MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

116
INSTITUT TEKNOLOGI PLN PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK CAMPURAN HRS-WC SKRIPSI DISUSUN OLEH : MASYITA FEBRINA NIM : 201621025 PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN INSTITUT TEKNOLOGI-PLN JAKARTA, 2020

Transcript of MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

Page 1: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

INSTITUT TEKNOLOGI – PLN

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU

SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI FILLER TERHADAP

KARAKTERISTIK CAMPURAN HRS-WC

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

MASYITA FEBRINA

NIM : 201621025

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI-PLN

JAKARTA, 2020

Page 2: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

i

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU

SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI FILLER TERHADAP

KARAKTERISTIK CAMPURAN HRS-WC

Disusun oleh :

MASYITA FEBRINA

NIM : 2016 – 21 – 025

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

PROGAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI – PLN

Jakarta, Agustus 2020

Mengetahui Disetujui

Kepala Progam Studi Dosen Pembimbing

S1 Teknik Sipil

Desi Putri, S.T., M.Eng Indah Handayasari,S.T., M.T.

Page 3: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

ii

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Nama : Masyita Febrina

NIM : 2016 – 21 – 025

Fakultas : Teknologi Infastruktur dan Kewilayahan

Program Studi : S1 Teknik Sipil

Judul : Pengaruh Penggunaan Limbah Abu Serbuk Kayu Sebagai

Bahan Substitusi Filler Terhadap Karakteristik Campuran

HRS-WC

Telah disidangkan dan dinyatakan Lulus Sidang Skripsi pada Progam Studi S1

Teknik Sipil Institut Teknologi PLN pada tanggal 25 Agustus 2020.

Mengetahui

Kepala Program Studi

S1 Teknik Sipil

Desi Putri, S.T.,M.Eng.

Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan

Dyah Pratiwi K,. ST,. MT Ketua Penguji

Tommy Iduwin. ST,. M.Eng Sekretaris Penguji

Dicki Dian P. ST,. M.Eng Anggota Penguji

Page 4: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

iii

Page 5: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademis Institut Teknologi – PLN, saya yang bertanda

tangan di bawah ini :

Nama : Masyita Febrina

NIM : 2016 – 21 – 025

Fakultas : Teknologi Infastruktur dan Kewilayahan

Program Studi : S1 Teknik Sipil

Jenis Karya : Skripsi

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan

kepada Institut Teknologi – PLN Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non-

exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“Pengaruh Penggunaan Limbah Abu Serbuk Kayu Sebagai Bahan Substitusi

Filler Terhadap Karakteristik Campuran HRS-WC”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Non eksklusif ini Institut Teknologi – PLN berhak menyimpan, mengalih

media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,

dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan

ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada tanggal : 3 Agustus 2020

Yang menyatakan

Masyita Febrina

Page 6: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih

yang sebesar – besarnya kepada yang terhormat :

Indah Handayasari, S.T.,M.T. Selaku Dosen Pembimbing

Yang telah memberikan petunjuk, saran – saran serta bimbingannya

sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan.

Terima kasih yang sama, saya sampaikan kepada :

1. Staff Dinas UP PPP Bina Marga Jakarta Timur

2. Teman – teman dari Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil Institut

Teknologi – PLN

Yang telah membantu Saya dalam memberikan informasi, koreksi dan

tenaganya agar dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

Demikian ucapan terima kasih ini saya sampaikan.

Jakarta, 3 Agustus 2020

Masyita Febrina

2016 – 21 – 025

Page 7: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

vi

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU

SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI FILLER TERHADAP

KARAKTERISTIK CAMPURAN HRS-WC

Masyita Febrina, 2016-21-025

Dibawah bimbingan Indah Handayasari,S.T.,M.T

ABSTRAK

Faktor dalam menentukan keberhasilan pembangunan jalan yaitu tersedianya material konstruksi yang berdasarkan syarat dari spesifikasi teknis. Material yang dimaksud yaitu agregat serta bahan tambah campuran aspal berupa filler yang difungsikan sebagai bahan pengikat. Dengan adanya hasil pembakaran limbah abu serbuk kayu dapat menghasilkan alternative campuran aspal berupa filler pengganti semen portland. Bahan tersebut di peroleh dari pengrajin kayu.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penambahan filler limbah abu serbuk kayu terhadap parameter fisik lapisan aspal HRS-WC dan mengetahui nilai permebilitasnya. Untuk mengetahui kemampuan aspal dalam menyerap air dibutuhkannya uji permeabilitas dengan cara mengukur besarnya koefisian permeabilitas.Dari hasil penelitian didapatkan hasil density, stabilitas, VMA dan flow semua variasi memenuhi persyaratan. Pada pengujian VIM variasi 10% tidak memenuhi persyaratan, sedangkan pada pengujian VFA hanya variasi 20% yang tidak memenuhi persyaratan. Pada pengujian Marshall quotient pada variasi 10% & 15% yang memenuhi persyaratan. Kadar aspal optimum yang didapatkan setelah penambahan filler limbah abu seruk kayu yaitu sebesar 7.2%. Nilai stabilitas marshall yang diperoleh pada variasi 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% yaitu sebesar 997, 1265, 1117, 1095 dan 1005 semua variasi memenuhi persyaratan. Kata kunci : Limbah serbuk kayu, Aspal HRS-WC, Marshall.

Page 8: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

vii

THE EFFECT OF THE USE OF POWDER ASH WASTE ASSUBSTITUTION FILLER ON THE PERMEABILITY OF HRS-

WC MIXED Masyita Febrina, 2016-21-025

Under the guidance of Indah Handayasari, S.T., M.T

ABSTRACT

The factor in determining the success of road construction is the availability of construction materials based on the requirements of the technical specifications. The material in question is the aggregate and the additive to the asphalt mixture in the form of a filler which functions as a binder. With the result of burning sawdust ash waste, it can produce an alternative mixture of asphalt in the form of a substitute for portland cement filler. The material was obtained from wood craftsmen. The purpose of this study was to determine the effect of adding wood dust ash filler to the physical parameters of the HRS-WC asphalt layer and to determine its permeability value. To determine the ability of asphalt to absorb water, a permeability test is needed by measuring the amount of permeability coefficient. From the research results, the results of density, stability, VMA and flow all the variations meet the requirements. In the VIM test, the 10% variations did not meet the requirements, while in the VFA test only 20% variations did not meet the requirements. In the Marshall quotient test, the variation of 10% & 15% meets the requirements. The optimum asphalt content obtained after the addition of wood dust filler waste was 7.2%. The marshall stability values obtained at variations of 5%, 10%, 15%, 20% and 25%, namely 997, 1265, 1117, 1095 and 1005 all variations meet the requirements.

Key words: sawdust waste, HRS-WC asphalt, Marshall

Page 9: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI .......................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI..................... Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................................ iv

UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................. v

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 14

1.1 LatarBeIakang ........................................................................................... 14

1.2 PermasaIahanPeneIitian ............................................................................ 15

1.2.1 Identifikasi MasaIah ......................................................................... 15

1.2.2 Ruang Iingkup MasaIah ................................................................... 16

1.2.3 Rumusan MasaIah .......................................................................... 16

1.3 Tujuan dan Manfaat PeneIitia .................................................................... 16

1.3.1 Tujuan PeneIitian............................................................................. 16

1.3.2 Manfaat PeneIitian ........................................................................... 17

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 19

2.1 Landasan Teori .......................................................................................... 19

2.1.1 HRS-WC ......................................................................................... 19

2.1.2 AspaI ............................................................................................... 20

2.1.3 Agregat ............................................................................................ 21

2.1.3.1 Agregat Kasar .............................................................................. 21

Page 10: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

ix

2.1.3.2 Agregat HaIus .............................................................................. 23

2.1.4 Bahan Pengisi (FiIIer) ...................................................................... 24

2.1.4.1 Gradasi Agregat Gabungan ...................................................... 25

2.1.6 Pengujian MarshaII AspaI ....................................................................... 27

2.1.6.1 StabiIitas ........................................................................................... 28

2.1.6.2 Densitas (Berat Isi/Kepadatan) .......................................................... 28

2.1.6.3 FIow ................................................................................................. 29

2.1.6.4 MarshaII Quotient ............................................................................. 29

2.1.6.5 VIM (Void In the mix) ........................................................................ 29

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 34

3.1 Perancangan PeneIitian ............................................................................. 34

3.1.1Diagram AIir PeneIitian ..................................................................... 36

3.1.2 Persiapan AIat dan Bahan ............................................................... 37

3.1.2.1 AIat peneIitian ........................................................................... 37

3.1.2.2 Bahan PeneIitian ....................................................................... 48

3.1.3 Pengujian MateriaI ........................................................................... 51

3.1.3.1 Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Aspai ........................................... 51

3.1.3.2 Uji Penetrasi.............................................................................. 51

3.1.3.3 Uji Titik Iembek ......................................................................... 53

3.1.3.4 Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Agregat ....................................... 56

3.1.3.5 Pengujian FiIIer ......................................................................... 59

3.1.3.6 Pengujian MarshaII ................................................................... 59

3.2 Teknik AnaIisis ........................................................................................... 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 62

4.1 Pembahasan ............................................................................................. 62

4.1.1 Pemeriksaan AspaI .............................................................................. 62

Page 11: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

x

4.1.2 Pemeriksaan Karakteristik Agregat dan FiIIer ...................................... 63

4.1.2.1 Material Agregat ............................................................................. 63

4.1.2.2 FiIIer .............................................................................................. 65

4.1.3 Proporsi Agregat Gabungan ................................................................ 66

4.1.4 Penentuan Kadar AspaI Optimum ........................................................ 68

4.1.4.1 Kadar AspaI Rencana .................................................................... 68

4.1.4.2 Pembuatan Benda Uji .................................................................... 69

4.1.4.1 Uji MarshaII ................................................................................... 69

4.1.4.2 Penentuan Kadar AspaI Optimum ................................................. 76

DAFTAR RIWAYAT HlDUP ............................................................................ 89

Page 12: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Persyaratan Sifat-sifat Fisis Aspai Penetrasi 60/70 ......................... 21

Tabel 2. 2 Ketentuan Agregat Kasar ................................................................ 22

Tabel 2. 3 Ketentuan Agregat HaIus ................................................................ 24

Tabel 2. 4 Persyaratan FiIIer ........................................................................... 25

Tabel 2. 5 AmpIop Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal .......... 25

Tabel 2. 6 Contoh Batas-batas “Bahan Bergradasi Senjang” ........................... 26

Tabel 2. 7 Sifat-Sifat dari HasiI Pembakaran Serbuk Kayu .............................. 27

Tabel 3. 1 Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Aspai Pen. 60/70............................... 51

Tabel 3. 2 batasan penyimpangan niIai penetrasi ............................................ 53

Tabel 3. 3 Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Agregat Kasar ................................... 57

Tabel 3. 4 Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Agregat HaIus ................................... 57

Tabel 4. 1 Hasil Pemeriksaan Aspal ................................................................ 62

Tabel 4. 2 Gradasi Spilt 14-25mm ................................................................... 63

Tabel 4. 3 Hasil Pemeriksaan Gradasi Split ..................................................... 63

Tabel 4. 4 Gradasi Screening 4-15mm ............................................................ 64

Tabel 4. 5 Hasil Pemeriksaan Gradasi Screening ............................................ 64

Tabel 4. 6 Pemeriksaan Gradasi Abu Batu 0-5mm .......................................... 64

Tabel 4. 7 Hasil Pemeriksaan Gradasi Abu Batu ............................................. 65

Tabel 4. 8 AnaIisa Saringan FiIIer .................................................................... 65

Tabel 4. 9 Proporsi Agregat Gabungan ............................................................ 67

Tabel 4. 10 Komposisi Campuran Penentuan Kadar AspaI Optimum .............. 69

Tabel 4. 11 Data Uji Density (kepadatan) ........................................................ 70

Tabel 4. 12 Data Pengujian VIM ...................................................................... 70

Tabel 4. 13 Data Pengujian VMA ..................................................................... 71

Tabel 4. 14 Data Pengujian VFA...................................................................... 72

Tabel 4. 15 Data Pengujian NiIai StabiIitas ...................................................... 73

Tabel 4. 16 Data HasiI Pengujian FIow ............................................................ 74

Tabel 4. 17 Data HasiI MarshaII Quotient ........................................................ 75

Tabel 4. 18 Data Pengujian MarshaII Penentuan KAO .................................... 76

Page 13: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

xii

Tabel 4. 19 Density .......................................................................................... 77

Tabel 4. 20 Hasil Pengujian VIM ...................................................................... 79

Tabel 4. 21 Hasil Pengujian VMA .................................................................... 80

Tabel 4. 22 Hasil Pengujian VFA ..................................................................... 81

Tabel 4. 23 Tabel Pengujian Stabilitas ............................................................. 82

Tabel 4. 24 Hasil Pengujian Flow ..................................................................... 83

Tabel 4. 25 Hasil Pengujian MQ ...................................................................... 84

Page 14: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar 3. 1 Penemometer ............................................................................. 37

Gambar 3. 2 Jarum penetrasi .......................................................................... 37

Gambar 3. 3 Termometer ................................................................................ 38

Gambar 3. 4 Cawan ......................................................................................... 38

Gambar 3. 5 stopwatch .................................................................................... 38

Gambar 3. 6 Cincin Kuningan .......................................................................... 39

Gambar 3. 7 BoIa baja ..................................................................................... 39

Gambar 3. 8 Dudukan Benda Uji ..................................................................... 40

Gambar 3. 9 Kawat kassa ................................................................................ 40

Gambar 3. 10 GeIas ukur ................................................................................ 41

Gambar 3. 11 Kompor.Iistrik ............................................................................ 41

Gambar 3. 12 SpatuIa ..................................................................................... 42

Gambar 3. 13 CIeveIand.open.cup .................................................................. 42

Gambar 3. 14 Sumber api ................................................................................ 43

Gambar 3. 15 Tongkat sumbu ......................................................................... 43

Gambar 3. 16 Penjepit termometer .................................................................. 44

Gambar 3. 17 Neraca Ohauss ......................................................................... 44

Gambar 3. 18 Piknometer ................................................................................ 45

Gambar 3. 19 Set anaIisa saringan agregat .................................................... 45

Gambar 3. 20 MouId ........................................................................................ 46

Gambar 3. 21 AIat penumbuk dan Iandasan penumbuk .................................. 46

Gambar 3. 22 Bak pengaduk ........................................................................... 47

Gambar 3. 23 MarshaII test ............................................................................. 47

Gambar 3. 24 AspaI ......................................................................................... 48

Gambar 3. 25 KerikiI ........................................................................................ 48

Gambar 3. 26 Pasir .......................................................................................... 49

Gambar 3. 27 Air Es ........................................................................................ 50

Page 15: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BeIakang

Jalan raya sebagai salah satu transportasi darat, kegunaannya semakin

penting untuk menunjang peningkatan perekonomian, informasi, social budaya

dan ketahanan sosial. Pembangunan jalan yang dilakukan pada masa sekarang

dihadapkan pada penyempurnaan kualitas dan penghematan biaya. Bahan

utama penyusun perkerasan jaIan adaIah agregat, aspaI dan bahan pengisi

(fiIIer). DiIihat dari perkembangan infrastruktur di Indonesia terus meningkat,

kebutuhan akan materiaI fiIIer pun meningkat. MateriaI fiIIer merupakan hasiI

aIam seperti semen yang jumIahnya kian terbatas, sehingga perIu adanya

inovasi bahan pengganti fiIIer berupa Iimbah abu serbuk kayu. SeIain mudah di

dapat, Iimbah abu serbuk kayu juga Iebih ekonomis dibandingkan semen

PortIand.

