PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di...

247
PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE SURAKARTA Skripsi RANGGA ROMADHAN I 1305011 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di...

Page 1: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU

KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE

SURAKARTA

Skripsi

RANGGA ROMADHAN

I 1305011

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

i

PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU

KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE

SURAKARTA

Skripsi

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

RANGGA ROMADHAN

I 1305011

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 3: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi :

PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU

KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE SURAKARTA

Ditulis oleh:

Rangga Romadhan

I 1305011

Mengetahui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Taufiq Rochman, STP, MT Irwan Iftadi, ST, M.Eng NIP 19701030 199802 1 001 NIP 19700404 199603 1 002

Ketua Program S-1 Non Reguler

Jurusan Teknik Industri

Fakultas Teknik UNS

Taufiq Rochman, STP, MT

NIP. 19701030 199802 1 001

Pembantu Dekan I Ketua Jurusan

Fakultas Teknik Teknik Industri UNS

Ir. Noegroho Djarwanti, MT Ir. Lobes Herdiman, MT

NIP 19561112 198403 2 007 NIP 19641007 199702 1 001

Page 4: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

iii

LEMBAR VALIDASI

Judul Skripsi :

PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU

KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE SURAKARTA

Ditulis oleh:

Rangga Romadhan

I 1305011

Telah disidangkan pada hari Senin tanggal 12 April 2010

Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta,

dengan

Dosen Penguji

1. Ilham Priyadhitama, ST, MT NIP. 19801124 200812 1 002

2. Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT

NIP. 19791005 200312 1 003

Dosen Pembimbing

1. Taufiq Rochman, STP, MT

NIP. 19701030 199802 1 001

2. Irwan Iftadi, ST, M.Eng

NIP. 19700404 199603 1 002

Page 5: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

iv

SURAT PERNYATAAN

ORISINALITAS KARYA ILMIAH

Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Rangga Romadhan

Nim : I 1305011

Judul tugas akhir : Perancangan Handtruck Sebagai Alat Bantu Kerja Buruh

Angkut Di Pasar Gede Surakarta

Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun tidak

mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti bahwa

Tugas Akhir yang saya susun mencontoh atau melakukan plagiat dapat dinyatakan

batal atau gelar Sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau

dicabut.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

dikemudian hari terbukti melakukan kebohongan maka saya sanggup

menanggung segala konsekuensinya.

Surakarta, 27 April 2010

Rangga Romadhan

I 1305011

Page 6: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

v

SURAT PERNYATAAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Rangga Romadhan

Nim : I 1305011

Judul tugas akhir : Perancangan Handtruck Sebagai Alat Bantu Kerja Buruh

Angkut Di Pasar Gede Surakarta

Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun sebagai syarat

lulus Sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing 1 dan

Pembimbing 2. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian

dari Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk

publikasi dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik di tingkat

nasional maupun internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian

dari publikasi karya ilmiah

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surakarta, 27 April 2010

Rangga Romadhan

I 1305011

Page 7: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir dengan judul “Perancangan Handtruck

Sebagai Alat Bantu Kerja Buruh Angkut Di Pasar Gede Surakarta“ dapat

diselesaikan untuk memenuhi syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Teknik

Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan penelitian

ini, penulis berharap dapat memberi masukan secara umum bagi Dinas Pasar

Gede Surakarta dan khususnya bagi pekerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta

tanpa terhalang oleh tempat dan waktu.

Tidak lupa pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih yang sebesar- besarnya atas pihak- pihak yang turut membantu dalam

penyelesaian tugas akhir ini, yaitu :

1. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri fakultas

teknik UNS.

2. Bapak Taufiq Rochman, STP, MT selaku pembimbing I, atas segala

bimbingan, arahan, motivasi, pengertian dan doa.

3. Bapak Irwan Iftadi, ST, M.Eng selaku pembimbing II, atas segala bimbingan,

arahan, motivasi, pengertian dan doa.

4. Bapak Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT selaku penguji, atas kesediaannya

memberikan masukan, gagasan dan saran atas perbaikan tugas akhir ini.

5. Bapak Ilham Priyadhitama, ST, MT selaku penguji, atas kerelaan dalam

membimbing, mengarahkan dan memberikan ide maupun gagasan dalam hal

perancangan dan perhitungan dalam tugas akir ini.

6. Bapak H. Hartojo, Ibu Hj. Nurzainah selaku orang tua kami, keluarga besar

Abdul Karim Surabaya yang selalu memberi dukungan dan doa yang tak

pernah putus sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.

7. Bapak Sugianto, SH, M.Hum selaku Kepala Dinas Pasar Gede Surakarta, dan

petugas-petugas yang bernaung di Pasar Gede Surakata, terima kasih atas

bimbiongannya selama penelitian di Pasar Gede Surakarta.

Page 8: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

vii

8. Seluruh pekerja buruh angkut Lokasi Pasar Gede Surkarta, atas keramahan,

bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam

penelitian ini.

9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti, Pak Agus , dan semua tim TU, terima

kasih atas segala urusan administrasi selama kuliah di teknik industri ini.

10. Erdianto karo, Zulmi, Lutfie, Afik Jati Purnomo, Randi, Alex, Hanafi,

Miftahudin, Bolang, Budi, Febri dan Kumbara. Penulis akan merindukan

kebersamaan kita selama ini, terima kasih buat semua persahabatan

pengertian, waktu, dukungan, semangat, hati tulus, semuanya yang aku tidak

mampu lagi untuk menyebutkannya, 4,5 tahun ini menjadi waktu yang

berharga bagiku.

11. Teman-teman Teknik Industri angkatan 2005, yang selalu mendukung dan

membantuku, kalian semua teman-teman terbaikku, keep our silaturahim

meski kita akan jarang bertemu.

12. Teman-teman Teknik Industri non reg angkatan 2006, terutama kontrakan

keppinds industri yang selalu mendukung dan membantuku, kalian semua

teman-teman terbaikku, jaga semangat kalian untuk menyelesaikan tugas akir

kalian. Meski kita akan jarang bertemu, tapi berkat kalian semua kita dapat

betemu dan menjalin persaudaraan.

13. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun yang dapat membantu

penulis di masa yang akan datang. Semoga apa yang penulis sampaikan dalam

laporan ini dapat berguna bagi penulis, rekan-rekan mahasiswa maupun semua

pihak yang membutuhkan.

Surakarta, 27 April 2010

Penulis

Page 9: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

viii

ABSTRAK

Rangga Romadhan, NIM: I1305011. PERANCANGAN HANDTRUCK

SEBAGAI ALAT BANTU KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE

SURAKARTA. Tugas Akhir. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas

Teknik, Universitas Sebelas Maret, April 2010.

Sikap kerja tidak alamiah pada aktivitas manual material handling dipengaruhi oleh ketidaksesuaian antara fasilitas kerja dengan penggunanya,

sehingga berdampak pada kecelakaan kerja terutama postur kerja dan beban kerja.

Faktor inilah yang terjadi pada aktivitas pekerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta. Pada kondisi aktual, terutama aktivitas manual material handling oleh

pekerja buruh angkut di Pasar Gede rata – rata 55 kg tanpa menggunakan alat bantu pengangkatan. Menurut National Occupational Health and Safety

Commission batas normal pengangkatan yang dianjurkan sebesar 34 - 50 kg tanpa

menggunakan alat bantu, pengangkatan beban diatas 50 kg dianjurkan menggunakan alat bantu (Suhardi dkk, 2008).

Pada penelitian ini, akan dilakukan beberapa tahapan dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Tahap pertama penyebaran kuisioner nordic body

map, digunakan untuk mengenali penyebab keluhan musculoskeletal. Tahap

kedua perhitungan postur kerja metode Rapid Entire Body Assesment (REBA). Tahap ketiga perhitungan fisiologi kerja menggunakan metode energy expenditure

dan enery cost tujuannya untuk mengetahui tingkat beban kerja dan menghitung energi yang dikeluarkan oleh pekerja Tahap keempat pada perancangan alat bantu

kerja menggunakan metode anthropometri guna menentukan dimensi handtruck

yang dirancang dan memperoleh hasil rancangan secara ergonomi. Perancangan handtruck sebagai alat bantu kerja telah di uji coba terhadap 24

sampel pekerja buruh angkut. Hasil uji coba menurut perhitungan metode REBA, terjadi penurunan level resiko cidera musculosceletal. Hal ini dapat dibuktikan

pada aktivitas loading maupun pengangkutan, turun menjadi level resiko 2

(sedang). Untuk aktivitas unloading, turun menjadi level resiko 3 (tinggi). Menurut perhitungan fisiologi kerja dengan metode energy expenditure terjadi

penurunan tingkat beban kerja. Hal ini dibuktikan enam belas responden tergolong kategori light work, delapan responden tergolong moderate work. Sedangkan

perhitungan metode energy cost didapatkan dua puluh satu responden tergolong

kategori moderate work, tiga responden lainnya heavy work. Perancangan handtruck sebagai alat bantu kerja di desain secara ergonomis dengan

penambahan fasilitas berupa handle dan penggunaan roda yang berjumlah tiga roda guna mengakomodasi kebutuhan pekerja buruh angkut.

Kata kunci: manual material handling, metode REBA, metode energy

expenditure, enery cost, anthropometri, ergonomi, handtruck.

xxii + 206 halaman, 110 gambar, 68 tabel, 34 lampiran

Daftar pustaka: 20 (1975-2010)

Page 10: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

ix

ABSTRACT

Rangga Romadhan, NIM: I 1305011. PERANCANGAN HANDTRUCK

SEBAGAI ALAT BANTU KERJA BURUH ANGKUT DI PASAR GEDE

SURAKARTA. Tugas Akhir. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas

Teknik, Universitas Sebelas Maret, April 2010.

Sikap kerja tidak alamiah pada aktivitas manual material handling dipengaruhi oleh ketidaksesuaian antara fasilitas kerja dengan penggunanya,

sehingga berdampak pada kecelakaan kerja terutama postur kerja dan beban kerja.

Faktor inilah yang terjadi pada aktivitas pekerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta. Pada kondisi aktual, terutama aktivitas manual material handling oleh

pekerja buruh angkut di Pasar Gede rata – rata 55 kg tanpa menggunakan alat bantu pengangkatan. Menurut National Occupational Health and Safety

Commission batas normal pengangkatan yang dianjurkan sebesar 34 - 50 kg tanpa

menggunakan alat bantu, pengangkatan beban diatas 50 kg dianjurkan menggunakan alat bantu (Suhardi dkk, 2008).

Pada penelitian ini, akan dilakukan beberapa tahapan dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Tahap pertama penyebaran kuisioner nordic body

map, digunakan untuk mengenali penyebab keluhan musculoskeletal. Tahap

kedua perhitungan postur kerja metode Rapid Entire Body Assesment (REBA). Tahap ketiga perhitungan fisiologi kerja menggunakan metode energy expenditure

dan enery cost tujuannya untuk mengetahui tingkat beban kerja dan menghitung energi yang dikeluarkan oleh pekerja Tahap keempat pada perancangan alat bantu

kerja menggunakan metode anthropometri guna menentukan dimensi handtruck

yang dirancang dan memperoleh hasil rancangan secara ergonomi. Perancangan handtruck sebagai alat bantu kerja telah di uji coba terhadap 24

sampel pekerja buruh angkut. Hasil uji coba menurut perhitungan metode REBA, terjadi penurunan level resiko cidera musculosceletal. Hal ini dapat dibuktikan

pada aktivitas loading maupun pengangkutan, turun menjadi level resiko 2

(sedang). Untuk aktivitas unloading, turun menjadi level resiko 3 (tinggi). Menurut perhitungan fisiologi kerja dengan metode energy expenditure terjadi

penurunan tingkat beban kerja. Hal ini dibuktikan enam belas responden tergolong kategori light work, delapan responden tergolong moderate work. Sedangkan

perhitungan metode energy cost didapatkan dua puluh satu responden tergolong

kategori moderate work, tiga responden lainnya heavy work. Perancangan handtruck sebagai alat bantu kerja di desain secara ergonomis dengan

penambahan fasilitas berupa handle dan penggunaan roda yang berjumlah tiga roda guna mengakomodasi kebutuhan pekerja buruh angkut.

Keyword: manual material handling, metode REBA, metode energy expenditure,

enery cost, anthropometri, ergonomi, handtruck.

xxii + 206 halaman, 110 gambar, 68 tabel, 34 lampiran

Daftar pustaka: 20 (1975-2010)

Page 11: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

LEMBAR PENGEAHAN……………………………………………….. ii

LEMBAR VALIDASI................................................................................ iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH............. iv

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.................... v

KATA PENGANTAR................................................................................ vi

ABSTRAK................................................................................................... viii

ABSTRACT................................................................................................ ix

DAFTAR ISI……………………………………………………………... x

DAFTAR TABEL…………………………………................................... xv

DAFTAR GAMBAR……………………………...................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………...................................... xxii

BAB I PENDAHULUAN................................................................... I-1

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................. I – 1

1.2 Perumusan Masalah......................................................... I – 4

1.3 Tujuan Penelitian............................................................. I – 4

1.4 Manfaat Penelitian……………………………………... I – 4

1.5 Batasan Masalah……………………………………….. I – 4

1.6 Asumsi…………………………………………………. I – 5

1.7 Sistematika Penulisan………………………………….. I – 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………. II – 1

2.1 Tinjauan Umum Lokasi Pasar Gede Surakarta................ II – 1

2.1.1. Lokasi Pasar Gede................................................. II – 1

2.1.2 Aktivitas Manual Material Handling diLokasi

Pasar Gede Surakarta.............................................

II – 6

2.2 Landasan Teori................................................................ II – 7

2.2.1 Desain dan Ergonomi............................................ II – 8

2.2.2 Nordic Body Map.................................................. II – 9

2.2.3 Manual Material Handling................................... II – 10

2.2.4 Postur dan Pergerakan Kerja................................. II – 18

2.2.5 REBA (Rapid Entrie Body Assesment)................ II – 21

Page 12: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

xi

2.2.6 Fisiologi Kerja………………………………… II – 29

A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure) .............. II – 30

B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) ... II – 31

2.2.7 Pengertian Anthropometri...................................... II – 32

2.2.8 Perancangan Dengan Metode Rasional................. II – 40

2.2.9 Mekanika Konstruksi............................................. II – 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………… III – 1

3.1 Identifikasi Masalah……………………………………. III – 3

3.1.1 Studi Literatur........................................................ III – 3

3.1.2 Studi Lapangan………………………………….. III – 4

3.1.3 Perumusan Masalah............................................... III – 4

3.1.4 Tujuan Penelitian................................................... III – 5

3.1.5 Manfaat Penelitian............................................... III – 5

3.2 Tahap Pengumpulan Data……………………………… III – 5

3.2.1 Dokumentasi......................................................... III – 5

3.2.2 Wawancara............................................................ III – 6

3.2.3 Kuisioner Nordic Body Map................................. III – 6

3.2.4 Data Postur Kerja.................................................. III – 6

3.2.5 Data Fisiologi Pekerja........................................... III – 6

3.2.6 Data Fisiologi Pekerja........................................... III – 7

3.3 Tahap Pengolahan Data……………………………...… III – 8

3.3.1 Perhitungan Hasil Kuisioner Nordic Body Map... III – 8

3.2.2 Penilaian Postur Kerja Metode REBA.................. III – 8

3.3.3 Perhitungan Fisiologi Kerja…………………….. III – 8

A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure) .............. III – 8

B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) .. III – 9

3.3.4 Perhitungan Antropometri ................................... III – 9

3.3.5 Perhitungan Persentil............................................ III – 9

3.4 Tahap Perancangan……………………………….......... III – 10

3.4.1 Penyusunan Konsep Perancangan........................ III – 10

3.4.2 Penentuan Dimensi Rancangan........................... III – 10

Page 13: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

xii

3.4.2 Pembuatan Rancangan......................................... III – 12

3.4.3 Perhitungan Kekuatan Material...........................

III – 12

3.4.5 Penentuan Bahan Material................................... III – 13

3.4.6 Estimasi Biaya Rancangan.................................... III – 13

3.4.7 Tahap Evaluasi Uji Coba Perancangan.................. III – 13

3.5 Tahap Analisis dan Interpretasi Hasil………………….. III – 14

3.5 Tahap Kesimpulasn dan Saran......................................... III – 14

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA………... IV – 1

4.1 Pengumpulan Data……………………………………... IV – 1

4.1.1 Dokumentasi........................................................ IV – 1

4.1.2 Wawancara............................................................ IV – 4

4.1.3 Kuisioner Nordic Body Map................................. IV – 5

4.1.5 Data Postur Kerja................................................. IV – 5

4.1.5 Data Fisiologi Kerja............................................. IV – 6

4.1.6 Data Anthropometri.............................................. IV – 7

4.2 Pengolahan Data……………………………………...... IV – 8

4.2.1 Perhitungan Rekap Hasil Wawancara.................. IV – 8

4.2.2 Perhitungan Rekap Hasil Kuioner NBM.............. IV – 9

4.2.3 Penilaian Postur Kerja REBA............................... IV – 10

4.2.4 Perhitungan Fisiologi Kerja…………………….. IV – 24

A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure) .............. IV – 24

B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) .. IV – 27

4.2.4 Perhitungan Antropometri ................................... IV – 29

4.2.5 Perhitungan Persentil............................................ IV – 30

4.3 Tahap Perancangan.......................................................... IV – 30

4.3.1 Penyusunan Konsep Perancangan........................ IV – 30

4.3.2 Penentuan Dimensi Rancangan............................ IV – 36

4.3.3 Pembuatan Rancangan.......................................... IV – 45

A. Pembuatan Gambar Rancangan............................ IV – 45

B. Prototipe Perancangan Alat.................................. IV – 48

C. Perencanaan Pengoperasian.................................. IV – 49

Page 14: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

xiii

4.3.4 Perhitungan Kekuatan Material............................ IV – 50

1. Perhitungan kekuatan pipa rangka landasan bawah

saat posisi posisi 90 0 ................................................... IV – 51

2. Perhitungan bagian roda, penampang poros, gaya

pada dan beban yang diterima roda............................. IV – 56

3. Perhitungan Jenis Material Plat landasan.................. IV – 62

4. Perhitungan kekuatan pipa rangka tengah saat posisi

450......................................................................... IV – 63

5. Perhitungan gaya pada penyangga pegas (pada shock

absorber)..................................................................... IV – 71

6. Perhitungan konstanta pada penyangga pegas (pada

shock absorber)...........................................................

IV – 77

7. Menghitung gaya untuk mendorong, ketika roda

terperosok dalam lubangan.......................................... IV – 78

8. Menghitung batas pengangkatan, kemudian

dikonversi kedalam pengangkutan.............................. IV – 80

9. Pemilihan desain pada pegangan (handle)................... IV – 85

4.3.5 Penentuan Bahan Material.................................... IV – 93

4.3.6 Estimasi Biaya Rancangan.................................... IV – 100

4.4 Evaluasi Hasil Uji Coba Perancangan Alat Bantu Kerja IV – 103

4.4.1 Evaluasi Postur Kerja Melalui Metode REBA..... IV – 103

4.4.2 Evaluasi Fisiologi Kerja…………........................ IV – 118

A. Perhitungan Energy Expenditure.......................... IV – 119

B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) .. IV – 123

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL......................... V – 1

5.1 A Analisis Perbandingan Postur Kerja................................ V – 1

5.2 Analisis Perbandingan Fisiologi Kerja………………… V – 3

5.2.1 Perhitungan Energy Expenditure.......................... V – 3

5.2.1 Perhitungan Energy Cost...................................... V – 4

5.3 Analisis Rancangan Alat.................................................. V – 6

Page 15: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

xiv

5.4 Analisis Biaya Produksi................................................... V – 8

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................... VI – 1

6.1 Kesimpulan...................................................................... VI – 1

6.2 Saran................................................................................ VI – 1

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penjelasan layout Lokasi Pasar Gede Surakarta ................... II – 5

Tabel 2.2 Tindakan yang dilakukan sesuai dengan batas angkat .......... II – 12

Tabel 2.3 Tindakan yang dilakukan sesuai dengan batas angkat........... II – 13

Tabel 2.4 Skor pergerakan punggung (batang tubuh) ............................ II – 22

Tabel 2.5 Skor pergerakan leher ............................................................ II – 23

Tabel 2.6 Skor postur kaki...................................................................... II – 23

Tabel 2.7 Skor pergerakan lengan atas................................................... II – 24

Tabel 2.8 Skor pergerakan lengan bawah .............................................. II – 25

Tabel 2.9 Skor pergelangan tangan......................................................... II – 25

Tabel 2.10 Tabel A……………………………………………………… II – 26

Tabel 2.11 Tabel B.................................................................................... II – 26

Tabel 2.12 Tabel C.................................................................................... II – 26

Tabel 2.13 Load atau force……………………………………………... II – 27

Tabel 2.14 Coupling…………………………………………………….. II – 27

Tabel 2.15 Activity………………………………………………………. II – 28

Tabel 2.16 Level resiko dan tindakan........................................................ II – 29

Tabel 2.17 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi oksigen........................ II – 29

Tabel 2.18 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi energi.......................... II – 32

Tabel 2.19 Data anthropometri untuk perancangan handtruck................. II – 35

Tabel 2.20 Jenis persentil dan cara perhitungan ………………………... II – 40

Tabel 4.1 Aktivitas manual material handling pekerja buruh angkut..... IV – 1

Tabel 4.2 Tindakan sesuai dengan batas angkat...................................... IV – 3

Tabel 4.3 Atribut kegiatan manual material handling………………… IV – 3

Tabel 4.4 Data umur dan masa kerja pekerja buruh angkut ………...... IV – 4

Tabel 4.5 Postur kerja pada pengangkatan, pengangkutan peti............. IV – 5

Tabel 4.6 Kegunaan dimensi antropometri…………………………… IV – 7

Tabel 4.7 Persentase keluhan pekerja ……………………………….. IV – 8

Tabel 4.8 Persentase keinginan pekerja buruh angkut......................... IV – 8

Tabel 4.9 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.2................................... IV – 9

Tabel 4.10 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 13

Page 17: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

xvi

Tabel 4.11 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 13

Tabel 4.12 Skor Reba grup A.................................................................... IV – 16

Tabel 4.13 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 17

Tabel 4.14 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 18

Tabel 4.15 Skor Reba grup A.................................................................... IV – 22

Tabel 4.16 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 23

Tabel 4.17 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 18

Tabel 4.18 Perhitungan energy expenditure pekerja buruh angkut........... IV – 25

Tabel 4.19 Penghitungan energy cost dan penggolongan beban kerja...... IV – 28

Tabel 4.20 Nilai rata-rata dan standar deviasi........................................... IV – 29

Tabel 4.21 Rekapitulasi hasil perhitungan persentil.................................. IV – 30

Tabel 4.22 Ringkasan keluhan dan pernyataan keinginan pekerja............ IV – 31

Tabel 4.23 Penjabaran kebutuhan perancangan........................................ IV – 31

Tabel 4.24 Performance specification perancangan hand truck ……….. IV – 35

Tabel 4.25 Rekapitulasi hasil perhitungan dimensi perancangan handtruck.................................................................................

IV – 45

Tabel 4.26 Ukuran diameter dan tebal standar pipa baja struktur............. IV – 52

Tabel 4.27 Ukuran diameter dan tebal standar pipa baja struktur............. IV – 67

Tabel 4.28 Evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan saat loading unloading............................................

IV – 87

Tabel 4.29 Evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan saat mendorong.......................................................

IV – 90

Tabel 4.30 Estimasi biaya material……………………………………... IV – 101

Tabel 4.31 Estimasi non biaya material………………………………… IV – 102

Tabel 4.32 Total biaya perancangan…………………………………...... IV – 102

Tabel 4.33 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.58.................................... IV – 104

Tabel 4.34 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 105

Tabel 4.35 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 107

Tabel 4.36 Skor Reba grup A.................................................................... IV – 109

Tabel 4.37 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 111

Tabel 4.38 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 112

Tabel 4.39 Skor Reba grup A.................................................................... IV – 115

Tabel 4.40 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 116

Tabel 4.41 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 117

Page 18: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

xvii

Tabel 4.42 Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat............. IV – 119

Tabel 4.43 Perhitungan energy expenditure setelah perancangan alat …. IV – 121

Tabel 4.44 Kriteria beban kerja hasil perhitungan energy expenditure..... IV – 122

Tabel 4.45 Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat............. IV – 124

Tabel 4.46 Perhitungan energy cost setelah perancangan alat.................. IV – 125

Tabel 4.47 Kriteria grade of work (beban kerja) menurut energy cost…. IV – 126

Tabel 5.1 Hasil REBA kondisi awal (sebelum) dan kondisi setelah

perancangan.............................................................................

V - 1

Page 19: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Postur tubuh pekerja buruh angkut Pasar Gede ............ I - 2

Gambar 2.1 Lokasi Pasar Gede Surakarta ........................................ II-1

Gambar 2.2 Layout Lokasi Pasar Gede Surakarta ............................ II-5

Gambar 2.3 Skema design management ………………………….. II-9

Gambar 2.4 Nordic body map …………………………………….. II-9

Gambar 2.5 Kegiatan mengangkat/menurunkan (lifting/lowering) . II-10

Gambar 2.6 Kegiatan mendorong/menarik (pushing/pulling) ......... II-11

Gambar 2.7 Kegiatan memutar (twisting) ....................................... II-11

Gambar 2.8 Kegiatan membawa (carry) ………………………….. II-11

Gambar 2.9 Kegiatan menahan (holding) ........................................ II-12

Gambar 2.10 Grafik level resiko dalam aktivitas pengangkatan

pada lokasi beban horisontal dan berat pengangkatan dari lantai kepada ketinggian tertentu ..........................

II-13

Gambar 2.11 Kondisi invertebratal disc bagian lumbar saat duduk .. II-15

Gambar 2.12 Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk ......... II-15

Gambar 2.13 Pengaruh sikap kerja pengangkatan yang salah ........... II-16

Gambar 2.14

Gambar 2.15

Jangkauan gerakan korset bahu.....................................

Jangkauan persendian bahu...........................................

II-19

II-19

Gambar 2.16 Jangkauan gerakan persendian siku............................... II-20

Gambar 2.17 Jangkauan gerakan pergerakan tangan.......................... II-20

Gambar 2.18 Range pergerakan punggung......................................... II-23

Gambar 2.19 Range pergerakan leher................................................. II-23

Gambar 2.20 Range pergerakan kaki ................................................ II-24

Gambar 2.21 Range Pergerakan lengan atas....................................... II-24

Gambar 2.22 Range Pergerakan lengan atas....................................... II-24

Gambar 2.22 Range pergerakan lengan bawah…………………… II-26

Gambar 2.23 Range pergerakan lengan bawah…………………… II-25

Gambar 2.24 Range pergerakan pergelangan tangan.......................... II-25

Gambar 2.25 Langkah-langkah perhitungan metode REBA............... II-28

Gambar 2.26 Antropometri untuk perancangan produk atau fasilitas. II-33

Page 20: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

xix

Gambar 2.27 Ilustrasi persentil……………………………………. II-39

Gambar 2.28 Distribusi normal dengan data antropometri…………. II-40

Gambar 2.29 Tumpuan rol………………………………………...... II-42

Gambar 2.30 Tumpuan sendi……………………………………...... II-43

Gambar 2.31 Tumpuan jepit……………………………………........ II-43

Gambar 2.32 Sketsa prinsip statika kesetimbangan............................ II-44

Gambar 2.33 Sketsa shearing force diagram……………………… II-44

Gambar 2.34 Sketsa normal force………………………………… II-46

Gambar 2.35 Sketsa moment bending (+)........................................... II-46

Gambar 2.36 Landasan sketsa moment bending................................. II-46

Gambar 2.37 Landasan arah kanan..................................................... II-46

Gambar 2.38 Landasan arah kiri......................................................... II-46

Gambar 3.1 Metodologi penelitian ................................................... III-1

Grafik 4.1 Persentase keluhan tubuh pekerja.................................. IV-9

Gambar 4.2 Aktivitas pengangkatan peti………………………….. IV-10

Gambar 4.3 Bagan rekapitulasi penilaian total ………………….... IV-14

Gambar 4.4 Aktivitas pengangkutan peti………………………….. IV-15

Gambar 4.5 Bagan rekapitulasi penilaian total ………………….... IV-19

Gambar 4.6 Aktivitas penurunan peti…………………………….... IV-19

Gambar 4.7 Bagan rekapitulasi penilaian total ………………….... IV-24

Grafik 4.2 Perbandingan denyut jantung ....................................... IV-27

Gambar 4.8

Gambar 4.9

Establishing function perancangan…………………...

Clarifying objectives perancangan …………………...

IV-33

IV-33

Gambar 4.10 Sub-fungsi dasar perancangan ……………………….. IV-35

Gambar 4.11 Tinggi bahu berdiri........................................................ IV-37

Gambar 4.12 Tinggi siku berdiri......................................................... IV-39

Gambar 4.13 Perancangan ketinggian pegangan…………………… IV-39

Gambar 4.14 Lebar bahu pertama....................................................... IV-40

Gambar 4.15 Lebar bahu kedua.......................................................... IV-41

Gambar 4.16 Diameter lingkar genggam............................................ IV-42

Gambar 4.17 Lebar jari ke- 2,3,4,5..................................................... IV-43

Gambar 4.18 Gambar 2D tampak samping......................................... IV-45

Page 21: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

xx

Gambar 4.19

Gambar 4.20

Gambar 4.21

Gambar 4.22

Gambar 4.23

Gambar 4.24

Gambar 2D posisi miring..............................................

Gambar 3D Tampak depan...........................................

Rancangan 3D tampak samping posisi berdiri..............

Rancangan 3D tampak belakang posisi tegak…...........

Rancangan 3D tampak samping………………………

Rancangan 3D tampak samping…………………........

IV-46

IV-46

IV-46

IV-46

IV-47

IV-48 Gambar 4.26 Prototipe hasil perancangan alat bantu.......................... IV-48

Gambar 4.27 Kondisi pembebanan pada perancangan handtruck...... IV-50

Gambar 4.28 Model pembebanan penampang pipa............................ IV-51

Gambar 4.29 Diagram benda bebas penampang................................. IV-52

Gambar 4.30 Profil pipa baja karbon 0,2% roll panas……………… IV-54

Gambar 4.31 Model pembenanan roda depan sebagai tumpuan......... IV-57

Gambar 4.32 Gaya geser roda………………………………………. IV-57

Gambar 4.33 Plat landasan bawah handtruck………………………. IV-63

Gambar 4.34 Kondisi pembebanan pada............................................. IV-63

Gambar 4.30 Model pembebanan penampang pipa............................ IV-64

Gambar 4.31 Penguraian gaya yang bekerja pada peti ke satu........... IV-64

Gambar 4.32 Diagram benda bebas penampang................................. IV-65

Gambar 4.33 Profil pipa baja karbon 0,2%......................................... IV-65

Gambar 4.34 Kondisi pembebanan pada perancangan handtruck...... IV-65

Gambar 4.35 Model pembebanan pada pegas..................................... IV-66

Gambar 4.36 Penguraian gaya yang terjadi pada batang.................... IV-66

Gambar 4.37 Diagram benda bebas penampang................................. IV-66

Gambar 4.38 Profil pipa baja karbon 0,2%......................................... IV-69

Gambar 4.39 Kondisi pembebanan pada perancangan handtruck...... IV-71

Gambar 4.40 Model pembebanan terhadap pegas............................... IV-73

Gambar 4.41 Penguraian gaya yang terjadi pada batang.................... IV-74

Gambar 4.42 Diagram bending momen.............................................. IV-74

Gambar 4.43 Sketsa panjang shock absorber..................................... IV-76

Gambar 4.44 Model pembebanan....................................................... IV-78

Gambar 4.45 Gaya dorong roda dari kondisi permukaan................... IV-79

Gambar 4.46 Besarnya sudut dari kondisi permukaan menanjak... IV-85

Page 22: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

xxi

Gambar 4.47 Gaya dan kecepatan saat mengangkut beban................ IV-98

Gambar 4.48 Model desain dan ukuran ketinggian pegangan............ IV-86

Gambar 4.49 Desain perancangan handle pertama (handle) terpisah. IV-89

Gambar 4.50 Desain perancangan handle kedua (handle menyatu)... IV-93

Gambar 4.51 Desain perancangan handle kedua (handle menyatu) IV-93

Gambar 4.52 Pipa baja karbon 0,2% (rol panas)…………………… IV-94

Gambar 4.53 Plat jenis aluminium bordes………………………….. IV-95

Gambar 4.54 Pipa baja karbon 0,2% (rol panas)................................. IV-95

Gambar 4.55 Shock absorber monoshock........................................... IV-97

Gambar 4.56 Plat dudukan roda.......................................................... IV-97

Gambar 4.57 Roda depan handtruck................................................... IV-99

Gambar 4.58 Roda belakang handtruck ............................................. IV-99

Gambar 4.59 Karet handgrip raket bulu tangkis................................. IV-100

Gambar 4.60 Sudut segmen tubuh pekerja saat loading……………. IV-108

Gambar 4.61 Bagan rekapitulasi penilaian total ………………… IV-106

Gambar 4.62 Sudut segmen tubuh pekerja saat pengangkutan…… IV-108

Gambar 4.63 Bagan rekapitulasi penilaian total ………………...… IV-113

Gambar 4.64 Sudut segmen tubuh pekerja saat unloading…….…… IV-114

Gambar 4.65 Bagan rekapitulasi penilaian total ………………...… IV-118

Grafik 4.3 Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy

expenditure..................................................................... IV-122

Grafik 4.4 Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy cost.................................................................................

IV-127

Grafik 5.1 Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy expenditure.....................................................................

V-3

Grafik 5.2 Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy

cost................................................................................. V-5

Page 23: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

L.1 Layout Aktivitas Manual Material Handling Lokasi Pasar Gede Surakarta

L.2 Biodata Pekerja Buruh Angkut Lokasi Pasar Gede Surakarta

L.3.1 Rekapitulasi Kuisioner Nordic Body Map

L.3.2 Kuesioner Pekerja Buruh Angkut Pasar Gede Surakarta

L.4.1 Gambar Pengukuran Denyut Jantung Pekerja

L.4.2 Gambar Pengukuran Tekanan Darah Pekerja

L.4.3 Rekap Pengukuran Denyut Jantung Pekerja Tahap pertama

L.4.4 Rekap Pengukuran Denyut Jantung Pekerja Tahap kedua

L.4.5 Rekap Pengukuran Denyut Jantung Pekerja Tahap ketiga

L.4.6 Rekap Pengukuran Denyut Jantung Pekerja Tahap keempat

L.5.1 Gambar Pengukuran Antropometri Pekerja Buruh Angkut

L.6 Rekapitulasi Persentase Keluhan Pekerja Melalui Kusisioner Nordic Body

Map

L.7.1 Kriteria beban kerja Pada Masing – Masing Berdasarkan Energy

Expenditure

L.7.2 Tabel kategori pekerjaan berdasar denyut jantung dan energy expenditure

L.7.3 Tabel kriteria pekerjaan berdasarkan energy cost pekerja menurut

Kamalakannan et al, 2007

L.8 Data antropometri pekerja buruh angkut Lokasi Pasar Gede

L.9 Perhitungan Nilai Persentil

L.10 Tabel Sifat Fisis Tertentu dan Tegangan Ijin Untuk Beberapa Bahan Teknis

L.11 Mekanisme Proses Pengangkatan Maupun Pengangkatan Peti

L.12 Biaya Produksi Untuk Penyempurnaan Hasil Perancangan Handtruck

Page 24: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

23

Page 25: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

L-24

Page 26: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

L-25

Page 27: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

ii

Page 28: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

SURAT PERNYATAAN

KEMAJUAN PENELITIAN TUGAS AKHIR (TA) / SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Jurusan Teknik Industri yang

menyatakan bahwa:

Nama : Rangga Romadhan

NIM. : I 1305011

Judul Penelitian : Perancangan Handtruck Sebagai Alat Bantu Kerja Buruh

Angkut Di Pasar Gede Surakarta

Bidang Fokus : Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi

Waktu Penelitian Telah

Jatuh Bulan ke*)

: 9 bln

Akan memenuhi ketentuan :

1. Apabila setelah 3 bulan dari proposal yang telah disetujui oleh pihak jurusan, penelitian saya tidak ada perkembangan sama sekali atau dinyatakan nihil oleh

jurusan, maka proposal yang diajukan dapat dinyatakan GUGUR dikarenakan tidak memenuhi syarat waktu untuk dilanjutkan dan saya siap untuk mengajukan

proposal ulang kembali.

2. Apabila setelah 6 bulan dari proposal yang telah disetujui oleh pihak jurusan, penelitian saya sangat lambat kemajuannya yang diikuti dengan keterangan dari

dosen pembimbing, ataupun setelah seminar tugas akhir tidak ada perkembangan kembali atas segala agenda perbaikan, yang disertai keterangan dari dosen

pembimbing, maka proposal yang diajukan atau segala sesuatu dari agenda

perbaikan setelah diadakan acara seminar tugas akhir dapat dinyatakan GUGUR dikarenakan tidak memenuhi syarat waktu untuk dilanjutkan dan saya siap untuk

mengajukan proposal ulang kembali.

3. Apabila setelah 9 bulan dari proposal yang telah disetujui oleh pihak jurusan,

penelitian saya sangat lambat kemajuannya yang diikuti dengan keterangan dari

dosen pembimbing, ataupun setelah seminar tugas akhir tidak ada perkembangan kembali atas segala agenda perbaikan, yang disertai keterangan dari dosen

pembimbing, maka proposal yang diajukan atau segala sesuatu dari agenda perbaikan setelah diadakan acara seminar tugas akhir dapat dinyatakan GUGUR

dikarenakan tidak memenuhi syarat waktu untuk dilanjutkan dan saya siap untuk

mengajukan proposal ulang kembali.

*) Terhitung dari tanggal dan bulan disyahkannya proposal oleh Koordinator Tugas Akhir

Page 29: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

4. Apabila setelah perpanjangan waktu ke dua selama 5 bulan, perkembangan

penelitian saya sangat lambat kemajuannya yang diikuti dengan keterangan dari dosen pembimbing, atau setelah seminar tugas akhir tidak ada perkembangan

kembali atas segala agenda perbaikan yang disertai keterangan dari dosen pembimbing, maka proposal yang diajukan atau segala sesuatu dari agenda

perbaikan setelah diadakan acara seminar tugas akhir dapat dinyatakan GUGUR

dikarenakan tidak memenuhi syarat waktu untuk dilanjutkan dan saya siap untuk mengajukan proposal ulang kembali.

5. Apabila setelah acara sidang tugas akhir tidak dapat menyelesaikan segala sesuatu dari agenda perbaikan dari tugas akhir yang harus dilakukan selama 3 bulan ke

depan dari selesainya acara sidang sarjana strata satu (S1), maka saya siap untuk

TIDAK DAPAT MENERIMA HAK APAPUN (Surat Keterangan Lulus, Ijazah S1, Transkrip Nilai) dari jurusan sampai dapat diselesaikannya semua

agenda perbaikan, dan dapat menyerahkan bukti fisik dari tugas akhir yang telah selesai dikerjakan sesuai dengan ketentuan berlaku.

Keterangan evaluasi hasil pembimbingan:

Pembimbing 1,

Taufiq Rochman, STP, MT

NIP : 19701030 199802 1 001

: ………………………………………………..…………………………………………………………

…………………………………………………...…………………………………………………

Pembimbing 2,

Irwan Iftadi, ST, M.Eng

NIP : 19700404 199603 1 002

: ………………………………………………..…

……………………………...……………...........

………………………………………………......

.………………………………………………….

Dengan demikian pernyataan kenajuan tugas akhir saya buat dengan sebenar –

benarnya dan siap untuk menanggung segala konsekuensinya, apabila saya

dinyatakan tidak memperhatikan segala ketentuan yang berlaku di Jurusan.

Surakarta, 27 April 2010

Rangga Romadhan

I 1305011

Page 30: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir dengan judul “Perancangan Handtruck

Sebagai Alat Bantu Kerja Buruh Angkut Di Pasar Gede Surakarta“ dapat

diselesaikan untuk memenuhi syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Teknik

Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan penelitian

ini, penulis berharap dapat memberi masukan secara umum bagi Dinas Pasar

Gede Surakarta dan khususnya bagi pekerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta

tanpa terhalang oleh tempat dan waktu.

Tidak lupa pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih yang sebesar- besarnya atas pihak- pihak yang turut membantu dalam

penyelesaian tugas akhir ini, yaitu :

1. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri

fakultas teknik UNS.

2. Bapak Taufiq Rochman, STP, MT selaku pembimbing I, atas segala

bimbingan, arahan, motivasi, pengertian dan doa.

3. Bapak Irwan Iftadi, ST, M.Eng selaku pembimbing II, atas segala

bimbingan, arahan, motivasi, pengertian dan doa.

4. Bapak Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT selaku penguji, atas kesediaannya

memberikan masukan, gagasan dan saran atas perbaikan tugas akhir ini.

5. Bapak Ilham Priyadhitama, ST, MT selaku penguji, atas kerelaan dalam

membimbing, mengarahkan dan memberikan ide maupun gagasan dalam

hal perancangan dan perhitungan dalam tugas akir ini.

6. Bapak H. Hartojo, Ibu Hj. Nurzainah selaku orang tua kami, keluarga

besar Abdul Karim Surabaya yang selalu memberi dukungan dan doa yang

tak pernah putus sehingga dapat menyelesaikan laporan ini.

7. Bapak Sugianto, SH, M.Hum selaku Kepala Dinas Pasar Gede Surakarta,

dan petugas-petugas yang bernaung di Pasar Gede Surakata, terima kasih

atas bimbiongannya selama penelitian di Pasar Gede Surakarta.

Page 31: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

vi

8. Seluruh pekerja buruh angkut Lokasi Pasar Gede Surkarta, atas

keramahan, bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan

pengambilan data dalam penelitian ini.

9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti, Pak Agus , dan semua tim TU,

terima kasih atas segala urusan administrasi selama kuliah di teknik

industri ini.

10. Erdianto karo, Zulmi, Lutfie, Afik Jati Purnomo, Randi, Alex, Hanafi, ,

Miftahudin, Bolang, Budi, Febri dan Kumbara. Penulis akan merindukan

kebersamaan kita selama ini, terima kasih buat semua persahabatan

pengertian, waktu, dukungan, semangat, hati tulus, semuanya yang aku

tidak mampu lagi untuk menyebutkannya, 4,5 tahun ini menjadi waktu

yang berharga bagiku.

11. Teman-teman Teknik Industri angkatan 2005, yang selalu mendukung dan

membantuku, kalian semua teman-teman terbaikku, keep our silaturahim

meski kita akan jarang bertemu.

12. Teman-teman Teknik Industri non reg angkatan 2006, terutama kontrakan

keppinds industri yang selalu mendukung dan membantuku, kalian semua

teman-teman terbaikku, jaga semangat kalian untuk menyelesaikan tugas

akir kalian. Meski kita akan jarang bertemu, tapi berkat kalian semua kita

dapat betemu dan menjalin persaudaraan.

13. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun yang dapat membantu

penulis di masa yang akan datang. Semoga apa yang penulis sampaikan dalam

laporan ini dapat berguna bagi penulis, rekan-rekan mahasiswa maupun semua

pihak yang membutuhkan.

Surakarta, April 2010

Penulis

Page 32: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

LEMBAR PENGEAHAN……………………………………………….. ii

LEMBAR VALIDASI................................................................................ iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH............. iv

SURAT PUBLIKASI KARYA ILMIAH................................................. v

KATA PENGANTAR................................................................................ vi

ABSTRAK................................................................................................... vii

ABSTRACT................................................................................................ vii

DAFTAR ISI……………………………………………………………... ix

DAFTAR TABEL…………………………………................................... x

DAFTAR GAMBAR……………………………...................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………...................................... xv

BAB I PENDAHULUAN................................................................... I-1

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................. I – 1

1.2 Perumusan Masalah......................................................... I – 4

1.3 Tujuan Penelitian............................................................. I – 4

1.4 Manfaat Penelitian……………………………………... I – 4

1.5 Batasan Masalah……………………………………….. I – 4

1.6 Asumsi…………………………………………………. I – 5

1.7 Sistematika Penulisan………………………………….. I – 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………. II – 1

2.1 Tinjauan Umum Lokasi Pasar Gede Surakarta................ II – 1

2.1.1. Lokasi Pasar Gede................................................. II – 1

2.1.2 Aktivitas Manual Material Handling diLokasi

Pasar Gede Surakarta.............................................

II – 6

2.2 Landasan Teori................................................................ II – 7

2.2.1 Desain dan Ergonomi............................................ II – 8

2.2.2 Nordic Body Map.................................................. II – 9

2.2.3 Manual Material Handling................................... II – 10

2.2.4 Postur dan Pergerakan Kerja................................. II – 18

Page 33: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

2.2.5 REBA (Rapid Entrie Body Assesment)................ II – 21

2.2.6 Fisiologi Kerja………………………………… II – 29

A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure) .............. II – 30

B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) ... II – 31

2.2.7 Pengertian Anthropometri...................................... II – 32

2.2.8 Perancangan Dengan Metode Rasional................. II – 40

2.2.9 Mekanika Konstruksi............................................. II – 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………… III – 1

3.1 Identifikasi Masalah……………………………………. III – 3

3.1.1 Studi Literatur........................................................ III – 3

3.1.2 Studi Lapangan………………………………….. III – 4

3.1.3 Perumusan Masalah............................................... III – 4

3.1.4 Tujuan Penelitian................................................... III – 5

3.1.5 Manfaat Penelitian............................................... III – 5

3.2 Tahap Pengumpulan Data……………………………… III – 5

3.2.1 Dokumentasi......................................................... III – 5

3.2.2 Wawancara............................................................ III – 6

3.2.3 Kuisioner Nordic Body Map................................. III – 6

3.2.4 Data Postur Kerja.................................................. III – 6

3.2.5 Data Fisiologi Pekerja........................................... III – 6

3.2.6 Data Fisiologi Pekerja........................................... III – 7

3.3 Tahap Pengolahan Data……………………………...… III – 8

3.3.1 Perhitungan Hasil Kuisioner Nordic Body Map... III – 8

3.2.2 Penilaian Postur Kerja Metode REBA.................. III – 8

3.3.3 Perhitungan Fisiologi Kerja…………………….. III – 8

A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure) .............. III – 8

B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) .. III – 9

3.3.4 Perhitungan Antropometri ................................... III – 9

3.3.5 Perhitungan Persentil............................................ III – 9

3.4 Tahap Perancangan……………………………….......... III – 10

3.4.1 Penyusunan Konsep Perancangan........................ III – 10

3.4.2 Penentuan Dimensi Rancangan........................... III – 10

Page 34: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

3.4.2 Pembuatan Rancangan......................................... III – 12

3.4.3 Perhitungan Kekuatan Material...........................

III – 12

3.4.5 Penentuan Bahan Material................................... III – 13

3.4.6 Estimasi Biaya Rancangan.................................... III – 13

3.4.7 Tahap Evaluasi Uji Coba Perancangan.................. III – 13

3.5 Tahap Analisis dan Interpretasi Hasil………………….. III – 14

3.5 Tahap Kesimpulasn dan Saran......................................... III – 14

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA………... IV – 1

4.1 Pengumpulan Data……………………………………... IV – 1

4.1.1 Dokumentasi........................................................ IV – 1

4.1.2 Wawancara............................................................ IV – 4

4.1.3 Kuisioner Nordic Body Map................................. IV – 5

4.1.5 Data Postur Kerja................................................. IV – 5

4.1.5 Data Fisiologi Kerja............................................. IV – 6

4.1.6 Data Anthropometri.............................................. IV – 7

4.2 Pengolahan Data……………………………………...... IV – 8

4.2.1 Perhitungan Rekap Hasil Wawancara.................. IV – 8

4.2.2 Perhitungan Rekap Hasil Kuioner NBM.............. IV – 9

4.2.3 Penilaian Postur Kerja REBA............................... IV – 10

4.2.4 Perhitungan Fisiologi Kerja…………………….. IV – 24

A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure) .............. IV – 24

B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) .. IV – 27

4.2.4 Perhitungan Antropometri ................................... IV – 29

4.2.5 Perhitungan Persentil............................................ IV – 30

4.3 Tahap Perancangan.......................................................... IV – 30

4.3.1 Penyusunan Konsep Perancangan........................ IV – 30

4.3.2 Penentuan Dimensi Rancangan............................ IV – 36

4.3.3 Pembuatan Rancangan.......................................... IV – 45

A. Pembuatan Gambar Rancangan............................ IV – 45

B. Prototipe Perancangan Alat.................................. IV – 48

C. Perencanaan Pengoperasian.................................. IV – 49

Page 35: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

4.3.4 Perhitungan Kekuatan Material............................ IV – 50

1. Perhitungan kekuatan pipa rangka landasan bawah

saat posisi posisi 90 0 ................................................... IV – 51

2. Perhitungan bagian roda, penampang poros, gaya

pada dan beban yang diterima roda............................. IV – 56

3. Perhitungan Jenis Material Plat landasan.................. IV – 62

4. Perhitungan kekuatan pipa rangka tengah saat posisi

45 0 ......................................................................... IV – 63

5. Perhitungan gaya pada penyangga pegas (pada shock

absorber)..................................................................... IV – 71

6. Perhitungan konstanta pada penyangga pegas (pada

shock absorber)...........................................................

