Post on 30-Jan-2018
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
LAPORAN KHUSUS
SISTEM PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN MINYAK
PELUMAS BEKAS SEBAGAI LIMBAH BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
DI PT. INKA (PERSERO)
MADIUN, JAWA TIMUR
Rosana Angga Kusuma
R.0008067
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
SISTEM PENGUMPULAN DAN PENYIMPANAN MINYAK PELUMAS
BEKAS SEBAGAI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
DI PT. INKA (Persero) MADIUN
Rosana Angga Kusuma1 , Ipop Sjarifah
2, dan Lusi Ismayenti
3
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang sistem pengumpulan dan
penyimpanan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) di PT, INKA (Persero) dan apakah sudah sesuai dengan Keputusan Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/
1996 tentang “Tata Cara Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”.
Metode : Penelitian ini dilaksanakan dengan metode deskriptif, yaitu gambaran
secara jelas tentang cara pengumpulan dan penyimpanan minyak pelumas sebagai
limbah B3 dengan cara mengadakan observasi langsung ke lapangan, wawancara dan
studi pustaka di PT. INKA (Persero). Data yang diperoleh kemudian dibahas dengan
membandingkan dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang “Tata Cara
Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”.
Hasil : Hasil penelitian yang diperoleh di PT. INKA (Persero) adalah sumber
minyakpelumas bekas, lama penyimpanan minyakpelumas bekas, izin penyimpanan
minyak pelumas bekas, tata cara penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas
bekas dan pemenuhan baku mutu air limbah.
Simpulan: Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem penyimpanan dan
pengumpulan minyak pelumas bekas di PT. INKA (Persero) belum sesuai dengan
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-
225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang “Tata Cara Penyimpanan dan Pengumpulan
Minyak Pelumas Bekas”.
Kata Kunci : Minyak Pelumas Bekas, Penyimpanan B3
1. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 3. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia,
kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta penyusunan
laporan Tugas Akhir dengan judul “Sistem Penyimpanan dan Pengumpulan
Minyak Pelumas Bekas Sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
di PT. INKA(PERSERO) Madiun Jawa Timur”.
Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program
Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Disamping itumagang ini dilaksanakan untuk menambah
wawasan dan pengalaman guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme
serta problematika dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang ada di
dunia kerja yang sesungguhnya.
Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu
dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., S.Pd-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Diploma III Hiperkes
dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Ipop Syarifah Dra. M.Si selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
4. Ibu Lusi Ismayenti, ST., M.Kes. selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.
5. Bapak Ir. Roos Diatmoko, selaku Direktur Utama PT. INKA (Persero).
6. Bapak Herlambang Eko Adi, selaku Manajer Personalia dan Umum yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan magang di PT.
INKA (Persero).
7. Bapak Drs. Suharyoko, selaku Manager Pemeliharaan dan K3LH.
8. Bapak Syafril Syafar, selaku Assisten Manager Rendal dan K3LH.
9. Ibu Ana Retnowati selaku staf dan pembimbing yang berkenan hati untuk
memberikan pengarahan dan banyak membantu penulis dalam penyusunan
laporan.
10. Bapak Sugeng Budi dan Bapak Suyanto, selaku Tim K3LH di PT. INKA
(Persero) yang banyak membantu dalam pengambilan data yang dibutuhkan
dalam penulisan.
11. Ibu Yuli Whirdawati, selaku tim Rendal yang banyak membantu dalam
pengerjaan tulisan ini.
12. Seluruh personil di Unit K3LH yang banyak membantu dalam pengerjaan tulisan
ini.
13. Bapak Hariyadi dan Ibu Sri Hartini yang selama ini memberikan doa yang tidak
pernah putus dan dukungan bagi penulis. “I Love my Parents”
14. Kedua kakakku Rika Puspitasari, dan Resky Adhista Dian Pratiwi, kakak iparku
Hariyanes Robiyantoro dan keponakanku Izzar Rayhan Raditya Pratama yang
selama ini memberikan doa dan dukungan bagi penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
15. Mas Hafidh Indra Permana yang selama ini memberi doa, dukungan dan
pinjaman printer bagi penulis.
16. Sahabatku Ambar Dwi Hardiyanti yang selalu memberikan doa dan dukungan
dalam penyusunan laporan ini.
17. Teman seperjuanganku magang di PT. INKA (Persero) Lia, Ella, Ocha yang
selama ini memberikan masukan dan dukungan penulis.
18. Teman seTIM Lia, Ella, Ocha, Dian, Dinar dan May, terimakasih untuk
persahabatan, kebersamaan kita.
19. Teman-teman seperjuangan Nisa, Septia, Endah, Riska, Roy, Dian Ratna, Hadi,
dan Maylani, terimakasih untuk kebersamaan ini disaat kita berjuang bersama.
20. Teman-teman Kostku Mbak. Mita, Mbak. Kiki, Rosi, Riri, Citra dan Tika yang
selalu memberi dukungan untuk penyelesaian laporan ini.
21. Teman-teman seperjuangan angkatan 2008, terimakasih untuk tiga tahun yang
indah, nasihat, dan doa dari kalian semua.
Penulis menyadari tidak akan bisa membalas kebaikan yang telah diberikan oleh
semua pihak dan semoga Allah SWT membalas semua budi baik dan bantuan yang
telah diberikan, AMIN. Akhir kata penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat
membangun demi sempurnanya laporan ini, sehingga dapat berguna dan bermanfaat
dikemudian hari.
Surakarta, 14 Juni 2011
Penulis,
Rosana Angga Kusuma
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ........................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 4
BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6
B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 23
BAB III. METODE PENELITIAN............................................................... 24
A. Metode Penelitian..................................................................... 24
B. Lokasi Penelitian ...................................................................... 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ...................................... 24
D. Sumber Data ............................................................................. 25
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 25
F. Pelaksanaan .............................................................................. 26
G. Analisa Data ............................................................................. 27
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 29
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 29
B. Pembahasan .............................................................................. 36
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 44
A. Simpulan .................................................................................. 44
B. Saran ......................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 46
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Minyak Pelumas termasuk daftar limbah bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) dari sumber yang tidak spesifik.…………………………… 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pola Penyimpanan Kemasan Drum…………………………… 18
Gambar 2. Kemasan Untuk Menyimpan Limbah Cair …………..……….. 19
Gambar 4. Simbol Limbah B3 Klasifikasi Mudah Terbakar.……………… 20
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Sistem Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
di PT. INKA (Persero)...……………………………………….. 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Ijin Magang.
Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Magang.
Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Magang.
Lampiran 4. Daftar Pertanyaan tentang Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Lampiran 5. Label yang di pasang di drum minyak pelumas bekas.
Lampiran 6. Bagan Penanganan Limbah.
Lampiran 7. Laporan Hasil Pengujian
Lampiran 8. Berita Acara Pengawasan Penataan Lingkungan Hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan sektor Industri dewasa ini telah tumbuh dan berkembang
dengan pesat, sehingga keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di sektor industri
merupakan suatu masalah yang sangat penting dalam setiap proses operasional
suatu perusahaan. Dengan semakin pesatnya pertumbuhan dan perkembangan di
sektor industri ini tentunya akan membawa dampak positif dan dampak negatif
bagi masyarakat. Salah satu dampak negatifnya adalah pencemaran yang
disebabkan oleh limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) (Suma’mur, 2009).
