Post on 24-Nov-2015
description
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
KANTOR WILAYAH JAWA BARAT LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS III WARUNGKIARA
Jln. Palabuhan Ratu Km.30 ( pilar ) Kab. Sukabumi 43162
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT ( RKS ) TEKNIS
KEGIATAN PEMBANGUNAN / PENGADAAN / PENINGKATAN
SARANA DAN PRASARANA KANTOR WILAYAH JAWA BARAT LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS III WARUNGKIARA
PEKERJAAN
A. PEMBANGUNAN BLOK HUNIAN ( KAPASITAS 282 ORANG ) B. PEMBANGUNAN KANTOR UTAMA
C. PEMBANGUNAN POS JAGA BAWAH D. PEMBANGUNAN BALAI LATIHAN KERJA
E. PEMBANGUNAN GEREJA F. PEMBANGUNAN VIHARA
G. PEMBANGUNAN GAZEBO / AULA TERBUKA H. PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DAN RUANG PENDIDIKAN
I. PAGAR KELILING DALAM J. PEMBANGUNAN JALAN DI LINGKUNGAN LAPAS
K. PEKERJAAN TALUD DAN SALURAN LINGKUNGAN L. PEKERJAAN JALAN PAVING BLOK ANTAR POS JAGA
M. PEMBANGUNAN POS JAGA ATAS TYPE A ( PONDASI TANAH KERAS )
N. PEMBANGUNAN POS JAGA ATAS TYPE B ( PONDASI TANAH URUGAN)
O. PEMBANGUNAN RUMAH DINAS TYPE 50 ( 3 UNIT ) P. PEMBUATAN SUMUR BOR
SUMBER DANA
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA ( APBN)
TAHUN ANGGARAN
2 0 1 4
KEGIATAN
PEMBANGUNAN / PENGADAAN / PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA KANTOR WILAYAH JAWA BARAT
LAPAS KELAS III WARUNGKIARA
PEKERJAAN
A. PEMBANGUNAN BLOK HUNIAN ( KAPASITAS 282 ORANG ) B. PEMBANGUNAN KANTOR UTAMA C. PEMBANGUNAN POS JAGA BAWAH
D. PEMBANGUNAN BALAI LATIHAN KERJA E. PEMBANGUNAN GEREJA F. PEMBANGUNAN VIHARA
G. PEMBANGUNAN GAZEBO / AULA TERBUKA
H. PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DAN RUANG PENDIDIKAN I. PAGAR KELILING DALAM J. PEMBANGUNAN JALAN DI LINGKUNGAN LAPAS K. PEKERJAAN TALUD DAN SALURAN LINGKUNGAN L. PEKERJAAN JALAN PAVING BLOK ANTAR POS JAGA
M. PEMBANGUNAN POS JAGA ATAS TYPE A ( PONDASI TANAH KERAS ) N. PEMBANGUNAN POS JAGA ATAS TYPE B ( PONDASI TANAH URUGAN) O. PEMBANGUNAN RUMAH DINAS TYPE 50 ( 3 UNIT ) P. PEMBUATAN SUMUR BOR
PASAL 1 UMUM
PASAL 2 LINGKUP PEKERJAAN
PASAL 3 MEMULAI KERKJA
PASAL 4 MOBILISASI
PASAL 5 PAPAN NAMA KEGIATAN
PASAL 6 KUASA KONTRAKTOR DILAPANGAN
PASAL 7 RENCANA KERJA
PASAL 8 KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN KERJA
PASAL 9 TENAGA DAN SARANA KERJA
PASAL 10 PEKERJAAN PEKERJAAN SEMENTARA
PASAL 11 GAMBAR-GAMBAR KERJA
PASAL 12 UKURAN-UKURAN
PASAL 13 PERLINDUNGAN TERHADAP CUACA
PASAL 14 PENGUKURAN KONDISI TAPAK DAN PENENTUAN PEIL
PASAL 15 RAPAT-RAPAT KOORDINASI DAN KONSULTASI
PASAL 16 PRESTASI DAN KEMAJUAN PEKERJAAN
PASAL 17 PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
PASAL 18 PENYELESAIAN HASIL PEKERJAAN
PASAL 19 SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTOR
PASAL 20 LAPORAN - LAPORAN
DAFTAR ISI
SYARAT - SYARAT UMUM PEKERJAAN
SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN
PASAL 1 STANDAR YANG BERLAKU
PASAL 2 MEREK-MEREK DAGANG
PASAL 3 DATA UMUM LAPANGAN KERJA
PASAL 4 PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN
PASAL 5 PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN
PASAL 6 PENGUKURAN
PASAL 7 PERSIAPAN PEKERJAAN
PASAL 8 PEKERJAAN BONGKARAN
PASAL 9 PEKERJAAN TANAH, GALIAN DAN URUGAN KEMBALI
PASAL 10 PEKERJAAN PONDASI BATU
PASAL 11 PEKERJAAN BETON
PASAL 12 PASANGAN BATU BATA
PASAL 13 PLESTER DAN ADUKAN
PASAL 14 PEKERJAAN PELAPIS LANTAI
PASAL 15 PEKERJAAN PELAPIS DINDING
PASAL 16 PEKERJAAN KAYU HALUS
PASAL 17 PEKERJAAN KUDA KUDA & ATAP
PASAL 18 PEKERJAAN LANGIT-LANGIT/ PLAFOND
PASAL 19 PEKERJAAN KUSEN DAN JENDELA ALUMUNIUM
PASAL 20 PEKERJAAN KACA
PASAL 21 PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
PASAL 22 PEKERJAAN PENGECATAN
PASAL 23 PEKERJAAN PENUTUP ATAP
PASAL 24 PEKERJAAN BESI DAN PAGAR TRANSPARAN
PASAL 25 PEKERJAAN ELEKTRIKAL
PASAL 26 PEKERJAAN PLUMBING DAN SANITAIR
PASAL 27 PEKERJAAN PAPING BLOK
PASAL 28 PEKERJAAN SUMUR DALAM
PASAL 29 PEKERJAAN PENANGKAL PETIR
PASAL 30 PEKERJAAN LAIN-LAIN
SYARAT SYARAT UMUM PEKERJAAN
PASAL 1 U M U M
1. Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik - baiknya seluruh seluk beluk
pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh gambar kerja serta Rencana kerja dan Syarat-syarat Teknis seperti akan diuraikan dibawah ini.
2. Didalam hal terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan dis informasi didalam pelaksanaan,
kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Konsultan pengawas dan direksi untuk mendapat kejelasan pelaksanaan.
3. Spesifikasi ini merupakan pelengkap dan harus dibaca bersama-sama dengan gambar-gambar, yang keduanya sama-sama menguraikan pekerjaan yang harus dilaksanakan.
4. Istilah pekerjaan, mencakup sistem penyaluran (Suplai) dan Instalasi seluruh peralatan dan material yang harus dipadukan dalam konstruksi yang diperlukan menurut dokumen-dokumen kontrak, serta semua tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memasang dan menjalankan peralatan dan material tersebut.
5. Spesifikasi untuk pekerjaan yang harus dilaksanakan dan material yang dipakai, harus diterapkan baik pada bagian dimana spesifikasi tersebut ditemukan maupun bagian-bagian lain dari pekerjaan atau
material tersebut dijumpai.
PASAL 2
LINGKUP PEKERJAAN 1. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan Kegiatan Pembangunan/Pengadaan/Peningkatan Sarana dan Prasarana Kantor Wilayah Jawa Barat Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Warungkiara berada di Jalan Palabuhan Ratu Km.30 Pilar
) Kabupaten Sukabumi, sesuai dengan yang tertera pada daftar volume pekerjaan (BOQ). 2. Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan mencakup pekerjaan Pembangunan, adalah sebagai
berikut :
A. PEMBANGUNAN BLOK HUNIAN ( KAPASITAS 282 ORANG ) B. PEMBANGUNAN KANTOR UTAMA C. PEMBANGUNAN POS JAGA BAWAH
D. PEMBANGUNAN BALAI LATIHAN KERJA E. PEMBANGUNAN GEREJA F. PEMBANGUNAN VIHARA
G. PEMBANGUNAN GAZEBO / AULA TERBUKA H. PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DAN RUANG PENDIDIKAN I. PAGAR KELILING DALAM J. PEMBANGUNAN JALAN DI LINGKUNGAN LAPAS
K. PEKERJAAN TALUD DAN SALURAN LINGKUNGAN L. PEKERJAAN JALAN PAVING BLOK ANTAR POS JAGA
M. PEMBANGUNAN POS JAGA ATAS TYPE A ( PONDASI TANAH KERAS ) N. PEMBANGUNAN POS JAGA ATAS TYPE B ( PONDASI TANAH URUGAN) O. PEMBANGUNAN RUMAH DINAS TYPE 50 ( 3 UNIT ) P. PEMBUATAN SUMUR BOR
Pekerjaan yang tidak tercantum dalam lingkup di atas sudah termasuk dalam jenis pekerjaan yang
akan dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana kerja.
Jenis dan macam pekerjaan serta uraian volume pekerjaan dapat dipelajari dari daftar volume
pekerjaan (BOQ). Pembangunan yang akan dibangun akan diserahkan kepada pelaksana
sebagaimana keadaannya pada waktu rapat penjelasan, untuk itu para pemborong wajib meneliti pekerjaan yang akan dibangun menyangkut sifat dan luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang
berpengaruh terhadap harga penawaran.
3. PEKERJAAN PERSIAPAN
Meliputi : Pengukuran, bongkaran , mobilisasi peralatan , bahan/material, pengadaan air dan listrik untuk
bekerja dan tenaga kerja
PASAL 3 MEMULAI KERJA
Selambat-lambatnya 1 ( satu ) minggu setelah tanggal Perintah Kerja Pelaksanaan Pekerjaan ( SPK ), PIHAK
Kontraktor harus sudah memulai melaksanakan pembangunan fisik secara nyata dilapangan. Apabila setelah 1 ( satu ) minggu Kontraktor/ Pemborong yang ditetapkan belum melaksanakan pembangunan fisik secara nyata
di lapangan, maka akan diberlakukan ketentuan yang telah dibuat oleh panitia Lelang.
Kontraktor dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Direksi. Kontraktor harus pula memberikan penjelasan tertulis dan selengkapnya tentang asal usul material yang didatangkan untuk suatu tahap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya, apabila diminta oleh Direksi.
Pemberitahuan mulai pekerjaan disampaikan dalam waktu yang cukup untuk Direksi mempertimbangkan
perlu tidaknya penelitian dan pengujian terlebih dahulu atas persiapan pekerjaan tersebut.
PASAL 4
MOBILISASI Mobilisasi yang dimaksud adalah adalah mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Transportasi peralatan kontruksi yang berdasarkan daftar alat-alat kontruksi yang diajukan bersama
penawaran, dari tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini. Pembuatan kantor kontraktor, gudang dan lain-lain dilokasi proyek untuk keperluan pekerjaan.
2. Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, ontraktor dapat membuat berbagai perubahan,
pengurangan dan/atau penambahan terhadap alat-alat kontruksi dan instalasinya.