IV – 77

7. Menghitung gaya untuk mendorong, ketika roda

terperosok dalam lubangan.......................................... IV – 78

8. Menghitung batas pengangkatan, kemudian

dikonversi kedalam pengangkutan.............................. IV – 80

9. Pemilihan desain pada pegangan (handle)................... IV – 85

4.3.5 Penentuan Bahan Material.................................... IV – 93

4.3.6 Estimasi Biaya Rancangan.................................... IV – 100

4.4 Evaluasi Hasil Uji Coba Perancangan Alat Bantu Kerja IV – 103

4.4.1 Evaluasi Postur Kerja Melalui Metode REBA..... IV – 103

4.4.2 Evaluasi Fisiologi Kerja…………........................ IV – 118

A. Perhitungan Energy Expenditure.......................... IV – 119

B. Perhitungan Pengeluaran Energi (Energy Cost) .. IV – 123

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL......................... V – 1

5.1 A Analisis Perbandingan Postur Kerja................................ V – 1

5.2 Analisis Perbandingan Fisiologi Kerja………………… V – 3

5.2.1 Perhitungan Energy Expenditure.......................... V – 3

5.2.1 Perhitungan Energy Cost...................................... V – 4

5.3 Analisis Rancangan Alat..................................................

V – 6

Page 36: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

5.4 Analisis Biaya Produksi................................................... V – 8

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................... VI – 1

6.1 Kesimpulan...................................................................... VI – 1

6.2 Saran................................................................................ VI – 1

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 37: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penjelasan layout Lokasi Pasar Gede Surakarta ................... II – 5

Tabel 2.2 Tindakan yang dilakukan sesuai dengan batas angkat .......... II – 12

Tabel 2.3 Tindakan yang dilakukan sesuai dengan batas angkat........... II – 13

Tabel 2.4 Skor pergerakan punggung (batang tubuh) ............................ II – 22

Tabel 2.5 Skor pergerakan leher ............................................................ II – 23

Tabel 2.6 Skor postur kaki...................................................................... II – 23

Tabel 2.7 Skor pergerakan lengan atas................................................... II – 24

Tabel 2.8 Skor pergerakan lengan bawah .............................................. II – 25

Tabel 2.9 Skor pergelangan tangan......................................................... II – 25

Tabel 2.10 Tabel A……………………………………………………… II – 26

Tabel 2.11 Tabel B.................................................................................... II – 26

Tabel 2.12 Tabel C.................................................................................... II – 26

Tabel 2.13 Load atau force……………………………………………... II – 27

Tabel 2.14 Coupling…………………………………………………….. II – 27

Tabel 2.15 Activity………………………………………………………. II – 28

Tabel 2.16 Level resiko dan tindakan........................................................ II – 29

Tabel 2.17 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi oksigen........................ II – 29

Tabel 2.18 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi energi.......................... II – 32

Tabel 2.19 Data anthropometri untuk perancangan handtruck................. II – 35

Tabel 2.20 Jenis persentil dan cara perhitungan ………………………... II – 40

Tabel 4.1 Aktivitas manual material handling pekerja buruh angkut..... IV – 1

Tabel 4.2 Tindakan sesuai dengan batas angkat...................................... IV – 3

Tabel 4.3 Atribut kegiatan manual material handling………………… IV – 3

Tabel 4.4 Data umur dan masa kerja pekerja buruh angkut ………...... IV – 4

Tabel 4.5 Postur kerja pada pengangkatan, pengangkutan peti............. IV – 5

Tabel 4.6 Kegunaan dimensi antropometri…………………………… IV – 7

Tabel 4.7 Persentase keluhan pekerja ……………………………….. IV – 8

Tabel 4.8 Persentase keinginan pekerja buruh angkut......................... IV – 8

Tabel 4.9 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.2................................... IV – 9

Page 38: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

Tabel 4.10 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 13

Tabel 4.11 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 13

Tabel 4.12 Skor Reba grup A.................................................................... IV – 16

Tabel 4.13 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 17

Tabel 4.14 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 18

Tabel 4.15 Skor Reba grup A.................................................................... IV – 22

Tabel 4.16 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 23

Tabel 4.17 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 18

Tabel 4.18 Perhitungan energy expenditure pekerja buruh angkut........... IV – 25

Tabel 4.19 Penghitungan energy cost dan penggolongan beban kerja...... IV – 28

Tabel 4.20 Nilai rata-rata dan standar deviasi........................................... IV – 29

Tabel 4.21 Rekapitulasi hasil perhitungan persentil.................................. IV – 30

Tabel 4.22 Ringkasan keluhan dan pernyataan keinginan pekerja............ IV – 31

Tabel 4.23 Penjabaran kebutuhan perancangan........................................ IV – 31

Tabel 4.24 Performance specification perancangan hand truck ……….. IV – 35

Tabel 4.25 Rekapitulasi hasil perhitungan dimensi perancangan

handtruck................................................................................. IV – 45

Tabel 4.26 Ukuran diameter dan tebal standar pipa baja struktur............. IV – 52

Tabel 4.27 Ukuran diameter dan tebal standar pipa baja struktur............. IV – 67

Tabel 4.28 Evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain

pegangan saat loading unloading............................................ IV – 87

Tabel 4.29 Evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain

pegangan saat mendorong....................................................... IV – 90

Tabel 4.30 Estimasi biaya material……………………………………... IV – 101

Tabel 4.31 Estimasi non biaya material………………………………… IV – 102

Tabel 4.32 Total biaya perancangan…………………………………...... IV – 102

Tabel 4.33 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.58.................................... IV – 104

Tabel 4.34 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 105

Tabel 4.35 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 107

Tabel 4.36 Skor Reba grup A.................................................................... IV – 109

Tabel 4.37 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 111

Tabel 4.38 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 112

Tabel 4.39 Skor Reba grup A.................................................................... IV – 115

Tabel 4.40 Skor REBA grup B.................................................................. IV – 116

Page 39: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

Tabel 4.41 Tabel REBA skor C................................................................. IV – 117

Tabel 4.42 Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat............. IV – 119

Tabel 4.43 Perhitungan energy expenditure setelah perancangan alat …. IV – 121

Tabel 4.44 Kriteria beban kerja hasil perhitungan energy expenditure..... IV – 122

Tabel 4.45 Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat............. IV – 124

Tabel 4.46 Perhitungan energy cost setelah perancangan alat.................. IV – 125

Tabel 4.47 Kriteria grade of work (beban kerja) menurut energy cost…. IV – 126

Tabel 5.1 Hasil REBA kondisi awal (sebelum) dan kondisi setelah perancangan.............................................................................

V - 1

Page 40: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah dari

penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, batasan masalah, asumsi yang

yang diangkat dalam penelitian serta sistematika penulisan untuk menyelesaikan

penelitian.

I.1. Latar Belakang

Manual Material Handling (MMH) merupakan kegiatan memindahkan

beban secara manual yang dilakukan oleh manusia dalam rentang waktu tertentu.

Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) kegiatan MMH

dibagi menjadi lima bagian, yaitu mengangkat/menurunkan (lifting/lowering),

mendorong/ menarik (pushing/pulling), memutar (twisting), membawa (carriying)

dan menahan (holding). Manusia berperan penting dalam kegiatan MMH di

berbagai tempat kerja, karena pada beberapa tempat kerja masih banyak yang

menggunakan manusia sebagai pekerja dibandingkan dengan menggunakan

mesin.

Pasar merupakan salah satu tempat yang lebih banyak menggunakan

manusia sebagai pekerja dalam kegiatan MMH dibandingkan dengan mesin.

Kegiatan MMH yang terdapat di pasar umumnya berupa mengangkat beban,

mengangkut beban dan meletakkan beban. Beberapa kegiatan tersebut didominasi

oleh manusia, karena kondisi pasar secara umum masih mempertahankan pola

kerja tradisional. Pola kerja yang dilakukan secara tradisonal akan sangat

menguras tenaga dan mempercepat kelelahan kerja. Disamping itu pekerjaan

MMH yang dilakukan secara over exertion seperti mengangkut beban akan

berdampak buruk pada kesehatan pekerja.

Pasar Gede merupakan salah satu pasar yang berada di Kota Surakata. Pada

Pasar Gede terdapat aktivitas manual material handling yaitu aktivitas

pengangkatan, pengangkutan maupun penurunan beban kerja yang berupa peti

buah dari lokasi bongkar muat truck hingga ke kios pedangang dengan jarak ± 20

meter. Selain memperhitungkan jarak antara lokasi bongkar muat truck hingga ke

kios pedangang pada aktivitas MMH yang terdapat di Pasar Gede, juga

mempertimbangkan ukuran maupun kapasitas beban tiap peti. Adapun ukuran dan

Page 41: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

I-2

kapasitas beban tiap peti, diantaranya peti sedang dengan ukuran 30 cm x 23 cm x

27 cm memiliki kapasitas beban sebesar 27 kg/peti. Sedangkan untuk peti besar

dengan ukuran 60 cm x 40 cm x 42 cm memiliki kapasitas beban sebesar 55

kg/peti. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai aktivitas manual material

handling yaitu aktivitas pengangkatan, pengangkutan maupun penurunan peti

buah ukuran besar dengan ketentuan 60 cm x 40 cm x 42 cm dan memiliki

kapasitas beban sebesar 55 kg/peti. Aktivitas manual material handling yang

terdapat di Pasar Gede dapat ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Aktivitas MMH oleh pekerja buruh angkut di Pasar Gede

Sumber : Dokumentasi, 2009

Menurut National Occupational Health and Safety Commission batas normal

pengangkatan yang dianjurkan sebesar 34 - 50 kg tanpa menggunakan alat bantu,

dan pengangkatan beban diatas 50 kg dianjurkan menggunakan alat bantu

(Suhardi dkk, 2008). Sedangkan kondisi aktual pengangkatan beban yang

dilakukan oleh pekerja buruh angkut di Pasar Gede rata – rata sebesar 55 kg tanpa

menggunakan alat bantu pengangkatan (rata – rata berat buah tiap peti sebesar 50

kg dan berat peti sebesar 5 kg).

Berdasarkan pengamatan gambar 1.1 diatas, dapat diketahui bahwa postur kerja

saat melakukan aktivitas pengangkatan, pengangkutan maupun penurunan peti

dapat menimbulkan resiko terjadinya keluhan pada beberapa bagian tubuh.

Identifikasi penyebab keluhan pada beberapa bagian tubuh yang timbul dapat

dilakukan dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA).

Metode REBA dipilih karena pekerja mengalami keluhan pada tubuh bagian atas

dan bawah. Dari hasil pengolahan metode REBA dapat diidentifikasi penyebab

keluhan pada bagian tubuh terutama pada posisi pergelangan tangan (wrist twist)

PergelanganTangan (Wrist Twist )

PergelanganTangan

(Wrist Twist )

Punggung (Trunk )

Lengan Atas (Upper Arm)

Lengan Bawah (Lower Arm)

Leher ( Neck )

Punggung (Trunk )

Lutut Kaki (Legs )

Leher ( Neck )

Lengan Atas (Upper Arm)

PergelanganTangan (Wrist Twist )

PergelanganTangan

(Wrist Twist ) Punggung

(Trunk )

Lutut Kaki (Legs )

Lengan Bawah (Lower Arm)

Lengan Atas (Upper Arm)

Page 42: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

I-3

menekuk saat mencengkaram peti dengan sudut 42 0 , posisi lengan atas (upper

arm) menekuk dengan sudut 48 0 , lengan bawah (lower arm) menjangkau peti

kearah belakang dengan posisi lengan bawah menekuk keatas dengan sudut 25 0 ,

leher (neck) dengan posisi menengadah keatas dengan sudut 39 0 , bagian

punggung (trunk) membungkuk dengan sudut 63 0 , bagian pinggang membungkuk

dengan sudut 51 0 , bagian betis dan lutut kaki (legs) menekuk kearah depan pada

saat menahan beban dengan sudut 15 0 dan 38 0 , sehingga posisi batang tubuh

menjadi tidak tegak. Kondisi tersebut menyebabkan pekerja sering mengalami

keluhan dalam melakukan aktivitasnya. Keluhan tersebut antara lain : kelelahan

pada bagian tubuh tertentu (punggung sebesar 100%, lutut sebesar 100%, betis

sebesar 87,5%, pergelangan kaki sebesar 83,3%, leher sebesar 79,2% dan

pergelangan tangan sebesar 62,5%), beban yang diangkut terlalu berat (rata – rata

sebesar 55kg) dan kesulitan pada waktu akses keluar masuk kios yaitu dengan

ukuran terkecil gang antar kios sebesar 1,5 meter. Akibat dari keluhan tersebut,

banyak pekerja mengeluarkan tingkat konsumsi energi yang cukup besar pada saat

bekerja. Melihat kondisi tersebut, penelitian ini memandang permasalahan

pengangkutan MMH dilokasi Pasar Gede sebagai permasalahan yang layak

diangkat sebagai topik penelitian.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan beberapa tahapan yang mana setiap

tahapan menggunakan metode yang berbeda-beda. Tahap pertama dilakukan

dengan penyebaran kuisioner nordic body map. Nordic body map adalah salah

satu alat ukur ergonomi sederhana yang dapat digunakan untuk mengenali sumber

penyebab keluhan musculoskeletal. Penyebaran kuisioner nordic body map

dengan melibatkan 24 responden. Pemilihan sampel dengan melibatkan 24

responden dikarenakan pada saat menyebarkan kuisioner nordic body map

(observasi lapangan), yang dijumpai dilokasi Pasar Gede sejumlah 24 orang

pekerja buruh angkut tanpa menentukan jumlah sampel yang diinginkan dan

dikatakan telah mewakili dari keseluruhan populasi pekerja buruh angkut lokasi

Pasar Gede. Selain itu, responden tersebut merupakan pekerja buruh angkut yang

khusus bekerja sebagai pekerja buruh angkut buah. Tujuan pengisian kuisioner

NBM untuk mengetahui prosentase keluhan tubuh pekerja buruh angkut. Tahap

kedua menggunakan perhitungan postur kerja dengan menggunakan metode

Page 43: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

I-4

Rapid Entire Body Assesment (REBA). Metode REBA dipilih karena pekerja

mengalami keluhan pada tubuh bagian atas dan bawah. Tahap ketiga

menggunakan perhitungan fisiologi kerja dengan tujuan untuk mengetahui energi

yang dikeluarkan oleh pekerja pada saat mengangkut beban. Tahap keempat

terutama pada tahap perancangan alat bantu fasilitas kerja dengan

mempertimbangkan anthropometri. Anthropometri merupakan suatu ilmu yang

secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan

perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok dan lain

sebagainya (Panero dan Zelnik, 2003). Penggunaan antropometri berfungsi untuk

untuk menentukan dimensi handtruck yang akan dirancang.

Berdasarkan peramasalahan tersebut perlu adanya perancangan alat bantu

kerja untuk menggantikan pekerjaan yang dilakukan secara manual. Terdapat

beberapa alat bantu kerja yang dapat mempermudah pekerjaan, seperti conveyor,

forklift, dan handtruck. Setiap alat bantu kerja tersebut mempunyai kelebihan

maupun kekurangan. Dengan mempertimbangkan kondisi di Pasar Gede, maka

alat bantu kerja yang paling ideal adalah handtruck.

Perancangan alat bantu kerja berupa handtruck bertujuan untuk

memudahkan aktivitas pekerja buruh angkut di Pasar Gede. Dengan adanya

perbaikan kerja yang berupa perancangan handtruck, diharapkan dapat

memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja.

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka perumusan

masalah pada penelitian ini adalah bagaimana merancang handtruck sebagai alat

bantu kerja guna memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja buruh

angkut di Pasar Gede Surakarta.

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah memperoleh rancangan handtruck

sebagai alat bantu kerja, guna memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban

kerja.

Page 44: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

I-5

I.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah menghasilkan suatu alat bantu

kerja yang berupa hand truck, sehingga manfaat yang dirasakan secara langsung

memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja.

I.5. Batasan Masalah

Agar penelitan ini tidak terlalu luas topik pembahasannya maka diperlukan

adanya pembatasan masalah, adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Identifikasi keluhan pekerja dilakukan pada saat aktivitas manual material

handling, dimana aktivitas pengangkutan dari truck hingga kekios dan

dilakukan pada posisi ekstrim (memanggul beban pada bagian punggung

pekerja) tanpa menggunakan alat bantu.

2. Dalam penelitian ini mempertimbangkan aspek anthropometri dan medan

(keadaan permukaan jalan dan jarak gang antar kios) di Pasar Gede bagian

timur.

3. Nilai persentil yang digunakan dalam perancangan adalah presentil ke-5, dan

presentil ke-95. Nilai persentil tersebut layak digunakan dalam perancangan.

4. Penelitian tersebut hanya dilakukan di Pasar Gede bagian timur.

I.6. Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Kesehatan fisik kondisi psikologis semua pekerja buruh angkut dalam keadaan

normal dan sehat saat dilakukan penelitian.

2. Metode kerja tidak mengalami perubahan selama penelitian.

3. Metode sampling yang digunakan adalah accidental sampling pada saat

melakukan observasi yang dijumpai (difokuskan) di Pasar Gede sejumlah 24

orang buruh angkut tanpa menentukan jumlah sampel yang diinginkan dan

dianggap telah mewakili dari jumlah populasi pekerja buruh angkut yang ada

di Pasar Gede. Penyebaran kuisioner tersebut dibagikan pada saat peneliti

menjumpai pekerja buruh angkut dilokasi Pasar Gede bagian timur (people on

street).

I.7. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian dalam laporan tugas akhir ini mengikuti uraian yang

diberikan pada setiap bab yang berurutan untuk mempermudah pembahasannya.

Page 45: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

I-6

Dari pokok-pokok permasalahan dapat dibagi menjadi enam bab seperti

dijelaskan, di bawah ini.

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang yang

terdapat di Pasar Gede, perumusan masalah pembuatan perancangan

alat bantu kerja yang berupa handtruck, tujuan dan manfaat penelitian

untuk memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja buruh

angkut di Pasar Gede, batasan masalah, asumsi dan sistematika

penulisan.

BAB II : STUDI PUSTAKA

Bab ini berisi teori-teori yang berhubungan dengan materi penulisan

yang diambil dari beberapa referensi baik buku, jurnal maupun

internet. Materi penulisan adalah aktivitas manual material handling,

postur kerja, fisiologi kerja, anthropometri dan mekanika teknik secara

umum.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bagian ini berisi urut-urutan/tahapan yang dilalui selama penelitian

mulai dari observasi awal, melakukan pencatatan data, dokumentasi

gambar, wawancara secara umum, penyebaran kuisioner, pengukuran

postur keja, pencatatan data fisiologi terutama pengukuran denyut

jantung sebelum dan sesudah bekerja, pengukuran data anthropometri

pekerja buruh angkut, melakukan pengolahan data, melakukan

perhitungan spesifikasi perancangan, perhitungan mekanika teknik

secara umum, menghitung estimasi biaya perancangan, melakukan

verifikasi hasil perancangan dengan diuji coba kepada pengguna

(pekerja buruh angkut) sebagai usulan perbaikan postur kerja dan

mengurangi beban kerja dengan melihat kelogisan dari model

perancangan, melakukan penarikan kesimpulan, dan memberikan

saran perbaikan.

BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi tentang pengumpulan data berupa dokumentasi gambar

aktivitas manual material handling, melakukan wawancara yang

Page 46: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

I-7

sifatnya umum, penyebaran kuisioner, pengukuran postur kerja,

pencatatan data fisiologi kerja terutama pengukuran denyut jantung

sebelum dan sesudah bekerja, pengukuran data anthropometri pekerja

buruh angkut, dan dilakukan pengolahan data sesuai dengan

perumusan masalah. Tahap-tahap pengolahan data dilakukan

berdasarkan metodologi penelitian.

BAB V : ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Bab ini menganalisis dan menginterpretasikan hasil pengolahan data

yang telah dilakukan dalam penelitian.

BAB VI : PENUTUP

Bagian ini berisi kesimpulan hasil dari semua tahap yang telah dilalui

selama penelitian beserta saran-saran yang berkaitan dengan penelitian

ini serta perbaikan yang dilakukan untuk penelitian selanjutnya.

Page 47: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai konsep dan teori yang digunakan dalam

penelitian, sebagai landasan dan dasar pemikiran untuk membahas serta

menganalisa permasalahan yang ada.

2.1 Tinjauan Umum Lokasi Pasar Gede Surakarta

Sejarah kota Surakarta Hadiningrat, dimulai dari kepindahan ibukota

kerajaan Mataram Kartasura beserta keratonnya ke desa Sala. Dalam

perkembangan selanjutnya, daerah kerajaan Surakarta mengalami pembagian

menjadi dua, akibat Perjanjian Giyanti, yaitu Surakarta dan Ngayogyakarta.

Kedua daerah masing-masing kemudian terpecah lagi, timbullah 4 kerajaan yang

oleh Belanda dinamakan Vostenlander, yakni Kasunanan, Mangkunegaran,

Kasultanan dan Pakualaman.

Gambar 2.1 Lokasi Pasar Gede Surakarta

Sumber : Dinas Pemerintahan Pasar Gede Surakarta, 2010

2.1.1 Lokasi Pasar Gede

Pasar Gede Surakarta terletak di Jl. Urip Sumoharjo No.3, Jawa Tengah.

Batas-batas wilayah Pasar Gede Surakarta yaitu:

Utara : Optik Melawai (daerah Widuran)

Page 48: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 2

Timur : SMAN 3 Surakarta (Warung Miri)

Selatan : Alun – alun Kota Surakarta atau PGS

Barat : Kantor Walikota Surakarta

Dalam filosofi kebudayaan Jawa dalam hubungannya dengan bangunan

yang ada dikomplek keraton dikenal adanya Catur Gatra Tunggal, yaitu:

a. Kraton, merupakan pusat pemerintahan

b. Alun – alun, sebagai simbol suara rakyat

c. Masjid, Agung, sebagai tempat peribadatan

d. Pasar, sebagai sarana penghidupan rakyat

Pasar dalam rangkaian Catur Gatra Tunggal Kraton Surakarta, pada

mulanya berwujud pasar tiban, yang bertempat di Pamuraan (belakang Gladak

dibawah pohon beringin) dengan warungan tanah seluas 10.421 m2. Kemudian

pada masa pemerintahan Paku Buwono X (1893-1939), dibangun pasar permanen

yang kemudian dikenal dengan nama Pasar Gedhe Harjonagoro dengan arsitek

Thomas Karsten dengan dana 650.000 gulden tahun 1927.

Tiga tahun kemudian tepatnya tanggal 12 Januari 1930, pasar Gedhe

selesai dibangun dan diresmikan oleh Paku Buwono X dan GKR. Hemmas

sebagai Pasar rakyat monumental dua lantai, dengan arsitektur Kolonial Jawais

(Topologi pasar nyaris sempurna) pada lokasi lingkungan etnis China, yang

bercitra arsitektur China Jawais. Pada masa pemerintahan Indonesia,pasar Gedhe

menjadi monumen/simbol/trade mark/land mark Kota Surakarta yang amat

dikenal oleh dunia luar pada umumnya. (Tim Lab UCYD, 2009).

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa sebenarnya kehistorisan Pasar

Gedhe dapat dilihat dari dua hal. Pertama, umur pasar Gedhe yang mencapai

ratusan tahun dengan usia sumur Keraton Kasunanan Surakarta (300 Tahun)

sehingga merupakan pasar kuno model Jawa, baik dari sisi bentuk jual beli

tradisional maupun bentuk arsitekturnya. Oleh karena karakteristiknya itulah,

Pasar Gede juga telah menjadi salah satu landmark penting Solo. Kedua, adanya

keterkaitan yang erat dengan Kraton Surakarta, terutama berkait dengan

keberadaan sebagai cikal bakal elemen pembentuk Kota Solo. Dalam sejarah kota

kerajaan-kerajaan di Jawa terdapat empat unsur penting pembentuk Kerajaan

Jawa, yaitu kraton sebagai pusat kendali politik, masjid sebagai pusat keagamaan,

Page 49: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 3

alun-alun sebagai pusat kegiatan sosial, dan pasar sebagai pusat kegiatan

perekonomian. Kesemua pembentuk kota kerajaan itu memiliki bentuk

arsitektural khas Jawa dengan corak yang berbeda satu sama lain.

Seiring dengan berjalannya waktu terjadi pemugaran-pemugaran pada

pasar Gede. Sekitar tahun 1947, pasar Gede dirusak oleh bangsa Indonesia sendiri

karena pasar tersebut digunakan oleh Belanda. Sekitar tahun 1948 pasar Gede

mengalami perbaikan. Pada tahun 1981 pasar Gede mengalami perbaikan lagi

dengan memakai sirap. Dan pada tahun 1986/1987 pasar Gede direhab kembali

dengan dana bantuan Inpres. Selanjutnya pada tahun 1997 ada perbaikan dari dana

P3KT.

Pada masa reformasi tepatnya pada tanggal 27 April 2000 sekitar tengah

malam jam 24.00 WIB pasar Gede kebakaran. Dan mulai dibangun lagi pada

bulan Juli 2001. Selama pasar tersebut belum dibangun para pedagang

dipindahkan kesamping plasa beteng. Bulan Desember 2001 pasar Gede selesai

dibangun oleh PT. Rudi Persada Nusantara dan diresmikan penggunaannya pada

tanggal 29 Desember 2001.

Pada pasar Gede terdapat berbagai macam organisasi sosial, diantaranya :

a. Paguyuban yang bernama KOMPPAG, dengan ketua paguyuban Bapak

Wiharto dimana pada saat ini sedang mengalami demisioner dalam waktu

yang tidak ditentukan. Paguyuban ini berperan sebagai lembaga perhimpunan

para pedagang yang didalamnya berfungsi sebagai wadah untuk mewakili

aspirasi para pedagang.

b. Keamanan, pada saat ini keamanan pasar Gede ditangani oleh Kepolisian yaitu

dari Polsek Jebres dan Satuan Pengaman dari Pemerintah Daerah. Funsi

keamanan disini sebagai kegiatan pengamanan pasar Gede dari pencurian dan

dari kondisi yang tidak diharapkan.

c. Arisan, kegiatan arisan ini tidak dikoordinir oleh paguyuban melainkan dari

para pedagang itu sendiri.

Menurut pembagian wilayahnya, Pasar Gede terbagi menjadi dua lokasi.

Lokasi tersebut dibagi menjadi lokasi bagian timur dan barat. Lokasi Pasar Gede

bagian barat terdapat kios yang menjual ikan hias dan kios pedagang buah –

buahan. Sedangkan lokasi bagian timur (pasar inti) terdapat beranekaragam kios

Page 50: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 4

pedagang yang menjual berbagai jenis barang dagangan, antara lain : kios yang

menjual ikan laut, daging sapi, daging dan telur ayam, bumbu dapur, minyak

tanah, minyak goreng, grosir beras, dan grosir buah-buahan.

Seiring perkembangan jaman, Lokasi Pasar Gede lebih dikenal dengan

pasar buahnya. Kios yang banyak dijumpai dilokasi tersebut rata – rata menjual

aneka buah – buahan, misalnya : buah rambutan, apel, jeruk, kelengkeng,

manggis, duku, jambu, durian dan lain sebagainya. Aneka buah – buahan tesebut

diperoleh dari daerah Jember, Blora, Pekalongan, Bali, Palembang.

Aktivitas pengangkutan (bongkar muat) dari truk hingga lokasi kios

pedagang buah menggunakan jasa buruh angkut pasar. Buruh angkut tersebut

dibedakan menjadi dua golongan, yaitu buruh angkut pasar yang terdaftar dalam

induk organisasai serikat buruh angkut (resmi) dan buruh angkut pasar yang tidak

terdaftar didalam induk organisasai serikat buruh angkut (kocokan).

Buruh angkut yang terdaftar dalam induk organisasai serikat buruh angkut

mendapatkan fasilitas dari dinas pengelola pasar antara lain : jaminan kesehatan,

keselamatan kerja, upah kerja yang sesuai standar buruh pasar per wilayah,

tambahan upah tiap satu kali aktivitas pengangkutan. Sedangkan bagi pekerja

buruh angkut pasar yang tidak terdaftar didalam induk organisasai serikat buruh

angkut (kocokan) hanya mendapatkan upah gaji yang diberikan oleh pemilik kios

tiap satu kali aktivitas.pengankutan. Adapun Layout Lokasi Pasar Gede Surakarta

dapat dilihat pada Gambar 2.2. dibawah ini :

Page 51: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 5

Pekerja

N S

E

W

Penimbangan Berat Peti

City

POLISI

2m

Pintu

Bagian

Belakang

4mPintu Masuk

Pasar Gede

120

cm

Kamar Mandi /WC

AREA

PARKIR

MOBIL

Pintu

Bagian

Samping

Truck Truck Truck

Pekerja

1.2m

1.2m

150

cm Pintu Bagian

Samping

PekerjaPekerja

Are Bongkar

Muat

Are Bongkar

Muat

Pekerja

Pekerja

Pekerja

Pekerja

Pekerja

Pekerja

Pekerja

Pekerja

Pekerja

AREA PARKIR MOTOR

Area Pejalan

Kaki

Area Pejalan

Kaki

AREA P

ARKIR

BECAK

90 c

m

1.5m

1.5m

1.2m

Kios Buah

Kios Buah

Kios Buah

Kios Buah

Kios Buah

Kios Buah

Kios Buah

Kios Buah

Kios Kusus

daging

Kios Buah

Kios Buah

90cm

Kios Buah

Kios Buah

GUDANG

Kios Buah

Kios Kusus sayur

Kios Kusus sayur

Kios Kusus

daging

Kios Kusus

daging

Kios Kusus telur

Kios Buah

Kios Buah

Kios Buah

27m

Kios Buah

Kios Buah

Kios Buah

Kios Buah

Kios Buah

Kios Buah

Kios telur

Kios Buah

Kios Buah

Kios Buah

Kios pakaian

Kios Beras

Kios Beras

Kios minyak goreng

Kios minyak goreng

Kios tepung terigu

Kios Buah

Kios Buah

Kios Buah

Kios Buah

Kios Buah

Kios Buah

1.5m

Pekerja

Gambar 2.2 Layout Lokasi Pasar Gede Surakarta

Sumber : Observasi, 2009

Penjelasan layout Lokasi Pasar Gede Surakarta dijelaskan dalam Tabel

2.1. dibawah ini :

Tabel 2.1 Penjelasan layout Lokasi Pasar Gede Surakarta

No. Gambar Keterangan

1.

Kios buah

2. Kios

Kusus daging

Kios penjual daging

3. Kios

Kusus sayur

Kios penjual sayur

4. Kios

Kusus telur

Kios penjual telur

Page 52: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 6

Lanjutan Tabel 2.1 Penjelasan layout Lokasi Pasar Gede Surakarta

No. Gambar Keterangan

5.

Kios minyak goreng

Kios penjual minyak goreng

6. Kios

Beras

Kios penjual beras

7.

GUDANG

Area gudang

8. Penimbangan Berat Peti

Area penimbangan beban

muatan (peti buah)

9.

Keadaan permukaan

bergelombang (tidak rata)

10. Are Bongkar

Muat

Area khusus bongkar muat

11. Pekerja

Pekerja buruh angkut pasar

12.

Keadaan permukaan jalan

datar

13.

Keadaan permukaan jalan naik

Sumber : Observasi, 2009

2.1.2 Aktivitas Manual Material Handling Di Lokasi Pasar Gede Surakarta

Manual Material Handling merupakan kegiatan memindahkan beban oleh

tubuh secara manual dalam rentang waktu tertentu. Salah satu kegiatan manual

material handling diLokasi Pasar Gede adalah aktivitas pengangkutan peti yang

Page 53: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 7

dilakukan oleh pekerja buruh angkut pasar secara manual. Aktivitas MMH

dilakukan dengan cara mengangkut peti pada bagian punggung pekerja. Aktivitas

pengangkutan tersebut dimulai dari jam 09.00 s/d 16.00 WIB, berupa

pengangkutan peti berisi buah dengan kapasitas beban sebesar 55 kg. Adapun

ukuran peti buah yaitu 60 cm x 40 cm x 42 cm dengan berat rata – rata 55 kg

(berat peti sebesar 5 kg dan berat buah sebesar 50 kg). Masing – masing pekerja

buruh angkut dalam satu hari melakukan gerakan repetitif pengangkutan sebesar ±

3080 kg = 3,08 ton per orang, dengan catatan kriteria gerakan repetitif dalam satu

hari kerja 56 kali gerakan pengangkutan dari truck hingga kios pedangang untuk

satu orang pekerja Urutan aktivitas yang dilakukan oleh pekerja buruh angkut

tersebut antara lain :

1. Aktivitas pada saat mengangkat muatan yang berupa peti buah dari kegiatan

bongkar muat dari truk hingga kios pedagang. Posisi tubuh pekerja kedua

lengan bawah memegang peti buah kearah belakang, , posisi lutut pada kaki

menekuk dan punggung membungkuk.

2. Aktivitas mengangkut muatan berupa peti buah dengan posisi memanggul

muatan pada bagian punggung pekerja. bertumpu pada bagian punggung

pekerja, kedua lengan bawah memegang peti buah kearah belakang, telapak

tangan mencengkram peti buah.

3. Aktivitas penimbangan besarnya muatan peti tiap peti. Tumpuan pekerja pada

bagian lutut dan pergelangan kaki pekerja.

4. Aktivitas pekerja pada saat menurunkan muatan yang berupa peti buah (lokasi

kios pedagang). Posisi pekerja antara lain:leher menekuk kearah bawah, perut

menahan beban, dan punggung membungkuk.

2.2 Landasan Teori

Konsep-konsep berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan. Teori

pendukung yang dibahas dalam sub bab ini antara lain tentang konsep desain dan

ergonomi, nordic body map, manual matrial handling, postur kerja (REBA),

fisiologi kerja (beban kerja), anthropometri, perancangan metode rasional dan

mekanika konstruksi.

Page 54: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 8

2.2.1 Desain dan Ergonomi

Manusia dalam kehidupannya banyak menggunakan desain sebagai

fasilitas penunjang aktivitasnya. Desain dapat diartikan sebagai salah satu

aktivitas luas dari inovasi desain dan teknologi yang digagaskan, dibuat,

dipertukarkan (melalui transaksi jual-beli) dan fungsional. Desain merupakan

hasil kreativitas budi-daya (man-made object) manusia, diwujudkan untuk

memenuhi kebutuhan manusia, yang memerlukan perencanaan, perancangan

maupun pengembangan desain, yaitu mulai dari tahap menggali ide atau gagasan,

dilanjutkan dengan tahapan pengembangan, konsep perancangan, sistem dan

detail, pembuatan prototipe dan proses produksi, evaluasi, dan berakhir dengan

tahap pendistribusian. Jadi dapat disimpulkan bahwa desain selalu berkaitan

dengan pengembangan ide dan gagasan, pengembangan teknik, proses produksi

serta peningkatan pasar. Ruang lingkup kegiatan desain mencakup masalah yang

berhubungan dengan sarana kebutuhan manusia, di antaranya desain interior,

desain mebel, desain alat-alat lingkungan, desain alat dan lain-lain.

Memperhatikan hal-hal tersebut, desainer dalam analisis pemecahan

masalah dan perencanaannya atau filosofi rancangan desain bekerja sama dengan

masyarakat dan disiplin ilmu lain seperti arsitek, psikolog, dokter atau profesi

yang lain. Misalnya, dalam merancang desain hand truck, dibutuhkan kerja sama

antara desainer dengan pekerja yang dijadikan tolak ukur perancangan. Data yang

dipelukan adalah ukuran tiap bagian tubuh pada pekerja. Sehingga perancangan

tersebut dapat efektif, efisien, aman, dan nyaman. Desainer dapat menyatukan

bentuk dengan memusatkan perhatian pada estetika bentuk, konstruksi, sistem dan

mekanismenya. Selain itu, desainer dapat membuat suatu prediksi untuk masa

depan, serta melakukan pengembangan desain dan teknologi dengan

memperhatikan segala kelebihan maupun keterbatasan manusia dalam hal

kepekaan indrawi (sensory), kecepatan, kemampuan penggunaan sistem gerakan

otot, dan dimensi ukuran tubuh, untuk kemudian menggunakan semua informasi

mengenai faktor manusia ini sebagai acuan dalam perancangan desain yang serasi,

selaras dan seimbang dengan manusia sebagai pemakainya.

Untuk menilai suatu hasil akhir dari produk sebagai kategori nilai desain

yang baik biasanya ada tiga unsur yang mendasari, yaitu fungsional, estetika, dan

Page 55: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 9

ekonomi. Kriteria pemilihannya adalah function and purpose, utility and

economic, form and style, image and meaning. Unsur fungsional dan estetika

sering disebut fit-form-function, sedangkan unsur ekonomi lebih dipengaruhi oleh

harga dan kemampuan daya beli masyarakat.

Ergonomi merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai desain secara

qualified, certified, dan customer need. Ilmu ergonomi menjadi suatu keterkaitan -

keterkaitan yang simultan dan menciptakan sinergi dalam pemunculan gagasan,

proses desain, dan desain final (periksa Gambar 2.3. Skema Design Management)

Gambar 2.3. Skema design management

Sumber : Bagas, 2000

2.2.2 Nordic Body Map (NBM)

Salah satu alat ukur ergonomik sederhana yang dapat digunakan untuk

mengenali sumber penyebab keluhan musculoskeletal adalah nordic body map.

Melalui nordic body map dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami

keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai

sangat sakit (Corlett, 1992). Melihat dan menganalisis peta tubuh seperti pada

Gambar 2.4, maka diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang

dirasakan oleh pekerja. Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena

mengandung subjektivitas yang tinggi.

Gambar 2.4 Nordic body map Sumber : Corlett, 1992

Page 56: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 10

2.2.3 Manual Material Handling

Meskipun telah banyak mesin yang digunakan pada berbagai industri

untuk mengerjakan tugas pemindahan, namun jarang terjadi otomasi sempurna di

dalam industri. Disamping pula adanya pertimbangan ekonomis seperti tingginya

harga mesin otomasi atau juga situasi praktis yang hanya memerlukan peralatan

sederhana. Sebagai konsekuensinya adalah melakukan kegiatan manual di

berbagai tempat kerja. Bentuk kegiatan manual yang dominan dalam industri

adalah Manual Material Handling (MMH). Definisi Manual Material Handling

(MMH) adalah suatu kegiatan transportasi yang dilakukan oleh satu pekerja atau

lebih dengan melakukan kegiatan pengangkatan, penurunan, mendorong, menarik,

mengangkut, dan memindahkan barang.

Pemilihan manusia sebagai tenaga kerja dalam melakukan kegiatan

penanganan material bukanlah tanpa sebab. Penanganan material secara manual

memiliki beberapa keuntungan yaitu:

1. Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan pemindahan beban

pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak beraturan.

2. Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan menggunakan mesin.

3. Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat.

Akivitas manual material handling merupakan sebuah aktivitas memindahkan

beban oleh tubuh secara manual dalam rentang waktu tertentu. Occupational

Safety and Health Administration (OSHA) mengklasifikasikan kegiatan manual

material handling menjadi lima (Suhardi dkk, 2008).yaitu :

1. Mengangkat/Menurunkan (Lifting/Lowering ) Mengangkat (Lifting) adalah

kegiatan memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi yang masih dapat

dijangkau oleh tangan. Kegiatan lainnya adalah menurunkan barang.

Gambar 2.5 Kegiatan mengangkat/menurunkan (lifting/lowering)

Sumber: OSHA, 1999

2. Mendorong/Menarik (Push/Pull) Kegiatan mendorong adalah kegiatan

Page 57: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 11

menekan berlawanan arah tubuh dengan usaha yang bertujuan untuk

memindahkan obyek. Kegiatan menarik, berkebalikan dengan itu.

Gambar 2.6 Kegiatan mendorong/menarik (pushing/pulling)

Sumber : OSHA, 1999]

3. Memutar (Twisting) Kegiatan memutar merupakan kegiatan manual material

handling yang merupakan gerakan memutar tubuh bagian atas ke satu ada dua

sisi sementara tubuh bagian bawah berada dalam keadaan tetap. Kegiatan

memutar ini dapat dilakukan dalam keadaan tubuh yang diam.

Gambar 2.7 Kegiatan memutar (twisting)

Sumber : OSHA, 1999

4. Membawa (Carrying) Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang

atau mengambil barang dan memindahkannya. Berat benda menjadi berat total

pekerja.

Gambar 2.8 Kegiatan membawa (carry)

Sumber : OSHA, 1999

5. Menahan (Holding) Memegang objek saat tubuh berada dalam posisi diam

(statis).

Page 58: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 12

Gambar 2.9 Kegiatan menahan (holding)

Sumber : OSHA, 1999

1. Rekomendasi Batas Beban Yang Boleh Diangkat

Dalam rangka untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat

maka perlu adanya suatu batasan angkat untuk operator. Berikut ini dijelaskan

beberapa batasan angkat secara legal dari berbagai negara bagian benua Amerika

yang dipakai untuk industri. Batasan angkat ini dipakai sebagai batasan angkat

secara internasional (Suhardi dkk, 2008). Batasan angkat tersebut, yaitu:

1. Batasan angkat secara legal (legal limitations),

a. Pria dibawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg.

b. Pria usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 18 kg.

c. Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat.

d. Wanita usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 11 kg.

e. Wanita usia lebih dari 18 tahun, maksimum angkat 16 kg

Batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, ngilu pada

tulang belakang. Disamping itu akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada

tulang belakang, terutama bagi operator untuk pekerjaan berat.

Komisi keselamatan dan kesehatan kerja di Amerika, pada tahun 1997

juga telah mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan cara pengangkutan

material/benda kerja.

Menurut Lembaga the National Occupational Health and Safety

Commission, 1997 membuat peraturan untuk pemindahan material secara aman.

(Suhardi dkk, 2008).

Tabel 2.2 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkut

Batasan Angkat (Kg) Tindakan

Dibawah 16 Tidak ada tindakan khusus yang perlu diadakan

16 - 34

Prosedur administrasi dibutuhkan untuk mengidentifikasi

ketidakmampuan seseorang dalam mengangkat beban

tanpa menanggung resiko yang berbahaya kecuali dengan

perantaraan alat bantu tertentu

Page 59: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 13

Lanjutan Tabel 2.2 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkut

Batasan Angkat (Kg) Tindakan

34 - 50 SebaiknyaOperator yang terpilih dan terlatih.

Menggunakan sistem pemindahan material secara terlatih.

Harus dibawah pengawasan supervisor

Diatas 50 Harus memakai peralatan mekanis. Operator yang terlatih

dan terpilih. Pernah mengikuti pelatihan kesehatan dan

keselamatan kerja dalam industri. Harus dibawah

pengawasan ketat

Sumber: National Occupational Health and Safety Commission, 1997

Tabel 2.3 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkut

Level Batas Angkat (Kg) Tindakan

1 Dibawah 16 Tidak diperlukan tindakan khusus

2 16 - 34 Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Ditekankan

pada metode angkat

3 34 - 50 Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Dipilih job

redesign

4 Diatas 50 Harus dibantu dengan peralatan mekanis

Sumber: National Occupational Health and Safety Commission, 1997

2. Batasan angkat secara fisiologi,

Metode pengangkatan ini dengan mempertimbangkan rata-rata beban

metabolisme dari aktivitas angkat yang berulang (repetitive lifting), sebagaimana

dapat juga ditemukan jumlah konsumsi oksigen. Hal ini haruslah benar-benar

diperhatikan terutama dalam rangka untuk menentukan batas angkat. Kelelahan

kerja yang terjadi dari aktifitas yang berulang-ulang (repetitive lifting) akan

meningkatkan resiko rasa nyeri pada tulang belakang (back injures). Repetitive

lifting dapat menyebabkan comulative trauma atau repetitive strain injures.

Gambar 2.10 Grafik level resiko dalam aktivitas pengangkatan pada lokasi beban horisontal dan berat pengangkatan

dari lantai kepada ketinggian tertentu Sumber : Bernard BP, 1997

Page 60: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 14

3. Batasan angkat secara psiko-fisik,

Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berbahaya untuk

mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian yang berbeda-beda.

Ada tiga kategori posisi angkat yang didapat, yaitu:

a. Permukaan lantai ke ketinggian tangan ke ketinggian bahu (shoulder

height).

b. Ketinggian bahu ke maksimum jangkauan tangan (vertikal).

c. genggaman tangan (knuckle height).

2. Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Gangguan Musculoskeletal

Sikap kerja merupakan salah satu faktor resiko penyebab akan terjadinya

gangguan muscolosceletal. Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia antara

lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-lain. Sikap kerja

dilakukan tergantung kepada jenis pekerjaan dan sistem kerja yang ada.

1. Sikap Kerja Berdiri

Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang paling sering dilakukan

saat bekerja. Berat tubuh akan ditopang oleh satu atau kedua kaki. Aliran berat

tubuh mengalir pada kedua kaki menuju tanah karena adanya gaya gravitasi bumi.

Kestabilan posisi tubuh saat berdiri dipengaruhi posisi kedua kaki. Posisi kaki

yang sejajar lurus dengan jarak sesuai tulang pinggul akan menjaga tubuh

sehingga tidak tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusan antara anggota

tubuh bagian atas dengan tubuh bagian bawah.

Sikap kerja berdiri memiliki beberapa kondisi permasalahan WMSDs.

Nyeri punggung bagian bawah (low back pain) adalah salah satu masalah pada

sikap kerja berdiri dengan sikap punggung condong ke depan. Sikap kerja berdiri

terlalu lama akan mengakibatkan penggumpalan darah di vena, karena aliran

darah berlawanan dengan gravitasi. Kejadian ini dapat mengakibatkan

pembengkakan pergelangan kaki.

2. Sikap Kerja Duduk

Sikap kerja duduk mengakibatkan munculnya keluhan pada punggung

bagian bawah, karena pada saat duduk maka otot bagian paha tertarik dan

bertentangan dengan bagian pinggul. Akibatnya tulang pelvis akan miring ke

belakang dan tulang belakang bagian lumbar L3/L4 akan mengendor. Kondisi ini

Page 61: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 15

akan membuat sisi depan invertebral disk tertekan dan sekelilingnya melebar. Hal

ini menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah dan menjalar ke kaki.

Gambar 2.11 Kondisi invertebratal disc bagian lumbar pada saat duduk

Sumber : Bridger RS, 1995

Ketegangan dan rasa sakit saat bekerja dengan sikap duduk dapa dikurangi

dengan merancang tempat duduk yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

posisi duduk tanpa sandaran menaikkan tekanan pada invertebral disk sebanyak

1/3 sampai ½ lebih banyak daripada posisi berdiri (Bridger, 1995). Sikap kerja

duduk pada kursi membutuhkan sandaran untuk menopang punggung, yang

memungkinkan pergerakan maju-mundur untuk melindungi bagian lumbar.

Sandaran harus dirancang dengan tonjolan ke depan untuk memberi ruang bagi

lumbar yang menekuk.

3. Sikap Kerja Membungkuk

Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman dan juga sering menimbulkan

rasa sakit adalah sikap kerja membungkuk. Posisi ini menimbulkan

ketidaknyamanan karena tidak adanya keseimbangan dan tidak menjaga

kestabilan tubuh saat bekerja. Sikap kerja membungkuk yang dilakukan berulang

dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan pekerja mengalami nyeri pada

punggung bagian bawah ( low back pain ).

Gambar 2.12 Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk

Sumber: Bridger RS, 1995

Page 62: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 16

Pada saat membungkuk, tulang belakang bergerak ke sisi depan tubuh.

Otot perut dan bagian depan invertebral disk pada bagian lumbar mengalami

tekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebral disk justru mengalami

regangan. Kondisi ini menyebabkan nyeri pada punggung bagian bawah (low back

pain ).

Sikap kerja membungkuk akan mengakibatkan ”slipped disk”, bila diikuti

dengan pengangkatan beban berlebih. Prosesnya sama dengan sikap kerja

membungkuk, tetapi karena beban yang berlebih menyebabkan ligamen pada sisi

belakang lumbar rusak dan ada penekanan pembuluh syaraf. Kerusakan ini

disebabkan keluarnya material pada invertebral disk akibat desakan lumbar.