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diharuskan dengan penanganan
khusus sebelum dibuang ke lingkungan, karena limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) memiliki karakteriatik dan sifat yang berbeda dengan limbah
umumnya. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) bersifat reaktif, eksplosif,
flammable atau sifat toksisnya Mengingat resiko tersebut, perlu diupayakan agar
setiap kegiatan industri dapat menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) yang seminimal mungkin dan mencegah masuknya limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) ke lingkungan kerja (PP 85 tahun 1999).
Menurut Apri (2008) Salah satu limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
yang perlu mendapatkan penanganan khusus karena dihasilkan dalam jumlah yang
tinggi adalah minyak pelumas bekas. Minyak pelumas bekas termasuk dalam
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mudah terbakar sehingga bila
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
tidak ditangani pengelolaan dan pembuangannya akan membahayakan kesehatan
mausia dan lingkungan. Pengelolaan minyak pelumas bekas ini berupaya agar
minyak pelumas bekas yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan dan sifat
minyak pelumas bekas menjadi lebih tidak berbahaya. Selain itu, pengelolaan
minyak pelumas bekas bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi
masyarakat.
Menurut Apri (2008) Penyimpanan limbah minyak pelumas sebagai Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) harus dilakukan jika limbah tersebut belum dapat
diolah dengan segera. Penyimpanan limbah minyak pelumas sebagai Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) dimaksudkan untuk mencegah pembuangan limbah
minyak pelumas tersebut ke lingkungan, sehingga potensi bahaya terhadap
manusia dan lingkungan dapat dihindarkan .
PT. INKA (Persero) merupakan industri manufaktur yang bergerak dalam
bidang industri perkretaapian, dimana proses produksinya menggunakan bahan
pendukung berupa minyak pelumas untuk kelancaran mesin produksinya. PT.
INKA (Persero) menghasilkan minyak pelumas bekas kurang lebih sebanyak 22
drum atau 4400 liter per tahun. Limbah minyak pelumas tersebut disimpan dahulu
sebelum dijual kepihak ketiga. Tempat penyimpanan minyak pelumas bekas
tersebut belum memiliki izin dari walikota kota Madiun, lokasi bangunan tempat
penyimpanan minyak pelumas tersebut mudah diakses oleh orang yang tidak
berkepentingan karena letaknya dekat dengan jangkauan manusia, tempat
penyimpanan minyak pelumas bekas tersebut juga belum mencukupi untuk
menyimpan seluruh minyak pelumas bekas yang dihasilkan dari proses produksi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dan pada tempat penyimpanan minyak pelumas tersebut belum memiliki bak
penampung untuk menampung ceceran minyak pelumas bekas, hal ini dapat
mengakibatkan terlepasnya minyak pelumas bekas ke lingkungan sehingga dapat
menimbulkan bahaya pencemaran pada lingkungan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perlunya
dilakukan penelitian terhadap sistem pengumpulan dan penyimpanan minyak
pelumas bekas di PT. INKA (Persero). Dalam hal ini peraturan yang dijadikan
rujukan peneliti adalah Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (Bapedal) No. 225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang “Tata Cara dan
Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana Sistem Penyimpanan dan Pengumpulan
Minyak Pelumas Bekas Sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di
PT. INKA (Persero)?”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian di PT. INKA (Persero) adalah “Untuk
mengetahui tentang bagaimana sistem penyimpanan dan pengumpulan minyak
pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA
(Persero)”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian tentang penyimpanan dan pengumpulan minyak
pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA
(Persero), peneliti berharap dapat memberikan manfaat bagi:
1. Bagi Perusahaan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas
sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) berdasarkan peraturan
yang berlaku dalam hal ini peraturan yang dijadikan acuan adalah Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/
BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan
Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas.
2. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Dapat menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar dan memberikan
sumbangan wacana terkait materi informasi mengenai sistem penyimpanan dan
pengumpulan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) di PT. INKA (Persero) dan diharapkan berguna bagi
pengembangan materi perkuliahan tentang limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3)
3. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang sistem
penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero). Serta dapat
mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di perkuliahan ke lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
a. Definisi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat
dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya (Peraturan Pemerintah No. 74 tahun
2001).
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah sisa suatu usaha
dan/ atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/ atau beracun
yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/ atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/ atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya
(Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup. No : 02 Tahun 2008).
b. Identifikasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Jenis limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) menurut
sumbernya (Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pasal 7), sebagai
berikut :
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
1) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari sumber tidak spesifik
Limbah yang berasal dari sumber tidak spesifik adalah berasal dari
kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan (inhibitor) korosi,
pelarut kerak, pengemasan dan kegiatan lain seperti; pelarut
terhalogenisasi (metilen klorida, klorobenzene, karbatetraklorida),
pelarut tidak terhalogenisasi (methanol, toluen), asam atau basa (HCl,
H2SO4, HNO3), lainnya (pelumas bekas, fiber asbes, scrab Pb)
2) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari sumber spesifik
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari sumber spesifik
adalah limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sisa proses suatu
industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan
kegiatan ilmiah yaitu; jenis industri A (electroplating, pertambangan,
pestisida, dan sebagainya) dan jenis kegiatan B (Iindustri Penanganan Air
Limbah (IPAL) industri, pengoperasian, incinerator limbah, chemical
cleaning, dan sebagainya),
3) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari bahan kimia
kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak
memenuhi spesifikasi.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari bahan kimia
kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan atau buangan produk yang tidak
memenuhi spesifikasi, karena tidak memenuhi spesifikasi yang
ditentukan atau tidak dapat dimanfaatkan kembali maka suatu produk
menjadi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) lainnya. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
berlaku juga untuk sisa kemasan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) dan bahan-bahan kimia yang kadaluarsa.
c. Karakteristik Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Karakteristik limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pasal 7 adalah sebagai berikut:
1) Mudah meledak (explosive)
Bahan yang pada suhu dan tekanan standar (250ºC, 1 atm) dapat
meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat menghasilkan
gas dengan suhu dan tekanan yang tinggi dengan cepat dapat merusak
lingkungan sekitar.
2) Mudah menyala (flammable)
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mempunyai
sifat–sifat sebagai berikut:
a) Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24
% volume dan atau pada titik nyala lebih dari 600ºC, akan menyala
apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain
pada tekanan udara 1 atm.
b) Limbah bukan berupa cairan yang temperatur dan tekanan standar
(250ºC, 1 atm), dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui
gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan
apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran secara terus menerus;
merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar; dan
merupakan limbah pengoksidasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3) Menyebabkan infeksi (toxic)
Limbah yang menyebabkan adanya infeksi, berasal dari bagian
tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang
terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang
terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular. Limbah ini berbahaya
dan mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang
ditularkan pada pekerja, pembersih jalan dan masyarakat disekitar lokasi
pembuangan limbah.
4) Beracun (poison)
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mengandung
pencemar bersifat racun yang membahayakan manusia dan lingkungan,
yang menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke
dalam tubuh melalui pernafasan, kulit dan mulut.
5) Korosif (corrosive)
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang mempunyai
salah satu sifat sebagai berikut; menyebabkan iritasi atau terbakar pada
kulit, menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020)
dengan laju korosi lebih dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur
pengujian 550C, serta mempunyai pH ≤ 2 untuk limbah bersifat asam
dan ≥12,5 untuk basa.
6) Bersifat iritasi (irritant)
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) baik berupa padatan maupun
cairan yang tidak terjadi kontak secara langsung dan apabila kontak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
tersebut terus menerus dengan kulit atau selaput lendir dapat terjadi
peradangan.