3. Dalam jangka waktu 7 ( Tujuh ) hari dari pemberitahuan memulai kerja, Kontraktor harus menyerahkan
program mobilisasi kepada konsultan Pengawas untuk disetujui.
PASAL 5
PAPAN NAMA KEGIATAN
Kontarktor harus memasang papan nama kegiatan menggunakan bahan dari bender sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas biaya kontraktor. Bentuk dan konstruksi papan nama kegiatan, sesuai
gambar yang terlampir pada dokumen penawaran. Lokasi identitas kegiatan ditentukan pada saat rapat penjelasan kantor dan lapangan (aanwijing).
PASAL 6
KUASA KONTRAKTOR DILAPANGAN
1. Dilapangan pekerjaan, kontraktor wajib menunjuk seorang Kuasa kontraktor atau biasa disebut Pelaksana
yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh
dari kontraktor, berpendidikan minimal sarjana muda teknik sipil atau sederajat dengan pengalaman minimum 10 ( sepuluh ) tahun.
2. Dengan adanya Pelaksana tidak berarti bahwa kontaktor lepas tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
3. Kontraktor wajib memberitahu secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas, nama dan jabatan Pelaksana untuk mendapat persetujuan.
4. Bila dikemudian hari menurut pendapat Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas bahwa Pelaksana dianggap kuirang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan
diberitahukan kepada Kontraktor untuk mengganti pelaksana.
PASAL 7 RENCANA KERJA
1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, kontraktor wajib membuat Rencana Kerja
Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan beluga Bar-chart dan S-Curve bahan dan tenaga. 2. Rencana kerja tersebut harus sudah mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan pengawas,
paling lambat 8 ( Delapan ) hari kalender setelah Surat Perintah Kerja ( SPK ) diterima kontraktor. Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen.
3. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja kepada konsultan pengawas untuk diberikan kepada Pejabat pembuat Komitmen dan Perencana.
4. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan pembangunan sesuai dengan rencana kerja tersebut. 5. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan kontraktor berdasarkan rencana Kerja tersebut.
PASAL 8
KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN KERJA 1. Kontraktor berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup ditempat pekerjaan untuk
para pekerja. 2. Kontraktor berkewajiban menyiapkan kotak PPPK ditempat pekerjaan.
3. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, kontraktor bertanggungjawab atas keselamatan dan keamanan pekerjaan, bahan dan peralatan teknis dan kontruksi yang diserahkan Pejabat Pembuat Komitmen, apabila terjadi kerusakan maka kontraktor harus
bertanggungjawab untuk memperbaikinya. 4. Apabila terjadi kecelakaan kontraktor harus mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban
kecelakaan itu. 5. Pihak Kontraktor harus ikut Serta dalam program ASTEK dan JAMSOSTEK dan memberitahukan secara
tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
PASAL 9 TENAGA DAN SARANA KERJA
Kontraktor / Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan Serta mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaannya maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan diserahterimakan pekerjaan tersebut kepada Pejabat Pembuat Komitmen
1. Tenaga Kerja / tenaga Ahli Tenaga kerja dan Tenaga ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan volume pekerjaan
yang akan dilaksanakan. Tenaga yang dibutuhkan :
A. Tenaga Ahli
1) Site Manager (1 orang) harus memenuhi kriteria dan persyaratan: - pendidikan min S1 Teknik Sipil/ Arsitektur
- pengalaman min 5 Tahun
- Keahlian/SKA Muda Teknik Sipil/ Arsitektur 2) Tenaga Ahli Sipil Struktur (1 orang) harus memenuhi kriteria dan persyaratan:
- pendidikan min S1 Teknik Sipil - pengalaman min 5 Tahun
- Keahlian/SKA Muda Struktur
3) Tenaga Ahli Geodesi (1 orang) harus memenuhi kriteria dan persyaratan: - pendidikan min S1 Geodesi
- pengalaman min 5 Tahun - Keahlian/SKA Muda Geodesi
4) Tenaga Ahli K3 Konstruksi (1 orang) harus memenuhi kriteria dan persyaratan: - pendidikan min S1
- pengalaman min 5 Tahun
- Keahlian/SKA K3 Konstruksi 5) Tenaga Ahli Mekanikal/Elektrikal (1 orang) harus memenuhi kriteria dan persyaratan:
- pendidikan min S1 - pengalaman min 5 Tahun
- Keahlian/SKA Muda Mekanikal/Elektrikal
B. Tenaga Teknis/Terampil
1) Tenaga Terampil Tukang batu bata, (1 orang) harus memenuhi kriteria dan persyaratan: - pendidikan min STM/SMK
- pengalaman min 4 Tahun
- Keterampilan/SKT Tukang Batu Bata 2) Tenaga Terampil Tukang Las, (1 orang) harus memenuhi kriteria dan persyaratan:
- pendidikan min STM/SMK - pengalaman min 4 Tahun
- Keterampilan/SKT Tukang Batu Bata 3) Tenaga Terampil Tukang Keramik, (1 orang) harus memenuhi kriteria dan persyaratan:
- pendidikan min STM/SMK
- pengalaman min 4 Tahun - Keterampilan/SKT Tukang Batu Bata
4). Tenaga Terampil Tukang Cat, (1 orang) harus memenuhi kriteria dan persyaratan:
- pendidikan min STM/SMK
- pengalaman min 4 Tahun - Keterampilan/SKT Tukang Batu Bata
C. Tenaga Penunjang :
1) Operator Cad, (1 orang) Pend. Min SMU/SMK:
2) Logistik, (1 orang) kualifikasi Pend. Min SMU/SMK: 3) Tenaga Administrasi,(1 orang) Pend. Min SMU/SMK:
Daftar peralatan harus disediakan oleh Kontraktor sebagaimana diminta dalam dokumen penawaran.
Kontraktor dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memindahkan alat-alat tersebut, sebagian atau seluruhnya tanpa persetujuan dari Direksi. Penyediaan peralatan ditempat pekerjaan terlebih dahulu harus mendapat penelitian dan persetujuan dari Direksi. Kerusakan yang timbul pada peralatan tersebut dan akan menggangu pelaksanaan pekerjaan harus segera diganti atau diperbaiki, sehingga
dengan demikian Direksi dapat menyetujui dimulainya pekerjaan.
3. Bahan-bahan bangunan
Kontraktor harus menyediakan sendiri semua material seperti yang disebutkan dalam daftar volume pekerjaan. Mendatangkan bahan-bahan yang cukup memadai sesuai dengan kuantitas maupun kualitas yang telah ditentukan. Mengerahkan tenaga kerja dengan jumlah yang mencukupi sesuai dengan tingkat keahlian untuk masing-masing jenis pekerjaan.
Kelancaran mobilisasi bahan kelapangan pekerjaan maupun pengerahan tenaga kerja berjalan
denganbaik. Semua peralatan dan material yang disediakan, harus sesuai dengan kebutuhan atas
pekerjaan yang akan dilaksanakan dan kondisi lapangan. Nama-nama produsen material dan peralatan yang diusulkan untuk pekerjaan, berikut cara kerjanya, kapasitas/ spesifikasinya, dan
informasi penting lainnya mengenai material dan peralatan tersebut, harus disediakan bila diminta
untuk dipertimbangkan oleh Direksi. Dalam hal mana, Direksi menganggap kapasitas dan spesifikasinya tidak sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan, maka bagian-bagian atau keseluruhan
material/ peralatan tersebut harus diganti oleh Kontraktor, tanpa meminta biaya tambahan kepada Pemberi Tugas.
Semua material dan peralatan harus disuplai dengan urutan dan waktu yang tepat, sehingga dapat
menjamin lancarnya pelaksanaan pekerjaan sesuai jadwal waktu yang telah ditentukanMenyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap .
Contoh-contoh material yang dibutuhkan harus segera ditentukan tanpa menunggu pembiayaan dari Pemberi Tugas dan diambil dengan cara pengambilan contoh sesuai standar yang disetujui.
Contoh-contoh tersebut harus dapat menggambarkan dengan nyata dari kualitas material yang akan
dipakai pada pekerjaan. Contoh-contoh yang telah disetujui, harus disimpan tersendiri dan tidak boleh dicampur atau dikotori sehingga menyebabkan berkurangnya kualitas dari material tersebut.
Penawaran dari Kontraktor harus sudah termasuk biaya yang dikeluarkan untuk pengujian material. Jika dalam spesifikasi ini tidak disebutkan jenis dan merek material-material dari suatu jenis merek tertentu, maka Kontraktor harus meminta petunjuk dari Direksi untuk menentukan jenis-jenis material
yang baik dan boleh dipakai. Kontraktor boleh mengganti dengan produk-produk tertentu yang mempunyai kualitas minimal sama dengan kualitas yang ditentukan oleh Direksi. Material pabrikasi yang digunakan harus mengajukan terlebih dahulu spesifikasi teknisnya.
4. Penyediaan Air dan Listrik untuk bekerja
Air untuk bekerja harus disediakan oleh kontraktor dengan membuat sumur pompa di area pekerjaan
atau disuply dari luar.
Air harus bersihbebas dari bau, lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang merusak.
Kontraktor harus menyiapkan bak penampung air untuk bekerja yang senantiasa terisi penuh.
Listrik untuk bekerja harus disediakan kontraktor dan diperoleh dari sambungan PLN. Penggunaan diesel untuk pembangkit listrik hanya dipergunakan untuk sementara
PASAL 10
PEKERJAAN-PEKERJAAN SEMENTARA
1. Jalan masuk ke lokasi pekerjaan dan sarana pelengkap yang bersifat sementara, harus disiapkan oleh
Kontraktor.
2. Jika diperlukan jembatan-jembatan darurat, maka Kontraktor harus merencanakannya dengan lebar
sesuai kebutuhan dan kondisi setempat, dan dengan bahan yang cukup kuat menahan beban yang disyaratkan untuk jalur tersebut. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan ini termasuk pemeliharaan sementaranya, merupakan beban Kontraktor sebagaimana tercantum dalam dokumen penawarannya dan atau biaya tambah kurang sepanjang telah mendapat persetujuan Direksi.
3. Pada akhir pekerjaan utama, atas perintah Direksi bila sarana ini tidak diperlukan lagi, harus dibongkar
dan kondisi lapangan dirapihkan seperti semula, atau seperti disyaratkan oleh Direksi. 4. Kontraktor harus menyediakan sarana penyaluran semua air bekas dan sisa buangan dari pekerjaan-
pekerjaan sementara dan utama, yang timbul dimana saja. Cara pembuangan harus tidak merusak atau mengganggu lingkungan setempat, baik terhadap tanah maupun saluran/ anak sungai.
PASAL 11
GAMBAR-GAMBAR KERJA 1. Gambar-gambar rencana proyek yang diberikan kepada Kontraktor, merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari dokumen kontrak, dan gambar paling akhir setelah diadakan perubahan-perubahan untuk menjadi patokan dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, dan spesifikasi-spesifikasi lain
yang berhubungan dengan hal tersebut. Tidak dibenarkan menarik keuntungan dari kesalahan dan kekurangan pada gambar, atau perbedaan ketentuan antara gambar rencana dan isi spesifikasi teknis.
