Post on 08-Apr-2018
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
1/128
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya tujuan adanya negara adalah untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat negara yang bersangkutan. Agar kesejahteraan rakyat
dapat terwujud perlu dilakukan pembangunan, namun praktek pembangunan
yang tampak cendrung berupa pembangunan ekonomi dan fisik, sementara
dampak dari pembangunan sering diabaikan. Pembangunan adalah
rangkaian kegiatan yang dilakukan manusia untuk menciptakan keadaan
hidup yang lebih baik. Pembangunan merupakan proses yang pada
umumnya direncanakan dengan sengaja dalam masyarakat untuk menuju
pada keadaan hidup yang lebih baik. 1
Untuk merealisasikan pembangunan pasti memanfaatkan sumber
daya alam sebagai bagian dari sumber daya lingkungan. Pemanfaatan atau
eksploitasi terlihat ada yang berupa pemanfaatan sumber daya alam yang
langsung, dan ada yang melalui proses pengolahan atau pengubahan bahan
mentah menjadi bahan jadi serta menghasilkan benda-benda atau barang
konsumsi yang bisa digunakan untuk pemenuhan kehidupan manusia yang
mempunyai nilai ekonomis.
Pembangunan ekonomi yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi
akan menimbulkan dua macam akibat yaitu disatu pihak memberikan
1. Soerjono Soekanto. Permasalahan Dalam Kerangka Pembangunan di Indonesia,Yayasan Penerbit Universitas Indonesia Jakarta, 1976. hal. 1.
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
2/128
dampak positif bagi kehidupan manusia berupa tersedianya barang dan jasa
dalam perekonomian, dilain pihak terdapat dampak negatif bagi kehidupan
manusia yang berupa pencemaran lingkungan dan menipisnya sumber daya
alam. Pencemaran lingkungan menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan
dan kurang nyamannya kehidupan. Sedangkan berkurangnya persedian
sumber daya alam akan mengurangi kemudahan dalam penyedian barang
dan jasa bagi pemenuhan kebutuhan manusia.2
Kemajuan pesat yang telah dicapai dalam pembangunan untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ternyata diiringi
oleh kemunduran kemampuan sumber daya alam seperti air, tanah, hutan
dan terkurasnya sumber daya alam seperti perikanan, tambang minyak dan
mineral lainnya seperti air tanah.3 Pelaksanaan Pembangunan yang
semangkin beragam juga menghasilkan produk sampingan seperti limbah,
sampah dan buangan baik dalam wujud padat, cair, gas maupun tingkat
tekanan dan kebisingan. Hasil sampingan tersebut perlu dijaga agar tidak
melampaui ambang batas dan daya tampung lingkungannya dalam hal
kemampuan lingkungan menerima, dan daya dukung bahan-bahan yang
mencemari lingkungan dalam batas yang belum membahayakan
ekosistemnya dan makhluk hidup. Jika daya tampung lingkungan di
lampaui, struktur dan fungsi dasar ekosistem penunjang kehidupan akan
rusak dan keberlanjutan fungsi lingkungan akan terganggu.4
2 . M. Suparmoko. Ekonomi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan. Suatu PendekatanTeoritis. Penerbit BPFE Yokyakarta. 1997. hal. 17.
3 Aca Sugandhy. Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. 1999. hal. 20.4 .Ibid. . hal. 21.
2
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
3/128
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
4/128
1. Dimensi ekonomi yang menghubungkan antara pengaruh-pengaruh
unsur makroekonomi dan mikroekonomi pada lingkungan dan
bagaimana sumberdaya alam diperlakukan dalam analisis ekonomi.2. Dimensi politik yang mencakup proses politik yang menentukan
penampilan dan sosok pembangunan, pertumbuhan penduduk, dan
degradasi lingkungan pada semua negara. Dimensi ini juga termasuk
peranan agen masyarakat dan struktur sosial dan pengaruhnya terhadap
lingkungan.
3. Dimensi Sosial Budaya yang mengaitkan antara tradisi atau sejarah
dengan dominasi ilmu pengetahuan barat, serta pola pemikiran dan
tradisi agama. Ketiga dimensi ini berintegrasi satu sama lain untuk
mendorong terciptanya pembangunan yang berwawasan lingkungan
Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut dalam konvensi
Stockholm di Swedia 1972 telah menindaklanjuti komitmen pembangunan
berwawasan lingkungan ke dalam peraturan perundang-undangan. Pasal 33
Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menjadi dasar hukum bagi penyelenggaraan lingkungan hidup dan bertujuan
untuk melestarikan kemampuan lingkungan hidup agar tetap dapat
menunjang kesejahteraan dan mutu hidup generasi mendatang.7 Penjabaran
lebih lanjut tertuang dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Lingkungan Hidup, dan diperbaharui dengan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPLH). Dewasa ini pembangunan nasional diselenggarakan
mengikuti prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan melalui visi, misi dan
program pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 dan
sekaligus merupakan program Presiden selama 5 (lima) tahun mendatang.
RJPMN berisikan Strategi Pokok Penjabaran Agenda Pembangunan
7 . Andi Hamzah (2005). Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika. Jakarta, hal 30.
4
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
5/128
Nasional yang memuat sasaran pokok, arah kebijakan dan program-program
pembangunan yang harus dicapai, termasuk persoalan mengenai lingkungan
hidup.8
Salah satu instrumen yang sangat penting dalam pencegahan
perusakan dan pencemaran lingkungan adalah Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan. Pembangunan yang diperkirakan menimbulkan dampak besar
dan penting bagi lingkungan wajib memiliki dokumen AMDAL, yang di
dalamnya terdapat prosedur atau mekanisme yang wajib ditempuh oleh
pemrakarsa/penanggung jawab usaha/kegiatan sebelum mendapat keputusan
dari komisi AMDAL atau instansi yang bertanggung jawab dalam bentuk
keputusan kelayakan lingkungan.
Usaha dan/atau kegiatan kemungkinan dapat menimbulkan dampak
besar dan penting terhadap lingkungan hidup meliputi : 9
1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam
2. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbarui maupun yang tak
terbarui
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan
pemborosan, pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta
kemerosotan sumber daya alamdalam pemanfaatan
4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan
alam, lingkungan buatan, serta lingkungan social dan budaya
5. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestariankawasan konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar
budaya
6. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik
7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati
8. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup
9. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi, dan atau mempengaruhi
8 Bapenas, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-
2009, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 9.
9 Siswanto Sunarso. Hukum Pidana Lingkungan Hidup Dan Strategi PenyelesaianSengketa. Rineka Cipta. 2005. hal. 76.
5
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
6/128
pertahanan negara.
Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau
kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain : 10
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak
2. Luas wilayah penyebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
5. Sifat kulatif dampak
6. Berbalik (reversible) atau tidak berberbaliknya (irrrever-sible) dampak
Pusat perhatian dari penelitian ini adalah pembangunan fisik
berupa Pembangunan Pusat Perdagangan/Pertokoan Modern. Pusat
perdagangan/pertokoan modern oleh banyak anggota masyarakat dianggap
sebagai simbol dari pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pembangunan
pusat perdagangan/pertokoan adalah pembangunan yang wajib AMDAL,
baik sebelum dilakukan pra konstruksi, konstruksi maupun setelah
beroperasi.
Kualitas lingkungan hidup yang terus menurun ditunjukkan dengan
meningkatnya pencemaran air, udara dan atmosfer. Penerapan prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam sistem, organisasi, maupun
program kerja pemerintah baik di pusat maupun di daerah masih belum
berjalan dengan baik.11
Gerakan lingkungan hidup yang didominasi oleh lembaga-lembaga
non pemerintah di negara kita hampir selalu menumpuk pada persoalan
penegakan hukum yang lemah, tidak konsisten, dan tidak strategis, sehingga
10Ibid. hal. 77.11 RJPMN . Op. Cit. hal. 15.
6
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
7/128
merupakan penyebab penurunan kualitas lingkungan. 12 Deskripsi demikian
memberi indikasi behwa penegakan hukum lingkungan di Indonesia
menemui berbagai kendala.
Kendala dalam penegakan hukum lingkungan dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya materi hukum itu sendiri, keseriusan
aparat penegak hukum yang ada, sarana dan fasilitas dalam penegakan
hukum, serta tingkat kesadaran hukum masyarakat yang masih rendah.13
Disamping beberapa faktor tersebut, kendala dalam penegakan hukum
lingkungan juga terletak dalam persoalan ekonomi. Alasan ekonomi kerap
jadi batu sandungan.14
Penerapan instrumen hukum dalam pengelolaan lingkungan mutlak
diperlukan. Salah satu instrumen hukum lingkungan yang berfungsi
mencegah pencemaran adalah perizinan. 15 Izin merupakan syarat
administratif dalam melakukan suatu pembangunan berskala besar dan
berdampak penting bagi lingkungan, diharuskan memiliki dokumen Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), seperti yang diamanatkan dalam
Pasal 15 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis mengenai Dampak
Lingkungan Hidup, serta Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 17 Tahun 2001 Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
12 Serasi (Media Informasi Lingkungan Hidup, edisi April 2004), Kebijakan
Penegakan Hukum Lingkungan, Artikel, hal. 9.13Ibid, hal 53-56.
14 Serasi, Op. cit. hal. 13.
15 Siti Sundari Rangkuti,Hukum Lingkungan dan Kebijak sanaan Lingkungan Nasional.2000. Airlangga University Press. hal. 55.
7
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
8/128
Hidup.
Pelanggaran terhadap ketentuan hukum mengenai pentingnya
dokumen AMDAL seolah-olah telah menjadi suatu penyimpangan hukum
yang biasa. Kasus demi kasus terjadi dibelahan bumi Indonesia, seperti
pembangunan industri, perkebunan, kehutanan, pertambangan dan prasarana
wilayah. Salah satu contoh pembangunan di bidang prasarana wilayah yang
pada mulanya mengabaikan prosedural AMDAL, yakni pembukaan jalan
Ladia Galaska di Aceh.16
Menariknya, hal ini juga terjadi di kota Padang sebagai ibu kota
Provinsi Sumatra Barat. Perubahan fungsi Terminal Lintas Andalas menjadi
Plasa Andalas telah menimbulkan berbagai kecaman dari masyarakat. Hal
ini disebabkan karena pembangunannya dilakukan sebelum dikeluarkannya
dokumen AMDAL. Pembangunan Plasa Andalas yang telah beroperasi
mulai bulan September 2005, jelas merupakan pelanggaran terhadap hukum
lingkungan.17 Namun pelanggaran tersebut diulang kembali dengan
dibangunnya Sentral Pasar Raya yang sebagiannya memanfaatkan lokasi
bekas Terminal Goan Hoat (terjadi peralihan fungsi terminal menjadi
bangunan pusat perdagangan) pada tanggal 3 Februari 2005, dan sekarang
sudah mulai beroperasi.18 Selain itu, pembangunannya diduga tidak sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Kota Padang.
