Post on 09-Jan-2020
PERSEPSI GURU KIMIA MENGENAI KETERAMPILAN
ABAD 21
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
SYARIFAH MEUTIAH EKA SARI
NIM.11140162000060
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Syarifah Meutiah Eka Sari (11140162000060). Persepsi Guru Kimia
Mengenai Keterampilan Abad 21, Program Studi Pendidikan Kimia,
Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Guru memiliki peranan penting dalam penerapan keterampilan abad 21. Persepsi
guru dapat mempengaruhi motivasi guru dalam menerapkan keterampilan abad 21
pada pembelajaran kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
persepsi guru kimia mengenai keterampilan abad 21. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dengan instrumen berbentuk
angket. Responden merupakan alumni pendidikan kimia Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berprofesi sebagai guru kimia. Data penelitian
diperoleh dari jawaban 52 orang responden terhadap angket yang diberikan. Hasil
penelitian menunjukkan keseluruhan persepsi guru kimia mengenai keterampilan
abad 21 termasuk kategori baik (73,1%). Persentase tertinggi pada komponen
keterampilan belajar diperoleh pada aspek komunikasi kolaborasi (72,4%),
sementara pada keterampilan informasi, media, dan teknologi diperoleh pada
aspek literasi informasi (79,2%). Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa guru
kimia telah memiliki persepsi baik mengenai keterampilan abad 21.
Kata Kunci: Guru kimia, Keterampilan abad 21, Persepsi.
vi
ABSTRACT
Syarifah Meutiah Eka Sari (11140162000060). Chemistry Teachers Perception
About 21st Century Skills, Chemistry Education Study Program, Department of
Science Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Training, Syarif
Hidayatullah Jakarta Islamic State University.
Teachers have an important role in applying 21st century skills. Teachers'
perceptions can influence teacher motivation in applying 21st century skills to
chemistry learning. This study aims to find out how the perception of chemistry
teachers regarding 21st century skills. The study used a quantitative descriptive
method, with questionnaire instruments. The respondent were graduated students
from chemistry education at Syarif Hidayatullah Jakarta Islamic State University,
who works as a chemistry teacher. The research data was obtained from the
answers of 52 respondents to the questionnaire that was given. The results
showed that the overall perception of chemistry teachers regarding 21st century
skills was in good category (73.1%). The highest percentage of chemistry teacher
perceptions on learning skills was obtained in collaboration communication
aspect (72.4%), while on information, media, and technology skills in information
literacy (79.2%). From this study it can be seen that respondents have good
perception in 21st century skills.
Keywords: Chemistry Teacher, 21st Century Skills, Perception.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrohirm
Alhamdulillahirabil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuu Wa
Ta’ala yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Persepsi
Guru Kimia Mengenai Keterampilan Abad 21”. Sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam
beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus,
ikhlas, dan rendah hati penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Sururin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Burhanudin Milama, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing I
yang telah memberikan waktu, ilmu, dan bimbingan kepada penulis dengan
penuh kesabaran
3. Dewi Murniati, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
waktu, ilmu, bimbingan, motivasi, semangat, serta saran dengan penuh
keihklasan dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini hingga akhir.
4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi
Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama penulis menjadi
mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Para guru kimia yang merupakan alumni Pendidikan Kimia UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, terima kasih telah membantu penulis dalam
melakukan pengambilan data penelitian.
viii
6. Orang tua tersayang, Ayah Majid dan Mama Mey yang selalu memberikan
dukungan, nasehat, mencurahkan pikiran, tenaga, dan waktunya dengan
kesabaran dan keikhlasan.
7. Andini Novitasari dan Ilham Mahardika yang selalu sabar mendengarkan
keluh kesah penulis dari awal hingga akhir masa perskripsian.
8. Sahabat mantan anak dwp; Annisa Nuzula, Haditsty Sandra Nuzuliansyah,
dan Nindya Hasanah yang telah mewarnai hari-hari penulis selama di
kostan.
9. Ardelia Amanda yang sudah seperti kakak sendiri, terima kasih atas segala
kebaikan dan kesabaran selama berteman dengan penulis.
10. Teman-teman PPKT SMK Nusantara 02 Kesehatan telah menjadi teman
seperjuangan dalam menghadapi setiap masalah di sekolah.
11. Teman-teman bimbingan skripsi Pak Burhan dan Bu Dewi yang sudah
berbagi waktu, kesabaran, semangat, dan motivasi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
12. Teman-teman Pendidikan Kimia 2014 yang saling memberikan motivasi
dan semangat selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi.
13. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan,
kritik, dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua pihak yang
menggunakannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Ciputat, 14 Agustus 2019
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 4
C. Batasan Masalah .......................................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 6
A. Kajian Teoritik ............................................................................................ 6
1. Persepsi ..................................................................................................... 6
a. Pengertian Persepsi ............................................................................... 6
b. Komponen Persepsi .............................................................................. 6
c. Faktor Persepsi ...................................................................................... 7
2. Guru .......................................................................................................... 8
a. Pengertian Guru .................................................................................... 8
b. Persyaratan Guru................................................................................... 8
c. Tugas dan Peran Guru........................................................................... 9
d. Guru Abad 21...................................................................................... 12
e. Tantangan Guru di Abad 21................................................................ 13
f. Kompetensi Guru abad 21 .................................................................. 15
x
3. Keterampilan Abad 21 ............................................................................ 17
a. Format Pendidikan Abad 21 ............................................................... 18
b. Komponen Keterampilan Abad 21 ..................................................... 19
c. Lingkungan Belajar Abad 21 .............................................................. 26
B. Penelitian Relevan ..................................................................................... 28
C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 32
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 32
B. Metode Penelitian ...................................................................................... 32
C. Prosedur Penelitian .................................................................................... 32
D. Populasi dan Sampel Peneltian ................................................................. 33
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 34
F. Instrumen Penelitian .................................................................................. 35
G. Validasi dan Reabilitas Instrumen ............................................................. 40
H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 44
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 44
1. Keterampilan Belajar .............................................................................. 45
a. Berpikir Kreatif dan Inovasi ............................................................... 45
b. Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah ............................................ 46
c. Komunikasi dan Kolaborasi................................................................ 47
2. Keterampilan Informasi, Media, dan Teknologi .................................... 49
a. Literasi Informasi ................................................................................ 49
b. Literasi Media ..................................................................................... 49
c. Literasi Teknologi ............................................................................... 50
3. Implementasi Keterampilan Abad 21 Dalam Pembelajaran .................. 51
B. Pembahasan ............................................................................................... 55
1. Persepsi Guru Kimia Mengenai Keterampilan Belajar. ......................... 56
a. Berpikir Kreatif dan Inovasi ............................................................... 57
b. Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah ............................................ 58
c. Komunikasi dan Kolaborasi................................................................ 59
xi
2. Persepsi Guru Kimia Mengenai Keterampilan Informasi, Media, dan
Teknologi. ...................................................................................................... 61
a. Literasi Informasi ................................................................................ 62
b. Literasi Media ..................................................................................... 63
c. Literasi Teknologi ............................................................................... 64
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 66
A. Kesimpulan ................................................................................................ 66
B. Saran .......................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 67
LAMPIRAN ......................................................................................................... 74
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pelangi Keterampilan Abad 21 ......................................................... 16
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ............................................................................. 29
Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian ....................................................................... 31
Gambar 3.2 Angket yang Diunggah Ke Google Form ......................................... 32
Gambar 4.1 Sumber Pemahaman Keterampilan Abad 21 .................................... 43
Gambar 4.2 Aspek Keterampilan Abad 21 Menurut Responden .......................... 49
Gambar 4.3 Penerapan Keterampilan Abad 21 Dalam Pembelajaran .................. 50
Gambar 4.4 Model Pembelajaran Yang Digunakan Dalam Pembelajaran ........... 51
Gambar 4.5 Penggunaan Media Dalam Pembelajaran .......................................... 51
Gambar 4.6 Sumber Pembelajaran Yang Digunakan Guru Kimia ....................... 52
Gambar 4.7 Teknologi Yang Digunakan Dalam Pembelajaran ............................ 53
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Angket Implementasi Keterampilan Abad 21 ....................... 33
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Persepsi Keterampilan Abad 21 ............................... 35
Tabel 3.3 Tabel Penilaian ...................................................................................... 40
Tabel 3.4 Tabel Klasifikasi Berdasarkan Persentase ............................................ 41
Tabel 4.1 Hasil Angket Aspek Berpikir Kreatif dan Inovasi ................................ 43
Tabel 4.2 Hasil Angket Aspek Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah ............. 44
Tabel 4.3 Hasil Angket Aspek Komunikasi dan Kolaborasi ................................ 45
Tabel 4.4 Hasil Angket Aspek Literasi Informasi ................................................ 47
Tabel 4.5 Hasil Angket Aspek Literasi Media ...................................................... 48
Tabel 4.6 Hasil Angket Aspek Literasi Teknologi................................................ 48
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi ..................................................................73
Lampiran 2 Surat Permohonan Validasi .............................................................75
Lampiran 3 Lembar Validasi Ahli Instrumen .....................................................76
Lampiran 4 Lembar Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Angket .........................91
Lampiran 5 Pernyataan Angket Setelah Uji Validasi dan Reabilitas ..................96
Lampiran 6 Hasil Angket Pembuka ....................................................................99
Lampiran 7 Hasil Angket Berpikir Kreatif-Inovasi dan Berpikir Kritis -
Pemecahan Masalah ............................................................................................107
Lampiran 8 Hasil Angket Komunikasi-Kolaborasi dan Literasi Informasi ........109
Lampiran 9 Hasil Angket Literasi Media dan Literasi Teknologi ......................111
Lampiran 10 Hasil Angket Total dan Peraspek ..................................................113
Lampiran 11 Lembar Uji Referensi ....................................................................116
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pendidikan adalah
“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Berdasarkan pengertian tersebut
kita dapat memahami bahwa pendidikan adalah sebuah proses yang
direncanakan sebelumnya, untuk menghasilkan pribadi yang dapat
mengembangkan potensi dirinya.
Dalam melaksanakan proses pendidikan, penting bagi kita untuk
mengetahui apa tujuan dari pendidikan nasional. Tujuan dari pendidikan di
Indonesia menurut undang-undang nomor 20, pasal 3, tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan memahami tujuan dari
pendidikan nasional ini, diharapkan seluruh warga negara Indonesia dapat
membantu pemerintah dalam mewujudkan kualitas pendidikan Indonesia
yang lebih baik.
Kualitas pendidikan di Indonesia dapat dikatakan baik jika mampu untuk
terus mengikuti perkembangan zaman. Menurut Sahin (2009), saat memasuki
Abad ke-21 kita akan mengalami perubahan besar-besaran seiring dengan
adanya pergeseran global paradigma. Perubahan ini tentu dapat
mempengaruhi banyak hal seperti; cara hidup, pekerjaan, pola bermasyarakat,
serta bagaimana pandangan dan keteraturannya. Selain itu banyaknya
perubahan dalam bidang ekonomi, politik, informasi, komunikasi, dan
2
teknologi juga tentu akan berpengaruh besar dalam pendidikan (Milliken,
2004).
Perubahan besar-besaran ini menuntut adanya perubahan dalam
pendidikan nasional (Wijaya, Sudjimat, Nyoto, 2016). Dalam menghadapi
tuntutan abad ke-21, siswa dituntut untuk dapat menggunakan pengetahuan
dan keterampilan mereka, seperti ; berpikir kritis, menerapkan pengetahuan
pada situasi baru, menganalisis informasi, memahami gagasan baru,
berkomunikasi, berkolaborasi, memecahkan masalah, serta mampu membuat
keputusan (Sahin, 2009).