3. Apabila ternyata terdapat kekurangan dan hal lain yang meragukan, Kontraktor diharuskan mengajukan
kepada Direksi secara tertulis dan Direksi akan mengoreksi serta menjelaskan gambar-gambar rencana tersebut untuk kelengkapan yang telah disebutkan dalam spesifikasi teknis.
4. Penyimpangan di lapangan atas gambar rencana, akan ditentukan selanjutnya oleh Direksi dan akan
disampaikan kepada Kontraktor secara tertulis. Paling lambat 2 minggu sebelum pekerjaan dimulai,
5. Kontraktor harus menyerahkan gambar kerja kepada Direksi dan bila diminta oleh Direksi perhitungannya pun harus diserahkan.
6. Gambar kerja untuk semua pekerjaan harus selalu disimpan di lapangan dalam kondisi baik, dapat dibacakan dan sudah menjalani revisi terakhir. Kontraktor juga harus menyiapkan gambar-gambar yang menunjukan perbedaan antara gambar-gambar rencana dan gambar-gambar kerja. Semua biaya penyiapan dan pencetakan gambar-gambar menjadi tanggungan Kontraktor.
PASAL 12
UKURAN-UKURAN
Semua ukuran yang tertera pada gambar adalah ukuran sebenarnya dan gambarnya sendiri merupakan
gambar skala. Jika terdapat perbedaan antara ukuran dan gambarnya, maka akan dimintakan segera pertimbangan dari para ahli untuk menetapkan mana yang benar.
PASAL 13
PERLINDUNGAN TERHADAP CUACA
Kontraktor harus mengusahakan atas tanggungan sendiri, langkah-langkah dan fasilitas yang diperlukan
untuk melindungi pekerjaan dan bahan-bahan yang digunakan, agar tidak rusak atau berkurang mutu dan
kualitasnya karena pengaruh cuaca. Langkah-langkah dan fasilitas yang disiapkan oleh Kontraktor tersebut harus dengan pertimbangan dan persetujuan dari Direksi.
PASAL 14
PENGUKURAN KONDISI TAPAK DAN PENENTUAN PEIL
1. Kontraktor harus mengerjakan pematokan untuk menentukan kedudukan dan peil dari konstruksi
pekerjaan yang akan dibangun sesuai yang disyaratkan dalam gambar-gambar rencana. 2. Pekerjaan ini seluruhnya dilakukan bersama Direksi, sehingga dengan persetujuan Direksi, maka
Kontraktor dapat memulai pekerjaan selanjutnya. Direksi dapat merevisi pemasangan patok tersebut bila
dipandang perlu dan Kontraktor wajib melaksanakan revisi tersebut sesuai petunjuk Direksi.
3. Sebelum pematokan Kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi terlebih dahulu dalam waktu tidak
kurang dari 48 jam sebelum pelaksanaan, sehingga Direksi dapat mempersiapkan segala yang diperlukan untuk melakukan pengawasan.
4. Pematokan yang telah selesai, harus diukur oleh Kontraktor untuk disetujui oleh Direksi dan menjadi
dasar untuk pembayaran.
5. Kontraktor wajib menyediakan alat-alat ukur dengan perlengkapannya, juru ukur dan pembantunya, yang
diperlukan oleh Direksi untuk melakukan pengawasan/ pengujian hasil pematokan dan atau untuk pekerjaan-pekerjaan lainnya. Semua tanda-tanda di lapangan yang diberikan oleh Direksi atau dipasang sendiri oleh Kontraktor harus tetap terpelihara dan terjaga dengan baik. Bila terdapat kerusakan atau hilang harus segera diganti dengan persetujuan Direksi.
6. Bila terjadi penyimpangan dari gambar rencana, maka Kontraktor mengajukan 3 (Tiga) gambar
penampang dari lokasi yang dipatok tersebut untuk mendapat tanda tangan persetujuan revisi dari Direksi, dan setelah direproduksi harus diserahkan kepada Direksi beserta aslinya. Ukuran maupun huruf yang dipakai dalam gambar tersebut harus sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Direksi.
PASAL 15
RAPAT - RAPAT KOORDINASI DAN KONSULTASI
1. Pemberi Tugas dapat mengadakan rapat-rapat dengan mengundang Direksi dan Kontraktor maupun
pihak-pihak tersebut yang bersangkutan untuk membahas permasalahan dan progres kemajuan
pelaksanaan pekerjaan dalam rangka pengawasan/ pemantauan dan evaluasi pelaksanaan proyek. 2. Dalam kondisi tertentu dan mendesak Kontraktor dan atau Direksi dapat mengusulkan diadakannya rapat
untuk membahas permasalahan yang ada Semua hasil atau risalah rapat merupakan ketentuan dan kesepakatan yang sifatnya mengikat terhadap perjanjian pemborongan secara keseluruhan.
PASAL 16
PRESTASI DAN KEMAJUAN PEKERJAAN
1. Prestasi pekerjaan ditentukan sesuai dengan jumlah prosentase pekerjaan yang telah selesai
dilaksanakan oleh Kontraktor. Prosentase pekerjaan ini dihitung dari nilai/ harga kontrak yang dengan jumlah tertentu dalam satuan volume pekerjaan, telah diselesaikan dengan baik sesuai rekomendasi
Direksi.
2. Pembayaran terhadap pekerjaan akan dilakukan sesuai dengan prestasi/ kemajuan pekerjaan atas volume dan harga satuannya, dimana harga satuan yang telah mencakup harga bahan, upah tenaga kerja, biaya angkutan dan peralatan lain-lainnya sudah mencapai hasil pekerjaan yang sebaik-baiknya.
Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu dimana harga satuan telah diuraikan oleh Kontraktor, maka prestasi/
kemajuan pekerjaan dan pembayarannya dapat dihitung dan diberikan walaupun seluruh prosentase pekerjaan tertentu tersebut belum selesai.
PASAL 17 PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN
1. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan kontraktor, tetapi karena bahan/material maupun mutu pekerjaannya ditolak oleh konsultan Pengawas/ Direksi harus segera dihentikan dan
selanjutnya dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/ Direksi.
2. Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat sebelum mendapatkan persetujuan
pengawas dan kontraktor harus memberikan kesempatan sepenuhnya kepada pengawas untuk
memeriksa dan mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan tidak terlihat. 3. Kontraktor harus melaporkan kepada pengawas kapan pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap
diperikasa. 4. Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/Direksi berhak membongkar bagian pekerjaan
atau seluruhnya untuk diperbaiki. 5. Biaya pembongkaran dan pemasangan/ perbaikan kembali menjadi tanggungan kontraktor, tidak dapat di
klaim sebagai biaya pekerjaan tambah maupun alasan untuk memperpanjang waktu pelaksanaan.
PASAL 18
PENYELESAIAN HASIL PEKERJAAN 1. Pekerjaan harus mencakup semua bagian walaupun tidak diuraikan secara khusus dalam spesifikasi
teknis pekerjaan dan gambar-gambar rencana, sehingga secara keseluruhan dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan memenuhi syarat kontrak.
2. Kontraktor harus menguji hasil pekerjaan pada setiap tahapannya dan atau secara keseluruhan, sesuai spesifikasi teknis yang bersangkutan. Apabila suatu pekerjaan selama pengujian tidak memenuhi syarat,
maka Kontraktor dengan biaya sendiri harus mengadakan perbaikan-perbaikan sampai pengujian ulang
berhasil secara memuaskan.
PASAL 19
SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTROR 1. Jika kontraktor menunjuk supplier atau kontraktor bawahan ( Sub kontraktor ) didalam hal pengadaan
material maupun pemasangannya , maka kontraktor wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada
konsultan pengawas dan direksi untuk mendapatkan persetujuan. 2. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan pengawas dilapangan untuk pekerjaan khusus dimana
pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai intruksi pabrik.
PASAL 20 LAPORAN-LAPORAN
1. Selama periode pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib membuat Laporan-laporan Harian, Mingguan
dan Bulanan yang menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan, prestasi/ kemajuan pekerjaan,
permasalahan dan lain-lainnya. 2. Laporan ini harus memuat sekurang-kurangnya informasi atas kejadian yang dijumpai selama periode
pembuatan laporan yang bersangkutan. Informasi-informasi tersebut antara lain: uraian mengenai
kemajuan pekerjaan yang sesungguhnya dicapai di akhir periode pembuatan laporan, jumlah pekerja, jumlah dan jenis bahan/ material dan peralatan yang digunakan/ tersedia, kondisi cuaca dan lain-lain.
SYARAT - SYARAT TEKNIS PEKERJAAN
PASAL 1 STANDAR YANG BERLAKU
Semua pekerjaan dalam Syarat-syarat ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi persyaratan- persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan SKSNI, SNI, dan Standar Industri Indonesia (SII) dan
peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain :
SKSNI T-15-1991-03 BUKU STANDAR BETON 1991 SKSNI S-05-1990-F UKURAN KAYU BANGUNAN
1253-1989-A CAT EMULSI SP 74 : 1977 CAT TENTANG BESI DAN TENTANG KAYU
SNI 0225-87-D PERATURAN INSTALASI LISTRIK AVWI PERATURAN UMUM INSTALASI AIR 1974 PEDOMAN PLUMBING INDONESIA
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar yang tersebut diatas, maupun standar-
standar Nasional lainnya, maka diberlakukan standar-standar Internasional yang berlaku atas pekerjaan-
pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya berlaku standar-standar Persyaratan Teknis dari Negara-negara asal bahan/ pekerjaan yang bersangkutan.
PASAL 2
MEREK-MEREK DAGANG Kecuali ditentukan lain, maka nama-nama atau merek-merek dagang dari bahan yang disebutkan dalam Persyaratan Teknis ini ditujukan untuk maksud-maksud perbandingan terutama dalam hal mutu, model, bentuk,
jenis dan sebagainya setelah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Dalam hal dimana disebutkan 3 (tiga) merek dagang atau lebih untuk jenis bahan/ pekerjaan yang sama, maka Pemborong diharuskan untuk dapat menyediakan salah satu dari padanya sesuai dengan persetujuan Konsultan
Pengawas.
1. TITIK-TITIK UKUR
PASAL 3 DATA UMUM LAPANGAN KERJA
Seluruh titik-titik ukur sehubungan dengan pekerjaan ini didasarkan pada ukuran setempat, yaitu titik- titik ukur yang ada di lapangan Proyek seperti yang direncanakan dalam gambar-gambar grading dan
seperti yang disetujui Ahli. 2. DATA FISIK
Data sehubungan dengan kegiatan-kegiatan yang ada, dan lain-lain yang diterakan pada gambar-gambar
dimaksudkan sebagai informasi umum dan titik-titik tolak untuk pelaksanaan pekerjaan ini oleh Kontraktor.
Penawaran yang diserahkan oleh Kontraktor, harus sudah meliputi semua biaya untuk pelaksanaannya sesuai dengan ketinggian-ketinggian yang ditentukan pada gambar-gambar.
PASAL 4
PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa terlebih
dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Pemberitahuan yang lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan kepada Konsultan Pengawas dan
dalam jangka waktu yang cukup, bila dipertimbangkan bahwa perlu mengadakan penelitian dan pengujian terlebih dahulu atas persiapan pekerjaan tersebut.