Tanpa dokumen AMDAL, maka survei dan penilaian atas daerah
16Ibid, hal, 26.
17 WWW. Padangekspres.com. Kertas Posisi WALHI Sumatera Barat Terhadap
Peletakan Batu Pertama Plasa Andalas di Eks T L A ,Artikel.
18 LBH Padang (2005), Gugatan Perbuatan Melawan Hukum dengan Mekanisme
Gugatan Perwakilan Kelompok (Class Action) Register Perdata No. 43/Pdt.9/2005 PN Padang. hal11.
8
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
9/128
yang terkena dampak pembangunan tidak dapat diperhitungkan. Akibatnya
banyak kerugian yang ditimbulkan atas pembangunan itu. Kerugian tersebut
antara lain berasal dari para pedagang yang sebelumnya telah menjalani
aktivitas perdagangan tradisional di sekitar daerah (bekas) Terminal Goan
Hoat untuk mencari nafkah. Mereka mederita secara materi, akibat terkena
dampak pembebasan lahan. Disamping itu kemacetan, dan kesemrautan lalu
lintas kota di sekitar lokasi juga menjadi permasalahan baru lainnya.
Kerugian tersebut adalah kerugian yang telah nyata terjadi pada saat
pembangunan pra konstruksi.
Selain Kota Padang. Kota Bukittinggi juga melaksanakan
pembangunan pusat pertokoan modern yaitu Pasar Banto yang dibangun
kembali dengan nama Gedung Parkir dan Pusat Perbelanjaan Pasar Banto
Kota Bukittinggi. Pembangunan pusat perbelanjaan ini memang diharapkan
dapat memberi kontribusi bagi peningkatan pendapatan dan perekonomian
daerah , namun disisi lain kekhawatiran akan timbulnya dampak lingkungan
akibat pembangunan pusat perbelanjaan ini hendaknya juga menjadi
perhatian yang serius bagi pemerintah daerah kota Bukittinggi, sebab sejak
dibangunnya gedung parkir dan pusat perbelanjaan ini telah menimbukan
kemacetan karena padatnya arus lalu lintas angkutan kota dari berbagai
jurusan melalui pusat perbelanjaan ini. Hal ini kalau tidak segera dicarikan
solusinya tentu akan menimbulkan persoalan lingkungan yang baru, seperti
pencemaran udara akibat dari asap kendaraan angkutan kota yang yang
mobilitasnya cukup padat.
9
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
10/128
Pembangunan Gedung Parkir dan Pusat Perbelanjaan Pasar Banto
Kota Bukittinggi memang bukan kategori wajib AMDAL, kewajiban yang
harus dipenuhi adalah Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan ( UPL). Meskipun demikian dampak lingkungan
harus di perhitungkan untuk dikelola, sehingga kota Bukittinggi sebagai kota
wisata di harapkan dapat memberikan kenyamanan bagi warga kota dan
masyarakat pengunjung kota Bukittinggi.
Berdasarkan Latar Belakang Permasalahan tersebut , maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang penegakan hukum lingkungan
terhadap Pembanguan Pusat Perdagangan/Pertokoan modern yang
dituangkan dalam bentuk tesis dengan judul :
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN TERHADAP PROYEK
PEMBANGUNAN PUSAT PERDAGANGAN SENTRAL PASAR
RAYA DI KOTA PADANG DAN PEMBANGUNAN GEDUNG
PARKIR SERTA PUSAT PERBELANJAAN PASAR BANTO KOTA
BUKITTINGGI
Alasan penulis memilih judul ini adalah : adanya kecendrungan
Pemerintah Daerah untuk membangun Pusat Perdagangan/Perbelanjaan di
Pusat Kota seperti halnya di Kota Padang dan Kota Bukittinggi yaitu dengan
dibangunnya Sentral Pasar Raya Kota Padang, Gedung Parkir dan Pusat
Perbelanjaan Pasar Banto Kota Bukittinggi, dimana kedua pusat
perdagangan/perbelanjaan ini dibangun persis di jantung Kota yang
mobilitas masyarakatnya cukup tinggi. Dibangunnya pusat
10
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
11/128
pertokoan/perbelanjaan modern ini telah menimbulkan kemacetan dan
kesemrautan Kota yang pada akhirnya menimbulkan masalah terhadap
lingkungan
1.2. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penulisan tesis ini adalah,
1. Bagaimanakah pelaksanaan ketentuan AMDAL bagi Pembangunan
Sentral Pasar Raya Padang dan ketentuan UKL, UPL bagi pembangunan
Gedung Parkir dan Pusat Perbelanjaan Pasar Banto Kota Bukittinggi ?
2. Bagaimanakah penegakan hukum lingkungan terhadap pembangunan
pusat perdagangan/perbelanjaan Sentral Pasar Raya dan pembangunan
Gedung Parkir dan Pusat Perbelanjaan Pasar Banto Kota Bukittnggi
khususnya dalam pelaksanaan AMDAL, UPL dan UKL ?
3. Hambatan-Hambatan apa sajakah yang dihadapi dalam rangka
Penegakan Hukum Lingkungan terhadap pembangunan Sentral Pasar
Raya Padang, pembangunan Gedung Parkir dan Pusat Perbelanjaan
Pasar Banto Kota Bukittinggi khususnya dalam pelaksanaan AMDAL,
UKL dan UPL ?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
a. Ketentuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
11
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
12/128
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
13/128
AMDAL, UKL dan UPL di masa yang akan datang
b. Bagi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
(BAPEDALDA), diharapkan dapat menjadi dasar untuk
melakukan monitor dan penindakan hukum secara
administratif terhadap inkonsistensi penerapan Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) dalam dokumen
AMDAL yang dibuat oleh pemrakarsa.
c. Bagi Pengelola Pusat perdagangan/perbelanjaan di Kota
Padang dan Kota Bukittinggi kedepan diharapkan dapat
menjadi pedoman untuk menjalankan ketentuan-
ketentuan yang termuat dalam Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan
Lingkungan (RPL) sebagai syarat izin dalam
menyelenggarakan usaha
d. Bagi Masyarakat dan khalayak umum, diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran berpartisipasi dalam mengelola
dan memantau dampak lingkungan dari pembangunan
pusat perdagangan/perbelanjaan .
1.5. Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual
1.5.1 Kerangka Teoritis
1.5.1.1 Teori Penegakan Hukum
Hukum merupakan sarana yang didalamnya
13
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
14/128
terkandung nilai-nilai atau konsep-konsep tentang keadilan,
kebenaran, kemanfaatan sosial dan sebagainya. Kandungan
hukum itu bersifat abstrak. Menurut Satjipto Raharjo
sebagaimana dikutip oleh Ridwan HR, penegakan hukum
pada hakikatnya merupakan penegakan ide-ide atau konsep-
konsep yang abstrak itu. Penegakan hukum merupakan usaha
untuk mewujudkan ide-ide tersebut menjadi kenyataan.19
Menurut Soerjono Soekanto bahwa penegakan hukum
itu terletak pada suatu kegiatan yang menyerasikan hubungan
dari nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaidah-
kaidah/pandangan-pandangan nilai yang mantap dan
mengejewantah dan sikap tindak sebagai rangkaian
penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan (sebagai
social engineering), memelihara dan mempertahankan
(sebagaisocial control) kedamaian pergaulan hidup.20
Menurut Soerjono Soekanto secara umum ada 5
(lima) faktor yang mempenguruhi penegakan hukum yaitu : 21
a. Faktor hukum itu sendiri;b. Faktor penegak hukum yaitu pihak-pihak yang membentuk
maupun yang menerapkan hukum
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan
hukum
d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum
tersebut berlaku atau diterapkan;
e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan
19 . Ridwan HR.Hukum administrasi Negara. PT.RajaGrafindo. Jakarta. 2006. hal. 30620 . Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor Yang Penegakan Hukum. Jakarta. Bina Cipta.
1983. hal. 13.
21 . Soerjono Soekanto.Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum . RajawaliPress. 1983. Jakarta. hal. 4-5.
14
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
15/128
rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam
pergaulan hidup.
Kelima faktor tersebut diatas saling berkaitan dengan
eratnya, karena merupakan esensi dari penegakan hukum serta
merupakan tolok ukur dari pada efektifitas penegakan hukum.
Menurut Mertokusumo sebagaimana dikutiop oleh
Gatot. P. Soemartono Penegakan hukum mempunyai makna,
bagaimana hukum itu harus dilaksanakan, sehingga dalam
penegakan hukum tersebut harus diperhatikan unsur-unsur 1.
kepastian hukum, 2. kemanfaatan, 3. keadilan. 22
1. Kepastian hukum menghendaki bagaimana hukumnya
dilaksanakan, tanpa peduli bagaimana pahitnya (fiat justitia
et pereat mundus : meskipun dunia ini runtuh hukum harus
ditegakkan). Hal ini dimaksudkan agar tercipta ketertiban
dalam masyarakat. Misalnya Barang siapa mencemarkan
lingkungan maka ia harus dihukum, ketentuan ini
menghendaki agar siapapun (tidak peduli jabatannya)
apabila melakukan perbuatan pencemaran lingkungan maka
ia harus dihukum.
2. Pelaksanaan penegakan hukum harus memberi manfaat
kepada masyarakat. Artinya peraturan tersebut dibuat
adalah untuk kepentingan masyarakat, sehingga jangan
sampai terjadi bahwa karena dilaksanakannya peraturan
tersebut, masyarakat justru menjadi resah. Contoh sebuah
pabrik konveksi yang mempekerjakan ribuah orang ditutup
karena ia telah mencemarkan lingkungan, hal ini tentu akanmenimbulkan keresahan baik masyarakat dunia usaha
maupun para pekerjanya. Mengapa tidak dicari jalan
keluarnya, misalnya menyeret pengelola perusahaan
tersebut ke Pengadilan, mewajibkan membayar pemulihan
lingkungan, tetapi kegiatan pabrik tetap berjalan dengan
pengawasan ketat disertai pengurangan produksi. Inilah
yang disebut dengan kemanfaatan dalam penegakan hukum
lingkungan.
3. Unsur ketiga adalah keadilan. Dalam penegakan hukum
keadilan harus diperhatikan, namun demikian hukum tidak
22 . Gatot. P. Soemartono. Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta. Sinar Grafika. hal. 65.
15
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
16/128
identik dengan keadilan, karena hukum sifatnya umum,
mengikat setiap orang, dan menyamaratakan ; bunyi
hukum: Barang siap mencemarkan lingkungan hidup harusdihukum, artinya setiap orang yang mencemarkan
lingkumgan harus dihukum tanpa membeda-bedakan
kedudukan atau jabatan siapa yang mencemarkan. Tetapi
sebaliknya, keadilan bersifat subjektif, individualistis dan
menyamaratakan, artinya adil bagi si A belum tentu adil
bagi si B, pencemar yang dimenangkan akan mengatakan
bahwa keputusan tersebut adil, tetapi hal itu tentu dirasakan
tidak adil bagi si korban.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa tanpa
kepastian orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan
akhirnya timbul keresahan. Tetapi apabila kita terlalu mengejar
kepastian hukum, terlalu ketat dalam mentaati peraturan hukum
akibatnya akan menjadi kaku dan akan menimbulkan rasa tidak
adil. Kalau dalam penegakan hukum hanya memperhatikan
kepastian hukum, maka unsur-unsur lainnya akan dikorbankan.
