vaniamustofa.files.wordpress.com file · Web viewTIK di dunia pendidikan. 1. Pendahuluan....
Transcript of vaniamustofa.files.wordpress.com file · Web viewTIK di dunia pendidikan. 1. Pendahuluan....
Makalah e-Learning
E-learning di Sekolah dan KTSP
TIK di dunia pendidikan
1. Pendahuluan
Pergeseran paradigma dalam pranata pendidikan yang semula terpusat menjadi
desentralistis membawa konsekuensi dalam pengelolaan pendidikan, khususnya di tingkat
sekolah. Kebijakan tersebut dapat dimaknai sebagai pemberian otonomi yang seluas-luasnya
kepada sekolah dalam mengelola sekolah, termasuk di dalamnya berinovasi dalam
pengembangan kurikulum dan model-model pembelajaran.
Otonomi yang luas itu, hendaknya diimbangi dengan perubahan yang berorientasi
kepada kinerja dan partisipasi secara menyeluruh dari komponen pendidikan yang terkait.
Kondisi ini gayut dengan perubahan kurikulum yang sedang diluncurkan dewasa ini oleh
pemerintah, yakni kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Konsekuensi yang harus
ditanggung oleh sekolah adalah restrukturisasi dalam pengelolaan sekolah (capacity building),
profesionalisme guru, penyiapan infrastruktur, kesiapan siswa dalam proses belajar dan iklim
akademik sekolah.
Kebijakan penerapan KTSP dan pemberian otonomi pendidikan juga diharapkan
melahirkan organisasi sekolah yang sehat serta terciptanya daya saing sekolah. Sejalan
dengan perkembangan teknologi informasi dan pembelajaran berbasis teknologi informasi
yang sangat pesat, hendaknya sekolah menyikapinya dengan seksama agar apa yang dicita-
citakan dalam perubahan paradigma pendidikan dapat segera terwujud. Kecenderungan yang
telah dikembangkan dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam
pembelajaran adalah program e-learning.
Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang semakin pesat,
kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI
1
Makalah e-Learning
menjadi tidak terelakkan lagi. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan e-Learning ini
membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk
digital, baik secara isi (contents) dan sistemnya. Saat ini konsep e-Learning sudah banyak
diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi e-Learning di
lembaga pendidikan (sekolah, training dan universitas) maupun industri (Cisco System, IBM,
HP, Oracle, dsb).
Sejalan dengan kemajuan teknologi jaringan dan perkembangan internet,
memungkinkan penerapan teknologi ini di berbagai bidang termasuk di bidang pendidikan
atau latihan. Di masa datang penerapan teknologi internet di bidang pendidikan dan latihan
akan sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan dan memeratakan mutu pendidikan,
terutama di Indonesia yang wilayahnya tersebar di berbagai daerah yang sangat berjauhan.
Sehingga diperlukan solusi yang tepat dan cepat dalam mengatasi berbagai masalah yang
berkaitan dengan mutu pendidikan sekarang. Dengan adanya aplikasi pendidikan jarak jauh
yang berbasiskan internet, maka ketergantungan akan jarak dan waktu yang diperlukan untuk
pelaksanaan pendidikan dan latihan akan dapat diatasi, karena semua yang diperlukan akan
dapat disediakan secara online sehingga dapat diakses kapan saja.
2. Pengertian e-Learning
Istilah e-Learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar
yang menguraikan tentang definisi e-Learning dari berbagai sudut pandang. Salah satu
definisi yang cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari Darin E. Hartley [Hartley,
2001] yang menyatakan: “e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet,
Intranet atau media jaringan komputer lain."
LearnFrame.Com dalam Glossary of e-Learning Terms [Glossary, 2001] menyatakan
suatu definisi yang lebih luas bahwa: “e-Learning adalah sistem pendidikan yang
2
Makalah e-Learning
menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet,
jaringan komputer,maupun komputer standalone.”
Dari puluhan atau bahkan ratusan definisi yang muncul dapat kita simpulkan bahwa sistem
atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar
mengajar dapat disebut sebagai suatu e-Learning.
Beragam istilah dan batasan telah dikemukakan oleh para ahli teknologi informasi dan
pakar pendidikan. Secara sederhana e-learning dapat difahami sebagai suatu proses
pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi berupa komputer yang dilengkapi
dengan sarana telekomunikasi (internet, intranet, ekstranet) dan multimedia (grafis, audio,
video) sebagai media utama dalam penyampaian materi dan interaksi antara pengajar
(guru/dosen) dan pembelajar (siswa/mahasiswa).