PASAL 5
PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN Bila Pemborong tidak berada ditempat pekerjaan dimana Konsultan Pengawas bermaksud untuk memberikan petunjuk-petunjuknya, maka petunjuk-petunjuk harus diturut dan dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang- orang yang ditunjuk untuk itu oleh Pemborong.
PASAL 6
PENGUKURAN Pemborong harus memulai pekerjaan pengukuran dari garis-garis dasar yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran pengukuran yang dibuatnya.
Pemborong harus menyediakan semua bahan, peralatan dan tenaga kerja, termasuk juru-juru ukur (Surveyor) yang dibutuhkan sehubungan dengan pengukuran untuk setiap bagian pekerjaan yang memerlukannya.
1. AIR DAN DAYA
PASAL 7 PERSIAPAN PEKERJAAN
a. Kontraktor harus menyediakan air atas tanggungan/ biaya sendiri yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pekerjaan ini, yaitu : Air kerja untuk pencampur atau keperluan lainnya yang memenuhi persyaratan sesuai jenis
pekerjaan, cukup bersih, bebas dari segala macam kotoran dan zat-zat seperti minyak, asam, garam, dan sebagainya yang dapat merusak atau mengurangi kekuatan konstruksi.
Air bersih untuk keperluan sehari-hari seperti minum, mandi/ buang air dan kebutuhan lain para
pekerja. Kualitas air yang disediakan untuk keperluan tersebut harus cukup terjamin. b. Kontraktor harus menyediakan daya listrik atas tanggungan/ biaya sendiri sementara yang dibutuhkan
untuk peralatan dan penerangan serta keperluan lainnya dalam melaksanakan pekerjaan ini. Pemasangan sistem listrik sementara ini harus memenuhi persyaratan yang berlaku. Kontraktor harus
mengatur dan menjaga agar jaringan dan peralatan listrik tidak membahayakan para pekerja di lapangan.
2. KANTOR KONTRAKTOR, LOS DAN HALAMAN KERJA, GUDANG DAN FASILITAS LAIN Kontraktor harus membangun kantor kontraktor ( direksi keet ) dan perlengkapannya (minimal : meja dan
kursi kerja 3 set, kursi rapat 10 bh dan meja rapat) , los kerja, gudang dan halaman kerja (work yard) di dalam halaman pekerjaan, yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai Kontrak. Kontraktor harus juga menyediakan untuk pekerja/ buruhnya fasilitas sementara (tempat mandi dan peturasan) yang memadai untuk mandi dan buang air. Kontraktor harus membuat tata letak/ denah halaman proyek dan rencana konstruksi fasilitas-fasilitas
tersebut. Kontraktor harus menjamin agar seluruh fasilitas itu tetap bersih dan terhindar dari kerusakan.
3. PEMBERSIHAN HALAMAN a. Semua penghalang di dalam batas tanah yang menghalangi jalannya pekerjaan seperti adanya
pepohonan, batu-batuan atau puing-puing bekas bangunan harus dibongkar dan dibersihkan serta
dipindahkan dari tanah bangunan kecuali barang-barang yang ditentukan harus dilindungi agar tetap utuh.
b. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk menghindarkan bangunan
yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan bekas bongkaran tidak diperkenankan untuk dipergunakan kembali dan harus diangkut keluar dari halaman proyek.
4. PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK) a. Bouwplank dibuat dari kayu terentang (kayu kelas III) ukuran minimum 3/20 cm yang utuh dan kering.
Bouwplank dipasang dengan tiang-tiang dari kayu sejenis ukuran 5/7 cm dan dipasang pada setiap jarak satu meter. Papan harus lurus dan diketam halus pada bagian atasnya.
b. Bouwplank harus benar-benar datar (waterpas) dan tegak lurus.Pengukuran harus memakai alat ukur
yang disetujui Pengawas Lapangan. c. Bouwplank harus menunjukkan ketinggian 0.00. Letak dan ketinggian permukaan bouwplank harus
dijaga dan dipelihara agar tidak berubah selama pekerjaan berlangsung.
5. PAPAN NAMA KEGIATAN Kontraktor wajib membuat dan memasang papan nama kegiatan di bagian depan halaman proyek sehingga mudah dilihat umum. Ukuran dan redaksi papan nama tersebut sesuai dengan petunjuk Pemerintah Daerah setempat. Kontraktor tidak diijinkan menempatkan atau memasang reklame dalam bentuk apapun di
halaman dan di sekitar proyek tanpa ijin dari Pemberi Tugas. 6. KEAMANAN PROYEK
a. Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang- barang milik Proyek, Konsultan Pengawas dan Pihak ketiga yang ada dilapangan, baik terhadap pencurian maupun pengrusakan Serta kemungkina para tahanan melarikan diri memanpaatkan kegiatan proyek.
b. Untuk maksud diatas, maka Kontraktor harus membuat pagar pengaman serta perlengkapan lainnya
yang dapat menjamin keamanan.
c. Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat- alat dan hasil pekerjaan, maka akan
menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam pekerjaan tambah/kurang atau pengunduran waktu pelaksanaan.
d. Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk mencegah
bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan alat pemadam kebakaran yang siap dipakai dan ditempatkan pada tempat- tempat yang strategis dan mudah dicapai.
PASAL 8
PEKERJAAN BONGKARAN Sebelum melaksanakan pekerjaan bongkaran, Pemborong harus meminta ijin dulu kepada Pihak User dan dalam hal pelaksanaannya hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain : 1. Memperhatikan faktor keselamatan dan lingkungan sekitar kerja.
2. Bekas bongkaran yang masih dapat dipergunakan disimpan dan diamankan sesuai petunjuk dari User.
3. Berangkal/ puing-puing bekas bongkaran harus dibuang ke luar site.
4. Teknik pelaksanaan pembongkaran sedemikian rupa dengan memperhatikan urutan pelaksanaan.
5. Dalam pelaksanaan pembongkaran, adanya kerusakan diluar skope pekerjaan yang ada di RAB, karena
diakibatkan oleh kelalaian/ kecerobohan Pemborong maka kerusakan tersebut menjadi tanggung jawab Pemborong.
PASAL 9 PEKERJAAN TANAH, GALIAN DAN URUGAN KEMBALI
1. LINGKUP PEKERJAAN
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah melaksanakan galian tanah sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan, menjaga terhadap kemungkinan terjadinya longsoran sehingga mengganggu pelaksanaan
pekerjaan pondasi sampai pengurugan kembali hingga padat.
2. PEMBERSIHAN Pemborong harus membersihkan dan menyingkirkan semua semak-semak, rumput-rumput didalam daerah pekerjaan. Dalam pembersihan ini semua tunggul-tunggul dan akar-akar harus dimusnahkan dan disingkirkan sehingga nantinya dapat diyakini semak-semak dan rumput-rumput tidak akan tumbuh kembali. Lubang-lubang bekas penyingkiran tunggul-tunggul dan akar-akar harus diisi kembali atau ditimbun
dengan bahan-bahan yang cocok dan memenuhi syarat kemudian dipadatkan kembali. Sampah-sampah dan bahan-bahan lain yang tidak akan dipergunakan harus dibakar dalam daerah yang
lapang sehingga selama pembakaran tidak akan merusak pohon-pohon yang ada disekitarnya. 3. PEMBUANGAN LAPISAN TANAH ATAS
Pembuangan lapisan tanah atas (Top Soil) dilakukan pada daerah (tempat) dimana nanti akan dibangun konstruksi bangunan sedalam kurang lebih 20cm atau ketebalan disesuaikan dengan kondisi lapisan tanah atas ditempat pekerjaan.
4. PENGGALIAN DAN PENIMBUNAN KEMBALI
1. Lingkup Pekerjaan Bagian ini meliputi semua pekerjaan penggalian, penimbunan kembali, termasuk pengupasan dan penimbunan kembali lapisan tanah atas (Top Soil) serta pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan itu, yang disesuaikan dengan gambar-gambar.
2. Pelaksanaan
a. Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan kedalaman yang perlu
untuk dasar pondasi yang dipersyaratkan atau diperlihatkan pada gambar-gambar. Penggalian mencakup pemindahan tanah serta batu-batu dan bahan lain yang dijumpai dalam
pengerjaannya. Kalau ternyata dijumpai kondisi yang tak memuaskan pada kedalaman yang diperlihatkan dalam
gambar-gambar maka penggalian harus diperdalam, diperbesar atau diubah sampai disetujui
Konsultan Pengawas, untuk mana pekerjaan ini akan dinilai sebagai pekerjaan tambah. Kalau terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga dicapai kedalaman
yang melebihi apa yang tertera dalam gambar atau yang dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas, maka kelebihan diatas harus ditimbun kembali dengan pasir yang dipadatkan tanpa
pembebanan biaya tambahan kepada pemilik. Pada pekerjaan penggalian untuk mencapai/ membentuk permukaan tanah rencana maka Pemborong harus mengusahakan dan meyakini bahwa pada pekerjaan galian tersebut tidak
merusak/ mengganggu bangunan atau konstruksi yang sudah ada. b. Penimbunan Kembali harus dilaksanakan didaerah-daerah ataupun bagian-bagian pekerjaan, serta
mengikuti ukuran-ukuran ketinggian, kemiringan-kemiringan dan bentuk-bentuk seperti yang ditunjukkan dalam gambar-gambar.
Penimbunan harus dilaksanakan dalam bentuk-bentuk lapisan-lapisan dengan ketebalan maksimum 20cm gembur. Padatkan sesuai dengan Instruksi Konsultan Pengawas.Penimbunan dan timbun kembali, kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas, harus dari bahan galian pekerjaan ini. Bahan timbunan harus bebas dari kotoran-kotoran, tumbuh-tumbuhan, batu-batuan atau bahan
lain yang dapat merusak pekerjaan. c. Perlindungan Terhadap Air
Selama pekerjaan berlangsung Pemborong harus dengan semua cara yang disetujui Konsultan
Pengawas, menjamin agar tidak terjadi genangan-genangan air yang dapat mengganggu/ merusak semua pekerjaan galian atau urugan.
d. Penghamparan dan Pemadatan Tanah harus dihamparkan dalam lapisan-lapisan setebal tidak lebih dari 20cm gembur, agar dapat
mengatur kepadatan yang merata untuk seluruh ketebalannya.Tanah urugan harus dibasahi secukupnya(sebelum dipadatkan) untuk mencapai kepadatan yang dipersyaratkan.
5. PERMUKAAN TANAH Sebelum memulai suatu penggalian, Pemborong harus memeriksa permukaan tanah, baik setempat maupun garis transisi yang tertera dalam kontrak adalah betul. Jika tidak sesuai Pelaksana harus
memberitahu secara tertulis kepada Pemberi Tugas/ Pengawas, jika tidak maka tuntutan mengenai ketidaksamaan permukaan tanah tidak akan dipertimbangkan.
6. TINGGI PENDUGAAN (PEIL)
Dasar ukuran tinggi + 0,00 adalah dasar tinggi permukaan lantai bangunan induk, seperti yang
dinyatakan dalam gambar, dan selanjutnya menurut petunjuk Pelaksana.
