Post on 03-Mar-2019
PERAN GURU PAI DI ERA GLOBALISASI DALAM
MEMBINA AKHLAK SISWA DI SMAN 47 MODEL JAKARTA
SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
(S.Pd.I)
Oleh :
Muhammad Teguh Nugroho
NIM. 1110011000013
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
i
ABSTRAK
Muhammad Teguh Nugroho. (1110011000013) Peran Guru Pendidikan
Agama Islam Di Era Globalisasi Dalam Membina Akhlak Siswa Di SMAN 47
MODEL Jakarta.
Kata kunci: Akhlak, Peran Guru Agama Islam
Guru merupakan salah satu komponen terpenting dalam dunia pendidikan,
peran guru amat banyak dan amat diperlukan dalam berbagai hal. Pada
konteksnya, pendidikan adalah orang yang tugasnya mendidik, namun dalam
realitas seorang pendidik memiliki peran ganda, salah satunya untuk membina
akhlak siswa di sekolah.
Terlebih lagi peran yang dilakoni oleh seorang guru pendidikan agama Islam,
dia tidak hanya dituntut memberikan ilmu pengetahuan terhadap peserta didiknya
akan tetapi dia harus mampu membentuk pribadi anak didik sesuai dengan
tuntunan dan ajaran Islam. Tidak hanya membentuk akhlak baik peserta didiknya,
namun juga membinanya agar menjadi akhlak yang mulia.
Pembinaan akhlak yang diberikan oleh guru terhadap anak didiknya berperan
positif terhadap perubahan sikap dari anak didiknya. Hal ini dapat dilihat dari
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa secara sistematis pembelajaran
dikatakan ideal atau sangat baik jika jumlah skor angket sejumlah 3.440. Akan
tetapi dalam penelitian ini di peroleh jumlah skor angket 2.282. yang artinya
perbandingan antara jumlah skor angket penelitian dengan jumlah skor anket ideal
diperoleh angka persentase 66,3%. Angka ini menunjukkan bahwa peran guru
agama Islam di era globalisasi dalam membina akhlak siswa yang ada di SMAN
47 MODEL Jakarta cukup berperan walaupun tidak terlalu ideal.
ii
ABSTRACT
Muhammad Teguh Nugroho. (1110011000013) Role of Islamic Education Teachers in
the Era of Globalization In Morals Fostering Students at SMAN 47 Jakarta MODEL.
Keywords: Morals, The Role of Islamic Religious Teachers
The teacher is one of the most important components in the education, the role of the
teacher very much and are necessary in a variety of ways. In the context, education is a
person whose job is to educate, but in reality an educator has a dual role, one of which is
to foster student character in schools.
Moreover role acted by a teacher of Islamic education, he not only required to
provide knowledge to the learners but he should be able to form a personal protégé
accordance with the guidance and teachings of Islam. Not only establish good morals
learners, but also membinanya to be a noble character.
Moral guidance given by teachers towards their students contribute positively to the
change in attitude of the students. It can be seen from the results of studies showing that
the said learning systematically ideal or very good if the total score of the questionnaire a
number of 3.440. However, in this study obtained a total score of 2,282 questionnaires.
which means the ratio between the total score of the questionnaire study with a total score
of anket ideal percentage figures obtained 66.3%. This figure shows that the role of
teachers of Islamic religion in the era of globalization in developing student character in
SMAN 47 Jakarta MODEL quite a role, although not too ideal.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Maha Penyayang dan
Maha Kuasa karena dengan izin, petunjuk, dan pertolongan-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya
yang telah menuntun manusia ke jalan yang benar dan jalan yang diridhai Allah
SWT.
Terimakasih yang teramat banyak kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda
Edy Soleh dan Ibunda Sulastri, atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang
tercurahkan, yang telah mengajarkan penulis tentang kebaikan, arti cinta, makna
kehidupan dan yang telah mendidik penulis dengan penuh kasih sayang, jasa-jasa
ibu bapak yang tidak akan pernah bisa penulis balas dengan apapun, penulis hanya
bisa mendoakan untuk keselamatan ibu bapak dunia akhirat.
Selama penulisan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
dialami dan dihadapi baik yang menyangkut pengumpulan bahan-bahan maupun
pembiayaan dan lain sebagainya. Namun, berkat kesungguhan hati dan kerja keras
disertai dorongan, bimbingan, bantuan dan arahan dari berbagai pihak maka
segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan baik sehingga skripsi ini
dapat penulis selesaikan dengan baik dan lancar, oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan atas
terselesaikannya skripsi ini:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan.
2. Bapak Dr. H. Abdul Majjid Khon, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam.
iv
3. Ibu Marhamah Saleh, Lc,. MA. Sekertaris Jurusan Pendidikan agama
Islam.
4. Drs. H. Ghufron Ihsan, MA, sebagai dosen pembimbing yang telah sabar
membimbing, meluangkan waktunya untuk saya dan yang terus
memotivasi saya dalam penulisan skripsi. Jazakumullah Khoeron kasiron.
5. Drs. Abdullah Syatori selaku wakil kepala sekolah SMAN 47 Jakarta
Selatan yang telah mengizinkan utuk melakukan penelitian di sekolah
selama satu bulan.
6. Drs. H. Ahnaf Hamzah selaku guru PAI di SMAN 47 Jakarta Selatan
yang telah meluangkan waktunya dan bersedia diwawancarai untuk
kepentingan skripsi.
7. Keluarga besar SMK IPTEK Tangsel yang telah banyak mengizinkan
untuk tidak mengajar karna keperluan skripsi.
8. Teman-teman PAI-A angkatan 2010/2011 yang memberikan semangat
dan keceriaannya yang tidak akan terlupakan.
9. Drifal yang sudah membantu dalam penulisan dan percetakan skripsi.
10. Serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih
atas bantuan dan motivasinya kepada penulis dalam penyusunan skripsi
ini.
Hanya ucap tulus terima kasih dan untaian do’a kepada Yang Maha Kuasa.
Semoga amal baik ini senantiasa mendapat Ridho dan Rahmat dari Allah SWT
sebagai ladang amal dan bekal pahala di akhirat kelak. Amin.
Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa penulisan
skripsi ini masih belum sempurna dan penulis membuka pintu saran dan
pendapat dari pembaca. Mohon ma’af atas segala kekurangan dan
ketidaksempurnaan penulis karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT
semata, amin.
Semoga skripsi ini dapat memberikan wawasan, cahaya baru serta
sumbangsih bagi penulis, pembaca serta hamba-hamba Nya yang senantiasa
istiqomah berjuang di jalanNya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi ikhtiar
v
kita bersama, membina generasi Islami sehingga mendapatkan kebahagiaan di
dunia dan akherat amin.
Jakarta, 14 April 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 5
D. Perumusan Masalah .............................................................................. 6
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Guru Pendidikan Agama Islam ............................................................ 7
1. Pengertian Guru PAI ........................................................................ 7
2. Tugas-tugas Guru PAI .................................................................... 10
3. Persyaratan Guru PAI ..................................................................... 12
4. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ............................................ 14
B. Pembinaan Akhlak Siswa .................................................................... 16
1. Pengertian Akhlak ......................................................................... 16
2. Macam-macam Akhlak ................................................................. 18
3. Metode Pembinaan Akhlak ........................................................... 22
C. Globalisasi dan Dampaknya ................................................................ 23
1. Pengertian Globalisasi ................................................................... 23
2. Latar Belakang Munculnya Globalisasi ........................................ 25
3. Dampak Negatif dan Positif Globalisasi ....................................... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 31
B. Jenis Penelitian .................................................................................... 31
C. Sumber Data ........................................................................................ 32
vii
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 32
E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 34
Bab IV Hasil Penelitian
A. Sejarah singkat SMAN 47 MODEL Jakarta ........................................ 36
B. Peran Guru PAI di Era Globalisasi Dalam Membina Akhlak Siswa ... 47
1. Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMAN 47 Jakarta .................... 47
2. Peran Guru PAI di Era Globalisasi Dalam Membina Akhlak Siswa
di Sekolah ....................................................................................... 52
C. Upaya Guru PAI dalam Membina Akhlak Siswa di SMAN 47 Model
Jakarta Selatan ...................................................................................... 58
1. Memberikan Materi Tentang Pentingnya Akhlak .......................... 58
2. Mewajibkan Disiplin dalam Sikap dan Tingkah laku .................... 59
3. Bekerjasama dengan Kepala Sekolah ............................................ 60
4. Bekerjasama dengan Orangtua atau Wali Murid ........................... 61
5. Membina Ketakwaan Siswa ........................................................... 61
6. Memberikan Motivasi Kepada Siswa ............................................ 62
Bab V Penutup
A. Kesimpulan .......................................................................................... 65
B. Saran ..................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era perkembangan zaman dan teknologi yang sangat maju pesat
banyak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat merusak keimanan.
Ini terjadi disebabkan oleh akhlak manusia yang rendah, khususnya pada
masa remaja. Oleh karena itu, peran dan tugas pendidikan agama Islam
dihadapakan pada tantangan yang besar dan kompleks akibat pengaruh
negatif dari perkembangan zaman serta kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mempengaruhi kepribadian akhlak siswa.
Akhlak merupakan salah satu aspek yang berpengaruh dalam kehidupan,
baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan masyarakat, karena
bagaimanapun pandainya seorang siswa dan tingginya tingkat intelegensi
siswa tanpa dilandasi dengan akhlak yang baik dan budi pekerti yang luhur,
maka kelak tidak akan mencerminkan kepribadian yang baik.
Menurut Imam Al-Ghzali yang dikutip oleh A. Musthofa, akhlak adalah
“sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam
perbuatan dengan gampang dan mudah, dengan tidak memerlukan
pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.1
Firman Allah SWT:
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS.
Al-Qolam :4).
Menanamkan pendidikan agama pada anak berarti menanamkan ajaran-
ajaran Islam yang berisi tata hidup yang diturunkan Allah kepada manusia,
1 A. Mustaofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung:Pustaka Setia, 1999), h. 12.
2
yang berupa pegangan hidup yang mengarahkan kepada perbuatan atau
akhlak serta akan memberikan nilai positif bagi perkembangan anak. Dengan
adanya pendidikan agama tersebut, pola perilaku anak akan terkontrol
sehingga dapat mengurangi tindakan kriminalitas pada anak. Oleh karena itu,
sangat tepat bila ajaran-ajaran agama yang ada untuk menuntun umat manusia
dalam kehidupan, baik mengenai hubungan manusia dengan Tuhannya,
manusia dengan sesama manusia, maupun manusia dengan alam sekitarnya.
Ramayulis mengemukakan:
Pembinaan akhlak yang mulia merupakan tujuan utama pendidikan Islam.
Hal ini dapat ditarik relevansinya dengan tujuan Rasullah diutus oleh Allah
SWT dalam hadits yang Artinya “Bahwasanya saya diutus untuk
menyempurnakan akhlak.” Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam
adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan,
sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku, bersifat
bijaksana, sempurna, sopan dalam beradap, ikhlas, jujur dan suci. Dengan
kata lain, pembinaan akhlak itu bertujuan untuk melahirkan manusia yang
memiliki keutamaan. Pembinaan akhlak ini dilakukan setahap demi
setahap sesuai dengan irama pertumbuhan dan perkembangan dengan
mengikuti proses yang alami.2
Dengan membina akhlak siswa, maka akan memberikan sumbangan yang
besar bagi masa depan bangsa yang lebih baik. Sebaliknya jika kita
membiarkan siswa terjerumus ke dalam perbuatan yang tersesat, berarti telah
membiarka Bangsa dan Negara ini terjerumus kejurang kehancuran.
Pembinaan akhlak para remaja juga berguna bagi remaja yang bersangkutan,
karena dengan cara demikian masa depan kehidupan mereka akan penuh
harapan yang menjanjikan yaitu akan terbina akhlak yang baik. Untuk itu
pembentukan atau pembinaan ahlak seseorang itu butuh proses atau
dilakukan secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan,
agar dapat menjadi insan yang berakhlak mulia.
Menghadapi kondisi yang demikian itu, maka peran guru agama Islam
amatlah penting dalam membina akhlak siswa serta mengarahkan dan
mengendalikan perilaku mereka agar tidak menyimpang dari ketentuan
2 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia 2002), h. 90.
3
agama. Oleh kerena itu, seorang guru dituntut untuk menumbuhkan sikap
mental, perilaku dan kepribadian yang dapat membina, membimbing serta
memberikan contoh bagi siswanya, bagaimana berbuat, bersikap dan
bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Di sekolah guru bertanggung jawab terutama terhadap pengembangan
seluruh potensi siswa. Karena pendidikan merupakan sarana yang strategis
dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional atau lebih jauh melahirkan
masyarakat madani, Namun kenyataan sekarang banyak sekali problema
siswa tentang pelanggaran nilainilai/ norma yang diyakini, seperti; terjadinya
perkelahian antar pelajar, pergaulan bebas, perjudian, narkoba, dan lain-lain.
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain; arus globalisasi
(internet), tayangan TV, tokoh idola fiktif, lingkungan individualis (hilangnya
amar ma’ruf nahi mungkar).
Pendidikan akhlak yang diajarkan guru di sekolah tidaklah cukup hanya
dengan teori-teori yang memenuhi siswa, akan tetapi pendidikan akhlak
diberikan dalam proses belajar mengajar ataupun diluar di luar proses belajar
mengajar. Seperti mencontohkan bagaimana cara berperilaku yang baik
dengan orang yang lebih tua dan apa yang dilakukan ketika berhadapan
dengan orang yang lebih muda.
Ditambah lagi pada abad ke-21 saat ini merupakan suatu masa yang
diwarnai oleh munculnya era globalisasi. Fenomena globalisasi merupakan
era baru peradaban manusia dimana terjadi perubahan yang sangat cepat
dalam berbagai bidang kehidupan. Teknologi dan ilmu pengetahuan
berkembang sangat pesat dengan didukung oleh proses tranformasi informasi
sedemikian rupa sehingga mengakibatkan perubahan pola hidup manusia.
Kesiapan pemerintah dalam menghadapi era globalisasi perlu mendapatkan
dukungan dari para pelaku bisnis dan akademisi. Di dalam Sumber Daya
Manusia (SDM) perlu dipersiapkan secara seksama agar mampu
menghasilkan keluaran yang mampu bersaing di tingkat dunia. Oleh karena
itu, seorang guru harus bisa menjadi suri tauladan bagi para siswanya serta
dapat memberikan motivasi bagi siswanya untuk senantiasa berakhlak mulia,
4
karena bagaimanapun juga seorang guru ayang akan membawa siswa menuju
keberhasilan.
Bagaimanapun sebagai generasi penerus bangsa, siswa sebagai anak
bangsa sangat diharapkan memberikan yang terbaik bagi bangsa ini, maka
dari itu pendidikan dan pembinaan akhlak siswa sebagai generasi penerus
merupakan tanggung jawab semua lapisan masyarakat, dari lingkungan
keluarga, masyarakat sosial dan masyarakat sekolah.
Pendidikan agama di sekolah umum merupakan suatu upaya
pengintergrasian pendidikan Islam ke dalam system sekolah yang
kurikulumnya, terutama, berorientasi pada pengetahuan umum, seperti
yang berlaku dalam sistem pendidikan di Barat, dan telah diterapkan di
Indonesia sejak kolonial Belanda. Pengintegrasian pendidikan Islam ke
dalam system persekolahan umum mulai dirintis sejak awal abad ke-20.3
Nilai-nilai standar tentang akhlak sudah diberikan oleh Allah Swt
kedalam jiwa manusia sejak mereka lahir. Sebagaimana Firman Allah Swt:
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya.”(QS. Asy-syams:8)
Seorang muslim menjadikan akhlaknya sebagai sarana mendekatkan diri
pada Allah. Dia mengerjakan itu semua bukan didasarkan atas motivasi ingin
mencari pamrih, pujian atau kebanggaan. Akhlak adalah rangkaian amal
kebajikan yang diharapkan akan mencukupi untuk menjadi bekal ke negeri
akhirat nanti. Namun demikian untuk memiliki akhlak yang mulia perlu
adanya bimbingan secara khusus. Salah satunya adalah melalui pendidikan
akhlak.
Oleh karena itu dari uraian di atas sebagai penerus bangsa yang konsen di
bidang pendidikan, dipandang penting melakukan kajian secara mendalam
dalam bentuk penelitian akhlak siswa di era globalisasi di dalam pendidikan
menengah atas. Mengapa pembentukan akhlak yang penulis teliti? Karena
3 Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pascakemerdekaan,
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009). Cet. I, h. 120-121.
5
akhlak merupakan hal yang sangat penting bagi manusia sebagai penuntun
untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam. Terlebih pada
era globalisasi ini, yaitu Era yang dianggap sebagai Era yang sangat sensitif
yang memiliki pengaruh sangat besar bagi kehidupan individu. Periode ini
menandai perpindahan dari sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Melihat latar belakang masalah di atas, maka saya disini berpendapat
bahwa seorang guru bukan hanya seorang pengajar saja tetapi seorang guru
sebagai pendidik yang dapat mengarahkan siswanya. Oleh karena itu peran
guru sangat diperlukan dalam membentuk kepribadian muslim yang
berakhlak mulia. Hal ini mendorong saya untuk melihat lebih dalam apakah
guru agama berperan dalam pembinaan akhlak siswa dengan penelitian yang
berjudul “PERAN GURU PAI DI ERA GLOBALISASI DALAM
MEMBINA AKHLAK SISWA di SMAN 47 MODEL Jakarta Selatan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka timbul
permasalahan antara lain :
1. Kurangnya pengetahuan siswa mengenai akhlak.
2. Minimnya kesadaran siswa tentang pentingnya akhlak dalam
kehidupan.