Model pembelajaran berbasis TIK dengan menggunakan e-learning berakibat pada
perubahan budaya belajar dalam kontek pembelajarannya. Setidaknya ada empat komponen
penting dalam membangun budaya belajar dengan menggunakan model e-learning di sekolah.
Pertama, siswa dituntut secara mandiri dalam belajar dengan berbagai pendekatan yang sesuai
agar siswa mampu mengarahkan, memotivasi, mengatur dirinya sendiri dalam pembelajaran.
Kedua, guru mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan, memfasilitasi dalam
pembelajaran, memahami belajar dan hal-hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Ketiga
tersedianya infrastruktur yang memadai dan yang ke empat administrator yang kreatif serta
penyiapan infrastrukur dalam memfasilitasi pembelejaran.
Permasalahan yang dihadapi sekolah saat ini adalah pada tingkat kesiapan peserta
belajar, guru, infrastruktur sekolah, pembiayaan, efektifitas pembelajaran, sistem
penyelenggaraan dan daya dukung sekolah dalam menyelenggarakan pembelajaran berbasis
TIK. Lalu, apakah mungkin program e-learning dapat dilaksanakan di sekolah? Ini yang
menjadi esensi dari kebermaknaan e-learning di sekolah.
3
Makalah e-Learning
a. Menyiapkan program e-learning
Pengalaman menunjukan dalam menyiapkan program e-learning tidaklah sesulit
dalam bayangan kita, asalkan kita memiliki kemauan dan komitmen yang kuat untuk menuju
ke arah itu. Tanpa komitmen dan dukungan secara teknis maka program e-learning di sekolah
tidak mungkin akan terealiasi. Ada tip tentang kunci sukses terealisasinya program e-learning,
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Bates, 2005) dalam journal of e-learning
volume 5 tahun 2005, yakni adanya perencanaan dan leadership yang terarah dengan
mempertimbangkan efektifitas dalam pembiayaan, integritas sistem teknologi serta
kemampuan guru dalam mengadapsi perubahan model pembelajaran yang baru yang sudah
barang tentu didukung kemampuan mencari bahan pembelajaran melalui internet serta
mempersiapkan budaya belajar bagi siswa.
Ada empat langkah dalam manajemen pengelolaan program e-learning yakni pertama
menentukan strategi yang jelas tentang target audience, pembelajarannya, lokasi audience,
ketersediannya infrastruktur, budget dan pengembalian investasi yang tidak hanya berupa
uang tunai. Kedua menentukan peralatan misalnya hoste vs installed LMS dan Commercial or
OS-LMS, ketiga adalah adanya hubungan dengan perusahan yang mengembangkan penelitian
berkaitan dengan program e-learning yang dikembangkan di sekolah. Ke empat menyiapkan
bahan-bahan yang akan dibutuhkan bersifat spesifik, usulan yang dapat diimplementasikan
serta menyiapkan short response time. Kesemuanya itu, hendaknya perlu dipikirkan masak-
masak dalam konteks investasi jangka panjang.
b. Membudayakan belajar berbasis TIK
Berkembangnya teknologi pembelajaran berbasis TIK mulai tahun 1995 an, salah satu
kendalanya adalah menyiapkan peserta didik dalam budaya belajar berbasis teknologi
informasi serta kurang trampilnya dalam menggunakan perangkat komputer sebagai sarana
belajar, serta masih terbatasnya ahli dalam teknologi multimedia khususnya terkait dengan
4
Makalah e-Learning
model-model pembelajan. Untuk mempersiapkan budaya belajar berbasis TIK adalah
keterlibatan orang tua murid dan kultur masyarakat akan teknologi serta dukungan dari
lingkungan merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan. Pembentukan kominitas TIK sangat
mendukung untuk membudayakan anak didik dengan teknologi. Model ini telah
dikembangkan di Jepang tepatnya di Shuyukan High School dengan membentuk club yang
dinamai (Information Science Club), yakni sebagai wadah siswa untuk bersinggungan dengan
budaya teknologi.
