Membina keluarga

43
A. Kewajiban Istri terhadap Suami a. Istri mematuhi suaminya apabila diperintahkan b. Menjaga dirinya dan harta suami ketika suami sedang tidak ada di sisinya c. Meminta idzin kepada suaminya d. Menyerahkan dirinya kepada suami kapanpun ia memintanya untuk bersenang-senang e. Membantu suaminya di dalam perkara dunia dan akhirat f. Tidak menyakiti perasaan suami g. Tidak mencemburui suaminya dengan kecemburuan yang dimurkai oleh Allah SWT h. Melayani suaminya dengan baik i. Tidak meminta cerai kepada suaminya tanpa sebab B. Kewajiban Suami terhadap Istri a. Mendidik dan menjaga istri dari Api Neraka b. Menegur dan mengingatkannya jika berbuat keliru Kebanyakan penghuni neraka adalah wanita c. Mengajak dan memotivasi ibadah kepadanya d. Memperlakukan istrinya dengan cara yang baik Bersenda gurau dengan istri e. Memberi makan yang ia biasa makan f. Membantu pekerjaan istri

Transcript of Membina keluarga

Page 1: Membina keluarga

A. Kewajiban Istri terhadap Suamia. Istri mematuhi suaminya apabila diperintahkanb. Menjaga dirinya dan harta suami ketika suami sedang tidak ada di sisinyac. Meminta idzin kepada suaminyad. Menyerahkan dirinya kepada suami kapanpun ia memintanya untuk

bersenang-senange. Membantu suaminya di dalam perkara dunia dan akhiratf. Tidak menyakiti perasaan suamig. Tidak mencemburui suaminya dengan kecemburuan yang dimurkai oleh

Allah SWTh. Melayani suaminya dengan baiki. Tidak meminta cerai kepada suaminya tanpa sebab

B. Kewajiban Suami terhadap Istria. Mendidik dan menjaga istri dari Api Nerakab. Menegur dan mengingatkannya jika berbuat keliru

Kebanyakan penghuni neraka adalah wanitac. Mengajak dan memotivasi ibadah kepadanyad. Memperlakukan istrinya dengan cara yang baik

Bersenda gurau dengan istrie. Memberi makan yang ia biasa makanf. Membantu pekerjaan istri

Page 2: Membina keluarga

A. Kewajiban Istri terhadap Suami

Seperti telah diketahui bahwa setiap manusia memiliki hak dan kewajiban. Hak suami merupakan kewajiban bagi isterinya dan haknya istri merupakan kewajiban bagi suaminya. Bagi lelaki mukmin, tanpa diperintah oleh para isterinya pun ia akan berusaha sekuat tenaga untuk dapat menunaikan tugasnya sebaik-baiknya, karena hal ini bukan hanya tanggung jawab kepada para istrinyasaja tetapi yang terpenting adalah tanggung jawabnya terhadap perintah Allah SWTJika si istri pun seorang mukminah yang shalihah, maka niscaya ia akan berusaha menunaikan kewajibannya sebaik-baiknya tanpa perlu diperintah oleh suaminya. Karena ia paham, jika ia menunaikan hak suaminya maka yang beruntung adalah dirinya sendiri bukan suaminya saja. Kelak ia akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Insya Allah.

Artinya:Dari Sulaiman bin Amr bin al-Ahwash berkata, Ayahku pernah bercerita kepadaku bahwasanya ia pernah menyaksikan haji wada’ bersama Rasulullah saw. beliau bersabda, “Ingatlah sesungguhnya istri-istri kalian mempunyai hak atas kalian dan kalian pun mempunyai hak atas istri-istri kalian” (HR Tirmidzi)

Artinya:Dari Qois bin Sa’d berkata, “Aku pernah mendatangi Hirah. Aku melihat mereka sujud kepada tetua mereka. Aku berkata, “Rasulullah lebih berhak untuk disujudi”. Berkata Qois, “Lalu aku mendatangi Nabi saw. dan aku berkata “Sesungguhnya aku mendatangi Hirah, lalu aku melihat mereka sujud pada tetua mereka. Wahai Rasulullah engkau lebih berhak jika kamu sujud kepadamu”. Beliau bersabda “Bagaimana pendapatmu, jika engkau melewati kuburku apakah engkau akan sujud kepadanya?” Aku berkata, “Tidak”. Beliau bersabda,”Janganlah kalian berbuat seperti itu, seandainya aku perintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan kaum wanita untuk sujud kepada suami-suami mereka karena Allah telah menjadikan untuk mereka ada hak atas istri-istri mereka tersebut”. (HR. Abu Dawud)

Artinya:Dari Abdullah bin Abu Awfa berkata, telah bersabda Rasulullah saw. “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada pada genggaman tangan-Nya, tidaklah seorang wanita menunaikan hak Rabbnya sehingga ia menunaikan hak suaminya. Meskipun ia meminta dirinya sedangkan ia berada di atas pelana(untanya) janganlah ia menolaknya”. (HR.Ibnu Majah)

Page 3: Membina keluarga

Artinya:Dari Anas bin Malik dari Nabi saw. bersabda “Tidak boleh seorang manusia untuk sujud kepada manusia yang lain. Seandainya diperbolehkan manusia sujud kepada manusia yang lain, niscaya aku perintahkan seorang wanita untuk sujud kepada suaminya dari sebab keagungan haknya atas istrinya. Demi Dzat yang jiwaku ada pada genggaman tangan-Nya, seandainya dari kakinya sampai pangkal kepalanya terdapat luka yang memancarkan nanah dan nanah yang bercapur darah lalu ia menghadap kepadanya dan menjilatnya, maka belumlah ia menunaikan hak atas suaminya itu. (HR.Ahmad)

Artinya:Dari Mu’adz bahwasanya Nabi saw. bersabda, “Seandainya seorang wanita mengetahui hak suaminya niscaya ia tidak akan duduk selama makan siang dan malamnya terhidang sehingga ia selesai darinya. (HR. Thabrany)

Dalil-dalil diatas menunjukkan bahwa suami itu mempunyai beberapa hak atas istrinya. Bahwa seandainya diperbolehkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, niscaya Nabi saw. akan memerintahkan wanita untuk bersujud kepada suaminya masing-masing. Begitu pula jika ada wanita yang taat beribadah kepada Allah berupa shalat, puasa, bersedekah, dan lainnya namun ia tidak menunaikan hak suaminya dengan baik, maka berarti ia belum menunaikan hal Allah ta’ala dengan benar dan sempurna.Selain itu juga dkatakan bahwa jika seorang wanita mengaku sebagai istri atau wanita yang shalehah, maka ia tidak akan beranjak dari tempat duduknya untuk menemani suaminya makan siang atau malam yang dihidangkannya itu sampai selesai.

Oleh karena itu terdapat beberapa kewajiban istri terhadap suaminya, yaitu:

a. Istri mematuhi suaminya apabila diperintahkanSeorang wanita hendaknya mematuhi perintah suami mereka dengan sebaik-baiknya, apapun perintahnya dan dimanapun mereka berada selama tidak mendurhakai Allah SWT dan Rasul-Nya saw.

Artinya: Maka wanita-wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah (dan suami mereka) lagi memelihara diri ketika suami nereka tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) (QS. An-Nisa: 34)

Page 4: Membina keluarga

Berkata Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iriy, “((Maka wanita-wanita yang shalihah)) mereka itulah yang menunaikan hak-hak Allah dengan cara mematuhi-Nya dan menaati Rasul-Nya dan juga menunaikan hak-hak suami mereka berupa ketaatan, pengagungan, dan penghormatan ((Qanitatun)) yaitu taat kepada Allah SWT dan juga suami”

Artinya:Dari Abdurrahman bin Auf berkata, telah bersabda Rasulullah saw. “Apabila wanita itu shalat limanya,shaum pada bulannya, menjaga kemaluannya dan patuh pada suaminya. Akan dikatakan kepadanya, “Masuklah engkau kedalam surga dari pintu surga manapun yang engkau inginkan.” (HR.Ahmad)

Artinya:Dari Abu Hurairah ra, “Rasulullah saw. pernah ditanya, “Siapakah wanita yang terbaik?”. Beliau menjawab,” Menyenangkan apabila dipandang , patuh apabila diperintah, dan tidak pernah menyelisihi suaminya terhadap apa yang ia tidak suka pada dirinya dan harta(suami)nya”. (HR. Ahmad)

Artinya:Dari al Hushoin bin Mihshan bahwa bibinya pernah mendatangi Rasulullah saw. dalam satu keperluan. Setelah ia selesai dari keperluannya, Nabi berkata kepadanya, “Apakah engkau telah bersuami?”, ia menjawab,”Ya”. Beliau bertanya lagi,”Bagaimana keadaanmu kepadanya?”. Ia menjawab,”Aku tidak lalai(dalam menaati dan melayani) nya kecuali yang aku tidak sanggupi”. Beliau bersabda,” Perhatikanlah dimana tempatmu di sisinya, karena sesungguhnya dia adalah surga dan nerakamu” (HR. Ahmad)

Namun perlu diingat bahwa ketaatan kepada suaminya tidak boleh membabi buata tanpa aturan. Yakni melayaninya itu dalam perbuatan baik, dibenarkan oleh agama dan ia sanggup untuk mengerjakannya. Karena tidak boleh patuh kepada siapa pun dalam rangka mendurhakai Allah SWT.

