Post on 26-Dec-2015
description
HALAMAN PENGESAHAN
Nama Kelompok : CV. Mina Sentosa
Jurusan/Prog. Studi : Perikanan/Budidaya Perairan
Ketua Kelompok : Fahim Fajari 201010260311031
Nama Anggota : Arini 201010260311004
Verliyana 201010260311007
Ibrahim Rumaratu 201010260311008
Restu Putri Astuti 201010260311023
Ratna Tomagola 201010260311030
Jurusan : Perikanan
Fakultas : Pertanian-Peternakan
Judul : Produksi Ikan Lele Sangkuriang dan Tanaman Sawi Semi
Organik pada Sistem Akuaponik
Proposal Praktek Usaha Perikanan (PUP)Diajukan Sebagai Persyaratan Tugas Akhir pada Program Studi
Budidaya Perairan Jurusan Perikanan
Mengesahkan
Dekan, Ketua Jurusan
Dr. Ir. Damat, MP Sri Dwi Hastuti, S.Pi, M.AquaNIP. 19640228 199003 1003 NIP. 110 9911 0353
i
PRODUKSI IKAN LELE SANGKURIANG DAN TANAMAN SAWI
SEMI ORGANIK PADA SISTEM AKUAPONIK
Oleh :
Nama Kelompok : CV. Mina Sentosa
Jurusan/Prog. Studi : Perikanan/Budidaya Perairan
Ketua Kelompok : Fahim Fajari 201010260311031
Nama Anggota : Arini 201010260311004
Verliyana 201010260311007
Ibrahim Rumaratu 201010260311008
Restu Putri Astuti 201010260311023
Ratna Tomagola 201010260311030
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
(Sri Dwi Hastuti S.Pi, M.Aqua) ( Ganjar Adhy W i rawan , S.Pi) NIP : 110.0203.0353 NIDN : 0708048403
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah Nya
penulis dapat menyelesaikan Proposal PUP (Praktek Usaha Perikanan) dengan judul
Produksi Ikan Lele Sangkuriang dan Tanaman Sawi Semi Organik pada
Sistem Akuaponik. Proposal PUP ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dan
bimbingan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1) Sri Dwi Hastuti, S.Pi, M.Aqua selaku Kepala Jurusan Perikanan Fakultas
Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
2) Sri Dwi Hastuti, S.Pi, M.Aqua selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, memberi bimbingan, petunjuk serta arahan kepada penulis.
3) Ganjar Adhy Wirawan, S.Pi. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, memberi bimbingan, petunjuk serta arahan kepada penulis.
4) Bapak dan ibu tercinta yang tak kenal lelah untuk melimpahkan kasih sayangnya,
memberikan dorongan serta doanya, yang selalu memotivasi agar selalu jadi
yang terbaik dan menjadi anak yang baik, serta adik-adikku tercinta.
5) Teman kelompok III PUP perikanan yang telah bekerja bersama-sama
menyelesaikan proposal ini.
Kami yakin, segala apa yang kami lakukan tidak luput dari kesalahan, maka
dari itu untuk saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan agar tulisan
serta proposal usaha ini menjadi lebih baik.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Malang, Oktober 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Prospek Usaha Produksi Ikan Lele&Sawi Semi Organik Akuaponik.....2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
1.4 Sasaran.....................................................................................................3
1.5 Luaran Yang Diharapkan.........................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI......................................................................................4
2.1 Sistem akuaponik.....................................................................................4
2.2 Keunggulan Akuaponik...........................................................................4
2.3 Tanaman Semi Organik...........................................................................5
2.4 Sistem Kerja Akuaponik..........................................................................5
2.5 Hubungan Akuaponik dengan Kualitas Air.............................................5
2.6 Pemilihan Komoditas Ikan dan Tanaman................................................7
2.7 Aspek Kelayakan Teknis.........................................................................8
2.7.7 Pemanenan dan Pemasaran......................................................................9
BAB III OPERASIONALISASI USAHA..........................................................10
3.1 Waktu dan Tempat.................................................................................10
3.2 Materi.....................................................................................................10
3.2.1 Bahan.....................................................................................................10
3.2.2 Alat.........................................................................................................10
3.3 Teknis Pelaksanaan................................................................................11
3.3.1 Persiapan................................................................................................11
3.3.2 Pelaksanaan............................................................................................11
3.4 Analisis Usaha........................................................................................14
3.4.1 Sumber Dana..........................................................................................14
iv
3.4.2 Pengeluaran............................................................................................14
3.4.3 Proyeksi Pendapatan..............................................................................15
3.4.4 Analisa Usaha........................................................................................16
3.5 Struktur, Tugas Pokok dan Fungsi Anggota..........................................14
3.6 Jadwal.....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan suatu usaha akuakultur atau budidaya perikanan
berkaitan dengan kondisi lingkungan yang optimum untuk kelangsungan
hidup dan pertumbuhan ikan. Salah satu cara untuk menjaga lingkungan
akuakultur agar selalu dalam kondisi optimum adalah dengan melakukan
resirkulasi atau pemanfaatan air media budidaya ikan kembali melalui
mekanisme filtrasi. Selain itu, ketersediaan lahan dan air untuk proses
akuakultur semakin terbatas seiring dengan pertambahan penduduk dan
pesatnya pembangunan. Sebagai salah satu teknologi budidaya perikanan,
akuaponik terbukti mampu berhasil memproduksi ikan secara optimal
pada lahan sempit dan sumber air terbatas, termasuk di daerah perkotaan
(Ahmad et al. 2007). Teknologi akuaponik mempunyai keuntungan lainnya
berupa pemasukan tambahan dari hasil tanaman yang akan memperbesar
keuntungan para pembudidaya ikan serta termasuk sistem budidaya ikan yang
ramah lingkungan.