4. Pengangkatan Beban

Kegiatan mengangkat beban memberikan kontribusi terbesar dalam

kecelakaan kerja pada bagian punggung. Penelitian yang dilakukan NIOSH

memperlihatkan sebuah statistik yang menyatakan bahwa dua-pertiga dari

kecelakaan akibat tekanan secara berlebihan berkaitan dengan aktivitas

menaikan/mengangkat barang (lifting loads activity). Pengangkatan beban yang

melebihi kekuatan manusia menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besar

pula atau over exertion (Bernard, et al, 1997) Dari penelitian tersebut

menunjukkan bahwa over exertion menjadi penyebab cedera bagian punggung

paling besar, presentasenya sekitar 64% - 74%. Adapun pengangkatan beban akan

mempengaruhi lumbar, dimana akan ada penekanan pada bagian L5/S1.

Penekanan pada daerah ini mempunyai batas tertentu untuk menahan tekanan.

Invertebral disk pada bagian L5/S1 lebih banyak menahan tekanan dibandingkan

tulang belakang. Bila pengangkatan ynag dilakukan melebihi kemampuan maka

akan menyebabkan disc herniation akibat lapisan pembungkus pada invertebral

disc pada bagian L5/S1 pecah.

Gambar 2.13 Pengaruh sikap kerja pengangkatan yang salah

Sumber: Bridger RS, 1995

Page 63: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 17

Cara untuk mengurangi resiko cedera yang mungkin ditimbulkan saat

mengangkat beban adalah :

a. Pikirkan dan rencanakan cara mengangkat beban. Usahakan untuk tidak

mengangkat beban melebihi batas kemampuan dan jangan mengangkat

beban dengan gerakan cepat dan tiba-tiba.

b. Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Karena makin

dekat beban, makin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada

punggung, bahu dan lengan. Makin dekat beban maka makin mudah untuk

menstabilkan tubuh.

c. Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat

dan usahakan dalam posisi seimbang. Tekuk lutut dalam posisi setengah

jongkok sampai sudut paling nyaman.

d. Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk,

menyamping atau miring (bending and twist).

e. Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok

dengan sudut paling nyaman.

5. Membawa Beban

Membawa beban merupakan pekerjaan manual handling yang sering

dilakukan saat bekerja. Penentuan beban normal untuk tiap orang ada

perbedaannya. Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi pekerjaan yang dilakukan.

Faktor yang paling berpengaruh dari kegiatan membawa beban adalah jarak. Jarak

yang ditempuh makin jauh akan menurunkan batasan beban yang dapat dibawa.

4. Mendorong Beban

Hal terpenting dari kegiatan mendorong beban adalah tinggi tangan saat

mendorong. Tinggi pegangan antara siku dan bahu selama mendorong beban

dianjurkan dalam kegiatan mendorong beban. Hal ini bertujuan untuk

menghasilkan tenaga maksimal untuk mendorong beban dan menghindari

kecelakaan kerja bagian tangan dan bahu.

7. Menarik Beban

Kegiatan menarik beban biasanya tidak dianjurkan dalam memindahkan

beban, karena akan sulit mengendalikan beban. Beban alan mudah tergelincir dan

melukai pekerja. Kesulitan lain yang timbul adalah pengawasan beban yang

Page 64: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 18

dipindahkan dan perbedaan jalur lintasan. Menarik beban akan aman untuk jarak

pendek.

3. Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling

Kondisi berbahaya yang diakibatkan oleh sikap kerja manual material

handling yang tidak tepat tentunya harus dicegah dan ditangani dengan baik.

Penanganan dan pencegahan akan lebih mudah dilakukan setelah mengetahui

faktor resiko dari manual material handling diatas. Menurut laporan NIOSH, pada

enam prosedur umum dalam menangani resiko kecelakaan/cedera akibat tindakan

manual material handling yang tidak tepat (Bernard et al, 1997), yaitu:

1. Identifikasi pekerjaan dengan kejadian yang menyebabkan cedera

musculoskeletal tinggi dan rata-rata kepelikan tinggi dengan analisa statistik

dari data medis.

2. Observasi pekerjaan yang dicurigai dan untuk tiap beban yang akan diangkat

harus diketahui berat serta metode pengangkatan.

3. Mengembangkan pengendalian keteknikan dengan peralatan manual handling,

mengemas ulang beban dalam berat yang lebih ringan, mengatur ulang area

kerja.

4. Mengajukan pengendalian administratif. Hal yang dapat dilakukan adalah

dengan mengurangi frekuensi pengangkatan, melakukan penjadwalan kerja,

mengembangkan pelatihan untuk mensosialisasikan teknik pengangkatan yang

tepat, serta meningkatkan prosedur seleksi dan penempatan pekerja dengan

lebih baik.

5. Mengimplementasikan solusi paling mungkin dan mengevaluasi efektifitas

dengan pengecekan kesehatan.

2.2.4 Postur dan Pergerakan Kerja

Postur kerja adalah pengaturan sikap pada saat tubuh sedang melakukan

pekerjaan. Sikap kerja pada saat bekerja sebaiknya dilakukan secara normal

sehingga dapat mencegah timbulnya musculoskeletal. Rasa nyaman dapat

dirasakan apabila pekerja melakukan postur kerja yang baik.

a. Korset bahu

Korset bahu memiliki macam-macam gerakan normal yaitu : abduction,

adduction, elevation, depression.

Page 65: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 19

Gambar 2.14 Jangkauan gerakan korset bahu

Sumber: Nurmianto, 2004

Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi sumbu tengah tubuh

(the median plane).

Adduction adalah pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the median

plane).

Elevasition adalah pergerakan kearah atas (bahu diangkat keatas)

Depression adalah pergerakan kearah bawah (bahu diturunkan kebawah.

b. Persendian bahu

Persendian bahu memiliki jangkauan gerakan normal yaitu : flexion,

extension,abduction,adduction,rotation.

Gambar 2.15 Jangkauan persendian bahu

Sumber: Nurmianto, 2004

Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi

pengurangan.

Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut

antara dua tulang.

Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah

tubuh.

Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh.

Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan atau kaki depan.

Circumduction adalah gerakan perputaran lengan menyamping secara

keseluruhan.

Page 66: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 20

c. Persendian siku

Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu : supination, pronation,

flexion, extension.

Gambar 2.16 Jangkauan gerakan persendian siku

Sumber: Nurmianto, 2004

Supination adalah perputaran kearah samping dari anggota tubuh.

Pronation adalah perputaran bagian tengah dari anggota tubuh.

Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi

pengurangan.

Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut

antara dua tulang.

d. Persendian pergelangan tangan

Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu: flexion, ekstension,

adduction, abduction, dan circumduction.

Gambar 2.17 Jangkauan gerakan pergerakan tangan Sumber: Nurmianto, 2004

Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi

pengurangan.

Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut

antara dua tulang.

Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah

tubuh.

Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh.

Circumduction adalah pergerakan pergerakan tangan secara memutar.

Page 67: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 21

2.2.5 REBA (Rapid Entire Body Assesment)

REBA atau Rapid Entire Body Assessment dikembangkan oleh Dr.Sue

Hignett dan Dr.Lynn McAtamney yang merupakan ergonomi dari universitas di

Nottingham (University of Nottinghan’s Institute of Occupational Ergonomics).

Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomic pada tahun 2002.

Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan

dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur

kerja atau postur leher,punggung,lengan,pergelangan tangan dan kaki seorang

operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban

eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Penilaian dengan

menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu lama untuk melengkapi dan

melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu

adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator

(McAtamney,2000).

Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi postur, kekuatan, aktivitas dan

faktor coupling yang menimbulkan cidera akibat aktivitas yang berulang-ulang.

Penilaian postur kerja dengan metode ini dengan cara pemberian skor resiko

antara satu sampai lima belas, yang mana skor yang tertinggi menandakan level

yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja.

Hal ini berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas

dari ergonomic hazard. REBA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang

beresiko dan melakukan perbaikan sesegera mungkin. Pemeriksaan REBA dapat

dilakukan di tempat yang terbatas tanpa mengganggu pekerja. Pengembangan

REBA terjadi dalam empat tahap. Tahap pertama adalah pengambilan data postur

pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto, tahap kedua adalah

penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja, tahap ketiga adalah penentuan

berat benda yang diangkat, penentuan coupling, dan penentuan aktivitas pekerja.

Dan yang terakhir, tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur

yang bersangkutan.

Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko dan

kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja. Penilaian

Page 68: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 22

menggunakan metode REBA yang telah dilakukan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr.

Lynn McAtamney melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

Tahap 1 : Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video

atau foto.

Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari leher,

punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan

dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya

peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil

rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta

analisis selanjutnya.

Tahap 2 : Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja.

Setelah didapatkan hasil rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja

dilakukan perhitungan besar sudut dari masing-masing segmen tubuh yang

meliputi punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan

tangan dan kaki. Pada metode REBA segmen-segmen tubuh tersebut dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang

tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan

pergelangan tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masing-masing grup

dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat

tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor untuk masing-

masing tabel.

Tabel 2.4 Skor pergerakan punggung (batang tubuh)

PPeerrggeerraakkaann SSkkoorr PPeerruubbaahhaann

SSkkoorr Tegak 1

+1 jika memutar

atau kesamping

0⁰ - 20⁰ Flexion 2

0⁰ - 20⁰ Extension

20⁰ - 60⁰ Flexion 3

>20⁰ Extension

>60⁰ Flexion 4

Sumber : McAtamney & Hignett, 2000

Pada Tabel 2.4 di atas, pergerakan punggung dapat ditunjukkan pada Gambar 2.18

berikut ini.

Page 69: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 23

(a) (b) (c) (d)

Gambar 2.18 Range pergerakan punggung (a) postur alamiah, (b) postur 0o–

20o flexion, (c) postur 20

o - 60

o flexion, (d) postur 60

o atau lebih

flexion Sumber: McAtamney & Hignett, 2000

Skor pergerakan leher dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.5 di bawah ini.

Tabel 2.5 Skor pergerakan leher

PPeerrggeerraakkaann SSkkoorr PPeerruubbaahhaann sskkoorr

00 - 20

0 Flexion 1 + 1 jika memutar atau

miring kesamping > 20

0 Flexion atau Extension 2

Sumber: McAtamney & Hignett, 2000

Pada Tabel 2.5 di atas, pergerakan leher dapat ditunjukkan pada Gambar 2.19

berikut ini.

(a) (b)

Gambar 2.19 Range pergerakan leher (a) postur 200 atau lebih flexion, (b) postur

extension Sumber: McAtamney & Hignett, 2000

Skor postur kaki dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.6 di bawah ini.

Tabel 2.6 Skor postur kaki

PPeerrggeerraakkaann SSkkoorr PPeerruubbaahhaann sskkoorr Kaki tertopang ketika berjalan

atau duduk dengan bobot

seimbang rata - rata

1 1 jika lutut antara 300 - 60

0

Flexion

Kaki tidak tertopang atau bobot

tubuh tidak tersebar merata

2 2 jika lutut > 600 Flexion

Sumber: McAtamney & Hignett, 2000

Pada Tabel 2.6 di atas, postur kaki dapat ditunjukkan pada Gambar 2.20 berikut

ini.

Page 70: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 24

(a) (b) Gambar 2.20 Range pergerakan kaki (a) kaki tertopang, bobot tersebar merata

(b) kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000

Skor pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.7 di bawah

ini.

Tabel 2.7 Skor pergerakan lengan atas

PPeerrggeerraakkaann SSkkoorr PPeerruubbaahhaann sskkoorr

600 Extension - 60

0 Flexsion 1 + 1 jika lengan atas abduction

> 200 Extension

2 + 1 jika pundak atau bahu

ditinggikan 20

0 - 45

0 Flexion

450 - 90

0 Flexion 3 -1 jika operator bersandar atau

bobot lengan ditopang > 90

0 Flexion 4

Sumber: McAtamney & Hignett, 2000

Pada Tabel 2.7 di atas, pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan pada Gambar

2.21 berikut ini.

(a) (b)

Gambar 2.21 Range Pergerakan lengan atas (a) postur 200 flexion dan extension,

(b) postur 200 atau lebih extension dan postur 20°-45° flexion, (c)

postur 45°-90° flexion, (d) postur 90° atau lebih flexion Sumber: McAtamney & Hignett, 2000

(c) (d)

Gambar 2.22 Range Pergerakan lengan atas (a) postur 200 flexion dan extension,

(b) postur 200 atau lebih extension dan postur 20°-45° flexion, (c)

postur 45°-90° flexion, (d) postur 90° atau lebih flexion (lanjutan) Sumber: McAtamney & Hignett, 2000

Page 71: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 25

Skor pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.8 di bawah

ini.

Tabel 2.8 Skor pergerakan lengan bawah

PPeerrggeerraakkaann SSkkoorr

600 - 100

0 Flexsion 1

< 600 Flexsion atau > 100

0 Flexsion 2

Sumber: McAtamney & Hignett, 2000

Pada Tabel 2.8 di atas, pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan pada gambar

2.23 berikut ini.

(a) (b)

Gambar 2.23 Range pergerakan lengan bawah (a) postur 600 - 100

0 flexsion,

extension, (b) postur 600 atau kurang flexsion dan 1000 atau lebih

flexio. Sumber: McAtamney & Hignett, 2000

Skor pergelangan tangan dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.9 di bawah ini.

Tabel 2.9 Skor pergelangan tangan

Pergerakan Skor Perubahan Skor

0°-15° Flexion atau Extension 1 +1 jika pergelangan tangan

> 15° Flexion atau Extension 2 menyimpang atau berputar

Sumber: McAtamney & Hignett, 2000

Pada Tabel 2.9 di atas, pergelangan tangan dapat ditunjukkan pada Gambar 2.24

berikut ini.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2.24 Range pergerakan pergelangan tangan (a) postur alamiah, (b) postur 0-15° flexion maupun extension, (c) postur 15° atau 1ebih

flexion, (d) postur 15° atau 1ebih extension. Sumber: McAtamney & Hignett, 2000

Page 72: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 26

Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Hasil penilaian

dari pergerakan punggung (batang tubuh), leher dan kaki kemudian digunakan

untuk menentukan skor A dengan menggunakan Tabel 2.10 di bawah ini.

Tabel 2.10 Tabel A

TTaabbllee AA NNeecckk

1 2 3

Legs

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Trunk

Posture

score

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Sumber: McAtamney & Hignett, 2000

Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan

tangan. Hasil penilaian dari pergerakan lengan atas, lengan bawah dan

pergelangan tangan kemudian digunakan untuk menentukan skor B dengan

menggunakan Tabel 2.11 di bawah ini.

Tabel 2.11 Tabel B

TTaabbllee BB LLoowweerr AArrmm

Wrist 1 2

1 2 3 1 2 3

Upper Arm

Score

1 1 2 2 1 2 3

2 1 2 3 2 3 4

3 3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

6 7 8 8 8 9 9

Sumber: McAtamney & Hignett, 2000

Hasil skor yang diperoleh dari Tabel A dan Tabel B digunakan untuk melihat

Tabel C sehingga didapatkan skor dari Tabel C.

Tabel 2.12 Tabel C

SSccoorree AA ((ssccoorree ffrroomm

tteebbllee

AA++llooaadd//ffoorrccee

ssccoorree))

TTaabbllee CC

Score B, (table B value + coupling score)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

Page 73: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 27

Lanjutan Tabel 2.12 Tabel C

SSccoorree AA ((ssccoorree ffrroomm

tteebbllee

AA++llooaadd//ffoorrccee

ssccoorree))

TTaabbllee CC

Score B, (table B value + coupling score)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8

3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8

4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11

8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11

9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12

10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12

11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12

12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Sumber: McAtamney & Hignett, 2000

Tahap 3: Penentuan berat benda yang diangkat, coupling dan aktivitas pekerja.

Selain skoring pada masing-masing segmen tubuh, faktor lain yang perlu

disertakan adalah berat beban yang diangkat, coupling dan aktivitas pekerjanya.

Besarnya skor berat beban yang diangkat dapat ditunjukkan seperti pada tabel

2.13 di bawah ini.

Tabel 2.13 Load atau force

LLooaadd//FFoorrccee

0 1 2 +1

<5kg 5-10kg >10kg shock or rapid

build up

Sumber: McAtamney & Hignett, 2000

Besarnya skor coupling dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.14 di bawah ini.

Tabel 2.14 Coupling

CCoouupplliinngg

0 Good 1 fair 2 Poor 3 Unacepptable

Well-fitting handle and a

mid-range power

grip

hand hold acceptable but not ideal, or

coupling is

acceptable via

Hand hold not acceptable

although

possible

Awkward, unsafe grip, no

handles;coupling is

unaceptable using

Sumber: McAtamney & Hignett, 2000

Page 74: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 28

Sementara itu besarnya skor activity dapat ditunjukkan seperti pada Tabel 2.15 di

bawah ini.

Tabel 2.15 Activity

AAccttiivviittyy

+1 1 more body parts static (held>1

min)

+1 repeated>4 per min in small range

(not walking)

+1 rapid large changes in posture or

unstable base

Sumber: McAtamney & Hignett, 2000

Tahap 4: Perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan.

Setelah didapatkan skor dari Tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor

untuk berat beban yang diangkat sehingga didapatkan nilai bagian A. Sementara

skor dari Tabel B dijumlahkan dengan skor dari tabel coupling sehingga

didapatkan nilai bagian B. Nilai bagian A dan bagian B dapat digunakan untuk

mencari nilai bagian C dari Tabel C yang ada.

Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan nilai bagian C dengan nilai

aktivitas pekerja. Nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko pada

musculoskeletal dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengurangi resiko serta

perbaikan kerja. Lebih jelasnya, alur cara kerja dengan menggunakan metode

REBA dapat dilihat pada Gambar 2.13 di bawah ini.

Gambar 2.25 Langkah-langkah perhitungan metode REBA

Sumber: McAtamney & Hignett, 2000

Page 75: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 29

Level resiko yang terjadi dapat diketahui berdasarkan nilai REBA. Level

resiko dan tindakan yang harus dilakukan dapat dilihat pada tabel 2.16 berikut ini.

Tabel 2.16 Level resiko dan tindakan

AAccttiioonn LLeevveell RREEBBAA

ssccoorree

RRiisskk lleevveell AAccttiioonn ((iinncclluuddiinngg

ffuurrtthheerr aasssseessssmmeenntt))

0 1 Negligible None necessary

1 2-3 Low My be necessary

2 4-7 Medium Necessary

3 8-10 High Necessary soon

4 11 - 15 Very hight Necessary now Sumber: McAtamney & Hignett, 2000

Pada Tabel 2.14 yang merupakan tabel resiko diatas dapat diketahui

dengan nilai REBA yang didapatkan dari hasil perhitungan sebelumnya dapat

diketahui level resiko yang terjadi dan perlu atau tidaknya tindakan dilakukan

untuk perbaikan. Perbaikan kerja yang mungkin dilakukan antara lain berupa

perancangan ulang peralatan kerja berdasarkan prinsip- prinsip ergonomi.

2.2.6 Fisiologi Kerja

Fisiologi kerja adalah studi tentang fungsi organ manusia yang

dipengaruhi stress otot. Saat seseorang melakukan kerja fisik diperlukan gaya

otot, dan aktivitas otot ini memerlukan energi dimana suplai energi memberi

beban kepada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskular. Sistem pernafasan

dibebani oleh kerja fisik karena adanya peningkatan ventilation (inhalation dan

exhalation) untuk mensuplai kebutuhan oksigen pada otot yang melakukan

pekerjaan. Sedangkan pembebanan pada sistem kardiovaskular dikarenakan

jantung harus memompa lebih cepat untuk memberikan oksigen pada otot yang

terlibat melalui pembuluh darah. Kesimpulannya bahwa saat tubuh melakukan

kerja fisik akan terjadi perubahan pada kecepatan denyut jantung dan konsumsi

oksigen. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan berat ringannya suatu

pekerjaan dalam hubungannya dengan perubahan konsumsi oksigen, kecepatan

denyut jantung dan energy expenditure (Sanders et al, 1993).

Tabel 2.17 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi oksigen,

denyut jantung, dan energy expenditure

Work Severity 2VO

Heart Rate

(beats/min)

Energy

Expenditure

(kcal/min)

Light Work < 0.5 <90 <2,5

Moderate Work 0.5 – 1.0 90-110 2,5-5,0

Page 76: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 30

Lanjutan Tabel 2.17 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi oksigen,

denyut jantung, dan energy expenditure

Work Severity 2VO

Heart Rate

(beats/min)

Energy

Expenditure

(kcal/min)

Heavy Work 1.0 – 1.5 110-130 5,0-7,5

Very Heavy Work 1.5 – 2.0 130-150 7,5-10,0

Extremely Heavy

Work

> 2.0 150-170 >10,0

Sumber: Sanders et al, 1993

Ketika seseorang mulai bekerja, denyut jantung dan tingkat konsumsi

oksigen meningkat sampai memenuhi kebutuhan. Peningkatan ini tidak terjadi

tiba-tiba, sehingga kebutuhan ini akan dipenuhi terlebih dahulu oleh energi yang

tersimpan di otot. Dengan cara yang sama, ketika seseorang berhenti bekerja,

kecepatan denyut jantung dan konsumsi oksigen akan menurun secara perlahan-

lahan sampai kondisi normal. Untuk melakukan penilaian beban fisik dalam

bekerja dengan metode fisiologi maka pengukuran harus dimulai sebelum pekerja

melakukan pekerjaannya. Pengukuran terus dilakukan selama waktu bekerja

sampai sebelum variable fisiologi kembali ke level awal.

Metode yang biasa dipakai untuk mengukur energy expenditure adalah

mengukur denyut jantung dengan memakai omronmeter. Kemudian dilakukan

penghitungan konsumsi energi (enery expenditure). Pengukuran seperti ini disebut

pengukuran langsung.

Selain mengukur secara langsung dengan mengetahui tingkat konsumsi

oksigen, dapat juga dilakukan pengukuran secara tidak langsung yaitu dengan

mengukur kecepatan denyut jantung seseorang. Kecepatan denyut jantung akan

meningkat saat seseorang bekerja, karena jantung harus memompa lebih cepat

untuk memberikan oksigen pada otot melalui pembuluh darah. Dengan kata lain

denyut jantung seperti sinyal yang menunjukkan adanya beban pada tubuh, dan

dapat digunakan sebagai indeks untuk mengetahui fisiologi kerja.

Pengukuran energy expenditure dengan mengukur denyut jantung, lebih

mudah dilakukan dibanding mengukur perubahan konsumsi oksigen. Penting

untuk diingat bahwa pengukuran harus dilakukan sebelum dan sesudah bekerja.

A. Konsumsi Energi (Energy Expenditure)

Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan peubah yang penting dalam

penelitian lapangan maupun penelitian laboratorium. Dalam hal penentuan

Page 77: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 31

konsumsi energi, biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan

denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung

pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada waktu istirahat.

Untuk merumuskan hubungan antara energy expenditure dengan

kecepatan denyut jantung, dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan antara

energy expenditure dengan kecepatan denyut jantung dengan menggunakan

analisis regresi. Menurut Marks, Sanders et al (1993) bentuk regresi hubungan

energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan

persamaan dibawah ini:

Y = 1.80411 – (0.0229038)X + (4.71733 x 10-4

)X2

dimana :

Y = energi (kilokalori per menit)

X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit)

Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk

energi, maka konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan

dalam bentuk matematis sebagai berikut :

KE = Et - Ej

Dimana :

KE = konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu (kilokalori per menit)

Et = pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu (kilokalori per menit)

Ej = pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori per menit)

Dengan demikian, konsumsi energi pada waktu kerja tertentu merupakan

selisih antara pengeluaran energi pada waktu kerja dengan pengeluaran energi

pada saat istirahat.

B. Perhitungan Besarnya Pengeluaran Energi (Energy Cost)

Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan peubah yang penting dalam

penelitian lapangan maupun penelitian laboratorium. Dalam hal penentuan

konsumsi energi, biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan

denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut jantung

pada waktu kerja (Working Heart Rate) dengan kecepatan denyut jantung pada

waktu istirahat. (Resting Heart Rate).

Menurut Kamalakannan et al (2007) bentuk regresi hubungan energi

dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan

Page 78: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 32

dibawah ini:

E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G

dimana :

E – Cost = Energy Cost (watt)

HR = Working Heart Rate (bpm)

HT = Height (inch)

A = Age (yrs)

RHR = Resting Heart Rate (bpm)

G = Gender (m = 0 ; f = 1)

1 watt 0.0143 kcal / min

Berikut ini adalah tabel (nilai) dari pekerjaan fisik yang menunjukkan

berat ringannya suatu pekerjaan dalam hubungannya dengan perubahan konsumsi

energi, kecepatan denyut jantung dan energy expenditure (E – Cost) berdasarkan

penggolongan jenis kelamin pria / wanita

Tabel 2.18 Kriteria pekerjaan berdasar konsumsi energi, denyut jantung, dan energy expenditure

Grade of Work Energy Expenditure

(kcal/ min)

Energy Expenditure 8 h

(kcal/d)

Hearth Rate

(beats /min)

Rest (sitting) 1.5 < 720 60 – 70

Very Light Work 1.6 – 2.5 766 - 1200 65 – 75

Light Work 2.5 – 5.0 1200 - 2400 75 – 100

Moderate Work 5.0 – 7.5 2400 - 3600 100 – 125

Heavy Work 7.5 – 10.0 3600 - 4800 125 – 150

Very Heavy Work 10 – 12.5 4800 - 6000 150 – 180 Sumber: Kamalakannan et al, 2007

2.2.7 Pengertian Antropometri

Istilah antropometri berasal dari kata anthro yang berarti “manusia” dan

metri yang berarti “ukuran”. Antropometri adalah studi tentang dimensi tubuh

manusia (Pullat, 1992). Antropometri merupakan suatu ilmu yang secara khusus

mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-

perbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok dan lain sebagainya

(Panero dan Zelnik, 2003). Data antropometri yang ada dibedakan menjadi dua

kategori, antara lain (Pullat, 1992):

a. Dimensi struktural (statis)

Page 79: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 33

Dimensi struktural ini mencakup pengukuran dimensi tubuh pada posisi

tetap dan standar. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap meliputi berat

badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi

atau panjang lutut berdiri maupun duduk, panjang lengan dan sebagainya.

b. Dimensi fungsional (dinamis)

Dimensi fungsional mencakup pengukuran dimensi tubuh pada berbagai

posisi atau sikap. Hal pokok yang ditekankan pada pengukuran dimensi

fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang berkaitan dengan

gerakan-gerakan nyata yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan

tertentu.

Data antropometri dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, antara lain

(Wignjosoebroto, 1995) :

a. Perancangan areal kerja

b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas dan sebagainya

c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer,

dan lain-lain

d. Perancangan lingkungan kerja fisik

1. Dimensi Antropometri

Data antropometri dapat dimanfaatkan untuk menetapkan dimensi ukuran

produk yang akan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang

akan menggunakannya. Pengukuran dimensi struktur tubuh yang biasa diambil

dalam perancangan produk maupun fasilitas dapat dilihat pada Gambar 2.26 di

bawah ini.

Gambar 2.26 Anthropometri untuk perancangan produk atau fasilitas

Sumber: Wignjosoebroto S, 1995

Page 80: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 34

Keterangan Gambar 2.26 di atas, yaitu:

1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung

kepala).

2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.

3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).

5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam

gambar tidak ditunjukkan).

6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat

sampai dengan kepala).

7 : Tinggi mata dalam posisi duduk.

8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.

9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).

10 : Tebal atau lebar paha.

11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.

12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari

lutut betis.

13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.

14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan

paha.

15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk).

16 : Lebar pinggul ataupun pantat.

17 : Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan

dalam gambar).

18 : Lebar perut.

19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam

posisi siku tegak lurus.

20 : Lebar kepala.

21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari.

22 : Lebar telapak tangan.

23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan

(tidak ditunjukkan dalam gambar).

Page 81: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 35

24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak.

25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.

26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai

dengan ujung jari tangan.

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat

diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan

pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran

dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada

Pada penelitian ini digunakan lima data anthropometri yaitu tinggi bahu berdiri

(tbb), tinggi siku berdiri (tsb), jangkauan tangan ke depan (jtd), lebar bahu (lb),

diameter lingkar genggan telapak tangan (dtt). Pada Tabel 2.19 menunjukkan cara

pengukuran tiap data anthropometri yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 2.19 Data anthropometri untuk perancangan handtruck

Data Anthropometri Keterangan Cara Pengukuran

tinggi bahu berdiri

(tbb)

Ukur jarak vertikal dari

permukaan lantai ke bahu

tinggi siku berdiri

(tsb)

Ukur jarak vertikal dari

permukaan lantai ke bahu

jangkauan tangan ke depan

(jtd)

Ukur jarak horisontal dari

punggung sampai ujung jari

tengah. Subjek berdiri tegak,

tangan direntangkan horizontal

ke depan

lebar bahu

(lb)

Ukur jarak horisontal antara

kedua lengan atas. Subjek duduk

tegak dengan lengan atas

merapat ke badan dan lengan

bawah direntangkan ke depan.

diameter lingkar genggan

telapak tangan

(dtt)

Ukur diameter telapak tangan

pada waktu menggenggam

diukur dari pergelangan tangan

sampai dengan ujung jari tengah

Sumber: Wignjosoebroto, 1995.

Page 82: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 36

2. Aplikasi Data Antropometri Dalam Perancangan

Dengan adanya variabilitas dimensi tubuh manusia, maka terdapat tiga

prinsip dalam pemakaian data antropometri agar produk yang dirancang dapat

mengakomodasi ukuran tubuh dari populasi yang akan menggunakan produk

tersebut, yaitu:

a. Perancangan berdasar individu ekstrim

Prinsip ini digunakan apabila diharapkan fasilitas yang dirancang dapat

dipakai dengan nyaman oleh sebagian besar orang-orang yang memakainya.

Perancangan ini dapat dibagi dua yaitu yang pertama perancangan dengan data

nilai persentil tinggi (90%, 95%, atau 99%). Misalnya untuk merancang tinggi

pintu dipakai tinngi manusia dengan persentil 99% ditambah dengan kelonggaran.

Yang kedua, perancangan fasilitas dengan data persentil kecil atau rendah (10%,

5%, atau 1%). Misalnya untuk menentukan tinggi tombol lampu digunakan

persentil 5 yang berarti 5% dari populasi tidak dapat menjangkaunya.

b. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan (adjustable)

Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar dapat dipakai

dengan nyaman oleh semua orang yang mungkin memerlukannya. Dalam prinsip

ini biasanya dipakai data antropometri dengan rentang persentil 5% sampai 95%.

Contoh penerapan prinsip ini adalah perancangan kursi kemudi mobil yang bisa

dimaju-mundurkan dan diatur kemiringan sandarannya.

c. Perancangan fasilitas berdasar harga rata-rata

Pemakainya Prinsip ini hanya digunakan apabila perancangan berdasar

harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika kita menggunakan

prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan.

Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses

perancangan produk ataupun fasilitas kerja, beberapa rekomendasi yang bisa

diberikan sesuai dengan langkah-langkah, sebagai berikut:

a. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang

nantinya difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut,

b. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut,

dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data

structural body dimension ataukah functional body dimension,

Page 83: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 37

c. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi,

diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk tersebut,

d. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan

rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang

fleksibel atau ukuran rata-rata,

e. Pilih persentil populasi yang harus diikuti; ke-5, ke-50, ke-95 atau nilai

persentil yang lain yang dikehendaki,

f. Setiap dimensi tubuh yang diidentifikasikan selanjutnya pilih tetapkan nilai.

Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila

diperlukan seperti halnya tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian

harus dikenakan, pemakaian sarung tangan (gloves), dan lain-lain.

3. Pengolahan Data Antropometri

Data mentah yang sudah didapatkan diuji terlebih dahulu dengan

menggunakan metode statistik sederhana yaitu uji hipotesis mean dengan sampel

tunggal. Hal tersebut dilakukan agar data yang diperoleh bersifat representatif,

artinya data tersebut dapat mewakili populasi yang diharapkan.

4. Aplikasi Distribusi Normal Dalam Antropometri

Penerapan data antropometri, distribusi yang umum digunakan adalah

distribusi normal (Nurmianto, 2004). Dalam statistik, distribusi normal dapat

diformulasikan berdasarkan nilai rata-rata (x) dan standar deviasi (σ) dari data

yang ada. Nilai rata-rata dan standar deviasi yang ada dapat ditentukan percentile

sesuai tabel probabilitas distribusi normal.

Adanya berbagai variasi yang cukup luas pada ukuran tubuh manusia

secara perorangan, maka besar “nilai rata-rata” menjadi tidak begitu penting bagi

perancang. Hal yang justru harus diperhatikan adalah rentang nilai yang ada.

Secara statistik sudah diketahui bahwa data pengukuran tubuh manusia pada

berbagai populasi akan terdistribusi dalam grafik sedemikian rupa sehingga data-

data yang bernilai kurang lebih sama akan terkumpul di bagian tengah grafik,

sedangkan data-data dengan nilai penyimpangan ekstrim akan terletak di ujung-

ujung grafik. Merancang untuk kepentingan keseluruhan populasi sekaligus

merupakan hal yang tidak praktis. Berdasarkan uraian tersebut, maka kebanyakan

data antropometri disajikan dalam bentuk persentil.

Page 84: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 38

Presentil menunjukkan jumlah bagian per seratus orang dari suatu populasi

yang memiliki ukuran tubuh tertentu (atau yang lebih kecil) atau nilai yang

menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di

bawah nilai tersebut. Sebagai contoh bila dikatakan presentil pertama dari suatu

data pengukuran tinggi badan, maka pengertiannya adalah bahwa 99% dari

populasi memiliki data pengukuran yang bernilai lebih besar dari 1% dari populasi

yang tadi disebutkan. Contoh lainnya : bila dikatakan presentil ke-95 dari suatu

pengukuran data tinggi badan berarti bahwa hanya 5% data merupakan data tinggi

badan yang bernilai lebih besar dari suatu populasi dan 95% populasi merupakan

data tinggi badan yang bernilai sama atau lebih rendah pada populasi tersebut. The

Antropometric Source Book yang diterbitkan oleh Badan Administrasi Nasional

Aeronotika dan Penerbangan Luar Angkasa Amerika Serikat (NASA)

merumuskan pengertian presentil yaitu definisi presentil sebenarnya sederhananya

saja untuk suatu kelompok data apapun. Misalnya data berat badan pilot, presentil

pertama menunjukkan data sejumlah pilot yang berat badannya lebih besar

daripada 1% data para pilot yang disebutkan paling kecil berat badannya, dan

dilain pihak merupakan data berat badan dari setiap pilot yang kurang berat

badannya dari 99% pilot dengan berat badan yang terbesar.

Dapat juga dikatakan bahwa presentil kedua merupakan data yang bernilai

lebih besar daripada 2% pilot yang paling ringan, dan lebih kecil dari 98% pilot-

pilot terberat. Jadi, berapapun besaran nilai k dari 1 hingga 99 maka presentil ke-k

tersebut merupakan nilai yang lebih besar dari k% berat badan terkecil dan kurang

dari yang terbesar (100k)%. Presentil 50 yang merupakan nilai dari suatu rata-rata,

merupakan nilai yang membagi data menjadi dua bagian, yaitu yang berisi data

bernilai terkecil dan terbesar masing-masing sebesar 50% dari keseluruhan nilai

tersebut.

Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata ukuran

dari suatu kelompok tertentu. Suatu kesalahan yang serius pada penerapan suatu

data adalah dengan mengasumsikan bahwa setiap ukuran pada persentil ke-50

mewakili pengukuran manusia rata-rata pada umumnya, sehingga sering

digunakan sebagai pedoman perancangan. Kesalahpahaman yang terjadi dangan

Page 85: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 39

asumsi tersebut mengaburkan pengertian atas makna 50% dari kelompok.

Sebenarnya tidak ada yang dapat disebut “manusia rata-rata”.

Ada dua hal penting yang harus selalu diingat bila menggunakan presentil.

Pertama, suatu persentil antropometrik dari tiap individu hanya berlaku untuk satu

data dimensi tubuh saja. Hal dapat merupakan data tinggi badan atau data tinggi

duduk. Kedua, tidak dapat dikatakan seseorang memiliki persentil yang sama, ke-

95 atau ke-90 atau ke-5, untuk keseluruhan dimensi tubuhnya. Hal ini hanya

merupakan gambaran dari suatu makhluk dalam khayalan, karena seseorang

dengan presentil ke-50 untuk data tinggi badannya, dapat saja memiliki persentil

ke-40 untuk data tinggi lututnya, atau persentil ke-60 untuk data panjang

lengannya seperti ilustrasi pada Gambar 2.27.

Gambar 2.27 Ilustrasi persentil

Sumber: Nurmianto, 2004

Pemakaian dari nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam

perhitungan data antropometri dijelaskan pada Gambar 2.28 dan Tabel 2.20.

Page 86: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 40

Gambar 2.28 Distribusi normal dengan data antropometri

Sumber : Nurmianto, 2004

Tabel 2.20 Jenis persentil dan cara perhitungan dalam distribusi normal

Persentil Perhitungan

1st

xx 325.2

2.5th

xx 96.1

5th

xx 645.1

10th

xx 28.1

50th

x

90th

xx 28.1

95th

xx 645.1

97.5th

xx 96.1

99th xx 325.2

Sumber : Nurmianto, 2004

2.2.8 Perancangan Dengan Metode Rasional

Metode rasional menggunakan pendekatan yang sistematis dalam

perancangan. Metode ini banyak digunakan dalam perancangan karena memiliki

tahapan yang jelas sehingga dapat memberikan hasil rancangan dan produk akhir

yang berkualitas (Cross, 1994). Adapun langkah-langkah metode rasional antara

lain :

Page 87: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 41

1. Clarifying Objectives

Tahap penting pertama dalam perancangan adalah bagaimana mencoba untuk

menjelaskan tujuan perancangan. Pada kenyataannya akan sangat membantu pada

keseluruhan tahap perancangan, bila tujuan perancangan sudah jelas, walaupun

tujuan itu dapat berubah selama proses perancangan. Tujuan awal dan sementara

dapat berubah, meluas atau menyempit, atau benar-benar berubah asalkan

permasalahan menjadi lebih dimengerti dan sepanjang penyelesaian ide-ide dapat

berkembang.

Clarifying objectives menunjukkan tujuan dan maksud umum untuk

pencapaian tujuan yang sedang dalam pertimbangan. Metode ini menunjukkan

bentuk diagramatis dimana tujuan-tujuan yang berbeda dihubungkan satu sama

lain, serta pola hirarki tujuan dan sub tujuan. Langkah-langkah pembuatan

clarifying objectives adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan daftar tujuan perancangan, dimana daftar tersebut diambil dari

ringkasan perancangan.

b. Menyusun daftar ke dalam kumpulan tujuan tingkat tinggi dan tingkat rendah.

Perluasan daftar tujuan dan sub tujuan secara kasar dapat dikelompokkan ke

dalam tingkatan hirarki.

c. Menggambarkan diagram clarifying objectives, hubungan hirarki dan garis

hubungannya.

2. Establishing Function

Establishing functions bertujuan untuk menentukan fungsi-fungsi yang

dibutuhkan dan batasan sistem dari perancangan yang akan dilakukan. Langkah-

langkah pembuatan establishing functions adalah sebagai berikut :

a. Menunjukkan fungsi perancangan secara umum dalam perubahan input

menjadi output yang diinginkan.

b. Memecah fungsi umum menjadi sub fungsi dasar yang lebih spesifik.

c. Menggambarkan diagram blok yang menggambarkan interaksi antar sub-fungsi

dasar.

3. Performance Specification

Performance specification bertujuan untuk membuat spesifikasi yang akurat

dari kebutuhan perancangan. Spesifikasi yang telah ditentukan oleh perancang

Page 88: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 42

ditetapkan sebagai tujuan perancangan dengan mencantumkan kriteria-kriteria.

Langkah-langkah pembuatan performance specification adalah sebagai berikut :

a. Menimbang perbedaan tingkatan umum penyelesaian yang dapat diterima.

b. Menentukan tingkatan umum yang nantinya akan dioperasikan.

c. Mengidentifikasi atribut yang dibutuhkan.

d. Menyebutkan persyaratan yang diperlukan atribut dengan tepat dan teliti.

e. Memberikan penilaian terhadap atribut

2.2.9 Mekanika Konstruksi

Mekanika (Bahasa Latin mechanicus, dari Bahasa Yunani mechanikos,

"seseorang yang ahli di bidang mesin") adalah jenis ilmu khusus yang

mempelajari fungsi dan cara kerja mesin, alat atau benda yang seperti mesin.

Mekanika merupakan bagian yang sangat penting dalam ilmu fisika terutama

untuk ahli sains dan ahli teknik. Mekanika (Mechanics) juga berarti ilmu

pengetahuan yang mempelajari gerakan suatu benda serta efek gaya dalam

gerakan itu. Cabang ilmu Mekanika terbagi dua : Mekanika Statik dan Mekanika

Dinamik (tidak dibahas dalam penelitian ini). Mekanika teknik dikenal juga

sebagai mekanika rekayasa atau analisa struktur. Pokok utama dari ilmu tersebut

adalah mempelajari perilaku struktur terhadap beban yang bekerja padanya.

1. Statika

Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statik dari suatu beban terhadap

gaya-gaya dan beban yang mungkin ada pada bahan tersebut, atau juga dapat

dikatakan sebagai perubahan terhadap panjang benda awal karena gaya atau

beban. Terdapat 3 jenis tumpuan dalam ilmu statika untuk menentukan jenis

peletakan yang digunakan dalam menahan beban yag ada dalam struktur, beban

yang ditahan oleh peletakan masing-masing adalah:

a. Tumpuan Rol

Yaitu tumpuan yang dapat meneruskan gaya desak yang tegak lurus bidang

peletakannya.

Gambar 2.29 Tumpuan rol Sumber : Popov, 1991

Page 89: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 43

b. Tumpuan Sendi

Tumpuan yang dapat meneruskan gaya tarik dan desak tetapi arahnya selalu

menurut sumbu batang sehingga batang tumpuan hanya memiliki satu gaya.

Gambar 2.30 Tumpuan sendi

Sumber : Popov, 1991

c. Tumpuan Jepitan

Jepitan adalah tumpuan yang dapat menberuskan segala gaya dan momen

sehingga dapat mendukung H, V dan M yang berati mempunyai tiga gaya. Dari

kesetimbangan kita memenuhi bahwa agar susunan gaya dalam keadaan

setimbang haruslah dipenuhi tiga syarat yaitu ∑FHorisontal = 0, ∑FVertikal = 0,

∑M= 0

Gambar 2.31 Tumpuan jepit Sumber : Popov, 1991

2. Gaya

Suatu konstruksi bertugas mendukung gaya-gaya luar yang bekerja padanya

yang kita sebut sebagai beban. Konstruksi harus ditumpu dan diletakkan pada

peletakan-peletakan tertentu agar dapat memenuhi tugasnya yaitu menjaga

keadaan konstruksi yang seimbang. Suatu konstruksi dikatakan seimbang bila

resultan gaya yang bekerja pada konstruksi tersebut sama dengan nol atau dengan

kata lain ∑Fx = 0, ∑Fy = 0, ∑Fz = 0, ∑M = 0. (Popov, 1991).

Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan suatu benda dari keadaan diam

menjadi bergerak atau sebaliknya. Dalam ilmu statika berlaku hukum (Aksi =

Reaksi), gaya dalam statika kemudian dikenal dibedakan menjadi :

a. Gaya Luar

Gaya luar adalah gaya yang diakibatkan oleh beban yang berasal dari luar

sistem yang pada umumnya menciptakan kestabilan konstruksi. Sedangkan

beban adalah beratnya beban atau barang yang didukung oleh suatu konstruksi

atau bangunan beban dan dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu :

Page 90: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 44

Beban mati yaitu beban yang sudah tidak bisa dipindah-pindah, seperti

dinding, penutup lantai dll.

Beban sementara yaitu beban yang masih bisa dipindah-pindahkan, ataupun

beban yang dapat berjalan seperti beban orang, mobil (kendaraan), kereta

dll.

Beban terbagi rata yaitu beban yang secara merata membebani struktur.

Beban dapat dibedakan menjadi beban segi empat dan beban segitiga.

Beban titik terpusat adalah beban yang membebani pada suatu titik.

Beban berjalan adalah beban yang bisa berjalan atau dipindah-pindahkan

baik itu beban mrata, titik, atau kombinasi antar keduanya.

b. Gaya dalam

Akibat adanya gaya luar yang bekerja, maka bahan memberikan perlawanan

sehingga timbul gaya dalam yang menyebabkan terjadinya deformasi atau

perubahan bentuk. Agar suatu struktur tidak hancur atau runtuh maka besarnya

gaya akan bergantung pada struktur gaya luar, yaitu:

c. Gaya geser (Shearing Force Diagram)

Gaya geser merupakan gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban yang arah

garis kerjanya tegak lurus ( ) pada sumbu batang yang ditinjau seperti tampak

pada Gambar 2.32.

P

Gambar 2.32 Sketsa prinsip statika kesetimbangan

Sumber : Popov, 1991

Gaya bidang lintang ditunjukan dengan SFD (shearing force diagram), dimana

penentuan tanda pada SFD berupa tanda negatif (-) atau positif (+) bergantung

dari arah gaya. P

A B

y

Ra Rb

+

-

Gambar 2.33 Sketsa shearing force diagram

Sumber : Popov, 1991

Page 91: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 45

d. Gaya Normal (Normal Force)

Gaya normal merupakan gaya dalam yang terjadi akibat adanya beban yang

arah garis kerjanya searah (// ) sumbu batang yang ditinjau

A B

+

-RH

RH

Gambar 2.34 Sketsa normal force Sumber : Popov, 1991

Agar batang tetap utuh, maka gaya dalam sama dengan gaya luar. Pada gambar

diatas nampak bahwa tanda (-) negative yaitu batang tertekan, sedang bertanda

(+) batang tertarik.

e. Momen

Momen adalah gaya yang bekerja dikalikan dengan panjang lengan yang

terjadi akibat adanya beban yang terjadi pada struktur tersebut P

+

Gambar 2.35 Sketsa moment bending (+) Sumber : Popov, 1991

P

-

Gambar 2.36 Landasan sketsa moment bending (-)

Sumber : Popov, 1991

Dalam sebuah perhitugan gaya dalam momen memiliki kesepakatan yang

senantiasa dipenuhi yaitu pada arah tinjauan, diantaranya:

Page 92: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

II - 46

Ditinjau dari arah kanan

+

P

-

P

Gambar 2.37 Landasan arah kanan

Sumber : Popov, 1991

Ditinjau dari arah kiri

+

P

-

Gambar 2.38 Landasan arah kiri Sumber : Popov, 1991

Bila searah jarum jam (+)

Bila berlawanan jarum jam (-)

Bila berlawanan jarum jam (-)

Bila searah jarum jam (+)

Page 93: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

III-1

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan secara sistematis mengenai langkah-langkah yang

dilakukan dalam penelitian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam

penelitian ditunjukan pada flow chart Gambar. 3.1.