Pada abad ini, Guru memiliki peran yang besar dalam mengarahkan
siswanya agar mampu menguasi beberapa keterampilan yang diharapkan
dapat mempersiapkan kehidupannya kelak yaitu; keterampilan belajar,
keterampilan informasi, media, dan teknologi, serta keterampilan hidup dan
karir (Murti, 2015). Dalam pembelajaran sebaiknya guru dapat memberikan
korelasi positif dengan cara menggunakan komunikasi yang baik, secara
langung maupun melalui media. kemudian dilanjutkan dengan melakukan
pengembangan mengenai kursus, kebijakan dan tujuan, proses dan
manajemen, dan sumber daya dan lingkungan (Ninlawan, 2015).
Di Indonesia, pendidikan yang menggunakan kurikulum 2013 sudah
mengikuti pergeseran paradigma belajar abad 21. Kurikulum yang digunakan
di Indonesia tentunya mengharapkan guru yang mampu mengarahkan siswa
menguasai keterampilan abad 21, seperti; produktif, kreatif, inovatif, dan
efektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu
bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi (Hidayat dan
Patras, 2013). Keterampilan abad ke-21 dalam kurikulum bermanfaat bagi
siswa untuk mempersiapkan diri dalam berkarir dan bersaing dimasa depan
(Alismail dan McGuire, 2015). Keberadaan pendidik sebagai pendamping
dalam pembelajaran pun sangat penting karena pendidik diharapkan mampu
mengarahkan siswanya untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai
kurikulum yang berlaku.
3
Guru pada saat ini dituntut untuk bisa menguasai dan menerapkan
keterampilan abad 21 dalam pembelajaran. Menurut Abidin, Mulyati, dan
Yunansah (2017, hlm. 44) salah satu tantangan bagi guru di abad 21 ini
adalah adanya kompetensi siswa yang harus dicapai. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Sumen dan Calisici (2017), para siswa di Turki sudah
memiliki kemampuan keterampilan abad 21. Siswa menyatakan bahwa
mereka menerima kemampuan ini karena para guru sudah menerapkan
keterampilan ini dalam pembelajaran. Hal ini membuktikan bahwa guru
memang memiliki peranan penting dalam penerapan keterampilan abad 21
kepada siswanya melaui proses pembelajaran.
Namun pada kenyataannya, masih banyak pendidik yang tidak
menerapkan keterampilan abad 21. Dalam pembelajaran, guru tidak benar-
benar melibatkan integrasi teknologi untuk meningkatkan kemampuan abad
ke-21, sehingga pembelajaran pun tetap berlangsung dengan model
pembelajaran lama (O’neal, Gibson, dan Cotten, 2017). Padahal, hasil yang
diharapkan pada pendidikan di abad 21 adalah siswa yang fokus pada
pemikiran sintesis, analisis dan evaluasi yang lebih tinggi (Osborne, 2013).
Selain itu masih banyak guru yang menganggap bahwa proses menghafal
merupakan hal terpenting dalam pembelajaran (Li, Li, 2016). Pemahaman
seperti ini akan mempersulit guru dalam mengarahkan siswannya menguasai
keterampilan abad 21 di pembelajaran kimia. Karena pengetahuan yang guru
miliki tentu akan berpengaruh terhadap persepsi yang guru miliki.
Persepsi merupakan proses kognitif seseorang dalam memahami suatu hal
(Zainal, Hadad, dan Ramly, 2017, hlm. 326). Persepsi memiliki peranan dan
berkaitan erat dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Pengetahuan
membuat seseorang mampu memberikan penafsiran dan penilaian kepada
sebuah objek yang diberikan persepsi (Fitrianasari, 2015). Guru yang
memiliki pengetahuan yang baik mengenai keterampilan abad 21 akan
memiliki persepsi yang baik pula mengenai keterampilan abad 21. Menurut
Zainal, dkk (2017, hlm. 328) persepsi memiliki kaitan yang erat dengan
motivasi. Persepsi guru kimia akan mempengaruhi bagaimana motivasi guru
4
dalam menerapkan keterampilan abad 21 dalam pembelajaran kimia (Wood,
2009, hlm. 31-32). Dengan demikian, persepsi guru mengenai keterampilan
abad 21 dalam pembelajaran kimia perlu diketahui agar kita mengetahui
seberapa siapkah guru dalam menerapkan keterampilan abad 21 dalam
pembelajaran khususnya dalam pembelajaran kimia.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Persepsi Guru Kimia
Mengenai Keterampilan Abad 21”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran masih sering diabaikan.
2. Guru masih mengganggap bahwa proses menghafal adalah hal terpenting
dalam pembelajaran.
3. Guru belum dapat mengarahkan siswanya menguasai keterampilan abad
21 dalam pembelajaran.
C. Batasan Masalah
Karena luasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti merasa
perlu untuk membatasi masalah, yakni bahan kajian pada penelitian ini
terbatas pada pemahaman keterampilan belajar serta keterampilan informasi,
media, dan teknologi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah persepsi guru kimia mengenai
keterampilan abad 21?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian yang
dilakukan adalah mengetahui persepsi guru-guru kimia mengenai
keterampilan Abad 21.
5
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, diharapkan dapat
bermanfaat bagi:
1. Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran sejauh
mana pemahaman guru-guru kimia mengenai keterampilan abad 21 serta
dijadikan pembelajaran dalam kehidupan berkarir
2. Guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi para
guru mengenai pentingnya pemahaman keterampilan abad 21 dan
mengimplementasikannya.
3. Pembaca, diharapkan penelitian ini dapat meberikan informasi mengenai
sejauh mana persepsi guru mengenai keterampilan abad 21 dan dapat
dijadikan referensi untuk diadakan penelitian yang lebih mendalam serta
relevan.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Pengertian persepsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu, sedangkan menurut
Desiderato dalam Rakhmat (2008, hlm. 51) Persepsi adalah pengalaman
tentang obyek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah kemampuan
membedakan suatu benda dengan beda lainnya, mengelompokkan benda-
benda yang berdekatan atau dapat memfokuskan perhatiannya dalam suatu
obyek dengan memberikan makna melalui stimuli inderawi (Sawarsono,
2012, hlm. 86).
Menurut Zainal, Hadad, dan Ramly (2017, hlm. 326) Persepsi merupakan
proses kognitif seseorang dalam memahami lingkungannya baik lewat
penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.
Berdasarkan pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa persepsi ialah
tanggapan seorang individu terhadap suatu objek atau subjek yang dihasilkan
saat individu tersebut sedang atau sudah berikteraksi dengan subjek atau
objeknya melalui inderanya.
b. Komponen Persepsi
Baron dan Byrne menyatakan bahwa terdapat tiga aspek yang dapat
membangun sebuah persepsi, yaitu:
a) Komponen kognitif (perseptual), yaitu komponen yang berhubungan
dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan seseorang terhadap
sebuah objek
b) Komponen afektif (emosional), yaitu komponen yang berkaitan rasa
senang yang positif atau tidak senang yang negatif pada suatu objek
7
c) Komponen konatif (perilaku), yaitu komponen yang berkaitan dengan
kecenderungan seseorang dalam bertindak terhadap suatu objek
(Kuswana, 2011, hlm. 57)
c. Faktor Persepsi
Dalam persepsi, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
seseorang dalam menimbulkan presepsinya pada suatu hal atau objek.
Menurut Rakhmat (2008, hlm. 52-58) terdapat 3 faktor yang dapat
mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu:
a) Perhatian
Perhatian terjadi apabila kita berkonsentrasi pada salah satu indera dan
mengesampingkan indera yang lain. Perhatian memiliki fkctor eksternal
dalam penarik perhatian dan faktor internal dalam menaruh perhatian.
b) Faktor Fungsional
Faktor fungsional terjadi berdasarkan kebutuhan individu, pengalaman
dari masa lampau, serta hal-hal lain yang dapat didefinisikan sebagai
faktor-faktor kebutuhan personal
c) Faktor Struktural
Faktor struktural terjadi karena dari sifat stimuli dari fisik dan efek saraf
yang ditimbulkan pada sistem saraf individu dan bias terjadi secara tidak
sadar maupun sadar.
Selain ketiga faktor tersebut, terdapat juga beberapa faktor psikologis
yang dapat mempengaruhi seorang individu dalam mennghasilkan sebuah
persepsi, faktor- faktor tersebut ialah:
a) Kebutuhan
Ketika seseorang membutuhkan memiliki ketertarikan, atau
menginginkan suatu hal, kita akan dengan mudah mempersepsikan hal
tersebut sesuai dengan kebutuhan.
b) Kepercayaan
Sesuatu yang kita anggap benar akan mempengaruhi interpretasi kita
terhadap sebuah sinyal sensorik yang ambigu.
8
c) Emosi
Emosi dapat mempengaruhi interpretasi kita mengenai suatu informasi
sensorik suatu hal, misalnya seperti rasa ketakutan dan kecemasan.
d) Ekspektasi
Pengalaman seseorang dimasa lampau juga akan mempengaruhi
seseorang untuk mempersepsikan sesuatu (Wade dan Travis, 2007, hlm.
228).
Menurut Zainal dkk (2017, hlm. 328) Persepsi juga dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor dari dalam, seperti; belajar, motivasi, dan kerpibadian.
Perbedaan persepsi pun menurut Sawarsono (2013, hlm. 103-106) terjadi
karena dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya perhatian, kesiapan mental,
kebutuhan, sistem nilai, tipe kepribadian, dan gangguan kejiwaan.
2. Guru
a. Pengertian Guru
Guru menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang
pekerjaanya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Dalam pengertian
sederhananya guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada
anak didik dan dalam pandangan masyarakat guru adalah orang yang
melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu seperti lembaga
pendidikan formal, masjid, di rumah, dan sebagainya (Djamarah, 2000, hlm.
31). Menurut Uno dan Lamatenggo (2016, hlm. 2) guru adalah semua orang
yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap Pendidikan siswa, baik
secara individu maupun klasikal, di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
b. Persyaratan Guru
Guru sangat berperan besar dalam membangun karakter anak didik
sehingga berguna bagi agama, nusa dan bangsa serta mempersiapkan manusia
yang cakap dalam membangun diri, bangsa, dan negara (Abu Bakar, Nurjan,
Fatimatur, Mansur, Maimun, Syamsuddin, Efendi, 2009, hlm. 7). Menurut
Abidin, Mulyati, dan Yunansah (2017, hlm. 46) untuk menjadi guru terdapat
beberapa persyaratan yang telah diterapkan beberapa negara, yaitu:
9
a. Mempunyai kemampuan menggunakan berbagai strategi pembelajaran
yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan problem sloving
b. Menguasai teknologi pendidikan yang terus berkembang
c. Mempunyai keterampilan memanajemen kelas
d. Mampu dan terampil melaksanakan penelitian tentang praktik yang
efektif
e. Mampu mendemonstrasikan kompetensi, kemampuan, serta profiensi
yang dapat diterima
c. Tugas dan Peran Guru
Guru mempunyai tugas dalam melaksanakan profesinya. Menurut
Roestiyah N.K dalam Djamarah (2000, hlm. 38-39) menyebutkan beberapa
tugas guru dalam mendidik anak didiknya, diantaranya:
a) Memberikan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian,
kecakapan dan pengalaman- pengalaman.
b) Membentuk karakter pribadi anak yang harmonis sesuai dengan cita dan
dasar negara.
c) Mempersiapkan anak didik agar menjadi warga negara yang baik.
d) Sebagai perantara atau media dalam proses pembelajaran, agar timbul
perubahan pengetahuian, tingkah laku, serta sikap.
e) Sebagai pembimbing yang membawa anak didik menuju pada
kedewasaan, tidak maha kuasa, dan tidak menurut sekehendaknya.
f) Sebagai jembatan antara lingkungan sekolah dengan lingkungan
masyarakat dari anak didik.
g) Sebagai penegak kedisiplinan seperti dengan memberikan contoh terlebih
dahulu.
h) Sebagai administrator dan manager dalam segala keguatan kelas.
i) Sebagai profesi yang tidak merasa dipaksa sehingga bekerja dengan baik
j) Sebagai perecana kurikulum yang akan dikerjakan atau dilakukan dalam
proses pembelajaran dikelas.
k) Sebagai pemimpin dimana memiliki kesempatan dan tanggung jawab
dalam proses pembelajaran.
