“PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

93
“PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG SAKINAH” (TELAAH KAJIAN TEMATIK) Skripsi Ini Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh: Eva Yarosdiana 107034001502 PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYRIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/2011M

Transcript of “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

Page 1: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

“PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA

YANG SAKINAH”

(TELAAH KAJIAN TEMATIK)

Skripsi Ini Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh:

Eva Yarosdiana

107034001502

PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYRIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432H/2011M

Page 2: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

“PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA

YANG SAKINAH”

(TELAAH KAJIAN TEMATIK)

Skripsi Ini Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh:

Eva Yarosdiana

107034001502

Pembimbing:

Muslih, Lc, MA

19721024 2003121 002

PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI

SYRIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432H/2011M

Page 3: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH

TANGGA YANG SAKINAH (TELAAH KAJIAN TEMATIK) telah diujikan

dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada 29 September 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) pada Program Studi Tafsir-

Hadis.

Jakarta, 29 September 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua

Dr. Bustamin, M.Si

NIP: 19630703 1998031 003

Sekretaris

Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A

NIP: 19711003 1999032 001

Anggota,

Penguji I

Dr. Bustamin, M.Si

NIP: 19630703 1998031 003

Penguji II

Drs. Harun Rasyid. M.A

NIP: 19600902 1987031 001

Pembimbing

Muslih, Lc, M.A

NIP: 19721024 2003121 002

Page 4: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …
Page 5: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

i

ABSTRAK

Islam telah menetapkan bahwa suami merupakan pemimpin dalam rumah

tangga dan bertanggung jawab terhadap apa yang ia pimpin. Namun, tidak semua

suami mengerti dan memahami tentang peranannya dalam rumah tangga yang

menjadi tanggung jawabnya, terkadang suami cenderung ingin lepas dari peranannya

itu, bahkan tidak mau peduli sama sekali. Selain itu dampak dari ketidak mengertian

dan pemahaman suami tentang peranannya sebagai kepala rumah tangga, terutama

dalam membina keluarga yang sakinah juga akan terlihat pada masyarakat. Oleh

sebab itu dirasa sangat perlu adanya pemahaman tentang peranan suami dalam

membina keluarga yang sakinah. Peranan suami dalam hal ini memegang kedudukan

yang sangat penting dalam menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah

warahmah, sesuai dengan kedudukan suami dalam rumah tangga. Peranan suami,

yang akhirnya menjadi tanggung jawabnya harus dilaksanakan dengan penuh

tanggung jawab agar suami tidak merasa sebagai kepala rumah tangga yang berhak

melakukan apa saja terhadap keluarganya sesuai dengan yang ia inginkan, apalagi

melakukan kekerasan dalam rumah tangga, yang umumnya dilakukan oleh kaum pria,

yaitu suami. Justru sebaliknya suami harus bisa menjaga dan mengayomi seluruh

anggota keluarganya, serta mendidiknya, sehingga anggota keluarga itu merasa

tentram berada di dalam keluarganya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah peranan suami

dalam membina keluarga yang sakinah. Dengan menggunakan metode Tafsir

Maudhu.i (Tematik), maka diperoleh data-data bahwa Islam telah menetapkan

peranan-peranan yang dimiliki oleh suami, dimana peranan itu akan menjadi

Page 6: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

ii

tanggung jawab suami dan akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah di

akhirat kelak. Menghadapi kenyataan tersebut suami terlebih dahulu harus

mengetahui kedudukan dan fungsinya dalam keluarga, baru kemudian suami itu akan

mengetahui peranan yang menjadi tanggung jawabnya. Sehingga suami akan lebih

mudah dalam melaksanakan peranannya dalam membina rumah tangga yang sakinah.

Page 7: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

iii

KATA PENGANTAR

Seiring perjalan waktu dan atas karunia Allah Yang Maha Kuasa, dengan

selesainya skripsi ini, penulis mempersembahkan puji kepada Allah SWT, Tuhan

sekalian alam, yang dengan hidayah dan inayah-Nya, sehingga semuanya mudah

untuk penulis lalui. Shalawat dan salam diaturkan kepada Nabi Muhammad saw,

keluarga dan para sahabatnya, yang telah menuntun umatnya dari zaman

kebodohan (jahiliyah) hingga saat ini, semoga kita umatnya kelak di hari kiamat

mendapatkan syafa’at beliau, amin.

Dalam hal ini penulis mengangkat judul tentang “PERAN SUAMI

DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG SAKINAH (Telaah Kajian

Tematik)”. Skripsi ini disusun untuk menambah khazanah keilmuan umumnya

dalam bidang Tafsir-Hadis khususnya dalam Tafsir Kajian Tematik.

Penulis sangat yakin bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin hadir

tanpa ada pihak-pihak yang membantu, untuk itu penulis ucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA, Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Dr. Zainun Kamal, M.A. (Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta)

3. DR. Bustamin, M.Si., Lilik Ummi Kaltsum, MA, Kajur dan Sekjur Tafsir

Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Muslih, Lc, MA, DR. Bustamin, M.Si, dan Drs. Harun Rasyid, MA, selaku

Pembimbing dan Penguji yang dengan penuh kesabaran dan kasih sayang

Page 8: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

iv

memberikan arahan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan. Semoga Bapak senantiasa diberikan nikmat sabar dan selalu

menjadi suri tauladan bagi kami.

5. Para dosen serta jajaran staf karyawan di Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat, terima kasih atas segala ilmu yang diberikan. Semoga menjadi

ilmu yang berkah dan manfaat di dunia dan di akhirat.

6. Pimpinan Perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.

7. Yang tercinta ayahanda Yakub prijal, S.Pd, dan ibunda Sri rosyada yang

senantiasa mencurahkan kasih sayang dan perhatian dengan sepenuh hati,

tak henti-hentinya mendoakan penulis setiap malam dan waktu.

8. Teman-teman kelas dan seluruh teman-teman yang ada di jur TH 2007,

yang telah banyak memberikan motivasi serta gagasan dalam penyelesaian

skripsi ini.

9. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis

ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Ciputat, 22 September 2011

Penulis

Page 9: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

v

TRANSLITERASI

/ t Untuk Vokal Pendek = ط Tidak dilambangkan = ا

z harokat dan tanwin = ظ b = ب

a pendek = ‘ = ع t = ت

gh = i pendek = غ ts = ث

f = u pendek = ف j = ج

q konsonan = ق h = ح

k = an = ك kh = خ

l = in = ل d = د

m = un = م dz = ذ

n rangkap / double = ن r = ر

w = و z = ز

h = ھ s = س

lâ = لا sy = ش

= ء s = ص

y = ي d = ض

Untuk Vokal Panjang Untuk Madd dan Diftong

aw = او â Panjang = ا

û = او

ay = اي û Panjang = و

î = اي

î Panjang = ي

Page 10: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................... iii

TRANSLITERASI ........................................................................................................ v

DAFTAR ISI.................................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ..................................................................... 11

D. Metode Penelitian ........................................................................................ 12

E. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 14

F. Sistematika Penulisan ................................................................................... 15

BAB II SUAMI SEBAGAI KEPALA RUMAH TANGGA

A. Fungsi Suami ............................................................................................... 17

B. Kedudukan Suami ........................................................................................ 22

C. Kewajiban Suami ......................................................................................... 27

BAB III PANDANGAN ISLAM TERHADAP PERANAN SUAMI

A. Kehidupan Keluarga Dalam Islam ............................................................. 34

B. Pendapat Ulama Terhadap Peranan Suami Dalam membina Rumah Tangga

Yang Sakinah .............................................................................................. 53

BAB IV PERANAN SUAMI DALAM AL-QUR’AN

A. Bertanggung Jawab Dalam Surat An-Nisaa’ (4) Ayat 34 .......................... 59

B. Rumah Tangga Sakinah Dalam Surat An-Nahl (16) Ayat 80 .................... 68

C. Keteladanan Dalam Surat At-Tahrim (66) Ayat 6 ...................................... 72

Page 11: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

vii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................. 78

B. Saran-saran .................................................................................................. 78

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 80

Page 12: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan risalah terakhir dari langit ke bumi yang universal. Dan

Islam pulalah yang telah membawa dunia menuju revolusi besar dalam berbagai

aspek kehidupan. Islam tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dengan

penciptanya tetapi juga mengatur hubungan antara manusia dengan manusia, dan

sebagainya.1 Aturan itu diramu dengan sangat sempurna, sehingga umat yang

patuh pada aturan yang dibuat akan menemukan suatu kebahagiaan dan

kedamaian. Islam menata hidup perkawinan dengan sempurna, karena masalah ini

adalah masalah pokok yang sangat vital. Melalui perkawinan manusia dapat saling

mengasihi, menjalin hubungan kekeluargaan dan meneruskan keturunan.

Kehidupan perkawinan merupakan industri pertama bagi umat sesudahnya untuk

meningkatkan industri selanjutnya. Bayangkan, dengan perantaraan seorang suami

dan istri, dengan perantaraan hubungan material dan individual, maka lahirlah

putera-puteri yang mungil, dengan izin Allah.2

Hikmah diciptakan oleh Allah manusia berpasang-pasangan yang

berlainan bentuk dan sifat, adalah agar masing-masing saling membutuhkan,

saling memerlukan, sehingga dapat hidup berkembang selanjutnya.3

Mendambakan pasangan merupakan fitrah sebelum dewasa, dan dorongan yang

1 Nasy.at Al-Masri, Nabi Suami Teladan, Terj. Salim Basyarahil. (Jakarta: Gema Insani

Press, 1993), Cet. Ke-8, h. 11. 2 Nasy.at, Nabi Suami Teladan., h. 11.

3 Amir Taat Nasution, Rahasia Perkawinan Dalam Islam: Tuntunan Keluarga Bahagia

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994), Cet. Ke-3, h. 1.

Page 13: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

2

sulit dibendung. Oleh karena itu, agama mensyariatkan dijalinnya pertemuan

antara laki-laki dan perempuan, mengarahkan pertemuan itu sehingga

terlaksananya “perkawinan” dan beralihlah kerisauan laki-laki dan perempuan

menjadi ketentraman dan sakinah.4

Menurut pasal 1 undang-undang perkawinan nomor 1 tahun 1974,

menjelaskan bahwa :

“Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang laki-laki dengan

perempuan sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia

dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.5

Perjanjian yang dibuat oleh seorang muslim untuk menjadikan seorang

muslimah sebagai istri, merupakan perjanjian yang dibuat atas nama Allah.

Karena itu hidup sebagai suami istri bukanlah semata-mata sebuah ikatan yang

dibuat berdasarkan perjanjian dengan manusia, yaitu dengan wali dari pihak

perempuan dan dengan keluarga perempuan itu secara keseluruhan, serta dengan

perempuan itu sendiri, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah

membuatperjanjian dengan Allah. Karena itu, pernikahan adalah salah satu di

antara tandatanda kekuasaan Allah.6

Allah Swt. berfirman dalam surat Ar-Rûm ayat 21:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa

tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.

4 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur.an, (Bandung: Mizan, 2000), Cet. Ke-11, h. 192.

5 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. Ke-1, h. 14.

6 Rusli Amin, Rumahku Surgaku: Sukses Membangun Keluarga Islami, (Jakarta: Al-

Mawardi Prima, 2003), Cet. Ke-11, h. 24.

Page 14: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

3

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi

kaum yang berfikir”. (Q. S. Ar-Rûm: 21).

Ayat tersebut menggambarkan jalinan ketentraman, rasa kasih dan rasa

sayang sebagai suatu ketenangan yang dibutuhkan oleh masing-masing individu,

laki-laki dan perempuan ketika jauh dari pasangannya. Setiap suami dan istri yang

menikah, tentu sangat menginginkan kebahagiaan hadir dalam kehidupan rumah

tangga mereka, ada ketenangan, ketentraman, kenyamanan dan kasih sayang.

Rumah tangga yang menjadi surga dunia! tidaklah identik dengan limpahan

materi, kebahagiaan bukanlah sebuah kemustahilan untuk dicapai, sebab

kebahagiaan merupakan pilihan dan buah dari cara berfikir dan bersikap. Maka

dari itu, hanya dengan pasangannyalah ia dapat menikmati manisnya cinta dan

indahnya kasih sayang dan kerinduan.7

Islam menjadikan keluarga sebagai tempat untuk menjaga diri, yaitu

menciptakan ketentraman dan keselamatan dari segala bentuk kejahatan yang

ditimbulkan oleh orang lain, sehingga keluarga harus dijadikan tempat tinggal

yang penuh dengan kebahagiaan agar seluruh anggota keluarga betah di rumah

dan selalu merindui.

Untuk mewujudkan keluarga haruslah bersama-sama antara suami dan istri

untuk mengekalkan cinta yang merupakan anugerah dari Allah, karena tidak dapat

dipungkiri bahwa kualitas hubungan suami dan istri dalam rumah tangga sangat

mempengaruhi keluarga menjadi sakinah mawaddah wa rahmah.8 Kehidupan

suami istri itu adalah rumus dari kebahagiaan dunia. Maka ciptakanlah keluarga

7Lembaga Darut-Tauhid, Kiprah Muslimah dalam Keluarga Islam, Terj. A. Chumaidi

Umar, (Bandung: Mizan, 1990), Cet. Ke-1, h. 82. 8Sholeh Gisymar, Kado Cinta Untuk Istri, (Yogyakarta: Arina, 2005), Cet. Ke-1, h. 91.

Page 15: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

4

yang bahagia agar hidup di dunia juga bahagia.9 Oleh sebab itu, suami istri harus

sama-sama menjaga dan menghormati ikatan perkawinan yang telah dibuat

sebagai sebuah ikatan yang suci. Agar perkawinan itu menjadi kuat, diperlukan

pengikat yang kuat pula. Adapun pengikat perkawinan yaitu:

1. Mawaddah

Mawaddah adalah kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak

buruk. Prof. DR. Quraish Shihab mengatakan: “Mawaddah” adalah cinta plus

Orang yang di dalam hatinya ada mawaddah tidak akan memutuskan hubungan,

seperti apa yang terjadi pada orang bercinta. Ini disebabkan hatinya begitu lapang

dan kosong dari keburukan, sehingga pintu-pintunya pun tertutup untuk dimasuki

keburukan.10

2. Rahmah

Prof. DR. Quraish Shihab mengatakan: “Rahmah” kondisi psikologis yang

muncul di dalam hati akibat menyaksikan ketidakberdayaan. Rahmah

menghasilkan kesabaran, murah hati, tidak cemburu buta, tidak mencari

keuntungan sendiri, tidak menjadi pemarah apalagi pendendam.11

Kualitas

mawaddah wa rahmah di dalam rumah tangga, yang dipupuk oleh suami dan istri

sangat menentukan bagaimana kondisi rumah tangga tersebut, apakah bahagia

atau tidak. Lebih tegas Dr. Yusuf al-Qardlawy mengatakan bahwa tidak ada

artinya hubungan suami istri yang tidak didasarkan pada cinta dan kasih sayang,

badan berdekatan namun ruh berjauhan. Jadi, tidak bisa kita sangkal bahwa istri

9Abu Mohammad Jibril Abdurrahman, Karakteristik Lelaki Shalih, (Yogyakarta:

Wihdah Press, 2000), Cet. Ke-3, h. 21. 10

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur.an., h. 195. 11

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur.an., h. 196.

Page 16: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

5

tidak hanya membutuhkan makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan segala

kebutuhan material belaka, namun istri juga sangat mengharapkan dari suami

perhatian yang tulus, perkataan yang halus, wajah yang cerah, senyum yang ceria,

senda gurau yang menyenangkan, sentuhan yang lembut, ciuman yang mesra serta

berbagai perilaku mulia yang menyejukkan hati dan mendinginkan gundahnya,

bahkan itu semua melebihi daripada kebutuhan material.12

Pernikahan dalam Islam menawarkan ketenangan jiwa dan kedamaian

pikiran, sehingga laki-laki dan perempuan bisa hidup bersama dalam cinta, kasih

sayang, kepahitan dalam hidup, harmonis, kerjasama, saling menasehati dan

toleran meletakkan pondasi mengangkat keluarga Islam dalam suatu lingkungan

yang lestari dan sehat.13

Untuk mewujudkan itu, tidak hanya perempuan yang

harus dipilih oleh laki-laki, tetapi perempuan pun diberi hak untuk memilih laki-

laki yang akan dijadikannya suami. Dan yang terbaik itu adalah yang bagus

agamanya.

Sebagaimana Rasulullah. Saw. bersabda:

“Dari Abu Hurairah r.a berkata: Bahwa Rasulullah saw bersabda:

Apabila datang kepada kalian orang yang kalian ridhoi akhlak dan agamanya

maka nikahkanlah ia, jika tidak kalian lakukan akan terjadi fitnah di muka bumi

dan kerusakan yang luas”.14

12

Adil Fathi Abdulloh, Menjadi Suami Tercinta, Terj. Bukhori Abu Syauqi, (Pasuruan:

Hilal Pustaka, 2007). Cet. Ke-1, h. xiii. 13

Muhammad Ali Al-Hasyimi, Menjadi Muslim Ideal, Terj. Ahmad Baidowi, (Jakarta: PT

Mitra Pustaka, 1999), Cet. Ke-1, h. 93. 14

Hadits Hasan dikeluarkan oleh At Tirmidzi (1085) dari hadits Abu Hatim Al Muzani

rodhiyallahu „anhu, dihasankan oleh Al Albany di Shohih Sunan At Tirmidzi.

Page 17: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

6

Selama ini, orang yang selalu di sorot dalam kehidupan rumah tangga

adalah seorang istri, karena dia memang dianggap sebagai yang paling

bertanggung jawab tentang kehidupan di dalam rumah, mulai dari melayani

suami, merawat dan mendidik anak, ini berakibat ketika ada sesuatu kesalahan di

rumah tangga itu, istrilah yang sering disalahkan. Sejujurnya tidaklah pantas

untuk selalu menyalahkan istri, karena suami pun ikut bertanggung jawab. Tidak

becusnya seorang istri dalam melayani suami, tidak berhasil dalam mendidik anak

dan lain sebagainya, juga menggambarkan bahwa suami tidak bisa menjadi

pemimpin dalam rumah tangga tersebut, sehingga ia tidak bisa membimbing

istrinya.