Demikian pula kalau yang diperhatikan hanyalah kemanfaatan,
maka kepastian hukum dan keadilan dikorbankan, demikian
seterusnya. Oleh karena itu dalam penegakan hukum
lingkungan ketiga unsur tersebut, yaitu kepastian, kemanfaatan
dan keadilan harus dikompromikan. Artinya ketiganya harus
mendapat perhatian secara proposional seimbang dalam
penanganannya, meskipun dalam praktek tidak selalu mudah
melakukannya.
1.5.1.2 Pembangunan Berwawasan Lingkungan
16
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
17/128
Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu ekosistem
terdiri dari berbagai daerah, masing-masing sebagai
subsistemyang meliputi aspek sosial budaya, ekonomi dan
fisik, dengan corak ragam yang berbeda antara subsistem yang
satu dengan yang lain, dan dengan daya dukung lingkungan
yang berlainan. Pembinaan dan pengembangan yang
didasarkan pada keadaan daya dukung lingkungan akan
meningkatkan keselarasan dan keseimbangan subsistem yasng
berarti juga menigkatkan ketahanan subsistem. 23
Menurut Emil Salim, secara umum lingkungan hidup
diartikan sebagai segala benda, kondisi, keadaan, dan
pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati, dan
mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.
Sedangkan Soejono mengartikan lingkungan hidup sebagai
lingkungan hidup fisik atau jasmani yang mencakup dan
meliputi semua unsur dan faktor fisik jasmaniah yang
terdapat dalam alam. 24
Pengertian pembangunan berwawasan lingkungan
menurut Pasal 1 butir 13 Undang-undang Nomor 23 Tahun
1997 adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan
mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan
yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.
23. Harun M. Husein,Lingkungan Hidup, Pengelolaan dan Penegakan Hukumnya, Sinar
Grafika, Jakarta,t, hal. 48 .24. Harun. M. Husein .Ibid, hal 7.
17
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
18/128
Mengacu pada The World Commission on
Enveronmental and Development menyatakan bahwa
pembangunan berwawasan lingkungan adalah proses
pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi masa
sekarang tanpa mengesampingkan atau mengorbankan
kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi
kebutuhannya. Selanjutnya Holdren dan Erlich dalam Zul
Endria (2003) menyebutkan tentang pembangunan
berkelanjutan dengan terpeliharanya Total Natural Capital
Stock pada tingkat yang sama atau kalau bisa lebih tinggi
dibanding dengan keadaan sekarang.
Pembangunan berkelanjutan yang dikonsep oleh Stren,
While, dan Whitney sebagai suatu interaksi antara tiga
sistem : Sistem biologis dan sumber daya , sistem ekonomi
dan sistem sosial, yang dikenal dengan konsep trilogi
keberlanjutan; ekologi-ekonomi,sosial. Konsep keberlanjutan
tersebut menjadi semangkin sulit dilaksanakan terutama di
negara berkembang.
Menurut Hariyadi sebagaimana dikutip oleh Zul
Endria (2003) pembangunan berwawasan lingkungan
memerlukan tatanan agar sumber daya alam dapat secara
berlanjut menunjang pembangunan, pada masa kini dan
mendatang, generasi demi generasi dan khususnya dalam
18
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
19/128
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Prinsip
pembangunan berkelanjutan mencakup pemikiran aspek
lingkungan hidup sedini mungkin dan pada setiap tahapan
pembangunan yang memperhitungkan daya dukung
lingkungan dan pembangunan dibawah nilai ambang batas.
Sejak dilaksanakannya Konferensi Stockholm 1972,
masalah-masalah lingkungan hidup mendapat perhatian secara
luas dari berbagai bangsa. Sebelumnya sekitar tahun 1950-an
masalah-masalah lingkungan hidup hanya mendapat perhatian
dari kalangan ilmuan. Sejak saat itu berbagai himbauan
dilontarkan oleh pakar dari berbagai disiplin ilmu tentang
adanya bahaya yang mengancam kehidupan, yang disebabkan
oleh pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.25 Masalah
lingkungan timbul pada dasarnya karena :
a. Dinamika penduduk
b. Pemanfaatan dan pengelolaan
sumber daya yang kurang bijaksana
c. Kurang terkendalinya pemanfaatan
akan ilmu pengetahuan dan teknologi
maju
d. Dampak negatif yang sering timbuldari kemajuan ekonomi yang
seharusnya posistif
e. Benturan tata ruang
Dengan adanya Stockholm Declaration,
perkembangan hukum lingkungan memperoleh dorongan yang
kuat. Keuntungan yang tidak sedikit adalah mulai tumbuhnya
25 . Harun. M. Husein,Ibid, hal. 1.
19
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
20/128
kesatuan pengertian dan bahasa diantara para ahli hukum
dengan menggunakan Stockhlom Declaration sebagai referensi
bersama. Perkembangan baru dalam pengembangan
kebijaksanaan lingkungan hidup didorong oleh hasil kerja
World Commission on the Enveronment and Development
(WCED). 26
WCED mendekati masalah lingkungan dan
pembangunan dari enam sudut pandang, yaitu;27
a. Keterkaitan (interdependency)
Sifat perusakan yang kait mengkait (interdependent)
diperlukan pendekatan lintas sektoral antar negara.
b. Berkelanjutan (sustainability)
Berbagai pengembangan sektoral memerlukan sumber daya
alam yang harus dilesterikan kemampuannya untuk
menunjang proses pembangunan secara berkelanjutan.
Untuk itu perlu dikembangkan pula kebijaksanaan
pembangunan berkelanjutan dengan wawasan lingkungan
c. Pemerataan ( equity)
Desakan kemiskinan bisa mengakibatkan eksploitasi
sumber daya alam secara berlebihan, untuk itu perlu
diusahakan kesempatan merata untuk memperoleh sumber
daya alam bagi pemenuhan kebutuhan pokok
d. Sekuriti dan resiko lingkungan (securiry and environmental
risk)Cara-cara pembangunan tanpa memperhitungkan dampak
negatif kepada lingkungan turut memperbesar resiko
lingkungan. Hal ini perlu ditanggapi dalam pembangunanberwawasan lingkungan.
e. Pendidikan dan komunikasi (education and
communication)Penduduk dan komunikasi berwawasan lingkungan
dibutuhkan untuk ditingkatkan di berbagai tingkatan
penduduk dan lapisan masyarakat.
f. Kerjasama Internasional (international cooperation)
Pola kerjasama internasional dipengaruhi oleh pendekatan
pengembangan sektoral, sedangkan pertimbangan
26. Ibid27 . Ibid
20
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
21/128
lingkungan kurang diperhitungkan, karena itu perlu
dikembangkan pula kerjasama yang lebih mampu
menanggapi pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Untuk menganalisis berbagai kendala yang dihadapi
dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan, maka dapat
digunakan keenam segi penglihatan tersebut di atas. masalah-
masalah tersebut adalah sebagai berikut; (1) perspektif
kependudukan, pembangunan ekonomi, teknologi dan
lingkungan; (2) pengembangan energi berwawasan lingkungan,
termasuk masalah C02,polusi udara, hujan asam, kayu bakar,
dan konversi sumber energi yang bisa diperbaharui dan lain-
lain; (3) pengembangan industri berwawasan lingkungan,
termasuk di dalamnya masalah pencemaran kimia, pengelolaan
limbah dan daur ulang; (4) pengembangan pertanian
berwawasan lingkungan, termasuk erosi lahan, diversivikasi,
hilangnya lahan pertanian, terdesaknya habitat wildlife, (5)
kehutanan, pertanian dan lingkungan, termasuk hutan tropis
dan diversitas biologi; (6) hubungan ekonomi internasional dan
lingkungan, termasuk disini bantuan ekonomi, kebijaksanaan
moneter, kebijaksanaan perdagangan, dan internasional
externalities; dan (7) kerjasama internasional.28
Selanjutnya dalam World Summit on sustainable
Development (WSSD) yang diselenggarakan di Johannesburg,
28 . R.M. Gatot P. Soemartono, Op. Cit, hal 35.
21
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
22/128
Afrika Selatan tanggal 26 Aguatus-4 Sepetember 2002
ditegaskan kembali kesepakatan untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)
dengan menetapkan The Johannesburg Declaration on
Sustainable Development yang terdiri atas; 29
a. From our Origin to the future
b. From Stockholm to Rio de Janei to
Johannesburg
c. The Challenge we Faced. Our Commitment to Sustainable
Development
e. Making it Happen
Sebagai tindak lanjut ditetapkan pula World Summit
Sustainable Development, Plan of Implementation yang
mengedepankan integrasi tiga komponen pembangunan
berkelanjutan yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan
sosial dan perlindungan lingkungan sebagai tiga pilar kekuatan.
Pada konfrensi Nasional Pembangunan Berkelanjutan yang
dilaksanakan di Yokyakarta tanggal 21 Januari 2004,
Kesepakatan Nasional dan Rencana Tindak Pembangunan
Berkelanjutan diterima oleh Presiden RI dan menjadi dasar
semua pihak untuk melaksanakannya.30
Dalam kaitannya dengan hal diatas, menurut Emil
Salim terdapat lima pokok ikhtiar yang perlu dikembangkan
dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan pembangunan
29. Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nsional,
Edisi ketiga, Airlangga University Press, Surabaya, 2005. hal. 59.30. Ibid. hal. 60 .
22
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
23/128
yang berwawasan lingkungan, yaitu :31
a. Menumbuhkan sikap kerja berdasarkan kesadaran saling
membutuhkan antara satu dengan
yang lain. Hakikat lingkungan
hidup adalah memuat hubungan
saling kait mengkait dan
hubungan saling membutuhkan
antara satu sektor dengan sektor
lainnya, antara satu negara
dengan negara lain, bahkan
antara generasi sekarang dengan
generasi mendatang. Oleh karenaitu diperlukan sikap kerjasama
dengan semangat solidaritas
b. Kemampuan menyerasikan
kebutuhan dengan kemampuan
sumber alam dalam
menghasilkan barang dan jasa.
Kebutuhan manusia yang terus
menerus meningkat perlu
dikendalikan untuk disesuaikan
dengan pola penggunaan sumber
alam secara bijaksana.
c. Mengembangkan sumberdaya
manusia agar mampu
menanggapi tantangan
pembangunan tanpa merusak
lingkungan
d. Mengembangkan kesadaran
lingkungan di kalangan
masyarakat sehingga tumbuh
menjadi kesadaran berbuat.
e. Menumbuhkan lembagalembaga-lembaga swadaya
masyarakat yang dapat
mendayagunakan dirinya untuk
menggalakkan partisipasi
masyarakat dalam mencapai
tujuan pengelolaan lingkungan
hidup.