3. Kurangnya pengawasan dan perhatian guru terhadap pembinaan
akhlak.
4. Derasnya dampak negatif era globalisasi terhadap akhlak siswa
C. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya permasalahan mengenai peran guru agama
sebagai pendidik di SMAN 47 MODEL Jakarta Selatan, maka saya dalam
penelitian ini hanya akan membatasi permasalahan pada peran guru agama
Islam di era globalisasi dalam membina akhlak siswa di SMAN 47
MODEL Jakarta Selatan.
6
D. Rumusan Masalah
Masalah diatas dapat dirumuskan, peran apa sajakah yang bisa
dilakukan guru Pendidikan Agama Islam di era globalisasi dalam
membina akhlak siswa di SMAN 47 MODEL Jakarta Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam di
era globalisasi dalam membina akhlak siswa di SMAN 47 MODEL
Jakarta Selatan.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna:
1. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman berharga dan pelajaran dalam menerapkan
ilmu selama menempuh studi di kampus tercinta, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dalam dunia pendidikan, khususnya PAI, tentang
peranan guru dan tantangannya dalam upaya menciptakan peserta
didik yang insan kamil pada era globalisasi.
2. Bagi Lembaga
Sebagai masukan terhadap pengembangan peran guru PAI dalam
meningkatkan kualitas siswa sebagai insan kamil pada era globalisasi.
Selain itu, penelitian ini berguna untuk memberikan informasi tentang
kompetensi peran guru PAI dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di SMAN 47 MODEL Jakarta Selatan.
3. Bagi Ilmu pengetahuan
Menambah pengetahuan dan wawasan ilmu pengetahuan untuk
memahami pentingnya peran guru PAI di sekolah serta dapat menjadi
referensi kepustakaan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Guru PAI
Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW dengan tujuan untuk
mengangkat manusia dari kejahilan kepada pemahaman ajaran agama
Islam sebenar-benarnya. Dapat dikatakan bahwa Rasulullah SAW diutus
untuk mengajarkan manusia agar mengenal Allah SWT, dan juga dapat
mengamalkan ajaran agama Islam dengan sungguh-sungguh, sehingga
selamat dari kesesatan dunia akhirat.
Dalam hal ini Zakiah Darajat menyatakan, “Guru adalah seseorang
yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan
dalam melaksanakan peranannya dalam membimbing siswanya, ia harus
sanggup berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain, selain itu
perlu diperhatikan pula bahwa ia juga memiliki kemampuan dan
kelemahan.”1
Menurut bahasa, agama adalah “ajaran, sistem yang mengatur
keimanan, dan kepribadatan kepada Tuhan yang maha Esa”,2 sedangkan
menurut istilah adalah kepercayaan kepada Tuhan dengan mengadakan
hubungan dengan melalui upacara, penyembahan, permohonan, dan
membentuk sikap hidup manusia berdasarkan ajaran agama tersebut.
Selanjutnya yang dimaksud dengan agama Islam adalah agama yang
bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT, Nabi Muhammad
SAW dan bukan berasal dari manusia.
Menurut Zakiah Daradjat guru agama adalah “sebagai pembina
pribadi, sikap dan pandangan hidup anak. Karena itu, setiap guru agama
1 Zakiah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
cet. I, h. 266.
2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), h. 12
8
harus berusaha membekali dirinya dengan segala persyartan bagi guru,
pendidik dan pembina hari depan anak didik”.3
Ahamad Tafsir mengemukakan, bahwa “guru agama adalah orang-
orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan
mengupayakan perkembagan seluruh potensi anak didik; baik potensi
afektif, kognitif, ataupun potensi psikomotorik.”4
Memperhatikan pendapat Ahmad Tafsir di atas maka guru agama
memiliki peran yang penting dalam pendidikan. Guru agama berperan
sebagai pembimbing murid dalam upaya dan rencana penyelesaian
masalah. Guru agama mestilah membantu siswa menentukan persoalan-
persoalan yang berarti, melokasikan sumber data yang relevan,
menafsirkan dan mengevaluasi ketepatan data, dan merumuskan
kesimpulan. Pendidik di sini mempu mengenanal sampai di mana siswa
perlu bimbingan dalam suatu keterampilan khusus agar bisa melanjutkan
persoalannya lebih lanjut. Ini sumua memerlukan guru yang sabar, cerdas
fleksibel, memiliki kemampuan interdisipliner, kreatif dan cerdas.
Imam Al-Ghozali juga mengemukakan yang dikutip oleh Hamdani
Ihsan dkk, tentang mulianya pekerjaan mengajar, beliau berkata: “Barang
siapa yang memiliki pekerjaan mengajar, ia telah memilih pekerjaan yang
besar dan penting. Maka dari itu hendaklah ia mengajar tingkah lakunya
dan kewajiban-kewajibannya.”5
Syafruddin Nurdin dan M Basyruddin Usman mengatakan:
Guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM), memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan
pembelajaran, karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola,
melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Di samping itu,
kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar juga sangat strategis
dan menentukan. Strategis karena guru yang akan menentukan
3 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), h. 80
4 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dan Perspek Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1994), Cet. II, h. 74.
5 Hamdani Ihsan, A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Babdung: Pustaka Setia.
2007) Cet. III, h. 96
9
kedalaman dan keluasan materi pelajaran, sedangkan bersifat
menentukan karena guru yang memilah dan memilih bahan pelajaran
yang akan disajikan kepada peserta didik. Salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan tugasguru, ialah kinerjanya di dalam
merencanakan/merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses
belajar mengajar.6
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
guru agama Islam adalah orang dewasa yang bertanggung jawab
memberikan ilmu pengetahuan agama kepada anak didik dan juga
memberi bimbingan baik jasmani maupun rohani guna mencapai
kedewasaan. Disamping itu juga guru agama berkewajiban dalam
pembentukan akhlak agar sejalan antara IPTEK dan IMTAQ. Dengan
demikian, seorang guru agama haruslah bercita-cita tinggi, berpendidikan
luas, berkepribadian kuat dan tegar serta berkrimanusiaan yang mendalam.
Guru agama sebagai pendidik berkewajiban atas semua perkembangan
anak, baik dalam pemikirannya maupun dalam perbuatannya. Meskipun
demikian bukan berarti guru agama adalah orang satu-satunya yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan (kedewasaan) anak, tetapi
tetap saja pendidik pertama dan utama adalah orang tua di rumah karena
anak lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah.
Dari uraian di atas, jelas bahwa pekerjaan guru agama Islam itu
memang terasa berat, akan tetapi luhur dan mulia. Tugas guru agma tidak
hanya mengajar, melainkan juga mendidik akahlak. Maka untuk
melakukan tugas sebagai guru agama tidak sembarang orang dapat
menjalankannya. Dalam praktek sehari-hari orang sering mencampur
adukkan antara pengertian “mengajar” dengan “mendidik”. Kata tersebut
mempunyai hubungan yang sangat erat, walaupun keduannya sebenarnya
mempunyai pengertian yang berbeda.
Dalam pengajaran lebih dititik beratkan pada aspek pengetahuan
sedangkan pendidikan pada aspek pengalaman (sikap) namun keduanya
sama-sama merupakan proses belajar-mengajar. Jadi jelas pendidikan dan
6 Syafruddin Nurdin, dan M. Basyruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi
Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) Cet. I, H. Viii.
10
pengajaran merupakan dua kubu yang berbeda dari segi tujuan pencapaian
hasil belajar.
Pekerjaan guru agama adalah pekerjaan yang professional maka
menjadi guru agama harus pula memenuhi persyaratan yang berat. Oemar
Hamalik berpendapat bahwa ada persaratan yang harus dimiliki guru
agama, yaitu “harus memiliki bakat sebagai guru, harus memiliki keahlian
sebagai guru, memiliki kepribadian yang baik dan berintegrasi, memiliki
mental yang sehat dan berbadan sehat, memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang luas.”7
Jadi disimpulkan bahwasanya guru pendidikan agama Islam adalah
orang yang memberikan materi pengetahuan agama Islam dan juga
mendidik siswa-siswanya agar kelak menjadi manusia yang bertakwa
kepada Allah SWT. Guru pendidikan agama Islam sebagai pembimbing
yang memberikan bimbingan agar anak didik sejak dini dapat bertindak
dengan prinsip-prinsip Islam dan dapat memperaktikkan agama syariat
Islam. Oleh karena itu guru pendidikan agama bukan hanya sekedar
mentransfer ilmu pengetahuan agama, melainkan juga dituntut untuk bisa
membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia yang matang
dan dewasa serta dapat selalu berbuat dan bertingkah laku sesuai dengan
nilai-nilai ajaran agama Islam.
2. Tugas-tugas Guru PAI
Pendidik dalam undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional adalah, “Pendidik merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi.”8 Disamping itu, guru Pendidikan Agama
Islam mempunyai tugas lain yang bersifat pendukung, yaitu membimbing
7 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Askara, 2005), Cet. IV,
h. 118.
8 UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 39 ayat (2).
11
dan mengelola administrasi sekolah. Tiga tugas ini mewujudkan tiga
layanan yang harus diberikan oleh guru pendidikan agama Islam kepada
peserta didik. Tiga layanan yaitu:
a. Layanan instruksional
b. Layanan bantuan (bimbingan dan konseling)
c. Layanan administrasi9
Selain pembimbing, guru mempunyai tugas memberi bimbingan
kepada pelajar dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, sebab
proses belajar, pelajar berkaitan erat dengan berbagai masalah di luar kelas
yang sifatnya non-akademis.10
Sama dengan teori pendidikan Barat, tugas pendidik dalam pandangan
Islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan
seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotorik, kognitif, maupun
potensi afektif. Potensi itu harus dikembangkan secara seimbang sampai
ketingkat setinggi mungkin, menurut ajaran Islam.11
Agama Islam mengajarkan baik di dalam Al Qur’an, bahwa setiap
umat Islam wajib mendakwahkan menyampaikan dan memberikan
pendidikan agama Islam kepada yang lain sebagaimana dipahami dari
firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125 :
9 Team Penyusun, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Departemen Agama RI
Direktorat jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2001) Cet. I, h. 2.
10
Ibid, h. 3
11
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam, (Bandung: PT Rosdakarya,
1994), Cet. II, h. 74.
12
“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk. “(QS. An-nahl: 125)
Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa siapapun dapat
menjadi pendidik agama Islam atau disebut guru agama asalkan dia
memiliki kemampuan, pengetahuan serta mampu mengimplikasikan nilai
yang relevan dalam pengetahuan itu yakni sebagai penganut agama yang
patut dicontoh dalam agama yang diajarkan dan bersedia menularkan
pengetahuan agama serta nilainya kepada orang lain. Akan tetapi lebih
merupakan masalah yang sangat kompleks dalam arti setiap kegiatan
pembelajaran pendidikan agama akan dihadapkan dengan permasalahan
yang kompleks misalnya masalah peserta didik dengan berbagai macam
latar belakangnya, sarana apa saja yang diperlukan untuk mencapai
keberhasilan pendidikan agama, bagaimana cara atau pendekatan apa yang
digunakan dalam pembelajaran, bagaimana mengorganisasikan dan
mengelola isi pembelajaran agama tersebut dan seberapa jauh tingkat
efektifitas dalam kegiatan tersebut serta usaha apa yang dilakukan untuk
menimbulkan daya tarik siswa demikian seterusnya.
3. Persyaratan Guru Pendidikan Agama Islam
Untuk melaksanakan pendidikan agama Islam yang berwawasan
tinggi diperlukan standar atau syarat-syarat yang harus dimiliki guru
pendidikan agama Islam.
a. Persyaratan guru pendidikan agama Islam yang berkenaan dengan
dirinya yaitu:
1) Guru hendaknya memelihara akhlak yang mulia dalam
pergaulannya dengan orang banyak .
13
2) Hendaknya guru agama Islam tidak berorientasi duniawi
dengan menjadikan ilmunya sebagai alat untuk mencapai
kedudukan, harta, prestise, atau kebanggan atas orang lain.
3) Hendaknya guru berzuhud, yaitu mengambil dari rezki dunia
hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan pokok diri dan
keluarganya secara sederhana.
4) Hendaknya guru pendidikan agama Islam memelihara
kemuliaan ilmunya.
5) Hendaknya guru pendidikan agama Islam rajin melakukan hal-
hal yang disunatkan oleh agama, baik lisan maupun perbuatan.
6) Guru pendidikan agama Islam hendaknya selalu mengisi
waktu-waktu luangnya dengan hal-hal yang bermanfaat.12
b. Syarat-syarat guru pendidikan agama Islam dengan pelajaran, yaitu
1) Hendaknya guru pendidikan Agama Islam berdoa terlebih
dahulu sebelum keluar rumah.
2) Sebelum memulai pelajaran, guru pendidikan Agama Islam
hendaknya membaca sebagaian dari ayat Al-Qur’an agar
memperoleh berkah saat mengajar.
3) Guru hendaknya mengajarkan pelajaran sesuai dengan hirarki
kemulian dan kepentingannya.
4) Guru hendaknya menjaga ketertiban kelas dengan
mengarahkan pembahasan pada objek terntentu.
5) Guru hendaknya bersikap bijak dalam melakukan pembahasan,
penyampaian pelajaran dan menjawab pertanyaan sesuai
dengan apa yang ia tahu.13
Untuk mencapai guru pendidikan agama Islam yang berwawasan
multikultural yang harus dimiliki adalah:
1) Memiliki keikhlasan
12
Qowaid, dkk, Profil Guru Pendidikan Agama di Sekolah Umum, (Jakarta: Departemen
Agama RI, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Puslitbang Pendidikan Agama dan
Keagamaan, 2003), Cet. I, h. 14-15
13
Ibid. h. 17
14
2) Bersikap dan berperilaku toleran
3) Berlaku adil
4) Jujur
5) Memiliki dedikasi
6) Disiplin
7) Memiliki Integritas
8) Kemampuan memberikan keteladan.14
4. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Peran dan kompetensi guru agama dalam proses belajar-mengajar
meliputi banyak hal antara lain:
a. Guru sebagai Demonstrator (Pendidik)
Guru agama senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran
yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya
dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang
dimilikinya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar
yang dicapai siswa.
Seorang guru agama harus mampu dan terampil dalam
memahami kurikulum, dan guru sendiri sebagai bahan belajar
terampil dalam memberikan informasi kepada siswa. Guru pun
harus membantu perkembangan anak didiknya untuk dapat
menerima, memahami, serta menguasai pengetahuan.15
b. Guru sebagai pembimbing
Peran guru dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1) Tugas guru dalam melayani bimbingan di kelas:
14 Team Penyusun, Konsep Pengembangan Pendidikan Agama Berwawasan
Multikultural, (Departemen Agama RI Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan
Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2006), Cet. I, h. 6.
15
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), h. 9.
15
a) Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan
setiap siswa merasa aman, dan berkeyakinan bahwa
kecakapan dan prestasi yang dicapainya mendapat
penghargaan dan perhatian.
b) Mengusahakan agar siswa dapat memahami dirinya,
kecakapan sikap, minat dan pembawaannya.
c) Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku
sosial yang baik.16
2) Tugas guru dalam operasional bimbingan di luar kelas
Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam
kegiatan proses belajar mengajar, tetapi juga kegiatan
bimbingan di luar kelas, yaitu:
a) Memberikan pengajaran perbaikan.
b) Memberikan pengembangan bakat siswa.
c) Melakukan kunjungan rumah
d) Menyelenggarakan kelompok belajar.
c. Guru sebagai pengelola kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru harus mampu
mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek
dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini
diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada
tujuan-tujuan pendidikan.
Menurut Uzer Usman dalam bukunya Menjadi guru
Profesional, tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan
dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan
belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan
khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam
menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang
16 Soetjipto Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta 2004), cet. II, h. 107.
16
memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa
untuk memperoleh hasil yang diharapkan.17
d. Guru sebagai Evaluator
Dalam proses belajar mengajar guru harus menjadi seorang
evaluator yang baik, yaitu guru dapat mengetahui keberhasilan dan
pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta
ketetapan metode mengajar, guru dapat mengetahui apakah proses
belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik
dan memuaskan, atau sebaliknya. Guru hendaknya terus menerus
mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu
kewaktu.18
B. Pembinaan Akhlak Siswa
1. Pengertian Akhlak
Kata Akhlak berasal dari bahasa Arab “اخالق” berakar dari kata “خلق”
yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata “خالق” (Pencipta), مخلوق
(yang diciptakan), dan khaliq (pencipta),.19
Menurup Prof. Dr. Ahmad Amin dalam bukunya “Al-Akhlaq” yang
dikutip oleh Hamzah Ya’kub, akhlak adalah suatu yang menjelaskan arti
baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh
menuasia kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus ditinjau oleh
manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukan jalan untuk melakukan
apa yang harus diperbuat.20
Dalam pengertian sehari-hari, kata-kata akhlak biasa diartikan dengan
perbuatan yang baik. Akhlak disamakan dengan adab, sopan santun,
moral, dan budi pekerti. Tetapi penamaan suatu sebagai akhlak yang baik
dalam Islam, harus mengandung dua unsur. Pertama, pada perbuatan itu
17 Moh Uzer Usman., Op.cit. h. 10.
18 Ibid. h. 12.
19 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesi, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung), h.120.
20 Hamzah Ya’kub, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah, (Bandung: CV
Diponegoro, 1983), Cet. II, h. 12.
