Post on 04-Jul-2015
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak penyakit infeksi yang menyertai kehamilan dimana diantaranya adalah Toxo-
plasmosis, Hepatitis, UTI/ISK, HIV/AIDS dan Tifus Abdominalis dimana semuanya ini
merupakan penyakit berbahaya yang harus diwaspadai saat kehamilan pada umumnya.
Dengan berbagai macam cara penularan, faktor penularan dan media penularan yang
sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari.
Sebagai seorang bidan yang terdidik dan terlatih kita harus bisa memahami dan
mengerti tentang kegawadaruratan terhadap penyakit yang menyertai kehamilan terse-
but pada ibu hamil, agar bisa diterapkan ke masyarakat jika turun ke dunia kerja dengan
maksud mengurangai angka kematian ibu hamil akibat terinfeksi dari penyakit yang
membahayakan tersebut.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Mengupayakan derajat kesehatan yang lebih baik.
b. Menjaga kualitas pemahaman tentang penyakit infeksi yang menyertai kahamilan
c. Mampu untuk mengidentifikasi dan intervensi dini terhadap penyakit infeksi yang
menyertai kehamilan.
2. Tujuan khusus
Mengerti apa itu penyakit infeksi yang menyertai kehamilan khususnya Toxoplasmo-
sis, ISK, Hepatitis, HIV/AIDS, dan Tifus Abdominalis dari materi pelajaran yang ada.
C. Rumusan Masalah
1. Apa penyakit yangmenyertai kehamilan, khususya Toxoplasmosis, ISK, Hepatitis,
HIV/AIDS, dan Tifus Abdominalis.
2. Pengaruh infeksi Toxoplasmosis, ISK, Hepatitis, HIV/AIDS, dan Tifus Abdominalis
pada kehamilan.
3. Intervensi dan pencegahan seperti apa yang bisa dilakukan oleh bidan.
1
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
D. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan dan penyusunan makalah “Toxoplasmosis, ISK, Hepatitis, HIV/AIDS,
dan Tifus Abdominalis yang menyertai kehamilan” ini terdiri dari beberapa bagian BAB,
yaitu :
1. BAB I Pendahuluan berisi tentang latar belakang dan tujuan pembuatan makalah ini
serta sistematika penulisan.
2. BAB II PEMBAHASAN, berisi tentang definisi, etiologi, patofisiologi, pengaruh pada
ibu dan janin serta pencegahan dan penatalaksanaan dari penyakit infeksi Toxoplas-
mosis, ISK, Hepatitis, HIV dan Tifus abdominalis..
3. BAB III PENUTUP berisi tentang kesimpulan.
4. Daftar Pustaka.
2
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
BAB II
PEMBAHASAN
A. Toxoplasmosis
1. Definisi
Toxoplasmosis adalah nama penyakit pada hewan dan manusia yang dise-
babkan oleh Toxoplasma gondii. Toxoplasma atau Toxoplasma gondii adalah sejenis
hewan bersel satu yang sering juga disebut protozoa. Toxoplasma merupakan para-
sit yang dapat menginfeksi hewan dan manusia.
2. Etiologi
Penyebab Toxoplasmosis ini Parasit Toxoplasma gondi dengan kontaminasi para-
sit Toxoplasma dapat masuk ke dalam tubuh Anda dalam berbagai cara.
Pertama, secara tidak sengaja menelan tinja kucing yang di dalamnya terdapat
telur toxoplasma. Cara ini banyak tidak disadari, misalnya menyetuh mulut den-
gan tangan yang telah terkontaminasi seperti sehabis berkebun, membersihkan
tempat makan kucing atau barang-barang lain yang sudah terkontaminasi.
Kedua, parasit ini juga dapat masuk jika mengkonsumsi daging hewan yang telah
terkontaminasi dan tidak dimasak secara matang. Bentuk kista dari parasit ini da-
pat masuk bersama daging hewan tadi.
Ketiga, cara masuk yang lain mungkin lewat air yang telah terkontaminasi. Dan
yang jarang, jika menerima transpantasi organ atau transfusi darah dari donor
yang telah terkontaminasi.
Kucing adalah satu-satunya hewan yang dapat menularkan toksoplasma lewat ko-
toran. Ketika kucing memakan daging mentah mangsanya atau terkena kotoran
kucing lainnya yang sudah terinfeksi, kuman toksoplasma akan masuk melalui
mulut atau lidahnya sewaktu membersihkan diri. Setelah berkembang biak di
dalam tubuh kucing tersebut, kuman toksoplasma akan mengeluarkan benih
(oosit) melalui kotoran.
Dalam satu kali buang kotoran, kucing yang terinfeksi dapat mengeluarkan jutaan
benih toksoplasma yang hanya bisa dilihat melalui mikroskop. Benih tersebut
3
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
akan menjadi dewasa setelah 24 jam dan terus bertahan hidup di tanah, pasir
atau kotoran hingga 18 bulan. Sumber penularan lainnya adalah sayuran/buah
yang dicuci kurang bersih, air dan susu segar yang terkontaminasi.
3. Manifestasi Klinis
Penderita Toxoplasmosis akut pada umumnya tidak merasakan sakit yang
menarik perhatiannya sehingga tidak terdeteksi. Gejala klinis yang muncul mirip den-
gan gejala klinis penyakit infeksi pada umumnya, yaitu :
Demam
Pembesaran kelenjar limfa dileher bagian belakang tanpa rasa sakit
Sakit kepala
Rasa sakit di otot
Lesu / lemas
Gejala ini biasanya sembuh secara spontan ( Frenkle 1990 ). Strickland (1991)
melaporkan 89% penderita toxoplasma akut mengalami gejala klinis berupa demam,
84% sakit kepala dan pembesaran kelenjar limfa, 60% sakit di otot, 54% leher kaku
dan tidak nafsu makan, 20% dengan bercak- bercak merah dikulit, 24% sakit disendi
dan 11% dengan radang hati.
4. Implikasi toxoplasma terhadap kehamilan
Hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia, ditemukan lebih dari 80% positif
terhadap toxoplasma pada placenta bayi yang mengalami keguguran. Hasil yang
cukup menunjukan hubungan antara infeksi toxoplasma dan keguguran .
Toxoplasma bisa melewati barier placenta. Janin yang terserang toxoplasma ke-
mungkinan akan mengalami abortus, IUFD, IUGR, prematuritas, hidrosefalus, mikro-
oftalmia (ukuran mata yang kecil), choriorenitis (radang pada retina mata), kebutaan,
tuli, lesi otak, serta kerusakan organ yang luas.
Berat ringannya gejala tergantung dari kapan ibu hamil terinfeksi, semakin
muda usia kehamilan, semakin berat gejala yang akan dialami janin karena pada awal
kehamilan terjadi pembentukan organ yang dilanjutkan dengan pematangan organ
sampai bayi tersebut lahir. Tetapi 90% dari bayi yang terinfeksi tidak menimbulkan
gejala apa-apa (asimptomatik) pada saat bayi itu dilahirkan.
4
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
5. Pencegahan Toksoplasmosis
a. Vaksinasi TORCH (toksoplasma, rubella, cytomegalo dan herpes virus) sebelum
kehamilan.
b. Masak daging dengan matang. Gunakan ukuran termometer bila memanggang
dalam oven hingga mencapai derajat celcius. Bila tidak menggunakan ukuran
suhu, yakinkan bahwa daging telah masak seluruhnya (tidak ada lagi yang masih
berwarna kemerahan).
c. Hindari minum susu mentah yang tidak dipasteurisasi, atau telur setengah
matang.
d. Cuci bersih/kupas buah-buahan dan sayuran-sayuran yang dimakan mentah.
e. Cuci kembali peralatan masak, piring, pisau dan tangan dengan sabun setelah di-
pakai mengolah daging mentah.
f. Hindari air yang terkontaminasi. Minumlah dari sumber yang jelas aspek kebersi-
hannya, jangan sembarangan.
g. Jangan memelihara atau mendekati kucing ketika sedang hamil.
Bila tetap memutuskan untuk memelihara kucing:
Biasakan agar binatang tersebut membuang kotoran di tempat yang disedi-
akan dan segera buang kotorannya ke tempat yang aman. Benih toksoplasma
(oosit) tidak berbahaya sebelum 24 jam, jadi sebaiknya jangan ditunda-tunda.
Gunakan sarung tangan yang langsung dibuang dan cuci bersih tangan setelah
melakukannya.
Beri makanan yang masak atau catfood, jangan biarkan kucing berkeliaran di
luar dan mencari makan sendiri.
Jauhkan kucing dari dapur dan meja makan
Selalu cuci tangan setelah memegang kucing
Namun demikian, tidak semua kucing berpotensi menularkan toxoplasma, tapi
hanya kucing atau hewan lain yang menderita toxoplasma yang menjadi sumber
5
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
penyakit. Bergaul, memelihara dan memiliki kucing yang sehat tidak akan menye-
babkan sakit.
6. Penanganan Khusus
Konseling tentang infeksi toxoplasma, resiko terhadap fungsi reproduksi dan
janin.
Pengobatan rawat jalan di rumah sakit atau dokter spesialis kandungan dan
penyakit dalam.
Terapi spiramisin atau terapi pitimethamin dan sulfonamide setelah kehamilan 14
minggu.
Evaluasi kondisi antigen dan immunoglobulin anti toksoplasma.
Upayakan persalinan pervaginam dan jika terjadi CPD karena hidrosefalus,
lakukan alternative persalinan lain.
B. Infeksi Saluran Kemih
1. Definisi
Infeksi saluran kemih adalah bakteri infeksi yang mempengaruhi bagian manapun
dari saluran kemih. Meskipun urine mengandung berbagai cairan, garam, dan pro-
duk-produk limbah, tidak biasanya memiliki bakteri di dalamnya. Ketika bakteri ma-
suk ke dalam kandung kemih atau ginjal dan berkembangbiak dalam urine, mereka
dapat menyebabkan ISK.
Infeksi saluran kemih dapat terjadi mulai infeksi pada kaliks renalis sampai meatus
uretrha. Infeksi saluran kemih merupakan komplikasi medik pertama pada wanita
hamil. Sekitar 15% wanita, mengalami ( paling sedikit ) satu kali serangan akut infeksi
saluran kemih selama hidupnya. Akibat infeksi ini dapat mengakibatkan masalah
pada ibu dan janin. Status sosioekonomi dan kelemahan ( mal nutrisi , defesiensi gizi,
anemia ) erat katannya dengan peningkatan insidensi infeksi saluran kemih. Sebagian
besar infeksi tersebut adalah asimptomatik, angka kejadiannya pada wanita hamil
adalah 5% - 6% dan meningkat menjadi 10% pada golongan resiko tinggi.
6
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
2. Etiologi
Escherichia coli dan Klebsiela Enterobakter (85% - 90%)
Aktivitas Seksual
Kateter urine
Berdiamnya Kateter urin meningkatkan risiko ISK. Staphylococcus epidermidis
adalah organisme yang paling umum. Cermat teknik aseptik atau penggunaan
catherterization intermitent bukannya catherter berdiamnya dapat menurunkan
risiko tersebut.
3. Jenis ISK
a. Bakteriuria asimptomatik
1) Definisi
Bakteriuria asimptomatik yaitu ditemukannya bakteri sebanyak > 100.000 per
ml air seni dari sediaan air seni (mid stream) tanpa ada gejala yang berarti.
2) Etiologi
Jenis bakteri yang ditemukan :
a) Eschericia Coli (60%)
b) Proteus mirabilis
c) Klebsiella pneumonia
d) Streptoccus grup B
3) Penilaian klinik
Semua wanita hamil sebaik nya dilakukan pemeriksaan laboratorium
urine. Secara mikroskopik, tampak peningkatan jumlah leukosit, sejumlah
eritrosit, bakteri pada spesimen urine. Untuk menghindari kontaminasi,
spesimen pemeriksaan diambil dari aliran tengah ( mid-stream ) setelah
daerah genetalia eksterna di cuci terlebih dahulu.
Bakteri uria asimptomatik pada umumnya tampak gejala-gejala klinis yang
dapat dijadikan petunjuk adanya gangguan pada sistem urinaria.
Penganan
Berkaitan dengan adanya pengurangan insidensi ISK akut pada
pengobatan bakteriuria asimptomatik maka para ahli menganjurkan untuk 7
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
memberikan terapi anti biotika. Beberapa kajian terapi antibiotika untuk
bakteri uria asimptomatik,adalah ;
Terapi antibiotika untuk pengobatan bakteri uria asimptomatik, biasanya
diberikan untuk jangka waktu 5 - 7 hari secara oral.sebagai kontrol hasil
pengobatan, dapat dilakukan pemeriksaan ulangan biakan bakteriologik
air kemih.
4) Prognosis
Bila BA tidak diterapi dengan baik maka 20% ibu hamil akan menderita sistitis
akut atau pielonefritis akut pada kehamilan lanjut.
b. Sistitis
1) Definisi
Sistitis mencakup 0,3% hingga 2% dai keseluruhan kasus ISK.
Sisanya atau sebagain besar kasus, baru terdeteksi pada penapisan
selanjutnya
2) Etiologi
Eschericia Coli (60%)
Proteus mirabilis
Klebsiella pneumonia
Streptoccus grup B
3) Manifestasi klinis
Hampir 95% infeksi terbatas pada kandung kemih dan sebagian besar wanita
hamil dengan sistitis mengeluh nyeri pada daerah supra simfisis atau nyeri
saat berkemih (disuria). Gejala dan tanda lain yang sering dijumpai adalah:
Frekuensi berkemih meningkat tetapi jumlahnya sedikit sehingga
menimbulkan rasa tidak puas atau tuntas.
Air kemih berwarna lebih gelap dan pada saat serangan akut , kadang-
kadang berwarna kemerahan.
Pada penekanan supra simfisis , akan terasa nteri lokal yang juga
menyebar ke daerah lipat paha. Prosedur pemeriksaan ini juga
menyebabkan pasian seperti ingin berkemih.
8
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
Secara mikroskopik, tanpa peningkatan jumlah lekosit, sejumlah eritrosit,
bakteri pada spesimen urine.
Untuk menghindari kontaminasi, spesimen pemeriksaan diambil dari
aliran tengah (mid-stream) setelah daerah genitalia externa dicuci terlebih
dahulu.
Hasil biakan bakteriologis air kemih, umumnya memberikan hasil
yang positif. Sering kali dijumpai piuria atau hematoria (gross
hematuria)
4) Pengaruh pada ibu dan janin
5) Penatalaksanaan
Umumnya dilakukan pengobatan rawat jalan dan pasien dianjurkan untuk
banyak minum.
Atur frekuensi berkemih untuk mengurangi sensasi nyeri, spasme dan
rangsangan untuk selalu berkemih (tetapi dengan jumlah urine yang
minimal. Makin sering berkemih, nyeri dan spasme akan makin bertambah
.
Hanya ibu hamil yang mengeluh nyeri hebat disertai dengan hematuria,
memerlukan perawatan dan observasi ketat.
Terapi antibiotika yang dipilih, mirip dengan pengobatan bakteri uria
asimptomatik. Apabila antibiotika tunggal kurang memberikan manfaat ,
berikan antibiotika kombinasi. Kombinasi tersebut dapat berupa jenis
obatnya ataupun cara pemberiannya, misalnya amoxilin 4x250mg peroral,
digabung dengan gentamisin 2x80mg secara intramuskuler selama 10-14
hari. 2 hingga 4 minggu kemudian dilakukan penilaian laboratorium untuk
evaluasi pengobatan.
Hampir 25% pasien yang pernah mengalami sistitis, akan mengalami
infeksi ulangan sehingga perlu diberikan konseling untuk upaya propilaksis
dan kunjunga ulang apabila timbul kembali gejala sistitis. Untuk
pencegahan infeksi berulang berikan nitrovurantoin 100mg/hari setiap
malam sampai sesudah 2 minggu pospartum.
Dalam asuhan antenatal yang terjadwal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan
bakteriologik air kemih, sebagai langkah antisipatip terhadap infeksi ulang.9
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
c. Pielonefritis
1) Definisi dan etiologi
Sekitar 1%sampai 2% wanita hamil, mengalami pielonefritis akut. Kondisi ini
merupakan masalah utama saluran kemih pada wanita hamil. Dua pertiga
kasus pielonefritis akut, didahului oleh bakteriuria asimptomatik. Pielonefritis
sangat berkaitan dengan stasis aliran air kemih akibat perubahan-perubahan
sistem saluran kemih selama kehamilan. Dilatasi ureter terjadi akibat
pengaruh hormon (progsteron) dan obstruksi mekanik relatif akibat
pembesaran uterus.
Dari keseluruhan kasus pielonefritis akut, 9% terjadi pada trimester pertama,
46% pada trimester kedua dan 45% pada trimester ketiga.
2) Manifestasi klinis
Pielonefritis akut ditandai dengan gejala demam menggigil, mual, dan
muntah, nyeri pada daerah kostovertebra atau pinggang. Sekitar 85% ka-
sus, suhu tubuh melebihi 38ᵒc dan sekitar 12%, suhu tubuhnya diatas
40ᵒc. Sering disertai mual, muntah dan anoreksia.
Nyeri costovertebra atau pinggang terjadi pada bagian kanan (54%) kedua
sisi (27%) dan bagian kiri(16%).
Pemeriksaan air kemih menunjukan banyak sel-sel lekosit dan bakteri.
Hasil biakan menunjukan banyak koloni mikroorganisme patogen.
Lakukan pemeriksaan biakan spesimen urine dan lakukan uji resistensi.
Bila hasil biakan tidak banyak menunjukan koloni atau tidak dijumpai bak-
teri patogen tetapi gejala klinis pileoneritis sangat nyata, tanyakan kapan
pasien telah menggunakan antibiotika.
3) Pengaruh pada ibu dan janin
4) Penatalaksanaan
Wanita hmil dengan pielonefritis arus dirawat inapkan karena penderita
sering menglamai mual dan muntah , mereka umumnya datang dalam
keadaan dehidrasi:
10
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
Bila penderita datang dalam keadaan syok lakukan tindakan yang sesuai
untuk mengatasi syok tersebut . segera lakukan pemasangan infus
restorasi cairan dan pemberian medicamentosa. Pantau tanda vital
deuresis secara berkala.
Bila terjadi ancaman partu prematurus, lakukan pemberian antibiotika
seperti yang telah diuraikan diatas dan penatalaksanaan partu
prematurus.
Lakukan pemeriksaan urinarisis dan biakan ulangan.
Terapi antibiotika sebaikanya diberikan secara intravena. Amfisilin ukan
merupakan pilihan utam karena seagian besar mikroorganisme penyebab
terbukti resistensi terhadap antibiotika jenis ini.
Walaupun golongan amioglikosida cukup efektif tetapi pemberiannya
harus denan memperatikan kemampuan ekskresi kreatinin (creatinine
clearance) karena pada pielonefritis akut, sering terjadi gangguan fungsi
ginjal secara temporer.
Terapi kombinasi antibiotika yang cukup efektif, adalah gabungan
sefoksitin 1-2g IV dan gentamisin 2 x 80 mg.
Bila setelah penganan yang adekuat dalam 48 jam pertama, ternyata
sebagian gejala masih ada, pertimbangkan kemungkinan mikroorginesme
resisten terhadap antibiotika yang diberikan, nefrolitiasis, abses perinefrik
atau obstruksi sekunder akibat kehamilan .
C. Hepatitis
1. Defenisi
Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab. Hepatitis yang
berlangsung kurang dari 6 bulan disebut hepatitis akut, hepatitis yang berlangsung
lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronis.
Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama
dengan wanita tidak hamil pada usia yang sama. Beberapa peneliti mengatakan
bahwa di negara sedang berkembang, wanita hamil lebih mudah terkena hepatitis
11
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
virus, hal ini erat hubungannya dengan keadaan nutrisi dan higiene sanitasi yang ku-
rang baik.
2. Etiologi
Hepatitis biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus
hepatitis, yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lain-
nya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus.
Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan.
Adapun jenis-jenis Hepatitis yaitu :
a. Virus hepatitis A
Virus hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini terjadi akibat
buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah
yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.
b. Virus hepatitis B
Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ditularkan melalui
darah atau produk darah. Penularan biasanya terjadi diantara para pemakai obat
yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau diantara mitra seksual (baik
heteroseksual maupun pria homoseksual).
Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi se-
lama proses persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang mem-
bawa virus hepatitis B.
c. Virus hepatitis C
Menyebabkan minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi darah. Virus hepatitis
C ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum
bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual. Untuk alasan
yang masih belum jelas, penderita "penyakit hati alkoholik" seringkali menderita
hepatitis C. Resikonpada ibu hamil yaitu fatty lever dan subklinikal hepatitis pada
bayi.
d. Virus hepatitis D
12
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
Hanya terjadi sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis D ini
menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki risiko tinggi
terhadap virus ini adalah pecandu obat.
e. Virus hepatitis E
Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang
hanya terjadi di negara-negara terbelakang.
f. Virus hepatitis G
Jenis baru dari virus hepatitis yang telah terdeteksi baru-baru ini.
g. Virus-virus lain yang dapat menyebabkan hepatitis :
Virus Mumps
Virus Rubella
Virus Cytomegalovirus
Virus Epstein-Barr
Virus Herpes
3. Manifestasi Klinis
a. Demam tinggi yang menetap hingga 2 minggu yang diikuti ikterus
b. Penyakit ini biasanya memberikan keluhan mual, muntah, anoreksia, demam
ringan, mata kuning.
c. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai ikterus dan hepatomegali, sedangkan
splenomegali hanya ditemukan pada 20–25% penderita.
d. Pada pemeriksaan laboratorium akan didapatkan gambaran kerusakan parenkim
hati. Bilirubin serum meningkat, demikian pula, transaminase serum.
e. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan nekrosis sel hati sentrilobuler, infiltrasi
sel radang di segitiga portal, sedangkan kerangka retikulin masih baik.
4. Penatalaksanaan
Pengelolaan secara konservatif adalah terapi pilihan untuk penderita hepatitis
virus pada kehamilan.
13
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala ikterus hilang dan biliru-
bin serum menjadi normal.
Pengaturan diet penderita dengan prinsip rendah lemak tinggi karbohidrat tinggi
protein. Rehidrasi yang adekuat.
Obat hepatotoksik harus dihindari, termasuk alkohol dan obat-obatan yang diek-
skresi dan dikonjungasi di hati. Obat-obatan yang hepatotoksik antara lain adalah
klorpromasin, derivat fenotiasin, eritromisin estolat, PAS, halotan, klorpropamid,
thiourasil, dan nitrofurantoin.
Bila diduga akan terjadi perdarahan pasca persalinan karena defisiensi faktor
pembekuan darah, perlu diberikan Vitamin K ,curcuma rhizoma dan transfusi
plasma. Keseimbangan cairan dan elektrolit harus diperhatikan.
Hepatitis virus pada kehamilan bukan menampakan indikasi untuk tindakan ter-
minasi kehamilan, dan tindakan anestesi serta pembedahan akan menambah
morbiditas dan mortalitas penderita.
5. Pengaruh Hepatitis
Pengaruh hepatitis virus pada ibu hamil adalah meningkatkan angka kejadian
abortus, partus prematums, dan perdarahan. Risiko bagi janin dalam kandungan
adalah prematurus, kematian janin dan penularan hepatitis virus. Kelainan kongenital
pada janin belum pernah dilaporkan. Transmisi virus hepatitis dari ibu ke anak dapat
terjadi transplasental, melalui kontak dengan darah atau tinja ibu waktu persalinan,
kontak yang intim antara ibu dan anak setelah persalinan, atau melalui air susu ibu.
Beberapa teori lain yang menjelaskan mekanisme penularan virus perinatal adalah:
a. Adanya kebocoran plasenta yang menyebabkan tercampurnya darah ibu dengan
darah fetus.
b. Tertelannya cairan amnion yang terinfeksi.
c. Adanya abrasi pada kulit selama persalinan yang menjadi tempat masuknya virus.
d. Tertelannya darah selama persalinan.
e. Penularan melalui selaput lendir.
Bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis B akut maupun kronik, perlu diberi pen-
gobatan imunoprofilaksis. Terhadap bayi baru lahir dari ibu penderita hepatitis virus 14
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
B, imunisasi pasif dengan menggunakan Immunoglobulin Hepatiti B (HBIG) diberikan
untuk mendapatkan antibodi secepat nya guna memerangi virus hepatitis B yang ma-
suk; selanjutnya disusul dengan imunisasi aktif dengan memakai vaksin.
HBIG diberikan selambat-lambatnya 24 jam pasca persalinan, kemudian vaksin
Hepatitis B diberikan selambat-lambatnya 7 hari pasca persalinan. Dianjurkan HBIG
dan'vaksin Hepatitis B diberikan segera setelah persalinan (masing-masing pada sisi
yang berlawanan) untuk mencapai efektivitas yang lebih tinggi. Dosis HBIG yang dian-
jurkan adalah 0,5 ml IM waktu lahir sedangkan untuk vaksin dari MSD misalnya
diberikan 10 ug (0,5 ml) i.m. bulan 0,1 dan 6 atau vaksin dari Pasteur 5 ug (1 ml)
bukan 0, 1, 2 dan 12.
D. HIV/ AIDS
1. Definisi
HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia. Bila virus HIV tersebut menjadi tak terkendali dan
telah menyerang tubuh dalam jangka waktu lama maka infeksi virus HIV tersebut da-
pat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Virus HIV berbahaya bagi tubuh karena menyerang sistem kekebalan tubuh, se-
hingga mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan virus, bakteri dan jamur
yang menyebabkan penyakit infeksi. HIV menyebabkan tubuh menjadi rentan untuk
terkena beberapa jenis kanker & infeksi yang biasanya secara normal dapat dilawan
oleh kekebalan tubuh misalnya infeksi pneumonia & meningitis.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunologi Deficiency Syndrome yang
merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh
makhluk hidup. Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS.
Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk
dapat menjadi AIDS yang mematikan. Seseorang dapat menjadi HIV positif. Saat ini
tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus
HIV penyebab penyakit AIDS.