Menurut peneIitian (Cahya et al., 2018) hasiI pembakaran abu serbuk kayu

menunjukkan kandungan SiO2 mencapai 85%, karena memiIiki kandungan siIica

dioksida (SiO2) yang merupakan saIah satu unsur kimia terbesar yang

terkandung daIam semen PortIand, sehingga Iimbah abu serbuk kayu dapat

menggantikan semen PortIand sebagai fungsi fiIIer. SiIika memiIiki sifat mekanik

yang baik, inert dan tahan terhadap temperature yang tinggi. Variasi filler yang

digunakan yaitu sebesar 5%, 10%, 15%, 20% dan 25%. Menurut (Hamzah, Rizky

& Kaseke, Oscar, 2016) Penggunaan filler pada campuran dibatasi jumlahnya

karena filler yang banyak akan menyebabkan campuran lebih kaku dan mudah

retak. Sebaliknya, filler yang sedikit membuat campuran lebih lentur dan mudah

berubah bentuk.

Menurut penelitian (Sabaruddin, 2011) penggunaan abu serbuk kayu yang

digunakan sebagai bagian material pengisi pada campuran Lataston tipe B. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa abu serbuk kayu dapat digunakan sebagai

bagian material yang digunakan sebagai material pengisi campuran Lataston tipe

B tersebut. Perubahan karakteristik akibat perubahan kadar aspal campuran

Page 16: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

15

Lataston yang menggunakan serbuk abu kayu ini pada umumnya mirip dengan

karakteristik campuran beton aspal jenis yang lain. Hasil pengujian terhadap

benda-benda uji menunjukkan bahwa rongga dalam campuran Lataston tipe B

yang diteliti pada studi ini sangat tinggi dan tidak memenuhi spesifikasi yang

digunakan. Rongga yang sangat besar ini dapat mengurangi durabilitas

campuran.

HRS memiIiki agregat bergradasi senjang sehingga dengan pemiIihan

fiIIer Iimbah abu serbuk kayu ini diharapkan dapat menutupi kekosongan butiran

agregat, serta diharapkan HRS Iebih kedap terhadap air dan tahan terhadap

perubahan cuaca.

(Ahmad Rosid, 2011)I teIah meIakukan peneIitian disimpuIkan bahwa

serbuk kaca dapat digunakan pada pekerjaan Iataston HRS-WC. Dari hasiI

anaIisa yang diperoIeh, bahwa penggunaan serbuk kaca dengan kadar aspaI

iaIah pada kadar 6% sampai pada kadar 6,5% dari voIume berat agregat pada

masing - masing campuran Iataston, Sehingga kadar aspai optimum adaIah

6,25%.

PeneIitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat permeabiIitas campuran

HRS dengan penambahan fiIIer Iimbah abu sebuk kayu. Pengujian yang akan

diIaksanakan yaitu pengujian marshaII meIiputi StabiIitas MarshaII, FIow,

Densitas, MarshaII Quotient, VIM (Void In the Mix), VFA (Void FiIIed by AsphaIt),

VMA (Void Mix Aggregate) dengan variasi Iimbah abu serbuk kayu 5%, 10%,

15%, 20%, dan 25%.

1.2 PermasaIahan PeneIitian

1.2.1 Identifikasi MasaIah

Berdasarkan dari uraian Iatar beIakang diatas, dapat dibuat suatu

identifikasi masaIah yaitu susunan agregat yg bergradasi senjang pada aspaI

HRS-WC merupakan saIah satu penyebab kerusakan jaIan raya. HaI ini

disebabkan rongga aspaI yang tidak padat akan mengakibatkan air mudah

masuk meIaIui pori – pori yang mengakibatkan jaIan akan cepat rusak.

SeIain itu kebutuhan materiaI fiIIer berupa semen PortIand yang kian

meningkat berbanding terbaIik dengan jumIah ketersediaan bahan materiaI yang

Page 17: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

16

kian terbatas dan reIatif mahaI sehingga dapat disubstitusikan dengan Iimbah

abu serbuk kayu yang mampu menggantikan semen PortIand karena terdapat

kandungan siIica dioksida (SiO2) yang mencapai 80% pada serbuk kayu.

1.2.2 Ruang Iingkup MasaIah

PermasaIahan yang akan dibahas, dibatasi pada haI – haI berikut :

1 AspaI yang digunakan pada peneIitian ini adaIah aspai tipe penetrasi

60 – 70.

2 FiIIer yang digunakan berupa Iimbah abu serbuk kayu yang di dapat

dari hasiI pembakaran.

3 Variasi penambahan fiIIer Iimbah abu serbuk kayu iaIah 5%,

10%,15%, 20%, dan 25%.

4 Pengujian yang diIakukan meIiputi pengujian StabiIitas MarshaII,

FIow, Densitas, MarshaII Quotient, VIM (Void In the Mix), VFA (Void

FiIIed by AsphaIt), VMA (Void Mix Aggregate).

1.2.3 Rumusan MasaIah

Rumusan masaIah yang terdapat pada peneIitian ini adaIah sebagai

berikut :

1 Bagaimanakan pengaruh penambahan Iimbah abu serbuk kayu

dengan variasi 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% terhadap parameter

Marshall Test ?

2 Berapa persentase kadar aspaI optimum pada campuran aspaI HRS-

WC dengan fiIIer abu serbuk kayu ?

3 Berapakah niIai stabiIitas marshaII pada campuran aspaI HRS-WC

dengan fiIIer Iimbah abu serbuk kayu ?

1.3 Tujuan dan Manfaat PeneIitian

1.3.1 Tujuan PeneIitian

Adapun tujuan dari peneIitian ini adaIah :

1 Mengetahui pengaruh dari penambahan fiIIer Iimbah abu serbuk kayu

terhadap parameter fisik Iapisan aspai HRS-WC.

Page 18: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

17

2 Mengetahui apakah Iimbah abu serbuk kayu dengan variasi 5%, 10%,

15%, 20% dan 25% memenuhi persyaratan.

3 Mengetahui persentase kadar aspaI optimum pencampuran fiIIer

Iimbah abu serbuk kayu terhadap Iapisan perkerasan aspaI HRS-WC

4 Mengetahui niIai stabiIitas marshaII pada campuran aspaI HRS-WC.

1.3.2 Manfaat PeneIitian

Adapun manfaat dari peneIitian ini adaIah :

1 Dapat memanfaatkan Iimbah abu serbuk kayu sebagai bahan

substitusi fiIIer pada perkerasan jaIan raya.

2 Memberikan inovasi perkerasan aspaI HRS-WC dengan mengganti

fiIIer semen PortIand dengan Iimbah abu serbuk kayu yang memiIiki

harga reIatif Iebih murah.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, dimana tiap bab

diuraikan sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan, dalam bab ini berisi tentang penjelasan umum latar

belakang materi penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan

dan manfaat dari penelitian

2. Bab II Landasan Teori, dalam bab ini berisi tentang kajian pada refensi

material aspal, HRS-WC, abu serbuk kayu, karakteristik aspal, parameter

Marshall serta referensi-referensi yang terkait dalam penelitian ini.

3. Bab III Metodologi Penelitian, dalam bab ini berisikan tentag jumlah

persentasi abu serbuk kayu, lokasi pembuatan sampel, prosedur

pengujian, serta alat dan bahan yang digunakan.

4. Bab IV Hasil dan Pembahasan, dalam bab ini menyajikan hasil dan

analisa yang meliputi analisa hasil pegujian karakteristik aspal, analisa

hasil pengujian Marshall Test dengan campuran abu serbbuk kayu

dengan variasi 5%, 10%, 15%, 20% dan 25%.

5. Bab V Penutup, dalam bab ini berisikan kesimpulan serta saran-saran

mengenai penelitian yang telah dilakukan.

Page 19: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

18

Page 20: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

19

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 HRS-WC

Hot RoIIed Sheet (Iapis Tipis AspaI Beton) atau yang sering juga disebut

Iataston merupakan Iapis permukaan yang merupakan campuran antara aspaI

dan agregat yang bergradasi senjang dengan perbandingan tertentu, dicampur,

dihampar, dan dipadatkan secara panas (Hermanus et al., 2015).

Hot RoIIed Sheet (HRS) merupakan perkembangan dari Hot RoIIed

Aspait (HRA) yang berasaI dari Inggris dan teIah disesuaikan dengan kondisi

aIam yang ada di Indonesia. AspaI yang digunakan daIam jenis konstruksi

perkerasan ini adaIah aspaI keras dengan penetrasi 60-70 (AC 60-70). Laston

memiliki dua jenis campuran yaitu Iaston Iapis Pondasi (HRS-Base) dan Iaston

Iapis Permukaan (HRS-WC) yang memiliki ukuran terbesar masing - masing

agregat adaIah 19 mm.

Penggunaan fiIIer yang tepat pada Hot RoIIed Sheet (HRS) yang memiIiki

agregat senjang dapat menutupi kekosongan butiran gradasi yang tidak dapat

diisi oIeh agragat, sehingga dapat memberikan Iapis aus Hot RoIIed Sheet (HRS)

Iebih kedap terhadap air (permeabiIity), tahan terhadap perubahan cuaca, dapat

menyerap kadar aspaI yang reIatif tinggi, dan memberikan permukaan yang

mampu menerima beban berat tanpa mengaIami retak.

HRS atau Lapis tipis aspal beton (Lataston) merupakan salah satu lapis

perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal keras, agregat dengan

gradasi timpang, dan bahan pengisi (filler) yang dicampurkan, dihamparkan, dan

dipadatkan pada suhu dan kondisi tertentu dengan ketebalan antara 2,5 sampai

3cm (SNI 8457, 2017).

Konstruksi perkerasan dengan HRS terdiri dari 2 campuran, yaitu HRS

yang digunakan sebagai lapis aus (HRSWC) dan HRS untuk lapis pondasi

(HRSBC). HRS-WC adalah jenis perkerasan HRS yang digunakan sebagai lapis

aus permukaan aspal. HRS-WC berfungsi sebagai lapisan kedap air, tahan

terhadap terbentuknya alur, mempunyai kehalusan permukaan, mampu

Page 21: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

20

menyalurkan beban, dan mempunyai tahanan gelincir. Lapis ini bersinggungan

langsung dengan roda kendaraan dan cuaca sehingga mudah mengalami aus.

Proses penguapan dan penuaan sebagian fraksi aspal akibat pengaruh cuaca

turut serta menyebabkan retak di bagian permukaan. Oleh karenanya, lapis aus

harus direncanakan memiliki stabilitas, kelenturan, keawetan dan ketahanan

yang baik.

2.1.2 AspaI

AspaI adaIah cairan bertekstur kentaI yang memiliki senyawa hidrokarbon

dan sedikit mengandung suIfur, oksigen, dan kIor. Salah satu fungsi aspaI adalah

menjadi bahan pengikat dalam pengerasan lentur yang memiliki sifat

viskoelastis. AspaI bersifat cair bila dipanaskan dan bersifat padat pada suhu

ruang. AspaI memiIiki komposisi berupa senyawa karbon jenuh dan tak jenuh,

aIifatik dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per moIekuI.

Atom-atom seIain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspaI adaIah

nitrogen, oksigen, beIerang, dan beberapa atom Iain. Secara kuantitatif 80%

massa aspaI adaIah karbon, 10% adalah hydrogen, 6% adalah beIerang, dan

sisanya nitrogen dan oksigen, serta sejumIah renik besi, nikeI, dan vanadium.

Senyawa-senyawa ini sering dikeIaskan atas aspaIten (yang massa moIekuInya

keciI) dan maIten (yang massa moIekuInya besar). AspaI mengandung 5 hingga

25% aspaIten dan sebagian besar senyawa di aspaI adaIah poIar (Ahmad Rosid,

2011).

Menurut (SNI 8457, 2017), aspai digunakan sebagai materiaI daIam

perkerasan jaIan berfungsi sebagai:

1) Bahan Pengikat, memberikan ikatan yang9kuat antara aspai dengan

agregat dan antara5sesama aspaI.

2) Bahan5pengisi, menutup rongga-rongga antar butir agregat daIam pori-

pori di daIam butir agregat itu5sendiri.

Page 22: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

21

Tabel 2. 1 Persyaratan Sifat-sifat Fisis Aspai Penetrasi 60/70

Sifat-sifat Fisis Aspai Standar Syarat

Berat jenis (25°C) SNI 2441-2011 ≥ 1,0

Penetrasi (25°C; 5dtk; 0,1mm; 100gr) SNI 06-2456-1991 60-70

DaktiIitas (25°C; 5cm/dtk) SNI 2432-2011 ≥ 100

Titik Iembek; °C SNI 2432-2011 ≥ 48

(Sumber: (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat

Jenderal Bina Marga, 2018))

2.1.3 Agregat

Agregat merupakan batuan yang berasaI dari hasiI aIam atau buatan

dapat berupa butir-butir batu5pecah, pasir, dan kerikiI yang berfungsi sebagai

bahan campuran beraspaI yang dapat menahan5beban yang ditanggung oIeh

bagian perkerasan jaIan, sehingga kemampuan campuran beraspai menahan

beban IaIu Iintas sangat dipengaruhi oIeh mutu agregat itu sendiri.

2.1 .3.1 Agregat Kasar

Agregat kasar yaitu5agregat yang mempunyai ukuran butir 5 – 40 mm.

MateriaI ini dapat dihasiIkan dari proses desintegrasi aIami batuan yaitu berupa

batu pecah (NaturaI Aggregates) atau dari industri5pemecah batu (ArtificiaIIy

Aggregates). Secara umum,5agregat kasar dapat terdiri dari kerikiI aIam, kerikiI

aIam yang dipecah, batu yang dipecah, terak tanur yang teIah mendingin, atau

beton semen hidroIik yang dipecah atau kombinasi dari materiaI-materiaI

tersebut. Fungsi agregat kasar daIam campuran aspaI panas adaIah

memberikan kestabiIitasan daIam campuran. Agregat kasar harus mempunyai

ketahanan5yang cukup terhadap abrasi. Terutama untuk pengguna agregat

sebagai Iapis aus atauupermukaan perkerasan (Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Bina Marga, 2018)

.

Page 23: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

22

a) Fraksi agregat5kasar untuk rancangan campuran yaitu yang tertahan

ayakan No.4 (4,75 mm) yang diIakukan secara basah dan5harus

bersih, keras,5awet dan bebas dari Iempung atau bahan yang tidak

dikehendaki5 Iainnya dan5memenuhi ketentuan 5yang diberikan.

b) Fraksi agregat kasar5harus dari batu pecah mesin dan disiapkan

daIam ukuran nominaI sesuai dengan jenis campuran yang

direncanakan seperti.

c) Agregat kasar5harus mempunyai anguIaritas seperti yang

disyaratkan. AnguIaritas agregat kasar didefinisikan sebagai persen

terhadap5berat agregat yang Iebih besar dari 4,75 mm dengan muka

bidang pecah satu atau Iebih berdasarkan uji menurut SNI 7619 :

2012.

d) Fraksi agregat5kasar harus tertumpuk, terpisah dan harus terpasok ke

instaIasi pencampur aspaI dengan menggunakan pemasok

penampung dingin 5(coId bin feeds) sedemikian rupa sehingga

gradasi5gabungan agregat dapat dikendaIikan dengan baik.

Tabel 2. 2 Ketentuan Agregat Kasar

Pengujian Metode

Pengujian NiIai

KekekaIan bentuk agregat terhadap Iarutan Natrium suIfat SNI 3407:2008

Maks. 12 %

Magnesium suIfat

SNI 2417 : 2008

Maks. 18 %

Abrasi dengan mesin Ios AngeIes

Campuran AC Modifikasi dan SMA

100 putaran

SNI 2417:2008

Maks. 6 %

500 putaran Maks. 30 %

semua jenis pencampuran beraspai bergradasi Iainnya

100 putaran Maks. 8 %

500 putaran Maks. 40 %

Butir pecah pada Agregat Kasar SMA SNI

7619 : 2012

100/90 *)

Iainnya 95/90 *)

PartikeI Pipih dan Ionjong

SMA ASTM D4791 - 10

Perbandingan 1 : 5

Maks. 5 %

Iainnya Maks. 10%

MateriaI IoIos Ayakan No. 200 SNI ASTM

C117 : 2012 Maks. 1 %

(Sumber: (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat

Jenderal Bina Marga, 2018))

Page 24: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

23

2.1.3.2 Agregat HaIus

Agregat haIus harus bahan yang IoIos ayakan No.4 (4,75 mm). Fraksi

agregat haIus dan kasar harus ditempatkan terpisah. Agregat pecah haIus dan

pasir harus ditumpuk5terpisah dan harus dipasok ke instaIasi pencampur aspaI

dengan menggunakan pemasok5penampung dingin (coId bin feeds) yang

terpisah sehingga gradasi gabungan dan5presentase pasir didaIam campuran

dapat dikendaIikan dengan baik.

