PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN...

19
PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 2 pada Jurusan Magister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Oleh : HERU KARYANA Q100160141 PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Transcript of PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN...

Page 1: PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Abstrak Sekolah Menengah

PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 2

pada Jurusan Magister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana

Oleh :

HERU KARYANA

Q100160141

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Abstrak Sekolah Menengah

i

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TEMATIK

DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GROBOGAN

KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh

INDAH SARI SUSILOWATI

Q 100110115

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing I

Dr. Eko Supriyanto, M.H

Dosen Pembimbing II

Dr. Suwaji, M.Kes

Page 3: PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Abstrak Sekolah Menengah

ii

Page 4: PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Abstrak Sekolah Menengah

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa naskah publikasi ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau deterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 9 Agustus 2018

Penulis

HERU KARYANA

Q100160141

Page 5: PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Abstrak Sekolah Menengah

1

PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1

DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO

Abstrak

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah yang menghasilkan

tamatan siap kerja. Dalam menyiapkan tamatannya, belum semua SMK

melaksanakan uji kompetensi menggunakan Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak 1,

dimana standarisasi manajemen untuk asesmen dan peralatan yang harus

memenuhi standar minimal persyaratan uji sertifkasi dari Badan Nasional

Sertifikasi Profesi (BNSP). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

karakteristik, mekanisme sertifikasi kompetensi serta mendiskripsikan kelebihan

dan kekurangan sertifikasi kompetensi pada Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak 1

di SMK Negeri 1 Purworejo. Metode penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dengan menggunakan desain penelitian etnografi. Teknik pengumpulan

data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Model yang

digunakan analisis interaktif. Hasil penelitian ini adalah : 1) Karakteristik LSP P1

di sekolah ini yaitu menguji sertifikasi untuk siswanya sendiri dan siswa sekolah

jejaring. Kurikulum yang digunakan sudah disinkronkan dengan Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Skema sertifikasi yang

digunakan adalah skema sertifikasi klaster pengoperasian mesin bubut dasar dan

skema sertifikasi klaster pengoperasian mesin frais dasar. Lisensi skema yang

dimiliki selama tiga tahun. Periode 2015-2018 lembaga ini telah mensertifikasi

984 peserta, 52,3% kompeten dan 47,7 % belum kompeten. 2) Mekanisme

sertifikasi kompetensi meliputi persiapan, pelaksanaan, penerbitan sertifikat serta

pengawasan dan evaluasi uji sertifikasi sesuai pedoman BNSP. 3) Kelebihan yang

dimiliki LSP P1 ini adalah menumbuhkan semangat siswa dalam menempuh

pendidikan, menggunakan model pembelajaran Inquiri Learning dalam

menyiapkan siswanya untuk uji sertifikasi, cukup memiliki asesor kompetensi,

sedangkan kelemahannya adalah jumlah peralatan masih kurang, tenaga

administrasi masih kurang dan belum melakukan surveilan pemegang sertifikat

kompetensi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengelolaan LSP P1 meliputi

lisensi skema sertifikasi, sinkronisasi kurikulum, penyediaan sarana prasarana

standar industri, pembiayaan, pemenuhan asesor kompetensi, penyelenggaraan uji

sertifikasi sesuai pedoman, serta penerbitan dan pemeliharaan sertifikat

kompetensi.

Kata kunci: kejuruan, pengelolaan, sertifikasi profesi

Abstract

Vocational high school is represented institution which produces students who

had completed ready to work. In preparing their graduates, there are not all

vocational high schools carry out the standardized competencies by using

Page 6: PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Abstrak Sekolah Menengah

2

professional certification first level, which actually that is a standardization

management dealing with the assessments process and equipments based on the

requirements of national agency for certification test certificates profession. The

aims of this research are to describe the characteristics of certification institution

first level, the mechanism of getting competence certificates and also to reveal the

strenghts and weaknesess of the implementation certification competence first

level in State Vocational High School 1 of Purworejo. The method used in this

research are qualitative methods by using ethnographic research designs. The data

collection techniques use the observation, interviews, and documentations. This

study uses an interactive analysis model. The results of this research are: 1) The

characteristics of the certification institution first level in this school are testing

the certification for their own students and also the students of the network

schools, the curriculum used has been synchronized with the Indonesian National

Work Competency Standards, the certification scheme used is the operating

cluster certification scheme basic and cluster certification scheme for basic

milling machine operation. The scheme licenses held for three years. The 2015-

2018 period has certified 984 participants, 52.3% are competent and 47.7% have

not been competent. 2) The mechanisms of competency certification are included

the preparation, the implementation, the supervision and the evaluation of

certification tests those are guided by applicable regulations, with the preparation