7) Karsinogenik (carsinogenic)
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni terjadinya deferensiasi sel
dalam tubuh manusia sehingga menyebabkan kerusakan jaringan tubuh.
8) Mutagenik (mutagenic)
Sifat bahan yang menyebabkan perubahan kromosom yang dapat
merubah selsel genetik dalam tubuh.
9) Reaktif
Limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai berikut: limbah
yang dalam keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan; limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air;
limbah yang apabila bereaksi dengan air akan menyebabkan ledakan,
menghasilkan gas, uap atau asap beracun dengan jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan; mempunyai
limbah sianida, sulfida atau amoniak yang pada kondisi pH antara 2,1
dan 2,5 dapat menghasilkan uap atau gas racun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan; limbah yang dapat mudah meledak atau
bereaksi pada suhu dan tekanan standar; limbah yang menyebabkna
kebakaran karena terlepasnya atau menerima oksigen atau limbah
organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
2. Minyak Pelumas
a. Definisi Minyak Pelumas
Menurut Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996, Oli bekas atau selanjutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
disebut Minyak Pelumas Bekas adalah sisa pada suatu kegiatan dan/atau
proses produksi. Minyak pelumas merupakan sejenis cairan kental yang
berfungsi sebagai pelicin, pelindung, dan pembersih bagi bagian dalam
mesin. Kode pengenal minyak pelumas adalah berupa huruf SAE yang
merupakan singkatan dari Society of Automotive Engineers. Selanjutnya
angka yang mengikuti dibelakangnya, menunjukkan tingkat kekentalan
minyak pelumas tersebut. SAE 40 atau SAE 15W-50, semakin besar angka
yang mengikuti Kode minyak pelumas menandakan semakin kentalnya
minyak pelumas tersebut (Apri, 2008).
b. Fungsi Minyak Pelumas
Minyak pelumas berfungsi sebagai bahan pelumas agar mesin berjalan
mulus dan bebas dari gangguan. Sekaligus minyak pelumas berfungsi
sebagai pendingin dan penyekat. Minyak pelumas mengandung lapisan-
lapisan halus, berfungsi mencegah terjadinya benturan antar logam dengan
logam komponen mesin seminimal mungkin, mencegah goresan atau
keausan (Apri, 2008).
c. Jenis Minyak Pelumas
Adapun jenis dari minyak pelumas menurut Apri (2008) adalah
1) Minyak pelumas Sintetis
Minyak pelumas Sintetis biasanya datang dari bagian terbersih dari
pemilahan dari minyak pelumas mineral, yakni gas. Senyawa ini
kemudian dicampur dengan minyak pelumas mineral. Pada dasarnya,
minyak pelumas sintetis didesain untuk menghasilkan kinerja yang lebih
efektif dibandingkan dengan minyak pelumas mineral.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2) Minyak Pelumas Mineral
Minyak pelumas mineral berbahan bakar minyak pelumas dasar (base
oil) yang diambil dari minyak bumi yang telah diolah dan
disempurnakan.
d. Minyak Pelumas termasuk Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Meski minyak pelumas bekas masih bisa dimanfaatkan, tetapi
apabila tidak dikelola dengan baik, minyak pelumas tersebut dapat
membahayakan lingkungan, oleh karena itu minyak pelumas bekas
termasuk limbah Bahan Berbahya dan Beracun (B3) (Apri, 2008).
Telah disebutkan bahwa minyak pelumas bekas termasuk Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada Lampiran I Peraturan Pemerintah
No. 85 tahun 1999 tanggal 7 Oktober 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun tabel 1. Daftar limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) dari Sumber Yang Tidak Spesifik.
Tabel 1. Minyak Pelumas termasuk daftar limbah bahan berbahaya dan
Beracun (B3) dari sumber yang tidak spesifik.
KODE
LIMBAH
BAHAN
PENCEMAR
D1003d Limbah minyak diesel industry
D1005d Pelumas bekas
Sumber : Lampiran I Peraturan Pemerintah no. 85 tahun 1999 tanggal 7
Oktober 1999
e. Karakteristik Minyak Pelumas Bekas
Minyak pelumas bekas seringkali diabaikan penanganannya setelah
tidak bisa digunakan kembali. Padahal, jika asal dibuang dapat menambah
pencemaran. Jumlah minyak pelumas bekas yang dihasilkan pastinya sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
besar. Ditinjau dari komposisi kimianya sendiri, minyak pelumas adalah
campuran dari hidrokarbon kental ditambah berbagai bahan kimia aditif.
Minyak pelumas bekas lebih dari itu, dalam minyak pelumas bekas
terkandung sejumlah sisa hasil pembakaran yang bersifat asam dan korosif,
deposit, dan logam berat yang bersifat karsinogenik (Laginge, 2007).
f. Bahaya Pembuangan Minyak Pelumas Bekas
Jika kita bicara material minyak pelumas bekas, maka itu tidak hanya
berurusan dengan minyak pelumasnya sendiri, melainkan juga wadah dan
saringan minyak pelumas. Ketiganya, bila dibuang sembarangan akan
menimbulkan masalah lingkungan. Bahaya dari pembuangan minyak
pelumas bekas sembarangan memiliki efek yang lebih buruk daripada efek
tumpahan minyak mentah biasa. Minyak pelumas bekas mengandung
sejumlah zat yang bisa mengotori udara, tanah dan air. Minyak pelumas
bekas itu mungkin saja mengandung logam, larutan klorin, dan zat-zat
pencemar lainnya. Satu liter minyak pelumas bekas bisa merusak jutaan liter
air segar dari sumber air dalam tanah (Adhimas Wijaya, 2010).
g. Dampak Minyak Pelumas Bekas
Menurut MSDS minyak pelumas bekas dari PT. TIMAS, Minyak
pelumas bekas mempunyai dampak bagi kesehatan dan lingkungan, yaitu :
1) Dampak Bagi Kesehatan
a) Pernapasan
Konsentrasi uap yang tinggi dapat berbahaya jika dihirup. Konsentrasi
yang tinggi dapat mengganggu saluran pernafasan (hidung,
tenggorokan, dan paru-paru). Juga dapat menyebabkan mual, muntah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
sakit kepala, pusing, kehilangan koordinasi, rasa, dan gangguan saraf
lainnyapaparan dengan konsentrasiakutdapat menyebabkan depresi
sistem saraf, pingsan, koma, dan / atau kematian.
b) Mata: menyebabkan iritasi
c) Kulit
Dapat menyebabkan dermatitis atau meresap ke dalam kulit dan
menimbulkan dampak seperti pada pernapasan.
d) Pencernaan
Dapat berbahaya jika tertelan. Menyebabkan mual, muntah, dan
gangguan saraf lainnya. Jika produk terhirup ketika sedang menelan
atau muntah, dapat menyebabkan kanker paru-paru ataupun kematian.
e) Kondisi medis yang diperparah oleh paparan : gangguan terhadap
jantung, hati, ginjal, saluran pernapasan(hidung, tenggorokan, paru-
paru), sistem saraf pusat, mata, kulit, dapat semakin diperparah
dengan konsentrasi paparan yang tinggi.