31. R.M. Gatot P. Soemartono, Op. Cit. hal 200.
23
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
24/128
1.5.1.3 Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan dilakukan dilakukan oleh setiap negara,
baik negara maju maupun negara berkembang dengan maksud
untuk mensejahterakan warganya. Tetapi yang menjadi
keprihatinan sekarang adalah adanya desakan semakin keras
untuk melanjutkan pola pembangunan konvensional, terutama
di negara berkembang disebabkan oleh pertambahan
penduduk yang semakin banyak dan keinginan mengatasi
kemiskinan yang cukup parah.32
Untuk mempertahankan fungsi keberlanjutan dalam
meningkatkan kualitas hidup manusia maka ada beberapa
prinsip kehidupan yang berkelanjutan yang seharusnya
diadopsi kedalam pembangunan. Imam Supardi merinci
prinsip tersebut sebagai berikut :
a. Menghormati dan memelihara
komunitas kehidupan.
Prinsip ini mencerminkan kewajiban untuk peduli kepadaorang lain dan kepada bentuk-bentuk kehidupan lain,
sekarang dan dimasa datang.
b. Memperbaiki kualitas hidup
manusia
Tujuan pembangunan yang sesungguhnya adalah
memperbanyak mutu hidup manusia. Ini sebuah proses
yang memungkinkan manusia menyadari potensi mereka,
membangun rasa percaya diri mereka dan masuk kehidupan
yang bermanfaat dan berkecukupan
c. Melestarikan daya hidup dan
32. Imam Supardi.Lingkungan Hidup & Kelestariannya, Alumni Bandung 2003, hal.209
24
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
25/128
keanekaragaman bumi
Prinsip ini menuntut kita untuk :
1) Melesterikan sistem-sistem penunjang
kehidupan
2) Melestarikan
keanekaragaman hayati
3) Menjamin agar
penggunaan sumber daya
yang dapat diperbaharui
berkelanjutan
d. Menghindari sumber daya yang
tidak terbarukan.
Sumber daya yang tidak terbarukan adalah bahan-bahanyang tidak dapat digunakan secara berkelanjutan. Tetapi
umur mereka dapat diperpanjang dengan cara daur ulang,
penghematan atau dengan gaya pembuatan suatu produk
pengganti bahan-bahan tersebut
e. Berusaha untuk tidak melampaui
kapasitas daya dukung bumi.
Kapasitas daya dukung ekosistem bumi mempunyai batas-
batas tertentu. Sampai tingkat tertentu ekosistem bumi dan
biosfer masih bertahan terhadap gangguan atau beban tanpa
mengalami kerusakan yang membahayakan
f. Mengubah sikap dan gaya hidup
orang perorang
Guna menerapkan etika baru untuk hidup berkelanjutan,
kita harus mengkaji ulang tata nilai mensyarakat dan
merubah sikap mereka. Masyarakat harus memperkenalkan
nilai-nilai yang mendukung etika baru ini dan
meninggalkan nilai-nilai yang tidak sesuai dengan falsafah
hidup berkelanjutan
g. Mendukung kreatifitas masyarakat
untuk memelihara lingkungan
sendirih. Menyediakan kerangka kerja
nasional untuk memadukan upaya
pembangunan pelestarian. Dalam
hal ini diperlukan suatu program
nasional yang dimaksud untuk
menciptakan kehidupan yang
berkelanjutan
i. Menciptakan kerjasama global
Untuk mencapai keberlanjutan yang global, maka harus ada
kerjasama yang kuat dari semua negara. Tingkat
pembangunan di setiap negara tidak sama. Negara-negara
25
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
26/128
yang penghasilannya rendah harus dibantu agar bisa
membangun secara berkelanjutan
Kesembilan prinsip diatas, sebetulnya bukan
merupakan hal yang baru. Prinsip-prinsip tersebut
mencerminkan pertanyaan pertanyaan yang telah sering
muncul dalam berbagai pemberitaan mengenai perlunya
persamaan hak, pembangunan yang berkelanjutan, dan
pelestarian alam.
Selanjutnya Sudharto P. Hadi mengemukakan empat
prinsip pembangunan berkelanjutan, yaitu:33
a. Pemenuhan kebutuhan dasar baik
materi maupun non-materi.
Pemenuhan kebutuhan materi sangat penting karena
kemiskinan dipandang baik sebagai penyebab maupun
hasil dari penurunan kualitas lingkungan. Kerusakan
lingkungan menyebabkan timbulnya kemiskinan dan
penurunan kualitas hidup, karena masyarakat tidak lagi
memiliki sumber daya alam yang bisa dijadikan aset untuk
menopang kehidupan.
Kebutuhan non-materi yang dicerminkan dalam suasana
keterbukaan, bebas dari rasa tertekan, demokratis yang
merupakan syarat penting bagi masyarakat untuk bisa
mengambil bagian dalam pengambilan keputusan yang
mempengaruhi kehidupan mereka. Keikutsertaan
masyarakat akan mampu meningkatkan kualitas
keputusan, karena sesungguhnya mayarakat adalah para pakar lokal dalam arti lebih memahami kondisi dan
karakter lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka,
adanya kesempatan menyampaikan pendapat akan
menumbuhkan perasaan sebagaipart of process.b. Pemeliharaan lingkungan.
Berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan, ada dua
prinsip penting yaitu prinsip konservasi dan mengurangi
konsumsi. Pemeliharaan lingkungan hidup sebenarnya
sangat terkait dengan prinsip pemenuhan kebutuhan
33. Sudharto P. Hadi, Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan, Gadjah Madauniversity Press, Yogyakarta, 2001 , hal . 44.
26
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
27/128
manusia. Bahkan jika kerusakan sudah sedemikian parah
akan mengancam
Eksistensi manusia itu sendiri. Tidak berlebihan jikadikatakan bahwa penyebab pencemaran dan kerusakan
lingkungan adalah salah satu bentuk pelanggaran hak
asasi manusia (HAM). Oleh karena itu konservasi
dimaksudkan untuk perlindungan lingkungan. Sedangkan
prinsip mengurangi konsumsi bermakna ganda. Pertama,
mengurangi konsumsi ditujukan pada negara maju
sehubungan dengan pola konsumsi energi yang besar,
yang menyebabkan terjadinya polusi dan penurunan
kualitas lingkungan. Kedua , perubahan pola konsumsi
merupakan seruan yang ditujukan kepada siapa saja
(sebagai individu) baik di negara maju maupun di negaraberkembang agar mengurangi beban bumi.
c. Keadilan Sosial
Berkaitan dengan keadilan , prinsip keadilan masa kini
menunjukkan perlunya pemerataan dalam prinsip
pembangunan. Keadilan masa kini berdimensi luas
termasuk di dalamnya pengalokasian sumber daya alam
antara daerah dan pusat. Sedangkan keadilan masa depan
berarti perlunya solidaritas antar generasi. Hal ini
menunjukkan perlunya pengakuan akan adanya
keterbatasan (limitations) sumber daya alam yang harusdiatur penggunaannya agar tidak mengorbankan
kepentingan generasi yang akan datang.
d. Penentuan nasib sendiri
Penentuan nasib sendiri meliputi prinsip terwujudnya
masyarakat mandiri dan partisipatori demokrasi.
Masyarakat mandiri ( self relient community) adalah
masyarakat yang mampu mengambil keputusan sendiri
atas hal-hal yang berkaitan dengan nasib dan masa
depannya. Hal ini termasuk penentuan alokasi sumber-
sumber daya alam. Sedangkan prinsip partisipasi
demokrasi adalah adanya keterbukaan dan transparansi.Dengan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk
mengambil bagian dalam setiap proses pengambilan
keputusan yang menyangkut nasib mereka, maka
masyarakat akan merasa menjadi bagian dari proses
sehingga tumbuh rasa memiliki dan pada gilirannya bisa
memperoleh manfaat atas perubahan yang terjadi di
sekitar mereka.
Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan di atas,
akan bisa terwujud jika didukung oleh pemerintah yang baik
27
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
28/128
( good governance). Dari uraian tentang prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan di atas, nampak bahwa konsep ini
menghendaki suatu transformasi dalam pola kehidupan dan
kelembagaan.
Jika interpretasi tentang pembangunan berkelanjutan
termasuk mengurangi konsumsi dari negara-negara industri,
maka agendanya akan meliputi perubahan perilaku dan gaya
hidup. Dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana mendorong
konsumsi barang-barang non material dan jasa dari pada
energi dan barang-barang konsumtif.
1.5.2 Kerangka Koseptual
1.5.2.1 Istilah dan Pengertian Hukum Lingkungan
St. Munadjat Danusaputro seperti dikutip oleh
Supriadi menyebutkan beberapa peristilahan hukum
lingkungan dalam beberapa bahasa asing adalah : bahasa
Malaysia Hukum alam seputar bahasa Tagalok Batas nan
kapaligiran bahasa Thailand Sin-ved-lom-kwahm, bahasa
Jerman Umweltrecht bahasa Inggeris Environmental
Law, bahasa Belanda Millieurecht, bahasa Arab Qanun
Al Biah sedangkan Indonesia memakai istilah Hukum
lingkungan.34
Hukum lingkungan dalam pengertiannya yang
34 . Supriadi.Hukum Lingkungan di Indonesia Sebuah Pengantar. Jakarta. 2006. hal. 169
28
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
29/128
sederhana dapat diterangkan sebagai hukum yang mengatur
tatanan lingkungan (lingkungan hidup) dengan tujuan untuk
memelihara dan melindungi lingkungan hidup agar dapat
berlangsung secara teratur dan diikuti serta ditaati oleh semua
pihak. Oleh karena itu tujuan tersebut dituangkan kedalam
peraturan-peraturan hukum dengan demikian lahirlah apa
yang disebut hukum lingkungan.
Pasal 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997
menyebutkan bahwa hukum lingkungan (lingkungan hidup)
adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya dan keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
St. Munadjat Danusaputro seperti yang dikutip oleh
Mohammad Taufik Makarao membedakan antara hukum
lingkungan modern yang berorientasi kepada lingkungan atau
environment law dan hukum lingkungan klasik yang
berorientasi pada penggunaan lingkungan use-oriented law.
