Post on 29-Oct-2020
i
Tahun2016
RENCANAPENGELOLAAN
HUTAN JANGKAPANJANG
KPHP UNIT VIIBONE BOLANGO
TAHUN 2016-2025
ii
RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP)KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI UNIT VII
KABUPATEN BONE BOLANGOTAHUN 2016-2025
iv
PETA SITUASI
v
RINGKASAN EXECUTIVE
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Unit VII Bone Bolango yang akan menjadiacuan rencana pengelolaan jangka pendek atau rencana tahunan, diarahkan untukmengoptimalkan fungsi-fungsi produksi dan jasa sumberdaya hutan dan lingkungannya, baikproduksi kayu, produksi bukan kayu, maupun jasa-jasa lingkungan, melalui kegiatan pokokberupa pemanfaatan, pemberdayaan masyarakat, serta pelestarian lingkungan yangmerupakan satu kesatuan kegiatan. Dengan demikian, rencana pengelolaan jangka panjang inidiharapkan dapat memberi arah pengelolaan hutan dan kawasannya, yang melibatkan semuapihak dalam upaya pengembangan KPHP Unit VII di Kabupaten Bone Bolango ProvinsiGorontalo
Tujuan penyusunan buku RPHJP KPHP Unit VII Bone Bolango adalah untuk memberikanarahan kegiatan pembangunan KPHP Unit VII Bone Bolango berupa rencana kelola berjangka10 tahun, dan juga acuan bagi penyusunan rencana pengelolaan jangka pendek pembangunanKPH. Melalui penyusunan Rencana Pengelolaan KPHP Unit VII Bone Bolango diharapkan akandihasilkan rencana-rencana yang dapat mendukung program berupan a) peningkatan mutu danproduktifitas sumberdaya hutan di KPHP, 2) peningkatan kontribusi sektor kehutanan terhadapperekonomian daerah dan nasional serta pendapatan masyarakat. 3) Peningkatan peransertamasyarakat secara aktif dalam menjaga kelestarian sumberdaya hutan, 4) Peningkatan dayadukung DAS/sub DAS di wilayah KPHP
Berdasarkan hasil analisis biofisik dengan bantuan geographical information system blokpengelolaan KPHP Unit VII Bone Bolango terdiri dari 6 blok pengelolaan yaitu blok inti difungsihutan lindung seluas 3.730,00 ha, blok pemanfaatan di hutan lindung seluas 12.194,71 ha, blokpemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam di hutan produksi seluas 1023,87 ha, blokpemanfaatan jasa lingkungan dan HHBK di hutan produksi seluas 16.369,75 ha, blokpemberdayaan masyarakat di hutan produksi seluas 2.246,12 ha dan blok perlindungan dihutan produksi seluas 24,02 ha sehingga total luasan seluruh blok pengelolaan mencapai35.588,48 ha
Potensi kawasan KPHP Unit VII Bone Bolango adalah 1) potensi kayu kelas 1 pada hutanproduksi dengan diameter diatas 60 cm berkisar antara 18.32 m3/ha, 2) potensi HHBK beruparotan, getah pinus dan damar 3) flora yang dapat ditemui di wilayah KPHP Unit VII BoneBolango adalah Caryota mitis, Cycas rumphii, dan Livistonia rotundifolia atau daun wokaTerminalia celebica, Diospyros hebecarpa, (endemik Sulawesi); Dracontomelon dao danPalaquium obovatum atau pohon Nantu; 4) fauna terdiri dari monyet hitam sulawesi (Macacaheckii), tarsius (Tarsius spectrum), kuskus sulawesi (Strigocuscus celebensis), babi hutansulawesi (endemik); serta beberapa jenis burung 5) potensi jasa lingkungan yang dimiliki adalahair yang berasal dari DAS Bone untuk kepentingan air baku, air irigasi dan PLTMH
Visi yang ingin dibangun oleh KPHP Unit VII Bone Bolango adalah Terwujudnya UnitManajemen KPHP Unit VII Bone Bolango Yang Tangguh Melalui Penerapan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Hutan Berbasis Sosial, Ekonomi Dan Ekologi. Untuk mewujudkan visi,maka misi yang diemban oleh pengelola KPHP Unit VII Bone Bolango adalah: 1) Meningkatkankualitas dan kuantitas SDM KPHP Unit VII Bone Bolango 2) Meningkatkan sarana danprasarana penunjang kegiatan pengelolaan KPHP unit VII Bone Bolango, 3) Mengembangkanunit-unit usaha KPHP Unit VII Bone Bolango berdasarkan potensi yang dimiliki, 4)Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam hutan dan ekosistemnya berdasarkan prinsipkelestarian; 5) Membangun kemitraan strategis dengan dunia usaha/dunia industri, 6)Memberdayakan masyarakat disekitar kawasan KPHP Unit VII Bone Bolango
Dalam rentang waktu 10 tahun, KPHP Unit VII Bone Bolango telah mempunyaiserangkaian kegiatan yang meliputi : 1) inventarisasi berkala pada setiap blok. Kegiataninventarisasi dilakukan berdasarkan fungsi blok, misalnya jika inventarisasi dilakukan pada blok
vi
pemanfaatan hasil hutan kayu maka tujuan inventarisasi ditujukan untuk melihat potensi kayuyang layak ditebang. Inventarisasi sosek juga dilakukan di desa-desa sekitar kawasan KPHPUnit VII Bone Bolango. Jumlah plot inventarisasi di KPHP Unit VII Bone Bolango mencapai 710plot 2) pemanfaatan wilayah tertentu. KPHP Unit VII Bone Bolango telah merencanakan untukmengembangkan blok pemanfaatan di hutan lindung seluas 8.951,96 ha, blok pemanfaatanjasa lingkungan di hutan produksi seluas 1.131,4 ha, pemanfaatan hutan kayu hutan alamseluas 1023,87 ha. Sehingga total arahan untuk pemanfaatan hutan wilayah tertentuadalah 11.107,30 ha 3) Pemberdayaan masyarakat. Untuk mengakomodir kepentinganmasyarakat sekaligus memperkecil konflik yang akan terjadi maka pihak pengelola telahmengalokasikan blok pemberdayaan masyarakat seluas 2246,12 ha. Kegiatan usaha yangdapat dilakukan dalam blok pemberdayaan masyarakat, yaitu budidaya tanaman obat, tanamanhias, jamur, lebah, penangkaran satwa liar, atau budidaya pakan ternak. Sedangkan dalammemanfaatkan jasa lingkungan dapat melalui kegiatan usaha pemanfaatan jasa aliran air,pemanfaatan air, Ekowisata, perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan danperlindungan lingkungan, atau penyerapan dan penyimpanan karbon. KPHP Unit VII BoneBolango juga akan melaksanakan 4) Kegiatan rehabilitasi diluar kawasan ijin. Total wilayahyang akan direhabilitasi mencapai 5.018,02 ha dengan tingkat kerusakan hutan terluas terdapatdi blok pemanfaatan fungsi hutan lindung seluas 4.212,16 ha. 5) kegiatan rehabilitasi diluarizin, untuk kegiatan rehabilitasi diluar ijin, pengelola KPHP Unit VII Bone Bolango akanberkoordinasi untuk memantau progress wilayah yang direhabilitasi. Pihak KPHP Unit VII BoneBolango dalam memberikan pembinaan, akan membantu memberikan pedoman rehabilitasidan tata cara pelaporan. Adapun luas kawasan yang harus direhabilitasi di luar izin mencapai1.483,22 ha 6) pembinaan dan pemantauan areal berizin, dilakukan melalui mekanismeevaluasi terhadap rencana kelola lingkungan (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan(RPL), 7) Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam, kegiatan ini akanberfokus pada perlindungan terhadap sumber mata air, perlindungan terhadap erosi/rawanlongsor dan pengelolaan keanekaragaman hayati. Khusus untuk wilayah sempadan mata air,sempadan sungai yang tidak pernah kering dan lereng diatas 45% yang masih berhutanditetapkan sebagai wilayah high conservation value forest (HCVF) 8) Koordinasi dan sinergidengan instansi dan Stakeholders, hasil analisis terhadap para pihak yang mempunyaipengaruh dan kepentingan terhadap KPHP Unit VII Bone Bolango, terdapat 27 stakeholder.Stakeholder ini akan membantu pihak KPHP Unit VII Bone Bolango dalam melaksanakankegiatan rehabilitasi, pemanfaatan kawasan hutan, penguatan kelembagaan dan evaluasimonitoring kinerja KPHP Unit VII Bone Bolango, 9) Penyediaan pendanaan, kegiatanpenyediaan pendanaan bisa dilakukan melalui penganggaran APBD, APBN dan pihak lain yangsifatnya tidak mengikat. Total rencana kebutuhan dana untuk operasionalisasi kegiatan KPHPUnit VII Bone Bolango adalah Rp. 96.511.369,700 selama 10 tahun, 10) rasionalisasi wilayahkelola, rasionalisasi pertama dilakukan terkait keberadaan desa/dusun di dalam kawasan hutan,rasionalisasi kedua adalah terkait perubahan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.Misalnya jika blok pemanfaatan kayu pada hutan alam sudah tidak memiliki potensi yangsignifikant maka perlu dirasionalisasi ke bentuk wilayah kelola lain misalnya diarahkan kepemanfaatan kayu hutan tanaman 11) pengembangan investasi, Pengembangan investasi diKPHP Unit VII Bone Bolango diarahkan pada pemanfaatan investasi pada hasil hutan bukankayu, pengembangan hasil hutan kayu dan pemanfaatan jasa lingkungan. Sebelum kegiatan
vii
tersebut dilaksanakan maka KPHP Unit VII Bone Bolango akan merencanakan pembuatanrencana bisnis plan.
Agar pelaksanaan pengelolaan KPHP Unit VII Bone Bolango sesuai dengan yangdiharapkan maka perlu melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.Kegiatan ini dilakukan secara berjenjang mulai dari staf lapangan sampai dengan kepala KPHPUnit VII Bone Bolango. Adapun bentuk kegiatan pembinaan adalah 1) Penyusunan berbagaipedoman dan atau SOP disetiap blok pemanfaatan dan penggunaan kawasan KPHP Unit VIIBone Bolango, 2) Penerapan disiplin pegawai teknis dan administrasi yang mengacu pada PP54 tahun 2010 tentang disiplin PNS dilingkungan KPHP Unit VII Bone Bolango, 3) Memberikanreward bagi tenaga teknis dan administrasi yang memberikan kinerja baik serta memberikanpunishment bagi tenaga teknis dan administrasi yang melakukan pelanggaran, 4) Mengadakanpengarahan internal bagi pengelola KPHP Unit VII Bone Bolango termasuk tenaga teknis danadministrasi. yang bersifat rutin (bulanan, semester dan tahunan) atau bersifat insidental.Kegiatan pengawasan dilakukan dengan cara memantau kegiatan langsung di lapangan danmelakukan penilaian terhadap pelaporan. Rencana Pengelolaan KPHP Unit VII Bone Bolangodengan durasi waktu sepuluh tahun kedepan, segera ditindaklanjuti dengan penyusunanrencana tahunan KPH
viii
KATA PENGANTAR
Hutan di Kabupaten Bone Bolango memegang peranan penting dalam kehidupan
masyarakat baik yang tinggal di Kabupaten Bone Bolango maupun daerah lainnya. Meskipun
kawasan hutan di Kabupaten Bone Bolango sebagian besar merupakan kawasan Taman
Nasional, namun hutan produksi dan hutan lindung mempunyai potensi yang sangat besar
untuk dikembangkan. Potensi yang besar ini harus dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin
dengan tetap mengedepankan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari. Tantangan inilah yang
harus dilakukan oleh KPHP Unit VII Bone Bolango sebagai pengelola hutan ditingkat tapak.
Tidak mudah mengelola kawasan hutan yang begitu luas, diperlukan sebuah perencanaan yang
detil untuk membawa pemanfaatan hutan secara adil dapat dirasakan oleh seluruh lapisan
masyarakat. Salah satu dokumen perencanaan tersebut adalah dokumen Rencana
Pengelolaan Hutan Jangka Panjang yang disingkat dengan RPHJP.
Penyusunan dokumen RPHJP ini bertujuan untuk menyajikan maksud dan tujuan serta
rencana-rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP Unit VII Bone Bolango Disamping
itu, dokumen ini menyajikan rencana-rencana pembinaan, pengawasan dan pengendlian, serta
rencana pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
Bupati Bone Bolango, Kepala BPKH wilayah XV Gorontalo, Kepala Dinas Kehutanan
Pertambangan dan Energi serta anggota tim pakar yang telah membantu penyusunan dokumen
ini. Semoga rencana pengelolaan yang akan dibuat bisa bermanfaat bermanfaat bagi
masyarakat.
Suwawa, Desember 2015
Rahman Danil Antula, S.HutNIP. 19830609 201001 1 016
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
PETA SITUASI iv
RINGKASAN EKSEKUTIF v
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN PETA xiv
I. PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar belakang ............................................................................................1
B. Tujuan pengelolaan ....................................................................................4
C. Maksud .......................................................................................................5
D. Sasaran ......................................................................................................5
E. Ruang lingkup.............................................................................................6
F. Batasan pengertian.....................................................................................7
II. DESKRIPSI KAWASAN..........................................................................................11
A. Risalah wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango...........................................11
B. Potensi wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango...........................................26
C. Sosial Budaya Masyarakat........................................................................34
D. Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan.......................................39
E. Posisi KPHP dalam Perspektif RTRW Bone Bolango................................42
F. Isu strategis, kendala dan permasalahan KPHP .......................................42
III. VISI DAN MISI .....................................................................................................54
A. Visi............................................................................................................54
B. Misi ...........................................................................................................56
C. Tujuan Pengelolaan ..................................................................................57
D. Pendekatan Arah Strategis Pengelolaan KPHP Unit VII Bone Bolango Tahun
2016 – 2015 .............................................................................................59
E. Kebijakan Pengembangan KPHP Unit VII Bone Bolango Tahun 2016 - 2025.......62
IV. ANALISIS DAN PROYEKSI....................................................................................64
A. Analisis .....................................................................................................64
B. Proyeksi ....................................................................................................85
x
V. RENCANA KEGIATAN ...........................................................................................91
A. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutannya....................91
B. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu ..................................................94
C. Pemberdayaan Masyarakat.......................................................................103
D. Pembinaan dan pemantauan (Controlling) pada areal KPHP yang telah ada izin
pemanfaatan dan penggunaan..................................................................106
E. Penyelenggaraan Rehabilitasi di luar izin ..................................................108
F. Pembinaan dan Pengawasan Pelaksanaan Rehabilitasi dalam ijin ...........111
G. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam......................113
H. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin...........115
I. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholders .........................118
J. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM ...........................................122
K. Penyediaan Pendanaan ............................................................................123
L. Pengembangan database .........................................................................126
M. Rasionalisasi Wilayah Kelola.....................................................................130
N. Review Rencana Pengelolaan ..................................................................131
O. Pengembangan Investasi ..........................................................................132
VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN......................................139
A. Pembinaan................................................................................................ 139
B. Pengawasan ............................................................................................. 140
VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN ............................................143
A. Pengukuran Kinerja KPH...........................................................................143
B. Rencana Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan ....................................146
VIII. PENUTUP ......................................................................................................149
xi
DAFTAR TABEL
1. Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsinya di Kab. Bone Bolango................12
2. Ketinggian Tempat Setiap Blok di KPHP Unit VII Kabupaten Bone Bolango ......15
3. Jenis Tanah di KPHP Unit VII Kabupaten Bone Bolango....................................17
4. Pembagian Blok di KPHP Unit VII Kabupaten Bone Bolango .............................21
5. Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsinya di Kab. Bone Bolango................23
6. Luasan Penutupan Lahan KPHP unit VII di Kabupaten Bone Bolango...............26
7. Pendugaan Potensi Kayu di hutan primer pada fungsi hutan produksi ...............28
8. Pendugaan Potensi Kayu di hutan sekunder pada fungsi HPT...........................28
9. Pendugaan Potensi Pohon Diameter 60 UP di Fungsi Hutan HP .......................29
10. Hasil Inventarisasi Biogeofisik KPHP Unit VII Bone Bolango berupa HHBK (Rotan)
.......................................................................................................................................... 30
11. Kecamatan dan Desa dalam wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango ...................35
12. Sejarah Desa, Penguasaan Lahan dan Demografi Desa....................................36
13. Persepsi dan Pengetahuan Masyarakat tentang Hutan......................................37
14. Kegiatan Ekonomi Masyarakat di Desa Lokasi Inventarisasi ..............................39
15. Izin penggunaan kawasan KPHP Unit VII Bone Bolango....................................40
16. Izin pemanfaatan kawasan KPHP Unit VII Bone Bolango...................................41
17. Data personil/staf KPHP Unit VII Bone Bolango .................................................49
18. Matriks SWOT pengelolaan KPHP unit VII Bone Bolango ..................................58
19. Kebutuhan SDM KPHP Unit VII Bone Bolango...................................................60
20. Rencana Kegiatan Tata Batas dan Sosialisasi ...................................................61
21. Rencana Pengembangan Blok Pemberdayaan ..................................................62
22. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal ............................................................64
23. Matriks Strategi SO untuk pengelolaan KPHP Unit VII Bone Bolango ................71
24. Matriks Strategi ST untuk pengelolaan KPHP Unit VII Bone Bolango.................73
25. Matriks Strategi W-O dalam pengelolaan KPHP Unit VII Bone Bolango .............75
26. Matriks Strategi W-T dalam pengelolaan KPHP Unit VII Bone Bolango..............77
27. Jumlah Plot Inventarisasi di KPHP unit VII Bone Bolango ..................................93
28. Panjang Tata Batas Kawasan Hutan..................................................................94
29. Luasan pemanfaatan wilayah tertentu di KPHP unit VII Bone Bolango...............95
30. Potensi Pemanfaatan jasa lingkungan air baku ..................................................96
xii
31. Luas wilayah blok pemanfaatan kayu di hutan alam.........................................101
32. Sebaran lokasi wilayah tertentu dan rencana program kegiatannya .................102
33. Lokasi blok pemberdayaan berdasarkan wilayah administrasi..........................105
34. Luas lahan di KPHP yang harus direhabilitasi ..................................................109
35. Luas lahan yang harus di rehabilitasi di dalam izin PT. Gorontalo Mineral........111
36. Matriks Bentuk sinkronisasi antar pemegang izin .............................................117
37. Daftar Stakeholder yang terlibat dalam Pengelolaan ........................................119
38. Mekanisme Partispasi Stakeholder dalam Pengelolaan KPH ...........................120
39. Jadwal Penyelenggaraan Kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi antara Pemegang Izin
.........................................................................................................................121
40. Rencana Pembiayaan dan Tata Waktu Pelaksanaan Pengelolaan KPHP unit VII Bone
Bolango............................................................................................................135
41. Proyeksi laba rugi dalam kegiatan pemanfaatan dan penggunaan kawasan di KPHP
Unit VII Bone Bolango ......................................................................................137
xiii
DAFTAR GAMBAR
1. Peta kawasan hutan di Kabupaten Bone Bolango ............................................12
2. Peta penunjukkan kawasan hutan di KPHP unit VII Bone Bolango .................13
3. Peta topografi di wilayah KPHP unit VII Bone Bolango ...................................15
4. Peta Sebaran jenis tanah di KPHP unit VII Bone Bolango ..............................20
5. Peta Pembagian blok di KPHP Unit VII Kabupaten Bone Bolango .....................22
6. Peta kawasan hutan di Kabupaten Bone Bolango ............................................24
7. Peta penunjukkan kawasan hutan di KPHP unit VII Bone Bolango ................25
8. Sumber pendapatan masyarakat sekitar hutan KPHP Bone Bolango ............83
9. Peta lokasi inventarisasi di KPHP unit VII Bone Bolango................................92
10. Salah satu atraksi wisata alam di KPHP unit VII Bone Bolango .....................98
11. Potensi kayu kelas 1 di blok pemanfaatan HHK-HA......................................100
12. Sebaran wilayah pemanfaatan kayu di KPHP unit VII Bone Bolango...........101
13. Peta blok pemberdayaan masyarakat ............................................................106
14. Mekanisme pembinaan dan pengawasan di KPHP.......................................107
15. Lokasi rencana RHL (diarsir gelap) di KPHP unit VII Bone Bolango ............110
16. Lokasi Rencana Perlindungan dan Konservasi Alam ....................................114
17. Peta HCVF di KPHP unit VII Kabupaten Bone Bolango................................115
18. Mekanisme Penilaian Kinerja KPH.................................................................144
19. Mekanisme Penjaminan Mutu KPH................................................................145
xiv
DAFTAR LAMPIRAN PETA
1. Peta Kawasan Hutan Kabupaten Bone Bolango .............................................152
2. Peta Wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango .....................................................153
3. Peta Tata Hutan KPHP Unit VII Bone Bolango ................................................154
4. Peta Wilayah Tertentu KPHP Unit VII Bone Bolango .......................................155
5. Peta penutupan lahan .....................................................................................156
6. Peta DAS .........................................................................................................157
7. Peta sebaran potensi .......................................................................................158
8. Peta aksesibilitas..............................................................................................159
9. Peta Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan ....................................160
10. Peta tanah .......................................................................................................161
11. Peta curah hujan .............................................................................................162
12. Peta HCVF ......................................................................................................163
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun 2015, telah ditegaskan bahwa langkah
utama pengurusan hutan di tahun 2015 adalah mendorong organisasi kesatuan
pengelolaan hutan (KPH) sebagai pengelola hutan ditingkat tapak. Sebagai entitas
terkecil, kesatuan pengelolaan hutan ini akan digunakan sebagai unit bisnis dalam
pengembangan kekayaan hayati yang berkelanjutan. Dari sinilah kebutuhan untuk
mempertahankan kawasan hutan bertaut erat dengan upaya mendorong manfaat
kekayaan hayati untuk pembangunan nasional
BAPPENAS dalam menyusun RPJMN pemerintahan Presiden Joko Widodo,
untuk Subsektor Kehutanan menetapkan pembangunan KPH sebagai Prioritas Nasional,
sehingga harus menjadi pertimbangan Kementerian LHK dalam menyusun Rencana
Strategis 2015-2019. Kementerian LHK sendiri telah menargetkan sekitar 600 KPH
akan terbentuk sampai dengan tahun 2019 yang terdiri dari 530 KPHP dan KPHL serta
70 kesatuan pengelolaan hutan konservasi (KPHK). Sampai dengan tahun 2014, total
KPH yang terbentuk di Indonesia telah mencapai 120 KPH. Latar belakang
pembangunan KPH menjadi Prioritas Nasional adalah dalam rangka menyiapkan
Integrated Forest Base Clustering Industry yang diharapkan dapat lebih mendistribusikan
usaha-usaha kehutanan (mengurangi praktek monopoli dan oligopoli). Bappenas
memandang bahwa KPH yang operasional dapat menjadi pengungkit dalam
membangkitkan kembali industri kehutanan hulu-hilir pada ruang yang efektif, sehingga
dapat memacu perkembangan perekonomian lokal.
BAB
1
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
2
Disamping mendorong perekonomian lokal, terwujudnya organisasi pengelolaan
hutan dalam bentuk KPH akan lebih mendorong implementasi desentralisasi yang
nyata, optimalisasi akses masyarakat terhadap sumberdaya hutan sebagai salah satu
jalan untuk resolusi konflik, kemudahan dan kepastian investasi, tertanganinya wilayah
tertentu yang “belum ada” unit pengelolanya yaitu areal hutan yang belum dibebani ijin,
serta upaya untuk meningkatkan keberhasilan rehabilitasi dan perlindungan hutan.
KPH sebagai unit operasional pengelolaan hutan dengan luas yang dapat
dikelola dan dikontrol secara efektif dan bertanggung jawab atas pengelolaan hutan
ditingkat tapak yang responsif terhadap kebutuhan dan kepentingan lokal. Salah satu
bagian dari wujud pembentukan KPH adalah merupakan serangkaian proses
perencanaan/penyusunan desain kawasan hutan, yang didasarkan atas fungsi pokok
dan peruntukannya, dalam upaya mewujudkan pengelolaan hutan lestari. KPH menjadi
bagian dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional, provinsi dan kabupaten,
yang pembentukannya ditujukan untuk menyediakan wadah bagi terselenggaranya
kegiatan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari.
Sampai akhir Desember 2013 kementerian LHK telah menetapkan 120 unit KPH
Model dari jumlah total KPH saat ini yaitu 530 Unit. Berdasarkan jenisnya terbagi KPHL
Model sebanyak 40 unit dengan luas 3.550.855 ha, sedangkan KPHP Model sebanyak
80 unit luas 12.888.863 ha, dan total luas KPH Model 16.439.718 ha. Sedangkan
capaian penetapan Wilayah KPH Konservasi adalah seluas 10.191.000 ha pada 38
Taman Nasional, serta 12 Cagar Alam dan Suaka Margasatwa dari total luas hutan
konservasi di Indonesia sebesar 26.820.000 ha
Salah satu KPH yang telah disahkan oleh Menteri LHK di Provinsi Gorontalo
adalah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit VII Bone Bolango. Provinsi
Gorontalo mempunyai 7 wilayah KPH yang tersebar dilima kabupaten yang terdiri dari 2
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
3
KPHL dan 5 KPHP. KPHP Unit VII Bone Bolango merupakan KPH yang ditetapkan
oleh Menteri Kehutanan sebagai KPH melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor 639/Menlhk-Setjen/2015 tentang penetapan lokasi
fasilitasi pada 1 unit KPHP di Provinsi Gorontalo. Adapun lokasi fasilitasi tersebut
adalah KPHP Unit VII Bone Bolango. Pada awalnya penetapan KPH di Kabupaten
Bolango tidak sesuai dengan tidak sesuai dengan luasan fungsi kawasan hutan.
Seharusnya kesatuan pengelolaan hutan di Kabupaten Bone Bolango berbentuk
kesatuan pengelolaan hutan produksi. Berdasarkan data dan informasi ini maka
pemerintah Kabupaten Bone Bolango melalui surat keputusan Bupati No 522/DHT-
BB/X/232/2014 mengusulkan perubahan nomenklatur dari KPHL Unit VII Bone Bolango
menjadi KPHP Unit VII Bone Bolango. Hingga pada akhirnya Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan mengeluarkan SK 639/Menlhk-Setjen/2015
Agar pembangunan KPHP Unit VII Bone Bolango dapat berlangsung sesuai
dengan target yang ditetapkan, diperlukan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang
sebagai pedoman pelaksanaan, yang sekaligus sebagai standar penilaian kinerja
pembangunan KPH. Rencana Pengelolaan KPH Jangka Panjang yang dibuat,
mengakomodir strategi dan kelayakan pengembangan pengelolaan hutan ditinjau dari
aspek kelola kawasan, kelola hutan, dan penataan kelembagaan. Dalam menyusun
rencana pengelolaan jangka panjang, pengelola KPH diharuskan mempertimbangkan
aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Ketiga aspek ini dinilai bisa mengakomodir semua
kepentingan termasuk kepentingan pelibatan masyarakat lokal. Keterlibatan
masyarakat lokal menjadi sangat penting untuk 2 hal, pertama adalah mencegah
potensi konflik yang akan terjadi antara pengelola KPH dengan masyarakat dan kedua
adalah untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap sumberdaya hutan sehingga
diharapkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan akan lebih meningkat. Rencana
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
4
kehutanan yang dibuat oleh pengelola KPH meliputi seluruh aspek pengurusan
kehutanan kegiatan penyelenggaraan: perencanaan kehutanan; pengelolaan hutan;
penelitian dan pengembangan pendidikan dan latihan, penyuluhan kehutanan; dan
pengawasan. Seluruh aspek perencanaan kehutanan yang dibuat oleh KPH harus
melibatkan seluruh masyarakat
Rencana Pengelolaan KPHP Unit VII Bone Bolango yang akan menjadi acuan
rencana pengelolaan jangka pendek, diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi
produksi dan jasa sumberdaya hutan dan lingkungannya, baik produksi kayu, produksi
bukan kayu, maupun jasa-jasa lingkungan, melalui kegiatan pokok berupa
pemanfaatan, pemberdayaan masyarakat, serta pelestarian lingkungan yang
merupakan satu kesatuan kegiatan. Dengan demikian, rencana pengelolaan jangka
panjang ini diharapkan dapat memberi arah pengelolaan hutan dan kawasannya, yang
melibatkan semua pihak dalam upaya pengembangan KPHP Unit VII Bone Bolango di
Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.
B. Tujuan pengelolaan
Tujuan penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Unit VII Bone
Bolango di Kabupaten Bone Bolango adalah untuk memberikan arahan kegiatan
pembangunan KPHP Unit VII Bone Bolango berupa rencana kelola berjangka 10 tahun,
dan juga acuan bagi penyusunan rencana pengelolaan jangka pendek pembangunan
KPH. Melalui penyusunan Rencana Pengelolaan KPHP Unit VII Bone Bolango
diharapkan akan dihasilkan rencana-rencana yang dapat mendukung:
a. Kegiatan unit bisnis KPHP Unit VI Bone Bolango dengan core bisnis
pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam
b. Peningkatan luasan penutupan lahan hutan yang telah rusak baik di dalam izin
maupun di luar izin pemanfaatan dan penggunaan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
5
c. Percepatan pembangunan perhutanan melalui skema perhutanan sosial yaitu
pembangunan HTR, HKM dan HD
d. Pengamanan kawasan hutan melalui model-model partisipasi aktif masyarakat
C. Maksud
Penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Unit VII Bone Bolango
di Kabupaten Bone Bolango dimaksudkan agar proses pembangunannya berjalan
secara sistimatis dan terarah menuju pencapaian target pembangunan KPH.
D. Sasaran
Sasaran umum yang akan dicapai dalam penyusunan Rencana Pengelolaan
KPHP Unit VII Bone Bolango adalah tersusunnya suatu kerangka formal pengelolaan
untuk sepuluh tahun ke depan yang menjadi acuan bagi rencana pengelolaan jangka
pendek (1 tahun) dalam mewujudkan kelestarian fungsi dan manfaat dari kawasan
KPHP Unit VII Bone Bolango, serta memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan
program pembangunan daerah melalui pemanfaatan sumber daya alam guna
pengembangan ekonomi pembangunan. Sedangkan rencana khususnya adalah:
1. Terwujudnya kelas perusahaan pemanfaatan kayu hutan alam seluas
1023,87 ha
2. Terwujudnya kelas perusahaan pemanfaatan jasa lingkungan dan HHBK
seluas 1131,47 ha
3. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat HTR seluas 400 ha
4. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat Hutan Desa seluas 160
5. Terwujudnya pencadangan HTR dan HKm/HD seluas 2246,12 ha
6. Penyelesaian masalah konflik tenurial.
7. Terwujudnya kemandirian KPHP Unit VII Bone Bolango melalui penerapan
PPK BLUD dengan core business pemanfaatan hasil hutan kayu hutan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
6
alam, pemanfaatan jasa lingkungan air, pemanfaatan HHBK berupa rotan
dan aren
8. Terbinanya pemegang ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
9. Terjaminnya perlindungan dan pengamanan hutan dalam wilayah kelola
KPHP Unit VII Bone Bolango secara berkelanjutan
E. Ruang lingkup
Ruang lingkup rencana pengelolaan hutan jangka panjang di wilayah KPHP Unit
VII Bone Bolango diuraikan sbb :
1. Rencana Kegiatan Pengelolaan Hutan berbasis hasil inventarisasi kondisi
biogeofisik kawasan serta kondisi sosial ekonomi dan budaya wilayah KPHP Unit
VII Bone Bolango periode tahun 2016 - 2025.
2. Penjelasan mengenai kondisi sumberdaya hutan dan ekosistemnya yang akan
dikelola, status dan alokasi lahan, batas areal, kondisi sosial ekonomi
masyarakat, dan profil wilayah kecamatan yang berbatasan dengan areal KPHP.
3. Rencana kegiatan inventarisasi berkala wilayah kelola dan penataaan hutannya,
pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, dan pemberdayaan masyarakat.
4. Rencana kegiatan penyelenggaraan rehabilitasi hutan, perlindungan hutan dan
konservasi alam.
5. Pembinaan dan pemantauan ijin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan
hutan, serta rehabilitasi dan reklamasi hutan.
6. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin, serta
koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait.
7. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM serta pendanaan.
8. Pengembangan database.
9. Rasionalisasi wilayah kelola.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
7
10. Review rencana pengelolaan (minimal 5 tahun sekali).
11. Pengembangan investasi.
F. Batasan Pengertian
Beberapa istilah yang perlu dipahami dan disepakati bersama dalam hal
berkaitan dengan rencana pengelolaan 10 tahun untuk pengelolaan KPHP Unit VII
Bone Bolango antara lain :
1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem yang berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
2. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
3. Hutan Produksi Tetap yang selanjutnya disebut HP adalah kawasan hutan
dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah
masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai nilai dibawah
125, diluar kawasan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam, dan
taman buru.
4. Hutan Produksi Terbatas yang selanjutnya disebut HPT adalah kawasan hutan
dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah
masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai nilai antara 125-
174 diluar kawasan lindung, hutan sukan alam, hutan pelestarian alam, dan
taman buru.
5. Hutan Lindung yang selanjutnya disebut HL adalah kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi
air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
8
6. Tata Guna Hutan kesepakatan yang selanjutnya disebut TGHK adalah
kesepakan bersama antara pemangku kepentingan di tingkat Propinsi untuk
menentukan alokasi ruang kawasan hutan berikut fungsinya yang diwujudkan
dengan membubuhkan tanda tangan di atas peta.
7. Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan atau KPH,
mencakup pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistim dan
potensi yang terkandung didalamnya dengan tujian memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya bagi masyrakat secara lestari.
8. Pengelolaan hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan
rencana pengelolaan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasidan
reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam.
9. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu
serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.
10. Izin pemanfaatan hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang
yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa
lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan / atau bukan kayu, dan
izin pemungutan hasil hutan kayu dan / atau bukan kayu pada areal hutan yang
telah ditentukan.
11. Izin penggunaan kawasan hutan adalah izin kegiatan dalam kawasan hutan yang
diberikan oleh Menteri untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan
kehutanan tanpa merubah status dan fungsi kawasan hutan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
9
12. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan,
dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas
dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.
13. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali
lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai
dengan peruntukannya.
14. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan
hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia,
ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan
dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan
hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan
pengelolaan hutan.
15. Kesatuan Pengelolaan Hutan yang selanjutnya disebut KPH adalah wilayah
pengelolaan hutan sesuai dengan fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat
dikelola secara efisien dan lestari.
16. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung selanjutnya disebut KPHL adalah KPH
yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan
Lindung.
17. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi selanjutnya disebut KPHP adalah KPH
yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan
produksi.
18. Tata Batas dalam wilayah KPH adalah melakukan penataan batas dalam wilayah
kelola KPH berdasarkan pembagian Blok dan petak.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
10
19. Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk
mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannya secara
lengkap.
20. Blok adalah bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan
21. Petak adalah bagian dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha
pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan atau silvikultur yang
sama
22. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik
bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya.
23. RPHJP KPH adalah Rencana Pengelolaan Hutan untuk seluruh wilayah kerja
KPHL atau KPHP dalam kurung waktu 10 (sepuluh) tahun.
24. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai sektor kelompok masyarakat,
lembaga pemerintah, untuk bekerja sama dalam suatu tujuan bersama
berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing – masing.
25. HTR Hutan Tanaman Rakyat adalah kawasan hutan tanaman pada hutan
produksi yang dibangun oleh perorangan atau kelompok masyarakat dan
koperasi untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan
menerapkan sistem silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber
daya hutan.
26. HKm Hutan kemasyarakatan adalah suatu kegiatan pengelolaan hutan yang
bertujuan untuk mendukung kesejahteraan hidup masyarakat sekitar hutan
dengan mengutamakan fungsi kelestarian hutan.
27. HD Hutan Desa adalah hutan negara yang dapat dikelola oleh masyarakat
pedesaan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
11
DESKRIPSI KAWASAN
Deskripsi wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango akan menjelaskan secara umum
tentang seluruh potensi yang terdapat di dalam kawasan KPHP Unit VII Bone Bolango.
Deskripsi tersebut meliputi letak geografis dan iklim, topografi, jenis tanah, aksesibilitas
kawasan, sejarah pembentukan KPHP Unit VII Bone Bolango. Bagian potensi wilayah
KPHP Unit VII Bone Bolango menguraikan tentang tutupan vegetasi, potensi kayu/non
kayu, pemberdayaan masyarakat, keberadaan flora dan fauna, dan potensi jasa
lingkungan. Bab ini juga menguraikan keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya
masyarakat yang meliputi keadaan sosial budaya masyarakat, keadaan sosial ekonomi
masyarakat, penggunaan lahan, penduduk, aktifitas ekonomi, informasi izin
pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, kondisi posisi KPH dalam perspektif
Tata Ruang Wilayah dan pembangunan daerah, posisi kelembagaan KPH, Organisasi
KPHP Unit VII Bone Bolango, issue strategis, kendala dan permasalahan, serta
kegiatan pembangunan kehutanan yang telah dilakukan.