2) Dampak terhadap lingkungan
Lapisan atas tanah dan vegetasi alami biasanya akan menyaring
banyak dari polutan keluar, tetapi lapisan kedap air yang menutupi
sebagian besar permukaan di mana polutan tersebut berasal
membawanya tepat ke badan saluran air dan ke sungai, danau, dan laut,
yang dapat meracuni biota laut dan ikan yang kita makan-serta
ekosistem. Pencemaran oli bekas ini juga menemukan jalan ke dalam
akifer bawah tanah menuju pasokan air minum kita, sehingga dapat
membahayakan kesehatan manusia. Minyak pelumas bekas juga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
menyebabkan tanah kurus dan kehilangan unsur hara. Sedangkan sifatnya
yang tidak dapat larut dalam air juga dapat membahayakan habitat air,
selain itu sifatnya mudah terbakar yang merupakan karakteristik dari
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) (Adhimas, 2010).
h. Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas
Bekas
1) Izin Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Menurut Peraturan Menteri Perburuhan No. 30 tahun 2009
menyebutkan bahwa Penyimpanan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) adalah kegiatan menyimpan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) yang dilakukan oleh penghasil, pengumpul, pemanfaat,
pengolah dan/atau penimbun limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
dengan maksud menyimpan sementara. Setiap penghasil limbah minyak
pelumas wajib memiliki izin penyimpanan dari kepala daerah.
Hal ini telah diatur di Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 30
tahun 2009 pasal 5 ayat (1) b dan ayat 2, menyebutkan bahwa :
(1) Badan usaha yang melakukan kegiatan penyimpanan sementara
dan/atau pengumpulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
wajib mengajukan permohonan izin kepada:
b. Bupati/walikota untuk izin penyimpanan sementara dan izin
pengumpulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) skala
kabupaten/kota.
(2) Permohonan izin penyimpanan sementara dan/atau pengumpulan
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sebagaimana dimaksud
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pada ayat (1) diajukan oleh pemohon dengan mengisi dan
melengkapi formulir permohonan izin serta persyaratan administrasi
dan teknis sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran
II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
2) Lama Penyimpanan Limbah Minyak Pelumas
Penghasil limbah minyak pelumas dapat menyimpan limbah
minyak pelumas yang dihasilkannya paling lama 90 hari sebelum
menyerahkan kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau
penimbun limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) (PP No. 85 tahun
1999).
Bila limbah minyak pelumas yang dihasilkan kurang dari 50 (lima
puluh) kilogram per hari, penghasil limbah minyak pelumas dapat
menyimpan limbah minyak pelumas yang dihasilkannya lebih dari 90
(sembilan puluh) hari sebelum diserahkan kepada pemanfaat atau
pengolah atau penimbun limbah minyak pelumas, dengan persetujuan
instansi yang bertanggung jawab (PP No. 85 tahun 1999).
3) Tata Cara Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/BAPEDAL/08/1996 tentang “Tata
Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas
Bekas”, adalah sebagai berikut :
a). Karakteristik pelumas bekas yang disimpan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
b). Kemasan harus sesuai dengan karakteristik pelumas bekas dapat
berupa drum atau tangki.
c). Pola penyimpanan dibuat dengan sistem blok, sehingga dapat
dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan jika
terjadi kerusakan dan apabila terjadi kecelakaan dapat segera
ditangani.
d). Lebar gang antar blok harus diatur sedemikian rupa, sehingga dapat
digunakan untuk lalu lintas manusia minimal 60 m, dan kendaraan
pengangkut (forklift).
e). Penumpukan kemasan harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan
kemasan. Jika berupa drum (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum
3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi dengan palet dan bila tumpukan
lebih dan 3 (tiga) lapis atau kemasan terbuat dan plastik, maka harus
dipergunakan rak.
f). Lokasi peyimpanan harus dilengkapi dengan tanggul disekelilingnva
dan dilengkapi dengan saluran pembuangan meriuju bak
penampungan yang kedap air . Bak penampungan dibuat mampu
menampung 110 % dari kapasitas volume drum atau tangki yang ada
di dalam ruang penyimpanan, serta tangtki harus diatur sedemikian
sehingga bila terguling tidak akan menimpa tangki lain.
g). Mempunyai tempat bongkar muat kemasan yang memadai dengan
lantai yang kedap air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Gambar 1. Pola penyimpanan kemasan drum.
Sumber : Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
No : Kep- 01 /BAPEDAL/09/1995 tentang Tata cara dan
persyaratan teknis penyimpanan Dan pengumpulan limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3)
4) Persyaratan Pengemasan Limbah Minyak Pelumas
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan No : Kep- 01 /BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun maka kemasan (drum, tong atau bak kontainer)
yang digunakan untuk menyimpan minyak pelumas bekas adalah sebagai
berikut:
a). Dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat atau rusak.
b). Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang
akan disimpan.
c). Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya.
d). Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan
saat dilakukan pemindahan atau pengangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Gambar 2. Kemasan untuk Menyimpan Limbah Cair
Sumber : Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
No : Kep- 01 /BAPEDAL/09/1995 tentang Tata cara dan
persyaratan teknis penyimpanan Dan pengumpulan limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3).
5) Simbol Limbah Minyak Pelumas
Simbol limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) wajib ada pada
Setiap kemasan atau tempat/ wadah untuk kegiatan penyimpanan/
pengumpulan minyak pelumas bekas dan kegiatan pengangkutan limbah
minyak pelumas bekas. Simbol ini digunakan untuk mengidentifikasi
karakteristik minyak pelumas bekas.
Gambar 3. Simbol Limbah B3 Klasifikasi Mudah Terbakar
Sumber : Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No:
Kep- 05 /Bapedal/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
6) Persyaratan Bangunanan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas
Sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas
Bekas, maka Pengumpul minyak pelumas bekas wajib memenuhi
persyaratan :
a). Memiliki fasilitas untuk penanggulangan terjadinya kebakaran, dan
peralatan komunikasi.
b). Konstruksi bahan bangunan disesuaikan dengan karakteristik pelumas
bekas.
c). Lokasi tempat pengumpulan bebas banjir.
Dan sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996
tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan
Minyak Pelumas Bekas, maka Persyaratan bangunan pengumpulan
minyak pelumas bekas harus memperhatikan :
a). Lantai harus dibuat kedap terhadap minyak pelumas bekas, tidak
bergelombang, kuat dan tidak retak.
b). Konstruksi lantai dibuat melandai turun ke arah bak penampungan
dengan kemiringan maksimum 1 %.
c). Rancang bangun untuk penyimpanan/ pengumpulan dibuat beratap
yang dapat mencegah terjadinya tampias air hujan ke dalam tempat
penyimpanan atau pengumpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
d). Bangunan harus dibuat khusus untuk fasilitas pengumpulan minyak
pelumas bekas.
e). Bangunan dapat diberi dinding atau tanpa dinding, dan apabila
bangunan diberi dinding bahan bangunan dinding dibuat dari bahan
yang mudah didobrak.
7) Dokumen
Menurut Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan No: Kep- 02 /Bapedal/09/1995 tentang Dokumen Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun menyatakan bahwa setiap badan usaha
yang melakukan pengolahan dan badan usaha yang menghasilkan limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) wajib mengajukan permohonan
kepada Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan untuk
mendapatkan nomor registrasi terlebih dahulu sebelum dokumen limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dipergunakan, dengan melampirkan
izin pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Dokumen
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) digunakan pada setiap
pengangkutan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
8) Pelaporan
Menurut Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/ 1996, setiap badan
usaha yang menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
wajib melaporkan kegiatan yang dilakukannya kepada Badan
Pengendalian Dampak lingkungan dengan tembusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Bupati/Walikotamadya Daerah Tingkat II dan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I yang bersangkutan, sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga)
bulan.
