Post on 12-Mar-2019
PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU
KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE
SURAKARTA
Skripsi
RANGGA ROMADHAN
I 1305011
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
i
PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU
KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE
SURAKARTA
Skripsi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
RANGGA ROMADHAN
I 1305011
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi :
PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU
KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE SURAKARTA
Ditulis oleh:
Rangga Romadhan
I 1305011
Mengetahui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Taufiq Rochman, STP, MT Irwan Iftadi, ST, M.Eng NIP 19701030 199802 1 001 NIP 19700404 199603 1 002
Ketua Program S-1 Non Reguler
Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknik UNS
Taufiq Rochman, STP, MT
NIP. 19701030 199802 1 001
Pembantu Dekan I Ketua Jurusan
Fakultas Teknik Teknik Industri UNS
Ir. Noegroho Djarwanti, MT Ir. Lobes Herdiman, MT
NIP 19561112 198403 2 007 NIP 19641007 199702 1 001
iii
LEMBAR VALIDASI
Judul Skripsi :
PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU
KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE SURAKARTA
Ditulis oleh:
Rangga Romadhan
I 1305011
Telah disidangkan pada hari Senin tanggal 12 April 2010
Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta,
dengan
Dosen Penguji
1. Ilham Priyadhitama, ST, MT NIP. 19801124 200812 1 002
2. Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT
NIP. 19791005 200312 1 003
Dosen Pembimbing
1. Taufiq Rochman, STP, MT
NIP. 19701030 199802 1 001
2. Irwan Iftadi, ST, M.Eng
NIP. 19700404 199603 1 002
iv
SURAT PERNYATAAN
ORISINALITAS KARYA ILMIAH
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Rangga Romadhan
Nim : I 1305011
Judul tugas akhir : Perancangan Handtruck Sebagai Alat Bantu Kerja Buruh
Angkut Di Pasar Gede Surakarta
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun tidak
mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti bahwa
Tugas Akhir yang saya susun mencontoh atau melakukan plagiat dapat dinyatakan
batal atau gelar Sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau
dicabut.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
dikemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup
menanggung segala konsekuensinya.
Surakarta, 27 April 2010
Rangga Romadhan
I 1305011
v
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Rangga Romadhan
Nim : I 1305011
Judul tugas akhir : Perancangan Handtruck Sebagai Alat Bantu Kerja Buruh
Angkut Di Pasar Gede Surakarta
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun sebagai syarat
lulus Sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing 1 dan
Pembimbing 2. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian
dari Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk
publikasi dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik di tingkat
nasional maupun internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian
dari publikasi karya ilmiah
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Surakarta, 27 April 2010
Rangga Romadhan
I 1305011
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir dengan judul “Perancangan Handtruck
Sebagai Alat Bantu Kerja Buruh Angkut Di Pasar Gede Surakarta“ dapat
diselesaikan untuk memenuhi syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan penelitian
ini, penulis berharap dapat memberi masukan secara umum bagi Dinas Pasar
Gede Surakarta dan khususnya bagi pekerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta
tanpa terhalang oleh tempat dan waktu.
Tidak lupa pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar- besarnya atas pihak- pihak yang turut membantu dalam
penyelesaian tugas akhir ini, yaitu :
1. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri fakultas
teknik UNS.
2. Bapak Taufiq Rochman, STP, MT selaku pembimbing I, atas segala
bimbingan, arahan, motivasi, pengertian dan doa.
3. Bapak Irwan Iftadi, ST, M.Eng selaku pembimbing II, atas segala bimbingan,
arahan, motivasi, pengertian dan doa.
4. Bapak Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT selaku penguji, atas kesediaannya
memberikan masukan, gagasan dan saran atas perbaikan tugas akhir ini.
5. Bapak Ilham Priyadhitama, ST, MT selaku penguji, atas kerelaan dalam
membimbing, mengarahkan dan memberikan ide maupun gagasan dalam hal
perancangan dan perhitungan dalam tugas akir ini.
6. Bapak H. Hartojo, Ibu Hj. Nurzainah selaku orang tua kami, keluarga besar
Abdul Karim Surabaya yang selalu memberi dukungan dan doa yang tak
pernah putus sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
7. Bapak Sugianto, SH, M.Hum selaku Kepala Dinas Pasar Gede Surakarta, dan
petugas-petugas yang bernaung di Pasar Gede Surakata, terima kasih atas
bimbiongannya selama penelitian di Pasar Gede Surakarta.
vii
8. Seluruh pekerja buruh angkut Lokasi Pasar Gede Surkarta, atas keramahan,
bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam
penelitian ini.
9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti, Pak Agus , dan semua tim TU, terima
kasih atas segala urusan administrasi selama kuliah di teknik industri ini.
10. Erdianto karo, Zulmi, Lutfie, Afik Jati Purnomo, Randi, Alex, Hanafi,
Miftahudin, Bolang, Budi, Febri dan Kumbara. Penulis akan merindukan
kebersamaan kita selama ini, terima kasih buat semua persahabatan
pengertian, waktu, dukungan, semangat, hati tulus, semuanya yang aku tidak
mampu lagi untuk menyebutkannya, 4,5 tahun ini menjadi waktu yang
berharga bagiku.
11. Teman-teman Teknik Industri angkatan 2005, yang selalu mendukung dan
membantuku, kalian semua teman-teman terbaikku, keep our silaturahim
meski kita akan jarang bertemu.
12. Teman-teman Teknik Industri non reg angkatan 2006, terutama kontrakan
keppinds industri yang selalu mendukung dan membantuku, kalian semua
teman-teman terbaikku, jaga semangat kalian untuk menyelesaikan tugas akir
kalian. Meski kita akan jarang bertemu, tapi berkat kalian semua kita dapat
betemu dan menjalin persaudaraan.
13. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun yang dapat membantu
penulis di masa yang akan datang. Semoga apa yang penulis sampaikan dalam
laporan ini dapat berguna bagi penulis, rekan-rekan mahasiswa maupun semua
pihak yang membutuhkan.
Surakarta, 27 April 2010
Penulis
viii
ABSTRAK
Rangga Romadhan, NIM: I1305011. PERANCANGAN HANDTRUCK
SEBAGAI ALAT BANTU KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE
SURAKARTA. Tugas Akhir. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas
Teknik, Universitas Sebelas Maret, April 2010.
Sikap kerja tidak alamiah pada aktivitas manual material handling dipengaruhi oleh ketidaksesuaian antara fasilitas kerja dengan penggunanya,
sehingga berdampak pada kecelakaan kerja terutama postur kerja dan beban kerja.
Faktor inilah yang terjadi pada aktivitas pekerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta. Pada kondisi aktual, terutama aktivitas manual material handling oleh
pekerja buruh angkut di Pasar Gede rata – rata 55 kg tanpa menggunakan alat bantu pengangkatan. Menurut National Occupational Health and Safety
Commission batas normal pengangkatan yang dianjurkan sebesar 34 - 50 kg tanpa
menggunakan alat bantu, pengangkatan beban diatas 50 kg dianjurkan menggunakan alat bantu (Suhardi dkk, 2008).
Pada penelitian ini, akan dilakukan beberapa tahapan dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Tahap pertama penyebaran kuisioner nordic body
map, digunakan untuk mengenali penyebab keluhan musculoskeletal. Tahap
kedua perhitungan postur kerja metode Rapid Entire Body Assesment (REBA). Tahap ketiga perhitungan fisiologi kerja menggunakan metode energy expenditure
dan enery cost tujuannya untuk mengetahui tingkat beban kerja dan menghitung energi yang dikeluarkan oleh pekerja Tahap keempat pada perancangan alat bantu
kerja menggunakan metode anthropometri guna menentukan dimensi handtruck
yang dirancang dan memperoleh hasil rancangan secara ergonomi. Perancangan handtruck sebagai alat bantu kerja telah di uji coba terhadap 24
sampel pekerja buruh angkut. Hasil uji coba menurut perhitungan metode REBA, terjadi penurunan level resiko cidera musculosceletal. Hal ini dapat dibuktikan
pada aktivitas loading maupun pengangkutan, turun menjadi level resiko 2
(sedang). Untuk aktivitas unloading, turun menjadi level resiko 3 (tinggi). Menurut perhitungan fisiologi kerja dengan metode energy expenditure terjadi
penurunan tingkat beban kerja. Hal ini dibuktikan enam belas responden tergolong kategori light work, delapan responden tergolong moderate work. Sedangkan
perhitungan metode energy cost didapatkan dua puluh satu responden tergolong
kategori moderate work, tiga responden lainnya heavy work. Perancangan handtruck sebagai alat bantu kerja di desain secara ergonomis dengan
penambahan fasilitas berupa handle dan penggunaan roda yang berjumlah tiga roda guna mengakomodasi kebutuhan pekerja buruh angkut.
Kata kunci: manual material handling, metode REBA, metode energy
expenditure, enery cost, anthropometri, ergonomi, handtruck.
xxii + 206 halaman, 110 gambar, 68 tabel, 34 lampiran
Daftar pustaka: 20 (1975-2010)
ix
ABSTRACT
Rangga Romadhan, NIM: I 1305011. PERANCANGAN HANDTRUCK
SEBAGAI ALAT BANTU KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE
SURAKARTA. Tugas Akhir. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas
Teknik, Universitas Sebelas Maret, April 2010.
Sikap kerja tidak alamiah pada aktivitas manual material handling dipengaruhi oleh ketidaksesuaian antara fasilitas kerja dengan penggunanya,
sehingga berdampak pada kecelakaan kerja terutama postur kerja dan beban kerja.
Faktor inilah yang terjadi pada aktivitas pekerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta. Pada kondisi aktual, terutama aktivitas manual material handling oleh
pekerja buruh angkut di Pasar Gede rata – rata 55 kg tanpa menggunakan alat bantu pengangkatan. Menurut National Occupational Health and Safety
Commission batas normal pengangkatan yang dianjurkan sebesar 34 - 50 kg tanpa
menggunakan alat bantu, pengangkatan beban diatas 50 kg dianjurkan menggunakan alat bantu (Suhardi dkk, 2008).
Pada penelitian ini, akan dilakukan beberapa tahapan dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Tahap pertama penyebaran kuisioner nordic body
map, digunakan untuk mengenali penyebab keluhan musculoskeletal. Tahap
kedua perhitungan postur kerja metode Rapid Entire Body Assesment (REBA). Tahap ketiga perhitungan fisiologi kerja menggunakan metode energy expenditure
dan enery cost tujuannya untuk mengetahui tingkat beban kerja dan menghitung energi yang dikeluarkan oleh pekerja Tahap keempat pada perancangan alat bantu
kerja menggunakan metode anthropometri guna menentukan dimensi handtruck
yang dirancang dan memperoleh hasil rancangan secara ergonomi. Perancangan handtruck sebagai alat bantu kerja telah di uji coba terhadap 24
sampel pekerja buruh angkut. Hasil uji coba menurut perhitungan metode REBA, terjadi penurunan level resiko cidera musculosceletal. Hal ini dapat dibuktikan
pada aktivitas loading maupun pengangkutan, turun menjadi level resiko 2
(sedang). Untuk aktivitas unloading, turun menjadi level resiko 3 (tinggi). Menurut perhitungan fisiologi kerja dengan metode energy expenditure terjadi
penurunan tingkat beban kerja. Hal ini dibuktikan enam belas responden tergolong kategori light work, delapan responden tergolong moderate work. Sedangkan
perhitungan metode energy cost didapatkan dua puluh satu responden tergolong
kategori moderate work, tiga responden lainnya heavy work. Perancangan handtruck sebagai alat bantu kerja di desain secara ergonomis dengan
penambahan fasilitas berupa handle dan penggunaan roda yang berjumlah tiga roda guna mengakomodasi kebutuhan pekerja buruh angkut.
Keyword: manual material handling, metode REBA, metode energy expenditure,
enery cost, anthropometri, ergonomi, handtruck.
xxii + 206 halaman, 110 gambar, 68 tabel, 34 lampiran
Daftar pustaka: 20 (1975-2010)
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
LEMBAR PENGEAHAN……………………………………………….. ii
LEMBAR VALIDASI................................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH............. iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.................... v
KATA PENGANTAR................................................................................ vi
ABSTRAK................................................................................................... viii
ABSTRACT................................................................................................ ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………... x
DAFTAR TABEL…………………………………................................... xv
DAFTAR GAMBAR……………………………...................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………...................................... xxii
BAB I PENDAHULUAN................................................................... I-1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................. I – 1
1.2 Perumusan Masalah......................................................... I – 4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................. I – 4
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………... I – 4
1.5 Batasan Masalah……………………………………….. I – 4
1.6 Asumsi…………………………………………………. I – 5
1.7 Sistematika Penulisan………………………………….. I – 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………. II – 1
2.1 Tinjauan Umum Lokasi Pasar Gede Surakarta................ II – 1
2.1.1. Lokasi Pasar Gede................................................. II – 1
2.1.2 Aktivitas Manual Material Handling diLokasi
Pasar Gede Surakarta.............................................
II – 6
2.2 Landasan Teori................................................................ II – 7
2.2.1 Desain dan Ergonomi............................................ II – 8
2.2.2 Nordic Body Map.................................................. II – 9
2.2.3 Manual Material Handling................................... II – 10
2.2.4 Postur dan Pergerakan Kerja................................. II – 18
2.2.5 REBA (Rapid Entrie Body Assesment)................ II – 21
xi
2.2.6 Fisiologi Kerja………………………………… II – 29
A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure) .............. II – 30
B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) ... II – 31
2.2.7 Pengertian Anthropometri...................................... II – 32
2.2.8 Perancangan Dengan Metode Rasional................. II – 40
2.2.9 Mekanika Konstruksi............................................. II – 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………… III – 1
3.1 Identifikasi Masalah……………………………………. III – 3
3.1.1 Studi Literatur........................................................ III – 3
3.1.2 Studi Lapangan………………………………….. III – 4
3.1.3 Perumusan Masalah............................................... III – 4
3.1.4 Tujuan Penelitian................................................... III – 5
3.1.5 Manfaat Penelitian............................................... III – 5
3.2 Tahap Pengumpulan Data……………………………… III – 5
3.2.1 Dokumentasi......................................................... III – 5
3.2.2 Wawancara............................................................ III – 6
3.2.3 Kuisioner Nordic Body Map................................. III – 6
3.2.4 Data Postur Kerja.................................................. III – 6
3.2.5 Data Fisiologi Pekerja........................................... III – 6
3.2.6 Data Fisiologi Pekerja........................................... III – 7
3.3 Tahap Pengolahan Data……………………………...… III – 8
3.3.1 Perhitungan Hasil Kuisioner Nordic Body Map... III – 8
3.2.2 Penilaian Postur Kerja Metode REBA.................. III – 8
3.3.3 Perhitungan Fisiologi Kerja…………………….. III – 8
A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure) .............. III – 8
B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) .. III – 9
3.3.4 Perhitungan Antropometri ................................... III – 9
3.3.5 Perhitungan Persentil............................................ III – 9
3.4 Tahap Perancangan……………………………….......... III – 10
3.4.1 Penyusunan Konsep Perancangan........................ III – 10
3.4.2 Penentuan Dimensi Rancangan........................... III – 10
xii
3.4.2 Pembuatan Rancangan......................................... III – 12
3.4.3 Perhitungan Kekuatan Material...........................
III – 12
3.4.5 Penentuan Bahan Material................................... III – 13
3.4.6 Estimasi Biaya Rancangan.................................... III – 13
3.4.7 Tahap Evaluasi Uji Coba Perancangan.................. III – 13
3.5 Tahap Analisis dan Interpretasi Hasil………………….. III – 14
3.5 Tahap Kesimpulasn dan Saran......................................... III – 14
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA………... IV – 1
4.1 Pengumpulan Data……………………………………... IV – 1
4.1.1 Dokumentasi........................................................ IV – 1
4.1.2 Wawancara............................................................ IV – 4
4.1.3 Kuisioner Nordic Body Map................................. IV – 5
4.1.5 Data Postur Kerja................................................. IV – 5
4.1.5 Data Fisiologi Kerja............................................. IV – 6
4.1.6 Data Anthropometri.............................................. IV – 7
4.2 Pengolahan Data……………………………………...... IV – 8
4.2.1 Perhitungan Rekap Hasil Wawancara.................. IV – 8
4.2.2 Perhitungan Rekap Hasil Kuioner NBM.............. IV – 9
4.2.3 Penilaian Postur Kerja REBA............................... IV – 10
4.2.4 Perhitungan Fisiologi Kerja…………………….. IV – 24
A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure) .............. IV – 24
B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) .. IV – 27
4.2.4 Perhitungan Antropometri ................................... IV – 29
4.2.5 Perhitungan Persentil............................................ IV – 30
4.3 Tahap Perancangan.......................................................... IV – 30
4.3.1 Penyusunan Konsep Perancangan........................ IV – 30
4.3.2 Penentuan Dimensi Rancangan............................ IV – 36
4.3.3 Pembuatan Rancangan.......................................... IV – 45
A. Pembuatan Gambar Rancangan............................ IV – 45
B. Prototipe Perancangan Alat.................................. IV – 48
C. Perencanaan Pengoperasian.................................. IV – 49
xiii
4.3.4 Perhitungan Kekuatan Material............................ IV – 50
1. Perhitungan kekuatan pipa rangka landasan bawah
saat posisi posisi 90 0 ................................................... IV – 51
2. Perhitungan bagian roda, penampang poros, gaya
pada dan beban yang diterima roda............................. IV – 56
3. Perhitungan Jenis Material Plat landasan.................. IV – 62
4. Perhitungan kekuatan pipa rangka tengah saat posisi
450......................................................................... IV – 63
5. Perhitungan gaya pada penyangga pegas (pada shock
absorber)..................................................................... IV – 71
6. Perhitungan konstanta pada penyangga pegas (pada
shock absorber)...........................................................
IV – 77
7. Menghitung gaya untuk mendorong, ketika roda
terperosok dalam lubangan.......................................... IV – 78
8. Menghitung batas pengangkatan, kemudian
dikonversi kedalam pengangkutan.............................. IV – 80
9. Pemilihan desain pada pegangan (handle)................... IV – 85
4.3.5 Penentuan Bahan Material.................................... IV – 93
4.3.6 Estimasi Biaya Rancangan.................................... IV – 100
4.4 Evaluasi Hasil Uji Coba Perancangan Alat Bantu Kerja IV – 103
4.4.1 Evaluasi Postur Kerja Melalui Metode REBA..... IV – 103
4.4.2 Evaluasi Fisiologi Kerja…………........................ IV – 118
A. Perhitungan Energy Expenditure.......................... IV – 119
B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) .. IV – 123
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL......................... V – 1
5.1 A Analisis Perbandingan Postur Kerja................................ V – 1
5.2 Analisis Perbandingan Fisiologi Kerja………………… V – 3
5.2.1 Perhitungan Energy Expenditure.......................... V – 3
5.2.1 Perhitungan Energy Cost...................................... V – 4
5.3 Analisis Rancangan Alat.................................................. V – 6
xiv
5.4 Analisis Biaya Produksi................................................... V – 8
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................... VI – 1
6.1 Kesimpulan...................................................................... VI – 1
6.2 Saran................................................................................ VI – 1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penjelasan layout Lokasi Pasar Gede Surakarta ................... II – 5
Tabel 2.2 Tindakan yang dilakukan sesuai dengan batas angkat .......... II – 12
Tabel 2.3 Tindakan yang dilakukan sesuai dengan batas angkat........... II – 13
Tabel 2.4 Skor pergerakan punggung (batang tubuh) ............................ II – 22
Tabel 2.5 Skor pergerakan leher ............................................................ II – 23
Tabel 2.6 Skor postur kaki...................................................................... II – 23
Tabel 2.7 Skor pergerakan lengan atas................................................... II – 24
Tabel 2.8 Skor pergerakan lengan bawah .............................................. II – 25
Tabel 2.9 Skor pergelangan tangan......................................................... II – 25
Tabel 2.10 Tabel A……………………………………………………… II – 26
Tabel 2.11 Tabel B.................................................................................... II – 26
Tabel 2.12 Tabel C.................................................................................... II – 26
Tabel 2.13 Load atau force……………………………………………... II – 27
Tabel 2.14 Coupling…………………………………………………….. II – 27
Tabel 2.15 Activity………………………………………………………. II – 28
Tabel 2.16 Level resiko dan tindakan........................................................ II – 29
Tabel 2.17 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi oksigen........................ II – 29
Tabel 2.18 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi energi.......................... II – 32
Tabel 2.19 Data anthropometri untuk perancangan handtruck................. II – 35
Tabel 2.20 Jenis persentil dan cara perhitungan ………………………... II – 40
Tabel 4.1 Aktivitas manual material handling pekerja buruh angkut..... IV – 1
Tabel 4.2 Tindakan sesuai dengan batas angkat...................................... IV – 3
Tabel 4.3 Atribut kegiatan manual material handling………………… IV – 3
Tabel 4.4 Data umur dan masa kerja pekerja buruh angkut ………...... IV – 4
Tabel 4.5 Postur kerja pada pengangkatan, pengangkutan peti............. IV – 5
Tabel 4.6 Kegunaan dimensi antropometri…………………………… IV – 7
Tabel 4.7 Persentase keluhan pekerja ……………………………….. IV – 8
Tabel 4.8 Persentase keinginan pekerja buruh angkut......................... IV – 8
Tabel 4.9 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.2................................... IV – 9
Tabel 4.10 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 13
xvi
Tabel 4.11 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 13
Tabel 4.12 Skor Reba grup A.................................................................... IV – 16
Tabel 4.13 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 17
Tabel 4.14 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 18
Tabel 4.15 Skor Reba grup A.................................................................... IV – 22
Tabel 4.16 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 23
Tabel 4.17 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 18
Tabel 4.18 Perhitungan energy expenditure pekerja buruh angkut........... IV – 25
Tabel 4.19 Penghitungan energy cost dan penggolongan beban kerja...... IV – 28
Tabel 4.20 Nilai rata-rata dan standar deviasi........................................... IV – 29
Tabel 4.21 Rekapitulasi hasil perhitungan persentil.................................. IV – 30
Tabel 4.22 Ringkasan keluhan dan pernyataan keinginan pekerja............ IV – 31
Tabel 4.23 Penjabaran kebutuhan perancangan........................................ IV – 31
Tabel 4.24 Performance specification perancangan hand truck ……….. IV – 35
Tabel 4.25 Rekapitulasi hasil perhitungan dimensi perancangan handtruck.................................................................................
IV – 45
Tabel 4.26 Ukuran diameter dan tebal standar pipa baja struktur............. IV – 52
Tabel 4.27 Ukuran diameter dan tebal standar pipa baja struktur............. IV – 67
Tabel 4.28 Evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan saat loading unloading............................................
IV – 87
Tabel 4.29 Evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan saat mendorong.......................................................
IV – 90
Tabel 4.30 Estimasi biaya material……………………………………... IV – 101
Tabel 4.31 Estimasi non biaya material………………………………… IV – 102
Tabel 4.32 Total biaya perancangan…………………………………...... IV – 102
Tabel 4.33 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.58.................................... IV – 104
Tabel 4.34 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 105
Tabel 4.35 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 107
Tabel 4.36 Skor Reba grup A.................................................................... IV – 109
Tabel 4.37 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 111
Tabel 4.38 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 112
Tabel 4.39 Skor Reba grup A.................................................................... IV – 115
Tabel 4.40 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 116
Tabel 4.41 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 117
xvii
Tabel 4.42 Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat............. IV – 119
Tabel 4.43 Perhitungan energy expenditure setelah perancangan alat …. IV – 121
Tabel 4.44 Kriteria beban kerja hasil perhitungan energy expenditure..... IV – 122
Tabel 4.45 Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat............. IV – 124
Tabel 4.46 Perhitungan energy cost setelah perancangan alat.................. IV – 125
Tabel 4.47 Kriteria grade of work (beban kerja) menurut energy cost…. IV – 126
Tabel 5.1 Hasil REBA kondisi awal (sebelum) dan kondisi setelah
perancangan.............................................................................
V - 1
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Postur tubuh pekerja buruh angkut Pasar Gede ............ I - 2
Gambar 2.1 Lokasi Pasar Gede Surakarta ........................................ II-1
Gambar 2.2 Layout Lokasi Pasar Gede Surakarta ............................ II-5
Gambar 2.3 Skema design management ………………………….. II-9
Gambar 2.4 Nordic body map …………………………………….. II-9
Gambar 2.5 Kegiatan mengangkat/menurunkan (lifting/lowering) . II-10
Gambar 2.6 Kegiatan mendorong/menarik (pushing/pulling) ......... II-11
Gambar 2.7 Kegiatan memutar (twisting) ....................................... II-11
Gambar 2.8 Kegiatan membawa (carry) ………………………….. II-11
Gambar 2.9 Kegiatan menahan (holding) ........................................ II-12
Gambar 2.10 Grafik level resiko dalam aktivitas pengangkatan
pada lokasi beban horisontal dan berat pengangkatan dari lantai kepada ketinggian tertentu ..........................
II-13
Gambar 2.11 Kondisi invertebratal disc bagian lumbar saat duduk .. II-15
Gambar 2.12 Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk ......... II-15
Gambar 2.13 Pengaruh sikap kerja pengangkatan yang salah ........... II-16
Gambar 2.14
Gambar 2.15
Jangkauan gerakan korset bahu.....................................
Jangkauan persendian bahu...........................................
II-19
II-19
Gambar 2.16 Jangkauan gerakan persendian siku............................... II-20
Gambar 2.17 Jangkauan gerakan pergerakan tangan.......................... II-20
Gambar 2.18 Range pergerakan punggung......................................... II-23
Gambar 2.19 Range pergerakan leher................................................. II-23
Gambar 2.20 Range pergerakan kaki ................................................ II-24
Gambar 2.21 Range Pergerakan lengan atas....................................... II-24
Gambar 2.22 Range Pergerakan lengan atas....................................... II-24
Gambar 2.22 Range pergerakan lengan bawah…………………… II-26
Gambar 2.23 Range pergerakan lengan bawah…………………… II-25
Gambar 2.24 Range pergerakan pergelangan tangan.......................... II-25
Gambar 2.25 Langkah-langkah perhitungan metode REBA............... II-28
Gambar 2.26 Antropometri untuk perancangan produk atau fasilitas. II-33
xix
Gambar 2.27 Ilustrasi persentil……………………………………. II-39
Gambar 2.28 Distribusi normal dengan data antropometri…………. II-40
Gambar 2.29 Tumpuan rol………………………………………...... II-42
Gambar 2.30 Tumpuan sendi……………………………………...... II-43
Gambar 2.31 Tumpuan jepit……………………………………........ II-43
Gambar 2.32 Sketsa prinsip statika kesetimbangan............................ II-44
Gambar 2.33 Sketsa shearing force diagram……………………… II-44
Gambar 2.34 Sketsa normal force………………………………… II-46
Gambar 2.35 Sketsa moment bending (+)........................................... II-46
Gambar 2.36 Landasan sketsa moment bending................................. II-46
Gambar 2.37 Landasan arah kanan..................................................... II-46
Gambar 2.38 Landasan arah kiri......................................................... II-46
Gambar 3.1 Metodologi penelitian ................................................... III-1
Grafik 4.1 Persentase keluhan tubuh pekerja.................................. IV-9
Gambar 4.2 Aktivitas pengangkatan peti………………………….. IV-10
Gambar 4.3 Bagan rekapitulasi penilaian total ………………….... IV-14
Gambar 4.4 Aktivitas pengangkutan peti………………………….. IV-15
Gambar 4.5 Bagan rekapitulasi penilaian total ………………….... IV-19
Gambar 4.6 Aktivitas penurunan peti…………………………….... IV-19
Gambar 4.7 Bagan rekapitulasi penilaian total ………………….... IV-24
Grafik 4.2 Perbandingan denyut jantung ....................................... IV-27
Gambar 4.8
Gambar 4.9
Establishing function perancangan…………………...
Clarifying objectives perancangan …………………...
IV-33
IV-33
Gambar 4.10 Sub-fungsi dasar perancangan ……………………….. IV-35
Gambar 4.11 Tinggi bahu berdiri........................................................ IV-37
Gambar 4.12 Tinggi siku berdiri......................................................... IV-39
Gambar 4.13 Perancangan ketinggian pegangan…………………… IV-39
Gambar 4.14 Lebar bahu pertama....................................................... IV-40
Gambar 4.15 Lebar bahu kedua.......................................................... IV-41
Gambar 4.16 Diameter lingkar genggam............................................ IV-42
Gambar 4.17 Lebar jari ke- 2,3,4,5..................................................... IV-43
Gambar 4.18 Gambar 2D tampak samping......................................... IV-45
xx
Gambar 4.19
Gambar 4.20
Gambar 4.21
Gambar 4.22
Gambar 4.23
Gambar 4.24
Gambar 2D posisi miring..............................................
Gambar 3D Tampak depan...........................................
Rancangan 3D tampak samping posisi berdiri..............
Rancangan 3D tampak belakang posisi tegak…...........
Rancangan 3D tampak samping………………………
Rancangan 3D tampak samping…………………........
IV-46
IV-46
IV-46
IV-46
IV-47
IV-48 Gambar 4.26 Prototipe hasil perancangan alat bantu.......................... IV-48
Gambar 4.27 Kondisi pembebanan pada perancangan handtruck...... IV-50
Gambar 4.28 Model pembebanan penampang pipa............................ IV-51
Gambar 4.29 Diagram benda bebas penampang................................. IV-52
Gambar 4.30 Profil pipa baja karbon 0,2% roll panas……………… IV-54
Gambar 4.31 Model pembenanan roda depan sebagai tumpuan......... IV-57
Gambar 4.32 Gaya geser roda………………………………………. IV-57
Gambar 4.33 Plat landasan bawah handtruck………………………. IV-63
Gambar 4.34 Kondisi pembebanan pada............................................. IV-63
Gambar 4.30 Model pembebanan penampang pipa............................ IV-64
Gambar 4.31 Penguraian gaya yang bekerja pada peti ke satu........... IV-64
Gambar 4.32 Diagram benda bebas penampang................................. IV-65
Gambar 4.33 Profil pipa baja karbon 0,2%......................................... IV-65
Gambar 4.34 Kondisi pembebanan pada perancangan handtruck...... IV-65
Gambar 4.35 Model pembebanan pada pegas..................................... IV-66
Gambar 4.36 Penguraian gaya yang terjadi pada batang.................... IV-66
Gambar 4.37 Diagram benda bebas penampang................................. IV-66
Gambar 4.38 Profil pipa baja karbon 0,2%......................................... IV-69
Gambar 4.39 Kondisi pembebanan pada perancangan handtruck...... IV-71
Gambar 4.40 Model pembebanan terhadap pegas............................... IV-73
Gambar 4.41 Penguraian gaya yang terjadi pada batang.................... IV-74
Gambar 4.42 Diagram bending momen.............................................. IV-74
Gambar 4.43 Sketsa panjang shock absorber..................................... IV-76
Gambar 4.44 Model pembebanan....................................................... IV-78
Gambar 4.45 Gaya dorong roda dari kondisi permukaan................... IV-79
Gambar 4.46 Besarnya sudut dari kondisi permukaan menanjak... IV-85
xxi
Gambar 4.47 Gaya dan kecepatan saat mengangkut beban................ IV-98
Gambar 4.48 Model desain dan ukuran ketinggian pegangan............ IV-86
Gambar 4.49 Desain perancangan handle pertama (handle) terpisah. IV-89
Gambar 4.50 Desain perancangan handle kedua (handle menyatu)... IV-93
Gambar 4.51 Desain perancangan handle kedua (handle menyatu) IV-93
Gambar 4.52 Pipa baja karbon 0,2% (rol panas)…………………… IV-94
Gambar 4.53 Plat jenis aluminium bordes………………………….. IV-95
Gambar 4.54 Pipa baja karbon 0,2% (rol panas)................................. IV-95
Gambar 4.55 Shock absorber monoshock........................................... IV-97
Gambar 4.56 Plat dudukan roda.......................................................... IV-97
Gambar 4.57 Roda depan handtruck................................................... IV-99
Gambar 4.58 Roda belakang handtruck ............................................. IV-99
Gambar 4.59 Karet handgrip raket bulu tangkis................................. IV-100
Gambar 4.60 Sudut segmen tubuh pekerja saat loading……………. IV-108
Gambar 4.61 Bagan rekapitulasi penilaian total ………………… IV-106
Gambar 4.62 Sudut segmen tubuh pekerja saat pengangkutan…… IV-108
Gambar 4.63 Bagan rekapitulasi penilaian total ………………...… IV-113
Gambar 4.64 Sudut segmen tubuh pekerja saat unloading…….…… IV-114
Gambar 4.65 Bagan rekapitulasi penilaian total ………………...… IV-118
Grafik 4.3 Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy
expenditure..................................................................... IV-122
Grafik 4.4 Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy cost.................................................................................
IV-127
Grafik 5.1 Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy expenditure.....................................................................
V-3
Grafik 5.2 Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy
cost................................................................................. V-5
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
L.1 Layout Aktivitas Manual Material Handling Lokasi Pasar Gede Surakarta
L.2 Biodata Pekerja Buruh Angkut Lokasi Pasar Gede Surakarta
L.3.1 Rekapitulasi Kuisioner Nordic Body Map
L.3.2 Kuesioner Pekerja Buruh Angkut Pasar Gede Surakarta
L.4.1 Gambar Pengukuran Denyut Jantung Pekerja
L.4.2 Gambar Pengukuran Tekanan Darah Pekerja
L.4.3 Rekap Pengukuran Denyut Jantung Pekerja Tahap pertama
L.4.4 Rekap Pengukuran Denyut Jantung Pekerja Tahap kedua
L.4.5 Rekap Pengukuran Denyut Jantung Pekerja Tahap ketiga
L.4.6 Rekap Pengukuran Denyut Jantung Pekerja Tahap keempat
L.5.1 Gambar Pengukuran Antropometri Pekerja Buruh Angkut
L.6 Rekapitulasi Persentase Keluhan Pekerja Melalui Kusisioner Nordic Body
Map
L.7.1 Kriteria beban kerja Pada Masing – Masing Berdasarkan Energy
Expenditure
L.7.2 Tabel kategori pekerjaan berdasar denyut jantung dan energy expenditure
L.7.3 Tabel kriteria pekerjaan berdasarkan energy cost pekerja menurut
Kamalakannan et al, 2007
L.8 Data antropometri pekerja buruh angkut Lokasi Pasar Gede
L.9 Perhitungan Nilai Persentil
L.10 Tabel Sifat Fisis Tertentu dan Tegangan Ijin Untuk Beberapa Bahan Teknis
L.11 Mekanisme Proses Pengangkatan Maupun Pengangkatan Peti
L.12 Biaya Produksi Untuk Penyempurnaan Hasil Perancangan Handtruck
23
L-24
L-25
ii
SURAT PERNYATAAN
KEMAJUAN PENELITIAN TUGAS AKHIR (TA) / SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Jurusan Teknik Industri yang
menyatakan bahwa:
Nama : Rangga Romadhan
NIM. : I 1305011
Judul Penelitian : Perancangan Handtruck Sebagai Alat Bantu Kerja Buruh
Angkut Di Pasar Gede Surakarta
Bidang Fokus : Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
Waktu Penelitian Telah
Jatuh Bulan ke*)
: 9 bln
Akan memenuhi ketentuan :
1. Apabila setelah 3 bulan dari proposal yang telah disetujui oleh pihak jurusan, penelitian saya tidak ada perkembangan sama sekali atau dinyatakan nihil oleh
jurusan, maka proposal yang diajukan dapat dinyatakan GUGUR dikarenakan tidak memenuhi syarat waktu untuk dilanjutkan dan saya siap untuk mengajukan
proposal ulang kembali.
2. Apabila setelah 6 bulan dari proposal yang telah disetujui oleh pihak jurusan, penelitian saya sangat lambat kemajuannya yang diikuti dengan keterangan dari
dosen pembimbing, ataupun setelah seminar tugas akhir tidak ada perkembangan kembali atas segala agenda perbaikan, yang disertai keterangan dari dosen
pembimbing, maka proposal yang diajukan atau segala sesuatu dari agenda
perbaikan setelah diadakan acara seminar tugas akhir dapat dinyatakan GUGUR dikarenakan tidak memenuhi syarat waktu untuk dilanjutkan dan saya siap untuk
mengajukan proposal ulang kembali.
3. Apabila setelah 9 bulan dari proposal yang telah disetujui oleh pihak jurusan,
penelitian saya sangat lambat kemajuannya yang diikuti dengan keterangan dari
dosen pembimbing, ataupun setelah seminar tugas akhir tidak ada perkembangan kembali atas segala agenda perbaikan, yang disertai keterangan dari dosen
pembimbing, maka proposal yang diajukan atau segala sesuatu dari agenda perbaikan setelah diadakan acara seminar tugas akhir dapat dinyatakan GUGUR
dikarenakan tidak memenuhi syarat waktu untuk dilanjutkan dan saya siap untuk
mengajukan proposal ulang kembali.
*) Terhitung dari tanggal dan bulan disyahkannya proposal oleh Koordinator Tugas Akhir
4. Apabila setelah perpanjangan waktu ke dua selama 5 bulan, perkembangan
penelitian saya sangat lambat kemajuannya yang diikuti dengan keterangan dari dosen pembimbing, atau setelah seminar tugas akhir tidak ada perkembangan
kembali atas segala agenda perbaikan yang disertai keterangan dari dosen pembimbing, maka proposal yang diajukan atau segala sesuatu dari agenda
perbaikan setelah diadakan acara seminar tugas akhir dapat dinyatakan GUGUR
dikarenakan tidak memenuhi syarat waktu untuk dilanjutkan dan saya siap untuk mengajukan proposal ulang kembali.
5. Apabila setelah acara sidang tugas akhir tidak dapat menyelesaikan segala sesuatu dari agenda perbaikan dari tugas akhir yang harus dilakukan selama 3 bulan ke
depan dari selesainya acara sidang sarjana strata satu (S1), maka saya siap untuk
TIDAK DAPAT MENERIMA HAK APAPUN (Surat Keterangan Lulus, Ijazah S1, Transkrip Nilai) dari jurusan sampai dapat diselesaikannya semua
agenda perbaikan, dan dapat menyerahkan bukti fisik dari tugas akhir yang telah selesai dikerjakan sesuai dengan ketentuan berlaku.
Keterangan evaluasi hasil pembimbingan:
Pembimbing 1,
Taufiq Rochman, STP, MT
NIP : 19701030 199802 1 001
: ………………………………………………..…………………………………………………………
…………………………………………………...…………………………………………………
Pembimbing 2,
Irwan Iftadi, ST, M.Eng
NIP : 19700404 199603 1 002
: ………………………………………………..…
……………………………...……………...........
………………………………………………......
.………………………………………………….
Dengan demikian pernyataan kenajuan tugas akhir saya buat dengan sebenar –
benarnya dan siap untuk menanggung segala konsekuensinya, apabila saya
dinyatakan tidak memperhatikan segala ketentuan yang berlaku di Jurusan.
Surakarta, 27 April 2010
Rangga Romadhan
I 1305011
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir dengan judul “Perancangan Handtruck
Sebagai Alat Bantu Kerja Buruh Angkut Di Pasar Gede Surakarta“ dapat
diselesaikan untuk memenuhi syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan penelitian
ini, penulis berharap dapat memberi masukan secara umum bagi Dinas Pasar
Gede Surakarta dan khususnya bagi pekerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta
tanpa terhalang oleh tempat dan waktu.
Tidak lupa pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar- besarnya atas pihak- pihak yang turut membantu dalam
penyelesaian tugas akhir ini, yaitu :
1. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
fakultas teknik UNS.
2. Bapak Taufiq Rochman, STP, MT selaku pembimbing I, atas segala
bimbingan, arahan, motivasi, pengertian dan doa.
3. Bapak Irwan Iftadi, ST, M.Eng selaku pembimbing II, atas segala
bimbingan, arahan, motivasi, pengertian dan doa.
4. Bapak Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT selaku penguji, atas kesediaannya
memberikan masukan, gagasan dan saran atas perbaikan tugas akhir ini.
5. Bapak Ilham Priyadhitama, ST, MT selaku penguji, atas kerelaan dalam
membimbing, mengarahkan dan memberikan ide maupun gagasan dalam
hal perancangan dan perhitungan dalam tugas akir ini.
6. Bapak H. Hartojo, Ibu Hj. Nurzainah selaku orang tua kami, keluarga
besar Abdul Karim Surabaya yang selalu memberi dukungan dan doa yang
tak pernah putus sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.
7. Bapak Sugianto, SH, M.Hum selaku Kepala Dinas Pasar Gede Surakarta,
dan petugas-petugas yang bernaung di Pasar Gede Surakata, terima kasih
atas bimbiongannya selama penelitian di Pasar Gede Surakarta.
vi
8. Seluruh pekerja buruh angkut Lokasi Pasar Gede Surkarta, atas
keramahan, bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan
pengambilan data dalam penelitian ini.
9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti, Pak Agus , dan semua tim TU,
terima kasih atas segala urusan administrasi selama kuliah di teknik
industri ini.
10. Erdianto karo, Zulmi, Lutfie, Afik Jati Purnomo, Randi, Alex, Hanafi, ,
Miftahudin, Bolang, Budi, Febri dan Kumbara. Penulis akan merindukan
kebersamaan kita selama ini, terima kasih buat semua persahabatan
pengertian, waktu, dukungan, semangat, hati tulus, semuanya yang aku
tidak mampu lagi untuk menyebutkannya, 4,5 tahun ini menjadi waktu
yang berharga bagiku.
11. Teman-teman Teknik Industri angkatan 2005, yang selalu mendukung dan
membantuku, kalian semua teman-teman terbaikku, keep our silaturahim
meski kita akan jarang bertemu.
12. Teman-teman Teknik Industri non reg angkatan 2006, terutama kontrakan
keppinds industri yang selalu mendukung dan membantuku, kalian semua
teman-teman terbaikku, jaga semangat kalian untuk menyelesaikan tugas
akir kalian. Meski kita akan jarang bertemu, tapi berkat kalian semua kita
dapat betemu dan menjalin persaudaraan.
13. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun yang dapat membantu
penulis di masa yang akan datang. Semoga apa yang penulis sampaikan dalam
laporan ini dapat berguna bagi penulis, rekan-rekan mahasiswa maupun semua
pihak yang membutuhkan.
Surakarta, April 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
LEMBAR PENGEAHAN……………………………………………….. ii
LEMBAR VALIDASI................................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH............. iv
SURAT PUBLIKASI KARYA ILMIAH................................................. v
KATA PENGANTAR................................................................................ vi
ABSTRAK................................................................................................... vii
ABSTRACT................................................................................................ vii
DAFTAR ISI……………………………………………………………... ix
DAFTAR TABEL…………………………………................................... x
DAFTAR GAMBAR……………………………...................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………...................................... xv
BAB I PENDAHULUAN................................................................... I-1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................. I – 1
1.2 Perumusan Masalah......................................................... I – 4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................. I – 4
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………... I – 4
1.5 Batasan Masalah……………………………………….. I – 4
1.6 Asumsi…………………………………………………. I – 5
1.7 Sistematika Penulisan………………………………….. I – 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………. II – 1
2.1 Tinjauan Umum Lokasi Pasar Gede Surakarta................ II – 1
2.1.1. Lokasi Pasar Gede................................................. II – 1
2.1.2 Aktivitas Manual Material Handling diLokasi
Pasar Gede Surakarta.............................................
II – 6
2.2 Landasan Teori................................................................ II – 7
2.2.1 Desain dan Ergonomi............................................ II – 8
2.2.2 Nordic Body Map.................................................. II – 9
2.2.3 Manual Material Handling................................... II – 10
2.2.4 Postur dan Pergerakan Kerja................................. II – 18
2.2.5 REBA (Rapid Entrie Body Assesment)................ II – 21
2.2.6 Fisiologi Kerja………………………………… II – 29
A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure) .............. II – 30
B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) ... II – 31
2.2.7 Pengertian Anthropometri...................................... II – 32
2.2.8 Perancangan Dengan Metode Rasional................. II – 40
2.2.9 Mekanika Konstruksi............................................. II – 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………… III – 1
3.1 Identifikasi Masalah……………………………………. III – 3
3.1.1 Studi Literatur........................................................ III – 3
3.1.2 Studi Lapangan………………………………….. III – 4
3.1.3 Perumusan Masalah............................................... III – 4
3.1.4 Tujuan Penelitian................................................... III – 5
3.1.5 Manfaat Penelitian............................................... III – 5
3.2 Tahap Pengumpulan Data……………………………… III – 5
3.2.1 Dokumentasi......................................................... III – 5
3.2.2 Wawancara............................................................ III – 6
3.2.3 Kuisioner Nordic Body Map................................. III – 6
3.2.4 Data Postur Kerja.................................................. III – 6
3.2.5 Data Fisiologi Pekerja........................................... III – 6
3.2.6 Data Fisiologi Pekerja........................................... III – 7
3.3 Tahap Pengolahan Data……………………………...… III – 8
3.3.1 Perhitungan Hasil Kuisioner Nordic Body Map... III – 8
3.2.2 Penilaian Postur Kerja Metode REBA.................. III – 8
3.3.3 Perhitungan Fisiologi Kerja…………………….. III – 8
A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure) .............. III – 8
B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) .. III – 9
3.3.4 Perhitungan Antropometri ................................... III – 9
3.3.5 Perhitungan Persentil............................................ III – 9
3.4 Tahap Perancangan……………………………….......... III – 10
3.4.1 Penyusunan Konsep Perancangan........................ III – 10
3.4.2 Penentuan Dimensi Rancangan........................... III – 10
3.4.2 Pembuatan Rancangan......................................... III – 12
3.4.3 Perhitungan Kekuatan Material...........................
III – 12
3.4.5 Penentuan Bahan Material................................... III – 13
3.4.6 Estimasi Biaya Rancangan.................................... III – 13
3.4.7 Tahap Evaluasi Uji Coba Perancangan.................. III – 13
3.5 Tahap Analisis dan Interpretasi Hasil………………….. III – 14
3.5 Tahap Kesimpulasn dan Saran......................................... III – 14
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA………... IV – 1
4.1 Pengumpulan Data……………………………………... IV – 1
4.1.1 Dokumentasi........................................................ IV – 1
4.1.2 Wawancara............................................................ IV – 4
4.1.3 Kuisioner Nordic Body Map................................. IV – 5
4.1.5 Data Postur Kerja................................................. IV – 5
4.1.5 Data Fisiologi Kerja............................................. IV – 6
4.1.6 Data Anthropometri.............................................. IV – 7
4.2 Pengolahan Data……………………………………...... IV – 8
4.2.1 Perhitungan Rekap Hasil Wawancara.................. IV – 8
4.2.2 Perhitungan Rekap Hasil Kuioner NBM.............. IV – 9
4.2.3 Penilaian Postur Kerja REBA............................... IV – 10
4.2.4 Perhitungan Fisiologi Kerja…………………….. IV – 24
A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure) .............. IV – 24
B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) .. IV – 27
4.2.4 Perhitungan Antropometri ................................... IV – 29
4.2.5 Perhitungan Persentil............................................ IV – 30
4.3 Tahap Perancangan.......................................................... IV – 30
4.3.1 Penyusunan Konsep Perancangan........................ IV – 30
4.3.2 Penentuan Dimensi Rancangan............................ IV – 36
4.3.3 Pembuatan Rancangan.......................................... IV – 45
A. Pembuatan Gambar Rancangan............................ IV – 45
B. Prototipe Perancangan Alat.................................. IV – 48
C. Perencanaan Pengoperasian.................................. IV – 49
4.3.4 Perhitungan Kekuatan Material............................ IV – 50
1. Perhitungan kekuatan pipa rangka landasan bawah
saat posisi posisi 90 0 ................................................... IV – 51
2. Perhitungan bagian roda, penampang poros, gaya
pada dan beban yang diterima roda............................. IV – 56
3. Perhitungan Jenis Material Plat landasan.................. IV – 62
4. Perhitungan kekuatan pipa rangka tengah saat posisi
45 0 ......................................................................... IV – 63
5. Perhitungan gaya pada penyangga pegas (pada shock
absorber)..................................................................... IV – 71
6. Perhitungan konstanta pada penyangga pegas (pada
shock absorber)...........................................................
