Post on 26-Jan-2016
description
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang Peran SKM Terhadap Ibu dan Anak.Terlepas
dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Semoga
makalah tentang Peran SKM Terhadap Ibu dan Anak ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Bandung, 16 Oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................................5
1.4 Manfaat....................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................6
2.1 Peran SKM dalam Mengubah Perilaku Masyarakat Menuju Hidup Bersih dan Sehat.......................................................................................................................................6
2.2 Peran SKM Dalam Pembangunan Kesehatan...............................................8
2.3 Misi Pembangunan Kesehatan...............................................................................10
2.4 Strategi Pembangunan Kesehatan..........................................................................11
2.5 Tujuan, Sasaran dan Kebijakan pembangunan Kesehatan......................................12
2.6 SKM terhadap Kesehatan Ibu dan Anak................................................................13
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................17
3.1 Kesimpulan............................................................................................................17
3.2 Saran......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangUpaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan ibu dan anak, upaya memfasilitasi masyarakat untuk
membangun sistem kesehatan kepada masyarakat. Tujuan program kesehatan
ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan
derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk atau
mempercepat pencapaian target Pembangunan Kesehatan, serta meningkatnya
derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal
yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Tujuan Khusus .Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan
perilaku) dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan
menggunakan teknologi tepat guna
Peran Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) adalah salah satu tenaga di
bidang kesehatan yang memiliki ilmu manajemen yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat. Ditinjau dari kurikulum pendidikan Fakultas
Kesehatan Masyarakat maka kompetensi Sarjana Kesehatan Masyarakat
(SKM) khususnya jurusan administrasi kebijakan kesehatan dalam kaitannya
dengan manajemen puskesmas sudah memadai. Dimana kompetensi yang
dimiliki yaitu mencakup: (1) memiliki kemampuan menganalisis dan sintesis
permasalahan kesehatan masyarakat dan upaya mengatasi masalah tersebut
(2) memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun, mengelola dan
mengevaluasi program kesehatan masyarakat, dan (3) memiliki pengetahuan
dan keterampilan dalam menyusun proposal penelitian, manajemen kesehatan
dan melaksanakannya dengan baik.
Tanpa disadari bahwa tugas atau area profesi kesehatan masyarakat
sangat luas. Peningkatan kesehatan (promotif) dan juga pencegahan penyakit
( preventif) merupakan salah satu keahlian Sarjana Kesehatan Masyarakat
(SKM) dimana kegiatan riil ini untuk mencegah terjadinya berbagai masalah
kesehatan, khususnya yang diakibatkan oleh lingkungan yang kurang sehat
(penyakit berbasis lingkungan). Kompetensi yang dimiliki SKM sangatlah
cocok untuk diaplikasikan di wilayah kerja Puskesmas dimana berguna untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Kemampuan yang dimiliki Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
sangatlah bermanfaat dalam mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat
berbasis lingkungan. Misalnya pada kasus Demam Berdarah Dengue (DBD),
kasus ini sebenarnya bisa dicegah jika para profesi kesehatan masyarakat
ditempatkan dengan baik di struktural pemerintah. Dimana disesuaikan
bidang yang ditekuni, namun realita yang ada pemeritah melalui Departemen
Kesehatan serta jajarannya belum memnafaatkan profesi kesehatan
masyarakat secara maksimal. Masih banyak kegiatan yang seharusnya dapat
ditangani oleh profesi kesehatan masyarakat, tetapi belum dianggap perlu.
Sisi lain jika penyakit sudah mewabah, pemerintah kemudian bertanya-tanya
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Hal-hal yang terjadi dalam lingkungan masyarakat tentunya memberi
peluang bagi Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) untuk memimpin
Puskesmas atau menjadi seorang kepala Puskesmas dimana seorang kepala
Puskesmas yang merupakan ahli kesehatan masyarakat mampu melakukan
berbagai kreasi dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah1. Apa peran SKM dalam pembangunan kesehatan?
2. Apa misi pembangunan kesehatan?
1.3 Tujuan1. Untuk mengetahui peran SKM dalam pembangunan kesehatan
2. Untuk mengetahui misi pembangunan kesehatan
1.4 ManfaatUntuk menambah wawasan bagi mahasiswa tentang Peran SKM terhadap
Ibu dan Anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peran SKM dalam Mengubah Perilaku Masyarakat Menuju Hidup Bersih dan Sehat
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional. Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati
antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras,
agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. Program
pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan
derajat kesehatan masayarakat secara cukup bermakna, walaupun masih
dijumpai berbagai masalah san hambatan yang akan mempengaruhi
pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan adanya
reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil
pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan
yang masih tertinggal dibandingkan dengan engara-negara tetangga dan
kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan.
