (Jakatya: Kalam Mulia. 1995) h. 466
tidak bertentangan dengan kepentingan sosial yang lebih besar atau
sepanjang individu itu tidak melangkahi hak-hak orang lain.56
Manusia di beri kehendak bebas untuk mengendalikan
kehidupan sendiri manakala Allah SWT menurunkanya ke bumi.
Manusia tidak boleh mengabaikan kenyataan bahwa ia sepenuhnya
di tuntut oleh hukum yang di ciptakan Allah SWT. Manusia di beri
kemampuan untuk berfikir dan membuat keputusan untuk memilih
jalan hidup yang di inginkan dan untuk bertindak berdasarkan
aturan yang di pilihnya.
Dapat di pahami bahwa manusia memiliki kehendak bebas
untuk melakukan aktivitas bisnis berdasarkan keputusan dan
keinginanya selama aktivitas bisnis tersebut tidak melanggar hak-
hak orang lain, sedangkan dalam aktivitas bisnis tidak ada paksaan
dari siapapun.
d. Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan prinsip yang sangat
berhubungan dengan prilaku manusia, karena segala kebebasan
dalam melakukan segala aktivitas bisnis oleh manusia tidak
terlepas dari pertanggung jawaban yang di berikan manusia atas
aktivitas bisnisnya. 57
56 Yatimin Abdullah, Studi Ahlak dalam persepektif Al-qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007), h.106
57 Burhanudin Salam, Etika Sosial Asas Moral Kehidupan Manusia, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002) h. 308.
Allah SWT telah berfirman:
Artinya: “tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah
diperbuatnya,” (QS.Al-Muddasir(74) : 38). 58
Ibnu Abbas meriwayatkan dalam ayat ini Allah SWT
mengingatkan agar setiap orang harus berperihatin dan benar-benar
memperhatikannya hubungannya dengan Allah SWT, supaya sadar
bahwa tiap orang bergantung pada amal perbuatannya sendiri, baik
buruknya terserah pada rahmat Allah SWT kepadanya dalam
menerima petunjuk hidayahnya serta taufiknya.59
Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap individu
berkewajiban untuk bertanggung jawab atas apa yang telah di
perbuatnya serta dapat menanggung risiko-risikonya. Seperti
halnya dalam beraktivitas pembelian, setiap konsumen harus
bertanggung jawab terhadap aktivitas pembelian yang di jalaninya
dan sanggup menanggung risiko yang akan terjadi nantinya.
e. Kebenaran, kebajikan dan kejujuran
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna
kebenaran lawan dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu
58 Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemah, (diponegoro. CV Penerbit, 2006), h
460. 59 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 8, (Surabaya.
PT Bina Ilmu Offset, 2004), Edisi Revisi, h. 267.
kebajikan dan kejujuran. Prinsip kebajikan (ihsan) atau kebaikan
terhadap orang lain di definisikan sebagai tindakan yang
menguntungkan orang lain lebih di banding orang yang melakukan
tindakan tersebut dan di lakukan tanpa kewajiban apapun.
Sedangkan kejujuran adalah sikap jujur dalam semua proses bisnis
yang di lakukan tanpa adanya penipuan sedikitpun.60
Sikap kebajikan dan kejujuran maka suatu bisnis akan
melahirkan persaudaraan, dan kemitraan yang saling
menguntungkan, tanpa adanya pihak yang merasa di rugikan dari
bisnis yang di jalaninya.
60 Rafik Issa Beekun, Etika Bisnis Islam, diterjemahkan oleh Muhammad, dari judul asli
Islamic Business Ethics, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004), h. 43.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan sifat penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research).
Penelitian lapangan (field research) adalah penelitian yang dilakukan dalam
kancah kehidupan sebenarnya. Penelitian lapangan pada hakekatnya
merupakan metode untuk menemukan secara khusus dan realitas apa yang
tengah terjadi di masyarakat.61
Penelitian lapangan yang dimaksud pada penelitian ini adalah
penelitian yang dilakukan di Pertamini Desa Karang Tanjung.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif.
Deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk membuat pencandraan
mengenai situasi atau kejadian.62 Penelitian ini termasuk dalam kategori
penelitian lapangan yang berjenis deskrptif, ini merupakan penelitian yang
menggambarkan dan menguraikan situasi atau kejadian secara sistematis,
faktual, dan akurat maksudnya adalah penelitian yang di arahkan untuk
meneliti realitas tentang “Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
61Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1996), h.
32. 62Sumandi Suryabrata, Metode Penelitian,(Jakarta: Rajawali Pers,2010),h. 76.
konsumen dalam memilih pertamini ditinjau dari etika bisnis islam (studi di
desa Karang Tanjung kecamatan Padang Ratu kabupaten Lampung
Tengah)”.
B. Sumber Data
Sumber data penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh.63 Dalam penulisan ini, sumber data yang digunakan adalah:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data.64 Sumber data primer ini
tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file.
