Post on 27-Dec-2019
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 1
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 2
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 3
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 4
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 5
PENURUNAN KADAR SIANIDA (CN) DENGAN ME-
MANFAATKAN CUKA KAYU PADA LIMBAH CAIR TAPI-
OKA
Hesti Palupi Hening Sabawati
Sri Yuniyarti
Sukirno
Intisari
Salah satu sektor industri yang terdapat di Indonesia adalah industri pengolahan pangan
dari hasil bumi yang berada di berbagai wilayah.Indonesia merupakan Negara Agraris yang
mempunyai hasil bumi atau hasil pertanian yang melimpah, salah satunya adalah singkong
(Manihot utilissima) atau ubi kayu. Singkong merupakan bahan baku berbagai produk industry seperti industri makanan, farmasi, tekstil dan lain-lain. Walaupun memiliki nilai ekonomi tinggi
namun dampak pencemaran yang ditimbulkan terhadap lingkungan tidak dapat diabaikan. Perlu
adanya pengolahan terlebih sebelum dibuang ke lingkungan. Pencemaran yang dimaksud adalah
adanya racun sianida yang dapat mengganggu kehidupan ekosistem perairan. Penelitian ini ber-
tujuan untuk mengetahui hubungan antara kecepatan pengadukan dan dosis cuka kayu terhadap
penurunan kadar sianida dan TSS limbah cair tapioca serta untuk mengetahui dosis terbaik cuka
kayu dalam penurunan kadar sianida dan TSS limbah cair tapioca. Penelitian ini bersifat eksper-
imen dengan skala laboratorium. Lokasi penelitian dilakukan di Balai Laboratorium Penguji Dan
Kalibrasi BBTKL PP – Yogyakarta.Sampel yang diteliti yaitu limbah cair tapioca dengan kan-
dungan sianida dan TSS. Penelitian inidilakukan secara jartest dengan menggunakan cuka kayu
yang telah ditentukan dosisnya sebayak 0 ml, 10 ml, 20 ml, 30 ml, 40 ml, 50 ml, 60 ml, 70 ml, 80 ml, dan 90 ml dengan kecepatan pengadukan 50 rpm dan 100 rpm. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa cuka kayu dapat menurunkan kadar sianida dan TSS dalam limbah cair tapioca. Pen-
golahan data secara statistic untuk mengetahui hubungan antara kecepatan pengadukan dan dosis
cuka kayu dalam menurunkan kadar sianida dan TSS, sehingga dapat dikatakan bahwa terjadi
interaksi antara kecepatan pengadukan dengan dosis cuka kayu terhadap penurunan kadar siani-
da dan TSS limbah cair tapioca. Dosis terbaik cuka kayu dalam menurunkan kadar sianida dan
TSS limbah cair tapioka yaitu 70 ml cuka kayu dengan kecepatan pengadukan 100 rpm. Namun,
bila dibandingkan dengan Peraturan Gubernur DIY Nomor 7 Tahun 2010 tentang Baku Mutu
Limbah Cair untuk Kegiatan Industri, kadar sianida dan TSS belum memenuhi standar baku mutu.
Kata Kunci : Limbah Cair Tapioka, Sianida, TSS, Cuka Kayu
DECREASED LEVELS CYANIDE (CN) USING WOOD VINE-
GAR IN WASTE TAPIOKA
Abstract
One widespread industrial sectors in Indonesia is the agricultural food industries that are
easily found in many areas. Indonesia is an agricultural country that has a large number of
agricultural products. One of the agricultural products that becomes a food industry is cassava
(Manihot utillisima), or is also called as cassava. Cassava is the raw materials for several
industries, such as food industry, pharmacy, textile industry, and many other. In spite of its
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 6
towering economic value, the cassava industry cause the environmental pollution that cannot be
ignored. Certain industrial processing should be done before the industrial waste is dumpet in the
environment. In this case, the environmental pollution cause by the cassava industries is the
cyanide that is likely to damage the aquatic ecosystems. This study aim to determine the relation
between the stirring speed and the dose of wood vinegar in the sake of decreasing the level of
cyanide and TSS tapioca liquid waste. Furthermore, this study also will formulate the best dose of
wood vinegar on reducing cyanide and TSS effluent tapioca. This study is an experimental
research which is done in laboratory scale. The location of this research is conducted in the
Central Testing Laboratory and Calibration BBTKL PP - Yogyakarta. The samples studied were
tapioca liquid waste containing cyanide and TSS. This research is done by jartest method using
wood vinegar predetermined dose with number of 0 ml , 10 ml , 20 ml , 30 ml , 40 ml , 50 ml , 60 ml , 70 ml , 80 ml and 90 ml with a stirring speed of 50 rpm and 100 rpm. The results showed that
wood vinegar can reduce levels of cyanide and TSS in waste water tapioca. The data is processed
statistically to determine the relationship between the stirring speed and dose of wood vinegar in
lowering levels of cyanide and TSS. So it can be said that there is interaction between the stirring
speed with a dose of wood vinegar to decreased levels of cyanide and TSS effluent tapioca. Best
Dose of wood vinegar in lowering levels of cyanide and TSS tapioca liquid waste timber is 70 ml
of vinegar with a stirring speed of 100 rpm .However, when compared to the DIY Governor
Regulation No. 7 of 2010 on Liquid Waste Quality Standard for Industrial Activities, levels of
cyanide and TSS are not qualified of the standards.
Keyword :Tapioca Liquid Waste, Cyanide, TSS, Wood Vinegar.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan sektor industri
mengalami peningkatan. Me-
ningkatnya pendirian pabrik-pabrik
di daerah perkotaan dan pedesaan,
hingga mengakibatkan masalah bagi
masyarakat. Hal ini dikarenakan
ketersediaan lahan yag semakin me-
nurun, kebisingan dan pencemaran
lingkungan. Berbagai kasus
pencemaran lingkungan yang terjadi
oleh limbah baik dari limbah
kegiatan industri, rumah sakit, pasar,
hingga rumah tangga mengakibatkan
memburuknya kesehatan masyarakat.
Penanganan dan pengolahan limbah
dengan biaya yang cukup tinggi
sehingga kurang mendapat perhatian
dari pelaku industri, terutama
industri kecil dan industri menengah.
Salah satu sektor industri yang
terdapat di Indonesia adalah industri
pengolahan pangan dari hasil
bumi.Indonesia merupakan Negara
Agraris yang mempunyai hasil bumi
atau hasil pertanian melimpah, salah
satunya adalah singkong atau ubi
kayu.Industri pengolahan makanan
tidak lepas dari permasalahan
limbah. Hasil olahan yang langsung
dibuang ke lingkungan jika tanpa
mengalami proses pengolahan
terlebih dahulu maka akan meng-
akibatkan pencemaran lingkungan.
Jika hal tersebut dibiarkan akan
terjadi perubahan kualitas
lingkungan. Air buangan industri
tapioka umumnya banyak
mengandung bahan-bahan organik
yang bersifat terlarut tersuspensi dan
terendap dengan konsentrasi tinggi
yang berasal dari proses pencucian,
pemerasan, penyaringan dan
pengendapan.
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 7
Salah satu bahan pencemar air
yang berasal dari industri tapioka
adalah sianida (CN). Penurunan
kadar sianida merupakan upaya
dalam pengolahan limbah cair
tapioka, karena ion sianida
mempunyai sifat afinitas kuat
terhadap banyak ion logam dan
merupakan gas yang mudah
menguap dan beracun. Menurut
Peraturan Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta No. 7 Tahun 2010
bahwa kandungan zat organic dan
sianida (CN) maksimum yang
diperbolehkan pada limbah cair
industri tapioka adalah BOD : 150
mg/l, COD : 300 mg/l, TSS : 100
mg/l, CN : 0,3 mg/l, dan pH : 6-9.
Dari hasil pemeriksaan
laboratorium, industri tapioka
mempunyai kandungan sianida
sebesar 13,125 mg/l dan TSS sebesar
28674 mg/l. Nilai kandungan sianida
dan TSS melebihi standar baku mutu
limbah cair tapioca untuk standar
baku mutu terdapat dalam Peraturan
Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta No. 7 Tahun 2010.
Berdasarkan hal tersebut serta
mempertimbangan efek samping dari
akibat-akibat umum dari limbah cair
industri tapioka, maka perlu adanya
suatu alternatif pengolahan limbah
cair industri tapioka yang memiliki
efektifitas penurunan kadar sianida
(CN) dengan biaya pengolahan yang
ekonomis. Salah satu cara untuk
mengatasi penurunan kadar sianida
(CN) dan TSS limbah cair industry
tapioka adalah dengan cara
mengaplikasikan cuka kayu pada air
limbah tapioka.
METODA
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian bersifat eksperimen
dengan skala laboratorium.
Penelitian ini dilakukan di Balai
Laboratorium Penguji Dan Kalibrasi
BBTKL PP – Yogyakarta yang
beralamat di Jalan Wiyoro Lor
Nomor 21 Baturetno, Banguntapan,
Bantul, Yogyakarta. Objek penelitian
ini adalah air limbah tapioka yang
mengandung kadar sianida (CN) dan
TSS yang melebihi ambang batas
baku mutu limbah cair tapioka, di
salah satu industri tapioka di
Pundong, Bantul. Pada penelitian ini
variable bebas yang digunakan
meliputi variasi dosis cuka kayu
yaitu : 0 ml, 10 ml, 20 ml, 30 ml,40
ml, 50 ml, 60ml, 70 ml, 80 ml, dan
90 ml serta kecepatan pengadukan :
50 rpm dan 100 rpm selama 15
menit. Sedangkan untuk variable
terikatnya yaitu kadar sianida (CN)
dan TSS pada limbah cair tapioca.
Pengambilan sampel dilakukan pada
pagi hari saat aktifitas produksi
industri tapioka dimulai.Sampel
diambil setelah dari saluran buangan
menuju ke bagian penampungan
limbah cair tapioka kemudian
memasukkan limbah ke dalam
jerigen plastik.
Jalannya penelitian ini secara
garis besar terdiri dari : 1) Tahap Pra
Penelitian, pada tahap ini dilakukan
pengambilan sampel awal untuk uji
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 8
pendahuluan kadar sianida dan TSS
limbah cair tapioka. 2) Tahap
Penelitian, pada tahap ini yaitu
dilakukan pengambilan sampel
limbah cair tapioka kemudian
menuangkan limbah ke dalam beaker
glass dengan masing-masing volume
1000 ml. Selanjutnya menambahkan
ke masing-masing beaker glass cuka
kayu dengan dosis yang telah
ditentukan yaitu 0 ml, 10 ml, 20 ml,
30 ml, 40 ml, 50 ml, 60 ml, 70 ml, 80
ml, dan 90 ml. Kemudian dilakukan
pengadukan dengan jartest dengan
variasi kecepatan pengadukan 50
rpm dan 100 rpm selama 15 menit
lalu pengendapan selama 30 menit.
Setelah itu mengambil beningan dan
memasukkannya ke dalam botol
sampel untuk di kirim ke
laboratorium dan untuk pemeriksaan
kadar sianida dan TSS.
Memasuki tahap pembuatan
laporan dan pengolahan data
meliputi data hasil pemeriksaan
laboratorium untuk dianalisis secara
statistik dan deskriptif. Adapun
analisa secara statistic menggunakan
korelasi regresi dan dilanjutkan
analisa secara deskriptif.
HASIL
Hasil pengujian sampel limbah
cair tapioka setelah perlakuan
dengan dosis cuka kayu dan ke-
cepatan pengadukan disajikan pada
tabel berikut :
Tabel 1. Hasil Analisa Sianida dan TSS pada Berbagai Variasi Dosis Cuka Kayu
dan Variasi Kecepatan Pengadukan pada Limbah Cair Tapioka
No. Sampel Hasil Analisa
Sianida (mg/l) TSS (mg/l)
Air Baku 16,30 1820
Dosis Cuka
Kayu
Kecepatan Pengadukan
50 rpm 100 rpm
Sianida TSS Sianida TSS
1 0 ml 8.2 1737 6.2 1444
2 10 ml 7.5 1732 4.6 1207
3 20 ml 6.5 1721 5 925
4 30 ml 4.8 1498 4 765
5 40 ml 4.1 1303 3.5 581
6 50 ml 4.9 1057 4.1 586
7 60 ml 4.7 1170 4.4 500
8 70 ml 4.7 1316 3.45 269
9 80 ml 3.45 1202 3.7 504
10 90 ml 4.6 1307 4.05 778
Sumber : Data Primer, 2016
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 9
1. Hasil Pemeriksaan untuk
Parameter Sianida
Berikut merupakan hasil
analisa penurunan kadar sianida
terhadap variasi dosis cuka kayu
dan kecepatan pengadukan yang
dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 2. Hasil Analisis Kadar Sianida pada Berbagai Variasi Dosis Cuka Kayu
dan Variasi Kecepatan Pengadukan pada Limbah Cair Tapioka
Sumber : Data Primer, 2016
Tabel di atas menunjukkan
bahwa pemeriksaan kadar sianida
terbaik untuk kecepatan pengadukan
50 rpm dengan dosis 80 ml
mempunyai penurunan mencapai
4,75 mg/l yang awalnya dari air baku
8,2 mg/l menjadi 3,45 mg/l, untuk
pengadukan 100 rpm kadar sianida
terbaik pada dosis 70 ml dengan
penurunan mencapai 2,75 mg/l yang
awalnya dari air baku 6,2 mg/l
menjadi 3,45 mg/l setelah penelitian.
Dari hasil pemeriksaan kadar sianida
tersebut masih belum sesuai dengan
standar baku mutu yaitu 0,3 mg/l
yang terdapat dalam Peraturan
Gubernur DIY Nomor. 7 Tahun
2010.
