MUKADDIMAH - aspekpirantisite.files.wordpress.com filerumah tangga AD/RT dan Keputusan Musyawarah...

25
MUKADDIMAH Bahwa perairan yang berada dibawah kedaulatan dan yurisdiksi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan zona ekonomi ekslusif Indonesia, serta laut lepas berdasarkan ketentuan Internasional, mengandung sumber daya alam yang potensial, adalah merupakan berkah dari Tuhan yang maha Esa yang diamanahkan pada bangsa Indoensia yang memiliki falsafah hidup Pancasila dan UUD 1945. untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Bahwa pelaksanaan pembangunan nasional berdasarkan wawasan nusantara, pengolahan sumber daya alam dilaut perlu dilakukan sebaik-baiknya, berdasarkan keadilan dan pemerataan dalam pemanfaatannya dengan mengutamakan perluasan kesempatan kerja dan peningkatan taraf hidup bagi masyarakat nelayan, pembudidaya ikan dan atau pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan industri maritim serta terawatnya kelestarian sumber daya kelautan dan lingkungannya. Atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, didorong oleh keinginan luhur dan dengan kesadaran serta kerja keras dalam mengembangkan dharma baktinya, para pengusaha kelautan, perikanan dan industri maritim menyatakan kesepakatan untuk memperjuangkan pengesuhaan potensi kelautan, perikanan dan sumber daya alam yang ada disekitarnya membentuk dalam satu wadah organisasi yang bernama Asosiasi Perusahaan Kelautan Perikanan dan Industri Maritim Indonesia disingkat ASPEK PERANTI. Dengan penuh harapan semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa meridhoi dan Merestui karya anak bangsa Indonesia. Jakarta, 9 September 2007.- Pemrakarsa / P e n d i r I MUH. JUFRI ABUNOTO

Transcript of MUKADDIMAH - aspekpirantisite.files.wordpress.com filerumah tangga AD/RT dan Keputusan Musyawarah...

MUKADDIMAH Bahwa perairan yang berada dibawah kedaulatan dan yurisdiksi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan zona ekonomi ekslusif Indonesia, serta laut lepas berdasarkan ketentuan Internasional, mengandung sumber daya alam yang potensial, adalah merupakan berkah dari Tuhan yang maha Esa yang diamanahkan pada bangsa Indoensia yang memiliki falsafah hidup Pancasila dan UUD 1945. untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Bahwa pelaksanaan pembangunan nasional berdasarkan wawasan nusantara, pengolahan sumber daya alam dilaut perlu dilakukan sebaik-baiknya, berdasarkan keadilan dan pemerataan dalam pemanfaatannya dengan mengutamakan perluasan kesempatan kerja dan peningkatan taraf hidup bagi masyarakat nelayan, pembudidaya ikan dan atau pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan industri maritim serta terawatnya kelestarian sumber daya kelautan dan lingkungannya. Atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, didorong oleh keinginan luhur dan dengan kesadaran serta kerja keras dalam mengembangkan dharma baktinya, para pengusaha kelautan, perikanan dan industri maritim menyatakan kesepakatan untuk memperjuangkan pengesuhaan potensi kelautan, perikanan dan sumber daya alam yang ada disekitarnya membentuk dalam satu wadah organisasi yang bernama Asosiasi Perusahaan Kelautan Perikanan dan Industri Maritim Indonesia disingkat ASPEK PERANTI. Dengan penuh harapan semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa meridhoi dan Merestui karya anak bangsa Indonesia. Jakarta, 9 September 2007.- Pemrakarsa / P e n d i r I MUH. JUFRI ABUNOTO

ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN KELAUTAN PERIKANAN

DAN INDUSTRI MARITIM INDONESIA (ASPEK PIRANTI)

Bahwa tujuan Pembangunan Nasional Indoensia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Bahwa salah satu upaya guna mencapai masyarakat adil dan makmur adalah membangun tatanan perekonomian nasional yang demokratis dinamis dan iklim usaha yang sehat. Untuk mencapai hal tersebut, sesuai ketentuan Pasal 33 UUD 1945 dan UU. Nomor 1 Tahun 1987, maka Pemerintah berkewajiban untuk memberikan bimbingan, pembinaan, perlindungan dan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat pengusaha, agar mampu memajukan usahanya dan menciptakan kesempatan kerja bagi rakyat Indonesia. Atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan didorong oleh keinginan luhur dan kesadaran serta kerja keras dalam mengembangkan Dharma Bhaktinya untuk Pembangunan Nusa dan Bangsa Indonesia. Para Pengusaha Kelautan Perikanan dan Industri Maritim menyatakan kesepakatan untuk memperjuangkan potensi Kelautan dan Perikanan dan mensosialisasikan program pemberdayaan ekonomi kerakyatan dalam satu wadah Asosiasi dengan nama : Asosiasi Perusahaan Kelautan Perikanan dan Industri Maritim Indonesia, disingkat ASPEK PIRANTI dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai berikut :

ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN KELAUTAN PERIKANAN

DAN INDUSTRI MARITIM INDONESIA

BAB I NAMA TEMPAT KEDUDUKAN DAN WAKTU DIDIRIKAN

PASAL 1

Organisasi ini bernama “ ASOSIASI PERUSAHAAN KELAUTAN PERIKANAN DAN INDUSTRI MARITIM INDONESIA “ Disingkat ASPEK PIRANTI.

PASAL 2 ASPEK PIRANTI berkedudukan di Ibukota Negara dan Cabang-cabangnya di Ibukota Propinsi dan kabupaten / Kota di Seluruh Indonesia.

PASAL 3 ASPEK PIRANTI didirikan pada tanggal 9 September 2007, untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

BAB II KEDAULATAN

PASAL 4

KEDAULATAN Kedaulatan tertinggi organisasi berada ditangan Anggota dan sepenuhnya dilaksanakan oleh Musyawarah Nasional.

BAB III AZAS LANDASAN DAN TUJUAN

PASAL 5

Azas ASPEK PIRANTI berazaskan Pancasila.

PASAL 6 LANDASAN

1. Landasan Konstitusional ASPEK PIRANTI adalah UUD 1945 dan UU. Nomor 8 Tahun 1985.

2. Landasan structural ASPEK PIRANTI UU No. 1 Tahun 1987. 3. Landasan Operasional ASPEK PIRANTI adalah anggaran dasar dan anggaran

rumah tangga AD/RT dan Keputusan Musyawarah Nasional.

