Post on 21-Jan-2016
description
PERBEDAAN INDEKS MASSA TUBUH ATAU LINGKAR
LEHER DENGAN KEJADIAN MENDENGKUR PADA GURU
DAN STAF YAYASAN PENDIDIKAN HARAPAN 3 MEDAN
TAHUN AJARAN 2011-2012
Oleh :
SISKA FEBRINA
080100018
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
PERBEDAAN INDEKS MASSA TUBUH ATAU LINGKAR
LEHER DENGAN KEJADIAN MENDENGKUR PADA GURU
DAN STAF YAYASAN PENDIDIKAN HARAPAN 3 MEDAN
TAHUN AJARAN 2011-2012
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
SISKA FEBRINA
NIM: 080100018
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan Hasil Penelitian dengan Judul:
Perbedaan Indeks Massa Tubuh atau Lingkar Leher dengan Kejadian Mendengkur
pada Guru dan Staf Yayasan Pendidikan Harapan 3 Medan
Tahun Ajaran 2011-2012
Yang dipersiapkan oleh:
SISKA FEBRINA
NIM 080100018
Laporan hasil penelitian ini telah diperiksa dan disetujui
Medan, Desember 2011
Disetujui,
Dosen Pembimbing
(dr. Farhat, Sp.THT-KL)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Perbedaan Indeks Massa Tubuh atau Lingkar Leher dengan Mendengkur pada Guru dan Staf Yayasan Pendidikan Harapan 3 Medan Tahun Ajaran 2011-2012
Nama : Siska Febrina
NIM : 080100018
Pembimbing Penguji I
(dr. Farhat, Sp.THT-KL(K)) (dr. Ilhamd, Sp.PD)
NIP: 19700316 200212 1 002 NIP: 19662304 199603 1 001
Penguji II
(dr. Mustafa Mahmud Amin, Sp.KJ)
NIP: 19780330 200501 1 003
Medan, 19 Desember 2011
Dekan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH)
NIP: 19540220 198011 1 001
ABSTRAK
Mendengkur merupakan gejala terjadinya gangguan pernafasan saat tidur. Pada kasus yang berat hal ini bisa berlanjut menjadi henti nafas saat tidur (OSA) dan bisa menimbulkan masalah baik bagi kesehatan maupun masalah sosial. Meningkatnya risiko OSA pada orang yang obesitas dan memiliki lingkar leher yang besar, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) atau lingkar leher dengan kejadian mendengkur.
Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara total sampling dan populasinya adalah para guru dan staf Yayasan Pendidikan Harapan 3 Medan dengan jumlah total 85 orang. Proses pengumpulan data dilakukan pada tanggal 20 September sampai dengan 1 Oktober 2011. Data diperoleh dari wawancara menggunakan media kuesioner dan kemudian dilakukan pengukuran antropometri terkait seperti berat badan, tinggi badan, dan lingkar leher. Data diolah secara komputerisasi menggunakan program SPSS for windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 42% dari total responden mendengkur. Berdasarkan hasil uji chi-square kejadian mendengkur ini memiliki perbedaan yang bermakna dengan IMT ≥25 (p=0,002); lingkar leher ≥37 cm (p=0,005) pada responden laki-laki. Namun lingkar leher ≥34 cm pada responden perempuan tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan kejadian mendengkur (p >0,05).
Terdapat perbedaan yang bermakna antara kejadian mendengkur dengan obesitas. Tingginya risiko untuk terkena berbagai penyakit pada orang yang obesitas dapat mengurangi usia harapan hidup dan kualitas dari kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu disarankan bagi pembaca untuk menjaga agar berat badan tetap ideal dengan mangatur pola hidup yang sehat.
Kata kunci: Indeks massa tubuh, lingkar leher, mendengkur
ABSTRACT
Snoring is a symptom of respiratory disturbances during sleep. In severe cases this can progress to Obstructive Sleep Apnea (OSA) and can cause problems both for health and social problems. Increased risk factor of OSA in people who are obese and have a large neck circumference, the study aims to determine the difference Body Mass Index (BMI) and neck circumference with the incidence of snoring.
This study was conducted by the analytical method with cross sectional design. This study uses total sampling technique where the population is the teachers and staffs at Yayasan Pendidikan Harapan 3, Medan with total samples 85 people. Data was collected on the 20th September until October 1, 2011. Data obtained from interviews using questionnaires and then conducted related anthropometric measurements such as weight, height, and neck circumference. Computerized data processed using SPSS for windows.
The result showed that 42% of total respondents snoring. Based on the results of the chi-square test of snore events had a significant differentiation with BMI ≥25 (p=0.002); neck circumference ≥37 cm (p=0.005) in male respondents. However, neck circumference ≥34 cm in female respondents did not have a significant differentiation with the incidence of snoring (p>0.05).
There is a significant differentiation between the incidences of snoring with obesity. The high risk for various diseases in obese people can reduce life expectancy and quality of life itself. It is there for recommended for readers to keep the weight remains ideal manages a healthy lifestyle.
Key words: Body mass index, neck circumference, snoring
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Perbedaan Indeks Massa Tubuh atau
Lingkar Leher dengan Kejadian Mendengkur pada Guru dan Staf Yayasan
Pendidikan Harapan 3 Medan TA 2011-2012 ini, dalam penyelesaiannya
penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebasar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah, Sp. PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak dr. Farhat, Sp. THT-KL selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan masukan dan saran kepada penulis, sehingga proposal
ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Bapak dr. Ilhamd, Sp.PD dan Bapak dr. Mustafa Mahmud Amin, Sp.KJ
selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat
membangun demi kesempurnaan karya tulis ini.
4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
5. Terima kasih kepada Guru dan Staf Sekolah Harapan III yang telah
banyak membantu dan berpartisipasi dalam penelitian ini.
6. Terima kasih yang tiada tara penulis persembahkan kepada kedua orang
tua, Ayahanda Azwar, Ibunda Murwati, dan saudara-saudara penulis,
Kakanda Indra dan Kakanda Andi, yang selalu mendoakan dan
memberikan dukungan serta semangat kepada penulis.
7. Terima kasih kepada rekan-rekan satu bimbingan, Ayu dan Yiaw, atas
dukungan, saran dan kebersamaannya selama ini.
8. Terima kasih kepada teman-teman khususnya Caca, Dewi, Efit, Icut, Ina,
Prisca, Wulan, dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu
yang telah memberikan dukungan dan bantuannya kepada penulis.
Untuk seluruh bantuan moril dan materil yang diberikan kepada penulis
selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan membalas dengan
balasan yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
tulisan ini. Semoga karya tulis ini memberi manfaat kepada kita semua.
Medan, Desember 2011
Penulis,
(Siska Febrina)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... i
ABSTRAK.......................................................................................................... ii
ABSTRACT........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR/SKEMA.......................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... x
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN.................................................................. xi
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penelitian.................................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4
2.1. Indeks Massa Tubuh (IMT)...................................................................... 4
2.2. Lingkar Leher........................................................................................... 5
2.3. Fisiologi Tidur.......................................................................................... 6
2.4. Sistem Respirasi Saat Tidur.................................................................... 9
2.5. Mendengkur............................................................................................ 10
2.5.1. Faktor Anatomi.............................................................................. 11
2.5.2. Patogenesis Mendengkur............................................................... 13
2.6. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Mendengkur........................... 14
2.7. Hubungan Lingkar Leher dengan Mendengkur...................................... 14
2.8. Kuesioner Berlin..................................................................................... 15
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL........... 17
3.1. Kerangka Konsep Penelitian................................................................ 17
3.2. Variabel dan Defenisi Operasional....................................................... 17
3.2.1. Indeks Massa Tubuh.................................................................... 17
3.2.2. Lingkar leher................................................................................ 18
3.2.3. Mendengkur................................................................................. 19
3.3. Hipotesis............................................................................................... 19
BAB 4 METODE PENELITIAN..................................................................... 20
4.1. Jenis Penelitian..................................................................................... 20
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................... 20
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................ 20
4.4. Teknik Pengumpulan Data.................................................................... 21
4.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas....................................................... 21
4.5. Pengelolaan dan Analisis Data.............................................................. 21
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................... 23
5.1 Hasil Penelitian........................................................................................ 23
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian......................................................... 23
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden.............................................. 23
5.1.3 Gambaran Status Gizi dan Lingkar Leher Responden................. 25
5.1.4 Deskripsi Evaluasi Tidur Responden........................................... 26
5.1.5 Hasil Analisa Statistik.................................................................. 28
5.2 Pembahasan.............................................................................................. 31
5.2.1 Mendengkur................................................................................. 31
5.2.2 Hubungan Indeks Massa Tubuh dangan Mendengkur................. 32
5.2.3 Hubungan Lingkar Leher dengan Mendengkur........................... 32
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 34
6.1 Kesimpulan.............................................................................................. 34
6.2 Saran........................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 36
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Kategori IMT berdasarkan Kriteria WHO 2000 5
2.1 Kuesioner Berlin 16
3.1 Metode Pengukuran Variabel Independen 19
3.2 Metode Pengukuran Variabel Dependen 19
5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
24
5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia 24
5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status
Pernikahan
24
5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi 25
5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lingkar
Leher (Laki-laki)
25
5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lingkar
Leher (Perempuan)
26
5.7 Distribusi Frekuensi Evaluasi Tidur Responden 27
5.8 Distribusi Frekuensi Responden yang Mendengkur
Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
28
5.9 Hasil Uji Tabulasi Silang antara IMT terhadap Kejadian
Mendengkur
29
5.10 Hasil Uji Tabulasi Silang antara Lingkar Leher pada Laki-
laki dengan Kejadian Mendengkur
29
5.11 Hasil Uji Tabulasi Silang antara Lingkar Leher pada
Perempuan dengan Kejadian Mendengkur
30
DAFTAR GAMBAR/ BAGAN
Nomor Judul Halaman
2.1 Stadium Tidur Manusia 8
2.2 Saluran Napas Normal 12
2.3 Saluran Napas Abnormal Selama Tidur 12
2.4 Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Resistensi Jalan
Napas
13
3.1 Kerangka Konsep 17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Lembar Penjelasan
Lampiran 3 Lembar persetujuan (Informed Consent)
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Uji validitas dan Reliabilitas
Lampiran 6 Tabel Frekuensi
Lampiran 7 Uji Tabulasi Silang dan uji Chi Square
Lampiran 8 Master Data
Lampiran 9 Surat Penelitian
DAFTAR ISTILAH/ SINGKATAN
AHI Apnea-Hyponea Index
EEG Electroencephalogram
EMG Electromyogram
EOG Electrooculogram
IMT Indeks Massa Tubuh
NREM Non Rapid Eye Movement
OSA Obstructive Sleep Apnea
PCO2 Tekanan parsial CO2
PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronik
REM Rapid Eye Movement
SDB Sleep Disordered Breathing
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mendengkur (snoring) merupakan suara gaduh dari pernafasan yang
terjadi selama proses tidur, akibat getaran yang dihasilkan oleh dinding orofaring.