IV – 77
7. Menghitung gaya untuk mendorong, ketika roda
terperosok dalam lubangan.......................................... IV – 78
8. Menghitung batas pengangkatan, kemudian
dikonversi kedalam pengangkutan.............................. IV – 80
9. Pemilihan desain pada pegangan (handle)................... IV – 85
4.3.5 Penentuan Bahan Material.................................... IV – 93
4.3.6 Estimasi Biaya Rancangan.................................... IV – 100
4.4 Evaluasi Hasil Uji Coba Perancangan Alat Bantu Kerja IV – 103
4.4.1 Evaluasi Postur Kerja Melalui Metode REBA..... IV – 103
4.4.2 Evaluasi Fisiologi Kerja…………........................ IV – 118
A. Perhitungan Energy Expenditure.......................... IV – 119
B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) .. IV – 123
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL......................... V – 1
5.1 A Analisis Perbandingan Postur Kerja................................ V – 1
5.2 Analisis Perbandingan Fisiologi Kerja………………… V – 3
5.2.1 Perhitungan Energy Expenditure.......................... V – 3
5.2.1 Perhitungan Energy Cost...................................... V – 4
5.3 Analisis Rancangan Alat..................................................
V – 6
5.4 Analisis Biaya Produksi................................................... V – 8
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................... VI – 1
6.1 Kesimpulan...................................................................... VI – 1
6.2 Saran................................................................................ VI – 1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penjelasan layout Lokasi Pasar Gede Surakarta ................... II – 5
Tabel 2.2 Tindakan yang dilakukan sesuai dengan batas angkat .......... II – 12
Tabel 2.3 Tindakan yang dilakukan sesuai dengan batas angkat........... II – 13
Tabel 2.4 Skor pergerakan punggung (batang tubuh) ............................ II – 22
Tabel 2.5 Skor pergerakan leher ............................................................ II – 23
Tabel 2.6 Skor postur kaki...................................................................... II – 23
Tabel 2.7 Skor pergerakan lengan atas................................................... II – 24
Tabel 2.8 Skor pergerakan lengan bawah .............................................. II – 25
Tabel 2.9 Skor pergelangan tangan......................................................... II – 25
Tabel 2.10 Tabel A……………………………………………………… II – 26
Tabel 2.11 Tabel B.................................................................................... II – 26
Tabel 2.12 Tabel C.................................................................................... II – 26
Tabel 2.13 Load atau force……………………………………………... II – 27
Tabel 2.14 Coupling…………………………………………………….. II – 27
Tabel 2.15 Activity………………………………………………………. II – 28
Tabel 2.16 Level resiko dan tindakan........................................................ II – 29
Tabel 2.17 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi oksigen........................ II – 29
Tabel 2.18 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi energi.......................... II – 32
Tabel 2.19 Data anthropometri untuk perancangan handtruck................. II – 35
Tabel 2.20 Jenis persentil dan cara perhitungan ………………………... II – 40
Tabel 4.1 Aktivitas manual material handling pekerja buruh angkut..... IV – 1
Tabel 4.2 Tindakan sesuai dengan batas angkat...................................... IV – 3
Tabel 4.3 Atribut kegiatan manual material handling………………… IV – 3
Tabel 4.4 Data umur dan masa kerja pekerja buruh angkut ………...... IV – 4
Tabel 4.5 Postur kerja pada pengangkatan, pengangkutan peti............. IV – 5
Tabel 4.6 Kegunaan dimensi antropometri…………………………… IV – 7
Tabel 4.7 Persentase keluhan pekerja ……………………………….. IV – 8
Tabel 4.8 Persentase keinginan pekerja buruh angkut......................... IV – 8
Tabel 4.9 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.2................................... IV – 9
Tabel 4.10 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 13
Tabel 4.11 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 13
Tabel 4.12 Skor Reba grup A.................................................................... IV – 16
Tabel 4.13 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 17
Tabel 4.14 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 18
Tabel 4.15 Skor Reba grup A.................................................................... IV – 22
Tabel 4.16 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 23
Tabel 4.17 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 18
Tabel 4.18 Perhitungan energy expenditure pekerja buruh angkut........... IV – 25
Tabel 4.19 Penghitungan energy cost dan penggolongan beban kerja...... IV – 28
Tabel 4.20 Nilai rata-rata dan standar deviasi........................................... IV – 29
Tabel 4.21 Rekapitulasi hasil perhitungan persentil.................................. IV – 30
Tabel 4.22 Ringkasan keluhan dan pernyataan keinginan pekerja............ IV – 31
Tabel 4.23 Penjabaran kebutuhan perancangan........................................ IV – 31
Tabel 4.24 Performance specification perancangan hand truck ……….. IV – 35
Tabel 4.25 Rekapitulasi hasil perhitungan dimensi perancangan
handtruck................................................................................. IV – 45
Tabel 4.26 Ukuran diameter dan tebal standar pipa baja struktur............. IV – 52
Tabel 4.27 Ukuran diameter dan tebal standar pipa baja struktur............. IV – 67
Tabel 4.28 Evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain
pegangan saat loading unloading............................................ IV – 87
Tabel 4.29 Evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain
pegangan saat mendorong....................................................... IV – 90
Tabel 4.30 Estimasi biaya material……………………………………... IV – 101
Tabel 4.31 Estimasi non biaya material………………………………… IV – 102
Tabel 4.32 Total biaya perancangan…………………………………...... IV – 102
Tabel 4.33 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.58.................................... IV – 104
Tabel 4.34 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 105
Tabel 4.35 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 107
Tabel 4.36 Skor Reba grup A.................................................................... IV – 109
Tabel 4.37 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 111
Tabel 4.38 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 112
Tabel 4.39 Skor Reba grup A.................................................................... IV – 115
Tabel 4.40 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 116
Tabel 4.41 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 117
Tabel 4.42 Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat............. IV – 119
Tabel 4.43 Perhitungan energy expenditure setelah perancangan alat …. IV – 121
Tabel 4.44 Kriteria beban kerja hasil perhitungan energy expenditure..... IV – 122
Tabel 4.45 Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat............. IV – 124
Tabel 4.46 Perhitungan energy cost setelah perancangan alat.................. IV – 125
Tabel 4.47 Kriteria grade of work (beban kerja) menurut energy cost…. IV – 126
Tabel 5.1 Hasil REBA kondisi awal (sebelum) dan kondisi setelah perancangan.............................................................................
V - 1
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah dari
penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, batasan masalah, asumsi yang
yang diangkat dalam penelitian serta sistematika penulisan untuk menyelesaikan
penelitian.
I.1. Latar Belakang
Manual Material Handling (MMH) merupakan kegiatan memindahkan
beban secara manual yang dilakukan oleh manusia dalam rentang waktu tertentu.
Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) kegiatan MMH
dibagi menjadi lima bagian, yaitu mengangkat/menurunkan (lifting/lowering),
mendorong/ menarik (pushing/pulling), memutar (twisting), membawa (carriying)
dan menahan (holding). Manusia berperan penting dalam kegiatan MMH di
berbagai tempat kerja, karena pada beberapa tempat kerja masih banyak yang
menggunakan manusia sebagai pekerja dibandingkan dengan menggunakan
mesin.
Pasar merupakan salah satu tempat yang lebih banyak menggunakan
manusia sebagai pekerja dalam kegiatan MMH dibandingkan dengan mesin.
Kegiatan MMH yang terdapat di pasar umumnya berupa mengangkat beban,
mengangkut beban dan meletakkan beban. Beberapa kegiatan tersebut didominasi
oleh manusia, karena kondisi pasar secara umum masih mempertahankan pola
kerja tradisional. Pola kerja yang dilakukan secara tradisonal akan sangat
menguras tenaga dan mempercepat kelelahan kerja. Disamping itu pekerjaan
MMH yang dilakukan secara over exertion seperti mengangkut beban akan
berdampak buruk pada kesehatan pekerja.
Pasar Gede merupakan salah satu pasar yang berada di Kota Surakata. Pada
Pasar Gede terdapat aktivitas manual material handling yaitu aktivitas
pengangkatan, pengangkutan maupun penurunan beban kerja yang berupa peti
buah dari lokasi bongkar muat truck hingga ke kios pedangang dengan jarak ± 20
meter. Selain memperhitungkan jarak antara lokasi bongkar muat truck hingga ke
kios pedangang pada aktivitas MMH yang terdapat di Pasar Gede, juga
mempertimbangkan ukuran maupun kapasitas beban tiap peti. Adapun ukuran dan
I-2
kapasitas beban tiap peti, diantaranya peti sedang dengan ukuran 30 cm x 23 cm x
27 cm memiliki kapasitas beban sebesar 27 kg/peti. Sedangkan untuk peti besar
dengan ukuran 60 cm x 40 cm x 42 cm memiliki kapasitas beban sebesar 55
kg/peti. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai aktivitas manual material
handling yaitu aktivitas pengangkatan, pengangkutan maupun penurunan peti
buah ukuran besar dengan ketentuan 60 cm x 40 cm x 42 cm dan memiliki
kapasitas beban sebesar 55 kg/peti. Aktivitas manual material handling yang
terdapat di Pasar Gede dapat ditunjukkan pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Aktivitas MMH oleh pekerja buruh angkut di Pasar Gede
Sumber : Dokumentasi, 2009
Menurut National Occupational Health and Safety Commission batas normal
pengangkatan yang dianjurkan sebesar 34 - 50 kg tanpa menggunakan alat bantu,
dan pengangkatan beban diatas 50 kg dianjurkan menggunakan alat bantu
(Suhardi dkk, 2008). Sedangkan kondisi aktual pengangkatan beban yang
dilakukan oleh pekerja buruh angkut di Pasar Gede rata – rata sebesar 55 kg tanpa
menggunakan alat bantu pengangkatan (rata – rata berat buah tiap peti sebesar 50
kg dan berat peti sebesar 5 kg).
Berdasarkan pengamatan gambar 1.1 diatas, dapat diketahui bahwa postur kerja
saat melakukan aktivitas pengangkatan, pengangkutan maupun penurunan peti
dapat menimbulkan resiko terjadinya keluhan pada beberapa bagian tubuh.
Identifikasi penyebab keluhan pada beberapa bagian tubuh yang timbul dapat
dilakukan dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA).
Metode REBA dipilih karena pekerja mengalami keluhan pada tubuh bagian atas
dan bawah. Dari hasil pengolahan metode REBA dapat diidentifikasi penyebab
keluhan pada bagian tubuh terutama pada posisi pergelangan tangan (wrist twist)
PergelanganTangan (Wrist Twist )
PergelanganTangan
(Wrist Twist )
Punggung (Trunk )
Lengan Atas (Upper Arm)
Lengan Bawah (Lower Arm)
Leher ( Neck )
Punggung (Trunk )
Lutut Kaki (Legs )
Leher ( Neck )
Lengan Atas (Upper Arm)
PergelanganTangan (Wrist Twist )
PergelanganTangan
(Wrist Twist ) Punggung
(Trunk )
Lutut Kaki (Legs )
Lengan Bawah (Lower Arm)
Lengan Atas (Upper Arm)
I-3
menekuk saat mencengkaram peti dengan sudut 42 0 , posisi lengan atas (upper
arm) menekuk dengan sudut 48 0 , lengan bawah (lower arm) menjangkau peti
kearah belakang dengan posisi lengan bawah menekuk keatas dengan sudut 25 0 ,
leher (neck) dengan posisi menengadah keatas dengan sudut 39 0 , bagian
punggung (trunk) membungkuk dengan sudut 63 0 , bagian pinggang membungkuk
dengan sudut 51 0 , bagian betis dan lutut kaki (legs) menekuk kearah depan pada
saat menahan beban dengan sudut 15 0 dan 38 0 , sehingga posisi batang tubuh
menjadi tidak tegak. Kondisi tersebut menyebabkan pekerja sering mengalami
keluhan dalam melakukan aktivitasnya. Keluhan tersebut antara lain : kelelahan
pada bagian tubuh tertentu (punggung sebesar 100%, lutut sebesar 100%, betis
sebesar 87,5%, pergelangan kaki sebesar 83,3%, leher sebesar 79,2% dan
pergelangan tangan sebesar 62,5%), beban yang diangkut terlalu berat (rata – rata
sebesar 55kg) dan kesulitan pada waktu akses keluar masuk kios yaitu dengan
ukuran terkecil gang antar kios sebesar 1,5 meter. Akibat dari keluhan tersebut,
banyak pekerja mengeluarkan tingkat konsumsi energi yang cukup besar pada saat
bekerja. Melihat kondisi tersebut, penelitian ini memandang permasalahan
pengangkutan MMH dilokasi Pasar Gede sebagai permasalahan yang layak
diangkat sebagai topik penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan beberapa tahapan yang mana setiap
tahapan menggunakan metode yang berbeda-beda. Tahap pertama dilakukan
dengan penyebaran kuisioner nordic body map. Nordic body map adalah salah
satu alat ukur ergonomi sederhana yang dapat digunakan untuk mengenali sumber
penyebab keluhan musculoskeletal. Penyebaran kuisioner nordic body map
dengan melibatkan 24 responden. Pemilihan sampel dengan melibatkan 24
responden dikarenakan pada saat menyebarkan kuisioner nordic body map
(observasi lapangan), yang dijumpai dilokasi Pasar Gede sejumlah 24 orang
pekerja buruh angkut tanpa menentukan jumlah sampel yang diinginkan dan
dikatakan telah mewakili dari keseluruhan populasi pekerja buruh angkut lokasi
Pasar Gede. Selain itu, responden tersebut merupakan pekerja buruh angkut yang
khusus bekerja sebagai pekerja buruh angkut buah. Tujuan pengisian kuisioner
NBM untuk mengetahui prosentase keluhan tubuh pekerja buruh angkut. Tahap
kedua menggunakan perhitungan postur kerja dengan menggunakan metode
I-4
Rapid Entire Body Assesment (REBA). Metode REBA dipilih karena pekerja
mengalami keluhan pada tubuh bagian atas dan bawah. Tahap ketiga
menggunakan perhitungan fisiologi kerja dengan tujuan untuk mengetahui energi
yang dikeluarkan oleh pekerja pada saat mengangkut beban. Tahap keempat
terutama pada tahap perancangan alat bantu fasilitas kerja dengan
mempertimbangkan anthropometri. Anthropometri merupakan suatu ilmu yang
secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan
perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok dan lain
sebagainya (Panero dan Zelnik, 2003). Penggunaan antropometri berfungsi untuk
untuk menentukan dimensi handtruck yang akan dirancang.
Berdasarkan peramasalahan tersebut perlu adanya perancangan alat bantu
kerja untuk menggantikan pekerjaan yang dilakukan secara manual. Terdapat
beberapa alat bantu kerja yang dapat mempermudah pekerjaan, seperti conveyor,
forklift, dan handtruck. Setiap alat bantu kerja tersebut mempunyai kelebihan
maupun kekurangan. Dengan mempertimbangkan kondisi di Pasar Gede, maka
alat bantu kerja yang paling ideal adalah handtruck.
Perancangan alat bantu kerja berupa handtruck bertujuan untuk
memudahkan aktivitas pekerja buruh angkut di Pasar Gede. Dengan adanya
perbaikan kerja yang berupa perancangan handtruck, diharapkan dapat
memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka perumusan
masalah pada penelitian ini adalah bagaimana merancang handtruck sebagai alat
bantu kerja guna memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja buruh
angkut di Pasar Gede Surakarta.
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah memperoleh rancangan handtruck
sebagai alat bantu kerja, guna memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban
kerja.
I-5
I.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah menghasilkan suatu alat bantu
kerja yang berupa hand truck, sehingga manfaat yang dirasakan secara langsung
memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja.
I.5. Batasan Masalah
Agar penelitan ini tidak terlalu luas topik pembahasannya maka diperlukan
adanya pembatasan masalah, adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Identifikasi keluhan pekerja dilakukan pada saat aktivitas manual material
handling, dimana aktivitas pengangkutan dari truck hingga kekios dan
dilakukan pada posisi ekstrim (memanggul beban pada bagian punggung
pekerja) tanpa menggunakan alat bantu.
2. Dalam penelitian ini mempertimbangkan aspek anthropometri dan medan
(keadaan permukaan jalan dan jarak gang antar kios) di Pasar Gede bagian
timur.
3. Nilai persentil yang digunakan dalam perancangan adalah presentil ke-5, dan
presentil ke-95. Nilai persentil tersebut layak digunakan dalam perancangan.
4. Penelitian tersebut hanya dilakukan di Pasar Gede bagian timur.
I.6. Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Kesehatan fisik kondisi psikologis semua pekerja buruh angkut dalam keadaan
normal dan sehat saat dilakukan penelitian.
2. Metode kerja tidak mengalami perubahan selama penelitian.
3. Metode sampling yang digunakan adalah accidental sampling pada saat
melakukan observasi yang dijumpai (difokuskan) di Pasar Gede sejumlah 24
orang buruh angkut tanpa menentukan jumlah sampel yang diinginkan dan
dianggap telah mewakili dari jumlah populasi pekerja buruh angkut yang ada
di Pasar Gede. Penyebaran kuisioner tersebut dibagikan pada saat peneliti
menjumpai pekerja buruh angkut dilokasi Pasar Gede bagian timur (people on
street).
I.7. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang
diberikan pada setiap bab yang berurutan untuk mempermudah pembahasannya.
I-6
Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab seperti
dijelaskan, di bawah ini.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang yang
terdapat di Pasar Gede, perumusan masalah pembuatan perancangan
alat bantu kerja yang berupa handtruck, tujuan dan manfaat penelitian
untuk memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja buruh
angkut di Pasar Gede, batasan masalah, asumsi dan sistematika
penulisan.
BAB II : STUDI PUSTAKA
Bab ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan materi penulisan
yang diambil dari beberapa referensi baik buku, jurnal maupun
internet. Materi penulisan adalah aktivitas manual material handling,
postur kerja, fisiologi kerja, anthropometri dan mekanika teknik secara
umum.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Bagian ini berisi urut-urutan/tahapan yang dilalui selama penelitian
mulai dari observasi awal, melakukan pencatatan data, dokumentasi
gambar, wawancara secara umum, penyebaran kuisioner, pengukuran
postur keja, pencatatan data fisiologi terutama pengukuran denyut
jantung sebelum dan sesudah bekerja, pengukuran data anthropometri
pekerja buruh angkut, melakukan pengolahan data, melakukan
perhitungan spesifikasi perancangan, perhitungan mekanika teknik
secara umum, menghitung estimasi biaya perancangan, melakukan
verifikasi hasil perancangan dengan diuji coba kepada pengguna
(pekerja buruh angkut) sebagai usulan perbaikan postur kerja dan
mengurangi beban kerja dengan melihat kelogisan dari model
perancangan, melakukan penarikan kesimpulan, dan memberikan
saran perbaikan.
BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi tentang pengumpulan data berupa dokumentasi gambar
aktivitas manual material handling, melakukan wawancara yang
I-7
sifatnya umum, penyebaran kuisioner, pengukuran postur kerja,
pencatatan data fisiologi kerja terutama pengukuran denyut jantung
sebelum dan sesudah bekerja, pengukuran data anthropometri pekerja
buruh angkut, dan dilakukan pengolahan data sesuai dengan
perumusan masalah. Tahap-tahap pengolahan data dilakukan
berdasarkan metodologi penelitian.
BAB V : ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini menganalisis dan menginterpretasikan hasil pengolahan data
yang telah dilakukan dalam penelitian.
BAB VI : PENUTUP
Bagian ini berisi kesimpulan hasil dari semua tahap yang telah dilalui
selama penelitian beserta saran-saran yang berkaitan dengan penelitian
ini serta perbaikan yang dilakukan untuk penelitian selanjutnya.
II - 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam
penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta
menganalisa permasalahan yang ada.
2.1 Tinjauan Umum Lokasi Pasar Gede Surakarta
Sejarah kota Surakarta Hadiningrat, dimulai dari kepindahan ibukota
kerajaan Mataram Kartasura beserta keratonnya ke desa Sala. Dalam
perkembangan selanjutnya, daerah kerajaan Surakarta mengalami pembagian
menjadi dua, akibat Perjanjian Giyanti, yaitu Surakarta dan Ngayogyakarta.
Kedua daerah masing-masing kemudian terpecah lagi, timbullah 4 kerajaan yang
oleh Belanda dinamakan Vostenlander, yakni Kasunanan, Mangkunegaran,
Kasultanan dan Pakualaman.
Gambar 2.1 Lokasi Pasar Gede Surakarta
Sumber : Dinas Pemerintahan Pasar Gede Surakarta, 2010
2.1.1 Lokasi Pasar Gede
Pasar Gede Surakarta terletak di Jl. Urip Sumoharjo No.3, Jawa Tengah.
Batas-batas wilayah Pasar Gede Surakarta yaitu:
Utara : Optik Melawai (daerah Widuran)
II - 2
Timur : SMAN 3 Surakarta (Warung Miri)
Selatan : Alun – alun Kota Surakarta atau PGS
Barat : Kantor Walikota Surakarta
Dalam filosofi kebudayaan Jawa dalam hubungannya dengan bangunan
yang ada dikomplek keraton dikenal adanya Catur Gatra Tunggal, yaitu:
a. Kraton, merupakan pusat pemerintahan
b. Alun – alun, sebagai simbol suara rakyat
c. Masjid, Agung, sebagai tempat peribadatan
d. Pasar, sebagai sarana penghidupan rakyat
Pasar dalam rangkaian Catur Gatra Tunggal Kraton Surakarta, pada
mulanya berwujud pasar tiban, yang bertempat di Pamuraan (belakang Gladak
dibawah pohon beringin) dengan warungan tanah seluas 10.421 m2. Kemudian
pada masa pemerintahan Paku Buwono X (1893-1939), dibangun pasar permanen
yang kemudian dikenal dengan nama Pasar Gedhe Harjonagoro dengan arsitek
Thomas Karsten dengan dana 650.000 gulden tahun 1927.
Tiga tahun kemudian tepatnya tanggal 12 Januari 1930, pasar Gedhe
selesai dibangun dan diresmikan oleh Paku Buwono X dan GKR. Hemmas
sebagai Pasar rakyat monumental dua lantai, dengan arsitektur Kolonial Jawais
(Topologi pasar nyaris sempurna) pada lokasi lingkungan etnis China, yang
bercitra arsitektur China Jawais. Pada masa pemerintahan Indonesia,pasar Gedhe
menjadi monumen/simbol/trade mark/land mark Kota Surakarta yang amat
dikenal oleh dunia luar pada umumnya. (Tim Lab UCYD, 2009).
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa sebenarnya kehistorisan Pasar
Gedhe dapat dilihat dari dua hal. Pertama, umur pasar Gedhe yang mencapai
ratusan tahun dengan usia sumur Keraton Kasunanan Surakarta (300 Tahun)
sehingga merupakan pasar kuno model Jawa, baik dari sisi bentuk jual beli
tradisional maupun bentuk arsitekturnya. Oleh karena karakteristiknya itulah,
Pasar Gede juga telah menjadi salah satu landmark penting Solo. Kedua, adanya
keterkaitan yang erat dengan Kraton Surakarta, terutama berkait dengan
keberadaan sebagai cikal bakal elemen pembentuk Kota Solo. Dalam sejarah kota
kerajaan-kerajaan di Jawa terdapat empat unsur penting pembentuk Kerajaan
Jawa, yaitu kraton sebagai pusat kendali politik, masjid sebagai pusat keagamaan,
II - 3
alun-alun sebagai pusat kegiatan sosial, dan pasar sebagai pusat kegiatan
perekonomian. Kesemua pembentuk kota kerajaan itu memiliki bentuk
arsitektural khas Jawa dengan corak yang berbeda satu sama lain.
Seiring dengan berjalannya waktu terjadi pemugaran-pemugaran pada
pasar Gede. Sekitar tahun 1947, pasar Gede dirusak oleh bangsa Indonesia sendiri
karena pasar tersebut digunakan oleh Belanda. Sekitar tahun 1948 pasar Gede
mengalami perbaikan. Pada tahun 1981 pasar Gede mengalami perbaikan lagi
dengan memakai sirap. Dan pada tahun 1986/1987 pasar Gede direhab kembali
dengan dana bantuan Inpres. Selanjutnya pada tahun 1997 ada perbaikan dari dana
P3KT.
Pada masa reformasi tepatnya pada tanggal 27 April 2000 sekitar tengah
malam jam 24.00 WIB pasar Gede kebakaran. Dan mulai dibangun lagi pada
bulan Juli 2001. Selama pasar tersebut belum dibangun para pedagang
dipindahkan kesamping plasa beteng. Bulan Desember 2001 pasar Gede selesai
dibangun oleh PT. Rudi Persada Nusantara dan diresmikan penggunaannya pada
tanggal 29 Desember 2001.
Pada pasar Gede terdapat berbagai macam organisasi sosial, diantaranya :
a. Paguyuban yang bernama KOMPPAG, dengan ketua paguyuban Bapak
Wiharto dimana pada saat ini sedang mengalami demisioner dalam waktu
yang tidak ditentukan. Paguyuban ini berperan sebagai lembaga perhimpunan
para pedagang yang didalamnya berfungsi sebagai wadah untuk mewakili
aspirasi para pedagang.
b. Keamanan, pada saat ini keamanan pasar Gede ditangani oleh Kepolisian yaitu
dari Polsek Jebres dan Satuan Pengaman dari Pemerintah Daerah. Funsi
keamanan disini sebagai kegiatan pengamanan pasar Gede dari pencurian dan
dari kondisi yang tidak diharapkan.
c. Arisan, kegiatan arisan ini tidak dikoordinir oleh paguyuban melainkan dari
para pedagang itu sendiri.
Menurut pembagian wilayahnya, Pasar Gede terbagi menjadi dua lokasi.
Lokasi tersebut dibagi menjadi lokasi bagian timur dan barat. Lokasi Pasar Gede
bagian barat terdapat kios yang menjual ikan hias dan kios pedagang buah –
buahan. Sedangkan lokasi bagian timur (pasar inti) terdapat beranekaragam kios
II - 4
pedagang yang menjual berbagai jenis barang dagangan, antara lain : kios yang
menjual ikan laut, daging sapi, daging dan telur ayam, bumbu dapur, minyak
tanah, minyak goreng, grosir beras, dan grosir buah-buahan.
Seiring perkembangan jaman, Lokasi Pasar Gede lebih dikenal dengan
pasar buahnya. Kios yang banyak dijumpai dilokasi tersebut rata – rata menjual
aneka buah – buahan, misalnya : buah rambutan, apel, jeruk, kelengkeng,
manggis, duku, jambu, durian dan lain sebagainya. Aneka buah – buahan tesebut
diperoleh dari daerah Jember, Blora, Pekalongan, Bali, Palembang.
Aktivitas pengangkutan (bongkar muat) dari truk hingga lokasi kios
pedagang buah menggunakan jasa buruh angkut pasar. Buruh angkut tersebut
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu buruh angkut pasar yang terdaftar dalam
induk organisasai serikat buruh angkut (resmi) dan buruh angkut pasar yang tidak
terdaftar didalam induk organisasai serikat buruh angkut (kocokan).
Buruh angkut yang terdaftar dalam induk organisasai serikat buruh angkut
mendapatkan fasilitas dari dinas pengelola pasar antara lain : jaminan kesehatan,
keselamatan kerja, upah kerja yang sesuai standar buruh pasar per wilayah,
tambahan upah tiap satu kali aktivitas pengangkutan. Sedangkan bagi pekerja
buruh angkut pasar yang tidak terdaftar didalam induk organisasai serikat buruh
angkut (kocokan) hanya mendapatkan upah gaji yang diberikan oleh pemilik kios
tiap satu kali aktivitas.pengankutan. Adapun Layout Lokasi Pasar Gede Surakarta
dapat dilihat pada Gambar 2.2. dibawah ini :
II - 5
Pekerja
N S
E
W
Penimbangan Berat Peti
City
POLISI
2m
Pintu
Bagian
Belakang
4mPintu Masuk
Pasar Gede
120
cm
Kamar Mandi /WC
AREA
PARKIR
MOBIL
Pintu
Bagian
Samping
Truck Truck Truck
Pekerja
1.2m
1.2m
150
cm Pintu Bagian
Samping
PekerjaPekerja
Are Bongkar
Muat
Are Bongkar
Muat
Pekerja
Pekerja
Pekerja
Pekerja
Pekerja
Pekerja
Pekerja
Pekerja
Pekerja
AREA PARKIR MOTOR
Area Pejalan
Kaki
Area Pejalan
Kaki
AREA P
ARKIR
BECAK
90 c
m
1.5m
1.5m
1.2m
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
Kios Kusus
daging
Kios Buah
Kios Buah
90cm
Kios Buah
Kios Buah
GUDANG
Kios Buah
Kios Kusus sayur
Kios Kusus sayur
Kios Kusus
daging
Kios Kusus
daging
Kios Kusus telur
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
27m
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
Kios telur
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
Kios pakaian
Kios Beras
Kios Beras
Kios minyak goreng
Kios minyak goreng
Kios tepung terigu
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
Kios Buah
1.5m
Pekerja
Gambar 2.2 Layout Lokasi Pasar Gede Surakarta
Sumber : Observasi, 2009
Penjelasan layout Lokasi Pasar Gede Surakarta dijelaskan dalam Tabel
2.1. dibawah ini :
Tabel 2.1 Penjelasan layout Lokasi Pasar Gede Surakarta
No. Gambar Keterangan
1.
Kios buah
2. Kios
Kusus daging
Kios penjual daging
3. Kios
Kusus sayur
Kios penjual sayur
4. Kios
Kusus telur
Kios penjual telur
II - 6
Lanjutan Tabel 2.1 Penjelasan layout Lokasi Pasar Gede Surakarta
No. Gambar Keterangan
5.
Kios minyak goreng
Kios penjual minyak goreng
6. Kios
Beras
Kios penjual beras
7.
GUDANG
Area gudang
8. Penimbangan Berat Peti
Area penimbangan beban
muatan (peti buah)
9.
Keadaan permukaan
bergelombang (tidak rata)
10. Are Bongkar
Muat
Area khusus bongkar muat
11. Pekerja
Pekerja buruh angkut pasar
12.
Keadaan permukaan jalan
datar
13.
Keadaan permukaan jalan naik
Sumber : Observasi, 2009
2.1.2 Aktivitas Manual Material Handling Di Lokasi Pasar Gede Surakarta
Manual Material Handling merupakan kegiatan memindahkan beban oleh
tubuh secara manual dalam rentang waktu tertentu. Salah satu kegiatan manual
material handling diLokasi Pasar Gede adalah aktivitas pengangkutan peti yang
II - 7
dilakukan oleh pekerja buruh angkut pasar secara manual. Aktivitas MMH
dilakukan dengan cara mengangkut peti pada bagian punggung pekerja. Aktivitas
pengangkutan tersebut dimulai dari jam 09.00 s/d 16.00 WIB, berupa
pengangkutan peti berisi buah dengan kapasitas beban sebesar 55 kg. Adapun
ukuran peti buah yaitu 60 cm x 40 cm x 42 cm dengan berat rata – rata 55 kg
(berat peti sebesar 5 kg dan berat buah sebesar 50 kg). Masing – masing pekerja
buruh angkut dalam satu hari melakukan gerakan repetitif pengangkutan sebesar ±
3080 kg = 3,08 ton per orang, dengan catatan kriteria gerakan repetitif dalam satu
hari kerja 56 kali gerakan pengangkutan dari truck hingga kios pedangang untuk
satu orang pekerja Urutan aktivitas yang dilakukan oleh pekerja buruh angkut
tersebut antara lain :
1. Aktivitas pada saat mengangkat muatan yang berupa peti buah dari kegiatan
bongkar muat dari truk hingga kios pedagang. Posisi tubuh pekerja kedua
lengan bawah memegang peti buah kearah belakang, , posisi lutut pada kaki
menekuk dan punggung membungkuk.
2. Aktivitas mengangkut muatan berupa peti buah dengan posisi memanggul
muatan pada bagian punggung pekerja. bertumpu pada bagian punggung
pekerja, kedua lengan bawah memegang peti buah kearah belakang, telapak
tangan mencengkram peti buah.
3. Aktivitas penimbangan besarnya muatan peti tiap peti. Tumpuan pekerja pada
bagian lutut dan pergelangan kaki pekerja.
4. Aktivitas pekerja pada saat menurunkan muatan yang berupa peti buah (lokasi
kios pedagang). Posisi pekerja antara lain:leher menekuk kearah bawah, perut
menahan beban, dan punggung membungkuk.
2.2 Landasan Teori
Konsep-konsep berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan. Teori
pendukung yang dibahas dalam sub bab ini antara lain tentang konsep desain dan
ergonomi, nordic body map, manual matrial handling, postur kerja (REBA),
fisiologi kerja (beban kerja), anthropometri, perancangan metode rasional dan
mekanika konstruksi.
II - 8
2.2.1 Desain dan Ergonomi
Manusia dalam kehidupannya banyak menggunakan desain sebagai
fasilitas penunjang aktivitasnya. Desain dapat diartikan sebagai salah satu
aktivitas luas dari inovasi desain dan teknologi yang digagaskan, dibuat,
dipertukarkan (melalui transaksi jual-beli) dan fungsional. Desain merupakan
hasil kreativitas budi-daya (man-made object) manusia, diwujudkan untuk
memenuhi kebutuhan manusia, yang memerlukan perencanaan, perancangan
maupun pengembangan desain, yaitu mulai dari tahap menggali ide atau gagasan,
dilanjutkan dengan tahapan pengembangan, konsep perancangan, sistem dan
detail, pembuatan prototipe dan proses produksi, evaluasi, dan berakhir dengan
tahap pendistribusian. Jadi dapat disimpulkan bahwa desain selalu berkaitan
dengan pengembangan ide dan gagasan, pengembangan teknik, proses produksi
serta peningkatan pasar. Ruang lingkup kegiatan desain mencakup masalah yang
berhubungan dengan sarana kebutuhan manusia, di antaranya desain interior,
desain mebel, desain alat-alat lingkungan, desain alat dan lain-lain.
Memperhatikan hal-hal tersebut, desainer dalam analisis pemecahan
masalah dan perencanaannya atau filosofi rancangan desain bekerja sama dengan
masyarakat dan disiplin ilmu lain seperti arsitek, psikolog, dokter atau profesi
yang lain. Misalnya, dalam merancang desain hand truck, dibutuhkan kerja sama
antara desainer dengan pekerja yang dijadikan tolak ukur perancangan. Data yang
dipelukan adalah ukuran tiap bagian tubuh pada pekerja. Sehingga perancangan
tersebut dapat efektif, efisien, aman, dan nyaman. Desainer dapat menyatukan
bentuk dengan memusatkan perhatian pada estetika bentuk, konstruksi, sistem dan
mekanismenya. Selain itu, desainer dapat membuat suatu prediksi untuk masa
depan, serta melakukan pengembangan desain dan teknologi dengan
memperhatikan segala kelebihan maupun keterbatasan manusia dalam hal
kepekaan indrawi (sensory), kecepatan, kemampuan penggunaan sistem gerakan
otot, dan dimensi ukuran tubuh, untuk kemudian menggunakan semua informasi
mengenai faktor manusia ini sebagai acuan dalam perancangan desain yang serasi,
selaras dan seimbang dengan manusia sebagai pemakainya.
Untuk menilai suatu hasil akhir dari produk sebagai kategori nilai desain
yang baik biasanya ada tiga unsur yang mendasari, yaitu fungsional, estetika, dan
II - 9
ekonomi. Kriteria pemilihannya adalah function and purpose, utility and
economic, form and style, image and meaning. Unsur fungsional dan estetika
sering disebut fit-form-function, sedangkan unsur ekonomi lebih dipengaruhi oleh
harga dan kemampuan daya beli masyarakat.
Ergonomi merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai desain secara
qualified, certified, dan customer need. Ilmu ergonomi menjadi suatu keterkaitan -
keterkaitan yang simultan dan menciptakan sinergi dalam pemunculan gagasan,
proses desain, dan desain final (periksa Gambar 2.3. Skema Design Management)
Gambar 2.3. Skema design management
Sumber : Bagas, 2000
2.2.2 Nordic Body Map (NBM)
Salah satu alat ukur ergonomik sederhana yang dapat digunakan untuk
mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal adalah nordic body map.
Melalui nordic body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami
keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai
sangat sakit (Corlett, 1992). Melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada
Gambar 2.4, maka diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang
dirasakan oleh pekerja. Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena
mengandung subjektivitas yang tinggi.
Gambar 2.4 Nordic body map Sumber : Corlett, 1992
II - 10
2.2.3 Manual Material Handling
Meskipun telah banyak mesin yang digunakan pada berbagai industri
untuk mengerjakan tugas pemindahan, namun jarang terjadi otomasi sempurna di
dalam industri. Disamping pula adanya pertimbangan ekonomis seperti tingginya
harga mesin otomasi atau juga situasi praktis yang hanya memerlukan peralatan
sederhana. Sebagai konsekuensinya adalah melakukan kegiatan manual di
berbagai tempat kerja. Bentuk kegiatan manual yang dominan dalam industri
adalah Manual Material Handling (MMH). Definisi Manual Material Handling
(MMH) adalah suatu kegiatan transportasi yang dilakukan oleh satu pekerja atau
lebih dengan melakukan kegiatan pengangkatan, penurunan, mendorong, menarik,
mengangkut, dan memindahkan barang.
Pemilihan manusia sebagai tenaga kerja dalam melakukan kegiatan
penanganan material bukanlah tanpa sebab. Penanganan material secara manual
memiliki beberapa keuntungan yaitu:
1. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban
pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan.
2. Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan menggunakan mesin.
3. Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat.
Akivitas manual material handling merupakan sebuah aktivitas memindahkan
beban oleh tubuh secara manual dalam rentang waktu tertentu. Occupational
Safety and Health Administration (OSHA) mengklasifikasikan kegiatan manual
material handling menjadi lima (Suhardi dkk, 2008).yaitu :
1. Mengangkat/Menurunkan (Lifting/Lowering ) Mengangkat (Lifting) adalah
kegiatan memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi yang masih dapat
dijangkau oleh tangan. Kegiatan lainnya adalah menurunkan barang.
Gambar 2.5 Kegiatan mengangkat/menurunkan (lifting/lowering)
Sumber: OSHA, 1999
2. Mendorong/Menarik (Push/Pull) Kegiatan mendorong adalah kegiatan
II - 11
menekan berlawanan arah tubuh dengan usaha yang bertujuan untuk
memindahkan obyek. Kegiatan menarik, berkebalikan dengan itu.
Gambar 2.6 Kegiatan mendorong/menarik (pushing/pulling)
Sumber : OSHA, 1999]
3. Memutar (Twisting) Kegiatan memutar merupakan kegiatan manual material
handling yang merupakan gerakan memutar tubuh bagian atas ke satu ada dua
sisi sementara tubuh bagian bawah berada dalam keadaan tetap. Kegiatan
memutar ini dapat dilakukan dalam keadaan tubuh yang diam.
Gambar 2.7 Kegiatan memutar (twisting)
Sumber : OSHA, 1999
4. Membawa (Carrying) Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang
atau mengambil barang dan memindahkannya. Berat benda menjadi berat total
pekerja.
Gambar 2.8 Kegiatan membawa (carry)
Sumber : OSHA, 1999
5. Menahan (Holding) Memegang objek saat tubuh berada dalam posisi diam
(statis).
II - 12
Gambar 2.9 Kegiatan menahan (holding)
Sumber : OSHA, 1999
1. Rekomendasi Batas Beban Yang Boleh Diangkat
Dalam rangka untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat
maka perlu adanya suatu batasan angkat untuk operator. Berikut ini dijelaskan
beberapa batasan angkat secara legal dari berbagai negara bagian benua Amerika
yang dipakai untuk industri. Batasan angkat ini dipakai sebagai batasan angkat
secara internasional (Suhardi dkk, 2008). Batasan angkat tersebut, yaitu:
1. Batasan angkat secara legal (legal limitations),
a. Pria dibawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg.
b. Pria usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 18 kg.
c. Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat.
d. Wanita usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 11 kg.
e. Wanita usia lebih dari 18 tahun, maksimum angkat 16 kg
Batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, ngilu pada
tulang belakang. Disamping itu akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada
tulang belakang, terutama bagi operator untuk pekerjaan berat.
Komisi keselamatan dan kesehatan kerja di Amerika, pada tahun 1997
juga telah mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan cara pengangkutan
material/benda kerja.
Menurut Lembaga the National Occupational Health and Safety
Commission, 1997 membuat peraturan untuk pemindahan material secara aman.
(Suhardi dkk, 2008).
Tabel 2.2 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkut
Batasan Angkat (Kg) Tindakan
Dibawah 16 Tidak ada tindakan khusus yang perlu diadakan
16 - 34
Prosedur administrasi dibutuhkan untuk mengidentifikasi
ketidakmampuan seseorang dalam mengangkat beban
tanpa menanggung resiko yang berbahaya kecuali dengan
perantaraan alat bantu tertentu
II - 13
Lanjutan Tabel 2.2 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkut
Batasan Angkat (Kg) Tindakan
34 - 50 SebaiknyaOperator yang terpilih dan terlatih.
Menggunakan sistem pemindahan material secara terlatih.
Harus dibawah pengawasan supervisor
Diatas 50 Harus memakai peralatan mekanis. Operator yang terlatih
dan terpilih. Pernah mengikuti pelatihan kesehatan dan
keselamatan kerja dalam industri. Harus dibawah
pengawasan ketat
Sumber: National Occupational Health and Safety Commission, 1997
Tabel 2.3 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkut
Level Batas Angkat (Kg) Tindakan
1 Dibawah 16 Tidak diperlukan tindakan khusus
2 16 - 34 Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Ditekankan
pada metode angkat
3 34 - 50 Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Dipilih job
redesign
4 Diatas 50 Harus dibantu dengan peralatan mekanis
Sumber: National Occupational Health and Safety Commission, 1997
2. Batasan angkat secara fisiologi,
Metode pengangkatan ini dengan mempertimbangkan rata-rata beban
metabolisme dari aktivitas angkat yang berulang (repetitive lifting), sebagaimana
dapat juga ditemukan jumlah konsumsi oksigen. Hal ini haruslah benar-benar
diperhatikan terutama dalam rangka untuk menentukan batas angkat. Kelelahan
kerja yang terjadi dari aktifitas yang berulang-ulang (repetitive lifting) akan
meningkatkan resiko rasa nyeri pada tulang belakang (back injures). Repetitive
lifting dapat menyebabkan comulative trauma atau repetitive strain injures.
Gambar 2.10 Grafik level resiko dalam aktivitas pengangkatan pada lokasi beban horisontal dan berat pengangkatan
dari lantai kepada ketinggian tertentu Sumber : Bernard BP, 1997
II - 14
3. Batasan angkat secara psiko-fisik,
Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berbahaya untuk
mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian yang berbeda-beda.
Ada tiga kategori posisi angkat yang didapat, yaitu:
a. Permukaan lantai ke ketinggian tangan ke ketinggian bahu (shoulder
height).
b. Ketinggian bahu ke maksimum jangkauan tangan (vertikal).
c. genggaman tangan (knuckle height).
2. Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan Musculoskeletal
Sikap kerja merupakan salah satu faktor resiko penyebab akan terjadinya
gangguan muscolosceletal. Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia antara
lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-lain. Sikap kerja
dilakukan tergantung kepada jenis pekerjaan dan sistem kerja yang ada.
1. Sikap Kerja Berdiri
Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang paling sering dilakukan
saat bekerja. Berat tubuh akan ditopang oleh satu atau kedua kaki. Aliran berat
tubuh mengalir pada kedua kaki menuju tanah karena adanya gaya gravitasi bumi.
Kestabilan posisi tubuh saat berdiri dipengaruhi posisi kedua kaki. Posisi kaki
yang sejajar lurus dengan jarak sesuai tulang pinggul akan menjaga tubuh
sehingga tidak tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota
tubuh bagian atas dengan tubuh bagian bawah.
Sikap kerja berdiri memiliki beberapa kondisi permasalahan WMSDs.
Nyeri punggung bagian bawah (low back pain) adalah salah satu masalah pada
sikap kerja berdiri dengan sikap punggung condong ke depan. Sikap kerja berdiri
terlalu lama akan mengakibatkan penggumpalan darah di vena, karena aliran
darah berlawanan dengan gravitasi. Kejadian ini dapat mengakibatkan
pembengkakan pergelangan kaki.
2. Sikap Kerja Duduk
Sikap kerja duduk mengakibatkan munculnya keluhan pada punggung
bagian bawah, karena pada saat duduk maka otot bagian paha tertarik dan
bertentangan dengan bagian pinggul. Akibatnya tulang pelvis akan miring ke
belakang dan tulang belakang bagian lumbar L3/L4 akan mengendor. Kondisi ini
II - 15
akan membuat sisi depan invertebral disk tertekan dan sekelilingnya melebar. Hal
ini menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah dan menjalar ke kaki.
Gambar 2.11 Kondisi invertebratal disc bagian lumbar pada saat duduk
Sumber : Bridger RS, 1995
Ketegangan dan rasa sakit saat bekerja dengan sikap duduk dapa dikurangi
dengan merancang tempat duduk yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
posisi duduk tanpa sandaran menaikkan tekanan pada invertebral disk sebanyak
1/3 sampai ½ lebih banyak daripada posisi berdiri (Bridger, 1995). Sikap kerja
duduk pada kursi membutuhkan sandaran untuk menopang punggung, yang
memungkinkan pergerakan maju-mundur untuk melindungi bagian lumbar.
Sandaran harus dirancang dengan tonjolan ke depan untuk memberi ruang bagi
lumbar yang menekuk.
3. Sikap Kerja Membungkuk
Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman dan juga sering menimbulkan
rasa sakit adalah sikap kerja membungkuk. Posisi ini menimbulkan
ketidaknyamanan karena tidak adanya keseimbangan dan tidak menjaga
kestabilan tubuh saat bekerja. Sikap kerja membungkuk yang dilakukan berulang
dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan pekerja mengalami nyeri pada
punggung bagian bawah ( low back pain ).
Gambar 2.12 Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk
Sumber: Bridger RS, 1995
II - 16
Pada saat membungkuk, tulang belakang bergerak ke sisi depan tubuh.
Otot perut dan bagian depan invertebral disk pada bagian lumbar mengalami
tekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebral disk justru mengalami
regangan. Kondisi ini menyebabkan nyeri pada punggung bagian bawah (low back
pain ).
Sikap kerja membungkuk akan mengakibatkan ”slipped disk”, bila diikuti
dengan pengangkatan beban berlebih. Prosesnya sama dengan sikap kerja
membungkuk, tetapi karena beban yang berlebih menyebabkan ligamen pada sisi
belakang lumbar rusak dan ada penekanan pembuluh syaraf. Kerusakan ini
disebabkan keluarnya material pada invertebral disk akibat desakan lumbar.