Page 5: Membina keluarga

b. Menjaga dirinya dan harta suaminya ketika suami tidak ada di sisinyaKewajiban lainnya adalah selalu menjaga kehormatannya dan harta suaminya ketika suaminya tidak ada di sisinya. Yakni tidak menerima sentuhan lelaki manapun yang menginginkan dirinya selain suaminya. Begitu pula ia menjaga harta suaminya dengan tidak membelanjakannya tanpa izin suaminya dan tidak memberikannya pada siapa pun termasuk keluarganya tanpa izin dari suaminya.

Artinya:Dari Abdullah bin Salam, dari Nabi saw. Bersabda,“Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkanmu apabila engkau pandang, mematuhimu jika engkau perintah, dan menjaga kepergianmu pada dirinya dan hartamu“. (HR. Thabrany)

Artinya:Dari Fadlalah bin Ubaid dari Nabi saw. Bersabda,“ Ada tiga golongan orang yang tidak akan ditanya tentang mereka, 1) Orang yang memisahkan diri dari jamaah dan mendurhakai imamnya lalu meninggal dalam keadaan berbuat maksiat. Ia tidak ditanya lagi tentangnya. 2} Budak wanita atau lelaki yang kabur dari majikannya (lalu ia meninggal). Dan 3) Wanita yang suaminya tidak berada di sisinya dan suaminya itu telah mencukupi kebutuhan dunianya lalu ia bersolek-solek dan bercampur gaul (dengan orang banyak) sepeninggalnya (HR. Bukhari)

Artinya:Dari Uqbah bin Amir bahwasanya Rasulullah saw. bersabda.“ Waspadalah kalian dari masuk (ke dalam rumah untuk menemui) wanita“. Seorang lelaki anshor bertanya,“Wahai Rasulullah, bagaimana dengan ipar?“. Beliau menjawab,”Ipar adalah maut (kematian)”. (HR. Muslim)

Page 6: Membina keluarga

Artinya:Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash ra. bahwasanya sekelompok orang dari Bani Hasyim pernah masuk ke rumah Asma binti Umais. Lalu Abu Bakar Ash-Shidiq ra. masuk juga menemuinya sedang Asma saat itu adalah istrinya. Abu Bakar melihat mereka maka timbullah perasaan tidak suka akan hal tersebut. Iapun menceritakan hal itu kepada Rasulullah saw. lalu berkata,”Aku tidaklah memandang hal ini kecuali kebaikan saja”. Lalu bersabda Rasullullah saw. “Sesungguhnya Allah telah membebaskannya dari hal tersebut”. Kemudian Rasulullah saw. berdiri diatas mimbar dan bersabda,”Sesudah hari ini, janganlah seorang lelaki masuk menemui wanita mughoyyabah(yang ditinggal pergi suaminya) kecuali jika ia bersama satu atau dua orang. (HR. Muslim)

c. Meminta izin kepada suaminya

Artinya:Dari Ibnu Umar dari Nabi saw. bersabda.“ Apabila seorang istri meminta izin kepada salah seorang kalian untuk pergi menuju masjid maka janganlah ia mencegahnya“. (HR. Bukhari)

Artinya:Dari Aisyah ra. berkata, telah bersabda Rasulullah saw.“Sesungguhnya telah diizinkan bagi kalian (yaitu para wanita) untuk keluar (dari rumah) untuk keperluan-keperluan kalian“. (HR. Bukhari)

Artinya:Dari Abu Hurairah berkata, telah bersabda Rasulullah saw.“Tidak boleh seorang wanita mengerjakan shaum sedangkan suaminya sedang ada di sisinya kecuali dengan seizinnya (kecuali Ramadlan). Ia tidak boleh mengizinkan(seorang masuk) ke dalam rumahnya sedangkan suaminya ada di sisinya kecuali dengan seizinnya. (HR. Bukhari, HR. Muslim, HR, Abu Dawud)

Artinya:

Page 7: Membina keluarga

Dari Abu Sa’ad berkata,“Rasulullah saw. telah melarang para wanita untuk berpuasas (sunnah) kecuali dengan seizin para suami mereka“. (HR. Ibnu Majah)

Atrtinya:Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda,”Tidak halal bagi seorang wanita untuk berpuasa sedangkan suaminya ada di sisinya kecuali dengan seizinnya. Tidak boleh baginya mengizinkan (seseorang masuk) di rumahnya kecuali dengan seizinnya. Tidaklah ia menginfakkan sebagian nafkahnya dengan tanpa perintahnya maka sesungguhnya suaminya itu akan memperoleh (pahala) separuhnya”. (HR. Bukhari)

d. Menyerahkan dirinya kepada suami kapanpun ia memintanya untuk bersenang-senang

Kewajiban yang juga sering diabaikan seorang istri adalah menolak ajakan suaminya untuk berjimak (melakukan hubungan intim). Dengan mengemukakan berbagai alasan , apakah itu sibuk mengurus anak, membuat makanan, sedang letih, tidak mood, dsb.Ia banyak berdalih hanyalah untuk menghindari ajakan suaminya untuk berjimak, bisa jadi karena takut hamil, malas mandi janabat (mandi wajib), berkurang rasa cintanya kepada suami karena uang belanja yang kurang, dsb.

Mari kita simak beberapa hadist dibawah ini :

Artinya:Dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah saw. bersabda,”Apabila seorang lelaki mengajak istrinya (berhubungan intim) di pembaringannya lalu si istri enggan (memenuhinya), (dalam riwayat Abu Daud.”lalu ia tidur dalam keadaan marah”) maka para malaikat akan melaknatnya hingga pagi hari.” (HR. Bukhari)

Artinya:Dari Thalq bin Ali berkata, telah bersabda Rasulullah saw. ,“Apabila seseorang lelaki mengajak istri untuk keperluannya maka hendaklah ia mendatanginya meskipun ia berada di dapur.“ (HR. Tirmidzi)

Berkata Syaikh Salim bin Ied al-Hilaly,“Haki suami atas istrinya itu sangat besar maka sepantasnya istri itu selalu mempersiapkan diri untuknya. Terdapat motivasi untuk wanita

Page 8: Membina keluarga

untuk berbuat yang menimbulkan keridloan suaminya dan membahagiakannya dengan semua yang ia sukai. Karena suami memiliki keutamaan atas istrinya berupa penjagaan dan pemeliharaan.

Artinya:Dari Abu Hurairah berkata,“telah bersabda Rasulullah saw.“Demi Dzat yang jiwaku ada pada tangan-Nya, tidaklah seorang muslim mengajak istrinya ke pembaringan lalu ia menolak ajakannya melainkan Allah yang berada di langit akan murka kepadanya sehingga suaminya itu ridlo kembali kepadanya.“ (HR. Muslim)

Dibalik hal tersebut juga sebenarnya dapat dipahami bahwa perkara paling kuat yang dapat mengacaukan para lelaki adalah hasrat untuk berjimak (berhubungan badan). Oleh sebab itu Allah SWT telah mendorong para istri untuk memantu suaminya dalam hal tersebut supaya ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluannya.