Dalam kehidupan rumah tangga ada kalanya laki-laki menjadi pemimpin

bagi keluarganya, menjadi bapak bagi anak-anaknya, menjadi teman hidup serta

sebagai saudara bagi istrinya. Dengan demikian, istri bukanlah menjadi saingan

bagi suami, apalagi sebagai musuh. Tetapi suami dan istri itu akan jalan bersama,

saling melengkapi untuk tercapainya cita-cita menjadi keluarga yang sakinah.15

Suami istri adalah pondasi dasar bagi sebuah bangunan rumah tangga, karena

itulah Islam menetapkan kriteria khusus baginya, hingga menimbulkan rasa cinta,

kasih sayang, nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran serta saling

keterikatan.16

15

Abu Mohammad, Karakteristik Lelaki Shalih., h. 1. 16

Abdul Hamid, Bimbingan Islam untuk Mencapai Keluarga Sakinah, Terj. Ida Nursida,

(Bandung: Al-Bayan, 1996), Cet. Ke-3, h. 21.

Page 18: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

7

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, yang dimaksud suami yaitu: “laki-

laki yang menjadi pasangan hidup resmi seorang perempuan”.17

Sedangkan

peranan adalah dari kata dasar “peran” yang ditambahkan akhiran “an”., Peran

memiliki arti seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan di masyarakat. Sedangkan “peranan” adalah bagian dari tugas

utama yang harus dilaksanakan.18

Dan sakinah disini adalah kedamaian,

ketentraman dan kebahagiaan.19

Jadi, peranan suami dalam membina keluarga

sakinah adalah bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh suami (laki-laki

yang menjadi pasangan hidup resmi seorang perempuan) untuk mewujudkan

keluarga yang penuh dengan kedamaian, ketentraman, ketenangan dan

kebahagiaan.

Pada diri manusia mempunyai kelebihan dan juga kekurangan, kelebihan.

Dan kekurangan itu membuktikan bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan

sifat yang sempurna itu hanyalah ada pada Allah Swt. Untuk itulah manusia hidup

di dunia ini harus saling tolong-menolong dan lengkap melengkapi. Allah Swt

juga telah menciptakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam susunan

badannya, bentuk dan sifatnya, kulit dan dagingnya, tulang dan darahnya, kepala

dan rambutnya, akal dan pikirannya, kekuatan tubuh dan anggotanya, jenis

kelamin dan seterusnya.20

Perbedaan-perbedaan itu tentu mempunyai hikmah yang

banyak dan laki-laki maupun perempuan tidak akan dapat membantah dan

17

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1, h. 860. 18

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1996). Edisi ke-2, h. 751. 19

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia., h. 769. 20

Abu Mohammad, Karakteristik Lelaki Shalih., h. 12.

Page 19: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

8

menyangkalnya, sehingga dengan perbedaan itu, mereka dapat saling mengerti,

cinta mencintai, sayang menyayangi dan selanjutnya mereka juga dapat saling

kuasa menguasai. Maka dari itu pendamping istri yang baik adalah suami yang

bertanggungjawab.21

Menurut al-Qur‟ân, suami yang bertanggung jawab adalah

suami yang bergaul dengan istrinya secara baik dan sabar atas apa yang tidak

disukai darinya.22

Sesuai dengan firman Allah Swt. dalam surat An-Nisâ ayat 19:

“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai

wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena

hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan

kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan

bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai

mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,

padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.

(Q. S. An-Nisâ: 19).

Syaikh Hafizh Ali Syuaisyi. mengatakan bahwa suami akan menjaga

istrinya, dan memperlakukannya dengan patut seperti yang diperintahkan oleh

Allah.23

Ahmad Kusyairi, yang menyebut suami dengan istilah Suami yang Sâlih

mengatakan: “Yang selalu menunaikan kewajiban-kewajiban Allah”, keluarga dan

semua orang yang ada dalam tanggungannya, dengan ikhlas penuh semangat dan

21

Abu Mohammad, Karakteristik Lelaki Shalih., h. 12. 22

Majdi Fathi Al-Sayyid, Bingkai Cinta Sepasang Merpati: Bahagia Menjadi Suami Ideal

dan Istri Ideal., Terj. Ibnu Ali, (Jakarta: Aillah, 2005), Cet. Ke-1, h. 185. 23

Syaikh Hafizh Ali Syuaisyi., Kado Pernikahan, Terj. Abdul Roysad Shiddiq, (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2007), Cet. Ke-8, h. 83.

Page 20: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

9

lapang dada, yang selalu berusaha membahagiakan istrinya.24

Penuturan Ahmad

Kusyairi tersebut, hampir sama dengan pendapat Kasmuri Selamat: yang

melaksanakan kewajiban terhadap keluarganya dengan penuh tanggung jawab,

bersemangat, penuh perhatian serta berlapang dada.25

Di lain pihak Sholeh

Gisymar menyebut suami sebagai suami yang dapat mendidik dan mengarahkan

istri pada kebaikan yang dapat menuntunnya menggapai ridâ Ilâhi.26

Berdasarkan dari penjelasan-penjelasan tersebut di atas dapat penulis

simpulkan bahwa ada peranan yang harus dilakukan oleh suami. Ketika peranan

itu dilakukan, maka hadirlah di tengah-tengah keluarga kebaikan dan keberkahan.

Berbicara tentang keluarga, tentu kita tidak bisa melupakan sosok anak. Dalam

Islam, anak dipandang sebagai amanat dari Allah Swt. Amanat yang wajib

dipertanggung jawabkan. Jelas sekali tanggung jawab orang tua terhadap anak

tidaklah kecil, secara umum inti tanggung jawab itu ialah penyelenggaraan

pendidikan bagi anak-anak dalam rumah tangga. Dengan demikian, pertanggung

jawaban amanat tersebut, langsung berhubungan dengan Allah Swt. sebagai

pemberi amanat. keluarga merupakan salah satu lembaga yang bertanggung jawab

atas pendidikan anak selain sekolah dan masyarakat.

24

Ahmad Kusyairi Suhail, Menghadirkan Surga di Rumah, (Jakarta: Maghfirah Pustaka,

2007), Cet. Ke-1, h. 109. 25

Kasmuri Selamat, Suami Idaman Istri Impian: Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta:

Kalam Mulia, 2007), Cet. Ke-6, h. 1. 26

Sholeh Gisymar, Kado Cinta untuk Istri..., h. 9.

Page 21: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

10

Adapun alasan penulis memilih judul skripsi ini sebagai berikut:

1. Suami merupakan pemimpin dalam kehidupan rumah tangga yang memiliki

peranan yang sangat besar dalam membimbing istri dan mempersiapkan

pendidikan untuk anak-anaknya.

2. Inti dari sebuah keluarga itu adanya suami, istri dan anak, maka suami yang

bertanggung jawab sangat mutlak diperlukan untuk mencapai cita-cita dari

perkawinan, yaitu membentuk keluarga yang sakinah, penuh dengan

mawaddah wa rahmah.

3. Melihat realita yang ada, banyaknya suami yang melakukan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga (KDRT).

4. Untuk memperkaya khazanah keilmuan tentang konsep-konsep Islam,

diharapkan menjadi sumbangan pemikiran yang dapat dimanfaatkan oleh

semua pihak yang membutuhkan.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dari permasalahan-permasalahan yang dapat diidentifikasi di atas, kiranya

harus dicarikan jawaban dari masalah-masalah tersebut dan menyelesaikannya.

Untuk dapat menjadikan sebuah karya tulis yang baik pembatasan terhadap

masalah yang akan dikaji merupakan salah satu bagian penting demi terciptanya

fokus pembahasan, untuk itu objek kajian yang akan dituangkan ke dalam skripsi

ini diidentifikasikan pada hal-hal berikut:

Page 22: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

11

- Suami yang dimaksud adalah yang berstatus sebagai individu dan anggota

masyarakat yang menjadi pasangan hidup resmi seorang perempuan yang diikat

dengan tali pernikahan.

- Peranan yang dimaksud adalah bagian dari tugas utama (kepala keluarga) yang

harus dilakukan oleh suami.

2. Pembatasan Masalah

Kemudian dalam penulisan skripsi ini penulis merasa perlu untuk

memberikan suatu pembatasan masalah agar tidak melebar, yaitu:

1. Suami sebagai kepala rumah tangga.

2. Peranan suami dalam membina keluarga yang sakinah.

3. Karakteristik Suami yang bertanggung jawab.

3. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah menjadi:

1. Bagaimana peranan suami sebagai kepala rumah tangga dalam membina

keluarga sakinah?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan penulisan

Setiap karya tulis yang bernilai ilmiah tentunya memiliki tujuan yang ingin

dirumuskan dalam perumusan masalah, maka secara spesifik tujuan yang akan

dicapai dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi suami sebagai kepala rumah

tangga dalam persfektif Al-Qur‟an.

Page 23: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

12

b. Untuk mengetahui peranan suami dalam membina keluarga yang sakinah

dalam persfektif Al-Qur‟an.

c. Untuk mengetahui kriteria suami yang bertanggung jawab dalam persfektif

Al-Qur‟an.

Sedangkan tujuan akademis dari penulisan skripsi ini adalah untuk

memperluas paradigma berpikir dan wacana keilmuan dalam bidang pendidikan,

terutama pendidikan keluarga.

2. Manfaat penulisan

Adapun hasil penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

a. Dari tulisan ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan para orang tua

dalam upaya membentuk keluarga yang sakinah.

b. Memberi acuan bagi para pelajar laki-laki untuk menjadi laki-laki yang

shaleh/bertanggung jawab dan mampu mengatasi berbagai masalah dalam

rumah tangga.

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode

maudhu‟i (tematik). Yaitu cara-cara menafsirkan ayat-ayat Al-Quran yang

dilakukan dengan cara tertentu.27

Untuk itu harus dilakukan komparasi dan

penghimpunan ayat yang saling berkaitan, kemudian dibahas atau ditafsirkan

27

Ahmad Syadali, Ahmad Rofi.i., Ulumul Qur’ân II, (Bandung: Pustaka Setia, 1997),

Cet. Ke- 1, h. 115.

Page 24: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

13

sesuai dengan kaedah yang berlaku. Dr. M. Quraish Shihab, di dalam karyanya

Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Mizan), memberikan

defenisi tafsir maudhu.i secara lebih rinci: menghimpun ayat-ayat Al-Quran dari

berbagai surah dan yang berkaitan dengan persoalan atau topik yang ditetapkan

sebelumnya. Kemudian, penafsir membahas dan menganalisis kandungan ayat-

ayat tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.28

Orang yang pertama kali memperkenalkan metode ini adalah al-Jalil Ahmad As-

Sa‟id al-Kumi, ketua jurusan tafsir di Universitas al-Azhar.29

Penulis juga menggunakan metode Library Research (penelitian

kepustakaan), yaitu suatu metode dengan mengadakan studi kepustakaan terhadap

buku-buku/kitab-kitab, kamus, majalah, koran, artikel dan sebagainya yang ada

hubungan dengan masalah yang akan dibahas.

Ada dua jenis data dalam pembuatan skripsi ini, yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer adalah sumber kepustakaan yang berasal dari sumber

utama yang digunakan dalam pembahasan ini, yaitu al-Qur’ân al-Karîm.

Sedangkan data sekunder adalah data pendukung berupa buku-buku, kitab-kitab

tafsir, artikel-artikel, makalah dan lain-lain yang berkaitan dengan pembahasan

ini.

Teknik pembahasan dalam skripsi ini, adalah deskriptif-analisis, yaitu

suatu pendekatan masalah dengan menguraikannya terlebih dahulu sebagai

gambaran awal dan setelah itu baru dianalisis. Metode deskriptif dimaksudkan

28

http://www.qalam.or.id/?pilih=news&aksi=lihat&id=341, Pengenalan Singkat Tentang

Metode Tafsir Tematik Sebagai Salah Satu Metode Tafsir Terbaru. oleh Hamid. Selasa, 20

Nopember 2007. 29

Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), Cet. Ke-1, h. 161.

Page 25: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

14

untuk menggambarkan objek apa adanya, sedangkan metode analisis dianggap

perlu guna menganalisis objek yang telah digambarkan sebelumnya.

Adapun pedoman yang digunakan dalam penulisan ini adalah buku

“Pedoman Akademik –Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi)- yang disusun oleh Hamid Nasuhi, dkk. Terbitan CeQDA (Center for

Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun

2008 – 2009.

E. Tinjauan Pustaka

Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang disusun dalam rangka

menyelesaikan studi tingkat sarjana program strata 1 (S1). Maka tidak menutup

kemungkinan ketika skripsi yang disusun oleh penulis ini memiliki kemiripan

dengan skripsi penulis lainnya. Dalam beberapa buku dan skripsi yang saya baca,

banyak hal khususnya teori dan pendapat yang menjadi perhatian penulis untuk

dijadikan penunjang penulisan dan menjadi perbandingan bagi penulis

selanjutnya. Dan sebagai tinjauan pustaka penulis dalam menyusun teori-teorinya

mengambil dari buku-buku dan skripsi yang bersangkutan dengan kewajiban

suami dalam pandangan Islam. Husain Syahatah merupakan penulis sebuah buku

dengan judul Tanggung Jawab Suami dalam Rumah Tangga; Antara Kewajiban

dan Realitas yang menjadi referensi penulis dalam rangka mengetahui berbagai

teori tentang peranan suami dalam membina keluarga yang sakinah. Dalam buku

ini dijelaskan bahwa peranan suami itu tidak jauh berbeda dengan peranan istri

dalam Islam, perbedaannya adalah suami merupakan pemimpin di dalam keluarga

Page 26: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

15

dan besar larangannya jika suami tidak memperhatikan urusan keluarga (istri dan

anak), apalagi tidak memberi nafkah kepada mereka. Dari skripsi yang penulis

susun ini terdapat perbedaan dengan tinjauan pustaka yang penulis tunjukan yaitu

karya Husain Syahatah Tanggung Jawab Suami dalam Rumah Tangga; Antara

Kewajiban dan Realitas perbedaan tersebut terletak pada penjabaran teori yang

lebih melihat dengan jelas kepada kewajiban suami sebagai kepala, pendidik dan

pendamping istri dalam rumah tangga.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terbagi menjadi lima bab, setiap bab terdiri dari beberapa sub-

sub bab yang dimaksudkan untuk mempermudah dalam penyusunan serta

mempelajarinya, dengan sistematika sebagai berikut :

Bab pertama merupakan pendahuluan yang meliputi : latar belakang

masalah, identifikasi pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penulisan, metode penelitian, tinjauan pustaka dan diakhiri dengan sistematika

penulisan. Bab ini berusaha memberikan gambaran singkat tentang masalah yang

akan di bahas pada bab-bab selanjutnya.

Bab kedua membahas tentang gambaran tentang suami yang meliputi :

fungsi suami, kedudukan suami, dan kewakiban suami.

Bab ketiga membahas tentang pandangan ulama terhadap peranan suami

dalam al-Qur‟an yang meliputi : persepsi ulama tentang peranan suami, pendapat

ulama terhadap peranan suami dalam membina rumah tangga yang sakinah.

Page 27: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

16

Bab keempat membahas tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan peranan

suami dalam al-Qur‟an yang meliputi : memberikan teladan yang baik dalam surat

thaahaa (20) ayat 132, bertanggung jawab dalam surat an-nisaa‟ (4) ayat 34,

menciptakan rumah tangga sakinah dalam surat an-nahl (16) ayat 80.

Bab lima merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan yang

didasarkan pada keseluruhan uraian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada

bab-bab sebelumnya, juga memuat saran-saran yang diperlukan.

Page 28: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

17

BAB II

SUAMI SEBAGAI KEPALA RUMAH TANGGA

A. Fungsi Suami

Sudah jamak dipahami bahwa suami adalah kepala rumah tangga, dan

istri adalah ibu rumah tangga. Logika ini tidak bisa diganti dengan sebaliknya.

Problemya adalah apa yang dimaksud dengan kepala rumah tangga dan apa yang

dimaksud dengan ibu rumah tangga. Disini, adalah yang berlaku umum dalam

masyarakat kita adalah bahwa kepala rumah tangga mengurusi urusan-urusan

“besar” dalam rumah tangga, sedangkan yang menyangkut pencarian nafkah,

penjagaan hubungan rumah tangga dengan masyarakat, dan urusan-urusan lain

yang melibatkan rumah tangga dengan kehidupan sosial. Sementara itu, defenisi

ibu rumah tangga adalah bahwa seorang ibu mempunyai tugas-tugas pengaturan

rumah tangga berskala kecil, seperti pengaturan rumah dan perabotan, pengaturan

urusan dapur, pengaturan urusan keuangan rumah tangga, pengaturan

kesejahteraan anggota-anggota rumah tangga dan pengaturan anak.1

Tampaknya, tugas ibu rumah tangga tersebut ringan dan kecil, tetapi pada

kenyataannya, seorang ibu rumah tangga dihabiskan waktunya untuk disibukkan

dalam rumah tangga tersebut. Di sinilah kadang seorang kepala rumah tangga

kurang menyadari tugas-tugas ibu rumah tangga. Jadi, kalau para suami mau jujur

terhadap dirinya sendiri, maka suami akan menyadari bahwa tugas-tugas konkrit

seorang istri lebih berat dari pada tugas-tugas seorang suami. Maka, kerelaan

1Majid Sulaiman Daudin, Hanya untuk Suami, (Jakarta: Gema Insani, 1996), Cet. Ke-1,

h.276.

Page 29: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

18

seorang istri untuk menjadi ibu rumah tangga dan keikhlasannya menganggap

suami menjadi kepala rumah tangga, adalah penghormatan yang setinggi-

tingginya yang dapat diberikan oleh seorang istri kepada suaminya. Dan hal ini

memang telah dimekanismekan oleh alam, bahwa pembagian yang seperti itu

adalah pembagian yang alamiah.2

Keluarga bisa dianggap sebagai miniatur dari sebuah sistem

pemerintahan, yang memerlukan seseorang pemimpin, bertujuan untuk

menciptakan negara yang maju, aman dan sejahtera. Begitu juga dengan

keluarga, yang memerlukan seorang pemimpin yang biasa disebut dengan kepala

rumah tangga untuk menciptakan keluarga yang diimpikan yaitu keluarga yang

sakinah, mawaddah wa rahmah.