of test materials that are integrated with the implementation of the learning

process. 3) The strengths of this programs are to foster students' enthusiasm in

taking education, using the Inquiry Learning model in preparing students for

certification testing, having competency assessors in accordance with competency

certification needs, while the weaknesses are the number of the lacks of

equipments, the administrative personnel who are still lacking and not carrying

out surveillance of holders competency certificate. The conclutions of this

research are the managements of First Level Certification Institution includes

licensing of certification schemes, curriculum synchronization, provision of

industrial standard infrastructure, financing, fulfillment of competency assessors,

implementation of certification tests according to guidelines, issuance and

maintenance of competency certificates.

Keywords: management, professional certification, vocational school

1. PENDAHULUAN

Sehubungan dengan pasar bebas di wilayah Asia Tenggara yang dikenal

dengan Asean Economic Community (AEC) atau yang lebih dikenal oleh

masyarakat Indonesia dengan istilah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

maka penyiapan sumberdaya manusia yang berkualitas menjadi pekerjaan

rumah yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah. Perdagangan bebas di

kawasan Asia Tenggara yang memungkinkan untuk persaingan sektor tenaga

Page 7: PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Abstrak Sekolah Menengah

3

kerja antar negara mengharuskan pemerintah untuk segera menyiapkan tenaga

kerja yang profesional yaitu sumber daya manusia yang terampil, cerdas dan

kompetitif. Dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan merupakan tempat

untuk mewujudkannya. Kementerian Perindustrian gencar mendorong

pengembangan pendidikan vokasi yang berorientasi pada kebutuhan pasar

kerja (demand driven) saat ini. Upaya tersebut merupakan salah satu wujud

pelaksanaan revolusi mental, sebagai gerakan nasional untuk membangun

kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia, terutama dalam menghadapi

era Industry 4.0. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam mewujudkan

tenaga kerja yang profesional dibuktikan dengan memberikan sertifikat

kompetensi bagi lulusannya dimana yang dimaksut sertifikat ini seperti yang

tertera dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, pasal 61 ayat 3;

Sertifikat kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga

pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan

terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji

kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi

atau lembaga sertifikasi. Sedangkan untuk menerbitkan sertifikat kompetensi

ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005, pasal 89 ayat 5;

Sertifikat kompetensi diterbitkan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi

atau lembaga sertifikasi mandiri yang dibentuk oleh organisasi profesi yang

diakui Pemerintah sebagai tanda bahwa peserta didik yang bersangkutan telah

lulus uji. Pada kenyataannya, belum semua SMK melaksanakan uji

kompetensi dengan menggunakan Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak pertama,

dikarenakan standarisasi manajemen untuk asesmen dan peralatan yang harus

memenuhi standar minimal dari persyaratan uji kompetensi suatu bidang

keahlian juga menjadi perhatian utama bagi sekolah-sekolah kejuruan yang

akan mendirikannya.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi.

Sumber data penelitian ini meliputi : Informan atau narasumber, yang terdiri

dari Kepala Sekolah, Ketua LSP P1, perwakilan Asesor kompetensi, Kepala

Page 8: PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Abstrak Sekolah Menengah

4

Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan, perwakilan Guru Produktif Teknik

Pemesinan, dan perwakilan Siswa SMK Negeri 1 Purworejo. Tempat dan

peristiwa/ aktivitas, yang terdiri dari kegiatan berlangsungnya Uji Sertifikasi

Kompetensi Pada LSP P1, dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan uji

sertifikasi kompetensi. Dokumen atau arsip, berupa manajemen LSP P1,

dokumen perencanaan uji sertifikasi kompetensi, dokumen pelaksanaan uji

sertifikasi kompetensi, peraturan-peraturan, sertifikat kompetensi, agenda dan

foto kegiatan. Teknik Pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan

dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan teknik triangulasi. Proses analisis data pada penelitian ini

menggunakan model analisis interaktif (Interaktive Model of Analysis).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik LSP P1 SMK Negeri 1 Purworejo