A. Risalah Wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango
1. Letak dan Luas KPHP Unit VII Bone Bolango
Kabupaten Bone Bolango kawasan hutan seluas 140.493,19 ha dimana kawasan
hutan terluas adalah kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone seluas
104.904,72 ha. Kawasan hutan di Kabupaten Bone Bolango telah ditunjuk berdasarkan
SK menteri Kehutanan No 325/Menhut-II/2010 tanggal 25 Mei 2010. Secara
administrasi Kabupaten Bone Bolango diapit oleh 4 kabupaten dan 1 kota. Kabupaten
Bone Bolango merupakan pemekaran Kabupaten Gorontalo yang didirikan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten
BAB
2
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
12
Bone Bolango dan Kabupaten Pohuwato. Adapun potensi sumberdaya hutan di KPHP
Unit VII Kabupaten Bone Bolango terlihat pada Tabel 1 dan Gambar 1 di bawah ini
Tabel 1. Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsinya di Kabupaten Bone Bolango
No FUNGSI LUAS (Ha) PROSENTASE
1 Hutan Konservasi 104.904,72 75,68
2 Hutan Lindung 15.924,71 11,33
3 Hutan Produksi Terbatas 18.827,3213,40
4 Hutan Produksi 836,45 0,59
5 Hutan Produksi Konversi -
Jumlah 140.493,19 100
Sumber: SK Menteri Kehutanan No 325/Menhut-II/2010 tanggal 25 Mei 2010
Kawasan hutan di KPHP Unit VII Bone Bolango hanya sebesar 34% dari seluruh
total kawasan hutan di Kabupaten Bone Bolango. Dalam kawasan KPH Bone Bolango,
fungsi kawasan terbesar adalah hutan produksi terbatas yang luasnya mencapai
18.827,32 ha (13,40%) dari total kawasan hutan di Kabupaten Bone Bolango.
Sedangkan kawasan hutan terkecil adalah hutan produksi dengan luas 836,45 ha atau
0,59% dari total kawasan hutan di Kabupaten Bone Bolango.
Gambar 1. Peta kawasan hutan di Kabupaten Bone Bolango
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
13
Dari total kawasan hutan seluas 140.493,19 ha, Kementerian Lingkungnan Hidup
telah menetapkan luas KPHP Unit VII Bone Bolango seluas 35.784 ha dan telah
ditetapkan pemerintah sebagai wilayah KPHP Unit VII Kabupaten Bone Bolango
berdasarkan SK Menteri Nomor 639/Menlhk-Setjen/2015 tentang tentang penetapan
lokasi fasilitasi pada 1 unit KPHP di Provinsi Gorontalo yang terletak di Kabupaten
Bone Bolango. Berdasarkan hasil analisis spatial dan review terhadap RTRW
Kabupaten Bone Bolango, terdapat perbedaan luasan KPHP Unit VII Bone Bolango
antara SK Menteri LHK dengan data luasan kawasan hutan KPH sesuai RTRW Bone
Bolango. Luasan KPHP Unit VII Bone Bolango adalah 35.588,48 ha, dan berdasarkan
kesepakatan dalam penyusunan tata hutan luasan ini dijadikan sebagai luasan KPHP
Unit VII Bone Bolango seperti terlihat pada gambar berikut
Gambar 2. Peta penunjukkan kawasan hutan di KPHP Unit VII Kabupaten Bone Bolango
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
14
2. Batas-batas Wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango
Penentuan batas wilayah sangat penting dalam rangka menentukan batas
kewenangan wilayah kelola. Adapun batas-batas wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango
adalah
a. Bagian Utara : KPHP Unit IV Kabupaten Gorontalo Utara,
b. Bagian selatan : Teluk Tomini,
c. Bagian barat : KPHP Unit VI Kabupaten Gorontalo
d. Bagian timur : Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.
Berdasarkan informasi tersebut maka posisi wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango sangat
strategis dan menguntungkan secara ekonomi karena di apit oleh beberapa daerah.
Kelebihan lainnya yang dimiliki oleh wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango khususnya dan
umumnya wilayah kelola KPHP Unit VII Bone Bolango dapat diakses untuk memudahkan
pengelolaan dan pemantauan. Meskipun demikian pada beberapa wilayah, akses masuk
sangat sulit karena memiliki tingkat kelerengan yang curam
3. Kondisi Bioekologi
a. Ketinggian Tempat (Altitude)Secara umum topografi permukaan tanah di KPHP Unit VII Bone Bolango
sebagian besar adalah perbukitan yang menjulang tinggi, Ketinggian wilayah
perbukitan di KPHP Unit VII Kabupaten Bone Bolango bervariasi mulai dari ketinggian
yang berkisar dari 0 - 1.500 meter dari permukaan laut. Secara umum altitude KPHP
Unit VII Bone Bolango terletak pada ketinggian 501-1000 mdpl seluas 19.118,64 ha
dimana blok terluas pada kisaran ketinggian ini terdapat pada blok pemanfaatan jasa
lingkungan dan hasil hutan bukan kayu pada fungsi hutan produksi terbatas seluas
16.369,75 ha. Adapun data lengkap tentang ketinggian tempat di kawasan hutan KPHP
Unit VII Bone Bolango dapat dilihat pada gambar 3 dan tabel 2.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
15
Gambar 3. Peta topografi di wilayah KPHP unit VII Bone Bolango
Tabel 2. Ketinggian tempat setiap blok di KPHP unit VII Kabupaten Bone Bolango
NO BLOKALTITUDE (m dpl)
0-500 501-1000 1001-1500
1 Blok Inti 456,59 2.914,49 358,92
2 Blok Pemanfaatan 7.189,09 5.000,37 5,24
3 Blok Pemanfaatan HHK-HA 392,26 631,61
4 Blok Pemanfaatan Jasling & HHBK 4.239,94 9.970,74 2.159,07
5 Blok Pemberdayaan Masyarakat 1.668,73 577,39
6 Blok Perlindungan 24,02
Grand Total 13.946,61 19.118,64 2523,23
Sumber: hasil analisis spatial 2015 dan peta RBI
b. Jenis Tanah
Jenis tanah merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan tanaman
karena perbedaan jenis tanah mempengaruhi sifat-sifat dari tanah tersebut. Untuk
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
16
memahami hubungan antara jenis tanah, diperlukan pengetahuan yang mampu
mengelompokkan tanah secara sistematik sehingga dikenal banyak sekali sistem
klasifikasi yang berkembang. Untuk mempelajari hubungan antar jenis tanah maka
sistem klasifikasi tanah dibagi menjadi sistem klasifikasi alami dan sistem klasifikasi
teknis. Berdasarkan sistem klasifikasi tanah, maka terdapat 2 sistem klasifikasi tanah yaitu sistem
klasifikasi tanah tinjau dan sistem klasifikasi tanah eksplorasi. Berdasarkan Peta Sumberdaya
Tanah Eksplorasi Skala 1 : 1000.000 (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 2000),
Klasifikasi tanah yang berada di dalam wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango terdiri dari
:
Klasifikasi tanah haplustepts haplustalfs dari bahan induk volkanik dengan
relief berbukit
Klasifikasi tanah haplustepts haplustalfs dari bahan induk volkanik dengan
relief Bergunung
Klasifikasi tanah haplustepts ustorthents dari bahan induk plutonik dengan
relief Berbukit
Klasifikasi tanah haplustepts ustorthents dari bahan induk plutonik dengan
relief Bergunung
Klasifikasi tanah haplusterts haplustalfs dari bahan induk Aluvium dengan
relief Datar
Klasifikasi tanah Endoaquepts sulfaquents dari bahan induk Aluvium dan
organik dengan relief Datar
Klasifikasi tanah haplustepts haplustalfs dari bahan induk Batu Gamping
dan organik dengan relief Berbukit.
Klasifikasi tanah haplustepts haplustalfs dari bahan induk Batu Gamping
dan organik dengan relief Berbukit.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
17
Klasifikasi tanah haplustepts haplustalfs dari bahan induk volkanik dengan
relief Berombak-bergelombang.
Berdasarkan peta tanah tinjau maka jenis tanah di KPHP Unit VII Bone Bolango
terdiri dari terdapat beberapa jenis tanah yaitu, andosel, latosol, grumosol, litosol dan
podzolik seperti yang tertera pada tabel berikut :
Tabel 3. Jenis tanah di KPHP Unit VII Bone Bolango
NO BLOKJENIS TANAH
JUMLAH ()Andosel Litosol Podsolic
1 BLOK INTI 3.287,71 442,29 3.730,00
2 BLOK PEMANFAATAN 919,55 11.275,16 12.194,71
3 BLOK PEMANFAATAN HHK-HA 1.023,87 1.023,87
4 BLOK PEMANFAATAN JASLING &HHBK
2.010,94 14.358,81 16.369,75
5 BLOK PEMBERDAYAANMASYARAKAT
161,45 49,32 2.035,35 2.246,12
6 BLOK PERLINDUNGAN 2,24 21,79 24,02
Grand Total 2.172,40 4.258,82 29.157,26 35.588,48Sumber: Peta Tanah Tinjau Pulau Sulawesi
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing jenis tanah berdasarkan peta
tanah tinjau.
1. Tanah Andosel di KPHP Unit VII Bone Bolango diperkirakan luasnya ± 2.172,40
ha atau ± 6,10% dari luas daratan KPHP Unit VII Bone Bolango. Andisol terluas
terdapat di blok pemanfaatan jasa lingkungan dan HHBK seluas 2.008,29 ha
atau sekitar ± 92,45 % dari luas seluruh jenis tanah andisol di KPHP Unit VII
Bone Bolango. Tanah Andisol atau yang dulu dikenal sebagai tanah Andosol
adalah tanah yang berwarna hitam kelam, sangat porous, mengandung bahan
organik dan lempung tipe amorf, terutama alofan serta sedikit silika, alumina
atau hidroksida-besi. Ciri morfologi tanah ini adalah horizon A1 yang tebal
berwarna kelam, coklat sampai hitam, sangat porous, sangat gembur, tidak liat
(non-plastic), tidak lekat, struktur remah atau granuler, terasa berminyak
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
18
(smeary) karena mengandung bahan organik antara 8% – 30% dengan pH 4,5
– 6, beralih tegas ke horizon B2 berwarna kuning sampai coklat tekstur sedang,
struktur gumpal mengandung bahan organik antara 2% – 8% dengan kapasitas
pengikat air tinggi, terasa seperti sabun (soapy) jika diremas, dan/atau beralih
tegas langsung ke horizon C berbentuk batang gibsit dari oksida Al atau Fe
degan bahan amorf terdiri atas plasma porous isotropik. Sifat mineraloginya
yaitu fraksi debu dan pasir halus berupa gelas vulkanik dengan mineral
feromagnesium, dan fraksi lempung sebagian besar alofan berkembang
mengandung halloy. Menurut Nursyamsi dan Suprihati (2005) Tanah Andisol
mengandung kaolonit dan kristobalit (oksida) dan mempunyai pH masam, Ca,
Mg, dan Kdd, kadar P, serta kejenuhan basa (KB) rendah, dan mempunyai
kapasitas tukar kation (KTK) tanah tinggi. Secara umum kondisi tanah seperti ini
merupakan tanah subur dan sangat cocok untuk pengembangan budidaya
tanaman, hanya saja luasannya yang sangat kecil yaitu hanya 6,10% menjadi
tantangan tersendiri untuk pengelola KPHP Unit VII Bone Bolango.
2. Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang
tidak begitu tebal. Penampangnya besar dan berbentuk kerikil, pasir atau batu-
batuan kecil, karena sedikit sekali mengalami perubahan struktur atau profil dari
batuan asal. Tanah litosol miskin unsur hara.Tanah Litosol terbentuk dari batuan
beku dari proses letusan gunung berapi dan sedimen keras yang proses
pelapukan kimia (dengan bantuan organisme hidup) dan fisikanya (dengan
bantuan sinar matahari dan hujan) belum sempurna. Sehingga struktur asal
batuan induknya masih terlihat. Oleh sebab itu pula, tanah litosol sering juga
disebut sebagai tanah yang paling muda, sehingga bahan induknya dangkal
(kurang dari 45 cm) dan seringkali tampak di permukaan tanah sebagai batuan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
19
padat yang padu. Jenis tanah ini belum lama mengalami pelapukan dan sama
sekali belum mengalami perkembangan. Jenis tanah ini banyak ditemukan di
lereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia yang mengalami proses
erosi parah.Unsur hara yang terkandung dalam jenis tanah ini tidak begitu
banyak, kalau tidak bisa dibilang sangat sedikit. Sehingga jelas sekali, tanah
litosol tidak cocok untuk digunakan sebagai media pertanian. Luas jenis tanah
ini KPHP Unit VII Bone Bolango mencapai ± 4.258,82 atau± 11,67% dari
seluruh total jenis tanah tinjau di KPHP Unit VII Bone Bolango. Dibeberapa
tempat di Indonesia tanah litosol digunakan sebagai lokasi budidaya rumput
untuk keperluan pakan ternak
3. Jenis tanah Podsolik di KPHP Unit VII Bone Bolango adalah jenis tanah yang
dominan dengan luas 29.157,26 ha atau 81,93% dengan luasan terbesar
terdapat di blok pemanfatan jasa lingkungan dan HHBK yaitu 14.808,97 ha.
Jenis tanah podsolik ini merupakan jenis tanah yang kurang subur karena telah
mengalami pencucian lanjut. Dilihat dari tingkat kemasaman tanah maka tanah
podsolik merupakan tanah masam. Tanah podsolik merupakan tanah yang
memiliki tingkat kesuburan sedang. Tanahnya berwarna merah atau kekuning-
kuningan. Tanah podsolik mempunyai karakteristik tekstur yang lempung atau
berpasir dengan pH rendah serta memiliki kandungan unsur aluminum dan besi
yang tinggi.Karakteristik lain yang dapat ditemui pada tanah podsolik adalah
daya simpan unsur hara sangat rendah karena bersifat lempung yang
beraktivitas rendah, kejenuhan unsur basa seperti K, Ca, dan Mg, rendah
sehingga tidak memadai untuk tanaman semusim, kadar bahan-bahan organik
rendah dan hanya terdapat di permukaan tanah saja, dan penyimpanan air
sangat rendah sehingga mudah mengalami kekeringan.Tanah podsolik pada
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
20
umumnya terletak pada daerah yang memiliki iklim basah dengan curah hujan
lebih dari 2500 mm per tahun dan banyak terdapat di daerah-daerah dengan
topografi pegunungan. Sebaran jenis tanah di KPHP Unit VII Bone Bolango
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4. Peta Sebaran jenis tanah di KPHP unit VII Bone Bolango
4. Pembagian Blok Pengelolaan
Seperti yang telah diungkapkan dalam dokumen tata hutan, pembagian hutan ke
dalam blok-blok pengelolaan yang lebih kecil merupakan langkah awal kegiatan
pengusahaan hutan. Tujuan dari pembagian hutan tersebut adalah : 1) Memberikan
kepastian wilayah kerja, 2) Memudahkan inventarisasi sumber daya dan jenis kegiatan,
3)Memudahkan dalam hal perencanaan organisasi dan manajemen hutan Melalui
pembagian hutan suatu kelompok hutan dapat diatur pemungutan hasilnya dengan
tidak melampaui daya produksi hutan sehingga kesinambungan produksi dapat
terjamin. Pembagian hutan dalam unit pengelolaan terkecil tersebut dinamakan blok
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
21
Pembentukan blok pengelolaan didasarkan pada SK perdirjen no 5/VII-WP3H
tahun 2012 dimana terdapat 2 utama yang menjadi dasar pembentukan blok yaitu
faktor biogeofisik dan sosial budaya. Faktor-faktor biogeofisik yang berpengaruh antara
lain tutupan lahan, potensi sumberdaya hutan, bentang alam, topografi dan ekosistem.
Faktor sosial budaya yang berpengaruh antara lain jumlah penduduk, mata
pencaharian, pemilikan lahan, jarak pemukiman, pola-pola pemanfaatan hutan oleh
masyarakat, keberadaan hutan adat dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil analisis spatial dengan beberapa pertimbangan peubah yang
mempengaruhi maka dihasilkan 6 blok pengelolaan. Pengelolaan hutan di KPHP Unit
VII Bone Bolango ini diharapkan bisa mendorong pengelolaan hutan menjadi lebih
efisien dan efektif dan yang terpenting adalah bisa mengakomodir seluruh kepentingan
semua pihak dalam pengelolaan hutan. Adapun blok tersebut adalah
Tabel 4. Pembagian Blok Pengelolaan di KPHP Unit VII Kabupaten Bone Bolango
No Blok Kelas Hutan ArahanKegiatan Lokasi Jumlah (Ha)
1 Blok Inti
Kelas Hutan NonProduksi UntukPerlindungan,Pengawetan tata Airserta Orologi
PerlindungandanPengawetanTata Air danOrologi
HL. G.Damar 3.730,00
2 Blok Pemanfaatan
Kelas Hutan Lindunguntuk PemanfaatanHHBK dan JasaLingkungan
PemanfaatanHHBK dan JasaLingkungan
HL. G.Damar,HL S.Bone dan 12.194,71Kelas Hutan Lindung
untuk PemanfaatanJasa Lingkungan
PemanfaatanJasaLingkungan
HLTaludaa
3 Blok PemanfaatanHHK-HA
Kelas HutanProduksi Hutan Alam
Pemanfaatanhasil hutan kayuhutan alam
HP. S.Bone danHPT S.Bone
1023,87
4 Blok PemanfaatanJasling & HHBK
Kelas HutanProduksi untukPemanfaatan HHBKdan Jasa Lingkungan
PemanfaatanHHBK dan JasaLingkungan
HPT. S.Bone 16369,75
5 Blok PemberdayaanMasyarakat
Kelas HutanProduksi Hutan Alam
PengusahaanHasil HutanKayu HutanAlam (HKM/HD)
HPT. G.Damardan HPTS. Bone
2246,12
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
22
Kelas HutanProduksi HutanTanaman
PengusahaanHasil HutanKayu HutanTanaman (HTR)
HP.SungaiBone
6 Blok Perlindungan
Kelas Hutan NonProduksi UntukPerlindungan,Pengawetan tata Airserta Orologi
PerlindungandanPengawetanTata Air danOrologi
HPT S,Bone,HPT S.Kwandangdan HPTG. Damar
24,02
Grand Total 35.588,48Ket: HHK-HA (hasil hutan kayu hutan alam, HHBK (hasil hutan bukan kayu)
Gambar 5. Peta Pembagian blok di KPHP Unit VII Kabupaten Bone Bolango
5. Aksesibilitas
Berdasarkan letak geografis lokasi KPHP Unit VII Bone Bolango terdapat
dibagian utara dan selatan Kabupaten Bone Bolango. Aksesbilitas menuju lokasi KPHP
Unit VII Bone Bolango baik disebelah utara maupun selatan dapat ditempuh dengan
menggunakan sarana transportasi darat. Waktu tempuh terjauh menuju wilayah KPHP
Unit VII Bone Bolango dari Ibukota Provinsu Gorontalo adalah ± 3 jam. Sedangkan
waktu tempuh terdekat adalah 1 jam. Wilayah KPHP yang terjauh berada di Kecamatan
Bone Pantai sedangkan yang terdekat berada di Kecamatan Suwawa Timur. Untuk
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
23
wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango yang terletak disebelah selatan dapat di tempuh ±
2 – 3 jam dari ibukota Kabupaten Bone Bolango
6. Sejarah Kawasan Hutan KPHP Unit VII Bone Bolango
Sejarah kawasan wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango dimulai dengan
ditetapkannya SK Menteri Kehutanan No 452/Kpts-II/1999 tentang penunjukkan
kawasan hutan Provinsi Sulawesi Utara. Saat itu wilayah Kabupaten Bone Bolango
menjadi bagian dari Provinsi Sulawesi Utara. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan
tersebut luas total kawasan hutan di Kabupaten Bone Bolango mencapai 136.048,65
ha
Seiring dengan terbentuknya Provinsi Gorontalo, maka tahun 2010, pemerintah
pusat melalui Kementerian Kehutanan RI mengeluarkan SK Menteri Kehutanan No
325/Menhut-II/2010 tentang penunjukkan kawasan hutan di Provinsi Bone Bolango.
Surat keputusan ini sekaligus menggantikan SK Menhut No 452/Kpts-II/1999.
Berdasarkan SK. Menhut No. 325/Menhut-II/2010 tanggal 25 Mei 2010 luas kawasan
hutan di Kabupaten Bone Bolango mencapai seluas 140.493,19 ha dimana kawasan
hutan terluas adalah kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone seluas
104.904,72 ha seperti yang terlihat pada Tabel 5 dan Gambar 6 di bawah ini
Tabel 5. Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Fungsinya di Kabupaten Bone Bolango
No FUNGSI LUAS (Ha) PROSENTASE
1 Hutan Konservasi 104.904,72 75,68
2 Hutan Lindung 15.924,71 11,33
3 Hutan Produksi Terbatas 18.827,3213,40
4 Hutan Produksi 836,45 0,59
5 Hutan Produksi Konversi -
Jumlah 140.493,19 100
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
24
Sumber: SK Menteri Kehutanan No 325/Menhut-II/2010 tanggal 25 Mei 2010
Data pada Tabel 3, menunjukkan kawasan hutan di KPHP Unit VII Bone Bolango
hanya sebesar 34% dari seluruh total kawasan hutan di Kabupaten Bone Bolango.
Dalam kawasan KPH Bone Bolango, fungsi kawasan terbesar adalah hutan produksi
terbatas (HPT) yang luasnya mencapai 18.827,32 ha atau 13,40% dari total kawasan
hutan yang ada di Kabupaten Bone Bolango. Sedangkan kawasan hutan terkecil
adalah hutan produksi dengan luas 836,45 ha atau 0,59% dari total kawasan hutan di
Kabupaten Bone Bolango.
Gambar 6. Peta kawasan hutan di Kabupaten Bone Bolango
Dari total kawasan hutan seluas 140.493,19 ha, Kementerian Lingkungnan Hidup
telah menetapkan luas KPHP Unit VII Bone Bolango seluas 35.784 ha dan telah
ditetapkan pemerintah sebagai wilayah KPHP Unit VII Kabupaten Bone Bolango
berdasarkan SK Menteri Nomor 639/Menlhk-Setjen/2015 tentang tentang penetapan
lokasi fasilitasi pada 1 unit KPHP di Provinsi Gorontalo yang terletak di Kabupaten
Bone Bolango. Berdasarkan hasil analisis spatial dan review terhadap RTRW
Kabupaten Bone Bolango, terdapat perbedaan luasan KPHP Unit VII Bone Bolango
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
25
antara SK Menteri LHK dengan data luasan kawasan hutan KPH sesuai RTRW Bone
Bolango. Luasan KPHP Unit VII Bone Bolango adalah 35.588,48 ha, dan berdasarkan
kesepakatan dalam penyusunan tata hutan luasan ini dijadikan sebagai luasan KPHP
Unit VII Bone Bolango seperti terlihat pada gambar berikut
Gambar 7. Peta penunjukkan kawasan hutan di KPHP Unit VII Kabupaten Bone Bolango
Beberapa perubahan penting dalam SK Menteri Kehutanan No 325/Menhut-
II/2010 adalah berkurangnya wilayah TN-BNW sebagai akibat dari dikeluarkannya
Desa Pinogu sebagai bagian dari kawasan TN-BNW seluas 2938,94 ha dan
berubahnya status TN-BNW menjadi kawasan HPT seluas 10.788,04 ha. Perubahan
status menjadi dari TN-BNW menjadi HPT karena review RTRWP. Perubahan juga
terjadi pada wilayah hutan lindung di Kecamatan Bulango Ulu menjadi wilayah areal
penggunaan lain (APL) seluas 142,98 ha.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
26
B. Potensi wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango
1. Tutupan lahan
Berdasarkan kondisi ekosistem, tipe hutan di dalam wilayah KPHP Unit VII Bone
Bolango hutan dataran rendah. Tipe hutan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim
tropis sehingga bisa dikatakan bahwa hutan di KPHP Unit VII Bone Bolango
merupakan hutan hujan tropis dimana memiliki ekosistem spesifik, yang hanya dapat
berdiri mantap dengan keterkaitan antara komponen penyusun sebagai kesatuan yang
utuh. Keterkaitan antara komponen penyusun ini memungkinkan bentuk struktur hutan
tertentu yang dapat memberikan fungsi tertentu seperti stabilitas ekonomi, produktivitas
biologis yang tinggi, siklus hidrologis dan fungsi lainnya.
Berdasarkan Laporan Penafsiran Satelit Citra Resolusi Sedang Provinsi
Gorontalo (citra tahun 2014), penutupan lahan di KPHP Unit VII Kabupaten Bone
Bolango didominasi oleh hutan primer dengan luas ± 19.201,04 Ha dari total luas
wilayah hutan di KPHP Unit VII Kabupaten Bone Bolango seluas ± 35.588,48 Ha. Tipe
hutan sekunder juga mempunyai luas kawasan yang cukup signifikan yang mencapai ±
9.173,63 ha. Disamping hutan lahan kering sekunder, pertanian lahan kering campur
semak memiliki luasan yang cukup besar di Kab. Bone Bolango yaitu seluas ± 3.157,72
Ha.
Hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan perambahan juga masih berlangsung
di wilayah KPH. Jika diakumulasi dengan pertanian lahan kering campur semak,
pemukiman dan tanah terbuka maka total luasanya mencapai 4.103,54 ha
Tabel 6. Luasan Penutupan Lahan KPHP unit VII di Kabupaten Bone Bolango
NO Tipe Penutupan LahanFUNGSI KAWASAN JUMLAH
(HA)HL HP HPT1 Hutan Primer 2.826,63 395,68 15.978,73 19.201,042 Hutan Sekunder 7.771,03 257,75 1.144,86 9.173,633 Semak belukar 2.452,82 36,22 621,22 3.110,26
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
27
4 Pemukiman 22,36 1,12 23,485 Tanah Terbuka 53,42 53,426 Pertanian lahan kering 481,95 16,21 370,76 868,92
7 Pertanian lahan keringcampur semak 2.369,92 130,59 657,21 3.157,72
Grand Total 15.924,71 836,45 18.827,32 35.588,48Sumber: Laporan Penafsiran Citra Satelit Resolusi Sedang Provinsi Gorontalo, 2014
2. Potensi Kayu dan Non Kayu
Hasil analisis citra digital mengindikasikan beberapa kawasan di KPHP Unit VII
Bone Bolango mempunyai potensi hutan primer. Indikasikan awal ini menginformasikan
bahwa KPHP Unit VII Bone Bolango mempunyai potensi kayu yang cukup besar.
Potensi kayu terbesar adalah jenis rimba campuran yang berada pada tutupan hutan
sekunder di hutan produksi terbatas, dimana potensinya mencapai 72.34 m3/ha untuk
diameter diatas 60 cm, sedangkan untuk kayu komersial satu mencapai 18.32 m3/ha.
Potensi kayu besar terdapat fungsi hutan produksi terbatas dengan tutupan hutan
primer seperti terlihat pada Tabel 5
Secara administrasi wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango yang mempunyai
potensi kayu paling besar terdapat diwilayah pada wilayah bagian selatan atau wilayah
pantai selatan Kabupaten Bone Bolango yang meliputi Kecamatan Bone, Kecamatan
Bone Pantai dan Kecamatan Bone Raya.
Potensi tegakan mencakup jumlah pohon per hektar dan volume pohon per
hektar. Tahapan perhitungan potensi tegakan adalah sebagai berikut : 1) perhitungan
volume masing-masing pohon yang terdapat dalam setiap plot, 2) Volume pohon per
hektar diperoleh dari perbandingan antara jumlah volume semua pohon dalam tiap plot
dan luas plot. Berikut disajikan potensi pohon hasil pelaksanaan kegiatan inventarisasi
biogeofisik KPHP Unit VII Bone Bolango.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
28
Tabel 7. Pendugaan Potensi Kayu di hutan primer pada fungsi hutan produksi
No Kelompok Jenis dan Kelas Diameter Jumlah
1
Kelompok jenis Kayu indah 10.34
30-40 3.36
40-50 2.58
60 Up 4.40
2
Kelompok jenis Meranti/kelompok komersial satu 21.49
20-30 2.99
30-40 6.86
40-50 2.72
60 Up 8.92
3
Kelompok kayu Rimba Campuran/ kelompok Komersialdua 80.87
20-30 12.75
30-40 15.07
40-50 5.90
50-60 10.39
60 Up 36.76
Volume Rata - rata stratum HPT pada hutan priner 112.70
Sumber : Hasil Olah Data Primer Tahun 2015
Dari tabel di atas diketahui bahwa pendugaan potensi pohon terbesar terdapat
pada tutupan Hutan Sekunder (Hutan Lahan Kering Sekunder) dibandingkan Tutupan
Hutan Primer (Hutan Lahan Kering Primer). Karena pada tutupan Hutan Lahan Kering
Sekunder cenderung didominasi pohon dengan kelas diameter di atas 40 s.d 60-up
terutama pada kelompok kayu rimba campuran/komersil dua, sehingga potensinya
lebih besar dibandingkan dengan tutupan Hutan Lahan Kering Primer.
Tabel 8. Pendugaan Potensi Kayu di hutan sekunder pada fungsi HPT
No Kelompok Jenis dan Kelas Diameter HPT di Hutan Sekunder Jumlah
1
Kelompok jenis Kayu indah 23.36
20-30 1.14
30-40 3.17
40-50 3.09
50-60 1.77
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
29
60 Up 14.19
2
Kelompok jenis Meranti/kelompok komersial satu 28.96
20-30 1.25
30-40 1.91
40-50 2.60
50-60 4.88
60 Up 18.32
3
Kelompok kayu Rimba Campuran/ kelompok Komersial dua 128.61
20-30 12.83
30-40 16.25
40-50 12.71
50-60 14.47
60 Up 72.34
Volume Rata - rata stratum HPT HS 180.93
Sumber: Hasil Olah Data Primer Tahun 2015
Dari tabel di atas diketahui bahwa potensi pohon terbesar terdapat pada Fungsi
Hutan Hutan Produksi Terbatas pada Kelompok Jenis Kayu Rimba
Campuran/Kelompok Komersil Dua dan potensi pohon terkecil terdapat pada
kelompok jenis Kayu Indah pada Fungsi Hutan Lindung.
Tabel 9. Pendugaan Potensi Pohon Diameter 60 UP di Fungsi Hutan Hutan Produksi
KLASIFIKASI JENIS POHONSTRATUM Grand
TotalH Primer H Sekunder
Kelompok jenis Kayu indah119.88 6.98 126.86
Kelompok jenis Meranti/kelompok komersial satu162.44 11.08 173.52
Kelompok kayu Rimba Campuran/ kelompokKomersial dua
609.69 49.67 659.35
Grand Total892.00 67.72 959.73
RATA RATA127.42 67.73 119.97
Sumber: Hasil Olah Data Primer Tahun 2015
Untuk potensi non kayu berupa aren dan rotan terdapat hampir diseluruh
kawasan pengelolaan KPHP Unit VII Bone Bolango. Hasil survey yang di lakukan oleh
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
30
tim biogeofisik juga menemukan 12 jenis rotan antara lain rotan batang, bukutinggi,
duwunaki, merah, rumpun dan susu.
Berdasarkan hasil pengukuran lapangan inventarisasi biogeofisik KPHP Unit VII
Bone Bolango, disamping memiliki keanekaragaman flora berupa kayu juga memiliki
potensi hasil hutan bukan kayu berupa rotan. Berikut disajikan hasil hutan bukan kayu
hasil pelaksanaan inventarisasi Beogeofisik KPHP Unit VII Bone Bolango.
Tabel 10. Hasil Inventarisasi Biogeofisik KPHP Unit VII Bone Bolango berupa HHBK (Rotan)
No Jenis Rotan Jumlah Rotan <3m Jumlah Rotan > 3m
1 Rotan Batang 436 296
2 Rotan Bukutinggi 223 120
3 Rotan Duwunaki 1 -
4 Rotan Merah 2 -
5 Rotan Rumpun 2 -
6 Rotan Susu 41 30
7 Rotan Tapalo 1 -
8 Rotan Tohiti 182 137
9 Rotan Tolotio 8 -
10 Rotan Topalo 2 -
11 Rotan Umbul 56 23
12 Rotan Wumulo 3 -
Grand Total 957 606
Sumber: Hasil Olah Data Primer Tahun 2015
Sedangkan untuk potensi aren terdapat 7 kepala keluarga di Desa Longalo
Kecamatan Bulango Ulu yang memanfaatkan nira aren menjadi gula merah : dengan
asumsi rata – rata produksi gula merah 10 Kg/KK/hari maka setiap hari dapat
menghasilkan 70 Kg/Hari.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
31
3. Keberadaan Flora dan Fauna
Keanekaragaman flora dan fauna dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain;
iklim, jenis tanah, tinggi rendah permukaan bumi, dan pengaruh biotik (mahluk hidup).
Iklim memiliki pengaruh sangat besar dalam keberagaman flora dan fauna, dimana
daerah yang curah hujannya tinggi memiliki hutan yang lebat dan jenis tanaman lebih
bervariasi. Flora di Sulawesi umumnya dipengaruhi oleh iklim, secara umum tipe hutan
di Gorontalo berupa hutan hujan tropis.
Berdasarkan hasil survey, wawancara dengan masyarakat dan data sekunder,
keanekaragaman flora dan fauna masih bisa ditemukan pada wilayah - wilayah KPHP
Unit VII Bone Bolango dengan tutupan lahan hutan primer. Tutupan lahan hutan primer
dapat ditemukan di wilayah Kecamatan Suwawa Timur dan Suwawa Selatan.
Keberadaan flora fauna di KPH Bone Bolango didukung oleh masih terjaganya wilayah
edge antara hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone dengan kawasan hutan di
KPH Bone Bolango.
Hasil survei yang dilakukan bersama masyarakat menemukan beberapa flora dan
fauna termasuk dalam kategori sangat dilindungi berdasarkan IUCN dan CITES
Caryota mitis, Cycas rumphii, dan Livistonia rotundifolia atau daun woka (termasuk
dalam appendix II CITES); Macaranga crassistipulosa, Elmerillia ovalis,, Terminalia
celebica, Diospyros hebecarpa, (endemik Sulawesi); Dracontomelon dao dan
Palaquium obovatum atau pohon Nantu; serta Grammatophyllum speciosum (anggrek
raksasa)
Sedangkan untuk jenis fauna meliputi babirusa (Babyrousa babyrussa), anoa
(Bubalus depressicornis) (termasuk dalam appendix I CITES); monyet hitam sulawesi
(Macaca heckii), tarsius (Tarsius spectrum), kuskus sulawesi (Strigocuscus celebensis),
babi hutan sulawesi (endemik). Hasil survey yang di lakukan oleh tim biogeofisik juga
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
32
menemukan 6 jenis rotan seperti rotan batang, bukutinggi, duwunaki, merah, rumpun
dan susu.
4. Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam
Salah satu potensi terbesar di wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango adalah
besarnya potensi sumberdaya air. Salah satunya adalah potensi sumberdaya air yang
berada di DAS Bone dan sebagian DAS Bolango. Sebagian besar supply air di DAS
Bone dan DAS Bolango dimanfaatkan untuk pengairan sawah. Bahkan dampak
kemarau panjang yang melanda sebagian besar Provinsi Gorontalo yang
menyebabkan puso hampir tidak dirasakan oleh petani yang berada di dalam lingkup
DAS Bone. Potensi lain yang terdapat di KPHP Unit VII Bone Bolango adalah potensi
wisata alam, berupa kawasan pemandian air panas Lombongo, meskipun kawasan ini
lebih dekat dengan TN-BNW, namun pengelola KPHP Unit VII Bone Bolango dapat
memanfaatkannya sebagai entry point pengembangan ecotourism. Pemanfaatan yang
optimal terhadap potensi jasa lingkungan berupa air dan wisata alam di KPHP Unit VII
Bone Bolango bisa mempercepat proses kemandirian KPH. Pemanfaatan kawasan
untuk wisata juga dapat diterapkan pada rumah persembunyian Nani Wartabone dalam
melawan imperialisme. Nani Wartabone merupakan salah seorang pahlawan nasional.
Meskipun wilayahnya berada diperbatasan antara APL dan blok pemanfaatan jasa
lingkungan, namun wisata ini dapat dikembangkan menjadi wisata budaya yang
menunjang pengelolaan KPHP Unit VII Bone Bolango. Atraksi wisata lain yang dapat
dikembangkan adalah air terjun di Taludaa. Potensi pemanfaatan jasa lingkungan
lainnya yang dapat dikembangkan adalah pemanfaatan air. Saat ini baru terdapat 1
PLTMH yang memanfaatkan jasa lingkungan air yang terdapat di Taludaa. PLTMH ini
memanfaatkan air yang berasal dari kawasan hutan lindung. PLTM ini dioperasikan
oleh PT SEL.. Pemanfaatan air untuk kegiatan PLTMH ini memiliki potensi sebagai
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
33
salah satu sumber pemasukan bagi KPHP Unit VII Kabupaten Bone Bolango.
Mekanisme yang dapat ditempuh dalam pengelolaan jasa lingkungan air adalah melalui
pembayaran jasa lingkungan (payment for environmental services). Hasil survei dan
informasi dari pihak terkait menyebutkan bahwa dibeberapa lokasi ditemukan beberapa
sumber mata air yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu model
pemanfaatan jasa lingkungan air seperti disekitar hutan lindung Kecamatan Bulango
Ulu dan Bulango Utara atau masuk dalam blok pemanfaatan jasa lingkungan dan
Pengembangan PLTMH memiliki nilai strategis, mengingat saat ini kebutuhan
listrik di Provinsi Gorontalo masih mengalami defisit terutama pada jam beban puncak.
