Post on 06-Mar-2019
Penelitian
PENGEMBANGAN DESAIN ALAT PENGGILING PADI
(Studi Kasus Untuk Kawasan Penghasil Beras di Kecamatan
Pebayuran, Kerawang)
Disusun oleh :
Ali Ramadhan
PROGRAM STUDI DESAIN PRODUK
FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN DESAIN
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2006
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Terminologi Judul 1
1.2 Latar Belakang Masalah 1
1.3 Identifikasi Masalah 1
1.4 Batasan Masalah 2
1.5 Kriteria Desain 2
1.6 Maksud & Tujuan Perancangan 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
BAB III DATA DAN ANALISA 8
3.1 Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat 8
3.2 Mengenal Gabah dan Cara Penggilingan 10
3.2.1 Proses Pemisahan Kulit 12
3.2.2 Proses pembersihan beras 12
3.2.3 Proses pemisahan beras utuh dengan beras patahan 13
3.3 Jenis Penggerak Alat 13
3.4 Data Aktual lapangan 14
3.4.1 Roll Karet 15
3.4.2 Katup Angin 15
3.4.3 Pembersih beras 15
3.4.4 Saringan beras 16
3.4.5 Penggerak alat 16
3.5 Analisa kualitatif 16
BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN 19
4.1 Studi Fungsi dan Bentuk 19
4.1.1 Studi Fungsi 19
4.1.2 Studi Bentuk 20
4.2 Studi Sistem / Operasional 21
4.2.1 Studi Pemasukan Gabah 21
4.2.2 Studi proses pecah kulit 21
4.2.3 Pemisahan Kulit Dari Beras Pecah Kulit 22
4.2.4 Studi Pemisahan Kulit Dari Beras Pecah Kulit 22
4.2.5 Proses Pembersihan Beras Pecah Kulit 23
4.2.6 Studi Pemisahan Beras Patahan Dengan Beras Utuh 23
4.3 Studi Warna 24
4.4 Studi Ergonomi 25
4.5 Antropometri 26
4.5.1 Antropometri pemakai. 26
4.5.2 Antropometri pada saat menaiki tangga 27
4.5.3 Antropometri pada saat berdiri di atas penyangga 27
4.5.4 Antropometri pada saat Memasukkan beras 27
4.5.5 Antropometri pada saat pengambilan dedak 27
4.5 Bahan dan Konstruksi 28
4.5.1 Studi Bahan 28
4.5.2 Studi Konstruksi 30
4.6 Quantified Structure 30
4.7 Aspek Sosial, Ekonomi, Budaya. 32
4.7.1 Aspek Sosial 32
4.7.2 Aspek Ekonomi 32
4.7.3 Aspek Budaya 32
4.8 Aspek Perhitungan Biaya Produksi & Pemasaran 33
4.8.1 Biaya Material 33
4.8.2 Ongkos Kerja 35
BAB V PENUTUP 36
5.1 Kesimpulan 36
5.2 Saran 36
Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Terminologi Judul
Alat penggiling merupakan alat yang termasuk kedalam arti dari alat
fungsinya adalah sesuatu yang digunakan untuk mengupas kulit tetapi dalam produk
alat penggilingan padi, alat ini termasuk ke dalam arti segala sesuatu yang digunakan
selain untuk mengupas kulit dari gabah tetapi juga alat yang digunakan dalam usaha
untuk menghasilkan beras dengan bahan utamanya yaitu gabah kering.
1.4 Latar Belakang Masalah
Permasalahan yang ada pada saat ini yang terdapat di alat penggilingan padi
yaitu proses penggilingan padi yang menggunakan alat yang berbeda untuk setiap
prosesnya hal ini menjadikan petani yang ingin menggunakan alat terebut harus
menunggu lama dikarenakan sebelum dilaksanakannya proses penggilingan padi
gabah yang sudah dirontokkan harus melalui proses pengeringan, dan selain harus
menunggu lama pengguna dari alat penggilingan padi tersebut harus mengangkat
hasil dari setiap proses yang terdapat pada setiap alat ke alat yang akan digunakan ke
alat yang sesuai dari proses yang harus digunakan.
1.5 Identifikasi Masalah
Alat penggilingan padi pada saat ini masih menggunakan alat yang berbeda
terpisah untuk setiap prosesnya dan juga setiap proses dari penggilingan padi
memiliki fungsi yang berbeda - beda hal ini dilakukan untuk menghasilkan beras
yang siap untuk dijual, hal ini menyebabkan petani yang ingin menggunakan jasa
penggilingan padi harus menunggu untuk menggunakan alat penggilingan padi
tersebut. Hal ini dikarenakan sebelum proses penggilingan padi dilaksanakan harus
melalui proses panen lalu proses perontokkan, dan pengeringan. Dan pada proses
pengeringan padi yang sudah dirontokkan merupakan proses yang membuat petani
menunggu dikarenakan sebelum proses penggilingan dilakukan harus melewati
proses pengeringan padi untuk mencegah hidupnya kutu yang biasanya ada pada
beras.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah pada perancangan produk alat penggiling padi ini adalah
selain pada penggabungan dari alat – alat yang sudah ada dikarenakan alat yang
sudah ada masih bersifat terpisah untuk setiap prosesnya, juga untuk membantu
mempercepat proses penggilingan. Untuk pengguna dibatasi kepada petani yang juga
merangkap sebagai pengguna alat. Dan untuk daerah dibatasi pada daerah kecamatan
Pebayuran, Kerawang.
1.5 Kriteria Desain
Kriteria dari desain dari alat penggiling padi yang akan di desain yaitu terdiri
dari :
1. Fungsi
Umum : Alat proses beras.
Khusus : Alat penggiling gabah kering menjadi beras
2. Pemakai
Operator : Memiliki fisik kuat Khususnya pria
3. Lingkungan : Tempat penggilingan padi dan pada khusunya terdapat di
dalam ruangan.
4. Material
a. Kuat
b. Tahan lama
c. Cocok untuk di dalam ruangan
d. Tanpa perawatan khusus
e. Dapat digunakan sebagai konstruksi
f. Tahan getaran
g. Murah
5. Konstruksi
a. Kuat
b. Terdapat kaki - kaki
c. Tahan Getaran
d. Kuat pada penyangga
6. Ergonomi
a. Sesuai dengan ergonomi dan antropometri pada saat bekerja dan
menggunakan alat.
b. Sesuai dengan ergonomi dan antropometri pada saat mengganti bagian
dari alat.
c. Tidak membahayakan pemakai
7. Estetis
a. Warna : Yang sesuai untuk kondisi ruangan yang pencahayaannya
terbatas.
b. Bentuk : Lebih mengikuti fungsi.
8. Sistem Operasional
a. Tempat masuk gabah
b. Proses pemecahan kulit
c. Proses pemutihan beras
d. Proses pemisahan beras utuh dengan beras patahan
e. Penggerak alat
f. Sistem getar
g. Wadah Kotoran hasi dari pemutihan beras
h. Penyaringan Beras
i. Tempat keluar Beras
j. Tempat keluar sekam
9. Sistem Maintenance
a. Tempat pecahan kulit
b. Alat pecah kulit
c. Pemisah kulit dari beras pecah kulit
d. Alat pembuangan sekam atau kulit gabah
e. Tempat pemutihan beras
f. Alat pemutihan beras
g. Alat untuk membuang kotoran hasil dari pemutihan beras
h. Wadah Kotoran
i. Tempat Pemisahan beras patahan
j. Saringan beras utuh dengan beras patahan
k. Penggerak alat
l. Tempat Keluar Beras 1/2 patah
m. Tempat keluar Beras 1/3 patah
n. Tempat Keluar beras utuh
o. Penyangga
p. Hasil Penggilingan padi
q. Sistem getar
10. Sifat
Tidak Bergerak ( statis )
1.7 Maksud & Tujuan Perancangan
Maksud dari perancangan pengembangan desain dari alat penggilingan padi
agar dapat menjadi pilihan kepada para petani dalam usaha untuk menghasilkan beras
yang siap jual.