17
sendiri, yaitu harus adanya aspek memperhalus, memperindah,
memperbagus, atau menampilkan sesuatu dalam bentuk yang lebih baik
dari tindakan asal jadi. Kedua, harus ada aspek motivasi atau niat yang
baik. Maka suatu perbuatan yang tampaknya baik, seperti bersodakoh
dalam jumlah besar untuk kepentingan umat/sosial, tidak dinamakan
akhlak yang baik kalau dilakukan dengan motivasi untuk popularitas
pribadi yang bersangkutan.
Dalam perkembangan dan pertumbuhan seorang anak yang pertama
kali adalah dalam keluarga, dimana telah didapatnya berbagai pengalaman
yang akan menjadi bagian dari pribadinya yang mulai tumbuh, maka guru
agama di sekolah mempunyai tugas yang tidak ringan. Guru agama harus
menghadapi keanekaragaman pribadi dan pengalaman agama yang dibawa
anak didik dari rumahnya masing-masing.
Setiap orang yang mempunyai tugas sebagai guru harus mempunyai
akhlak, khususnya guru agama, di samping mempunyai akhlak yang sesuai
dengan ajaran Islam, guru agama seharusnya mempunyai karakter yang
berwibawa, dicintai dan disegani oleh anak didiknya, penampilannya
dalam mengajar harus meyakinkan karena setiap perilaku yang dilakukan
oleh guru agama tersebut menjadi sorotan dan menjadi teladan bagi setiap
anak didiknya.
Dengan penanaman akhlak yang baik di dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam dengan durasi 3 jam perminggu di dalam
kurikulum 2013, dirasa masih sangat kurang. Setelah dari lingkungan
sekolah dan pulang ke rumah, seorang siswa menghadapi susasana yang
berbeda, bahkan cendrung berlawanan dengan nasihat-nasihat agama yang
diterimanya sewaktu berada di sekolahnya. Dalam kondisi demikian, sikap
yang akan diambil oleh siswa akan beraneka ragam, misalnya:
1. Siswa akan menjadi manusia agamis yang labil, karena seluruh
ajaran agama berlawanan dengan lingkungannya.
18
2. Siswa akan menjalankan ajaran agama tetapi secara bercampur
baur, dengan menjalankan corak kehidupan yang berlawanan
dengannya. Misalnya ia melakukan shalat tetapi juga mau berzina
dengan pacarnya.
3. Siswa akan mengabaikan ajaran agama yang diterimanya sama
sekali, karena ia kalah dengan lingkungannya. Yang terakhir ini
mengikuti pembelajaran pendidikan agama hanya sekedar
memenuhi kewajiban akademis belaka dan tidak untuk
memperbaiki corak kehidupannya sama sekali.21
2. Macam-macam Akhlak
Perbuatan manusia ada yang baik dan ada yang tidak baik. Kadang-
kadang di suatu tempat, perbuatan itu dianggap salah atau buruk. Hati
manusia memiliki perasaan dan dapat mengenal, perbuatan itu baik atau
buruk.
Akhlak terbagi menjadi dua, yaitu akhlaqul karimah dan akhlaqul
madzmumah.
a. Akhlaqul karimah, adalah tingkah laku yang terpuji yang
merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah
SWT.22
Seuatu yang dikatakan baik apabila ia memberikan
kesenangan, kepuasan, kenikmatan, sesuai dengan yang
diharapkan, dapat dinilai positif oleh orang lain yang
menginginkannya. Salah satu akhlaqul karimah seperti: Bersifat
sabar, bersifat adil, amanah dll.23
b. Akhlaqul madzmumah, merupakan tingkah laku kejahatan,
kriminal, perampasan hak. Akhlak secara fitrah manusia adalah
baik, namun dapat berubah menjadi akhlak buruk apabila manusia
21
Muhammad Kholid Fathoni, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional, (Jakarta,
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005). h. 41
22
Abdullah Rasyid, Akidah Akhlak, (Bandung: Husaini, 1989), h. 73.
23
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah,
2007), cet. 1, h. 40.
19
itu lahir dari keluarga yang dari tabiatnya kurang baik, lingkungan
yang buruk, pendidikan tidak baik dan kebiasaan-kebiasaan yang
tidak baik sehingga menghasilkan akhlak yang buruk.24
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa sesuatu yang
dikatakan baik apabila ia memberikan kesenangan, kepuasan,
kenikmatan, sesuai dengan yang diharapkan. Atau dengan kata lain
sesuatu yang dinilai positif oleh orang yang menginginkannya.
Sedangkan akhlak buruk/tercela apa yang dinilai sebaliknya. Di sini
nyata sekali betapa relatifnya pengertian itu, karena tergantung pada
penghargaan manusia masing-masing. Jadi nilai baik atau buruk
menurut pengertian di atas bersifat subyektif, karena tergantung pada
individu yang menilainya.
Ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan akhlak:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”(Al-Ahzab:21)
24 Ibid, h. 56.
20
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang
bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu)
ingat. “(QS. An-Nur: 27)
Dengan bekal akhlak orang dapat mempengaruhi mana yang baik dan
batas mana yang buruk. Juga dapat menempatkan sesuatu pada tempatnya
dengan maksud dapat mendapatkan sesuatu pada proporsi yang
sebenarnya. Orang-orang yang berakhlak dapat ketenangan dan bahagia di
dunia dan akhirat. Kebahagiaan hidup oleh setiap orang yang selalu di
dambakan kehadirannya. Didalam lubuk hati dimana hidup bahagia
merupakan hidup sejahtera dan selalu mendapat ridho Allah SWT juga
selalu disenangi sesama makhluk.
Walaupun demikian, untuk mendapatkan semua hal diatas yaitu
meraih kebahagiaan, kesejahteraan dan ridho Allah SWT tidak bagitu
mudah. Manusia harus dapat membandingkan mana yang baik dan mana
yang buruk. Membedakan keduanya berarti dapat menilai. Apabila orang
dapat berpegang pada kebaikan dan membuang keburukan, inilah jalan
kelurusan. Karena kebenaran mutlak adalah kebenaran dari yang Maha
benar.
Seperti dalam Firman Allah SWT:
21
“kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu
Termasuk orang-orang yang ragu. (Q.S. Al-baqarah 147)”
Memperhatikan masalah-masalah Pendidikan akhlak seperti juga
memperhatikan pendidikan jasmani, akal dan ilmi. Seorang anak kecil
membutuhkan fisik yang kuat, akal yang kuat dan akhlak yang tinggi,
sehingga ia dapat mengurus dirinya, berfikir sendiri, mencari hakikat,
berkata benar, membela kebenaran, jujur dalam amal perbuatannya, mau
mengorbankan kepentingan diri sendiri untuk kepentingan bersama,
berpegang pada keutamaan dan menghindari sifat-sifat yang tercela.
Tujuan akhlak adalah menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi
dan sempurna serta membedakan dengan makhluk-makhluk lainnya.
Akhlak hendak menjadikan manusia bertindak baik terhadap manusia,
terhadap sesama makhluk dan kepada Allah Tuhan yang menciptakan kita.
Tujuan utama pendidikan akhlak dalam Islam adalah agar manusia berada
dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan yang lurus, jalan yang
telah digariskan oleh Allah SWT. Inilah yang akan mengantarkan manusia
kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Pendidikan akhlak dalam
Islam memang berbeda dengan pendidikanpendidikan moral lainnya.
Karena pendidikan akhlak dalam Islam lebih menitik beratkan pada hari
esok, yaitu hari kiamat beserta hal-hal yang berkaitan dengannya, seperti
perhitungan amal, pahala, dan dosa. Akhlak seseorang akan dianggap
mulia jika perbuatannya mencerminkan nilainilai yang terkandung dalam
Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam kesempatan kali ini, secara umum sebagai
contoh akan dijabarkan hal-hal yang termasuk akhlak terpuji.
1) Mencintai semua orang, ini tercermin lewat perkataan dan
perbuatan.
2) Toleransi dan memberi kemudahan kepada sesama dalam semua
urusan transaksi, seperti jual beli dan sebagainya.
22
3) Menunaikan hak-hak keluarga, kerabat dan tetangga tanpa harus
diminta terlebih dahulu.
4) Menghindarkan diri dari sifat tamak, pelit, dan semua sifat yang
tercela.
5) Tidak kaku dan bersikap keras dalam berinteraksi dengan orang
lain.
6) Berusaha menghias diri dengan sifat-sifat terpuji.
Dengan terlaksananya hal-hal di atas, maka tercapailah maksud dari
pembinaan akhlak Islam bagi seseorang.
3. Metode Pembinaan Akhlak
Berbicara mengenai pembinaan akhlak, Abudin Nata mengatakan
dalam bukunya Akhlak Tasawuf pembinaan akhlak dapat diartikan sebagai
usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan
menggunakan sarana pendidikan, pembinaan yang terprogram dengan baik
dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. Pembinaan
akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha
pembinaan bukan terjadi dengan sendirinya.25
Agar pembinaan akhlak memperoleh hasil yang memuaskan,
diperlukan cara atau metode. Metode yang dapat ditempuh untuk
pembinaan akhlak ini adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan
berlangsung secara continue. Dalam pembinaan akhlak kebiasaan
mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, hal ini
dikarenakan ia dapat menghemat banyak sekali kekuatan manusia. Islam
mempergunakan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik pendidikan, yang
mengubah seluruh sifat-sifat manusia menjadi kebiasaan. Jika manusia
membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat, jika
seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah maka ia harus dibiasakan
25 Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo), Cet. I, h. 4.
23
dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah, hingga murah hati
dan murah tangan itu menjadi tabi’atnya yang mendarah daging.26
Metode lain dalam pembinaan akhlak ini adalah melalui keteladanan.
Pendidikan melalui keteladanan adalah merupakan salah satu teknik
pendidikan yang efektif dan sukses. Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk
hanya dengan pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabi’at jiwa untuk
menerima keutamaan itu tidak cukup dengan hanya seorang guru
mengatakan “kerjakan ini dan jangan kerjakan itu”. Menanamkan sopan
santuk memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan
yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses melainkan jika disertai
dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata. Selain itu
pembinaan akhlak dapat pula ditempuh dengan cara senantiasa
menganggap diri ini sebagai orang yang paling banyak mempunyai
kekurangannya dari pada kelebihannnya.
Dari penjelasan di atas jelas bahwa pembinaan akhlak bisa dilakukan
dengan berbagai cara, di antaranya dengan adanya pembinaan yang sudah
dibawa sejak kecil, keteladanan harus di tanamkan pada dirinya, dan selalu
menganggap diri ini masih banyak kekurangannya di banding dengan
kelebihannya. Sehingga dengan mengetahui kekurangaanya pasti nantinya
akan terus berusaha menutupi kekurangannya yang ada.
C. Globalisasi dan Dampaknya
1. Pengertian Globalisasi
Globalisasi secara harfiah berasal dari kata global yang berarti sedunia
atau sejagat. Menurut A. Qodry Azizi, yang dikutip oleh Ahmad Tantowi:
“era globalisasi berarti terjadinya pertemuan dan gesekan nilai-nilai
budaya dan agama diseluruh dunia yang memanfaatkan jasa komunikasi,
26 Ibid. h. 32.
24
transformasi, dan informasi yang merupakan hasil modernisasi di bidang
teknologi.”27
Proses global ini pada hakikatnya bukan sekedar banjir barang,
melainkan akan melibatkan aspek yang lebih luas, mulai dari keuangan,
pemilikan modal, pasar, teknologi, gaya hidup, bentuk pemerintahan,
sampai kepada bentuk-bentuk kesadaran manusia.28
Globalisasi menimbulkan perubahan penting dalam berbagai aspek
kehidupan, ditandai dengan kemajuan penting dalam teknologi informasi
dan komunikasi, mendorong terjadinya perubahan dalam pembelajaran.
Dalam perspektif makro, kemajuan tenologi informasi dan komunikasi
mempercepat proses demokratisasi dan equity dalam pembelajaran.
Sebagai sebuah perkembangan sejarah, globalisasi adalah sebuah
proses yang bisa dikatakan paling mempengaruhi hajat hidup orang
banyak di dunia saat ini. Tidak ada satu pun masyarakat yang tidak terkena
dampaknya. Globalisasi sangat mempengaruhi tingkat kesejahteraan,
prilaku social, hingga cara kita makan, berpakaian, dan menikmati
kehidupan. Pendek kata, hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang
tidak terjangkau oleh perkembangan globalisasi yang semakin maju.29
Globalisasi bukanlah ancaman tetapi lebih sebagai peluang yang bisa
kita manfaatkan untuk lebih mendorong kemajuan dan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyartakat.
Menurut Akbar Ahmad dan Hasting yang dikutip oleh Hasbi Indra
dalam bukunya Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, Ia memberi arti
bahwa:
Globalisasi pada dasarnya mengacu pada pertimbangan yang cepat
didalam teknologi komunikasi, transformasi, informasi yang dapat
membawa bagian-bagian dunia yang jauh bisa dijangkau dengan
27 Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, (Semarang : Pustaka
Rizki Putra, 2009), Cet. I, hlm. 47-48
28 Ibid.
29
Martin Wolf, Globalisasi Jalan Menuju Kesejahteraan, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2007) Hal. xi
25
mudah. Globalisasi merupakan kelanjutan saja dari modernisasi yang
pada dasarnya berisi sekularisasi yang isinya merupakan kelanjutan dari
misi modern dan posmodernisme yang semakin sekuler, semakin maju,
dan semakin menjauh dari agama. Dari sisi lain globalisasi adalah
proses pengintegrasian ekonomi nasional kepada sistem ekonomi dunia
berdasarkan keyakinan pada perdagangan bebas, yang sesungguhnya
telah dicanangkan sejak zaman kolonialisme. Para teori kritis sejak
lama sudah meramalkan, bahwa kapitalisme akan berkembang maju
pada domisi ekonomi, politik dan budaya bersekala global setelah
perjalanan panjang melalui era kolonialisme. Demikian pula tentang isu
demokratisasi, pemerintahan, HAM, dan terorisme telah menjadi isu
sentral pula. Melalui penetrasi dunia barat ke bagian dunia lain, melalui
alat teknologi canggih membentuk uniform ekonomi, politik dan
budaya ala barat. Berbagai kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi
dengan segera dapat dijadikan diskrusus seluruh kalangan ilmuwan
dunia yang dapat mensejahterakan, mententramkan dan memudahkan
umat manusia, ataukah sebaliknya justru dapat menyengsarakan dan
bahkan menghancurkan umat manusia di planet ini.30
Jadi globalisasi bisa disimpulkan yaitu, suatu proses dimana antar
individu atau kelompok menghasilkan suatu pengaruh terhadap dunia dan
terjadinya proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran
pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya.
Dengan itu berkembanglah infrastruktur transportasi dan telekomunikasi,
termasuk kemunculan internet.
2. Latar Belakang Munculnya Globalisasi
Globalisasi adalah “kata yang mengerikan dengan makna yang kabur,
pertama dipakai pada 1960-an, dan menjadi mode yang makin populer
pada 1990-an.”31
Menurut Friedman yang dikutip oleh Soepriyatno, globalisasi adalah
suatu sistem yang muncul setelah berakhirnya perang dingin yang diawali
oleh runtuhnya tembok Berlin pada 1991. Keunikan dari globalisasi adalah
30 Hasbi Indra, Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, (Jakarta: RidaMulia, 2005), Cet.
I, hlm. 57
31
Martin Wolf, op. cit. h. 15
26
sebagai suatu sistem, ia dibangun atau bertumpu di atas keseimbangan
yang tumpang tindih dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.32
Banyak sejarawan yang menyebutkan globalisasi sebagai fenomena
di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi
internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antar
bangsa di dunia ini telah ada sejak berabad-abad yang lalu.33
Dari pengertian diatas bahwa latar belakang munculnya globalisasi
yaitu, kemiskinan yang dialami oleh negara-negara yang ingin
berkembang dan membutuhkan sumber daya yang lebih baik yang
dihadapi oleh Negara-negara di dunia. Pada sekitar tahun 1980 mulailah
muncul benih-benih globalisasi ketika saat itu manusia mulai mengenal
perdangan antar negeri.
Dengan itu Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh perkembangan globalisasi, di mana ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang pesat.
Seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
dewasa ini menuntut moralitas dan paham kebangsaan yang tinggi, sebab
ilmu dan pengetahuan yang tidak dibarengi dengan tingkat keimanan dan
moralitas yang tinggi menyebabkan pendidikan kehilangan esensinya
sebagai wahana memanusiakan manusia. Tetapi semua itu tidak luput dari
dampak Negatif dan Positif era globalisasi
3. Dampak Globalisasi
a. Negatif
Globolisasi selalu dihubungkan dengan modernisasi. Para pakar
budaya mengatakan bahwa ciri khas modernisasi dan manusia modern
32 Soepriyatno, Nasionalisme dan Kebangkitan Ekonomi, (Jakarta: INSEDE Press, 2008),
Cet. I, h. 125
33
Dodiana Kusuma, “Strategi Dakwah Front Pembela Islam (FPI) dalam Menanggulangi
Dampak Negatif Globalisasi,” Skripsi Pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010, h.
35, tidak dipublikasikan.