Hukum lingkungan modern menetapkan ketentuan dan
norma-norma guna mengatur tindak perbuatan manusia
dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dari kerusakan
dan kemerosotan mutunya demi untuk menjamin
kelestariannya agar dapat secara langsung terus menerus
29
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
30/128
digunakan oleh generasi sekarang maupun generasi-generasi
mendatang. Sebaliknya hukum klasik menetapkan ketentuan
dan norma-norma dengan tujuan terutama sekali untuk
menjamin penggunaan eksploitasi sumber-sumber daya
lingkungan dengan berbagai akal dan kepandaian manusia
guna mencapai hasil semaksimal mungkin, dan dalam jangka
waktu yang sesingkat singkatnya. Hukum lingkungan modern
berorientasi kepada lingkungan, sehingga sifat dan wataknya
juga mengikuti sifat dan watak dari lingkungan dan dengan
demikian lebih banyak berguru kepada ekologi. Dengan
orientasi kepada lingkungan ini, maka hukum lingkungan
modern memiliki sifat utuh menyeluruh atau komprehensif-
integral, selalu berada dalam dinamika dengan sifat dan
wataknya yang luwes, sedang sebaliknya hukum lingkungan
klasik bersifat sektoral, serba kaku dan sukar berubah.35
Indonesia mempunyai sejarah perkembangan
Hukum Lingkungan ditinjau dari segi perangkat perundang-
undangannya, baik dari zaman Hindia Belanda, zaman
Jepang dan zaman Kemerdekaan. Pada zaman-zaman tersebut
telah banyak terlahir peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai lingkungan, tapi sifatnya hukum
lingkungan klasik. Namun semangkin berkembang teknologi
35 Mohammad Taufik Makarao. Aspek-aspek Hukum Lingkungan. Pt. Indek KelompokGramedia. Jakarta. 2006. hal. 3
30
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
31/128
dan globalisasi mengharuskan Indonesia melakukan
perubahan perubahan atau perbaikan-perbaikan mengenai
peraturan lingkungan atau hukum lingkungan yang sifatnya
modern.
Setelah melalui periode yang cukup panjang, maka
masalah lingkungan hidup di Indonesia diatur dalam UU
Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan ketentuan Pokok
Pengelolaan lingkungan hidup (UULH), yang memuat
ketentuan-ketentuan pokok dan mempunyai ciri sebagai
berikut :36
a. Sederhana tapi mencakup
kemungkinan perkembangan
dimasa depan, sesuai dengan
keadaan, waktu dan tempat
b. Mengandung ketentuan-ketentuan
pokok sebagai dasar bagi peraturan
pelaksanaan lebih lanjut
c. Mencakup semua segi di bidang
lingkungan hidup agar dapat
menjadi dasar bagi pengaturan lebih
lanjut masing-masing segi yang
akan dituangkan dalam bentuk
36 . Niniek Suparni. Pelestarian, Pengelolaan, dan Penegakan Hukum Lingkungan. SinarGrafika. Jakarta. 1994. hal. 56
31
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
32/128
peraturan sendiri
UU Nomor: 4 Tahun 1982 terdiri dari 10 Bab, 24
Pasal yang di dalam memuat instrumen penegakan hukum
lingkungan yaitu, administrasi, perdata dan pidana. Kemudian
UU Nomor : 4 Tahun 1982 ini disempurnakan menjadi UU
Nomor : 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPLH), yang terdiri dari 11 Bab, 52 Pasal yang
memuat mengenai segala macam aspek mengenai hukum
lingkungan termasuk Baku Mutu Lingkungan, Amdal, Izin,
dan sebagainya. UU ini merupakan pembaharuan dan
penyempurnaan dari pengaturan lingkungan Indonesia,
sehingga pengelolaan lingkungan memiliki landasan yang
pokok. UUPLH mendasari kebijaksanaan lingkungan di
Indonesia dan memberi fokus dalam pengelolaan lingkungan
1.5.2.2 Penegakan Hukum Lingkungan
Penegakan hukum tidak hanya dapat diandalkan
pada ketegasan atau kerasnya penegakan hukum tersebut,
penegakan hukum yang dikendaki ialah penegakan hukum
yang tegas, tetapi arif dan bijaksana. Dalam penegakan hukum
lingkungan teknik pendekatan terhadap masalah pelanggaran
ketentuan pengelolaan lingkungan harus menggunakan teknik
pendekatan yang komprehensif integral. Dalam corak
32
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
33/128
pendekatan yang demikian itu penegakan hukum yang
dilaksanakan guna menunjang terlanjutkannya pembangunan
berwawasan lingkungan.
Menurut Kleijs-Wijnnobel sebagaimana dikutip oleh
Takdir Rahmadi merumuskan lingkup dan pengertian
penegakan hukum lingkungan sebagai berikut :
De handhaving van het millieurecht beweegt zich op
verschillende rechtsgebieden. Zowel het bertuursrecht, hetstrafrecht als het priveetrech spellen daarbij een rol . . .Wordt handhaving omchreven als het door controle enhet
toepassen . . . van administratiefrechtlijke, strafrechtelijke of
privaatrechtlike middelen bereiken dat de algemeen enindividueel geldende rechtsregels en voorschriften worden
nageleefd . ( Penegakan hukum lingkungan bergerakdalam berbagai bidang hukum. Baik hukum administrasi,
hukum pidana maupun hukum perdata memainkan
peranannya Penegakan hukum diartikan sebagai pengawasan dan penerapan sarana-sarana hukum
administrasi, hukum pidana atau hukum perdata agaraturan-aturan hukum dan persyaratan-persyaratan yang
berlaku umum dan individu dipatuhi )37
Dari rumusan tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa dalam penegakan hukum lingkungan disamping
pelaksanaan pengawasan, juga mutlak diperlukan sarana
hukum administrasi, hukum perdata dan hukum pidana.
Dengan penggunaan sarana hukum tersebut berarti dalam
penegakan hukum lingkungan hidup sifatnya mencegah
terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup serta
menanggulani terjadinya pencemaran dan perusakan
37 Takdir Rahmadi. Hukum Pengelolaan bahan Berbahaya dan Baracun. AirlanggaUniversity Press. 2003. hal. 23
33
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
34/128
lingkungan hidup.
Menurut Benjamin Van Rooij sebagaimana di kutip
oleh Lia Fajriani ada 6 (enam) faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum lingkungan yaitu ;38
1. Macro-levee political, social and economic factors (the
general contexs) factor-faktor social, ekonomi dan
politik tingkat makro. Factor ini mecakup :
a. Seberapa banyak sumber daya uang memang
dipergunakan atau dialokasikan untuk upaya
penegakan hukumb. Apakah negara tersebut dalam masa krisis
c. Stabilitas sosial masyarakat atau negara yang
stabilitasnya kacau, jelas penegakan hukum
lingkungannya tidak berjalan
d. Kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup.
Apabila kesadaran masyarakatnya tinggi, maka
penegakan hukumnya akan berjalan pula.
Faktor sosial ekonomi dan politik dapat
mempengaruhi penegakan hukum lingkungan. Bila
sosial ekonomi suatu negara tinggi, maka penegakan
hukum terlaksna dengan cepat, karena untuk
penegakan hukum lingkungan membutuhkan sarana
yang besar dan biaya yang tinggi dalam kegiatannya.
Negara membutuhkan dana yang tinggi untuk
pelestarian dan pengelolaan lingkungan hidup. Faktor
politik juga sangat mempengaruhi penegakan hukum
lingkungan, bila negara dalam keadaan kacau
bagaimana penegakan hukum dapat dilakukan, dan
pengaruh-pengaruh politik dari luar juga sangat
menentukan. Apabila negara hanya mementingkan
keuntungan sekelompok orang atau merugikanmasyarakat banyak, maka penegakan hukum
lingkungan sulit untuk dilaksanakan.
2. Law (faktor Undang-undang yang berlaku)a. Apakah faktor hukumnya bebas dari pengaruh politik
atau tidak
b. Peraturan perundang-undangan. Apakah peraturan itu
memuat perlindungan hukum atau tidak dan apakah
cukup aspek perlindungannya
38 Lia Fajriani. Kepatuhan dan Penegakan Hukum Yang Berkaitan Dengan AMDAL,UKL dan UPL di Kota Padang. .2005. Tesis.. hal. 13 - 18
34
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
35/128
c. Kejelasan dan kepastian hukum dari perundang-
undangan itu sendiri
d. Sanksi-sanksi dari hukum itu sendirie. Untuk menegakkan hukum lingkungan faktor yang
sangat menentukan adalah peraturan yang mengatur
hukum lingkungan itu sendiri. Apakah peraturan
mengenai hukum lingkungan sudah memadai atau
belum. Apakah dalam perundang-undangan tersebut
juga memuat sanksi-sanksi yang tegas terhadap pelaku
perusakan dan pencemaran lingkungan.
3. Intern Institutional Factors (faktor-faktor antarkelembagaan)
a. Kepemimpinan dari kelembagaan. Kepemimpinan ini
sangat berpengaruh dalam suatu kelembagaan untuk penegakan hukum lingkungan. Apakah pemimpin
tersebut mampu memberikan arahan kepada
bawahannya untuk pengelolaan lingkungan hidup
b. Institusi-institusi pelengkap (lembaga pendukung)
misalnya dalam lingkungan Bapedal institusi
pelengkpanya adalah pihak kepolisian, ada peran serta
polisi dsan kejaksaan, dimana pihak-pihak tersebut
harus saling mendukung
c. Keputusan hukum untuk bertindak atau tidak terhadap
keluhan mengenai masalah lingkungan. Hal ini
tergantung pada keadaan dari si korban atau pengadu.
Ini dapat dilihat apabila korbannya lemah atau dari
golongan kurang mampu sering pengaduannya lamban
untuk ditanggapi dan sebaliknya. Disini berarti hukum
tergantung dari siapa pengadu yang mempunyai daya
sumber yang kuat maka hukum tersebut akan tegak
d. Si pelanggar, bagi si pelanggar berlaku hal yang sama
seperti pengadu. Apabila si pelanggar kuat maka
penegakan hukumnya lemah atau tidak berjalan dan
begitu juga sebaliknya.
e. Instansi sejenis. Seperti halnya Bapedal pusat danBapedal daerah yang mempunyai kewenangan di
tempat yang berbeda. Dalam hal ini terdapat adanya
kerjasama antara instansi tersebut dalam menangani
masalah dan kasus-kasus lingkungan pada daerah
masing-masing
f. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lingkungan.
LSM diharapkan mampu membawa dan membantu
masyarakat dalam menyelesaikan masalah lingkungan.
g. Masyarakat setempat. Apabila tekanan dari
masyarakat kuat maka semangkin kuat pula penegakan
hukum lingkungannya.
35
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
36/128
4. Internal Institutional Factors (faktor-faktor internalkelembagaan).
Suatu lembaga mempunyai suatu tujuan yang jelas untukmenegakkan hukum lingkungan. Sumber daya alam yang
dimiliki baik itu berupa uang maupun peralatannya.
Begitu pula dengan budaya organisasi seperti disiplin
kerja dan semangat kerja. Hal tersebut sangat
mempengaruhi pada penegakan hukum lingkungan.