LSP P1 SMK Negeri 1 Purworejo dirintis sejak tahun 2009 melalui pendirian

Tempat Uji Kompetensi (TUK) Teknik Pemesinan. Begitupula keterlibatan

kepala kompetensi keahlian yang berperan sebagai penanggung jawab Tempat

Uji Kompetensi (TUK) yang sudah ada terlebih dahulu sebelum pembentukan

LSP P1, dia bertanggungjawab dalam menentukan dan memilih skema

sertifikasi sesuai dengan karakteristik TUK yang ada pada kompetensi

keahliannya. Upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam pendirian LSP P 1 ini

memiliki sasaran yang jelas, utamanya untuk menguji siswanya sendiri dan

juga siswa sekolah lain yang masuk dalam jejaring, yaitu sekolah-sekolah

kejuruan sekitar yang belum memiliki Tempat Uji Kompetensi (TUK) atau

yang belum memiliki LSP P1, dimana dalam pelaksanaan Uji Kompetensi

Kejuruan, diharapkan sudah menggunakan model uji sertifikasi kompetensi.

Kompetensi kerja yang ada di industri, telah dimasukkan dalam pelaksanaan

pembelajaran di sekolah kejuruan di dalam mata pelajaran produktif atau

dalam kurikulum 2013 dikategorikan sebagai kelompok mata pelajaran

peminatan C1 sebagai dasar bidang keahlian, C2 sebagai dasar program

keahlian dan C3 sebagai mata pelajaran kompetensi keahlian. Untuk itu,

dalam hubungannya dengan lembaga sertifikasi, maka sekolah ini melakukan

Page 9: PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Abstrak Sekolah Menengah

5

sinkronisasi kurikulum dengan dunia industri, yaitu antara Standar

Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Dasar (KD), Kompetensi Inti (KI)

dengan SKKNI dan skema sertifikasi yang dikemas dalam silabus dan

dijabarkan dalam materi pembelajaran teori dan praktek untuk dilaksanakan

sesuai standar kompetensi di industri. Tujuan dari pendirian LSP P1 di sekolah

ini sesuai dengan Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Nomor

:2/BNSP/III/2014 bahwa LSP pihak kesatu lembaga pendidikan atau pelatihan

adalah lembaga yang didirikan oleh lembaga pendidikan dan atau pelatihan

dengan tujuan utama melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja terhadap

peserta pendidikan atau pelatihan berbasis kompetensi dan atau sumber daya

manusia dari jejaring kerja lembaga induknya, sesuai ruang lingkup yang

diberikan oleh BNSP. Lembaga sertifikasi ini sangat penting bagi sekolah

sebab keberadaannya dapat meningkatkan eksistensi sekolah di masyarakat,

terutama masyarakat usaha dan industri. Perusahaan dapat langsung mengenal

eksistensi sekolah dari lulusannya yang menjadi tenaga kerja di tempatnya.

Apa lagi jika sekolah sudah dapat menyediakan tenaga kerja yang berkualitas,

lembaga sertifikasi ini menjadi sebuah keharusan yang tidak dapat diabaikan.

(Mohammad Sahroni.2017:38).

Skema sertifikasi yang dimiliki sekolah ini adalah:

1) Pengoperasian Mesin Bubut Dasar yang terdiri dari 7 unit kompetensi.

2) Pengoperasian Mesin Frais Dasar yang terdiri dari 7 unit kompetensi.

Lisensi dari BNSP diterbitkan pada tanggal 31 Juli 2015 dengan Sertifikat

Lisensi bernomor : BNSP-LSP-175-ID.

Tabel 1.1 Data Uji Sertifikasi

No Kegiatan Tahun Sumber Dana Peserta Hasil

% K BK

1 Uji Kompetensi 2015 Mandiri 4 4 0 100

2 Uji Kompetensi 2015 APBN-BNSP 440 212 228 48

3 Uji Kompetensi 2016 Mandiri 92 35 57 38

4 Uji Kompetensi 2016 APBN-BNSP 80 41 39 51

5 Uji Kompetensi 2017 Mandiri 102 84 18 82

6 Uji Kompetensi 2018 Mandiri 126 106 20 84

7 Uji Kompetensi 2018 APBN-BNSP 140 33 107 24

Jumlah 984 515 469

Page 10: PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Abstrak Sekolah Menengah

6

Sejak tahun 2015 – 2018 LSP P1 ini sudah menguji sebanyak 984 peserta

dengan hasil yang kompeten sebanyak 515 peserta dan yang belum

kompeten sejumlah 469 peserta. Dengan demikian 52,3 % dari

keseluruhan peserta uji dinyatakan kompeten dan berhak atas sertifikat

kompetensi, sedangkan sebanyak 47,7 % dinyatakan belum kompeten dan

tidak berhak untuk menerima sertifikat kompetensi. Hasil uji tersebut telah

menunjukkan bahwa LSP P1 ini telah melakukan prinsip uji kompetensi

dengan ketidakberpihakan, keadilan, validitas dan kehandalan (reliability).

