Post on 06-Feb-2018
ISBN :978-602-73159-0-7
SINTESIS KITOSAN HIDROLISAT SECARA ENZIMATIS
MENGGUNAKAN ENZIM PAPAIN
Endang Susilowati1,*, Maryani2, Ashadi3, Uswatun Hasanah3
1Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia 2Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
3Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
email:endwati@yahoo.co.id
ABSTRAK
Kitosan hidrolisat merupakan hasil hidrolisis kitosan dengan berat molekul lebih kecil dari kitosan asalnya. Pada penelitian ini kitosan hidrolisat disintesis secara enzimatis menggunakan enzin papain pada suhu ruang. Karakterisasi kitosan hidrolisat meliputi derajad deasetilasi (DD) ditentukan berdasarkan spektra fourier transform infrared (FTIR) menggunakan baseline A, Berat molekul (BM) secara viskosimetri berdasarkan persamaan Mark Howink, kelarutan dengan spektrofotometer UV-Vis, kristalinitas menggunakan X-ray diffraction (XRD) dan sifat ketahanan termal dengan thermal gravimetric analysis (TGA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi enzim berpengaruh terhadap BM tetapi tidak berpengaruh terhadap DD kitosan hidrolisat. Waktu hidrolisis enzimatis berpengaruh signifikan terhadap BM kitosan hidrolisat yang dihasilkan. Kitosan hidrolisat meningkat kelarutannya seiring dengan menurunnya berat molekul. Kitosan hidrolisat sedikit lebih bersifat kristalin dan memiliki ketahanan termal tidak berbeda dari kitosan asal.
Kata Kunci: Kitosan hidrolisat, enzim papain, berat molekul, derajad deasetilasi
PENDAHULUAN
Kitosan adalah nama lain dari β-
(1,4)-2-amino-2-dioksi-D-glukosa, merupa-
kan senyawa turunan dari kitin melalui
proses deasetilasi dalam media basa kuat.
Kitosan juga merupakan suatu polimer
multifungsi karena mengandung tiga jenis
gugus fungsi yaitu asam amino, gugus
hidroksil primer dan sekunder. Adanya
gugus fungsi ini menyebabkan kitosan
mempunyai reaktivitas kimia yang tinggi [1].
Sumber kitosan yang sangat potensial
adalah kerangka luar crustaceae seperti
kepiting, lobster, udang, dan sebagainya
[2,3]. Kitosan bersifat biokompatibel,
biodegradabel, tak beracun terhadap
mammalia, menunjukkan sifat biologikal,
fisiologikal, dan farmakologikal yang
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII
“Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi”
Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April 2015
MAKALAH
PENDAMPING BIOKIMIA ISBN : 978-602-73159-0-7
ISBN :978-602-73159-0-7
menarik sehingga banyak dikaji dan
diterapkan dalam bidang bahan pangan,
kosmetik dan medis [4,5]
Kitosan hanya dapat dilarutkan
padakisaran pH asam dan tidak dapat larut
pada air dan alkali. Sehingga kitosan
dengan berat molekul yang tinggi akan
lebih sulit terserap secara in vivo. Oleh
karena itu perlu dilakukan upaya untuk
meningkatkan kelarutan kitosan. Kelarutan
kitosan pada pH netral dan basa dapat
ditingkatkan dengan cara menurunkan
berat molekulnya. Kitosan dengan berat
molekul 2-18 kDa dapat larut air pada
kisaran pH yang netral [6].
Berat molekul kitosan dapat
diturunkan dengan proses hidrolisis baik
secara fisika, asam, maupun secara
enzimatik. Hidrolisis dengan asam memiliki
beberapa kekurangan yaitu rendemen
produk yang rendah, dapat menyebabkan
modifikasi pada produk yang tidak
diharapkan serta limbahnya yang dapat
mencemari lingkungan. Sedangkan
hidrolisis secara enzimatik dapat
mempertahankan sifat biologis aslinya dan
menghasilkan rendemen yang lebih tinggi
[7]. Hidrolisis secara enzimatik dapat
dilakukan menggunakan enzim yang
spesifik (kitosanase) dan non-spesifik
seperti lisozim, selulase, lipase, amilase,
papain, dan pektinase Penggunaan
kitosanase masih memiliki keterbatasan
yaitu sulit digunakan dalam skala besar dan
mahal [8].
