PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

97
i PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT BERJAMA’AH SISWA KELAS VIII A MTs FATHURRAHMAN JERINGO KECAMATAN GUNUNG SARI KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh : LALU AHMAD RAMLI NIM. 15.1.13.1.121 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM 2017

Transcript of PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

Page 1: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

i

PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT BERJAMA’AH SISWA KELAS VIII A MTs FATHURRAHMAN

JERINGO KECAMATAN GUNUNG SARI KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN

2016/2017

Oleh :

LALU AHMAD RAMLI NIM. 15.1.13.1.121

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2017

Page 2: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

ii

PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT BERJAMA’AH SISWA KELAS VIII A MTs FATHURRAHMAN

JERINGO KECAMATAN GUNUNG SARI KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN

2016/2017

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama

Islam

Oleh :

LALU AHMAD RAMLI NIM. 15.1.13.1.121

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2017

Page 3: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

iii

Page 4: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

iv

Page 5: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

vi

Page 6: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

vii

MOTTO:

عشر�ن در�ة صلاة الجما�ة افضل من صلاة بع و� الفذ �س�

Artinya: Shalat berjamaah lebih afdhal (utama) daripada shalat

sendirian dengan tingkat keafdhalan 27 derajat.1

1 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah,

(Jakarta: Amzah, 2015), h.238.

Page 7: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk kedua malaikatku di

kehidupan dunia, yang senantiasa mengalirkan kasih dan

sayangnya kepadaku tanpa pernah mengenal lelah dan

putus asa, yakni ibundaku tercinta “Rasimah” dan

ayahandaku tercinta “Lalu Sahrim” serta adikku tersayang

“Baiq Rãihatul Jannah”. Kalianlah sumber motivasi tiada

henti dalam kehidupan yang sedang kujalani. Terimakasih

dan pengabdianku akan mengiringi langkahku untuk kalian,

dan semoga jasa kalian tercatat sebagai amal yang akan

senantiasa mengalir untuk kalian. Amin ya robbal ‘alamin.

Page 8: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat, dan hidayah-Nyalah skripsi yang berjudul “Peran Guru Fiqih

dalam Membina Kedisiplinan Shalat Berjamaah Siswa Kelas VIII A MTs.

Fathurrahman Jeringo Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat Tahun

Pelajaran 2016/2017” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa

peneliti layangkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah diberikan perintah

shalat oleh Allah SWT melalui sebuah peristiwa yang kita kenal dengan pristiwa

Isra’ dan Mi’raj.

Dalam penyelesaian penelitian skripsi ini banyak pihak yang telah

memberikan andil yang sangat berarti, karena itu peneliti menyampaikan

terimakasih dan rasa hormat kepada:

1. Bapak Dr. Ismail Thoib, M.pd selaku pembimbing I dan Bapak Drs. H.

Lukman Hakim, M. Pd selaku pembimbing II, yang secara ikhlas memberikan

masukan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. H. Maimun, M. Pd dan Bapak M. Taisir, M. Ag. selaku Ketua

Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Ibunda Dr. Hj. Nurul Yakin, M.Pd. Selaku dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Mataram.

4. Bapak Dr. H. Mutawali, M. Ag. Selaku Rektor UIN Mataram.

5. Kepada semua dosen yang ada di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Mataram yang telah membagikan ilmu, nasihat, dan bimbingan selama

menuntut ilmu di UIN Mataram, dan terimakasih kepada semua staf jurusan

Pendidikan Agama Islam yang telah banyak membantu dari sejak pertama kali

menginjakkan kaki dijurusan pendidikan agama islam sampai akhirnya

menyelesaikan pendidikan dikampus UIN Mataram.

Page 9: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

x

6. Kepada Bapak H. Ishak, S.Pd.I selaku Kepala Madrasah MTs Fathurrahman

Jeringo, Guru-guru di MTs Fathurrahman jeringo dan staf di MTs

Fathurrahman Jeringo. terimakasih penulis sampaikan atas sumbangsihnya

selama penelitian dilaksanakan telah banyak memberikan dukungan dan

bantuan guna terselesaikannya penelitian ini.

7. Semua rekan Mahasiswa (Kelas C “Kelas Regular” dan Kelas B “Konsentrasi

Fiqih” Angkatan 2013), terimakasih atas kebersamaan yang tak tergantikan

dan tak terlupakan.

Peneliti sangat menyadari akan kekurangan yang terdapat dalam penelitian

karya ilmiah sederhana ini, baik dari sisi penulisan, tata bahasa, dan banyak hal

lainnya. maka dari itu peneliti menerima dengan lapang dada jika kelak ada

masukan dari pembaca yang bertujuan untuk perbaikan skripsi atau

penyempurnaan selanjutnya.

Hal terakhir yang ingin peneliti sampaikan adalah permohonan maaf yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak atas kesalahan yang pernah terlintas dari

diri peneliti, karena maaf tersebut bisa memudahkan peneliti dalam menjalani

langkah selanjutnya untuk menambah wawasan dan pengetahuan selama

menjalani kehidupan.

Mataram, 20 Mei 2017.

Peneliti

Page 10: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEBIMBING ........................................................................ iii

NOTA DINAS ................................................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................ v

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... vi

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

ABSTRAK ...................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Konteks Penelitian ........................................................................... 1

B. Fokus Penelitian .............................................................................. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 7

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ........................................... 8

E. Telaah Pustaka ................................................................................. 9

F. Kerangka Teori .............................................................................. 12

1. Tinjauan Umum Tentang Peran Guru ......................................... 12

a. Pengertian Peran .................................................................. 12

b. Pengertian Guru ................................................................... 13

c. Pesyaratan Seorang Guru ...................................................... 15

d. Tugas Seorang Guru ............................................................. 16

e. Tanggung jawab Seorang Guru ............................................. 16

2. Tinjauan Umum Tentang Kedisiplinan ....................................... 17

a. Pengertian Kedisiplinan ....................................................... 17

b. Macam-macam Disiplin ........................................................ 19

Page 11: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

xii

c. Cara Menanamkan Kedisiplinan ........................................... 20

d. Manfaat Disiplin .................................................................. 24

3. Tinjuan Umum Tentang Shalat Berjama’ah ................................ 25

a. Pengertian Shalat Berjama’ah ............................................... 25

b. Hukum Shalat Berjama’ah .................................................... 25

c. Hikmah Shalat Berjama’ah ................................................... 26

G. Metode penelitian .......................................................................... 27

1. Pendekatan Penelitian ................................................................ 27

2. Kehadiran Peneliti ...................................................................... 28

3. Lokasi Peneltian ....................................................................... 29

4. Sumber Data .............................................................................. 29

5. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 30

6. Analisis Data ............................................................................. 33

7. Keabsahan Data ......................................................................... 35

H. Sistematika Pembahsan ................................................................. 36

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN .................................................. 38

A. Gambaran Umum MTs Fathurrahman Jeringo ........................... 38

1. Sejarah Berdirinya MTs Fathuurahman Jeringo .......................... 38

2. Profil MTs Fathurrahman Jeringo ............................................... 40

3. Letak geografis MTs Fathurrahman Jeringo ................................ 42

4. Keadaan guru dan pegawai MTs Fathurrahman Jeringo .............. 43

5. Keadaan siswa MTs Fathurrahman Jeringo ................................. 45

6. Data sarana dan prasarana MTs Fathurrahman Jeringo ................ 47

7. Data Organisasi MTs Fathurrahman Jeringo ............................... 49

B. Peran Guru Fiqih Sebagai Pembmbing dalam Membina

Kedisilinan Shalat Berjama’ah siswa Kelas VIII A MTs

Fathurrahman Jeringo ................................................................... 51

1. Pelaksanaan Pembelajaran Fiqih di dalam Kelas ......................... 51

2. Himbauan Shalat Berjama’ah ..................................................... 53

3. Pendampingna Shalat Berjama’ah ............................................... 54

Page 12: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

xiii

C. Strategi yang digunakan Guru Fiqih Sebagai Pembimbing Dalam

Membina Kedisiplinan Shalat Berjama’ah Siswa Kelas VIII A

MTs Fathurrahman Jeringo ........................................................ 56

1. Penerapan Metode Pembiasaan ................................................... 56

2. Melalui Bimbingan Khusus ......................................................... 58

3. Pemberian Sanksi atau Hukuman ............................................... 59

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 61

A. Peran Guru Fiqih Sebagai Pembimbing dalam Membina

Kedisiplinan Shalat Berjama’ah siswa Kelas VIII A MTs

Fathurrahman Jeringo ................................................................... 61

1. Pelaksanaan Pembelajaran Fiqih di dalam Kelas ......................... 62

2. Hmbuan Shalat Berjma’ah ......................................................... 63

3. Pendampingan Shalat Berjama’ah ............................................... 64

B. Strategi yang digunakan Guru Fiqih Sebagai Pembimbing Dalam

Membina Kedisiplinan Shalat Berjama’ah Siswa Kelas VIII A

MTs Fathurrahman Jeringo ......................................................... 65

1. Penerapan Metode Pembiasaan ................................................... 65

2. Melalui bimbingan Khusus ......................................................... 66

3. Pemberian Sanksi atau Hukuman ............................................... 67

BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 69

A. KESIMPULAN .............................................................................. 69

B. SARAN ............................................................................................ 69

DAFTAR RUJUKAN ..................................................................................... 71

LAMPIRAN-LAPIRAN ................................................................................. 74

Page 13: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

xiv

DAFTAR TABEL

Table 1 Data Guru dan Pegawai di MTs Fathurrahman Jeringo .................... 44

Table 2 Data Siswa di MTs Fathurrahman Jeringo ....................................... 46

Table 3 Data Sarana dan Prasarana di MTs Fathurrahman Jeringo ................ 47

Table 4 Struktur Organisasi di MTs Fathurrahman Jeringo ........................... 50

Page 14: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kegiatan Do’a Bersama ............................................................... 80

Gambar 2 Kegiatan Guru di Kelas ................................................................ 80

Gambar 4 Kegiatan Wawancara dengan Guru Fiqih di MTs Fathurrahman

Jeringo ......................................................................................................... 80

Gambar 6 Kegiatan Wawancara dengan Sisawa ........................................... 81

Gambar 7 Data Guru di MTs Fathurrahman Jeringo ..................................... 81

Page 15: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Surat Keterangan Observasi Awal ................................................ 75

Lampiran Sertifikat Ujian Seminar Proposal ................................................ 76

Surat Permohonan Izin Penelitian ................................................................ 77

Surat Izin Penelitian .................................................................................... 78

Surat Keterangan Penelitian ........................................................................ 79

Page 16: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

xvii

PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT

BERJAMA’AH SISWA KELAS VIII A MTS. FATHURRAHMAN

JERINGO KECAMATAN GUNUG SARI KABUPATEN

LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN

2016/2017

LALU AHMAD RAMLI

15.1.13.1.121

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana peran guru fiqih dalam membina kedisiplinan shalat berjamaah siswa kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo Kecamatan Gunug Sari Kabupaten Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017, adapun peran guru yang diteliti dalam penelitian ini adalah peran guru sebagi pembimbing dan tidak lebih luas dari itu. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan jenis kualitatif yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitan ini dilakukan pada siswa kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo Kecamatan Gunug Sari Kabupaten Lombok Barat yang berjumlah 38 orang siswa yang terdiri dari 17 orang siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini melalui redusksi data, penyajian data, dan verifikasi.

Berdasarkan hasil analisis data tersebut, ditemukan bahwa: aktivitas yang dilakoni oleh guru fiqih terutama sebagai seorang pembimbing di MTs Fathurrahman Jeringo dalam membina keidisiplinan siswa berupa: pelaksanaan pembelajaran fiqih di kelas, himbauan shalat berjama’ah, dan pendampingan shalat berjama’ah. Sedangkan strategi yang digunakan guru fiqih sebagai pembimbing dalam membina kedisiplinan shalat berjam’aah siswa melalui penerapan metode pembiasaan, melalui bimbingan khusus, dan pemberian sanksi atau hukuman.

Key word: Peran Guru, Kedisiplinan, Shalat Berjama’ah.

Page 17: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dan dimuliakan.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT bukan sekedar untuk hidup di dunia ini

kemudian meniggal tanpa pertanggungjawaban, tetapi manusia diciptakan

oleh Allah SWT hidup di dunia untuk beribadah. Ibadah adalah

“mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan semua

perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, dan beramal sesuai dengan

izin dari pembuat syariat”.2 Pada dasarnya Allah SWT menciptakan manusia

semata-mata hanyalah untuk beribadah kepada-Nya. Hal ini telah dijelaskan

di dalam Al-Qur’an surah adz-dzariyat, 51: 56 dimana Allah SWT berfirman:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka

beribadah kepada-Ku” (Q.S. Adh-Dzariyat : 56).3

Berdasarkan ayat tersebut, jelas bahwa Allah SWT menciptakan jin dan

manusia hanya untuk mengabdikan diri kepada-Nya. Bentuk pengabdian

seorang hamba kepada penciptanya adalah dengan menjalankan segala

perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Salah satu bentuk

pengabdian tersebut dapat diwujudkan dengan melakukan ibadah shalat yang

diperintahkan oleh Allah SWT.

2 Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Fiqh Ibadah: Refleksi Ketundukan Hmba Allah

Kepada Al-Khaliq Perspektif Al-Quran dan As-Sunnah, (Bandung : Pustaka Seti, 2009), h.61. 3Departemen Agama RI., Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit

Diponegoro,2007), h.523.

Page 18: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

2

Shalat merupakan salah satu ibadah yang wajib dilaksanakan oleh segenap

kaum muslimin baik dilakukan sendirian ataupun dilaksanakan secara

berjama’ah. Namun pelaksanaan shalat secara berjama’ah lebih dianjurkan

oleh Rasulullah SAW, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis berikut:

ر �ن� رسول الله ص ة من صلا صلاة الجما�ة افضل : قال لم� س و ه ی ل � الله لى� عن ا�ن عم

بع وعشر�ن در�ة )�لیه م�فق ( الفذ �س�

“Dari Ibnu ‘Umar r.a bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: Shalat jamaah

itu lebih utama da ri pada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat”.4

Melihat pentingnya ibadah shalat dilaksanakan secar berjama’ah maka

ibadah shalat secara berjama’ah sangat perlu dibina pada anak sejak dini agar

kelak ketika mereka dewasa tidak lagi merasa canggung untuk melaksanakan

shalat secara berjama’ah dan berusaha untuk selalu melaksanakannya dengan

penuh disiplin, sebagai kewajiban manusia kepada Tuhan-Nya. Disiplin yang

dimaksudkan disini adalah “kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan

dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku

dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun”.5 Oleh karena itu

perlu adanya pembinaan pada diri seorang anak. Pembinaan akan terjadi

melalui pengalaman dan kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orang

tua dimulai dari kebiasaan hidup yang ditiru dari orang tuanya dan mendapat

latihan-latihan untuk itu.

4 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah …,

h.238. 5 Asy Mas’udi, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, (Yogyakarta: PT Tiga

Serangkai, 2000), h. 88.

Page 19: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

3

Seorang individu pertama kali dalam kehidupannya memperoleh

pendidikan di lingkungan keluarganya. Pendidikan yang diterima di dalam

keluarga merupakan dasar dari pendidikan, kemudian dilanjutkan di sekolah

dan masyarakat. Karena pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak

belumlah cukup untuk mengantarkan anak menjadi manusia yang

berkepribadian Islam. Pendidikan selanjutnya berlangsung di lingkungan

sekolah, karena sekolah merupakan lingkungan kedua setelah keluarga yang

mempunyai peranan penting dalam mendidik dan membimbing manusia

kearah kedewasaan. Dalam konsepsi Islam, fungsi utama sekolah adalah

“sebagai media realisasi pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran, akidah,

dan syariat, demi terwujudnya penghambaan diri kepada Allah SWT serta

sikap mengesakan Allah SWT dan mengembangkan segala bakat atau potensi

manusia sesuai fitrahnya sehingga manusia terhindar dari berbagai

penyimpangan”.6

Walaupun sekolah bukan satu-satunya masa bagi setiap orang untuk

belajar, namun disadari bahwa sekolah adalah tempat yang sangat strategis

bagi pemerintah dan masyarakat untuk membina seseorang untuk

menghadapi masa depannya. Pada lingkungan sekolah hendaknya setiap

individu dapat berkembang semaksimal mungkin sesuai dengan

kemampuannya. Ketika seorang anak sudah memasuki dunia sekolah, maka

tanggung jawab pendidikan selanjutnya ditanggung oleh guru. Tugas guru

dan para pengelola pendidikan bukan hanya sekedar mentransfer ilmu

6Abdurrahman An Nahlawani, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan

Masyarakat,(Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 152.

Page 20: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

4

pengetahuan kepada siswa, akan tetapi gurupun memiliki tugas sbagai

seorang pembimbing. Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau

pengajaran masih tetap memegang peranan penting. Sebab guru adalah “salah

satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan

dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang

pembangunan”.7 Oleh karena itu, guru merupakan salah satu unsur di bidang

kependidikan harus berperan serta secara aktif dan menempatkan

kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat

yang semakin berkembang. Dalam hal ini “guru tidak semata-mata sebagai

pengajar yang transfer of knowledge, tetapi juga sebagai pendidik yang

transfer of values dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan

pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar”.8

Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai “pembimbing

perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya

bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah

perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental,

emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks”.9

Kaitannya dengan peran guru fiqih sebagai pembimbing di MTs

Fathurrahman Jeringo dalam membina kedisiplinan shalat berjama’ah siswa

kelas VIII A sudah dilaksanakan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ust.

Zainuddin selaku guru fiqih di MTs Fathurrahman Jeringo, beliau

7 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rajawali Pers, 1992 ),

Cet. IV, h. 123. 8 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h.55. 9 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007),

h.237.

Page 21: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

5

mengatakan bahwa “peran sebagai pembimbing dalam membina kedisiplinan

shalat berjama’ah siswa telah dilaksanakan, salah satu bentuknya adalah

dengan pendampingan shalat berjama’ah. Hal tersebut dilakukan semata-mata

untuk mendisiplinkan siswa-siswi dalam pelaksanaan shalat berjama’ah.10

Berdasarkan observasi awal pada 12 Oktober 2016 bahwa shalat dzuhur

dilaksanakan secara berjama’ah, dan dari 38 jumlah keseluruhan kelas VIII A

akan tetapi kelas VIII A yang mengikuti shalat dzuhur berjama’ah hanya 35

orang saja, sedangkan 3 orang yang lain tidak mengikuti shalat dzuhur

berjama’ah di masjid. Peneliti mengamati setelah pembelajaran di kelas

selesai, semua siswa keluar kelas dan menuju ke masjid, Namun yang

mengikuti pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah dari kelas VIII A hanya 35

orang saja, sedangkan 3 orang siswa malah diam-diam pulang dan tidak

mengikuti shalat dzuhur berjama’ah di masjid.11

Berdasarkan latar belakang dan realita tersebut di atas, lebih lanjut Ust

Zainuddin selaku guru fiqih pada tanggal 12 Oktober mengatakan bahwa,

“siswa di MTs Fathurrahman Jeringo dalam kedisiplinan mematuhi aturan

shalat berjama’ah masih pasif. Sehingga pelanggaran terhadap aturan dan tata

tertib mengenai shalat berjama’ah masih sering ditemukan ada yang

menentang. Tentu saja, semua itu membutuhkan metode ataupun strategi

pencegahan dan penanggulangganya, dan di sinilah pentingnya peran guru

10 Zainuddin, (Guru Fiqih), MTs Fathurrahman Jeringo, Wawancara, 12 Oktober, 2016. 11 Observasi, 12 Oktober 2016.

Page 22: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

6

fiqih sebagai pembimbing dalam membimbing siswa-siswi agar disiplin

menjalankan shalat secara berjama’ah.12

Mengingat pentingnya peran guru dalam membina kedisiplinan shalat

berjama’ah siswa, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan

judul “Peran Guru Fiqih Dalam Membina Kedisiplinan Shalat Berjama’ah

Siswa Kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo Tahun Pelajaran 2016/2017”.

Penelitian yang berjudul peran guru fiqih dalam membina kedisiplinan

shalat berjama’ah siswa kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo ini hanya

sebatas penelitian mengenai peran guru fiqih sebagai pembimbing dalam

pembinaan kedisiplinan shalat berjama’ah siswa dalam lingkup madrasah.

Dengan demikian peneliti hanya meneliti peran guru fiqih sebagai

pembimbing dalam membina kedisiplinan shalat berjama’ah siswa yang

berada di madrasah saja yaitu shalat dzuhur berjama’ah.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka masalah utama dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah peran guru fiqih sebagai pembimbing dalam membina

kedisiplinan shalat berjama’ah siswa kelas VIII A MTs Fathurrahman

Jeringo Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat Tahun

Pelajaran 2016/2017?

2. Strategi apa sajakah yang digunakan guru fiqih sebagai pembimbing dalam

membina kedisiplinan shalat berjama’ah siswa kelas VIII A MTs

11 Zainuddin, (Guru Fiqih), MTs Fathurrahman Jeringo, Wawancara, 12 Oktober, 2016.

Page 23: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

7

Fathurrahman Jeringo Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat

Tahun Pelajaran 2016/2017?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui peran guru fiqih sebagai pembimbing dalam

membina kedisiplinan shalat berjama’ah siswa kelas VIII A MTs

Fathurrahman Jeringo Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok

Barat Tahun Pelajaran 2016/2017.

b. Untuk mengetahui strategi yang digunakan guru fiqih sebagai

pembimbing dalam membina kedisiplinan shalat berjama’ah siswa

kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo Kecamatan Gunung Sari

Kabupaten Lombok Barat Tahun Pelajaran 2016/2017.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Secara Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kajian

mengenai peran guru fiqih sebagai pembimbing dalam membina

kedisiplinan shalat berjama’ah siswa.

2. Sebagai tambahan khazanah keilmuan di bidang peningkatan

kualitas pendidikan Islam, khususnya tentang peran guru fiqih

sebagai pembimbing dalam membina kedisiplinan shalat

berjama’ah siswa.

Page 24: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

8

b. Secara Praktis

1. Bagi Kepala Sekolah

Penelitian ini diharapkan menjadi acuan untuk mengambil

kebijakan dalam membina kedisiplinan shalat berjama’ah siswa di

madrasah, khususnya di MTs Fathurrahman Jeringo.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan untuk menemukan

strategi yang lebih baik dalam membimbing siswa sehingga

mampu membina kedisiplinan shalat berjama’ah siswa.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tolok ukur seberapa dalam

pengetahuan dan wawasan peneliti terkait peran guru fiqih sebagai

pembimbing dalam membina kedisiplinan shalat berjama’ah siswa

di MTs Fathurrahman Jeringo.

4. Bagi Siswa

Penelitan ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk lebih

disiplin lagi dalam melaksanakan shalat berjama’ah.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian merupakan bingkai yang menggambarkan

arah penelitian yang dilakuakan peneliti, sehingga dengannya dapat

memberikan batasan-batasan yang dapat menggambarkan fokus penelitian.

Dengan demikian berdasarkan fokus penelitian sebagaimana dikemukakan

Page 25: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

9

sebelumnya, maka ruang lingkup penelitian ini menekankan pada peran

guru fiqih sebagai pembimbing dalam membina kedisiplinan shalat

berjama’ah siswa kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo, dan strategi

yang digunakan guru fiqih sebagai pembimbing dalam membina

kedisiplinan shalat berjama’ah siswa kelas VIII A MTs Fathurrahman

Jeringo Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat Tahun

Pelajaran 2016/2017.

2. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs Fathurrahman Jeringo Kecamatan

Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat. Alasan peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian di lokasi tersebut adalah: pertama, madrasah

tersebut adalah madrasah satu-satunya di Desa Jeringo. Kedua, di

madrasah tersebut sudah menerapkan bimbingan untuk mendisiplinkan

siswa dalam menjalankn ibadah shalat berjama’ah yang salah satu

bentuknya adalah dengan pendampingan shalat berjama’ah. akan tetapi

siswa belum sepenuhnya disiplin dalam melaksanakan shalat berjama’ah,

karena masih ditemukan siswa-siswi yang tidak disiplin dalam

melaksanakan shalat berjama’ah. Hal ini terbukti dengan terjadinya

pelanggaran-pelanggaran yang siswa-siswi lakukan, seperti 3 siswa kelas

VIII A yang diam-diam pulang dan tidak mengikuti shalat berjama’ah di

masjid.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka dilakukan terutama untuk menjelaskan posisi penelitian di

antara sejumlah penelitian lainya yang memiliki topik senafas. Arah dari

Page 26: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

10

telaah pustaka adalah untuk menegaskan kebaruan, orisinalitas, dan urgensi

penelitian yang dilakukan bagi pengembangan atau paling tidak memperkuat

keilmuan terkait.

1. Jaelani (151091084) pada tahun 2013/2014 yang berjudul “Urgensi shalat

berjama’ah bagi Siswa Kelas XI SMAN 1 Kediri Kabupaten Lombok

Barat tahun pelajaran 20113/2014”.13

Mencermati judul penelitian di atas dengan variabel yang terdapat di

dalamnya ditemukan adanya kesamaan ketika mengkaji shalat berjama’ah.

Dengan adanya kesamaan variable ini, maka ditemukan adanya kesamaan

kajian teori yang melandasi pembebahasaan terkait dengan shalat

berjama’ah siswa.

Di samping persamaan, berdasarkan analisis judul ditemukan pula

perbedaan anatara penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan

penelitian yang dilakukan peneliti, dimana sisi bedanya terletak pada

sasaran penelitian dimana pada penelitian sebelumnya menekankan pada

urgensi shalat berjama’ah siswa, sedangkan pada penelitian yang

dilakukan peneliti menekankan pada peran guru fiqih sebagai pembimbing

dalam membina kedisiplinan shalat berjama’ah siswa.

Perbedaan berikutnya terletak pada objek penelitian, dimana penelitian

sebelumnya menjadikan siswa kelas XI SMAN 1 Kediri sebagai objek

penelitiannya, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti menjadikan

siswa kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo sebagai objek penelitian.

13 Jaelani, Urgensi Shalat Berjama’ah bagi Siswa Kelas XI SMAN 1 Kediri Kabupaten

Lombok Barat tahun pelajaran 2013/2014, (Mataram : IAIN Mataram, 2014).

Page 27: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

11

2. Zain Nahawan Fajri (08470016) pada tahun 2013/2014 yang berjudul

“Motivasi guru fiqih dalam meningkatkan kegiatan Sholat berjama’ah di

MTSN Jatimulyo Kulon Progo Yogyakarta”.14

Pada penelitian ini persamaannya sama-sama menggunakan

pendekatan kualitaatif dan sama-sama menekankan kegiatan shalat

berjama’ah siswa. Dengan kesamaan tersebut akan memungkinkan

terjadinya kesamaan pada kerangka teoritik yang diambil.

Sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian. lokasi

penelitian juga merupakan salah satu perbedaan mendasar antara

penelitian di atas dengan penelitian ini. Lokasi Penelitian pada judul

skripsi di atas menggunakan X MTSN Jatimulyo Kulon Progo Yogyakarta

sebagai lokasi penelitian, sedangkan dalam penelitian ini peneliti

menggunakan MTs Fathurrahman Jeringo sebagai lokasi penelitian. Pada

penelitian tersebut juga menekankan pada guru fiqih sebagai motifator

sedangkan pada penelitian ini peneliti menekankan pada peran guru fiqih

sebagai pembimbing.

3. Mahsin (151091010) pada tahun 2012/2013 yang berjudul “Pengaruh

Penerapan Ibadah Shalat Terhadap Kedisiplinan Belajar siswa pada mata

pelajaran fiqih kelas IV di MI Nurul Mujahidin Penimbung kecamatan

gunungsari tahun pelajaran 2012/2013”.15

14 Zain Nahawan Fajri, Motivasi guru fiqih dalam meningkatkan kegiatan Sholat

berjama’ah di MTSN Jatimulyo Kulon Progo Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014, (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 2014).

15 Mahsin, Pengaruh Penerapan Ibadah Shalat Terhadap Kedisiplinan Belajar siswa pada Mata Pelajaran Fiqih kelas IV di MI Nurul Mujahidin Penimbung Kecamatan Gunungsari, (Mataram : IAIN Mataram, 2013).

Page 28: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

12

Mencermati judul penelitian di atas dengan variabel yang terdapat di

dalamnya ditemukan adanya kesamaan ketika mengkaji tentang

kedisiplinan. Dengan adanya kesamaan tersebut, akan memungkinkan

terjadinya kesamaan pada kerangka teoritik tentang keisiplinan.

Sedangkan perbedaannya terletak pada pendekatan penelitian yang

digunakan yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan dalam

penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Selain itu,

perbedaannya juga terletak pada sasaran penelitian, dimana pada penelitian

sebelumnya menekankan pada kedisiplinan belajr siswa, sedangkan pada

penelitian yang dilakukan peneliti menekankan pada kedisiplinan shalat

berjama’ah siswa. Perbedaan selanjutnya terletak pada objek penelitian,

dimana penelitian sebelumnya menjadikan siswa kelas IV di MI

Penimbung sebagai objek penelitian, sedangkan penelitian yang dilakukan

peneliti menjadikan siswa kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo

sebagai objek penelitian.

F. Kerangka Teori

1. Tinjaun Umum Tentang Peran Guru

a. Pengertian Peran

Peran adalah “posisi atau kedudukan seseorang”.16 Guru selaku

pengelola kegiatan siswa sangat diharapkan perannya menjadi

pembimbing dan pembantu para siswa, bukan hanya ketika mereka

berada dalam kelas saja melainkan ketika mereka berada di luar kelas,

16 Santoso, Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya: Pustaka Agung Harapan,2006), h. 389.

Page 29: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

13

khususnya ketika mereka masih berada di lingkungan sekolah. Dalam

hal ini guru berperan menjadi pembimbing perlu mengaktualisasikan

(mewujudkan) kemampuannya dalam kegiatan-kegiatan sebagai

berikut: “1) membimbing kegiatan belajar mengajar; 2) membimbing

pengalaman belajar para siswa”.17

b. Pengertian Guru

Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tantang Guru dan

Dosen pasal 1 ayat 1 yang dimaksud dengan guru adalah: “pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,

dan pendidikan menengah”.18

Selanjutnya menurut Hadari Nawawi sebagaimana dikutip oleh

Abuddin Nata, guru adalah:

Orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah. Secara khusus lagi ia mengatakan bahwa guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak mencapai kedewasaan masing-masing.19

Pendidikan di sekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid

secara individual atau karena interaksi antara guru dan murid dalam

proses kegiatan belajar mengajar saja, akan tetapi faktor guru beserta

segala aspek kepribadiannya juga banyak mempengaruhi tingkat

17Muhibbih Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya, 2011), h. 181. 18UU No. 14 Tahun 2005, Guru dan Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), h. 3. 19 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam …Ibid, h.58.

Page 30: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

14

kemajuan dan keberhasilan murid dalam belajar. Guru adalah “salah

satu faktor pendidikan yang memiliki peran yang paling strategis,

sebab dialah penentu kejadiannya proses belajar mengajar”.20

Jadi dari beberapa definisi mengenai guru yang telah di paparkan

di atas, maka dapat di pahami bahwasannya guru merupakan

seseorang yang senantiasa menyampaikan berbagai informasi kepada

peserta didik setiap saat tanpa memiliki rasa lelah dan bosan dalam

rangka mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri peserta

didik. Selain menyampaikan materi di depan kelas, guru juga

mempunyi tanggung jawab untuk mengembangkan perilku dan

kepribadian peserta didik.

Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang luhur dan mulia. Sebagai

pendidik, tugas guru mengajar pada jenjang pendidikan. Sedangkan

sebagai pengganti orang tua di sekolah, tugas guru di sekolah

merupakan perlimpahan tanggung jawab dari orang tua kepada siswa

sebagai kelanjutan dari keluarga. Selain menyampaikan materi di

kelas, guru juga dituntut memberikan motivasi, nasehat, bimbingan

kejalan yang lurus dengan sabar dan lembut. Seorang guru merupakan

figure seorang pembimbing yang setiap perkataan akan menjadi

panutan bagi siswa.

20Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di

Indonesia, (Jakarta:Kencana, 2004), h. 75.

Page 31: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

15

c. Persyaratan Seorang Guru

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal 8 dinyatakan bahwa:

Guru Wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional/ lebih lanjut dijelaskan dalam pasal 10 dalam bab yang sama bahwa yang dimaksud dengan kompetensi guru antara lain kompetensi pedagogik, kompetensi keperibadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.21

Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 telah diatur bahwa

untuk menjadi seorang pendidik harus memenuhi beberapa

persyaratan yakni:

1) Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sepoerti yang sudah dijelaskan diatas.

2) Sehat jasmani dan rohani, serta 3) Memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan oendidikan

nasional.22

Sementara itu bagi guru agama, di samping harus memenuhi

syarat-syarat berdasarkan Undang-Undang juga harus memenuhi

persyaratan yang sudah ditetapkan oleh Direktur Direktorat

Pendidikan Agama sebagai berikut:

1) Memiliki pribadi mukmin, muslim, dan muhsin 2) Taat untuk menjalankan agama (menjalankan syariat Islam, dapat

memeberikan contoh dan teladan yang baik bagi siswanya). 3) Memiliki jiwa pendidik dan rasa kasih saying kepada siswanya dan

ikhlas jiwanya 4) Mengetahui dasar-dasar Ilmu Pengatahuan tentang keguruan,

terutama diktatik dan metodik

21 Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru, (Bandung: Yrama Widya, 2008), h.122. 22 Mansur Muslich, Sertifikasi Guru Mrenuju Profesionalisme Pendidik, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2007), h. 87.

Page 32: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

16

5) Menguasai ilmu penetahuan agama 6) Tidak mempunyai cacat rohaniyah dan jasmaniyah dalam dirinya.23

d. Tugas Seorang Guru

Menurut Peters dalam Nana Sudjana mengatakan ada 3 tugas guru

dan tanggung jawab guru yakni:

1) Guru sebagai pengajar Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas merencanakan dan melaksanakan pengajaran.

2) Guru sebagai pembimbing Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, member bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang diahadapinya.

3) Guru sebagai administrator Guru merupakan jalinan antara keterlaksanaan bidang pengajaran dan keterlaksanaan pada umumnya. 24

e. Tanggung Jawab Seorang Guru

Masalah utama pekerjaan profesi guru adalah implikasi dan

konsekuensi terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Amstrong dalam

artikel membumikan pendidikan membagi tanggung jawab guru

menjadi lima kategori, yaitu :

1) tanggung jawab dalam pengajaran; 2) tanggung jawab dalam memberikan bimbingan; 3) tanggung jawab dalam mengembangkan kurikulum; 4) tanggung jawab dalam menegembangkan profesi; dan 5) tanggung jawab dalam hubungan dengan masyarakat. 25

Sedemikian penting tugas menjadi sehingga guru dipandang

sebagai sebuah profesi yang paling kompleks terlebih lagi guru agama

23 Zuhairini dkk., Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasional,

1983), h. 36. 24 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Sinar Baru Al-

Gensindo, 2000 ), h. 15. 25 Membumikan Pendidikan.blogspot.com/2014/05/tugas dan tanggung jawab guru dalam

pembelajaran.html. diakses pada 3 Oktober 2016, pukul 15.00.

Page 33: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

17

dalam masalah ini bukan hanya untuk membina pribadi anak juga

harus menanamkan nilai agama kepada siswanya.

2. Tinjauan Umum Tentang Kedisiplinan

a. Pengertian kedisiplinan

Kata kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Konsep disiplin

berkaitan erat dengan tata tertib, aturan atau norma dalam kehidupan

bersama yang melibatkan orang banyak. Dengan demikian disiplin

berkaitan dengan siswa di sekolah adalah dapat dilihat dari ketaatan

dan kepatuhan siswa terhadap aturan dan tata tertib di sekolah. Secara

sederhana, disiplin diartikan sebagai “suatu ketaatan terhadap suatu

kondisi sesuai dengan waktu, tempat, dan aturannya”.26 Artinya, segala

sesuatu tindakan harus sesuai pada waktu, pada tempat, dan aturan

yang telah ditetapkan. Bila dapat memenuhi ketiga dimensi tersebut di

atas, maka seseorang sudah dapat dikategorikan memiliki disiplin.

Arti disiplin menurut Novan Ady Wiyani juga bila di lihat dari segi

bahasa adalah “tata tertib dan ketaatan atau kepatuhan terhadap

peraturan atau tata tertib”.27 Kata disiplin sendiri sebenarnya berasal

dari bahasa Latin, yaitu “disciplina” dan “discipulus” yang berarti

perintah dan peserta didik”.28 Arti disiplin menurut Asy Mas’udi

adalah “kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib

26Yusuf Suit dan Almasdi, Aspek Sikap Mental Dalam Managemen Sumberdaya Manusia,

(Bogor:Ghia Indonesia, 2006), h.118. 27Novan Ady Wiyani, Manajemen Kelas “Teori dan aplikasi untuk menciptakan Kelas

yang Kondusif ”, (Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h.159. 28Ibid,..h.159.

Page 34: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

18

dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan

penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun”.29

Ali Imron mengutip pendapat para ahli mengenai pengertian

disiplin. Menurut The Liang Gie, disiplin adalah “suatu keadaan tertib

di mana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk

pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati”. 30

Sementara Good’s dalam Dectoinary of Education pada Novan

Ady Wiyani mengartikan disiplin sebagai berikut:

1) Proses atau hasil pengamatan atau pengendalian keinginan, motivasi,atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk mencapai tindakan yag lebih efektif.

2) Mencari tindakan terpilih dengan ulet, aktif, dan diarahkan sendiri walaupun menghadapi hambatan.

3) Pengendalian perilaku secara langsung dan otoriter denga hukuman dan hadiah

4) Pengekangan dorongan dengan cara yang tidak nyaman bahkan menyakitkan.31 Jadi kedisiplinan atau ketekunan adalah alat untuk mengontrol

manusia menjadi lebih baik agar tercapainya tujuan dengan menaati

aturan-aturan yang di buat sendiri maupun aturan-aturan yang ada

dalam sebuah lembaga atau sekolah. Maka dengan ketekunan seorang

siswa akan dapat meraih apa yang diharapkannya.

29Asy Mas’udi, Pendidikan Pancasila dan… Ibid, h.88. 30 Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2012), h. 172. 31Novan Ady Wiyani, Manajemen Kelas... Ibid, h. 159-160.

Page 35: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

19

b. Macam-macam Disiplin

Dalam buku Novan yang berjudul “Manajemen Kelas (teori dan

aplikasi untuk menciptakan kelas yang kondusif), membagi disiplin ini

menjadi tiga konsep;

1) Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep otoritarian; Menurut konsep ini peserta didik dikatakan memiliki kedisiplinan yang tinggi jika mau duduk tenang sambil memperhatikan penjelasan guru saat sedang mengajar. Peserta didik diharuskan mengiyakan saja terhadap apa yang dikehendaki guru serta tidak boleh membantah. Dengan demikian, guru dapat dengan bebas memberikan tekanan kepada peserta didiknya agar peserta didik takut dan terpaksa mengikuti apa yang diinginkan oleh guru.

2) Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep permissive; Menurut konsep ini, peserta didik harus diberikan kebebasan seluas-luasnya di dalam kelas. Tata tertib atau aturan-aturan di kelas dilonggarkan dan tidak perlu mengingat peserta didik. Peserta didik dibiarkan berbuat apa saja sepanjang itu menurutnya baik. Dengan demikian, konsep permissive ini berlawanan dengan konsep otoritarian.

3) Disiplin yang dibangun berdasarkan konsep kebebasan yang terkendali atau kebebasan yang bertanggungjawab; disiplin demikian memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk berbuat apa saja, tetapi konsekuensinya dari perbuatan itu haruslah ia tanggung. Konsep ini merupakan konvergensi dari konsep otorotarian dan permissive. Menurut konsep kebebasan aman terkendali, peserta didik memanglah diberikan kebebasan, tetapi peserta didik tidak diperbolehkan menyalahgunakan kebebasan tersebut karena tidak ada kebebasan yang mutlak di dunia ini, termasuk di Negara liberal sekalipun. Ada batas-batas tertentu yang harus diikuti oleh seorang dalam rangka kehidupan bermasyarakat termasuk juga kehidupan bermasyarakat dalam setting kelas.32 Kedisiplinan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan

pendidikan. Berkualitas atau tidaknya siswa sangat dipengaruhi oleh

faktor yang paling pokok yaitu kedisiplinan, disamping faktor

lingkungan, baik keluarga, sekolah, kedisiplinan serta bakat siswa itu

32 Ibid., h. 160-161.

Page 36: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

20

sendri. Jika sekolah tidak berhasil menegakkan disiplin, maka tidak

dapat dibayangkan alumni-alumni siswa seperti apa yang nantinya

akan dihasilkan oleh sekolah tersebut.

c. Cara Menanamkan Kedisiplinan

Menurut Singgih D. Gunarsa dalam bukunya yang berjudul

”Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja” bahwa ada beberapa

cara dalam menanamkan disiplin, yaitu:

1) Cara otoriter

Pada cara ini orang tua menentukan aturan-aturan dan batasan-batasan yang mutlak harus ditaati oleh anak. Anak harus patuh dan tunduk dan tidak ada pilihan lain yang sesuai dengan kemauan atau pendapatnya sendiri. Kalau anak tidak memenuhi tuntutan orang tua, ia akan diancam dan dihukum. Orang tua memerintah dan memaksa tanpa kompromi. Anak lebih merasa takut kalau tidak melakukan dan bukan karena kesadaran apalagi dengan senang hati melakukan. Orang tua menentukan tanpa memperhitungkan keadaan anak, tanpa menyelami keinginan dan sifat-sifat khusus anak yang berbeda antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Anak harus patuh dan menurut saja semua peraturan dan kebijaksanaan orang tua. Sikap keras dianggap sebagai sikap yang harus dilakukan karena hanya dengan sikap demikian anak menjadi penurut. Dengan cara otoriter, ditambah dengan sikap keras, menghukum, mengancam, akan menjadikan anak “patuh” dihadapan orangtua, tetapi di belakangnya ia akan memperlihatkan reaksi-reaksi misalnya menentang atau melawan karena anak merasa “dipaksa”. Reaksi menentang dan melawan bisa ditampilkan dalam tingkahlaku-tingkahlaku yang melanggar norma-norma dan yang menimbulkan persoalan dan kesulitan baik pada dirinya maupun lingkungan rumahnya, sekolah dan pergaulannya. Cara otoriter memang bisa diterapkan pada permulaan usaha menanamkan disiplin, tetapi hanya bisa pada hal-hal tertentu atau ketika sianak berada dalam tahap perkembangan dini yang masih sulit menyerap pengertian-pengertian. Cara otoriter masih bisa dilakukan asal memperhatikan bahwa dengan cara tersebut anak merasa terhindar, aman dan tidak menyebabkan anak ketakutan, kecewa, menderita sakit karena dihukum fisik. Cara otoriter menimbulkan akibat hilangnya kebebasan pada anak. Inisiatif dan aktivitas-aktivitasnya menajadi “tumpul”. Secara umum kepribadiannya lemah, demikian pula kepercayaan dirinya.

Page 37: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

21

2) Cara bebas

Orang tua membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang memberi batasan-batasan tingkahlakunya. Hanya pada hal-hal yang dianggapnya sudah “keterlaluan” orang tua baru bertindak. Pada cara bebas ini pengawasan menjadi longgar. Anak telah terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggapnya baik. Pada umumnya keadaan seperti ini terdapat pada keluarga-keluarga yang kedua orang tuanya bekerja, terlalu sibuk dengan berbagai kegiatan sehingga tidak ada waktu untuk mendidik anak dalam arti yang sebaik-baiknya. Orang tua merasa sudah mempercayakan masalah pendidikan anak kepada orang lain yang bisa mengasuh khusus atau bisa pula anggota keluarga yang tinggal di rumah. Orang tua hanya bertindak sebagai “polisi” yang mengawasi, menegur, dan mungkin memarahi. Orang tua tidak biasa bergaul dengan anak, hubungan tidak akrab dan merasa bahwa anak harus tahu sendiri.

3) Cara demokratis

Cara ini memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan yang tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh pengertian antara kedua belah pihak, anak dan orang tua. Keinginan dan pendapat anak diperhatikan dan kalau sesuai dengan norma-norma pada orang tua, maka disetujui untuk dilakukan. Sebaliknya kalau keinginan dan pendapatnya tidak sesuai, kepada anak diterangkan secara rasional dan obyektif sambil meyakinkan perbuatannya, kalau baik perlu dibiasakan dan kalau tidak baik hendaknya tidak diperlihatkan lagi. Dengan cara demokratis ini pada anak tumbuh rasa tanggung jawab untuk memperlihatkan sesuatu tingkah laku dan selanjutnya memupuk kepercayaan dirinya. Ia mampu bertindak sesuai dengan norma dan kebebasan yang ada pada dirinya untuk memperoleh kepuasan dan menyesuaikan diri dan kalau tingkah lakunya tidak berkenan bagi orang lain ia mampu menunda dan menghargai tuntutan pada lingkungannya sebagai sesuatu yang memang bisa berbeda dengan norma pribadinya. 33

Dengan demikian berdasarkan paparan di atas, dapat dipahami

bahwa dalam menanamkan perilaku disiplin terhadap anak itu

dilakukan melalui cara yang pertama melalui cara otoriter yaitu cara

ini digunakan orang tua dalam menentukan aturan-aturan yang harus

33 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: PT BPK

Gunung Mulia, 2004), h. 82

Page 38: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

22

dipatuhi dan dituruti oleh anak, anak harus patuh sesuai dengan aturan

orang tuanya, kalau anak tidak mau patuh terhadap aturan orang

tuanya anak akan mendapat hukuman dan ancaman dari orang tuanya.

Dengan demikian anak merasa takut bila tidak melakukan aturan dari

orang tuanya. Orang tua memberikan sikap keras terhadap anak

diharapkan anak menjadi penurut, orang tua dalam membuat aturan-

aturan itu tanpa melihat keadaan dan keinginan anaknya. Dengan cara

otoriter yang dilakukan orang tua mengakibatkan anak mempunyai

sikap menentang atau melawan karena anak merasa dipaksa

melakukan aturan tersebut. Cara yang kedua dalam menanamkan

disiplin terhadap anak dengan cara bebas, orang tua memberi

kebebasan pada anak dalam berperilaku. Anak bebas mengatur dan

menentukan sendiri apa yang menurutnya baik dilakukan. Pengawasan

orang tua terhadap anak menjadi longgar, hanya pada perilaku yang

keterlaluan orang tua baru bertindak. Hal seperti ini dikarenakan

orang tua lebih menyibukkan diri dengan pekerjaannya sehingga tidak

ada waktu dalam mengawasi dan mendidik anaknya. Cara yang ketiga

dalam menanamkan disiplin terhadap anak dengan cara demokratis,

orang tua menghargai dan memperhatikan kebebasan anak disamping

memberikan kebebasan anak namun orang tua memberi bimbingan

yang penuh pengertian antara kedua belah pihak antara anak dan

orangtua. Orang tua menghargai pendapat dan keinginan anaknya,

kalau sesuai dengan norma-norma orang tuanya maka pendapat dan

Page 39: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

23

keinginan anaknya disetujui untuk dilakukan. Tetapi kalau pendapat

dan keinginan anaknya tidak berkenan di hati orang tuanya dan tidak

sesuai norma- norma orang tuanya, anak diberikan pengertian dan

diterangkan secara rasional dan obyektif sambil meyakinkan akan

perbuatan dan keinginannya itu, kalau baik bisa dilakukan dan kalau

tidak baik hendaknya tidak dilakukan lagi.

Menurut Ali Imron terdapat tiga macam teknik alternatif

pembinaan disiplin peserta didik, yaitu:

Pertama, dinamai dengan teknik external control adalah suatu teknik di mana disiplin peserta didik haruslah dikendalikan dari luar peserta didik. Kedua, dinamainya dengan teknik inner control atau internal control. Teknik ini mengupayakan agar peserta didik dapat mendisiplinkan diri sendiri. Ketiga, adalah teknik cooperative control. Konsep teknik ini adalah antara pendidik dan peserta didik harus saling bekerjasama dengan baik dalam menegakkan disiplin.34

Dengan demikian teknik-teknik alternatif pembinaan disiplin

peserta didik dilakukan dengan cara: Pertama, Teknik disiplin peserta

didik yang dikendalikan dari luar peserta didik, peserta didik terus

menerus disuruh untuk disiplin. Apabila peserta didik tidak mau

disiplin peserta didik diberi ancaman atau hukuman yang akan

membuatnya takut dan apabila peserta didik mau disiplin dengan baik

peserta didik diberi hadiah atau ganjaran. Kedua, Teknik disiplin

peserta didik yang mengupayakan agar peserta didik dapat disiplin

dengan dirinya sendirinya, peserta didik disadarkan akan pentingnya

34 Ali Imron, Manajemen Peserta Didik… Ibid, h.174.

Page 40: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

24

disiplin apabila peserta didik sadar ia akan berusaha mendisiplinkan

diri sendiri. Ketiga, Teknik disiplin peserta didik antara pendidik dan

peserta didik harus saling bekerjasama dengan baik dalam menegakkan

disiplin, guru dan peserta didik membuat perjanjian berupa aturan-

aturan kedisiplinan yang harus ditaati bersama guru dan peserta didik.

d. Manfaat disiplin

Untuk mencapai dan memiliki ciri-ciri kepribadian yang unggul,

maka seseorang harus mempnyai disiplin. Sebagaimana Wardiman

dalam Tu’u mengatakan “keunggulan-keunggulan tersebut baru

dimiliki apabila dalam diri seseorang terdapat sikap dan perilaku

disiplin”.35 Disiplin inilah yang mendorong adanya motivasi, daya

saing, kemampuan dan sikap yang melahirkan tujuh ciri keunggulan

salah satunya adalah sikap pencapaian prestasi dalan rangka

persaingan.

Disiplin berperan penting dalam membentuk individu yang berciri

keunggulan. Menyatakan disiplin itu penting karena alasan sebagai

berikut:

1) Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, peserta didik berhasil dalam belajarya. Sebaliknya pesera didik yang kerap kali melanggar peraturan sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya.

2) Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif, disiplin memberi dukungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.

35Novan Ady Wiyani, Manajemen Kelas... Ibid, h.38.

Page 41: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

25

3) Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan norma-norma, nilai kehidupan dan disiplin. Dengan demikian anak-anak menjadi individu yang tertib, teratur dan disiplin.

4) Disiplin merupakan jalan bagi peserta didik untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja. Kesadaran akan pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan merupakan prasyarat kesuksesan seseorang.36

3. Tinjauan Umum Tentang Shalat Berjama’ah

a. Pengertian Shalat Berjama’ah

Menurut Sulaiman Rasjid shalat berjama’ah adalah ”shalat yang

dilakukan secara bersama-sama (minimal dua orang) dan salah seorang

di antara mereka mengikuti yang lain. Orang yang diikuti dinamakan

imam, dan yang mengikuti dinamakan makmum”. 37

Dengan demikian shalat jama’ah yaitu shalat yang dikerjakan

bersama-sama sekurang-kurangnya terdiri dari dua orang yaitu imam

dan ma’mum, imam berdiri di depan dan ma’mum di belakangnya,

ma’mum harus mengikuti setiap gerakan imam dan tidak di bolehkan

mendahuluinya.

b. Hukum Shalat Berjama’ah

Menurut Sulaiman Rasjid dalam bukunya yang berjudul Fiqih

Islam bahwa:

Sebagian ulama mengatakan shalat berjamaah itu adalah fardhu ‘ain (wajib‘ain), sebagian lagi berpendapat bahwa shalat berjamaah itu fardhu kifayah, sebagian lagi berpendapat sunat muakkad (sunat istimewa). Yang akhir inilah hukum yang lebih layak selain shalat jumat. Menurut kaidah persesuaian beberapa dalil dalam masalah ini seperti tersebut di atas, berkata pengarang Nailul Authar:

36Ibid., h.39 37 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2010), h. 106.

Page 42: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

26

Pendapat seadil-adil dan sehampir-hampirnya pada yang betul ialah shalat berjamaah itu sunat muakad. Shalat lima waktu dengan barjamaah di masjid lebih baik daripada shalat berjamaah di rumah, kecuali shalat sunat, maka dirumah lebih baik. 38

c. Hikmah Shalat Berjama’ah

Shalat berjamaah lebih tinggi derajatnya dibandingkan shalat

sendirian. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits bahwa

Rasulullah SAW bersabda :

ف � ن ع ا� م � بر � ا ال ق ف س و ی ن � الله د ب ا ع ن ث د� � ر �ن� الله د ب ع ن ع ع �ن عم

بع ة صلا تفضل صلاة الجما�ة : قال لم� س و ه ی ل � الله لى� رسول الله ص الفذ �س�

)م�فق �لیه ( وعشر�ن در�ة Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Nafi' dari 'Abdullah bin 'Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Shalat berjama'ah lebih utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat”.39

Adapun keutamaan dua puluh tujuh derajat itu adalah karena shalat

berjamaah mengandung dua puluh tujuh faedah, yaitu:

1) Menjawab azan serta niat berjamaah 2) Segera mengerjakannya untuk mengejar berjamaah 3) Pergi ke masjid dengan tenang 4) Masuk ke masjid merupakan dakwah 5) Shalat Tahiyyatul Masjid 6) Menunggu berjamaah 7) Disertai doa para malaikat 8) Kesaksiannya 9) Menjawab Iqamah 10) Dijauhkan dari godaan setan 11) Berdiri menunggu imam Takbiratul Ihram 12) Menyusul Takbiratul Ihram Imamnya 13) Meluruskan jajaran 14) Menutup tempat yang kosong

38 Ibid., h. 107. 39 Ibnu Hajar Al ‘Asqalani, Fathul Bari Juz 1, ( Baitul Ifkariddaulah : Riyadh, 2000),

h.568.

Page 43: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

27

15) Menjawan Imam ketika membaca “Sami’allahu Liman Hamidah” 16) Selamat dari lupa 17) Mengingatkan Imam yang lupa 18) Adanya kekhusyukan 19) Selamat dari sesuatu yang melalaikan 20) Memperbaiki gerak gerik shalatnya 21) Dikelilingi oleh malaikat 22) Memperhatikan bacaan Imam 23) Mempelajari rukun dan sunat-sunat shalat 24) Menyemarakkan syiar Islam 25) Menakutkan setan 26) Saling memberikan pertolongan dalam hal ibadah dan

kepentingan lainnya 27) Menarik hati orang yang malas dan lain-lainnya lagi. Misalnya

bersalam-salaman, menjawab salam Imam, saling mendoakan, menambah persaudaraan dan sebagainya.40

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Dalam setiap penelitian tentunya harus sudah terencana dengan baik,

untuk itu diperlukan suatu pendekatan penelitian. karena pendekatan

penelitian merupakan rencana tentang bagaimana mengumpulkan dan

menganalisa data agar dapat dilaksanakan secara sistematis sesuai dengan

tujuan penelitian yang ingin dicapai. Sehubungan dengan hal tersebut,

dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. penelitian

Kualitatif adalah “suatu proses penelitian dan pemahaman yang

berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan

masalah manusia”.41 Sedangkan Bogdan dan Taylor dalam Hamid

Darmadi mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan

“prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

40 Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari Al-Fanani, Terjemahan Fathul Mu’in, terj.

Anwar dkk. (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2006), h. 356. 41 Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Social Teori Konsep dan

Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 287.

Page 44: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

28

tertulis maupun lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati”.42

Adapun ciri-ciri pendekatan kualitatif menurut Lexy J. Moleong adalah:

a. Mempunyai latar alamiah b. Manusia sebagai alat (instrumen) c. Metode Kualitatif d. Analisa data secara induktif e. Teori dari dasar f. Penelitian bersifat deskriptif g. Lebih mementingkan proses daripada hasil h. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus i. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data j. Desain yang bersifat sementara k. hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.43

2. Kehadiran Peneliti

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif, maka dengan sendirinya kehadiraan

peneliti sangat dibutuhkan, karena peneliti di lokasi berperan sebagai

instrumen kunci, ia menjadi segalanya dalam keseluruhan penelitian

dilapangan. Seperti yang dikemukakan oleh moleong bahwa: ”Kedudukan

peneliti di dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan

perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada

akhirnya menjadi pelapor hasil penelitan”.44 Penelitian kualitatif

menghendaki peneliti atau bantuan orang lain sebagai alat utama

pengumpulan data. Kehadiran peneliti bukan ditujukan untuk

mempengaruhi subyek penelitian, tetapi untuk mendapatkan data dan

42 Ibid. 43Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2005), h.8-13. 44 Ibid. ,h. 168.

Page 45: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

29

informasi yang akurat sesuai dengan yang dibutuhkan dalam

penelitiannya.

3. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang akan dijadikan tempat penelitian adalah

di MTs. Fathurrahman Jeringo Desa Jeringo Kecamatan Gunung Sari

Kabupaten Lombok Barat.

Alasan mengapa peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di lokasi

tersebut adalah: pertama, madrasah tersebut adalah madrasah satu-

satunya di Desa Jeringo. Kedua, di madrasah tersebut sudah menerapkan

bimbingan untuk mendisiplinkan siswa dalam menjalankn ibadah shalat

berjama’ah yang salah satu bentuknya adalah dengan pendampingan

shalat berjama’ah. akan tetapi siswa belum sepenuhnya disiplin dalam

melaksanakan shalat berjama’ah, karena masih ditemukan siswa-siswi

yang tidak disiplin dalam melaksanakan shalat berjama’ah. Hal ini

terbukti dengan terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang siswa-siswi

lakukan, seperti 3 siswa kelas VIII A yang diam-diam pulang dan tidak

mengikuti shalat berjama’ah di masjid.

4. Sumber Data

Sumber data merupakan tempat ditemukannya data-data yang akan

ditulis. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah: (1) data primer

yaitu data yang diperoleh dari sumber utama. Disini yang menjadi sumber

utama adalah guru fiqih, dan (2) data sekunder yaitu data yang diperoleh

dari sumber kedua atau ketiga. Data ini dapat diperoleh dengan cara

Page 46: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

30

mengumpulkan dokumen-dokumen atau informasi yang berkaitan dengan

fokus yang diteliti, yaitu peran guru fiqih sebagai pembimbing dalam

membina kedisiplinan shalat berjama’ah siswa, serta strategi yang

dignakan guru fiqih sebagai pembimbing dalam membina kedisiplinan

shalat berjama’ah siswa di MTs. Fathurrahman Jeringo.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kualitatif, maka

pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara, yaitu observasi,

interview/wawancara, dan dokumentasi.

1. Metode Observasi

Observasi adalah “melakukan pengamatan secara langsung

terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki, baik itu pengamatan yang

dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun situasi buatan yang

sengaja diadakan”.45 Observasi ada dua macam: “(1) observasi

partisipatif (langsung) yaitu peneliti terlibat langsung dan mengambil

bagian dalam situasi dari orang-orang yang di observasi, (2) observasi

non partisipatif (tidak langsung) yaitu peneliti tidak terlibat langsung

dalam situasi yang di observasi, tetapi hanya sebagai penonton”.46

Dari dua jenis data observasi di atas, peneliti mengadopsi jenis yang

kedua, yakni observasi non partisipan, yakni peneliti hadir di lokasi

penelitian hanya sebatas untuk memperoleh data yang terkait dengan

peran guru fiqih sebagai pembiming dalam membina kedisiplinan shalat

45 Ahmad Usman, Mari Belajar Meneliti, (Yogyakarta: Indonesia, 2008), h. 283. 46 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D,(Bandung: Alfabeta,

2014), h. 227-228.

Page 47: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

31

berjama’ah siswa kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo, serta

strategi yang digunakan guru fiqih sebagai pembimbing dalam

membina kedisiplinan shalat berjama’ah siswa kelas VIII A MTs

Fathurrahman Jeringo. Di samping menerapkan teknik observasi non

partisipasi untuk mendapatkan data-data seperti tersebut di atas, juga

diterapkan teknik observasi partisipan juga untuk mendapatkan data

tentang letak geografis MTs Fathurrahman Jeringo.

2. Metode Wawancara

Metode wawancara atau interview adalah “proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka dengan pihak yang bersangkutan”.47

Jenis-jenis wawancara menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong

antara lain:

1) Wawancara oleh tim atau panel Wawancara oleh tim berarti wawancara yang dilakukan tidak hanya oleh satu orang, tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap orang yang diwaancarai, cara ini digunakan biasanya setelah mendapatkan persetujuan dari terwawancara, karena bisa saja pewawancara menghadapkan dua oraang atau lebih yang diwawancarai sekaligus, yang dalam hal ini disebut panel.

2) Wawancara tertutup dan wawancara terbuka (cover and overt interview) Pada wawancara tertutup biasanya yang diwawancarai tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa mereka diwawancarai. Mereka tidak mengetahui tujuan wawancara. Cara ini tidak sesuai dengan penelitian kualitatif yang biasanaya berpandangan terbuka. Jadi, dalam penelitian kualitatif sebaiknya menggunakan wawancara terbuka yang para subjeknya tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara itu.

47 Ibid., h.270.

Page 48: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

32

3) Wawancara riwayat secara lisan Jenis ini adalah wawancara terhadap orang-orang yang pernah membuat sejarah atau yang membuat karya ilmiah besar, sosial, pembangunan, perdamaian, dan sebagainya. Maksudnya ini ialah mengungkapkan riwayat hidup, kesenangannya, ketekunannya, pergaulannya, dan lain-lain.

4) wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Sedangkan wawancaraa tidak langsung pertanyaannya biasanya tidak disusun terlebh dahulu, malah disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari responden.48 Adapun jenis wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian

ini adalah wawancara tak berstruktur, dimana pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan secara bebas kepada sumber data atau responden, dan

pertanyaan yang diajukan adalah kepada guru fiqih dan siswa kelas VIII

A tentang peran guru fiqih sebagai pembimbing dalam membina

kedisiplinan shalat berjama’ah siswa kelas VIII A MTs Fathurrahman

Jeringo, serta strategi yang digunakan guru fiqih sebagai pembimbing

dalam membina kedisiplinan shalat berjamaah siswa kelas VIII A MTs

Fathurrahman Jeringo.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah “metode yang digunakan untuk

mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,

agenda, dan sebagainya”.49

48

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif…Ibid, h.188-191. 49

Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian: Suatu pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h.274.

Page 49: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

33

Dalam penelitian kualitatif metode dokumentasi sangat efisien

dalam melengkapi kekurangan dan kelemahan dalam proses

pengumpulan data dengan metode-metode sebelumnya seperti observasi

dan wawancara. Dalam Penelitian ini dokumentasi dilakukan untuk

memperoleh data tentang: Sejarah berdirinya MTs Fathurrahman

Jeringo, visi dan misi MTs Fathurrahman Jeringo, struktu organisasi

MTs Fathurrahman Jeringo, keadaan guru dan siswa MTs

Fathurrahman Jeringo, sarana dan prasarana MTs Fathurrahman

Jeringo.

6. Analisis Data

Setelah melakukan berbagai prosedur atau langkah-langkah dalam

pengumpulan data, maka selanjutnya adalah menganalisis data-data yang

telah di peroleh dengan berbagai cara yang telah digunakan dalam proses

pengumpulan data. Analisis dibutuhkan untuk menyusun data yang telah di

peroleh secara sistematis sehingga mudah untuk dipahami dan di

pertanggungjawabkan.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam ketegori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.50

Dalam menganalisis data peneliti menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

50 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif… Ibid, h. 244.

Page 50: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

34

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu di catat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan kepada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti computer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.51

b. Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah pemaparan

atau penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, pemyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan, dan

sejenisnya. Pemaparan data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa

teks naratif. Sistematika pemaparan data mengikuti urutan fokus

penelitian dan dengan memperhatikan teknik analisis yang

dipergunakan.

c. Verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bikti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke palangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.52

51Ibid.,h. 247. 52Ibid.,h. 252.

Page 51: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

35

7. Pengecekan Keabsahan Data

Pengambilan data-data melalui tiga tahapan, yaitu pendahuluan,

penyaringan, dan melengkapi data yang masih kurang. Dari ketiga tahap

tersebut untuk pengecekan keabsahan data banyak terjadi pada tahap

penyaringan data. Oleh sebab itu jika terdapat data yang tidak

relevan dan kurang memadai maka diadakan penelitian atau penyaringan

data sekali lagi di lapangan sehingga data tersebut memiliki kadar validitas

tinggi. Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui

dari konsep keahlian (validitas) dan keadaan (solibilitas), derajat

kepercayaan keabsahan data (kredibilitas data ). Dalam bagian ini peneliti

harus mempertegas teknik apa yang digunakan dalam mengadakan

pengecekan keabsahan data yang dikemukan. Moleong berpendapat

bahwa: “Dalam penelitian diperlukan suatu teknik pemeriksaan keabsahan

data”.53 Untuk memperoleh data yang valid dan objektif serta dapat

dijamin keabsahannya, maka peneliti menggunakan teknik pemeriksaan

sebagai berikut:

a. Triangulasi, triangulasi dalam penelitian ini adalah untuk mengecap

keabsahan data tertentu dengan membandingkan data yang diperoleh

dari sumber lain. Adapun triangulasi yang digunakan adalah

triangulasi sumber (untuk mengkaji kredibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa

sumber),triangulasi metode (untuk mendapatkan data berdasarkan

53 Ibid., h.321.

Page 52: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

36

terapan metode observasi, interview dan dokumentasi)dan triangulasi

teori (yaitu perbandingan teori yang relavan dengan permasalahan

yang di teliti.)

b. Menggunakan bahan referensi, dimana bahan referensi yang dipakai

adalah bahan dokumentasi catatan lapangan yang tersimpan. Dengan

referensi penulis dapat mengecek kembali data-data dan informasi

yang peneliti dapatkan dilapangan.

c. Pengecekan, dilakukan oleh peneliti untuk mereview, mengkonfirmasi

kan kembali informasi.

H. Sistematika Pembahasan

Adapun secara rinci sistematika penelitian skripsi tersebut sebagai

berikut:

Bab I Pendahuluan, berisi tentang konteks penelitin, focus penelitian,

tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup dan setting penelitian, telaah

pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penelitian skripsi.

Bab II Paparan data dan temuan, berisi dua sub bab. Bagian pertama

tentang gambaran umum MTs Fathurrahman Jeringo, yang di dalamnya berisi

enam anak sub bab, yaitu: Profil MTs Fathurrahman Jeringo (Identitas

Madrasah, Alamat Madrasah, Visi dan Misi Madrasah dan tujuan Madrasah),

letak geografis MTs Fathurrahman Jeringo, keadaan guru-guru di MTs

Fathurrahman Jeringo, keadaan siswa-siswa di MTs Fathurrahman Jeringo,

data keadaan sarana dan prasarana di MTs Fathurrahman Jeringo, dan data

orgnisasi di MTs Fathurrahman Jeringo. Bagian kedua tentang: peran guru

Page 53: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

37

fiqih sebagai pembimbing dalam membina kedisiplinan shalat berjama’ah

siswa kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo, Strategi yang digunkan guru

fiqih sebagai pembimbing dalam membina kedisiplinan shalat berjama’ah

siswa kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo.

Bab III berisi pembahasan data temuan di madrasah yang menyangkut

tentang: peran guru fiqih sebagai pembimbing dalam membina kedisiplinan

shalat berjama’ah siswa kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo, Strategi

yang digunkan guru fiqih sebagai pembimbing dalam membina kedisiplinan

shalat berjama’ah siswa kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo.

Bab IV Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.

Page 54: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

38

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum MTs Fathurrahman Jeringo

Untuk mengetahui dan memperoleh data tentang gambaran umum

lokasi penelitian, pada bagian ini penulis membahas tentang hal-hal yang

berkaitan dengan keberadaan lokasi penelitian tersebut. Hal-hal yang

dimaksud antara lain sebagai berikut:

1. Sejarah Berdirinya MTs Fathurrahman Jeringo

Dalam sejarah singkat awal berdirinya MTs Fathurrahman Jeringo,

tidak terlepas dari sejarah berdirinya Madrasah Ibtida’iyyah Fathurrahman

Jeringo yang berawal dari Pengajian umum yang diadakan di masjid

Fathurrahman Jeringo yang diisi oleh: TGH. Muhammad Anwar Sesela

sekitar tahun 1980-an. Setelah pengajian beliu sering menanyakan tentang

pendidikan di Jeringo dan itu membuat semangat tokoh–tokoh agama

pada saat itu seperti H.Siddik, H. M. Syukri berinisiatif mendirikan

Madrasah Tingkat MI ( Madrasah Ibtida’iyyah ). Berangkat dari inisiatif

tersebut maka diadakanlah musyawarah dengan tokoh agama dan tokoh

masyarakat sekitar untuk pembangunan sebuah gedung madrasah. Dari

musyawarah tersebut diputuskanlah untuk mulai membangun gedung

madrasah dan memilih lokasi strategis untuk sebuah pusat kegiatan belajar

mengajar yaitu sebelah selatan masjid Fathurrahman Jeringo atas

pesetujuan Mak Muin dan saudaranya Mak Lihin serta anaknya Ismail

(kepala kampung) pada saat itu.

Page 55: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

39

Peletakan batu pondasi gedung Madrasah Ibtida’iyyah (MI)

Fathurrahman Jeringo dilaksanakan pada tahun 1980 yang dihadiri oleh

para Tuan Guru ( Kiayi ) diantaranya: TGH. Ibrahim Al Kholidy Kediri,

TGH. Muhammad Anwar Sesela, TGH. Mazhar Kediri, TGH. Abdul

Hamid Sesela, TGH. Kholid Sesela, TGH. Musleh Kediri. Setelah itu

maka pembangunan gedung terus berjalan dan para siswa pun terus belajar

sampai pada sekitar tahun 1981 dikumpulkanlah dana swadaya masyarakat

untuk membeli tanah dan diwkafkan untuk pembangunan gedung MTs.

(Madrasah Tsanawiyah ) maka dibelilah tanah disebelah selatan gedung

MI sekarang dari pemiliknya: Ramli ayah dari Sahrun ( Run ).

Kemudian setelah proses belajar mengajar berjalan maka dirasakan

sangat perlu untuk membuat gedung MTs sebagai tempat melanjutkan

studi para siswa yang sudah tamat dari Madrasah Ibtida’iyah (MI), maka

mulailah diadakan musyawarah dan 1985 akhirnya dibangunlah gedung

MTs. Fathurrahman Jeringo yang pelatakan batu pondasinya dihadiri oleh:

TGH. Muhammad Anwar Sesela, TGH. Kholid Sesela, TGH. Ridwan

Sesela. maka setelah pembangunan selesai dan rampung pendidikan dan

pengajaran di MTs tahun demi tahun semakin pesat dan maju sampai

sekarang.

Kemudian setelah MTs berjalan dan banyak siswa-siswi menamatkan

studinya akhirnya masyarakat banyak mengusulkan supaya didirikan

Madrasah ‘Aliyah. Stelah diadakan musyawarah maka akhirnya pada

Tahun 2008/2009 mulailah dibangun gedung Madrasah ‘Aliyah

Page 56: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

40

Fathurrahman Jeringo dan pada tahun ajaran 2009/2010 sudah menerima

Siswa/siwsi Madrasah Aliyah (MA) dan terus bekembang sampai

sekarang. 54

2. Profil MTs Fathurrahman Jeringo

MTs Fathurrahman Jeringo didirikan pada tahun 1985 yakni setelah

enam tahun didirikannya Madrasah Ibtida’iyah Fathurrahman Jeringo.

MTs Fathurrahman Jeringo didirikan di atas tanah wakaf yang diwakafkan

oleh seorang masyarakat dengan nomor wakaf : W.3.a/105.4 tahun 1989

dengan saksi H.M. Syukri dan H.Lalau Syahabuddin dengan batas dan

luas sebagai berikut:

Batas sebeleh utara : Tanah Nurmah

Batas sebeleh barat : Tanah Amaq Ramli

Batas sebeleh selatan : Tanah H. Sairi

Batas sebeleh timur : Jalan Raya

Panjang : 50 M2

Lebar : 20 M2

Luas : 1000 M2

a. Identitas Sekolah

Nama Madrasah : MTs Fathurrahman Jeringo

Status Madrasah : Swasta

NSS : 121520106052

Tahun didirikan : 1985

54 Dokumentasi, 22 April 2017.

Page 57: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

41

Luas Tanah : 1300 M2

Luas Bangunan : 168 M2

Status Tanah : Milik Sendiri

Nama Kepala Sekolah : H. Ishak, S.Pd.I

b. Alamat Madrasah

Provinsi : Nusa Tenggara Barat (NTB)

Kabupaten : Lombok Barat

Kecamatan : Gunungsari

Desa : Jeringo

Jalan : Jl. Raya Desa Jeringo Jurusan Lilir

Kode Pos : 83351

Telpon : 081803603370/085917229730

E_Mail : [email protected] 55

c. Visi dan Misi MTs Fathurrahman Jeringo

1) Visi : Iman, Islam, Ilmu dan Amal

2) Misi :

a) Mengembangkan SDM yang berimtaq, istiqamah dan

berpegang teguh terhadap ajaran Allah SWT.

b) Membentuk pribadi muslim yang berakhlaqul karimah, ikhlas

dalam beramal, berjuang dalam agama sehingga nantinya

menjadi manusia yang kaffah.

55 Dokumentasi, 29 Maret 2017.

Page 58: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

42

c) Trampil dalam berbagai ilmu sehingga mampu menghadai

tantangan dimasa depan.56

d. Tujuan

Adapun tujuan pendidiikan di MTs Fathurrahman Jeringo

dirumuskan sebagai berikut :

1) Memberikan pendidikan yang bermutu bagi masyarakat sekitar

pada khususnya dan seluruh ummat islam umumnya sesuai dengan

visi dan Misi MTs Fathurrahman jeringo.

2) Memberikan kenyamanan dalam proses dalam kegiatan belajar

mengajar kepada seluruh masyarakat yang ada disekitar MTs

Fathurrahman Jeringo, Desa Jeringo pada umumnya yang sadar

akan pentingnya pendidikan Agama bagi anak-anaknya dalam

menghadapi era globalisasi dan informasi dan untuk kebahagiaan

dunia dan akhirat.57

3. Letak Geografis MTs Fathurrahman Jeringo

MTs Fathurrahman Jeringo terletak di dusun Jeingo Lauk Desa Jeringo

Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat

(NTB). Adapun Letak Gegrafis MTs Fathurrahman Jerigo adalah sebagai

berikut:

Sebelah Timur : Jalan Raya Desa Jeringo

Sebelah Utara : Masjid Fathurrahman Jeringo

Sebelah Barat : Perumahan Penduduk

56 Dokumentasi, 29 Maret 2017. 57 Dokumentasi, 8 Apri 2017.

Page 59: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

43

Sebelah Selatan : perumahan Penduduk 58

Dari letak geografis tersebut, dapat dikatakan bahwa MTs

Fathurrahman Jeringo memiliki lokasi yang sangat strategis sebagai

sebuah lembaga pendidikan, di mana lokasinya terletak di tengah-tengah

Desa Jeringo sehingga memungkinkan untuk mengembangkan lembaga

pendidikan tanpa harus berhadapan dengan permasalahan transportasi,

informasi dan teknologi.

4. Keadaan Guru dan Pegawai di MTs Fathurrahman Jeringo

Guru di MTs Fathurrahman Jeringo cukup memiliki tanggung jawab

yang besar terhadap anak didiknya, terlebih ketika siswa-siswanya ada

masalah maka guru-guru cepat merespon dan melakukan tindakan untuk

menyelesaikan masalah siswa, khususnya yang berkaitan dengan proses

transformasi ilmu pengetahuan kepada para siswa. Kesadaran akan

tanggung jawab sebagai guru yaitu pendidik dan pengajar sangat

diperhatikan dan dipegang teguh. Guru-guru di MTs Fathurrahman Jeringo

memiliki kompetensi dan kemampuan yang sangat bagus. Baik dalam hal

mengajar yaitu memberikan ilmu pengetahuan maupun memberikan

didikan dan bimbingan bagaimana supaya anak didik mereka terbentuk

menjadi manusia yang sesungguhnya. Tanggung jawab sebagai seorang

pengajar betu-betul diterapkan oleh guru-guru di MTs Fathurrahman

Jeringo. Hal tersebut terlihat dari kehadiran guru-guru yang datang setiap

harinya sejak pukul 7.15 dan pulang pada waktu yang telah disepakati

58 Observasi, 8 April 2017.

Page 60: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

44

bersama yaitu setelah pukul 13.00.59 Berikut penulis paparkan keadaan

guru dan pegawai di MTs Fathurrahman Jeringo.

Tabel 1

Data Guru dan Pegawai di MTs Fathurrahman Jeringo Tahun

Pelajaran 2016/2017

Sumber Data: Profil MTs. Fathurrahman Jeringo 60

NO Nama Guru/NIP L/P Jabatan Mata pelajaran yang

diajarkan

1 H. Muhammad

Syukri L

Pembina Yayasan

& Guru Tauhid

2 H. Lalu

Sahabudin L

Mudirul’am &

Guru Akhlak Libanin

3 M.Syafi’I, M.H.I L Ketua yayasan &

Guru Syarah dahlan

4 H. Ahmad Zohdi L Guru Mulok

5 H. Ishak, S.Pd.I L Guru Akidah Akhlak

6 Zainuddin, S.Pd.I L Guru Fiqih

7 Sahdi, S.Pd.I L Guru Matematika

8 Lalu Safwan,

S.Pd.I L Guru Bahasa arab

9 Lalu Musa’ir,

S.Pd.I L Guru Al-Qur’an Hadis

10 Datu Satria

Wiharjaya, S.Pd. L Guru Penjaskes

11 Khairani, S.Pd. P Guru IPA

12 Sukmawati, S.Pd P Guru IPS

13 Baiq Laila, S.Pd P Guru Bahasa Inggris

59 Obserpasi, 5 April 2017. 60 Dokumentasi, 08 April 2017.

Page 61: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

45

14 Baiq Charul

Khatimah, S.Pd.I P Guru Akidah Akhlak

15 Yuli IkaYanti,

S.Pd P Guru Bahasa Indonesia

16 Lalu Hamdari,

S.Pd.I P Guru PKWN

17 H.Lalu Athar L Guru Nahu Saraf

18 Suhad L Guru Sejarah Kebudayaan

Islam

19 H. Rodiman,

S.Pd.I L Guru Seni Kaligrafi

20 Edi Suparman,

S.Pd.I L Guru SBK

21 Marzuki L Guru Tikom

22 Raehul Jannh P Guru IPS

23 Ahmad Syukri TU -

Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui bahwa jumlah guru dan

pegawai/staf di MTs Fathurrahman Jeringo sebanyak 23 orang dengan

klasifikasi 22 orang sebagai tenaga pengajar (termasuk kepala sekolah)

dan 1 orang sebagai TU.

5. Keadaan Siswa di MTs Fathurrahman Jeringo

Dalam proses belajar mengajar, siswa menduduki peranan yang sangat

penting, karena siswalah yang menjadi tolok ukur berhasil tidaknya

kegiatan proses belajar mengajar. Adapun jumlah siswa di MTs

Fathurrahman Jeringo tahun Pelajaran 2016/2017 dapat dilihat pada tabel

berikut:

Page 62: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

46

Tabel 2

Data Siswa di MTs Fathurrahman Jeringo Tahun Pelajaran

2016/2017

Sumber Data: Profil MTs. Fathurrahman Jeringo 61

Kelas L/P Jumlah

VII A L 14

32 P 18

VII B L 13

32 P 19

VIII A L 17

38 P 21

VIII B L 12

36 P 24

IX A L 22

48 P 26

IX B L 22

47 P 25

Jumlah 233

Dari analisis tabel di atas bahwa jumlah siswa dan siswi MTs

Fathurrahman Jeringo Tahun Pelajaran 2016/2017 mencapai 233 orang

yang tersebar ke dalam 6 kelas. Kelas VII A berjumlah 32 siswa, kelas

VII B berjumlah 32 siswa, kelas VIII A berjumlah 38 siswa, kelas VIII B

berjumlah 36 siswa, kelas IX A berjumlah 48 siswa dan kelas IX

berjumlah 47 siswa.

61 Dokumentasi, 08 April 2017.

Page 63: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

47

6. Data Sarana dan Prasarana di MTs Fathurrahman Jeringo

Sarana dan prasarana merupakan penunjang keberhasilan kegiatan

belajar mengajar di Madrasah, tentunya sarana dan prasarana perlu

diketahui untuk melengkapi gambaran mengenai MTs Fathurrahman

Jeringo. Untuk lebih jelasnya, sarana dan prasarana yang ada di MTs

Fathurrahman Jeringo dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3

Data Sarana dan Prasarana di MTs Fathurrahman Jeringo Tahun

Pelajaran 2016/2017

Sumber Data: Profil MTs. Fathurrahman Jeringo 62

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah Kondisi

Baik Rusak 1 Ruang Kelas 6 6 - 2 Ruang Kepala Madrasah 1 1 - 3 Ruang Guru 1 1 - 4 Ruang Tata Usaha 1 1 - 5 Laboratorium IPA (Sains) - - - 6 Laboratorium Komputer - - - 7 Laboratorium Bahasa - - - 8 Laboratorium PAI - - - 9 Ruang Perpustakaan 1 1 - 10 Ruang UKS - - - 11 Ruang Keterampilan - - - 12 Ruang Kesenian - - - 13 Toilet Guru 1 1 - 14 Toilet Siswa 4 4 -

15 Ruang Bimbingan Konseling (BK)

- - -

16 Gedung Serba Guna (Aula) - - - 17 Ruang OSIS 1 1 - 18 Ruang Pramuka - - - 19 Masjid/Mushola - - - 20 Gedung/Ruang Olahraga - - - 21 Rumah Dinas Guru - - -

62 Dokumentasi, 08 April 2017.

Page 64: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

48

22 Kamar Asrama Siswa (Putra) - - - 23 Kamar Asrama Siswi (Putri) - - - 24 Pos Satpam - - - 25 Kantin 1 1 - 26 Loker Siswa - - - 27 Kursi Guru di Ruang Kelas 7 7 - 28 Meja Guru di Ruang Kelas 7 7 - 29 Papan Tulis 7 7 - 30 Lemari di Ruang Kelas 7 7 - 31 Alat Peraga PAI 10 10 - 32 Alat Peraga IPA (Sains) 10 10 - 33 Bola Sepak 6 6 - 34 Bola Voli 6 6 - 35 Bola Basket 3 3 - 36 Meja Pingpong (Tenis Meja) 1 1 - 37 Lapangan Sepakbola/Futsal - - - 38 Lapangan Bulutangkis 1 1 - 39 Lapangan Basket 1 1 - 40 Lapangan Bola Voli - - - 41 Printer 1 1 - 42 Mesin Fotocopy 2 2 - 43 Mesin Fax - - - 44 Mesin Scanner 1 1 - 45 LCD Proyektor 1 1 - 46 Layar (Screen) 1 1 - 47 Meja Guru & Pegawai 6 6 - 48 Kursi Guru & Pegawai 6 6 - 49 Lemari Arsip 1 1 - 50 Kotak Obat (P3K) 1 1 - 51 Brankas 1 1 - 52 Pengeras Suara 1 1 -

Dari analisis tabel di atas sarana dan prasarana MTs Fathurrahman

Jeringo Tahun Pelajaran 2016/2017 terdapat 10 Ruangan. Ruang belajar/

kelas sebanyak 6 ruang dengan kondisi baik, 1 ruang Kepala Madrasah, 1

Ruang Guru, 1 perpustakaan, dan 1 ruang TU.

Page 65: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

49

7. Data Oganisasi MTs Fathurrahman Jeringo

Dalam suatu lembaga pendidikan sangat diperlukan adanya suatu

organisasi yang baik dan teratur dalam rangka membantu kelangsungan

proses belajar mengajar yang baik. Organisasi tersebut sangat urgen dalam

menunjang maju mundurnya proses belajar mengajar pada suatu lembaga

pendidikan.

Dalam meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran di MTs

Fahurrahman Jeringo ini, kepala madrasah sering mengadakan perbaikan-

perbaikan terhadap tata kerja dan kegiatan-kegiatan pendidikan dengan

mengadakan pengembangan bakat guru, pegawai dan siswa melalui

organisasi tersebut. Adapun struktur organisasi yang ada di MTs

Fahurrahman Jeringo dapat dilihat dalam skema berikut.

Page 66: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

50

Tabel 4

Setruktur Organisasi di MTs Fathurrahman Jeringo Tahun Pelajaran

2016/2017

Sumber Data: Profil MTs. Fathurrah man Jeringo63

63

Dokumentasi, 08 April 2017.

SISWA - SISWI

KOMITE SEKOLAH

H. Lalu Athar KEPALA SEKOLAH

H. Ishak, S.Pd.I

WAKSEK

Sahdi, S.Pd.I

WAKA KURIKULUM

Sahdi, S.Pd.I

WAKA KESISWAAN

Lalu Musa’ir, S.Pd.I WAKA SARPRAS Lalu Safwan, S.Pd.I

WAKA HUMAS Zainuddin, S.Pd.I

WALI KELAS VII VIII A: BQ. Charul Khatimah, S.Pd.I

VIII B: Sukmawati, S.Pd

WALI KELAS VII

V II A : Yuli IkaYanti, S.Pd VII B : Edi Suparman, S.Pd.I

WALI KELAS VII IX A: Khairani, S.Pd IX B: Baiq Laila, S.Pd

KET. YAYASAN

M.Syafi’I, M.H.I

Page 67: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

51

B. Peran Guru Fiqih Sebagai Pembimbing dalam Membina Kedisiplinan

Shalat Berjama’ah siswa Kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo.

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di MTs Fathurrahman

Jeringo, peneliti mendapatkan data bahwa ada beberapa aktivitas yang

diperankan oleh guru fiqih sebagai pembimbing dalam membina kedisiplinan

shalat berjamaah siswa kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo. Untuk lebih

jelasnya apasaja aktivitas tersebut, peneliti akan menjelaskan aktivitas-

aktivitas tersebut sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Pembelajaran fiqih di dalam kelas

Pelaksanan pendidikan fiqih di dalam kelas merupakan langkah

terdepan dalam memberikan bimbingan kepada siswa, karena di dalam

kelas guru akan berinteraksi secara langsung dengan siswa dalam

pertemuan yang intensif. Menurut Ust. zainuddin, selaku guru fiqih

mengatakan bahwa “dalam membina kedisiplinan shalat berjama’ah siswa

tidak akan terlepas dengan interaksi antara siswa dengan guru, oleh

karenanya interaksi di dalam kelas sangat efektif karena siswa bertemu

langsung dengan guru dan guru dapat langsung memberikan bimbingan

kepada siswa mengenai kedisiplinan shalat berjamaah”.64

Peran guru fiqih sebagai pembimbing dalam membina kedisiplinan

shalat berjama’ah siswa adalah memberi bantuan kepada peserta didik agar

peserta didik senantiasa disiplin melaksanakn shalat berjama’ah. Menurut

Ust. Zainuddin selaku guru fiqih mengatakan “guru memberi bimbingan

64 Zainuddin, (Guru Fiqih), MTs Fathurrahman Jeringo, Wawancara, 15 Maret 2017.

Page 68: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

52

atau bantuan kepada peserta didik yang tidak disiplin mengikuti shalat

berjama’ah”.65

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, peneliti melihat bahwa Ust.

Zainuddin selaku guru fiqih di MTs. Fathurrahman Jeringo, ketika Ust.

Zainuddin berada di dalam kelas VIII A dalam pembelajaran fiqih, dalam

menjalankan perannya sebagai pembimbing, Ust. Zainuddin benar dalam

penerapannya, ketika ada siswanya yang melakukan pelanggaran

kedisiplinan melaksanakan shalat berjama’ah seperti ketika itu ada 2 orang

siswanya yang hari sebelumnya tidak mengerjakan shalat berjama’ah, Ust.

Zainuddin meminta kedua siswanya untuk menghadapnya kedepan meja

guru untuk memberinya bimbingan. Adapun bentuk bimbinganya adalah:

Kenapa kemarin setelah pelajaran selesai kalian berdua langsung pulang dan tidak mengerjakan shalat berjama’ah di masjid, bapak dan ibu guru sengaja membuat peraturan yang mengharuskan kalian shalat berjama’ah di masjid sebelum pulang agar kalian terbiasa menjalankan shalat secara berjama’ah dan diharapkan nanti di rumah kalian terbiasa menjalankan shalat berjama’ah bersama keluarga kalian atau pergi ke masjid atau mushalla dekat rumah kalian. Adpun respon dari siswa yang diberikan bimbingan cukup baik, hal tersebut terlihat dari siswa yang mendengarkan bimbingn yang disampaikan guru dan kemudian mengikuti shalat dzuhur berjama’ah setelah selesainya pembelajaran.66

Hal tersebut membuktikan bahwa dalam proses pembelajaran fiqih di

dalam kelas, guru fiqih MTs Fathurrahman Jeringo telah melaksanakan

perannya sebagai pembimbing. Dalam hal ini membimbing siswanya

kearah yang lebih baik. Diharapkan dengan pembimbingan ini siswa akan

65

Zainuddin, (Guru Fiqih), MTs Fathurrahman Jeringo, Wawancara, 15 Maret 2017. 66 Observasi, 16 Maret 2017.

Page 69: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

53

menerapkannya dalam kehidupanya baik di madrasah dan di masyarakat

sekitar.

2. Himbauan shalat berjama’ah

Himbauan dari seorang guru memiliki andil yang cukup besar

terhadap kedisiplinan menjalankan shalat berjama’ah siswa. Seseorang

yang selalu mendapatkan himbauan untuk shalat berjama’ah maka ia akan

terdorong untuk melakukan shalat berjama’ah tersebut dan akhirnya akan

menjadi orang yang berdisiplin dalam menjalankan shalat berjama’ah.

Berdasarkan hasil wawancara penelitit dengan siswa kelas VIII A,

didapatkan keterangan mereka memiliki kedisiplinan yang baik dalam

melaksnakan shalat berjama’ah. Hal ini dikarenakan himbauan yang selalu

diberikan oleh guru fiqih terhadap mereka. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Lalau Alamsyah Saofi selaku siswa kelas VIII A

mengatakan bahwa:

Kalau saya sih kak awalnya dapat dikatakan tidak disiplin mengikuti shalat berjama’ah sepulanng sekolah. Karena rumah saya di dusun Baturiti yang cukup jauh dari madrasah, jadinya diam-diam saya terkadang langsung pulang. Akan tetapi sekarang setiap selesai proses pembelajaran di kelas guru fiqih dan kadang juga guru al quan hadis selalu masuk ke kelas untuk memberikan himbauan kepada kami agar mengikuti shalat berjma’ah di masjid dulu sebelum pulang. Karena setiap hari kami selalu dihimbau oleh guru fiqih atau guru al quran hadis untuk berjama’ah, Alhamdulillah sekarang saya rajin mengikuti shalat berjama’ah sebelum pulang.67

Terkait pemberian himbauan kepada siswa, juga diungkapkan oleh

Ust. Zainuddin selaku guru fiqih di MTs Fathurrahman Jeringo: “yang

67 Lalau Alamsyah Saofi, (Siswa Kelas VIII A), MTs Fathurrahman Jeringo,

Wawancara, 22 Maret2017.

Page 70: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

54

saya lakukan untuk membuat siswa mau disiplin shalat berjama’ah adalah

setiap selesainya proses pembelajran, saya masuk ke kelas untuk

menghimbau dan menggiring siswa menuju masjid”.68

Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan peneliti terhadap guru fiqih

dan siswa kelas VIII A bahwa saat proses pembelajaran selesai, guru fiqih

masuk kekelas VIII A untuk memghimbau siswa dan siswi agar segera

menuju masjid untuk melakukan shalat berjama’ah. Ketika itu ada 1 orang

siswa laki-laki yang diam-diam menuju warung kantin untuk jajan. Ketika

guru fiqih melihat siswa tersebut guru fiqih langsung memberikan arahan

kepadanya untuk segera menuju masjid untuk melaksanakan shalat

berjama’ah.69

3. Pendampingan shalat berjama’ah

Pendampingan shalat berjama’ah oleh guru fiqih juga memiliki

pengaruh dalam membina kedisiplinan shalat berjama’ah siswa.

Sebagaimana hasil pengamatan peneliti terhadap guru fiqih dan siswa

kelas VIII A yang melakukan shalat berjama’ah di masjid, ketika shalat

berjama’ah selesai guru fiqih mempertanyakan kepada ketua kelas VIII A

tentang siswa yang tidak mengikuti shalat berjama’ah. ketika ada siswa

yang tidak mengikuti shalat berjama’ah maka guru fiqih menyuruh ketua

kelas untuk mencatat nama siswa tersebut, namun saat itu siswa kelas VIII

A yang berjumlah 38 orang semuanya megikuti shalt berjama’ah.70

68 Zainuddin, (Guru Fiqih), MTs Fathurrahman Jeringo, Wawancara, 15 Maret 2017. 69 Observasi, 23 Maret 2017. 70 Observasi, 29 maret 2017.

Page 71: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

55

Kemudian berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan Ust.

Zainuddin selaku guru fiqih, didapatkan keteragan bahwa:

Shalat dhuhur berjama’ah didirikan setelah tibanya waktu dzuhur yakni sekitar jam 12.30 di masjid yang terletak disebelah madrasah. Imamnya dari bapak guru salah satunya guru fiqih seperti saya, dan teradang ketika sya berhalangan maka yang menjadi imam adalah guru Al-quran hadis Ust. Lalu Musya’ir atau bapak kepala sekolah bapak H. Ishak. Seluruh siswa mulai dari kelas VII sampai kelas IX diwajibkan untuk mendirikan shalat berjama’ah serta bapak ibu guru juga ikut mendampingi siswanya. karena setelah shalat berjama’ah selesai bapak atau ibu guru mengecek siapa siswa atau siswinya yang tidak mengikuti shalat berjama’ah untuk diberikan pengarahan esok paginya.71

Kemudian wawancara yang dilakukan peneliti dengan siswa kelas VIII

A, didapatkan keterangan bahwa ketika ada siswa yang tidak mengikuti

shalat berjama’ah biasanya setelah doa bersama sebelum masuk kelas

siswa tersebut dipanggil kekantor untuk diberikan pengarahan dan juga

kalau hari itu ada pembelajaran fiqih di kelas guru fiqih biasanya

memberikan pengarahan juga kepada siswa yang tidak mengikuti shalat

berjama’ah. Akan tetapi kalau 3 kali tetap tidak mengikuti salat

berjama’ah siswa tersebut biasanya dihukum dengan lari mengelilingi

lapangan sebanyak 5 kali. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Lalu

Alamsyah Saofi selaku siswa kelas VIII A:

Siswa yang tidak ikut shalat berjama’ah biasanya keesokan harinya sebelum masuk kelas dipanggil kekator untuk diberikan pengarahan dan nasihat-nasihat, dan kalau hari itu ada pembelajaran fiqih dikelas, maka guru fiqih juga memberikan arahan kepada siswa atau siswi yang tidak mengkuti shalat berjama’ah. Jika siswa sudah 3 berturut-turut tidak ikut shalat berjama’ah maka biasanya siswa itu dihukum

71

Zainuddin, (Guru Fiqih), MTs Fathurrahman Jeringo, Wawancara, 15 Maret 2017.

Page 72: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

56

dengan lari mengelilingi lapangan madrasah sebanyak 5 kali putaran”.72

Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan peneliti terhadap guru fiqih dan

siswa kelas VIII A bahwa setelah do’a bersama dihalaman madrasah, ad

siswa yang tidak mengikuti shalat berjama’ah dipanggil kekantor untuk

diberikan arahan dan nasihat oleh kepala sekolah. Kemudian didalam kelas

kedua siswa tersebut diberikan bimbingan dan nasihat oleh Ust. Zainuddin

selaku guru fiqih.73

C. Strategi yang digunakan guru fiqih dalam membina kedisiplinan shalat

berjama’ah siswa kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo.

Setelah peneliti melakukan observasi, wawancara dengan guru fiqih di

MTs Fathurrahman Jeringo, maka akan penulis sampaikan tentang hasil

penelitian yang telah peneliti dapatkan terkait strategi yang digunakan guru

fiqih sebagai pembimbing dalam membina kedisiplinan shalat berjama’ah

siswa kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo. Adapun metode yang

digunakan guru fiqih sebagai pembimbing dalam membina kedisiplinan

shalat berjama’ah siswa kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo adalah

sebagai berikut:

1. Penerapan Metode Pembiasaan

Pembiasaan melakukan shalat berjama’ah pada diri peserta didik

mempunyai pengaruh terhadap kedisiplinan peserta didik dalam

melaksanakan shalat berjama’ah. Semakin terbiasa peserta didik tersebut

72Lalau Alamsyah Saofi, (Siswa Kelas VIII A), MTs Fathurrahman Jeringo, Wawancara,

22 Maret2017. 73 Observasi, 16 Maret 2017.

Page 73: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

57

melakukan shalat secara berjama’ah maka akan semakin tinggi tingkat

kedisiplinannya dalam melaksanakan shalat secara berjama’ah. Begitupun

sebaliknya, semakin tidak biasa peserta didik melakukan shalat secara

berjama’ah maka akan terasa berta dan sulit peserta didik tersebut

melakukan shalat berjama’ah.

Hal tersebut sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Ust. Zainuddin

selaku guru fiqih di MTs Fathurrahman Jeringo yang mengatakan bahwa:

Metode yang dipakai dalam membina kedisiplinan ibadah shalat berjama’ah siswa adalah melalui metode pembiasaan, siswa selalu dibiasakan diajak terus melaksanakan shalat berjama’ah dengan tertib dan disiplin. Dampaknya membuat siswa akan terbiasa melaksanakan shalat secara berjama’ah dan pada akhirnya siswa tersebut disiplin degan sendirinya dalam melaksanakan shalat berjama’ah di karenakan shalat berjama’ah itu sudah menjadi kebiasaan pada mereka sehingga tidak perlu lagi harus disuruh untuk melakukan shlat secara berjama’ah. Hal tersebut kami lakukan dengan harap nanti setelah mereka selesai dari MTs Fathurrahman Jeringo mereka tetap menjalankan shalat berjama’ah bersama keluarganya atau pergi ke masjid dekat rumahnya.74

Begitupula hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap siswa

siswi kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo tampak disiplin mengikuti

shalat dzuhur berjama’ah setelah selesai proses pembelajaran. Hal tersebut

terbukti dengan semua siswa-siswi kelas VIII A yang berjumlah 38 orang

semuanya mengikuti pelaksanaan shalat berjama’ah di masjid.75

Hal tersebut di atas membuktikan bahwa melalui metode pembiasaan

sangat berdampak pada kedisiplinan siswa dalam melaksanakan shalat

secara berjama’ah.

74 Zainuddin, (Guru Fiqih), MTs Fathurrahman Jeringo, Wawancara, 15 Maret 2017. 75 Observasi, 29 Maret, 2017.

Page 74: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

58

2. Melalui bimbingan khusus

Bimbingan khusus yang diberikn guru fiqih bekerja sama dengan

kepala sekolah memiliki pengaruh dalam membina kedisiplinan siswa

dalam menjalankan ibadah shalat secara berjama’ah. Sebagaimana yang

diuangkapkan oleh Ust. Zainuddin selaku guru fiqih:

Bimbingan khusus merupakan pemberian perhatian yang lebih kepada

siswa yang dianggap masih susah untuk diberikan pengarahan dan

sering melakukan pelanggaran di madrasah. Melalui bimbingan khusus

akan membuat siswa merasa mendapatkn perhatian lebih dari guru dan

tentunya ketika mereka sudah merasa mendapatkan perhatian dan kasih

saying lebih maka mereka akan cepat mendengarkan dan

melaksanakan perintah dan saran yang ditujukan kepadanya misalnya

saja ketika disuruh untuk shalat berjama’ah ia akan menuruti perintah

tersebut. 76

Lebih lanjut lagi dijelaskan oleh Ust Zainuddin bahwa:

“Bimbingan khusus ini biasa dilakukan dengan pemanggilan siswa

yang bersangkutan ke ruang kepala sekolah untuk diberikan arahan

agar tidak melakukan hal yang melanggar peraturan di sekolah.

Jika siswa yang bermasalah ini masih tetap melakukan hal yang

sama, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pemanggilan

orang tua siswa, dengan jalan ini diharapkan bisa menekan

kecenderungan melanggar aturan sekolah”.77

Bimbingan khusus tersebut merupakan hasil kerjasama antara guru

fiqih dengan kepala sekolah sebagaimana yang diungkapkan oleh Ust.

Zainuddin “tidak bisa secara sendiri-sendiri dalam hal membina

kedisiplinan shalat berjama’ah siswa di madrasah, oleh karenanya

76 Zainuddin, (Guru Fiqih), MTs Fathurrahman Jeringo, Wawancara, 15 Maret 2017. 77 Zainuddin, (Guru Fiqih), MTs Fathurrahman Jeringo, Wawancara, 15 Maret 2017.

Page 75: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

59

dibutuhkan kerja sama antara guru fiqih seperti saya dengan guru yang

lainnya sepeti kepala sekolah”78

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan dalam pemberian

bimbingan khusus kepada siswa yang tidak menjalankan ibadah shalat

berjama’ah, guru fiqih aktif terlibat dalam kegiatan bimbingan khusus ini,

yakni memberikan nasihat kepada siswa yang tidak mengikuti shalat

berjama’ah dengan memberikan perhatian yang lebih kepadanya. Namun

pemberan nasihat itu dilakukan secara bergantian dengan kepala

madrasah.79

3. Pemberian sanksi atau hukuman

Hukuman merupakan hal yang penting dalam mendisiplinkan peserta

didik. Hal tersebut sebagaimana hasil wawancara yang peneliti lakukan

dengan Ust. Zainuddin selaku narasumber, didapatkan data bahwa:

ketika siswa 3 kali berturut-turut tidak disiplin melaksanakan shalat berjama’ah guru memberi hukuman berupa lari mengelilingi lapangan madrasah sebanyak lima kali putaran. Hal ini berdampak positif bagi siswa dikarnakan menjadikan siswa lebih disiplin dalam mengikuti shalat berjama’ah80.

Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh siswa kelas VIII A:

“biasanya jika siswa sudah 3 berturut-turut tidak ikut shalat berjama’ah

maka siswa itu dihukum dengan lari mengelilingi lapangan madrasah

sebanyak 5 kali putaran”.81

78 Zainuddin, (Guru Fiqih), MTs Fathurrahman Jeringo, Wawancara, 15 Maret 2017. 79 Observasi, 30 Maret 2017. 80 Zainuddin, (Guru Fiqih), MTs Fathurrahman Jeringo, Wawancara, 15 Maret 2017. 81Lalau Alamsyah Saofi, (Siswa Kelas VIII A), MTs Fathurrahman Jeringo, Wawancara,

22 Maret2017.

Page 76: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

60

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, setelah doa bersama sebelum

masuk kelas, guru terlebih dahulu mempertanyakan siswanya yang tidak

mengikuti shalat berjama’ah dzuhur pada hari sebelumnya. ketika ada

maka siswa tersebut dipanggil kekantor untuk diberikan nasihat dan

arahan. Selama peneliti melakukan observasi, sudah 2 kali ada siswa yang

dipanggil kekantor dikarenakan tidak mengikuti shalat berjama’ah, dan

siswa tersebut disuruh lari mengelilingi lapangan madrasah karena

keseringan tidak mengikuti shalat berjama’ah.82

82

Observasi, 5 April 2017

Page 77: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

61

BAB III

PEMBAHASAN

A. Peran guru fiqih sebagai pembimbing dalam membina kedisiplinan

shalat berjama’ah siswa Kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo.

Dalam proses pendidikan yang diselenggarakan di MTs Fathurrahman

Jeringo, semua unsur mempunyai peran yang tidak dapat dipisahkan satu

dengan yang lainnya, salah satu dari unsur tersebut adalah guru. Guru dalam

konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini

disebabkan gurulah yang berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan

pendidikan. Gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk

mentransfer ilmu pengetahuan dan tekhnologi sekaligus mendidik dengan

nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan. Dengan demikian guru

mempunyai misi dan tugas yang berat, namun mulia dalam mengantarkan

tunas-tunas bangsa ke puncak cita-cita.

Keberhasilan guru menjalankan perannya dalam proses belajar mengajar

sangat dipengaruhi oleh sejauh mana pemahaman dan kemampuan guru

dalam menjalankan perannya itu dalam proses belajar. Apabila guru

memahami peranannya hanya sebagai pengajar yakni menyampaikan materi

pengajaran kepada siswa tanpa adanya usaha membimbing dan mendidik

siswa, maka pemahaman seperti itu masih terlalu sempit, karena peran

seorang guru tidak hanya sebatas mengajar atau sekedar mentrasfer

pengetahuan kepada peserta didik. Akan tetapi juga sebagai seorang

pembimbing.

Page 78: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

62

Menurut hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara yang peneliti

lakukan di MTs Fathurrahman Jeringo, didapatkan data bahwa ada beberapa

aktivitas yang diperankan oleh guru fiqih sebagai pembimbing dalam

membina kedisiplinan shalat berjama’ah siswa kelas VIII A MTs

Fathurrahman Jeringo. Aktivitas-aktivitas tersebut berupa Pelaksanaan

Pembelajaran fiqih di dalam kelas, Himbauan shalat berjama’ah,

Pendampingan shalat berjama’ah. Berikut pemaparannya:

1. Pelaksanaan pembelajaran fiqih di dalam kelas

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran,

sehigga sampai saat ini belum bisa tergantikan oleh media apapun.

Walaupun saat ini kemajuan tehnologi sangat pesat perkembangannya

dan bisa mempermudah jalannya pendidikan. Namun peran guru tetap

tidak akan bisa tergantikan oleh siapapuun, terlebih lagi guru Pendidikan

Agama Islam secara umum dan guru fiqih secara yang memiliki peran

dalam membimbing anak agar menjadi manusia muslim sejati, beriman

dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mula dalam kehidupan

pribadi, masyarakat, agaka, bangsa dan bernegara.

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional dan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen, bahwa peran guru adalah “sebagai pendidik, pengajar,

pembimbing, pengarah, pelatih, penilai dan pengevaluasi dari peserta

didik.”83

83 Farida Sarimaya,Sertifikasi guru, apa… Ibid, h.113.

Page 79: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

63

Berpijak pada teori di atas. Peran guru sebagai pembimbing di MTs

Fathuurrahman Jeringo sudah dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut

nampak dari guru fiqih yang memberikn bimbingan, arahan dan nsihat

kepada siswa kelas VIII A yang tidak mengikuti shalat berjama’ah secara

disiplin.

2. Himbauan shalat berjama’ah

Settiap selesainya pembelajaran di kelas, guru fiqih dan guru Al-

quran hadis masuk ke kelas untuk menghimbau para siswa untuk segera

menuju masjid untuk melaksanakan shalat berjama’ah. Dengan selalu

memberikan himbauan kepada siswa dan siswi maka terlihat mereka

berjalan beriringan menuju masjid untuk melaksanakan shalat

berjama’ah.