Sebuah pendapat jga mengatakan bahwa Kesabaran suami dalam meninggalkan jimak (nafsu seksual) lebih lemah daripada kesabaran wanita.Diantara faidah dari berjimak adalah:- Untuk menjaga dan melanjutkan keturunan- Memperbaiki dan menambah keharmonisan suami-istri- Mendapatkan kenikmatan darinya- Menjaga kesehatan bagi keduanya- Membantu membuat fresh dan rasa segar baik jasmani dan rohani- Melahirkan rasa rindu untuk selalu berduaan dengan pasangannya- Mendapatkan pahala karena jimak disebut Rasulullah saw. sebagai sedekah

Dari Abu Dzar, Bahwasanya orang-orang berkata,“Wahai Rasulullah, orang-orang yang mempunyai harta telah pergi membawa pahala, mereka shalat sebagimana kami shalat, mereka shaum sebagaimana kami shaum, dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka”. Beliau bersabda,”Bukankah Allah telah menjadikan untuk kalian sesuatu yang kalian dapat bersedekah dengannya. Sesungguhnya tiap-tiap tasbih itu sedekah, tiap-tiap takbir itu sedekah, tiap-tiap tahmid itu sedekah, tiap-tiap tahlil itu sedekah, perintah berbuat ma’ruf itu sedekah, melarang dari perbuatan munkar itu sedekah, dan seorang dari kalian menggauli istrinya itu sedekah”. Mereka bertanya,”Wahai Rasulullah apakah seseorang dari kami menunaikan syahwatnya, lalu ia mendapatkan pahala?”. Beliau menjawab,”Bagaiman pandangan kalian jikalau ia meletakkan pada tempat yang haram, apakah ia akan mendapatkan dosa?. Maka demikian pula jika diletakkan pada tempat yang halal tentulah ia akan mendapatkan pahala.” (HR. Muslim)

Page 9: Membina keluarga

e. Membantu suaminya dalam perkara dunia dan akhiratDi antara kewajiban istri adalah membantunya dalam perkara dunia dan akhirat. Membantu suami dalam perkara dunia maksudnya membantu pekerjaanya selain dari yang menyalahi syariat agama.Membantu suami dalam perkara akhirat artinya selalu mengingatkan suami untuk beribadah, mengingatkan untuk selalu shalat berjamaah di masjid, mengingatkan untuk shalat malam, mengajaknya untuk shaum sunnah, mendorongnya untuk selalu membantu dan silaturahmi kepada orang tua, dll.

Artinya:Dari Tsauban berkata, ketika turun ayat ((Dan orang-orang yang menyimpan harta emas dan peraknya... QS.Al-Baro’ah:34)). Ia bercerita,“Kami pernah bersama-sama Rasulullah saw. di sebahagian perjalanannya”. Berkata sebagian sahabat,”Telah diturunkan (ayat) tentang emas dan perak, kalau kami boleh tahu harta apakah yang paling baik yang kami harus memilikinya?”. Beliau bersabda,”Yang paling utama lisan yang suka berdzikir, hati yang senantiasa bersyukur, dan istri shalihah yang selalu membantu suaminya dalam agamanya. (HR. Tirmidzi)

Artinya:Dari Abu Adzinah ash-Shodafy bahwasanya Rasulullah saw. bersabda,”Sebaik-baik istri kalian adalah yang penyayang, suka melahirkan, gemar memberi, dan suka membantu suaminya apabila mereka bertakwa kepada Allah SWT. Dan seburuk-buruknya istri kalian adalah yang gemar berdandan dan suka menghayal. Mereka adalah wanita-wanita munafik, tidak akan masuk ke dalam surga seseorang di antara mereka melainkan seperti burung gagak yang berleher dan berparuh merah (HR. Baihaqi)

Rasulullah saw. telah memuji wanita yang menyayangi suami dan anak-anaknya, suka melahirkan, gemar memberi, dan suka membantu suaminya dengan sebutran sebaik-baik istri, jika ia bertakwa kepada Allah SWT.

Page 10: Membina keluarga

Artinya:Dari Abu Hurairah berkata, telah bersabda Rasulullah saw,“Allah merahmati seorang wanita yang berdiri di waktu malam untuk shalat dan ia membangunkan suaminya. Jika ia enggan maka ia perciki wajahnya dengan air“. (HR.Abu Daud)

f. Tidak menyakiti perasaan suami

Jika Allah SWT dan Rasulullah saw. telah melarang setiap muslim dan muslimah untuk menyakiti perasaan saudaranya sesama muslim, apalagi dengan seorang istri yang menyakiti suaminya.Baik itu menyakiti perkataan yang merendahkan, seperti karena pendidikannya yang rendah, gaji yang kecil, anak orang yang tak punya, dll. Ia membanding-bandingkan suaminya dengan orang lain yang lebih baik dan mapan dari suaminya.

Atau menyakiti perasaan suaminya dengan bentuk mengabaikan kebutuhan suaminya, tidak menegur dan menyapanya, tidak membalas sapaanya, membiarkannya makan sendiri, dsb

Artinya:Dari Mu’adz bin Jabal dari Nabi saw. bersabda:”Tidaklah seorang wanita menyakiti suaminya di dunia melainkan berkatalah istrinya dari golongan bidadari,”Janganlah engkau menyakitinya, niscaya Allah akan membinasakanmu. Sesungguhnya ia adalah seorang tamu yang masuk ke sisimu, yang sebentar lagi ia akan berpisah meninggalkanmu untuk menuju kepada kami”. (HR.Tirmidzi)

Perintah waspada kepada wanita agar tidak menyakiti suaminya itu berlaku baik dari segi fisik maupun psikis.

Artinya:Dari Urwah telah berkata Rasulullah saw. “Wahai Ummu Salamah janganlah engkau menyakitiku pada Aisyah. Karena sesungguhnya, demi Allah tidaklah turun suatu wahyu kepadaku yang aku sedang berada di selimut seorang wanita di antara kalian selainnya.”(HR.Bukhari)

Rasulullah saw. pernah menegur istrinya Ummu Salamah ra. Karena telah menyakiti dirinya pada Aisyah ra. Hal ini dilakukan Ummu Salamah karena menduga Nabi saw. tidak berlaku adil diantara istri-istrinya yaitu Beliau lebih mencitai Aisyah. Lalu ia menuntut Beliau untuk

Page 11: Membina keluarga

berlaku adil. Padahal Rasulullah saw. adalah manusia yang paling adil di permukaan bumi, tidak ada manusia yang lebih adil dari Beliau.

Hadist diatas juga merupakan gambaran sifat wanita yang pencemburu dan suka melakukan sesuatu kepada suminya meskipun ia tidak menyadari telah menyakiti perasaan suaminya sendiri. Oleh karena itulah kebanyakan wanita itu tempatnya di neraka yang ditempatkan Allah SWT karena sifat-sifat buruknya. Banyak dari wanita suka mengutuk dan membicarakan hal-hal yang jelek dari suaminya, seperti gajinya yang kecil, rupanya yang kurang menarik, pendidikan rendah, dsb.Banyak wanita juga suka mengingkari kebaikan yang diberikan suaminya, mereka berkata “Aku tidak pernah melihat dan mendapatkan kebaikan sedikitpun darimu”. Padahal sang suami telah berusaha memberikan kebaikan dan mencukupi kebutuhannya semampunya.

Perhatikan dalil-dalil berikut:

Artinya:Dari Abdullah bin Umar dari Nabi saw. bersabda: “Karena kalian suka banyak mengutuk, mengkufuri suami, dan aku juga melihat berkurangnya akal dan agama seorang diantara kalian dapat menghilangkan akal seseorang yang bijak.” (HR.Muslim)

Artinya:Dari Abdullah bin Abbas ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, “Karena kufur kepada suami dan kufur pula kepada perbuatan baik. Jikalau engkau berbuat baik kepada seseorang diantara mereka sepanjang masa, lalu ia melihat sesuatu (keburukan) darimu ia berkata,”Aku tidak pernah melihat kebaikan darimu sedikitpun”. (HR.Bukhari)

Diantara sifat buruk wanita lainnya adalah suka banyak menuntut, sehingga dengan tuntutannya itu dapat menjerumuskan suami pada perbuatan dosa. Misalnya, menuntut harta yang berlebih, dapat mebuat suaminya melakukan tindak korupsi. Dan lain sebagainya.Oleh karena itu, istri yang baik lagi shalehah itu lebih suka melihat kekurangan dirinya daripada kekurangan suaminya dan orang lain, agar ia berusaha untuk memperbaiki dirinya semampunya.

Page 12: Membina keluarga

Artinya:Dari Abu Hurairah ra berkata, pernah ditanyakan kepada Rasulullah saw. “Wahai Rasulullah, sesungghunya si fulanah suka shalat malam, shaum di siang hari, mengerjakan (berbagai kebaikan) dan bersedekah, hanyasaja ia suka menyakiti para tetangganya dengan lisannya?. Bersabda Rasulullah saw.”Tiada kebaikan padanya, ia termasuk penghuni neraka”. Mereka bertanya lagi,”Sesungguhnya si fulanah (yg lain) mengerjakan (hanya) shalat wajib dan bersedekah dengan sepotong keju, namun tidak pernah menyakiti siapa pun?”. Bersabda Rasulullah saw.”Dia termasuk penghuni surga”. (HR. Bukhari)

Jika menyakiti tetangga saja dapat menyebabkan seorang wanita masuk kedalam neraka, padahal ia gemar mengerjakan berbagai ibadah. Maka bagaimanakah dengan wanita yang menyakiti hati suminya yang tinggal serumah dengannya?? Maka renungkanlah...

g. Tidak mencemburui suaminya dengan kecemburuan yang dimurkai oleh Allah Ta’ala

Cemburu adalah suatu sifat yang dimiliki oleh setiap manusia. Sehingga dengan cemburu, seorang wanita akan berusaha tampil sebaik-bainya di hadapan suaminya untuk menarik hatinya. Dengan sifat itu pula seorang wanita akan berusaha menuruti kehendak suaminya yang sesuai syar’i supaya sang suami merasa aman dan nyaman di sisinya. Sebab jika suminya tidak tertarik lagi dengan dirinya, maka ia khawatir suaminya akan mencari semua itu kepada yang lainnya. Maka inilah cemburu yang positif lagi disukai Allah SWT.