15
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
HIV merusak sel darah putih yang berperan penting dalam menjaga kekebalan
tubuh. Dengan berkurangnya jumlah sel darah putih yang sehat, kekebalan tubuh
akan menurun. Dengan menrunya kekebalan tubuh, penyakit yang ringan untuk
orang lain, dapat menimbulkan kematian bagi orang yang terinfeksi HIV AIDS.
2. Penularan HIV AIDS
HIV/ AIDS dapat ditularkan oleh seseorang yang terinfeksi HIV dan penderita
AIDS. Kemungkinan terbesar penularan berasal dari pengidap HIV masi terlihat sehat.
Ada beberapa cara penularan HIV/ AIDS diantaranya :
a. Hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi HIV.
Umumnya HIV terdapat pada darah, sperma dan cairan vagina. Bila salah satu
dari pasangan yang melakukan hubungan seksual itu terinfeksi HIV, maka virus
mematikan ini akan menular melalui luka kecil yang terjadi saat bersenggama.
Berhubungan seksual satu kali saja dengan orang terinfeksi HIV, fatal akibatnya.
Laki laki atau perempuan, sama resikonya. Hubungan seksual yang dilakukan
pada masa menstruasi memperbesar kemungkinan seseorang terinfeksi HIV. Ter-
bukanya pembuluh darah, memudahkan masuknya HIV kedalam tubuh.
b. Transfusi darah yang telah tercemar HIV.
Darah yang mengandung HIV secara otomatis akan mencamari darah pasien/
penerima. Bila hal ini terjadi, pasien secara langsung terinfeksi HIV.
c. Menusuk /menggores tubuh dengan alat yang tercemar HIV.
Jarum suntik, alat tindik, jarum tato, atau pisau cukur menjadi media penularan
HIV, bila sebelumnya digunakan oleh pengidap HIV. Virus yang tertinggal pada
alat - alat tersebut akan masuk ke aliran darah yang memakainya. Karenanya, bi-
asakan memekai jarum suntik, alat tindik, jarum tato atau pisau cukur sekali
pakai.
d. Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada janin yang dikandungnya.
Ibu yang mengidap HIV, menularkan virus melalui plasenta selama masa kehami-
lan. Penularan bisa juga terjadi melalui pelukaan pada saat persalinan.
16
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
Resiko penularan dari ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada bayi yang di kan-
dungnya pada masa persalinan biasanya terjadi karena : adanya tekanan pada
plasenta sehingga terjadi sedikit pencampuran antara darah ibu dengan darah
bayi ( lebih sering terjadi jika plasenta mengalami radang/ infeksi ), bayi terpapar
darah & lendir serviks pada saat melewati jalan lahir atau karena bayi kemungki-
nan terinfeksi akibat menelan darah & lendir serviks pada saat resusitasi ( saat ke-
hamilan/ barier plasenta 10%, proses melahirkan 60%, dan pemberian ASI 30%).
3. Gejala Infeksi HIV/ AIDS
Infeksi akut : flu selama 3-6 minggu setelah infeksi, panas dan rasa lemah selama
1-2 minggu. Bisa disertai ataupun tidak gejala-gejala seperti: bisul dengan bercak
kemerahan (biasanya pada tubuh bagian atas) dan tidak gatal, Sakit kepala, sakit
pada otot-otot, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar, diare (mencret),
mual-mual, maupun muntah-muntah.
Infeksi kronik : tidak menunjukkan gejala. Mulai 3-6 minggu setelah infeksi sam-
pai 10 tahun.
Sistem imun berangsur-angsur turun, sampai sel T CD4 turun dibawah 200/ml
dan penderita masuk dalam fase AIDS.
Gejala-gejala AIDS diantaranya : selalu merasa lelah, pembengkakan kelenjar
pada leher atau lipatan paha, panas yang berlangsung lebih dari 10 hari, keringat
malam, penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, bercak
keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang, pernafasan pendek, diare berat
yang berlangsung lama, infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, atau
vagina dan mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.
4. Etiologi
Seperti halnya penanggulangan penyakit pada umumnya, usaha pertama yang
selalu harus diusahakan adalah mencari penyebab resiko transmisi HIV antara ibu
dan anak.
Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi transmisi HIV antara ibu dan anak:
Faktor ibu
Faktor kebiasaan
17
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
Faktor obstetri
Faktor viral
Status kekebalan:
Risiko MTCT meningkat dengan tingkat keparahan defisiensi imun. Perempuan
dengan jumlah CD4 rendah (<200> partikel viral 50.000 atau lebih / ml).
5. Cara mencegah HIV/AIDS
a. Jangan melakukan hubungan sesk dengan pasangan yang anda tidak ketahui kon-
disi kesehatannya.
b. Hindari berganti-ganti pasangan seksual.
c. Gunakanlah kondom dalam melakukan hubungan seks, jika salah satu atau kedu-
anya terinfeksi HIV
d. ika membutuhkan transfusi darah, mintalah kepastian bahwa darah yang akan di-
terima bebas HIV
e. Gunakan alat suntik sekali pakai
f. Hindari mabuk-mabukan dan narkotik yang membuat Anda lupa diri.
g. Sebelum anda memeriksakan diri, konsultasilah terlebih dahulu kepada konselor
atau tenaga kesehatan yang berpengalaman.
h. Ketahui dan pahami pengertian HIV/AIDS, faktor resiko dan cara penularan, intro-
speksi diri dan cara pencegahannya.
i. Apabila anda sudah yakin dan siap menerima segala resiko dan test HIV, silahkan
periksa.
j. Pilihlah pemeriksaan tanpa identitas untuk menjaga kerahasiaan anda.
k. Test HIV dapat dilakukan dirumah sakit atau laboratorium kesehatan yang
melayani Test HIV sesuai rujukan dari konselor anda (Tempat konsultasi dapat dil-
ihat pada brosur ini)
l. Konsultasikan kembali hasil tes tersebut dan minta penjelasan arti dari hasil tes
tersebut kepada konselor atau tenaga kesehatan yang berpengalaman.
6. Penatalaksanaan
18
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
a. Konseling dan tes hiv sukarela
Penatalaksanaan konseling dan tes HIV sukarela untuk pencegahan penularan HIV
dari ibu ke bayi mengikuti Pedoman Nasional Konseling dan Tes HIV Sukarela. Tes
HIV dilakukan kepada semua ibu hamil (routine HIV testing) di seluruh rumah
sakit rujukan Odha yang telah ditetapkan pemerintah. Ibu hamil menjalani kon-
seling dan diberikan kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya untuk
menjalani tes HIV atau tidak.
Manfaat untuk perempuan mengetahui status HIV-nya mencakup kemampuan
untuk membuat informasi pilihan tentang pemberian makanan bayi, perawatan
bagi ibu dan anak, peluang untuk mengakhiri kehamilan sesuai indikasi dan
hukum, dan kemampuan untuk membuat keputusan tentang aktivitas seksual
dan kesuburan untuk selanjutnya. VCT (Voluntary Counseling and Testing) juga
mengedepankan adanya keterbukaan, penerimaan atas HIV positif.
b. Pemberian obat antiretroviral
Protokol pemberian obat antiretroviral (ARV) untuk ibu hamil HIV positif
mengikuti Pedoman Nasional Pengobatan ARV di Indonesia. Pemerintah menye-
diakan ARV untuk ibu hamil HIV positif secara gratis untuk mengurangi risiko
penularan HIV ke bayi. Pemerintah juga menyediakan ARV secara gratis untuk tu-
juan pengobatan jangka panjang jika ibu atau anaknya telah membutuhkan ARV
untuk mempertahankan kualitas fisiknya.
Terapi antiretroviral (ART) berarti mengobati infeksi HIV dengan beberapa obat.
Karena HIV adalah retrovirus, obat ini biasa disebut sebagai obat antiretroviral
(ARV). ARV tidak membunuh virus itu. Namun, ART dapat memperlambat per-
tumbuhan virus. Waktu pertumbuhan virus diperlambat, begitu juga penyakit
HIV.
Ibu HIV-positif dapat mengurangi risiko bayinya tertular dengan: pakai obat an-
tiretroviral (ARV) jaga proses kelahiran tetap singkat waktunya hindari menyusui
Penggunaan ARV: Risiko penularan sangat rendah bila terapi ARV (ART) dipakai.
Angka penularan hanya 12 persen bila ibu memakai ART. Angka ini kurang-lebih 4
19
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
persen bila ibu memakai AZT selama enam bulan terahkir kehamilannya dan
bayinya diberikan AZT selama enam minggu pertama hidupnya.
c. Pemberian makanan bayi
Ibu hamil HIV positif perlu mendapatkan konseling sehubungan dengan kepu-
tusannya untuk menggunakan susu formula ataupun ASI eksklusif.
Untuk mengurangi risiko penularan HIV melalui pemberian ASI, ibu HIV positif
bisa memberikan susu formula kepada bayinya.
Pada daerah tertentu dimana pemberian susu formula tidak memenuhi per-
syaratan AFASS dari WHO (Acceptable = mudah diterima, Feasible = mudah
dilakukan, Affordable = harga terjangkau, Sustainable = berkelanjutan, Safe =
aman penggunaannya), maka ibu HIV positif dianjurkan memberikan ASI ek-
sklusif hingga maksimal tiga bulan atau lebih pendek jika susu formula
memenuhi AFASS sebelum tiga bulan.
Setelah usai pemberian ASI eksklusif, bayi hanya diberikan susu formula dan
menghentikan pemberian ASI.
Sangat tidak direkomendasikan pemberian makanan campuran (mixed feed-
ing) untuk bayi dari ibu HIV positif, yaitu ASI bersamaan dengan susu formula
dan makanan/minuman lainnya.
Untuk program pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi, pemerintah
menyediakan susu formula generik secara gratis kepada ibu hamil HIV positif
jika susu formula memenuhi AFASS.
Susu formula generik tersebut disimpan di pusat, dan didistribusikan secara
rutin sesuai dengan kebutuhan daerah. Depot di daerah difungsikan untuk
menyimpan susu formula. Pengadaan susu formula harus terpusat untuk
menjamin ketersediaan susu formula generik dan mencegah terjadinya pro-
mosi susu formula terhadap ibu yang HIV negatif.
d. Intervensi untuk mencegah transmisi hiv ibu-ke-anak
Ada berbagai intervensi yang telah terbukti atau disarankan untuk mengurangi
MTCT (Mother to child transmission).
1) Intervensi kebiasaan
20
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
Mencegah infeksi HIV di kalangan perempuan, dan laki-laki, usia produktif
adalah metode terbaik untuk mengurangi kemungkinan MTCT.
Infeksi HIV baru selama kehamilan (dan menyusui) dapat meningkatkan
viraemia HIV yang akan meningkatkan risiko MTCT Wanita hamil harus
disarankan aktivits seksual yang lebih aman, termasuk konsisten pada
penggunaan kondom.
Pengobatan yang efektif dari setiap STD (Sexual Transmitted Disease) dan
infeksi kelamin lainnya akan mengurangi kemungkinan infeksi plasenta
(Chorio-amnionitis) dan mengurangi risiko MTCT.
2) Intervensi Therapeutic
Nutrisi suplemen:
Suplemen gizi (besi, folat, multivitamin dan vitamin A) harus secara rutin
diberikan dari diagnosis awal kehamilan sampai persalinan. Suplemen ini
telah terbukti menghasilkan peningkatan kualitas kehamilan, termasuk men-
gurangi insiden masih lahir, lahir prematur dan berat lahir rendah.
3) Intervensi Kebidanan
Vaginal higiene: MTCT mungkin terjadi selama transmisi karena adanya
darah dan lendir di jalan lahir. Penelitian telah menunjukkan bahwa pem-
bersihan vagina dengan larutan antiseptik berhubungan dengan pengu-
rangan MTCT dan perbaikan hasil perinatal
Artificial rupture of membranes (AROM): Pecah ketuban selama lebih dari
4 jam sebelum pengiriman dikaitkan dengan peningkatan MTCT. AROM
rutin harus dihindari dalam perempuan HIV positif atau negatif. AROM
hanya boleh dilakukan jika ada indikasi spesifik.
Trauma:
Janin
Trauma janin harus dihindari. Pengisapan kuat pada bayi tidak dianjurkan
karena hal ini dapat menyebabkan trauma pada selaput lendir. Pengis-
apan hanya dilakukan dengan indikasi cairan ketuban mekoneal. Hal ini di
21
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
tujukan untuk membuang cairan ibu dari bayi.
Ibu
Episiotomi sebaiknya dihindari. Episiotomi seharusnya hanya dilakukan
untuk indikasi obstetri, misalnya pada kala 2 yang memanjang.
Mode transmisi
Meskipun operasi caesar efektif telah terbukti untuk mengurangi risiko
MTCT, tapi adanya kendala biaya mahal dan tidak praktis dengan adanya
peningkatan risiko komplikasi pasca operasi. Maka beberapa rumah sakit
melakukan persalinan pervaginam dengan beberapa hal yang harus diper-
hatikan dan direncanakan sebelumnya, yaitu
Ibu sudah melakukan terapi ARV dan berbagai pengobatan serta profi-
laksis infeksi.
Hindari amniotomi
Antibiotik profilaksis pada wanita dengan jumlah CD4 kurang dari
200/ml; dimana terdapat tanda-tanda AIDS atau defisiensi kekebalan
yang parah atau ketuban pecah selama lebih dari 4 jam
Hindari episiotomi, tindakan invasif dan prosedur lain
Perhatikan teknik aseptik seluruh tenaga kerja.
Gunakan Chlorhexidine 0,25% untuk vulva dan vagina toilet saat
melakukan pemeriksaan digital internal.
Periksa dan mengelola infeksi saluran kemih
e. Pengelolaan wanita hamil positif hiv
Strategi pengelolaan yang optimal wanita hamil positif HIV memerlukan berikut
ini:
Mendukung kesehatan dan lingkungan social: Non-diskriminasi dan non-stig-
matisasi , konseling dll.
Antenatal care
22
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
Perawatan antenatal pada wanita hamil positif HIV, tidaklah berbeda dengan
wanita dengan HIV negatif. Tetap harus dilakukan pemeriksaan fisik lengkap,
penilaian kehamilan risiko tinggi dan pengawasan janin antepartum.
Intervensi gizi
Suplemen vitamin harus dimulai pada kehamilan pertama kunjungan. Multivi-
tamin dan Vitamin A dalam tertentu telah terbukti efektif dalam
meningkatkan kekebalan tubuh.
Medical Intervention
Profilaksis dan pengobatan tergantung pada jenis infeksi yang terjadi.
f. Penghentian kehamilan
Wanita hamil positif HIV yang telah menjalani penghentian kehamilan harus
menerima antibiotik. Pengobatan infeksi kelamin yang jelas merupakan wajib se-
belum prosedur dilakukan.
E. Tifus Abdominalis
1. Definisi
Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman
Salmonella typhosa, bercirikan lesi definitif di plak Peyer, kelenjar mesenterika dan
limpa, disertai oleh gejala demam yang berkepanjangan, sakit kepala dan nyeri ab-
domen
2. Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dengan masa inkubasi 6 –
14 hari. Sedangkan typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus
yang biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi klinis yang sama dengan
enteritis akut.
Salmonella typhi
Batang gram negatif
Termasuk dalam famili Enterobacteriaceae
23
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
Penyebab penyakit ini adalah Salmonella typhi, Salmonella para typhii A, dan Salmo-
nella paratyphiiB. Basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora,
mempunyai 3 macam antigen yaitu antigen O, antigen H, dan antigen VI. Dalam
serum penderita terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
Kuman tumbuh pada suasan aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15 – 41°C (opti-
mum 37°C) dan pH pertumbuhan 6 – 8.
3. Faktor Risiko
Lingkungan yang kotor
Daya tahan tubuh yang rendah
4. Patofisiologi
a. Salmonella tyhpi masuk ke dalam saluran pencernaan melalui makanan dan atau
minuman yang tercemar. Sebagian kuman akan mati akibat barier asam lambung,
tapi sebagian lagi akan lolos ke dalam usus.
Sesampainya di usus, bakteri akan menembus masuk ke dinding usus halus
melalui kelenjar yang disebut plak Peyer dan menimbulkan peradangan di sana.
Bakteri ini kemudian berkembang biak dalam makrofag plak peyer tersebut
Lama-kelamaan plak Peyer yang membesar akan menekan dinding usus sehingga
terjadi nekrosis dan akhirnya pecah. Akibatnya kuman akan tersebar melalui
darah (septikemi) ke seluruh organ tubuh.
b. Infeksi masuk melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, infeksi terjadi
pada saluran pencernaan. Basil di usus halus melalui pembuluh limfe masuk ke
dalam peredaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limfa sehingga
membesar dan disertai nyeri. Basil masuk kembali ke dalam darah (bakterimia)
dan menyebar ke seluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus
àmenimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa usus. Tukak dapat menye-
babkan perdarahan dan perforasi usus. Jika kondisi tubuh dijaga tetap baik, akan
terbentuk zat kekebalan atau antibodi. Dalam keadaan seperti ini, kuman typhus
akan mati dan penderita berangsur-angsur sembuh.
kuman-kuman
24
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
usus
kelenjar getah bening mesentarium [berproliferasi]
ductus thoracicus
peredaran darah
kuman-kuman musnah - endotoksinnya keluar
menyebabkan gejala-gejala penyakit.
5. Gejala dan Tanda Klinis
Gejala biasanya diawali dengan rasa tidak enak badan, nyeri yang tidak jelas, sakit
kepala dan bisa juga mimisan, konstipasi, lemas.
Dalam beberapa hari sampai minggu, terjadi kenaikan suhu badan yang bisa
mencapai lebih dari 40°C. Pada saat ini, sebuah tanda khas demam tifoid yang
disebut rose spots “bintik merah muda” bisa terlihat, khususnya pada bagian
perut (abdomen). Tanda yang juga dapat dijumpai pada daerah dada dan
punggung ini akan telihat memudar bila ditekan.
Pada akhir minggu pertama, terjadi gejala-gejala hematopoetik sebagai
pembesaran limpa (splenomegali), lekopeni dan berkurangnya atau
menghilangnya dari darah sel-sek lekosit polinukleus dan eosinofil.
Pada minggu kedua, suhu badan akan mengalami remisi harian. Panas terutama
meningkat pada malam hari dengan perbedaan temperatur lebih kurang ½
sampai 2°C dibanding pagi hari. Bila demam sangat tinggi dapat terjadi
penurunan kesadaran dan penderita mengigau.
Retensi urin cukup sering terjadi.
Masa inkubasi rata-rata 2 minggu gejalanya: cepat lelah, malaise, anoreksia, sakit
kepala, rasa tidak enak di perut, dan nyeri seluruh badan. Demam berangsur-
25
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
angsur naik selama minggu pertama. Demam terjadi terutama pada sore dan
malam hari (febris remitten). Pada minggu 2 dan 3 febris continue dan kemudian
turun berangsur-angsur.
Gangguan gastrointestinal, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor-berselaput
putih dan pinggirnya hiperemis, perut agak kembung dan mungkin nyeri tekan,
bradikardi relatif, kenaikan denyut nadi tidak sesuai dengan kenaikan suhu badan
(Junadi, 1982).
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan :
Bradikardi relatif (frekuensi denyut jantung relatif lambat bila dibanding dengan
tingkat kenaikan suhu tubuh).
Lidah tifoid (Awalnya merah di tengah dengan tepi hiperemis dan bergetar, bila
penyakit berat lidah menjadi kering dan pecah-pecah serta berwarna kecoklatan).
Perkusi abdomen: timpani
Palpasi abdomen: Nyeri tekan khususnya di fosa iliaka
Stupor
Bergumam
Delirium
Twitching otot-otot
Karpologia
Koma vigil
Pada masa penyembuhan dapat terjadi :
Anemia
Kerontokan rambut
6. Pemeriksaan Laboratorium
Pembiakan kuman dari darah penderita. Pembiakan akan positif selama minggu
pertama penyakit, yaitu pada saat-saat terjadinya bekteremi.
26
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
Tes serologi Widal ialah percobaan terhadap antibodi, berupa aglutinasi antigen-
antibodi.
Perhitungan lekosit merupakan cara penting bagi diagnosis penyakit typhus, yaitu
akan ditemukan lekopeni yang terutama disebabkan menurunnya jumlah sel
polinukleus dan sering menghilangnya sel eosinofil.
Pada minggu ke-3, kemih dapat mengandung kuman typhus.
7. Komplikasi
Perdarahan usus. Hanya sedikit ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja
dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, terjadi melena, dapat disertai nyeri
perut.
Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi
pada bagian distal Komplikasi biasanya timbul pada minggu ke-3 atau ke-4 dan
terjadi pada ± 25% kasus yang tidak mendapatkan pengobatan. Kematian sering
mengikuti komplikasi ini. Komplikasi tersebut antara lain :
Gangguan metabolic, perdarahan saluran cerna, perforasi saluran cerna,
peritonitis, hepatitis tifosa, pnemonia, ensefalopati tifosa, abses otak, meningitis,
osteomielitis, endokarditis, abses pada berbagai organ
Komplikasi yang paling sering terjadi dan berbahaya adalah perdarahan dan
perforasi saluran cerna.
8. Penatalaksanaan
Isolasi penderita (untuk mencegah penularan)
Penderita dirawat dengan tujuan untuk isolasi, observasi, dan pengobatan. Klien
harus tetap berbaring sampai minimal 7 hari bebas demam atau 14 hari untuk
mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus.
Tirah baring
Pada klien dengan kesadaran menurun, diperlukan perubahan2 posisi berbaring
untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
27
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
Diet bergizi tinggi dan mudah dicerna. Makanan sebaiknya tidak banyak
mengandung serat dan tidak merangsang (seperti pedas dan asam), diberikan
bubur saring kemudian bubur kasar untuk menghindari komplikasi perdarahan
usus dan perforasi usus, Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
makanan padat secara dini yaitu nasi, lauk pauk yang rendah sellulosa (pantang
sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman kepada klien
Masukan cairan harus cukup
Kompres hangat bila terjadi panas tinggi
Pembedahan kadang diperlukan bila penggunaan obat-obatan dan dekompresi
usus gagal mengatasi perdarahan saluran cerna yang berat. Tindakan tersebut
juga dibutuhkan bila terjadi perforasi usus.
9. Pengobatan
Antibiotika diberikan berdasarkan tes sensitivitas. Antibiotika yang umumnya
dipergunakan antara lain :
Kotrimaksol
Kloramfenikol
Ampisilin
Trimetoprim-Sulfametoksasol
Quinolon
Antipiretik, umumnya yang dipergunakan adalah parasetamol
Bila terjadi ikterus dan hepatomegali: selain kloramfenikkol, diterapi dengan
Ampisilin 100 mg/kgBB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis
10. Pencegahan
Tingkatkan kebersihan diri dan lingkungan
Pilih makanan yang telah diolah dan disajikan dengan baik (memenuhi syarat
kesehatan)
28
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
Jamban keluarga harus cukup jauh dari sumur (harus sesuai standar pembuatan
jamban yang baik)
Imunisasi
Dengan mengetahui cara penyebaran penyakit, maka dapat dilakukan
pengendalian.
Menerapkan dasar2 hygiene dan kesehatan masyarakat, yaitu melakukan deteksi
dan isolasi terhadap sumber infeksi. Perlu diperhatikan faktor kebersihan
lingkungan.
Pembuangan sampah dan klorinasi air minum, perlindungan terhadap suplai
makanan dan minuman, peningkatan ekonomi dan peningkatan kebiasaan hidup
sehat serta mengurangi populasi lalat (reservoir).
Memberikan pendidikan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan
tinja) secara berkala terhadap penyaji makanan baik pada industri makanan
maupun restoran.
Sterilisasi pakaian, bahan, dan alat-alat yang digunakan klien dengan
menggunakan antiseptik. Mencuci tangan dengan sabun.
Deteksi karier dilakukan dengan tes darah dan diikuti dengan pemeriksaan tinja
dan urin yang dilakukan berulang-ulang. Klien yang karier positif dilakukan
pengawasan yang lebih ketat yaitu dengan memberikan informasi tentang
kebersihan personal.
11. Implikasi penyakit Typhus Abdominalis pada kehamilan, persalinan dan nifas
a. Pada Kehamilan
Penyakit ini lebih mungkin di jumpai selama Epidemi atau pada mereka yang
terinfeksi oleh virus Imunodefisiensi manusia (HIV). Pada tahun 1990 di laporkan
bahwa demam tifoid antepartum dahulu menyebabkan abortus hamper 80% /
kasus, dengan angka kematian janin 60%, dan angka kematian ibu 25%.
Penyakit Typhus Abdominalis ini masuknya ke bagian infeksi dari bakteri
salmonella dan shigella. Berpengaruh terhadap kehamilan karna bias
menyebabkan kematian janin usia gestasi 15 minggu
29
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
b. Pada Persalinan
Penyakit ini dapat terjadi melalui makanan dan minuman yang terinfeksi oleh
bakteri Salmonella typhosa. Kuman ini masuk melalui mulut terus ke lambung lalu
ke usus halus. Di usus halus, bakteri ini memperbanyak diri lalu dilepaskan
kedalam darah, akibatnya terjadi panas tinggi. Sehingga dapat berpengaruh pada
janin kemungkinan bisa gawat janin
c. Pada Nifas
Penyakit ini di tularkan melalui makan dan dampaknya bisa ke ibu dan bayi , dari
ibunya sendiri bias tertular lewat makanan yang sudah tercemar dan gejalanya
meliputi: diare, nyeri abdomen, mual dan muntah, pada ibu yang mempunyai
penyakit ini bisa juga menular pada bayinya lewat ASI ibu dan mengakibatkan
demam yang tinggi bila tidak di tindak lanjuti akan mengakibatkan kematian pada
ibu dan bayinya.
BAB III
PENUTUP
30
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN
ASKEB IV PATOLOGIKELOMPOK 5POLTEKES YAPKESBI
31
TOXOPLASMOSIS, ISK, HEPATITIS, HIV/AIDS, DAN TIFUS ABDOMINALIS YANG MENYERTAI KEHAMILAN