9) Pihak Ketiga
Menurut Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan No: Kep- 01 /Bapedal/09/1995, Pihak ketiga adalah pihak
yang mengadakan kegiatan pengangkutan limbah B3 dari penghasil atau
dari pengumpul atau dari pemanfaat dan/atau dari pengolah ke
pengumpul dan/atau ke pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke
penimbun limbah B3 dan wajib memiliki izin dari Bapedal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
B. Kerangka Pemikiran
Proses Produksi
Minyak Pelumas
Bekas
Bahan Baku
Tambahan
(Minyak Pelumas)
Penyimpanan
Sementara
Sesuai dengan
KepBapedal No
255 Tahun 1996
Tidak Sesuai dengan
KepBapedal No 255
Tahun 1996
Bahaya Terkendali
Lingkungan
Bersih
Bahaya Tidak
Terkendali
Lingkungan
Tercemar
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Sistem Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas di
PT. INKA (Persero)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode
diskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang menjelaskan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat suatu individu, keadaan dan
gejala kelompok tertentu. Untuk kemudian dari data yang diperoleh, akan
digunakan sebagai bahan penulisan laporan. Maksud dari tujuan penelitian ini
yaitu dimana peneliti berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca
tentang sistem penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas sebagai
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero).
B. Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini adalah
di PT. INKA (Persero), yang terletak di Madiun, Jawa Timur.
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Obyek penelitian yang digunakan dari penulisan laporan ini adalah
pemeriksaan tempat pengumpulan dan penyimpanan minyak pelumas bekas
sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero).
Ruang lingkup penelitian hanya disekitar workshop dan di tempat penyimpanan
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) DI PT. INKA (Persero).
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
D. Sumber Data
Data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti didalam melakukan
penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Data
primer ini diperoleh dari observasi tempat penyimpanan minyak pelumas
bekas, wawancara dengan tenaga kerja di tempat penyimpanan minyak
pelumas bekas, serta diskusi dengan pembimbing perusahaan tentang
penyimpanan minyak pelumas bekas.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari dokumen record
perusahan dan referensi pendukung sumber terkait yang masih ada
relevansinya terhadap sistem penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas
bekas.
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam
penyusunan penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
1. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung
dan ikut serta dalam kegiatan penyimpanan minyak pelumas bekas.
2. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya
jawab dengan tenaga kerja tentang penyimpanan minyak pelumas bekas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
3. Studi Kepustakaan yaitu metode pengumpulan data dengan cara mempelajari
dokumen-dokumen perusahaan, buku-buku kepustakaan, laporan- laporan
penelitian yang sudah ada serta sumber lain yang berhubungan dengan obyek
permasalahan yang diteliti, yaitu tentang tata cara dan persyaratan
penyimpanan dan pengumpulan minyak pelumas bekas.
Adapun studi kepustakaan dalam penelitian ini meliputi:
a. Dokumen Perusahaan, berupa data tentang Berita Acara Pengawasan
Penataan Lingkungan Hidup.
b. Buku referensi dan literatur sumber kepustakaan yang berisi materi tentang
tata cara penyimpanan minyak pelumas bekas.
c. Kumpulan jurnal publik, artikel, maupun informasi dari media elektronik
tentang tata cara penyimpanan minyak pelumas bekas.
F. Pelaksanaan
Program penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2011 sampai
dengan tanggal 18 April 2011, adapun kegiatan peneliti selama melakukan
penelitian adalah sebagai berikut:
1 Konsultasi
Pada kegiatan ini mahasiswa melakukan konsultasi dengan pembimbing
perusahaan dari bagian staf K3LH dan tenaga kerja di tempat penyimpanan
minyak pelumas bekas untuk mendapatkan bimbingan dan arahan selama
pelaksanaan kegiatan penelitian tentang tata cara penyimpanan minyak
pelumas bekas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2. Kegiatan Penelitian
Kegiatan penelitian yang dilakukan di PT. INKA (Persero) adalah sebagai
berikut :
a. Observasi secara umum mengenai profil perusahaan dan proses produksi
yang berjalan di perusahaan.
b. Observasi secara umum mengenai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) yang dihasilkan di PT.INKA (Persero).
c. Pelaksanaan magang yang dimulai observasi pendahuluan berdasarkan
wawancara dengan pembimbing tentang Pengumpulan dan Penyimpnan
limbah minyak pelumas bekas.
d. Pengamatan langsung di lapangan untuk memperoleh data tentang
Pengumpulan dan Penyimpanan limbah minyak pelumas bekas sebagai
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero).
e. Pencarian data pelengkap yang menunjang topik penelitian tentang
Pengumpulan dan Penyimpnan limbah minyak pelumas bekas melalui arsip-
arsip perusahaan, buku-buku referensi yang terkait dan materi-materi yang
ada di internet.
G. Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif dengan pedoman-
pedoman dan standar yang ada mengenai pikiran logis dalam pemecahan
masalah yang ada, sehingga mampu memberikan gambaran dengan jelas
mengenai sistem pengumpulan dan penyimpanan minyak pelumas bekas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero).
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa menurut Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-225/ BAPEDAL/ 08/
1996 tentang “Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan
Minyak Pelumas Bekas”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Sumber Minyak Pelumas Bekas
Sumber minyak pelumas bekas berasal dari area produksi di PT. INKA
(Persero), minyak pelumas digunakan sebagai bahan pendukung pada proses
industri yaitu untuk melumasi mesin produksi supaya mesin dapat berjalan
dengan mulus dan bebas dari gangguan. Penggunaan minyak pelumas pada
mesin produksi menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
berupa minyak pelumas bekas. Minyak pelumas bekas berasal dari beberapa
jenis minyak pelumas yang digunakan untuk kegiatan proses produksi di PT.
INKA (Persero). Adapun jenis-jenis minyak pelumas yang digunakan di PT.
INKA (Persero) adalah sebagai berikut :
a Idematsu 68
b Idematsu 32
c Turalic 68
d Meditran SAE 40
e Shell Tell Us 37
f Tonna 220
g Omala 150
Dalam satu hari area produksi dapat menghasilkan kira-kira 10-12 liter
minyak pelumas bekas, dan dalam satu bulan menghasilkan minyak pelumas
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
bekas kira-kira 400 liter atau 2 drum dan dalam satu tahun PT. INKA (Persero)
menghasilkan kira-kira 4400 liter atau 22 drum. Setiap hari minyak pelumas
bekas yang dihasilkan dikumpulkan dalam jrigen yang nantinya akan diambil
oleh petugas yang berasal dari bagian logistik untuk dikumpulkan di tempat
penyimpanan minyak pelumas bekas. Dalam satu jrigen terdapat bermacam-
macam jenis minyak pelumas bekas, karena pada pengumpulannya minyak
pelumas bekas langsung dicampur.
2. Lama Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Minyak pelumas bekas yang telah ditampung di drum kemudian
disimpan di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas. Minyak pelumas
bekas yang telah disimpan di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas
sudah lebih dari enam bulan. Di PT. INKA (Persero) penyimpanan minyak
pelumas bekas paling lama disimpan selama satu tahun.
3. Izin Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
PT. INKA (Persero) sebagai penghasil minyak pelumas bekas, telah
melaksanakan kegiatan pengumpulan dan penyimpanan minyak pelumas bekas
tersebut. Kegiatan pengumpulan dan penyimpanan minyak pelumas tersebut
berskala kota, karena minyak pelumas bekas yang dikumpulkan berasal dari
lingkungan produksi yang berada di PT. INKA (Persero), maka wajib memiliki
izin dari walikota untuk kegiatan penyimpanan minyak pelumas bekas. PT.