27
itu adalah tingkat berfikir, iptek, dan sikapnya terhadap penggunaan
waktu dan penghargaan terhadap karya manusia. Lalu berdasarkan
pandangan itu, muncullah penilaian yang membuat klasifikasi
kemajuan dan kemunduran.34
Dengan kemajuan teknologi serta arus informasi yang begitu
deras sudah semestinya kaum muda untuk tidak lagi kaget
menyikapinya. Kaum muda Indonesia merupakan mereka yang berada
di garis terdepan social media (secara kuantitas 90% dari pengguna
Internet ialah kaum muda). Dengan itu akan dijelaskan dampak
negatif dan positif dengan adanya perkembangan teknoligi di era
globalisasi bagi kaum muda.
Membicarakan tentang globalisasi, tidak akan jauh tentang
pergaulan globaliasi. Dengan berubahnya jaman dan majunya
teknologi di dunia mendatangkan kemudahan bagi manusia, juga
mendatangkan sejumlah efek negative yang sangat merepotkan di
sana-sini.
Dampak negatif tersebut yaitu: Narsisme, narsisme secara istilah
dapat diartikan sebagai sikap membanggakan diri sendiri. Kehadiran
social media seperti Facebook Twitter dan sebagainya memungkinkan
terjadinya narsisme, segala sesuatu atau kegiatan sehari-hari semuanya
dituangkan dalam sosial media sehingga semua orang dunia dapat
mengetahui semuanya, yang ada di dalam pikiran kaula muda
sekarang hanya Aku, siapa Aku, dan sedang apa Aku. Dengan
demikian akan terjadinya penggerusan nilai-nilai kebersamaan,
kepedulian, sosial dan gotong royong.35
Selanjutnya yaitu Hedonisme, hedonisme merupakan sikap
konsumsi yang berlebihan dan bersifat pamer kemewahan. Sikap
34
M. Solly Lubis, Umat Islam dalam Globalisasi (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), Cet.
1. Hal.33
35
Aziz Syamsuddin, Api Nasionalisme Kaum Muda, (Jakarta: PT Semesta Rakyat
Merdeka, 2011), Cet. I, h. 32-33.
28
hedonisme dapat menimbulkan kecemburuan sosial serta
menimbulkan sifat kerakusan bagi kaum muda. Hedonisme dari kaum
muda dapat terjadi dikarenakan melihat perkembangan dunia yang
ada. Melihat teknologi yang baru maka mereka akan berlomba-lomba
untuk membelinya. Dengan melalui media sosial maka ekspose dari
sifat hedonisme dapat terpantau dalam lintas dunia maya. Sehingga
yang muncul ialah persaingan tanpa batas untuk saling mengkonsumsi
barang-barang yang sebenarnya masih dipertanyakan.36
Akibat dari globalisasi dan kemajuan teknologi informasi
berikutnya yang merupakan kerugian bagi para penerus bangsa ialah,
Waktu yang sia-sia, waktu yang berlalu tidak akan pernah kembali
lagi dan tidak dapat diganti, waktu adalah yang termahal yang dimiliki
manusia. Dalam Hadits mengatakan: “gunakanlah waktu mudamu
sebelum datang waktu tuamu”. Hal ini menunjukan bahwa sudah
semestinya kaum muda produktif dan tidak menjadi generasi yang
berpangku tangan dan menunggu, kaum muda bisa menjadi budak
teknologi dan tidak memiliki aturan dalam menggunakan waktu,
manakala kesehariannya habis dipergunakan untuk teknologi
membuang semua masa depan yang cerah mereka.37
Dari berbagai dampak negatif dari globalisasi yang diatas,
semakin mudah seseorang mengakses sesuatu, maka semakin mudah
pula penyalahgunaan dan pelanggaran yang terjadi. Kejatuhan
manusia dari makhluk spiritual menjadi makhluk material, yang
menyebabkan nafsu hayawaniyah menjadi pemandu kehidupan
manusia.
Dalam hal ini, sebagai kaum muda penerus bangsa sudah
seharusnya untuk peduli terhadap sesama. Kaum jangan mau
diperbudak oleh gemerlapnya dunia di era globalisasi ini, mari
menyongsong masa depan yang cerah dalam gerakan perbaikan.
36 Ibid. h. 34-35
37
Aziz Syamsuddin, op. cit, h. 37.
29
b. Positif
globalisasi pada hakekatnya mempunyai peranan yang cukup
penting dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku moral anak
yang beraklakul karimah. Sekolah juga mempunyai peranan yang
cukup penting untuk memberikan pemahaman dan benteng pertahanan
kepada anak agar terhindar dari jeratan negatif perkembangan arus
globalisasi yang ditandai dengan pesatnya kemajuan dalam bidang
teknologi informasi dan komunikasi. Tetapi dengan kemajuan IPTEK
pada era globalisasi ini banyak dampak yang positif bagi seoranng
siswa bahkan seorang tenaga pengajar.
1) Pembelajaran Jarak Jauh. Dengan kemajuan teknologi proses
pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa dengan guru,
tetapi bisa juga menggunakan jasa pos internet dan lain-lain.
2) Munculnya media massa, khususnya media elektronik sebagai
sumber ilmu dan pusat pendidikan menjadikan guru bukanlah
satu-satunya sumber ilmu pengetahuan.
3) Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang
memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran.
Dengan kemajuan teknologi terciptalah metode-metode baru
yang membuat siswa mampu memahami materi-materi yang
abstrak, karena materi tersebut dengan bantuan teknologi bisa
dibuat abstrak.,
4) Kita akan lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang
akurat dan terbaru di bumi bagian manapun melalui Internet.
Internet dapat digunakan sebagai alat yang efektif untuk
memperoleh pengetahuan. Semua pengguna web dapat mencari
pengetahuan yang diinginkan di internet. Ada beberapa situs
informatif dan direktori web yang menawarkan informasi pada
berbagai mata pelajaran. Siswa dapat menggunakan internet
untuk mendapatkan semua informasi tambahan yang mereka
butuhkan untuk meningkatkan basis pengetahuan mereka.
30
5) Teknologi menawarkan media audio-visual yang interaktif pada
proses pembelajaran. Presentasi PowerPoint dan perangkat
lunak animasi dapat digunakan untuk memberikan informasi
kepada siswa secara interaktif. Efek visual yang diberikan
membuat siswa lebih tertarik untuk belajar. Selain itu, software
ini berfungsi sebagai alat bantu visual untuk para guru dan
memfasilitasi siswa untuk melihat informasi secara lebih jelas.
Media Interaktif telah terbukti bermanfaat dalam meningkatkan
tingkat konsentrasi siswa.38
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan
semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa dampak
tersendiri bagi dunia pendidikan. Seorang guru bukan lagi menjadi
sumber satu-satunya ilmu, siswa sudah dapat mengakses berbagai
materi ajar di internet. Sehinga siswa dituntut lebih aktif dan kritis.
38 Budi Winarno, Globalisasi Peluang atau Ancaman bagi Indonesi, (PT. Glora Aksara
Pratama, 2008) h. Xv
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini, mengambil tempat di SMAN 47 MODEL Jakarta
Selatan, yang sebelumnya menjadi tempat Praktek Profesi Keguruan
Terpadu (PPKT) peneliti yaitu dari bulan Desember sampai dengan bulan
januari.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan motode kualitatif, dengan pendekatan
deskriptif yaitu memaparkan secara mendalam dengan apa adanya secara
obyektif sesuai dengan data yang dikumpulkan.
Menurut Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa “metode kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati”.1
Kemudian lebih lanjut Moleong menyatakan bahwa “penelitian
kualitatif berakar pada akar alamiah sebagai keutuhan. Mengandalkan
manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif,
mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran
penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif”.2
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan
metode deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah yang ada berdasarkan data-data. Disamping itu juga
1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004, h. 4.
2 Ibid
32
menyajikan data, menganalisis dan menginterprestasi, serta bersifat
koperatif dan korelatif.3
C. Sumber Data
Perlu diingat bahwa dalam penelitian, pemilihan sampel bukan saja
diterapkan pada manusia sebagai responden, melainkan juga pada latar
(setting), kejadian dan proses. 4
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Guru PAI untuk mendapatkan data dan informasi mengenai proses
pembelajaran di kelas dan upaya atau peran apa saja yang
dilakukan guru PAI di era globalisasi dalam membina akhlak siswa
2. Wakil kepala sekolah untuk mendapatkan data dan informasi
mengenai kenerja Guru PAI dan mengenai sarana dan prasarana
yang tersedia di sekolah dalam upaya pengembangan kreativitas
siswa.
3. Siswa siswi SMAN 47 Model Jakarta Selatan untuk mendapatkan
data dan informasi mengenai bagaimana cara mengajar guru di
kelas.
D. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Observasi (pengamatan)
Observasi (pengamatan) adalah alat pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik
gejala-gejala akhlak siswa pada era globalisasi ini. Peneliti datang
langsung ke sekolah yang dituju untuk mengamati dan mendapatkan
sejumlah informasi yang berkaitan dengan hal tersebut.
Dalam hal ini penggunaan metode observasi langsung yaitu akan
3 Cholid Narkubo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002, h. 44.
4 A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan
Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2011), Cet. XI, h.102.
33
mengadakan pengamatan dan pencatatan dalam situasi yang sebenarnnya.
Metode ini digunakan peneliti untuk memperoleh informasi tentang
keseluruhan obyek penelitian, yang meliputi keadaan sarana dan
prasarana, struktur organisasi, fasilitas pendukung proses belajar
mengajar
2. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara
(informan). Peneliti mewawancarai guru PAI dan guru bidang studi
yang lainnya, berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu bagaimana
akhlak siswa pada era globalisasi.
Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan
wawancara agar tidak lupa bahkan hilang. Karena wawancara
dilakukan secara terbuka dan tidak berstruktur, maka peneliti perlu
membuat rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil wawancara.
Dari berbagai sumber data, perlu dicatat mana data yang dianggap
penting, data yang sama dikelompokkan. Hubungan satu data dengan
data yang lain perlu dikonstruksikan, sehingga menghasilkan pola dan
makna tertentu. Data yang masih diragukan perlu ditanyakan kembali
kepada sumber data lama atau yang baru agar memperoleh ketuntasan
dan kepastian. 5
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu suatu metode penelitian yang mencari
data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
notulen rapat dan sebagainya.
Dalam literatur paradigma kualitatif ada dibedakan istiah
documents dari records (bukti catatan). Records segala catatan tertulis
yang disiapkan seseorang atau lembaga untuk pembuktian sebuah
5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h.240.
34
peristiwa atau menyajikan perhitungan, sedangkan dokumen adalah
barang yang tertulis atau terfilmkan selain records yang tidak
disiapkan khusus atas permintaan peneliti. 6
E. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan mencari dan menata secara sistematis catatan
hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman
peneliti tentang permasalahan yang diteliti dan menyajikannya sebagai
temuan.
Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan teknik deskriptif
analitik, yaitu data yang diperoleh tidak dianalisa menggunakan rumusan
statistika, namun data tersebut dideskripsikan sehingga memberikan
kejelasan sesuai kenyataan realita yang ada di lapangan. Hasil analisa
berupa pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk
uraian naratif. Uraian pemaparan harus sistematik dan menyeluruh sebagai
satu kesatuan dalam konteks lingkungannya juga sistematik dalam
penggunaannya sehingga urutan pemaparannya logis dan mudah diikuti
maknanya.
Adapun langkah-langkah analisis yang peneliti lakkukan adalah:
1) Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokukan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang
direduksi akan memberikan gambaran yang cukup jelas.
2) Kategorisasi / pengkodingan
Koding dimaksudkan utuk dapat mengorganisasi dan
mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data
dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Dengan
6 A Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan
Penelitian Kualitatif, h. 111.
35
demikian pada gilirannya peneliti akan menemukan makna dari data
yang dikumpulkannya.7
Peneliti melakukan teknik analisis data dengan langkah-langkah
sebagai berikut. Pertama, data pendukung dan data utama
ditranskipkan. Kemudian, transkip yang diperoleh dari hasil
wawancara diseleksi dan diserahkan menggunakan kategorisasi dan
pengkodingan agar mempermudah proses pengklasifikasian.
Selanjutnya hasil kategorisasi tadi dideskripsikan dan dianalisa dan
memperoleh jawaban dari pertanyaan penelitian.
7 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, h. 89.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Sejarah Singkat SMA Negeri 47 MODEL Jakarta
SMA Negeri 47 Jakarta sebagai lembaga Pendidik menegah atas, lahir
untuk memenuhi tuntutan obyektif, baik untuk menyerap tenaga guru
professional maupun membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah
dan tuntutan atas perluasan dan pemerataan kesempatan belajar pada jenjang
Pend. menengah atas.
1. Masa Pra Pembentukan SMA Negeri 47 Jakarta
a. Periode (1978-1989)
Pada tanggal 2 Januari 1978, diresmikan sebuah SMA Negeri cabang
(kelas jauh) dari SMA Negeri 29 Jakarta dengan nama SMA Negeri 29
Filial Jakarta, yang beralamat di Jalan Delman Utama I Kebayoran Lama
Jakarta Selatan. Gedung SMA Negeri 29 Filial dibangun sejak tahun
1977, dengan keadaan ruangan sbb :
1) Ruang Belajar 7 kelas
2) Ruang Kepala Sekolah 1 ruang
3) Ruang Tata Usaha 1 ruang
4) Ruang WC 1 ruang
Kepala Sekolah sekaligus Pendiri : Hj. Jajoek M. Assaat, BA
Ketua BP3 : H. Asep Syarifuddin
Wakil Ketua : Let. Kol. Syarwono G.1
1 Dokumen SMAN 47 Jakarta Selatan
37
b. Periode (2012- 2013)
Mulai 1 Oktober 2012, kepala SMA Negeri 47 Jakarta dijabat oleh
Drs. Rachmat, HDP menggantikan Drs. H. Syafruddin Yusuf, MPd yang
sudah selesai masa baktinya sebagai kepala sekolah (purna bhakti).
Drs. Rachmat, HDP, sebelumnya menjabat Kepala SMA Negeri
111 Jakarta Barat, SMA Negeri 32 dan SMA Negeri 38 Jakarta Selatan.
Di awal tugasnya sebagai Kepala Sekolah di SMAN 47 Jakarta,
Drs. Rachmat, HDP melanjutkan tradisi positif yang telah dilakukan
kepala sekolah sebelumnya, yakni dengan melakukan berbagai upaya
pengembangan dan peningkatan mutu akademik maupun non akademik.
Dan pada awal masa tugas beliaulah dimulainya era pendidikan
gratis disemua jenjang pendidikan dasar dan menengah di provinsi DKI
Jakarta, yakni diperolehnya subsidi pendidikan penuh dari Pemda DKI
bagi semua sekolah negeri di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi DKI
Jakarta.2
.
c. Periode (2013- sekarang)
Pada periode ini Kepala SMAN 47 Jakarta dijabat oleh Hj. Umairoh,
S.Pd, M.M
2. Visi, Misi dan Tujuan
a. Visi SMA Negeri 47 Jakarta
“Unggul dalam prestasi bertaraf nasional maupun internasional
berlandaskan iman dan takwa”.
b. Misi SMA Negeri 47 Jakarta
Untuk mewujudkan visi di atas, SMA Negeri 47 Jakarta memiliki misi
sebagai berikut :
2 Ibid
38
a) Menjalin kerja sama dengan pemangku kepentingan, Perguruan
Tinggi, organisasi prestasi, dan dunia usaha baik dalam negeri
maupun luar negeri dalam rangka peningkatan pelayanan terhadap
siswa.
b) Menumbuhkan penghayatan dan semangat pengamalan terhadap
ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa sebagai sumber kearifan
dalam bertindak.
c) Menumbuhkan keunggulan dan kompetitif secara intensif kepada
seluruh warga sekolah.
d) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara optimal yang
berorientasi pada pencapaian kompetensi berstandar Nasional dan
Internasional dengan tetap mempertimbangkan potensi yang dimiliki
oleh peserta didik.
e) Mengembangkan dan mengintensifkan hubungan sekolah dengan
lembaga-lembaga pendidikan serta institusi lain yang telah memiliki
reputasi Nasional dan Internasional.
f) Menerapkan manjemen pengelolaan sekolah mengacu pada standar
ISO 9001, tahun 2008 dengan melibatkan seluruh warga sekolah.3
3. Tujuan SMA Negeri 47 Jakarta
a. Tujuan Umum
1) Memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang refresentatif untuk
mendukung pelaksanaaan proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien, berdasarkan semangat keunggulan lokal dan global;.
2) Memiliki sarana pendukung pembelajaran yang representative dan
berbasis elektronik dan teknologi informasi.
3 Ibid
39
3) Meningkatkan kinerja masing-masing komponen sekolah untuk
bersama-sama melaksanakan kegiatan yang inovatif sesuai dengan
Tugas Pokok dan Fungsi masing-masing agar dapat memberikan
layanan yang professional;
4) Menyelenggarakan pendidikan secara profesional untuk
menghasilakan lulusan yang berkepribadian unggul, berwawasan
kebangsaan, cerdas komprehensif, dan siap memasuki jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
5) Meningkatkan pelaksanakan Program Pengembangan diri melalui
layanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler yang lebih efektif
dan efisien sebagai penyaluran bakat dan minat siswa untuk meraih
prestasi di bidang akademik maupun non akademik;
6) Menjadikan belajar, disiplin, jujur, empati, sopan dan santun serta
silaturrahmi sebagai budaya bagi semua warga sekolah.
7) Melaksanakan dan mengembangkan Program SMA Model yang
dapat menjadi rintisan menuju Sekolah Berwawasan/Bertaraf
Internasional serta mampu menjadi rujukan bagi sekolah lain.
