Post on 23-Jul-2015
NAMA : NILAM MELATI
NIM : 41614010019
JURUSAN : TEKNIK INDUSTRI
REVIEW JURNAL
1) Judul
Studi Kandungan Pb dalam Gorengan yang Dijual Di Pinggir Jalan
2) Penulis
Annisa Fillaeli, Antuni Wiyarsi, dan Dyah purwaningsih (Jurusan Pendidikan Kimia
FMIPA, UNY)
3) Sumber
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas
MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni 2012
4) Abtraksi
Kajian ini dibuat untuk menganalisis adanya kandungan Pb di dalam kandungan
gorengan yang dijual dipinggir jalan, khususnya di kawasan malioboro Yogyakarta.
Hasil analisis menunjukan bahwa tidak semua sampel positif mengandung Pb atau
dibawah limit deteksi. Sampel yang positif mengandung logam sebanyak 61,9%
dengan kisaran konsentrasi 0,003-0,0531 ppm. Sedangkan jumlah sampel yang tak
terdeteksi mengandung Pb ada 38,1%. Dari sampel yang positif mengandung Pb,
sermuanya tidak melebihi ambang batas Pb dalam makanan berdasarkan peraturan
BPPOM RI No.03725/B/SK/VII/1989 yaitu 2ppm. Uji-t terhadap sampel yangdiambil
pada jam 12.00 WIB dibandingkan dengan sampel yang diambil pada jam 12.00 WIB
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata diantaranya pada taraf signifikan
95%.
5) Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui besarnya kandunganb Pb dalam gorengan yang di jual di pinggir
jalan kawasan Malioboro, Yohyakarta.
6) Latar Belakang
Pb merupakan salah satu zat pencemar udara yang berasal dari sisa
pembakaran kendaraan bermotor. Logam Pb berada dalam bahan bakar kendaraan
sebagai bahan anti-ketuk (palar,1994). Ambang batas Pb di udara adalah 60
microgram/m³. jumlah logam Pb di udara memiliki kolerasi dengan kepadatan lalu
lintas di kawasan tersebut. Sebagai contoh di kota Yogyakarta. Di kawasan
Malioboro, jumlah kendaraan yang melintas pada jam sibuk mencapai 1.220 buah.
Kadar timbal di udara kawasan itu mencapai 68,24 mikrogram/m³. Di Kotabaru
laulintas pada jam sibuk mencapai 1.382 kendaraan dengan pencemaran timbal di
kawasan itu mendekati ambang batas yaitu 46,97 mikrogram/m³.
Toksisitas timbal dapat menyebabkan hipertensi dan menurunkan
kecerdasan yang dilihat pada angka IQ (Suparwoko, 2008). Selain itu, timbal memiliki
bahaya akumulatif karena dapat disimpan dalam tulang dan gigi (Cahyadi, 2004).
Mengingat akan adanya bahaya logam berat, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan melalui surat keputusan No. 03725/B/SK/VII/1989 telah menetapkan
bahwa batas maksimum residu kandungan logam berat Pb yang di izinkan pada
makanan yaitu 2 ppm.
Pencemaran Pb yang terjadi di suatu kawasan dapat berpotensi menurunkan
kualitas makanan, terutama yang terpapar langsung di udara. Di kawasan Malioboro
terdapat banyak penjual makanan, salahsatunya pedagang gorengan. Sifat
berminyak gorengan memungkinkan zat pencemar udara terutama yang berupa
debu- debu halus mudah menempel. Sehinga memperbesar kemungkinan masuknya
cemaran udara ke tubuh konsumen. Untuk itu perlu dilakukan studi kandungan Pb
dalam gorengan di kawasan yang memiliki tingkat pencemaran pb di udara yang
tinggi, yaitu kawasan Malioboro Yogyakarta.