Tetapi jika cemburunya membabi buta dan tidak berdasar, selalu curiga dengan tindak-tanduk suminya. Berburuk sangka dengan semua hal yang dilakukan suaminya, menampilkan raut wajah yang bimbang dengan kebaikan suaminya. Dsb.

Artinya:Dari Jabir bin Atik bahwasanya Nabiyullah saw. pernah bersabda,”Di antara rasa cemburu itu ada yang disukai oleh Allah dan yang dibenci oleh Allah. Yang disukai oleh Allah adalah cemburu di dalam keraguan dan yang dibenci Allah adalah cemburu dalam selain keraguan”. (HR. Abu Daud)

Page 13: Membina keluarga

h. Melayani suaminya dengan baik

Tugas dan kewajiban pokok wanita adalah menyiapkan segala kebutuhan suami dan anak-anaknya di rumahnya. Diantara tugasnya adalah membersihkan rumah dan halamannya, yakni menyapu, mengepel. Mencuci, menjemir pakaian. Belanja, memasak, dll. Memang berat dan melelahkan, namun memiliki manfaat dan pahala yang besar baginya di dunia dan akhirat.

Artinya:Dari Ali bahwasanya Fathimah pernah mengeluhkan apa yang diperoleh dari batu penggilingan (berupa luka atau lecet) pada tangannya. Datanglah tawanan kepada Nabi saw. (untuk melayani kaum muslimin). Lalu Fathimah pergi (mencari beliau), namun ia tidak menjumpainya, dan ia bertemu dengan Aisyah. Lalu Fathimah menceritakan (keperluannya) kepada Aisyah. Ketika Nabi saw. datang, Aisyah pun mengabarkan kedatangan Fathimah kepadanya. Kemudian Nabi saw. mendatangi kami sedangkan kami telah berada di pembaringan kami. Lalu kami bangkit (untuk menemuinya), maka Nabi saw. bersabda,”Hendaklah kalian tetap di tempat kalian!”. Lalu beliau diantara kami berdua sehingga aku dapatkan rasa dingin kaki Beliau pada dadaku. Kemudian Beliau bersabda,”Maukah kuajarkan kepada kalian berdua sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?”. Apabila kalian hendak berbaring tidur, hendaklah kalian bertakbir kepada Allah (mengucapkan AllahuAkbar) sebanyak 33 kali, bertasbih (mengucapkan Subhanallah) sebanyak 33 kali, dan bertahmid (mengucapkan Alhamdulillah) sebanyak 33 kali. Maka semua itu lebih baik bagi kalian berdua daripada seorang pelayan”. (HR.Muslim)

Dalam riwayat Ahmad, Fathimah ra. berkata:

“Dan Demi Allah, aku telah terbiasa menggiling (tepung) sehingga kedua tanganku melepuh”.

Artinya:

Page 14: Membina keluarga

Dari Asma binti Abu Bakar berkata,“Zubair telah menikahikusedangkan ia tidak memiliki harta, budak atau sesuatupun untuk mengurus ladangnya kecuali kudanya“. Ia berkata lagi,“Akulah yang memberi makan kudanya, mencukupi makanannya, mengurusnya, menumbuk bebijian, menyiapkan makanan untuknya, mengambilkan air, menjaga tempat airnya, membuat adonan sedangkan aku belum pandai membuat roti maka para tetangganku dari kalangan Anshor yang membuatkannya untukku dan mereka adalah para wanita yang baik (hati)“. Ia berkata lagi,“Aku memindahkan (mengangkut) biji-bijian (hasil panen) di tas kepalaku dari ladangnya Zubair yang telah diberi Rasulullah saw. sejarak 2/3 farsakh“. (HR.Muslim)

Dalil hadist dan atsar diatas menunjukkan tugas dan pekerjaan para istri di zaman Rasulullah saw. Mulai dari Fathimah binti Rasulullah saw. yang menumbuk gandum dengan tangannya sendiri hingga kedua tangannya lepuh dan lecet, ia melakukan hal tersebut untuk makanan anggota keluarganya.

Ada Asma binti Abu Bakar yang menumbuk gandumnya sendiri dan membuat adonan dan roti makanan keluarganya dengan dibantu tetangganya. Mengurusi kuda suaminya, membantu suaminya untuk memikul hasil panennya.

Dan masih banyak lagi kisah wanita shalehah lainnya yang dapat dijadikan pelajaran, dengan berbagai kiprah mereka dalam mengabdikan diri mereka kepada Allah ta’ala dengan cara berbakti kepada suami mereka.

i. Tidak meminta cerai kepada suaminya tanpa sebab

Kewajiban lainnya dari istri shalehah adalah tidak meminta cerai kepada suaminya tanpa sebab syar’iy. Karena banyak dari wanita yang setelah melihat atau merasakan satu keburukan suaminya, maka ia langsung meminta cerai kepada suaminya.

Maka dari sebab itu Rasulullah saw. telah mengharamkan perbuatan tersebut dan mengancam setiap wanita yang melakukannya dengan diharamkannya wewangian surga atasnya dan dicap sebagai wanita munafik. Seperti yang tertera pada dalil berikut:

Artinya:Dari Tsauban dari Nabi saw. “Siapa pun wanita yang meminta cerai kepada suaminya tanpa sebab niscaya ia tidak akan mencium wewangian surga”. (HR.Tirmidzi)

Artinya:

Page 15: Membina keluarga

Dari Tsauban dari Nabi saw.”Wanita-wanita yang minta cerai adalah wanita-wanita munafik”. (HR.Tirmidzi)

Demikianlah sebahagian hak-hak suami yang menjadi tugas dan kewajiban istri untuk menunaikannya sebaik-baiknya. Namun suami yang baik dan shalih sebaiknya banyak membantu pekerjaan-pekerjaan istrinya jika ada waktu dan kesempatan, karena padanya terdapat sesuatu yang dapat menambahkan lagi rasa cinta dan sayang dari istrinya. Apalagi jika kondisi istrinya sedang kurang sehat.

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk kita yang akan mengarungi kehidupan berumah tangga, dan semoga kita dapat belajar darinya dengan memahami tugas kita masing-masing. Insya Allah…..

Dan orang-orang yang berkata,”Wahai Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami), dan jadikanlah kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS.Al-Furqan:74)

Wallahua’lam bi ash-Showab.

Page 16: Membina keluarga

B. Kewajiban Suami terhadap Istri

Adapun beberapa kewajiban suami terhadap istri mereka adalah

a. Mendidik dan Menjaga para istri dari Api Neraka

Artinya:Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkannya. (QS.At-Tahrim:6)

Ayat diatas menegaskan kewajiban para suami untuk menjaga keluarganya yaitu istri dan anak-anaknya dari api neraka berupa mendidik, mengajarkan, menasihati, memerintah, dan melarang mereka. Jika mereka mengabaikan kewajiban tersebut ia akan memikul dosa pada hari kiamat dan akan dimina pertanggungjawaban atas kelalaian dan ketidakpedulian mereka akan keadaan keluarga mereka. Mereka tidak akan masuk surga bahkan tidak akan mencium bau wewangiannya.

Artinya:Dari Abdullah bin Umar ra, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda,“Ingatlah, sesungguhnya setiap kalian adalah pemimpin dan masing-masing kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya. (HR.Bukhari)

Artinya:Dari al-Hasan berkata, Ubaidullah bin Ziyad pernah menjenguk Ma’qal bin Yasar al-Maziniy pada waktu sakitnya yang ia wafat karenanya. Ma’qal berkata,“Sesungguhnya aku akan bercerita kepadamu suatu hadist yang pernah aku dengan dari Rasulullah saw. Seandainya aku mengetahui bahwa aku masih hidup, aku tidak akan menceritakannya kepadamu. Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda,“Tidak seorang hamba yang diberi kepemimpinan oleh Allah lalu ia mati pada hari kematiannya dalam keadaan menipu yang dipimpinnya melainkan Allah telah mengharamkan surga atasnya“. (HR.Muslim)

Page 17: Membina keluarga

Artinya:Dari Abdullah bin Umar berkata,“Telah berkata Rasulullah saw.“Cukuplah seseorang itu berdosa jika mengabaikan orang-orang yang menjadi tanggungannya“. (HR.Abu Daud)

Selain itu juga adalah sebutan dayyuts, yaitu sebutan untuk orang-orang yang membiarkan keburukan terjadi dan tersebar pada keluarganya.

Artinya:Dari Abdullah bin Umar bahwasanya Rasulullah saw.bersabda,“Ada tiga golongan manusia yang diharamkan surga oleh Allah,1. Pecandu khomer,2. Orang yang durhaka (kepada kedua orang tuanya) dan 3. Dayyuts yaitu orang yang membiarkan keburukan pada keluarganya“. (HR. Ahmad)

Dalam riwayat lain juga dikatakan:Dari Abdullah bin Umar berkata, telah bersabda Rasulullah saw.“Ada tiga golongan manusia yang tidak akan masuk ke dalam surga dan Allah juga tidak akan memandang mereka pada hari kiamat, 1. Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, 2. Wanita kelaki-lakian yang menyerupai kaum laki-laki dan 3. Dayyuts (HR.an-Nasai)

Membiarkan para wanita tanpa pendidikan dan pengajaran agama, tanpa nasihat, perintah, dan teguran dari para suami akan menjadikan mereka menjadi selalu “bengkok“. Kebengkokan ini berupa sikap meremehkan keimanan, ibadah maupun akhlak. Maka dari itu banyak dijumpai pengajian ibu-ibu yang gemar ziarah kubur dengan tujuan meminta kepada penghuninya agar diberi rezeki, jodoh,kesehatan,dll. Ada banyak yang meyakini dukun, ramalan bintang, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Dalam hal ibadah, banyak dari wanita yang mementingkan menonton sinetron, ghibahtainment, lalu yang sedang trend saat ini K-pop, dan sejenisnya daripada mendahulukan shalat wajib di awal waktu.Banyak juga yang lebih mementingkan riasan wajah dibandingkan mengerjakan wudlu dengan benar untuk menunaikan shalat. Selain itu dengan alasan mengurus suami dan anak-anaknya banyak yang tidak sempat lagi membaca Al-Qur’an meskipun hanya satu ayat dan bahkan tidak mau menuntut ilmu agama lagi.

Dalam hal akhlak banyak wanita yang tidak memedulikan pergaulan, seperti dengan santainya menampakkan auratnya di depan kaum lelaki yang bukan mahramnya. Banyak pula yang dengan mudah bersalaman dan cipika-cipiki dengan laki-laki yang bukan mahramnya.

Page 18: Membina keluarga

Juga banyak diantara mereka yang berkumpul untuk membicarakan hal-hal yang tidak patut dibicarakan. Dan masih banyak yang lainnya.

Oleh karena itu, wajib bagi para suami untuk meluruskan kebengkokan itu dengan lembut dan kasih sayang. Meluruskannya dengan cara rutin memberi nasihat, pengajaran, perintah, dan teguran kepada mereka. Namun jika menemui kesulitan dalam mendidik maka ajaklah mereka ke pengajian-pengajian untuk bersama-sama menuntut ilmu yang sesuai dengan syari’at.

Artinya:Dari Abu Hurairah ra. berkata,“Hendaklah kalian menasihati kebaikan kepada para wanita, karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Dan yang paling bengkok dari tulang rusuk itu adalah yang bahagian paling atasnya. Jika engkau berusaha meluruskannya (dengan keras) niscaya engkau akan mematahkannya namun jika engkau membiarkannya maka ia akan selalu bengkok. Maka nasihatilah kaum wanita itu (dengan kebaikan-kebaikan) (HR.Bukhari)

Artinya:Dari Sulaiman bin Amr bin al-Ahwash berkata, ayahku pernah bercerita kepadaku bahwa ia pernah menyaksikan haji wada‘ bersama Rasulullah saw. Lalu Beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya, memberi peringatan dan nasihat. Disebutkan dalam hadist tersebut satu kisah. Lalu Beliau bersabda,“Ingatlah, nasihatilah para wanita itu dengan kebaikan, karena sesungguhnya mereka itu seperti tawanan di sisi kalian yang kalian tidak memiliki sesuatu apapun dari mereka selain itu kecuali jika mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Jika mereka melakukannya maka jauhilah mereka di tempat-tempat tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membekas. Jika mereka telah mematuhimu maka janganlah kalian mencari-cari jalan (untuk menyusahkan mereka). Ingatlah sesungguhnya istri-istri kalian mempunyai hak-hak atas kalian dan kalian pun mempunyai hak atas istri-istri kalian. Adapun hak kalian atas mereka adalah janganlah mereka mebiarkan orang yang kalian tidak suka menginjakkan kakinya tempat-tempat tidur kalian dan janganlah mereka mengidzinkan memasuki rumah kalian orang-orang yang kalian tidak suka. Ingatlah dan hak mereka atas

Page 19: Membina keluarga

kalian adalah agar kalian berbuat baik kepada mereka di dalam memberi pakaian dan makan mereka. (HR. Tirmidzi)

b. Menegur dan Mengingatkannya jika Berbuat KeliruPengajaran kepada kaum wanita itu tidak hanya dengan menyampaikan perintah dan larangan dalam satu majlis. Namun juga melalui teguran-teguran ketika mereka melakukan kesalahan dan kekeliruan. Rasa sayang dan cinta seorang suami tidak hanya dengan memberikan berbagai macam kebutuhan sang istri atau dengan memberinya hadiah, namun yang lebih bernilai adalah bagaimana sang suami dapat menyelamatkan istrinya dari neraka dan membimbingnya ke dalam surga. Hal ini dicontohkan oleh Rasulullah saw. dengan cara menegur beberapa orang istrinya:

Artinya:Dari Anas berkata,“Telah sampai (kabar) kepada Shofiyyah bahwa Hafsah berkata,“(Engkau adalah) putri Yahudi“. Lalu ia menangis dan masuk menemui Nabi saw. dalam keadaan menangis. Beliau bertanya,“Apa yang membuatmu menangis?“. Ia menjawab,“Hafsah berkata kepadaku bahwa aku adalah seorang putri Yahudi“. Maka Nabi saw. bersabda,“Engkau adalah putri seorang nabi (Musa as.), pamanmu juga adalah seorang nabi (Harun as.) dan engkaupun dibawah lindungan nabi (Muhammad saw.), maka dengan sebab apa ia membanggakan (dirinya) atasmu?“. Lalu ia berkata,“Bertakwalah engkau kepada Allah, wahai Hafshah!“. (HR. Tirmidzi)

Artinya:Dari Aisyah ra. berkata,“Aku pernah menceritakan seseorang kepada Rasulullah saw. Maka Beliau bersabda,“Aku tidak suka menceritakan tentang seseorang sedangkan aku sendiri demikian dan demikian“. Aisyah berkata,“Wahai Rasulullah, sesungguhnya Shofiyah itu seorang wanita segini“. Ia mengatakannya dengan tangannya, seolah-olah ia bermaksud (mengatakan) ‘pendek‘. Lalu Beliau bersabda,“Sungguh-sungguh engkau telah mencampur dengan suatu ucapan seandainya dicampur dengan air laut niscaya akan tercampur“. (HR.Tirmidzi)

Berdasarkan dalil di atas maka sudah sepatutnya lah seorang suami untuk menegur dan mengingatkan istrinya bila melakukan kesalahan dan dosa. Dan sebagai istri hendaknya mereka menerima teguran, tidak marah apalagi mengajak bertengkar ketika suami mereka sedang melakukan kewajibannya. Karena jika para wanita itu tahu tentu mereka akan bersyukur dan berterima kasih kepada suami mereka, karena mereka sedang diselamatkan dari kobaran api neraka. Apalagi Rasulullah saw. telah menerangkan didalam banyak

Page 20: Membina keluarga

hadistnya bahwa kebanyakan dari penghuni neraka itu adalah wanita. Diantara dari hadist-hadist tersebut adalah sebagai berikut:

Artinya:Dari Usamah dari Nabi saw. bersabda,“Aku pernah berdiri di dekat pintu surga dan kebanyakan orang yang memasukinya adalah orang-orang miskin. Adapun orang-orang yang memiliki harta akan tertahan. Sedangkan para penghuni neraka telah diperintahkan (masuk) ke dalam neraka. Aku berdiri di depan pintu neraka, dan kebanyakan orang yang memasukinya adalah kaum wanita“. (HR. Bukhari)

Artinya:Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra, Rasulullah saw. pernah keluar ke musholla (tanah lapang) untuk menunaikan shalat Iedul adha atau fithri. Kemudian Beliau berpaling, lalu menasihati manusia dan memerintahkan mereka untuk bersedekah. Beliau bersabda,“Wahai manusia, bersedekahlah kalian!“. Ketika melewati kaum wanita Beliau bersabda,“Wahai para wanita, bersedekahlah kalian, karena aku telah melihat kalian yang terbanyak penghuni neraka“. Mereka bertanya,“Mengapa demikian wahai Rasulullah?“. Beliau bersabda,“Karena kalian suka banyak mengutuk, mengkufuri suami, dan aku juga melihat berkurangnya akal dan agama seseorang diantara kalian dapat menghilangkan akal seorang laki yang bijak wahai kaum wanita“. Kemudian Beliau berpaling(pulang menuju rumahnya). Ketika Beliau telah di rumahnya, datanglah Zainab istrinya Ibnu Mas’ud dan ia meminta izin untuk bertemu dengannya. Dikatakan,“Wahai Rasulullah, aku Zainab (ingin bertemu)“. Beliau bertanya,“Zainab yang mana?“. Diaktakan,“istrinya Ibnu Mas’ud“. Beliau bersabda,“Ya, izinkanlah dia!“. Maka ia pun diizinkan (untuk bertemu Beliau). Ia bertanya,“Wahai Rasulullah, sesungghunya engkau pada hari ini telah memrintahkan untuk bersedekah dan aku memiliki perhiasan yang ingin aku sedekahkan. Namun Ibnu Mas’ud beranggapan bahwa ia dan anaknya adalah orang yang lebih berhak aku sedekahkan“. Maka Rasulullah saw. bersabda,“Ibnu Mas’ud benar, suamimu dan anakmu itu adalah orang yang lebih berhak engkau sedekahkan“. (HR.Bukhari)

Page 21: Membina keluarga

Artinya:Dari Abdullah bin Abbas bahwasanya ia berkata, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda,“Lalu aku lihat neraka, aku tidak pernah melihat pemandangan (yang lebih buruk) sedikitpun seperti hari ini dan aku lihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita“. Mereka bertanya,“Mengapakah demikian wahai Rasulullah?“. Beliau menjawab,“Karena kekufuran mereka“. Mereka bertanya lagi,“Apakah karena kufur kepada Allah?“. Beliau menjawab,“Karena kufur kepada suami dan kufur pula kepada perbuatan baik. Jikalau engkau berbuat baik kepada seseorang diantara mereka sepanjang masa, lalu ia melihat sesuatu (keburukan) darimu ia berkata,“Aku tidak pernah melihat kebaikan darimu sedikitpun“.(HR. Bukhari)

Alangkah sedihnya jika kelak orang-orang yang kita cintai masuk kedalam neraka. Oleh karena itu sebagai suami sudah seharusnya kita belajar bersama-sama dan membimbing mereka dalam urusan agama. Karena kita pun tidak akan selamat kelak jika membiarkan istri dan anak-anak kita terjungkal kedalam neraka. Karena seorang suami akan diminta pertanggungjawabannya terhadap orang-orang yang dipimpinnya.

Didalam sebuah hadist Rasulullah saw. menjelaskan bahwa diantara penyebab tertolaknya do’a seorang muslim adalah lantaran ia mempunyai istri yang buruk akhlaknya. Jika akhlak jelek saja sudah bisa menghalangi dari surga, apalagi dengan keburukan akidah dan ibadahnya?. Tentu itu lebih berbahaya.

Artinya:Dari Abu Musa al-Asy’ariy dari Nabi saw. bersabda,”Ada tiga golongan orang yang berdo’a namun tidak dikabulkan do’a mereka. 1. Seorang pria yang mempunya istri yang buruk akhlaknya lalu ia tidak mau menceraikannya. 2. Seseorang yang mempunyai piutang pada orang lain namun ia tidak mau mempersaksikannya. 3. Dan seseorang yang memberikan hartanya kepada orang yang dungu. Allah Azza wa Jalla berfirman ((Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya(atau orang-orang yang bodoh) harta mereka. QS. An-Nisa:5)). (HR.Ibnu Syadzan dan al-Hakim)

Hidup seorang muslim dikatakan sial jika ia mendapatkan seorang istri yang bisanya hanya bersolek, memikirkan dirinya sendiri dan masa depannya sendiri, tanpa mempedulikan pendapat dan keinginan suaminya. Karena bagaimana pun seorang suami lah yang memiliki tanggung jawab terhadap seorang istri.Saat ini tidak sedikit dijumpai suami yang mengambil makanan dan minumannya sendiri lalu menyantapnya tanpa ditemani oleh istrinya. Tidur pun hanya bertemankan bantal saja,

Page 22: Membina keluarga

dikarenakan istrinya disibukkan dengan mimpinya sendiri dan tak mempedulikan suaminya. Dan lain sebagainya.

Artinya:Dari Ibnu Umar ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda,“Kesialan itu ada pada wanita, rumah, dan kendaraan“. (HR.Bukhari)

c. Mengajak dan Memotivasi Ibadah KepadanyaMenyelamatkan istri tercinta dari neraka pun dapat juga dilakukan dengan cara menyuruh dan memotivasi mereka untuk mengerjakan berbagai amal shaleh, seperti shalat, berpuasa, bersedekah, membaca Al-Qur’an, mengkaji agama dengan benar, dsb.

Allah SWT memerintahkan dalam firman-Nya:

Artinya:Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (QS.Thoha:132)

Maksudnya adalah termasuk wajib bagi seorang suami untuk menyuruh istri, anak, dan kaum muslimin untuk mengerjakan shalat dan bersabar didalamnya.

Artinya:Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin,“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka“. (QS.Al-Ahzab:59)

Selain itu Rasulullah saw. pun bersabda:

Artinya:Dari Abu Hurairah berkata, telah bersabda Rasulullah saw.”Allah merahmati seorang lelaki yang berdiri di waktu malam untuk shalat malam dan ia membangunkan istrinya. Jika ia enggan maka ia perciki wajahnya dengan air.” (HR.Abu Daud)

Seorang suami yang shaleh sudah seharusnya memperhatikan pemahaman agama dan amalan harian dari istrinya yang dicintainya. Hal ini menyebabkannya untuk terus mengajak ibadah bersama-sama, semisal shalat malam, menghadiri pengajian-pengajian, shaum sunnah, umrah

Page 23: Membina keluarga

dan haji jika mampu, juga bersilaturahim dengan sanak saudara, dan membantu anak yatim dan dhuafa.

d. Memperlakukan istrinya dengan cara yang baikKewajiban suami terhadap istrinya adalah memperlakukannya dengan baik. Mulai dari dengan berbicara kepadanya, bersikap kepadanya, memerhatikan kebutuhannya, berharum-harum untuknya, menjimaknya, dsbFirman Allah SWT:

Artinya:Dan pergaulilah mereka dengan cara yang ma’ruf/patut, kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak (QS.An-Nisa:19)

Caranya adalah dengan melembutkan suara ketika berbicara dengannya, membaguskan perbuatan menurut kesanggupan sendiri. Sebagaimana istri memperlakukan hal tersebut kepada suami, maka balaslah perbuatan mereka dengan perbutan yang sama pula.

Artinya:Dari Abu Hurairah ra berkata, telah bersabda Rasulullah saw.”Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Yang terbaik diantara kalian adalah yang paling baik kepada istri-istrinya”. (HR. Tirmidzi)

Dalil diatas menunjukan betapa pentingnya memperlakukan istrinya dengan baik. Berbicara dengan lemah lembut dan santun kepadanya, memandangnya dengan penuh rasa kasih sayang, terseyum kepadanya dengan penuh rasa cinta, membantu pekerjaannya semampunya, merutinkan komunikasi dengannya, memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kemampuannya, memberikan perhatian meski tak diminta olehnya, menjimaknya untuk kebutuhannya dan istrinya karena di dalam jimak itu terdapat banyak faedah, bersilaturahim dengan keluarganya dan keluarga istrinya, bersenda gurau dengannya, dsb.

Perbuatan-perbuatan tersebut dilakukan dengan tujuan mempererat hubungan antara sang suami dan sang istri, menambah keharmonisan rumah tangga, dan juga sebagai perwujudan dari sunnah Rasulullah saw.Karena jika seorang suami ingin bertambah dekat dan lebih dicintai oleh istrinya maka sudah seharusnya ia berusaha dengan kuat untuk memenuhi hak istrinya. Karena istri itu mempunyai hak atasnya sebagaimana diri, mata, tubuh, dan tamunya memiliki hak atasnya.