PASAL 7 TUJUAN

Tujuan ASPEK PIRANTI adalah : 1. Menghimpun, membina dan mengembangkan potensi para Pengusaha Kelautan,

Perikanan dan Industri Maritim menjadi lebih tangguh, professional dan mandiri. 2. Mengembangkan jiwa dan semangat Patriotisme dalam berusaha yang berintikan

Moral, Etika dan Norma Luhur Bangsa Indonesia. 3. Mewujudkan tatanan Perekonomian Nasional dengan Iklim Usaha yang sehat,

dinamis dan Demokratis. 4. Berperan serta secara aktif dalam mensukseskan pembangunan pengusahaan

potensi Kelautan, Perikanan dan Industri Maritim, yang kuat dan berdaya saing tinggi dalam suatu tatanan ekonomi pasar dalam percaturan perekonomian global.

BAB IV

KODE ETIK ASPEK PIRANTI

PASAL 8 KODE ETIK

Kode Etik ASPEK PIRANTI ditetapkan oleh Musyawarah Nasional.

BAB V STATUS SIFAT FUNGSI PERANAN DAN TUGAS POKOK

PASAL 9 STATUS

Status ASPEK PIRANTI adalah organisasi profesi Perusahaan Kelautan, Perikanan dan Industri Maritim, sebagai wadah wahana perjuangan kepentingan anggota dan mitra pemerintah.

PASAL 10 SIFAT

ASPEK PIRANTI adalah Organisasi Profesi yang bersifat mandiri dan Independen.

PASAL 11 FUNGSI

ASPEK PIRANTI berfungsi sebagai : 1. Pusat Informasi, Konsultasi, Advokasi dan Fasilitasi Perusahaan Kelautan,

Perikanan dan Industri Maritim Indonesia. 2. Menjembatani kepentingan anggota ASPEK PIRANTI. 3. Memperjuangkan Aspirasi dan kepentingan Anggota. 4. Mitra Pemerintah dalam menetapkan rekanan pada Bidang Pengadaan Barang dan

Jasa. 5. Mitra Pemerintah dalam pengawasan standar peningkatan mutu. 6. Fasilitator perguruan tinggi dan lembaga penelitian serta lembaga swadaya

masyarakat. 7. Melaksanakan sertifikasi kompetensi bagi perusahaan yang bergerak pada bidang

Kelautan, dan Industri Maritim yang terkait dengan pengadaan barang dan jasa pemerintah.

PASAL 12 PERANAN

1. ASPEK PIRANTI berperan aktif dalam membantu tatanan perekonomian nasional dan dunia usaha yang sehat, dinamis dan demokratis pada bidang pengadaan barang dan jasa, khususnya bidang kelautan, perikanan dan industri maritime indonesia.

2. ASPEK PIRANTI adalah rekanan pemerintah dengan klasifikasi usaha, sesuai penggolongan usaha oleh biro pusat statistic republic Indonesia.

PASAL 13

TUGAS POKOK Tugas Pokok ASPEK PIRANTI adalah : 1. Meningkatkan Idealisme, Wawasan dan patriotisme Anggota dalam berusaha. 2. Memberdayakan dan menumbuhkembangkan kemampuan profesionalisme usaha

anggota. 3. Memberdayakan dan menumbuhkembangkan sumberdaya organisasi. 4. Memberdayakan dan menumbuhkembangkan nilai etika dan tanggung jawab profesi

dalam berusaha. 5. Membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas nasional di bidang Kelautan

Perikanan dan Industri Maritim Indonesia.

BAB VI SUSUNAN ORGANISASI WEWENANG DAN

KEWAJIBAN BADAN PENGURUS

PASAL 14 SUSUNAN ORGANISASI

1. Susunan organisasi ASPEK PIRANTI terdiri dari :

a. Organisasi Tingkat Nasional. b. Organisasi Tingkat Propinsi. c. Organisasi Tingkat Kabupaten / Kota.

2. Organisasi Tingkat Nasional terdiri dari : A. Dewan Penasehat. B. Dewan Pertimbangan. C. Badan Pengurus Nasional, disingkat BPN.

3. Organisasi tingkat Propinsi terdiri dari : a. Dewan Pertimbangan. b. Badan Pengurus Propinsi, disingkat BPP.

4. Organisasi Tingkat Kabupaten / Kota terdiri dari : a. Dewan Pertimbangan. b. Badan Pengurus Kabupaten / Kota, disingkat BPK.

5. Diseluruh Tingkatan hanya ada satu Badan Kepengurusan ASPEK PIRANTI.

PASAL 15 WEWENANG DAN KEWAJIBAN BPN

1. Badan Pengurus Nasional adalah Badan Pelaksana Tertinggi Organisasi yang

bersifat kolektif kolegeal ditingkat Nasional yang disyahkan oelh Musyawarah Nasional.

2. Badan Pengurus Nasional berwenang :

a. Menentukan dan melaksanakan kebijakan organisasi di tingkat nasional sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan-keputusan lain dari Musyawarah Nasional, keputusan rapat Tingkat Nasional.

b. Menetapkan dan mengesahkan peraturan organisasi petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis tentang sesuatu, sesuai kebutuhan organisasi.

c. Menetapkan system keanggotaan secara nasional. d. Menghadiri Musyawarah dan rapat-rapat propinsi sebagai pembicara maupun

sebagai peserta. e. Menetapkan dan mengesahkan komposisi dan personalia Badan Pengurus

Propinsi. f. Membentuk, menetapkan dan mengesahkan unit/lembaga Tingkat Nasional

serta komposisi dan personalianya. g. Mengawasi, mengevaluasi membina dan mengembangkan pernagkat organisasi

di tingkat yang lebih bawah.

3. Badan Pengurus Nasional berkewajiban : a. Memberikan pertanggungjawaban pada Musyawarah Nasional. b. Melaksanakan segala ketentuan dan kewajiban organisasi sesuai dengan

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Keputusan Musyawarah Nasional dan rapat Tingkat Nasional serta Peraturan Organisasi.

PASAL 16

WEWENANG DAN KEWAJIBAN BADAN PENGURUS PROPINSI (BPP)

1. Badan Pengurus Propinsi adalah Badan Pelaksana Tertinggi Organisasi yang kolektif kolegeal di tingkat propinsi yang disyahkan oleh Musyawarah Propinsi dan ditetapkan oleh Badan Pengurus Nasional.

2. Badan Pengurus Propinsi berwenang : a. Menentukan dan melaksanakan kebijaksanaan di tingkat propinsi sesuai dengan

AD / ART, keputusan-keputusan Musyawarah Nasional dan rapat-rapat tingkat Nasional serta Peraturan Organisasi lainnya.

b. Menghadiri Musyawarah dan rapat-rapat di Tingkat Kabupaten / Kota sebagai pembicara maupun peserta.

c. Menetapkan dan mengsahkan komposisi dan personalia Badan pengurus Kabupaten / Kota.

d. Mengawasi, mengevaluasi, membina dan mengembangkan perangkat organisasi di tingkat yang lebih bawah.

3. Badan Pengurus Propinsi berkewajiban : a. Memberikan pertanggungjawaban pada musyawarah propinsi. b. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijaksanaan organisasi di tingkat Propinsi

sesuai dengan AD / ART, keputusan Musyawarah Nasional dan rapat-rapat Tingkat Naasional maupun Tingkat Propinsi serta peraturan organisasi lainnya.