Kompetensi guru dalam pembelajaran Ada tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki
guru untuk menyelenggarakan model pembelajaran e-learning. Pertama kemampuan untuk
membuat desain instruksional (instructional design) sesuai dengan kaedah-kaedah paedagogis
yang dituangkan dalam rencana pembelelajaran. Kedua, penguasaan TIK dalam pembelajaran
yakni pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran dalam rangka mendapatkan materi
ajar yang up to date dan berkualitas dan yang ketiga adalah penguasaan materi pembelajaran
(subject metter) sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.
Langkah-langkah kongkrit yang harus dilalui oleh guru dalam pengembangan bahan
pembelajaran adalah mengidentifikasi bahan pelajaran yang akan disajikan setiap pertemuan,
menyusun kerangka materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional dan
pencapainnya sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan. Bahan tersebut
selanjutnya dibuat tampilan yang menarik mungkin dalam bentuk power point dengan
didukung oleh gambar, video dan bahan animasi lainnya agar siswa lebih tertarik dengan
materi yang akan dipelajari serta diberikan latihan-latihan sesuai dengan kaedah-kaedah
evaluasi pembelajaran sekaligus sebagai bahan evaluasi kemajuan siswa. Bahan pengayaan
(additional matter) hendaknya diberikan melalui link ke situs-situs sumber belajar yang ada di
internet agar siswa mudah mendapatkannya. Setelah bahan tersebut selesai maka secara teknis
guru tinggal meng-upload ke situs e-learning yang telah dibuat.
5
Makalah e-Learning
Dalam penetapan kualitas pembelejaran dengan menggunakan model e-learning telah
dikembangkan oleh lembaga Qualitative Standards Scholarship Assessed: An Evaluation of
the Professoriate yang dikembangkan oleh Glassick, Huber and Maeroff, (2005), dengan
indikator-indikator instrumen yang telah dikembangkan meliputi: kejelasan tujuan
pembelajaran, persiapan bahan pembelajaran yang cukup, penyiapan metoda belajar yang
sesuai, menghasilkan hasil pembelajaran yang signifikan positif, efektifitas dalam
mempresentasikan bahan pelajaran serta umpan balik yang kritis dari peserta didik.
Beberapa hal yang perlu dicermati dalam menyelenggarakan program e-learning / digital
classroom adalah guru menggunakan internet dan email untuk berinteraksi dengan siswa
untuk mengukur kemajuan belajar siswa, siswa mampu mengatur waktu belajar, dan
pengaturan efektifitas pemanfaatan internet dalam ruang multi media.
Dengan mencermati perkembangan teknologi informasi dalam dunia pendidikan dan
beberapa komponen penting yang perlu disiapkan serta pengalaman penulis dalam
mengembangkan program e-learning maka program e-learning di sekolah bukanlah suatu
hayalan belaka bahkan sesegera mungkin untuk diwujudkan.
3. Teknologi komunikasi dan informasi di dunia pendidikan
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh
terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg
(2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses
pembelajaran yaitu:
(1) dari pelatihan ke penampilan,
(2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja,
(3) dari kertas ke “on line” atau saluran,
(4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja,
(5) dari waktu siklus ke waktu nyata.
6
Makalah e-Learning
Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media
komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa
tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan
menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan
langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup
yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan
komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut
“cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan
menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu
model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi
khususnya internet. E-Learning merupakan proses belajar-mengajar secara virtual, dimana
siswa tidak perlu datang ke kelas seperti dalam proses belajar mengajar konvensional. Siswa
dapat menentukan prioritas bahan pelajaran dan tempo belajarnya sendiri sesuai
kebutuhannya dan bisa mengulang pelajaran jika dirasakan perlu.
Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi
internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga
kriteria yaitu:
1) E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui,
menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,
2) Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan
teknologi internet yang standar,
3) Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik
paradigma pembelajaran tradisional. Saat ini e-learning telah berkembang dalam
berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based
Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance
Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop
7
Makalah e-Learning
Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted
Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.
Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad
20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar
terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan
salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi
transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas
kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global
untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan
pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa
dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya
dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu
kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan
global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola
kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang
ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk
beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK telah mengubah wajah pembelajaran
yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap
muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas.
Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan
internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi
dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian
maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari
keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah Asiaweek terbitan 20-27
Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan dalam tema “Asia in the New Millenium”
yang memberikan gambaran berbagai kecenderungan perkembangan yang akan terjadi di Asia
8
Makalah e-Learning
dalam berbagai aspek seperti ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan,
dsb. termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet dalam berbagai dimensi kehidupan.
Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul
Ajjelo dengan judul “Rebooting:The Mind Starts at School”.
Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan
datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti
laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru
berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai “cyber
classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas
pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut
“interactive learning” atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet.
Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran
secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai
sumber belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi
kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan
pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam
bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan
kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju
berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini,
guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana
dikemukakan di atas.
Dalam tulisan itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di masa-masa mendatang isi tas
anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa:
1) komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-
materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau didengar, dan
dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara,
9
Makalah e-Learning
2) Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti
untuk masuk rumah, kalkulator, dsb.
3) Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik,
dan TV,
4) alat-alat musik,
5) alat olah raga, dan
6) bingkisan untuk makan siang.
Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa
perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar.
Meskipun teknologi informasi komunikasi dalam bentuk komputer dan internet telah
terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif,
namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-
kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi
yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual
sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh,
tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak
kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar
penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan
yang bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dsb. Dalam hubungan
ini guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara
proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk
membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing.
10
Makalah e-Learning
a. Pergeseran pandangan tentang pembelajaran
Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang
harus diwujudkan yaitu:
1) siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam
kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru,
2) harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi
siswa dan guru, dan
3) guru harus memilikio pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-
alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencaqpai standar
akademik.
Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran pandangan
tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di
masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang), proses pembelajaran dipandang sebagai:
1) sesuatu yang sulit dan berat,
2) upaya mengisi kekurangan siswa,
3) satu proses transfer dan penerimaan informasi,
4) proses individual atau soliter,
5) kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-
satuan kecil dan terisolasi,
6) suatu proses linear.
Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan mengenai
pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai:
1) proses alami,
2) proses sosial,
3) proses aktif dan pasif,
4) proses linear dan atau tidak linear,
11
Makalah e-Learning
5) proses yang berlangsung integratif dan kontekstual,
6) aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kulktur
siswa,
(7) aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan
pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.
Hal itu telah mengubah peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah
berubah
1) dari sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi,
dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih,
kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar;
2) dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi
lebih banyak, memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada
setiap siswa dalam proses pembelajaran.
Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu:
1) dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses
pembelajaran,
2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan
berbagai pengetahuan,
3) dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran
berkolaboratif dengan siswa lain.
Lingkungan pembelajaran yang di masa lalu berpusat pada guru telah bergesar menjadi
berpusat pada siswa. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut:
Lingkungan Berpusat pada guru Berpusat pada siswa
Aktivitas kelas Guru sebagai sentral dan
bersifat didaktis
Siswa sebagai sentral dan
bersifat interaktif
Peran guru Menyampaikan fakta-fakta, Kolaboratif, kadang-kadang
12
Makalah e-Learning
guru sebagai akhli siswa sebagai akhli
Penekanan pengajaran Mengingat fakta-fakta Hubungan antara informasi
dan temuan
Konsep pengetahuan Akumujlasi fakta secara
kuantitas
Transformasi fakta-fakta
Penampilan keberhasilan Penilaian acuan norma Kuantitas pemahaman ,
penilaian acuan patokan
Penilaian Soal-soal pilihan berganda Protofolio, pemecahan
masalah, dan penampilan
Penggunaan teknologi Latihan dan praktek Komunikasi, akses,
kolaborasi, ekspresi
b. Kreativitas dan kemandirian belajar
Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di
atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil
pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya
individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang
pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan
sumber daya manusia secara keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan
terangsang untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang
dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian
diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya..
Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan kemandirian
sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas sangat
diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain:
a) kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya,
13
Makalah e-Learning
b) kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam
pemecahan masalah,
c) kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan
d) kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang memiliki
kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas
ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani
menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor,
selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb. Karya-
karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat ditransformasikan, dan dapat
dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh
tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu
mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan
kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap
pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan
memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal.
Dengan memperhatikan ciri-ciri kreativitas dan kemandirian tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa TIK memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan
kemandirian siswa. Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan dapat menghasilkan
karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh
untuk kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK siswa akan memperoleh berbagai
informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya.
Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak
terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan
komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.