Berikut ini adalah kisah yang menunjukkan bahwa seorang suami tidak boleh tidak memperhatikan istrinya:

Page 24: Membina keluarga

Dari Abu Juhaifah bahwasanya Rasulullah saw. telah mempersaudarakan antara Salman dan Abu Darda. Ia berkata,”Suatu saat Salman datang kepada Abu Darda untuk mengunjunginya. Ia jumpai Ummu Darda dalam keadaan berpakaian lusuh. Salman bertanya,”Bagaimana keadaanmu wahai Ummu Darda?“. Ia menjawab,“Saudaramu yaitu Abu Darda suka berdiri shalat malam, shaum pada siang harinya dan ia tidak menghendaki dunia sedikitpun.“ Lalu Abu Darda datang dan menyambutnya dan mengidangkan makanan kepadanya. Salman berkata,“Makanlah!“. Ia menjawab,“Aku sedang shaum“. Salman berkata,“Aku bersumpah agar engkau berbuka (dari shaummu), aku tidak akan makan sehingga engkau mau makan“. Lalu ia pun makan bersamanya. Kemudian Salman menginap di rumahnya. Ketika waktu malam, Abu Darda ingin menegakkan (shalat malam). Lalu Salman mencegahnya seraya berkata,”Wahai Abu Darda sesungguhya jasadmu itu mempunyai hak atasmu, Rabbmu mempunyai hak atasmu. Sahumlah dan berbukalah, shalatlah dan datangilah (jimaklah) istrimu dan berikan haknya bagi setiap yang memiliki haknya.“

Ketika mendekati permulaan pagi, Salman berkata,“Sekarang bangunlah (untuk shalat) jika engkau mau. Abu Juhaifah berkata,“Lalu keduanya bangun, berwudlu, dan shalat. Kemudian menuju shalat (subuh). Kemudian Abu Darda memberitakan kepada Rasulullah saw. tentang apa yang diperintahkan oleh Salman kepadanya. Maka Rasulullah saw. bersabda,”Wahai Abu Darda, sesungguhnya pada jasadmu itu ada hak atasmu, seperti yang dikatakan Salman. (HR. Bukhari)

Dalam kisah lain dikisahkan setelah Rasulullah saw. mendengar pengaduan dari istirnya Aisyah ra. akan kehidupan Khuwaylah binti Hakim bin Umayyah bin Haritsah bin al-Awqosh as-Silmiyyah istrinya Utsman bin Mazh’un. Aisyah menceritakan bahwa Khuwaylah seorang istri layaknya wanita lain. Hanya saja suaminya itu suka shaum di sinag hari dan shalat di waktu malam. Ia seakan wanita yang tidak memiliki suami maka iapun mulai mengabaikan dirinya dan tidak lagi mementingkan dirinya. Maka Rasulullah saw memanggil Utsman bin Mazh’un dan bersabda,”Wahai Utsman apakah engkau membenci sunnahku?”. Ia menjawab,”Tidak, Demi Allah wahai Rasulullah. Bahkan sunnahmu lah yang aku cari”. Beliau bersabda,”Maka sesungguhnya aku shalat dan aku tidur, aku shaum dan aku berbuka, dan akupun menikahi wanita-wanita. Bertakwalah engkau kepada Allah, sesungguhnya pada istrimu itu ada hak, pada tamumu juga ada hak dan pada dirimu juga ada hak. Shaumlah dan berbukalah, shalatlah dan tidurlah!”. (HR. Ahmad)

Bersenda gurau dengan istri

Seorang istri pada fitrahnya selalu berkutat seharian dengan pekerjaan rumah, mulai dari membersihkan rumah seperti menyapu, mengepel, bebenah rumah, mencuci, menjemur, menyertika, memasak, menyiapkan makanan untuk suami dan anak-anaknya, dan masih banyak lagi. Maka seorang istri butuh istirahat dan keadaan yang dapat menentramkan hati dan jiwa.Seorang suami haruslah mengerti akan keadaan tersebut, jika tidak bisa jadi sang istri akan kepayahan dan tertekan, lalu pada akhirnya jatuh sakit. Oleh sebab itu seharusnya seorang suami harus bisa membuat istrinya menjadi nyaman dan tentram sesuai dengan kemampuannya, baik dengan cara menyisihkan waktu untuk berduaan, mengajak jalan-jalan, bersenda gurau, dan sejenisnya.

Page 25: Membina keluarga

Artinya:Dari Aisyah ra. berkata,“Aku pernah mandi bersama Rasulullah saw. dari satu bejana“. Beliau mendahuluiku dan akupun mendahuluinya sehingga Beliau berkata,“Sisakan untukku“ dan akupun berkata,“Sisakan untukku“...... (HR. Nasa’i dan Muslim)

Dari 'Aisyah Radhiallaahu 'anha, “Bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam mencium sebagian istrinya kemudian keluar menunaikan shalat tanpa berwudhu dahulu.” (HR Ahmad).

Kemesraan Rasulullah pada istrinya pun ditunjukkan pada dalil-dalil berikut:

Dalam sebuah riwayat, mandi bersama dengan Siti ‘Aisyah radhiyallahu anha dalam satu kamar mandi dengan bak yang sama.Dari 'Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah mandi dari janabat bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan satu tempat air, tangan kami selalu bergantian mengambil air.” (HR. Mutafaqun ‘alaih).Dalam riwayat Ibnu Hibban menambahkan, “Dan tangan kami bersentuhan”.Rasulullah mengajarkan kepada kita, mandi bersama istri bukanlah suatu hal yang tercela. Jika hal ini dianggap tercela, tentulah beliau Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak akan melakukannya.

Ummu Salamah berkata, "Ketika aku bersama Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tidur-tiduran di kain hitam persegi empat (dalam satu riwayat: di lantai, tiba-tiba aku haids, lalu aku keluar dan mengambil pakaian haidsku, lalu beliau bertanya, 'Mengapa kamu? apakah kamu nifas?' Aku menjawab, 'Ya.' Beliau lalu memanggilku, lalu aku tidur bersama beliau di lantai yang rendah."

Ummu Salamah biasa mandi bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dari satu bejana dan beliau suka menciumnya, padahal beliau sedang berpuasa.

Rasulullah juga mengajarkan kita untuk memperlakukan istri dengan istimewa. Hal itu ditunjukan ketika Nabi ketika beliau tidak sungkan mandi dari sisa air istrinya.

Dari Ibnu Abbas, “Bahwa Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah mandi dari air sisa Maimunah." (HR Muslim).

Dari Anas, dia berkata: “Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah. Kemudian beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga dia bisa menaiki unta tersebut.” (HR Bukhari)

Dari ‘Aisyah RA, ia berkata: “Saya dahulu biasa makan his (sejenis bubur) bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam .“ (HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod)

Page 26: Membina keluarga

Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah minum di gelas yang digunakan ‘Aisyah. Beliau juga pernah makan daging yang pernah digigit ‘Aisyah.(HR Muslim No. 300)

Nabi saw biasa memijit hidung ‘Aisyah jika ia marah dan beliau berkata, Wahai ‘Aisya, bacalah do’a: “Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan.” (HR. Ibnu Sunni)

Rasulullah juga bergurau bersama, di kala sedang dekat dengan istrinya.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, ‘Aisyah dan Saudah pernah saling melumuri muka dengan makanan. Nabi SAW hanya tertawa melihat mereka. (HR Nasa’i dengan isnad hasan)

Begitulah Rasulullah. Beliau dikenal bersikap lembut dan sayang pada istrinya. Beliau juga menyayangi dan mengistimewakan istrinya di kala istrinya sedang sakit.

Dari ‘Aisyah, ia mengatakan, beliau (Nabi) adalah orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit. (HR Bukhari No 4750, HR Muslim No 2770)

Tempat Bersandar di kala Susah

Nabi Saw. adalah suami yang sangat memahami kondisi para istrinya, baik kondisi fisik maupun psikis. Dua kondisi ini dari satu waktu ke lainnya dapat berubah-ubah. Nabi Saw. sangat pandai memahami hal itu terhadap para istrinya. Maymûnah, salah satu istri Nabi, berkata, “Suatu kali Rasulullah mendatangi salah seorang dari kami. Salah seorang dari kami itu sedang haid. Maka beliau meletakkan kepalanya di dada istrinya yang sedang haid itu, lalu beliau membaca al-Qur`an.”(Musnad Imam Ahmad)

Pada kali lain, Rasulullah Saw. berupaya begitu rupa menenangkan salah satu istrinya yang sedang mengalami tekanan batin. Pada suatu hari, beliau mendatangi Shafiyah binti Huyay. Beliau menemukan Shafiyah sedang menangis. Kepadanya beliau bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Shafiyah menjawab, “Hafshah berkata bahwa aku anak orang Yahudi.” Beliau berkata, “Katakan padanya, suamiku Muhammad, ayahku Hârûn, dan pamanku Mûsâ!”Terlihat bagaimana Baginda Nabi menyelesaikan masalah dengan kata-kata sederhana namun mengandung makna yang dalam.

Dikala banyak suami memandang istrinya kurang akal dan agama, Rasulullah saw. tidak pernah merasa segan atau keberatan mendengar serta mengambil pendapat istrinya. Ini terlihat ketika beliau meminta pendapat Ummu Salamah dalam perjanjian Hudaybiyah. Waktu itu beliau memerintahkan para sahabat untuk mencukur rambut dan menyembelih hewan kurban, namun mereka tidak mau melakukannya. Melihat respon para sahabat tersebut, Baginda Nabi masuk ke tenda Ummu Salamah. Begitu beliau menceritakan kepada Ummu Salamah apa yang beliau terima dari para sahabat, Ummu Salamah langsung mengajukan pendapat yang cerdas. Ia berkata: “Keluarlah, ya Rasulullah, kemudian engkau bercukur lalu potong hewan kurban lalu!” Beliau pun keluar dari tenda, bercukur lalu memotong kurban. Melihat hal itu, sontak para sahabat bangkit; mereka serempak bercukur lalu memotong hewan kurban.