4. Pengangkatan Beban
Kegiatan mengangkat beban memberikan kontribusi terbesar dalam
kecelakaan kerja pada bagian punggung. Penelitian yang dilakukan NIOSH
memperlihatkan sebuah statistik yang menyatakan bahwa dua-pertiga dari
kecelakaan akibat tekanan secara berlebihan berkaitan dengan aktivitas
menaikan/mengangkat barang (lifting loads activity). Pengangkatan beban yang
melebihi kekuatan manusia menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besar
pula atau over exertion (Bernard, et al, 1997) Dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa over exertion menjadi penyebab cedera bagian punggung
paling besar, presentasenya sekitar 64% - 74%. Adapun pengangkatan beban akan
mempengaruhi lumbar, dimana akan ada penekanan pada bagian L5/S1.
Penekanan pada daerah ini mempunyai batas tertentu untuk menahan tekanan.
Invertebral disk pada bagian L5/S1 lebih banyak menahan tekanan dibandingkan
tulang belakang. Bila pengangkatan ynag dilakukan melebihi kemampuan maka
akan menyebabkan disc herniation akibat lapisan pembungkus pada invertebral
disc pada bagian L5/S1 pecah.
Gambar 2.13 Pengaruh sikap kerja pengangkatan yang salah
Sumber: Bridger RS, 1995
II - 17
Cara untuk mengurangi resiko cedera yang mungkin ditimbulkan saat
mengangkat beban adalah :
a. Pikirkan dan rencanakan cara mengangkat beban. Usahakan untuk tidak
mengangkat beban melebihi batas kemampuan dan jangan mengangkat
beban dengan gerakan cepat dan tiba-tiba.
b. Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Karena makin
dekat beban, makin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada
punggung, bahu dan lengan. Makin dekat beban maka makin mudah untuk
menstabilkan tubuh.
c. Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat
dan usahakan dalam posisi seimbang. Tekuk lutut dalam posisi setengah
jongkok sampai sudut paling nyaman.
d. Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk,
menyamping atau miring (bending and twist).
e. Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok
dengan sudut paling nyaman.
5. Membawa Beban
Membawa beban merupakan pekerjaan manual handling yang sering
dilakukan saat bekerja. Penentuan beban normal untuk tiap orang ada
perbedaannya. Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi pekerjaan yang dilakukan.
Faktor yang paling berpengaruh dari kegiatan membawa beban adalah jarak. Jarak
yang ditempuh makin jauh akan menurunkan batasan beban yang dapat dibawa.
4. Mendorong Beban
Hal terpenting dari kegiatan mendorong beban adalah tinggi tangan saat
mendorong. Tinggi pegangan antara siku dan bahu selama mendorong beban
dianjurkan dalam kegiatan mendorong beban. Hal ini bertujuan untuk
menghasilkan tenaga maksimal untuk mendorong beban dan menghindari
kecelakaan kerja bagian tangan dan bahu.
7. Menarik Beban
Kegiatan menarik beban biasanya tidak dianjurkan dalam memindahkan
beban, karena akan sulit mengendalikan beban. Beban alan mudah tergelincir dan
melukai pekerja. Kesulitan lain yang timbul adalah pengawasan beban yang
II - 18
dipindahkan dan perbedaan jalur lintasan. Menarik beban akan aman untuk jarak
pendek.
3. Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling
Kondisi berbahaya yang diakibatkan oleh sikap kerja manual material
handling yang tidak tepat tentunya harus dicegah dan ditangani dengan baik.
Penanganan dan pencegahan akan lebih mudah dilakukan setelah mengetahui
faktor resiko dari manual material handling diatas. Menurut laporan NIOSH, pada
enam prosedur umum dalam menangani resiko kecelakaan/cedera akibat tindakan
manual material handling yang tidak tepat (Bernard et al, 1997), yaitu:
1. Identifikasi pekerjaan dengan kejadian yang menyebabkan cedera
musculoskeletal tinggi dan rata-rata kepelikan tinggi dengan analisa statistik
dari data medis.
2. Observasi pekerjaan yang dicurigai dan untuk tiap beban yang akan diangkat
harus diketahui berat serta metode pengangkatan.
3. Mengembangkan pengendalian keteknikan dengan peralatan manual handling,
mengemas ulang beban dalam berat yang lebih ringan, mengatur ulang area
kerja.
4. Mengajukan pengendalian administratif. Hal yang dapat dilakukan adalah
dengan mengurangi frekuensi pengangkatan, melakukan penjadwalan kerja,
mengembangkan pelatihan untuk mensosialisasikan teknik pengangkatan yang
tepat, serta meningkatkan prosedur seleksi dan penempatan pekerja dengan
lebih baik.
5. Mengimplementasikan solusi paling mungkin dan mengevaluasi efektifitas
dengan pengecekan kesehatan.
2.2.4 Postur dan Pergerakan Kerja
Postur kerja adalah pengaturan sikap pada saat tubuh sedang melakukan
pekerjaan. Sikap kerja pada saat bekerja sebaiknya dilakukan secara normal
sehingga dapat mencegah timbulnya musculoskeletal. Rasa nyaman dapat
dirasakan apabila pekerja melakukan postur kerja yang baik.
a. Korset bahu
Korset bahu memiliki macam-macam gerakan normal yaitu : abduction,
adduction, elevation, depression.
II - 19
Gambar 2.14 Jangkauan gerakan korset bahu
Sumber: Nurmianto, 2004
Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi sumbu tengah tubuh
(the median plane).
Adduction adalah pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the median
plane).
Elevasition adalah pergerakan kearah atas (bahu diangkat keatas)
Depression adalah pergerakan kearah bawah (bahu diturunkan kebawah.
b. Persendian bahu
Persendian bahu memiliki jangkauan gerakan normal yaitu : flexion,
extension,abduction,adduction,rotation.
Gambar 2.15 Jangkauan persendian bahu
Sumber: Nurmianto, 2004
Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi
pengurangan.
Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut
antara dua tulang.
Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah
tubuh.
Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh.
Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan.
Circumduction adalah gerakan perputaran lengan menyamping secara
keseluruhan.
II - 20
c. Persendian siku
Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu : supination, pronation,
flexion, extension.
Gambar 2.16 Jangkauan gerakan persendian siku
Sumber: Nurmianto, 2004
Supination adalah perputaran kearah samping dari anggota tubuh.
Pronation adalah perputaran bagian tengah dari anggota tubuh.
Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi
pengurangan.
Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut
antara dua tulang.
d. Persendian pergelangan tangan
Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu: flexion, ekstension,
adduction, abduction, dan circumduction.
Gambar 2.17 Jangkauan gerakan pergerakan tangan Sumber: Nurmianto, 2004
Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi
pengurangan.
Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut
antara dua tulang.
Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah
tubuh.
Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh.
Circumduction adalah pergerakan pergerakan tangan secara memutar.
II - 21
2.2.5 REBA (Rapid Entire Body Assesment)
REBA atau Rapid Entire Body Assessment dikembangkan oleh Dr.Sue
Hignett dan Dr.Lynn McAtamney yang merupakan ergonomi dari universitas di
Nottingham (University of Nottinghan’s Institute of Occupational Ergonomics).
Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomic pada tahun 2002.
Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan
dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur
kerja atau postur leher,punggung,lengan,pergelangan tangan dan kaki seorang
operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban
eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Penilaian dengan
menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu lama untuk melengkapi dan
melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu
adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator
(McAtamney,2000).
Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi postur, kekuatan, aktivitas dan
faktor coupling yang menimbulkan cidera akibat aktivitas yang berulang-ulang.
Penilaian postur kerja dengan metode ini dengan cara pemberian skor resiko
antara satu sampai lima belas, yang mana skor yang tertinggi menandakan level
yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja.
Hal ini berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas
dari ergonomic hazard. REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang
beresiko dan melakukan perbaikan sesegera mungkin. Pemeriksaan REBA dapat
dilakukan di tempat yang terbatas tanpa mengganggu pekerja. Pengembangan
REBA terjadi dalam empat tahap. Tahap pertama adalah pengambilan data postur
pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto, tahap kedua adalah
penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja, tahap ketiga adalah penentuan
berat benda yang diangkat, penentuan coupling, dan penentuan aktivitas pekerja.
Dan yang terakhir, tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur
yang bersangkutan.
Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko dan
kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja. Penilaian
II - 22
menggunakan metode REBA yang telah dilakukan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr.
Lynn McAtamney melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
Tahap 1 : Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video
atau foto.
Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari leher,
punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan
dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya
peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil
rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta
analisis selanjutnya.
Tahap 2 : Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja.
Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja
dilakukan perhitungan besar sudut dari masing-masing segmen tubuh yang
meliputi punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan
tangan dan kaki. Pada metode REBA segmen-segmen tubuh tersebut dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang
tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan
pergelangan tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masing-masing grup
dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat
tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor untuk masing-
masing tabel.
Tabel 2.4 Skor pergerakan punggung (batang tubuh)
PPeerrggeerraakkaann SSkkoorr PPeerruubbaahhaann
SSkkoorr Tegak 1
+1 jika memutar
atau kesamping
0⁰ - 20⁰ Flexion 2
0⁰ - 20⁰ Extension
20⁰ - 60⁰ Flexion 3
>20⁰ Extension
>60⁰ Flexion 4
Sumber : McAtamney & Hignett, 2000
Pada Tabel 2.4 di atas, pergerakan punggung dapat ditunjukkan pada Gambar 2.18
berikut ini.
II - 23
(a) (b) (c) (d)
Gambar 2.18 Range pergerakan punggung (a) postur alamiah, (b) postur 0o–
20o flexion, (c) postur 20
o - 60
o flexion, (d) postur 60
o atau lebih
flexion Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Skor pergerakan leher dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.5 di bawah ini.
Tabel 2.5 Skor pergerakan leher
PPeerrggeerraakkaann SSkkoorr PPeerruubbaahhaann sskkoorr
00 - 20
0 Flexion 1 + 1 jika memutar atau
miring kesamping > 20
0 Flexion atau Extension 2
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Pada Tabel 2.5 di atas, pergerakan leher dapat ditunjukkan pada Gambar 2.19
berikut ini.
(a) (b)
Gambar 2.19 Range pergerakan leher (a) postur 200 atau lebih flexion, (b) postur
extension Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Skor postur kaki dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.6 di bawah ini.
Tabel 2.6 Skor postur kaki
PPeerrggeerraakkaann SSkkoorr PPeerruubbaahhaann sskkoorr Kaki tertopang ketika berjalan
atau duduk dengan bobot
seimbang rata - rata
1 1 jika lutut antara 300 - 60
0
Flexion
Kaki tidak tertopang atau bobot
tubuh tidak tersebar merata
2 2 jika lutut > 600 Flexion
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Pada Tabel 2.6 di atas, postur kaki dapat ditunjukkan pada Gambar 2.20 berikut
ini.
II - 24
(a) (b) Gambar 2.20 Range pergerakan kaki (a) kaki tertopang, bobot tersebar merata
(b) kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000
Skor pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.7 di bawah
ini.
Tabel 2.7 Skor pergerakan lengan atas
PPeerrggeerraakkaann SSkkoorr PPeerruubbaahhaann sskkoorr
600 Extension - 60
0 Flexsion 1 + 1 jika lengan atas abduction
> 200 Extension
2 + 1 jika pundak atau bahu
ditinggikan 20
0 - 45
0 Flexion
450 - 90
0 Flexion 3 -1 jika operator bersandar atau
bobot lengan ditopang > 90
0 Flexion 4
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Pada Tabel 2.7 di atas, pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan pada Gambar
2.21 berikut ini.
(a) (b)
Gambar 2.21 Range Pergerakan lengan atas (a) postur 200 flexion dan extension,
(b) postur 200 atau lebih extension dan postur 20°-45° flexion, (c)
postur 45°-90° flexion, (d) postur 90° atau lebih flexion Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
(c) (d)
Gambar 2.22 Range Pergerakan lengan atas (a) postur 200 flexion dan extension,
(b) postur 200 atau lebih extension dan postur 20°-45° flexion, (c)
postur 45°-90° flexion, (d) postur 90° atau lebih flexion (lanjutan) Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
II - 25
Skor pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.8 di bawah
ini.
Tabel 2.8 Skor pergerakan lengan bawah
PPeerrggeerraakkaann SSkkoorr
600 - 100
0 Flexsion 1
< 600 Flexsion atau > 100
0 Flexsion 2
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Pada Tabel 2.8 di atas, pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan pada gambar
2.23 berikut ini.
(a) (b)
Gambar 2.23 Range pergerakan lengan bawah (a) postur 600 - 100
0 flexsion,
extension, (b) postur 600 atau kurang flexsion dan 1000 atau lebih
flexio. Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Skor pergelangan tangan dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.9 di bawah ini.
Tabel 2.9 Skor pergelangan tangan
Pergerakan Skor Perubahan Skor
0°-15° Flexion atau Extension 1 +1 jika pergelangan tangan
> 15° Flexion atau Extension 2 menyimpang atau berputar
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Pada Tabel 2.9 di atas, pergelangan tangan dapat ditunjukkan pada Gambar 2.24
berikut ini.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2.24 Range pergerakan pergelangan tangan (a) postur alamiah, (b) postur 0-15° flexion maupun extension, (c) postur 15° atau 1ebih
flexion, (d) postur 15° atau 1ebih extension. Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
II - 26
Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Hasil penilaian
dari pergerakan punggung (batang tubuh), leher dan kaki kemudian digunakan
untuk menentukan skor A dengan menggunakan Tabel 2.10 di bawah ini.
Tabel 2.10 Tabel A
TTaabbllee AA NNeecckk
1 2 3
Legs
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Trunk
Posture
score
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan
tangan. Hasil penilaian dari pergerakan lengan atas, lengan bawah dan
pergelangan tangan kemudian digunakan untuk menentukan skor B dengan
menggunakan Tabel 2.11 di bawah ini.
Tabel 2.11 Tabel B
TTaabbllee BB LLoowweerr AArrmm
Wrist 1 2
1 2 3 1 2 3
Upper Arm
Score
1 1 2 2 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Hasil skor yang diperoleh dari Tabel A dan Tabel B digunakan untuk melihat
Tabel C sehingga didapatkan skor dari Tabel C.
Tabel 2.12 Tabel C
SSccoorree AA ((ssccoorree ffrroomm
tteebbllee
AA++llooaadd//ffoorrccee
ssccoorree))
TTaabbllee CC
Score B, (table B value + coupling score)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
II - 27
Lanjutan Tabel 2.12 Tabel C
SSccoorree AA ((ssccoorree ffrroomm
tteebbllee
AA++llooaadd//ffoorrccee
ssccoorree))
TTaabbllee CC
Score B, (table B value + coupling score)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Tahap 3: Penentuan berat benda yang diangkat, coupling dan aktivitas pekerja.
Selain skoring pada masing-masing segmen tubuh, faktor lain yang perlu
disertakan adalah berat beban yang diangkat, coupling dan aktivitas pekerjanya.
Besarnya skor berat beban yang diangkat dapat ditunjukkan seperti pada tabel
2.13 di bawah ini.
Tabel 2.13 Load atau force
LLooaadd//FFoorrccee
0 1 2 +1
<5kg 5-10kg >10kg shock or rapid
build up
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Besarnya skor coupling dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.14 di bawah ini.
Tabel 2.14 Coupling
CCoouupplliinngg
0 Good 1 fair 2 Poor 3 Unacepptable
Well-fitting handle and a
mid-range power
grip
hand hold acceptable but not ideal, or
coupling is
acceptable via
Hand hold not acceptable
although
possible
Awkward, unsafe grip, no
handles;coupling is
unaceptable using
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
II - 28
Sementara itu besarnya skor activity dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.15 di
bawah ini.
Tabel 2.15 Activity
AAccttiivviittyy
+1 1 more body parts static (held>1
min)
+1 repeated>4 per min in small range
(not walking)
+1 rapid large changes in posture or
unstable base
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Tahap 4: Perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan.
Setelah didapatkan skor dari Tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor
untuk berat beban yang diangkat sehingga didapatkan nilai bagian A. Sementara
skor dari Tabel B dijumlahkan dengan skor dari tabel coupling sehingga
didapatkan nilai bagian B. Nilai bagian A dan bagian B dapat digunakan untuk
mencari nilai bagian C dari Tabel C yang ada.
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan nilai bagian C dengan nilai
aktivitas pekerja. Nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko pada
musculoskeletal dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko serta
perbaikan kerja. Lebih jelasnya, alur cara kerja dengan menggunakan metode
REBA dapat dilihat pada Gambar 2.13 di bawah ini.
Gambar 2.25 Langkah-langkah perhitungan metode REBA
Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
II - 29
Level resiko yang terjadi dapat diketahui berdasarkan nilai REBA. Level
resiko dan tindakan yang harus dilakukan dapat dilihat pada tabel 2.16 berikut ini.
Tabel 2.16 Level resiko dan tindakan
AAccttiioonn LLeevveell RREEBBAA
ssccoorree
RRiisskk lleevveell AAccttiioonn ((iinncclluuddiinngg
ffuurrtthheerr aasssseessssmmeenntt))
0 1 Negligible None necessary
1 2-3 Low My be necessary
2 4-7 Medium Necessary
3 8-10 High Necessary soon
4 11 - 15 Very hight Necessary now Sumber: McAtamney & Hignett, 2000
Pada Tabel 2.14 yang merupakan tabel resiko diatas dapat diketahui
dengan nilai REBA yang didapatkan dari hasil perhitungan sebelumnya dapat
diketahui level resiko yang terjadi dan perlu atau tidaknya tindakan dilakukan
untuk perbaikan. Perbaikan kerja yang mungkin dilakukan antara lain berupa
perancangan ulang peralatan kerja berdasarkan prinsip- prinsip ergonomi.
2.2.6 Fisiologi Kerja
Fisiologi kerja adalah studi tentang fungsi organ manusia yang
dipengaruhi stress otot. Saat seseorang melakukan kerja fisik diperlukan gaya
otot, dan aktivitas otot ini memerlukan energi dimana suplai energi memberi
beban kepada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskular. Sistem pernafasan
dibebani oleh kerja fisik karena adanya peningkatan ventilation (inhalation dan
exhalation) untuk mensuplai kebutuhan oksigen pada otot yang melakukan
pekerjaan. Sedangkan pembebanan pada sistem kardiovaskular dikarenakan
jantung harus memompa lebih cepat untuk memberikan oksigen pada otot yang
terlibat melalui pembuluh darah. Kesimpulannya bahwa saat tubuh melakukan
kerja fisik akan terjadi perubahan pada kecepatan denyut jantung dan konsumsi
oksigen. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan berat ringannya suatu
pekerjaan dalam hubungannya dengan perubahan konsumsi oksigen, kecepatan
denyut jantung dan energy expenditure (Sanders et al, 1993).
Tabel 2.17 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi oksigen,
denyut jantung, dan energy expenditure
Work Severity 2VO
Heart Rate
(beats/min)
Energy
Expenditure
(kcal/min)
Light Work < 0.5 <90 <2,5
Moderate Work 0.5 – 1.0 90-110 2,5-5,0
II - 30
Lanjutan Tabel 2.17 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi oksigen,
denyut jantung, dan energy expenditure
Work Severity 2VO
Heart Rate
(beats/min)
Energy
Expenditure
(kcal/min)
Heavy Work 1.0 – 1.5 110-130 5,0-7,5
Very Heavy Work 1.5 – 2.0 130-150 7,5-10,0
Extremely Heavy
Work
> 2.0 150-170 >10,0
Sumber: Sanders et al, 1993
Ketika seseorang mulai bekerja, denyut jantung dan tingkat konsumsi
oksigen meningkat sampai memenuhi kebutuhan. Peningkatan ini tidak terjadi
tiba-tiba, sehingga kebutuhan ini akan dipenuhi terlebih dahulu oleh energi yang
tersimpan di otot. Dengan cara yang sama, ketika seseorang berhenti bekerja,
kecepatan denyut jantung dan konsumsi oksigen akan menurun secara perlahan-
lahan sampai kondisi normal. Untuk melakukan penilaian beban fisik dalam
bekerja dengan metode fisiologi maka pengukuran harus dimulai sebelum pekerja
melakukan pekerjaannya. Pengukuran terus dilakukan selama waktu bekerja
sampai sebelum variable fisiologi kembali ke level awal.
Metode yang biasa dipakai untuk mengukur energy expenditure adalah
mengukur denyut jantung dengan memakai omronmeter. Kemudian dilakukan
penghitungan konsumsi energi (enery expenditure). Pengukuran seperti ini disebut
pengukuran langsung.
Selain mengukur secara langsung dengan mengetahui tingkat konsumsi
oksigen, dapat juga dilakukan pengukuran secara tidak langsung yaitu dengan
mengukur kecepatan denyut jantung seseorang. Kecepatan denyut jantung akan
meningkat saat seseorang bekerja, karena jantung harus memompa lebih cepat
untuk memberikan oksigen pada otot melalui pembuluh darah. Dengan kata lain
denyut jantung seperti sinyal yang menunjukkan adanya beban pada tubuh, dan
dapat digunakan sebagai indeks untuk mengetahui fisiologi kerja.
Pengukuran energy expenditure dengan mengukur denyut jantung, lebih
mudah dilakukan dibanding mengukur perubahan konsumsi oksigen. Penting
untuk diingat bahwa pengukuran harus dilakukan sebelum dan sesudah bekerja.
A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure)
Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan peubah yang penting dalam
penelitian lapangan maupun penelitian laboratorium. Dalam hal penentuan
II - 31
konsumsi energi, biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan
denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung
pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada waktu istirahat.
Untuk merumuskan hubungan antara energy expenditure dengan
kecepatan denyut jantung, dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan antara
energy expenditure dengan kecepatan denyut jantung dengan menggunakan
analisis regresi. Menurut Marks, Sanders et al (1993) bentuk regresi hubungan
energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan
persamaan dibawah ini:
Y = 1.80411 – (0.0229038)X + (4.71733 x 10-4
)X2
dimana :
Y = energi (kilokalori per menit)
X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit)
Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk
energi, maka konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan
dalam bentuk matematis sebagai berikut :
KE = Et - Ej
Dimana :
KE = konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu (kilokalori per menit)
Et = pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu (kilokalori per menit)
Ej = pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori per menit)
Dengan demikian, konsumsi energi pada waktu kerja tertentu merupakan
selisih antara pengeluaran energi pada waktu kerja dengan pengeluaran energi
pada saat istirahat.
B. Perhitungan Besarnya Pengeluaran Energi (Energy Cost)
Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan peubah yang penting dalam
penelitian lapangan maupun penelitian laboratorium. Dalam hal penentuan
konsumsi energi, biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan
denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung
pada waktu kerja (Working Heart Rate) dengan kecepatan denyut jantung pada
waktu istirahat. (Resting Heart Rate).
Menurut Kamalakannan et al (2007) bentuk regresi hubungan energi
dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan
II - 32
dibawah ini:
E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G
dimana :
E – Cost = Energy Cost (watt)
HR = Working Heart Rate (bpm)
HT = Height (inch)
A = Age (yrs)
RHR = Resting Heart Rate (bpm)
G = Gender (m = 0 ; f = 1)
1 watt 0.0143 kcal / min
Berikut ini adalah tabel (nilai) dari pekerjaan fisik yang menunjukkan
berat ringannya suatu pekerjaan dalam hubungannya dengan perubahan konsumsi
energi, kecepatan denyut jantung dan energy expenditure (E – Cost) berdasarkan
penggolongan jenis kelamin pria / wanita
Tabel 2.18 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi energi, denyut jantung, dan energy expenditure
Grade of Work Energy Expenditure
(kcal/ min)
Energy Expenditure 8 h
(kcal/d)
Hearth Rate
(beats /min)
Rest (sitting) 1.5 < 720 60 – 70
Very Light Work 1.6 – 2.5 766 - 1200 65 – 75
Light Work 2.5 – 5.0 1200 - 2400 75 – 100
Moderate Work 5.0 – 7.5 2400 - 3600 100 – 125
Heavy Work 7.5 – 10.0 3600 - 4800 125 – 150
Very Heavy Work 10 – 12.5 4800 - 6000 150 – 180 Sumber: Kamalakannan et al, 2007
2.2.7 Pengertian Antropometri
Istilah antropometri berasal dari kata anthro yang berarti “manusia” dan
metri yang berarti “ukuran”. Antropometri adalah studi tentang dimensi tubuh
manusia (Pullat, 1992). Antropometri merupakan suatu ilmu yang secara khusus
mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-
perbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok dan lain sebagainya
(Panero dan Zelnik, 2003). Data antropometri yang ada dibedakan menjadi dua
kategori, antara lain (Pullat, 1992):
a. Dimensi struktural (statis)
II - 33
Dimensi struktural ini mencakup pengukuran dimensi tubuh pada posisi
tetap dan standar. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap meliputi berat
badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi
atau panjang lutut berdiri maupun duduk, panjang lengan dan sebagainya.
b. Dimensi fungsional (dinamis)
Dimensi fungsional mencakup pengukuran dimensi tubuh pada berbagai
posisi atau sikap. Hal pokok yang ditekankan pada pengukuran dimensi
fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang berkaitan dengan
gerakan-gerakan nyata yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu.
Data antropometri dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, antara lain
(Wignjosoebroto, 1995) :
a. Perancangan areal kerja
b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas dan sebagainya
c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer,
dan lain-lain
d. Perancangan lingkungan kerja fisik
1. Dimensi Antropometri
Data antropometri dapat dimanfaatkan untuk menetapkan dimensi ukuran
produk yang akan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang
akan menggunakannya. Pengukuran dimensi struktur tubuh yang biasa diambil
dalam perancangan produk maupun fasilitas dapat dilihat pada Gambar 2.26 di
bawah ini.
Gambar 2.26 Anthropometri untuk perancangan produk atau fasilitas
Sumber: Wignjosoebroto S, 1995
II - 34
Keterangan Gambar 2.26 di atas, yaitu:
1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung
kepala).
2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam
gambar tidak ditunjukkan).
6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat
sampai dengan kepala).
7 : Tinggi mata dalam posisi duduk.
8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.
9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
10 : Tebal atau lebar paha.
11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.
12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari
lutut betis.
13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan
paha.
15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16 : Lebar pinggul ataupun pantat.
17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan
dalam gambar).
18 : Lebar perut.
19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam
posisi siku tegak lurus.
20 : Lebar kepala.
21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.
22 : Lebar telapak tangan.
23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan
(tidak ditunjukkan dalam gambar).
II - 35
24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.
25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.
26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai
dengan ujung jari tangan.
Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat
diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan
pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran
dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada
Pada penelitian ini digunakan lima data anthropometri yaitu tinggi bahu berdiri
(tbb), tinggi siku berdiri (tsb), jangkauan tangan ke depan (jtd), lebar bahu (lb),
diameter lingkar genggan telapak tangan (dtt). Pada Tabel 2.19 menunjukkan cara
pengukuran tiap data anthropometri yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 2.19 Data anthropometri untuk perancangan handtruck
Data Anthropometri Keterangan Cara Pengukuran
tinggi bahu berdiri
(tbb)
Ukur jarak vertikal dari
permukaan lantai ke bahu
tinggi siku berdiri
(tsb)
Ukur jarak vertikal dari
permukaan lantai ke bahu
jangkauan tangan ke depan
(jtd)
Ukur jarak horisontal dari
punggung sampai ujung jari
tengah. Subjek berdiri tegak,
tangan direntangkan horizontal
ke depan
lebar bahu
(lb)
Ukur jarak horisontal antara
kedua lengan atas. Subjek duduk
tegak dengan lengan atas
merapat ke badan dan lengan
bawah direntangkan ke depan.
diameter lingkar genggan
telapak tangan
(dtt)
Ukur diameter telapak tangan
pada waktu menggenggam
diukur dari pergelangan tangan
sampai dengan ujung jari tengah
Sumber: Wignjosoebroto, 1995.
II - 36
2. Aplikasi Data Antropometri Dalam Perancangan
Dengan adanya variabilitas dimensi tubuh manusia, maka terdapat tiga
prinsip dalam pemakaian data antropometri agar produk yang dirancang dapat
mengakomodasi ukuran tubuh dari populasi yang akan menggunakan produk
tersebut, yaitu:
a. Perancangan berdasar individu ekstrim
Prinsip ini digunakan apabila diharapkan fasilitas yang dirancang dapat
dipakai dengan nyaman oleh sebagian besar orang-orang yang memakainya.
Perancangan ini dapat dibagi dua yaitu yang pertama perancangan dengan data
nilai persentil tinggi (90%, 95%, atau 99%). Misalnya untuk merancang tinggi
pintu dipakai tinngi manusia dengan persentil 99% ditambah dengan kelonggaran.
Yang kedua, perancangan fasilitas dengan data persentil kecil atau rendah (10%,
5%, atau 1%). Misalnya untuk menentukan tinggi tombol lampu digunakan
persentil 5 yang berarti 5% dari populasi tidak dapat menjangkaunya.
b. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan (adjustable)
Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar dapat dipakai
dengan nyaman oleh semua orang yang mungkin memerlukannya. Dalam prinsip
ini biasanya dipakai data antropometri dengan rentang persentil 5% sampai 95%.
Contoh penerapan prinsip ini adalah perancangan kursi kemudi mobil yang bisa
dimaju-mundurkan dan diatur kemiringan sandarannya.
c. Perancangan fasilitas berdasar harga rata-rata
Pemakainya Prinsip ini hanya digunakan apabila perancangan berdasar
harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika kita menggunakan
prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan.
Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses
perancangan produk ataupun fasilitas kerja, beberapa rekomendasi yang bisa
diberikan sesuai dengan langkah-langkah, sebagai berikut:
a. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang
nantinya difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut,
b. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut,
dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data
structural body dimension ataukah functional body dimension,
II - 37
c. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi,
diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut,
d. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan
rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang
fleksibel atau ukuran rata-rata,
e. Pilih persentil populasi yang harus diikuti; ke-5, ke-50, ke-95 atau nilai
persentil yang lain yang dikehendaki,
f. Setiap dimensi tubuh yang diidentifikasikan selanjutnya pilih tetapkan nilai.
Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila
diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian
harus dikenakan, pemakaian sarung tangan (gloves), dan lain-lain.
3. Pengolahan Data Antropometri
Data mentah yang sudah didapatkan diuji terlebih dahulu dengan
menggunakan metode statistik sederhana yaitu uji hipotesis mean dengan sampel
tunggal. Hal tersebut dilakukan agar data yang diperoleh bersifat representatif,
artinya data tersebut dapat mewakili populasi yang diharapkan.
4. Aplikasi Distribusi Normal Dalam Antropometri
Penerapan data antropometri, distribusi yang umum digunakan adalah
distribusi normal (Nurmianto, 2004). Dalam statistik, distribusi normal dapat
diformulasikan berdasarkan nilai rata-rata (x) dan standar deviasi (σ) dari data
yang ada. Nilai rata-rata dan standar deviasi yang ada dapat ditentukan percentile
sesuai tabel probabilitas distribusi normal.
Adanya berbagai variasi yang cukup luas pada ukuran tubuh manusia
secara perorangan, maka besar “nilai rata-rata” menjadi tidak begitu penting bagi
perancang. Hal yang justru harus diperhatikan adalah rentang nilai yang ada.
Secara statistik sudah diketahui bahwa data pengukuran tubuh manusia pada
berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa sehingga data-
data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian tengah grafik,
sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan ekstrim akan terletak di ujung-
ujung grafik. Merancang untuk kepentingan keseluruhan populasi sekaligus
merupakan hal yang tidak praktis. Berdasarkan uraian tersebut, maka kebanyakan
data antropometri disajikan dalam bentuk persentil.
II - 38
Presentil menunjukkan jumlah bagian per seratus orang dari suatu populasi
yang memiliki ukuran tubuh tertentu (atau yang lebih kecil) atau nilai yang
menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di
bawah nilai tersebut. Sebagai contoh bila dikatakan presentil pertama dari suatu
data pengukuran tinggi badan, maka pengertiannya adalah bahwa 99% dari
populasi memiliki data pengukuran yang bernilai lebih besar dari 1% dari populasi
yang tadi disebutkan. Contoh lainnya : bila dikatakan presentil ke-95 dari suatu
pengukuran data tinggi badan berarti bahwa hanya 5% data merupakan data tinggi
badan yang bernilai lebih besar dari suatu populasi dan 95% populasi merupakan
data tinggi badan yang bernilai sama atau lebih rendah pada populasi tersebut. The
Antropometric Source Book yang diterbitkan oleh Badan Administrasi Nasional
Aeronotika dan Penerbangan Luar Angkasa Amerika Serikat (NASA)
merumuskan pengertian presentil yaitu definisi presentil sebenarnya sederhananya
saja untuk suatu kelompok data apapun. Misalnya data berat badan pilot, presentil
pertama menunjukkan data sejumlah pilot yang berat badannya lebih besar
daripada 1% data para pilot yang disebutkan paling kecil berat badannya, dan
dilain pihak merupakan data berat badan dari setiap pilot yang kurang berat
badannya dari 99% pilot dengan berat badan yang terbesar.
Dapat juga dikatakan bahwa presentil kedua merupakan data yang bernilai
lebih besar daripada 2% pilot yang paling ringan, dan lebih kecil dari 98% pilot-
pilot terberat. Jadi, berapapun besaran nilai k dari 1 hingga 99 maka presentil ke-k
tersebut merupakan nilai yang lebih besar dari k% berat badan terkecil dan kurang
dari yang terbesar (100k)%. Presentil 50 yang merupakan nilai dari suatu rata-rata,
merupakan nilai yang membagi data menjadi dua bagian, yaitu yang berisi data
bernilai terkecil dan terbesar masing-masing sebesar 50% dari keseluruhan nilai
tersebut.
Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata ukuran
dari suatu kelompok tertentu. Suatu kesalahan yang serius pada penerapan suatu
data adalah dengan mengasumsikan bahwa setiap ukuran pada persentil ke-50
mewakili pengukuran manusia rata-rata pada umumnya, sehingga sering
digunakan sebagai pedoman perancangan. Kesalahpahaman yang terjadi dangan
II - 39
asumsi tersebut mengaburkan pengertian atas makna 50% dari kelompok.
Sebenarnya tidak ada yang dapat disebut “manusia rata-rata”.
Ada dua hal penting yang harus selalu diingat bila menggunakan presentil.
Pertama, suatu persentil antropometrik dari tiap individu hanya berlaku untuk satu
data dimensi tubuh saja. Hal dapat merupakan data tinggi badan atau data tinggi
duduk. Kedua, tidak dapat dikatakan seseorang memiliki persentil yang sama, ke-
95 atau ke-90 atau ke-5, untuk keseluruhan dimensi tubuhnya. Hal ini hanya
merupakan gambaran dari suatu makhluk dalam khayalan, karena seseorang
dengan presentil ke-50 untuk data tinggi badannya, dapat saja memiliki persentil
ke-40 untuk data tinggi lututnya, atau persentil ke-60 untuk data panjang
lengannya seperti ilustrasi pada Gambar 2.27.
Gambar 2.27 Ilustrasi persentil
Sumber: Nurmianto, 2004
Pemakaian dari nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam
perhitungan data antropometri dijelaskan pada Gambar 2.28 dan Tabel 2.20.
II - 40
Gambar 2.28 Distribusi normal dengan data antropometri
Sumber : Nurmianto, 2004
Tabel 2.20 Jenis persentil dan cara perhitungan dalam distribusi normal
Persentil Perhitungan
1st
xx 325.2
2.5th
xx 96.1
5th
xx 645.1
10th
xx 28.1
50th
x
90th
xx 28.1
95th
xx 645.1
97.5th
xx 96.1
99th xx 325.2
Sumber : Nurmianto, 2004
2.2.8 Perancangan Dengan Metode Rasional
Metode rasional menggunakan pendekatan yang sistematis dalam
perancangan. Metode ini banyak digunakan dalam perancangan karena memiliki
tahapan yang jelas sehingga dapat memberikan hasil rancangan dan produk akhir
yang berkualitas (Cross, 1994). Adapun langkah-langkah metode rasional antara
lain :
II - 41
1. Clarifying Objectives
Tahap penting pertama dalam perancangan adalah bagaimana mencoba untuk
menjelaskan tujuan perancangan. Pada kenyataannya akan sangat membantu pada
keseluruhan tahap perancangan, bila tujuan perancangan sudah jelas, walaupun
tujuan itu dapat berubah selama proses perancangan. Tujuan awal dan sementara
dapat berubah, meluas atau menyempit, atau benar-benar berubah asalkan
permasalahan menjadi lebih dimengerti dan sepanjang penyelesaian ide-ide dapat
berkembang.
Clarifying objectives menunjukkan tujuan dan maksud umum untuk
pencapaian tujuan yang sedang dalam pertimbangan. Metode ini menunjukkan
bentuk diagramatis dimana tujuan-tujuan yang berbeda dihubungkan satu sama
lain, serta pola hirarki tujuan dan sub tujuan. Langkah-langkah pembuatan
clarifying objectives adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan daftar tujuan perancangan, dimana daftar tersebut diambil dari
ringkasan perancangan.
b. Menyusun daftar ke dalam kumpulan tujuan tingkat tinggi dan tingkat rendah.
Perluasan daftar tujuan dan sub tujuan secara kasar dapat dikelompokkan ke
dalam tingkatan hirarki.
c. Menggambarkan diagram clarifying objectives, hubungan hirarki dan garis
hubungannya.
2. Establishing Function
Establishing functions bertujuan untuk menentukan fungsi-fungsi yang
dibutuhkan dan batasan sistem dari perancangan yang akan dilakukan. Langkah-
langkah pembuatan establishing functions adalah sebagai berikut :
a. Menunjukkan fungsi perancangan secara umum dalam perubahan input
menjadi output yang diinginkan.
b. Memecah fungsi umum menjadi sub fungsi dasar yang lebih spesifik.
c. Menggambarkan diagram blok yang menggambarkan interaksi antar sub-fungsi
dasar.
3. Performance Specification
Performance specification bertujuan untuk membuat spesifikasi yang akurat
dari kebutuhan perancangan. Spesifikasi yang telah ditentukan oleh perancang
II - 42
ditetapkan sebagai tujuan perancangan dengan mencantumkan kriteria-kriteria.
Langkah-langkah pembuatan performance specification adalah sebagai berikut :
a. Menimbang perbedaan tingkatan umum penyelesaian yang dapat diterima.
b. Menentukan tingkatan umum yang nantinya akan dioperasikan.
c. Mengidentifikasi atribut yang dibutuhkan.
d. Menyebutkan persyaratan yang diperlukan atribut dengan tepat dan teliti.
e. Memberikan penilaian terhadap atribut
2.2.9 Mekanika Konstruksi
Mekanika (Bahasa Latin mechanicus, dari Bahasa Yunani mechanikos,
"seseorang yang ahli di bidang mesin") adalah jenis ilmu khusus yang
mempelajari fungsi dan cara kerja mesin, alat atau benda yang seperti mesin.
Mekanika merupakan bagian yang sangat penting dalam ilmu fisika terutama
untuk ahli sains dan ahli teknik. Mekanika (Mechanics) juga berarti ilmu
pengetahuan yang mempelajari gerakan suatu benda serta efek gaya dalam
gerakan itu. Cabang ilmu Mekanika terbagi dua : Mekanika Statik dan Mekanika
Dinamik (tidak dibahas dalam penelitian ini). Mekanika teknik dikenal juga
sebagai mekanika rekayasa atau analisa struktur. Pokok utama dari ilmu tersebut
adalah mempelajari perilaku struktur terhadap beban yang bekerja padanya.
1. Statika
Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statik dari suatu beban terhadap
gaya-gaya dan beban yang mungkin ada pada bahan tersebut, atau juga dapat
dikatakan sebagai perubahan terhadap panjang benda awal karena gaya atau
beban. Terdapat 3 jenis tumpuan dalam ilmu statika untuk menentukan jenis
peletakan yang digunakan dalam menahan beban yag ada dalam struktur, beban
yang ditahan oleh peletakan masing-masing adalah:
a. Tumpuan Rol
Yaitu tumpuan yang dapat meneruskan gaya desak yang tegak lurus bidang
peletakannya.
Gambar 2.29 Tumpuan rol Sumber : Popov, 1991
II - 43
b. Tumpuan Sendi
Tumpuan yang dapat meneruskan gaya tarik dan desak tetapi arahnya selalu
menurut sumbu batang sehingga batang tumpuan hanya memiliki satu gaya.
Gambar 2.30 Tumpuan sendi
Sumber : Popov, 1991
c. Tumpuan Jepitan
Jepitan adalah tumpuan yang dapat menberuskan segala gaya dan momen
sehingga dapat mendukung H, V dan M yang berati mempunyai tiga gaya. Dari
kesetimbangan kita memenuhi bahwa agar susunan gaya dalam keadaan
setimbang haruslah dipenuhi tiga syarat yaitu ∑FHorisontal = 0, ∑FVertikal = 0,
∑M= 0
Gambar 2.31 Tumpuan jepit Sumber : Popov, 1991
2. Gaya
Suatu konstruksi bertugas mendukung gaya-gaya luar yang bekerja padanya
yang kita sebut sebagai beban. Konstruksi harus ditumpu dan diletakkan pada
peletakan-peletakan tertentu agar dapat memenuhi tugasnya yaitu menjaga
keadaan konstruksi yang seimbang. Suatu konstruksi dikatakan seimbang bila
resultan gaya yang bekerja pada konstruksi tersebut sama dengan nol atau dengan
kata lain ∑Fx = 0, ∑Fy = 0, ∑Fz = 0, ∑M = 0. (Popov, 1991).
Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan suatu benda dari keadaan diam
menjadi bergerak atau sebaliknya. Dalam ilmu statika berlaku hukum (Aksi =
Reaksi), gaya dalam statika kemudian dikenal dibedakan menjadi :
a. Gaya Luar
Gaya luar adalah gaya yang diakibatkan oleh beban yang berasal dari luar
sistem yang pada umumnya menciptakan kestabilan konstruksi. Sedangkan
beban adalah beratnya beban atau barang yang didukung oleh suatu konstruksi
atau bangunan beban dan dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu :
II - 44
Beban mati yaitu beban yang sudah tidak bisa dipindah-pindah, seperti
dinding, penutup lantai dll.
Beban sementara yaitu beban yang masih bisa dipindah-pindahkan, ataupun
beban yang dapat berjalan seperti beban orang, mobil (kendaraan), kereta
dll.
Beban terbagi rata yaitu beban yang secara merata membebani struktur.
Beban dapat dibedakan menjadi beban segi empat dan beban segitiga.
Beban titik terpusat adalah beban yang membebani pada suatu titik.
Beban berjalan adalah beban yang bisa berjalan atau dipindah-pindahkan
baik itu beban mrata, titik, atau kombinasi antar keduanya.
b. Gaya dalam
Akibat adanya gaya luar yang bekerja, maka bahan memberikan perlawanan
sehingga timbul gaya dalam yang menyebabkan terjadinya deformasi atau
perubahan bentuk. Agar suatu struktur tidak hancur atau runtuh maka besarnya
gaya akan bergantung pada struktur gaya luar, yaitu:
c. Gaya geser (Shearing Force Diagram)
Gaya geser merupakan gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban yang arah
garis kerjanya tegak lurus ( ) pada sumbu batang yang ditinjau seperti tampak
pada Gambar 2.32.
P
Gambar 2.32 Sketsa prinsip statika kesetimbangan
Sumber : Popov, 1991
Gaya bidang lintang ditunjukan dengan SFD (shearing force diagram), dimana
penentuan tanda pada SFD berupa tanda negatif (-) atau positif (+) bergantung
dari arah gaya. P
A B
y
Ra Rb
+
-
Gambar 2.33 Sketsa shearing force diagram
Sumber : Popov, 1991
II - 45
d. Gaya Normal (Normal Force)
Gaya normal merupakan gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban yang
arah garis kerjanya searah (// ) sumbu batang yang ditinjau
A B
+
-RH
RH
Gambar 2.34 Sketsa normal force Sumber : Popov, 1991
Agar batang tetap utuh, maka gaya dalam sama dengan gaya luar. Pada gambar
diatas nampak bahwa tanda (-) negative yaitu batang tertekan, sedang bertanda
(+) batang tertarik.
e. Momen
Momen adalah gaya yang bekerja dikalikan dengan panjang lengan yang
terjadi akibat adanya beban yang terjadi pada struktur tersebut P
+
Gambar 2.35 Sketsa moment bending (+) Sumber : Popov, 1991
P
-
Gambar 2.36 Landasan sketsa moment bending (-)
Sumber : Popov, 1991
Dalam sebuah perhitugan gaya dalam momen memiliki kesepakatan yang
senantiasa dipenuhi yaitu pada arah tinjauan, diantaranya:
II - 46
Ditinjau dari arah kanan
+
P
-
P
Gambar 2.37 Landasan arah kanan
Sumber : Popov, 1991
Ditinjau dari arah kiri
+
P
-
Gambar 2.38 Landasan arah kiri Sumber : Popov, 1991
Bila searah jarum jam (+)
Bila berlawanan jarum jam (-)
Bila berlawanan jarum jam (-)
Bila searah jarum jam (+)
III-1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan secara sistematis mengenai langkah-langkah yang
dilakukan dalam penelitian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian ditunjukan pada flow chart Gambar. 3.1.
Mulai
Studi Literatur
Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Perumusan Masalah
Studi Lapangan
Identifikasi Masalah
Tahap Pengumpulan
Data
Pengumpulan Data
1. Dokumentasi
- Pola Aktivitas Manual Material Handling
2. Wawancara
3. Kuisioner
- Kuisioner Nordic Body Map
4. Data postur kerja
5. Data fisiologi (beban kerja)
6. Data anthropometri
Pengolahan Data
1. Perhitungan hasil kuisioner
- Kuisioner Nordic Body Map
2. Perhitungan postur kerja
- Metode REBA
2. Perhitungan fisiologi (beban kerja)
- Perhitungan Energy Expenditure
- Perhitungan Energy Cost
3. Perhitungan anthropometri
4. Perhitungan persentil
Tahap Pengolahan
Data
A
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
III-2
Penentuan Dimensi Rancangan
a. Perhitungan dimensi ketinggian handle pada desain pertama
b. Perhitungan dimensi ketinggian handle pada desain kedua
c. Perhitungan dimensi lebar antar handle desain pertama
d. Perhitungan dimensi lebar antar handle desain kedua
e. Perhitungan diameter pegangan (handle)
f. Perhitungan panjang genggaman pegangan handtruck
g. Perhitungan dimensi panjang landasan bawah handtruck
h. Perhitungan dimensi panjang landasan bawah handtruck
i. Perhitungan dimensi panjang lengan ayun (swing arm)
Perhitungan Kekuatan Material
1. Perhitungan kekuatan pipa rangka landasan bawah posisi 90
2. Perhitungan roda
- Perhitungan gaya yang diterima roda depan
- Perhitungan poros roda
- Perhitungan beban yang diterima roda depan
3. Perhitungan kekuatan pipa penyangga rangka belakang 45
4. Perhitungan gaya penyangga pada pegas
5. Perhitungan konstanta pegas
6. Perhitungan kekuatan handtruck berdasarkan keadaan jalan lokasi Pasar Gede
7. Perhitungan batasan pengangkatan dikonversikan kedalam pengangkutan
8. Penentuan dan pemilihan desain handle pada perancangan handtruck
Estimasi Biaya Rancangan
1. Biaya Material
2. Biaya Non Material
3. Total Biaya Perancangan
Penyusunan Konsep Perancangan
1. Penjabaran kebutuhan perancangan (Need)
- Keluhan pekerja buruh angkut beserta penyebabnya
- Penjabaran keinginan ditransformasikan kedalam keinginan
2. Pembangkitan gagasan dalam perancangan (Idea)
Melalui penjabaran kebutuhan dan keinginan kedalam ide pemecahan masalah
Metode Rasional menurut Nigel Cross, 1994
a. Clarifying objectives (penjelasan tujuan dan subtujuan perancangan)
b. Establishing functions (penentuan fungsi dalam perancangan)
c. Performance specification (penentuan spesifikasi akurat dalam perancangan handtruck)
Tahap Perancangan
A
A
0
0
Penentuan Bahan Material
1. Material penyusun rangka pipa baja
2. Material plat rngka penopang landasan bawah
3. Material pipa pada pegangan
4. Material Shock absorber
5. Material plat dudukan roda
6. Material roda dan pengunci roda
7. Material roda dan pengunci roda
Pembuatan Rancangan
a. Pembuatan rancangan gambar 2d, 3d
b. Prototipe perancangan handtruck sebagai alat bantu kerja
c. Perencanaan pengoperasian handtruck sebagai alat bantu kerja
Lanjutan Gambar 3.1 Metodologi Penelitian (lanjutan)
III-3
Tahap Analisis dan
Interpretasi HasilAnalisa dan Interpretasi Hasil
Tahap Kesimpulan
dan Saran Kesimpulan dan Saran
Selesai
Evaluasi Hasil Uji Coba Alat Hasil Perancangan
Alat Bantu Kerja
1. Pengukuran dan penilaian postur kerja
- Metode REBA
2. Perhitungan fisiologi (beban kerja)
A. Perhitungan Energy Expenditure
B. Perhitungan Energy Cost
A
Tahap Uji Coba
Hasil Perancangan
Alat
Lanjutan Gambar 3.1 Metodologi Penelitian (lanjutan)
Langkah-langkah penyelesaian masalah pada flow chart Gambar 3.1,
diuraikan sebagai berikut :
3.1 Tahap Identifikasi Masalah
Tahap identifikasi masalah merupakan tahap awal dalam kegiatan penelitian
ini. Pada langkah ini dilakukan identifikasi mengenai kondisi umum manual
material handling di Pasar Gede serta merumuskan masalah yang terjadi di Pasar
Gede dan upaya dalam memecahkan masalah tersebut dengan menentukan metode
pemecahan masalah untuk mencapai tujuan penelitian. Identifikasi ini bertujuan
untuk mengetahui kelemahan/kekurangan dalam manual material handling.