Allah telah menetapkan adanya perbedaan antara laki-laki dan

perempuan. Kini, fungsi dan kewajiban masing-masing jenis kelamin, serta latar

belakang perbedaan itu, disinggung oleh ayat ini dengan menyatakan bahwa: para

lelaki, yakni jenis kelamin atau suami adalah qawwamun, pemimpin dan

penanggung jawab atas para wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian

mereka atas sebagian yang lain dan karena mereka, yakni laki-laki secara umum

atau suami telah menafkahkan sebagian dari harta mereka untuk membayar

mahar dan biaya hidup untuk istri dan anak-anaknya. Dengan demikian, suamilah

yang akanbertanggung jawab terhadap keluarga tersebut, karena suami

merupakan pemimpinnya. Persoalan yang dihadapi suami istri, seringkali muncul

dari sikap jiwa yang tercermin dalam keceriaan wajah atau cemberutnya,

2Majid Sulaiman, Hanya untuk Suami.., h. 277.

Page 30: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

19

sehingga persesuaian dan perselisihan dapat muncul seketika, tapi boleh jadi juga

sirna seketika. Kondisi seperti ini membutuhkan adanya seorang pemimpin,

melebihi kebutuhan satu perusahaan yang bergelut dengan angka-angka, bukan

dengan perasaan, serta diikat oleh perjanjian rinci yang dapat diselesaikan

melalui pengadilan.

Murthadha Muthahhari seorang ulama terkemuka Iran dalam bukunya

yang diterjemahkan oleh Abu Az-Zahra An-Najafi ke dalam bahasa Arab dengan

judul Nizham Huquq al-Mar.ah menulis bahwa keistimewaan antara laki-laki dan

perempuan adalah sebagai berikut3:

1. Dari segi fisik

Lelaki secara umum lebih besar dan lebih tinggi dari perempuan; suara

lelaki dan telapak tangannya kasar, berbeda dengan suara dan telapak tangan

perempuan, pertumbuhan perempuan lebih cepat dari lelaki, tetapi perempuan

lebih mampu membentengi diri dari penyakit dibanding lelaki, dan lebih cepat

berbicara, bahkan dewasa dari lelaki. Rata-rata bentuk kepala lelaki lebih besar

dari perempuan, tetapi jika dibandingkan dari segi bentuk tubuhnya, maka

sebenarnya perempuan lebih besar. Kemampuan paru-paru lelaki menghirup

udara lebih besar/banyak dari perempuan, dan denyut jantung perempuan lebih

cepat dari denyut lelaki. Sangat adil pula jika Allah melengkapi laki-laki dan

wanita dengan perangkat reproduksi yang berbeda, termasuk tanda-tanda

seksualkeduanya.4

3Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah.,h. 426.

4Ahmad Kusyairi, Menghadirkan Surga di Rumah., h. 197.

Page 31: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

20

2. Dari segi psikis

Secara umum lelaki lebih cenderung kepada olahraga, berburu, pekerjaan

yang melibatkan gerakan dibanding wanita. Lelaki secara umum cenderung

kepada tantangan dan perkelahian, sedangkan perempuan cenderung kepada

perdamaian dan keramahan; lelaki lebih agresif dan suka ribut, sementara wanita

lebih tenang dan tentram. Perempuan menghindari penggunaan kekerasan

terhadap dirinya atau orang lain, karena itu jumlah wanita yang bunuh diri lebih

sedikit dari jumlah pria. Caranya pun berbeda, biasanya lelaki menggunakan cara

yang keras pistol, tali gantungan atau meloncat dari ketinggian, sementara wanita

menggunakan obat tidur, racun, dan semacamnya. Perasaan wanita lebih cepat

bangkit dari lelaki, sehingga sentimen dan rasa takutnya segera muncul, berbeda

dengan lelaki, yang biasanya lebih berkepala dingin. Perempuan biasanya lebih

cenderung kepada upaya menghiasi diri, kecantikan, dan mode yang beraneka

ragam serta berbeda bentuk. Di sisi lain, perasaan perempuan secara umum

kurang konsisten dibanding dengan lelaki. Perempuan lebih berhati-hati, lebih

tekun beragama, cerewet, takut, dan lebih banyak berbasa-basi. Perasaan

perempuan lebih keibuan, ini jelas nampak sejak kanak-kanak. Cintanya kepada

keluarga serta kesadarannya tentang kepentingan lembaga keluarga lebih besar

dari lelaki.

Perbedaan antara laki-laki dan wanita secara fisik dan psikis serta

fenomena kodrati di atas sesungguhnya diatur sedemikian rupa oleh Allah untuk

menunjang tugas masing-masing. Perlu dicatat bahwa walaupun secara umum

pendapat di atas sejalan dengan petunjuk ayat yang sedang ditafsirkan ini, namun

Page 32: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

21

adalah sewajarnya untuk tidak menilai perasaan wanita yang sangat halus itu

sebagai kelemahan. Justru itulah salah satu keistimewaan yang tidak dan kurang

dimiliki oleh pria. Keistimewaan itu amat dibutuhkan oleh keluarga, khususnya

dalam rangka memelihara dan membimbing anak-anak.5

Wanita secara psikologis enggan diketahui membelanjai suami, bahkan

kekasihnya, di sisi lain pria malu jika ada yang mengetahui bahwa kebutuhan

hidupnya ditanggung oleh istrinya. Karena itu, agama Islam yang tuntunan-

tuntunannya sesuai dengan fitrah manusia, mewajibkan suami untuk menanggung

biaya hidup istri dan anak-anaknya.6 Dari kedua faktor yang disebut di atas .

keistimewaan fisik dan psikis, serta kewajiban memenuhi kebutuhan dan anak-

anak . lahir hak-hak suami yang harus pula dipenuhi oleh istri. Suami wajib

ditaati oleh istrinya dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan ajaran agama,

serta tidak bertentangan dengan hak pribadi sang istri.

Perlu digarisbawahi bahwa kepemimpinan yang dianugerahkan Allah

kepada suami, tidak boleh mengantarnya kepada kesewenang-wenangan.

Paradigma pemimpin kaum adalah pelayan mereka, harus dipraktekkan oleh laki-

laki dalam memimpin kaum perempuan atau keluarga, agar ia tidak

mengembangkan kepemimpinan yang diktator, otoriter dan zalim. Sebab,

sebagaimana dijelaskan Taqiyyuddin an-Nabhani dalam buku an-Nizham al-

Ijtima.i, bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah rumah

tangga bukanlah akad syirkah (perusahaan), akad perdata yang berkonsentrasi

pada kawin kontrak atau akad ijarah (sewa menyewa) sehingga istri ibarat budak

5Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah., h. 427-428.

6Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah., h. 428.

Page 33: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

22

bagi suami untuk dipekerjakan. Bukan pula seperti hubungan polisi dan pencuri,

sehingga istri selalu terancam dan diteror, dan suami selalu merasa superior.

Tetapi hubungan keduanya adalah hubungan sakinah, mawaddah dan rahmah.

Yaitu hubungan untuk saling mengondisikan munculnya sakinah (ketentraman

dan ketenangan) jiwa, mawaddah (cinta kasih), dan rahmah (rasa sayang).7

Dengan demikian, suami akan menjadi pengayomi yang baik, serta akan

mendapatkan pelayanan baik dari istri dan anggota keluarga, bahkan akan

mendapatkan lebih baik dari apa yang telah diberikan oleh suami terhadap istri

dan anggota keluarganya. Disinilah barangkali hikmah mengapa redaksi atas

tidak berbunyi .ar-rijalu aimmat an-nisa,. melainkan berbunyi .ar-rijalu

qawwamuna .ala an-nisa. padahal kedua redaksi mempunyai pengertian yang

hampir sama. Hal ini tidak lain karena makna yang terdapat dalam kata

.qawwamah. jauh lebih mendalam dan integral daripada kata .imamah.. Termasuk

dalam makna .qawwamah. adalah memimpin, meluruskan jika ia (perempuan) itu

bengkok (salah), mengayomi, menjaga, melindungi, membina dan mendidik.8

Maka jelaslah bahwa suami menjadi pemimpin, bukan berarti ia harus menjadi

otoriter dalam memimpin, tanpa memikirkan apa yang diinginkan oleh istri dan

anggota keluarganya.

B. Kedudukan Suami

Walaupun suami merupakan pemimpin dalam keluarga, kepemimpinan

suami di sini tidak sampai memutlakkan seorang istri tunduk sepenuhnya. Istri

7Ahmad Kusyairi, Menghadirkan Surga di Rumah., h. 185.

8Ahmad Kusyairi, Menghadirkan Surga di Rumah., h. 199.

Page 34: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

23

tetap mempunyai hak untuk bermusyawarah dan melakukan tawar menawar

keinginan dengan suami berdasarkan argumen-argumen rasional-kondisional.

Kepemimpinan suami atas keluarganya tidak menghilangkan hak-hak mereka

dalam berbagai hal.

1. Hak istri

Mendapatkan mahar

Hak istri yang pertama kali yang harus dipenuhi oleh seorang suami

adalah diberi mahar dengan penuh kerelaan. Ketika istri menghendaki mahar

tertentu suami harus memenuhinya tanpa menguranginya sedikit pun. Bahkan

istri berhak menolak ketika suaminya ingin menyentuhnya apabila mahar belum

diberikan. Namun, jika ingin menjadi perempuan yang shalehah, sebaiknya

mempermudah lamaran dan tidak memberatkan mahar.

Mendapatkan pergaulan dengan sebaik-baiknya

Secara naluri perempuan memang memiliki perasaan yang halus, tetapi ia

mudah marah. Oleh karena itu, perempuan berhak mendapatkan perlakuan yang

lembut dari suaminya saat menghadapinya. Itulah yang dilakukan oleh Rasulullah

saw. terhadap istri-istrinya.

Mendapatkan nafkah

Istri sangat berhak untuk mendapatkan nafkah dari suaminya, meskipun

misalnya istri tersebut adalah orang yang kaya. Secara umum termasuk

nafkahnya ialah memberi makan dan pakaian.

Page 35: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

24

Mendapatkan pendidikan

Pendidikan juga menjadi hak istri, apalagi seorang istri nantinya akan

menjadi ibu bagi anak-anaknya, dan apabila ibunya tidak berpendidikan,

bagaimana nanti nasib dari anak-anaknya.

2. Kewajiban istri

Seorang istri harus mengatur urusan rumah tangga dan mempersiapkan

kebutuhan hidup sehari-hari

Sudah menjadi rahasia umum bahwa istri mempunyai kewajiban

mengatur urusan rumah tangga dan mempersiapkan kebutuhan hidup sehari-hari,

seperti mengatur keuangan rumah tangga, menyiapkan makanan untuk anak dan

suaminya, serta yang lainya.

Berkewajiban menjaga kehormatan dan ridha suami

Suami merupakan surga dan sekaligus juga neraka bagi istri, untuk itulah

istri harus menjaga kehormatan dan ridha suami.

Wajib taat dan patuh kepada suami

Secara mutlak seorang istri wajib taat kepada suaminya terhadap segala

yang diperintahkannya, asalkan tidak termasuk perbuatan durhaka kepada Allah.

Sebab memang tidak ada alasan sama sekali bagi makhluk untuk taat kepada

sesama makhluk dalam berbuat durhaka kepada Allah. Setiap istri yang taat

kepada suaminya yang mukmin, ia akan masuk ke surga Tuhannya.

Page 36: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

25

Membantu suami bertakwa dan taat kepada Allah

Seorang istri wajib membantu suaminya untuk taat kepada Allah, dan

memberinya nasehat demi mencari keridhaan Allah. Sebagaimana Rasulullah

saw. bersabda:

“Dari Abu Hurairah r.a berkata: Bahwa Rasulullah saw bersabda: Allah

merahmati seorang suami yang bangun tengah malam untuk melakukan shalat,

lalu ia membangunkan istrinya agar ikut shalat, dan jika istrinya tidak mau

bangun, ia memercikkan air pada wajahnya. Dan Allah juga merahmati seorang

wanita yang bangun tengah malam untuk shalat, lalu ia membangunkan

suaminya agar ikut shalat, dan jika suaminya tidak mau bangun, maka ia memercikkan air pada wajahnya”.

Setia dan ikhlas kepada suami

Setia adalah bukti keikhlasan dan cinta sejati. Seorang istri yang sholehah

akan selalu ikhlas kepada suaminya dan menjaga perasaannya. Ia tidak mau

membebani suaminya dengan tuntutan-tuntutannya. Ia rela menghadapi kesulitan

dengan sabar dan ridha. Jika ia kaya, ia mau membantu suaminya yang miskin.

Tidak menyakiti suami

Seorang istri tidak boleh menyakiti suaminya, misalnya dengan cara

membangga-banggakan kecantikannya, atau membangga-banggakan harta

kekayaannya di hadapannya sampai menyinggung perasaannya.

Agama Islam telah mengangkat derajat kaum wanita pada suatu tingkatan

yang belum pernah dilakukan oleh agama lain dan syari.at-syari.at lain

sebelumnya. Bahkan belum pernah dicapai oleh satu umat pun yang menganggap

Page 37: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

26

diri mereka telah mencapai puncak peradaban dan kebudayaan. Meskipun mereka

telah menghormati dan memuliakan kedudukan wanita serta memberikan

pendidikan kepada mereka dalam bidang sains dan ilmu kemasyarakatan.

Dengan dibebankannya kepemimpinan kepada suami itulah, maka

Kasmuri Kasim, dalam bukunya Suami Idaman Istri Impian mengemukakan

empat sifat yang harus dimiliki oleh seorang laki-laki yang membuatnya layak

menjadi pemimpin di dalam rumah tangga:

a. Berpengetahuan agama dan mengamalkannya secara sempurna

Yang akan dipercayai sebagai kepala rumah tangga ialah suami, oleh

karena itu ia harus mempersiapkan dirinya dengan memperbanyak pengetahuan

agama. Disamping mengerjakan perintah agama yang mendasar seperti, shalat,

puasa, zakat dan lain-lain, kemudian harus memahami pula bidang yang lain,

karena Islam adalah agama yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan sesuai

untuk seluruh zaman.

b. Sempurna akal dan pemikiran

Jika seorang itu ingin menjadi suami maka hendaklah ia berpikiran

positif. Karena apabila telah berumah tangga, seorang suami harus memikirkan

cara yang terbaik dalam memenuhi segala keperluan rumah tangganya, baik

secara lahiriah maupun batiniah.

c. Sehat lahir dan batin

Bagi seorang laki-laki yang ingin berumah tangga, haruslah terlebih

dahulu memperhatikan kemampuan fisiknya, karena lemahnya kemampuan

tenaga batin akan membawa rumah tangga menjadi tidak bahagia. Begitu juga

Page 38: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

27

jika sekiranya tidak mampu untuk bekerja karena penyakit dan sebagainya akan

menjadikan laki-laki tersebut tidak dapat memberikan nafkah dan tanggung

jawab lainnya kepada keluarganya.

d. Memberikan nafkah sesuai dengan kesanggupan

Dalam kehidupan berumah tangga, Islam tidak membebankan kaum

wanita supaya mencari nafkah, akan tetapi kewajiban ini harus dilaksanakan oleh

kaum laki-laki untuk menyediakan sesuai kesanggupannya. Pada hakikatnya,

kehidupan rumah tangga adalah sebuah kerajaan iman. Dalam artian, suami

adalah rajanya, istri adalah ratunya dan anak-anak adalah raknyatnya. Suami

adalah raja yang memimpin kerajaan dan mengendalikan semua urusannya,

karena dialah yang menerima beban tanggung jawab serta amanat.9

C. Kewajiban Suami

Suami adalah kepala rumah tangga. Pada dirinya terletak responsibilitas

yang besar, kewajiban yang bermacam-macam terhadap keluarganya, dirinya dan

agamanya yang harus ia letakkan secara seimbang, sehingga satu kewajiban tidak

mengurangi kewajiban yang lain.Sesungguhnya Allah swt. Telah berkehendak

memberikan amanah kepada perempuan untuk hamil, melahirkan dan menyusui

tugas yang amat besar. Karenanya sangat adil, jika kemudian Allah

membebankan tugas kepada laki-laki untuk mencari nafkah, untuk memenuhi

kebutuhan utama keluarganya dan memberikan perlindungan kepada perempuan

sehingga dapat berkonsentrasi menjalankan tugas mulianya.

9Majid Sulaiman, Hanya untuk Suami., h. 9.

Page 39: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

28

1. Memberi nafkah lahir dan batin/pergaulan suami istri

Ajaran Islam menetapkan bahwa suami bertanggung jawab untuk

menafkahi istrinya, baik nafkah lahir maupun nafkah batin.

a. Nafkah lahir

Rasulullah saw bersabda:

"Telah menceritakan kepada kami Adam bin Abu Iyas Telah menceritakan

kepada kami Syu'bah dari Adi bin Tsabit ia berkata; Aku mendengar Abdullah

bin Yazid Al Anshari dari Abu Mas'ud Al Anshari maka aku berkata; Dari Nabi

shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Jika seorang muslim memberi

nafkah pada keluarganya dengan niat mengharap pahala, maka baginya hal itu

adalah sedekah."

Seorang ibu mengandung demi seorang ayah (suami) dan menyusui juga

demi sang suami. Oleh karena itu wajib bagi suami member nafkah secukupnya

kepada istriya berupa sandang dan papan, agar ia dapat melaksanakan

kewajibannya dalam menjaga dan memelihara bayinya. Walaupun memberi

nafkah itu merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang suami yang

merupakan kepala rumah tangga, tetapi sesuai dengan dalil yang di atas, memberi

nafkah itu tidak boleh berlebih-lebihan, dalam artian melewati batas kemampuan

suami itu, yang nantinya akan membuat suami itu sengsara. Dan tidak boleh juga

kurang, yang nantinya akan berakibat memberatkan sang istri.