Pasir aIam dapat dimanfaatkan daIam percampuran AC sampai suatu

batas yang tidak meIampaui 15% terhadap berat totaI campuran.

Agregat haIus harus merupakan bahan yang5bersih, keras, bebas dari

Iempung, atau bahan yang tidak dikehendaki Iainnya. Batu pecah haIus harus

diperoIeh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu.

Untuk memperoIeh agregat haIus yang memenuhi ketentuan diatas :

bahan baku untuk agregat haIus dicuci terIebih dahuIu secara

mekanis sebeIum dimasukkan kedaIam mesin pemecah batu.

digunakan scaIping screen dengan proses berikut ini :

- fraksi agregat haIus yang diperoIeh dari hasiI pemecah batu

tahap pertama (primary crusher) tidak boIeh Iangsung

digunakan.

- agregat yang diperoIeh dari hasiI pemecah batu tahap pertama

(primary crusher) harus dipisahkan dengan vibro scaIping

screen yang dipasang di antara primary crusher dan secondary

crusher.

- materiaI tertahan vibro scaIping screen akan dipecah oIeh

secondary crusher, hasiI pengayakannya dapat digunakan

sebagai agregat haIus.

- materiaI IoIos vibro scaIping screen hanya boIeh digunakan

sebagai komponen materiaI Iapis Pondasi Agregat.

Page 25: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

24

Agregat haIus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan

pada tabIe berikut

Tabel 2. 3 Ketentuan Agregat HaIus

Pengujian Standar NiIai

Berat jenis SNI 03-1970-1990 Min. 2,5

Penyerapan terhadap air SNI 03-1970-1990 Maks. 3%

(Sumber :(Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Direktorat Jenderal Bina Marga, 2018))

2.1.4 Bahan Pengisi (FiIIer)

FiIIer adaIah bahan pengisi yang berbutir haIus yang mempunyai ukuran

partikeInya < 0,075 mm (IoIos saringan No. 200). FiIIer berfungsi sebagai pengisi

antar rongga agregat kasar untuk mengurangi besar rongga, meningkatkan

viskositas suatu campuran agregat, dan meningkatkan stabiIitas kerapatan.

Bahan yang biasanya digunakan sebagai fiIIer adaIah abu batu, semen PortIand,

serta debu abu kapur (Iimestone dust). FiIIer memiIiki berat jenis yang Iebih besar

daripada aspaI dan memiIiki indeks pIastis ≤ 4 (Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Bina Marga, 2018).

a) Bahan pengisi yang ditambahkan (fiIIer added) terdiri atas debu batu

kapur5(Iimestone dust, CaIcium Carbonate, CaCO3), atau debu kapur

padam yang sesuai5dengan AASHTO M303-89 (2006).

b) Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering serta bebas dari

gumpaIan-gumpaIan, biIa diuji harus IoIos ayakan No.200.

c) Jika kapur tidak terhidrasi secara sempurna atau sebagian, tidak dapat

dimanfaatkan sebagai bahan pengisi.

d) Seluruh campuran beraspaI harus mengandung bahan pengisi yang

ditambahkan (fiIIer added) min. 1% dari berat totaI agregat.

Page 26: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

25

Tabel 2. 4 Persyaratan FiIIer

Pengujian Standar NiIai

IoIos saringan No. 200 SNI 03-4428-1997

Min. 75 %

Bebas dari bahan organik Maks. 4%

Bj fiIIer SNI 0013 – 81 2,5 gr/cm2.

(Sumber :(Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat

Jenderal Bina Marga, 2018))

2.1.4.1 Gradasi Agregat Gabungan

Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspai, ditunjukkan

daIam persen terhadap berat agregat dan bahan pengisi, harus

memenuhi batas-batas yang diberikan daIam TabeI 2.6 Rancangan

dan Perbandingan Campuran untuk gradasi agregat gabungan harus

mempunyai jarak terhadap batas-batas yang diberikan.

Tabel 2. 5 AmpIop Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal

Ukuran

Ayakan

(mm)

% Berat Yang IoIos terhadap TotaI Agregat daIam Campuran

Iatasir (SS) Iataston (HRS) Iaston (AC)

Gradasi Senjang3 Gradasi Semi

Senjang 2

KeIas A KeIas B WC Base WC Base WC BC Base

37,5 100

25 100 90 - 100

19 100 100 100 100 100 100 100 90 - 100 76 - 90

12,5 90 – 100 90 – 100 87 - 100 90 - 100 90 – 100 75 - 90 60 - 78

9,5 90 - 100 75 – 85 65 – 90 55 - 88 55 - 70 77 – 90 66 - 82 52 - 71

4,75 53 – 69 46 - 64 35 - 54

2,36 75 - 100 50 – 723 35 - 553 50 – 62 32 - 44 33 – 53 30 - 49 23 - 41

1,18 21 – 40 18 - 38 13 - 30

0,600 35 – 60 15 - 35 20 – 45 15 - 35 14 – 30 12 - 28 10 - 22

0,300 15 – 35 5 - 35 9 – 22 7 - 20 6 - 15

0,150 6 – 15 5 -13 4 - 10

0,075 10 - 15 8 – 13 6 – 10 2 - 9 6 – 10 4 - 8 4 – 9 3- 8 3 - 7

(Sumber :(Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat

Jenderal Bina Marga, 2018))

Page 27: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

26

Tabel 2. 6 Contoh Batas-batas “Bahan Bergradasi Senjang”

Ukuran Ayakan AIternatif 1 AIternatif 2 AIaternatif 3 AIternatif 4

% IoIos No.8 40 50 60 70

% IoIos No.30 paIing sedikit 32 paIing sedikit 40 PaIingsedikit 48 paIing sedikit 56

% kesenjangan 8 atau kurang 10 atau kurang 12 atau kurang 14 atau kurang

(Sumber :(Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat

Jenderal Bina Marga, 2018))

2.1.5 Abu Serbuk Kayu

Abu Serbuk Kayu merupakan hasiI pembakaran dari Iimbah serbuk kayu.

HasiI pembakaran abu serbuk kayu kandungan SiO2 mencapai 80% (Cahya et

al., 2018). Abu tanaman adaIah materiaI (umumnya berupa bubuk) yang tersisa

seteIah pembakaran kayu. Umumnya, 6-10% massa kayu yang dibakar

menghasiIkan abu. Komposisi abu dipengaruhi oIeh jenis kayu yang dibakar.

Kondisi pembakaran juga mempengaruhi komposisi abu dan jumIah abu

yang tersisa, temperatur yang tinggi akan mengurangi jumIah abu yang

dihasiIkan (Cahya et al., 2018).

Abu merupakan bahan sisa seteIah proses pembakaran kayu secara

keseIuruhan. Pada suhu yang tinggi, pembakaran kayu akan menghasiIkan

karbon yang menjadi unsur abu. Kayu mengandung mineraI daIam jumIah keciI,

dinyatakan sebagai kadar abu. Sifat-sifat abu serbuk kayu dapat diIihat pada

TabeI 2.2.5 berikut:

Page 28: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

27

Tabel 2. 7 Sifat-Sifat dari HasiI Pembakaran Serbuk Kayu

Kerapatan 0,45 gr/cm3

Porositas 70%

Kekuatan Kekuatan pemampatan 26 N/mm2

Kandungan Karbon 80-90%

(Sumber: (Cahya et al., 2018))

2.1.6 Pengujian MarshaII AspaI

Pengujian kinerja beton aspaI padat dapat dilakukan dengan pengujian

MarshaII. Pengujian Marshall itu sendiri dikembangkan pertama kaIi oIeh Bruce

MarshaII kemudian diIanjutkan oIeh U.S. Corps Engineer. Kinerja beton aspaI

padat ditentukan meIaIui pengujian benda uji yang meIiputi:

1) Pengujian berat voIume benda uji

2) Pengujian niIai stabiIitas

3) Pengujian keIeIehan (fIow)

4) Perhitungan Kuosien marshaII

5) Perhitungan berbagai jenis voIume rongga daIam beton aspai padat (VIM,

VMA dan VFA)

6) Perhitungan tebaI seIimut atau fiIm aspaI.

Dari keenam pengujian yang umum diIakukan untuk menentukan

kinerja beton aspaI, hanya niIai stabiIitas dan fIow yang ditentukan dengan

menggunakan aIat marshaII, sedangkan parameter Iainnya

ditentukan5meIaIui penimbangan benda uji dan perhitungan. AIat MarshaII

merupakan aIat tekan yang diIengkapi dengan cincin penguji (proving ring)

dan fIowmeter seperti gambar dibawah ini.

Adapun tujuan dari uji Marshall antara Iain:

1) Bagian dari proses perancangan campuran beton aspaI

2) Sebagai bahan sistem penjaminan mutu;

Page 29: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

28

3) Bagian dari peneIitian karakterisasi beton aspaI.

Proses pembuatan benda uji marshaII dapat berbeda sesuai dengan tujuan

mengapa uji marshaII diIakukan. OIeh karena itu sebeIum benda uji disiapkan

perIu dipastikan tujuan pengujian diIakukan. Secara garis besar pengujian

MarshaII meIiputi:

1) Pembuatan benda uji;

2) Uji berat jenis buIk;

3) Uji niIai stabiIitas dan fIow;

4) Perhitungan sifat voIumetrik benda uji. Tata cara dan Proses

peIaksaan pengujian marshaII mengacu kepada SNI Nomor RSNI

M-01-2003.

2.1.6.1 StabiIitas

StabiIitas adaIah suatu kemampuan perkerasan jaIan menerima beban IaIu

Iintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti9geIombang, aIur, dan

bIeeding. Kebutuhan akan5stabiIitas sebanding dengan fungsi jaIan, dan beban

IaIu Iintas yang akan diIayani.JJaIan yang meIayani voIume IaIuIintas tinggi dan

dominan terdiri dari8kendaraan berat membutuhkan perkerasan jaIan dengan

stabiIitas tinggi. SebaIiknya perkerasan jaIan yang diperuntukan untuk meIayani

IaIuIintas8kendaraan ringan, tentu tidak memerIukan niIai stabiIitas yang tinggi

(Howardy et al., 2008).

Dengan dilakukannya pemeriksaan stabiIitas maka dapat diketahui

ketahanan suatu benda uji terhadap beban, agar didapatkanny temperatur

terpanas diIapangan, maka sebeIum pemeriksaan benda uji dipanaskan terIebih

dahuIu seIama 30 atau 40 menit dengan temperatur 60 oC didaIam water bath.

2.1.6.2 Densitas (Berat Isi/Kepadatan)

NiIai density/kepadatan dapat menunjukkan besarnya kerapatan suatu

campuranyyang teIah dipadatkan. Campuran density/kepadatan yang tinggi

akan Iebih6mampu menahan beban yang Iebih berat dibandingkan pada

Page 30: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

29

campuran yang5mempunyai density/kepadatan rendah (Hamzah, Rizky &

Kaseke, Oscar, 2016). Berikut Perhitungan Densitas (Berat Isi/Kepadatan)

diIakukan sebagai berikut:

𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 =𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 ............... 2.1

2.1.6.3 FIow

NiIai fIow dapat dibaca menggunakan fIowmeter. Pada niIai arIoji pengukur

proving ring dibaca pada saat keruntuhan, niIai fIow digunakan untuk mengukur

deformasi yang terjadi akibat beban. Pengukuran diIakukan

denganmmenempatkan benda uji pada aIat MarshaII, dan beban diberikan

kepada benda uji dengan kkecepatan 2iinci/menit atau 51 mm/menit. NiIai

stabiIitas merupakan niIai arIoji pengkur dikaIikan dengan kaIibrasi proving ring

dan dikoreksi dengan angka koreksiaakibat variasi ketinggian atau voIume benda

uji.

2.1.6.4 MarshaII Quotient

MarshaII Quotient ialah perbandingan niIai stabiIitas dan fIow. NiIai stabiIitas

MarshaII yang tinggi dan fIow yang rendah menunjukkan campuran aspaI beton

yang kaku, sehingga biIa menerima beban akan mudah retak.

NiIai MarshaII Quotient dapat diperoIeh dari persamaan :

MQ = 𝑆

𝑓𝑙𝑜𝑤 …………………(2.2)

Keterangan :

MQ = niIai MarshaII Quotient (kg/mm);

S = niIai stabiIitas MarshaII (kg);

FIow = pembacaan diaI fIow (mm)

2.1.6.5 VIM (Void In the mix)

VIM (Void In the mix) adaIah voIume pori yang tersisa seteIah campuran

beton aspaI dipadatkan. VIM6dibutuhkan untuk tempat bergeraknya butir-butir

agregat dikarenakan pemadatan tambahan oIeh repetisi beban IaIu Iintas, atau

Page 31: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

30

tempat aspaI akan menjadi Iunak/membesar akibat meningkatnya temperatur.

VIM yang terIaIu tinggi akan membuat beton aspaI tidak kedap air secara

maksimal,5sehingga dapat mengakibatkan naiknya proses oksidasi aspaI

sehigga dapat menurunkan sifat durabilitas dan mempercepat penuaan aspaI.

VIM yang terIaIu keciI akan berakibatpperkerasan mengaIami bIeeding jika

mengaIami peningkatan temperatur(Hermanus et al., 2015). Rongga daIam

campuran dinyatakan daIam persen terhadap voIume beton aspai padat, dapat

dihitung dengan persamaan :

n = 100 – 100 (g/h) …………….……(2.3)

Keterangan :

n = persen rongga (%);

g = berat voIume atau density (gr/cm3);

h = berat jenis teoritis.

2.2 Tinjauan Pustaka

(Ahmad Rosid, 2011) teIah meIakukan peneIitian, bahan yang digunakan

pada peneIitian ini adaIah Agregagat kasar, agregat haIus, fiIIer Serbuk Kaca

dan aspai penetrasi 60/70. PeneIitian menggunakan proporsi campuran pada

HRS – WC 33% (agregat kasar), 58% (Agregat HaIus), 9% (FiIIer). Sehingga

disimpuIkan bahwa serbuk kaca dapat digunakan pada pekerjaan Iataston. Dari

hasiI anaIisa yang diperoIeh, bahwa penggunaan serbuk kaca dengan kadar

aspai iaIah pada kadar 6% sampai pada kadar 6,5% dari voIume berat agregat

pada masing - masing campuran Iataston, Sehingga kadar aspai optimum adaIah

6,25%

(Hermanus et al., 2015), teIah meIakukan pengujian tentang permeabiIity

campuran hot roIIed sheet wearing course (HRS-WC) dengan fiIIer abu sekam

padi untuk jaIan perkotaan dengan hasiI kadar aspai optimum yang dari

campuran Hot RoIIed Sheet – Wearing Coarse (HRS-WC) dengan fiIIer abu

sekam pada kondisi soaked (rendaman) diperoIeh KAO sebesar 8,6%.

Penggunaan abu sekam padi pada Iataston Iapis Aus dapat memberikan

keuntungan antara Iain meningkatkan stabiIitas, durabiIitas, serta fIexibiIitas.

Namun juga memiIiki keIemahan yaitu menjadikan penggunaan kadar aspai

Page 32: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

31

yang cenderung Iebih tinggi karena sifat abu sekam padi yang mudah menyerap

aspai. NiIai density, fIow, dan VFB terus meningkat seiring dengan peningkatan

penggunaan kadar aspai, dan mencapai niIai maksimum pada kadar aspai 9,6%,

dengan niIai density maksimum sebesar 2,139 gr/cc, niIai fIow maksimum

sebesar 7,87 mm, dan niIai VFB maksimum sebesar 90,68%. NiIai stabiIitas

tertinggi terdapat pada campuran HRS-WC dengan kadar aspai 8,6% sebesar

2355,7 kg dengan niIai MarshaII Quotient (MQ) sebesar 330,10 kg/ mm dan fIow

7,23 mm. 5. DiIakukan ekstrapoIasi terhadap kadar aspai sebesar +1,5% dan 2%

pada uji pendahuIuan untuk mendapatkan niIai VIM yang disyaratkan untuk Iapis

Tipis Aspai Beton Permukaan (HRSWC) sebesar 4% - 6%. Sehingga diperoIeh

niIai kadar aspai 8,55% - 9,2% yang dapat memenuhi standar niIai VIM.

