Post on 31-Jul-2020
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM
BELAJAR SISWA KELAS VI PADA MATA PELAJARAN
FIQIH DI MI NW DASAN AGUNG MATARAM
MUHAMMAD. APRIADIN
151141198
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2018
ii
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM
BELAJAR SISWA KELAS VI PADA MATA PELAJARAN
FIQIH DI MI NW DASAN AGUNG MATARAM
Skripsi
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama
Islam (S1)
Oleh:
MUHAMMAD. APRIADIN
151141198
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2018
ii
iii
v
vi
MOTTO:
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia
akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya. (Q.S. Ath-Thalaq: 2-3)
vii
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Yang pertama Ayah handa (Ahmad Abdullah ) dan ibunda tercinta (Nasbih),
sebagai tanda bakti, hormat, dan yang tiada terhingga kupersembahkan
karya kecil ini kepada ibu dan ayah yang telah memberikan kasih sayang,
do’a, dukungan, cintakasih yang tak terhingga yang tiada mungkin dapatku
balas.
2. Saudara-saudaraku Uswatun khasanah, Nadiatul khasanah, Rayyan, atas
segenap dukungan berupa motivasi beserta doanya, sehingga memberi
semangat sehingga berjalan sampai saat ini.
3. Segenap keluarga yang telah memberikan perhatian penuh dan bantuannya
selama masa kuliah yang tidak akan pernah terlupakan yang tidak pernah
terbayarkan, lebih khusus kepada paman Drs. H. Hasaruddin Majid. M.Pd
dan istrinya Rusmania S.Pd.
4. Pembina PPM Al-mujahidin Lawata Mataram ustadz H. YudiElfian, S. Hi,
atas nasihat yang senantiasa ustadz berikan untuk saya.
5. Teman-teman PPM Al-mujahidin Lawata Mataram atas dukungan dan
semangat yang kalian berikan. M suaeb, musmuliyadin, Dani, Yasir,
Kamrin, chaidir dan teman-teman yang lain yang selalu tetap memberikan
motivasi.
6. Almamater Universitas Islam Negeri (UIN) mataram yang kubanggakan.
viii
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN SAMPUL ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ ii
HALAMAN NOTA DINAS .................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ............................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................. ix
ABSTRAK ............................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Kontek penelitian ........................................................................ 1
B. Fokus penelitian .......................................................................... 4
C. Tujuan dan manfaat penelitian .................................................. 4
D. Ruang lingkup penelitian ........................................................... 5
E. Telaah pustaka ........................................................................... 7
F. Kerangka teoritik ........................................................................ 8
1. Metode problem solving .......................................................... 8
2. Konsep dasar kesulitan belajar ................................................. 15
3. Pembelajaran fiqih kelas VI madrasah ibtidaiyah ..................... 21
G. Kerangka Pikir ............................................................................ 23
H. Metode penelitian ....................................................................... 23
x
1. Pendekatan penelitian .............................................................. 23
2. Kehadiran peneliti .................................................................. 25
3. Lokasi penelitian ..................................................................... 26
4. Sumber data ............................................................................. 27
5. Prosedur pengumpulan data ..................................................... 27
6. Teknis analisis data .................................................................. 30
7. Kredibilitas atau Keabsahan Data ............................................ 31
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN............................................ 36
A. Gambaran Umum lokasi penelitian ................................................ 36
1. Sejarah singkat MI NW Dasan Agung Mataram ...................... 36
2. Letak geografis MI NW Dasan Agung Mataram ...................... 40
3. Keadaan sarana prasarana MI NW Dasan Agung Mataram ...... 41
4. Keadaan Guru MI NW Dasan Agung Mataram ........................ 43
5. Keadaan Siswa MI NW Dasan Agung Mataram ...................... 52
6. Struktur Organisasi MI NW Dasan Agung Mataram ................ 53
B. Bagaimanakah Penerapan Metode Problem Solving Dalam
Belajar Siswa Kelas VI Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MI NW
Dasan Agung Mataram................................................................... 54
C. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Siswa Kelas VI Pada Mata
Pelajaran Fiqih Di MI Nw Dasan Agung Mataram ........................ 58
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................ 61
A. Bagaimanakah Penerapan Metode Problem Solving Dalam
Belajar Siswa Kelas VI Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MI Nw
Dasan Agung Mataram .................................................................. 61
B. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Siswa Kelas VI Pada Mata
Pelajaran Fiqih Di Mi Nw Dasan Agung Mataram ......................... 66
BAB IV PENUTUP ................................................................................. 74
A. Kesimpulan ................................................................................... 74
xi
B. Saran ............................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM MENGATASI
KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS VI PADA MATA PELAJARAN
FIQIH DI MI NW DASAN AGUNG MATARAM
Oleh
MUHAMMAD. APRIADIN
151.141.198
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh siswa ketika dalam pembelajaran di
sekolah menunjukan dan menampilkan sikap yang tidak wajar, mengingat bahwa
karakteristik siswa yang beraneka ragam ada siswa yang menempuh kegiatan
belajaranya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kendala-kendala yaitu
kesulitan atau gangguan, namun disisi lain ada siswa yang justru mengalami
kesulitan dalam belajarnya, untuk itu perlu adanya penyelesain dari seorang guru
untuk mengatasi kesulitan belajar siswa yaitu melalui penerapan metode problem
solving dalam belajar untuk mencapai sebuah tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk kesulitan
yang dialami siswa dan peran penerapan metode Problem Solving dalam
mengatasi kesulitan belajar siswa, di sekolah MI NW Dasan Agung Mataram.
Penelitian ini difokuskan kajian terhadap penerapan metode Problem Solving
dalam mengatasi kesulitan belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran fiqih di MI
NW Dasan Agung Mataram. Dengan instrumen penelitian menggunakan metode
observasi, wawancara digunakan untuk mengetahui bagaimana penerapan metode
Problem Solving dalam mengatasi kesulitan belajar siswa kelas VI pada mata
Pelajaran Fiqih di MI NW Dasan Agung Mataram dan dokumentasi untuk
mendapatkan data-data seperti sejarah berdirinya madrasah MI NW Dasan Agung
Mataram, letak geografis, sarana-prasarana, keadaan guru, keadaan siswa, dan
struktur organisasi.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh: 1) Penerapan metode Problem
Solving ini dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar karena
metode ini dapat mengaktifkan siswa belajar, siswa diberikan masalah kemudian
mencari jawaban atas permasalahan dengan begitu siswa yang berkesulitan belajar
menjadi aktif, inisiatif dan bertanggung jawab dalam belajar guna mencari solusi
atas suatu permasalahan serta menambah dan melatih keterampilan siswa dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. 2) Kendala-kendala yang dihadapi siswa di
sekolah Madrasah Ibtidaiyah mataram belajar lambat yaitu tidak memahami
penjelasan guru dan ketidakmampuan belajar yaitu tidak mendengarkan
penjelasan guru.
Kata kunci: Penerapan Metode Problem Solving, Kendala Belajar, Siswa Kelas
VI Mata Pelajaran Fiqih
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks penelitian
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dan mencetak peserta didik yang memiliki
kemampuan intelektual yang bagus dan memiliki prilaku yang baik,
sebagaimana yang tercantum dalam UU SIKDIKNAS Nomor 20 Tahun
2003 Pasal 1 Ayat I pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara.”1
Dalam dunia pembelajaran sering kita temukan persoalan-persoalan
yang selalu mengitarinya, guru terkadang memberikan respon tidak
sebanding atas prilaku siswa yang bermasalah. Mestinya hal itu harus
dipahami dan diresapi secara mendalam oleh seorang guru, karena setiap
individu memiliki bakat, minat, dan tingkat pemahaman yang berbeda.
Pembelajaran di dalam kelas tidak berorientasi pada siswa, sehingga
fungsi guru hanya sebagai pengajar tetapi tidak dapat membuat
siswanya belajar. Akibatnya perubahan prilaku yang ingin dicapai
hanya berisfat sementara, padahal hakikat belajar adalah suatu
perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu
pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Jakarta, Eka Jaya, 2003), hlm. 4
2
kepandaian, yang terjadi melalui latihan atau pengalaman yang bersifat
relatif langgeng. 2
Guru dalam pengertian sederhana adalah orang yang memberikan
pengetahuan kepada anak didik. Sedangkan menurut Undang-undang Guru
dan Dosen No 14 tahun 2005 adalah “pendidik yang profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik, sehingga tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara maksimal.” 3
Berarti dapat dipahami bahwa seorang guru bukan hanya bertugas
mengajar saja transfer of knowledge, tetapi juga sebagai transfer of values
dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan
menentukan siswa dalam belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran disekolah, kita dihadapkan dengan
sejumlah karakteristik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang
dapat menenpuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa
mengalami kesulitan, namun disisi lain tidak sedikit pula siswa yang
justru dalam belajarnya mengalami kendala-kendala yakni berbagai
kesulitan seperti belajar yang tidak teratur (learning disorder), belajar
yang tidak banyak berfungsi (learning disfunction), lambat berpikir
(slow leaner).4
Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam
pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang
dimanifestasikan dalam prilakunya, baik aspek psikomotorik,
kogniktif, maupun afektif. Beberapa prilaku yang merupakan
manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain : menunjukan hasil
belajar rendah dibawah rata-rata, menunjukan sikap-sikap yang tidak
wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan
sebagainya, menunjukan prilaku yang berkelainan, seperti
2
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Prespektif Islam, (Jakarta:
Kencana, 2004), hlm. 208-209.3Nasrul HS, Profesi Dan Etika Keguruan, (Sleman Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014),
cet. Ke-2, hlm. 19-22.4
Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan,
(Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), hlm. 143.
3
mengganggu teman didalam maupun diluar kelas, tidak mau mencatat
pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.5
Berdasarkan hasil observasi awal yang Peneliti lakukan pada tanggal
21 Februari 2018 di MI Nahdatul Wathan (NW) Dasan Agung Mataram
dikelas VI pada mata pelajaran fiqih materi jual beli, terdapat dua orang
siswa yang bernama Riski dan Rama yang mengalami kendala dalam
belajarnya Riski tidak memahami apa yang disampaikan oleh guru dan
satunya yang bernama Rama tidak mau mendengarkan penjelasan guru.
Guru fiqih menerapan Metode berbasis masalah yaitu memberikan topik
permasalahan tentang barang yang cacat dalam jual beli apakah bisa
dikembalikan sesudah membelinya dan bagaimana hukumnya dalam
islam? kemudian membagi siswa dalam kelompok kecil siswa disuruh
mendiskusikan bersama teman, setelah mendiskusikan topik tersebut,
siswa mencari dan mengumpulkan jawaban, setelah itu menarik
kesimpulan kemudian mengevaluasi hasil dan merefleksi bersama guru.6
Berdasarkan penjelasan dan hasil observasi di atas khususnya ketika
guru fiqih menyelesaikan kendala atau permasalahan yang di hadapi siswa,
maka memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul
“Penerapan Metode Problem Solving Dalam Belajar Siswa Kelas VI Pada
Mata Pelajaran Fiqih Di MI NW Dasan Agung Mataram”.
5
Ibid, hlm. 145 6
Observasi, Tanggal 21 September 2017.
4
B. Fokus Penelitian
Berangkat dari judul di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah penerapan metode problem solving dalam belajar siswa
kelas VI pada Mata Pelajaran Fiqih Di MI NW Dasan Agung Mataram?
2. Apa sajakah kendala-kendala yang dihadapi siswa kelas VI pada Mata
Pelajaran Fiqih Di MI NW Dasan Agung Mataram
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
1) Untuk mengetahui penerapan metode problem solving dalam
belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran fiqih di MI NW Dasan
Agung Mataram.
2) Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi siswa kelas VI
pada Mata Pelajaran Fiqih Di MI NW Dasan Agung Mataram
2. Manfaat
a. Secara Teoritis
1) Menemukan teori baru atau memperkuat teori yang sudah ada
terkait dengan penerapan metode problem solving dalam
belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Fiqih Di MI NW
Dasan Agung Mataram.
2) Dapat menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dan
pengetahuan terutama penerapan metode problem solving
5
dalam belajar siswa kelas VI pada mata pelajaran Fiqih Di MI
NW Dasan Agung Mataram.
b. Secara praktis
1) Bagi UIN Mataram, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai dokumentasi dan sumber rujukan bagi peneliti
selanjutnya, sekaligus sebagai bahan kajian bagi mahasiswa.
2) Dari hasil penelitian ini nantinya juga dihajatkan untuk pihak
sekolah (MI NW Dasan Agung Mataram) sebagai bahan
refleksi dan evaluasi terhadap program-program pendidikan
yang telah ditetapkan, agar ke depannya menjadi lebih efektif
dan inovatif.
3) Bagi Peneliti, sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang nantinya dapat digunakan sebagai bekal
untuk terjun kedalam dunia pendidikan.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang lingkup Penelitian
Agar menghindari pembahasan atas permasalahan yang
dirumuskan tidak remang-remang atau kabur, maka dikehendaki
adanya pembatasan-pemabatasan yang disesuaikan dengan fokus
kajian, sehingga pembahasan yang disajikan menjadi lebih terarah dan
sistematis.
Ruang lingkup penelitian ini sebagaimana dikemukakan pada
fokus penelitian terdiri dari :.
6
a. Penerapan Metode Problem Solving dalam belajar siswa kelas VI
pada mata pelajaran fiqih di MI NW Dasan Agung Mataram.
b. Apa sajakah kendala-kendala yang dihadapi siswa kelas VI pada
Mata Pelajaran Fiqih Di MI NW Dasan Agung Mataram
2. Setting
a. Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di MI NW Dasan Agung
Mataram.
b. Berdasarkan hasil observasi awal yang Peneliti lakukan pada
tanggal 21 Februari 2018 di MI Nahdatul Wathan (NW) Dasan
Agung Mataram dikelas VI pada mata pelajaran fiqih materi jual
beli, terdapat dua orang siswa yang bernama Riski dan Rama yang
mengalami kendala dalam belajarnya Riski tidak memahami apa
yang disampaikan oleh guru dan satunya yang bernama Rama tidak
mau mendengarkan penjelasan guru. Guru fiqih menerapan Metode
berbasis masalah yaitu memberikan topik permasalahan tentang
barang yang cacat dalam jual beli apakah bisa dikembalikan
sesudah membelinya dan bagaimana hukumnya dalam islam?
kemudian membagi siswa dalam kelompok kecil siswa disuruh
mendiskusikan bersama teman, setelah mendiskusikan topik
tersebut, siswa mencari dan mengumpulkan jawaban, setelah itu
menarik kesimpulan kemudian mengevaluasi hasil dan merefleksi
bersama guru.7
7
Observasi, Tanggal 21 September 2017.
7
E. Telaah Pustaka
Peneliti dalam melakukan penelitian mengambil literatur dari:
1. Skripsi oleh Devi Yulia Agustina. “ Penerapan Metode Problem
Solving Untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran
Akidah Akhlak Kelas VIII di MTSN Masbagik Tahun Pelajaran 2013-
2014 ”.8
Setelah peneliti melakukan telaah terhadap skripsi yang ditulis oleh
Devi Yulia Agustina dit emukan adanya persamaan dan perbedaan
dengan judul penelitian sama-sama mengkaji penerapan metode
problem solving dan sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif.
Sedangkan perbedaannya Devi Yuliani Agustina menerapkan Metode
Problem Solving untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa kelas VIII
dalam mengikuti pembelajaran Akidah Ahklak di MTS Negeri
Masbagik. Sedangkan pada penelitian ini peneliti penerapan metode
problem solving dalam belajar siswa kelas VI di MI NW Dasan Agung
Mataram.
2. Skripsi oleh Aminah. ” Penerapan Metode Pembelajaran Problem
Solving Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Pokok
Segitiga Kelas VII MTs. Fajrul Hidayah Batu Jai Tahun Pelajaran
8 Devi Yulia Agustina, Penerapan Metode Problem Solving Untuk Meningkatkan
Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas VIII di MTSN Masbagik ( Skripsi
fakultas ilmu tarbiyah iain mataram, 2013-2014)
8
2012/2013 ”. Skripsi ini yang ditulis oleh Aminah Pada Tahun
2012/2013. 9
Setelah peneliti melakukan telaah terhadap skripsi yang ditulis oleh
Aminah ditemukan adanya persamaan dan perbedaan dengan judul
penelitian sama-sama mengkaji penerapan metode problem solving dan
sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan
perbedaannya Aminah menerapkan Metode Pembelajaran Problem
Solving Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Pokok
Segitiga Kelas VII MTs. Fajrul Hidayah Batu Jai. Sedangkan pada
penelitian ini peneliti penerapan metode problem solving dalam belajar
siswa kelas VI di MI NW Dasan Agung Mataram.
F. Kerangka Teoritik
1. Metode problem solving
a. Pengertian metode
Metode adalah “cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran”.10
Metode merupakan jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan dalam
proses pembelajaran.
9
Aminah, Penerapan metode pembelajaran problem solving dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa materi pokok segitiga kelas VII Mts. Fajrul hidayah batu jai tahun
pelajaran, (skripsi fakultas ilmu tarbiyah iain mataram, 2012/2013 ) 10
Helmiati, Model Pembelajaran, ( yogyakarta, Aswajapressinddo, 2016), hlm. 32
9
b. Metode pemecahan masalah adalah suatu cara menyajikan
pelajaran dengan mendorong siswa untuk mencari dan
memecahkan suatu masalah atau persoalan dalam rangka
pencapain tujuan pengajaran.11
c. Pembelajaran berbasis masalah atau (problem solving)
Menurut john dewey belajar berbasis masalah adalah “interaksi
antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua
arah belajar dan lingkungan. Pengalaman siswa yang diperoleh dari
lingkungan akan menjadikan pedoman dan tujuan belajarnya”.12
Pembelajaran problem solving adalah “suatu model
pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pembelajaran dan
keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan
keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa
dapat memecahkan masalah dan mengembangkan
tanggapannya”.13
Memecahkan masalah adalah metode belajar yang
mengharuskan pelajar untuk menemukan jawabannya
(discovery) tanpa bantuan khusus, namun discovery atau
penemuan sendiri bukan syarat mutlak untuk memahami
atauran-aturan yang lebih tinggi tarafnya. Banyak aturan
dipelajari dengan memperoleh bimbingan yang lengkap,
bahkan dengan memberitahukan aturan-aturan itu sendiri, dan
mengingatkan kembali aturan-aturan yang diperlukan dalam
11
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar,(Bandung, Pusataka Setia, 2011), hlm. 8412
Nurdyansyah dan Eni Fariyarul Fahyuni, Inovasi Model Pembelajaran, (Sidoarjo,
Nizamia Learning Center, 2016), hlm. 9713
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohammad, Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM,
(Jakarta, PT Bumi Aksara, 2015), hlm. 223
10
pemecahan masalah dengan memerlukan petunjuk seorang
guru.14
Metode problem solving (pemecahan masalah) bukan hanya
sekedar metode mengajar tetapi juga suatu metode berpikir, sebab
dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode
lainnya dimulai dengan mencari data sampai menarik kesimpulan.
Metode problem solving merupakan implementasi dari salah satu
dan atau gabungan dari beberapa strategi pembelajaran anatara lain
pembelajaran konseptual, bermain peran, pembelajaran partisipatif
maupun strategi pembelajaran inkuiri.15
d. Ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah
a) Pembelajaran pertanyaan atau masalah
Pembelajaran berbasis masalah bukan hanya
mengorganisasikan prinsip-prinsip atau keterampilan
akademik tertentu, tetapi mengorganisasikan pengajaran
disekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya
secara social penting dan secara pribadi bermakna untuk
peserta didik. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata
yang autentik, menghindari jawaban sederhana, dan
memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi
itu.
b) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin
Meskipun pembelajaran berbasis masalah mungkin
berpusat pada mata pelajaran tertentu, tetapi dalam
pemecahan melalui solusi, siswa dapat meninjaunya dari
berbagai mata pelajaran yang ada.
c) Penyelidikan autentik
Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan melakukan
penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata
terhadap masalah.
d) Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
14
S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar, (Jakarta, PT
Bumi Aksara, 2013), hlm. 173-174 15
Mulyono, Strategi Pembelajaran Di Abad Digital, (Yogyakarta, Gawe Buku, 2018),
Hlm. 80-81
11
Pembelajaran berbasis masalah menuntut peserta didik
untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya
nyata dn peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk
penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu
dapat berupa transkip, laporan, model fisik, video.16
e. Tujuan pembelajaran berbasis masalah
a) membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya
kepada peserta didik.
b) membantu peserta didik menembangkan kemampuan berfikir,
pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual.
c) belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan
mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi.17
f. Adapun proses dari metode pembelajaran problem solving
Menurut Mulyono mengemukakan langkah-langkah metode
berbasis masalah sebagai berikut:
Adapun langkah-langkah dari metode problem solving menurut
mulyono dalam bukunya yang berjudul “Strategi Pembelajaran Di
Abad Digital” sebagai berikut :
1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan, masalah ini harus
tumbuh dari peserta didik sesuai dengan taraf kemampuannya.
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan
membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dengan
jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang diperoleh,
pada langkah kedua di atas.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah
ini peserta didik harus berusaha memecahkan masalah sehingga
16
S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar, (Jakarta, PT
Bumi Aksara, 2013), hlm. 173-17417
Kunandar, Guru Professional Implementasi Kurikulum KTSP dan Sukses Dalam
Sertifikasi Guru,(Jakarta, Rajawali Pers, 2009), hlm. 335-336
12
betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut benar-benar cocok.
Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak
sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja
diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi, tugas,
diskusi, dan lain-lain.
5. Menarik kesimpulan. Artinya peserta didik harus sampai kepada
kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi (Nana
Sudjana, 1989).18
Sedangkan Jhon Dewey mengemukakan bahwa untuk
memecahkan suatu masalah setidaknya ada lima langkah sebagai
berikut:
1. Mengemukakan persoalan atau masalah. Guru menghadapkan
masalah yang akan dipecahkan kepada siswa.
2. Memperjelas persoalan atau masalah. Masalah tersebut
dirumuskan oleh guru bersama siswa.
3. Siswa bersama guru mencari kemungkinan-kemungkinan yang
akan dilaksanakan dalam pecahan persoalan.
4. Mencoba kemungkinan yang dianggap menguntungkan. Guru
menetapkan cara pemecahan masalah yang dianggap paling
tepat.