3.1.1 Studi Literatur
Pada tahap studi literatur dikumpulkan berbagai dokumentasi, hasil-hasil
penelitian, dan teori-teori yang diarahkan untuk mendapatkan konsep-konsep
penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang ada di Pasar Gede seperti
kuisioner nordic body map, postur kerja, fisiologi (beban kerja), dan antropometri
sebagai landasan dalam tahap-tahap penelitian selanjutnya. Teori-teori tersebut
dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan perancangan alat bantu
angkut sebagai alat bantu kerja, kemudian dijadikan tinjauan pustaka sebagai
kerangka berpikir untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
III-4
3.1.2 Studi Lapangan
Tahap ini merupakan observasi langsung di lapangan, yaitu di Pasar Gede.
Observasi dilakukan dengan melihat aktivitas manual material handling dan
mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di Pasar Gede untuk mencari
penyelesaian mengenai masalah tersebut. Kegiatan yang diamati meliputi seperti
mengangkat beban, mengangkut beban, meletakkan beban., dan wawancara
langsung dengan pekerja buruh angkut yang berada di Pasar Gede. Pengamatan
keseluruhan kegiatan mengangkat beban, mengangkut beban, meletakkan beban
bertujuan untuk mengetahui setiap proses dan aktifitas yang terjadi dalam manual
material handling. Wawancara langsung dengan pekerja buruh angkut bertujuan
untuk mengetahui data secara umum mengenai umur, lama bekerja, aktivitas jam
kerja, dan bahwa keluhan (ketidaknyamanan), kesulitan yang dialami pekerja dan
keinginan pekerja terhadap alat bantu kerja yang dapat membantu aktivitas
pengangkutan. Tahap studi lapangan dilakukan dalam upaya mendapatkan
karakteristik permasalahan yang ada dan mengetahui karakteristik obyek yang
diteliti.
3.1.3 Perumusan Masalah
Permasalahan dirumuskan berdasarkan hasil studi lapangan dan studi
literatur yang telah dilakukan. Perumusan masalah dilakukan dengan menetapkan
sasaran-sasaran yang akan dibahas untuk kemudian dicari solusi pemecahan
masalahnya. Perumusan masalah juga dilakukan agar dapat fokus dalam
membahas permasalahan yang dihadapi. Permasalahan yang terdapat di Pasar
Gede yaitu beban kerja pada aktivitas manual material handling yang dilakukan
secara over exertion yang menyebabkan kesalahan postur kerja pada pekerja
buruh angkut seperti kelelahan pada bagian tubuh tertentu (punggung,
pergelangan tangan, lutut, betis dan leher), beban yang diangkut terlalu berat, dan
kesulitan pada waktu akses keluar masuk kios. Berdasarkan permasalahan diatas
maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana merancang
handtruck sebagai alat bantu kerja guna memperbaiki postur kerja dan
mengurangi beban kerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta, dengan
menggunakan kuisioner nordic body map, postur kerja, fisiologi (beban kerja),
dan mempertimbangkan anthropometri. Dengan merancang handtruck sebagai
III-5
alat bantu kerja guna memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja buruh
angkut di Pasar Gede Surakarta.
3.1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ditetapkan agar penelitian yang dilakukan dapat menjawab
dan menyelesaikan rumusan masalah yang dihadapi. Adapun tujuan penelitian
yang ditetapkan dari hasil perumusan masalah adalah memperoleh rancangan
handtruck sebagai alat bantu kerja, guna memperbaiki postur kerja dan
mengurangi beban kerja.
3.1.5 Manfaat Penelitian
Suatu permasalahan akan diteliti apabila di dalamnya mengandung unsur
manfaat. Agar memenuhi suatu unsur manfaat maka perlu ditentukan terlebih
dahulu manfaat yang akan didapatkan dari suatu penelitian. Adapun manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu alat bantu kerja yang
berupa handtruck, sehingga manfaat yang dirasakan secara langsung memperbaiki
postur kerja dan mengurangi beban kerja.
3.2 Tahap Pengumpulan Data
Tahap - tahap pengumpulan data yang diperlukan untuk mendukung
penelitian mengenai peracangan alat bantu kerja yang berupa handtruck dengan
mempertimbangkan anthropometri dan medan di Pasar Gede Surakarta, sebagai
berikut:
3.2.1 Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan cara pengambilan gambar dan gerakan pola
aktivitas manual material handling yang berupa gambar transportasi yang
dilakukan oleh satu pekerja atau lebih. Kegiatan awal tersebut meliputi: kegiatan
pengangkatan peti buah (lifting), kegiatan memanggul peti buah pada bagian
punggung pekerja (carrying), kegiatan penimbangan berat beban (considering
burden weight), aktivitas menurunkan peti buah (degrading fruit case).
Pengambilan dokumentasi gambar aktivitas manual material handling dilakukan
pada hari Jumat tanggal 12 Juni 2009 pukul 10.00 WIB.
III-6
3.2.2 Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara menggali informasi kondisi awal
mengenai aktivitas kerja, biodata pekerja, aktivitas jam kerja, identitas pekerja,
lama bekerja dan keluhan secara umum yang dialami oleh pekerja buruh angkut.
Kegiatan wawancara tersebut dilakukan pada hari Senin tanggal 13 Juli 2009
pukul 10.00 WIB.
3.2.3 Kuisioner Nordic Body Map
Kuesioner yang diberikan kepada pekerja pekerja buruh angkut di Pasar
Gede Surakarta, dalam mengidentifikasi keluhan pekerja pad bagian otot dan rasa
nyeri melalui kuisioner nordic body map. Penyebaran dan pengumpulan data
melalui kuisioner nordic body map yang diberikan kepada dua puluh empat orang
pekerja buruh angkut. Tujuan pengisian kuisioner nordic body map untuk
mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan
mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit pada pekerja.
Responden penelitian ini adalah pekerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta.
Adapun responden yang terpilih untuk mengisi kuisioner adalah 24 orang buruh
angkut tanpa menentukan jumpah sampel yang diinginkan dan dianggap telah
mewakili dari jumlah populasi pekerja buruh angkut yang ada di Pasar Gede.
Penyebaran kuisioner tersebut dibagikan pada saat peneliti menjumpai pekerja
buruh angkut di Pasar Gede bagian timur (people on street). Penyebaran kuisioner
tersebut dilakukan pada hari Jumat tanggal 14 Agustus 2009 pukul 13.30 WIB.
3.2.4 Data postur kerja
Data ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh pekerja
buruh angkut Pasar Gede yang terjadi pada aktivitas pengangkatan, pengangkutan,
dan aktivitas menurunkan peti buah. Pencatatan data postur kerja tesebut berupa
doumentasi foto-foto postur kerja , dan video saat melakukan aktivitas kerja
3.2.5 Data Fisiologi
Pengumpulan data fisiologi tersebut meliputi, nama pekerja, umur,
penggolongan jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, pengukuran denyut
jantung sebelum dan sesudah bekerja melalui omron meter. Pengukuran denyut
jantung dilakukan dengan mengukur denyut jantung pekerja sebelum dan sesudah
melakukan pengangkutan beban, agar diketahui selisih antara denyut jantung
III-7
sebelum dan sesudah pengangkutan beban. Pengukuran denyut jantung tersebut
dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain :
Tahap pertama
Mengukur denyut jantung pekerja buruh angkut pada saat sebelum dan
sesudah bekerja dilakukan pada pada hari Rabu tanggal 18 November 2009
pukul 09.00 s/d 16.00 WIB.
Tahap kedua
Mengukur denyut jantung pekerja buruh angkut pada saat sebelum dan
sesudah bekerja dilakukan pada pada hari Senin tanggal 21 November 2009
pukul 09.00 s/d 16.00 WIB.
Tahap ketiga
Mengukur denyut jantung pekerja buruh angkut pada saat sebelum dan
sesudah bekerja dilakukan pada pada hari Rabu tanggal 23 November 2009
pukul 09.00 s/d 16.00 WIB.
Tahap keempat
Mengukur denyut jantung pekerja buruh angkut pada saat sebelum dan
sesudah bekerja dilakukan pada pada hari Jumat tanggal 25 November 2009
pukul 09.00 s/d 16.00 WIB.
Pengukuran tersebut dilakukan melalui beberapa tahap, karena diharapkan kondisi
pekerja buruh angkut pada saat dilakukan pengukuran melalui omron meter tidak
mengalami gangguan secara psikologis dan mendapatkan nilai pengukuran denyut
jantung dengan tepat (valid).
3.2.6 Data Anthropometri
Dalam perancangan ini diperlukan data anthropometri yang digunakan untuk
bahan pertimbangan ukuran dasar rancangan. Hal ini dimaksudkan agar rancangan
yang dihasilkan dapat digunakan dengan baik dan disesuaikan atau paling tidak
mendekati karakteristik penggunanya. Pengambilan data diperoleh dari hasil
pengukuran anthropometri pekerja buruh angkut di Pasar Gede yang melakukan
aktvitas manual material handling (pengangkutan peti buah secara manual),
berjenis kelamin pria. Pengumpulan data dimensi anthropometri tersebut meliputi:
tinggi bahu berdiri (tbb), tinggi siku berdiri (tsb), lebar bahu, dan diameter lingkar
III-8
genggam (dlg) dan lebar jari ke- 2,3,4,5. Pengukuran data anthropometri tersebut
dilakukan pada hari Rabu, 9 September 2009.
3.3 Tahap Pengolahan Data
3.3.1 Perhitungan Hasil Kuisioner Nordic Body Map
Perhitungan kuisioner Nordic Body Map dilakukan dengan cara menghitung
dari hasil pengisian kuisioner yang diisi oleh 24 pekerja buruh angkut. Dari hasil
pengsian kuisioner Nordic Body Map tersebut, kemudian dihitung besarnya
prosentase keluhan pada tiap anggota tubuh pekerja. Perhitungan tersebut dimulai
dari hasil perhitungan prosentase yang mengalami keluhan anggota tubuh yang
terbesar hingga tingkat prosentase keluhan yang terkecil. Setelah melakukan
perhitungan prosentase keluhan anggota tubuh, kemudian memplotkan kedalam
grafik prosentase keluhan yang dialami dari pekerja buruh angkut di Pasar Gede.
3.3.2 Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode Rapid Entrie Body
Assessment (REBA)
Hasil pengambilan gambar digunakan untuk menentukan sudut-sudut dari
posisi kerja pekerja, kemudian dilakukan penyusunan skor dengan menggunakan
REBA scorsheet yaitu menggunakan diagram atau gambar postur tubuh dan
kategori level tindakan REBA
3.3.3 Perhitungan Fisiologi Kerja
A. Perhitungan Enegy Expenditure Menurut Sanders et al, 1993
Penghitungan energy expenditure dilakukan dengan menggunakan data
denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja. Denyut jantung sebelum bekerja
diukur sesaat sebelum pekerja melakukan pekerjaan. Pengukuran denyut jantung
setelah bekerja dilakukan setelah pekerja melakukan kegiatan MMH. Tujuan dari
perhitungan energy expenditure adalah mengukur besarnya energi (tenaga yang
dikeluarkan) yang dikeluarkan oleh pekerja pada saat sebelum maupun sesudah
bekerja dan menentukan kriteria penggolongan beban kerja. Menurut Sanders et
al, (1993) bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung
adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut :
Y = 1,80411 – (0,0229038)X + (4,71733 x 10-4
) X2
KE = Et - Ej
III-9
dimana :
Y = energi (kilokalori per menit)
X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit)
B. Perhitungan Besarnya Pengeluaran Energi (energy cost) Menurut
Kamalakannan et al, 2007
Menurut Kamalakannan et al, (2007) bahwa bentuk regresi hubungan energi
dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan
dibawah ini:
E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G
dimana :
E – Cost = Energy Cost (watt)
HR = Working Heart Rate (bpm)
HT = Height (inch)
A = Age (yrs)
RHR = Resting Heart Rate (bpm)
G = Gender (m = 0 ; f = 1)
1 watt 0.0143 kcal / min
3.3.4 Perhitungan Anthropometri
Berdasarkan pengukuran anthropometri pekerja buruh angkut yang telah
diungkapkan di atas, peneliti akan melakukan perhitungan variabel anthropometri
yang akan digunakan sebagai pertimbangan untuk menetapkan ukuran awal
rancangan handtruck. Pengukuran dimensi anthropometri ini dimaksudkan agar
rancangan yang dihasilkan dapat digunakan dengan baik dan disesuaikan atau
paling tidak mendekati karakteristik dan kebutuhan penggunanya.
3.3.5 Perhitungan Persentil
Dalam perancangan handtruck perlu dilakukan perhitungan persentil.
Perancangan handtruck dalam penelitian ini menggunakan prinsip perancangan
alat bantu kerja yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran tertentu. Persentil
yang digunakan adalah persentil ke-5, dan persentil ke-95 (Nurmianto, 2004).
III-10
3.4 Tahap Perancangan
3.4.1 Penyusunan Konsep Perancangan
Penyusunan konsep perancangan handtruck dilakukan dengan mengacu
pada identifikasi masalah yang diperoleh. Dari data permasalahan yang dialami
pekerja buruh angkut tersebut perlu dilakukan konsep perancangan alat bantu
aktivitas kerja, dengan tujuan memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban
kerja pada pekerja buruh angkut. Penyusunan konsep perancangan dapat dibagi
menjadi beberapa tahapan, meliputi:
1. Penjabaran kebutuhan perancangan (Need).
a. Keluhan dari pekerja buruh angkut beserta faktor penyebab yang terjadi
b. Penjabaran mengenai keinginan, kemudian ditransformasikan kedalam
kebutuhan pekerja buruh angkut
2. Pembangkitan gagasan dalam perancangan (Idea)
Berdasarkan kebutuhan perancangan yang telah dinyatakan dengan jelas,
maka dapat dikembangkan suatu ide pemecahan masalah. Gagasan atau ide yang
dikembangkan haruslah berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perancangan
yang telah dibuat sebelumnya.
Menurut Nigel Cross, 1994 metode rasional dapat dibagi menjadi beberapa
tahapan yang kemudian di perjelas kedalam sub tahapan, diantaranya:
a. Clarifying Objectives (pemjelasan dari tujuan yang ingin dicapai dalam
perancangan)
b. Establishing Functions (menentukan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dan
batasan sistem dari perancangan yang akan dilakukan)
c. Performance Specification (membuat spesifikasi yang akurat dari kebutuhan
perancangan).
3.4.2 Penentuan Dimensi Rancangan
Pada tahap perancangan akan dilakukan penentuan spesifikasi alat yang
terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu :
1. Penentuan dan perhitungan dimensi
Perhitungan dimensi dilakukan untuk menentukan ukuran rancangan yang
akan dibuat. Perhitungan dimensi ini mengacu pada hasil perhitungan persentil
yang telah dilakukan sebelumnya. Perhitungan dimensi yang dilakukan meliputi :
III-11
a. Perhitungan ketinggian pegangan handtruck desain pertama
Data dimensi anthropometri yang digunakan sebagai acuan dalam
merancang ketinggian handle pada hand truck dari permukaaan jalan adalah
tinggi bahu berdiri (tbb). Persentil ke-95 digunakan agar dapat
mengakomodasi orang yang memiliki tinggi bahu yang tinggi.
b. Tinggi tinggi pegangan handtruck desain kedua
Data dimensi anthropometri yang digunakan sebagai acuan dalam untuk
menentukan tinggi handtruck pada saat memuat adalah tinggi siku berdiri
(tsb). Persentil ke-95 digunakan agar dapat mengakomodasi orang yang
memiliki tinggi badan pekerja terutama yang tinggi siku berdiri (ukuran
batas atas peganganan)
Untuk menentukan ukuran batas bawah tinggi pegangan handtruck desain
kedua menggunakan pengukuran titik gaya dorong , momen dan pengukuran
sudut kemiringan (menggunakan sin 45 0 ) .
c. Lebar antar pegangan (handle) desain pertama
Data dimensi anthropometri yang digunakan sebagai acuan dalam
merancang ukuran lebar handle desain pertama dalam perancangan
hendtruck adalah lebar bahu (lb) dengan Persentil ke-95.
d. Lebar antar pegangan (handle) desain kedua
Data dimensi anthropometri yang digunakan sebagai acuan dalam
merancang ukuran lebar handle desain kedua dalam perancangan hendtruck
adalah lebar bahu (lb) dengan Persentil ke-50
e. Diameter pegangan (handle)
Data dimensi antropometri yang digunakan sebagai acuan dalam merancang
panjang diameter pada handle hendtruck adalah diameter genggam telapak
tangan (dgtt) dengan Persentil ke-95
f. Perhitungan panjang genggam handle (pegangan)
Data dimensi anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan panjang
genggaman pegangan handtruck adalah lebar jari ke-2,3,4,5 (lj) dengan
persentil ke-95. Penggunaan persentil 95 dimaksudkan agar pekerja yang
memiliki lebar telapak tangan lebih besar dapat menggenggam pegangan
handtruck dengan nyaman.
III-12
g. Panjang landasan handtruck
Untuk menentukan dimensi panjang landasan bawah dibuat setidaknya
sebesar dua pertiga dari ukuran maksimal panjang peti yang dimuatkan
(panero dan zelnik)
h. Lebar landasan handtruck
Untuk menentukan dimensi lebar landasan bawah dibuat setidaknya dari
ukuran maksimal lebar peti yang dimuatkan atau mengikuti acuan lebar bahu
dengan Persentil ke-95.
i. Menentukan panjang lengan ayun (swing arm)
Untuk menentukan dimensi panjang lengan ayun (swing arm) menggunakan
konsep pengukuran mekanika teknik dengan mengtung besarnya gaya dan
momen pada sumbu x maupun y
3.4.3 Pembuatan Rancangan
Pembuatan rancangan dilakukan melalui pembuatan gambar, pembuatan dan
pembuatan wujud rancangan benda asli beserta penggunaan hasil rancangan
(prototype). Pembuatan gambar rancangan melalui pembuatan model gambar 2d
dan 3d software solid work. Selain pembuatan rancangan gambar maka ditentukan
fungsi dari masing – masing komponen dalam perancangan (prototipe dalam
perancangan) dan proses perencanaan pengoperasian handtruck.
3.4.4 Perhitungan Kekuatan Material
Perhitungan kekuatan material diperlukan untuk mengetahui kelayakan
rancangan handtruck yang akan dibuat. Perhitungan kekuatan material meliputi
meliputi penentuan beban, perhitungan gaya, momen pada titik kritis dan
perhitungan kekuatan pemilihan material kerangka dalam perancangan handtruck.
Perhitungan teknik dalam peracangan handtruck akan diuraikan, sebagai berikut :
1. Kondisi kekuatan pipa rangka landasan bawah berdiri tegak posisi 900
2. Perhitungan gaya, poros dan beban yang diterima roda
3. Perhitungan kekuatan pipa penyangga rangka posisi 450
4. Perhitungan gaya pada penyangga pegas
5. Perhitungan konstanta pegas
6. Perhitungan kekuatan handtruck berdasarkan keadaan jalan lokasi Pasar
Gede
III-13
7. Perhitungan batas pengangkatan dan dikonversikan kedalam pengangkutan
8. Perhitungan dan pemilihan desain pada handle.
3.4.5 Penentuan Bahan Material
Penentuan bahan material pada perancangan alat bantu kerja yang berupa
handtruck bertujuan untuk menetapkan komponen yang akan digunakan sesuai
dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Sebeluim menentukan bahan material yang
ada dipasaran, terlebih dahulu dilakukan perhitungan uji kekuatan rangka menurut
pengukuran standar material baik material pipa baja struktur sebagai bahan
material yang dijadikan komponen utama rangka penopang kekuatan maupun
komponen lainnya.
3.4.6 Estimasi Biaya Rancangan
Estimasi biaya dilakukan untuk memperkirakan besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk perancangan alat bantu fasilitas kerja yang berupa handtruck
apabila alat bantu tersebut dibuat. Biaya yang dihitung meliputi
1. Biaya material, yang berisi perhitungan biaya komponen penyusun
pembuatan rancangan
2. Biaya non material meliputi biaya tenaga kerja ditambah dengan biaya
permesinan kemudian ditambah dengan biaya ide pembuatan rancangan
yang berasal dari desainer (perancang)
3. Total biaya perancangan meliputi total biaya material ditambah dengan total
biaya non material.
3.4.7 Tahap Evaluasi Uji Coba Hasil Perancangan Alat Bantu Kerja
Setelah alat bantu kerja yang berupa handtruck selesai dibuat, kemudian
diuji cobakan kepada 24 orang pekerja buruh angkut Lokasi Pasar Gede. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan terhadap postur kerja
dan fisiologi (beban kerja) para pekerja. Langkah pertama yaitu dengan
mendokumentasikan aktivitas pekerja dengan menggunakan camera digital
melalui dokumentasi dapat digunakan dalam penilaian postur kerja dengan
metode Rapid Entire Body Assessment. Langkah kedua yaitu dengan melakukan
pengukuran denyut jantung sebelum bekerja dengan menggunakan omronmeter
(tensimeter digital). Langkah ketiga dilakukan dengan mengukur denyut jantung
III-14
pekerja setelah bekerja. Pengukuran denyut jantung para pekerja digunakan untuk
menentukan energy expenditure dan energy cost pekerja.
3.5 Tahap Analisis dan Interpretasi Hasil
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan analisis dan interpretasi hasil. Pada tahap ini
dilakukan analisis terhadap hasil-hasil pengolahan data, yaitu menganalisa postur
kerja melalui metode REBA, menganalisa pengukuran denyut jantung sebelum
dan sesudah bekerja, energy expenditure dan energy cost yang dikeluarkan masing
– masing pekerja, menganalisa hasil perancangan alat bantu kerja, dilihat dari segi
kelebihan maupun kekurangan dalam perancangan, analisa mekanisme proses
pengangkatan dan pengangkutan peti, analisis kekuatan rangka dan material
dalam perancangan handtruck, menganalisa perhitungan total biaya akhir dalam
perancangan perancangan handtruck serta kerangka berpikir mengenai interpretasi
perancangan dengan pengertian bahwa apakah hasil perancangan tersebut sudah
lebih baik atau belum.
3.6 Tahap Kesimpulan dan Saran
Pada bagian akhir dari penelitian yang dilakukan, akan ditarik suatu
kesimpulan mengenai hasil pengolahan data dengan mempertimbangkan tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian. Dari kesimpulan tersebut diharapkan lahirnya
saran dan usulan perancangan alat bantu kerja yang berupa handtruck dilokasi
Pasar Gede Surakarta serta saran untuk penelitian selanjutnya.
IV - 1
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan,
mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan
yang dijadikan objek penelitian. Objek penelitian ini yaitu perancangan alat bantu
kerja yang berupa handtruck untuk pekerja buruh angkut. Untuk lebih jelasnya
akan diuraikan pada sub bab di perancangan alat bantu kerja yang berupa
handtruck.
4.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data studi pendahuluan dilakukan selama bulan Juni s/d
November 2009 yang bertujuan untuk memperoleh informasi awal di tempat
penelitian. Metode untuk mendapatkan data awal dilakukan beberapa tahapan,
diantaranya: pengamatan langsung, pendokumentasian gambar, wawancara, dan
penyebaran kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui keluhan atau rasa tidak
nyaman yang dirasakan pekerja buruh angkut pada aktivitas pengangkutan peti.
4.1.1 Dokumentasi
Dokumentasi sikap kerja yang dilakukan oleh pekerja buruh angkut pada
aktivitas manual material handling dengan pengambilan gambar pada saat pekerja
memanggul beban pada bagian punggung tanpa menggunakan landasan tubuh
yang memadai seperti menggunakan busa penahan beban pada bagian punggung.
Pengambilan dokumentasi gambar aktivitas manual material handling dilakukan
pada hari Jumat tanggal 12 Juni 2009 pukul 10.00 WIB. Pola aktivitas manual
material handling yang dilakukan oleh pekerja buruh angkut dapat dilihat pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Aktivitas manual material handling pekerja buruh angkut
No Dokumentasi Aktivitas Keterangan Resiko
1
Posisi awal
pada saat
mengangkat
peti buah dari
muatan truk
Sikap kerja: kedua lengan
bawah memegang peti
buah kearah belakang,
kepala condong kedepan,
posisi lutut pada kaki
menekuk dan punggung
membungkuk.
Cidera pada
bagian
lengan, bahu,
kaki dan
punggung.
IV - 2
Lanjutan Tabel 4.1 Aktivitas manual material handling pekerja buruh angkut
No Dokumentasi Aktivitas Keterangan Resiko
2
Aktivitas
memanggul
peti buah pada
bagian
punggung
pekerja
Sikap kerja: bertumpu
pada bagian punggung
pekerja, kedua lengan
bawah memegang peti
buah kearah belakang,
telapak tangan
mencengkram peti buah,
punggung dan bagian leher
menekuk kearah bawah.
Cidera pada
bagian lengan
bawah,telapa
k tangan,
punggung ,
dan leher.
3
Aktivitas pada
saat pekerja
menimbang
berat peti yang
berisi buah
Sikap kerja: bagian
punggung dan lengan
bawah pekerja kearah
belakang, tumpuan lutut
dan pergelangan kaki
menekuk kearah depan.
Cidera pada
bagian
punggung
lutut dan
pergelangan
kaki
4
Aktivitas
pekerja pada
saat
meletakkan
dan menyusun
peti buah
Sikap kerja: kepala dan
leher merunduk, bagian
perut menahan beban,
punggung membungkuk,
lengan bawah kearah
belakang dan telapak
tangan mencengkram peti
buah.
Cidera pada
bagian
kepala, leher,
punggung,
perut, lengan
bawah, dan
telapak
tangan.
Sumber : Dokumentasi dan observasi lapangan, 2009
Berdasarkan pengamatan pada Tabel 4.1. dapat kita ketahui bahwa terdapat
empat aktivitas manual material handling yang dilakukan oleh pekerja buruh
angkut antara lain kegiatan awal pengangkatan peti buah (lifting), kegiatan
memanggul peti pada bagian punggung pekerja (carrying), kegiatan penimbangan
berat beban (considering burden weight), aktivitas meletakkan dan menyusun peti
buah (degrading fruit case). Aktivitas manual material handling yang dilakukan
oleh pekerja buruh angkut masih menggunakan tenaga manusia (manual),
sehingga dapat menyebabkan cedera musculoskeletal.
Menurut Lembaga the National Occupational Health and Safety
Commission 1997, batas pengangkatan beban material secara manual dengan
muatan diatas 50 kg memerlukan fasilitas kerja berupa peralatan mekanis (Suhardi
dkk, 1997). Sedangkan pada kondisi aktualnya, pekerja buruh angkut melakukan
IV - 3
aktivitas pengangkatan beban sebesar 55 kg. Maka peneliti memperbaiki postur
kerja dan mengurangi beban kerja dengan merancang alat bantu kerja yang berupa
handtruck.
Apabila aktivitas manual material handling tersebut dilakukan secara
berulang – ulang dan dilakukan dalam jangka waktu yang lama maka akan
menimbulkan kelelahan dan dapat menimbulkan cedera otot muscolosceletal.
Berikut ini tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkat dapat dilihat
pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkat
Level Batas Angkat
(Kg) Tindakan
1 Dibawah 16 Tidak diperlukan tindakan khusus
2 16 - 34 Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Ditekankan
pada metode angkat
3 34 - 50 Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Dipilih job
design
4 Diatas 50 Harus dibantu dengan peralatan mekanis
Sumber: National Occupational Health and Safety Commission, 1997
Pola aktivitas manual material handling pekerja buruh angkut pada saat
aktivitas bongkar muat peti dapat dilihat pada Lampiran 1.
Penjabaran pola aktivitas manual material handling dapat dilihat pada Tabel
4.3. dibawah ini :
Tabel 4.3 Atribut kegiatan manual material handling
No Atribut manual material
handling
Kondisi Awal Satuan
1. Cara pengangkutan beban Manual dengan memanggul
beban pada punggung
-
2. Jumlah pekerja 24 pekerja
3. Rata – rata beban yang diangkut 55 kg
4. Total frekuensi aktivitas
pengangkutan beban dalam 1 hari
3080 kg
IV - 4
Lanjutan Tabel 4.3 Atribut kegiatan manual material handling
No Atribut manual material
handling Kondisi Awal Satuan
5. Waktu yang dibutuhkan untuk 1x
aktivitas pengangkutan beban
(aktivitas bongkar muat beban
dari truk hingga ke kios
pedagang)
5 menit
6. Rata – rata total aktivitas
pengangkutan beban dalam 1 hari
(loading dan unloading)
56 kali
7. Jarak antara truk hingga kios
pedagang ± 35 meter
Sumber : Pencatatan data dan observasi lapangan, 2009
4.1.2 Wawancara
Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan pada hari Senin tanggal 13
Juli 2009 pukul 10.00 WIB. Wawancara tersebut dilakukan untuk mendapatkan
informasi awal yang dilakukan secara langsung dari pekerja buruh angkut
mengenai biodata pekerja, aktivitas jam kerja dan keluhan secara umum yang
dialami oleh pekerja buruh angkut. Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja
buruh angkut pasar diketahui bahwa waktu rata-rata yang diperlukan untuk
melakukan satu kali aktivitas pengangkutan peti secara keseluruhan selama 1,5 s/d
2 jam, (tergantung besarnya muatan). Dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan
keluhan rasa sakit pada bagian tubuh muncul antara 10 s/d 15 menit menjelang
berakhirnya aktivitas. Berdasarkan hasil dari wawancara juga dapat diketahui
bahwa keluhan (ketidaknyamanan), kesulitan yang dialami pekerja dan keinginan
pekerja terhadap alat bantu kerja yang dapat membantu aktivitas pengangkutan.
Selain itu wawancara tersebut menanyakan data pekerja dan umur pekerja.
biodata pekerja buruh angkut dari hasil wawancara dapat dilihat pada Lampiran 2.
Berikut ini data umur dan masa kerja buruh angkut dapat dilihat pada Tabel
4.4. dibawah ini :
Tabel 4.4 Data umur dan masa kerja pekerja buruh angkut Keterangan Umur (tahun) Masa Kerja (tahun)
Range 28-37 3 s/d 7
Rata - Rata 32 5
Sumber : Wawancara, 2009
IV - 5
4.1.3 Kuesioner Nordic Body Map
Penyebaran dan pengumpulan data melalui kuisioner nordic body map yang
diberikan kepada dua puluh empat orang pekerja buruh angkut. Tujuan pengisian
kuisioner nordic body map untuk mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami
keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai
sangat sakit pada pekerja.
Waktu penyebaran dan pengumpulan data kuisioner nordic body map
dilakukan pada hari Jumat tanggal 14 Agustus 2009 pukul 13.30 WIB. Pengisian
kuisioner nordic body map dilakukan langsung oleh pekerja dengan cara
memberikan tanda silang (X) pada bagian tubuh yang mengalami keluhan.
Kuisioner nordic body map dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.1.4 Data Postur Kerja
Pencatatan data postur kerja pada pekerja buruh angkut dilakukan pada hari
Jumat tanggal 18 Januari 2010. Sikap kerja yang dilakukan oleh pekerja buruh
angkut Lokasi Pasar Gede pada aktivitas memanggul beban pada bagian
punggung cenderung tanpa menggunakan landasan tubuh yang memadai seperti
menggunakan busa penahan beban pada bagian punggung atau menggunakan alat
bantu kerja berupa handtruck maupun kereta dorong. Tabel 4.5 menunjukkan
beberapa postur kerja ketika melakukan aktivitas pengangkatan meupun
pengangkutan peti dengan kapasitas berta 55 kg.
Tabel 4.5 Postur kerja pada pengangkatan maupun pengangkutan peti dengan
kapasitas 55 kg.
GGeerraakkaann kkee GGaammbbaarr KKeetteerraannggaann
1.
Aktivitas pengangkatan peti
berkapasitas 55 kg. Posisi
punggung membungkuk dengan
sudut 52o,
pergerakan leher
membungkuk dan menekuk
dengan sudut sebesar 31o
, posisi
lengan tangan kebelakang
mencengkaram peti dengan
sebesar 330, posisi lutut menekuk
dengan sudut sebesar 120
IV - 6
Lanjutan Tabel 4.5 Postur kerja pada pengangkatan maupun pengangkutan peti
dengan kapasitas 55 kg.
GGeerraakkaann kkee GGaammbbaarr KKeetteerraannggaann
2.
Aktivitas pengangkutan peti
berkapasitas 55 kg. Pergerakan
punggung termasuk dalam
posisi membungkuk dengan
sudut 55o. pergerakan leher
menengadah kearah depan
dengan sudut sebesar 36o kaki
menekuk 180
3.
Aktivitas meletakkan peti
berkapasitas 55 kg. Posisi
pergerakan punggung
membungkuk dengan sudut 90o,
pergerakan leher membungkuk
dan condong kebawah dengan
sudut sebesar 34o
Posisi lutut menekuk dengan
sudut 90 . Poisisi lengan atas
lurus kebelakang membentuk
sudut 900
Sumber : Pencatatn data dan dokumentasi Pasar Gede, 2010
4.1.5 Data Fisiologi Kerja
Pencatatan data fisiologi pekerja buruh angkut dimulai pada hari senin
tanggal 19 s/d hari kamis tanggal 22 November 2009. Pencatatan tersebut
meliputi: nama pekerja, umur, penggolongan jenis kelamin, berat badan, tinggi
badan, pengukuran denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja melalui omron
meter. Pengukuran denyut jantung tersebut dilakukan melalui empat kali tahap
pengukuran. Pengukuran denyut jantung pekerja buruh angkut dapat dilihat pada
gambar Lampiran 4.1 dan Lampiran 4.2.
Pengukuran denyut jantung pada saat sebelum dan sesudah melakukan
aktivitas bekerja dapat digunakan sebagai perhitungan energy expenditure dan
energy cost yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas pengangkutan beban
IV - 7
kerja. Pengukuran denyut jantung tersebut dilakukan melalui empat kali
percobaan. Adapun data pengukuran denyut jantung dapat dilihat pada Lampiran
4.3, Lampiran 4.4, Lampiran 4.5 dan Lampiran 4.6.
4.1.6 Data Anhtropometri
Pengukuran data anthropometri dilakukan pada hari Rabu, 9 September
2009. Pengukuran ini dilakukan kepada 24 responden. Data anthropometri yang
dipakai adalah tinggi bahu berdiri, tinggi siku berdiri, lebar bahu, diameter lingkar
genggam, dan lebar jari ke-2,3,4,5.
Pengambilan gambar pengukuran data dimensi anthropometri pekerja buruh
angkut dapat dilihat pada gambar Lampiran 5.1. Penggunaan dimensi
antropometri dapat dijelaskan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Kegunaan dimensi antropometri
Dimensi Antropometri Cara Pengukuran Kegunaan
Tinggi bahu berdiri (tbb)
Ukur jarak vertikal dari
permukaan lantai ke bahu
pekerja
Untuk menentukan tinggi
pegangan (handle)
handtruck pada saat
memuat beban dan
memberi kenyamanan
bagi operator
Tinggi siku berdiri (tsb)
Mengukur jarak vertical
antara siku bagian bawah
dengan permukaan lantai
pada posisi berdiri
Untuk menentukan
ketinggian pegangan
(handle) handtruck, ketika handtruck dimiringkan
pada saat mendorong
Lebar bahu (lb)
Subjek berdiri tegak dengan
lengan atas merapat ke
badan dan lengan bawah
direntangkan ke depan
Untuk menentukan lebar
pegangan (handle)
handtruck
Diameter lingkar genggam
(dlg)
Ukur diameter panjang
tangan diukur dari
pergelangan tangan sampai
dengan ujung jari tengah
saat mengepal
(menggenggam)
Untuk menetukan
diameter pegangan
(handle) pada handtruck
Lebar jari ke-2,3,4,5 (lj) Ukur jarak antara
kelingking bagian terluar
dengan jari telunjuk bagian
terluar
Untuk menentukan
panjang pegangan
(handle) handtruck
Sumber : Pengumpulan data, 2009
IV - 8
4.2 Tahap Pengolahan Data
4.2.1 Perhitungan Hasil Rekap wawancara
Perhitungan hasil rekap wawancara dan prosentase keluhan pekerja buruh
angkut Lokasi Pasar Gede Surakarta mengenai keluhan, ketidaknyamanan dan
kesulitan pada pengangkutan peti yang berisi buah – buahan dapat dilihat pada
Tabel 4.7. Berikut merupakan wawancara (pertanyaan) yang digunakan untuk
mengidentifikasi keluhan ketidaknyamanan dan kesulitan pada aktivitas
pengangkutan peti.
1. Ketidaknyamanan seperti apa yang anda rasakan ketika melakukan aktivitas
pengangkutan peti yang berisi buah – buahan?
2. Kesulitan apa saja yang anda alami ketika sedang melakukan aktivitas
pengangkutan peti yang berisi buah – buahan?
3. Kesulitan apa yang anda rasakan ketika melakukan aktivitas pengangkutan
barang (akses keluar masuk kios) ?
Tabel 4.7 Persentase keluhan pekerja mengenai keluhan pada aktivitas pengangkutan peti
No Keluhan Pekerja Buruh Angkut Jumlah Persentase
1 Kelelahan pada bagian tubuh tertentu terutama
pada bagian punggung, pergelangan tangan, lutut,
betis dan leher.
24 100%
2 Beban yang diangkut terlalu berat 24 100%
3 Kesulitan pada waktu akses keluar masuk kios 24 100%
Sumber : Pengolahan data, 2009
Selain itu wawancara yang ditujukan kepada buruh angkut bertujuan untuk
mengetahui keinginan pekerja yang selanjutnya dijadikan pertimbangan dalam
perancangan alat bantu kerja. Tabel 4.8. menunjukkan beberapa pernyataan
keinginan pekerja buruh angkut mengenai alat bantu kerja pada aktivitas
pengangkutan peti.
Tabel 4.8 Persentase keinginan pekerja buruh angkut
No. Keinginan Pekerja Buruh Angkut Jumlah Persentase
1. Perlunya alat bantu yang berupa handtruck yang
berfungsi untuk mengurangi kelelahan pada bagian
tubuh pekerja dan memperbaiki postur kerja.
24
100 %
2. Perlunya alat bantu kerja yang berfungsi untuk
mengurangi beban kerja (merubah sikap kerja dari
posisi memanggul beban pada bagian punggung
dengan merancang handtruck pada saat aktivitas
pengangkutan beban)
24
100 %
IV - 9
Lanjutan Tabel 4.8 Persentase keinginan pekerja buruh angkut
No. Keinginan Pekerja Buruh Angkut Jumlah Persentase
3. Perlunya alat bantu handtruck untuk mempermudah
aktivitas pengangkutan (dengan mempertimbangkan
medan maupun lebar gang antar kios).
20
83.3 %
Sumber : Pengolahan data, 2009
Pada penelitian ini, hasil dari wawancara mengenai keinginan pekerja yang
selanjutnya dijadikan pertimbangan dalam perancangan adalah pernyataan ke satu
dan dua, karena pada dasarnya para pekerja buruh angkut menginginkan sebuah
alat bantu yang dapat mengurangi kelelahan pada bagian tubuh dan mengurangi
beban kerja dengan cara memperbaiki postur kerja dan merubah sikap kerja dari
posisi memanggul beban pada bagian punggung dengan merancang handtruck
pada saat aktivitas pengangkutan beban.
4.2.2 Perhitungan Hasil Kuisioner Nordic Body Map
Persentase keluhan yang dialami oleh dua puluh empat pekerja dapat dilihat
pada Grafik 4.1.
Grafik 4.1 Persentase keluhan tubuh pekerja
Sumber : Pengumpulan data, 2009
Berdasarkan Grafik 4.1 mengenai persentase keluhan pada tiap anggota
tubuh pekerja dapat diketahui bahwa dua puluh empat pekerja mengalami keluhan
yang berbeda di setiap bagian tubuhnya. Dapat diperoleh hasil tingkat keluhan
terbesar terjadi pada organ tubuh punggung dan bagian lutut sebesar 100 %.
Organ tubuh bagian pinggul sebesar 87,5 %. Pada bagian betis sebesar 87.5 %.
Bagian pergelangan kaki sebesar 83.3%. Pada baian organ tubuh terutama bahu
IV - 10
sebesar 79.2 %. Hasil dari perhitungan prosentase keluhan pekerja dapat dilihat
pada Lampiran 6.
Dari hasil kuesioner nordic body map, untuk sikap kerja secara manual, dan
sikap memindahkan beban dengan posisi membungkuk merupakan sikap kerja
yang dapat menimbulkan kelelahan dan dapat menimbulkan cedera otot
muscolosceletal.
4.2.3 Penilaian Postur Kerja Berdasarkan REBA
Pada tahap ini akan dilakukan penilaian postur kerja dari tiap-tiap gerakan
pekerja pada saat bekerja dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment)
untuk mengetahui aman tidaknya postur kerja yang dilakukan oleh pekerja buruh
angkut Pasar Gede, sebagai berikut:
Fase gerakan pertama
Gambar 4.1 Aktivitas pengangkatan peti
Sumber : Pasar Gede, 2010
Hasil kode REBA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut :
1. Grup A
a. Punggung (Trunk)
Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk
dalam posisi membungkuk dengan sudut 52o, (Skor REBA untuk
pergerakan punggung adalah 3)
b. Leher (Neck)
IV - 11
Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut
sebesar 31o terhadap sumbu tubuh
( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah 2)
c. Kaki (Legs)
Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa pekerja berdiri, tetapi lutut
menekuk 120 sehingga dikenai skor 1
(Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1+1 = 2)
Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada
REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu :
Kode REBA adalah :
Punggung (trunk) : 3
Leher (neck) : 2
Kaki ( legs) : 2
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 3
kemudian tarik garis ke arah kanan.
Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 2 dan dilanjutkan ke
baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 2.
Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk
punggung (trunk).
Diketahui skor untuk grup A adalah 5
Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.
Tabel 4.9 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.1
Table A Neck
1 2 3
Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor
untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan peti)
dengan ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 3. Pada
IV - 12
data aktualnya, pekerja buruh angkut melakukan aktivitas pengangkutan dengan
beban sebesar 110 kg, sehingga memiliki skor beban 3.
Skor total A setelah ditambah beban adalah :
Nilai tabel A = 5
Berat beban = 2
Total skor A = 5 + 3 = 8
2. Grup B
a. Lengan atas (upper arm)
Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas
kedepan sebesar 330 terhadap sumbu tubuh.
( Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 2).
b. Lengan bawah (lower arm)
Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah
membentuk sudut 420
sejajar terhadap lengan atas.
(Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 2).
c. Pergelangan tangan (wrist)
Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan
tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah termasuk dalam range
pergerakan >15° Flexion membentuk sudut 450. Pada kegiatan ini
pergelangan tangan bergerak berputar sehingga skor +1.
(Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2 + 1 = 3).
Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA
WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu :
Kode REBA adalah :
Lengan atas (upper arm) : 2
Lengan bawah (lower arm) : 2
Pergelangan tangan (wrist) : 3
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian
tarik garis ke arah kanan.
Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan
dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan
IV - 13
yaitu 3. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode
untuk upper arm.
Diketahui skor untuk grup B adalah 4.
Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan
Tabel B.
Tabel 4.10 Skor REBA grup B untuk
Gambar 4.2
Table B
Lower Arm
1 2
1
1 2 3 1 2 3
2 1 2 3 1 2 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Skor grup B adalah 4, ditambah dengan skor coupling dimana jenis
coupling yang digunakan adalah good karena pegangan tangan pada peti bagus
dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. coupling good diberikan skor
coupling sebesar 0, maka skor B menjadi 4 + 0 = 4.
Penentuan skor total untuk fase gerakan menurunkan kotak dilakukan dengan
menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C.
Skor A = 8
Skor B = 4
Pada kolom skor A masukkan kode 8 dan tarik garis ke kanan. Kemudian
pada baris skor B masukkan kode 4 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode
untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 9
Tabel 4.11 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.2
SSccoorree AA ((ssccoorree ffrroomm
tteebbllee
AA++llooaadd//ffoorrccee
ssccoorree))
TTaabbllee CC
Score B, (table B value + coupling score)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
11 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
22 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
33 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
44 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
55 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
IV - 14
Lanjutan Tabel 4.11 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.2
SSccoorree AA ((ssccoorree ffrroomm
tteebbllee
AA++llooaadd//ffoorrccee
ssccoorree))
TTaabbllee CC
Score B, (table B value + coupling score)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
66 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
77 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
88 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
99 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
1100 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
1111 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
1122 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Sumber : Pengolahan data, 2010
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor
aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami
pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 1 kali per menit).
Berdasarkan tabel 4.11, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1.
Skor REBA = Skor C + skor aktivitas
= 9 + 1
= 10
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut:
+ =Lengan bawah
2
Pergelangan tangan
3
Kopling0
Skor B 4
Batang tubuh3
Leher2
Kaki 2
Tabel A5
Beban3
Skor A8
Lengan atas2
Tabel B 4
Skor C 9
Skor aktivitas1
Final Skor
10+ =
+ =
Gambar 4.3 Bagan rekapitulasi penilaian total
Sumber : Pengolahan data, 2010
IV - 15
Berdasarkan perhitungan skor REBA tersebut dapat diketahui level
tindakan yaitu level 3 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu tinggi yaitu
segera dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja.