Tinggi lantai ini harus disesuaikan dengan tinggi lantai gedung yang telah ada/ selesai dibangun,
sehingga dalam pekerjaan ini, termasuk pula pekerjaan pengurugan tanah.
PASAL 10
PEKERJAAN PONDASI Lingkup pekerjaan meliputi pengadaan dan pemasangan batu belah , pondasi Bor pile , lantai kerja, Footplat beton, pile cap, sesuai dengan gambar dan persyaratan disini.
A. PEKERJAAN PASANGAN BATU BELAH
Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan Anstamping batubelah, pondasi batu dengan campuran 1
Pc : 5 Psr. Pasangan batu belah termasuk saluran dan pekerjan lainlain yang menggunakan pasangan 1 Pc : 5 Psr sesuai gambar kerja dan persyaratan disini.
1. Galian Tanah
Sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor harus memberitahu Direksi dan bersama-sama menentukan lokasi dan ukuran penggalian, serta penempatan hasil galian dan pembuangan sisa galian. Sesuai peil dan ukuran yang ditentukan dalam gambar rencana, Kontraktor melakukan penggalian, perataan, pemadatan dan perapihan yang disiapkan untuk pekerjaan dengan kegiatan-kegiatan galian pondasi pasangan batu kali.
Galian tanah tidak boleh merusak atau merubah konstruksi yang telah ada (existing) dan memerlukan perhatian khusus pada tempat terjadinya batas konstruksi lama dan baru, untuk menghindari terjadinya gagal dan atau bertambahnya volume pekerjaan konstruksi baru.
Peil dasar galian tanah harus sesuai dengan gambar rencana, namun tidak bersifat pasti karena perubahan peil permukaan oleh Direksi dimungkinkan untuk berfungsinya bangunan/ konstruksi dengan baik. Batu, kayu dan akar pohon serta rintangan-rintangan lain yang ditemui dalam galian harus dibuang.
Pada saat penggalian Kontraktor perlu memperhatikan fasilitas-fasilitas umum yang berada dalam tanah seperti : pipa air bersih, kabel telephone, kabel listrik dan lain-lainnya. Bila terjadi kerusakan pada fasilitas-fasilitas tersebut, maka menjadi tanggungan Kontraktor untuk perbaikannya.
Untuk mecapai kedalaman galian tertentu sesuai gambar rencana ternyata mengakibatkan perubahan bentuk dan volume konstruksi dan atau terjadi kekosongan untuk mencapai peil yang disyaratkan, maka Kontraktor harus memberitahu kepada Direksi untuk bersama-sama menghitung dan mendapat persetujuan atas perubahan yang terjadi tersebut.
Setelah galian tanah selesai sesuai gambar rencana, maka Kontraktor perlu memberitahu Direksi akan segera dimulainya pekerjaan selanjutnya.
2 . Bahan/ Material
a. Batu belah
Batu belah yang digunakan dari jenis batu belah yang keras berwarna hitam dengan permukaan kasar tanpa cacat, retak berukuran diameter 2025cm.
Batu belah yang keras bermutu baik, tidak cacat dan tidak retak. Batu kapur, batu berpenampang
bulat, atau berpori besar dan terbungkus lumpur tidak diperkenankan dipakai.
b. Pasir Pasang
Pasir yang digunakan dari jenis Pasir Pasang yang bermutu baik, tidak mengandung bahan
organis, lumpur dan sejenisnya yang dapat mengurangi kekuatan pasangan.
c. Portland Cement (PC)
Portland Cement yang dipakai memenuhi persyaratan N.18/ type I menurut ASTM dan memenuhi S.400 menurut standar Cement Portland, semen yang mengeras tidak boleh digunakan.
d. Air untuk Campuran Pasangan
Air untuk pembangunan haruslah air tawar yang bersih dan bebas dari zat-zat organik, tanah, lumpur, garamgaram mineral, larutan alkali dan lainlain yang dapat mengurangi kekuatan pasangan.
Masingmasing penggunaan jenis bahan tersebut dicampur dalam suatu komposisi adukan 1 Pc : 3 Psr ditambah air secukupnya sebagai campuran pasangan untuk meletakan batu belah
diatasnya.
3. Pelaksanaan a. Sebelum dilaksanakan pemasangan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan apakah bagian/ lokasi
yang akan dikerjakan ada air tanah yang keluar dari dalam tanah; bila ada, akan berpengaruh dalam
kelangsungan pekerjaan maka hendaknya dipompa atau dialirkan agar lokasi terbebas dari genangan air.
b. Setelah profil dibuat sesuai bentuk bangunan pada gambar rencana, bahan material seperti batu sebelum dipasang harus bersih (dibasahi) dan dipasang sedemikian rupa dan disusun sesuai bentuk
profil berawal dari dasarnya (pondasi), sehingga tiap-tiap batu yang tersusun diselimuti seluruhnya dengan adukan, komposisi adukan menggunakan adukan 1 Pc : 3 Psr.
c. Batubatu yang tersusun diletakkan sedemikian rupa sehingga membentuk bangunan yang kita kehendaki (sesuai gambar design). Pada umumnya akhir pekerjaan pasangan batu ditutup dengan
pasangan batu kali. Atau finishing bisa berupa plesteran dengan campuran 1 Pc : 3 Psr atau dengan siaran dengan menggunakan campuran 1 Pc : 2 Psr.
d. Pasangan batu kali yang tampak atau diatas permukaan tanah sebelum diberi campuran siaran
harus dikorek sedalam 1 (Satu) cm dengan lebar antar batu 11,5cm. Siaran batu menggunakan adukan 1 Pc : 2 Psr dilaksanakan pada pasangan batu yang dibentuk batu muka dengan siaran alam ( pecah kaca ).
e. Plesteran menggunakan adukan 1 Pc : 3 Psr dilaksanakan pada seluruh pekerjaan plesteran. B. PONDASI BOR PILE
Bagian ini meliputi perataan tanah, perakitan tulangan pondasi, proses pengeboran pondasi dan proses
pengecoran beton. Pelaksanaan :
1. Persiapan pekerjaan Pekerjaan pondasi borepile memerlukan alat berat yang sangat membantu dalam pelaksanaannya,
untuk itu kontraktor harus dapat memastikan pekerjaan persiapan apa yang harus dilakukan agar alat berat dapat masuk serta bermanuver secara baik di areal proyek. Jika tidak disiapkan dengan baik bisa
saja alat berat tersebut ambles karena daya dukung tanahnya jelek. 2. Pekerjaan tulangan pondasi
Pengerjaan tulangan pondasi bisa dikerjakan sebelum pengeboran karena jangan sampai setelah di bor
tulangan belum siap. Jika tertunda lama tanah pada lubang borbisa rusak karena air hujan atauaktifitas kerja lainnya. Pemilihan tempat perakitan tulangan jangan sampai jauh dari lokasi pemboran dan mengganggu manuver alat berat.
3. Proses pengeboran Pengeboran adalah proses awal pengerjaan pondasi borpile, kedalaman serta diameter pondasi menjadi
parameter utama pemilihan alat-alat bor.Adanya batuan atau material dibawah tanah perlu diantisipasi sehingga perlu disiapkan metode, serta peralatan apa yang cocok digunakan.
Setelah mencapai kedalaman tertentu, untuk menghindari tanah ditepi lubang berguguran maka perlu
dipasang pipa ( casing ) yang mempunyai diameter dengan lubang pondasi, setelah casing terpasang maka pengeboran bisa dilanjutkan kembali. Setelah pengeboran mencapai kedalaman rencana maka perlu dipastikan secara manual kedalamannya.
Perlu juga dichek apakah jenis tanah sudah sesuai dengan jenis tanah yang direncakan. Apabila kedalaman pemboran dan lubang bor telah siap maka bisa dilanjutkan dengan penempatan tulangan
pondasi. 4. Proses Pengecoran
Proses ini merupakan bagian paling kritis yang menentukan berfungsi atau tidaknya suatu pondasi borpile. Meskipun proses pekerjaan sebelumnya sudah benar tetapi pada tahapan ini gagal, maka gagal pula pondasi borpile tersebut secara keseluruhan. Pengecoran dikatakan gagal apabila lubang pondasi
tidak benar-benar terisi dengan beton secara keseluruhan, misalnya ada yang bercampur dengan galian tanah atau segresi dengan air, tanah longsor sehingga pengecoran terputus. Pengecoran beton dibantu dengan pipa tremie sehingga beton bisa disalurkan langsung kedasar lubang
tanpa mengalami pencampuran dengan air maupun lumpur. Catatan :
Khusus untuk kedalaman pondasi pelaksanaan harus betul-betul sampai pada kedalaman tanah yang
ditentukan atau pada pembebanan pondasi yang dipersyaratkan untuk daya dukung pondasi dalam. Pembuangan galian tanah apabila dibuang ke luar site harus tidak mengotori lingkungan/ jalan. Untuk pekerjaan beton didalam tanah, tebal selimut beton minimal 5 cm. Untuk pengerjaan Pondasi beton beton Lihat pasal pekerjaan beton.
1. KETENTUAN UMUM
PASAL 11 PEKERJAAN BETON
1. Persyaratan-persyaratan Konstruksi Beton, istilah teknis dan syarat-syarat pelaksanaan beton secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku persyaratan teknis ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan referensi di bawah ini: a. Peraturan Beton SKSNI
b. Peraturan pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
c. American sociaty of Testing Materials (ASTM)
d. Standar industri indonesia ( SII)
2. Bilamana ada ketidaksesuaian antara peraturan-peraturan tersebut di atas maka peraturan-peraturan
Indonesia yang menentukan. 3. Pemborong harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketetapan dan kesesuaian yang tinggi menurut
persyaratan teknis ini, gambar rencana dan instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Pengawas, semua pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan harus dibongkar dan diganti atas
biaya pemborong sendiri. 4. Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai persyaratan dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas berhak untuk meminta diadakan pengujian bahan-bahan
tersebut dan pemborong bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua material yang tidak disetujui oleh Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan dari proyek /site dalam waktu 3 x 24
jam. 2. LINGKUP PEKERJAAN
1. Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk Pelaksanaan pekerjaan beton sesuai dengan gambar
rencana termasuk pengadaan bahan, upah, pengujian dan peralatan pembantu. 2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua penulangan dan bagian-bagian dari pekerjaan
lain yang tertanam dalam beton. 3. BAHAN - BAHAN
1. S e m e n :
a. Semua semen yang digunakan adalah jenis portland Cement sesuai dengan persyaratan NI-2
pasal Bab 3 Standar Indonesia NI-8 /1964, SII 0013-81 atau ASTM C-150 dan produksi dari satu merk / pabrik.
b. Pemborong harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk mencegah
terjadinya kerusakan, dan tidak boleh ditaruh langsung di atas tanah tanpa alas kayu. c. Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena air/lembab tidak
diizinkan untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan dari proyek dalam batas 3 x 24 jam. d. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
2. Agregat Kasar :
a. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai menurut NI-2 pasal 3, 4, 5 bab III dan serta mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.
b. Agregat Kasar terdiri dari butir-butir yang kasar., keras, tidak berpori dan berbentuk kubus. Bila
ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh melebihi 20 % dari volume dan tidak boleh mengalami pembekuan hingga melebihi 50 % kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles
(L A). c. Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reactif alkali atau substansi yang merusak beton
dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % serta mempunyai gradasi seperti berikut :
Saringan Ukuran % Lewat Saringan
1 25,00 mm 100 3 / 4 20,00 mm 90-100 3 / 8 95,00 mm 20-55 N0. 4 4,76 mm 0-1
Hasil crushing test dari laboratorium yang berwenang terhadap kubus-kubus beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada Konsultan pengawas untuk dimintakan
persetujuannya.
