Post on 18-Apr-2017
BAB I
PENDAHULUAN
A� Latar
Belakang
Pembangunan yang pesat di segala bidang dan
kemajuan teknologi yang mengarah ke globalisasi
mengakibatkan adanya perubahan dalam tata kehidupan dari
yang sederhana menjadi yang modern. Adanya perubahan ini
dalam masyarakat membuat masyarakat perlu bersaing dalam
menguasai sumber daya alam sehingga akan mempengaruhi
sikap dan gaya hidup manusia yang cenderung
individualistik. Perubahan yang terjadi pada masyarakat
menuntut individu untuk menyesuaikan diri tetapi tidak
semua individu bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan
tersebut. Dan bila terjadi kegagalan dalam menyesuaikan
diri akan menimbulkan goncangan jiwa yang disebut stres
psikososial.
Apabila stres psikososial ini terjadi
berkepanjangan manusia akan jatuh ke dalam gangguan
jiwa. Walaupun timbulnya gangguan jiwa tidak menyebabkan
kematian secara langsung namun akan menghambat dan
merugikan pembangunan bukan saja karena beban ekonomis
untuk pengobatan tetapi karena penderita tidak produktif
dan efesien. Oleh karena itu kebutuhan masyarakat
terhadap pelayanan perawatan kesehatan jiwa semakin
meningkat mengingat banyaknya keluhan di bidang kejiwaan
seperti gangguan jiwa skizofrenia. Skizofrenia berasal
dari 2 kata yaitu ”Skizo” yang artinya pecah dan
1
”Frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian skizofrenia
berarti jiwa yang pecah atau retak. Keretakan jiwa atau
kepribadian ini dibuktikan dengan adanya
ketidakharmonisan antara pikiran perasaan dan perbuatan
dari orang penderita skizofrenia. Gambaran perilaku
mencolok penderita bicara kacau, isi pikir tidak
rasional, agresif, sebentar-bentar tertawa gembira atau
sebaliknya sedih, dan lain-lain.
Menurut bloom (1974), status kesehatan itu
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah
faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak sesuai dengan
keinginan akan menjadi beban dan apabila tubuh tidak
mampu memberikan koping yang adekuat maka akan
menimbulkan stress yang akan mengarah pada perubahan
perilaku baik yang bersifat adaptif maupun yang bersifat
maladaptif.
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari
gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa
suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang
paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam
bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi
membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang
dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa
bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa
pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar
atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab
pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak.
Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari
setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini
kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran,
ancaman dan lain-lain.
Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris
terhadap stimulus esksternal, juga pengenalan dan
2
pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan oleh
stimulus yang diterima. Jika diliputi rasa kecemasan
yang berat maka kemampuan untuk menilai realita dapat
terganggu. Persepsi mengacu pada respon reseptor
sensoris terhadap stimulus. Persepsi juga melibatkan
kognitif dan pengertian emosional akan objek yang
dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses
sensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan
dan pengecapan.
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara
umum dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti:
Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang
berhubungan dengan penggunaan alcohol dan substansi
lingkungan. Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien
dirumah sakit jiwa Medan ditemukan 85% pasien dengan
kasus halusinasi. Sehingga penulis merasa tertarik untuk
menulis kasus tersebut dengan pemberian Asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan
evaluasi.
B�Tujuan
1� Tujuan Umum
Untuk memperoleh tentang gambaran umum tentang asuhan
keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan persepsi
sensori di ruang Melati RSJ Mataram
2� Tujuan Khususa� Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan.
b� Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan
gangguan gangguan persepsi sensori: halusinasi
penglihatan.
c� Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan.
3
d� Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai dalam
melaksanakan asuhan keperawatan terhadap klien
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
penglihatan.
C�Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun
laporan kasusu ini adalah metode deskriptif laporan
kasus yaitu metode yang menggambarkan atau melukiskan
sesuatu dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus.
Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi
dokumentasi.
D� Sistematika Penulisan
Dalam penulisan kasus ini penulis membagi secara garis
besar menjadi lima bab. Adapun sistematikanya adalah
sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan yang meliputi Latar belakang, Tujuan
penulisan, Metode penulisan dan Sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teori yang meliputi Konsep dasar kasus
dan Konsep dasar Asuhan keperawatan kasus. Konsep dasar
kasus menguraikan pengertian-pengertian, psikopatologi
dan penatalaksanaan medis. Konsep dasar asuhan
keperawatan kasus meliputi pengkajian, perencanaan dan
evaluasi.
BAB III Tinjauan kasus menguraikan pelaksanaan asuhan
keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi.
BAB IV Pembahasan yang membahas mengenai kesenjangan
asuhan keperawatan yang diberikan di lapangan dengan
teori yang seharusnya dilakukan.
4
BAB V Kesimpulan & saran.
Lampiran
BAB II
TINJAUAN TEORI
I� Masalah utama
Gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan
II� Proses terjadinya masalah
A� Pengertian
1� Persepsi adalah proses diterimanya rangsang sampai
rangsang itu disadari dan dimengerti
penginderaan/sensasi : proses penerimaan rangsang.
2� Gangguan persepsi adalah ketidakmampuan manusia
dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari
sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi
somatik dengan impuls dan stimulus eksternal.
Dengan maksud bahwa manusia masih mempunyai
kemampuan dalam membandingkan dan mengenal mana
yang merupakan respon dari luar dirinya.
3� Sensori adalah respon pada reseptor penginderaan
pendengaran, penglihatan, pengecapan, penciuman dan
perabaan
4� Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah
persepsi sensorik tentang suatu objek, gambaran dan
pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan
dari luar yang dapat meliputi semua system
penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman,
perabaan atau pengecapan), sedangkan menurut Wilson
(1983), halusinasi adalah gangguan
5
penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem
penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran
individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan
tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima
rangsangan dari luar dan dari individu. Dengan kata
lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak
nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak
dapat dibuktikan.
5� Halusinasi penglihatan adalah karakteristik dengan
adanya stimulus penglihatan dalam benuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
B�Rentang repon halusinasi
Respon adaptif Respon
maladaptif
- Pikiran logis - distorsi pikiran - gangguan pikir
- sulit berespon
pada emosi
- Emosi konsiten
dengan pengalaman
- Persepsi adekuat - ilusi - halusinasi
- Reaksi emosi berlebihan
- Perilaku sesuai
- Perilaku dosorganisasi
- Perilaku aneh/tidak biasa
6
- Berhubungan sosial
- Isolasi sosial
- Menarik diri
C�Etiologi
Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi
dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti
skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia
dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol
dan substansi lainnya. Halusinasi dapat juga terjadi
dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan
gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami
sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang
meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi
dan antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik
dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti
pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi
pada saat keadaan individu normal yaitu pada individu
yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti
kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya
permasalahan pada pembicaraan.
Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik
tidak diketahui namun banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti faktor biologis, psikologis,
7
sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress
lingkungan, biologis, pemicu masalah sumber-sumber
koping dan mekanisme koping.
a� Faktor Predisposisi
1� Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan
syaraf–syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan
realita. Gejala yang mungkin timbul adalah:
hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan
muncul perilaku menarik diri.
2� Psikologis
a� Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respons
b� Psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan
c� Orientasi realitas adalah: penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3� Sosiobudaya
a� Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan
orientasi realita
b� Kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam)
c� Kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b� Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul
gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan,
tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa
dan tidak berdaya.
c� Patopsikologi
Menurut Janice Clok (1962) dalam (Yosep, 2007)
klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar
8
disertai halusinasi yang meliputi beberapa tahap
yaitu:
1� Tahap comforting
Timbul kecemasan ringan diserta gejala kesepian,
perasaan berdosa, klien biasanya mengekspresikan
stresornya dengan koping imajinasi sehinga merasa
senang dan terhindar dari ancaman
2� Tahap condenting
Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin
meninggi selanjutnya klien merasa mendengar sesuatu,
klien merasa takut apabila orang lain ikut
mendengarkan apa yang ia rasakan sehingga timbul
perilaku kenarik diri
3� Tahap controling
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi
suara yang timbul tetapi suara tersebut terus
menerus mengikuti sehingga menyebabkan klien susah
berhubungan dengan orang lain. Apabila suara
tersebut hilang klien akan merasa sangat sedih
4� Tahap conguering
Klien merasa panik, suara atau ide yang datang
mengancam. Apabila tidak dikuti perilaku klien dapat
bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.
D� Data penting yang harus didapatkan pada
pengkajian halusinasi:
1� Jenis halusinasi
9
a� Halusinasi dengar/suara
DO: bicara/tertawa sendiri,marah2 tanpa sebab,
menyedengkan telinga kearah tertentu, menutup
telinga.
DS: mendengarkan suara2 kegaduhan, mendengar
suara yang mengajak bercakap-cakap, mendengar
suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
b� Halusinasi penglihatan
DO: menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, ketakutan
pada sesuatu yang tidak jelas.
DS: melihat bayangan, sinar, bentuk geometris,
bentuk kartun, melihat hantu atau monster.
c� Halusinasi penghidu
DO: menghidu seperti sedang membaui bau-bauan
tertentu,menutup hidung
DS: membaui bau-bauan seperti bau darah, urin,
feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan.
d� Halusinasi pengecapan
DO: sering meludah, muntah
DS: merasakan rasa seperti darah,urine, atau
feses.
e� Halusinasi perabaan
DO: menggaruk-garuk permukaan kulit
DS: mengatakan ada serangga dipermukaan kulit,
merasa seperti tersengat listrik.
2� Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat diketahui dari
hasil pengkajian tentang jenis halusinasi.
3� Waktu, frekwensi, dan situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi
10
a� Kapan halusinasi muncul, apakah pagi, siang,
sore, atau malam? jika mungkin jam berapa?
b� Frekwensi terjadinya apakah terus menerus atau
hanya sekali-kali?
c� Situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi
kejadian tertentu.
d� Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi
khusus pada waktu terjadinya halusinasi,
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dalam
halusinasi. Dengan mengetahui frekwensi
terjadinya halusinasi dapat direncanakan
frekwensi tindakan untuk terjadinya halusinasi.
4� Respon halusinasi
a� Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien
ketika halusinasi itu muncul,perawat dapat
menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau
dilakukan saat halusinasi muncul. Perawat juga
dapat menanyakan kepada keluarga atau orang
terdekat. Selain itu dapat dengan mengobservasi
perilaku pasien saat halusinasi muncul.
E�Tanda dan gejala
Perilaku yang teramati adalah sebagai berikut:
1� Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti
mencari siapa atau apa yang sedang berbicara
2� Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang
lain yang sedang tidak berbicara atau kepada benda
mati atau dengan seseorang yang tidak tampak
11
3� Terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan
seseorang yang tidak tampak
4� Menggerak-gerakkan mulut seperti sedang berbicara
atau mejawab suara
F� Klasifikasi halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa
jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu,
diantaranya :
1� Halusinasi pendengaran: karakteristik ditandai
dengan mendengar suara, teruatama suara–suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya
dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2� Halusinasi penglihatan: karakteristik dengan adanya
stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
3� Halusinasi penghidu: karakteristik ditandai dengan
adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti: darah, urine atau feses. Kadang–kadang
terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan
stroke, tumor, kejang dan dementia.
4� Halusinasi peraba: karakteristik ditandai dengan
adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5� Halusinasi pengecap: karakteristik ditandai dengan
merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
12
6� Halusinasi sinestetik: karakteristik ditandai
dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna
atau pembentukan urine.
G� Pohon Masalah
Resiko mencederai diri
sendiri dan orang lain
gangguan sensori
persepsi: halusinasi
isolasi sosial menarik diri
H� Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1� Isolasi sosial: menarik diri
2� Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran
3� Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri,
orang lain dan lingkungan
4� Gangguan konsep diri: harga diri rendah
5� Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik
6� Defisit perawatan diri: mandi dan berhias
7� Ketidakefektifan keluarga: ketidakmampuan keluarga
merawat klien dirumah
8� Gangguan pemeliharaan kesehatan
I� Diagnosa keperawatan dan prioritas
13
1� Resiko menciderai pada diri sendiri, orang lain
dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi
2� Perubahan persepsi sensorik: halusinasi
berhubungan dengan menarik diri
3� Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan
harga diri rendah
4� Defisit perawatan diri: Mandi/kebersihan
berhubungan dengan ketidakmampuan dalam merawat
diri
5� Perubahan proses pikir: Waham berhubungan dengan
harga diri rendah kronis
6� Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
berhubungan dengan koping keluarga tak efektif
7� Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
menarik diri.
8� Gangguan pola tidur berhubungan dengan halusinasi
9� Koping individu tidak efektif berhubungan dengan
harga diri rendah.
J� Rencana tindakan keperawatan
1� Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan halusinasi
a� Tujuan Umum : klien tidak menciderai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
b� Tujuan khusus :
a� Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria evaluasi:
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa
senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan,
mau menyebutkan nama, menjawab salam, duduk
berdampingan dengan perawat, dan mau
mengutarakan masalah yang dihadapinya.
14
Intervensi :
1� Bina Hubungan saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
a� Sapa klien dengnramah baik verbal maupun
non verbal
b� Perkenalkan diri dengan sopan
c� Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan
yang disukai klien
d� Jelaskan tujuan pertemuan
e� Tunjukan sikap empati dan memerima klien
apa danya
f� Beri perhatian pada klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
b� Klien dapat mengenal halusinasinya
Kriteria hasil:
a� Klien dapat menyebutkan waktu, isi,
frekuensi timbulnya halusinasi
b� Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap
halusinasinya
Intervensi:
a� Adakan kontak sering dan singkat
b� Observasi perilaku (verbal/non verbal) yang
berhubungan dengan halusinasinya
c� Bantu klien mengenal halusinasinya
1 Jika menemukan klien yang sedang
halusinasi, tanyakan apakah ada suara
yang terdengar
2 Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa
yang dikatakan oleh suara tersebut
15
3 Katakan bahwa perawat percaya klien
mendengar suara itu, namun perawat tidak
mendengar
4 Katakan bahwa klien yang lain juga ada
yang seperti klien
5 Katakan bahwa perawat akan membantu klien
d� Diskusikan dengan klien
1� situasi yang menimbulkan dan tidak
menimbulkan halusinasi
2� waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi
(pagi, siang, malam, atau jika sendiri,
jengkel atau sedih)
3� diskusikan dengn klien apa yang dirasakan
jika terjadi halusinasi (marah, sedih,
senang) beri kesemapatan mengungkapkan
perasaanya.
c� Klien dapat mengontrol halusinasinya
Kriteria hasil:
1� Klien dapat menyebutkan tindakan yang bisa
dilakukan untuk mengontrol halusinasinya
2� Klien dapat menyebutkan cara baru
3� Klien dapat memilih cara untuk mengatasi
halusinasi seperti yang telah didiskusikan
dengan klien
4� Klien dapat melaksanakan cara yang dipilih
untuk mengendalikan halusinasinya
5� Klien dapat mengikuti TAK
Intervensi:
16
a� Identifikasi bersama klien tindakan yang
bisa dilakukan untuk mengendalikan
halusinasinya
b� Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan
klien, jika bermanfaat beri pujian
c� Diskusikan cara baru untuk mengontrol
timbulnya halusinasi:
; Katakan “saya tidak mau dengan kamu”
(nada saat halusiansi terjadi)
; Menemui perawat atau teman dan keluarga
untuk bercakap-cakap dan untuk
mengatakan halusinasi yang didengar
; Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar
halusinasi tidak muncul
d� Bantu klien untuk memilih dan melatih cara
memutus halusinasi secara bertahap
e� Beri kesempatan untuk melakukan cara yang
telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri
pujian jika berhasil
f� Anjurkan klien mengikuti TAK
d� Klien mendapat dukungan keluarga dalam
mengontrol halusinasinya
Intervensi:
a� Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga
ketika mengalami halusinasi
b� Lakukan kunjungan rumah: Diskusikan dengan
keluarga tentang:
; Halusinasi klien
; Cara memutuskan hausinasi
; Cara merawat anggota keluarga halusinasi
17
; Cara memodifikasi lingkungan untuk
menurunkan kejadian halusinasi
; Cara memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan pada saat mengalami halusinasi
e� Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol
halusinasinya
Intervensi:
a� Diskusikan dengan klien tentang manfaat obat
untuk mengontrol halusinasi
b� Bantu klien menggunakan obat secara benar
BAB III
TINJAUAN TEORI
PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA
Ruang rawat : Anyelir (IPCU)
Tanggal MRS : 15 April 2014
Tanggal pengkajian : 15 April 2014
I� IDENTITAS KLIEN
Nama : Nn. “D”
Umur : 51 tahun
Alamat : Jl. Lawu RT 01 RW 02 Sumber Bendo-
Pare-Kediri
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Pekerjaan : IRT
Jenis kelamin : Perempuan
18
Nomor register : 056024
II� ALASAN MASUK
1� Data primer
Klien mengatakan mendengar suara-suara halus seperti
suara anaknya “ojo ono, ojo ono”
2� Data sekunder
Marah-marah, mengamuk, merusak barang-barang rumah
tangga, mengancam, bicara sendiri, tertawa sendiri,
susah tidur, bingun, mondar-mandir, mencuci piring
berulang-ulang.
III� RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG DAN FAKTOR PENCETUS
Kambuh sejak 2 minggu yang lalu, awalnya pada hari
jum’at tanggal 11 april 2014 klien sedang memasak di
dapur dan mendengar suara-suara seperti suara anaknya,
kemudian klien bingung lalu marah-marah, mengamuk,
merusak barang-barang rumah tangga, memukul suami dan
anaknya, mondar-mandir, keluyuran, banyak bicara dan
bicara kotor. Penyebabnya waktu anak klien mengadakan
resepsi pernikahan tapi tidak disetujui oleh klien
sendiri.
IV� FAKTOR PREDISPOSISI
1� Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu?
Klien pernah mengalami gangguan jiwa da dirawat inap
di RSJ dr.radjiman wadiodiningrat lawang pada tahun
1999. Klien mengancam mau membunuh orang lain,
banyak bicara dan bicara kotor, sring mondar-mandir,
keluyuran. Penyebabnya klien ditinggal oleh suaminya
saat klien hamil 3 bulan.
2� Pengobatan sebelumnya
pengobatan sebelumnya berhasil, tapi tidak pernah
kontrol dan minum obat lagi sejak tahun 2009.
19
3� a.Pernah mengalami penyakit fisik (termaksud gangguan
tumbuh kembang)
menurut keluarga dan stus, klien tidak pernah
mengalami penyakit fisik.
b� Pernah ada riwayat NAPZA
Menurut klien dan status, klien tidak pernah
memakai napza seperti narkotika dan zat adiktif.
c� Riwayat trauma
Pada tahun1998 (umur 35 tahun), klien pernah
menjadi korban aniaya fisisk dan kekerasan dalam
rumah tangga oleh suaminya yaitu ditampar oleh
suaminya sendiri. Kemudian suaminya pergi
meninggalkan klien yang pada saat itu klien sedang
hamil anaknya 3 bulan. “ saya pernah dipukul oleh
suami saya saat saya mengandung anaknya 3 bulan,
setelah memukul saya kemudian dia pergi
meninggalkan saya”. Klien tidak pernah melakukan
atau mengalami aniaya seksual dan tindakan
krimina. Klie pernah memukul suaminya juga. “saya
pernah memukul suami saya karena dia jahat”. Klien
juga pernah melakan usaha bunuh diri dan mengancam
untuk membunuh anaknya pada tahun yang sama.
Masalah / diagnosa keperawatan:
- Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain
- Regimen therapeutik tidak efektif
d� Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan.
Klien mengatakan mempunyai pengalaman yang tidak
menyenangkan yaitu pernah dipukul oleh suaminy,
kemudian suaminya pergi meninggalkanya, yang pada
saat itu klien sedang hamil 3 bulan. Klien juga
pernah memukul suaminya.
Masalah / diagnosa keperawatan:
-Respon paska trauma
20
4� Riwayat penyakit keluarga
Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Menurut keluarga dan status, ada anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa yaitu keponakan klien.
Gejalanya sama dengan klien yaitu sering mendengar
suara, kemudian marah-marah dan ngamuk
Masalah / diagnosa keperawatan:
- Koping keluarga tidak efektif : ketidak mampuan
V� PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 15 april 2014
1� Keadaan umum: baik, penampilan cukup rapi, rambut
pendek sebahu, selalu dibasahi, kontak mata ada.
2� Tanda-tanda vital
TD : 150/100 mmHg
N : 96 x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,7 oC
3� Ukuran
BB: - TB: -
4� Keluhan fisik
Klien mengatakan pusing, sakit pada kepala dan leher
bagian belakang. Klien tampak meringis dan memegang
bagian tubuh yang sakit
Masalah / diagnosa keperawatan:
- Gangguan rasa nyaman nyeri akut
VI� PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1� Genogram
21
25
Keterangan :
: Laki-laki hidup /meninggal
: Perempuan hidup / meninggal
: Tinggal serumah
: Hubungan perkawinan
: Hubungan keturunan
: Klien
Pejelasan :
Sejak kecil,klien diasuh oleh orang tuanya. Pola komunikasi
antar keluarga baik, saling menghormati dan menghargai
antara yang muda dengan yang tua, menggunakan 1 bahasa yaitu
bahasa jawa. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah
orangtua/ orang yang paling tua dalam keluarga. Pola asuh
demokratis.
Masalah / diagnosa keperawatan:
2� Konsep diri
22
a� Citra tubuh
Klien mengatakan senang dengan bentuk tubunya,
tidak ada masalah, tidak ada bagian tubuh yang
tidak disukai.
b� Identitas diri
Klien mengatakan sudah menikah dan mempunyai
anak,
c� Peran
Klien mengatakan selama dirumah klien berperan
sebagai istri yang mengurusi suami dan anaknya.
Klien melaksanakan tugas/ peranya dengan baik.
d� Ideal diri
Klien mengatakan ingin pulang supaya bisa
mengerjakan tugas rumah lagi, bisa berjualan
lagi, dan bisa menjalankan peran sebagai istri
yang mengurus suami dan anaknya. Klien tidak mau
dirawat, takut orang-orang menganggap ia gila.
e� Harga diri
Klien mengatakan di rumah ia tidak bisa
berhubungan dengan orang lain, dia sering
dibilang gila. Orang-orang sering memanggilnya
orang gila. Klien sering berkata kotor, klien
malu dikbilang gila.
Masalah / diagnosa keperawatan:
- Harga diri rendah: situasional
3� Hubungan sosial
a� Orang yang berarti/ terdekat
Klien mengatakan orang yang berarti/ terdekat
dalam hidupnya sekarang ini adalah anaknya mas
budi.
b� Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan tidak pernah ikut dalam kegiatan
kelompok/ masyarakat seperti ikut pengajian di
23
mesjid, ikut bersih-bersih lingkungan dan acara
desa karena orang-orang sering memanggilnya orang
gila, klien merasa malu dibilang gila
c� Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan sering berkata kotor dan bicara
sendiri. Orang-orang cenderung menganggap klien
gila dan menjauhinya.
Masalah / diagnosa keperawatan:
- Kerusakan interaksi sosial
4� Spiritual
a� Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama islam. Klien yakin
terhadap gamanya, yakin terhadap allah SWT, klien
rajin beribadah dan selalu taat pada agama.
b� Kegiatan ibadah
Klien mengatakan tetap menjalankan ibadah solat 5
waktu. Di rumah maupun saat dirumah sakit. Klien
mengatakan bahwa solat adalah kegiatan yang wajib
dilakukan, klien sering meminta mukenah untuk
solat di rumah sakit.
VII� STATUS MENTAL
1� Penampilan
Klien menggunakan pakaian yang diberikan oleh ruang
anyelir, berpakaian rapi, penggunaan pakaian sudah
sesuwai, cara berpakaian sudah sesuwai dengan yang
semestinya, klien tamak bersih.
Masalah / diagnosa keperawatan:
2� Pembicaraan
Klien berbicara cepat, keras, banyak
Masalah / diagnosa keperawatan:
- Gangguan komunikasi
3� Aktivitas motorik
24
Klien terlihat hiperaktifitas, klien sering mondar
-mandir tanpa tujuan yang jelas, klien tidak bisa
diam.
Masalah / diagnosa keperawatan:
- Resiko cidera
4� Afek dan emosi
a� Afek
Labil, klien terlihat senang, gembira berlebihan,
tapi tiba-tiba sedih/ menangis dan berteriak. Ini
terlihat saat klien dibawa masuk ke ruang anyelir
Masalah / diagnosa keperawatan:
- Resiko perilaku kekerasan
b� Emosi
Klien mengatakan sering marah-marah karena
anaknya tidak mau mendengarkanya. Klien juga
merasa sedih dan kesepian
Masalah / diagnosa keperawatan:
Resiko membahayakan diri/ resiko erilaku
kekerasan.
5� Interaksi selama wawancara
Selama wawancara klien tampak kooperatif, kontak
mata ada, tidak mudah tersinggung
Masalah / diagnosa keperawatan:
6� Persepsi-sensori
Halusinasi
Klien mengatakan mendengar suara-suara seperti suara
anaknya dan ibunya. Yang menyuruhnya untuk pergi
berobat ke RSJ lawang. “ ayo nak, saya antar pergi
berobat ke lawang”seperti itu suara yang didengar
oleh klien. Waktunya tidak menentu, kadang saat
25
sedang masak, saat mau tidur dan bangun tidur dengan
frekuensi jarang/ tidak menentu kapan datangnya.
Respon klien saat mendengar kata-kata tersebut
adalah klien menjawabnya. Dengan kata-kata kotor,
kemudian marah-marah dan merusak barang-barang rumah
tangga serta mengamuk
Masalah / diagnosa keperawatan:
- Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
7� Proses Pikir
a� Arus Pikir
Saat wawancara, arah/arus pikiran klien melayang
(flight of idea), klien sering mengubah topik dan
arus pembicaraan seperti saat sedang membicarakan
ke keluarganya, kemudian balik lagi ke topik
awal. Misalnya: saat klien ditanya “apakah ibu
mendengar suara-suara bisikan lagi?, klien
menjawab “ iya mas, saya dengar anak saya minta
makan , saya mau pulang mas, panggilin mas budi,
rumah saya dikediri ,kemarin juga saya mendengar
suara ibu saya” diam disana nak sampai sembuh”.
b� Isi pikir
Klien mengatakan dirumah ia tidak bisa
berhubungan dengan orang lain, orang-orang sering
memanggil klien gila. Klien bicara cepat, keras
dan banyak
c� Bentuk Pikir
26
Bentuk pikiran klien adalah dereistik. Klien
mengatakan ingin pulang saya tidak gila, kenapa
saya dibawa kesini
Masalah / diagnosa keperawatan:
- Gangguan proses pikir
8� Kesadaran
Kesadaran klien composmentis secara kuantitas dan
berubah secara kualitas. Kesadaran klien berubah
dibuktikan dengan klien lebih sering mondar-mandir
tanpa tujuan yang jelas.
Masalah / diagnosa keperawatan:
- Gangguan proses pikir
9� Orientasi
Waktu : klien mengatakan saya mengamuk tadi pagi
sebelum dibawa kesini sekitar jam 09.00
Tempat : saat klien ditanya sekarang berada
dimana? Klien menjawab “saya berada di RSJ lawang”
Orang : klien mampu membedakan antara perawat dan
temanya, klien mampu mengenali dan mengingat nama
perawat.
Masalah / diagnosa keperawatan:
10� Memori
a� Jangka panjang.
27
Lien masih mengingat kejadian dimana 15 tahun
yang lalu pernah dibawa ke RSJ lawang dan pernah
dirawat disana. Klien mengatakan saya pernah
dirawat sebelumnya disini tahun 1999.
b� Jangka pendek.
Klien masih mengingat kejadian halusinasinya
sejak 1 minggu yang lalu. Klien mengatakan saya
mendengar suara seperti suara anak saya pertama
kali pada hari jum’at.
c� Saat ini
Klien masih mengingat siapa yang membawanya ke
RSJ lawang. Klien mengatakan saya dibawa kesini
oleh suami saya dan anak saya.
Masalah / diagnosa keperawatan:
11�Tingkat Kosentrasi dan Berhitung
Saat wawancara, klien mampu berkonsentrasi dan
mampu menjawab pertanyaan yang diajukan tanpa
pengulangan. Klien selalu memperhatikan saat diajak
ngobrol. Konsentrasi klien sedikit sulit dialihkan.
Klien mampu melakukan perhitungan angka-angka yang
sederhana seperti 5 + 5 = 10. 2014 – 1999 = 15.
Masalah / diagnosa keperawatan: Tidak ada
12� Kemampuan Penilaian
28
Kemampuan penilaian klien baik, tidak terganggu.
Hal ini dibuktikan saat klien diberikan pilihan
mandi dulu atau makan dulu. Klien menjawab, “saya
mau mandi dulu baru saya makan”.
Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada
13� Daya tilik diri
Klien mengingkari penyakit yang dideritanya. Klien
mengatakan saya ingin pulang, saya tidak sakit,
jadi kenapa saya dibawa kesini. Saya malu sama
orang-orang, mereka pikir saya gila nantinya karena
berada disini.
Masalah / diagnosa keperawatan: gangguan proses
pikir.
VII Kebutuhan Persiapan Pulang
1� Makan
Klien dapat melakukan aktivitas makan dengan
mandiri tanpa bantuan. Nafsu makan klien baik,
klien terlihat menghabiskan makan yang diberikan
oleh RS.
Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada
29
2� BAB dan BAK
Klien mampu melakukan BAB dan BAK sendiri tanpa
bantuan dan mampu membersihkan bekas BAB/BAK nya
sendiri.
Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada
3� Mandi
Klien mampu melakukan aktivitas mandi sendiri tanpa
bantuan. Klien mengatakan mandi 2x sehari dan gosok
gigi 1x sehari.
Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada
4� Berpakaian/Berhias
Klien mampu menggunakan dan mengganti pakaian
secara mandiri tanpa bantuan.
Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada
5� Istirahat dan Tidur
Klien bisa tidur 8-10 jam dalam sehari. Klien
sering tidur siang. Tidak ada gangguan pada
aktivitas tidur klien.
Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada
6� Penggunaan Obat
Klien mampu minum obat sendiri yang sudah disiapkan
oleh perawat.
Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada
7� Pemeliharaan Kesehatan
30
Klien mengatakan keluarganya akan membawanya
langsung ke RS jiwa sakit. Klien mempunyai sistem
pendukung yaitu suami dan anaknya. Klien tidak
mempunyai pendukung seperti teman, kelompok sosial.
Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada
8� Aktivitas dalam rumah
Klien biasa melakukan kegiatan-kegiatan rumah
tangga seperti memasak, menyapu, mencuci piring,
dan mencuci piring, dan mencuci pakaian.
Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada
9� Aktivitas di luar rumah
Klien biasa jalan-jalan keluar rumah, dan biasa
pergi ke pasar.
Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada
VIII. MEKANISME KOPING
KLien bila mempunyai masalah sering dipendam sendiri, tidak
mau menceritakan masalahnya kepada orang lain dan cenderung
menghindar, sering mencederai diri sendiri dan mengamuk
ketika ada masalah.
Masalah / diagnosa keperawatan: koping individu tidak
efektif.
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1� Masalah dengan dukungan kelompok
31
Sistem pendukung klien yaitu keluarga terutama anak
klien, tapi klien mempunyai masalah dalam keluarga
yaitu klien tidak senang anaknya menikah. Untuk
kematian anggota keluarga tidak ada, tidak ada anggota
keluarga yang sakit.
2� Masalah berhubungan dengan lingkungan sosial
Klien tidak mempunyai sistem pendukung sosial, orang
cenderung menganggap klien gila dan menjauhi klien.
Jadi, klien tidak bisa berinterksi dengan ligkungan
sosialnya.
3� Masalah berhubungan dengan pendidikan
Pendidikan klien adalah SD, klien lamban dalam membaca
dan menulis.
4� Masalah dengan pekerjaan
Klien dirumahnya hanya sebagai ibu rumah tangga,
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah seperti
ngepel, nyapu, dan mencuci.