Mulai

Studi Literatur

Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Perumusan Masalah

Studi Lapangan

Identifikasi Masalah

Tahap Pengumpulan

Data

Pengumpulan Data

1. Dokumentasi

- Pola Aktivitas Manual Material Handling

2. Wawancara

3. Kuisioner

- Kuisioner Nordic Body Map

4. Data postur kerja

5. Data fisiologi (beban kerja)

6. Data anthropometri

Pengolahan Data

1. Perhitungan hasil kuisioner

- Kuisioner Nordic Body Map

2. Perhitungan postur kerja

- Metode REBA

2. Perhitungan fisiologi (beban kerja)

- Perhitungan Energy Expenditure

- Perhitungan Energy Cost

3. Perhitungan anthropometri

4. Perhitungan persentil

Tahap Pengolahan

Data

A

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Page 94: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

III-2

Penentuan Dimensi Rancangan

a. Perhitungan dimensi ketinggian handle pada desain pertama

b. Perhitungan dimensi ketinggian handle pada desain kedua

c. Perhitungan dimensi lebar antar handle desain pertama

d. Perhitungan dimensi lebar antar handle desain kedua

e. Perhitungan diameter pegangan (handle)

f. Perhitungan panjang genggaman pegangan handtruck

g. Perhitungan dimensi panjang landasan bawah handtruck

h. Perhitungan dimensi panjang landasan bawah handtruck

i. Perhitungan dimensi panjang lengan ayun (swing arm)

Perhitungan Kekuatan Material

1. Perhitungan kekuatan pipa rangka landasan bawah posisi 90

2. Perhitungan roda

- Perhitungan gaya yang diterima roda depan

- Perhitungan poros roda

- Perhitungan beban yang diterima roda depan

3. Perhitungan kekuatan pipa penyangga rangka belakang 45

4. Perhitungan gaya penyangga pada pegas

5. Perhitungan konstanta pegas

6. Perhitungan kekuatan handtruck berdasarkan keadaan jalan lokasi Pasar Gede

7. Perhitungan batasan pengangkatan dikonversikan kedalam pengangkutan

8. Penentuan dan pemilihan desain handle pada perancangan handtruck

Estimasi Biaya Rancangan

1. Biaya Material

2. Biaya Non Material

3. Total Biaya Perancangan

Penyusunan Konsep Perancangan

1. Penjabaran kebutuhan perancangan (Need)

- Keluhan pekerja buruh angkut beserta penyebabnya

- Penjabaran keinginan ditransformasikan kedalam keinginan

2. Pembangkitan gagasan dalam perancangan (Idea)

Melalui penjabaran kebutuhan dan keinginan kedalam ide pemecahan masalah

Metode Rasional menurut Nigel Cross, 1994

a. Clarifying objectives (penjelasan tujuan dan subtujuan perancangan)

b. Establishing functions (penentuan fungsi dalam perancangan)

c. Performance specification (penentuan spesifikasi akurat dalam perancangan handtruck)

Tahap Perancangan

A

A

0

0

Penentuan Bahan Material

1. Material penyusun rangka pipa baja

2. Material plat rngka penopang landasan bawah

3. Material pipa pada pegangan

4. Material Shock absorber

5. Material plat dudukan roda

6. Material roda dan pengunci roda

7. Material roda dan pengunci roda

Pembuatan Rancangan

a. Pembuatan rancangan gambar 2d, 3d

b. Prototipe perancangan handtruck sebagai alat bantu kerja

c. Perencanaan pengoperasian handtruck sebagai alat bantu kerja

Lanjutan Gambar 3.1 Metodologi Penelitian (lanjutan)

Page 95: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

III-3

Tahap Analisis dan

Interpretasi HasilAnalisa dan Interpretasi Hasil

Tahap Kesimpulan

dan Saran Kesimpulan dan Saran

Selesai

Evaluasi Hasil Uji Coba Alat Hasil Perancangan

Alat Bantu Kerja

1. Pengukuran dan penilaian postur kerja

- Metode REBA

2. Perhitungan fisiologi (beban kerja)

A. Perhitungan Energy Expenditure

B. Perhitungan Energy Cost

A

Tahap Uji Coba

Hasil Perancangan

Alat

Lanjutan Gambar 3.1 Metodologi Penelitian (lanjutan)

Langkah-langkah penyelesaian masalah pada flow chart Gambar 3.1,

diuraikan sebagai berikut :

3.1 Tahap Identifikasi Masalah

Tahap identifikasi masalah merupakan tahap awal dalam kegiatan penelitian

ini. Pada langkah ini dilakukan identifikasi mengenai kondisi umum manual

material handling di Pasar Gede serta merumuskan masalah yang terjadi di Pasar

Gede dan upaya dalam memecahkan masalah tersebut dengan menentukan metode

pemecahan masalah untuk mencapai tujuan penelitian. Identifikasi ini bertujuan

untuk mengetahui kelemahan/kekurangan dalam manual material handling.

3.1.1 Studi Literatur

Pada tahap studi literatur dikumpulkan berbagai dokumentasi, hasil-hasil

penelitian, dan teori-teori yang diarahkan untuk mendapatkan konsep-konsep

penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang ada di Pasar Gede seperti

kuisioner nordic body map, postur kerja, fisiologi (beban kerja), dan antropometri

sebagai landasan dalam tahap-tahap penelitian selanjutnya. Teori-teori tersebut

dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan perancangan alat bantu

angkut sebagai alat bantu kerja, kemudian dijadikan tinjauan pustaka sebagai

kerangka berpikir untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

Page 96: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

III-4

3.1.2 Studi Lapangan

Tahap ini merupakan observasi langsung di lapangan, yaitu di Pasar Gede.

Observasi dilakukan dengan melihat aktivitas manual material handling dan

mengidentifikasi permasalahan yang terjadi di Pasar Gede untuk mencari

penyelesaian mengenai masalah tersebut. Kegiatan yang diamati meliputi seperti

mengangkat beban, mengangkut beban, meletakkan beban., dan wawancara

langsung dengan pekerja buruh angkut yang berada di Pasar Gede. Pengamatan

keseluruhan kegiatan mengangkat beban, mengangkut beban, meletakkan beban

bertujuan untuk mengetahui setiap proses dan aktifitas yang terjadi dalam manual

material handling. Wawancara langsung dengan pekerja buruh angkut bertujuan

untuk mengetahui data secara umum mengenai umur, lama bekerja, aktivitas jam

kerja, dan bahwa keluhan (ketidaknyamanan), kesulitan yang dialami pekerja dan

keinginan pekerja terhadap alat bantu kerja yang dapat membantu aktivitas

pengangkutan. Tahap studi lapangan dilakukan dalam upaya mendapatkan

karakteristik permasalahan yang ada dan mengetahui karakteristik obyek yang

diteliti.

3.1.3 Perumusan Masalah

Permasalahan dirumuskan berdasarkan hasil studi lapangan dan studi

literatur yang telah dilakukan. Perumusan masalah dilakukan dengan menetapkan

sasaran-sasaran yang akan dibahas untuk kemudian dicari solusi pemecahan

masalahnya. Perumusan masalah juga dilakukan agar dapat fokus dalam

membahas permasalahan yang dihadapi. Permasalahan yang terdapat di Pasar

Gede yaitu beban kerja pada aktivitas manual material handling yang dilakukan

secara over exertion yang menyebabkan kesalahan postur kerja pada pekerja

buruh angkut seperti kelelahan pada bagian tubuh tertentu (punggung,

pergelangan tangan, lutut, betis dan leher), beban yang diangkut terlalu berat, dan

kesulitan pada waktu akses keluar masuk kios. Berdasarkan permasalahan diatas

maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana merancang

handtruck sebagai alat bantu kerja guna memperbaiki postur kerja dan

mengurangi beban kerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta, dengan

menggunakan kuisioner nordic body map, postur kerja, fisiologi (beban kerja),

dan mempertimbangkan anthropometri. Dengan merancang handtruck sebagai

Page 97: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

III-5

alat bantu kerja guna memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban kerja buruh

angkut di Pasar Gede Surakarta.

3.1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ditetapkan agar penelitian yang dilakukan dapat menjawab

dan menyelesaikan rumusan masalah yang dihadapi. Adapun tujuan penelitian

yang ditetapkan dari hasil perumusan masalah adalah memperoleh rancangan

handtruck sebagai alat bantu kerja, guna memperbaiki postur kerja dan

mengurangi beban kerja.

3.1.5 Manfaat Penelitian

Suatu permasalahan akan diteliti apabila di dalamnya mengandung unsur

manfaat. Agar memenuhi suatu unsur manfaat maka perlu ditentukan terlebih

dahulu manfaat yang akan didapatkan dari suatu penelitian. Adapun manfaat yang

diharapkan dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu alat bantu kerja yang

berupa handtruck, sehingga manfaat yang dirasakan secara langsung memperbaiki

postur kerja dan mengurangi beban kerja.

3.2 Tahap Pengumpulan Data

Tahap - tahap pengumpulan data yang diperlukan untuk mendukung

penelitian mengenai peracangan alat bantu kerja yang berupa handtruck dengan

mempertimbangkan anthropometri dan medan di Pasar Gede Surakarta, sebagai

berikut:

3.2.1 Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara pengambilan gambar dan gerakan pola

aktivitas manual material handling yang berupa gambar transportasi yang

dilakukan oleh satu pekerja atau lebih. Kegiatan awal tersebut meliputi: kegiatan

pengangkatan peti buah (lifting), kegiatan memanggul peti buah pada bagian

punggung pekerja (carrying), kegiatan penimbangan berat beban (considering

burden weight), aktivitas menurunkan peti buah (degrading fruit case).

Pengambilan dokumentasi gambar aktivitas manual material handling dilakukan

pada hari Jumat tanggal 12 Juni 2009 pukul 10.00 WIB.

Page 98: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

III-6

3.2.2 Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara menggali informasi kondisi awal

mengenai aktivitas kerja, biodata pekerja, aktivitas jam kerja, identitas pekerja,

lama bekerja dan keluhan secara umum yang dialami oleh pekerja buruh angkut.

Kegiatan wawancara tersebut dilakukan pada hari Senin tanggal 13 Juli 2009

pukul 10.00 WIB.

3.2.3 Kuisioner Nordic Body Map

Kuesioner yang diberikan kepada pekerja pekerja buruh angkut di Pasar

Gede Surakarta, dalam mengidentifikasi keluhan pekerja pad bagian otot dan rasa

nyeri melalui kuisioner nordic body map. Penyebaran dan pengumpulan data

melalui kuisioner nordic body map yang diberikan kepada dua puluh empat orang

pekerja buruh angkut. Tujuan pengisian kuisioner nordic body map untuk

mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan

mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit pada pekerja.

Responden penelitian ini adalah pekerja buruh angkut di Pasar Gede Surakarta.

Adapun responden yang terpilih untuk mengisi kuisioner adalah 24 orang buruh

angkut tanpa menentukan jumpah sampel yang diinginkan dan dianggap telah

mewakili dari jumlah populasi pekerja buruh angkut yang ada di Pasar Gede.

Penyebaran kuisioner tersebut dibagikan pada saat peneliti menjumpai pekerja

buruh angkut di Pasar Gede bagian timur (people on street). Penyebaran kuisioner

tersebut dilakukan pada hari Jumat tanggal 14 Agustus 2009 pukul 13.30 WIB.

3.2.4 Data postur kerja

Data ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh pekerja

buruh angkut Pasar Gede yang terjadi pada aktivitas pengangkatan, pengangkutan,

dan aktivitas menurunkan peti buah. Pencatatan data postur kerja tesebut berupa

doumentasi foto-foto postur kerja , dan video saat melakukan aktivitas kerja

3.2.5 Data Fisiologi

Pengumpulan data fisiologi tersebut meliputi, nama pekerja, umur,

penggolongan jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, pengukuran denyut

jantung sebelum dan sesudah bekerja melalui omron meter. Pengukuran denyut

jantung dilakukan dengan mengukur denyut jantung pekerja sebelum dan sesudah

melakukan pengangkutan beban, agar diketahui selisih antara denyut jantung

Page 99: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

III-7

sebelum dan sesudah pengangkutan beban. Pengukuran denyut jantung tersebut

dilakukan melalui beberapa tahap, antara lain :

Tahap pertama

Mengukur denyut jantung pekerja buruh angkut pada saat sebelum dan

sesudah bekerja dilakukan pada pada hari Rabu tanggal 18 November 2009

pukul 09.00 s/d 16.00 WIB.

Tahap kedua

Mengukur denyut jantung pekerja buruh angkut pada saat sebelum dan

sesudah bekerja dilakukan pada pada hari Senin tanggal 21 November 2009

pukul 09.00 s/d 16.00 WIB.

Tahap ketiga

Mengukur denyut jantung pekerja buruh angkut pada saat sebelum dan

sesudah bekerja dilakukan pada pada hari Rabu tanggal 23 November 2009

pukul 09.00 s/d 16.00 WIB.

Tahap keempat

Mengukur denyut jantung pekerja buruh angkut pada saat sebelum dan

sesudah bekerja dilakukan pada pada hari Jumat tanggal 25 November 2009

pukul 09.00 s/d 16.00 WIB.

Pengukuran tersebut dilakukan melalui beberapa tahap, karena diharapkan kondisi

pekerja buruh angkut pada saat dilakukan pengukuran melalui omron meter tidak

mengalami gangguan secara psikologis dan mendapatkan nilai pengukuran denyut

jantung dengan tepat (valid).

3.2.6 Data Anthropometri

Dalam perancangan ini diperlukan data anthropometri yang digunakan untuk

bahan pertimbangan ukuran dasar rancangan. Hal ini dimaksudkan agar rancangan

yang dihasilkan dapat digunakan dengan baik dan disesuaikan atau paling tidak

mendekati karakteristik penggunanya. Pengambilan data diperoleh dari hasil

pengukuran anthropometri pekerja buruh angkut di Pasar Gede yang melakukan

aktvitas manual material handling (pengangkutan peti buah secara manual),

berjenis kelamin pria. Pengumpulan data dimensi anthropometri tersebut meliputi:

tinggi bahu berdiri (tbb), tinggi siku berdiri (tsb), lebar bahu, dan diameter lingkar

Page 100: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

III-8

genggam (dlg) dan lebar jari ke- 2,3,4,5. Pengukuran data anthropometri tersebut

dilakukan pada hari Rabu, 9 September 2009.

3.3 Tahap Pengolahan Data

3.3.1 Perhitungan Hasil Kuisioner Nordic Body Map

Perhitungan kuisioner Nordic Body Map dilakukan dengan cara menghitung

dari hasil pengisian kuisioner yang diisi oleh 24 pekerja buruh angkut. Dari hasil

pengsian kuisioner Nordic Body Map tersebut, kemudian dihitung besarnya

prosentase keluhan pada tiap anggota tubuh pekerja. Perhitungan tersebut dimulai

dari hasil perhitungan prosentase yang mengalami keluhan anggota tubuh yang

terbesar hingga tingkat prosentase keluhan yang terkecil. Setelah melakukan

perhitungan prosentase keluhan anggota tubuh, kemudian memplotkan kedalam

grafik prosentase keluhan yang dialami dari pekerja buruh angkut di Pasar Gede.

3.3.2 Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode Rapid Entrie Body

Assessment (REBA)

Hasil pengambilan gambar digunakan untuk menentukan sudut-sudut dari

posisi kerja pekerja, kemudian dilakukan penyusunan skor dengan menggunakan

REBA scorsheet yaitu menggunakan diagram atau gambar postur tubuh dan

kategori level tindakan REBA

3.3.3 Perhitungan Fisiologi Kerja

A. Perhitungan Enegy Expenditure Menurut Sanders et al, 1993

Penghitungan energy expenditure dilakukan dengan menggunakan data

denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja. Denyut jantung sebelum bekerja

diukur sesaat sebelum pekerja melakukan pekerjaan. Pengukuran denyut jantung

setelah bekerja dilakukan setelah pekerja melakukan kegiatan MMH. Tujuan dari

perhitungan energy expenditure adalah mengukur besarnya energi (tenaga yang

dikeluarkan) yang dikeluarkan oleh pekerja pada saat sebelum maupun sesudah

bekerja dan menentukan kriteria penggolongan beban kerja. Menurut Sanders et

al, (1993) bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung

adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut :

Y = 1,80411 – (0,0229038)X + (4,71733 x 10-4

) X2

KE = Et - Ej

Page 101: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

III-9

dimana :

Y = energi (kilokalori per menit)

X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit)

B. Perhitungan Besarnya Pengeluaran Energi (energy cost) Menurut

Kamalakannan et al, 2007

Menurut Kamalakannan et al, (2007) bahwa bentuk regresi hubungan energi

dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan

dibawah ini:

E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G

dimana :

E – Cost = Energy Cost (watt)

HR = Working Heart Rate (bpm)

HT = Height (inch)

A = Age (yrs)

RHR = Resting Heart Rate (bpm)

G = Gender (m = 0 ; f = 1)

1 watt 0.0143 kcal / min

3.3.4 Perhitungan Anthropometri

Berdasarkan pengukuran anthropometri pekerja buruh angkut yang telah

diungkapkan di atas, peneliti akan melakukan perhitungan variabel anthropometri

yang akan digunakan sebagai pertimbangan untuk menetapkan ukuran awal

rancangan handtruck. Pengukuran dimensi anthropometri ini dimaksudkan agar

rancangan yang dihasilkan dapat digunakan dengan baik dan disesuaikan atau

paling tidak mendekati karakteristik dan kebutuhan penggunanya.

3.3.5 Perhitungan Persentil

Dalam perancangan handtruck perlu dilakukan perhitungan persentil.

Perancangan handtruck dalam penelitian ini menggunakan prinsip perancangan

alat bantu kerja yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran tertentu. Persentil

yang digunakan adalah persentil ke-5, dan persentil ke-95 (Nurmianto, 2004).

Page 102: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

III-10

3.4 Tahap Perancangan

3.4.1 Penyusunan Konsep Perancangan

Penyusunan konsep perancangan handtruck dilakukan dengan mengacu

pada identifikasi masalah yang diperoleh. Dari data permasalahan yang dialami

pekerja buruh angkut tersebut perlu dilakukan konsep perancangan alat bantu

aktivitas kerja, dengan tujuan memperbaiki postur kerja dan mengurangi beban

kerja pada pekerja buruh angkut. Penyusunan konsep perancangan dapat dibagi

menjadi beberapa tahapan, meliputi:

1. Penjabaran kebutuhan perancangan (Need).

a. Keluhan dari pekerja buruh angkut beserta faktor penyebab yang terjadi

b. Penjabaran mengenai keinginan, kemudian ditransformasikan kedalam

kebutuhan pekerja buruh angkut

2. Pembangkitan gagasan dalam perancangan (Idea)

Berdasarkan kebutuhan perancangan yang telah dinyatakan dengan jelas,

maka dapat dikembangkan suatu ide pemecahan masalah. Gagasan atau ide yang

dikembangkan haruslah berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perancangan

yang telah dibuat sebelumnya.

Menurut Nigel Cross, 1994 metode rasional dapat dibagi menjadi beberapa

tahapan yang kemudian di perjelas kedalam sub tahapan, diantaranya:

a. Clarifying Objectives (pemjelasan dari tujuan yang ingin dicapai dalam

perancangan)

b. Establishing Functions (menentukan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dan

batasan sistem dari perancangan yang akan dilakukan)

c. Performance Specification (membuat spesifikasi yang akurat dari kebutuhan

perancangan).

3.4.2 Penentuan Dimensi Rancangan

Pada tahap perancangan akan dilakukan penentuan spesifikasi alat yang

terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu :

1. Penentuan dan perhitungan dimensi

Perhitungan dimensi dilakukan untuk menentukan ukuran rancangan yang

akan dibuat. Perhitungan dimensi ini mengacu pada hasil perhitungan persentil

yang telah dilakukan sebelumnya. Perhitungan dimensi yang dilakukan meliputi :

Page 103: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

III-11

a. Perhitungan ketinggian pegangan handtruck desain pertama

Data dimensi anthropometri yang digunakan sebagai acuan dalam

merancang ketinggian handle pada hand truck dari permukaaan jalan adalah

tinggi bahu berdiri (tbb). Persentil ke-95 digunakan agar dapat

mengakomodasi orang yang memiliki tinggi bahu yang tinggi.

b. Tinggi tinggi pegangan handtruck desain kedua

Data dimensi anthropometri yang digunakan sebagai acuan dalam untuk

menentukan tinggi handtruck pada saat memuat adalah tinggi siku berdiri

(tsb). Persentil ke-95 digunakan agar dapat mengakomodasi orang yang

memiliki tinggi badan pekerja terutama yang tinggi siku berdiri (ukuran

batas atas peganganan)

Untuk menentukan ukuran batas bawah tinggi pegangan handtruck desain

kedua menggunakan pengukuran titik gaya dorong , momen dan pengukuran

sudut kemiringan (menggunakan sin 45 0 ) .

c. Lebar antar pegangan (handle) desain pertama

Data dimensi anthropometri yang digunakan sebagai acuan dalam

merancang ukuran lebar handle desain pertama dalam perancangan

hendtruck adalah lebar bahu (lb) dengan Persentil ke-95.

d. Lebar antar pegangan (handle) desain kedua

Data dimensi anthropometri yang digunakan sebagai acuan dalam

merancang ukuran lebar handle desain kedua dalam perancangan hendtruck

adalah lebar bahu (lb) dengan Persentil ke-50

e. Diameter pegangan (handle)

Data dimensi antropometri yang digunakan sebagai acuan dalam merancang

panjang diameter pada handle hendtruck adalah diameter genggam telapak

tangan (dgtt) dengan Persentil ke-95

f. Perhitungan panjang genggam handle (pegangan)

Data dimensi anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan panjang

genggaman pegangan handtruck adalah lebar jari ke-2,3,4,5 (lj) dengan

persentil ke-95. Penggunaan persentil 95 dimaksudkan agar pekerja yang

memiliki lebar telapak tangan lebih besar dapat menggenggam pegangan

handtruck dengan nyaman.

Page 104: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

III-12

g. Panjang landasan handtruck

Untuk menentukan dimensi panjang landasan bawah dibuat setidaknya

sebesar dua pertiga dari ukuran maksimal panjang peti yang dimuatkan

(panero dan zelnik)

h. Lebar landasan handtruck

Untuk menentukan dimensi lebar landasan bawah dibuat setidaknya dari

ukuran maksimal lebar peti yang dimuatkan atau mengikuti acuan lebar bahu

dengan Persentil ke-95.

i. Menentukan panjang lengan ayun (swing arm)

Untuk menentukan dimensi panjang lengan ayun (swing arm) menggunakan

konsep pengukuran mekanika teknik dengan mengtung besarnya gaya dan

momen pada sumbu x maupun y

3.4.3 Pembuatan Rancangan

Pembuatan rancangan dilakukan melalui pembuatan gambar, pembuatan dan

pembuatan wujud rancangan benda asli beserta penggunaan hasil rancangan

(prototype). Pembuatan gambar rancangan melalui pembuatan model gambar 2d

dan 3d software solid work. Selain pembuatan rancangan gambar maka ditentukan

fungsi dari masing – masing komponen dalam perancangan (prototipe dalam

perancangan) dan proses perencanaan pengoperasian handtruck.

3.4.4 Perhitungan Kekuatan Material

Perhitungan kekuatan material diperlukan untuk mengetahui kelayakan

rancangan handtruck yang akan dibuat. Perhitungan kekuatan material meliputi

meliputi penentuan beban, perhitungan gaya, momen pada titik kritis dan

perhitungan kekuatan pemilihan material kerangka dalam perancangan handtruck.

Perhitungan teknik dalam peracangan handtruck akan diuraikan, sebagai berikut :

1. Kondisi kekuatan pipa rangka landasan bawah berdiri tegak posisi 900

2. Perhitungan gaya, poros dan beban yang diterima roda

3. Perhitungan kekuatan pipa penyangga rangka posisi 450

4. Perhitungan gaya pada penyangga pegas

5. Perhitungan konstanta pegas

6. Perhitungan kekuatan handtruck berdasarkan keadaan jalan lokasi Pasar

Gede

Page 105: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

III-13

7. Perhitungan batas pengangkatan dan dikonversikan kedalam pengangkutan

8. Perhitungan dan pemilihan desain pada handle.

3.4.5 Penentuan Bahan Material

Penentuan bahan material pada perancangan alat bantu kerja yang berupa

handtruck bertujuan untuk menetapkan komponen yang akan digunakan sesuai

dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Sebeluim menentukan bahan material yang

ada dipasaran, terlebih dahulu dilakukan perhitungan uji kekuatan rangka menurut

pengukuran standar material baik material pipa baja struktur sebagai bahan

material yang dijadikan komponen utama rangka penopang kekuatan maupun

komponen lainnya.

3.4.6 Estimasi Biaya Rancangan

Estimasi biaya dilakukan untuk memperkirakan besarnya biaya yang

dikeluarkan untuk perancangan alat bantu fasilitas kerja yang berupa handtruck

apabila alat bantu tersebut dibuat. Biaya yang dihitung meliputi

1. Biaya material, yang berisi perhitungan biaya komponen penyusun

pembuatan rancangan

2. Biaya non material meliputi biaya tenaga kerja ditambah dengan biaya

permesinan kemudian ditambah dengan biaya ide pembuatan rancangan

yang berasal dari desainer (perancang)

3. Total biaya perancangan meliputi total biaya material ditambah dengan total

biaya non material.

3.4.7 Tahap Evaluasi Uji Coba Hasil Perancangan Alat Bantu Kerja

Setelah alat bantu kerja yang berupa handtruck selesai dibuat, kemudian

diuji cobakan kepada 24 orang pekerja buruh angkut Lokasi Pasar Gede. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan terhadap postur kerja

dan fisiologi (beban kerja) para pekerja. Langkah pertama yaitu dengan

mendokumentasikan aktivitas pekerja dengan menggunakan camera digital

melalui dokumentasi dapat digunakan dalam penilaian postur kerja dengan

metode Rapid Entire Body Assessment. Langkah kedua yaitu dengan melakukan

pengukuran denyut jantung sebelum bekerja dengan menggunakan omronmeter

(tensimeter digital). Langkah ketiga dilakukan dengan mengukur denyut jantung

Page 106: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

III-14

pekerja setelah bekerja. Pengukuran denyut jantung para pekerja digunakan untuk

menentukan energy expenditure dan energy cost pekerja.

3.5 Tahap Analisis dan Interpretasi Hasil

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka langkah

selanjutnya adalah melakukan analisis dan interpretasi hasil. Pada tahap ini

dilakukan analisis terhadap hasil-hasil pengolahan data, yaitu menganalisa postur

kerja melalui metode REBA, menganalisa pengukuran denyut jantung sebelum

dan sesudah bekerja, energy expenditure dan energy cost yang dikeluarkan masing

– masing pekerja, menganalisa hasil perancangan alat bantu kerja, dilihat dari segi

kelebihan maupun kekurangan dalam perancangan, analisa mekanisme proses

pengangkatan dan pengangkutan peti, analisis kekuatan rangka dan material

dalam perancangan handtruck, menganalisa perhitungan total biaya akhir dalam

perancangan perancangan handtruck serta kerangka berpikir mengenai interpretasi

perancangan dengan pengertian bahwa apakah hasil perancangan tersebut sudah

lebih baik atau belum.

3.6 Tahap Kesimpulan dan Saran

Pada bagian akhir dari penelitian yang dilakukan, akan ditarik suatu

kesimpulan mengenai hasil pengolahan data dengan mempertimbangkan tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian. Dari kesimpulan tersebut diharapkan lahirnya

saran dan usulan perancangan alat bantu kerja yang berupa handtruck dilokasi

Pasar Gede Surakarta serta saran untuk penelitian selanjutnya.

Page 107: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 1

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan,

mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan

yang dijadikan objek penelitian. Objek penelitian ini yaitu perancangan alat bantu

kerja yang berupa handtruck untuk pekerja buruh angkut. Untuk lebih jelasnya

akan diuraikan pada sub bab di perancangan alat bantu kerja yang berupa

handtruck.

4.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data studi pendahuluan dilakukan selama bulan Juni s/d

November 2009 yang bertujuan untuk memperoleh informasi awal di tempat

penelitian. Metode untuk mendapatkan data awal dilakukan beberapa tahapan,

diantaranya: pengamatan langsung, pendokumentasian gambar, wawancara, dan

penyebaran kuesioner dengan tujuan untuk mengetahui keluhan atau rasa tidak

nyaman yang dirasakan pekerja buruh angkut pada aktivitas pengangkutan peti.

4.1.1 Dokumentasi

Dokumentasi sikap kerja yang dilakukan oleh pekerja buruh angkut pada

aktivitas manual material handling dengan pengambilan gambar pada saat pekerja

memanggul beban pada bagian punggung tanpa menggunakan landasan tubuh

yang memadai seperti menggunakan busa penahan beban pada bagian punggung.

Pengambilan dokumentasi gambar aktivitas manual material handling dilakukan

pada hari Jumat tanggal 12 Juni 2009 pukul 10.00 WIB. Pola aktivitas manual

material handling yang dilakukan oleh pekerja buruh angkut dapat dilihat pada

Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Aktivitas manual material handling pekerja buruh angkut

No Dokumentasi Aktivitas Keterangan Resiko

1

Posisi awal

pada saat

mengangkat

peti buah dari

muatan truk

Sikap kerja: kedua lengan

bawah memegang peti

buah kearah belakang,

kepala condong kedepan,

posisi lutut pada kaki

menekuk dan punggung

membungkuk.

Cidera pada

bagian

lengan, bahu,

kaki dan

punggung.

Page 108: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 2

Lanjutan Tabel 4.1 Aktivitas manual material handling pekerja buruh angkut

No Dokumentasi Aktivitas Keterangan Resiko

2

Aktivitas

memanggul

peti buah pada

bagian

punggung

pekerja

Sikap kerja: bertumpu

pada bagian punggung

pekerja, kedua lengan

bawah memegang peti

buah kearah belakang,

telapak tangan

mencengkram peti buah,

punggung dan bagian leher

menekuk kearah bawah.

Cidera pada

bagian lengan

bawah,telapa

k tangan,

punggung ,

dan leher.

3

Aktivitas pada

saat pekerja

menimbang

berat peti yang

berisi buah

Sikap kerja: bagian

punggung dan lengan

bawah pekerja kearah

belakang, tumpuan lutut

dan pergelangan kaki

menekuk kearah depan.

Cidera pada

bagian

punggung

lutut dan

pergelangan

kaki

4

Aktivitas

pekerja pada

saat

meletakkan

dan menyusun

peti buah

Sikap kerja: kepala dan

leher merunduk, bagian

perut menahan beban,

punggung membungkuk,

lengan bawah kearah

belakang dan telapak

tangan mencengkram peti

buah.

Cidera pada

bagian

kepala, leher,

punggung,

perut, lengan

bawah, dan

telapak

tangan.

Sumber : Dokumentasi dan observasi lapangan, 2009

Berdasarkan pengamatan pada Tabel 4.1. dapat kita ketahui bahwa terdapat

empat aktivitas manual material handling yang dilakukan oleh pekerja buruh

angkut antara lain kegiatan awal pengangkatan peti buah (lifting), kegiatan

memanggul peti pada bagian punggung pekerja (carrying), kegiatan penimbangan

berat beban (considering burden weight), aktivitas meletakkan dan menyusun peti

buah (degrading fruit case). Aktivitas manual material handling yang dilakukan

oleh pekerja buruh angkut masih menggunakan tenaga manusia (manual),

sehingga dapat menyebabkan cedera musculoskeletal.

Menurut Lembaga the National Occupational Health and Safety

Commission 1997, batas pengangkatan beban material secara manual dengan

muatan diatas 50 kg memerlukan fasilitas kerja berupa peralatan mekanis (Suhardi

dkk, 1997). Sedangkan pada kondisi aktualnya, pekerja buruh angkut melakukan

Page 109: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 3

aktivitas pengangkatan beban sebesar 55 kg. Maka peneliti memperbaiki postur

kerja dan mengurangi beban kerja dengan merancang alat bantu kerja yang berupa

handtruck.

Apabila aktivitas manual material handling tersebut dilakukan secara

berulang – ulang dan dilakukan dalam jangka waktu yang lama maka akan

menimbulkan kelelahan dan dapat menimbulkan cedera otot muscolosceletal.

Berikut ini tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkat dapat dilihat

pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkat

Level Batas Angkat

(Kg) Tindakan

1 Dibawah 16 Tidak diperlukan tindakan khusus

2 16 - 34 Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Ditekankan

pada metode angkat

3 34 - 50 Tidak diperlukan alat dalam mengangkat Dipilih job

design

4 Diatas 50 Harus dibantu dengan peralatan mekanis

Sumber: National Occupational Health and Safety Commission, 1997

Pola aktivitas manual material handling pekerja buruh angkut pada saat

aktivitas bongkar muat peti dapat dilihat pada Lampiran 1.

Penjabaran pola aktivitas manual material handling dapat dilihat pada Tabel

4.3. dibawah ini :

Tabel 4.3 Atribut kegiatan manual material handling

No Atribut manual material

handling

Kondisi Awal Satuan

1. Cara pengangkutan beban Manual dengan memanggul

beban pada punggung

-

2. Jumlah pekerja 24 pekerja

3. Rata – rata beban yang diangkut 55 kg

4. Total frekuensi aktivitas

pengangkutan beban dalam 1 hari

3080 kg

Page 110: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 4

Lanjutan Tabel 4.3 Atribut kegiatan manual material handling

No Atribut manual material

handling Kondisi Awal Satuan

5. Waktu yang dibutuhkan untuk 1x

aktivitas pengangkutan beban

(aktivitas bongkar muat beban

dari truk hingga ke kios

pedagang)

5 menit

6. Rata – rata total aktivitas

pengangkutan beban dalam 1 hari

(loading dan unloading)

56 kali

7. Jarak antara truk hingga kios

pedagang ± 35 meter

Sumber : Pencatatan data dan observasi lapangan, 2009

4.1.2 Wawancara

Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan pada hari Senin tanggal 13

Juli 2009 pukul 10.00 WIB. Wawancara tersebut dilakukan untuk mendapatkan

informasi awal yang dilakukan secara langsung dari pekerja buruh angkut

mengenai biodata pekerja, aktivitas jam kerja dan keluhan secara umum yang

dialami oleh pekerja buruh angkut. Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja

buruh angkut pasar diketahui bahwa waktu rata-rata yang diperlukan untuk

melakukan satu kali aktivitas pengangkutan peti secara keseluruhan selama 1,5 s/d

2 jam, (tergantung besarnya muatan). Dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan

keluhan rasa sakit pada bagian tubuh muncul antara 10 s/d 15 menit menjelang

berakhirnya aktivitas. Berdasarkan hasil dari wawancara juga dapat diketahui

bahwa keluhan (ketidaknyamanan), kesulitan yang dialami pekerja dan keinginan

pekerja terhadap alat bantu kerja yang dapat membantu aktivitas pengangkutan.

Selain itu wawancara tersebut menanyakan data pekerja dan umur pekerja.

biodata pekerja buruh angkut dari hasil wawancara dapat dilihat pada Lampiran 2.

Berikut ini data umur dan masa kerja buruh angkut dapat dilihat pada Tabel

4.4. dibawah ini :

Tabel 4.4 Data umur dan masa kerja pekerja buruh angkut Keterangan Umur (tahun) Masa Kerja (tahun)

Range 28-37 3 s/d 7

Rata - Rata 32 5

Sumber : Wawancara, 2009

Page 111: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 5

4.1.3 Kuesioner Nordic Body Map

Penyebaran dan pengumpulan data melalui kuisioner nordic body map yang

diberikan kepada dua puluh empat orang pekerja buruh angkut. Tujuan pengisian

kuisioner nordic body map untuk mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami

keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai

sangat sakit pada pekerja.

Waktu penyebaran dan pengumpulan data kuisioner nordic body map

dilakukan pada hari Jumat tanggal 14 Agustus 2009 pukul 13.30 WIB. Pengisian

kuisioner nordic body map dilakukan langsung oleh pekerja dengan cara

memberikan tanda silang (X) pada bagian tubuh yang mengalami keluhan.

Kuisioner nordic body map dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.1.4 Data Postur Kerja

Pencatatan data postur kerja pada pekerja buruh angkut dilakukan pada hari

Jumat tanggal 18 Januari 2010. Sikap kerja yang dilakukan oleh pekerja buruh

angkut Lokasi Pasar Gede pada aktivitas memanggul beban pada bagian

punggung cenderung tanpa menggunakan landasan tubuh yang memadai seperti

menggunakan busa penahan beban pada bagian punggung atau menggunakan alat

bantu kerja berupa handtruck maupun kereta dorong. Tabel 4.5 menunjukkan

beberapa postur kerja ketika melakukan aktivitas pengangkatan meupun

pengangkutan peti dengan kapasitas berta 55 kg.

Tabel 4.5 Postur kerja pada pengangkatan maupun pengangkutan peti dengan

kapasitas 55 kg.

GGeerraakkaann kkee GGaammbbaarr KKeetteerraannggaann

1.

Aktivitas pengangkatan peti

berkapasitas 55 kg. Posisi

punggung membungkuk dengan

sudut 52o,

pergerakan leher

membungkuk dan menekuk

dengan sudut sebesar 31o

, posisi

lengan tangan kebelakang

mencengkaram peti dengan

sebesar 330, posisi lutut menekuk

dengan sudut sebesar 120

Page 112: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 6

Lanjutan Tabel 4.5 Postur kerja pada pengangkatan maupun pengangkutan peti

dengan kapasitas 55 kg.

GGeerraakkaann kkee GGaammbbaarr KKeetteerraannggaann

2.

Aktivitas pengangkutan peti

berkapasitas 55 kg. Pergerakan

punggung termasuk dalam

posisi membungkuk dengan

sudut 55o. pergerakan leher

menengadah kearah depan

dengan sudut sebesar 36o kaki

menekuk 180

3.

Aktivitas meletakkan peti

berkapasitas 55 kg. Posisi

pergerakan punggung

membungkuk dengan sudut 90o,

pergerakan leher membungkuk

dan condong kebawah dengan

sudut sebesar 34o

Posisi lutut menekuk dengan

sudut 90 . Poisisi lengan atas

lurus kebelakang membentuk

sudut 900

Sumber : Pencatatn data dan dokumentasi Pasar Gede, 2010

4.1.5 Data Fisiologi Kerja

Pencatatan data fisiologi pekerja buruh angkut dimulai pada hari senin

tanggal 19 s/d hari kamis tanggal 22 November 2009. Pencatatan tersebut

meliputi: nama pekerja, umur, penggolongan jenis kelamin, berat badan, tinggi

badan, pengukuran denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja melalui omron

meter. Pengukuran denyut jantung tersebut dilakukan melalui empat kali tahap

pengukuran. Pengukuran denyut jantung pekerja buruh angkut dapat dilihat pada

gambar Lampiran 4.1 dan Lampiran 4.2.

Pengukuran denyut jantung pada saat sebelum dan sesudah melakukan

aktivitas bekerja dapat digunakan sebagai perhitungan energy expenditure dan

energy cost yang dikeluarkan untuk melakukan aktivitas pengangkutan beban

Page 113: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 7

kerja. Pengukuran denyut jantung tersebut dilakukan melalui empat kali

percobaan. Adapun data pengukuran denyut jantung dapat dilihat pada Lampiran

4.3, Lampiran 4.4, Lampiran 4.5 dan Lampiran 4.6.

4.1.6 Data Anhtropometri

Pengukuran data anthropometri dilakukan pada hari Rabu, 9 September

2009. Pengukuran ini dilakukan kepada 24 responden. Data anthropometri yang

dipakai adalah tinggi bahu berdiri, tinggi siku berdiri, lebar bahu, diameter lingkar

genggam, dan lebar jari ke-2,3,4,5.

Pengambilan gambar pengukuran data dimensi anthropometri pekerja buruh

angkut dapat dilihat pada gambar Lampiran 5.1. Penggunaan dimensi

antropometri dapat dijelaskan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Kegunaan dimensi antropometri

Dimensi Antropometri Cara Pengukuran Kegunaan

Tinggi bahu berdiri (tbb)

Ukur jarak vertikal dari

permukaan lantai ke bahu

pekerja

Untuk menentukan tinggi

pegangan (handle)

handtruck pada saat

memuat beban dan

memberi kenyamanan

bagi operator

Tinggi siku berdiri (tsb)

Mengukur jarak vertical

antara siku bagian bawah

dengan permukaan lantai

pada posisi berdiri

Untuk menentukan

ketinggian pegangan

(handle) handtruck, ketika handtruck dimiringkan

pada saat mendorong

Lebar bahu (lb)

Subjek berdiri tegak dengan

lengan atas merapat ke

badan dan lengan bawah

direntangkan ke depan

Untuk menentukan lebar

pegangan (handle)

handtruck

Diameter lingkar genggam

(dlg)

Ukur diameter panjang

tangan diukur dari

pergelangan tangan sampai

dengan ujung jari tengah

saat mengepal

(menggenggam)

Untuk menetukan

diameter pegangan

(handle) pada handtruck

Lebar jari ke-2,3,4,5 (lj) Ukur jarak antara

kelingking bagian terluar

dengan jari telunjuk bagian

terluar

Untuk menentukan

panjang pegangan

(handle) handtruck

Sumber : Pengumpulan data, 2009

Page 114: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 8

4.2 Tahap Pengolahan Data

4.2.1 Perhitungan Hasil Rekap wawancara

Perhitungan hasil rekap wawancara dan prosentase keluhan pekerja buruh

angkut Lokasi Pasar Gede Surakarta mengenai keluhan, ketidaknyamanan dan

kesulitan pada pengangkutan peti yang berisi buah – buahan dapat dilihat pada

Tabel 4.7. Berikut merupakan wawancara (pertanyaan) yang digunakan untuk

mengidentifikasi keluhan ketidaknyamanan dan kesulitan pada aktivitas

pengangkutan peti.

1. Ketidaknyamanan seperti apa yang anda rasakan ketika melakukan aktivitas

pengangkutan peti yang berisi buah – buahan?

2. Kesulitan apa saja yang anda alami ketika sedang melakukan aktivitas

pengangkutan peti yang berisi buah – buahan?

3. Kesulitan apa yang anda rasakan ketika melakukan aktivitas pengangkutan

barang (akses keluar masuk kios) ?

Tabel 4.7 Persentase keluhan pekerja mengenai keluhan pada aktivitas pengangkutan peti

No Keluhan Pekerja Buruh Angkut Jumlah Persentase

1 Kelelahan pada bagian tubuh tertentu terutama

pada bagian punggung, pergelangan tangan, lutut,

betis dan leher.

24 100%

2 Beban yang diangkut terlalu berat 24 100%

3 Kesulitan pada waktu akses keluar masuk kios 24 100%

Sumber : Pengolahan data, 2009

Selain itu wawancara yang ditujukan kepada buruh angkut bertujuan untuk

mengetahui keinginan pekerja yang selanjutnya dijadikan pertimbangan dalam

perancangan alat bantu kerja. Tabel 4.8. menunjukkan beberapa pernyataan

keinginan pekerja buruh angkut mengenai alat bantu kerja pada aktivitas

pengangkutan peti.

Tabel 4.8 Persentase keinginan pekerja buruh angkut

No. Keinginan Pekerja Buruh Angkut Jumlah Persentase

1. Perlunya alat bantu yang berupa handtruck yang

berfungsi untuk mengurangi kelelahan pada bagian

tubuh pekerja dan memperbaiki postur kerja.

24

100 %

2. Perlunya alat bantu kerja yang berfungsi untuk

mengurangi beban kerja (merubah sikap kerja dari

posisi memanggul beban pada bagian punggung

dengan merancang handtruck pada saat aktivitas

pengangkutan beban)

24

100 %

Page 115: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 9

Lanjutan Tabel 4.8 Persentase keinginan pekerja buruh angkut

No. Keinginan Pekerja Buruh Angkut Jumlah Persentase

3. Perlunya alat bantu handtruck untuk mempermudah

aktivitas pengangkutan (dengan mempertimbangkan

medan maupun lebar gang antar kios).

20

83.3 %

Sumber : Pengolahan data, 2009

Pada penelitian ini, hasil dari wawancara mengenai keinginan pekerja yang

selanjutnya dijadikan pertimbangan dalam perancangan adalah pernyataan ke satu

dan dua, karena pada dasarnya para pekerja buruh angkut menginginkan sebuah

alat bantu yang dapat mengurangi kelelahan pada bagian tubuh dan mengurangi

beban kerja dengan cara memperbaiki postur kerja dan merubah sikap kerja dari

posisi memanggul beban pada bagian punggung dengan merancang handtruck

pada saat aktivitas pengangkutan beban.

4.2.2 Perhitungan Hasil Kuisioner Nordic Body Map

Persentase keluhan yang dialami oleh dua puluh empat pekerja dapat dilihat

pada Grafik 4.1.

Grafik 4.1 Persentase keluhan tubuh pekerja

Sumber : Pengumpulan data, 2009

Berdasarkan Grafik 4.1 mengenai persentase keluhan pada tiap anggota

tubuh pekerja dapat diketahui bahwa dua puluh empat pekerja mengalami keluhan

yang berbeda di setiap bagian tubuhnya. Dapat diperoleh hasil tingkat keluhan

terbesar terjadi pada organ tubuh punggung dan bagian lutut sebesar 100 %.

Organ tubuh bagian pinggul sebesar 87,5 %. Pada bagian betis sebesar 87.5 %.

Bagian pergelangan kaki sebesar 83.3%. Pada baian organ tubuh terutama bahu

Page 116: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 10

sebesar 79.2 %. Hasil dari perhitungan prosentase keluhan pekerja dapat dilihat

pada Lampiran 6.

Dari hasil kuesioner nordic body map, untuk sikap kerja secara manual, dan

sikap memindahkan beban dengan posisi membungkuk merupakan sikap kerja

yang dapat menimbulkan kelelahan dan dapat menimbulkan cedera otot

muscolosceletal.

4.2.3 Penilaian Postur Kerja Berdasarkan REBA

Pada tahap ini akan dilakukan penilaian postur kerja dari tiap-tiap gerakan

pekerja pada saat bekerja dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment)

untuk mengetahui aman tidaknya postur kerja yang dilakukan oleh pekerja buruh

angkut Pasar Gede, sebagai berikut:

Fase gerakan pertama

Gambar 4.1 Aktivitas pengangkatan peti

Sumber : Pasar Gede, 2010

Hasil kode REBA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut :

1. Grup A

a. Punggung (Trunk)

Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk

dalam posisi membungkuk dengan sudut 52o, (Skor REBA untuk

pergerakan punggung adalah 3)

b. Leher (Neck)

Page 117: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 11

Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut

sebesar 31o terhadap sumbu tubuh

( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah 2)

c. Kaki (Legs)

Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa pekerja berdiri, tetapi lutut

menekuk 120 sehingga dikenai skor 1

(Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1+1 = 2)

Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada

REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu :

Kode REBA adalah :

Punggung (trunk) : 3

Leher (neck) : 2

Kaki ( legs) : 2

Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 3

kemudian tarik garis ke arah kanan.

Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 2 dan dilanjutkan ke

baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 2.

Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk

punggung (trunk).

Diketahui skor untuk grup A adalah 5

Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.

Tabel 4.9 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.1

Table A Neck

1 2 3

Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Sumber : Pengolahan data, 2010

Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor

untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan peti)

dengan ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 3. Pada

Page 118: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 12

data aktualnya, pekerja buruh angkut melakukan aktivitas pengangkutan dengan

beban sebesar 110 kg, sehingga memiliki skor beban 3.

Skor total A setelah ditambah beban adalah :

Nilai tabel A = 5

Berat beban = 2

Total skor A = 5 + 3 = 8

2. Grup B

a. Lengan atas (upper arm)

Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas

kedepan sebesar 330 terhadap sumbu tubuh.

( Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 2).

b. Lengan bawah (lower arm)

Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah

membentuk sudut 420

sejajar terhadap lengan atas.

(Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 2).

c. Pergelangan tangan (wrist)

Dari gambar 4.1 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan

tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah termasuk dalam range

pergerakan >15° Flexion membentuk sudut 450. Pada kegiatan ini

pergelangan tangan bergerak berputar sehingga skor +1.

(Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2 + 1 = 3).

Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA

WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu :

Kode REBA adalah :

Lengan atas (upper arm) : 2

Lengan bawah (lower arm) : 2

Pergelangan tangan (wrist) : 3

Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian

tarik garis ke arah kanan.

Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan

dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan

Page 119: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 13

yaitu 3. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode

untuk upper arm.

Diketahui skor untuk grup B adalah 4.

Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan

Tabel B.

Tabel 4.10 Skor REBA grup B untuk

Gambar 4.2

Table B

Lower Arm

1 2

1

1 2 3 1 2 3

2 1 2 3 1 2 4

3 3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

6 7 8 8 8 9 9

Sumber : Pengolahan data, 2010

Skor grup B adalah 4, ditambah dengan skor coupling dimana jenis

coupling yang digunakan adalah good karena pegangan tangan pada peti bagus

dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. coupling good diberikan skor

coupling sebesar 0, maka skor B menjadi 4 + 0 = 4.

Penentuan skor total untuk fase gerakan menurunkan kotak dilakukan dengan

menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel C.

Skor A = 8

Skor B = 4

Pada kolom skor A masukkan kode 8 dan tarik garis ke kanan. Kemudian

pada baris skor B masukkan kode 4 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode

untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 9

Tabel 4.11 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.2

SSccoorree AA ((ssccoorree ffrroomm

tteebbllee

AA++llooaadd//ffoorrccee

ssccoorree))

TTaabbllee CC

Score B, (table B value + coupling score)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

22 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8

33 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8

44 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

55 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

Page 120: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 14

Lanjutan Tabel 4.11 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.2

SSccoorree AA ((ssccoorree ffrroomm

tteebbllee

AA++llooaadd//ffoorrccee

ssccoorree))

TTaabbllee CC

Score B, (table B value + coupling score)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

66 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

77 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11

88 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11

99 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12

1100 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12

1111 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12

1122 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Sumber : Pengolahan data, 2010

Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor

aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami

pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 1 kali per menit).

Berdasarkan tabel 4.11, kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1.

Skor REBA = Skor C + skor aktivitas

= 9 + 1

= 10

Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut:

+ =Lengan bawah

2

Pergelangan tangan

3

Kopling0

Skor B 4

Batang tubuh3

Leher2

Kaki 2

Tabel A5

Beban3

Skor A8

Lengan atas2

Tabel B 4

Skor C 9

Skor aktivitas1

Final Skor

10+ =

+ =

Gambar 4.3 Bagan rekapitulasi penilaian total

Sumber : Pengolahan data, 2010

Page 121: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 15

Berdasarkan perhitungan skor REBA tersebut dapat diketahui level

tindakan yaitu level 3 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu tinggi yaitu

segera dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja.

Fase gerakan kedua

Gambar 4.4 Aktivitas pengangkutan peti

Sumber: Pasar Gede, 2010

Hasil kode REBA dari sikap kerja tersebut adalah sebagai berikut :

1. Grup A

a. Punggung (Trunk)

Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk

dalam posisi membungkuk dengan sudut 55o.