10
l) Sebagai sponsor dalam kegiatan anak sehingga harus turut aktif dalam
segala aktifitas anak.
Selain yang telah disebutkan diatas, guru juga memiliki dua tugas
lainnya. Menurut Rusman (2013, hlm. 63-64) Guru memiliki dua kategori
tugas yaitu: tugas profesi dan tugas kemanusiaan. Tugas profesi adalah ketika
seorang guru melakukan proses pendidikan, pengajaran, dan pelatihan.
Sementara tugas guru dalam kemanusian adalah perwujudan dari tuntutan
bahwa guru harus menjadi orang tua kedua bagi anak murinya di sekolah.
Selain memiliki tugas, guru juga memiliki beberapa peranan dalam
pembelajaran. Menurut Mulyasa terdapat beberapa peran guru dalam
pembelajaran, yaitu:
a) Sebagai model dan teladan (Uswatun Hasanah)
Sebagai panutan bagi anak didik dan juga orang-orang disekitarnya.
Maka dari itu terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru
ialah:
1. Sikap dasar
2. Bicara dan gaya bicara
3. Kebiasaan bekerja
4. Sikap melalui pengalaman dan kesalahan
5. Pakaian
6. Hubungan kemanusian
7. Proses berpikir
8. Perilaku neurotis
9. Keputusan
10. Kesehatan
11. Gaya hidup secara umum
b) Sebagai pembangkit pandangan
Guru diharapkan dapat memberi dan menjaga pandangan terhadap
peserta didik mengenai profesinya.
c) Sebagai pembawa cerita
d) Sebagai aktor
11
Guru tidak hanya bertugas untuk menyampaikan materi, namun bertugas
pula dalam membentuk kepribadian anak didik. Guru harus mampu
mengenal dan mengerti respons pendengarannya agar mengerti sikap apa
yang harus dilakukan.
e) Sebagai emansipator
Guru tidak boleh membeda-bedakan anak didik berdasarkan latar
belakang, jenis kelamin, dan sosial budayanya sehingga tidak ada
perbedaan dan rasa pilih kasih saat proses pembelajaran
f) Sebagai konservator
Guru sebaiknya menjaga tradisi kebudayaan yang sudah ada dan
diajarkan kepada peserta didik
g) Sebagai kulminator
Guru mengarahkan pembelajaran dengan rancangan peserta didik dapat
mengetahui kemajuan dalam pembelajarannya (Abu Bakar, dkk., 2009,
hlm. 12-13).
Menurut Rusman (2013, hlm. 52-58) guru juga mempunyai beberapa
peranan yang berkaitan dengan kompetensi guru meliputi:
a. Guru melakukan diagnose terhadap perilaku awal siswa
b. Guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
c. Guru melaksanakan proses pembelajaran
d. Guru sebagai pelaksana administrasi sekolah
e. Guru mampu mengembangkan keterampilan diri
f. Guru dapat mengembangkan potensi anak
g. Guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah
Guru yang memiliki kompetensi profesional menurut Soedijarto dalam
Uno dan Lamatenggo (2016, hlm. 15) perlu menguasai:
a. Disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber pembelajaran
b. Memiliki bahan ajar yang akan digunakan
c. Memiliki pengetahuan mengenai karakter siswanya
d. Memahami filsafat dan tujuan Pendidikan
e. Mengetahui dan memahami metode dan model pembelajaran
12
f. Menguasai prinsip-prinsip teknologi pembelajaran
g. Memiliki pengetahuan penilaian, mampu merencanakan serta
memimpin proses Pendidikan.
Dengan melihat tugas-tugas dan peran guru tersebut tentu tugas guru
tidaklah mudah. Menjadi guru tentu harus berdasarkan panggilan jiwa, agar
dapat melaksanakannya dengan baik dan ikhlas (Djamarah, 2000, hlm. 39).
d. Guru Abad 21
Abad 21 ditandai dengan adanya globalisasi teknologi dan informasi
membawa dampak yang signifikan terhadap dunia pendidikan dan
pembelajaran, dimana guru bukan lagi berperan sebai satu-satunya sumber
belajar. Guru harus memerankan peran yang lebih kontekstual serta relevan
(Payong, 2011, hlm. 2). Pada pendidikan abad ke-21 terjadi perubahan
dimana guru dan peserta didiknya sama-sama menjadi peran penting dalam
pelaksanaan proses pembelajaran. Guru harus bisa menjadi mediator serta
fasilitator yang baik agar dapat mengembangkan potensi siswanya. Menurut
Michael Dictop terdapat 20 kriteria untuk menjadi guru diabad ke- 21, yaitu:
a) Guru tidak cepat puas hati dengan kemahiran yang sudah dimiliki, namun
terus berusaha untuk meningkatkan kemampuan dirinya
b) Guru harus selalu ingin mengetahui hal-hal baru yang penting dalam
tugas-tugas profesionalnya
c) Rasa kagum terhadap suatu hal baru yang positif dan termotivasi untuk
mengembangkan diri (sense of motivated)
d) Berpandangan dan melihat terus ke depan
e) Merasakan suatu hal itu bukanlah mustahil untuk menghasilkan ide diluar
akal pemikirannya
f) Siap menanggung resiko dan keadaan tidak nyaman
g) Terus menyesuaikan diri dengan kerja dan permasalahan baru
h) Berani untuk berbeda, mempunyai ide menarik, terus berbagi kebahagian
dengan orang lain, bersedia mempertahankan konsep dan idenya serta m.
i) Menyesuaikan diri mengikuti perkembangan dan selalu terbuka.
j) Menjaga hubungan baik dengan semua orang
13
k) Menilai masalah yang dihadapi dan memecahkannya.
l) Melihat segala hal dari perspektif yang luas
m) Tidak mudah panik saat menghadapi sesuatu
n) Terus belajar dari waktu ke waktu dalam ilmu pengetahuan dan
perkembangan teknologi
o) Memberi penilaian yang seimbang dengan pemikiran dan menganalisis
sebelum memberi keputusan
p) Selalu menyeimbangkan pikiran dan bekerja sama untuk memajukan
sekolahnya
q) Berkomunikasi secara baik serta mampu mengubah hal yang abstrak
menjadi kongkrit
r) Menghadapi masalah dengan sabar dan belajar dari kesalahan serta tidak
mudah putus asa
s) Senantiasa bekerja keras dan tekun
t) Senantiasa memiliki ide baru dan memiliki komitmen kuat terhadap
bidang profesi yang digeluti (Rusman, 2013, hlm. 18 - 19).
Dalam tugasnya, guru dituntut untuk dapat mengembangkan diri sesuai
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tugas guru sebagai profesi ialah
mendidik, mengajar, dan mendidik. Tugas guru sebagai pengajar ialah
meneruskan serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada
siswa. Tugas guru sebagai pelatih adalah mengembangkan dan menerapkan
keterampilan pada siswanya untuk menghadapi masa depan (Djamarah, 2000,
hlm. 37).
e. Tantangan Guru di Abad 21
Guru pada abad ke 21 memiliki tantangan yang besar dalam proses
Pendidikan. Menurut Abidin, Mulyati, dan Yunansah (2017, hlm. 44-47)
terdapat minimal tujuh tantangan besar yang akan guru hadapi dalam
Pendidikan yang global dan berkualitas, yaitu:
a. Konstruksi makna
Guru harus memiliki keterampilan mengarahkan siswa untuk mampu
membuat atau mengkonstruksikan makna dari pembelajaran yang dialami.
14
Konsep pembelajaran yang berpusat pada guru harus ditinggalkan. Guru
harus menggunakan pembelajaran yang berorietasi pada siswa dalam
menemukan dan menetapkan makna pembelajaran sendiri
b. Pembelajaran aktif
Guru harus bisa menggunakan model pembelajaran aktif sebagai model
pembelajaran yang utama digunakan saat pembelajaran di kelas. Dalam hal
ini siswa sudah tidak diperbolehkan pasif menerima informasi dari guru
dalam pembelajaran. Siswa diharuskan aktif untuk mampu bersikap
parsitipatif dan memiliki keterlibatan tinggi dalam pembelajaran. Tuntutan
ini menjadikan guru harus benar benar menguasai dan menerapkan
pembelajaran aktif
c. Akuntabilitas
Guru diharuskan memiliki akuntabilitas yang jelas, dimana guru harus
benar-benar kapabel dengan bidangnya. Seleksi guru yang memiliki
akuntabilitas ini sudah banyak diterapkan diberbagai sekolah unggulan di
Indonesia
d. Penggunaan teknologi
Dengan adanya perkembangan yang sangat pesat dari bidang Iptekkom
(ilmu pengetahuan teknologi dan komunikasi), teknologi seperti computer
dan internet tentu menjadi media yang paling penting dalam pembelajaran.
Guru di zaman ini tentu disyaratkan untuk mempunyai kemampuan
penguasaan teknologi. Guru atau calon guru yang belum melek akan
teknologi tentu akan tergeser posisinya dari lapangan profesi keguruan
e. Peningkatan kompetensi siswa
Guru harus mampu meningkatkan kompetensi siswa dalam
pembelajarannya. Kompetensi disini adalah keterampilan yang
sesungguhnya, bukan mengenai pengetahuan yang berupa hafalan seperti
yang masih banyak digunakan oleh para guru. Dalam hal ini guru tidak
mengembangkan IQ anak sebagai indikator yang utama, namun guru lebih
mementingkan kreatifitas siswa dalam kecerdasan majemuk
f. Kepastian pilihan
15
Guru harus memiliki kepastian tempat mengajar. Dengan adanya Badan
Hukum Pendidikan (BHP), guru dapat berubah statusnya sesuai dengan
kompetensi yang dia miliki. Tidak menutup kemungkinn guru tetap akan
berubah posisi menjadi guru kontrak walaupun berstatus PNS. Maka dari
itu hanya guru berkualitas yang memiliki kepastian pilihan dalam
profesinya
g. Masyarakat multikultur
Guru diharuskan siap dengan situasi mengajar dengan masyarakat
multicultural. Globalisasi Pendidikan merupakan hal yang sudah tidak
dapat dihindari. Guru di masa ini sudah banyak yang mengelukan sulitnya
mengajar siswa dengan beragam budaya, apalagi dengan siswa yang
multibudaya secara internasional. Maka dari itu penting untuk
mempersiapkan diri atas tuntutan pembelajaran yang multikultur ini.
f. Kompetensi Guru abad 21
Menurut Undang-Undang No. 14 tahun 2005 Mengenai Guru dan Dosen
serta Peraturan Pemerintah N0. 19 tahun 2005 menyatakan bahwa guru
profesional harus memiliki syarat kualifikasi akademik sekurang-kurangnya
S1/D-IV dan memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedadogis,
professional, kepribadian, dan sosial (Payong, 2011, hlm. 3). Selain itu
terdapat beberapa keahlian standard yang harus dimiliki guru abad ke-21,
diantaranya:
1. Dapat Mengoperasikan dan menggunakan laptop atau computer
2. Dapat menguasai Miscrosoft Office atau software sejenisnya
3. Dapat menggunakan kamera video yang dapat membantu siswa belajar
4. Dapat mengedit gambar atau video untuk keperluan mengajar
5. Dapat membuat slide persentasi serta menyajikannya dengan menarik
6. Dapat menulis esai dan cerita sederhana
7. Dapat menggunakan jejaring social dan internet
8. Mengenal dunia blogging atau memiliki blog sendiri walaupun dalam
bentuk sederhana (Rusman, 2013, hlm. 20).