PASAL 17

WEWENANGAN DAN KEWAJIBAN BADAN PENGURUS KABUPATEN / KOTA (BPK)

1. Kewajiban pengurus kabupaten / kota adalah badan pelaksana tertinggi

organisasi yang bersifat kolektif kolegeal dikabupaten / kota yang disah kan dan ditetapkan serta dikukuhkan oleh badan pengurus peropinsi.

2. Badan pengurus kabupaten / kota berwenang : a. Menentukan dan melaksanakan kebijaksanaan organisasi ditingkat propinsi

sesuai dengan AD / RT, keputusan-keputusan musyawarah nasional dan rapat rapat tingkat nasional maupun tingkat propinsi dan kabupaten / kota serta peraturan organisasi lainnya.

b. Mengawasi, mengevaluasi, membina dan mengembangkan perangkat organisasi ditingkat kabupaten / kota.

c. Mengesahkan, mengawasi, mengevaluasi dan mengembangkan anggota. 3. Badan pengurus kabupaten / kota berkewajiban :

a. Memberikan pertanggung jawaban pada musyawarah kabupaten / kota. b. Melaksanakan segala ketentuan dan kebijakan organisasi dikabupaten / kota

sesuia dengan AD / RT, keputusan musyawarah nasional dan rapat-rapat tingkat nasional maupun propinsi dan kabupaten / kota serta peraturan organisasi.

BAB VII DEWAN PENASEHAT

PASAL 18

DEWAN PENASEHAT

1. Dewan Penasehat hanya terdapat di Tingkat Nasional. 2. Dewan Penasehat bertugas dan berkewajiban untuk memberikian nasihat dan saran

terhadap Badan Pengurus Nasional.

BAB VIII DEWAN PERTIMBANGAN

PASAL 19

DEWAN PERTIMBANGAN 1. Dewan Pertimbangan berada di setiap tingkatan organisasi. 2. Dewan Pertimbangan bertugas dan berkewajiban untuk memberikan pertimbangan-

pertimbangan kepada Badan Pengurus dalam operasionalisasi Program kerja.

BAB IX DEWAN KEHORMATAN

PASAL 20

DEWAN KEHORMATAN 1. Dewan Kehormatan berfungsi sebagai pengawas ata pelaksanaan kode etik ASPEK

PIRANTI. 2. Dewan Kehormatan diangkat oleh Badan Pengurus ASPEK PIRANTI di masing-

masing tingkatan. BAB X

MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT

PASAL 21 MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT

Musyawarah dan Rapat-rapat terdiri dari : 1. Musyawarah Nasional. 2. Musyawarah Nasional Luar Biasa. 3. Musyawarah Nasional Khusus. 4. Rapat Kerja Nasional. 5. Rapat Pimpinan Nasional. 6. Musyawarah Propinsi. 7. Musyawarah Propinsi Luar Biasa. 8. Rapat Kerja Propinsi. 9. Rapat Pimpinan Propinsi. 10. Musyawarah Kabupaten / Kota. 11. Musyawarah Kabupaten / Kota Luar Biasa. 12. Rapat Kerja Kabupaten / Kota. 13. Rapat Pleno. 14. Rapat Badan Pengurus Harian (Rapat BPH). 15. Rapat Teknis. 16. Rapat Khusus.

1. Musyawarah Nasional adalah pemegang kekuasaan tertingi organisasi,

diadakan dalam 5 (lima) tahun dan berwenang : a. Merubah, menyempurnakan dan menetapkan AD /ART. b. Menetapkan program umum organisasi. c. Meminta, menilai dan atau mengevaluasi pertanggung-jawaban Badan

Pengurus Nasional selama 5 (lima) tahun. d. Memilih dan menetapkan Badan Pengurus Nasional untuk masa bhakti 5

(lima) tahun. e. Menetapkan keputusan-keputusan lainnya yang dianggap perlu.

2. Musyawarah Nasional Luar Biasa mempunyai wewenang yang sama dengan Musyawarah Nasional dengan ketentuan :

a. Apabila kelangsungan hidup organisasi dalam keadaan terancam dan atau atas kebutuhan organisasi yang sangat mendesak dan mendasar.

b. Dilaksanakan oleh Badan pengurus Nasional atas permintaan dan atau persetujuan dari sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) Badan Pengurus Propinsi yang sah.

3. Musyawarah Nasional Khusus adalah pemegang kekuasaan tertinggi organisasi diadakan sesuai kebutuhan an berwenang :

a. Merubah, menyempurnakan dan menetapkan AD /ART; b. Menetapkan keputusan-keputusan lainnya yang dipandang perlu.

4. Rapat Kerja Nasional, Rapat Kerja Propinsi, Rapat Kerja Kabupaten / Kota diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 2 (dua) tahun dan berwenang :

a. Menetapkan berbagai keputusan organisasi yang bersifat penting dan merujuk kepada AD / ART.

b. Mengevaluasi, mengkonsolidasikan dan memantapkan kebijaksanaan, program dan anggaran serta seluruh perangkat organisasi.

c. Menyusun dan menetapkan skala prioritas kebijaksanaan program kerja dan anggaran organisasi.

5. Rapat Pimpinan Nasional, Rapat Pimpinan Propinsi berwenang : a. Menetapkan kebijaksanaan yang bersifat teknis organisasi yang sifatnya

mendesak. b. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijaksanaan dan program

organisasi yang dilaksanakan oleh seluruh perangkat organisasi dibawahnya yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.

6. Musyawarah Propinsi diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun dan berwenang : a. Menyusun dan Menetapkan Program Kerja Propinsi. b. Menilai Pertanggung-jawaban Badan Pengurus Propinsi. c. Memilih pengurus Propinsi. d. Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya dalam batas wewenangnya.

7. Musyawarah Propinsi Luar Biasa, mempunyai kekuasaan yang sama dengan Musyawarah Propinsi dengan ketentuan :

a. Apabila kelangsungan hidup organisasi ditingkat propinsi yang bersangkutan dalam keadaan terancam.

b. Dilaksanakan oleh Badan Pengurus Propinsi atas permintaan dan atas persetujuan dari sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) Badan Pengurus Kabupaten / Kota yang sah.

8. Musyawarah Kabupaten / Kota diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun dan berwenang :

a. Menyusun dan menetapkan Program Kerja Kabupaten / Kota. b. Menilai pertanggung-jawaban Badan Pengurus Kabupaten / Kota. c. Memilih Pengurus Kabupaten / Kota. d. Menetapkan Keputusan-keputusan lainnya dalam batasa wewenangnya.