(Skor REBA untuk pergerakan punggung adalah 3)

b. Leher (Neck)

Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut

sebesar 36o terhadap sumbu tubuh.

( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah 2)

c. Kaki (Legs)

Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pekerja berjalan dengan kaki agak

ditekuk 180 terhadap sumbeu tubuh.

(Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1)

Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada

REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu :

Page 122: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 16

Kode REBA adalah :

Punggung ( trunk) : 3

Leher (neck) : 2

Kaki ( legs) : 1

Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 3

kemudian tarik garis ke arah kanan.

Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 2 dan dilanjutkan ke

baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1.

Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk

punggung (trunk).

Diketahui skor untuk grup A adalah 4

Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.

Tabel 4.12 Skor REBA grup A untuk Gambar 4.3

Table A Neck

1 2 3

Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Sumber : Pengolahan data, 2010

Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor

untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan peti)

dengan ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 3. Pada

data aktualnya, pekerja buruh angkut melakukan aktivitas pengangkutan dengan

beban sebesar 110 kg, sehingga memiliki skor beban 3.

Skor total A setelah ditambah beban adalah :

Nilai tabel A = 4

Berat beban = 3

Total skor A = 4 + 3 = 7

2. Grup B

a. Lengan atas (upper arm)

Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa pergerakan lengan atas kebelakang

sebesar 660 terhadap sumbu tubuh.

Page 123: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 17

(Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 2).

b. Lengan bawah (lower arm)

Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke

belakang sejajar dengan lengan atas.

(Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 2)

c. Pergelangan tangan (wrist)

Dari gambar 4.4 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan

tangan termasuk dalam range pergerakan >15° Extention.

(Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2 + 1 = 3)

Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada

REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu :

Kode REBA adalah :

Lengan atas (upper arm) : 2

Lengan bawah (lower arm) : 2

Pergelangan tangan (wrist) : 3

Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian

tarik garis ke arah kanan.

Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan

dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan

yaitu 3. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode

untuk upper arm.

Diketahui skor untuk grup B adalah 5.

Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan

Tabel B.

Tabel 4.13 Skor REBA grup B untuk Gambar 4.3

Table B

Lower Arm

1 2

Upper

Arm

Wrist 1 2 3 1 2 3

1

1 2 3 1 2 3

2 1 2 3 1 2 4

3 3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

Page 124: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 18

Lanjutan Tabel 4.13 Skor REBA grup B untuk

Gambar 4.3

Table B

Lower Arm

1 2

6 7 8 8 8 9 9

Sumber : Pengolahan data, 2010

Skor grup B adalah 5, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang

digunakan adalah good karena pegangan tangan pada peti bagus dan dapat

dijangkau oleh genggaman tangan. Jenis coupling good diberikan skor coupling

sebesar 0, maka skor B menjadi 5 + 0 = 5.

Penentuan skor total untuk fase gerakan menganyam sandaran depan dilakukan

dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B menggunakan tabel C.

Skor A = 7

Skor B = 5

Pada baris skor A masukkan kode 7 dan tarik garis ke kanan. Kemudian

pada kolom skor B masukkan kode 5 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode

untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 9.

Tabel 4.14 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.3

SSccoorree AA ((ssccoorree ffrroomm

tteebbllee

AA++llooaadd//ffoorrccee

ssccoorree))

TTaabbllee CC

Score B, (table B value + coupling score)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

22 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8

33 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8

44 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

55 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

66 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

77 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11

88 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11

99 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12

1100 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12

1111 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12

1122 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Sumber : Pengolahan data, 2010

Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor

aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami

Page 125: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 19

pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 1 kali per menit).

Berdasarkan perhitungan kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1.

Skor REBA = Skor C + skor aktivitas

= 9 + 1

= 10.

Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut:

+ =Lengan bawah

2

Pergelangan tangan

3

Kopling0

Skor B 5

Batang tubuh3

Leher2

Kaki 1

Tabel A4

Beban3

Skor A7

Lengan atas2

Tabel B 5

Skor C 9

Skor aktivitas1

Final Skor

10+ =

+ =

Gambar 4.5 Bagan rekapitulasi penilaian total

Sumber : Pengolahan data, 2010

Berdasarkan perhitungan dari skor REBA tersebut dapat diketahui level

tindakan yaitu level 3 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu tinggi yaitu

segera dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja.

Fase gerakan ketiga

Gambar 4.6 Aktivitas penurunan peti

Sumber: Pasar Gede, 2010

Page 126: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 20

Hasil kode REBA dari sikap kerja tersebut adalah sebagai berikut :

1. Grup A

a. Punggung (Trunk)

Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk

dalam posisi membungkuk dengan sudut 90o.

( Skor REBA untuk pergerakan punggung ini adalah 4)

b. Leher (Neck)

Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut

sebesar 34o terhadap sumbu tubuh.

(Skor REBA untuk pergerakan leher ini adalah 2)

c. Kaki (Legs)

Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa pekerja berdiri, tetapi lutut

menekuk 90 sehingga dikenai skor 1.

(Skor REBA untuk pergerakan kaki ini adalah 1 + 1 = 2)

Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada

REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu :

Kode REBA adalah :

Punggung ( trunk) : 4

Leher (neck) : 2

Kaki ( legs) : 2

Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 4

kemudian tarik garis ke arah kanan.

Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 2 dan dilanjutkan ke

baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 2.

Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk

punggung (trunk).

Diketahui skor untuk grup A adalah 4

Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.

Tabel 4.15 Skor REBA grup A untuk Gambar 4.4

Table A Neck

1 2 3

Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

Page 127: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 21

Lanjutan Tabel 4.15 Skor REBA grup A untuk Gambar 4.4

Table A Neck

1 2 3

Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Sumber : Pengolahan data, 2010

Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor

untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan peti)

dengan ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 3. Pada

data aktualnya, pekerja buruh angkut melakukan aktivitas pengangkutan dengan

beban sebesar 110 kg, sehingga memiliki skor beban 3.

Skor total A setelah ditambah beban adalah :

Nilai tabel A = 5

Berat beban = 3

Total skor A = 5 + 3 = 8

2. Grup B

a. Lengan atas (upper arm)

Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa lengan atas lurus kebelakang

hampir membentuk sudut 900 terhadap sumbu tubuh.

(Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 3 + 1 = 4).

b. Lengan bawah (lower arm)

Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah ke

belakang sejajar dengan lengan atas.

( Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah ini adalah 2).

c. Pergelangan tangan (wrist)

Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan

tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah termasuk dalam range

pergerakan >15° Flexion. Pergelangan tangan bergerak berputar sehingga

skor +1.

(Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2 + 1 = 3).

Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada

REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu :

Page 128: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 22

Kode REBA adalah :

Lengan atas (upper arm) : 4

Lengan bawah (lower arm) : 2

Pergelangan tangan (wrist) : 3

Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 4 kemudian

tarik garis ke arah kanan.

Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan

dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan

yaitu 3. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode

untuk upper arm.

Diketahui skor untuk grup B adalah 7.

Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan

Tabel B.

Tabel 4.16 Skor REBA grup B

untuk Gambar 4.4

Table B Lower Arm

1 2

Upper

Arm

Wrist 1 2 3 1 2 3

1 1 2 3 1 2 3

2 1 2 3 1 2 4

3

3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

6 7 8 8 8 9 9

Sumber : Pengolahan data, 2010

Skor grup B adalah 7, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang

digunakan adalah good karena pegangan tangan pada peti bagus dan dapat

dijangkau oleh genggaman tangan. Skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi

7 + 0 = 7.

Penentuan skor total untuk fase gerakan menganyam sandaran depan dilakukan

dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel

C.

Skor A = 8

Skor B = 7

Page 129: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 23

Pada baris skor A masukkan kode 8 dan tarik garis ke kanan. Kemudian

pada kolom skor B masukkan kode 7 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode

untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 10.

Tabel 4.17 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.2

SSccoorree AA ((ssccoorree ffrroomm

tteebbllee

AA++llooaadd//ffoorrccee

ssccoorree))

TTaabbllee CC

Score B, (table B value + coupling score)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

22 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8

33 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8

44 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

55 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

66 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

77 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11

88 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11

99 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12

1100 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12

1111 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12

1122 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Sumber : Pengolahan data, 2010

Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor

aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh operator mengalami

pengulangan gerakan dalam waktu singkat (diulang lebih dari 1 kali per menit).

kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 1.

Skor REBA = Skor C + skor aktivitas

= 10 + 1

= 11

Page 130: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 24

Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut

+ =Lengan bawah

2

Pergelangan tangan

3

Kopling0

Skor B 7

Batang tubuh4

Leher2

Kaki 2

Tabel A5

Beban3

Skor A8

Lengan atas4

Tabel B 7

Skor C 10

Skor aktivitas1

Final Skor

11+ =

+ =

Gambar 4.7 Bagan rekapitulasi penilaian total

Sumber : Pengolahan data, 2010

Berdasarkan perhitungan dari skor REBA tersebut dapat diketahui level

tindakan yaitu level 4 dengan level resiko pada muskuloskeletal yaitu sangat tinggi

yaitu secepatnya dilakukan perbaikan untuk mengurangi resiko kerja.

4.2.4 Perhitungan Fisiologi Kerja

A. Perhitungan enegy expenditure menurut Sanders et al, 1993

Menurut Sanders et al, (1993) bentuk regresi hubungan energi dengan

kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai

berikut :

Y = 1,80411 – (0,0229038)X + (4,71733 x 10-4

)X2

dimana :

Y = energi (kilokalori per menit)

X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit)

Untuk mengetahui energy expenditure (konsumsi energi) saat melakukan

kegiatan manual material handling, penghitungan dilakukan pada kecepatan

denyut jantung sebelum bekerja (Xb) dan kecepatan denyut jantung sesudah

bekerja (Xt). Sehingga didapatkan persamaan berikut ini :

Energi sebelum bekerja :

Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4

)Xb2

dimana :

Page 131: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 25

Xb = pengukuran denyut jantung sebelum bekerja

Energi setelah bekerja :

Yt = 1,80411 – (0,0229038)Xt + (4,71733 x 10-4

) Xt2

dimana :

Xt = pengukuran denyut jantung setelah bekerja

Sehingga persamaan energy expenditure adalah :

EE = Yt – Yb (kilokalori per menit)

Contoh perhitungan manual energy expenditure Bapak Santoso (30 tahun).

Energi sebelum bekerja :

Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4

)Xb2

= 1,80411 – (0,0229038 x 65) + (4,71733 x 10-4

x (65)2)

= 1,80411 – 1,488747 + 1.9931

= 2,308463 kkal/menit

Energi setelah bekerja :

Yt = 1,80411 – (0,0229038)Xt + (4,71733 x 10-4

) Xt2

= 1,80411 – (0,0229038 x 130) + (4,71733 x 10-4

x (130)2)

= 1,80411 – 2,977494 + 7.9723

= 6,798916 kkal/menit

Sehingga persamaan energy expenditure adalah :

EE = Yt – Yb (kilokalori per menit)

= 6,798916 kkal/menit - 2,308463 kkal/menit

= 4.490453 kkal/menit

Hasil perhitungan energy expenditure untuk seluruh pekerja dapat dilihat

dalam Tabel 4.18. dibawah ini :

Tabel 4.18 Perhitungan energy expenditure pekerja buruh angkut

No.

Nama

Pekerja

Umur

Berat

Badan

Denyut Jantung

(per menit)

Yb

Yt

EE

(kkal/menit)

Sebelum

Bekerja

Setelah

Bekerja

1 Santoso 30 53 65 130 2.3084 6.7989 4.4905

2 Anwar 29 60 65 128 2.3084 6.6013 4.2929

3 Budi 32 62 70 140 2.5123 7.8435 5.3312

4 Coirul 28 55 63 125 2.2335 6.3120 4.0785

5 Amin 35 55 72 143 2.6005 8.1753 5.5748

Page 132: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 26

Lanjutan Tabel 4.18 Perhitungan energy expenditure pekerja buruh angkut

No.

Nama

Pekerja

Umur

Berat

Badan

Denyut Jantung

(per menit)

Yb

Yt

EE

(kkal/menit)

Sebelum

Bekerja

Setelah

Bekerja

6 Hardi 31 59 65 135 2.3084 7.3094 5.0010

7 Rusmanto 32 63 71 141 2.5559 7.9532 5.3973

8 Sartono 33 57 72 140 2.6005 7.8435 5.2430

9 Bambang 31 56 65 138 2.3084 7.6271 5.3186

10 Budiman 37 58 75 152 2.7398 9.2217 6.4818

11 Joko 32 58 72 142 2.6005 8.0638 5.4633

12 Andri 30 54 65 129 2.3084 6.6996 4.3912

13 Wawan 31 61 65 137 2.3084 7.5202 5.2118

14 Suwondo 32 63 71 140 2.5559 7.8435 5.2876

15 Juno 30 54 65 128 2.3084 6.6013 4.2929

16 Akbar 31 63 66 135 2.3473 7.3094 4.9621

17 Yono 29 59 65 129 2.3084 6.6996 4.3912

18 Fajar 34 58 72 147 2.6005 8.6309 6.0304

19 Ratman 28 57 63 130 2.2335 6.7989 4.5654

20 Togar 31 59 67 135 2.3872 7.3094 4.9223

21 Heru 31 62 68 138 2.4279 7.6271 5.1991

22 Tono 35 64 73 145 2.6460 8.4012 5.7552

23 Sujimin 33 58 73 141 2.6460 7.9532 5.3072

24 Harun 36 60 74 150 2.6924 8.9825 6.2901 Sumber: Pengolahan data, 2009

Kategori penggolongan kriteria beban kerja berdasarkan energy expenditure

dari masing – masing pekerja dapat dilihat dalam Lampiran 7.1.

Berdasarkan perjitungan dari Tabel 4.18 diatas, besarnya energy expenditure

yang dikeluarkan maka pekerjaan MMH ini termasuk kategori pekerjaan berat

(heavy work) untuk pekerja Budi, Amin, Hardi, Rusmanto, Sartono, Bambang,

Budiman, Joko, Wawan, Suwondo, Fajar, Heru, Tono, Sujimin dan Harun..

Sedangkan untuk pekerja Santoso, Anwar, Coirul, Andri, Juno, Akbar, Yono,

Ratman dan Togar, jenis pekerjaan tersebut tergolong pekerjaan biasa (moderate

work ).

Berdasarkan perhitungan denyut jantung pekerja, dapat diketahui bahwa

denyut jantung yang paling besar dialami oleh Pak Budiman dengan usia 37

tahun. Besarnya pengukuran denyut jantung sebelum bekerja sebesar 75

denyut/menit, sedangkan besarnya denyut jantung pada saat setelah bekerja

(setelah aktivias pengangkutan beban 110 kg) sebesar 152 denyut/menit. Hal

Page 133: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 27

tersebut dipengaruhi oleh faktor psikologis pekerja yang berupa umur, sikap kerja

pada saat membawa beban yang melebihi batas angkat beban. Grafik

perbandingan denyut jantung sebelum dan sesudah bekerja dapat digambarkan

dalam bentuk grafik 4.2.

Grafik Perbandingan Denyut Jantung Sebelum dan Sesudah Bekerja

0

50

100

150

200

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

Responden

Den

yu

t Jan

tun

g (

per

men

it)

Kecepatan DenyutJantung SebelumBekerja

Kecepatan DenyutJantung SesudahBekerja

Grafik 4.2 Perbandingan denyut jantung sebelum

dan sesudah bekerja Sumber : Pengolahan data, 2010

Penjelasan kriteria pekerjaan berdasar denyut jantung dan energy

expenditure menurut Sanders et al, 1993 dapat dilihat dalam Lampiran 7.2.

B. Perhitungan besarnya pengeluaran energi (energy cost) menurut

Kamalakannan et al, 2007

Menurut Kamalakannan et al, 2007 bentuk regresi hubungan energi dengan

kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini:

E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G

dimana :

E – Cost = Energy Cost (watt)

HR = Working Heart Rate (bpm)

HT = Height (inch)

A = Age (yrs)

RHR = Resting Heart Rate (bpm)

G = Gender (m = 0 ; f = 1)

1 watt 0,0143 kcal / min

Contoh perhitungan manual energy cost Bapak Santoso (30 tahun).

E – Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G

= -1967 + 8.58.(130) + 25.1 (65.75) + 4.5.(30) – 7.47 (65) + 67.8 (0)

Page 134: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 28

= - 1967 +1115.4 + 1650,32 – 485.55 + 0

= 448,13 watt 6,41 kcal/min

Hasil penghitungan energy cost dan penggolongan beban kerja untuk

seluruh pekerja dapat dilihat dalam Tabel 4.19 dibawah ini

Tabel 4.19 Penghitungan energy cost dan penggolongan beban kerja

No. Name Age Height

Gender

Heart

Rate

( bpm )

Energy

Cost

Energy Cost Grade of Work

( years ) ( inchi ) ( m = 0 ; f = 1 )

Resting Heart Rate

Working Heart Rate

( kcal/min )

1 Santoso 30 65.75 male 65 130 6.41 Moderate Work

2 Anwar 29 66.93 male 65 128 6.52 Moderate Work

3 Budi 32 69.39 male 70 140 8.54 Heavy Work

4 Coirul 28 65.35 male 63 125 5.74 Moderate Work

5 Amin 35 66.54 male 72 143 7.86 Heavy Work

6 Hardi 31 66.14 male 65 135 7.23 Moderate Work

7 Rusmanto 32 67.32 male 71 141 7.81 Heavy Work

8 Sartono 33 66.14 male 72 140 7.22 Moderate Work

9 Bambang 31 66.14 male 65 138 7.60 Heavy Work

10 Budiman 37 66.54 male 75 152 8.77 Heavy Work

11 Joko 32 65.75 male 72 142 7.26 Moderate Work

12 Andri 30 66.54 male 65 129 6.57 Moderate Work

13 Wawan 31 69.39 male 65 137 8.64 Heavy Work

14 Suwondo 32 68.50 male 71 140 8.11 Heavy Work

15 Juno 30 66.14 male 65 128 6.30 Moderate Work

16 Akbar 31 69.39 male 66 135 8.29 Heavy Work

17 Yono 29 66.54 male 65 129 6.50 Moderate Work

18 Fajar 34 66.14 male 72 147 8.14 Heavy Work

19 Ratman 28 65.35 male 63 130 6.35 Moderate Work

20 Togar 31 66.54 male 67 135 7.15 Moderate Work

21 Heru 31 66.54 male 68 138 7.42 Moderate Work

22 Tono 35 68.11 male 73 145 8.56 Heavy Work

23 Sujimin 33 66.54 male 73 141 7.38 Moderate Work

24 Harun 36 66.93 male 74 150 8.71 Heavy Work

Sumber: Pengolahan data, 2009

Berdasarkan Tabel 4.19. diatas, besarnya energy cost yang dikeluarkan maka

pekerjaan MMH ini termasuk kategori pekerjaan berat (heavy work) untuk pekerja

Budi, Amin, Rusmanto, Bambang, Budiman, Wawan, Suwondo, Akbar, Fajar,

Tono, Harun. Sedangkan untuk pekerja Santoso, Anwar, Hardi, Sartono, Joko,

Coirul, Andri, Juno, Yono, Ratman, Togar, Sujimin, Heru, jenis pekerjaan

tersebut tergolong pekerjaan biasa (moderate work ).

Penjelasan kriteria pekerjaan berdsarkan energy cost pekerja menurut

Kamalakannan et al, 2007 dapat dilihat Lampiran 7.3.

Page 135: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 29

4.2.4 Perhitungan Anhtropometri

Variabel data anhtropometri yang akan digunakan untuk pertimbangan

merancang handtruck sebagai alat bantu kerja adalah tinggi bahu berdiri (tbb),

tinggi siku berdiri (tsb), lebar bahu (lb), diameter lingkar genggam (dlg), dan lebar

jari ke-2,3,4,5.

Adapun hasil pengukuran data anthropometri pekerja buruh angkut di Pasar

Gede dapat dilihat dalam Lampian 8.

Contoh perhitungan manual dilakukan dengan cara menghitung rata-rata ( x )

dan standar deviasi ( x ) dari masing-masing variabel data anthropometri pekerja

buruh angkut. Contoh perhitungan manual rata-rata dan standar deviasi untuk

tinggi bahu berdiri :

x = 24

137....140139136

= 139,88

x = 124

)88,139137(...)88,139140()88,139139()88,139136( 2222

= 1,73

Rekap hasil perhitungan antropometri pekerja buruh angkut dapat dilihat

pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20 Nilai rata-rata dan standar deviasi

No. Dimensi manusia x x

1. Tinggi bahu berdiri 139,88 1,73

2. Tinggi siku berdiri 120,13 6,15

3. Lebar bahu 40,13 1,51

4. Diameter lingkar genggam 3,29 0,41

5. Lebar jari ke-2,3,4,5 6,96 1,04

Sumber : Pengolahan data, 2009

4.2.5 Perhitungan Persentil

Dari data anthropometri pekerja buruh angkut di Pasar Gede dapat dihitung

persentilnya. Persentil yang digunakan pada perancangan alat bantu kerja ini yaitu

persentil 5, 50 dan 95. Penentuan persentil ini ditentukan dengan pertimbangan

bahwa persentil ini dapat mengakomodasi data persentil 5, 50 dan 95, sehingga

populasi dapat terlayani (Nurmianto, 2004). Berikut ini merupakan contoh

perhitungan manual persentil untuk data anthropometri tinggi bahu berdiri (tbb).

Page 136: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 30

P5 = xx 645,1

= 139,88 − (1,645 × 1,73) = 137,03 cm

P50 =

x = 139,88 cm

P95 = xx 645,1

= 139,88 + (1,645 × 3,34) = 142,72 cm

Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh hasil perhitungan persentil

bagi masing-masing data anthropometri yang disajikan pada Tabel 4.21.

Tabel 4.21 Rekapitulasi hasil perhitungan persentil

data antropometri

No Dimensi Tubuh

Ukuran Dimensi Tubuh

(dalam cm)

x

x P5

x P50

x P95

1. Tinggi bahu berdiri 1,73 137,03 139,88 142,72

2. Tinggi siku berdiri 6,15 110,01 120,13 130,25

3. Lebar bahu 1,51 37,64 40,13 42,61

4. Diameter lingkar genggam 0,41 2,61 3,29 3,97

5. Lebar jari ke-2,3,4,5 1,04 5,24 6,96 8,67

Sumber : Pengolahan data, 2009

Pada Tabel 4.21. disajikan nilai persentil 5, 50 dan 95 bagi masing-masing

data anthropometri dengan menggunakan variabel perhitungan mean ( x ) dan

standar deviasi ( x ).Untuk perhitungan persentil dimensi antropometri yang lain

dapat dilihat pada Lampiran 9. Nilai persentil tersebut kemudian digunakan pada

penentuan ukuran handtruck yang akan dirancang.

4.3 Tahap Perancangan

4.3.1 Penyusunan Konsep Perancangan

Penyusunan konsep perancangan dilakukan dengan mengacu pada data studi

pendahuluan yang diperoleh. Data studi pendahuluan ini menunjukkan fakta yang

tejadi di tempat penelitian dan memberikan informasi tentang apa yang diinginkan

pekerja. Penyusunan konsep perancangan dilakukan dengan cara menjabarkan

keluhan dan keinginan pekerja menjadi kebutuhan perancangan yang dilanjutkan

dengan pengembangan ide perancangan sesuai dengan kebutuhan yang telah

dibuat sebelumnya. Penjabaran konsep perancangan tersebut akan dibagi kedalam

beberapa tahapan, diantaranya:

Page 137: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 31

1. Penjabaran Kebutuhan Perancangan (Need)

Informasi yang diperoleh dari studi pendahuluan yang dilakukan dengan

wawancara menunjukkan bahwa pekerja belum menemukan kenyamanan dalam

melakukan aktivitas pekerjaan seperti ditunjukkan pada Tabel 4.22. Faktor

ketidaknyamanan ini dipertegas dari hasil kuisioner yang menunjukkan adanya

keluhan rasa sakit, nyeri, pegal, kram, atau kesemutan pada beberapa bagian tubuh

pekerja seperti ditunjukkan pada grafik Gambar 4.1. Hubungan antara timbulnya

keluhan dengan penyebabnya dapat dijelaskan melalui Tabel 4.22.

Tabel 4.22 Ringkasan keluhan dan pernyataan keinginan pekerja

No Keluhan Pekerja Faktor Penyebab

1 Kelelahan pada bagian tubuh tertentu

secara cepat

Pekerja buruh angkut masih

menggunakan pengangkutan secara

manual (mengangkut beban pada

bagian punggung pekerja)

2 Kesulitan ketika melakukan aktivitas

pengangkutan beban sebesar 55 kg

Beban yang diangkut oleh pekerja

terlalu berat, kapasitas sebesar 55 kg.

3 Kesulitan pada waktu akses keluar

masuk kios

Jarak antara gang pada kios satu

dengan yang lainnya terlalu sempit.

Sumber : Pengumpulan data, 2009

Di lain pihak, pekerja juga menyatakan keinginanya seperti ditunjukkan

pada Tabel 4.23, hasil keinginan dan keluhan pekerja tersebut kemudian

dijabarkan menjadi kebutuhan perancangan yang harus dipenuhi. Penjabaran

kebutuhan dibuat untuk memperjelas batasan-batasan masalah dalam pembuatan

konsep perancangan dan mempermudah tahapan penyelesaian yang harus

dilakukan sehingga alat yang akan dirancang sesuai dengan tujuan. Penjabaran

kebutuhan dapat dilihat pada Tabel 4.23.

Tabel 4.23 Penjabaran kebutuhan perancangan

Keinginan

Pekerja Penjabaran Kebutuhan

Perlunya alat bantu

kerja berupa

handtruck yang

berfungsi untuk

memperbaiki postur

kerja dan

mengurangi beban

(kapasitas alat dapat

mengangkut beban

berkapasitas 110 kg.

Mengurangi keluhan, kelelahan bagian tubuh dan memperbaiki

postur kerja

Mampu mengurangi beban kerja

Mampu mengurangi beban kerja

Sumber : Pengumpulan data, 2009

Page 138: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 32

2. Pembangkitan Gagasan Dalam Perancangan (Idea)

Berdasarkan kebutuhan perancangan yang telah dinyatakan dengan jelas,

maka dapat dikembangkan suatu ide pemecahan masalah. Gagasan atau ide yang

dikembangkan haruslah berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perancangan

yang telah dibuat sebelumnya. Permasalahan utama yang terjadi pada aktivitas

pengangkutan peti adalah tidak menggunakan alat bantu kerja yang memadai

sehingga menyebabkan pekerja harus bekerja dengan postur kerja yang tidak tepat

menurut ilmu kesehatan. Sebagai contoh postur tubuh pekerja pada saat

memanggul beban yang berupa peti terutama posisi punggung membungkuk

dikarenakan beban yang berkapasitas 55 kg di letakkan pada bagian punggung

pekerja, akibatnya punggung menjadi tumpuan untuk menyangga beban terebut,

dan posisi betis dan lutut menekuk pada saat berjalan. Postur kerja yang dilakukan

oleh pekerja seperti disebutkan di atas jika dilakukan dalam waktu yang lama dan

berulang-ulang sangatlah mungkin untuk menimbulkan rasa sakit, nyeri, pegal,

kram, atau kesemutan pada beberapa bagian tubuh.

Berdasarkan penjabaran kebutuhan, peneliti melihat adanya peluang untuk

mengantisipasi timbulnya keluhan pada bagian tubuh dan untuk meminimalkan

timbulnya sikap paksa dengan merancang sebuah alat bantu kerja berupa

handtruck yang berfungsi sebagai alat untuk memperbaiki postur kerja dan

mengurangi beban yang diangkut.

Menurut Nigel Cross, 1994 metode rasional dapat dibagi menjadi beberapa

tahapan yang kemudian di perjelas kedalam sub tahapan, yang terdiri dari

clarifying objectives, establishing functions, dan performance specification untuk

menggambarkan konsep perancangan yang akan dilakukan. Beberapa tahapan

tersebut adalah :

a. Clarifying Objectives

Clarifying Objectives bertujuan untuk menjelaskan tujuan dan subtujuan dari

perancangan, serta hubungan diantara keduanya. Untuk lebih jelasnya

penjabaran tujuan dan subtujuan dari perancangan dapat dilihat pada pada

Gambar 4.8.

Page 139: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 33

Alat Bantu Kerja

Pada Aktivitas Pengangkutan

Peti Buah

Kemudahan dalam

memposisikan postur kerja

Kemudahan

pengangkutan beban kerja

Kemudahan akses keluar

masuk kios pada saat aktivitas

pengangkutan

Nyaman

Efisiensi fisiologi kerja

(energy expenfiture

dan energy cost)

Kekuatan Mudah

Mengurangi keluhan,

kelelahan bagian tubuh

dan memperbaiki postur

kerja

Mengurangi beban

kerja

Memberikan tenaga (gaya

dorong) pada saat aktivitas

loading, unloading dan

keadaan permukaan jalan

menanjak

Memberikan kemudahan

mobilitas pekerja pada saat

akses keluar masuk gang

antarkios

Penjabaran Kebutuhan

Aman

Mampu mengangkut

beban kerja

berkapasitas 110 kg

Gambar 4.8 Clarifying objectives perancangan Sumber : Pengumpulan data, 2009

b. Establishing Functions

Establishing functions bertujuan untuk menentukan fungsi-fungsi yang

dibutuhkan dan batasan sistem dari perancangan yang akan dilakukan. Langkah

pertama yang dilakukan adalah menunjukkan fungsi perancangan secara umum

dalam perubahan input menjadi output yang diinginkan, seperti ditunjukkan

pada Gambar 4.9.

Alat Bantu Kerja

Pada Aktivitas Pengangkutan

Peti Buah

Aktivitas kerja pada saat

pengangkutan peti buah

Kenyamanan dan memberikan

kekuatan tenaga (gaya dorong)

Input Fungsi Output

Gambar 4.9 Establising function perancangan Sumber: Pengumpulan data, 2009

Langkah selanjutnya adalah memecah fungsi umum menjadi sub fungsi dasar

yang lebih spesifik, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.10.

Page 140: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 34

Pengukuran perancangan

handtruck disesuaikan

dengan dimensi

anthropomeri

Alat bantu kerja Kenyamanan

- Pengaturan ukuran perancangan

handtruck disesuaikan dimensi

anthropometri

- Pengaturan ukuran perancangan

disesuaikan anthropometri guna

memperoleh ukuran perancangan

secara ergonomis

- Memberikan kenyamanan pada

saat aktivitas pengangkutan peti

buah

Input Fungsi Output

Pengukuran handle

mempertimbangkan dimensi

anthropometri

Alat bantu kerja Kenyamanan

- Pengaturan ukuran perancangan

handle disesuaikan dimensi

anthropometri

- Penambahan busa / karet handgrip

pada bagian handle

- Memeberikan kenyamanan pada

saat menggunakan handtruck

- Mengurangi gaya gesek antara

permukaan handle dengan telapak

tangan pekerja

Input Fungsi Output

Alat bantu fasilitas kerja

Fungsi Output

Landasan penopang

peti dan rangka

penyusun

input

Aman

Komponen landasan dan rangka

hand truck berbahan baja

Mampu mengangkut beban

110kg

Pengaturan peletakan dan

desain pada bagian handle

Alat bantu kerja Kekuatan

- Pengaturan peletakan dan desain

bagian handle mempertimbangkan

medan / permukaan jalan

- Pemilihan rancangan desain handle

berfungsi untuk memberikan kekuatan

pada saat aktivitas loading, unloading

dan memberi kekuatan saat mendorong

handtruck pada permukaan jalan

menanjak

- Mengurangi beban kerja terutama

pengukuran denyut jantung dan energy

expenditure

Input Fungsi Output

Pemberian shock absober

pada bagian rangka

penopang belakang

Alat bantu kerja Kekuatan

- Pemberian shock absober sepeda

motor MIO bagian penopang rangka

belakang

- Memberikan kekuatan pada

bagaian penopang rangka belakang

handtruck

- Meredam getan dan memberikan

kekuatan pada permukaan jalan

yang tidak rata

Input Fungsi Output

Page 141: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 35

Akses mobilitas keluar

masuk gang antar kios

Alat bantu kerja Kemudahan

- Perancangan handtruck dengan

menambahakan komponen roda berjumlah

3 roda

- Roda bagian depan berjumlah 2 roda

- Roda bagian belakang berjumlah 1 roda

- Ukuran lebar landasan peti disesuaikan

dengan jarak gang antar kios

- Akses mobilitas keluar masuk

gang antar kios yang dapat

dijangkau dan memberikan

kemudahan dalam operasional pada

saat aktivitas pengangkutan peti

buah

Input Fungsi Output

Gambar 4.10 Sub-fungsi dasar perancangan Sumber : Pengumpulan data, 2009

c. Performance Specification

Performance specification bertujuan untuk membuat spesifikasi yang akurat

dari kebutuhan perancangan. Tabel 4.24. menunjukkan penilaian performance

specification (spesifikasi kemampuan) dari perancangan yang dilakukan.

Tabel 4.24 Performance specification perancangan handtruck

No Tujuan Kriteria Performance Specification

1 Nyaman

- Sesuai ukuran anthropometri

tubuh pekerja buruh angkut di

Pasar Gede

- Kemudahan memposisikan

posisi tubuh pada saat

menoperasikan handtruck

Tinggi bahu berdiri (tbb),

Tinggi siku berdiri (tsb)

Lebar bahu (lb)

Diameter lingkar genggam (dlg)

Lebar jari ke-2,3,4,5

-Penyebaran distribusi tekanan

pada tiap bagian tubuh merata

-Mengurangi gaya gesek

antara permukaan handle

dengan telapak tangan

pekerja

- Pengaturan ukuran perancangan

pegangan (handle) disesuaiakan dengan

anthropometri dan perhitungan

mekanika teknik

- Bagian pegangan (handle) dilengkapi

dengan busa atau karet handgrip

2 Aman

Mampu menahan dan

mengankut beban (peti buah)

dengan kapasitas 110 kg

- Penggunaan material berbahan plat

alumunium yang kuat dan tidak licin

dalam perancangan handtruck bagian

landasan penopang bawah

- Penggunaan material berbahan pipa baja

berongga alloy A36 rol panas pada

bagian rangka landasan penopang bawah

handtruck

Page 142: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 36

Lanjutan Tabel 4.24 Performance specification perancangan handtruck

No Tujuan Kriteria Performance Specification

3 Kekuatan

-Pemilihan rancangan

peletakan dan desain pada

handle yang berfungsi untuk

memberikan kekuatan

-Mengurangi beban kerja

- Pemilihan desain dan posisi peletakan

handle, berfungsi memberikan kekuatan

pada saat aktivitas loading, unloading

dan kekuatan dorong

- Perancangan alat bantu kerja berupa

handtruck dengan menambahkan shock

absorber pada bagian penopang rangka

belakang

4 Efisien

Kemudahan akses keluar

masuk kios pada saat aktivitas

pengangkutan

- Perancangan handtruck menggunakan

komponen roda berjumlah 3 buah roda,

dengan rincian sebagai berikut :

- Roda bagian depan berjumlah 2 roda

(tidak bergerak / statis)

- Roda bagian belakang berjumlah 1 roda

(dapat bergerak / dinamis)

- Ukuran lebar landasan peti disesuaikan

dengan jarak gang antar kios

Sumber: Pengumpulan data, 2009

4.3.2 Penentuan Dimensi Rancangan

Setelah dilakukan perhitungan persentil, maka langkah selanjutnya adalah

menentukan dimensi perancangan alat bantu kerja berupa handtruck yang akan

dirancang. Perhitungan dimensi dilakukan untuk mempertimbangkan ukuran awal

rancangan yang akan dibuat. Perhitungan dimensi ini mengacu pada hasil

perhitungan persentil yang telah dilakukan sebelumnya. Perhitungan dimensi yang

dilakukan meliputi :

a. Perhitungan ketinggian pegangan (handle) desain pertama perancangan

handtruck pada saat memuat peti

Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan ukuran tinggi

pegangan (handle) desain pertama dari permukaan jalan pada saat memuat

peti (pada posisi berdiri dengan keadaan setimbang) adalah tinggi bahu berdiri

(tbb). Persentil ke-95 digunakan agar mengakomodasi orang yang memiliki

kelebihan rata – rata tinggi bahu normal. Di samping itu, untuk pekerja yang

berbadan kurang tidak akan terganggu kenyamanannya.

Perhitungan ketinggian pegangan desain pertama dari permukaan jalan, saat

memuat sebagai berikut, sebagai berikut:

Tinggi pegangan (handle) desain pertama = tbb (P95) = 142,72 cm 143 cm

Page 143: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 37

dengan catatan :

tbb = tinggi bahu berdiri

P95 = persentil 95

Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh hasil rancangan tinggi

pegangan desain pertama perancangan handtruck dari permukaan jalan saat

memuat peti sebesar = 142,72 cm 143 cm

Gambar dimensi anthropometri tinggi bahu berdiri dapat dilihat dalam

Gambar 4.11 dibawah ini.

Tinggi bahu berdiri

142 cm

Handel ke 1

peti

Gambar 4.11 Dimensi anthropometri

tinggi bahu berdiri Sumber : Pengolahan data, 2010

b. Tinggi tinggi pegangan (handle) desain kedua perancangan handtruck dari

permukaan jalan pada posisi mengangkut peti (posisi batang miring)

Data dimensi yang digunakan sebagai acuan dalam merancang tinggi

pegangan (handle) desain kedua perancangan handtruck posisi mengangkut

peti (posisi batang miring) menggunakan pengukuran mekanika teknik.

diketahui :

W1 = berat peti = 110 kg

W2 = berat rangka handtruck = 5 kg

g = grafitasi = 9,8 m/s2

b.p = batas berat pengangkatan yang diijinkan = 50 kg

W.Total = (W1+W2) x g

= 115 kg x 9,8 m/s2

= 1127 N

Page 144: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 38

diitanya : tinggi pegangan handtruck desain kedua...... (tmiring) ?

jawab :

F dorong = b.p x g

= 50 kg x 9,8 m/s2

= 490 N

Momen dititik z :

0 zM

W.Total . y – F . x = 0

1127 N . 0,3 m – 490 N . x = 0

x = N

mN

490

3,0.1127

x = 0,69 m = 69 cm

dari hasil perhitungan diatas, maka dorongF terletak pada titik ketinggian 69 cm.

Karena handtruck tersebut sedang berjalan (dalam posisi handtruck miring),

maka ukuran tinggi pegangan (handle) perancangan handtruck batas bawah

pada desain kedua, dapat dihitung sebagai berikut :

sin 45 0 = 0,707

bawahbatashandleTinggi .. = 045sin

x

= 707,0

69cm

= 97,59cm 100 cm

atasbatashandleTinggi .. = tinggi bahu berdiri data anthropometri (P95)

= 130 cm

Gambar dimensi anthropometri tinggi siku berdiri dapat dilihat dalam Gambar

4.12 dibawah ini.

Page 145: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 39

Tinggi siku berdiri 130 cm 100 cm

Handel ke 2

Gambar 4.12 Dimensi anthropometri

tinggi siku berdiri Sumber : Pengolahan data, 2010

Presentil-95 berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi pekerja pada saat

mengangkut peti dan memberikan rasa nyaman saat mendorong handtruck jadi

ketinggian pegangan (handle) pada perancangan handtruck pada saat posisi

handtruck berjalan desain kedua = 100 cm s/d 130 cm (dalam posisi handtruck

posisi miring)

Gambar perancangan ketinggian pegangan (handle) handtruck desain kedua

dapat dilihat dalam Gambar 4.9 dibawah ini.

y30 cm

45°

F = 50 kg x 9,8 m/s= 490N

X

W.total = 115 kg x 9,8 m/s= 1127 N

z

t h

an

dle b

ata

s b

aw

ah

t h

an

dle b

ata

s a

ta

s

Gambar 4.13 Perancangan ketinggian pegangan (handle) handtruck desain ke dua

Sumber : Pengolahan data, 2010

c. Lebar antar pegangan (handle) desain pertama

Data anthropometri yang digunakan sebagai pertimbangan dalam merancang

lebar antar pagangan (handle) desain pertama pada perancangan handtruck

Page 146: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 40

adalah lebar bahu dengan presentil ke-95. Presentil-95 digunakan dengan

tujuan supaya pekerja lebih leluasa dalam mengoperasikan handtruck..

Penggunaan persentil 95 dimaksudkan agar pekerja dengan lebar bahu yang

lebih besar dapat memegang pegangan (handle) pada handtruck dengan

leluasa, nyaman. dan memberikan keleluasaan dalam mengoperasikan

handtruck. Perhitungan lebar antar pegangan (handle), sebagai berikut:

dengan catatan :

lb = lebar bahu

P95 = persentil 95

Lebar antar pegangan (handle) desain pertama dan ketiga = lb (P95)

= 42,61 43 cm

Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh lebar antar pegangan

(handle) desain pertama dan ketiga dari hasil rancangan sebesar 42,61 cm

43 cm.

Gambar dimensi anthropometri lebar bahu dapat dilihat dalam Gambar 4.14

dibawah ini.

Gambar 4.14 Dimensi anthropometri

lebar bahu handle pertama Sumber : Pengolahan data, 2010

d. Lebar antar pegangan (handle) desain kedua

Data anthropometri yang digunakan sebagai pertimbangan dalam merancang

lebar antar pagangan (handle) desain kedua pada perancangan handtruck

adalah lebar bahu dengan nilai presentil ke-50. Penggunaan persentil 50

dimaksudkan agar pekerja yang memiliki lebar bahu lebih besar maupun yang

Page 147: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 41

lebih kecil dapat menjangkau lebar pegangan (handle) pada handtruck dengan

nyaman dan memberikan keleluasaan dalam mengoperasikan handtruck.

Perhitungan lebar antar pegangan (handle), sebagai berikut:

dengan catatan :

lb = lebar bahu

P50 = persentil 50

Lebar antar pegangan (handle) desain kedua = lb (P50)

= 40,13 40 cm

Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh lebar antar pegangan

(handle) desain pertama dan ketiga dari hasil rancangan sebesar 40,13 cm

40 cm.

Gambar dimensi anthropometri lebar bahu dapat dilihat dalam Gambar 4.15

dibawah ini.

Gambar 4.15 Dimensi anthropometri

lebar bahu handle kedua Sumber : Pengolahan data, 2010

e. Diameter pegangan (handle)

Data anthropometri yang digunakan sebagai acuan dalam merancang diameter

pada pegangan (handle) handtruck adalah diameter lingkar genggam (dlg)

dengan Persentil ke-95. Nilai P95 digunakan untuk mengakomodasi pekerja

yang memiliki ukuran diameter lingkar genggam besar (P95) sedangkan

pekerja yang memiliki ukuran genggaman telapak tangan kecil (P5) tetap

nyaman menggunakannya. Perhitungan diameter pegangan (handle) pada

handtruck sebagai berikut :

dengan catatan :

Page 148: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 42

dlg = diameter lingkar genggam

P95 = persentil 95.

Diameter pegangan (handle) pada handtruck = dlg (P95)

= 3,97 cm 4 cm

Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh ukuran diameter

handle hasil rancangan sebesar 3,97 cm 4 cm.

Gambar dimensi anthropometri diameter lingkar genggam dapat dilihat dalam

Gambar 4.16 dibawah ini.

Gambar 4.16 Dimensi anthropometri

diameter lingkar genggam Sumber : Pengolahan data, 2010

f. Perhitungan panjang genggaman pegangan handtruck

Data anthropometri yang dibutuhkan untuk menentukan panjang genggaman

pegangan handtruck adalah lebar jari ke-2,3,4,5 (lj) dengan persentil ke-95.

Penggunaan persentil 95 dimaksudkan agar pekerja yang memiliki lebar

telapak tangan lebih besar dapat menggenggam pegangan handtruck dengan

nyaman.

Perhitungan panjang genggaman pegangan handtruck, sebagai berikut:

Panjang genggaman pegangan handtruck = lj (P95)

= 8,67 cm

dengan;

lj = lebar jari ke-2,3,4,5

P95 = persentil 95

Setelah pembulatan hasil perhitungan di atas, diperoleh panjang genggaman

pegangan handtruck hasil rancangan sebesar 8,67 cm 9 cm

Page 149: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 43

Gambar dimensi anthropometri lebar jari ke-2,3,4,5 dapat dilihat dalam

Gambar 4.17 dibawah ini.

Gambar 4.17 Dimensi anthropometri

lebar jari ke- 2,3,4,5 Sumber : Pengolahan data, 2010

g. Menentukan panjang landasan bawah handtruck

Panjang landasan bawah dibuat setidaknya sebesar dua pertiga dari ukuran

panjang maksimal dimensi peti yang dimuatkan, agar tumpukan beban

tersebut tidak rubuh ke depan ketika handtruck digerakkan (Panero dan

Zelnik). Berikut ini diberikan perhitungannya:

diketahui:

Ukuran dimensi panjang, lebar dan tinggi peti yaitu 60 cm x 40 cm x 40 cm

panjang maksimal dimensi peti yang dimuatkan = 60cm

(Sumber : pengukuran dan pencatatan data, 2009).

p ≥ 3

2panjang maksimal beban yang dimuatkan

dimana:

p = panjang landasan bawah pada hand truck

allowance = 5 cm, sehingga didapatkan nilai p sebagai berikut :

p ≥ 3

260 cm

p ≥ 40 cm + allowance

Karena nilai p ≥ 40 cm , jadi ukuran dimensi panjang landasan bawah

handtruck = 45 cm

h. Menentukan lebar landasan bawah handtruck

Setelah didapat ukuran dimensi panjang handtruck, maka langkah selanjutnya

adalah menentukan lebar landasan bawah pada handtruck,data yang digunakan

adalah ukuran dimensi lebar peti.

Page 150: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 44

diketahui :

ukuran dimensi lebar peti = 43 cm

(Sumber : pengukuran dan pencatatan data, 2009).

Berdasarkan alasan tersebut maka diperoleh ukuran rangka landasan bawah

handtruck yaitu 45 cm x 43 cm. Keputusan tersebut diperkuat dengan alasan-

alasan sebagai berikut:

1) Ukuran tersebut dapat mempermudah peletakan peti yang dimuatkan di

atas handtruck.

2) Ukuran tersebut disesuaikan deengan tumpukan beban peti agar tidak

rubuh ke depan ketika handtruck digerakkan

3) Ukuran tersebut dapat mempermudah gerakan handtruck ketika melewati

gang antar kios karena ukurannya disetting sesuai ukuran dan disesuaikan

dengan kondisi lapangan

i. Menentukan panjang lengan ayun (swing arm)

Pemberian lengan ayun (swing arm) dalam perancangan handtruck berfungsi

sebagai penghubung antara as roda depan dengan roda belakang dan berfungsi

sebagai tempat dudukan shock breaker.

diketahui :

F1 = merupakan gaya yang terjadi pada sumbu x

F2 = merupakan gaya yang terjadi pada sumbu y

F3 roda merupakan gaya yang terjadi pada roda ke 3 (roda belakang) = 359,33N

Ukuran tinggi peti = 0,4 m (terjadi pada sumbu y)

Ukuran panjang peti = 0,3 m (terjadi pada sumbu x)

dengan demikian, perhitungan panjang lengan ayun sebagai berikut :

M 0 = 0

F2 x panjang peti + Froda ke-3 x Pjg. lengan ayun = F1 x tinggi peti

F2 x 0,3 m + Froda ke-3 x Pjg. lengan ayun = F1 x 0,4 m

759,99 N x 0,3m + Froda ke-3 x Pjg. lengan ayun = 1519,98 N x 0,4 m

Pjg. lengan ayun = 33,359

)3,04,0(98,1519 x

Pjg. lengan ayun =33,359

998,151

Page 151: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 45

Pjg. lengan ayun =0,423 m

Pjg. lengan ayun = 42,3 cm

Jadi ukuran dimensi dari panjang lengan ayun (swing arm) perancangan

handruck sebesar 42,3 cm 42 cm

Hasil rekapitulasi perhitungan dimensi pada perancangan handtruck secara

keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.25.

Tabel 4.25 Rekapitulasi hasil perhitungan dimensi perancangan handtruck

No. Bagian Dimensi

Anthropometri

Ukuran

1. Tinggi pegangan (handle) rancangan

desain pertama P95 143 cm

2.