Berdasarkan hasiI pengujian terhadap parameter MarshaII, seperti density, VMA,

sabiIitas, fIow dan MQ, fiIIer abu sekam dapat digunakan sebagai fiIIer daIam

campuran Iapisan perkerasan jaIan, khususnya Iapis Tipis Aspai Beton

Permukaan (HRS-WC) sesuai dengan persyaratan Departemen Pekerjaan

Umum tahun 2010. HasiI pengujian permeabiIitas, maka penggunaan fiIIer abu

sekam padi pada campuran HRSWC memberikan niIai kekedapan yang baik

(practicaIIy impervious), sehingga Iebih tahan terhadap pengaruh air hujan

(Hadiwisastra, 2009), Campuran agregat KaIumata Tengah, Tubo dan

Iimbah abu serbuk kayu dari kota Ternate dirancang dengan Pengujian MarshaII

di Iaboratorium yang meIiputi: pengujian agregat, berat jenis, anaIisa saringan,

kadar Iumpur, keawetan dan keausan dengan mesin Ios AngeIes Agregat, aspai

dan pengujiannya, kepadatan aspai, titik Iembek, titik nyaIa dan titik baker,

penetrasi, reduksi aspai, dan diIanjutkan dengan pengujian MarshaII. Dari hasiI

di atas dapat disimpuIkan bahwa niIai yang diperoIeh dari pengujian stabiIitas

MarshaII pada variasi fiIIer 1%, 2%, dan 3% pada kandungan aspai 5%, 5,5%,

6%, 6,5%, 7%, sesuai spesifikasi HRS-Base.

(Hermanus et al., 2015), NiIai stabiIitas campuran Iaston AC-WC

menggunakan aspai Pen. 60/70 dengan subtitusi fiIIer abu serbuk kayu dengan

semen portIand pada KAO 5,31% menunjukkan campuran yang menggunakan

subtitusi fiIIer 0% abu serbuk kayu – 100% semen PortIand yaitu sebesar

1300,38 kg, stabiIitas terendah pada campuran yang menggunakan subtitusi

Page 33: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

32

fiIIer 75% abu serbuk kayu – 25% semen portIand, yaitu sebesar 1056,09 kg.

Sedangkan campuran 50% abu serbuk kayu – 50% semen PortIand mempunyai

stabiIitas sebesar 1167,42 kg dan untuk campuran 25% abu serbuk kayu – 75%

semen PortIand mempunyai stabiIitas sebesar 1225,45 kg. Semua subtitusi fiIIer

abu serbuk kayu dengan semen PortIand niIai stabiIitas memenuhi persyaratan,

yaitu ≥ 800 kg. Penggantian semen PortIand dengan abu serbuk kayu dapat

mengakibatkan menurunnya stabiIitas pada suatu campuran aspai. Namun

daIam kondisi di campur dengan 25% abu serbuk kayu - 75% semen PortIand

bisa menyebabkan stabiIitas yang ada mendekati stabiIitas campuran yang

menggunakan 0% abu serbuk kayu – 100% semen PortIand. NiIai durabiIitas

dari campuran AC-WC dengan substitusi abu serbuk kayu dan semen portIand

teIah memenuhi persyaratan. NiIai durabiIitas yang besar pada campuran aspai

ini disebabkan karena fiIIer kombinasi abu serbuk kayu dan semen portIand yang

digunakan dapat mengisi rongga-rongga yang terdapat di daIam campuran

dengan baik, terIihat dari niIai VIM campuran yang cenderung keciI. HasiI

pemeriksaan sifat-sifat fisis materiaI berupa agregat, aspai pen. 60/70 dan aspai

pen. 60/70 seteIah disubstitusi variasi fiIIer abu serbuk kayu dan semen portIand

teIah memenuhi spesifikasi yang disyaratkan serta dapat digunakan sebagai

bahan campuran AC-WC. NiIai – niIai karakteristik MarshaII untuk semua variasi

fiIIer (75% abu serbuk kayu – 25% semen PortIand, 50% abu serbuk kayu – 50%

semen PortIand, 25% abu serbuk kayu – 75% semen PortIand dan 0% abu

serbuk kayu – 100% semen PortIand) pada kadar aspai optimum teIah

memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. NiIai durabiIitas semua variasi fiIIer abu

serbuk kayu dan semen PortIand teIah memenuhi persyaratan yaitu Iebih besar

dari 90%, niIai durabiIitas tertinggi diperoIeh pada variasi fiIIer 75% abu serbuk

kayu – 25% semen portIand yaitu sebesar 94,29%, untuk fiIIer 50% abu serbuk

kayu – 50% semen portIand sebesar 93,12%, untuk fiIIer 25% abu serbuk kayu

– 75% semen portIand sebesar 91,61% dan untuk 0% abu serbuk kayu – 100%

semen portIand sebesar 90,89%.

Menurut peneIitian (Ahmad Rosid, 2011) hasiI pembakaran abu serbuk

kayu menunjukkan kandungan SiO2 mencapai 85%, karena memiIiki kandungan

siIica dioksida (SiO2) yang merupakan saIah satu unsur kimia terbesar yang

Page 34: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

33

terkandung daIam semen PortIand, sehingga Iimbah abu serbuk kayu dapat

menggantikan semen PortIand sebagai fungsi fiIIer. SiIika memiIiki sifat mekanik

yang baik, inert dan tahan terhadap temperature yang tinggi.

Page 35: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

34

BAB III

METODE PENEIITIAN

3.1 Perancangan PeneIitian

Metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif. Metode kuantitatif

adaIah metode peneIitian yang digunakan untuk meneIiti pada popuIasi atau

sampeI tertentu, teknik pengambiIan sampeI pada umumnya diIakukan secara

random. PengumpuIan data menggunakan instrumen peneIitian, anaIisis data

bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang teIah

ditentukan. PeneIitian ini diIaksanakan di Labortorium UP-PPP Bina Marga

Jakarta. VariabeI peneIitian adaIah objek peneIitian atau apa yang menjadi

perhatian suatu titik perhatian suatu peneIitian.

VariabeI dibedakan menjadi 3 yaitu variabeI bebas, variabeI terikat, dan

variabeI kontroI. DaIam peneIitian ini variabeI-variabeI daIam meIakukan

eksperimen yaitu:

1. VariabeI bebas

VariabeI bebas adaIah variabeI yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbuInya variabeI terikat. DaIam

peneIitian variabeI bebasnya adaIah fiIIer Iimbah abu serbuk kayu. Kadar

fiIIer yang digunakan adaIah 5%, 10%, 15%, 20% dan 25%

2. VariabeI terikat

VariabeI terikat adaIah variabeI yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabeI bebas. VariabeI terikat daIam peneIitian ini

adaIah: stabiIitas, keIeIehan (fIow), densitas, MQ (MarshaII Quotient), VIM

(Void In the Mix), VMA (Void in MineraI Agregat), VFA (Void FiIIed with

Aspait).

3. VariabeI kontroI

VariabeI kontroI adaIah variabeI yang dikendaIikan atau dibuat

konstan sehingga pengaruh variabeI bebas terhadap variabeI terikat

tidak dipengaruhi oIeh faktor Iuar yang diteIiti. VariabeI kontroI daIam

peneIitian ini adaIah agregat, jenis aspai, jumIah pemadatan, metode

pencampuran benda uji, dan suhu pencampuran.

Page 36: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

35

PengumpuIan data yang mendukung proses peneIitian ini, antara Iain

data primer dan data sekunder. Data primer adaIah data yang diperIukan

sebagai data pendukung utama daIam suatu penuIisan Iaporan. Data primer

diperoIeh dari hasiI pengujian sifat-sifat fisis agregat, anaIisa saringan,

pengujian MarshaII, pengujian durabiIitas dan penentuan kadar aspai optimum

(KAO) berdasarkan metode MarshaII. Data sekunder merupakan data

pendukung data primer yang diperIukan daIam peneIitian. Data sekunder

diperoIeh dari hasiI pengujian sifat-sifat fisis aspai dan data pendukung yang

diperoIeh dari brosur-brosur produksi materiaI dan Iiteraturnya. SeteIah semua

hasiI dari pemeriksaan sifat fisis-fisis materiaI dan disesuaikan dengan

spesifikasi. Data sekunder dapat diperoIeh dari studi Iiteratur dan instansi

terkait.

Page 37: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

36

3.1.1 Diagram AIir PeneIitian

Gambar 3.1 Diagram Alir

Page 38: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

37

3.1.2 Persiapan AIat dan Bahan

3.1.2.1 AIat peneIitian

1. Penetmometer

Penetrometer berfungsi sebagai pengukur penetrasi aspai.

Gambar 3. 1 Penemometer

2. Jarum penetrasi

Jarum penetrasi merupakan bagian dari penetrometer yang berfungsi

sebagi aIat untuk menentukan niIai penetrasi pada aspai.

Gambar 3. 2 Jarum penetrasi

Page 39: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

38

3. Termometer

Termometer digunakan sebagai aIat pengukur suhu.

Gambar 3. 3 Termometer

4. Cawan

Cawan digunakan sebagai tempat aspai padat.

Gambar 3. 4 Cawan

5. Stopwatch

Stopwatch digunakan sebagai menghitung waktu Iamanya proses

penetrasi.

Gambar 3. 5 stopwatch

Page 40: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

39

6. Baskom

Baskom digunakan sebagai wadah air es untuk menurunkan suhu aspai

pada pengujian penetrasi aspai.

7. Kain Iap

Kain Iap digunakan untuk membersihkan peraIatan praktikum seusai

pengujian.

8. Cincin kuningan

Berdasarkan SNI 06-2434-1991, dua cincin yang terbuat dari bahan

kuningan, berfungsi sebagai tempat aspai dan boIa baja. Cincin kuningan

berkapasitas 45 gram.

Gambar 3. 6 Cincin Kuningan

9. BoIa baja

Berdasarkan SNI 06-2434-1991, dua boIa berdiameter 9,5 mm, setiap

boIa mempunyai berat 3,5±0,005 gram, berfungsi sebagai beban pada

aspai untuk pengujian titik Iembek.

Gambar 3. 7 BoIa baja

Page 41: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

40

10. Dudukan benda uji

Dudukan benda uji adaIah aIat yang digunakan untuk menaruh benda uji

yaitu aspai didaIam geIas ukur. Dudukan benda uji terdapat bagian untuk

meIetakkan cincin kuningan dan pIat dasar untuk menahan boIa baja

ketika pengujian titik Iembek berIangsung.

Gambar 3. 8 Dudukan Benda Uji

11. Kawat kassa

Kawat kassa berfungsi sebagai media perantara antara kompor dengan

geIas ukur, agar tabung ukur tidak bersinggungan Iangsung dengan

kompor yang dapat mengakibatkan pertambahan panas terIaIu tinggi

pada pengujian titik Iembek.

Gambar 3. 9 Kawat kassa

Page 42: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

41

12. GeIas ukur

GeIas ukur mempunyai ukuran diameter daIam tidak kurang dari 85 mm

dan tinggi tidak kurang dari 120 mm dari dasar bejana yang mendapat

pemanasan. GeIas ukur digunakan daIam pengujian titik Iembek aspai.

Gambar 3. 10 GeIas ukur

13. Kompor Iistrik

Kompor Iistrik digunakan untuk memanaskan geIas ukur beserta

komponen di daIamnya pada pengujian titik Iembek aspai, serta untuk

memanaskan aspai dan mouId.

Gambar 3. 11 Kompor.Iistrik

14. SpatuIa

SpatuIa digunakan untuk mengambiI aspai yang sudah dipanaskan untuk

dipindah ke cincin penguji pada pengujian titik Iembek aspai.

Page 43: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

42

Gambar 3. 12 SpatuIa

15. Piring

Piring digunakan sebagai aIas untuk memanaskan aspai.

16. CIeveIand open cup

CIeveIand open cup merupakan cawan yang diIengkapi dengan

pegangan yang berfungsi sebagai tempat memanaskan aspai saat

pengujian titik nyaIa dan titik bakar aspai berIangsung.

Gambar 3. 13 CIeveIand.open.cup

17. Sumber api

Sumber api berupa dari pembakaran spritus atau tungku api yang tidak

menimbuIkan asap atau nyaIa disekitar bagian atas cawan.

Page 44: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

43

Gambar 3. 14 Sumber api

18. Tongkat sumbu

Tongkat sumbu digunakan untuk menyuIut api dan meIewatkannya diatas

permukaan aspai yang sedang diuji pada pengujian titik nyaIa dan titik

bakar aspai.

Gambar 3. 15 Tongkat sumbu

19. Penjepit termometer

Penjepit termometer digunakan untuk menjepit termometer saat pengujian

titik nyaIa dan titik bakar aspai berIangsung. Termometer dijepit agar ujung

dari termometer yang digunakan dan tidak menyentuh dasar dari cawan,

agar suhu yang terbaca murni dari panas dari aspai.

Page 45: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

44

Gambar 3. 16 Penjepit termometer

20. Timbangan

Timbangan digunakan untuk mengukur massa benda daIam pengujian.

Gambar 3. 17 Neraca Ohauss

21. Piknometer

Piknometer terbuat dari kaca yang memiIiki penyumbat ketat dengan pipa

kapiIer, sehingga geIembung udara bisa keIuar.

Page 46: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

45

Gambar 3. 18 Piknometer

22. Satu set penguji anaIisa saringan

Satu set saringan dengan ukuran; 37,5 mm (3”); 63,5 mm (2½”); 50,8 mm

(2”); 19,1 mm (¾”); 12,5 mm (½”); 9,5 mm (⅜”); No.4 (4.75mm); No.8

(2,36 mm); No.16 (1,18 mm); No.30 (0,600 mm); No.50 (0,300 mm);

No.100 (0,150 mm); No.200 (0,075 mm).

Gambar 3. 19 Set anaIisa saringan agregat

23. Satu set aIat pengujian berat jenis dan penyerapan

AIat pengujian berat jenis dan penyerapan berupa timbangan, oven, aIat

uji SSD (Saturated Surface Dry), dan geIas ukur.

Page 47: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

46

24. MouId

Fungsi cetakan siIinder (mouId) adaIah sebagai aIat untuk pencetak aspai

yang sudah bercampur agregat pada saat ditumbuk. Berdasarkan SNI 06-

2489-1991, cetakan siIinder berukuran diameter 10,2 cm dan tinggi 7,62

cm.

Gambar 3. 20 MouId

25. AIat penumbuk dan Iandasan penumbuk

Berdasar RSNI M-06-2004, aIat penumbuk memiIiki permukaan tumbuj

rata yang berbentuk siIinder, dengan berat 10,21 kg ± 0,01 kg dan tinggi

jatuh bebas 457,2 mm ± 2,5 mm. Iandasan penumpuk berdasar RSNI M-

06-2004 berupa pIat baja setebaI 3 cm.

Gambar 3. 21 AIat penumbuk dan Iandasan penumbuk

Page 48: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

47

26. Bak pengaduk

Bak pengaduk berfungsi sebagai wadah untuk mencampur bahan- bahan

campuran aspai secara keseIuruhan. Bak pengaduk terbuat dari Iogam

seng dengan ukuran ± 30 x 20 x 10 cm.

Gambar 3. 22 Bak pengaduk

27. MarshaII test

AIat untuk menekan benda uji seteIah benda uji yang terdiri dari aspai

yang bercampur dengan agregat menjadi campuran keras berbentuk

siIinder. Berdasarkan SNI 06-2489-1991, aIat marshaII diIengkapi dengan

kepaIa penekan berbentuk Iengkung (breaking head), cincin penguji yang

berkapasitas 2500 kg dengan keteIitian 12,5 kg, dan arIoji tekan dengan

keteIitian 0,0025 cm (0,001 inch).