8) Menggunakan bahasa Inggris dalam proses pembelajaran maupun
dalam berkomunikasi baik lisan maupun tulisan;
9) Meningkatkan kualitas dan jumlah tamatan yang melanjutkan ke
perguruan tinggi;
10) Menyusun dan melaksanakan tata tertib dan segala ketentuan yang
mengatur operasional warga sekolah;
b. Tujuan Khusus
1) Memiliki Kurikulum Sekolah berdasarkan kriteria Sekolah Model
dan Sekolah Bertaraf Internasional.
2) Melaksanakan Program SMA Model melalui peningkatkan dan
pengembangan seluruh komponen-komponen pendukung SMA
Model (SKM-PBKL-PSB) yang terintegrasi kedalam mata pelajaran,
muatan lokal dan kultur sekolah dengan mengedepankan
40
penampilan, pelayanan dan prestasi serta memiliki pola fikir yang
kreatif dan inovatif bagi seluruh warga sekolah.
3) Memiliki konsep dan sistem pelaksanaan SKS, moving class maupun
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).
4) Meningkatnya Nilai Akreditasi Sekolah dari kualifikasi A dengan
nilai 97,98, menjadi kualifikasi A dengan nilai 98,50.
5) Menerapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) seluruh mata
pelajaran ≥ 80 % dan KKM penjurusan 83 %.
6) Meningkatnya daya serap pelajaran 100% dan rata-rata nilai UAN
diatas 85,00.
7) Meningkatnya daya serap lulusan yang diterima di perguruan tinggi
ternama (PTN/PTS) mencapai (97 – 100 %) dengan persentase yang
masuk PTN mencapai 85 %.
8) Melaksanakan kegiatan ibadah bersama di sekolah serta pembinaan
keimanan dan ketakwaan yang terprogram dan berkesinambungan
bagi seluruh warga sekolah.
9) Menjadi 5 (lima) SMA Negeri terbaik di provinsi DKI Jakarta.
10) Menjadi sekolah unggulan tingkat Nasional.
11) Memiliki tim kegiatan ekstrakurikuler yang mampu gtampil dan
menjuarai lomba–lomba akademik maupun non akademik di tingkat
propinsi, nasional dan Internasional.
12) Menjadikan penilaian kognitif, psikomotor, afektif dan kehadiran
dalam kegiatan KBM sebagai acuan keberhasilan.
13) Mengintensifkan kegiatan klinik akademik, remedial dan pengayaan
sebagai bentuk optimalisasi layanan akademik terhadap siswa.
14) Melaksanakan penelusuran bakat dan minat siswa secara intensif dan
profesional dalam rangka mendukung penetapan pemilihan
jurusan/program studi lebih lanjut.
15) Melaksanakan kegiatan pengembangan kompetensi akademik
maupun non akademik melalui pemberian wawasan, pelatihan dan
41
pembinaan karakter baik indoor dan outdoor kepada seluruh warga
sekolah.
4. Guru dan Tenaga Kependidikan
Guru di SMA Negeri 47 Jakarta berjumlah 61 orang, terdiri dari 47 orang
berstatus PNS dan 14 orang berstatus Guru Tidak Tetap. Ditinjau dari
kualifikasi pendidikan, yang memiliki ijazah D3/Sarjana Muda berjumlah 2
orang, S1 berjumlah 49 orang dan S2 berjumlah 10 orang (1 orang kandidat
doktor). Sementara yang sudah memiliki sertifikat guru berjumlah 47 orang.
Melihat jumlah guru yang berpendidikan S2/S3 (pasca sarjana) di SMA
Negeri 47 Jakarta saat ini, maka perlu diprogramkan penambahan minimal 13
orang guru yang berkualifikasi S2 untuk memenuhi kriteria minimal (30 %)
jumlah guru yang berkualifikasi S2 bagi Sekolah Berstandar Intertenasional.
a. Prestasi Akademik/Non Akademik Tenaga Guru dan KePend.
(6tahun terakhir, tahun pelajaran 2006/2007 s/d 2013/2014) :
Tabel 4.2
Prestasi Akademik
No. Kejuaraan/Prestasi Tingkat* Tahun
1 Juara I Uji Kompetensi Guru Provinsi DKI
Jakarta
2007
2 Juara I Guru Teladan/Berprestasi Kodya Jakarta
Selatan
2008
3 Juara III Guru
Teladan/Berprestasi
Provinsi DKI
Jakarta
2008
4 Juara I Uji Kompetensi Guru Provinsi DKI
Jakarta
2008
5 Juara II Guru Berprestasi Kodya Jakarta 2011
42
selatan
6 Sekolah Unggulan Provinsi DKI
Jakarta
2005-
Sekarang
7 Sekolah Model (SKM-PBKL-
PSB
Nasional 2010
Kode
Guru Nama
Mata Pelajaran
01 Hj. Umairoh,S.Pd,MM 196305211985032004 Bahasa Inggris
02 Dra. MTh. Ninik Istrini 195403211978032000 Biologi
03 Dra. Prihartini, Kons 195406181979032006 Bimbingan dan Konseling
04 Dra. Agusrini - Seni Budaya (Seni Musik)
05 Dra. Hj. Lolly Adam 195808251982102002 Bahasa Inggris
06 Ruhimat Sanusi, S.Pd 195706211981031005 Kimia
07 Dra. Hj. Fitri Indraswari 195804211982102001 Biologi
08 H. Ibrahim, MS, S.Ag – Pendidikan Agama Islam
09 Hj. Sjaechoh Mecky, S.Pd 195606201985032001 Bimbingan dan Konseling
10 Dra. Pudyastuti 195809191981032004 Geografi
11 Drs. Ahnaf Hamzah 195706041986031006 Pendidikan Agama Islam
12 Drs. N. Christoffel P. M.Th – Pendidikan Agama Kristen
13 E. Any Sunarwanti, S.Pd 195604181981032004 Geografi (Peminatan X-IPS)
Geografi ( Kelas XII )
Mulok (Kependudukan)
Sosiologi
14 Dra. Siti Ramah Sebayang 195804031985032005 Fisika (Peminatan X-IPA)
Mulok (Fisika Terapan)
15 Kasman, S.Pd 195710101979031011 Matematika
16 Drs. Prasono 195703101984031004 Fisika
17 H. Mustaqim, M.Pd 195807171983031013 Bahasa Indonesia
18 Drs. Moch. Kurnia 195708301984031005 Ekonomi (Peminatan X-IPS)
Ekonomi (Lintas Minat)
Ekonomi ( Kelas XI )
Ekonomi ( Kelas XII )
43
19 Sri Yektisiswanti, S.Pd 195811211983022001 Matematika
20 Drs. Rahman 195811221986021003 Penjas & Orkes
21 Dra. Hj. Rahmawati 195805251986032006 Bimbingan dan Konseling
22 Drs. Jaya Balaputra Hz, MM 196002061987031017 Sejarah
Sejarah
23 Drs. Amirsyah, MM 196410151989021003 Matematika
24 Drs. Wasito Hadi, MA 195808161987031005 Bahasa Inggris
25 Saurma Sidabutar, BA 195909071985032006 Bahasa Asing (Bhs. Perancis)
26 Tiorida S. Nababan, M.Pd 196312301988032006 Ekonomi
Mulok (Komputer Akuntansi)
27 Drs. H. Abdullah Syatori 195905271993031001 Pendidikan Agama Islam
28 Drs. Sumediyanto 19670511200811006 PPKn
29 Dra. Fourita Indriyani 196309111993032004 Kimia (Peminatan X-IPA)
30 Sri Handayani, S.Pd – Bahasa Indonesia
31 Eko Sarwono – Kimia
32 Drs. Agus Yuliono 196607071997031002 Fisika
33 Drs. Wasimin, M.Pd 196205032008011003 Bahasa Indonesia
34 Heni Purwaningsih, S.Pd 197207262008012014 Kimia
35 Rudi Hidayat, S.Sos,M.Kom 197405052008011025 TIK-Prakarya dan
Kewirausahaan (Rekayasa)
36 Niken Sutiyaningsih, M.Pd 196904302008012011 Ekonomi (Peminatan X-IPS)
Ekonomi (Lintas Minat X-IPS)
Ekonomi ( Kelas XII )
37 Hj. Kurnianingsih, S.Pd 197308051998022002 Matematika (Lintas Minat-IPS)
Matematika (Wajib/IPA/IPS)
38 Dwi Suwartini S.Pd 196901191998022001 Biologi (Peminatan X-IPA)
Mulok (Biologi Terapan)
Biologi ( Kelas XII )
39 Bambang Hartanto, S.Pd 197106152008011019 Matematika (Wajib-IPA/IPS)
Matematika (Peminatan X-IPA)
40 Juni Sudibyo, S.Pd 197106161998021002 Fisika
41 Surti Sihombing, S.Pd 197212052008012021 Geografi
44
5. Siswa (Peserta Didik)
Komposisi siswa tahun pelajaran 2013/2014:
Tabel 4.5
Komposisi siswa tahun pelajaran 2013/2014
No Kls Jumlah Siswa
Jml
Rom-
bel
Jml
Total
1. X IPA-1 IPA-2
IPA-
3
IPA-
4
IPS-
1
IPS-
2
IPS-
3
IPS-
4 8 287
35 36 37 36 36 35 37 38
Sosiologi (Peminatan X-IPS)
42 Rinta Sarasati, S.Pd 197411252008012000 Sejarah
43 Dra. Hj. S. Aryati Hakim 195502041983032003 Matematika
44 Yayat Supriyatna, S.Mn – Tek. Informasi dan Komunikasi
45 Deden Suryana, S.Pd – Tek. Informasi dan Komunikasi
46 Andi Sutopo, S.Pd – PPKn
47 Umayah, S.Pd – Bahasa Inggris
48 Barnabas Siswanto, S.Pd – Pendidikan Agama Katholik
49 Tri Sumardiati, S.Pd – Sejarah (Peminatan X-IPS)
50 Delviana, S.Pd – Seni Budaya (Seni Rupa)
51 Dra. Hj. Erni Siregar 195608211980032002 Sosiologi
52 Reno Prima, SE – Tek. Informasi dan Komunikasi
53 Zakiyah, S.Pd 197805012006042004 Bahasa Inggris
54 Edi Riyanto, S.Pd 196801191992011001 Biologi (Peminatan X-IPA)
Mulok (Biologi Terapan)
55 Muhammad Amin, S.Pd – Penjas & Orkes
56 Rr. Dyah Anggoro Ratri, S.Pd – Bahasa Asing (Bhs. Jerman)
57 Irmayati, SH – PPKn
58 Hj. Nelfrida, S.Pd 196110061986032003 Bimbingan dan Konseling
59 Suhendi, S.Pd 197303192008011016 PPKn
45
2. XI IPA-1 IPA-2
IPA-
3
IPA-
4
IPS-
1
IPS-
2
IPS-
3
IPS-
4 8 318
40 40 40 40 40 39 39 40
3. XII IPA-1 IPA-2
IPA-
3
IPA-
4
IPA-
5
IPS-
1
IPS-
2
IPS-
3
IPS-
4 9 339
39 39 39 38 37 34 40 36 37
Jumlah 25 932
6. Sarana dan Prasarana
SMA Negeri 47 Jakarta memiliki luas tanah 6932 m2, luas bangunan
5607 m2 dan memiliki sarana/prasarana sebagai berikut :
a. Gedung :
Tipe bangunan : Tipe A
Lantai : Tiga lantai
Kondisi bangunan : Baik
b. Fasilitas :
Tabel 4.6
Fasilitas Sekolah
No Jenis Prasarana Unit Luas (m2)
1 Ruang Kantor
a. R. Kepala Sekolah
b. R. Wakil Kepala Sekolah
c. R. Guru
d. R. Tata usaha
e. R. Keuangan/Komite
1
1
1
1
1
32
42
142
72
24
2 Ruang Kelas/Teori 24 1728
3 Ruang Perpustakaan 1 144
46
No Jenis Prasarana Unit Luas (m2)
4 Ruang Lab. Bahasa 1 96
5 Ruang Lab. Komputer 1 72
6 Ruang Lab. Fisika/Biologi 1 96
7 Ruang Lab. Kimia 1 96
8 Ruang BK/Konseling 1 48
9 Ruang Kurikulum/Server 1 15
10 Ruang UKS/Kesehatan 1 24
11 Ruang Serba Guna 1 96
12 Masjid 1 480
13 Ruang OSIS 1 15
14 Ruang Gudang 1 24
15 Ruang Kamar Mandi Guru/Karyawan 3 27
16 Ruang Kamar Mandi Siswa 7 17,5
16 Ruang Satpam 1 24
17 Lapangan Volley 1 250
18 Lapangan Basket 1 250
19 Pagar Sekolah 1
47
B. Peran Guru PAI di Era Globalisasi dalam Membina Akhlak Siswa di
SMAN 47 Model Jakarta
1. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMAN
47 Model Jakarta
Pendidikan Agama Islam merupakan sesuatu bidang studi yang harus
diajarkan pada setiap lembaga pendidikan baik dalam Departeman
Pendidikan Agama.
Guru pendidikan agama Islam merupakan salah satu pekerjaan
profesional. Pekerjan profesional sebagai pendidik pada dasarnya bertitik
tolak dari adanya panggilan jiwa, tanggung jawab moral, tangung jawab
sosial, dan tangggung jawab keilmuan.
Kinerja seorang guru pendidikan agama Islam merupakan suatu
perilaku atau respon yang memberikan hasil yang mengacu pada apa
yang mereka kerjakan ketika menghadapi suatu tugas. Kinerja guru
pendidikan agama Islam menyangkut semuan aktivitas atau tingkah laku
yang dikerjakan oleh seorang pendidik agama Islam dalam mencapai
suatu tujuan atau hasil pembelajaran pendidikan agama Islam. Hal ini
tampak dari perilaku guru dalam proses pembelajaran serta interaksi guru
dengan siswa.
Guru pendidikan agama Islam adalah ujung tombak dalam
melaksanakan misi pendidikan agama Islam di lapangan serta merupakan
faktor yang sangat penting dalam mewujudkan sistem pendidikan yang
bermutu dan efisien. Peran guru pendidikan agama Islam terhadap
siswanya sangat besar, aspek-aspek kepribadian yang meliputi sifat-sifat
kepribadian, intelegensi, pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai, peranan
dan lain-lain berpengaruh terhadap keberhasilan guru pendidikan agama
Islam sebagai pengembang sumberdaya manusia. Untuk itu guru yang
dipandang sebagai orang yang harus digugu dan ditiru, guru agama Islam
harus menjadikan dirinya figur yang paripurna dan ideal. Tanggung
jawab guru pendidikan agama Islam dalam kehidupan menyangkut
berbagai dimensi kehidupan serta menuntut pertanggung jawaban moral
48
yang berat untuk itu berbagai syarat atau kriteria wajib dipenuhi demi
menjalankan tugasnya dengan baik demi tercapainya perkembangan
maksimal sesuai dengan nilai-nilai Islam di era globalisasi ini.
Derasnya arus globalisasi yang melanda dunia ditandai dengan
pesatnya kemajuan teknologi. Tidak terkecuali dalam bidang
pendidikan. teknologi yang kian pesat bukan hanya membawa
pengaruh yang positif melainkan juga membawa dampak yang
negatif, terutama bagi generasi muda saat ini. Diperlukan adanya filter
yang mampu membuat generasi muda terhindar hal negatif yang
dibawa arus globalisasi tersebut. Tentu saja ini merupakan tantangan
besar bagi pihak terkait seperti orangtua dan guru. Dengan demikian
penguasaan teknologi adalah hal yang mutlak dimiliki oleh pendidik
yaitu guru, termasuk guru pendidikan agama Islam.
Membicarakan masalah pedidikan agama Islam, tentu berkaitan
dengan amalan ajaran agama islam itu sendiri. Suatu pelajaran tidak
hanya dengan teori saja, tetapi perlu pengamalan dari setiap individu,
karena pendidikan agama islam sangat penting mempengaruhi prilaku
siswa sehari-hari. Pendidikan agama islam mempunyai suatu tuntunan
yang harus diamalkan oleh setiap pengikutnya, karena amal perbuatan
adalah tujuan yang hakiki dari pada ilmu pengetahuan, apa gunanya
pengetahuan bila tidak disertai dengan perbuatan.
Pendidikan agama islam mempunyai suatu tuntunan yang harus
diamalkan oleh setiap pengikutnya. Karena amalan perbuatan adalah
pendidikan agama islam juga diberikan berupa contoh atau tindakan
seorang guru yang mencerminkan nilai-nilai universal agama itu
sendiri, karena guru menjadi tauladan bagi murid-murid, maka mereka
mencontoh perkataan guru, perbuatan guru dan semua gerak geriknya.
Oleh karena itu, guru harus berpegang Teguh pada ajaran agama islam
serta mengamalkannya.
Dari penjelasan di atas jelas bahwa suatu ilmu tidak cukup hanya
dengan teori saja, tetapi yang terpenting adalah pengamalannya.
49
Begitu juga seorang guru harus memiliki perilaku yang baik, apalagi
guru pendidikan agama islam, dimana setiap gerak-geriknya baik di
rumah maupun sekolah sangat menjadi perhatian bagi anak didiknya
dan lingkungan masyarakat.