Enzim papain merupakan salah satu
alternatif enzim non-spesifik yang menarik
untuk digunakan mendegradasi polimer
pada kitosan. Papain merupakan enzim
sistein protease yang dapat diperoleh dari
isolasi penyadapan getah pepaya [9].
Getah pepaya (Carica papaya)
mengandung sebanyak 10% papain, 45%
kimopapain dan lisozim sebesar 20% [10].
Penggunaan papain untuk hidrolisis kitosan
lebih ekonomis. Ketersedian papain lebih
terjamin karena papain telah banyak
digunakan sebagai pengempuk daging,
pembuatan konsentrat protein, hidrolisat
protein, dan berbagai industri lainnya.
Pada penelitin ini dilakukan dilakukan
proses hidrolisis kitosan menggunakan
enzim papain untuk mendapatkan kitosan
dengan berat molekul yang lebih rendah
yang selanjutnya disebut kitosan hidrolisat.
Untuk mengetahui pengaruh variable yang
terkait dengan proses hidrolisis mala dikaji
pengaruh konsentrasi dan waktu hidrolisis
terhadap berat molekul, derajad deasetilasi
dan kelarutan kitosan hidrolisat yang
dihasilkan.
METODE PENELITIAN
Alat dan bahan yang digunakan
Alat uang digunakan dalam
penelitian adalah alat-alat gels, timbangan
analitik, thermometer, pH meter, ayakan
100 mesh, viskosimeter Oswalt,
spektrofotometer FTIR (Simadzu FTIR-
8201 PC) , spektrofotometer UV-Vis
(Shimadzu UV3150), X-ray diffraction (PW3
710) dan Thermal Gravimetry/ Differential
Thermal Analysis (TG /DTA) (perkin Elmer).
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain adalah kitosan
dengan berat molekul (BM) 1.077.919 Da
dan rerajad deasetilasi (DD) 70,36 %
disintesis dari limbah udang. Papain,
natrium asetat (CH3COONa), asam asetat
(CH3COOH), natrium hidroksida (NaOH)
ISBN :978-602-73159-0-7
dibeli dari Merck dan akuades (Sub Lab
Kimia Lab Pusat UNS)
Pembuatan kitosan hidrolisat
Kitosan asal dilarutkan dalam buffer
asetat (CH3COOH - CH3COONa, pH 4.5)
sehingga konsentrasi kotosan 5.0 g/L.
Enzim papain ditambahkan ke dalam
larutan sehingga rasio papain/kitosan = 1:4,
dan diinkubasi pada temperatur ruang
dengan variasi waktu 1, 3, 5, 10, 15, 20, 25
dan 100 jam untuk waktu hidrolisis.
Kemudian NaOH ditambahkan tetes demi
tetes pada larutan sampai pH 8 dan
diperoleh gel kitosan hidrolisat. Gel
kemudian dicuci dengan air sampai netral
dan kemudian disaring dan dikeringkan.
Kitosan hidrolisat digerus dan disaring 100
mesh. Kitosan hidrolisat yang diperoleh
dengan variasi waktu hidrolisis ini diberi
kode KH1, KH3, KH5, KH19, KH15, KH20,
KH25 dan KH100. Cara hidrolisis yang
sama dilakukan dengan variasi rasio berat
enzim papain terhadap kitosan yaitu 1:12,
1:10, 1:8, 1:4 dan 1:2 atau dalam
prosentase (% enzim terhadap kitosan)
adalah 8,33 %, 10 %; 12,5 %; 25 % dan 50
%. Sampel ini diberi kode KH-A, KH-B, KH-
C, KH-D dan KH-E. Kitosan hidrolisat ini
kemudian dikarakterisasi yang meliputi
berat molekul, derajad deasetilasi, gugus
fungsi, kelarutan, kristalinitas dan sifat
termalnya.