Reformasi dibidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena
yang berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan. pertama; erubahan pada
dinamika kependudukan, kedua, temuan-temuan ilmu dan teknologi
kedokteran, ketiga; tantangan global sebagai akibatdari kebijakan
perdagangan bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan
transportasi, keempat; perubahan lingkungan, kelima; demokratisasi.
Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju
IPTEK dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit telah
menggugurkan paradigma pembangunan kesehatan yang lama yang
mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif.
Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat
merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang
bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan
yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk
mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada
pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang
kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari
polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman
yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta
terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku
masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat
proaktif untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko
terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta
berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Dasar-Dasar
Pembangunan Kesehatan Untuk mencapai taraf kesehatan bagi semua, maka
paling sedikit yang harus tercakup dalam pelayanan kesehatan dasar adalah :
1. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum, cara pencegahan dan
Pemberantasannya
2. Peningkatan persediaan pangan dan kecukupan gizi
3. Penyediaan air minum dan sanitasi dasar
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Imunisasi
6. Pengobatan dan pengadaan obat
Oleh karena pelayanan kesehatan dasar merupakan kunci untuk mencapai
derajat kesehtaan yang layak bagi semua, maka perencanaan,
pengorganisasian dan penyelenggaraan yang efisien mutlak diperukan
disamping harus berdasarkan :
1. Perikemanusiaan
2. Kesehatan sebagai hak asasi
3. Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat
4. Pengutamaan upaya kesehatan promotif dan upaya kesehatan preventif
5. Pelayanan kesehatan perorangan yang sesuai kebutuhan
6. Dukungan sumber daya kesehatan
2.2 Peran SKM Dalam Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan ditujukan pada terwujudnya derajad kesehatan
masyarakat yang optimal. Derajad kesehatan masyarakat menurut Hl. Blum
dipengaruhi oleh 4 faktor diantaranya lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan herediter. Dari keempat faktor tersebut faktor perilaku
(behaviour) merupakan salah satu faktor yang dapat diintervensi dengan salah
satu kompetensi Sarjana Kesehatan Masyarakat. Sarjana Kesehatan
Masyarakat dapat beraktualisasi dalam upaya - upaya kesehatan seperti upaya
promotif , preventif. Sedangkan upaya curatif dan rehabilitatif merupakan
wilayah klinik.
Upaya - upaya promotif dan preventif kesehatan perlu diperbanyak
dengan program - program kesehatan yang bermanfaat bagi masyarakat
miskin atau masyarakat marginal. Upaya peningkatan kualitas hidup selain
mengangkat masalah pengentasan kemiskinan, melek huruf juga kualitas
kesehatan sangat penting. Guna menjalankan upaya promotif dan preventif
tentunya dilakukan dengan pendekatan manejemen. Menurut Terry P,O,A,C ,
ada istilah lain P1, P2 dan P3.
Sarjana kesehatan masyarakat juga harus memiliki kompetensi
pemecahan masalah (problem solving). Masalah - masalah yang timbul di
masyarakat kita ini diperngaruhi oleh banyak faktor, sehingga perlu
identifikasi masalah yang mendalam dengan didukung data - data yang akurat
dan reliable.
Selain kompetensi pemecahan masalah, tentunya kompetensi peneliti di
bidang kesehatan harus dimiliki, sehingga kemampuan statistik dan metode
penelitian harus kuat baik metode penelitian kualitatif maupun metode
penelitian kuantitaif.
Sehingga dari sedikit ulasan tersebut minimal peran SKM di dalam
pembangunan kesehatan di negara kita ini dapat diwujudkan dalam bentuk
menjadi manajer yang baik di organisasi kita bekerja, menjadi problem solver
(pemecah masalah) di bidang - bidang pekerjaan yang digeluti, menjadi
pendidik (education) dalam bidang kesehatan masyarakat. Selain dapat
menjadi peneliti di dalam bidang ilmu dan pengetahuan kesehatan.
2.3 Misi Pembangunan KesehatanDalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010, telah ditetapkan misi
pembangunan kesehatan (DepKes RI, 1999)
1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
Untuk dapat terwujudnya Indonesia Sehat 2010, para penanggung
jawab program pembangunan harus memasukkan pertimbangan-
pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya. Oleh
karena itu seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan
sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan
mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan
keberhasilan pembangunan kesehatan.
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah
menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak
hanya berada ditangan pemerintah, melainkan
mengikutsertakan masyarakat dan potensi swasta.
4. Memlihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya
Untuk terselenggaranya tugas penyelenggaraan upaya kesehatan yang
harus diutamakan adalah bersifat promotif dan preventif yang didukung oleh
upaya kuratif dan rehabilitatif.
2.4 Strategi Pembangunan KesehatanStrategi pembangunan nasional harus berdasarkan pada kebijakan
nasional, mencakup garis besar kegiatan dimana semua sektor yang terlibat
untuk mewujudkan kebijaksanaan tersebut. Beberapa hal penting yang harus
diterapkan adalah (DepKes RS, 1999)
1. Pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan
Setiap program pembangunan nasional yang diselenggarakan di
Indonesia harus memberikan konstribusi positif terhadap kesehatan, yaitu
terbentuknya lingkungan sehat dan pembentukan perilaku sehat.
2. Profesionalisme
Untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu
dilaksanakan melalui penerapan kemajuan ilmu dan teknologi, serta
didukung oleh penerapan nilai-nilai moral dan etika.
3. Desentralisasi
Penyelenggaraan pelbagai upaya kesehatan harus berangkat dari
masalah dan potensi spesifik masing-masing daerah. Disamping itu
masalah kesehatan banyak yang bersifat spesifik daerah. Desentralisasi
yang pada inti pokoknya adalah pendelegasian wewenang yang lebih besar
kepada pemerintah daerah untuk mengatur sistem pemerintah dan rumah
tangga sendiri dipandang lebih sesuai untuk pengolahan pembangunan.
2.5 Tujuan, Sasaran dan Kebijakan pembangunan Kesehatan1. Tujuan pembangunan kesehatan
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang
optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang
ditandai oleh penduduknya yang hidp dengan perilaku dan dalam
lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.
2. Sasaran Pembangunan Kesehatan
a. Kerja sama lintas sector
b. Kemandirian masyarakat dan kemitraan
c. Perilaku hidup sehat
d. Lingkungan sehat
e. Upaya kesehatan
f. Manajemen pembangunan kesehatan
g. Derajat kesehatan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, maka ditetapkan
Kebijakan umum pembangunan kesehatan (DepKes RI, 2000, Soemantri S,
2001) :
2.6 SKM terhadap Kesehatan Ibu dan AnakPermasalahan kesehatan ibu dan anak serta kesehatan reproduksi masih
menjadi fokus penting dalam bidang kesehatan. Angka Kematian Ibu dan
Angka Kematian Anak merupakan dua indicator. Penting keberhasilan
pembangunan suatu negara terutama dalam bidang kesehatan , yang
menunjukkan derajat kesehatan Negara tersebut. Kedua indikator tersebut
masih cukup tinggi di negara miskin dan negara berkembang, termasuk
Indonesia.
Sampai saat ini angka kematia n ibu di Indonesia masih cukup tinggi
yaitu sekitar 307 per 100 ribu kelahiran. Sekitar 75 sampai 85 persen
kematian ibu disebabkan oleh sebab langsung ( direct causes ), yaitu:
perdarahan post partum, abortus tidak aman, sepsis, persalinan tidak maju dan
hipertensi karena kehamilan (misalnya preeklampsia, eklamsia). Kira-kira 15
sampai 20 persen kematian ibu disebabkan oleh sebab tidak langsung
(indirect causes), antara lain anemia.
Menurut penelitian para ahli, terdapat beberapa hal penting yang
menyebabkan perbedaan status kesehatan ibu di negara miskin/berkembang
dengan ibu di negara maju antara lain wanita hamil dinegara maju minimal 10
kali melakukan pemeriksaan kehamilan ditenaga kesehatan yang terampil.
Sebaliknya, wanita di negara miskin atau berkembang rata-rata hanya
memeriksakan kehamilan satu atau dua kali selama kehamilannya. Karena
sosial ekonomi yang baik serta kesadaran terhadap kesehatan yang tinggi,
wanita di negara maju mendapatkan gizi yang baik sebelum, selama
kehamilan dan selama menyusui. Mereka menyadari benar bahwa gizi ibu
merupakan salah satu kunci yang menentukan status kesehatan ibu dan anak
yang akan dilahirkannya. Wanita di negara berkembang/ miskin belum tentu
memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan bahkan mu
ngkin terpaksa harus bekerja keras setiap harinya untuk memenuhi
Kebutuhan. Status gizi yang lebih buruk ini membuat ibu hamil rentan
terhadap beberapa penyakit terutama anemia dan penyakit infeksi.