Tidak hanya dituntut untuk berakhlak baik, seorang guru PAI di
jaman sekarang yang semua serba instan dan bisa diakses dengan
mudahnya. SMAN 47 Model Jakarta Selatan, memanfaatkan
kemajuan teknologi yang ada sebagai sarana dalam proses belajar
mengajarnya. Maka dapat dikatakan bahwa seorang guru PAI dituntut
untuk mengerti tekonologi, bukan hanya mengerti saja tetapi mampu
menjalankannya dan menggunakannya, seperti pemanfaatan internet,
laptop, dan infocus. Sebagaimana dikatakan oleh H. Ahnaf Hamzah
selaku guru PAI kelas X di SMAN 47 Model Jakarta Selatan,
Guru PAI sekarang berbeda dengan guru PAI di zaman dahulu,
begitupun dengan problematika dan kendalanya sangat berbeda.
Guru di jaman sekarang dituntut untuk mengerti kemajuan
tekonologi dan bisa mengoperasikannya, tentu untuk kepentingan
proses belajar mengajar di sekolah. Seperti menggunakan fasilitas
yang ada di sekolah, menggunakan infocus dan laptop. Dengan
menggunakan kedua benda tersebut, sudah bisa membuat proses
belajar mengajar lebih menarik dan tidak membosankan.”4
Begitupun yang dikatakan oleh H. Ibrahim bahwa:
Salah satu bentuk dari pembinaan Agama Islam di SMAN 47 Model
Jakarta Selatan, yakni pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas, pelajaran pendidikan agama yang
menjadi salah satu mata pelajaran pokok yang ada di SMAN 47
Model Jakarta Selatan. proses belajar mengajar di kelas berlangsung
dengan lancar, para siswa mengikuti pelajaran dengan antusias, dan
hanya ada beberapa anak saja yang memang biasanya kurang antusias
baik dalam pelajaran pendidikan agama maupun pelajaran yang lain.
Dengan kemajuan tekonologi yang ada kitapun lebih mudah
mengemas pembelajaran dengan lebih menarik.5
Dari hasil wawancara dengan seorang guru PAI di SMAN 47
Model Jakarta Selatan, dapat disimpulkan bahwa begitu penting dan
4 Ahnaf Hamzah, Hasil Wawancara dengan Guru PAI. Tanggal 5 Desember 2014.
5 Ibrahim, Hasil Wawancara dengan Guru PAI. Tanggal 5 Desember 2014
50
berpengaruhnya kemajuan tekonologi di jaman sekarang dalam
mendukung proses belajar mengajar di sekolah terutama bagi guru
pendidikan agama Islam, karena problematika di jaman sekarang
untuk mendidik peserta didik lebih sulit dibandingkan jaman dahulu.
Begitupun dengan M. Wildan salah satu murid SMAN 47 Model
Jakarta Selatan, mengatakan bahwa “Pembelajaran yang paling tidak
membosankan yaitu pembelajaran yang menggunakan teknologi
seperti guru yang menggunakan laptop dan infocus untuk
menyampaikan materinya, karena penyampaian yang menarik dan
didukung dengan perangkat teknologi, membuat kami tidak merasa
bosan dan jenuh.”6
Sudah jelas bahwa dampak kemajuan teknologi di era globalisasi
ini memang tidak bisa dipandang sebelah mata, dengan banyaknya
dampak positif yang bisa diandalkan oleh umat manusia, terutama
bagi kepentingan dan kemajuan pendidikan di Indonesia.
Seperti yang dikatakan oleh Drs. H. Syatori bahwa:
Kami akan terus merenovasi dan terus memperbarui teknologi
yang ada untuk kepentingan sekolah, yang dibutuhkan oleh guru-
guru dan yang diperlukan oleh siswa-siswi untuk menjadikan
mereka (siswa) yang berakhlakul karimah dan mengerti cara
menggunakan kemajuan teknologi seperti handphone, internet dan
sebagainya”7
Kemudian dari hasil observasi yang dilakukan olen peneliti di kelas
menunjukkan, bahwa rata-rata siswa memang mengikuti pelajaran
dengan antusias, baik pada saat proses penyampaian materi di dalam
kelas maupun ketika praktek di musholla sekolah. Walaupun memang
ada beberapa siswa yang ketika praktek sambil bermain-main. Jadi dapat
disimpulkan bahwa rata-rata siswa SMAN 47 Model Jakarta Selatan
sudah aktif dalam mengikuti pembelajaran agama di kelas.
6 M Wildan, Hasil Wawancara dengan Murid SMAN 47 Jakarta. Tgl 5 Desember 2014.
7 Syatori, Hasil Wawancara dengan Wakasek di SMAN 47 Model Jakarta, tgl 5 Desember
2014.
51
Sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan perlu ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Perencanaan mengajar
Setiap perencanaan selalu berkenaan dengan proyeksi atau perkiraan
mengenai apa yang akan dilakukan, demikian halnya dalam perencanaan
mengajar memperkirakan mengenai tindakan apa yang akan dilakukan
pada waktu melaksanakan pengajaran agar tujuantujuan pengajaran yang
telah ditetapkan dapat tercapai semaksimal mungkin.
a. Membuat kalender pendidikan
Membuat kalender pendidikan dimaksudkan untuk mengetahui
waktu-waktu yang digunakan dalam melangsungkan proses belajar
mengajar dengan memperhatikan pelajaran yang akan disampaikan
kepada siswa dalam waktu satu tahun.
b. Membuat satuan pelajaran
Sebagai konsekuensi logis dari perencanaan di atas maka guru
pendidikan agama Islam di SMAN 47 Model Jakarta Selatan sebelum
mengajar terlebih dahulu harus membuat satuan pelajaran. Karena
dengan satuan pelajaran ini guru mengetahui tugus yang harus
dilaksanakan dalam jangka waktu satu tahun, sehingga dapat
menentukan materi yang akan disesuaikan dalam tiap-tiap semester.
c. Melaksanakan kegiatan mengajar
Tugas ini tidak terlepas dari perencanaan yang telah disusun
dan aktifitas terus berkembang hingga menjelang diadakannya
ujian semester. Dalam penyampaian materi pendidikan agama
Islam tidak harus bersifat teoritis melainkan yang besifat praktis,
agar bahan yang telah diajarkan benar-benar dapat dimengerti dan
diamalkan.
2. Kurikulum
Kurikulum adalah program belajar atau dokumen yang berisikan
hasil belajar yang diamati (diharapkan siswa memilikinya) di bawah
tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut.
Program belajar yang bersifat umum yang memerlukan penjabaran
52
lebih lanjut oleh guru sebelum diberikan kepada siswa melalui
proses pengajaran seperti biasanya.
3. Metode
Seorang pendidik yang selalu berkecimpung dalam proses
belajar mengajar, agar tujuan benar-benar dicapai secara efektif dan
efisien, maka hanya dengan penguasaan materi tidaklah mencukupi.
Guru harus menguasai berbagai teknik atau metode penyampaian
materi yang tepat dalam proses belajar mengajar sesuai dengan
materi yang diajarkan dan kemampuan anak didik yang menerima.
Pemilihan teknik atau metode yang tepat kiranya memerlukan
keahlian tersendiri. Para pendidik harus pandai memilih dan
mempergunakan teknik atau metode yang akan dipergunakan.
Menurut bapak H. Ibrahim selaku guru PAI dan kurikulum bahwa:
Mengenai metode yang digunakan sangat banyak dan bervariasi,
disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan dan metode
belajar ini bisa dilihat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.8
2. Peran Guru PAI di Era Globalisasi Dalam Membina Akhlak
Siswa di Sekolah
Setiap perjalanan pasti akan ada rintangan yang menghalangi, begitu
pula halnya dengan proses kegiatan belajar mengajar dan kegiatan
keagamaan yang ada di SMAN 47 Model Jakarta Selatan, ada beberapa
hambatan dalam pelaksanaan dan upaya guru agama dalam membina
akhlak siswa, disitulah peran dan keprefesionalan guru diuji.
Guru mempunyai peran penting dalam pembinaan Akhlak siswa,
karena guru merupakan salah satu komponen terpenting dalam
pendidikan. Oleh sebab itu, kualitas dan kompetensi guru merupakan
modal utama yang harus dimiliki oleh setiap guru terutama di era
sekarang yang penuh dengan tantangan dalam pembinaan
pengetahuan dan akhlak generasi muda. Guru PAI sebagai salah satu
pendidik yang sangat intens dalam pembinaan akhlak, dituntut mampu
8 Ibrahim, Hasil Wawancara dengan Guru PAI, Tanggal 5 Desember 2014
53
untuk mengajarkan dan mengimplementasikan nilai-nilai keagamanan
di sekolah.
Melihat kondisi saat ini, terutama di era globalisasi seperti
sekarang, SMAN 47 Model Jakarta Selatan dalam upaya melahirkan
generasi yang berakhlak dan cerdas, memberlakukan standar yang
tinggi untuk staf pengajarnya agar pelaksanaan pembelajaran dalam
rangka penanaman akhlak dan intelektual dapat terlaksana secara
optimal sehingga siswa-siswa terhindar dari pengaruh negatif dari
globalisasi. Hal ini berdasarkan pernyataan Bapak Syatori bahwa,
Seorang guru pendidikan agama Islam yang mengajar di sekolah ini
harus mempunyai standar yang sudah ditetapkan dari sekolah,
misalnya seperti mempunyai sikap yang harmonis kepada seluruh
murid, mempunyai jiwa sosial yang tinggi, dan menguasai ilmu agama
Islam. Selain itu guru PAI juga dituntut penuh untuk menanamkan
nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, sehingga murid dapat
menyerap dan mengamalkan nilai yang diajarkan dengan baik dan
optimal. Dengan demikian diharapkan siswa tidak terbawa arus
globalisasi yang negatif.”9
Guru di Sekolah SMAN 47 Jakarta diharuskan melewati
kualifikasi yang ditetapkan kepala sekolah atau wakil kepala sekolah,
seperti memiliki sikap yang harmonis dengan siswa-siswi apapun latar
belakangnya, dan memiliki jiwa sosial yang tinggi dengan siapapun di
lingkungan sekolah, dan memiliki pemahaman Agama Islam yang
baik. Karena guru pendidikan agama Islam adalah sumber utama
untuk membentuk akhlakul karimah kepada siswa, terutama di SMAN
47 Model Jakarta.10
Adapun peran guru Pendidikan Agama Islam dalam membina
akhlak di SMAN 47 Model Jakarta Selatan adalah sebagai berikut:
9 Ibid.
10
Hasil Observasi, tanggal 28 November 2014.
54
c. Peran Guru PAI sebagai Pendidik dan Pembimbing di SMAN
47 Model Jakarta Selatan
Peran Guru Agama Islam di SMAN 47 Model Jakarta tidak
bisa dibilang mudah dikarenakan agama adalah keyakinan
manusia yang sangat sensitif apabila terjadi singgungan antara
agama satu dengan agama lainnya. Hal ini jelas karena Sekolah
SMAN 47 Model Jakarta Selatan adalah sekolah yang
berwawasan multikultural yang tentunya sekolah yang berbasis
multi agama. Maka dari itu Guru PAI sangat diperhitungkan
dalam membina akhlak siswa, terlebih lagi di era globalisasi yang
penuh dengan tantangan.
Hal ini berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak
H. Ahnaf Hamzah, yang menyatakan:
Kami selaku guru PAI mempunyai peran yang sangat vital
dalam pembinaan akhlak siswa, terlebih lagi di jaman sekarang
ini. Kami selalu menasehati para siswa, memberikan contoh
yang baik, bermulai dari diri kami sendiri yang berusaha
konsisten dalam bertingkah laku yang baik di kehidupan
sehari-hari. Jadi kami berusaha untuk tidak menyampaikan
kata-kata yang menyinggung atau membeda-bedakan siswa-
siswi di lingkungan sekolah ini, yang tentunya mereka itu
memiliki perbedaan keyakinan dalam beragama. Kemudian
yang selanjutnya, kami selaku guru PAI selalu membimbing
mereka dan terus memantau perkembangan mereka, kami tahu
bahwa kemajuan teknologi pada era sekarang memiliki
dampak positif dan tentunya negatif. Dengan hal itu kami
selaku guru PAI terus membimbing dan mengingatkan mereka
terus untuk selalu menggunakan kemajuan teknologi di era
globalisasi sekarang yang mereka miliki seperti handphone,
laptop dan internet dipergunakan untuk kepentingan hal yang
positif.11
Dari hasil wawancara dengan guru PAI tersebut, penulis
memberikan kesimpulan bahwa, peran guru PAI di era globalisasi
sangatlah vital dan amat berat. Karna setiap apa yang terjadi pada
diri siswa dan tindakan yang dilakukan siswa di sekolah ataupun
11 Ahnaf Hamzah, Hasil Wawancara dengan Guru PAI, tanggal 5 Desember 2014.
55
luar sekolah selalu yang menjadi pertanyaan “siapa guru agama
kamu?.” Karna siswa menghabiskan waktunya mulai dari pagi
jam 06:30-15:10 sore banyak berada di lingkungan sekolah.12
Hal
ini lah yang menjadi tantangan guru PAI yang selain harus
memiliki pendidikan agama yang baik di sekolah, perlunya
menjadi evaluator yaitu mengayomi dan memantau
perkembangan siswa di sekolah maupun luar sekolah dan adanya
kerjasama antara guru dengan orangtua.
Penyebab terjadinya kenakalan siswa dan siswi di SMAN 47
Model Jakarta Selatan bermacam-macam, secara garis besar dapat
digolongkan sebagai berikut: kurangnya didikan agama,
kurangnya pengertian orangtua tentang pendidikan, kurangnya
kedisiplinan waktu dan lemahnya perhatian masyarakat terhadap
pendidikan siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian lapangan,
dimana perilaku akhlak yang kurang baik yang dilakukan siswa/I
SMAN 47 jakarta kebanyakan masih dalam keadaan sewajarnya
dan macam variasi seperti, malas belajar, bolos sekolah,
berpakaian tidak rapih bahkan tidak sopan, berbohong, merokok,
tidak hormat terhadap guru, suka melawan orangtua, sering
menggangu teman dan bermain hp pada saat guru mengajar.
Menurut salah satu siswa yang penulis wawancarai. guru itu
bukan hanya bertugas mengajari kita pelajaran-pelajaran yang ada
di sekolah saja tetapi harus bisa memberikan contoh yang baik
untuk menjadi panutan siswa-siswi di SMAN 47 Model Jakarta
Selatan ini, terutama yang menjadi patokan atau kiblat kami di
sekolah yaitu guru pendidikan agama islam.”13
12 Hasil observasi di SMAN 47 Model Jakarta selatan, tanggal 28 November 2014.
13
M Wildan, Hasil Wawancara dengan Siswa SMAN 47 Jakarta, tanggal 5 Desember 2015
56
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa guru
agama Islam selalu menjadi pendidik dan pembimbing yang baik
disetiap sekolahnya masing-masing, walupun pada hakikatnya
tidak bisa kita serahkan penuh kepada guru agama Islam. Maka
dari itu peran orangtua sangat diharapkan untuk membantu
memotivasi dan mendukung siswa untuk dapat mempersiapkan
diri secara maksimal untuk menghadapi kehidupan di era
globalisasi ini, karena peran orangtua untuk membantu
pendidikan dalam membina akhlak siswapun sama vitalnya, yang
diharapkan apa yang diterapkan di sekolah bisa diterapkan di
rumah, seperti halnya kedisiplinan dan berakhlak yang baik. Sama
halnya yang dikatakan oleh Rasulullah: “keridhoan Allah terletak
pada keridhoan orangtua dan murka Allah terletak pada murka
orangtua.”
d. Peran Guru sebagai Evaluator
Dalam proses belajar mengajar guru harus menjadi
seorang evaluator yang baik, yaitu guru dapat mengetahui
keberhasilan dan pencapaian tujuan, penguasaan siswa
terhadap pelajaran, serta ketetapan metode mengajar, guru
dapat mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup
efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan, atau
sebaliknya. Guru PAI hendaknya terus menerus mengikuti
hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu kewaktu
untuk mengetahui siswa manasajakah yang butuh diberikan
perhatian extra dan mana yang sudah bisa menjadi panutan
atau contoh bagi siswa yang lain. Seperti yang dikatakan oleh
H. Syatori:
saya selaku wakasek dan guru agama Islam di SMAN 47
Model Jakarta Selatan, saya selalu mengikuti perkembangan
anak didik yang ada di sekolah ini untuk mengetahui
bagaimana perkembangan mereka dan untuk mengetahui
57
siswa dan siswi mana sajakan yang mudah diberi bimbingan
dan yang sebaliknya, karna itu sudah tanggung jawab kami
sebagai guru pendidikan agama Islam di sekolah ini, kalau
bukan kami (Guru PAI) siapa lagi.?”14
Memang permasalahan yang terbesar yang dihadapi oleh
guru pendidikan agama islam yaitu “Akhlak” kita tahu bahwa
budaya dan kehidupan eropa sudah sangat menjajah para
generasi muda, mereka yang sudah menganggap bahwa
berpacaran adalah suatu tradisi yang harus dilakukan dan yang
menganggap berpegangan tangan dengan lawan jenisnya sudah
menjadi hal yang lumrah dan hal yang biasa dilakukan. Ini
adalah suatu promblematika yang dihadapi. Orangtua dan guru
sebagai orang yang berkewajiban untuk menanamkan akhlakul
karimah mereka sejak dini sangat berperan penting untuk
kelangsungan akhlak mereka dikala besar nanti.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru PAI
di SMAN 47 Model Jakarta, di dalam membina akhlak
bukanlah perkara yang mudah dan instan, butuh waktu yang
lama dan ke konsistenan. Kita selalu mengajarkan mereka,
pertama dengan kita sendiri bertutur kata yang baik, karena
kita dalah guru sebagai teladan mereka, kemudian kita juga
harus memperlihatkan sikap yang baik terhadap mereka, yang
kedua juga kita harus memberikan perintah atau anjuran-
anjuran agar mereka melihat lingkungan sekolah atau teman
yang memang akhlaknya baik, agar termotivasi untuk ikut
berakhlak baik. Dan terakhir dengan kesabaran.”15
Yang
terpenting di dalam mendidik siswa adalah keuletan, kesabaran
dalam mengingatkan, mencontohkan dan adanya kesungguhan
hati yang ikhlas sebagai guru, untuk itu sabarlah yang akan
14 Syatori, hasil Wawancara dengan wakil kepala sekolah, tanggal 5 Desember 2014. op. cit.
15
Ahnaf Hamzah,hasil wawancara dengan guru agma Islam di SMAN 47 Model jakarata
Selatan. op, cit.