INKA (Persero) telah mengajukan izin ke walikota kota Madiun, tetapi izin
tersebut belum dikeluarkan karena belum adanya Peraturan Daerah (Perda)
kota Madiun yang mengatur tentang izin penyimpanan minyak pelumas bekas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
4. Tata Cara Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas di PT.
INKA (Persero)
a. Pengemasan Minyak Pelumas Bekas
Minyak pelumas bekas yang dikumpulkan berasal dari semua
workshop. Awalnya pada setiap workshop dikumpulkan di jrigen, kemudian
dikumpulkan di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas dan dijadikan
satu ke dalam drum. Di PT. INKA (Persero) penyimpanan minyak pelumas
bekas menggunakan drum. Drum sebagai tempat penyimpanan minyak
pelumas bekas tersebut terbuat dari besi, dan drum tersebut berkapasitas isi
200 liter.
b. Simbol dan Label Minyak Pelumas Bekas
Terhadap kemasan yang telah berisi limbah minyak pelumas bekas
harus diberi tanda sesuai dengan ketentuan yang berlaku hal ini
dimaksudkan untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama
penyimpanan.
Tanda ini berupa simbol yang disesuaikan dengan karakteristik
minyak pelumas bekas yaitu simbol mudah terbakar. Pada drum yang
berada di tempat penyimpanan minyak pelumas bekas sudah di pasang label
untuk menunjukkan bahwa drum yang ditempel ini merupakan termasuk
limbah Bahan Berbahya dan Beracun (B3), label ini disebut dengan operasi
label merah, dan juga pada drum diberi tanda berupa label yang menyatakan
bahwa barang ini akan dibuang. Label yang di tempel dapat di lihat di
lampiran 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
c. Bangunan Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Bangunan Penyimpanan digunakan sebagai tempat penyimpanan
minyak pelumas bekas. Di PT. INKA (Persero) tempat penyimpanan limbah
minyak pelumas bekas berbentuk bangunan tanpa dinding dengan luas
bangunan 4m x 5m dan memiliki atap yang terbuat dari seng, bangunan
tersebut belum dapat menampung semua limbah minyak pelumas bekas.
Pada bangunan tersebut sudah memiliki papan nama dan lantai bangunan
tersebut terbuat dari paving, tidak bergelombang dan kuat. Pada bagian luar
bangunan, lantai dibuat kemiringan 1% dengan tujuan air hujan dapat
mengalir menjauhi bangunan penyimpanan. Pada tempat penyimpanan
minyak pelumas ini belum ada kolam penampung untuk menampung
ceceran minyak pelumas yang tumpah.
Penerangan pada bangunan penyimpanan minyak pelumas tersebut
menggunakan penerangan alami saat siang hari dan saat malam hari
menggunakan penerangan buatan berupa lampu. Pada bangunan
penyimpanan minyak pelumas bekas tidak menggunakan ventilasi buatan
dikarenakan bangunan tersebut berbentuk bangunan terbuka yang tidak
memiliki dinding.
d. Pola Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Bagian dalam bangunan tempat penyimpanan minyak pelumas bekas
pola penyimpanannya tidak beraturan, sehingga sulit dilakukan pemeriksaan
menyeluruh terhadap setiap kemasan, pemeriksaan digunakan untuk
mengetahui keadaan fisik dari drum. Drum minyak pelumas bekas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
diletakkan di atas palet, setiap palet berisi 4 drum. Tidak ada jarak antar
palet karena palet diletakkan saling berdempetan, dan tempat penyimpanan
minyak pelumas bekas dapat diakses oleh tenaga kerja, tetapi tidak dapat
diakses untuk lalulintas kendaraan forklift.
e. Lokasi Bangunan Minyak Pelumas Bekas
Lokasi bangunan sebagai tempat penyimpanan minyak pelumas bekas
di PT. INKA (Persero) terletak dekat jalur lalu lintas kendaraan produksi
misalnya forklift, dan jalur lalu lintas manusia. Lokasi bangunan
penyimpanan minyak pelumas bekas tersebut bebas dari banjir. Lokasi
bangunan penyimpanan minyak pelumas bekas ini belum dapat dikatakan
aman karena tempat penyimpanan minyak pelumas bekas tersebut terletak
di samping area produksi tepatnya di samping area PRKB, hal ini yang
menyebabkan tempat penyimpanan minyak pelumas bekas dapat diakses
oleh tenaga kerja yang tidak berkepentingan.
f. Sarana Pendukung di Tempat Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Sarana pendukung memiliki kegunaan sebagai sistem proteksi
terjadinya bahaya misal terjadinya bahaya kebakaran. Pada tempat
penyimpanan minyak pelumas tersebut memiliki sistem proteksi kebakaran
meliputi, Alat Pemadam Api Ringan (APAR), pemasangan label dan
simbol. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang digunakan adalah APAR
jenis powder 9kg. Pada tempat penyimpanan tersebut tidak ditemukan
sarana pendukung lainnya misalnya kotak Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (PPPK), alat komunikasi, pagar pengaman dan alarm pendeteksi
kebakaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
g. Pengangkutan Minyak Pelumas Bekas
Pengangkutan minyak pelumas bekas bertujuan untuk mengirim
minyak pelumas tersebut ke pemanfaat minyak pelumas bekas. Pada
kendaraan yang digunakan untuk mengangkut sudah ada simbol tanda
bahaya kebakaran tetapi belum dilengkapi dengan dokumen. Dokumen
adalah surat yang diberikan pada waktu penyerahan limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) untuk diangkut dari lokasi kegiatan penghasil
ke tempat penyimpanan di luar lokasi kegiatan, dan atau pengumpulan dan
atau pengangkutan dan atau pengolahan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) dan atau pemanfaatan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) serta penimbunan hasil pengolahan. Disetiap badan usaha atau industri
yang menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diwajibkan
mempunyai nomor registrasi dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(BAPEDAL) yang digunakan untuk pengisian dokumen limbah Bahan
Berbahya dan Beracun (B3).
Saat ini PT. INKA (Persero) belum mengajukan permohonan kepada
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan untuk mendapatkan
nomor registrasi karena belum keluarnya izin penyimpanan sementara untuk
limbah Bahan Berbahya dan Beracun (B3) berupa minyak pelumas bekas
dari walikota kota Madiun, sehingga pengangkutan minyak pelumas bekas
kepada pihak ketiga tidak disertai dengan dokumen, dan pengangkutan
limbah minyak pelumas bekas di PT. INKA (Persero) belum memiliki izin
operasi dari dinas perhubungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
h. Pihak Ketiga
Pihak ketiga disini adalah pembeli atau pemanfaat yang akan membeli
minyak pelumas bekas untuk digunakan kembali. Pembeli ini dapat
ditentukan dari lelang atau rekanan lama yang sudah pernah membeli
minyak pelumas bekas tersebut. Salah satu perusahaan yang pernah
membeli minyak pelumas bekas adalah pabrik pembuatan gamping dan
perusahaan perkapalan di Surabaya, minyak pelumas bekas tersebut
digunakan kembali untuk bahan bakar boiler. Pada pihak ketiga ini belum
memiliki izin Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) untuk
pemanfaatan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) khususnya minyak
pelumas bekas.
i. Pelaporan
Setiap penghasil limbah minyak pelumas bekas wajib melaporkan
kegiatan pengolahan limbah minyak pelumas bekas seperti penyimpanan
dan pengumpulan minyak pelumas bekas. PT. INKA (Persero) belum
melaporkan kegiatan tersebut kepada walikota maupun kepada dinas
BAPEDAL.
5. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah (BMAL)
Pelaksanaan untuk pemenuhan Baku Mutu Air Limbah (BMAL)
merupakan salah satu penilaian PROPER yang wajib ada pada setiap industry
yang menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). PT. INKA
(Perseo) telah melaksanakan pemantauan air limbah. Pemantauan air limbah
dilakukan 1 (satu) tahun sekali oleh Balai Besar Teknis Kesehatan Lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dan Pemberantasan Penyakit Menular Surabaya. Pemantauan air limbah ini
dilaksanakan guna mengetahui apakah air limbah dan air tanah mengandung
minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahya dan Beracun (B3),
karena pada ruang kompresor ditemukan ceceran minyak yang terbawa ke
saluran air hujan. Hasil dari pengujian tersebut menyatakan bahwa semua
parameter memenuhi Baku Mutu Air Limbah (BMAL). Hal ini dapat dilihat
dari hasil pengujian di lampiran 7.
B. Pembahasan
1. Lama Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Minyak pelumas bekas yang telah disimpan di tempat penyimpanan
minyak pelumas bekas sudah lebih dari enam bulan, paling lama minyak
pelumas bekas disimpan selama satu tahun. Hal ini tidak sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 pasal 10 ayat 1 dinyatakan bahwa
“Penghasil limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dapat menyimpan
limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkannya paling lama 90
hari sebelum menyerahkannya kepada pengumpul atau pemanfaat atau
pengolah atau penimbun limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)”.
2. Izin Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
PT. INKA (Persero) telah mengajukan ke walikota Madiun, tetapi izin
tersebut belum dikeluarkan karena masih terganjal dengan Peraturan Daerah
(Perda) kota Madiun yang belum mengatur tentang izin penyimpanan minyak
pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 30 tahun 2009
pasal 5 ayat (1) b dan ayat 2, menyebutkan bahwa :
(1) Badan usaha yang melakukan kegiatan penyimpanan sementara dan/atau
pengumpulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) wajib
mengajukan permohonan izin kepada:
b. Bupati/walikota untuk izin penyimpanan sementara dan izin
pengumpulan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) skala
kabupaten/kota.
3. Tata Cara Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas di PT.
INKA (Persero)
a. Pengemasan Minyak Pelumas Bekas
Di PT. INKA (Persero) pengemasan minyak pelumas bekas
menggunakan drum. Drum sebagai tempat pengemasan minyak pelumas
bekas tersebut terbuat dari besi, dan drum tersebut berkapasitas isi 200 liter.
Hal ini sudah sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal No. 255 tahun 1996
pasal 2 menyatakan bahwa “Kemasan Harus Sesuai dengan Karakteristik
Pelumas Bekas dapat Berupa Drum atau Tangki.
b. Simbol dan Label Minyak Pelumas Bekas
Pada drum yang berisi minyak pelumas tersebut sudah di pasang label
berupa tanda bahwa ini adalah limbah Bahan Berbahya dan Beracun (B3)
dan simbol mudah terbakar sesuai dengan karakteristik limbah minyak
pelumas bekas tersebut. Hal ini sudah sesuai dengan Keputusan Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
225/BAPEDAL/08/1996 Pasal 5 ayat 3 menyebutkan bahwa “Setiap
kemasan atau tempat/wadah untuk kegiatan penyimpanan/pengumpulan
pelumas bekas wajib diberi simbol dan label yang menunjukkan
karakteristik minyak pelumas bekas.
c. Bangunan Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Di PT. INKA (Persero) tempat penyimpanan limbah minyak pelumas
bekas berbentuk bangunan tanpa dinding dan memiliki atap yang terbuat
dari seng. Luas bangunan tersebut 4m x 5m, bangunan tersebut belum dapat
menampung semua limbah minyak pelumas bekas karena pada bangunan
tersebut tidak mempertimbangkan perbandingan anatara volume limbah
yang dihasilkan dengan luas bangunan. Hal ini tidak sesuai dengan
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No.
KEP-225/BAPEDAL/08/1996 tentang “Tata Cara dan Persyaratan
Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”. Pada bangunan
tersebut sudah memiliki papan nama dan lantai bangunan tersebut terbuat
dari paving, tidak bergelombang dan kuat. Pada bagian luar bangunan, lantai
dibuat kemiringan 1% sehingga air hujan dapat mengalir menjauhi
bangunan penyimpanan. Pada bangunan penyimpanan minyak pelumas
tersebut sistem ventilasi dan penerangan tersebut sudah memadai, pada
siang hari penerangan menggunakan penerangan alami dan malam hari
menggunakan lampu. Hal ini telah sesuai dengan Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-
225/BAPEDAL/08/1996 tentang “Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”. Pada tempat penyimpanan
minyak pelumas ini belum ada kolam penampung untuk menampung
ceceran minyak pelumas yang tumpah. Hal ini tidak sesuai dengan
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No.
KEP-225/BAPEDAL/08/1996 Pasal 2 f menyebutkan bahwa “Lokasi
peyimpanan harus dilengkapi dengan tanggul disekelilingnva dan dilengkapi
dengan saluran pembuangan menuju bak penampungan yang kedap air . Bak
penampungan dibuat mampu menampung 110 % dari kapasitas volume
drum atau tangki yang ada di dalam ruang penyimpanan, serta tangtki harus
diatur sedemikian sehingga bila terguling tidak akan menimpa tangki lain”.
d. Pola Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Pola penyimpanannya tidak beraturan, sehingga susah dilakukan
pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan. Drum minyak pelumas
bekas diletakkan di atas palet, setiap palet berisi 4 drum. Tidak ada jarak
antar palet karena palet diletakkan saling berdempetan, tempat penyimpanan
minyak pelumas bekas dapat diakses oleh tenaga kerja, tetapi tidak dapat
diakses untuk lalulintas kendaraan forklift. Hal ini tidak sesuai dengan
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No.
KEP-225/BAPEDAL/08/1996 tentang “Tata Cara dan Persyaratan
Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”.
e. Lokasi Bangunan Minyak Pelumas Bekas
Lokasi bangunan bebas banjir. Hal ini telah sesuai dengan Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-
225/BAPEDAL/08/1996 Pasal 3 ayat (1) c yang menyatakan bahwa “Lokasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tempat Pengumpulan Bebas Banjir. Lokasi bangunan sebagai tempat
penyimpanan minyak pelumas bekas di PT. INKA (Persero) belum dapat
dikatakan aman dari jangkauan tenaga kerja karena letak tempat
penyimpanan minyak pelumas bekas tersebut dekat dari aktivitas manusia,
hal ini tidak sesuai dengan Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No: Kep- 01 /Bapedal/09/1995
tentang “Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun”, yang menyebutkan bahwa “Jarak
minimum antara lokasi dengan fasilitas umum adalah 50 meter”.
f. Sarana Pendukung di Tempat Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas
Sarana pendukung memiliki kegunaan sebagai sistem proteksi
terjadinya kebakaran.
Pada tempat penyimpanan minyak pelumas tersebut memiliki sistem
proteksi kebakaran meliputi, pemasangan APAR, pemasangan label dan
simbol. Hal ini telah sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan No: Kep- 01 /Bapedal/09/1995 tentang “Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun”. Pada tempat penyimpanan tersebut tidak
ditemukan sarana pendukung lainnya misalnya kotak PPPK, alat
komunikasi, pagar pengaman dan alarm pendeteksi kebakaran. Hal ini tidak
sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
No: Kep- 01 /Bapedal/09/1995 tentang “Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
g. Pengangkutan Minyak Pelumas Bekas
Pada kendaraan yang digunakan untuk mengangkut sudah ada simbol
tanda bahaya kebakaran, hal ini telah sesuai dengan Keputusan Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-
225/BAPEDAL/08/1996 Pasal 5 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Setiap
Alat Angkut Minyak Pelumas Bekas Wajib Dilengkapi dengan Simbol dan
Label” tetapi belum dilengkapi dengan dokumen hal ini tidak sesuai dengan
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No.