Penyediaan energi yang memadai serta ramah lingkungan merupakan salah satu
persyaratan untuk pembangunan sosial ekonomi yang berkelanjutan, akan tetapi
dengan pesatnya perkembangan/ kemajuan ekonomi dan pertumbuhan penduduk serta
tingginya tingkat konsumsi telah memperhadapkan Indonesia dengan berbagai
permasalahan energi yang semakin meningkat. Kegiatan pemanfaatan sumberdaya air
di dalam kawasan KPH diarahkan pada :
1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bone Bolango pada
umumnya dan masyarakat disekitar kawasan KPHP Unit VII Bone Bolango
2. Peningkatan pelayanan publik terutama pada penyediaan air bersih dan
penyediaan sumberdaya energi listrik yang ramah lingkungan bagi masyarakat
sekitar KPHP
3. Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pelayanan air
bersih dan energi listrik terbarukan yang berada di sekitar kawasan untuk
pendayagunaan jasa lingkungan;
4. Pengembangan ekonomi kerakyatan dengan melihat potensi pasar
pengembangan jasa lingkungan air baku
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
34
C. Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat
Masyarakat yang tinggal disekitar KPHP Unit VII Kabupaten Bone Bolango
berasal dari 2 etnis yang berbeda yakni etnis Gorontalo dan etnis Suwawa. Meskipun
dalam satu rumpun Gorontalo, namun terdapat perbedaan yang mencolok salah
satunya dari Bone Bolango. Bahkan berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa tokoh
masyarakat mengatakan bahwa nenek moyang suku Gorontalo berasal dari Suwawa
tepatnya dari Desa Pinogu. Wilayah Pinogu merupakan desa tua dan telah berumur
ratusan tahun. Wilayah ini sudah ada jauh sebelum penunjukkan kawasan hutan tahun
1982 dan 1999. Pengaruh budaya dan adat istiadat terhadap kehidupan masyarakat
Bone Bolango disekitar kawasan hutan adalah sistem perladangan yang disebut
dengan ilengi atau agroforestry berbasis ilengi dengan tanaman dominan adalah
kelapa. Pengelolaan lahan dilakukan secara bergotong royong yang dikenal dengan
nama “huyula”. Sistem ini menerapkan sikap saling tolong menolong antara satu kepala
keluarga dengan kepala keluarga lainnya dalam mengelola lahan. Satu hal yang
menarik dari adat istiadat dalam pengelolaan ilengi adalah adanya ritual yang dilakukan
sebelum melakukan pembukaan lahan. Ritual tersebut antara lain dengan meminta
petuah kepada panggoba (ahli perbintangan tradisional) dalam menentukan musim
tanam. Etnis Bone Bolango yang tinggal disekitar kawasan KPHP Unit VII Kabupaten
Bone Bolango mempunyai kebiasaan untuk bermukim secara berkelompok dan
mengumpul dalam sebuah lingkungan kecil, bahkan pada kondisi asli tidak memiliki
batas yang jelas antara satu rumah dengan rumah yang lainnya. Hal ini akan semakin
kelihatan dengan jelas apabila yang bermukim tersebut masih memiliki ikatan keluarga
yang erat, sehingga kadangkala akan terbentuk kelompok-kelompok masyarakat yang
tidak berbeda karena hubungan tali persaudaraan/ kekeluargaan tersebut.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
35
Tingkat pendidikan masyarakat yang tinggal disekitar kawasan KPHP bervariasi
yaitu dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Tapi umumnya tingkat pendidikan
masyarakatnya adalah tamatan sekolah dasar. Kegiatan ekonomi masyarakat terbagi
menjadi 2 (dua), yaitu kegiatan usahatani dan non usahatani. Kegiatan usahatani
berupa kebun jagung dan ladang kakao, padi, sayur-sayuran sedangkan non usahatani
yaitu sebagai peternak, penarik rotan, dan pengrajin gula aren. Petani yang tinggal di
sekitar kawasan KPHP unit VII Bone Bolango melakukan kegiatan pertanian umumnya
untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten). Namun ada pola yang menarik, hasil
riset yang pernah dilakukan oleh EGSLP-CIDA Canada tahun 2014, menyebutkan
bahwa terdapat kecenderungan masyarakat mulai meninggalkan kebun untuk beralih
menjadi pekerja tambang (PETI) karena penghasilan dari tambang lebih besar dari
membuka lahan dan bercocok tanam. Salah satu hasil usaha kehutanan yang bisa
dipasarkan keluar adalah kayu jati, rotan, gula aren. Sedangkan untuk tanaman pangan
umumnya untuk kebutuhan sendiri. Pemasaran kayu jati dilakukan sendiri oleh pemilik
lahan dengan pedagang perantara sebelum dikirim ke Pulau Jawa. Sedangkan untuk
rotan dan gula aren umumnya dipasok pada IKM rotan dan pasar-pasar tradisional.
Kelembagaan yang terdapat diwilayah KPHP Unit VII Bone Bolango umumnya
telah ada namun kurang dioptimalkan. Masyarakat umumnya hanya terlibat pada
organisasi yang sifatnya non formal seperti arisan duka dan majelis taklim. Organisasi
seperti Karang Taruna, BPD belum dimanfaatkan secara maksimal. Adapun beberapa
kecamatan yang terdapat dalam wilayah
Tabel 11. Kecamatan dan Desa dalam wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango
No Kecamatan Luas (Ha) Persentase Jumlah Desa
1 Bone 1051,64 2,96 52 Bone Pantai 4048,25 11,38 53 Bone Raya 4236,68 11,90 74 Botu Pingge 619 1,74 75 Bulango Ulu 4831,48 13,58 3
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
36
6 Bulango Utara 2711,06 7,62 17 Bulawa 4838,34 13,60 68 Kabila Bone 1936,99 5,44 89 Pinogu 2811,34 7,90 110 Suwawa Selatan 3120,22 8,77 811 Suwawa Timur 5383,49 15,13 3
Jumlah 35.588,48 100 54Sumber: Data primer, 2015
Desa lokasi inventarisasi sosial budaya masyarakat di dalam/sekitar lokasi
KPHP Unit VII Kab. Bone Bolango berdasarkan sejarahnya, 6 (enam) desa
merupakan desa hasil pemekaran, yaitu Desa Bilolantunga, Desa Pelita Hijau,
DesaMamungga Timur, Desa Mootayu,Desa Bondauna dan Desa Tulabolo Barat;serta
2(dua) desa merupakan desa definitif sejak awal berdirinya, yaitu Desa Longalo, dan
Desa Olele.Pada desa lokasi inventarisasi, sejarah asal – usul desa menunjukkan
bahwa pemekaran wilayah administrasi tidak mempengaruhi meningkatnya kebutuhan
lahan masyarakat. Sedangkan desa yang sejak awal berdirinya berupa desa definitif,
pembukaan lahan baru pada umumnya merupakan perluasan dari lahan
sebelumnya.Secara biofisik, desa lokasi inventarisasi terdiri dari bentang lahan
beragam, berupa dataran, lereng/punggung bukit, serta berada di daerah pantai.
Sejarah, Penguasaanlahan dan demografi desa lokasi inventarisasi secara rinci dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 12. Sejarah Desa, Penguasaan Lahan dan Demografi Desa
No Desa Sejarah PenguasaanLahan
Demografi(Data Desa) Ket
1. Mootayu PemekaranDesaTombulilato(2005)
Membuka lahanhutan ,luas ½ - 2 ha
Jmlh Pend.: 517 JiwaJmlh KK : 144 KKTgkt Pend. mayoritas :Tidak tamat SD
Dusun Tigaberada diAPL
2. MamunggaTimur
PemekaranDesaMamungaa(2006)
MembukaLahan hutan(1990)luas ½ - 1 ha
Jmlh Pend. : 854 JiwaJmlh KK : 228 KKTgkt Pend. mayoritas :Tamat SD
HPT
3. PelitaHijau
PemekaranDesaBilungala(2008)
Membuka lahanhutanluas 1 – 2 Ha,
Jmlh Pend. :684JiwaJmlh KK : 178KKTgkt Pend. mayoritas :Tamat SD
DusunPoobaberada diHPT
4. Bilolantunga
PemekaranDesa
Jmlh Pend. :818 JiwaJmlh KK : 208KK
HutanProduksi
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
37
Monano(2003)
Tgkt Pend mayoritas :Tamat SD
sebagianbesarkebunmasyarakatberada diAPL
5. Bondauna
PemekaranDesaBonedaa(2004)
Jmlh Pend : 817JiwaJmlh KK : 197KKTgkt Pend mayoritas:Tamat SD
DusunEmpatberada diHPT
6. Olele Desadefinitifsejak awalberdiri)
Membuka hutan(1980 – 2010);luas 1 – 2 Ha
Jmlh Pend : 1001JiwaJmlh KK : 283KKTgkt Pend mayoritas :Tidak tamat SD
7. TulaboloBarat
PemekaranDesaTulaboloInduk(2008)
Jmlh Pend : 462 JiwaJmlh KK : 129KKTgkt Pend mayoritas :Tamat SD
HPT
8. Longalo Desadefinitifsejak awalberdiri)
Membuka lahanhutan (1975 –2012);luas ½ - 3 Ha
Jmlh Pend : 951JiwaJmlh KK : 263KKTgkt Pend mayoritas :Tidak tamat SD
Kebunwargaberada diHL
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2015
Persepsi dan pengetahuan masyarakat di setiap desa lokasi inventarisasi
mengenai kawasan hutan, hak dalam kawasan hutan, manfaat serta dampak kegiatan
masyarakat dalam kawasan hutan pada umumnya masih kurang, sehingga dibutuhkan
penyuluhan/sosialisasi khususnya mengenai kawasan hutan, tata batas, serta kegiatan-
kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat dalam kawasan hutan. Berikut tabel
persepsi dan pengetahuan masyarakat di desa lokasi inventarisasi mengenai manfaat
hutan serta pengetahuan mengenai kawasan hutan.
Tabel 13. Persepsi dan Pengetahuan Masyarakat tentang Hutan
No. DesaPengetahuan
Tentang BatasDesa
Pengetahuan mengenaibatas desa DgnKawasan
Pengetahuan mengenaiKondisi Hutan Sekitar
Tempat Tinggal
1. Mootayu Tahu(diketahui87% responden)
Ada, Dari Plang(diketahui 47 %
responden)
Baik (87 %respondenmenyatakan baik)
2. MamunggaTimur
Tahu(diketahui 67% responden)
Ada, Dari orangsekitar
(diketahui 40 %responden)
Baik (93 % respondenmenyatakan baik)
3. Pelita Hijau Tidak Tahu(diketahui 89%
Tidak mengetahui80 % responden)
Baik(100 % responden
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
38
responden) menyatakan baik)
4. Bilolantunga Tahu(diketahui60% responden)
Ada,(diketahui 33%
responden))
Baik(100 % respondenmenyatakan baik)
5. BondaunaTidak Tahu
(diketahui 73%responden)
Tidak mengetahui67 % responden
Baik(100 % respondenmenyatakan baik)
6. Olele Tahu(diketahui87% responden)
Tidak mengetahui40 % responden
Baik(67 % respondenmenyatakan baik)
7. TulaboloBarat
Tahu(diketahui67% responden)
Ada, Dari PetugasKehutanan
(diketahui 73 %responden)
Baik(100 % respondenmenyatakan baik)
8. Longalo Tahu(diketahui100% responden
Ada,(diketahui 93 %
responden))
Baik(93 % respondenmenyatakan baik)
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2015
Pola penguasaan lahan pada sebagian besar desa lokasi inventarisasi adalah
berupa warisan orang tua, membeli dan membuka lahan di hutan dengan luas
bervariasi. Adanya pembukaan lahan di hutan hingga luasan yang cukup besar
merupakan indikasi kekurangan lahan olahan bagi masyarakat.
Kegiatan ekonomi masyarakat di desa lokasi inventarisasi mayoritas bermata
pencaharian utama sebagai petani, dengan mata pencaharian penunjang yang terkait
dengan hutan antaralain pembuat gula aren, pencari “bulu” (bambu), pencari rotan.
Pendapatan dari aneka usaha tani bagi sebagian responden bernilai negatif (minus),
karena pada umumnya petani tidak mempunyai modal usaha sehingga mereka
mendapatkan pinjaman modal dari tengkulak yang biasanya berupa bibit, pupuk dan
obat-obatan dengan harga tinggi, lalu hasil panen mereka dibeli tengkulak dengan
harga rendah, sehingga sistem tersebut cukup merugikan petani karena petani tidak
memiliki daya tawar rendah.Sedangkan kegiatan ekonomi masyarakat yang dilakukan
di dalam/sekitar hutan pada umumnya hanya merupakan mata pencaharian penunjang
yang tidak memerlukan modal dan ketrampilan khusus. Di bawah ini merupakan tabel
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
39
rincian mata pencaharian utama dan penunjang pada desa-desa lokasi inventarisasi,
sebagai gambaran kegiatan ekonomi masyarakat di desa lokasi inventarisasi.
Tabel 14. Kegiatan Ekonomi Masyarakat di Desa Lokasi Inventarisasi
No. Desa Mata pencaharianutama
Matapencaharian penunjang(yang terkait dengan hutan)
1. Mootayu
Petani (cabai,kacangtanah,pisang),Berkebun(cengkeh,kelapa,coklat,pala)
Pencari Rotan
2. Mamunga Timur Petani (cengkeh,jagung, cabai) Pencari rotan
3. Pelita Hijau
Petani (jagung,cabai,kacangtanah),Berkebun(kemiri,cengkeh)
Pencari daun woka, rotan,bambu
4. BilolantungaPetani (cabai,kacangtanah,),Berkebun(kemiri,cengkeh)
Pencari rotan, daun woka,Bambu
5. BondaunaPetani(jagung, kacangtanah,kedelai,cabai,)
Pencari Bambu,aren,daun woka
6. Olele Petani (jagung, cabai),Nelayan Tidak ada
7. Tulabolo Barat
Petani (jagung,cabai,kacanghijau,pisang) Pencari bambu
8. LongaloPetani(jagung, kacangtanah),Pembuat gulaaren
Ternak(sapi dan ayam),
Sumber : Pengolahan Data Inventarisasi, 2015.
D. Pemanfataan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan
Kondisi kawasan hutan di KPHP Unit VII Bone Bolango yang relatif masih lebih
baik dibandingkan dengan kawasan hutan di beberapa KPH di Provinsi Gorontalo, telah
membuat KPHP Unit VII Bone Bolango menyimpan banyak potensi seperti potensi
tambang, hasil hutan non kayu (rotan, aren, jasling air) dan kayu. Berdasarkan potensi
tersebut beberapa investor mencoba mengelola potensi tersebut. Beberapa
perusahaan multinasional seperti PT. Gorontalo Mineral telah memanfaatkan kawasan
KPHP Unit VII Bone Bolango sebagai wilayah IUP eskplorasi tambang emas seluas
19.667 ha hutan produksi terbatas dan hutan lindung. Izin penggunaan yang dimiliki
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
40
oleh pihak PT. Gorontalo Mineral berdasarkan SK Menteri Kehutanan No 4160/Menhut-
VII/PKH/2013, tgl 18 Juli 2013. Izin usaha pertambangan PT. Gorontalo Mineral
pertama kali dikeluarkan pada tahun 1998 melalui izin kontrak karya berdasarkan
keputusan Presiden No B-53/Pres/1/1998 tanggal 19 Januari 1998. Saat itu kontrak
karya PT. Gorontalo Mineral berada pada kawasan konservasi (Taman Nasional
Bogani Nani Wartabone). Secara keseluruhan perusahaan tambang PT. Gorontalo
Mineral menguasai izin konsesi seluas 35.000 ha yang tersebar [ada wilayah HPT, HL,
APL dan TN-BNW. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh pihak PT. Gorontalo
Mineral bahwa saat ini pihak PT Gorontalo Mineral akan merencanakan untuk
memasuki tahap IUP pada fase produksi. Berdasarkan PP No 23 tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara menyebutkan, jika
sebuah IUP eksplorasi akan memasuki tahap produksi pada tahun kedelapan maka
pihak pemegang IUP eksplorasi wajib melepaskan wilayah izin usaha pertambangan
tersebut dengan IUP maksimal yang dikuasai adalah 25.000 (pasal 75 ayat 1 huruf a).
Adapun izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan di KPHP unit VII Bone Bolango
dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 15. Izin penggunaan kawasan KPHP Unit VII Bone Bolango
No Bentukpengelolaan
NamaPemegang
IzinAspek legal Keterangan
1 Izin Pinjam PakaiKawasan Hutan(IPKH )
PT GorontaloMineral
SK. 4160/Menhut-VII/PKH/2013, tgl 18Juli 2013
Kegiatan Perpanjanganizin pinjam pakai untukkegiatan eksplorasi emasdan mineral pengkutnyaatas nama PT. GorontaloMineral seluas 19.667 hapada kawasan HPT danHL di Kabupaten BoneBolango.
2 Iizin UsahaPertambangan(IUP)
PT. CelebesBone Mineral
SK.240/KEP/BUP.BB/114/ 2013 9Februari 2013
Kegiatan eksplorasibahan galian TembagaDMP pada kawasan HL
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
41
dan HPT luas 13.195 ha
3 Pemanfaatankawasan (jasalingkunganair/PLTMH)
PT. SumberEnergi Lestari(SEL)
SK.633/Menhut-II/2010 15November 2010
Pembangunan PLTMH diDesa Ilohu’ua KecamatanBone seluas 41 ha
Sumber : Dishuttam Kabupaten Bone Bolango, 2015
Izin penggunaan lain adalah PT. Celebes Bone Mineral yang menggunakan kawasan
HPT dan HL untuk kegiatan eksplorasi tembaga seluas 13.195 ha. Namun hingga saat
ini perusahaan ini belum mengajukan izin pinjam pakai kepada Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Disamping izin penggunaan kawasan, wilayah
KPHP Unit VII Bone Bolango juga terdapat izin pemanfaatan seperti izin pemanfaatan
HTR, izin pemanfaatan jasa lingkungan berupa air dan izin pemanfaatan HHBK berupa
rotan.
Tabel 16. Izin pemanfaatan kawasan KPHP Unit VII Bone Bolango
No Bentuk pengelolaan NamaPemegang Izin Aspek legal Keterangan
1 Pemanfaatan getahpinus
Djafar Mancu SKKadishuttambenNo /522/DHT.3/IP-HHBK/04/III/2015
Lokasi pemanfaatandi kawasan HL/HPTKecamatan SuwawaSelatan. Izin berlakusampai 27 Oktober2015
2 Pemanfaatan getahpinus
Pulu Rauf SKKadishuttambenNo /522/DHT.3/IP-HHBK/06/V/2015
Lokasi pemanfaatandi kawasan HLKecamatan Tapa.Izin berlaku s/d 18Nopember 2015
3 Pemanfaatan HutanTanaman Rakyat(HTR)
PencadanganHTR
SK.42/Menhut-II/2010
PAK HTR seluas116 ha
4 Pemanfaatan HutanDesa (HD)
Kasim W.Samulu
SK.838/Menhut-II/2013
Telah diverifikasiseluas 160 ha didesa OluhutaKecamatan KabilaBone
Sumber: Dishuttam Kabupaten Bone Bolango, 2015
Dengan demikian di wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango telah terdapat 5 izin
pemanfaatan dan 2 izin pinjam pakai pertambangan. Diharapkan keberadaan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
42
pemegang izin di KPHP Unit VII Bone Bolango dapat bersinergi dan tumbuh bersama
menuju KPHP Kabupaten Bone Bolango yang mandiri.
E. Posisi KPHP dalam Perspektif RTRW Bone Bolango
Kabupaten Bone Bolango telah mensahkan RTRW Kabupaten Bone Bolango
berdasarkan Perda No 8 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten Bone
Bolango Tahun 2011-2031. Hasil sinkronisasi RTRWK tahun 2012 menyebutkan bahwa
posisi strategi KPHP Unit VII Bone Bolango adalah sebagai wilayah perlindungan,
sebagai wilayah budidaya dan wilayah strategis. Kawasan lindung yang termasuk
dalam wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango adalah Hutan lindung, kawasan yang
memberikan perlindungan di bawahnya, kawasan perlindungan setempat. Kawasan
lindung pada hutan lindung yang telah ditetapkan dalam RTRW seluas 15.924,71 ha.
Sedangkan wilayah budidaya adalah kawasan hutan produksi seluas 19.663,77 ha
yang terdiri dari HP 836.45 ha dan HPT 18.827,77 ha. Adapun kawasan strategis telah
ditetapkan pada wilayah air terjun Ilohu’uwa di wilayah Kecamatan Bone. Dalam blok
pengelolaan KPHP Unit VII Bone Bolango wilayah ini telah ditetapkan sebagai blok
pemanfaatan jasa lingkungan dan HHBK. Berdasarkan luasan tersebut maka pola
pengembangan blok pemanfaatan KPHP Unit VII Kabupaten Bone Bolango telah
sesuai dengan RTRW Kabupaten Bone Bolango. Sehingga perencanaan,
pembangunan, pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya hutan di wilayah KPHP
Unit VII Kabupaten Bone Bolango tidak bertentangan dengan RTRW
F. Isu strategis, kendala dan permasalahan KPHP Unit VII Bone Bolango
1. Isu strategis KPHP Unit VII Bone Bolango
Isu strategis merupakan seluruh potensi baik potensi yang bersifat positif maupun
potensi negatif yang dimiliki oleh KPHP Unit VII Bone Bolango. Seluruh potensi ini
diidentifikasi melalui serangkaian analisis dan wawancara dengan beberapa pihak.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
43
Potensi yang dimiliki inilah yang diprediksi akan mempengaruhi kinerja pengelolaan
KPHP Unit VII Bone Bolango. Berdasarkan hasil wawancara dengan stakeholder yang
berkepentingan dengan pengelolaan hutan di Kabupaten Bone Bolango maka terdapat
beberapa isu strategis yang perlu diperhatikan dalam implementasi Rencana
Pengelolaan Jangka Panjang KPHP Unit VII Bone Bolango yaitu
(1) Aktivitas pertambangan legal di dalam kawasan KPHP Unit VII Bone Bolango
Sampai dengan tahun 2015, terdapat 2 IUP pertambangan emas dan tembaga
yang saat ini beroperasi secara resmi di KPHP Unit VII Bone Bolango. Kedua
perusahaan tersebut adalah PT Gorontalo Mineral dan PT. Celebes Bone Mineral . PT
Gorontalo Mineral memegang IUP eksplorasi sesuai dengan SK Menhut No
4160/Menhut-VII/PKH/2013, tgl 18 Juli 2013 dengan luas 19.667 ha. Perusahaan
pertambangan kedua yang beroperasi adalah PT Celebes Bone Mineral yang
memegang IUP eksplorasi sesuai SK Bupati SK.240/KEP/BUP.BB/114/ 2013 9
Februari 2013 dengan luas 13.195 ha. Pengembangan pertambangan dikawasan
KPHP unit VII Bone Bolango sangat dilematis, disatu sisi pertambangan ini bisa
meningkatkan PAD dan menyerap tenaga kerja sedangkan disisi lain kegiatan ini dapat
mengakibatkan bencana ekologis. Pengelola KPH harus memiliki perhitungan ekonomi
yang valid dari kegiatan pertambangan ini. Perhitungan tersebut harus berdasarkan
perhitungan atas nilai ekonomi positif yaitu seberapa besar nilai PAD dan pendapatan
masyarakat yang meningkat dengan adanya aktivitas pertambangan tersebut. Disatu
sisi perhitungan negatif juga dibuat dengan cara menilai seberaoa besar nilai bencana
ekonomi yang ditimbulkan dari aktivitas pertambangan tersebut
(2) Aktivitas pertambangan illegal tanpa izin
Aktivitas PETI di wilayah KPHP unit VII Bone Bolango telah berlangsung sejak
lama. Dari sisi sejarah PETI yang berada di sekitar kawasan KPHP Unit VII Bone
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
44
Bolango tidak terlepas dari sejarah pengelolaan pertambangan di Kabupaten
Gorontalo. Saat itu Kabupaten Bone Bolango menjadi bagian dari Kabupaten
Gorontalo. Aktivitas eksplorasi pertambangan dimulai sejak tahun 1971 sejak
Penandatanganan KK/ Kontrak Karya Gen II ke PT. Tropic Endeavour Ind/ TEI, dimiliki
oleh Endeavour Res NL. Saat itu kegiatan yang dilakukan hanyalah penyelidikan awal
kandungan tembaga di wilayah lengan Sulawesi Utara dengan luas 12.000 km2.
Kegiatan ini berlangsung sampa dengan tahun. Pada tahun 1988 pemerintah
memberikan izin kuasa pertambangan kepada PT ANTAM untuk melakukan
pengoboran di wilayah Motomboto Barat dan Tulabolo. Tahun 1991 seluruh izin
pertambangan yang tumpang tindih dengan rencana pembangunan Taman Nasional
Bogani Nani Wartabone ditutup. Seperti diketahui Penetapan Taman Nasional Bogani
Nani Wartabone dilakukan pada tahun 1992 sesuai dengan SK Menhut Menteri
Kehutanan, SK No. 731/Kpts-II/1992 dengan luas 287.115 hektar. Penutupan lokasi
bekas galian pertambangan inilah yang kemudian memicu masuknya warga untuk
melakukan aktivitas pertambangan hingga saat ini. Laporan Badan Lingkungan Hidup,
Riset dan Teknologi Informasi (Balihristi) Gorontalo tahun 2013 terdapat sekitar 7.000-
an penambang rakyat di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, yang terbesar
berada di titik bor 15 yang berada dalam kawasan HPT (sebelumnya adalah kawasan
TN-BNW). Kawasan HPT dimana aktivitas tambang berlangsung merupakan wilayah
KPHP unit VII Bone Bolango
(3) Tumpang tindih perizinan di KPHP Unit VII Bone Bolango
Sampai saat ini persoalan klasik tentang tumpang tindih antara pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan masih sering terjadi di wilayah KPHP Unit VII Kabupaten
Bone Bolango. Sebagai contoh adanya tumpang tindih izin antara PT Gorontalo Mineral
dengan penetapan arel kerja (HTR) terutama di wilayah Desa Bondauna. Tumpang
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
45
tindi juga terjadi antara PAK Hutan Desa di Desa Oluhuta dengan izin pinjam pakai PT.
Gorontalo Mineral. Meskipun tumpang tindih antara pemanfaatan dan penggunaan bisa
dimungkinkan namun dari beberapa catatan tentang konflik, kondisi tumpang tindih
antara izin pemanfaatan dan penggunaan hampir pasti akan menimbulkan konflik. Hal
ini terjadi karena masing-masing pihak mengklaim bahwa merekalah yang paling
berwenang melakukan pengelolaan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan di
KPHP unit VII Bone Bolango. Konflik tumpang tindih lahan antara pengusaha
pertambangan dan kelompok HTR di KPHP Unit VII Bone Bolango harus dibicarakan
secara tuntas, intinya membangun komunikasi antara kedua belah pihak untuk mencari
jalan tengah penyelesaian yang berkeadilan mutlak harus dilakukan. Dalam hal ini,
perlu menjalin komunikasi secara intens dan konstruktif agar tercipta persepsi yang
sama diantara pihak-pihak yang terkait.
Untuk memediasi potensi konflik ini tidak terjadi, maka pemerintah Kabupaten
Bone Bolango turun tangan langsung mempertemukan pihak-pihak yang berpotensi
untuk berselisih, baik masyarakat pemegang izin HTR maupun pengusaha
pertambangan. Jika memang diperlukan, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral
(ESDM) dapat membantu memfasilitasi masyarakat pemegang izin HTR dengan pihak
pengusaha pertambangan
(4) Pengembangan sumber energi listrik baru dan terbarukan
Pengembangan sumber energi listrik baru dan terbarukan merupakan sebuah ide
untuk mengatasi krisis energi listrik di Provinsi Gorontalo. Berdasarkan realease yang
disampaikan oleh Pemerintah Provinsin Gorontalo, saat ini Provinsi Gorontalo
mengalami defisit listrik sebesar 70-80 MW. Beberapa pihak masih mempertanyakan
konsep pengembangan ini, karena kecilnya daya listrik yang dihasilkan misalnya oleh
sebuah minihidro. Namun dengan potensi yang dimiliki dengan banyaknya sumberdaya
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
46
air di kawasan KPHP Unit VII Bone Bolango, beberapa PLTMH bisa dibangun untuk
membantu menutupi defisit. Saat telah dibangun beberapa PLTMH baik skala kecil
maupun maupun skala besar di KPHP Unit VII Bone Bolango. Potensi lain yang bisa
dikembangkan adalah pengembangan hutan bioenergi pada wilayah-wilayah blok
pemberdayaan masyarakat
Agar pengembangan PLTMH dan hutan bioenergi optimal, nantinya akan
dibangun dengan sistem pengelompokan (cluster). Di mana hutan energi berbasis bio
solar, akan dibangun di wilayah selatan agar lebih dekat dengan kilang-kilang minyak
milik Pertamina yang berada di kota Gorontalo. Sementara hutan energi berbasis
biomasa akan dibangun di dekat pembangkit listrik milik PLN. Untuk pengembangan
hutan bioenergi bisa menggunakan kaliandra, nyamplung dan lamtoro sebagai bahan
baku utamanya.
(5) Penerapan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah (PPK-
BLUD) pada KPHP Unit VII Bone Bolango
Pola Pengelolaan Keuangan BLUD, yang selanjutnya disingkat PPK-BLUD
adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan
untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, sepagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan
keuangan daerah pada umumnya.
Jika melihat potensi yang dimiliki oleh KPHP unit VII Bone Bolango, maka sistem
pengelolaan keuangan di KPHP Unit VII Bone Bolango bisa mengikuti mekanisme PPK
BLUD. Dengan penerapan PPK-BLUD, diharapkan pengelola KPHP Unit VII Bone
Bolango dapat mengoptimalkan seluruh produk yang berasal dari kawasan hutan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
47
Penerapan sistem PPK-BLUD juga bisa memaksimalkan dana-dana publik untuk
kepentingan pelayanan jasa disektor kehutanan.
(6) Kemiskinan masyarakat sekitar wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango
Umumnya masyarakat disekitar kawasan hutan identik dengan kemiskinan
karena rendahnya pendapatan. Konsekuensi dari rendahnya pendapatan masyarakat
adalah sumber daya hutan cenderung semakin rusak, masyarakat semakin sulit
mengembangkan potensi diri, standar minimal kebutuhan masyarakat sulit terpenuhi,
dan pada akhirnya masyarakat kurang dapat berpartisipasi dalam program
pembangunan. Tingginya angka kemiskinan merupakan permasalahan klasik yang
marak dijumpai di negara dunia ketiga, termasuk Indonesia.
Meskipun berbagai upaya telah dan terus dilakukan dalam rangka memerangi
kemiskinan, namun kemiskinan hingga kini tetap menjadi masalah yang cukup rumit
untuk dipecahkan. Hal ini dapat memicu meningkatnya permasalahan sosial dan konflik
sosial, rendahnya posisi tawar masyarakat, masyarakat sangat tergantung pada
sumber daya hutan, semakin beratnya tekanan terhadap kelestarian hutan, dan
masyarakat semakin tidak berdaya untuk maju, sehingga dapat mengakibatkan
meningkatnya tindak kriminalitas dan tingginya ketergantungan masyarakat terhadap
bantuan pemerintah. Penting digarisbawahi bahwa himpitan kemiskinan masyarakat di
dalam dan sekitar kawasan hutan (dapat) menjadi salah satu faktor pendorong
tingginya laju pembalakan liar dan perambahan hutan. Data dari Kantor BPM
Kabupaten Bone Bolango menunjukkan terdapat 66 desa berada dalam kategori
tertinggal atau miskin dari total 152 desa. Jumlah ini tergolong tinggi dan akan menjadi
tantangan tersendiri bagi pengelola KPHP unit VII Bone Bolango. Sedangkan angka
kemiskinan di Kabupaten Bone Bolango masih tinggi yaitu sekitar 17%.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
48
(7) Lemahnya koordinasi
Kurangnya peran dan sinergitas diantara para pihak (stakeholder), baik sinergitas
antar sektor maupun antar tingkat pemerintahan mengakibatkan terjadinya tumpang
tindih dan/atau kesenjangan kegiatan sehingga tidak efektif dan efesien. Hal ini juga
berakibat pada sulitnya menciptakan komitmen bersama dalam mengembangkan
potensi sumberdaya hutan secara optimal yang bermuara pada kurang optimalnya
kegiatan pemberdayaaan masyarakat. Akhirnya, akibat dari kurangya peran dan
sinergitas diantara para pihak maka laju pemberdayaan masyarakat sektor kehutanan
menjadi lambat. Disamping itu isu kelembagaan lainnya yang masih membayangi
pengelolaan KPHP Unit VII Bone Bolango adalah, terjadinya gap antara kebijakan dan
pelaksanaan. Kesenjangan antara substansi kebijakan dan implementasi
mengakibatkan kurangnya kepercayaan masyarakat pada aparat pemerintah sehingga
program-program tidak bisa berjalan efektif. Selain itu masyarakat akan kecewa dan
apatis, yang berpotensi menimbulkan konflik sosial. Apabila gap antara kebijakan dan
pelaksanaan menganga lebar, maka jika terjadi kegagalan program maka
sesungguhnya masyarakatlah yang menjadi korban.
(8) Isu sumber daya manusia
Sampai dengan tahun 2015, PNS yang bekerja di Dinas Kehutanan
Pertambangan dan Energi berjumlah 52 orang dimana 32 orang atau 61% diantaranya
adalah sarjana. Jika melihat proporsi kawasan KPHP unit VII Bone Bolango seluas
35.588,48 ha, maka jumlah SDM yang tersedia masih jauh dari memadai. Sampai
dengan pertengahan tahun 2015 belum terdapat penambahan personil di KPHP Unit
VII Bone Bolango, sehingga praktis kepala KPH hanya bekerja secara mandiri.
Pada akhir 2015 Kepala Dinas Kehutanan Dan Pertambangan Kab. Bone
Bolango mengeluarkan Surat Keputusan Nomor : 522/DHT.3/BB/KEP/59/XI/2015
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
49
tentang penempatan personil/staf pada KPHP Unit VII Bone Bolango. Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 17. Data Personil/Staf KPHP Unit VII Bone Bolango
Kelembagaan yang Dimiliki Volume Satuan Keterangan
a. Kepala KPHP
b. Kepala Tata Usaha
c. Kepala Resort
d. Staf
1
1
4
6
Orang
Orang
Orang
Orang
SDM Pendukung
a. Tenaga Bakti Rimbawan 5 orang
Jumlah 17 Orang
Sumber : Data Personil KPHP Unit VII Bone Bolango, 2015
Meskipun memiliki tingkat pendidikan S1, namun secara skill kemampuan tenaga
teknis masih relatif rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil penilaian Pusat
Pengembangan SDM Kementerian Kehutanan yang melakukan survey tahun 2013
kepada tenaga teknis dilingkungan Dinas Kehiutanan Pertambangan dan Energi se
Provinsi Bone Bolango, maka kemampuan teknis dan pengetahuan dibidang kehutanan
pada staf Dinas Kehutanan dan Pertambangan Energi Kabupaten Bone Bolango masih
rendah
Kurangnya kemampuan (kuantitas dan kualitas) aparat pemerintah dalam
memfasilitasi proses perencanaan pembangunan kehutanan, berakibat: kegiatan
kegiatan pembangunan kurang berproses dengan baik, pencapaian tujuan dan sasaran
program kurang optimal, kegiatan usaha produktif masyarakat tidak berjalan lancar,
masyarakat tetap tidak berdaya, daya inovasi kurang, dan informasi ke masyarakat
bias. Selanjutnya, program pemberdayaan menjadi tidak terintegrasi dan berpotensi
terjadi penyimpangan yang bermuara pada rendahnya kualitas pelayanan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
50
Dukungan tenaga teknis kehutanan juga masih sangat minim, tenaga sarjana
kehutanan yang mempunyai kualifikasi teknis dibidang kehutanan di Dinas Kehutanan
Pertambangan dan Energi, total tenaga teknis kehutanan yang bergelar sarjana hanya
berjumlah 12 orang atau sekitar 23%.
(9) Pencemaran lingkungan akibat PETI
Salah satu isu pencemaran yang hangat dibicarakan di Kabupaten Bone Bolango
adalah pencemaran merkuri akibat aktivitas PETI di hulu sungai Bone yang sebagian
kawasannya berada dalam wilayah kelola KPHP unit VII Bone Bolango. Hasil penelitian
Universitas Negeri Gorontalo pada tahun 2007 menunjukkan bahwa kualitas air limbah
penambangan tradisional atau biasa disebut juga PETI penambangan emas tanpa izin)
di Kecamatan Suwawa menunjukkan konsentrasi yeng relatif tinggi dan melebihi baku
mutu pertambangan Kep Men LH N0. 202 tahun 2004. Logam berat yang perlu
mendapat perhatian adalah logam merkuri (Hg), karena Suwawa. Hal ini menunjukkan
kualitas air limbahnya telah melebihi ambang batas baku mutu yang diperbolehkan.
