Post on 01-Jul-2015
Makalah
PERAWATAN NON BEDAH
GANGGUAN SENDI TEMPOROMANDIBULA
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Gnatologi II
DISUSUN OLEH :
HERLINA
160221100002
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2011
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN............................................................................2
BAB II PERAWATAN DEFINITIF
2.1 Oklusal Therapy....................................................................4
2.1.1 Reversible Oklusal Therapy......................................4
2.1.2 Irreversible Oklusal Therapy....................................6
2.2 Emotional Stress dan Trauma Therapy.................................7
2.3 Parafunctional Activity Therapy...........................................8
Bab III Perawatan Supportif
3.1 Farmakologi Therapy...........................................................10
3.2 Fisikal Terapi........................................................................10
3.2.1 Modalities.................................................................11
3.2.2 Manual Tekhnik........................................................11
BAB IV KESIMPULAN............................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan sendi temporomandibular merupakan suatu keadaan keradangan
akut atau kronis dari sendi temporomandibular, yang berhubungan dengan rahang
bawah. Gangguan yang terjadi pada temporomandibular dapat menyebabkan
sakit yang signifikan dan kerusakan. Tanda dan gejala dari kelainan sendi
temporomandibular sangat beragam dan disebabkan karena hal-hal yang
kompleks.1
Keberhasilan perawatan gangguan sendi temporomandibular pada
sebagian besar keadaan tergantung pada etiologi dan pemeriksaan yang
menyeluruh dari keadaan klinis. Cara perawatan yang rasional diarahkan untuk
menghilangkan beban yang berlebih pada sendi, terutama dengan mengurangi aksi
otot yang berlebihan serta abnormal. Adapun, perawatan gangguan sendi
temporomandibular yang dapat dibedakan sebagai berikut2 :
1. Perawatan Non Bedah (Konservatif)
2. Perawatan Bedah (Operatif)
Penanggulangan non bedah terhadap gangguan sendi temporomandibula
ialah perawatan pendahuluan untuk mengatasi keluhan penderita, mengurangi
beban yang merusak, serta merestorasi fungsi dan aktivitas normal sehari-hari.2
3
Cara perawatan tersebut hanya suatu pedoman karena ada beberapa tehnik
perawatan yang mengikutsertakan lebih dari satu bidang ilmu. Perawatan dari
setiap keadaan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien, serta waktu dan
fasilitas juga perlu dipertimbangkan. Bila perawatan dilakukan di rumah sakit,
maka harus ada ruang khusus untuk tujuan ini, tetapi walaupun demikian, ruang
operasi pribadi atau kamar praktek merupakan lingkungan yang paling sesuai.2
Pada makalah ini akan diuraikan bagaimana perawatan gangguan sendi
temporomandibular secara non bedah yang terdiri dari perawatan definitif dan
supportif.
4
BAB II
PERAWATAN DEFINITIF
2.1 Oklusal Terapi
Oklusal terapi adalah suatu tindakan yang dianggap bisa memperbaiki
posisi mandibula dan / atau posisi kontak gigi. Terapi ini terdiri dari : reversibel
dan ireversibel
2.1.1 Reversible Oklusal Therapy
Terapi ini merubah kondisi oklusal secara sementara dan merupakan alat
terapi yang baik. Alat ini biasa disebut dengan Splin oklusal,terbuat dari akrilik
Efektivitas penggunaan splin oklusal sampai sekarang masih
dipertanyakan, akan tetapi menurut Carraro (1975), penggunaan splin oklusal
ternyata dapat mengurangi rasa nyeri pada sendi dan otot bahkan dapat hilang.2
Adapun fungsi splin oklusal yaitu: 2,3
1) Menghilangkan kebiasaan parafungsi
2) Menghilangkan gangguan oklusi
3) Menstabilkan hubungan gigi dan sendi
4) Merelaksasi otot
5) Melindungi abrasi terhadap gigi
6) Mengurangi beban sendi temporomandibula
7) Menghilangkan nyeri akibat disfungsi
5
8) Sebagai alat diagnostik untuk memastikan bahwa oklusi lah yang
menyebabkan rasa nyeri dan gejala-gejala yang sulit diketahui
penyebabnya.
Macam-macam splin : 2,3,5
1) Splin Stabilisasi
Pembuatan splin dengan hubungan rahang atas dan rahang bawah pada
posisi sentrik.kriteria untuk pemakaian splint ini apabila masalahnya murni dari
otot tapi sendi dalam keadaan normal, maka dibuat splin itu, juga pada keadaan
dimana untuk mencapai keadaan treatment position pada kasus internal
derangement menyebabkan nyeri, adanya degeneratif sendi, keadaan nyeri sendi
dan otot tanpa dapat didiagnosa dengan tepat. Splin ini dipakai 4-6 bulan dipakai
setiap waktu kecuali makan.