14
Makalah e-Learning
c. Peran guru
Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki
kondisi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari
guru maupun dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan
TIK. Dalam kaitan ini guru memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk
beluk TIK dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak
secara efektif. Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer
pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber
informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi. Dalam bukunya yang berjudul
“Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-
masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches),
konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai
pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk
mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing.
Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang
mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya
memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para
pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada.
Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di
mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan
tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami
kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer
pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola
keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber
penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan
tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna
15
Makalah e-Learning
bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator
pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang
mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama.
Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya
sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar.
Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan
kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, guru harus
selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk
melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau
teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang
kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus
didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas
profesionaliemenya.
4. Keuntungan Menggunakan e-Learning
Keuntungan menggunakan e-Learning diantaranya adalah sebagai berikut:
Menghemat waktu proses belajar mengajar
Mengurangi biaya perjalanan
Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan,
buku-buku)
Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas
Melatih pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan
5. Aplikasi Web
Web merupakan salah satu tekonologi internet yang telah berkembang sejak lama dan yang
paling umum dipakai dalam pelaksanaan pendidikan dan latihan jarak jauh (e-Learning).
Secara umum aplikasi di internet terbagi menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut:
16
Makalah e-Learning
Synchronous System
Aplikasi yang berjalan secara waktu nyata dimana seluruh pemakai bisa
berkomunikasi pada waktu yang sama, contohnya: chatting, Video Conference, dsb.
Asynchronous System
Aplikasi yang tidak bergantung pada waktu dimana seluruh pemakai bisa mengakses
ke sistem dan melakukan komunikasi antar mereka disesuaikan dengan waktunya
masing-masing, contohnya: BBS, e-mail, dsb.
Dengan fasilitas jaringan yang dimiliki oleh berbagai pendidikan tinggi atau institusi di
Indonesia baik intranet maupun internet, sebenarnya sudah sangat mungkin untuk
diterapkannya sistem pendukung e-Learning berbasis Web dengan menggunakan sistem
synchronous atau asynchronous, namun pada dasarnya kedua sistem diatas biasanya
digabungkan untuk menghasilkan suatu sistem yang efektif karena masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangannya.
Dibeberapa negara yang sudah maju dengan kondisi infrastruktur jaringan kecepatan
tinggi akan sangat memungkinkan penerapan teknologi multimedia secara waktu nyata seperti
video conference untuk kepentingan aplikasi e-Learning, tetapi untuk kondisi umum di
Indonesia dimana infrastruktur jaringannya masih relatif terbatas akan mengalami hambatan
dan menjadi tidak efektif. Namun demikian walaupun tanpa teknologi multimedia tersebut,
sebenarnya dengan kondisi jaringan internet yang ada sekarang di Indonesia sangat
memungkinkan, terutama dengan menggunakan sistem asynchronous ataupun dengan
menggunakan sistem synchronous seperti chatting yang disesuaikan dengan sistem
pendukung pendidikan yang akan dikembangkan.
17
Makalah e-Learning
6. Sistem Pendukung Pendididikan
Dengan adanya sistem ini proses pengembangan pengetahuan tidak hanya terjadi di
dalam ruangan kelas saja dimana secara terpusat guru memberikan pelajaran secara searah,
tetapi dengan bantuan peralatan komputer dan jaringan, para siswa dapat secara aktif
dilibatkan dalam proses belajar-mengajar. Mereka bisa terus berkomunikasi sesamanya kapan
dan dimana saja dengan cara akses ke sistem yang tersedia secara online. Sistem seperti ini
tidak saja akan menambah pengetahuan seluruh siswa, akan tetapi juga akan turut membantu
meringankan beban guru dalam proses belajar-mengajar, karena dalam sistem ini beberapa
fungsi guru dapat diambil alih dalam suatu program komputer yang dikenal dengan istilah
agent.
Disamping itu, hasil dari proses dan hasil dari belajar-mengajar bisa disimpan datanya
di dalam bentuk database, yang bisa dimanfaatkan untuk mengulang kembali proses belajar-
mengajar yang lalu sebagai rujukan, sehingga bisa dihasilkan sajian materi pelajaran yang
lebih baik lagi.
7. Collaboration
Collaboration didefinisikan sebagai kerjasama antar peserta dalam rangka mencapai
tujuan bersama [1]. Collaboration tidak hanya sekedar menempatkan para peserta ke dalam
kelompok-kelompok studi, tetapi diatur pula bagaimana mengkoordinasikan mereka supaya
bisa bekerjasama dalam studi.