Atas dasar inilah maka penelitian mengenai pengaruh penambangan emas rakyat ini
perlu dilakukan, baik secara spasial maupun temporal untuk mengetahui konsentrasi
merkuri di aliran Sungai Tulabolo, karena Sungai Tulabolo memberikan tambahan debit
airnya ke Sungai Bone. Jika sungai tersebut dibiarkan tercemar maka Sungai Bone
juga akan mengalami degradasi khususnya terhadap kualitas air dan tanah. Jarak
Sungai Mohutango dan Sungai Tulabolo dari lokasi penambangan tradisional ke
muaranya adalah 6,984 km dan 10,342 km. Jarak Sungai Mohutango ke muaranya
adalah 1.568 km. Jarak antara lokasi penambangan dan PDAM Kota Gorontalo 17 km
diukur pada Peta DAS Bone. Sungai-sungai ini memberi sumbangan debit terhadap
Sungai Bone sehingga penelitian ini sangat penting dilakukan baik bagi penduduk Kota
Gorontalo maupun Kabupaten Bone Bolango. Meskipun hasil penelitian terakhir
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
51
membuktikan bahwa pencemaran merkuri ini belum memberikan dampak kepada
masyarakat hilir sesuai dengan temuan Lihawa et al (2012) namun KPHP unit VII Bone
Bolango harus mewaspadai isu strategis ini.
(10) Kerusakan sumber daya hutan
Isu penting yang berkaitan dengan sumber daya hutan adalah semakin luasnya
hutan yang rusak, besarnya tekanan terhadap sumber daya hutan dari sektor lain,
sumber daya hutan kurang memberikan manfaat sesuai dengan harapan masyarakat,
tingginya ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya hutan, kurangnya
keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan pelestarian sumber daya hutan, kurangnya
kepedulian dan kemampuan multipihak dalam pelestarian sumber daya hutan, dan
rendahnya akseptabilitas terhadap eksistensi tata ruang kawasan hutan. Besarnya
tekanan terhadap sumber daya hutan dari sektor lain mengakibatkan kawasan hutan
banyak berubah status dan fungsi, semakin tingginya deforestasi, kesulitan dalam
menerapkan program kerja, semakin sulit memenuhi kebutuhan hasil hutan. Akhirnya
muara dari besarnya tekanan terhadap sumber daya hutan adalah terganggunya
ekosistem.
2. Kendala dan Permasalahan
Seperti halnya kawasan hutan lain di Indonesia, pengelola KPHP unit VII Bone
Bolango mempunyai beberapa tantangan terkait dengan permasalahan pengelolaan.
Umumnya permasalahan tersebut adalah masalah perilaku beberapa oknum
masyarakat yang melakukan pemanfaatan hutan tanpa mengindahlan kaidah-kaidah
pengelolaan hutan lestari. Permasalahan-permasalahan tersebut pada dasarnya
merupakan dampak dari upaya pembangunan ekonomi yang belum berpihak kepada
upaya pelestarian dan pemanfaatan kawasan hutan secara bekelanjutan dan dampak
dari populasi dan semakin tingginya kebutuhan manusia akan sumber daya alam
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
52
hayati, lemahnya koordinasi di kalangan pemerintah serta masih lemahnya
kelembagaan KPHP unit VII Bone Bolango.
Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh KPHP unit VII Bone Bolango
diuraikan sebagai berikut :
1. Masih ditemukannya beberapa oknum masyarakat yang melakukan aksi
perambahan dengan tujuan menanami kawasan KPHP unit VII Bone Bolango
dengan tanaman berupa jagung yang bagi masyarakat, jagung sebagai salah
satu bahan makanan pokok. Tanaman lain yang ditemukan adalah Kemiri
(Aleurites moluccana) yang bagi masyarakat setempat merupakan komoditas
penunjang usaha ekonominya. Selain itu terdapat pula tanaman Jati (Tectona
grandis). Tanaman ini pada umumnya berada di dalam kawasan yang
sebelumnya berfungsi lindung dan produksi. Masyarakat di sekitar kawasan
mengakui tanaman kemiri dan jati tersebut sebagai milik mereka walaupun diakui
berada di dalam kawasan hutan. Karena klaim kepemilikan tersebut, kelompok-
kelompok masyarakat ini menuntut untuk dapat memanfaatkan hasilnya. Di
beberapa wilayah ditemukan juga kelompok masyarakat yang memanfaatkan
aren yang tumbuh liar di dalam kawasan hutan
2. Terkait dengan data dan informasi potensi kawasan yang masih terbatas, maka
perancangan blok pengelolaan kawasan KPHP unit VII Bone Bolango belum
sempurna. Untuk sementara waktu, pelaksanaan pengelolaan kawasan
didasarkan pada fungsi kawasan hutan sebelum penunjukan sebagai kawasan
KPHP unit VII Bone Bolango. Dengan demikian maka pelaksanaan pemanfaatan
kayu dan bukan kayu akan dilakukan pada wilayah-wilayah yang mempunyai
potensi kayu dan non kayu.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
53
3. Bentang alam kawasan KPHP unit VII Bone Bolango yang sebagian besar adalah
kawasan berbukit bukit menyebabkan sulitnya aksesibilitas ke dalam kawasan
untuk berbagai keperluan, terutama untuk identifikasi dan inventarisasi potensi
serta kondisi aktual kawasan. Penggunaan teknologi penginderaan jauh untuk
keperluan ini telah dilakukan namun belum dapat memberikan gambaran yang
detail tentang kondisi aktual kawasan. Untuk keperluan ini dibutuhkan
inventarisasi potensi yang mencakup kawasan yang luas.
4. Fenomena alam berupa daya tarik wisata sangat unik khas pulau Sulawesi atau
khas Bone Bolango belum semua dapat diekplorasi karena keterbatasan
sumberdaya.
5. Pengelolaan secara kolaboratif KPHP unit VII Bone Bolango belum sepenuhnya
berjalan dengan baik.
6. Kelembagaan KPHP unit VII Bone Bolango belum mapan. SDM yang ada masih
sangat terbatas, sarana dan prasarana pengelolaan juga demikian adanya. Selain
itu, struktur organisasi yang ada belum mampu mendukung kebutuhan
pengelolaan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
54
VISI DAN MISI PENGELOLAANHUTAN
A. Visi
Visi merupakan suatu pernyataan ringkas yang mengambarkan cita-cita
organisasi yang berisi arahan, yang jelas dan apa yang akan diperbuat di masa yang
akan datang. Untuk mewujudkannya, dibutuhkan pengembangan misi yang akan
dijalani dalam tiap aktivitas pengelolaan. Visi yang dibangun oleh KPHP Unit VII Bone
Bolango tidak terlepas dari visi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Hal ini
dilakukan agar terjadi singkronisasi program kegiatan antara KPHP Unit VII Bone
Bolango dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Adapun visi dari
KPHP Unit VII Bone Bolango adalah
TERWUJUDNYA MANAJEMEN KPHP UNIT VII BONE BOLANGO YANG
TANGGUH MELALUI PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN HUTAN
BERBASIS SOSIAL, EKONOMI DAN EKOLOGI
Visi tersebut diatas telah memenuhi kriteria sebuah visi yang baik yaitu imagible
(dapat di bayangkan), desirable (menarik), feasible (realities dan dapat dicapai),
focused (jelas), flexible (aspiratif dan responsif terhadap perubahan lingkungan),
communicable (mudah dipahami). Visi yang dibangun oleh KPHP Unit VII Bone
Bolango sebagaimana yang disampaikan sebelumnya, harus mampu mengangkat
organisasi KPH sebagai organisasi yang mandiri. Berdasarkan visi tersebut maka
terdapat 2 kata kunci dari visi tersebut. Kata kunci tersebut adalah
1. Unit manajemen yang tangguh
Unit manajemen yang tangguh adalah adalah organisasi KPHP unit VII Bone
Bolango harus mampu untuk menentukan arah pembangunan KPHP unit VII
BAB
3
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
55
Bone Bolango yang lebih baik dengan memenuhi tuntutan kebutuhan dan
kemajuan daerah sehingga tidak memiliki ketergantungan berlebihan yang dapat
berakibat pada kerawanan sosial dan ekonomi, tetapi justru memiliki daya tahan
dan daya saing yang kuat terhadap gejolak sosial dan ekonomi.
Ukurannya dapat dilihat pada kemandirian KPHP unit VII Bone Bolango untuk
menjadi sebuah organisasi yang mampu membiayai sendiri kegiatannya tanpa
bergantung kepada pihak lain sehingga lebih fokus pada pengelolaan KPH dan
pemberdayaan masyarakat. Kemandirian harus bisa ditopang oleh tenaga-tenaga
KPHP unit VII Bone Bolango yang profesional yang mempunyai skill tinggi dalam
pengelolaan dan pemanfaatan kawasan hutan
2. Pengelolaan hutan berdasarkan prinsip sosial, ekonomi dan ekologi
Prinsip bahwa pengelolaan hutan harus didasarkan pada prinsip sosial ekonomi
dan ekologi didasarkan karena hutan mempunyai fungsi produksi, sosial dan
ekonomi. Fungsi produksi dilihat dari hutan mempunyai nilai ekonomi, seperti
kayu, rotan, gaharu dan sebagainya. Fungsi ekologi karena hutan sangat penting
untuk kelangsungan mahluk hidup manusia, hewan dan tumbuhan. Fungsi
ekologi tersebut diantaranya adalah menyerap karbondioksida sekaligus
menghasilkan oksigen bagi kehidupan, sumber air, pencegah erosi dan banjir,
habitat hewan, sumber keanekaragaman hayati, dan sebagainya. Hutan juga
mempunyai fungsi sosial karena hutan memberikan manfaat bagi masyarakat
diantaranya sumber pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat sekitar hutan
dan obat-obatan, sumber mata pencaharian, penelitian, dan sebagainya.
Kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu yang dilakukan oleh KPHP unit VII Bone
Bolango akan menyebabkan dampak terhadap ketiga fungsi tersebut baik itu
dampak positif maupun dampak negatif. Dengan demikian, pengelolaan hutan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
56
Di wilayah KPHP unit VII Bone Bolango seharusnya mencakup usaha-usaha
untuk meningkatkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif dari
pengelolan hutan sehingga fungsi hutan lestari
B. Misi
Dalam langkahnya untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, diperlukan
bentuk nyata implementasinya sebagai gambaran tentang tahapan pelaksanaan.
Dengan demikian, ditetapkan misi pengelolaan KPHP unit VII Bone Bolango sebagai
berikut :
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
2. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam hutan dan ekosistemnya
berdasarkan prinsip kelestarian dan keadilan bagi seluruh pihak
3. Meningkatkan manfaat hasil hutan kayu melalui pengembangan Kelas
Perusahaan Hutan seluas 1023,87 Ha.
4. Meningkatkan manfaat hasil hutan bukan kayu melalui pengembangan Kelas
Perusahaan Hutan Alam Produksi seluas 1131,47 Ha.
5. Meningkatkan jasa lingkungan melalui pengembangan PLTMH dan
pemanfaatan air seluas 8951,96 Ha.
6. Meningkatkan kemantapan kawasan untuk upaya resolusi konflik penguasaan
lahan.
7. Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui program kemitraan dengan
kelompok Tani Hutan HTR, HKm dan HD
8. Melaksanakan bisnis berbasis kehutanan dan menerapkan PPK BLUD.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
57
C. Tujuan Pengelolaan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pengelolaan KPHP unit VII Bone
Bolango mempunyai tujuan dalam pencapaian visi dan misi tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pemantapan aspek kelembagaan ditujukan untuk mempersiapkan aparatur
pengelola dalam pelayanan publik, menyusun struktur, fungsi, wewenang, tugas
dan tanggung jawab serta tata hubungan yang efektif dan efisien dalam
optimalisasi pengelolaan KPHP unit VII Bone Bolango.
2. Pemantapan kerjasama dan kolaborasi antara KPHP unit VII Bone Bolango
dengan para pihak ditujukan untuk upaya peningkatan produktifitas sumber
daya hutan, memperbaiki kinerja, menciptakan daya saing, memperluas
jangkauan pelayanan serta meminimalisir terjadinya konflik.
3. Penataan kawasan ditujukan untuk memperoleh kepastian hukum dan
kejelasan status, menghindari sengketa yang bersumber dari tumpang tindihnya
perizinan dan areal kawasan disamping untuk menyediakan ruang bagi
masyarakat dalam melakukan berbagai kegiatan baik dalam rangka mendukung
program KPHP unit VII Bone Bolango maupun untuk mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
4. Pemantapan perlindungan dan pengamanan ditujukan untuk menjaga fungsi
perlindunganan, pelestarian dan pengawetan keanekaragaman hayati beserta
ekosistemnya.
5. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan.
Tujuan pengelolaan seperti yang disebutkan diatas belum di optimal jika KPHP
belum melihat adanya faktor internal (kekuatan, kelemahan) dan faktor eksternal
(peluang dan ancaman) dalam pengelolaan KPHP unit VII Bone Bolango. Untuk
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
58
menganalisa ini, maka penggunaan analisis SWOT dianggap paling tepat. Analisis
SWOT. Berikut disajikan hasil analisis SWOT dalam pengelolaan KPHP Unit VII Bone
Bolango :
Tabel 18. Matriks SWOT pengelolaan KPHP unit VII Bone BolangoKekuatan (Strenght)
1. Potensi luas wilayah kelola/Lahan 35.588,48 ha yang terdiri dari blok inti seluas 3.730ha, blok pemanfaatan seluas 12.194,71 ha, blok pemanfaatan HHK HA seluas 1023,87ha, Blok pemanfaatan jasling dan HHBK seluas 16369,75 ha, blok pemberdayaan seluas2246,12 ha dan blok perlindungan seluas 24,02 ha
2. Potensi hasil hutan kayu hutan alam dengan diameter 60 cm mencapai 18,32 meterkubik/ha
3. Potensi HHBK (rotan dan aren) yang dikembangkan oleh masyarakar tinggi4. Potensi JASLING berupa air baku dan air terjun untuk keperluan pembangunan PLTMH5. Komitmen pemerintah daerah dalam membangun KPH di daerah.
Kelemahan (Weaknes)
1. Belum mantapnya kawasan hutan.2. Minimnya data dan informasi potensi wilayah kelola KPHP unit VII Bone Bolango3. Belum memadainya kuantitas dan kualitas SDM untuk mencapai visi dan missi KPH.4. Terbatasnya penganggaran untuk KPH..5. Belum lengkapnya SARPRAS Pengamanan dan Perlindungan Hutan.6. Belum adanya tenaga Penyidik PPNS.7. Belum adanya tata batas blok dan petak.8. KPHP Unit VII belum menerapkan PPK BLUD.9. Belum optimalnya kelembagaan masyarakat.10. Kurangnya sinergisitas pembangunan antar stakeholder.
Peluang (Opportunity)
1. Komitmen pemerintah pusat dan daerah dalam mewujudkan pengelolaan hutan lestaridalam bentuk suporting regulasi, kebijakan pendanaan.
2. Adanya Permenhut No. P.47/Menhut–II/2013 tentang Standar Kriteria pemanfaatanWilayah Tertentu.
3. Tingginya minat investasi dalam memanfaatkan potensi kawasan hutan terutama dalammemanfaatkan jasa lingkungan air
4. Banyaknya ragam investasi Produk barang dan Jasa dari KPHP unit VII Bone Bolangoantara lain. HHK, HHBK, JASLING, Carbon trade dan lainnya.
5. Tingginya partisipasi masyarakat/potensi pemberdayaan masyarakat dalam membangunhutan dan kehutanan melalui HTR, HKm dan kemitraan.
6. Adanya Isu pemanasan Global dan GRK
Ancaman (Threats)
1. Luasnya jumlah Lahan yang harus direhabilitasi mencapai 6.501,24 ha, dengan rincian;5.018,02 ha diluar izin sedangkan didalam izin mencapai 1.483,22 ha
2. Tingginya laju degradasi dan deforestasi.3. Maraknya pembalakan dan kegiatan ilegal loging.4. Maraknya aktivitas PETI di dalam kawasan hutan.5. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang peran dan fungsi hutan untuk kehidupan.6. Masih adanya Anggapan bahwa keberadaan/operasionalisasi KPHP unit VII Bone
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
59
Bolango akan membebani APBD.
D. Pendekatan arah strategi pengelolaan KPHP Unit VII Bone Bolango
tahun 2016-2025
Berdasarkan hasil analisis seperti yang terungkap berdasarkan kenyataan yang
ada maka dalam pencapaian visi dan misi pengelolaan KPHP unit VII Bone Bolango
dibutuhkan beberapa pendekatan strategi untuk mencapai tujuan pengelolaan. Strategi-
strategi yang diterapkan merupakan kombinasi strategi dalam SWOT, adapaun
kombinasi strategi tersebut menghasilkan arah strategi pengelolaan KPHP unit VII
Bone Bolango yaitu
1. Peningkatan kualitas SDM dan sarana prasarana
Sumberdaya manusia dan sarana prasarana merupakan salah satu prasyarat
utama dalam pengembangan usaha di KPHP unit VII Bone Bolango. Penyiapan SDM
seharusnya dilakukan sejak awal. Pengembangan SDM dapat dilakukan dengan
mengirimkan beberapa tenaga pegawai KPHP unit VII Bone Bolango untuk
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, melakukan program magang pada wilayah
KPH lain yang telah maju dan mengikuti pelatihan. Pengiriman SDM seyogyanya
dilakukan berdasarkan kebutuhan KPHP unit VII Bone Bolango.
Pengembangan SDM harus dibarengi dengan peningkatan Sapras, sehingga
SDM yang telah selesai mengikuti pendidikan sudah bisa menggunakan sarana dan
prasarana tersebut untuk mempercepat proses kemandirian KPHP unit VII Bone
Bolango.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
60
Tabel 19. Kebutuhan SDM KPHP Unit VII Bone Bolango
No. Keahlian/Keterampilan Tingkat Pendidikan JumlahTahun
Perekrutan
1 GIS S1/D3 2 2016
2 Polhut S1/D3/SMA 7 2016 - 2021
3 PEHS1/D3/SMK
Kehutanan2 2016
4 Penyuluh Kehutanan S1/D3 4 2016 - 2017
Sumber : Data KPHP Unit VII Bone Bolango, 2015
2. Managemen Kolaborasi
Kerjasama pengelolaan para pihak akan mengatur dan berbagi peran dari
masing-masing pihak dalam pengelolaan bersama. Peran beberapa pihak tersebut
harus bersinergi dalam memperkuat program yang ada, mulai dari perencanaan,
implementasi, monitoring dan evaluasi dapat dilakukan bersama-sama, sehingga hasil
yang diharapkan dapat maksimal dan bermanfaat bagi pencapaian tujuan bersama.
Mengelola KPH tidak hanya dilakukan oleh unit pengelola saja, namun perlu
melibatkan berbagai pihak. Keterlibatan antar pihak dapat diwujudkan dengan
memperkuat sinergisitas program para pihak. Pemerintah daerah memiliki program-
program pembangunan di wilayah administratifnya, seharusnya bersinergi dan dapat
dikerjasamakan dengan KPHP unit VII Bone Bolango. Dalam penyusunan program
pemerintah daerah mulai dari musyawarah perencanaan pembangunan di desa sampai
pembahasan di kabupaten sudah terintegrasi dalam program yang sama dengan
program KPHP unit VII Bone Bolango. Untuk memperkuat dan sinergisitas program
dengan pihak lain seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perusahaan maupun
investor harus disesuaikan dengan rencana dan tujuan KPHP unit VII Bone Bolango,
mulai dari perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
61
3. Percepatan pengukuhan dan sosialisasi batas kawasan
Kegiatan tata batas menjadi penting untuk menjamin kepastian kawasan. Panjang
batas blok pengelolaan yang di tata batas adalah 50,71 km.
Tabel 20. Rencana Kegiatan Tata Batas dan SosialisasiNo Jenis Kegiatan Volume Tahun Pelaksanaan
1 Tata batas blok 50,71 Km 2016-2021
2 Tata batas luar Sdh penetapan
3 Tata batas fungsi Sdh Penetapan
4 sosialisasi 4 lokasi/thn 2016-2019
4. Perlindungan dan Pengamanan Kawasan Bersama
Perlindungan dan pengamanan ditujukan untuk menjaga keutuhan fungsi
kawasan, keragaman hayati beserta ekosistemnya, menjaga agar kawasan terbebas
dari perambahan, perusakan dan gangguan baik langsung maupun tidak langsung.
Dalam memperkuat perlindungan dan pengamanan kawasan diperlukan strategi-
strategi yang melibatkan peran serta semua pihak berdasarkan kewenangan yang
dimiliki masing-masing pihak, baik di internal KPHP unit VII Bone Bolango maupun
pihak-pihak eksternal seperti Kepolisian, pihak swasta yang bekerja di sekitar KPHP
unit VII Bone Bolango dan masyarakat. Selain memperkuat pengamanan bersama,
diperlukan juga partisipasi masyarakat yang berada di sekitar kawasan, partisipasi ini
dapat diperkuat dengan membangun pengamanan swakarsa masyarakat yang berada
di sekitar kawasan.
5. Pengembangan blok pemberdayaan masyarakat
Pengembangan blok pemberdayaan masyarakat merupakan bentuk pemberian
akses kepada masyarakat. Blok pemberdayaan masyarakat haruslah didukung oleh
sistem pengelolaan yang didasarkan kebutuhan dan permasalahan yang ada di
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
62
masyarakat. Blok pemberdayaan dibangun untuk mengurangi tekanan dan interkasi
yang besar terhadap kawasan. Pemberdayaan ini dapat berupa pengembangan
ekonomi, budaya, wisata, kesadartahuan mengenai lingkungan dan lain-lain, yang
diadopsi dan diadaptasi dari potensi dan kekuatan yang ada di masyarakat.
Tabel 21. Rencana Pengembangan Blok PemberdayaanNo Jenis Pemberdayaan Luas Jumlah Kelompok Tahun Pelalaksanaan
1 HTR 400 ha 4 kelompok 2016-2026
2 HKM 500 ha 2 kelompok 2016-2021
3 HD 160 ha 2 kelompok 2016-2021
6. Pengembangan Wilayah tertentu
Wilayah pengembangan tertentu adalah wilayah yang dimanfaatkan oleh KPHP
unit VII Bone Bolango sebagai wilayah “bisnis KPH”. Wilayah ini akan diusahakan oleh
pengelola KPHP unit VII Bone Bolango sebagai sumber penghasilan KPH. Pengelola
KPHP unit VII Kabupaten Bone Bolango harus benar-benar fokus dalam
mengembangkan usaha di wilayah tertentu. Salah satu yang paling awal dilakukan
adalah melaksanakan inventarisasi secara menyeluruh tentang potensi yang ada,
sehingga pihak pengelola KPHP unit VII Kabupaten Bone Bolango dapat menentukan
langkah-langkah strategis dalam mengembangkan usaha termasuk dalam menentukan
skala prioritas usaha.
E. Kebijakan Pengembangan KPHP unit VII Bone Bolango tahun 2016-2025
Keberhasilan pembangunan KPHP unit VII Bone Bolango selama 10 tahun yang
akan datang (2016-2025) akan sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah daerah
dan dukungan pemerintah pusat. Berlakunya UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah sangat memungkinkan KPHP unit VII Bone Bolango bermetamorfosis menjadi
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
63
sebuah institusi pengelola hutan yang kuat dan mandiri. Untuk mewujudkan keinginan
tersebut maka beberapa kebijakan yang bisa diambil adalah sebagai berikut:
1. Mempercepat model pengelolaan KPHP unit VII Bone Bolango menjadi model
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
2. Memperluas kewenangan kepala KPHP unit VII Bone Bolango dengan cara
meningkatkan status organisasi dari eselon IV menjadi eselon III dan atau eselon
II dan berada di bawah kendali langsung Bupati dan atau Gubernur
3. Memperkuat basis data seluruh potensi sumberdaya hutan dan mempertegas
seluruh batas-batas blok untuk menghindari konflik kepentingan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
64
ANALISIS DAN PROYEKSIA. Analisis
Analisa merupakan serangkaian kegiatan menguraikan beberapa permasalahan
isu-isu strategis dan data-data yang dikumpulkan dari lapangan baik yang bersifat
primer maupun sekunder. Analisa ini diharapkan dapat membantu KPHP unit VII Bone
Bolango dalam menentukan kebijakan yang akan diambil sehingga seluruh program
dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama kurun waktu 10 tahun dapat
diimplementasikan. Adapun fokus analisa yang diprediksi dapat mempengaruhi kinerja
pengelolaan disajikan hasil analisis SWOT dalam pengelolaan KPHP unit VII Bone
Bolango.
Tabel 22. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
Faktor Internal Faktor EksternalStrength
(Kekuatan)Weaknes
(Kelemahan)Opportunity(Peluang)
Threats(Ancaman)
1. Potensi LuasWilayahKelola/Lahan ±35.588,48 Ha
2. Potensi HHK-HADiameter 60 Cmmencapai 18,32m³/Ha
3. Potensi HHBK(Rotan danAren) yangdikembnagkanoleh masyarakatsangat tinggi
4. Potensi Jaslingberupa air bakudan air terjununtuk keperluan
1. Belummantapnyakawasan hutan
2. Minimnya datapotensi wilayahKelola KPHPUnit VII BoneBolango
3. Belummemadaikualitas dankuantitas SDMuntuk mencapaiVisi Misi KPH
4. TerbatasnyaPenganggaranuntuk KPH
1. Komitmen Pemerintahpusat dan Daerahdalam mewujudkanhutan lestari dalambentuksuporting,regulasi,kebijakan pendanaan
2. PermenhutNo.P.47/Menhut-II/2013 tentang standartkriteria WT
3. Tingginya minatinvestor, dan lembagalainnya untukmemanfaatkan jasalingkungan
4. Banyaknya ragaminvestasi produkbarang dan jasa dariKPHP Unit VII Bone
1. Luas lahan yangharusdirehabilitasimencapai±6.501,24 ha
2. Tingginya lajudegradasi dandeforestrasi
3. Maraknyapembakalandan ilegal loging
4. Maraknyaaktifitas PETIdalam kawasanhutan
BAB
4
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
65
pembangunanPLTMH
5. KomitmenPemerintahdalammembangunKPH di daerah
5. BelumlengkapnyaSarprasPengamanandanpelindunganhutan
6. Belum adanyatata batas blokdan petak
7. BelumterbentunyaPPK BLUD dantdk optimalnyakelembagaanmasyarakat
8. Kurangnyasinergitaspembangunanantarstakeholder
Bolango antara lainHHK-HA,HHBK,Jaslingdll
5. Tingginya partisipasimasyarakat/potensipemberdayaanmasyarakat melaluiHTR,HKM,HD dankemitraan
6. Isu pemanasan Globaldan GRK
5. Kurangnyapengetahuanmasyarakattentang fungsihutan untukkehidupan
6. Masih adanyaanggapanoperasionalisasiKPH akanmembebaniAPBDKabupaten
1. Faktor Internala. Kekuatan (Strength)
1. Potensi luas wilayah kelola/lahan ± 35.588,48 Ha
Potensi luas wilayah kelola/Lahan 35.588,48 ha yang terdiri dari blok inti seluas
3.730 ha, blok pemanfaatan seluas 12.194,71 ha, blok pemanfaatan HHK HA
seluas 1023,87 ha, Blok pemanfaatan jasling dan HHBK seluas 16369,75 ha, blok
pemberdayaan seluas 2246,12 ha dan blok perlindungan seluas 24,02 ha.
2. Potensi HHK-HA
Indikasikan awal ini menginformasikan bahwa KPHP unit VII Bone Bolango
mempunyai potensi kayu yang cukup besar. Potensi kayu terbesar adalah jenis
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
66
rimba campuran yang berada pada tutupan hutan sekunder di hutan produksi
terbatas, dimana potensinya mencapai 72.34 m3/ha untuk diameter diatas 60 cm,
sedangkan untuk kayu komersial satu mencapai 18.32 m3/ha.
3. Potensi HHBK
Potensi HHBK diwilayah kelola KPHP Unit VII Bone Bolango Adalah rotan,aren
dan getah pinus.
4. Potrnsi Jasling
Kawasan HP, HPT, dan HL di Bone Bolango disamping sebagai daerah
tangkapan dan resapan air juga memiliki kemampuan yang cukup besar sebagai
tempat penyimpanan dan pengaturan tata air, dimana aliran airnya dialirkan
melalui beberapa sungai utama di wilayah DAS Bulango, DAS Bone, dan Bone
Pantai. Adapun pemenfaatan air tersebut bagi kepentingan masyarakat di
antaranya adalah sebagai pemenuhan kebutuhan air bersih dan air minum,
pengairan irigasi, maupun untuk kebutuhan energi listrik, maupun wisata, oleh
karena itu sangat penting posisinya dalam wilayah kelola tata air dan lingkungan.
5. Komitmen Pemerintah Daerah dalam membangun KPH di daerah
Terbitnya Peraturan Bupati Bone Bolango Nomor 9 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan
Unit VII Bone Bolango.
b. Kelemahan (Weaknes)
1. Belum mantapnya kawasan hutan
Berdasarkan RTRWK Bone Bolango dan dengan terbitnya Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor: SK.325/Menhut-II/2010 Tentang penunjukan Kawasan hutan
di Provinsi Gorontalo, maka terjadi perubahan sebahagian fungsi dan luasan
hutan dan areal penggunaan lainnya pada wilayah tertentu. Sehubungan dengan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
67
perubahan tersebut, maka dilakukanlah kegiatan tata batas kawasan hutan,
dimana perkembangan kegiatan saat ini masih dalam proses pelaksanaan atau
pembuatan tata batas sementara untuk batas luar sedangkan kegiatan batas
fungsi telah selesai dilaksanakan.
2. Minimnya Data Potensi wilayah kelola KPHP Unit VII Bone Bolango
Data dan informasi tumbuhan dan satwa liar sebagai jenis unggulan, species
kunci, species baru masih sangat minim. Kegiatan inventarisasi keragaman hayati
pada umumnya belum dapat dilakukan sebagaimana harusnya, hal ini
disebabkan eksistensi maupun pembangunan sarana gedung KPHP Unit VII
Bone Bolango belum ada.
3. Belum memadai kualitas dan kuantitas SDM
Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit VII Bone Bolango
dengan luas kawasan 35.588,48 ha, idealnya memiliki jumlah tenaga fungsional
Polhut sejumlah 35 orang dengan asumsi 1 orang : 1000 Ha. Kondisi saat ini
jumlah personil Polhut di Dinas Kehutanan dan Pertambangan Kabupaten Bone
Bolango adalah 1 orang, sedangkan tenaga teknis non polhut berjumlah 5 orang.
Berdasarkan jumlah personil, kebutuhan tenaga pengelola KPHP Unit VII Bone
Bolango masih sangat kurang /belum memadai sesuai kebutuhan.
4. Terbatasnya penganggaran untuk KPH
Sampai dengan saat ini belum ada suport anggaran dari pemerintah pusat
maupun daerah untuk menunjang kegiatan awal di KPH.
5. Belum memiliki sarana dan pra sarana
Dalam mendukung pengelolaan KPHP Unit VII Bone Bolango sangat dibutuhkan
sarana dan prasarana yang dapat menunjang pelaksanaan kegiatan terutama
sarana berupa kantor KPH dan sarana/ penunjang kegiatan lainnya.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
68
2. Faktor Eksternala. Peluang (Opportunity)
1. Membangun Partisipasi Masyarakat
Hal penting dalam menumbuh kembangkan partisipasi masyarakat adalah
dengan membuka akses dalam pengelolaan hutan kepada masyarakat meliputi :
perencanaan, pengelolaan, pemeliharaan, dan pengawasan. Dengan demikian
tumbuh kesadaran bersama bahwa hutan memiliki nilai manfaat yang besar
dalam menunjang kehidupan dan kesejahteraannya, sehingga kelestarian hutan
merupakan bagian dari kebutuhan yang tak terpisahkan dalam kehidupan
masyarakat.
2. Pengembangan jasa lingkungan (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS,
air bersih).
Perdagangan carbon (carbon trade) terkait dengan REDD (Reducing Emissions
from Deforestation and Degradation in developing countries) yaitu sebuah
mekanisme internasional yang dimaksudkan untuk memberikan insentif yang
bersifat positif bagi negara berkembang yang berhasil mengurangi emisi dari
deforestasi dan degradasi hutan. REDD hanya salah satu skema untuk memberi
insentif terhadap upaya perlindungan atau pelestarian hutan. Pemberian
kompensasi ini terkait dengan pengurangan pelepasan karbon (carbon release
reduction), penyimpanan karbon (carbon storage) dan penyerapan karbon
(carbon sequestration). Carbon trade ini merupakan salah satu potensi jasa
lingkungan yang dapat dimanfaatkan.
3. Peluang lainnya adalah pengembangan Ekowisata di beberapa titik terutama
pada kawasan HL, potensi ini penting untuk dieksplor setelah KPHP Unit VII Bone
Bolango benar- benar eksis.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
69
Pengelolaan kawasan bisa dilakukan bersama dengan melibatkan pihak luar.
Oleh karena itu terdapat beberapa hal yang sangat dimungkinkan untuk dibangun
kolaborasi kerja sama, salah satunya sebagai obyek penelitian.
Wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango memiliki potensi keragaman hayati yang
sangat besar dan telah banyak dikenal pada lingkungan akademisi khususnya di
Provinsi Gorontalo. Kondisi ini akan sangat dimungkinkan akan menjadi incaran
para peneliti untuk menjadikan kawasan hutan di Bone Bolango sebagai objek
penelitian dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, terlebih lagi perluasan
kampus UNG dialokasikan di Bone Bolango.
b. Ancaman (Threat)
1. Aktifitasillegal logging
Dampak dari aktivitas illegal logging ini samping telah menimbulkan degradasi
hutan dan kerusakan lingkungan ,juga dapat memperburuk kondisi beberapa
tempat yang tergolong rawan terhadap banjir dan tanah longsor.
2. Penyerobotan lahan untuk kegiatan perladangan
Penyerobotan lahan untuk ladang disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah
penduduk dan lahan kritis, yang berakibat pada peningkatan kebutuhan terhadap
lahan yang baru dan masih subur. Rendahnya pendidikan dan taraf hidup
masyarakat sekitar kawasan.
Disamping penyebab tersebut diatas, tingkat kesejahteraan masayarakat sekitar
hutan yang relative masih rendah kondisi masyarakat seperti ini tingkat
ketergantungan dan desakan terhadap hutan menjadi tinggi.
3. Kondisi wilayah KPH
Di wilayah KPHP Unit VII Bone Bolango terdapat beberapa wilayah hutan yang
berbatasan langsung dengan kebun/ladang milik masyarakat.Kondisi seperti ini
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
70
tentunya dapat berpotensi konflik dengan masyarakat keberadaan KPH bertujuan
untuk membuka akses terhadap masyarakat, namun sering menjadi pintu masuk
untuk illegal logging, perburuan liar dan aktivitas ilegal lainnya.
4. Pembakaran lahan
Kebiasaan bagi masyarakat lokal yang hidup di sekitar kawasan dalam membuka
lahan untuk berladang adalah dengan cara membakar lahannya yang
sebelumnya telah ditebas dan dibiarkan beberapa waktu sampai tebasan itu
kering oleh sinar matahari sehingga mudah termakan api. Potensi kebakaran
hutan yang timbul dari kegiatan ini adalah sangat besar, karena api dapat pula
menjalar sampai ke dalam kawasan.
Untuk menyusun perencanaan strategis masa depan, dilakukan kombinasi diantara
dua faktor sehingga menghasilkan empat macam strategi sebagai berikut:
1. Strategi Strength Opportunity (SO) yaitu strategi dengan memanfaatkan seluruh
kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
2. Strategi Strength Threat (ST) adalah strategi dengan menggunakan kekuatan
yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi Weakness Opportunity (WO) adalah meminimalkan kelemahan untuk
meraih peluang atau strategi yang memanfaatkan peluang yang ada dengan
meminimalkan kelemahan yang dimiliki.
4. Strategi Weakness Threat (WT) adalah strategi yang bersifat defensif dan
berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Kombinasi dari faktor-faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal dalam
analisis SWOT akan menghasilkan penggabungan strategi sebagai berikut :
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
71
Tabel 23. Matriks Strategi SO untuk pengelolaan KPHP Unit VII Bone BolangoOpportunity(Peluang)
Kekuatan(Strength)
1) Komitmenpemerintahpusat dandaerah dalammewujudkanpengelolaanhutan lestaridalam bentuksuportingregulasi,kebijakanpendanaan.
2) AdanyaPermenhutNo.P.47/Menhut–II/2013tentangStandarKriteriapemanfaatanWilayahTertentu.
3) Tingginya minatinvestasi dalammemanfaatkanpotensi kawasanhutan terutamadalammemanfaatkanjasa lingkungan air
4) Banyaknya ragaminvestasi Produkbarang dan Jasadari KPHP unit VIIBone Bolangoantara lain. HHK,HHBK, JASLING,Carbon trade danlainnya.
5) Tingginyapartisipasimasyarakat/potensipemberdayaanmasyarakat dalammembangun hutandan kehutananmelalui HTR, HKmdan kemitraan.