Sesungguhnya Islam melarang seorang suami .menikmati. hasil usaha

istrinya. Akan tetapi, aturan ini tidaklah kemudian menjadikan seorang istri tidak

Page 40: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

29

bekerja mencari nafkah, sekiranya memang nafkah yang diberikan oleh suaminya

tersebut tidak mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Dan pencarian nafkah

yang dilakukan oleh seorang istri itu terwujud karena dua hal10

: Pertama, ia

.wajib. mencari nafkah bersama sama suaminya demi memenuhi kebutuhan-

kebutuhan rumah tangga mereka. Jadi, prinsip yang harus dipegang di sini adalah

bahwa walaupun nafkah itu diberikan oleh seorang suami kepada istrinya sebagai

hak bagi istrinya, tetapi kegunaan nafkah itu tidak semata-mata untuk kebutuhan

istrinya saja (misal, untuk membeli perhiasan atau pakaian), melainkan juga

untuk kegunaan suaminya (misal, makan dan minum). Dengan demikian, harta

yang diberikan oleh seorang suami pada intinya merupakan harta yang digunakan

untuk kepentingan bersama. Oleh karena itu, pemenuhan akan kebutuhan

bersama ini tidak mencukupi, maka seorang istri tidak boleh harus memaksakan

diri untuk tidak mau tahu terhadap kekurangan tersebut dengan hanya

mengharapkan pemberian nafkah suaminya saja. Dan sang suami pun harus

berusaha untuk memenuhi kebutuhan istri agar dalam memenuhi kebutuhan itu

cukup untuk istri, karena kalau tidak itu akan memberatkan istri. Kedua,

pencarian nafkah yang dilakukan oleh seorang istri hanya bersifat .membantu.

suaminya, dan bukan merupakan kewajiban. Bantuan dalam pencarian nafkah

yang dilakukan oleh seorang istri kepada suaminya di sini .tidak penting. untuk

dilakukan (yakni tidak sebagaimana dalam kasus yang pertama), karena nafkah

yang diberikan oleh suaminya telah mencukupi kebutuhan istri dan kebutuhan

rumah tangga mereka.

10

Muhammad Muhyidin, Meraih Mahkota Pengantin: Kiat-kiat Praktis Mendidik Istri &

Mengajar Suami, (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 2003), Cet. Ke-I. h. 260-261.

Page 41: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

30

b. Nafkah batin / Pergaulan Suami Istri

Tidak dapat dipungkiri bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama

memiliki nafsu syahwat, dengan adanya nafsu syahwat itu maka setiap orang

ingin memiliki keturunan, yang akhirnya disyariatkanlah perkawinan. Ada ulama

berpendapat bahwa hukum memberikan nafkah batin (hubungan suami istri) bagi

seorang suami apabila tidak ada halangan adalah wajib. Ada juga yang

mengatakan bahwa melakukan hubungan suami istri itu wajib dilakukan setiap

empat hari sekali, tetapi ada juga yang berpendapat enam hari sekali.11

Sebenarnya berbagai macam pendapat ulama di atas itu sejalan dengan anjuran

Rasulullah saw. yang melarang setiap suami meninggalkan istrinya dalam waktu

yang terlalu lama, walaupun untuk tujuan berzikir, beribadah dan jihad. Karena

perbuatan yang demikian itu pada hakikatnya akan menyiksa perasaan istri.12

Selain hanya untuk memenuhi kebutuhan nafsu syahwat, memiliki keturunan

merupakan salah satu tujuan dari ikatan perkawinan. Oleh karena itu, salah satu

dari suami atau istri tidak boleh menghalangi yang lainnya untuk memenuhi hak

berhubungan suami istri. Hak berhubungan suami istri ini ditetapkan oleh syara.

Hikmah menggauli wanita adalah untuk menjaga kelestarian jenis

manusia melalui kelahiran, bukan sekedar untuk memperoleh kelezatan semata-

mata. Karena itulah dilarang untuk menggauli wanita yang sedang haid dan pada

tempat yang lain, sebab keadaan keduanya itu tidak akan pernah menghasilkan

keturunan.13

Penyebutan istri sebagai .ladang. secara tidak langsung juga

mengatakan bahwa suami itu adalah .petani. untuk itulah petani bebas

11

Kasmuri Selamat, Suami Idaman Istri Impian., h. 79. 12

Kasmuri Selamat. Suami Idaman Istri Impian., h. 80. 13

Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi., Jil. 2, h. 274.

Page 42: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

31

mendatangi ladangnya kapan pun dan darimana pun, yang penting tujuan dari

petani tercapai. Dan petani harus bias menggarap ladangnya dan menjaganya dari

segala hama, serta ciptakanlah suasana kerohanian yang agar benih yang

diharapkan berbuah itu lahir, tumbuh dan berkembang, disertai dengan nilai-nilai

suci.14

Untuk menciptakan itu, maka kedepankanlah hubungan seks dengan

tujuan kemasalahatan untuk dunia dan akhirat, bukan hanya untuk memuaskan

nafsu yang tidak pernah kenyang, serta bertakwalah kepada Allah dalam

hubungan suami-istri, bahkan dalam segala hal. Dengan melihat kedua ayat di

atas, maka seks merupakan kebutuhan laki-laki dan perempuan. Karena itu suami

dan istri saling membutuhkan, dan memberikan yang terbaik, sebagaimana petani

membutuhkan ladang dan ladang membutuhkan petani. Ketika nafkah bathin ini

tidak dilaksanakan oleh seorang suami dan jiwa terlalu lama menantikan belaian

cinta dari suami, air mata bias mengalir karena tidak kuat menahan rasa sepi yang

mencekam. Sementara tidak ada kekasih yang menguak hasratnya. Bahkan pada

tingkat tertentu bisa menyebabkan munculnya ketegangan rumah tangga. Oleh

karena itu, nafkah batin harus diberikan oleh suami dengan baik.15

Adapun tentang berapa lama boleh suami meninggalkan istri, Saib bin

Jubair berkata16

:

"Pada suatu malam, khalifah Umar bin Khattab berjalan-jalan keliling

kota Madinah dan hal yang demikian itu sering ia lakukan. Secara kebetulan di

dekat rumah salah seorang wanita yang pintunya terkunci, dari luar ia

mendengar wanita tersebut mendendangkan syairnya, yang isinya tentang

keluhan kesedihan karena sudah terlalu lama ditinggalkan oleh suaminya.

Kemudian Umar pun bertanya tentang kemana suaminya. Perempuan itu

menjawab bahwa suaminya sedang berjihad fi sabilillah. Besoknya Umar

14

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah., Vol 1, h. 481. 15

Kasmuri Selamat, Suami Idaman Istri Impian., h. 81-82. 16

Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Quran., Jil 2, h. 306.

Page 43: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

32

mengirim surat kepada suaminya dan menyuruhnya pulang. Kemudian kepada

anaknya Hafsah, Umar bin Khattab bertanya: Wahai anakku, berapa lamakah

kaum wanita boleh bersabar apabila ditinggal oleh suaminya? Hafsah

Menjawab: Subhanullah, orang seperti ayah bertanya kepadaku tentang perkara

ini? Umar menjawab: Kalau bukan karena saya ingin memperhatikan

permasalahan kaum muslimin, tentu saya tidak akan bertanya tentang masalah

ini kepadamu. Hafsah menjawab: Lima bulan atau enam bulan. Mendengar

jawaban dari anaknya itu, maka mulai saat itu khalifah Umar bin Khattab

menetapkan untuk mujahidin berperang waktunya paling lama enam bulan,

waktu berangkat sebulan, tinggal di medan perang selama empat bulan dan

kembali pulang selama sebulan"

2. Mempergauli istri dengan baik

Islam memandang rumah tangga dengan mengidentifikasinya sebagai

tempat ketenangan, keamanan dan kesejahteraan. Islam juga memandang

hubungan dan jalinan suami-istri dengan menyifatinya sebagai hubungan cinta,

kasih dan sayang, dan menegakkan unsur ini di atas pilihan dan kemauan mutlak

agar semuanya dapat berjalan dengan sambut menyambut, sayang menyayangi

dan cinta mencintai. Kewajiban yang harus selalu diperhatikan oleh suami

sebagai kepala rumah tangga adalah menjaga kemuliaan istrinya dari hal-hal yang

menyebabkan kehormatannya dihina atau hal-hal yang merendahkan martabatnya

sebagai manusia. Sang suami harus menjauhi hal-hal yang bisa melukai

perasaannya dan berusaha sekuat mungkin untuk tidak mengingkari janji yang

telah dibuat bersama.17

Suami harus memperbaiki pergaulannya dengan istri, untuk itu harus

menggauli mereka dengan cara yang mereka senangi. Jangan memperketat

nafkah mereka, jangan menyakiti mereka melalui perkataan maupun perbuatan.

Atau menyambut mereka dengan wajah yang muram dan menyambut mereka

17

Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Quran., Jil 2, h. 306.

Page 44: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

33

dengan mengerutkan dahi.18

Dan apabila suami tidak menyenangi istrinya karena

keaiban akhlak atau fisik mereka yang tidak menyenangkan, bersabarlah, karena

Allah menjadikan kebaikan itu menyeluruh, menyangkut segala sesuatu,

termasuk pada mereka yang tidak disukai itu.19

Orang-orang saleh pernah berkata, Seorang istri itu laksana botol, maka

penuhilah botol itu dengan minuman yang engkau sukai.. Orang saleh yang lain

pernah berkata, .Dalam menghadapi seorang wanita, kita memerlukan sedikit

humor, tutur kata yang lembut, melipur lara, dan perhatian yang cukup.. Juga

diingat, tutur kata yang baik termasuk sedekah.

Islam melarang suami melukai perasaan istri dengan perkataan. Karena

hal itu yang akan membuka terjadinya pemukulan dan kekerasan lain oleh suami

kepada istri, akibatnya istri akan tersakiti secara fisik juga mentalnya, walaupun

dalam batas-batas yang dibenarkan oleh syariat karena istri tidak taat kepada

suaminya boleh memukulnya. Karena memukul merupakan perubahan hukum

dari kesulitan kepada kemudahan karena suatu alas an disebabkan latar belakang

hukum asli. Sebab larangan itu merupakan rasa kasihan dan sayang kepada

mereka. Menegakkan keadaan yang membolehkan karena suatu alasan, yaitu

demi kelanggengan suami istri dan terciptanya keluarga yang sakinah, mawaddah

dan rahmah serta menunaikan hak-haknya ketika hak-hak mereka ditinggalkan.

Jadi, seorang kepala rumah tangga mempunyai kewajiban; selain harus

memberikan nafkah kepada istrinya, baik lahir maupun batin, juga harus menjaga

kehormatan dan perasaan istrinya itu.

18

Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi., Jil 4, h. 384. 19

Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi., Jil 4, h. 384.

Page 45: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

34

BAB III

PANDANGAN ISLAM TERHADAP PERANAN SUAMI

A. Kehidupan Keluarga dalam Islam

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan sebuah pondasi dan institusi yang paling dicintai

dalam Islam. Masyarakat terbentuk dari unit-unit yang lebih kecil dan keluarga

merupakan unit yang paling kuno dan alami serta titik diawalinya kehidupan

manusia. Keluarga adalah pusat perkumpulan dan poros untuk melestarikan

tradisi-tradisi serta tempat untuk menyemai kasih sayang dan emosional. Unit ini

ibarat landasan sebuah komunitas dan ketahanannya akan mendorong

ketangguhan sebuah masyarakat.1

Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai institusi terkecil dalam masyarakat,

keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan

pembangunan sebuah bangsa. Hal ini terkait erat dengan fungsi keluarga sebagai

wahana pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas.2

Keluarga memiliki peran fundamental dalam menjaga bangsa-bangsa dari

dekadensi dan kehancuran. Karena itu, undang-undang juga harus disusun untuk

mempermudah terbentuknya keluarga, memelihara kesuciannya, dan memperkuat

hubungan kekeluargaan berdasarkan hak-hak dan etika Islam. Dari segi psikologi,

keluarga juga punya peranan penting dalam meredam emosi, mencegah depresi,

dan memberi dampak-dampak psikis lain bagi seseorang. Anak-anak yang

1Abdul Hakam Ash-Sha‟idi, Menuju Keluarga Sakinah, (Jakarta: Akbar Media Eka

Sarana,2005), h. 37. 2 Sidi Nazar, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, h. 52.

Page 46: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

35

kehilangan orang tuanya akan larut dalam kesedihan, diliputi rasa takut, bersikap

emosi, dan kehilangan rasa tenang. Dari sini terlihat kontribusi positif keluarga

dalam menjaga kesehatan mental dan memberi ketahanan terhadap tekanan-

tekanan jiwa dan depresi.3

Sedangkan menurut kajian hukum, keluarga dalam literature Islam dikenal

dengan istilah al-ahwal as-syakhsyiyyah: ahwal (plural) dari kata tunggal al-hâl,

artinya hal, urusan, atau keadaan. Sedangkan as-Syakhsyiyyah berasal dari kata

as-syakhsyu jamaknya asykhasy yang berarti orang atau manusia (al-Insân). As-

syakhsyiyyah, berarti kepribadian atau identitas diri-pribadi (jati diri). Disamping

istilah tersebut, juga dikenal dengan Huququl usrah/huququl „a‟ilâh (hak-hak

keluarga), Ahkamul usrah (hukum-hukum keluarga), dan Qanunul Usrah

(undang-undang keluarga). Hukum keluarga Islam dalam literature bahasa Inggris

dikenal dengan: Islamic Family law dan Muslim family law.4

2. Tujuan Berkeluarga

Kata pernikahan, berasal dari kata „nikah„, menurut kamus bahasa Indonesia

berarti „perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan

resmi.5

Al-Qur‟an menjelaskan kata pernikahan dalam dua bentuk kata yang

berbeda, namun memiliki makna dan tujuan yang sama, yaitu, „nikah‟ dan

3Abu Zahwa, Buku Pintar Keluarga Sakinah, (Jakarta: kultumedia, 2003), h.75.

4 Mahmud Al-Shabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, h. 114.

5Sri Mulyati, Relasi Suami Dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW), UIN Syarif

Hidayatullah, 2004), h. 1.

Page 47: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

36

„zawwaja‟ yang keduanya memiliki arti „ keberpasangan.6 Kata nikah diulang-

ulang Allah dalam al-Qur‟an sebanyak 23 kali sementara kata zawwaja sebanyak

80 kali.

Secara eksplisit al-Qurân dan al-hâdits menjelaskan bahwa tujuan

perkawinan dalam Islam adalah karena7 :

a. Cinta, „fankihû mâ tâba lakum‟, Sebagai ungkapan perasan terdalam dari hati

membuat manusia berkeinginan untuk selalu dekat kepada orang yang

dicintainya. Kerinduan akan kekasih yang dilamunkan setiap saat, terpenuhi

dengan adanya ikatan perkawinan.

b. Kebutuhan akan keberpasangan sebagai sifat naluriah manusia atau saling

membutuhkan yang ditamsilkan Allah sebagai pakaian „hunna libâsul lakum,

waantum libâsul lahunna. Maksudnya, sebagai kodrat manusia, kita tidak

luput dari kelemahan dan kekurangan, sehingga masing-masing pasangan

dapat menutupi kelemahan dan kekurangan pasangannya, sebagaimana fungsi

pakaian untuk menutup aurat pemakainya, juga sebagai tahsin atau

memperindah pemakainya. Karena itu dalam kehidupan berkeluarga, masing-

masing suami-istri harus bersungguh-sungguh dan berjuang untuk

mendatangkan kebaikan bagi pasangannya serta menolak segala yang

menggangu dan mengeruhkannya, saling menutupi kelemahan keduanya dan

saling mendukung untuk kemajuan keduanya sesuai tujuan Islam.

6Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Panduan Pernikahan Islami, (Jawa Tengah:

2010), h. 5. 7 Adil Abdul Mun‟im Abu Abbas, Ketika Menikah Jadi Pilihan, (jakarta: almahira, 2009), h.

75.

Page 48: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

37

c. Untuk memperoleh keturunan dan pemenuhan hasrat libido secara legal atau

syah. Allah menganugerahkan kepada manusia libido ( dorongan seksual).

Libido dapat menimbulkan ketegangan dan kegelisahan orang. Ketegangan

libido dapat diredakan dengan masturbasi, prostitusi dan free sex, namun

ketiga hal tersebut bukan merupakan penyaluran yang yang di ridhai Allah

Swt, bahkan haram hukumnya. Free sex dan prostitusi mengandung resiko

sangat tinggi, yang berakibat kepada timbulnya penyakit HIV/AIDS. Hanya

dengan perkawinan yang syah atau legal penyaluran seksual manusia

terpenuhi.

Pernikahan umumnya menimbulkan keinginan untuk memiliki

keturunan, dan terjaminnya kelanggengan keturunan umat manusia yang

diakui secara hukum, sehingga dengan kumunitas yang banyak, bumi Allah

yang luas dan subur ini dapat dikelola atau dimanage secara benar sesuai

dengan hukum-hukum Allah, „Hua ansyâkum min al ardi wasta‟marakum

fîhâ‟. Tidak seperti pasangan yang hidup bersamen leven/kumpul kebo yang

pada umumnya tidak mau terbebani kelahiran anak yang berakibat kepada

pemusnahan komunitas dan menimbulkan kerugian pada pihak perempuan,

yang bisa jadi pelecehan, karena dianggap sebagai alat pemuas sex belaka.

d. Untuk memperoleh ketenangan, ketenteraman, dan kasih sayang. Kenyataan

empirik membuktikan orang yang melajang, hidupnya tidak begitu tenang,

selalu gelisah. Merasa serba salah. Ingin mencurahkan segala isi hati dan

uneg-uneg pikirannya, tapi tidak tahu kepada siapa akan dicurahkan. Dan

ketika kegelisahan itu ditumpahkan kepada orang tua, ayah atau ibu, tetapi hal

Page 49: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

38

itu juga terasa kurang dan masih ada yang mengganjal. Ini disebabkan semua

persoalan yang membuat kegelisahan itu tidak seluruhnya tercurahkan. Ada

hal-hal yang terkadang kita tabu atau tidak pantas untuk diungkapkan kepada

orang tua atau kepada kawan akrab sekalipun. Karena itu ikatan perkawinan

membuat kegelisahan dan ketidak nyamanan hati hanya dapat ditumpahkan

seluruhnya kepada orang yang kita cintai atau pasangan hidup. Dengan

pasangan yang menjadi istri atau suami kita bersedia membuka rahasia yang

paling dalam, yang pada gilirannya melahirkan ketentraman dan kasih sayang

(sakinah, mawaddah dan rahmah).

e. Karena mengikuti amanah Allah dan sunah Nabi-Nya. Sebagaimana sabda

Rasulullah SAW “Akhoztumuhunna biamânatillah atau Kalian menerima istri

berdasar amanah Allah, dan Annikahû sunnatî faman lam ya‟mal bisunnatî

falaisâ minnî atau Nikah itu sunahku, barangsiapa yang tidak menikah , maka

ia bukan dari golonganku. Amanah adalah sesuatu yang diserahkan kepada

pihak lain disertai dengan rasa aman dari pemberinya karena adanya

kepercayaan dan keyakinan bahwa apa yang diamanahkan itu akan dipelihara

dengan baik, serta keberadaannya diharapkan aman ditangan sipenerima

amanah. Secara empiris juga dibuktikan bahwa, pasangan suami atau istri

tidak akan menjalin ikatan perkawinan tanpa merasa aman dan percaya

kepada pasangannya. Artinya, pembelaan suami atas dirinya lebih besar dari

pembelaan saudara-saudaranya bahkan orang tuanya. Sementara itu,

pernikahan merupakan sunah Nabi Saw, maka sebagai pengikut atau

Page 50: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

39

felowship yang baik dan ta‟at, apa yang diperintahkan Nabi Saw sebagai

suatu ajaran harus diikuti dan dilaksanakan.