Walaupun terkesan sederhana, mendengkur dapat menjadi masalah sosial maupun
masalah kesehatan. Dimana mendengkur merupakan salah satu gejala klinis yang
khas dari gangguan pernafasaan saat tidur (Lapinsky et al., 1997; McNicholas,
2008).
Kelebihan berat badan merupakan salah satu prediktor gangguan
pernafasan saat tidur atau lebih dikenal dengan Sleep Disordered Breathing
(SDB). Pengatamatan klinis dan studi populasi di seluruh populasi Amerika
Serikat, Eropa, Asia, dan Australia secara konsisten menunjukkan peningkatan
prevalensi SDB berhubungan dengan peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dan lingkar leher. Studi klinis mengenai berat badan dan studi populasi
longitudinal memberikan dukungan yang kuat untuk sebuah hubungan sebab
akibat. Kelebihan berat badan dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi pada
SDB menimbulkan banyak pertanyaan relevan di praktek klinis dan kesehatan
masyarakat (Young et al., 2005).
Lingkar leher dapat menjadi metode pengukuran yang mudah dan murah
untuk skreening individu dengan obesitas. Lingkar leher ≥37 cm untuk laki-laki
dan ≥34 cm untuk wanita merupakan cutt of point yang paling tepat untuk
mengidentifikasi individu dengan IMT ≥25 kg/m2 (Liubov et al., 2001).
Mendengkur merupakan fenomena yang biasa, dengan prevalensi yang
dilaporkan bervariasi dari 15-60% dari populasi orang dewasa (Lapinsky et al.,
1997). Pada tahun 2003 di Amerika Serikat, berdasarkan usia, jenis kelamin, dan
distribusi IMT, diperkirakan sekitar 17% orang dewasa usia 30-69 tahun
mengalami SDB yang ringan (apnea or hypopnea index ≥5). Sekitar 41%
diantaranya memiliki Indeks Massa Tubuh ≥25 kg/m2. Dan sekitar 5,7% orang
dewasa mengalami SDB sedang (apnea or hypopnea index ≥15) dengan 58%
diantaranya memiliki berat badan yang berlebihan (Young et al., 2005).
Mendengkur merupakan salah satu gejala klinis yang dapat membantu
menegakkan diagnosa Obsrtuctive Sleep Apnea (OSA). Dimana, masyarakat yang
memiliki riwayat mendengkur mempunyai risiko komplikasi OSA lebih tinggi
(Lapinsky et al., 1997). Sebuah penelitian di Jakarta terhadap pengemudi taksi
didapati 25% dari 280 responden berisiko OSA. Dimana prevalensi risiko OSA
pada pengemudi taksi tersebut memiliki kaitan erat dengan adanya riwayat
mendengkur dalam keluarga, IMT ≥ 25, lingkar leher ≥ 40 cm, usia ≥ 36 tahun
dan memiliki jadwal kerja yang padat (Wiadnyana et al., 2010).
Berdasarkan keterangan di atas, terlihat adanya perbedaan yang cukup erat
antara mendengkur dengan kejadian OSA. Oleh sebab itu, peneliti merasa perlu
melakukan penelitian mengenai perbedaan antara IMT atau lingkar leher dengan
kejadian mendengkur, karena tidak sedikit dari tenaga kesehatan termasuk dokter
yang menyadari kondisi pasien yang memiliki risiko OSA ini dan pada akhirnya
banyak pasien yang menderita gangguan ini tidak terdiagnosis dan tidak diterapi.
Sehingga selain masalah kesehatan, juga timbul masalah-masalah sosial dan
menurunnya kualitas hidup penderita.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengetahui apakah
ada perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) atau lingkar leher dengan kejadian
mendengkur?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) atau
lingkar leher dengan kejadian mendengkur.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui risiko mendengkur berdasarkan usia.
2. Untuk mengetahui risiko mendengkur berdasarkan jenis kelamin.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Bagi petugas kesehatan
Memberikan informasi kepada petugas kesehatan terhadap faktor
risiko (Indeks Massa Tubuh dan lingkar leher) dan gejala dini
(mendengkur) dari gangguan pernafasan saat tidur.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
terhadap gangguan pernafasan saat tidur beserta faktor risikonya.
3. Bagi penelitian
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi penelitian
selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 INDEKS MASSA TUBUH (IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat atau cara yang sederhana
untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan
risiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan berlebih akan
meningkatkan risiko terhadap penyakit degenerative. Oleh sebab itu,
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai
usia harapan hidup yang lebih panjang (Depkes RI, 2000).
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah cara termudah untuk memperkirakan
obesitas serta berkolerasi tinggi dengan massa lemak tubuh, selain itu juga penting
untuk mengidentifikasi pasien obesitas yang mempunyai risiko mendapat
komplikasi medis. IMT mempunyai keunggulan utama yakni menggambarkan
lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bias digunakan dalam penelitian
berskala besar (Rippe et al., 2001).
Pengukuran indeks massa tubuh hanya membutuhkan dua hal yaitu berat
badan dan tinggi badan dengan perhitungan berat badan (kg) dibagi dengan tinggi
badan kuadrat (m2), yang keduanya dapat dilakukan secara akurat oleh seseorang
dengan sedikit latihan. Keterbatasannya adalah membutuhkan penilaian lain bila
dipergunakan secara individual (Egger et al., 1996)
Salah satu keterbatasan IMT adalah tidak bisa membedakan berat yang
berasal dari lemak dan berat dari otot atau tulang. IMT juga tidak bisa
mengidentifikasi distribusi lemak tubuh. Sehingga beberapa penelitian
menyatakan bahwa standar cut off point untuk mendefinisikan obesitas
berdasarkan IMT mungkin tidak menggambarkan risiko yang sama untuk
konsekuensi kesehatan pada semua rasa tau kelompok etnis (NIH, 2004).
Kriteria status gizi pada orang dewasa di kawasan Asia menurut World
Health Organization (WHO) pada tahun 2000 dibagi dalam beberapa kelompok
IMT. IMT di bawah 18,5 dikategorikan underweight, sedangkan IMT lebih dari
23 sebagai berat badan berlebih overweight, dan IMT melebihi 25 sebagai
obesitas. IMT yang ideal bagi orang dewasa adalah diantara 18,5 sampai 22,9.
Obesitas dikategorikan pada dua tingkat: tingkat I (25-29,9) dan tingkat II (≥30).
Tabel 2.1 Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) Berdasarkan Kriteria WHO 2000
Kategori IMT Asia (kg/m2)
Underweight <18,5
Normoweight 18,5 – 22,9
Overweight ≥ 23
Pre-obese 23,0 – 24,9
Obese I 25,0 – 29,9
Obese II ≥ 30,0
Sumber: Bickley, 2007
2.2 LINGKAR LEHER
Lingkar leher dapat menjadi metode pengukuran yang mudah dan murah
untuk skreening individu dengan obesitas (Liubov et al., 2001). Lingkar leher
sebagai indeks untuk obesitas tubuh bagian atas merupakan salah satu prediktor
terjadinya penyakit kardiovaskuler (Sjostrom et al., 2001). The North Association
for The Study of Obesity menyatakan bahwa dari uji statistic, koefisien korelasi
pearson menunjukkan hubungan erat antara lingkar leher dengan IMT (laki-laki,
r=0,83; perempuan r=0,71; masing-masing, p<0,0001 dan lingkar pinggang (laki-
laki, r=0,86; perempuan, r=0,56; masing-masing p<0,0001).
Lingkar leher ≥37 cm untuk laki-laki dan ≥34 cm untuk wanita
merupakan cutt of point yang paling tepat untuk mengidentifikasi individu dengan
IMT ≥25 kg/m2, lingkar leher ≥39,5 cm untuk laki-laki dan ≥36,5 cm untuk
wanita adalah cut of point paling tepat untuk mengidentifikasi individu dengan
obesitas (IMT ≥30 kg/m2). Berdasarkan validasi yang dilakukan pada kelompok
yang berbeda, sebagai salah satu metode skreening obesitas lingkar leher memiliki
sensitivitas 98%, spesifitas 89%, akurasi 94% untuk laki-laki dan 99% untuk
perempuan (Liubov et al., 2001).
2.3 FISIOLOGI TIDUR
Tidur adalah suatu periode istirahat bagi tubuh berdasarkan atas kemauan
serta kesadaran dan secara utuh atau sebagian fungsi tubuh yang akan dihambat
atau dikurangi. Perbedaan tidur dengan keadaan tidak sadar lainnya adalah pada
keadaan tidur siklusnya dapat diprediksi dan kurang respon terhadap rangsangan
eksternal. Otak berangsur-angsur menjadi kurang responsif terhadap rangsangan
visual, auditori dan rangsangan lingkungan lainnya (Arifin et al., 2010).
Sampai saat ini sistem klasifikasi untuk tingkatan tidur yang diterima
adalah usulan dari Rechtschaffen dan Kales yaitu dengan pemeriksaan
electroencephalogram (EEG), electrooculogram (EOG), dan electromyogram
(EMG). Terdapat dua jenis tidur, yang ditandai oleh pola EEG yang berlainan dan
perilaku yang berbeda: tidur gelombang lambat dengan gerakan mata tidak cepat
(NREM; Non Rapid Eye Movement), dikenal juga sebagai tidur “S”, sinkron atau
ortodoks dan tidur paradoksikal dengan gerakan mata cepat (REM; Rapid Eye
Movement), dikenal juga sebagai tidur “D” atau desinkronisasi (Atmadja, 2002;
Sherwood, 2001).
Pada orang normal tidur NREM merupakan keadaan yang relatif terjaga.
Kecepatan denyut jantung biasanya lebih lambat 5-10 denyut setiap menit dari
tingkat terjaga penuh dan teratur, begitu juga dengan respirasi. Tekanan darah
juga cendrung rendah, dengan sedikit variasi dari menit ke menit. Fase REM
ditandai oleh atonia otot dan gerakan cepat dari mata, peningkatan denyut jantung,
peningkatan laju pernafasan, dan peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi
secara luas (Kaplan et al., 2010).
Fase tidur pada manusia (Czeisler et al., 1995):
1. Fase NREM, dibagi menjadi empat stadium:
a. Stadium 1
Merupakan transisi dari bangun dan ditandai oleh hilangnya pola alfa
reguler dan munculnya amplitudo rendah, pola frekuensi campuran,
terutama rentan teta (2-7 Hz) dan gerakan mata berputar lambat.
b. Stadium 2
Ditetapkan melalui kejadian kompleks K dan kumparan tidur yang
tumpang tindih pada aktivitas latar belakang yang serupa dengan stadium
1. Kompleks K adalah “discharge” negative (upward), amplitude tinggi,
lambat dan diikuti segera dengan defleksi positif (downward). Rangakain
tidur merupakan “discharge” frekuensi tinggi (12-14 Hz) yang
berlangsung 0,5-2 detik dengan amplitudo menyusut-bertambah. Aktivitas
gerakan mata cepat tidak ada, dan EMG serupa dengan stadium 1.
c. Stadium 3
Merupakan delta tidur sekitar 20% tetapi kurang dari 50% aktivitas delta
amplitudo tinggi (375µV) delta (0,5-2 Hz). Kumparan tidur tetap ada,
aktivitas gerakan mata tidak ada, dan aktivitas EMG menetap pada kadar
rendah.
d. Stadium 4
Pola stadium 3 EEG lambat, voltase tinggi terganggu sekitar 50%
rekaman. NREM stadium 3 dan 4 disebut sebagai (secara kolektif) tidur
“dalam”, “delta”, atau “gelombang lambat”.