Data ini harus dicari melalui narasumber, atau dalam istilah teknisnya
responden, yaitu orang yang dijadikan obyek penelitian atau orang yang
kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun sumber data
primer. Sumber data primer yang di kumpulkan peneliti dari lapangan,
yaitu langsung dari sumber utamanya, yaitu Penjual dan pembeli
pertamini.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang sudah tersedia
sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkan, sumber data sekunder
dapat diperoleh dengan lebih mudah dan cepat karena sudah tersedia,
63Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), h. 129. 64 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011),
h.39.
misalnya diperpustakaan, perusahaan-perusahaan, organisasi-organisasi
perdagangan, biro pusat statistik, dan kantor-kantor pemerintah, atau
dengan kata lain suatu data yang bersumber dari bahan-bahan bacaan
seperti buku tentang Perilaku Konsumen dan etika bisnis Islam, jurnal,
hasil penelitian, dan lain sebagainya yang dapat mendukung sumber data
primer yaitu yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen dalam memilih pertamini. 65
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan penting dalam
kegiatan penelitian dan dilakukan setelah peneliti selesai membuat desain
penelitian sesuai dengan masalah yang akan diteliti.66 Pengumpulan data
dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka
mencapai tujuan penelitian.
Beberapa teknik yang peneliti gunakan untuk mendapatkan data
dalam penelitian antara lain:
1. Wawancara (interview)
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti
dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab
dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden
merupakan pola
65Rony Kountor, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Akasara, 2005), h. 178
66 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2011), h.40.
media yang melengkapi kata-kata secara verbal.67 Wawancara dilihat
dari bentuk pertanyaan dapat dibagi dalam 3 bentuk yaitu :
a. Wawancara berstruktur (pertanyaan-pertanyaan mengarahkan pada
jawaban dalam pola pertanyaan yang dikemukakan)
b. Wawancara tak berstruktur (pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab
secara bebas oleh responden tanpa terikat pada pola-pola tertentu)
c. Campuran (campuran antara wawancara struktur dan tak berstruktur)68
Peneliti menggunakan interview berstruktur. Wawancara ini
bertujuan untuk menyiapkan garis besar mengenai hal-hal yang akan di
tanyakan terkait dengan Faktor-Faktor yang Mempengaruh Perilaku
Konsumen Dalam Memilih Pertamini. Wawancara ini di lakukan kepada
Bapak Ahmad Tahta Zani, Bapak Suyit, Bapak Mahmudi, Ibu
Hermawati, dan Ibu Turinah (pedagang pertamini) di desa Karang
Tanjung, dan Ibu Habibah, Bapak Amir, Bapak Lukman, Ibu Ida dan
Bapak Sodik (konsumen).
67W Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: Widia Sarana Indonesia, 2002), h. 119 68Ibid., h. 120-121
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari sumber tertulis atau dokumen-dokumen, baik berupa
buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian
dan sebagainya.69
Dokumen ini mencari data-data mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan tinjauan etika bisnis Islam terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam memilih pertamini.
D. Teknis Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan
data, menemukan pola, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan orang lain.70 Penelitian ini
menggunakan teknik analisa data kualitatif. Kualitatif merupakan penelitian
yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara
holistik dengan cara mendeskripsikannya dalam bentuk kata-kata dan
bahasa.71 Penelitian ini menggunakan metode berfikir induktif yaitu suatu cara
yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah yang bertolak dari
pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik
69Musein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali
Press, 2000), h. 102
70Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 18
71Moh. Nazir, Metode Penelitian edisi 7, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), h. 54
kesimpulan yang bersifat umum.72 Cara berfikir ini, peneliti gunakan untuk
menguraikan kemudian ditarik kesimpulan secara umum.
Berdasarkan keterangan di atas maka dalam menganalisa data peneliti
menggunakan data yang telah diperoleh dalam bentuk uraian-uraian kemudian
data tersebut dianalisa dengan menggunakan cara berfikir induktif yang
berangkat dari informasi tentang Tinjauan Etika Bisnis Islam pada faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam memilih pertamini.
72Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM, 1984), cet ke-XVI, hal. 42.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Kampung Karang Tanjung
1. Sejarah Singkat Kampung Karang Tanjung
Pada awalnya Kampung Karang Tanjung adalah sebuah desa
percobaan yang merupakan wilayah bagian dari Kampung Kota Baru
pada tahun 1970 dengan nama desa percobaan Tanjung Meru yang di
pimpin oleh seorang Kepala Kampung yaitu Bapak M. Suharjo.