Dari kelima dasar tujuan berkeluarga di atas, umumnya yang paling

dominan dari setiap keberpasangan menikah menginginkan lahirnya anak

yang unggul untuk melanjutkan kehidupan dan peradaban manusia.8 Cita-cita

luhur itu akan terwujud manakala setiap anggota rumah tangga tekun dan

bergairah melaksanakan ajaran Islam. Dan dari rumah tangga yang demikian

itulah insya Allah akan lahir keluarga muslim yang baik zurriyatan tâiyyibah

atau unggul, sebagaimana do‟a Nabi Zakaria As, pada Q.S. Al Imrân: 38,

yaitu komunitas yang tunduk patuh kepada ajaran Islam, “ Ya Tuhan ku,

anugerahkanlah kepadaku dari sisi Engkau keturunan atau zurriyat yang

baik”.9

Secara tegas dapat digaris bawahi bahwa tujuan keluarga ada yang bersifat

intern yaitu kebahagian dan kesejahteraan hidup keluarga itu sendiri, ada tujuan

ekstern atau tujuan yang lebih jauh yaitu untuk mewujudkan generasi atau

masyarakat muslim yang maju dalam berbagai seginya atas dasar tuntunan agama.

3. Pilar-Pilar Keluarga Sakinah

Kata sakinah diambil dari akar kata yang terdiri atas huruf sin, kaf, dan

nun yang mengandung makna ketenangan, atau anonim dari guncang dan gerak.

Berbagai bentuk kata yang terdiri atas ketiga huruf tersebut semuanya bermuara

pada makna di atas. Rumah dinamai maskan karena ia merupakan tempat untuk

8Syaikh Hafiz Ali, Kado Pernikahan..., h. 120.

9 Mahmud Al-Shabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, h. 81.

Page 51: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

40

meraih ketenangan setelah sebelumnya sang penghuni bergerak (beraktivitas di

luar).10

Sedangkan menurut Quraish Shihab, sakinah terambil dari akar kata

sakana yang berarti diam atau tenangnya sesuatu setelah bergejolak.11

Penggunaan kata sakinah dalam pembahasan keluarga pada dasarnya

diambil dari Al-Quran surat al-Rûm ayat 21 ”litaskunû ilaihâ” yang artinya bahwa

Allah menciptakan perjodohan bagi manusia agar yang satu merasa tentram

terhadap yang lain. Dalam bahasa Arab, kata sakinah di dalamnya terkandung arti

tenang, terhormat, aman, penuh kasih sayang, mantap dan memperoleh

pembelaan. Dengan demikian dapat dipahami, bahwa keluarga sakinah adalah

kondisi yang sangat ideal dalam kehidupan keluarga.12

Kata sakinah yang digunakan dalam mensifati kata ”keluarga” merupakan

tata nilai yang seharusnya menjadi kekuatan penggerak dalam membangun

tatanan keluarga yang dapat memberikan kenyamanan dunia sekaligus

memberikan jaminan keselamatan akhirat. Rumah tangga seharusnya menjadi

tempat yang tenang bagi setiap anggota keluarganya. Ia merupakan tempat

kembali kemana pun mereka pergi. Mereka merasa nyaman di dalamnya, dan

penuh percaya diri ketika berinteraksi dengan keluarga yang lainnya dalam

masyarakat. Dalam istilah sosiologi ini disebut dengan unit terkecil dari suatu

masyarakat.13

10

Said Husin al-Munawwarl, Agenda Generasi Intelektual: Ikhtiar Membangun Masyarakat

Madani, (Jakarta: Pena Madani, 2003), h. 62. 11

Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 2000), h. 192. 12

Said Husin al-Munawwar, Agenda Keluarga Sakinah, Al-Mawarid Edisi XVIII Tahun

2008, h.62. 13

Miftah Farid, Merajut Benang Kaluarga Sakinah, dalam Jurnal Al-Insan No. 3 vol. 2, 20,

(Jakarta: Lembaga Kajian dan Pengembangan Al-Insan, 2006), h.75.

Page 52: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

41

Keluarga sakinah tidak terjadi begitu saja, akan tetapi ditopang oleh pilar-

pilar yang kokoh yang memerlukan perjuangan dan butuh waktu dan

pengorbanan. Keluarga sakinah merupakan subsistem dari sistem sosial (social

system) menurut Al-Quran, dan bukan “bangunan” yang berdiri di atas lahan yang

kosong. Pembangunan keluarga sakinah juga tidak semudah membalik telapak

tangan, namun sebuah perjuangan yang memerlukan kobaran dan kesadaran yang

cukup tinggi. Namun demikian semua langkah untuk membangunnya merupakan

sesuatu yang dapat diusahakan. Meskipun kondisi suatu keluarga cukup seragam,

akan tetapi ada langkah-langkah standar yang dapat ditempuh untuk membangun

sebuah bahtera rumah tangga yang indah, keluarga sakinah.14

Nick Stinnet dan John Defrain (1987) dalam studi yang berjudul “The

National Study on Family Strength” mengemukakan enam langkah membangun

sebuah keluarga sakinah yaitu:15

a. Menciptakan kehidupam beragama dalam keluarga. Hal ini diperlukan karena

di dalam agama terdapat norma-norma dan nilai moral atau etika kehidupan.

Penelitan yang dilakukan oleh kedua profesor di atas menyimpulkan bahwa

keluarga yang di dalamnya tidak ditopang dengan nilai-nilai religius, atau

komitmen agamanya lemah, atau bahkan tidak mempunyai komitmen agama

sama sekali, mempunyai resiko empat kali lipat untuk tidak menjadi keluarga

bahagaia atau sakinah. Bahkan, berakhir dengan broken home, perceraian,

perpisahan tidak ada kesetiaan, kecanduan alkohol dan lain sebagainya.

14

Sidi Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Rumah Tangga Yang Sakinah, (Jakarta: Pedoman Ilmu

Jaya), h.26. 15

Abu Zahwa, Buku Pintar Keluarga Sakinah, h. 85.

Page 53: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

42

b. Meluangkan waktu yang cukup untuk bersama keluarga. Kebersamaan ini

bisa diisi dengan rekreasi. Suasana kebersamaan diciptakan untuk

maintenance (pemeliharaan) keluarga. Ada kalanya suami meluangkan waktu

hanya untuk sang istri tanpa kehadiran anak-anak.

c. Interaksi sesama anggota keluarga harus menciptakan hubungan yang baik

antaranggota keluarga, harus ada komunikasi yang baik, demokratis dan

timbal balik.

d. Menciptakan hubungan yang baik sesama anggota keluarga dengan saling

menghargai. Seorang anak bisa menghargai sikap ayahnya. Begitu juga

seorang ayah menghargai prestasi atau sikap anak-anaknya; seorang istri

menghargai sikap suami dan sebaliknya, suami menghargai istri.

e. Persatuan dalam keluarga yang memperkuat bangunan rumah tangga. Hal ini

diempuh dengan sesegera mungkin menyelesaikan masalah sekecil apapun

yang mulai timbul dalam kehidupan keluarga. Keluarga sebagai unit terkecil

jangan sampai longgar, karena kelonggaran hubungan akan mengakibatkan

kerapuhan hubungan.

f. Jika terjadi krisis atau benturan dalam keluarga, maka prioritas utama adalah

keutuhan rumah tangga. Rumah tangga harus dipertahankan sekuat mungkin.

Hal ini dilakukan dengan menghadapi benturan yang ada dengan kepala

dingin dan tidak emosional agar dapat mencari jalan keluar yang dapat

Page 54: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

43

diterima semua pihak. Jangan terlalu gampang mencari jalan pintas dengan

memutuskan untuk bercerai.16

Langkah-langkah yang dikemukakan oleh Nick Stinnet dan John

Defrain di atas lebih menitikberatkan pada sudut pandang psikologis dan

sosiologis. Ada pendapat lain yang menitikberatkan pada aspek agama

(Islam), yaitu pendapat Said Agil Husin al-Munawwar, yang menyatakan

bahwa simpul-simpul yang dapat mengantar atau menjadi prasyarat tegaknya

keluarga sakinah adalah:

Dalam keluarga ada harus mahabbah17

, mawaddah18

dan rahmah19

;

a. Hubungan suami isteri harus didasari oleh saling membutuhkan, seperti

pakaian dan pemakainya (hunna libâsun lakum wa antum libâsun

lahunna);

b. Dalam pergaulan suami istri, mereka harus memperhatikan hal-hal yang

secara sosial dianggap patut, tidak asal benar dan hak (wa‟asyirûhinna bil

ma‟rûf), besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus

memperhatikan nilai-nalai ma‟rûf;

c. Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada lima, yaitu: pertama,

memliliki kecenderungan kepada agama; kedua, mudah menghormati yang

16

Dadang Hawari, Al-Quran: Ilmu Kesehatan Jiwa dan Jiwa, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti

Prima Yasa:1997) h. 237-240. 17

Mawaddah adalah jenis yang lebih melihat kualitas pribadi pasangan. (Said Husin al-

Munawwar. et.al. Agenda …), h.63. 18

Mawaddah adalah jenis yang lebih melihat kualitas pribadi pasangan. (Said Husin al-

Munawwar. et.al. Agenda …), h.63. 19

Rahmah adalah jenis cinta yang lembut, siap berkorban dan siap memberi perlindungan

kepada yang dicintai. (Said Agil Husin al-Munawwar. et.al. Agenda …), h.63, Al-Mawarid Edisi

XVIII Tahun 2008 231 Imam Mustofa: Keluarga Sakinah.

Page 55: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

44

tua dan menyayangi yang muda; ketiga, sederhana dalam belanja;

keempat, santun dalam bergaul; dan kelima, selalu introspeksi;

d. Menurut hadis Nabi yang lain disebutkan bahwa ada empat hal yang

menjadi pilar keluarga sakinah, yaitu: peratama, suami istri yang setia

(salih dan salihah) kepada pasangannya; kedua, anak-anak yang berbakti

kepada orang tuanya; ketiga, lingkungan sosial yang sehat dan harmonis;

keempat, murah dan mudah rezekinya.20

Pendapat Said Agil Husin di atas berpijak pada ajaran-ajaran Islam

yang bersumber dari al-Quran dan hadis Nabi. Ada pendapat lain yang

hampir serupa, namun hanya berpijak pada ayat-ayat al-Quran sebagai

dasar pembentukan keluarga sakinah, yaitu pendapat Mantep Miharso

yang menyatakan bahwa untuk merumuskan hakekat keluarga di dalam

Al-Quran- yang sebenarnya mengacu pada pembentukan keluarga sakinah

dapat dilihat dari unsurnya yang terdapat dalam pemaknaan term-term di

dalam Al-Quran, yaitu: Pertama, kesatuan agama atau aqidah, terambil

dari makna yang terkandung dalam kata “al-‟Al”; Kedua, kemampuan atau

kesanggupan mewujudkan ketenteraman, baik secara ekonomis, biologis

maupun psikologis, terambil dari makna yang terkandung dalam kata al-

Ahl. Kehidupan keluarga sakinah tidak akan tercipta oleh orang yang tidak

memiliki kemampuan itu. Ketiga, pergaulan yang baik (al-mu‟asyârah bi

al-ma‟rûf) atas dasar cinta dan kasih sayang diantara anggota keluarga,

terambil dari makna kata yang terkandung dalam kata al-„Asyîrah.

20

Said Husin al-Munawwar. et.al. Agenda …, h. 63.232 Al-Mawarid Edisi XVIII Tahun

2008 Imam Mustofa: Keluarga Sakinah dan ...

Page 56: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

45

Pergaulan yang baik ini berupa komunikasi dan interaksi perbuatan

maupun sikap antaranggota keluarga merupakan perangkat vital dalam

mewujudkan ketenteraman, kedamaian dan kesejahteraan. Keempat,

mempunyai kekuatan yang kokoh guna melindungi anggota keluarga, dan

menjadi tempat bersandar bagi mereka dan bagi kekuatan masyarakat,

terambil dari makna yang terkandung dalam kata raht, rukn dan fasilah.

Suasana yang nyaman di dalam lingkungan keluarga memungkinkan

tumbuh kembangnya generasi yang terdidik dan memiliki akhlak yang

baik sebagai penyangga kekuatan bangsa. Dengan demikian rumah tangga

yang diharapkan adalah rumah tangga yang digambarkan hadis nabi

bagaikan surga “rumahku surgaku”. Kelima, hubungan kekerabatan yang

baik dengan keluarga dekatnya, kerabatnya, terambil dari makna yang

terkandung dalam kata dzâway al-qurbâ atau dza al-qurbâ atau dza al-

muqarâbah atau dza al-qurbâ. Keluarga tidak dapat hidup sendiri, maka

jalinan yang baik harus diwujudkan dengan keluarga dekat maupun

lingkungan sosialnya (termasuk tetangga) sebagai unsur eksternal di dalam

mewujudkan ketenangan. Keenam, proses pembentukannya melalui

pernikahan yang sah mengikuti aturan agama, yakni memenuhi syarat dan

rukunnya, terambil dari makna yang terkandung dalam kata zauj dan

nikah. Menurut al-Quran keluarga harus dibangun melalui perkawinan

atau pernikahan sebagai aqad (perjanjian luhur) yang dengannya akan

menimbulkan hak dan tanggung jawab suami istri, orang tua-anak.

Ketujuh, di dalam keluarga terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab

Page 57: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

46

sesuai dengan status dan fungsinya sebagai anggota keluarga, yakni

sebagai suami, istri, orang tua dan anak. Masing-masing status di dalam

keanggotaan keluarga mempunyai konsekuensi fungsi dan tanggung jawab

ini. Oleh karena itu Al-Quran menyebutkan berbeda-beda yakni dengan

kata ab, umm, dzurriyah, walad dan bin atau bint. Dari makna yang

terkandung dalam kata-kata ini pula berimplikasi terhadap anak

(kewajiban anak kepada orang tua), hak anak terhadap orang tua

(kewajiban orang tua kepada anak) BKKBN menggunakan istilah sejahtera

untuk menyebut keluarga sakinah. Dalam hal ini BKKBN

mengklasifikasikan keluarga sejahtera (sakinah) kedalam beberapa

tingkatan yaitu:

a. Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS), yaitu keluarga-keluarga yang belum

dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal,

seperti kebutuhan spiritual, pangan, sandang papan dan kesehatan.

b. Keluarga Sejahtera I (KS I), yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat

memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat

memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya (socio psychological

needs), seperti kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga,

interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.

c. Keluarga Sejahtera II (KS II), yaitu keluarga-keluarga yang disamping

telah dapat memenuhi kebutuhan sosial-psikologisnya, tetapi belum

dapat memenuhi kebutuhan pengembangannya (developmental needs)

seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.

Page 58: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

47

d. Keluarga Sejahtera III (KS III), yaitu kelurga-keluarga yang telah

dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial-psikologis dan

pengembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan

sumbangan yang teratur bagi masyarakat, seperti sumbangan materi,

dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

e. Keluarga Sejahtera III Plus (KS III Plus), yaitu keluarga-keluarga

yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial psikologis

dan pengembangan serta telah dapat memberikan sumbangan yang

teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.21

Dari klasifikasi dan keriteria BKKBN dapat disimpulkan bahwa dalam

peng-kategorian keluarga sejahtera atau , BKKBN lebih memprioritaskan aspek

materi dari pada aspek immateri. Hal ini berbeda dengan konsep yang

disampaikan oleh Nick Stinnet dan John Defrain, Said Aqil Husin al-Munawwar

dan Mantep Moharso yang lebih menekankan aspek imateri. Menurut dalam

hemat penulis, kedua aspek tersebut (materi dan imateri) mempunyai kedudukan

yang sama yaitu keduanya menduduki posisi yang pokok, dan keduanya harus

sama-sama dipenuhi demi terciptanya keluarga sakinah atau sejahtera,

Sejauh apapun dan sedalam apapun pengetahuan dan pemahaman kita

tentang konsep keluarga sakinah tidak akan menjadi jaminan bahwa kita akan

dapat melaksanakannya dalam bahtera rumah tangga. Karena kehidupan keluarga

merupakan suatu yang eksperimental dan empirik yang tidak hanya ada dalam

dunia teori namun harus terjun langsung dan mempraktekkannya yang terkadang

21

http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=344 (diakses 22/06/2007).Al-Mawarid Edisi

XVIII Tahun 2008 233 Imam Mustofa: Keluarga Sakinah dan ...

Page 59: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

48

pada kenyataannya jauh dari apa yang ada dalam teori. Selain itu kehidupan

keluarga berjalan secara dinamis mengikuti irama denyut nadi perkembangan

zaman dan faktor sosio-kultural dalam kehidupan masyarakat sangat berpengaruh

dalam perjalanan kehidupan keluarga.

4. Hak Dan Kewajiban Suami Istri

Salah satu kunci keluarga bahagia yaitu adanya pemahaman dan

pelaksanaan hak dan kewajiban suami istri di dalam bahtera rumah tangga.22

Diperlukan kerjasama antara suami dan istri dalam membangun keharmonisan

rumah tangganya. Tak lupa pula didasari dengan agama, keluarga tersebut akan

menjadi sakinah. Seorang suami yang beriman akan mampu menjadi kepala

rumah tangga yang baik dan kelak membawa keluarganya menuju syurga.

Seorang istri yang sholehah tentunya yang selalu taat pada suaminya serta mampu

membawa keluarganya senantiasa dalam kebaikan.23

Suami sebagai pemimpin rumah tangga memiliki hak-hak yang didapatkan

dari istri dan anak-anaknya. Istri menghormati suami, dan anak-anak

menghormati ayahnya. Beberapa dalil tentang suami sebagai pemimpin rumah

tangga antara lain:

Firman Allah Swt: “Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena

Allah telah melebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lainnya dan

karena mereka telah membelanjakan sebagian harta mereka.”