2. Fase REM
Tidur REM ditandai oleh EEG frekuensi campuran, amplitudo rendah yang
serupa dengan NREM stadium 1. Ledakan aktivitas 3-5 Hz dengan defleksi
negatif tajam sering bertumpang tindih pada pola ini. EOG memperlihatkan
ledakan REM serupa dengan yang terlihat selama bangun mata terbuka.
Aktivitas EMG tidak ada, yang merefleksikan atonia otot diperantarai batang
otak lengkap yang karakteristik untuk keadaan ini.
Gambar 2.1: Stadium tidur manusia (Czeisler et al., 1995).
Tidur nokturnal normal pada dewasa muda umunya konstan. Setelah
awitan tidur biasanya diawali dengan fase NREM stadium 1-4 dalam 45-60 menit.
Tidur gelombang lambat menonjol pada sepertiga malam pertama dan terdiri dari
15-26% waktu tidur nokturnal total pada orang dewasa muda. Setelah episode
tidur gelombang lambat pertama, perkembangan stadium NREM berbalik; tidur
REM pertama terjadi setelah 80 menit onset tidur dan latensi REM memendek
seiring bertambahnya usia (Czeisler et al., 1995).
Seseorang secara klinis mengalami kedua jenis tidur berganti-ganti
sepanjang malam. Dengan memanjangnya periode tidur, bagian setiap siklus
terdiri dari penurunan tidur gelombang lambat dan tidur REM yang meningkat.
Keseluruhan, tidur REM adalah 20-25% tidur total, stadium NREM (1 dan 2)
adalah 50-60% pada dewasa muda. Bayi mengahabiskan waktunya jauh lebih
banyak pada tidur REM. Sebaliknya, pada orang usia lanjut tidur REM dan
gelombang lambat stadium 4 berkurang (Sherwood, 2001).
2.4 SISTEM RESPIRASI SAAT TIDUR
Saat ini diketahui bahwa pada keadaan tidur tubuh tidak seluruhnya
beristirahat tetapi terdapat aktivitas pada fase-fase tidur. Sistem respirasi,
esophagus, kardiovaskular dan fisiologi otak menunjukkan perubahan selama
tidur. Pada orang normal sistem respirasi akan menurun selama tidur yaitu terjadi
hipoventilasi alveolar. Frekuensi pernafasan dan ventilasi semenit akan menurun
selama tidur NREM dan pada umumnya bertamabah cepat, dangkal, dan tak
menentu pada tidur REM (Arifin et al., 2010).
Otot faring bertanggung jawab untuk menjaga patensi jalan nafas saat
bernafas. Saraf yang mengontrol otot-otot ini berasal dari daerah yang sama dari
batang otak yang juga bertanggung jawab untuk mengendalikan otot-otot
diafragma dan interkostal. Oleh sebab itu, otot-otot saluran pernafasan bagian atas
bekerja seirama dengan pernafasan. Selama terjaga, otot ini memiliki tingkatan
aktivitas tonus yang tinggi (Lapinsky et al., 1997).
Penurunan fungsi respirasi selama tidur disebabkan karena kolapsnya
sebagian saluran nafas atas yang disertai penurunan tonus otot interkostal dan
genioglosus. Penurunan refleks batuk dan bersihan mukosilier selama kedua fase
tidur akan menyebabkan retensi sputum. Keadaan ini kurang berpengaruh
terhadap orang normal tetapi merupakan merupakan keadaan yang darurat
mengancam jiwa pada penderita asma, PPOK, sleep apnea atau keadaan kelainan
respirasi lain. Kontrol pernafasan selama tidur REM bukan melalui refleks vagal
seperti pada fase terjaga dan pada tidur NREM. Fase REM dianggap berasal dari
penghambatan homeostatic feedback regulation hypothalamus (Arifin et al.,
2010).
Kecepatan pernafasan dan ventilasi per menit menurun selama tidur
NREM dan menjadi bervariasi selama tidur REM. Respon ventilasi terhadap
karbondioksida melemah selama tidur NREM, yang menyebabkan PCO2 lebih
tinggi. Selama tidur REM, respon ventilasi terhadap hiperkapnea dan hipoksia
memperlihatkan variabilitas yang nyata. Otot pernafasan yang bertanggung jawab
untuk kelatenan jalan udara atas menjadi hipotonik sepanjang tidur dan selama
tidur REM, hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan resistensi jalan nafas.
Selain itu, refleks batuk berubah atau tidak ada selama tidur. Perubahan fungsi
respiratori ini mungkin relevan terhadap patogenesis OSA (Czeisler et al., 1995).
Saat mulai tidur gambaran EEG terlihat perlambatan gelombang serta
penurunan ventilasi semenit. Pada pasien dengan obstructive Sleep Apnea (OSA)
penurunan atau penghentian aliran udara disebabkan oleh kolaps jalan nafas atas
yang progresif dan menyebabkan penurunan saturasi oksihemoglobin serta terjadi
stimulasi kemoreseptor perifer carotid bodies. Stimulasi kemorefleks terjadi
melalui sistem saraf pusat sehingga meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis
yang ditandai dengan lonjakan microneurographic. Saat terbangun dari tidur,
ventilasi dan saturasi oksihemoglobin akan kembali normal serta terjadi hambatan
terhadap aktivitas sistem saraf simpatis oleh aferen yang berasal dari
mekanoreseptor toraks yang bersinaps pada batang otak (Arifin et al., 2010).
2.5 MENDENGKUR
Mendengkur (snoring) merupakan suara gaduh dari pernafasan yang
terjadi selama proses tidur, akibat getaran yang dihasilkan oleh dinding orofaring.
Hal ini merupakan salah satu gejala dari suatu kelainan pada saluran pernafasan
bagian atas yang memiliki tingkatan keparahan. Bentuk yang paling ringan
biasanya terjadi sesekali dan sering disebabkan karena posisi tidur terlentang,
sedangkan mendengkur yang lebih berat biasanya terjadi setiap malam dan bisa
saja berkaitan dengan obstructive apnea (Lapinsky et al., 1997). Ketika tidur,
pernafasan akan melambat, otot-otot pernafasan akan rileks, dan saluran nafas
akan menyempit, tetapi proses inspirasi dan ekspirasi terus berlangsung yang
menyebabkan bergetarnya dinding orofaring dan menimbulkan bunyi (Eipstein et
al., 2007).
Salah satu survei epidemiologi di Republik San Marino (Italia Utara)
terhadap hapir 6000 orang, dilaporkan bahwa 40% pria dan 28% wanita
mendengkur dengan prevalensi meningkat hingga dekade ketujuh. Dalam
penelitian ini, lebih dari 60% pria dan 40% dari wanita yang berusia di atas 60
tahun dilaporkan mendengkur. Penelitian lain menunjukkan bahwa terjadi sedikit
penurunan prevalensi dengan meningkatnya usia lebih dari 60 tahun. Studi pada
wanita setengah baya menunjukkan prevalensi mendengkur sebesar 23% pada
kelompok usia muda (40-44 tahun) dan meningkat menjadi 40% pada usia 50-59
tahun (Lapinsky et al., 1997).
2.5.1 Faktor anatomi
Segala sesuatu yang menyebabkan penyempitan saluran nafas akan
menimbulkan snoring. Beberapa pasien obstruksi jalan napas dikarenakan rahang
kecil sehingga menghasilkan ruangan yang tidak cukup untuk lidah. Kelainan
anatomi ini mengurangi luas penampang saluran udara bagian atas. Penurunan
tonus otot saluran napas selama tidur dan penarikan oleh gaya gravitasi pada
posisi terlentang akan mempersempit saluran nasaf, sehingga menghambat aliran
udara selama respirasi (Victor, 1999).
Suara mendengkur secara langsung berkaitan dengan getaran jaringan di
orofaring. Jaringan tersebut antara lain mukosa dan otot-otot yang mendasari
langit-langit lunak dan uvula, mukosa dan otot-otot yang mendasari pilar anterior
dan posterior tonsil, tonsil itu sendiri dan mukosa hipofaring (Eipstein et al.,
2007).
Setiap faktor anatomis yang mempengaruhi resistensi aliran udara dapat
memiliki efek sekunder pada mendengkur. Secara khusus, ketidakseimbangan
proporsi orofaring dengan lidah yang besar dapat memberikan kontribusi
peningkatan resistensi saluran nafas. Struktur berdekatan yang menyebabkan
perubahan aliran udara seperti: deviasi septum hidung, polip hidung, massa
nasofaring dan lainnya (Lapinsky et al., 1997).
Obstruksi jalan nafas dapat terjadi dalam berbagai bidang orofaring,
nasofaring dan hipofaring. Walaupun kontribusi polip hidung dan deviasi septum
untuk apnea tidur obstruktif masih kontroversial, beberapa peneliti percaya bahwa
sumbatan hidung parsial atau total dapat menyebabkan hipopnea dan apnea
(Victor, 1999).
Penyempitan saluran pernafasan saat tidur dapat terjadi secara sederhana
(simple snoring) maupun lengkap (complete). Selama penyempitan yang terjadi
tidak mengancam nyawa, simple snoring tidak membutuhkan penanganan yang
khusus, hanya saja suara dengkuran yang terjadi dapat mengganggu orang lain
yang tidur di sebelahnya. Penyempitan komplit yang dikenal dengan Obstructive
Sleep Apnea (OSA) dapat menimbulkan efek yang cukup serius bagi kesehatan
dan kualitas hidup seseorang (Eipstein et al., 2007).
Gambar 2.2: saluran napas normal. Panjang dan ukuran total langit-langit lunak dan uvula normal. Lidah normal dalam ukuran dan sudut ke depan. Ukuran dan kontur saluran udara bagian atas di tingkat orofaring, nasofaring dan hipofaring adalah normal (Victor, 1999).
Gambar 2.3 : Abnormal saluran napas selama tidur. Beberapa tempat obstruksi sering terjadi pada pasien dengan apnea tidur obstruktif. langit-langit lunak memanjang dan membesar di saluran udara posterior pada tingkat nasofaring dan faring oral. Selain itu, rahang mendorong lidah yang mengusik ruang hypopharyngeal (Victor, 1999).
2.5.2 Patogenesis Mendengkur
Patensi saluran nafas bagian atas ditentukan oleh keseimbangan antara
tekanan di sekitar jalan nafas. Tekanan negatif dari intraluminal akan membuat
saluran nafas menjadi kolaps. Hal ini akan mengakibatkan faring menjadi sempit
dan menghalangi aliran udara masuk akibat tekanan negatif tadi, sedangkan
kekakuan dari mukosa dapat memudahkan jalan nafas untuk terbuka kembali.
Sejumlah faktor anatomi dan fisiologi mungkin bertanggung jawab atas kolapsnya
saluran nafas, akan tetapi secara keseluruhan kelainan yang mendasarinya adalah
peningkatan resistensi saluran nafas bagian atas (Lapinsky et al., 1997).