9. Musyawarah Kabupaten / Kota Luar Biasa mempunyai kekuasaan yang sama dengan Musyawarah Kabupaten / Kota, dengan ketentuan :

a. Apabila kelangsungan hidup organisasi di tingkat Kabupaten / Kota yang bersangkutan dalam keadaan terancam.

b. Dilaksanakan oleh Badan Pengurus Kabupaten / Kota atas permintaan dan atas persetujuan lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah anggota yang terdaftar di Badan Pengurus Kabupaten / Kota yang bersangkutan.

10. Rapat Pleno adalah : a. Menetapkan berbagai keputusan dan langkah organisasi yang penting,

merujuk kepada AD / ART, Program Umum, Program Kerja (bagi pengurus propinsi kabupaten / Kota) serta ketentuan organisasi lainnya.

b. Mengevaluasi, mengkonsolidasikan dan memantapkan pelaksanaan skala prioritas kebijaksanaan program kerja dan anggaran tahunan yang dilaksanakan minimal 3 (tiga) bulan sekali.

11. Rapat Badan Pengurus Harian (BPH) adalah : a. Rapat-rapat yang diadakan oleh Pengurus Harian disemua tingkatan. b. Menetapkan berbagai keputusan dan langkah organisasi yang penting

merujuk kepada AD / ART, Program Umum, Program Kerja, (bagi pengurus propinsi, kabupaten / kota) serta ketentuan organisasi lainnya.

12. Rapat Teknis adalah : a. Menetapkan kebijaksanaan yang bersifat teknis operasional pada lingkup

bidang tugas. b. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijaksanaan dan program

organisasi yang dilaksanakan oleh lingkup tugas sesuai kebutuhan. 13. Rapat Khusus adalah menetapkan berbagai upaya dan kebijaksanaan

organisasi yang bersifat khusus yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.

BAB XI MASA BHAKTI DAN JABATAN

PASAL 22

MASA BHAKTI DAN JABATAN 1. Masa bhakti kepengurusan Badan Pengurus Nasional, Badan Pengurus Propinsi

dan Badan Pengurus Kabupaten / Kota adalah selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal penetapan surat keputusan pengesahan kepengurusan yang bersangkutan.

2. Jabatan Ketua Umum Badan Pengurus Nasional, Ketua Umum Badan Pengurus Propinsi dan Ketua Badan Pengurus Kabupaten / Kota dibatasi sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali masa jabatan berturut-turut. Kecuali khusus BPP DKI Jakarta harus mendapat persetujuan dan pertimbangan dari pemrakarsa / pendiri ASPEK PIRANTI.

3. Pengurus tidak boleh merangkap jabatan ditingkat organisasi yang lebih rendah dan yang lebih tinggi dalam susunan organisasi ASPEK PIRANTI, kecuali BPN / BPP DKI Jakarta.

BAB XII KUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PASAL 23

KUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN 1. Musyawarah dan rapat-rapat sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 adalah sah

apabila dihadiri oleh lebih dari 1/2 (satu per dua) jumlah yang hadir. 2. Bilamana kuorum tidak tercapai, maka musyawarah dan rapat-rapat dapat ditunda

selama 24 (dua puluh empat) jam. 3. Seluruh keputusan yang diambil dalam musyawarah dan rapat-rapat diusahakan

dengan maksimal atas dasar musyawarah dan mufakat. 4. Apabila dengan usaha musyawarah dan mufakat tidak juga tercapai keputusan

maka, keputusannya diambil berdasarkan suara terbanyak. 5. Khusus tentang perubahan Anggaran Dasar.

a. Sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah peserta harus hadir. b. Keputusan sah apabila diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3

(dua per tiga) dari jumlah peserta yang hadir.

BAB XIII PERGANTIAN ANTAR WAKTU

PASAL 24

PERGANTIAN ANTAR WAKTU 1. Pergantian antar waktu Badan Pengurus :

a. Apabila Ketua Umum Badan Pengurus Nasional, Badan Pengurus Propinsi, Badan Pengurus kabupaten / Kota berhalangan tetap dan atau karena sesuatu tidak dapat menjalankan dan atau menyelesaikan kewajibannya sampai masa jabatan kepengurusan berakhir, maka jabatan Ketua Umum Badan Pengurus Nasional, mendapat persetujuan dan pertimbangan dari pemrakarsa / pendiri ASPEK PIRANTI.

b. Badan Pengurus Propinsi, Badan Pengurus kabupaten / Kota digantikan oleh salah satu Ketua yang masing-masing di tetapkan oleh dan dalam rapat pleno Badan Pengurus masing-masing yang di agendakan khusus untuk keperluan itu.

c. Apabila karena sesuatu sebab terjadi lowongan dalam keanggotaan Badan Pengurus, maka pergantian untuk mengisi lowongan tersebut dilakukan dan ditetapkan dalam rapat pleno Badan Pengurus masing-masing sesuai dengan kebutuhan.

d. Tindakan yang dilakukan Badan Pengurus sebagaimana dimaksud huruf a, b dan c diberitahukan kepada Badan pengurus yang tingkat organisasinya setingkat lebih tinggi untuk dikukuhkan dan bagi Badan Pengurus Nasional diputuskan dan ditetepkan oleh pemrakarsa / pendiri ASPEK PIRANTI dan dipertanggung-jawabkan kepada musyawarah nasional.

2. Pergantian antar waktu Dewan Penasehat / Dewan Pertimbangan : a. Apabila Ketua Dewan Penasehat dan Dewan Pertimbangan Nasional

berhalangan tetap dan atau karena sesuatu sebab tidak dapat menjalankan dan atau menyelesaikan kewajibannya sampai dengan jabatan kepengurusan berakhir, maka jabatan Ketua digantikan oleh salah seorang Wakil Ketua yang telah disepakati oleh Dewan yang dimaksud dan ditetapkan oleh Badan Pengurus masing-masing.

b. Apabila karena sesuatu sebab terjadi lowongan dalam keanggotaan Dewan Penasehat / Dewan Pertimbangan, maka pergantian untuk mengisi lowongan tersebut dilakukan oleh Dewan dimaksud dan ditetapkan oleh Badan Pengurus yang bersangkutan.

c. Tindakan yang dilaksanakan Badan Pengurus sebagaimana dimaksud huruf a dan b, diberitahukan Badan pengurus yang tingkat organisasinya lebih tinggi.

3. Pergantian antar waktu Dewan Kehormatan : a. Apabila Ketua Dewan Kehormatan Nasional, Propinsi dan Kabupaten / Kota

berhalangan tetap dan atau karena sesuatu sebab tidak dapat menjalankan dan atau menyelesaikan kewajibannya sampai dengan jabatan kepengurusan berakhir, maka jabatan Ketua digantikan oleh salah seorang Wakil Ketua yang ditetapkan oleh Badan Pengurus masing-masing tingkatan.

b. Apabila karena sesuatu sebab terjadi lowongan dalam keanggotaan Dewan Kehormatan, maka pergantian untuk mengisi lowongan tersebut dilakukan dan ditetapkan oleh Badan Pengurus yang bersangkutan.

c. Tindakan yang dilaksanakan Badan Pengurus sebagaimana dimaksud huruf a dan b, diberitahukan Badan pengurus yang tingkat organisasinya lebih tinggi.

4. Anggota Badan Pengurus yang tidak berfungsi karena berpindah tempat domisili,

wajib melepaskan jabatannya sebagai anggota Badan Pengurus dan selanjutnya akan digantikan oleh yang lain mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud ayat 1 dan ayat 2.

5. Jika masa jabatan pengganti Ketua Umum Badan Pengurus Nasional / Badan

Pengurus Propinsi / Badan Pengurus Kabupaten / Kota, sebagaimana ayat 1 leaih dari separuh masa jabatan periode, maka jabatan Ketua Umum Badan Pengurus pengganti tersebut dianggap satu periode.

BAB XIV KEANGGOTAAN

PASAL 25

KEANGGOTAAN Keanggotaan terdiri dari : 1. Anggota Biasa. 2. Anggota Kehormatan.

BAB XV KEUANGAN

PASAL 26

SUMBER DANA Sumber dana organisasi adalah :

1. Iuran Anggota. 2. Sumbangan yang bersifat sah dan tidak mengikat. 3. Usaha lain yang tidak bertentangan dengan AD / ART dan peraturan organisasi.

PASAL 27 PENGGUNAAN DANA

Seluruh dana-dana organisasi harus digunakan secara efektif, efesien dan dipertanggung-jawabkan secara professional.

BAB XVI ADMINISTRASI

PASAL 28

ADMINISTRASI Administrasi ASPEK PIRANTI terdiri dari :

1. Administrasi umum. 2. Administrasi Keuangan. 3. Administrasi Khusus.

BAB XVII

PEMBUBARAN ORGANISASI

PASAL 29 PEMBUBARAN ORGANISASI

Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh Musyawarah Nasional yang khusus dilakukan untuk itu dengan ketentuan dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari Jumlah Badan Pengurus Propinsi dan Kabupaten / Kota yang dibentuk dan sah.

BAB XVIII PENUTUP

PASAL 30 PENUTUP

Segala sesuatu yang belum diatur dalam anggaran Dasar (AD) ini diatur lebih lanjut dalam Anggran Rumah Tangga (ART) yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar.

PASAL 31 PENGATURAN LEBIH LANJUT

Hak-hak yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga selanjutnya akan diatur dan ditetapkan oleh Badan Pengurus Nasional sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

PASAL 32 MULAI BERLAKU

Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 9 September 2007. ________________________________ Pemrakarsa / Pendiri MUH. JUFRI ABUNOTO

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PERUSAHAAN KELAUTAN, PERIKANAN

DAN INDUSTRI MARITIM INDONESIA ( ASPEK PIRANTI )

BAB I Peserta Musyawarah dan Rapat-rapat

Pasal 1

Musyawarah Nasional 1. Musyawarah Nasional dihadiri oleh

a. Dewan Penasehat b. Dewan Pertimbangan Nasional c. Badan Pengurus Nasional d. Utusan Badan Pengurus Propinsi, utusan Kabupaten/Kota disertai

mandat tertulis e. Undangan Badan pengurus Nasional.

2. Utusan Musyawarah Nasional terdiri dari

a. Peserta b. Peninjau

3. Peserta terdiri dari :

a. Dewan Penasehat b. Dewan Pertimbangan c. Badan Pengurus Nasional d. Utusan Badan Pengurus Propinsi yang dinyatakan dengan mandat

tertulis e. Utusan badan Pengurus Kabupaten/Kota sebagai peninjau yang

dinyatakan mandate tertulis.

4. Peninjau terdiri dari : a. Dewan Penasehat b. Dewan Pertimbangan c. Badan Pengurus Nasional d. Dewan kehormatan dan lembaga-lembaga otonom Badan Pengurus

Nasional Aspek Piranti e. Utusan Badan Pengurus Propinsi dan Badan Pengurus Kabupaten/Kota

disertai mandat terlulis dari Badan Pengurus Propinsi f. Undangan Badan Pengurus Nasional

5. Peserta dan Peninjau MUNAS, MUNASLUB, MUNASUS adalah

sebagaimana dimaksud ayat (2), (3) dan (4) pada pasal ini.

6. Pimpinan Musyawarah Nasional (luar biasa dan khusus) dipilih oleh dan dari peserta.

7. Sebelum pimpinan musyawarah nasional (luar biasa dan khusu) terpilih Badan Pengurus Nasional bertindak sebagai pimpinan sementara.

8. Hak Peserta dan Peninjau Musyawarah Nasional (luar biasa dan khusus)

a. Peserta mempunyai hak suara, hak bicara dan hak memilih serta dipilih b. Peninjau mempunyai hak bicara dan hak dipilih c. Hak-hak lainnya ditentukan dalam tata tertib Musyawarah Nasional (luar

biasa dan khusus).

Pasal 2 Rapat Kerja Nasional

Rapat Kerja Nasional di hadiri oleh : 1. Pimpinan Rapat Kerja Nasional diterapkan oleh Badan Pengurus Nasional. 2. Tata Tertib Rapat Kerja Nasional ditetapkan oleh Badan Pengurus

Nasional.

Pasal 3 Rapat Pimpinan Nasional

1. Rapat Pimpinan Nasional dihadiri oleh :

a. Badan Pengurus Nasional b. Ketua Umum, sekertaris, bendahara Badan Pengurus Propinsi,

Kabupaten/Kota yang mewakili disertai Mandat tertulis c. Undangan Badan Pengurus Nasional

2. Pimpinan Rapat Pimpinan Nasional adalah Badan Pengurus Nasional. 3. Tata tertib Rapat pimpinan Nasional di tetapkan oleh Badan Pengurus

Nasional.

Pasal 4 Musyawarah Propinsi

1. Musyawarah Propinsi dihadiri oleh :

a. Utusan BadanPengurus Nasional disertai mandat tertulis b. Dewan Pertimbangan Propinsi c. Badan Pengurus Propinsi d. Utusan Badan Pengurus Kabupaten/Kota disertai surat mandat tertulis e. Undangan Badan Pengurus Propinsi

2. Utusan Musyawarah Propinsi terdiri dari : a. Peserta b. Peninjau

3. Peserta terdiri dari : a. Dewan Pertimbangan Propinsi b. Badan Pengurus Propinsi c. Utusan Badan Pengurus Kabupaten/Kota disertai surat mandat tertulis.

4. Peninjau dengan mandat tertulis a. Utusan Badan Pengurus Nasional b. Dewan Pertimbangan Propinsi c. Badan Pengurus Propinsi d. Dewan Kehormatan dan lembaga-lembaga otonom lainnya. e. Utusan Badan pengurus kabupaten/Kota.