58
membantu pembentukan akhlakul karimah siswa di sekolah.
Lalu agar bisa menjadi pendorong bagi mereka supaya
semangat untuk berakhlak baik. Kalau mereka menunjukan
akhlak yang baik maka akan meningkatkan nilai yang baik
untuk yang lain. Karena sikap pun mampu menjadi penentu
nilai pelajaran.
Berdasarkan wawancara dengan M Wildan, “kebanyakan
dari mereka berakhlak atau bertingkah laku baik jika hanya di
hadapan guru saja, karna mereka ingin mengambil nilai sikap
di pelajaran pendidikan agama Islam.”16
Dalam hal ini guru
sangat memaklumi jika mereka hanya mencari perhatian di
hadapan guru saja, karena pemikiran siswa seumuran mereka
di SMAN 47 Model Jakarta Selatan masih cendrung labil, oleh
karena itu harus selalu diingatkan. Jangan sampai bosan untuk
diingatkan.17
C. Upaya Guru PAI dalam membina akhlak di SMAN 47 Model Jakarta
Selatan
1. Memberikan Materi Tentang Pentingnya Akhlak
Pembinaan akhlak siswa di SMAN 47 Model Jakarta
Selatan di dalam pelaksanaannya ada beberapa upaya yang
dilakukan oleh guru pendidikan agama islam, di samping
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar pendidikan agama
Islam, ada lokasi khusus yang diperlukan untuk menambah
pembelajaran dalam upaya pembinaan akhlak yang merupakan
bentuk khusus di dalam pola pembinaannya. Seperti guru PAI
mengadakan Halaqoh (diskusi) kecil setelah jam sekolah selesai.
16 M wildan, hasil wawancara dengan siswa SMAN 47 Model Jakarta Selatan, tanggal 5
Desember 2014.
17 Hasil observasi di SMAN 47 Model Jakarta Selatan, tanggal 28 November 2014.
59
Hal ini selain menguatkan ukhwah terhadap sesama manusia
juga untuk memeberi kesempatan kepada mereka untuk bertanya
dan saling bertukar pikiran masalah pelajaran pendidikan agama
Islam atau materi pelajaran lain.
Allah SWT Berfirman:
“Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu
satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. dan Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang
apa yang telah kamu kerjakan”.(Q.S. An-Nahl/16:93)
2. Mewajibkan Disiplin dalam sikap dan tingkah laku
Dalam membina akhlak siswa dalam sikap dan tingkah laku
siswa, guru agama di SMAN 47 Model Jakarta selatan
menerapkan disiplin yang ketat dalam sikap dan tingkah laku
siswa, hal ini dilakukan sebagai langkah kongkrit dalam
mendidik akhlak siswa secara langsung, karena metode ini
bertujuan untuk membiasakan siswa bersikap disiplin.18
Bentuk kegiatan yang bersifat langsung dilakukan oleh guru
pendidikan agama islam dimaksudkan untuk lebih mengaktifkan
siswa setelah menerima beberapa materi yang berkaitan dengan
akhlak dalam bentuk kegiatan-kegiatan nyata, seperti bagaimana
seorang siswa harus bersikap dan bertindak menurut ajaran
akhlak yang benar. Bentuk kegiatan ini di samping sebagai
18 Ibid
60
sarana untuk berlatih dan membiasakan siswa bertindak dan
bersikap baik dan benar, baik terhadap orang tua, guru, sesama
teman dan masyarakat dimana siswa tinggal. Tidak ada tujuan
yang paling utama bagi seorang guru kepada siswanya yaitu
untuk menimbulkan kesadaran dalam diri mereka untuk selalu
berbuat baik, meskipun di luar sekolah dan tidak diawasi oleh
guru dan orangtua. Jika itu sudah tercipta di dalam diri siswa,
maka setiap langkah dan perbuatan mereka akan selalu
terkordinir dan berada di jalan yang positif.
3. Bekerjasama Dengan Kepala Sekolah
Pembinaan akhlak di sekolah bukan hanya tanggung jawab
guru agama Islam semata, akan tetapi merupakan tanggung
jawab semua pihak yang terkait, baik pihak sekolah maupun
pihak lain yang saling mendukung.
Fenomena yang sering terjadi saat ini adalah kenakalan
remaja dimana anak-anak didik atau siswa sering melakukan
hal-hal yang tercela. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak
siswa yang awam terhadap ajaran agama Islam, yang disebabkan
kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran
pendidikan agama Islam, sehingga banyak diantara mereka yang
tidak menjalankan kewajibannya sebagai orang Islam. Misalnya,
tidak melaksanakan shalat lima waktu, serta masih terdapat
siswa yang melakukan tindakan-tindakan penyimpangan tingkah
laku siswa yang bisa disebut dengan kenakalan remaja. Hal ini
sungguh ironis dan merusak citra pendidikan secara umum.
Fenomena di atas harus ditanggulangi dan dicegah. Salah
satunya adalah dengan menerapkan kedisiplinan dan peraturan
yang ketat dengan sistem pemantauan atau monitoring yang
baik. Pihak sekolah dituntut harus berani mengambil langkah
yang tegas dalam menangani siswa yang bermasalah yaitu
61
dengan memberikan sangsi hukuman yang bersifat mendidik
agar jera dan tidak akan mengulangi perbuatannya yang kurang
baik.
4. Bekerjasama Dengan Orangtua Atau Wali Murid
Disaat-saat tertentu baik dalam pertemuan langsung maupun
tidak langsung guru agama Islam juga melakukan kerjasama
dengan wali murid untuk membantu membimbing dan membina
akhlak anak-anaknya. Karena tanpa bekerjasama dengan wali
murid pihak sekolah tidak akan berhasil melakukan pembinaan
akhlak siswa dengan keterbatasan waktu yang ada di sekolah.
5. Membina Ketakwaan Siswa
Akhlak merupakan cerminan dari ketakwaan seseorang,
apabila nilai-nilai ketakwaan sudah tertanam di dalam jiwa
seseorang, maka ia akan bersikap dan bertingkah laku dengan
baik yaitu sesuai dengan ajaran-ajaran-ajaran yang diatur dalam
agama Islam. Karena, Allah SWT Maha melihat dan maha
mendengar. Dengan demikian mereka marasa terawasi oleh
Allah SWT. Dimanapun mereka berada, baik dikala sendiri
maupun bersama orang lain.
Oleh karena itu, guru pendidikan agama Islam di SMAN 47
Model Jakarta Selatan dalam membina akhlak siswa di era
globalisasi ini yang penuh dengan tantangan sangat
memperhatikan aktifitas siswa dalam beribadah kepada Allah
SWT. Karena dengan kedekatan mereka dengan sang Kholik
akan menanamkan ketakwaan yang kuat di dalam jiwa mereka
dan ini merupakan modal utama untuk mempersiapkan siswa
yang tangguh dalam menghadapi setiap pengaruh negatif yang
akan merusak moral mereka seperti kehadirannya budaya barat
62
ke Indonesia, dan kemajuan teknologi yang tidak akan habisnya
sampai kapanpun.19
6. Memberikan Motivasi Kepada Siswa Agar Memiliki Cita-
Cita Yang Baik Dan Tinggi
Pada prinsipnya kehidupan yang layak dan cita-cita yang
luhur merupakan suatu kebutuhan yang harus diraih, dan ini
akan dapat dicapai dengan jalan belajar dan berusaha dengan
sebaik mungkin, dalam upaya membentuk siswa/anak didik agar
memiliki tanggung jawab dan motivasi kehidupan yang berguna,
diperlukan arahan dan bimbingan dari guru tentang pentingnya
motivasi dan cita-cita yang tinggi, karena hal tersebut sebagian
dari akhlakul Karimah.
Motivasi cita-cita yang tinggi dan kehidupan yang layak
pada dasarnya sudah ada pada setiap orang secara alamiah,
seperti dorongan ingin melakukan suatu perbuatan. Pembinaan
akhlak siswa dalam memotivasi cita-cita yang baik dan tinggi
perlu adanya penjelasan, bimbingan dan contoh dari guru. Untuk
hal tersebut, yang dilakukan guru pendidikan agama Islam di
SMAN 47 Model Jakarta Selatan yaitu: memotivasi suatu
keberhasilan dan cita-cita dengan nasehat rajin dan terus berdoa,
memotivasi untuk giat belajar agar bisa meneruskan pendidikan
sampai tingkat yang lebih tinggi, membantu siswa yang
kesulitan dalam belajar dan memberikan penghargaan kepada
siswa yang berprestasi.
Kemudian Usaha yang dilakukan guru pendidikan agama di
SMP Negeri 01 Karangploso Malang dalam mengatasi masalah
yang dihadapi dalam pembinaan akhlak siswa menurut bapak
H. Ibrahim yakni:
Dengan melalui pendekatan baik secara umum maupun
secara personal kepada siswa yang kurang antusias dalam
19 Hasil Observasi, di SMAN 47 Jakarta Selatan, tanggal 28 November 2014
63
belajar dan melalui evaluasi dari tugas yang diberikan kepada
siswa, dan untuk masalah perilaku siswa di luar sekolah, guru
biasanya mengadakan kunjungan ke rumah siswa yang
sedang bermasalah.20
Dari hasil uraian di atas sudah jelas bahwasanya peran peran guru
dalam membentuk akhlak siswa sudah baik, walaupun masih ada
siswa yang harus diperbaiki lagi akhlaknya, kerena tidak semua
manusia berakhlak baik. Mereka yang memasuki masa remaja sangat
rentan dengan segala tindakan-tindakan yang menyimpang dari
norma-norma yang berlaku karena sedang dalam kondisi puberitas
dimana jiwa seorang puberitas lebih cendrung tidak ingin diatur, dan
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Dampak dari kondisi tersebut
biasanya terlihat dari perilaku yang umumnya dikenal sebagai
kenakalan remaja.
Untuk itu guru sangat menyadari bahwa hal tersebut harus segera
ditanggulangi dan upaya guru dalam menaggulangi permasalahan
siswa yang ada di era globalisasi. Berdasarkan hasil wawancara
dengan wakil kepala sekolah, bahwa untuk mengatasi kenakalan atau
problema yang ada, guru pendidikan agama Islam bukan saja sebagai
pendidik tetapi harus bisa menajadi suri tauladan, pembimbing dan
evaluator yang baik, dengan tujuan meningkatkan keimanan mereka.
Karena dengan iman dimanapun mereka berada dan dalam lingkungan
apapun mereka akan dapat menyesuaikan diri sehingga tidak mudah
terjerumus kedalam perbuatan yang tidak baik.21
Dari Hasil
wawancara dan obeservasi tersebut dapat menggambarkan peran, dan
hambatan guru PAI di era globalisasi dalam mebina akhlak siswa di
SMAN 47 Model Jakarta Selatan, salah satunya yang dapat penulis
simpulkan adalah perlunya dorongan atau motivasi dari guru agar
20
Ibrahim, Hasil Wawancara Guru PAI, Tanggal 5 Desember 2014.
21
Syaroti, Wawancara wakil kepala Sekolah SMAN 47 Model Jakarta Selatan, tanggal 5
Desember 2014
64
tertanam nilai-nilak akhlak yang mampu memacu pembentukan
akhlakul karimah siswa. Dan juga pengarahan bagaimana
menggunakan sesuatu yang dimiliki untuk digunakan hal yang positif
pada umumnya seperti kegunaan aplikasi Hand phone, kegunaan
internet, dan kegunaan teknologi yang lainnya.
65
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, mengenai peran guru PAI di
era globalisasi dalam membina akhlak siswa SMAN 47 MODEL Jakarta
Selatan sebagai berikut. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi. Bahwa guru PAI di SMAN 47 Model Jakarta Selatan sangat
berpengaruh dalam pembinaan akhlak siswa, seperti guru PAI menjadi
sorang pendidik yang membantu siswanya ketika mendapatkan kesulitan
dalam belajar dan mengarahkan kemajuan teknologi yang ada, seperti
kegunaan Internet, handphone, leptop untuk digunakan hal-hal yang positif
dan bermanfaat. Selanjutnya guru PAI di sekolah tersebut menjadi
pembimbing yang baik. Itu dibuktikan dengan guru PAI yang mengadakan
diskusi kecil (Halaqoh) sehabis jam sekolah. Ada lokasi khusus yang
diperlukan untuk menambah pembelajaran dalam upaya pembinaan akhlak
yang merupakan bentuk khusus di dalam pola pembinaannya. Hal ini selain
menguatkan ukhwah terhadap sesama manusia juga untuk memeberi
kesempatan kepada mereka untuk bertanya dan saling bertukar pikiran
masalah pelajaran pendidikan agama Islam atau materi pelajaran lain. Selain
itu guru PAI pun menjadi evaluator yang baik dan tegas, itu dibuktikan
dengan guru selalu memantau perkembangan siswanya sejauh mana mereka
menyadari bahwa betapa pentingnya menanamkan kesadaran berakhlak baik
di manapun mereka berada. Tidak lupa pula upaya untuk selalu berkordinasi
dan bekerjasama untuk membina akhlak-akhlak para siswa dengan orangtua
atau wali murid, karena kita tahu bahwa selain banyak menghabiskan waktu
di sekolah, siswapun banyak menghabiskan waktu di rumah masing-masing.
66
B. Saran
Berdasarkan dengan penelitian yang penulis lakukan, ada beberapa hal
yang disarankan penulis dalam rangka pembinaan akhlak siswa pada zama
era sekarang, yaitu:
1. Kepala sekolah SMAN 47 MODEL Jakarta, Ibu Hj. Umairoh, S.Pd,
M.M agar lebih meningkatkan supervise terhadap proses kegiatan
belajar mengajar di kelas.
2. Kepada guru PAI untuk lebih meningkatkan kualitas pengajarannya
baik dari segi metode, media, pendekatan, serta model pembelajaran
agar peserta didik dapat memperoleh prestasi yang lebih bagus dari
sebelumnya.
3. Untuk para murid agar lebih giat dalam belajar, pergunakanlah
kemajuan teknologi yang ada untuk hal-hal yang positiif, serta
meningkatkan kembali prestasi belajarnya dan meningkatkan kembali
Ibadahnya kepada ALLAH SWT.
4. Bagi orang tua, hendaknya senantiasa memperhatikan prilaku anaknya
dan selalu memberikan contoh yang baik bagi anaknya. Karena
bagaimanapun juga orang tua adalah pendidik pertama bagi anaknya.
67
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, Chaedar, Pokoknya Kualitatif Dasar-Dasar Merancang dan
Melakukan Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya, 2011.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, Cet. II,
1998.
Darajat, Zakiah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara,
cet. I, 1996.
Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. I, 2003.
Djamas, Nurhayati, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia
Pascakemerdekaan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, Cet. I, 2009.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2005.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Askara, Cet.
IV, 2005.
Ihsan, Hamdani dan A. Fuad, Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung:
Pustaka Setia. Cet. III, 2007.
Indra, Hasbi, Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, Jakarta: RidaMulia,
Cet. I , 2005.
Kholid Fathoni, Muhammad, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional,
Jakarta, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005.
Kusuma, Dodiana “Strategi Dakwah Front Pembela Islam (FPI) dalam
Menanggulangi Dampak Negatif Globalisasi,” Skripsi Pada UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2010.
Lubis, M. Solly Umat Islam dalam Globalisasi, Jakarta: Gema Insani Press,
Cet. 1, 1997.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004.
Mustaofa, Ahmad, Akhlak Tasawuf, Bandung:Pustaka Setia, 1999.
Narkubo, Cholid, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2002
Nasir, Sahilun A, Tinjauan Akhlak, Surabaya: Al-Ikhlas, Cet. I, 1991.
Nata, Abudin Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo, Cet. I, 1998.
Nurdin, Nurdin dan M. Usman, Basyruddin, Guru Profesional dan
Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Pers, Cet. I, 2002.
Raflis Kosasi, Soetjipto, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta cet. II, 2004.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia 2002.
Rasyid, Abdullah, Akidah Akhlak, Bandung: Husaini, Cet. I, 1989.
Sayuti Ali, M, Metodologi Penelitian Agama, (Pendekatan Teori dan Praktek),
Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2002.
68
Soemanto, Qowaid dan Dudin, Achmad, Profil Guru Pendidikan Agama di
Sekolah Umum, Jakarta: Departemen Agama RI, Badan Litbang Agama
dan Diklat Keagamaan Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan,
Cet. I, 2003.
Soepriyatno, Nasionalisme dan Kebangkitan Ekonomi, Jakarta: INSEDE
Press, Cet. I, 2008.
Stiglitz, Joseph E, Making Globalization Work, Jakarta: Mizan, Cet, II. 2007.
Syamsuddin, Aziz, Api Nasionalisme Kaum Muda, Jakarta: PT Semesta
Rakyat Merdeka, Cet. I, 2011.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dan Perspek Islam, Bandung: Remaja Rosda
Karya, Cet. II, 1994.
Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam, Bandung: PT
Rosdakarya, Cet. II, 1994.
Tantowi, Ahmad, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang :
Pustaka Rizki Putra, Cet. I, 2009.
Team Penyusun, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Departemen Agama
RI Direktorat jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Cet. I,
2001.
Konsep Pengembangan Pendidikan Agama Berwawasan
Multikultural, Departemen Agama RI Badan Litbang Agama dan Diklat
Keagamaan Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, Cet. I, 2006.
Uzer Usman, Moh. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
Winarno, Budi, Globalisasi Peluang atau Ancaman bagi Indonesi, PT. Glora
Aksara Pratama, 2008.
Wolf, Martin, Globalisasi Jalan Menuju Kesejahteraan, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2007.
Ya’kub, Hamzah, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah, Bandung: CV
Diponegoro, Cet. II, 1983.
Yatimin, Abdullah M., Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta:
Amzah, cet. 1, 2007.
Gambar 1
Bangunan Sekolah
Gambar 2
Kegiatan Diskusi
Gambar 3
KegiatanMengaji
Gambar 4
Kegitan Wawancara
Gambar 5
GegiatanPengisianAngket
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Drs. H. Syatori
Kedudukan : Wakil Kepala Sekolah
Waktu Wawancara : Jum’at, 5 Desember 2014
NO Pertanyaan Jawaban Informan Kode
1 Terkait dengan teknologi yang terus semakin
pesat, apakah di SMAN 47 Model Jakarta ini
fasilitas seperti infocus, leptop, alat-alat
laboratorium sudah cukup memadai?
Ya, klo memang kita menggunakan naluri kita
sebagai manusia kita tidak akan merasa puas,
tetapi Kami akan terus merenovasi dan terus
memperbarui teknologi yang ada untuk
kepentingan sekolah, yang dibutuhkan oleh guru-
guru dan yang diperlukan oleh siswa-siswi untuk
menjadikan mereka (siswa) yang berakhlakul
karimah dan mengerti cara menggunakan
kemajuan teknologi seperti handphone, internet
dan sebagainya
Kode 1 : Kuning
(Pelaksana pembelajaran
pendidikan agama Islam)
2
3
Apakah di SMAN 47 Jakarta selatan ini hanya
guru agama Islam yang dituntut untuk
mendidik dan membina akhlak siswa?
Lalu, apakah dalam membina akhlak siswa
guru agama Islam selalu mencontohkan
terlebih dahulu dari tingkah laku diri sendiri?
Sebenarnya, semua guru berkewajiban untuk
mendidik dan membina akhlak siswa, saya selaku
wakasek dan guru agama Islam di SMAN 47
Model Jakarta Selatan, saya selalu mengikuti
perkembangan anak didik yang ada di sekolah ini
untuk mengetahui bagaimana perkembangan
mereka dan untuk mengetahui siswa dan siswi
mana sajakan yang mudah diberi bimbingan dan
yang sebaliknya, karna itu sudah tanggung jawab
kami sebagai guru pendidikan agama Islam di
sekolah ini, kalau bukan kami (Guru PAI) siapa
lagi.?
Ya tentu, itu adalah hal yang wajib dan harus
dilakukan, untuk mengatasi kenakalan atau
problema yang ada, guru pendidikan agama Islam
bukan saja sebagai pendidik tetapi harus bisa
menajadi suri tauladan, pembimbing dan
evaluator yang baik, dengan tujuan meningkatkan
keimanan mereka. Karena dengan iman
Kode 4 : Ungu
(Peran guru PAI sebagai
evaluator)
Kode 5 : Abu-abu
(Upaya Guru dalam
Membina Akhlak siswa)
4
5
Menurut bapak, seberapa penting peran
orangtua untuk membantu pembentukan
akhlak seorang anak,? Dan apakah sudah ada
pertemuan antara guru PAI di SMAN 47
Model Jakarta Selatan dengan orangtua atau
wali murid untuk saling bekerja sama dalam
membina akhlak siswa?
Dalam membina Akhlak siswa, upaya apa yang
sudah dilakukan oleh SMAN 47 Model Jakarta
Selatan ini? Dan apakah itu tetap berjalan
untuk sampai saat ini.?
dimanapun mereka berada dan dalam lingkungan
apapun mereka akan dapat menyesuaikan diri
sehingga tidak mudah terjerumus kedalam
perbuatan yang tidak baik.
Ooh, itu pasti memang sangat penting dan itu
harus kami lakukan kerja sama antara orangtua
murid dengan guru di SMAN 47 Model Jakarta
ini, Karena tanpa bekerjasama dengan wali murid
pihak sekolah tidak akan berhasil melakukan
pembinaan akhlak siswa dengan keterbatasan
waktu yang ada di sekolah.
Untuk membina akhlak memang dibutuhkan
waktu yang tidak sedikit bahkan waktu yang
panjang, SMAN 47 jakarta ini adalah sekolah
yang multicultural, banyak bermacam-macam
agama di sini dan berbagai suku-suku. Ada yang
beragama Kristen, budha, hindu. Dengan adanya
itu kami telah bnyak mengupayakan seperti
membuka halaqoh, jam tambahan setelah jam
sekolah untuk mereka saling sharing berbagi ilmu
pengetahuna, tidak saja hanya tentang agama saja,
tetapi pelajaran lainnya, dan kami berkordinasi
atau bekerjasama dengan orang tua untuk selalu
mendidik anaknya jika diluar jam sekolah. Dan
itu masih tetap berjalan untuk saat ini. Kami akan
selalu konsisten dalam hal itu.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : M. Wildan
Kelas : X IPA I
Waktu Wawancara : Jum’at, 5 Desember 2014
NO Pertanyaan Jawaban Informan Kode
1 Terkait dengan pelajaran pendidikan agama
islam, apakah anda merasa lebih asik dan
nyaman di dalam belajar jika guru
menggunakan fasilitas teknologi yang ada.?
Ya, saya sangat enjoy sekali dengan pembelajaran
pendidikan agama Islam. Apa lagi ketika
Pembelajaran yang paling tidak membosankan
yaitu pembelajaran PAI yang menggunakan
teknologi seperti guru yang menggunakan laptop
dan infocus untuk menyampaikan materinya,
karena penyampaian yang menarik dan didukung
dengan perangkat teknologi, membuat kami tidak
merasa bosan dan jenuh.
Kode 1 : Kuning
(Pelaksana pembelajaran
pendidikan agama Islam)
2
3
4
Lalu, adakah guru di sekolah ini yang menjadi
panutan anda untuk menjadi orang yang lebih
baik dari hari kemarin.?
Apakah Kebanyakan siswa di sekolah ini
sudah sadar berakhlak baik dan berbuat baik
tanpa diingatkan kembali ?
Menurut anda, apa yang menyebabkan mereka
tidak ada kesadaran dalam berkhlak baik atau
melakukan hal yang positif tanpa dilihat oleh
guru PAI?
Ya, pasti saya punya guru yang menjadi favorit
saya, karena guru itu bukan hanya bertugas
mengajari kita pelajaran-pelajaran yang ada di
sekolah saja tetapi harus bisa memberikan contoh
yang baik untuk menjadi panutan siswa-siswi di
SMAN 47 Model Jakarta Selatan ini, terutama
yang menjadi patokan atau kiblat kami di sekolah
yaitu guru pendidikan agama islam.
kebanyakan dari mereka berakhlak atau
bertingkah laku baik jika hanya di hadapan guru
saja, karna mereka ingin mengambil nilai sikap di
pelajaran pendidikan agama Islam.”
Kalo menurut saya yang disebabkan kurangnya
motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran
pendidikan agama Islam, sehingga banyak
diantara mereka yang tidak menjalankan
kewajibannya sebagai orang Islam.
Kode 2 : Tosca (peran
guru PAI di Era
Globalisasi dalam
membina akhlak siswa)
Kode 4 : Ungu
(Peran guru PAI sebagai
evaluator)
Kode 5 : Abu-abu
(Upaya Guru dalam
Membina Akhlak siswa)
5 Menurut anda, seberapa besar pentingnya
pendidikan agama Islam bagi kehidupan anda?
Dan hasil pendidikan agama islam d sekolah
berdampak baik untuk kehidupan anda?
Menurut saya, pendidikan agama Islam itu sangat
penting sekali ya pak, karna dengan adanya
pendidikan agama Islam di sekolah saya lebih
mengetahui bahwa Islam itu benar-benar indah,
dan untuk dampak yg ditimbulkan oleh
pendidikan tersebut untuk kehidupan saya banyak
juga pak, seperti saya mengetahui bagaimana cara
bergaul menurut ajaran Islam, bagaimana
bertingkah laku kepada orang tua, menghargai
orang dan berakhlak baik terhadap sesame.
Kode 1: Kuning
(Pelaksana pembelajaran
pendidikan agama Islam)
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : H. Ibrahim, S.Ag
Kedudukan : Guru Agama Islam
Waktu Wawancara : Jum’at, 5 Desember 2014
NO Pertanyaan Jawaban Informan Kode
1 Pembinaan yang sudah bapak lakukan selaku
guru agama Islam dalam membina akhlak
siswa itu seperti apa? Apakah dengan
kemajuan tekonologi di era globalisasi ini
berdampak positif terhadap proses belajar
mengajar di sekolah?
Salah satu bentuk dari pembinaan Agama Islam di
SMAN 47 Model Jakarta Selatan, yakni
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas, pelajaran
pendidikan agama yang menjadi salah satu mata
pelajaran pokok yang ada di SMAN 47 Model
Jakarta Selatan. proses belajar mengajar di kelas
berlangsung dengan lancar, para siswa mengikuti
pelajaran dengan antusias, dan hanya ada beberapa
anak saja yang memang biasanya kurang antusias
baik dalam pelajaran pendidikan agama maupun
pelajaran yang lain. Dengan kemajuan tekonologi
yang ada kitapun lebih mudah mengemas
pembelajaran dengan lebih menarik.
Kode 1 : Kuning
(Pelaksana pembelajaran
pendidikan agama Islam)
2
3
4
Di dalam pembelajaran PAI, apakah bapak
menggunakan metode yang monoton atau
banyak metode yang bapak aplikasikan?
Apakah selaku guru agama, bapak memiliki
cara khusus memberikan motivasi atau
masukan untuk siswa yang kurang antusias
atau kurang bersemangan dalam belajar,
khususnya dalam pembelajaran PAI, ?
Apa yang diperhatikan oleh seorang guru
agama Islam dalam membina akhlak siswa di
era globalisasi ini,
Mengenai metode yang digunakan sangat banyak
dan bervariasi, disesuaikan dengan materi yang akan
disampaikan dan metode belajar ini bisa dilihat
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
Dengan melalui pendekatan baik secara umum
maupun secara personal kepada siswa yang
kurang antusias dalam belajar dan melalui
evaluasi dari tugas yang diberikan kepada siswa,
dan untuk masalah perilaku siswa di luar sekolah,
guru biasanya mengadakan kunjungan ke rumah
siswa yang sedang bermasalah.
dalam membina akhlak siswa di era globalisasi ini
yang penuh dengan tantangan sangat
memperhatikan aktifitas siswa dalam beribadah
Kode 1 : Kuning
(Pelaksana pembelajaran
pendidikan agama Islam)
Kode 5 : Abu-abu
(Upaya Guru dalam
Membina Akhlak siswa)
kepada Allah SWT. Karena dengan kedekatan
mereka dengan sang Kholik akan menanamkan
ketakwaan yang kuat di dalam jiwa mereka dan
ini merupakan modal utama untuk
mempersiapkan siswa yang tangguh dalam
menghadapi setiap pengaruh negatif yang akan
merusak moral mereka seperti kehadirannya
budaya barat ke Indonesia, dan kemajuan
teknologi yang tidak akan habisnya sampai
kapanpun.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : H. Ahnaf Hamzah
Guru : Pendidikan Agama Islam
Waktu wawancara : Jum’at, 5 Desember 2014
NO Pertanyaan Jawaban Informan Kode
1 Menurut Bapak selaku guru PAI, apakah setiap
tahun demi tahun tantangan atau problematika
sebagai guru PAI berbeda? Jika berbeda,
berikan contohnya.!
Memang ya tantangan untuk guru PAI itu
sangat berat sekali, tapi terkadang malah
diabaikan padahal, Guru PAI sekarang
berbeda dengan guru PAI di zaman dahulu,
begitupun dengan problematika dan
kendalanya sangat berbeda. Guru di jaman
sekarang dituntut untuk mengerti kemajuan
tekonologi dan bisa mengoperasikannya,
tentu untuk kepentingan proses belajar
mengajar di sekolah. Seperti menggunakan
fasilitas yang ada di sekolah, menggunakan
infocus dan laptop. Dengan menggunakan
kedua benda tersebut, sudah bisa membuat
Kode 1 : Kuning
(Pelaksana pembelajaran
pendidikan agama Islam)
2 Lalu harapan Bapak terhadap anak setelah
mempelajari pelajaran agama Islam itu apa?
Dan pesan moral apa yang selalu tanamkan
saat pelajaran PAI.?
proses belajar mengajar lebih menarik dan
tidak membosankan.
Semua guru pasti memiliki harapan yang sama,
walaupun itu guru matematika, fisika, biologi,
dan bahasa Indonesia. Dan tidak hanya guru PAI
juga dituntut penuh untuk menanamkan nilai
yang terkandung dalam ajaran Islam, sehingga
murid dapat menyerap dan mengamalkan nilai
yang diajarkan dengan baik dan optimal.
Dengan demikian diharapkan siswa tidak
terbawa arus globalisasi yang negatif. Dan yang
selalu saya tanamkan hanya kalimat atau pesan
yang selalu kita dengan dan bahkan disepelkan,
tapi manfaatnya yang besar yaitu “berkatalah
jujur dimanapun kalian berada.
Kode 2 : Tosca (peran guru
PAI di Era Globalisasi
dalam membina akhlak
siswa)
3
4
5
Materi ajar dan mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam cukuplah banyak, kapan anda
mempelajari materi tersebut?
Mohon maaf Yudha maksud kapannya disini
tuh didalam sekolah nya loh yud, kan materi
PAI tuh banyak yah, nah kapan tuh Yudha
mempelajarinya?
Iya Yudha gak apa-apa santai aja (tersenyum),
jadi Yudha mempelajari materi tersebut
dimalam hari yah.
Saya mempelajarinya sejak duduk dibangku
sekolah kak.
Oh hahaha (tertawa) yah maaf kak, kirain sejak
kapan. Kalo mempelajari materi tersebut saya
mempeleajarinya di malam hari kak, sebelum
besoknya materi tersebut dipelajari sama guru
disekolah.
Betul kak.
3 Menurut bapak, hal yang terpenting yang harus
dilakukan untuk menghadapi arus globalisasi
di dalam pendidikan itu apa?
Di Era globalisasi ini memang sangat berat bagi
seorang guru agama dalam mendidik, yang telah
kita ketahui budaya eropa sangat mudahnya
mendoktrin kaula muda yang tak lain adalah
penerus bangsa ini, Oleh sebab itu, kualitas dan
kompetensi guru merupakan modal utama yang
harus dimiliki oleh setiap guru terutama di era
sekarang yang penuh dengan tantangan dalam
pembinaan pengetahuan dan akhlak generasi
muda.
4 Bapak, selaku guru agama Islam di SMAN 47
Model Jakarta Selatan, peran apa saja yang
bapak lakukan untuk membina akhlak siswa di
era globalisasi sekarang ini?
Kami selaku guru PAI mempunyai peran yang
sangat vital dalam pembinaan akhlak siswa,
terlebih lagi di jaman sekarang ini. Kami selalu
menasehati para siswa, memberikan contoh
yang baik, bermulai dari diri kami sendiri yang
berusaha konsisten dalam bertingkah laku yang
baik di kehidupan sehari-hari. Jadi kami
berusaha untuk tidak menyampaikan kata-kata
yang menyinggung atau membeda-bedakan
siswa-siswi di lingkungan sekolah ini, yang
tentunya mereka itu memiliki perbedaan
keyakinan dalam beragama. Kemudian yang
selanjutnya, kami selaku guru PAI selalu
membimbing mereka dan terus memantau
perkembangan mereka, kami tahu bahwa
kemajuan teknologi pada era sekarang memiliki
dampak positif dan tentunya negatif. Dengan hal
itu kami selaku guru PAI terus membimbing dan
mengingatkan mereka terus untuk selalu
menggunakan kemajuan teknologi di era
globalisasi sekarang yang mereka miliki seperti
Kode 3 : Hijau
(Peran guru PAI sebagai
Pendidik dan pembimbing)
handphone, laptop dan internet dipergunakan
untuk kepentingan hal yang positif.
Kode 4 : Ungu
(Peran guru P AI sebagai
evaluator)
5 Hal yang paling penting bagi bapak selaku
guru agama Islam dalam mendidik itu apa?
Lalu, agar mereka bisa semangat dalam
berakhlak baik, apakah ada trik-trik khusus
untuk itu?
,
Yang terpenting di dalam mendidik siswa adalah
keuletan, kesabaran dalam mengingatkan,
mencontohkan dan adanya kesungguhan hati
yang ikhlas sebagai guru, untuk itu sabarlah
yang akan membantu pembentukan akhlakul
karimah siswa di sekolah. Lalu agar bisa
menjadi pendorong bagi mereka supaya
semangat untuk berakhlak baik. Kalau mereka
menunjukan akhlak yang baik maka akan
meningkatkan nilai yang baik untuk yang lain.
Karena sikap pun mampu menjadi penentu nilai
pelajaran.