Tinggi pegangan (handle) rancangan

desain kedua (t handle batas bawah) - 100 cm

Tinggi pegangan (handle) rancangan

desain kedua (t handle batas atas) P95 130 cm

4. Lebar antar pegangan (handle) desain pertama

P95 43 cm

5. Lebar antar pegangan (handle) desain

kedua P50 40 cm

6. Diameter pegangan (handle) P95 4 cm

7. Panjang genggaman pegangan

(handle) handtruck P95 9 cm

8. Panjang landasan bawah - 45 cm

9. Lebar landasan bawah - 43 cm

10. Panjang lengan ayun (swingarm) - 42 cm

Sumber : Pengukuran dan pengolahan data, 2009

4.3.3 Pembuatan Rancangan

Rancangan handtruck dibuat berdasarkan dimensi yang telah ditentukan dan

penentuan komponen yang telah dilakukan. Berikut merupakan tahapan

pembuatan papan sandar hasil rancangan :

A. Pembuatan Gambar Rancangan

Pembuatan gambar rancangan handtruck dilakukan dengan menggunakan

autocad 2004 dan software solidwork 2004. Gambar rancangan bentuk dua

dimensi (2D) ditunjukkan pada Gambar 4.18 s/d Gambar 4.20. Sedangkan

rancangan dalam bentuk tiga dimensi (3D) ditunjukkan pada Gambar 4.21 s/d

Gambar 4.24.

Page 152: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 46

Pembuatan gambar rancangan 2D

Gambar 4.18 Gambar 2D hasil rancangan

tampak depan Sumber : Master autocad, 2009

Gambar 4.19 Gambar 2D hasil rancangan

posisi berdiri tegak tampak samping Sumber : Master gambar autocad, 2009

Gambar 4.20 Gambar 2D hasil rancangan posisi miring

saat mengangkut tampak samping Sumber : Master gambar autocad, 2009

Page 153: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 47

Pembuatan gambar rancangan 3D

Gambar 4.21 Rancangan 3D tampak depan Sumber: Software solidwork, 2009

Gambar 4.22 Rancangan 3D tampak samping posisi berdiri tegak Sumber: Software solidwork, 2009

Gambar 4.23 Rancangan 3D tampak samping Sumber: Software solidwork, 2009

Page 154: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 48

Gambar 4.24 Rancangan 3D tampak belakang Sumber: Software solidwork, 2009

B. Prototipe perancangan alat bantu kerja berupa handtruck

Setelah perakitan yang dilakukan selesai dibuat, maka akan dijelaskan

komponen-komponen penyusun rancangan beserta keterangan penjelasannya,

dapat dilihat pada Gambar 4.26 dibawah ini.

Gambar 4.26 Prototipe hasil perancangan alat bantu

kerja yang berupa handtruck Sumber: Software solidwork, 2010

Prototipe alat bantu kerja berupa handtruck merupakan hasil rancangan yang

dibuat berdasarkan perhitungan dimensi anthropometri dan konsep perhitungan

mekanika teknik, dengan spesifikasi sebagai berikut:

1. Landasan bawah (base frame)

Page 155: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 49

berfungsi sebagai tempat kedudukan landasan dan penopang beban peti buah.

2. Rangka tengah

berfungsi sebagai tempat sandaran peti pada dan sebagai batang rangka tengah

3. Pegangan (handle)

berfungsi untuk memberikan arah kemudi dan memudahkan akses keluar

masuk kios serta menjadi tumpuan kekuatan untuk aktivitas loading unloading

4. Shock breaker (per skok)

berfungsi untuk memberikan kenyamanan dan kestabilan pada saat melewati

permukaan jalan yang tidak merata dan berfungsi sebagai penopang kekuatan

perancangan.

5. Tempat plat dudukan roda

berfungsi sebagai penguat roda dan tempat kedudukan roda.

6. Roda

berfungsi untuk memberikan keleluasaan gerak pada bagian setir pengemudi

(handle), mempercepat dan mempersingkat waktu pengangkutan.

7. Rangka tengah

berfungsi untuk menahan roda bagian depan, sebagai pengunci agar kondisi

handtruck tidak bergerak pada saaat aktivitas loading maupun unloading

C. Perencanaan pengoprasian handtruck sebagai alat bantu kerja

Proses perencanaan pengoprasian handtruck mempunyai kapasitas untuk

mengangkut baban sebesar 110 kg. Berikut ini uraian langkah pengoperasian

handtruck melalui beberapa langkah kerja, antara lain :

1. Operator (pekerja) mendorong handtruck dengan kondisi peti belum memuat

peti

2. Operator (pekerja) mendekati tumpukan peti yang telah diturunkan dari truck

atau mobil

3. Operator (pekerja) menginjak pengunci roda depan guna memposisikan

handtruck tidak bergerak (posisi stabil)

4. Operator (pekerja) memasukkan tumpukan peti kedalam landasan bawah

handtruck dengan cara mengungkit atau menginjak bagian belakang swingarm

dan menarik pegangan (handle) desain pertama. (kegiatan loading)

5. Setelah muatan peti terangkut, kemudian operator (pekerja) mendorong

handtruck hingga kelokasi kios pedagang buah.

Page 156: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 50

6. Operator (pekerja) menurunkan muatan peti yang berada dilandasan bawah

handtruck dengan cara mendorong bagian belakang as roda, menginjak

pengunci roda dan mendorong pegangan (handle) desain pertama (kegiatan

unloading)

4.3.4 Perhitungan kekuatan material

Perhitungan dilakukan terhadap kekuatan material pada handtruck.

Perhitungan terdiri dari 3 tahap, yaitu mencari beban yang bertumpu pada

handtruck., membuat diagram benda bebas dan mencari gaya-gaya pada tumpuan

dan penentuan material melalui perhitungan kekuatan profil rangka.

1. Perhitungan kekuatan pipa rangka landasan bawah pada saat

handtruck berdiri tegak posisi 90 0

Bagian rangka landasan bawah handtruck merupakan tumpuan dari beban

peti (Fpeti) Penggambaran beban secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar

4.27.

F peti1078 N

Freaksi1078 N

A

Gambar 4.27 Kondisi pembebanan pada perancangan handtruck

Sumber : Pengolahan data, 2010

Menguraikan gaya – gaya dan momen yang ada pada rangka landasan

bawah

Data – data yang dibutuhkan untuk menguraikan gaya dan momen yang

bereaksi pada perhitungan kekuatan material pipa pada landasan bawah,

antara lain:

m = massa peti (kg)

= 110 kg

Page 157: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 51

g = gravitasi (m/s2)

= 9,8 m/s2

A = panjang rangka landasan bawah (cm)

= 45 cm

F peti = Gaya yang bereaksi pada tumpuan beban peti (Nm)

MA = Momen yang bereaksi pada tumpuan beban peti dititik A (Nm)

F peti = m x g

= 110kg x 9,8 m/s2

= 1078 N

Momen dititik A

MA = F.peti * A

= 1078 N * 0,45 m

= 485,1 Nm

Adapun model pembebanan pada penampang pipa rangka landasan bawah,

dapat dilihat pada Gambar 4.28

F.peti

1078 N

A45 cm

A

MA

A

F.reaksi

1078 N Gambar 4.28 Model pembebanan penampang pipa

rangka landasan bawah Sumber : Pengolahan data, 2010

Pada bagian penampang pipa rangka landasan bawah merupakan tumpuan

dari beban peti (Fpeti). Fpeti mendapatkan reaksi dari landasan bagian bawah

atau Freaksi. Penggambaran diagram bebanda bebas secara lebih jelas dapat

dilihat pada Gambar 4.29.

Page 158: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 52

F.peti

1078 N

A45 cm

A

MA

A

F.reaksi

1078 N

(+)

MA= 485,1 Nm

Gambar 4.29 Diagram benda bebas penampang

pipa rangka landasan bawah Sumber : Pengolahan data, 2010

Menghitung ukuran diameter dan tebal dari material pipa baja standar

struktur

Menurut Manual Konstruksi Baja AISC terbitan ketujuh dan diubah ke

dalam satuan SI menyusul tatanama dan dimensi yang dipublikasikan

dalam ASTM Standar A6-76 untuk ukuran pipa baja standar, terdapat

beberapa macam tebal yang disesuaikan dengan diameter pipa seperti pada

tabel 4.26. Dengan metode trial dan eror dicoba untuk masing-masing

ukuran tebal untuk mendapatkan diameter pipa yang dimaksud.

Tabel 4.26 Ukuran diameter dan tebal standar pipa baja struktur

No. Diameter luar

(mm)

Diameter dalam

(mm)

Tebal

(mm)

Ravg

(mm) R

3avg.t

(mm)

1. 10,3 6,8 1,73 4,29 136,58 2. 13,7 9,2 2,24 5,73 421,41

3. 17,1 12,5 2,31 7,40 936,06

4. 21,3 15,8 2,77 9,27 2206,57 5. 26,7 20,9 2,87 11,92 4860,83

6. 33,4 26,6 3,38 15,01 11430,33 7. 42,2 35,1 3,56 19,32 25672,68

8. 48,3 40,9 3,68 22,31 40864,53

9. 60,3 52,5 3,91 28,20 87684,75

10. 73 62,7 5,16 33,92 201380,41

11. 88,9 77,9 5,49 41,71 398375,76 12. 101,6 90,1 5,74 47,93 662855,36

13. 114,3 102,3 6,02 54,14 955325,22

14. 141,3 128,2 6,55 67,38 2003707,48 15. 168,3 154,1 7,11 80,60 3722843,04

16. 219,1 202,7 8,18 105,46 9594373,13 17. 273,1 254,5 9,27 131,92 21281961,93

19. 323,9 304,8 9,53 157,19 37014138,23 Sumber : Popov, 1996

Page 159: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 53

Material pipa baja standar struktur yang digunakan atau dipilih adalah baja

karbon 0,2% (rol panas), dengan ketebalan bahan 1,73 mm. Pemilihan

tersebut dengan alasan material yang mudah didapat di pasar. Penentuan

material ini untuk menentukan besarnya tegangan luluh ( y) guna proses

perhitungan selanjutnya. Dimana nilai y = 250 MPa (Popov, 1996).

Tegangan luluh digunakan untuk proses perhitungan karena pada saat nilai

tersebut, material mengalami pembebanan lebih dari nilai kuat patahnya

(tegangan luluh) maka material tersebut akan terjadi patah atau

melengkung.

Jadi dapat dilakukan perhitungan ukuran diameter dan tebal dari material

standar pipa baja struktur, sebagai berikut :

Pemilihan material yang sesuai dengan standar baja struktur adalah jenis

bahan baja karbon 0,2% roll panas (standar baja struktur)

F peti = m x g

= 110kg x 9,8 m/s2

= 1078 N

Momen dititik A

MA = F.peti * A

= 1078 N * 0,45 m

= 458,1 Nm

ijin = pipa

A

I

M

0

pipaI 0 = ijin

AM

= 610250

45,01078

x

mxN

tR avg .. 3 = 610250

45,01078

x

mxN

tR avg.3 =

14,310250

45,010786 xx

mxN

tR avg.3 =

14,310250

1,4856 xx

Nm

Page 160: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 54

tR avg.3 = 0,0386 m

Jadi dari perhitungan diatas, didapatkan besarnya nilai tR avg.3 = 38,6 mm

Dipilih material pipa baja standar dengan diameter luar = 10,3 mm,

diamater dalam = 6,8 mm dan Ravg standar = 4,29 mm, dengan ukuran

tebal dapat dihitung sebagai berikut :

tR avg.3 = 38,6 mm

tmm .)29,4( 3 = 38,6 mm

tmm .95,78 3 = 38,6 mm

t = 395,78

6,38

mm

mm

t = 0,488 mm

jadi dari perhitungan diatas, diperoleh nilai t (tebal pipa) sebesar 0,488

mm,sedangkan nilai t standar= 1,73 mm

Adapun ketentuan perhitungan ukuran tebal pipa baja standar t < t standar,

diperoleh hasil bahwa nilai tebal pipa baja standar 0,488 mm < 1,73 mm

Jadi pipa baja standar (baja karbon 0,2% roll panas) dapat dipakai dalam

perancangan handtruck, khususnya pada pipa rangka landasan bawah.

Akan tetapi, ukuran diameter dan tebal dari material standar pipa baja

struktur (Popov, 1996) tidak ditemukan dipasaran, maka ukuran diameter

luar 2,6 cm dan tebal 2 mm yang terdapat dipasaran akan dibandingkan

dan dilakukan perhitungan kekuatan materialnya.

Menghitung ukuran diameter dan tebal dari material pipa baja karbon

0,2% roll panas sesuai dengan keadaan dipasaran.

Penggambaran profil pipa baja karbon 0,2% roll panas, yang terdapat

dipasaran secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.30.

pipa luar = 2,6 cm

pipa dalam = 2,2 cm

Tebal pipa = 2 mm

Ravg

Centroid

Centroid

Davg

O O

Gambar 4.30 Profil pipa baja karbon 0,2% roll panas

Sumber: Observasi lapangan, 2010

Page 161: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 55

Menghitung jari – jari titik tengah ketebalan penampang pipa (Ravg)

Untuk menghitung ukuran dari jari – jari titik tengah ketebalan pipa (Ravg),

maka data – data yang dibutuhkan, antara lain:

d = diameter luar (mm)

= 2,6 cm = 26 mm

1d = diameter dalam (mm)

= 2,2 cm = 22 mm

t = ketebalan pipa (mm)

= 2 mm

Ravg = jari – jari diameter dalam (mm)

= 12 mm

c = titik centroid (mm)

= pipatebal.*2

1

= 2*2

1 mm

= 1 mm

Pada bagian ini dipakai profil pipa baja karbon 0,2% dengan ukuran

ketebalan 2 mm, diameter luar 26 mm, diameter dalam 22 mm dan titik

centroid 1 mm, sehingga didapat Ravg = 12 mm.

Melakukan perhitungan momen inersia pada pipa ( 0I pipa)

0I pipa = tR avg.3

= 3,14 x (12) 3

mm x 2 mm

= 3,14 x 1728 mm 3

x 2 mm

= 10851,84 mm4

Melakukan perhitungan tegangan ijin pada pipa ( ijin )

pipaijin = pipa

A

I

M

0

dengan catatan bahwa besarnya nilai MA (Momen dititk A)

= 485,1 Nm = 485100 Nmm

pipaijin = pipa

A

I

M

0

Page 162: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 56

=484,10851

485100

mm

Nmm

= 44,70N/mm2

= 44,70 Mpa

Dari hasil perhitungan maka penggunaan pipa baja karbon 0,2% roll panas

tersebut aman untuk digunakan karena besarnya tegangan ijin pada pipa

baja karbon 0,2% roll panas yang digunakan (sesuai dengan keadaan

dipasaran) tidak melebihi atau lebih kecil daripada tegangan ijin baja

karbon 0,2% (44,70 Mpa < 250 Mpa ). Berarti dapat dikatakan material

yang digunakan dalam kondisi tepat dan tidak akan akan patah atau

defleksi. (Sumber: Popov, 1996).

2. Bagian roda

a. Perhitungan gaya yang diterima roda saat handtruck berada pada posisi 90o

Setiap roda yang dijadikan sebagai tumpuan (Ldesak) akan mengalami beban

tekan (m peti = 110 kg)

Data – data yang dibutuhkan untuk menguraikan gaya yang bereaksi pada

perhitungan roda bagian depan saat berdiri tegak pada posisi 90o, antara lain:

m = massa peti (kg)

= 110 kg

g = gravitasi (m/s2)

= 9,8 m/s2

W = beban peti (kg)

= 110 kg

gWP petiperti .

= 110kg x 9,8 m/s2

= 1078 N

= 1078 N

jadi besarnya gaya yang diterima masing – masing roda depan (posisi tegak

90o), dapat dilakukan perhitungan dibawah ini.

2

.2,1

gmFroda

Page 163: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 57

=

2

8,9110 Nxkg=539 N

Gambar penguraian gaya yang diterima roda depan (roda sat dan dua), dapat

dilihat pada Gambar 4.31 dibawah ini.

P

1078 N

A45 cm

A

MA

A

Froda 1,2539 N

(+)

MA

= 485,1 Nm

Gambar 4.31 Model pembenanan roda depan sebagai tumpuan

mengalami beban tekan pada posisi 90o

Sumber : Pengolahan data, 2010

b. Perhitungan poros dan jari – jari roda menurut standar pengkuran saat

handtruck berada pada posisi 90o

Pada bagian poros roda merupakan tumpuan dari beban total berupa Ftotal

dan mendapatkan reaksi dari tumpuan lantai berupa Fbatas pengangkutan Adapun

gambar yang menunjukkan gaya geser poros roda, dapat dilihat dalam

Gambar 4.32 dibawah ini.

FTotal

Fbatas pengangkutan50 N

1127 N282,02 N

Fgeser poros roda

Gambar 4.32 Gaya geser roda

Sumber : Pengolahan data, 2010

Data – data yang dibutuhkan untuk menguraikan gaya yang bereaksi pada

perhitungan pada bagian poros roda saat berdiri tegak pada posisi 90o, antara

lain:

Page 164: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 58

F total = WTotal x g

= 115 kg x 9,8 m/s2

= 1127 N

Jumlah roda depan = 2

Batas normal pengangkatan = 50 kg

Menghitung rodaporosgeserF menurut standar pengukuran

rodaporosgeserF = 2

22

2

501127

= 4

25001270129

= 4

1272629

= 4

10,1128

= 282,02 N

jadi besarnya rodaporosgeserF . = 282,02 N

Menghitung rodaporosA . menurut standar pengukuran

ijin = rodaporos

rodaporosgeser

A

F

.

..

250x106 =

rodaporosA

N

.

02,282

rodaporosA . = ijin

rodaporosgeserF

..

= 610250

02,282

x

rodaporosA . = 1,128 x 610

m = 0,00011 cm

Jadi dari perhitungan luas penampang pada bagian poros roda ( rodaporosA . )

saat berdiri tegak posisi 90o, didapatkan hasil perhitungan sebesar 0,00011 cm

Menghitung ukuran jari – jari roda menurut standar pengukuran

Page 165: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 59

Elemen ini menggunakan penguat dengan material plat baja karbon 0,2%

dengan kekuatan luluh maksimum 250 MPa. Jari-jari roda dapat dicari

dengan langkah sebagai berikut :

rodaporosA . = 2

.*7

22rodaR

0,00011 = 2

.*7

22rodaR

22

7*00011,0= rodaR

000035,0 = rodaR

5,92 x 310 = rodaR

jadi jari – jari roda = 0,00592 cm

Melakukan perhitungan Momen inersia menurut standar pengukuran

4

4

0

rxI rodaporos

= 4

00592,014,3 4 cmx

= 4

1023,114,3 49 cmxx

= 9,65 x 1010 cm 4 = 9,65 x 610 mm 4

jadi moment inersia poros = 9,65 x 610 mm 4

Melakukan perhitungan momen dititik A pada roda menurut standar

pengukuran,dapat di lakukan perhitungan dengan langkah sebagai

berikut:

MA = F total * A

= 1127 N * 0,45 m

= 507,15 Nm

= 507150 Nmm

Jadi berdasarkan perhitungan diatas, maka didapatkan besarnya momen

pada roda depan = 507150 Nmm

Melakukan perhitungan tegangan ijin pada roda menurut standar

pengukuran

Page 166: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 60

σ ijin = rodaporosI

M

o

A

=461065,9

507150

mmx

Nmm

= 5,26 x10 2 N/mm2

= 0,0526 Mpa

Jadi berdasarkan perhitungan diatas, maka didapatkan hasil perhitungan

σ ijin pada roda depan menurut standar pengukuran = 0,0526 Mpa

Melakukan perhitungan terhadap Momen inersia pada roda menurut

keadaan dipasaran

Data – data yang dibutuhkan untuk menghitung roda bagian depan

menurut keadaan dipasaran, antara lain:

jari – jari roda depan dipasaran = 10 cm

4

4

0

rxI rodaporos

= 4

1014,3 4 cmx

= 4

1000014,3 4cmx

= 7850 cm 4 = 78500000 mm 4

jadi berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan nilai Momen inersia

poros = 78500000 mm 4

Melakukan perhitungan momen pada roda menurut keadaan dipasaran

MA = F total * A

= 1127 N * 0,45 m

= 507,15 Nm

= 507150 Nmm

Jadi berdasarkan perhitungan diatas, didapatkan nilai momen pada roda

depan adalah 507150 N/mm

Melakukan perhitungan terhadap tegangan ijin pada bagian roda menurut

keadaan dipasaran

σ ijin = rodaporosI

M

o

A

Page 167: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 61

=478500000

507150

mm

Nmm

= 6,46 x10 3 N/mm2

= 0,00646 Mpa

Jadi berdasarkan perhitungan diatas, maka didaptkan nilai σ ijin pada

roda depan menurut keadaan dipasaran adalah 0,00646 Mpa

ketentuan : σ ijin roda dipasaran < σ roda standar pengukuran

0,00646 Mpa < 0,0526 Mpa

Jadi ukuran jari – jari roda dipasaran dapat dipakai (aman untuk digunakan)

dalam perancangan handtruck, khususnya pada pemilihan roda bagaan

depan. Perhitungan besarnya tegangan ijin roda depan yang digunakan

(sesuai dengan keadaan dipasaran) tidak melebihi atau lebih kecil daripada

tegangan ijin roda menurut standar pengukuran (0,00646

Mpa < 0,0526 Mpa). Berarti dapat dikatakan material yang digunakan dalam

kondisi tepat dan tidak akan patah atau defleksi. (Sumber: Popov, 1996).

c. Perhitungan beban yang diterima roda saat handtruck berada pada posisi 90o

Beban yang di terima oleh masing-masing roda saat handtruck berada pada

posisi 90o dapat dilakukan perhitungan, sebagai berikut:

Data – data yang dibutuhkan untuk menguraikan gaya yang bereaksi pada

perhitungan beban yang diterima masing – masing roda saat berdiri tegak

pada posisi 90o, antara lain:

2,1RodaW = beban yang diterima tiap roda (kg)

m = massa peti (kg)

= 110 kg

g = gravitasi (m/s2)

= 9,8 m/s2

jumlah roda depan = 2 roda

jumlah roda belakang = 1 roda

Melakukan perhitungan beban yang diterima roda depan

RodaW = rodajumlah

m

Page 168: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 62

= roda

kg

2

110

= 55 kg

Jadi berdasarkan perhitungan diatas, maka didaptkan besarnya beban

yang diterima tiap roda bagian depan adalah 55 kg

Melakukan perhitungan beban yang diterima roda belakang

karena posisi roda belakang pada saat handtruck berdiri tegak pada

posisi 90o tidak menerima tumpuan beban dari peti (tidak menyentuh

permukaan jalan/lantai), maka perhitungan dapat diabaikan

3. Perhitungan jenis material plat landasan bawah handtruck

Perhitungan jenis material (dimensi) pada komponen plat baja pada landasan

bawah handtruck, sebagai berikut :

Data – data yang dibutuhkan untuk menghitung material pada komponen

plat landasan bawah saat berdiri tegak pada posisi 90o, antara lain:

jenis material yang dipilih = plat aluminium

luluh (tarik) aluminium= 164 Mpa (popov, 1991)

ukuran plat aluminium=

b = pjg plat

= 45 cm = 0,45 m

lbr = lebar plat

= 40 cm = 0,4 m

h = tebal plat aluminium

= 2 mm = 0,2 cm = 0,002 m (observasi lapangan,2010)

c = titik centroid

= almuniumplattebal ..*2

1

= 2*2

1 mm

= 1 mm = 0,1 cm

Adapun gambar penampang beserta ukuran dari material plat alumunium

dapat dilihat pada Gambar 4.33.

Page 169: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 63

45 cm

43 c

m h = 2 mm

Gambar 4.33 Plat landasan bawah handtruck

ukuran 45 cm x 43 cm tebal 2 mm Sumber: Pengolahan data, 2010

Dari gambar 4.28 diatas, fungsi dari komponen material plat alumunium

bordes hanya digunakan sebagai penutup landasan bagian bawah

perancangan handtruck dan dapat berfungsi untuk mengurangi gesekan

antara permukaan landasan peti dengan permukaan landasan bawah

handtruck. Material yang berupa plat landasan bawah perancangan

handtruck telah ditopang oleh rangka yang berjumlah 3 pipa baja karbon

0,2% rol panas, maka perhitungan kekuatan bahan material diabaikan.

4. Perhitungan kekuatan pipa rangka tengah (penyangga peti bagian

belakang) pada saat handtruck miring posisi 450

Bagian rangka pet bagian belakang (rangka tengah) merupakan tumpuan

dari beban peti (Fpeti) Penggambaran beban secara lebih jelas dapat dilihat

pada gambar 4.34.

Gambar 4.34 Kondisi pembebanan pada

perancangan handtruck Sumber : Pengolahan data, 2010

Page 170: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 64

Menguraikan gaya – gaya dan momen yang bereaksi pada rangka

penyangga tengah

Data – data yang dibutuhkan untuk menguraikan gaya yang bereaksi

pada perhitungan pipa rangka tengah saat miring pada posisi 45o, antara

lain:

1m = massa peti ke 1(kg) 2m = massa peti ke 2 (kg)

= 55 kg = 55 kg

g = gravitasi (m/s2)

= 9,8 m/s2

1kepeti = jarak (panjang) tumpukan peti pertama terhadap batang dasar

(m)

= 21 cm = 0,21 m

2kepeti = jarak (panjang) tumpukan peti kedua terhadap batang dasar (m)

= 63 cm = 0,63 m

Sudut 045

Cos 22

1450

Gaya - gaya yang bereaksi pada bidang miring, antara lain:

Fg = Gaya titik pada titik dan garis kerjanya melalui titik berat atau pada

bidang miring (N)

Fg peti ke 1 = 1m .g

= 55 kg . 9,8 m/s2

= 539 N

FN = Gaya normal, tegak lurus terhadap bidang alas (N)

FN peti ke 1 = Fg . cos

= 539 N . cos 045

= 539 N . 22

1

= 381,13 N

FH = Gaya gantung, sejajar bidang alas (N)

FH peti ke 1 = Fg . sin

c

m

c

m

Page 171: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 65

= 539 N . cos 045

= 539 N . 22

1

= 381,13 N

Adapun penguraian dari perhitungan gaya – gaya yang bereaksi pada

peti ke 1 berlaku untuk gaya bereaksi pada peti ke 2

M peti 1 = Momen yang bereaksi pada tumpuan beban peti pertama (Nm)

M peti 2 = Momen yang bereaksi pada tumpuan beban peti kedua (Nm)

jawab :

gaya yang terjadi pada tumpakan peti pertama

FN peti 1 = 1m . g . cos 45 0

= 55 kg . 9,8 m/s2

. 22

1

= 381,13 N

Momen pada tumupukan peti pertama

M peti 1 = FN peti 1 . 1kepeti

= 381,13 N . 0,21 m

= 80,03 Nm

Gaya yang terjadi pada tumpakan peti kedua

FN peti 2 = 2m . g . cos 45 0

= 55 kg . 9,8 m/s2

. 22

1

= 381,13 N

Momen pada tumupukan peti kedua

M peti 2 = F peti 2 . 2peti

= 381,13 N . 0,63 m

= 240,11 Nm

Adapun model pembebanan pada penampang pipa rangka penyangga

tengah, dapat dilihat pada gambar 4.35.

Page 172: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 66

Sb. xSb. y

381,13 N

381,13 N

381,13 N

381,13 N539 N

539 N

0

45

0

45

A

Momen peti ke

2

F peti ke 1

F peti ke 2

Gambar 4.35 Model pembebanan penampang pipa

rangka penyangga tengah Sumber : Pengolahan data, 2010

Gaya yang bekerja pada peti ke satu dan ke dua pada Gambar 4.18 dapat

diuraikan menjadi beberapa gaya seperti pada Gambar 4.19 s/d Gambar

4.36.

381,13 N

A

Momen peti ke

2

F peti ke 2

381,13 N

21 cm

63 cm

Gambar 4. 36 Penguraian gaya yang bekerja pada peti ke satu

dan gaya yang bekerja pada peti ke dua pada

pipa penyangga rangka tengah Sumber : Pengolahan data, 2010

Pada bagian penampang pipa penyangga rangka tengah merupakan

tumpuan dari beban peti (Fpeti). Fpeti Penggambaran diagram bebanda bebas

secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.37.

M peti ke

dua

240,11 Nm

(+)

Gambar 4.37 Diagram benda bebas penampang

pipa penyangga rangka tengah Sumber : Pengolahan data, 2010

Page 173: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 67

Menghitung ukuran diameter dan tebal dari material pipa baja standar

struktur

Menurut Manual Konstruksi Baja AISC terbitan ketujuh dan diubah ke

dalam satuan SI menyusul tatanama dan dimensi yang dipublikasikan

dalam ASTM Standar A6-76 untuk ukuran pipa baja standar, terdapat

beberapa macam tebal yang disesuaikan dengan diameter pipa seperti pada

tabel 4.27. Dengan metode trial dan eror dicoba untuk masing-masing

ukuran tebal untuk mendapatkan diameter pipa yang dimaksud.

Tabel 4.27 Ukuran diameter dan tebal standar pipa baja struktur

No. Diameter luar

(mm)

Diameter dalam

(mm)

Tebal

(mm)

Ravg

(mm) R 3

avg.t

(mm)

1. 10,3 6,8 1,73 4,29 136,58 2. 13,7 9,2 2,24 5,73 421,41

3. 17,1 12,5 2,31 7,40 936,06 4. 21,3 15,8 2,77 9,27 2206,57

5. 26,7 20,9 2,87 11,92 4860,83

6. 33,4 26,6 3,38 15,01 11430,33 7. 42,2 35,1 3,56 19,32 25672,68

8. 48,3 40,9 3,68 22,31 40864,53 9. 60,3 52,5 3,91 28,20 87684,75

10. 73 62,7 5,16 33,92 201380,41

11. 88,9 77,9 5,49 41,71 398375,76 12. 101,6 90,1 5,74 47,93 662855,36

13. 114,3 102,3 6,02 54,14 955325,22 14. 141,3 128,2 6,55 67,38 2003707,48

15. 168,3 154,1 7,11 80,60 3722843,04

16. 219,1 202,7 8,18 105,46 9594373,13 17. 273,1 254,5 9,27 131,92 21281961,93

19. 323,9 304,8 9,53 157,19 37014138,23 Sumber : Popov, 1996

Material pipa baja standar struktur yang digunakan atau dipilih adalah baja

karbon 0,2% (rol panas), dengan ketebalan bahan 1,73 mm. Pemilihan

tersebut dengan alasan material yang mudah didapat di pasar. Penentuan

material ini untuk menentukan besarnya tegangan luluh ( y) guna proses

perhitungan selanjutnya. Dimana nilai y = 250 MPa (Popov, 1996).

Tegangan luluh digunakan untuk proses perhitungan karena pada saat nilai

tersebut, material mengalami pembebanan lebih dari nilai kuat patahnya

Page 174: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 68

(tegangan luluh) maka material tersebut akan terjadi patah atau

melengkung.

Jadi dapat dilakukan perhitungan ukuran diameter dan tebal dari material

standar pipa baja struktur, sebagai berikut :

Material yang terpilih adalah bahan baja karbon 0,2% roll panas (standar

baja struktur)

Gaya yang terjadi pada tumpakan peti kedua

FN peti 2 = 2m . g . cos 45 0

= 55 kg . 9,8 m/s2

. 22

1

= 381,13 N

Momen terbesar teletak pada tumupukan peti kedua

M peti 2 = F peti 2 . 2peti

= 381,13 N . 0,63 m

= 240,11 Nm

ijin = pipa

kepeti

I

M

0

2

pipaI 0 = ijin

kepetiM

2

= 6

0

10250

45cos63,013,381

x

xmxN

tR avg .. 3 = 6

0

10250

45cos63,013,381

x

xmxN

tR avg .. 3 =

14,310250

45cos63,013,3816

0

xx

xmxN

tR avg .. 3 =

14,310250

11,2406 xx

Nm

tR avg .. 3 = 3,016 x 10

6m

Jadi nilai tR avg .. 3= 0,003016 mm

Page 175: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 69

Dipilih material pipa baja standar dengan diameter luar = 10,3 mm,

diamater dalam = 6,8 mm dan Ravg standar = 4,29 mm, dengan ukuran

tebal dapat dihitung sebagai berikut :

tR avg .. 3 = 0,003016 mm

tmm .)29,4( 3 = 0,003016 mm

tmm .95,78 3 = 0,003016 mm

t = 395,78

003016,0

mm

mm

t = 3,82 x 10 5 mm

jadi berdasarkan perhitungan diatas, maka didaptkan nilai t (tebal) adalah

0,0000382 mm

sedangkan menurut tabel untuk nilai darst tan = 1,73 mm dengan ketentuan

bahwa nilai tebal pipa baja standar t < darst tan , maka didapatkan hasil dari

tabel pipa baja standar adalah 0,0000382 mm < 1,73 mm

Jadi pipa baja standar (baja karbon 0,2% roll panas) dapat dipakai dalam

perancangan handtruck, khususnya pada pipa rangka landasan bawah.

Akan tetapi, ukuran diameter dan tebal dari material standar pipa baja

struktur (Popov, 1996) tidak ditemukan dipasaran, maka ukuran diameter

luar 2,6 cm dan tebal 2 mm yang terdapat dipasaran akan dibandingkan

dan dilakukan perhitungan kekuatan materialnya.

Melakukan perhitungan pada ukuran diameter dan tebal dari material pipa

baja karbon 0,2% roll panas sesuai dengan keadaan dipasaran.

Penggambaran profil pipa baja karbon 0,2% yang terdapat dipasaran

secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.38.

pipa luar = 2,6 cm

pipa dalam = 2,2 cm

Tebal pipa = 2 mm

Ravg

Centroid

Centroid

Davg

O O

Gambar 4.38 Profil pipa baja karbon 0,2%

Sumber: Observasi lapangan, 2010

Page 176: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 70

Melakukan perhitungan pada jari – jari titik tengah ketebalan penampang

pipa (Ravg)

Data – data yang dibutuhkan untuk perhitungan pada jari – jari titik tengah

ketebalan penampang pipa (Ravg) saat berdiri tegak pada posisi 90o, antara

lain:

d = diameter luar (mm)

= 2,6 cm = 26 mm

1d = diameter dalam (mm)

= 2,2 cm = 22 mm

t = ketebalan pipa (mm)

= 2 mm

Ravg = jari – jari diameter dalam (mm)

= 12 mm

c = titik centroid (mm)

= pipatebal.*2

1

= 2*2

1 mm

= 1 mm

Pada bagian ini dipakai profil pipa baja karbon 0,2% dengan ukuran

ketebalan 2 mm, diameter luar 26 mm, diameter dalam 22 mm dan titik

centroid 1 mm, sehingga didapat Ravg = 12 mm.

Melakukan perhitungan pada Momen inersia ( 0I pipa) pipa baja dipasaran

0I pipa = tR avg.3

= 3,14 x (12) 3

mm x 2 mm

= 3,14 x 1728 mm 3

x 2 mm

= 10851,84 mm4

Melakukan perhitungan pada tegangan ijin ( ijin ) pada pipa dipasaran

pipaijin = pipa

kepeti

I

M

0

2

Page 177: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 71

dengan catatan bahwa pada perhitungan tegangan ijin (ijin ) dapat

diuraikan kedalam perhitungan dibawah ini

M peti ke2 = 240,11 Nm

= 240110 Nmm

pipaijin = pipa

kepeti

I

M

0

2

=484,10851

240110

mm

Nmm

= 22,12 N/mm2

= 22,12 Mpa

Dari hasil perhitungan maka penggunaan pipa baja karbon 0,2% tersebut

aman untuk digunakan karena besarnya tegangan ijin pada pipa baja karbon

0,2% yang digunakan (sesuai dengan keadaan dipasaran) tidak melebihi

atau lebih kecil daripada tegangan ijin baja karbon 0,2% (22,12 Mpa < 250

Mpa ). Berarti dapat dikatakan material yang digunakan dalam kondisi tepat

dan tidak akan akan patah atau defleksi. (Sumber: popov, 1996).

5. Perhitungan gaya pada penyangga pegas (shock absorber) pada saat

handtruck miring posisi 450

Bagian rangka peti bagian belakang (rangka tengah) merupakan tumpuan

dari beban peti (Fpeti) Penggambaran beban secara lebih jelas dapat dilihat

pada gambar 4.39.

Gambar 4.39 Kondisi pembebanan pada perancangan handtruck

Sumber : Pengolahan data, 2010

Page 178: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 72

Menguraikan gaya – gaya dan momen yang ada pada penyangga pegas

Data – data yang dibutuhkan untuk menguraikan gaya dan momen yang

ada pada penyangga pegas pada posisi 45o , antara lain:

m = massa peti total (kg)

= 110 kg

1m = massa peti ke1(kg) 2m = massa peti ke2 (kg)

= 55 kg = 55 kg

g = gravitasi (m/s2)

= 9,8 m/s2

1kepeti = jarak (panjang) tumpukan peti pertama terhadap batang dasar

(m)

= 21 cm = 0,21 m

2kepeti = jarak (panjang) tumpukan peti kedua terhadap batang dasar (m)

= 63 cm = 0,63 m

Sudut 045

Cos 22

1450

Gaya - gaya yang bereaksi pada bidang miring, antara lain:

Fg = Gaya titik pada titik dan garis kerjanya melalui titik berat atau pada

bidang miring (N)

Fg peti ke 1 = 1m .g

= 55 kg . 9,8 m/s2

= 539 N

FN = Gaya normal, tegak lurus terhadap bidang alas (N)

FN peti ke 1 = Fg . cos

= 539 N . cos 045

= 539 N . 22

1

= 381,13 N

FH = Gaya gantung, sejajar bidang alas (N)

FH peti ke 1 = Fg . sin

= 539 N . cos 045

c

m

c

m

c

m

Page 179: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 73

= 539 N . 22

1

= 381,13 N

Adapun penjabaran dari perhitungan gaya – gaya yang bereaksi pada peti

ke 1 berlaku untuk gaya bereaksi pada peti ke 2 untuk tumpuan pada

tangan diabaikan, dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:

M peti 1 = Momen yang bereaksi pada tumpuan beban peti pertama (Nm)

M peti 2 = Momen yang bereaksi pada tumpuan beban peti kedua (Nm)

Gaya yang terjadi pada tumpakan peti pertama

Fg peti 1 = 1m . g

= 55 kg x 9,8 m/s2

= 539 N

Gaya yang terjadi pada tumpakan peti kedua

Fg peti 2 = 2m . g

= 55 kg . 9,8 m/s2

= 539 N

Adapun model pembebanan pada pada penyangga pegas, dapat dilihat

pada gambar 4.40.

P peti 1

P peti 2

A

B

R Ax

R Ay

R B

R Bx

R By450

x

y R

0

45

Gambar 4.40 Model pembebanan pada

penyangga pegas Sumber : Pengolahan data, 2010

Penguraian gaya pada batang penyangga pegas bagian atas (Rx) dan

bawah pada Gambar 4.40 diatas, dapat diuraikan menjadi yang bertumpu

pada dua titik, kedua gaya tersebut akan diuraikan lagi menjadi Gambar

4.41.

Page 180: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 74

Rx penyangga

Ry penyangga

Gambar 4.41 Penguraian gaya yang terjadi pada batang

penyangga atas (Rx) dan bawah (Ry) Sumber : Pengolahan data, 2010

P peti 1

P peti 2

A

B

R Ax

R Ay

R B

R Bx

R By450

x

y R

4,2 cm

27,6 cm

31,8 cm

69,2 cm

0

45

Gambar 4.42 Diagram bending momen yang terjadi pada

batang penyangga atas (Rx) dan bawah (Ry) Sumber : Pengolahan data, 2010

Dari diagram bending momen diatas, naka akan dilakukan perhitungan

dengan langkah – langkah sebagai berikut:

Mencari gaya dan momen tekan pada batang penyangga pegas terhadap

batang penyangga sisi miring, dapat di lakukan perhitungan dengan

langkah berikut ini:

0)8,31()2,46,27(6,272,4 21 BxByggA RxRxPxPM

BxBy RR

2,46,278,318,31 12 xPxPxRxR ggBxBy

6,63

2,45396,27539

xxRBy

6,63

8,22634,14876

ByR

6,63

6,12612

ByR

311,198 ByR

Page 181: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 75

311,198ByR N/cm

983,1ByR N/m

Karena BxBy RR , maka nilai 311,198BxR

0XF

0 BxAx RR

BxAx RR

045cos

By

B

RR 045cosxRR BBx 045sinxRR BBy

22

1

311,198BR = 2

2

145,280 x = 2

2

145,280 x

= 280,45 N =198,311 N = 198,311 N

22

ByBxPenyangga RRR

22 311,198311,198

25,3932725,39327

5,78654

45,280 N

Jadi bila diuraikan gaya yang bereaksi dalam sumbu x, maka didapatkan

nilai BxR =

BxAx RR

311,198BxR N

0yF

021 ByAyggy RRPPF

0539539 Byy RF

311,198539539 AyR

689,879AyR N

Page 182: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 76

6. Mengitung konstanta pegas (shock absorber)

Perhitungan konstanta pegas yang terjadi antara shock absorber sebelum

dikenai beban dan sesudah diberi beban dapat digunakan untuk mencari

besarnya nilai konstanta perubahan panjang pegas pada shock absorber.

Adapun gambar yang menunjukkan ukuran awal jangkauan panjang pegas

pada shock absorber dapat dilihat pada Gambar 4.43 dibawah ini.

16 cm33 cm

1 cm

2,5 cm

4 cm

5 cm

Gambar 4.43 Sketsa panjang shock absorber sebelum

diberi beban dalam Sumber : Pengolahan data, 2010

Data – data yang dibutuhkan untuk menghitung konstanta pegas pada shock

absorber pada posisi 45o, dapat dilakukan perhitungan dengan langkah –

langkah beriku:

Dapat kita asumsikan akan: dilakukan sebuah percobaan pembebanan

terhadap pegas (shock absoreber)

= panjang pegas shock absorber sebelum diberi beban (cm)

= 16 cm

pegasPenyanggax = perubahan panjang pegas setelah diberi beban (cm)

= 10 cm

m = massa peti total (kg)

= 110 kg

k = konstanta pegas (N/cm)

g = gaya gravitasi (m/s2)

= 9,8 m/s2

Page 183: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 77

NRPenyangga 45,280

Mencari besarnya nilai konstanta pegas

Untuk mencari besarnya nilai konstanta pegas dapat dilakukan perhitungan

sebagai berikut:

F = 110 kg x 9,8 m/s2

= 1078 N

F = k . pegasPenyanggax

1078 N = k x 10 cm

k = cm

N

10

1078

= 107,8 N/cm

Pegas berupa shock absorber dipasang pada rangka batang penyangga atau

penyangga batang miring, dalam penggunaanya pegas mendapat beban

tekan 110 kg dari peti mengalami perubahan ukuran panjang 10 cm

(memendek), maka besarnya nilai konstanta pegas = 107,8 N/cm

Batang penyangga pegas akan diuji coba dalam berbagai variasi sudut

kemiringan pada rangka batang penyangga, maka dapat di lakukan

percobaan dan perhitungannya sebagai berikut:

Dalam perhitungan tersebut, kita dapat melakukan percobaan pada posisi

rebah untuk batang penyangga dengan pengaturan sudut 45 0

m = massa peti total (kg)

= 110 kg

k = konstanta pegas (N/cm)

= 107,8 N/cm

g = gaya gravitasi (m/s2)

= 9,8 m/s2

Sudut 045

Cos 22

1450

Berikut ini contoh model pembebanan pada batang penyangga, dengan

pengaturan sudut 045 dapat dilihat pada Gambar 4.34 dibawah ini.

Page 184: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 78

P peti 1

P peti 2

A

B

R Ax

R Ay

R B

R Bx

R By450

x

y R

0

45

Gambar 4.44 Model pembebanan pada

penyangga pegas sudut 45 0 Sumber : Pengolahan data, 2010

Fpegas = k . pegasPenyanggax

R Penyangga = 107,8 N/cm . pegasPenyanggax

280,45 N = 107,8 N/cm . pegasPenyanggax

pegasPenyanggax = cmN

N

/8,107

45,280

= 2,60 cm 2,6 cm

Jadi pada saat posisi rebah dengan pengaturan sudut 045 dan dipasang pada

titik batang penyangga dengan kemiringan 45 cm, maka batang penyangga

pegas mengalami perubahan panjang atau memendek dengan jangkauan 2,6

cm.

7. Mengitung gaya dorong roda dari kondisi permukaan jalan yang

berlubang (permukaan tidak rata).

Pada permukaan jalan dilokasi Pasar Gede sering ditemui keadaan permukaan

jalan yang berlubang. Jika roda pada handtruck tersebut terperosok kedalam

lubang, maka dibutuhkan gaya untuk mengungkit roda agar kembali dalam

posisi permukaan jalan normal. Adapun gambar yang menunjukkan gaya

dorong roda dari kondisi permukaan jalan yang berlubang dapat dilihat dalam

Gamabar 4.45 dibawah ini.

Page 185: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 79

3 cm d / 2

(d / 2- 3)P

F.dorong

d / 2

W.Total

lubang pada permukan jalan

Titik pusat roda

perm

ukan j

alan

Gambar 4.45 Gaya dorong roda dari kondisi permukaan

jalan yang berlubang Sumber : Pengolahan data, 2010

dari Gambar 4.41 diatas dapat kita hitung besarnya gaya dorong dan momen

akibat gaya berat total, dengan rincian sebagai berikut :

d = diameter roda depan

= 20 cm

W.Total = berat total

= (110 kg + 5 kg) x 9,8 2sm

= 115 kg x 9,8 2sm

= 1127 N

MP = Momen dititik P

kedalaman.lubang terbesar = 3 cm

Dari penguraian diatas, makadapat di lakukan perhitungan untuk gaya dorong

dan momen akibat berat total

Momen dari gaya dorong

M dorong =F dorong * l

= F dorong *

cm

d3

2............persamaan ke 1

F = m x g

= 115 kg x 9,8 N

= 1127 N

Page 186: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 80

Jadi besarnya nilai M =F *

= 1127 N x 3 cm

= 3381 Ncm

= 33,81 Nm

Momen akibat gaya berat total

M gaya berat total = WTotal *

2

d............persamaan ke 2

MP = 0

dari persamaan ke 1 dan ke 2

pers (1) + pers (2) = 0

F dorong *

cm

d3

2+ WTotal *

2

d = 0

F dorong *

cm

d3

2+ WTotal *

2

d

F dorong =

cmd

dWTotal

32

2*

=

cmcm

cmN

32

20

2

20*1127

=

cm

cmN

7

10*1127

= 1610 N

Jadi besarnya gaya yang dibutuhkan untuk mendorong (mengungkit) roda dari

keadaan permukaan jalan yang berlubang agar kembali dalam posisi

permukaan jalan normal = 1610 N

8. Mengitung batasan besarnya nilai pengangkatan yang diijinkan

kemudian di konversikan kedalam batasan besarnya nilai pengangkutan

(kondisi pekerja saat mendorong handtruck pada saat permukaan jalan

menanjak)

Untuk menghitung besarnya nilai pengangkatan yang diijinkan kemudian

dikonversikan kedalam besarnya nilai pengangkutan (kondisi pekerja saat

Page 187: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 81

mendorong handtruck pada permukaan jalan menanjak), dapat dikerjakan

melalui beberapa tahapan, diantaranya :

a. Menghitung besarnya sudut antara panjang sisi miring permukaan jalan

menanjak dengan ketinggian sisi permukaan jalan menanjak

diketahui :

a = panjang sisi miring permukaan jalan menanjak

= 250 cm = 2,5 m

b = ketinggian sisi permukaan jalan menanjak

= 70 cm = 0,7 m

c = panjang sisi landasan bawah permukaan jalan menanjak

= 22 ba

= 22 7,05,2

= 49,025,6

= 76,5

= 2,4 m

Adapun gambar yang menunjukkan besarnya sudut dari kondisi

permukaan jalan menanjak dapat dilihat dalam Gambar 4.46 dibawah ini

.

ab

c

2,5 m

2,4 m

0,7 m

0

Gambar 4.46 Besarnya sudut dari kondisi permukaan jalan menanjak

Sumber : Pengolahan data, 2010

perhitugan besarnya sudut dari kondisi permukaan jalan menanjak

sebagai berikut:

sin = a

b

= 5,2

7,0

= 0,28

Page 188: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 82

anti sin = 16,26 0

jadi besarnya sudut dari kondisi permukaan jalan menanjak = 16,26 0

b. Menghitung besarnya gaya untuk menahan beban pada permukaan jalan

menanjak

Data – data yang dibutuhkan untuk menghitung gaya yang dilakukan

untuk menahan beban pada saat permukaan jalan menanjak, antara lain:

W.Total = berat peti + berat rangka handtruck

= 110 kg + 5 kg

= 115 kg

sin16,26 0 = 0,28

karena posisi jalan menanjak (menggunakan kaedah sudut sinus ), maka

ukuran berat total beban dapat dihitung, sebagai berikut:

berat total beban = W.Total x sudut sinus

= 115 kg x sin16 0

= 115 kg x 0,28

= 32,2 kg

besarnya nilai gaya untuk menahan beban pada permukaan jalan menanjak

dapat dihitung, dengan ketentuan sebagai berikut:

F menahan = berat total beban posisi jalan menanjak x g

= 32,2 kg x 9,8 2sm

= 315,56 N

c. Menghitung besarnya percepatan saat mengangkut beban pada permukaan

jalan menanjak

batas normal pengangkatan = 50 kg

grafitasi = 9,8 2sm

berat total beban = 115 kg

besarnya nilai gaya untuk menahan beban pada permukaan jalan menanjak

dapat dihitung, dengan ketentuan batas normal pengangkatan sebagai

berikut:

Fbatas normal pengangkatan = 50 kg x 9,8 2sm

Page 189: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 83

= 490 N

Fbatas normal pengangkatan = m x g

490 N = 32,2 kg x (9,8 2sm + a)

(9,8 2sm + a) = 15,21 2s

m

a = 15,21 2sm - 9,8 2s

m

a = 5,41 2sm

jadi besarnya nilai percepatan (a) saat mengangkut beban pada permukaan

jalan menanjak adalah 5,41 2sm (saat kecepatan V = 1 2s

m )

d. Menghitung besarnya kecepatan puncak saat mengangkut beban pada

permukaan jalan menanjak

Data – data yang dibutuhkan untuk menghitung besarnya kecepatan titik

puncak pada saat permukaan jalan menanjak, antara lain:

t = waktu tempuh (sekon)

a = percepatan ( 2sm )

= 5,41 2sm

0S = jarak dari posisi awal (posisi diam)

= 0 m

tS = jarak tempuh posisi akhir (posisi puncak)

= 2,5 m

0V = kecepatan awal

= 0 2sm

tV = kecepatan puncak

= 3 2sm

Dari perhitungan diatas, maka dapat dilakukan perhitungan kecepatan

puncak dengan ketinggian permukaan jalan menanjak 3m ( tV ), dengan

langka – langkah sebagai berikut:

Page 190: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 84

Dengan menerapkan persamaan rumus gerak lurus berubah beraturan

tS = 2.2

1taVot ..................................................... persamaan ke 1

tV = taVo . ..................................................... persamaan ke 2

dari persamaan ke 1 dapat dicari besarnya nilai t, sebagai berikut:

tS = 2.2

1taVot

2,5 = 2.41,5.2

10 t

2,5 = 2,705 . t 2

t = 705,2

5,2

t = 0,961 sekon

dari persamaan ke 1 didapatkan nilai t = 0,961 sekon. Kemudian di

masukkan kedalam persamaan ke 2 untuk mendapatkan nilai besarnya

kecepatan puncak dengan ketinggian dari permukaan jalan menanjak 2,5

m, sebagai berikut:

tV = taVo .