Perancangan dari pengembangan alat penggiling padi ini bertujuan untuk
dapat membantu petani sebagai pengguna dari alat ini agar tidak terlalu memakan
waktu lama dalam menunggu, dan juga agar dalam proses penggilingan padi
dilakukan pada satu alat untuk setiap proses tidak seperti penggunaan alat yang
berbeda untuk setiap prosesnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Alat penggilingan padi memilliki fungsi sebagai alat yang digunakan untuk
suatu proses dalam usaha untuk menghasilkan beras, walaupun jika dilihat dari arti
yang terdapat pada ( Kamus Bahasa Indonesia Tahun 2002 ) arti dari alat yaitu
sesuatu yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu dan dapat juga diartikan sesuatu
yang digunakan untuk mencapai maksud. Dan penggilingan memiliki arti yang
berhubungan dengan padi yaitu proses mengupas kulit dan dapat juga diartikan
kepada tempat atau usaha penggilingan. Dan arti dari kata padi adalah tanaman
penghasil beras dan termasuk ke dalam biji – bijian. Pengertian ini diperkuat juga
oleh pengertian yang didapat pada website ( www.wikipedia.org ). Dan dari kutipan
buku ( Bercocok Tanam Padi karya Sugeng HR ) padi termasuk ke dalam suku padi –
padian atau Graminae, Poceae dan merupakan salah satu tanaman budidaya
terpenting dalam peradaban manusia dan ciri ciri padi yaitu :
1. Berakar serabut
2. Daun berbentuk sempit memanjang
3. Urat daun sejajar
4. Memiliki pelepah daun
5. Bunga tersusun sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga berupa floret.
6. Buah dan biji sulit untuk dibedakan merupakan bulir.
Dan macam – macam sistem budidaya padi terdiri dari :
1. Budidaya padi sawah
2. Budidaya padi lahan kering
3. Budidaya padi lahan rawa
4. Budidaya padi gogorancah yaitu perluasan budidaya padi lahan kering.
Dan untuk mendapatkan padi harus melalui proses bercocok tanam yang mencakup :
1. Persemaian
2. Penanaman
3. Pengairan
4. Penyiangan
5. Perlindungan tanaman
6. Pemupukan
7. Panen
Dan aspek lain yang harus diperhatikan yaitu :
1. Pemilihan kultivar
2. Pemrosesan biji
3. Penyimpanan biji
Setelah proses bercocok tanam dapat dikatakan menghasilkan maka proses
selanjutnya yang harus dilakukan adalah proses padi setelah panen yang mencakup :
1. Pemotongan
2. Perontokkan hal ini untuk mendapatkan gabah
3. Pengeringan atau penjemuran
4. Penggilingan , mengacu pada sebuah proses akhir dari padi sehingga menjadi
beras.
Dan yang dimaskud dengan gabah menurut arti kata yang terdapat pada ( Kamus
Bahasa Indonesia tahun 2002 ) gabah adalah bulir padi yang berasal dari hasil
pemisahan dari tangkainya atau dapat disebut juga dengan jerami dan pemisahannya
dilakukan dengan cara perontokkan dan dari kutipan buku dengan judul ( Tanah Dan
Pertanian penerbit Kanisisus ), gabah merupakan buah sekaligus biji padi yang
merupakan tahap yang penting dalam pengolahan padi sebelum dikonsumsi oleh
masyarakat dan dari kutipan buku dengan judul (Pembangunan Pertanian Untuk
Mengentaskan Kemiskinan karya Soekartawi) perdagangan padi dalam jumlah besar
dilakukan dalam bentuk gabah dan hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan
bapak Gatot dari PT. RUTAN proses jual beli gabah biasanya dilakukan oleh para
eksportir beras yang bertujuan untuk menjual beras hasil dari proses untuk dijual
kembali keluar negeri. Dan untuk mendapatkan beras gabah terlebih dahulu harus
melalui proses yaitu :
1. Pengeringan atau penjemuran
2. Penggilingan
Dari hasil wawancara tersebut juga diberitakan bahwa pemerintah juga memberi
regulasi untuk perdagangan gabah dan jenis - jenis gabah tersebut yaitu :
1. Gabah kering panen
2. Gabah kering simpan
3. Gabah kering giling
Dan pengertian beras dari hasil kutipan dari ( Kamus Bahasa Indonesia tahun
2002 ) beras adalah bulir padi yang dsebut degan gabah yang telahdipisah dari kulit
yang menutupi secara keseluruhan atau dapat disebut dengan sekam. Pada saat
dilakukan proses penggilingan untuk memperoleh beras, proses penggilingan dapat
digunakan dengan dua cara yaitu :
1. Ditumbuk dengan menggunakan lesung
2. Atau dengan cara digiling. Dan yang dimaksud dengan digiling pada bagian
ini adalah proses pengupasan kulit yang menutupi keseluruhan dari biji gabah.
Dan hasil dari wawancara dengan bapak Purwanto dari Majalah Trubus, beras
memiliki warna yang berbeda – bedadan hal itu disebabkan oleh perbedaan gen.
Dan macam – macam jenis dan warna dari beras yaitu :
1. Beras biasa : berwarna putih
2. Beras merah : mengandung gen yang memproduksi warna merah atau ungu.
3. Beras Hitam : Berwarna ungu yang pekat dan mendekati hitam.
4. Beras Ketan : Berwarna putih dan tidak transparan
5. Beras kristal : Beras yang diperoleh dari proses penggilingan yang cukup
lama berwarna putih transparan
6. Ketan hitam : Versi Ketan dari beras hitam.
Dan didapatkan juga dari hasil wawancara dengan bapak Darmawan dari PT.
RUTAN beras hasil dari penggilingan padi di dapatkan bahwa beras hasil
penggilingan memiliki hasil yang berbeda – beda jika dilihat dari bentuk dan
ukurannya dan dapat disebut dengan beras utuh dan beras patahan. Dan jenis – jenis
dari jenis beras tersebut yaitu :
1. Beras 1/3 patah yaitu beras yang patahannya berupa hanya pada bagian kecil
dari beras.
2. Beras 1/2 patah yaitu beras yang patahannya mencapai setengah dari panjang
beras
3. Beras utuh yaitu beras yang memang tidak terliha kondisi rusak pada
bagiannya
Penggolongan beras - beras tersebut dimaksudkan agar dapat menentukan harga jual
beras.
BAB III DATA DAN ANALISA
3.2 Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat
Kecamatan pebayuran termasuk kedalam salah satu kecamatan yang berada di
daerah kerawang kabupaten bekasi. Berada di tengah – tengah antara kecamatan
Kedung Waringin dan Kecamatan Sukakarya, dan berada tepat di samping sungai
Citarum. Dan memiliki 13 desa.
Gambar 3.1
Peta lokasi dan perbatasan antar kecamatan
Dan pada setiap desa rata – rata memiliki 6 kampung dan masyarakatnya
lebih banyak menggunakan pertanian sebagai mata pencahariannya, hal ini
disebabkan kondisi dari kecamatan Pebayuran memiliki lahan yang sangat luas untuk
bertani.
