Post on 08-Mar-2019
PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI
PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 2
pada Jurusan Magister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana
Oleh :
HERU KARYANA
Q100160141
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TEMATIK
DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GROBOGAN
KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh
INDAH SARI SUSILOWATI
Q 100110115
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing I
Dr. Eko Supriyanto, M.H
Dosen Pembimbing II
Dr. Suwaji, M.Kes
ii
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa naskah publikasi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau deterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 9 Agustus 2018
Penulis
HERU KARYANA
Q100160141
1
PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1
DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO
Abstrak
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah yang menghasilkan
tamatan siap kerja. Dalam menyiapkan tamatannya, belum semua SMK
melaksanakan uji kompetensi menggunakan Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak 1,
dimana standarisasi manajemen untuk asesmen dan peralatan yang harus
memenuhi standar minimal persyaratan uji sertifkasi dari Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
karakteristik, mekanisme sertifikasi kompetensi serta mendiskripsikan kelebihan
dan kekurangan sertifikasi kompetensi pada Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak 1
di SMK Negeri 1 Purworejo. Metode penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan menggunakan desain penelitian etnografi. Teknik pengumpulan
data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Model yang
digunakan analisis interaktif. Hasil penelitian ini adalah : 1) Karakteristik LSP P1
di sekolah ini yaitu menguji sertifikasi untuk siswanya sendiri dan siswa sekolah
jejaring. Kurikulum yang digunakan sudah disinkronkan dengan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Skema sertifikasi yang
digunakan adalah skema sertifikasi klaster pengoperasian mesin bubut dasar dan
skema sertifikasi klaster pengoperasian mesin frais dasar. Lisensi skema yang
dimiliki selama tiga tahun. Periode 2015-2018 lembaga ini telah mensertifikasi
984 peserta, 52,3% kompeten dan 47,7 % belum kompeten. 2) Mekanisme
sertifikasi kompetensi meliputi persiapan, pelaksanaan, penerbitan sertifikat serta
pengawasan dan evaluasi uji sertifikasi sesuai pedoman BNSP. 3) Kelebihan yang
dimiliki LSP P1 ini adalah menumbuhkan semangat siswa dalam menempuh
pendidikan, menggunakan model pembelajaran Inquiri Learning dalam
menyiapkan siswanya untuk uji sertifikasi, cukup memiliki asesor kompetensi,
sedangkan kelemahannya adalah jumlah peralatan masih kurang, tenaga
administrasi masih kurang dan belum melakukan surveilan pemegang sertifikat
kompetensi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengelolaan LSP P1 meliputi
lisensi skema sertifikasi, sinkronisasi kurikulum, penyediaan sarana prasarana
standar industri, pembiayaan, pemenuhan asesor kompetensi, penyelenggaraan uji
sertifikasi sesuai pedoman, serta penerbitan dan pemeliharaan sertifikat
kompetensi.
Kata kunci: kejuruan, pengelolaan, sertifikasi profesi
Abstract
Vocational high school is represented institution which produces students who
had completed ready to work. In preparing their graduates, there are not all
vocational high schools carry out the standardized competencies by using
2
professional certification first level, which actually that is a standardization
management dealing with the assessments process and equipments based on the
requirements of national agency for certification test certificates profession. The
aims of this research are to describe the characteristics of certification institution
first level, the mechanism of getting competence certificates and also to reveal the
strenghts and weaknesess of the implementation certification competence first
level in State Vocational High School 1 of Purworejo. The method used in this
research are qualitative methods by using ethnographic research designs. The data
collection techniques use the observation, interviews, and documentations. This
study uses an interactive analysis model. The results of this research are: 1) The
characteristics of the certification institution first level in this school are testing
the certification for their own students and also the students of the network
schools, the curriculum used has been synchronized with the Indonesian National
Work Competency Standards, the certification scheme used is the operating
cluster certification scheme basic and cluster certification scheme for basic
milling machine operation. The scheme licenses held for three years. The 2015-
2018 period has certified 984 participants, 52.3% are competent and 47.7% have
not been competent. 2) The mechanisms of competency certification are included
the preparation, the implementation, the supervision and the evaluation of
certification tests those are guided by applicable regulations, with the preparation
of test materials that are integrated with the implementation of the learning
process. 3) The strengths of this programs are to foster students' enthusiasm in
taking education, using the Inquiry Learning model in preparing students for
certification testing, having competency assessors in accordance with competency
certification needs, while the weaknesses are the number of the lacks of
equipments, the administrative personnel who are still lacking and not carrying
out surveillance of holders competency certificate. The conclutions of this
research are the managements of First Level Certification Institution includes
licensing of certification schemes, curriculum synchronization, provision of
industrial standard infrastructure, financing, fulfillment of competency assessors,
implementation of certification tests according to guidelines, issuance and
maintenance of competency certificates.