5. Utusan Musyawarah luar biasa sebagaimana yang dimaksud ayat (2), (3) dan (4) pada pasal ini.

6. Pimpinan Musyawarah (luar biasa) dipilih oleh dan dari peserta. 7. Sebelum Pimpinan Musyawarah Propinsi (dan luar biasa) terpilih Badan

Pengurus Propinsi bertindak sebagai pimpinan sementara. 8. Hak Peserta dan Peninjau Musyawarah Propinsi (dan luar biasa)

Pasal 5

Rapat Kerja Propinsi

1. Rapat Kerja Propinsi dihadiri oleh : a. Utusan Badan Pengurus Nasional sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang

disertai mandat tertulis b. Dewan Pertimbangan Propinsi c. Badan Pengurus Propinsi d. Utusan Badan Pengurus kabupaten/Kota disertai mandat tertulis.

2. Pimpinan Rapat Kerja Propinsi adalah Badan Pengurus Propinsi. 3. Tata tertib Rapat Kerja Propinsi ditetapkan oleh Badan Pengurus Propinsi.

Pasal 6 Rapat Pimpinan Propinsi

1. Rapat Pimpinan Propinsi di hadiri oleh :

a. Utusan Badan Pengurus Nasional disertai mandat tertulis b. Badan Pengurus Propinsi c. Ketua, Sekertaris, Bendahara Badan Pengurus Kabupaten/Kota atau

yang mewakili disertai mandat tertulis d. Undangan Badan Pengurus Propinsi.

2. Pimpinan Rapat (Rapim) Propinsi adalah Badan Pengurus Propinsi. 3. Tata tertib Rapim Propinsi di tetapkan oleh Badan Pengurus Propinsi.

Pasal 7 Musyawarah Kabupaten/Kota

1. Musyawarah Kabupaten/Kota

a. Utusan Badan Pengurus Propinsi disertai mandat tertulis b. Dewan Pertimbangan Kabupaten/Kota c. Badan Pengurus Kabupaten/Kota d. Anggota Aspek Piranti Kabupaten/Kota jika dianggap jumlah anggota

terlalu banyak, kepesertaan dapat dilaksanakan secara perwakilan yang diatur oleh Badan Pengurus kabupaten/Kota.

e. Undangan Bp.Kabupaten/Kota.

2. Utusan Musyawarah Kabupaten/Kota

a. Peserta b. Peninjau.

3. Peserta Musyawarah Kabupaten/Kota terdiri dari : a. Dewan Pertimbangan Kabupaten/Kota b. Badan Pengurus Kabupaten/Kota c. Anggota Aspek Piranti Kabupaten/Kota.

4. Peninjau Musyawarah Kabupaten/Kota terdiri dari :

a. Dewan Pertimbangan Kabupaten/Kota b. Badan Pengurus Kabupaten/Kota c. Dewan Kehormatan dan lembaga-lembaga otonomi lainnya. d. Badan Pengurus Propinsi disertai mandat tertulis.

5. Utusan Musyawarah Kabupaten/Kota luar biasa sebagaimana yang dimaksud ayat (2), (3) dan (4) pada pasal ini.

6. Pimpinan Musyawarah Kabupaten/Kota (dan luar biasa) dipilih oleh dan

dari peserta. 7. Sebelum pimpinan musyawarah Kabupaten/Kota (dan luar biasa) terpilih

Badan Pengurus Kabupaten/Kota bertindak sebagai Pimpinan sementara. 8. Hak peserta dan Peninjau Musyawarah Kabupaten/Kota (dan laur biasa).

a. Peserta mempunyai hak suara, hak bicara dan hak dipilih b. Peninjau mempunyai hak bicara dan hak pilih. c. Hak-hak lainnya ditentukan dalam tat tertib musyawara Kabupaten/Kota

(dan luar biasa).

Pasal 8 Rapat Kerja Kabupaten / Kota

1. Rapat Kerja Badan Pengurus Kabupaten/Kota dihadiri oleh :

a. Utusan Badan Pengurus Propinsi disertai mandat b. Dewan Pertimbangan Badan Pengurus Kabupaten/Kota c. Badan Pengurus Kabupaten/Kota d. Undangan Badan Pengurus Kabupaten/Kota.

2. Pimpinan Rapat Kerja badan pengurus Kabupaten/Kota adalah Badan Pengurus Kabupaten/Kota.

3. Tata tertib Rapat Kerja badan Pengurus Kabupaten/Kota ditetapkan oleh

Badan pengurus Kabupaten/Kota.

Pasal 9 Rapat Pleno

Rapat Pleno pada semua tingkatan organisasi dihadiri oleh seluruh Personalia Badan Pengurus yang bersangkutan.

Pasal 10

Rapat Harian

Rapat Pengurus Harian dihadiri oleh unsur Ketua, unsur Sekretaris dan unsur Bendahara.

Pasal 11

Rapat Teknis

1. Rapat Teknis tingkat nasional dihadiri oleh : a. Badan Pengurus Nasional b. Unsur Pengurus Terkait dan Badan pengurus Propinsi disertai mandat. c. Undangan Badan Pengurus Nasional.

2. Pimpinan Rapat teknis tingkat nasional adalah Badan Pengurus Nasional.

3. Tata tertib Rapat teknis nasional ditetapkan oleh Badan Pengurus Nasional.

Pasal 12

Rapat Teknis Badan pengurus Propinsi

1. Rapat Teknis Tingkat Propinsi dihadiri oleh : a. Badan Pengurus Propinsi b. Unsur Teknis terkait Badan Pengurus Kabupaten/Kota disertai mandat. c. Undangan Badan Pengurus Propinsi.

2. Pimpinan Rapat Teknis Tingkat Propinsi adalah Badan Pengurus Propinsi. 3. Tata tertib Rapat Teknis Propinsi ditetapkan oleh Badan Pengurus Propinsi.

Pasal 13 Rapat Teknis Kabupaten/Kota

1. Rapat Teknis Tingkat Kabupaten/Kota dihadiri oleh :

a. Badan Pengurus Kabupaten/Kota b. Undangan Badan Pengurus Kabupaten/Kota.

2. Pimpinan Rapat Teknis Tingkat Kabupaten/Kota adalah Badan Pengurus Kabupaten/Kota.

3. Tata tertib Rapat Teknis Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Badan Pengurus Kabupaten/Kota.

Pasal 14 Rapat Khusus

Rapat Khusus pada semua tingkatan organisasi oleh Badan Pengurus sesuai dengan ketentuan Badan Pengurus masing-masing tingkatan.

BAB II Susunan Perangkat Organisasi

Pasal 15

Susunan Perangkat Organisasi Tingkat Nasional

1. Dewan Penasehat terdiri dari : 1. Seorang Ketua merangkap anggota 2. Seorang Wakil Ketua merangkap anggota 3. Anggota-anggota.