Kaum wanita di negara maju identik dengan tingkat pendidikan yang
tinggi pula. Mereka biasanya memiliki perencanaan reproduksi secara matang
mulai dari kapan menikah, kapan akan hamil, rencana melahirkan berikut
pembiayaannya. Sehingga di nagara maju, kasus kehamilan yang tidak
diinginkan (unwanted pregnancy) jauh lebih rendah dibandingkan negara
berkembang. Hal tersebut tentu juga berimplikasi terhadap angka kejadian
aborsi tidak aman (unsafe abortion). Sebaliknyadi negara berkembang,
jangankan merencanakan masalah pembiayaan, kejadian kehamilannya saja
banyak yang tidak direncanakan. Kita bias cermati di sekitar kita, kejadian
anak sekolah yang terpaksa putus sekolah karena hamil bisa dengan mudah
kita jumpai. Kasus wanita meninggal karena aborsi atau tertangkapnya
“dukun” yang melakukan aborsi ilegal juga sering kita baca di surat kabar.
Selain beberapa hal tersebut, kematian ibu cukup tinggi di Negara
berkembang cukup tinggi juga karena tiga terlambat. Pertama, sebagian besar
wanita hamil tidak mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan dan terlambat
untuk mengenalinya. Terlambat lainnya adalah keterlambatan ibu hamil utuk
mendapatkan pertolongan. Ini bias disebabkan oleh beberapa alasan, antara
lain “patrilinealisme” yang sangat dipegang oleh masyarakat sehingga untuk
membawa ibu hamil ke pusat pelayanan keseh atan harus mendapatkan
persetujuan suami atau bahkan keluarga besarnya. Selain itu, di daerah
terpencil masih ada kesulitan lain yang cukup mengganggu yaitu masalah
transportasi untuk mencapai pusat layanan kesehatan. Itulah mengapa
seringkali ibu hamil da tang ke pelayanan kesehatan dalam keadaan yang
cukup mengenaskan. Keterlambatan berikutnya adalah jika ibu hamil
bermasalah tersebut sudah sampai ke RS, seringkali perlu waktu berjam-jam
untuk menunggu tenaga kesehatan yang terlatih karena Jumlahnya di negara
berkembang masih sangat terbatas.
Kalau kita cermati, tingginya kematian ibu juga terkait dengan “tiga
terlalu” yaitu terlalu muda/tua, terlalu dekat [jarak kelahiran], terlalu banyak
[jumlah anak]. Untuk mengatasi tiga terlalu ini, mungkin strategi yang paling
tepat adalah keluarga berencana [KB]. KB selama ini oleh sebagian
masyarakat diartikan dengan membatasi jumlah anak. Anggapan tersebut
tidak sepenuhnya benar dan juga tidak bias disalahkan. Keluarga berencana
bisa kita sederhanakan sebagai suatu upaya merencanakan keluarga untuk
mencapai keluarga yang sehat dan bahagia/sejahtera.
Dulu pada era orde baru, ketika program KB sangat “booming” dan
menunjukkan hasil yang luar biasa, kita begitu akrab dengan slogan “Dua
Anak Cukup” atau “Laki Perempuan Sama Saja”, namun saat ini pada era
reformasi program KB dan pemberitaannya seperti tenggelam oleh krisis
ekonomi ataupun berita-berita kriminal. Karena itu, perlu kiranya kita
kembali menyisakan sebagian perhatian kita pada program KB yang ternyata
besar pengaruhnya terhadap kesehatan ibu dan anak.
Program KB dapat bermanfaat untuk ikut menekan angka kematian ibu.
Pertama, untuk pasangan yang baru menikah, KB dilaksanakan dengan tujuan
untuk menunda kehamilan sehingga kejadian kehamilan pada usia yang
terlalu muda bisa dikurangi. Usia yang terlalu muda berpengaruh pada
kondisi alat reproduksi yang belum terlalu siap/ matang untuk kehamilan dan
persalinan. Selain itu secara psikis kesiapan mental untuk menerima
kehamilan juga berpengaruh dalam upaya-upaya untuk mempersiapkan diri
menjadi seorang ibu, misalnya dalam masalah ekonomi, asupan gizi serta
perawatan selama kehamilan/ ANC. Dengan KB, diharapkan pasangan muda
akan hamil pada usia yang matang dan kehamilan tersebut benar- benar
diinginkan dan direnca nakan. Sehingga bias menekan risiko perdarahan,
berat bayi lahir rendah serta aborsi.