Gambar. Splin stabilisasi
6
2) Splin Reposisi
Bila gejala yang diderita pasien diantaranya ada deviasi (rahang yang
menyimpang), adanya clicking sendi yang diindikasikan adanya inkoordinasi
diskus-kondilus (interkoral derangement) maka diperlukan splin reposisi dengan
maksud mereposisi rahang bawah ke posisi normal dan mengembalikan
keseimbangan tonus otot-otot pengunyahan, juga menghilangkan clicking.
Splin reposisi bertujuan menghilangkan gejala pergeseran diskus dengan
reduksi clicking resiprokal, clicking waktu membuka mulut terjadi saat gerak
translasi kondilus dimulai, dan clicking waktu menutup mulut terjadi sebelum
mencapai oklusi maksimal. Splint dipasang sesaat sebelum clicking resiprocal
ketebalannya tidak boleh melewati freeway space.
2.1.2 Irreversible Oklusal Therapy
Yaitu terapi yang merubah kondisi oklusal dan atau posisi mandibula
secara permanent. Seperti selektif grinding, prosedur restorasi gigi, pembuatan
prothesa dan perawatan orthodonti. Tindakan tersebut dilakukan untuk merubah
kondisi kontak permukaan oklusal dan posisi mandibula secara permanent.
Meskipun terapi reversible terapi merupakan pilihan utama ketika kita merawat
pasien dengan gangguan sendi, namun keberhasilan perawatan bisa sangat
didukung oleh iireversibel therapy.
Semua karies harus dihilangkan, dan restorasi yang kurang memuaskan
atau yang bocor harus diganti. Gigi dengan karies yang besar dan tidak dapat
7
dirawat lagi harus dicabut dan kelainan gigi atau patologi yang lain harus dirawat.
Faktor-faktor tersebut merupakan sumber rasa tidak enak dan dapat
mempengaruhi cara pasien mengigit atau mengunyah. Tetapi harus tetap diingat
bahwa gangguan sendi temporomandibular dapat makin parah perawatan gigi
yang terlalu lama dan oleh karena itu waktu perawatan harus dibuat sesingkat
mungkin.2,3,6
Restorasi prostetik atau penggantian gigi ditentukan berdasarkan jumlah
dan letak gigi-gigi yang hilang atau apakah protesa yang sekarang digunakan
menggangu fungsi. Terutama pada keadaan dimana kurangnya dukungan oklusal
dari gigi-gigi belakang atau bila pasien menggunakan gigi tiruan yang abrasi,
tidak memiliki desain yang baik dan longgar. Gigitan yang terlalu tinggi dapat
merangsang sendi terkena beban yang lebih besar dari biasa. Protesa yang longgar
dapat merangsang aktivitas otot parafungsional atau fungsi abnormal untuk
menstabilkan selama pasien mengunyah atau istrahat.2,3,6
2.2 Emotional Stress dan Trauma Terapi
Aktivitas neuromuskular yang menimbulkan beban yang besar dan
berulang-ulang dari sendi, disebabkan oleh tekanan emosi dan ketegangan. Oleh
karena usaha menghilangkan faktor-faktor diatas merupakan tujuan utaman dalam
merawat faktor penyebab sindrom ini. Karena dokter gigi yang sering
menghadapi gangguan sendi temporomandibular cenderung kurang memiliki
pengetahuan psikiatrik. Maka tahap ini mungkin merupakan tahap tersulit dalam
perawatan gangguan tersebut. Tekanan emosional yang meningkat dapat
8
mempengaruhi fungsi otot dan mengaktifkan sistem nervus simpatik, yang dengan
sendirinya merupakan sumber rasa sakit pada otot.2
Tekanan dan tegangan yang dterima manusia, dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan yang
disebabkan oleh keadaan tertentu. Stress sehari-hari dapat dialami seluruh
manusia setiap waktu walaupun dalam ambang toleransi dan respon yang
berbeda-beda. Contohnya adalah hubungan pribadi, kesulitan keuangan, kesulitan
pekerjaan.2
Kelompok yang kedua adalah stress emosional yang disebabkan oleh
keadaan tertentu seperti problem dalam keluarga, penyakit yang parah atau
perubahan mendadak dalam segi penghasilan. Timbulnya gangguan sendi
temporomandibula sering bersamaan dengan salah satu keadaan tersebut.2
2.3 Parafunctional Activity Therapy
Praktisi diharapkan dapat menjelaskan ada pasien bahwa gejala yang
timbul bukanlah disebabkan oleh kelainan struktur atau penyakit organik tetapi
suatu kelainan reversibel yang mungkin saja berhubungan dengan pola hidup
pasien. Dengan demikian bisa memotivasi pasien agar lebih percaya diri hingga
timbul kerjasama yang baik antara dokter dengan pasien,dan pasien pun secara
bertahap bisa meninggalkan kebiasaan-kebiasaan clenching, bruxism atau
parafungsi.3
Pasien dianjurkan untuk mengistirahatkan rahang, menghindari pergerakan
rahang yang berlebihan seperti menguap, atau gerak untuk mengunyah makanan
9
yang keras. Pasien dianjurkan untuk memakan makanan yang keci-kecil atau telah
di potong-potong.2,6
10
BAB III
PERAWATAN SUPPORTIF
3.1 Farmakologi Terapi
Obat-obatan dapat membantu meredakan gejala gangguan sendi
temporomandibular seperti rasa sakit, hiperaktivitas otot, ansietas dan depresi.