Karakterisasi
Kelarutan ditentukan berdasar
spektra UV-Vis diperoleh dari
spektrofotometer Shimadzu UV3150 yang
dioperasikan dalam mode transmitansi.
Berat molekul kitosan hidrolisat
diditentukan menggunakan metode
viskosimetri. Berat molekul dihitung melalui
hubungan antara viskositas [η] dan berat
molekul dalam persamaan Mark-Houwink.
Derajat deasetilasi kitosan ditentukan
dengan menggunakan metode spektroskopi
inframerah. Derajat deasetilasi kitosan
dapat dihitung dengan menggunakan base
line a yang diusulkan oleh Domzy dan
Robert [11]. Pengukuran metode difraksi
sinar-X dilakukan dengan menggunakan
sumber radiasi Cu Kα ( =1,54060 Ǻ) pada
tegangan 40 kV dan arus 30 mA, logam
filter nikel, scanning rate 5 /menit pada
daerah 2θ 3-80°. Karakterisasi gugus
fungsional dilakukan dengan
spektrofotometer inframerah dengan
metode pelet KBr. Pelet sampel diukur
serapan inframerahnya pada bilangan
gelombang 4000-400 cm-1. Karakter termal
ditentukan menggunakan Thermal
Gravimetry/Differential Thermal Analysis
(TG/DTA) (perkin Elmer) pada suhu 30 –
700 oC dengan kecepatan 10 oC / menit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kitosan asal yang digunakan untuk
pembuatan hidrolisat memiliki berat molekul
sebesar 1.077.919,278 Da. Setelah
dilakukan hidrolisis enzimatis, berat molekul
kitosan asal menjadi semakin rendah
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1 dan
Tabel 2 yang kemudian ditunjukkan pada
Gambar 1 dan 2. Penurunan berat molekul
kitosan setelah hidrolisis enzimatis ini
terjadi karena adanya pemutusan ikatan β-
glikosidik pada rantai polimer kitosan
menjadi lebih pendek dan berat molekul
kitosan menjadi lebih rendah.
Tabel 1. BM Kitosan hidrolisat dengan variasi perbandingan massa enzim papain
dan kitosan
ISBN :978-602-73159-0-7
No Sampel Enzim papain
Berat Molekul (Da)
1 KH-A 8.33 % 261.822
2 KH-B 10 % 258.409
3 KH-C 12.5 % 256.420
4 KH-D 25 % 246.631
5 KH-E 50 % 243.658
Tabel 2. Berat molekul kitosan hidrolisat dengan variasi wakru hidrolisis
No Waktu (Jam) Sampel Berat
Molekul (Da) 1 0 K 1.077.919
2 1 KH1 505.410
3 3 KH3 395.891
4 5 KH5 339.951
5 10 KH10 280.932
6 15 KH15 245.924
7 20 KH20 229.392
8 25 KH25 169.118
9 100 KH100 101.447
Gambar 1. Pengaruh konsentrasi enzim terhadap BM kitosan hidrolisat
Gambar 2. Pengaruh waktu hidrolisis
terhadap BM kitosan hidrolisat
Pada variasi konsentrasi enzim ini
(Tabel 1), perbedaan perubahan berat
molekul tidak terlalu signifikan (Gambar 1).
Kerja enzim pada hidrolisis enzimatis ini
dipengaruhi oleh kosentrasi enzim dan
substrat dalam reaksi. Besarnya
konsentrasi enzim yang digunakan akan
mempengaruhi banyaknya substrat yang
ditransformasi. Dalam reaksi ini, dapat
dikatakan bahwa semakin banyak enzim
yang digunakan, maka akan semakin
banyak ikatan glikosidik yang terputus.
Penurunan berat molekul yang tidak terlalu
signifikan dengan konsentrasi enzim yang
semakin besar ini disebabkan enzim
dihasilkan kembali ketika selesai reaksi.