Dengan meningkatnya resistensi saluran nafas, upaya inspirasi juga harus
meningkat guna menjaga aliran udara. Tekanan negatif yang dihasilkan rongga
toraks mengakibatkan kolapsnya dinding laringotrakheobronkial, memanjang dan
menyempit pada orofaring. Dengan meningkatnya aliran udara akan mengurangi
tekanan intrafaringeal. Tekanan negatif ini terjadi bersamaan dengan hipotonia
otot faring karena tidur, sehingga getaran jaringan lunak di faring dianggap
sebagai mendengkur (Czeisler et al., 1995).
Gambar 2.4: Faktor-faktor yang mempengaruhi resistensi jalan napas
(Lapinsky et al., 1997).
Berbagai faktor dapat menyebabkan peningkatan resistensi jalan nafas
pada setiap pasien. Struktur kelainan, termasuk kelainan faring dimana obstruksi
jalan nafas bertanggung jawab atas mendengkur dan OSA. Gangguan fungsi otot
saluran pernafasan bagian atas terjadi berhubungan dengan kondisi tidur. Faktor-
faktor lain seperti obesitas, efek hormonal, dan obat-obatan, secara signifikan
dapat mempengaruhi fungsi saluran nafas bagian atas (Lapinsky et al., 1997).
2.6 HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN MENDENGKUR
Kelebihan berat badan merupakan prediktor utama untuk gangguan
pernafasan tidur atau sleep disorder breathing (SDB). Pengamatan klinis dan
studi populasi di seluruh Amerika Serikat, Eropa, Asia, dan Australia secara
konsisten menunjukkan peningkatan dinilai dalam prevalensi SDB sebagai indeks
massa tubuh, lingkar leher, atau tindakan lain meningkat habitus tubuh. Studi
klinis berat badan dan populasi studi longitudinal memberikan dukungan yang
kuat untuk sebuah hubungan sebab akibat. Peran kelebihan berat badan, faktor
risiko yang dapat dimodifikasi, dengan SDB menimbulkan banyak pertanyaan
yang relevan dengan praktek klinis dan kesehatan masyarakat (Young et al.,
2005).
Sebuah penelitian di Jakarta terhadap pengemudi taksi didapati 25% dari
280 responden berisiko OSA. Dimana prevalensi risiko OSA pada pengemudi
taksi tersebut memiliki kaitan erat dengan IMT ≥25, memiliki riwayat
mendengkur dalam keluarga, lingkar leher ≥40 cm, usia ≥ 36 tahun dan memiliki
jadwal kerja yang padat (Wiadnyana et al., 2010).
2.7 HUBUNGAN LINGKAR LEHER DENGAN MENDENGKUR
Aspek yang paling penting dalam klasifikasi mendengkur adalah ada atau
tidak adanya OSA yang merupakan bagian dari gangguan pernafasan tidur (SBD).
Sementara definisi praktis dan klasifikasi mendengkur saat ini tidak ada. Sekali
kriteria diagnostik yang lebih objektif telah ditetapkan, penelitian lebih lanjut
akan diperlukan untuk membedakan mendengkur patologis dan non patologis
(Lapinsky et al., 1997).
OSA disebabkan oleh obstruksi jalan nafas atas saat tidur yang berulang
sebagai akibat penyempitan saluran pernapasan. Pasien dengan gangguan yang
paling sering adalah yang memiliki kelebihan berat badan, dengan infiltrasi
peripharyngeal terkait lemak dan/ atau ukuran yang meningkat dari langit-langit
lunak dan lidah. Awalnya, dapat terjadi obstruksi parsial dan menyebabkan
dengkuran (snoring). Jaringan yang kolaps lebih lanjut atau pasien berguling dan
tidur dengan posisi terlentang mengakibatkan jalan napas menjadi benar-benar
terhalang. Apakah obstruksi tidak lengkap (Hypopnea) atau total (apnea), pasien
berjuang untuk bernapas dan terbangun dari tidur. Episode obstruktif sering
dikaitkan dengan penurunan saturasi oksihemoglobin (Victor, 1999).
Peristiwa ini sering diakhiri arousal dari tidur lebih dalam, dan fragmentasi
tidur yang dihasilkan dapat menyebabkan kantuk di siang hari yang berlebihan,
kurangnya perhatian, konsentrasi dan daya ingat terganggu. Banyak penderita
OSA tidak merasa memiliki masalah dengan tidurnya dan datang ke dokter hanya
karena teman tidur mengeluhkan suara mendengkur yang keras diselingi keadaan
senyap yang bervariasi. Penyelidikan diagnostik standar emas untuk gangguan
pernafasan saat tidur adalah polysomnography malam hari untuk mendeteksi
kejadian apnea dan hipopnea dan menentukan apakah mereka obstruktif atau
untuk mengontrol pernapasan abnormal. Ukuran yang umum digunakan untuk
SDB adalah indeks apnea-hipopnea (AHI, jumlah kejadian apnea dan hipopnea
per jam tidur) (Young et al., 2005; McNicholas, 2008).
2.8 KUESIONER BERLIN
Gejala klinis yang sering muncul pada penderita OSA adalah mendengkur,
kantuk yang berlebihan pada siang hari, rasa tercekik pada saar tidur, apnea,
nokturia, sakit kepala pada pagi hari, penurunan libido sampai impotensi dan
enuresis, mudah tersinggung, depresi, kelelahan yang luar biasa dan insomnia.
Kebanyakan penderita mengeluhkan kantuk yang sangat mengganggu pada siang
hari sehingga menimbulkan masalah pada pergaulan, pekerjaan dan meningkatkan
risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas (Seragih, 2007).
OSA tidak mudah untuk diidentifikasi karena dibutuhkan teknik dan alat-
alat diagnostik yang tidak sederhana. Salah satu cara sederhana yang digunakan
untuk mendapatkan informasi mengenai riwayat tidur dan mengenali
gangguannya adalah melalui wawancara yang membutuhkan waktu dan pelatihan.
Kuesioner Berlin, dikembangkan pada tahun 1996, berisi serangkaian pertanyaan
mengenai factor risiko untuk OSA. Termasuk di dalamnya mengenai perilaku
mendengkur, riwayat kelelahan, dan obesitas atau hipertensi (Netzer et al., 1999).
Tabel 2.2 Kuesioner BerlinQuestion Response
Has your weight changed? IncreaseDecreasedNo change
Do you snore? YesNoDo not know
Snoring loudness Loud as breathingLoud as talkingLouder than talkingVery loud
Snoring frequency Almost every day3 to 4 times per week1 to 2 times per week1 to 2 times per monthNever or almost never
Does your snoring bother other people? YesNo
How often have your breathing pauses been noticed? Almost every day3 to 4 times per week1 to 2 times per week1 to 2 times per monthNever or almost never
Are you tired after sleeping? Almost every day3 to 4 times per week1 to 2 times per week1 to 2 times per monthNever or almost never
Are you tired during waketime? Almost every day3 to 4 times per week1 to 2 times per week1 to 2 times per monthNever or almost never
Have you ever fallen asleep while driving? YesNo
Do you have high blood pressure? YesNoDo not know
Sumber: Netzer et a.l, 1999
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1 KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
3.2 VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL
Pengukuran terhadap variabel babas (Independen) meliputi: Indeks
Massa Tubuh (IMT), lingkar leher dan variabel terikat (dependen):
mendengkur, dilakukan dengan metode sebagai berikut:
3.2.1 Indeks Massa Tubuh
Definisi Operasional: Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah suatu cara
atau metode sederhana yang paling sering digunakan untuk memantau
status gizi orang dewasa, khususnya yang berhubungan dengan
kekurangan maupun kelebihan berat badan (Bickley, 2007).
Cara ukur: Indeks Massa Tubuh (IMT) diukur dengan cara Berat
Badan (BB) (Kg) dibagi dengan Tinggi Badan (TB) kuadrat (m2).
Berikut rumus untuk IMT:
Indeks Massa Tubuh
(IMT)
Lingkar Leher
Mendengkur
Variabel Independen Variabel dependen
BB (Kg)IMT =
TB x TB (m2)
Alat ukur: alat untuk mengukur berat badan digunakan timbangan
injak, dan untuk tinggi badan digunakan microtoise.
Kategori:
o Obesitas : IMT ≥ 25
o Tidak Obesitas : IMT < 25
Skala pengukuran: skala ordinal.
3.2.2 Lingkar Leher
Definisi operasional: lingkar leher merupakan ukuran keliling leher
yang dapat menjadi metode pengukuran yang mudah dan murah untuk
screening individu dengan obesitas (Liubov et al., 2001).
Cara ukur: lingkar leher diukur pada posisi berdiri tegak, tenang, dan
kepala menghadap lurus ke depan. Pada pria dengan prominentia
laryngeal (adam’s apple), lingkar leher diukur tepat di bawah adam’s
apple. Sedangkan pada wanita, lingkar leher diukur pada bagian tengah
leher, yaitu di antara spina midcervicalis dan midanterior leher,
pastikan pita pengukur tidak menekan leher terlalu ketat.
Alat ukur: pita ukur dengan lingkar leher dinyatakan dalam cm.
Kategori:
o Pria
Lingkar leher besar ≥ 37 cm
Lingkar leher sedang < 37 cm
o Wanita
Lingkar leher besar ≥ 34 cm
Lingkar leher sedang <34 cm
Skala pengukuran: skala ordinal.
3.2.3 Mendengkur
Definsi operasional: mendengkur adalah suara gaduh dari pernafasan
yang terjadi selama proses tidur akibat getaran yang dihasilkan oleh
dinding orofaring.
Cara ukur: wawancara.
Alat ukur: menggunakan kuesioner.
Kategori:
o Mendengkur
o Tidak mendengkur
Skala penguukuran: skala nominal.
Variabel Kategori Range Skala Ukur
IMT 1. Obesitas
2. Tidak obesitas
IMT ≥ 25
IMT < 25
Ordinal
Lingkar leher (cm) 1. Besar
2. Kecil
L ≥ 37; P ≥ 34
L < 37; P <34
Ordinal
Tabel 3.1 Metode Pengukuran Variabel Independen
Variabel Kategori Range Skala Ukur
Kejadian
mendengkur
1. Mendengkur
2. Tidak mendengkur
Nominal
Tabel 3.2 Metode Pengukuran Variabel Dependen
3.3 HIPOTESIS
Terdapat perbedaan antara indeks massa tubuh dengan kejadian
mendengkur.
Terdapat perbedaan antara lingkar leher dengan kejadian mendengkur.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 JENIS PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan design cross sectional.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT)
atau lingkar leher dengan kejadian mendengkur, yang dilakukan dengan cara
pengumpulan data pada saat itu juga.
4.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
4.2.1 Waktu
Penelitian ini telah dilaksaanakan pada tanggal 20 September sanpai
dengan 1 Oktober 2011.
4.2.2 Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Pendidikan Harapan 3 Medan.
4.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Guru dan Staf Yayasan Pendidikan
Harapan 3 yang berjumlah 85 orang.
4.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian adalah total populasi penelitian.
