PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

66
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Pembangunan yang pesat di segala bidang dan kemajuan teknologi yang mengarah ke globalisasi mengakibatkan adanya perubahan dalam tata kehidupan dari yang sederhana menjadi yang modern. Adanya perubahan ini dalam masyarakat membuat masyarakat perlu bersaing dalam menguasai sumber daya alam sehingga akan mempengaruhi sikap dan gaya hidup manusia yang cenderung individualistik. Perubahan yang terjadi pada masyarakat menuntut individu untuk menyesuaikan diri tetapi tidak semua individu bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut. Dan bila terjadi kegagalan dalam menyesuaikan diri akan menimbulkan goncangan jiwa yang disebut stres psikososial. Apabila stres psikososial ini terjadi berkepanjangan manusia akan jatuh ke dalam gangguan jiwa. Walaupun timbulnya gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung namun akan menghambat dan merugikan pembangunan bukan saja karena beban ekonomis untuk pengobatan tetapi karena penderita tidak produktif dan efesien. Oleh karena itu kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perawatan kesehatan jiwa semakin meningkat mengingat banyaknya keluhan di bidang kejiwaan seperti gangguan jiwa skizofrenia. Skizofrenia berasal dari 2 kata yaitu ”Skizo” yang artinya pecah dan 1

Transcript of PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Page 1: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

BAB I

PENDAHULUAN

A� Latar

Belakang

Pembangunan yang pesat di segala bidang dan

kemajuan teknologi yang mengarah ke globalisasi

mengakibatkan adanya perubahan dalam tata kehidupan dari

yang sederhana menjadi yang modern. Adanya perubahan ini

dalam masyarakat membuat masyarakat perlu bersaing dalam

menguasai sumber daya alam sehingga akan mempengaruhi

sikap dan gaya hidup manusia yang cenderung

individualistik. Perubahan yang terjadi pada masyarakat

menuntut individu untuk menyesuaikan diri tetapi tidak

semua individu bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan

tersebut. Dan bila terjadi kegagalan dalam menyesuaikan

diri akan menimbulkan goncangan jiwa yang disebut stres

psikososial.

Apabila stres psikososial ini terjadi

berkepanjangan manusia akan jatuh ke dalam gangguan

jiwa. Walaupun timbulnya gangguan jiwa tidak menyebabkan

kematian secara langsung namun akan menghambat dan

merugikan pembangunan bukan saja karena beban ekonomis

untuk pengobatan tetapi karena penderita tidak produktif

dan efesien. Oleh karena itu kebutuhan masyarakat

terhadap pelayanan perawatan kesehatan jiwa semakin

meningkat mengingat banyaknya keluhan di bidang kejiwaan

seperti gangguan jiwa skizofrenia. Skizofrenia berasal

dari 2 kata yaitu ”Skizo” yang artinya pecah dan

1

Page 2: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

”Frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian skizofrenia

berarti jiwa yang pecah atau retak. Keretakan jiwa atau

kepribadian ini dibuktikan dengan adanya

ketidakharmonisan antara pikiran perasaan dan perbuatan

dari orang penderita skizofrenia. Gambaran perilaku

mencolok penderita bicara kacau, isi pikir tidak

rasional, agresif, sebentar-bentar tertawa gembira atau

sebaliknya sedih, dan lain-lain.

Menurut bloom (1974), status kesehatan itu

dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah

faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak sesuai dengan

keinginan akan menjadi beban dan apabila tubuh tidak

mampu memberikan koping yang adekuat maka akan

menimbulkan stress yang akan mengarah pada perubahan

perilaku baik yang bersifat adaptif maupun yang bersifat

maladaptif.

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari

gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa

suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang

paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam

bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi

membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang

dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa

bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa

pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar

atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab

pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak.

Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari

setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini

kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran,

ancaman dan lain-lain.

Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris

terhadap stimulus esksternal, juga pengenalan dan

2

Page 3: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan oleh

stimulus yang diterima. Jika diliputi rasa kecemasan

yang berat maka kemampuan untuk menilai realita dapat

terganggu. Persepsi mengacu pada respon reseptor

sensoris terhadap stimulus. Persepsi juga melibatkan

kognitif dan pengertian emosional akan objek yang

dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses

sensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan

dan pengecapan.

Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara

umum dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti:

Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang

berhubungan dengan penggunaan alcohol dan substansi

lingkungan. Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien

dirumah sakit jiwa Medan ditemukan 85% pasien dengan

kasus halusinasi. Sehingga penulis merasa tertarik untuk

menulis kasus tersebut dengan pemberian Asuhan

keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan

evaluasi.

B�Tujuan

1� Tujuan Umum

Untuk memperoleh tentang gambaran umum tentang asuhan

keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan persepsi

sensori di ruang Melati RSJ Mataram

2� Tujuan Khususa� Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan

gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan.

b� Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan

gangguan gangguan persepsi sensori: halusinasi

penglihatan.

c� Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan

gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan.

3

Page 4: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

d� Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai dalam

melaksanakan asuhan keperawatan terhadap klien

dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi

penglihatan.

C�Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun

laporan kasusu ini adalah metode deskriptif laporan

kasus yaitu metode yang menggambarkan atau melukiskan

sesuatu dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus.

Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan studi

dokumentasi.

D� Sistematika Penulisan

Dalam penulisan kasus ini penulis membagi secara garis

besar menjadi lima bab. Adapun sistematikanya adalah

sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan yang meliputi Latar belakang, Tujuan

penulisan, Metode penulisan dan Sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Teori yang meliputi Konsep dasar kasus

dan Konsep dasar Asuhan keperawatan kasus. Konsep dasar

kasus menguraikan pengertian-pengertian, psikopatologi

dan penatalaksanaan medis. Konsep dasar asuhan

keperawatan kasus meliputi pengkajian, perencanaan dan

evaluasi.

BAB III Tinjauan kasus menguraikan pelaksanaan asuhan

keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi.

BAB IV Pembahasan yang membahas mengenai kesenjangan

asuhan keperawatan yang diberikan di lapangan dengan

teori yang seharusnya dilakukan.

4

Page 5: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

BAB V Kesimpulan & saran.

Lampiran

BAB II

TINJAUAN TEORI

I� Masalah utama

Gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan

II� Proses terjadinya masalah

A� Pengertian

1� Persepsi adalah proses diterimanya rangsang sampai

rangsang itu disadari dan dimengerti

penginderaan/sensasi : proses penerimaan rangsang.

2� Gangguan persepsi adalah ketidakmampuan manusia

dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari

sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi

somatik dengan impuls dan stimulus eksternal.

Dengan maksud bahwa manusia masih mempunyai

kemampuan dalam membandingkan dan mengenal mana

yang merupakan respon dari luar dirinya.

3� Sensori adalah respon pada reseptor penginderaan

pendengaran, penglihatan, pengecapan, penciuman dan

perabaan

4� Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah

persepsi sensorik tentang suatu objek, gambaran dan

pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan

dari luar yang dapat meliputi semua system

penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman,

perabaan atau pengecapan), sedangkan menurut Wilson

(1983), halusinasi adalah gangguan

5

Page 6: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya

rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem

penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran

individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan

tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima

rangsangan dari luar dan dari individu. Dengan kata

lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak

nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak

dapat dibuktikan.

5� Halusinasi penglihatan adalah karakteristik dengan

adanya stimulus penglihatan dalam benuk pancaran

cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan atau

panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa

menyenangkan atau menakutkan.

B�Rentang repon halusinasi

Respon adaptif Respon

maladaptif

- Pikiran logis - distorsi pikiran - gangguan pikir

- sulit berespon

pada emosi

- Emosi konsiten

dengan pengalaman

- Persepsi adekuat - ilusi - halusinasi

- Reaksi emosi berlebihan

- Perilaku sesuai

- Perilaku dosorganisasi

- Perilaku aneh/tidak biasa

6

Page 7: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

- Berhubungan sosial

- Isolasi sosial

- Menarik diri

C�Etiologi

Menurut Mary Durant Thomas (1991), Halusinasi

dapat terjadi pada klien dengan gangguan jiwa seperti

skizoprenia, depresi atau keadaan delirium, demensia

dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol

dan substansi lainnya. Halusinasi dapat juga terjadi

dengan epilepsi, kondisi infeksi sistemik dengan

gangguan metabolik. Halusinasi juga dapat dialami

sebagai efek samping dari berbagai pengobatan yang

meliputi anti depresi, anti kolinergik, anti inflamasi

dan antibiotik, sedangkan obat-obatan halusinogenik

dapat membuat terjadinya halusinasi sama seperti

pemberian obat diatas. Halusinasi dapat juga terjadi

pada saat keadaan individu normal yaitu pada individu

yang mengalami isolasi, perubahan sensorik seperti

kebutaan, kurangnya pendengaran atau adanya

permasalahan pada pembicaraan.