Kemudian pada tahun 1975 desa percobaan Tanjung Meru
memisahkan diri dari Kampung Kota Baru dan membentuk kampung
baru dengan nama Kampung "Karang Tanjung". Kata "Karang
Tanjung" mempunyai arti sebagai beikut: Kata "Karang" diambil dari
daerah asal tokoh pembukaan kampung yang berasal dari Desa
Karang Kemojing Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas Provinsi
Jawa Tengah, sedangkan kata "Tanjunga" diambil dari kata nama
susukan Tanjung Meru, sehingga menjadi " Karang Tanjung.73
Desa Karang Tanjung merupakan bagian dari desa kota baru,
kemudian ketika di pimpin oleh Bapak M. Suharjo, Karang tanjung
memisahkan dari desa Kota baru dengan tujuan agar tidak terlalu luas dan
membentuk kampung baru dengan nama Karang Tanjung.
73 Dokumen Kampung Karang Tanjung
44
2. Luas dan Batas Wilayah
Kampung Karang Tanjung terbagi atas 10 Dusun dan 28 RT
dengan luas wilayah 535 Ha yang terdiri dari Pekarangan 50 Ha,
Perladangan 150 Ha, dan Persawahan 270 Ha, dan Lain-lain berupa jalan,
bangunan umum, dll seluas 65 Ha. Dengan batas-batasnya sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan : Kampung Kota Baru Kecamatan
Padang Ratu - Sebelah Timur berbatasan dengan : Kampung Negara Aji
Baru Kecamatan Anak Tuha - sebelah Selatan berbatasan dengan :
Kampung Suka Waringin Kecamatan Bangun Rejo - Sebelah Barat
berbatasan dengan : Kampung Margo Rejo Kecamatan Padang Ratu.74
Kondisi wilayah desa yang di gunakan usaha sangat lah tepat
karena mengikuti zaman yang semakin maju dan jauh dari SPBU sehingga
memudahkan konsumen dalam memenuhi kebutuhannya.
3. Sejarah Singkat berdirinya pertamini di desa Karang Tanjung.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik pertamini, bahwa
pertamini ini terletak di kelurahan Karang Tanjung kecamatan Padang
Ratu Kabupaten Lampung Tengah. Adapun batasan-batasan wilayah
berdasarkan posisi geografisnya yaitu Sebelah Utara berbatasan
dengan : Kampung Kota Baru Kecamatan Padang Ratu - Sebelah
Timur berbatasan dengan : Kampung Kegara Aji Baru Kecamatan
Anak Tuha - sebelah Selatan berbatasan dengan : Kampung Suka
74Ibid.
Waringin Kecamatan Bangun Rejo- Sebelah Barat berbatasan dengan :
Kampung Margo Rejo Kecamatan Padang Ratu.75
Usaha pertamini yang di jalani di desa Karang Tanjung sudah ada
sejak Tahun 2013, selain berkembangnya zaman yang semakin maju
dan jauh dari SPBU maka para pedagang berinovasi berjualan bensin
menggunakan alat canggih yang biasa disebut dengan pertamini.
B. Faktor- faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam
memilih Pertamini
Pertamini merupakan salah satu kios bensin yang di disain seperti
layaknya SPBU di wilayah desa karang tanjung. Selain itu juga banyak
terdapat pedagang bensin yang menggunakan pertamini sehingga bisa
memudahkan para konsumen tanpa harus susah payah datang ke SPBU.
Meskipun sangat banyak pedagang yang menggunakan pertamini akan
tetapi cara pelayanan dan penyediaan tempat sangat lah berbeda, itu lah
yang membuat para konsumen memilih dan menentukan pertamini mana
yang akan konsumen tuju.
Selain itu para pedagang pertamini memberikan pelayanan dan
tempat yang bisa membuat nyaman para konsumen agar merasa puas
dalam pembeliannya.
Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan kepada penjual
pertamini di desa Karang Tanjung dan konsumen sekitar adalah sebagai
berikut:
75 Ahmad Tahta Zani, penjual pertamini, wawancara, pada tanggal 29 Agustus 2017.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suyit selaku penjual
pertamini di desa Karang Tanjung yang sudah memulai usahanya
menggunakan pertamini sejak 4 tahun yang lalu, beliau memilih usaha
menggunakan pertamini karena selain mesinnya yang simple juga akurat,
cara berjualannya pun lebih mudah. Adapun bentuk pelayanan yang di
berikan Bapak Suyit kepada konsumen yaitu dengan cara memberihatukan
titik awal takaran kepada konsumen. Adapun keuntungan yang di dapat
saat berjualan menggunakan pertamini adalah selain mendapatkan
penghasilan yang meningkat Bapak Suyit juga merasa jika berjualan
menggunakan pertamini juga lebih menarik konsumen. Adapun upaya
yang di lakukan Bapak Suyit untuk menarik konsumen adalah dengan
menjaga kualitas minyak agar selalu jernih.76
Selain wawancara dengan Bapak Suyit, peneliti juga melakukan
wawancara dengan Bapak Mahmudi selaku penjual pertamini di desa
Karang Tanjung yang memulai usahnya sejak tahun 2013, selain itu juga
Bapak Mahmudi langsung memulai usahanya dengan alat pertamini dan
belum pernah menggunakan botol sebelumnya karena dianggapnya
mengikuti zaman yang semakin modern. Adapun bentuk pelayanan yang
di berikan kepada konsumen adalah dengan menggunakan bensin premium
yang dengan batas minimal penjualan adalah Rp.5000 sampai 5 Liter.
Adapun keuntungan yang di dapat selain mendapatkan penghasilan yang
meningkat, dengan menggunakan alat pertamini dapat memudahkan saat
76 Wawancara dengan Bapak Suyit selaku penjual pertamini, Survey pada tanggal 27
Agustus 2017.
berjualan. Adapun upaya yang di lakukan untuk menarik konsumen adalah
dengan cara memberikan pelayannan yang terbaik.77
Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan dengan Ibu
Hermawati selaku penjual pertamini di desa Karang Tanjung yang baru
memulai usahnya sejak tahun 2017 menuturkan bahwa memilih usaha
menggunakan pertamini karna merasa lebih cepat mendapatkan
untungnya, hal ini serupa dengan pendapat Bapak Mahmudi. Adapun
bentuk pelayanan yang di berikan kepada konsumen dengan meberikan
akses keluar masuk kendaran agar mudah dan nyaman dalam
pembeliannya. Adapun keuntungan yang di dapat saat berjualan
menggunakan pertamini adalah selain pendapatannya yang meningkat,
penjual juga menuturkan bahwa bensin yang di jualnya adalah murni
sehingga konsumen tertarik. Dan upaya yang di lakukan Ibu Hermawati
untuk menarik konsumen adalah dengan cara ramah kepada konsumen.78
Selain itu juga peneliti melakukan wawancara dengan Bapak
Ahmad Tahta Zani selaku penjual pertamini di desa Karang Tanjung yang
memulai usahanya 3 tahun yang lalu. Adapun usaha yang di pilih yaitu
berjualan bensin menggunakan alat pertamini yang praktis dan juga akurat.
Adapun pelayanan yang di lakukan untuk menarik konsumen adalah
dengan cara memberikan pelayanan yang ramah dan juga memuaskan.
Adapun keuntungan yang didapat adalah selain mendapatkan penghasilan
77 Wawancara dengan Bapak Mahmudi selaku penjual pertamini, Survey pada tanggal 27
Agustus 2017. 78 Wawancara dengan Ibu Hermawati selaku penjual pertamini, Survey pada tanggal 28
Agustus 2017.
yang meningkat Bapak Ahmad menuturkan bahwa minat konsumen lebih
tinggi dalam pembelian. Adapun upaya yang di lakukan Bapak Ahmad
untuk menarik konsumen adalah dengan cara menjual bensin
menggunakan alat pertamini yang praktis, rapi dan tempat penjualannya
berada di dekat jalan raya. Selain itu juga Bapak Ahmad memberikan
tempat yang luas dan juga mudah dalam akses keluar masuk
kendaraannya.79
Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan peneliti dengan Ibu
Turinah selaku penjual pertamini di desa Karang Tanjung yang sudah
memulai usahnya sejak 5 tahun yang lalu, Ibu Turinah lebih memilih
berjualan menggunakan pertamini yang menurutnya modern dan juga
praktis. Adapun pelayanan yang di berikan Ibu Turinah kepada konsumen
adalah dengan cara ramah. Kemudian keuntungan yang di dapat selain
penghasilan yang meningkat Ibu Turinah juga menuturkan bahwa lebih
cepat dalam mengahbiskan bensin yang di jualnya. Adapun upaya yang di
berikan untuk menarik konsumen adalah dengan cara memberikan tempat
yang teduh kepada konsumen agar merasa nyaman dan ingin kembali lagi
ke pertamini milik Ibu Turinah.80
Penjualan bensin menggunakan pertamini di desa Karang Tanjung
ini merupakan salah satu cara usaha yang di lakukan oleh penjual
79 Wawancara dengan Bapak Ahmad Tahta Zani selaku penjual pertamini, Survey pada
tanggal 29 Agustus 2017. 80 Wawancara dengan Ibu Turinah selaku penjual pertamini, Survey pada tanggal 30
Agustus 2017.
pertamini untuk mendapatkan penghasilan, begitu juga pelayanan yang di
lakukan penjual terhadap konsumen sudah baik dan memuaskan.
Selain wawancara dengan penjual pertamini, peneliti juga
mewawancarai beberapa konsumen. Adapun hasil wawancara tersebut
adalah :
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Habibah selaku
konsumen yang lebih tertarik dengan pertamini sejak 2 tahun yang lalu
adalah selain dengan pelayannannya yang peraktis, konsumen juga dapat
membeli sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Adapun faktor yang
membuat Ibu Habibah memilih pertamini adalah karena tempatnya yang
strategis dan mudah di jangkau. Selain itu juga pelayannya yang ramah
dan sangat memuaskan.81
Selain itu juga peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Amir
selaku konsumen yang sejak 3 tahun lalu selalu membeli di pertamini,
Bapak Amir merasa lebih terbantu dengan adanya pertamini yang
memudahkan konsumen dalam kehabisan Bahan Bakar Minyak yang
tanpa harus susah payah datang ke SPBU. Adapun faktor yang membuat
Bapak Amir selalu membeli bensin di pertamini langganannya adalah
bahwa tempat yang di sediakan sangat teduh dan merasa tidak terganggu
oleh cuaca. Selain itu juga pendapat Bapak Amir mengenai pelayanan
81 Wawancara dengan Ibu Habibah selaku pembeli pertamini, Survey pada tanggal 10
Februari 2017.
yang berada di pertamini tersebut yaitu dengan pelayanannya yang
ramah.82
Selain itu juga peneliti mewawancarai Bapak Lukman selaku
konsumen yang selalu membeli bensin di pertamini sejak 3 tahun yang
lalu serupa dengan Bapak Amir. Adapun yang menjadikan alasan Bapak
Lukman selalu membeli di pertamini langganannya adalah peraktis dan
rapi dalam penjualannya. Adapun faktor yang membuat Bapak Lukman
memilih pertamini adalah merasa sangat nyaman dengan tempat yang luas
dan mudah untuk akses keluar masuk kendaraannya. Adapun pelayanan
yang di dapat adalah serupa dengan Bapak Amir yaitu ramah dalam
penjualannya.83
Berdasaarkan hasil wawancara dengan Ibu Ida selaku konsumen
sejak 3 tahun yang lalu serupa dengan Bapak Amir. Adapun alasan Ibu Ida
serupa dengan Bapak Amir yang tanpa harus susah payah datang ke
SPBU. Adapun faktor yang mempengarui Ibu Ida dalam memilih
pertamini adalah merasa puas dalam pelayanannya dari segi tempat yang
berada di dekat jalan raya dan juga luas, Ibu Ida juga menuturkan bahwa
mudah dalam akses keluar masuk kendaraannya. Adapun pelayanan yang
di dapat Ibu Ida selama menjadi konsumen sangat lah puas, karena sikap
penjual yang tidak sombong.84
82 Wawancara dengan Bapak Amir selaku pembeli pertamini, Survey pada tanggal 12
Februari 2017. 83 Wawancara dengan Bapak Lukman selaku pembeli pertamini, Survey pada tanggal 12
Februari 2017. 84 Wawancara dengan Ibu Ida selaku pembeli pertamini, Survey pada tanggal 14 Februari
2017.
Selain itu juga peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Sodik
selaku konsumen yang selalu membeli di pertamini sejak 2 tahun yang lalu
serupa dengan Ibu Habibah. Adapun yang menjadikan alasan beliau adalah
lebih praktis dalam penjualannya. Selain itu juga faktor yang
mempengaruhi Bapak Sodik dalam memilih pertamini adalah selain
alatnya yang simpel dan juga akurat, Bapak Sodik juga selaku konsumen
selalu mengetahui titik awal takaran, Bapak Sodik juga mengetahui
kualitas minyak yang selalu jernih, dan pelayanan yang memuaskan.85
Hasil pengamatan peneliti, konsumen lebih memilih ke pertamini
selain dengan mengikuti zaman semakin maju dan modern, konsumen juga
memilih pertamini karena dengan alatnya yang simple dan juga akurat,
konsumen juga dapat melihat titik awal takaran dan juga kualitas minyak
yang selalu jernih.
Jika ditinjau dari etika bisnis Islam konsumen belum sepenuhnya
menerapkan prinsip etika bisnis Islam seperti prinsip keadilan dan
tanggung jawab. Adapun prinsip yang sudah di terapkan adalah prinsip
tauhid, prinsip kehendak bebas dan prinsip kejujuran.
85 Wawancara dengan Bapak Sodik selaku pembeli pertamini, Survey pada tanggal 15
Februari 2017.
C. Analisis Etika Bisnis Islam terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam memilih Pertamini
Pertamini merupakan salah satu usaha yang menjual bensin eceran
di desa Karang Tanjung. Selain itu juga banyak terdapat kios lain yang
menggunakan pertamini sehingga menimbulkan beberapa faktor yang
mempengaruhi konsumen dalam memilih pertamini di antaranya yaitu:
1. Alatnya yang peraktis
2. Tempat yang strategis dan mudah di jangkau
3. Pelayanan yang ramah dan memuaskan
Adapun faktor lain yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam
memilih pertamini adalah sebagai berikut:
1. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari
keinginan dan perilaku seseorang. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-
budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi sosialisasi yang
lebih spesifik untuk para anggotanya. Faktor kebudayaan juga terdiri dari
kelas sosial yang tersusun secara hierarki86 dan keanggotaannya
mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa.87
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
adalah faktor kebudayaan. Dimana faktor kebudayaan merupakan faktor
penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Dengan
zaman yang semakin maju dan modern maka para konsumen lebih
86 Hierarki adalah tingkatan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 87 Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 11.
memilih kios bensin layaknya SPBU yang biasa di sebut pertamini.