Kriteria inklusi:
- Guru dan staf yang aktif pada tahun ajaran 2011-2012
- Usia antara 20-60 tahun
- Bersedia mengikuti penelitian
Kriteria Ekslusi:
- Memiliki riwayat gangguan pernafasan yang kronis (Asthma, PPOK
dll).
- Memiliki kelainan anatomi.
- Mengkonsumsi obat tidur dan alkohol.
4.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkan melalui wawancara dan pemeriksaan fisis terkait.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan media kuesioner yang telah
dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya, kemudian dijawab langsung oleh
responden setelah mendiskusikannya dengan keluarga yang mengeluhkan.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik setelah pengisian kuesioner, berupa
pemeriksaan antropometri terkait yaitu berat badan, tinggi badan, serta lingkar
leher. Data sekunder adalah data yang didapat dari pihak sekolah Harapan 3
mengenai jumlah guru dan staf tahun ajaran 2011-2012.
4.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner yang telah disusun
sebelumnya dengan menggunakan SPSS for windows. Sampel untuk uji validitas
dan reliabilitas sebanyak 15 orang guru SDN 11 Bukittinggi. Uji validitas dan
reliabilitas ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011.
Uji validitas yang dilakukan dengan korelasi Pearson, skor yang didapat
dari setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk tiap variabel.
Hasilnya diperoleh 9 pertanyaan valid. Dari uji reliabilitas 9 pertanyaan yang
valid semuanya reliabel.
4.5 PENGELOLAAN DAN ANALISA DATA
Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama editing
yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun responden serta
memastikan bahwa semua jawaban telah diisi dengan lengkap. Tahap kedua
coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk
mempermudah tabulasi dan analisa. Tahap ketiga entry yaitu memasukkan data ke
dalam program komputer dengan menggunakan program SPSS versi 17. Tahap
keempat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di
entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak. Dilakukan analisis univariat
untuk melihat distribusi frekuensi dari semua variabel yang diamati sehingga
dapat diperoleh gambaran deskriptif dari variabel yang diteliti. Analisis bivariat
untuk melihat hubungan dari masing-masing variabel bebas dengan variabel
terikat.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 HASIL PENELITIAN
Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada tanggal
20 September sampai dengan 1 Oktober 2011 di Yayasan Pendidikan Harapan 3.
Dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 85 orang. Berdasarkan data yang telah
dikumpulkan dan dianalisa, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam
paparan di bawah ini.
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian Ini dilakukan di Sekolah Swasta Harapan 3 tingkat SD, SMP,
dan SMA yang diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Harapan. Sekolah ini
berlokasi di Jalan Karya Wisata Ujung No. 31, Kelurahan Sidorukun, Kecamatan
Delitua, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara.
Sekolah ini memiliki tanah seluas 58.421 m2 dengan penggunaan tanah:
untuk bangunan 2.500 m2, halaman/taman 840 m2, lapangan olah raga 8.250 m2,
kebun 12.375 m2, lain-lain 34.456 m2. Tingkat SD, SMP dan SMA berada dalam
satu bangunan gedung yang terdiri dari empat lantai. SD Harapan 3 mulai dibuka
pada tahun 1999, SMP pada tahun 2002, dan tingkat SMA pada tahun 2004.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Subjek penelitian ini adalah para guru dan staf Yayasan Pendidikan
Harapan 3 dengan jumlah total sebanyak 85 orang. Dari total sampel 85, sebanyak
16 responden masuk kriteria ekslusi dengan 7 diantaranya memilliki kelainan
anatomi pada saluran pernafasan atas, 5 responden tidak mengisi data dengan
lengkap dan 4 responden lainnya tidak dapat mengikuti penelitian. Sehingga
hanya 69 responden yang dapat dievaluasi. Berikut adalah tabel-tabel yang
mendiskripsikan karakteristik responden dalam penelitian ini:
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-laki 34 49,3
Perempuan 35 50,7
Total 69 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah
perempuan dengan total 35 orang (50,7%), sedangkan responden berjenis kelamin
laki-laki didapati sebanyak 34 orang (49,3%).
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi (n) Persentase (%)
21-30 tahun 20 29
31-40 tahun 30 43,5
41-50 tahun 15 21,7
>50 tahun 4 5,8
Total 69 100
Dari Tabel 5.2, terlihat bahwa usia 31-40 tahun merupakan usia terbanyak
dari total responden (43,5%), usia 21-30 tahun dengan total 20 orang (29%), usia
41-50 sebanyak 15 orang (21,7%), dan usia di atas 50 tahun sebanyak 4 orang
(5,8%).
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Status Pernikahan Frekuensi (n) Persentase (%)
Belum menikah 9 13
Menikah 60 87
Total 69 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa status pernikahan responden
terbanyak adalah menikah dengan total 60 orang (87%), sedangkan responden
yang belum menikah didapati sebanyak 9 orang (13%).
5.1.3 Gambaran Status Gizi dan Lingkar Leher Responden
Berdasarkan data hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi responden
berdasarkan status gizi dan ukuran lingkar leher yang dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi
Kategori IMT Frekuensi (n) Persentase (%)
Underweight < 18.5 5 7,2
Normoweight 18.5-22.9 22 31,9
Pre-obese 23-24.9 16 23,2
Obese I 25-29.9 19 27,5
Obese II ≥30 7 10,1
Total 69 100
Dari Tabel 5.4, terlihat bahwa status gizi responden terbanyak adalah
normoweight dengan total 22 orang (31,9%), status gizi obese I sebanyak 19
orang (27,5%), status gizi pre-obese sebanyak 16 orang (23,2%), status gizi obese
II sebanyak 7 orang (10,1%), dan yang paling sedikit adalah responden dengan
status gizi underweight dengan total 5 orang (7,2%).
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lingkar Leher (Laki-laki)
Ukuran Lingkar Leher Frekuensi (n) Persentase (%)
<37 cm 14 41,2
≥37 cm 20 58,8
Total 34 100
Berdasarkan tabel 5.5, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin laki-laki memiliki ukuran lingkar leher ≥37 cm dengan jumlah
20 orang (58,8%), sedangkan responden laki-laki yang memiliki lingkar leher <37
cm sebanyak 14 orang (41,2%).
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lingkar Leher (Perempuan)
Ukuran Lingkar Leher Frekuensi (n) Persentase (%)
<34 cm 13 37,1
≥34 cm 22 62,9
Total 35 100
Dari tabel 5.6, dapat dilihat bahwa ukuran lingkar leher responden
perempuan terbanyak adalah ≥34 cm dengan jumlah 22 orang (62,9%), dan
lingkar leher <34 cm didapati sebanyak 13 orang (37,1%).
5.1.4 Deskripsi Evaluasi Tidur Responden
Survey evaluasi tidur responden digunakan media kuesioner.
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Evaluasi Tidur RespondenVariabel Frekuensi (n = 69) Persentase (%)
Lama waktu tidur (jam)>86-8<6
114414
15,963,820,3
Riwayat mendengkur dalam keluargaYaTidak
4312
62,317,4
Tidak tahu 14 20,3Riwayat mendengkur
YaTidak
2940
4258
Kualitas bunyi dengkuranTidak mendengkurSeberisik saat bicaraLebih berisik dari bicara
40245
5834,87,2
Frekuensi mendengkur (kali/minggu)Tidak mendengkurJarang (≤2)Kadang-kadang (3-4)Sering (≥5)
4010163
5814,523,24,4
Riwayat dengkuran yang mengganggu orang lain
Tidak mendengkurTidak menggangguMengganggu
401613
5823,218,8
Lelah saat bangun tidur (kali/minggu)Tidak pernahJarang (≤2)Kadang-kadang (3-4)Sering (≥5)
1628187
23,240,626,110,1
Lelah di siang hari (kali/minggu)Tidak pernahJarang (≤2)Kadang-kadang (3-4)Sering (≥5)
731229
10,144,931,913,1
Tertidur atau mengatuk saat beraktivitas (kali/minggu)
Tidak pernahJarang (≤2)Kadang-kadang (3-4)Sering (≥5)
1728177
24,640,624,610,1
Dari tabel 5.7, sebagian besar responden memiliki lama waktu tidur antara
6-7 jam (63,8%). Mengenai riwayat mendengkur dalam keluarga 62,3%
responden menjawab “Ya”. Sebanyak 29 orang responden (42%) mendengkur
saat tidur, dengan kualitas bunyi dengkuran seberisik saat bicara sebanyak 24
orang (34,8%). Responden yang mendengkur 3-4 kali/minggu sebanyak (23,2%).
Sebesar 18,8% responden menjawab dengkurannya mengganggu orang lain.
Perasaan lelah saat bangun tidur sebagian besar responden menjawab jarang atau
kurang dari 2 kali/minggu yaitu sebanyak 40,6%. Perasaan lelah di siang hari
dijawab kurang dari 2 kali/minggu oleh 44,9% responden. Perasaan mengantuk
atau tertidur saat beraktivitas dijawab oleh sebagian besar responden (40,6%)
dengan frekuensi jarang atau kurang dari 2 kali/minggu.
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden yang Mendengkur Berdasarkan Jenis Kelamin
dan Usia
Variable Frekuensi (n=29) Persentase (%)Jenis kelamin
Laki-lakiPerempuan
1712
58,641,4
Usia21-3031-4041-50>50
81551
27,651,717,23,4
Berdasarkan tabel 5.8, sebanyak 58,6% dari responden yang mendengkur
berjenis kelamin laki-laki. Dan rentang usia responden yang mendengkur paling
banyak antara 31-40 yaitu sebesar 51,7%.
5.1.5 Hasil Analisa Statistik
Untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dan lingkar leher dengan
kejadian mendengkur digunakan uji chi-square. Berdasarkan hasil uji tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 5.9 Hasil Uji Tabulasi Silang antara Indeks Massa Tubuh terhadap Kejadian
Mendengkur
Mendengkur
TotalYa Tidak
IMT Obese 17 9 26
58,6% 22,5% 37,7%
Non Obese
12 31 43
41,4% 77,5% 62,3%
Total 29 40 69
100% 100% 100%
Dari tabel 5.16 dapat diketahui bahwa responden yang obesitas dengan
IMT ≥25 mengalami kejadian mendengkur sebanyak 17 orang (58,6%).
Sedangkan responden yang bukan obesitas dengan IMT <25 tidak mengalami
kejadian mendengkur sebanyak 31 orang (77,5%).
Berdasarkan tabulasi silang di atas, analisa dengan uji statistik Chi-square
didapati nilai p=0,002 (p<0,05) artinya terdapat perbedaan antara indeks massa
tubuh dengan kejadian mendengkur.
Tabel 5.10 Hasil Uji Tabulasi Silang antara Lingkar Leher pada Laki-laki dengan
Kejadian Mendengkur
Mendengkur
TotalYa Tidak
LL < 37 3 11 14
17,6% 64,7% 41,2%
≥ 37 14 6 20
82,4% 35,3% 58,8%
Total 17 17 34
100% 100% 100%
Dari tabel 5.17 dapat diketahui bahwa responden laki-laki yang memiliki
lingkar leher ≥37 cm mengalami kejadian mendengkur sebanyak 14 orang
(82,4%). Sedangkan responden yang memiliki ukuran lingkar leher <37 cm tidak
mengalami kejadian mendengkur sebanyak 11 orang (64,7%).