5� Masalah dengan perumahan
Klien tinggaldirumah sendiri di kediri, lingkungan
aman tidak ada perselisihan dengan tetangga, hanya
saja tetangga menjauhi klien karena dianggap orang
gila.
32
6� Masalah dengan ekonomi
Sistem pendukung klien adalah anak klien. Semua
kebutuhan klien ditanggung oleh anaknya, dukungan
kesejahteraan klien terpenuhi.
7� Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan
Masalah kesehatan dekat dengan rumah klien, bisa
dijangkau dengan sepeda motor, klien mempunyai jaminan
kesehatan masyarakat (jamkesmas).
Masalah Keperawatan:
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
X. PENGETAHUAN TENTANG
Klien dan keluarga mengatakan tidak mengerti dan tidak
mengetahui tentang penyakit / gangguan jiwa, sistem
pendukung, faktor predisposisi, mekanisme koping,
penyakit fisik dan obat-obatan.
Saat di tanya itu apa gangguan jiwa, klien menjawab
tidak tahu, saya sehat tidak gila
Masalah Keperawatan:
; Ketidak efektifan regiment terapeutik
; Kurang pengetahuan
XI. ASPEK MEDIK
1� Diagnosa Medis :
33
axis I : skizoafektif tipe mania
axis 2 : -
axis 3 : -
axis 4 : masalah ekonomi
axis 5 : GAP SCALE NRS 25
2� Therapi Medis
a� Haloperidol 5 mg 1/2-0-1/2 tablet
b� Ikalep 250 mg 250 1-0-1 tablet
c� Cpz 100 mg 0-0-1 tablet
XII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
1� Perilaku Kekerasan
2� Respon Pasca Trauma
3� Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
4� Gangguan Proses Pikir
5� Disorientasi Tempat
6� Defisit Perawatan Diri
7� Gangguan Rasa Mengancam : Nyeri
34
8� Isolasi Sosial
9� Pemeliharaan : Kesehatan tidak efektif
10�Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Visual
11�Koping Individu Inefektif
XIII. POHON MASALAH
Perilaku Kekerasan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Penglihatan
Defisit Perawatan Diri
Kerusakan Interaksi Sosial
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
35
Koping Individu Inefektif
Respon Pasca Trauma
Gangguan Proses Pikir
ANALISA DATA
Nama klien : Nn.”M” No. RM. : 0904xx
Umur : 25 tahun ruang : Anyelir (IPCU)
N
o
DATA MASALAH
1 Data Subyektif
; Klien mengatakan melihat sesuatu
seperti bayangan tapi klien tidak
tau bayangan apa itu, klien
mengatakan bayangan tersebut
menghantuinya dan bayangan tersebut
muncul pada sore dan malam hari,
Gangguan sensori
persepsi
Halusinasi
Penglihatan
36
pada saat bayaqngan tersebut dating
klien merasa ketakutan sendiri,
merasakan sesak di dada dank lien
mengatakan perasaannya saat itu
seperti tidak ada tujuan hidup dan
klien langsung menangis.
Data Obyektif
1� Kontak mata kurang focus
2� Tampak menangis
3� Tampak ketakutan
4� Gelisah
5� Bingung2 Data Subyektif
1� Klien mengatakan tidak memiliki
teman atau orang yang berarti
2� Klien mengatakan tidak pernah
mengikuti kegiatan kelompok di
kampungnya seperti kegiatan
karang taruna karena klien
merasa bahwa namanya tidak
terdaftar
3� Klien mengatakan tidak mau /
malas berinteraksi dengan teman
– temannya karena klien merasa
bahwa mereka tidak ada yang
mengerti perasaan dan keadaannya
saat ini
Data obyektif
1� Tampak klien tidak pernah
berinteraksi dengan orang lain
2� Klien tidak perduli dengan
lingkungan sekitarnya
Kerusakan
interaksi sosial
37
3� Tampak menyendiri
4� Tampak melamun3 Data Subyektif
; Klien mengatakan sering melihat
ibunya dipukuli oleh ayahnya
ketika masih berumur 6 tahun,
klien mengatakan saat itu merasa
ketakutan melihat kejadian
tersebut
Data Obyektif
1� Nada bicara klien tinggi volume
keras, jumlah bicara sedikit dan
kasar
2� Gelisah
3� Memukul – mukul pintu
4� Teriak-teriak,
5� Marah-marah
6� Tampak difiksasi
7� Menangis
perilaku
kekerasan
4 Data subyektif
; Klien mengatakan Malu karena
dianggap sakit jiwa oleh teman-
temannya di PJTKI
Data Obyektif
1� Kontak mata kurang focus
2� Pada saat diwawancara klien
menangis
Gangguan konsep
diri: harga diri
rendah
5 Data Subyektif
; Klien mengatakan tidak pernah
menceritakan masalahnya kepada
orang lain
Data Obyektif
1� klien tidak pernah berinteraksi
Koping individu
inefektif
38
dengan orang lain
2� Marah-marah
3� Melamun
4� Klien sering menyendiri
6 Data Subyektif
; Klien mengatakan saya sering
melihat ayah saya memukul ibu
saya ketika saya berumur 6 tahun
dan saya takut karena melihat
hal tersebut dan sekarang ibu
saya sudah meninggal, tapi saya
tidak tau kenapa, mungkiin
karena sering dipukuli ayah
saya. Kakak saya yang nomor 2
juga sudah meninggal karena
sakit.
Data Obyektif
Tampak menangis
Respon Pasca
Trauma
Prioritas masalah :
1� Gangguan sensori persepsi : halusinasi penglihatan
39
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama klien : Nn.”M” NO. RM : 0904XX
Umur : 25 tahun RUANG : ANYELIR (IPCU)
N
O
DX TUJUAN INTERVENSI INTERVENSI RASIONAL
1 I Tujuan Umum:
Klien dapat
berinteraksi dengan
orang lain sehingga
tidak tejadi
halusinasi.
Kriteria Khusus:
TUK 1
Klien dapat membina
hubungan saling
percaya
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3 kali
interaksi masing-masing 15
menit klien dapat:
Ekspresi wajah bersahabat,
menunjukkan rasa senang,
ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, mau
menjawab salam, mau duduk
berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan
masalah yang dihadapi
SP 1
1� Bina hubungan
saling percaya
dengan menggunakan
prinsip komunikasi
terapeutik.
; Sapa klien
dengan ramah
baik verbal
maupun non
verbal
; Perkenalkan diri
dengan sopan
; Tanyakan nama
lengkap klien
Hubungan saling
percaya merupakan
awal dari hubungan
perawat dan klien
sehingga klien
terbuka kepada
perawat.
40
; Jelaskan tujuan
pertemuan
; Jujur dan
menepati janji2 I TUK 2
Klien dapat
mengenal
halusinasinya
Klien menyebutkan waktu,
isi, frekuensi timbulnya
frekuensi
Sp 2
1� Adakan kontak yang
sering dan singkat
dengan klien secara
bertahap
2� Observasi tingkah
laku klien terkait
dengan
halusinasinya
3� Bantu klien
mengenal
halusinasinya
4� Diskusikan dengan
klien waktu dan
frekuensi
terjadinya
halusinasi
Kontak yang sering
dapat meningkatkan
kepercayaan klien dan
mendekatkan klien
dengan perawat serta
dengan mengobservasi
dapat melihat prilaku
klien yang
berhubungan dengan
halusinasinya. Untuk
memudahkan memutuskan
halusinansinya serta
mengetahui intensitas
halusinasi yang
terjadi pada klien
dan mengetahui
perasaan yang timbul
akibat halusinasi.
41
5� Diskusikan dengan
klien apa yang
dirasakan jika
terjadi halusinasi3 I TUK 3
Klien dapat
mengontrol
halusinasinya
; Klien dapat
menyebutkan yang bisa
dilakukan untuk
mengendalikan
halusinasi
; Klien dapat memilih
cara mengendalikan
halusinasi
Sp 3
1� Identifikasi
bersama klien
tindakan yang
dilakukan jika
terjadi
halusinasi
2� Diskusikan
manfaat dan cara
yang digunakan
klien dan
berikan pujian
3� Bantu klien
memilih dan
melatih cara
memutus
halusinasinya
secara bertahap
Mengetahui mekanisme
koping dari klien
akan hal-hal yang
positif yang perlu
dilakukan dan dapat
mengurangi stimulus
internal sehingga
tidak terjadi
halusinasi.