Saat ini penelitian di bidang kolaborasi melalui internet dikenal dengan istilah CSCL
(Computer Supported Collaborative Learning), dimana pada prinsipnya CSCL berusaha untuk
mengoptimalkan pengetahuan yang dimiliki oleh para peserta dalam bentuk kerjasama dalam
pemecahan masalah. Kenyataannya kolaborasi antar peserta cenderung lebih mudah
dibandingkan dengan kolaborasi antara peserta dengan guru.
18
Makalah e-Learning
Gambar 1 menunjukkan konsep e-Learning dengan metoda CSCL, yang terdiri dari
pemakai dan tool yang digunakan. Pemakai terdiri dari siswa dan guru yang membimbing,
dimana siswa itu sendiri terbagi menjadi siswa dan siswa lain yang bertindak sebagai
collaborator selama proses belajar. Para peserta saling berkolaborasi dengan tool yang
tersedia melalui jaringan intranet atau internet, dimana guru mengarahkan jalannya kolaborasi
supaya mencapai tujuan yang diiginkan.
Gambar 1: Collaboration
Dalam pelaksanaan sistem e-Learning, kolaborasi antar siswa akan menjadi faktor
yang esensial, terutama pada sistem asynchronous dimana para siswa tidak secara langsung
bisa mengetahui kondisi siswa lain, sehingga seandainya terjadi masalah dalam memahami
makalah yang disediakan, akan terjadi kecenderungan untuk gagal mengikutinya dikarenakan
kurangnya komunikasi antar siswa, sehingga timbul kecenderungan terperangkap pada
kondisi standstill, sehingga menyebabkan hasil yang tidak diharapkan.
Ada 5 hal essensial yang harus diperhatikan dalam menjalankan kolaborasi lewat internet,
yaitu sebagai berikut:
(a) clear, positive interdependece among students
(b) regular group self-evaluation
(c) interpersonal behaviors that promote each member’s learning and success
19
Makalah e-Learning
(d) individual accountability and personal responsibility
(e) frequent use of appropriate interpersonal and small group social skills
Dalam proses kolaborasi antar siswa, guru bisa saja terlibat didalamnya secara tidak
langsung, dalam rangka membantu proses kolaborasi dengan cara memberikan arahan berupa
message untuk memecahkan masalah. Sehingga diharapkan proses kolaborasi menjadi lebih
lancar.
8. Konfigurasi Sistem
Gambar 2 menunjukkan struktur global dari sistem pendukung untuk e-Learning.
Pemakai sistem dalam hal ini siswa dan guru dapat mengakses ke sistem dengan
menggunakan piranti lunak browser.
Gambar 2: Struktur Sistem
Seperti pada gambar 2, Implementasi client/server untuk sistem penunjang pendidikan
berbasis kolaborasi di internet, pada dasarnya harus memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
Collaboration, untuk melakukan kerjasama antar siswa dalam pemecahan masalah
yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kolaborasi ini bisa diwujudkan dalam bentuk
diskusi atau tanya-jawab dengan memanfaatkan fasilitas internet yang umum dipakai
20
Makalah e-Learning
misalnya: e-mail, BBS, chatting, dikembangkan sesuai dengan kebutuhan aplikasi
yang akan dibuat.
Database, untuk menyimpan materi pelajaran dan record-record yang berkaitan
dengan proses belajar-mengajar khususnya proses kolaborasi.
Web Server, merupakan bagian mengatur akses ke sistem dan mengatur tampilan yang
diperlukan dalam proses pendidikan. Termasuk pula pengaturan keamanan sistem.
Keuntungan menggunakan software diatas yaitu seluruhnya merupakan Open Source
yang bisa didownload secara gratis dari web site masing-masing, sehingga dalam
implementasinya bisa ditekan biaya serendah mungkin, tanpa mengurangi realibilitas sistem
itu sendiri. Keuntungan lainnya yaitu untuk akses ke sistem seperti ini tidak tergantung pada
suatu platform operating system.
Oleh karena itu, dengan penerapan berbagai software Open Source seperti ini, diharapkan
akan dicapai suatu sistem e-Learning yang aman, terpercaya, performance tinggi,
multiplatform, dan biaya rendah.