Menurut intel education dalam Rusman (2013, 30) pada abad ke 21 ini,
16
guru harus memiliki beberapa kecakapan diantaranya:
1. Akuntabilitas dan kemampuan beradaptasi, dimana guru mampu
bertanggung jawab pribadi dan fleksibel di tempat bekerja serta
masyarakat
2. Kecakapan berkomunikasi, guru mampu memahami, mengelola, dan
meciptakan komunikasi yang efektif baik secara lisan, tulisan, maupun
multimedia
3. Kreativitas dan keingintahuan intelektual, guru mengembangkan,
melaksanakan, dan menyampaikan gagasan gagasan baru kepada orang
lain secara terbuka dan responsif pada prespektif lain yang baru dan
berbeda
4. Berpikir kritis dan dalam system, dimana guru meberikan penalaran yang
logis dalam pemahaman dan pilihan yang kompleks dan koneksi antar
sistem
5. Kecakapan melek informasi dan media, guru menganalisa, mengakses,
mendesain, mengelola, mengintegrasi, mengevaluasi, dan menciptakan
informasi ke dalam bentuk apapun
6. Kecakapan pribadi dan hubungan kerjasama, guru mampu bekerja sama,
memiliki sifat kepemimpinan, bertanggung jawab, dan bekerja produktif
7. Identifikasi masalah, penjabaran, dan solusi, dimana guru diharuskan
memiliki kemampuan untuk menyusun, mengungkapkan, dan
menyelesaikan masalah
8. Pengarahan pribadi, guru memantau pemahaman diri dan mempelajari
kebutuhan pembelajaran, dan menemukan sumber-sumber belajar yang
tepat untuk siswa
9. Tanggung jawab sosial, yaitu tanggung jawab guru dalam bertindak dan
mengutamakan kepentingan masyarakat, menunjukan perilaku yang etis
pada tempat kerja dan di masyarakat.
Selain itu, guru juga sebaiknya memiliki 7 keterampilan guru sains dalam
in-service dan pre-service dalam mengembangkan keterampilan abad 21 yang
harus dimiliki oleh siswanya, keterampilan guru tersebut diantaranya
17
memiliki pemahaman yang baik, dapat mengklasifikasikan, mengukur,
menggunakan angka, mengkomunikasikan, memprediksi dan menafsirkan
(Kruea-In, Kruea-In, Fakcharoenphol, 2015). Pada abad ke 21 ini dibutuhkan
pula guru yang bisa menjadi media yang terpelajar dan mampu mengakses,
mengevaluasi, memproduksi, dan berkomunikasi dengan menggunakan
berbagai bentuk teknologi. Hal ini dibutuhkan karena semakin hari, teknologi
terus berkembang dan guru juga harus mengikuti perkembangan tersebut agar
dapat mencapai keberhasilan dalam mengajar abad 21 (Domine, 2011).
3. Keterampilan Abad 21
Abad ke-21 dikatakan sebagai abad globalisasi dimana kehidupan
manusia pada abad ini mengalami perubahan-perubahan yang berbeda dengan
tata kehidupan dalam abad sebelumnya (Wijaya, dkk., 2016). Keadaan abad
21 ditandai oleh perubahan pada berbagai aspek kehidupan, bukan dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam bidang lain seperti bidang
ekonomi, sosial, dan politik (Patras dan Hidayat, 2013). Maka dari itu tentu
saja pendidikan yang ada di Indonesia harus disesuaikan dengan perubahan
abad 21 tersebut.
Pembelajaran abad 21 akan terus mengalami perubahan dramatis dan
tidak terprediksi karena mengikuti kemajuan teknologi yang berkembang
pesat (Faulkner dan Latham, 2016). Dalam memenuhi tuntutan abad ke 21
aspek pendidikan, pekerjaan, dan perdagangan di abad ke-21 sangat
memerlukan keterampilan tambahan seperti keterampilan komunikasi,
kecerdasan teknologi, pandangan global, mampu bekerja kolaboratif,
memiliki keterampilan digital, dan dapat mengguanakan aplikasi yang lebih
inovatif. Pembelajaran pada abad yang lalu tidak dapat digunakan lagi karena
pendidikan harus terus mengikuti pesatnya perkembangan teknologi yang
berkembang di seluruh lapisan masyarakat dunia seperti misalnya
penggunaan internet (Geisinger, 2016).
Teknologi Pendidikan merupakan pengembangan serta penerapatan alat
dan teknik yang dapat menunjang proses pembelajaran (Ariyani, Astuti,
Alviawati, 2014). Menurut Osman dan Marimuthu (2010) Pada abad 21 ini
18
prestasi dalam akademis saja mungkin tidak cukup untuk menjamin
kesuksesan di masa depan. Makna dari prestasi siswa pada abad ini dimaknai
dengan penguasaan keterampilan abad ke-21 yang akan dibutuhkan siswa
untuk berkembang di masa depan. Dimana siswa dapat menerapkan
keterampilannya dan juga menerapkan pengetahuan yang sudah mereka
miliki dalam menghadapi tantangan di masa depan pada era digital.
a. Format Pendidikan Abad 21
Format Pendidikan pada abad 21 menurut Asep Herry Hermawan sebagai
berikut :
a) Cyber (E-Learning) Cyber atau electronic learning adalah pembelajaran
menggunakan teknologi komputer atau internet.
b) Pembelajaran jarak jauh (Open and Distance Learning) adalah
pembelajaran yang dilakukan tanpa guru dan murid bertatap langsung
c) Quantum Learning adalah pembelajaran yang metodenya disesuaikan
dengan cara kerja otak manusia
d) Cooperative Learning adalah pembelajaran dengan menggunakan
kelompok kecil. Dimana siswa diharapkan bias bekerja sama dan
bertanggung jawab atas tugasnya.
e) Society Technology Science (STS). Pendekatan ini digunakan untuk
siswa agar dapat mengintegrasikan pembelajaran dengan permasalahan
dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan masyarakat.
f) Accelerated Learning adalah kemampuan untuk menyerap informasi baru
secara cepat dan dapat mempertahankannya. (Patras dan Hidayat, 2013).
Penggunaan media dan melek digital adalah aspek utama dalam
keterampilan abad 21 (Weninger, 2017). Di zaman teknologi sekarang inilah
sangat penting dalam proses belajar siswa, sekolah diharapkan dapat
memanfaatkan dan memaksimalkan potensi teknologi dan informasi dalam
mengembangkan potensi keterampilan abad ke-21 kepada semua siswa
(Sakuliampaiboon, Songkhla, Sujiva, 2014). Pemanfaatan teknologi yang
efektif tidak hanya meningkatkan pengajaran dan pembelajaran tetapi juga
19
dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi serta keterampilan
abad ke 21 lainnya yang penting bagi keberhasilan siswa (O’neal dkk., 2017).
b. Komponen Keterampilan Abad 21
Menurut Kereluik dkk (2013), terdapat model 3 x 3 (three times three)
dalam model pembelajaran abad 21 yaitu sebagai berikut:
1. Pengetahuan dasar/foundantional knowledge (apa yang perlu kita
ketahui) di dalamnya terdiri atas pengetahuan disiplin inti, pengetahuan
lintas disiplin , dan literasi digital / TIK.
2. Pengetahuan meta/meta knowledge (bagaimana kita bertindak
berdasarkan pengetahuan yang kita miliki) terdiri dari kreativitas dan
inovasi, pemecahan masalah / pemikiran kritis, dan komunikasi /
kolaborasi.
3. Pengetahuan humanistik/humanistic knowledge (nilai-nilai yang kami
bawa ke pengetahuan dan tindakan) terdiri dari keterampilan hidup /
pekerjaan, kesadaran etis / emosional, dan kompetensi budaya
Institusi pendidikan dituntut untuk menggunakan pembelajaran abad 21
dimana nantinya pembelajaran ini menghasilkan siswa yang memiliki
keterampilan abad 21 yang cerdas, fleksibel, dan gesit sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja di masa depan (Benade, Leon, 2016). Terdapat
beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa pada abad 21 ini
diantaranya:
1. Keterampilan Komunikasi dan Informasi
a) Keterampilan melek informasi dan media
b) Keterampilan komunikasi
2. Keterampilan Berpikir dan Memecahkan Masalah
a) Bepikir Kritis
b) Mengidentifikasi masalah, menelaah, dan memecahkan masalah..
c) Kreatif dan mampu mengembangkan gagasan dan memberi tahu orang
lain
3. Keterampilan Interpersonal dan Self-directional
20
a) Kolaboratif dalam kerja tim
b) Mampu beradaptasi dan fleksibel dilingkungannya
c) Bertanggung jawab pada diri sendiri, orang lain dan dalam
bermasyarakat. (Sahin, 2009).
Keterampilan abad 21 mencangkup 3 hal yaitu (1) life and career skills,
(2) learning and innovation skills, dan (3) Information media and technology
skills (Murti, 2015) yang dapat digambarkan dengan pelangi keterampilan
dalam bentuk seperti berikut:
Gambar 2.1. Pelangi Keterampilan Abad 21 (P21, 2015)
Terdapat empat aspek dalam keterampilan abad 21 menurut NEA
(National Education Association) yang pertama adalah berpikir kritis.
Berpikir kritis dapat memberikan kesuksesan dalam studi dan karir. Dimana
keterampilan seperti analisis, interpretasi, ketepatan dan ketelitian,
pemecahan masalah, dan penalaran lebih penting daripada hanya sekadar
penguasaan konten tertentu. Belajar berpikir kritis membimbing peserta didik
untuk mengembangkan keterampilan yang lain, seperti level konsentrasi
tingkat tinggi, kemampuan menganalisis dan proses berpikir secara
mendalam.
21
Keterampilan yang kedua adalah komunikasi. Peserta didik harus dapat
menganalisis dan memproses sejumlah informasi yang jumlahnya sangat
melimpah dalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari. Peserta didik harus
mampu menilai sumber-sumber informasi yang kredibel dan bagaimana
sumber-sumber informasi ini dapat digunakan. Keterampilan yang ketiga
menurut NEA (n.d.) adalah kolaborasi. Pada umumnya, kolaborasi telah
diterima sebagai keterampilan yang penting untuk mencapai hasil-hasil
belajar maupun pekerjaan yang efektif dan bermakna.