22

Abdul Hakam Ash-Sha‟idi, Menuju Keluarga Sakinah, (Jakarta: Akbar Media Eka

Sarana,2005), h.81. 23

Sri Mulyati, Relasi Suami Dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW), UIN Syarif

Hidayatullah, 2004), h. 128.

Page 60: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

49

Rasulullah Saw bersabda: “Seandainya aku boleh memerintahkan

seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya aku perintahkan seorang istri

untuk sujud kepada suaminya. Dan tidaklah seorang istri dapat menunaikan

seluruh hak Allah Subhanâhu wa Ta‟alâ terhadapnya hingga ia menunaikan

seluruh hak suaminya. Sampai-sampai jika suaminya meminta dirinya

(mengajaknya jima‟) sementara ia sedang berada di atas pelana (yang dipasang di

atas unta) maka ia harus memberikannya (tidak boleh menolak).”

a) Hak-hak suami atas istri :

Ditaati dalam seluruh perkara kecuali maksiat. Sabda Rasulullah Saw:

“Hanyalah ketaatan itu dalam perkara yang ma‟ruf.” Istri wajib mentaati

perintah suami asalkan itu bukanlah perbuatan maksiat dan melanggar hukum

agama Islam. Istri juga wajib menolak perintah suami untuk berbuat maksiat

kepada Allah Swt, karena apabila ia menaati suaminya berarti ia berbuat dosa

sebagaimana suaminya berdosa karena telah memerintahkannya bermaksiat.24

Ketaatan istri kepada suami termasuk memenuhi panggilan suami ke tempat

tidur dan tidak boleh menolak suami, kecuali sedang dalam keadaan haid.

Istri yang menolak ajakan tersebut akan dilaknat oleh malaikat, sebagaimana

sabda Rasulullah Saw: “Jika seorang suami memanggil istrinya ke tempat

tidurnya lalu si istri menolak untuk datang maka para malaikat akan

melaknatnya sampai pagi.”

24

Sidi Nazar Bakry, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1993),

h.37.

Page 61: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

50

Dimintai izin oleh istri yang hendak keluar rumah. Istri tidak boleh keluar

rumah kecuali seizin suami. Hal ini termasuk ketika istri ingin mengunjungi

orangtuanya serta kebutuhan lainnya. Istri yang keluar rumah tanpa seizin

suaminya cenderung menimbulkan fitnah hingga maksiat kepada Allah Swt.

Istri tidak boleh puasa sunnah kecuali dengan izin suaminya, terutama jika

suami sedang berada di rumah seharian. Rasulullah Saw bersabda:

“Tidak boleh seorang istri puasa (sunnah) sementara suaminya ada di tempat

kecuali dengan izin suaminya.”

Suami berhak mendapatkan kesenangan bersama istrinya yang harus segera

ditunaikan dan tidak boleh tertunda dikarenakan sang istri sedang puasa

sunnah. Oleh sebab itulah istri bisa berpuasa sunnah hanya atas izin suami.

Istri tidak boleh mengizinkan seseorang masuk ke rumah suami kecuali

dengan izinnya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Saw:

“Tidak boleh seorang istri mengizinkan seseorang masuk ke rumah suaminya

terkecuali dengan izin suaminya.”

Mendapatkan pelayanan dari istrinya.hal ini memang sudah semestinya,

sebagai tugas istri di rumah yaitu melayani dan mengurusi segala kebutuhan

suami. Seperti yang telah dicontohkan oleh istri sahabat Nabi Muahmmad

Saw, yaitu Asma‟ istri Abi Bakar Ash-Shiddiq Ra. Ia mengurusi hewan

tunggangan suaminya, memberi makan dan minum kudanya, menjahit dan

menambal embernya, serta mengadoni tepung untuk membuat kue. Ia yang

memikul biji-bijian dari tanah milik suaminya sementara jarak tempat

tinggalnya dengan tanah tersebut cukuplah jauh.”

Disyukuri kebaikan yang diberikannya. Istri harus mensyukuri atas setiap

pemberian suaminya dan berterima kasih kepadanya.

Page 62: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

51

Islam memandang tinggi dan mulia Terhadap wanita. Oleh karena itu,

istri pun juga memiliki hak-hak yang harus ditunaikan oleh suami. Sesuai

denga firman Allah swt: “Dan para istri mempunyai hak yang seimbang

dengan kewajiban mereka menurut cara yang ma‟rûf.” Seperti suami, istri

pun berhak mendapatkan hak-haknya sebagaimana ia juga memenuhi

kewajibannya.

b) Hak-hak istri atas suami :

Mendapat mahar dari suaminya. Tentunya ketika akad nikah seorang lelaki

harus menyerahkan mahar kepada wanita yang dinikahinya. Mahar adalah

wajib hukumnya25

, sebagaiaman firman Allah Swt: “Berikanlah mahar

kepada wanita-wanita yang kalian nikahi sebagai pemberian dengan penuh

kerelaan.” “berikanlah kepada mereka (istri-istri kalian) maharnya dengan

sempurna sebagai suatu kewajiban.”

Serta sabda Rasulullah Saw yang diucapkan ketika seorang

sahabatnya ingin menikah namun ia tidak memiliki harta: “Lihatlah apa yang

bisa engkau jadikan mahar dalam pernikahanmu, walaupun hanya cincin dari

besi.”

Digauli oleh suaminya deengan patut dan akhlak mulia. Allah swt berfirman:

“Bergaullah kalian dengan para istri secara patut. Bila kalian tidak menyukai

mereka maka bersabarlah karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu

padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” Rasulullah Saw

25

Sidi Nazar Bakry, Kunci keutuhan Rumah tangga, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1993),

h.46.

Page 63: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

52

pun telah bersabda: “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang

paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik

terhadap istri-istrinya.”

Mendapatkan nafkah , pakaian, dan tempat tinggal. Suami wajib memberikan

nafkah dam pakaian yang layak bagi istrinya, serta anak-anaknya. Firman

Allah Swt: “dan kewajiban bagi seorang ayah untuk memberikan nafkah dan

pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma‟rûf.”

Mendapat perlakuan adil, jika suami memiliki lebih dari satu istri. Maka

suami yang berpoligami wajib memberikan nafkah dan perlakuan yang sama

kepada istri-istrinya. “maka nikahilah wanita-wanita yang kalian senangi:

dua, tiga, atau empat. Namun jika kalian khawatir tidak dapat berbuat adil di

antara para istri nantinya maka nikahilah seorang wanita saja atau dengan

budak-budak perempuan yang kalian miliki. Yang demikian itu lebih dekat

bagi kalian untuk tidak berbuat aniaya.” Rasulullah bersabda: “Siapa yang

memiliki dua istri lalu ia condong (melebihkan secara lahiriah) kepada salah

satunya maka ia akan datang pada hari kiamat nanti dalam keadaan satu sisi

tubuhnya miring atau lumpuh.”

Mendapatkan bimbingan dari suaminya agar selalu taat kepada Allah Swt,

serta terjaga dari api neraka. Bimbingan itu berupa pengajaran atau

pengetahuan agama. Sebagaimana firman Allah Swt: “Wahai orang-orang

yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka

yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”

Page 64: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

53

B. Pendapat Ulama Tentang Peran Suami dalam Membina

Rumah Tangga.

1. Peran Suami dalam Rumah Tangga

Kehidupan rumah tangga yang penuh kasih sayang, mesra dan

menyenangkan, merupakan dambaan setiap pasangan suami istri. Namun dalam

perjalanannya tak semudah yang diimpikan, ibarat bahtera yang mengarungi

lautan luas yang tak lepas dari ancaman badai dan gelombang. Lautan mengalami

pasang surut maka kehidupan rumah tangga pun akan mengalami semisalnya.

Kadang hubungan antara suami istri manis dan mesra, namun pada saat tertentu

bisa panas dan mencemaskan. Tali pernikahan dalam Islam adalah sebuah ikatan

yang kokoh yang menjalin pasangan suami istri dalam rangka menggapai jalinan

rumah tangga yang penuh cinta dan kasih sayang.26

Allah menyifati hubungan

pernikahan itu dengan istilah mitsâqan ghalîzân (tali perjanjian yang kokoh).

Akad nikah adalah sebuah ikatan perjanjian yang kokoh untuk

mewujudkan keluarga yang penuh cinta kasih. Al Qur‟an menggambarkan

kedekatan hubungan mereka ibarat pakaian dan pemakainya.

Islam sangat menjaga ikatan yang suci ini agar tidak sampai goncang,

apalagi terlepas. Namun dua insan yang masing-masing memiliki watak, tabiat,

kepribadian yang berbeda dan ditambah pengaruh luar, kadang terjadi

kesenjangan hubungan antara keduanya.27

Diantara faktor pemicu terbesar

problematika rumah tangga adalah kurang saling memahami tugas masing-masing

antara suami dan istri.

26

Abdul Hakam, Menuju Keluarga Sakinah, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004), h. 37. 27

Abdul Hakam, Menuju Keluarga Sakinah, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004), h. 39.

Page 65: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

54

1. Pendapat Ulama tentang Peran Suami

Dari pendapat para ulama tentang peran suami dalam membina rumah

tangga. Mengingat dialah tonggak utama rumah tangga yang sangat berpengaruh

bagi baik-buruknya sebuah rumah tangga.

a. Suami adalah Pemimpin Rumah Tangga

Al-Imam Ibnu Katsir berpendapat: “(Dengan sebab harta yang mereka

belanjakan) berupa mahar, nafkah dan tanggungan yang Allah Subhanahu wa

Ta‟ala wajibkan atas mereka seperti yang tersebut dalam kitab-Nya dan sunnah

Nabi-Nya, maka pria lebih utama dari wanita serta memiliki kelebihan dan

keunggulan di atas wanita, sehingga pantas menjadi pemimpin bagi wanita.

Kemudian Al-Imam Ibnu Katsir berkata: “Para suami memiliki kelebihan

satu tingkat di atas para istri yaitu dalam keutamaan, dalam penciptaan, tabiat,

kedudukan, keharusan menaati perintahnya (dari si istri selama tidak

memerintahkan kepada kemungkaran), dalam memberikan infak/belanja”

b. Suami berkewajiban Memberi Nafkah Lahir dan Bathin

Memberi makan itu merupakan kewajiban suami kepada istri. Dan kalau

disebut makanan, artinya bukan bahan mentah melainkan makanan yang siap

disantap. Sehingga proses memasaknya bukan menjadi tugas dan tanggung-jawab

istri.

Memberi pakaian itu adalah kewajiban suami kepada istri, bukan

kewajiban istri kepada suami. Dan kalau disebut pakaian, artinya adalah pakaian

yang bersih, wangi, rapi siap dipakai. Maka kalau baju itu kotor dan bau karena

Page 66: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

55

bekas dipakai, mencuci, menjemur dan menyetrikanya tentu menjadi kewajiban

suami.28

Memberikan tempat tinggal adalah kewajiban suami kepada istri, bukan

kewajiban istri kepada suami. Dan kalau disebut tempat tinggal, artinya rumah

dan segala isinya yang siap pakai dalam keadaan baik. Bila ada yang kotor dan

berantakan, pada dasarnya membersihkan dan merapikan adalah tugas suami,

bukan tugas istri.

c. Suami Sebagai Pemimpin Rumah Tangga

Sebagai pemimpin rumah tangga, seseorang suami mempunyai kewajiban-

kewajiban, diantaranya:

1) Kewajiban memberi nafkah bagi keluarga (istri dan anak-anaknya).

Seorang suami berkewajiban memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan

papan bagi keluarganya. Seorang suami wajib menafkahi istri dan anak-anaknya,

menyediakan tempat tinggal serta mengadakan pakaian untuk mereka sesuai

kemampuannya.29

Hal ini tidak boleh dilalaikan oleh seorang suami. Dia dijadikan

sebagai pemimpin terhadap istri dan anak-anaknya diantaranya karena telah

menafkahi mereka. Dalam memenuhi kebutuhan keluarga hendaklah seorang

suami mencari nafkah dengan cara yang halal agar diberkahi oleh

Allah Subhanahu wa Ta‟ala dan mendapat pahala karena telah memenuhi

kebutuhan keluarganya.

28

Muhammad Abdul Ghaffar, Menyikapi Tingkah Laku Suami, (Jakarta

Timur:Almahira,2008), h. 23. 29

Abu Mohammad, Karakteristik Lelaki Shalih., h. 302.

Page 67: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

56

2) Kewajiban membina dan mendidik mereka.

Al-Imam As-Sa‟di Ra, berkata: “Tidak akan selamat seorang hamba

kecuali jika ia telah menunaikan perintah Allah terhadap dirinya dan terhadap

siapa saja yang dibawah tanggung jawabnya dari para istri dan putra-putrinya,

serta yang lainnya yang dibawah kewenangan dan pengaturannya. Engkau sebagai

kepala rumah tangga, wajib menjaga dirimu dan keluargamu, istri dan putra-

putrimu dari dahsyatnya api neraka jahannam. Dengan menegakkan amar ma‟rûf

nahî munkar dalam rumah tanggamu, mengajak mereka kepada kebaikan dan

mencegah mereka dari kejelekan. Engkau harus berupaya semaksimal mungkin

dalam mengondisikan keluargamu untuk menjalankan kewajiban yang Allah

perintah kepada mereka. Diantaranya kewajiban shalat, maka kepala rumah

tangga harus memerintahkan keluarganya untuk melaksanakannya”.

Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman :

“Perintahkanlah keluargamu untuk mengerjakan shalat”.

d. Kewajiban Bergaul dengan Mereka Secara Baik

Hendaknya seorang suami dalam membina keluarganya dengan cara

yang baik, lemah lembut dan penuh kasih sayang, bukan dengan kekerasan.30

Allah Subhanahu wa Ta‟ala telah memerintahkan yang demikian itu dalam

firman-Nya (artinya), “bergaullah dengan mereka secara patut.”

30

Eli Mulyadi, Membina Rumah Tangga Yang Sakinah Mawaddah Warahmah,

(Jakarta:Kompas Gramedia,2010), h.58.

Page 68: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

57

Berkata Al-Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat tersebut,

“Maniskanlah perkataan kalian terhadap mereka, baguskanlah perbuatan dan

penampilan kalian sebagaimana kalian senang jika istri-istri kalian seperti itu,

maka berbuatlah engkau untuk dia seperti itu pula.”

Demikian pula, engkau harus membersihkan rumah tanggamu dari

berbagai sarana yang dapat merusak aqidah, akhlak, dan juga sarana yang

membuat mereka lalai dari berdzikir kepada Allah.31

Dunia benar-benar fitnah,

telah terbuka lebar-lebar pintu fitnah yang membuat lalai bani Adam. Waktu

shalat telah tiba, adzan dikumandangkan, beberapa orang saja yang sudi

menjawab panggilan adzan dan mau mengerjakan shalat diawal waktu. Bahkan

tidak sedikit dari mereka yang tidak shalat. Mereka masih asyik ada di mal-

mal, warnet-warnet, pasar-pasar atau yang lain.

Ulama lain berpendapat bahwa peran suami adalah bertanggung jawab

terhadap keluargamu, istri dan putra-putrimu. Jika engkau merasa iba

keluargamu terlantar dari sisi dunia mereka, seharusnya engkau lebih iba jika

keluargamu terlantar di akhirat kelak. Engkau kelak pada hari kiamat akan

dimintai pertanggungjawaban terhadap mereka. Bukanlah sang istri sebagai

pemimpin rumah tangga, yang mengatur suami dan yang mengayuh biduk

rumah tangga. Para suami yang memimpin istri dan membimbingnya.

Allah Subhanahu wa Ta‟alâ memilih suami sebagai pemimpin kaum wanita,

disebabkan suami memiliki kelebihan dari berbagai sisi. Sementara kaum

wanita memiliki kekurangan dari sisi agama dan akal, karena mereka tidak

31

Najah Binti Ahmad Zhihar, Jadilah Suami Penyejuk Hati, h.28.

Page 69: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

58

melaksanakan shalat semasa haidnya dan karena persaksian dua orang wanita

sebanding dengan persaksian seorang laki-laki.

Rasulullah Saw, juga bersabda:

“Dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu, telah berkata Nabi Shallallahu

'alaihi wa sallam: “Tidak akan beruntung suatu kaum (bangsa) manakala

menyerahkan urusan (kepemimpinan) nya kepada seorang wanita.”

Page 70: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

59

BAB IV

PERANAN SUAMI DALAM AL-QUR’AN

A. Bertanggung Jawab Dalam Surat An-Nisâ (4) Ayat 34

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena

Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain

(wanita), Perempuan-perempuan saleh adalah mereka yang menaati suaminya,

yang memelihara (merahasiakan) segala apa yang terjadi antara suami dan isteri

berdasar perintah Allah dan (terhadap) perempuan yang kamu khawatir akan

berbuat (durhaka) kepadamu, maka berilah nasehat, jangan tidur seranjang

dengannya, dan pukullah mereka Jika mereka kembali menaatimu, janganlah

kamu berlaku curang terhadap mereka sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi

Besar”.

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena

Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain

(wanita).

Para lelaki itu menjadi pengurus (pemimpin) bagi perempuan, karena

Allah telah mengutamakan (melebihkan) sebagian lelaki atas sebagian perempuan,

dan para lelaki ditugaskan menafkahkan harta-hartanya.1

Tugas kaum lelaki diantaranya adalah melindungi kaum perempuan. Ini

sebabnya, peperangan hanya diwajibkan kepada lelaki, tidak kepada kaum

1 Teungku Muhammad Hasby ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’ânul Majid al-Nûr, jil

ke1, h.843.

Page 71: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

60

perempuan. Begitu pula tugas menafkahi keluarga. Peperangan merupakan suatu

urusan melindungi bangsa dan negara. Inilah yang menjadi dasar, mengapa kaum

lelaki memperoleh bagian yang lebih banyak dalam harta warisan.

Derajat yang dimiliki lelaki adalah mengepalai (memimpin) dan mengurus

(mengelola) rumah tangga. Isteri mengurus rumah tangga dengan bebas, asal

dalam batas-batas yang ditetapkan syara’ dan di ridhai (disetujui) oleh suami.

Isteri memelihara rumah, mengendalikannya, dan memelihara serta mendidik

anak-anak, termasuk membelanjakan nafkah keluarga sesuai dengan kemampuan.