Akuaponik adalah suatu perpaduan sistem budidaya antara sub sistem
hidroponik atau teknik bertanam tanpa menggunakan media tanah dengan
sub sistem akuakultur sehingga menjadi suatu sistem produksi pangan
terpadu (tanaman dan ikan). Komoditas yang digunakan dalam Praktek Usaha
Perikanan kali ini adalah ikan lele sangkuriang dan tanaman sawi. Ikan lele
sangkuriang dipilih karena masa panen yang cepat serta mempunyai
ketahanan tubuh yang baik, sedangkan sawi dipilih karena jenis tumbuhan ini
memiliki akar serabut, sehingga sesuai dengan sistem akuaponik serta masa
tanam cepat yang diharapkan dapat dilakukan panen bersamaan. Dipadu
dengan sistem budidaya akuaponik, manajemen pakan dengan subtisusi pakan
pellet komersil menggunakan pellet supra feed, serta pemberian probiotik
“Probiofish” sehingga menghasilkan produk ikan dan tanaman sayur semi
organik yang menjamin kesehatan konsumen.
1
Ikan lele di Kota Malang menjadi salah satu komoditas perikanan
tawar yang digemari masyarakat. Karena tingkat permintaan yang tinggi dan
bernilai ekonomis tinggi. Peluang pasar ikan lele di Kota Malang yang
menjanjikan inilah mendasari dalam mendirikan usaha budidaya lele. Melalui
Praktek Usaha Perikanan dengan tema usaha produksi ikan lele dan tanaman
sawi semi organik pada sistem akuaponik diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu budidaya
dan berwirausaha.
1.2 Prospek Usaha Produksi Ikan Lele Sangkuriang dan Tanaman Sawi
Semi Organik pada Sistem Akuaponik
Saat ini, usaha budidaya perikanan di perkotaan dianggap tidak layak
dilakukan karena keterbatasan lahan dan sumber air akibat terdegradasi oleh
laju industrialisasi dan pemukiman, padahal kota merupakan pasar yang
sangat potensial bagi produk perikanan. Kondisi ini dapat diatasi dengan
menerapkan sistem budidaya akuaponik yang terbukti hemat lahan dan air
dengan produksi ganda berupa ikan dan sayuran. Permintaan pasar ikan lele
yang cukup tinggi dengan harga Rp 13.000,-/kg dan pasokan yang masih
rendah merupakan peluang usaha untuk pembudidaya ikan. Selain itu, melalui
sistem akuaponik produk tanaman sayur sawi yang selama ini dijual dengan
harga Rp 4.000,-/kg, dapat meningkatkan harga jual sawi karena termasuk
sayuran semi organik. Tingkat kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi
pangan organik menjadi bagian dari gaya hidup sehat. Dari hal inilah, para
pembudidaya dapat menghasilkan keuntungan ganda. Hal inilah yang akan
membuat usaha budidaya khususnya ikan lele ini tidak akan pernah surut.
Berangkat dari hal itu, prospek usaha sistem akuponik ikan lele dengan sawi
semi organik di kota Malang sangat menjanjikan untuk dikembangkan.
1.3 Tujuan
Program ini bertujuan memanfaatkan teknologi terbarukan untuk
memperoleh keuntungan ganda melalui dua hasil produksi ikan dan tanaman
serta memanfaatkan air secara efisien dalam budidaya ikan lele. Selain itu
juga tujuan dari kegiatan ini untuk memotivasi mahasiswa dalam melakukan
2
kegiatan usaha mandiri (berwirausaha) semenjak dibangku kuliah, sehingga
pengalaman dalam berwirausaha dapat menjadi bekal setelah lulus dari
bangku kuliah.
1.4 Sasaran
Sasaran yang yang diharapkan dari program ini adalah menghasilkan
produk ikan dan tanaman yang memiliki daya saing dari segi mutu dan harga
serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan budidaya dan
menanamkan jiwa wirausaha pada diri mahasiswa itu sendiri. Selain itu juga
kegiatan ini diharapkan mampu menjadi contoh bagi masyarakat dalam
melakukan budidaya ikan, sehingga kebutuhan ikan di dalam kota Malang
dapat terpenuhi secara maksimal.
1.5 Luaran Yang Diharapkan
Program ini merupakan program kewirausahaan dengan
memanfaatkan teknologi terbarukan sehingga dengan dilakukannya program
ini diharapkan mampu membantu mahasiswa untuk berwirausaha dengan
menghasilkan karya yang lebih kreatif dan inovatif yang mampu diterapkan
dalam masyarakat. Selain itu, mampu menghasilkan produk ikan dan tanaman
organik.
3
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Sistem Akuaponik
Akuaponik merupakan bio-integrasi yang menghubungkan
akuakultur berprinsip resirkulasi dengan produksi tanaman/sayuran
hidroponik (Diver, 2006). Tujuan utama dari akuaponik adalah
memanfaatkan nutrien yang dilepaskan oleh ikan untuk menumbuhkan
tanaman, sehingga keberadaan nutrien tersebut dalam media budidaya
tidak mengganggu pertumbuhan ikan (Graber and Junge, 2009).
Teknologi akuaponik terbukti mampu berhasil memproduksi ikan
secara optimal pada lahan sempit dan sumber air terbatas, termasuk di
daerah perkotaan (Ahmad et al, 2007). Teknologi ini pada prinsipnya
disamping menghemat penggunaan lahan dan air juga meningkatkan
efisiensi usaha melalui pemanfaatan hara dari sisa pakan dan metabolisme
ikan, serta merupakan salah satu sistem budidaya ikan yang ramah
lingkungan. Penerapan akuaponik merupakan jawaban dari efisiensi air dan
penghematan lahan budidaya serta tambahan pendapatan (income) dari
hasil panen tanaman (Widyastuti, et.al., 2008).
Akuaponik memiliki beberapa keuntungan dibanding sistem
resirkulasi lainnya. Komponen hidroponik dimanfaatkan sebagai sebuah
biofilter dan oleh karena itu komponen biofilter yang terpisah dalam sistem
resirkulasi tidak dibutuhkan lagi (Endut et al, 2009). Limbah nutrien
terlarut akan dimanfaatkan oleh tanaman, mengurangi pelepasan limbah
secara langsung ke lingkungan, dan memperpanjang masa penggunaan air
(Rackocy et al, 2006; Diver, 2006).
2.2 Keunggulan Akuaponik
Nugroho (2008) mengemukakan bahwa akuaponik yang merupakan
gabungan antara ternakan akuakultur dan budidaya tanaman yang
memberikan keuntungan ganda bagi peternak yang menerapkannya. Pertama,
keuntungan finansial yang jauh lebih besar dengan adanya panen gabungan
antara ikan dan sayuran. Jika dibandingkan dengan cara konvensional, yaitu
hanya memelihara ikan atau tanaman secara terpisah, sistem budidaya
4
akuaponik lebih menguntungkan. Keuntungan kedua, terjaminnya kualitas
media pemeliharaan ikan sehingga dapat digunakan dengan perawatan yang
lebih mudah dan murah.
2.3 Tanaman Semi Organik
Tanaman semi organik adalah tanaman yang dibudidayakan dengan
memanfaatkan pupuk yang berasal dari bahan organik dan pupuk kimia yang
meningkatkan kandungan hara yang dimiliki pupuk organik (Anonim, 2013).
Tanaman dapat mendaur ulang bahan organik dari sisa tanaman dan
limbah ternak seperti dalam budidaya ikan secara efektif. Tanaman semi
organik mempunyai keunggulan terutama kandungan mineralnya yang
lebih tinggi, dan dari segi tekstur tanaman organik lebih renyah, padat
dan aroma rasa yang lebih kuat dibandingkan tanaman non organik
(Riswantoni, 2013).
2.4 Sistem Kerja Akuaponik
Sistem kerja aquaponik berdasarkan prinsip sistem resirkulasi, yang
berarti memanfaatkan kembali air yang telah digunakan dalam budidaya ikan
dengan filter biologi dan fisika berupa tanaman dan medianya. Secara
ringkasnya air yang berasal dari wadah pemeliharaan ikan dialirkan dengan
menggunakan pompa air ke filter yang juga berfungsi untuk media tanam,
kemudian air yang sudah difilter tersebut dialirkan kembali kedalam kolam
ikan secara gravitasi (Nugroho,2008).
2.5 Hubungan Akuaponik dengan Kualitas Air
Pada budidaya ikan, air menjadi cepat kaya nutrisi karena ikan
mencerna makanan dan akhirnya menjadi limbah dalam air. Air limbah
biasanya disaring atau dibuang untuk menjaga tangki air (kolam) bebas dari
racun. Pada tingkat penebaran ikan yang tinggi air juga menjadi cepat
tercemar dan membuat kosentrasi amoniak menjadi tinggi. Dalam sistem
budidaya akuaponik, air limbah budidaya ikan merupakan sumber makanan
bagi tanaman yang tumbuh. Tanaman menjadi sebuah filter alami bagi air.
Hal ini menciptakan ekosistem mini yang mana tanaman dan ikan dapat
berkembang secara bersamaan. Akuaponik merupakan jawaban ideal bagi
petani ikan untuk membuang air yang kaya nutrisi dan juga bagi petani
5
tanaman hidroponik yang membutuhkan air yang kaya akan nutrisi. Pada
pemakaian air, akuaponik menggunakan tanaman dan media tanam yang
bekerja untuk membersihkan dan memurnikan air, yang selanjutnya
dikembalikan ke kolam ikan. Air ini dapat digunakan kembali tanpa batas
waktu dan hanya akan perlu diganti bila hilang melalui transpirasi dan
penguapan (Anonim,2011).
Selanjutnya, siklus nitrogen juga terjadi dalam akuaponik. Salah
satu elemen penting tak terlihat dalam sistem akuaponik adalah bakteri,
bakteri berkembang di batu kerikil yang lembab, dan memecah unsur-unsur
dalam air menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Pupuk
sintesis tidak dapat digunakan pada tanaman karena akan mempengaruhi
pertumbuhan ikan dan bakteri menguntungkan. Beberapa bakteri yang dapat
memecah limbah dari ikan, yaitu bakteri Nitrosomonas, yang mengubah
amonia menjadi nitrit. Nitrit diubah menjadi nitrat menjadi bakteri
Nitrobacter, tanaman kemudian dapat mengkonsumsi nitrat untuk tumbuh,
sehingga amonia yang dihasilkan ikan akan habis dengan adanya proses
bakterial dan penyerapan nitrat oleh tanaman (Nugroho,2008).
Prinsip kerja sistem akuaponik, pertama dari ikan budidaya yang
mengeluarkan sisa metabolisme dan pakan yang terbuang (1), dan mengendap
di dasar kolam (2), melalui pompa air budidaya dialirkan menuju akuaponik
(3-5). Sistem akuaponik memanfaatkan air budidaya menjadi pupuk bagi
tanaman sayur dan mampu merombak senyawa berbahaya seperti ammonia
(6) dan air dimanfaatkan kembali untuk budidaya, lebih jelasnya bisa dilihat
pada Gambar 1
Gambar 1. Mekanisme Kerja Sistem Akuaponik
6
2.6 Pemilihan Komoditas Ikan dan Tanaman
Pemilihan komoditas memegang peranan penting dalam
merencanakan dan mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang
diinginkan. Menurut Pramono (2009) jenis ikan air tawar yang dapat
dibudidayakan pada sistem akuaponik antara lain nila, mas, koi, lele,
dan udang galah. Ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) memiliki
pertumbuhan yang lebih tinggi dengan tingkat konversi pakan yang lebih
rendah, masa panen lebih cepat, lebih tahan terhadap penyakit, pemeliharaan
relatif mudah dan kualitas daging lebih unggul (Sunarma, 2004).
Gambar 2. Komoditas Ikan Lele Sangkuriang dan Sawi Hijau
Menurut Nugroho (2009), untuk tanaman yang bisa dimanfaatkan
yang mempunyai nilai ekonomis, misalnya cabai, tomat, bayam, kangkung,
sawi dan selada. Tanaman yang dipilih yang umumnya memerlukan air terus
menerus. Salah satu jenis tanaman sayur yang mengandung antioksidan dan
vitamin karena memiliki warna hijau daun adalah tanaman sawi (Brassica
juncea L.). Sawi termasuk tanaman dengan akar serabut merupakan salah satu
syarat untuk dipelihara dalam sistem akuaponik dengan menggunakan sistem
filter yang sederhana (Yuliani, 2012). Menurut Putra dan Pamukas (2011),
sawi dipergunakan pada akuaponik sebagai media filter yang efektif untuk
penyerapan nitrogen sehingga dapat memperbaiki kualitas air dan
mengurangi cemaran limbah budidaya ikan. Produk tanaman yang dihasilkan
dari akuaponik memiliki nilai jual tinggi di pasar karena termasuk produk
semi organik. Dalam akuaponik, tidak menggunakan pupuk anorganik dalam
pemeliharaannya, melainkan hanya dengan air yang telah diperkaya oleh
limbah atau kotoran dari kolam ikan.
7
2.7 Aspek Kelayakan Teknis
Budidaya ikan lele sangkuriang dapat dilakukan di kolam terpal
dan kolam beton. Menurut Basahudin (2009), kolam beton adalah kolam
yang bagian dasar kolam dan pematangnya dibeton agar tidak mudah rusak.
Sumber air budidaya dapat mempergunakan air sumur atau aliran irigasi.
Parameter kualitas air yang baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang
yaitu suhu air untuk pertumbuhan ikan dan nafsu makan ikan berkisar 25 –
30 0C, pH berkisar antara 6 - 9, kandungan amoniak maksimal 0,1 mg/l serta
kelarutan oksigen dalam air minimal 3 mg/l (Basahudin,2009). Sebelum
benih ikan lele sangkuriang ditebarkan dikolam pembesaran, yang perlu
diperhatikan adalah tentang persiapan kolam meliputi pembersihan kolam,
disinfeksi, pengeringan, pengapuran untuk memberantas hama dan penyakit,
pengairan serta pemupukan untuk menumbuhkan pakan alami. Perbaikan
kondisi kolam dengan pemberian probiotik (Sunarma, 2004). Penebaran
benih ikan lele dilakukan apabila kondisi air kolam sudah stabil yaitu
pengaruh pupuk sudah hilang dan makanan alami sudah terlihat cukup
tersedia. Menurut Anonim (2010), padat tebar yang baik dalam budidaya
ikan lele ialah 80 – 100 ekor/m2, namun dalam perkembangannya, padat
penebaran benih ikan lele di kolam tembok dengan teknologi intensif
berkisar 150 – 400 ekor/m3 air (Team Penyuluh Perikanan, 2011).
Pakan yang diberikan pada budidaya ikan lele ialah pakan komersial
dengan kandungan protein diatas 25% dengan jumlah pakan 2 – 3 % dari
bobot biomassa dan frekuensi pemberian 3 kali per hari (Sunarma, 2004).
Menurut Basahudin (2009), konversi pakan ikan lele sebesar 0,8 - 1. Artinya
setiap 0,8 – 1 kg pakan yang dihabiskan akan menambah bobot ikan
sebanyak 1 kg. Kegiatan budidaya lele sangkuriang tak terlepas dari
permasalahan timbulnya penyakit yang diakibatkan dari buruknya
penanganan kondisi lingkungan. Organisme pathogen yang sering
menyerang ikan lele sangkuriang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina
sp., Dactylogyrus sp. dan Aeromonas hydrophila. Penanggulangan
organisme patogen dapat dilakukan dengan manajemen lingkungan
budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Bila
8
serangan sudah terjadi benih harus dipanen untuk diobati dan pengobatan
menggunakan obat – obatan yang direkomendasikan (Anonim, 2010).
2.8 Pemanenan dan Pemasaran
Masa pemeliharaan ikan lele sekitar 2,5 – 3 bulan atau setelah lele
mencapai ukuran 9 – 10 ekor/kg. Pemanenan ikan lele dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu panen total dan panen partial (Basahudin, 2009). Ada
beberapa hal yang penting dalam aspek pemasaran ikan hasil budidaya ini,
antara lain permintaaan akan ikan hasil budidaya, persaingan dan peluang
pasar, beserta kendala dalam pemasaran. Ketiga hal ini amat sangat
menentukan dalam penjualan ikan hasil budidaya nantinya.
Menurut Anonim (2012), secara umum tingkat konsumsi ikan di
Kabupaten Malang mencapai 18,15 kg perkapita pertahun. Besarnya
permintaan ikan di kota Malang belum sebanding dengan tingkat produksi,
sehingga membuat peluang produsen atau pengusaha perikanan dari luar
daerah cukup besar untuk memasok ikan ke kota Malang. Data dari DKP
kabupaten Malang tahun 2012 menunjukkan bahwa pasokan ikan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen ikan di kota Malang berasal dari kawasan
pantai utara yaitu, Pasuruan, Tuban, Probolinggo hingga Banyuwangi.
Sedangkan pasokan dari kawasan selatan berasal dari daerah
Tulungagung, Blitar, Lumajang, dan Jember.
Dibandingkan dengan ikan air tawar lain, ikan lele dianggap
memiliki keunggulan baik dari segi harga yaitu Rp 13.000,-/kg maupun
tingginya permintaan konsumen sehingga persaingan tidak menjadi
masalah. Permintaan konsumen terhadap ikan lele dan sayur yang belum
dapat terpenuhi dengan baik dari produksi yang ada. Dengan demikian
walaupun hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, peluang pasar
masih terbuka.
Kendala dalam pemasaran hasil budidaya adalah tengkulak.
Tengkulak cenderung mengambil keuntungan dengan cara menekan harga
dari petani dan menjual dengan harga tinggi. Masalah ini timbul
dikarenakan kurangnya jaringan penjualan. Dengan membangun jaringan
yang baik dan kuat, maka diharapkan masalah ini dapat teratasi.
9
BAB III
OPERASIONALISASI USAHA
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktek usaha akan dilaksanakan mulai bulan Oktober
2013 sampai dengan bulan Januari 2014. Kegiatan ini bertempat di Villa
Sengkaling S8, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
3.2 Materi
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam kegiatan produksi ikan lele dan tanaman
sawi semi organik pada sistem akuaponik sebagai berikut :
Benih ikan lele sangkuriang ukuran 5-7 cm berasal dari UPBAT
Kepanjen
Air tawar
Pakan pellet tipe F999, 781-1, 781-2 dan Supra Feed
Probiotik “Probiofish”
Pupuk kandang
Kapur
Kerikil dan pasir
Bibit tanaman sawi
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan dalam kegiatan ikan lele dan tanaman sawi
semi organik pada sistem akuaponik sebagai berikut :
Kolam beton ukuran 2,9 m x 5,5 m
Waring
Akuaponik
Pompa
Timbangan
Pengukur kualitas air seperti thermometer, pH universal, DO meter,
nitrat test kit, nitrit test kit, dan ammonium test kit
10
3.3 Teknis Pelaksanaan
3.3.1 Persiapan
Persiapan yang dilakukan pada usaha ini meliputi persiapan struktur
organisasi, pembagian tugas masing-masing anggota, survey lokasi untuk
kegiatan usaha budidaya, dan persiapan keperluan perlengkapan.
3.3.2 Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dalam kegiatan ini dibagi menjadi beberapa
bagian yaitu persiapan lahan/kolam budidaya, penebaran benih,
pemeliharaan (kegiatan pembesaran) yang meliputi manajemen pakan,
manajemen kualitas air, manajemen penyakit, kegiatan pemasaran dan
evaluasi.
a. Persiapan Kolam Budidaya
Persiapan kolam budidaya meliputi pencucian menggunakan
deterjen, pembilasan sisa deterjen dengan air, pengeringan selama 3 hari,
pengapuran selama 4 hari pemasangan atap kolam dengan terpal,
persiapan air yaitu pengisian air dan menumbuhkan pakan alami. Air
yang diisi ke dalam kolam dengan ketinggian 60 – 75 cm. Setelah
pengisian air kolam selesai, kemudian air didiamkan selama 3 hari.
Setelah tiga hari kolam diberi pupuk kandang berupa kotoran sapi kering
dengan dosis 350 gr/m2 untuk menumbuhkan pakan alami, tumbuhnya
pakan alami ditandai dengan perubahan warna air menjadi hijau.
b. Penebaran Benih
Penebaran benih ini dilakukan setelah persiapan air selesai
dengan padat tebar untuk ikan lele ialah 250 ekor/m2 dengan luasan
kolam 15,95 m2. Sampling panjang dan berat ikan dilakukan setiap
10 hari dengan pengambilan sampel sebanyak 10 ekor. Penebaran benih
dilakukan pada sore hari untuk menghindari terjadinya stress pada benih
ikan yang ditebar. Pada proses penebaran ini dilakukan proses
aklimatisasi terlebih dahulu. Adapun langkah-langkah dari proses
aklimatisasi sebagai berikut:
Memasukan benih yang masih terbungkus dalam plastik kedalam
kolam, kemudian menunggu hingga terjadinya embun didalam
plastik (sekitar 10 – 15 menit).
11
Membuka ikatan kantong plastik benih.
Mengeluarkan secara perlahan benih yang berada di dalam kantong
plastik.
c. Pembuatan akuaponik
Akuaponik sebagai wadah pemeliharaan tanaman sayur selada
terbuat dari talang berukuran 1 m x 0,25 m x 0,25 m sejumlah 9 unit
dilengkapi dengan pipa PVC sebagai saluran inlet dan outlet. Media
pertumbuhan berupa pasir kali dan kerikil yang telah dicuci dengan air
dan dikeringkan. Instalasi air dan listrik dipasang. pada masing-
masing wadah tanaman yaitu berupa pemasangan pompa, pipa inlet dan
outlet serta sumber listrik. Selanjutnya dilakukan ploting tanaman sawi
pada media tanam. Satu titik tanam diisi satu rumpun tanaman
sawi dengan jarak antar tanaman sebesar 10 cm. Pompa dipergunakan
untuk mengalirkan air kolam ke filter yaitu tanaman dan media tanam
kemudian dialirkan kembali ke kolam secara gravitasi. Pemasangan
akuaponik dilakukan setelah 1 bulan masa pemeliharaan.
d. Manajemen Pakan
Pakan yang diberikan dalam pemeliharaan ikan ini berupa pakan
pellet. Benih ikan lele ukuran 5 – 7 cm manajemen pemberian pakan
sebagai berikut pakan pellet F999 produksi PT. CP Prima diberikan
pada masa pemeliharaan 1– 9 hari; Selanjutnya pemberian pakan pellet
781-1 produksi PT. CP Prima pada masa pemeliharaan 10 – 14 hari,
dan pemeliharaan 15 – 30 hari diberikan pakan pellet 781-2 produksi
PT. CP Prima sebanyak 5% dari biomassa ikan per hari. Pada
pemeliharaan 31 – panen pakan yang diberikan ialah pakan pellet
Supra Feed dengan protein 25% sebanyak 3% dari biomassa ikan per
hari. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari yaitu pada jam 09.00,
16.00, dan 21.00 dengan dosis yang telah ditentukan diatas.
e. Manajemen Kualitas Air
Manajemen kualitas air dilakukan dengan sistem resirkulasi air
dalam akuaponik dan pemberian aplikasi probiotik untuk menjaga
kualitas air dan juga pengenceran air apabila terjadi blooming plankton
12
di perairan kolam. Pengukuran kualitas air kolam budidaya dilakukan
setiap 10 hari sekali meliputi suhu, kecerahan, warna air, DO, pH,
ammoniak, nitrat, fosfat dan nitrit.
f. Manajemen Penyakit
Adapun cara pengelolaan serangan penyakit pada kegiatan
budidaya mengacu pada prinsip pencegahan terutama mencegah
masuknya wabah penyakit ke dalam kolam.Tindakan tersebut meliputi
sanitasi kolam, alat-alat, ikan yang akan dipelihara serta lingkungan
pemeliharaan. Kontrol kualitas air dilakukan secara rutin untuk
mencegah timbulnya penyakit. Jika ikan yang dibudidayakan terkena
penyakit, maka treatment yang dilakukan dengan penerapan probiotik
dan antibiotic herbal. Hal ini dilakukan karena dalam budidaya ini
berusaha untuk menghindari penggunaan bahan kimia berbahaya pada
proses budidaya yang nantinya apabila terdapat penggunaaan bahan
kimia berbahaya dalam treatment pada proses budidaya, maka bahan
kimia ini kemungkinan besar dapat menjadi residu dalam tubuh ikan
budidaya.
g. Pemasaran
Pemasaran dilakukan dengan cara membangun jaringan pasar
melalui promosi media cetak dan elektronik seperti leaflet, facebook
dan blog. Selain itu pemasaran secara langsung kepada konsumen yang
berada di daerah sekitar lokasi budidaya, warung-warung lalapan atau
warung makanan, pengepul atau penjual ikan lele skala besar maupun
di setiap unit usaha yang ada di Universitas Muhammadiyah Malang.
h. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara berkala yaitu tiap minggu sekali dan
setiap selesai melakukan produksi, dan selesai melakukan kegiatan
pemasaran. Evaluasi meliputi kendala dalam pelaksanaan kegiatan,
masalah dalam proses budidaya, biaya produksi, dan evaluasi hasil
budidaya yang meliputi keberhasilan budidaya maupun kegagalan
dalam budidaya. Selain itu juga mengevaluasi kinerja kelompok.
13
3.4 Analisis Usaha
3.4.1 Sumber Dana
Sumber dana usaha ini berasal dari swadaya masing-masing anggota
kelompok dengan besar Rp. 250.000,00, sehingga dana yang terkumpul dari
6 anggota kelompok ialah Rp. 1.500.000,00. Usaha ini melalukan kemitraan
bersama dosen perikanan yaitu Bapak Prof. Dr. Ir. Sujono, M.Kes yang
menyediakan benih dan pakan.
3.4.2 Pengeluaran
Pengeluaran dana antara lain untuk biaya tetap, biaya variabel yang
meliputi persiapan, pemeliharaan dan pemanenan, transportasi, biaya
pemasaran dan lain-lain.
a. Biaya Tetap :
No Nama Alat Harga Satuan
(Rp.)
Jumlah Harga Total
(Rp.)
1 Pompa air 125.000 1 unit 125.000
2 Kuas 15.000 1 unit 15.000
3 Talang 30.000/4m 12 m 90.000
4 Lem pipa 10.000 1 unit 10.000
5 Pipa paralon ½ dim 20.000/4m 2 unit 40.000
6 Pipa keni 3.000 12 unit 36.000
7 Kain kasa/dacron 5.000 4 unit 20.000
8 Bambu 40.000 1 paket 40.000
9 Whiteboard 15.000 1 unit 15.000
Sub Total 391.000
b. Biaya Operasional (Biaya Variabel) :
No Nama Bahan Harga Satuan
(Rp.)
Jumlah Harga Total
(Rp.)
1 Benih lele sangkuriang
ukuran 5-7cm (@ 250
ekor/m2)
150 4000
ekor
600.000
2 Biaya listrik 30.000 3 bulan 90.000
14
3 Pakan pellet F999 PT. CP
Prima (pemeliharaan hari
ke 1-9)
13.000 1 sak/
10 kg
132.000
4 Pakan pellet 781-1 PT. CP
Prima (pemeliharaan hari
ke 10 – 14)
10.000 5 kg 50.000
5 Pakan pellet 781-2 PT. CP
Prima (minggu ketiga –
keempat)
10.000 15 kg 150.000
6 Pakan pellet Suprafeed
(bulan kedua – panen)
6.000 384 kg 2.304.000
7 Benih sayur 500 108 buah 54.000
8 Pasir dan kerikil 10.000 1 sak 10.000
9 Obat, pupuk, kapur,
vitamin c, probiotik
100.000 1 paket 100.000
10 Promosi dan transportasi 100.000 100.000 100.000
Sub Total 3.590.000
Total 3.981.000
3.4.2 Proyeksi Pendapatan
Pendapatan dari usaha ini diperoleh dari penjualan penjualan ikan
hasil budidaya. SR ikan lele ialah 80% dari jumlah tebar ikan lele 4000
ekor dengan asumsi FCR 1,2. Perkiraan panen ikan lele perkilo ialah 10
ekor. Adapun perhitungan pendapatan sebagai berikut :
Nama barang Satuan Jumlah Harga
Satuan (Rp.)
Total harga
(Rp.)
Ikan Lele Kg 320 13.000 4.160.000
Sayur sawi Buah 36 5.000 180.000
Total 4.340.000
3.4.3 Analisa Usaha
a. Keuntungan = Pendapatan – Total biaya
15
= Rp 4.340.000 – Rp 3.981.000
= Rp 359.000
b. Benefit Cost Ratio(B/C Rasio) = Pendapatan : Total Biaya
= Rp 4.340.000 : Rp 3.981.000
= 1,09
Artinya dengan penggunaan biaya produksi sebesar Rp.1,00 akan diperoleh
keuntungan sebesar Rp. 1,09
c. Break Event Point (BEP)
BEP Produksi
BEP Harga Produksi
= Total Biaya : Harga Satuan
= Rp 3.981.000 : Rp. 1200
= 3.317 ekor
= Total Biaya : Total Produksi
= Rp 3.981.000 : 320 Kg
= Rp. 12.440
Artinya titik impas produksi lele dicapai pada produksi 3.317 ekor.Sedangkan
titik impas harga produksi dicapai pada harga produksi Rp. 12.440
d. Payback Period = Total Biaya : Keuntungan
= Rp 3.981.000 : Rp 359.000
= 11
Artinya dalam jangka waktu 11 siklus atau 33 bulan modal usaha yang
diinvestasikan pada usaha budidaya ikan akan kembali.
e. Efisiensi penggunaan modal = Keuntungan : Total Biaya X 100%
= Rp 359.000 : Rp 3.981.000 X 100%
= 9,01%
Artinya keuntungan usaha budidaya ikan lele yang diperoleh mencapai 9,01%
dari total biaya yang dikeluarkan.
3.5 Struktur, Tugas Pokok dan Fungsi Anggota
16
Berikut ini struktur dan tugas pokok fungsi dari kegiatan usaha
produksi ikan lele dan tanaman sawi semi organik pada sistem akuaponik
CV. Mina SentosaAlamat : Perum Villa Sengkaling S8, DAU
Telp : 085790368766
Jabatan dan Tupoksi :
A. Direktur
Penanggung Jawab atas berjalannya usaha yang dikelola
Mengarahkan anggota sesuai tugas masing-masing
Meminta pertanggungjawaban dari Manajer
Mengambil keputusan atas segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha
B. Manajer Keuangan
Merencanakan anggaran keuangan usaha
Bertanggung jawab terhadap keuangan usaha yang dilaporkan kepada
direktur
Membuat catatan keuangan
Membuat estimasi produksi usaha yang dijalankan
C. Manajer Sarana Pokok Produksi
Mengkoordinasi dan menyiapkan peralatan dan perlengkapan untuk
produksi seperti kebutuhan pakan, sarana produksi dan lain – lain
17
DIREKTURFahim Fajari
MANAJER PRODUKSI & BUDIDAYA
Arini
MANAJER KEUANGANVerliyana
MANAJER PEMASARAN
Ibrahim Rumaratu
MANAJER KESEHATAN IKAN &
LINGKUNGAN
Restu Putri Astuti
MANAJER SARANA POKOK
PRODUKSI
Ratna Tomagola
Melakukan estimasi terhadap kebutuhan sarana pokok produksi
D. Manajer Produksi dan Teknik Budidaya
Memastikan tahapan pemeliharaan ikan berjalan dengan baik berdasar
CBIB
Memastikan aspek teknis budidaya berjalan dengan baik
Melakukan monitoring produksi
Melaksanakan pencatatan data kegiatan produksi sebagai bahan evaluasi
dan laporan
Melaporkan kegiatan produksi dan kendala pada evaluasi rutin
E. Manajer Kesehatan Ikan dan Lingkungan
Melaksanakan kegiatan pencegahan untuk menjaga kesehatan ikan dan
lingkungan
Melaksanakan tugas yang meliputi kegiatan pengamatan dan upaya
penanggulangan pencemaran perairan.
Melaksanakan kegiatan perawatan kolam / saluran / pematang, pengujian
pengelolaan kolam percontohan serta usaha penanggulangan hama
penyakit ikan.
Mengkoordinasi dan menyiapkan peralatan dan perlengkapan untuk
kesehatan ikan dan lingkungan.
Melakukan tindakan pengobatan jika ikan terserang penyakit.
E. Manajer Pemasaran
Melakukan upaya penjaringan pasar melalui media cetak dan elektronik
Bertanggung jawab atas pemasaran hasil produksi
Menyusun dan melakukan strategi pemasaran yang jitu dan tepat sasaran
Melaporkan hasil pemasaran kepada Manajer Keuangan.
3.6. Jadwal
Tabel 2. Rencana jadwal kegiatan Praktek Usaha Perikanan
Bulan Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4
18
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
No Agenda
1 Persiapan
a. Survey lokasi
b. Persiapan team dan pembagian tugas
c. Persiapan kolam dan perlengkapan
2 Pelaksanaan
a. Penebaran bibit
b. Pemeliharaan
c. Pemanenan
d. Pemasaran
e. Pencatatan
f. Pelaporan
3 Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad T., Sofiarsih L ., & Rusmana. 2007. The growth of Patin Pangasius hypopthalmus in a close system tank. Aquaculture. 2(1): 67 -73.
19
Basahudin, M.S. 2009. Panen Lele 2,5 Bulan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Diver S. 2006. Aquaponic-integration hydroponic with aquaculture. National Centre of Appropriate Technology. Department of Agriculture’s Rural Bussiness Cooperative Service. P. 28.
Endut A, Jusoh A, Ali N, Wan Nik WNS., Hassan A. 2009. Effect of flow rate on water quality parameters and plant growth of water spinach (Ipomoea aquatica) in an aquaponic recirculating system. Desalination and Water Treatment. Desalination Publication 5: 19-28.
Graber A, Junge R. 2009. Aquaponic Systems: Nutrient recycling from fish wastewater by vegetable production. Institute for Natural Resource Sciences Gruental. Waedenswil, Switzerland. Desalination 246: 147-156
Kusdiarti, et.al., 2006. Budidaya lkan Nila Hemat Lahan dan Air dengan Sistim Akuaponik Laporan Hasil Penelitian, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor: 95-102
Nazaruddin. 1999. Budi Daya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Nugroho S, dkk. 2008. Air Hasil Olahan Limbah Rumah Sakit Dampaknya terhadap Laju Pertumbuhan Spesifik dan Sintasan Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linn). Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung. Lampung
Nugroho E. & Sutrisno. 2008. Budidaya Ikan dan Sayuran dengan Sistem Akuaponik. Jakarta: Penebar swadaya.
Putra, I & Pamukas. 2011. Pemeliharaan Ikan Selais (Ompok Sp) Dengan Resirkulasi Sistem Aquaponik.Jurnal Perikanan dan Kelautan 16,1 (2011) : 125-131
Rakocy J.E., 2006. Recirculating aquaculture tank production systems: aquaponics integrating fish and plant culture. Southern Regional Aquaculture Center, United States Department of Agriculture, Cooperative State Research, Education, and Extension Service.
Setijaningsih L. 2009. Peningkatan Produktivitas Kolam Melalui Perbedaan Jarak Tanam Tanaman Akuaponik Pada Pemeliharaan Ikan Mas (Cyprinus carpio). Laporan Hasil Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor Tahun 2009.
Sunarma, A. 2004. Peningkatan Produktifitas Usaha Lele Sangkuriang (Clarias sp.) Makalah Hasil Riset Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi.
Team Penyuluh Perikanan. 2011. Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepenus). Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta
Yuliani, rindang. 2012. Akuaponik. http://biologi tumbuhan lahan basah.blogspot.com/2012/11/rindang-yuliani-j1c110014.html?m=1
20
Widyastuti, et.al., 2008. Peningkatan Produktivitas Air Tawar melalui Budidaya lkM Sistim Akuaponik. Prosiding Seminar Nasional Limnologi IV, LIPI, Bogor: 62-73
Anonim. 2010. Budidaya Ikan Lele (Clarias). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta.
Anonim. 2012. Warta Pasar Ikan. http://www.wpi.kkp.go.id/?p=1008#more-1008 diakses pada tanggal 2 Oktober 2013.
Riswantoni. 2013. Perancangan Kampanye Konsumsi Buah Dan Sayuran Organik. http://unikom.ac.id , diakses 13 Desember 2013
21