Gambar 3.2
Masyarakat yang sedang bertani
Dan kondisi masyarakat jika dilihat dari kondisi sosial masyarakatnya dapat
dikatakan cukup baik dan dapat dikatakan terorganisasi. Hal ini dapat dikatakan
karena dalam melakukan suatu proses bertani mulai dari pengairan sampai pada
panen sudah memiliki peraturannya, dengan contoh dalam hal pengairan sawah,
untuk masyarakat di setiap desa diberikan waktu untuk mengairi sawahnya sesuai
dengan letak desa yang ditinggali yaitu dengan sistem desa yang terdapat di dekat
sumber air maka tempat tersebut yang lebih dahulu mendapatkan air dan seterusnya
sampai dengan desa yang letaknya jauh dibelakang maka harus menuggu sampai desa
yang berada di tengah mendapatkan jatah air. Dan di setiap perbatasan desa telah
dibangun sebuah pintu air yang selain berfungsi sebagai alat pengatur air juga
digunakan sebagai perbatasan desa.
Gambar 3.3
Pintu Air sebagai pengatur air juga berfungsi sebagai perbatasan desa
Hal ini mengakibatkan pada kecamatan Pebayuran dilihat ada desa yang sawahnya
yang sudah panen terlebih dahulu tetapi jika dilihat di desa yang lain ada desa yang
masih dalam proses pengairan.
Gambar 3.4
Sawah yang sudah panen
Gambar 3.5
Petani yang sedang membalikkan tanah pada saat proses pengairan
Dan untuk budaya masyarakat di kecamatan pebayuran masih memegang teguh
sistem kekeluargaan hal ini dapat dilihat pada setiap suatu proses proses pertanian
padi sedang berlangsung maka petani yang mengerjakan sawah tersebut maka akan
dibantu oleh keluarga dari petani itu sendiri dan sistem tersebut digunakan sampai
dengan panen selesai. Hal ini digunakan karena selain mudah untuk mendapatkan
orang yang dapat dipercaya juga digunakan untuk menambah penghasilan dari
keluarga tersebut.
Gambar 3.6
Suatu proses pertanian dilakukan dengan sistem kekeluargaan
Dan sistem pembayaran kerja yang telah dilakukan dengan cara 61 yaitu degan cara
membayar jika 6 ton di dapatkan dari hasil pertanian tersebut maka pemilik tanah
mendapatkan 5 ton dalam bentuk gabah dan pekerja mendapatkan 1 ton juga dalam
bentuk gabah dan jika 1 ton didapatkan dari hasil panen maka perhitungannya
berubah menjadi per kg.
3.2 Mengenal Gabah dan Cara Penggilingan
Jika dilihat dari arti katanya gabah adalah bulir padi yang berasal dari hasil
pemisahan dari tangkainya atau dapat disebut juga dengan jerami dan pemisahannya
dilakukan dengan cara perontokkan. Dan untuk kecamatan pebayuran proses
perontokkan disebut juga denga ngagebot dan biasanya dilakukan oleh keluarga
petani yang dipercaya untuk menggunakan sawah untuk pertanian padi.
Gambar 3.7
Proses perontokkan padi
Lalu setelah proses perontokkan maka gabah tersebut dimasukkan ke karung untuk
dikirim atau diantar menggunakan alat transportasi yang ada dan dimiliki oleh petani
tersebut untuk dilakukan penjemuran lalu digiling untuk mendapatkan hasilnya yaitu
beras.
Gambar 3.8
Alat transportasi yang digunakan oleh petani
Penggunaan alat transportasi disesuaikan dengan jumlah dari hasil panen yang
dihasilkan dari pertanian.
Lalu setelah pengantaran gabah sudah sampai di tempat peggilingan padi
maka akan dilakukan proses pengeringan atau proses penjemuran gabah yang
fungsinya untuk menghindari adanya kutu pada saat sudah menjadi beras.
Gambar 3.9
Proses pengeringan gabah
Dan setelah itu proses yang dilakukan adalah proses penggilingan padi yaitu proses
akhir untuk mendapatkan beras yang sudah siap untuk dijual dan dikonsumsi
Proses penggilingan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yaitu beras dan
proses penggilingan yang dilakukan yaitu :
1. Proses pemisahan kulit dari beras
2. Proses pembersihan atau pemutihan beras
3. Proses pemisahan beras utuh dengan beras patahan.
Proses – proses tersebut adalah proses yang harus dilakukan untuk mendapatkan jenis
dari kualitas beras yang siap jual dan juga siap untuk dikonsumsi.
3.2.1 Proses Pemisahan Kulit
Proses pemisahan kulit dari beras adalah suatu proses untuk melepaskan kulit
yang menutupi gabah dan akan menghasilkan berupa beras pecah kulit
Gambar 3.10
Alat proses pemisahan kulit
Gambar 3.11
Beras pecah kulit
Selain menghasilkan beras pecah kulit alat pada proses ini juga menghasilkan
sekam atau kulit padi yang dapat dijual dan biasanya digunakan untuk abu gosok,
bahan dasar pupuk dan penutup dari pembakaran gabah.
Gambar 3.12
Sekam
3.2.2 Proses pembersihan beras
Proses pembersihan beras adalah proses yang berfungsi sebagai alat untuk
membersihkan kotoran yang masih menempel pada beras agar menjadi beras yang
dapat dikonsumsi dan kotoran yang terjadi dari hasil pembersihan beras tersebut
dikenal dengan istilah katul atau dedak.
Dan dedak juga dapat dijual untuk digunakan untuk keperluan makanan
burung tetapi katul juga memiliki kadar vitamin yang tinggi.
Gambar 3.13
Alat pembersih beras
Gambar 3.14
Katul atau dedak
3.4.3 Proses pemisahan beras utuh dengan beras patahan
Proses pemisahan beras patahan dengan beras utuh tersebut berfungsi sebagai
alat untuk menentukan harga beras tetapi pada umumnya pemilik alat penggiling padi
tidak menggunakann alat tesebut melainkan menggunakan alat yang berupa ayakan
untuk melakukan proses tersebut.
Gambar 3.15
Proses pemisahan beras utuh dengan beras patahan
3.5 Jenis Penggerak Alat
Untuk hal jenis penggerak alat penggilinga padi yang sudah ada
menggunakan 2 macam jenis alat sebagai penggerak yaitu :
1. Diesel
2. Listrik
Setiap macam perbedaan dari penggerak alat tersebut dikarenakan oleh
penyebab dari wilayah yang sudah dialiri oleh listrik atau belum dialiri listrik. Oleh
karena itu penggunaan penggerak alat harus disesuaikan dengan kondisi wilayah
tersebut.
Tetapi berbeda pada daerah kecaman Pebayuran. Daerah tersebut sudah dialiri
listrik hanya masyarakat di daerah tersebut khususnya pemilik tempat penggilingan
lebih memilih memakai diesel untuk menggerakkan alat penggiling padinya. Hal ini
disebabkan oleh sistem kekeluargaan yang dipegang karena lebih baik membeli
bahan bakar dari masyarakat daerah tersebut juga disebabkan karena kondisi listrik
pada daerah tersebut yang mudah turun naik.
Gambar 3.16
Penggerak berupa mesin diesel
3.4 Data Aktual lapangan
Dari data yang didapat setiap proses pada alat penggilingan padi yang
digunakan didapatkan bahwa untuk setiap proses menggunakan bagian - bagian yang
berbeda untuk setiap alat dan memiliki fungsi yang berbeda dan dari hasil wawancara
didapatkan bahwa setiap komponen dari alat tersebut dapat di sesuaikan jika memang
menginginkan untuk disatukan tetapi tidak dapat digabungkan. Hal ini untuk
menghindari kerusakan pada beras yang diakibatkan dari penggabungan komponen
dari alat tersebut. Dan komponen yang harus digunakan adalah :
1. Roll karet
2. Katup angin
3. Pembersih beras
4. Saringan beras
5. Penggerak alat
3.4.1 Roll Karet
Roll karet berfungsi sebagai alat untuk memisahkan kulit gabah dan untuk
proses ini harus menggunakan dua macam roll karet yang bergerak berlawanan arah
agar dapat menekan dengan sambil mengupas kulit gabah.