Sedangkan pada variasi kedua, yaitu
variasi waktu hidrolisis (Tabel 2) terjadi
penurunan berat molekul yang bervariasi
dimulai dari 1 jam hidrolisis sampai 100 jam
hidrolisis. Perbandingan berat molekul
kitosan. Berdasarkan perbandingan diatas,
dapat dilihat bahwa semakin lama waktu
hidrolisis maka berat molekul akan semakin
kecil. Penuruan yang sangat tajam terjadi
pada hidrolisis 1 jam, yaitu sebesar
572.508 Da. Kemudian bertambahnya
waktu hidrolisis lebih lanjut menghasilkan
penurunan berat molekul tidak terlalu besar
seperti pada saat 1 jam pertama hidrolisis.
Hal ini menunjukkan bahwa waktu hidrolisis
enzimatis yang paling efektif adalah terjadi
pada saat awal hidrolisis. Seperti pada
penelitian Xie et al. [12] yang menunjukkan
bahwa hidrolisis dilakukan selama 2 jam
menunjukkan penurunan berat molekul
yang lambat dibanding dengan awal reaksi.
Hal ini dikarenakan adanya penurunan
aktivitas enzim yang dapat menghambat
reaksi pemutusan ikatan glikosidik pada
kitosan, sehingga keadaan tersebut akan
mempengaruhi reaksi hidrolisis enzimatis.
Yang berperan dalam hidrolisis enzimatis
ISBN :978-602-73159-0-7
pada penelitian ini adalah enzim papain,
sehingga dapat dikatakan juga bahwa
enzim bekerja sangat efektif saat awal
hidrolisis terjadi. Dari hasil penelitian ini
maka diberikan saran untuk mendapatkan
kitosan dengan berat molekul yang lebih
rendah bisa dilakukan dengan cara
hidrolisis berulang dengan waktu yang
singkat. Kitosan dengan berat molekul yang
rendah ini dapat diaplikasikan sebagai
material menghambat pertumbuhan bakteri
yang lebih efetktif [13, 14]. Kitosan berat
molekul rendah (oligomer) juga di telah
dilaporkan memiliki banyak aktivitas biologi
seperti antimikroba, antikanker,
antioksidan, dan efek imunostimulan yang
tergantung pada sifat fisiko-kimianya [15]
Berdasarkan spektra FTIR maka
nilai derajat deasetilasi dari kitosan
hidrolisat dapat dilihat pada Tabel 3. Dari
tabel 3 terlihat bahwa proses hidrolisis tidak
mempengaruhi besarnya nilai DD. Hal ini
berarti bahwa proses hidrolisis tidak
mempengaruhi gugus asetil pada struktur
kitosan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat gugus asetil yang hilang setelah
kitosan dihidrolisis. Pada prinsipnya,
hidrolisis sendiri merupakan proses
pemotongan ikatan β-glikosidik, sehingga
akan terjadi pemotongan oligomer-oligomer
kitosan dan bukan penghilangan gugus
asetil dari kitosan. Berdasarkan analisis
tersebut, menunjukkan bahwa kitosan
hidrolisat memiliki gugus fungsional yang
sama dengan kitosan asal.
Tabel 3. Pengaruh proses hidrolisis
terhadap Derajad Deasetilasi (DD) kitosan
hidrolisat
No Sampel DD (%)
1 K 70,36
2 KH-C 70,29
3 KH-D 70,41
4 KH1 70,09
5 KH10 70,61
6 KH25 70,11
Kelarutan Kitosan hidrolisat
ditentukan berdasarkan nilai transmitasi
dari spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 600 nm. Kitosan hidrolisat
dikatakan larut sempurna jika memiliki
transmitansi 100 %. Hasil pengamatan
transmitasi untuk kitosan hidrolisat dalam
variasi berat molekul dapat dilihat pada
Tabel 4. Dari Tabel 4 terlihat bahwa
kelarutan meningkat seiring dengan
semakin rendahnya berat molekul kitosan.
Kitosan awal dengan berat molekul tinggi
bisa larut sempurna dalam larutan asam
asetat 0,6 % (1.077.919,273 Da)
sedangkan kitosan hidrolisat dengan berat
molekul terendah (101.446,4841 Da) dapat
larut sempurna dalam larutan asam asetat
0,2 % . Untuk mendapatkan kitosan
hidrolisat yang larut air bisa dilakukan
hidrolisis lanjut atau memodifikasi gugus
samping dengan gugus yang lebih polar
[16].