Pada dekade sekarang ini, kolaborasi tidak hanya penting, tetapi juga
diperlukan oleh semua orang. Peserta didik harus mampu berkolaborasi satu
sama lain dalam masyarakat global. Dan keterampilan yang terakhir adalah
kreativitas. Pada abad ini dunia membutuhkan orang-orang yang dapat
berpikir kreatif. Oleh karena itu, maka diharapkan peserta didik dapat
menjadi kreator. Jika pada saat mereka lulus namun tidak mampu mencipta
dan berinovasi, maka mereka tidak akan siap menghadapi tantangan di dunia
kerja dan masyarakat global (Redhana, 2015).
Dalam keterampilan abad 21 terdapat beberapa komponen serta aspek-
aspek yang harus diperhatikan dan dipahami terutama oleh pendidik.
Komponen serta aspek yang harus diperhatikan menurut Partneship for 21st
Century Learning (2015) meliputi:
1. Subjek inti dan tema abad 21.
Siswa diharapkan mampu menguasai subjek inti dan dapat
mengintegrasikan seluruh tema abad 21 kedalam subjek inti yang
diajarkan. Subjek inti dalam abad 21 ini meliputi materi pelajaran dasar
seperti bahasa (terutama bahasa inggris sebagai bahasa penghubung antar
negara), membaca, seni, matematika, ekonomi, sains, geografi, sejarah,
pemerintahan, dan kewarganegaraan. Selain itu terdapat beberapa tema
abad 21 yang perlu diintegrasikan meliputi kesadaran global, literasi
finansial, ekonomi, bisnis, dan interprener, literasi kewarganegaraan,
literasi kesehatan, dan literasi lingkungan.
2. Keterampilan belajar dan inovasi
22
Keterampilan ini digunakan untuk mempersiapkan peserta didik agar
siap dalam lingkungan kerja dan permasalahan kehidupan yang lebih
kompleks pada abad 21. Fokus pada keterampilan ini adalah berpikir
kritis dan pemecahan masalah, berpikir kreatif dan inovasi, serta
komunikasi, dan kolaborasi.
a. Kreativitas dan inovasi meliputi:
1) Berpikir kreatif, dimana siswa mampu:
- Menggunakan berbagai teknik pembuatan ide (seperti
brainstorming)
- Menciptakan ide baru dan bermanfaat
- Mampu menyaring, menganalisis, dan mengevaluasi ideide
yang mereka ciptakan sendiri
2) Bekerja kreatif dengan orang lain, dimana siswa mampu
- Mengembangkan, menerapkan, dan mengkomunikasikan ide
baru secara efektif pada orang lain
- Bersikap terbuka dan responsif pada prespektif baru dan
beragam
- Menunjukan keaslian dan daya cipta dalam pekerjaan, serta
mengetahui batasan-batasan dalam mengadopsi ide
- Menjadikan kegagalan sebagai pembelajaran kedepannya
3) Menerapkan inovasi
- Menggunakan ide-ide kreatif yang telah dimiliki dan terapkan
agar bermanfaat bagi bidang bidang yang sesuai inovasi
tersebut.
b. Berpikir kritis dan pemecahan masalah meliputi:
1) Bernalar secara efektif, dimana siswa mampu menggunakan
berbagai jenis penalaran (induktif, deduktif) sesuai kondisinya
2) Menggunakan berpikir sistem, berarti mampu menganalisis
bagaimana setiap bagian berhubungan satu sama lain membentuk
sebuat sistem yang kompleks
23
3) Membuat penilaian serta keputusan, dimana seseorang mampu:
- Efektif dalam menganalisis dan mengevaluasi bukti, argumen,
klaim, dan kepercayaan
- Menganalisis dan mengevaluasi berbagai sudut pandang
- Mensintesis dan membuat hubungan antara informasi dan
argumen yang dimiliki
- Menafsirkan informasi dan mengambil kesimpulan
berdasarkan analisis tyang baik
- Merefleksiskan dengan kritis berdasarkan pengalaman dan
proses pembelajaran
4) Memecahkan masalah, berarti siswa mampu:
- Memecahkan berbagai jenis masalah yang tidak familier baik
dalam cara konvensional maupun inovatif
- Identifikasi dan ajukan pertanyaan signifikan yang
mengklarifikasi berbagai sudut pandang dan mengarah pada
solusi yang lebih baik
c. Komunikasi dan kolaborasi meliputi:
1) Berkomunikasi ecara efektif
- Menyampaikan pemikiran dan gagasan secara efektif
menggunakan keterampilan komunikasi secara lisan, tertulis,
dan nonverbal dalam berbagai konteks
- Mendengarkan secara efektif untuk menguraikan makna, baik
dari segi pengetahuan, nilai-nilai, dan sikap
- Menggunakan komunikasi untuk berbagai tujuan yang jelas
(misalnya untuk memberi informasi, menginstruksikan,
memotivasi, atau membujuk)
- Memanfaatkan berbagai media dan teknologi, serta memahami
bagaimana keefektifan penggunannya serta dampaknya
- Berkomunikasi secara efektif di lingkungan yang beragam
(penggunaan multi-bahasa)
2) Berkolaborasi dengan Orang Lain
24
- Memiliki kemampuan untuk bekerja efektif dan penuh rasa
hormat dalam satu tim
- Melatih fleksibilitas dan kemapuan untuk membantu,
berdiskusi membuat sebuah kesepakatan untuk mencapai
tujuan bersama
3. Keterampilan informasi, media dan teknologi
Siswa diharapkan dapat menguasai keterampilan berpikir kritis dan
dapat menghubungkannya dengan informasi, media dan teknologi.
a. Literasi informasi dimana siswa diharapkan mampu
1) Mengakses dan menilai informasi
- Mengakses informasi dengan efisien dan efektif
- Mengevaluasi informasi dengan kritis
2) Menggunakan dan mengelola informasi
- Menggunakan informasi secara akurat dan efektif terhadap
berbagai isu dan masalah
- Mengelola informasi dari berbegai sumber
- Menerapkan pemahaman isu isu etik dan legal dalam
penggunaan informasi
b. Literasi media dimana siswa diharapkan mampu
1) Menganalisis media
- Memahami bagaimana dan mengapa pesan media dibuat serta
mengetahui tujuannya
- Menganalisis bagaimana seseorang menggunakan pesan yang
berbeda, bagaimana pengaruh pandangan dan nilai-nilai pada
media, dan memahami bagaimana media dapat mempengaruhi
seseorang
- Memahami dasar isu isu etik dan legal dalam mengakses dan
menggunakan media
2) Menciptakan produk media
25
- Memahami serta menggunakan alat-alat dalan pembuatan
media yang sesuai
- Memahami dan menggunakan media yang sesuai dengan
lingkungan yang berbeda serta multikultur
c. Literasi infrormasi, komunikasi, dan teknologi (ICT) dimana siswa
diharapkan mampu menerapkan teknologi secara efektif
- Menggunakan teknologi untuk menyelidiki, mengorganisasikan,
mengevaluasi, serta mengkomunikasikan ide yang dimiliki
- Mampu menggunakan teknologi digital, alat-alat komunikasi, dan
jejaring sosial yang sesuai dalam mengakses, mengelola,
mengaplikasikan, mengevaluasi, serta menciptakan informasi di
abad globalisasi ini
- Memahami isu-isu etik dan legal dalam penggunaan teknologi
yang ada
4. Keterampilan hidup dan karir
Pada zaman ini peserta didik tidak hanya cukup menguasai
keterampilan berpikir dan memahami konsep saja, namun juga
menguasai keterampilan hidup dan karir seperti
a. Fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi seperti beradaptasi
terhadap perubahan dan memiliki fleksibilitas.
b. Inisiatif dan pengarahan diri seperti mengelola tujuan dan waktu,
bekerja secara independen, dan meliputi menjadi pebelajar mandiri,
c. Keterampilan sosial dan lintas budaya seperti berinteraksi secara
efektif dengan orang lain, bekerja secara efektif dengan anggota tim
yang berbeda
d. Produktivitas dan akuntabilitas seperti mengelola projek dan
memproduksi hasil,
e. Kepemimpinan dan tanggung jawab seperti membimbing dan
mengarahkan orang lain, serta betanggung jawab kepada orang lain
26
c. Lingkungan Belajar Abad 21
Selain memperhatikan komponen serta aspek yang harus dicapai,
terdapat beberapa kriteria lingkungan pembelajaran abad 21 menurut
Partneship for 21st Century Learning (2015), diantaranya:
1) menciptakan praktik belajar dan lingkungan fisik yang mendukung
pembelajaran keterampilan abad 21,
2) mendukung masyarakat belajar secara profesional yang memungkinkan
pendidik berkolaborasi, berbagi praktik terbaik, dan mengintegrasikan
keterampilan abad 21 ke dalam praktik kelas; mendorong peserta didik
belajar dalam konteks abad XXI yang relevan (misalnya, melalui
pekerjaan berbasis projek atau pekerjaan terapan lainnya),
3) memungkinkan akses yang sama terhadap alat-alat belajar yang
berkualitas, teknologi, dan sumber-sumber lainnya,
4) menyediakan rancangan interior dan arsitektur bagi kelompok, tim, dan
belajar individu,
5) mendukung keterlibatan internasional dan masyarakat dalam belajar, baik
secara tatap muka maupun online.
Di Indonesia sendiri kesadaran mengenai pentingya keterampilan abad
21 sudah ada. Hal ini dapat ditemukan dalam (Afandi, Junanto, Afriyani,
2016) Badan Nasional Standar Pendidikan tahun 2010 yang menyatakan
bahwa “Pendidikan Nasional abad 21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita
bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia,
dengan kedudukan yang terhormat dan setara dengan bangsa lain dalam dunia
global, melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya
manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan
berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya”. Selain itu terdapat
paradigma dalam mewujudkan abad 21 di Indonesia diantaranya adalah:
1. Pendidikan hakekatnya adalah proses penemuan diri yang berlangsung
sepanjang hayat untuk mengembangkan potensi diri yang memberikan
kepuasan dan makna dalam kehidupannya.
2. Pendidikan adalah pengawal dalam mengikuti peradaban.
27
3. Pendidikan merupakan kekuatan moral dan intelektual yang seimbang
4. Pendidikan tidak bergantung pada pengajaran, namun muncul karena rasa
ingin tahu dan dilakukan atas kemauan sendiri. (BSNP, 2010).
Menurut Redhana (2015), terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat
digunakan dalam kelas untuk menunjang penerapan keterampilan abad 21
dalam pembelajaran, diantaranya:
1) Pembelajaran berbasis projek, Model pembelajaran berbasis projek
merupakan model pembelajaran yang mengacu pada filosofi
konstruktivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil
konstruksi kognitif melalui suatu aktivitas peserta didik. Melalui projek
yang dikerjakan oleh peserta didik, secara tidak langsung aktivitas
peserta didik meningkat karena mereka bebas mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki. Pembelajaran
berbasis projek dalam penerapannya berfokus pada keterlibatan peserta
didik dalam menemukan, merancang, dan memecahkan masalah dengan
usaha sendiri
2) Pembelajaran berbasis masalah, Pembelajaran berbasis masalah
merupakan model kurikulum yang menggunakan masalah. Tidak seperti
pembelajaran konvensional, pembelajaran berbasis masalah dirancang
oleh peserta didik. Artinya, peserta didik menjadi “arsitek” dari
pembelajaran yang dilakukannya yaitu peserta didik bertanggung jawab
dan mengendalikan pembelajarannya. Peserta didik mengidentifikasi apa
yang mereka ketahui dan apa yang mereka belum ketahui (isu-isu
belajar). Ini merupakan prasyarat untuk memahami masalah dan
membuat keputusan yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
Peserta didik harus mengumpulkan informasi dari buku-buku teks
dan/atau sumber-sumber informasi lain agar mereka dapat menggali
pengetahuan sebanyak-banyaknya.