Gambar 3.17
Roll karet
3.4.2 Katup Angin
Fungsi dari katup angin adalah untuk memisahkan beras yang telah di kupas
dari kulitnya agar tidak tercampur dengan kulit proses ini menggunakan hembusan
angin yang masuk ke dalam alat untuk diarahkan ke saluran keluar dari kulit.
3.4.3 Pembersih beras
Pembersih beras berfungsi untuk membersihkan beras hasil dari proses pecah
kulit. Hal ini dilakukan agar beras yang akan dikonsumsi harus memiliki syarat
bersih . Dan pembersih yang digunakan ada dua macam yaitu :
1. Pembersih bermaterialkan batu
2. Pembersih bermaterialkan paduan nickel dan chrome
Gambar 3.18
Pembersih bermaterialkan batu
Gambar 3.19
Pembersih bermaterialkan nickel dan chrome
3.4.4 Saringan beras
Saringan beras digunakan pada proses pemisahan beras utuh dengan beras
patahan.dan jika dilihat dari segi fungsi sebaga penyaring beras patahan maka lubang
dari saringan beras yang dipakai adalah yang sesuai dengan besar dari beras patahan
tersebut.
Gambar 3.20
Saringan beras utuh dengan beras patahan
3.4.5 Penggerak alat
Penggerak alat pada bahasn ini adalah berfungsi sebagai penggerak dari
komponen – komponen yang digunakan pada alat tersebut dan harus sesuai dengan
penggunaan dari komponen komponen tersebut. Dan penggerak alat yang digunakan
pada alat tersebut menggunakan pulley.
Gambar 3.21
Pulley sebagai penggerak alat
3.5 Analisa kualitatif
Analisa yang dilakukan adalah dengan membahas fungsi dari alat dan juga
membahas kelebihan dan kekurangan yang ada pada alat yang digunakan untuk
proses penggilingan padi. Dan alat alat yang akan dianalisa adalah :
1. Alat pemisahan kulit dari beras.
2. Alat pembersihan atau pemutihan beras.
3. Alat pemisahan beras utuh dengan beras patahan.
Tabel 3.1 Analisa alat pemisahan kulit dari beras
Komponen Material Dimensi
( mm )
Kelebihan Kekurangan
Besi plat 735 x 675 x
1550
1.Alat yang
tergolong modern
untuk
memisahkan kulit
gabah dari beras.
2.Bentuk yang
sederhana cocok
untuk petani.
3. Kerusakan
beras pada saat
penggilingan < 10
%
1. Tempat keluar
sekam dapat
dikatakan banyak
2. Alat yang hanya
berfungsi satu proses
saja
3. Petani harus
mengangkat beras
untuk dilakukan proses
yang lain
Tabel 3.2 Analisa alat pembersih beras
Komponen Material Dimensi
( mm )
Kelebihan Kekurangan
Besi plat
Besi siku
1220 x
415,5 x
1112
1.Hasil dari beras
lebih bersih
2. Bentuk yang
sederhana
3. Lebih murah
jika dibandingkan
dengan alat
pembersih lainnya
4. pembersih beras
yang tahan lama
1. Tinggi yang terlalu
rendah menyebabkan
penempatannya harus
menggunakan
penyangga
2. Petani harus
mengangkat beras
untuk dilakukan proses
yang lain.
3. Jika pada saat
penggantian komponen
harus membuka rumah
dari alat.
Besi plat 1200 x 396
x 890
1. Proses
pembersihan
menjadi lebih bersih
dikarenakan
pemoles
bermaterialkan batu.
1.Tingkatan beras
patah besar.
2. Harus menggunakan
penyangga
3. Mahal jika
dibandingkan dengan
2. Pembersihan lebih
merata.
3. Bentuknya
sederhana
pemoles yang lain
4. Alat memiliki satu
fungsi saja
Tabel 3.3 Analisa alat pemisahan kulit dari beras
Komponen Material Dimensi
( mm )
Kelebihan Kekurangan
Besi plat
Besi siku
Stainless steel
2020 x 995
x 1665
1.Pemisahan beras
pecahan dalam 3
jenis
2. sistem
penggunaannya
sederhana
1. Panjang alat yang
memakan tempat
2. Alat yang hanya satu
fungsi.
3. Lubang saluran
keluar terlalu rendah.
BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN
4.1 Studi Fungsi dan Bentuk
Untuk studi fungsi pada alat ini yaitu fungsi dari setiap bagian dari alat yang
sudah ada dan harus digunakan pada alat penggilingan padi. Dan untuk studi bentuk
yang akan digunakan pada alat penggilingan padi ini yaitu bentuk – bentuk yang
cenderung kepada bentuk yang simple dan dapat dikatakan sederhana memiliki kesan
strong atau kuat karena bentuk tersebut lebih mengikuti fungsi yaitu sebagai alat
penggiling padi untuk menghasilkan beras yang dapat dikonsumsi.
4.1.1 Studi Fungsi
Untuk studi fungsi yang akan di lakukan studi adalah kepada bagian – bagian
yang penting yang berfungsi untuk menghasilkan beras yang dapat dikonsumsi. Dan
bagian dari alat yang akan digunakan yaitu :
1. Rubber roll yang berfungsi sebagai alat pemecah kulit dan pada alat
ini selain menghasilkan beras pecah kulit juga dapat menghasilkan sekam
atau kulit gabah.
2. Plat pemisah yang berfungsi sebagai tempat untuk dapat
menempatkan jatuhan dari hasil pecah kulit yang terdiri dari kulit gabah
dengan beras pecah kulit, dan selain itu juga untuk membuat hasil pecah
kulit tersebut agar jatuhan dari proses pecah kulit menjadi teratur.
3. Katup Angin yang berfungsi sebagai pemisah beras dengan kulit beras
katup angin dimaksudkan untuk memisahkan kulti tersebut dengan
menggunakan sistem tiupan angin.
4. Saluran keluar sekam yang berfungsi untuk menyalurkan kulit yang
telah terkena angin dari katup angin agar menuju keluar untuk diproses.
5. Milling roll yang berfungsi sebagai alat untuk memutihkan beras,
beras yang masuk ke dalam alat tersebut adalah beras yang sudah terpisah
dari proses pecah kulit dalam proses ini juga menghasilkan katul atau
dedak.
6. Saluran keluar beras berfungsi sebagai wadah penyalur untuk
mengeluarkan beras menuju proses pemisahan beras patahan.
7. Saringan Pemisah beras Patahan 1/3 berfungsi sebagai alat untuk
memisahkan beras yang berupa patahan 1/3 hasil dari proses pemutihan
dan juga terkadang hasil dari proses pemecahan kulit.
8. Saluran keluar beras patahan 1/3 berfungsi sebagai tempat untuk
mengeluarkan beras patah 1/3 yang sudah tersaring.
9. Saringan pemisah beras patahan 1/2 berfungsi sebagai alat pemisah
beras patahan 1/2 hasil dari proses pemutihan dan juga terkadang hasil
dari proses pemecahan kulit.
10. Saluran keluar beras patahan 1/2 berfungsi sebagai tempat untuk
mengeluarkan beras patah 1/2 yang sudah tersaring.
11. Saringan beras utuh berfungsi sebagai alat pemisah beras utuh hasil dari
proses pemutihan dan juga terkadang hasil dari proses pemecahan kulit
dan biasanya beras tersebut dapat dikatakan baik karena tidak berupa
patahan.
12. Saluran keluar beras utuh berfungsi sebagai tempat untuk mengeluarkan
beras utuh yang sudah tersaring.
13. Penggerak alat yang dimaksud dari penggerak alat dalam bahasan ini
adalah yang berfungsi sebagai penggerak untuk mengaktifkan kerja dari
bagian yang berfungsi untuk suatu proses penggilingan padi.