Dengan adanya pertamini maka keinginan konsumen pun akan mudah
terjangkau.
2. Faktor-faktor sosial
Faktor sosial yang terdiri dari kelompok-kelompok primer yaitu
adanya interaksi yang cukup berkesinambungan seperti keluarga, teman,
tetangga dan teman sejawat. Selain kelompok primer juga ada keluarga
orientasi seperti orang tua. Dari orang tua lah seseorang mendapatkan
pandangan ekonomi. Selain itu juga ada keluarga prokreasi seperti
pasangan hidup, anak-anak merupakan organisasi pembeli dan konsumen
yang paling penting dalam suatu masyarakat. Selain itu juga ada peran
dan strategi yang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama
hidupnya.88
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
yaitu faktor sosial. Dimana faktor sosial merupakan awal seseorang
mendapatkan pandangan ekonomi. Oleh karena itu faktor sosial
merupakan kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak
langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang yang ingin
menyesuaikan diri. Dengan demikian konsumen akan lebih memilih
pertamini dengan tempat yang strategis dan mudah di jangkau.
88 Ibid.
3. Faktor-faktor pribadi
Faktor pribadi seperti kelompok pekerja yang memiliki minat di
atas rata-rata terhadap produk dan jasa, keadaan ekonomi seseorang terdiri
dari pendapatan yang di belanjakan, kemampuan meminjam dan sikap
terhadap mengeluarkan lawan menabung, gaya hidup seseorang juga
mencerminkan sesuatu di balik kelas sosial.89
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kosumen
yaitu faktor pribadi. Dimana faktor peribadi merupakan kelompok pekerja
yang memiliki minat rata-rata terhadap produk dan jasa pada diri
seseorang dan tidak terpengaruh oleh orang lain. Oleh karena itu ketika
konsumen telah melakukan suatu keputusan pembelian kepada suatu
produk seperti pertamini yang pelayanannya ramah dan memuaskan maka
keputusan membeli pada konsumen itu di dasarkan pada diri sendiri bukan
paksaan orang lain.
4. Faktor-faktor psikologis
Faktor psikologis seperti proses belajar menjelasakan perubahan
dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman, kepercayaan dan
sikap adalah suatu gagasan yang di miliki seseorang terhadap sesuatu.
keputusan membeli seseorang merupakan hasil suatu hubungan yang
saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang lainnya. Faktor-faktor ini
89 Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 11-12.
sangat berguna untuk mengidentifikasi pembeli-pembeli yang mungkin
memiliki minat terbesar terhadap suatu produk.90
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
yaitu faktor psikologis. Dimana faktor psikologis merupakan proses
belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul
dari pengalaman. Oleh karena itu dengan perubahan zaman yang semakin
modern dan usaha yang semakin canggih maka konsumen lebih banyak
memilih menggunakan pertamini untuk memenuhi kebutuhannya karena
menurut konsumen akan lebih cepat dalam penjualannya dengan alatnya
yang peraktis.
Setelah peneliti melakukan research mengenai faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen dalam memilih pertamini di desa
Karang Tanjung sudah sesuai dengan beberapa prinsip-prinsip etika bisnis
Islam, selain penjual yang menerapkan prinsip-prinsip syariat Islam pada
usahanya, konsumen juga menerapkan beberapa prinsip etika bisnis Islam
diantaranya adalah tauhid, kehendak bebas dan juga kebenaran (kebajikan
dan kejujuran).
Adapun prinsip tauhid merupakan dasar dan sekaligus motivasi
untuk menjamin kelangsungan hidup, kecukupan, kekuasaan dan
kehormatan manusia yang telah di disain Allah SWT untuk menjadi
makhluk yang di muliakan.91
90 Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 12-14. 91 Muhammad, Paradigma, Metodologi dan Aplikasi Ekonomi Syari’ah, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2008), h.109.
Prinsip tauhid ini telah menjadi dasar konsumen untuk menjamin
kelangsungan hidup yang di jalankan untuk mendapatkan Ridho Allah
SWT. Karena dalam aktivitasnya konsumen tidak terlepas dari
pengawasan Allah SWT seperti halnya aktivitas bisnis dalam memilih
pertamini di desa Karang Tanjung yang berfungsi untuk mencukupi
kebutuhan kendaraanya yang tanpa harus susah payah datang ke SPBU.