Fase gerakan kedua
Gambar 4.4 Aktivitas pengangkutan peti
Sumber: Pasar Gede, 2010
Hasil kode REBA dari sikap kerja tersebut adalah sebagai berikut :
1. Grup A
a. Punggung (Trunk)
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk
dalam posisi membungkuk dengan sudut 55o.
(Skor REBA untuk pergerakan punggung adalah 3)
b. Leher (Neck)
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut
sebesar 36o terhadap sumbu tubuh.
( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah 2)
c. Kaki (Legs)
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pekerja berjalan dengan kaki agak
ditekuk 180 terhadap sumbeu tubuh.
(Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1)
Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada
REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu :
IV - 16
Kode REBA adalah :
Punggung ( trunk) : 3
Leher (neck) : 2
Kaki ( legs) : 1
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 3
kemudian tarik garis ke arah kanan.
Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 2 dan dilanjutkan ke
baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1.
Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk
punggung (trunk).
Diketahui skor untuk grup A adalah 4
Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.
Tabel 4.12 Skor REBA grup A untuk Gambar 4.3
Table A Neck
1 2 3
Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor
untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan peti)
dengan ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 3. Pada
data aktualnya, pekerja buruh angkut melakukan aktivitas pengangkutan dengan
beban sebesar 110 kg, sehingga memiliki skor beban 3.
Skor total A setelah ditambah beban adalah :
Nilai tabel A = 4
Berat beban = 3
Total skor A = 4 + 3 = 7
2. Grup B
a. Lengan atas (upper arm)
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pergerakan lengan atas kebelakang
sebesar 660 terhadap sumbu tubuh.
IV - 17
(Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 2).
b. Lengan bawah (lower arm)
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke
belakang sejajar dengan lengan atas.
(Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 2)
c. Pergelangan tangan (wrist)
Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan
tangan termasuk dalam range pergerakan >15° Extention.
(Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2 + 1 = 3)
Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada
REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu :
Kode REBA adalah :
Lengan atas (upper arm) : 2
Lengan bawah (lower arm) : 2
Pergelangan tangan (wrist) : 3
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian
tarik garis ke arah kanan.
Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan
dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan
yaitu 3. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode
untuk upper arm.
Diketahui skor untuk grup B adalah 5.
Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan
Tabel B.
Tabel 4.13 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.3
Table B
Lower Arm
1 2
Upper
Arm
Wrist 1 2 3 1 2 3
1
1 2 3 1 2 3
2 1 2 3 1 2 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
IV - 18
Lanjutan Tabel 4.13 Skor REBA grup B untuk
Gambar 4.3
Table B
Lower Arm
1 2
6 7 8 8 8 9 9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Skor grup B adalah 5, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang
digunakan adalah good karena pegangan tangan pada peti bagus dan dapat
dijangkau oleh genggaman tangan. Jenis coupling good diberikan skor coupling
sebesar 0, maka skor B menjadi 5 + 0 = 5.
Penentuan skor total untuk fase gerakan menganyam sandaran depan dilakukan
dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B menggunakan tabel C.
Skor A = 7
Skor B = 5
Pada baris skor A masukkan kode 7 dan tarik garis ke kanan. Kemudian
pada kolom skor B masukkan kode 5 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode
untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 9.
Tabel 4.14 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.3
SSccoorree AA ((ssccoorree ffrroomm
tteebbllee
AA++llooaadd//ffoorrccee
ssccoorree))
TTaabbllee CC
Score B, (table B value + coupling score)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
11 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
22 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
33 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
44 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
55 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
66 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
77 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
88 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
99 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
1100 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
1111 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
1122 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Sumber : Pengolahan data, 2010
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor
aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami
IV - 19
pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 1 kali per menit).
Berdasarkan perhitungan kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1.
Skor REBA = Skor C + skor aktivitas
= 9 + 1
= 10.
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut:
+ =Lengan bawah
2
Pergelangan tangan
3
Kopling0
Skor B 5
Batang tubuh3
Leher2
Kaki 1
Tabel A4
Beban3
Skor A7
Lengan atas2
Tabel B 5
Skor C 9
Skor aktivitas1
Final Skor
10+ =
+ =
Gambar 4.5 Bagan rekapitulasi penilaian total
Sumber : Pengolahan data, 2010
Berdasarkan perhitungan dari skor REBA tersebut dapat diketahui level
tindakan yaitu level 3 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu tinggi yaitu
segera dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja.
Fase gerakan ketiga
Gambar 4.6 Aktivitas penurunan peti
Sumber: Pasar Gede, 2010
IV - 20
Hasil kode REBA dari sikap kerja tersebut adalah sebagai berikut :
1. Grup A
a. Punggung (Trunk)
Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk
dalam posisi membungkuk dengan sudut 90o.
( Skor REBA untuk pergerakan punggung ini adalah 4)
b. Leher (Neck)
Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut
sebesar 34o terhadap sumbu tubuh.
(Skor REBA untuk pergerakan leher ini adalah 2)
c. Kaki (Legs)
Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa pekerja berdiri, tetapi lutut
menekuk 90 sehingga dikenai skor 1.
(Skor REBA untuk pergerakan kaki ini adalah 1 + 1 = 2)
Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada
REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu :
Kode REBA adalah :
Punggung ( trunk) : 4
Leher (neck) : 2
Kaki ( legs) : 2
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 4
kemudian tarik garis ke arah kanan.
Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 2 dan dilanjutkan ke
baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 2.
Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk
punggung (trunk).
Diketahui skor untuk grup A adalah 4
Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.
Tabel 4.15 Skor REBA grup A untuk Gambar 4.4
Table A Neck
1 2 3
Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
IV - 21
Lanjutan Tabel 4.15 Skor REBA grup A untuk Gambar 4.4
Table A Neck
1 2 3
Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor
untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan peti)
dengan ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 3. Pada
data aktualnya, pekerja buruh angkut melakukan aktivitas pengangkutan dengan
beban sebesar 110 kg, sehingga memiliki skor beban 3.
Skor total A setelah ditambah beban adalah :
Nilai tabel A = 5
Berat beban = 3
Total skor A = 5 + 3 = 8
2. Grup B
a. Lengan atas (upper arm)
Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa lengan atas lurus kebelakang
hampir membentuk sudut 900 terhadap sumbu tubuh.
(Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 3 + 1 = 4).
b. Lengan bawah (lower arm)
Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke
belakang sejajar dengan lengan atas.
( Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah ini adalah 2).
c. Pergelangan tangan (wrist)
Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan
tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah termasuk dalam range
pergerakan >15° Flexion. Pergelangan tangan bergerak berputar sehingga
skor +1.
(Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2 + 1 = 3).
Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada
REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu :
IV - 22
Kode REBA adalah :
Lengan atas (upper arm) : 4
Lengan bawah (lower arm) : 2
Pergelangan tangan (wrist) : 3
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 4 kemudian
tarik garis ke arah kanan.
Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan
dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan
yaitu 3. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode
untuk upper arm.
Diketahui skor untuk grup B adalah 7.
Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan
Tabel B.
Tabel 4.16 Skor REBA grup B
untuk Gambar 4.4
Table B Lower Arm
1 2
Upper
Arm
Wrist 1 2 3 1 2 3
1 1 2 3 1 2 3
2 1 2 3 1 2 4
3
3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Skor grup B adalah 7, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang
digunakan adalah good karena pegangan tangan pada peti bagus dan dapat
dijangkau oleh genggaman tangan. Skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi
7 + 0 = 7.
Penentuan skor total untuk fase gerakan menganyam sandaran depan dilakukan
dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel
C.
Skor A = 8
Skor B = 7
IV - 23
Pada baris skor A masukkan kode 8 dan tarik garis ke kanan. Kemudian
pada kolom skor B masukkan kode 7 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode
untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 10.
Tabel 4.17 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.2
SSccoorree AA ((ssccoorree ffrroomm
tteebbllee
AA++llooaadd//ffoorrccee
ssccoorree))
TTaabbllee CC
Score B, (table B value + coupling score)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
11 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
22 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
33 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
44 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
55 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
66 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
77 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
88 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
99 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
1100 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
1111 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
1122 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Sumber : Pengolahan data, 2010
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor
aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami
pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 1 kali per menit).
kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1.
Skor REBA = Skor C + skor aktivitas
= 10 + 1
= 11
IV - 24
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut
+ =Lengan bawah
2
Pergelangan tangan
3
Kopling0
Skor B 7
Batang tubuh4
Leher2
Kaki 2
Tabel A5
Beban3
Skor A8
Lengan atas4
Tabel B 7
Skor C 10
Skor aktivitas1
Final Skor
11+ =
+ =
Gambar 4.7 Bagan rekapitulasi penilaian total
Sumber : Pengolahan data, 2010
Berdasarkan perhitungan dari skor REBA tersebut dapat diketahui level
tindakan yaitu level 4 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu sangat tinggi
yaitu secepatnya dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja.
4.2.4 Perhitungan Fisiologi Kerja
A. Perhitungan enegy expenditure menurut Sanders et al, 1993
Menurut Sanders et al, (1993) bentuk regresi hubungan energi dengan
kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai
berikut :
Y = 1,80411 – (0,0229038)X + (4,71733 x 10-4
)X2
dimana :
Y = energi (kilokalori per menit)
X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit)
Untuk mengetahui energy expenditure (konsumsi energi) saat melakukan
kegiatan manual material handling, penghitungan dilakukan pada kecepatan
denyut jantung sebelum bekerja (Xb) dan kecepatan denyut jantung sesudah
bekerja (Xt). Sehingga didapatkan persamaan berikut ini :
Energi sebelum bekerja :
Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4
)Xb2
dimana :
IV - 25
Xb = pengukuran denyut jantung sebelum bekerja
Energi setelah bekerja :
Yt = 1,80411 – (0,0229038)Xt + (4,71733 x 10-4
) Xt2
dimana :
Xt = pengukuran denyut jantung setelah bekerja
Sehingga persamaan energy expenditure adalah :
EE = Yt – Yb (kilokalori per menit)
Contoh perhitungan manual energy expenditure Bapak Santoso (30 tahun).
Energi sebelum bekerja :
Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4
)Xb2
= 1,80411 – (0,0229038 x 65) + (4,71733 x 10-4
x (65)2)
= 1,80411 – 1,488747 + 1.9931
= 2,308463 kkal/menit
Energi setelah bekerja :
Yt = 1,80411 – (0,0229038)Xt + (4,71733 x 10-4
) Xt2
= 1,80411 – (0,0229038 x 130) + (4,71733 x 10-4
x (130)2)
= 1,80411 – 2,977494 + 7.9723
= 6,798916 kkal/menit
Sehingga persamaan energy expenditure adalah :
EE = Yt – Yb (kilokalori per menit)
= 6,798916 kkal/menit - 2,308463 kkal/menit
= 4.490453 kkal/menit
Hasil perhitungan energy expenditure untuk seluruh pekerja dapat dilihat
dalam Tabel 4.18. dibawah ini :
Tabel 4.18 Perhitungan energy expenditure pekerja buruh angkut
No.
Nama
Pekerja
Umur
Berat
Badan
Denyut Jantung
(per menit)
Yb
Yt
EE
(kkal/menit)
Sebelum
Bekerja
Setelah
Bekerja
1 Santoso 30 53 65 130 2.3084 6.7989 4.4905
2 Anwar 29 60 65 128 2.3084 6.6013 4.2929
3 Budi 32 62 70 140 2.5123 7.8435 5.3312
4 Coirul 28 55 63 125 2.2335 6.3120 4.0785
5 Amin 35 55 72 143 2.6005 8.1753 5.5748
IV - 26
Lanjutan Tabel 4.18 Perhitungan energy expenditure pekerja buruh angkut
No.
Nama
Pekerja
Umur
Berat
Badan
Denyut Jantung
(per menit)
Yb
Yt
EE
(kkal/menit)
Sebelum
Bekerja
Setelah
Bekerja
6 Hardi 31 59 65 135 2.3084 7.3094 5.0010
7 Rusmanto 32 63 71 141 2.5559 7.9532 5.3973
8 Sartono 33 57 72 140 2.6005 7.8435 5.2430
9 Bambang 31 56 65 138 2.3084 7.6271 5.3186
10 Budiman 37 58 75 152 2.7398 9.2217 6.4818
11 Joko 32 58 72 142 2.6005 8.0638 5.4633
12 Andri 30 54 65 129 2.3084 6.6996 4.3912
13 Wawan 31 61 65 137 2.3084 7.5202 5.2118
14 Suwondo 32 63 71 140 2.5559 7.8435 5.2876
15 Juno 30 54 65 128 2.3084 6.6013 4.2929
16 Akbar 31 63 66 135 2.3473 7.3094 4.9621
17 Yono 29 59 65 129 2.3084 6.6996 4.3912
18 Fajar 34 58 72 147 2.6005 8.6309 6.0304
19 Ratman 28 57 63 130 2.2335 6.7989 4.5654
20 Togar 31 59 67 135 2.3872 7.3094 4.9223
21 Heru 31 62 68 138 2.4279 7.6271 5.1991
22 Tono 35 64 73 145 2.6460 8.4012 5.7552
23 Sujimin 33 58 73 141 2.6460 7.9532 5.3072
24 Harun 36 60 74 150 2.6924 8.9825 6.2901 Sumber: Pengolahan data, 2009
Kategori penggolongan kriteria beban kerja berdasarkan energy expenditure
dari masing – masing pekerja dapat dilihat dalam Lampiran 7.1.
Berdasarkan perjitungan dari Tabel 4.18 diatas, besarnya energy expenditure
yang dikeluarkan maka pekerjaan MMH ini termasuk kategori pekerjaan berat
(heavy work) untuk pekerja Budi, Amin, Hardi, Rusmanto, Sartono, Bambang,
Budiman, Joko, Wawan, Suwondo, Fajar, Heru, Tono, Sujimin dan Harun..
Sedangkan untuk pekerja Santoso, Anwar, Coirul, Andri, Juno, Akbar, Yono,
Ratman dan Togar, jenis pekerjaan tersebut tergolong pekerjaan biasa (moderate
work ).
Berdasarkan perhitungan denyut jantung pekerja, dapat diketahui bahwa
denyut jantung yang paling besar dialami oleh Pak Budiman dengan usia 37
tahun. Besarnya pengukuran denyut jantung sebelum bekerja sebesar 75
denyut/menit, sedangkan besarnya denyut jantung pada saat setelah bekerja
(setelah aktivias pengangkutan beban 110 kg) sebesar 152 denyut/menit. Hal
IV - 27
tersebut dipengaruhi oleh faktor psikologis pekerja yang berupa umur, sikap kerja
pada saat membawa beban yang melebihi batas angkat beban. Grafik
perbandingan denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja dapat digambarkan
dalam bentuk grafik 4.2.
Grafik Perbandingan Denyut Jantung Sebelum dan Sesudah Bekerja
0
50
100
150
200
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Responden
Den
yu
t Jan
tun
g (
per
men
it)
Kecepatan DenyutJantung SebelumBekerja
Kecepatan DenyutJantung SesudahBekerja
Grafik 4.2 Perbandingan denyut jantung sebelum
dan sesudah bekerja Sumber : Pengolahan data, 2010
Penjelasan kriteria pekerjaan berdasar denyut jantung dan energy
expenditure menurut Sanders et al, 1993 dapat dilihat dalam Lampiran 7.2.
B. Perhitungan besarnya pengeluaran energi (energy cost) menurut
Kamalakannan et al, 2007
Menurut Kamalakannan et al, 2007 bentuk regresi hubungan energi dengan
kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini:
E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G
dimana :
E – Cost = Energy Cost (watt)
HR = Working Heart Rate (bpm)
HT = Height (inch)
A = Age (yrs)
RHR = Resting Heart Rate (bpm)
G = Gender (m = 0 ; f = 1)
1 watt 0,0143 kcal / min
Contoh perhitungan manual energy cost Bapak Santoso (30 tahun).
E – Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G
= -1967 + 8.58.(130) + 25.1 (65.75) + 4.5.(30) – 7.47 (65) + 67.8 (0)
IV - 28
= - 1967 +1115.4 + 1650,32 – 485.55 + 0
= 448,13 watt 6,41 kcal/min
Hasil penghitungan energy cost dan penggolongan beban kerja untuk
seluruh pekerja dapat dilihat dalam Tabel 4.19 dibawah ini
Tabel 4.19 Penghitungan energy cost dan penggolongan beban kerja
No. Name Age Height
Gender
Heart
Rate
( bpm )
Energy
Cost
Energy Cost Grade of Work
( years ) ( inchi ) ( m = 0 ; f = 1 )
Resting Heart Rate
Working Heart Rate
( kcal/min )
1 Santoso 30 65.75 male 65 130 6.41 Moderate Work
2 Anwar 29 66.93 male 65 128 6.52 Moderate Work
3 Budi 32 69.39 male 70 140 8.54 Heavy Work
4 Coirul 28 65.35 male 63 125 5.74 Moderate Work
5 Amin 35 66.54 male 72 143 7.86 Heavy Work
6 Hardi 31 66.14 male 65 135 7.23 Moderate Work
7 Rusmanto 32 67.32 male 71 141 7.81 Heavy Work
8 Sartono 33 66.14 male 72 140 7.22 Moderate Work
9 Bambang 31 66.14 male 65 138 7.60 Heavy Work
10 Budiman 37 66.54 male 75 152 8.77 Heavy Work
11 Joko 32 65.75 male 72 142 7.26 Moderate Work
12 Andri 30 66.54 male 65 129 6.57 Moderate Work
13 Wawan 31 69.39 male 65 137 8.64 Heavy Work
14 Suwondo 32 68.50 male 71 140 8.11 Heavy Work
15 Juno 30 66.14 male 65 128 6.30 Moderate Work
16 Akbar 31 69.39 male 66 135 8.29 Heavy Work
17 Yono 29 66.54 male 65 129 6.50 Moderate Work
18 Fajar 34 66.14 male 72 147 8.14 Heavy Work
19 Ratman 28 65.35 male 63 130 6.35 Moderate Work
20 Togar 31 66.54 male 67 135 7.15 Moderate Work
21 Heru 31 66.54 male 68 138 7.42 Moderate Work
22 Tono 35 68.11 male 73 145 8.56 Heavy Work
23 Sujimin 33 66.54 male 73 141 7.38 Moderate Work
24 Harun 36 66.93 male 74 150 8.71 Heavy Work
Sumber: Pengolahan data, 2009
Berdasarkan Tabel 4.19. diatas, besarnya energy cost yang dikeluarkan maka
pekerjaan MMH ini termasuk kategori pekerjaan berat (heavy work) untuk pekerja
Budi, Amin, Rusmanto, Bambang, Budiman, Wawan, Suwondo, Akbar, Fajar,
Tono, Harun. Sedangkan untuk pekerja Santoso, Anwar, Hardi, Sartono, Joko,
Coirul, Andri, Juno, Yono, Ratman, Togar, Sujimin, Heru, jenis pekerjaan
tersebut tergolong pekerjaan biasa (moderate work ).
Penjelasan kriteria pekerjaan berdsarkan energy cost pekerja menurut
Kamalakannan et al, 2007 dapat dilihat Lampiran 7.3.
IV - 29
4.2.4 Perhitungan Anhtropometri
Variabel data anhtropometri yang akan digunakan untuk pertimbangan
merancang handtruck sebagai alat bantu kerja adalah tinggi bahu berdiri (tbb),
tinggi siku berdiri (tsb), lebar bahu (lb), diameter lingkar genggam (dlg), dan lebar
jari ke-2,3,4,5.
Adapun hasil pengukuran data anthropometri pekerja buruh angkut di Pasar
Gede dapat dilihat dalam Lampian 8.
Contoh perhitungan manual dilakukan dengan cara menghitung rata-rata ( x )
dan standar deviasi ( x ) dari masing-masing variabel data anthropometri pekerja
buruh angkut. Contoh perhitungan manual rata-rata dan standar deviasi untuk
tinggi bahu berdiri :
x = 24
137....140139136
= 139,88
x = 124
)88,139137(...)88,139140()88,139139()88,139136( 2222
= 1,73
Rekap hasil perhitungan antropometri pekerja buruh angkut dapat dilihat
pada Tabel 4.20.
Tabel 4.20 Nilai rata-rata dan standar deviasi
No. Dimensi manusia x x
1. Tinggi bahu berdiri 139,88 1,73
2. Tinggi siku berdiri 120,13 6,15
3. Lebar bahu 40,13 1,51
4. Diameter lingkar genggam 3,29 0,41
5. Lebar jari ke-2,3,4,5 6,96 1,04
Sumber : Pengolahan data, 2009
4.2.5 Perhitungan Persentil
Dari data anthropometri pekerja buruh angkut di Pasar Gede dapat dihitung
persentilnya. Persentil yang digunakan pada perancangan alat bantu kerja ini yaitu
persentil 5, 50 dan 95. Penentuan persentil ini ditentukan dengan pertimbangan
bahwa persentil ini dapat mengakomodasi data persentil 5, 50 dan 95, sehingga
populasi dapat terlayani (Nurmianto, 2004). Berikut ini merupakan contoh
perhitungan manual persentil untuk data anthropometri tinggi bahu berdiri (tbb).
IV - 30
P5 = xx 645,1
= 139,88 − (1,645 × 1,73) = 137,03 cm
P50 =
x = 139,88 cm
P95 = xx 645,1
= 139,88 + (1,645 × 3,34) = 142,72 cm
Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh hasil perhitungan persentil
bagi masing-masing data anthropometri yang disajikan pada Tabel 4.21.
Tabel 4.21 Rekapitulasi hasil perhitungan persentil
data antropometri
No Dimensi Tubuh
Ukuran Dimensi Tubuh
(dalam cm)
x
x P5
x P50
x P95
1. Tinggi bahu berdiri 1,73 137,03 139,88 142,72
2. Tinggi siku berdiri 6,15 110,01 120,13 130,25
3. Lebar bahu 1,51 37,64 40,13 42,61
4. Diameter lingkar genggam 0,41 2,61 3,29 3,97
5. Lebar jari ke-2,3,4,5 1,04 5,24 6,96 8,67
Sumber : Pengolahan data, 2009
Pada Tabel 4.21. disajikan nilai persentil 5, 50 dan 95 bagi masing-masing
data anthropometri dengan menggunakan variabel perhitungan mean ( x ) dan
standar deviasi ( x ).Untuk perhitungan persentil dimensi antropometri yang lain
dapat dilihat pada Lampiran 9. Nilai persentil tersebut kemudian digunakan pada
penentuan ukuran handtruck yang akan dirancang.
4.3 Tahap Perancangan
4.3.1 Penyusunan Konsep Perancangan
Penyusunan konsep perancangan dilakukan dengan mengacu pada data studi
pendahuluan yang diperoleh. Data studi pendahuluan ini menunjukkan fakta yang
tejadi di tempat penelitian dan memberikan informasi tentang apa yang diinginkan
pekerja. Penyusunan konsep perancangan dilakukan dengan cara menjabarkan
keluhan dan keinginan pekerja menjadi kebutuhan perancangan yang dilanjutkan
dengan pengembangan ide perancangan sesuai dengan kebutuhan yang telah
dibuat sebelumnya. Penjabaran konsep perancangan tersebut akan dibagi kedalam
beberapa tahapan, diantaranya:
IV - 31
1. Penjabaran Kebutuhan Perancangan (Need)
Informasi yang diperoleh dari studi pendahuluan yang dilakukan dengan
wawancara menunjukkan bahwa pekerja belum menemukan kenyamanan dalam
melakukan aktivitas pekerjaan seperti ditunjukkan pada Tabel 4.22. Faktor
ketidaknyamanan ini dipertegas dari hasil kuisioner yang menunjukkan adanya
keluhan rasa sakit, nyeri, pegal, kram, atau kesemutan pada beberapa bagian tubuh
pekerja seperti ditunjukkan pada grafik Gambar 4.1. Hubungan antara timbulnya
keluhan dengan penyebabnya dapat dijelaskan melalui Tabel 4.22.
Tabel 4.22 Ringkasan keluhan dan pernyataan keinginan pekerja
No Keluhan Pekerja Faktor Penyebab
1 Kelelahan pada bagian tubuh tertentu
secara cepat
Pekerja buruh angkut masih
menggunakan pengangkutan secara
manual (mengangkut beban pada
bagian punggung pekerja)
2 Kesulitan ketika melakukan aktivitas
pengangkutan beban sebesar 55 kg
Beban yang diangkut oleh pekerja
terlalu berat, kapasitas sebesar 55 kg.
3 Kesulitan pada waktu akses keluar
masuk kios
Jarak antara gang pada kios satu
dengan yang lainnya terlalu sempit.
Sumber : Pengumpulan data, 2009
Di lain pihak, pekerja juga menyatakan keinginanya seperti ditunjukkan
pada Tabel 4.23, hasil keinginan dan keluhan pekerja tersebut kemudian
dijabarkan menjadi kebutuhan perancangan yang harus dipenuhi. Penjabaran
kebutuhan dibuat untuk memperjelas batasan-batasan masalah dalam pembuatan
konsep perancangan dan mempermudah tahapan penyelesaian yang harus
dilakukan sehingga alat yang akan dirancang sesuai dengan tujuan. Penjabaran
kebutuhan dapat dilihat pada Tabel 4.23.
Tabel 4.23 Penjabaran kebutuhan perancangan
Keinginan
Pekerja Penjabaran Kebutuhan
Perlunya alat bantu
kerja berupa
handtruck yang
berfungsi untuk
memperbaiki postur
kerja dan
mengurangi beban
(kapasitas alat dapat
mengangkut beban
berkapasitas 110 kg.
Mengurangi keluhan, kelelahan bagian tubuh dan memperbaiki
postur kerja
Mampu mengurangi beban kerja
Mampu mengurangi beban kerja
Sumber : Pengumpulan data, 2009
IV - 32
2. Pembangkitan Gagasan Dalam Perancangan (Idea)
Berdasarkan kebutuhan perancangan yang telah dinyatakan dengan jelas,
maka dapat dikembangkan suatu ide pemecahan masalah. Gagasan atau ide yang
dikembangkan haruslah berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perancangan
yang telah dibuat sebelumnya. Permasalahan utama yang terjadi pada aktivitas
pengangkutan peti adalah tidak menggunakan alat bantu kerja yang memadai
sehingga menyebabkan pekerja harus bekerja dengan postur kerja yang tidak tepat
menurut ilmu kesehatan. Sebagai contoh postur tubuh pekerja pada saat
memanggul beban yang berupa peti terutama posisi punggung membungkuk
dikarenakan beban yang berkapasitas 55 kg di letakkan pada bagian punggung
pekerja, akibatnya punggung menjadi tumpuan untuk menyangga beban terebut,
dan posisi betis dan lutut menekuk pada saat berjalan. Postur kerja yang dilakukan
oleh pekerja seperti disebutkan di atas jika dilakukan dalam waktu yang lama dan
berulang-ulang sangatlah mungkin untuk menimbulkan rasa sakit, nyeri, pegal,
kram, atau kesemutan pada beberapa bagian tubuh.
Berdasarkan penjabaran kebutuhan, peneliti melihat adanya peluang untuk
mengantisipasi timbulnya keluhan pada bagian tubuh dan untuk meminimalkan
timbulnya sikap paksa dengan merancang sebuah alat bantu kerja berupa
handtruck yang berfungsi sebagai alat untuk memperbaiki postur kerja dan
mengurangi beban yang diangkut.
Menurut Nigel Cross, 1994 metode rasional dapat dibagi menjadi beberapa
tahapan yang kemudian di perjelas kedalam sub tahapan, yang terdiri dari
clarifying objectives, establishing functions, dan performance specification untuk
menggambarkan konsep perancangan yang akan dilakukan. Beberapa tahapan
tersebut adalah :
a. Clarifying Objectives
Clarifying Objectives bertujuan untuk menjelaskan tujuan dan subtujuan dari
perancangan, serta hubungan diantara keduanya. Untuk lebih jelasnya
penjabaran tujuan dan subtujuan dari perancangan dapat dilihat pada pada
Gambar 4.8.
IV - 33
Alat Bantu Kerja
Pada Aktivitas Pengangkutan
Peti Buah
Kemudahan dalam
memposisikan postur kerja
Kemudahan
pengangkutan beban kerja
Kemudahan akses keluar
masuk kios pada saat aktivitas
pengangkutan
Nyaman
Efisiensi fisiologi kerja
(energy expenfiture
dan energy cost)
Kekuatan Mudah
Mengurangi keluhan,
kelelahan bagian tubuh
dan memperbaiki postur
kerja
Mengurangi beban
kerja
Memberikan tenaga (gaya
dorong) pada saat aktivitas
loading, unloading dan
keadaan permukaan jalan
menanjak
Memberikan kemudahan
mobilitas pekerja pada saat
akses keluar masuk gang
antarkios
Penjabaran Kebutuhan
Aman
Mampu mengangkut
beban kerja
berkapasitas 110 kg
Gambar 4.8 Clarifying objectives perancangan Sumber : Pengumpulan data, 2009
b. Establishing Functions
Establishing functions bertujuan untuk menentukan fungsi-fungsi yang
dibutuhkan dan batasan sistem dari perancangan yang akan dilakukan. Langkah
pertama yang dilakukan adalah menunjukkan fungsi perancangan secara umum
dalam perubahan input menjadi output yang diinginkan, seperti ditunjukkan
pada Gambar 4.9.
Alat Bantu Kerja
Pada Aktivitas Pengangkutan
Peti Buah
Aktivitas kerja pada saat
pengangkutan peti buah
Kenyamanan dan memberikan
kekuatan tenaga (gaya dorong)
Input Fungsi Output
Gambar 4.9 Establising function perancangan Sumber: Pengumpulan data, 2009
Langkah selanjutnya adalah memecah fungsi umum menjadi sub fungsi dasar
yang lebih spesifik, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.10.
IV - 34
Pengukuran perancangan
handtruck disesuaikan
dengan dimensi
anthropomeri
Alat bantu kerja Kenyamanan
- Pengaturan ukuran perancangan
handtruck disesuaikan dimensi
anthropometri
- Pengaturan ukuran perancangan
disesuaikan anthropometri guna
memperoleh ukuran perancangan
secara ergonomis
- Memberikan kenyamanan pada
saat aktivitas pengangkutan peti
buah
Input Fungsi Output
Pengukuran handle
mempertimbangkan dimensi
anthropometri
Alat bantu kerja Kenyamanan
- Pengaturan ukuran perancangan
handle disesuaikan dimensi
anthropometri
- Penambahan busa / karet handgrip
pada bagian handle
- Memeberikan kenyamanan pada
saat menggunakan handtruck
- Mengurangi gaya gesek antara
permukaan handle dengan telapak
tangan pekerja
Input Fungsi Output
Alat bantu fasilitas kerja
Fungsi Output
Landasan penopang
peti dan rangka
penyusun
input
Aman
Komponen landasan dan rangka
hand truck berbahan baja
Mampu mengangkut beban
110kg
Pengaturan peletakan dan
desain pada bagian handle
Alat bantu kerja Kekuatan
- Pengaturan peletakan dan desain
bagian handle mempertimbangkan
medan / permukaan jalan
- Pemilihan rancangan desain handle
berfungsi untuk memberikan kekuatan
pada saat aktivitas loading, unloading
dan memberi kekuatan saat mendorong
handtruck pada permukaan jalan
menanjak
- Mengurangi beban kerja terutama
pengukuran denyut jantung dan energy
expenditure
Input Fungsi Output
Pemberian shock absober
pada bagian rangka
penopang belakang
Alat bantu kerja Kekuatan
- Pemberian shock absober sepeda
motor MIO bagian penopang rangka
belakang
- Memberikan kekuatan pada
bagaian penopang rangka belakang
handtruck
- Meredam getan dan memberikan
kekuatan pada permukaan jalan
yang tidak rata
Input Fungsi Output
IV - 35
Akses mobilitas keluar
masuk gang antar kios
Alat bantu kerja Kemudahan
- Perancangan handtruck dengan
menambahakan komponen roda berjumlah
3 roda
- Roda bagian depan berjumlah 2 roda
- Roda bagian belakang berjumlah 1 roda
- Ukuran lebar landasan peti disesuaikan
dengan jarak gang antar kios
- Akses mobilitas keluar masuk
gang antar kios yang dapat
dijangkau dan memberikan
kemudahan dalam operasional pada
saat aktivitas pengangkutan peti
buah
Input Fungsi Output
Gambar 4.10 Sub-fungsi dasar perancangan Sumber : Pengumpulan data, 2009
c. Performance Specification
Performance specification bertujuan untuk membuat spesifikasi yang akurat
dari kebutuhan perancangan. Tabel 4.24. menunjukkan penilaian performance
specification (spesifikasi kemampuan) dari perancangan yang dilakukan.
Tabel 4.24 Performance specification perancangan handtruck
No Tujuan Kriteria Performance Specification
1 Nyaman
- Sesuai ukuran anthropometri
tubuh pekerja buruh angkut di
Pasar Gede
- Kemudahan memposisikan
posisi tubuh pada saat
menoperasikan handtruck
Tinggi bahu berdiri (tbb),
Tinggi siku berdiri (tsb)
Lebar bahu (lb)
Diameter lingkar genggam (dlg)
Lebar jari ke-2,3,4,5
-Penyebaran distribusi tekanan
pada tiap bagian tubuh merata
-Mengurangi gaya gesek
antara permukaan handle
dengan telapak tangan
pekerja
- Pengaturan ukuran perancangan
pegangan (handle) disesuaiakan dengan
anthropometri dan perhitungan
mekanika teknik
- Bagian pegangan (handle) dilengkapi
dengan busa atau karet handgrip
2 Aman
Mampu menahan dan
mengankut beban (peti buah)
dengan kapasitas 110 kg
- Penggunaan material berbahan plat
alumunium yang kuat dan tidak licin
dalam perancangan handtruck bagian
landasan penopang bawah
- Penggunaan material berbahan pipa baja
berongga alloy A36 rol panas pada
bagian rangka landasan penopang bawah
handtruck
IV - 36
Lanjutan Tabel 4.24 Performance specification perancangan handtruck
No Tujuan Kriteria Performance Specification
3 Kekuatan
-Pemilihan rancangan
peletakan dan desain pada
handle yang berfungsi untuk
memberikan kekuatan
-Mengurangi beban kerja
- Pemilihan desain dan posisi peletakan
handle, berfungsi memberikan kekuatan
pada saat aktivitas loading, unloading
dan kekuatan dorong
- Perancangan alat bantu kerja berupa
handtruck dengan menambahkan shock
absorber pada bagian penopang rangka
belakang
4 Efisien
Kemudahan akses keluar
masuk kios pada saat aktivitas
pengangkutan
- Perancangan handtruck menggunakan
komponen roda berjumlah 3 buah roda,
dengan rincian sebagai berikut :
- Roda bagian depan berjumlah 2 roda
(tidak bergerak / statis)
- Roda bagian belakang berjumlah 1 roda
(dapat bergerak / dinamis)
- Ukuran lebar landasan peti disesuaikan
dengan jarak gang antar kios
Sumber: Pengumpulan data, 2009
4.3.2 Penentuan Dimensi Rancangan
Setelah dilakukan perhitungan persentil, maka langkah selanjutnya adalah
menentukan dimensi perancangan alat bantu kerja berupa handtruck yang akan
dirancang. Perhitungan dimensi dilakukan untuk mempertimbangkan ukuran awal
rancangan yang akan dibuat. Perhitungan dimensi ini mengacu pada hasil
perhitungan persentil yang telah dilakukan sebelumnya. Perhitungan dimensi yang
dilakukan meliputi :
a. Perhitungan ketinggian pegangan (handle) desain pertama perancangan
handtruck pada saat memuat peti
Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan ukuran tinggi
pegangan (handle) desain pertama dari permukaan jalan pada saat memuat
peti (pada posisi berdiri dengan keadaan setimbang) adalah tinggi bahu berdiri
(tbb). Persentil ke-95 digunakan agar mengakomodasi orang yang memiliki
kelebihan rata – rata tinggi bahu normal. Di samping itu, untuk pekerja yang
berbadan kurang tidak akan terganggu kenyamanannya.
Perhitungan ketinggian pegangan desain pertama dari permukaan jalan, saat
memuat sebagai berikut, sebagai berikut:
Tinggi pegangan (handle) desain pertama = tbb (P95) = 142,72 cm 143 cm
IV - 37
dengan catatan :
tbb = tinggi bahu berdiri
P95 = persentil 95
Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh hasil rancangan tinggi
pegangan desain pertama perancangan handtruck dari permukaan jalan saat
memuat peti sebesar = 142,72 cm 143 cm
Gambar dimensi anthropometri tinggi bahu berdiri dapat dilihat dalam
Gambar 4.11 dibawah ini.
Tinggi bahu berdiri
142 cm
Handel ke 1
peti
Gambar 4.11 Dimensi anthropometri
tinggi bahu berdiri Sumber : Pengolahan data, 2010
b. Tinggi tinggi pegangan (handle) desain kedua perancangan handtruck dari
permukaan jalan pada posisi mengangkut peti (posisi batang miring)
Data dimensi yang digunakan sebagai acuan dalam merancang tinggi
pegangan (handle) desain kedua perancangan handtruck posisi mengangkut
peti (posisi batang miring) menggunakan pengukuran mekanika teknik.
diketahui :
W1 = berat peti = 110 kg
W2 = berat rangka handtruck = 5 kg
g = grafitasi = 9,8 m/s2
b.p = batas berat pengangkatan yang diijinkan = 50 kg
W.Total = (W1+W2) x g
= 115 kg x 9,8 m/s2
= 1127 N
IV - 38
diitanya : tinggi pegangan handtruck desain kedua...... (tmiring) ?
jawab :
F dorong = b.p x g
= 50 kg x 9,8 m/s2
= 490 N
Momen dititik z :
0 zM
W.Total . y – F . x = 0
1127 N . 0,3 m – 490 N . x = 0
x = N
mN
490
3,0.1127
x = 0,69 m = 69 cm
dari hasil perhitungan diatas, maka dorongF terletak pada titik ketinggian 69 cm.
Karena handtruck tersebut sedang berjalan (dalam posisi handtruck miring),
maka ukuran tinggi pegangan (handle) perancangan handtruck batas bawah
pada desain kedua, dapat dihitung sebagai berikut :
sin 45 0 = 0,707
bawahbatashandleTinggi .. = 045sin
x
= 707,0
69cm
= 97,59cm 100 cm
atasbatashandleTinggi .. = tinggi bahu berdiri data anthropometri (P95)
= 130 cm
Gambar dimensi anthropometri tinggi siku berdiri dapat dilihat dalam Gambar
4.12 dibawah ini.
IV - 39
Tinggi siku berdiri 130 cm 100 cm
Handel ke 2
Gambar 4.12 Dimensi anthropometri
tinggi siku berdiri Sumber : Pengolahan data, 2010
Presentil-95 berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi pekerja pada saat
mengangkut peti dan memberikan rasa nyaman saat mendorong handtruck jadi
ketinggian pegangan (handle) pada perancangan handtruck pada saat posisi
handtruck berjalan desain kedua = 100 cm s/d 130 cm (dalam posisi handtruck
posisi miring)
Gambar perancangan ketinggian pegangan (handle) handtruck desain kedua
dapat dilihat dalam Gambar 4.9 dibawah ini.
y30 cm
45°
F = 50 kg x 9,8 m/s= 490N
X
W.total = 115 kg x 9,8 m/s= 1127 N
z
t h
an
dle b
ata
s b
aw
ah
t h
an
dle b
ata
s a
ta
s
Gambar 4.13 Perancangan ketinggian pegangan (handle) handtruck desain ke dua
Sumber : Pengolahan data, 2010
c. Lebar antar pegangan (handle) desain pertama
Data anthropometri yang digunakan sebagai pertimbangan dalam merancang
lebar antar pagangan (handle) desain pertama pada perancangan handtruck
IV - 40
adalah lebar bahu dengan presentil ke-95. Presentil-95 digunakan dengan
tujuan supaya pekerja lebih leluasa dalam mengoperasikan handtruck..
Penggunaan persentil 95 dimaksudkan agar pekerja dengan lebar bahu yang
lebih besar dapat memegang pegangan (handle) pada handtruck dengan
leluasa, nyaman. dan memberikan keleluasaan dalam mengoperasikan
handtruck. Perhitungan lebar antar pegangan (handle), sebagai berikut:
dengan catatan :
lb = lebar bahu
P95 = persentil 95
Lebar antar pegangan (handle) desain pertama dan ketiga = lb (P95)
= 42,61 43 cm
Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh lebar antar pegangan
(handle) desain pertama dan ketiga dari hasil rancangan sebesar 42,61 cm
43 cm.
Gambar dimensi anthropometri lebar bahu dapat dilihat dalam Gambar 4.14
dibawah ini.
Gambar 4.14 Dimensi anthropometri
lebar bahu handle pertama Sumber : Pengolahan data, 2010
d. Lebar antar pegangan (handle) desain kedua
Data anthropometri yang digunakan sebagai pertimbangan dalam merancang
lebar antar pagangan (handle) desain kedua pada perancangan handtruck
adalah lebar bahu dengan nilai presentil ke-50. Penggunaan persentil 50
dimaksudkan agar pekerja yang memiliki lebar bahu lebih besar maupun yang
IV - 41
lebih kecil dapat menjangkau lebar pegangan (handle) pada handtruck dengan
nyaman dan memberikan keleluasaan dalam mengoperasikan handtruck.
Perhitungan lebar antar pegangan (handle), sebagai berikut:
dengan catatan :
lb = lebar bahu
P50 = persentil 50
Lebar antar pegangan (handle) desain kedua = lb (P50)
= 40,13 40 cm
Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh lebar antar pegangan
(handle) desain pertama dan ketiga dari hasil rancangan sebesar 40,13 cm
40 cm.
Gambar dimensi anthropometri lebar bahu dapat dilihat dalam Gambar 4.15
dibawah ini.
Gambar 4.15 Dimensi anthropometri
lebar bahu handle kedua Sumber : Pengolahan data, 2010
e. Diameter pegangan (handle)
Data anthropometri yang digunakan sebagai acuan dalam merancang diameter
pada pegangan (handle) handtruck adalah diameter lingkar genggam (dlg)
dengan Persentil ke-95. Nilai P95 digunakan untuk mengakomodasi pekerja
yang memiliki ukuran diameter lingkar genggam besar (P95) sedangkan
pekerja yang memiliki ukuran genggaman telapak tangan kecil (P5) tetap
nyaman menggunakannya. Perhitungan diameter pegangan (handle) pada
handtruck sebagai berikut :
dengan catatan :
IV - 42
dlg = diameter lingkar genggam
P95 = persentil 95.
Diameter pegangan (handle) pada handtruck = dlg (P95)
= 3,97 cm 4 cm
Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh ukuran diameter
handle hasil rancangan sebesar 3,97 cm 4 cm.
Gambar dimensi anthropometri diameter lingkar genggam dapat dilihat dalam
Gambar 4.16 dibawah ini.
Gambar 4.16 Dimensi anthropometri
diameter lingkar genggam Sumber : Pengolahan data, 2010
f. Perhitungan panjang genggaman pegangan handtruck
Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan panjang genggaman
pegangan handtruck adalah lebar jari ke-2,3,4,5 (lj) dengan persentil ke-95.
Penggunaan persentil 95 dimaksudkan agar pekerja yang memiliki lebar
telapak tangan lebih besar dapat menggenggam pegangan handtruck dengan
nyaman.
Perhitungan panjang genggaman pegangan handtruck, sebagai berikut:
Panjang genggaman pegangan handtruck = lj (P95)
= 8,67 cm
dengan;
lj = lebar jari ke-2,3,4,5
P95 = persentil 95
Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh panjang genggaman
pegangan handtruck hasil rancangan sebesar 8,67 cm 9 cm
IV - 43
Gambar dimensi anthropometri lebar jari ke-2,3,4,5 dapat dilihat dalam
Gambar 4.17 dibawah ini.
Gambar 4.17 Dimensi anthropometri
lebar jari ke- 2,3,4,5 Sumber : Pengolahan data, 2010
g. Menentukan panjang landasan bawah handtruck
Panjang landasan bawah dibuat setidaknya sebesar dua pertiga dari ukuran
panjang maksimal dimensi peti yang dimuatkan, agar tumpukan beban
tersebut tidak rubuh ke depan ketika handtruck digerakkan (Panero dan
Zelnik). Berikut ini diberikan perhitungannya:
diketahui:
Ukuran dimensi panjang, lebar dan tinggi peti yaitu 60 cm x 40 cm x 40 cm
panjang maksimal dimensi peti yang dimuatkan = 60cm
(Sumber : pengukuran dan pencatatan data, 2009).
p ≥ 3
2panjang maksimal beban yang dimuatkan
dimana:
p = panjang landasan bawah pada hand truck
allowance = 5 cm, sehingga didapatkan nilai p sebagai berikut :
p ≥ 3
260 cm
p ≥ 40 cm + allowance
Karena nilai p ≥ 40 cm , jadi ukuran dimensi panjang landasan bawah
handtruck = 45 cm
h. Menentukan lebar landasan bawah handtruck
Setelah didapat ukuran dimensi panjang handtruck, maka langkah selanjutnya
adalah menentukan lebar landasan bawah pada handtruck,data yang digunakan
adalah ukuran dimensi lebar peti.
IV - 44
diketahui :
ukuran dimensi lebar peti = 43 cm
(Sumber : pengukuran dan pencatatan data, 2009).
Berdasarkan alasan tersebut maka diperoleh ukuran rangka landasan bawah
handtruck yaitu 45 cm x 43 cm. Keputusan tersebut diperkuat dengan alasan-
alasan sebagai berikut:
1) Ukuran tersebut dapat mempermudah peletakan peti yang dimuatkan di
atas handtruck.
2) Ukuran tersebut disesuaikan deengan tumpukan beban peti agar tidak
rubuh ke depan ketika handtruck digerakkan
3) Ukuran tersebut dapat mempermudah gerakan handtruck ketika melewati
gang antar kios karena ukurannya disetting sesuai ukuran dan disesuaikan
dengan kondisi lapangan
i. Menentukan panjang lengan ayun (swing arm)
Pemberian lengan ayun (swing arm) dalam perancangan handtruck berfungsi
sebagai penghubung antara as roda depan dengan roda belakang dan berfungsi
sebagai tempat dudukan shock breaker.
diketahui :
F1 = merupakan gaya yang terjadi pada sumbu x
F2 = merupakan gaya yang terjadi pada sumbu y
F3 roda merupakan gaya yang terjadi pada roda ke 3 (roda belakang) = 359,33N
Ukuran tinggi peti = 0,4 m (terjadi pada sumbu y)
Ukuran panjang peti = 0,3 m (terjadi pada sumbu x)
dengan demikian, perhitungan panjang lengan ayun sebagai berikut :
M 0 = 0
F2 x panjang peti + Froda ke-3 x Pjg. lengan ayun = F1 x tinggi peti
F2 x 0,3 m + Froda ke-3 x Pjg. lengan ayun = F1 x 0,4 m
759,99 N x 0,3m + Froda ke-3 x Pjg. lengan ayun = 1519,98 N x 0,4 m
Pjg. lengan ayun = 33,359
)3,04,0(98,1519 x
Pjg. lengan ayun =33,359
998,151
IV - 45
Pjg. lengan ayun =0,423 m
Pjg. lengan ayun = 42,3 cm
Jadi ukuran dimensi dari panjang lengan ayun (swing arm) perancangan
handruck sebesar 42,3 cm 42 cm
Hasil rekapitulasi perhitungan dimensi pada perancangan handtruck secara
keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.25.
Tabel 4.25 Rekapitulasi hasil perhitungan dimensi perancangan handtruck
No. Bagian Dimensi
Anthropometri
Ukuran
1. Tinggi pegangan (handle) rancangan
desain pertama P95 143 cm
2.