3.2 Mekanisme sertifikasi kompetensi pada Lembaga Sertifikasi Profesi

Pihak 1 di SMK Negeri 1 Purworejo

3.2.1 Persiapan Uji Sertifikasi

Seperti pendapat Mohammad Saroni (2017:41) bahwa uji sertifikasi

merupakan salah satu cara untuk mengetahui tingkatan kualifikasi seorang

tenaga kerja. Sedangkan pelaksana uji sertifikasi adalah asesor dengan

memiliki hak atas lisensi yang dimilikinya, yaitu dalam pelaksanaan uji

sertifikasi memperoleh honor sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Sehingga dalam proses kegiatan uji sertifikasi dapat berjalan dengan baik

dan memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam sebuah uji sertifikasi

bagi siswa sekolah kejuruan. Untuk asesor, persiapan administrasi uji

sertifikasi tidak membuat lagi, karena sudah dibuat pada saat pengajuan

lisensi skema sertifikasi yang dinamakan MUK (Materi Uji Kompetensi)

dimana di dalamnya berisi materi, penilaian dan soal pengetahuan maupun

praktek dengan standar sesuai SKKNI dan BNSP. Sebelum pelaksanaan

uji sertifikasi, LSP P1 juga menyiapkan tempat uji kompetensi dalam

penyiapan peralatan dan bahan uji. Penyiapan tempat dan peralatan

dilakukan dengan melibatkan asesor verifikasi TUK untuk memeriksa

kesiapan alat/ mesin. Hal ini sesuai dengan Surat Ketua Badan Nasional

Nomor : B.1460/BNSP/XII/ 2017 perihal Penerapan Skema Sertifikasi

KKNI level II/III bagi SMK kepada LSP terlisensi BNSP dengan skema

KKNI level II Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan LSP P1 SMK pada

point 9.3. Proses Uji Kompetensi yaitu dalam point 9.3.3. Peralatan teknis

Page 11: PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Abstrak Sekolah Menengah

7

yang digunakan dalam proses pengujian skema sertifikasi kualifikasi level

II Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan diverifikasi oleh asesor.

3.2.2 Pelaksanaan Uji Sertifikasi

Pelaksanaan uji sertifikasi di SMK Negeri 1 Purworejo adalah sebagai

berikut : 1) Pada hari pertama melaksanakan uji tertulis pada asesi tentang

dua skema yang akan diujikan pada siswa (asesi) yaitu pengoperasian

mesin bubut dasar dan pengoperasian mesin frais dasar serta unit

kompetensi yang termuat dalam masing-masing skema, yang dilaksanakan

oleh asesor yang telah ditunjuk berdasarkan surat tugas dan jadwal uji

sertifikasi. 2) Hari kedua dilanjutkan ujian praktek yang dilaksanakan

secara bergiliran, dimana dalam satu hari ada 3 sesi atau bergiliran dengan

jumlah peserta uji setiap sesi sebanyak 4 asesi. Dikarenakan jumlah mesin

bubut dan frais yang layak sesuai hasil verifikasi sejumlah 4 mesin. Dalam

jadwal pelaksanaan setiap hari maksimal 6 – 10 asesi yang diuji oleh

asesor. 3) Hari ketiga melanjutkan ujian praktek sesuai dengan jadwal

sampai dengan selesai semua assesi telah diuji berdasarkan soal praktek

yang diberikan dan telah dikerjakan dengan bukti hasil pekerjaan yang

akan dinilai oleh asesor untuk menentukan kelayakan hasil kerja. 4) Pada

akhir hari ketiga, setelah semua asesi menyelesaikan uji kompetensi, maka

asesor melaksanakan verifikasi capaian nilai soal teori dan soal praktek.

Kemudian dilanjutkan dengan menentukan rekomendasi untuk hasil uji

kompetensi berupa ‘Kompeten” dan “Belum Kompeten”. Hasil

rekomendasi ini diberikan kepada pihak Panitia Tempat Uji Kompetensi

(PTUK). 5) Tahap berikutnya PTUK melaksanakan sidang keputusan/

pleno/ penegas berdasarkan rekomendasi hasil uji kompetensi, untuk

diajukan ke BNSP dalam perolehan sertifikat kompetensi bagi peserta uji

yang memperoleh predikat kompeten. Bagi peserta yang memperoleh

predikat belum kompeten, tidak mendapatkan sertifikat kompetensi dan

tidak dapat mengajukan untuk uji sertifikasi lagi di LSP P1, tetapi peserta

dapat mengajukan uji sertifikasi melalui LSP P3. 6) Selanjutnya panitia

yang terdiri dari pengurus LSP atau disebut PTUK (Panitia Tempat Uji

Page 12: PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Abstrak Sekolah Menengah

8

Kompetensi) melakukan evaluasi/ sidang tentang pelaksanaan uji

kompetensi periode berjalan. Membahas kekurangan dan kelebihan dari

hasil pelaksanaan uji kompetensi, sehingga akan dilakukan perbaikan dan

penyempurnaan pelaksanaan uji kompetensi berikutnya. 7) Hasil sidang

pleno uji kompetensi disampaikan kepada BNSP melalui jasa POS,

kemudian setelah diverifikasi BNSP menerbitkan sertifikat kompetensi

yang berupa Blanko yang telah terisi lengkap dengan klaster skema

kompetensi yang diujikan. Blanko sertifikat dikirimkan ke LSP P1 dan

diterima kemudian dilakukan penandatanganan sertifikat oleh Ketua LSP

P1. 8) Setelah sertifikat jadi, diserahkan kepada peserta uji sertifikasi dan

dapat digunakan sebagaimana mestinya untuk keperluan melamar

pekerjaan atau melanjutkan ke pendidikan tinggi. 9) Penggunaan sertifikat

diawasi oleh pihak LSP P1, apabila disalahgunakan dapat dilakukan

pembekuan. 10) Peserta uji dapat melakukan sertifikasi ulang dari

sertifikat yang dimiliki setelah masa berlaku habis yaitu 3 tahun.

Gambar 2.1 Mekanisme Uji sertifikasi

Persiapan Uji Sertifikasi

•Daftar peserta dari PTUK

•Semua siswa kelas XII Teknik Pemesinan dan atau siswa sekolah jejaring

•Persiapan dokumen assesment

•Persiapan TUK

•Persiapan bahan dan alat

•Verifikasi TUK

Pelaksanaan Uji Sertifikasi

•Hari 1 uji teori

•Hari 2 uji praktek

•Hari 3 lanjutan uji praktek

•Rekomendasi

•Sidang pleno

•Pengajuan sertifikat ke BNSP

•Penerbitan sertifikat oleh BNSP paling lambat 2 minggu setelah pengajuan

•Pembagian sertifikat

Pengawasan dan Evaluasi UjiSertifikasi

•Pengawasan sekolah melalui RKAS

•Peningkatan SDM asesor

•Sarana prasarana TUK

•Pembiayaan

•Evaluasi persiapan, proses dan akhir kegiatan

•Program tindak lanjut

Page 13: PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Abstrak Sekolah Menengah

9

3.2.3 Mekanisme Penerbitan Sertifikat

Setelah uji kompetensi selesai dilaksanakan, dilakukan sidang pleno oleh

PTUK dengan hasil pengajuan sertifikat bagi peserta yang dinyatakan

kompeten berdasar dari rekomendasi keputusan dari asesor. Langkahnya

adalah : LSP melaporkan rencana penerbitan sertifikat kompetensi kepada

BNSP dengan menyampaikan data isian sertifikat dilengkapi dokumen

pendukung uji kompetensi. BNSP menetapkan nomer sertifikat

kompetensi yang bersifat unik secara nasional sesuai dengan ketentuan.

LSP, setelah memperoleh nomer sertifikat dari BNSP, menyiapkan

penerbitan sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan. Sertifikat

kompetensi ditandatangani oleh Pimpinan LSP yang telah ditentukan dan

dibubuhi stempel berwarna biru. Setiap sertifikat yang diterbitkan

dimasukan kedalam basis data LSP dan basis data BNSP. Penerbitan

sertifikat oleh LSP paling lambat 2 (dua) minggu setelah peserta

dinyatakan kompeten. Sertifikat disampaikan kepada pemilik sertifikat

melalui sekretariat LSP. Setiap penyerahan sertifikat harus disertai dengan

tanda bukti penerimaan dari pemilik sertifikat. Mekanisme penerbitan

sertifikat sesuai dengan Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi

Nomor: 03/BNSP.302/X/2013 tentang Pedoman Penerbitan Sertifikat.