3. Agregat Halus : a. Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu dan harus
bersih dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih dari 50% substansi- substansi yang merusak beton atau NI-2 pasal 3 bab 3, sebagai referensi, boleh digunakan pasir Cimangkok.
b. Pasir laut tidak diperkenankan dipergunakan dan pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang
tajam dan keras mempunyai gradasi seperti tabel berikut :
Saringan Ukuran % Lewat Saringan
3 / 8 9,5 mm 100 No. 4 4,76 mm 90-100 No. 8 2,39 mm 80-100 No. 16 1,19 mm 50-85 No. 30 0,19 mm 25-65 No. 50 0,297 mm 10-30 No. 100 0,149 mm 5-10 No. 200 0,074 mm 0-5
4. Air :
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam serta zat-zat yang
dapat merusak beton baja bertulang. Dalam hal ini sebaiknya digunakan air bersih yang dapat diminum, atau seperti NI - 2 pasal 6 Bab 3.
5. Baja tulangan : a. Baja tulangan yang digunakan adalah baja polos dan baja ulir dimana harus memenuhi
persyaratan SKNI, dengan tegangan leleh karakteristik (Tau) = 2400 kg/cm2 atau baja U 24, (Tau) = 3900 kg/cm2 atau baja U39, pemberi tugas atau konsultan, pengawas bila diperlukan,
akan melakukan pengujian test tegangan tarik-putus dan Bending untuk setiap 10 ton baja tulangan, atas biaya pemborong.
b. Batang-batang tulangan harus disimpan tidak menyentuh tanah secara langsung dan dihindari akan penimbunan baja tulangan diudara terbuka.
c. Kawat ikat berukuran minimal 1 mm.
d. Batang-batang tulangan yang berlainan ukurannya harus ditimbun pada tempat terpisah dan diberi tanda yang jelas.
6. Bahan pencampur :
a. Penggunaan bahan pencampur (admixture) tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
b. Apabila akan digunakan bahan pencampur, pemborong harus mengadakan percobaan-percobaan
perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan pencampur (admixture) tersebut. 7. Cetakan Beton :
Dapat menggunakan kayu kelas II dengan ketebalan minimal 3 cm, atau multiplek tebal minimal 18
mm atau plat baja, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam SKSNI jarak rangka kayu harus disetujui Konsultan Pengawas.
4. MUTU BETON
Bahan beton yang menggunakan sitemix bisa memakai proporsi campuran beton dengan perbandingan berat yang telah ditentukan untuk masing-masing jenis pekerjaan. Apabila dalam pelaksanaannya menggunakan beton readymix maka mutu beton yang digunakan adalah
1. Mutu beton untuk Konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan kekuatan tekan karakteristik
sebagai berikut :
Mutu beton Jenis Pekerjaan
K 225 Semua struktur beton
2. Slump (kekentalan beton) untuk jenis konstruksi berdasarkan SKSNI adalah sebagai berikut :
Jenis Konstruksi Slump
maks. (cm)
Slump
min. (cm)
Pelat & Dinding Pondasi telapak 12,5 5,0 Pelat, Balok & Dinding, Kolom 15,0 7,5
Pelat diatas tanah/pergeseran
jalan
7,5 5,0
3. Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekwensi getaran tinggi, maka harga tersebut diatas
dapat dinaikan sebesar 50 % dengan catatan tidak boleh melebihi 15 cm. 5. PERCOBAAN PENDAHULUAN
1. Pemborong harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah takaran dari masing-masing bahan pembentukan beton dengan
persetujuan dari Konsultan Pengawas. 2. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari material-material harus
dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan seluruh operasi harus dikontrol dan diawasi terus
menerus oleh seorang inspektor yang berpengalaman dan bertanggung jawab . 3 Pengadukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (Bacth Mixer atau Portable Continous
Mixer). Mesin pengaduk harus betul-betul kosong sebelum menerima bahan-bahan dari adukan selanjutnya dan harus dicuci bila tidak digunakan lebih dari 30 menit.
4. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit sesudah semua bahan
ada dalam mixer. Waktu pengadukan harus ditambah, bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m3 dan Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan
bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan kekentalan dan warna
yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan
5 Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Air harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan
pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi
beton yang dikehendaki.
6. PERSIAPAN PENGECORAN 1. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus bersih dan bebas dari
kotoran-kotoran dan bagian beton yang lepas. Bagian-bagian yang akan ditanam dalam beton harus sudah terpasang (pipa-pipa untuk instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan-perlengkapan lain).
2. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus dibasahi dengan air
sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan baik. Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
3. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang tersebut harus disapu dengan spesi mortar dengan
susunan yang sama seperti adukan beton dan air harus dibuang dari semua bagian-bagian yang akan dicor.
4. Pemborong harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin pengecoran diberikan oleh Konsultan Pengawas.
5 Apabila pengecoran tidak memakai begisting kayu maka dasar permukaan yang akan dicat harus diberi beton dengan adukan 1 pc : 3 ps : 5 krk setebal 5 cm.
7. ACUAN / CETAKAN BETON / BEGISTING
1. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Pemborong sepenuhnya.Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas dan bidang dari hasil beton yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelonggaran dari penyangga harus menggunakan Multiplex.
2. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan, lubang-lubang atau
terjadi lendutan. Sehubungan pada cetakan diusahakan lurus dan rata dalam arah Horisontal dan Vertikal, terutama untuk permukaan beton yang tidak di finish ( exposeconcrete ) .
3. Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya overstress atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban yang ada diatasnya selama pelaksanaan.
4. Penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya, kekuatan dan tidak akan
terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton dituang. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi form oil untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaanya harus berhati-hati agar tidak terjadi kotak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dan dengan tulangan.
5. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan terlulis dari Konsultan Pengawas, atau jika beton
telah melampaui waktu sebagai berikut : a. Bagian sisi balok 48 jam
b. Balok tanpa beban konstruksi 7 hari c. Balok dengan beban konstruksi 21 hari
d. Plat lantai 21 hari
6. Dengan persetujuan Konsultan Pengawas cetakan dapat dibongkar lebih awal apabila hasil pengujian
dari benda uji yang menpunyai kondisi sama dengan beton sebenarnya, telah mencapai 75% dari kekuatan beton pada umur 28 hari. Segala ijin yang diberikan oleh Konsultan Pengawas, tidak
mengurangi atau membebaskan tanggung jawab Pemborong tehadap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan.
7. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak menyebabkan cacat pada
permukaan beton dan dapat menjamin keselamatan penuh atas struktur-struktur yang dicetak.
8. Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Pemborong wajib
mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali. 9. Permukaan beton harus bersih dari sisa-sisa kayu cetakan dan pada bagian-bagian konstruksi yang
terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan sebelum pengurugan dilakukan.
10. Untuk permukan beton yang diharuskan exposed, maka pemborong wajib memfinishnya tanpa
pekerjaan tambah.
8. PENGANGKUTAN DAN PENGECORAN 1. Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu antara pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 (satu) jam dan tidak terjadi perbedaan pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang akan dicor. 2. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang ditentukan, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan (retarder) dengan persetujuan Konsultan Pengawas. 3. Pemborong harus memberitahukan Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 2 (dua) hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk melaksanakan pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan baja tulangan serta bukti bahwa Pemborong akan dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan. 4. Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan agregat telah melampaui 1,5 jam, dan waktu ini dapat berkurang, bila Konsultan Pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu. 5. Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute dan sebagainya harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan alat-alat tersebut harus selalu bersih dan bebas dari sisa-sisa beton yang mengeras.
6. Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m. Bila memungkinkan
sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
7. Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami initial set atau yang telah mengeras dalam batas dimana beton akan menjadi plastis karena getaran, penggetaran harus
bersamaan dengan penuangan beton. 8. Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi lantai kerja
setebal 5 cm, agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan mencegah penyerapan air semen oleh tanah /pasir secara langsung.
9. Bila pengecoran beton harus berhenti sementara, sedang beton sudah menjadi keras dan tidak
berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitance) dan
partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup, sehingga didapat beton yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan
harus dibersihkan. 10. Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan pengecoran dari suatu
bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka sebaiknya tidak dilaksanakan, kecuali atas
persetujuan Konsultan Pengawas dapat dilaksanakan pada malam hari dengan ketentuan bahwa sistem penerangan sudah disiapkan dan memenuhi syarat, serta penyiapan tenda-tenda untuk
menjaga terjadi hujan. 9. PEMADATAN BETON
1. Pemborong bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna pengangkutan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton yang padat tanpa perlu penggetaran secara berlebih.
2. Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dengan Mechanical Vibrator dan dioperasikan oleh orang yang berpengalaman. Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak mengakibatkan Over Vibration dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan maksud untuk mengalirkan beton.
Hasil beton harus merupakan masa yang utuh, bebas dari lubang-lubang, segregasi atau keropos. 3. Pada daerah penulangan yang rapat , penggetaran dilakukan dengan alat penggetar yang
mempunyai frekwensi tinggi (rpm tinggi) untuk menjamin pengisian beton dan pemadatan yang baik. 4. Dalam hal penggunaan vibrator, maka slump dari beton boleh melebihi 12,5.
5. Jarum penggetar harus dimasukkan kedalam adukan vertikal, tetapi dalam keadaan khusus boleh miring 45 derajat dan jarum vibrator tidak boleh digerakkan secara horizontal.
6. Alat penggetar tidak boleh disentuh pada tulangan-tulangan, terutama pada tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras, serta berjarak minimal 5 cm dari bekisting.
7. Setelah sekitar jarum nampak mengkilap, maka secara perlahan-lahan harus ditarik, hal ini tercapai
setelah bergetar 30 detik (maksimal). 10. PENYAMBUNGAN KONSTRUKSI DAN DILATASI
1. Rencana atau schedule pengecoran harus disiapkan untuk penyelesaian satu konstruksi secara menyeluruh, termasuk persetujuan letak Construction joints (sambungan konstruksi). Dalam keadaan tertentu dan mendesak, Konsultan Pengawas dapat merubah letak Construction joints tersebut .
2. Permukaan Construction joints harus bersih dan dibuat kasar dengan mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton yang padat.
3. Construction joints harus diusahakan berbentuk garis miring. Sedapat mungkin dihindarkan adanya Construction joints tegak, kalaupun diperlukan maka harus dimintakan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
Bila Construction joints tegak diperlukan, maka tulangan harus menonjol sedemikian rupa sehingga didapatkan suatu struktur yang monolit.
4. Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus dibasahi dan diberi lapisan grout segera
sebelum beton dituang.
5. Untuk penyambungan beton lama dan baru, harus menggunakan bahan additive Bonding Agent (lem beton) yang disetujui konsultan pengawas.