Tinggi pegangan (handle) rancangan
desain kedua (t handle batas bawah) - 100 cm
Tinggi pegangan (handle) rancangan
desain kedua (t handle batas atas) P95 130 cm
4. Lebar antar pegangan (handle) desain pertama
P95 43 cm
5. Lebar antar pegangan (handle) desain
kedua P50 40 cm
6. Diameter pegangan (handle) P95 4 cm
7. Panjang genggaman pegangan
(handle) handtruck P95 9 cm
8. Panjang landasan bawah - 45 cm
9. Lebar landasan bawah - 43 cm
10. Panjang lengan ayun (swingarm) - 42 cm
Sumber : Pengukuran dan pengolahan data, 2009
4.3.3 Pembuatan Rancangan
Rancangan handtruck dibuat berdasarkan dimensi yang telah ditentukan dan
penentuan komponen yang telah dilakukan. Berikut merupakan tahapan
pembuatan papan sandar hasil rancangan :
A. Pembuatan Gambar Rancangan
Pembuatan gambar rancangan handtruck dilakukan dengan menggunakan
autocad 2004 dan software solidwork 2004. Gambar rancangan bentuk dua
dimensi (2D) ditunjukkan pada Gambar 4.18 s/d Gambar 4.20. Sedangkan
rancangan dalam bentuk tiga dimensi (3D) ditunjukkan pada Gambar 4.21 s/d
Gambar 4.24.
IV - 46
Pembuatan gambar rancangan 2D
Gambar 4.18 Gambar 2D hasil rancangan
tampak depan Sumber : Master autocad, 2009
Gambar 4.19 Gambar 2D hasil rancangan
posisi berdiri tegak tampak samping Sumber : Master gambar autocad, 2009
Gambar 4.20 Gambar 2D hasil rancangan posisi miring
saat mengangkut tampak samping Sumber : Master gambar autocad, 2009
IV - 47
Pembuatan gambar rancangan 3D
Gambar 4.21 Rancangan 3D tampak depan Sumber: Software solidwork, 2009
Gambar 4.22 Rancangan 3D tampak samping posisi berdiri tegak Sumber: Software solidwork, 2009
Gambar 4.23 Rancangan 3D tampak samping Sumber: Software solidwork, 2009
IV - 48
Gambar 4.24 Rancangan 3D tampak belakang Sumber: Software solidwork, 2009
B. Prototipe perancangan alat bantu kerja berupa handtruck
Setelah perakitan yang dilakukan selesai dibuat, maka akan dijelaskan
komponen-komponen penyusun rancangan beserta keterangan penjelasannya,
dapat dilihat pada Gambar 4.26 dibawah ini.
Gambar 4.26 Prototipe hasil perancangan alat bantu
kerja yang berupa handtruck Sumber: Software solidwork, 2010
Prototipe alat bantu kerja berupa handtruck merupakan hasil rancangan yang
dibuat berdasarkan perhitungan dimensi anthropometri dan konsep perhitungan
mekanika teknik, dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Landasan bawah (base frame)
IV - 49
berfungsi sebagai tempat kedudukan landasan dan penopang beban peti buah.
2. Rangka tengah
berfungsi sebagai tempat sandaran peti pada dan sebagai batang rangka tengah
3. Pegangan (handle)
berfungsi untuk memberikan arah kemudi dan memudahkan akses keluar
masuk kios serta menjadi tumpuan kekuatan untuk aktivitas loading unloading
4. Shock breaker (per skok)
berfungsi untuk memberikan kenyamanan dan kestabilan pada saat melewati
permukaan jalan yang tidak merata dan berfungsi sebagai penopang kekuatan
perancangan.
5. Tempat plat dudukan roda
berfungsi sebagai penguat roda dan tempat kedudukan roda.
6. Roda
berfungsi untuk memberikan keleluasaan gerak pada bagian setir pengemudi
(handle), mempercepat dan mempersingkat waktu pengangkutan.
7. Rangka tengah
berfungsi untuk menahan roda bagian depan, sebagai pengunci agar kondisi
handtruck tidak bergerak pada saaat aktivitas loading maupun unloading
C. Perencanaan pengoprasian handtruck sebagai alat bantu kerja
Proses perencanaan pengoprasian handtruck mempunyai kapasitas untuk
mengangkut baban sebesar 110 kg. Berikut ini uraian langkah pengoperasian
handtruck melalui beberapa langkah kerja, antara lain :
1. Operator (pekerja) mendorong handtruck dengan kondisi peti belum memuat
peti
2. Operator (pekerja) mendekati tumpukan peti yang telah diturunkan dari truck
atau mobil
3. Operator (pekerja) menginjak pengunci roda depan guna memposisikan
handtruck tidak bergerak (posisi stabil)
4. Operator (pekerja) memasukkan tumpukan peti kedalam landasan bawah
handtruck dengan cara mengungkit atau menginjak bagian belakang swingarm
dan menarik pegangan (handle) desain pertama. (kegiatan loading)
5. Setelah muatan peti terangkut, kemudian operator (pekerja) mendorong
handtruck hingga kelokasi kios pedagang buah.
IV - 50
6. Operator (pekerja) menurunkan muatan peti yang berada dilandasan bawah
handtruck dengan cara mendorong bagian belakang as roda, menginjak
pengunci roda dan mendorong pegangan (handle) desain pertama (kegiatan
unloading)
4.3.4 Perhitungan kekuatan material
Perhitungan dilakukan terhadap kekuatan material pada handtruck.
Perhitungan terdiri dari 3 tahap, yaitu mencari beban yang bertumpu pada
handtruck., membuat diagram benda bebas dan mencari gaya-gaya pada tumpuan
dan penentuan material melalui perhitungan kekuatan profil rangka.
1. Perhitungan kekuatan pipa rangka landasan bawah pada saat
handtruck berdiri tegak posisi 90 0
Bagian rangka landasan bawah handtruck merupakan tumpuan dari beban
peti (Fpeti) Penggambaran beban secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar
4.27.
F peti1078 N
Freaksi1078 N
A
Gambar 4.27 Kondisi pembebanan pada perancangan handtruck
Sumber : Pengolahan data, 2010
Menguraikan gaya – gaya dan momen yang ada pada rangka landasan
bawah
Data – data yang dibutuhkan untuk menguraikan gaya dan momen yang
bereaksi pada perhitungan kekuatan material pipa pada landasan bawah,
antara lain:
m = massa peti (kg)
= 110 kg
IV - 51
g = gravitasi (m/s2)
= 9,8 m/s2
A = panjang rangka landasan bawah (cm)
= 45 cm
F peti = Gaya yang bereaksi pada tumpuan beban peti (Nm)
MA = Momen yang bereaksi pada tumpuan beban peti dititik A (Nm)
F peti = m x g
= 110kg x 9,8 m/s2
= 1078 N
Momen dititik A
MA = F.peti * A
= 1078 N * 0,45 m
= 485,1 Nm
Adapun model pembebanan pada penampang pipa rangka landasan bawah,
dapat dilihat pada Gambar 4.28
F.peti
1078 N
A45 cm
A
MA
A
F.reaksi
1078 N Gambar 4.28 Model pembebanan penampang pipa
rangka landasan bawah Sumber : Pengolahan data, 2010
Pada bagian penampang pipa rangka landasan bawah merupakan tumpuan
dari beban peti (Fpeti). Fpeti mendapatkan reaksi dari landasan bagian bawah
atau Freaksi. Penggambaran diagram bebanda bebas secara lebih jelas dapat
dilihat pada Gambar 4.29.
IV - 52
F.peti
1078 N
A45 cm
A
MA
A
F.reaksi
1078 N
(+)
MA= 485,1 Nm
Gambar 4.29 Diagram benda bebas penampang
pipa rangka landasan bawah Sumber : Pengolahan data, 2010
Menghitung ukuran diameter dan tebal dari material pipa baja standar
struktur
Menurut Manual Konstruksi Baja AISC terbitan ketujuh dan diubah ke
dalam satuan SI menyusul tatanama dan dimensi yang dipublikasikan
dalam ASTM Standar A6-76 untuk ukuran pipa baja standar, terdapat
beberapa macam tebal yang disesuaikan dengan diameter pipa seperti pada
tabel 4.26. Dengan metode trial dan eror dicoba untuk masing-masing
ukuran tebal untuk mendapatkan diameter pipa yang dimaksud.
Tabel 4.26 Ukuran diameter dan tebal standar pipa baja struktur
No. Diameter luar
(mm)
Diameter dalam
(mm)
Tebal
(mm)
Ravg
(mm) R
3avg.t
(mm)
1. 10,3 6,8 1,73 4,29 136,58 2. 13,7 9,2 2,24 5,73 421,41
3. 17,1 12,5 2,31 7,40 936,06
4. 21,3 15,8 2,77 9,27 2206,57 5. 26,7 20,9 2,87 11,92 4860,83
6. 33,4 26,6 3,38 15,01 11430,33 7. 42,2 35,1 3,56 19,32 25672,68
8. 48,3 40,9 3,68 22,31 40864,53
9. 60,3 52,5 3,91 28,20 87684,75
10. 73 62,7 5,16 33,92 201380,41
11. 88,9 77,9 5,49 41,71 398375,76 12. 101,6 90,1 5,74 47,93 662855,36
13. 114,3 102,3 6,02 54,14 955325,22
14. 141,3 128,2 6,55 67,38 2003707,48 15. 168,3 154,1 7,11 80,60 3722843,04
16. 219,1 202,7 8,18 105,46 9594373,13 17. 273,1 254,5 9,27 131,92 21281961,93
19. 323,9 304,8 9,53 157,19 37014138,23 Sumber : Popov, 1996
IV - 53
Material pipa baja standar struktur yang digunakan atau dipilih adalah baja
karbon 0,2% (rol panas), dengan ketebalan bahan 1,73 mm. Pemilihan
tersebut dengan alasan material yang mudah didapat di pasar. Penentuan
material ini untuk menentukan besarnya tegangan luluh ( y) guna proses
perhitungan selanjutnya. Dimana nilai y = 250 MPa (Popov, 1996).
Tegangan luluh digunakan untuk proses perhitungan karena pada saat nilai
tersebut, material mengalami pembebanan lebih dari nilai kuat patahnya
(tegangan luluh) maka material tersebut akan terjadi patah atau
melengkung.
Jadi dapat dilakukan perhitungan ukuran diameter dan tebal dari material
standar pipa baja struktur, sebagai berikut :
Pemilihan material yang sesuai dengan standar baja struktur adalah jenis
bahan baja karbon 0,2% roll panas (standar baja struktur)
F peti = m x g
= 110kg x 9,8 m/s2
= 1078 N
Momen dititik A
MA = F.peti * A
= 1078 N * 0,45 m
= 458,1 Nm
ijin = pipa
A
I
M
0
pipaI 0 = ijin
AM
= 610250
45,01078
x
mxN
tR avg .. 3 = 610250
45,01078
x
mxN
tR avg.3 =
14,310250
45,010786 xx
mxN
tR avg.3 =
14,310250
1,4856 xx
Nm
IV - 54
tR avg.3 = 0,0386 m
Jadi dari perhitungan diatas, didapatkan besarnya nilai tR avg.3 = 38,6 mm
Dipilih material pipa baja standar dengan diameter luar = 10,3 mm,
diamater dalam = 6,8 mm dan Ravg standar = 4,29 mm, dengan ukuran
tebal dapat dihitung sebagai berikut :
tR avg.3 = 38,6 mm
tmm .)29,4( 3 = 38,6 mm
tmm .95,78 3 = 38,6 mm
t = 395,78
6,38
mm
mm
t = 0,488 mm
jadi dari perhitungan diatas, diperoleh nilai t (tebal pipa) sebesar 0,488
mm,sedangkan nilai t standar= 1,73 mm
Adapun ketentuan perhitungan ukuran tebal pipa baja standar t < t standar,
diperoleh hasil bahwa nilai tebal pipa baja standar 0,488 mm < 1,73 mm
Jadi pipa baja standar (baja karbon 0,2% roll panas) dapat dipakai dalam
perancangan handtruck, khususnya pada pipa rangka landasan bawah.
Akan tetapi, ukuran diameter dan tebal dari material standar pipa baja
struktur (Popov, 1996) tidak ditemukan dipasaran, maka ukuran diameter
luar 2,6 cm dan tebal 2 mm yang terdapat dipasaran akan dibandingkan
dan dilakukan perhitungan kekuatan materialnya.
Menghitung ukuran diameter dan tebal dari material pipa baja karbon
0,2% roll panas sesuai dengan keadaan dipasaran.
Penggambaran profil pipa baja karbon 0,2% roll panas, yang terdapat
dipasaran secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.30.
pipa luar = 2,6 cm
pipa dalam = 2,2 cm
Tebal pipa = 2 mm
Ravg
Centroid
Centroid
Davg
O O
Gambar 4.30 Profil pipa baja karbon 0,2% roll panas
Sumber: Observasi lapangan, 2010
IV - 55
Menghitung jari – jari titik tengah ketebalan penampang pipa (Ravg)
Untuk menghitung ukuran dari jari – jari titik tengah ketebalan pipa (Ravg),
maka data – data yang dibutuhkan, antara lain:
d = diameter luar (mm)
= 2,6 cm = 26 mm
1d = diameter dalam (mm)
= 2,2 cm = 22 mm
t = ketebalan pipa (mm)
= 2 mm
Ravg = jari – jari diameter dalam (mm)
= 12 mm
c = titik centroid (mm)
= pipatebal.*2
1
= 2*2
1 mm
= 1 mm
Pada bagian ini dipakai profil pipa baja karbon 0,2% dengan ukuran
ketebalan 2 mm, diameter luar 26 mm, diameter dalam 22 mm dan titik
centroid 1 mm, sehingga didapat Ravg = 12 mm.
Melakukan perhitungan momen inersia pada pipa ( 0I pipa)
0I pipa = tR avg.3
= 3,14 x (12) 3
mm x 2 mm
= 3,14 x 1728 mm 3
x 2 mm
= 10851,84 mm4
Melakukan perhitungan tegangan ijin pada pipa ( ijin )
pipaijin = pipa
A
I
M
0
dengan catatan bahwa besarnya nilai MA (Momen dititk A)
= 485,1 Nm = 485100 Nmm
pipaijin = pipa
A
I
M
0
IV - 56
=484,10851
485100
mm
Nmm
= 44,70N/mm2
= 44,70 Mpa
Dari hasil perhitungan maka penggunaan pipa baja karbon 0,2% roll panas
tersebut aman untuk digunakan karena besarnya tegangan ijin pada pipa
baja karbon 0,2% roll panas yang digunakan (sesuai dengan keadaan
dipasaran) tidak melebihi atau lebih kecil daripada tegangan ijin baja
karbon 0,2% (44,70 Mpa < 250 Mpa ). Berarti dapat dikatakan material
yang digunakan dalam kondisi tepat dan tidak akan akan patah atau
defleksi. (Sumber: Popov, 1996).
2. Bagian roda
a. Perhitungan gaya yang diterima roda saat handtruck berada pada posisi 90o
Setiap roda yang dijadikan sebagai tumpuan (Ldesak) akan mengalami beban
tekan (m peti = 110 kg)
Data – data yang dibutuhkan untuk menguraikan gaya yang bereaksi pada
perhitungan roda bagian depan saat berdiri tegak pada posisi 90o, antara lain:
m = massa peti (kg)
= 110 kg
g = gravitasi (m/s2)
= 9,8 m/s2
W = beban peti (kg)
= 110 kg
gWP petiperti .
= 110kg x 9,8 m/s2
= 1078 N
= 1078 N
jadi besarnya gaya yang diterima masing – masing roda depan (posisi tegak
90o), dapat dilakukan perhitungan dibawah ini.
2
.2,1
gmFroda
IV - 57
=
2
8,9110 Nxkg=539 N
Gambar penguraian gaya yang diterima roda depan (roda sat dan dua), dapat
dilihat pada Gambar 4.31 dibawah ini.
P
1078 N
A45 cm
A
MA
A
Froda 1,2539 N
(+)
MA
= 485,1 Nm
Gambar 4.31 Model pembenanan roda depan sebagai tumpuan
mengalami beban tekan pada posisi 90o
Sumber : Pengolahan data, 2010
b. Perhitungan poros dan jari – jari roda menurut standar pengkuran saat
handtruck berada pada posisi 90o
Pada bagian poros roda merupakan tumpuan dari beban total berupa Ftotal
dan mendapatkan reaksi dari tumpuan lantai berupa Fbatas pengangkutan Adapun
gambar yang menunjukkan gaya geser poros roda, dapat dilihat dalam
Gambar 4.32 dibawah ini.
FTotal
Fbatas pengangkutan50 N
1127 N282,02 N
Fgeser poros roda
Gambar 4.32 Gaya geser roda
Sumber : Pengolahan data, 2010
Data – data yang dibutuhkan untuk menguraikan gaya yang bereaksi pada
perhitungan pada bagian poros roda saat berdiri tegak pada posisi 90o, antara
lain:
IV - 58
F total = WTotal x g
= 115 kg x 9,8 m/s2
= 1127 N
Jumlah roda depan = 2
Batas normal pengangkatan = 50 kg
Menghitung rodaporosgeserF menurut standar pengukuran
rodaporosgeserF = 2
22
2
501127
= 4
25001270129
= 4
1272629
= 4
10,1128
= 282,02 N
jadi besarnya rodaporosgeserF . = 282,02 N
Menghitung rodaporosA . menurut standar pengukuran
ijin = rodaporos
rodaporosgeser
A
F
.
..
250x106 =
rodaporosA
N
.
02,282
rodaporosA . = ijin
rodaporosgeserF
..
= 610250
02,282
x
rodaporosA . = 1,128 x 610
m = 0,00011 cm
Jadi dari perhitungan luas penampang pada bagian poros roda ( rodaporosA . )
saat berdiri tegak posisi 90o, didapatkan hasil perhitungan sebesar 0,00011 cm
Menghitung ukuran jari – jari roda menurut standar pengukuran
IV - 59
Elemen ini menggunakan penguat dengan material plat baja karbon 0,2%
dengan kekuatan luluh maksimum 250 MPa. Jari-jari roda dapat dicari
dengan langkah sebagai berikut :
rodaporosA . = 2
.*7
22rodaR
0,00011 = 2
.*7
22rodaR
22
7*00011,0= rodaR
000035,0 = rodaR
5,92 x 310 = rodaR
jadi jari – jari roda = 0,00592 cm
Melakukan perhitungan Momen inersia menurut standar pengukuran
4
4
0
rxI rodaporos
= 4
00592,014,3 4 cmx
= 4
1023,114,3 49 cmxx
= 9,65 x 1010 cm 4 = 9,65 x 610 mm 4
jadi moment inersia poros = 9,65 x 610 mm 4
Melakukan perhitungan momen dititik A pada roda menurut standar
pengukuran,dapat di lakukan perhitungan dengan langkah sebagai
berikut:
MA = F total * A
= 1127 N * 0,45 m
= 507,15 Nm
= 507150 Nmm
Jadi berdasarkan perhitungan diatas, maka didapatkan besarnya momen
pada roda depan = 507150 Nmm
Melakukan perhitungan tegangan ijin pada roda menurut standar
pengukuran
IV - 60
σ ijin = rodaporosI
M
o
A
=461065,9
507150
mmx
Nmm
= 5,26 x10 2 N/mm2
= 0,0526 Mpa
Jadi berdasarkan perhitungan diatas, maka didapatkan hasil perhitungan
σ ijin pada roda depan menurut standar pengukuran = 0,0526 Mpa
Melakukan perhitungan terhadap Momen inersia pada roda menurut
keadaan dipasaran
Data – data yang dibutuhkan untuk menghitung roda bagian depan
menurut keadaan dipasaran, antara lain:
jari – jari roda depan dipasaran = 10 cm
4
4
0
rxI rodaporos
= 4
1014,3 4 cmx
= 4
1000014,3 4cmx
= 7850 cm 4 = 78500000 mm 4
jadi berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan nilai Momen inersia
poros = 78500000 mm 4
Melakukan perhitungan momen pada roda menurut keadaan dipasaran
MA = F total * A
= 1127 N * 0,45 m
= 507,15 Nm
= 507150 Nmm
Jadi berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan nilai momen pada roda
depan adalah 507150 N/mm
Melakukan perhitungan terhadap tegangan ijin pada bagian roda menurut
keadaan dipasaran
σ ijin = rodaporosI
M
o
A
IV - 61
=478500000
507150
mm
Nmm
= 6,46 x10 3 N/mm2
= 0,00646 Mpa
Jadi berdasarkan perhitungan diatas, maka didaptkan nilai σ ijin pada
roda depan menurut keadaan dipasaran adalah 0,00646 Mpa
ketentuan : σ ijin roda dipasaran < σ roda standar pengukuran
0,00646 Mpa < 0,0526 Mpa
Jadi ukuran jari – jari roda dipasaran dapat dipakai (aman untuk digunakan)
dalam perancangan handtruck, khususnya pada pemilihan roda bagaan
depan. Perhitungan besarnya tegangan ijin roda depan yang digunakan
(sesuai dengan keadaan dipasaran) tidak melebihi atau lebih kecil daripada
tegangan ijin roda menurut standar pengukuran (0,00646
Mpa < 0,0526 Mpa). Berarti dapat dikatakan material yang digunakan dalam
kondisi tepat dan tidak akan patah atau defleksi. (Sumber: Popov, 1996).
c. Perhitungan beban yang diterima roda saat handtruck berada pada posisi 90o
Beban yang di terima oleh masing-masing roda saat handtruck berada pada
posisi 90o dapat dilakukan perhitungan, sebagai berikut:
Data – data yang dibutuhkan untuk menguraikan gaya yang bereaksi pada
perhitungan beban yang diterima masing – masing roda saat berdiri tegak
pada posisi 90o, antara lain:
2,1RodaW = beban yang diterima tiap roda (kg)
m = massa peti (kg)
= 110 kg
g = gravitasi (m/s2)
= 9,8 m/s2
jumlah roda depan = 2 roda
jumlah roda belakang = 1 roda
Melakukan perhitungan beban yang diterima roda depan
RodaW = rodajumlah
m
IV - 62
= roda
kg
2
110
= 55 kg
Jadi berdasarkan perhitungan diatas, maka didaptkan besarnya beban
yang diterima tiap roda bagian depan adalah 55 kg
Melakukan perhitungan beban yang diterima roda belakang
karena posisi roda belakang pada saat handtruck berdiri tegak pada
posisi 90o tidak menerima tumpuan beban dari peti (tidak menyentuh
permukaan jalan/lantai), maka perhitungan dapat diabaikan
3. Perhitungan jenis material plat landasan bawah handtruck
Perhitungan jenis material (dimensi) pada komponen plat baja pada landasan
bawah handtruck, sebagai berikut :
Data – data yang dibutuhkan untuk menghitung material pada komponen
plat landasan bawah saat berdiri tegak pada posisi 90o, antara lain:
jenis material yang dipilih = plat aluminium
luluh (tarik) aluminium= 164 Mpa (popov, 1991)
ukuran plat aluminium=
b = pjg plat
= 45 cm = 0,45 m
lbr = lebar plat
= 40 cm = 0,4 m
h = tebal plat aluminium
= 2 mm = 0,2 cm = 0,002 m (observasi lapangan,2010)
c = titik centroid
= almuniumplattebal ..*2
1
= 2*2
1 mm
= 1 mm = 0,1 cm
Adapun gambar penampang beserta ukuran dari material plat alumunium
dapat dilihat pada Gambar 4.33.
IV - 63
45 cm
43 c
m h = 2 mm
Gambar 4.33 Plat landasan bawah handtruck
ukuran 45 cm x 43 cm tebal 2 mm Sumber: Pengolahan data, 2010
Dari gambar 4.28 diatas, fungsi dari komponen material plat alumunium
bordes hanya digunakan sebagai penutup landasan bagian bawah
perancangan handtruck dan dapat berfungsi untuk mengurangi gesekan
antara permukaan landasan peti dengan permukaan landasan bawah
handtruck. Material yang berupa plat landasan bawah perancangan
handtruck telah ditopang oleh rangka yang berjumlah 3 pipa baja karbon
0,2% rol panas, maka perhitungan kekuatan bahan material diabaikan.
4. Perhitungan kekuatan pipa rangka tengah (penyangga peti bagian
belakang) pada saat handtruck miring posisi 450
Bagian rangka pet bagian belakang (rangka tengah) merupakan tumpuan
dari beban peti (Fpeti) Penggambaran beban secara lebih jelas dapat dilihat
pada gambar 4.34.
Gambar 4.34 Kondisi pembebanan pada
perancangan handtruck Sumber : Pengolahan data, 2010
IV - 64
Menguraikan gaya – gaya dan momen yang bereaksi pada rangka
penyangga tengah
Data – data yang dibutuhkan untuk menguraikan gaya yang bereaksi
pada perhitungan pipa rangka tengah saat miring pada posisi 45o, antara
lain:
1m = massa peti ke 1(kg) 2m = massa peti ke 2 (kg)
= 55 kg = 55 kg
g = gravitasi (m/s2)
= 9,8 m/s2
1kepeti = jarak (panjang) tumpukan peti pertama terhadap batang dasar
(m)
= 21 cm = 0,21 m
2kepeti = jarak (panjang) tumpukan peti kedua terhadap batang dasar (m)
= 63 cm = 0,63 m
Sudut 045
Cos 22
1450
Gaya - gaya yang bereaksi pada bidang miring, antara lain:
Fg = Gaya titik pada titik dan garis kerjanya melalui titik berat atau pada
bidang miring (N)
Fg peti ke 1 = 1m .g
= 55 kg . 9,8 m/s2
= 539 N
FN = Gaya normal, tegak lurus terhadap bidang alas (N)
FN peti ke 1 = Fg . cos
= 539 N . cos 045
= 539 N . 22
1
= 381,13 N
FH = Gaya gantung, sejajar bidang alas (N)
FH peti ke 1 = Fg . sin
c
m
c
m
IV - 65
= 539 N . cos 045
= 539 N . 22
1
= 381,13 N
Adapun penguraian dari perhitungan gaya – gaya yang bereaksi pada
peti ke 1 berlaku untuk gaya bereaksi pada peti ke 2
M peti 1 = Momen yang bereaksi pada tumpuan beban peti pertama (Nm)
M peti 2 = Momen yang bereaksi pada tumpuan beban peti kedua (Nm)
jawab :
gaya yang terjadi pada tumpakan peti pertama
FN peti 1 = 1m . g . cos 45 0
= 55 kg . 9,8 m/s2
. 22
1
= 381,13 N
Momen pada tumupukan peti pertama
M peti 1 = FN peti 1 . 1kepeti
= 381,13 N . 0,21 m
= 80,03 Nm
Gaya yang terjadi pada tumpakan peti kedua
FN peti 2 = 2m . g . cos 45 0
= 55 kg . 9,8 m/s2
. 22
1
= 381,13 N
Momen pada tumupukan peti kedua
M peti 2 = F peti 2 . 2peti
= 381,13 N . 0,63 m
= 240,11 Nm
Adapun model pembebanan pada penampang pipa rangka penyangga
tengah, dapat dilihat pada gambar 4.35.
IV - 66
Sb. xSb. y
381,13 N
381,13 N
381,13 N
381,13 N539 N
539 N
0
45
0
45
A
Momen peti ke
2
F peti ke 1
F peti ke 2
Gambar 4.35 Model pembebanan penampang pipa
rangka penyangga tengah Sumber : Pengolahan data, 2010
Gaya yang bekerja pada peti ke satu dan ke dua pada Gambar 4.18 dapat
diuraikan menjadi beberapa gaya seperti pada Gambar 4.19 s/d Gambar
4.36.
381,13 N
A
Momen peti ke
2
F peti ke 2
381,13 N
21 cm
63 cm
Gambar 4. 36 Penguraian gaya yang bekerja pada peti ke satu
dan gaya yang bekerja pada peti ke dua pada
pipa penyangga rangka tengah Sumber : Pengolahan data, 2010
Pada bagian penampang pipa penyangga rangka tengah merupakan
tumpuan dari beban peti (Fpeti). Fpeti Penggambaran diagram bebanda bebas
secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.37.
M peti ke
dua
240,11 Nm
(+)
Gambar 4.37 Diagram benda bebas penampang
pipa penyangga rangka tengah Sumber : Pengolahan data, 2010
IV - 67
Menghitung ukuran diameter dan tebal dari material pipa baja standar
struktur
Menurut Manual Konstruksi Baja AISC terbitan ketujuh dan diubah ke
dalam satuan SI menyusul tatanama dan dimensi yang dipublikasikan
dalam ASTM Standar A6-76 untuk ukuran pipa baja standar, terdapat
beberapa macam tebal yang disesuaikan dengan diameter pipa seperti pada
tabel 4.27. Dengan metode trial dan eror dicoba untuk masing-masing
ukuran tebal untuk mendapatkan diameter pipa yang dimaksud.
Tabel 4.27 Ukuran diameter dan tebal standar pipa baja struktur
No. Diameter luar
(mm)
Diameter dalam
(mm)
Tebal
(mm)
Ravg
(mm) R 3
avg.t
(mm)
1. 10,3 6,8 1,73 4,29 136,58 2. 13,7 9,2 2,24 5,73 421,41
3. 17,1 12,5 2,31 7,40 936,06 4. 21,3 15,8 2,77 9,27 2206,57
5. 26,7 20,9 2,87 11,92 4860,83
6. 33,4 26,6 3,38 15,01 11430,33 7. 42,2 35,1 3,56 19,32 25672,68
8. 48,3 40,9 3,68 22,31 40864,53 9. 60,3 52,5 3,91 28,20 87684,75
10. 73 62,7 5,16 33,92 201380,41
11. 88,9 77,9 5,49 41,71 398375,76 12. 101,6 90,1 5,74 47,93 662855,36
13. 114,3 102,3 6,02 54,14 955325,22 14. 141,3 128,2 6,55 67,38 2003707,48
15. 168,3 154,1 7,11 80,60 3722843,04
16. 219,1 202,7 8,18 105,46 9594373,13 17. 273,1 254,5 9,27 131,92 21281961,93
19. 323,9 304,8 9,53 157,19 37014138,23 Sumber : Popov, 1996
Material pipa baja standar struktur yang digunakan atau dipilih adalah baja
karbon 0,2% (rol panas), dengan ketebalan bahan 1,73 mm. Pemilihan
tersebut dengan alasan material yang mudah didapat di pasar. Penentuan
material ini untuk menentukan besarnya tegangan luluh ( y) guna proses
perhitungan selanjutnya. Dimana nilai y = 250 MPa (Popov, 1996).
Tegangan luluh digunakan untuk proses perhitungan karena pada saat nilai
tersebut, material mengalami pembebanan lebih dari nilai kuat patahnya
IV - 68
(tegangan luluh) maka material tersebut akan terjadi patah atau
melengkung.
Jadi dapat dilakukan perhitungan ukuran diameter dan tebal dari material
standar pipa baja struktur, sebagai berikut :
Material yang terpilih adalah bahan baja karbon 0,2% roll panas (standar
baja struktur)
Gaya yang terjadi pada tumpakan peti kedua
FN peti 2 = 2m . g . cos 45 0
= 55 kg . 9,8 m/s2
. 22
1
= 381,13 N
Momen terbesar teletak pada tumupukan peti kedua
M peti 2 = F peti 2 . 2peti
= 381,13 N . 0,63 m
= 240,11 Nm
ijin = pipa
kepeti
I
M
0
2
pipaI 0 = ijin
kepetiM
2
= 6
0
10250
45cos63,013,381
x
xmxN
tR avg .. 3 = 6
0
10250
45cos63,013,381
x
xmxN
tR avg .. 3 =
14,310250
45cos63,013,3816
0
xx
xmxN
tR avg .. 3 =
14,310250
11,2406 xx
Nm
tR avg .. 3 = 3,016 x 10
6m
Jadi nilai tR avg .. 3= 0,003016 mm
IV - 69
Dipilih material pipa baja standar dengan diameter luar = 10,3 mm,
diamater dalam = 6,8 mm dan Ravg standar = 4,29 mm, dengan ukuran
tebal dapat dihitung sebagai berikut :
tR avg .. 3 = 0,003016 mm
tmm .)29,4( 3 = 0,003016 mm
tmm .95,78 3 = 0,003016 mm
t = 395,78
003016,0
mm
mm
t = 3,82 x 10 5 mm
jadi berdasarkan perhitungan diatas, maka didaptkan nilai t (tebal) adalah
0,0000382 mm
sedangkan menurut tabel untuk nilai darst tan = 1,73 mm dengan ketentuan
bahwa nilai tebal pipa baja standar t < darst tan , maka didapatkan hasil dari
tabel pipa baja standar adalah 0,0000382 mm < 1,73 mm
Jadi pipa baja standar (baja karbon 0,2% roll panas) dapat dipakai dalam
perancangan handtruck, khususnya pada pipa rangka landasan bawah.
Akan tetapi, ukuran diameter dan tebal dari material standar pipa baja
struktur (Popov, 1996) tidak ditemukan dipasaran, maka ukuran diameter
luar 2,6 cm dan tebal 2 mm yang terdapat dipasaran akan dibandingkan
dan dilakukan perhitungan kekuatan materialnya.
Melakukan perhitungan pada ukuran diameter dan tebal dari material pipa
baja karbon 0,2% roll panas sesuai dengan keadaan dipasaran.
Penggambaran profil pipa baja karbon 0,2% yang terdapat dipasaran
secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.38.
pipa luar = 2,6 cm
pipa dalam = 2,2 cm
Tebal pipa = 2 mm
Ravg
Centroid
Centroid
Davg
O O
Gambar 4.38 Profil pipa baja karbon 0,2%
Sumber: Observasi lapangan, 2010
IV - 70
Melakukan perhitungan pada jari – jari titik tengah ketebalan penampang
pipa (Ravg)
Data – data yang dibutuhkan untuk perhitungan pada jari – jari titik tengah
ketebalan penampang pipa (Ravg) saat berdiri tegak pada posisi 90o, antara
lain:
d = diameter luar (mm)
= 2,6 cm = 26 mm
1d = diameter dalam (mm)
= 2,2 cm = 22 mm
t = ketebalan pipa (mm)
= 2 mm
Ravg = jari – jari diameter dalam (mm)
= 12 mm
c = titik centroid (mm)
= pipatebal.*2
1
= 2*2
1 mm
= 1 mm
Pada bagian ini dipakai profil pipa baja karbon 0,2% dengan ukuran
ketebalan 2 mm, diameter luar 26 mm, diameter dalam 22 mm dan titik
centroid 1 mm, sehingga didapat Ravg = 12 mm.
Melakukan perhitungan pada Momen inersia ( 0I pipa) pipa baja dipasaran
0I pipa = tR avg.3
= 3,14 x (12) 3
mm x 2 mm
= 3,14 x 1728 mm 3
x 2 mm
= 10851,84 mm4
Melakukan perhitungan pada tegangan ijin ( ijin ) pada pipa dipasaran
pipaijin = pipa
kepeti
I
M
0
2
IV - 71
dengan catatan bahwa pada perhitungan tegangan ijin (ijin ) dapat
diuraikan kedalam perhitungan dibawah ini
M peti ke2 = 240,11 Nm
= 240110 Nmm
pipaijin = pipa
kepeti
I
M
0
2
=484,10851
240110
mm
Nmm
= 22,12 N/mm2
= 22,12 Mpa
Dari hasil perhitungan maka penggunaan pipa baja karbon 0,2% tersebut
aman untuk digunakan karena besarnya tegangan ijin pada pipa baja karbon
0,2% yang digunakan (sesuai dengan keadaan dipasaran) tidak melebihi
atau lebih kecil daripada tegangan ijin baja karbon 0,2% (22,12 Mpa < 250
Mpa ). Berarti dapat dikatakan material yang digunakan dalam kondisi tepat
dan tidak akan akan patah atau defleksi. (Sumber: popov, 1996).
5. Perhitungan gaya pada penyangga pegas (shock absorber) pada saat
handtruck miring posisi 450
Bagian rangka peti bagian belakang (rangka tengah) merupakan tumpuan
dari beban peti (Fpeti) Penggambaran beban secara lebih jelas dapat dilihat
pada gambar 4.39.
Gambar 4.39 Kondisi pembebanan pada perancangan handtruck
Sumber : Pengolahan data, 2010
IV - 72
Menguraikan gaya – gaya dan momen yang ada pada penyangga pegas
Data – data yang dibutuhkan untuk menguraikan gaya dan momen yang
ada pada penyangga pegas pada posisi 45o , antara lain:
m = massa peti total (kg)
= 110 kg
1m = massa peti ke1(kg) 2m = massa peti ke2 (kg)
= 55 kg = 55 kg
g = gravitasi (m/s2)
= 9,8 m/s2
1kepeti = jarak (panjang) tumpukan peti pertama terhadap batang dasar
(m)
= 21 cm = 0,21 m
2kepeti = jarak (panjang) tumpukan peti kedua terhadap batang dasar (m)
= 63 cm = 0,63 m
Sudut 045
Cos 22
1450
Gaya - gaya yang bereaksi pada bidang miring, antara lain:
Fg = Gaya titik pada titik dan garis kerjanya melalui titik berat atau pada
bidang miring (N)
Fg peti ke 1 = 1m .g
= 55 kg . 9,8 m/s2
= 539 N
FN = Gaya normal, tegak lurus terhadap bidang alas (N)
FN peti ke 1 = Fg . cos
= 539 N . cos 045
= 539 N . 22
1
= 381,13 N
FH = Gaya gantung, sejajar bidang alas (N)
FH peti ke 1 = Fg . sin
= 539 N . cos 045
c
m
c
m
c
m
IV - 73
= 539 N . 22
1
= 381,13 N
Adapun penjabaran dari perhitungan gaya – gaya yang bereaksi pada peti
ke 1 berlaku untuk gaya bereaksi pada peti ke 2 untuk tumpuan pada
tangan diabaikan, dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
M peti 1 = Momen yang bereaksi pada tumpuan beban peti pertama (Nm)
M peti 2 = Momen yang bereaksi pada tumpuan beban peti kedua (Nm)
Gaya yang terjadi pada tumpakan peti pertama
Fg peti 1 = 1m . g
= 55 kg x 9,8 m/s2
= 539 N
Gaya yang terjadi pada tumpakan peti kedua
Fg peti 2 = 2m . g
= 55 kg . 9,8 m/s2
= 539 N
Adapun model pembebanan pada pada penyangga pegas, dapat dilihat
pada gambar 4.40.
P peti 1
P peti 2
A
B
R Ax
R Ay
R B
R Bx
R By450
x
y R
0
45
Gambar 4.40 Model pembebanan pada
penyangga pegas Sumber : Pengolahan data, 2010
Penguraian gaya pada batang penyangga pegas bagian atas (Rx) dan
bawah pada Gambar 4.40 diatas, dapat diuraikan menjadi yang bertumpu
pada dua titik, kedua gaya tersebut akan diuraikan lagi menjadi Gambar
4.41.
IV - 74
Rx penyangga
Ry penyangga
Gambar 4.41 Penguraian gaya yang terjadi pada batang
penyangga atas (Rx) dan bawah (Ry) Sumber : Pengolahan data, 2010
P peti 1
P peti 2
A
B
R Ax
R Ay
R B
R Bx
R By450
x
y R
4,2 cm
27,6 cm
31,8 cm
69,2 cm
0
45
Gambar 4.42 Diagram bending momen yang terjadi pada
batang penyangga atas (Rx) dan bawah (Ry) Sumber : Pengolahan data, 2010
Dari diagram bending momen diatas, naka akan dilakukan perhitungan
dengan langkah – langkah sebagai berikut:
Mencari gaya dan momen tekan pada batang penyangga pegas terhadap
batang penyangga sisi miring, dapat di lakukan perhitungan dengan
langkah berikut ini:
0)8,31()2,46,27(6,272,4 21 BxByggA RxRxPxPM
BxBy RR
2,46,278,318,31 12 xPxPxRxR ggBxBy
6,63
2,45396,27539
xxRBy
6,63
8,22634,14876
ByR
6,63
6,12612
ByR
311,198 ByR
IV - 75
311,198ByR N/cm
983,1ByR N/m
Karena BxBy RR , maka nilai 311,198BxR
0XF
0 BxAx RR
BxAx RR
045cos
By
B
RR 045cosxRR BBx 045sinxRR BBy
22
1
311,198BR = 2
2
145,280 x = 2
2
145,280 x
= 280,45 N =198,311 N = 198,311 N
22
ByBxPenyangga RRR
22 311,198311,198
25,3932725,39327
5,78654
45,280 N
Jadi bila diuraikan gaya yang bereaksi dalam sumbu x, maka didapatkan
nilai BxR =
BxAx RR
311,198BxR N
0yF
021 ByAyggy RRPPF
0539539 Byy RF
311,198539539 AyR
689,879AyR N
IV - 76
6. Mengitung konstanta pegas (shock absorber)
Perhitungan konstanta pegas yang terjadi antara shock absorber sebelum
dikenai beban dan sesudah diberi beban dapat digunakan untuk mencari
besarnya nilai konstanta perubahan panjang pegas pada shock absorber.
Adapun gambar yang menunjukkan ukuran awal jangkauan panjang pegas
pada shock absorber dapat dilihat pada Gambar 4.43 dibawah ini.
16 cm33 cm
1 cm
2,5 cm
4 cm
5 cm
Gambar 4.43 Sketsa panjang shock absorber sebelum
diberi beban dalam Sumber : Pengolahan data, 2010
Data – data yang dibutuhkan untuk menghitung konstanta pegas pada shock
absorber pada posisi 45o, dapat dilakukan perhitungan dengan langkah –
langkah beriku:
Dapat kita asumsikan akan: dilakukan sebuah percobaan pembebanan
terhadap pegas (shock absoreber)
= panjang pegas shock absorber sebelum diberi beban (cm)
= 16 cm
pegasPenyanggax = perubahan panjang pegas setelah diberi beban (cm)
= 10 cm
m = massa peti total (kg)
= 110 kg
k = konstanta pegas (N/cm)
g = gaya gravitasi (m/s2)
= 9,8 m/s2
IV - 77
NRPenyangga 45,280
Mencari besarnya nilai konstanta pegas
Untuk mencari besarnya nilai konstanta pegas dapat dilakukan perhitungan
sebagai berikut:
F = 110 kg x 9,8 m/s2
= 1078 N
F = k . pegasPenyanggax
1078 N = k x 10 cm
k = cm
N
10
1078
= 107,8 N/cm
Pegas berupa shock absorber dipasang pada rangka batang penyangga atau
penyangga batang miring, dalam penggunaanya pegas mendapat beban
tekan 110 kg dari peti mengalami perubahan ukuran panjang 10 cm
(memendek), maka besarnya nilai konstanta pegas = 107,8 N/cm
Batang penyangga pegas akan diuji coba dalam berbagai variasi sudut
kemiringan pada rangka batang penyangga, maka dapat di lakukan
percobaan dan perhitungannya sebagai berikut:
Dalam perhitungan tersebut, kita dapat melakukan percobaan pada posisi
rebah untuk batang penyangga dengan pengaturan sudut 45 0
m = massa peti total (kg)
= 110 kg
k = konstanta pegas (N/cm)
= 107,8 N/cm
g = gaya gravitasi (m/s2)
= 9,8 m/s2
Sudut 045
Cos 22
1450
Berikut ini contoh model pembebanan pada batang penyangga, dengan
pengaturan sudut 045 dapat dilihat pada Gambar 4.34 dibawah ini.
IV - 78
P peti 1
P peti 2
A
B
R Ax
R Ay
R B
R Bx
R By450
x
y R
0
45
Gambar 4.44 Model pembebanan pada
penyangga pegas sudut 45 0 Sumber : Pengolahan data, 2010
Fpegas = k . pegasPenyanggax
R Penyangga = 107,8 N/cm . pegasPenyanggax
280,45 N = 107,8 N/cm . pegasPenyanggax
pegasPenyanggax = cmN
N
/8,107
45,280
= 2,60 cm 2,6 cm
Jadi pada saat posisi rebah dengan pengaturan sudut 045 dan dipasang pada
titik batang penyangga dengan kemiringan 45 cm, maka batang penyangga
pegas mengalami perubahan panjang atau memendek dengan jangkauan 2,6
cm.
7. Mengitung gaya dorong roda dari kondisi permukaan jalan yang
berlubang (permukaan tidak rata).
Pada permukaan jalan dilokasi Pasar Gede sering ditemui keadaan permukaan
jalan yang berlubang. Jika roda pada handtruck tersebut terperosok kedalam
lubang, maka dibutuhkan gaya untuk mengungkit roda agar kembali dalam
posisi permukaan jalan normal. Adapun gambar yang menunjukkan gaya
dorong roda dari kondisi permukaan jalan yang berlubang dapat dilihat dalam
Gamabar 4.45 dibawah ini.