4.1.2 Studi Bentuk
Bentuk dalam hal ini yang lebih mengikuti fungsi sebagai alat penggiling padi
dan hasil yang cenderung sederhana dan memiliki kesan kuat. Dan dari hasil analisa
bentuk didapat bahwa bentuk bentuk dari produk yang cenderung sederhana adalah
lingkaran, menyudut yang memanjang dan menyudut yang melebar. Dan dalam hal
ini agar sesuai dengan kriteria yang dibuat yaitu selain bentuk yang digunakan
merupakan sebagai penyatuan dari alat – alat juga bentuk yang dapat memudahkan
pengguna yang dapat mempermudah mengganti bagian dari alat dan memiliki bentuk
yang sederhana dan memiliki kesan yang kuat pada desain produk alat penggilingan
padi.
4.3 Studi Sistem / Operasional
Studi sistem operasional dimaksudkan untuk mengetahui faktor pemilihan
desain dan pengaruh dari desain dari alat penggilingan padi.
4.2.1 Studi Pemasukan Gabah
Pemasukkan gabah kering ke dalam alat dimaksudkan untuk memulai suatu
proses penggilingan padi yang proses pemasukkannya hanya memasukkan gabah
kering ke dalam lubang berbentuk corong dan akan terjadi penumpukkan yang
dikarenakan proses pengupasan kulit yang memakan waktu. Dan penggunaan corong
yang bagian atasnya dibuat rata berkasud agar pada saat memasukan gabah tidak
membuat beras menjadi mudah jatuh tetapi akan tertampung terlebih dahulu dan hal
ini dapat disebabkan oleh penumpukan yang terjadi karena proses pemasukkan beras
yang akan memakan waktu.
Gambar 4.1
Studi Corong Masuk Gabah
4.2.2 Studi proses pecah kulit
Proses pecah kulit dilakukan setelah gabah kering yang telah masuk ke dalam
alat lalu dengan menggunakan alat berupa rol karet dalam proses ini menggunakan
dua buah rol karet yang bekerja memutar berlawanan arah dengan menjepit gabah
yang melewati rol karet tersebut maka kulit akan terkelupas. Dan untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dalam proses pecah kulit maka rol karet yang digunakan adalah
yang memiliki diameter yang maksimal yaitu 25, 4 cm dan memiliki panjang 25,4
cm.
Gambar 4.2
Studi rol karet
4.2.3 Pemisahan Kulit Dari Beras Pecah Kulit
Proses pemisahan kulit dari beras pecah kulit dimaksudkan agar jatuhan hasil
dari proses pecah kulit jatuh dengan posisi teratur dan untuk proses ini menggunakan
plat yang dapat disebut juga dengan plat pembagi lalu setelah beras pecah kulit
tersebut melewati plat pembagi maka hasil dari beras pecah kulit akan terpisah dari
kulitnya yang langsung diarahkan keluar proses ini menggunakan angin untuk
memisahkannya. Dan studi yang dilakukan adalah studi kemiringan yang baik agar
jatuhan beras pecah kulit dengan kulitnya dapat dikatakn baik. Dan hasilnya adalah
dengan sudut kemiringan 35 derajat.
Gambar 4.3
Studi kemiringan plat pembagi
4.2.4 Studi Pemisahan Kulit Dari Beras Pecah Kulit
Proses pemisahan kulit dari beras pecah kulit dimaksudkan agar jatuhan hasil
dari proses pecah kulit jatuh dengan posisi teratur dan untuk proses ini menggunakan
plat yang dapat disebut juga dengan plat pembagi lalu setelah beras pecah kulit
tersebut melewati plat pembagi maka hasil dari beras pecah kulit akan terpisah dari
kulitnya yang langsung diarahkan keluar proses ini menggunakan angin untuk
memisahkannya. Hal ini di studikan untuk mengetahui jarak lubang yang dijadikan
standar agar angi dapat masuk dengan baik dan dapat merubah arah sesuai dengan
berat benda yang akan ditiup. Maka didapatkan hasil yaitu dengan ukuran lubang
yaitu 5 cm cukup untuk memasukkan angin dan meniup benda sesuai dengan
beratnya.
4.2.7 Proses Pembersihan Beras Pecah Kulit
Proses pembersihan beras pecah kulit dimaksudkan agar beras hasil dari
proses pecah kulit menjadi bersih dan siap untuk dikonsumsi. Dan dalam proses ini
menggunakan alat yang namanya milling roll yang cara bekerjanya dengan berputar
searah dan di dalam alat tersebut akan dilewati olehberas pecah kulit. Dan untuk
pemilihan milling roll maka dipakai milling roll yang memiliki hasil yang dapat
dikatakan baik dan tidak terlalu memakan tempat pada penempatannya dan pada saat
bekerja dan dipilih dengan berbahan chromium nickel alloy.
Gambar 4.4
Studi milling roll
4.2.8 Studi Pemisahan Beras Patahan Dengan Beras Utuh
Untuk proses pemisahan beras patahan dengan beras utuh digunakan untuk
dapat menetukan harga jual beras dan pada proses ini menggunakan tiga alat yang
memiliki kesamaan fungsi yaitu untuk menyaring tetapi memiliki perbedaan pada
jenisnya. Dan perbedaannya terdapat pada lubang saringan yang berfungsi untuk
menyaring jenis beras patahan yaitu 1/3, 1/2 dan beras utuh. Studi yang dilakukan
adalah untuk mengetahui standar kemiringan dari peroses penyaringan dan alasan
penempatan lubang dan didapatkan bahwa kemiringan yang baik untuk proses
penyaringan adalah 30 derajat hal ini digunakan untuk menghindari jatuhan dari
beras yang terlalu cepat dan terlalu lambat. Dan penempatan dari lubang adalah untuk
keamanan dari pengguna pada saat mengambil beras hal ini diakrenakan untuk
menghindari terjadinya kontak fisik antara pengguna dengan puley yang sedang
berputar.
Gambar 4.5
Studi Penyaringan Beras
4.3 Studi Warna
Warna – warna yang akan digunakan pada alat ini yaitu warna – warna yang
termasuk ke dalam warna yang sesuai untuk digunakan ke kondisi dalam ruangan
yang memiliki kondisi pencahayaannya terbatas. Dan aspek – aspek yang harus
dipikirkan pada studi warna ini yaitu :
1. Aspek pemakai
2. Aspek lingkungan
3. Aspek fungsi
Dan sebagai penjelasan dari aspek – aspek tersebut maka akan
dijelaskan dalam bentuk tabel
Tabel 4.1 Aspek studi warna
Gambar Keterangan WARNA
Pemakai :
- Petani :
- Memiliki fisik yang kuat (
Pria )
- Memiliki latar belakang
pengetahuan yang dapat
membaca atau minimal tidak
buta warna.
Lingkungan :
- Daerah pertanian dikhususkan
di tempat penggilingan padi
dan berada di dalam ruangan
yang pencahayaan dapat
dikatakan kurang.
- Industri penghasil beras.
Fungsi :
- Alat pemroses beras
- Alat Penggiling gabah kering
menjadi beras
Operasional :
- Bekerja secara otomatis
- Bagian dari alat yang bekerja
sesuai fungsinya
- Diperlukan kehati – hatian
dalam mengganti bagian dari
alat
Dari hasil studi yang dilakukan dan setelah disesuaikan dengan kriteria desain
yaitu warna yang sesai untuk kondisi di dalam ruangan yang pencahayaannya
terbatas maka warna abu – abu, kuning dan merah. Warna abu –abu digunakan untuk
menghasilkan kesan terang hal ini dikarenakan warna tersebut memiliki daya pantul
cahaya yang baik walaupun dengan sedikit pencahayaan. Dan warna kuning
digunakan dikarenakan memiliki arti kehati – hatian tetapi jika diletakkan dengan
warna abu – abu maka akan memberi kesan kuat. Dan penggunaan warna merah pada
produk ini adalah untuk memberi kesan bahaya oleh karena itu warna merah
diletakkan pada bagian luar produk untuk memberikan kesan bahaya terhadap salah
satu komponen yang berada di bagian luar produk.
4.4 Studi Ergonomi
Pada pembahasan tentang studi ergonomi maka yang akan dibahas adalah
ergonomi pengguna pada saat bekerja seperti pada saat menaiki tangga, pada saat
memasukkan gabah, mengambil beras, pada saat pengambilan dedak dan pada saat
penggantian komponen alat yang berada pada bagian dalam dari alat dengan
membahas juga bagian – bagian yang perlu diperhatikan karena dapat
membahayakan pengguna pada saat menggunakan alat seperti sudut - sudut yang
tajam. Pengguna dari alat ini berjumlah tiga orang yang terdiri dari :
1. Satu orang bekerja sebagai yang memasukkan gabah kering.
2. Satu orang yang bekerja untuk mengambil beras.
3. Satu orang yang bertugas sebagai pengambil dedak.
Untuk pengguna yang bekerja memasukkan gabah dan beras pada alat ini
dikhususkan dengan jenis kelamin pria dan pengguna yang mengambil dedak
biasanya berjenis kelamin wanita tetapi tidak diwajibkan karena jika suatu saat
pengguna pria dapat melakukan pekerjaan pengambilan dedak.
4.6 Antropometri
Untuk studi antropometri akan dibahas ukuran standar dari ergonomi yang
harus dijadikan acuan untuk mendesain alat dan pembahasan antropometri ini akan
mengacu pada standar yang sudah ada pada ergonomi pemakai, pada saat
menggunakan alat dan pada saat penggantian alat serta keamanan pengguna pada saat
bekerja. Dan studi ergonomi yang akan dibahas adalah :
1. Antropometri pemakai.
2. Antropometri pada saat menaiki tangga.
3. Antropometri pada saat berdiri di atas penyangga.
4. Antropometri pada saat Memasukkan beras.
5. Antropometri pada saat pengambilan dedak
4.5.1 Antropometri pemakai.
Antropometri pada pemakai yang dimaksud adalah pengguna alat
penggilingan padi yang bekerja sebagai orang yang memasukkan gabah dan orang
yang mengambil beras yang terdiri dari pria yang standar adalah tinggi adalah 170
cm , wanita yang sesuai dengan standar ergonomi adalah tinggi155 cm dan anak-anak
yang sesuai dengan standar ergonomi adalah untuk anak laki-laki adalah 92,8 cm dan
pada anak perempuan adalah 87,6 cm. Anak yang dimaksud adalah anak-anak yang
sudah dapt melakukan pengambilan air dengan sendiri dan mengangkat air
bersih.Dan pada operator pada kriteria yaitu pria dewasa yang mempunyai tinggi
sama dengan ukuran antropometri pemakai pria.
Gambar 4.6
Antropometri Pengguna
4.5.3 Antropometri pada saat menaiki tangga
Pada bagian antropometri pada saat menaiki tangga dengan keamanannya dan
standar optimal dari sudut kemiringan tangga pada dalam ruangan yaitu 30 – 35
derajat dan dengan memberikan pegangan pada tangga untuk keamanan dengan jarak
76 cm dan dengan lebar anak dari anak tangga 28 cm hal ini untuk melebihi batas
strandar dari telapak kaki pengguna pria yang maksimal yaitu 24,4 cm.
4.5.3 Antropometri pada saat berdiri di atas penyangga
Untuk antropometri pada saat berdiri di atas penyangga maka jarak alat
dengan pengguna menggunakan standar pijakan kaki dari pengguna yang sudah
ditambahkan sedikit untuk sebagai keamanan dari pengguna pada saat menggunakan
alat yaitu 25 cm.
Gambar 4.7
Antropometri pada saat di atas penyangga
4.5.4 Antropometri pada saat Memasukkan beras
Untuk antropometri pada saat memasukkan beras dikhususkan adalah pada
saat memasukkan beras pada kondisi alat yang lebih rendah dari pengguna dan
dengan standar kemiringan tangan yaitu dapat mencapai posisi horizontal 90 derajat
bahkan dapat juga mencapai 45 derajat. Tetapi hal ini dapat juga mencapai sudut
kemiringan tangan menghadap keatas yaitu mencapai 45 derajat jika pengguna lebih
pendek dibandingkan dengan alat.
4.5.6 Antropometri pada saat pengambilan dedak
Untuk antropometri pada saat pengambilan dedak ergonominya adalah proses
pengambilan dedak dilakukan di setengah dari tangga atau sesuai dengan jangkauan
tangan dan selain itu digunakan juga antropometri dari standar lebar tangan pada saat
menggenggam pegangan dari wadah dedak.
4.6 Bahan dan Konstruksi
Dalam pembahasan tentang bahan dan konstruksi akan dijelaskan dalam dua
bagian yaitu studi bahan dan studi konstruksi.
4.5.1 Studi Bahan
Untuk material pada produk ini menggunakan logam hal ini dikarenakan
sesuai dengan kriteria desain tentang material yang harus kuat, tahan lama, cocok
untuk di dalam ruangan, tanpa perawatan khusus, dapat digunakan sebagai
konstruksi, tahan getaran, murah dan dalam hal ini material digunakan adalah bahan
untuk penutup alat, alat pemisah kulit, alat pemutih beras dan pnyaring beras. Dan
dari hasil pengumpulan data di dapatkan data – data yang pembahasannya
menggunakan tabel.
Tabel 4.2 Data Material Penutup Alat Dan Aplikasinya
BAHAN KARAKTERISTIK APLIKASI PROSES
Aluminium Tahan Korosi
Ringan
Lunak
Badan Pesawat
Sepeda
Peralatan Otomotif
Kemasan Makanan
Cetak Tekan
Ekstruksi
Cetak tuang
Tembaga Penghantar Listrik Yang
Baik
Tahan Korosi
Tahan Panas
Lunak
Pipa Uap
Peralatan Listrik
Kabel
Cetak Tekan
Ekstruksi
Timah Penghantar listrik yang baik
Tahan cuaca
Lunak
Mudah dibentuk
Coffe set
Miniatur
Keperluan Patri
Cetak Tuang
Ekstruksi
Cetak Slap
Baja Keras
Kuat
Berat
Tidak Tahan Korosi
Mesin Penggerak
Rel Kereta
Konstruksi Bangunan
Sistem Cor
Ekstruksi
Bubut
Cetak
Baja Karbon Keras
Ringan
Banyak campuran Logam
Pesawat
Alat Olah raga
Cor
Ekstruksi
Bubut
Cetak
Besi Keras
Kuat
Tahan zat kimia
Berat
Penghantr listrik
Mudah Korosi
Peralatan Berat
Konstruksi Bangunan
Peralatan Olah raga
Kendaraan
Cor
Ekstruksi
Bubut
Cetak
Sainless Steel Tahan Karat Peralatan Yang
Berhubungan Dengan :
Air, Makanan
Peralatan Dapur
Tangki
Pipa
Pesawat
Dari data yang didapatkan tentang material yang digunakan untuk alat
pemutih beras dari data yang didapatkan untuk dilakukan studi maka didapatkan
bahwa untuk alat pemoles beras lebih baik menggunakan bahan chromium nickel
alloy dikarenakan beras yang dihasilkan lebih halus dan memiliki ketahanan yang
yang cukup lama.
Tabel 4.3 Data Material Pemoles beras dan aplikasinya
Besi Tuang Keras
Rapuh
Kuat
Dapat Dipotong
Tahan Karat
Mesin Perkebunan
Roda gigi
Alat penghancur besar
Balok , silinder Bagian
mesin
Alat pemoles beras
Cetak Tuang
Aluminium
Alloy
Kenyal
Lunak
Kuat
Pesawat
Part kendaraan
Alat Pemoles Beras
Cetak Tuang
Chromium
Nickel Alloy
Halus
Kuat
Tahan Lama
Tahan Karat
Keras
Alat Pemoles Beras Cetak Tuang
Dan material yang digunakan untuk alat yang berfungsi sebagai pemecah kulit
gabah menggunakan karet yang memiliki karakteristik tidak terlalu elastis, sifat
ketahanan yang baik dan memiliki rata – rata ketahanan terhadap lingkungan yang
dapat dikatakan baik.
Tabel 4.4 Studi Perbandingan Karet
NO JENIS KARET
SIFAT
ISOLASI
LISTRIK
TRANSPARANS
I
ELASTISITA
S
KETAHANA
N
1 KARET ALAM *** *** *** **
2
KARET
HIDROKLORIDA *** *** ** ***
3
STYRENE
BUTADIENE *** **** ** ****
4 KARET NITRIL **** **** **** ****
5
KARET
POLISULFIDA *** ** * **
6 KARET URETAN *** *** **** ***
7
KARET ETILEN
PROPILEN *** *** ** **
Untuk pemilihan material karet tersebut didapatkan bahwa karet styrene butadiene
juga memiliki ketahanan terhadap lingkungan juga dapat dikatakan baik.
Tabel 5.5 Studi Perbandingan Karet Terhadap Ketahanan Terhadap Lingkungan
4.5.3 Studi Konstruksi
Konstruksi yang digunakan pada desain produk alat penggiling padi ini adalah
konstruksi yang kuat terdapat kaki - kaki, tahan getaran, kuat pada penyangga. Hal
ini dimasukkan ke dalam kriteria desain karena alat penggiling padi ini memiliki
komponen- komponen pada bagian dalam yang dapat dikatakan bermacam – macam
komponen yang berbeda fungsi dan dimensi dan dapat dikatakan menyatu dan
letaknya memiliki ketinggian yang penggunanya diharuskan menggunakan
penyangga untuk mencapai produk tersebut. Untuk konstruksi tahan getaran
dimaksudkan agar produk ini dapat menahan getaran yang disebabkan oleh gerakan
penggerak alat dan penggerak komponen. Penyangga dimaksudkan agar pengguna
dapat mengakses alat untuk digunakan tetapi dalam hal ini penyangga dapat juga
menahan getaran dan tidak berjalan pada saat alat penggilingan digunakan.
4.6 Quantified Structure
Dalam quantified structure dimaksudkan untuk mengetahui posisi dari
penempatan yang akan ada pada desain alat penggilingan padi tersebut tetapi dalam
hal ini dilakukan dengan cara sketsa kasar dan hal- hal yang dilakukan pada proses
quantified structure adalah melakukan penggambaran secara kasar yaitu berupa
NO JENIS KARET
KETAHANAN TERHADAP LINKUNGAN
MINYAK AIR ASAM CUACA PANAS DINGIN
1 KARET ALAM * * * ** ** **
2
KARET
HIDROKLORIDA **** **** **** **** **** ***
3
STYRENE
BUTADIENE *** *** *** *** **** ***
4 KARET NITRIL *** *** ** ** ** ****
5
KARET
POLISULFIDA **** *** ** **** *** ***
6 KARET URETAN **** *** *** *** *** ***
7
KARET ETILEN
PROPILEN ** *** ** **** **** **
penempatan dari komponen dari alat tetapi dalam hal ini yang dilakukan adalah
berupa media untuk mengetahui zona dari komponen utama yang harus ada.
Gambar 4.8
Quantified Structure Penempatan Komponen
Dalam proses quantified structure menggunakan kata kunci yaitu indoor atau
dalam ruangan oleh karena itu produk penggilingan ini harus sesuai dengan keadaan
di dalam ruangan jika dilihat dari tinggi, lebar, panjang yang disesuaikan dengan
keadaan dan penempatan. Dan setelah proses quantified structure penempatan
komponen maka dilakukan membuat alternatif yang diambil dari sketsa yang sesuai
dengan kata kunci yaitu indoor
Gambar 4.9
Quantified Alternatif Dengan Kata lunci Indoor
Setelah itu didapatkan quantified yang sesuai dengan konsep sederhana yaitu
menggunakan metode pengerjaan dengan mengambil metode gaya gravitasi hal ini
mengambil konsep sederhana agar memudahkan dalam memperbaiki komponen dan
dapat diaktakan lebih murah tanpa harus menggunakan alat atau komponen yang
ditambah.
Gambar 4.10
Fix Quantified structure
4.7 Aspek Sosial, Ekonomi, Budaya.
Penggunaan aspek – aspek sosial, ekonomi, budaya tersebut dimaksudkan
untuk hubungan antara produk, lingkungan dengan pengguna.
4.8.3 Aspek Sosial
Pada aspek sosial hal yang dipikirkan adalah pada kebiasaan berorganisasi
atau mengatur pertanian dan dalam hal ini dari lokasi studi kasus yaitu kecamatan
pebayuran sudah menggunakan pembagian dari awal penanaman sampai panen oleh
karena itu kondisi pertanian padi di daerah tersebut cukup baik karena sudah dapat
membagi – bagi dari awal sampai akhir pada proses pertanian.
4.7.2 Aspek Ekonomi
Pada aspek ekonomi maka hubungan antara produk dengan pengguna selain
dilihat dari segi hasil maka aspek ekonomi harus diperhatika dari segi harga dari
produk dan harga dari penggantian komponen pada saat terjadi kerusakan. Dan jika
dilihat dari sisi ekonomi pemilik maka pemilik alat penggilingan padi biasanya juga
memiliki jumlah tanah yang tidak dapat dikatakan sedikit.
4.7.3 Aspek Budaya
Pada aspek budaya dimaksudkan untuk mengetahui hubungan produk dengan
lingkungan. Hal ini dikarenakan produk harus dapat memberikan pengaruh terhadap
lingkungan dan yang dimaksud dengan lingkungan adalah daerah pertanian dan pada
studi kasus untuk penempatannya adalah pada kecamatan pebayuran dengan kondisi
sosial yang masih terpengaruh dengan sistem kekeluargaan maka pada produk alat
penggilingan padi ini harus bisa bekerja pada kondisi kekeluargaan tanpa harus
mengurangi jumlah dari pekerja.
4.9 Aspek Perhitungan Biaya Produksi & Pemasaran
Pada aspek perhitungan biaya produksi dan pemasaran akan dilihat dari sisi
yang memang diperlukan untuk menetukan biaya produksi yaitu :
1. Biaya Material
2. Ongkos Kerja
Hal ini diperlukan karena dalam biaya produksi dapat dikatakan berpengaruh
terhadap mahal atau murahnya suatu produk.
4.9.1 Biaya Material
Pada bagian biaya material dihitung adalah seluruh jumlah material yang
diperlukan untuk membuat suatu produk dan ditambah biaya pengantaran material
dari penjual khusus untuk material dan dalam contoh kasus pada alat penggiling padi,
material yang dibutuhkan tidak hanya sebatas material pelindung luar tetapi juga
komponen utama yang dibutuhkan dari alat penggiling tersebut. Karena pada kasus
alat penggiling padi ini termasuk ke dala alat untuk memproduksi maka perhitungan
yang dilakukan juga harus memikirkan tentang pembuatan cetakan. Dan bahkan
sampai komponen penguat yang memang harus ada untuk dapat merealisasikan
produk ini.
Untuk hal material perhitungan yang dilakukan dengan menghitung jumlah
dari material yang dibutuhkan seperti contoh material yang diperlukan ada yang
menggunakan besi plat untuk pelindung luar dari alat maka yang dihitung adalah
jumlah dari besi plat yang diperlukan dan harga perlembar dari besi plat.
Gambar 5.11
Material besi plat
Dan untuk bahan komponen yang akan digunakan dilihat cari sisi
pemasangannya dan produksinya dalam contoh kasus adalah rol karet hal ini diambil
sebagai contoh dikarenakan komponen dari rol karet itu sendiri terdiri dari dua
material yang berbeda yaitu besi cor dan karet stytrene butadiene beserta
pemasangannya agar merekat kuat antara komponen tersebut untuk hal ini maka yang
harus diperhatukan untuk menentukan biaya adalah biaya penyediaan material besi
cor dan penyediaan karet styrene butadiene.
Gambar 5.12
Material Rubber roll
Untuk menentukan biaya dari komponen yang diproduksi denagn cara dicetak
maka biaya yang harus diperhitungkan adalah biaya yang diperlukan untuk membeli
bahan cetakan, dan bahan yang akan dicetak seperti contoh kasus adalah milling roll
yang proses pembuatannya dengan cara dicetak karena dengan bahan yang akan
dicetak adalah perpaduan bahan krom dengan nickel maka yang harus diperhatikan
adalah jumlah kadar yang diperlukan untuk memproduksi bahan tersebut dan hal ini
harus ditambah dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya material cetakan.
Gambar 5.13
Contoh Milling roll
4.9.2 Ongkos Kerja
Ongkos kerja dalam hal ini adalah biaya untuk pekerja yang merupakan orang
yang bertugas sebagai operator pada saat mengerjakan pekerjaan dalam memproduksi
dan contoh kasus adalah pada pekerja yang bertugas sebagai pembuat alat atau
komponen alat dari yang merupakan pekerjaan pemotongan plat penyambungan plat
sampai dengan pekerja yang bertugas sebagai quality control. Untuk ongkos kerja
yang di hitung biasanya dengan menggunakan hitungan per hari kerja dan jika pada
dan ongkos kerja juga dapat ditambah atau diberikan bonus jika memang pekerja
mendaptkan sebuah prestasi pada saat bekerja hal ini dapat berpengaruh pada saat
penjualan produk tetapi dalam hal bonus tidak dapat menaikkan harga produk tetapi
jika prestasi yang diraih merupakan dalam segi kualitas dari produk maka harga jual
produk dapat dipengaruhi oleh hal tersebut dan contoh kasus dalam ongkos kerja
adalah pada saat operator atau pekerja melakukan pekerjaan seperti pada saat
memproduksi dari bahan setengah jadi yang masih berupa besi plat menjadi menjadi
barang jadi yaitu alat penggiling padi.
BAB V PENUTUP
5.3 Kesimpulan
Pada daerah pertanian khususnya di daerah pertanian padi saat ini masih
terdapat alat – alat pertanian yang dapat dikatakan dibutuhkan oleh petani tetapi akan
lebih baik jika alat pertanian yang digunakan tidak harus mengubah gaya hidup dan
budaya dari daerah itu sendiri hal ini dikarenakan jika alat yang baru sudah
mempengaruhi gaya hidup dan budaya masyarakat hal itu dapat mempengaruhi
bahkan merubah suatu keadaan hal ini akan baik jika perubahan tersebut menjadi
lebih baik tetapi jika perubahan tersebut akan menjadi tidak baik maka halk tersebut
akan semakin memperburuk keadaan yang awalnya dapat dikatakan baik.
Dalam pengembangan desain alat penggiling padi ini didesain seminimal
mungkin tidak mengubah gaya hidup dan budaya dari daerah Kecamatan Pebayuran.
Hal ini dkarenakan bagi masyarakat di daerah tersebut akan lebih baik jika daerah
tersebut tidak dipengaruhi teknologi yang ternyata dapat mengubah budaya dari
daerah itu sendiri, dalam hal ini yang dijadikan contoh kasus adalah masyarakat yang
lebih memilih untuk melakukan suatu proses pertanian akan lebih baik dikerjakan
secara beramai – ramai daripada menggunakan teknologi tetapi mereka harus
merelakan salah satu dari masyarakatnya tidak bekerja
Hal – hal yang dijadikan acuan untuk mendesain alat penggiling padi untuk
masyarakat daerah tersebut adalah alat penggilingan padi dapat dikatakan sukses jika
selain dapat mengubah hasil dari proses penggilingan tanpa harus mngubah sistem
kekeluargaan yang sudah dapat dikatakan terjalin dengan baik.
5.4 Saran
Dalam mendesain alat pertanian untuk kedepannya diharapkan kepada
desainer produk yang akan mendesain suatu produk pertanian akan lebih baik diawali
dengan menggunakan pendekatan – pendekatan secara sosial hal ini dikarenakan
selain untuk mendapatkan informasi yang up to date juga dilakukan untuk
mengetahui kehidupan para petani yang menggunakan alat pertanian untuk dapat
dijadikan acuan dalam mendesain alat yang baru hal ini dikarenakan dengan cara
tersebut desainer akan mendapatkan keluhan – keluhan yang di dapatkan dari petani
secara langsung hal ini dikarenakan untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan
petani tidak akan didapatkan dari hanya dengan membaca atau mendengar, Tetapi
untuk mendapatkannya ialah dengan cara bertanya, mendengar, melihat,mengetahui
dan merasakan.
Daftar Pustaka
Judul Buku :
___, Tanah Dan Pertanian,Penerbit, Kanisius, 1973
Abdurrahim Martawijaya & Kartasujana Iding, Ciri Umum Sifat
Dan Kegunaannya Jenis - Jenis Kayu Indonesia
Affendi, Yusuf, Desain Warna Dan Susunannya
Darmaprawira, Sulasmi. Warna Teori Dan Kreativitas,
Penggunaannya, Edisi Kedua
Harun AR & George Love. Teori Dan Praktek Kerja Logam, Edisi
Kedua
Julius Panero & Martin Zelnik. Human Dimension And Interior
Space, Whitney Library Of Design, Watson, 1979
Kamus Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, Balai Pustaka, 1990
Sachari, Agus, Sosiologi Desain
Soekarwati, Pembangunan Pertanian Untuk Mengentaskan
Kemiskinan, Edisi Kedua , 1996
Sudiwijoyo , Adiwijoyo. Reformasi Bidang Pertanian , Edisi
Kesatu , 2005
Sugeng HR , Bercocok Tanam Padi, Edisi Kesatu , 2001
Tilley R Alvin, The Measure Of Man And Woman Human Factors
In Design, Revised Edition, Hendy Dreyfuss Associates, New York,
1993
Thomas GH. Metalwork Technology, Metric, Edition
Wargadinata, Salmoen A. Pengetahuan Bahan, 2002
Wodson, W, E, Human Factors: Design Handbook, McGraw Hill,
New York, 1981
Website :
www.agrindo.go.id
www.vinapro.com
www.rutan.go.id
www.satake.co.uk
www.wikipedia.org
www.troprice.com
www.indianindustry.com
Narasumber :
Bapak Darmawan Manajer Penjualan Alat – alat Pertanian
PT.RUTAN Jakarta
Bapak Gatot Supervisor PT RUTAN Jakarta
Hj. Onyih ( Kecamatan Pebayuran )
Bapak Damanhuri ( Kecamatan Pebayuran )
Bapak Limin ( Kecamatan Pebayuran )
Bapak Imron ( Kecamatan Pebayuran )
H. Abdul Ghofur ( Kecamatan Pebayuran )
Bapak Purwanto Kepala Bagian Penjualan Alat – alat Pertanian
Majalah Trubus Bogor.