6. Dilatasi antar kolom atau balok menggunakan Stereofon dan Sealant. 11. BAJA TULANGAN
1. Semua baja tulangan yang dipakai adalah tulangan besi polos, harus bersih dari segala macam
kotoran, karat, minyak, cat dan lain-lain yang akan merusak mutu beton. 2. Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan harus sesuai dengan
persyaratan dalam SKSNI T 15-1991 3. Selimut beton harus mempunyai ketebalan minimal sebagai berikut :
Bagian konstruksi Tebal selimut beton (cm )
Pelat 2,0 cm B a l o k 2,5 cm
K o l o m 2,5 cm Sloof dan Pondasi 3 cm
12. BENDA -BENDA YANG TERTANAM DALAM BETON 1. Semua angkur, baut, pipa dan benda-benda lain yang diperlukan tertanam dalam beton, harus terikat
dengan baik pada cetakan sebelum pengecoran. 2. Benda-benda tersebut harus dalam keadaan bersih, bebas dari karat dan kotoran-kotoran lain pada
saat mengecor 3. Sebelum dilakukan pengecoran pipa-pipa harus sudah diuji dengan baik, baru boleh dicor.
13. PENYELESAIAN BETON
1. Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus tanpa ada bagian-bagian yang membekas pada permukaan. Ujung-ujung atau sudut-sudut harus berbentuk penuh dan tajam.
2. Bagian-bagian yang rapuh, kasar, berlubang, dan tidak memenuhi persyaratan harus segera diperbaiki
dengan cara memahatnya dan mengisinya kembali dengan adukan beton yang sesuai baik kekuatan maupun warnanya untuk kemudian diratakan. Bila diperlukan, seluruh permukaan beton dihaluskan
dengan ampelas, carborondum atau gurinda. 3. Permukaan pekerjaan beton harus mempunyai bentuk jadi yang rata. Toleransi kerataan pada
permukaan lantai tidak boleh melampaui 1cm dalam jarak 10 m. Tidak dibenarkan untuk menaburkan
semen kering pada permukaan beton dengan maksud menyerap kelebihan air. 14. PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN BETON
1. Semua pekerjaan beton harus dirawat secara baik dengan cara yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas. Setelah pengecoran dan selesai, permukaan beton yang tidak tertutup oleh cetakan harus
tetap dijaga kelembabannya dengan jalan membasahi secara terus menerus selama 7 (tujuh) hari. 2. Permukaan-permukaan beton yang dibongkar cetakannya sedang masa perawatan beton belum
dilampaui, harus dirawat dan dilindungi seperti tersebut pada ayat (1) dan tidak boleh tertindih barang atau terinjak langsung pada permukaan beton.
3. Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap penguapan dan belum dibongkar, selama masa perawatan beton harus selalu dibasahi untuk mengurangi keretakan dan terjadinya celah-celah pada sambungan.
4. Lantai beton atau permukaan beton lainnya yang tidak disebut di atas, harus dirawat dengan jalan
membasahi atau menutupi dengan membran yang basah. 15. PENGUJIAN BETON
1. Secara umum pengujian beton harus mengikuti ketentuan dalam SKSNI dan minimum memenuhi persyaratan seperti yang tersebut dalam ayat berikut.
2. Untuk setiap jenis beton harus dibuat satu pengujian, yang dikerjakan dalam satu hari dengan volume sampai sejumlah 5 m3, atau 2 benda uji.
3. Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 (empat) buah benda uji berbentuk kubus 15 x 15 x 15 cm. Satu
benda uji akan dites pada umur 28 hari dan hasilnya segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas,
sedangkan 3 (tiga) benda uji lainnya hasil rata-rata dari ketiga spesimen tersebut. Batas kekuatan beton rata-rata harus sama atau lebih dari kekuatan karakteristik 225 kg/cm2 untuk mutu beton K
225, tidak boleh ada satu benda uji yang hasil tesnya lebih kecil dari = 160 kg/cm2. 4. Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji lagi ditinggal dilapangan, dibiarkan mengalami
proses perawatann yang sama dengan keadaan sebenarnya. 5. Kubus-kubus yang baru dicetak disimpan pada tempat yang bebas getaran dan ditutup dengan karung
basah selama 24 jam. 16. SUHU / TEMPERATUR
1. Suhu beton pada waktu dicor tidak boleh lebih dari 32 derajat Celsius. Bila suhu dari beton yang ditaruh berada antara 27 derajat dan 32 derajat Celsius, maka beton harus diaduk ditempat pekerjaan dan langsung dicor.
2. Bila pada saat pembuatan beton berada pada iklim yang dapat mengakibatkan suhu beton melebihi
dari 32 derajat Celsius, maka pemborong harus mengambil langkah-langkah yang efektif, umpamanya mendinginkan agregat atau mengecor pada waktu malam hari.
1. LINGKUP PEKERJAAN
PASAL 12 PASANGAN BATU BATA
Bagian ini meliputi hal-hal mengenai pengadaan bahan-bahan dan pemasangan semua pekerjaan
pasangan batu bata seperti yang tertera pada gambar.
Pelaksanaan pemasangan harus benar-benar mengikuti garis-garis ketinggian, bentuk-bentuk seperti yang terlihat dalam gambar-gambar persyaratan disini.
2. BAHAN-BAHAN 1. Bata harus baru, terbakar, keras, terbuat dari tanah liat yang terpilih sesuai dengan persyaratan
berlaku.
Bilamana tidak terdapat bahan yang sesuai standar tersebut diatas, maka Konsultan Pengawas dapat menentukan jenis-jenis lain yang ada dipasaran lokal dengan persyaratan-persyaratan yang ditentukannya.
2. Adukan/ spesi untuk seluruh dinding bata harus berupa campuran 1 semen : 5 pasir.
Spesi khusus berupa "trasraam" dengan campuran 1 semen : 2 pasir digunakan mulai permukaan beton sloof sampai setinggi 20 cm diatas pemukaan lantai.
3. Contoh bahan yang diusulkan untuk dipakai harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan
Persetujuan atas bahan-bahan tersebut harus sudah didapat sebelum bahan yang dimaksud dibawa ke lapangan kerja untuk dipasang. Pengambilan contoh atas bahan-bahan yang telah berada
dilapangan akan dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan Konsultan Pengawas guna keperluan pengujian.
Bahan yang tidak sesuai akan ditolak dan segera disingkirkan dari lapangan. 3. PENGERJAAN DAN PENYIMPANAN
Bahan-bahan untuk pekerjaan pasangan harus disimpan dengan cara-cara yang disetujui Konsultan Pengawas, untuk menghindarkan dari segala hal yang dapat mengakibatkan kerusakan terhadap bahan tersebut.
4. PELAKSANAAN
Pemasangan batu bata yang dilaksanakan harus dipasang rata, tegak dan lajur dan penaikannya diukur tepat dengan tiang lot, dan kecuali bilamana tidak diperlihatkan dalam gambar-gambar maka setiap lajur
naik, bata harus putus sambungan dengan lajur bawahnya. Sebelum pekerjaan pemasangan dilaksanakan bata/ batako harus direndam/ dibasahi dengan air dahulu. Beton untuk sloof, kolom praktis dan ringbalk dipasang untuk setiap luas dinding maksimum 12 m2. Sesuai jam kerja, seluruh lajur pasangan batu bata yang belum selesai, harus ditutup (dilindungi) dengan kertas semen, atau dengan cara-cara lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
1. LINGKUP PEKERJAAN
PASAL 13 PLESTER DAN ADUKAN
Dalam hal ini meliputi seluruh pekerjaan plester dan adukan seperti yang dijelaskan dalam gambar-
gambar pelaksanaan. 2. BAHAN-BAHAN
Semua bahan yang digunakan dalam pekerjan ini terdiri dari :
1. P a s i r Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan bebas dari tanah liat, lumpur atau campuran-
campuran lain. 2. Portland cement
Portland cement yang dipakai harus baru, tidak ada bagian-bagian yang membantu dan dalam zak
yang tertutup seperti yang disyaratkan. Hanya sebuah merk dari satu jenis semen yang boleh dipakai
dalam pekerjaan. 3. A i r
Air harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti, minyak, asam, dan unsur organik kecuali ditunjukkan lain, Pemborong harus menyediakan air kerja atas biaya sendiri.
3. PERENCANAAN
1. Campuran Adukan dan Plester
Perbandingan adukan dan pengetesannya dapat dilaksanakan dalam waktu 1 minggu dan tidak ada
penambahan waktu lagi untuk itu. 1.1. Plester/ adukan dengan campuran 1pc:5ps digunakan pada daerah-daerah seluruh dinding bata
seperti ditunjukkan dalam gambar. 2. A c i a n
Acian dibuat dalam campuran 1pc:2air (volume) dan digunakan hanya pada dinding-dinding yang akan
di cat. 4. PELAKSANAAN
1. U m u m
Pergunakan mesin-mesin pengaduk (molen) dan peralatan yang memadai. Bersihkan semua permukaan yang akan diplester dari bahan-bahan yang akan merusak plesteran dan disiram air hingga jenuh. Pekerjaan plesteran harus rata sesuai perintah Pengawas, dengan tebal plesteran, kecuali bila
dinyatakan lain adalah 20 mm dengan toleran minimum 15 mm dan maksimum 25 mm.
2. Pencampuran
Membuat campuran adukan/ plester tanpa mesin pengaduk hanya dapat dilaksanakan bila ada izin dari Pengawas.
3. Pelaksanaan Adukan/ Plesteran
1. Adukan pasangan bata: lihat Pekerjaan Pemasangan Bata. 2. Plesteran.
1. LINGKUP PEKERJAAN
PASAL 14 PEKERJAAN PELAPIS LANTAI
1. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan yang bermutu baik.
2. PERSYARATAN BAHAN
1. Lantai keramik yang digunakan :
- Jenis : * Ceramic Tile ukuran : 40X40 cm, (atau sesuai petunjuk dalam bestek). * Ceramic Tile ukuran : 20X20 cm, (atau sesuai petunjuk dalam bestek).
* Keramik untuk lantai, yang digunakan adalah produk sekualitas Mulia,
* Lantai rabat beton - Bahan Pengisi : Grout semen berwarna/ IGI grout.
- Bahan Perekat : Adukan spesi 1 pc : 3 pasir pasang. - W a r n a : Ditentukan kemudian.
2. Paving Block natural 3. Bahan-bahan yang digunakan sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contoh-contohnya
kepada Konsultan Pengawas. 3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
1. Sebelum dimulai pekerjaan Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing mengenai pola keramik. 2. Keramik yang terpasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, cacat dan bernoda.
3. Adukan pasangan/ pengikat dengan aduk campuran 1 pc : 3 pasir pasang dan ditambah bahan
perekat seperti yang disyaratkan atau dapat pula digunakan acian PC murni dan ditambah bahan perekat.
4. Bahan keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air bersih (tidak mengandung asam alkali) sampai jenuh.
5. Hasil pemasangan lantai keramik harus merupakan bidang permukaan yang benar-benar rata, tidak bergelombang, dengan memperhatikan kemiringan didaerah basah dan teras.