5. Case Ralated Factors (Faktor-faktor yang berhubungandengan kasus itu sendiri).
Faktor kasus, terkait pada siapa korban dan siapa
pelanggar. Apakah kasus tersebut sampai pada penegakan
hukum atau tidak, hal tersebut dapat dilihat dari faktor
keseriusan kasus tersebut.6. Factors Related To The Individual agent( faktor terkait
dengan pelaku individual).
Faktor ini menyangkut kinerja dari aparat hukum. Apakah
aparat hukum tersebut mampu menyelesaikan segala
permasalahan yang datang dari pengadu atau korban
1.5.2.3 Pembangunan Dan Lingkungan Hidup
Peningkatan usaha pembangunan sejalan dengan
peningkatan penggunaan sumber daya untuk menyokong
pembangunan dan timbulnya permasalahan-permasalahan
dalam lingkungan manusia. Pembangunan merupakan proses
dinamis yang terjadi pada salah satu bagian dalam ekosistem
yang akan mempengaruhi seluruh bagian. Kita tahu bahwa
pada era pembangunan dewasa ini, suber daya bumi harus di
kembangkan semaksimal mungkin secara bijaksana dengan
cara-cara yang baik dan seefisien mungkin. 39
Dalam pembangunan, sumber alam merupakan
komponen yang penting karena sumber alam ini memberikan
39. Imam Supardi, Lingkungan Hidup dan Kelesteriannya. Alumni, Bandung 2003. hal.73
36
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
37/128
kebutuhan asasi manusia. Dalam pembangunan sumber alam
tadi hendaknya keseimbangan ekosistem tetap terpelihara.
Acapkali meningkatnya kebutuhan proyek pembangunan,
keseimbangan ini bisa terganggu, yang kadang-kadang bisa
membahayakan kehidupan umat. Kerugian-kerugian dan
perubahan-perubahan terhadap lingkungan perlu
diperhitungkan, dengan keuntungan yang diperkirakan akan
diperoleh dari suatu pembangunan. Itulah sebabnya dalam
setiap usaha pembangunan, ongkos-ongkos sosial untuk
menjaga kelestarian lingkungan perlu diperhitungkan. Sedapat
mungkin tidak memberatkan kepentingan umum masyarakat
sebagai konsumen hasil pembangunan tersebut.
Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam
mengambil keputusan-keputusan demikian, antara lain adalah
kualitas dan kuantitas sumber daya alam yang diketahui dan
diperlukan ; akibat-akibat dari pengambilan sumber kekayaan
alam termasuk kekayaan hayati dan habisnya deposito
kekayaan alam tersebut. Bagaimana cara pengelolaannya,
apakah secara tradisional atau memakai teknologi modern,
termasuk pembiayaannya dan pengaruh proyek pada
lingkungan, terhadap memburuknya lingkungan serta
kemungkinnan menghentikan pengrusakan lingkungan dan
menghitung biaya-biaya serta alternatifnya.
37
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
38/128
Hal-hal tersebut di atas hanya merupakan sebagian
dari daftar persoalan, atau pertanyaan yang harus
dipertimbangkan bertalian dengan setiap proyek pembagunan,
juga sekedar menggambarkan masalah lingkungan yang masih
harus dirumuskan kedalam pertanyaan-pertanyaan kongkrit
yang harus dijawab. Setelah ditemukan jawaban-jawaban
yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan tadi, maka disusun
pedoman-pedoman kerja yang jelas bagi pelbagai kegiatan
pembangunan baik berupa industri atau bidang lain yang
memperhatikan faktor perlindungan lingkungan hidup.
Dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan
sumber-sumber alam yang dapat diperbaharui, hendaknya
selalu diingat dan diperhatikan hal-hal sebagai berikut ; 40
a. Generasi yang akan datang harus tetap mewarisi suatu
alam yang masih penuh sumber kemakmuran untuk dapat
memberi kehidupan kepada mereka
b. Tetap adanya keseimbangan dinamis diantara unsur-unsur
yang terdapat di alam
c. Dalam penggalian sumber-sumber alam harus tetap
dijamin adanya pelestarian alam, artinya pengambilan
hasil tidak sampai merusak terjadinya autoregenerasi dari
sumber alam tersebut.
d. Perencanaan kehidupan manusia hendaknya tetap dengan
40.Ibid. hal. 77
38
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
39/128
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
40/128
1.6.1 Lokasi Penelitian
a. Penelitian lapangan (field research) dilakukan pada 2 (dua) daerah
di Provinsi Sumatera Barat yaitu :
1) Kota Padang, yaitu terhadap
Pembangunan Sentral Pasar
Raya, bekas Terminal Goan
Hoat Padang. Dibangunnya
bekas terminal ini sebagai
pusat
pertokoan/perbelanjaan
telah menimbulkan
kemacetan dan kesemrautan
kota yang pada akhirnya
menjadi masalah
lingkungan.
2) Kota Bukittinggi. Yaitu
terhadap pembangunan
Gedung Parkir dan Pusat
Perbelanjaan Pasar Banto.
Pembangunan kembali Pasar
Banto ini juga menimbulkan
kemacetan dan kesemrautan
40
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
41/128
kota Bukittinggi yang
seyogianya harus indah dan
asri mengingat Bukittinggi
adalah Kota Wisata yang
menjadi pusat perhatian bagi
wisatawan baik dari dalam
maupun luar negeri.
Sebaiknya Pusat
Perdagangan / Pertokoan ini
dibangun kearah pinggiran
kota, sehingga citra Kota
Bukittinggi sebagai Kota
Wisata dapat dipertahankan
b. Penelitian Kepustakaan (library research) dilakukan :
1) Perpustakaan Daerah Sumatera Barat
2) Perpustakaan Universitas Andalas
3) Perpustakaan Pascasarjana Universitas Andalas
1.6.2 Pengumpulan data dan instrumen penelitian
Pengumpulan data lapangan dilakukan dengan cara :
a. Wawancara ( Interview)
Yaitu dengan melakukan wawancara bebas dengan para
41
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
42/128
informan yaitu para pejabat yang membidangi AMDAL di
Bapedalko Padang dan Bukittinggi serta pejabat yang
membidangi masalah perizinan di Dinas Tata Kota , Kota Padang,
dan Kota Bukittinggi dan juga melakukan wawancara dengan
beberapa orang eks pedagang yang pernah berusaha di Teminal
Goan Hoat Padang dan Pasar Banto Bukittinggi.
b. Dokumen
Maksudnya dengan melakukan pengambilan objek
dokumen-dokumen hasil monitoring atau objek surat dan kliping
Koran yang relevan dengan penelitian ini
1.6.3 Jenis Data
Jenis data terdiri dari :
a. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara
langsung dari informan. Di dalam penelitian ini yang akan
menjadi informan adalah pejabat yang membidangi AMDAL di
Bapedalda dan pejabat yang membidangi perizinan di Kantor
Dinas Tata Kota
b. Data Sekunder yang terdiri dari :
1) Bahan Hukum Primer yaitu mempelajari peraturan perundang-
undangan tentang pengelolaan lingkungan hidup dan
peraturan-peraturan lainnya yang terkait dengan dokumen
42
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
43/128
AMDAL
2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu mempelajari berbagai literatur
(buku-buku, makalah, laporan penelitian, jurnal) yang
berkaitan dengan masalah penegakan hukum lingkungan.
1.6.4 Pengolahan dan analisis data
Setelah data dikumpulkan kemudian dicatat, dianalisis dan
interpretasikan. Dalam menganalisa dihubungkan dengan peraturan
perundang-undangan yang terkait dan teori yang mendukung
penelitian ini. Setelah itu dirumuskan dalam bentuk uraian dan
akhirnya ditarik suatu kesimpulan sesuai dengan permasalahan yang
dikemukakan.
43
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
44/128
43BAB II
ANALASIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL), UPAYA
PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) DAN UPAYA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN (UPL)
2.1 Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah suatu
proses studi formal yang digunakan untuk memprediksi dampak lingkungan
dari kegiatan pembangunan. AMDAL ini bertujuan untuk menjamin agar
dampak potensial dapat diketahui lebih dini dan ditangani pada tahap awal
rencana dan disain proyek. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan bermanfaat untuk (1) memprediksi dampak
setiap kegiatan terhadap lingkungan hidup, (2) mencari jalan untuk
mengurangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positifnya, dan (3)
menyajikan hasil analisis serta alternatif bagi pengambilan keputusan
berkaitan dengan persyaratan penataan lingkungan hidup.41
AMDAL merupakan ketentuan yang penting dalam Undang-Undang
Lingkungan Hidup. Khususnya dalam upaya pembangunan yang
berkelanjutan (Sustainable Development). AMDAL dapat ditinjau dari
pengertian yuridisnya, yaitu berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1997 dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999.
Pasal 1 butir (21) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 dan Pasal 1
butir (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 menyatakan :
Analisis mengenai dampak lingkungan adalah kajian mengenai dampak
41 . Moh. Askin. Op. Cit. hal. 47
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
45/128
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
46/128
tersebut kepada komisi AMDAL untuk dinilai.
3. Hasil penilaian dari komisi AMDAL disampaikan kembali kepada
instansi yang bertanggung jawab untuk mengeluarkan keputusan dalam
jangka waktu 75 hari. Apabila dalam jangka waktu yang telah
disediakan, ternyata belum diputus oleh instansi yang bertanggung
jawab, maka dokumen tersebut tidak layak lingkungan.
4. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ternyata instansi
yang bertanggung jawab mengeluarkan keputusan penolakan karena
dinilai belum memenuhi pedoman teknis AMDAL yang ada, maka
kepada pemrakarsa diberi kesempatan untuk memperbaikinya.
5. Hasil perbaikan dokumen AMDAL oleh pemrakarsa diajukan kembali
kepada instansi yang bertanggung jawab untuk diproses dalam memberi
keputusan sesuai dengan Pasal 19 dan Pasal 20 Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 1999.
6. Apabila dari dokumen AMDAL dapat disimpulkan bahwa dampak
negatif tidak dapat ditanggulangi berdasarkan ilmu dan teknologi, atau
biaya penanggulangan dampak negatif lebih besar dibanding dampak
positifnya, maka instansi yang bertanggung jawab memutuskan bahwa
rencana usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan tidak layak
lingkungan.43
Selanjutnya dalam prosedur/mekanisme AMDAL juga terdapat
adanya peran serta masyarakat (inspraak), karena adanya asas terbuka bagi
43 Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999, Bab III TentangTata Laksana, Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59.
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
47/128
masyarakat dalam memberikan masukan berupa saran, pendapat dan
sebagainya mengenai dokumen AMDAL dari suatu rencana usaha/kegiatan.
Hal ini dinyatakan secara tegas dalam Pasal 33 - Pasal 35 Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999, kemudian penjabarannya diatur lebih
lanjut oleh keputusan kepala Bapedal RI Nomor 8 tahun 2000 tentang
Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam proses AMDAL.