Memudahkan klien
memutuskan
halusinasi, melatih
klien beradaptasi
dengan lingkungan.
42
4 I TUK 4
Klien dapat
memanfaatkan obat
dengan baik
; Klien dapat
mendemonstrasikan
obat dengan benar
; Klien memahami akibat
berhenti minum obat
SP 4
1� Diskusikan
dengan klien
tentang
frekuensi dan
dosis obat
2� Anjurkan kepada
klien untuk
meminta obatnya
sendiri kepada
perawat
3� Diskusikan
dengan klien
efek jika
berhenti minum
obat.
Menambah pengetahuan
klien tentang obat
dan melatih klien
untuk mandiri dalam
pengelolaan obat.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
43
Nama klien : Ny. “D” No. RM : 056XXX
Umur : 51 tahun Ruang : Anyelir (IPCU)
HARI/TAN
GGAL/JAM
DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
Selasa
15-04-14
19.00
WIB
Gangguan
sensori
persepsi:
halusinasi
pendengaran
SP I :
1� Membina Hubungan Saling Percaya (BHSP)
2� Mengidentifikasi jenis halusinasi klien
3� Mengidentifikasi isi halusinasi klien
4� Mengidentifikasi waktu halusinasi klien
5� Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
klien
6� Mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi klien.
7� Mengidentifikasi respon klien terhadap
halusinasi.
S:
“Namasaya ibu “D”, senang di panggil
“D”,saya berasal dari Pare Kediri”
“iya tadi malam saya mendengar suara
bisikan seperti suara anak saya “ojo
ono ojo ono”
“ datangnya sewaktu-waktu mas, tidak
terus-menerus,sering datang sewaktu
saya mau tidur malam dan waktu bangun
di pagi hari, dalam sehari kadang 1
kali atau 2 kali, biasanya datang
waktu saya sendirian”
“saya menjawab/ membalas suara-suara
itu”
44
8� Mengajarkan klien menghardik halusinasi
9� Menganjurkan klien memasukan cara
menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.
“iya ngerti dengan penjelasan mas”
Pergi....kamu suara palsu, saya tidak
mau dengar kamu”
“iya mas, nanti saya akan masukkan di
jadwal harian saya”
O:
- Ekspersi wajah bersahabat
- Menunjuukan rasa senang
- Ada kontak mata
- Klien mau berjabat tangan
- Klien mau menyebutkan nama
- Klien mau membalas salam
- Klien mau duduk berdampingan
- Klien mau mengutarakan masalahnya
- Klien dapat menyebutkan jenis
halusinasi
- Klien dapat menyebutkan isi
halusinasi
45
- Klien dapat menyebutka waktu
halusinasi
- Klien mampu menyebutkan frekuensi
terjadiya halusinasi
- Klien mampu menyebutkan situasi
yang menimbulkan halusinasinya
- Klien dapat menyebutkan responnya
terhadapa halusinasinya
- Klien mampu memperagakan cara
menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian.
A:
Klien mampu membina hubungan
saling percaya, mengenal
halusinasi dan mampu menghardik
halusinasi.
P:
SP I tercapai,lanjut ke SP II
Rabu, 16 Gangguan SP II: S :
46
April
2014
sensori
persepsi:
halusinasi
pendengaran
1� Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
2� Melatih klien mengendalikan halusinasi
dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain.
3� Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
“Oh begitu mas, jadi kalau saya mulai
mendengar suara-suara, saya langsung
cari teman untuk saya ajak ngobrol ya
mas?”
“iya mas saya akan mencobanya”
“iya mas nanti saya akan latih terus
ngobrol dengan teman saya”
“iya mas nanti saya masukan
latihannya ke dalam jadwal haran saya
lagi mas.
O:
- Klien mampu mengendalikan
halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain.
- Klien mampu memperagakan cara
bercakap-cakap dengan orang
lain.
- Klien mampu memasukkan cara
bercakap-cakap dengan orang lain
dalam jadwal kegiatan hariannya.
A:
47
Klien mampu mengendalikan
halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain.
P:
SP II tercapai, lanjut ke SP IIIKamis
17-04-14
Gangguan
sensori
persepsi:
halusinasi
pendengaran
SP III
1� Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien.
2� Melatih klien mengendalikan halusinasi
dengan melakukan kegiatan (kegiatan
yang biasa di lakukan klien)
3� Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
S :
“saya biasa melakukan kegiatan
sholat, menyapu, mencuci piring,
mencuci baju dan memasak”
“Iya mas, saya masih bisa melakukan
semuanya, saya masih bisa sholat,
saya juga masih bisa memasak, saya
akan melakukannya nanti”.
“nanti saya masukkan lagi latihannya
kedalam jadwal kegiatan harian saya
mas”.
O:
- Klien mampu melakukan kegiatan
seperti sholat, klien memperagakan
cara sholat.
- Klien mampu memasukkan kegiatan
48
yang biasa di lakukan dalam jadwal
kegiatan harian.
A:
Klien mampu mengendalikan halusinasi
dengan melakukan kegiatan yang biasa
dilakukan klien.
P:
SP III tercapai,lanjut ke SP IV Juma’at
18-04-14
Gangguan
sensori
persepsi:
halusinasi
pendengaran
SP IV:
1� Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien.
2� Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara
teratur.
3� Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
49
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN PEPERAWATAN
Masalah Utama : Halusinasi pendengaran
Pertemuan : I
Waktu : 16.00-16.15 (15 menit)
Hari/tanggal : Selasa, 15 April 2014
A� Proses Keperawatan
; Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan mendengar suara-suara halus seperti
suara anaknya “ojo ono, ojo ono”. Olan suara ibunya. “ayo nak,
saya antar pergi berobat ke Lawang”.
DO :
Klien marah-marah dan mengamuk, jalan mondar-mondir, sering
bicara dan tertawa sendiri, serta bicara kotor.
; Diagnosa keperawatannya
Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran
; Tujuan Khusus
a� Klien mampu membina hubungan saling percaya
b� Membantu klien mengenal halusinasi
c� Menjelaskan cara mengontrol halusinasi
d� Membantu klien untuk mengontrol halusinasi dengan
menghardik.
50
; Tindakan keperawatannya
a� TUK I
; Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
; Perkenalkan diri dengan baik dan sopan
; Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
oleh klien.
; Jelaskan tujuan pertemuan
; Jujur dan menepati janji
; Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
; Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan klien.
b� TUK II
; Mengadakan kontak yang sering dan singkat dengan klien
secara bertahap
; Mengobservasi tingkah laku klien terkait dengan
halusinrasinya
; Membantu klien mengenal halusinasinya
; Mendiskusikan dengan klien waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi
; Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi
c. TUK III
; Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan
bila terjadi halusinasi
; Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika
bermanfaat beri pujian
; Diskusikan cara baru untuk mengontrol halunasinya
; Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi
secara bertahap
; Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih,
evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
51
B�Strategi komunikasi pelaksanaan tindakan keperawatan
1� Orientasi
a� Salam terapeutik
“Selamat pagi buk, kenalkan nama saya Rian Hamdani, nama
ibu siapa? Senangnya di panggil apa?
“bagaimana perasaan ibu hari ini?”
“baiklah, bagaimana kalau sekarang kiat bercakap-cakap
tentang suara- suara yang selama ini ibu dengar tapi tidak
ada wujudnya”
“dimana kita berbincang-bincang? Disini di dalam ruangan
ini saja ya buk? Untuk waktunya bagaimana kalau 30 menit.”
2� Fase kerja
“apakah ibu mendengar suara yang tanpa ada wujudnya? Apa yang
dikatakan suara itu? ‘apakah suara itu datangnya terus-menerus
atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering ibu dengar suara
itu?, berapa kalidalam sehari?”
“dalam keadaan seperti apa suara itu biasanya muncul? Apa yang
ibu rasakan bila suara itu datang? Apakah dengan cara itu
suara itu bisa hilang?”
“bagaimana kalau sekarang kita belajar cara-cara untuk
mencegah agar suara itu tidak muncul?”