Berdasarkan tabulasi silang di atas, analisa dengan uji statistik Chi-square
didapati nilai p=0.005 (<0.05) artinya terdapat perbedaan antara lingkar leher
dengan kejadian mendengkur pada responden laki-laki.
Tabel 5.11 Hasil Uji Tabulasi Silang antara Lingkar Leher pada Perempuan
dengan Kejadian Mendengkur
Mendengkur
TotalYa Tidak
LL <34 3 10 13
25% 43,5% 37,1%
>34 9 13 22
75% 56,5% 62,9%
Total 12 23 35
100% 100% 100%
Dari tabel 5.11 dapat diketahui bahwa responden perempuan yang
memiliki ukuran lingkar leher ≥34 cm mengalami kejadian mendengkur sebanyak
9 orang (75%). Sedangkan responden yang memiliki lingkar leher <34 cm tidak
mengalami kejadian mendengkur sebanyak 10 orang (43,5%).
Berdasarkan tabulasi silang di atas, analisa dengan uji statistik Chi-square
didapati nilai p=0,617 (p>0.05) artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna
antara lingkar leher dengan kejadian mendengkur pada responden perempuan.
5.2 PEMBAHASAN
5.2.1 Mendengkur
Penilaian evaluasi tidur menggunakan pendekatan terhadap kuesioner
Berlin, dimana beberapa pertanyaan yang terkait dengan penelitian ini diadaptasi
dari kuesioner Berlin. Pada pelaksanaan penelitian kuesioner ini cukup mudah
dimengerti. Keluhan-keluhan responden responden yang terkait masalah tidur
akibat mendengkur cukup terakomodir dalam pertanyaan-pertanyaan dalam
kuesioner tersebut. Dalam pengisian kuesioner ini, responden dibantu oleh
keluarga terdekat yang mengetahui riwayat tidur responden. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyatakan kuesioner Berlin merupakan kuesioner untuk
menilai faktor risiko OSA secara subjektif, termasuk di dalamnya mengenai
perilaku mendengkur, riwayat kelelahan dan obesitas (Netzer et al., 1999).
Hasil penelitian ini menunjukkan, beberapa responden memiliki keluhan
atau dikeluhkan mendengkur oleh pasangan maupun teman tidurnya. Kondisi
mendengkur ini menandakan adanya sumbatan pada saluran pernafasan bagian
atas. Ketika tidur, proses pernafasan akan melambat, otot-otot pernafasan akan
rileks dan saluran nafas akan menyempit, tetapi proses respirasi dan ekspirasi
terus berlangsung sehingga menimbulkan getaran dinding orofaring dan
menghasilkan bunyi. Intensitas bunyi dengkuran dipengaruhi oleh besarnya
sumbatan yang terjadi pada saluran pernafasan. Penyempitan saluran nafas ini
dapat terjadi secara sederhana (simple snoring) maupun secara total (complete).
Penyempitan yang komplit ini dikenal dengan Obstructive Sleep Apnea (OSA)
dapat menimbulkan efek yang cukup serius bagi kesehatan dan kualitas hidup
seseorang (Eipstein et al., 2007).
Sumbatan saluran pernafasan bagian atas ketika tidur akan mengakibatkan
menurunnya saturasi oksihemoglobin dan terjadinya tidur yang terfragmentasi.
Dampak dari kondisi ini akan dirasakan penderita saat bangun tidur, kelelahan
saat terjaga dan mengantuk atau tertidur saat beraktivitas (Victor, 1999). Beberapa
responden dari penelitian ini mengeluhkan hal yang sama yang terjadi kurang
dari dua kali per minggu. Keadaan ini tentunya belum bisa dikatakan terkait
dengan kejadian mendengkur saat tidur, masih banyak faktor lain yang bisa
mempengaruhinya seperti kurangnya waktu istirahat, faktor kelelahan dan kondisi
medis lainnya.
Berdasarkan kepustakaan, karakteristik responden yang merupakan salah
satu faktor risiko meningkatnya kejadian mendengkur adalah usia. Dengan
bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan kemampuan kontrol respiratori
dan peristiwa mendengkur yang merupakan faktor risiko OSA akan meningkat
(Czeisler CA, 1995). Namun pada analisa bivariat, tidak diperoleh hubungan yang
bermakna antara umur dengan kejadian mendengkur. Hal ini mungkin saja
dipengaruhi oleh jumlah sampel yang masih sedikit ataupun distribusi usia
responden yang masih terbatas.
5.2.2 Perbedaan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Mendengkur
Hasil penelitian ini menunjukkan IMT ≥25 memiliki perbedaan yang
bermakna dengan kejadian mendengkur. Begitu juga halnya dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wiadnyana dkk, pada tahun 2010 di Jakarta, didapatkan
prevalensi risiko OSA pada pengemudi taksi memiliki kaitan erat dengan obesitas.
Kelebihan berat badan merupakan prediktor utama untuk gangguan
pernafasan tidur atau sleep disorder breathing (SDB). Pengamatan klinis dan
studi populasi di seluruh Amerika Serikat, Eropa, Asia, dan Australia secara
konsisten menunjukkan peningkatan dinilai dalam prevalensi SDB sebagai indeks
massa tubuh, lingkar leher, atau tindakan lain meningkat habitus tubuh (Young et
al., 2005).
5.2.3 Perbedaan Lingkar Leher dengan Kejadian Mendengkur
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan perbedaan yang bermakna antara
lingkar leher dengan kejadian mendengkur pada responden laki-laki, namun tidak
demikian halnya dengan hasil tabulasi silang antara lingkar leher dengan kejadian
mendengkur pada responden perempuan.
Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa orang yang
memiliki berat badan berlebih akan terjadi penumpukan jaringan lemak pada
viscera abdomen, anggota tubuh bagian atas terutama pada leher yang dapat
menekan saluran nafas. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki yang obesitas lebih
cenderung terjadi penumpukan jaringan lemak berlebih di daerah leher
dibandingkan perempuan (Hartenbaum et al., 2006; Victor, 1999).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Yayasan Pendidikan
Harapan 3, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Status gizi responden berdasarkan indeks massa tubuh diketahui 27,5%
responden adalah obesitas I dan 10,1% termasuk obesitas II
berdasarkan kriteria WHO 2000.
2. Ukuran lingkar leher untuk responden laki-laki ≥37 cm sebanyak
58,8% dan responden perempuan ≥34 cm didapati sebanyak 62,9%.
3. Responden yang mendengkur didapati sebanyak 42%. Dengan 58,6%
diantaranya adalah responden laki-laki dan sisanya sebanyak 41,4%
adalah responden perempuan. Dimana kelompok usia 31-40 tahun
paling banyak ditemukan yaitu 51,7% dari jumlah responden yang
mendengkur.
4. Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh adanya perbedaan yang
signifikan antara indeks massa tubuh dengan kejadian mendengkur
dengan nilai p=0,002 (<0,05).
5. Lingkar leher pada responden laki-laki dengan kejadian mendengkur
juga ditemukan perbedaan yang signifikan dengan nilai p=0,005
(<0,05). Sementara itu tidak terdapat perbedaan antara lingkar leher
pada responden perempuan dengan kejadian mendengkur dengan nilai
p=0,617 (p>0,05).
6.2 SARAN
1. Orang yang obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena
berbagai macam penyakit, sehingga dapat mengurangi usia harapan
hidup dan juga kualitas dari kehidupan itu sendiri. Oleh sebab itu
disarankan bagi pembaca untuk tetap menjaga berat badan yang ideal.
2. Mendengkur dapat mengurangi kualitas tidur seseorang dikarenakan
menurunnya saturasi oksihemoglobin dan terjadinya tidur yang
terfragmentasi. Dampaknya akan dirasakan penderita pada saat bangun
tidur, kelelahan saat terjaga, dan rasa kantuk padang siang hari. Risiko
mendengkur ini dapat dikurangi dengan mengatur posisi tidur.
Beberapa pasien mengalami perbaikan setelah tidur dengan posisi
miring atau telungkup.
3. Olah raga secara teratur dapat meningkatkan kekuatan otot pernafasan
dan volume tidal sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya
hipopnea (penurunan fungsi pernafasan) ketika tidur.
DAFTAR PUSTAKA
Amatoury, J, et al., 2005. Snoring-Related Energy Transmission to The Carotid
Artery in Rabbits. J. Appl. Physiol. 100: 1547 – 1553.
Arifin, A.R., Ratnawati, Burhan E., 2010. Fisiologi Tidur dan Pernafasan. Jurnal
Respirologi Indonesia.
Atmadja, W.B., 2002. Fisiologi Tidur. Jurnal Kedokteran Maranatha. Vol 1, No
2.
Bickley, L.S., Szilagyi, P.G., 2007. Guide to Physical Examination and History
Taking. 9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Czeisler, C.A., Richardson, G.S., Martin, J.B., 1999. Gangguan Tidur dan Irama
Sirkadian dalam: Asdie, AH (editor). Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu
Penyakit Dalam. Vol.1. Edisi 13. Jakarta: EGC.
Depkes, RI. Pedoman Praktis Memantau Status Gizi Orang Dewasa. Direktorat
Bina Gizi Masyarakat. http://www.gizi.depkes.go.id/
Egger, G., Swinburn, B., 1996. The Fat Loss Handbook. Australia: Allen &
Unwin.
Eipstein, L.J., Mardon, S., 2007. The Harvard Medical School Guide to A Good
Night’s Sleep. New York: The McGraw-Hill Companies.
Hartenbaum, N., Collop, N., Rosen, I.M., et al, 2006. Sleep Apnea and
Commercial Motor Vehicle. JOEM. 48: 4-37.
Jennum, P., et al., 1992. Cardiovascular Risk Factors in Snorers. A cross-sectional
study of 3323 men aged 54 to 74 years: the Copenhagen Male Study. Chest.
102: 1371 – 6.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., Grebb, J.A., 2010. Tidur Normal dan Gangguan Tidur.
Dalam: Kusuma W (editor). Sinapsis Psikiatri. Jilid 2. Tanggerang:
Binarupa Aksara.
Lapinsky, S.E., Goldfarb, D.R., Grossman, R.F., 1997. Snoring. In: Irwin RS,
Curley FJ, Grossman RF (editors). Diagnosis and Treatment of Symptoms of
the Respiratory Tract. New York: Futura Publishing Company Inc.
Liubov, S.E., Laor, A., 2001. Neck Circumference as Simple Screening Measure
for Identifying Overweight and Obese Patients. The North Association for
The Study of Obesity. 470:477.
McNicholas, W.T., 2008. Diagnosis of Obstructive Sleep Apnea in Adults. Ame.
Thorac Soc. 5: 154-160.
National Institutes of Health. Strategic plan for NIH obesity research. NIH
publication 2004; 04; 1-95.
Netzer, N.C., et al., 1999. Using the Berlin Questionnaire to Identify Patients at
Risk for The Sleep Apnea Syndrome. Ann Intern Med. 131: 458-91.
Peker, Y., et al., 2000. Respiratory Disturbance Index: An Independent Predictor
of Mortality in Coronary Artery Disease. Am. J. Respir. Crit. Med. 162: 81-
6.