Pelaksanaan rencana usaha atau kegiatan, harus ditindak lanjuti
dengan menempuh tahap perizinan. 44 Dengan demikian terlihat danya
keterkaitan antara AMDAL dengan perizinan. Hal ini dinyatakan tegas dalam
pasal 18 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Yakni :
Setiap Usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai
dampak lingkungan untuk memperoleh izin melakukan usaha dan/atau
kegiatan.
Perizinan dapat ditempuh oleh pemrakarsa jika dokumen AMDAL
telah disetujui oleh instansi yang bertanggung jawab. Izin melakukan usaha
dari rencana usaha atau kegiatan dapat diberikan oleh instansi yang
berwenang dengan mencantumkan syarat dan kewajiban yang terdapat dalam
RKL dan RPL. 45 Dokumen AMDAL berlaku seumur usaha atau kegiatan,
oleh karena itu, hal-hal yang tertuang dalam dokumen AMDAL harus ditaati
oleh pengelola, yang merupakan tindak lanjut pasca AMDAL akan
dilaporkan secara berkala kepada instansi yang melakukan pemantauan
lingkungan sesuai dengan tugas pokoknya dan instansi yang menangani
44 Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Keputusan Nomor 23/MPP/Kep/1998 tentang
Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan.45 Frenadin Adegustara, op cit, hal 9
47
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
48/128
lingkungan hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota. 46
2.2 Peranan AMDAL Dalam Perencanaan Pembangunan
Otto Soemarwoto menyatakan bahwa pembangunan diperlukan untuk
mengatasi banyak masalah, termasuk masalah lingkungan. Namun
pengalaman menunjukkan bahwa pembangunan dapat membawa dampak
negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif itu dapat berupa pencemaran
dan kerusakan lingkungan hidup. Selanjutnya ia mengemukakan bahwa kita
harus memperhitungkan dampak negatif dan berusaha untuk menekannya
menjadi sekecil-kecilnya. Upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan
hal ini adalah dengan melakukan pembangunan yang berwawasan
lingkungan yaitu lingkungan diperhatikan sejak mulai pembangunan itu
direncanakan sampai pada operasi pembangunan itu. Dengan pemabngunan
berwawasan lingkungan maka pembangunan dapat berkelanjutan.
Makna Pembagunan Nasional bukan hanya untuk meningkatkan
ekonomi tetapi pada dasarnya mempunyai arti yang lebih luas dari
perkembangan ekonomi, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan dalam arti
luas dimana terkandung peningkatan mutu atau kualitas hidup. Untuk
mencapai tujuan ini sumber daya manusia merupakan peran utama dalam
memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam untuk kepentingan manusia
pula. Oleh karena itu untuk mengurangi kerusakan lebih lanjut, maka
kebijaksanaan dalam mengelola sumber daya alam menjadi kunci utamanya.
46 Ester Simon, Sigit Reliantoro dan Dadang Purnama (2004), Tanya Jawab AMDAL,Menjawab Berbagai Pertanyaan Umum Tentang AMDAL, Jakarta, hal 20
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
49/128
Manusia dengan segala kemampuannya akan selalu berintegrasi
dengan lingkungan hidupnya. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungan hidupnya. Makin besar perubahan itu makin besar pula pengaruh
terhadap diri manusia. Untuk perubahan yang kecil manusia dengan mudah
menyesuaikan dirinya dengan perubahan itu, tetapi dengan perubahan yang
besar sering ada di luar kemampuan diri sehingga perubahan itu dalam hal-
hal tertentu dapat mengancam kelangsungan hidup.47
Makin maju teknologi, makin besar pula kemampuan manusia untuk
merubah lingkungan. Pengaruh perubahan lingkungan akibat suatu kegiatan
pembangunan terhadap masyarakat, ada yang memberikan keuntungan pada
kehidupan sosial ekonomi, tetapi ada pula yang menimbulkan kerugian
terhadap kesejahteraan rakyat sehingga menambah beban masyarakat dan
mengurangi manfaat dari pembangunan itu.
Uraian di atas dalam rangka pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup maka nampak gambaran bagi proyek-proyek yang akan
dibangun atau yang telah berjalan, perlu diteliti sampai seberapa besar dapat
meningkatkan kulitas lingkungan hidup setempat. Selain itu terkandung pula
penegrtian seberapa besar dapat memaksimumkan manfaat (dampak positif)
terhadap lingkungan yang mengandung makna harus dapat menciptakan
kegiatan ekonomi baru dan penyedian fasilitas sosial ekonomi bagi
masyarakat setempat. atau sebaliknya malah menurunkan kualitas ligkungan
hidup dalam arti lebih banyak memberikan kerugian (dampak negatif) bagi
47.. Soeryono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta2003.
49
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
50/128
masyarakat sekitar.
Untuk mengatasi semua itu, analisa dampak lingkungan adalah salah
satu cara pengendalian yang efektif untuk dikembangkan. AMDAL bertujuan
untuk mengurangi atau meniadakan pengaruh-pengaruh buruk (negatif)
terhadap lingkungan dan bukan menghambat ektifitas ekonomi. AMDAL
pada hakekatnya merupakan penyempurnaan suatu proses perencanaan
proyek pembangunan dimana tidak saja diperhatikan aspek sosial proyek itu,
melainkan juga aspek pengaruh proyek itu terhadap sosial budaya, fisika,
kimia dan lain-lain. 48
Tujuan dan sasaran utama AMDAL adalah untuk menjamin agar
suatu usaha atau kegiatan pembangunan dapat beroperasi secara
berkelanjutan tanpa merusak dan mengorbankan lingkungan atau dengan
kata lain usaha tau kegiatan tersebut layak dari segi aspek liongkungan.
Sedangkan kegunaan AMDAL adalah sebagai bahan untuk mengambil
kebijaksanaan (misalnya perizinan) maupun sebagai pedoman dalam
membuat berbagai perlakuan penanggulangan dampak negatif.
Secara umum kegunaan AMDAL adalah :49
1. Memberikan informasi secara jelas mengenai suatu rencana usaha
berikut dampak- dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya.
2. Menampung aspirasi, pengetahuan dan pendapat penduduk khusunya
dalam masalah lignkungan sewaktu akan didirikannya suatu rencana
proyek atau usaha
48. S.P. Hadi, Aspek sosial Amdal Sejarah, Teori dan Metode, Gadjahmada University
Press Yokyakarta, 199549. Ibid
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
51/128
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
52/128
menghambat laju kerusakan lingkungan. Hasil KTT Bumi di Rio de Jeneiro
telah membuktikan hal ini, dimana + dari 158 negara menyatakan berhasil
menghambat laju kerusakan lingkungan. AMDAL sebagai bagian yang
integral dari pembangunan berkelanjutan, memberi arti bahwa sekurang-
kurangnya dengan adanya AMDAL mengingatkan pemrakarsa supaya
memperhatikan kelestarian lingkungan. 50
Membangun sebuah proyek, sebelumnya tentu harus dilakukan
identifikasi masalah mengapa suatu proyek pembangunan ingin dilaksanakan
dan tentu saja harus jelas tujuan dan keguaannya. Selanjutnya diadakan studi
kelayakan secara teknik, ekonomis, dan lingkungan sebelum melangkah ke
perencanaan dari pembangunan proyek.
Pelaksanaan pembangunan proyek sebaiknya dimulai setelah hasil
AMDAL diketahui sehingga dapat dilakukan optimasi untuk mendapatkan
keadaan yang optimum bagi proyek tersebut. Dalam hal ini dampak
lingkungan dapat dikendalikan melalui pendekatan teknik dan pengendalian
limbah sehingga dapat menghasilkan biaya pengeluaran dampak yang murah
dan kelestarian lingkungan dapat dipertahankan.
Menurut Imam Supardi, pengelolaan lingkungan dalam usaha
menghindari kerusakan akibat dari satu proyek pembangunan baru dapat
dilakukan setelah diketahui dampak lingkungan yang akan terjadi akibat dari
proyek-proyek pembangunan yang akan dibangun. Untuk menghindari
terjadinya kegagalan dalam pengelolaan lungkungan, maka harus selalu
50. Herneliza.Evaluasi Dokumen AMDAL, Tesis Program Pasca Sarjana Unand. Padang.2006
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
53/128
dilakukan pemantauan sejak awal pembangunan secara berkala. Hasil
pemantauan ini dapat dipakai untuk memperbaiki bahkan mengubah
pengelolaan lingkungan, jika memang hasil pemantauan tidak sesuai dengan
pendugaan pada AMDAL atau sebaliknya juga dapat dipakai untuk
mengoreksi pendugaan AMDAL yang mungkin kurang mengena. 51
Hasil AMDAL dapat diketahui apakah proyek pembangunan
berpotensi menimbulkan dampak atau tidak. Bila berdampak besar terutama
yang negatif, tentu saja proyek tersebut tidak boleh dibangun atau boleh
dibangun dengan persyaratan tertentu agar dampak negatif tersebut dapat
dikurangi sampai tidak membahayakan lingkungan. Dampak negatif yang
perlu diperhatikan adalah:
1. Apakah dampak negatif yang mungkin timbul itu melampaui atau tidak,
batas toleransi pencemaran terhadap kualitas lingkungan
2. Apakah dengan banyak yang akan dibangun ini atau tidak atau akan
menimbulkan gejolak terhadap banyak pembangunan lain atau
masyarakat
3. Apakah dampak negatif ini dapat mempengaruhi kehidupana atau
keselamatan masyarakat atau tidak
4. Seberapa jauh perubahan ekosistem yang mungkin terjadi sebagai akibat
pembangunan ini.
Bila berdasarkan AMDAL tidak akan menimbulkan dampak yang
berarti, maka proyek pembangunan dapat dilaksanakan sesuai usulan dengan
tetap berpedoman agar tetap memperhatikan dampak-dampak negatif yang
51. Imam Supardi,Lingkungan Hidup & Kelestariannya, Alumni, Bandung. 2003
53
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
54/128
mungkin timbul diluar perkiraan semula. Dalam hal ini, sebelum proyek
dilaksanakan harus ditentukan dulu pedoman pengelolaan dan pemantauan
lingkungan sebagai usaha menjaga kelestariannya. Perlu kiranya ditekankan
AMDAL sebagai alat dalam perencanaan harus mempunyai peranan dalam
pengambilan keputusan tentang proyek yang sedang direncanakan. Artinya
AMDAL tidak banyak artinya apabila dilakukan setelah diambil keputusan
untuk melaksanakan proyek tersebut. Pada lain pihak juga tidak benar untuk
menganggap AMDAL sebagi satu-satunya faktor penentu dalam
pengambilan keputusan tentang proyek itu. Yang Benar ialah AMDAL
merupakan masukan tambahan untuk pengambilan keputusan, disamping
masukan dari bidang teknis, ekonomi dan lain-lainnya. Misalnya dapat saja
terjadi laporan AMDAL menyatakan bahwa suatu proyek diprakirakan akan
mempunyai dampak lingkungan yang besar dan penting. Namun pemerintah
berdasarkan atas pertimbangan politik atau keamanan yang mendesak
memutuskan untuk melaksanakan proyek tersebut. Yang penting untuk
dilihat dalam hal ini adalah keputusan tersebut diambil tidak dengan
mengabaikan aspek lingkungan, melainkan setelah mempertimbangkan dan
memperhitungkannya. Dengan ini keputusan tersebut diambil dengan
menyadari sepenuhnya akan kemungkinan terjadinya dampak lingkungan
yang negatif. Maka pemerintah dapat melakukan persiapan untuk
menghadapi kemungkinan tersebut sehingga kelak tidak akan dihadapkan
pada suatu kejutan yang tidak menyenangkan dan tidak terduga sebelumnya.