6. Pola, arah dan awal pemasangan lantai keramik harus sesuai gambar detail atau sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas. 7. Jarak antara unit-unit pemasangan keramik satu sama lain (siar-siar), harus sama lebar dan sama
dalamnya, untuk siar-siar yang berpotongan harus membentuk sudut siku yang saling berpotongan tegak lurus sesamanya.
8. Siar-siar diisi dengan bahan pengisi siar yang bermutu baik, dari bahan seperti yang telah disyaratkan diatas.Warna sama dengan keramik yang dipasang.
9. Pemotongan unit-unit keramik tiles harus menggunakan alat pemotong keramik khusus sesuai
persyaratan dari pabrik. 10.Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda pada permukaan
keramik, hingga betul-betul bersih. 11.Keramik yang terpasang harus dibersihkan dari sentuhan/ beban selama 3x24 jam dan dilindungi dari
kemungkinan cacat akibat dari pekerjaan lain. 12.Keramik plint terpasang siku terhadap lantai, dengan memperhatikan siar-siarnya bertemu siku
dengan siar lantai dan dengan ketebalan siar yang sama pula.
PASAL 15 PEKERJAAN PELAPIS DINDING
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pelapis dinding dipasang pada dinding di daerah daerah yang ditunjukkan dalam gambar. 2. BAHAN-BAHAN
1. Keramik Keramik yang dipergunakan adalah keramik berukuran 20x25cm, 5x20cm, 10x40cm, keramik motif
batu alam produksi dalam negeri. Warna akan ditentukan kemudian. 2. Batu templek hitam
Batu templek hitam yang dipergunakan adalah Batu muka Hitam yang beraturan kualitas baik.
3. Adukan Adukan terdiri dari 1 pc : 3 pasir. Bahan perekat keramik yang akan dipergunakan untuk pemasangan
pada dinding adalah Portland Cement biasa yang disetujui Ahli.
4. Air
Air harus bersih dan bebas dari asam, alkali dan organik lainnya. 5. Contoh-contoh
Sebelum diadakan pemasangan Pemborong diharuskan memberikan contoh bahan-bahan yang akan
dipakai untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas. 3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
1. Pada permukaan dinding beton/bata merah yang ada, keramik dapat langsung diletakkan, dengan menggunakan perekat spesi 1 pc : 3 pasir, diaduk baik memakai larutan supercement, jumlah pemakaian adalah 1 % dari berat semen yang dipakai dengan tebal adukan tidak lebih 1,5 cm atau
bahan perekat khusus, dengan memperhatikan sehingga mendapatkan ketebalan dinding seperti tertera pada gambar.
2. Keramik yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, warna, motif keramik harus sama
tidak boleh retak, gompal atau cacat lainnya. 3. Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong khusus untuk itu, sesuai petunjuk pabrik.
4. Sebelum keramik dipasang, keramik terlebih dahulu harus direndam air sampai jenuh. 5. Pola keramik harus memperhatikan ukuran/letak dan semua peralatan yang akan terpasang di
dinding seperti : panel, stop kontak, lemari gantung dan lain-lain yang tertera di dalam gambar. 6. Ketinggian peil tepi atas pola keramik disesuaikan gambar.
7. Awal pemasangan keramik pada dinding dan kemana sisa ukuran harus ditentukan, harus dibicarakan terlebih dahulu dengan Pengawas sebelum pekerjaan pemasangan dimulai.
8. Bidang dinding keramik harus benar-benar rata, garis-garis siar harus benar-benar lurus. Siar arah
horizontal pada dinding yang berbeda ketinggian peil lantainya harus merupakan satu garis lurus. 9. Keramik harus disusun menurut garis-garis lurus dengan siar sebesar 4-5 mm setiap perpotongan siar
harus membentuk dua garis tegak lurus. Siar-siar keramik diisi dengan bahan pengisi siar sehingga membentuk setengah lingkaran seperti yang disebutkan dalam persyaratan bahan dan
warnanya akan ditentukan kemudian. 10.Pembersihan permukaan ubin dari sisa-sisa adukan semen hanya boleh dilakukan dengan
menggunakan cairan pembersih untuk keramik seperti "Porstex" buatan lokal atau sejenis. 11.Nat-nat pada pemasangan keramik harus diisi dengan bahan supergrout.
1. LINGKUP PEKERJAAN
PASAL 16 PEKERJAAN KAYU HALUS
Bagian ini mencakup hal-hal mengenai pengadaan dan pengerjaan Pintu, rangka plafond, list plafond,
rangka partisi. 2. BAHAN-BAHAN
1. Kayu pada umumnya harus kering, baik kering alami ataupun proses (dry kiln). 2. Kayu-kayu harus mempunyai 4 (Empat) sisi permukaan yang rata dan lurus dalam ukuran-ukuran
yang sesuai dengan persyaratan dalam gambar. Kayu-kayu harus utuh, tanpa cacat atau cela seperti mata kayu, lubang-lubang dan sebagainya. Kayu-
kayu harus dikerjakan mengikuti pola-pola seperti yang tertera pada gambar-gambar atau yang disyaratkan atau atas petunjuk ahli.
3. Kayu dari kelas awet II, kelas kuat II.
4. Pengikat-pengikat Pengikat berupa paku, mur baut, kawat, sekrup dan lain-lain harus digalvanisir.
5. Contoh-contoh
Pemborong harus mengajukan contoh dari bahan yang akan dipakai untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas.
3. UKURAN-UKURAN DAN KONDISI
Kayu-kayu harus mempunyai 4 (Empat) sisi permukaan yang rata dan lurus-lurus dalam ukuran-ukuran yang sesuai dengan persyaratan digambar-gambar. Kayu-kayu harus utuh, tanpa cacat atau cela seperti mata kayu, lubang-lubang dan sebagainya.
Kayu-kayu harus dikerjakan mengikuti pola-pola seperti yang tertera pada gambar-gambar atau yang dipersyaratkan atau atas petunjuk Ahli.
4. PERLINDUNGAN
Bahan cat yang dipakai sesuai Bab Pekerjaan Cat.
5. PENGERJAAN
Semua pengerjaan harus dilaksanakan oleh tukang-tukang kayu terbaik dengan standard pengerjaan yang disetujui Konsultan Pengawas. Untuk profil panjang seperti kusen dan sebagainya mesin-mesin.
Rangka-rangka dibuat harus sesuai dengan gambar atau menurut kebiasaan yang baik disetujui
Konsultan Pengawas. Semua lubang-lubang/ cacat ditempat bekas paku, baut dan permukaan sambungan-sambungan dan lain-lain harus ditutup dengan dempul/ sealer hingga rapih kembali.
PASAL 17 PEKERJAAN KUDA KUDA & ATAP
A. PEKERJAAN KUDA-KUDA KONTRUKSI BESI 1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan konstruksi baja seperti tercantum dalam gambar, termasuk penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan Baja dan alat-alat bantu lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik.
2. PERATURAN-PERATURAN
1. Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan digunakan
peraturan sebagai berikut : 1. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1984. 2. American Institute of Steel Construction Specification 1980
3. American Society for Testingand Materials 4. American Welding Society Structural Welding Code 5. Persyaratan Umum bahan bangunan Indonesia (PUBI 1982) 6. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat
a. Perhitungan volume (berat) dari Konstruksi Baja harus dihitung berdasarkan volume (berat) netto
sesuai gambar struktur. Berat sisa atau waste akibat pemotongan atau pembentukan element - element Konstruksi Baja tidak boleh dimasukan dalam perhitungan volume, melainkan (kalau ada)
dimasukan dalam harga satuan.
b. Material Baja 1. Semua material untuk Konstruksi Baja harus menggunakan baja yang baru dan merupakan Hot
Rolled Struktural Steel dan memenuhi mutu Baja ST 37 (PPBBI-83) atau ASTM A 36 atau SS 41 (JIS.U 3101-1970), dan ex Krakatau Steel (fy = 240 Mpa).
2. Semua material Baja harus baru, bebas/ bersih dari karat, lobang-lobang dan kerusakan lainnya.
Semua material Baja tersebut harus lurus, tidak terpuntir, tidak ada tekukan-tekukan, serta memenuhi syarat toleransi seperti pada butir 5 dibawah ini.
3. Semua material harus disimpan rapi dan diletakan diatas papan atau balok-balok kayu untuk menghindari kontak langsung dengan permukaan tanah, sehingga tidak merusak material. Dalam penumpukan material harus dijaga agar tidak rusak, bengkok.
4. Direksi/ Pengawas akan menolak material-material baja yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut diatas dan tidak diperkenankan untuk difabrikasi.
c. Penggantian Profil/ Penampang
1. Pada Prinsipnya dalam tahap design, profil-profil/ penampang yang digunakan adalah profil-profil/
penampang yang ada dipasaran
2. Apabila ternyata salah satu atau beberapa profil yang tergambar dalam gambar struktur tidak ada
dipasaran, maka pemborong dapat menggantikan profil tersebut dengan profil yang lain dengan
mengajukan secara tertulis kepada Direksi/Pengawas lengkap dengan perhitungan yang menunjukan bahwa profil pengganti tersebut sama atau lebih kuat dari profil yang digantikan.
3. Selain segi kekuatan tersebut, maka harus diperhatikan juga masalah-masalah apakah profil
pengganti tersebut mengganggu design Ars, sehubungan dengan tinggi/ lebar profil pengganti. Dengan adanya perubahan profil, maka tidak ada perubahan dalam biaya maupun Time Schedule.
d. Toleransi
1. Pada Prinsipnya toleransi material yang belum dibuat maupun yang sudah dibuat dan terpasang
harus memenuhi AISC (American Institute of Steel Construction) Bab Standard Mill Practice hal 1-121
2. Pemborong harus membaca persyaratan toleransi tersebut sebagai bagian dari spesifikasi Teknis
Konstruksi Baja ini. Direksi/ Pengawas dengan tegas akan menolak setiap profil-profil dan pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan toleransi tersebut.
e. Perubahan System Sambungan
1. Apabila Pemborong berpendapat, untuk memudahkan pelaksanaan atau erection atau alasan
lainnya, maka pemborong dimungkinkan untuk mengajukan system sambungan lain yang tidak
sama dengan gambar rencana. 2. Usulan system sambungan tersebut harus diajukan lengkap dengan gambar dan perhitungan
system sanbungan pengganti untuk diperiksa dan disetujui Konsultan Perencana Struktur (4copy)
3. Tidak ada perubahan biaya apapun akibat perubahan sistim sambungan yang diusulkan pemborong dan pemborong tetap mempunyai kewajiban untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Time Schedule semula.
f. Syarat-syarat pelaksanaan 1. Gambar Kerja (Shop Drawing).
2. sebelum pelaksanaan dimulai, pemborong harus membuat gambar-gambar kerja yang diperlukan dan mengirim 4 copy gambar kerja untuk diperiksa dan di setujui Direksi/Pengawas, bilamana
disetujui, 2 set gambar akan dikembalikan kepada Pemborong untuk dapat dimulai pekerjaan. Satu set gambar disimpan oleh Direksi/ Pengawas.
3. Pemeriksaan dan persetujuan Direksi/Pengawas atas gambar kerja tersebut hanyalah menyangkut segi kekuatan struktur saja.
4. Ukuran-ukuran/ dimensi-dimensi profil, ketebal