6) Adanya Isupemanasan Globaldan GRK
1 3 4 5 6 7 81) Potensi luas
wilayahkelola/Lahan35.588,48ha yangterdiri dariblok intiseluas 3.730ha, blokpemanfaatan seluas12.194,71ha, blokpemanfaatan HHK HAseluas1023,87 ha,Blokpemanfaatan jasling danHHBKseluas16369,75ha, blokpemberdayaan seluas
Komitmenpemerintah dapatmendorongpemanfaatanhutan secaralestari
Potensi SDHdalam wilayahtertentu KPHdapatmempercepatterwujudnyapelaksanaanBLUD KPH
Potensi wilayah luasdan SDH yang tinggidapat Membukapeluang kerjasamakolaborasipemanfaatan hutan
Potensi wilayah luasdan SDH yang tinggidapat Membukapeluang kerjasamakolaborasipemanfaatan hutan
Potensi wilayah luasdan SDH yang tinggidapat Membukapeluang kerjasamakolaborasipemanfaatan hutan
Isu gas rumah kacadapat menjadi batuloncatan dalamMembuka peluangkerjasama kolaborasiterutama dalamskema perdagangankarbon
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
72
2246,12 hadan blokperlindungan seluas24,02 ha
2) Potensi hasilhutan kayuhutan alamdengandiameter 60cmmencapai18,32 meterkubik/ha
Pemerintah dapatmengeluarkanregulasi modelpemanfaatankayu
MempercepatkemandirianKPH dalammemanfaatkanhutan
Potensi wilayah luasdan Sumberdayakayu yang tinggidapat Membukapeluang kerjasamakolaborasipemanfaatan kayu
Potensi wilayah luasdan Sumberdayakayu yang tinggidapat Membukapeluang kerjasama
Partisipasimasyarakat dapatdijadika modal dalampengelolaanpemanfaatan HHK
3) PotensiHHBK (rotandan aren)yangdikembangkan olehmasyarakartinggi
Pemerintah dapatmengeluarkanregulasi modelpemanfaatanHHBK
MempercepatkemandirianKPH dalammemanfaatkanhutan
Potensi HHBK yangtinggi dapatMembuka peluangkerjasamakolaborasipemanfaatan hutan
Potensi wilayah luasdan Sumberdayakayu yang tinggidapat Membukapeluang kerjasama
Partisipasimasyarakat dapatdijadika modal dalampengelolaanpemanfaatan HHBK
4) PotensiJASLINGberupa airbaku dan airterjun untukkeperluanpembangunan PLTMH
Pemerintah dapatmengeluarkanregulasi modelpemanfaatanjasling
MempercepatkemandirianKPH dalammemanfaatkanhutan
Potensi wilayah luasdan jasling yangtinggi dapatMembuka peluangkerjasamakolaborasipemanfaatan hutan
Potensi wilayah luasdan Sumberdayakayu yang tinggidapat Membukapeluang kerjasama
Partisipasimasyarakat dapatdijadika modal dalampengelolaanpemanfaatan HHK
5) KomitmenpemerintahdaerahdalammembangunKPH didaerah
MempercepatkemandirianKPH dalammemanfaatkanhutan
Komitmenpemerintah daerahdapat membantumempercepatpelaksanaanpemanfaatan hutan
Komitmenpemerintah daerahdapat membantumempercepatpelaksanaanpemanfaatan hutan
Komitmenpemerintah daerahdapat membantumempercepatpelaksanaanpemanfaatan hutan
Pemerintah daerahdapat menyiapkanserangkaian aturandalam mekanismeperdaganagn karbin
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
73
Tabel 24. Matriks Strategi ST untuk pengelolaan KPHP Unit VII Bone BolangoAncaman(Threat)
Kekuatan(Strength)
1) Luasnya jumlahLahan yangharusdirehabilitasimencapai6.501,24 ha,dengan rincian;5.018,02 hadiluar izinsedangkandidalam izinmencapai1.483,22 ha.
2) Tingginya lajudegradasi dandeforestasi.
3) Maraknyapembalakan dankegiatan ilegalloging
4) Maraknya aktivitasPETI di dalamkawasan hutan.
5) Kurangnyapengetahuanmasyarakat tentangperan dan fungsihutan untukkehidupan.
6) Masih adanyaAnggapan bahwakeberadaan/operasionalisasi KPHPunit VII BoneBolango akanmembebani APBD
1 3 4 5 6 7 81) Potensi luas
wilayahkelola/Lahan35.588,48ha yangterdiri dariblok intiseluas 3.730ha, blokpemanfaatan seluas12.194,71ha, blokpemanfaatan HHK HAseluas1023,87 ha,Blokpemanfaatan jasling danHHBKseluas16369,75ha, blokpemberdaya
Melakukan RHLberbasispengelolaan blokpemanfaatan
Melakukanaktivitaspengamanankawasan hutan
Melakukan aktivitaspengamanankawasan hutan
Melakukan aktivitaspengamanankawasan hutan
Melakukanpendampingan danpenyuluhan petanidan peningkatankapasitas personilKPH
Mempercepat proseskemandirian KPHdengan mengelolaseluruh potensi yangada
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
74
an seluas2246,12 hadan blokperlindungan seluas24,02 ha
2) Potensi hasilhutan kayuhutan alamdengandiameter 60cmmencapai18,32 meterkubik/ha
Melaksanakanrehabilitasidengan modelsistem silvikulturhutan alam
Melaksanakanrehabilitasidengan modelsistem silvikulturhutan alam
Memantaupelaksanaanpemanfaatan kayu diblok HHK
Melakukan pelatihanpemanfaatan HHKsecara lestari kepadamasyarakat
Potensi kayu didalam KPH dijadikanmodal menujukemandirian KPH
3) PotensiHHBK (rotandan aren)yangdikembangkan olehmasyarakartinggi
Rehabilitasi padablok pemanfaatanHHBK dan jaslingmengikuti polapengelolaan blokHHBK dan jasling
Rehabilitasipada blokpemanfaatanHHBK danjasling mengikutipolapengelolaanblok HHBK danjasling
Memantaupelaksanaanpemanfaatan kayu diblok HHK
Melakukan patrolidan penegakanhukum bagi PETI diwilayah HHBK
Melakukan pelatihanpemanfaatan HHBKsecara lestari kepadamasyarakat
Potensi HHBK didalam KPH dijadikanmodal menujukemandirian KPH
4) PotensiJASLINGberupa airbaku dan airterjun untukkeperluanpembangunan PLTMH
Rehabilitasi padablok pemanfaatanjasling mengikutipola pengelolaanblok jasling
Rehabilitasipada blokpemanfaatanjasling mengikutipolapengelolaanblok jasling
Memantaupelaksanaanpemanfaatan kayu diblok jasling
Melakukan patrolidan penegakanhukum bagi PETI diwilayah pemanfaatanjasling
Melakukanpenyuluhan kepadamasyarakat dalamrangka pemanfaatanjasling
Potensi jasling didalam KPH dijadikanmodal menujukemandirian KPH
5) KomitmenpemerintahdaerahdalammembangunKPH didaerah
PemerintahmenyiapkanNSPK
PemerintahmenyiapkanNSPK
Menindak tegaspelaku illegal logging
Menindak tegaspelaku PETI
Menyiapkananggaran untukpenyuluhan,pelatihan danpendampingan
Mempersiapkanproses BLU KPH
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
75
Tabel 25. Matriks Strategi W-O dalam pengelolaan KPHP Unit VII Bone BolangoOpportunity
(Peluang)
Kelemahan(Weakness)
1) Komitmenpemerintahpusat dandaerah dalammewujudkanpengelolaanhutan lestaridalam bentuksuportingregulasi,kebijakanpendanaan.
2) AdanyaPermenhutNo.P.47/Menhut–II/2013tentangStandarKriteriapemanfaatanWilayahTertentu.
3) Tingginya minatinvestasi dalammemanfaatkanpotensi kawasanhutan terutamadalammemanfaatkanjasa lingkungan air
4) Banyaknya ragaminvestasi Produkbarang dan Jasadari KPHP unit VIIBone Bolangoantara lain. HHK,HHBK, JASLING,Carbon trade danlainnya.
5) Tingginya partisipasimasyarakat/potensipemberdayaanmasyarakat dalammembangun hutandan kehutananmelalui HTR, HKmdan kemitraan.
6) Adanya IsupemanasanGlobal dan GRK
1 3 4 5 6 7 81) Belum
mantapnyakawasanhutan
Melaksanakanpatroli secarareguler,penegakanhukum danpenataan blok
Mempermudahkebijakan KPHsebagai operatorwilayah tertentu
Membuka peluangkerjasamakolaborasipemanfaatan hutanuntuk menjaminkepastian usaha
Membuka peluangkerjasama kolaborasipemanfaatan hutanuntuk menjaminkepastian usaha
Membuka peluangkerjasama kolaborasipemanfaatan hutanuntuk menjaminkepastian usaha
2) Minimnyadata daninformasipotensiwilayah
KPH harusmelakukaninventarisasisecara berkala
KPH harusmelakukaninventarisasisecara berkala
KPH harusmelakukaninventarisasi secaraberkala
KPH harusmelakukaninventarisasi secaraberkala
KPH harus melakukaninventarisasi secaraberkala dan memantaukeberadaanmasyarakat
KPH harusmelakukaninventarisasi secaraberkala
3) Belummemadainya kuantitasdan kualitasSDM
Peningkatankualitas SDM dansapras KPH
Peningkatankualitas SDMdan sapras KPH
Peningkatan kualitasSDM dan saprasKPH
Peningkatan kualitasSDM dan saprasKPH
Peningkatan kualitasSDM dan sapras KPH
Peningkatankualitas SDM dansapras KPH
4) Terbatasnyapenganggaran untukKPH
Membukapeluangkerjasama danatau kolaborasidengan pihak lain
MempercepatkemandirianKPH dalammemanfaatkanhutan
Potensi wilayah luasdan jasling yangtinggi dapatMembuka peluangkerjasamakolaborasipemanfaatan hutan
Potensi wilayah luasdan Sumberdayakayu yang tinggidapat Membukapeluang kerjasama
Partisipasi masyarakatdapat dijadika modaldalam pengelolaanpemanfaatan HHK
5) Belum Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan anggaran Peningkatan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
76
lengkapnyaSARPRASPengamanan danPerlindungan Hutan
anggaran untuksapras,perlindaungandan pengamananhutan
anggaran untuksapras,perlindaungandanpengamananhutan
anggaran untuksapras pemanfaatankawasan hutan
anggaran untuksapras pemanfaatankawasan hutan
untuk sapraspemanfaatan kawasanhutan
anggaran untuksapraspemanfaatankawasan hutan
6) BelumadanyatenagaPenyidikPPNS
Peningkatankualitas SDMterutama penyidikdan sapras KPHterkait denganPPNS
Peningkatankualitas SDMterutamapenyidik dansapras KPHterkait denganPPNS
Peningkatan kualitasSDM terutamapenyidik dan saprasKPH terkait denganPPNS
Peningkatan kualitasSDM terutamapenyidik dan saprasKPH terkait denganPPNS
Peningkatan kualitasSDM terutamapenyidik dan saprasKPH terkait denganPPNS
Peningkatankualitas SDMterutama penyidikdan sapras KPHterkait denganPPNS
7) Belumadanya tatabatas blokdan petak
KPH segeramelakukanpenataan blok
KPH segeramelakukanpenataan blokwilayah tertentu
KPH segeramelakukan penataanblok HHBK danjasling
KPH segeramelakukan penataanblok HHBK danjasling
KPH segeramelakukan penataanblok pemberdayaanmasyarakat
8) KPHP unitVII belummenerapkanPPK BLUD
Mempercepatprosespengalihanpengelolaankeuangan menujuPPK BLUD
9) Belumoptimalnyakelembagaanmasyarakat
MemperkuatkelembagaanKPH danmasyarakat padablokpemberdayaan
Memperkuatkelembagaan KPHdan masyarakat padablok pemberdayaan
10) Kurangnyasinergisitaspembangunan antarstakeholder
Meningkatkansinergitaspembangunanantar stakeholder
Meningkatkansinergitaspembangunan antarapemerintah, pelakuusaha dan masyarakat
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
77
Tabel 26. Matriks Strategi W-T dalam pengelolaan KPHP Unit VII Bone BolangoThreat
(Ancaman)
Kelemahan(Weakness)
1) Luasnya jumlahLahan yang harusdirehabilitasimencapai6.501,24 ha,dengan rincian;5.018,02 ha diluarizin sedangkandidalam izinmencapai1.483,22 ha.
2) Tingginyalajudegradasidandeforestasi.
3) Maraknyapembalakan dankegiatan ilegalloging
4) Maraknya aktivitasPETI di dalamkawasan hutan.
5) Kurangnyapengetahuanmasyarakat tentangperan dan fungsihutan untukkehidupan.
6) Masih adanyaAnggapan bahwakeberadaan/operasionalisasiKPHP unit VIIBone Bolangoakan membebaniAPBD
1 3 4 5 6 7 81) Belum
mantapnyakawasanhutan
Melaksanakanpenataan batasdan RHL secaraparalel
Memperkuatkelembagaanpengelolaankawasan KPH
Memperkuatkelembagaanpengelolaankawasan KPH
Memperkuatkelembagaanpengelolaankawasan KPH
Memperkuatkelembagaanpengelolaan kawasanKPH
Memantapkankawasan KPHmenujukemandirian KPH
2) Minimnyadata daninformasipotensiwilayah
KPH harusmelakukaninventarisasi secaraberkala
KPH harusmelakukaninventarisasisecara berkala
KPH harusmelakukaninventarisasi secaraberkala
KPH harusmelakukaninventarisasi secaraberkala
KPH harus melakukaninventarisasi secaraberkala dan memantaukeberadaanmasyarakat
KPH harusmelakukaninventarisasi secaraberkala
3) Belummemadainya kuantitasdan kualitasSDM
Peningkatankualitas SDM dansapras KPH dalamrangka RHL
Peningkatankualitas SDMdan saprasKPH
Peningkatan kualitasSDM Polhut, PPNSdan sapraspenunjangnya
Peningkatan kualitasSDM Polhut, PPNSdan sapraspenunjangnya
Peningkatan kualitasSDM dan sapras KPH
Peningkatankualitas SDM dansapras KPHmenujukemandirian KPH
4) Terbatasnyapenganggaran untukKPH
Membuka peluangkerjasama dan ataukolaborasi denganpihak lain dalamrangka RHL
Membukapeluangkerjasama danatau kolaborasidengan pihaklain dalamrangka RHL
Memperkuatprogram MMP(masyarakat mitrapolhut)
Memperkuatprogram MMP(masyarakat mitrapolhut)
Memperkuat programMMP (masyarakatmitra polhut)
5) BelumlengkapnyaSARPRASPengamana
Peningkatananggaran untuksapras RHL
Peningkatananggaranuntuk sapras,
Peningkatananggaran untuksapras pengamanan
Peningkatananggaran untuksapras pengamanan
Peningkatan anggaranuntuk sapraspengamanan kawasan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
78
n danPerlindungan Hutan
perlindaungandanpengamananhutan
kawasan hutan kawasan hutan hutan
6) BelumadanyatenagaPenyidikPPNS
Peningkatan kualitasSDM terutamaPolhut, penyidik dansapras KPH terkaitdenganpengamanan hutan
Peningkatan kualitasSDM terutamaPolhut, penyidik dansapras KPH terkaitdengan pengamananhutan
7) Belumadanya tatabatas blokdan petak
KPH segeramelakukanpenataan blokuntukmencegahdeforestasi
KPH segeramelakukan penataanblok untukmencegahpembalakan liar
KPH segeramelakukan penataanblok untuk mencegahPETI
KPH segeramelakukan penataanblok dan sosialisasinyakepada masyarakat
8) KPHP unitVII belummenerapkanPPK BLUD
Mempercepatproses pengalihanpengelolaankeuangan menujuPPK BLUD agarKPH dapatmelaksanakan RHLsecara mandiri
Mempercepatprosespengalihanpengelolaankeuanganmenuju PPKBLUD agarKPH dapatmelaksanakanRHL secaramandiri
Mempercepat prosespengalihanpengelolaankeuangan menujuPPK BLUD agarKPH dapatmelaksanakanpengamanan secaramandiri
Mempercepat prosespengalihanpengelolaankeuangan menujuPPK BLUD agarKPH dapatmelaksanakanpengamanan secaramandiri
9) Belumoptimalnyakelembagaanmasyarakat
Memperkuatkelembagaan RHL
Memperkuatkelembagaan KPHdan masyarakat padablok pemberdayaan
10) Kurangnyasinergisitaspembangunan antarstakeholder
Meningkatkansinergitas antarSKPD dan UPTdalam rangka RHL
Meningkatkansinergitas untukmeningkatkankapasitas masyarakat
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
79
1. Pertumbuhan penduduk
Data pertumbuhan penduduk akan sangat penting karena terkait dengan
kebutuhan lahan dan sumberdaya hutan kayu dan non kayu. Semakin tinggi
pertumbuhan penduduk maka semakin besar kebutuhan lahan dan kebutuhan kayu
dimasa yang akan datang. Sampai dengan tahun 2013 total penduduk Kabupaten Bone
Bolango berjumlah 166.235 dengan tingkat kepadatan rata-rata mencapai 84
orang/km2, dengan pertumbuhan penduduk rata-rata 2,14%/tahun maka diproyeksikan
jumlah penduduk di Kabupaten Bone Bolango mencapai 197.021 jiwa pada tahun
2031, dengan asumsi bahwa setiap individu membutuhkan lahan seluas 0,25 ha, maka
kebutuhan lahan di masa yang akan datang akan mencapai 49255,25 ha. Kondisi ini
merupakan sebuah tantangan mengingat lebih dari 70% wilayah administrasi di
Kabupaten Bone Bolango merupakan kawasan hutan, artinya pertambahan penduduk
di Kabupaten Bone Bolango akan mempengaruhi ketersediaan lahan hutan.
Penduduk sebenarnya merupakan potensi ekonomi yang besar, karena dengan
adanya penduduk maka pasar tenaga kerja tersedia. Hanya saja yang menjadi
persoalan adalah jika penduduk yang tinggal disuatu wilayah mempunyai kapasitas dan
kemampuan yang rendah. Rendahnya kapasitas maka akan menyebabkan
kemampuan terhadap adaptasi teknologi melalui serangkaian kegiatan penyuluhan
menjadi sia-sia. Implikasinya adalah penduduk tidak mampu keluar dari kemiskinan.
2. Berkurangnya tutupan hutan
Luas tutupan hutan di kawasan KPHP Unit VII Bone Bolango masih relatif lebih
baik, dari total luas kawasan hutan sebesar 35.588,48 ha maka wilayah yang masih
berhutan masih sekitar 28.374,68 ha (80%) artinya ada sekitar 7.213,80 ha (20%) lahan
di kawasan KPHP Unit VII Bone Bolango tidak berhutan lagi. Data ini didapatkan dari
hasil analisis citra digital tahun peliputan 2014. Meskipun tingkat kerusakan hutan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
80
masih relatif lebih sedikit namun dengan pertumbuhan penduduk dan dinamika
pembangunan yang begitu cepat merupakan sebuah ancaman bagi kelestarian hutan.
Berkurangnya kawasan hutan disebabkan oleh beberapa hal yaitu masih
maraknya aksi perambahan dan pembukaan lahan di dalam kawasan hutan yang
dilakukan oleh oknum masyarakat dan lemahnya penegakan aturan hukum bagi para
pelaku perambahan hutan dan illeggal logging. Faktor lain yang menyebabkan
berkurangnya tutupan hutan adalah adanya aktivitas IUP resmi maupun PETI di dalam
kawasan KPHP unit VII Bone Bolango.
3. Jumlah pengangguran di Kabupaten Bone Bolango
Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang
dimaksudkan dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam
angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah
tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Saat ini jumlah
pengangguran terbuka di Kabupaten Bone Bolango mencapai 1.746 orang dengan
tingkat pertumbuhan pengangguran terbuka mencapai 3,88% setiap tahun. Dengan
tingkat pertumbuhan 3,88% mengindikasikan bahwa setiap tahun pengangguran di
Kabupaten Bone Bolango mencapai 67 orang/tahun. (BPS, 2014).
4. Minimnya pendanaan KPHP
Saat ini operasional KPHP Unit VII Bone Bolango masih bergantung kepada
APBD Kabupaten Bone Bolango melalui DIPA Dinas Kehutanan pertambangan dan
energi. Masih belum terdapat anggaran dari Kementerian LHK melalui APBN
diturunkan untuk membiayai operasional KPHP Unit VII Bone Bolango, sehingga
pelaksanaan pengelolaan kawasan belum maksimal dan menyeluruh baik pada
kawasan maupun pada kegiatan di sekitar kawasan termasuk pemberdayaan
masyarakat. Selama ini banyak kegiatan yang menjadi prioritas tidak seluruhnya
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
81
mampu diakomodir dalam APBD, terutama terkait dengan berbagai faktor antara lain :
luas kawasan, aksesibilitas, jumlah lokasi kegiatan dan jumlah kelompok sasaran target
kegiatan. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan tingginya biaya yang dikeluarkan.
5. Sumberdaya manusia di Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi
Tahun 2015, PNS yang bekerja di Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi
berjumlah 52 orang dimana 32 orang atau 61% diantaranya adalah sarjana. Jika
melihat proporsi kawasaan KPHP unit VII Bone Bolango 1: 500 ha maka total
kebutuhan personil KPHP unit VII Bone Bolango adalh 71 orang. Sampai dengan saat
ini belum terdapat penambahan personil di KPHP unit VII Bone Bolango, sehingga
praktis kepala KPH hanya bekerja secara mandiri.
Meskipun memiliki tingkat pendidikan S1, namun secara skill kemampuan tenaga
teknis masih relatif rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil penilaian Pusat
Pengembangan SDM Kementerian Kehutanan yang melakukan survey tahun 2013
kepada tenaga teknis dilingkungan Dinas Kehiutanan Pertambangan dan Energi se
Provinsi Bone Bolango, maka kemampuan teknis dan pengetahuan dibidang kehutanan
pada staf Dinas Kehutanan dan Pertambangan Energi Kabupaten Bone Bolango masih
rendah.
Kurangnya kemampuan (kuantitas dan kualitas) aparat pemerintah dalam
memfasilitasi proses perencanaan pembangunan kehutanan, berakibat: kegiatan
kegiatan pembangunan kurang berproses dengan baik, pencapaian tujuan dan sasaran
program kurang optimal, kegiatan usaha produktif masyarakat tidak berjalan lancar,
masyarakat tetap tidak berdaya, daya inovasi kurang, dan informasi ke masyarakat
bias. Selanjutnya, program pemberdayaan menjadi tidak terintegrasi dan berpotensi
terjadi penyimpangan yang bermuara pada rendahnya kualitas pelayanan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
82
Dukungan tenaga teknis kehutanan juga masih sangat minim, tenaga sarjana
kehutanan yang mempunyai kualifikasi teknis dibidang kehutanan di Dinas Kehutanan
Pertambangan dan Energi, total tenaga teknis kehutanan yang bergelar sarjana hanya
berjumlah 12 orang atau sekitar 23%. Sangat penting juga diantisipasi, sampai dengan
5 tahun yang akan datang, jumlah PNS yang bekerja di Dinas Kehutanan akan
berkurang 2 orang karena alasan pensiun.
6. Permintaan bahan baku kayu tinggi
Perubahan ekonomi seperti China dan India yang sekarang menjadi negara
konsumen (consumer market) dalam beberapa tahun terakhir membawa dampak positif
pada pasar kayu yang semakin meningkat. Hal ini mengkonfirmasi bahwa ada
hubungan antara pertambahan populasi dengan permintaan kayu. Tidak ada prediksi
adanya penyusutan permintaan kayu dengan melihat penduduk dunia dalam 30-60
tahun mendatang. Kayu adalah komoditas terbesar ketiga yang diperdagangkan di
dunia setelah minyak mentah dan gas ( € 200 milyar/ tahun). Disaat produksi gas
mentah menjadi langka, banyak peluang berinvestasi di bidang kehutanan. Index Harga
Komoditas Bank Dunia menunjukkan, bahwa hanya ada 3 komoditi yang meningkat
nilai jualnya selama kurun waktu 10, 20, dan 100 tahun terakhir: Emas, Minyak dan
Kayu. Walaupun emas saat ini masih memiliki kinerja yang sangat bagus, akan tetapi
kinerja Emas tidak terlalu baik pada rentang waktu yang panjang yaitu, antara tahun
1979 sampai 2004. Serta harga minyak cenderung sering berfluktuasi karena spekulasi
di masa yang akan datang. Oleh karena itu saham kayu cenderung dalam performa
terbaik ketika saham dan obligasi umumnya mengalami depresi. Dan bahkan harga
kayu tidak terlalu berpengaruh oleh kemerosotan ekonomi dibandingkan kebanyakan
aset lainnya.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
83
Secara lokal belum ada informasi tentang kebutuhan kayu, namun dari kapasitas
industri terpasang kayu di Kabupaten Bone Bolango yang mencapai 3.600 m3/tahun
maka kebutuhan kayu di Kabupaten Bone Bolango berada pada kisaran angka
tersebut. Kebutuhan kayu lokal ini termasuk kebutuhan kayu untuk proyek pemerintah.
7. Rendahnya pendidikan dan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan
Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan klasik di sektor kehutanan.
Meskipun banyak pihak yang mengatakan masalah kemiskinan bukan merupakan
domain utama sektor kehutanan, namun kemiskinanlah yang memicu oknum-oknum
tertentu untuk melakukan kegiatan perambahan. Hasil survey yang dilakukan oleh tim
sosial ekonomi menemukan, umumnya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap
kawasan hutan masih tinggi. Penghasilan masyarakat sebagian besar didapat dari
penjualan hasil bumi seperti jagung, padi ladang dan lain sebagainya. Beberapa
masyarakat juga menggantungkan hidupnya dari hasil kebun misalnya kelapa.
Tanaman kelapa mempunyai nilai filosofi tersendiri bagi warga masyarakat Gorontalo
dan etnis Suwawa. Hasil dari penjualan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan jika hasil melimpah sumber pendapatan tersebut akan dipergunakan untuk
membeli sandang dan sebagainnya lagi dipergunakan untuk kepentingan sekolah bagi
anak-anak mereka.
Gambar 8. Sumber pendapatan masyarakat sekitar hutan KPHP Bone Bolango
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
84
Untuk tingkat pendapatan masyarakat akan sangat ditentukan oleh luas lahan
yang dikuasai oleh masyarakat dan komoditi yang ditanam. Jika luas lahan yang
dikuasai besar dan komoditi yang diusahakan bervariasi (kebun campuran) maka
pendapatan yang diterima oleh masyarakat lebih besar. Pendapatan masyarakat rata-
rata perbulan hanya berkisar Rp 550.000 s/d 1.500.000/bulan. Berdasarkan hasil
wawancara dengan masyarakat pendapatan ini dinilai masih rendah karena harga-
harga kebutuhan bahan pokok semakin lama semakin naik namun tidak diikuti dengan
peningkatan produktivitas pertanian. Situasi ini membuat tingkat kesejahteraan juga
semakin menurun. Masyarakat pun agak susah meningkatkan kapasitasnya mengingat
tingkat pendidikan yang hanya sebatas lulusan SD.
Rendahnya kesejahteraan masyarakat disebabkan karena rendahnya pendidikan
masyarakat yang tinggal disekitar kawasan hutan. Umumnya masyarakat yang tinggal
disekitar hutan hanya tamatan sekolah dasar. Ketidakmampuan masyarakat dalam
mengakses pendidikan setelah SD, karena minimnya infrastruktur pendidikan. Padahal
pendidikan sangat berpengaruh dalam mengubah pola perilaku dan mampu
menciptakan inovasi-inovasi yang bisa dipergunakan oleh masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan ekonominya.
8. Kebutuhan energi listrik
Berdasarkan data BPS (2013) pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo
mencapai 7,6% atau diatas rata-rata pertumbuhan nasional. Ini mengindikasikan bahwa
Provinsi Gorontalo sedang menuju sebuah daerah yang maju. Daerah maju biasanya
ditandai dengan makin meningkatnya proporsi sektor jasa dibandingkan dengan sektor
yang lain. Namun perkembangan provinsi Gorontalo yang cepat dan dinamis tidak
ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai salah satunya adalah masih
kurangnya supply energi listrik di Provinsi Gorontalo termasuk di Kabupaten Bone
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
85
Bolango. Sejak tahun 1980-an supply listrik di Bone Bolango hanya berasal dari
pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Sampai dengan saat ini PLTD tersebut masih
difungsikan.
Pemerintah Provinsi Gorontalo sendiri telah membuat terobosan dengan
melakukan interkoneksi jaringan listrik dengan PLTA Amurang dan Pembangkit listrik
tenaga panas bumi lahendong Sulawesi Utara. Disamping melakukan interkoneksi
jaringan listrik, pemerintah Provinsi Gorontalo sedang membangun PLTU Anggrek dan
telah mengoperasikan PLTU Molotabu di Kabupaten Bone Bolango. Hasilnya Provinsi
Gorontalo tetap kekurangan listrik sebesar 5,2 MW dan masih sering terjadi
pemadaman bergilir. Beberapa PLTMH seperti PT SEL yang dibangun hanya sedikit
mensuply kekurangan energi listrik, sehingga jika tidak segera diatasi maka pasokan
listrik untuk wilayah Provinsi Gorontalo umumnya dan Kabupaten Bone Bolango
khususnya akan tetap dalam kondisi defisit.
B. Proyeksi
Meskipun KPHP unit VII Bone Bolango merupakan salah satu KPH di Provinsi
Gorontalo mempunyai wilayah kelola yang tidak terlalu luas, namun wilayah KPHP unit
VII Bone Bolango mempunyai potensi sumberdaya hutan yang cukup besar. Potensi
SDH yang besar merupakan sebuah kekuatan untuk mengembangkan dan
menggerakkan bisnis disektor kehutanan maupun non kehutanan. Umumnya
pengembangan usaha disektor kehutanan membutuhkan wilayah yang relatif luas
untuk memenuhi skala ke ekonomisan usaha. Beberapa peluang yang diproyeksikan
akan terwujud, seiring dengan majunya KPHP unit VII Bone Bolango adalah
1. Ketersediaan lahan pertanian dimasa datang
Tingkat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bone Bolango yang mencapai
2,14%/tahun tercatat merupakan yang tertinggi di Provinsi Gorontalo. Tingkat
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
86
pertumbahan yang tinggi membawa konsekwensi terhadap kebutuhan akan lahan,
terutama lahan di luar kawasan hutan. Data statistik dari BPKH wilayah XV
menyebutkan luas areal penggunaan lain di Kabupaten Bone Bolango mencapai
49.550,19 ha. Menurut Soemarwoto (1999) idealnya setiap orang membutuhkan lahan
seluas 0,25 ha untuk hidup layak. Jika demikian maka kebutuhan akan lahan
meningkat seluas 49.255,25 ha ditahun 2031. Melihat kondisi existing sekarang, luas
lahan APL sebenarnya masih mencukupi untuk menopang kebutuhan manusia akan
lahan. Namun untuk periode 15-20 tahun yang akan datang maka terdapat sebagian
kawasan hutan di KPHP unit VII Bone Bolango harus dicadangkan untuk kepentingan
pembangunan ketahanan pangan.
2. Membuka lapangan pekerjaan baru
Keberadaan KPHP unit VII Bone Bolango diharapkan bisa membuka lapangan
pekerjaan baru disektor kehutanan. Lapangan pekerjaan ini terbuka untuk seluruh
masyarakat dan seluruh jenjang pendidikan. Diharapkan terbukanya lapangan
pekerjaan baru bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga bisa
mengurangi angka kemiskinan, dan yang terpenting anak-anak petani hutan yang
tinggal disekitar dan didalam kawasan hutan bisa memiliki akses pendidikan hingga ke
perguruan tinggi. Hal ini penting untuk memutus rantai kemiskinan yang sering menjadi
persoalan utama pada wilayah sekitar kawasan hutan.
Salah satu contoh KPHP unit VII Bone Bolango bisa membuka lapangan
pekerjaan adalah pada kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu-hutan alam di hutan
produksi Kecamatan Bone. Luasan blok pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam di
KPHP unit VII Bone Bolango seluas 1023,87 ha. Jika dalam 1 ha dibutuhkan 70 HOK
maka jumlah tenaga kerja lapangan yang dibutuhkan dalam pengelolaan hutan
tanaman adalah (70 HOK x 1023,87 ha)/26 hari = 2757 orang tenaga kerja lapangan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
87
Artinya keberadaan KPHP unit VII Bone Bolango mampu menurunkan angka
pengangguran di Kabupaten Bone Bolango. Perhitungan jumlah tenaga kerja diatas
belum termasuk tenaga kerja nantinya akan berkantor di unit bisnis KPHP unit VII Bone
Bolango. Tenaga kerja yang bekerja pada pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam
akan semakin bertambah jika pihak pengelola KPHP unit VII Bone Bolango merubah
pola pengelolaan keuangan mengikuti sekam PPK-BLUD.
Disamping peluang tenaga kerja pada pengembangan hutan alam, lapangan
pekerjaan juga tersedia pada blok pemberdayaan masyarakat dimana pada blok ini
kegiatan yang dapat dilakukan adalah kegiatan pembangunan hutan desa, hutan
kemasyarakatan dan hutan tanaman rakyat.
3. Supply bahan baku kayu
Peluang lainnya yang dapat dikembangkan pemanfaatan. Salah satu bentuk
kegiatan yang bisa dikembangkan adalah pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam.
Berdasarkan hasil inventarisasi potensi kayu rata-rata bisa mencapai 59,98 meter kubik
untuk jenis kayu diameter diatas >50 cm. Jika luasan blok pemanfaatan kayu hutan
alam 1023,87 ha maka volume kayu berdiameter diatas 60 cm yang bisa dihasilkan
mencapai 61411,57 selama 35 tahun atau selama 1 daur m3 atau 1754,62 m3/tahun.
Supply bahan baku yang dihasilkan dari wilayah KPHP unit VII Bone Bolango
diharapkan mampu menggerakkan industri kayu lokal. Saat ini terdapat 1 pemegang ijin
usaha industri hasil hutan kayu dengan total kapasitas mencapai 3.000 m3/tahun.
Bergeraknya industri kayu diharapkan mampu menggerakkan sektor perekonomian
daerah. Kebutuhan kayu untuk pembangunan termasuk yang dipergunakan oleh
masyarakat di Kabupaten Bone Bolango diperkirakan mencapai 5.000 m3/tahun.
4. Kebutuhan personil KPHP unit VII Bone Bolango
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
88
Sumberdaya manusia adalah hal yang sangat menentukan dalam pengelolaan
KPHP unit VII Bone Bolango. Sampai dengan saat ini personil dalam KPHP unit VII
Bone Bolango masih diback up oleh personil Dinas Kehutanan Pertambangan dan
Energi Kabupaten Bone Bolango (Dishuttamben). Secara ideal KPHP unit VII Bone
Bolango harus mempunyai jumlah personil sebanyak idealnya memiliki jumlah tenaga
teknis 71 orang dengan asumsi 1 orang petugas teknis KPHP unit VII Bone Bolango
mampu mengelola 500 Ha kawasan hutan (1:500). Kondisi saat ini jumlah personil
KPHP unit VII Bone Bolango adalah 1 orang, sedangkan tenaga polhut berjumlah 1
orang.
5. Pemulihan kawasan hutan
Luas kawasan hutan yang harus direhabiitasi di KPHP unit VII Bone Bolango
mencapai 5.018,02 ha diluar izin sedangkan didalam izin mencapai 1.483,22 ha
sehingga total kawasan yang harus dipulihkan mencapai 6.501,24 ha. Rusaknya areal
kawasan hutan di KPHP unit VII Bone Bolango disebabkan oleh beberapa hal yaitu
masih maraknya aksi perambahan dan pembukaan lahan di dalam kawasan hutan
yang dilakukan oleh oknum masyarakat dan lemahnya penegakan aturan hukum bagi
para pelaku perambahan hutan dan illeggal logging.
Jika kawasan hutan yang direhabilitasi harus selesai dalam jangka waktu 10
tahun maka setiap tahun, kawasan hutan di KPHP unit VII Bone Bolango harus
direhabilitasi mencapai 650,12 ha setiap tahun dengan total kebutuhan bibit setiap
tahunnya diproyeksikan mencapai 786.650,26 ha. Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan
oleh KPHP unit VII Bone Bolango akan menyesuiakan dengan blok pengelolaan. Jika
rehabilitasi dilakukan diblok pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman, maka jenis
tanaman akan menyesuaikan dengan jenis tanaman yang di hutan tanaman dengan
jarak tanam 3x3.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
89
6. Proyeksi Penerapan PPK-BLUD
Beroperasinya suatu KPH ditentukan oleh 3 aspek yaitu aspek wilayah, aspek
kelembagaan dan aspek rencana. Aspek Wilayah ditentukan oleh faktor penetapan
wilayah dan penetapan KPH Model. Aspek kelembagaan terdiri 3 faktor yaitu
penetapan organisasi, penugasan personil KPH serta sarana dan prasarana KPH.
Sedangkan Aspek Rencana terdiri dari 5 faktor yaitu tata hutan dan rencana
pengelolaan, alokasi anggaran APBD, konvergensi Kegatan Eselon I Kemenhut,
Rencana Kerja KPH dan kegiatan pengelolaan hutan lainnya.
Selain 3 aspek pokok tersebut di atas, aspek yang tidak kalah penting adalah
Pengelolaan Keuangan KPH. KPHP unit VII Bone Bolango sebagai unit Pemerintah
Daerah untuk operasionalnya ditunjang dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), APBN, Dana Dekonsentrasi maupun Dana Pembantuan. Seiring dengan
beroperasinya KPH, selain sebagai unsur pemerintahan juga dengan sumber daya
yang ada dapat sebagai unit pelayanan yang mampu menghasilkan barang dan jasa
yang apabila dikelola dengan baik akan meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat sehingga dapat ikut mewujudkan penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah
dan/atau pemerintah daerah dalam memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan UUD.