Aktivitas guru yang selau memberikan himbauan kepada siswa

sebelum pelaksanaan shalat berjama’ah sejalan dengan apa yang

dikatakan oleh Mulyasa dalam bukunya yang berjudul “Menjadi Guru

Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan”

ditulis bahwa:

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Banyak guru cenderung menganggap bahwa konseling terlalu banyak membicarakan klien, seakan-akan berusaha mengatur kehidupan orang, dan oleh karenanya mereka tidak senang melaksanakan fungsi ini. Padahal menjadi guru pada tingkat manapun berarti menjadi penasihat dan menjadi orang kepercayaan, kegiatan pembelajaranpun meletakkannya pada posisi tersebut. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Peserta didik akan menemukan sendiri dan secara mengherankan, bahkan mungkin

Page 80: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

64

menyalahkan apa yang ditemukannya, serta akan mengadu kepada guru sebagai orang kepercayaan. Makin efektif guru menangani setiap permasalahan, makin banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan nasihat dan kepercayaan diri. 84

3. Pendampingan shalat berjama’ah

Pendampingan shalat berjama’ah oleh guru adalah salah satu

aktivitas yang dilakukan oleh guru fiqih di MTs Fathurrahman Jeringo

dalam membina kedisiplinan shalat berjama’ah siswa. Pendampingan

shalat berjama’ah memiliki pengaruh dalam mendisiplinkan siswa

melakukan shalat berjama’ah di masjid, dikarenakan setelah selesainya

pelaksanaan shalat berjama’ah guru mengontrol siapa siswanya yang

tidak mengikuti shalat berjama’ah. Hal tersebut yang membut siswa

selalu disiplin dalam mengikuti shalat berjama’ah di masjid.

Pendampingan shalat berjama’ah oleh guru dalam membina

kedisiplinan shalat berjama’ah siswa sejsuai dengan apa yang dikatakan

oleh Mulyasa dalam bukunya yang berjudul ”Menjadi Guru Profesional

Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan” ditulis bahwa:

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey), yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta memilaki kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan. Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak

84

Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja RosdakaryaOffset, 2003), h. 43.

Page 81: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

65

dan tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya. Istilah perjalanan merupakan suatu proses belajar, baik dalam kelas maupun di luar kelas yang mencakup seluruh kehidupan.85

B. Strategi yang digunakan guru fiqih sebagai pembimbing dalam

membina kedisiplinan shalat berjama’ah siswa kelas VIII A MTs

Fathurrahman Jeringo

Strategi mempunyai pengertian “suatu garis-garis besar haluan untuk

bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan

dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum

kegiatan guru, anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk

mencapai tujuan yang telah digariskan”.86

Menurut hasil observasi, dokumentasi, dan wawancara yang peneliti

lakukan dilapangan, didapatkan data bahwa ada tiga strategi yang digunakan

guru fiqih dalam membina kedisiplinan shalat berjama’ah siswa kelas VIII A

MTs Fathurrahman Jeringo. Strategi tersebut penerpan metode pembiasan,

melalui bimbingan khusus, dan melalui pemberian sanksi atauhukuman.

Adapun paparannya adalah sebagai berikut:

1. Penerpan Pendekatan Pembiasaan

Strategi yang diunakan oleh guru fiqih sebagai pembimbing dalam

membina kedisiplinan ibadah shalat berjama’ah adalah melalui pendekatan

pembiasaan, siswa dibiasakan diajak terus melaksanakan shalat berjama’ah

85 Ibid., h. 40. 86 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2010), h. 5.

Page 82: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

66

dengan tertib dan disiplin. Dampaknya membuat siswa akan terbiasa

melaksanakan shalat secara berjamaah.

Penerapan pendekatan pembiasaan dalam membina kedisiplinan siswa

sejalan dengan yang diungkapkan Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya

yang berjudul ”Strategi Belajar Mengajar” ditulis bahwa:

Pendekatan pembiasaan adalah alat pendidikan. Bagi anak yang masih kecil, pembiasaan ini sangat penting. Karena dengan pembiasaan itulah akhirnya suatu aktivitas akan menjadi milik anak di kemudian hari. Pembiasaan yang baik akan membentuk suatu sosok manusia yang berkepribadian yang baik pula. Sebaliknya, pembiasaan yang buruk akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang buruk pula. Begitulah biasanya yang terlihat dan terjadi pada diri seseorang. Karenanya, di dalam kehidupan bermasyarakat, kedua kepribadian yang bertentangan ini selalu ada dan tidak jarang terjadi konflik di antara mereka.87

2. Melalui bimbingan khusus

Bimbingan ini dilakukan untuk tetap mengontrol dan membina

kedisiplinan shalat berjama’ah siswa-siswi di madrasah. Bimbingan ini

dilakukan lebih cenderung kepada langkah antisipasi muncul dan

mentradisinya perilaku tidak disiplin siswa-siswi. Dalam hal ini guru fiqih

mengambil langkah untuk bekerjasama dengan kepala sekolah. Bimbingan

khusus ini lebih ditekankan kepada siswa yang melakukan pelanggaran

tehadap aturan sekolah yang tergolong sering dan berat dengan tujuan

untuk membina siswa.

Bimbingan khusus yang diberikan oleh guru fiqih hanya kepada siswa

dan siswi yang terlau sering melakukan pelanggaran terhadap aturan dan

tata tertib madrasah seperti tidak disiplin dalam melaksanakan shalat

87

Ibid., h. 62 .

Page 83: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

67

berjama’ah. Bimbingan khusus tersebut dilakukan oleh guru fiqih dan

kepala sekolah yang bergantian dalam memberikan bimbingan, arahan dan

nasihat kepada siswa. Akan tetapi jika setelah diberikan bimbingan siswa

tersebut tetap melakukan pelanggaran maka langkah yang dilakukan

selanjutnya adalah pemanggilan orang tua siswa.

Berangkat dari kenyataan yang dilakukan oleh guru fiqih di MTs

Fathurrahman Jeringo sebagai bimbingan, peran guru dalam membantu

perkembangan pribadi peserta didik dalam salah satunya adalah dengan

sikap peduli. Sebagaimana dikatakan bahwa:

Sikap peduli mengandung arti memberi perhatian penuh kepada peserta didik sebagai pribadi dan memahami apa yang terjadi pada dirinya. Sikap seperti ini memungkinkan seorang guru mampu menyentuh dunia kehidupan individual peserta didik dan terbentuknya suatu relasi yang bersifat membantu (helping relationship)”.88

3. Pemberian sanksi atau hukuman

Hukuman dalam pendidikan adalah “sanksi yang diberikan seorang

guru kepada muridnya yang berbuat pelanggaran terhadap aturan sekolah

maupun intruksi dari guru”.89

Dalam membina kedisiplinan siswa menjalankan ibadah shalat

berjama’ah, umumnya di MTs Fathurrahman Jeringo memberlakukan

sanksi bagi siswa yang melanggar peraturan. Sanksi tersebut berupa

hukuman lari sebanyak 5 kali putaran di halaman madrasah Fathurrahman

Jeringo.

88 Rudi hartono, “Hadiah Dan Hukuman: Metoda Perantara“ dalam

http://www.sdpemudabangsa.com., diambil tanggal 12 April 2017, pukul 16.00 WITA. 89 Ahmad Falah, Hadist Tarbawi, (Kudus : Nora Media enterprise, 2010), h.130.

Page 84: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

68

Pemberian sanksi atau hukuman terhadap perserta didik yang yang

melanggar aturan merupakan langkah terakhir bagi peserta didik yang

tidak bisa menerima saran dan nasihat. hal tersebut sebagaimana yang

diungkapkan oleh Muhammad Quthb yang mengatakan:

Pada mulanya pendidikan yang diberikan kepada anak bisa berupa nasehat dan teladan. Bila teladan tidak mampu dan begitu juga nasehat, maka waktu itu harus diadakan tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan di tempat yang benar. Tindakan tegas itu adalah hukuman. Hukuman dalam pendidikan bisa dimasukkan dalam kategori metode, metode hukuman adalah metode pendidikan dengan cara memberikan hukuman baik itu hukuman fisik maupun psikis kepada peserta didik yang melanggar aturan atau tidak mau taat kepada pendidik. Metode hukuman ini adalah metode terakhir yang diterapkan pendidik kepada peserta didik ketika berbagai macama bentuk metode tidak dapat lagi memperbaiki sikap peserta didik.90

90 Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung : Al Ma’arif, 1993), h.341.

Page 85: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

69

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran guru fiqih sebagai

pembimbing dalam membina kedisiplinan shalat berjama’ah siswa Kelas VIII

A MTs Fathurrahman Jeringo Tahun Pelajaran 2016/2017,dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Peran guru fiqih sebagai pembimbing dalam membina kedisiplinan shalat

berjama’ah siswa Kelas VIII A MTs Fathurrahman Jeringo Tahun

Pelajaran 2016/2017 tampak dalam aktivitas-aktivitas yang diperankan

oleh guru sebagai pelaksana pembelajaran fiqih di kelas, penghimbau

shalat berjama’ah, dan pendamping shalat berjama’ah.

2. Strategi yang digunakan guru fiqih sebagai pembimbing dalam membina

kedisiplinan shalat berjama’ah siswa Kelas VIII A MTs Fathurrahman

Jeringo Tahun Pelajaran 2016/2017 terdiri dari penerapan metode

pembiasaan, melalui bimbingan khusus, dan pemberian sanksi atau

hukuman.

B. Saran-saran

Adapun saran yang ingin disampaikan penelliti setelah melakukan

penelitian dan berhasil meyusun skripsi ini antara lain:

1. Kapada siswa/siswi MTs Fathurrahman Jeringo

Tingkatkanlah kesadaran tentang pendidikan agama yang dilaksanakan

oleh sekolah, sehingga bisa meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

Page 86: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

70

tentang agama Islam, sehingga bisa memiliki kemampuan yang berguna

bagi diri sendiri, masyaakat, Bangsa dan Negara.

2. Kepada guru-guru MTs Fathurrahman Jeringo

Tingkatkanlah keprofesionalan dalam mendidik dan membina siswa di

lingkungan madrasah maupun diluar masdrasah, serta bisa meningkatkan

kerjasama dengan guru-guru lain maupun dengan orang tua siswa,

sehingga bisa memaksimalkan pembinaan kedisiplinan shalat berjama’ah

siswa di madrasah.

3. Kepada kepala MTs Fathurrahman Jeringo

Hendaknya meningkatkan perhatian terhadap kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan di madrasah, terutama kegiatan pembinaan shalat berjama’ah

yang membutuhkan kerjasama semua pihak terutama pimpinan madrasah.

Karena madrasah yang maju bisa berasal dari pemimpin yang memiliki

komitmen untuk memajukan madrasahnya.

4. Bagi peneliti lain

Kepada peneliti lain yang berminat mengembangkan penelitian ini agar

mengambil fokus kajian yang berbeda dengan penelitian ini agar penelitian

yang dilakukan dapat melengkapi kekurangan-kekurangan dalam

pelaksanaan penelitian ini.

Page 87: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

71

DAFTAR RUJUKAN

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. Fiqh Ibadah. Jakarta: Amzah. 2015.

Abdul Hamid dan Beni Ahmad Saebani. Fiqh Ibadah: Refleksi Ketundukan Hmba Allah Kepada Al-Khaliq Perspektif Al-Quran dan As-Sunnah. Bandung : Pustaka Seti. 2009.

Abdurrahman An Nahlawani. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press. 1996.

Abuddin Nata. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.2007.

Ahmad Falah. Hadist Tarbawi. Kudus : Nora Media enterprise. 2010.

Ahmad Usman. Mari Belajar Meneliti. Yogyakarta: Indonesia. 2008.

Ali Imron. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2012.

Asy Mas’udi. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta: PT Tiga Serangkai. 2000.

Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: CV Penerbit Diponegoro. 2007.

Farida Sarimaya. Sertifikasi guru, apa dan bagaimana. Bandung: Yrama Widya. 2008.

Farida Sarimaya. Sertifikasi Guru. Bandung: Yrama Widya. 2008.

Haidar Putra Daulay. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta:Kencana. 2004.

Hamid Darmadi. Metode Penelitian Pendidikan dan Social Teori Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. 2014.

Ibnu Hajar Al ‘Asqalani. Fathul Bari Juz 1. Baitul Ifkariddaulah : Riyadh. 2000.

Jaelani. Urgensi Shalat Berjama’ah bagi Siswa Kelas XI SMAN 1 Kediri Kabupaten Lombok Barat tahun pelajaran 2013/2014. Mataram : IAIN Mataram. 2014.

Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005.

Mahsin. Pengaruh Penerapan Ibadah Shalat Terhadap Kedisiplinan Belajar siswa pada Mata Pelajaran Fiqih kelas IV di MI Nurul Mujahidin Penimbung Kecamatan Gunungsari. Mataram : IAIN Mataram. 2013.

Mansur Muslich. Sertifikasi Guru Mrenuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta: Bumi Aksara. 2007.

Page 88: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

72

Membumikan Pendidikan.blogspot.com/2014/05/tugas dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran.html. diakses pada 3 Oktober 2016, pukul 15.00.

Muhammad Quthb. Sistem Pendidikan Islam. Bandung : Al Ma’arif. 1993.

Muhibbih Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2011.

Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. 2003.

Nana Sudjana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar Baru Al-Gensindo. 2000.

Novan Ady Wiyani. Manajemen Kelas “Teori dan aplikasi untuk menciptakan Kelas yang Kondusif ”. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2013.

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2006.

Rudi hartono, “Hadiah Dan Hukuman: Metoda Perantara“ dalam http://www.sdpemudabangsa.com., diambil tanggal 12 April 2017, pukul 16.00 WITA.

Santoso. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Pustaka Agung Harapan. 2006.

Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. 1992.

Singgih D. Gunarsa. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. 2004.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. 2014.

Suharsimi Arikunto. Prosedur penelitian: Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2013.

Sulaiman Rasjid. Fiqh Islam. Bandung : Sinar Baru Algensindo. 2010.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2010.

UU No. 14 Tahun 2005. Guru dan Dosen. Jakarta: Sinar Grafika. 2014.

Yusuf Suit dan Almasdi. Aspek Sikap Mental Dalam Managemen Sumberdaya Manusia. Bogor : Ghia Indonesia. 2006.

Zain Nahawan Fajri. Motivasi guru fiqih dalam meningkatkan kegiatan Sholat berjama’ah di MTSN Jatimulyo Kulon Progo Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014. Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga. 2014.

Page 89: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

73

Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari Al-Fanani. Terjemahan Fathul Mu’in, terj. Anwar dkk. Bandung : Sinar Baru Algensindo. 2006.

Zuhairini dkk. Metode Khusus Pendidikan Agama Islam. Surabaya: Usaha Nasional. 1983.

Page 90: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

74

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 91: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

75

Page 92: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

76

Page 93: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

77

Page 94: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

78

Page 95: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

79

Page 96: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

80

Gambar 1 Kegiatan Do’a Bersama

Gambar 2 Kegian Guru Fiqih didalam Kelas

Gambar 3 Kegiatan wawancara dengan guru Fiqih

Page 97: PERAN GURU FIQIH DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SHALAT …

81

Gambar 6 Kegiatan Waeancara dengan Siswa

Gambar 7 data guru MTs Fathurrahman Jeringo