Adapun prinsip kehendak bebas, manusia di perbolehkan
melakukan segala hal yang di inginkan selama tidak melanggar syari’at,
dalam bisnis pun manusia bebas untuk memilih. Meskipun manusia bebas
dalam memilih pencariannya yang sah, kebebasan ini terkendali dan
bertanggung jawab. Kebebasan yang di miliki oleh setiap individu di akui
dalam kerangka etika bisnis Islam selama tidak bertentangan dengan
kepentingan sosial yang lebih besar atau sepanjang individu itu tidak
melangkahi hak-hak orang lain.92
Selanjutnya prinsip kehendak bebas yang di terapkan adalah
konsumen memiliki kebebasan dalam memilih pertamini yang mereka
inginkan tanpa harus ada unsur paksaan dari manapun dan tidak
mengabaikan kenyataan bahwa ia sepenuhnya di tuntut oleh hukum yang
di ciptakan Allah SWT. Seperti halnya konsumen dapat memilih pertamini
yang menurutnya memuaskan dalam pelayanannya, tempatnya yang
strategis dan juga alatnya yang praktis.
92 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam perspektif Al-qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007),
h.106
Prinsip kebajikan dan kejujuran merupaka sikap suatu bisnis akan
melahirkan persaudaraan, dan kemitraan yang saling menguntungkan,
tanpa adanya pihak yang merasa di rugikan dari bisnis yang di
jalaninya.93
Prinsip kebajikan dan kejujuran yang di terapkan adalah konsumen
menuturkan bahwa selain dengan alatnya yang praktis, konsumen juga
dapat melihat titik awal takaran dan kualitas minyak yang di beritahukan
oleh penjual. Selain itu juga konsumen merasa sangat puas dengan
pelayanan yang di berikan penjual seperti tempatnya yang sejuk, strategis
dan juga penjual yang ramah pada konsumen.
Prinsip tanggung jawab merupakan prinsip yang sangat
berhubungan dengan perilaku manusia, karena segala kebebasan dalam
melakukan segala aktivitas bisnis oleh manusia tidak terlepas dari
pertanggung jawaban yang di berikan manusia atas aktivitas bisnisnya.94
Prinsip tanggung jawab yang pertamini lakukan adalah dengan
memberikan pelayanan yang memuaskan dan memberitahukan titik awal
takaran kepada konsumen dan selalu menjaga kualitas minyak agar selalu
jernih. Adapun bukti tanggung jawab yang lainnya adalah dengan
memberikan tempat yang teduh dan akses keluar masuk kendaraan agar
mudah dan nyaman dalam pembeliannya seperti halnya tempat
penjualannya dekat dengan jalan raya dan tempat yang luas. Adapun
93 Rafik Issa Beekun, Etika Bisnis Islam, diterjemahkan oleh Muhammad, dari judul asli
Islamic Business, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004), h.43. 94 Burhanudin Salam, Etika Sosial Asas Moral Kehidupan Manusia, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h.308.
tanggung jawab yang di lakukan oleh konsumen adalah konsumen selalu
memenuhi tanggung jawabnya sebagai pembeli seperti halnya membayar
langsung kepada penjual setelah melakukan jual beli bensin tersebut.
Selanjutnya prinsip keadilan adalah suatu masalah yang sangat sulit
di laksanakan, mudah di katakan dan suulit di terapkan. Hal ini menuntut
agar setiap manusia memperlakukan orang lain sesuai dengan haknya.
Hak orang lain perlu di hargai dan jangan sampai di langgar, persis
seperti dirinya mengharapkan agar hak-haknya di hargai dan tidak di
langgar.95
Prinsip keadilan yang di terapkan oleh pertamini tersebut yakni
dengan memberikan pelayanan yang ramah, memuaskan, dan
memperlakukan konsumen dengan adil tanpa membedakan harga
ataupun takaran untuk konsumennya. Selain itu juga penjual pertamini
selalu memberitahukan titik awal takaran kepada konsumen. Adapun
prinsip keadilan yang di terapkan konsumen yaitu dengan tidak adanya
rasa di rugikan ataupun pilih kasih yang di lakukan oleh penjual bensin
pertamini.
95 Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam Suatu Pengantar 2, (Jakarta: Kalam Mulia, 1995), h.
466.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
dalam memilih pertamini: Pertama, faktor kebudayaan dengan zaman yang
modern, konsumen memilih kios bensin pertamini karena mudah di
jangkau sementara di SPBU cenderung antri. Kedua, faktor sosial karena
pertamini alatnya yang praktis, aman, cepat dan tempatnya yang strategis.
Ketiga, faktor pribadi karena pertamini letaknya jauh dengan SPBU
konsumen lebih terbantu untuk memenuhi kebutuhannya. Keempat, faktor
psikologis dengan perubahan zaman yang semakin modern dan canggih,
konsumen lebih memilih pertamini karena cepat dalam penjualannya.
Ditinjau dari etika bisnis Islam maka keempat faktor-faktor
tersebut sudah di terapkan oleh konsumen walaupun belum maksimal;
pertama, prinsip tauhid karena konsumen mencari Ridho Allah SWT.