IV - 79
3 cm d / 2
(d / 2- 3)P
F.dorong
d / 2
W.Total
lubang pada permukan jalan
Titik pusat roda
perm
ukan j
alan
Gambar 4.45 Gaya dorong roda dari kondisi permukaan
jalan yang berlubang Sumber : Pengolahan data, 2010
dari Gambar 4.41 diatas dapat kita hitung besarnya gaya dorong dan momen
akibat gaya berat total, dengan rincian sebagai berikut :
d = diameter roda depan
= 20 cm
W.Total = berat total
= (110 kg + 5 kg) x 9,8 2sm
= 115 kg x 9,8 2sm
= 1127 N
MP = Momen dititik P
kedalaman.lubang terbesar = 3 cm
Dari penguraian diatas, makadapat di lakukan perhitungan untuk gaya dorong
dan momen akibat berat total
Momen dari gaya dorong
M dorong =F dorong * l
= F dorong *
cm
d3
2............persamaan ke 1
F = m x g
= 115 kg x 9,8 N
= 1127 N
IV - 80
Jadi besarnya nilai M =F *
= 1127 N x 3 cm
= 3381 Ncm
= 33,81 Nm
Momen akibat gaya berat total
M gaya berat total = WTotal *
2
d............persamaan ke 2
MP = 0
dari persamaan ke 1 dan ke 2
pers (1) + pers (2) = 0
F dorong *
cm
d3
2+ WTotal *
2
d = 0
F dorong *
cm
d3
2+ WTotal *
2
d
F dorong =
cmd
dWTotal
32
2*
=
cmcm
cmN
32
20
2
20*1127
=
cm
cmN
7
10*1127
= 1610 N
Jadi besarnya gaya yang dibutuhkan untuk mendorong (mengungkit) roda dari
keadaan permukaan jalan yang berlubang agar kembali dalam posisi
permukaan jalan normal = 1610 N
8. Mengitung batasan besarnya nilai pengangkatan yang diijinkan
kemudian di konversikan kedalam batasan besarnya nilai pengangkutan
(kondisi pekerja saat mendorong handtruck pada saat permukaan jalan
menanjak)
Untuk menghitung besarnya nilai pengangkatan yang diijinkan kemudian
dikonversikan kedalam besarnya nilai pengangkutan (kondisi pekerja saat
IV - 81
mendorong handtruck pada permukaan jalan menanjak), dapat dikerjakan
melalui beberapa tahapan, diantaranya :
a. Menghitung besarnya sudut antara panjang sisi miring permukaan jalan
menanjak dengan ketinggian sisi permukaan jalan menanjak
diketahui :
a = panjang sisi miring permukaan jalan menanjak
= 250 cm = 2,5 m
b = ketinggian sisi permukaan jalan menanjak
= 70 cm = 0,7 m
c = panjang sisi landasan bawah permukaan jalan menanjak
= 22 ba
= 22 7,05,2
= 49,025,6
= 76,5
= 2,4 m
Adapun gambar yang menunjukkan besarnya sudut dari kondisi
permukaan jalan menanjak dapat dilihat dalam Gambar 4.46 dibawah ini
.
ab
c
2,5 m
2,4 m
0,7 m
0
Gambar 4.46 Besarnya sudut dari kondisi permukaan jalan menanjak
Sumber : Pengolahan data, 2010
perhitugan besarnya sudut dari kondisi permukaan jalan menanjak
sebagai berikut:
sin = a
b
= 5,2
7,0
= 0,28
IV - 82
anti sin = 16,26 0
jadi besarnya sudut dari kondisi permukaan jalan menanjak = 16,26 0
b. Menghitung besarnya gaya untuk menahan beban pada permukaan jalan
menanjak
Data – data yang dibutuhkan untuk menghitung gaya yang dilakukan
untuk menahan beban pada saat permukaan jalan menanjak, antara lain:
W.Total = berat peti + berat rangka handtruck
= 110 kg + 5 kg
= 115 kg
sin16,26 0 = 0,28
karena posisi jalan menanjak (menggunakan kaedah sudut sinus ), maka
ukuran berat total beban dapat dihitung, sebagai berikut:
berat total beban = W.Total x sudut sinus
= 115 kg x sin16 0
= 115 kg x 0,28
= 32,2 kg
besarnya nilai gaya untuk menahan beban pada permukaan jalan menanjak
dapat dihitung, dengan ketentuan sebagai berikut:
F menahan = berat total beban posisi jalan menanjak x g
= 32,2 kg x 9,8 2sm
= 315,56 N
c. Menghitung besarnya percepatan saat mengangkut beban pada permukaan
jalan menanjak
batas normal pengangkatan = 50 kg
grafitasi = 9,8 2sm
berat total beban = 115 kg
besarnya nilai gaya untuk menahan beban pada permukaan jalan menanjak
dapat dihitung, dengan ketentuan batas normal pengangkatan sebagai
berikut:
Fbatas normal pengangkatan = 50 kg x 9,8 2sm
IV - 83
= 490 N
Fbatas normal pengangkatan = m x g
490 N = 32,2 kg x (9,8 2sm + a)
(9,8 2sm + a) = 15,21 2s
m
a = 15,21 2sm - 9,8 2s
m
a = 5,41 2sm
jadi besarnya nilai percepatan (a) saat mengangkut beban pada permukaan
jalan menanjak adalah 5,41 2sm (saat kecepatan V = 1 2s
m )
d. Menghitung besarnya kecepatan puncak saat mengangkut beban pada
permukaan jalan menanjak
Data – data yang dibutuhkan untuk menghitung besarnya kecepatan titik
puncak pada saat permukaan jalan menanjak, antara lain:
t = waktu tempuh (sekon)
a = percepatan ( 2sm )
= 5,41 2sm
0S = jarak dari posisi awal (posisi diam)
= 0 m
tS = jarak tempuh posisi akhir (posisi puncak)
= 2,5 m
0V = kecepatan awal
= 0 2sm
tV = kecepatan puncak
= 3 2sm
Dari perhitungan diatas, maka dapat dilakukan perhitungan kecepatan
puncak dengan ketinggian permukaan jalan menanjak 3m ( tV ), dengan
langka – langkah sebagai berikut:
IV - 84
Dengan menerapkan persamaan rumus gerak lurus berubah beraturan
tS = 2.2
1taVot ..................................................... persamaan ke 1
tV = taVo . ..................................................... persamaan ke 2
dari persamaan ke 1 dapat dicari besarnya nilai t, sebagai berikut:
tS = 2.2
1taVot
2,5 = 2.41,5.2
10 t
2,5 = 2,705 . t 2
t = 705,2
5,2
t = 0,961 sekon
dari persamaan ke 1 didapatkan nilai t = 0,961 sekon. Kemudian di
masukkan kedalam persamaan ke 2 untuk mendapatkan nilai besarnya
kecepatan puncak dengan ketinggian dari permukaan jalan menanjak 2,5
m, sebagai berikut:
tV = taVo .
= 0 + 5,41 . 0,961
= 6,371 s
m
jadi besarnya kecepatan saat mengangkut beban hingga dari posisi awal
hingga ke puncak (keadaan jalan menanjak dengan ketinggian 2,5m)
sebesar 6,371 s
m .
Adapun gambar yang menunjukkan hubungan antara gaya dan kecepatan
saat mengangkut beban dalam kondisi permukaan jalan menanjak
(ketinggian 2,5 m) dapat dilihat pada Gambar 4.47 dibawah ini.
IV - 85
b
c
a
2,4 m
0,7 m
4 m
F menahan beban115 kg
Vt
V0 = 0 m/s
= 6,371 m/s
F diam
2,5 m
Gambar 4.47 Gaya dan kecepatan saat mengangkut beban dalam kondisi permukaan jalan menanjak
Sumber : Pengolahan data, 2010
9. Pemilihan desain pegangan (handle) dalam perancangan handtruck
Pemilihan desain pegangan (handle) dalam perancangan handtruck berfungsi
untuk mengemudikan handtruck pada saat melakukan aktivitas keluar masuk
gang antar kios, memberikan kekuatan pada saat aktivitas loading maupun
unloading, kekuatan mendorong (pada saat lokasi terjal atau permukaan jalan
naik) dan memberikan kenyamanan pada pekerja saat mengemudikan
handtruck (kaedah ergonomi) dengan mempetimbangkan pengukuran dimensi
anthropometri dan tempat peletakan ketinggian pegangan (handle). Adapun
ukuran ketinggi masing – masing pegangan (handle) sebagai berikut :
Ukuran ketinggian, posisi peletakan pegangan (handle) dari permukaan
jalan dan model desain pertama
Tinggi pegangan = tbb P 95
=143 cm (pengolahan data anthropometri,2010)
dengan catatan bahwa ukuran tersebut dapat diuraikan menjadi
tbb = tinggi bahu berdiri
P 95 = nilai persentil ke- 95
Model desain pertama = model handle terpisah, batang pipa handle berdiri
tegak searah sumbu y
Ukuran ketinggian, posisi peletakan pegangan (handle) dari permukaan
jalan dan model desain kedua
Tinggi pegangan = tsb
P 95 =130 cm (pengolahan data anthropometri,2010)
dengan catatan :
IV - 86
tbb = tinggi siku berdiri
P 95 = nilai persentil ke- 95
Model desain kedua = model handle menyatu, batang pipa handle lurus
merata searah sumbu x.
Pemilihan model desain pegangan (handle) maupun ukuran ketinggian,
posisi peletakan pegangan dari permukan jalan dapat dilihat pada Gambar
4.48 dibawah ini.
143 cm
130 cm
Desain handle pertama
Desain handle kedua
100 cm
Diameter pipa luar handle = 3,5 cm
43 cm
Gambar 4.48 Model desain dan ukuran ketinggian pegangan
(handle) dari permukaan jalan Sumber : Toko garuda assesoris motor, 2010
Berdasarkan fungsi diri penggunaan dari masing – masing pegangan
(handle), hal - hal yang harus dipertimbangkan. Hal - hal yang harus
dipertimbangkan dalam penentuan desain pegangan (handle) pada
perancangan handtruck adalah sikap kerja, beban kerja, posisi tangan,
tenaga yang dikeluarkan. Penjelasan ini akan dijadikan pertimbangan
dalam pemilihan desain untuk memberikan kekuatan pada saat aktivitas
loading maupun unloading, mengemudikan handtruck pada saat
melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios, kekuatan mendorong
(pada saat lokasi terjal atau permukaan jalan naik), meliputi:
a) Model desain pertama (handle terpisah)
IV - 87
b) Model desain kedua (handle menyatu)
Tahap evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan
(handle) pada saat pekerja melakukan aktivitas loading maupun
unloading, dapat dilihat pada Tabel 4.28 berikut.
Tabel 4.28 Evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan (handle) pada saat pekerja melakukan aktivitas loading maupun
unloading
No Pertimbangan
Alternatif penggunaan desain pegangan
(handle) pada saat pekerja melakukan aktivitas
loading maupun unloading.
Model desain pertama
(handle terpisah)
Model desain kedua
(handle menyatu)
1 Sikap kerja + +
2 Beban kerja + -
3 Posisi tangan + -
4 Tenaga yang
dikeluarkan + -
Jumlah + 4 1
Jumlah - 0 3
Nilai total 4 -2
Alternatif terpilih
Sumber : Mekanika teknik dan Nurmianto, 2004
Dari tahap evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan
(handle) pada saat pekerja melakukan aktivitas loading maupun unloading.
Model desain pertama (handle terpisah) setelah dilakukan uji coba
1. Penilaian pertama dilihat dari sikap kerja.
Sikap kerja yang dilakukan pekerja buruh angkut pada saat menggunakan
handle dasain pertama, posisi badan tegak lurus, pergelangan tangan
lengan atas menjangkau handle setinggi bahu berdiri (dengan ketinggian
143 cm dari permukaan jalan) penilaian sikap kerja dikatakan baik (+).
(Pengolahan data antropometri, 2010)
2. Penilaian kedua dilihat dari beban kerja
Beban kerja yang yang diterima oleh pekerja buruh angkut pada saat
menggunakan handle dasain pertama sebesar 24,81 kg. Penilaian beban
kerja tergolong ringan (+). (Pengolahan data kekuatan dan beban kerja , 2010)
3. Penilaian ketiga dilihat dari posisi tangan
IV - 88
Posisi tangan pada saat pekerja buruh angkut menggunakan desain handle
pertama yaitu dengan posisi menggenggam pipa batang handle searah
sumbu y (tegak lurus). Posisi tersebut dapat memberikan kekuatan maupun
kenyamanan (ergonomi). Penilaian posisi tangan dikatakan memenuhi
kaedah ergonomi dan tumpuan kekuatan yang optimal (+) (Nurmianto, 2010)
4. Penilaian ketiga dilihat dari tenaga yang dikeluarkan
Tenaga yang dikeluarkan oleh pekerja buruh angkut pada saat
menggunakan desain handle pertama berhubungan dengan gaya yang
dikeluarkan untuk menurunkan peti maupun memasukkan peti kedalam
landasan bagian bawah handtruck. Gaya untuk mengungkit yang
dikeluarkan oleh pekerja buruh angkut pada saat menggunakan desain
handle pertama sebesar 243,13 N. Semakin besar.gaya untu mengungkit,
maka makin optimal untuk mengungkit tumpukkan peti dengan berat 110
kg dan tenaga yang dikeluarkan pekerja lebih kecil (+).
Model desain kedua (handle menyatu) setelah dilakukan uji coba
1. Penilaian pertama dilihat dari sikap kerja.
Sikap kerja yang dilakukan pekerja buruh angkut pada saat menggunakan
handle dasain kedua, posisi badan tegak lurus, pergelangan tangan, lengan
atas menjangkau handle setinggi siku berdiri (dengan ketinggian 130 cm
dari permukaan jalan). Penilaian sikap kerja dikatakan baik (+). (pengolahan
data antropometri, 2010)
2. Penilaian kedua dilihat dari beban kerja
Beban kerja yang yang diterima oleh pekerja buruh angkut pada saat
menggunakan handle kedua pertama sebesar 27,5 kg. Penilaian beban
kerja tergolong lebih berat dari pada desain handle pertama menaggung
beban sebesar 24,81 kg (-).(pengolahan data kekuatan dan beban kerja ,
2010)
3. Penilaian ketiga dilihat dari posisi tangan
Posisi tangan pada saat pekerja buruh angkut menggunakan desain handle
kedua yaitu dengan posisi mencengkram pipa batang handle searah sumbu
x (lurus merata searah sumbu x). Posisi tersebut tidak sesuai dengan fungsi
dari pemilihan desain handle pertama. Untuk aktivitas loading maupun
IV - 89
unloading dibutuhkan kekuatan, maka desain handle kedua tidak mampu
memberikan kekuatan maupun kenyamanan (ergonomi) (-). (Nurmianto,
2010)
4. Penilaian ketiga dilihat dari tenaga yang dikeluarkan
Tenaga yang dikeluarkan oleh pekerja buruh angkut pada saat
menggunakan desain handle kedua berhubungan dengan gaya yang
dikeluarkan untuk menurunkan peti dari handtruck maupun memasukkan
peti kedalam handtruck. Gaya dorong yang dikeluarkan oleh pekerja buruh
angkut pada saat menggunakan desain handle kedua sebesar 269,5N (-)
lebih kecil dibandingkan gaya dorong yang dihasilkan oleh pemilihan
desain handle pertama sebesar 496,2 N, karena gaya dorong pada
pemilihan desain handle kedua lebih kecil untuk mengungkit tumpukkan
peti dengan berat 110 kg, maka tenaga yang dikeluarkan pekerja lebih
besar dan kurang optimal (-).
Sehingga pemilihan desain handle yang paling ideal dan optimal, bila
ditinjau dari sikap kerja, beban kerja, posisi tangan, tenaga yang
dikeluarkan untuk melakukan aktivitas loading maupun unloading adalah
desain perancangan handle pertama (handle terpisah).
Pemilihan penggunaan desain pegangan (handle) pada saat pekerja melakukan
aktivitas loading maupun unloading dapat dilihat dalam Gambar 4.49.
Gambar 4.49 Desain perancangan handle pertama (handle) terpisah
untuk aktivitas loading maupun unloading) Sumber : Pengolahan data, 2010
IV - 90
Tahap evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan (handle)
pada saat pekerja melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios dan lokasi
terjal atau permukaan jalan naik dapat dilihat pada Tabel 4.29 berikut.
Tabel 4.29 Evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan
pada saat pekerja melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios dan lokasi terjal atau permukaan jalan naik
No Pertimbangan
Alternatif penggunaan desain pegangan (handle)
pada saat pekerja melakukan aktivitas saat
pekerja melakukan aktivitas keluar masuk gang
antar dan lokasi terjal atau permukaan jalan
naik
Model desain pertama
(handle terpisah)
Model desain kedua
(handle menyatu)
1 Sikap kerja + +
2 Beban kerja - +
3 Posisi tangan - +
4 Tenaga yang
dikeluarkan - +
Jumlah + 1 4
Jumlah - -3 0
Nilai total -2 4
Alternatif terpilih
Sumber : Pengolahan data, 2010
Dari tahap evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan
(handle) pada saat pekerja melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios dan
lokasi terjal atau permukaan jalan naik.
Model desain pertama (handle terpisah) setelah dilakukan uji coba
1. Penilaian pertama dilihat dari sikap kerja.
Sikap kerja yang dilakukan pekerja buruh angkut pada saat menggunakan
handle dasain pertama, posisi badan tegak lurus, pergelangan tangan
lengan atas menjangkau handle setinggi bahu berdiri (dengan ketinggian
143 cm dari permukaan jalan) penilaian sikap kerja dikatakan baik (+).
(Pengolahan data antropometri, 2010).
2. Penilaian kedua dilihat dari beban kerja
Beban kerja yang yang diterima oleh pekerja buruh angkut pada saat
menggunakan handle dasain pertama sebesar 24,81 kg. Penilaian beban
kerja tergolong ringan, tapi dengan beban kerja ringan mempunyai resiko
IV - 91
tinggi dikarenakan tumpukan peti yang berada diatas landasan handtruck
bisa jatuh kesamping. (Pengolahan data kekuatan dan beban kerja , 2010)
3. Penilaian ketiga dilihat dari posisi tangan
Posisi tangan pada saat pekerja buruh angkut menggunakan desain handle
pertama yaitu dengan posisi menggenggam pipa batang handle searah
sumbu y (tegak lurus). Posisi tersebut memiliki resiko tinggi saat
mendorong ataupun mengemudikan handtruck, sehingga mengakibatkan
pergelangan tangan pekerja buruh angkut mengalami keram, pegal
kenyamanan (ergonomi) dan tidak mampu memberikan kekuatan untuk
mendorong. Penilaian posisi tangan dikatakan tidak memenuhi kaedah
ergonomi dan tumpuan kekuatan yang tidak optimal (-) (Nurmianto, 2010)
4. Penilaian ketiga dilihat dari tenaga yang dikeluarkan
Tenaga yang dikeluarkan oleh pekerja buruh angkut pada saat
menggunakan desain handle pertama berhubungan dengan gaya yang
dikeluarkan untuk mendorong atau mengemudikan handtruck saat pekerja
melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios dan lokasi terjal atau
permukaan jalan naik. Gaya dorong yang dikeluarkan oleh pekerja buruh
angkut pada saat menggunakan desain handle pertama sebesar 496,2 N.
Dalam hal ini gaya dorong yang optimal hanya dibutuhkan untuk aktivitas
loading maupun unloading pada saat mengungkit tumpukkan peti dengan
berat 110 kg (-) (Pengolahan data kekuatan dan beban kerja , 2010).
Model desain kedua (handle menyatu) setelah dilakukan uji coba
1. Penilaian pertama dilihat dari sikap kerja.
Sikap kerja yang dilakukan pekerja buruh angkut pada saat menggunakan
handle dasain kedua, posisi badan tegak lurus, pergelangan tangan, lengan
atas menjangkau handle setinggi siku berdiri (dengan ketinggian 130 cm
dari permukaan jalan). Penilaian sikap kerja dikatakan baik (+).
(Pengolahan data antropometri, 2010)
2. Penilaian kedua dilihat dari beban kerja
Beban kerja yang yang diterima oleh pekerja buruh angkut pada saat
menggunakan handle kedua sebesar 27,5 kg. Penilaian beban kerja
tergolong lebih berat dari pada desain handle pertama menanggung beban
IV - 92
sebesar 24,81 kg. Tapi dengan beban kerja yang berat tersebut dapat
menahan sekaligus memposisikan tumpukan peti yang berada dilandasan
bawah tetap dalam keadaan stabil (tidak rubuh kebagaian samping).
(Pengolahan data kekuatan dan beban kerja , 2010)
3. Penilaian ketiga dilihat dari posisi tangan
Posisi tangan pada saat pekerja buruh angkut menggunakan desain handle
kedua yaitu dengan posisi memegang pipa batang handle searah sumbu x
(lurus merata searah sumbu x). Posisi tersebut sesuai dengan fungsi dari
pemilihan desain handle kedua. Untuk melakukan aktivitas keluar masuk
gang antar kios dan lokasi terjal (permukaan jalan naik), maka dibutuhkan
desain handle kedua yang mampu memberikan kekuatan, stabilitas
maupun kenyamanan (ergonomi) (-). (Nurmianto, 2010)
4. Penilaian ketiga dilihat dari tenaga yang dikeluarkan
Tenaga yang dikeluarkan oleh pekerja buruh angkut pada saat
menggunakan desain handle kedua berhubungan dengan gaya yang
dikeluarkan untuk melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios dan
lokasi terjal (permukaan jalan naik). Gaya dorong yang dikeluarkan oleh
pekerja buruh angkut pada saat menggunakan desain handle kedua sebesar
490 N lebih kecil dibandingkan gaya dorong yang dihasilkan oleh
pemilihan desain handle pertama sebesar 496,2 N Dalam hal ini gaya
dorong yang optimal hanya dibutuhkan untuk aktivitas loading maupun
unloading pada saat mengungkit tumpukkan peti dengan berat 110 kg (-).
Sedangkan fungsi dari pemilihan handel kedua hanya untuk kesetabilan ,
kenyamanan dalam mengemudikan handtruck dan dikhususkan untuk
aktivitas keluar masuk gang antar kios dan lokasi terjal (permukaan jalan
naik). (Pengolahan data kekuatan dan beban kerja , 2010).
Sehingga pemilihan desain handle yang paling ideal dan optimal, bila
ditinjau dari sikap kerja, beban kerja, posisi tangan, tenaga yang
dikeluarkan untuk melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios dan
lokasi terjal (permukaan jalan naik) adalah desain perancangan handle
kedua (handle menyatu).
IV - 93
Pemilihan penggunaan desain pegangan (handle) pada saat pekerja
melakukan aktivitas pengangkutan sesuai kondisi permukaan jalan
menanjak dan aktivitas pengangkutan untuk keluar masuk gang antar kios
dapat dilihat dalam Gambar 4.50 dan Gambar 4.51.
Gambar 4.50 Desain perancangan handle kedua (handle menyatu)
untuk aktivitas lokasi terjal atau permukaan jalan naik Sumber : Pengolahan data, 2010
Gambar 4.51 Desain perancangan handle kedua (handle menyatu)
untuk aktivitas aktivitas keluar masuk gang antar kios Sumber : Pengolahan data, 2010
4.3.5 Penentuan Bahan Material
Penentuan bahan material pada perancangan alat bantu kerja yang berupa
handtruck bertujuan untuk menetapkan komponen yang akan digunakan sesuai
dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Sebeluim menentukan bahan material yang
ada dipasaran, terlebih dahulu dilakukan perhitungan uji kekuatan rangka menurut
pengukuran standar material baik material pipa baja struktur sebagai bahan
IV - 94
material yang dijadikan komponen utama rangka penopang kekuatan maupun
komponen lainnya. Penentuan bahan material yang terdapat dipasaran, meliputi:
1. Material penyusun rangka
Rangka dijadikan sebagai kekuatan utama penopang keseluruhan beban,
sehingga diperlukan bahan yang benar-benar kuat untuk menopang
keseluruhan beban. Rangka penyusun dalam perancangan handtruck dibagi
menjadi 2 bagian, antara lain: rangka penopang landasan bawah peti dan
rangka penopang peti bagian tengah. Kedua bagian rangka tersebut terbuat
dari material pipa baja karbon 0,2% (rol panas) dengan ukuran 30 mm x 26
mm dengan ketebalan 2 mm. Pemilihan bahan material pipa baja karbon 0,2%
(rol panas) dapat dapat dilihat dalam Gambar 4.52.
Gambar 4.52 Pipa baja karbon 0,2% (rol panas)
ukuran 26mm x 22mm x 2mm Sumber : Toko besi abidin, 2010
Keunggulan pipa baja karbon 0,2% (rol panas) dibandingkan dengan jenis
logam lainnya dalam cara penggunaan pada komponen bangunan (Sumber:
Observasi lapangan, 2010)., antara lain:
1. Tahan korosi/karat, sehingga logam ini tahan lama dan tahan terhadap
panas dan hujan.
2. Memiliki ukuran diameter dan ketebalan pipa yang beraneka ragam sesuai
kebutuhan penggunaan.
3. Mudah difabrikasi, logam ini ini juga mudah untuk dimodifikasi guna
berbagai kepentingan untuk rangka handtruck, pagar, canopy,dan lain-lain.
IV - 95
Sehingga diharapkan menjadi tumpuan kekuatan penopang rangka landasan
bawah dan rangka penopang peti bagian tengah perancangan alat bantu
handtruck, dapat mengangkut dan menahan beban dengan kapasitas 110 kg.
2. Material plat rangka penopang landasan bawah
Plat landasan peti berfungsi untuk pelapis rangka penopang landasan bawah,
memperkecil gaya gesek antara bagian bawah peti dengan landasan handtruck
dan memposisikan peti dalam keadaan setimbang. Bahan yang digunakan
adalah plat aluminium bordes dengan kekuatan luluh maksimal y = 241
MPa (Popov, 1996), ukuran 450 mm x 40 mm dengan ketebalan plat baja
adalah 2 mm. Pemilihan bahan material plat aluminium dapat dapat dilihat
dalam Gambar 4.53.
Gambar 4.53 Plat jenis aluminium bordes
ukuran 450mm x 430mm x 2mm Sumber : Toko besi abidin, 2010
3. Material pipa pada pegangan (handle)
Pada bagian pegangan (handle) menggunakan material pipa baja karbon 0,2%
(rol panas) dengan kekuatan luluh maksimal 250 Mpa Adapun ukuran pipa
baja yang digunakan adalah 30 mm x 26 mm dengan ketebalan pipa 2 mm.
Pemilihan bahan material pipa baja karbon 0,2% (rol panas) dapat dapat
dilihat dalam Gambar 4.54.
Gambar 4.54 Pipa baja karbon 0,2% (rol panas)
ukuran 2P6mm x 22mm x 2mm Sumber : Toko besi abidin, 2010
IV - 96
Keunggulan pipa baja karbon 0,2% (rol panas) dibandingkan dengan jenis
logam lainnya dalam cara penggunaan pada komponen bangunan (Sumber :
Observasi lapangan, 2010), antara lain:
a. Tahan korosi/karat, sehingga logam ini tahan lama dan tahan terhadap
panas dan hujan.
b. Memiliki ukuran diameter dan ketebalan pipa yang beraneka ragam sesuai
kebutuhan penggunaan.
c. Mudah difabrikasi, logam ini ini juga mudah untuk dimodifikasi guna
berbagai kepentingan untuk rangka handtruck, pagar, dan lain-lain.
Sehingga diharapkan menjadi tumpuan kekuatan pada pegangan (handle),
perancangan alat bantu handtruck.
4. Material Shock absorber
Per skok (shock absorber) berfungsi untuk menahan beban berkapasitas 110
kg dan memberikan kekuatan (lentur dan fleksibel) pada saat pekerja
mengemudikan handtruck dalam kondisi permukaan jalan yang tidak rata.
Jenis per skok (Shock Absorber) yang digunakan adalah monoshock merek
ekstrem yang digunakan pada sepeda motor mio.
Penentuan ukuran panjang dan jari - jari shock absorber sesuai dengan ukuran
yang yang ada dalam pasaran.
Dari hasil survey dipasaran, maka didaptkan ukuran untuk material shock
absorber, sebagai berikut:
panjang shock absorber = 33 cm
pada shock absorber = 5 cm
Adapun jenis per skok (Shock Absorber) yang digunakan dalam perancangan
handtruck dapat dilihat pada Gambar 4.55 dibawah ini.
IV - 97
Gambar 4.55 Shock absorber monoshock
Sumber : Toko garuda assesoris motor, 2010
Berdasarkan konsultasi dengan ahli bengkel las dan toko assesoris motor, hal -
hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan bahan material untuk
penahan beban dan memberi kekuatan (lentur dan fleksibel) pada keadaan
permukaan jalan yang tidak rata dalam perancangan handtruck. Sehingga
diharapkan bahan material tersebut dapat dijadikan sebagai penahan beban
berkapasitas 110 kg dan memberikan kekuatan (lentur dan fleksibel) pada saat
pekerja mengemudikan handtruck dalam kondisi permukaan jalan yang tidak
rata.
5. Material plat dudukan roda
Pemberian plat dudukan roda berfungsi sebagai penguat roda dan tempat
kedudukan roda. Bahan material plat dudukan roda tersebut terbuat dari bahan
plat baja baja karbon 0,2%. Adapun jenis bahan material dan bentuk dari plat
dudukan roda dapat dilihat dalam Gambar 4.56 dibawah ini.
Gambar 4.56 Plat dudukan roda
Sumber : Obseervasi lapangan, 2010
Penentuan ukuran panjang dab lebar plat dudukan roda sesuai dengan
ukuran dari hasil perancagan alat bantu berupa handtruck
IV - 98
dimana :
panjang plat dudukan roda = 10,5 cm
lebar plat dudukan roda = 4 cm
Berdasarkan konsultasi dengan ahli bengkel las dan toko material, hal - hal
yang harus dipertimbangkan dalam penentuan bahan plat dudukan roda pada
perancangan handtruck adalah kekuatan, keamanan, harga dan waktu
pengerjaan. Sehingga diharapkan komponen pada plat dudukan roda tersebut
menjadi tumpuan kekuatan penopang kedudukan roda, dapat mengangkut dan
menahan beban dengan kapasitas 110 kg.
6. Material roda dan pengunci roda
Pemberian roda bertujuan untuk memudahkan pergerakan atau perpindahan
dari alat bantu kerja yang berupa handtruck dan dapat digunakan untuk
mengimbangi gaya gesek kondisi permukaan jalan yang bergelombang (tidak
rata). Sedangkan fungsi dari pengunci roda dapat memberikan kestabilan pada
saat aktivitas loading dan unloading. Jenis roda dan penggunaan pengunci
perlu direncanakan agar dapat mendukung pengoperasian handtruck dalam
mengangkut beban dengan kapasitas 110 kg. Roda yang digunkan dalam
perancangan tersebut menggunakan tiga roda berbahan karet.
dengan ketentuan :
Roda depan
Berjumlah satu pasang (2 roda) berdiameter 8 inchi (20 cm) dilengkapi
kunci rumah, pengunci roda, plat baja dilas dan dilindungi oleh mur
pengunci, nipel gemuk, poros roda terdapat mur. Kondisi roda depan tidak
bergerak (statis). Roda depan dilengkapi pengunci roda agar roda tidak
bergerak saat posisi handtruck berdiri tegak (sudut 090 ) dan di miringkan
(sudut 045 ). Gambar roda depan beserta prngunci roda dapat dilihat pada
Gambar 4.57 dibawah ini
IV - 99
Gambar 4.57 Roda depan handtruck
beserta pengunci roda Sumber : Toko roda tunggal pantes, 2010
Roda belakang
Berjumlah satu roda berdiameter 4 inchi (10 cm) dilengkapi kunci rumah,
plat baja dilas serta dilindungi oleh mur pengunci, nipel gemuk, poros roda
terdapat mur. Kondisi roda belakang dapat digerakkan (dinamis) tanpa
menggunakan pengunci roda. Pada bagian roda belakang terdapat
swingarm yang menghubungkan antara as roda depan dengan as roda
belakang. Fungsi swingarm dapat dijadikan sebagai tumpuan kaki
(pengungkit) dan memudahkan pekerja saat melakukan aktivitas loading
dan unloading Gambar roda belakang dapat dilihat pada Gambar 4.58
dibawah ini.
Gambar 4.58 Roda belakang handtruck
Sumber : Toko roda tunggal pantes, 2010
Sehingga diharapkan menjadi untuk menahan beban berkapasitas 110 kg dan
memberikan kekuatan (lentur dan fleksibel) pada saat pekerja mengemudikan
handtruck dalam kondisi permukaan jalan yang tidak rata.
IV - 100
7 Material karet pelapis (handgrip)
Karet pelapis pegangan (handgrip) digunakan untuk melapisi material pipa
baja pada pegangan, dengan tujuan mengurangi gesekan antara tangan dengan
pegangan (handle). Selain itu busa pelapis pegangan dapat berfungsi
memberikan kenyamanan pada pekerja. Bahan material material yang
digunakan berupa karet (handgrip) pada sepeda motor.
Penentuan tebal karet (handgrip), sebagai berikut :
tebal karet (handgrip) = 1 cm
Pemilihan karet pelapis pegangan (handgrip) dari material yang digunakan
pada karet handgrip raket bulu tangkis dapat dilihat dalam Gambar 4.59.
Gambar 4.59 Karet handgrip raket bulu tangkis
ukuran ketebalan karet 1cm 3 cm
Sumber : Toko Garuda aksesoris motor, 2009
Sehingga diharapkan bahan pelapis karet handgrip raket bulu tangkis tersebut
mampu untuk menahan beban dan mengurangi gesekan antara tangan dengan
permukaan dari handle pada saat pekerja mengemudikan handtruck.
4.3.6 Estimasi Biaya Rancangan
Estimasi biaya dilakukan untuk memperkirakan besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk perancangan alat bantu kerja yang berupa handtruck untuk
memperbaiki postur kerja dan mengurangi tingkat beban kerja. Biaya yang
dihitung meliputi biaya material, dan biaya non material. Keseluruhan biaya
material ditunjukkan dalam Tabel 4.30. Harga yang tertera diperoleh dari pihak
bengkel las teknik Pak Sriono daerah Pucang Sawit dan observasi di toko besi
logam mulia, tunggal pantes, raharjo teknik yang terletak di Jl. Urip Sumoharjo
Surakarta 57126 dan pasar pengepul besi bekas daerah Sumodilagan pada bulan
Desember 2009.
IV - 101
Tabel 4.30 Estimasi biaya material
No Bahan
Penggunaan untuk bagian handtruck
Ukuran
(cm)
Kebutuhan
Satuan Keterangan Harga
Satuan
(Rp)
Biaya
(Rp)
1 Pipa berongga baja
karbon roll panas
Rangka rangka tengah dan rangka
penopang rangka landasan bawah,
bagian handle dan bagian swing arm (lengan ayun)
Ө luar 2,6 cm
Ө dalam 22 cm
tebal 2mm
7 meter lonjor
1 lonjor pipa (per 1 meter)
= 34500
34500 241500
2 Plat alumunium
bordes
Plat penutup landasan rangka
landasan bawah
45 cm x 43 cm 1 lbr lembar
plat
1 lembar
(ukuran 60 x 50cm 2mm)
= 45000
45000 45000
3 Besi pipa berongga Engsel pada roda dan swing arm Ө luar 2,6 cm Ө
dalam 22 cm
tebal 2mm
1
(isi 4 buah)
set 1 set = 25000 25000 25000
4 Baja Strip plat Sebagai tempat dudukan roda 10,5 x 4 tebal 4 mm 1 meter meter 1 meter = 23000 23000 23000
5 Mur dan baut Penyambung roda dengan tempat
dudukan roda, shock absorber
dengan dudukan rangka
penyangga belakang
5/16x1” 5
(isi 10 buah)
set 1set= 350 350 1750
6 Karet hand grip Karet pelapis pegangan (handle) Ө min.3 cm 2
(isi 4 buah)
set 1 set = 15000 15000 30000
7 Roda berbahan karet Roda bagian depan Ө 20 2 buah 1 buah = 85000 85000 170000
8 Roda berbahan karet Roda bagian belakang Ө 10 1 buah 50000 50000
9 Shock absorber M.B
Xtreme
Penahan beban bagian rangka
belakang
p = 33 cm
Ө 10 cm
1 buah 115000 115000
10 Cat super glos 5460 Cat pelapis rangka - 3 kilogram 12000 36000
11 Tinner A Pencampur cat - 1 Liter 13500 13500
12 Amplas no.2 Penghalus rangka - 2 Lembar 1 lembar = 3000 3000 6000
Total biaya material 756500 Sumber : Pengolahan data dan observasi, 2010
IV - 102
Dari Tabel 4.30 diketahui bahwa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
pembelian material adalah sebesar Rp 756.500,00
Biaya non material terdiri dari biaya tenaga kerja (termasuk biaya proses
permesinan) dan biaya ide. Besarnya biaya ide dalam suatu perancangan
ditentukan sendiri oleh perancang. Berdasarkan masukan dari pemilik bengkel las
teknik milik Pak Suhono, biaya ide perancangan untuk alat ini ditetapkan sebesar
15% dari biaya material ditambah biaya tenaga kerja. Berdasarkan hal tersebut
maka dapat diperkirakan biaya non material yang dikeluarkan untuk keperluan
perancangan seperti pada Tabel 4.31.
Tabel 4.31 Estimasi biaya non material
No Biaya non material Pengeluaran biaya
(rupiah)
1. Biaya tenaga kerja
Pak Sriono (Pemilik & mandor)
Mas Arip (Tukang)
90000
40000
2. Biaya permesinan (pengelasan) 35000
3. Ide pembuatan rancangan 92150
Total biaya non material 257150 Sumber : Pengolahan data, 2010
Asumsi : Persentase biaya ide perancangan ditentukan oleh perancang (desainer)
secara langsung sebesar 15 %
Biaya ide = 15 % x (biaya material + biaya tenaga kerja + biaya permesinan)
= 15 % x (Rp 756.500,00 + Rp 130.000,00 + Rp 35.000,00)
= 15 % x Rp 921.500,00
= Rp 92.150,00
dengan demikian, maka total biaya yang diperlukan dalam pembuatan alat bantu
yang berupa handtruck dari hasil rancangan adalah seperti pada Tabel 4.32.
Tabel 4.32 Total biaya perancangan
No Jenis biaya Biaya
(rupiah)
1 Biaya material 756500
2 Biaya non material 257150
Total biaya 1013650 Sumber : Pengolahan data, 2010
IV - 103
Besarnya biaya yang diperlukan dalam pembuatan handtruck dari hasil rancangan
sebesar Rp 1.013.650,00
4.4 Evaluasi Hasil Uji Coba Perancangan Alat Bantu Kerja
4.4.1 Evaluasi hasil perancangan postur kerja melalui metode REBA
Penilaian postur kerja berdasarkan metode REBA dilakukan pada aktivitas
loading (pengangkatan), pengangkutan maupun unloading (penurunan peti). Hasil
pengukuran sudut posisi postur kerja buruh angkut dengan menggunakan
worksheet REBA. Hasil penilaian postur kerja kondisi setelah menggunakan alat
bantu kerja pada saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan), pengangkutan
maupun unloading (penurunan peti) secara lebih jelas ditunjukkan, sebagai
berikut:
Fase gerakan pertama
Gambar 4.60 Sudut segmen tubuh pekerja
buruh angkut saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan peti)
Sumber : Pasar Gede, 2010
Hasil kode REBA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut :
1. Grup A
a. Punggung (Trunk)
Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk
dalam posisi condong kedepan (flexion) dengan sudut 17o, (Skor REBA
untuk pergerakan punggung adalah 2)
IV - 104
b. Leher (Neck)
Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut
sebesar 15o terhadap sumbu tubuh
( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah1)
c. Kaki (Legs)
Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa kaki tertopang ketika beraktivitas
dengan bobot rata – rata seimbang, sehingga dikenai skor 1
(Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1)
Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada
REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu :
Kode REBA adalah :
Punggung (trunk) : 2
Leher (neck) : 1
Kaki (legs) : 1
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 2
kemudian tarik garis ke arah kanan.
Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 1 dan dilanjutkan ke
baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1.
Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk
punggung (trunk).
Diketahui skor untuk grup A adalah 2
Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.
Tabel 4.33 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.60
Table A Neck
1 2 3
Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor
untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan peti)
IV - 105
dengan ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 2. Pada
kondisi aktual, setelah menggunakan handtruck terutama posisi tangan pekerja
saat memegang handle pertama aktivitas loading, maka beban yang diterima
pekerja turun menjadi 24,81 kg, sehingga memiliki skor beban 2.
Skor total A setelah ditambah beban adalah :
Nilai tabel A = 2
Berat beban = 2
Total skor A = 2 + 2 = 4
2. Grup B
a. Lengan atas (upper arm)
Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas
kedepan (flexion) terhadap sumbu tubuh sebesar 230
termasuk dalam range
pergerakan > 200 flexion bernilai 2.
( Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 2).
b. Lengan bawah (lower arm)
Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah
bawah ke arah depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 23° termasuk
dalam range pergerakan < 60° flexion bernilai 2.
(Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 2).
c. Pergelangan tangan (wrist)
Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan
tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah sebesar 19° termasuk
dalam range pergerakan > 15° flexion bernilai 2. Pada kegiatan ini
pergelangan tangan mempunyai posisi memegang handle atas pada
handtruck. (Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2).
Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA
WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu :
Kode REBA adalah :
Lengan atas (upper arm) : 2
Lengan bawah (lower arm) : 2
Pergelangan tangan (wrist) : 2
IV - 106
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian
tarik garis ke arah kanan.
Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan
dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan
yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode
untuk upper arm.
Diketahui skor untuk grup B adalah 2.
Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan
Tabel B.
Tabel 4.34 Skor REBA grup B untuk
Gambar 4.60
Table B Lower Arm
1 2
Upper
Arm
Wrist 1 2 3 1 2 3
1 1 2 3 1 2 3
2 1 2 3 1 2 4
3
3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9 Sumber : Pengolahan data, 2010
Skor grup B adalah 2, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang
digunakan adalah good karena kekuatan pegangan (handle) baik dan dapat
dijangkau oleh genggaman tangan. Pada tabel 4.34 jenis coupling good diberikan
skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi 2 + 0 = 2.
Penentuan skor total untuk fase gerakan loading (menaikkan peti) dilakukan
dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel
C.
Skor A = 4
Skor B = 2
Pada kolom skor A masukkan kode 4 dan tarik garis ke kanan. Kemudian
pada baris skor B masukkan kode 2 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode
untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 4
IV - 107
Tabel 4.35 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.60
SSccoorree AA ((ssccoorree ffrroomm
tteebbllee
AA++llooaadd//ffoorrccee
ssccoorree))
TTaabbllee CC
Score B, (table B value + coupling score)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
11 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
22 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
33 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
44 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
55 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
66 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
77 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
88 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
99 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
1100 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
1111 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
1122 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Sumber : Pengolahan data, 2010
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor
aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh Dalam melakukan
aktivitas, posisi tubuh pekerja normal. Berdasarkan tabel 4.35, kegiatan tersebut
memperoleh skor aktivitas sebesar 0.
Skor REBA = Skor C + skor aktivitas
= 4 + 0
= 4
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.61 berikut ini :
IV - 108
+ =Lengan bawah
2
Pergelangan tangan
2
Kopling0
Skor B 2
Batang tubuh2
Leher1
Kaki 1
Tabel A2
Beban2
Skor A4
Lengan atas2
Tabel B 2
Skor C 4
Skor aktivitas0
Final Skor
4+ =
+ =
Gambar 4.61 Bagan rekapitulasi penilaian total
Sumber : Pengolahan data, 2010
Berdasarkan gambar 4.61, dari skor REBA tersebut nilai penilaian akhir 4.
Dari penilaian akhir tersebut dapat diketahui level tindakan 2 dengan level resiko
pada muskuloskeletal yaitu sedang (medium) dan perlu dilakukan perbaikan
(necessary) untuk mengurangi resiko kerja.
Fase gerakan kedua
Gambar 4.62 Sudut segmen tubuh pekerja
buruh angkut saat melakukan aktivitas pengangkutan (posisi mendorong)
Sumber : Pasar Gede, 2010
IV - 109
Hasil kode REBA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut :
1. Grup A
d. Punggung (Trunk)
Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk
dalam posisi condong kedepan (flexion) dengan sudut 22o, (Skor REBA
untuk pergerakan punggung adalah 2)
e. Leher (Neck)
Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut
sebesar 20o terhadap sumbu tubuh, dengan posisi leher normal.
( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah1)
f. Kaki (Legs)
Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa kaki tertopang ketika beraktivitas
dengan bobot rata – rata seimbang, sehingga dikenai skor 1
(Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1)
Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada
REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu :
Kode REBA adalah :
Punggung (trunk) : 2
Leher (neck) : 1
Kaki (legs) : 1
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 2
kemudian tarik garis ke arah kanan.
Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 1 dan dilanjutkan ke
baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1.
Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk
punggung (trunk).
Diketahui skor untuk grup A adalah 2
Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.
Tabel 4.36 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.62
Table A Neck
1 2 3
Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
IV - 110
Lanjutan Tabel 4.36 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.62
Table A Neck
1 2 3
Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor
untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas pengangkutan peti dengan
ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 2. Pada kondisi
aktual, setelah menggunakan handtruck terutama posisi tangan pekerja saat
memegang handle ke dua aktivitas pengangkutan, maka beban yang diterima
pekerja turun menjadi 27,5 kg, sehingga memiliki skor beban 2.
Skor total A setelah ditambah beban adalah :
Nilai tabel A = 2
Berat beban = 2
Total skor A = 2 + 2 = 4
2. Grup B
a. Lengan atas (upper arm)
Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas
kedepan (flexion) terhadap sumbu tubuh sebesar 530 termasuk dalam range
pergerakan 450 - 90
0 flexion bernilai 3. (Skor REBA untuk pergerakan
lengan atas adalah 3).
b. Lengan bawah (lower arm)
Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah
ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 18° termasuk dalam range
pergerakan < 60°Flexion bernilai 2.
(Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 2).
c. Pergelangan tangan (wrist)
Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan
tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah sebesar 24° termasuk
IV - 111
dalam range pergerakan > 15° flexion bernilai 2. Pada kegiatan ini
pergelangan tangan mempunyai posisi memegang handle desain ke dua
pada handtruck .
(Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2).
Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA
WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu :
Kode REBA adalah :
Lengan atas (upper arm) : 3
Lengan bawah (lower arm) : 2
Pergelangan tangan (wrist) : 2
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 3 kemudian
tarik garis ke arah kanan.
Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan
dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan
yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode
untuk upper arm.
Diketahui skor untuk grup B adalah 5.
Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan
Tabel B.
Tabel 4.37 Skor REBA grup B untuk
Gambar 4.62
Table B Lower Arm
1 2
Upper
Arm
Wrist 1 2 3 1 2 3
1 1 2 3 1 2 3
2 1 2 3 1 2 4
3
3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Skor grup B adalah 5, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang
digunakan adalah good karena kekuatan saat memegang pegangan (handle) baik
IV - 112
dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. Pada tabel 4.37 jenis coupling good
diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi 5 + 0 = 5.
Penentuan skor total untuk fase gerakan loading (menaikkan peti) dilakukan
dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel
C.
Skor A = 4
Skor B = 5
Pada kolom skor A masukkan kode 4 dan tarik garis ke kanan. Kemudian
pada baris skor B masukkan kode 5 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode
untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 5.
Tabel 4.38 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.62
SSccoorree AA ((ssccoorree ffrroomm
tteebbllee
AA++llooaadd//ffoorrccee
ssccoorree))
TTaabbllee CC
Score B, (table B value + coupling score)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
11 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
22 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
33 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
44 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
55 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
66 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
77 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
88 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
99 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
1100 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12
1111 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12
1122 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Sumber : Pengolahan data, 2010
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor
aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh Dalam melakukan
aktivitas, posisi tubuh pekerja normal. Berdasarkan tabel 4.38, kegiatan tersebut
memperoleh skor aktivitas sebesar 0.
Skor REBA = Skor C + skor aktivitas
= 5 + 0
= 5
IV - 113
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.63 berikut ini :
+ =Lengan bawah
2
Pergelangan tangan
2
Kopling0
Skor B 5
Batang tubuh2
Leher1
Kaki 1
Tabel A2
Beban2
Skor A4
Lengan atas3
Tabel B 5
Skor C 5
Skor aktivitas0
Final Skor
5+ =
Gambar 4.63 Bagan rekapitulasi penilaian total
Sumber : Pengolahan data, 2010
Berdasarkan gambar 4.63, dari skor REBA tersebut nilai penilaian akhir
5Dari penilaian akhir tersebut dapat diketahui level tindakan 2 dengan level resiko
pada muskuloskeletal yaitu sedang (medium) dan perlu dilakukan perbaikan
(necessary) untuk mengurangi resiko kerja.
Fase gerakan ketiga
Gambar 4.64 Sudut segmen tubuh pekerja buruh angkut saat melakukan
aktivitas unloading (menurunkan peti) Sumber : Pasar Gede, 2010
IV - 114
Hasil kode REBA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut :
1. Grup A
a. Punggung (Trunk)
Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk
dalam posisi condong kedepan (flexion) dengan sudut 20o, (Skor REBA
untuk pergerakan punggung adalah 2)
b. Leher (Neck)
Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut
sebesar 23o terhadap sumbu tubuh, dengan posisi leher normal.
( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah 2)
c. Kaki (Legs)
Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa kaki tertopang ketika beraktivitas
dengan bobot rata – rata seimbang, sehingga dikenai skor 1
(Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1)
Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada
REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu :
Kode REBA adalah :
Punggung (trunk) : 2
Leher (neck) : 2
Kaki (legs) : 1
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 2
kemudian tarik garis ke arah kanan.
Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 2 dan dilanjutkan ke
baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1.
Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk
punggung (trunk).
Diketahui skor untuk grup A adalah 4
Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.
Tabel 4.39 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.64
Table A Neck
1 2 3
Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
IV - 115
Lanjutan Tabel 4.39 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.64
Table A Neck
1 2 3
Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor
untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas unloading (menurunkan peti)
peti dengan ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 2.
Pada kondisi aktual, setelah menggunakan handtruck terutama posisi tangan
pekerja saat memegang handle pertama aktivitas unloading, maka beban yang
diterima pekerja turun menjadi 24,81 kg, sehingga memiliki skor beban 2.