5. Penilaian cara yang ditempuh dinilai, apakah dapat
mendatangkan hasil yang diharapkan atau tidak. 19
“Penyelesaian masalah Menurut David Johnson dan Johnson dapat
dilakukan melalui kelompok dengan prosedur penyelesaiannya
dilakukan sebagai berikut:”20
1. Mendifinisikan Masalah
Mendefinisikan masalah di kelas dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Kemukakan kepada siswa peristiwa yang bermasalah, baik
melalui bahan tertulis maupun secara lisan, kemudian minta pada
siswa untuk merumuskan masalahnya dalam satu kalimat
18
Mulyono, Strategi Pembelajaran Di Abad Digital, (Yogyakarta, Gawe Buku, 2018),
Hlm. 80-8119
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar,(Bandung, Pusataka Setia, 2011), hlm. 8520
Gulo, Strategi Belajar Mengajar,(Jakarta : PT. Grasindo, 2002), hlm. 117
13
sederhana (brain stroming). Tampunglah setiap pendapat mereka
dengan menulisnya dipapan tulis tanpa mempersoalkan tepat atau
tidaknya, benar atau salah pendapat tersebut.
b) Setiap pendapat yang ditinjau dengan permintaan penjelasan dari
siswa yang bersangkutan.
2. Mendiagnosis masalah
3. Merumuskan Altenatif Strategi
4. Menentukan dan menerapkan Strategi
5. Mengevaluasi Keberhasilan Strategi.21
Dalam bukunya nasution yang berjudul berbagai pendekatan dalam
proses belajar dan mengajar terdapat langkah-langkah dalam
memecahkan masalah antara lain :
”Memperlihatkan kepada anak tentang cara memecahkan masalah,
memberikan instruksi kepada anak secara verbal untuk membantu anak
memecahkan masalah, memecahkan masalah itu langkah demi langkah
dengan menggunakan aturan tertentu. Dengan menggunakan contoh,
belajar anak itu dibantu dan dibimbing untuk menemukan pemecahan
masalah”.22
g. Keunggulan dan kelemahan metode pemecahan masalah (problem
solving)
a) Keunggulan metode pemecahan masalah (problem solving)
Melatih siswa untuk menghadapi problematika atau situasi
yang timbul secara spontan.
21 Ibid, hlm. 11822
S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar, (Jakarta, PT
bumi aksara, 2013), hlm. 171
14
Siswa menjadi aktif dan inisiatif serta bertanggung jawab.
Pendidikan di sekolah relevan dengan kehidupan.
Sukar sekali menentukan masalah yang benar-benar cocok
dengan tingkat kemampuan siswa.
b) Kelemahan metode pemecahan masalah (problem solving)
Memerlukan waktu yang lama, artinya memerlukan alokasi
waktu yang lebih panjang dibandingkan metode
pembelajaran yang lain.
Sukar sekali untuk mengorganisasikan bahan pelajaran
Siswa yang pasif kemungkinan akan tertinggal.23
Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa Metode
pemecahan masalah memiliki sejumlah kelebihan yang jika diterapkan
dalam pembelajaran, dengan kelebihan itu guru banyak yang
menggunakan metode berbasih masalah guna untuk menghadapi siswa
yang mengalami kendala-kendala yaitu kesulitan belajar karena dapat
mengaktifkan siswanya belajar, dan dapat mengembangkan
kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh serta
terampil dalam menghadapi atau memecahkan masalah Namun, disisi
lain metode pemecahan masalah juga memiliki segi kelemahan
sulitnya mencari masalah yang sesuai dengan kemampuan siswa agar
siswa mampu memecahkan masalah sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Bahwa dalam penelitian ini dari sejumlah teori di atas maka
peneliti akan menekankan pada proses langkah-langkah penerapan
metode problem solving seperti yang dikemukakan oleh Mulyono
dalam bukunya yang berjudul “Strategi Pembelajaran Di Abad Digital”
23
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar,(Bandung, Pusataka Setia, 2011), hlm. 86
15
dalam belajar siswa untuk mengaktifkan siswa yang mengalami
kendala-kendala berupa kesulitan-kesulitan dalam belajarnya.
2. Kendala-Kendala Belajar atau Kesulitan Belajar
a. Pengertian Kendala atau Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak
dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya hambatan ataupun
gangguan dalam belajarnya. 24
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas,
diantaranya: “belajar yang tidak teratur (learning disorder), belajar
yang tidak banyak berfungsi (learning disfunction), belajar yang
sekedar menerima materi belaka (underachiever leaning), belajar
lambat pikir (slow learner), belajar tanpa mempertimbangkan
kemungkinan (learning disabilitie)”25
Dari masing-masing pengertian di atas maka dibawah ini akan di
jelaskan antara lain:
1. Learning disorder atau kekacuan belajar adalah keadaan
dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya
respons yang bertentangan.
2. Learning disfunction merupakan gejala dimana proses belajar
yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun
sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukan adanya
subnormalitas, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis
lainnya.
3. Under achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhya
memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas
normal, tetapi prestasi belajarnya rergolong rendah.
24 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta, Rineka Cipta, 2011), hlm. 235.25
Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan,
(Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), hlm. 143
16
4. Slow learner atau belajar lambat adalah siswa yang lambat
dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang
cukup lama.
5. Learning disabilities adalah ketidakmampuan belajar mengacu
pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari
belajar, sehingga hasil belajar dibawah potensi intelektualnya.26
Dalam bukunya Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto yang
berjudul “teori-teori dasar psikologi pendidikan” menyebutkan bahwa
siswa yang mengalami kesulitan belalar seperti tergolong dalam
pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang
dimanifestasikan dalam prilakunya, baik aspek psikomotorik,
kogniktif, maupun afektif. Beberapa prilaku yang merupakan
manifestasi dari gejala kesulitan belajar, antara lain:
Menunjukan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang
dicapai atau dibawah potensi yang dimilikinya, hasil yang dicapai
tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan, lambat dalam
melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal
dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan, menunjukan
sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya, menunjukan prilaku yang
berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu didalam ataupun
diluar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam
kegiatan belajar, dan sebagainya, menunjukan gejala emosional
yang kurang wajar, seperti: pemurung, mudah tersinggung,
pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi
tertentu.27
Dari beberapa pengertian di atas mengenai kesulitan belajar, dapat
disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang
menunjukkan adanya gangguan atau hambatan dalam proses belajar
yang nampak pada aspek kognitif, motoris dan afektif, sehingga
26
Ibid., hlm. 14427
Ibid., hlm. 145.
17
terjadinya kesenjangan antara hasil belajar dengan tingkat kecerdasan
siswa.
b. Macam-macam Kesulitan Belajar
“Membuat klasifikasi kesulitan belajar tidak mudah karena
kesulitan belajar merupakan kelompok kesulitan yang heterogen.
Tidak seperti tunanetra, tunarungu, atau tunagrahita yang bersifat
homogen, kesulitan belajar memiliki banyak tipe yang masing-masing
memerlukan diagnosis dan remediasi yang berbeda”. 28
Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam
dua kelompok, “pertama kesulitan belajar akademik (academic
learning disability) dan kedua kesulitan belajar yang berhubungan
dengan perkembangan (developmental learning disability)”.29
1) Kesulitan belajar akademik
Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-
kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan
kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut
mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, dan
atau berhitung.
Siswa-siswa yang mengalami gangguan kemampuan
akademik berbaur bersama teman-teman sekelasnya demi
meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung
mereka. Seseorang dapat didiagnosis mengalami gangguan
ini, bilamana mengalami: Keterlambatan dalam hal membaca
28
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (jakarta: rineka
cipta, 2003), hlm. 11.29
Yulinda Erma Suryani, Kesulitan Belajar, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), hlm.
39.
18
Keterlambatan dalam hal menulis Keterlambatan dalam menghitung 30
a) Kesulitan Belajar Membaca (Disleksia)
Kesulitan belajar membaca sering disebut disleksia. Menurut
Bryan dan Bryan dalam Mercer (1979:200) mendefinisikan
disleksia “sebagai suatu sindroma kesulitan belajar
mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat”. 31
b) Kesulitan Belajar Disgrafia atau Kesulitan Menulis
Disgrafia adalah “kesulitan yang melibatkan proses
menggambar symbol bunyi menjadi symbol huruf atau angka.
Kesulitan menulis tersebut terjadi pada beberapa tahap aktivitas
menulis”.32
c) Kesulitan Belajar Diskalkulia atau Kesulitan Berhitung
Kesulitan berhitung adalah “kesulitan dalam menggunakan
bahasa symbol untuk berpikir, mencatat, dan
mengkomunikasikan ide-ide yang berkaitan dengan kuantitas
atau jumlah”.33
c. Faktor-faktor yang menimbulkan kesulitan belajar
Kephart (1967) mengelompokan penyebab kesulitan belajar
ketiga kategori utama yaitu: kerusakan otak, gangguan emosional,
dan pengalaman.
30
Derek Wood, Kiat Mengatasi Gangguan Belajar (Jogjakarta : katahati, 2007), hlm. 27.31
Ibid., hlm. 19.32 Yulinda Erma Suryani, Kesulitan Belajar, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), hlm.
40.33
Ibid, hlm. 41
19
1. Kerusakan otak berarti terjadinya kerusakan syaraf, kondisi
seperti ini dapat menimbulkan gangguan fungsi otak yang
diperlukan untuk proses belajar pada anak dan remaja.
Demikian juga anak-anak yang mengalami disfungsi minimal
otak (minimal brain dysfunction) pada saat lahir akan menjadi
masalah besar pada saat anak mengalamiproses belajar.
2. Faktor gangguan emosional yang menimbulkan kesulitan belajar
terjadi karena adanya trauma emosional yang berkepanjangan
yang mengganggu hubungan fungsional sistem urat syaraf.
Dalam kondisi seperti ini menimbulkan gangguan belajar.
3. Faktor pengalaman yang dapat menimbulkan kesulitan belajar
mencakup faktor-foktor seperti kesenjangan perkembangan atau
kemiskinan pengalaman lingkungan. Atau tidak pernah
memperoleh kesempatan melakukan sesuatu dimana
kesempatan semacam itu membantu anak dalam
mengembangkan keterampilannya.34
Kesulitan belajar yang dirasakan oleh anak didik bermacam-
macam, yang dapat dikelompokan menjadi empat macam yaitu
sebagai berikut:
1. Dilihat dari jenis kesulitan belajar: Ada yang berat Ada yang sedang
2. Dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari Ada yang sebagain mata pelajaran
34
Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: Refika Aditama, 2007),
hlm.196-197
20
Ada yang sifatnya sementera
3. Dilihat dari sifat kesulitannya Ada yang sifat menetap Ada yang sifatnya sementara
4. Dilihat dari factor penyebabnya Ada yang karna factor intelegensi Ada yang karena factor non intelegensi.35
d. Beberapa penyebab kesulitan belajar
Banyak sudah para ahli yang mengemukakan faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka masing-
masing. Ada yang meninjaunya dari sudut intern dan ektren.
Muhibbin Syah menurutnya faktor-faktor anak didik meliputi
gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik, yakni
sebagai berikut:
1.Yang bersifat kogniktif (ranah cipta), antara lain rendahnya
kapasitas intelektual/intelegensi anak didik.
2.Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya
emosi dan sikap
3.Yang bersifat psikomotorik (ranah karsa), antara lain seperti
terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran
(mata dan telinga).36
Sedangkan faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi dan
kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar
anak didik. Faktor lingkungan ini meliputi:
1. Lingkungan keluarga contohnya ketidakharmonisan antara
ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya wilayah
perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal.
3. Lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung
sekolah yang buruk seperti dekat, kondisi guru serta alat-
alat belajar yang berkualitas rendah.37
35
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta, Rineka Cipta, 2011), hlm.234-23536
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta, Rineka Cipta, 2011), hlm. 235.
21
Selain faktor-faktor yang bersifat umum ada juga faktor-faktor
yang lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Faktor-
faktor ini dipandang sebagai faktor khusus misalnya learning disability
(ketidakmampuan belajar) gejala yang muncul sebagai indikator
adanya keabnormalan psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak
didik misalnya ketidakmampuan membaca, menulis, dan
ketidakmampuan belajar berhitung.38
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan diatas peneliti
menfokuskan pada kendala-kendala yaitu kesulitan belajar (slow
learner) belajar lambat dan (learning disabilities) yaitu
ketidakmampuan belajar atau menghindari belajar berdasarkan hasil
observasi, sehingga hasil belajar dibawah pontensi intelktualnya.
3. Pembelajaran Fiqih Kelas VI Madrasah Ibtidaiyah
1. Pengertian Fiqih
kata Al-fiqih secara etimologi berarti pemahaman secara
mendalam yang membutuhkan pengarahan potensi akal. Secara
terminologi, Al-fiqih berarti “pengetahuan/pemahaman tentang
hukum-hukum syara’ yang diambil dari dalil-dalil terperinci.” 39
Pengertian fiqih secara bahasa telah disebutkan dalam Al-
quran dalam surah an-Nisa /3: 78.
37 Ibid, hlm. 236. 38
Ibid, hlm. 23639
Asnawi, Perbandingan Ushul Fiqih, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 1.
22
Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) Hampir-hampir
tidak memahami pembicaraan sedikitpun?40
2. Tujuan Pembelajaran Fiqih Kelas VI Madrasah Ibtidaiyah
Syathori dalam jurnalnya menyatakan bahwa pembelajaran
fiqih “diarahkan untuk mengantarkan peserta didik dapat
memahami pokok-pokok hokum islam dan tata cara
pelaksanaannya untuk diaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari sehingga menjadi muslim selalu taat menjadikan syariat secara
sempurna.”41
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih Kelas VI Madarasah
Ibtidaiyah
Ruang lingkup mata pelajaran fiqih kelas VI madrasah
ibtidaiyah meliputi :
a. Materi MI kelas VI (enam) Semester I dan II
1) Makanan Yang Halal Dan Menjauhi Yang Haram
2) Minuman Yang Halal dan Haram
3) Binatang Halal dan Haram
4) Jual Beli
5) Pinjam Meminjam
6) Barang Temuan 42
40
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Solo: Tiga Serangkai, 2012),
hlm. 9041 A. Syathori, “Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Fiqih” Al-Tarbawi Al-Hadits: Jurnal
Pendidikan Agama Islam, vol. 2, no. I Juni 2017, hlm. 2.42
Silabus Guru Mata Pelajaran Fiqih.
23
G. Kerangka Pikir
Kerangka pikir adalah nalar argumentatif peneliti yang merupakan
alasan dari pengajuan hipotesis. Dalam judul penelitian yang peneliti
ajukan terdapat dua variabel yang berbeda yaitu variabel terikat dan
varaibel bebas. Variabel adalah objek-objek yang akan diteliti sehingga
dari objek tersebut memperoleh data-data yang akan diolah secara non
statistic menjadi suatu kesimpulan dari suatu penelitian.
Dalam pelaksanaanya nanti peneliti akan menggunakan pendekatan
kualitatif yang kajiannya difokuskan pada strategi guru berupa peneran
metode problem solving sebagai varaibel bebas dan kesulitan belajar pada
mata pelajaran fiqih sebagai variabel terikat.
Jadi hipotesis peneliti di sini bahwa Kemampuan siswa dalam belajar
Mata Pelajaran Fiqih dipengaruhi oleh metode guru.
H. Metode Penelitian
Dalam bagian ini akan dibahas pendekatan penelitian, kehadiran
peneliti, sumber data, tehnik pengumpualan data. Berikut penjelasan dari
masing-masing item:
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan ini data-data yang
terkait dengan masalah yang akan dibahas dan dijabarkan secara sriptif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau hiasan dari orang-orang dan
24
perilaku yang dapat diamati. Untuk lebih jelasnya berikut dijelaskan
ciri-ciri penelitian kualitatif yaitu:
a. Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah yang
dimaksud biasa saja dalam lingkungan keluarga, sekolah dan
atau masyarakat tanpa dilakukan perubahan dan intervensi oleh
peneliti.
b. Penelitian kualitatif sifatnya diskriptif analitik, data yang
diperoleh dari hasil penelitian kualitatif seperti hasil
pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, cuplikan
tertulis dari dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti
dilokasi penenlitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan
bilangan statistik.
c. Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan hasil. Sebab
dalam penelitian ini data dan informasi yang diperlukan
berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana.
d. Penelitian kualitatif sifatnya induktif, yaitu peneliti terjun
langsung ke lapangan,mempelajari suatu proses atau penemuan
yang terjadi secara alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan,
dan melaporkan kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan dari
proses tersebut.
e. Penelitian kualitatif mengutamakan makna, makna yang di
ungkap berkisar pada asumsi-asumsi apa yang dimiliki orang
mengenai hidupnya.43
Adapun jenis pendekatan kualitatif yang peneliti gunakan adalah
pendekatan kualitatif deskriptif. Peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif karena peneliti menjabarkan dan menjelaskan
proses pembelajaran serta fenomena-fenomena yang terjadi di
Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Nahdhatul Wathan (NW) Dasan Agung
Mataram dalam bentuk kata-kata, tidak berbentuk angka-angka. Oleh
karena itu untuk bisa mendiskripsikan fenomena-fenomena tersebut,
peneliti harus berinteraksi langsung dengan subyek penelitian sehingga
data-data yang dibutuhkan benar-benar didapatkan serta memiliki
43
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda Karya, 2011),
hlm. 8.
25
tingkat validitas yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut penggunaan
pendekatan kualitatif dalam penelitian ini relevan dengan tujuan
kegiatan penelitian yaitu untuk mendapatkan data tentang Penerapan
Metode Problem Solving Dalam Belajar siswa kelas VI Pada Mata
Pelajaran Fiqih.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, “peneliti berperan sebagai instrumen
sekaligus sebagai pengumpul data sehingga keberadaanya di lokasi
penelitian mutlak dibutuhkan”.44
Menurut Sugiyono, ”penelitian kualitatif sebagai human
instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan
sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,
analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas
temuannya”.45
Berdasarkan teori diatas kehadiran peneliti di lokasi penelitian
sangatlah penting dengan begitu peneliti bisa melihat secara langsung
fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan, tanpa mewakilkan pada
orang lain, agar kegiatan yang berkaitan dalam menggali,
mengidentifikasi data, informasi dan fenomena yang muncul di
lapangan dapat diperoleh secara akurat.
44
Tim Revisi Pedoman Penulisan Skripsi IAIN Mataram, (IAIN Mataram : 2011), hlm. 445
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2013), hlm. 305.
26
3. Lokasi Peneliti
Lokasi penelitian yang peneliti pilih yaitu Madrasah Ibtidaiyyah (MI)
Nahdhatul Wathan (NW) Dasan Agung Mataram. Alasannya Peneliti
memilih lokasi di(MI) Nahdhatul Wathan (NW) Dasan Agung Mataram
disana peneliti menemukan sesuatu yang menarik, Di Madrasah tersebut
terdapat permasalahan yang timbul ketika didalam kegiatan proses
pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi awal yang Peneliti lakukan
pada tanggal 21 Februari 2018 di MI Nahdatul Wathan (NW) Dasan
Agung Mataram dikelas VI pada mata pelajaran fiqih materi jual beli,
terdapat dua orang siswa yang bernama Riski dan Rama yang mengalami
kendala dalam belajarnya Riski tidak memahami apa yang disampaikan
oleh guru dan satunya yang bernama Rama tidak mau mendengarkan
penjelasan guru. Guru fiqih menerapan Metode berbasis masalah yaitu
memberikan topik permasalahan tentang barang yang cacat dalam jual beli
apakah bisa dikembalikan sesudah membelinya dan bagaimana hukumnya
dalam islam? kemudian membagi siswa dalam kelompok kecil siswa
disuruh mendiskusikan bersama teman, setelah mendiskusikan topik
tersebut, siswa mencari dan mengumpulkan jawaban, setelah itu menarik
kesimpulan kemudian mengevaluasi hasil dan merefleksi bersama guru.46
46
Observasi, Tanggal 21 September 2017.
27
4. Sumber Data
“Sumber data adalah seluruh objek (orang, kelompok, penduduk)
yang dimaksudkan untuk diselidiki atau diteliti”.47
Sebelum melakukan
penelitian, maka perlu menentukan sumber data yaitu subjek dari mana
data diperoleh, sehingga peneliti memperoleh sumber data yang jelas
dan akurat sesuai dengan masalah yang diteliti.
Guru Fiqih MI Nahdatul Wathan (NW) Dasan Agung Mataram
untuk mendapatkan data tentang Penerapan Metode Problem Solving
Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VI Pada Mata
Pelajaran Fiqih DI MI NW Dasan Agung Mataram.
Siswa Kelas VI Pada Mata Pelajaran Fiqih DI MI NW Dasan Agung
Mataram. (Riski dan Rama)
5. Prosedur Pengumpulan Data
Metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah
dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Yang
dimaksud dengan ketiga metode diatas yaitu:
a. Observasi
“Observasi adalah pengamatan langsung terhadap fenomena-
fenomena objek yang diteliti dan secara objektif hasilnya akan
dicatat dengan sistematis agar diperoleh gambaran yang lebih
konkrit tentang kondisi di lapangan”.48
47
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian :Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2013), hlm. 172.48
Koejaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2003), hlm. 310.
28
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa observasi
merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengamati
secara langsung peristiwa atau keadaan yang terjadi di lapangan.
Adapun jenis metode observasi yang biasa digunakan yaitu
dikelompokkan menjadi dua bentuk yaitu sebagai berikut :
1) Observasi partisipan adalah observasi di mana orang yang
melakukan pengamatan berperan serta ikut ambil bagian
dalam kehidupan obyek atau orang yang di observasi .
2) Observasi non partisipan adalah kebalikan dari observasi
partisipan yaitu dimana orang yang melakukan pengamatan
tidak berperan serta ikut ambil dalam kehidupan obyek yang
di observasi.49
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis observasi non
partisipan, di mana peneliti tidak turut ambil bagian dalam
kehidupan orang yang diobservasi atau diteliti, peneliti hanya
mengamati saja.
Melalui metode observasi ini peneliti dapat memperoleh data
tentang kesulitan belajar siswa kelas VI MI NW dan Penerapan
Metode Problem Solving Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Mata
Pelajaran Fiqih Pada Siswa Kelas VI MI NW Dasan Agaung
Mataram.
b. Wawancara atau interview
”Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang atau
lebih dengan cara berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat
49
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: SIC, 2012), hlm. 80.
29
melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinganya
secara lansung”.50
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa
wawancara atau interview merupakan salah satu alat untuk
memperoleh informasi dengan jalan mengadakan komunikasi
langsung dengan informan (orang yang memberi informasi) antara
dua orang atau lebih yang dilakukan secara lisan.
Apabila dilihat dari sifat atau teknik pelaksanaanya, maka
interview dapat dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
1) Wawancara terstruktur yakni dalam wawancara terstruktur
pertanyaan dan alternatif jawaban yang diberikan kepada
subjek telah ditetapkan terlebih dahulu oleh pewawancara.
2) Wawancara semistruktur adalah wawancara yang dalam
pelaksanaannya lebih bebas, artinya untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang di
wawancarai dimintai pendapat dan ide-idenya.
3) Sedangkan wawancara tak terstruktur adalah wawancara yang
bebas, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk mengumpulkan datanya.51
Dalam penelitian ini digunakan wawancara semi struktur, yaitu
narasumber diminta pendapatnya, dan ide idenya. Dalam melakukan
wawancara, peneliti hanya perlu mendengarkan secara teliti dan
mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
Metode ini digunakan untuk mewawancarai langsung
narasumber yaitu guru mata pelajaran fiqih untuk mendapatkan data
tentang penerapan metode problem solving dalam mengatasi
50 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan
R&D), (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 319.51
Ibid, hlm. 6.
30
kesulitan belajar mata pelajaran fiqih pada siswa kelas VI MI NW
Dasan Agung Mataram
c. Dokumentasi
”Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang”.52
Metode dokumentasi ini penulis gunakan untuk mendapatkan
keterangan di MI NW Dasan Agung Mataram, dari staf tata usaha
meliputi: tinjauan historis, letak geografis, struktur organisasi,
keadaan para pengajar serta sarana prasarana, data ini penulis
gunakan untuk mendapatkan data sebagai pendukung dalam
penelitian.
6. Analisis Data
“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara catatan lapangan. Dan bahan-
bahan lain. Sehingga mudah difahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain”.53
Menurut Seiddel dalam buku karangan Lexy J. Moleong analisis data
kualitatif proses berjalannya ada tiga tahap yaitu:
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu
diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri,
b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan,
mensitensiskan membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya,
52
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2013), hlm. 8253
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 244.
31
c. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai
makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan,
dan membuat temuan-temuan umum.54
7. Kredibilitas atau Keabsahan Data
Keabsahan data bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang diamati
oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan.
Untuk memperoleh data yang valid, kredibel, obyektif serta dapat dijamin
keabsahannya tentang strategi guru PAI berupa Penerapan Metode
Problem Solving Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Mata
Pelajaran Fiqih Kelas VI MI Nw Dasan Agung Mataram, maka peneliti
menggunakan teknik sebagai berikut :
a. Perpanjangan pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti “peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data
yang pernah ditemui maupun yang baru”.55
Perpanjangan pengamatan
dalam penelitian dikmaksudkan jika data yang terkumpul setelah
diolah bahwa sempurna atau belum lengkap.
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan tentu menjadi keharusan dalam penelitian
ini megingat metode analisa yang digunakan di atas tidak akan
mendapat kesimpulan yang benar jika pengamatan tidak tekun
dilakukan oleh peneliti. “Ketekunan pengamatan bermaksud
menemukan ciri-ciri yang sangat relevan dengan persoalan atau isi
54 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016), hlm. 248.55
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 122.
32
yang dicari, dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci”.56
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan, dengan cara tersebut maka
kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat di rekam secara pasti
dan sistematis, peneliti kemudian memberikan deskripsi data yang
akurat dan sistematis tentang apa yang di amati.
c. Triangulasi
“Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu”.57
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari
sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif,
wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang
sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk
mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik
yang sama.58
Sedangkan menurut Norman K. Denkin triangulasi meliputi empat
hal, yaitu:
Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan
informasi atau data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana
dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan
metode wawancara, obervasi, dan dokumentasi. Untuk
memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran
56Ibid, hlm. 124.57
Ibid, hlm. 125.58
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2013), h. 330.
33
yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa
menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara
terstruktur. Atau peneliti menggunakan wawancara dan obervasi
atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu,
peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk
mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai
perspektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil yang
mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan
jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau
informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian,
jika data itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau
naskah/transkrip film, novel dan sejenisnya, triangulasi tidak
perlu dilakukan. Namun demikian, triangulasi aspek lainnya
tetap dilakukan.59
Dalam Triangulasi metode bertujuan untuk membandingkan
informasi atau data dengan cara yang berbeda untuk memperoleh
kebenaran suatu informasi tertentu melalui metode wawancara bebas,
dan wawancara terstruktur. Kemudian peneliti bis juga menggunakan
informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.
Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan
lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data.
Teknik ini diakui memperkaya khasanah pengetahuan mengenai
informasi yang digali dari subjek penelitian. Tetapi perlu
diperhatikan bahwa orang yang diajak menggali data itu harus
yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari
konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan
melahirkan bias baru dari triangulasi.60
Dalam triangulasi antar-peneliti ini dengan cara menggunakan
lebih dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Dalam
teknik ini juga dapat memperkaya khasanah pengetahuan mengenai
informasi yang digali dari subjek penelitian.
59 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2016), hlm. 330-332.60
Ibid, Hlm. 330-332.
34
Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi
tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.
Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa
menggunakan observasi terlibat (participant obervation),
dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan
atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu masing-masing
cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang
selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang
berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai
pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk
memperoleh kebenaran handal.61
Dalam triangulasi sumber data bertujuan menggali kebenaran
informasi melalui berbagai metode dan sumber perolehan data.
Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa
menggunakan observasi terlibat (participant obervation), dokumen
tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan
pribadi dan gambar atau foto.
Triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah
rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut
selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang televan
untuk menghindari bias individual peneliti atas temuan atau
kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat
meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu
menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil
analisis data yang telah diperoleh. Diakui tahap ini paling sulit
sebab peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika
membandingkan temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-
lebih jika perbandingannya menunjukkan hasil yang jauh
berbeda.62
Terakhir adalah Triangulasi teori dimana teori ini dapat
meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti mampu
61 Ibid, Hlm, 330-332. 62
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2016), hlm. 330-332.
35
menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil analisis
data yang telah diperoleh.
Adapun triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga
macam. Pertama triangulasi sumber data “yang membandingkan apa
yang dikatakan kepala sekolah, guru dan siswa. Kedua, triangulasi
metode dengan menggunakan data-data hasil observasi dengan
wawancara, dan yang ketiga, triangulasi teori yaitu membandingkan
hasil akhir penelitian.
36
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pada bagian ini peneliti akan membahas tentang hal-hal yang berkaitan
dengan lokasi penelitian, hal-hal yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Sejarah Singkat Perkembangan MI NW Dasan Agung
Menurut Maulidin, S.Pd. I ( Pengurus Yayasan ), pada tahun 1963
tepatnya tanggal 10 November 1963 MI NW Dasan Agung berdiri
secara resmi yang pada awalnya MI NW Dasan Agung sudah
menyelenggarakan system pendidikan sederhana dalam bentuk
diniyah yang berlangsung penyelenggaraannya di Masjid Al -
Mujahidin Dasan Agung Bawaq Bagek sejak tahun 1956. Karena
perkembangan diniyah itu sangat pesat dan mendapat dukungan dari
segenap lapisan masyarakat yang ada di Dasan Agung umumnya dan
lingkungan Bawaq Bagek khususnya, maka salah seorang Hamba
Allah yang taat dan dermawan dengan ikhlas mewakafkan sebidang
tanahnya seluas 9,75 are pada tanggal dan tahun yang sudah dijelaskan
di atas. 63
Dengan tersebarnya berita bahwa seorang Hamba Allah yang
bernama Hj.Raudah(Almarhumah) telah mewakafkan tanahnya untuk
mendirikan Madrasah maka animo masyarakat semakin berapi-api
untuk membangun gedung madrasah dengan system swadaya
63
Muaulidin (Kepala Sekolah), Wawancara, 15 Desember 2017
37
(bergotong-royong) maka dalam waktu yang tidak terlalu lama
pembangunan gedung sebanyak 6 lokal ruang belajar dan 1 lokal ruang
kepala madrasah dapat dirampungkan. Pada tahun pertama
pembangunan gedung tersebut rampung jumlah siswanya sebanyak
252 orang yang dititipkan di Masjid dan rumah warga masyarakat yang
bernama I. Ompo.64
Sejak awal pendirian madrasah, atas kesepakatan dan permintaan
warga setempat madrasah yang baru saja selesai dibangun diserahkan
kepada organisasi Nahdlatul Wathan (NW) sesuai dengan mayoritas
organisasi masyarakat yang ada di lingkungan Bawaq Bagek Dasan
Agung Mataram.Ketua Umum Dewan Mustasyar PB NW (Maulana
Syeikh TG.KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid) Pancor datang
menghadiri peresmian tersebut. Sejak diresmikan oleh TG. KH.
Muhammad Zainuddin Abdul Majid Pada tahun 1963 itu keyakinan
masyarakat semakin termotivasi untuk membangun dan mengurus
madrasah yang ada di lingkungannya.
Dampak dari peresmian tersebut semangat beramal masyarakat
semakin hari semakin terpacu sehingga kerap kali MI NW Dasan
Agung diminta dinegerikan oleh Kantor Departemen Agama
Kabupaten Lombok Barat, namun masyarakat melalui pengurus
Yayasan dengan lantang mengajukan penolakan baik secara lisan
maupun secara tertulis. Pada tanggal 31 Desember 1993 MI NW
64
Muaulidin (Kepala Sekolah), Wawancara, 15 Desember 2017
38
Dasan Agung sudah berubah status dari terdaftar menjadi status
diakui. Selanjutnya mengikuti dinamisasi perkembangan dan kemajuan
setahap demi setahap diperoleh, maka pada tanggal 21 Agustus 2001
MI NW Dasan Agung telah mengikuti akreditasi untuk menaikkan
statusnya dari status diakui menjadi status disamakan dengan MI
Negeri/SD. Setelah berjalan proses pembelajaran dari mulai berdirinya
hingga sekarang (2016), MI NW Dasan Agung telah mengalami empat
(4) kali pergantian kepala madrasah yaitu sejak berdirinya: H. Alidah
(th. 1963-th. 1971), Hj. Rochani (th. 1971-th. 1995), Hj.Sakmah,
S.Pd.I (th. 1995-2015), Maulidin, S.Pd.I (th. 2016-sekarang).65
Profil Madrasah Ibtidaiyah NW Dasan Agung
VISI : Berprestasi, Beriman dan Bertaqwa
MISI :
1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif
sehingga PBM berkembang secara optimal sesuai dengan
potensi yang dimiliki
2. Menambahkan semangat untuk berprestasi secara intensif,
kepada seluruh warga masyarakat.
3. Menstimulus dan membantu setiap siswa- siswi untuk
mengenal potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan
secara baik.
4. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang
dianut dan juga budaya bangsa sehingga menjadi sumber
kearifan dalam bertindak.
65
Profil Sekolah, Dokumentasi , 15 Desember 2017
39
5. Menerapkan menejemen partisipatif dengan melibatkan
seluruh warga madrasah dan komite madrasah serta stick
holder.
I. Data Umum Madrasah
1 NSM : 111252710010
2 NPSN : 60722114
3 Nama Madrasah : MI NW Dasan Agung
4 Status Madrasah : Swasta
5 Waktu Belajar : Pagi
II. Alamat Madrasah
1. Jalan/ Kampung : Jalan Aneka III No. 17 Dasan Agung
2. Provinsi : Nusa Tenggara Barat
3. Kabupaten/ Kota : Mataram
4. Kecamatan : Selaparang
5. Desa/ Kelurahan : Dasan Agung
6. Nomor Telpon : (0370) 649169
7. Kode Pos : 83125
8. Kategori Geografis Wilayah : Dataran rendah
III. Website dan Email Madrasah : minwdsagung63@gmail.com
IV. Dokumen Perjanjian dan Akreditasi Sekolah
1. No. SK Pendirian : 275/BAP-SM/KP/VIII/2016
2. Tgl. SK Pendirian : 15/08/2016
3.No. SK Ijin Operasional: 20/05/1981
4.Status Akreditasi : A
5.No. SK Akreditasi : 07
6.Tgl SK Akreditasi : 15/08/2016
7.Tgl. Berakhir Akreditasi : 15/08/2021
V.Biodata Kepala Madrasah
1. Nama Lengkap : Maulidin, S.Pd.I
2. Jenis Kelamin : Laki- laki
3. Status Kepegawaian : Swasta
40
4. Pendidikan Terakhir : S1 Fak. Tarbiyah STAIN 2004
5. Status Sertifikasi : Sudah Sertifikasi66
2. Letak Geografis MI NW Dasan Agung
Madrasah Ibtidaiyah NW Dasan Agung adalah sebuah madrasah
yang berada dibagian utara Islamic center dari kota mataram. Letak
MI NW Dasan Agung mataram cukup strategis karena terletak
ditengah-tengan kampong. Adapun lebih lengkapnya alamat MI NW
Dasan Agung mataram adalah sebagai berikut :
1. Jalan/ Kampung : Jalan Aneka III No. 17 Dasan Agung
2. Provinsi : Nusa Tenggara Barat
3. Kabupaten/ Kota : Mataram
4. Kecamatan : Selaparang
5. Desa/ Kelurahan : Dasan Agung
6. Nomor Telpon : (0370) 649169
7. Kode Pos : 83125
8. Kategori Geografis Wilayah : Dataran rendah
9. Website dan Email Madrasah : minwdsagung63@gmail.com.67
66
Profil Sekolah, Dokumentasi , 15 Desember 201767
Profil Sekolah, Dokumentasi, 10 februari 2018
41
3. Sarana dan Prasarana MI NW Dasan Agung
Sarana dan prasarana merupakan factor yang penting untuk
menunjang proses belajar mengajar. Adapun keadaan sarana dan
prasarana MI NW Dasan Agung adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1
Keadaan Sarana Prasarana MI NW Dasan Agung.68
No Sarana Dan Prasarana Jumlah Kondisi
1 Luas bangunan 950 m2 Baik
2 Keadaan Gedung
Permanen (2
lantai)
Baik
3 Ruang Belajar 7 Baik
4 Ruang Tata Usaha - -
5
Ruang Guru/ Kepala
Sekolah
1 Baik
6 Ruang Perpustakaan 1 Baik
7 Ruang Laboratorium - -
8 Ruang UKS 1 Baik
9 Ruang BP/BK - -
10 Aula/ Mushalla 1 Baik
11 Kantin 1 Baik
68
Profil Sekolah, Dokumentasi , 10 februari 2018
42
12 Kamar Mandi/ orinoir 3 Baik
13 Tempat Wudhu 1 Baik
14 jam belajar per- minggu 230 -
Dengan demikian fasilitas yang dimiliki oleh MI NW Dasan
Agung cukup memadai dalam menunjang proses belajar mengajar.
Begitu juga keadaan perpustakaan yang memliki peran yang sangat
penting bagi semua siswa-siswi untuk memperluas khazanah
pengetahuan mereka.
4. Keadaan Guru MI NW Dasan Agung
Pembelajaran tidak akan terlaksana jika hanya ada siswa, sebab
pembelajaran merupakan suatu proses interaksi guru dan siswa,
keduanya merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan,
sehingga keberadaan guru dalam pembelajaran sangat dibutuhkan baik
dilihat dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Perhatikan tabel guru
MI NW Dasan Agung. Keadaan guru dapat dilihat pada tabel berikut :
1 Tahun 2013
2 Tahun 2014
3 Tahun 2015/2016. 69
69
Profil Sekolah, Dokumentasi , 10 februari 2018
43
Tabel 2.2
Keadaan Guru MI NW Dasan Agung.70
70
Profil Sekolah, Dokumentasi , 10 februari 2018
No Nama NIP L/PTempat/Tgl lahir
AgamaPNS/Honorer
Jabatan
KTKJD
Gol/RuangTMT
SertifikasiSudah/belum
IjazahTertinggi &Tahun
Bertugasdi MI inisejak
MengajardiKelas
Alamat/Tempat Tinggal
1Maulidin, S. Pd. I
PDasan Agung3/4/1976
Islam HonorerKepala
K Sudah
S1 Fak. Tarb.
7/1/2003Guru Bawak Bagek
MadrasahSTAIN 2004 BS Dasan Agung
2Timadhar, S. Pd. I
19740507 199703 2 002
PDasan Agung5/7/1974
Islam PNS GAN K III/c SudahS1 Fak. Tarb. 2/1/2008 V BTN Jatisela
Kemenag 4/1/2011 IAIN 2011 Sesela
3Ramlan, S. Pd. I
19691231 200501 2 078
P Pr. Jurang12/31/1969
Islam PNS GAN K III/a Sudah
S1 Fak. Tarb. 7/1/2011 II Gg.Halmahera
Kemenag 10/1/2012 IAIH 2008 Rembiga
4Luqman, A. Ma
LDasan Agung31/12/1969
Islam Honorer GTT K Tidak
D2 Fak. Tarb.
7/1/1996 GABawak Bagek
STAIN 2000 Dasan Agung
5Muhamad Yamin, SH
LDasan Agung26/3/1969
Islam Honorer GTT K Sudah
S1 Fak.Hukum
9/1/1999 VIBawak Bagek
Unram 1996 Dasan Agung
6Ruminah, S. Ag
PDasan Agung31/12/1969
Islam Honorer GTT K Sudah
S1 Fak. Tarb. 10/1/2001 IV/b Dasan Sari
IAIN 1993 Pejeruk
7Ismail, S. Pd. I
LDasan Agung20/7/1977
Islam Honorer GTT K SudahS1 Fak. Tarb. 9/1/2002 III Perigi
IAIH 2002 Dasan Agung
8Hj. Rumenah, A. Ma
PDasan Agung5/12/1968
Islam Honorer GTT K Tidak
D2 Fak. Tarb. 1/1/2003 Guru Kebon Bawak
IAIN 1994 BS Pejeruk
9Hijriah, S. Pd. I
P Kelayu4/4/1979
Islam Honorer GTT K Sudah
S1 Fak.Tarb. 4/1/2003 GA Bawak Bagek
UNW 2008 Dasan Agung
10Hizmiani, S.Pd
PLombok Timur11/1/1982
Islam Honorer GTT K SudahS1 FKIP
7/1/2005 IMuhajirin
UMM 2011 Dasan Agung
11Novianti Hidayah, S.Pd
P Mataram11/21/1992
Islam Honorer GTT TK BelumS1 FPMIPA 12/1/2013
IV/aBawak Bagek
IKIP 2015 BS Dasan Agung
12 M.Irham LDasan Agung16/06/1987
Islam Honorer GTT TK BelumSMA
1/1/2016Guru Dasan Agung
2012 OR Bawak Bagek
44
Tabel
Tujuan Pembelajaran Fiqih Madrasah Ibtidaiyah
Sumber data : silabus fiqih kelas VI Madrasah Ibtidaiyah71
KOMPETENSI
INTI
MATA
PELAJARAN
KOMPETENSI
DASAR
INDIKATOR
PENCAPAIAN
KOMPETENSI
KI-1
Menghargai
dan menghayati
ajaran agama
yang di
anutnya
KI-2
Menghargai
dan menghayati
perilaku jujur,
disiplin,
tanggung
jawab, peduli
(toleransi,
gotong
royong),
santun, percaya
1. Makanan
Halal Dan
Haram
1.1.Menghayati
nilai-nilai
positif dari
ketentuan
makanan
halal/haram
2.1.Membiasakan
mengkonsumsi
makanan halal.
3.1.Memahami
ketentuan
makanan halal
dan haram
4.1.Menyebutkan
jenis makanan
halal dan
haram
1.1.1. Menghayati
nilai-nilai
positif dari
ketentuan
makanan
halal/haram
2.1.1. Membiasakan
mengkonsumsi
makanan halal.
3.1.1. Menyebutkan
makanan halal
dan haram
3.1.2. Menunjukan
dalil makanan
halal dan
haram
3.1.3. Menjelaskan
71
Mata Pelajaran Fiqih, Silabus Kelas VI Madrasah Ibtidaiyah
45
diri, dalam
berinteraksi,
secara efektif
dengan
lingkungan
sosial dan alam
dalam
jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya.
KI-3
Memahami
pengetahuan
(factual,
konseptual, dan
prosedural)
berdasarkan
rasa ingn
tahunya tentang
pengetahuan
teknologi, seni,
budaya terkait
fenomena dan
macam-macam
makanan halal
dan haram
3.1.4. Membedakan
makanan halal
dan haram
4.1.1. Menjelaskan
jenis makanan
halal dan
haram
2. Minuma
n Halal
Dan
Haram
1.2. Menghayati
nilai-nilai
positif dari
ketentuan
minuman
halal dan
haram
2.2. Membiasakan
mengkonsums
i minuman
halal
1.2.1. Menyakini
nilai-nilai positif
dari ketentuan
minuman halal
dan haram
2.2.1. Membiasakan
mengkonsumsi
minuman halal
3.2.1.
Mengidentifikasi
minuman halal
46
kejadian
tampak mata.
KI-4.
Mencoba,
mengolah, dan
menyaji dlam
bentuk konkret
(menggunakan,
mengurai,
merangkai,
memodifikasi,
dan membuat)
dan ranah
abstrak
(menulis,
membaca,
menghitung,
menggambar,
dan
mengarang)
sesuai dengan
yang dipelajari
disekolah dan
3.2. Memahami
ketentuan
minuman
halal dan
haram
4.2. Menyebutkan
jenis
minuman
halal dan
haram
dan haram
3.2.2. Menjelaskan
minuman halal
dan haram
3.2.3. Menunjukan
dalil tentang
minuman halal
dan haram
4.2.1. Menyebutkan
minuman halal
dan haram
3. Binatang
Halal
Dan
Haram
1.3. Menghayati
nilai-nilai
positif dari
ketentuan
binatang halal
dan haram
2.3. Membiasakan
mengkonsums
i daging
binatang yang
halal
1.3.1. Menyakini
nilai-nilai positif
dari ketentuan
binatang halal
dan haram
2.3.1. Membiasakan
mengkonsumsi
daging binatang
yang halal
3.3.1. Menyebutkan
binatang yang
47
sumber lain
yang sama
dalam sudut
pandang/teori
3.3.
Mengidentifik
asi binatang
yang halal dan
haram
4.3. Menyajikan
klasifikasi binatang
halal dan haram
halal dan haram
3.3.2. Menunjukan
dalil tentang
binatang yang
halal dan haram
3.3.3. Membedakan
binatang halal
dan haram
4.3.1.Mengidentifikasi
kan binatang
halal dan haram
KI-1
Menghargai
dan menghayati
ajaran agama
yang di
anutnya
KI-2
Menghargai
dan menghayati
perilaku jujur,
disiplin,
4. Jual Beli 1.1 Menghayati
nilai-nilai dari
ketentuan
tentang jual
beli
2.1
Membiasakan
perilaku jujur
sebagai
implementasi
dari
1.1.1. Menyakini
nilai-nilai dari
ketentuan
tentang jual
beli
2.1.1. Membiasakan
perilaku
jujur sebagai
implementasi
dari
pemahaman
48
tanggung
jawab, peduli
(toleransi,
gotong
royong),
santun, percaya
diri, dalam
berinteraksi,
secara efektif
dengan
lingkungan
social dan alam
dalam
jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
KI-3
Memahami
pengetahuan
(factual,
konseptual, dan
prosedural)
berdasarkan
pemahaman
terhadap
ketentuan jual
beli menurut
Islam.
3.1. Memahami
ketentuan jual
beli
4.1.
Mensimulasika
n jual beli yang
halal
terhadap
ketentuan jual
beli menurut
Islam.