KEP-225/BAPEDAL/08/1996 Pasal 5 ayat (1) yang menyatakan bahwa
“Setiap penggangkutan minyak pelumas bekas wajib dilengkapi dengan
dokumen limbah dan mengajukan nomor regisirasi dokumen pelumas bekas
sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Nomor Kep-02/Bapedal/09/1995 tentang Dokumen
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun”
PT. INKA (Persero) belum mendapatkan nomor registrasi untuk
penyimpanan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Hal ini belum
sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
No: Kep- 02 /BAPEDAL/09/1995 pasal 3, disini disebutkan bahwa “Setiap
Badan Usaha yang Melakukan Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) Wajib Mengajukan Permohonan Kepada Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan untuk Mendapatkan Nomor Registrasi
Terlebih Dahulu Sebelum Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) Dipergunakan, dengan Melampirkan Izin Pengelolaan Limbah Bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Berbahaya dan Beracun (B3)”. Pengangkutan limbah minyak pelumas bekas
di PT. INKA (Persero) belum memiliki izin operasi dari dinas perhubungan.
Hal ini tidak sesuai dengan PP No. 85 tahun 1999 yaitu: “Penyimpanan,
pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan dan atau penimbunan limbah B3
wajib memiliki izin operasi dari kepala instansi yang bertanggung jawab.
Pengangkutan limbah B3 wajib memliki izin pengangkutan dari Menteri
Perhubungan setelah mendapat rekomendasi dari Kepala Instansi yang
bertanggung jawab”.
h. Pihak Ketiga
Salah satu perusahaan yang membeli limbah minyak pelumas bekas
adalah perusahaan perkapalan di Surabaya untuk bahan bakar boiler dan
pabrik pembuatan gamping. Pada pihak ketiga ini belum mempunyai izin
dari BAPEDAL untuk pemanfaatan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) hal ini tidak sesuai dengan Peraturan Pemereintah No. 18 tahun 2009
pasal 3 disebutkan bahwa “Kegiatan Pemanfaatan Limbah B3 Sebagaimana
Dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (5) Huruf B Wajib Memiliki Izin dari
Menteri”.
i. Pelaporan
PT. INKA (Persero) belum melaporkan kegiatan penyimpanan dan
pengumpulan minyak pelumas bekas.tersebut kepada walikota maupun
kepada dinas BAPEDAL. Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Kepala
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) No. KEP-
225/BAPEDAL/08/1996 Pasal 6 yang menyatakan bahwa “Pengumpul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
minyak pelumas bekas wajib melaporkan kegiatan yang dilakukannya
kepada Badan Pengendalian Dampak lingkungan dengan tembusan
Bupati/Walikotamadya Daerah Tingkat II dan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I yang bersangkutan, sekurang-kurangnya sekali dalam 3(tiga)
bulan”.
4. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah (BMAL)
PT. INKA (Perseo) telah melaksanakan pemantauan air limbah.
Pemantauan air limbah dilakukan 1 (satu) tahun sekali. Pemantauan air limbah
ini dilaksanakan guna mengetahui apakah air limbah dan air tanah mengandung
minyak pelumas bekas. Hasil dari pengujian tersebut menyatakan bahwa semua
parameter memenuhi Baku Mutu Air Limbah (BMAL).Hal ini sudah sesuai
dengan Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang “Membuang Air Limbah
Kelingkungan Harus Memenuhi Baku Mutu”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Sistem Pengumpulan dan
Penyimpanan Minyak Pelumas Bekas sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) di PT. INKA (Persero), Madiun, Jawa Timur maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem penyimpanan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero), belum sesuai dengan Keputusan
Kepala Bapedal No. 255/BAPEDAL/08/1996 tentang “Tata Cara dan
Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”.
2. Sistem pengumpulan minyak pelumas bekas sebagai limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero), belum sesuai dengan Keputusan
Kepala Bapedal No. 255/BAPEDAL/08/1996 tentang “Tata Cra dan
Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas”.
B. Saran
Berdasarkan yang telah peneliti kemukakan maka saran peneliti dalam
sistem pengumpulan dan penyimpanan minyak pelumas bekas sebagai limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT. INKA (Persero) adalah :
1. Sebaiknya PT. INKA (Persero) mempunyai surat izin dari Walikota kota
Madiun.
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Sebaiknya catatan tentang Karakteristik, jenis dan volume minyak pelumas
bekas dilaporkan setiap enam bulan sekali kepada Badan Pengendalian
Dampak lingkungan (BAPEDAL).
3. Sebaiknya penyimpanan minyak pelumas bekas tidak lebih dari 90 hari.
4. Sebaiknya pada tempat penyimpanan minyak pelumas dibuatkan kolam
penampung untuk menampung ceceran minyak pelumas yang tumpah.
5. Sebaiknya bangunan penyimpanan minyak pelumas bekas disesuaikan dengan
volume minyak pelumas bekas yang dihasilkan.
6. Sebaiknya lokasi bangunan tempat penyimpanan minyak pelumas bekas jauh
dari jangkauan manusia.
7. Sebaiknya ada sarana-sarana pendukung seperti kotak PPPK, alat komunikasi,
pagar pengaman dan alarm pendeteksi kebakaran yang diletakkan di area
tempat penyimpanan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 2001. Bahan-Bahan Berbahaya dan Dampaknya terhadap Kesehatan
Manusia. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I.
________, 2009. Oli Bekas Limbah B3 dari Bengkel.
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=4&jd=Limbah+B3+dari+Beng
kel+Oli+Bekas&dn=20090504003213. ( 8 Maret 2011)
Adhimas, 2010. Bahan Kimia Berbahaya dan Keselamatan Kesehatan.
http://adhimas.wordpress.com (9 Maret 2011)
Apri, 2008. Pengolahan Minyak Pelumas Bekas.
http://Apriphysics.blogspot.com/2008.03.01 (9 Maret 2011)
Bagus Priyambada, Ika, 2006. Studi Evaluasi Sistem Pengumpulan, Pewadahan,
Penyimpanan dan Pengangkutan Limbah Padat B3 (Studi Kasus PT. Phapros
tbk semarang). Semarang : UNDIP.
Fitria Sari, Vivin, 2009. Pengelolaan Limbah Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun
(B3) di PT. Tri Polyta Indonesia tbk Cilegon, Banten. Surakarta : UNS.
Kementerian Lingkungan Hidup RI, 2002. Himpunan Peraturan Perundang-
undangan Dibidang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pengendalian
Dampak Lingkungan Era Otonomi Daerah. Jakarta : Kemlinghup.
Lawai, 2010. Bahaya Oli Bekas. http://jetjezter.blogspot.com/2010/09/oli-bekas-
adalah-limbah-yg-mengandung_18.html. ( 8 Maret 2011)
Stisya, Iadha, 2010. Pengelolaan B3 (Tl-3204) Evaluasi Pengelolaan Oli Bekas
Sebagai Limbah B3. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Sugeng Budiono, R.M.S. Jusuf, Adriana Pusparini, 2003. Bunga Rampai Hiperkes
dan KK. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Suma’mur P.K., 2009. Keselamatan dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV.
Gunung Agung.
.