Untuk dapat mewujudkan tugas tersebut dan sebagai upaya mewujudkan
kemandirian KPH adalah dengan menjadikan KPH sebagai institusi yang menerapkan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD) dengan
mengacu kepada Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan BLUD. BLUD pada dasarnya merupakan suatu pola
pengelolaan keuangan (PPK) sehingga pola tersebut dapat diterapkan pada KPH yang
berbentuk SKPD maupun UPTD.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
90
7. Ketersediaan jasa lingkungan air untuk energi listrik
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa saat ini Provinsi Gorontalo masih
kekurangan supply listrik. KPHP unit VII Bone Bolango bisa berperan menyediakan
lahan untuk supply energi listrik, melalui pemanfaatan air. Saat ini baru terdapat 1
perusahaan yang memanfaatkan potensi air untuk kepentingan pembangkit listrik.
Padahal di wilayah KPHP unit VII Bone Bolango terdapat berbagai macam potensi air
yang dapat dikembangkan menjadi sumber energi listrik. Alternatif lain yang bisa
dilakukan adalah mengembangkan hutan bioenergi dengan memanfaatkan lahan-lahan
pada blok pemberdayaan di KPHP unit VII Bone Bolango. Skema yang dapat
diterapkan adalah melalui pola kemitraan. Saat ini lahan yang tersedia di blok
pemberdayaan mencapai 2098,03 ha. Adapun komoditi yang dapat dikembangkan
menjadi hutan bioenergi adalah kaliandra, nyamplung dan lamtoro. Pengembangan
jenis tanaman ini sangat mudah dan tidak terlalu sulit untuk dibudidayakan oleh
masyarakat sehingga diharapkan tingkat keberhasilan budidayanya akan sangat tinggi.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
91
RENCANA KEGIATAN
Rencana pengelolaan hutan jangka panjang (RPHJP) KPHP unit VII Bone
Bolango dalam sepuluh tahun kedepan diarahkan pada pemanfaatan hutan di kawasan
hutan produksi dan pemanfaatan hutan di kawasan hutan lindung. Pemanfaatan hutan
pada hutan produksi meliputi: (a) Pemanfaatan kawasan; (b) Pemanfaatan jasa
lingkungan; (c) Pemanfaatan hasil hutan kayu; (d) Pemanfaatan hasil hutan bukan
kayu; (e) Pemungutan hasil hutan bukan kayu. Selanjutnya pemanfaatan hutan di
kawasan hutan lindung meliputi: (a) Pemanfaatan kawasan; (b) Pemanfaatan jasa
lingkungan; (c) Pemungutan hasil hutan bukan kayu. Adapun rencana kegiatan
strategis selama jangka waktu rencana pengelolaan hutan KPHP unit VII Bone Bolango
sepuluh tahun kedepan diuraikan seperti berikut ini.
A. Inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutannya
Inventarisasi adalah kegiatan pengumpulan data dan fakta terkait dengan
sumberdaya hutan untuk perencanaan pengelolaan sumberdaya hutan tersebut. Ruang
lingkup kegiatan inventarisasi antara lain survei mengenai status dan keadaan fisik
hutan, flora dan fauna, sumber daya manusia, serta kondisi sosial masyarakat di dalam
dan di sekitar hutan. Inventarisasi hutan wajib dilaksanakan karena hasilnya digunakan
sebagai bahan perencanan pengelolaan hutan agar diperoleh kelestarian hasil
Kegiatan dalam rangka inventarisasi pada seluruh kawasan sebaiknya
diselesaikan dalam 2 tahap yaitu lima tahun pertama dan lima tahun kedua sepanjang
personil tersedia. Untuk tahap pertama (2016-2020) inventarisasi dilakukan diblok inti
dan di wilayah tertentu sedangkan tahap kedua dilakukan di blok perlindungan (2021-
2025), seperti terlihat pada gambar dan tabel berikut
BAB
5
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
92
Tujuan kegiatan inventarisasi adalah untuk mendapatkan data yang akan diolah
menjadi informasi yang dipergunakan sebagai bahan perencanaan dan perumusan
kebijaksanaan strategik jangka panjang, jangka menengah dan operasional jangka
pendek sesuai dengan tingkatan inventarisasi yang dilaksanakan.
Gambar 9. Peta lokasi inventarisasi di KPHP unit VII Bone Bolango
Berdasarkan hasil analisis spatial jumlah plot inventarisasi di KPHP unit VII Bone
Bolango mencapai 710 plot Jika asumsi dalam lima kedepan seluruh wilayah tertentu
telah mempunyai data dan informasi terkait dengan potensi tegakan, volume kayu,
volume kayu komersil, kondisi flora dan fauna, kondisi ekosistem dan kondisi lahan
hutan maka pada pada perencanaan selanjutnya pihak KPHP unit VII Bone Bolango
akan lebih mudah dalam menentukan rencana bisnis. Inventarisasi yang nantinya akan
dilaksanakan oleh pengelola KPHP unit VII Bone Bolango, hanya akan dilaksanakan
pada wilayah-wilayah yang belum memiliki izin pemanfaatan dan penggunaan.
Inventarisasi hutan akan dilakukan berdasarkan tujuan, misalnya jika dilakukan di blok
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
93
pemanfaatan hasil hutan kayu-hutan alam, maka inventarisasi akan diarahkan untuk
melihat jumlah dan volume pohon yang akan ditebang.
Tabel 27. Jumlah Plot Inventarisasi di KPHP unit VII Bone Bolango
BLOK Jumlah Plot Aktivitas Inventarisasi Berkala
Blok Inti 90
(a) Inventarisasi flora dan fauna yang endemikdan dilindungi
(b) Inventarisasi areal tutupan hutan dan nonhutan yang perlu rehabilitasi
(c) Inventarisasi lokasi-lokasi yang berpotensitutupan hutan (tinggi, sedang dan rendah)
Blok Pemanfaatan 170
a) Inventarisasi Jenis dan potensi HHBK danjasa lingkungan pada berbagai potensitutupan hutan
b) Inventarisasi areal yang perlu rehabilitasi
Blok Pemanfaatan HHK-HA 16a) Inventarisasi Jenis dan potensi kayu (m3/ha)
pada berbagai potensi tutupan hutanb) Inventarisasi areal yang perlu rehabilitasi
Blok PemanfaatanKawasan, Jasling DanHHBK
386
a) Inventarisasi Jenis dan potensi rotan, aren,damar dan pinus pada berbagai tutupanhutan
b) Inventarisasi areal yang perlu rehabilitasi
Blok Perlindungan 1
(a) Inventarisasi high conservation value forforest (HCV) pada tutupan hutan primer dansekunder
(b) Inventarisasi flora dan fauna yang endemikdan dilindungi
(c) Inventarisasi areal tutupan hutan dan nonhutan yang perlu rehabilitasi
(d) Inventarisasi lokasi-lokasi yang berpotensitutupan hutan (tinggi, sedang dan rendah)
Blok Pemberdayaan 41
a) Inventarisasi lokasi-lokasi yang berpotensitutupan hutan (tinggi, sedang dan rendah)
b) Inventarisasi Jenis dan potensi tegakankayu (m³/Ha) pada berbagai tutupan hutan.
c) Inventarisasipotensi HHBKd) Inventarisasi areal yang perlu rehabilitasi.
Gand Total 710Sumber: Data hasil olahan spatial, 2015
Disamping melakukan inventarisasi, kegiatan yang akan dilakukan oleh KPHP
unit VII Bone Bolango adalah tata batas yang merupakan bagian dari penataan
kawasan hutan. Kegiatan tata batas menjadi penting untuk menjamin kepastian
kawasan. Panjang batas blok pengelolaan yang di tata batas adalah 50,71 km.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
94
Tabel 28. Panjang Tata Batas Kawasan HutanBlok Pengelolaan Panjang Penataan batas (KM)
Blok Inti 23.38Blok Pemanfaatan 11,03Blok Pemanfaatan HHK-HA 2,49Blok Pemanfaatan JASLING dan HHBK 7.09Blok Pemberdayaan Masyarakat 5.74Blok Perlindungan 0.97Grand Total 50,71
Sumber: Data primer hasil olahan, 2015
B. Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu.
Berdasarkan definisinya wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan
kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha
pemanfaatannya. Karena kondisinya yang belum menarik investor, maka di harapkan
pihak pengelola KPHP unit VII Bone Bolango bisa membangun unit bisnisnya sebagai
salah satu sumber pendanaan. Pengembangan usaha pada wilayah tertentu bisa
diarahkan kepada usaha di luar sektor kehutanan dengan tetap memperhatikan prinsip-
prinsip kelestarian dan skala ekonomis.
Pengembangan wilayah tertentu diarahkan sebagai salah satu wilayah usaha
unggulan yang mendatangkan keuntungan finansial bagi KPHP unit VII Bone Bolango.
Keuntungan finansial yang didapatkan akan mempercepat kemandirian KPHP unit VII
Bone Bolango. Berdasarkan arahan strategis dan kondisi lapangan maka pemanfaatan
wilayah tertentu dapat dilakukan blok pemanfaatan di hutan lindung seluas 8.951,96
ha, blok pemanfaatan jasa lingkungan di hutan produksi seluas 1.131,4 ha,
pemanfaatan hutan kayu hutan alam seluas 1023,87 ha. Sehingga total arahan untuk
pemanfaatan hutan wilayah tertentu adalah 11.107,30 ha. Adapun sebaran wilayah
tertentu disajikan pada gambar dan tabel berikut :
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
95
Tabel 29. Luasan Pemanfaatan Wilayah Tertentu di KPHP Unit VII Bone Bolango
FungsiKawasan BLOK IZIN PEMANFAATAN DAN
PENGGUNAANLUAS(HA)
TAHUNPELAKSANAAN
HL Blok Pemanfaatan
a) Izin pemanfaatan jasalingkungan air untuk airbaku dan PLTMH
b) Izin pemungutan HHBKAren, Rotan dan Damar
8.951,96
2017
HP danHPT
Blok PemanfaatanHHK-HA
Izin usaha pemungutan hasilhutan kayu hutan alam dihutan produksi 1.023,87
2018
HP Blok PemanfaatanJasling & HHBK
a) Izin pemanfaatan jasalingkungan air untuk airbaku dan PLTMH
b) Izin pemungutan HHBKAren, Rotan dan Damar
c) Izin pemanfaatankawasan untuk wisataalam
1.131,47
2017
Grand Total 11.107,30
Sumber: Data primer hasil olahan, 2015
Agar pemanfaatan wilayah tertentu berjalan maksimal maka pengelola KPHP unit
VII Kabupaten Bone Bolango harus memikirkan strategi bisnis dalam mengelola potensi
sumberdaya hutan salah satunya dengan menerapkan PPK-BLUD. Sesuai dengan
ketentuan pengelola KPHP unit VIII Kabupaten Bone Bolango sangat dimungkinkan
untuk membangun usaha bisnis di kawasan wilayah tertentu.
1. Pemanfaatan jasa lingkungan air
Air mempunyai peranan penting dalam kehidupan seluruh makhluk hidup. Tanpa
air seluruh kehidupan akan mati. Dalam beberapa dekade terakhir ini, keberadaan air
menjadi sangat penting salah satunya melalui pemanfaatan air untuk kepentingan
sumberdaya energi baru dan terbarukan. Hasil survey yang dilakukan pada beberapa
lokasi di KPHP unit VII Bone Bolangi ditemukan beberapa potensi air yang sangat baik
dikembangkan menjadi sumber energi listrik, sumber air baku dan sumber air untuk
irigasi dalam rangka membangun ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
96
Namun demikian tidak semua potensi air tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi listrik. Meskipun potensi air tersebut belum bisa dimanfaatkan sebagai sumber
energi baru dan terbarukan tetapi potensi air tersebut tetap menjadi penting salah
satunya sebagai sumber air untuk pertanian dan air baku Mekanisme pemanfaatan air
baku dan air untuk irigasi dapat dilakukan dengan model willingness to pay (WTP) atau
kesediaan orang untuk membayar jasa tersebut. Pemberlakuan model WTP didahului
dengan survey yang ditujukan kepada masyarakat yang selama ini merima manfaat air.
Dalam sepulu tahun kedepan, pengelola KPHP unit VII Bone Bolango harus
memikirkan mekanisme payment environmental services (PES) atau imbal jasa
lingkungan agar tercipta rasa keadilan dalam pemanfaatan sumberdaya alam.
Berdasarkan hasil inventarisasi produk jasa lingkungan air yang prospektif sebagai
bisnis KPHP unit VII Bone Bolango adalah pemanfaatan air baku dan sumber energi
listrik adalah sebagai berikut:
Tabel 30. Potensi Pemanfaatan Jasa Lingkungan Air Baku
Sumber: Data primer hasil survey, 2015
Kegiatan pemanfaatan sumberdaya air di dalam kawasan KPH diarahkan pada :
1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bone Bolango pada
umumnya dan masyarakat disekitar kawasan KPHP unit VII Bone Bolango
No Potensi danPemanfaatan Air Lokasi (Kec./Desa) Keterangan
1 PLTM Kec.Suwawa Timur Desa PoduwomaKec.Bone desa Ilohua
5-7Mw (Tereka)8Mw(Tereka)
2PLTMH/Piko Hydro
Kec.Bonepantai desa Pelita HiajuKec.Bulango Ulu Desa Mongiilos.Butaio Daa S.Butaio Kiki
20Kw(Tereka)38Kw(Tereka)30Kw(Tereka)
3 PLTMH PT SEL Kecamatan Bone4 Sumber air baku Kecamatan Suwawa Timur,
Kecamatan Bulango Ulu25-30 meterkubik/detik
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
97
2. Peningkatan pelayanan publik terutama pada penyediaan air bersih dan
penyediaan sumberdaya energi listrik yang ramah lingkungan bagi masyarakat
sekitar KPHP
3. Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung pelayanan air
bersih dan energi listrik terbarukan yang berada di sekitar kawasan untuk
pendayagunaan jasa lingkungan;
4. Pengembangan ekonomi kerakyatan dengan melihat potensi pasar
pengembangan jasa lingkungan air baku
5. Pengembangan kerjasama dengan masyarakat luas dalam upaya pemanfaatan
potensi jasa lingkungan, yang diarahkan pada upaya peningkatan penyediaan
lapangan kerja dan peluang berusaha bagi masyarakat sekitar kawasan.
2. Pemanfaatan wilayah wisata alam
Kawasan hutan di KPHP unit VII Bone Bolango yang umumnya mempunyai
topografi perbukitan menciptakan sebuah keunikan sebagai sebuah bentang alam yang
menantang untuk dijelajahi. Keunikan bentang alam yang dimiliki oleh KPHP unit VII
Bone Bolango mempunyai prospek untuk dijadikan sebagai kawasan wisata alam
dalam bentuk ekowisata. Beberapa wilayah yang bisa dijadikan sebagai wilayah wisata
alam adalah pada wilayah Kecamatan Bulango Ulu, Kecamatan Suwawa Timur,
Kecamatan Bone dan Kecamatan Bone Pantai. Terdapat 2 landscape yang bisa
dijadikan sebagai atraksi yang menarik untuk pemanfaatan wisata alam dan ekowisata.
Pertama adalah pemandangan hutan tropis dan wilayah Kecamatan Bulango Ulu dan
Suwawa Timur serta pemandangan teluk tomini yang dapat disaksikan dari puncak
hutan tropis di Kecamatan Bone dan Kecamatan Bone Pantai.
Pengembangan wisata alam dan ekowisata di KPHP unit VII Bone Bolango
mengintegrasikan 4 hal yaitu: 1) konservasi hutan, 2) keindahan alam hutan tropis, 3)
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
98
potensi pengembangan HHBK dan 4) partisipasi masyarakat desa sebagai SDM
pelaksana kegiatan.
Pengembangan wisata alam dan ekowisata di kawasan KPHP unit VII Bone
Bolango diharapkan mampu memberikan kontribusi yang signifikan pada pengelolaan
kawasan maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan. Hal
penting yang perlu dilakukan dalam pengembangan wisata alam adalah analisa
mendalam tentang sosial budaya masyarakat sekitar kawasan, karena kegiatan wisata
alam sepenuhnya melibatkan masyarakat sekitar kawasan. Kesiapan masyarakat
disekitar kawasan seperti pengetahuan tentang kawasan sangat diperlukan. Hal lain
yang perlu di identifikasi mengidentifikasi potensi pengunjung terutama potensi
wisatawan mancanegara, mengingat wisata alam sangat menarik bagi wisatawan
Eropa, Australia dan Amerika. Perlu juga mempertimbangkan kerjasama dengan
investor dan pemerintah lokal terkait dengan promosi dan pemasaran usaha ekowisata.
Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah memasukkan potensi ekowisata di
KPHP unit VII Bone Bolango sebagai bagian dari perjalanan tour beberapa travel.
Adapun lokasi pengembangan wisata alam berupa air terjun dapat dilihat pada gambar
berikut :
Gambar 10. Salah satu atraksi wisata alam di KPHP unit VII Bone Bolango
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
99
Pengembangan wisata alam dan ekowisata perlu dilakukan secara bertahap dan
hati-hati karena kehadiran pengunjung akan memberikan dampak pada lokasi yang
dikunjungi. Oleh kerena itu perlu adanya regulasi untuk memberi rambu-rambu agar
kegiatan wisata alam dan ekowisata di kawasan KPHP unit VII Bone Bolango tidak
menimbulkan kerusakan ekositem dan lingkungan sehingga mengganggu fungsi
pelestarian dan pengawetan alam di KPHP unit VII Bone Bolango. Oleh karena itu,
dalam membuat regulasi harus mempertimbangkan aspek ekologi, estetika, partisipasi
dan pemberdayaan masyarakat lokal.
3. Pemanfaatan kayu hutan alam
Hasil hutan kayu merupakan produk unggulan sektor kehutanan yang hingga saat
ini permintaannya masih cukup tinggi, disatu sisi stok kayu di hutan alam semakin
sedikit. Untuk memenuhi permintaan yang tinggi terhadap hasil hutan kayu, pengelola
KPHP unit VII Bone Bolango telah mengalokasikan kawasan sebagai wilayah
pemanfaatan hasil hutan kayu. Kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan
untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan tidak
merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya. Pemanfaatan hasil hutan
kayu dalam kawasan di dalam blok pemanfaatan kayu hutan alam KPHP unit VII Bone
Bolango diarahkan pada pemanfaatan kayu skala kecil.
Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan oleh tim gabungan BPKH wilayah
XV Bone Bolango dan Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi Kabupaten Bone
Bolango, wilayah hutan produksi di KPHP unit VII Bone Bolango mempunyai potensi
kayu jenis kelas satu yang berdiameter diatas 60 cm dengan rata-rata potensi bisa
mencapai 59,98 m3/ha. Volume ini akan bertambah jika jenis kayu indah dan kayu kelas
2 yang berdiameter diatas 60 cm dimasukkan. Kegiatan pemanfaatan kayu di blok
HHK-HA harus didahului inventarisasi yang terintegrasi dengan kegiatan timber
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
100
cruising. Kegiatan ini sangat penting untuk menentukan sistem silvukultur yang akan
dilaksanakan.
Gambar 11. Potensi kayu kelas 1 di blok pemanfaatan HHK-HA
Pemanfaatan kayu hutan alam di KPHP unit VII Bone Bolango dikelola melalui
sistem pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL). Konsep PHPL menekankan pada
usaha pemanfaatan kayu dengan mempertimbangkan kelestarian fungsi produksi,
ekologi dan fungsi sosial secara terus menerus. Ketiga fungsi tersebut harus terkait
satu sama lain dan harus dikelola secara proporsional dan terintegrasi. Sedangkan
untuk penataan hasil hutan kayu mengikuti aturan sesuai dengan Permenhut No
41/Menhut II/2014 tentang penataan hasil hutan kayu yang berasal dari hutan alam.
Kedua kebijakan ini harus dijalankan secara pararel sehingga ada keberlanjutan
pemanfaatan hasil hutan kayu dari hutan alam. Adapun blok pemanfaatan kayu hutan
alam di KPHP unit VII Bone Bolango dapat dilihat pada gambar dan tabel dibawah ini
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
101
Gambar 12. Sebaran wilayah pemanfaatan kayu di KPHP unit VII Bone Bolango
Tabel 31. Luas Wilayah Blok Pemanfaatan Kayu di Hutan AlamNama blok Luas (ha)
Blok Pemanfaatan HHK-HA 1023,87Total Luas Pemanfaatan HHK-HA 1023,87
Sumber: Hasil analisis spatial 2012
Sebelum pihak pengelola KPHP unit VII Bone Bolango memanfaatkan hasil
hutan kayu, maka terlebih dahulu pihak KPHP unit VII Bone Bolango tetap mengajukan
permohonan ijin IUPHHK-HA kepada pemerintah. Selanjutnya ditempuh mekanisme
pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam oleh KPHP unit VII Kabupaten Bone Bolango
yang mengikuti daur pohon yaitu 35 tahun, dimana setiap tahun luas wilayah yang
dipanen sekaligus yang ditanami dengan sistem silvikultur intensif maksimal 29,25
ha/tahun. Jika potensi kayu kelas 1 yang sudah layak tebang mencapai 59,98 m3/ha
maka setiap tahun kayu yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis KPHP unit
VII Bone Bolango mencapai 1.754,62 m3. Adapun sebaran lokasi wilayah tertentu dan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
102
rencana program kegiatan pada wilayah tertentu KPHP unit VII Bone Bolango dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 32. Sebaran Lokasi Wilayah Tertentu dan Rencana Program Kegiatannya
No BLOK KELASPERUSAHAAN PROGRAM RENCANA
KEGIATANLOKASI
(KECAMATAN)LUAS(HA)
1 BlokPemanfaatan
Hutan lindunghutan alam
Pemanfaatanjasa lingkunganair dan PLTMHdan HHBK
a) Membukapeluangkerjasamapemanfaatan jasalingkunganair untukenergi danair bakudenganinvestoryangberminat
b) Membukapeluangkerjasamapemanfaatan HHBKAren,Rotan,Damardenganinvestor
1. Bone2. Bone Pantai3. Botupingge4. Bulango Ulu5. Bulango
Utara6. Kabila Bone7. Suwawa
Selatan8. Suwawa
Timur
8.951,96
2 BlokPemanfaatanHHK-HA
Hutan produksihutan alam
Izin usahapemungutanhasil hutan kayuhutan alam dihutan produksi
Membukapeluangkerjasamapemungutanhasil hutankayu hutanalam denganinvestor
1. Bone2. Bone Raya
1.023,87
3 BlokPemanfaatanJasling &HHBK
Hutan produksihutan alam danhutan lindunghutan alam
Pemanfaatanjasa lingkunganair, HHBK danwisata alam
a) Membukapeluangkerjasamapemanfaatan jasalingkunganair untukenergi danair bakudenganinvestoryangberminat
b) Membukapeluang
1) Bone2) Bone Pantai3) Bone Raya4) Bulawa5) Pinogu6) Suwawa
Selatan7) Suwawa
Timur
1.131,47
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
103
kerjasamapemanfaatan HHBKAren,Rotan,Damardenganinvestor
c) Membukapeluangkerjasamapengembanganwisataalamdenganinvestor
Grand Total 11.107,30
C. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dalam konteks perencanaan KPHP ini adalah
mengupayakan untuk mengakomodir secara optimal peran masyarakat dalam
mengelola sumberdaya hutan. Pemberdayaan masyarakat di wilayah KPHP unit VII
Bone Bolango dapat dilakukan melalui pemberian bantuan dana pembinaan,
penyuluhan dan sosialisasi, bimbingan teknis dan pelatihan, serta pemberian areal hak
pengelolaan lahan hutan secara khusus di wilayah KPHP. Selain itu, pemberian areal
hak pengelolaan lahan dalam wilayah KPHP dimungkinkan karena sejak puluhan tahun
silam telah melakukan usahatani lahan kering, bahkan ada beberapa lokasi telah
dimukimi oleh penduduk setempat.
Terhadap lahan-lahan hutan yang telah lama diolah dan digunakan oleh
penduduk setempat dalam bercocok tanam usahatani lahan kering dengan tanaman
tahunan seperti kakao, cengkeh serta tanaman semusim diupayakan dilakukan
pembinaan secara intensif dengan tetap mengedepankan hak-hak mereka selaku
pengguna lahan hutan. Karena itu diarahkan pembinaannya secara in-situ dengan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
104
ketentuan mereka harus mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada.
Lahan-lahan tersebut dapat diarahkan secara bertahap menjadi pelaku usahatani
hutan, yang dimulai dengan penerapan sistem agroforestri hingga menjadi pelaku
usaha hutan kemasyarakatan (HKm).
Peraturan Dirjen Planologi Kehutanan No P5/VII-WP3H/2012 tentang petunjuk
teknis tata hutan dan penyusunan rencana Pengelolaan hutan pada kesatuan
pengelolaan hutan lindung (KPHL) dan Kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP)
telah menegaskan pengelolaan diblok pemberdayaan masyarakat diarahkan pada
pengelolaan hutan kemasyarakatan (HKm), hutan tanaman rakyat (HTR) dan hutan
desa (HD).
Mengacu pada hal tersebut diatas dan sesuai dengan hasil survei di lapangan
blok pemberdayaan masyarakat di KPHP unit VII Bone Bolango diarahakan pada
kegiatan pengembangan HD, HKM dan HTR. Pengembangan HTR di sekitar batas
terluar KPHP unit VII Bone Bolango. Konsep HD, HKm dan HTR merupakan konsep
pemberdayaan masyarakat dimana peran dan akses masyarakat dalam mengelola
hutan diperbesar. Adapun justifikasi pengembangan HD, HKM dan HTR di blok
pemberdayaan didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki potensi hasil hutan kayu yang rendah
2. Dekat dengan pemukiman masyarakat dan memiliki akses
3. Merupakan areal tidak berhutan
Merupakan wilayah yang tidak berhutan dan harus direhabilitasi
Strategi yang bisa dilakukan dalam rangka meningkatkan program pemberdayaan
masyarakat sekitar hutan terutama dalam skema social forestry (HKm, HTR dan HD)
adalah: 1) pembukaan dan pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat
kepada semua bentuk partisipasi skala usaha untuk mengelola hutan baik secara
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
105
langsung maupun tidak langsung, 2) setelah diberi kesempatan, maka pemerintah perlu
melakukan evaluasi terhadap keberhasilan masyarakat tersebut, jika berhasil maka
dilanjutkan dan jika belum berhasil maka perlu ada pembinaan kembali atau
diberhentikan sementara, 3) peranan pemerintah sebaiknya tidak terlalu besar,
sebaliknya pemerintah sebaiknya bertindak seperti “wasit”. Adapun total luasan blok
pemberdayaan 2246,12 ha dimana 160 ha telah HD dan HTR seluas 400 ha.
Beberapa permasalahan yang mash mengganjal dalam pengelolaan blok
pemberdayaan ini adalah masih adanya tumpang tindih izin HD seluas 160 ha dengan
izin penggunaan tambang PT. Gorontalo Mineral. Kedua pemegang izin pemanfaatan
dan penggunaan kawasan untuk tambang mempunyai izin legal karena sama-sama
mengantongi izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Adapun luas blok
pemberdayaan dan skema HD dan HTR di KPHP unit VII Bone Bolango berdasarkan
wilayah administrasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 33. Lokasi Blok Pemberdayaan Berdasarkan Wilayah AdministrasiArahan Blok Kecamatan Desa/Kelurahan Luas (Ha) Ket
BlokPemberdayaan
Bone Pantai Pelita Hijau 555,96Bulango Ulu Ilomata 123,46
Suwawa Selatan
Bondawuna 99,39Bulontala Timur 94,31Libungo 3,03Molintungupo 34,23Pancuran 16,52
Suwawa TimurTulabolo Barat 561,95Tulabolo 578,20Tulabolo Timur 179,08
Jumlah 2246,12
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
106
Gambar 13. Peta blok pemberdayaan masyarakat
Kontribusi blok pemberdayaan dapat dilihat dari besarnya penyerapan tenaga kerja.
Jika diasumsikan seluruh kawasan blok pemberdayaan masyarakat dikelola oleh
masyarakat melalui skema HTR, HKm dan HD maka setidaknya jumlah tenaga kerja
yang akan bekerja pada blok pemberdayaan adalah 4196 orang (asumsi 1 ha akan
mampu dikerjakan oleh 2 orang)
D. Pembinaan dan pemantauan (Controlling) pada areal KPHP yang telah
ada izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan
Pembinaan dan pemantauan terhadap seluruh blok pengelolaan merupakan hal
yang sangat penting untuk dilakukan. Pembinaan pemantauan dilakukan secara terus-
menerus mengacu kepada model pembelajaran bersama dan kesetaraan, sehingga
partisipasi dan asimilasi antara KPH dan masyarakat pemegang ijin pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan terjalin hubungan dengan baik. Pembinaan dan
pemantauan di lakukan secara berjenjang mulai dari tingkat administrasi maupun pada
tingkat manajemen pengelolaan. mekanisme pembinaan dan pengawasan di tingkat
tapak dilakukan dengan cara mengawasi seluruh kegiatan pengelolaan, misalnya untuk
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
107
wilayah ijin hutan tanaman rakyat pengawasan penataan hasil usaha kehutanan
menggunakan mekanisme seperti tertuang dalam Permenhut 42/Menhut II/2014
tentang penataan hasil hutan kayu yang berasal dari hutan tanaman. Sedangkan untuk
pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan mengacu pada dokumen rencana
pengelolaan dan pemantauan lingkungan salah satunya dengan mendirikan pos
pemantauan dan jalan pemeriksaan di dalam KPHP unit VII Bone Bolango.Pada tingkat
administrasi maka instrumen pembinaan dan pengawasan dilakukan berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 14. Mekanisme pembinaan dan pengawasan di KPHP
Proses pembinaan dan pengawasan terhadap pihak pemegang ijin pemanfaatan
dan penggunaan kawasan hutan tidak lepas dari peran dan interaksi staf KPHP unit VII
Bone Bolango dengan para pemegang ijin, semakin tinggi peran dan interaksi
Potensi KPHP unit VII Bone Bolango
1. Kayu2. Jasa lingkungan3. Pertambangan
IUPJL IUPHHK-HA IUPHHK-HTR IPHHBK
InstrumenUU, PP, Permen, Perda
1. Rehabilitasi dan reklamasi2. RKL dan RPL3. Penatausahaan hasil hutan kayu dan HHBK
Pelaporan:1. Menteri Kehutanan2. Bupati dan Gubernur3. Kepala Dinas Kehutanan4. BP2HP Palu5. Kepala KPHP unit VII Bone Bolango
PINJAM PAKAI
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
108
dijalankan maka semakin tinggi pola hubungan yang terbangun antara masyarakat
pemegang ijin dan Staf KPHP unit VII Bone Bolango, sehingga jika terjadi masalah
yang berada di wilayah ijin dapat dipecahkan bersama. Kegiatan jangka panjang untuk
mengakomodir program pembinaan dan pengawasan terhadap masyarakat pemegang
ijin mencakup :
1. Rencana Pengelolaan Lingkungan setiap tahun
2. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) setiap tahun
3. Pemantauan penataan hasil hutan kayu dari hutan alam dan hutan tanaman
dilakukan saat pemanenan
4. Rehabilitasi dan reklamasi pasca ijin eksplorasi dan eksploitasi
E. Penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar ijin
Kegiatan rehabilitasi di KPHP unit VII Bone Bolango mutlak dilakukan mengingat
tingginya tingkat kerusakan hutan di dalam kawasan hutan produksi dan hutan lindung.
Tujuan utama dilakukannya rehabilitasi adalah terpulihnya sumberdaya hutan dan
lahan yang rusak sehingga berfungsi optimal yang dapat memberikan manfaat kepada
seluruh stakeholder, menjamin keseimbangan lingkungan dan tata air DAS, dan
mendukung kelangsungan industri kehutanan
Upaya rehabilitasi ekosistem dikawasan KPHP unit VII Bone Bolango
dilaksanakan diluar areal ijin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Kegiatan
ini diawali dengan pelaksanaan identifikasi dan inventarisasi kerusakan habitat dan
ekosistem di dalam kawasan KPH. Identifikasi ini ditujukan untuk mengetahui sejauh
mana perkembangan ekosistem di dalam kawasan. Apabila ditemukan kerusakan-
kerusakan yang terjadi di dalam ekosistem, faktor penyebabnya serta sejauh mana
dampaknya terhadap keseluruhan proses ekologis di dalam kawasan, maka akan
dihasilkan rekomendasi tentang bentuk-bentuk intervensi pengelola yang perlu
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
109
dilakukan untuk permasalahan tersebut. Pemetaan penutupan vegetasi dan batas-
batas ekosistem serta sebaran wilayah yang rawan terhadap erosi sangat berat dapat
dijadikan dasar untuk menentukan tindakan RHL.
Kegiatan rehabilitasi di KPHP unit VII Bone Bolango dilakukan berdasarkan
data dari RTK-RHL yang dikeluarkan oleh BP-DAS Bone Bolango. Berdasarkan kriteria
data RTK-RHL prioritas lahan yang harus direhabilitasi adalah lahan dengan kategori
kritis dan sangat kritis. Berdasarkan kriteria ini maka total luas lahan harus direbalitasi
mencapai 7.213 ha dengan luas lahan terbesar yang harus direhabilitasi terdapat di
blok pemanfaatan hutan lindung seluas 5.327,05 ha seperti yang terlihat pada tabel dan
gambar dibawah ini
Tabel 34. Luas Lahan di KPHP yang harus direhabilitasi
NO BLOKTUTUPAN
LAHANLUAS KECAMATAN
LUAS
1 Blok Pemanfaatan
Semak belukar 2452,82 Bone 5,70Pemukiman 22,36 Bone Pantai 1461,32PertanianLahan Kering
481,95 Botupingge619
PertanianLahan KeringSekundercampur semak
2369,92 Bulango Ulu 44,13Bulango Utara 30,93Kabila Bone 1.877,99Suwawa Selatan 1.284,94Suwawa Timur 3,04
2 Blok PemanfaatanHHK-HA
Semak belukar 26,81
Bone 34,93PertanianLahan KeringSekundercampur semak
8,12
3
Blok PemanfaatanJasling & HHHBK
Semak belukar 387,39 Bone Pantai80,86
Pemukiman 1,12 Bone Raya 64,05Tanah terbuka 53,42 Bulawa 186,20PertanianLahan Kering
342,78 Suwawa Selatan12,11
PertanianLahan KeringSekundercampur semak
585,19 Suwawa Timur 44,16
4 Blok Pemberdayaan Semak belukar 243,24 Bone Pantai 9,54
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
110
MasyarakatPertanianLahan Kering
44,19 Bulango Ulu81,71
PertanianLahan KeringSekundercampur semak
194,49 Suwawa Selatan 29,55
Suwawa Timur 122,43
Kegiatan RHL harus segera dilaksanakan untuk memulihkan kondisi lingkungan.
Kegiatan RHL di KPHP unit VII Bone Bolango direncanakan akan diselesaikan dalam
jangka waktu 10 tahun atau menyesuaikan dengan kondisi pendanaan dan
sumberdaya manusia/tenaga kerja. Jika RHL ditargetkan selesai dalam jangka waktu
10 tahun maka setiap tahun luas wilayah yang akan di rehabilitasi mencapai 501,80
ha/tahun. Mengingat pendanaan yang terbatas maka pihak KPHP unit VII Bone
Bolango dapat bekerjasama dengan instansi lain seperti BPDAS Bone Bolango untuk
melakukan kegiatan RHL, agar target RHL setiap tahun dapat tercapai.
Gambar 15. Lokasi rencana RHL (diarsir gelap) di KPHP unit VII Bone Bolango
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
111
Kegiatan RHL diluar izin akan menyesuaikan dengan blok pengelolaan. Misalnya
jika kegiatan RHL dilakukan di blok pemanfaatan HHK-HA maka jenis kayu yang
ditanam adalah jenis kayu kelas satu dan metode silvikultur yang dipergunakan adalah
tebang pilih tanam indonesia (TPTI), dan jika kegiatan RHL dilakukan di blok
pemanfaatan kawasan hutan lindung maka jenis kayu yang ditanam adalah tanaman
berkayu yang dikombinasikan dengan tanaman MPTs atau tanaman penghidupan.
F. Pembinaan dan pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitasi di
dalam izin
Hingga saat ini di KPHP unit VII Bone Bolango terdapat 5 ijin pemanfaatan
kawasan hutan yaitu ijin pemanfaatan untuk HHBK dan izin pemanfaatan untuk HD dan
HTR. Secara umum kegiatan izin pemanfaatan belum menimbulkan dampak karena
kegiatan pemanfaatan umumnya hanya untuk HHBK rotan, adapun kegiatan HD dan
HTR belum berjalan meskipun telah terdapat PAK yang ditetapkan oleh Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Berdasarkan data dari RTK-RHL kerusakan wilayah
hutan hanya berada pada wilayah izin penggunaan untuk tambang milik PT. Gorontalo
Mineral. Adapun wilayah yang harus di rehabilitasi di dalam izin PT. Gorontalo Mineral
adalah
Tabel 35. Luas lahan yang harus di rehabilitasi di dalam izin PT. Gorontalo Mineral
NO BLOKFUNGSI KAWASAN HUTAN
TotalHL HPT
1 Blok Pemanfaatan 472,87 472,87
2 Blok Pemanfaatan Jasling & HHBK 918,48 918,48
3 Blok Pemberdayaan Masyarakat 91,87 91,87
Grand Total 472,87 1.010,35 1.483,22
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
112
Sebagai bagian dari wilayah KPHP unit VII Bone Bolango maka pihak KPHP
berkewajiban melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap wilayah yang akan
direhabilitasi oleh para pemegang izin.