Bagi pasangan suami istri yang sudah memiliki anak, KB bertujuan untuk
mengatur jarak antar kelahiran serta membatasi jumlah anak. Hal tersebut
bertujuan agar setiap anak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang
cukup dari orangtuanya. Berbeda dengan kehamilan yang terlalu dekat dan
banyak, anak terkecil belum “puas” dengan kasih sayang orang tua, ibu sudah
hamil lagi. Sehingga perkembangan fisik dan mental anak kurang optimal.
Kehamilan dan kelahiran yang terlalu dekat dan sering juga terbukti
meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas pada ibu dan anak yang
dikandungnya. Apalagi di masa krisis ekonomi seperti ini, perencanaan
ekonomi, Termasuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan tentu menjadi
pertimbangan betapa pentingnya KB. Jangan sampai punya banyak anak,
tetapi kita mendhalimi mereka dengan tidak memberikan hak ASI, perhatian,
kasih sayang, pendidikan dan kesehatan yang memang mereka butuhkan.
Karena itu, perlu kiranya pemerintah kembali memberikan perhatian
pada program KB ini. Malah kalau memungkinkan program KB ini
digratiskan untuk golongan masyarakat miskin, sehingga diharapkan risiko
kematian maternal [yang biasanya banyak dialami ibu hamil yang miskin] bis
a dikurangi. Karena salah satu hambatan dalam akses KB adalah masalah
pembiayaan. Bagi keluarga miskin, kebutuhan KB tentu menjadi prioritas
yang kesekian setelah makan dan sandang.
Selain angka kematian ibu, negara miskin dan berkembang masih harus
berhadapan dengan tingginya angka kematian anak. Penyebab kematian anak
antara lain berat badan lahir rendah [BBLR], asfiksia, pneumonia, campak
dan diare. Angka kematian neonatal coba diatasi dengan ante natal care
[ANC] dan penyediaan tenaga kesehatan terlatih [misal bidan delima, dukun
bersalin terlatih]. Tingginya kematian akibat diare biasanya terjadi karena
dehidrasi dan penanganan yang terlambat atau tidak tepat. Untuk mengatasi
hal tersebut, dilakukan upaya promosi kesehatan tentang perilaku hidup
bersih, mencuci tangan dengan sabun serta upaya pemberian rehidrasi oral.
Hal yang tidak kalah pentingnya untuk menurunkan angka kematian anak
adalah imunisasi. Imunisasi bertujuan mencegah dn mengurangi kejadian
penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi serta mencegah terjadinya
komplikasi berat yang bisa menyebabkan kematian.
BAB IV
PENUTUP
3.1 KesimpulanSecara substansi dan kerja, seorang SKM akan sangat berbeda dengan
dokter yang lebih bekerja pada bagian kuratif (pengobatan) di dunia
kesehatan. sedangkan seorang perawat bekerja damal bidang rehabilitatif
yaitu penyembuhan
Saat ini sarjana kesehatan masyarakat sangat banyak dibutuhkan setelah
disadari bahwa dari seluruh masyarakat. jumlah orang sakit hanya sekitar 15-
20%. sisanya sekitar 85-80% lagi merupakan orang sehat. yang jika tidak
dijaga kesehatannya akan sakit juga.
Jadi SKM harus mampu mengajak masyarakat 85-80% tadi untuk
menjaga kesehatannya, terutama kesehatan Ibu dan Bayi, yang dimulai
dengan personal higiene nya terlebih dahulu. kemudian menyehatkan
sekitarnya sehingga meminimalisir penularan penyakit dan kejadian penyakit.
Jadi sekali lagi. SKM itu berbeda dengan dokter dan perawat.
3.2 SaranKemampuan multi disiplin dan pengalaman yang luas dari sarjana
kesehatan masyarakat sangat penting untuk menunjang profesionalisme SKM
di masa yang akan datang.Profesionalisme SKM sangat dituntut untuk
memberikan layanan ke public berdasarkan kompetensi keilmuan yang
dimiliki, bekerja secara tulus, terbuka pada perubahan dan berani menjadi
pemimpin.
Untuk dapat mengikuti perubahan dunia kerja yang sangat dinamis, SKM
dituntut untuk terus belajar untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya
sehingga mampu berinovasi berdasarkan kebutuhan pekerjaan. SKM ke
depan harus bersifat multi talenta, sehingga dapat menembus batas-batas
keilmuan bidang kesehatan yang begitu luas maupun disiplin lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://jagomakalah.blogspot.co.id/2013/08/peran-skm-terhadap-ibu-dan-anak.html
http://hariatyburhan.blogspot.co.id/2012/01/kompetensi-sarjana-kesehatan-
masyarakat.html