= 0 + 5,41 . 0,961

= 6,371 s

m

jadi besarnya kecepatan saat mengangkut beban hingga dari posisi awal

hingga ke puncak (keadaan jalan menanjak dengan ketinggian 2,5m)

sebesar 6,371 s

m .

Adapun gambar yang menunjukkan hubungan antara gaya dan kecepatan

saat mengangkut beban dalam kondisi permukaan jalan menanjak

(ketinggian 2,5 m) dapat dilihat pada Gambar 4.47 dibawah ini.

Page 191: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 85

b

c

a

2,4 m

0,7 m

4 m

F menahan beban115 kg

Vt

V0 = 0 m/s

= 6,371 m/s

F diam

2,5 m

Gambar 4.47 Gaya dan kecepatan saat mengangkut beban dalam kondisi permukaan jalan menanjak

Sumber : Pengolahan data, 2010

9. Pemilihan desain pegangan (handle) dalam perancangan handtruck

Pemilihan desain pegangan (handle) dalam perancangan handtruck berfungsi

untuk mengemudikan handtruck pada saat melakukan aktivitas keluar masuk

gang antar kios, memberikan kekuatan pada saat aktivitas loading maupun

unloading, kekuatan mendorong (pada saat lokasi terjal atau permukaan jalan

naik) dan memberikan kenyamanan pada pekerja saat mengemudikan

handtruck (kaedah ergonomi) dengan mempetimbangkan pengukuran dimensi

anthropometri dan tempat peletakan ketinggian pegangan (handle). Adapun

ukuran ketinggi masing – masing pegangan (handle) sebagai berikut :

Ukuran ketinggian, posisi peletakan pegangan (handle) dari permukaan

jalan dan model desain pertama

Tinggi pegangan = tbb P 95

=143 cm (pengolahan data anthropometri,2010)

dengan catatan bahwa ukuran tersebut dapat diuraikan menjadi

tbb = tinggi bahu berdiri

P 95 = nilai persentil ke- 95

Model desain pertama = model handle terpisah, batang pipa handle berdiri

tegak searah sumbu y

Ukuran ketinggian, posisi peletakan pegangan (handle) dari permukaan

jalan dan model desain kedua

Tinggi pegangan = tsb

P 95 =130 cm (pengolahan data anthropometri,2010)

dengan catatan :

Page 192: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 86

tbb = tinggi siku berdiri

P 95 = nilai persentil ke- 95

Model desain kedua = model handle menyatu, batang pipa handle lurus

merata searah sumbu x.

Pemilihan model desain pegangan (handle) maupun ukuran ketinggian,

posisi peletakan pegangan dari permukan jalan dapat dilihat pada Gambar

4.48 dibawah ini.

143 cm

130 cm

Desain handle pertama

Desain handle kedua

100 cm

Diameter pipa luar handle = 3,5 cm

43 cm

Gambar 4.48 Model desain dan ukuran ketinggian pegangan

(handle) dari permukaan jalan Sumber : Toko garuda assesoris motor, 2010

Berdasarkan fungsi diri penggunaan dari masing – masing pegangan

(handle), hal - hal yang harus dipertimbangkan. Hal - hal yang harus

dipertimbangkan dalam penentuan desain pegangan (handle) pada

perancangan handtruck adalah sikap kerja, beban kerja, posisi tangan,

tenaga yang dikeluarkan. Penjelasan ini akan dijadikan pertimbangan

dalam pemilihan desain untuk memberikan kekuatan pada saat aktivitas

loading maupun unloading, mengemudikan handtruck pada saat

melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios, kekuatan mendorong

(pada saat lokasi terjal atau permukaan jalan naik), meliputi:

a) Model desain pertama (handle terpisah)

Page 193: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 87

b) Model desain kedua (handle menyatu)

Tahap evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan

(handle) pada saat pekerja melakukan aktivitas loading maupun

unloading, dapat dilihat pada Tabel 4.28 berikut.

Tabel 4.28 Evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan (handle) pada saat pekerja melakukan aktivitas loading maupun

unloading

No Pertimbangan

Alternatif penggunaan desain pegangan

(handle) pada saat pekerja melakukan aktivitas

loading maupun unloading.

Model desain pertama

(handle terpisah)

Model desain kedua

(handle menyatu)

1 Sikap kerja + +

2 Beban kerja + -

3 Posisi tangan + -

4 Tenaga yang

dikeluarkan + -

Jumlah + 4 1

Jumlah - 0 3

Nilai total 4 -2

Alternatif terpilih

Sumber : Mekanika teknik dan Nurmianto, 2004

Dari tahap evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan

(handle) pada saat pekerja melakukan aktivitas loading maupun unloading.

Model desain pertama (handle terpisah) setelah dilakukan uji coba

1. Penilaian pertama dilihat dari sikap kerja.

Sikap kerja yang dilakukan pekerja buruh angkut pada saat menggunakan

handle dasain pertama, posisi badan tegak lurus, pergelangan tangan

lengan atas menjangkau handle setinggi bahu berdiri (dengan ketinggian

143 cm dari permukaan jalan) penilaian sikap kerja dikatakan baik (+).

(Pengolahan data antropometri, 2010)

2. Penilaian kedua dilihat dari beban kerja

Beban kerja yang yang diterima oleh pekerja buruh angkut pada saat

menggunakan handle dasain pertama sebesar 24,81 kg. Penilaian beban

kerja tergolong ringan (+). (Pengolahan data kekuatan dan beban kerja , 2010)

3. Penilaian ketiga dilihat dari posisi tangan

Page 194: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 88

Posisi tangan pada saat pekerja buruh angkut menggunakan desain handle

pertama yaitu dengan posisi menggenggam pipa batang handle searah

sumbu y (tegak lurus). Posisi tersebut dapat memberikan kekuatan maupun

kenyamanan (ergonomi). Penilaian posisi tangan dikatakan memenuhi

kaedah ergonomi dan tumpuan kekuatan yang optimal (+) (Nurmianto, 2010)

4. Penilaian ketiga dilihat dari tenaga yang dikeluarkan

Tenaga yang dikeluarkan oleh pekerja buruh angkut pada saat

menggunakan desain handle pertama berhubungan dengan gaya yang

dikeluarkan untuk menurunkan peti maupun memasukkan peti kedalam

landasan bagian bawah handtruck. Gaya untuk mengungkit yang

dikeluarkan oleh pekerja buruh angkut pada saat menggunakan desain

handle pertama sebesar 243,13 N. Semakin besar.gaya untu mengungkit,

maka makin optimal untuk mengungkit tumpukkan peti dengan berat 110

kg dan tenaga yang dikeluarkan pekerja lebih kecil (+).

Model desain kedua (handle menyatu) setelah dilakukan uji coba

1. Penilaian pertama dilihat dari sikap kerja.

Sikap kerja yang dilakukan pekerja buruh angkut pada saat menggunakan

handle dasain kedua, posisi badan tegak lurus, pergelangan tangan, lengan

atas menjangkau handle setinggi siku berdiri (dengan ketinggian 130 cm

dari permukaan jalan). Penilaian sikap kerja dikatakan baik (+). (pengolahan

data antropometri, 2010)

2. Penilaian kedua dilihat dari beban kerja

Beban kerja yang yang diterima oleh pekerja buruh angkut pada saat

menggunakan handle kedua pertama sebesar 27,5 kg. Penilaian beban

kerja tergolong lebih berat dari pada desain handle pertama menaggung

beban sebesar 24,81 kg (-).(pengolahan data kekuatan dan beban kerja ,

2010)

3. Penilaian ketiga dilihat dari posisi tangan

Posisi tangan pada saat pekerja buruh angkut menggunakan desain handle

kedua yaitu dengan posisi mencengkram pipa batang handle searah sumbu

x (lurus merata searah sumbu x). Posisi tersebut tidak sesuai dengan fungsi

dari pemilihan desain handle pertama. Untuk aktivitas loading maupun

Page 195: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 89

unloading dibutuhkan kekuatan, maka desain handle kedua tidak mampu

memberikan kekuatan maupun kenyamanan (ergonomi) (-). (Nurmianto,

2010)

4. Penilaian ketiga dilihat dari tenaga yang dikeluarkan

Tenaga yang dikeluarkan oleh pekerja buruh angkut pada saat

menggunakan desain handle kedua berhubungan dengan gaya yang

dikeluarkan untuk menurunkan peti dari handtruck maupun memasukkan

peti kedalam handtruck. Gaya dorong yang dikeluarkan oleh pekerja buruh

angkut pada saat menggunakan desain handle kedua sebesar 269,5N (-)

lebih kecil dibandingkan gaya dorong yang dihasilkan oleh pemilihan

desain handle pertama sebesar 496,2 N, karena gaya dorong pada

pemilihan desain handle kedua lebih kecil untuk mengungkit tumpukkan

peti dengan berat 110 kg, maka tenaga yang dikeluarkan pekerja lebih

besar dan kurang optimal (-).

Sehingga pemilihan desain handle yang paling ideal dan optimal, bila

ditinjau dari sikap kerja, beban kerja, posisi tangan, tenaga yang

dikeluarkan untuk melakukan aktivitas loading maupun unloading adalah

desain perancangan handle pertama (handle terpisah).

Pemilihan penggunaan desain pegangan (handle) pada saat pekerja melakukan

aktivitas loading maupun unloading dapat dilihat dalam Gambar 4.49.

Gambar 4.49 Desain perancangan handle pertama (handle) terpisah

untuk aktivitas loading maupun unloading) Sumber : Pengolahan data, 2010

Page 196: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 90

Tahap evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan (handle)

pada saat pekerja melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios dan lokasi

terjal atau permukaan jalan naik dapat dilihat pada Tabel 4.29 berikut.

Tabel 4.29 Evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan

pada saat pekerja melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios dan lokasi terjal atau permukaan jalan naik

No Pertimbangan

Alternatif penggunaan desain pegangan (handle)

pada saat pekerja melakukan aktivitas saat

pekerja melakukan aktivitas keluar masuk gang

antar dan lokasi terjal atau permukaan jalan

naik

Model desain pertama

(handle terpisah)

Model desain kedua

(handle menyatu)

1 Sikap kerja + +

2 Beban kerja - +

3 Posisi tangan - +

4 Tenaga yang

dikeluarkan - +

Jumlah + 1 4

Jumlah - -3 0

Nilai total -2 4

Alternatif terpilih

Sumber : Pengolahan data, 2010

Dari tahap evaluasi dan penentuan alternatif penggunaan desain pegangan

(handle) pada saat pekerja melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios dan

lokasi terjal atau permukaan jalan naik.

Model desain pertama (handle terpisah) setelah dilakukan uji coba

1. Penilaian pertama dilihat dari sikap kerja.

Sikap kerja yang dilakukan pekerja buruh angkut pada saat menggunakan

handle dasain pertama, posisi badan tegak lurus, pergelangan tangan

lengan atas menjangkau handle setinggi bahu berdiri (dengan ketinggian

143 cm dari permukaan jalan) penilaian sikap kerja dikatakan baik (+).

(Pengolahan data antropometri, 2010).

2. Penilaian kedua dilihat dari beban kerja

Beban kerja yang yang diterima oleh pekerja buruh angkut pada saat

menggunakan handle dasain pertama sebesar 24,81 kg. Penilaian beban

kerja tergolong ringan, tapi dengan beban kerja ringan mempunyai resiko

Page 197: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 91

tinggi dikarenakan tumpukan peti yang berada diatas landasan handtruck

bisa jatuh kesamping. (Pengolahan data kekuatan dan beban kerja , 2010)

3. Penilaian ketiga dilihat dari posisi tangan

Posisi tangan pada saat pekerja buruh angkut menggunakan desain handle

pertama yaitu dengan posisi menggenggam pipa batang handle searah

sumbu y (tegak lurus). Posisi tersebut memiliki resiko tinggi saat

mendorong ataupun mengemudikan handtruck, sehingga mengakibatkan

pergelangan tangan pekerja buruh angkut mengalami keram, pegal

kenyamanan (ergonomi) dan tidak mampu memberikan kekuatan untuk

mendorong. Penilaian posisi tangan dikatakan tidak memenuhi kaedah

ergonomi dan tumpuan kekuatan yang tidak optimal (-) (Nurmianto, 2010)

4. Penilaian ketiga dilihat dari tenaga yang dikeluarkan

Tenaga yang dikeluarkan oleh pekerja buruh angkut pada saat

menggunakan desain handle pertama berhubungan dengan gaya yang

dikeluarkan untuk mendorong atau mengemudikan handtruck saat pekerja

melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios dan lokasi terjal atau

permukaan jalan naik. Gaya dorong yang dikeluarkan oleh pekerja buruh

angkut pada saat menggunakan desain handle pertama sebesar 496,2 N.

Dalam hal ini gaya dorong yang optimal hanya dibutuhkan untuk aktivitas

loading maupun unloading pada saat mengungkit tumpukkan peti dengan

berat 110 kg (-) (Pengolahan data kekuatan dan beban kerja , 2010).

Model desain kedua (handle menyatu) setelah dilakukan uji coba

1. Penilaian pertama dilihat dari sikap kerja.

Sikap kerja yang dilakukan pekerja buruh angkut pada saat menggunakan

handle dasain kedua, posisi badan tegak lurus, pergelangan tangan, lengan

atas menjangkau handle setinggi siku berdiri (dengan ketinggian 130 cm

dari permukaan jalan). Penilaian sikap kerja dikatakan baik (+).

(Pengolahan data antropometri, 2010)

2. Penilaian kedua dilihat dari beban kerja

Beban kerja yang yang diterima oleh pekerja buruh angkut pada saat

menggunakan handle kedua sebesar 27,5 kg. Penilaian beban kerja

tergolong lebih berat dari pada desain handle pertama menanggung beban

Page 198: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 92

sebesar 24,81 kg. Tapi dengan beban kerja yang berat tersebut dapat

menahan sekaligus memposisikan tumpukan peti yang berada dilandasan

bawah tetap dalam keadaan stabil (tidak rubuh kebagaian samping).

(Pengolahan data kekuatan dan beban kerja , 2010)

3. Penilaian ketiga dilihat dari posisi tangan

Posisi tangan pada saat pekerja buruh angkut menggunakan desain handle

kedua yaitu dengan posisi memegang pipa batang handle searah sumbu x

(lurus merata searah sumbu x). Posisi tersebut sesuai dengan fungsi dari

pemilihan desain handle kedua. Untuk melakukan aktivitas keluar masuk

gang antar kios dan lokasi terjal (permukaan jalan naik), maka dibutuhkan

desain handle kedua yang mampu memberikan kekuatan, stabilitas

maupun kenyamanan (ergonomi) (-). (Nurmianto, 2010)

4. Penilaian ketiga dilihat dari tenaga yang dikeluarkan

Tenaga yang dikeluarkan oleh pekerja buruh angkut pada saat

menggunakan desain handle kedua berhubungan dengan gaya yang

dikeluarkan untuk melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios dan

lokasi terjal (permukaan jalan naik). Gaya dorong yang dikeluarkan oleh

pekerja buruh angkut pada saat menggunakan desain handle kedua sebesar

490 N lebih kecil dibandingkan gaya dorong yang dihasilkan oleh

pemilihan desain handle pertama sebesar 496,2 N Dalam hal ini gaya

dorong yang optimal hanya dibutuhkan untuk aktivitas loading maupun

unloading pada saat mengungkit tumpukkan peti dengan berat 110 kg (-).

Sedangkan fungsi dari pemilihan handel kedua hanya untuk kesetabilan ,

kenyamanan dalam mengemudikan handtruck dan dikhususkan untuk

aktivitas keluar masuk gang antar kios dan lokasi terjal (permukaan jalan

naik). (Pengolahan data kekuatan dan beban kerja , 2010).

Sehingga pemilihan desain handle yang paling ideal dan optimal, bila

ditinjau dari sikap kerja, beban kerja, posisi tangan, tenaga yang

dikeluarkan untuk melakukan aktivitas keluar masuk gang antar kios dan

lokasi terjal (permukaan jalan naik) adalah desain perancangan handle

kedua (handle menyatu).

Page 199: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 93

Pemilihan penggunaan desain pegangan (handle) pada saat pekerja

melakukan aktivitas pengangkutan sesuai kondisi permukaan jalan

menanjak dan aktivitas pengangkutan untuk keluar masuk gang antar kios

dapat dilihat dalam Gambar 4.50 dan Gambar 4.51.

Gambar 4.50 Desain perancangan handle kedua (handle menyatu)

untuk aktivitas lokasi terjal atau permukaan jalan naik Sumber : Pengolahan data, 2010

Gambar 4.51 Desain perancangan handle kedua (handle menyatu)

untuk aktivitas aktivitas keluar masuk gang antar kios Sumber : Pengolahan data, 2010

4.3.5 Penentuan Bahan Material

Penentuan bahan material pada perancangan alat bantu kerja yang berupa

handtruck bertujuan untuk menetapkan komponen yang akan digunakan sesuai

dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Sebeluim menentukan bahan material yang

ada dipasaran, terlebih dahulu dilakukan perhitungan uji kekuatan rangka menurut

pengukuran standar material baik material pipa baja struktur sebagai bahan

Page 200: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 94

material yang dijadikan komponen utama rangka penopang kekuatan maupun

komponen lainnya. Penentuan bahan material yang terdapat dipasaran, meliputi:

1. Material penyusun rangka

Rangka dijadikan sebagai kekuatan utama penopang keseluruhan beban,

sehingga diperlukan bahan yang benar-benar kuat untuk menopang

keseluruhan beban. Rangka penyusun dalam perancangan handtruck dibagi

menjadi 2 bagian, antara lain: rangka penopang landasan bawah peti dan

rangka penopang peti bagian tengah. Kedua bagian rangka tersebut terbuat

dari material pipa baja karbon 0,2% (rol panas) dengan ukuran 30 mm x 26

mm dengan ketebalan 2 mm. Pemilihan bahan material pipa baja karbon 0,2%

(rol panas) dapat dapat dilihat dalam Gambar 4.52.

Gambar 4.52 Pipa baja karbon 0,2% (rol panas)

ukuran 26mm x 22mm x 2mm Sumber : Toko besi abidin, 2010

Keunggulan pipa baja karbon 0,2% (rol panas) dibandingkan dengan jenis

logam lainnya dalam cara penggunaan pada komponen bangunan (Sumber:

Observasi lapangan, 2010)., antara lain:

1. Tahan korosi/karat, sehingga logam ini tahan lama dan tahan terhadap

panas dan hujan.

2. Memiliki ukuran diameter dan ketebalan pipa yang beraneka ragam sesuai

kebutuhan penggunaan.

3. Mudah difabrikasi, logam ini ini juga mudah untuk dimodifikasi guna

berbagai kepentingan untuk rangka handtruck, pagar, canopy,dan lain-lain.

Page 201: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 95

Sehingga diharapkan menjadi tumpuan kekuatan penopang rangka landasan

bawah dan rangka penopang peti bagian tengah perancangan alat bantu

handtruck, dapat mengangkut dan menahan beban dengan kapasitas 110 kg.

2. Material plat rangka penopang landasan bawah

Plat landasan peti berfungsi untuk pelapis rangka penopang landasan bawah,

memperkecil gaya gesek antara bagian bawah peti dengan landasan handtruck

dan memposisikan peti dalam keadaan setimbang. Bahan yang digunakan

adalah plat aluminium bordes dengan kekuatan luluh maksimal y = 241

MPa (Popov, 1996), ukuran 450 mm x 40 mm dengan ketebalan plat baja

adalah 2 mm. Pemilihan bahan material plat aluminium dapat dapat dilihat

dalam Gambar 4.53.

Gambar 4.53 Plat jenis aluminium bordes

ukuran 450mm x 430mm x 2mm Sumber : Toko besi abidin, 2010

3. Material pipa pada pegangan (handle)

Pada bagian pegangan (handle) menggunakan material pipa baja karbon 0,2%

(rol panas) dengan kekuatan luluh maksimal 250 Mpa Adapun ukuran pipa

baja yang digunakan adalah 30 mm x 26 mm dengan ketebalan pipa 2 mm.

Pemilihan bahan material pipa baja karbon 0,2% (rol panas) dapat dapat

dilihat dalam Gambar 4.54.

Gambar 4.54 Pipa baja karbon 0,2% (rol panas)

ukuran 2P6mm x 22mm x 2mm Sumber : Toko besi abidin, 2010

Page 202: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 96

Keunggulan pipa baja karbon 0,2% (rol panas) dibandingkan dengan jenis

logam lainnya dalam cara penggunaan pada komponen bangunan (Sumber :

Observasi lapangan, 2010), antara lain:

a. Tahan korosi/karat, sehingga logam ini tahan lama dan tahan terhadap

panas dan hujan.

b. Memiliki ukuran diameter dan ketebalan pipa yang beraneka ragam sesuai

kebutuhan penggunaan.

c. Mudah difabrikasi, logam ini ini juga mudah untuk dimodifikasi guna

berbagai kepentingan untuk rangka handtruck, pagar, dan lain-lain.

Sehingga diharapkan menjadi tumpuan kekuatan pada pegangan (handle),

perancangan alat bantu handtruck.

4. Material Shock absorber

Per skok (shock absorber) berfungsi untuk menahan beban berkapasitas 110

kg dan memberikan kekuatan (lentur dan fleksibel) pada saat pekerja

mengemudikan handtruck dalam kondisi permukaan jalan yang tidak rata.

Jenis per skok (Shock Absorber) yang digunakan adalah monoshock merek

ekstrem yang digunakan pada sepeda motor mio.

Penentuan ukuran panjang dan jari - jari shock absorber sesuai dengan ukuran

yang yang ada dalam pasaran.

Dari hasil survey dipasaran, maka didaptkan ukuran untuk material shock

absorber, sebagai berikut:

panjang shock absorber = 33 cm

pada shock absorber = 5 cm

Adapun jenis per skok (Shock Absorber) yang digunakan dalam perancangan

handtruck dapat dilihat pada Gambar 4.55 dibawah ini.

Page 203: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 97

Gambar 4.55 Shock absorber monoshock

Sumber : Toko garuda assesoris motor, 2010

Berdasarkan konsultasi dengan ahli bengkel las dan toko assesoris motor, hal -

hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan bahan material untuk

penahan beban dan memberi kekuatan (lentur dan fleksibel) pada keadaan

permukaan jalan yang tidak rata dalam perancangan handtruck. Sehingga

diharapkan bahan material tersebut dapat dijadikan sebagai penahan beban

berkapasitas 110 kg dan memberikan kekuatan (lentur dan fleksibel) pada saat

pekerja mengemudikan handtruck dalam kondisi permukaan jalan yang tidak

rata.

5. Material plat dudukan roda

Pemberian plat dudukan roda berfungsi sebagai penguat roda dan tempat

kedudukan roda. Bahan material plat dudukan roda tersebut terbuat dari bahan

plat baja baja karbon 0,2%. Adapun jenis bahan material dan bentuk dari plat

dudukan roda dapat dilihat dalam Gambar 4.56 dibawah ini.

Gambar 4.56 Plat dudukan roda

Sumber : Obseervasi lapangan, 2010

Penentuan ukuran panjang dab lebar plat dudukan roda sesuai dengan

ukuran dari hasil perancagan alat bantu berupa handtruck

Page 204: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 98

dimana :

panjang plat dudukan roda = 10,5 cm

lebar plat dudukan roda = 4 cm

Berdasarkan konsultasi dengan ahli bengkel las dan toko material, hal - hal

yang harus dipertimbangkan dalam penentuan bahan plat dudukan roda pada

perancangan handtruck adalah kekuatan, keamanan, harga dan waktu

pengerjaan. Sehingga diharapkan komponen pada plat dudukan roda tersebut

menjadi tumpuan kekuatan penopang kedudukan roda, dapat mengangkut dan

menahan beban dengan kapasitas 110 kg.

6. Material roda dan pengunci roda

Pemberian roda bertujuan untuk memudahkan pergerakan atau perpindahan

dari alat bantu kerja yang berupa handtruck dan dapat digunakan untuk

mengimbangi gaya gesek kondisi permukaan jalan yang bergelombang (tidak

rata). Sedangkan fungsi dari pengunci roda dapat memberikan kestabilan pada

saat aktivitas loading dan unloading. Jenis roda dan penggunaan pengunci

perlu direncanakan agar dapat mendukung pengoperasian handtruck dalam

mengangkut beban dengan kapasitas 110 kg. Roda yang digunkan dalam

perancangan tersebut menggunakan tiga roda berbahan karet.

dengan ketentuan :

Roda depan

Berjumlah satu pasang (2 roda) berdiameter 8 inchi (20 cm) dilengkapi

kunci rumah, pengunci roda, plat baja dilas dan dilindungi oleh mur

pengunci, nipel gemuk, poros roda terdapat mur. Kondisi roda depan tidak

bergerak (statis). Roda depan dilengkapi pengunci roda agar roda tidak

bergerak saat posisi handtruck berdiri tegak (sudut 090 ) dan di miringkan

(sudut 045 ). Gambar roda depan beserta prngunci roda dapat dilihat pada

Gambar 4.57 dibawah ini

Page 205: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 99

Gambar 4.57 Roda depan handtruck

beserta pengunci roda Sumber : Toko roda tunggal pantes, 2010

Roda belakang

Berjumlah satu roda berdiameter 4 inchi (10 cm) dilengkapi kunci rumah,

plat baja dilas serta dilindungi oleh mur pengunci, nipel gemuk, poros roda

terdapat mur. Kondisi roda belakang dapat digerakkan (dinamis) tanpa

menggunakan pengunci roda. Pada bagian roda belakang terdapat

swingarm yang menghubungkan antara as roda depan dengan as roda

belakang. Fungsi swingarm dapat dijadikan sebagai tumpuan kaki

(pengungkit) dan memudahkan pekerja saat melakukan aktivitas loading

dan unloading Gambar roda belakang dapat dilihat pada Gambar 4.58

dibawah ini.

Gambar 4.58 Roda belakang handtruck

Sumber : Toko roda tunggal pantes, 2010

Sehingga diharapkan menjadi untuk menahan beban berkapasitas 110 kg dan

memberikan kekuatan (lentur dan fleksibel) pada saat pekerja mengemudikan

handtruck dalam kondisi permukaan jalan yang tidak rata.

Page 206: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 100

7 Material karet pelapis (handgrip)

Karet pelapis pegangan (handgrip) digunakan untuk melapisi material pipa

baja pada pegangan, dengan tujuan mengurangi gesekan antara tangan dengan

pegangan (handle). Selain itu busa pelapis pegangan dapat berfungsi

memberikan kenyamanan pada pekerja. Bahan material material yang

digunakan berupa karet (handgrip) pada sepeda motor.

Penentuan tebal karet (handgrip), sebagai berikut :

tebal karet (handgrip) = 1 cm

Pemilihan karet pelapis pegangan (handgrip) dari material yang digunakan

pada karet handgrip raket bulu tangkis dapat dilihat dalam Gambar 4.59.

Gambar 4.59 Karet handgrip raket bulu tangkis

ukuran ketebalan karet 1cm 3 cm

Sumber : Toko Garuda aksesoris motor, 2009

Sehingga diharapkan bahan pelapis karet handgrip raket bulu tangkis tersebut

mampu untuk menahan beban dan mengurangi gesekan antara tangan dengan

permukaan dari handle pada saat pekerja mengemudikan handtruck.

4.3.6 Estimasi Biaya Rancangan

Estimasi biaya dilakukan untuk memperkirakan besarnya biaya yang

dikeluarkan untuk perancangan alat bantu kerja yang berupa handtruck untuk

memperbaiki postur kerja dan mengurangi tingkat beban kerja. Biaya yang

dihitung meliputi biaya material, dan biaya non material. Keseluruhan biaya

material ditunjukkan dalam Tabel 4.30. Harga yang tertera diperoleh dari pihak

bengkel las teknik Pak Sriono daerah Pucang Sawit dan observasi di toko besi

logam mulia, tunggal pantes, raharjo teknik yang terletak di Jl. Urip Sumoharjo

Surakarta 57126 dan pasar pengepul besi bekas daerah Sumodilagan pada bulan

Desember 2009.

Page 207: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 101

Tabel 4.30 Estimasi biaya material

No Bahan

Penggunaan untuk bagian handtruck

Ukuran

(cm)

Kebutuhan

Satuan Keterangan Harga

Satuan

(Rp)

Biaya

(Rp)

1 Pipa berongga baja

karbon roll panas

Rangka rangka tengah dan rangka

penopang rangka landasan bawah,

bagian handle dan bagian swing arm (lengan ayun)

Ө luar 2,6 cm

Ө dalam 22 cm

tebal 2mm

7 meter lonjor

1 lonjor pipa (per 1 meter)

= 34500

34500 241500

2 Plat alumunium

bordes

Plat penutup landasan rangka

landasan bawah

45 cm x 43 cm 1 lbr lembar

plat

1 lembar

(ukuran 60 x 50cm 2mm)

= 45000

45000 45000

3 Besi pipa berongga Engsel pada roda dan swing arm Ө luar 2,6 cm Ө

dalam 22 cm

tebal 2mm

1

(isi 4 buah)

set 1 set = 25000 25000 25000

4 Baja Strip plat Sebagai tempat dudukan roda 10,5 x 4 tebal 4 mm 1 meter meter 1 meter = 23000 23000 23000

5 Mur dan baut Penyambung roda dengan tempat

dudukan roda, shock absorber

dengan dudukan rangka

penyangga belakang

5/16x1” 5

(isi 10 buah)

set 1set= 350 350 1750

6 Karet hand grip Karet pelapis pegangan (handle) Ө min.3 cm 2

(isi 4 buah)

set 1 set = 15000 15000 30000

7 Roda berbahan karet Roda bagian depan Ө 20 2 buah 1 buah = 85000 85000 170000

8 Roda berbahan karet Roda bagian belakang Ө 10 1 buah 50000 50000

9 Shock absorber M.B

Xtreme

Penahan beban bagian rangka

belakang

p = 33 cm

Ө 10 cm

1 buah 115000 115000

10 Cat super glos 5460 Cat pelapis rangka - 3 kilogram 12000 36000

11 Tinner A Pencampur cat - 1 Liter 13500 13500

12 Amplas no.2 Penghalus rangka - 2 Lembar 1 lembar = 3000 3000 6000

Total biaya material 756500 Sumber : Pengolahan data dan observasi, 2010

Page 208: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 102

Dari Tabel 4.30 diketahui bahwa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk

pembelian material adalah sebesar Rp 756.500,00

Biaya non material terdiri dari biaya tenaga kerja (termasuk biaya proses

permesinan) dan biaya ide. Besarnya biaya ide dalam suatu perancangan

ditentukan sendiri oleh perancang. Berdasarkan masukan dari pemilik bengkel las

teknik milik Pak Suhono, biaya ide perancangan untuk alat ini ditetapkan sebesar

15% dari biaya material ditambah biaya tenaga kerja. Berdasarkan hal tersebut

maka dapat diperkirakan biaya non material yang dikeluarkan untuk keperluan

perancangan seperti pada Tabel 4.31.

Tabel 4.31 Estimasi biaya non material

No Biaya non material Pengeluaran biaya

(rupiah)

1. Biaya tenaga kerja

Pak Sriono (Pemilik & mandor)

Mas Arip (Tukang)

90000

40000

2. Biaya permesinan (pengelasan) 35000

3. Ide pembuatan rancangan 92150

Total biaya non material 257150 Sumber : Pengolahan data, 2010

Asumsi : Persentase biaya ide perancangan ditentukan oleh perancang (desainer)

secara langsung sebesar 15 %

Biaya ide = 15 % x (biaya material + biaya tenaga kerja + biaya permesinan)

= 15 % x (Rp 756.500,00 + Rp 130.000,00 + Rp 35.000,00)

= 15 % x Rp 921.500,00

= Rp 92.150,00

dengan demikian, maka total biaya yang diperlukan dalam pembuatan alat bantu

yang berupa handtruck dari hasil rancangan adalah seperti pada Tabel 4.32.

Tabel 4.32 Total biaya perancangan

No Jenis biaya Biaya

(rupiah)

1 Biaya material 756500

2 Biaya non material 257150

Total biaya 1013650 Sumber : Pengolahan data, 2010

Page 209: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 103

Besarnya biaya yang diperlukan dalam pembuatan handtruck dari hasil rancangan

sebesar Rp 1.013.650,00

4.4 Evaluasi Hasil Uji Coba Perancangan Alat Bantu Kerja

4.4.1 Evaluasi hasil perancangan postur kerja melalui metode REBA

Penilaian postur kerja berdasarkan metode REBA dilakukan pada aktivitas

loading (pengangkatan), pengangkutan maupun unloading (penurunan peti). Hasil

pengukuran sudut posisi postur kerja buruh angkut dengan menggunakan

worksheet REBA. Hasil penilaian postur kerja kondisi setelah menggunakan alat

bantu kerja pada saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan), pengangkutan

maupun unloading (penurunan peti) secara lebih jelas ditunjukkan, sebagai

berikut:

Fase gerakan pertama

Gambar 4.60 Sudut segmen tubuh pekerja

buruh angkut saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan peti)

Sumber : Pasar Gede, 2010

Hasil kode REBA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut :

1. Grup A

a. Punggung (Trunk)

Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk

dalam posisi condong kedepan (flexion) dengan sudut 17o, (Skor REBA

untuk pergerakan punggung adalah 2)

Page 210: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 104

b. Leher (Neck)

Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut

sebesar 15o terhadap sumbu tubuh

( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah1)

c. Kaki (Legs)

Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa kaki tertopang ketika beraktivitas

dengan bobot rata – rata seimbang, sehingga dikenai skor 1

(Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1)

Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada

REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu :

Kode REBA adalah :

Punggung (trunk) : 2

Leher (neck) : 1

Kaki (legs) : 1

Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 2

kemudian tarik garis ke arah kanan.

Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 1 dan dilanjutkan ke

baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1.

Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk

punggung (trunk).

Diketahui skor untuk grup A adalah 2

Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.

Tabel 4.33 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.60

Table A Neck

1 2 3

Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Sumber : Pengolahan data, 2010

Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor

untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas loading (pengangkatan peti)

Page 211: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 105

dengan ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 2. Pada

kondisi aktual, setelah menggunakan handtruck terutama posisi tangan pekerja

saat memegang handle pertama aktivitas loading, maka beban yang diterima

pekerja turun menjadi 24,81 kg, sehingga memiliki skor beban 2.

Skor total A setelah ditambah beban adalah :

Nilai tabel A = 2

Berat beban = 2

Total skor A = 2 + 2 = 4

2. Grup B

a. Lengan atas (upper arm)

Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas

kedepan (flexion) terhadap sumbu tubuh sebesar 230

termasuk dalam range

pergerakan > 200 flexion bernilai 2.

( Skor REBA untuk pergerakan lengan atas adalah 2).

b. Lengan bawah (lower arm)

Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah

bawah ke arah depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 23° termasuk

dalam range pergerakan < 60° flexion bernilai 2.

(Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 2).

c. Pergelangan tangan (wrist)

Dari gambar 4.60 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan

tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah sebesar 19° termasuk

dalam range pergerakan > 15° flexion bernilai 2. Pada kegiatan ini

pergelangan tangan mempunyai posisi memegang handle atas pada

handtruck. (Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2).

Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA

WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu :

Kode REBA adalah :

Lengan atas (upper arm) : 2

Lengan bawah (lower arm) : 2

Pergelangan tangan (wrist) : 2

Page 212: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 106

Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian

tarik garis ke arah kanan.

Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan

dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan

yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode

untuk upper arm.

Diketahui skor untuk grup B adalah 2.

Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan

Tabel B.

Tabel 4.34 Skor REBA grup B untuk

Gambar 4.60

Table B Lower Arm

1 2

Upper

Arm

Wrist 1 2 3 1 2 3

1 1 2 3 1 2 3

2 1 2 3 1 2 4

3

3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

6 7 8 8 8 9 9 Sumber : Pengolahan data, 2010

Skor grup B adalah 2, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang

digunakan adalah good karena kekuatan pegangan (handle) baik dan dapat

dijangkau oleh genggaman tangan. Pada tabel 4.34 jenis coupling good diberikan

skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi 2 + 0 = 2.

Penentuan skor total untuk fase gerakan loading (menaikkan peti) dilakukan

dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel

C.

Skor A = 4

Skor B = 2

Pada kolom skor A masukkan kode 4 dan tarik garis ke kanan. Kemudian

pada baris skor B masukkan kode 2 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode

untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 4

Page 213: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 107

Tabel 4.35 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.60

SSccoorree AA ((ssccoorree ffrroomm

tteebbllee

AA++llooaadd//ffoorrccee

ssccoorree))

TTaabbllee CC

Score B, (table B value + coupling score)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

22 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8

33 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8

44 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

55 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

66 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

77 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11

88 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11

99 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12

1100 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12

1111 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12

1122 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Sumber : Pengolahan data, 2010

Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor

aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh Dalam melakukan

aktivitas, posisi tubuh pekerja normal. Berdasarkan tabel 4.35, kegiatan tersebut

memperoleh skor aktivitas sebesar 0.

Skor REBA = Skor C + skor aktivitas

= 4 + 0

= 4

Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.61 berikut ini :

Page 214: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 108

+ =Lengan bawah

2

Pergelangan tangan

2

Kopling0

Skor B 2

Batang tubuh2

Leher1

Kaki 1

Tabel A2

Beban2

Skor A4

Lengan atas2

Tabel B 2

Skor C 4

Skor aktivitas0

Final Skor

4+ =

+ =

Gambar 4.61 Bagan rekapitulasi penilaian total

Sumber : Pengolahan data, 2010

Berdasarkan gambar 4.61, dari skor REBA tersebut nilai penilaian akhir 4.

Dari penilaian akhir tersebut dapat diketahui level tindakan 2 dengan level resiko

pada muskuloskeletal yaitu sedang (medium) dan perlu dilakukan perbaikan

(necessary) untuk mengurangi resiko kerja.

Fase gerakan kedua

Gambar 4.62 Sudut segmen tubuh pekerja

buruh angkut saat melakukan aktivitas pengangkutan (posisi mendorong)

Sumber : Pasar Gede, 2010

Page 215: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 109

Hasil kode REBA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut :

1. Grup A

d. Punggung (Trunk)

Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk

dalam posisi condong kedepan (flexion) dengan sudut 22o, (Skor REBA

untuk pergerakan punggung adalah 2)

e. Leher (Neck)

Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut

sebesar 20o terhadap sumbu tubuh, dengan posisi leher normal.

( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah1)

f. Kaki (Legs)

Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa kaki tertopang ketika beraktivitas

dengan bobot rata – rata seimbang, sehingga dikenai skor 1

(Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1)

Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada

REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu :

Kode REBA adalah :

Punggung (trunk) : 2

Leher (neck) : 1

Kaki (legs) : 1

Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 2

kemudian tarik garis ke arah kanan.

Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 1 dan dilanjutkan ke

baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1.

Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk

punggung (trunk).

Diketahui skor untuk grup A adalah 2

Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.

Tabel 4.36 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.62

Table A Neck

1 2 3

Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Page 216: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 110

Lanjutan Tabel 4.36 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.62

Table A Neck

1 2 3

Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Sumber : Pengolahan data, 2010

Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor

untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas pengangkutan peti dengan

ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 2. Pada kondisi

aktual, setelah menggunakan handtruck terutama posisi tangan pekerja saat

memegang handle ke dua aktivitas pengangkutan, maka beban yang diterima

pekerja turun menjadi 27,5 kg, sehingga memiliki skor beban 2.

Skor total A setelah ditambah beban adalah :

Nilai tabel A = 2

Berat beban = 2

Total skor A = 2 + 2 = 4

2. Grup B

a. Lengan atas (upper arm)

Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas

kedepan (flexion) terhadap sumbu tubuh sebesar 530 termasuk dalam range

pergerakan 450 - 90

0 flexion bernilai 3. (Skor REBA untuk pergerakan

lengan atas adalah 3).

b. Lengan bawah (lower arm)

Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah

ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 18° termasuk dalam range

pergerakan < 60°Flexion bernilai 2.

(Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 2).

c. Pergelangan tangan (wrist)

Dari gambar 4.62 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan

tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah sebesar 24° termasuk

Page 217: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 111

dalam range pergerakan > 15° flexion bernilai 2. Pada kegiatan ini

pergelangan tangan mempunyai posisi memegang handle desain ke dua

pada handtruck .

(Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2).

Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA

WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu :

Kode REBA adalah :

Lengan atas (upper arm) : 3

Lengan bawah (lower arm) : 2

Pergelangan tangan (wrist) : 2

Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 3 kemudian

tarik garis ke arah kanan.

Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan

dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan

yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode

untuk upper arm.

Diketahui skor untuk grup B adalah 5.

Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan

Tabel B.

Tabel 4.37 Skor REBA grup B untuk

Gambar 4.62

Table B Lower Arm

1 2

Upper

Arm

Wrist 1 2 3 1 2 3

1 1 2 3 1 2 3

2 1 2 3 1 2 4

3

3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

6 7 8 8 8 9 9

Sumber : Pengolahan data, 2010

Skor grup B adalah 5, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang

digunakan adalah good karena kekuatan saat memegang pegangan (handle) baik

Page 218: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 112

dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. Pada tabel 4.37 jenis coupling good

diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi 5 + 0 = 5.

Penentuan skor total untuk fase gerakan loading (menaikkan peti) dilakukan

dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel

C.

Skor A = 4

Skor B = 5

Pada kolom skor A masukkan kode 4 dan tarik garis ke kanan. Kemudian

pada baris skor B masukkan kode 5 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode

untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 5.

Tabel 4.38 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.62

SSccoorree AA ((ssccoorree ffrroomm

tteebbllee

AA++llooaadd//ffoorrccee

ssccoorree))

TTaabbllee CC

Score B, (table B value + coupling score)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

22 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8

33 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8

44 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

55 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

66 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

77 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11

88 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11

99 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12

1100 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12

1111 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12

1122 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Sumber : Pengolahan data, 2010

Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor

aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh Dalam melakukan

aktivitas, posisi tubuh pekerja normal. Berdasarkan tabel 4.38, kegiatan tersebut

memperoleh skor aktivitas sebesar 0.

Skor REBA = Skor C + skor aktivitas

= 5 + 0

= 5

Page 219: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 113

Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.63 berikut ini :

+ =Lengan bawah

2

Pergelangan tangan

2

Kopling0

Skor B 5

Batang tubuh2

Leher1

Kaki 1

Tabel A2

Beban2

Skor A4

Lengan atas3

Tabel B 5

Skor C 5

Skor aktivitas0

Final Skor

5+ =

Gambar 4.63 Bagan rekapitulasi penilaian total

Sumber : Pengolahan data, 2010

Berdasarkan gambar 4.63, dari skor REBA tersebut nilai penilaian akhir

5Dari penilaian akhir tersebut dapat diketahui level tindakan 2 dengan level resiko

pada muskuloskeletal yaitu sedang (medium) dan perlu dilakukan perbaikan

(necessary) untuk mengurangi resiko kerja.

Fase gerakan ketiga

Gambar 4.64 Sudut segmen tubuh pekerja buruh angkut saat melakukan

aktivitas unloading (menurunkan peti) Sumber : Pasar Gede, 2010

Page 220: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 114

Hasil kode REBA dari postur kerja tersebut adalah sebagai berikut :

1. Grup A

a. Punggung (Trunk)

Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa pergerakan punggung termasuk

dalam posisi condong kedepan (flexion) dengan sudut 20o, (Skor REBA

untuk pergerakan punggung adalah 2)

b. Leher (Neck)

Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa pergerakan leher dengan sudut

sebesar 23o terhadap sumbu tubuh, dengan posisi leher normal.

( Skor REBA untuk pergerakan leher adalah 2)

c. Kaki (Legs)

Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa kaki tertopang ketika beraktivitas

dengan bobot rata – rata seimbang, sehingga dikenai skor 1

(Skor REBA untuk pergerakan kaki adalah 1)

Penentuan skor untuk grup A dilakukan dengan menggunakan tabel A pada

REBA WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup A yaitu :

Kode REBA adalah :

Punggung (trunk) : 2

Leher (neck) : 2

Kaki (legs) : 1

Pada kolom pertama, masukkan kode untuk punggung (trunk) yaitu 2

kemudian tarik garis ke arah kanan.

Pada baris neck, masukkan kode untuk leher yaitu 2 dan dilanjutkan ke

baris legs dibawahnya, masukkan kode pergerakan kaki yaitu 1.

Selanjutnya tarik garis kebawah sampai bertemu dengan kode untuk

punggung (trunk).

Diketahui skor untuk grup A adalah 4

Berikut ini hasil penentuan skor untuk grup A dengan menggunakan Tabel A.

Tabel 4.39 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.64

Table A Neck

1 2 3

Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Page 221: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 115

Lanjutan Tabel 4.39 Skor Reba grup A untuk Gambar 4.64

Table A Neck

1 2 3

Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Sumber : Pengolahan data, 2010

Setelah didapatkan nilai dari tabel A kemudian dijumlahkan dengan skor

untuk beban (load) pada saat melakukan aktivitas unloading (menurunkan peti)

peti dengan ketentuan jika beban > 10 kg, maka penilaian scor beban adalah 2.

Pada kondisi aktual, setelah menggunakan handtruck terutama posisi tangan

pekerja saat memegang handle pertama aktivitas unloading, maka beban yang

diterima pekerja turun menjadi 24,81 kg, sehingga memiliki skor beban 2.

Skor total A setelah ditambah beban adalah :

Nilai tabel A = 3

Berat beban = 2

Total skor A = 3 + 2 = 5

2. Grup B

a. Lengan atas (upper arm)

Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa susut pergerakan lengan atas

kedepan (flexion) terhadap sumbu tubuh sebesar 230 termasuk dalam range

pergerakan > 200 flexion bernilai 2. (Skor REBA untuk pergerakan lengan

atas adalah 2).

b. Lengan bawah (lower arm)

Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan lengan bawah

ke depan (flexion) terhadap lengan atas sebesar 19° termasuk dalam range

pergerakan < 60°Flexion bernilai 2.

(Skor REBA untuk pergerakan lengan bawah adalah 2).

c. Pergelangan tangan (wrist)

Dari gambar 4.64 dapat diketahui bahwa sudut pergerakan pergelangan

tangan ke depan (flexion) terhadap lengan bawah sebesar 22° termasuk

Page 222: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 116

dalam range pergerakan > 15° flexion bernilai 2. Pada kegiatan ini

pergelangan tangan mempunyai posisi memegang handle desain ke dua

pada handtruck .

(Skor REBA untuk pergerakan pergelangan tangan adalah 2).