Penyebab halusinasi pendengaran secara spesifik

tidak diketahui namun banyak faktor yang

mempengaruhinya seperti faktor biologis, psikologis,

7

Page 8: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

sosial budaya,dan stressor pencetusnya adalah stress

lingkungan, biologis, pemicu masalah sumber-sumber

koping dan mekanisme koping.

a� Faktor Predisposisi

1� Biologis

Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan

syaraf–syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan

realita. Gejala yang mungkin timbul adalah:

hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan

muncul perilaku menarik diri.

2� Psikologis

a� Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat

mempengaruhi respons

b� Psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat

mempengaruhi gangguan

c� Orientasi realitas adalah: penolakan atau

tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

3� Sosiobudaya

a� Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan

orientasi realita

b� Kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,

kerusuhan, bencana alam)

c� Kehidupan yang terisolasi disertai stress.

b� Faktor Presipitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul

gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan,

tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa

dan tidak berdaya.

c� Patopsikologi

Menurut Janice Clok (1962) dalam (Yosep, 2007)

klien yang mengalami gangguan jiwa sebagian besar

8

Page 9: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

disertai halusinasi yang meliputi beberapa tahap

yaitu:

1� Tahap comforting

Timbul kecemasan ringan diserta gejala kesepian,

perasaan berdosa, klien biasanya mengekspresikan

stresornya dengan koping imajinasi sehinga merasa

senang dan terhindar dari ancaman

2� Tahap condenting

Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin

meninggi selanjutnya klien merasa mendengar sesuatu,

klien merasa takut apabila orang lain ikut

mendengarkan apa yang ia rasakan sehingga timbul

perilaku kenarik diri

3� Tahap controling

Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi

suara yang timbul tetapi suara tersebut terus

menerus mengikuti sehingga menyebabkan klien susah

berhubungan dengan orang lain. Apabila suara

tersebut hilang klien akan merasa sangat sedih

4� Tahap conguering

Klien merasa panik, suara atau ide yang datang

mengancam. Apabila tidak dikuti perilaku klien dapat

bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.

D� Data penting yang harus didapatkan pada

pengkajian halusinasi:

1� Jenis halusinasi

9

Page 10: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

a� Halusinasi dengar/suara

DO: bicara/tertawa sendiri,marah2 tanpa sebab,

menyedengkan telinga kearah tertentu, menutup

telinga.

DS: mendengarkan suara2 kegaduhan, mendengar

suara yang mengajak bercakap-cakap, mendengar

suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.

b� Halusinasi penglihatan

DO: menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, ketakutan

pada sesuatu yang tidak jelas.

DS: melihat bayangan, sinar, bentuk geometris,

bentuk kartun, melihat hantu atau monster.

c� Halusinasi penghidu

DO: menghidu seperti sedang membaui bau-bauan

tertentu,menutup hidung

DS: membaui bau-bauan seperti bau darah, urin,

feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan.

d� Halusinasi pengecapan

DO: sering meludah, muntah

DS: merasakan rasa seperti darah,urine, atau

feses.

e� Halusinasi perabaan

DO: menggaruk-garuk permukaan kulit

DS: mengatakan ada serangga dipermukaan kulit,

merasa seperti tersengat listrik.

2� Isi halusinasi

Data tentang isi halusinasi dapat diketahui dari

hasil pengkajian tentang jenis halusinasi.

3� Waktu, frekwensi, dan situasi yang menyebabkan

munculnya halusinasi

10

Page 11: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

a� Kapan halusinasi muncul, apakah pagi, siang,

sore, atau malam? jika mungkin jam berapa?

b� Frekwensi terjadinya apakah terus menerus atau

hanya sekali-kali?

c� Situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi

apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi

kejadian tertentu.

d� Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi

khusus pada waktu terjadinya halusinasi,

menghindari situasi yang menyebabkan munculnya

halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dalam

halusinasi. Dengan mengetahui frekwensi

terjadinya halusinasi dapat direncanakan

frekwensi tindakan untuk terjadinya halusinasi.

4� Respon halusinasi

a� Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien

ketika halusinasi itu muncul,perawat dapat

menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau

dilakukan saat halusinasi muncul. Perawat juga

dapat menanyakan kepada keluarga atau orang

terdekat. Selain itu dapat dengan mengobservasi

perilaku pasien saat halusinasi muncul.

E�Tanda dan gejala

Perilaku yang teramati adalah sebagai berikut:

1� Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti

mencari siapa atau apa yang sedang berbicara

2� Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang

lain yang sedang tidak berbicara atau kepada benda

mati atau dengan seseorang yang tidak tampak

11

Page 12: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

3� Terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan

seseorang yang tidak tampak

4� Menggerak-gerakkan mulut seperti sedang berbicara

atau mejawab suara

F� Klasifikasi halusinasi

Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa

jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu,

diantaranya :

1� Halusinasi pendengaran: karakteristik ditandai

dengan mendengar suara, teruatama suara–suara

orang, biasanya klien mendengar suara orang yang

sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya

dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.

2� Halusinasi penglihatan: karakteristik dengan adanya

stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,

gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau

panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa

menyenangkan atau menakutkan.

3� Halusinasi penghidu: karakteristik ditandai dengan

adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan

seperti: darah, urine atau feses. Kadang–kadang

terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan

stroke, tumor, kejang dan dementia.

4� Halusinasi peraba: karakteristik ditandai dengan

adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus

yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik

datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

5� Halusinasi pengecap: karakteristik ditandai dengan

merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.

12

Page 13: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

6� Halusinasi sinestetik: karakteristik ditandai

dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah

mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna

atau pembentukan urine.

G� Pohon Masalah

Resiko mencederai diri

sendiri dan orang lain

gangguan sensori

persepsi: halusinasi

isolasi sosial menarik diri

H� Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

1� Isolasi sosial: menarik diri

2� Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran

3� Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri,

orang lain dan lingkungan

4� Gangguan konsep diri: harga diri rendah

5� Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik

6� Defisit perawatan diri: mandi dan berhias

7� Ketidakefektifan keluarga: ketidakmampuan keluarga

merawat klien dirumah

8� Gangguan pemeliharaan kesehatan

I� Diagnosa keperawatan dan prioritas

13

Page 14: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

1� Resiko menciderai pada diri sendiri, orang lain

dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi

2� Perubahan persepsi sensorik: halusinasi

berhubungan dengan menarik diri

3� Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan

harga diri rendah

4� Defisit perawatan diri: Mandi/kebersihan

berhubungan dengan ketidakmampuan dalam merawat

diri

5� Perubahan proses pikir: Waham berhubungan dengan

harga diri rendah kronis

6� Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif

berhubungan dengan koping keluarga tak efektif

7� Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan

menarik diri.

8� Gangguan pola tidur berhubungan dengan halusinasi

9� Koping individu tidak efektif berhubungan dengan

harga diri rendah.

J� Rencana tindakan keperawatan

1� Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan berhubungan dengan halusinasi

a� Tujuan Umum : klien tidak menciderai diri

sendiri, orang lain dan lingkungan.

b� Tujuan khusus :

a� Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria evaluasi:

Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa

senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan,

mau menyebutkan nama, menjawab salam, duduk

berdampingan dengan perawat, dan mau

mengutarakan masalah yang dihadapinya.

14

Page 15: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Intervensi :

1� Bina Hubungan saling percaya dengan

menggunakan prinsip komunikasi terapeutik

a� Sapa klien dengnramah baik verbal maupun

non verbal

b� Perkenalkan diri dengan sopan

c� Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan

yang disukai klien

d� Jelaskan tujuan pertemuan

e� Tunjukan sikap empati dan memerima klien

apa danya

f� Beri perhatian pada klien dan perhatikan

kebutuhan dasar klien

b� Klien dapat mengenal halusinasinya

Kriteria hasil:

a� Klien dapat menyebutkan waktu, isi,

frekuensi timbulnya halusinasi

b� Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap

halusinasinya

Intervensi:

a� Adakan kontak sering dan singkat

b� Observasi perilaku (verbal/non verbal) yang

berhubungan dengan halusinasinya

c� Bantu klien mengenal halusinasinya

1 Jika menemukan klien yang sedang

halusinasi, tanyakan apakah ada suara

yang terdengar

2 Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa

yang dikatakan oleh suara tersebut

15

Page 16: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

3 Katakan bahwa perawat percaya klien

mendengar suara itu, namun perawat tidak

mendengar

4 Katakan bahwa klien yang lain juga ada

yang seperti klien

5 Katakan bahwa perawat akan membantu klien

d� Diskusikan dengan klien

1� situasi yang menimbulkan dan tidak

menimbulkan halusinasi

2� waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi

(pagi, siang, malam, atau jika sendiri,

jengkel atau sedih)

3� diskusikan dengn klien apa yang dirasakan

jika terjadi halusinasi (marah, sedih,

senang) beri kesemapatan mengungkapkan

perasaanya.