Dengan persiapan ini dampak negatif dapat diusahakan menjadi sekecil-
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
55/128
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
56/128
sebagai : 53
a. Acuan dalam penyusunan Pedoman Teknis Upaya Pengelolaan
Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan bagi
Departemen/ Lembaga Pemerintah Non Departemen Sektoral.
b. Acuan penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan bagi pemrakarsa apabila Pedoman
Teknis UKL dan UPL dari sektoral belum diterbitkan
c. Instrumen pengikat bagi pemrakarsa untuk melaksanakan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan
dalam penyusunannya harus memenuhi beberapa kriteria yaitu :
1. Langsung mengemukakan informasi penting setiap jenis
rencana usaha atau kegiatan yang merupakan sifat khas
proyek tersebut, dan dapat menimbulkan dampak potensial
terhadap lingkungannya;
2. Informasi komponen lingkungan yang terkena dampak
3. Upaya pengelolaan dan pemantauan Lingkungan hidup yang
harus dilakukan oleh pemrakarsa pada tahap prakontruksi,
kontruksi maupun pascakontruksi
Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan
mencakup hal-hal sebagai berikut :54
A. Rencana Usaha atau kegiatan
53. R.M. Gatot. P. Soemartono. Op. Cit. hal. 18054.Ibid. hal. 181 - 183
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
57/128
Uraian secara singkat rencana usaha atau kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh pemrakarsa, yang mencakup antara lain :
1. Jenis Usaha atau kegiatan
2. Rencana lokasi yang tepat dari rencana usaha atau
kegiatan, dan apakah telah sesuai dengan Rencana Umum
Tata Ruang (RUTR) atau tidak
3. Jarak rencana lokasi usahaatau kegiatan tersebut dengan
sumber daya dan kegiatan lain disekitarnya, seperti hutan,
sungai, pemukiman, industri dan lain-lain serta hubungan
keterkaitannya
4. Sarana/fasilitas yang direncanakan, yang mencakup
antara lain :
a. Luas areal yang digunakan untuk usaha atau
kegiatan yang meliputi antara lain : bangunan
utama, pemukiman tenaga kerja, panjang jalan
dan tata letak
b. Peralatan yang digunakan termasuk jenis dan
kapasitasnya
c. Jenis bahan baku serta bahan tambahan
maupun bahan lain yang dipergunakan yang
meliputi antara lain : jumlah, volume, sifat,
asal pengambilan, sistem pengangkutan, cara
penyimpanan dan sistem pembuangan akhir
57
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
58/128
bahan buangan;
d. Sumber air dan penggunaannya
e. sumber energi
f. Tenaga kerja yang digunakan
5. Proses produksi atau kegiatan yang
digunakan/dilaksanakan
B. Komponen Lingkungan
Uraian secara rinci mengenai Upaya pengelolaan Lingkungan
yang harus dilaksanakan oleh pemrakarsa
C. Dampak-dampak
Dampak-dampak yang akan muncul baik yang berupa limbah
atau polusi maupun bentuk lain yang mencakup :
a. Jenis dampak
b. Janis dampak dan ukurannya
c. Sifat dan tolok ukur dampak
D. Upaya pengelolaan Lingkungan
Uraian secara rinci mengenai Uapaya Pengelolaan Lingkungan
yang akan dilaksanakan oleh pemrakarsa.
E. Upaya Pemantauan Lingkungan
Uraian secara rinci mengenai Upaya Pemantauan Lingkungan
yang harus dilaksanakan oleh pemrakarsa, khususnya yang berkaitan
langsung dengan sifat kegiatan utamanya atau khasnya yang mencakup
antara lain
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
59/128
a. jenis dampak yang dipantau
b. lokasi pemantauan
c. waktu pemantauan
d. cara pemantauan
F. Pelaporan
Uraian secara rinci mengenai mekanisme pelaporan dari upaya
peneglolaan dan upaya pemantauan lingkungan pada saat rencana usaha
atau kegiatan dilaksanakan (instansi pembina, BAPEDAL, Pemda Tk I
dan Tk II setempat)
G. Pernyataan Pelaksanaan
Pernyataan pemrakarsa untuk melaksanakan upaya pengelolaan
lingkungan atas rencana usaha atau kegiatannya yang dilengkapi dengan
tanda tangan pemrakarsa
2.4 Instrumen Penegakan Hukum Lingkungan
Penegakan hukum lingkungan tidak dapat hanya diandalkan pada
ketegasan atau kerasnya penegakan hukum tersebut. Penegakan hukum yang
dikehendaki ialah penegakan hukum yang tegas, tetapi arif dan bijaksana.
Dalam penegakan hukum lingkungan teknik pendekatan terhadap masalah
pelanggaran ketentuan pengelolaan lingkungan harus menggunakan teknik
pendekatan yang komprehensif integral. Dalam corak pendekatan yang
demikian itu penegakan hukum dilaksanakan guna menunjang terlanjutkan
pembangunan berwawasan lingkungan.
59
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
60/128
Undang-undang No. 23 tahun 1997 memuat tiga macam penegakan
dalam hukum lingkungan yaitu :
a. Penegakan Hukum Administrasi
b. Penegakan Hukum Perdata
c. Penegakan Hukum Pidana
Pada dasarnya setiap instrumen mempunyai jangkauan masing-
masing dengan tujuan tergantung dari kepentingan yang ingin diselesaikan.
Penegakan hukum tersebut akan diuraikan satu persatu pada bagian di
bawah ini.
2.4.1 Penegakan Hukum Administrasi
Pengeloaan lingkungan hidup tidak hanya tugas dari orang
perorangan, melainkan peran serta dari seluruh lapisan untuk
melestarikan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup yang
berkesinambungan terpelihara dan bersih merupakan kebutuhan para
warga serta diusahakan terwujudnya oleh administrasi negara dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Lingkungan hidup mutlak diperlukan.
Peran pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup menjadi
semangkin jelas, sehingga hukum administrasi negara mempunyai
peran yang amat penting. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh SF.
Marbun.55
Semula hukum lingkungan sebagai hukum gangguan yang bersifat
sederhana dan mengandung aspek keperdataan, lambat laun
55 . SF. Marbun dkk.Dimensi-dimensi Pemikiran Hukum administrasi Negara. UIIPress. Yokya.2001. hal. 297
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
61/128
perkembangannya bergeser kearah bidang hukum administrasi
negara, sesuai dengan peningkatan peranan penguasa dalam bentuk
campur tangan terhadap berbagai segi kehidupan dalam masyarakatyang semangkin komplek. Sebagai hukum lingkungan administrasi
terutama muncul apabila petusan penguasa yang bersifat
kebijaksanaan ditetapkan dalam bentuk ketetapan penguasa
Penegakan hukum administrasi dalam penegakan hukum
lingkungan mempunyai dua fungsi yaitu bersifat prefentif dan
represif. Bersifat preventif yaitu berkaitan dengan izin yang
diberikan oleh pejabat yang berwenang terhadap pelaku atau
penanggung jawab kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri
terjadinya pelanggaran (Pasal 25 UUPLH).
Sanksi merupakan suatu hal yang penting dalam hukum
lingkungan begitu juga dalam hukum administrasi. Pentingnya
sanksi dalam hukum administrasi dimana bagi pembuat peraturan
tidak hanya melarang tindakan-tindakan yang bertentangan dengan
peraturan perundang undangan yang dapat dikaitkan pada suatu izin.
Pentingnya sanksi administrasi ini dalam UUPLH pun diatur sanksi
yang bagaimana yang seharusnya diberikan terhadap pelaku kegiatan
apabila telah diketahui telah terjadi pelanggaran. Dalam rangka
penegakan hukum lingkungan administrasi ada beberapa macam
sanksi administrasi yang biasa diberlakukan terhadap pelanggaran
yang dilakukan oleh pelaku kegiatan yaitu :56
a. Bestuursdwang (paksaan pemerintah)
56 . Philipus M. Hajon. Pengantar Hukum administrasi Indonesia. Gajahmada UniversityPress. Yokyakarta.1994. hal. 245.
61
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
62/128
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
63/128
dalam memberlakukan sanksi dalam penegakan hukum lingkungan.57
Pencabutan
Izin
Suspensi
Paksaan Pemerintah
Atau uang paksa
Audit wajib
Teguran III
Teguran II
Teguran I
Konsultasi & Bantuan Teknis Bagi Peningkatan
(pelanggaran karena ketidaktahuan)
Penataan sukarela (Atur Diri Sendiri)
Pemberlakuan sanksi administrasi sebagaimana tersebut
diatas diberlakukan secara sistematis dan bertahap (dari mulai yang
bersifat ringan, menengah sampai dengan yang berat)
UUPLH mengatur penerapan tiga jenis sanksi
administrasi yaitu :
1. Paksaan pemerintah Pasal 25 Ayat (1)
2. Pembayaran sejumlah uang tertentu Pasal 25 Ayat (5)
3. Pencabutan izin usaha dan/atau kegiatan Pasal 27 (1)
Penegakan hukum lingkungan di bidang lingkungan hidup
57 . Mas Ahmad Santosa. Good Governance Dan Hukum Lingkungan, ICEL, Jakarta,2001. hal. 247
63
8/6/2019 Perkembangan Hukum Lingkungan
64/128
memiliki beberapa manfaat strategis dibandingkan dengan perangkat
penegakan hukum lainnya (perdata dan pidana) manfaat tersebut
adalah sbb:58
a. Penegakan hukum administrasi di bidang
lingkungan hidup dapat dioptimalkan sebagai
perangkat pencegahan
b. Penegakan hukum administrasi (yang bersifat
pencegahan) dapat lebih efesien dari sudut
pembiayaan dibandingkan penegakan hukum
pidana dan perdata. Pembiayaan untuk
penegakan hukum administrasi meliputi biaya
pengawasan lapangan yang dilakukan secara
rutin dan pengujian laboratorium lebih murah
dibandingkan dengan upaya pengumpulan bukti,
investigasi lapangan, mempekerjakan saksi ahli
untuk membuktikan aspek kausalitas (sebab
akibat) dalam kasus pidana dan perdata
c. Penegakan hukum administrasi lebih memiliki
kemampuan m