Faktor kolaborasi menjadi penting dalam rangka menciptakan sistem pendidikan yang
lebih efektif, karena dalam sistem pendidikan jarak jauh faktor komunikasi antar peserta akan
menjadi penentu dalam menentukan perolehan pengetahuan yang dicapai oleh setiap siswa.
Permasalahan kedepan yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut:
Pengembangan Student Model dari database untuk menformulasikan karakter siswa
sehingga sistem mampu mendeteksi kondisi siswa yang bermasalah.
Pengaturan pemakaian tool synchronous dan asynchronous dalam pelaksanaan
kolaborasi, supaya tidak terjadi duplikasi yang membahas masalah yang sama berulang-
ulang.
21
Makalah e-Learning
Membuat fasilitas penyusunan makalah di Web yang memudahkan para guru tanpa perlu
mengetahui perintah-perintah secara mendetail, yang disesuaikan dengan kebutuhan
untuk berkolaborasi.
Selain itu proses belajar mengajar ini dapat dilakukan kapan dan dimana saja. Hal ini
tentunya akan meningkatkan efisiensi proses belajar mengajar dan membutuhkan biaya
yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan proses belajar mengajar di kelas
konvensional.Perkembangan ilmu Informatika dan Komunikasi yg sangat pesat
belakangan ini mendorong pula pemanfaatan e-Learning yg sangat luas dan cepat di
masyarakat. Konsep e-Learning yg berbasis teknologi Informatika ini bisa
dikelompokkan berdasarkan basis teknologi sebagai berikut:
Computer Based Training (CBT):Basis utama proses belajar mengajar ini adalah
Program Komputer (Software), yang biasa dipakai siswa untuk belajar secara
interaktif dan fleksibel. Biasanya software-software pelajaran ini berisikan bagian-
bagian multimedia, seperti Animasi dan juga bagian-bagian Tools sebagai alat untuk
menyelesaikan soal-soal latihan. Bagian multimedia biasanya digunakan untuk
menjelaskan bahan-bahan pelajaran dan menjadikannya mudah dicerna oleh siswa.
Dengan menggunakan Tools yg disediakan maka siswa mempunyai kesempatan untuk
mencoba soal-soal latihan tanpa batasan jumlah dan tingkat kesulitannya. Sistem CBT
mulai berkembang di tahun 80-an dan masih berkembang terus sampai sekarang. Hal
ini ditunjang antara lain oleh perkembangan sistem animasi yg kian menarik dan
realistis (misalnya sistem animasi 3 Dimensional). Selain untuk siswa sekolah sistem
inipun digemari oleh perusahaan-perusahaan untuk mendidik karyawannya.
CD Pelajaran interaktif untuk matematika, Kimia dan Fisika misalnya, bisa menjadi
pelengkap dan bahan tambahan yg sangat bermanfaat bagi siswa sekolah, karena disini 22
Makalah e-Learning
siswa bisa mengambil keuntungan-keuntungan dari konsep e-Learning seperti
diuraikan diatas. Pertanyaan apakah kita bisa memanfaatkan keuntungan-keuntungan
dari sistem CBT ini, sangat tergantung dari kita sendiri, apakah kita mau
menggunakan software-software e-Leaning atau tidak.
Web Based Training (WBT):
Sistem ini sebetulnya merupakan perkembangan lanjutan dari CBT dan berbasis
teknologi internet. Jadi lancarnya proses belajar dengan menggunakan sistem ini
tergantung sekali dari infrastruktur jaringan kecepatan tinggi. Memang di Negara kita
yang masih belum merata jaringan internetnya, sistem ini masih belum bisa
berkembang pesat.
Salah satu komponen WBT yg sangat digemari adalah video-conferencing, dimana siswa dan
guru dapat langsung mendiskusikan semua hal tanpa harus bertemu muka secara langsung.
Sistem ini berkembang pesat di negara-negara maju dan dapat dimanfaatkan sebagai alat
belajar mengajar di virtual classes ataupu virtual
9. Penutup23
Makalah e-Learning
Sejalan dengan perkembangan teknologi jaringan khususnya internet, dan pemerataan
pemakaian fasilitas internet di Indonesia, maka sudah selayaknya untuk memulai penerapan
teknologi ini di bidang pendidikan, yang diharapkan dapat menunjang peningkatkan mutu
pendidikan khususnya pendidikan tinggi dan institusi yang relatif telah memiliki fasilitas
jaringan komputer.
24