ISBN :978-602-73159-0-7
Tabel 4. Kelarutan kitosan hidrolisat dalam larutan asam asetat berdasar nilai transmitansi pada 600 nm
NO Konsentrasi asam asetat (%)
Transmitansi (%)
K KH1 KH5 KH25 KH100
1 0,02 2,6 7,0 9,1 10,8 13,2
2 0,04 3,2 8,1 9,8 12,0 14,1
3 0,06 4,0 10,2 11,9 14,3 16,6
4 0,08 5,6 14,9 17,0 18,1 20,2
5 0,10 6,2 22,2 23,2 27,2 33,0
6 0.20 32,4 95,4 96,2 96,9 100,0
7 0.40 99,0 100,0 100,0 100,0 100,0
8 0.60 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
9 0.80 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
10 1,00 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Analisis terhadap kitosan hidrolisat
menggunakan spektrofotometer FTIR
dengan hasil spektranya ditunjukkan pada
Gambar 3. Dari Gambar 3 menunjukkan
tidak adanya perbedaaan yang signifikan
antara pita serapan kitosan asal dengan
kitosan hidrolisat, karena memang kitosan
hidrolisat memiliki gugus fungsi yang sama
dengan kitosan asal. Melalui proses
hidrolisis, kitosan hidrolisat hanya
mengalami depolimerisasi atau pemutusan
ikatan β-glikosidik, sehingga berat molekul
yang dihasilkannya pun juga lebih rendah
dibanding dengan kitosan asal. Gambar 4
menunjukkan bahwa kitosan asal. memiliki
struktur yang sama dengan kitosan
hidrolisat setelah proses hidrolisis. Yang
membedakan pada kedua struktur kitosan
tersebut adalah pada jumlah monomer
pada kitosan. Kitosan hidrolisat memiliki
jumlah oligomer yang lebih sedikit karena
adanya pemutusan ikatan β-glikosidik.
Gambar 3. Spektra FTIR kitosan dan kitosan hidrolisat
ISBN :978-602-73159-0-7
Gambar 4. Reaksi Hidrolisis oleh Enzim Papain
Dari Gambar 4, dapat
diidentifikasi gugus fungsi apa saja yang
terdapat dalam kitosan dan kitosan
hidrolisat. Spektra tersebut menunjukkan
adanya pita serapan antara kitosan K, KH1,
KH5, KH25 dan KH100 yang hampir sama,
yaitu pada bilangan gelombang 3401,01
cm-1; 3441,01 cm-1; 3464,15 cm-1; dan
3417,86 cm-1. Serapan tersebut
menunjukkan hasil vibrasi rentangan gugus
–OH yang berikatan hidrogen. Serapan
pada bilangan gelombang 2877,79 cm -1;
2877,79 cm -1; 2931,8 cm -1; dan 2854,6
cm-1 menunjukkan adanya gugus –CH dari
alkana yang menunjukkan vibrasi ulur -CH2.
Pada bilangan gelombang 1658,78 cm -1;
1658,78 cm -1; 1635,64 cm -1; dan 1635,64
cm-1 menunjukkan adanya gugus –C=O dari
suatu amida. Sedangkan gugus fungsi –NH
dari amina (-NH2) ditunjukkan oleh serapan
bilangan gelombang pada 1594,06 cm -1;
1604,77 cm -1; 1604,77 cm-1; dan 1604,77
cm-1. Kemudian pita serapan 1080,14 cm -1;
1080,14 cm -1; 1080,14 cm-1; dan 1080,14
cm-1 menunjuk-kan adanya serapan oleh
gugus fungsi -C-O.
Difraktogram kitosan dan kitosan
hidrolisat dapat dilihat pada Gambar 5 yang
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kristalinitas ketika terjadi proses hidrolisis
kitosan. Munculnya puncak pada 2θ = 10,1o
dan 20,1o merupakan karakter dari kitosan
[17]. Kristainitas yang dihasilkan pada
penelitian ini relatif tinggi untuk kitosan
hidrolisat yang menunjukkan bahwa
struktur kitosan hidrolisat lebih teratur
dibandingkan dengan kitosan asal.