3) Pembelajaran berbasis desain, Dalam pembelajaran berbasis desain,
peserta didik disuruh merancang atau menciptakan suatu artefak yang
mengharapkan peserta didik menerapkan pengetahuan dan prinsip-
28
prinsip yang dipelajari (Darling-Hammond, 2008). Pembelajaran berbasis
desain sering ditemukan dalam domain teknologi, seni, teknik, arsitektur,
dan sains, yaitu peserta didik diminta menghasilkan ide-ide, membuat
prototype, dan menguji hasil kreasinya
4) Pembelajaran berbasis argument, pembelajaran berbasis argumen adalah
suatu model pembelajaran yang menggunakan argumen dalam penyajian
konten materi subjek. Berdasarkan argumen ini, peserta didik
mengidentifikasi klaim dan premis dan kemudian membuah hubungan di
antara keduanya. Dengan pembelajaran berbasis argumen ini, banyak
sekali ketarampilan yang dapat dilatihkan. Tidak saja keterampilan
berpikir kritis, tetapi juga keterampilan kolaborasi, komunikasi, dan
kreativitas
Menurut Thieman (2008) terdapat beberapa teknologi yang diharapkan dapat
guru kuasai pada pembelajaran abad 21, diantanya aplikasi power point,
graphic organizer, desktop publishing, software spreadsheet, web tools,
aplikasi digital, video, dan perangkat proyeksi komputer atau video.
B. Penelitian Relevan
Terdapat penelitian terdahulu yang terkait dengan judul yang peneliti
ambil, diantaranya:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sumen dan Salisici (2017) dengan judul
“Examining the 21st Century Skill of Secondary School Students: A Mixed
Method Study” Pada penelitian ini ditemukan bahwa siswa memiliki
penguasaan keterampilan abad 21 yang sangat baik. Siswa menyatakan
bahwa para guru memberikan pengarahan dan penerapan keterampilan
abad 21 dalam pembelajaran sehingga mereka mampu memiliki pengusaan
keterampilan abad 21 yang baik
2. Penelitian yang dilakukan oleh Setyana (2014) dengan judul “Peran guru
dalam mengembangkan keterampilan sosial siswa mata pelajaran IPS di
SMK”. Pada penelitian ini ditemukan bahwa masih banyak guru yang
memahami bahwa menghafal adalah proses terpenting dalam
pembelajaran. Selain itu ditemukan juga bahwa para guru masih belum
29
memahami mengenai keterampilan apa saja yang perlu dikuasai oleh siswa
dan diterapkan dalam pembelajaran.
3. Penelitian yang dilakukan oleh O’neal, Gibson, dan Cotten (2017) dengan
judul “Elementary School Teachers' Beliefs about the Role of Technology
in 21st-Century Teaching and Learning”. Sampel pada penelitian adalah
mayoritas perempuan dan semua sampel berasal dari Afrika-Amerika.
Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa masih banyak yang guru tidak
memahami dan melibatkan literasi teknologi untuk meningkatkan
kemampuan abad ke-21. Mereka hanya menggunakan teknologi dalam
pembelajaran hanya sebagai tambahan fasilitas di kelas.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Fatimah dan Santiana (2017) dengan judul
“Teaching in 21st century: Students-Teachers’ pereption of technology use
in the classroom”. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa para guru
memiliki persepsi yang baik mengenai penggunaan literasi media
teknologi. Mereka memahami dalam pembelajaran, penggunaan media
teknologi sangat diperlukan untuk memaksimalkan kualitas siswa di abad
ke 21 ini.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Li Li (2016) dengan judul “Integrating
thinking skills in foreign language learning: What can we learn from
teachers’ perspectives?”. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa masih
banyak guru yang memiliki persepsi bahwa menghafal adalah hal yang
paling penting dalam pembelajaran. Masih banyak guru yang memahami
bahwa penalaran, logika, kecerdasan, dan pemikiran kritis pada
keterampilan berpikir kreatif dan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa
muncul bukan karena guru mengasah keterampilan belajarnya, namun
akan muncul apabila siswa mampu menghafal materi pembelajaran.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Mishra dan Mehta (2017) dengan judul
“What We Educators Get Wrong About 21st-Century Learning: Results of
a Survey”. Sampel pada penelitian adalah mayoritas guru perempuan.
Pada penelitian ini ditemukan beberapa kesalahpaham guru dalam
mengarahkan keterampilan abad 21. Seperti makna dari kreativitas,
30
kolaborasi, berpikir kritis, dan komunikasi merupakan konten netral
dimana dalam mewujudkannya tidak memerlukan disiplin ilmu
pengetahuan, lalu terdapat juga paham bahwa menghafal merupakan hal
yang baik dalam proses pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa masih
banyak guru yang memiliki persepsi kurang baik mengenai keterampilan
abad 21 baik dari tujuan maupun dalam proses pencapaiannya.
Berdasarkan beberapa penelitian relevan tersebut, peneliti tertarik mengambil
judul persepsi guru kimia mengenai keterampilan abad 21.
C. Kerangka Berpikir
Guru berperan dalam membina siswa agar mencapai tujuan pembelajaran
yang diinginkan. Mengingat peranan guru yang begitu penting dalam proses
pembelajaran, seorang guru yang mengajar pada abad 21 ini tentunya harus
memiliki pemahaman dan pengetahuan mengenai keterampilan abad 21 yang
baik. Dalam pembelajaran abad ini, siswa diharapkan dapat menguasai
keterampilan abad 21 untuk menunjang kehidupan masa depannya. Keterampilan
abad 21 yang dimaksud adalah keterampilan belajar dan inovasi, keterampilan
informasi, media, dan teknologi. Dan untuk mencapai itu semua maka persepsi
guru harus sesuai dengan teori yang berkembang saat ini. Maka dari itu peneliti
ingin mengetahui seperti apa persepsi para guru kimia mengenai keterampilan
abad 21.
31
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Perkembangan zaman menuntut peserta didik mampu mengimplementasikan
keterampilan abad 21
Persepsi guru kimia mengenai
keterampilan abad 21
Masih banyak guru yang memahami bahwa
kemampuan menghafal merupakan hal
terpenting dalam pembelajaran
Pemahaman mempengaruhi bagaimana
guru menerapkan keterampilan abad 21
dalam pembelajaran kimia
Guru memiliki peranan penting dalam mengarahkan
siswa menguasai keterampilan abad 21
Kurikulum di Indonesia sudah mengarah pada penerapan keterampilan
abad 21 dalam pembelajaran
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan selama 4 minggu dari tanggal 8 November
2018 sampai dengan 9 Desember 2018. Penelitian dilakukan kepada alumni
Pendidikan Kimia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang berprofesi sebagai guru kimia di Sekolah Menengah Atas, atau
Madrasah Aliyah.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang tidak melakukan
kegiatan eksperimen dan hanya bermaksud untuk menggambarkan atau
menjelaskan gejala yang ada terjadi (Arikunto, 2013, hlm. 250).
Penelitian survei merupakan strategi yang digunakan dalam penelitian
ini. Penelitian survei merupakan penelitian yang mengumpulkan informasi
dari sumber dengan menggunakan angket atau sistem wawancara (Arifin,
2011, hlm 64). Penelitian ini menjelaskan secara kuantitatif opini dari suatu
populasi, dengan cara mengambil sampel dari pupulasi yang ada (Creswell,
2014, hlm. 18-19). Penelitian survey ini menggunakan kuisioner yang
berkisar pada ruang lingkup seperti lingkungan sosial, aktivitas, dan pendapat
serta sikap (Bungin, 2005, hlm. 52).
C. Prosedur Penelitian
Penelitian dimulai dengan membuat instrumen berupa angket dengan
kisi-kisinya berdasarkan aspek Keterampilan Abad 21 dalam Partnership for
21st Century Learning (2015). Instrumen tersebut kemudian di validasi isi dan
empirik. Validasi isi dilakukan ke dosen Pendidikan Kimia sementara validasi
empirik ke mahasiswa pendidikan kimia 2014. Setelah melakukan validasi,
pernyataan angket yang valid diinput ke dalam bentuk google form, sehingga
angket dapat diisi secara online oleh Alumni Pendidikan Kimia UIN Syarif
33
Hidayatullah Jakarta. Tautan google form kemudian disebarkan melalui grup-
grup alumni yang terdata disetiap angkatan. Setelah dilakukan pengisian
angket secara online oleh alumni Pendidikan Kimia yang berprofesi sebagai
guru mata pelajaran kimia, data angket dikumpulkan kemudian dianalisis.
Gambar 3.1. Skema Alur Penelitian
D. Populasi dan Sampel Peneltian
Populasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
(Bungin, 2010, hlm. 109), dimana keseluruhan objek menjadi sumber data
dari penelitian. Populasi yang dimaksud disini adalah keseluruhan data yang
menjadi perhatian peneliti dalam sebuah ruang lingkup tempat maupun waktu
yang sudah ditentukan (Zuriah, 2006, hlm. 116). Maka populasi dalam
penelitian ini adalah guru yang memiliki latar belakang pendidikan kimia.
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive
sampling, dimana sampel yang diambil telah melewati seleksi dan dapat
mewakili populasi yang diteliti (Zuriah, 2006, hlm.119). Dalam penelitian ini,
Pembuatan instrumen angket berdasarkan Partnership for 21st
Century Learning (2015)
Validasi Isi Instrumen ke salah satu dosen pendidikan kimia
Validasi Empirik ke mahasiswa pendidikan
kimia 2014
Angket valid diinput ke bentuk Google form
Tautan Google form disebarkan ke Alumni
Pendidikan Kimia
Pengisian angket oleh alumni yang menjadi
guru kimia
Data Persepsi Guru Kimia
Analisis Data
34
peneliti mengambil sampel yaitu Alumni Pendidikan Kimia UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dikarenakan sampel memiliki akses yang lebih mudah
dijangkau oleh peneliti.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
dengan angket atau kuisioner. Angket diberikan dengan mengajukan
pertanyaan tertulis dan diberikan kepada orang yang bersedia menjadi
responden (Arikunto, 2010, hlm. 102-103).
Angket terdiri dari beberapa bagian yaitu, pendahuluan yang berisikan
petunjuk untuk narasumber dalam mengisi angket, bagian identitas yang
berisikan identitas dari narasumber, dan yang terakhir bagian isi angket
(Bungin, 2010, hlm. 133). Dalam penelitian ini, para guru akan diberi
beberapa pernyataan angket mengenai persepsinya pada keterampilan abad 21
yang diunggah ke google form (hhtps://goo.gl/forms/p2g9jllalnK5vPhF2)
disebar melalui grup alumni perangkatannya.
Gambar 3.2. Angket yang diunggah ke Google Form
35
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
angket atau kuisioner persepsi guru mengenai keterampilan abad 21. Angket
atau kuisioner diberikan kepada Alumni Pendidikan Kimia yang dijadikan
sampel dengan menggunakan Google Form. Angket yang digunakan adalah
jenis angket langsung dan tertutup. Angket langsung tertutup digunakan
untuk menggali apa yang dialami oleh responden sendiri mengenai objek dan
subjek tertentu (Bungin, 2010, hlm. 133). Di dalam penelitian ini terdapat dua
jenis angket yang diisi oleh responden. Pertama responden mengisi angket
multiple choice, yang digunakan untuk mengetahui pemahaman awal
responden mengenai keterampilan abad 21.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Implementasi Keterampilan Abad 21
Dimensi Indikator Butir Pernyataan
Pemahaman
Mengenai
Keterampilan
Abad 21
Mengetahui
Keterampilan
Abad 21
Apakah Anda mengetahui apa itu
keterampilan abad 21?