3.2.4 Pengawasan dan Evaluasi Uji Sertifikasi

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh TUK sebagai kepanjangan tangan

dari LSP P1 tentunya tidak luput dari penjaminan kualitas dan

kelayakannya terutama untuk pembelajaran praktek dan uji sertifikasi

sebagai tugas utamanya. Standar pembiayaan yang menjadi acuan dalam

menyelenggarakan pendidikan, meliputi salah satunya pembiayaan untuk

penyelenggaraan uji sertifikasi. Dalam pelaksanaan pembiayaan, sekolah

mengawasi sebagai fungsi kontrolnya, agar terjamin penyelenggaraan uji

sertifikasi yang efektif dan efisien. Pengelolaan ini sesuai dengan pendapat

George R. Terry ( dalam Didin Kurniadin dan Imam Machali. 2016:26)

yang menyebutkan,

Page 14: PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Abstrak Sekolah Menengah

10

”Management is a distinct process consisting of planning, organizing,

actuating, and controlling performed to determine and accomplish

stated objectives by the use of human being and other resources”.

Evaluasi dilakukan pada persiapan, proses dan akhir dari uji sertifikasi,

dimana meliputi komponen sarana prasarana TUK, perangkat asesmen,

proses asesmen oleh asesor, peserta uji sertifikasi, peralatan dan mesin

yang digunakan, pembiayaan dan hasil uji sertifikasi yang berupa

rekomendasi pemberian sertifikat uji sertifikasi oleh LSP P1. Evaluasi

yang dilaksanakan sesuai dengan Peraturan BNSP Nomor :

09/BNSP.301/XI/2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Asesmen

Kompetensi pada kegiatan evaluasi sebagai bagian dari tugas bidang mutu

LSP P1.

3.3 Kelebihan dan Kekurangan Sertifikasi Kompetensi pada Lembaga

Sertifikasi Profesi Pihak 1 di SMK Negeri 1 Purworejo

3.3.1 Kelebihan LSP P1 SMK Negeri 1 Purworejo

3.3.1.1 Menumbuhkan semangat siswa dalam menempuh pendidikan

Sertifikasi kompetensi dirasa sangat bermanfaat bagi siswa, terutama

siswa yang akan lulus dari sekolah. Pengalaman dan bekal sertifikat

kompetensi menjadi satu kebanggaan bagi siswa dalam menempuh

pendidikan di kejuruan dalam hal ini di SMK Negeri 1 Purworejo.

Pendidikan vokasional mengkaji berbagai bidang teknologi yang

berkaitan dengan sains dan memberikan ketrampilan (kompetensi)

yang praktis, sikap dan pemahaman terhadap bidang pekerjaan

tertentu. Menurut Unesco dan ILO (2002) dalam Ivan Hanafi (2014:3)

sebagai berikut :

“…the study of technologies and related sciences, and the

acquisition of practical skills, attitudes, understanding and

knowlwdge relating to occupations in various sectors of economic

and social life. (P7).”

Sesuai dengan hal tersebut maka LSP P1 sebagai pelaksana uji

sertifikasi dan pemberi sertifikat kompetensi bagi siswa SMK yang

berkontribusi positif pada peningkatan kompetensi lulusan SMK.

Page 15: PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Abstrak Sekolah Menengah

11

3.3.1.2 Menggunakan model pembelajaran Inquiri Learning dalam

menyiapkan siswanya untuk uji sertifikasi

Menyiapkan siswa untuk uji sertifikasi kompetensi dilakukan dengan

menyinkronkan materi pembelajaran dengan materi uji kompetensi

yang disusun dalam penjadwalan kegiatan pembelajaran. Dalam proses

pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan model

inquiry learning. Sesuai dengan pelaksanaan kurikulum 2013 terutama

pembelajaran kelompok C, untuk pelaksanaan proses pembelajaran

praktek berdasar pada hasil sinkronisasi kompetensi inti dan

kompetensi dasar dengan SKKNI.

3.3.1.3 Memiliki asesor kompetensi dan asesor verifikasi TUK sesuai dengan

kebutuhan sertifikasi kompetensi

LSP P1 ini memiliki asesor kompetensi dan asesor verifikasi TUK

sesuai dengan kebutuhan sertifikasi kompetensi. Rinciannya sebagai

berikut : a) Jumlah asesor cukup, memiliki 5 orang asesor kompetensi.

b) Jumlah peserta uji kompetensi minimal 64 siswa per tahun. c) TUK

(Tempat Uji Kompetensi) memiliki sarana dan prasarana sesuai

dengan industri, dimana TUK yang dimiliki pada awalnya adalah

kerjasama dengan LSP P3. d) Proses uji sertifikasi selalu diaudit pada

setiap pelaksanaannya, peralatan selalu diverifikasi oleh asesor. e)

Kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh bagian mutu pada setiap akhir

kegiatan. f) Verifikasi peralatan yang dilakukan oleh asesor verifikasi

yang telah memiliki sertifikat sebagai verifikator lisensi TUK sejumlah

2 orang asesor. Kelebihan LSP P1 ini berdasar pada Peraturan BNSP

Nomor : 1/BNSP/III/2014, tentang Pedoman Penilaian Kesesuaian -

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi.