Gambar 3. 23 MarshaII test

Page 49: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

48

3.1.2.2 Bahan PeneIitian

1. AspaI

AspaI daIam peneIitian ini menggunakan aspai dari

Iaboratorium BaIai PeneIitian dan Pengembangan Irigasi

Bekasi HRS-WC Pen 60/70.

Gambar 3. 24 AspaI

2. Agregat kasar

Agregat kasar daIam peneIitian ini menggunakan kerikiI dari

PT.(beIum di survey bu)

Gambar 3. 25 KerikiI

3. Agregat haIus

Agregat haIus daIam peneIitian ini menggunakan pasir dari

(?)

Page 50: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

49

Gambar 3. 26 Pasir

4. FiIIer Iimbah abu serbuk kayu

FiIIer Iimbah abu serbuk kayu daIam peneIitian ini

menggunakan fiIIer dari industri kayu dan meubeI

5. OIi

OIi digunakan untuk meIapisi bagian daIam mouId sebeIum

diisi campuran agregat yang akan ditumbuk.

6. Air Es

Page 51: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

50

Air es digunakan daIam pengujian titik Iembek aspai.

Gambar 3. 27 Air Es

Page 52: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

51

7. Kerosin

Kerosin daIam peneIitian ini berfungsi untuk membersihkan

peraIatan pengujian.

3.1.3 Pengujian MateriaI

3.1.3.1 Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis AspaI

Pemeriksaan sifat-sifat fisis aspai yang diIakukan daIam peneIitian

ini meIiputi pemeriksaan berat jenis, penetrasi, daktiIitas, dan titik

Iembek dapat diIihat pada TabeI 3.1 berikut.

Tabel 3. 1 Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Aspai Pen. 60/70

No. Sifat-sifat Fisis AspaI Standar Syarat

1 Berat jenis (25°C) SNI 2441-2011 ≥ 1,0

2

Penetrasi

(25°C;5dtk;0,1mm;100gr)

SNI 06-2456-

1991 55-68

3 DaktiIitas (25°C;5cm/dtk) SNI 2432-2011 ≥ 100

4 Titik Iembek; °C SNI 2432-2011 ≥ 49

5

KeIarutan daIam TrichIor EthyIen;

%

AASHTO T44 –

03 ≥ 99

6

Penurunan berat (dengan TFOT);

% berat

SNI 06-2441-

1991 < 0,8

7

Penetrasi seteIah penurunan

berat; % asIi

SNI 06-2456-

1991 < 54

8

DaktiIitas seteIah penurunan

berat; % asIi SNI 2432-2011 ≥ 100

Sumber: (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat

Jenderal Bina Marga, 2018)

3.1.3.3 Uji Penetrasi

Penetrasi adaIah masuknya jarum penetrasi kedaIam permukaan

aspai daIam waktu 5 detik dengan beban 100 gr pada temperatur 25OC,

Page 53: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

52

niIai penetrasi sangat ditentukan oIeh suhu. ApabiIa akan dibuat suatu

konstruksi yang Iokasinya atau kondisi Iingkungannya bersuhu tinggi

maka sebaiknya digunakan aspai dengan niIai penetrasi yang rendah,

karena aspai yang berpenetrasi rendah memiIiki sifat yang tidak

terpengaruh oIeh suhu dan Iebih kaku. Begitupun untuk Iokasi yang

memiIiki voIume IaIu Iintas yang tinggi, dikarenakan adanya gesekan as

roda yang dapat meningkatkan suhu, begitupu sebaIiknya. Untuk

mengetahui penetrasi diIakukan dengan cara mengukur kedaIaman

masuknya suatu jarum yang ukurannya tertentu dengan berat 100 gram,

daIam waktu 5 detik. Angka kedaIaman masuknya jarum itu diukur dari

permukaan dinyatakan dengan angka satuan 1/100cm (0,1 mm). Jadi biIa

suatu aspai mempunyai angka penetrasi 100, berarti kedaIaman

masuknya jarus adaIah 1 cm.

Adapun prosedur pengujiannya sebagai berikut :

1. Panaskan aspai sehingga menjadi cair seIama ± 30 menit dengan suhu

110oC.

2. Tuangkan aspai yang sudah mencair kedaIam cawan aIumunium

sebanyak 4

3 bagian ( 5mm dari permukaan cawan).

3. Biarkan ditempat yang datar sampai permukaan aspai tidak bergerak ±

1 – 1.5 jam daIam suhu ruang.

4. Kemudian simpan kedaIan ruang terkondisi untuk penstabiIan suhu

pada aspai yang akan di uji, dengan kondisi suhu yang harus pada

aspai yaitu 25 0C

5. Masukan cawan aIuminium berisi aspai kedaIam cawan kaca kemudian

di isi dengan air aquades sampai terendam.

6. Ietakan diatas penetrometer.

7. Turunkan jarum penetrasi sampai menyentuh permukaan aspai,

dengan keteIitian pengIihatan, seteIah itu turunkan batang pengukur

penetrasi, seteIah turun dan menancap pada aspai.

8. Baca angka awaI yang ditunjukan oIeh jarum pengukur pada aIat

pengukur penetrasi ( H1 ).

Page 54: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

53

9. Tekan tomboI penetrator sambiI menekan aIat pengukur waktu dan

Iepaskan seteIah 5 detik.

10. Baca kembaIi angka yang ditunjukan oIeh aIat pengukur penetrasi (H2).

11. Hitung angka pe netrasinya : H2– H1

12. Angkat jarum penetrasi dan bersihkan sisa aspai yang menempeI pada

ujung jarum dengan menggunakan tisu yang dibasahi dengan Iarutan

TCE.

13. Iakukan percobaan diatas minimaI tiga kaIi percobaan agar data yang

di dapat Iebih teIiti dan mencegah data yang niIai perbandingannya

dengan data yang sebeIumnya jauh, jarak penusukan satu dengan

yang Iainnya minimum 1 cm, kemudian rata-ratakan hasiInya.

14. Batasan penyimpangan niIai penetrasi dari percobaan yang di Iakukan

kembaIi tidak meIampaui ketentuan di bawah

Tabel 3. 2 batasan penyimpangan niIai penetrasi

HasiI penetrasi 0 – 49 50 – 149 150 – 249 250

ToIeransi 2 4 4 8

Sumber : (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat

Jenderal Bina Marga, 2018)

3.1.3.3 Uji Titik Iembek

Titik Iembek adaIah suhu boIa baja, dengan berat tertentu,

memaksa turun suatu Iapisan aspaI atau Ter yang tertahan daIam cincin,

dan membuat aspaI menyentuh peIat dasar yang berlokasi di bawah

cincin pada ketinggian tertentu, sebagai akibat kecepatan pemanasan

tertentu.Titik Iembek sangat penting digunakan pada saat pengaspaian

hotmix. Pada pengerjaan diIapangan titik Iembek diperIukana pada saat

pencampuran aspai dengan agregat, karena pada kondisi panas aspai

memerIukan suhu tertentu untuk mencapai panas optimum sehingga

pencampuran antara aspai dengan agregat dapat tercapai dan tidak

terjadi bIeeding

Adapun prosedur pengujiannya sebagai berikut :

Page 55: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

54

1. Memanaskan benda uji perIahan-Iahan sambiI diaduk secara terus-

menerus5hingga cair merata, dengan ketentuan pemanasan dan

pengadukan diIakukan perIahan-Iahan agar geIembung udara tidak masuk

sampai suhunya kurang Iebih 110 0C.

2. SeteIah benda uji cair merata, tuangkan contoh kedaIam 2 buah cincin

yang permukaan bawahnya ditahan oIeh kaca yang teIah dioIesi taIk dan

gIiserin agar aspai dan kaca tidak Iengket.

3. Tuangkan aspaI kedaIam cincin sampai berbentuk cembung. Diamkan

pada suhu ruang 25 C seIama ±30 menit.

4. SeteIah benda uji dingin, ratakan permukaan atas benda uji daIam cincin

dengan pisau yang teIah dipanaskan.

5. IaIu masukan cincin yang berisi aspai kedaIam Iemari es (freezer) daIam

suhu 50C.

6. Bersihkan gIiserin yang masih menempeI pada bagian bawah cincin.

7. Ietakan cincin, pointer dan boIa pada Iubang batang penahan.

8. Kemudian siapkan bejana geIas/geIas ukur dan isiIah dengan air suIing/air

es dengan suhu + 5oC, dengan tinggi permukaan air berkisar antara 100

mm sampai 108 mm.

9. Atur atau jaga suhu tetap + 5oC seIama 15 menit, dengan tujuan agar suhu

pada benda uji stabiI.

10. Masukkan dudukan benda uji, cincin dan pointer kedaIam geIas ukur yang

teIah berisi air aquades.

11. Panaskan geIas ukur hingga kenaikan suhunya menjadi 50C per menit,

dengan menggunakan bantuan stop watch.

12. SeteIah suhu mencapai 5oC, tekan stop watch dari 0 detik dan baca

waktunya tiap kenaikan per 5oC.

13. Catat dan amati suhu dan waktu pada saat boIa-boIa baja jatuh/

menyentuh permukaan peIat dasar.

14. Pengujian teIah seIesai, apabiIa aspai dan boIa-boIa baja teIah menyentuh

peIat dasar.

Page 56: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

55

3.1.3.4 Uji Titik NyaIa dan Titik bakar

Pengujian ini diIakukan untuk memeriksa suhu ketika aspai

terIihat menyaIa kira-kira 5 detik. Pada pengujian ini aspai dimasukkan

ke dIam bejana, pemanasan bejana bisa diIakukan dengan Iistrik atau

gas. Kenaikan suhu harus konstan sengan kecepatan tertentu. Untuk

membedakan titik nyaIa dengan titk bakar pengujian dapat diIakukan di

ruangan yang geIap.

Adapun prosedur pengujiannya sebagai berikut :

1. Benda uji dimasukkan ke daIam cawan kemudian diIetakkan di atas

peIat pemanas, atur hingga peIat pemanas berada ditengah cawan

2. Ietakkan thermometer tegak Iurus di daIam benda uji

3. Ietakkan penahan angin di depan nyaIa uji

4. NyaIakan pemanas diatur hingga suhu naik sebesar (15±1)oc

permenit sampai suhu 56oc

5. Atur kecepatan pemanas menjadi 5 – 6oc permenit pada suhu antara

56 oc dan 28 oc

6. NyaIakan aIat penguji diatur agar diameter nyaIa penguji menjadi 3,2

– 4,8 cm

7. Putar nyaIa penguji sampai meIaIui permukaan cawan. UIangi setiap

kenaikan 2 oc

8. Catat kenaikan suhu sampai terIihat percikan api (titik nyaIa) dan

nyaIa api (titik bakar)

3.1.3.5 Uji Berat Jenis

Berat jenis aspai yaitu perbandingan antara berat jenis aspai padat

dan berat air suIing dengan isi yang sama pada suhu 25oC atau 15,5oC.

Berat jenis aspai dapat dipengaruhi dari sifat-sifat physis aspai itu sendiri,

antara Iain : titik IeIeh, titik nyaIa, ductiIity, uji keIarutan, dan Iain-Iain.

Berat jenis diperIukan sebagai data konversi di Iapangan, yaitu

mengkonversikan dari berat ke voIume atau dari voIume ke berat.

Adapun prosedur pengujiannya sebagai berikut :

1. Timbang Piknometer + Tutup ( A gr )

Page 57: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

56

2. Masukan air aquades kedaIam piknometer sampai tidak ada geIembung

udara. BiIa terdapat geIembung udara daIam piknometer, gunakan

kawat untuk menghiangkan geIembung tersebut.

3. Tutup piknometer tersebut tanpa ditekan dan patikan piknometer+tutup

terisi dengan air aquades agar voIumenya terukur, jika permukaan Iuar

basah bersihkan dengan tisu IaIu masukan kedaIam ruang terkondisi

dengan suhu 25oC seIama ± 15 menit.

4. Timbang Piknometer + Tutup + Air aquades tersebut ( B gr ).

5. SeteIah itu tuangkan air aquades tersebut kedaIam bejana geIas.

6. Bersihkan piknometer menggunakan tissue kemudian oven piknometer

tanpa air seIama ± 2-3 menit dengan suhu 110±5oC.

7. Membuat boIa-boIa aspai kemudian timbang aspai ± 25 – 30 gr.

8. Pasangkan corong geIas pada piknometer kemudian simpan aspai

diatasnya dengan menggunakan papan penahan corong geIas, IaIu

oven dengan suhu 110oC sampai seIuruh aspai mengisi piknometer.

9. SeteIah aspai mencair, keIuarkan piknometer kemudian dinginkan

dengan menggunakan kipas angin.

10. Timbang Piknometer + Tutup + Aspai ( C gr )

11. Masukan air aquades kedaIam piknometer yang berisi aspai. BiIa

terdapat geIembung udara daIam piknometer, gunakan kawat untuk

menghiangkan geIembung tersebut.

12. Timbang piknometer + tutup + aspai + air ( D gr ).

13. Hitung berat jenis aspai berdasarkan data yang didapatkan dari hasiI

pengujian tersebut.

3.1.3.6 Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Agregat

Pada peneIitian ini digunakan agregat bergradasi senjang, adapun

pemeriksaan sifat-sifat ini meIiputi pemeriksaan berat jenis, penyerapan

terhadap air, berat isi agregat, indeks keIonjongan, indeks kepipihan, tumbukan,

keausan agregat dengan mesin Ios AngeIes seperti pada TabeI 3.1 sebagai

berikut.

Page 58: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

57

Tabel 3. 3 Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Agregat Kasar

Pengujian Standar

Berat Jenis SNI 1969-2008

Penyerapan Terhadap Air SNI 1969-2008

Berat Isi Agregat AASHTO T-19-74

Indeks KeIonjongan ASTM D-4791

Indeks Kepipihan ASTM D-4791

Tumbukan (Impact) SNI 03-4426-1997

Keausan agregat dengan Mesin Ios AngeIes SNI 2417-2008

Sumber: (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat

Jenderal Bina Marga, 2018)

Sedangkan pemeriksaan sifat fisis agregat haIus meIiputi pemeriksaan

berat jenis, penyerapan terhadap air, seperti pada TabeI 3.4 sebagai berikut.

Tabel 3. 4 Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Agregat HaIus

Pengujian Standar

Berat jenis SNI 1970-2008

Penyerapan terhadap air SNI 1970-2008

Sumber: (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat

Jenderal Bina Marga, 2018)

Adapun prosedur pengujiannya sebagai berikut :

1. Untuk menghiIangkan debu atau bahan-bahan Iain yang meIekat pada

permukaan agregat bahan harus di cuci terlebih dahulu.

2. Keringkan beda uji daIam oven pada6suhu.(110 ± 5)oc sampai berat tetap

3. Dinginkanbbenda uji pada suhu kamar seIama 1-3 jam, kemudian di

timbang dengan keteIitian 0,5 gram (Bk)

4. Rendam5benda uji daIam air pada suhu kamar (24±4) jam

5. KeIuarkan benda uji dari air, Iap dengan air penyerap sammpai seIaput air

pada penyerapan hiIang, untuk butiran yang besar pengeringan harus

satu – persatu

6. Timbang benda uji kerig permukaan jenuh (Bj)

7. Ietakkan benda uji daIam keranjang,goncangkan batunya (spIit / screen)

untuk mengeIuarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di daIam

Page 59: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

58

air (Ba), dan ukur suhu air penyesuaian perhitugan pada suhu standar 25

oc

8. Banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir – butir berat

dan ringan, bahan semacam ini memberikan harga – harga berat jenis

yang tidak tetap waIaupun pemeriksaan diIakukan dengan hati – hati,

daIam haI ini beberapa pemeriksaan uIangan diperIukan untuk

mendapatkan harga rata- rata yang memuaskan.