7) Metode Penelitian
Sampel gorengan dipilih dengan varian yang homogen, yaitu tempe goreng tepung
(mendoan). Sampling dilakukan pada pedagang di daerah ujung utara, daerah tengan
dan daerah ujung selatan kawasan Malioboro Yogyakarta. Pengambilan sempel
dilakukan pada dua waktu yang berbeda dan 3 pedagang yang berbeda selama 7
hari. Sampel tempe goreng ditumbuk, dikeringkan dan diabukan. Abu dilarutkan
dalam HNO3 pekat, dan dianalisis dengan AAS.
8) Hasil Penelitian dan Pembahasan
Prosedur analisis Pb dalam sampel gorengan meliputi tahap pengambilan
sampel, preparasi dan analisis unsur dengan AAS. Cara pengambilan sampel akan
menentukan tahap akhir dari prosedur analisis Pb. Sampel diambil pada 2 jam yang
berbeda, yang pertama sampel di ambil dipagi hari yaitu jam 12.00, yang kedua
sampel di ambil pada sore hari yaitu jam 16.00.
Sampel yang diperoleh kemudian dipreparasi melalui tahap penghalusan san
penghomogenan, serta dipanaskan pada suhu 25°C untuk mengurangi kadar air dan
minyaknya kemudian diarangkan. Arang sampel diabukan selama 4 jam dalam suhu
600°C dalam furnance. Abu yang telah dingin dari tahap preparasi kemudian
ditambahkan dengan HNO3 pekat 1 ml dan diencerkan dengan akuades hingga total
volume 10 ml. kemudian campuran disaring dan filtrat siap dianalisis dengan AAS.
Kandungan Pb dalam sampel gorengandianalisis dengan AAS dengan menggunakan
nyala udara asetelin.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis Pb dalam sampel gorengan, ternyata
tidak semua sampel positif mengandung Pb. Dari 42 sampel yang di periksa, yang
positif mengandung pb adalah 26 sampel (61,9%). Sisanya 16 sampel (38,1%) tidak
terdeteksi mengandung Pb.
Pada percobaan pertama, terdapat perubahan rerata konsentrasi pada jam
12.00 WIB 0,034 ppm menjadi 0,165 ppm pada pengambilan jam 16.00 WIB. Terlihat
cukup signifikan untuk mengatakan bahwa waktu pengambilan sampel akan
memberikan beda nyata antara pengambilan pertama dengan pengambilan kedua
dalam rentang wantu 4 jam. Dengan kata lain, asumsi pengaruh waktu pemaparan
gorengan dengan udara di kawasan tersebut mendekati kebenaran.
Guna mengetahui signifikasi perbedaan antara waktu pengambilan pertama
dan kedua maka dilakukan penghitungan secara statistic dengan menggunakan uji-t
desain satu factor dua cuplikan. Setelah dianalisis kembali, didapatkan hasil tidak ada
perbedaan signifikan antara kandungan Pb pada pengambilan pertama dan
pengambilan kedua pada taraf signifikasi 95%. Perbedaan pada percobaan pertama
hanya kebetulan saja.
9) Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulai sebahai berikut:
1. Terdapat kandungan Pb dalam gorengan sebanyak 61,9% dari total yang
diteliti dengan kisaran komsemtrasi sebesar 0,003-0,531 ppm. Sebanyak 16
sampel atau sebesar 38,1% dari total sampel yang diteliti tidak terdeteksi
mengandung Pb atau di bawah limit deteksi alat.
2. Tidak terdapat perbedaan nyata antara konsentrasi Pb dalam gorengan yang
diambil pada jam 12.00 WIB dengan gorengan yang diambil pada jam 16.00
WIB pada taraf signofikasi 95%.
10) Saran untuk riset selanjutnya
Saran untuk riset selanjutnya yaitu mengingat dampak Pb sangat berpengaruh,
sebaiknya peneliti tidak menitikberatkan pencemaran Pb pada kualitas udaranya
saja. Tetapi juga meniliti pencemaran Pb terhadap komponen penyusun gorengan,
seperti terigu dan minyak goring curah yang biasa digunakan. Karena proses dan cara
memasak juga berpengaruh dalam pencemaran Pb.