Baik pengalaman klinis maupun studi eksperimental terkendali menunjukkan
bahwa farmakoterapi dapat menjadi katalis kuat bagi rasa nyaman pasien dan
rehabilitasinya bila digunakan sebagai program penatalaksanaan komprehensif.
Obat-obatan yang bermanfaat terdiri dari, analgetik, anti inflamasi, kortikosteroid,
relaxan otot, anti anxietas dan anti depresi. untuk meringankan rasa sakit yang
timbul bisa diberikan : aspirin, asetaminophen, ibupropen. Anti inflamasi ;
NSAID, yaitu Naproxen, ibupropen. Antianxiety ; Diazepam. Musle relaxan ;
Cyclobenzaprine (Flexeril). Lokal Anastetik ; Lidokain dan Mepivakain.3,5,6
3.2 Fisikal Terapi 5
Pasien bisa melakukan perawatan ini sendiri dirumah. Terapi fisik
merupakan terapi yang mendukung terapi gangguan sendi temporomandibular
lainnya.
11
3.2.1 Modalities 5
Modalities yaitu cara fisis untuk pengubahan termal, histokemikal dan
fisiologik. Tipe-tipe modalities terdiri dari terapi panas, terapi dingin,
elektroterapi, terapi ultrasound dan akupuntur.
Terapi panas dapat mengurangi rasa nyeri dan kekakuan otot, caranya
meletakkan handuk basah hangat, atau lap diletakkan botol berisi air panas. Terapi
10-15 menit terus-menerus sekurang-kurangnya tiga minggu di daerah yang
terserang. Terapi dingin adalah metode yang sederhana dengan menggunakan es
yang diletakkan pada area yang spasme untuk mengurangi nyeri.
3.2.2 Manual Tekhnik 5
Tehnik manual terdiri dari tiga kategori yaitu : mobilisasi jaringan lunak,
muscle conditioning dan joint distraction. Mobilisasi jaringan lunak merupakan
stimulasi dengan cara massage pada daerah nervus sensori kutaneus untuk
mengurangi nyeri.
Joint distraction/ mobilization, cara dini dilakukan dengan menekan
daerah area molar mandibula menggunakan ibu jari operator.
12
Gambar Cara Reposisi Manual
Prinsip reposisi adalah mengembalikan posisi kondilus ke fossa dengan
cara mengembalikan kebawah lalu caudal dan dorsal. Caranya letakkan ibu jari di
oklusal mandibula hingga ke posterior, jari-jari yang lain diletakkan di inferior
mandibula. Kemudian bagian oklusal ditekan ke bawah, dengan saat yang
bersamaan dorong kebelakang mandibula hingga keposisi normal. Pasien
usahakan dalam keadaan tenang.4 Bila terlalu lama dapat menggunakan obat-obat
pelemas otot misal valium iv sebanyak 10mg dan gerakan reposisi dimulai setelah
menit ketiga.
Muscle conditioning adalah terapi fisik yang bertujuan merestorasi fungsi
otot menjadi normal. Tehniknya bisa dibimbing oleh instruktur terapi atau dokter
gigi. Adapun tehniknya terdiri dari empat (4) kategori yaitu: Stretching Exercise
(latihan peregangan), Resistive Exercise (latihan resistif) Retruded Opening
Exercise (latihan pembukaan mulut dengan tekanan) dan Midline Exercise (latihan
13
keseimbangan rahang). Biasanya dengan latihan teratur dan terarah keluhan akan
hilang dalam 3-5 hari. 5,7
Latihan Peregangan 5,7
Latihan ini dianjurkan untuk penanggulangan spasme dan pembukaan
rahang yang terbatas, latihan ini terdiri dari : 1) Peregangan Aktif, setelah periode
waktu pemanasan awal yaitu dengan gerakan yang lembut dalam jarak terbatas,
pasien diminta untuk perlahan-lahan membuka mulut selebar mungkin.