Di bawah naungan suami, isteri bisa menjalankan tugasnya, mengandung,

melahirkan dan menyusui bayinya.

Perempuan-perempuan saleh adalah mereka yang menaati suaminya,

yang memelihara (merahasiakan) segala apa yang terjadi antara suami dan isteri

berdasar perintah Allah.

Perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang menaati suami,

merahasiakan segala apa yang terjadi di antara keduanya, tidak diceritakan atau

diberi tahukan kepada siapapun, termasuk kepada kerabat. Mereka melakukan hal

itu disebabkan janji yang telah diberikan oleh Allah, yaitu memperoleh pahala

yang besar karena memelihara yang ghaib (rahasia) dan karena ancaman Allah

terhadap orang yang membuka rahasia orang lain.2

Ayat ini mengandung pelajaran yang besar bagi kaum perempuan yang

suka menceritakan segala apa yang terjadi di antara dia dan suaminya, terutama

2Teungku Muhammad Hasby ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qurânul Majid al-Nûr, jil ke1,

h.844.

Page 72: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

61

yang di dalam ranjang. Selain itu, ayat ini menghendaki agar isteri memelihara

harta suaminya.

Dan (terhadap) perempuan yang kamu khawatir akan berbuat (durhaka)

kepadamu, maka berilah nasehat, jangan tidur seranjang dengannya, dan

pukullah mereka.

Jika kamu melihat ada indikasi (tanda-tanda) bahwa isterimu tidak akan

menjalankan kewajiban-kewajiban (durhaka) yang harus dilaksanakan, maka

berikut ini beberapa tindakan edukatif (bersifat mendidik) yang bisa dilakukan3:

1. Berilah nasehat atau pendapat yang bisa mendorong isteri merasa takut kepada

Allah dan menginsafi bahwa kesalahan-kesalahan yang dilakukannya akan

memperoleh siksa dari Allah pada hari kiamat kelak.

2. Jauhilah dia, misalnya, dengan tidak tidur seranjang bersamanya.

3. Pukullah dengan kadar pukulan yang tidak menyakiti dirinya. Hal ini boleh

dilakukan apabila keadaan memaksa. Yakni, ketika si isteri sudah tidak lagi

bisa dinasehati dan diinsafkan dengan ajaran-ajaran yang lemah-lembut. Tetapi

sebenarnya, suami yang baik dan bijaksana, tidak memerlukan tindakan yang

ketiga.

Jika mereka kembali menaatimu, janganlah kamu berlaku curang

terhadap mereka.

3 Teungku Muhammad Hasby ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qurânul Majid al-Nûr, jil ke1,

h.844.

Page 73: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

62

Jika si isteri kembali menaatimu setelah kamu mengambil setelah kamu

mengambil di antara tindakan-tindakan yang diperlukan seperti telah disebutkan,

maka janganlah kamu menganiaya dia. Mulai dengan memberikan nasehat atau

memberikan peringatan, kemudian meningkat dengan berpisah ranjang atau

membiarkan si isteri tidur sendiri, dan tertakhirnya memukulnya. Tetapi jika

dengan langkah-langkah itu tetap tidak membawa hasil, maka serahkan kepada

pihak ketiga (hakam, mediator) dari keluargamu dan dari si isteri. Apabila si isteri

sacara lahiriah telah menunjukan kembali kebalikannya, dalam arti mau rukun

lagi, janganlah dicari-cari latar belakang sikapnya atau mengungkit-ungkit

sikapnya itu.4

Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Besar.

Allah memperingatkan kita dengan kekuasaan dan kebesaran-Nya, supaya

kita tidak menzalimi isteri dan berlaku curang. Dia akan memberikan siksa-Nya,

kepada suami yang berlaku kurang baik terhadap isterinya, dengan menonjolkan

kekuasaannya sebagai suami dan memperlakukan isteri secara kurang patut .5

Ibnu Abbas pakar tafsir yang terkenal di kalangan sahabat menafsirkan

bahwa laki-laki (suami) adalah pihak yang mempunyai kekuasaan dan wewenang

untuk mendidik perempuan (istri). Kemudian Az-Zamaksyari menjelaskan bahwa

laki-laki berkewajiban melaksanakan amar makrûf nahî mungkar kepada

4Teungku Muhammad Hasby ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qurânul Majid al-Nûr, jil ke1,

h.845.

Page 74: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

63

perempuan, sebagaimana penguasa terhadap raknyatnya. Al-Alusi menyatakan hal

yang senada bahwa tugas laki-laki adalah memimpin perempuan, sebagaimana

pemimpin memimpin raknyatnya dalam bentuk perintah, larangan dan

semacamnya. Jalaluddin As-Suyuthi memaknainya dengan laki-laki sebagai

penguasa (musallitûn) atas perempuan,. sedangkan Ibnu Katsir memaknainya

dengan laki-laki adalah pemimpin yang dituakan dan pengambil kebijakan bagi

perempuan.6

Sebab turunnya ayat di atas yaitu, diriwayatkan dari Muqatil bahwa

seorang perempuan barnama Habibah binti Zaid ibn Abu Zuhair melakukan

perbuatan durhaka kepada suaminya, Sa’ad Ibn Ar-Rabi. Dengan ditemani

ayahnya, Habibah kemudian mengadu kepada Nabi Saw. Kata sang ayah: “Saya

berikan anakku kepadanya untuk menjadi teman tidurnya, namun dia

ditempelengnya.”7

Mendengar pengaduan itu, Nabi menjawab:

“Hendaklah kamu mengambil pembalasan kepadanya, yakni

menamparnya.”

Setelah itu, Habibah bersama ayahnya pulang dan melakukan pembalasan

kepada suaminya. Setelah Habibah melaporkan perbuatannya, Nabi bersabda:

6Sri Mulyati, Relasi Suami Dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW), UIN Syarif

Hidayatullah, 2004), h. 42. 7Teungku Muhammad Hasby Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’ânul Majid An-Nûr, jil

ke1, h.846.

Page 75: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

64

“Kembalilah kamu, ini Jibril datang dan Allah menurunkan ayat ini.”

Pada akhirnya Nabi bersabda:

Kita berkehendak begitu, Allah berkehendak begini, Dan apa yang Allah

kehendaki itulah yang terbaik.”

Sayyid Quthub menjelaskan bahwa ayat di atas merupakan ayat yang

mengatur organisasi dalam keluarga, kemudian menjelaskan keistimewaan-

keistimewaan peraturannya agar tidak terjadi keberantakan antar anggotanya,

yaitu dengan mengembalikan mereka semua kepada hukum Allah,bukan hukum

hawa nafsu, perasaan dan keinginan pribadi, memberikan batasan bahwa

kepemimpinan dalam organisasi rumah tangga ini berada di tangan laki-laki.8

Dengan ditunjuknya suami sebagai pemimpin dalam rumah tangga, maka suami

harus mampu membimbing keluarga tersebut dan menjaganya dari keberantakan

yang akan menyebabkan kehancuran rumah tangga.

Allah telah menetapkan adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

Kini, fungsi dan kewajiban masing-masing jenis kelamin, serta latar belakang

perbedaan itu, disinggung oleh ayat ini dengan menyatakan bahwa: para lelaki,

yakni jenis kelamin atau suami adalah qawwamun, pemimpin dan penanggung

jawab atas para wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas

sebagian yang lain dan karena mereka, yakni laki-laki secara umum atau suami

telah menafkahkan sebagian dari harta mereka untuk membayar mahar dan biaya

8Sayyid Quthb, Tafsir Fî Zhilalil Quran: Di Bawah Naungan Al-Quran. Terj: As.ad

Yasin, dkk, (Jakarta: Gema Insani Pres, 2000) Jil. 2, Cet. Ke-2, h. 353 . 354.

Page 76: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

65

hidup untuk istri dan anak-anaknya. Dengan demikian, suamilah yang akan

bertanggung jawab terhadap keluarga tersebut, karena suami merupakan

pemimpinnya. Persoalan yang dihadapi suami istri, seringkali muncul dari sikap

jiwa yang tercermin dalam keceriaan wajah atau cemberutnya, sehingga

persesuaian dan perselisihan dapat muncul seketika, tapi boleh jadi juga sirna

seketika. Kondisi seperti ini membutuhkan adanya seorang pemimpin, melebihi

kebutuhan satu perusahaan yang bergelut dengan angka-angka, bukan dengan

perasaan, serta diikat oleh perjanjian rinci yang dapat diselesaikan melalui

pengadilan. Allah Swt, menetapkan laki-laki sebagai pemimpin, misalnya9:

karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain.. Yakni

masing-masing memiliki keistimewaan-keistimewaan. Tetapi keistimewaan yang

dimiliki lelaki, lebih menunjang tugas kepemimpinan daripada keistimewaan yang

dimiliki perempuan. Disisi lain keistimewaan yang dimiliki perempuan lebih

menunjang tugasnya sebagai pemberi rasa damai dan tenang kepada lelaki serta

lebih mendukung fungsinya dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya.

kalau seorang suami atau istri meninggalkan kewajibannya.

Menjadi seorang suami bukanlah hal yang gampang, begitupula dalam

masalah tanggung jawab yang harus diemban. Laki-laki adalah pemimpin, yang

tentu akan bertanggung jawab terhadap kepemimpinannya. Sebelum menikah,

seorang laki-laki bertanggung jawab untuk memenuhi tuntutan-tuntutan agama,

pekerjaan dan dirinya secara seimbang. Tanggung jawab ini bertambah, setelah ia

menyelesaikan masa lajangnya. Di samping itu harus bertanggung jawab atas

9Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah., h. 425.

Page 77: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

66

isterinya, juga bertanggung jawab atas anak-anaknya. Pada saat itu, tuntutan yang

menjadi beban bagi seorang laki-laki semakin menumpuk. Oleh karena itu ruang

lingkup pertanggung jawabannya semakin luas. Ia harus mempertanggung

jawabkan apa yang telah ia lakukan kepada dirinya sendiri, keluarga, masyarakat

dan juga tentunya kepada Allah Swt. Oleh sebab itu, seorang laki-laki harus

mengetahui dengan baik karakter dan macam-macam tanggung jawab yang harus

diembannya, sehingga tidak terjadi tindakan ekstrem dalam

pengimplementasiannya, baik dengan berlebih-lebihan maupun sebaliknya. Dalam

hal ini para ahlu fiqh dan ulama telah membahas banyak masalah tanggung jawab

laki-laki dalam Islam. Mereka menyimpulkan bahwa macam-macam tanggung

jawab tersebut sebagai berikut10

:

1. Tanggung jawab terhadap Allah swt dan agamanya

Salah satu tanggung jawab seorang laki-laki adalah menegakkan dan

menjaga agamanya, karena agama merupakan pilar utama dalam kehidupan

seorang muslim11

. Syariat Islam memberikan perhatian khusus terhadap masalah

ini dan menjadikannya sebagai salah satu tujuan mulia. Yang bisa menjadi

indikasi terpenuhinya tanggung jawab, kategori ini adalah menjalankan ibadah,

melakukan amal sholeh, dan berdakwah dengan bijaksana (bil hikmah) dan tutur

kata yang ramah (mau izah hasanah).

10

Husain Syahatah. Tanggung Jawab Suami dalam Rumah Tangga: Antara kewajiban

dan Realitas. (Jakarta: AMZAH, 2005), Cet. Ke-I. h. 4. 11

Husain Syahatah, Menjadi Kepala Rumah Tangga yang Sukses, Terj. Arif Chasanul

Muna, (Jakarta: Gema Insani, 2000), Cet. Ke-I, h. 10.

Page 78: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

67

2. Bertanggung jawab terhadap anggota keluarga dalam posisinya sebagai

pemimpin dalam rumah tangga Tanggung jawab ini terbagi menjadi beberapa

bagian12

:

Tanggung jawab terhadap isteri dengan memberikannya nafkah, menggaulinya

dengan baik, dan membimbingnya dengan penuh kecintaan.

Tanggung jawab terhadap anak-anaknya dan memberi mereka nafkah,

memperhatikan pendidikan mereka, mempersiapkan kemampuan mereka dan

mengemban tanggung jawab mereka di masa mendatang.

Tanggung jawab terhadap kedua orang tua dengan berbakti, menjaga dan

memberikannya nafkah kepada keduanya.

Tanggung jawab terhadap sanak kerabatnya dengan menjalin silaturrahmi,

menebarkan rasa kasih sayang, dan berbuat baik kepada mereka.

3. Tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, dengan menjaga dan memenuhi

tuntutan-tuntutannya13

. Yang termasuk dalam kategori tanggung jawab ini adalah

sebagai berikut:

Pendidikan rohani untuk memperkuat intensitas dan kualitas ibadah kepada

Allah Swt.

Pendidikan jasmani untuk memperkuat kemampuan jasmani. Dengan terjaganya

kesehatan, ibadah, amal baik dan usaha mencari nafkah yang halal bisa terlaksana

dengan baik.

12

Husain Syahatah, Menjadi Kepala Rumah Tangga yang Sukses, ., h. 10. 13

Ahmadi Sofyan, The Best Husband in Islam., h. 41

Page 79: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

68

Memberikan waktu-waktu luang untuk istirahat. Dengan memperhatikan hal

ibadah, amal baik, dan usaha mencari nafkah yang halal, bisa dilakukan dengan

semangat dan wacana baru.

Mempererat hubungan baik dengan orang lain dengan memenuhi hakhaknya dan

membantu penyelesaian kepentingan-kepentingan mereka.

4. Tanggung jawab terhadap profesi yang digelutinya dalam mencari rezeki yang

baik dan halal. Yang termasuk dalam kategori ini adalah:

Mencari pekerjaan yang halal yang akan menjadi sumber pendapatan financial

yang baik.

Menjaga keikhlasan dalam bekerja dengan berniat untuk ibadah.

Bekerja dengan optimal dan sempurna, dengan disertai niat beribadah.

Menularkan keahlian yang dimiliki kepada orang lain (berbagi keahlian atau

ilmu)14

.

B. Rumah Tangga Sakinah Dalam Surat An-Nahl Ayat 80:

“Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan

Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang

ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu berjalan dan

waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan

bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan (yang kamu pakai) sampai

waktu (tertentu”).

14

Husain Syahatah, Menjadi Kepala Rumah Tangga yang Sukses, ., h. 11

Page 80: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

69

Allah telah menjadikan bagimu rumah-rumahmu untuk tempat berdiam.

Allah telah menjadikan bagimu rumah sebagai tempat berdiam dan

beristirahat menyenangkan diri ketika kamu berada di kampungmu.

Dan menjadikan rumah-rumahmu dari kulit binatang yang ringan, kamu

membawanya ketika berjalan dan ketika kamu bermukim.

Allah menjadikan untukmu kemah-kemah yang kau buat dari kulit

binatang yang dapat dengan mudah dibawa oleh para musafir ketika berjalan dan

ketika dia telah bermukim pada suatu tempat.

Dari bulu biri-biri, bulu unta dan bulu kambing, perkakas rumahmu dan

sesuatu yang memberi kenyamanan bagi kamu hingga waktu yang telah

ditentukan.

Allah telah menjadikan untukmu dari bulu-bulu domba,bulu unta dan bulu

kambing perkakas rumahmu. Baik untuk kamu buat permadani ataupun barang

perniagaan hingga suatu masa, yang allah sendiri yang mengetahuinya. Ayat ini

memberi pengertian bahwa kulit binatang dan bulunya, baik dari binatang yang

disembelih ataupun tidak, adalah suci.15

Sebab turunnya ayat ini yaitu, Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah

hadis melalui Mujahid yang menceritakan, bahwa ada seorang lelaki badui datang

15

Teungku Muhammad Hasby ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’anul Majid an-Nûr, h.1187.

Page 81: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

70

menghadap kepada Nabi Saw. lalu lelaki badui itu bertanya kepada Nabi Saw.

Maka Nabi Saw. membacakan kepadanya firman Allah Swt., "Dan Allah

menjadikan bagi kalian rumah-rumah kalian sebagai tempat tinggal." (Q.S. An-

Nahl 80) kemudian lelaki badui itu menjawab, "Ya." Selanjutnya Nabi saw.

meneruskan bacaannya, "Dan dia menjadikan bagi kalian rumah-rumah (kemah-

kemah) dari kulit binatang ternak yang kalian merasa ringan (membawa)nya di

waktu kalian berjalan dan waktu kalian bermukim." (Q.S. An-Nahl 80) Lelaki

badui itu menjawab, "Ya." Kemudian Nabi Saw. membacakan kepadanya semua

ayat tersebut sedangkan lelaki badui itu hanya menjawab, "Ya," hingga sampailah

bacaan Nabi Saw. kepada firman-Nya, "Demikianlah Allah menyempurnakan

nikmat-Nya atas kalian agar kalian berserah diri kepada-Nya." (Q.S. An-Nahl 81)

Akan tetapi setelah pembacaan ayat di atas lelaki badui itu berpaling pergi dari

Nabi saw. dengan begitu saja. Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Mereka

mengetahui nikmat Allah kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan

mereka adalah orang-orang yang kafir." (Q.S. An-Nahl 83)

Menurut Ahmad Mushtafa Al-Maroghi dalam tafsir Al-Maraghi, ayat-ayat

ini menjelaskan bahwa Allah telah menyebutkan nikmat-nikmat yang Dia

limpahkan kepada para hamba-Nya. Dimulai dengan nikmat yang dikhususkan

bagi orang-orang yang bermukim, dengan Firman-Nya : “menjadikan bagimu

rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal” kemudian nikmat yang dikhususkan bagi

para musafir yang mampu mendirikan kemah, dengan Firman-Nya : “menjadikan

bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit binatang ternak”. Kemudian

bagi orang yang tidak mampu melakukan hal itu, tidak pula mempunyai naungan

Page 82: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

71

selain daripada tempat bernaung, dengan Firman-Nya : “menjadikan bagimu

tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan” . selanjutkan menyebutkan

nikmat yang dibutuhkan oleh setiap orang, dengan Friman-Nya: “dan Dia jadikan

bagimu pakaian”. Lalu, menyebutkan apa yang diperlukan di dalam peperangan,

dengan Firman-Nya: “dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam

peperangan”.16

Allah telah memberikan nikmat salah satunya adalah tempat tinggal yang

di dalamnya terdapat kehidupan yang damai, begitupun dalam kehidupan berumah

tangga, yaitu harus menciptakan rumah tangga yang penuh dengan kedamaian,

ketentraman, ketenangan dan kebahagiaan. Sesungguhnya membangun rumah

tangga itu membutuhkan perjuangan yang luar biasa beratnya, dimulai dari

pemancangan pondasi aqidah dan pilar-pilar akhlak. Sebelum menciptakan rumah

tangga yang sakinah, seorang suami harus memiliki kepribadian suami yang

shaleh, agar suami sukses membentuk keluarga sakinah.