Rippe, J., McInnis, K., Melanson, K., 2001. Physician Involvement in The
Management of Obesity as A Primary Medical Condition. Obesity
Research. 9:302-11.
Seragih, A.R., 2007. Mendengkur “The Silent Killer” dan Upaya Penanganannya
dalam Meningkatkan Kualitas Hidup. USU.
Sherwood, L., 2001. Susunan Saraf Pusat. Dalam: Santoso, BI (ed). Fisiologi
Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sjostrom, C.D., Lassner. 2001. Relationship Between Changes in Body
Composition and Changes in Cardiovascular Risk Factors: the SOS
Intervention Study: Sweedish Obese Subjects. Obese Res. 5:519535.
Victor, L.D., 1999. Obstructive Sleep Apnea. American Family Physician. 60:
2279-86.
Wiadnyana, P.G.P., Susanto, A.D., Amri, Z., Antariksa, B., 2010. Prevalensi
Kemungkinan Obstructive Sleep Apnea dan Faktor-Faktor yang
Berhubungan pada Pengemudi Taksi X di Jakarta. Jurnal Respirologi
Indonesia.
Young, T., Peppard, P.E., Taheri, S., 2005. Excess Weight and Sleep Disordered
Breathing. J. App. Physiol. 99: 1592-1599.
Lampiran 1:
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (CURRICULUM VITAE)
Pas Photo
3x4 cm
Nama : Siska Febrina
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat / Tanggal Lahir : Bukittinggi/ 06 Februari 1990
Agama : Islam
Alamat : Jl. Dr. Sumarsono No.16 Kampus USU, Medan
Telepon : +6285263223632
Email : febrina_siska602@yahoo.com
Riwayat Pendidikan : 1. TK Jammi’atulhujjat Bukittinggi 1995-1996
2. SD Negeri 13 Bukittinggi 1996-2002
1. SMP Negeri 3 Bukittinggi 2002-2005
2. SMA Negeri 1 Bukittinggi 2005-2008
3. Fak. Kedokteran USU Medan 2008-sekarang
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN
Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera
Pertama-tama, saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas kesediaan
Bapak/Ibu yang telah meluangkan waktu untuk mengisi surat persetujuan ini.
Nama saya Siska Febrina. Saya sedang menjalani kuliah di Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) angkatan 2008. Saat ini saya
sedang mengerjakan penelitian guna melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang menjadi
kewajiban saya untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran.
Saya akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Indeks Massa
Tubuh dan Lingkar Leher dengan Mendengkur pada Guru dan Staf Yayasan
Pendidikan Harapan 3 Medan Tahun Ajaran 2011 – 2012”. Untuk itu, saya
mengharapkan kesediaan dan kerja sama dari Bapak/Ibu. Informasi yang didapat
tidak akan digunakan untuk maksud lain selain penelitian ini.
Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas dan sukarela.
Bebas untuk ikut atau menolak tanpa adanya sanksi apapun. Pada penelitian ini
identitas Bapak/Ibu akan dirahasiakan dan kerahasiaan akan dijamin sepenuhnya.
Demikian saya beritahukan. Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga partisipasi Bapak/Ibu dalam
penelitian ini membawa manfaat besar bagi kita semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Siska Febrina
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)
Penelitian ini berjudul “Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Leher
dengan Mendengkur pada Guru dan Staf Sekolah Harapan 3 Tahun Ajaran 2011-
2012”. Penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas akhir mata kuilah
Community Research Programme (CRP). Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah
Harapan 3 Medan dan yang menjadi respondennya adalah guru dan staf SMA
tersebut yang termasuk ke dalam criteria inklusi. Dalam penelitian ini responden
akan diminta untuk mengisi kuesioner yang dibagikan peneliti. Selanjutnya akan
dilakukan pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar leher responden.
Setelah mendapatkan penjelasan atas tindakan yang akan dilakukan, maka saya
yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden (subjek penelitian).
Persetujuan ini diambil dan disepakati dalam keadaan sadar dan tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.
Medan, ………………2011
Peneliti, Yang membuat pernyataan,
(Siska Febrina) ( )
Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN
1. Data Pribadi
No. Responden :
Nama :
Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan*
Umur :
Status Perkawinan :
Berat badan : kg
Tinggi badan : cm
Lingkar leher : cm
Riwayat mengkonsumsi : a. obat tidur ada/tidak ada*
b. alkohol ada/tidak ada*
Riwayat penyakit : a. sesak nafas ada/tidak ada*
b. sumbatan di sepanjang saluran
pernafasan (tidak ada/polip/amandel/tumor/dll…………)*
Ket *: coret yang tidak perlu
4. Pertanyaan Mengenai Penelitian
A. Kebiasaan Hidup dan riwayat keluarga
1. Berapa lamakah Anda tidur dalam sehari?
a. >8 jam
b. 6-8 jam
c. <6 jam
2. Apakah ada dalam keluarga Anda, orang tua atau saudara kandung yang
mendengkur?
a. ya
b. tidak
c. tidak tahu
B. Riwayat Mendengkur
3. Apakah Anda mendengkur?
a. ya
b. tidak
4. Dengkuran Anda?
a. tidak mendengkur
b. sedikit berisik dibandingkan bernafas/seberisik saat bicara
c. lebih berisik dibandingkan berbicara
5. Berapa sering Anda mendengkur?
a. tidak pernah
b. jarang (≤2 kali/minggu)
c. kadang-kadang (3-4 kali/minggu)
d. sering (≥5 kali/minggu)
6. Apakah dengkuran Anda mengganggu orang lain?
a. ya
b. tidak
c. tidak mendengkur
C. Kondisi saat bangun tidur
7. Apakah saat bangun tidur Anda merasa lelah?
a. tidak pernah
b. jarang (≤ 2 kali/minggu)
c. kadang-kadang (3-4 kali/minggu)
d. sering (≥ 5 kali/minggu)
8. Apakah Anda merasa sering merasa lelah di siang hari?
a. tidak pernah
b. jarang (≤ 2 kali/minggu)
c. kadang-kadang (3-4 kali/minggu)
d. sering (≥ 5 kali/minggu)
9. Pernahkah Anda tertidur atau mengantuk saat beraktivitas di siang hari?
a. tidak pernah
b. jarang (≤ 2 kali/minggu)
c. kadang-kadang (3-4 kali/minggu)
d. sering (≥ 5 kali/minggu)
Correlations
Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 6 Pertanyaan 7 Pertanyaan 8 Pertanyaan 9 p total
Pertanyaan 1 Pearson Correlation
1 .807** .490 .341 .656** .418 .664** .588* .918** .884**
Sig. (2-tailed) .000 .064 .214 .008 .121 .007 .021 .000 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan 2 Pearson Correlation
.807** 1 .875** .211 .419 .259 .529* .729** .919** .841**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .450 .120 .352 .043 .002 .000 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan 3 Pearson Correlation
.490 .875** 1 .000 .105 .000 .353 .746** .612* .605*
Sig. (2-tailed) .064 .000 1.000 .710 1.000 .197 .001 .015 .017
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan 4 Pearson Correlation
.341 .211 .000 1 .103 .816** .464 .291 .345 .514*
Sig. (2-tailed) .214 .450 1.000 .714 .000 .082 .293 .208 .050
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan 5 Pearson Correlation
.656** .419 .105 .103 1 .253 .417 .289 .599* .624*
Sig. (2-tailed) .008 .120 .710 .714 .363 .122 .297 .018 .013
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan 6 Pearson Correlation
.418 .259 .000 .816** .253 1 .568* .356 .423 .602*
Sig. (2-tailed) .121 .352 1.000 .000 .363 .027 .193 .117 .017
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan 7 Pearson Correlation
.664** .529* .353 .464 .417 .568* 1 .701** .576* .824**
Sig. (2-tailed) .007 .043 .197 .082 .122 .027 .004 .025 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan 8 Pearson Correlation
.588* .729** .746** .291 .289 .356 .701** 1 .582* .815**
Sig. (2-tailed) .021 .002 .001 .293 .297 .193 .004 .023 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Pertanyaan 9 Pearson Correlation
.918** .919** .612* .345 .599* .423 .576* .582* 1 .880**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .015 .208 .018 .117 .025 .023 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
p total Pearson Correlation
.884** .841** .605* .514* .624* .602* .824** .815** .880** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .017 .050 .013 .017 .000 .000 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 5Reliability
Item Statistics
MeanStd.
Deviation N
Pertanyaan 1 1.53 .640 15
Pertanyaan 2 1.53 .516 15
Pertanyaan 3 1.47 .516 15
Pertanyaan 4 2.00 .655 15
Pertanyaan 5 1.60 1.056 15
Pertanyaan 6 2.00 .535 15
Pertanyaan 7 1.80 .941 15
Pertanyaan 8 2.13 1.125 15
Pertanyaan 9 1.60 .632 15
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.873 9
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Pertanyaan 1 14.13 18.695 .850 .842
Pertanyaan 4 14.13 19.838 .805 .852
Pertanyaan 5 14.20 21.029 .531 .868
Pertanyaan 6 13.67 20.952 .405 .876
Pertanyaan 7 14.07 18.495 .463 .883
Pertanyaan 8 13.67 20.952 .525 .868
Pertanyaan 9 13.87 17.124 .745 .847
Pertanyaan 10 13.53 16.124 .710 .855
Pertanyaan 11 14.07 18.781 .844 .843
Scale Statistics
Mean VarianceStd.