Skor total A setelah ditambah beban adalah :
Nilai tabel A = 3
Berat beban = 2
Total skor A = 3 + 2 = 5
2. Grup B
a. Lengan atas (upper arm)
Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas
kedepan (flexion) terhadap sumbu tubuh sebesar 230 termasuk dalam range
pergerakan > 200 flexion bernilai 2. (Skor REBA untuk pergerakan lengan
atas adalah 2).
b. Lengan bawah (lower arm)
Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah
ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 19° termasuk dalam range
pergerakan < 60°Flexion bernilai 2.
(Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 2).
c. Pergelangan tangan (wrist)
Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan
tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah sebesar 22° termasuk
IV - 116
dalam range pergerakan > 15° flexion bernilai 2. Pada kegiatan ini
pergelangan tangan mempunyai posisi memegang handle desain ke dua
pada handtruck .
(Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2).
Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA
WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu :
Kode REBA adalah :
Lengan atas (upper arm) : 2
Lengan bawah (lower arm) : 2
Pergelangan tangan (wrist) : 2
Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian
tarik garis ke arah kanan.
Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan
dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan
yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode
untuk upper arm.
Diketahui skor untuk grup B adalah 2.
Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan
Tabel B.
Tabel 4.40 Skor REBA grup B untuk
Gambar 4.64
Table B Lower Arm
1 2
Upper
Arm
Wrist 1 2 3 1 2 3
1 1 2 3 1 2 3
2 1 2 3 1 2 4
3
3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Sumber : Pengolahan data, 2010
Skor grup B adalah 6, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang
digunakan adalah good karena kekuatan saat memegang pegangan (handle) baik
IV - 117
dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. Pada tabel 4.40 jenis coupling good
diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi 2 + 0 = 2.
Penentuan skor total untuk fase gerakan unloading (menaikkan peti) dilakukan
dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel
C.
Skor A = 5
Skor B = 2
Pada kolom skor A masukkan kode 5 dan tarik garis ke kanan. Kemudian
pada baris skor B masukkan kode 2 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode
untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 4.
Tabel 4.41 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.64
SSccoorree AA ((ssccoorree ffrroomm
tteebbllee
AA++llooaadd//ffoorrccee
ssccoorree))
TTaabbllee CC
Score B, (table B value + coupling score)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
11 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7
22 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8
33 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8
44 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9
55 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9
66 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10
77 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11
88 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11
99 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12
Sumber : Pengolahan data, 2010
Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor
aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh pekerja adalah normal
Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh pekerja normal. Berdasarkan tabel 4.41,
kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 0.
Skor REBA = Skor C + skor aktivitas
= 4 + 0
= 4
Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.65 berikut ini :
IV - 118
+ =Lengan bawah
2
Pergelangan tangan
2
Kopling0
Skor B 2
Batang tubuh2
Leher2
Kaki 1
Tabel A3
Beban2
Skor A5
Lengan atas2
Tabel B 2
Skor C 4
Skor aktivitas0
Final Skor
4+ =
+ =
Gambar 4.65 Bagan rekapitulasi penilaian total
Sumber: Pengolahan data, 2010
Berdasarkan gambar 4.65, dari skor REBA tersebut nilai penilaian akhir 4
Dari penilaian akhir tersebut dapat diketahui level tindakan 2 dengan level resiko
pada muskuloskeletal yaitu sedang (medium) dan perlu dilakukan perbaikan
(necessary) untuk mengurangi resiko kerja.
4.4.2 Evaluasi berdasarkan fisiologi kerja
Sikap kerja yang diterapkan saat ini oleh pekerja MMH khususnya pekerja
buruh angkut Lokasi Pasar Gede Surakarta termasuk beresiko terhadap sistem
musculoskeletal dilihat dari hasil penilaian menggunakan metode REBA.
Berdasarkan penilaian menggunakan REBA didapat masukan untuk perancangan
alat bantu kerja sebagai usulan untuk perbaikan postur kerja dan beban kerja.
Rancangan usulan perancangan alat bantu kerja yang diaplikasikan, selanjutnya
dibandingkan dengan sikap kerja yang lama dan dievaluasi menggunakan energy
expenditure dan energy cost. Apabila pekerja menerapkan usulan rancangan alat
bantu kerja dan hasil perhitungan energy expenditure mapun energy cost yang
lebih kecil, maka rancangan usulan perancangan alat bantu kerja usulan lebih baik
dibandingkan sikap kerja awal (mengangkut beban pada bagian punggung).
Pencatatan data pengukuran denyut jantung pada pekerja buruh angkut pada saat
dilakukan uji coba hasil perancangan alat dilakukan pada hari Jumat tanggal 26
Maret 2010 s/d hari Sabtu tanggal 27 Maret 2010 pukul 09.00–12.00 WIB.
IV - 119
Pengukuran ini kemudian digunakan untuk menghitung energy expenditure dan
energy cost yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan MMH.
A. Perhitungan energy expenditure menurut Sanders et al, 1993
Berikut ini adalah data pengukuran denyut jantung setelah uji coba
perancangan alat dapat dilihat dalam table 4.42.
Tabel 4.42 Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat
No. Nama
Pekerja Umur Berat Badan
Kondis Setelah Perancangan
Denyut Jantung (Per Menit)
Sebelum
Bekerja
Setelah
Bekerja
1 Santoso 30 53 50 93
2 Anwar 29 60 48 88
3 Budi 32 62 54 95
4 Coirul 28 55 44 85
5 Amin 35 55 56 104
6 Hardi 31 59 52 95
7 Rusmanto 32 63 55 97
8 Sartono 33 57 53 103
9 Bambang 31 56 51 93
10 Budiman 37 58 60 109
11 Joko 32 58 53 94
12 Andri 30 54 51 92
13 Wawan 31 61 53 93
14 Suwondo 32 63 53 103
15 Juno 30 54 52 93
16 Akbar 31 63 53 95
17 Yono 29 59 48 91
18 Fajar 34 58 56 104
19 Ratman 28 57 46 88
20 Togar 31 59 52 92
21 Heru 31 62 51 94
22 Tono 35 64 56 105
23 Sujimin 33 58 54 103
24 Harun 36 60 59 106 Sumber: Pengolahan data, 2010
Menurut Sanders et al, (1993) bentuk regresi hubungan energi dengan
kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai
berikut :
Y = 1,80411 – (0,0229038)X + (4,71733 x 10-4
)X2
dimana :
Y = energi (kilokalori per menit)
IV - 120
X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit)
Untuk mengetahui energy expenditure (konsumsi energi) saat melakukan
kegiatan manual material handling, penghitungan dilakukan pada kecepatan
denyut jantung sebelum bekerja (Xb) dan kecepatan denyut jantung sesudah
bekerja (Xt). Sehingga didapatkan persamaan berikut ini :
Energi sebelum bekerja :
Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4
)Xb2
dimana :
Xb = pengukuran denyut jantung sebelum bekerja
Energi setelah bekerja :
Yt = 1,80411 – (0,0229038)Xt + (4,71733 x 10-4
) Xt2
dimana :
Xt = pengukuran denyut jantung setelah bekerja
Sehingga persamaan energy expenditure adalah :
EE = Yt – Yb (kilokalori per menit)
Contoh perhitungan manual energy expenditure Bapak Santoso (30 tahun).
Energi sebelum bekerja :
Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4
)Xb2
= 1,80411 – (0,0229038 x 60) + (4,71733 x 10-4
x (60)2)
= 1,80411 – 1,3742 + 1,6982
= 2,1281 kkal/menit
Energi setelah bekerja :
Yt = 1,80411 – (0,0229038)Xt + (4,71733 x 10-4
) Xt2
= 1,80411 – (0,0229038 x 115) + (4,71733 x 10-4
x (115)2)
= 1,80411 – 2,4965 + 5,6047
= 4,9123 kkal/menit
Sehingga persamaan energy expenditure adalah :
EE = Yt – Yb (kilokalori per menit)
= 5,4088 kkal/menit - 2,0626 kkal/menit
= 2,7841 kkal/menit
IV - 121
Hasil perhitungan energy expenditure untuk seluruh pekerja setelah uji coba
perancangan alat dapat dilihat dalam Tabel 4.43. dibawah ini.
Tabel 4.43 Perhitungan energy expenditure setelah perancangan alat
No.
Kondisi Setelah Perancangan Alat
Nama
Pekerja
Umur Berat
Badan
Denyut Jantung
(per menit)
Yb Yt EE
(kkal/menit)
Sebelum
Bekerja
Setelah
Bekerja
1 Santoso 30 53 50 93 1,8383 3,7541 1,9158
2 Anwar 29 60 48 88 1,7916 3,4417 1,6501
3 Budi 32 62 54 95 1,9429 3,8856 1,9428
4 Coirul 28 55 44 85 1,7096 3,2656 1,5559
5 Amin 35 55 56 104 2,0009 4,5244 2,5235
6 Hardi 31 59 52 95 1,8887 3,8856 1,9970
7 Rusmanto 32 63 55 97 1,9714 4,0210 2,0496
8 Sartono 33 57 53 103 1,9153 4,4496 2,5343
9 Bambang 31 56 51 93 1,8630 3,7541 1,8911
10 Budiman 37 58 60 109 2,1281 4,9123 2,7841
11 Joko 32 58 53 94 1,9153 3,8194 1,9041
12 Andri 30 54 51 92 1,8630 3,6897 1,8267
13 Wawan 31 61 53 93 1,9153 3,7541 1,8388
14 Suwondo 32 63 53 103 1,9153 4,4496 2,5343
15 Juno 30 54 52 93 1,8887 3,7541 1,8654
16 Akbar 31 63 53 95 1,9153 3,8856 1,9703
17 Yono 29 59 48 91 1,7916 3,6263 1,8347
18 Fajar 34 58 56 104 2,0009 4,5244 2,5235
19 Ratman 28 57 46 88 1,7487 3,4417 1,6930
20 Togar 31 59 52 92 1,8887 3,6897 1,8010
21 Heru 31 62 51 94 1,8630 3,8194 1,9564
22 Tono 35 64 56 105 2,0009 4,6001 2,5992
23 Sujimin 33 58 54 103 1,9429 4,4496 2,5068
24 Harun 36 60 59 106 2,0949 4,6767 2,5818 Sumber: Pengolahan data, 2010
Hasil penghitungan dari Tabel 4.43 energy expenditure diatas, kemudian
dibandingkan dengan Tabel 4.44 kriteria beban kerja berdasarkan hasil
perhitungan energy expenditure, sehingga diketahui kriteria pekerjaan untuk tiap
pekerja setelah uji coba perancangan alat dapat dilihat dalam Tabel 4.44 dibawah
ini.
Tabel 4.44 Kriteria beban kerja menurut hasil perhitungan energy expenditure kondisi setelah perancangan alat
IV - 122
Lanjutan Tabel 4.44 Kriteria beban kerja menurut hasil perhitungan energy expenditure kondisi setelah perancangan alat
No. Nama
Pekerja Umur
Berat
Badan
EE
(kkal/menit)
Kriteria
Pekerjaan
1 Santoso 30 53 1,9158 Light Work
2 Anwar 29 60 1,6501 Light Work
3 Budi 32 62 1,9428 Light Work
4 Coirul 28 55 1,5559 Light Work
5 Amin 35 55 2,5235 Moderate Work
6 Hardi 31 59 1,9970 Light Work 7 Rusmanto 32 63 2,0496 Light Work 8 Sartono 33 57 2,5343 Moderate Work 9 Bambang 31 56 1,8911 Light Work
10 Budiman 37 58 2,7841 Moderate Work 11 Joko 32 58 1,9041 Light Work 12 Andri 30 54 1,8267 Light Work
13 Wawan 31 61 1,8388 Light Work 14 Suwondo 32 63 2,5343 Moderate Work
15 Juno 30 54 1,8654 Light Work
16 Akbar 31 63 1,9703 Light Work 17 Yono 29 59 1,8347 Light Work 18 Fajar 34 58 2,5235 Moderate Work
19 Suwondo 28 57 1,6930 Light Work
20 Togar 31 59 1,8010 Light Work 21 Heru 31 62 1,9564 Light Work 22 Tono 35 64 2,5992 Moderate Work
23 Sujimin 33 58 2,5068 Moderate Work
24 Harun 36 60 2,5818 Moderate Work Sumber: Pengolahan data, 2010
Berdasarkan Tabel 4.44 diatas, besarnya beban kerja menurut perhitungan
energy expenditure yang dikeluarkan, maka kriteria beban kerja yang termasuk
kategori pekerjaan ringan (light work) untuk pekerja Santoso, Anwar, Budi,
Coirul, Hardi, Rusdmanto, Bambang, Joko, Andri, Wawan, Juno, Akbar, Yono,
Ratman, Togar dan Heru. Sedangkan untuk pekerja Amin, Sartono, Budiman,
Suwondo, Fajar, Tono, Sujimin dan Harun. Penggolongan beban kerja tersebut
tergolong kedalam jenis pekerjaan sedang (moderate work ).
Berdasarkan perhitungan energy expenditure (konsumsi energi) pekerja
buruh angkut setelah uji coba perancangan alat, dapat diketahui bahwa energy
expenditure (konsumsi energi) yang paling besar dialami oleh Pak Budiman
dengan usia 37 tahun. Besarnya hasil perhitungan energy expenditure (konsumsi
energi) sebesar 2,7841 kkal/menit. Sedangkan besarnya hasil pengukuran energy
IV - 123
expenditure (konsumsi energi) sebelum menggunakan perancangan alat bantu
sebesar 6,4818 kkal/menit. Selisih antara hasil perhitungan energy expenditure
sebelum menggunakan perancangan alat bantu dengan energy expenditure setelah
perancangan alat yang di uji coba pada responden ke 10 (Pak Budiman), dapat
digambarkan dalam bentuk grafik 4.3.
0
1
2
3
4
5
6
7
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Ener
gy ex
pend
iture
(kka
l/men
it)
Responden (Pekerja buruh angkut ke...)
Grafik perbandingan energy expenditure awal (sebelum mengguankan alat bantu) dan sesudah
menggunakan perancangan alat bantu
Energy Expenditure awal
Energy Expenditure setelah perancangan alat bantu
Grafik 4.3 Perbandingan energy expenditure awal (sebelum
menggunakan alat bantu) dan sesudah menggunakan
perancangan alat bantu Sumber : Pengolahan data, 2010
B. Perhitungan besarnya pengeluaran energi (energy cost) menurut
Kamalakannan et al, 2007
Menurut Kamalakannan et al, 2007 bentuk regresi hubungan energi dengan
kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini:
E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G
dimana :
E – Cost = Energy Cost (watt)
HR = Working Heart Rate (bpm)
HT = Height (inch)
A = Age (yrs)
RHR = Resting Heart Rate (bpm)
G = Gender (m = 0 ; f = 1)
1 watt 0,0143 kcal / min
IV - 124
Untuk mengetahui regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut
jantung pada perhitungan energy cost terlebih dahulu kita dapat lakukan
pengukuran denyut jantung sebelum maupun setelah bekerja. Berikut ini adalah
data pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat, dapat dilihat dalam
Tabel 4.45.
Tabel 4.45 Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat No. Name Age
(years)
Height
( inchi )
Hearth Rate ( bpm )
Resting Heart Rate
Working Heart Rate
1 Santoso 30 66 50 93
2 Anwar 29 66,93 48 88
3 Budi 32 69,39 54 95
4 Coirul 28 65,35 44 85
5 Amin 35 66,54 56 104
6 Hardi 31 66,14 52 95
7 Rusmanto 32 67,32 55 97
8 Sartono 33 66,14 53 103
9 Bambang 31 66,14 51 93
10 Budiman 37 66,54 60 109
11 Joko 32 65,75 53 94
12 Andri 30 66,54 51 92
13 Wawan 31 69,39 53 93
14 Suwondo 32 68,50 53 103
15 Juno 30 66,14 52 93
16 Akbar 31 69,39 53 95
17 Yono 29 66,54 48 91
18 Fajar 34 66,14 56 104
19 Ratman 28 65,35 46 88
20 Togar 31 66,54 52 92
21 Heru 31 66,54 51 94
22 Tono 35 68,11 56 105
23 Sujimin 33 66,54 54 103
24 Harun 36 66,93 59 106 Sumber: Pengolahan data, 2010
Setelah melakukan pengukuran data denyut jantung setelah uji coba perancangan
alat sesuai dengan Tabel 4.45 diatas, selanjutnya kita dapat melakukan
perhitungan manual regresi kuadratis yaitu hubungan bentuk regresi energi
dengan kecepatan denyut jantung dengan persamaan:
E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G
Contoh perhitungan manual energy cost Bapak Budiman (37 tahun).
IV - 125
E – Cost = -1967 + 8,58 HR + 25,1 HT + 4,5 A – 7,47 RHR + 67,8 G
= -1967 + 8,58.(60) + 25,1 (66,54) + 4,5.(37) – 7,47 (109) + 67,8 (0)
= - 1967 +514,8 + 1670,154 – 814,23 + 0
= 356,56 watt 5,10 kcal/min
Hasil perhitungan energy cost untuk seluruh pekerja setelah perancangan
alat dapat dilihat dalam Tabel 4.46. dibawah ini.
Tabel 4.46 Perhitungan energy cost setelah perancangan alat
No. Name Age Height
Gender
Heart Rate
( bpm )
Energy
Cost
Energy
Cost
( years ) ( inchi ) ( m = 0 ; f = 1 ) Resting
Heart Rate Working
Heart Rate ( kcal/min )
1 Santoso 30 66 male 50 93 3,47
2 Anwar 29 66,93 male 48 88 3,43
3 Budi 32 69,39 male 54 95 4,72
4 Coirul 28 65,35 male 44 85 2,86
5 Amin 35 66,54 male 56 104 4,78
6 Hardi 31 66,14 male 52 95 3,71
7 Rusmanto 32 67,32 male 55 97 4,12
8 Sartono 33 66,14 male 53 103 4,71
9 Bambang 31 66,14 male 51 93 3,57
10 Budiman 37 66,54 male 60 109 5,10
11 Joko 32 65,75 male 53 94 3,40
12 Andri 30 66,54 male 51 92 3,52
13 Wawan 31 69,39 male 53 93 4,52
14 Suwondo 32 68,50 male 53 103 7,83
15 Juno 30 66,14 male 52 93 3,40
16 Akbar 31 69,39 male 53 95 4,77
17 Yono 29 66,54 male 48 91 3,66
18 Fajar 34 66,14 male 56 104 4,58
19 Ratman 28 65,35 male 46 88 3,01
20 Togar 31 66,54 male 52 92 3,48
21 Heru 31 66,54 male 51 94 3,83
22 Tono 35 68,11 male 56 105 7,93
23 Sujimin 33 66,54 male 54 103 4,75
24 Harun 36 66,93 male 59 106 4,91 Sumber: Pengolahan data, 2010
Hasil penghitungan dari Tabel 4.46 energy cost diatas, kemudian dibandingkan
dengan Tabel 4.47 kriteria beban kerja berdasarkan hasil perhitungan energy cost,
sehingga diketahui kriteria pekerjaan untuk tiap pekerja setelah uji coba
perancangan alat dapat dilihat dalam Tabel 4.47 dibawah ini.
IV - 126
Tabel 4.47 Kriteria grade of work (beban kerja) menurut hasil perhitungan energy cost setelah perancangan alat
No.
Name Age
(years)
Height
(inchi)
Energy Cost
( kcal/min )
Grade of Work
1 Santoso 30 66 3,47 Moderate Work
2 Anwar 29 66,93 3,43 Moderate Work
3 Budi 32 69,39 4,72 Moderate Work
4 Coirul 28 65,35 2,86 Moderate Work
5 Amin 35 66,54 4,78 Moderate Work
6 Hardi 31 66,14 3,71 Moderate Work
7 Rusmanto 32 67,32 4,12 Moderate Work
8 Sartono 33 66,14 4,71 Moderate Work
9 Bambang 31 66,14 3,57 Moderate Work
10 Budiman 37 66,54 5,10 Heavy Work
11 Joko 32 65,75 3,40 Moderate Work
12 Andri 30 66,54 3,52 Moderate Work
13 Wawan 31 69,39 4,52 Moderate Work
14 Suwondo 32 68,50 7,83 Heavy Work
15 Juno 30 66,14 3,40 Moderate Work
16 Akbar 31 69,39 4,77 Moderate Work
17 Yono 29 66,54 3,66 Moderate Work
18 Fajar 34 66,14 4,58 Moderate Work
19 Ratman 28 65,35 3,01 Moderate Work
20 Togar 31 66,54 3,48 Moderate Work
21 Heru 31 66,54 3,83 Moderate Work
22 Tono 35 68,11 7,93 Heavy Work
23 Sujimin 33 66,54 4,75 Moderate Work
24 Harun 36 66,93 4,91 Moderate Work Sumber: Pengolahan data, 2010
Berdasarkan Tabel 4.47 diatas, besarnya hasil penilaian grade of work
(beban kerja) menurut perhitungan energy cost yang dikeluarkan, maka kriteria
beban kerja yang termasuk kategori pekerjaan sedang (moderate work) untuk
pekerja Santoso, Anwar, Budi, Coirul, Amin, Hardi, Rusmanto, Sartono,
Bambang, Joko, Andri, Wawan, Juno, Akbar, Yono, Fajar, Ratman, Togar, Heru,
Sujimin, Harun. Sedangkan untuk pekerja Budiman, Suwondo dan Tono.
tergolong kedalam jenis pekerjaan berat (heavy work ).
Berdasarkan perhitungan energy cost pekerja buruh angkut setelah uji coba
perancangan alat, dapat diketahui bahwa energy cost yang paling besar dialami
oleh Pak Budiman dengan usia 37 tahun. Besarnya hasil perhitungan energy cost
setelah melalui uji penggunaan rancangan alat bantu kerja sebesar 5,10
IV - 127
kcal/menit. Hasil tersebut akan dibandingkan dengan pengukuran energy cost
sebelum menggunakan perancangan alat bantu kerja sebesar 8,77 kcal/menit.
Selisih antara hasil perhitungan energy cost sebelum menggunakan perancangan
alat dengan energy cost setelah setelah uji coba perancangan alat untuk responden
ke 10 (Pak Budiman), dapat digambarkan dalam bentuk grafik 4.4.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Ener
gy co
st (k
cal/m
enit)
Responden (Pekerja buruh angkut ke...)
Grafik perbandingan energy cost awal (sebelum menggunakan alat bantu) dan sesudah menggunakan
perancangan alat bantu
Energy cost sebelum menggunakan alat bantu
Energy cost setelah mengguanakan alat bantu
Grafik 4.4 Perbandingan energy cost awal (sebelum menggunakan
alat bantu) dan sesudah menggunakan perancangan alat bantu Sumber : Pengolahan data, 2010
V - 1
BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Pada bab ini akan dilakukan analisis dan interpretasi hasil penelitian yang
telah dikumpulkan dan diolah pada bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi
hasil tersebut akan diuraikan dalam sub bab di bawah ini.
5.1 Analisis Perbandingan Postur Kerja
Analisa perbandingan postur kerja bertujuan untuk mengetahui apakah
kondisi postur kerja setelah perancangan yang diilustrasikan melalui gambar ini
masih berpotensi menimbulkan cidera musculoskeletal. Setelah pembuatan model,
maka dilakukan penilaian terhadap gambar tersebut dengan menggunakan metode
REBA. Hasil penilaian postur kerja dengan kondisi awal (sebelum) dan kondisi
setelah perancangan dapat dilihat dalam tabel 5.1 berikut ini.
Tabel 5.1 Hasil REBA kondisi awal (sebelum) dan kondisi setelah perancangan
Kondisi Awal Kondisi Setelah Perancangan
Gerakan Level
Tindakan
Level
Resiko Tindakan Gerakan
Level
Tindakan
Level
Resiko Tindakan
Pengangkatan
peti posisi
membungkuk
3 tinggi perlu
segera
perbaikan
Pengangkatan peti
(loading), posisi
berdiri badan tegap
2 sedang perlu
Pengangkutan
peti posisi lutut
menekuk
3 tinggi perlu
segera
perbaikan
Pengangkutan peti
posisi posisi berdiri
badan tegap dan
lengan tangan
memegang handle
2 sedang perlu
Penurunan peti
posisi
punggung
membungkuk,
lutut menekuk
4 sangat
tinggi
perbaikan
saat ini
juga
Penurunan peti
(unloading), posisi
berdiri badan tegap
2 sedang perlu
Sumber : Pengukuran dan pengolahan data postur kerja, 2010
Berdasarkan tabel 5.1, dapat dilihat bahwa hasil penilaian dengan metode
REBA sesudah perancangan terjadi penurunan level resiko. Untuk posisi ke-1
(mengangkat peti dengan posisi membungkuk), sebelum perancangan memiliki
skor 3 dengan level resiko tinggi. Sesudah perancangan dengan menggunakan
V - 2
handtruck memiliki skor 2 dengan level resiko sedang dengan posisi tangan
pekerja memegang handle desain pertama, punggung tegak. Pada posisi ke-2
(mengangkut peti dengan posisi punggung membungkuk dan lutut menekuk),
sebelum perancangan memiliki skor 3 dengan level resiko tinggi Sesudah
perancangan dengan menggunakan handtruck memiliki skor 2 dengan level resiko
sedang dengan posisi tangan pekerja memegang handle desain ke dua, punggung
tegak. Untuk posisi ke-3 (menurunkan peti dengan posisi punggung membungkuk
dan lutut menekuk) sebelum perancangan memiliki skor 4 dengan level resiko
tinggi Sesudah perancangan dengan menggunakan handtruck memiliki skor 2
dengan level resiko sedang dengan posisi tangan pekerja memegang handle desain
pertama, punggung tegak.
Penurunan level resiko pada gerakan loading, pengangkutan maupun
unloading karena terjadinya perubahan postur kerja pekerja buruh angkut sesudah
perancangan dengan menggunakan handtruck.Kondisi awal postur pekerja buruh
angkut yang semula pungggung membungkuk dengan sudut 90o, pergerakan leher
menekuk (fleksion) dengan sudut sebesar 34o
terhadap sumbu tubuh dan posisi
kaki dan lutut menekuk dengan 90.
Dengan menggunakan handtruck sebagai alat bantu kerja postur kerja
berubah menjadi berdiri badan tegap dengan sudut 26o, dengan leher membentuk
sudut 23o
terhadap sumbu tubuh, posisi kaki yang semula menekuk berubah
menjadi tertopang ketika beraktivitas dengan bobot rata – rata seimbang. Selain
itu, beban yang semula diterima pekerja buruh angkut dengan cara manual
(memanggul beban pada bagian punggung) 110 kg setelah menggunakan
handtruck beban yang diterima atau dirasakan pekerja buruh angkut turun menjadi
24,81 kg (pada aktivitas loading, unloading) dan 27,5 kg (pada aktivitas
pengangkutan).
Dari keseluruhan penilaian postur kerja setelah perancangan dapat
diperoleh hasil level resiko yang kecil terhadap cidera musculoskeletal dengan
rekomendasi perbaikan beberapa waktu ke depan. Terjadinya penurunan level
resiko ini karena adanya perubahan postur kerja yang disebabkan oleh
penggunaan handtruck disertai dengan desain yang lebih ergonomis dan
penurunan beban kerja, sehingga memungkinkan pekerja buruh angkut untuk
V - 3
memperbaiki postur kerja yang rawan cidera dan dapat digunakan sebagai alat
bantu kerja saat melakukan aktivitas loading, pengangkutan dan unloading.
5.2 Analisis Perbandingan Fisiologi Kerja
Analisis fisiologi kerja diperlukan untuk menentukan tingkat konsumsi
energi (energy expenditure), tingkat pengeluaran energi total (energy cost) dan
menggolongkan kriteria beban kerja yang dialami oleh 24 pekerja buruh angkut.
Analisis perbandingan fisiologi kerja secara terperinci akan akan diuraikan,
sebagai berikut:
5.2.1 Analisis energy expenditure
Energy exspenditure merupakan energi yang dikeluarkan untuk melakukan
suatu aktivitas. Pada tahap penelitian ini akan dilakukan analisis besarnya
perhitungan energy expenditure yang dikeluarkan oleh 24 pekerja buruh angkut
pada saat kondisi awal (sebelum), kemudian dibandingkan kondisi setelah
perancangan. Berikut ini ditunjukkan kedalam grafik perbandingan energy
expenditure antara kondisi awal (sebelum) dibandingkan kondisi setelah
perancangan antara sebagai berikut:
0
1
2
3
4
5
6
7
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Ener
gy e
xpen
ditu
re(k
kal/m
enit)
Responden (Pekerja buruh angkut ke...)
Grafik perbandingan energy expenditure awal (sebelum mengguankan alat bantu) dan sesudah
menggunakan perancangan alat bantu
Energy Expenditure awal
Energy Expenditure setelah perancangan alat bantu
Grafik 5.1 Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy
expenditure antara kondisi awal (sebelum perancangan) dibandingkan kondisi setelah perancangan.
Sumber : Pengolahan data, 2010
Berdasarkan grafik 5.1 diatas, dapat dilihat bahwa kondisi awal saat
dilakukan perhitungan energy expenditure pada 24 orang pekerja buruh angkut,
terutama aktivitas pengangkatan, pengangkutan maupun perunan peti dengan
berat 55 kg dapat diketahui bahwa lima belas responden tergolong dalam kategori
V - 4
jenis heavy work atau dapat dikatakan pekerjaan berat (5,0 s/d 7,5 kkal/menit).
Sedangkan untuk sembilan responden lainnya tergolong kedalam jenis pekerjaan
moderate work atau dapat dikatakan pekerjaan sedang (5,0 s/d 7,5 kkal/menit).
Berdasarkan hasil perbandingan pada grafik 5.1 diatas, energy expenditure
kondisi setelah perancangan dapat dikatakan 24 pekerja buruh angkut secara
keseluruhan energi yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan sebelum
menggunakan alat bantu (kondisi awal). Hal ini dapat dibuktikan bahwa enam
belas responden tergolong kedalam kategori jenis light work atau dapat dikatakan
pekerjaan ringan. (< 2,5 kkal/menit). Sedangkan untuk delapan responden lainnya
tergolong kedalam jenis pekerjaan moderate work atau dapat dikatakan pekerjaan
sedang (5,0 s/d 7,5 kkal/menit ).
Rata – rata penurunan energy expenditure ini disebabkan karena pekerja
buruh angkut dapat merasakan kegunaan alat bantu yang berupa handtruck bila
dilihat dari ilmu fisiologi kerja, yaitu dapat mengurangi beban kerja, mengurangi
kecepatan denyut jantung sebelum maupun sesudah bekerja, dan yang paling
frontal untuk mengurangi tingkat pengeluaran energi yang berlebihan.
5.2.2 Analisis energy cost
Energy cost merupakan total (keseluruhan) pengeluaran energi untuk
melakukan suatu aktivitas. Pada tahap penelitian ini akan dilakukan analisis
besarnya perhitungan energy cost yang dikeluarkan oleh 24 pekerja buruh angkut
pada saat kondisi awal (sebelum), kemudian dibandingkan kondisi setelah
perancangan. Berikut ini ditunjukkan kedalam grafik perbandingan energy cost
antara kondisi awal (sebelum) dibandingkan kondisi setelah perancangan antara
sebagai berikut:
V - 5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Ener
gy co
st (k
cal/m
enit)
Responden (Pekerja buruh angkut ke...)
Grafik perbandingan energy cost awal (sebelum menggunakan alat bantu) dan sesudah menggunakan
perancangan alat bantu
Energy cost sebelum menggunakan alat bantu
Energy cost setelah mengguanakan alat bantu
Grafik 5.2 Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy
cost antara kondisi awal (sebelum) dibandingkan kondisi
setelah perancangan. Sumber : Pengolahan data, 2010
Berdasarkan grafik 5.2 diatas, dapat dilihat bahwa kondisi awal saat
dilakukan perhitungan energy cost pada 24 orang pekerja buruh angkut, terutama
aktivitas pengangkatan, pengangkutan maupun perunan peti dengan berat 55 kg
dapat diketahui bahwa sebelas responden tergolong dalam kategori jenis heavy
work atau dapat dikatakan pekerjaan berat (5,0 s/d 7,5 kcal/menit). Sedangkan
untuk tiga belas responden lainnya tergolong kedalam jenis pekerjaan moderate
work atau dapat dikatakan pekerjaan sedang (2,5 s/d 5,0 kcal/menit ).
Berdasarkan hasil perbandingan pada grafik 5.2 diatas, energy cost kondisi
setelah perancangan dapat dikatakan 24 pekerja buruh angkut secara keseluruhan
energi yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan sebelum menggunakan alat
bantu (kondisi awal). Hal ini dapat dibuktikan bahwa dua puluh satu responden
tergolong kedalam kategori jenis moderate work atau dapat dikatakan pekerjaan
sedang (2,5 s/d 5,0 kcal/menit ). Sedangkan untuk tiga responden lainnya
tergolong kedalam jenis pekerjaan heavy work atau dapat dikatakan pekerjaan
berat (5,0 s/d 7,5 kkal/menit).
Rata – rata penurunan energy cost ini disebabkan karena pekerja buruh
angkut dapat merasakan kegunaan alat bantu yang berupa handtruck bila dilihat
dari ilmu fisiologi kerja, yaitu dapat mengurangi beban kerja, mengurangi
kecepatan denyut jantung sebelum maupun sesudah bekerja, dan yang paling
frontal untuk mengurangi tingkat pengeluaran energi yang berlebihan.
V - 6
5.3 Analisis Rancangan Alat
Dalam proses pembuatan produk, belum tentu produk yang diproduksi
akan sesuai dengan hasil rancangan yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena
kemampuan rancangan untuk diproduksi yang terkadang tidak memungkinkan
produk tersebut dibuat sesuai rancangan. Selain itu, produk yang dibuat
mempertimbangkan segi proporsional ukuran. Hal inilah yang memungkinkan
adanya perubahan dalam produk apabila dibandingkan dengan rancangan yang
dibuat.
Dalam proses pembuatan produk, terjadi perubahan tinggi pegangan
(handle) pada desain kedua sebanyak 6 cm. Hal ini dikarenakan adanya perubahan
jangkauan pegas (shock absorber) digunakan dari jangkauan 33 cm jangkauan 27
cm. Perubahan ukuran tersebut terjadi karena terjadi beban tekan dari peti
berkapasitas 110 kg sehingga menyebabkan letak ataupun posisi ketinggian
pegangan (handle) desain kedua mengalami perubahan. Ukuran ketinggian
pegangan (handle) desain kedua disesuaikan dengan ukuran tinggi siku berdiri
130 cm menjadi 124 cm.
Selain perubahan tinggi pegangan (handle) pada desain kedua, hasil
perancangan produk juga dilakukan penambahan komponen berupa roda belakang
dengan ukuran 4 inchi (10 cm). Penambahan komponen roda, bertujuan agar
pekerja tidak terlalu berat saat menahan beban vertikal yang diterima oleh tangan
pekerja saat pekerja mengoperasikan handtruck.
Hasil produk perancangan alat ini tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan.
1. Penilaian segi positif penggunaan produk yang dirancang
Ada beberapa segi positif penggunaan produk yang dirancang, yaitu:
a. Pengguna nyaman memakai,
Desain yang ada mempertimbangkan aspek dimensi anthropometri pekerja
buruh angkut, sehingga membuat pengguna merasa nyaman saat
mengoperasikan handtruck.
b. Mengurangi resiko nyeri pada pemakai,
Rancangan handtruck dibuat dengan memperbaiki postur kerja sebagai
usaha pengurangan nyeri pada pekerja buruh angkut. Dari hasil
perhitungan postur kerja dengan menggunakan metode REBA didapatkan
V - 7
penurunan kondisi awal pada aktivitas loading dan aktivitas pengangkutan
dari level resiko 3 yaitu tinggi, setelah menggunakan handtruck turun
menjadi level resiko 2 yaitu sedang. Sedangkan saat kondisi awal pada
aktivitas unloading dari level resiko 4 yaitu sangat tinggi, setelah
menggunakan handtruck turun menjadi level resiko 3 yaitu tinggi.
c. Mengurangi tingkat beban kerja,
Berdasarkan hasil perbandingan pada perhitungan energy expenditure
setelah perancangan, secara keseluruhan energi yang dikeluarkan lebih
rendah dibandingkan sebelum menggunakan alat bantu (kondisi awal). Hal
ini dibuktikan bahwa enam belas responden tergolong kedalam kategori
beban kerja light work, delapan responden lainnya tergolong kategori
beban kerja moderate work. Sedangkan hasil perbandingan pada
perhitungan energy cost setelah perancangan, dapat dibuktikan bahwa dua
puluh satu responden tergolong kedalam kategori beban kerja moderate
work, tiga responden lainnya tergolong kategori beban kerja heavy work.
d. Alat kuat
Dengan mempertimbangkan dan memperhitungkan faktor beban peti
(kapasitas 110 kg), maka bahan material yang terpilih adalah pipa baja
kadar karbon 0,2% roll panas dengan ketebalan 2mm yang dijadikan
sebagai rangka dalam perancangan handtruck Hal ini membuktikan bahan
material yang digunakan kuat dan aman untuk digunakan sebagai sarana
aktivitas pengangkutan peti maupun sebagai alat bantu kerja.
e. Dapat digunakan dalam lokasi atau permukaan jalan yang bergeronjal
maupun keadaan permukaan jalan menajak
Alat dilengkapi shock absorber pada batang penyangga, sehingga pada
saat roda depan masuk kedalam lubangan (pada keadaan permukaan jalan
yang berlubang maupun bergeronjal) memudahkan pekerja untuk
mengungkit, kemudian memposisikan roda agar kembali kepermukaan
jalan yang rata. Selain itu fungsi dari shock absorber dapat digunakan
untuk kekuatan penopang rangka penyangga bagian belakang pada saat
permukaan jalan menanjak dengan ketinggian 2,5 meter ) (Sumber :
pengolahan data, 2010).
V - 8
f. Memberikan kemudahan akses keluar masuk kios antar pedagang
Dengan menggunakan tiga komponen roda yang berguna untuk
memudahkan pengoperasian dan dapat dijadikan sebagai arah kemudi
pada saat keluar gang masuk kios antar pedagang.
2. Penilaian segi pengembangan produk yang dirancang
Ada beberapa pengembangan produk yang dirancang tahap selanjutnya, yaitu:
a. Menekan atau mengurangi investasi biaya perancangan,
Biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan alat cukup besar yaitu Rp
1.180.650,00 Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan ukuran pada
pegangan (handle) dan penambahan biaya permesinan. Selain itu, karena
produk dibuat secara khusus sehingga membutuhkan biaya lebih besar
dibandingkan produk yang dibuat secara massal. Investasi yang ada dapat
dikurangi dengan mengganti material yang ada dipasaran dengan material
yang memiliki harga lebih rendah (ekonomis) dan penggunaan konstruksi
yang lebih ringan dari material terpilih saat ini.
b. Pengembangan ide perancangan khususnya pada aktivitas unloading
Pada saat melakukan aktivitas unloading masih menggunakan cara
manual, karena mengingat ketinggian dari bak truck hingga permukaan
jalan terpaut sekitar satu meter. Untuk melakukan aktivitas tersebut
(aktivitas menurunkan peti dari truck hingga dasar permukaan jalan) masih
menggunakan cara manual yaitu memanggul kemudian menurunkan peti
kedalam pallet (tatakan peti yang terbuat dari kayu sengon) dengan
menggunakan tenaga buruh angkut. Ide pengembangan handtruck dapat
menggunakan papan luncur dari bahan papan kayu sengon.
5.4 Analisis Biaya Produksi
Biaya pembuatan handtruck terdiri dari biaya material dan non material
biaya tenaga kerja. Biaya maerial yang harus dikeluarkan sebesar Rp 756.500,00.
dengan rincian yang tertera pada Tabel 4.25. Sedangkan biaya non material
terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya biaya tenaga kerja sebesar Rp 130.000,00
biaya permesinan (pengelasan dan roll) Rp 35.000,00 dan biaya ide pembuatan
rancangan dengan rincian yang tertera pada Tabel 4.26. Maka, perkiraan biaya
V - 9
awal untuk membuat handtruck ini sebesar Rp 1.013.650,00 dengan rincian yang
tertera pada Tabel 4.37.
Namun pada tahap perakitan, terdapat error biaya untuk penggantian
ukuran komponen material dan biaya pengelasan. Biaya yang tak terduga tersebut
diantaranya:
1. Perubahan bentuk pegangan (handle) desain pertama
Bahan : Pipa baja roll 0,2%
Ukuran : diameter luar pipa dari ukuran 2,6 cm tebal 2mm, diganti dengan
diameter luar 3,0 dengan ketebalan 2 mm
Kebutuhan : 0.5 meter
Biaya : Rp 48.000,00 (per 1 meter)
2. Perubahan bentuk pegangan (handle) desain kedua
Bahan : Pipa baja roll 0,2%
Ukuran : diameter luar pipa dari ukuran 2,6 cm tebal 2mm
Kebutuhan : 1 meter
Biaya : Rp 35.000,00 (per 1 meter)
3. Perubahan ukuran plat dudukan shock absorber
Bahan : Plat baja karbon
Ukuran : 3cm x 2,5cm x 3 mm, diganti dengan ukuran 4cm x 3 x 3mm
Kebutuhan : 0.5 meter
Biaya : Rp 23.000,00 (per 1 meter)
4. Biaya permesinan
Biaya pengelasan : Rp 35.000,00
Roll pada baja siku : Rp 26.000,00
Biaya error tahap perancangan handtruck adalah:
= Rp 48.000,00 + Rp 35.000,00 + Rp 23.000,00 + Rp 35.000,00 +
Rp 26000,00
= Rp 167.000,00
Jika di hitung kedalam persentase biaya error pada tahap perancangan:
10000,000.167
00,650.180.1x
Rp
Rp%
= 7,09 % 7%
V - 10
Jadi total biaya akhir dalam perancangan handtruck adalah:
= Rp 1.013.650,00 + Rp 167.000,00
= Rp 1.180.650,00
Dari hasil perhitungan total biaya akhir dalam perancangan handtruck
(cost trial end error) diatas, diharapkan untuk penyempurnaan hasil perancangan
pada tahap selanjutnya dapat di minimasi dengan cara menggunakan spesifikasi
ukuran akhir perancangan handtruck, menggunakan material dengan harga yang
ekonomis yang sesuai dengan kebutuhan, menekan biaya pengecetan, menekan
ongkos ataupun biaya tenaga kerja dan biaya permesinan. Adapun penjabaran
minimasi total biaya akhir dalam perancangan handtruck dapat dilihat dalam
Lampiran L.12.
Sehingga dari hasil perhitungan diatas, dapat di asumsikan biaya total
biaya akhir untuk penyempurnaan hasil perancangan handtruck pada tahap
selanjutnya sebesar Rp 719.750,00
VI - 1
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya serta saran untuk penelitian selanjutnya.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Rancangan handtruck dibuat dengan memperbaiki postur kerja sebagai usaha
pengurangan nyeri pada pekerja buruh angkut. Dari hasil perhitungan postur
kerja dengan menggunakan metode REBA didapatkan penurunan kondisi awal
pada aktivitas loading dan aktivitas pengangkutan dari level resiko 3 yaitu
tinggi, setelah menggunakan handtruck turun menjadi level resiko 2 yaitu
sedang. Sedangkan saat kondisi awal pada aktivitas unloading dari level resiko
4 yaitu sangat tinggi, setelah menggunakan handtruck turun menjadi level
resiko 3 yaitu tinggi
2. Berdasarkan hasil perbandingan pada perhitungan energy expenditure setelah
perancangan, secara keseluruhan energi yang dikeluarkan lebih rendah
dibandingkan sebelum menggunakan alat bantu (kondisi awal). Hal ini
dibuktikan bahwa enam belas responden tergolong kedalam kategori beban
kerja light work, delapan responden lainnya tergolong kategori beban kerja
moderate work. Sedangkan hasil perbandingan pada perhitungan energy cost
setelah perancangan, dapat dibuktikan bahwa dua puluh satu responden
tergolong kedalam kategori beban kerja moderate work, tiga responden
lainnya tergolong kategori beban kerja heavy work.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk langkah pengembangan atau penelitian
selanjutnya, sebagai berikut:
1. Rancangan handtruck dapat dikembangkan dengan memunculkan ide
(gagasan), misalnya untuk mengubah posisi kerja pada saat menurunkan peti
yang masih menggunakan cara manual. Ide ataupun gagasan dapat memakai
landasan papan kayu luncur, sehingga pekerja tidak perlu lagi menurunkan
VI - 2
peti dari bak truck hingga permukaan pallet dengan posisi memanggul peti
pada bagian punggung pekerja.
2. Penelitian dapat dikembangkan dengan cara mendesain alat bantu kerja
dengan menggunakan konstruksi yang lebih ringan, dan ekonomis.
3. Penelitian perancangan handtruck pada tahap selanjutnya dapat dikembangkan
di tempat atau lokasi lain dengan menggunakan sampel pekerja buruh angkut
yang tergolong jenis kelamin wanita dengan usia produktif kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Bernard, B.P. and Fine, L.J. 1997. Musculoskeletal Disorders and Workplace
Factors. A Critical Review of Epidemiologic Evidence for Work-Related Musculoskeletal Disorders of the Neck, Upper extremity, and Low Back.
NIOSH US Department of Health and Human Services. New York: Taylor
& Francis.
Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. New York: McGraw-Hill Book Company.
Chaffin, D.B. and Andersson, G.B. 1991. Occupational Biomechanics. Second Edition. New York: John Willey & Sons, Inc.
Corlett, E.N. 1992. Evaluation of Human Work A Practical Ergonomics
Methodology. New York: Taylor & Francis.
Cross, N., 1994, Engineering Design Methods Strategies for Product Design,
Edisi 2, John Wiley and Sons Ltd., United Kingdom.
Kamalakannan, B. Groves, W. and Freivalds A. 2007. Predictive Models for Estimating Metabolic on Heart Rate and Physical Characteristics.
[Online]. 25 paragraphs. Tersedia di http://www.heart-rate.com/pdf/
journals.pdf [2010, January 14].
Nurmianto, E. 2004. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi 2. Guna Widya : Surabaya.
McAtamney, L. and Hignett, S. 2000. REBA: Rapid Entire Body Assessment. Applied Ergonomics, 31: 201-205.
Panero, Julius dan Martin Zelnik. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior.
Jakarta : Erlangga
Popov, E.P. 1991. Mekanika Teknik, Edisi ke-2. Jakarta : Erlangga.
Popov, E.P. 1996. Mekanika Teknik, Edisi ke-4. Jakarta : Erlangga.
Prasetyo W, Bagas. 2000. Evaluasi Ergonomi dalam Desain . Surabaya: Proceeding Seminar Nasional Ergonomi, Jurusan TI – ITS.
Pullat, B.M. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. United States of
America: Prentice Hall Inc.
Roebuck, J. A. 1975. Body Space Antropometry, Ergonomi and Design. London :
Taylor & Francis Inc.
Sanders, Marks S., & Cornic, Erness J. 1993. Physical Works end Human Factor
Engineering. USA : McGraw – Hill Inc.
Suhardi, Bambang. 2008. Sistem Kerja dan Ergonomi Industri. Surakarta : Depdiknas.
Tarwaka, Solichul HA.B., Lilik S. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Cetakan Pertama, UNIBA Press :
Surakarta.
Tim Lab UCYD. 2009. Profil Pasar Gede Harjonagoro [Online]. 9 paragraph.
Tersedia di http://labucyd.blog.uns.ac.id/2009/04/16/profil-pasar-gede
harjonagoro/.html [2009, April 16].
Walpole, R. 1990. Pengantar Statistik, Edisi ke-3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya.