Post on 30-Oct-2021
PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP
PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK PADA
MATA PELAJARAN PKN SDN 03 ELE
KEC. TANETE RIAJA KAB. BARRU
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
KARMILA
10540 1103716
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : KARMILA
Stambuk : 10540 11037 16
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul :Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap
Pembentukan Karakter Anak pada Mata Pelajaran
Pkn di SD Negeri 03 Ele Kecamatan Tanete Riaja
Kabupaten Barru
Dengan ini menyatakan bahwa:
Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah hasil karya sendiri,
bukan hasil jiplakan atau dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, September 2020
Yang membuat pernyataan
KARMILA
v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : KARMILA
Stambuk : 10540 11037 16
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya
yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya selalu melakukan konsultasi
dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi
ini.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian surat perjanjian ini saya buat dengan sebenarnya dan penuh kesadaran.
Makassar, September 2020
Yang membuat pernyataan
KARMILA
vi
MOTO dan PERSEMBAHAN
“Sabar dalam mengatasi kesulitan
dan bertindak bijaksana dalam mengatasinya
adalah sesuatu yang utama ‘’
“Iman Syafi’i Berkata’’
Ilmu pengetahuan itu buruan dan tulisan adalah talinya, maka berkaryalah
selagi masih Mampu.
Kupersembahkan…………..
“Karya sederhana ini untuk Ayahandaku Masse & Ibundaku Sukmiati sebagai tanda
baktiku kepadanya yang selalu mendukungku untuk bisa sampai di perguruan tinggi,
serta saudara-saudariku, sahabat-sahabatku yang senantiasa menyayangiku, berdoa
dengan tulus dan ikhlas, selalu memberikan yang terbaik serta selalu mengharapkan
kesuksesanku
Doa…, Pengorbanan…, Nasehat…, serta Kasih Sayang yang
tulus menunjang kesuksesanku
dalam menggapai cita-citaku”
vii
ABSTRAK
Karmila, 2020. Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Pembentukan Karakter
Anak Pada Mata Pelajaran PKn di SDN 03 Ele Kecamatan Tanete Riaja
Kabupaten Barru Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing Syarifuddin Cn. Sida dan Ibu Hj. Sitti Fatimah Tola.
Penelitian ini dilakukan di SDN 03 Ele Kecamatan Tanete Riaja
Kabupaten Barru. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini adalah keadaan lingkungan sekolah di SDN 03
Ele, Karakter siswa di SDN 03 Ele dan pengaruh lingkungan sekolah terhadap
pembentukan karakter anak pada mata pelajaran PKn di SDN 03 Ele Kecamatan
Tanete Riaja Kabupaten Barru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh lingkungan sekolah terhadap pembentukan karakter anak pada mata
pelajaran PKn di SDN 03 Ele Kecamatan Tanete Riaja Kabupateb Barru. Dalam
penelitian ini instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa wawancara,
observasi dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil dari observasi,wawancara dan dokumentasi diatas maka
dapat disimpulkan bahwa pengaruh lingkungan sekolah terhadap pembentukan
karakter anak pada mata pelajaran PKn yang dilakukan di SD Negeri 03 Ele
Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru bahwa dalam proses pembelajaran PKn
guru telah mengikuti langkah-langkah yang direncanakan di silabus,RPP dan
bahan ajar.. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh lingkungan sekolah
terhadap pembentukan karakter anak pada mata pelajaran PKn di SD Negeri 03
Ele Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru dapat disimpulkan bahwa
lingkungan sekolah sekolah dapat mempengaruhi pembentukan karakter anak
pada mata pelajaran PKn.
Kata Kunci: Lingkungan sekolah, pembentukan karakter, pembelajaran PKn.
viii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberi kekuatan dan kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Pembentukan
Karakter Anak pada Mata Pelajaran PKn Kelas SDN 03 Ele Kecamatan Tanete
Riaja Kabupaten Barru”. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW., yang telah menyinari dunia ini dengan cahaya islam.
Semoga kita termasuk umat beliau yang akan mendapatkan syafa’aat di hari
kemudian. Amin.
Penyusun menyadari bahwa sejak penyusunan proposal sampai skripsi ini
rampung, banyak hambatan, rintangan, dan halangan, namun berkat izin Allah
SWT., dan bantuan, motivasi, serta doa dari berbagai pihak semua ini dapat
teratasi dengan baik. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada orang tua
tercinta, Ayahanda Masse dan Ibunda Sukmiati, serta saudara saudariku yaitu
Sertu Sumardi S.Ap. Kep, Supartia S.Pd, Sunarti S.Pd dan Sudarsono S.Pd, M.Pd
atas segala pengorbanan, pengertian, kepercayaan, dan doanya sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi dengan baik. Semoga Allah SWT., senantiasa
melimpahkan Rahmat dan Berkah-Nya kepada kita semua.
ix
Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. H.Ambo Asse, M.Ag, Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi peluang unntuk
mengikuti proses perkuliahan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar. Erwin Akib, S.Pd, M.Pd Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
yang telah memberi izin sehingga penelitian ini dapat terlasana, Alim Bahri,
S.Pd, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan seluruh staf
pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang penuh
perhatian dalam membimbing dan memfasilitasi selama proses perkuliahan
hingga menyusun skripsi. Bapak Dr. Syarifuddin Cn. Sida, M.Pd (pembimbing I)
dan ibu Dra. Hj. Sitti Fatimah Tola, M.Si. (pembimbing II) yang telah
meluangkan waktunya disela kesibukan beliau untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam upaya penyusunan skripsi ini sampai tahap
penyelesaian. Ibu Hj. Nurmah S.Pd SD., Kepala SDN 03 Ele guru-guru yang
telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SDN 03
Ele dan sahabat sekaligus teman seperjuangan dan teman-teman kelas PGSD 2016
yang senantiasa menyemangati dalam penyusunan skripsi ini.
Amin Ya Rabbal Alamin…
Makassar, Oktober 2020
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN .................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
E. Defenisi Oprasional..............................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 7
A. Konsep Lingkungan Sekolah ............................................................... 7
1. Pengertian Lingkungan Sekolah .................................................... 7
2. Ruang Lingkup Lingkungan Sekolah ............................................ 12
3. Syarat Lingkungann Sekolah yang Sehat ....................................... 13
B. Konsep Pembentukan Karakter ............................................................ 18
1. Pengertian Pembentukan Karakter ................................................. 18
C. Mekanisme Pembentukan Karakter ..................................................... 22
xi
1. Unsur Pembentukan Karakter ........................................................ 22
2. Proses Pembentukan Karakter........................................................ 25
3. Peranan Sekolah dalam Pembentukan Karakter ............................ 28
4. Hambatan-Hambatan dalam Penanaman Pendidikan Karakter ..... 31
D. Hakikat Pembelajaran PKn di SD ........................................................ 32
E. Penelitian yang Relevan ....................................................................... 34
F. Kerangka Pikir ..................................................................................... 35
G. Hipotesis ............................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 38
A. Jenis dan Tipe Penelitian ...................................................................... 38
B. Lokasi Penelitian .................................................................................. 38
C. Sumber Data ......................................................................................... 39
D. Informan Penelitian .............................................................................. 39
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 40
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 43
A. Paparan Data ........................................................................................ 43
1. Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................ 43
2. Deskripsi Hasil Wawancara ........................................................... 43
3. Deskripsi Hasil Dokumentasi ......................................................... 50
B. Temuan Penelitian ................................................................................ 50
C. Pembahasan .......................................................................................... 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 54
A. Kesimpulan .......................................................................................... 54
B. Saran ..................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55
LAMPIRAN .................................................................................................... 56
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1...........................................................................................................40
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Bagan Kerangka Pikir......................................................................37
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap atau tingkah laku seseorang
maupun kelompok baik dari aspek afektif, kognitif, dan psikomotor (Rismawati
fadila 2015:1). Selain itu, pendidikan merupakan sarana penting untuk
meningkatkan sumber daya manusia. Hal ini senada dengan rumusan pendidikan
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
yaitu:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Manusia sebagai makhluk sosial didalam kehidupannya sehari-hari
senantiasa mengadakan interaksi dengan lingkungannya, karena dari proses
interaksi itulah manusia dapat memenuhi hajar dan kebutuhan hidupnya dengan
cara melakukan kerja sama serta saling isi mengisi untuk memperoleh kebutuhan-
kebutuhan hidup yang diperlukan. Baik kebutuhan primer maupun kebutuhan
sekunder.
Jadi meskipun manusia memiliki dasar pembawaan atau bakat, namun
faktor lingkungan tidak dapat diabaikan pengaruhnya terhadap perkembangan
pribadi manusia umumnya dan anak khususnya. Baik karena disengaja maupun
tidak disengaja tetapi memberikan pengaruh. Hal ini didukung oleh pendapat
2
Sujanto yang menyatakan bahwa “perkembangan perilaku manusia dipengaruhi
oleh diri manusia itu sendiri dan lingkungannya”.
Lembaga pendidikan merupakan wadah yang secara terencana dan
dipercaya dapat menyiapkan peserta didik yang memiliki karakter dengan usaha
seluruh komponen dengan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik.
Karakter yang diharapkan dimiliki peserta didik sebagaimana yang diungkapkan
dalam buku pelatihan dan pengembangan pendidikan budaya karakter bangsa
yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan ada delapan belas karakter yaitu
religius, jujur, semangat kebangsaan,cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial dan tanggung jawab.
Namun kenyataanya masih banyak lembaga pendidikan yang belum
berhasil dalam membentuk karakter murid. Hal ini terbukti masih terdapat murid
yang malas beribadah, berbohong, tidak disiplin, minat membacanya kurang,
tidak sopan, kurang peduli lingkungan dan sebagainya.
Faktor yang memberi pengaruh yang cukup besar terhadap pembentukan
karakter adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat. Pembentukan karakter dilingkungan sekolah sangat diperlukan
karena seorang anak memiliki waktu yang cukup banyak dilingkungan sekolah
atau berada diluar lingkungan sekolah bersama teman-teman sekolahnya.
Lingkungan sekolah merupakan kesatuan ruang dalam lembaga
pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan.
Pengajaran atau pelatihan dalam rangka membantu para siswa agar mampu
3
mengembangkan potensinya secara optimal, baik yang menyangkut aspek
moral,spiritual, intelektual, emosional, sosial, maupun fisik motoriknya.
Pengaruh lingkungan terhadap karakter murid cukup besar karena sekolah
adalah lingkungan sosial kedua setelah keluarga yang dikenal oleh murid.
Lingkungan sekolah sendiri mempunyai faktor yang dapat mempengaruhi
pembentukan karakter murid, diantaranya adalah kematangan murid, keadaan
fisik murid, kehidupan sekolah, guru, staf, kurikulum dan metode yang digunakan
dalam mengajar.
Dari observasi awal yang dilakukan penulis pada Senin 27 Januari 2020 di
SD Negeri 03 Ele Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru masih terdapat murid
yang berperilaku kurang berkarakter dan bermoral. Di sekolah tersebut masih ada
murid yang berbohong, tidak disiplin, kurang minat membaca dan kurang peduli
lingkungan. Disamping itu siswa juga kurang sopan seperti makan ketika guru
menjelaskan pelajaran dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
diberi judul “Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Pembentukan
Karakter Anak pada Mata Pelajaran PKn di SDN 03 Ele Kecamatan Tanete
Riaja Kabupaten Barru.”
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam
penelitian dirumuskan sebagai berikut :
Apakah terdapat pengaruh lingkungan sekolah terhadap pembentukan karakter
anak pada mata pelajaran PKn di SD Negeri 03 Ele Kecamatan Tanete Riaja
Kabupaten Barru?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekolah terhadap pembentukan
karakter anak pada mata pelajaran PKn.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat secara teoritik
Untuk menambah pengetahuan serta memperluas wawasan penulis
tentang pengaruh lingkungan sekolah terhadap pembentukan karakter anak
pada mata pelajaran PKn.
2. Manfaat secara Praktis
1) Bagi Murid
Hasil penelitian ini dapat digunakan murid untuk memacu semangat
untuk memilih teman atau lingkungan belajar yang baik dan tepat, agar
memiliki karakter yang baik pula dan kemampuan yang maksimal
sebagai bekal pengtahuan yang akan datang.
5
2) Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat memberi tambahan pengetahuan bagi
guru agar mengetahui betapa besarnya pengaruh lingkungan sekolah
yakni guru sebagai pendidik yang ikut serta berpengaruh terhadap
karakter murid.
a) Bagi kepala sekolah
Hasil penelitian ini bagi kepala madrasah dapat digunakan
sebagai acuan dan setrategi dalam meningkatkan hubungan
interaksi dalam pergaulan siswa yang positif disetiap lingkungan
belajar yang murid gunakan, serta dapat dijadikan alat untuk
memacu prestasi belajar murid yang dilakukan oleh tenaga
pendidik dan lembaga pendidikan yang bersangkutan.
b) Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
petunjuk, arah, acuan serta, bahan pertimbangan bagi peneliti.
E. Defenisi Oprasional
Berikut adalah defenisi oprasional:
1. Lingkungan sekolah merupakan tempat bagi pelajar untuk belajar bersama
teman-temannya secara terarah guna menerima transfer pengetahuan dari
guru yang didalamnya mencakup keadaan sekitar suasana sekolah, relasi
pelajar dan teman-temannya, relasi pelajar dengan guru dan dengan staf
sekolah, kualitas guru dan metode mengajarnya, keadaan gedung,
6
masyarakat sekolah, tata tertib, fasilitas-fasilitas sekolah, dan sarana
prasarana.
2. Pembentukan karakter adalah perbuatan atau usaha sungguh-sungguh
untuk pembentuk sifat tangguh, mandiri dan berakhlak mulia peserta
didik.
3. Pembelajaran PKn adalah pembelajaran yang berdasarkan nilai-nilai
pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai
luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa indonesia yang
diwujudkan dalam membentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari para
murid baik sebagai individu, sebagai anggota masyarakat dan makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Lingkungan Sekolah
1. Pengertian Lingkungan sekolah
a. Lingkungan Sekolah
Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan
lingkungan sekitar. Lingkungan inilah yang secara langsung/tidak langsung
dapat mempengaruhi karakter/sifat seseorang. Lingkungan secara sempit
diartikan sebagai alam sekitar diluar diri manusia atau individu sedangkan
secara arti luas, lingkungan mencakup segala material dan stimulus di dalam
dan di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio
kultural. Secara fisiologis, lingkungan meliputi kondisi dan material
jasmaniah di dalam tubuh. Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap
yang diterima oleh individu mulai sejak dalam kondisi konsensi, kelahiran,
sampai kematian. Secara sosio kultural, lingkungan mencakup segenap
stimulus, interaksi, dan dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya
orang lain( M Dalyono,2012:129).
Lingkungan menyediakan stimulus terhadap individu sedangkan individu
memberikan respon terhadap lingkungan yang ada di dalam alam sekitar.
Segala kondisi yang berada di dalam dan di luar individu baik fisiologis,
psikologis, maupun sosial kultural akan mempengaruhi tingkah individu ke
arah yang benar. Lingkungan berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh yang langsung misalnya pergaulan dengan keluarga,
8
teman-teman, sedangkan pengaruh tidak langsung misalnya melalui televisi,
membaca koran dan sebagainya.
“Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak baik berupa
benda, peristiwa, maupun kondisi masyarakat, terutama yang dapat memberi
pengaruh kuat pada anak yaitu lingkungan di mana proses pedidikan itu
berlangsung dan di mana anak bergaul sehari-hari” (Hafi Anshari, 2004:90).
Oemar Hammalik mengatakan “Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam
sekitar yang memiliki makna/pengaruh tertentu kepada individu”.
Lingkungan menyediakan stimulus terhadap individu sedangkan individu
memberikan respon terhadap lingkungan yang ada di dalam alam sekitar.
Segala kondisi yang berada di dalam & diluar individu baik fisiologis,
psikologis, maupun sosial kultural akan mempengaruhi tingkah individu kea
rah yang benar. Lingkungan berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh yang langsung misalnya pergaulan dengan keluarga,
teman-teman,sedangkan pengaruh tidak langsung misalnya melalui televisi,
membaca Koran dsb.
Dwi Siswoyo., dkk mengatakan bahwa, lingkungan pendidikan meliputi:
1) Lingkungan phisik (keadaan iklim, keadaan alam).
2) Lingkungan budaya (bahasa, seni, ekonomi, politik pantangan hidup, dan
keagamaan).
3) Lingkungan sosial /masyarakat (keluarga, kelompok, bermain, organisasi)
(Dwi Siswoyo,dkk.,2007:148).
9
Berdasarkan berbagai pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa
lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di alam sekitar yang memiliki
makna/pengaruh terhadap karakter/sifat seseorang secara langsung maupun
tidak langsung.
b. Pengertian Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan secara resmi menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran secara sistematis, berencana, sengaja& terarah yang
dilakukan oleh pendidik yang professional dengan program yang dituangkan
ke dalam kurikulum tertentu dan diikuti oleh peserta didik pada setiap jenjang
tertentu, mulai dari tingkat anak-anak sampai perhuruan tinggi.
“Sekolah adalah lingkungan pendidikan yang mengembangkan dan
meneruskan pendidikan anak menjadi warga Negara yang cerdas, terampil
dan bertingkah laku baik” (Sumitro,dkk.,2006:81). Sekolah sebagai tempat
belajar bagi seorang murid dan teman-temannya untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan dari gurunya dimana pelaksanaan kegiatan belajar dilaksanakan
secara formal.
Sedangkan Tabrani Rusyan mengartikan lingkungan adalah segala sesuatu
yang berada di sekitar kita yang ada hubungannya dengan alam dan
berpengaruh terhadap kita. Pendapat ini senada dengan pendapat Ngalim
Purwanto yang menyebutkan bahwa: “....lingkungan kita yang aktual (yang
sebenarnya) hanyalah faktor-faktor dalam dunia sekelilingnya kita yang
sebenar-benarnya berpengaruh terhadap kita”.
10
“Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal. Dikatakan formal
karena disekolah terlaksana serangkaian kegiatanterencana dan terorganisasi,
termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar-mengajar di kelas”
(Winkel,2009:28). Definisi lain menyebutkan bahwa “sekolah adalah suatu
lembaga yang memberikan pelajaran kepada murid-muridnya” (Oemar
Hamalik,2003:5). Sekolah dapat mengembangkan dan meningkatkan pola
pikir anak karena di sekolah mereka belajar bermacam-macam ilmu
pengetahuan.
Kualitas guru merupakan faktor yang penting pula. Kualitas guru yang
dimaksud meliputi sikap dan kepribadan guru, tinggi rendahnya pengetahuan
yang dimiliki guru, dan sebagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan
itu kepada anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang
dapat dicapai anak (Ngalim Purwanto,2006:105) keadaan sekolah tempat
belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. “Keadaan gedung
sekolahnya dan letaknya,serta alat-alat belajar yang juga ikut menentukan
keberhasilan belajar siswa” (Muhibbin Syah,2006:152).
“Letak gedung sekolah harus memenuhi syarat-syarat seperti tidak terlalu
dekat dengan kebisingan/jalan ramai dan memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan ilmu kesehatan sekolah” (Sumadi Suryabrata,2006:233)
lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi dan teman-teman
sekelas juga dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang
menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik, misalnya rajin membaca dan
berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar
11
murid. Teman-teman yang rajin belajar dapat mendorong seorang murid
untuk lebih semangat dalam kegiatan belajarnya.
Sedangkan Nana Syaodih Sukmadinata, lingkungan sekolah meliputi:
1) Lingkungan fisik sekolah seperti sarana dan prasarana belajar, sumber-
sumber belajar, dan media belajar.
2) Lingkungan sosial menyangkut hubungan murid dengan teman-temanya,
guru-gurunya, dan staf sekolah yang lain.
3) Lingkungan Akademis yaitu suasana sekolah dan pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar dan berbagai kegiatan kokurikuler. (Nana Syaodih
Sukmadinah,2004:164).
Lingkungan sekolah terkait dengan metode mengajar guru, kurikulum,
relasi guru dengan pelajar, relasi murid dengan pelajar, disiplin sekolah.
Lingkungan sekolah mencakup keadaan lingkungan sekolah, suasana
sekolah, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib dan fasilitas-fasilitas
sekolah. Seperti pula dalam bukunya Dimyati dan Mudjiono bahwa dalam
prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan
olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian dan peralatan olah raga. Sarana
pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan alat dan fasilitas
laboratorium sekolah dan berbagai media pembelajaran lainnya.
Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan
belajar para muridnya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah
seperti lingkungan sekitar sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada,
sumber-sumber belajar dan media belajar dan sebagainya. Lingkungan sosial
12
menyangkut hubungan murid dengan kawan-kawannya, guru-guru serta staf
sekolah lainnya. Lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis,
yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar -mengajar, berbagai kegiatan
kokulikuler dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah
merupakan tempat bagi pelajar untuk belajar bersama teman-temannya secara
terarah guna menerima transfer pengetahuan dari guru yang didalamnya
mencakup keadaan sekitar suasana sekolah, relasi pelajar enggan dan teman-
temannya, relasi pelajar dengan guru dan dengan staf sekolah, kualitas guru
dan metode mengajarnya, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib,
fasilitas-fasilitas sekolah, dan sarana prasarana sekolah.
2. Ruang Lingkup Lingkungan Sekolah
Rahmawati (2014:11) menyatakan bahwa ruang lingkup sekolah adalah:
a. Lingkungan fisik sekolah: bangunan sekolah, sarana dan prasarana
sekolah, keadaan geografis di sekitar sekolah.
b. Lingkungan budaya sekolah: intrakurikuler dan ekstrakurikuler.
c. Lingkungan sosial sekolah: kelompok belajar murid, ekstrakurikuler dan
intrakurikuler, proses belajar mengajar di dalam kelas. “Lingkungan
sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses
pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat
peraga, dan lain-lain) dinamakan lingkungan pendidikan. Lingkungan
pendidikan adalah segala sesuatu yang ada dan terjadi sekeliling proses
pendidikan.
13
Jadi lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang berpengaruh kedua
setelah lingkungan keluarga, dan adapun keberhasilan proses pembelajaran
tidak hanya ditentukan oleh sebuah proses atau lingkungan sekolah saja
melainkan lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat juga menjadi
factor penunjang keberhasilan tersebut.
3. Syarat – Syarat Lingkungan Sekolah Yang Sehat.
Rahmawati (2014:12) syarat-syarat lingkungan sekolah yang sehat yaitu:
a. Lapangan bermain
Fasilitas lapangan bermain adalah sesuatu hal yang sangat penting bagi
kegiatan belajar mengajar di sekolah, khususnya yang berhubungan dengan
ketangkasan dan pendidikan jasmani. Selain itu lapangan bermain juga dapat
digunakan untuk kegiatan bermain pelajar, kegiatan upacara/apel pagi, dan
kegiatan perayaan / pentas seni yang memerlukan tempat yang luas.
b. Pepohonan rindang
Semakin pesatnya pertumbuhan sebuah daerah menyebabkan pepohonan
rindang habis ditebangi untuk dijadikan bangunan, terlebih jika harga tanah
ikut melonjak naik. Inilah yang menjadikan jumlah oksigen berkurang.
Oksigen adalah salah satu pendukung kecerdasan anak. Kadar oksigen yang
sedikit pada manusia akan menyebabkan suplai darah ke otak menjadi lambat,
padahal nutrisi yang kita makan sehari-hari disampaikan oleh darah ke seluruh
tubuh kita. Karena itulah dibutuhkan banyaknya pohon rindang di lingkungan
pekarangan sekolah dan lingkungan sekitar sekolah.
14
c. Sistem sanitasi dan sumur resapan air
Sistem sanitasi yang baik adalah syarat terpenting sebuah lingkungan
layak untuk ditinggali. Dengan sistem sanitasi yang bersih, maka seluruh
warga sekolah akan dapat lebih tenang dalam mengadakan proses belajar
mengajar. Selain itu diperlukan juga sistem sumur resapan air untuk mengaliri
air hujan agar tidak menjadi genangan air yang dapat menjadikan kotor
lingkungan sekolah, atau bahkan membahayakan apabila didiami oleh jentik-
jentik nyamuk.
d. Tempat pembuangan sampah
Sampah adalah salah satu musuh utama yang mempengaruhi kemajuan
suatu peradaban. Semakin bersih suatu tempat, maka semakin beradab pula
orang-orang di tempat itu. Terbukti dari kesadaran penduduk-penduduk di
negara maju yang sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan. Dalam
masalah sampah di sekolah, perlunya ditumbuhkan kesadaran bagi seluruh
warga sekolah untuk turut menjaga lingkungan. Caranya adalah dengan
menyediakan tempat pembuangan sampah berupa tong-tong sampah dan
tempat pengumpulan sampah akhir di sekolah, dan memberikan contoh
kepada pelajar untuk selalu membuang sampah pada tempatnya.
e. Lingkungan sekitar sekolah yang mendukung
Adanya kasus di beberapa daerah, misalnya lingkungan sekolah yang
dekat dengan pabrik yang bising dan berpolusi udara, atau lingkungan sekolah
yang berada di pinggir jalan raya yang selalu padat, atau bahkan lingkungan
sekolah yang letaknya berdekatan dengan tempat pembuangan sampah atau
15
sungai yang tercemar sampah sehingga menimbulkan ketidaknyamanan akibat
bau-bau tak sedap. Kasus-kasus tersebut adalah kasus yang perlu penanganan
langsung dan serius dari pemerintah. Lingkungan sekitar sekolah yang seperti
itu akan dapat menyebabkan pelajar cenderung tidak nyaman belajar, atau
bahkan penurunan kualitas kecerdasan akibat polusi tersebut. Karena itulah
sudah saatnya pemerintah memperhatikan generasi penerusnya ini, karena
beberapa kasus terjadi malah diakibatkan pemerintah itu sendiri. Contohnya,
sebuah sekolah yang sudah berada di lingkungan yang mendukung, tapi tiba-
tiba harus merasakan imbas dari pembangunan proyek di sekitar sekolah itu
akibat pemerintah yang tidak mengindahkan system tata kota yang sudah ada.
f. Bangunan sekolah yang kokoh dan sehat
Banyak sekali adanya kasus tentang bangunan sekolah yang roboh di
Indonesia. Entah itu karena bangunannya sudah tua, ataupun bangunan baru
yang dibangun dengan asal-asalan. Ini juga adalah kewajiban pemerintah
untuk mengatasinya. Karena bangunan sekolah sudah semestinya dibangun
dengan kokoh dan memiliki syarat-syarat bangunan yang sehat, seperti
ventilasi yang cukup dan luas masing-masing ruang kelas yang ideal.
4. Fungsi dan Peranan Sekolah
(El-Khanza:2011) Peranan sekolah dalam pendidikan yang merupakan
tingkatan kedua setelah pendidikan dalam keluarga. Peranan sekolah yakni
mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku
anak didik yang dibawa dari keluarganya. Peran seorang guru yang sebagai
pendidik harus memikul pertanggungjawaban untuk mendidik. Guru yang
16
ada di sekolah merupakan pendidik formal secara langsung menerima
kepercayaan dari sekolah maupun masyarakat untuk memangku jabatan dan
tanggungjawab pendidikan.
Selain dari guru, sekolah juga butuh adanya alat sebagai pelengkap
berkembangnya pendidikan. Yang dimaksud alat pendidikan disini yakni
suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu
tujuan pendidikan tertentu atau yang ingin dicapainya. Antara lain berupa
hukuman dan ganjaran, perintah dan larangan, pujian dan celaan, contoh serta
kebiasaan. Selain itu juga pada gedung sekolah, keadaan perlengkapan
sekolah, keadaan alat-alat pelajaran, dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Perubahan perilaku pada dasarnya dipengaruhi oleh pendidikan yang ia
terima sepanjang hayatnya, pendidikan ini bukan saja sebatas yang formal
seperti sekolah atau kursus-kursus namun dalam arti luas artinya segala
sesuatu yang diterima manusia melalui panca indera itu menjadi bagain dari
pendidikan. Melihat, mendengar, merasa, dan meraba merupakan komponen
penting dalam pendidikan, dan itu sangat-sangat mudah ia dapatkan dari
lingkungan, baik lingkungan pendidikan formal atau non formal.
Semenjak terlahirnya teori behaviouristik oleh Pavlov, maka sejak itu
pula pemahaman bahwa perilaku manusia dipengaruhi juga oleh lingkungan
menjadi dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Jadi wajar apabila Soekarno
pernah berkata lantang “Berikan aku sepuluh pemuda maka akan aku
mengubah dunia!” ungkapan itu tampak PD memang, namun beralasan.
Secara psikologi, memang lingkungan juga berperan penting dalam perilaku
17
manusia khususnya sekolah, sebab dari sinilah perlakukan-perlauan yang
terus menerus dan terstruktur masif diberikan kepada anak, sehingga anak
diharapkan dapat merubah perilakunya sesuai yang diharapkan. Sekolah yang
telah memberikan lingkungan yang menunjang bagi kesuksesan pendidikan
maka sekolah itu secara langsung dan tidak langsung memberikan sentuhan
perlakuan kepada anak. Lingkungan itu meliputi:
a. Fisik seperti bangunan, alat, sarana, dan gurunya
b. Non fisik yaitu kurikulum, norma, dan pembiasaan nilai-nilai kehidupan
yang terlaksana di sekolah itu.
Namun ingat, lingkungan memang berperan tetapi faktor genital juga
memberikan pengaruh, setidaknya pada bakat. Tentang bakat, banyak orang
yang sukses terkadang disebabkan oleh faktor bakat meski 1% dan yang lain
itu adalah kerja keras.
Dengan pendidikan sekolah diharapkan manusia atau anak didik dapat
berkembang sepanjang hidupnya atau seumur hidup. Masa sekolah bukanlah
satu-satunya masa bagi setiap orang untuk belajar, namun disadari bahwa
sekolah adalah tempat yang sangat strategis bagi pemerintah dan masyarakat
untuk membina generasi muda dalam menghadapi masa depan.
Oleh sebab itu tugas sekolah dalam pendidikan tidak hanya membina
pengetahuan dan kecakapan yang berguna untuk dimanfaatkan oleh manusia
atau anak didik secara langsung setelah lulus tetapi juga menyiapkan sikap
dan nilai serta kemampuan untuk belajar terus bagi perkembangan
pribadinya.
18
B. Konsep Pembentukan Karakter
1. Pengertian Pembentukan Karakter
Poerwadarminta dalam Fitriyana Fauziyah (2011) “Pembentukan adalah
suatu proses, hal, cara dan sebagainya.” Sedangkan pengertian dari karakter
menurut bahasa dalam Taufik (2011), “karakter adalah sebuah sistem
keyakinan atau kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu.”
Karena itu jika pengetahuan mengenai karakter itu dapat diketahui pula
bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.
Karakter juga didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi
pemikiran karena sudah tertanam dalam pikiran dengan kata lain sudah
menjadi kebiasaan.
Alicia (2008) mengemukakan bahwa “karakter sering diberi dengan kata
watak, tabiat, perangai atau ahlak. Karakter adalah kelakuan rohaniah yang
nampak dalam keseluruhan sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh bakat,
atau potensi diri dalam lingkungan.”
Dalam ilmu karakter atau karakteriologi dalam Alicia (2008) ”karakter
diberi arti gerak-gerik, tingkah laku, amal perbuatan, cara bersikap hidup yang
tepat dan berakar didalam jiwa seseorang yang menyebabkan orang itu dalam
keseluruhannya berlainan dari orang yang lain.”
Dalam bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut
ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang
mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan
mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula
19
bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu,
(N.K. Singh Agwan, 2000 :175).
Pendidikan tidak hanya mendidik para peserta didikya untuk menjadi
manusia yang cerdas, tetapi juga membangun kepribadiannya agar berakhlak
mulia. Secara umum, pendidikan karakter sesungguhnya dibutuhkan sejak
anak berusia dini. Apabila karakter seseorang sudah terbentuk sejak usia dini,
ketika dewasa tidak akan mudah berubah meski godaan atau rayuan datang
begitu menggiurkan. Dengan adanya pendidikan karakter semenjak usia dini,
diharapkan persoalan mendasar dalam dunia pendidikan yang akhir-akhir ini
sering menjadi keprihatinan bersama dapat diatasi.
Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki
perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan
yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam
pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.
Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara,
oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi
penerus bangsa. Karakter juga memiliki fungsi sebagai penggerak dan
kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing. Di sisi lain, karakter
tidak datang dengan sendirinya, namun harus dibangun dan dibentuk untuk
menjadikan suatu bangsa bermartabat (Pemerintah Republik
Indonesia, 2010: 3). Uraian tersebut meninggalkan pesan bahwa karakter
harus diwujudkan secara nyata melalui tahapan-tahapan tertentu. Salah satu
20
tahapan yang dapat dilakukan yaitu membangun karakter melalui pendidikan
guna membuat bangsa ini memiliki karakter yang kuat, dan bermartabat.
Karakter moral atau karakter adalah evaluasi kualitas tahan lama individu
tertentu moral. Konsep karakter dapat menyiratkan berbagai atribut termasuk
keberadaan atau kurangnya kebajikan seperti perilaku integritas, keberanian,
ketabahan, kejujuran, dan kesetiaan, atau baik atau kebiasaan. Karakter moral
terutama mengacu pada kumpulan kualitas yang membedakan satu orang dari
yang lain - meskipun pada tingkat budaya, serta perilaku moral untuk mana
melekat kelompok sosial dapat dikatakan bersatu dan mendefinisikan budaya
yang berbeda dari orang lain. Psikolog Lawrence Pervin mendefinisikan
karakter moral sebagai "disposisi untuk mengekspresikan perilaku dalam pola
yang konsisten fungsi di berbagai situasi."
Scerenko (dalam Hariyanto) mendefenisikan karakter sebagai atribut atau
ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan
kompleksitas seseorang, suatu kelompok atau bangsa. Robert Marine
mengartikan karakter sebagai suatu gabungan yang samar-samar antara sikap,
prilaku bawaan dan kemampuan yang membangun kepribadian seseorang.
Kata "karakter" berasal dari kata Yunani charaktêr, yang semula
digunakan tanda terkesan atas koin. Kemudian dan lebih umum, itu datang
berarti sebuah titik dimana satu hal diberitahu terpisah dari orang lain. Ada
dua pendekatan ketika berhadapan dengan karakter moral:. Etika normatif
melibatkan standar moral yang menunjukkan perilaku benar dan salah. Ini
adalah tes perilaku yang tepat dan menentukan apa yang benar dan salah.
21
Etika terapan melibatkan isu-isu spesifik dan kontroversial bersama dengan
pilihan moral, dan cenderung melibatkan situasi di mana orang-orang baik
untuk atau melawan masalah ini.
Bidang etika bisnis meneliti kontroversi moral yang berkaitan dengan
tanggung jawab sosial dari praktek bisnis kapitalis, status moral entitas
perusahaan, iklan menipu, insider trading, hak-hak pekerja, diskriminasi
pekerjaan, affirmative action dan pengujian obat. Karakter. Apa itu karakter?
Sebuah kamus menggambarkan karakter sebagai kompleks sifat mental dan
etika menandai seseorang. Tapi sebenarnya karakter adalah siapa kita
sebenarnya. Itu apa yang kita lakukan. Ini akumulasi pikiran, nilai-nilai, kata-
kata dan tindakan. Ini menjadi kebiasaan yang menentukan takdir kita. Sebuah
takdir orang dapat disimpulkan ke jalan sukses atau jalan kegagalan. Orang
bilang Anda dapat mencapai sukses dengan memiliki karakter yang baik. Tapi
apa benar-benar karakter yang baik? Seseorang berkelakuan baik berpikir
benar dan tidak tepat sesuai dengan nilai-nilai universal inti yang menentukan
kualitas dari orang yang baik: kepercayaan, hormat, tanggung jawab, keadilan,
kepedulian, dan kewarganegaraan. Yah apa pun yang kita sebut karakter,
meskipun peran kami sebagai pengembang karakter untuk membimbing
pikiran orang, kata-kata, tindakan, dan kebiasaan terhadap nilai-nilai, dimana
semua orang berbagi, tanpa memandang perbedaan.
22
C. Mekanisme Pembentukan karakter
1. Unsur dalam Pembentukan Karakter
Alicia (2008) “Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah
pikiran.” Karena didalam pikiranlah terdapat seluruh program yang terbentuk
dari pengalaman hidup seorang individu. Pola pikir dari seorang individu akan
mempengaruhi pola perilakunya. Jika pola pikir yang tertanam sesuai dengan
kaidah dalam norma masyarakat maka perilaku yang ditimbulkan akan
membawa ketenangan dan kebahagiaan, sebaliknya jika pola pikir yang
tertanam tidak sesuai dengan kaidah dalam norma masyarakat maka perilaku
yang ditimbulkan akan membawa kerusakan dan menghasilkan penderitaan
baik untuk dirinya maupun untuk orang lain. Kita harus mampu memahami
pola pikir kita dan juga pola pikir anak didik kita yang merupakan unsur
terpenting dalam pembentukan karakter. Dengan memahami pola pikir
tersebut kita akan menyadari bahwa pengendalian pikiran menjadi sangat
penting. Jika kita mampu mengendalikan pikiran kita dan pikiran anak didik
kita untuk selalu bersikap baik agar tertanam karakter yang positif dan dalam
hidup anak akan mendapat kebahagiaan karena hal yang dilakukan tidak
bertentangan dengan norma yang berlaku dimasyarakat.
Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran karena
pikiran, yang di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari
pengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya, (Rhonda Byrne,
2007:17). Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang
akhirnya dapat membentuk pola berpikirnya yang bisa mempengaruhi
23
perilakunya. Jika program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-
prinsip kebenaran universal, maka perilakunya berjalan selaras dengan hukum
alam. Hasilnya, perilaku tersebut membawa ketenangan dan kebahagiaan.
Sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum
universal, maka perilakunya membawa kerusakan dan menghasilkan
penderitaan. Oleh karena itu, pikiran harus mendapatkan perhatian serius.
Tentang pikiran, Joseph Murphy mengatakan bahwa di dalam diri manusia
terdapat satu pikiran yang memiliki ciri yang berbeda. Untuk membedakan
ciri tersebut, maka istilahnya dinamakan dengan pikiran sadar (conscious
mind) atau pikiran objektif dan pikiran bawah sadar (subconscious mind) atau
pikiran subjektif. Penjelasan Adi W. Gunawan mengenai fungsi dari pikiran
sadar dan bawah sadar menarik untuk dikutip.
Pikiran sadar yang secara fisik terletak di bagian korteks otak bersifat logis
dan analisis dengan memiliki pengaruh sebesar 12 % dari kemampuan otak.
Sedangkan pikiran bawah sadar secara fisik terletak di medulla oblongata
yang sudah terbentuk ketika masih di dalam kandungan. Karena itu, ketika
bayi yang dilahirkan menangis, bayi tersebut akan tenang di dekapan ibunya
karena dia sudah merasa tidak asing lagi dengan detak jantung ibunya. Pikiran
bawah sadar bersifat netral dan sugestif. Untuk memahami cara kerja pikiran,
kita perlu tahu bahwa pikiran sadar (conscious) adalah pikiran objektif yang
berhubungan dengan objek luar dengan menggunakan panca indra sebagai
media dan sifat pikiran sadar ini adalah menalar. Sedangkan pikiran bawah
sadar (subsconscious) adalah pikiran subjektif yang berisi emosi serta memori,
24
bersifat irasional, tidak menalar, dan tidak dapat membantah. Kerja pikiran
bawah sadar menjadi sangat optimal ketika kerja pikiran sadar semakin
minimal.
Pikiran sadar dan bawah sadar terus berinteraksi. Pikiran bawah sadar
akan menjalankan apa yang telah dikesankan kepadanya melalui sistem
kepercayaan yang lahir dari hasil kesimpulan nalar dari pikiran sadar terhadap
objek luar yang diamatinya. Karena, pikiran bawah sadar akan terus mengikuti
kesan dari pikiran sadar, maka pikiran sadar diibaratkan seperti nahkoda
sedangkan pikiran bawah sadar diibaratkan seperti awak kapal yang siap
menjalankan perintah, terlepas perintah itu benar atau salah. Di sini, pikiran
sadar bisa berperan sebagai penjaga untuk melindungi pikiran bawah sadar
dari pengaruh objek luar. Kita ambil sebuah contoh. Jika media masa
memberitakan bahwa Indonesia semakin terpuruk, maka berita ini dapat
membuat seseorang merasa depresi karena setelah mendengar dan melihat
berita tersebut, dia menalar berdasarkan kepercayaan yang dipegang seperti
berikut ini, “Kalau Indonesia terpuruk, rakyat jadi terpuruk. Saya adalah
rakyat Indonesia, jadi ketika Indonesia terpuruk, maka saya juga terpuruk.”
Dari sini, kesan yang diperoleh dari hasil penalaran di pikiran sadar adalah
kesan ketidakberdayaan yang berakibat kepada rasa putus asa. Akhirnya rasa
ketidakberdayaan tersebut akan memunculkan perilaku destruktif, bahkan bisa
mendorong kepada tindak kejahatan seperti pencurian dengan beralasan untuk
bisa bertahan hidup.
25
Namun, melalui pikiran sadar pula, kepercayaan tersebut dapat dirubah
untuk memberikan kesan berbeda dengan menambahkan contoh kalimat
berikut ini, “tapi aku punya banyak relasi orang-orang kaya yang siap
membantuku.” Nah, cara berpikir semacam ini akan memberikan kesan
keberdayaan sehingga kesan ini dapat memberikan harapan dan mampu
meningkatkan rasa percaya diri. Dengan memahami cara kerja pikiran
tersebut, kita memahami bahwa pengendalian pikiran menjadi sangat penting.
Dengan kemampuan kita dalam mengendalikan pikiran ke arah kebaikan,
kita akan mudah mendapatkan apa yang kita inginkan, yaitu kebahagiaan.
Sebaliknya, jika pikiran kita lepas kendali sehingga terfokus kepada
keburukan dan kejahatan, maka kita akan terus mendapatkan penderitaan-
penderitaan, disadari maupun tidak.
2. Proses Pembentukan Karakter
Proses pembentukan karakter diawali oleh terbentuknya pondasi. Pondasi
merupakan dasar kepercayaan tertentu dan konsep diri. Dengan semakin
banyaknya informasi dan pengalaman yang diterima individu maka semakin
matang sistem kepercayaan dan pola pikir yang terbentuk maka semakin jelas
tindakan, kebiasaan, dan karakter unik dari masing-masing individu. Jika
sistem kepercayaanya benar, selaras dengan norma masyarakat yang berlaku
maka akan diperoleh karakter yang baik dan konsep dirinya bagus sehingga
kehidupannya akan terus baik dan membahagiakan.
Secara alami, sejak lahir sampai berusia tiga tahun, atau mungkin hingga
sekitar lima tahun, kemampuan menalar seorang anak belum tumbuh sehingga
26
pikiran bawah sadar (subconscious mind) masih terbuka dan menerima apa
saja informasi dan stimulus yang dimasukkan ke dalamnya tanpa ada
penyeleksian, mulai dari orang tua dan lingkungan keluarga. Dari mereka
itulah, pondasi awal terbentuknya karakter sudah terbangun. Pondasi tersebut
adalah kepercayaan tertentu dan konsep diri. Jika sejak kecil kedua orang tua
selalu bertengkar lalu bercerai, maka seorang anak bisa mengambil
kesimpulan sendiri bahwa perkawinan itu penderitaan. Tetapi, jika kedua
orang tua selalu menunjukkan rasa saling menghormati dengan bentuk
komunikasi yang akrab maka anak akan menyimpulkan ternyata pernikahan
itu indah. Semua ini akan berdampak ketika sudah tumbuh dewasa.
Selanjutnya, semua pengalaman hidup yang berasal dari lingkungan kerabat,
sekolah, televisi, internet, buku, majalah, dan berbagai sumber lainnya
menambah pengetahuan yang akan mengantarkan seseorang memiliki
kemampuan yang semakin besar untuk dapat menganalisis dan menalar objek
luar. Mulai dari sinilah, peran pikiran sadar (conscious) menjadi semakin
dominan.
Seiring perjalanan waktu, maka penyaringan terhadap informasi yang
masuk melalui pikiran sadar menjadi lebih ketat sehingga tidak sembarang
informasi yang masuk melalui panca indera dapat mudah dan langsung
diterima oleh pikiran bawah sadar. Semakin banyak informasi yang diterima
dan semakin matang sistem kepercayaan dan pola pikir yang terbentuk, maka
semakin jelas tindakan, kebiasan, dan karakter unik dari masing-masing
individu. Dengan kata lain, setiap individu akhirnya memiliki sistem
27
kepercayaan (belief system), citra diri (self-image), dan kebiasaan (habit) yang
unik. Jika sistem kepercayaannya benar dan selaras, karakternya baik, dan
konsep dirinya bagus, maka kehidupannya akan terus baik dan semakin
membahagiakan. Sebaliknya, jika sistem kepercayaannya tidak selaras,
karakternya tidak baik, dan konsep dirinya buruk, maka kehidupannya akan
dipenuhi banyak permasalahan dan penderitaan. Kita ambil sebuah contoh.
Ketika masih kecil, kebanyakan dari anak-anak memiliki konsep diri yang
bagus. Mereka ceria, semangat, dan berani. Tidak ada rasa takut dan tidak ada
rasa sedih. Mereka selalu merasa bahwa dirinya mampu melakukan banyak
hal. Karena itu, mereka mendapatkan banyak hal.
(Gravata :2014) Kita bisa melihat saat mereka belajar berjalan dan jatuh,
mereka akan bangkit lagi, jatuh lagi, bangkit lagi, sampai akhirnya mereka
bisa berjalan seperti kita. Akan tetapi, ketika mereka telah memasuki sekolah,
mereka mengalami banyak perubahan mengenai konsep diri mereka. Di antara
mereka mungkin merasa bahwa dirinya bodoh. Akhirnya mereka putus asa.
Kepercayaan ini semakin diperkuat lagi setelah mengetahui bahwa nilai yang
didapatkannya berada di bawah rata-rata dan orang tua mereka juga
mengatakan bahwa mereka memang adalah anak-anak yang bodoh. Tentu
saja, dampak negatif dari konsep diri yang buruk ini bisa membuat mereka
merasa kurang percaya diri dan sulit untuk berkembang di kelak kemudian
hari. Padahal, jika dikaji lebih lanjut, kita dapat menemukan banyak
penjelasan mengapa mereka mendapatkan nilai di bawah rata-rata. Mungkin,
proses pembelajaran tidak sesuai dengan tipe anak, atau pengajar yang kurang
28
menarik, atau mungkin kondisi belajar yang kurang mendukung. Dengan kata
lain, pada hakikatnya, anak-anak itu pintar tetapi karena kondisi yang
memberikan kesan mereka bodoh, maka mereka meyakini dirinya bodoh.
Inilah konsep diri yang buruk.
Contoh yang lainnya, mayoritas ketika masih kanak-kanak, mereka tetap
ceria walau kondisi ekonomi keluarganya rendah. Namun seiring perjalanan
waktu, anak tersebut mungkin sering menonton sinetron yang menayangkan
bahwa kondisi orang miskin selalu lemah dan mengalami banyak penderitaan
dari orang kaya. Akhirnya, anak ini memegang kepercayaan bahwa orang
miskin itu menderita dan tidak berdaya dan orang kaya itu jahat. Selama
kepercayaan ini dipegang, maka ketika dewasa, anak ini akan sulit menjadi
orang yang kuat secara ekonomi, sebab keinginan untuk menjadi kaya
bertentangan dengan keyakinannya yang menyatakan bahwa orang kaya itu
jahat. Kepercayaan ini hanya akan melahirkan perilaku yang mudah berkeluh
kesah dan menutup diri untuk bekerjasama dengan mereka yang dirasa lebih
kaya.
3. Peranan Sekolah dalam Pembentukan Karakter Anak
Sekolah tidaklah semata-mata tempat di mana guru menyampaikan
pengetahuan melalui berbagai mata pelajaran. Sekolah juga adalah lembaga
yang mengusahakan usaha dan proses pembelajaran yang berorientasi pada
nilai (value-oriented enterprise). Lebih lanjut, Fraenkel mengutip John Childs
yang menyatakan, bahwa organisasi sebuah sistem sekolah dalam dirinya
sendiri merupakan sebuah usaha moral (moral enterprise), karena ia
29
merupakan usaha sengaja masyarakat manusia untuk
mengontrol pola perkembangannya.
Pembentukan watak dan pendidikan karakter melalui sekolah, tidak bisa
dilakukan semata-mata melalui pembelajaran pengetahuan, tetapi adalah
melalui penanaman atau pendidikan nilai-nilai. Secara umum, kajian-kajian
tentang nilai biasanya mencakup dua bidang pokok, estetika, dan etika (atau
akhlak, moral, budi pekerti). Estetika mengacu kepada hal-hal tentang dan
justifikasi terhadap apa yang dipandang manusia sebagai “keindahan”, yang
mereka senangi. Sedangkan etika mengacu kepada hal-hal tentang justifikasi
terhadap tingkah laku yang pantas berdasarkan standar-standar yang berlaku
dalam masyarakat, baik yang bersumber dari agama, adat istiadat, konvensi,
dan sebagainya. Dan standar-standar itu adalah nilai-nilai moral atau akhlak
tentang tindakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Usaha pembentukan watak di sekolah, melalui pendidikan karakter
berbarengan dengan pendidikan nilai dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menerapkan pendekatan “modelling” atau “exemplary” atau “uswah
hasanah”. Yakni mensosialisasikan dan membiasakan lingkungan sekolah
untuk menghidupkan dan menegakkan nilai-nilai akhlak dan moral yang
benar melalui model atau teladan. Setiap guru dan tenaga kependidikan
lain di lingkungan sekolah hendaklah mampu menjadi “uswah hasanah”
yang hidup (living exemplary) bagi setiap pelajar. Mereka juga harus
terbuka dan siap untuk mendiskusikan dengan pelajar tentang berbagai
nilai-nilai yang baik tersebut.
30
b. Menjelaskan atau mengklarifikasikan kepada siswa secara terus menerus
tentang berbagai nilai yang baik dan yang buruk. Usaha ini bisa dibarengi
pula dengan langkah langkah memberi penghargaan (prizing) dan menum-
uhsuburkan (cherising) nilai nilai yang baik dan sebaliknya mengecam dan
mencegah (discouraging) berlakunya nilai-nilai yang buruk; menegaskan
nilai-nilai yang baik dan buruk secara terbuka dan kontinu; memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memilih berbagai alternatif sikap
dan tindakan berdasarkan nilai; melakukan pilihan secara bebas setelah
menimbang dalam-dalam berbagai konsekuensi dari setiap pilihan dan
tindakan; membiasakan bersikap dan bertindak atas niat dan prasangka
baik (husnal-zhan) dan tujuan-tujuan ideal; membiasakan bersikap dan
bertindak dengan pola pola yang baik yang diulangi secara terus menerus
dan konsisten.
c. Menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (character-based
education). Hal ini dilakukan dengan menerapkan character-based
approach ke dalam setiap mata pelajaran nilai yang ada di samping mata
pelajaran-mata pelajaran khusus untuk pendidikan karakter, seperti
pelajaran agama, pendidikan kewarganegaraan (PKn), sejarah, Pancasila
dan sebagainya. Memandang kritik terhadap mata pelajaran-mata pelajaran
terakhir ini, perlu dilakukan reorientasi baik dari segi isi/muatan dan
pendekatan, sehingga mereka tidak hanya menjadi verbalisme dan sekedar
hapalan, tetapi betul-betul berhasil membantu pembentukan kembali
karakter dan jati diri bangsa.
31
4. Hambatan-hambatan dalam penanaman pendidikan karakter
Pendidikan karakter merupakan program baru yang diprioritaskan
kementrian pendidikan dan kebudayaan. Sebagai program baru masih
menghadapi banyak kendala. Kendala kendala tersebut adalah:
1. Nilai-nilai karakter yang dikembangkan disekolah belum
terjabarkan dalam indikator yang representatif. Indikator yang
tidak representatif dan baik tersebut menyebabkan kesulitan
dalam mengukur ketercapaiannya.
2. Sekolah belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai
dengan visinya. Jumlah nilai-nilai karakter demikian banyak,
baik yang diberikan kementerian pendidikan dan kebudayaan,
maupun dari sumber-sumber lain. Umumnya sekolah
menghadapi kesulitan memilih nilai karakter mana yang sesuai
dengan visi sekolahnya. Hal itu berdampak pada gerakan
membangun karakter disekolah menjadi kurang terarah dan fokus
sehingga tidak jelas pula monitoring dan penilaiannya.
3. Pemahaman guru tentang pendidikan karakter yang masih belum
menyeluruh. Jumlah guru di indonesia yang lebih 2 juta
merupakan sasaran program yang sangat besar. Program
pendidikan karakter belum dapat disosialisasikan pada semua
guru dengan baik sehingga mereka belum memahaminya.
4. Guru belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diampunya. Selain nilai-nilai
karakter umum, dalam mata pelajaran juga terdapat nilai-nilai
karakter yang perlu dikembangkan guru pengampu. Nilai-nilai
karakter mata pelajaran tersebut belum dapat digali dengan baik
untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran.
5. Guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk
mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada mata pelajaran yang
diampunya. Program sudah dijalankan, sementara pelatihan
masih sangat terbatas diikuti guru menyebabkan keterbatasan
32
mereka dalam mengintegrasikan nilai karakter pada mata
pelajaran yang diampunya.
6. Guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang
dipilihnya. Permasalahan yang paling berat adalah peran guru
untuk menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-nilai karakter
secara khusus sesuai dengan nilai karakter mata pelajaran dan
nilai-nilai karakter umum disekolah.
D. Hakikat Pembelajaran PKn di SD
Hakikat Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-
kultura, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan karakter yang dilandasi oleh pancasila dan UUD
1945.
Pembelajaran PKn merupakan salah satu mata pelajaran pokok di sekolah
yang bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan warga negara dalam
dimensi spiritual, rasional, emosional dan sosial, mengembangkan tanggung
jawab sebagai warga negara, serta mengembangkan anak didik berpartisipasi
sebagai warga negara supaya menjadi warga negara yang baik (Nur aulia
Rezki 2015 : 17).
Pembelajaran PKn yang dikemukakan oleh Hydme dalam
www.cahangon.net (2010) pembelajaran PKn adalah pembelajaran yang
berdasarkan nilai-nilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa
Indonesia yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk
33
perilaku dalam kehidupan sehari-hari para murid baik sebagai individu,
sebagai anggota masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
PKn di sekolah merupakan mata pelajaran yang bertugas bagaimana
membentuk warga negara yang baik (how a good citizen). Warga negara yang
baik adalah warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya. Dengan
kesadaran akan hak-kewajibannya maka seorang warga negara diharapkan
menjadi kritis, partisipatif dan bertanggung jawab.
1. Ruang Lingkup PKn untuk Pendidikan Dasar
Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 secara umum meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
a. Persatuan dan Kesatuan Bangsa
b. Norma
c. Hukum
d. Hak Asasi Manusia
e. Pancasila
f. Konstitusi Negara
g. Globalisasi
2. Tujuan Pembelajaran PKn
Secara umum tujuan Pendidikan Kewarganrgaraan adalah sebagai berikut:
a. Memberikan pengertian pengetahuan dan pemahaman tentang pancasila
yang benar dan sah.
b. Meletakkan dan membentuk pola piker yang sesuai dengan pancasila dan
ciri khas serta watak ke-Indonesiaan.
34
Mulyasa (2007:134-135) menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran
Pendidikan Kewargengaraan adalah untuk mengembangkan kemampuan-
kemampuan sebagai berikut:
a. Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak cerdas
dalam kegiatan kemasyarakatan, berbangsa dan bernegara.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama bangsa lainnya.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara
langsung dengan memanfaatkan tehknologi informasi dan komunikasi.
Tujuan mata pelajaran PKn yang dikemukakan oleh Hydme (2010) adalah
untuk mengembangkan kompetensi sebagai berikut:
a. Memiliki kemampuan berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif sehingga
mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan.
b. Memiliki ketrampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara
demokratis dan bertanggung jawab.
c. Memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma
yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
E. Penelitian Yang Relevan
Penelitian relevan yang pertama, hasil penelitian oleh Farid Fadli Rambe
menunjukkan bahwa Lingkungan sekolah ternyata mempunyai kaitan yang
35
positif terhadap pembentukan karakter siswa kearah yang baik ini terbukti
dalam jawaban para siswa dari angket yang diberikan kepada mereka dengan
skor 761, rata-rata 63 dan persentase 64 ini terbukti dengan adanya tanggapan
siswa bahwa lingkungan sekolah mempunyai kaitan yang erat dengan
pembentukan karakter siswa kearah yang lebih baik.
Penelitian relevan yang kedua hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wildan Pratama Siahan (2015) Dari hasil teori yang diperoleh pada data
lingkungan sekolah sudah memadai ditandai dengan nilai rata-rata = 48,02
sedangkan pembentukan karakter siswa sebesar = 46,63. Dari peneltian ini
dapat ditarik garis besar bahwa lingkungan sekolah memberi pengaruh
terhadap pembentukan karakter siswa.
Penelitian yang relevan yang ketiga hasil penelitian yang dilakukan oleh
Dewi junita Manurung (2014) Terdapat pengaruh budaya sekolah dan
lingkungan sekolah terhadap pembentukan karakter siswa
Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpilkan bahwa hasil penelitian
yang relevan ini membahas tentang lingkungan sekolah maupun budaya
sekolah nya tersebut sedangkan penelitian penulis ini membahas tentang
pengaruh lingkungan sekolah terhadap pembentukan karakter anak pada mata
pelajaran PKn di SD Negeri 03 Ele Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
F. Kerangka Pikir
Berdasarkan penjelasan mengenai lingkungan sekolah dan pendekatan
yang dilakukan guru dalam pembentukan karakter siswa diatas dapat
diketahui bahwa sekolah merupakan lembaga pendidikan yang ke dua setelah
36
kelurga. Ketika seorang anak sudah mengenal lingkungan diluar keluarga
yakni lingkungan sekolah, pada usia kurang lebih 6 tahun daya berfikir
meraka juga meningkat dan konsep dalam berfikir akan semakin berkembang
mengikuti kemajuan teknologi yang ada. Sedangkan lingkungan sekolah akan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak. Dimana sekolah
merupakan tempat anak mengenal berbagai macam karakter individu yang
berbeda. Bisa dikatakan bahwa sebagian besar pembentukan kecerdasan,
sikap, minat dan pembentukan kepribadian dilaksanakan di sekolah. Oleh
karena itu dibutuhkan lingkungan yang tepat untuk membina peserta didik
dalam pembentukan karakter.
Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu keluarga dalam
mendidik, mengajar, membina, dan memperhalus tingkah laku yang dibawa
dari keluarganya dan mutlak membentuk pola pikir kecerdasan, serta sebuah
karakter pribadi anak semuanya tidak lepas dari peranan sekolah. Oleh karena
itu sangat dibutuhkan seorang pendidik yang benar-benar mampu memahami
peserta didiknya yang mempunyai karakter yang berbeda-beda , dengan
melakukan penanaman moral yang tepat pada diri anak oleh pendidik dengan
mengaitkan pada mata pelajaran PKn dan agama.
37
Adapun gambar alur bagan kerangka pikir untuk lebih jelasnya dapat diliat
pada gambar 1.
G. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2013: 96). Berdasarkan kajian teori
dan kerangka berpikir maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
Terdapat pengaruh yang signifikan antara lingkungan sekolah dengan
pembentukan karakter anak pada mata pelajaran PKn di SD Negeri 03 Ele
Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
SDN 03 ELE
Lingkungan Sekolah
1. Tenaga Pendidik
2. Pelajar
3.
Pembentukan karakter
Proses pembentukan
karakter pada mata
pelajaran PKn.
Hasil/ temuan:
Penanaman moral pada diri
anak
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah fenomenelogi dengan didukung data kualitatif
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif Kualitatif yaitu metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah
sebagai lawannya adalah eksperimen, dimana peneliti merupakan instrument
kunci dengan analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian lebih
menekankan makna daripada generalisasi yaitu proses penelaran yang
bertolak dari individu menuju kumpulan umum.
Dimana peneliti berusaha untuk mengungkap suatu fakta atau realita
mengenai pengaruh lingkungan sekolah terhadap pembentukan karakter anak
di SDN 03 Ele Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SDN 03 Ele Kecamatan Tanete Riaja
Kabupaten Barru. Dasar pertimbangan penentuan lokasi karena karakter
anak-anak yang berbeda dalam lingkungan sekolah tersebut masih perlu
diperbaiki dan masih perlu untuk dibina.
39
C. Sumber Data
Jenis data digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu:
1. Data primer, yaitu data yang bersumber atau data yang diperoleh dari
informan berdasarkan hasil wawancara dan observasi, seperti kepala
sekolah, guru kelas dan pemilik kantin yang berada dilingkungan sekolah.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan,
referensi, dan observasi yang diperoleh dari lokasi penelitian.
D. Informan Penelitian
Penelitian kualitatif, peneliti mengumpulkan data berdasarkan
pengamatan situasi yang wajar (Alamiah), sebagaimana adanya tanpa
dipengaruhi atau dimanipulasi. Peneliti yang memulai atau memasuki
lapangan berhubungan langsung dengan situasi dan orang yang diselidikinya.
Oleh karena itu peneliti harus terjun langsung dilapangan untuk mendapatkan
iniformasi dari informan. Informan adalah sumber data yang didapatkan dari
hasil wawancara yang dapat didokumentasikan melalui tertulis ataupun hasil
rekaman ataupun hasil dalam bentuk video.
Didalam penelitian ini yang menjadi informan adalah sebanyak 7 orang
yang dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa mereka
dianggap mengetahui masalah dan memahami tentang pengaruh lingkungan
sekolah terhadap pembentukan karakter anak pada mata pelajaran PKn di SD
Negeri 03 Ele Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
40
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Informan Penelitian
No. Nama Jabatan Keterangan
1. Hj.St Nadrah, S.Pd Kepala Sekolah 1 orang
2. Hj. Gustia , S.Pd Wali Kelas 1 1 orang
3. H. Tamrin S.Pd Wali Kelas II 1 orang
4. Hj.Sitti Juderiah, S.Pd Wali Kelas III 1 orang
5. Rosma, S.Pd Wali Kelas IV 1 orang
6. Hatma S.Pd. M.Pd Wali Kelas V 1 orang
7. Sumarni, S.Pd Wali Kelas VI 1 orang
Jumlah 7 Orang
E. Teknik Pengumpulan Data.
Penelitian ini menggunakan 3 teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi
Di dalam pengertian psikologi, observasi atau biasa disebut gengan
pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indra. Dari pengertian tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa observasi merupakan suatu teknik
pengumpulan data melalui pengamatan panca indera. Dalam penelitian ini
teknik observasi digunakan untuk memperkuat data, terutama aktivitas
pembelajaran, unjuk kerja guru dan untuk menunjukkan lingkungan
sekolah yang baik. Dengan demikian hasil observasi ini sekaligus untuk
41
menginformasikan data yang telah terkumpul melalui wawancara dengan
kenyataan yang sebenarnya. Observasi ini digunakan untuk mengamati
secara langsung pengaruh lingkungan sekolah terhadap pembentukan
karakter anak di SD Negeri 03 Ele Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten
Barru.
2. Wawancara
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
bebas terpimpin, artinya peneliti mengadakan pertemuan langsung
dengan informan yang telah dipilih untuk diwawancarai, dan wawancara
bebas artinya peneliti bebas mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan
sebelumnya, yang mengetahui tentang bagaimana pembentukan karakter
anak di SD Negeri 03 Ele Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
3. Dokumentasi
Analisis dan pemanfaatan dokumen yang dilakukan untuk
mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang
berada disekolah ataupun yang berada diluar sekolah, yang ada
hubungannya dengan penelitian tersebut.
F. Tehknik Analisa Data
Menurut Bogdan (2015:334) teknik analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang di peroleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dengan mudah
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis
data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam
42
unit-unit, melakukan sintesa, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang
lain. Sedangkan berbicara proses analisis data penelitian kualitatif dilakukan
sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah selesai. Sebelum
peneliti masuk kewilayah objek penelitian, maka sebelumnya peneliti
menyiapkan data-data studi pendahuluan atau data sekunder untuk
menentukan fokus penelitian.
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Paparan Data
1. Deskripsi lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 03 Ele terletak di Desa Lompo Tengah
kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru. Penelitian ini dilakukan pada
semester ganjil tahun ajaran 2020/2021. Hasil penelitian dapat diuraikan
berdasarkan data yang akan menjawab rumusan masalah. Data penelitian
diperoleh melalui observasi,wawancara dan komunikasi yang dilakukan oleh
peneliti. Kemudian data penelitian tersebut dianalisis sehingga memperoleh
kesimpulan yang akan menjawab rumusan masalah penelitian ini yaitu
apakah terdapat pengaruh lingkungan sekolah terhadap pembentukan karakter
anak pada mata pelajaran PKn di SDN 03 Ele Kecamatan Tanete Riaja
Kabupaten Barru.
2. Deskripsi hasil observasi
Kegiatan observasi pertama kali dilakukan peneliti hanya untuk
melihat kondisi sekolah dan kegiatan pembelajaran disetiap kelas pada hari
Rabu, 19 Agustus 2020 di SDN 03 Ele.
Pada pukul 08:00 siswa masuk kedalam kelas tapi karena pandemi
siswa tidak diperbolehkan belajar disekolah akan tetapi dirumah warga
sekitar. Pada proses pembelajaran mata pelajan PKn dikelas V. Kemudian
saya masuk ke kelas V bersama ibu H selaku guru kelas. Anak yang tadinya
masih sibuk mengobrol dengan temannya menjadi lebih tenang setelah ibu H
44
masuk ke kelas. Dalam proses pembelajaran guru menggunakan RPP,
Kemudian ibu H mengucapkan salam dan mengajak anak-anak untuk
membaca surah-surah pendek bersama-sama dan nampaknya hal itu sudah
biasa dilakukan. Setelah membaca surah-surah pendek ibu H memulai
pelajaran. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, ibu H menyuruh murid
membaca materi terlebih dahulu. Kemudian, Ibu H menjelaskan materi
tersebut dengan menggunakan media pembelajaran berupa gambar.
Kemudian ibu H mengajukan pertanyaan terkait dengan materi tersebut. Ada
sebagian murid yang semangat mengacungkan tangan dan menjawab
peratnyaan itu namun ada murid yang hanya memperhatikan
3. Deskripsi Hasil Wawancara
Setelah melakukan observasi dan melakukan pengamatan didalam kelas
dalam penelitian ini, wawancara dilakukan oleh 7 narasumber yang mana
masing-masing wawancara dilakukan dihari yang berbeda yaitu untuk
wawancara guru kelas 1, 2, 3 dilakukan pada hari Kamis 27 Agustus 2020
dan wawancara guru kelas 4, 5, dan 6 dilakukan pada hari Rabu 02 Agustus
2020. Adapun hasil wawancara terhadap narasumber dapat diuraikan sebagai
berikut:
Inisial GS mengatakan bahwa “pembentukan karakter melalui
pembelajaran PKn saya mempersiapkan pembelajaran dalam penerapan
pembelajaran Pkn dalam proses perencanaan adalah dengan
mengkolaborasikan nilai-nilai atau sikap dalam pembelajaran”. Kemudian TN
menambahkan skenario yang dilakukan seperti yang tercantum dalam matrik
45
pengembangan karakter jujur, memberikan kegiatan atau program
pembelajaran olahraga, siswa menceritakan prestasi yang diraih kegiatan
tersebut diawasi oleh guru mata pelajaran. Hal yang serupa dikatakan oleh
Ibu dengan inisial Hj. JH ““Mengenai pembentukan karakter itu, karena ini
sekolah dan sekolah adalah tempat untuk belajar, untuk menuntut ilmu, jadi
yang utama adalah bagaimana guru dapat memahamkan murid untuk
menerima pelajaran disekolah misalnya penyampaian materi pembelajaran
dikelas itu dengan menggunakan media pembelajaran.
Begitupun yang dikatakan Ibu Hj. N “Mengenai pembentukan karakter
itu, karena ini sekolah dan sekolah adalah tempat untuk belajar, untuk
menuntut ilmu, jadi yang utama adalah bagaimana guru dapat memahamkan
murid untuk menerima pelajaran disekolah misalnya penyampaian materi
pembelajaran dikelas itu dengan menggunakan media pembelajaran. Media
itu tidak perlu mahal, namun medianya itu harus disesuaikan dengan
materinya dan tingkat pemahaman siswa jadi guru harus membuat rencana
pembelajaran terlebih dahulu agar sesuai target”
Sedangkan guru dengan inisial H mengatakan “Terkait dengan
pembentukan karakter ini terutama pendidikan kewarganegaraan sangat
diperlukan. Karena di dalam pendidikan kewarganegaraan itu sendiri
didalamnya terkandung norma-norma atau nilai-nilai yang nantinya akan
dijadikan pedoman hidup untuk kehidupan. Makanya dek, saya beserta
bapak ibu guru yang lain mempunyai program kegiatan ekstrakulikuler
46
yang berbasis keagamaan dan kebangsaan. Dan hasilnya juga sesuai
dengan tujuan dek.Anak-anak jadi berakhlak jauh lebih baik.”
Guru dengan inisial SI mengatakan “ pembentukan karakter anak pada
mata pelajaran PKn sangat diperlukan karena pada pendidikan
kewarganegaraan murid bisa diajarkan nilai-nilai yang nantinya dijadikan
pedoman dalam kehidupan sehari-hari”.
Hj. GS mengungkapkan bahwa “salah satu langkah yang dapat dilaksanakan
yaitu dengan memberikan pemahaman kepada murid tentang sikap-sikap
karakter yang baik yang dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari murid”.
H. TN juga mengatakan “guru disekolah adalah sebagai pengganti
orang tua maka dari itu guru harus selalu menanamkan karakter-karakter yang
baik pada murid”.
Demikian pula Hj. JH mengatakan “ salah satu langkah yang dapat
dilakukan yaitu pada pembelajaran pendidikan kewarganegaraan guru dapat
memberikan pemahaman tentang nilai-nilai pancasila”
Sedangkan Hj. NH mngatakan “pembentukan karakter itu susah-susah
gampang ya dek, namanya anak itu tidak sama semua. Guru harus pintar-
pintar memberi pengertian pada anak. Kalau saya yang pertama itu adalah
bagaimana menyampaikan materi pelajaran dek. Dan penyampaian matrinya
itu harus mengacu pada kurikulum yang ada, sesuai tingkat pendidikannya,
sesuai silabus,dan RPP. Kalau saya dalam menyampaikan materi pendidikan
kewarganegaraan itu dengan menjelaskan secara berurutan sesuai dengan
materi itu. Kemudian saya membuat pertanyaan terkait dengan materi itu
47
dengan maksud merangsang otak murid. Dengan begitu nanti murid akan
menjadi lebih aktifdan akan berusaha membaca materi dan memahaminya
untuk mencari jawaban”
Ungkapan yang sama dikatakan dengan inisial SI “Mengenai
pembentukan karakter itu, karena ini sekolah dan sekolah adalah tempat
untuk belajar, untu menuntut ilmu, jadi yang utama adalah bagaimana guru
dapat memahamkan murid untuk menerima pelajaran disekolah misalnya
penyampaian materi pembelajaran dikelas itu dengan menggunakan media
pembelajaran. Media itu tidak perlu mahal, namun medianya itu harus
disesuaikan dengan materinya dan tingkat pemahaman siswa jadi guru harus
membuat rencana pembelajaran terlebih dahulu agar sesuai target”
Guru dengan inisial Hj. GS mengatakan “guru harus mampu menyusun
perangkat pembelajaran yang bebasis karakter yang salah satunya ialah
kemampuan mengembangkan nilai-nilai kaarakter didalam perangkat
pembelajarannya.
Hal serupa diuangkapkan oleh Ibu dengan Inisial H.TN “guru harus
mampu menyusun perangkat pembelajaran yang bebasis karakter yang salah
satunya ialah kemampuan mengembangkan nilai-nilai karakter didalam
perangkat pembelajarannya.
Sedangkan Hj. JH mengatakan “ disini guru menjadi teladan bagi murid-
muridnya seperti guru harus memiliki sikap dan keperibadian yang utuh agar
menjadi panutan.
48
Demikian pula H mengatakan “guru harus bisa mengajarkan dan
menunmbuhkan karakter murid yang akan selalu mempertanggungjawabkan
semua hal yang dilakukan”
Jawaban guru kelas 4 “begini kita sebagai seorang guru harus kegiatan
pembelajaran dengan matang untuk menumbuhkan karakter setiap murid”
Semua guru mengatakan bahwa “ bukan hanya setiap hari saja menerapkan
nilai-nilai karakter dalam keseharian siswa dan menjadi kebiasaan yang baik
buat murid-murid yang ada di SD Negeri 03 Ele
Hj. GS mengatakan “Pembentukan karakter di sekolah ini
sebenarnya memang sudah ada konsep dek. Misalnya saja seperti
peraturan-peraturan yang ada di sekolah ini, seperti melatih kejujuran siswa
di koperasi sekolah itu. Makanya kami pihak sekolah menamainya dengan
koperasi kejujuran. Kejujuran yang lain misalnya jujur dalam mengerjakan
tugas atau pada waktu ujian. Disiplin waktu, misalnya harus masuk kelas
pada tepat waktu. Atau khusus untuk kelas empat, lima dan enam sebelum
pulang sekolah harus disiplin mengikuti sholat dhuhur berjamaah di
mushola bersama bapak dan ibu guru. Dan kami juga akan menegur
langsung anak tersebut jika berbuat perbuatan yang tidak sesuai dengan
peraturan sekolah.”
Sedangkan pak Hj. T mengatakan “Setiap guru dan tenaga
kependidikan dilingkungan sekolah hendaklah mampu menjadi “uswah
hasanah” bagi peserta didiknya dek, dan guru juga harus siap mendiskusikan
dengan peserta didik tentang nilai-nilai yang baik”.
49
Demikian pula Hj. NH mengatakan “pembentukan karakter bisa
dilakukan dimana saja bisa didalam kelas maupun diluar kelas, melatih
kedisiplinan mematuhi tata tertib sekolah dan pembiasaan yang baik.dengan
melakukan opembiasaan yang baik dengan rutin itulah merupakan langkah
awal dama pembentukan karakter murid”
Hal yang sama diungkapkan oleh SI Pembentukan karakter di
sekolah ini sebenarnya memang sudah ada konsep dek. Misalnya saja
seperti peraturan-peraturan yang ada di sekolah ini, seperti melatih kejujuran
siswa di koperasi sekolah itu. Makanya kami pihak sekolah menamainya
dengan koperasi kejujuran. Kejujuran yang lain misalnya jujur dalam
mengerjakan tugas atau pada waktu ujian. Disiplin waktu, misalnya harus
masuk kelas pada tepat waktu. Atau khusus untuk kelas empat, lima dan
enam sebelum pulang sekolah harus disiplin mengikuti sholat dhuhur
berjamaah di mushola bersama bapak dan ibu guru. Dan kami juga akan
menegur langsung anak tersebut jika berbuat perbuatan yang tidak sesuai
dengan peraturan sekoah.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas yang dilakukan oleh peneliti
dengan guru kelas di SD Negeri 03 Ele Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten
Barru. Mengenai pengaruh lingkungan sekolah terhadap pembentukan
karakter anak pada mata pelajaran PKn. Guru selalu mengajarkan murid
untuk menerapkan karakter yang baik misalnya sebelum dan sesudah belajar
siswa diwajibkan untuk selalu berdoa bersama, hadir dan tepat waktu dalam
mengerjakan tugas dan PR, membiasakan bekerja sama dalam musyawarah
50
dan mufakat, meningkatkan daya pikir, menjaga lingkungan bahkan dalam
hal menilai dan mengevaluasi nilai-nilai karakter yang akan dicapai dalam
mata pelajaran PKn.
Melalui wawancara ini peneliti mendapat informasi bahwa
lingkungan sekolah memiliki pengaruh terhadap pembentukan karakter anak
dalam mata pelajaran PKn dan langkah-langkah yang dilakukan guru dalam
membentuk karakter anak dalam pembelajaran PKn dan juga proses
pembelajarannya merujuk pada silabus dan RPP.
4. Desksripsi Hasil Dokumentasi
Setelah memperoleh hasil observasi dan wawancara selanjutnya pada
tanggal 03 September 2020 peneliti melakukan pengambilan data melalui
dokumentasi. Dokumentasi ini bertujuan untuk memperoleh data tambahan
dari data yang diperoleh dari instrumen pengumpulan data tersebut.
B. Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil dari observasi, wawancara dan dokumentasi diatas
maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengaruh lingkungan sekolah
terhadap pembentukan karakter anak pada mata pelajaran PKn yang
dilakukan di SD Negeri 03 Ele Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru
bahwa dalam proses pembelajaran PKn guru telah mengikuti langkah-
langkah yang direncanakan di silabus, RPP dan bahan ajar kemudian
pembentukan karakter melalui pembelajaran PKn berdasarkan matrik yaitu
dengan memberikan kegiatan seperti karakter jujur. Dan untuk nilai karakter
murid telah dicantumkan dalam RPP. Dalam pembentukan karakter murid
51
guru mewajibkan untuk mengikuti ekstrakurikuler yang ada disekolah.
Misalnya seperti kegiatan pramuka dan keagamaan yang telah dijadwalkan
dari pihak sekolah yang dibimbing langsung dari semua pihak guru disekolah
tersebut.
Adapun menumbuhkan nilai karakter dalam pelaksanaanya juga
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari disekolah seperti membiasakan hadir
tepat waktu, membuang sampah pada tempatnnya dan tidak mencontek saat
mengerjakan tugas ataupun ulangan. Selain itu guru PKn di SD Negeri 03
Ele ini sangat berhati-hati dalam bertindak agar menjadi teladan yang baik
bagi muridnya dan juga memberikan nasehat dan sanksi yang baik bagi
murid yang melanggar peraturan sekolah.
C. Pembahasan
Setelah diperoleh hasil pada instrumen penelitian maka peneliti
mengaitkan paparan data penelitian yang ditemukan dilapangan dengan
teori-teori yang dirujuk oleh para ahli, menurut Syamsu Yusuf “lingkungan
sekolah adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi
yang ada didalam lembaga pendidikan formal yang secara sistematis
melaksanakan program pendidikan dan membantu siswa mengembangkan
potensinya”. Menurut Bakry (dalam Sutoyo2011:6) ‘pendidikan
kewarganegaraan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
dalam mengembangkan kecintaan, kesetiaan, keberanian, untuk berkorban
membela bangsa dan tanah air indonesia”. Menurut Gunawan (2014:28)
“pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan
52
dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta
didik yang berhubungan dengan Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan dan kebansaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, budaya dan adat istiadat”.
Berdasarkan hasil dari observasi,wawancara dan dokumentasi diatas
maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengaruh lingkungan sekolah
terhadap pembentukan karakter anak pada mata pelajaran PKn yang
dilakukan di SD Negeri 03 Ele Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru
bahwa dalam proses pembelajaran PKn guru telah mengikuti langkah-
langkah yang direncanakan di silabus,RPP dan bahan ajar. Dan untuk nilai
karakter murid telah dicantumkan dalam RPP. Dalam pembentukan karakter
murid guru mewajibkan untuk mengikuti ekstrakurikuler yang ada disekolah.
Misalnya seperti kegiatan pramuka dan keagamaan yang telah dijadwalkan
dari pihak sekolah yang dibimbing langsung dari semua pihak guru disekolah
tersebut.
Adapun menumbuhkan nilai karakter dalam pelaksanaanya juga
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari disekolah seperti membiasakan hadir
tepat waktu, membuang sampah pada tempatnnya dan tidak mencontek saat
mengerjakan tugas ataupun ulangan. Selain itu guru di SD Negeri 03 Ele ini
sangat berhati-hati dalam bertindak agar menjadi teladan yang baik bagi
muridnya dan juga memberikan nasehat dan sanksi yang baik bagi murid
yang melanggar peraturan sekolah.
53
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa guru telah dapat
menumbuhkan karakter murid melalui pendidikan kewarganegaraan dan
dalam menerapkan karakter guru juga menerapkannya kepada murid dalam
kehidupan sehari-hari disekolah.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh lingkungan sekolah
terhadap pembentukan karakter anak pada mata pelajaran PKn di SD Negeri
03 Ele Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru dapat disimpulkan bahwa
lingkungan sekolah dapat memberikan Manfaat yang berarti terhadap
pembentukan karakter murid . Selama ini pembentukan karakter kurang
mendapat perhatian yang serius dari pihak sekolah maupun guru.
B. Saran
Sehubung dengan hasil penelitian ini, maka peneliti menyarankan:
1. Kepada Kepala Sekolah, dan guru-guru sebagai pemimpin dan orang tua
murid disekolah agar lebih menanamkan pendidikan karakter pada mereka
dengan cara memberi teladan dan disiplin tentang pendidikan karakter yang
baik.
2. Kepada Orang tua, hendaknya menciptakan lingkungan keluarga yang
positif agar anak dapat mengembangkan segala sesuatu yang ada dalam
dirinya.
3. Kepada murid disarankan untuk lebih memahami hakikat dari pendidikan
karakter agar dapat menerapkannya dalam kehidupan.
55
DAFTAR PUSTAKA
Anshari, Hafi, 2004, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional
Aswina. 2015. Pengaruh lingkungan sekolah terhadap karakter anak. Skripsi.
Makassar : UNISMUH
Azzet, Akhmad Muhaimin, 2011, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia,
Jogjakarta: Ar- Aruzz Media
Cahyandari, OD. 2012. Hubungan lingkungan dengan karakter siswa smk Negeri
kelompok teknologi se-kota Yogyakarta. Jurnal Skripsi. Yogyakarta :
Universitas Negri Yogyakarta.
El- Kanza. 2011.Peran Sekolah dalam Pendidikan.
http://kependidikanislam2010.blogspot.co.id/2020/02/peranan-sekolah-
dalam-pendidikan.html
Emzir. 2015, Metodologi Penelitian Pendidikan: jakarta: Rajawali Pers
Gravata. 2014. Pembentukan karakter anak
https://datakata.wordpress.com/2020/04/13/pembentukan-karakteristik-
individu/.
Hydme. 2010. Hakikat, Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan SD,
(Online), (www.cahangon.net, diakses 17 Januari 2020).
Kaelan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif : Interdisipliner Bidang sosial,
Budaya, Filsafat Seni, agama dan Humaniora. Yogyakarta : Paradigma
Kurniawan, Syamsul,2013. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Arruz Media.
Mulyasa, 2012, Manajemen Pendidikan Kareakter, Jakarta: Bumi Aksara.
Rahmawati, Evi. 2014. Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Motivasi Belajar
Kelas VIII SMP Muhammadiyah 22 Pamulang. Skripsi. Jakarta : UIN
Syarif Hidayatullah.
Raka, Gede dkk, 2011, Pendidikan Karakter di Sekolah dari Gagasan ke
Tindakan: Media Komputindo.
Rusyan, A. Tabrani, 2005, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Samani, Muchlas dan Hariyanto, 2012, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Saptono, 2011, Dimensi-dimnensi pendidikan karakter, Salatiga: Erlangga.
56
Sudjana, Nana. 2013. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sugiono. 2015. Metode penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Sugiono. 2015. Metode penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Suyadi,2012, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jakarta: Rineka Cipta.
Syamsuri, Syukri. 2015. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: FKIP Unismuh
Makassar.
Undang- Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang SIKDISNAS (Sistem Pendidikan
Nasional). Bandung. Fokus Media.
Wildan Pratama Siahan. 2017. Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap
Pembentukan Karakter Siswa. Skripsi S1 Universitas Negeri Islam Medan.
W.S.Winkel. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media abadi.
Yusuf, Syamsu dan Nani M. Sugandi 2011, Perkembangan Peserta Didik,
Jakarta: Rajawali Pers
Zebaedi, 2012, Desain Pendidikan Karakter, Jakarta: Kencana Predana Media
Grup.
Zubaidi, Ahmad. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta : Paradikma
57
L
A
M
P
I
R
A
N
58
INSTRUMEN PENELITIAN
Pedoman Wawancara
No Butir Pertanyaan
1 2
1. Bagaimana cara anda sebagai seorang guru dalam Pembentukan Karakter
anak pada mata pelajaran PKn?
2. Bagaimana Langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk penerapan
pembelajaran PKn dalam nilai-nilai karakter di SDN 03 Ele?
3. Pernahkah siswa diajarkan langsung dengan nilai-nilai karakter yang baik
melalui kegiatan sehari-hari?
4. Pernahkah siswa diajarkan langsung dengan nilai-nilai karakter yang baik
melalui kegiatan sehari-hari?
5. Bagaimana pengaruh lingkungan sekolah terhadap pembentukan karakter
anak pada mata pelajaran PKn?
59
INSTRUMEN PENELITIAN
Lembar Observasi
No Aspek yang diamati Deskripsi Hasil Observasi Nilai Karakter Yang
Dikembangkan
1 Aktivitas guru dan murid
dikelas
a. Kegiatan pendahuluan yang dilakukan:
1. Doa pembuka (surah-surah pendek)
2. Guru memberikan salam
3. Guru melakukan presensi dan
mengetahui kondisi murid
b. Kegiatan inti yang dilakukan:
1) Guru meminta murid mengingat
kembali pelajaran sebelumnya
mengenai simbol-simbol pancasila
dalam lambang negara
2) Guru dan murid melakukan tanya
jawab mengenai materi
sebelumnya murid diminta
menyebutkan simbol-simbol
pancasila
3) Guru meminta murid mengucapkan
pancasila secara lantang dan
melanjutkan materi pembelajaran.
4) Guru menggunakan metode
ceramah pada murid juga dengan
tanya jawab dengan menggunakan
media.
5) Guru memberikan penugasan
kepada murid berupa mencocokkan
simbol-simbol pancasila yang
sudah diacak.
c. Kegiatan penutup yang dilakukan:
1) Kegiatan evaluasi yang dilakukan
dengan tanya jawab.
2) Salam penutup dan Doa sebelum
pulang.
Beberapa hal yang menjadi catatan:
Nilai kebangsaan,
nilai tanggung jawab,
nilai keberanian dalam
menyampaikan
sesuatu.
60
Pengembangan nilai-nilai karakter
yang dilakukan guru didalam kelas
tidak sekedar terfokus paa materi
yang diajarkan namun terdapat pula
penyampaian nilai-nilai karakter yang
tergolong seperti sikap kejujuran.
Guru memberikan apresiasi kepada
murid yang mau menjawab
pertanyaan dan memberikan tepuk
tangan maupun memberikan ucapan
benar.
Penugasan yang diberikan oleh guru
diberikan batasan waktu dan bagi
mereka yang memgumpulkan tugas
lebih awal mendapatkan nilai
tambahan.
61
62
63
64
65
66
67
DOKUMENTASI
Sekolah Tampak Dari Depan (selasa 07 september 2020)
Proses wawancara dengan Guru(kamis,27 september 2020)
68
Proses wawancara dengan Guru (Kamis, 27 september 2020)
Proses wawancara dengan Guru (Kamis,27 september 2020)
69
Observasi Kelas (Rabu, 19 Agustus 2020)
Wawancara guru kelas (Rabu, 02 september 2020)
Proses pembelajaran dirumah warga (Kamis, 03 september 2020)
70
Wawancara Guru Kelas (Rabu,02 september 2020)
Proses pembelajaran (Selasa,22 Agustus 2020)
Proses pembelajaran (Kamis, 03 September 2020)
71
RIWAYAT HIDUP
Karmila, lahir di Barru, pada tanggal 28 Agustus
1997. Anak ke tiga dari tiga bersaudara yaitu Sertu
Sumardi, S.Ap. Kep dan Sunarti, S.Pd. buah cinta
pasangan Masse dan Sukmiati . Penulis mulai memasuki
pendidikan formal di SD Inpres Bunne pada tahun 2004
dan tamat pada tahun 2010.
Kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri
2 Tanete Riaja pada tahun 2010 dan tamat pada tahun
2013. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 1 Tanete
Rilau dan tamat pada tahun 2016. Pada tahun yang sama penulis dinyatakan
sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Berkat karunia Allah subhanahu wata’ala, pada tahun 2020 penulis dapat
menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Makassar dengan tersusunnya
skripsi yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Sekolah terhadap Pembentukan
Karakter Anak pada Mata Pelajaran PKn di SDN 03 Ele Kecamatan Tanete
Riaja Kabupaten Barru”.