Deviation N of Items
15.67 23.810 4.880 9
Lampiran 6Frequency Table
Jenis Kelamin Responden
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid laki-laki 34 49.3 49.3 49.3
perempuan 35 50.7 50.7 100.0
Total 69 100.0 100.0
Kelompok Usia Responden
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid 21-30 20 29.0 29.0 29.0
31-40 30 43.5 43.5 72.5
41-50 15 21.7 21.7 94.2
>50 4 5.8 5.8 100.0
Total 69 100.0 100.0
Status Pernikahan Responden
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid belum menikah 9 13.0 13.0 13.0
menikah 60 87.0 87.0 100.0
Total 69 100.0 100.0
IMT Responden
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid underweight 5 7.2 7.2 7.2
normoweight 22 31.9 31.9 39.1
pre-obese 16 23.2 23.2 62.3
obese I 19 27.5 27.5 89.9
obese II 7 10.1 10.1 100.0
Total 69 100.0 100.0
Lingkar Leher Responden Laki-laki
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid < 37 14 41.2 41.2 41.2
> 37 20 58.8 58.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
Lingkar Leher Responden Perempuan
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid <34 13 37.1 37.1 37.1
>34 22 62.9 62.9 100.0
Total 35 100.0 100.0
Lama Waktu Tidur
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid >8 jam 11 15.9 15.9 15.9
6-8 jam 44 63.8 63.8 79.7
<6 jam 14 20.3 20.3 100.0
Total 69 100.0 100.0
Riwayat Mendengkur dalam Keluarga
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid Ya 43 62.3 62.3 62.3
Tidak 12 17.4 17.4 79.7
tidak tahu 14 20.3 20.3 100.0
Total 69 100.0 100.0
Mendengkur
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid ya 29 42.0 42.0 42.0
tidak 40 58.0 58.0 100.0
Total 69 100.0 100.0
Bunyi Dengkuran
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid tidak mendengkur 40 58.0 58.0 58.0
seberisik saat bicara 24 34.8 34.8 92.8
lebih berisik dibandingkan berbicara
5 7.2 7.2 100.0
Total 69 100.0 100.0
Frekuensi Mendengkur
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid tidak pernah 40 58.0 58.0 58.0
jarang (<2 kali/minggu) 10 14.5 14.5 72.5
kadang-kadang (3-4 kali/minggu)
16 23.2 23.2 95.7
sering (>5 kali/minggu) 3 4.3 4.3 100.0
Total 69 100.0 100.0
Riwayat Dengkuran yang Mengganggu
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid ya 13 18.8 18.8 18.8
tidak 16 23.2 23.2 42.0
tidak mendengkur 40 58.0 58.0 100.0
Total 69 100.0 100.0
Perasaan Lelah Saat Bangun
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid tidak pernah 16 23.2 23.2 23.2
jarang (<2 kali/minggu) 28 40.6 40.6 63.8
kadang-kadang (3-4 kali/minggu)
18 26.1 26.1 89.9
sering (>5 kali/minggu) 7 10.1 10.1 100.0
Total 69 100.0 100.0
Lelah Siang Hari
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid tidak pernah 7 10.1 10.1 10.1
jarang (<2 kali/minggu) 31 44.9 44.9 55.1
kadang-kadang (3-4 kali/minggu)
22 31.9 31.9 87.0
sering (>5 kali/minggu) 9 13.0 13.0 100.0
Total 69 100.0 100.0
Tertidur atau Mengantuk Saat Beraktivitas
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid tidak pernah 17 24.6 24.6 24.6
jarang (<2 kali/minggu) 28 40.6 40.6 65.2
kadang-kadang (3-4 kali/minggu)
17 24.6 24.6 89.9
sering (>5 kali/minggu) 7 10.1 10.1 100.0
Total 69 100.0 100.0
Responden yang Mendengkur Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid laki-laki 17 58.6 58.6 58.6
perempuan 12 41.4 41.4 100.0
Total 29 100.0 100.0
Responden yang Mendengkur Berdasarkan Usia Kelompok
Frequency Percent Valid PercentCumulative
Percent
Valid 21-30 8 27.6 27.6 27.6
31-40 15 51.7 51.7 79.3
41-50 5 17.2 17.2 96.6
>50 1 3.4 3.4 100.0
Total 29 100.0 100.0
Lampiran 7 Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
IMT * mendengkur 69 100.0% 0 .0% 69 100.0%
IMT * Mendengkur Crosstabulation
Mendengkur
TotalYa Tidak
IMT Non Obese Count 12 31 43
% within IMT 27.9% 72.1% 100.0%
% within mendengkur 41.4% 77.5% 62.3%
Obese Count 17 9 26
% within IMT 65.4% 34.6% 100.0%
% within mendengkur 58.6% 22.5% 37.7%
Total Count 29 40 69
% within IMT 42.0% 58.0% 100.0%
% within mendengkur 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig. (2-
sided)Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 9.341a 1 .002
Continuity Correctionb 7.866 1 .005
Likelihood Ratio 9.433 1 .002
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear Association
9.205 1 .002
N of Valid Cases 69
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.93.
b. Computed only for a 2x2 table
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig. (2-
sided)Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 9.341a 1 .002
Continuity Correctionb 7.866 1 .005
Likelihood Ratio 9.433 1 .002
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear Association
9.205 1 .002
N of Valid Cases 69
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.93.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
LL Laki-laki * mendengkur
34 100.0% 0 .0% 34 100.0%
LL Laki-laki * Mendengkur Crosstabulation
Mendengkur
TotalYa Tidak
LL Laki-laki < 37 Count 3 11 14
% within LL 21.4% 78.6% 100.0%
% within mendengkur 17.6% 64.7% 41.2%
> 37 Count 14 6 20
% within LL 70.0% 30.0% 100.0%
% within mendengkur 82.4% 35.3% 58.8%
Total Count 17 17 34
% within LL 50.0% 50.0% 100.0%
% within mendengkur 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig. (2-
sided)Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 7.771a 1 .005
Continuity Correctionb 5.950 1 .015
Likelihood Ratio 8.151 1 .004
Fisher's Exact Test .013 .007
Linear-by-Linear Association
7.543 1 .006
N of Valid Cases 34
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
LL kelompok * mendengkur
35 100.0% 0 .0% 35 100.0%
LL Perempuan * Mendengkur Crosstabulation
Mendengkur
TotalYa Tidak
LL Perempuan
<34 Count 3 10 13
% within LL 23.1% 76.9% 100.0%
% within mendengkur 25.0% 43.5% 37.1%
>34 Count 9 13 22
% within LL 40.9% 59.1% 100.0%
% within mendengkur 75.0% 56.5% 62.9%
Total Count 12 23 35
% within LL 34.3% 65.7% 100.0%
% within mendengkur 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig. (2-
sided)Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.153a 1 .283
Continuity Correctionb .498 1 .481
Likelihood Ratio 1.191 1 .275
Fisher's Exact Test .463 .243
Linear-by-Linear Association
1.120 1 .290
N of Valid Cases 35
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.46.
b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis Kelamin * mendengkur
69 100.0% 0 .0% 69 100.0%
Jenis Kelamin * Mendengkur Crosstabulation
Mendengkur
TotalYa Tidak
Jenis Kelamin laki-laki Count 17 17 34
% within Jenis Kelamin 50.0% 50.0% 100.0%
% within mendengkur 58.6% 42.5% 49.3%
perempuan Count 12 23 35
% within Jenis Kelamin 34.3% 65.7% 100.0%
% within mendengkur 41.4% 57.5% 50.7%
Total Count 29 40 69
% within Jenis Kelamin 42.0% 58.0% 100.0%
% within mendengkur 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig. (2-
sided)Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.748a 1 .186
Continuity Correctionb 1.162 1 .281
Likelihood Ratio 1.755 1 .185
Fisher's Exact Test .227 .140
Linear-by-Linear Association
1.723 1 .189
N of Valid Cases 69
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.29.
b. Computed only for a 2x2 table
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Usia Kelompok * mendengkur
69 100.0% 0 .0% 69 100.0%
Usia Kelompok * Mendengkur Crosstabulation
Mendengkur
TotalYa Tidak
Usia Kelompok 21-30 Count 8 12 20
% within Usia Kelompok 40.0% 60.0% 100.0%
% within mendengkur 27.6% 30.0% 29.0%
31-40 Count 15 15 30
% within Usia Kelompok 50.0% 50.0% 100.0%
% within mendengkur 51.7% 37.5% 43.5%
41-50 Count 5 10 15
% within Usia Kelompok 33.3% 66.7% 100.0%
% within mendengkur 17.2% 25.0% 21.7%
>50 Count 1 3 4
% within Usia Kelompok 25.0% 75.0% 100.0%
% within mendengkur 3.4% 7.5% 5.8%
Total Count 29 40 69
% within Usia Kelompok 42.0% 58.0% 100.0%
% within mendengkur 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 1.758a 3 .624
Likelihood Ratio 1.790 3 .617
Linear-by-Linear Association
.406 1 .524
N of Valid Cases 69
a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.68.
MASTER DATA
No. Resp.
JK Umur (th)
Status BB (kg)
TB (cm)
IMT IMT Kel LL (cm)
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
1 P 38 menikah 50 165 18.37 non obese 37 2 1 1 2 3 1 3 4 12 L 41 menikah 70 160 27.34 obese 39 2 2 1 2 2 1 2 2 13 P 41 menikah 65 160 25.39 obese 35 1 2 2 1 1 3 1 2 44 L 47 menikah 76 175 24.82 non obese 36 2 1 2 1 1 3 2 2 35 L 28 menikah 74 170 25.61 obese 36.5 1 1 2 1 1 3 3 1 16 L 42 menikah 53 170 18.34 non obese 35 1 3 2 1 1 3 2 2 37 L 34 menikah 61 160 23.83 non obese 36 2 1 2 1 1 3 3 3 28 P 41 menikah 75 155 31.22 obese 41 1 1 1 2 3 1 3 3 39 L 31 menikah 53 160 20.7 non obese 34 2 2 2 1 1 3 2 3 3
10 L 38 menikah 77 167 27.61 obese 40 2 1 1 3 3 1 3 3 111 P 41 menikah 60 150 26.67 obese 35.5 3 1 2 1 1 3 4 3 212 L 50 menikah 64 165 23.51 non obese 36 1 3 2 1 1 3 3 3 313 P 36 menikah 60 155 24.97 non obese 34 2 1 1 2 3 1 4 4 214 P 40 menikah 56 148 25.57 obese 36 2 1 1 2 3 1 3 3 215 P 26 menikah 66 161 25.46 obese 35.5 1 1 2 1 1 3 2 2 216 P 37 menikah 57 159 22.55 non obese 36.5 2 1 2 1 1 3 3 3 317 L 35 menikah 74 173 24.73 non obese 37.5 2 3 2 1 1 3 4 4 418 L 28 belum menikah 85 176 27.44 obese 39 3 1 2 1 1 3 1 3 319 P 32 menikah 75 156 30.82 obese 36 2 2 2 1 1 3 2 2 220 L 33 menikah 89 160 34.77 obese 43 3 3 1 2 2 2 2 2 221 L 34 belum menikah 88 170 30.45 obese 43 3 1 1 2 2 2 2 3 222 L 36 menikah 65 165 23.88 non obese 36 2 1 1 2 3 2 4 3 223 L 31 menikah 60 169 21.01 non obese 35 2 1 2 1 1 3 2 2 124 L 29 menikah 50 160 19.53 non obese 35 1 1 1 2 3 2 3 3 425 P 32 belum menikah 68 145 32.34 obese 34 2 1 1 2 2 2 4 4 226 P 31 menikah 68 153 29.05 obese 36 2 1 2 1 1 3 1 2 127 P 34 menikah 69 161 26.62 obese 35 2 2 2 1 1 3 2 2 128 L 29 menikah 69 170 23.88 non obese 39 2 1 2 1 1 3 2 2 229 L 28 belum menikah 57 167 20.44 non obese 36 2 1 2 1 1 3 4 2 330 L 29 menikah 79 170 27.34 obese 38 2 3 1 2 2 2 3 3 331 L 28 belum menikah 90 165 33.06 obese 42 2 1 1 3 3 1 2 2 132 L 31 menikah 50 171 17.1 non obese 33 2 3 2 1 1 3 2 3 233 L 25 belum menikah 57 160 22.27 non obese 35.5 2 3 2 1 1 3 1 2 234 P 24 menikah 41 150 18.22 non obese 30 2 1 2 1 1 3 2 2 135 P 25 menikah 50 155 20.81 non obese 35 2 3 2 1 1 3 2 2 136 L 36 menikah 72 169 25.21 obese 38.5 3 1 1 2 3 2 3 2 337 L 32 menikah 66 167 23.67 non obese 37.5 2 3 1 2 3 2 2 3 2