Ya Tidak
Darimana Anda mengetahui apa itu
keterampilan abad 21?
Internet
Pelatihan Guru
Talkshow TV
Workshop/Seminar
Koran/Majalah
Jurnal
Memahami
Keterampilan
Abad 21
Berdasarkan pilihan di bawah ini,
keterampilan mana saja yang termasuk
dalam keterampilan abad 21?
Berpikir kreatif
Literasi teknologi
Pemecahan Masalah
Literasi Media
36
Komunikasi
Berpikir Kritis
Literasi Informasi
Berinovasi
Kolaboratif
Menyadari
Pentingnya
Keterampilan
Abad 21
Menurut Anda, perlukah keterampilan
abad 21 diterapkan di pembelajaran
kimia?
Ya Tidak
Penerapan
Keterampilan
Abad 21
Menerapkan
Keterampilan
Abad 21
Apakah anda menerapkan keterampilan
abad 21 dalam pembelajaran kimia?
Ya Tidak
Menerapkan
Keterampilan
Belajar
Model pembelajaran apa yang biasa
Anda gunakan dalam pembelajaran
kimia?
Project Based Learning
Discovery Learning
Cooperative Learning
Direct Learning
Problem Based Learning
Quantum Learning
Menerapkan
Keterampilan
Informasi,
Media, dan
Teknologi
Berdasarkan pilihan dibawah ini,
sumber apa saja yang anda gunakan
dalam mengambil materi kimia?
Jurnal Buku
Website Eksiklopedia
Modul Youtube
E-book
Apakah Anda menggunakan media
dalam pembelajaran kimia?
Ya Tidak
37
Teknologi apa saja yang sudah Anda
gunakan untuk pembelajaran kimia?
Video PowerPoint
Aplikasi smartphone
Flipbook Flash
Word
Overhead Projector
Jenis angket kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
dengan skala likert. Likert Style Formats rating scales merupakan format
angket dimana responden diminta untuk mengisi angket dengan cara memilih
salah satu option atau pilihan yang disediakan mengenai pernyataan atau
statement yang terdapat pada option atau pilihan tersebut (Hadeli, 2006, hlm.
78). Pernyataan yang terdapat pada angket sesuai dengan kisi - kisi angket
yang telah dibuat, yaitu:
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Persepsi Keterampilan Abad 21
Variabel Komponen Aspek Indikator
Butir
Pernyataan
Persepsi
guru
mengenai
keterampilan
abad 21
Keterampilan
Belajar dan
inovasi
Kreatifitas
dan Inovasi
Memahami
konsep berpikir
kreatif
Item 3
Menyadari
pentingnya
berpikir kreatif
Item 1 dan 6
Menerapkan
kemampuan
berpikir kreatif
Item 2
Memahami
konsep inovasi Item 5
38
Menyadari
pentingnya
inovasi
Item 4
Menerapkan
kemampuan
Inovasi
Item 7
Berpikir
Kritis dan
Pemecahan
Masalah
Memahami
konsep berpikir
kritis
Item 8 dan 12
Mendukung
kemampuan
berpikir kritis
Item 9 dan 11
Mengarahkan
kemampuan
berpikir kritis
Item 10 dan 13
Memahami
konsep
pemecahan
masalah
Item 14 dan 18
Menyadari
pentingnya
kemampuan
pemecahan
masalah
Item 16 dan 19
Mengarahkan
kemampuan
pemecahan
masalah
Item 15 dan 17
39
Komunikasi
dan
Kolaborasi
Memahami
konsep
komunikasi
Item 21 dan 23
Menyadari
pentingnya
kemampuan
komunikasi
Item 20 dan 24
Menggarahkan
keterampilan
komunikasi
Item 22
Memahami
konsep
kolaborasi
Item 26 dan 29
Mendukung
proses
berkolaborasi
Item 27
Menerapkan
keterampilan
kolaborasi
Item 25 dan 28
Keterampilan
Informasi,
Media, dan
Teknologi
Literasi
Informasi
Memahami
Literasi
Informasi
Item 30 dan 35
Menyadari
pentingnya
literasi
informasi
Item 31 dan 33
Mengarahkan
literasi
Informasi
Item 32 dan 34
40
Literasi
Media
Memahami
Konsep Literasi
Media
Item 37 dan 39
Menyadari
pentingnya
literasi Media
Item 38 dan 40
Menerapkan
literasi Media Item 36
Literasi
Teknologi
Mengetahui
konsep Literasi
Teknologi
Item 41
Menyadari
pentingnya
Teknologi
Item 42 dan 44
Menerapkan
penggunaan
Teknologi
Item 43
G. Validasi dan Reabilitas Instrumen
Validasi dalam penelitian ini dilakukan untuk menunjukan tingkat
kevalidan atau kesahihan dari instrumen yang telah dibuat (Arikunto, 2010,
hlm. 211). Pada penelitian ini dilakukan 2 uji validitas, yaitu validitas isi dan
validitas empiris. Validitas isi dilakukan dengan menilai kerelevanan
instrumen dengan materi dan butir-butir pernyataan angket yang harus
representatif dari ruang lingkup (Rustam, Sari, & Yunita (2018, hlm. 69).
Validasi isi dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen Pendidikan Kimia.
Uji validitas yang kedua adalah validasi empiris. Validasi ini bertujuan
untuk memilih atau memperbaiki instrumen yang dibuat dengan melakukan
uji coba di lapangan (Rustam, dkk., hlm. 63). Pada penelitian ini, validasi
41
empiris dilakukan dengan mengambil data ke mahasiswa angkatan 2014
Pendidikan kimia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Setelah melakukan tahap validasi, peneliti melakukan uji reabilitas
terhadap instrumen penelitian. Uji reabilitas diperlukan untuk mengetahui
derajat konsistensi dari instrumen serta kesesuaian isi dengan kriteria yang
telah ditetapkan (Arifin, 2011, hlm. 248). Reabilitas dari istrument diuji
dengan menggunakan program SPSS 22. Dari 54 pernyataan angket persepsi
guru mengenai keterampilan abad 21 yang telah disiapkan, hanya 44
pernyataan angket saja yang diketahui valid dan reliabel untuk digunakan
dalam pengambilan data penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Beberapa langkah peneliti gunakan dalam menganilisis data penelitian
ini. Langkah – langkah yang peneliti gunakan adalah:
1. Langkah pertama adalah Editing, dimana peneliti memeriksa
kelengkapan data angket yang sudah berhasil dikumpulkan saat
penelitian. Tahap ini diperlukan untuk mengetahui apakah seluruh data
responden yang terkumpul dapat digunakan seluruhnya, atau hanya data
yang sesuai klasifikasi saja yang dianalisis.
2. Langkah kedua adalah Scorring untuk angket dengan skala likert, dimana
setiap jawaban angket diberikan nilai sesuai skala yang telah ditentukan.
Peneliti menggunakan 4 skala penilaian, dimana setiap pilihan memiliki
skala penilaian yang berbeda. Nilai scorring dari setiap skala pernyataan
bernilai:
Tabel 3.3 Tabel Penilaian
No Jawaban
Nilai
Pernyataan
Positif
Pernyataan
Negatif
1 Sangat Setuju (SS) 4 1
2 Setuju (S) 3 2
42
3 Tidak Setuju (TS) 2 3
4 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Menurut Arikunto (2014, hlm 100) angket dengan alternatif pilihan
jawaban Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju
maupun pilihan lainnya yang berskala penilaian 4, sesuai digunakan
dalam penelitian yang sifatnya untuk mengetahui pendapat pribadi atau
kesaksian seseorang mengenai suatu fakta, opini atau persepsi seseorang
mengenai suatu hal.
3. Langkah ketiga Tabulating, yaitu peneliti merapihkan setiap jawaban
responden ke dalam tabel dan diagram agar mempermudah pengolahan
data. Dalam proses tabulating, kedua hasil angket penelitian persepsi
guru dihitung dengan menggunakan persentase. Rumus persentase
adalah:
Keterangan:
f = Frekuensi jawaban responden
N = Number of cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)
P = Angka persentase (Sudiyono, 2006, hlm. 43)
Setelah data dalam bentuk persentase didapat, hasil pada angket dengan
skala likert dikelompokkan sesuai dengan kategori yaitu:
Tabel 3.4 Tabel Klasifikasi Berdasarkan Persentase
No Persentase Penafsiran
1 81 – 100 % Sangat Baik
2 61 – 80 % Baik
3 41 – 60 % Cukup
4 31 – 40 % Kurang
5 0 – 20 % Sangat Kurang
43
(Riduwan, 2007, hlm. 15)
4. Langkah keempat yaitu Display data atau penyajian data, dimana peneliti
menyajikan data dalam bentuk teks naratif. Hal dilakukan agar
mempermudah pembaca memahami hasil angket.
5. Langkah terakhir adalah Conclusion Drawing Verification atau penarikan
kesimpulan dengan meninjau hasil penelitian dengan teori yang ada
(Hadeli, 2006, hlm. 91).
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan persepsi guru kimia mengenai keterampilan abad 21
termasuk dalam kategori baik (73,1%), dalam komponen keterampilan
belajar maupun keterampilan informasi, media, dan teknologi. Pada
penilaian persepsi guru kimia mengenai keterampilan belajar, persentase
tertinggi diperoleh pada aspek komunikasi kolaborasi (72,4%), diikuti
dengan aspek berpikir kreatif dan inovasi (71,8%), serta aspek berpikir
kritis dan pemecahan masalah (69,4%). Dalam penerapannya, responden
paling banyak memilih Problem-Based Learning, Discovery Learning, dan
Project-Based Learning sebagai model pembelajaran yang digunakan di
kelas.
Persepsi guru kimia mengenai komponen keterampilan informasi,
media, dan teknologi, termasuk kategori baik. Aspek literasi informasi
(79,2%) merupakan aspek dengan persentase tertinggi, diikuti dengan
aspek literasi teknologi (76,7%), dan literasi media (75,2%). Persepsi baik
pada keterampilan informasi, media, dan teknologi didukung oleh sumber
pembelajaran yang bervariasi, dan telah diterapkannya teknologi dalam
proses pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut;
1. Guru kimia harus aktif menambah pengetahuan mengenai
keterampilan abad 21, dengan cara mengikuti seminar, pelatihan, dan
mencari informasi yang terkait, sehingga mampu menguasai
keterampilan abad 21 dalam pembelajaran kimia.
2. Guru kimia harus mampu menerapkan keterampilan abad 21 dalam
pembelajaran, sehingga siswa dapat memahami dan menguasinya.
67
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar, Yunus, S. Nurjan, Evi Fatimatur R., R. Mansur, Maimun,
Syamsuddin, dan M. Efendi. (2009). Profesi Keguruan: Edisi Pertama.
Surabaya: Penerbit AprintA.
Abidin, Y., Mulyati, T., & Yunansah, H. (2017). Pembelajaran Literasi: Strategi
Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan
Menulis. Jakarta: Bumi Aksara.
Afandi, Junanto, T., & Afriani, R. (2016). Implementasi Digital-Age Literacy
dalam Pendidikan Abad 21 di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Sains, 113–120.
Alismail, Halah Ahmed dan McGuire, Dr. Patrick. (2015). 21st Century Standards
and Curriculum: Current Research and Practice. Journal of Education and
Practice. 6(6), 150-154.
Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Remaja
Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. (2013). Manajemen Peneltitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S., & Jabar, C. S. A. (2014). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Ariyani, Dwi D., Hastuti, K.P., & Alviawati E. (2014). Pengaruh Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai sumber belajar
terhadap Prestasi belajar siswa di SMP Negeri 15 banjarmasin. Jurnal
Pendidikan Geografi ISSN: 2356-5225, 3(1), 51-58.
Badan Nasional Standar Pendidikan. 2010. Paradigma pendidikan nasional abad
XXI. Badan Standar Nasional Pendidikan. Diakses melalui
http://www.bsnp-indonesia.org/id/wp-content/uploads/2012/04/Laporan-
BSNP-2010.pdf.
68
Benade, L. (2017). Is the classroom obsolete in the twenty-first century?.
Educational Philosophy and Theory Incorporating ACCESS Journal ISSN:
0013-1857, 49(8), 796–807.
Bungin, Burhan. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana
Prenada Group.
Bury, S., Craig, D., Shujah, S., Craig, & Shujah. (2017). Celebrating
undergraduate students’ research at York University: Information literacy
competencies of high- achieving students. Journal of Information Literacy,
11(2), 4–27.
Creswell, John W. (2014). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
Djamarah, Syaiful Bhari. (2000). Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Domine, Vanessa. (2011). Building 21st-Century Teachers: An Intentional
Pedagogy of Media Literacy Education. Action in Teacher Education
Journal, 33(2), 194–205.
Fatimah, A. S., & Santiana, S. (2017). Teaching in 21St Century: Students-
Teachers’ Perceptions of Technology Use in the Classroom. Script Journal:
Journal of Linguistic and English Teaching, 2(2), 125-135.
Faulkner, Julie, & Latham, Gloria. (2016). Adventurous lives: Teacher qualities
for 21 st century learners. Australian Journal of Teacher Education, 41(4),
137–150.
Fitrianasari, Hanik. (2015). Persepsi Guru Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Inklusif Sesuai Latar Pendidikan di Kabupaten Blitar. Jurnal Pendidikan
Khusus, 1–5.
Geisinger, K. F. (2016). 21st Century Skills: What Are They and How Do We
Assess Them?. Education Journal ISSN: 0895-7347, 29(4), 245–249.
Hadeli. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Ciputat: PT. Ciputat Press.
Halah, A. A., & Patrick, M. (2015). 21st Century Standards and Curriculum:
Current Research and Practice. Journal of Education and Practice, 6(6),
150–155.
69
Hidayah, R., Salimi, Moh., & Susiani, T. S. (2017). Critical Thinking Skill:
Konsep dan Indiktor Penilaian. Jurnal Taman Cendekia, e-ISSN: 2579-5147,
1, 127-133.
Hidayat, Rais, dan Patras, Yuyun Elizabeth. (2013). Pendidikan Abad 21 dan
Kurikulum 2013: Survey terhadap Guru-guru Sekolah Dasar Mengenai
Wacana Perubahan Kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan Universitas
Pakuan, 235-244.
Kereluik, K., Mishra, P., Fahnoe, C., & Terry, L. (2013). What Knowledge Is of
Most Worth: Teacher Knowledge for 21 st Century Learning. Journal of
Digital Learning in Teacher Education, 29(4), 127–140.
Kruea-In, C., Kruea-In, N., & Fakcharoenphol, W. (2015). A Study of Thai In-
Service and Pre-Service Science Teachers’ Understanding of Science Process
Skills. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 197, 993–997.
Kuswana, W. S. 2011. Taksonomi Berpikir. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Li, Li. (2016). Integrating thinking skills in foreign language learning: What can
we learn from teachers’ perspectives?. Thinking Skills and Creativity
Journal, 22, 273–288.
Lopez, P. M., Pedreira, M. C., & Lisboa, S.P. (2017). Perception of media literacy
and training in teachers from Chile. Universitas Journal, Revista de Ciencias
Sociales y Humanas de la Universidad Politécnica Salesiana del Ecuador,
25(27), 201–218.
Mishra, P., & Mehta, Rohit. (2017). What We Educators Get Wrong About 21st-
Century Learning: Results of a Survey. Journal of Digital Learning in
Teacher Education, 33(1), 6–19.
Milliken, John. (2004). Thematic Reflections on Higher Education:
Postmodernism versus Professionalism in Higher Education. Journal Higher
Education in Europe, 29(1). 37–41.
Mundy, M. A., Kupczynski, L., & Kee, R. (2012). Teacher’s perceptions of
technology use in the schools. SAGE Open Journal, 2(1), 1–8.
Murti, K. E. (2015). Pendidikan Abad 21 dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran di
SMK. Artikel Jurnal Kurikulum 2013 SMK, 1. 1–23.
70
Ngang, T. K., Hashim, N. H., & Yunus, H. M. (2015). Novice Teacher
Perceptions of the Soft Skills Needed in Today’s Workplace. Procedia -
Social and Behavioral Sciences, 177, 284–288.
Ninlawan, G. (2015). Factors Which Affect Teachers’ Professional Development
in Teaching Innovation and Educational Technology in the 21st Century
under the Bureau of Special Education, Office of the Basic Education
Commission. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 197(2), 1732–
1735.
Nuraida, dan Alkaf, Hadid. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Ciputat:
Islamic Research Publishing.
O’Neal, L. T. J., Gibson, P., & Cotten, S. R. (2017). Elementary School Teachers’
Beliefs about the Role of Technology in 21st-Century Teaching and
Learning. Computers in the Schools Journal of Practice, 34(3), 192–206.
Ohoiner, O. E. (2016). Hubungan Latar Belakang Pendidikan dan Persepsi
Pemanfaatan Media Pembelajaran dengan Kompetensi Guru Fisika. Jurnal
Pendidikan Matematika dan Sains, 4 (1), 43-53.
Osborne, J. (2013). The 21st century challenge for science education: Assessing
scientific reasoning. Thinking Skills and Creativity Journal, 10, 265–279.
Osman, K., & Marimuthu, N. (2010). Setting new learning targets for the
21stcentury science education in Malaysia. Procedia - Social and Behavioral
Sciences Journal, 2(2), 3737–3741.
Partnership For 21st Century Skills (P21). (2009). 21st Century Student
Outcomes. Framework, 1–9. Retrieved from
http://www.p21.org/documents/P21_ Framework Definitions.pdf.
Payong, Marselus R. (2011). Setifikasi Ptofesi Guru: Konsep Dasar,
Problematika, dan Implementasinya. Jakarta: PT Indeks.
Prewett, A., & Stein, L. (2009). Media literacy education in the Social Studies:
Teacher perceptions and curricular challenges. Teacher Education Quaterly
Journal, 36(1), 131–148.
Rakhmat, Jalaluddin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
71
Rakib, M., Rombe, A., & Yunus, M. (2016). Pengaruh Pelatihan dan Pengalaman
Mengajar Terhadap Profesionalitas Guru (Studi pada Guru IPS Terpadu yang
Memiliki Latar Belakang Pendidikan dalam Bidang Pendidikan Ekonomi).
Jurnal Ad’ministrare, 3(2), 137-148.
Redhana, Wayan I. (2015). Menyiapkan lulusan fmipa yang menguasai
keterampilan abad XXI. SemNas FMIPA Undiksha V, Optimalisasi Peran
MIPA dalam Membangun SDM Indonesia yang Kompetitif.
Riduwan. (2007). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Rusman. (2013). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer: mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Rustam, A., Sari, E. D. K., & Yunita, L. (2018). Statistika dan Pengukuran
Pendidikan: Analisis Menggunakan SPSS, Iteman, dan Lisrel. Bogor: PT.
Ilham Sejahtera Persada.
Sahin, M. C. (2009). Instructional design principles for 21st century learning
skills. Procedia - Social and Behavioral Sciences Journal, 1(1), 1464–1468.
Sakuliampaiboon, C., Songkhla, J. N., & Sujiva, S. (2015). Strategies of
Information Communication and Technology Integration by Benchmarking
for Primary School in Catholic (Layman) School Administration Club
Bangkok Arch Diocese for Students’ 21st Century Skill. Procedia - Social
and Behavioral Sciences, 174, 1026–1030.
Sawarsono, Sarlinto Wirawan. (2013). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta:
Rajawali Press
Sawarsono, Sarlinto Wirawan. (2012). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta:
Rajawali Press.
Setyana, Mujiatin. (2014). Peran Guru dalam Mengembangkan Keterampilan
Sosial. Jurnal Pendidikan Humaniora, 2(1), 8–9.
Sinay, E., Nahornick, A., & Graikinis, D. (2017). Fostering global competencies
and deeper learning with digital technologies research series: Creativity and
innovation in teaching and learning: A focus on innovative intelligence (I2Q)
pilot program. Toronto District School Board Journal. 17, 9-91.
72
Stein, L., & Prewett, Anita. (2009). Media Literacy Education in the Social
Studies: Teachers Perception and Curricular Challenges. Teacher Education
Quarterly Journal, 36 (1), 131-148.
Sudijono, Anas. (2006). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sumen, O. O., & Calisici, H. (2017). Examining the 21st Century Skills of
Secondary School Students: A Mixed Method Study. Journal of Education &
Social Policy, 4(4), 92–100.
Syah, Muhibbin. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Thieman, G. Y. (2008). Using Technology as a Tool for Learning and Developing
21st Century Citizenship Skills : An Examination of the NETS and
Technology Use by Preservice Teachers With Their K-12 Students.
Contemporary Issues in Technology and Teacher Education, 8(4), 342–366.
Toharudin, U. (2017). Critical Thinking and Problem Solving Skills: How these
Skills are needed in Educational Psychology?. International Journal of
Science and Research (IJSR), 6(3), 2004–2007.
Tuzlukova, V., Al Busaidi, S., Burns, S., & Bugon, G. (2018). Exploring
Teachers’ Perceptions of 21St Century Skills in Teaching and Learning in
English Language Classrooms in Oman’S Higher Education Institutions.
Journal of Teaching English for Specific and Academic Purposes, 6(1), 191-
202.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan
Nasional. 8 Juli 2003. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 4301. Jakarta.
Uno, H. B., & Lamatenggo, N. (2016). Tugas Guru Dalam Pembelajaran: Aspek
Yang Mempengaruhi. Jakarta: Bumi Aksara.
Wade, Carole dan Tavris, Carol. (2007). Psikologi: Edisi Kesembilan Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
73
Wahyudin, & Syahri, A. A. (2018). Implementation of Learning Problem Solving
in Improving Critical Thinking Ability Mathematics Students. IOSR
Journal of Mathematics (IOSR-JM), 14(3) , 06-11.
Weninger, C. (2017). The “vernacularization” of global education policy: media
and digital literacy as twenty-first century skills in Singapore. Asia Pacific
Journal of Education, 37(4), 500–516.
Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A. (2016). Transformasi Pendidikan
Abad 21 Sebagai Tuntutan. Transformasi Pendidikan Abad 21 Sebagai
Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Era Global, Jurnal
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika, 1(26), 263–278.
Wood, Julia T. (2009). Communication in our lives. Boston: Wadsworth Cengage
Learning.
Yang, H. B., Zhang, Y. Y., & Yu, N. (2012). Study on information literacy of
college students with university library. Communications in Computer and
Information Science, 307(1), 414–420.
Zainal, R. V., Hadad, M. D., & Ramly, M. (2017). Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi. Jakarta: Rajawali Press.
Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.