Menciptakan rumah tangga sakinah tidak semudah membalikkan telapak

tangan. Membina sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah,

adalah dambaan dari setiap suami istri yang berikrar dalam cinta dan kasih

sayang. Semua orang Islam berharap dengan penuh perjuangan dan pengorbanan,

agar mahligai rumah tangga yang dibangun dengan landasan cinta dan kasih

saying menjadi teladan bagi penghuninya maupun generasi yang akan lahirkan.

Namun, ternyata ketika bahtera itu mulai mengarungi lautan yang luas, seringkali

kemudi menjadi rebutan antara suami istri. Mereka berusaha menjadi nakhoda

16

Teungku Muhammad Hasby ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’anul Majid an-Nuur, jil

ke 6, h.2259.

Page 83: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

72

yang handal, dan bersikeras menunjukkan arah tujuan yang diarungi. Begitu

banyak di antara kita yang merindukan berumah tangga menjadi suatu yang

teramat indah, bahagia, penuh dengan pesona cinta dan kasih sayang. Akan tetapi,

kenyataan yang ada, kita saksikan deretan antrian orang-orang yang gagal dalam

menciptakan rumah tangga bahagia. Hari demi harinya hanya diisi kecemasan,

ketakutan, kekerasan, kegelisahan dan penderitraan. Bahkan tidak jarang diakhiri

dengan kenistaan yang berujung dengan perceraian sehingga melahirkan

penderitaan yang berkepanjangan, terutama bagi anak-anak yang dilahirkan.

C. Keteladanan Dalam Surat At-Tahrim Ayat 6

“Wahai orang-orang yang beriman,peliharalah dirimu dan kleluargamu dari

api neraka, yang kaytu bakarnya adlah manusia dan batu-batu. Di atasnya ada

malaikat yang keras dan kuat. Mereka tidak mendurhakai Allah mengenai apa

saja yang diperintahkan kepoadanya, dan mereka selalu melaksanakan apa saja

yang diperintahkan kepadanya.”

Wahai orang-orang yang beriman,peliharalah dirimu dan keluargamau

dari api neraka, yang kayu bakarnya adalah manusia dan batu-batu.

Wahai semua yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya, hendaklah

sebagian kamu memberitahukan kepada sebagian yang lain mengenai hal-hal yang

memelihara mereka dari api neraka dan dapat menghindarkan mereka dari azab

Page 84: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

73

azab jahanam yang kayu apinya terdiri dari manusia dan batu, yaitu supaya

meninggalkan semua perbuatan maksiat dan mengerjakan segala ketaatan.

Peliharalah dirimu dan keluargamu dengan jalan menyuruh mereka

berbuat makruf, mencegah mereka mengerjakan yang munkar, serta mengajarkan

mereka tentang kebajikan dan semua perintah syara.17

Pada waktu turun ayat ini, Umar bertanya: “ Hai Rasulullah, kami dapat

memelihara diri-diri kami, tetapi bagaimana memelihara diri keluarga kami?”

Jawab Nabi: “Kamu memncegah mereka mengerjakan apa yang dilarang oleh

Allah untuk kamu kerjakan, dan kamu menyuruh mereka mengerjakan apa yang

disuruh oleh Allah untuk kamu kerjakan. Itulah yang menjadi pelindung bagi

mereka dari api neraka.”

Susunan ayat ini memberikan pengertian bahwa yang mula-mula

diwajibkan kepada seprang muslim adalah memperbaiki dirinya dan memelihara

diri sendiri dari azab neraka. Sesudah itu dia berusaha membentuk keluarga atas

dasar agama yang lurus.

“Di atasnya ada malaikat”.

Neraka itu dikawal dan dijaga oleh sejumlah malaikat, yang terdiri dari 19

malaikat. Merekalah zabaniahnya.

17

Teungku Muhammad Hasby ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’anul Majid An-Nûr, jil ke

6, h.3547.

Page 85: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

74

Yang keras dan kuat.

Yang bertindak keras dan kasar terhadap para penghuni neraka dan

mempunyai tubuh-tubuh (fisik) yang kuat.

“ Mereka tidak mendurhakai Allah mengenai apa saja yang diperintahkan

kepadanya, dan mereka selalu melaksanakan apa saja yang diperintahkan

kepadanya”.

Para malaikat itu tidak pernah menyalahi perintah dan senantiasa

melaksanakan semua perintah tepat pada waktunya.

Ayat di atas menunjukan bahwa setiap mukmin diwajibkan untuk

memberikan petunjuk kepada keluarganya dan memperbaiki seluruh anggota

keluarganya, sebagaimana ia diwajibkan terlebih dahulu memperbaiki dirinya.

Islam adalah suatu agama yang mengatur keluarga, maka ia mengatur kehidupan

berumah tangga. Rumah tangga yang Islami akan menjadi dasar terbentuknya

masyarakat yang Islami. Seorang ibu harus memiliki pribadi dan prilaku Islami

sebagaimana pula seorang ayah harus memiliki pribadi dan prilaku Islami

sehingga mereka dapat mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak yang saleh dan

salehah.18

18

Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Quran: Di Bawah Naungan Al-Quran. Terj: As.ad

Yasin, dkk, (Jakarta: Gema Insani Pres, 2000) Jil. 2, Cet. Ke-2, h. 450 .

Page 86: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

75

Seorang suami diperintahkan untuk menasehati keluarganya,

memerintahkan mereka untuk melakukan kebaikan, mencegah mereka dari

kemungkaran. Di antara kewajiban seorang suami adalah mendidik keluarganya

tentang hukum-hukum agama19

. Manusia dikatakan sebagai makhluk mulia di

antara makhluk-makhluk ciptaan lain-Nya, karena Ia menganugerahkan dengan

akhlak. Manusia yang tidak memiliki akhlak, maka ia tidak patut dikatakan

sebagai manusia. Akhlak ini pun akan dimintai pertanggung jawabannya di

hadapan Allah Swt. Begitu juga akhlak suami dalam rumah tangga terhadap

isterinya dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya. Karena isteri dan

anak adalah amanah Allah Swt. yang harus diperlakukan dengan baik oleh

seorang suami.

Adapun akhlak suami kepada istrinya adalah sebagai berikut20

:

1. Memperlakukannya dengan baik

Seorang suami yang memiliki akhlak dan memahami sang isteri tercinta,

maka ia memberi makan isterinya dengan makanan yang baik, memberinya

pakaian yang sopan, dan mendidiknya dengan didikan Islam, agar isterinya tidak

membangkang seperti yang diperintahkan Allah Swt. kepadanya dengan

menasehatinya tanpa mencaci-maki atau menjelekjelekannya. Jika isteri tidak taat

kepadanya, ia pisah ranjang dengannya, jika isteri tetap tidak taat kepadanya,

maka ia memiliki hak untuk memukul, yakni memukul bukan untuk menyakiti

19

Ahmadi Sofyan, The Best Husband in Islam., h. 77. 20

Ahmadi Sofyan, The Best Husband in Islam..., h. 34-38.

Page 87: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

76

atau melukai, tidak mengucurkan darah, dan tidak meninggalkan bekas luka, dan

tidak sampai membuat salah satu organ tubuhnya tidak dapat menjalankan tugas.

2. Mengerjakan persoalan-persoalan yang urgen dalam agama kepada isterinya

jika belum mengetahui

Seorang suami wajib hukumnya memberikan kemudahan kepada isterinya

dalam mempelajari agama. Jika tidak mampu untuk mengajari sendiri, maka

hendaknya memberinya izin untuk menghadiri pengajian, majelis ta’lîm, forum-

forum ilmiah dan lain-lain. Sebab kebutuhan untuk memperbaiki kualitas agama,

dan menyucikan jiwanya itu tidak lebih sedikit dari kebutuhannya terhadap

makanan, dan minuman yang wajib diberikannya.

3. Mewajibkan isterinya melaksanakan ajaran-ajaran Islam beserta etikanya.

Sikap dan perilaku istri bisa menjadi cermin bagi kehidupan rumah tangga.

Oleh karena itu seorang suami berkewajiban untuk mengajarkan dan

melaksanakan ajaran Islam beserta etikanya kepada isterinya. Melarangnya untuk

mengumbar aurat dan berhubungan bebas (ikhtilat) dengan laki-laki yang bukan

muhrimnya, memberikan perlindungan yang memadai kepadanya dengan tidak

mengizinkannya untuk merusak akhlak atau agamanya, dan tidak memberikan

kesempatan kepadanya untuk menjadi wanita fasiq terhadap perintah Allah Swt.

Jadi, seorang suami yang sukses dalam kehidupan berumah tangga adalah

suami yang sukses dalam mengayomi keluarga, mampu menempatkan

keluarganya untuk menjadi generator dan inspirator bagi dirinya dalam

memproduksi beraneka macam kebajikan. Mampu mewujudkan keluarganya

menjadi keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah.

Page 88: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

77

4. Tidak membuka rahasia isterinya dan tidak membeberkan aibnya.

Seorang suami hendaknya menjadi orang yang paling dipercaya oleh isteri,

begitu pula sebaliknya. Tidak membuka rahasia dan tidak membeberkan aib isteri,

sebab suami yang diberi kepercayaan terhadapnya, dituntut menjaga dan

melindunginya.

5. Berlaku adil terhadap isteri-isterinya, jika memiliki isteri lebih dari satu orang.

Seorang suami harus bisa berlaku adil terhadap istri-istrinya supaya tidak

timbul perpecahan di antara mereka. Jika seorang suami kebetulan memiliki isteri

lebih dari satu orang, maka ia memiliki tanggung jawab yang sangat besar yang

harus dipertanggung jawabkan di hadapan Allah Swt. Suami berkewajiban untuk

berbuat adil terhadap mereka dalam hal makanan, minuman, pakaian, tempat

tinggal dan tidur. Ia tidak boleh bersikap curang atau dzolim sedikit pun. Karena

hal tersebut bisa menimbulkan kemurkaan Allah Swt.

Page 89: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian skripsi ini dapat ditarik kesimpulan,bahwa peran suami adalah:

a. Memberikan nafkah lahir & bathin.

b. Bertanggung jawab terhadap keluarga.

c. Memberikan tauladan yang baik terhadap keluarga.

d. Menciptakan rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah.

e. Lebih mengutamakan kewajibannya terlebih dahulu dibanding dengan

haknya.

Pada dasarnya, seorang suami yang shaleh pasti tahu peranannya, yang

menjadi kewajibannya dan sangat menentukan akan terwujudnya rumah tangga

yang sakinah, sehingga ia bertanggung jawab terhadap apa yang menjadi

peranannya, maka suami itu akan memimpin, mendidik dan memberikan teladan

bagi anak-anaknya dalam segala hal. Walaupun peranan suami sangat

menentukan, bukan berarti peranan istri tidak menentukan, karena antara suami

dan istri akan saling melengkapi, jika demikian maka rumah tangga yang sakinah

akan terwujud.

B. Saran-saran

1. Sebelum melangsungkan pernikahan sebaiknya teliti dalam memilih

pasangan, baik itu dari pihak laki-laki atau perempuan. Yang paling utama

Page 90: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

79

haruslah yang seagama, karena apabila rumah tangga yang dibangun

berdasarkan beda agama maka akan menimbulkan berbagai masalah

pemberian pendidikan agama pada anak dan rumah tangga yang sakinah,

mawaddah wa rahmah sulit, bahkan tidak mungkin untuk dicapai.

2. Hak memimpin keluarga yang dimiliki oleh seorang suami, tidak boleh

disalahgunakan, sehingga suami semena-mena terhadap anggota keluarga,

apalagi mentelantarkannya. Ingat semua itu akan dipertanggung jawabkan

kepada Allah swt.

3. Dalam menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, suami

dan istri harus bisa bekerjasama dengan baik, saling melengkapi dan

menghargai. Karena tanggung jawab suami dan istri sama besar dan

beratnya.

4. Anak adalah amanah Allah yang harus dijaga dan dipelihara bersama.

Amanah tersebut pun akan dimintakan pertanggung jawabannya di akhirat

kelak. Untuk itu pendidikan harus menjadi suatu kewajiban yang tidak bias

ditawar lagi, apalagi pendidikan agama. Seperti memilih sekolah yang

Islami, memperhatikan pergaulan anak dan menciptakan suasana

keberagamaan di dalam rumah.

Dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, maka

untuk penelitian selanjutnya penulis mengharapkan agar bisa membahas lebih

lengkap mengenai persoalan dalam rumah tangga seperti “peranan istri dalam

rumah tangga”, karena disini penulis lebih banyak membahas tentang peranan

suami dibandingkan peranan isteri.

Page 91: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

80

DAFTAR PUSTAKA

Abdulloh, Fathi, .Adil, Menjadi Suami Tercinta, Terj. Bukhori Abu Syauqi,

(Pasuruan: Hilal Pustaka, 2007). Cet. Ke-1.

Abdurrahman, Jibril, Mohammad, Abu, Karakteristik Lelaki Shalih, (Yogyakarta:

Wihdah Press, 2000), Cet. Ke-3.

Adhim, Fauzil, Muhammad, Mencapai Pernikahan yang Barakah, (Yogyakarta:

Mitra Pustaka, 2005), Cet. Ke-XXI.

Ahmad bin Ali bin Hajr Asqalani, Fathu Al-Bari: Sarah Shahih Bukhari, (Beirut:

Daar Kutab Alamiya).

Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, (Beirut: Daar Al-Fikr).

Amin, Rusli, M, Rumahku Surgaku: Sukses Membangun Keluarga

Islami,(Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2003), Cet. Ke-11.

Anwar, Rosihan, Ilmu Tafsir, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), Cet. Ke-1.

Bukhari. Shahih Bukhari. Terj. Sunarto, dkk. (Semarang: CV. Asy-Syifa, 1993).

Daudin, Sulaiman, Majid, Hanya untuk Suami, (Jakarta: Gema Insani, 1996), Cet.

Ke-1.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1.

Gisymar, Sholeh, Kado Cinta untuk Istri, (Yogyakarta: Arina, 2005), Cet. Ke-1.

Hasyimi, Ali, Muhammad, Menjadi Muslim Ideal, Terj. Ahmad

Baidowi,(Jakarta: PT Mitra Pustaka, 1999), Cet. Ke-1.

Kisyik, Hamid, Abdul, Bimbingan Islam untuk Mencapai Keluarga Sakinah, Terj.

Ida Nursida, (Bandung: Al-Bayan, 1996), Cet. Ke-3.

Lembaga Darut-Tauhid, Kiprah Muslimah dalam Keluarga Islam, Terj. A.

Chumaidi Umar, (Bandung: Mizan, 1990), Cet. Ke-1.

Maragi, Ahmad, Tafsir Al-Maragi, Terj. Hery Noer Aly, dkk, (Semarang: CV.

Toha Putra, 1993), Cet. Ke-2.

Masri, Nasy.at, Nabi Suami Teladan, Terj. Salim Basyarahil. (Jakarta: Gema

Insani Press, 1993), Cet. Ke-8.

Page 92: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

81

Muhyidin, Muhammad, Meraih Mahkota Pengantin: Kiat-kiat Praktis Mendidik

Istri & Mengajar Suami, (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 2003), Cet. Ke-I.

Mulyati, Sri, Relasi Suami dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW), UIN

Syarif Hidayatullah, 2004).

Muslim, Husain, Abi, Shahih Muslim. (Beirut: Daar ibn Hazm), Shahih Muslim.

Terj. Adib Bisri Musthofa. (Semarang: CV. Asy-Syifa, 1993).

Nasution, Taat, Amir, Rahasia Perkawinan dalam Islam: Tuntunan Keluarga

Bahagia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994), Cet. Ke-3.

Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Quran: Di Bawah Naungan Al-Quran. Terj:

As.ad Yasin, dkk, (Jakarta: Gema Insani Pres, 2000), Cet. Ke-2.

Rofi.I, Ahmad., Syadali, Ahmad., Ulumul Quran II, (Bandung: Pustaka Setia,

1997), Cet. Ke-1.

Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. Ke-1.

Sayyid, Fathi, Majdi, Bingkai Cinta Sepasang Merpati, .Bahagia Menjadi Suami

Ideal dan Istri Ideal., Terj. Ibnu Ali, (Jakarta: Aillah, 2005), Cet. Ke-1.

Selamat, Kasmuri, Suami Idaman Istri Impian, .Membina Keluarga Sakinah.,

(Jakarta: Kalam Mulia, 2007), Cet. Ke-6. Shihab, Quraish, M, Tafsir al-

Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati,

2007), Cet. Ke-X.

________________, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2000), Cet. Ke-11.

Sofyan, Ahmadi, The Best Husband in Islam, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2006). Cet.

Ke-I.

Suhail, Kusyairi, Ahmad, Menghadirkan Surga di Rumah, (Jakarta: Maghfirah

Pustaka, 2007), Cet. Ke-1.

Suyuti, Abdurrahman, Jalaluddin, Jâmi’ al-Hadits, (Beirut: Daar Al-Fikr).

Syahatah, Husain, Husain Syahatah, Menjadi Kepala Rumah Tangga yang Sukses,

Terj. Arif Chasanul Muna, (Jakarta: Gema Insani, 2000), Cet. Ke-I.

______________, Tanggung Jawab Suami dalam Rumah Tangga: Antara

kewajiban dan Realitas. (Jakarta: AMZAH, 2005), Cet. Ke-I.

Syuasyi., Ali, Hafizh, Kado Pernikahan, Terj. Abdul Roysad Shiddiq, (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2007), Cet. Ke-8.

Page 93: “PERAN SUAMI DALAM MEMBINA RUMAH TANGGA YANG …

82

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja

Rosda Karya, 1994), Cet. Ke-2.

Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatif Masa Depan,

(Jakarta: Gema Insani Press, 1997), Cet. Ke-1.

www.qalam.or.id. Pengenalan Singkat Tentang Metode Tafsir Tematik Sebagai

Salah Satu Metode Tafsir Terbaru. oleh Hamid. Selasa, 20 Nopember

2007.