Proses pembinaan dan kontrol dalam pelaksanaan RHL didalam izin dilakukan
dalam 2 kegiatan. Kegiatan pertama adalah memberikan juknis RHL sebagai bentuk
pembinaan. Kegiatan kedua adalah melakukan monitoring bersama antara pihak KPHP
unit VII dengan pemegang izin dengan melibatkan BP-DAS Bone Bolango sebagai
salah satu pemangku kegiatan RHL. Kegiatan monitoring dilakukan untuk melihat
keberhasilan pertumbuhan tanaman yang dilakukan mulai tahun pertama pemeliharaan
(T1) sampai dengan tahun ketiga pemeliharaan (T3). Keberhasilan tumbuh tanaman
hasil reboisasi di wilayah berizin bisa dijadikan ukuran kinerja pengelolaan lingkungan
Pelaksanaan pembinaan terhadap para pemegang ijin dilaksanakan oleh
organisasi sebagai berikut :
1. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
2. Gubernur dibantu oleh Kepala Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi
Provinsi Gorontalo
3. Bupati dibantu Kepala Dinas Kehutanan Pertambangan Bone Bolango yang
membidangi Kehutanan
4. Kepala KPH yang dibantu oleh kepala resort setiap blok pemanfaatan.
Proses pembinaan dan pemantauan terhadap kegiatan RHL di dalam izin meliputi hal-
hal sebagai berikut:
1. Pembinaan dan pengawasan terhadap sipil teknis RHL yang dilakukan oleh
pemegang ijin
2. Pembinaan dan pengawasan terhadap tata cara rehabilitasi dan reklamasi
berdasarkan juknis yang ditetapkan oleh pemerintah/pengelola KPH
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
113
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap tata cara pelaporan RHL oleh pemegang
ijin;
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap diseminasi kemajuan RHL kepada semua
stakeholder di KPHP unit VII Bone Bolango
Beberapa peraturan yang dapat dirujuk sebagai pedoman dalam rangka
pembinaan RHL di dalam ijin adalah sebagai berikut
1. Permenhut No 70/Menhut II/2008 tentang Pedoman Teknis RHL
2. Permenhut No 12/Menhut II/2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan RHL
G. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam.
Berdasarkan kondisi sosial dan ekologi pada beberapa lokasi di wilayah KPHP
unit VII Bone Bolango tidak sedikit areal yang perlu mendapat perhatian khusus
terutama dalam mengamankan wilayah KPHP dari berbagai sumber konflik seperti
upaya-upaya penolakan kehadiran KPHP, rusaknya ekosistem DAS sebagai
penyimpan dan pengatur tata air bagi irigasi pertanian di kawasan bawahannya,
penyelamatan flora dan fauna langka dan endemik sulawesi, serta pengakuan hak-hak
masyarakat. Atas pertimbangan tersebut maka dipandang perlu menangani sumber-
sumber-sumber konflik dan permasalahan lingkungan yang ada melalui penunjukan
kawasan hutan dengan tujuan konservasi alam.
Perlindungan Hutan dan konservasi alam diselenggarakan dengan tujuan untuk
menjaga hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi
konservasi dan fungsi produksi dapat tercapai secara optimal dan lestari. Perlindungan
hutan ini merupakan usaha untuk :
a. Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan yang
disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, bencana alam, hama
serta penyakit.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
114
b. Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas
hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan
dengan pengelolaan hutan
Rencana kegiatan perlindungan dan konservasi sumber daya alam di KPHP unit
VII Bone Bolango mengacu kepada Keppres 32 Tahun 1990 tentang kawasan lindung.
Untuk KPHP unit VII Bone Bolango, kegiatan perlindungan dan konservasi SDAH
difokuskan pada 3 kegiatan, yaitu perlindungan terhadap sumber mata air,
perlindungan terhadap erosi/rawan longsor dan pengelolaan keanekaragaman hayati.
Deliniasi peta terhadap kegiatan tersebut dapat dilihat pada peta di bawah ini
Gambar 16. Lokasi Rencana Perlindungan dan Konservasi Alam
Lokasi perlindungan dan konservasi ini berada di blok inti dan blok perlindungan
dan secara administrasi terletak di Kecamatan Bulango Utara dan Bulango Ulu dengan
luas total mencapai 3754,03 Mengingat lokasi rencana perlindungan dan konservasi ini
sangat berdekatan dengan kawasan konservasi TN-BNW, maka KPHP unit VII Bone
Bolango juga telah menetapkan wilayah dengan nilai konservasi tinggi (HCVF). Konsep
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
115
HCVF didisain untuk membantu para pengelola hutan dalam usaha-usaha peningkatan
keberlanjutan sosial dan lingkungan hidup dengan menggunakan pendekatan dua
tahap, yaitu: 1) mengidentifikasikan areal-areal di dalam atau di dekat suatu unit
majemen (UM) yang mengandung nilai-nilai sosial, budaya dan/atau ekologis yang luar
biasa penting, dan 2) menjalankan suatu sistem pengelolaan dan pemantauan untuk
menjamin pemeliharaan dan/atau peningkatan nilai-nilai tersebut. Wilayah-wilayah yang
menjadi kawasan HCVF adalah sumber mata air, sempadan sungai, kawasan hutan
primer dengan lereng di atas 45%. Adapun wilayah HCVF di KPHP unit VII Bone
Bolango di tampilkan pada peta HCVF di bawah ini.
Gambar 17. Peta HCVF di KPHP unit VII Kabupaten Bone Bolango
H. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin.
Sehubungan dengan banyaknya komponen kegiatan usaha dan unsur-unsur
pelaksana kegiatan pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan di wilayah
KPHP unit VII Bone Bolango maka sangat penting diselenggarakan koordinasi dan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
116
sinkronisasi antar pemegang ijin usaha. Dalam rangka mewujudkan terselenggaranya
koodinasi dan sinkronisasi, pihak KPHP unit VII Bone Bolango bertugas dalam
memfasilitasi setiap kepentingan yang ada agar tidak terjadi tumpang tindih
kepentingan antar pemegang ijin.
Sesuai Tupoksi KPHP unit VII Bone Bolango selaku pemangku kawasan hutan di
wilayah kerjanya serta selaku manajer kawasan hutan maka pengelola KPHP perlu
membangun suatu sistem koordinasi solid antar KPHP unit VII Bone Bolango dengan
pelaku-pelaku usaha di wilayahnya, serta antar dan inter para pelaku usaha
pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan. Karena itu direkomendasikan
sistem koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin sbb.:
1. Koordinasi dan sinkronisasi dalam penetapan batas dan pemancangan pal-pal
batas persekutuan antar pemegang ijin.
2. Koordinasi dan sinkronisasi program dalam pengelolaan blok-blok inti, dan blok-
blok perlindungan di wilayah KPH.
3. Koordinasi dan sikronisasi program dalam pengelolaan dan pemantauan
lingkungan, termasuk dalam pengelolaan dan pengendalian dampak
lingkungan.
4. Koordinasi dan sinkronisasi dalam program pemanfaatan jaringan jalan
angkutan lintas antar pemegang ijin.
5. Koordinasi dan sinkronisasi program dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi
hutan dan reklamasi hutan.
6. Koordinasi dan sinkronisasi program dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat.
7. Koordinasi dan sinkronisasi program pengembangan jenis-jenis tanaman
kehutanan dan MPTs.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
117
8. Koordinasi dan sinkronisasi program pengembangan sistem pemasaran hasil
tanaman kehutanan dan MPTs.
Dalam penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin,
pemangku wilayah KPHP unit VII Bone Bolango memiliki peran penting dalam
memfasilitasi setiap rencana dan pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi.
Terhadap wilayah-wilayah KPH yang belum ada pemegang ijinnya maka KPHP
unit VII Bone Bolango bertanggungjawab melakukan koordinasi dan sinkronisasi
program-program kegiatan pengelolaan hutan dengan setiap pemegang ijin usaha di
wilayah kerjanya. Adapun bentuk sinkronisasi dan koordinasi antara pemangku
kawasan KPHP unit VII Bone Bolango dengan pemegang izin maupun calon pemegang
izin di uraikan dalam matriks berikut
Tabel 36. Matriks Bentuk sinkronisasi antar pemegang izin
No Jenis PerizinanPemanfaatan Hutan
Ruang Lingkup Kewenangan dalam rangkaKoordinasi dan Sinkronisasi
1. IUPKa. Hutan Lindung (untuk
HKM)b. Hutan Produksi
1. Prakondisi dan penyiapan lokasi/pencadanganareal dalam rangka pemberian izin
2. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana Kerja Usahamengacu pada Rencana Pengelolaan JangkaPanjang/Jangka Pendek KPHP unit VII BoneBolango
3. Pemantauan dan Penilain Kinerja2. IUPJL
a. Hutan Lindungb. Hutan Produksi
1. Prakondisi/penyiapan lokasi dan Master PlanIUPJL berdasarkan Rencana PengelolaanJangka Panjang/Jangka Pendek KPHP unit VIIBone Bolango
2. Pemantauan dan Penilian Kinerja3. IUPHHK
a. Hutan Alamb. Restorasi
1. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana Kerja Usahamengacu pada Rencana Pengelolaan JangkaPanjang/Jangka Pendek KPHP unit VII BoneBolango
2. Singkronisasi kewenangan :a. Pertimbangan Teknisb. Pengesahan RKTc. Pemantauan dan Penilaian Pelaksanaan
Kegiatand. Menerima laporan Hasil evaluasi 5 tahun
RKU3. Pemantauan dan Penilian Kinerja
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
118
No Jenis PerizinanPemanfaatan Hutan
Ruang Lingkup Kewenangan dalam rangkaKoordinasi dan Sinkronisasi
a) HTRb) HTHR
1. Prakondisi dan penyiapanlokasi/pencadangan areal dalam rangkapemberian izin.
2. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana KerjaUsaha mengacu pada Rencana PengelolaanJangka Panjang/Jangka Pendek KPHP unitVII Bone Bolango
3. Pemantauan dan Penilain Kinerja4. Singkronisasi kewenangan :
a. Pemberian Izinb. Pengesahan RKTc. Pemantauan dan Penilaian Pelaksanaan
KegiatanIUPHHKa. HKmb. HD
1. Prakondisi dan penyiapanlokasi/pencadangan areal dalam rangkapemberian izin.
2. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana KerjaUsaha mengacu pada Rencana PengelolaanJangka Panjang/Jangka Pendek KPHP unitVII Bone Bolango
3. Pemantauan dan Penilain Kinerja4 1. IUPHHBK
2. IPHHK3. IPHHBK
a. Hutan Lindungb. Hutan Produksi
1. Prakondisi dan penyiapanlokasi/pencadangan areal dalam rangkapemberian izin.
2. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana KerjaUsaha mengacu pada Rencana PengelolaanJangka Panjang/Jangka Pendek KPHP unitVII Bone Bolango
3. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana KerjaUsaha mengacu pada Rencana PengelolaanJangka Panjang/Jangka Pendek KPHP unitVII Bone Bolango
5 Izin Penggunaan KawasanHutan
1. Pertambangan (PTGM)
2. Non Kehutanan3. Lainnya
1. Prakondisi dan penyiapanlokasi/pencadangan areal dalam rangkapemberian izin.
2. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana KerjaUsaha mengacu pada Rencana PengelolaanJangka Panjang/Jangka Pendek KPHP unitVII Bone Bolango
3. Penyelarasan/sinkronisasi Rencana KerjaUsaha mengacu pada Rencana PengelolaanJangka Panjang/Jangka Pendek KPHP unitVII Bone Bolango
I. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan Stakeholders.
Koordinasi menjadi sangat penting untuk membangun kesepahaman dalam
rangka pembangunan sektor kehutanan. Hal ini dilakukan karena pembangunan sektor
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
119
kehutanan membutuhkan dukungan dari para pihak untuk keberlangsungan program
dan kegiatan di KPHP unit VII Bone Bolango. Keberlangsungan program dan kegiatan
dalam pengelolaan KPHP unit VII Bone Bolango merupakan sebuah keharusan. Untuk
menindaklanjuti keberlanjutan program maka perlu mengidentifikasi pihak-pihak yang
berkepentingan dengan kawasan hutan di KPHP unit VII Bone Bolango. Hasil
identifikasi stakeholder, terdapat 27 stakeholder berkepentingan dalam pengelolaan
KPHP unit VII Bone Bolango seperti yang terdapat Tabel 30. Stakeholder yang di
identifikasi ini adalah stakeholder yang mempunyai peluang membuat program dan
kegiatan sekaligus stakeholder yang menjadi penentu kebijakan pembangunan di
KPHP unit VII Bone Bolango dengan berpatokan pada rencana pengelolaan KPHP unit
VII Bone Bolango. Adapun stakeholder dengan berbagai macam kepentingan tersebut
diuraiakan pada tabel di halaman selanjutnya
Tabel 37. Daftar Stakeholder yang terlibat dalam Pengelolaan KPHP unit VII Bone BolangoNo Organisasi Stakeholders
I Pemerintah Pusat
Taman Nasional Bogani Nani WartaboneBKSDA Sulawesi Utara Seksi Bone BolangoBPKH Wilayh XV Bone BolangoBP-DAS Bone BolangoBalai Wilayah Sungai II SulawesiBP2HPBPK Sulawesi UtaraBPTH MakassarBDK Makassar
II Pemerintah Daerah
Dinas Kehutanan Pertambangan EnergiBAPPEDADinas Pekerjaan UmumBadan Lingkungan Hidup/BalihristiDPRDPDAMDinas Pertanian dan Tanaman PanganBadan Penyuluh KehutananCamatKepala Desa dan BPD
III Lembaga IndependentUniversitas GorontaloLSM Lingkungan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
120
Lembaga DonorForum DAS
IV MasyarakatTokoh MasyarakatMasyarakat lokal
V SwastaPT. Gorontalo Mineral (IUP)PT. Sumber Energi Lestari (PLTMH)
Untuk mengoptimalkan peran stakeholder yang berpengaruh pada kebijakan
rencana pengelolaan KPHP unit VII Bone Bolango maka perlu dilakukan strategi
pelibatan partisipasi stakeholder untuk dapat meminimalisir tumpang tindih kegiatan.
Partisipasi merupakan proses keterlibatan stakeholders dalam mempengaruhi dan ikut
mengendalikan jalannya rangkaian penyusunan kebijakan yang berdampak kepadanya.
Karena itu tiap stakeholder akan memiliki tingkat keterlibatan yang berbeda-beda
sesuai dengan bobot yang dimilikinya. Bobot yang dimaksud adalah tingkat (kedekatan)
kepentingan stakeholder bersangkutan dengan pengambil keputusan dan kekuatan
pengaruhnya terhadap proses penyusunan kebijakan. Adapun partisipasi stakeholder
yang seharusnya terlibat dalam rencana pengelolaan KPHP unit VII Bone Bolango
dapat dilakukan dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 38. Mekanisme Partispasi Stakeholder dalam Pengelolaan KPH
Aspek
Jenis Partisipasi
Memberikan informasi Koordinasi Pelaksana
KegiatanRehabilitasi
BP-DAS, TNBNW,BKSDA, Kepala Desa,LSM, Masyarakat. PT.GM, PT. SEL
BPKH, TNBNW BP-DAS,BKSDA, DinasKehutanan PertambanganEnergi, BAPPEDA, DinasPertanian, Kepala Desa,Dinas PU, BLH, DPRD
Dinas Kehutanan, BP-DAS Bone Bolango,PT. GM dan PT SEL
Kegiatan BisnisPemanfaatankawasan hutan
Kepala Desa,Masyarakat sekitarhutan
Kepala Desa, BAPPEDA,PU,DPRD
PT GM, PT SEL, danInvestor yang berminat
PenguatanKelembagaanPetani danMasyarakat
Kepala Desa, LSM, UnivGorontalo
Kepala Desa, BAPPEDA,Badan Penyuluh,Bakorluh, DPRD, Univ.Gorontalo, DinasPertanian
Badan Penyuluh,Bakorluh, UnivGorontalo, DinasPertanian, Lembaga
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
121
Donor
Monitoring danEvaluasi
Kepala Desa,Masyarakat sekitarhutan, BLH, Gorontalo
Kepala Desa, BAPPEDA,DPRD
Dinas Kehutanan,Satpol PP, BLH, KPHPunit VII Bone Bolango
Agar para pihak dapat menjalankan program dan kegiatannya secara
terintegrasi maka perlu di mediasi melalui sebuah forum dimana anggota forum
tersebut adalah stakeholders yang berkepentingan dengan KPHP unit VII Bone
Bolango. Keberadaan forum pengelolaan KPHP unit VII Bone Bolango sangat penting
dalam mengintergrasikan seluruh program dan kegiatan di KPH. Fungsi utama forum
KPHP unit VII Bone Bolango adalah 1) menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat terkait pengelolaan KPH; 2) memberikan sumbangan pemikiran dalam
pengelolaan KPH; dan 3) menumbuhkan dan mengembangkan peran pengawasan
masyarakat dalam pengelolaan KPH.
Tabel 39. Jadwal Penyelenggaraan Kegiatan Koordinasi dan Sinkronisasi antara Pemegang Izin
No Ruang LingkupKegiatan
Target Pencapaian Tahun Ke IndikatorI II III IV V VI VII VIII IX X1. Identifikasi
perizinan,permasLahan dankoordinasi instansiterkait
KesamaanPersepsi danKonsepsiPengelolaan
2. Penyusunan Granddesign Tata KelolaPerizinan diwilayah kelolaKPHP Gularaya
ArahanTataKelolaPengelolaanHutan olehPemegang Izin
3. SinkronisasiRencana KerjaUsahaPemegangan Izinmengacu padaRencanaPengelolaan HutanJangkaPanjang/JangkaPendek KPHP
Kesesuaianantara RPH-KPHP...denganRencana KerjaUsahaPemegang Izin
4. Koordinasi,Evaluasi,Pembinaan danPengendalian
PengelolaanHutan SecaraLestari sesuaiFungsinya
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
122
J. Penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM.
Dalam penguatan kapasitas kelembagaan KPHP unit VII Bone Bolango menuju
KPH yang mandiri dibutuhkan peningkatan sumberdaya manusia (SDM) yang
mengelolanya, baik dari aspek kuantitas maupun kualitas. Kualitas SDM terutama yang
terkait dengan kualifikasi dan kompetensi staf yang memiliki relevansi dengan
komponen-komponen kegiatan yang akan ditanganinya. Selanjutnya dalam rangka
meningkatkan kapasitas kelembagaan KPH dalam menangani wilayah kelolanya, dinilai
penting menyelenggarakan resort-resort di wilayah tertentu.
Menteri LHK sendiri telah memutuskan tentang standart kompetensi KPH melalui
Permenhut No.: P. 42/Menhut-II/ 2011Tentang Standar Kompetensi Bidang Teknis
Kehutanan Pada KesatuanPengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi, dijelaskan beberapa hal terkait dengan standar kompetensi SDM untuk
pengelolaan KPH sbb.:
Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seseorang,
mencakuppengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya secara profesional, efektif dan efisien.
Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,
wewenang danhak seseorang pegawai dalam melaksanakan pekerjaan pada
suatu organisasi.
Pengelolaan kawasan KPHP unit VII Bone Bolango sangat membutuhkan
dukungan dan kemampuan personil yang memadai. Kapasitas personil menentukan
berhasil tidaknya pengelolaan. Untuk itu diperlukan pengembangan dan peningkatan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
123
bagi personil dari segi pengetahuan berupa pendidikan, pelatihan-pelatihan penunjang
berupa keahlian pada bidang-bidang tertentu, dan penggalian informasi dari luar yang
dapat menambah pengalaman dan wawasan. Beberapa upaya yang telah dilaksanakan
dalam peningkatan kapasitas staf KPHP unit VII Bone Bolango saat ini, antara lain
perbaikan jenjang pendidikan ke Strata-1 maupun S-2 yang dilakukan secara mandiri
maupun program beasiswa. Disamping itu, mengikut sertakan beberapa staf dalam
program pendidikan dan pelatihan, baik itu di Pusat atau Balai Diklat Kehutanan
maupun ke lembaga-lembaga lain serta menyertakan petugas untuk terlibat pada
berbagai program dan kegiatan di kabupaten yang terkait dalam upaya pengelolaan
KPH. Beberapa kegiatan jangka panjang dalam program peningkatan kapasitas
personil antara lain :
(1) Perbaikan jenjang pendidikan
(2) Pemetaan kompetensi
(3) Diklat SDM Pengelola KPH
(4) Pertukaran kunjungan staf pengelola
(5) Studi perbandingan
(6) Magang pegawai
(7) Rekrutmen Pegawai KPH
K. Penyedian pendanaan.
Pengelolaan KPHP unit VII Bone Bolango membutuhkan dana yang tidak kecil
dalam penyelenggaraan setiap jenis kegiatan usahanya. Karena itu dalam
penyelenggaraan setiap jenis kegiatan usaha akan dilakukan dalam bentuk kemitraan
dengan berbagai pihak akan berminat berinvestasi di wilayahnya. Untuk mencapai
maksud tersebut, KPHP unit VII Bone Bolango menawarkan berbagai produk
pemanfaatan kawasan hutan dan penggunaan kawasan hutan. Dalam rencana sepuluh
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
124
tahun ke depan, KPHP unit VII Bone Bolango menawarkan rencana usaha
pemanfaatan hutan, yaitu rencana pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam (HHK-
HA), rencana pemanfaatan jasa lingkungan (jasa wisata alam, jasa aliran air), dan
rencana pemungutan hasil hutan bukan kayu dalam hutan alam pada hutan lindung
(HHBK-rotan/getah/dll.). Rencana-rencana usaha pemanfaatan kawasan hutan dan
hasil hutan tersebut diharapkan pendanaannya bersumber dari pemegang ijin usaha.
Sesuai ketentuan, pengelola KPHP unit VII Bone Bolango diperkenankan
mengelola dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan pihak lain yang sifatnya tidak mengikat.
Pengelolaan KPHP unit VII Bone Bolango yang optimal membutuhkan dana yang
cukup besar mengingat wilayah kelola KPH sangat luas. Dana tersebut tidak mungkin
dicukupi hanya dari keuangan negara. Oleh karena itu, keterlibatan pihak lain seperti
pemerintah provinsi untuk menyediakan dana bagi KPHP unit VII Bone Bolango
sebagai bagian dari desentralisasi kekuasaan politik, anggaran dan administrasi bisa
menjadi alternatif pendanaan. Cara pendanaan yang paling mudah dilakukan untuk
melengkapi dana APBN/APBD adalah bermitra dengan lembaga donor untuk
melakukan aktivitas pengelolaan di KPHP unit VII Bone Bolango. Selama ini
pembiayaan KPHP unit VII Bone Bolango masih berasal dari dana APBN salah satunya
melalui penyediaan sarana dan prasarana kantor KPHP unit VII Bone Bolango
termasuk pengadaan mobil operasional. Penyediaan pendanaan oleh pemerintah
kedepannya harus dikurangi untuk mengurangi beban negara. Salah satunya adalah
dengan mendorong KPHP unit VII Bone Bolango menggunakan skenario PPK-BLUD.
Pengelolaan dengan model PPK-BLUD dirasakan lebih fleksibel karena KPHP unit VII
Bone Bolango akan lebih fleksibel dalam mengelola unit bisnisnya dengan tetap
mengedepankan fungsi pelayanan publik. Pendanaan lainnya yang bisa dilakukan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
125
adalah dengan mengembangan bisnis pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam,
pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman, dan pemanfaatan hasil air baku (jasa
lingkungan)
Adapun jumlah biaya yang dibutuhkan dalam rangka pembangunan KPHP unit
VII Bone Bolango sepuluh tahun ke depan (periode tahun 2016-2025) sebesar Rp.
96.511.369,700.- dengan rincian sbb.: (a) Biaya umum (penunjang dan teknis) sebesar
Rp. 15.673.746,20.- (b) Biaya pengelolaan dalam bentuk pemanfaatan hutan kayu
hutan alam hasil restorasi (HHK-HA) sebesar Rp. 20.046.576,00,-; (c) Biaya
Rehabilitasi Hutan (RH) sebesar Rp. 34.456.447,500.- (d) Biaya pengembangan jasa
lingkungan (Jasling) dan HHBK (rotan, dll) Rp. 55.300.800,000.- (e) Biaya
pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pengembangan hutan tanaman sebesar Rp.
2.625.000,000.-
Dari sejumlah pembiayaan di atas, diharapkan perolehan pendapatan atau
keuntungan bersih dalam periode 10 tahun (2016-2025) sebesar Rp. 108.080.672.650.-
Pendapatan terbesar diharapkan bersumber dari: a) pemanfaatan jasling dan HHBK
baik di HP maupun di HL sebesar Rp 59.790.163.490 (b) HHK-HA sebesar Rp.
11.286.584.000.- (c) pemanfaatan tanaman hasil reboisasi sebesar Rp 21.482.016.000.
Pendapatan ini belum termasuk kontribusi pihak pengguna kawasan hutan yaitu PT
Gorontalo Mineral (IUP) dan PT SEL (PLTMH) Selain itu, pendapatan KPHP unit VII
Bone Bolango diharapkan pula bersumber dari hasil pengembangan hutan tanaman
dalam skema pemberdayaan masyarakat dalam bentuk kontribusi hasil usaha. KPHP
unit VII Bone Bolango akan memberikan kontribusi PAD sebesar Rp
4.002.987..880/tahun kepada Pemerntah Kabupaten Bone Bolango mulai tahun 2023.
Perhitungan secara rinci mengenai rencana pembiayaan (input) dan pendapatan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
126
(output) pembangunan KPHP unit VII Bone Bolango periode tahun 2016-2025 disajikan
pada Tabel.
Berdasarkan hasil perhitungan laba rugi KPHP unit VII Bone Bolango, diketahui
bahwa KPH baru akan memperoleh penghasilan dengan nilai posisi pada tahu 2023,
dengan demikian selama periode tahun 2016-2022 KPH ini masih membutuhkan
dukungan dana dari pemerintah dan pemerintah daerah sebesar Rp. 27.530.872.790
selama periode 2016-2022. Berdasarkan kondisi tersebut maka KPH ini sudah dapat
mempersiapkan manajemen kelolanya dalam bentuk Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD) pada tahun 2020, dan mulai tahun 2023 KPH ini diharapkan menjadi KPH yang
mandiri dalam hal pembiayaannya. Untuk mencapai target di atas, pihak KPHP unit VII
Bone Bolango perlu melaksanakan pembangunan KPH-nya sesuai rencana program
yang telah ditetapkan dalam rencana ini, mengusahakan adanya pengembangan
kemitraan usaha dengan pihak ke-3, serta disiplin dalam pelaksanaan tugas-tugas
pengelolaan hutan. Rencana pendapatan dan pembiayaan sebagaimana dijelaskan,
belum diperhitungkan kegiatan pemanfaatan mineral tambang dalam blok pemanfaatan
kawasan hutan di wilayah KPH. Hal tersebut disebabkan belum ada data riil mengenai
jenis dan usaha pertambangan serta perusahaan yang telah memperoleh ijin investasi
dari Kementerian Kehutanan.
L. Pengembangan database
Diera teknologi informasi dan globalisasi saat ini, database akan menjadi sangat
penting dibutuhkan, terutama pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan
pengelolaan, dan tahap evaluasi dan pengendalian.Melalui penyajian database yang
sistematis, akurat, menjadikan suatu lembaga, tak terkecuali lembaga KPHP unit VII
Bone Bolango dalam melaksanakan pengelolaan hutannya.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
127
Database kawasan dan potensi hutan KPHP unit VII Bone Bolango yang terkelola
baik akan menjadi sistem informasi kehutanan yang memiliki “nilai jual” yang tinggi dan
alat kontrol yang optimal dalam mengukur kinerja lembaga dan personil pengelolanya.
KPHP unit VII Bone Bolango sepantasnya membangun sistem database-nya lebih awal
sebelumnya memasarkan produk-produk nya kepada publik. Karena sistem database
yang on-line diharapkan KPHP unit VII Bone Bolango ini mampu menembus pasar
internasional dalam menawarkan rencana produk pengelolaan hutannya. Sehubungan
dengan uraian tersebut, dengan sistem database yang telah terbangun dapat
dikembangkan menjadi sistem informasi kehutanan KPHP unit VII Bone Bolango
(SISHUT KPHP unit VII Bone Bolango).
Dalam Permnhut No.: P.02/Menhut-II/2010 Tentang Sistem Informasi Kehutanan.
dalam pengembangan database KPHP unit VII Bone Bolango akan mengacu pada
Permenhut tersebut dengan beberapa batasan tentang sistem informasi kehutanan
sbb.:
Standar adalah acuan yang dipakai sebagai patokan dalam penyelenggaraan
sistem Informasikehutanan pada tingkat KPHP unit VII Bone Bolango.
Prosedur adalah metode atau tata cara untuk penyelenggaraan sistem informasi
kehutanan pada tingkat KPHP unit VII Bone Bolango
Data adalah gambaran dari sekumpulan fakta, konsep atau instruksi yang
tersusun dalam suatu cara atau bentuk yang formal sehingga sesuai untuk
komunikasi, interpretasi atau pemrosesan secara manual atau otomasi.
Data digital adalah data yang telah diubah dalam bentuk atau format yang dapat
dibaca oleh perangkat elektronik.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
128
Data spasial adalah data hasil pengukuran, pencatatan dan pencitraan terhadap
suatu unsur keruangan yang berada di bawah, pada atau di atas permukaan
bumi dengan poisisi keberadaannya mengacu pada sistem koordinat nasional.
Data numerik adalah data yang merupakan atribut dari data spasial atau data
lain yang tidak terkait dengan aspek keruangan.
Basis data adalah Koleksi dari sekumpulan data yang berhubungan atau terkait
satu sama lain, disimpan dan dikontrol bersama dengan suatu skema atau
aturan yang spesifik sesuai dengan struktur yang dibuat.
Sistem Informasi Kehutanan adalah kegiatan pengelolaan data kehutanan yang
meliputi kegiatan pengumpulan, pengolahan dan penyajian serta tata caranya
secara digital.
Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis dan/atau menyebarkan
informasi.
Penerapan sistem informasi kehutanan KPHP unit VII Bone Bolango
dimaksudkan sebagai acuan dalam penyelenggaraansistem informasi kehutanan
sebagai norma, standar, prosedur dan kriteria dalam penyelenggaraan sistem informasi
kehutanan di tingkat KPH. Tujuan penetapan sistem informasi kehutanan KPHP unit VII
Bone Bolango adalah terlaksananya penyelenggaraan sistem informasi kehutanan
secara terkoordinasi dan terintegrasi sebagai pendukung dalam prosespengambilan
keputusan serta peningkatan pelayanan bagi publik dan dunia usaha.
Jenis data kehutanan yang diperlukan dalampenyelenggaraan sistem informasi
kehutanan pada KPHP unit VII Bone Bolango meliputi data:a. Kawasan dan potensi
hutan;b. Industri kehutanan;c. Perdagangan hasil hutan;d. Rehabilitasi lahan kritis;e.
Pemberdayaan masyarakat; danf. Tata kelola kehutanan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
129
Data kawasan dan potensi Hutan antara lain meliputi:a. Luas kawasan hutan dan
perairan;b. Tata batas kawasan hutan;c. Luas kawasan hutan yang telah ditetapkan;d.
Luas dan letak perubahan fungsi dan peruntukan kawasan hutan;e. Luas dan letak
kesatuan pengelolaan hutan;f. Potensi hasil hutan kayu;g. Potensi hasil hutan bukan
kayu;h. Luas areal yang tertutup dan tidak tertutup hutan;i. Luas dan letak areal
penggunaan kawasan hutan;j. Jenis flora dan fauna yang dilindungi;k. Gangguan
keamanan hutan;l. Lokasi dan luas areal kebakaran hutan; danm. Perlindungan hutan.
Data industri kehutanan antara lain meliputi:a. Jumlah dan luas ijin usaha
pemanfaatan hasil hutan kayu;b. Jumlah dan luas ijin usaha pemanfaatan hasil hutan
bukan kayu;c. Jumlah dan luas ijin usaha pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata
alam;d. Jumlah ijin pengusahaan tumbuhan dan satwa liar;e. Produksi kayu bulat dan
kayu olahan (Produksi hasil hutan bukan kayudan Pelaksanaan sistem silvikultur
intensif);f. Jumlah dan kapasitas industri primer kehutanan; dang. Sertifikasi
pengelolaan hutan.
Data perdagangan hasil hutan antara lain meliputi:a. Volume dan nilai ekspor hasil
hutan kayu dan bukan kayu;b. Volume dan nilai impor kayu bulat dan kayu olahan;c.
Nilai perdagangan tumbuhan dan satwa liar;d. Potensi penyerapan dan perdagangan
karbon;e. Nilai PNBP dari penggunaan kawasan hutan; danf. Kontribusi sektor
kehutanan terhadap Produk Domestik Bruto.
Data rehabilitasi lahan kritis antara lain meliputi:a. Lokasi dan luas lahan kritis
berdasarkan DAS;b. Laju deforestasi dan degradasi;c. Hasil kegiatan rehablitasi hutan
dan lahan;d. Luas dan lokasi kegiatan reklamasi kawasan hutan; dan e.
Pengembangan kegiatan perbenihan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
130
Data pemberdayaan masyarakat antara lain meliputi:a. Lokasi dan luas hutan desa;b.
Jumlah, letak dan luas areal hutan tanaman rakyat;c. Letak dan luas areal hutan
rakyat;d. Letak dan luas areal hutan kemasyarakatan;e. Pengelolaan Hutan Bersama
masyarakat (PHBM);f. Pembangunan masyarakat desa hutan (PMDH);g. Peningkatan
ekonomi masyarakat di sekitar kawasan konservasi; dan h. Peningkatan usaha
masyarakat di sekitar hutan produksi.
Data tata kelola kehutanan antara lain meliputi:a. Jumlah dan sebaran PNS instansi
kehutanan;b. Alokasi dan realisasi anggaran;c. Sarana dan prasarana instansi
kehutanan;d. Realisasi audit reguler dan khusus;e. Penyuluhan kehutanan; danf.
Teknologi produk dan informasi ilmiah.
M. Rasionalisasi wilayah kelola.
Tujuan utama dilakukannya rasionalisasi wilayah kelola di KPHP unit VII Bone
Bolango adalah untuk mngantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi selama
pembangunan KPHP unit VII Bone Bolango. Rasionalisasi wilayah kelola yang
dilakukan harus disesuaikan dengan kaidah-kaidah ekologis dan ekonomi artinya
perubahan-perubahan yang terjadi dalam wilayah kelola KPHP unit VII Bone Bolango
tetap mengedepankan aspek ekologi dan aspek sosial ekonomi
Terdapat 2 alasan mengapa rasionalisasi kawasan harus dilakukan. Pertama
rasionalisasi terkait keberadaan desa/dusun di dalam kawasan hutan. Sebagai contoh
beberapa wilayah di KPHP unit VII Bone Bolango telah didiami oleh masyarakat.
Rasionalisasi terhadap wilayah-wilayah seperti ini adalah dengan mengeluarkan
desa/dusun dalam kawasan tersebut (enclave). Kedua adalah Rasionalisasi wilayah
kelola terkait perubahan pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan. Misalnya jika
blok pemanfaatan kayu pada hutan alam sudah tidak memiliki potensi yang signifikant
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
131
maka perlu dirasionalisasi ke bentuk wilayah kelola lain misalnya diarahkan ke
pemanfaatan kayu hutan tanaman
Dalam proses pengelolaan KPHP unit VII Bone Bolango 10 tahun kedepan,
apabila dalam rentang waktu tersebut terdapat beberapa rencana usaha yang tidak
memungkinkan dilaksanakan setelah dilakukan studi-studi kelayakan ataupun terdapat
rencana kegiatan yang belum teridentifikasi saat penyusunan rencana ini maka dapat
dilakukan rasionalisasi wilayah kelola. Termasuk dalam rasionalisasi ini adalah
pengurangan dan atau penambahan luas areal wilayah kelola pada kegiatan usaha-
usaha tertentu dalam wilayah KPHP unit VII Bone Bolango.
Hal terpenting dalam kegiatan rasionalisasi wilayah kelola KPHP unit VII Bone
Bolango adalah dengan segera adalah penyelarasan/sinkronisasi batas-batas luar
wilayah KPHP unit VII Bone Bolango, antara peta hasil tata batas luar kawasan hutan
wilayah KPH oleh Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi Bone Bolango, BPKH
XV Gorontalo dan Dinas Kehutanan Pertambangan dan Sumber Energi Mineral dengan
peta penetapan KPHP unit VII Bone Bolango oleh Menteri LHK.
N. Review Rencana Pengelolaan (minimal 5 tahun sekali).
Seperti halnya dengan rasionalisasi wilayah kelola, maka review rencana
pngelolaan KPHP unit VII Bone Bolango memungkinkan pula dilakukan, selama proses
dan maksud serta tujuan review tidak menyalahi peraturan perundang-undangan yang
ada. Untuk contoh, apabila dalam proses pelaksanaan pengelolaan, di wilayah KPHP
unit VII Bone Bolango ternyata terdapat potensi tambang, tentunya dapat dilakukan
review untuk mengakomodir rencana investasi tersebut. Namun demikian dalam
merencanakan investasi tambang di wilayah KPHP unit VII Bone Bolango perlu
dilakukan secara ekstra hati-hati oleh Pengelola KPH, karena hampir seluruh wilayah
KPHP unit VII Bone Bolango ini rentan terhadap bencana alam, dan kawasan hutan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
132
yang ada menjadi penyangga utama bagi permukiman dan lahan pertanian pada
beberapa kecamatan di kawasan bawahannya. Rasionalisasi wilayah kelola yang
terkait dengan tambang hendaknya perlu mendapat persetujuan tertulis dari kelompok-
kelompok masyarakat yang akan terkena dampaknya, yang disaksikan oleh LSM,
Pemerintah Desa dan Kecamatan.