Kedua, prinsip kehendak bebas konsumen memiliki kebebasan memilih
pertamini yang memuaskan dalam pelayanannya. Ketiga, prinsip
kebenaran (kebajikan dan kejujuran) konsumen menuturkan dapat melihat
titik awal takaran dan kualitas minyak saat membeli. Keempat, prinsip
tanggung jawab konsumen selalu memenuhi tanggung jawabnya seperti
halnya membayar langsung kepada penjual. Kelima, prinsip keadilan
konsumen tidak merasa dirugikan oleh penjual bensin pertamini.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, adapun saran yang ingin peneliti
sampaikan adalah:
Bagi pedagang pertamini selalu meningkatkan kinerja dalam
bekerja dalam melakukan pelayanan kepada pertamini agar dapat
mencapai target dan sasaran yang di inginkan.
Bagi konsumen selayaknya dalam mengambil keputusan mengenai
pembelian, konsumen lebih mempertimbangkan tempat yang strategis dan
pelayanan yang memuaskan, agar konsumen tersebut merasa pelayanannya
sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanudin Salam, Etika Sosial asas Moral Kehidupan Manusia. Jakarta: Rineka
Cipta, 2002.
Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemah. Diponogoro. CV
Penerbit, 2006.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/pertamini diunduh pada 14 Maret 2017.
https://pro-rahasia.com/omzet-besar-dari-usaha-pom-bensin-mini-portable/
diunduh pada 14 Maret 2017.
Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam Suatu Pengantar 2. Jakarta: Kalam Mulia, 1995.
Indonesiaindonesia.com/f/125284-pertamini/ diunduh pada 14 maret 2017.
Jonatan Sarwono, Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 1. Yogyakarta: andi,
2006.
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju,
1996.
M. Abdul Manan,Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT Dana
Bhakti Wakaf, 1997.
Moh. Nazir, Metode Penelitian edisi 7. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.
Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta:
Erlangga, 2003.
Muhammad, Paradigma, Metodologi dan Aplikasi Ekonomi Syari’ah.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.
Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjakusuma,
Menggagas Bisnis Islami. Jakarta: Gema Insani Press, 2002.
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier, Edisi
Revisi. Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 2004.
Mulyadi Nitisusanto, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan.
Bandung: Alfabeta, 2013.
Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi Dan
Keuangan Syari’ah. Jakarta: Kholam Publising, 2008.
Muhammad Muflih, Perilaku Konsumen Dalam Persepektif Ilmu Ekonomi
Islam. Yogyakarta: Rajawali Pers, 2006.
Musein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
Rajawali Press, 2000.
Munrokhim Misanam, M. Bhekti Hendrianto, Priyonggo Suseno, Pusat
pengkajian dan pengembangan ekonomi Islam, Ekonomi Islam.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.
Nugroho J. Setiadi, perilaku konsume. jakarta: kencana, 2008.
Rafik Issa Beekun, Etika Bisnis Islam, diterjemahkan Muhammad, Islamic
Business Ethics. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004.
Rony Kountor, Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Akasara, 2005.
Sudaryono, Perilaku Konsumen dalam perspektif Pemasaran. Jakarta :
Lentera Ilmu Cendekia, 2014.
Sofjan Assauri. Manajemen Pemasaran Dasar Konsep dan Strategi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2006.
Sumandi Suryabrata, Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers,2010.
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: Yayasan Penerbit
Fakultas Psikologi UGM, 1984.
Veithzal Rivai, Islamic Business and Economic Ethnics. Jakarta: PT. Aksara,
2012.
Vinna Sri Yuniarti, Perilaku Konsumen Teori dan Praktik. Bandung : Pustaka
Setia, 2015.
W Gulo, Metode Penelitian. Jakarta: Widia Sarana Indonesia, 2002.
Yatimin Abdullah, Studi Ahlak dalam Perspektif Al-qur’an. Jakarta: Amzah,
2007.
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama lengkap Widad Kamala Nur Amriana,
lahir di Karang Tanjung pada tanggal 12 Mei 1994 merupakan
putri keenam Bapak AM. Rahmat Yasin dan Ibu Suryatun.
Peneliti sekarang bertempat tinggal di Jalan Ki Hajar
Dewantara 15A Metro Timur .
Peneliti menyelesaikan sekolah RA/TK di Miftahul Ulum Kota Baru
Kec.Padang Ratu Kabupaten Lampung Tengah lulus pada tahun 2000, kemudian
melanjutkan ke sekolah dasar Madrasah Ibtidaiyah Kota Baru Kec.Padang Ratu
Kabupaten Lampung Tengah dari tahun 2000-2006, kemudian melanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama Madrasah Tsanawiyah Bustanul Ulum Jaya Sakti
Lmpung Tengah dari tahun 2006-2009, dan kemudian ke MA Bustanul Ulum
tahun 2009-2012, dan kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo metro yang kemudian resmi menjadi
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jurai Siwo metro pada tanggal 01 Agustus
2016 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan Ekonomi Syariah dimulai pada
Semester I TA. 2013/2014 hingga saat ini.