Page 27: Membina keluarga

Â`isyah menceritakan sepotong kisah indah bersama Rasulullah saw.:

Pada suatu malam, ketika beliau tidur bersamaku dan kulitnya sudah bersentuhan dengan kulitku, beliau berkata, “Ya Aisyah, izinkan aku beribadat kepada Tuhanku.” Aku berkata, “Aku sesungguhnya senang merapat denganmu, tetapi aku juga senang melihatmu beribadat kepada Tuhanmu.” Beliau bangkit mengambil ghariba lalu berwudhu. Ketika berdiri shalat, kudengar beliau terisak-isak menangis. Kemudian beliau duduk membaca al-Qur`an, juga sambil menangis sehingga airmatanya membasahi janggutnya. Ketika beliau berbaring, airmata mengalir lewat pipinya membasahi bumi di bawahnya. Pada waktu fajar, Bilâl datang dan masih melihat Rasulullah Saw. menangis. Bilâl bertanya, “Mengapa Anda menangis padahal telah Allah ampuni dosa-dosamu yang lalu dan yang kemudian?” Beliau menjawab, “Bukankah aku belum menjadi hamba yang bersyukur. Aku menangis karena malam tadi turun surat Âli ‘Imrân ayat 190-191. Celakalah orang yang membaca ayat ini dan tidak memikirkannya.”

Bagi Âisyah, seluruh perilaku Rasulullah Saw. mempesonakan. Dia mengutip saat ketika Rasulullah Saw., junjungan alam, manusia paling mulia, meminta izin kepadanya untuk beribadat di tengah malam. Bagi Aisyah, istri Rasulullah Saw., pada permintaan izin itu terkandung penghormatan, perhatian, dan kemesraan. Apa lagi yang lebih indah yang diperoleh seorang istri dari suaminya selain itu?

Di luar itu, kehidupan Rasulullah Saw. amatlah sederhana, meskipun Allah memudahkan bagi kaum Muslim mendapatkan banyak ghanîmah. Dua kejadian berikut menjadi bukti akan kesederhanaan dan kebersahajaan beliau: Pertama, kejadian îlâ`. Ketika kaum Muslim mengalami banyak kemenangan, ghanîmah dan harta, para istri Nabi Saw. menuntut beliau sedikit menambah income buat belanja rumah-tangga mereka. Mereka ingin ada sedikit perubahan, dari hidup miskin dan sulit menjadi sedikit berkecukupan dan lapang. Tuntutan ini cukup membuat Nabi Saw. terganggu. Ketika Abû Bakr dan ‘Umar tahu hal ini, keduanya mendatangi putri masing-masing. Kepada putri-putrinya Abû Bakr dan ‘Umar mengingatkan bahwa Nabi Saw. tidak berkenan dengan tuntutan mereka. Sedangkan istri-istri Nabi Saw. yang lain, Abû Bakr dan ‘Umar tidak campur tangan terhadap mereka. Maka mereka pun tetap menuntut tambahan. Mereka menilai tuntutan itu wajar, terlebih kebanyakan orang Islam waktu itu hidup berkecukupan. Mereka juga menguatkan tuntutannya dengan alasan bahwa mereka selama ini sudah sabar menjalani kemiskinan, kekurangan dan kesulitan hidup. Maka setelah Allah mengkaruniakan harta dan ghanîmah yang melimpah kepada umat Islam, mereka pikir kini saatnya menghentikan kemiskinan, kekurangan dan keserbasempitan.

Nabi Saw. benar-benar terganggu dengan tuntutan para istrinya itu. Sampai-sampai beliau menjauhi mereka dan enggan bicara dengan mereka selama sebulan penuh, hingga tersebar rumor di tengah-tengah masyarakat bahwa beliau telah mencerai mereka.

Kedua, kasus takhyîr (tawaran opsi). Kejadian ini merupakan kelanjutan kejadian îlâ` (tuntutan istri-istri Nabi Saw.) di atas. Ketika para istri Nabi Saw. tetap dengan tuntutan mereka, Allah kemudian menurunkan ayat:

Page 28: Membina keluarga

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, “Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar” (QS al-Ahzâb/33: 28-29).

Kepada para istrinya, Nabi Saw., mengajukan dua opsi: hidup bersama beliau dalam kemiskinan dan kesederhanaan, atau hidup tanpa beliau dalam keserbaadaan dan kelimpahan. Kepada Aisyah beliau berkata, “Bermusyawarahlah dengan kedua orangtuamu, jangan terburu-buru dalam urusan ini!” Aisyah segera menjawab, “Apakah aku harus bermusyawarah tentang Allah dan Rasul-Nya, ya Rasulullah?” Seperti diketahui, semua istri beliau pada akhirnya memilih Allah, Rasul-Nya dan negeri akhirat dalam kesederhanaan, kemiskinan, kesempitan dan kesulitan dunia. Sejarah menjadi saksi bahwa tidak ada minyak untuk menyalakan lampu di rumah Nabi Saw. pada hari beliau dipanggil Yang Mahakuasa.

Itulah sepenggal kisah kehidupan Nabi saw. beserta istri-istrinya.

e. Memberi Makan yang biasa ia Makan

Kewajiban seorang suami yag lainnya adalah memberikan kebutuhan jasmani, berupa makanan, minuman, pakaian, dan berbagai keperluan khusus wanita, tentunya disesuaikan dengan kemampuannya dan tidak berlebihan.

Artinya:Dari Muawiyyah al-Qusyairiy berkata, aku pernah bertanya,”Wahai Rasulullah, apakah hak istri seseorang diantara kami?”. Beliau menjawab,”Engkau memberinya makan jika engkau makan, engkau memberinya pakaian apabila engkau berpakaian, jangan memukul (wajah)nya, jangan engkau memburuk-burukannya dan janganlah engkau menjuhinya kecuali didalam rumah”. (HR. Abu Daud)

Artinya:Dari Sa’d bin Abi Waqqash ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda kepadanya,”Sesungguhnya tidaklah engkau menginfakkan suatu nafkah dalam rangka mencari wajah (ridlo) Allah dengannya melainkan engkau akan dibalas dengannya sehingga sesuatu yang engkau suapkan pada mulut istrimu”. (HR. Bukhari)

Page 29: Membina keluarga

Artinya:Dari Abu Mas’ud ra. dari Nabi saw. bersabda,“Apabila seseorang lelaki menginfakkan suatu nafkah kepada keluarga (istri) nya dalam rangka mencari ridlo-Nya maka hal itu menjadi sedekah baginya”. (HR. Bukhari)

f. Membantu Pekerjaan Istri

Walaupun pekerjaan rumah merupakan perkerjaan para istri, namun sebagai seorang suami yang baik hendaknya dapat membantu pekerjaan istrinya. Namun ironisnya saat ini banyak suami yang enggan sekadar membantu istrinya karena dianggap dapat menurunkan reputasi dan drajat sang suami

Artinya:Dari al-Awad berkata, aku pernah bertanya kepada Aisyah ra.“Apakah yang dikerjakan Nabi pada keluarganya?“. Maka ia menjawab,“Adalah Rasulullah saw. senantiasa melayani istrinya. Apabila waktu shalat telah tiba Beliau keluar (untuk menunaikan shalat)”. (Atsar ini diriwayatkan oleh al-Bukhari)

Artinya:Dari Amrah, pernah ditanyakan kepada Aisyah ra.“Apakah yang dikerjakan oleh Rasulullah saw. di rumahnya?“. Ia berkata,“Beliau hanyalah seseorang manusia sebagaimana manusia lainnya. Ia membersihkan pakaiannya, memerah susunya dan (melayani dirinya sendiri). (Atsar ini diriwayatkan oleh al-Bukhari)

Demikian beberapa kewajiban dari seorang suami kepada istrinya dalam rangka menjalankan perintah Allah SWT dan mengikuti sunnah Rasulullah saw.

Wallahua’lam bi ash-Showab.

Page 30: Membina keluarga

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

As-Sunnah

Makalah kajian Umahat Wakra-Qatar. Penulis: Abu Ubaidilah Al Faruq. Disampaikan oleh: Ustadz Cecep Suherlan

http://www.hidayatullah.com/read/20383/26/12/2011/romantisnya-rasulullah-dengan-istrinya-.html

http://abualitya.wordpress.com/2012/12/18/rahasia-kebahagiaan-rumah-tangga-rasulullah-saw/