2. Hasil Pemeriksaan untuk
Parameter TSS
Berikut merupakan hasil
analisa penurunan kadar sianida
terhadap variasi dosis cuka kayu
dan kecepatan pengadukan yang
dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 10
Tabel 3. Hasil Analisa Kadar TSS pada Berbagai Variasi Dosis Cuka Kayu dan
Variasi Kecepatan Pengadukan pada Limbah Cair Tapioka
Sumber : Data Primer, 2016
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 11
Tabel 3 di atas menunjukkan
bahwa pemeriksaan kadar TSS
terbaik untuk kecepatan pengadukan
50 rpm dengan dosis 50 ml
mempunyai penurunan mencapai
680 mg/l yang awalnya dari air baku
1737 mg/l menjadi 1057 mg/l
setelah perlakuan, untuk
pengadukan 100 rpm kadar TSS
terbaik pada dosis 70 ml dengan
penurunan mencapai 2,75 mg/l yang
awalnya dari air baku 1444 mg/l
menjadi 269 mg/l setelah perlakuan.
Dari hasil pemeriksaan kadar TSS
tersebut masih belum sesuai dengan
standar baku mutu yaitu 100 mg/l
yang terdapat dalam Peraturan
Gubernur DIY Nomor. 7 Tahun
2010.
3. Hasil Perhitungan Analisis
Statistik
a. Hasil Uji Korelasi Regresi
Parameter Sianida
Berikut merupakan grafik hasil
perhitungan uji korelasi regresi
pada parameter sianida:
Gambar 1. Grafik Hubungan
antara Kecepatan Pengadukan
dengan Dosis Cuka Kayu
terhadap Penurunan Kadar
Sianida pada Limbah Cair
Tapioka
Dari grafik di atas
menunjukkan bahwa penelitian
yang dilakukan dapat menurunkan
kadar sianida. Hasil terbaik dalam
menurunkan kadar sianida untuk
pengadukan 50 rpm di-dapatkan
nilai r = 0,69 yang berarti
penurunan kadar sianida 69%
dipengaruhi oleh cuka kayu dan
31% dipengaruhi oleh faktor lain.
Untuk peng-adukan 100 rpm
didapatkan nilai r = 0,49 yang
berarti penurunan kadar sianida
49% dipengaruhi oleh cuka kayu
dan sisanya 51% dipengaruhi oleh
faktor lain.
.
b. Hasil Uji Korelasi Regresi
Parameter TSS
Berikut merupakan grafik hasil
perhitungan uji korelasi regresi
pada parameter sianida :
Gambar 2. Grafik Hubungan
antara Kecepatan Pengadukan
dengan Dosis Cuka Kayu
terhadap Penurunan Kadar TSS
pada Limbah Cair Tapioka
Dari grafik di atas
menunjukkan bahwa penelitian
yang dilakukan dapat
y = -0.4197x + 7.6533R² = 0.69
y = -0.1915x + 5.3533R² = 0.49
0
2
4
6
8
10
0 20 40 60 80
Kad
ar S
ian
ida
(mg/
l)
Dosis Cuka Kayu (mg/l)
50 rpm
100 rpm
y = -65.667x + 1765.5
R² = 0.62
y = -90.818x + 1255.4
R² = 0.60
0
500
1000
1500
2000
0 20 40 60 80
Kad
arTS
S (m
g/l)
Dosis Cuka Kayu (mg/l)
50 rpm
100 rpm
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 12
menurunkan kadar TSS. Hasil
terbaik dalam menurunkan
kadar TSSuntuk pengadukan
50 rpm didapatkan nilai r =
0,62 yang berarti penurunan
kadar TSS 62% dipengaruhi
oleh cuka kayu dan 38%
dipengaruhi oleh factor lain.
Untuk pengadukan 100 rpm
didapatkan nilai r = 0,60 yang
berarti penurunan kadar TSS
60% dipengaruhi oleh cuka
kayu dan sisanya 40%
dipengaruhi oleh factor lain.
PEMBAHASAN
1. Pembahasan Parameter Sianida
Pengolahan air buangan bertujuan
untuk menghilangkan unsur
pencemar dalam air buangan dan
untuk mendapatkkan hasil efluen
yang memenuhi syarat-syarat air
limbah sesuai baku mutu. Air bu-
angan yang berasal dari limbah
cair tapioca mengandung bahan
pencemar seperti sianida.Sianida
terdapat secara alami pada
ubi kayu maka pada proses
produksi tapioka, sianida
dihasilkan pada hampir seluruh
tahapan yang ada. Mulai dari
pengupasan kulit, pen-
cucian bahan baku, hingga proses
pengendapan pati, dan pemisahan
ampas serta serat kasarnya. Na-
mun sebagian besar sianida
akan terpisah dan menjadi
limbah pada waktu proses
pencucian dan proses pen-
gendapan pat inya. Jika siani-
da yang terbentuk ini ter-
konsentrasi, kemudian t idak
diolah secara tepat, dan ter-
buang ke badan air atau
tanah, maka akan me-
nimbulkan dampak atau efek
pencemaran yang serius. Pada
lingkungan perairan, efek
toksik sianida ditentukan dar i
konsentrasi asam sianida dan
ion sianidanya. Sianida dalam
bentuk ion kompleks tidak dapat
digunakan untuk menentukan
tingkat ketoksikan dari suatu
lingkungan perairan, karena
sianida dalam bentuk ion
kompleks dapat terurai men-
jadi sianida bebas dengan
bantuan radiasi ultraviolet wa-
laupun laju reaksinya sangat lam-
bat (Othmer, 1979).