3.4 Kelemahan LSP P1 SMK Negeri 1 Purworejo

3.4.1 Jumlah peralatan masih kurang

TUK ini memiliki mesin bubut yang standar sebanyak 4 (empat) buah

dan mesin frais yang memenuhi standar sejumlah 4 (empat) buah.

Dalam waktu yang sama hanya 4 (empat) asesi yang dapat diuji pada

Page 16: PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Abstrak Sekolah Menengah

12

mesin bubut, dan juga dalam waktu bersamaan hanya 4 (empat) asesi

yang dapat diuji pada mesin frais.

3.4.2 Tenaga administrasi masih kurang

Karena kekurangan tenaga administrasi, penataan ruang LSP P 1 masih

kurang rapi, sehingga pendokumenan kegiatan kurang optimal, jarak

antara kantor LSP P1 dan TUK berjauhan, sehingga untuk distribusi

dokumen uji sertifikasi kurang efektif dalam waktu.

3.4.3 Belum melakukan survailan bagi pemegang sertifikat kompetensi

Penjaminan mutu bagi pemegang sertifikat kompetensi belum

dilakukan berdasarkan pedoman yang ada. Masa berlaku sertifikat

kompetensi adalah tiga tahun, dan dalam masa tersebut pemegang

sertifikat diasumsikan tetap dalam penguasaan kompetensi seperti yang

tercantum dalam unit kompetensi pada sertifikat, namun apabila

pemegang sertifikat belum bekerja selama periode tersebut atau

bekerja pada bidang pekerjaan yang lain perlu adanya pengecekan dan

penjaminan mutu atas sertifikat kompetensi yang dimiliki. Peraturan

Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor:2/BNSP/VIII/2017 Tentang

Pedoman Pengembangan Dan Pemeliharaan Skema Sertifikasi Profesi

pada proses sertifikasi huruf f tentang Surveilan Pemegang Sertifikat,

skema sertifikasi harus menguraikan tata cara surveilan terhadap

pemegang sertifikat selama masa berlaku sertifikat untuk memastikan

bahwa pemegang sertifikat menunjukkan konsistensinya sesuai dengan

skema sertifikasi.

4. PENUTUP

Pembentukan LSP P1 ini memiliki tujuan untuk mensertifikasi siswa sekolah

sendiri dalam bidang pemesinan, selain itu juga untuk mensertifikasi sekolah

disekitarnya. Lisensi skema berlaku selama 3 tahun. Dalam mendirikan LSP

P1, perlu didukung oleh kepemilikan sarana dan prasarana praktek, ruangan/

kantor yang memadai dan juga sumberdaya guru yang telah memiliki sertifikat

asesor kompetensi. Sinkronisasi kurikulum dengan dunia industri dilakukan

Page 17: PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Abstrak Sekolah Menengah

13

pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Dasar (KD),

Kompetensi Inti (KI) dengan SKKNI dan skema sertifikasi yang dikemas

dalam silabus dan dijabarkan dalam materi pembelajaran teori dan praktek

untuk dilaksanakan sesuai standar kompetensi di industri. Uji sertifikasi

dilaksanakan setelah semua persyaratan uji terpenuhi, dari peserta, penyiapan

dokumen, verifikasi TUK, penganggaran, kesiapan asesor, panitia sampai

jadwal pelaksanaan. Setelah penerbitan sertifikat kompetensi, perlu adanya

pengecekan dan penjaminan mutu atas kompetensi personal pemegang

sertifikat kompetensi secara periodik. SMK yang belum memiliki LSP P1

untuk mengambil kebijakan pendirian lembaga ini disekolahnya dengan

mempertimbangkan segala aspek kelebihan dan kekurangannya untuk

dicarikan solusi dalam menyempurnakannya.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Sumardjoko.(2015). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta:

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Cheng, Liying; Spaling, Melisa; Song, Xiaomei.(2013). Barriers and Facilitators

to Professional Licensure and Certification. Journal of International

Migration and Integration; Dordrecht Vol. 14, Iss. 4:33-750.

Corbière, Marc; Brouwers, Evelien; Lanctôt, Nathalie; van Weeghel, Jaap.(2014).