2)Peregangan Terbantu, pasien diminta untuk membuka mulut selebar mungkin,
kemudian pasien atau terapis menggunakan jari dan ibu jari untuk secara lembut
memisahkan gigi insisif maksila dan mandibula. Posisi dipertahankan selama satu
menit tiap satu ruas jari. Kemudian perlahan-lahan menambah jumlah jari tangan
menjadi dua jari dan akhirnya tiga jari tangan tiap satu menit.
Latihan Resistif 5,7
Latihan ini digunakan untuk penanggulangan spasme otot, pergerakan
terbatas, lemah otot dan inkoordinasi otot. Latihan ini melibatkan kontraksi otot-
otot mandibula melawan resistensi selama gerakan pembukaan, penutupan dan
lateral rahang.
1. Latihan resistif Penutupan rahang, pada latihan ini posisi jari dan
tangan sama seperti yang digunakan pada latihan peregangan
terbantu, digunakan untuk memberikan resistensi pada penutupan
mandibula.
14
2. Latihan Resistif Pembukaan Rahang, pada latihan ini kepalan tangan
diletakkan di bawah dagu pasien dan memberikan resistensi yang
diperlukan pada pembukaan mandibula.
3. Latihan Resistif Gerakan Lateral, pada latihan ini dilakukan dengan
satu tangan yang diletakkan berseberangan dengan sisi mandibula
untuk menyediakan resistensi pada gerakan lateral.
Latihan Pembukaan Mulut dengan Tekanan 5,7
Pada latihan ini pasien diajarkan untuk membuka dan menutup mulut
dalam posisi tertekan untuk menghindari gerakan posisi protrusif. Ibu jari
menyandar pada dagu yang dapat berperan sebagai penanda dan mendeteksi
gerakan kedepan. Jika terdapat translasi, pasien juga dapat memonitor gerakan
translasi yang terlalu dini dari kondilus dengan menempatkan jari diatas sendi
temporomandibula. Latihan ini seringkali disarankan untuk meminimalisasi atau
menghilangkan clicking pada sendi temporomandibula.
Latihan Keseimbangan Rahang 5,7
Latihan ini dilakukan untuk melatih otot memperbaiki gerakan
pembukaan dan penutupan mulut yang disharmoni oleh karena deviasi mandibula.
Latihan ini bertujuan untuk mengembalikan keadaan otot tidak seimbang yang
disebabkan oleh distribusi tekanan pada sendi temporomandibula yang tidak
berimbang.
Pasien menempatkan posisi lidah bagian 1/3 anterior pada palatum,
rahang dalam keadaan terbuka, dan tempatkan jari telunjuk kedua tangan pada
15
masing-masing sisi mandibula, serta ibu jari pada bagian bawah dagu. Lakukan
gerakan mandibula menutup dan membuka rahang. Usahakan tidak menyimpang
pada salah satu sisi. Latihan dilakukan di depan cermin agar dapat dievaluasi.
BAB IV
KESIMPULAN
Penatalaksanaan gangguan sendi temporomandibula meliputi perawatan
non bedah dan bedah. Mayoritas penderita gangguan sendi teporomandibula
16
mencapai perbaikan secara memadai dari gejala yang dirasakannya dengan terapi
non bedah. Perawatan non bedah penting untuk dimengerti praktisi dokter gigi,
karena umumnya gangguan sendi temporomandibula pertama kali didiagnosa oleh
dokter gigi. Perawatan bedah hanya dilakukan jika penderita gagal memberi
respon terhadap perawatan non bedah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pengaruh kelainan sendi temporomandibular pada pengunyahan. 2009
[2010,des,1]; Available from: http://ilmudoktergigi.blogspot.com/2009/02/
pengaruh-kelainan-sendi.html.
17
2. Aryanti S. Penanggulangan gangguan sendi temporomandibula akibat
kelainan oklusi secara konservatif. 2007.
3. Kurnikasari E. Perawatan disfungsi sendi temporomandibula secara
paripurna. [2010,des,1]; Available from: pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/.../ perawatan _disfungsi_sendi.pdf.
4. Wright EF. Manual of temporomanbular disorder. Second Ed. Wiley-
Blackwell
5. Okeson JP. Management of temporomandibular disorder and occlusion.
4thed. USA; Mosby Year Book.
6. Rintoko B. Temporomandibular disorder. 2009 [2010,des,1]; Available
from: http://hi-in.facebook.com/topic.php?uid= 130041110573 & topic
=13774.
7. Zaal M, Rikmasari R, Kurnikasari E. Program pelatihan fisik untuk
penanggulangan kelainan sendi rahang dan sindroma nyeri miofasial.
[2010,des,15]; Available from: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/
uploads/.../ program_pelatihan_fisik.pdf.
8. Gazali M, Kasim A. Dislokasi mandibula ke arah anterior. [2010,des,15];
available from: http://pustaka . unpad .ac.id/wp .../dislokasi_mandibula _ke_
arah_anterior.pdf
18