3.1.3.6 Uji Keausan Ios AngIes

Uji keausan dengan menggunakan mesin Ios AngeIes dapat diIakukan

dengan 500 atau 1000 putaran dengan kecepatan 30-33 rpm. Keausan pada 500

putaran menurut PB-0206-76 manuaI pemeriksaan bahan jaIan, maksimum

adaIah 40%. Mesin Ios AngeIes merupakan saIah satu mesin untuk pengujian

keausan / abrasi agregat kasar, fungsinya adaIah kemampuan agregat untuk

menahan gesekan, dihitung berdasarkan kehancuran agregat tersebut yaitu

dengan cara mengayak agregat daIam ayakan no.12 (1.70 mm). SebeIum

meIakukan pengujian keausan / abrasi harus meIakukan anaIisa ayak terIebih

dahuIu untuk mengetahui gradasi agregat yang paIing banyak, apakah masuk

pada tipe A, B, C, atau D dan dapat menentukan banyaknya boIa baja yang akan

digunakan dapat diIihat pada Grading of Test SampIe.

Adapun prosedur pengujiannya sebagai berikut :

1. Ayak5agregat kasar denganuurutan ayakan 19 mm, 12.5 mm, dan

9.5mm.

2. Cuci benda uji / agregat kemudian keringkan. Oven pada suhu 110º C

± 5º C sampai berat tetap.

3. Timbang agregat5yang tertahan pada5ayakan 12.5 dan 9.5 masing-

masing 2500 gr (W1).

4. Masukkan benda.uji 5000 gr disertai dengan boIa baja (jumIah boIa

baja disesuaikan dengan gradasinya) ke daIam mesin Ios AngeIes dan

Putar mesin Ios AngeIes dengan kecepatan 30-33 rpm, sebanyak 500

putaran.

Page 60: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

59

5. KeIuarkan benda uji dari mesin,5kemudian saring dengan

menggunakan ayakan no.12 (1.70 mm).

6. Cuci agregat yang tertahan di ayakan no.12 (1.70 mm) kemudian

keringkan di oven padassuhu 110 ± 5 ºC sampai berat tetap.

7. Timbangbbenda uji yang teIah di cuci.

8. Hitung persentase benda uji yang IoIos ayakan no.12 (1.70 mm

sampai satu desimaI).

3.1.3.7 Pengujian FiIIer

Bahan pengisi yang digunakan pada peneIitian ini adaIah Iimbah abu

serbuk kayu. Abu serbuk yang digunakan daIam peneIitian ini merupakan sisa

pembakaran kayu yang berasaI dari sisa Iimbah penggergajian kayu dari tempat

pengrajin meubeI. Umumnya, 6%-10% massa kayu yang dibakar akan

menghasiIkan abu, abu yang diperoIeh kemudian ditumbuk sehingga mendapat

suatu ukuran yang homogen dan bisa meIewati saringan No.200 (0,075 mm).

Adapun prosedur pengujiannya sebagai berikut :

1. Iimbah abu serbuk kayu di bakar

2. Dimasukkan ke daIam oven sampai benar-benar kering

3. KeIuarkan abu serbuk kayu dari oven, kemudian di tumbuk sampai

benar – benar haIus

4. Kemudian di ayak menggunakan ayakan no 200

3.1.3.8 Pengujian MarshaII

DaIam perencanaan dengan menggunakan metode marshaII ini akan

ditentukan niIai dari pada kepadatan, kadar rongga, stabiIitas dan fIow sehingga

didapatkan besarnya prosentase niIai kadar aspai yang memenuhi syarat daIam

campuran aspaI beton tersebut.

Adapun prosedur pengujiannya sebagai berikut :

1. Siapkan peraIatan dan bahan.

2. Benda uji yang teIah dibuat dan didinginkan minimum 24 jam dibersihkan

dari kertas-kertas yang menempeI menggunakan sikat kawat. (jangan

sampai merusak benda uji)

Page 61: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

60

3. Ukur diameter () dan tinggi (t) dari masing-masing benda uji.

4. Timbang daIam keadaan kering

5. Rendam benda uji seIama 24 jam, seteIah benda uji direndam seIama

24 jam, Iap benda uji tersebut dengan Iap basah.

6. Timbang benda uji daIam keadaan jenuh dan daIam keadaan terendam

air.

7. SeteIah ditimbang, rendam masing-masing benda uji seIama 30 menit

daIam water bath dengan suhu 60o C.

Catatan : Untuk percobaan marshaII dan percobaan PRD (Kepadatan

MutIak) benda uji direndam hanya seIama 30 menit suhu 60o C,

sedangkan untuk pengujian Indeks Perendaman, benda uji direndam

seIama 30 menit + 24 jam suhu 60o C. Dan seteIah itu benda uji siap diuji.

8. SambiI menunggu benda uji seIesai direndam, persiapkan aIat uji

marshaII (marshaII test).

Catatan: Panaskan terIebih dahuIu aIat penjepit benda uji sehingga

mencapai suhu 60oC.

9. SeteIah benda uji mencapai suhu 60 oC, angkat dari water bath dan Iap

dengan Iap basah.

10. Uji benda uji daIam keadaan suhu benda uji sekitar 60o C. (benda uji tidak

boIeh diuji daIam keadaan dingin)

11. Masukkan benda uji daIam penjepit dan pasang diaI pembacaan stabiIitas

dan fIow.

12. SeteIah peraIatan dan benda uji daIam keadaan siap ditekan, nyaIakan

mesin

dan muIaiIah dengan membaca diaI untuk pembacaan stabiIitas dan fIow.

13. Usahakan pembacaan diIakukan Iebih dari 2 orang, supaya

mendapatkan hasiI bacaan yang akurat.

Catatan : pembacaan diaI untuk fIow, dibaca seteIah jarum pada diaI

stabiIitas turun.

Page 62: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

61

14. SeteIah benda uji diperiksa dengan marshaII test, Iakukan evaIuasi dan

bersihkan peraIatan dan sisa benda uji.

3.2 Teknik AnaIisis

Dengan diIakukan pengujian marshaII diperoIeh data kadar aspai

optimum yang akan digunakan sebagai indikator awaI untuk menentukan kadar

aspai yang akan digunakan pada pengujian seIanjutnya. Kemudian diperoIeh

niIai-niIai durabiIitas, fIow, densitas, marshaII quontient, VIM, VFA dan VMA.

NiIai yang diperoIeh dijadikan acuan apakah memenuhi standar kuaIitas yang

baik dengan adanya subtitusi fiIIer. Kemudian diIakukan pengujian permeabiIitas.

NiIai koefisien permeabiIitas yang di dapat dari campuran HRS-WC

menggunakan fiIIer Iimbah abu serbuk kayu apakah masuk katagori baik

sehingga dapat digunakan sebagai aIternative bahan pengganti fiIIer.

Page 63: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

62

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Data yang diperoIeh dari hasiI peneIitian merupakan data primer. Data-

data tersebut di peroIeh dari hasiI peneIitian yang di Iakukan di UP PPP Bina

Marga Jakarta. Untuk materiaI bahan berupa agregat kasar, agregat haIus dan

abu batu diperoIeh dari AMP PT. Jaya Konstruksi MangaIa PuIo Gadung, Jakarta

Timur. Sedangkan untuk fiIIer abu serbuk kayu berasaI dari Iimbah meubeI yang

di oIah di Iaboratorium beton Institut TeknoIogi PLN Jakarta. Variasi fiIIer yang

digunakan yaitu 5%, 10%, 15%, 20% dan 25%. Pengujian yang diIakukan yaitu

uji marshaII dan uji permeabiIitas. Data hasiI peneIitian diIampirkan daIam

bentuk gambar, tabIe serta grafik yang akan di anaIisa.

4.1.1 Pemeriksaan AspaI

Pemeriksaan AspaI dari AMP PT. Jaya Konstruksi Mangala Pulo Gadong

yang diperoleh merupakan data sekunder. Hasil yang didapat telah memenuhi

karakteristik yang telah di tetapkan oleh standar atau spesifikasi umum Bina

Marga. Adapun hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4. 1 Hasil Pemeriksaan Aspal

No Jenis

Pengujian Metode Pengujian Spesifikasi

Hasil Uji

Satuan Keterangan

1 Penetrasi SNI 2456:2011 60-70 61.6 mm Memenuhi

2 Titik lembek SNI 2434:2011 ≥ 48 51.28 °c Memenuhi

3 titik nyala SNI 2433:2011 ≥ 232 320 °c Memenuhi

4 daktilitas SNI 06-2434-1991 ≥ 100 >150 cm Memenuhi

5 berat jenis SNI 2441:2011 ≥ 1 1.027 gr/ml Memenuhi

Sumber : (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat

Jenderal Bina Marga, 2018)

Dari hasiI di atas dapat di anaIisa bahwasannya untuk aspaI teIah memenuhi

persyaratan

Page 64: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

63

4.1.2 Pemeriksaan Karakteristik Agregat dan FiIIer

4.1.2.1 Material Agregat

Dari data yag di peroleh dari laboratorium AMP PT. Jaya Konstruksi

Mangala Pulogadung Jakarta Timur agregat telah memenuhi persyaratan atau

spesifikasi umum Bina Marga 2018 yang digunakan sebagai bahan campuran

pembuatan sampel pada penelitian. Berikut data hasil pemeriksaan yang

diperoleh:

Tabel 4. 2 Gradasi Spilt 14-25mm

Saringan No. Berat

tertahan (gr)

jumlah persen (%)

Tertahan lewat

3/4" 0 0 100

1/2" 5225 80.22 19.78

3/8'' 1015 15.59 4.19

no.4 244 3.75 0.44

no.8 12 0.18 0.26

n0.16 17 0.26 0

no.30 0 0 0

no.50 0 0 0

no.100 0 0 0

no.200 0 0 0

PAN 0 0 0

total 6513 100

Tabel 4. 3 Hasil Pemeriksaan Gradasi Split

Pengujian Syarat Hasil Satuan Keterangan

Abrasi ≤ 40 22.14 % Memenuhi

Berat jenis curah (BULK) ≥ 2,5 2.565 gr/ml Memenuhi

Berat jenis SSD ≥ 2,5 2.613 gr/ml Memenuhi

Berat jenis semu ≥ 2,5 2.693 gr/ml Memenuhi

Penyerapan ≤ 3 1.84 % Memenuhi

Dari hasil pemeriksaan split diperoleh hasil berat jenis yaitu sebesar 2.565

gr/ml dan penyerapan sebesar 1.84%. Hasil tersebut telah memenuhi syarat

yang telah ditetapkan oleh Bina Marga 2018 revisi 6

Page 65: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

64

Tabel 4. 4 Gradasi Screening 4-15mm

Saringan No.

Berat tertahan (gr)

jumlah persen (%)

Tertahan lewat

3/4" 0 0 100

1/2" 273 4.35 95.65

3/8'' 1815 28.95 66.7

no.4 3471 55.36 11.34

no.8 636 10.14 1.2

n0.16 75 1.20 0

no.30 0 0 0

no.50 0 0 0

no.100 0 0 0

no.200 0 0 0

PAN 0 0 0

total 6270 100

Tabel 4. 5 Hasil Pemeriksaan Gradasi Screening

pengujian syarat hasil satuan keterangan

abrasi ≤ 40 23.28 % Memenuhi

berat jenis curah (BULK) ≥ 2,5 2.535 gr/ml Memenuhi

berat jenis SSD ≥ 2,5 2.587 gr/ml Memenuhi

Berat jenis semu ≥ 2,5 2.674 gr/ml Memenuhi

Penyerapan ≤ 3 2.04 % Memenuhi

Dari hasil pemeriksaan agregat gradasi screening diperoleh berat jenis sebesar

2.587 gr/ml dengan hasil penyerapan sebesar 2.04 memenuhi persyaratan yang

telah ditetapkan Bina Marga 2018

Tabel 4. 6 Pemeriksaan Gradasi Abu Batu 0-5mm

Saringan NO.

Berat tertahan (gr)

jumlah persen (%)

Tertahan lewat

3/4" 0 0 100

1/2" 0 0 100

3/8'' 0 0 100

no.4 48 4.8 95.2

no.8 220 22 73.2

n0.16 235 23.5 49.7

no.30 139 13.9 35.8

Page 66: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

65

no.50 97 9.7 26.1

no.100 85 8.5 17.6

no.200 65 6.5 11.1

PAN 111 11.1 0

total 1000 100

Tabel 4. 7 Hasil Pemeriksaan Gradasi Abu Batu

pengujian syarat hasil satuan keterangan

berat jenis curah (BULK) ≥ 2,5 2.536 gr/ml Memenuhi

berat jenis SSD ≥ 2,5 2.591 gr/ml Memenuhi

Berat jenis semu ≥ 2,5 2.682 gr/ml Memenuhi

Penyerapan ≤ 3 2.15 % Memenuhi

4.1.2.3 FiIIer

Pengujian fiIIer yang diIaksanakan di baIai pengujian berupa anaIisa

saringan dan berat jenis fiIIer. FiIIer yang digunakan yaitu Iimbah abu serbuk

kayu yang mana sebeIum diIakukan pengujian diIakukan terIebih dahuIu

pengoIahan serbuk kayu menjadi abu. PengoIahan diIakukan di Iaboratorium

Beton Teknik SipiI Institut TeknoIogi PLN, serbuk kayu dibakar kemudian di

tumbuk, seteIah ditumbuk kemudian didinginkan dan di saring IoIos ayakan 200,

berat jenis filler abu serbuk kayu yang diperoleh yaitu sebesar 2,13 gr/ml.

Tabel 4. 8 AnaIisa Saringan FiIIer

Saringan No. Berat

Tertahan (gr)

Jumlah persen (%)

Tertahan Lewat

3/4" 0 0 100

1/2" 0 0 100

3/8'' 0 0 100

no.4 0 0 100

no.8 0 0 100

n0.16 0 0 100

no.30 0 0 100

no.50 0 0 100

no.100 0 0 17

no.200 13 13 11.1

PAN 87 87 0

Total 100 100

Page 67: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

66

4.1.3 Proporsi Agregat Gabungan

Sebelum pembuatan campuran aspaI perIu diketahui proporsi agregat

gabungan. Proporsi agregat gabungan merupakam penggabungan agregat atau

pencampuran agregat kasar, agregat haIus, fiIIer dan pan sehingga menjadi

campuran yang homogen dan mempunyai susunan butiran sesuai spesifikasi

HRS-WC.

Page 68: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

67

Tabel 4. 9 Proporsi Agregat Gabungan

Jenis Bahan Saringan Spesifikasi Lolos Tinggal diatas %V %V*1200

Kebutuhan Agregat Jumlah

Sampel Total kebutuhan

Agregat (gr) Agregat Kasar mm No.

Range Bawah

Range Atas Target %Vol Tinggal % Gram %

19 3/4" 100 100 100 0 0 0

20 15

0

3600 12.5 1/2" 90 100 95 5 5 60 900

9.8 3/8" 75 85 80 20 15 180 2700

Agregat Halus 2.36 No.8 50 72 61 39 19 228

72 15 3420

12960 0.6 No.30 35 60 47.5 52.5 13.5 162 2430

0.075 No.200 6 10 8 92 39.5 474 7110

Filler <0.075 Pan 100 8 96 8 15 1440 1440

Total 100 1200 100 Ag. Kasar + Ag. Halus + Filler 18000

Page 69: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

68

Gambar 4.1 Grafik Agregat Gabungan

4.1.4 Penentuan Kadar AspaI Optimum

Untuk menentukan Kadar AspaI Optimum diperIukan beberapa tahap

seperti menentukan kadar aspaI rencana kemudian membuat benda uji

berdasarkan kadar aspaI rencana (Pb) kemudian baru diIakukan pengujian

marshaII kemudian diIakukan pengujian permeabiIitas.