2. Dewan Pertimbangan terdiri dari : 1. Seorang Ketua merangkap anggota 2. Seorang Wakil Ketua merangkap anggota 3. Anggota-anggota.

3. Badan Pengurus Nasional terdiri dari :

1. Seorang Ketua Umum dan 11 (sebelas) orang Ketua 2. Seorang Sekretaris Umum dan 6 (enam) orang Sekretaris 3. Seorang Bendahara Umum dan 6 (enam) orang Bendahara 4. Seorang Ketua Kompartemen dan Seorang Wakil Ketua Kompartemen

yang terdiri dari : a. Komp. Organisasi Keanggotaan dan Pembinaan Daerah. b. Komp. Pendapatan dan Pembiayaan Organisasi c. Komp. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah d. Komp. Produksi Pengolahan dan Pemasaran e. Komp. Penelitian Pengembangan Pelestarian Lingkungan f. Komp. Pendidikan Pelatihan dan penyuluhan g. Komp. Pembudaya dan Pemberdayaan Nelayan h. Komp. Industri Maritim dan Pariwisata i. Komp. Transportasi Pergudangan dan TPI j. Komp. Perizinan, Hukum dan Perundang-undangan k. Komp. Informasi dan Data Stastistik.

4. Dewan Kehormatan terdiri dari : a. Seorang Ketua dan seorang wakil Ketua b. Seorang Sekretris dan seorang Wakil Sekretaris c. Maksimal 5 (lima) orang Anggota.

Pasal 16 Susunan Perangkat Organisasi Tingkat Propinsi

1. Dewan Pertimbangan

a. Seorang Ketua merangkap anggota b. Seorang Wakil Ketua merangkap anggota c. Anggota-anggota.

2. Badan Pengurus Propinsi terdiri dari 6 (enam) orang

a. Seorang Ketua Umum dan 6 (enam) orang Wakil Ketua b. Seorang Sekretaris dan 3 (tiga) orang Wakil Sekretaris c. Seorang Bendahara dan 3 (tiga) orang Bendahara d. Seorang Ketua Biro dan seorang Wakil Ketua Biro yang terdiri dari :

• Biro Organisasi Keanggotaan dan Pembinaan Daerah

• Biro Pendapatan dan Pembiayaan Organisasi

• Biro Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

• Biro Produksi Pengolahan dan pemasaran

• Biro Penelitian Pengembangan Pelestarian Lingkungan

• Biro Pendidikan Pelatihan dan Penyuluhan

• Biro Pembudidaya dan Pemberdayaan Nelayan

• Biro Indusrti Maritim dan Pariwisata

• Biro Transportasi Pergudangan dan TPI

• Biro Perizinan, Hukum dan Perundang-undangan

• Biro Informasi dan Data Stastistik.

3. Dewan Kehormatan Propinsi terdiri dari : a. Seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua b. Seorang Sekretris dan seorang Wakil Sekretaris c. Maksimal 4 (empat) orang Anggota.

Pasal 17 Susunan Perangkat Organisasi Tingkat Kabupaten / Kota

1. Dewan Pertimbangan

a. Seorang Ketua merangkap anggota b. Seorang Wakil Ketua merangkap anggota c. Anggota-anggota.

2. Badan Pengurus Kabupaten/Kota terdiri dari :

a. Seorang Ketua dan 4 (empat) orang wakil Ketua b. Seorang Sekretaris dan 2 (dua) orang Wakil Sekretais c. Seorang Bendahara dan 2 (dua) orang Wakil Bendahara d. Seorang Ketua Bidang dan Seorang Wakil Ketua yang terdiri dari :

• Bidang Organisasi Keanggotaan dan Pembinaan

• Bidang Pendapatan dan Pembiayaan Organisasi

• Bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

• Bidang Produksi Pengolahan dan Pemasaran

• Bidang Penelitian Pengembangan Pelestarian Lingkungan

• Bidang Pendidikan Pelatihan dan Penyuluhan

• Bidang Pembudidaya dan Pemberdayaan Nelayan

• Bidang Industri Maritim dan Pariwisata

• Bidang Transportasi Pergudangan dan TPI

• Bidang Perizinan, Hukum dan Perundang-undangan

• Bidang Informasi dab Data Stastistik.

3. Dewan Kehormatan Kabupaten?kota terdiri dari : a. Seorang Ketua dan Seorang wakil Ketua b. Seorang Sekretaris dan seorang Wakil Sekretaris c. Maksimal 4 (empat) orang Anggota.

Pasal 18

Sekretariat

1. Sekretariat Aspek Piranti disetiap tingkatan kepengurusan di pimpin oleh seorang sekretaris eksekutif yang merupakan tenaga professional dan kerja penuh waktu.

2. Sekretaris eksekutif berfungsi sebagai pelaksana semua ketetapan dan tugas-tugas harian yang dibebankan oleh Badan Pengurus yang tidak bersifat kebijaksanaan.

3. Sekretris eksekutif diangkat dan diberhentikan oleh dan dalam rapat pleno bBadan Pengurus, serta tanggung jawab kepada Badan Pengurus.

4. Struktur organisasi dan uraian tuhgas secretariat Aspek Piranti ditetapkan oleh Badan pengurus.

BAB III

SANKSI ORGANISASI

Pasal 19 Sanksi Organisasi

1. Pengurus Aspek Piranti di semua tingkatan dapat memberi sanksi sesuai

dengan ketentuan organisasi terhadap anggota dan personal Bp, Dewan Penasehat, Dewan Pertimbangan yang ternyata melanggar ketentuan organisasi serta kode etik Aspek Piranti dan atau mencemarkan nama baik organisasi.

2. Dewan Kehormatan Aspek Piranti berkuasa memeriksa dan mengadili perkara pelanggran kode etik yang dilakukan oleh anggota Aspek Piranti, baik ditingkat Kabupaten/Kota, Propinsi serta ditingkat Nasional.

Pasal 20

Tingkatan Sanksi Organisasi

Sanksi Organisasi terdiri dari : 1. Teguran 2. Peringatan 3. Skorsing 4. Pemecatan.

Pasal 21 Pembelaan Anggota

1. Setiap Anggota Aspek Piranti yang mendapat sanksi berhak mengajukan

pembelaan diri pada rapat yang dilaksanakan khusus untuk itu. 2. Setiap Anggota Aspek Piranti yang mendapat sanksi karena pelanggaran

kode etik dapat mengajukan pembelaan sebagaimana diatur dalam hukum acara kode etik.

BAB IV

KEANGGOTAAN

Pasal 22 Keanggotaan

1. Anggota biasa adalah keanggotaan baik orang perseorangan maupun

badan hukum yang didirikan dan menjalankan kegiatan usaha profesi Pengusahaan Potensi Kelautan, Perikanan dan Industri Maritim beserta alat dan peralatannya/sarana prasarananya.