Gambar 5. Spektra difraksi XRD dari
kitosan(K) dan kitosan hidrolisat (KH100)
Analisis selanjutnya menggunakan
termogravimetri seperti dilihat pada
Gambar 6. Analisis ini dilakukan pada suhu
antara 30 – 700 oC dengan kecepatan suhu
ISBN :978-602-73159-0-7
10 oC/menit.Pada termogram baik untuk sampel
kitosan maupun kitosan hidrolisat terdapat tiga
tahap utama penurunan berat. Penurunan berat
pertama terjadi pada kisaran 30 – 110 oC yang
mengindikasikan proses pelepasan air sebgai
hasil penguapan. Pada proses ini terjadi
penurunan berat sekitar 10 %. Penurunan berat
kedua adalah sekitar 45 % yang terjadi pada
suhu 110 – 370 oC yang berhubungan dengan
pemutusan ikatan di luar cincin glukopiranosil
yang menghasilkan senyawa volatile. Proses
penurunan yang ketiga terjadi pada suhu 370 –
560 oC yang berkaitan dengan proses
depolimerisasipembukaan cincin glukopiranosa
dan reaksi pirolitik. Terjadi sedikit perbedaan
sifat termal antara kitosa dan kitosan hidrolisat
yaitu pada tahap ketiga dimana kitosan
hidrolisat mengasilkan residu karbon yang lebih
sedikit.
Gambar 6. Termogram TGA dari kitosan dan kitosan hidrolisat
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsentrasi enzim pada rentang 8,33 sampai 50
% (w enzim/w kitosan) berpengaruh sedikit
terhadap berat molekul tetapi tidak berpengaruh
terhadap derajad deasetilasi (DD) kitosan
hidrolisat. Waktu hidrolisis enzimatis
berpengaruh signifikan terhadap berat molekul
(BM) kitosan hidrolisat yang dihasilkan. Kitosan
hidrolisat meningkat kelarutannya seiring
dengan menurunnya berat molekul dan semua
produk kitosan hidrolisat dapat larut sempurna
dalam larutan asam asetat 0,4 % (v/v).
Berdasarkan analisis gugus fungsi, maka
kitosan hidrolisat tidak berbeda secara signifikan
dengan kitosan asal. Kitosan hidrolisat sedikit
lebih bersifat kristalin dan memiliki ketahanan
termal tidak berbeda dari kitosan asal.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Chandy, T. and Sharma, C.P., 1990,
Chitosan--as a biomaterial, Biomater. Artif.
Cells Artif. Organs., 18(1):1-24.
[2] Du Y, Zhao Q, Dai S, Yang B. 2009.
Preparation of water-soluble chitosan from
shrimp shell and its antibacterial activity.
Innovative Food Sci Emerging Tech 10:
103-107.
[3] Khan, A.K., Peh, K.K. and Ch’ng H.S.,
2002, Reporting degree of deacetilation
values of chitosan: the influence of
analytical methods, J. Pharm Pharmaceut
Sci., 5,3, 205-212.
[4] Kim, S.K. and Rajapakse, N., 2005,
Enzymatic production and biological
activities of chitosan oligosaccharides
(COS): review. Carbohydr Polym 62: 357–
368.
[5] Kumar ABV, Tharanathan RN. 2004.
Comparative study on depolymerization of
chitosan by proteolytic enzymes. Carbohydr
Polym 58: 275–283.
[6] Kurita, K. 2006. Chitin and chitosan:
functional bioploymers from marine
ISBN :978-602-73159-0-7
crustaceans. J Marine Biotechnol 8: 203-
226.
[7] Li J, Du Y, Yang J, Feng T, Li A, Chen P.
2005. Preparation and characterisation of
low molecular weight chitosan and chito-
oligomers by a commercial enzyme. Polym
Degradation and Stability, 87: 441-448.