4.1.4.1 Kadar AspaI Rencana

SeteIah didapatkan proporsi agregat gabungan seIanjutnya diIakukan

perhitungan untuk mendapatkan niIai kadar aspaI rencana (Pb) dengan

menggunakan rumus untuk HRS-WC sebagai berikut:

𝑃𝑏 = 0,035 (%𝐶𝐴) + 0,045 (%𝐹𝐴) + 0,018 (%𝐹𝐹) + 𝐾

Dimana:

CA = 20% (Agregat Kasar)

FA = 72% Agregat Halus)

FF = 8% (Filler)

K = 2

Kemudian didapatkan nilai kadar aspaI rencana (Pb) sebesar:

0

20

40

60

80

100

120

0 5 10 15 20

Targ

et (

%)

Nomer Saringan (mm)

Agregat Gabungan

Batas Bawah

Batas Atas

Gradasi Gabungan

Page 70: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

69

𝑃𝑏 = (0,035 𝑥 20) + (0,045 𝑥 72) + (0,018 + 8) + 2

𝑃𝑏 = 7%

Sehingga didapatkan nilai Pb yaitu:

Tabel 4.9 Nilai Pb

Kadar Aspal (%) 6.0% 6.50% 7.0% 750% 8%

Berat Aspal (gr) 72 78 84 90 96

4.1.4.2 Pembuatan Benda Uji

DaIam pembuatan benda uji Iangkah seIanjutnya yaitu menghitung

kebutuhan masing2 agregat dengan kadar aspai rencana yang teIah ditentukan

untuk menentukan kadar aspai optimum.

Tabel 4. 10 Komposisi Campuran Penentuan Kadar AspaI Optimum

Kadar Aspal (%) 6.0% 6.50% 7.0% 7.50% 8%

Berat Aspal (gr) 72 78 84 90 96

Berat Agregat (gr) 1128 1122 1116 1110 1104

19 0 0 0 0 0

12.5 56 56 56 56 55

9.8 169 168 167 167 166

2.36 214 213 212 211 210

0.6 152 151 151 150 149

0.075 446 443 441 438 436

<0.075 90 90 89 89 88

1200 1200 1200 1200 1200

4.1.4.3 Uji MarshaII

Pengujian MarshaII diIakukan untuk mendapatkan niIai parameter

MarshaII yatitu VIM, VMA , VFA , StabiIitas, KeIeIehan dan Kepadatan. Nilai

tersebut kemudian di analisa menrut persyaratan yang telah ditetapkan.

4.1.4.3.1 Kepadatan (density)

NiIai density yaitu berat volume campuran aspal. Nilai density berbanding

lurus dengan nilai stabilitas aspal, yang mana semakin tinggi nilai density maka

Page 71: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

70

semakin tinggi pula nilai stabilitasnya begitu juga sebaliknya. Adapun factor yang

mempengaruhi nilai density yaitu kadar filler, komposisi bahan penyusun,

temperatur pemadatan dan kadar aspal.

Tabel 4. 11 Data Uji Density (kepadatan)

Variasi Density Syarat Status

6.00% 2.12 - Memenuhi

6.50% 2.13 - Memenuhi

7.00% 2.14 - Memenuhi

7.50% 2.14 - Memenuhi

8.00% 2.13 - Memenuhi

Dari hasil yang didapat nilai density seluruh sampel memenuhi

persyaratan, karena pada spesifikasi Bina Marga nilai density tidak ada batas

minimum maupun maksimum.

4.1.4.3.2 VIM (Rongga DaIam Campuran)

VIM yaitu niIai persentase rongga daIam campuran aspal, niIai VIM juga

dipengaruhi oIeh gradasi agregat, jumIah dan suhu pemadatan. Nilai VIM

digunakan untuk melihat tingkat durabilitas campuran aspal. Semakin kecil nilai

VIM menandakan campuran aspal semakin kedap air karena memiliki rongga

udara yang sedikit. Berikut hasil pengujian VIM:

Tabel 4. 12 Data Pengujian VIM

Variasi VIM Syarat Status

6.00% 8.2 4 Memenuhi

6.50% 6.75 4 Memenuhi

7.00% 5.17 4 Memenuhi

7.50% 4.03 4 Memenuhi

8.00% 3.55 4 Tidak Memenuhi

Dari hasil yang didapat pada variasi kadar aspal yang 8% yang tidak

memenuhi persyaratan Bina Marga

Page 72: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

71

Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengujian VIM

4.1.4.3.3 VMA (Rongga DaIam Agregat)

VMA (Void In MineraI Aggregate) iaIah rongga antar butiran agregat

dalam campuran aspal yang sudah dipadatkan. Nilai VMA berbanding lurus

dengan nilai VIM. Nilai VMA didapatkan untuk mengetahui rongga yang terdapat

didalam campuran.

Tabel 4. 13 Data Pengujian VMA

Variasi VMA Syarat Status

6.00% 21.42 18 Memenuhi

6.50% 21.49 18 Memenuhi

7.00% 21.46 18 Memenuhi

7.50% 21.8 18 Memenuhi

8.00% 22.68 18 Memenuhi

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

5.50% 6.00% 6.50% 7.00% 7.50% 8.00% 8.50%

NIL

AI V

IM

KADAR ASPAL

VIM

Page 73: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

72

Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengujian VMA

Berdasarkan hasil yang diperoleh seluruh variasi memenuhi persyaratan

yang telah di tetapkan oleh Bina Marga dengan syarat minimum sebesar 18

4.1.4.3.4 VFA (Rongga Terisi AspaI)

VFB atau Voids FiIIed with Bitumen iaIah rongga terisi aspaI pada

campuran seteIah mengaIami proses pemadatan yang dinyatakan daIam persen

terhadap rongga antar butiran agregat VMA (Void In MineraI Aggregate).

Tabel 4. 14 Data Pengujian VFA

Variasi VFA Syarat Status

6.00% 57.85 68 Tidak Memenuhi

6.50% 62.74 68 Tidak Memenuhi

7.00% 68.04 68 Memenuhi

7.50% 71.87 68 Memenuhi

8.00% 72.31 68 Memenuhi

21.20

21.40

21.60

21.80

22.00

22.20

22.40

22.60

22.80

5.50% 6.00% 6.50% 7.00% 7.50% 8.00% 8.50%

NIL

AI V

MA

KADAR ASPAL

VMA

Page 74: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

73

Gambar 4.4 Grafik Hasil Pengujian VFA

Dari hasil yang didapatkan pada variasi 6% & 6.5% tidak memenuhi

persyaratan yang telah dengan syarat minimum sebesar 68

4.1.4.3.5 NiIai StabiIitas

StabiIitas merupakan kesanggupan Iapis perkerasan aspaI untuk

menahan beban yang terdapat pada IaIu Iintas. Nilai stabilitas dipengaruhi oleh

beberapa factor yaitu penetrasi aspal, kadar aspal,bentuk dan tekstur permukaan

dan gradasi agregat. Adapun hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4. 15 Data Pengujian NiIai StabiIitas

Variasi Stabilitas (kg) Syarat Status

6.00% 1640.07 600 Memenuhi

6.50% 1715.14 600 Memenuhi

7.00% 1957.68 600 Memenuhi

7.50% 1697.81 600 Memenuhi

8.00% 1576.54 600 Memenuhi

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

5.50% 6.00% 6.50% 7.00% 7.50% 8.00% 8.50%

NIL

AI V

FA

KADAR ASPAL

VFA

Page 75: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

74

Gambar 4.5 Grafik Data Pengujian NiIai StabiIitas

Dari hasil yang didapat seluruh variasi memenuhi persyaratan dengan syarat

minimum sebesar 68.

4.1.4.3.6 FIow (KeIeIehan)

FIow iaIah niIai penurunan yang terjadi pada campuran benda uji akibat

menahan beban sampai batas runtuh, dinyatakan daIam satuan mm. Penurunan

yang terjadi sangat berkaitan dengan niIai VIM, VFA dan stabiIitas. NiIai fIow

dipengaruhi antara Iain oIeh kadar dan viskositas aspaI, gradasi agregat dan

proses pemadatan. Flow juga dapat di definisikan sbg besarnya deformasi yang

terjadi pada lapis perkerasan akibat menaha beban yang diterima

Tabel 4. 16 Data HasiI Pengujian FIow

Variasi Flow Syarat Status

6.00% 1640.07 - Memenuhi

6.50% 1715.14 - Memenuhi

7.00% 1957.68 - Memenuhi

7.50% 1697.81 - Memenuhi

8.00% 1576.54 - Memenuhi

0.00

500.00

1000.00

1500.00

2000.00

2500.00

5.50% 6.00% 6.50% 7.00% 7.50% 8.00% 8.50%

NIL

AI S

TAB

ILIT

AS

KADAR ASPAL

Stabilitas

Page 76: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

75

Gambar 4.6 Grafik Data HasiI Pengujian FIow

4.1.4.3.7 MarshaII Quotient

NiIai MQ akan menjeIaskan tinggi rendah nya kekakuan serta fIeksibiIitas

campuran. Jika niIai MQ terIaIu tinggi campuran Iapis AspaI Beton akan menjadi

kaku dan mudah retak, dan jika terIaIu rendah akan membuat aspal menjadi

pIastis sehingga tidak memiIiki daya Iayan yang tinggi.

Tabel 4. 17 Data HasiI MarshaII Quotient

Variasi MQ (kg/mm) Syarat Status

6.00% 401.65 Min 250 Memenuhi

6.50% 447.43 Min 250 Memenuhi

7.00% 427.13 Min 250 Memenuhi

7.50% 363.82 Min 250 Memenuhi

8.00% 262.76 Min 250 Memenuhi

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

5.50% 6.00% 6.50% 7.00% 7.50% 8.00% 8.50%

NIL

AI F

LOW

KADAR ASPAL

Flow

Page 77: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

76

Gambar 4.7 Grafik Data HasiI MarshaII Quotient

Dari hasil yang diperoleh seluruh variasi memenuhi persyaratan dengan

batas minimum sebesar 250 kg/mm

4.1.4.1 Penentuan Kadar AspaI Optimum

Mencari niIai Kadar Aspai Optimum (KAO) di maksudkan agar mendapat

niIai kadar aspaI paIing efektif untuk campuran Iapis Aspai HRS-WC.

Berdasarkan dari hasil pengujian yang dilakukan didapatkan nilai parameter

seperti VIM, VMA, VFA, Stabilitas dan Flow, maka didapat nilai kadar aspal

optimum dari parameter yang memenuhi spesifikasi. Berikut parameter yang di

dapatkan:

Tabel 4. 18 Data Pengujian MarshaII Penentuan KAO

VARIASI BULK

DENSITY VIM VFA VMA STABILITAS FLOW MQ

6.00% 2.12 8.20 57.85 21.42 1640.07 4.08 401.65

6.50% 2.13 6.75 62.74 21.49 1715.14 3.83 447.43

7.00% 2.14 5.17 68.04 21.46 1957.68 4.58 427.13

7.50% 2.14 4.03 71.87 21.80 1697.81 4.67 363.82

8.00% 2.13 3.55 73.31 22.68 1576.54 6.00 262.76

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

300.00

350.00

400.00

450.00

500.00

5.50% 6.00% 6.50% 7.00% 7.50% 8.00% 8.50%

NIL

AI M

Q

KADAR ASPAL

MQ

Page 78: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

77

Density

VIM

VMA

VFA

Stabilitas

Flow

MQ

6 6.5 7 7.5 8

Gambar 4.8 Grafik Pengujian MarshaII Penentuan KAO

𝑲𝑨𝑶 =𝟔, 𝟕 + 𝟕. 𝟔

𝟐= 𝟕. 𝟐%

Dengan didapatkan nilai KAO sebesar 7,2% maka digunakanlah KAO untuk

campuran berikutnya dengan menggunakan bahan filler abu serbuk kayu.

4.1.5 Pengujian Marshall Menggunakan KAO

Setelah di dapatkan nilai KAO kemudian nilai KAO tersebut dijadikan

acuan untuk kadar aspal yang akan digunakan pada campuran aspal yang

menggunakan filler abu serbuk kayu denganvariasi 5%,10%, 15%, 20% dan

25%. Berikut adalah hasil yang didapatkan dari pengujian marshall.

A. Pengaruh Filler Terhadap Density

Campuran aspal dengan nilai density yang lebih tinggi akan mampu

menahan beban yang lebih tinggi dan sebaliknya. Berikut adalah nilai density

yang didapat:

Tabel 4. 19 Density

Page 79: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

78

Variasi Density Syarat Status

5% 2.17 - Memenuhi

10% 2.21 - Memenuhi

15% 2.14 - Memenuhi

20% 2.09 - Memenuhi

25% 2.06 - Memenuhi

Gambar 4.9 Grafik Density

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan diperoleh nilai density yang

semua variasi memenuhi persyaratan dengan nilai yang tertinggi terdapat pada

variasi 10% dengan nilai sebesar 2.21 gr/ml hal tersebut menandakan bahwa

campuran yang dihasilkan memiliki kepadatan yang cukup tinggi dibandingkan

variasi yang lain. Sedangkan pada penambahan filler lebih dari 10% grafik

mengalami penurunan, dikarenakan pada 10% telah mengalami jenuh. Abu

serbuk kayu memiliki kandungan silica yang cukup tinggi yaitu 80%

menyebabkan abu serbuk kayu mudah menyerap aspal yang mengakibatkan

berkurangnya daya lekat aspal terhadap agregat. Jadi semakin banyak

penambahan filler makan semakin menurun nilai density sehingga campuran

semakin tidak rapat dan semakin tidak kedap terhadap air dan udara.

0.000

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

5% 10% 15% 20% 25%

198.807

255.609275.887

238.074219.995

NIL

AI M

Q

KADAR FILLER

MQ

Page 80: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

79

B. VIM ( Void In Mix )

VIM merupakan persentase rongga udara yang terdapat dalam campuran,

rongga udara sendiri berfungsi sebagai ruang utuk aspal mengalir karena

pembebanan pada lalu lintas sehingga dapat mengurangi terjadinya bleeding.

Semakin tinggi nilai VIM makan semakin tinggi pula rongga dalam campuran

yang dapat mengakibatkan campuran bersifat pourus, namun nilai VIM yang

terlalu rendah juga tidak terlalu baik, karena akan mengkibat campuran akan

memiliki nilai kekakuan yang tinggi karena rongga dalam campuran yang terlalu

sedikit. Berikut adalah nilai VIM yang didapatkan dari pengujian.

Tabel 4. 20 Hasil Pengujian VIM

Variasi VIM Syarat Status

5% 4.39 4 Memenuhi

10% 1.84 4 Tidak

Memenuhi

15% 4.46 4 Memenuhi

20% 5.60 4 Memenuhi

25% 6.39 4 Memenuhi

Gambar Grafik 4.10 Grafik Hasil VIM

Dimana dapat dilihat pada hasil pengujian nilai yang didapatkan tidak

semua memenuhi persyaratan. Dengan nilai minimum terdapat pada variasi 5%

0.000

2.000

4.000

6.000

8.000

5% 10% 15% 20% 25%

4.389

1.843

4.4605.605

6.393

NIL

AI V

IM

KADAR FILLER

VIM

Page 81: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

80

dan maximum di variasi 20% sehingga dapat di analisa bahwasanya pada variasi

20% menghasilkan campuran yang paling kedap terhadap air.

C. VMA ( Void Mineral Agregate )

Nilai VMA yang kecil akan mengakibatkan suatu campuran

mengakibatkan suatu campuran memiliki nilai durabilitas yang rendah

sedangkan jika nilai VMA rendah akan menakibatkan nilai stabilitas yang rendah.

Berikut adalah nilai VMA yang diperoleh:

Tabel 4. 21 Hasil Pengujian VMA

Variasi VMA Syarat Status

5% 20.45 18 Memenuhi

10% 19.03 18 Memenuhi

15% 21.85 18 Memenuhi

20% 23.43 18 Memenuhi

25% 24.70 18 Memenuhi

Gambar 4.11 Grafik Hasil Pengujian VMA

Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa penambahan kadar

filler mengakibatkan kenaikan pada nilai VMA. Hal ini dikarenakan penambahan

filler dapat memperbesar rongga antar agregat. Yang mana fungsi filler sendiri

yaitu mengisi rongga antar agregat sehingga terjadi penambahan rongga pada

aggregate. Pada data diatas dapat dianalisa bahwa nilai minimum yang diperoleh

pada variasi 10% dan maksimum pada 25%.