Employment Specialist Competencies for Supported Employment Programs.

Journal of Occupational Rehabilitation; New York Vol. 24, Iss. 3:484-97.

Didin Kurniadin, Imam Machali.(2016). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta:Ar-

Ruzz Media.

Ejili, Augustine Edeoga.(2014). Quality Assurance in Vocational and Technical

Education:A Panacea to Youth Unemployment in Nigeria. International

Journal of Arts & Sciences; Cumberland Vol. 7, Iss. 3:431-445.

Guilbert, Laure; Bernaud, Jean-luc; Gouvernet, Brice; Rossier, Jérôme.(2016).

Employability: Review and Research Prospects. International Journal for

Educational and Vocational Guidance; Dordrecht Vol. 16, Iss. 1:69-89.

Idialu, Ethel E.(2013).Ensuring Quality Assurance in Vocational Education.

Contemporary Issues in Education Research (Online);

Littleton Vol. 6, Iss. 4:431.

Page 18: PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Abstrak Sekolah Menengah

14

Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 Tentang Revitalisasi Sekolah menengah

Kejuruan Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas dan Daya saing Sumber

Daya Manusia Indonesia.

Ivan Hanafi.(2014). Pendidikan Teknik dan Vokasional. Bandung:Refika

Aditama.

Juhásová, Jana.(2014). Development of Key Competencies of Pupils Technical

Vocational Education. Journal of Technology and Information Education;

Olomouc Vol. 6, Iss. 2:79-84.

Lester, Stan.(2014). Professional Standards, Competence and Capability. Higher

Education, Skills and Work-Based Learning; Bingley Vol. 4, Iss. 1: 31-43.

Lexy J. Moleong.(2017). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja

Rosdakarya.

Muhammad Saroni.(2017).Sertifikasi Keahlian Siswa. Yogyakarta:Ar-Ruzz

Media.

Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 1/BNSP/III/2014 Tentang

Pedoman Penilaian Kesesuaian - Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi

Profesi.

Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 2/BNSP/III/2014 Tentang

Pedoman Pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi.

Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor: 1/BNSP/II/2017 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi Bagi Lulusan Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK).

Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi Nomor : 2/BNSP/VIII/2017 Tentang

Pedoman Pengembangan Dan Pemeliharaan Skema Sertifikasi Profesi.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Badan

Nasional Sertifikasi Profesi.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka

Kualifikasi Nasional Indonesia.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2013

Tentang Pedoman Pengembangan Sistem Pendidikan Dan Pelatihan

Berbasis Kompetensi Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri Dan

Pemerintahan Daerah.

Panagiotakopoulos, Antonios.(2012).Employability Skills Development in Greek

Higher Education Institutions (Heis) Implications for Policy Makers. Higher

Education, Skills and Work - Based Learning; Bingley Vol. 2, Iss. 2 : 141-

150.

Rapatskaia, Liudmila A; Alekseeva, Elena V; Vorontsova, Elvira M;

Konstantinova, Valentina V; Sadykova, Aida G; et al.(2016). Management of

Page 19: PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI …eprints.ums.ac.id/67257/11/NASKAH PUBLIKASI.pdf1 PENGELOLAAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK 1 DI SMK NEGERI 1 PURWOREJO Abstrak Sekolah Menengah

15

Students Professional Competencies Formation on The basis of

Interdisciplinary Integration. International Review of Management and

Marketing, suppl. Special Issue; Mersin Vol. 6, Iss. 2S:n/a.

Reji Edakkandi Meethal.(2014). Towards Building a Skill Based Society in India.

The International Journal of Sociology and Social Policy;

Bingley Vol. 34, Iss. 3/4:181-195.

Rohiat.(2012). Manajemen Sekolah. Bandung:Refika Aditama.

Surat Ketua BNSP Nomor B.1460/BNSP/XII/2017 Tentang Penerapan Skema

Sertifikasi KKNI Level II/III bagi SMK.

Sutama.(2016). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R &

D. Kartasura:Fairuz Media.

Thang, Phan Vo Minh; Wongsurawat, Winai.(2016). Enhancing The

Employability of IT Graduates in Vietnam. Higher Education, Skills and

Work - Based Learning; Bingley Vol. 6, Iss. 2:146-161.

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Waters, Melinda; Simon, Linda; Simons, Michele; Davids, Jennifer; Harreveld,

Bobby.(2015). A Case for Scholarly Activity in Vocational Education in

Australia. Higher Education, Skills and Work - Based Learning;

Bingley Vol. 5, Iss. 1:14-31.