Review rencana pengelolaan 5 tahun merupakan kegiatan evaluasi terhadap
rencana kegiatan yang telah dilakukan selama 5 tahun. Review rencana pengelolaan
dilakukan mulai dari tingkat blok pengelolaan sampai dengan petak pengelolaan.
Maksud dilakukannya review terhadap rencana pengelolaan adalah untuk mewujudkan
tatanan pengelolaan hutan secara efisien dan lestari, melalui evaluasi terhadap seluruh
kegiatan di unit-unit pengelolaan hutan tingkat tapak (blok dan petak).
O. Pengembangan investasi.
Pengembangan investasi di KPHP unit VII Bone Bolango diarahkan pada
pemanfaatan investasi pada hasil hutan bukan kayu, pengembangan hasil hutan kayu
dan pemanfaatan jasa lingkungan. Sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan maka
KPHP unit VII Bone Bolango akan merencanakan pembuatan rencana bisnis plan.
Adapun rencana pengembangan investasi dijelaskan secara ringkas di bawah ini
1. Pengembangan investasi pada hasil hutan bukan kayu
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)/jasa lingkungan mempunyai
peluang yang cukup besar dan menjanjikan serta kompetitif di wilayah KPHP
unit VII Bone Bolango. Potensi yang dapat dioptimalkan untuk HHBK adalah
pemanfaatan rotan, pemanfaatan getah pinus dan pemanfaatan getah damar.
Beberapa lokasi yang memiliki potensi rotan dan gula aren di hutan alam adalah
di wilayah Kecamatan Bolango Ulu, Kecamatan Bolango Utara dan Kecamatan
Kabila Bone. Sedangkan getah pinus terdapat pada kecamatan Tapa dan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
133
Kecamatan Suwawa Selatan.. Meskipun demikian KPHP unit VII Bone Bolango
akan merencanakan budidaya rotan untuk skala usaha dimana untuk lokasinya
akan mengambil lokasi di wilayah-wilayah blok pemanfaatan jasling dan HHBK.
Saat ini pasar untuk produk rotan masih terbuka lebar baik untuk pasar lokal
maupun untuk pasar regional. Sedangkan pasar untuk getah pinus dan getah
damar umumnya berada di Pulau Jawa
2. Pengembangan Investasi Jasa Lingkungan
KPHP unit VII Bone Bolango mempunyai potensi jasa lingkungan berupa air dan
wisata alam. Pemanfaatan jasa lingkungan air beberapa diantaranya telah
dimanfaatkan oleh masyarakat. Skema pengembangan investasi jasa
lingkungan air adalah pemanfaatan kebutuhan air baku/air minum. Hasil survey
terhadap potensi air baku terdapat di Kecamatan Bolango Ulu, Kecamatan
Bolango Utara. Dan Kecamatan Bone Raya
Investasi pengembangan wisata alam, direncanakan akan dilakukan dengan
model kemitraan antara pihak KPHP unit VII Bone Bolango dan PT SEL. Lokasi
wisata alam yang akan dikembangkan terletak di wilayah ar terjun yang berada
di sekitar wilayah izin PT. SEL
3. Pengembangan investasi kayu di hutan alam
Bisnis kayu adalah salah satu bisnis jangka panjang dengan kemungkinan
keuntungan yang sangat tinggi, selama beberapa abad terakhir permintaan
kayu selalu meningkat seiring dengan meningkatnya populasi dunia.
Berdasarkan perspektif di atas maka usaha pengembangan investasi kayu di
KPHP unit VII Bone Bolango memiliki prospek yang cerah. Prinsip dasar yang
dianut oleh KPHP unit VII Bone Bolango dalam pengembangan investasi kayu
adalah:
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
134
1. Investasi kayu harus ditujukan untuk kesejahteraan rakyat sekitar hutan
khususnya dan rakyat Kabupaten Bone Bolango secara umum
2. Investasi kayu harus dilakukan dengan prinsip-prinsip pengelolaan hutan
lestari.
Dengan demikian maka arahan pengembangan investasi kayu di KPHP unit VII
Bone Bolango adalah
1. Pengembangan hasil hutan kayu hutan alam yang akan dilakukan langsung
oleh pengelola KPHP unit VII Bone Bolango
2. Pengembangan hutan kayu pada hutan alam melalui pemberian ijin kepada
masyarakat/koperasi dan pengembangan investasi melalui pemanfaatan
jasling dan HHBK sebagai wujud dari pengelolaan hutan secara lestari
Berdasarkan penjelasan rencana kegiatan maka secara umum rencana
kegiatan selama jangka waktu 10 tahun di KPHP unit VII Bone Bolango akan terbagi
menjadi 2 periode. Periode I akan dimulai dari tahun 2015 s/d 2019 sedangkan periode
2 akan dimulai dari tahun 2019 s/d 2024. Adapun rangkuman rencana strategis dapat
dilihat pada tabel di bawah ini
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
135
Tabel 40. Rencana Pembiayaan dan Tata Waktu Pelaksanaan Pengelolaan KPHP unit VII Bone Bolango
No.
Blok/PetakPengelolaan
Hutan Rencana Kegiatan Volume Satuan 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025Jumlah (Rp)
x1000
1 2 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
A Umum I. KEGIATAN PENUNJANG:a. Oprasional perkantoran UPTDKPHP 35.588 ha 69.100,00 69.100,00 69.100,00 69.100,00 69.100,00 345.500,00 345.500,00 345.500,00 345.500,00 691.000,00 2.418.500,00b. Penguatan Kelembagaan UPTDKPHP: 0,00
-Penyusunan SOP KPH 2 paket - 32.600,00 - - - 32.600,00 - - - - 65.200,00
-Penyusunan data dan statistik KPH 10 paket 2.925,00 2.925,00 2.925,00 2.925,00 2.925,00 14.625,00 14.625,00 14.625,00 14.625,00 14.625,00 87.750,00-Pembangunan/PengembanganSIMHUT KPH 8 paket - 25.850,00 5.850,00 5.850,00 25.850,00 25.850,00 25.850,00 25.850,00 25.850,00 166.800,00-Penyelenggaraan kegiatan litbangKPH 5 paket - 38.675,00 193.375,00 193.375,00 193.375,00 193.375,00 812.175,00
-Penyusunan dokumen BLUD KPH 1 paket - - - - 100.775,00 - - - - - 100.775,00-Penyusunan dokumen rencana bisnisKPH 3 paket 43.000 - 74.725,00 - - 100.000 - - - - 217.725,00-Penyelenggaraan penjaminan mutuKPH 8 paket - - 5.300,00 5.300,00 5.300,00 5.300,00 26.500,00 26.500,00 26.500,00 26.500,00 127.200,00
-Sosialisasi program KPH 2 paket 16.100,00 - - - - 16.100,00 - - - - 32.200,00-Pengembangan SDM pengelola KPH(aparat/klth): pelatihan teknis kelola
hutan, 30 org/angkt 1 angkt/thn - - 45.000,00 45.000,00 45.000,00 225.000,00 225.000,00 225.000,00 225.000,00 225.000,00 1.260.000,00
c. Perencanaan teknis KPH: 0,00;-Penyusunan rencana pengelolaanhutan jangka pendek KPHP 10 paket 43.650,00 43.650,00 105.625,00 105.625,00 105.625,00 105.625,00 105.625,00 105.625,00 105.625,00 105.625,00 932.300,00Penyusunan rencana pemanfaatanhasil hutan hutan kayu HA 1.023,87 ha - 185.925,00 185.925,00 185.925,00 185.925,00 185.925,00 185.925,00 185.925,00 185.925,00 - 1.487.400,00-Penyusunan rencana pemanfaatanrotan alam (HL-Blok Pemanfaatan) 8.951,96 ha 50.400,00 50.400,00 50.400,00 50.400,00 50.400,00 50.400,00 50.400,00 50.400,00 50.400,00 50.400,00 504.000,00-Penyusunan RancanganPembangunan HTR 400 ha 65.745,00 65.745,00 65.745,00 65.745,00 65.745,00 65.745,00 65.745,00 65.745,00 65.745,00 65.745,00 657.450,00-Penyusunan UKL dan UPL KawasanKPH (HHK-HA) wilayah tertentu 1.023,87 ha - 250.000,00 - - - - - - - 250.000,00-Penyusunan rencana pengelolaanjasa lingkungan (jasling): Wisata alamdan Pemanfaatan air baku (HP-Blokpemanfaatan) 1.131,47 ha - 6.000,00 26.100,00 4.125,00 1.875,00 10.650,00 48.750,00d. Pemeliharaan/Pengadaan SaprasPerkantoran UPTD KPH 10 thn 50.890,00 50.890,00 50.890,00 50.890,00 50.890,00 257.890,00 85.890,00 85.890,00 85.890,00 488.890,00 1.258.900,00e. Monitoring dan Evaluasi Kegiatandi Wilayah Kerja KPHP 35.588,48 ha 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 55.500,00 555.000,00f.Penilaian/Pengawasan/pengendalianpihak ke-III dan PBM oleh KPH: 0,00-Pinjam Pakai Kawasan (Di luarwilayah tertentu) PT GM (IUP) dan PTSEL (PLTMH) 19.708 ha - - - - - 391.498,80 391.498,80 391.498,80 391.498,80 391.498,80 1.957.494,00-Dalam Blok PBM (HTR, HKm, HD) (Diluar wilayah tertentu) 2.246,12 ha - 47.349,00 47.349,00 47.349,00 47.349,00 47.349,00 47.349,00 47.349,00 47.349,00 47.349,00 426.141,00
Jumlah A-1 397.310,00 854.084,00 784.334,00 689.609,00 790.384,00 1.969.582,80 1.844.882,80 1.822.907,80 1.820.657,80 2.392.007,80 13.365.760,00
II. KEGIATAN TEKNIS:
Perlindungan dan pengamanan KPHP 187.544 ha 55.857,41 55.857,41 55.857,41 55.857,41 55.857,41 111.714,83 111.714,83 111.714,83 111.714,83 111.714,83 837.861,20
Bimbingan teknis kegiatan KPH 4 kali/thn 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 61.900,00 619.000,00
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
136
Pendampingan kelompok tani kegiatanPBM (HKm, HD) 55 ob 77.375,00 77.375,00 77.375,00 77.375,00 77.375,00 92.850,00 92.850,00 92.850,00 92.850,00 92.850,00 851.125,00
Jumlah A-2 195.132,41 195.132,41 195.132,41 195.132,41 195.132,41 266.464,83 266.464,83 266.464,83 266.464,83 266.464,83 2.307.986,20
JUMLAH A 592.442,41 1.049.216,41 979.466,41 884.741,41 985.516,41 2.236.047,63 2.111.347,63 2.089.372,63 2.087.122,63 2.658.472,63 15.673.746,20
B
BlokPemanfaatanHHK - HA KEGIATAN TEKNIS
Pengembangan Investasi IUPHHK-HAdgn pihak ke-III 1.023,87 ha 219.447,00 2.832.447,00 2.832.447,00 2.832.447,00 2.832.447,00 2.832.447,00 2.832.447,00 2.832.447,00 20.046.576,00Rehabilitasi Hutan (RH) di blokpemanfaatan HHK-HA (Fungsi HP) 34,93 ha 26.197,50 26.197,50
JUMLAH B 219.447,00 2.832.447,00 2.858.644,50 2.832.447,00 2.832.447,00 2.832.447,00 2.832.447,00 2.832.447,00 20.072.773,50
C
Blok Jaslingdan HHBK (HL& HP) KEGIATAN TEKNIS
Pembinaan/penataan lokasiPemanfaatan rotan alam 10 paket 275.600,00 275.600,00 275.600,00 275.600,00 275.600,00 175.600,00 175.600,00 175.600,00 175.600,00 175.600,00 2.256.000,00Pembinaan/penataan lokasiPemanfaatan getah pinus 10 paket 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 10.000.000,00Pembinaan/penataan lokasipemanfaatan aren 10 paket 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 10.000.000,00Pembinaan/Penataan lokasipemanfaatan air baku 10 paket 275.600,00 275.600,00 175.600,00 726.800,00Pembinaan/Penataan lokasipemanfaatan wisata alam 10 paket 275.600,00 275.600,00 175.600,00 726.800,00Rehabilitasi hutan di blok pemanfaatan(HL) 4.212,16 ha 3.159.120,00 3.159.120,00 3.159.120,00 3.159.120,00 3.159.120,00 3.159.120,00 3.159.120,00 3.159.120,00 3.159.120,00 3.159.120,00 31.591.200,00
JUMLAH C 421,22 12636,48 5.985.920,00 5.985.920,00 5.434.720,00 5.434.720,00 5.434.720,00 5.334.720,00 5.334.720,00 5.334.720,00 5.334.720,00 5.685.920,00 55.300.800,00
DBlokPemberdayaan KEGIATAN TEKNIS 17.691.072.000
Pembinaan masyarakat dengan polaHTR (hutan tanaman) 10 paket 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 75.000,00 75.000,00 75.000,00 75.000,00 75.000,00 875.000,00Pembinaan masyarakat dengan polaHD (HHBK dan Jasling) 10 paket 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 75.000,00 75.000,00 75.000,00 75.000,00 75.000,00 875.000,00Pembinaan masyarakat dengan polaHKm (HHBK dan Jasling) 10 paket 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 75.000,00 75.000,00 75.000,00 75.000,00 75.000,00 875.000,00Rehabilitasi hutan di blokpemberdayaan (HL/HP)) 378,54 1.419.525,00 1.419.525,00 2.839.050,00
JUMLAH D 300.000,00 1.719.525,00 300.000,00 300.000,00 1.719.525,00 225.000,00 225.000,00 225.000,00 225.000,00 225.000,00 5.464.050,00
TOTAL PEMBIAYAAN 6.878.362,41 8.754.661,41 6.933.633,41 9.451.908,41 10.998.405,91 10.628.214,63 10.503.514,63 10.481.539,63 10.479.289,63 11.401.839,63 96.511.369,70
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
137
Tabel 41. Proyeksi laba rugi dalam kegiatan pemanfaatan dan penggunaan kawasan di KPHP
RENCANA PENDAPATAN: 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025Jumlah (Rp)
x1000
Pemanfaatan HHK-HA: 1023,87 Ha
Biaya-biaya - 250.000,00 219.447,00 2.832.447,00 2.832.447,00 2.832.447,00 2.832.447,00 2.832.447,00 2.832.447,00 2.832.447,00 20.296.576,00
Nilai jual tkt. Konsumen - 0 3.509.240,00 3.509.240,00 3.509.240,00 3.509.240,00 4.386.550,00 4.386.550,00 4.386.550,00 4.386.550,00 31.583.160,00
Harapan Keuntungan 0 (250.000,00) 3.289.793,00 676.793,00 676.793,00 676.793,00 1.554.103,00 1.554.103,00 1.554.103,00 1.554.103,00 11.286.584,00
Pemanfaatan HHBK Rotan alam:
Biaya-biaya 275.600,00 275.600,00 275.600,00 275.600,00 275.600,00 175.600,00 175.600,00 175.600,00 175.600,00 175.600,00 2.256.000,00
Nilai jual tkt. Konsumen 335.040,00 369.967,20 410.165,23 456.325,97 509.268,79 569.963,95 639.561,07 719.423,76 719.423,76 719.423,76 5.448.563,49
Harapan Keuntungan 59.440,00 94.367,20 134.565,23 180.725,97 233.668,79 394.363,95 463.961,07 543.823,76 543.823,76 543.823,76 3.192.563,49Pemanfaatan HHBK getah pinus: 1000ha
Biaya-biaya 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 10.000.000,00
Nilai jual tkt. Konsumen 12.100.000,00 12.100.000,00 12.100.000,00 36.300.000,00
Harapan Keuntungan -1.000.000,00 -1.000.000,00 -1.000.000,00 -1.000.000,00 -1.000.000,00 -1.000.000,00 -1.000.000,00 11.100.000,00 11.100.000,00 11.100.000,00 26.300.000,00
Pemanfaatan aren : 1000 ha
Biaya-biaya 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 1.000.000,00 10.000.000,00
Nilai jual tkt. Konsumen 13.000.000,00 13.000.000,00 13.000.000,00 39.000.000,00
Harapan Keuntungan (1.000.000,00) (1.000.000,00) (1.000.000,00) (1.000.000,00) (1.000.000,00) (1.000.000,00) (1.000.000,00) 12.000.000,00 12.000.000,00 12.000.000,00 29.000.000,00
Pemanfaatan Jasling Air Baku
Biaya-biaya 275.600,00 275.600,00 551.200,00
Nilai jual tkt. Konsumen 200.000,00 200.000,00 200.000,00 200.000,00 200.000,00 200.000,00 200.000,00 200.000,00 1.600.000,00
Harapan Keuntungan -275.600,00 -275.600,00 200.000,00 200.000,00 200.000,00 200.000,00 200.000,00 200.000,00 200.000,00 200.000,00 1.048.800,00
Pemanfaatan Wisata Alam
Biaya-biaya 275.600,00 275.600,00 551.200,00
Nilai jual tkt. Konsumen 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 800.000,00
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
138
Harapan Keuntungan -275.600,00 -275.600,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 100.000,00 248.800,00
Pemanfaatan kayu hasil rehabilitasi
Biaya-biaya 3.159.120,00 3.159.120,00 3.159.120,00 3.159.120,00 3.159.120,00 3.159.120,00 3.159.120,00 3.159.120,00 3.159.120,00 3.159.120,00 31.591.200,00
Nilai jual tkt. Konsumen 17.691.072,00 17.691.072,00 17.691.072,00 53.073.216,00
Harapan Keuntungan (3.159.120,00) (3.159.120,00) (3.159.120,00) (3.159.120,00) (3.159.120,00) (3.159.120,00) (3.159.120,00) 14.531.952,00 14.531.952,00 14.531.952,00 21.482.016,00Kontribusi Pihak Ke-III dan PBM kepada
KPH:Pinjam Pakai Kawasan PT GorontaloMineral (10%):Pinjam Pakai Kawasan PT SEL (PLTMH)(10%)
PBM (HKm, HD) (2,5%):
Total pendapatan -5.650.880,00 -5.865.952,80 -1.434.761,77 -4.001.601,03 -3.948.658,21 -3.787.963,05 -2.841.055,93 40.029.878,76 40.029.878,76 40.029.878,76 92.558.763,49
Kontribusi KPH kepada Pemda (10%) 4.002.987,88 4.002.987,88 4.002.987,88 12.008.963,63
Keuntungan Bersih 36.026.890,88 36.026.890,88 36.026.890,88 108.080.672,65
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
139
PEMBINAAN, PENGAWASAN DANPENGENDALIAN.
Sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku, Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan melakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan teknis atas
penyelenggaraan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,
pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan dan
perlindungan hutan oleh KPHP. Dalam hal ini, Menteri dapat menugaskan kepada
Gubernur untuk melakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan teknis.
Meskipun sampai saat ini peraturan teknis yang menjelaskan aturan main UU 23 tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah, namun dalam pelaksanaannya pemerintah provinsi
dapat menjadi pengendali kegiatan KPH di kabupaten.
Dalam pelaksanaannya, Gubernur menugaskan kepada Kepala Dinas
Kehutanan, Pertambangan dan Sumberdaya Energi Mineral Provinsi Gorontalo untuk
melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pengelolaan KPHP unit VII
Bone Bolango. Selanjutnya Kepala Dinas Kehutanan, Pertambangan dan Energi
Kabupaten Bone Bolango dapat memainkan peranannya sebagai pengendali teknis di
tingkat Kabupaten. Kepala KPHP unit VII Bone Bolango sendiri melakukan pembinaan,
pengawasan dan pengendalian di wilayahnya sesuai tugas pokok dan fungsinya.
A. Pembinaan Aparat Teknis dan Aparat Terkait Pengelolaan KPH
Pembinaan pengelolaan Kepala KPHP unit VII Bone Bolango bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman aparat serta kemampuan teknis dalam mendukung
kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan,
penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan dan perlindungan hutan
oleh KPHP di wilayahnya.
BAB
6
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
140
Pembinaan antara lain pembinaan aparat teknis KPHP serta aparat desa
setempat yang terkait dengan kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan
reklamasi hutan dan perlindungan hutan.
B. Pengawasan dan Pengendalian
Pengawasan pengelolaan Kepala KPHP unit VII Bone Bolango bertujuan untuk
meningkatkan ketertiban, ketaatan pada peraturan perundang-undangan serta
meningkatkan kinerja aparat serta masyarakat pelaksana kegiatan pemanfaatan hutan,
penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan dan perlindungan hutan.
Pengawasan antara lain pengawasan fungsional oleh pusat dan daerah.
Pengendalian adalah suatu proses atau upaya untuk mengurangi atau menekan
penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga diperoleh suatu hasil sesuai dengan
yang telah ditetapkan melalui pemantauan, pengawasan dan penilaian kegiatan. Oleh
Kepala KPHP unit VII Bone Bolango, pengawasan dan pengendalian kegiatan
pengelolaan hutan di wilayahnya kerjanya menjadi sangat penting mengingat dalam
pelaksanaannya akan melibatkan banyak stakeholder dalam pemanfaatan hutan,
penggunaan kawasan hutan, serta rehabilitasi dan reklamasi hutan. Karena itu, Kepala
KPHP unit VII Bone Bolango dalam menjalankan tugas fungsinya perlu didukung
standar operasi dan prosedur (SOP).
Sesuai dengan blok/petak dan rencana kegiatan pengelolaan hutan Kepala
KPHP unit VII Bone Bolango, terdapat sebanyak lima blok (Inti pada HL, Perlindungan
pada HP, pemberdayaan masyarakat pada HP, pemanfaatan pada HP dan HL yang
akan menjadi sasaran/objek pengawasan dan pengendalian. Adapun blok dan petak
rencana pengelolaan hutan dimaksud sbb.:
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
141
1) Blok Inti pada Hutan Lindung untuk tujuan perlindungan tata air, habitat satwa,
serta flora dan fauna asli. Blok/petak ini bukan untuk tujuan pemanfaatan.
2) Blok Perlindungan pada Hutan Produksi terbagi kedalam
3) Blok Pemanfaatan pada Hutan Lindung dan Hutan Produksi.
Pada kawasan Hutan Lindung dikelompokkan kedalam dua bentuk
blok/petak pemanfaatan yaitu (a) rencana pemanfaatan/pemungutan hasil
hutan bukan kayu pada hutan alam (HHBK-HA), dan (b) rencana
pemanfaatan jasa lingkungan.
Pada Hutan Produksi dikelompokkan kedalam bentuk blok/petak
pemanfaatan sbb.: (a) hasil hutan kayu pada hutan alam HHK-HA
Blok Pemberdayaan Masyarakat (PMB) pada Hutan Produksi meliputi rencana
hutan kemasyarakatan (HKm), hutan desa (HD), dan hutan tanaman rakyat
(HTR).
Dalam pelaksanaan rencana-rencana kegiatan tersebut, Kepala KPHP unit VII
Bone Bolango perlu menyiapkan SOP sebagai alat kontrol internal yang dapat
dirumuskan dengan mengacu pada peraturan-peraturan perundang-undangan yang
telah ada sesuai jenis-jenis kegiatan usahanya. Adapun jenis-jenis kegiatan usaha dan
non-usaha pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan di wilayah Kepala KPHP unit
VII Bone Bolango yang dinilai penting dirumuskan SOP untuk selanjutnya
diimplementasikan pada tingkat tapak sbb.:
1) Tata hutan dan perencanaan pengelolaan hutan produksi dan hutan lindung
sesuai jenis-jenis kegiatan usahanya.
2) Pelaksanaan pemanfaatan hutan yaitu: IUPHHK di HP (HA, HTR, HD, HKm),
IPHHBK di HL (rotan, getah, buah/biji, lebah madu.), IUPJL di HP (WA (Wisata
Alam), JAA (Jasa Aliran Air), dan PAN/RAP karbon).
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
142
3) Pelaksanaan rehabilitasi hutan di lahan-lahan kritis di wilayah Kepala KPHP unit
VII Bone Bolango
Selanjutnya SOP yang disusun minimal memuat hal-hal tentang: rentang kendali
unit-unit kegiatan pengelolaan/pemanfaatan hutan, tata kelola administrasi dan
keuangan Kepala KPHP unit VII Bone Bolango, pendidikan-pelatihan-penyuluhan-
bimbingan teknis, rekruitmen dan promosi staf, koordinasi dan singkronisasi serta
sinegisitas, reward dan punishment, dan lain-lain.
Kaitannya dengan pembuatan SOP untuk kegiatan usaha pemanfaatan hutan
dan penggunaan kawasan hutan, penyusunan SOP menggunakan skala prioritas, yaitu
SOP disusun berdasarkan keberadaan setiap jenis kegiatan usaha ataupun non-usaha
di wilayah kerja Kepala KPHP unit VII Bone Bolango.
Dalam pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap
pengelolaan Kepala KPHP unit VII Bone Bolango, mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang ada, baik yang bersifat umum, khusus maupun yang
bersifat teknis.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
143
PEMANTAUAN, EVALUASI DANPELAPORANA. Pengukuran Kinerja KPH
Kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pengelolaan atau pelaksanaan
kegiatan KPH menjadi dasar dalam pengukuran kinerja KPH. Pengukuran kinerja KPH
dilaksanakan secara internal dan eksternal. Secara internal dilakukan oleh pengelola
KPH, sedangkan secara eksternal dilakukan oleh tim penilai indenpenden. Pengukuran
kinerja KPH yang efektif memerlukan kriteria dan indikator, terutama yang dengan
terkait mekanisme penilaian dan penjaminan mutu (quality assurance) pengelolaan
KPH. Pengukuran kinerja menjadi sangat penting untuk melihat kemajuan atau
perkembangan kegiatan KPHP unit VII Bone Bolango sehingga lebih memudahkan
pengelolaan kegiatan selanjutnya.
1. Kriteria dan Indikator KPH
Kriteria dan indikator KPH meliputi: (1) kemantapan kawasan, (2) tata hutan, (3)
rencana kelola, (4) kapasitas organisasi, (5) hubungan antar strata pemerintahan dan
regulasi, (6) mekanisme investasi, (7) ketersediaan akses dan hak masyarakat, dan (8)
mekanisme penyelesaian sengketa kehutanan. Implementasi terhadap kriteria dan
indikator pengukuran kinerja KPH pada masing-masing jenis kegiatan, mengacu pada
peraturan perundang-undangan, baik yang bersifat umum, khusus maupun yang
bersifat teknis.
BAB
7
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
144
2. Mekanisme Penilaian KPH
Mekanisme penilaian KPH dapat dilakukan sesuai Gambar 18 berikut.
Gambar 18. Mekanisme Penilaian Kinerja KPH(Sumber: Diadaptasi dari Kartodihardjo 2012)
Gambar 18 di atas menunjukkan bahwa KPHP unit VII Bone Bolango dapat
mengukur kinerjanya secara internal, demikian pula tim penilai independen KPH dapat
melakukan penilaian kinerja KPH. Mekanisme penilaian seperti Gambar 19 cukup jelas
menggambarkan bahwa dalam implementasinya, pihak KPH dengan dokumen rencana
pengelolaan KPH jangka panjang yang dimilikinya menjadi acuan tim penilai
independent dalam mengukur kinerjanya. Hasil yang penilaian akan ditembuskan
kepada dinas Kehutanan, Kemenhut, Depdagri, Pemprov, dan Pemkab. Hasil penilaian
kinerja dapat dijadikan sebagai dasar dalam memberikan intervensi dan insentif yang
TIM PENILAI
KPHKPH DOKUMENDEPDAGRI,DEPHUT,PEMPROVPEMKAB
DEPDAGRI,DEPHUT,PEMPROVPEMKAB
PROGRAMPENGUATAN
PERANGKATK&I
PERANGKATK&I
LAPANGAN
1
2
5
4
INTERVENSIDAN
INSENTIF
INTERVENSIDAN
INSENTIF
Independen
3DINASDINAS
MASYARAKAT LUASLEMBAGA LAIN
MASYARAKAT LUASLEMBAGA LAIN
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
145
bermuara pada penguatan program-program yang direncanakan oleh KPHP unit VII
Bone Bolango.
3. Penjaminan Mutu KPH
Penjaminan mutu diterjemahkan sebagai dokumen mutu, yang memuat sasaran
mutu dan standart operational procedure (SOP) setiap kegiatan yang dilaksanakan,
baik administrastif maupun teknis lapangan. Sistem penjaminan mutu yang akan
dikembangkan, akan ditetapkan terlebih dahulu sasaran mutunya, sebagai capaian
atau standar ideal yang akan dicapai oleh KPHP unit VII Bone Bolango yang dilakukan
secara bertahap berdasarkan hasil evaluasi kinerja yang dihasilkan setiap tahunnya.
Agar capaian itu dapat berlangsung secara sistematis, efisien dan efektif, maka
diperlukan sebuah prosedur standar dalam pengoperasiannya, salah satunya melalaui
penyiapan SOP. Dalam pengukuran kinerja berbasis pada penjaminan mutu, dapat
mengikuti mekanisme pentahapan capaian, berdasarkan kondisi awal dan capaian
yang diharapkan. Dalam proses menuju ke sasaran yan ingin di capai, maka terdapat
sejumlah tahapan, di mana di setiap tahapan capaian antara akan dilakukan penilaian
dan diikuti dengan sejumlah saran dan upaya yang harus dilakukan ( Gambar 19).
Gambar 19. Mekanisme Penjaminan Mutu KPH
Keadaan awal
Keadaan yangdiinginkan
Capaian I
Mulai(Kondisi 0)
CapaianII
Capaian III
Capaian IV(standar
ideal)
Saran danupaya 2
Saran danupaya 3
Saran danupaya 4
Saran danupaya 1
PenjaminanMutu
PengelolaanKPH
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
146
B. Rencana Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Pemantauan (Monitoring) dan evaluasi merupakan rangkaian kegiatan
pengendalian program. Kegiatan monitoring dilakukan untuk memperoleh data dan
informasi pelaksanaan kegiatan pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan,
rehabilitasi dan reklamasi hutan. Kegiatan evaluasi dilakukan untuk menilai
keberhasilan pelaksanaan kegiatan pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan,
rehabilitasi dan reklamasi hutan yang dilakukan secara periodik. Dalam menentukan
rencana monitoring dan evaluasi yang perlu ditetapkan adalah:
a. Tim / pelaksana monitoring dan evaluasi;
b. Waktu pelaksanaan monitoring dan evaluasi;
c. Sasaran monitoring dan evaluasi;
d. Metode monitoring dan evaluasi yang akan diterapkan;
e. Pelaporan hasil monitoring dan evaluasi.
Unsur-unsur yang dimonitoring meliputi kemajuan atau perkembangan fisik
pekerjaan antara lain:
1. Untuk kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam dan restorasi
ekosistem dalam hutan alam sebelum tercapai keseimbangan hayati dan
ekosistemnya: (1) Tata Batas dan Zonasi Areal, (2) Pembinaan Hutan,
(3) Tenaga Kerja, (4) Perlindungan dan Pengamanan Hutan, (5) Kelola Sosial, (6)
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan, (7) Penelitian dan Pengembangan.
Setelah tercapai keseimbangan hayati dan ekosistemnya: (1) Tata Batas dan
Zonasi Areal, (2) Sistem Silvikultur, (3) Penggunaan dan Penjualan, (3) Tenaga
Kerja, (4) Perlindungan dan Pengamanan Hutan, (5) Kelola Sosial, (6)
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan, (7) Penelitian dan Pengembangan.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
147
serta masalah yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan untuk dijadikan bahan
masukan dalam merumuskan upaya pemecahannya.
2. Untuk kegiatan hutan tanaman (HTR, HD, HKm): penataan batas areal kerja, fisik
tanaman, perlindungan dan pengamanan, dan pemanenan. serta masalah yang
timbul dalam pelaksanaan kegiatan untuk dijadikan bahan masukan dalam
merumuskan upaya pemecahannya.
3. Untuk kegiatan rehabilitasi hutan (RH): fisik tanaman, bangunan konservasi
tanah, sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan hutan tanaman RH serta
masalah yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan untuk dijadikan bahan
masukan dalam merumuskan upaya pemecahannya.
4. Untuk kegiatan pemanfaatan hasil hutan bukan pada hutan alam serta jasa
lingkungan: fisik kegiatan, sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan, serta
masalah yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan untuk dijadikan bahan
masukan dalam merumuskan upaya pemecahannya.
5. Untuk kegiatan pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu: fisik kegiatan, sarana
dan prasarana yang menunjang kegiatan, serta masalah yang timbul dalam
pelaksanaan kegiatan untuk dijadikan bahan masukan dalam merumuskan upaya
pemecahannya.
Evaluasi merupakan proses untuk menilai hasil akhir suatu tahapan kegiatan
dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta untuk memberikan
masukan dalam penyempurnaan rencana kegiatan di masa mendatang. Evaluasi
program/kegiatan mencakup evaluasi keluaran (output), hasil (outcome) dan dampak
(impact). Evaluasi keluaran (output) kegiatan dilakukan dengan sasaran kegiatan tahun
berjalan serta pemeliharaan. Pada kegiatan hutan tanaman dan atau rehabilitasi hutan
(RH) meliputi:
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
148
1. Penilaian tanaman (hutan tanaman dan RH): kesesuaian dengan rancangan
teknis, luas tanaman, jumlah dan jenis tanaman, persentase tumbuh tanaman
sehat dan keberhasilan.
2. Penilaian bangunan konservasi tanah (khusus RH): kesesuaian dengan
rancangan teknis, jumlah bangunan, kondisi (baik/rusak), fungsi bangunan
(berfungsi/kurang berfungsi/tidak berfungsi).
Evaluasi hasil (outcome) kegiatan: Untuk contoh, pada kegiatan rehabilitasi hutan
misalnya, dilakukan dengan sasaran suatu UTP RH dengan indikator tata air dan
sosial-ekonomi-budaya masyarakat. Indikator meliputi erosi, sedimentasi, limpasan
(run-off), pendapatan (income) masyarakat, dinamika kelembagaan dan lain
sebagainya. Evaluasi dampak (impact) kegiatan pada kegiatan RH misalanya,
dilakukan dengan sasaran pada UTP RH yang bersangkutan dan wilayah disekitarnya.
Evaluasi kegiatan pengelolaan KPHP unit VII Bone Bolango, termasuk jenis-jenis
kegiatan yang ada di wilayahnya dilaksanakan sesuai ketentuan yang diatur oleh
masing-masing Direktur Jenderal lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan berdasarkan jenis kegiatannya.
Pelaporan kegiatan pengelolaan KPHP unit VII Bone Bolango dilaksanakan
sesuai kebutuhan kegiatan masing-masing jenis usaha dan non-usaha di wilayah
KPHP unit VII Bone Bolango. Namun demikian bagi KPHP unit VII Bone Bolango perlu
melaporkan aktivitas pengelolaan hutannya sesuai tupoksinya secara priodik (bulanan,
triwulan, enam bulanan/semester, satu tahunan).
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
149
PENUTUP
Berdasarkan hasil tata hutan dan seperti halnya kondisi hutan di wilayah lainnya
kondisi hutan KPHP unit VII Bone Bolango mengalami peningkatan laju degradasi
hutan, investasi dibidang kehutanan yang belum berjalan baik, rendahnya kemajuan
pembangunan hutan tanaman, kurang terkendalinya aktivitas illegal logging dan illegal
trade, perekonomian masyarakat di dalam dan sekitar hutan yang tidak menentu,
meningkatnya luas kawasan hutan yang open access, sehingga perlu dilakukan upaya-
upaya pengelolaan yang strategis
Untuk memperoleh manfaat yang optimal dari hutan dan kawasan hutan, pada
prinsipnya kawasan hutan KPHP unit VII Bone Bolango harus dikelola dengan tetap
memperhatikan sifat, karakteristik dan keutamaannya, serta tidak dibenarkan
mengubah fungsi pokoknya yaitu fungsi lindung dan produksi. Oleh karena itu, dalam
pengelolaan hutan perlu dijaga keseimbangan kedua fungsi tersebut.
Rencana pengelolaan yang telah disusun ini diharapkan dapat dipedomani
dengan baik, diaplikasikan secara konsisten serta terus dimonitor pencapaian
pelaksanaanya. Perlu disadari bahwa masa perencanaan ini cukup panjang sedangkan
kebijakan pemerintah akan terus berubah dan mengarah kepada perbaikan-perbaikan
di masa yang akan datang. Review terhadap rencana ini perlu terus dilakukan agar
tetap sinkron dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Optimalisasi kawasan hutan yang akan dibangun dan dikembangkan dimasa
datang harus mengacu pada dokumen RPHJP KPHP unit VII Bone Bolango. Meskipun
demikian perubahan terhadap perencanaan pengelolaan KPHP tetap terbuka dan akan
BAB
8
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
150
terus mengikuti perkembangan pembangunan di tingkat kabupaten, provinsi dan
nasional.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP unit VII Bone Bolango 2016-2025
151
LAMPIRAN