Keywords: management, professional certification, vocational school
1. PENDAHULUAN
Sehubungan dengan pasar bebas di wilayah Asia Tenggara yang dikenal
dengan Asean Economic Community (AEC) atau yang lebih dikenal oleh
masyarakat Indonesia dengan istilah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
maka penyiapan sumberdaya manusia yang berkualitas menjadi pekerjaan
rumah yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah. Perdagangan bebas di
kawasan Asia Tenggara yang memungkinkan untuk persaingan sektor tenaga
3
kerja antar negara mengharuskan pemerintah untuk segera menyiapkan tenaga
kerja yang profesional yaitu sumber daya manusia yang terampil, cerdas dan
kompetitif. Dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan merupakan tempat
untuk mewujudkannya. Kementerian Perindustrian gencar mendorong
pengembangan pendidikan vokasi yang berorientasi pada kebutuhan pasar
kerja (demand driven) saat ini. Upaya tersebut merupakan salah satu wujud
pelaksanaan revolusi mental, sebagai gerakan nasional untuk membangun
kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia, terutama dalam menghadapi
era Industry 4.0. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam mewujudkan
tenaga kerja yang profesional dibuktikan dengan memberikan sertifikat
kompetensi bagi lulusannya dimana yang dimaksut sertifikat ini seperti yang
tertera dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, pasal 61 ayat 3;
Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga
pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan
terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji
kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi
atau lembaga sertifikasi. Sedangkan untuk menerbitkan sertifikat kompetensi
ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, pasal 89 ayat 5;
Sertifikat kompetensi diterbitkan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi
atau lembaga sertifikasi mandiri yang dibentuk oleh organisasi profesi yang
diakui Pemerintah sebagai tanda bahwa peserta didik yang bersangkutan telah
lulus uji. Pada kenyataannya, belum semua SMK melaksanakan uji
kompetensi dengan menggunakan Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak pertama,
dikarenakan standarisasi manajemen untuk asesmen dan peralatan yang harus
memenuhi standar minimal dari persyaratan uji kompetensi suatu bidang
keahlian juga menjadi perhatian utama bagi sekolah-sekolah kejuruan yang
akan mendirikannya.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi.
Sumber data penelitian ini meliputi : Informan atau narasumber, yang terdiri
dari Kepala Sekolah, Ketua LSP P1, perwakilan Asesor kompetensi, Kepala
4
Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan, perwakilan Guru Produktif Teknik
Pemesinan, dan perwakilan Siswa SMK Negeri 1 Purworejo. Tempat dan
peristiwa/ aktivitas, yang terdiri dari kegiatan berlangsungnya Uji Sertifikasi
Kompetensi Pada LSP P1, dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan uji
sertifikasi kompetensi. Dokumen atau arsip, berupa manajemen LSP P1,
dokumen perencanaan uji sertifikasi kompetensi, dokumen pelaksanaan uji
sertifikasi kompetensi, peraturan-peraturan, sertifikat kompetensi, agenda dan
foto kegiatan. Teknik Pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan
dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan teknik triangulasi. Proses analisis data pada penelitian ini
menggunakan model analisis interaktif (Interaktive Model of Analysis).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik LSP P1 SMK Negeri 1 Purworejo
LSP P1 SMK Negeri 1 Purworejo dirintis sejak tahun 2009 melalui pendirian
Tempat Uji Kompetensi (TUK) Teknik Pemesinan. Begitupula keterlibatan
kepala kompetensi keahlian yang berperan sebagai penanggung jawab Tempat
Uji Kompetensi (TUK) yang sudah ada terlebih dahulu sebelum pembentukan
LSP P1, dia bertanggungjawab dalam menentukan dan memilih skema
sertifikasi sesuai dengan karakteristik TUK yang ada pada kompetensi
keahliannya. Upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam pendirian LSP P 1 ini
memiliki sasaran yang jelas, utamanya untuk menguji siswanya sendiri dan
juga siswa sekolah lain yang masuk dalam jejaring, yaitu sekolah-sekolah
kejuruan sekitar yang belum memiliki Tempat Uji Kompetensi (TUK) atau
yang belum memiliki LSP P1, dimana dalam pelaksanaan Uji Kompetensi
Kejuruan, diharapkan sudah menggunakan model uji sertifikasi kompetensi.
Kompetensi kerja yang ada di industri, telah dimasukkan dalam pelaksanaan
pembelajaran di sekolah kejuruan di dalam mata pelajaran produktif atau
dalam kurikulum 2013 dikategorikan sebagai kelompok mata pelajaran
peminatan C1 sebagai dasar bidang keahlian, C2 sebagai dasar program
keahlian dan C3 sebagai mata pelajaran kompetensi keahlian. Untuk itu,
dalam hubungannya dengan lembaga sertifikasi, maka sekolah ini melakukan
5
sinkronisasi kurikulum dengan dunia industri, yaitu antara Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Dasar (KD), Kompetensi Inti (KI)
dengan SKKNI dan skema sertifikasi yang dikemas dalam silabus dan
dijabarkan dalam materi pembelajaran teori dan praktek untuk dilaksanakan
sesuai standar kompetensi di industri. Tujuan dari pendirian LSP P1 di sekolah
ini sesuai dengan Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Nomor
:2/BNSP/III/2014 bahwa LSP pihak kesatu lembaga pendidikan atau pelatihan
adalah lembaga yang didirikan oleh lembaga pendidikan dan atau pelatihan
dengan tujuan utama melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja terhadap
peserta pendidikan atau pelatihan berbasis kompetensi dan atau sumber daya
manusia dari jejaring kerja lembaga induknya, sesuai ruang lingkup yang
diberikan oleh BNSP. Lembaga sertifikasi ini sangat penting bagi sekolah
sebab keberadaannya dapat meningkatkan eksistensi sekolah di masyarakat,
terutama masyarakat usaha dan industri. Perusahaan dapat langsung mengenal
eksistensi sekolah dari lulusannya yang menjadi tenaga kerja di tempatnya.
Apa lagi jika sekolah sudah dapat menyediakan tenaga kerja yang berkualitas,
lembaga sertifikasi ini menjadi sebuah keharusan yang tidak dapat diabaikan.
(Mohammad Sahroni.2017:38).
Skema sertifikasi yang dimiliki sekolah ini adalah:
1) Pengoperasian Mesin Bubut Dasar yang terdiri dari 7 unit kompetensi.
2) Pengoperasian Mesin Frais Dasar yang terdiri dari 7 unit kompetensi.
Lisensi dari BNSP diterbitkan pada tanggal 31 Juli 2015 dengan Sertifikat
Lisensi bernomor : BNSP-LSP-175-ID.
Tabel 1.1 Data Uji Sertifikasi
No Kegiatan Tahun Sumber Dana Peserta Hasil
% K BK
1 Uji Kompetensi 2015 Mandiri 4 4 0 100
2 Uji Kompetensi 2015 APBN-BNSP 440 212 228 48
3 Uji Kompetensi 2016 Mandiri 92 35 57 38
4 Uji Kompetensi 2016 APBN-BNSP 80 41 39 51
5 Uji Kompetensi 2017 Mandiri 102 84 18 82
6 Uji Kompetensi 2018 Mandiri 126 106 20 84
7 Uji Kompetensi 2018 APBN-BNSP 140 33 107 24
Jumlah 984 515 469
6
Sejak tahun 2015 – 2018 LSP P1 ini sudah menguji sebanyak 984 peserta
dengan hasil yang kompeten sebanyak 515 peserta dan yang belum
kompeten sejumlah 469 peserta. Dengan demikian 52,3 % dari
keseluruhan peserta uji dinyatakan kompeten dan berhak atas sertifikat
kompetensi, sedangkan sebanyak 47,7 % dinyatakan belum kompeten dan
tidak berhak untuk menerima sertifikat kompetensi. Hasil uji tersebut telah
menunjukkan bahwa LSP P1 ini telah melakukan prinsip uji kompetensi
dengan ketidakberpihakan, keadilan, validitas dan kehandalan (reliability).
3.2 Mekanisme sertifikasi kompetensi pada Lembaga Sertifikasi Profesi
Pihak 1 di SMK Negeri 1 Purworejo
3.2.1 Persiapan Uji Sertifikasi
Seperti pendapat Mohammad Saroni (2017:41) bahwa uji sertifikasi
merupakan salah satu cara untuk mengetahui tingkatan kualifikasi seorang
tenaga kerja. Sedangkan pelaksana uji sertifikasi adalah asesor dengan
memiliki hak atas lisensi yang dimilikinya, yaitu dalam pelaksanaan uji
sertifikasi memperoleh honor sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sehingga dalam proses kegiatan uji sertifikasi dapat berjalan dengan baik
dan memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam sebuah uji sertifikasi
bagi siswa sekolah kejuruan. Untuk asesor, persiapan administrasi uji
sertifikasi tidak membuat lagi, karena sudah dibuat pada saat pengajuan
lisensi skema sertifikasi yang dinamakan MUK (Materi Uji Kompetensi)
dimana di dalamnya berisi materi, penilaian dan soal pengetahuan maupun
praktek dengan standar sesuai SKKNI dan BNSP. Sebelum pelaksanaan
uji sertifikasi, LSP P1 juga menyiapkan tempat uji kompetensi dalam
penyiapan peralatan dan bahan uji. Penyiapan tempat dan peralatan
dilakukan dengan melibatkan asesor verifikasi TUK untuk memeriksa
kesiapan alat/ mesin. Hal ini sesuai dengan Surat Ketua Badan Nasional
Nomor : B.1460/BNSP/XII/ 2017 perihal Penerapan Skema Sertifikasi
KKNI level II/III bagi SMK kepada LSP terlisensi BNSP dengan skema
KKNI level II Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan LSP P1 SMK pada
point 9.3. Proses Uji Kompetensi yaitu dalam point 9.3.3. Peralatan teknis
7
yang digunakan dalam proses pengujian skema sertifikasi kualifikasi level
II Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan diverifikasi oleh asesor.
3.2.2 Pelaksanaan Uji Sertifikasi
Pelaksanaan uji sertifikasi di SMK Negeri 1 Purworejo adalah sebagai
berikut : 1) Pada hari pertama melaksanakan uji tertulis pada asesi tentang
dua skema yang akan diujikan pada siswa (asesi) yaitu pengoperasian
mesin bubut dasar dan pengoperasian mesin frais dasar serta unit
kompetensi yang termuat dalam masing-masing skema, yang dilaksanakan
oleh asesor yang telah ditunjuk berdasarkan surat tugas dan jadwal uji
sertifikasi. 2) Hari kedua dilanjutkan ujian praktek yang dilaksanakan
secara bergiliran, dimana dalam satu hari ada 3 sesi atau bergiliran dengan
jumlah peserta uji setiap sesi sebanyak 4 asesi. Dikarenakan jumlah mesin
bubut dan frais yang layak sesuai hasil verifikasi sejumlah 4 mesin. Dalam
jadwal pelaksanaan setiap hari maksimal 6 – 10 asesi yang diuji oleh
asesor. 3) Hari ketiga melanjutkan ujian praktek sesuai dengan jadwal
sampai dengan selesai semua assesi telah diuji berdasarkan soal praktek
yang diberikan dan telah dikerjakan dengan bukti hasil pekerjaan yang
akan dinilai oleh asesor untuk menentukan kelayakan hasil kerja. 4) Pada
akhir hari ketiga, setelah semua asesi menyelesaikan uji kompetensi, maka
asesor melaksanakan verifikasi capaian nilai soal teori dan soal praktek.
Kemudian dilanjutkan dengan menentukan rekomendasi untuk hasil uji
kompetensi berupa ‘Kompeten” dan “Belum Kompeten”. Hasil
rekomendasi ini diberikan kepada pihak Panitia Tempat Uji Kompetensi
(PTUK). 5) Tahap berikutnya PTUK melaksanakan sidang keputusan/
pleno/ penegas berdasarkan rekomendasi hasil uji kompetensi, untuk
diajukan ke BNSP dalam perolehan sertifikat kompetensi bagi peserta uji
yang memperoleh predikat kompeten. Bagi peserta yang memperoleh
predikat belum kompeten, tidak mendapatkan sertifikat kompetensi dan
tidak dapat mengajukan untuk uji sertifikasi lagi di LSP P1, tetapi peserta
dapat mengajukan uji sertifikasi melalui LSP P3. 6) Selanjutnya panitia
yang terdiri dari pengurus LSP atau disebut PTUK (Panitia Tempat Uji
8
Kompetensi) melakukan evaluasi/ sidang tentang pelaksanaan uji
kompetensi periode berjalan. Membahas kekurangan dan kelebihan dari
hasil pelaksanaan uji kompetensi, sehingga akan dilakukan perbaikan dan
penyempurnaan pelaksanaan uji kompetensi berikutnya. 7) Hasil sidang
pleno uji kompetensi disampaikan kepada BNSP melalui jasa POS,
kemudian setelah diverifikasi BNSP menerbitkan sertifikat kompetensi
yang berupa Blanko yang telah terisi lengkap dengan klaster skema
kompetensi yang diujikan. Blanko sertifikat dikirimkan ke LSP P1 dan
diterima kemudian dilakukan penandatanganan sertifikat oleh Ketua LSP
P1. 8) Setelah sertifikat jadi, diserahkan kepada peserta uji sertifikasi dan
dapat digunakan sebagaimana mestinya untuk keperluan melamar
pekerjaan atau melanjutkan ke pendidikan tinggi. 9) Penggunaan sertifikat
diawasi oleh pihak LSP P1, apabila disalahgunakan dapat dilakukan
pembekuan. 10) Peserta uji dapat melakukan sertifikasi ulang dari
sertifikat yang dimiliki setelah masa berlaku habis yaitu 3 tahun.
Gambar 2.1 Mekanisme Uji sertifikasi
Persiapan Uji Sertifikasi
•Daftar peserta dari PTUK
•Semua siswa kelas XII Teknik Pemesinan dan atau siswa sekolah jejaring
•Persiapan dokumen assesment
•Persiapan TUK
•Persiapan bahan dan alat
•Verifikasi TUK
Pelaksanaan Uji Sertifikasi
•Hari 1 uji teori
•Hari 2 uji praktek
•Hari 3 lanjutan uji praktek
•Rekomendasi
•Sidang pleno
•Pengajuan sertifikat ke BNSP
•Penerbitan sertifikat oleh BNSP paling lambat 2 minggu setelah pengajuan
•Pembagian sertifikat
Pengawasan dan Evaluasi UjiSertifikasi
•Pengawasan sekolah melalui RKAS
•Peningkatan SDM asesor
•Sarana prasarana TUK
•Pembiayaan
•Evaluasi persiapan, proses dan akhir kegiatan
•Program tindak lanjut
9
3.2.3 Mekanisme Penerbitan Sertifikat
Setelah uji kompetensi selesai dilaksanakan, dilakukan sidang pleno oleh
PTUK dengan hasil pengajuan sertifikat bagi peserta yang dinyatakan
kompeten berdasar dari rekomendasi keputusan dari asesor. Langkahnya
adalah : LSP melaporkan rencana penerbitan sertifikat kompetensi kepada
BNSP dengan menyampaikan data isian sertifikat dilengkapi dokumen
pendukung uji kompetensi. BNSP menetapkan nomer sertifikat
kompetensi yang bersifat unik secara nasional sesuai dengan ketentuan.
LSP, setelah memperoleh nomer sertifikat dari BNSP, menyiapkan
penerbitan sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan. Sertifikat
kompetensi ditandatangani oleh Pimpinan LSP yang telah ditentukan dan
dibubuhi stempel berwarna biru. Setiap sertifikat yang diterbitkan
dimasukan kedalam basis data LSP dan basis data BNSP. Penerbitan
sertifikat oleh LSP paling lambat 2 (dua) minggu setelah peserta
dinyatakan kompeten. Sertifikat disampaikan kepada pemilik sertifikat
melalui sekretariat LSP. Setiap penyerahan sertifikat harus disertai dengan
tanda bukti penerimaan dari pemilik sertifikat. Mekanisme penerbitan
sertifikat sesuai dengan Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi
Nomor: 03/BNSP.302/X/2013 tentang Pedoman Penerbitan Sertifikat.
3.2.4 Pengawasan dan Evaluasi Uji Sertifikasi
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh TUK sebagai kepanjangan tangan
dari LSP P1 tentunya tidak luput dari penjaminan kualitas dan
kelayakannya terutama untuk pembelajaran praktek dan uji sertifikasi
sebagai tugas utamanya. Standar pembiayaan yang menjadi acuan dalam
menyelenggarakan pendidikan, meliputi salah satunya pembiayaan untuk
penyelenggaraan uji sertifikasi. Dalam pelaksanaan pembiayaan, sekolah
mengawasi sebagai fungsi kontrolnya, agar terjamin penyelenggaraan uji
sertifikasi yang efektif dan efisien. Pengelolaan ini sesuai dengan pendapat
George R. Terry ( dalam Didin Kurniadin dan Imam Machali. 2016:26)
yang menyebutkan,
10
”Management is a distinct process consisting of planning, organizing,
actuating, and controlling performed to determine and accomplish
stated objectives by the use of human being and other resources”.
Evaluasi dilakukan pada persiapan, proses dan akhir dari uji sertifikasi,
dimana meliputi komponen sarana prasarana TUK, perangkat asesmen,
proses asesmen oleh asesor, peserta uji sertifikasi, peralatan dan mesin
yang digunakan, pembiayaan dan hasil uji sertifikasi yang berupa
rekomendasi pemberian sertifikat uji sertifikasi oleh LSP P1. Evaluasi
yang dilaksanakan sesuai dengan Peraturan BNSP Nomor :
09/BNSP.301/XI/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Asesmen
Kompetensi pada kegiatan evaluasi sebagai bagian dari tugas bidang mutu
LSP P1.
3.3 Kelebihan dan Kekurangan Sertifikasi Kompetensi pada Lembaga
Sertifikasi Profesi Pihak 1 di SMK Negeri 1 Purworejo
3.3.1 Kelebihan LSP P1 SMK Negeri 1 Purworejo
3.3.1.1 Menumbuhkan semangat siswa dalam menempuh pendidikan
Sertifikasi kompetensi dirasa sangat bermanfaat bagi siswa, terutama
siswa yang akan lulus dari sekolah. Pengalaman dan bekal sertifikat
kompetensi menjadi satu kebanggaan bagi siswa dalam menempuh
pendidikan di kejuruan dalam hal ini di SMK Negeri 1 Purworejo.
Pendidikan vokasional mengkaji berbagai bidang teknologi yang
berkaitan dengan sains dan memberikan ketrampilan (kompetensi)
yang praktis, sikap dan pemahaman terhadap bidang pekerjaan
tertentu. Menurut Unesco dan ILO (2002) dalam Ivan Hanafi (2014:3)
sebagai berikut :
“…the study of technologies and related sciences, and the
acquisition of practical skills, attitudes, understanding and
knowlwdge relating to occupations in various sectors of economic
and social life. (P7).”
Sesuai dengan hal tersebut maka LSP P1 sebagai pelaksana uji
sertifikasi dan pemberi sertifikat kompetensi bagi siswa SMK yang
berkontribusi positif pada peningkatan kompetensi lulusan SMK.
11
3.3.1.2 Menggunakan model pembelajaran Inquiri Learning dalam
menyiapkan siswanya untuk uji sertifikasi
Menyiapkan siswa untuk uji sertifikasi kompetensi dilakukan dengan
menyinkronkan materi pembelajaran dengan materi uji kompetensi
yang disusun dalam penjadwalan kegiatan pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan model
inquiry learning. Sesuai dengan pelaksanaan kurikulum 2013 terutama
pembelajaran kelompok C, untuk pelaksanaan proses pembelajaran
praktek berdasar pada hasil sinkronisasi kompetensi inti dan
kompetensi dasar dengan SKKNI.
3.3.1.3 Memiliki asesor kompetensi dan asesor verifikasi TUK sesuai dengan
kebutuhan sertifikasi kompetensi
LSP P1 ini memiliki asesor kompetensi dan asesor verifikasi TUK
sesuai dengan kebutuhan sertifikasi kompetensi. Rinciannya sebagai
berikut : a) Jumlah asesor cukup, memiliki 5 orang asesor kompetensi.
b) Jumlah peserta uji kompetensi minimal 64 siswa per tahun. c) TUK
(Tempat Uji Kompetensi) memiliki sarana dan prasarana sesuai
dengan industri, dimana TUK yang dimiliki pada awalnya adalah
kerjasama dengan LSP P3. d) Proses uji sertifikasi selalu diaudit pada
setiap pelaksanaannya, peralatan selalu diverifikasi oleh asesor. e)
Kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh bagian mutu pada setiap akhir
kegiatan. f) Verifikasi peralatan yang dilakukan oleh asesor verifikasi
yang telah memiliki sertifikat sebagai verifikator lisensi TUK sejumlah
2 orang asesor. Kelebihan LSP P1 ini berdasar pada Peraturan BNSP
Nomor : 1/BNSP/III/2014, tentang Pedoman Penilaian Kesesuaian -
Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi.
3.4 Kelemahan LSP P1 SMK Negeri 1 Purworejo
3.4.1 Jumlah peralatan masih kurang
TUK ini memiliki mesin bubut yang standar sebanyak 4 (empat) buah
dan mesin frais yang memenuhi standar sejumlah 4 (empat) buah.
Dalam waktu yang sama hanya 4 (empat) asesi yang dapat diuji pada
12
mesin bubut, dan juga dalam waktu bersamaan hanya 4 (empat) asesi
yang dapat diuji pada mesin frais.
3.4.2 Tenaga administrasi masih kurang
Karena kekurangan tenaga administrasi, penataan ruang LSP P 1 masih
kurang rapi, sehingga pendokumenan kegiatan kurang optimal, jarak
antara kantor LSP P1 dan TUK berjauhan, sehingga untuk distribusi
dokumen uji sertifikasi kurang efektif dalam waktu.
3.4.3 Belum melakukan survailan bagi pemegang sertifikat kompetensi
Penjaminan mutu bagi pemegang sertifikat kompetensi belum
dilakukan berdasarkan pedoman yang ada. Masa berlaku sertifikat
kompetensi adalah tiga tahun, dan dalam masa tersebut pemegang
sertifikat diasumsikan tetap dalam penguasaan kompetensi seperti yang
tercantum dalam unit kompetensi pada sertifikat, namun apabila
pemegang sertifikat belum bekerja selama periode tersebut atau
bekerja pada bidang pekerjaan yang lain perlu adanya pengecekan dan
penjaminan mutu atas sertifikat kompetensi yang dimiliki. Peraturan
Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor:2/BNSP/VIII/2017 Tentang
Pedoman Pengembangan Dan Pemeliharaan Skema Sertifikasi Profesi
pada proses sertifikasi huruf f tentang Surveilan Pemegang Sertifikat,
skema sertifikasi harus menguraikan tata cara surveilan terhadap
pemegang sertifikat selama masa berlaku sertifikat untuk memastikan
bahwa pemegang sertifikat menunjukkan konsistensinya sesuai dengan
skema sertifikasi.
4. PENUTUP
Pembentukan LSP P1 ini memiliki tujuan untuk mensertifikasi siswa sekolah
sendiri dalam bidang pemesinan, selain itu juga untuk mensertifikasi sekolah
disekitarnya. Lisensi skema berlaku selama 3 tahun. Dalam mendirikan LSP
P1, perlu didukung oleh kepemilikan sarana dan prasarana praktek, ruangan/
kantor yang memadai dan juga sumberdaya guru yang telah memiliki sertifikat
asesor kompetensi. Sinkronisasi kurikulum dengan dunia industri dilakukan
13
pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Dasar (KD),
Kompetensi Inti (KI) dengan SKKNI dan skema sertifikasi yang dikemas
dalam silabus dan dijabarkan dalam materi pembelajaran teori dan praktek
untuk dilaksanakan sesuai standar kompetensi di industri. Uji sertifikasi
dilaksanakan setelah semua persyaratan uji terpenuhi, dari peserta, penyiapan
dokumen, verifikasi TUK, penganggaran, kesiapan asesor, panitia sampai
jadwal pelaksanaan. Setelah penerbitan sertifikat kompetensi, perlu adanya
pengecekan dan penjaminan mutu atas kompetensi personal pemegang
sertifikat kompetensi secara periodik. SMK yang belum memiliki LSP P1
untuk mengambil kebijakan pendirian lembaga ini disekolahnya dengan
mempertimbangkan segala aspek kelebihan dan kekurangannya untuk
dicarikan solusi dalam menyempurnakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Sumardjoko.(2015). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Cheng, Liying; Spaling, Melisa; Song, Xiaomei.(2013). Barriers and Facilitators
to Professional Licensure and Certification. Journal of International
Migration and Integration; Dordrecht Vol. 14, Iss. 4:33-750.
Corbière, Marc; Brouwers, Evelien; Lanctôt, Nathalie; van Weeghel, Jaap.(2014).
Employment Specialist Competencies for Supported Employment Programs.
Journal of Occupational Rehabilitation; New York Vol. 24, Iss. 3:484-97.
Didin Kurniadin, Imam Machali.(2016). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta:Ar-
Ruzz Media.
Ejili, Augustine Edeoga.(2014). Quality Assurance in Vocational and Technical
Education:A Panacea to Youth Unemployment in Nigeria. International
Journal of Arts & Sciences; Cumberland Vol. 7, Iss. 3:431-445.
Guilbert, Laure; Bernaud, Jean-luc; Gouvernet, Brice; Rossier, Jérôme.(2016).
Employability: Review and Research Prospects. International Journal for
Educational and Vocational Guidance; Dordrecht Vol. 16, Iss. 1:69-89.
Idialu, Ethel E.(2013).Ensuring Quality Assurance in Vocational Education.
Contemporary Issues in Education Research (Online);
Littleton Vol. 6, Iss. 4:431.
14
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Revitalisasi Sekolah menengah
Kejuruan Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas dan Daya saing Sumber
Daya Manusia Indonesia.
Ivan Hanafi.(2014). Pendidikan Teknik dan Vokasional. Bandung:Refika
Aditama.
Juhásová, Jana.(2014). Development of Key Competencies of Pupils Technical
Vocational Education. Journal of Technology and Information Education;
Olomouc Vol. 6, Iss. 2:79-84.
Lester, Stan.(2014). Professional Standards, Competence and Capability. Higher
Education, Skills and Work-Based Learning; Bingley Vol. 4, Iss. 1: 31-43.
Lexy J. Moleong.(2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja
Rosdakarya.
Muhammad Saroni.(2017).Sertifikasi Keahlian Siswa. Yogyakarta:Ar-Ruzz
Media.
Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 1/BNSP/III/2014 Tentang
Pedoman Penilaian Kesesuaian - Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi
Profesi.
Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 2/BNSP/III/2014 Tentang
Pedoman Pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi.
Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor: 1/BNSP/II/2017 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi Bagi Lulusan Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK).
Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 2/BNSP/VIII/2017 Tentang
Pedoman Pengembangan Dan Pemeliharaan Skema Sertifikasi Profesi.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Badan
Nasional Sertifikasi Profesi.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013
Tentang Pedoman Pengembangan Sistem Pendidikan Dan Pelatihan
Berbasis Kompetensi Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri Dan
Pemerintahan Daerah.
Panagiotakopoulos, Antonios.(2012).Employability Skills Development in Greek
Higher Education Institutions (Heis) Implications for Policy Makers. Higher
Education, Skills and Work - Based Learning; Bingley Vol. 2, Iss. 2 : 141-
150.
Rapatskaia, Liudmila A; Alekseeva, Elena V; Vorontsova, Elvira M;
Konstantinova, Valentina V; Sadykova, Aida G; et al.(2016). Management of
15
Students Professional Competencies Formation on The basis of
Interdisciplinary Integration. International Review of Management and
Marketing, suppl. Special Issue; Mersin Vol. 6, Iss. 2S:n/a.
Reji Edakkandi Meethal.(2014). Towards Building a Skill Based Society in India.
The International Journal of Sociology and Social Policy;
Bingley Vol. 34, Iss. 3/4:181-195.
Rohiat.(2012). Manajemen Sekolah. Bandung:Refika Aditama.
Surat Ketua BNSP Nomor B.1460/BNSP/XII/2017 Tentang Penerapan Skema
Sertifikasi KKNI Level II/III bagi SMK.
Sutama.(2016). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R &
D. Kartasura:Fairuz Media.
Thang, Phan Vo Minh; Wongsurawat, Winai.(2016). Enhancing The
Employability of IT Graduates in Vietnam. Higher Education, Skills and
Work - Based Learning; Bingley Vol. 6, Iss. 2:146-161.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Waters, Melinda; Simon, Linda; Simons, Michele; Davids, Jennifer; Harreveld,
Bobby.(2015). A Case for Scholarly Activity in Vocational Education in
Australia. Higher Education, Skills and Work - Based Learning;
Bingley Vol. 5, Iss. 1:14-31.