Penentuan skor untuk grup B dilakukan dengan menggunakan tabel B pada REBA

WorkSheet. Langkah – langkah penentuan skor untuk grup B yaitu :

Kode REBA adalah :

Lengan atas (upper arm) : 2

Lengan bawah (lower arm) : 2

Pergelangan tangan (wrist) : 2

Pada kolom pertama, masukkan kode untuk upper arm yaitu 2 kemudian

tarik garis ke arah kanan.

Pada baris lower arm, masukkan kode untuk lengan bawah yaitu 2 dan

dilanjutkan ke baris wrist dibawahnya, masukkan kode pergelangan tangan

yaitu 2. Selanjutnya tarik garis ke bawah sampai bertemu dengan kode

untuk upper arm.

Diketahui skor untuk grup B adalah 2.

Berikut ini adalah hasil penentuan skor untuk grup B dengan menggunakan

Tabel B.

Tabel 4.40 Skor REBA grup B untuk

Gambar 4.64

Table B Lower Arm

1 2

Upper

Arm

Wrist 1 2 3 1 2 3

1 1 2 3 1 2 3

2 1 2 3 1 2 4

3

3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

6 7 8 8 8 9 9

Sumber : Pengolahan data, 2010

Skor grup B adalah 6, ditambah dengan skor coupling dimana jenis coupling yang

digunakan adalah good karena kekuatan saat memegang pegangan (handle) baik

Page 223: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 117

dan dapat dijangkau oleh genggaman tangan. Pada tabel 4.40 jenis coupling good

diberikan skor coupling sebesar 0, maka skor B menjadi 2 + 0 = 2.

Penentuan skor total untuk fase gerakan unloading (menaikkan peti) dilakukan

dengan menggabungkan skor grup A dan skor grup B dengan menggunakan tabel

C.

Skor A = 5

Skor B = 2

Pada kolom skor A masukkan kode 5 dan tarik garis ke kanan. Kemudian

pada baris skor B masukkan kode 2 dan tarik ke bawah sampai bertemu kode

untuk skor A sehingga diketahui skor C adalah 4.

Tabel 4.41 Tabel REBA skor C untuk Gambar 4.64

SSccoorree AA ((ssccoorree ffrroomm

tteebbllee

AA++llooaadd//ffoorrccee

ssccoorree))

TTaabbllee CC

Score B, (table B value + coupling score)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

22 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8

33 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8

44 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

55 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

66 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

77 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11

88 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11

99 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12

Sumber : Pengolahan data, 2010

Nilai REBA didapatkan dari hasil penjumlahan skor C dengan skor

aktivitas pekerja. Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh pekerja adalah normal

Dalam melakukan aktivitas, posisi tubuh pekerja normal. Berdasarkan tabel 4.41,

kegiatan tersebut memperoleh skor aktivitas sebesar 0.

Skor REBA = Skor C + skor aktivitas

= 4 + 0

= 4

Rekapitulasi hasil penilaian total dapat dilihat pada gambar 4.65 berikut ini :

Page 224: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 118

+ =Lengan bawah

2

Pergelangan tangan

2

Kopling0

Skor B 2

Batang tubuh2

Leher2

Kaki 1

Tabel A3

Beban2

Skor A5

Lengan atas2

Tabel B 2

Skor C 4

Skor aktivitas0

Final Skor

4+ =

+ =

Gambar 4.65 Bagan rekapitulasi penilaian total

Sumber: Pengolahan data, 2010

Berdasarkan gambar 4.65, dari skor REBA tersebut nilai penilaian akhir 4

Dari penilaian akhir tersebut dapat diketahui level tindakan 2 dengan level resiko

pada muskuloskeletal yaitu sedang (medium) dan perlu dilakukan perbaikan

(necessary) untuk mengurangi resiko kerja.

4.4.2 Evaluasi berdasarkan fisiologi kerja

Sikap kerja yang diterapkan saat ini oleh pekerja MMH khususnya pekerja

buruh angkut Lokasi Pasar Gede Surakarta termasuk beresiko terhadap sistem

musculoskeletal dilihat dari hasil penilaian menggunakan metode REBA.

Berdasarkan penilaian menggunakan REBA didapat masukan untuk perancangan

alat bantu kerja sebagai usulan untuk perbaikan postur kerja dan beban kerja.

Rancangan usulan perancangan alat bantu kerja yang diaplikasikan, selanjutnya

dibandingkan dengan sikap kerja yang lama dan dievaluasi menggunakan energy

expenditure dan energy cost. Apabila pekerja menerapkan usulan rancangan alat

bantu kerja dan hasil perhitungan energy expenditure mapun energy cost yang

lebih kecil, maka rancangan usulan perancangan alat bantu kerja usulan lebih baik

dibandingkan sikap kerja awal (mengangkut beban pada bagian punggung).

Pencatatan data pengukuran denyut jantung pada pekerja buruh angkut pada saat

dilakukan uji coba hasil perancangan alat dilakukan pada hari Jumat tanggal 26

Maret 2010 s/d hari Sabtu tanggal 27 Maret 2010 pukul 09.00–12.00 WIB.

Page 225: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 119

Pengukuran ini kemudian digunakan untuk menghitung energy expenditure dan

energy cost yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan MMH.

A. Perhitungan energy expenditure menurut Sanders et al, 1993

Berikut ini adalah data pengukuran denyut jantung setelah uji coba

perancangan alat dapat dilihat dalam table 4.42.

Tabel 4.42 Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat

No. Nama

Pekerja Umur Berat Badan

Kondis Setelah Perancangan

Denyut Jantung (Per Menit)

Sebelum

Bekerja

Setelah

Bekerja

1 Santoso 30 53 50 93

2 Anwar 29 60 48 88

3 Budi 32 62 54 95

4 Coirul 28 55 44 85

5 Amin 35 55 56 104

6 Hardi 31 59 52 95

7 Rusmanto 32 63 55 97

8 Sartono 33 57 53 103

9 Bambang 31 56 51 93

10 Budiman 37 58 60 109

11 Joko 32 58 53 94

12 Andri 30 54 51 92

13 Wawan 31 61 53 93

14 Suwondo 32 63 53 103

15 Juno 30 54 52 93

16 Akbar 31 63 53 95

17 Yono 29 59 48 91

18 Fajar 34 58 56 104

19 Ratman 28 57 46 88

20 Togar 31 59 52 92

21 Heru 31 62 51 94

22 Tono 35 64 56 105

23 Sujimin 33 58 54 103

24 Harun 36 60 59 106 Sumber: Pengolahan data, 2010

Menurut Sanders et al, (1993) bentuk regresi hubungan energi dengan

kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai

berikut :

Y = 1,80411 – (0,0229038)X + (4,71733 x 10-4

)X2

dimana :

Y = energi (kilokalori per menit)

Page 226: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 120

X = kecepatan denyut jantung (denyut per menit)

Untuk mengetahui energy expenditure (konsumsi energi) saat melakukan

kegiatan manual material handling, penghitungan dilakukan pada kecepatan

denyut jantung sebelum bekerja (Xb) dan kecepatan denyut jantung sesudah

bekerja (Xt). Sehingga didapatkan persamaan berikut ini :

Energi sebelum bekerja :

Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4

)Xb2

dimana :

Xb = pengukuran denyut jantung sebelum bekerja

Energi setelah bekerja :

Yt = 1,80411 – (0,0229038)Xt + (4,71733 x 10-4

) Xt2

dimana :

Xt = pengukuran denyut jantung setelah bekerja

Sehingga persamaan energy expenditure adalah :

EE = Yt – Yb (kilokalori per menit)

Contoh perhitungan manual energy expenditure Bapak Santoso (30 tahun).

Energi sebelum bekerja :

Yb = 1,80411 – (0,0229038)Xb + (4,71733 x 10-4

)Xb2

= 1,80411 – (0,0229038 x 60) + (4,71733 x 10-4

x (60)2)

= 1,80411 – 1,3742 + 1,6982

= 2,1281 kkal/menit

Energi setelah bekerja :

Yt = 1,80411 – (0,0229038)Xt + (4,71733 x 10-4

) Xt2

= 1,80411 – (0,0229038 x 115) + (4,71733 x 10-4

x (115)2)

= 1,80411 – 2,4965 + 5,6047

= 4,9123 kkal/menit

Sehingga persamaan energy expenditure adalah :

EE = Yt – Yb (kilokalori per menit)

= 5,4088 kkal/menit - 2,0626 kkal/menit

= 2,7841 kkal/menit

Page 227: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 121

Hasil perhitungan energy expenditure untuk seluruh pekerja setelah uji coba

perancangan alat dapat dilihat dalam Tabel 4.43. dibawah ini.

Tabel 4.43 Perhitungan energy expenditure setelah perancangan alat

No.

Kondisi Setelah Perancangan Alat

Nama

Pekerja

Umur Berat

Badan

Denyut Jantung

(per menit)

Yb Yt EE

(kkal/menit)

Sebelum

Bekerja

Setelah

Bekerja

1 Santoso 30 53 50 93 1,8383 3,7541 1,9158

2 Anwar 29 60 48 88 1,7916 3,4417 1,6501

3 Budi 32 62 54 95 1,9429 3,8856 1,9428

4 Coirul 28 55 44 85 1,7096 3,2656 1,5559

5 Amin 35 55 56 104 2,0009 4,5244 2,5235

6 Hardi 31 59 52 95 1,8887 3,8856 1,9970

7 Rusmanto 32 63 55 97 1,9714 4,0210 2,0496

8 Sartono 33 57 53 103 1,9153 4,4496 2,5343

9 Bambang 31 56 51 93 1,8630 3,7541 1,8911

10 Budiman 37 58 60 109 2,1281 4,9123 2,7841

11 Joko 32 58 53 94 1,9153 3,8194 1,9041

12 Andri 30 54 51 92 1,8630 3,6897 1,8267

13 Wawan 31 61 53 93 1,9153 3,7541 1,8388

14 Suwondo 32 63 53 103 1,9153 4,4496 2,5343

15 Juno 30 54 52 93 1,8887 3,7541 1,8654

16 Akbar 31 63 53 95 1,9153 3,8856 1,9703

17 Yono 29 59 48 91 1,7916 3,6263 1,8347

18 Fajar 34 58 56 104 2,0009 4,5244 2,5235

19 Ratman 28 57 46 88 1,7487 3,4417 1,6930

20 Togar 31 59 52 92 1,8887 3,6897 1,8010

21 Heru 31 62 51 94 1,8630 3,8194 1,9564

22 Tono 35 64 56 105 2,0009 4,6001 2,5992

23 Sujimin 33 58 54 103 1,9429 4,4496 2,5068

24 Harun 36 60 59 106 2,0949 4,6767 2,5818 Sumber: Pengolahan data, 2010

Hasil penghitungan dari Tabel 4.43 energy expenditure diatas, kemudian

dibandingkan dengan Tabel 4.44 kriteria beban kerja berdasarkan hasil

perhitungan energy expenditure, sehingga diketahui kriteria pekerjaan untuk tiap

pekerja setelah uji coba perancangan alat dapat dilihat dalam Tabel 4.44 dibawah

ini.

Tabel 4.44 Kriteria beban kerja menurut hasil perhitungan energy expenditure kondisi setelah perancangan alat

Page 228: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 122

Lanjutan Tabel 4.44 Kriteria beban kerja menurut hasil perhitungan energy expenditure kondisi setelah perancangan alat

No. Nama

Pekerja Umur

Berat

Badan

EE

(kkal/menit)

Kriteria

Pekerjaan

1 Santoso 30 53 1,9158 Light Work

2 Anwar 29 60 1,6501 Light Work

3 Budi 32 62 1,9428 Light Work

4 Coirul 28 55 1,5559 Light Work

5 Amin 35 55 2,5235 Moderate Work

6 Hardi 31 59 1,9970 Light Work 7 Rusmanto 32 63 2,0496 Light Work 8 Sartono 33 57 2,5343 Moderate Work 9 Bambang 31 56 1,8911 Light Work

10 Budiman 37 58 2,7841 Moderate Work 11 Joko 32 58 1,9041 Light Work 12 Andri 30 54 1,8267 Light Work

13 Wawan 31 61 1,8388 Light Work 14 Suwondo 32 63 2,5343 Moderate Work

15 Juno 30 54 1,8654 Light Work

16 Akbar 31 63 1,9703 Light Work 17 Yono 29 59 1,8347 Light Work 18 Fajar 34 58 2,5235 Moderate Work

19 Suwondo 28 57 1,6930 Light Work

20 Togar 31 59 1,8010 Light Work 21 Heru 31 62 1,9564 Light Work 22 Tono 35 64 2,5992 Moderate Work

23 Sujimin 33 58 2,5068 Moderate Work

24 Harun 36 60 2,5818 Moderate Work Sumber: Pengolahan data, 2010

Berdasarkan Tabel 4.44 diatas, besarnya beban kerja menurut perhitungan

energy expenditure yang dikeluarkan, maka kriteria beban kerja yang termasuk

kategori pekerjaan ringan (light work) untuk pekerja Santoso, Anwar, Budi,

Coirul, Hardi, Rusdmanto, Bambang, Joko, Andri, Wawan, Juno, Akbar, Yono,

Ratman, Togar dan Heru. Sedangkan untuk pekerja Amin, Sartono, Budiman,

Suwondo, Fajar, Tono, Sujimin dan Harun. Penggolongan beban kerja tersebut

tergolong kedalam jenis pekerjaan sedang (moderate work ).

Berdasarkan perhitungan energy expenditure (konsumsi energi) pekerja

buruh angkut setelah uji coba perancangan alat, dapat diketahui bahwa energy

expenditure (konsumsi energi) yang paling besar dialami oleh Pak Budiman

dengan usia 37 tahun. Besarnya hasil perhitungan energy expenditure (konsumsi

energi) sebesar 2,7841 kkal/menit. Sedangkan besarnya hasil pengukuran energy

Page 229: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 123

expenditure (konsumsi energi) sebelum menggunakan perancangan alat bantu

sebesar 6,4818 kkal/menit. Selisih antara hasil perhitungan energy expenditure

sebelum menggunakan perancangan alat bantu dengan energy expenditure setelah

perancangan alat yang di uji coba pada responden ke 10 (Pak Budiman), dapat

digambarkan dalam bentuk grafik 4.3.

0

1

2

3

4

5

6

7

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

Ener

gy ex

pend

iture

(kka

l/men

it)

Responden (Pekerja buruh angkut ke...)

Grafik perbandingan energy expenditure awal (sebelum mengguankan alat bantu) dan sesudah

menggunakan perancangan alat bantu

Energy Expenditure awal

Energy Expenditure setelah perancangan alat bantu

Grafik 4.3 Perbandingan energy expenditure awal (sebelum

menggunakan alat bantu) dan sesudah menggunakan

perancangan alat bantu Sumber : Pengolahan data, 2010

B. Perhitungan besarnya pengeluaran energi (energy cost) menurut

Kamalakannan et al, 2007

Menurut Kamalakannan et al, 2007 bentuk regresi hubungan energi dengan

kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan dibawah ini:

E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G

dimana :

E – Cost = Energy Cost (watt)

HR = Working Heart Rate (bpm)

HT = Height (inch)

A = Age (yrs)

RHR = Resting Heart Rate (bpm)

G = Gender (m = 0 ; f = 1)

1 watt 0,0143 kcal / min

Page 230: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 124

Untuk mengetahui regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut

jantung pada perhitungan energy cost terlebih dahulu kita dapat lakukan

pengukuran denyut jantung sebelum maupun setelah bekerja. Berikut ini adalah

data pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat, dapat dilihat dalam

Tabel 4.45.

Tabel 4.45 Pengukuran denyut jantung setelah perancangan alat No. Name Age

(years)

Height

( inchi )

Hearth Rate ( bpm )

Resting Heart Rate

Working Heart Rate

1 Santoso 30 66 50 93

2 Anwar 29 66,93 48 88

3 Budi 32 69,39 54 95

4 Coirul 28 65,35 44 85

5 Amin 35 66,54 56 104

6 Hardi 31 66,14 52 95

7 Rusmanto 32 67,32 55 97

8 Sartono 33 66,14 53 103

9 Bambang 31 66,14 51 93

10 Budiman 37 66,54 60 109

11 Joko 32 65,75 53 94

12 Andri 30 66,54 51 92

13 Wawan 31 69,39 53 93

14 Suwondo 32 68,50 53 103

15 Juno 30 66,14 52 93

16 Akbar 31 69,39 53 95

17 Yono 29 66,54 48 91

18 Fajar 34 66,14 56 104

19 Ratman 28 65,35 46 88

20 Togar 31 66,54 52 92

21 Heru 31 66,54 51 94

22 Tono 35 68,11 56 105

23 Sujimin 33 66,54 54 103

24 Harun 36 66,93 59 106 Sumber: Pengolahan data, 2010

Setelah melakukan pengukuran data denyut jantung setelah uji coba perancangan

alat sesuai dengan Tabel 4.45 diatas, selanjutnya kita dapat melakukan

perhitungan manual regresi kuadratis yaitu hubungan bentuk regresi energi

dengan kecepatan denyut jantung dengan persamaan:

E - Cost = -1967 + 8.58 HR + 25.1 HT + 4.5 A – 7.47 RHR + 67.8 G

Contoh perhitungan manual energy cost Bapak Budiman (37 tahun).

Page 231: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 125

E – Cost = -1967 + 8,58 HR + 25,1 HT + 4,5 A – 7,47 RHR + 67,8 G

= -1967 + 8,58.(60) + 25,1 (66,54) + 4,5.(37) – 7,47 (109) + 67,8 (0)

= - 1967 +514,8 + 1670,154 – 814,23 + 0

= 356,56 watt 5,10 kcal/min

Hasil perhitungan energy cost untuk seluruh pekerja setelah perancangan

alat dapat dilihat dalam Tabel 4.46. dibawah ini.

Tabel 4.46 Perhitungan energy cost setelah perancangan alat

No. Name Age Height

Gender

Heart Rate

( bpm )

Energy

Cost

Energy

Cost

( years ) ( inchi ) ( m = 0 ; f = 1 ) Resting

Heart Rate Working

Heart Rate ( kcal/min )

1 Santoso 30 66 male 50 93 3,47

2 Anwar 29 66,93 male 48 88 3,43

3 Budi 32 69,39 male 54 95 4,72

4 Coirul 28 65,35 male 44 85 2,86

5 Amin 35 66,54 male 56 104 4,78

6 Hardi 31 66,14 male 52 95 3,71

7 Rusmanto 32 67,32 male 55 97 4,12

8 Sartono 33 66,14 male 53 103 4,71

9 Bambang 31 66,14 male 51 93 3,57

10 Budiman 37 66,54 male 60 109 5,10

11 Joko 32 65,75 male 53 94 3,40

12 Andri 30 66,54 male 51 92 3,52

13 Wawan 31 69,39 male 53 93 4,52

14 Suwondo 32 68,50 male 53 103 7,83

15 Juno 30 66,14 male 52 93 3,40

16 Akbar 31 69,39 male 53 95 4,77

17 Yono 29 66,54 male 48 91 3,66

18 Fajar 34 66,14 male 56 104 4,58

19 Ratman 28 65,35 male 46 88 3,01

20 Togar 31 66,54 male 52 92 3,48

21 Heru 31 66,54 male 51 94 3,83

22 Tono 35 68,11 male 56 105 7,93

23 Sujimin 33 66,54 male 54 103 4,75

24 Harun 36 66,93 male 59 106 4,91 Sumber: Pengolahan data, 2010

Hasil penghitungan dari Tabel 4.46 energy cost diatas, kemudian dibandingkan

dengan Tabel 4.47 kriteria beban kerja berdasarkan hasil perhitungan energy cost,

sehingga diketahui kriteria pekerjaan untuk tiap pekerja setelah uji coba

perancangan alat dapat dilihat dalam Tabel 4.47 dibawah ini.

Page 232: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 126

Tabel 4.47 Kriteria grade of work (beban kerja) menurut hasil perhitungan energy cost setelah perancangan alat

No.

Name Age

(years)

Height

(inchi)

Energy Cost

( kcal/min )

Grade of Work

1 Santoso 30 66 3,47 Moderate Work

2 Anwar 29 66,93 3,43 Moderate Work

3 Budi 32 69,39 4,72 Moderate Work

4 Coirul 28 65,35 2,86 Moderate Work

5 Amin 35 66,54 4,78 Moderate Work

6 Hardi 31 66,14 3,71 Moderate Work

7 Rusmanto 32 67,32 4,12 Moderate Work

8 Sartono 33 66,14 4,71 Moderate Work

9 Bambang 31 66,14 3,57 Moderate Work

10 Budiman 37 66,54 5,10 Heavy Work

11 Joko 32 65,75 3,40 Moderate Work

12 Andri 30 66,54 3,52 Moderate Work

13 Wawan 31 69,39 4,52 Moderate Work

14 Suwondo 32 68,50 7,83 Heavy Work

15 Juno 30 66,14 3,40 Moderate Work

16 Akbar 31 69,39 4,77 Moderate Work

17 Yono 29 66,54 3,66 Moderate Work

18 Fajar 34 66,14 4,58 Moderate Work

19 Ratman 28 65,35 3,01 Moderate Work

20 Togar 31 66,54 3,48 Moderate Work

21 Heru 31 66,54 3,83 Moderate Work

22 Tono 35 68,11 7,93 Heavy Work

23 Sujimin 33 66,54 4,75 Moderate Work

24 Harun 36 66,93 4,91 Moderate Work Sumber: Pengolahan data, 2010

Berdasarkan Tabel 4.47 diatas, besarnya hasil penilaian grade of work

(beban kerja) menurut perhitungan energy cost yang dikeluarkan, maka kriteria

beban kerja yang termasuk kategori pekerjaan sedang (moderate work) untuk

pekerja Santoso, Anwar, Budi, Coirul, Amin, Hardi, Rusmanto, Sartono,

Bambang, Joko, Andri, Wawan, Juno, Akbar, Yono, Fajar, Ratman, Togar, Heru,

Sujimin, Harun. Sedangkan untuk pekerja Budiman, Suwondo dan Tono.

tergolong kedalam jenis pekerjaan berat (heavy work ).

Berdasarkan perhitungan energy cost pekerja buruh angkut setelah uji coba

perancangan alat, dapat diketahui bahwa energy cost yang paling besar dialami

oleh Pak Budiman dengan usia 37 tahun. Besarnya hasil perhitungan energy cost

setelah melalui uji penggunaan rancangan alat bantu kerja sebesar 5,10

Page 233: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

IV - 127

kcal/menit. Hasil tersebut akan dibandingkan dengan pengukuran energy cost

sebelum menggunakan perancangan alat bantu kerja sebesar 8,77 kcal/menit.

Selisih antara hasil perhitungan energy cost sebelum menggunakan perancangan

alat dengan energy cost setelah setelah uji coba perancangan alat untuk responden

ke 10 (Pak Budiman), dapat digambarkan dalam bentuk grafik 4.4.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

Ener

gy co

st (k

cal/m

enit)

Responden (Pekerja buruh angkut ke...)

Grafik perbandingan energy cost awal (sebelum menggunakan alat bantu) dan sesudah menggunakan

perancangan alat bantu

Energy cost sebelum menggunakan alat bantu

Energy cost setelah mengguanakan alat bantu

Grafik 4.4 Perbandingan energy cost awal (sebelum menggunakan

alat bantu) dan sesudah menggunakan perancangan alat bantu Sumber : Pengolahan data, 2010

Page 234: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

V - 1

BAB V

ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Pada bab ini akan dilakukan analisis dan interpretasi hasil penelitian yang

telah dikumpulkan dan diolah pada bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi

hasil tersebut akan diuraikan dalam sub bab di bawah ini.

5.1 Analisis Perbandingan Postur Kerja

Analisa perbandingan postur kerja bertujuan untuk mengetahui apakah

kondisi postur kerja setelah perancangan yang diilustrasikan melalui gambar ini

masih berpotensi menimbulkan cidera musculoskeletal. Setelah pembuatan model,

maka dilakukan penilaian terhadap gambar tersebut dengan menggunakan metode

REBA. Hasil penilaian postur kerja dengan kondisi awal (sebelum) dan kondisi

setelah perancangan dapat dilihat dalam tabel 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1 Hasil REBA kondisi awal (sebelum) dan kondisi setelah perancangan

Kondisi Awal Kondisi Setelah Perancangan

Gerakan Level

Tindakan

Level

Resiko Tindakan Gerakan

Level

Tindakan

Level

Resiko Tindakan

Pengangkatan

peti posisi

membungkuk

3 tinggi perlu

segera

perbaikan

Pengangkatan peti

(loading), posisi

berdiri badan tegap

2 sedang perlu

Pengangkutan

peti posisi lutut

menekuk

3 tinggi perlu

segera

perbaikan

Pengangkutan peti

posisi posisi berdiri

badan tegap dan

lengan tangan

memegang handle

2 sedang perlu

Penurunan peti

posisi

punggung

membungkuk,

lutut menekuk

4 sangat

tinggi

perbaikan

saat ini

juga

Penurunan peti

(unloading), posisi

berdiri badan tegap

2 sedang perlu

Sumber : Pengukuran dan pengolahan data postur kerja, 2010

Berdasarkan tabel 5.1, dapat dilihat bahwa hasil penilaian dengan metode

REBA sesudah perancangan terjadi penurunan level resiko. Untuk posisi ke-1

(mengangkat peti dengan posisi membungkuk), sebelum perancangan memiliki

skor 3 dengan level resiko tinggi. Sesudah perancangan dengan menggunakan

Page 235: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

V - 2

handtruck memiliki skor 2 dengan level resiko sedang dengan posisi tangan

pekerja memegang handle desain pertama, punggung tegak. Pada posisi ke-2

(mengangkut peti dengan posisi punggung membungkuk dan lutut menekuk),

sebelum perancangan memiliki skor 3 dengan level resiko tinggi Sesudah

perancangan dengan menggunakan handtruck memiliki skor 2 dengan level resiko

sedang dengan posisi tangan pekerja memegang handle desain ke dua, punggung

tegak. Untuk posisi ke-3 (menurunkan peti dengan posisi punggung membungkuk

dan lutut menekuk) sebelum perancangan memiliki skor 4 dengan level resiko

tinggi Sesudah perancangan dengan menggunakan handtruck memiliki skor 2

dengan level resiko sedang dengan posisi tangan pekerja memegang handle desain

pertama, punggung tegak.

Penurunan level resiko pada gerakan loading, pengangkutan maupun

unloading karena terjadinya perubahan postur kerja pekerja buruh angkut sesudah

perancangan dengan menggunakan handtruck.Kondisi awal postur pekerja buruh

angkut yang semula pungggung membungkuk dengan sudut 90o, pergerakan leher

menekuk (fleksion) dengan sudut sebesar 34o

terhadap sumbu tubuh dan posisi

kaki dan lutut menekuk dengan 90.

Dengan menggunakan handtruck sebagai alat bantu kerja postur kerja

berubah menjadi berdiri badan tegap dengan sudut 26o, dengan leher membentuk

sudut 23o

terhadap sumbu tubuh, posisi kaki yang semula menekuk berubah

menjadi tertopang ketika beraktivitas dengan bobot rata – rata seimbang. Selain

itu, beban yang semula diterima pekerja buruh angkut dengan cara manual

(memanggul beban pada bagian punggung) 110 kg setelah menggunakan

handtruck beban yang diterima atau dirasakan pekerja buruh angkut turun menjadi

24,81 kg (pada aktivitas loading, unloading) dan 27,5 kg (pada aktivitas

pengangkutan).

Dari keseluruhan penilaian postur kerja setelah perancangan dapat

diperoleh hasil level resiko yang kecil terhadap cidera musculoskeletal dengan

rekomendasi perbaikan beberapa waktu ke depan. Terjadinya penurunan level

resiko ini karena adanya perubahan postur kerja yang disebabkan oleh

penggunaan handtruck disertai dengan desain yang lebih ergonomis dan

penurunan beban kerja, sehingga memungkinkan pekerja buruh angkut untuk

Page 236: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

V - 3

memperbaiki postur kerja yang rawan cidera dan dapat digunakan sebagai alat

bantu kerja saat melakukan aktivitas loading, pengangkutan dan unloading.

5.2 Analisis Perbandingan Fisiologi Kerja

Analisis fisiologi kerja diperlukan untuk menentukan tingkat konsumsi

energi (energy expenditure), tingkat pengeluaran energi total (energy cost) dan

menggolongkan kriteria beban kerja yang dialami oleh 24 pekerja buruh angkut.

Analisis perbandingan fisiologi kerja secara terperinci akan akan diuraikan,

sebagai berikut:

5.2.1 Analisis energy expenditure

Energy exspenditure merupakan energi yang dikeluarkan untuk melakukan

suatu aktivitas. Pada tahap penelitian ini akan dilakukan analisis besarnya

perhitungan energy expenditure yang dikeluarkan oleh 24 pekerja buruh angkut

pada saat kondisi awal (sebelum), kemudian dibandingkan kondisi setelah

perancangan. Berikut ini ditunjukkan kedalam grafik perbandingan energy

expenditure antara kondisi awal (sebelum) dibandingkan kondisi setelah

perancangan antara sebagai berikut:

0

1

2

3

4

5

6

7

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

Ener

gy e

xpen

ditu

re(k

kal/m

enit)

Responden (Pekerja buruh angkut ke...)

Grafik perbandingan energy expenditure awal (sebelum mengguankan alat bantu) dan sesudah

menggunakan perancangan alat bantu

Energy Expenditure awal

Energy Expenditure setelah perancangan alat bantu

Grafik 5.1 Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy

expenditure antara kondisi awal (sebelum perancangan) dibandingkan kondisi setelah perancangan.

Sumber : Pengolahan data, 2010

Berdasarkan grafik 5.1 diatas, dapat dilihat bahwa kondisi awal saat

dilakukan perhitungan energy expenditure pada 24 orang pekerja buruh angkut,

terutama aktivitas pengangkatan, pengangkutan maupun perunan peti dengan

berat 55 kg dapat diketahui bahwa lima belas responden tergolong dalam kategori

Page 237: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

V - 4

jenis heavy work atau dapat dikatakan pekerjaan berat (5,0 s/d 7,5 kkal/menit).

Sedangkan untuk sembilan responden lainnya tergolong kedalam jenis pekerjaan

moderate work atau dapat dikatakan pekerjaan sedang (5,0 s/d 7,5 kkal/menit).

Berdasarkan hasil perbandingan pada grafik 5.1 diatas, energy expenditure

kondisi setelah perancangan dapat dikatakan 24 pekerja buruh angkut secara

keseluruhan energi yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan sebelum

menggunakan alat bantu (kondisi awal). Hal ini dapat dibuktikan bahwa enam

belas responden tergolong kedalam kategori jenis light work atau dapat dikatakan

pekerjaan ringan. (< 2,5 kkal/menit). Sedangkan untuk delapan responden lainnya

tergolong kedalam jenis pekerjaan moderate work atau dapat dikatakan pekerjaan

sedang (5,0 s/d 7,5 kkal/menit ).

Rata – rata penurunan energy expenditure ini disebabkan karena pekerja

buruh angkut dapat merasakan kegunaan alat bantu yang berupa handtruck bila

dilihat dari ilmu fisiologi kerja, yaitu dapat mengurangi beban kerja, mengurangi

kecepatan denyut jantung sebelum maupun sesudah bekerja, dan yang paling

frontal untuk mengurangi tingkat pengeluaran energi yang berlebihan.

5.2.2 Analisis energy cost

Energy cost merupakan total (keseluruhan) pengeluaran energi untuk

melakukan suatu aktivitas. Pada tahap penelitian ini akan dilakukan analisis

besarnya perhitungan energy cost yang dikeluarkan oleh 24 pekerja buruh angkut

pada saat kondisi awal (sebelum), kemudian dibandingkan kondisi setelah

perancangan. Berikut ini ditunjukkan kedalam grafik perbandingan energy cost

antara kondisi awal (sebelum) dibandingkan kondisi setelah perancangan antara

sebagai berikut:

Page 238: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

V - 5

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

Ener

gy co

st (k

cal/m

enit)

Responden (Pekerja buruh angkut ke...)

Grafik perbandingan energy cost awal (sebelum menggunakan alat bantu) dan sesudah menggunakan

perancangan alat bantu

Energy cost sebelum menggunakan alat bantu

Energy cost setelah mengguanakan alat bantu

Grafik 5.2 Pengukuran kriteria beban kerja berdasarkan energy

cost antara kondisi awal (sebelum) dibandingkan kondisi

setelah perancangan. Sumber : Pengolahan data, 2010

Berdasarkan grafik 5.2 diatas, dapat dilihat bahwa kondisi awal saat

dilakukan perhitungan energy cost pada 24 orang pekerja buruh angkut, terutama

aktivitas pengangkatan, pengangkutan maupun perunan peti dengan berat 55 kg

dapat diketahui bahwa sebelas responden tergolong dalam kategori jenis heavy

work atau dapat dikatakan pekerjaan berat (5,0 s/d 7,5 kcal/menit). Sedangkan

untuk tiga belas responden lainnya tergolong kedalam jenis pekerjaan moderate

work atau dapat dikatakan pekerjaan sedang (2,5 s/d 5,0 kcal/menit ).

Berdasarkan hasil perbandingan pada grafik 5.2 diatas, energy cost kondisi

setelah perancangan dapat dikatakan 24 pekerja buruh angkut secara keseluruhan

energi yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan sebelum menggunakan alat

bantu (kondisi awal). Hal ini dapat dibuktikan bahwa dua puluh satu responden

tergolong kedalam kategori jenis moderate work atau dapat dikatakan pekerjaan

sedang (2,5 s/d 5,0 kcal/menit ). Sedangkan untuk tiga responden lainnya

tergolong kedalam jenis pekerjaan heavy work atau dapat dikatakan pekerjaan

berat (5,0 s/d 7,5 kkal/menit).

Rata – rata penurunan energy cost ini disebabkan karena pekerja buruh

angkut dapat merasakan kegunaan alat bantu yang berupa handtruck bila dilihat

dari ilmu fisiologi kerja, yaitu dapat mengurangi beban kerja, mengurangi

kecepatan denyut jantung sebelum maupun sesudah bekerja, dan yang paling

frontal untuk mengurangi tingkat pengeluaran energi yang berlebihan.

Page 239: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

V - 6

5.3 Analisis Rancangan Alat

Dalam proses pembuatan produk, belum tentu produk yang diproduksi

akan sesuai dengan hasil rancangan yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena

kemampuan rancangan untuk diproduksi yang terkadang tidak memungkinkan

produk tersebut dibuat sesuai rancangan. Selain itu, produk yang dibuat

mempertimbangkan segi proporsional ukuran. Hal inilah yang memungkinkan

adanya perubahan dalam produk apabila dibandingkan dengan rancangan yang

dibuat.

Dalam proses pembuatan produk, terjadi perubahan tinggi pegangan

(handle) pada desain kedua sebanyak 6 cm. Hal ini dikarenakan adanya perubahan

jangkauan pegas (shock absorber) digunakan dari jangkauan 33 cm jangkauan 27

cm. Perubahan ukuran tersebut terjadi karena terjadi beban tekan dari peti

berkapasitas 110 kg sehingga menyebabkan letak ataupun posisi ketinggian

pegangan (handle) desain kedua mengalami perubahan. Ukuran ketinggian

pegangan (handle) desain kedua disesuaikan dengan ukuran tinggi siku berdiri

130 cm menjadi 124 cm.

Selain perubahan tinggi pegangan (handle) pada desain kedua, hasil

perancangan produk juga dilakukan penambahan komponen berupa roda belakang

dengan ukuran 4 inchi (10 cm). Penambahan komponen roda, bertujuan agar

pekerja tidak terlalu berat saat menahan beban vertikal yang diterima oleh tangan

pekerja saat pekerja mengoperasikan handtruck.

Hasil produk perancangan alat ini tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan.

1. Penilaian segi positif penggunaan produk yang dirancang

Ada beberapa segi positif penggunaan produk yang dirancang, yaitu:

a. Pengguna nyaman memakai,

Desain yang ada mempertimbangkan aspek dimensi anthropometri pekerja

buruh angkut, sehingga membuat pengguna merasa nyaman saat

mengoperasikan handtruck.

b. Mengurangi resiko nyeri pada pemakai,

Rancangan handtruck dibuat dengan memperbaiki postur kerja sebagai

usaha pengurangan nyeri pada pekerja buruh angkut. Dari hasil

perhitungan postur kerja dengan menggunakan metode REBA didapatkan

Page 240: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

V - 7

penurunan kondisi awal pada aktivitas loading dan aktivitas pengangkutan

dari level resiko 3 yaitu tinggi, setelah menggunakan handtruck turun

menjadi level resiko 2 yaitu sedang. Sedangkan saat kondisi awal pada

aktivitas unloading dari level resiko 4 yaitu sangat tinggi, setelah

menggunakan handtruck turun menjadi level resiko 3 yaitu tinggi.

c. Mengurangi tingkat beban kerja,

Berdasarkan hasil perbandingan pada perhitungan energy expenditure

setelah perancangan, secara keseluruhan energi yang dikeluarkan lebih

rendah dibandingkan sebelum menggunakan alat bantu (kondisi awal). Hal

ini dibuktikan bahwa enam belas responden tergolong kedalam kategori

beban kerja light work, delapan responden lainnya tergolong kategori

beban kerja moderate work. Sedangkan hasil perbandingan pada

perhitungan energy cost setelah perancangan, dapat dibuktikan bahwa dua

puluh satu responden tergolong kedalam kategori beban kerja moderate

work, tiga responden lainnya tergolong kategori beban kerja heavy work.

d. Alat kuat

Dengan mempertimbangkan dan memperhitungkan faktor beban peti

(kapasitas 110 kg), maka bahan material yang terpilih adalah pipa baja

kadar karbon 0,2% roll panas dengan ketebalan 2mm yang dijadikan

sebagai rangka dalam perancangan handtruck Hal ini membuktikan bahan

material yang digunakan kuat dan aman untuk digunakan sebagai sarana

aktivitas pengangkutan peti maupun sebagai alat bantu kerja.

e. Dapat digunakan dalam lokasi atau permukaan jalan yang bergeronjal

maupun keadaan permukaan jalan menajak

Alat dilengkapi shock absorber pada batang penyangga, sehingga pada

saat roda depan masuk kedalam lubangan (pada keadaan permukaan jalan

yang berlubang maupun bergeronjal) memudahkan pekerja untuk

mengungkit, kemudian memposisikan roda agar kembali kepermukaan

jalan yang rata. Selain itu fungsi dari shock absorber dapat digunakan

untuk kekuatan penopang rangka penyangga bagian belakang pada saat

permukaan jalan menanjak dengan ketinggian 2,5 meter ) (Sumber :

pengolahan data, 2010).

Page 241: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

V - 8

f. Memberikan kemudahan akses keluar masuk kios antar pedagang

Dengan menggunakan tiga komponen roda yang berguna untuk

memudahkan pengoperasian dan dapat dijadikan sebagai arah kemudi

pada saat keluar gang masuk kios antar pedagang.

2. Penilaian segi pengembangan produk yang dirancang

Ada beberapa pengembangan produk yang dirancang tahap selanjutnya, yaitu:

a. Menekan atau mengurangi investasi biaya perancangan,

Biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan alat cukup besar yaitu Rp

1.180.650,00 Hal ini disebabkan karena terjadi perubahan ukuran pada

pegangan (handle) dan penambahan biaya permesinan. Selain itu, karena

produk dibuat secara khusus sehingga membutuhkan biaya lebih besar

dibandingkan produk yang dibuat secara massal. Investasi yang ada dapat

dikurangi dengan mengganti material yang ada dipasaran dengan material

yang memiliki harga lebih rendah (ekonomis) dan penggunaan konstruksi

yang lebih ringan dari material terpilih saat ini.

b. Pengembangan ide perancangan khususnya pada aktivitas unloading

Pada saat melakukan aktivitas unloading masih menggunakan cara

manual, karena mengingat ketinggian dari bak truck hingga permukaan

jalan terpaut sekitar satu meter. Untuk melakukan aktivitas tersebut

(aktivitas menurunkan peti dari truck hingga dasar permukaan jalan) masih

menggunakan cara manual yaitu memanggul kemudian menurunkan peti

kedalam pallet (tatakan peti yang terbuat dari kayu sengon) dengan

menggunakan tenaga buruh angkut. Ide pengembangan handtruck dapat

menggunakan papan luncur dari bahan papan kayu sengon.

5.4 Analisis Biaya Produksi

Biaya pembuatan handtruck terdiri dari biaya material dan non material

biaya tenaga kerja. Biaya maerial yang harus dikeluarkan sebesar Rp 756.500,00.

dengan rincian yang tertera pada Tabel 4.25. Sedangkan biaya non material

terbagi menjadi tiga bagian, diantaranya biaya tenaga kerja sebesar Rp 130.000,00

biaya permesinan (pengelasan dan roll) Rp 35.000,00 dan biaya ide pembuatan

rancangan dengan rincian yang tertera pada Tabel 4.26. Maka, perkiraan biaya

Page 242: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

V - 9

awal untuk membuat handtruck ini sebesar Rp 1.013.650,00 dengan rincian yang

tertera pada Tabel 4.37.

Namun pada tahap perakitan, terdapat error biaya untuk penggantian

ukuran komponen material dan biaya pengelasan. Biaya yang tak terduga tersebut

diantaranya:

1. Perubahan bentuk pegangan (handle) desain pertama

Bahan : Pipa baja roll 0,2%

Ukuran : diameter luar pipa dari ukuran 2,6 cm tebal 2mm, diganti dengan

diameter luar 3,0 dengan ketebalan 2 mm

Kebutuhan : 0.5 meter

Biaya : Rp 48.000,00 (per 1 meter)

2. Perubahan bentuk pegangan (handle) desain kedua

Bahan : Pipa baja roll 0,2%

Ukuran : diameter luar pipa dari ukuran 2,6 cm tebal 2mm

Kebutuhan : 1 meter

Biaya : Rp 35.000,00 (per 1 meter)

3. Perubahan ukuran plat dudukan shock absorber

Bahan : Plat baja karbon

Ukuran : 3cm x 2,5cm x 3 mm, diganti dengan ukuran 4cm x 3 x 3mm

Kebutuhan : 0.5 meter

Biaya : Rp 23.000,00 (per 1 meter)

4. Biaya permesinan

Biaya pengelasan : Rp 35.000,00

Roll pada baja siku : Rp 26.000,00

Biaya error tahap perancangan handtruck adalah:

= Rp 48.000,00 + Rp 35.000,00 + Rp 23.000,00 + Rp 35.000,00 +

Rp 26000,00

= Rp 167.000,00

Jika di hitung kedalam persentase biaya error pada tahap perancangan:

10000,000.167

00,650.180.1x

Rp

Rp%

= 7,09 % 7%

Page 243: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

V - 10

Jadi total biaya akhir dalam perancangan handtruck adalah:

= Rp 1.013.650,00 + Rp 167.000,00

= Rp 1.180.650,00

Dari hasil perhitungan total biaya akhir dalam perancangan handtruck

(cost trial end error) diatas, diharapkan untuk penyempurnaan hasil perancangan

pada tahap selanjutnya dapat di minimasi dengan cara menggunakan spesifikasi

ukuran akhir perancangan handtruck, menggunakan material dengan harga yang

ekonomis yang sesuai dengan kebutuhan, menekan biaya pengecetan, menekan

ongkos ataupun biaya tenaga kerja dan biaya permesinan. Adapun penjabaran

minimasi total biaya akhir dalam perancangan handtruck dapat dilihat dalam

Lampiran L.12.

Sehingga dari hasil perhitungan diatas, dapat di asumsikan biaya total

biaya akhir untuk penyempurnaan hasil perancangan handtruck pada tahap

selanjutnya sebesar Rp 719.750,00

Page 244: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

VI - 1

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya serta saran untuk penelitian selanjutnya.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Rancangan handtruck dibuat dengan memperbaiki postur kerja sebagai usaha

pengurangan nyeri pada pekerja buruh angkut. Dari hasil perhitungan postur

kerja dengan menggunakan metode REBA didapatkan penurunan kondisi awal

pada aktivitas loading dan aktivitas pengangkutan dari level resiko 3 yaitu

tinggi, setelah menggunakan handtruck turun menjadi level resiko 2 yaitu

sedang. Sedangkan saat kondisi awal pada aktivitas unloading dari level resiko

4 yaitu sangat tinggi, setelah menggunakan handtruck turun menjadi level

resiko 3 yaitu tinggi

2. Berdasarkan hasil perbandingan pada perhitungan energy expenditure setelah

perancangan, secara keseluruhan energi yang dikeluarkan lebih rendah

dibandingkan sebelum menggunakan alat bantu (kondisi awal). Hal ini

dibuktikan bahwa enam belas responden tergolong kedalam kategori beban

kerja light work, delapan responden lainnya tergolong kategori beban kerja

moderate work. Sedangkan hasil perbandingan pada perhitungan energy cost

setelah perancangan, dapat dibuktikan bahwa dua puluh satu responden

tergolong kedalam kategori beban kerja moderate work, tiga responden

lainnya tergolong kategori beban kerja heavy work.

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk langkah pengembangan atau penelitian

selanjutnya, sebagai berikut:

1. Rancangan handtruck dapat dikembangkan dengan memunculkan ide

(gagasan), misalnya untuk mengubah posisi kerja pada saat menurunkan peti

yang masih menggunakan cara manual. Ide ataupun gagasan dapat memakai

landasan papan kayu luncur, sehingga pekerja tidak perlu lagi menurunkan

Page 245: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

VI - 2

peti dari bak truck hingga permukaan pallet dengan posisi memanggul peti

pada bagian punggung pekerja.

2. Penelitian dapat dikembangkan dengan cara mendesain alat bantu kerja

dengan menggunakan konstruksi yang lebih ringan, dan ekonomis.

3. Penelitian perancangan handtruck pada tahap selanjutnya dapat dikembangkan

di tempat atau lokasi lain dengan menggunakan sampel pekerja buruh angkut

yang tergolong jenis kelamin wanita dengan usia produktif kerja.

Page 246: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

DAFTAR PUSTAKA

Bernard, B.P. and Fine, L.J. 1997. Musculoskeletal Disorders and Workplace

Factors. A Critical Review of Epidemiologic Evidence for Work-Related Musculoskeletal Disorders of the Neck, Upper extremity, and Low Back.

NIOSH US Department of Health and Human Services. New York: Taylor

& Francis.

Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. New York: McGraw-Hill Book Company.

Chaffin, D.B. and Andersson, G.B. 1991. Occupational Biomechanics. Second Edition. New York: John Willey & Sons, Inc.

Corlett, E.N. 1992. Evaluation of Human Work A Practical Ergonomics

Methodology. New York: Taylor & Francis.

Cross, N., 1994, Engineering Design Methods Strategies for Product Design,

Edisi 2, John Wiley and Sons Ltd., United Kingdom.

Kamalakannan, B. Groves, W. and Freivalds A. 2007. Predictive Models for Estimating Metabolic on Heart Rate and Physical Characteristics.

[Online]. 25 paragraphs. Tersedia di http://www.heart-rate.com/pdf/

journals.pdf [2010, January 14].

Nurmianto, E. 2004. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi 2. Guna Widya : Surabaya.

McAtamney, L. and Hignett, S. 2000. REBA: Rapid Entire Body Assessment. Applied Ergonomics, 31: 201-205.

Panero, Julius dan Martin Zelnik. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior.

Jakarta : Erlangga

Popov, E.P. 1991. Mekanika Teknik, Edisi ke-2. Jakarta : Erlangga.

Popov, E.P. 1996. Mekanika Teknik, Edisi ke-4. Jakarta : Erlangga.

Prasetyo W, Bagas. 2000. Evaluasi Ergonomi dalam Desain . Surabaya: Proceeding Seminar Nasional Ergonomi, Jurusan TI – ITS.

Pullat, B.M. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. United States of

America: Prentice Hall Inc.

Roebuck, J. A. 1975. Body Space Antropometry, Ergonomi and Design. London :

Taylor & Francis Inc.

Page 247: PERANCANGAN HANDTRUCK SEBAGAI ALAT BANTU KERJA …... · bantuan, dan kesediaannya untuk di wawancara dan pengambilan data dalam penelitian ini. 9. Mbak Yayuk, Mbak Rina, Mbak Tuti,

Sanders, Marks S., & Cornic, Erness J. 1993. Physical Works end Human Factor

Engineering. USA : McGraw – Hill Inc.

Suhardi, Bambang. 2008. Sistem Kerja dan Ergonomi Industri. Surakarta : Depdiknas.

Tarwaka, Solichul HA.B., Lilik S. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Cetakan Pertama, UNIBA Press :

Surakarta.

Tim Lab UCYD. 2009. Profil Pasar Gede Harjonagoro [Online]. 9 paragraph.

Tersedia di http://labucyd.blog.uns.ac.id/2009/04/16/profil-pasar-gede

harjonagoro/.html [2009, April 16].

Walpole, R. 1990. Pengantar Statistik, Edisi ke-3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wignjosoebroto, Sritomo. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya.