Presentasi Kasus Tetanus

Post on 22-Dec-2015

50 views 2 download

description

kiwkw

Transcript of Presentasi Kasus Tetanus

L/O/G/OL/O/G/O

Presentasi Kasus Tetanus

SITTI WAHIDATUN ASRYANI

K1A1 09 057

Pembimbing :dr. Happy Handaruwati M.Kes, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN SARAF-

Nama : Ny. NUmur : 65 tahunAlamat : BombanaPendidikan :Tamat SMPPekerjaan : Dukun beranakStatus : KawinAgama : IslamRuang perawatan : AsokaNo IGD : 43.22.10

Laporan Kasus

Anamnesis

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Penunjang

Resume

DIAGNOSA

Keluhan UtamaKaku dan nyeri pada otot paha kanan Riwayat Penyakit SekarangPasien masuk ke IGD RSU Bahteramas dengan keluhan kaku dan nyeri pada otot paha kanan yang dialami sejak satu minggu SMRS. Pasien juga mengeluh nyeri di seluruh tubuh, sulit membuka mulut, demam, Pasien juga mengalami kejang sejak 1 minggu yang lalu bersamaan dengan demamnya. Kejang berupa posisi kepala tertenggak kebelakang dan punggung melengkung ke atas dan kedua tungkai menekuk. dengan durasi ± 3 menit disertai nyeri pada seluruh tubuh, di antara kejang pasien sadar, kejang berupa hentakan-hentakan anggota gerak di sangkal, kejang berlangsung setiap hari dengan frekuensi lebih dari 3 kali. Terutama bila disentuh walaupun hanya sarungnya yang disentuh.Keluhan lain pasien , nyeri perut, susah menelan, mulut tidak bisa membuka sekitar tidak lebih dari 2 jari.

Keluhan UtamaKaku dan nyeri pada otot paha kanan Riwayat Penyakit SekarangPasien masuk ke IGD RSU Bahteramas dengan keluhan kaku dan nyeri pada otot paha kanan yang dialami sejak satu minggu SMRS. Pasien juga mengeluh nyeri di seluruh tubuh, sulit membuka mulut, demam, Pasien juga mengalami kejang sejak 1 minggu yang lalu bersamaan dengan demamnya. Kejang berupa posisi kepala tertenggak kebelakang dan punggung melengkung ke atas dan kedua tungkai menekuk. dengan durasi ± 3 menit disertai nyeri pada seluruh tubuh, di antara kejang pasien sadar, kejang berupa hentakan-hentakan anggota gerak di sangkal, kejang berlangsung setiap hari dengan frekuensi lebih dari 3 kali. Terutama bila disentuh walaupun hanya sarungnya yang disentuh.Keluhan lain pasien , nyeri perut, susah menelan, mulut tidak bisa membuka sekitar tidak lebih dari 2 jari.

Menurut keluarga pasien 1 bulan yang lalu pasien terluka pada sela jari kaki karena terkena pelepah rumbia dan dibiarkan dirumah. Pasien dibawah berobat ke puskesmas setempat tetapi petugas puskesmas setelah pasien merasakan kaku dan nyeri pada kedua pahanya. Dan di puskesmas pasien hanya diberikan obat minum yaitu : ciprofloxacin 500 mg (2x1), neurodex (2x0), novalgesik *paracetamol (3x1), antasida sirup (3x1) ny. N kemudian di masukkan ke dalam ruang perawatan Asoka. Setelah mendapatkan perawatan selama 1 hari di IGD, dan setelah perawatan hari ke 3 sudah terlihat gejala-gejala kejang mulai berkurang, badan yang kaku,dan paha yang selalu menekuk, sudah bias digerakkan. mulut mulai membuka >2 jari dan pasien sudah bias di berikan minum melalui pipet.

Menurut keluarga pasien 1 bulan yang lalu pasien terluka pada sela jari kaki karena terkena pelepah rumbia dan dibiarkan dirumah. Pasien dibawah berobat ke puskesmas setempat tetapi petugas puskesmas setelah pasien merasakan kaku dan nyeri pada kedua pahanya. Dan di puskesmas pasien hanya diberikan obat minum yaitu : ciprofloxacin 500 mg (2x1), neurodex (2x0), novalgesik *paracetamol (3x1), antasida sirup (3x1) ny. N kemudian di masukkan ke dalam ruang perawatan Asoka. Setelah mendapatkan perawatan selama 1 hari di IGD, dan setelah perawatan hari ke 3 sudah terlihat gejala-gejala kejang mulai berkurang, badan yang kaku,dan paha yang selalu menekuk, sudah bias digerakkan. mulut mulai membuka >2 jari dan pasien sudah bias di berikan minum melalui pipet.

• Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kejang sebelumnya (-), Riwayat Epilepsi (-)• Riwayat Imunisasi

Pasien tidak pernah mendapatkan imunisasi• Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama

BACK

9 MARET 2015Status GeneralisKeadaan Umum : Tampak sakit berat

Tanda vital

Tekanan Darah : 160/90 mmHgNadi : 88x/menitPernapasan : 24x/menitSuhu : 38 0C

Tanda vital

Tekanan Darah : 160/90 mmHgNadi : 88x/menitPernapasan : 24x/menitSuhu : 38 0C

• Kesadaran

– GCS : Compos Mentis (E4M6V5 = 15)

• Tanda rangsang meningeal – Kaku kuduk (+)– Laseque sign(+)– Kernig sign(+)

• Pupil : Bulat, isokor, Ø 3mm, RCL +/+, RCTL +/+

Nervus Kranial• N.I : Dalam batas normal• N.II : Tidak di lakukan pemeriksaan• N.III, : Dalam batas normal• N.IV : Dalam batas normal• N. VI : Dalam batas normal• N.V : Sulit di nilai• N.VII : Sulit di nilai• N.VIII : Tidak di lakukan pemeriksaan• N.IX,X : Tidak di lakukan pemeriksaan• N.XI : Sulit di nilai• N.XII : Sulit di nilai

Motorik

P N N

N N

K 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5

T N N

Refleks Fisiologis

BR : /TR : /KR : ` /AR : /

Refleks Patologis

Hoffman : -/-Tromner : -/-Babinsky : -/-

•Sensibilitas : Sulit di nilai•Otonom : BAK (dalam

batas normal) BAB (dalam batas

normal) Keringat (sulit

dinilai)BACK

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 9 MARET 2015WBC 8,71 x 103/uLLymphosit 29,3 x 103/uLHGB 13,5 g/dLRBC 4,62 x 106/uLHCT 39,0%PLT 336 x 103

Kimia darah 9 maret 2015GDS : 108

BACK

Pasien perempuan usia 65 tahun masuk dengan keluhan kaku dan nyeri pada otot paha kanan yang dialami sejak satu minggu SMRS. Pasien juga mengeluh nyeri di seluruh tubuh, sulit membuka mulut, demam, Pasien juga mengalami kejang sejak 1 minggu yang lalu bersamaan dengan demamnya. Kejang berupa posisi kepala tertenggak kebelakang dan punggung melengkung ke atas dan kedua tungkai menekuk. dengan durasi ± 3 menit disertai nyeri pada seluruh tubuh, di antara kejang pasien sadar, kejang berupa hentakan-hentakan anggota gerak di sangkal, kejang berlangsung setiap hari dengan frekuensi lebih dari 3 kali. Terutama bila disentuh walaupun hanya sarungnya yang disentuh. Keluhan lain pasien , nyeri perut, susah menelan, mulut tidak bisa membuka sekitar tidak lebih dari 2 jari. Menurut keluarga pasien 1 bulan yang lalu pasien terluka pada sela jari kaki karena terkena pelepah rumbia dan dibiarkan dirumah. Pasien dibawah berobat ke puskesmas setempat tetapi petugas puskesmas setelah pasien merasakan kaku dan nyeri pada kedua pahanya. Dan di puskesmas pasien hanya diberikan obat minum yaitu : ciprofloxacin 500 mg (2x1), neurodex (2x0), novalgesik *paracetamol (3x1), antasida sirup (3x1) ny. N kemudian di masukkan ke dalam ruang perawatan Asoka. Setelah mendapatkan perawatan selama 1 hari di IGD, dan setelah perawatan hari ke 3 sudah terlihat gejala-gejala kejang mulai berkurang, badan yang kaku,dan paha yang selalu menekuk, sudah bias digerakkan. mulut mulai membuka >2 jari dan pasien sudah bias di berikan minum melalui pipet.Pemeriksaan fisik 9 maret 2016, keadaan umum sakit berat, compos mentis, tanda vital tekanan darah 160/90 mmHg, Nadi 88x/menit, Pernapasan 24x/menit, Suhu 38’C. Kaku Kuduk (+), Laseque Sign (+), Kernig Sign (+), trismus ± 3cm, defense muscular (+). Motorik pada tungkai sulit di nilai karena terjadi kekakuan.

Pasien perempuan usia 65 tahun masuk dengan keluhan kaku dan nyeri pada otot paha kanan yang dialami sejak satu minggu SMRS. Pasien juga mengeluh nyeri di seluruh tubuh, sulit membuka mulut, demam, Pasien juga mengalami kejang sejak 1 minggu yang lalu bersamaan dengan demamnya. Kejang berupa posisi kepala tertenggak kebelakang dan punggung melengkung ke atas dan kedua tungkai menekuk. dengan durasi ± 3 menit disertai nyeri pada seluruh tubuh, di antara kejang pasien sadar, kejang berupa hentakan-hentakan anggota gerak di sangkal, kejang berlangsung setiap hari dengan frekuensi lebih dari 3 kali. Terutama bila disentuh walaupun hanya sarungnya yang disentuh. Keluhan lain pasien , nyeri perut, susah menelan, mulut tidak bisa membuka sekitar tidak lebih dari 2 jari. Menurut keluarga pasien 1 bulan yang lalu pasien terluka pada sela jari kaki karena terkena pelepah rumbia dan dibiarkan dirumah. Pasien dibawah berobat ke puskesmas setempat tetapi petugas puskesmas setelah pasien merasakan kaku dan nyeri pada kedua pahanya. Dan di puskesmas pasien hanya diberikan obat minum yaitu : ciprofloxacin 500 mg (2x1), neurodex (2x0), novalgesik *paracetamol (3x1), antasida sirup (3x1) ny. N kemudian di masukkan ke dalam ruang perawatan Asoka. Setelah mendapatkan perawatan selama 1 hari di IGD, dan setelah perawatan hari ke 3 sudah terlihat gejala-gejala kejang mulai berkurang, badan yang kaku,dan paha yang selalu menekuk, sudah bias digerakkan. mulut mulai membuka >2 jari dan pasien sudah bias di berikan minum melalui pipet.Pemeriksaan fisik 9 maret 2016, keadaan umum sakit berat, compos mentis, tanda vital tekanan darah 160/90 mmHg, Nadi 88x/menit, Pernapasan 24x/menit, Suhu 38’C. Kaku Kuduk (+), Laseque Sign (+), Kernig Sign (+), trismus ± 3cm, defense muscular (+). Motorik pada tungkai sulit di nilai karena terjadi kekakuan.

BACK

Diagnosa Klinis : Trismus, Opistotonus, dan RigiditasDiagnosa Topis : Substansi Grisea Medulla SpinalisDiagnosa Etiologi : Clostridium Tetani

Non Medikamentosa

•KomunikasiMemberitahukan bahwa penyakit yang dialami oleh Ny, N adalah penyakit yang menyerang saraf dan harus selalu dipantau perkembangan kejang dan jumlah kejangnya sehingga dapat diketahui progresifitas penyakit.

•InformasiMemberitahu bahwa penyebab penyakit Ny. N adalah bakteri Clostridium tetani yang tahan akan pendidihan selama 20 menit dan merupakan bakteri yang tidak membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup

•EdukasiMemberi pendidikan tentang pentingnya untuk menjaga kebersihan luka dan tidak menganggap remeh sekecil apapun luka yang terdapat ditubuh

Non Medikamentosa

•KomunikasiMemberitahukan bahwa penyakit yang dialami oleh Ny, N adalah penyakit yang menyerang saraf dan harus selalu dipantau perkembangan kejang dan jumlah kejangnya sehingga dapat diketahui progresifitas penyakit.

•InformasiMemberitahu bahwa penyebab penyakit Ny. N adalah bakteri Clostridium tetani yang tahan akan pendidihan selama 20 menit dan merupakan bakteri yang tidak membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup

•EdukasiMemberi pendidikan tentang pentingnya untuk menjaga kebersihan luka dan tidak menganggap remeh sekecil apapun luka yang terdapat ditubuh

Medikamentosa• Pemberian oksigen • Pemberian cairan RL + Dextrose 5% • Serum anti tetanus dosis 20.000 IU/hari • Penisilin prokain dosis 10-24 juta IU/hari • Metronidazol 500mg/8 jam drips i.v • Diazepam dosis awal 10 mg i.v/ drips dalam dextrose

selama kejang a. Jika kejang berulang maka di berikan diazepam 1 ampul i.vb. Jika bebas kejang selama 48 jam tapering dosis

diazepam

Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya

tonus otot dan spasme, yang disebabkan oleh tetanospasmin

Tetanospasmin suatu toksin yang sangat kuat yang dihasilkan oleh basil gram

positif berbentuk batang yaitu Clostridium tetani

Tetanus

WHO memperkirakan kurang lebih 1.000.000 kematian akibat tetanus di seluruh dunia pada tahun 1992, termasuk di dalamnya

580.000 kematian akibat tetanus neonatorum

210.000 di Asia Tenggara

152.000 di Afrika

Resiko terjadinya tetanus paling

tinggi pada populasi usia tua

Tetanus disebabkan oleh basil gram

positif, Clostridium tetani

Clostridium tetani merupakan bakteri

anaerob obligat yang menghasilkan spora

Tahan sinar matahari

Bersifat resisten terhadap berbagai

desinfektan

Tahan dengan pendidihan selam

20 menit

Clostridium tetani

Clostridium tetani

TetanolisinTetanolisin

TetanospasminTetanospasmin

Luka Luka

Rusak jaringan masih hidup di

sekitar

Rusak jaringan masih hidup di

sekitar

mengoptimalkan kondisi yang

memungkinkan multiplikasi bakteri

mengoptimalkan kondisi yang

memungkinkan multiplikasi bakteri

Substansi Grisea Medulla

Spinalis

Substansi Grisea Medulla

Spinalis

Hambatan pelepasan neurotransmitter

inhibitorik (GABA & Glisin)

Hambatan pelepasan neurotransmitter

inhibitorik (GABA & Glisin)

Reaksi eksitasi meningkat

Reaksi eksitasi meningkat

Alfa motorneuron dalam keadaan

hipereksitas

Alfa motorneuron dalam keadaan

hipereksitas

Kejang Tonik, otot skelet dan

wajah

Kejang Tonik, otot skelet dan

wajah

Pada pasien ini di tegakkan diagnosis Tetanus berdasarkan anamnesis di dapatkan pasien mengeluhkan kaku pada seluruh tubuh utamanya pada daerah mulut dan leher di sertai kejang yang terus menurus dengan posisi punggung yang melengkung ke atas dan kepala tertenggak ke belakang. Pasien juga mempunyai riwayat trauma yakni terkena pelepah rumbia pada sela jari kaki kanan dan tidak mendapatkan perawatan yang baik. Kondisi ini memberikan kesempatan bagi kuman C. Tetanii untuk masuk serta bereplikasi di dalam tubuh (port d’entree).

Keluhan kekakuan pada leher, mulut sukar untuk di gerakkan, serta kejang dengan posisi punggung yang melengkung dengan kepala yang tertenggak ke atas merupakan tanda klinis dari tetanus. Pada penderita tetanus di dapatkan tanda spasme otot pada mandibularis yaitu trismus yang menyebaabkan pasien sulit membuka mulut dan juga opistotonus yaitu ketegangan pada otot leher dan otot belakang yang menyebabkan punggung pasien menjadi melengkung dan kepala tertenggak ke atas.

Diagnosis tetanus di tegakkan berdasarkan gambaran klinis yang di temukan. Sebagian besar penderita mempunyai riwayat trauma dalam 14 hari terakhir. Kelompok khas adalah pada individu yang tidak di imunisasi atau pada bayi yang di lahirkan oleh ibu yang tidak di imunisasi. Pada pasien ini belum pernah mendapatkan imunisasi sehingga kuman C. Tetanii lebih mudah untuk menginfeksi karna tidak adanya antibody terhadap kuman iniDasar Pengobatan :– Pemberian oksigen untuk mencegah hipoksia pada pasien

sebab terjadi rigiditas dan spasme faringeal dan laringeal yang merupakan petanda gagal nafas dan obstruksi jalan nafas.

– Pemberian cairan NaCl + Dextrose 5% 1:1 berguna sebagai perfusi jaringan otak akibat kejang dan penggunaan dextrose juga untuk mencegah kristalisasi dari diazepam

– Serum anti tetanus dosis 20.000 IU/hari selama 3-5 hari sebagai antibiotik pada toksin tetanus yang masih beredar dalam darah

– Penisilin prokain dosis 10-24 juta IU/hari selama 10-14 hari berperan untuk mengganggu pembentukan polipeptida dinding otot selam multiplikasi.

– Metronidazol 500mg/8 jam drips i.v berperan untuk menghambat sintesis protein pada bakteri dan melawan bakteri yang bersifat anaerob.

• Diazepam dosis awal 10 mg i.v/ drips dalam dextrose selama kejang sebagai antikonvulsi dan menekan semua tingkatan saraf pusat dan meningkatkan GABA yang berperan sbagi neuromtransmitter inhibitor

Faktor yang mempengaruhi mortalitas pasien tetanus adalah masa inkubasi, onset penyakit, imunisasi, lokasi fokus infeksi, penyakit lain yang menyertai, beratnya penyakit dan penyulit yang timbul. Masa

inkubasi yang pendek memperburuk prognosis tetanus

Perawatan intensif menurunkan angka kematian akibat kegagalan nafas dan kelelahan akibat kejang. Pasien biasanya sembuh dalam 2-4 bulan. Beberapa pasien

terkadang menjadi hipotonus setelah penyakit sembuh

L/O/G/OL/O/G/O

Thank You!