“Buk,ada 4 cara utuk mencegah suara-suara itu muncul, pertama
dengan menghardik suara-suara itu, kedua dengan bercakap-cakap
ketiga melakukan aktivitas dan keempat minum obat secara
teratur”
“bagaimana kalau kita belajar 1 cara dulu, yaitu dengan
menghardik” caranya adalah saat suara itu muncul, langsung ibu
bilang pergi.......saya tidak mau dengar kamu suara palsu,
begitu diulang sampai suara itu tidak terdengar lagi”
“coba sekarang ibu peragakan! Ya begitu....bagus...sekali
lagi....ya bagus,ibu sudah bisa”
52
3� Terminasi
“bagaimana perasaan ibu setelah memeragakan latihan tadi?”
“kalau suara itu muncul coba ibu coba lakukan cara tersebut”
“bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya, mau jam berapa
saja latihannya?”
“bagaimana kalau kita ketemu lagi untuk belajar dan
mengendalikan suara dengan cara kedua? Jam berapa? Bagaimana
kalau besok pagi jam 07.00 tempatnya disini aja ya buk?
“baiklah sampai ketemu lagi besok bu?”
53
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Masalah Utama : Halusinasi pendengaran
Pertemuan : II
Waktu :
Hari/tanggal : Rabu, 16 April 2014
A� Proses Keperawatan
1� Kondisi Klien
DS
2� Diagnosa keperawatan
gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan.
3� Tujuan
TUK IV:
; Membantu klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara
kedua dan ketiga yaitu ‘bercakap-cakap dengan orang
lain’ dan dengan ‘melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal’
4� Tindakan keperawatan
a� Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b� Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain
c� Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan
kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan klien)
d� Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
54
B�Strategi komunikasi pelaksanaan tindakan keperawatan
1� Orientasi
a� Salam terapeutik
“Selamat pagi Mbak Ana? masih ingat dengan saya Mbak?,
saya harap Mbak masih mengingat nama saya, nama saya Ira,
Mbak jangan sampai lupa trus dong”?.
b� Evaluasi
“Bagaimana perasaan Mbak hari ini?, apakah bayangan itu
masih muncul? apakah sudah dipakai cara yang saya ajari
kemaren Mbak?, berkurangkah bayangan itu Mbak?, bagus…
c� Kontrak
Topik : Masih ingat yang akan kita bicarakan sekarang Mbak?
sesuai dengan kesepakatan kemarin, saya akan latih cara
untuk mencegah halusinasi dengan cara yang kedua yaitu
dengan ‘bercakap-cakap dengan orang lain’ dan dengan cara
yang ketiga yaitu ‘dengan melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal’.”
Tempat : “Mau dimana kita bercakap-cakap Mbak? bagaimana
kalau disini saja”?.
Waktu : “Mau berapa lama kita latihan Mbak?Bagaimana kalau
20 menit kedepan”?.
2� Fase kerja
“Apakah bayangan itu muncul lagi Mbak?, apakah Mbak masih
ingat apa nama penyakit seperti itu?, halusinasi Mbak?,
bagus… jangan sampai Mbak lupa lagi ya?, sekarang saya akan
latih Mbak untuk mencegah halusinasi dengan cara yang kedua
55
dulu yaitu dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain,
jadi kalau Mbak mulai melihat bayangan langsung saja Mbak
cari teman untuk diajak ngobrol dan bilang ‘tolong…saya
mulai lihat bayangan-bayangan, ayo ngobrol dengan saya’!.
ini bisa dilakukan baik saat di rumah sakit maupun di rumah
Mbak nanti”.
“Coba sekarang Mbak latihan, ya bagus…, coba sekali lagi,
sekali lagi Mbak, ya bagus sekali…”
“Nah sekarang saya akan latih untuk mencegah halusinasi
untuk cara yang ketiga yaitu dengan melakukan kegiatan yang
sudah terjadwal, kegiatan apa saja yang Mbak bisa lakukan?,
pagi-pagi apa kegiatannya?, terus berikutnya apa?, wah
banyak sekali kegiatannya Mbak?, mari kita latih dua
kegiatan hari ini, bagus sekali jika Mbak bisa lakukan!,
kegiatan ini bisa Mbak lakukan untuk mencegah bayangan itu
muncul, kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari
pagi sampai malam ada kegiatannya Mbak”.
3� Fase terminasi
a� Evaluasi subyektif
”Bagaimana perasaan Mbak setelah kita latihan?, jadi sudah
berapa cara yang telah kita pelajari untuk mencegah
bayangan itu?, bagus... coba di sebut ulang lagi Mbak?
Bagus sekali... jika bayangan itu muncul lagi Mbak
langsung gunakan cara tersebut, bagaimana kalau cara-cara
itu kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian Mbak? Jangan
lupa Mbak lakukan kegiatan sesuai dengan jadwal, setuju? ”.
b� Evaluasi Obyektif
”Menurut saya aspek positif yang Mbak miliki, Masih bagus”.
c� Tindak lanjut
”Saya berharap bagaimana kalau Mbak lakukan terus selama di
RS ini, agar nanti di rumah Mbak sudah terbiasa, setuju
56
Mbak? Dan jangan lupa Mbak lakukan jadwal kegiatan
hariannya”?.
d� Kontrak
; Topik : ”Baiklah, waktu kita sudah habis... bagaimana
kalau besok kita lanjutkan obrolan kita untuk cara yang
terakhir yaitu minum obat secara teratur, bagaimana
Mbak”?.
; Waktu : ”Mbak mau jam berapa besok?, bagaimana kalau jam
09.00 pagi?, Setuju”?.
; Tempat : ”Mbak mau dimana kita akan berbincang-bincang?,
Bagaimana kalau di tempat ini lagi?, setuju?, baiklah
terimakasih dan sampai jumpa lagi besok Mbak”.
57
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Masalah Utama : Halusinasi penglihatan
Pertemuan : III
Waktu : 09.00-09.15 (15 menit)
Hari/tanggal : Jum’at, 27 Juli 2012
A� Proses Keperawatan
1� Kondisi Klien
DO :
; Klien tampak melamun
; Penampilan klien kurang rapi
; Ada kontak mata klien
; Klien kooperatif
DS :
; Kemarin sore dan malamnya bayangan itu tidak muncul
mbak.
; Tadi malam tidur saya nyenyak mbak..
; Boleh saya pulang ke PJTKI mbak?
2� Diagnosa keperawatannya : Gangguan sensori persepsi:
halusinasi penglihatan
3� Tujuan
; Mengajarkan klien mengontrol halusinasi untuk cara yang
keempat yaitu minum obat secara teratur
; Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik dengan
prinsip lima benar
4� Tindakan keperawatan
58
TUK V
; Diskusikan dengan klien tentang dosis, frekuensi, dan
manfaat obat
; Pastikan klien minum obat sesuai dengan program dokter
; Anjurkan klien bicara dengan dokter jika ada efek
samping obat yang dirasakan
; Diskusikan akibat jika berhenti minum obat tanpa
konsultasi
; Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip lima benar
B�Strategi komunikasi pelaksanaan tindakan keperawatan
1� Orientasi
a� Salam terapeutik
“Selamat pagi Mbak Ana? Masih ingat dengan saya Mbak?, saya
harap Mbak Masih mengingat nama saya, bagus… bagus sekali…
apa Mbak sudah mandi”?.
b� Evaluasi
“Bagaimana perasaan Mbak hari ini?, apakah bayangan itu
Masih muncul?, apakah sudah dipakai tiga cara yang telah
kita latih? Apakah tadi malam Mbak tidur nyenyak? Apakah
jadwal kegiatan harian Mbak sudah dilaksanakan”?.
c� Kontrak
1� Topik :”apakah pagi ini Mbak sudah minum obat? baik,
sesuai kesepakatan kita kemarin, sekarang kita akan
mendiskusikan tentang obat-obat yang Mbak minum, bagaimana
Mbak? Setuju”?.
2� Waktu :”kira-kira berapa lama waktu diskusi yang Mbak
mau?, bagaimana kalau 10 menit saja Mbak?, bagaimana?,
Setuju Mbak?, baiklah”.
3� Tempat :”Mbak mau diskusi dimana?, baiklah kalau Mbak
mau di tempat ini lagi”.
59
2� Fase kerja
“Apakah Mbak sudah diberi obat tadi?, Mbak, adakah bedanya
setelah minum obat secara teratur?, apakah bayangan itu
berkurang/hilang?, minum obat itu sangat penting Mbak, supaya
bayangan yang Mbak lihat itu tidak muncul dan mengganggu Mbak
lagi, menurut Mbak apa nama penyakit seperti itu? Masih ingat
gak Mbak?, bangus… berapa macam obat yang Mbak minum?, apa
warnanya Mbak? Apakah Mbak tahu nama obat yang Mbak minum?,
begini Mbak, kalau yang warna merah bulat besar namanya CPZ
(Chlorpromazine), kalau yang warna pink bulat kecil namanya
Haloperidol, dan yang warna putih namanya THP
(Triflouperazine), semua obat tersebut membantu Mbak agar
lebih tenang dan rileks, coba Mbak sebutkan nama obat
tersebut?, ulangi lagi Mbak, bagus…ulangi lagi Mbak, ya bagus…
ulangi lagi Mbak, bagus-bagus”.
“Nah sekarang kita akan diskusikan tentang penggunaan obat
tersebut dengan prinsip lima benar yaitu (benar orang, benar
obat, benar dosis, benar cara, dan benar waktu), pertama obat
yang warna merah (CPZ), dosis 100 mg, cara minum oral 2x
sehari, waktu jam 7 pagi dan jam 7 malam, manfaatnya untuk
menghilangkan bayangan-bayangan; kedua obat yang warna pink
(HP), dosis 1,5 mg, cara minum oral 3 x setengah tablet, waktu
jam 7 pagi dan jam 7 malam, manfaatnya untuk pikiran biar
tenang; dan ketiga obat yang warna putih (THP), dosis 5 mg,
cara minum oral 3 x setengah tablet, waktu jam 7 pagi dan jam
7 malam, manfaatnya untuk rileks dan tidak kaku. Sekarang
jadwal minum obatnya kita Masukkan pada jadwal kegiatan harian
Mbak, setuju?, jangan lupa kalau waktunya minum obat Mbak
minta pada bu perawat, kalau di rumah Mbak nanti minta pada
keluarga, jika Mbak berhenti minum obat tanpa konsultasi dari
dokter maka Mbak tidak akan sembuh selamanya, dan juga kalau
Mbak sudah pulang nanti, Mbak harus tetap control sesuai
dengan intruksi dari dokter supaya Mbak lekas sembuh, gimana
Mbak? Mau kan menerapkan apa yang telah saya sampaikan dan
60
ajarkan? Bagus… kalau begitu sampai disini diskusi kita Mbak,
terimakasih dan sampai jumpa lagi”.
C�Fase terminasi
1� Evaluasi subyektif
”Bagaimana perasaan Mbak setelah belajar cara minum obat
secara teratur dan manfaat obat itu sendiri?”
2� Evaluasi Obyektif
”Menurut saya, aspek positif yang Mbak miliki Masih baik”.
3� Tindak lanjut
”Saya berharap Mbak lakukan apa yang sudah di jadwalkan
dalam kegiatan hariannya, dan jangan lupa Mbak lakukan
setiap hari supaya Mbak terbiasa nanti di rumah”.
61
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan kesenjangan yang ada pada
teori dengan kenyataan yang terjadi pada kasus, argumentasi atas
kesenjangan yang terjadi dan solusi yang diambil untuk mengatasi
masalah yang terjadi saat memberikan asuhan keperawatan pada klien ”M”
dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi penglihatan di ruang
Anyelir RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang, Malang. Pembahasan ini
62
meliputi keseluruhan langkah-langkah dalam proses keperawatan meliputi
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
A� PENGKAJIAN
Menurut teori, gejala yang muncul pada klien yang mengalami
gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan antara lain
melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster.
Pada klien ”M” gejala yang muncul adalah suka menyendiri, tidak
bergaul, lebih banyak diam, melamun, halusinasi penglihatan (melihat
bayangan seperti hantu), makan kurang, tidur kurang, dan menyadari
sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk ke RSJ Radjiman Wideodiningrat
Lawang.
Ditinjau dari masalah keperawatan, masalah yang muncul pada kasus
ini yaitu perubahan persepsi sensori: halusinasi penglihatan
berhubungan dengan menarik diri, masalah ini muncul karena klien
merasa malu dengan keadaannya. Apabila tindakan ini dibiarkan terus
menerus maka akan merugikan klien dalam bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya.
B. PERENCANAAN
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang disusun pada asuhan
keperawatan klien ”M”, penulis memperioritaskan masalah berdasarkan
core problem sebagai masalah utama yaitu halusinasi penglihatan.
Maka itu diambil satu diagnosa keperawatan yang muncul yaitu
Perubahan persepsi sensori: halusinasi penglihatan.
Dalam menyusun rencana keperawatan akan ditentukan tujuan dan
rencana yang disusun, tujuan perawatan ini dibagi dua yaitu tujuan
umum yaitu mengacu pada penyebab sedangkan tujuan khusus mengacu
pada masalah. Tujuan umum sangat penting dibuat karena dalam
memberikan asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa membutuhkan
waktu yang cukup lama.
C. PELAKSANAAN
63
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien ”S” dengan perubahan
sensori persepsi halusinasi penglihatan di ruang Anyelir RSJ
Radjiman Wediodiningrat Lawang, Malang, terdiri dari semua
pelaksanaan asuhan keperawatan yang ada baik dalam tinjauan
kepustakaan dan tinjauan kasus. Pada pelaksanaan disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan klien akan pelayanan keperawatan. Pada klien
“M” tidak semua rencana yang penulis rencanakan dapat dilaksanakan
misalnya mengobservasi tingkah laku klien terkait dengan
halusinasinya karena klien tidak menunjukkan prilaku terkait dengan
halusinasinya, hanya mengatakan bahwa klien masih melihat bayangan.
Tidak ada hambatan yang terjadi dalam melaksanakan pelaksanaan
klien dapat berkomunikasi baik dengan perawat. Hanya ada pada
keluarga karena selama pelaksanaan keluarga klien “M” tidak pernah
berkunjung ke RSJ RW Lawang karena jaraknya terlalu jauh.
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk
mengetahui sejauhmana keberhasilan dari asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien selama observasi. Evaluasi yang dapat
dilakukan adalah evaluasi keberhasilan tindakan dalam jangka pendek.
Setelah dilaksanakan evaluasi selama tiga hari perawatan pada klien.
Klien mampu berinteraksi dengan klien-klien lain yang ada diruangan.
Adapun penulis mengalami beberapa hambatan yaitu penulis belum
dapat melaksanakan semua tindakan keperawatan secara baik sesuai
dengan teori yang ada, karena penulis masih kurang pengalaman dalam
praktek keperawatan klien dengan halusinasi dengar. Dalam hal ini
penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menerapikan teori yang ada
dengan bantuan perawat diruangan, sehingga permasalahan yang ada
dapat dipecahkan bersama. Tidak lupa juga penulis memberikan
penyuluhan pada keluarga supaya selalu memperhatikan klien serta
memperhatikan pengobatan klien yang lebih baik di rumah.
64
BAB V
P E N U T U P
A� Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan
pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1� Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
halusinasi ditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga
perlu dilakukan pendekatan secara terus menerus, membina
hubungan saling percaya yang dapat menciptakan suasana
terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang
diberikan.
2� Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya
dengan halusinasi, pasien sangat membutuhkan kehadiran
keluarga sebagai system pendukung yang mengerti keadaaan dan
permasalahan dirinya. Disamping itu perawat/petugas kesehatan
juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam memberikan data yang
diperlukan dan membina kerjasama dalam memberi perawatan pada
pasien. Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan bahwa peran
serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses
penyembuhan klien.
B�Saran-Saran
1� Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat
mengikuti langkah-langkah proses keperawatan dan
melaksanakannya secara sistemati dan tertulis agar tindakan
berhasil dengan optimal
2� Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat melakukan
pendekatan secara bertahap dan terus menerus untuk membina
hubungan saling percaya antara perawat klien sehingga tercipta
65
suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang
diberikan
3� Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien dirumah
sakit, sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi
klien dan dapat membantu perawat bekerja sama dalam pemberian
asuhan keperawatan bagi klien.
66