[8] Lin, S.B, Lin YC, Chen HH. 2009. Low
molecular weight chitosan prepared with
the aid of cellulase, lysozyme and chitinase:
Characterisation and antibacterial activity.
Food Chem 116: 47–53.
[9] Muzzarelli R.A.A, Terbojevich, M,
Muzzarelli, C., Francescangeli, O,. 2002.
Chitosans depolymerized with the aid of
papain and stabilized as glycosylamines.
Carbohydr Polym 50: 69–78.
[10] Qin, C., Du, Y., Xiao, L., Li, Z., and Gao, X.,
2002, Enzymic Preparation of water-soluble
chitosan and their antitumor activity,
International Journal of Biological
Macromolecules, 31: 111-117.
[11] Sashiwa, H., Kawasaki, N., Nakayama, A.,
Muraki, E., Yamamoto, N., and Aiba, S.,
2002, Chemical modification of chitosan.
14:(1) Synthesis of water-soluble chitosan
derivatives by simple acetylation,
Biomacromolecules, 3(5): 1126-8.
[12] Shahidi F, Arachchi JKV, Jeon YJ. 1999.
Food application of chitin and chitosan.
Trends Food Sci Technol 10: 37-51
[13] Tajik, H., Moradi, M., Rohani, S. M. R.,
Erfani, A. M., and Jalali, F. S. S., 2008,
Preparation of Chitosan from Brine Shrimp
(Artemia urmiana) Cyst Shells and Effects
of Different Chemical Processing
Sequences on the Physicochemical and
Functional Properties of the Product, J.
Molec., 13: 1263-1274
[14] Tokura, S. and N. Nishi. 1995. Specification
and Characterization of Chitin and
Chitosan.Collection of Working Papers. 28.
Universiti Kebangsaan Malaysia 8 : 67 – 78
[15] Warisno, 2003, Bududaya Pepaya,
Kanisius, Yogyakarta
[16] Winarno, F.G., 1986, Enzim Pangan, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
[17] Xie, H., Jia, Z., Huang, J. and Zhang, C.,
2011. Preparation of Low Molecular Weight
Chitosan by Complex Enzyme Hydrolysis.
2011. International Journal of Chemistry
Vol. 3 No. 2: 180-185
TANYA JAWAB
PENANYA : Sri Retno Dwi A.
Pertanyaan :
a) Kitosan diambil dari kulit udang. Bagaimana
preparasinya (dari kulit udang agar bisa
menjadi kitosan)?
b) Enzim yang digunakan adalah papain. Dari
mana papain tersebut?Apakah sudah
diidentifikasi bahwa enzim tersebut
merupakan enzim papain?
Jawaban :
a) Preparasinya lama dan sulit. Dari cangkang
udang yang memiliki aroma kurang sedap
tersebut dicuci terlebih dahulu. Lalu
dijemur, dioven, dan diblender sehingga
ISBN :978-602-73159-0-7
menjadi serbuk. Kemudian dilakukan
proses diproteinasi, dimineralisasi, dan
diasetilasi. Untuk mendapatkan hasil yang
lebih putih, bisa dilakukan proses
dekolorisasi.
b) Enzim papain yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan enzim papain
yang sudah ber-merk bukan buatan sendiri.
Sebenarnya enzim papain berasal dari
getah pepaya. Di masyarakat biasanya
membungkus daging dengan daun pepaya
sebelum dimasak agar dagingnya lebih
empuk. Hal itu merupakan akibat dari
enzim papain yang sedang bekerja pada
daging. Dari situ bisa diidentifikasi bahwa
enzim yang digunakan merupakan enzim
papain.
PENANYA : Hamid Abdillah
Pertanyaan :
a) Apa perbedaan papain pasaran dengan
papain yang sudah ber-merk?
Jawaban :
a) Perbedaannya terletak pada derajat
diasetilasi (DD) dan berat molekul.
PENANYA : Usman
Pertanyaan :
a) Apa yang dimaksud dengan enzim
nonspesifik?
Jawaban :
a) Dikatakan sebagai enzim nonspesifik
karena enzim tersebut bisa bekerja
pada berbagai substrat.