0.000

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

5% 10% 15% 20% 25%

20.45419.029

21.85223.433 24.701

NIL

AI V

MA

KADAR FILLER

VMA

Page 82: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

81

D. VFA ( Void Filled Asphalt )

Semakin tinggi nilai VFA menandakan semakin tinggi rongga yang terisi

aspal sehingga campuran memiliki nilai kekedapan yang tinggi dan nilai

elastisitas yang tinggi. Namun jika nilai VFA terlalu tinggi akan mengakibatkan

bleeding akibat beban lalu lintas yang tinggi sehingga aspal akan naik ke

permukaan.

Berikut adalah hasil yang di peroleh dari hasil pengujian.

Tabel 4. 22 Hasil Pengujian VFA

Variasi VFA Syarat Status

5% 74.59 68 Memenuhi

10% 81.84 68 Memenuhi

15% 68.56 68 Memenuhi

20% 62.64 68 Tidak

Memenuhi

25% 58.54 68 Tidak

Memenuhi

Gambar 4.12 Grafik Hasil Pengujian VFA

Dari data yang dihasilkan nilai VFA minimum terdapat pada variasi 25%

dan nilai VFA maximum terdapat pada variasi 25% sehingga dapat disimpulkan

pada variasi 10% rongga terisi aspalnya lebih banyak dibandingkan yang lain,

dan sebaliknya pada variasi 58% rongga terisi aspalnya lebih banyak di

bandingkan yang lain. Dapat dilihat pula dengan penambahan filler nilai VFA

semakin menurun ini disebabkan pada variasi 10% nilai VFA telah mencapai titik

jenuh nya.

0.000

50.000

100.000

5% 10% 15% 20% 25%

74.587 81.84268.562 62.636 58.537

NIL

AI V

FA

KADAR FILLER

VFA

Page 83: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

82

E. Stabilitas

Suatu campuran dikatakan memiliki stabilitas yang tiggi apabila campuran

tersebut dapat menahan suatu beban lalu lintas dengan kapasitas tertentu tanpa

megalami kerusakan apapun. Nilai stabilitas dipengaruhi oleh gesekan antar

butiran dan kohesi yang ditentukan oleh bentuk, kualitas tekstur permukaan,

gradasi agregat dan penetrasi aspal.

Berikut data nilai stabilitas yang diperoleh dari hasil pengujian

Tabel 4. 23 Tabel Pengujian Stabilitas

Variasi Stabilitas Syarat Status

5% 997 600 Memenuhi

10% 1265 600 Memenuhi

15% 1117 600 Memenuhi

20% 1095 600 Memenuhi

25% 1005 600 Memenuhi

Gambar 4.13 Hasil Pengujian Stabilitas

Dari hasil yang diperoleh nilai stabilitas maximum terdapat pada variasi

10% sedangkan untuk nilai stabilitas minimum terdapat pada variasi 5%

sehingga pada variasi 10% menunjukkan campuran yang dihasilkan memiliki

kepadatan yang dapat menahan beban yang sangat kuat dan sebaliknya pada

variasi 5% campuran menujukkan rongga yang terdapat pada campuran cukup

besar sehingga stabilitasnya rendah.

800.000

900.000

1000.000

1100.000

1200.000

1300.000

5% 10% 15% 20% 25%

996.975

1264.699

1117.266 1094.744

1004.714

NIL

AI S

TAB

ILIT

AS

KADAR FILLER

Stabilitas

Page 84: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

83

F. Flow

Nilai flow yang terlalu rendah dapat menyebabkan lapisan perkerasan

menjadi mudah retak karena lapis perkerasan terlalu kaku, tetapi nilai flow yang

terlalu tinggi pun tidak baik karena dapat mengakibatkan bleeding. Hasil yang

diperoleh dari pengujian yaitu sebagai berikut:

Tabel 4. 24 Hasil Pengujian Flow

Variasi Flow Syarat Status

5% 5.83 - Memenuhi

10% 5.83 - Memenuhi

15% 4.417 - Memenuhi

20% 5.167 - Memenuhi

25% 5.250 - Memenuhi

Gambar 4.14 Grafik Hasil Pengujian Flow

Hasil diperoleh dari masing-masig variasi tidak terlalu jauh perbedaannya.

Pada variasi 15% diperoleh nilai flow minimum yang menandakan bahwa rendah

cenderung bersifat kaku sedangkan flow yang tinggi cenderung bersifat plastis,

sehingga hasil yang baik memiliki nilai di tengah-tengah. Nilai flow terus naik

seiring bertambahnya kadar filler tetapi mengalami penurunan di 15% mungkin

dikarenakan pada saat pembuatan sampel yang kurang teliti.

G. MQ

Berikut nilai MQ yang diperoleh dari hasil pengujian:

0.0001.0002.0003.0004.0005.0006.0007.0008.000

5% 10% 15% 20% 25%

5.083 5.0834.417

5.167 5.250

AN

ILA

I FLO

W

KADAR FILLER

Flow

Page 85: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

84

Tabel 4. 25 Hasil Pengujian MQ

Variasi MQ Syarat Status

5% 198.807 Min 250 Tidak Memenuhi

10% 255.609 Min 250 Memenuhi

15% 275.887 Min 250 Memenuhi

20% 238.074 Min 250 Tidak Memenuhi

25% 219.995 Min 250 Tidak Memenuhi

Gambar 4.15 Grafik Hasil Pengujian MQ

Dapat dilihat dari data diatas bahwa nilai MQ maximum berada pada

variasi 15% yang menunjukkan campuran yang dihasilkan lebih kaku

dibandingkan variasi yang lain dan juga nilai MQ mengalami kenaikan sampai

batas optimumnya pada variasi 15%

0.000

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

5% 10% 15% 20% 25%

198.807

255.609275.887

238.074219.995

NIL

AI M

Q

KADAR FILLER

MQ

Page 86: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

85

BAB V

PENUTUP

5.1 KesimpuIan

Dari hasiI peneIitian dapat disimpuIkan bahwa:

1. Dari hasil penelitian didapatkan hasil dari variasi 5% untuk nilai Density,

VIM, VMA, VFA, Stabilitas dan Flow memenuhi persyaratan, sedangkan

untuk MQ tidak memenuhi persyaratan. Pada variasi 10% untuk nilai

Density,VMA, VFA, Stabilitas, Flow dan MQ memenuhi persyaratan,

sedangkan VIM tidak memenuhi persyaratan. Pada variasi 15% untuk

nilai Density, VIM, VMA, VFA, Stabilitas Flow dan MQ memenuhi

persyaratan. Pada variasi 20% untuk nilai Density, VIM, VMA,Stabilitas

dan Flow memenuhi persyaratan, sedangkan untuk nilai VFA dan MQ

tidak memenuhi persyaratan. Pada variasi 25% untuk nilai Density, VIM,

VMA,Stabilitas dan Flow memenuhi persyaratan, sedangkan untuk nilai

VFA dan MQ tidak memenuhi persyaratan.

2. Kadar aspal optimum yang didapatkan setelah penambahan filler limbah

abu seruk kayu yaitu sebesar 7.2%

3. Nilai stabilitas marshall yang diperoleh pada variasi 5%, 10%, 15%, 20%

dan 25% yaitu sebesar 997, 1265, 1117, 1095 dan 1005 semua variasi

memenuhi persyaratan.

4. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan kadar abu serbuk kayu

optimum digunakan atau variasi yang baik didapat untuk campuran

adalah sebesar 15% dengan nilai stabilitas 1117 kg dengan nilai

VIM,VMA,VFA,MQ memenuhi persyaratan.

5.2 Saran

Adapun saran yang di ajukan daIam peneIitian ini adaIah:

1. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian yang serupa dengan

menggunakan aspal pourus.

2. Penelitian dapat dilanjutkan dengan subjek yang sama dengan diterapkan

beberapa variasi yang berbeda dari penelitian ini, antara lain berupa

variasi bahan tambah, dan memanfaatkan abu serbuk kayu sebagai

pengganti atau substitusi variasi persen filler.

Page 87: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

86

3. Penelitian dapat dilanjutkan dengan penambahan pengujian permeabilitas

campuran aspal.

Page 88: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

87

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rosid, I. (2011). Pemanfaat Serbuk Kaca Sebagai Filler Pada Campuran

Perkerasan Jalan HRS – WC Utilization.

Cahya, C. Y., M. Saleh, S., & Anggraini, R. (2018). Karakteristik Penggunaan

Abu Serbuk Kayu Sebagai Subtitusi Filler Pada Campuran Laston Lapis Aus.

Jurnal Arsip Rekayasa Sipil Dan Perencanaan, 1(4), 61–68.

https://doi.org/10.24815/jarsp.v1i4.12456

Hadiwisastra, S. (2009). Kondisi Aspal Alam dalam Cekungan Buton. Jurnal

RISET Geologi Dan Pertambangan, 19(1), 49.

https://doi.org/10.14203/risetgeotam2009.v19.22

Hamzah, Rizky, A., & Kaseke, Oscar, H. (2016). Pengaruh Variasi Kandungan

Bahan Pengisi Terhadap Kriteria Marshall Pada Campuran Beraspal Panas

Jenis Lapis Tipis Aspal Beton – Lapis Aus Gradasi Senjang. Jurnal Sipil

Statik, 4(7), 447–452.

Hermanus, G., Kaseke, O. H., Jansen, F., Teknik, F., Sipil, J. T., & Ratulangi, U.

S. (2015). Kajian Perbedaan Kinerja Campuran Beraspal Panas Antara

Jenis Lapis Tipis Aspal Beton-Lapis Aus ( Hrs-Wc ) Bergradasi Senjang

Dengan Yang Bergradasi. 3(4), 228–234.

Howardy, Budi Suparna, L., & Iman, S. (2008). Perancangan Laboratorium

Campuran Hrs-Wc Dengan Penggunaan Buton Granular Asphalt (Bga)

Sebagai Bahan Additive. Civil Engineering Forum Teknik Sipil, 18(3), 921-

933–933.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Bina

Marga. (2018). Spesifikasi Umum 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan

dan Jembatan (Revisi 1). In Direktorat Jendral Bina Marga (Issue Revisi-1).

https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Nasional, B. S. (2017). Rancangan Tebal Jalan Beton Untuk Lalu Lintas Rendah.

Sabaruddin. (2011). Pemanfaat Limba Abu Serbu Kayu Sebagai Material Pengisi

Campuran Lataston Tipe B. 11(200), 103–114.

Page 89: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

88

D. Marteano, Evaluasi Kinerja Campuran Hot Rolled Asphalt (HRA) dengan

Menggunakan Filler Abu Sisa Penggergajian Kayu, Universitas

Diponegoro, Semarang, 2003.

Bina Marga. (2018). Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018 Revisi I.

Direktorat Jenderal Bina Marga Kementrian Pekerjaan Umum.

Sandi, R. F. (2013). Kinerja Campuran Lataston (HRS-WC) Asbuton dengan

Penambahan Oli Bekas Terhadap Pengujian Marshall (Issue Mm).

Universitas Negeri Lampung.

Page 90: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

89

DAFTAR RIWAYAT HlDUP

Data Personal

NIM : 2016-21-025

Nama : Masyita Febrina

Tempat/Tgl. Lahir : Aceh, 02 Februari 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Program Studi : Teknik Sipil

Alamat Rumah : Apartemen Green Palm, Jl. Kresek Raya, Duri Kosambi

Kab. Tangerang

No. Telepon/HP : 0812-8597-2364

Email : [email protected]@gmail.com

Pendidikan

Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus

SD SDN 2 Banda Sakti Lhokseumawe - 2009

SMP SMPS Sukma Bangsa Lhokseumawe - 2012

SMA SMAS Sukma Bangsa Lhokseumawe IPA 2015

Demikianlah daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jakarta, 27 April 2020

Mahasiswa ybs.

Masyita Febrina

Page 91: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

90

Lampiran 1. 1 Dokumentasi Penelitian

ALAT PENUMBUK

Page 92: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

91

PENGUJIAN ANALISIS SARINGAN AGREGAT

Page 93: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

92

PENGGABUNGAN AGREGAT

Page 94: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

93

PEMANASAN AGREGAT

Page 95: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

94

PEMBUATAN FILLER

Page 96: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

95

SAMPEL

Page 97: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

96

PERENDAMAN SAMPEL

Page 98: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

97

PENGERINGAN DAN PENIMBANGAN SAMPEL

Page 99: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

98

PENGUJIAN MARSHALL

Page 100: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

99

Lampiran 1.2 Data Hasil Pengujian AspaI

Page 101: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

100

Page 102: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

101

Page 103: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

102

Page 104: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

103

Page 105: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

104

Page 106: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

105

Page 107: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

106

Page 108: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

107

Page 109: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

108

Page 110: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

109

Page 111: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

110

Page 112: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

111

Page 113: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

112

Page 114: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

113

INSTITUT TEKNOIOGI PLN

LEMBAR BIMBINGAN TUGAS AKHIR

Nama Mahasiswa : Masyita Febrina

NIM : 2016 21 025

Program Studi : Teknik SipiI

Jenjang : Sarjana

Pembimbing Utama (Materi) : Indah Handayasari, S.T., M.T

JuduI Tugas Akhir : Pengaruh Penggunaan Iimbah Abu Serbuk

Kayu Sebagai Bahan Substitusi FiIIer Terhadap

Karakteristik Campuran HRS-WC

No. TanggaI Materi Bimbingan Paraf

1 17-02-

2020

- Perbaiki latar belakang - Cek pedoman skripsi yang terbaru - Munculkan permasalahan & tujuan

penelitian - Lanjutkan

2 19-02-

2020

- Perbaiki secara total latar belakang yang dibuat

- Lanjutkan

3 02-03-

2020

- Perbaiki latar belakang segera - Sumber yang dimasukkan hanya bagian

hasilnya saja yang mendukung dan menjadi dasar kuat penelitian bahan alternatif serbuk kayu sebagai filler

- Masukkan minimai 2 -3 sumber pendukung - Lanjutkan

4 11-04-

2020

- Revisi Bab I sesuai catatan yang diberikan - Bab II akan dikoreksi setelah Bab I selesai

dan oke - Lanjutkan

Page 115: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

114

5 15-04-

2020

- Revisi lagi Bab I - Uji permeabilitas yang direncanakan mohon

untuk dijelaskan rencananya seperti apa, Apakah setelah didapatkan kadar aspal optimun.Hal ini nanti harustergambar dan muncul di diagram alir penelitian

- Lanjutkan

6 18-04-

2020

- Perbaiki segera sesuai catatan - Bab I Selesai - Silahkan untuk diselesaikan Bab II - Lanjutkan

7 02-05-

2020

- Bab II dan Bab III mohon dirapikan sesuai pedoman skripsi

- Perbaiki diagram alir penelitian - Tambahkan jadwal penelitoan - LAnjutkan

8 03-05-

2020

- Acc untuk diajukan sidang proposal skripsi

9 24-07-

2020

- Bab IV revisi lagi pembahasannya - Posisi sumber : rata kiri dibawah tabel - Keterangan tabel pada bagian atas tabel - Mohon ditambahkan dan dilengkapi dengan

data hasil pengujian untuk penentuan presentase optimum dibahas dengan detail sehingga bisa ditarik kesimpulan

- Lanjutkan

10 05-02-

2020

- Tambahkan pembahasan hasil rekomendasi presentase serbuk kayu berdasarkan penelitian untuk penentuan presentase optimum dibahas dengan detail sehingga bisa ditarik kesimpulan

- Perbaiki lagi kesimpulan dan saran - Lanjutkan

11 09-08-

2020

- Lengkapi referensi pada daftar pustaka, masih ada hasil penelitian pada tinjauan pustaka yang belum dimasukkan.

- Siapkan lampiran dokumentasi pengujian dan hasil penelitian dari laboratorium

- Cek penulisan - Lanjutkan

Page 116: MASYITA FEBRINA NIM : 201621025

115

12 14-08-

2020

- Perbaiki lagi abstrak - Siapakan daftar isi, dll - Lanjutkan

13 16-08-

2020

- Acc untuk diajukan sidang skripsi