c� Klien dapat mengontrol halusinasinya

Kriteria hasil:

1� Klien dapat menyebutkan tindakan yang bisa

dilakukan untuk mengontrol halusinasinya

2� Klien dapat menyebutkan cara baru

3� Klien dapat memilih cara untuk mengatasi

halusinasi seperti yang telah didiskusikan

dengan klien

4� Klien dapat melaksanakan cara yang dipilih

untuk mengendalikan halusinasinya

5� Klien dapat mengikuti TAK

Intervensi:

16

Page 17: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

a� Identifikasi bersama klien tindakan yang

bisa dilakukan untuk mengendalikan

halusinasinya

b� Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan

klien, jika bermanfaat beri pujian

c� Diskusikan cara baru untuk mengontrol

timbulnya halusinasi:

; Katakan “saya tidak mau dengan kamu”

(nada saat halusiansi terjadi)

; Menemui perawat atau teman dan keluarga

untuk bercakap-cakap dan untuk

mengatakan halusinasi yang didengar

; Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar

halusinasi tidak muncul

d� Bantu klien untuk memilih dan melatih cara

memutus halusinasi secara bertahap

e� Beri kesempatan untuk melakukan cara yang

telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri

pujian jika berhasil

f� Anjurkan klien mengikuti TAK

d� Klien mendapat dukungan keluarga dalam

mengontrol halusinasinya

Intervensi:

a� Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga

ketika mengalami halusinasi

b� Lakukan kunjungan rumah: Diskusikan dengan

keluarga tentang:

; Halusinasi klien

; Cara memutuskan hausinasi

; Cara merawat anggota keluarga halusinasi

17

Page 18: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

; Cara memodifikasi lingkungan untuk

menurunkan kejadian halusinasi

; Cara memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan pada saat mengalami halusinasi

e� Klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol

halusinasinya

Intervensi:

a� Diskusikan dengan klien tentang manfaat obat

untuk mengontrol halusinasi

b� Bantu klien menggunakan obat secara benar

BAB III

TINJAUAN TEORI

PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Ruang rawat : Anyelir (IPCU)

Tanggal MRS : 15 April 2014

Tanggal pengkajian : 15 April 2014

I� IDENTITAS KLIEN

Nama : Nn. “D”

Umur : 51 tahun

Alamat : Jl. Lawu RT 01 RW 02 Sumber Bendo-

Pare-Kediri

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Status : Belum Kawin

Pekerjaan : IRT

Jenis kelamin : Perempuan

18

Page 19: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Nomor register : 056024

II� ALASAN MASUK

1� Data primer

Klien mengatakan mendengar suara-suara halus seperti

suara anaknya “ojo ono, ojo ono”

2� Data sekunder

Marah-marah, mengamuk, merusak barang-barang rumah

tangga, mengancam, bicara sendiri, tertawa sendiri,

susah tidur, bingun, mondar-mandir, mencuci piring

berulang-ulang.

III� RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG DAN FAKTOR PENCETUS

Kambuh sejak 2 minggu yang lalu, awalnya pada hari

jum’at tanggal 11 april 2014 klien sedang memasak di

dapur dan mendengar suara-suara seperti suara anaknya,

kemudian klien bingung lalu marah-marah, mengamuk,

merusak barang-barang rumah tangga, memukul suami dan

anaknya, mondar-mandir, keluyuran, banyak bicara dan

bicara kotor. Penyebabnya waktu anak klien mengadakan

resepsi pernikahan tapi tidak disetujui oleh klien

sendiri.

IV� FAKTOR PREDISPOSISI

1� Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu?

Klien pernah mengalami gangguan jiwa da dirawat inap

di RSJ dr.radjiman wadiodiningrat lawang pada tahun

1999. Klien mengancam mau membunuh orang lain,

banyak bicara dan bicara kotor, sring mondar-mandir,

keluyuran. Penyebabnya klien ditinggal oleh suaminya

saat klien hamil 3 bulan.

2� Pengobatan sebelumnya

pengobatan sebelumnya berhasil, tapi tidak pernah

kontrol dan minum obat lagi sejak tahun 2009.

19

Page 20: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

3� a.Pernah mengalami penyakit fisik (termaksud gangguan

tumbuh kembang)

menurut keluarga dan stus, klien tidak pernah

mengalami penyakit fisik.

b� Pernah ada riwayat NAPZA

Menurut klien dan status, klien tidak pernah

memakai napza seperti narkotika dan zat adiktif.

c� Riwayat trauma

Pada tahun1998 (umur 35 tahun), klien pernah

menjadi korban aniaya fisisk dan kekerasan dalam

rumah tangga oleh suaminya yaitu ditampar oleh

suaminya sendiri. Kemudian suaminya pergi

meninggalkan klien yang pada saat itu klien sedang

hamil anaknya 3 bulan. “ saya pernah dipukul oleh

suami saya saat saya mengandung anaknya 3 bulan,

setelah memukul saya kemudian dia pergi

meninggalkan saya”. Klien tidak pernah melakukan

atau mengalami aniaya seksual dan tindakan

krimina. Klie pernah memukul suaminya juga. “saya

pernah memukul suami saya karena dia jahat”. Klien

juga pernah melakan usaha bunuh diri dan mengancam

untuk membunuh anaknya pada tahun yang sama.

Masalah / diagnosa keperawatan:

- Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

- Regimen therapeutik tidak efektif

d� Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan.

Klien mengatakan mempunyai pengalaman yang tidak

menyenangkan yaitu pernah dipukul oleh suaminy,

kemudian suaminya pergi meninggalkanya, yang pada

saat itu klien sedang hamil 3 bulan. Klien juga

pernah memukul suaminya.

Masalah / diagnosa keperawatan:

-Respon paska trauma

20

Page 21: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

4� Riwayat penyakit keluarga

Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Menurut keluarga dan status, ada anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa yaitu keponakan klien.

Gejalanya sama dengan klien yaitu sering mendengar

suara, kemudian marah-marah dan ngamuk

Masalah / diagnosa keperawatan:

- Koping keluarga tidak efektif : ketidak mampuan

V� PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal 15 april 2014

1� Keadaan umum: baik, penampilan cukup rapi, rambut

pendek sebahu, selalu dibasahi, kontak mata ada.

2� Tanda-tanda vital

TD : 150/100 mmHg

N : 96 x/menit

RR : 24x/menit

S : 36,7 oC

3� Ukuran

BB: - TB: -

4� Keluhan fisik

Klien mengatakan pusing, sakit pada kepala dan leher

bagian belakang. Klien tampak meringis dan memegang

bagian tubuh yang sakit

Masalah / diagnosa keperawatan:

- Gangguan rasa nyaman nyeri akut

VI� PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

1� Genogram

21

Page 22: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

25

Keterangan :

: Laki-laki hidup /meninggal

: Perempuan hidup / meninggal

: Tinggal serumah

: Hubungan perkawinan

: Hubungan keturunan

: Klien

Pejelasan :

Sejak kecil,klien diasuh oleh orang tuanya. Pola komunikasi

antar keluarga baik, saling menghormati dan menghargai

antara yang muda dengan yang tua, menggunakan 1 bahasa yaitu

bahasa jawa. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah

orangtua/ orang yang paling tua dalam keluarga. Pola asuh

demokratis.

Masalah / diagnosa keperawatan:

2� Konsep diri

22

Page 23: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

a� Citra tubuh

Klien mengatakan senang dengan bentuk tubunya,

tidak ada masalah, tidak ada bagian tubuh yang

tidak disukai.

b� Identitas diri

Klien mengatakan sudah menikah dan mempunyai

anak,

c� Peran

Klien mengatakan selama dirumah klien berperan

sebagai istri yang mengurusi suami dan anaknya.

Klien melaksanakan tugas/ peranya dengan baik.

d� Ideal diri

Klien mengatakan ingin pulang supaya bisa

mengerjakan tugas rumah lagi, bisa berjualan

lagi, dan bisa menjalankan peran sebagai istri

yang mengurus suami dan anaknya. Klien tidak mau

dirawat, takut orang-orang menganggap ia gila.

e� Harga diri

Klien mengatakan di rumah ia tidak bisa

berhubungan dengan orang lain, dia sering

dibilang gila. Orang-orang sering memanggilnya

orang gila. Klien sering berkata kotor, klien

malu dikbilang gila.

Masalah / diagnosa keperawatan:

- Harga diri rendah: situasional

3� Hubungan sosial

a� Orang yang berarti/ terdekat

Klien mengatakan orang yang berarti/ terdekat

dalam hidupnya sekarang ini adalah anaknya mas

budi.

b� Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat

Klien mengatakan tidak pernah ikut dalam kegiatan

kelompok/ masyarakat seperti ikut pengajian di

23

Page 24: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

mesjid, ikut bersih-bersih lingkungan dan acara

desa karena orang-orang sering memanggilnya orang

gila, klien merasa malu dibilang gila

c� Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien mengatakan sering berkata kotor dan bicara

sendiri. Orang-orang cenderung menganggap klien

gila dan menjauhinya.

Masalah / diagnosa keperawatan:

- Kerusakan interaksi sosial

4� Spiritual

a� Nilai dan keyakinan

Klien mengatakan beragama islam. Klien yakin

terhadap gamanya, yakin terhadap allah SWT, klien

rajin beribadah dan selalu taat pada agama.

b� Kegiatan ibadah

Klien mengatakan tetap menjalankan ibadah solat 5

waktu. Di rumah maupun saat dirumah sakit. Klien

mengatakan bahwa solat adalah kegiatan yang wajib

dilakukan, klien sering meminta mukenah untuk

solat di rumah sakit.

VII� STATUS MENTAL

1� Penampilan

Klien menggunakan pakaian yang diberikan oleh ruang

anyelir, berpakaian rapi, penggunaan pakaian sudah

sesuwai, cara berpakaian sudah sesuwai dengan yang

semestinya, klien tamak bersih.

Masalah / diagnosa keperawatan:

2� Pembicaraan

Klien berbicara cepat, keras, banyak

Masalah / diagnosa keperawatan:

- Gangguan komunikasi

3� Aktivitas motorik

24

Page 25: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Klien terlihat hiperaktifitas, klien sering mondar

-mandir tanpa tujuan yang jelas, klien tidak bisa

diam.

Masalah / diagnosa keperawatan:

- Resiko cidera

4� Afek dan emosi

a� Afek

Labil, klien terlihat senang, gembira berlebihan,

tapi tiba-tiba sedih/ menangis dan berteriak. Ini

terlihat saat klien dibawa masuk ke ruang anyelir

Masalah / diagnosa keperawatan:

- Resiko perilaku kekerasan

b� Emosi

Klien mengatakan sering marah-marah karena

anaknya tidak mau mendengarkanya. Klien juga

merasa sedih dan kesepian

Masalah / diagnosa keperawatan:

Resiko membahayakan diri/ resiko erilaku

kekerasan.

5� Interaksi selama wawancara

Selama wawancara klien tampak kooperatif, kontak

mata ada, tidak mudah tersinggung

Masalah / diagnosa keperawatan:

6� Persepsi-sensori

Halusinasi

Klien mengatakan mendengar suara-suara seperti suara

anaknya dan ibunya. Yang menyuruhnya untuk pergi

berobat ke RSJ lawang. “ ayo nak, saya antar pergi

berobat ke lawang”seperti itu suara yang didengar

oleh klien. Waktunya tidak menentu, kadang saat

25

Page 26: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

sedang masak, saat mau tidur dan bangun tidur dengan

frekuensi jarang/ tidak menentu kapan datangnya.

Respon klien saat mendengar kata-kata tersebut

adalah klien menjawabnya. Dengan kata-kata kotor,

kemudian marah-marah dan merusak barang-barang rumah

tangga serta mengamuk

Masalah / diagnosa keperawatan:

- Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

7� Proses Pikir

a� Arus Pikir

Saat wawancara, arah/arus pikiran klien melayang

(flight of idea), klien sering mengubah topik dan

arus pembicaraan seperti saat sedang membicarakan

ke keluarganya, kemudian balik lagi ke topik

awal. Misalnya: saat klien ditanya “apakah ibu

mendengar suara-suara bisikan lagi?, klien

menjawab “ iya mas, saya dengar anak saya minta

makan , saya mau pulang mas, panggilin mas budi,

rumah saya dikediri ,kemarin juga saya mendengar

suara ibu saya” diam disana nak sampai sembuh”.

b� Isi pikir

Klien mengatakan dirumah ia tidak bisa

berhubungan dengan orang lain, orang-orang sering

memanggil klien gila. Klien bicara cepat, keras

dan banyak

c� Bentuk Pikir

26

Page 27: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Bentuk pikiran klien adalah dereistik. Klien

mengatakan ingin pulang saya tidak gila, kenapa

saya dibawa kesini

Masalah / diagnosa keperawatan:

- Gangguan proses pikir

8� Kesadaran

Kesadaran klien composmentis secara kuantitas dan

berubah secara kualitas. Kesadaran klien berubah

dibuktikan dengan klien lebih sering mondar-mandir

tanpa tujuan yang jelas.

Masalah / diagnosa keperawatan:

- Gangguan proses pikir

9� Orientasi

Waktu : klien mengatakan saya mengamuk tadi pagi

sebelum dibawa kesini sekitar jam 09.00

Tempat : saat klien ditanya sekarang berada

dimana? Klien menjawab “saya berada di RSJ lawang”

Orang : klien mampu membedakan antara perawat dan

temanya, klien mampu mengenali dan mengingat nama

perawat.

Masalah / diagnosa keperawatan:

10� Memori

a� Jangka panjang.

27

Page 28: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Lien masih mengingat kejadian dimana 15 tahun

yang lalu pernah dibawa ke RSJ lawang dan pernah

dirawat disana. Klien mengatakan saya pernah

dirawat sebelumnya disini tahun 1999.

b� Jangka pendek.

Klien masih mengingat kejadian halusinasinya

sejak 1 minggu yang lalu. Klien mengatakan saya

mendengar suara seperti suara anak saya pertama

kali pada hari jum’at.

c� Saat ini

Klien masih mengingat siapa yang membawanya ke

RSJ lawang. Klien mengatakan saya dibawa kesini

oleh suami saya dan anak saya.

Masalah / diagnosa keperawatan:

11�Tingkat Kosentrasi dan Berhitung

Saat wawancara, klien mampu berkonsentrasi dan

mampu menjawab pertanyaan yang diajukan tanpa

pengulangan. Klien selalu memperhatikan saat diajak

ngobrol. Konsentrasi klien sedikit sulit dialihkan.

Klien mampu melakukan perhitungan angka-angka yang

sederhana seperti 5 + 5 = 10. 2014 – 1999 = 15.

Masalah / diagnosa keperawatan: Tidak ada

12� Kemampuan Penilaian

28

Page 29: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Kemampuan penilaian klien baik, tidak terganggu.

Hal ini dibuktikan saat klien diberikan pilihan

mandi dulu atau makan dulu. Klien menjawab, “saya

mau mandi dulu baru saya makan”.

Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada

13� Daya tilik diri

Klien mengingkari penyakit yang dideritanya. Klien

mengatakan saya ingin pulang, saya tidak sakit,

jadi kenapa saya dibawa kesini. Saya malu sama

orang-orang, mereka pikir saya gila nantinya karena

berada disini.

Masalah / diagnosa keperawatan: gangguan proses

pikir.

VII Kebutuhan Persiapan Pulang

1� Makan

Klien dapat melakukan aktivitas makan dengan

mandiri tanpa bantuan. Nafsu makan klien baik,

klien terlihat menghabiskan makan yang diberikan

oleh RS.

Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada

29

Page 30: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

2� BAB dan BAK

Klien mampu melakukan BAB dan BAK sendiri tanpa

bantuan dan mampu membersihkan bekas BAB/BAK nya

sendiri.

Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada

3� Mandi

Klien mampu melakukan aktivitas mandi sendiri tanpa

bantuan. Klien mengatakan mandi 2x sehari dan gosok

gigi 1x sehari.

Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada

4� Berpakaian/Berhias

Klien mampu menggunakan dan mengganti pakaian

secara mandiri tanpa bantuan.

Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada

5� Istirahat dan Tidur

Klien bisa tidur 8-10 jam dalam sehari. Klien

sering tidur siang. Tidak ada gangguan pada

aktivitas tidur klien.

Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada

6� Penggunaan Obat

Klien mampu minum obat sendiri yang sudah disiapkan

oleh perawat.

Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada

7� Pemeliharaan Kesehatan

30

Page 31: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Klien mengatakan keluarganya akan membawanya

langsung ke RS jiwa sakit. Klien mempunyai sistem

pendukung yaitu suami dan anaknya. Klien tidak

mempunyai pendukung seperti teman, kelompok sosial.

Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada

8� Aktivitas dalam rumah

Klien biasa melakukan kegiatan-kegiatan rumah

tangga seperti memasak, menyapu, mencuci piring,

dan mencuci piring, dan mencuci pakaian.

Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada

9� Aktivitas di luar rumah

Klien biasa jalan-jalan keluar rumah, dan biasa

pergi ke pasar.

Masalah / diagnosa keperawatan: tidak ada

VIII. MEKANISME KOPING

KLien bila mempunyai masalah sering dipendam sendiri, tidak

mau menceritakan masalahnya kepada orang lain dan cenderung

menghindar, sering mencederai diri sendiri dan mengamuk

ketika ada masalah.

Masalah / diagnosa keperawatan: koping individu tidak

efektif.

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

1� Masalah dengan dukungan kelompok

31

Page 32: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Sistem pendukung klien yaitu keluarga terutama anak

klien, tapi klien mempunyai masalah dalam keluarga

yaitu klien tidak senang anaknya menikah. Untuk

kematian anggota keluarga tidak ada, tidak ada anggota

keluarga yang sakit.

2� Masalah berhubungan dengan lingkungan sosial

Klien tidak mempunyai sistem pendukung sosial, orang

cenderung menganggap klien gila dan menjauhi klien.

Jadi, klien tidak bisa berinterksi dengan ligkungan

sosialnya.

3� Masalah berhubungan dengan pendidikan

Pendidikan klien adalah SD, klien lamban dalam membaca

dan menulis.

4� Masalah dengan pekerjaan

Klien dirumahnya hanya sebagai ibu rumah tangga,

menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah seperti

ngepel, nyapu, dan mencuci.

5� Masalah dengan perumahan

Klien tinggaldirumah sendiri di kediri, lingkungan

aman tidak ada perselisihan dengan tetangga, hanya

saja tetangga menjauhi klien karena dianggap orang

gila.

32

Page 33: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

6� Masalah dengan ekonomi

Sistem pendukung klien adalah anak klien. Semua

kebutuhan klien ditanggung oleh anaknya, dukungan

kesejahteraan klien terpenuhi.

7� Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan

Masalah kesehatan dekat dengan rumah klien, bisa

dijangkau dengan sepeda motor, klien mempunyai jaminan

kesehatan masyarakat (jamkesmas).

Masalah Keperawatan:

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

X. PENGETAHUAN TENTANG

Klien dan keluarga mengatakan tidak mengerti dan tidak

mengetahui tentang penyakit / gangguan jiwa, sistem

pendukung, faktor predisposisi, mekanisme koping,

penyakit fisik dan obat-obatan.

Saat di tanya itu apa gangguan jiwa, klien menjawab

tidak tahu, saya sehat tidak gila

Masalah Keperawatan:

; Ketidak efektifan regiment terapeutik

; Kurang pengetahuan

XI. ASPEK MEDIK

1� Diagnosa Medis :

33

Page 34: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

axis I : skizoafektif tipe mania

axis 2 : -

axis 3 : -

axis 4 : masalah ekonomi

axis 5 : GAP SCALE NRS 25

2� Therapi Medis

a� Haloperidol 5 mg 1/2-0-1/2 tablet

b� Ikalep 250 mg 250 1-0-1 tablet

c� Cpz 100 mg 0-0-1 tablet

XII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1� Perilaku Kekerasan

2� Respon Pasca Trauma

3� Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

4� Gangguan Proses Pikir

5� Disorientasi Tempat

6� Defisit Perawatan Diri

7� Gangguan Rasa Mengancam : Nyeri

34

Page 35: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

8� Isolasi Sosial

9� Pemeliharaan : Kesehatan tidak efektif

10�Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Visual

11�Koping Individu Inefektif

XIII. POHON MASALAH

Perilaku Kekerasan

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Penglihatan

Defisit Perawatan Diri

Kerusakan Interaksi Sosial

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

35

Page 36: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Koping Individu Inefektif

Respon Pasca Trauma

Gangguan Proses Pikir

ANALISA DATA

Nama klien : Nn.”M” No. RM. : 0904xx

Umur : 25 tahun ruang : Anyelir (IPCU)

N

o

DATA MASALAH

1 Data Subyektif

; Klien mengatakan melihat sesuatu

seperti bayangan tapi klien tidak

tau bayangan apa itu, klien

mengatakan bayangan tersebut

menghantuinya dan bayangan tersebut

muncul pada sore dan malam hari,

Gangguan sensori

persepsi

Halusinasi

Penglihatan

36

Page 37: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

pada saat bayaqngan tersebut dating

klien merasa ketakutan sendiri,

merasakan sesak di dada dank lien

mengatakan perasaannya saat itu

seperti tidak ada tujuan hidup dan

klien langsung menangis.

Data Obyektif

1� Kontak mata kurang focus

2� Tampak menangis

3� Tampak ketakutan

4� Gelisah

5� Bingung2 Data Subyektif

1� Klien mengatakan tidak memiliki

teman atau orang yang berarti

2� Klien mengatakan tidak pernah

mengikuti kegiatan kelompok di

kampungnya seperti kegiatan

karang taruna karena klien

merasa bahwa namanya tidak

terdaftar

3� Klien mengatakan tidak mau /

malas berinteraksi dengan teman

– temannya karena klien merasa

bahwa mereka tidak ada yang

mengerti perasaan dan keadaannya

saat ini

Data obyektif

1� Tampak klien tidak pernah

berinteraksi dengan orang lain

2� Klien tidak perduli dengan

lingkungan sekitarnya

Kerusakan

interaksi sosial

37

Page 38: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

3� Tampak menyendiri

4� Tampak melamun3 Data Subyektif

; Klien mengatakan sering melihat

ibunya dipukuli oleh ayahnya

ketika masih berumur 6 tahun,

klien mengatakan saat itu merasa

ketakutan melihat kejadian

tersebut

Data Obyektif

1� Nada bicara klien tinggi volume

keras, jumlah bicara sedikit dan

kasar

2� Gelisah

3� Memukul – mukul pintu

4� Teriak-teriak,

5� Marah-marah

6� Tampak difiksasi

7� Menangis

perilaku

kekerasan

4 Data subyektif

; Klien mengatakan Malu karena

dianggap sakit jiwa oleh teman-

temannya di PJTKI

Data Obyektif

1� Kontak mata kurang focus

2� Pada saat diwawancara klien

menangis

Gangguan konsep

diri: harga diri

rendah

5 Data Subyektif

; Klien mengatakan tidak pernah

menceritakan masalahnya kepada

orang lain

Data Obyektif

1� klien tidak pernah berinteraksi

Koping individu

inefektif

38

Page 39: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

dengan orang lain

2� Marah-marah

3� Melamun

4� Klien sering menyendiri

6 Data Subyektif

; Klien mengatakan saya sering

melihat ayah saya memukul ibu

saya ketika saya berumur 6 tahun

dan saya takut karena melihat

hal tersebut dan sekarang ibu

saya sudah meninggal, tapi saya

tidak tau kenapa, mungkiin

karena sering dipukuli ayah

saya. Kakak saya yang nomor 2

juga sudah meninggal karena

sakit.

Data Obyektif

Tampak menangis

Respon Pasca

Trauma

Prioritas masalah :

1� Gangguan sensori persepsi : halusinasi penglihatan

39

Page 40: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama klien : Nn.”M” NO. RM : 0904XX

Umur : 25 tahun RUANG : ANYELIR (IPCU)

N

O

DX TUJUAN INTERVENSI INTERVENSI RASIONAL

1 I Tujuan Umum:

Klien dapat

berinteraksi dengan

orang lain sehingga

tidak tejadi

halusinasi.

Kriteria Khusus:

TUK 1

Klien dapat membina

hubungan saling

percaya

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama 3 kali

interaksi masing-masing 15

menit klien dapat:

Ekspresi wajah bersahabat,

menunjukkan rasa senang,

ada kontak mata, mau

berjabat tangan, mau

menyebutkan nama, mau

menjawab salam, mau duduk

berdampingan dengan

perawat, mau mengutarakan

masalah yang dihadapi

SP 1

1� Bina hubungan

saling percaya

dengan menggunakan

prinsip komunikasi

terapeutik.

; Sapa klien

dengan ramah

baik verbal

maupun non

verbal

; Perkenalkan diri

dengan sopan

; Tanyakan nama

lengkap klien

Hubungan saling

percaya merupakan

awal dari hubungan

perawat dan klien

sehingga klien

terbuka kepada

perawat.

40

Page 41: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

; Jelaskan tujuan

pertemuan

; Jujur dan

menepati janji2 I TUK 2

Klien dapat

mengenal

halusinasinya

Klien menyebutkan waktu,

isi, frekuensi timbulnya

frekuensi

Sp 2

1� Adakan kontak yang

sering dan singkat

dengan klien secara

bertahap

2� Observasi tingkah

laku klien terkait

dengan

halusinasinya

3� Bantu klien

mengenal

halusinasinya

4� Diskusikan dengan

klien waktu dan

frekuensi

terjadinya

halusinasi

Kontak yang sering

dapat meningkatkan

kepercayaan klien dan

mendekatkan klien

dengan perawat serta

dengan mengobservasi

dapat melihat prilaku

klien yang

berhubungan dengan

halusinasinya. Untuk

memudahkan memutuskan

halusinansinya serta

mengetahui intensitas

halusinasi yang

terjadi pada klien

dan mengetahui

perasaan yang timbul

akibat halusinasi.

41

Page 42: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

5� Diskusikan dengan

klien apa yang

dirasakan jika

terjadi halusinasi3 I TUK 3

Klien dapat

mengontrol

halusinasinya

; Klien dapat

menyebutkan yang bisa

dilakukan untuk

mengendalikan

halusinasi

; Klien dapat memilih

cara mengendalikan

halusinasi

Sp 3

1� Identifikasi

bersama klien

tindakan yang

dilakukan jika

terjadi

halusinasi

2� Diskusikan

manfaat dan cara

yang digunakan

klien dan

berikan pujian

3� Bantu klien

memilih dan

melatih cara

memutus

halusinasinya

secara bertahap

Mengetahui mekanisme

koping dari klien

akan hal-hal yang

positif yang perlu

dilakukan dan dapat

mengurangi stimulus

internal sehingga

tidak terjadi

halusinasi.

Memudahkan klien

memutuskan

halusinasi, melatih

klien beradaptasi

dengan lingkungan.

42

Page 43: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

4 I TUK 4

Klien dapat

memanfaatkan obat

dengan baik

; Klien dapat

mendemonstrasikan

obat dengan benar

; Klien memahami akibat

berhenti minum obat

SP 4

1� Diskusikan

dengan klien

tentang

frekuensi dan

dosis obat

2� Anjurkan kepada

klien untuk

meminta obatnya

sendiri kepada

perawat

3� Diskusikan

dengan klien

efek jika

berhenti minum

obat.

Menambah pengetahuan

klien tentang obat

dan melatih klien

untuk mandiri dalam

pengelolaan obat.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

43

Page 44: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Nama klien : Ny. “D” No. RM : 056XXX

Umur : 51 tahun Ruang : Anyelir (IPCU)

HARI/TAN

GGAL/JAM

DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

Selasa

15-04-14

19.00

WIB

Gangguan

sensori

persepsi:

halusinasi

pendengaran

SP I :

1� Membina Hubungan Saling Percaya (BHSP)

2� Mengidentifikasi jenis halusinasi klien

3� Mengidentifikasi isi halusinasi klien

4� Mengidentifikasi waktu halusinasi klien

5� Mengidentifikasi frekuensi halusinasi

klien

6� Mengidentifikasi situasi yang

menimbulkan halusinasi klien.

7� Mengidentifikasi respon klien terhadap

halusinasi.

S:

“Namasaya ibu “D”, senang di panggil

“D”,saya berasal dari Pare Kediri”

“iya tadi malam saya mendengar suara

bisikan seperti suara anak saya “ojo

ono ojo ono”

“ datangnya sewaktu-waktu mas, tidak

terus-menerus,sering datang sewaktu

saya mau tidur malam dan waktu bangun

di pagi hari, dalam sehari kadang 1

kali atau 2 kali, biasanya datang

waktu saya sendirian”

“saya menjawab/ membalas suara-suara

itu”

44

Page 45: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

8� Mengajarkan klien menghardik halusinasi

9� Menganjurkan klien memasukan cara

menghardik halusinasi dalam jadwal

kegiatan harian.

“iya ngerti dengan penjelasan mas”

Pergi....kamu suara palsu, saya tidak

mau dengar kamu”

“iya mas, nanti saya akan masukkan di

jadwal harian saya”

O:

- Ekspersi wajah bersahabat

- Menunjuukan rasa senang

- Ada kontak mata

- Klien mau berjabat tangan

- Klien mau menyebutkan nama

- Klien mau membalas salam

- Klien mau duduk berdampingan

- Klien mau mengutarakan masalahnya

- Klien dapat menyebutkan jenis

halusinasi

- Klien dapat menyebutkan isi

halusinasi

45

Page 46: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

- Klien dapat menyebutka waktu

halusinasi

- Klien mampu menyebutkan frekuensi

terjadiya halusinasi

- Klien mampu menyebutkan situasi

yang menimbulkan halusinasinya

- Klien dapat menyebutkan responnya

terhadapa halusinasinya

- Klien mampu memperagakan cara

menghardik halusinasi dalam

jadwal kegiatan harian.

A:

Klien mampu membina hubungan

saling percaya, mengenal

halusinasi dan mampu menghardik

halusinasi.

P:

SP I tercapai,lanjut ke SP II

Rabu, 16 Gangguan SP II: S :

46

Page 47: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

April

2014

sensori

persepsi:

halusinasi

pendengaran

1� Mengevaluasi jadwal kegiatan harian

klien

2� Melatih klien mengendalikan halusinasi

dengan cara bercakap-cakap dengan orang

lain.

3� Menganjurkan klien memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian.

“Oh begitu mas, jadi kalau saya mulai

mendengar suara-suara, saya langsung

cari teman untuk saya ajak ngobrol ya

mas?”

“iya mas saya akan mencobanya”

“iya mas nanti saya akan latih terus

ngobrol dengan teman saya”

“iya mas nanti saya masukan

latihannya ke dalam jadwal haran saya

lagi mas.

O:

- Klien mampu mengendalikan

halusinasi dengan cara bercakap-

cakap dengan orang lain.

- Klien mampu memperagakan cara

bercakap-cakap dengan orang

lain.

- Klien mampu memasukkan cara

bercakap-cakap dengan orang lain

dalam jadwal kegiatan hariannya.

A:

47

Page 48: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Klien mampu mengendalikan

halusinasi dengan bercakap-cakap

dengan orang lain.

P:

SP II tercapai, lanjut ke SP IIIKamis

17-04-14

Gangguan

sensori

persepsi:

halusinasi

pendengaran

SP III

1� Mengevaluasi jadwal kegiatan harian

klien.

2� Melatih klien mengendalikan halusinasi

dengan melakukan kegiatan (kegiatan

yang biasa di lakukan klien)

3� Menganjurkan klien memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian.

S :

“saya biasa melakukan kegiatan

sholat, menyapu, mencuci piring,

mencuci baju dan memasak”

“Iya mas, saya masih bisa melakukan

semuanya, saya masih bisa sholat,

saya juga masih bisa memasak, saya

akan melakukannya nanti”.

“nanti saya masukkan lagi latihannya

kedalam jadwal kegiatan harian saya

mas”.

O:

- Klien mampu melakukan kegiatan

seperti sholat, klien memperagakan

cara sholat.

- Klien mampu memasukkan kegiatan

48

Page 49: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

yang biasa di lakukan dalam jadwal

kegiatan harian.

A:

Klien mampu mengendalikan halusinasi

dengan melakukan kegiatan yang biasa

dilakukan klien.

P:

SP III tercapai,lanjut ke SP IV Juma’at

18-04-14

Gangguan

sensori

persepsi:

halusinasi

pendengaran

SP IV:

1� Mengevaluasi jadwal kegiatan harian

klien.

2� Memberikan pendidikan kesehatan

tentang penggunaan obat secara

teratur.

3� Menganjurkan klien memasukkan dalam

jadwal kegiatan harian.

49

Page 50: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN PEPERAWATAN

Masalah Utama : Halusinasi pendengaran

Pertemuan : I

Waktu : 16.00-16.15 (15 menit)

Hari/tanggal : Selasa, 15 April 2014

A� Proses Keperawatan

; Kondisi Klien

DS : Klien mengatakan mendengar suara-suara halus seperti

suara anaknya “ojo ono, ojo ono”. Olan suara ibunya. “ayo nak,

saya antar pergi berobat ke Lawang”.

DO :

Klien marah-marah dan mengamuk, jalan mondar-mondir, sering

bicara dan tertawa sendiri, serta bicara kotor.

; Diagnosa keperawatannya

Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran

; Tujuan Khusus

a� Klien mampu membina hubungan saling percaya

b� Membantu klien mengenal halusinasi

c� Menjelaskan cara mengontrol halusinasi

d� Membantu klien untuk mengontrol halusinasi dengan

menghardik.

50

Page 51: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

; Tindakan keperawatannya

a� TUK I

; Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

; Perkenalkan diri dengan baik dan sopan

; Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai

oleh klien.

; Jelaskan tujuan pertemuan

; Jujur dan menepati janji

; Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

; Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan klien.

b� TUK II

; Mengadakan kontak yang sering dan singkat dengan klien

secara bertahap

; Mengobservasi tingkah laku klien terkait dengan

halusinrasinya

; Membantu klien mengenal halusinasinya

; Mendiskusikan dengan klien waktu dan frekuensi terjadinya

halusinasi

; Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi

halusinasi

c. TUK III

; Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan

bila terjadi halusinasi

; Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika

bermanfaat beri pujian

; Diskusikan cara baru untuk mengontrol halunasinya

; Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi

secara bertahap

; Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih,

evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil

51

Page 52: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

B�Strategi komunikasi pelaksanaan tindakan keperawatan

1� Orientasi

a� Salam terapeutik

“Selamat pagi buk, kenalkan nama saya Rian Hamdani, nama

ibu siapa? Senangnya di panggil apa?

“bagaimana perasaan ibu hari ini?”

“baiklah, bagaimana kalau sekarang kiat bercakap-cakap

tentang suara- suara yang selama ini ibu dengar tapi tidak

ada wujudnya”

“dimana kita berbincang-bincang? Disini di dalam ruangan

ini saja ya buk? Untuk waktunya bagaimana kalau 30 menit.”

2� Fase kerja

“apakah ibu mendengar suara yang tanpa ada wujudnya? Apa yang

dikatakan suara itu? ‘apakah suara itu datangnya terus-menerus

atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering ibu dengar suara

itu?, berapa kalidalam sehari?”

“dalam keadaan seperti apa suara itu biasanya muncul? Apa yang

ibu rasakan bila suara itu datang? Apakah dengan cara itu

suara itu bisa hilang?”

“bagaimana kalau sekarang kita belajar cara-cara untuk

mencegah agar suara itu tidak muncul?”

“Buk,ada 4 cara utuk mencegah suara-suara itu muncul, pertama

dengan menghardik suara-suara itu, kedua dengan bercakap-cakap

ketiga melakukan aktivitas dan keempat minum obat secara

teratur”

“bagaimana kalau kita belajar 1 cara dulu, yaitu dengan

menghardik” caranya adalah saat suara itu muncul, langsung ibu

bilang pergi.......saya tidak mau dengar kamu suara palsu,

begitu diulang sampai suara itu tidak terdengar lagi”

“coba sekarang ibu peragakan! Ya begitu....bagus...sekali

lagi....ya bagus,ibu sudah bisa”

52

Page 53: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

3� Terminasi

“bagaimana perasaan ibu setelah memeragakan latihan tadi?”

“kalau suara itu muncul coba ibu coba lakukan cara tersebut”

“bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya, mau jam berapa

saja latihannya?”

“bagaimana kalau kita ketemu lagi untuk belajar dan

mengendalikan suara dengan cara kedua? Jam berapa? Bagaimana

kalau besok pagi jam 07.00 tempatnya disini aja ya buk?

“baiklah sampai ketemu lagi besok bu?”

53

Page 54: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Masalah Utama : Halusinasi pendengaran

Pertemuan : II

Waktu :

Hari/tanggal : Rabu, 16 April 2014

A� Proses Keperawatan

1� Kondisi Klien

DS

2� Diagnosa keperawatan

gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan.

3� Tujuan

TUK IV:

; Membantu klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara

kedua dan ketiga yaitu ‘bercakap-cakap dengan orang

lain’ dan dengan ‘melakukan kegiatan yang sudah

terjadwal’

4� Tindakan keperawatan

a� Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien

b� Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-

cakap dengan orang lain

c� Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan

kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan klien)

d� Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

54

Page 55: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

B�Strategi komunikasi pelaksanaan tindakan keperawatan

1� Orientasi

a� Salam terapeutik

“Selamat pagi Mbak Ana? masih ingat dengan saya Mbak?,

saya harap Mbak masih mengingat nama saya, nama saya Ira,

Mbak jangan sampai lupa trus dong”?.

b� Evaluasi

“Bagaimana perasaan Mbak hari ini?, apakah bayangan itu

masih muncul? apakah sudah dipakai cara yang saya ajari

kemaren Mbak?, berkurangkah bayangan itu Mbak?, bagus…

c� Kontrak

Topik : Masih ingat yang akan kita bicarakan sekarang Mbak?

sesuai dengan kesepakatan kemarin, saya akan latih cara

untuk mencegah halusinasi dengan cara yang kedua yaitu

dengan ‘bercakap-cakap dengan orang lain’ dan dengan cara

yang ketiga yaitu ‘dengan melakukan kegiatan yang sudah

terjadwal’.”

Tempat : “Mau dimana kita bercakap-cakap Mbak? bagaimana

kalau disini saja”?.

Waktu : “Mau berapa lama kita latihan Mbak?Bagaimana kalau

20 menit kedepan”?.

2� Fase kerja

“Apakah bayangan itu muncul lagi Mbak?, apakah Mbak masih

ingat apa nama penyakit seperti itu?, halusinasi Mbak?,

bagus… jangan sampai Mbak lupa lagi ya?, sekarang saya akan

latih Mbak untuk mencegah halusinasi dengan cara yang kedua

55

Page 56: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

dulu yaitu dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain,

jadi kalau Mbak mulai melihat bayangan langsung saja Mbak

cari teman untuk diajak ngobrol dan bilang ‘tolong…saya

mulai lihat bayangan-bayangan, ayo ngobrol dengan saya’!.

ini bisa dilakukan baik saat di rumah sakit maupun di rumah

Mbak nanti”.

“Coba sekarang Mbak latihan, ya bagus…, coba sekali lagi,

sekali lagi Mbak, ya bagus sekali…”

“Nah sekarang saya akan latih untuk mencegah halusinasi

untuk cara yang ketiga yaitu dengan melakukan kegiatan yang

sudah terjadwal, kegiatan apa saja yang Mbak bisa lakukan?,

pagi-pagi apa kegiatannya?, terus berikutnya apa?, wah

banyak sekali kegiatannya Mbak?, mari kita latih dua

kegiatan hari ini, bagus sekali jika Mbak bisa lakukan!,

kegiatan ini bisa Mbak lakukan untuk mencegah bayangan itu

muncul, kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari

pagi sampai malam ada kegiatannya Mbak”.

3� Fase terminasi

a� Evaluasi subyektif

”Bagaimana perasaan Mbak setelah kita latihan?, jadi sudah

berapa cara yang telah kita pelajari untuk mencegah

bayangan itu?, bagus... coba di sebut ulang lagi Mbak?

Bagus sekali... jika bayangan itu muncul lagi Mbak

langsung gunakan cara tersebut, bagaimana kalau cara-cara

itu kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian Mbak? Jangan

lupa Mbak lakukan kegiatan sesuai dengan jadwal, setuju? ”.

b� Evaluasi Obyektif

”Menurut saya aspek positif yang Mbak miliki, Masih bagus”.

c� Tindak lanjut

”Saya berharap bagaimana kalau Mbak lakukan terus selama di

RS ini, agar nanti di rumah Mbak sudah terbiasa, setuju

56

Page 57: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Mbak? Dan jangan lupa Mbak lakukan jadwal kegiatan

hariannya”?.

d� Kontrak

; Topik : ”Baiklah, waktu kita sudah habis... bagaimana

kalau besok kita lanjutkan obrolan kita untuk cara yang

terakhir yaitu minum obat secara teratur, bagaimana

Mbak”?.

; Waktu : ”Mbak mau jam berapa besok?, bagaimana kalau jam

09.00 pagi?, Setuju”?.

; Tempat : ”Mbak mau dimana kita akan berbincang-bincang?,

Bagaimana kalau di tempat ini lagi?, setuju?, baiklah

terimakasih dan sampai jumpa lagi besok Mbak”.

57

Page 58: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Masalah Utama : Halusinasi penglihatan

Pertemuan : III

Waktu : 09.00-09.15 (15 menit)

Hari/tanggal : Jum’at, 27 Juli 2012

A� Proses Keperawatan

1� Kondisi Klien

DO :

; Klien tampak melamun

; Penampilan klien kurang rapi

; Ada kontak mata klien

; Klien kooperatif

DS :

; Kemarin sore dan malamnya bayangan itu tidak muncul

mbak.

; Tadi malam tidur saya nyenyak mbak..

; Boleh saya pulang ke PJTKI mbak?

2� Diagnosa keperawatannya : Gangguan sensori persepsi:

halusinasi penglihatan

3� Tujuan

; Mengajarkan klien mengontrol halusinasi untuk cara yang

keempat yaitu minum obat secara teratur

; Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik dengan

prinsip lima benar

4� Tindakan keperawatan

58

Page 59: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

TUK V

; Diskusikan dengan klien tentang dosis, frekuensi, dan

manfaat obat

; Pastikan klien minum obat sesuai dengan program dokter

; Anjurkan klien bicara dengan dokter jika ada efek

samping obat yang dirasakan

; Diskusikan akibat jika berhenti minum obat tanpa

konsultasi

; Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip lima benar

B�Strategi komunikasi pelaksanaan tindakan keperawatan

1� Orientasi

a� Salam terapeutik

“Selamat pagi Mbak Ana? Masih ingat dengan saya Mbak?, saya

harap Mbak Masih mengingat nama saya, bagus… bagus sekali…

apa Mbak sudah mandi”?.

b� Evaluasi

“Bagaimana perasaan Mbak hari ini?, apakah bayangan itu

Masih muncul?, apakah sudah dipakai tiga cara yang telah

kita latih? Apakah tadi malam Mbak tidur nyenyak? Apakah

jadwal kegiatan harian Mbak sudah dilaksanakan”?.

c� Kontrak

1� Topik :”apakah pagi ini Mbak sudah minum obat? baik,

sesuai kesepakatan kita kemarin, sekarang kita akan

mendiskusikan tentang obat-obat yang Mbak minum, bagaimana

Mbak? Setuju”?.

2� Waktu :”kira-kira berapa lama waktu diskusi yang Mbak

mau?, bagaimana kalau 10 menit saja Mbak?, bagaimana?,

Setuju Mbak?, baiklah”.

3� Tempat :”Mbak mau diskusi dimana?, baiklah kalau Mbak

mau di tempat ini lagi”.

59

Page 60: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

2� Fase kerja

“Apakah Mbak sudah diberi obat tadi?, Mbak, adakah bedanya

setelah minum obat secara teratur?, apakah bayangan itu

berkurang/hilang?, minum obat itu sangat penting Mbak, supaya

bayangan yang Mbak lihat itu tidak muncul dan mengganggu Mbak

lagi, menurut Mbak apa nama penyakit seperti itu? Masih ingat

gak Mbak?, bangus… berapa macam obat yang Mbak minum?, apa

warnanya Mbak? Apakah Mbak tahu nama obat yang Mbak minum?,

begini Mbak, kalau yang warna merah bulat besar namanya CPZ

(Chlorpromazine), kalau yang warna pink bulat kecil namanya

Haloperidol, dan yang warna putih namanya THP

(Triflouperazine), semua obat tersebut membantu Mbak agar

lebih tenang dan rileks, coba Mbak sebutkan nama obat

tersebut?, ulangi lagi Mbak, bagus…ulangi lagi Mbak, ya bagus…

ulangi lagi Mbak, bagus-bagus”.

“Nah sekarang kita akan diskusikan tentang penggunaan obat

tersebut dengan prinsip lima benar yaitu (benar orang, benar

obat, benar dosis, benar cara, dan benar waktu), pertama obat

yang warna merah (CPZ), dosis 100 mg, cara minum oral 2x

sehari, waktu jam 7 pagi dan jam 7 malam, manfaatnya untuk

menghilangkan bayangan-bayangan; kedua obat yang warna pink

(HP), dosis 1,5 mg, cara minum oral 3 x setengah tablet, waktu

jam 7 pagi dan jam 7 malam, manfaatnya untuk pikiran biar

tenang; dan ketiga obat yang warna putih (THP), dosis 5 mg,

cara minum oral 3 x setengah tablet, waktu jam 7 pagi dan jam

7 malam, manfaatnya untuk rileks dan tidak kaku. Sekarang

jadwal minum obatnya kita Masukkan pada jadwal kegiatan harian

Mbak, setuju?, jangan lupa kalau waktunya minum obat Mbak

minta pada bu perawat, kalau di rumah Mbak nanti minta pada

keluarga, jika Mbak berhenti minum obat tanpa konsultasi dari

dokter maka Mbak tidak akan sembuh selamanya, dan juga kalau

Mbak sudah pulang nanti, Mbak harus tetap control sesuai

dengan intruksi dari dokter supaya Mbak lekas sembuh, gimana

Mbak? Mau kan menerapkan apa yang telah saya sampaikan dan

60

Page 61: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

ajarkan? Bagus… kalau begitu sampai disini diskusi kita Mbak,

terimakasih dan sampai jumpa lagi”.

C�Fase terminasi

1� Evaluasi subyektif

”Bagaimana perasaan Mbak setelah belajar cara minum obat

secara teratur dan manfaat obat itu sendiri?”

2� Evaluasi Obyektif

”Menurut saya, aspek positif yang Mbak miliki Masih baik”.

3� Tindak lanjut

”Saya berharap Mbak lakukan apa yang sudah di jadwalkan

dalam kegiatan hariannya, dan jangan lupa Mbak lakukan

setiap hari supaya Mbak terbiasa nanti di rumah”.

61

Page 62: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan kesenjangan yang ada pada

teori dengan kenyataan yang terjadi pada kasus, argumentasi atas

kesenjangan yang terjadi dan solusi yang diambil untuk mengatasi

masalah yang terjadi saat memberikan asuhan keperawatan pada klien ”M”

dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi penglihatan di ruang

Anyelir RSJ Radjiman Wediodiningrat Lawang, Malang. Pembahasan ini

62

Page 63: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

meliputi keseluruhan langkah-langkah dalam proses keperawatan meliputi

pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A� PENGKAJIAN

Menurut teori, gejala yang muncul pada klien yang mengalami

gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan antara lain

melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat

hantu atau monster.

Pada klien ”M” gejala yang muncul adalah suka menyendiri, tidak

bergaul, lebih banyak diam, melamun, halusinasi penglihatan (melihat

bayangan seperti hantu), makan kurang, tidur kurang, dan menyadari

sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk ke RSJ Radjiman Wideodiningrat

Lawang.

Ditinjau dari masalah keperawatan, masalah yang muncul pada kasus

ini yaitu perubahan persepsi sensori: halusinasi penglihatan

berhubungan dengan menarik diri, masalah ini muncul karena klien

merasa malu dengan keadaannya. Apabila tindakan ini dibiarkan terus

menerus maka akan merugikan klien dalam bersosialisasi dengan

lingkungan sekitarnya.

B. PERENCANAAN

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang disusun pada asuhan

keperawatan klien ”M”, penulis memperioritaskan masalah berdasarkan

core problem sebagai masalah utama yaitu halusinasi penglihatan.

Maka itu diambil satu diagnosa keperawatan yang muncul yaitu

Perubahan persepsi sensori: halusinasi penglihatan.

Dalam menyusun rencana keperawatan akan ditentukan tujuan dan

rencana yang disusun, tujuan perawatan ini dibagi dua yaitu tujuan

umum yaitu mengacu pada penyebab sedangkan tujuan khusus mengacu

pada masalah. Tujuan umum sangat penting dibuat karena dalam

memberikan asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa membutuhkan

waktu yang cukup lama.

C. PELAKSANAAN

63

Page 64: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

Pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien ”S” dengan perubahan

sensori persepsi halusinasi penglihatan di ruang Anyelir RSJ

Radjiman Wediodiningrat Lawang, Malang, terdiri dari semua

pelaksanaan asuhan keperawatan yang ada baik dalam tinjauan

kepustakaan dan tinjauan kasus. Pada pelaksanaan disesuaikan dengan

kondisi dan kebutuhan klien akan pelayanan keperawatan. Pada klien

“M” tidak semua rencana yang penulis rencanakan dapat dilaksanakan

misalnya mengobservasi tingkah laku klien terkait dengan

halusinasinya karena klien tidak menunjukkan prilaku terkait dengan

halusinasinya, hanya mengatakan bahwa klien masih melihat bayangan.

Tidak ada hambatan yang terjadi dalam melaksanakan pelaksanaan

klien dapat berkomunikasi baik dengan perawat. Hanya ada pada

keluarga karena selama pelaksanaan keluarga klien “M” tidak pernah

berkunjung ke RSJ RW Lawang karena jaraknya terlalu jauh.

E. EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk

mengetahui sejauhmana keberhasilan dari asuhan keperawatan yang

diberikan kepada klien selama observasi. Evaluasi yang dapat

dilakukan adalah evaluasi keberhasilan tindakan dalam jangka pendek.

Setelah dilaksanakan evaluasi selama tiga hari perawatan pada klien.

Klien mampu berinteraksi dengan klien-klien lain yang ada diruangan.

Adapun penulis mengalami beberapa hambatan yaitu penulis belum

dapat melaksanakan semua tindakan keperawatan secara baik sesuai

dengan teori yang ada, karena penulis masih kurang pengalaman dalam

praktek keperawatan klien dengan halusinasi dengar. Dalam hal ini

penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menerapikan teori yang ada

dengan bantuan perawat diruangan, sehingga permasalahan yang ada

dapat dipecahkan bersama. Tidak lupa juga penulis memberikan

penyuluhan pada keluarga supaya selalu memperhatikan klien serta

memperhatikan pengobatan klien yang lebih baik di rumah.

64

Page 65: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

BAB V

P E N U T U P

A� Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan

pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien, maka dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1� Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan

halusinasi ditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga

perlu dilakukan pendekatan secara terus menerus, membina

hubungan saling percaya yang dapat menciptakan suasana

terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang

diberikan.

2� Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya

dengan halusinasi, pasien sangat membutuhkan kehadiran

keluarga sebagai system pendukung yang mengerti keadaaan dan

permasalahan dirinya. Disamping itu perawat/petugas kesehatan

juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam memberikan data yang

diperlukan dan membina kerjasama dalam memberi perawatan pada

pasien. Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan bahwa peran

serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses

penyembuhan klien.

B�Saran-Saran

1� Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat

mengikuti langkah-langkah proses keperawatan dan

melaksanakannya secara sistemati dan tertulis agar tindakan

berhasil dengan optimal

2� Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat melakukan

pendekatan secara bertahap dan terus menerus untuk membina

hubungan saling percaya antara perawat klien sehingga tercipta

65

Page 66: PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang

diberikan

3� Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien dirumah

sakit, sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi

klien dan dapat membantu perawat bekerja sama dalam pemberian

asuhan keperawatan bagi klien.

66