Penelitian ini bertujuan
mengetahui penurunan kadar
sianida dalam limbah tapioka
menggunakan cuka kayu. Pada
dasarnya, pilihan manapun yang
diambil dalam pengolahan limbah
industri tapioka terutama untuk
menurunkan kadar cemaran
sianida, haruslah sanggup dan
cukup efekt if untuk membuat
limbah cair tersebut layak di-
buang ke alam, sesuai dengan
ambang batas yang sudah
diatur dalam Peraturan Gubernur
DIY Nomor 7 Tahun 2010
dimana kadar sianida yang di-
tentukan untuk limbah cair
tapioka sebesar 0,3 mg/l. Dalam
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 13
penelitian ini diambil perlakuan
menggunakan cuka kayu. Variasi
perlakuan memakai dosis cuka
kayu dan kecepatan pengadukan.
Variasi dosis cuka kayu yang
digunakan yaitu 0 ml, 10 ml, 20
ml, 30 ml, 40 ml, 50 ml, 60 ml, 70
ml, 80 ml, dan 90 ml dan untuk
variasi kecepatan pengadukan
yang digunakan yaitu 50 rpm dan
100 rpm.
Berdasarkan penelitian tahap
awal diperoleh sampel air baku
limbah cair tapioca sebesar 16,30
mg/l. Kadar sianida air baku
tersebut melebihi ambang batas
baku mutu yang telah di tetapkan
yaitu sebesar 0,3 mg/l. Tingginya
kadar sianida air baku limbah
tapioka dikarenakan beberapa
faktor diantaranya yaitu ubi kayu
yang diperoleh dari pohon yang
berbeda dan daerah yang berbeda
sehingga tingkat kadar sianidanya
juga berbeda, proses produksi saat
pencucian yang kurang bersih.
Perlakuan yang dengan cuka
kayu terhadap limbah cair tapioca
mampu menurunkan kadar
sianida. Penurunan kadar sianida
pada masing-masing perlakuan
berbeda-beda. Bahkan pada
control (dosis 0 ml) sudah terjadi
penurunan. Konsentrasi sianida
pada limbah cair tapioca setelah
perlakuan lebih rendah dibanding
dengan akumulasi sianida
sebelum diaplikasikan dengan
cuka kayu, dengan demikian cuka
kayu mampu menunjukkan
kemampuan mengakumulasi
sianida. Pada gambar grafik 4.1.
penurunan kadar sianida di-
katakan fluktuatif. Naik turunnya
kadar sianida karena reaksi akibat
cuka kayu. Reaksi yang
ditimbulkan oleh cuka kayu akan
membuat limbah semakin keruh
sehingga menghalangi kontak
antara cuka kayu dengan sianida.
Kandungan cuka kayu yaitu asam
cuka (CH3COOH) akan bereaksi
dengan sianida (HCN)
membentuk (CH3COONH4).
Cuka kayu mem-punyai beberapa
tingkatan, yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cuka kayu
dengan grade 3.Grade 3 memiliki
warna kuning kecoklatan, aroma
kuat dan biasa digunakan untuk
menghilangkan bau (Sudarnyoto,
2014).
Penurunan sianida pada
limbah cair tapioca pH harusnya
relative netral bahkan cenderung
basa yang dimulai pada pH ±
10,5. Untuk pH awal air baku
diketahui asam yaitu dengan pH
3. Tabel 4.2.terlihat dikedua
pengadukan terjadi penurunan
sianida. Namun pada dosis 80 ml
ke dosis 90 ml terjadi kenaikan
kadar sianida. Dosis 80 ml
didapatkan kadar sianida 3,45
mg/l menjadi 4,6 mg/l di dosis 90
ml. Larutan cuka kayu dengan
kondisi asam dimungkinkan pH
yang bereaksi akan semakin asam.
Dengan larutan yang asam yang
dapat menyebabkan kadar sianida
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 14
naik turun padahal untuk
menurunkan sianida pH haruslah
relative basa. Sifat sianida yang
mudah menguap dan mudah larut
dalam air serta sifat-sifat tidak
nyata dari sianida yang dapat
dengan mudah berubah dari
sampel.
Hasil pengujian laboratorium,
hasil data konsentrasi kadar
sianida terendah 3,45 mg/l dengan
dosis 80 ml kecepatan peng-
adukan 50 rpm. Kadar sianida
dengan air baku sebesar 16,30
mg/l dengan awal pelakuan
mencapai 8,2 mg/l mampu
diturunkan menjadi 3,45 mg/l.
Walaupun hasil pengujian belum
memenuhi baku mutu sesuai
dengan yang diharapkan namun
sudah terjadi penurunan kadar
sianida
2. Pembahasan Parameter TSS
Permasalahan yang dapat
ditimbulkan akibat limbah cair in-
dustry tapioca perlu adanya pe-
nanganan. Industri tapioka meru-
pakan industri rumah tangga yang
memiliki dampak positif dari
aspek ekonomi.Namun dampak
pencemaran industri tapioka san-
gat dirasakan bagi masyarakat
yang berada di sekitar wilayah in-
dustri tapioka tersebut. Dampak
tersebut merupakan pengaruh
limbah cair yang tidak mengalami
proses pengolahan terlebih dahulu
sebelum dibuang ke badan air
atau permukaan tanah sehingga
dapat mengganggu kesehatan ser-
ta nilai estetika. Dampak ini
disebabkan karena sifat atau
karakteristik dari limbah cair in-
dustri tapioka.
Air limbah tapioka adalah air
buangan yang mengandung unsur
nabati yang mudah membusuk.
Limbah tapioka mempunyai kon-
sentrasi TSS yang tinggi. Hal ini
menyebabkan kandungan oksigen
terlarut di dalam air menjadi ren-
dah, bahkan habis sama sekali.
Akibatnya oksigen sebagai sum-
ber kehidupan bagi mahluk air
tidak dapat terpenuhi sehingga
mahluk tersebut akan mati. Selain
itu, air limbah yang dibuang ke
lingkungan (tanah dan badan air)
banyak menimbulkan masalah
bagi perkembangbiakan vektor.
Air yang tergenang dapat menjadi
tempat-tempat perkembang-
biakan vektor seperti nyamuk, la-
lat, dan lain-lain.
Limbah tepung tapioka yang
dibuang ke badan air akan
mencemari badan air tersebut.
Bahan pencemar yang ada di da-
lamnya akan mengalami penyeba-
ran dan pengenceran yang bersifat
reaktif dengan adsorbsi, reaksi
atau penghancuran biologis. Air
limbah juga mencemari tanah dan
dalam perjalanannya akan men-
galami peristiwa mekanik, kimia
dan biologis.
Limbah tepung tapioka yang
dibiarkan di perairan terbuka akan
menimbulkan perubahan pen-
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 15
cemaran lingkungan. Menurut
(Soeriaatmadja, 1984) pen-
cemaran yang ditimbulkan akibat
limbah cair tapioka yaitu :
1. Peningkatan zat padat berupa
senyawa organik, sehingga
timbul kenaikan limbah padat,
tersuspensi maupun terlarut.
2. Peningkatan kebutuhan mikro-
ba pembusuk senyawa organik
akan oksigen
3. Peningkatan kebutuhan proses
kimia dalam air akan oksigen
air
4. Peningkatan senyawa-senyawa
beracun dalam air dan pemba-
wa bau busuk yang menyebar
keluar dari ekosistem aquatik
itu sendiri.
5. Peningkatan derajat keasaman
yang dinyatakan dengan pH
yang rendah dari air tercemar,
sehingga dapat merusak kese-
imbangan ekosistem perairan
terbuka.
Penelitian ini merupakan salah sa-
tu cara untuk menurunkan kadar
pencemar dari limbah cair tapioka
yaitu kadar TSS dengan cara penam-
bahan cuka kayu. Penggunaan cuka
kayu sangat efektif dan ekonomis
sebagai media penghilang bau yang
ditimbulkan akibat limbah cair
tapioka. Proses penelitian ini
menggunakan proses pengadukan
dengan jartest dengan kecepatan 50
rpm dan 100 rpm waktu pengadukan
15 menit, adapun untuk dosis cuka
kayu yang digunakan yaitu 0 ml, 10
ml, 20 ml, 30 ml, 40 ml, 50 ml, 60
ml, 70 ml, 80 ml, dan 90 ml.
Berdasarkan penelitian tahap
awal diperoleh sampel kadar TSS air
baku limbah cair tapioca sebesar
1820 mg/l. Kadar TSS air baku ter-
sebut melebihi ambang batas baku
mutu yang telah di tetapkan yaitu
sebesar 100 mg/l. Tingginya kadar
TSS disebabkan oleh kandungan
senyawa organic yang masih ikut
terlarut dan pekatnya sari ketela yang
terlarut karena proses pengendapan
di saat proses produksi, serta
kemungkinan adanya kesalahan saat
pengambilan sampel. Perlakuan yang
dilakukan terhadap limbah cair tapi-
oca dengan cuka kayu mampu
menurunkan kadar TSS. Penurunan
kadar TSS pada masing-masing per-
lakuan berbeda-beda nilai penurun-
annya. Bahkan pada awal perlakuan
(dosis 0 ml) sudah terjadi
penurunan.Pada gambar grafik 4.2.
terlihat penurunan kadar TSS naik
turun. Naik turunnya kadar TSS
disebabkan oleh reaksi yang ditim-
bulkan cuka kayu membuat semakin
keruh, sehingga waktu kontak antara
cuka kayu dengan limbah terlahangi
oleh keruhnya air limbah yang
dihasilkan. Proses pengadukan dan
pengendapan yang kurang lama se-
hingga menyebabkan zat padatan
atau koloid yang dihasilkan masih
mengapung dan belum seluruhnya
mengendap. Faktor kecepatan pen-
gadukan berpengaruh terhadap reaksi
kimia yang terjadi antara limbah
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 16
tapioka dengan cuka kayu untuk
menurunkan kadar TSS.
Besarnya kecepatan peng-
adukan akan memberikan efek tum-
bukan antar molekul molekul cuka
kayu dengan limbah tapioca. Se-
makin besarnya pengadukan yang
dilakukan maka akan terbentuk
partikel polimer dari polimerasi
Ammonim Acetat (CH3COONH4)
yang semakin besar pula seperti per-
samaan reaksi limbah tapioca dengan
sianida yaitu sebagai berikut :
2HCNO + CH3COOH +
4H2O → CH3COONH4 + 2H2CO3
Sehingga akan semakin besar
Ammonim Acetat (CH3COONH4)
yang ikut terendap pada proses pen-
gendapan.
Perlakuan dalam penelitian ini
efektif dalam menurunkan kan-
dungan TSS pada limbah cair tapi-
oka, dengan aplikasi pengadukan
yang sama menggunakan jartest
selama 15 menit meskipun
penurunan kandungan TSS masih
belum memenuhi baku mutu yaitu
100 mg/l. Hasil pengujian laboratori-
um, hasil data kadar TSS terbaik
269 mg/l dengan dosis 70 ml ke-
cepatan pengadukan 100 rpm. Kadar
TSS air baku limbah tapioca sebesar
1820 mg/l dengan awal perlakuan
1737 mg/l mampu diturunkan men-
jadi 269 mg/l. Walaupun hasil pen-
gujian belum memenuhi baku mutu
sesuai dengan yang diharapkan na-
mun sudah terjadi penurunan kadar
TSS menggunakan cuka kayu.
3. Pembahasan Statistik
Hasil data dengan metode ko-
relasi regresi mempunyai klasifi-
kasi berdasarkan nilai R yang
dapat menghubungkan dua varia-
ble. Klasifikasi digolongkan men-
jadi empat, yaitu sangat erat
(0,76-1), erat (0,51-0,75), kurang
erat (0,26-0,5), dan tida erat (0-
0,25). Hasil data kadar sianida
setelah perlakuan dapat dijelaskan
bahwa hubungan antara kedua
variable yaitu variable terikat (Y)
dengan variable bebas (X) untuk
kadar sianida pengadukan 50 rpm
diperoleh persamaan regresi Yreg
= -0.4197x + 7.6533 dan harga
korelasi R = 0,69 yang berarti ada
hubungan positif erat artinya
sebanyak 69% penurunan kadar
sianida dipengaruhi oleh cuka
kayu sedangkan 39% merupakan
factor lain. Kadar sianida penga-
dukan 100 rpm dengan persa-
maan regresi Yreg = -0.1915x +
5.3533 dan harga korelasinya R =
0,49 yang artinya ada hubungan
positif erat sebanyak 49%
penurunan kadar sianida di-
pengaruhi oleh cuka kayu se-
dangkan 51% merupakan factor
lain. Sedangkan untuk hasil data
regresi linier kandungan TSS
setelah perlakuan untuk penga-
dukan 50 rpm didapatkan persa-
maan regresi Yreg = -65.667x +
1765.5 dan harga korelasi R =
0,62 yang berarti ada hubungan
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 17
positif erat artinya sebanyak 62%
penurunan kadar sianida di-
pengaruhi oleh cuka kayu se-
dangkan 38% merupakan factor
lain dan untuk pengadukan 100
rpm didapatkan persamaan regresi
Yreg = -90.818x + 1255.4 dan
harga korelasi R = 0,60 yang be-
rarti ada hubungan positif erat
artinya sebanyak 60% penurunan
kadar sianida dipengaruhi oleh
cuka kayu sedangkan 40% meru-
pakan factor lain.
Pengolahan data secara
statistik untuk mengetahui
hubungan antara kecepatan peng-
adukan dan dosis cuka kayu
dalam menurunkan kadar sianida
dan TSS. Sehingga dapat
dikatakan bahwa terjadi interaksi
antara kecepatan pengadukan
dengan dosis cuka kayu terhadap
penurunan kadar sianida dan TSS
limbah cair tapioca. Nilai R yang
positif dengan maksud penurunan
kadar sianida dan TSS limbah cair
tapioca sebanding dengan dosis
cuka kayu yang diberikan.
Semakin tinggi penurunan kadar
sianida dan TSS semakin besar
pula dosis yang diberikan dalam
perlakuan. Dosis terbaik cuka
kayu dalam menurunkan kadar
sianida dan TSS limbah cair
tapioca yaitu 70 ml cuka kayu
dengan kecepatan pengadukan
100 rpm karena penurunan
terbesar terjadi dalam dosis
tersebut.
KESIMPULAN
1.Adanya hubungan antara kecepatan
pengadukan dengan dosis cuka
kayu terhadap penurunan kadar
sianida dan TSS limbah cair
tapioca
2.Dosis terbaik cuka kayu dalam
menurunkan kadar sianida dan TSS
limbah cair tapioca yaitu
pengadukan 100 rpm dengan 70 ml
cuka kayu
SARAN
1.Diperlukan penelitian yang lebih
lanjut dengan menggunakan variasi
berbeda serta dengan ketelitian
yang lebih cermat
2.Diperlukan penelitian dengan
metode lain dengan menggunakan
suatu alat pengolahan agar lebih
efektif
3.Para pelaku industry tapioca
sebaiknya memperhatikan kondisi
kandungan limbah cair tapioca
yang dapat membawa dampak
buruk terhadap lingkungan atau
badan air apabila dibuang langsung
tanpa pengolahan mengingat
tingginya kadar sianida yang
terkandung dalam limbah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Cindy. 2015. Diunduh pada tanggal
11 April 2016 dari
http://slideplayer.info/slide/323240
2/
Degreemont. 1991. Water Treament
Hand Book. Ruel-Maimaison,
Cedex, France, Volume 1.
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 18
Djajadininggrat. 1992. Pengendalian
Pencemaran Limbah Industri,
Jurusan Teknik Lingkungan,
Fakultas teknik Sipil dan
Perencanaan. ITB. Bandung.
Eri, A.B. 2000. Teknologi Pen-
golahan Singkong. Makalah pada
Seminar Nasional Peningkatan
Nilai Tambah Singkong.11 Ok-
tober 2000. Bandung.
Erni, dkk. 2000. Diunduh pada tang-
gal 12 April 2016 dari
http://mokmi.blogspot.co.id/2013/0
6/karakteristik-limbah-hasil-
olahan.html#!/2013/06/karakteristi
k-limbah-hasil-olahan.html
Ferani Dwi. 2014. Diunduh pada
tanggal 12 April 2016 dari
http://oyotpring.blogspot.co.id/201
1/07/jenis-jenis-limbah-menurut-
sumbernya.html
Juanda, A. 2015.Sianida Dan Baha-
yanya Bagi Kesehatan. Diunduh
pada tanggal 26 April 2016 dari
http:www.KESEHATAN KER-
JA.com/Sianida dan bahayanya.
Peraturan Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomot 7 Tahun 2010
tentang Baku Mutu Limbah Cair
Bagi Kegiatan Industri, Pelayanan
Kesehatan, Dan Jasa Pariwisata.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Ta-
hun 2001 tentang Pengolahan
Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
Slamet, SJ. 2011. Kesehatan Ling-
kungan Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press.
Sudarnyoto.2014. Potensi Cuka
Kayu dari Eucalyptus pellita dan
Acacia mangium Wild Sebagai An-
timikroba.Diunduh pada tanggal 20
April 2016 dari
http://portalgaruda.org/Potensi Cu-
ka Kayu dari Eucalyptus pellita
dan Acacia mangium Wild Sebagai
Antimikroba.
Tjokroadikoesoemo. 1986. Pe-
nanganan Limbah Industri Pan-
gan. Gramedia : Jakarta.
Tjokrokusumo. 1995. Konsep
Teknologi Bersih. Yogyakarta :
STTL.
Tjokrokusumo. 1998. Pengantar En-
jenering Lingkungan. Yogyakarta :
STTL.
Wahyuadi. 1996. Air untuk Limbah
Industri Pangan. Gramedia : Jakar-
ta.
Wikipedia. 2016. Cuka Kayu.
Diunduh pada tanggal 11 April
2016 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Cuka
Kayu.
Wikipedia. 2016. Sianida. Diunduh
pada tanggal 26 April 2016 dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Sianid
a.
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 19
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 20
JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN VOL.16/NO.2/Oktober 2016 Page 21