2. Anggota kehormatan adalah perseorangan yang ditetapkan karena jasa-

jasanya dalam memajukan organisasi ASPEK PIRANTI.

Pasal 23 Hak dan Kewajiban Anggota

Setiap Anggota memiliki Hak dan Kewajiban 1. Anggota Biasa memiliki Hak dan Kewajiban :

a. Memperoleh perlakuan yang sama dalam organisasi b. Memiliki hak bicara, hak suara, hak pilih dan hak memilih c. Memperoleh perlindungan, bimbingan dan pembinaan organisasi d. Mentaati AD/ART dan ketentuan organisasi lainnya e. Menjagan keutuhan dan nama baik organisasi.

2. Anggota Kehormatan memiliki Hak dan Kewajiban a. Memperoleh perlakuan yang sama dalam organisasi b. Memiliki hak bicara dan hak dipilih c. Memperoleh perlindungan, bimbingan dan pembinaan d. Mentaati AD/ART dan ketentuan-ketentuan organisasi lainnya e. Menjagan keutuhan serta nama baik organisasi.

Pasal 24

Pengangkatan Anggota

1. Pengangkatan Anggota Biasa Aspek Piranti ditempuh melalui pengajuan permohonan secara tertulis dan memenuhi prosedur dan ketentuan organisasi yang ditetapkan secara khusus oleh Badan Pengurus Nasional.

2. Anggota Kehormatan diangkat dan ditetapkan oleh masing-masing Badan Pengurus sesuai dengan tingkatannya.

Pasal 25

Keanggotaan Berakhir

Keanggotaan Aspek Piranti berakhir 1. Berhenti atas permintaan sendiri. 2. Diberhentikan oleh Pengurus Aspek Piranti berdasarkan keputusan Badan

Pengurus, yang membuktikan secara nyata anggota tersebut telah melanggar AD/ART ketentuan organisasi, kode etik atau mencemarkan nama baik organisasi.

3. Khusus untuk Anggota Biasa keanggotaannya juga berakhir apabila perusahaan yang bersangkutan dinyatakan pailit dan menghentikan kegiatan usahanya.

BAB V

KEUANGAN

Pasal 26 Sumber Keuangan

Sumber Keuangan terdiri dari : 1. Anggota berupa uang pangkal dan iuran tahunan 2. Sumbangan yang sah dan tidak mengikat 3. Usaha lain berupa pendirian Badan Usaha dan dari saham Badan Usaha.

Pasal 27 Pembagian Subsidi Dana Operasional

1. Pertimbangan pembagian Konstribusi iuran Anggota diatur sebagai berikut

a. Badan Pengurus kabupaten/Kota 40% b. Badan Pengurus Propinsi 35% c. Badan Pengurus Nasional 15% d. Pemrakarsa / Pendiri 10%

2. Pertimbangan pembagian konstribusi dan sumbangan yang bersifat sah dan tidak mengikat, berupa rekomendasi dan sumbangan suka rela dan usaha lain berupa pendirian badan usaha dan deviden badan usaha yang diperoleh Pemrakarsa / Pendiri ASPEK PIRANTI dan badan Pengurus Nasional diatur dalam peraturan organisasi ASPEK PIRANTI.

Pasal 28

Manfaat Perolehan Dana

Semua dana yang diperoleh badan pengurus nasional, propinsi dan kabupaten/kota, dimanfaatkan semaksimalnya untuk kepentingan anggota dalam bentuk kegiatan yang diatur dalam pos mata anggaran secara professional yang ditetapkan dalam peraturan organisasi.

Pasal 29 Laporan Keuangan

Laporan keuangan disampaikan secara berkala setiap tahun kepada Badan pengurus setingkat diatasnya setelah diaudit kabupaten/kotanya masing-masing.

BAB VI ATRIBUT

Pasal 30 Atribut

1. Lambang tanda gambar (logo) adalah sebagai berikut :

Makna gambar/logo Aspek Piranti merupakan mata angin yang berada dalam jarring berbentuk bola dunia, dan diapit oleh ikan lumba-lumba sebelah kanan, udang sebelah kiri serta ditopang oleh perahu. a. Mata Angin bermakna petunjuk atau kompas utama nelayan tradisional

dan perusahaan professional yang juga bermakna siap menghadapi, menangkal dari semua penjuru dan segala bentuk ancaman, gangguan hambatan dan tantangan diseluruh pulau dan laut nusantara.

b. Jaring berbentuk bola dunia yang berarti bahwa alat dan peralatan tangkap yang dipergunakan para nelayan sesuai dengan peraturan perijinan tidak melanggar hukum, dan sangat ramah dengan lingkungan.

c. Ikan Lumba-lumba bermakna mahluk dilaut yang cerdas dan mempunyai naluri penolong tanpa pamrih.

d. Udang adalah species biota laut yang dapat dibudi dayakan (ditambak) di darat dan mempunyai protein serta nilai ekonomis tinggi.

e. Perahu adalah transportasi utama dan pertama yang dipergunakan nenek moyang kita mengembangkan perekonomian dan mendistribusikan hasil-hasil sumber daya alam di Indonesia keseluruh pelosok dunia.

2. Atribut-atribut Aspek Piranti Pataka/ Bendera

a. Pataka/Bendera 1). Pataka Nasional berukuran 200 cm x 150 cm 2). Bendera Propinsi berukuran 180 cm x 135 cm 3). Bendera Kabupaten/Kota berukuran 160 cm x 120 cm.

b. Papan Nama 1). Papan Nama Nasional berukuran 200 cm x 150 cm 2). Papan Nama Propinsi berukuran 180 cm x 135 cm 3). Papan nama Kabupaten/Kota berukuran 160 cm x 120 cm.

3. Hymned an Mars Aspek Piranti akan ditetapkan kemudian oleh Badan

Pengurus Nasional pada peraturan organisasi.

BAB VII ADMINISTRASI

Pasal 31

Administrasi

Sistem Administrasi Aspek Piranti akan ditetapkan kemudian oleh Badan Pengurus Nasional pada peraturan organisasi.

BAB VIII KETENTUAN KHUSUS

Pasal 32

Ketentuan Khusus

Segala sesuatu yang belum atau tidak diatur dalam aturan Rumah Tangga ini, akan diatur dan ditetapkan kemudian dalam peraturan organisasi oleh Badan Pengurus Nasional dengan ketentuan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, antara lain tata cara keanggotaan, dan anggota kehormatan Dewan Pertimbangan dan Dewan Kehormatan serta tata kerja Dewan Pertimbangan dan Dewan Penasehat.

Pasal 33 PENUTUP

Anggaran Rumah Tangga ini, dinyatakan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 09 September 2007 Pemrakarsa / Pendiri, MUH. JUFRI ABUNOTO