3.1.1. Menyebutkan
ketentuan jual
beli
3.1.2. Menjelaskan
ketentuan jual
beli
3.1.3. Menunjukan
dalil ketentuan
jual beli
4.1.1. Mempraktekan
jual beli
5. Pinjam-
meminja
m
1.2 Menghayati
nilai-nilai
dari
ketentuan
pinjam-
meminjam
2.2 Membiasakan
1.2.1. Menyakini
nilai-nilai dari
ketentuan
pinjam-
meminjam
2.2.1. Membiasakan
perilaku
49
rasa ingn
tahunya tentang
pengetahuan
teknologi, seni,
budaya terkait
fenomena dan
kejadian
tampak mata.
KI-4.
Mencoba,
mengolah, dan
menyaji dlam
bentuk konkret
(menggunakan,
mengurai,
merangkai,
memodifikasi,
dan membuat)
dan ranah
abstrak
(menulis,
membaca,
menghitung,
perilaku
tanggungjawa
b sebagai
implementasi
dari
pemahaman
terhadap
ketentuan
pinjam-
meminjam
3.2. Memahami
tata cara
pinjam-
meminjam
4.2.
Mensimulasika
n pinjam-
meminjam
tanggungjawab
sebagai
implementasi
dari
pemahaman
terhadap
ketentuan
pinjam-
meminjam
3.2.1. Menjelaskan
tata cara
pinjam-
meminjam
3.2.2. Menunjukan
dalil tentang
pinjam-
meminjam
4.2.1.Mendemonstrasi
kan tata cara
pinjam-
meminjam
50
menggambar,
dan
mengarang)
sesuai dengan
yang dipelajari
disekolah dan
sumber lain
yang sama
dalam sudut
pandang/teori
6. Barang
Temuan
1.3.
Menghayati
nilai-nilai dari
ketentuan
barang temuan
2.3. Membiasakan
perilaku jujur
dan
tanggungjawab
serta peduli
sebagai
implementasi
dari
pemahaman
terhadap
ketentuan
barang temuan
3.3.
Memaham
i
ketentuan
barang
temuan
1.3.1. Menyakini
nilai-nilai dari
ketentuan
barang temuan
2.3.1.
Membiasakan
perilaku jujur
dan
tanggungjawab
serta peduli
sebagai
implementasi
dari
pemahaman
terhadap
ketentuan
barang temuan
3.3.1. Menjelaskan
ketentuan
barang temuan
3.3.2. Menunjukan
dalil ketentuan
barang temuan
51
4.3.Mensimul
asikan
barang
temuan
4.3.1.
Mensimulasika
n barang
temuan
72
72
Mata Pelajaran Fiqih, Silabus Kelas VI Madrasah Ibtidaiyah
52
5. Keadaan Siswa MI NW Dasan Agung
Siswa disamping sebagai objek pendidikan harus dikembangkan
secara maksimal melalui berbagai edukatif sehingga pada gilirannya
mereka mampu mandiri dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan
hidupnya sesuai dengan kebutuhan dan tuntunan yang diperlukan.
Adapun rincian jumlah siswa MI NW Dasan Agung dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 2.3
Keadaan Siswa MI NW Dasan Agung.73
Klas
Jumlah siswa
Pada bulan lalu
Mutasi pada bulan ini Jumlah siswa
pada bulan ini
A b s e n
M a s u k K e l u a r
L P Jml L P Jml L P Jml L P Jml S I A Jml
19 15 34 - - - - - - 19 15 34
II 18 12 30 - - - 1 18 11 29
III 12 12 24 - - - - - - 12 12 24
IVA 9 7 16 - - - - 9 7 16
IVB 11 6 17 - - - - - - 11 6 17
V 13 16 29 - - - - 13 16 29
VI 14 15 29 - - - - - - 14 15 29
Juml 99 83 182 - - - - 99 83 182
73
Profil Sekolah, Dokumentasi , 15 Maret 2018.
53
6. Struktur Organisasi MI NW Dasan Agung
Adapun struktur Organisasi MI NW Dasan Agung adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.4
Struktur Organisasi MI NW Dasan Agung.
74
74
Profil Sekolah, Dokumentasi , 15 Maret 2018.
Kepala MI
NW Dasan
Agung
Maulidin,
S.Pd.I
Komite Madrasah
Tata usaha
Hizmiani,
S.Pd
Humas
Hijriah,
S.Pd.I
kesiswaan
Moh. Yamin,
SH
kurikulum
Ismail,
S.Pd.I
Prasarana
Luqman,
A.Ma
Guru
kelas VI
Moh.
Yamin,
SH
Guru
kelas V
Timadhar,
S.Pd.I
Guru
kelas IV b
Ruminah,
S.Ag
Guru
kelas IV a
Novianti
hidayah,
S.Pd
Guru
kelas III
Ismail,
S.Pd.I
Guru
kelas II
Ramlan,
S.Pd.I
Guru
kelas I
Hizmiani,
S.Pd
SISWA
Kepala
Yayasan
Drs.H.
Jamiluddin
Azhar BA.
54
B. Penerapan Metode Problem Solving Dalam Belajar Siswa Pada Kelas
VI Mata Pelajaran Fiqih di MI NW Dasan Agung Mataram
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada kegiatan
proses belajar mengajar di dalam kelas di Madrasah Ibtidaiyah Nahdatul
Wathan Dasan Agung Mataram pada materi macam-macam khiyar dalam
jual beli guru mata pelajaran fiqih menerapkan metode berbasis masalah
dalam proses belajar yang bertujuan untuk mengaktifkan dan melibatkan
siswanya sehingga melatih siswa memiliki keterampilan dalam
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan ibu Hijriyah selaku guru
mata pelajaran Fiqih sebagai berikut:
a. Guru mengemukakan permasalahan kepada siswanya.
Ketika saat proses pembelajaran berlangsung guru menjelaskan
kepada siswanya tentang macam-macam khiyar dalam jual beli guru
ketika itu menjelasakan khiyar majelis, khiyar aibi, khiyar syarat, khiyar
ru’yah setelah itu guru kemudian menghadapkan atau memberikan
pokok permasalahan kepada siswanya berupa barang yang cacat dalam
jual beli apakah bisa mengembalikan sesudah membelinya dan
bagaimana hukumnya dalam islam.75
Seperti yang dikatakan ibu Hijriyah guru Fiqih:
Dalam memulai pelajaran materi khiyar saya sebagai gurunya yak
adek saya menjelaskankan terlebih dahulu kepada siswa saya
gambaran tentang macam-macam khiyar dalam jual beli, kemudian
mengemukakan masalah berupa barang yang cacat dalam jual beli
75
Observasi, tanggal 24 Februari 2018
55
apakah bisa mengembalikan sesudah membelinya dan bagaimana
hukumnya dalam islam.76
Berdasarkan observasi dan wawancara diatas bahwa guru mata
pelajaran fiqih sebelum menghadapkan siswanya kepada masalah yang
dihadapi guru terlebih dahulu menjelaskan dan memberikan gambaran
terkait materi tentang macam-macam khiyar dalam jual beli barulah
guru menghadirkan masalah tentang barang yang cacat dalam jual beli
apakah bisa dikembalikan sesudah membelinya dan bagaimana hukum
dalam islam.
b. Membagi siswa dalam beberapa kelompok
Setelah guru memberikan permasalah tentang barang yang cacat
dalam jual beli apakah bisa dikembalikan sesudah membelinya dan
bagaimana hukum dalam islam yang akan dibahas siswanya, guru
meminta siswanya membagi kedalam beberapa kelompok untuk
mendiskusikan masalah berupa barang yang cacat dalam jual beli
apakah bisa dikembalikan sesudah membelinya dan bagaimana hukum
dalam islam dibawah intruksi dan arahan gurunya.77
Seperti yang dikatakan ibu Hijriyah:
Setelah saya menghadapkan masalah kepada siswa, saya membagi
mereka kedalam beberapa kelompok untuk kemudian saya suruh
mendiskusikan masalah yang saya berikan.78
76
Hijriah ( Guru mata pelajaran fiqih Kelas VI MI NW Dasan Agung ) Wawancara, 25
Februari 201877 Observasi, tanggal 24 Februari 201878
Hijriah ( Guru mata pelajaran fiqih Kelas VI MI NW Dasan Agung ) Wawancara, 25
Februari 2018
56
Berdasarkan observasi dan wawancara setelah siswa diberikan
masalah mereka dibagi kedalam beberapa kelompok untuk
mendiskusikan barang yang cacat dalam jual beli apakah bisa
dikembalikan sesudah membelinya dan bagaimana hukum dalam islam.
c. Mengumpulkan jawaban dari permasalahan.
Setelah siswanya melakukan diskusi mereka berusaha mencari dan
mengumpulkan jawaban sebanyak-banyaknya tentang barang yang
cacat dalam jual beli apakah bisa dikembalikan sesudah membelinya
dan bagaimana hukum dalam islam, setelah itu siswa mengumpulkan
jawaban melalui cara berdiskusi sama teman, membaca buku dan
bertanya kepada gurunya apa yang belum jelas.79
Hijriyah selaku guru mata pelajaran fiqih mengatakan bahwa:
Setelah saya menyuruh siswa mendiskusikan topik yang saya
berikan mereka harus mengumpulkan jawabannya sebanyak-
banyaknya.80
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diatas bahwa siswa
harus mencari dan mengumpulkan jawaban untuk menjawab
permasalahan yang diberikan gurunya melalui baca buku dan berdiskusi
serta menayakan kepada gurunya.
d. Menetapkan jawaban
Adapun langkah selanjutnya yang dilakukan siswa menulis
jawabannya dibukunya yang diperoleh dari kegiatan diskusi tadi dan
79 Observasi, tanggal 24 Februari 201880
Hijriah ( Guru mata pelajara fiqih kelas VI MI NW Dasan Agung ) Wawancara, 25
Februari 2018
57
membaca buku serta bertanya kepada guru apa yang tidak
dimengertinya.81
Hijriyah mengatakan bahwa:
Setelah siswa saya mendapatkan jawaban mereka saya suruh tulis
jawabannya, adapun yang belum paham bisa menanyakan kepada
saya atau saya juga menanyakan kepada siswa saya apa yang belum
dimengerti.82
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diperoleh bahwa siswa
mencari jawaban yang menurutnya benar untuk menjawab
permasalahan yang diberikan gurunya.
e. Menarik sebuah kesimpulan
Setelah siswa mencari jawaban dan mengumpulkan sebanyak-
banyaknya akhirnya siswa menarik sebuah kesimpulan artinya bahwa
siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban,
Setelah itu guru dan siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap
hasil jawaban yang telah didapat dari rangkaian proses diskusi,
membaca, bertanya, dan sebagainya.83
Sesuai yang dikatakan ibu Hijriyah bahwa:
Akhirnya siswa setelah itu, saya menyuruh siswa menarik
kesimpulan atas jawaban yang mereka dapatkan kemudian saya dan
siswa saya melakukan refleksi dan evaluasi terhadap hasil yang
dikerjakan siswa saya.84
81
Observasi, tanggal 24 Februari 201882
Hijriah ( Guru mata pelajara fiqih kelas VI MI NW Dasan Agung ) Wawancara, 25
Februari 201883 Observasi, tanggal 24 Februari 201884
Hijriah ( Guru mata pelajara fiqih kelas VI MI NW Dasan Agung ) Wawancara, 25
Februari 2018
58
Dari keseluruhan rangkaian proses yang dilalui guru dan siswa
sampailah mereka pada penarikan kesimpulan yang akan menjawab
permasalahan yang disajikan oleh guru kemudian guru dan siswa
merefleksi dan mengevaluasi hasil.
Untuk membuat siswa aktif dalam belajar maka guru di MI NW
Dasan Agung Mataram melibatkan semua siswanya dalam belajar
khususnya yang mengalami kendala-kendala dalam belajarnya berupa
kesulitan belajar agar mereka ikut andil dalam proses pembelajaran
sehingga mereka aktif dalam belajarnya.
C. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Siswa Pada Kelas VI Mata
Pelajaran Fiqih di MI NW Dasan Agung Mataram
Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan kendala-kendala yang
dihadapi siswa Pada Kelas VI Mata Pelajaran Fiqih di MI NW Dasan
Agung Mataram:
1. Kurang memahami apa yang disampaikan guru.
Ketika guru menjelaskan materi macam-macam khiyar dalam jual
beli ada sebagian siswa yang cepat memahami penjelasan guru dan
ada pula siswa yang sulit memahami walaupun gurunya menjelaskan
berulangkali atau lambat dalam memahami apa yang dijelaskan seperti
siswa yang bernama Riski yang dalam belajarnya lambat dalam
memahami materi.85
85
Observasi, Tanggal 23 Februari 2018.
59
Hijriah selaku guru mata pelajaran fiqih di kelas VI di MI NW
Dasan Agung mengatakan :
Dilihat dari jumlah keseluruhan siswa didalam kelas, terdapat
siswa bernama Riski yang mengalami kesulitan belajar pada mata
pelajaran fiqih yaitu sulit memahami apa yag saya jelaskan
walaupun saya menjelaskan berungkali.86
Untuk lebih memperkuat data peneliti mewawancari siswa yang
berkesulitan belajar yang bernama Riski dia mengatakan:
Saya sulit memahami kak apa yang dijelaskan guru saya, karena
materinya membosankan, bikin ngantuk jadinya saya ndak ngerti
apa yang dijelaskan oleh ibu guru.87
2. Tidak mau mendengarkan penjelasan guru
Ketika guru menjelaskan materi pelajaran pinjam-meminjam ada
siswa yang bernama Rama yang disaat guru menjelaskan dia tidak
mau mendengarkan atau menghindari proses belajar-mengajar di
kelas.88
Hijriah selaku guru mata pelajaran fiqih di kelas VI di MI NW
Dasan Agung mengatakan :
Selain Riski ada juga siswa saya yang bernama Rama dia suka
tidak mendengarkan apa yang saya sampaikan mungkin bosan
dengan mata pelajarannya atau mungkin karena minat belajarnya
yang kurang. Masalah-masalah di atas dapat terjadi mana kala
siswa tersebut tidak nyaman dan bahagia ketika belajar dan berada
di kelas tersebut. Faktornya dapat bervariasi, bisa datang dari gaya
mengajar guru, materi pelajaran yang membosankan, jam
pelajaran yang terlalu lama, penampilan guru yang kurang
86
Hijriah ( Guru mata pelajaran fiqih Kelas VI MI NW Dasan Agung ) Wawancara, 23
Februari 201887
Riski, Siswa Kelas VI MI NW Dasan Agung ) Wawancara, 23 Februari 201888
Observasi tanggal 23, Februari 2018
60
menarik, materi pelajaran yang sulit, mungkin juga karena tidak
sesuai dengan bakat dan minat siswa.89
Untuk lebih memperkuat data peneliti mewawancari siswa yang
berkesulitan belajar yang bernama Rama dia mengatakan:
saya ndak nyaman kak dan saya merasa malas aja kalau belajar
maunya main-main aja sama teman-teman.90
Dari hasil observasi dan wawancara di atas dengan ibu Hijriyah
selaku guru mata pelajaran fiqih dan siswa di kelas VI di MI NW
Dasan Agung bahwa bentuk kesulitan belajar yang di hadapi siswa
terdapat dua kesulitan belajar yaitu ; Tidak memahami apa yang
dikelaskan oleh gurunya dan tidak mau mendengarkan penjelasan
guru. Oleh karena itu, guru mata pelajaran fiqih menentukan cara yang
tepat untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pada pelajaran fiqih dan
untuk diterapkan ketika proses pembelajaran berlangsung, sebagai
solusi bagi guru dalam meminimalisir kesulitan-kesulitan belajar yang
di alami siswanya.
89 Hijriah ( Guru mata pelajaran fiqih Kelas VI MI NW Dasan Agung ) Wawancara, 25
Februari 201890
Rama, Siswa Kelas VI, Wawancara 23 januari 2018.
61
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penerapan Metode Problem Solving Dalam Belajar Siswa Pada Kelas
VI Mata Pelajaran Fiqih di MI NW Dasan Agung Mataram
Didalam menghadapi siswa yang mengalami kendala-kendala dalam
belajar berupa kesulitan belajar guru harus memiliki metode yang baik dan
memilih metode yang sesuai kebutuhan siswa untuk dapat menyelesaikan
kendala-kendala atau masalah-masalah dalam pembelajaran seperti
kesulitan belajar yang dihadapi siswa sehingga dengan menguasai metode
yang baik dan memilih metode yang sesuai dengan keadaan siswa
sehingga siswa lebih aktif dalam belajarnya serta tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara maksimal. Untuk mengatasi siswa yang memiliki
kendala-kendala atau bermasalah guru mata pelajaran Fiqih di Madrasah
Ibtidaiyah NW Dasan Agung mataram menerapkan metode berbasis
masalah guna mengatasi kendala-kendala berupa kesulitan belajar siswa.
Adapun bebarapa kendala-kendala masalah yang dihadapi oleh siswa
di Madrasah Ibtidaiyah NW Dasan Agung mataram adalah Murid tidak
memahami apa yang dijelaskan oleh guru dan murid tidak mau
mendengarkan penjelasan guru. Untuk menghadapai murid yang memiliki
kendala-kendala atau masalah dalam proses belajar mengajar demikian
ibu Hijriyah selaku gurunya melakukan penanganan masalah atau kendala
berupa kesulitan belajar tersebut dengan mengunakan metode problem
62
solving. Berikut langkah-langkah yang dilakukan ibu Hijriyah selaku guru
mata pelajaran Fiqih sebagai berikut:
1. Mengemukakan masalah terhadap peserta didik.
Guru melakukan penyelidikan terlebih dahulu terhadap kepribadian
murid yang mendapatkan kendala dalam belajarnya berupa kesulitan
belajar, hal demikian dilakukan untuk mendapatkan informasi atas
sebab atau faktor apa yang melatar belakangi murid bisa tidak dapat
memahami apa yang di jelaskan oleh guru dan tidak menderngarkan
penjelasannya, kemudian mencari solusi untuk mengatasinya. Setelah
itu guru menghadapkan masalah atau persoalan kepada siswa sesuai
tingkat pemahaman dan kecerdasannya, yaitu tentang barang yang cacat
dalam jual beli apakah bisa dikembalikan sesudah membelinya dan
bagaimana hukumnya dalam islam. Ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Jhon Dewey dalam bukunya Mulyono yang berjudul
”Strategi Pembelajaran Di Abad Digital ” bahwa ketika menerapkan
metode berbasis masalah langkah yang pertama adalah mengemukakan
persoalan atau permasalahan yang jelas.91
Guru menghadapkan
masalah yang akan dipecahkan kepada siswa. Dan dipertegas oleh Jhon
Dewey dalam bukunya Hamdani yang berjudul “ Strategi Belajar
Mengajar” bahwa langkah yang pertama yang dilakukan guru adalah
menemukakan persoalan atau masalah.92
91 Mulyono, Strategi Pembelajaran Di Abad Digital, (Yogyakarta, Gawe Buku, 2018).
Hlm. 81
92Hamdani, Strategi belajar mengajar (Bandung:Pustaka Setia, 2011) Hlm. 85.
63
Jadi guru ketika menerapkan metode berbasis masalah langkah yang
pertama dilakukan yaitu mengemukakan atau menghadapkan siswanya
permasalahan berupa barang yang cacat dalam jual beli apakah bisa
dikembalikan sesudah membelinya dan bagaimana hukumnya dalam
islam.
2. Mencari data/jawaban
Siswa mengumpulkan informasi atau keterangan yang kemudian
menjadi jawaban atas persoalan atau permasalahan yang sedang
dihadapi dengan cara mendiskusikan bersama teman-teman kelompok,
membaca buku-buku yang terkait dengan masalah yang dihadapi, dan
bertanya kepada guru apa yang belum dimengerti. Sesuai yang
diungkapkan oleh Mulyono dalam bukunya yang berjudul ”Strategi
Pembelajaran Di Abad Digital ” bahwa langkah yang kedua yang harus
dilewati yaitu mencari data atau keterangan berupa jawaban.93
Dalam bukunya Mulyono dalam bukunya yang berjudul ”Strategi
Pembelajaran Di Abad Digital ” langkah yang harus ditempuh siswa
dalam metode berbasis masalah adalah mencari data berupa jawaban
atau keterangan yang dapat dijadikan acuan untuk menjawab
permasalahan tentang barang yang cacat dalam jual beli apakah bisa
dikembalikan sesudah membelinya dan bagaimana hukumnya dalam
islam, yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut
93
Mulyono, Strategi Pembelajaran Di Abad Digital, (Yogyakarta, Gawe Buku, 2018).
Hlm. 81
64
dengan cara membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi dan
lain-lain.
3. Menetapkan jawaban sementara dan menguji kebenaran jawaban
Mengumpulkan data sebanyak-banyaknya kemudian menetapkan
jawaban sementara melalui kegiatan diskusi, membaca, dan bertanya.
Langkah selanjutnya setelah penetapan jawaban yang akan menjawab
persoalan atau permasalahan yang dihadapi yaitu menguji kebenaran
jawaban tersebut apakah benar-benar cocok. Apakah sesuai dengan
jawaban sementara yang telah dibuat bersama kelompok atau tidak.
Melalui kegiatan diskusi.94
Setelah siswa mencari jawaban atas permasalahan yang diberikan
guru tentang barang yang cacat dalam jual beli apakah bisa
dikembalikan sesudah membelinya dan bagaimana hukumnya dalam
islam langkah selanjutnya yang dilakukan siswa yaitu menetapkan
jawabannya yang menurut siswa benar yang dapat menjawab
permasalahan yang diberikan gurunya.
4. Menarik kesimpulan
Akhirnya siswa harus sampai pada penarikan sebuah kesimpulan
artinya peserta didik harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang
jawaban dari masalah tadi.95
Terakhir siswa menarik kesimpulan berupa jawaban barang yang
cacat dalam jual beli apakah bisa dikembalikan sesudah membelinya
94
Ibid, Hlm. 81 95
Ibid, Hlm. 81
65
dan bagaimana hukumnya dalam islam. Setelah itu guru dan siswa
melakukan refleksi dan evaluasi terhadap hasil jawaban yang telah
didapat dari rangkaian proses diskusi, membaca, bertanya, dan
sebagainya.
Berdasarkan yang telah dilakukan guru di Madrasah Ibtidaiyah
NW Dasan Agung Mataram dalam hal ini guru melakukan senada apa
yang dikatakan Mulyono dalam bukunya yang berjudul “ Strategi
Pembelajaran Di Abad Digital “ bahwa: Adapun langkah-langkah dari
metode problem solving sebagai berikut : 1) Ada masalah yang jelas
untuk dipecahkan, masalah ini harus tumbuh dari peserta didik sesuai
dengan taraf kemampuannya. 2) Mencari data atau keterangan yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya,
dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain. 3)
Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dengan jawaban
ini tentu saja didasarkan kepada data yang diperoleh, pada langkah
kedua di atas. 4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut.
Dalam langkah ini peserta didik harus berusaha memecahkan masalah
sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut benar-benar cocok.
Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai.
Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-
metode lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain. 5)
Menarik kesimpulan. Artinya peserta didik harus sampai kepada
66
kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi (Nana Sudjana,
1989).96
ini diperkuat juga oleh teori yang dikemukakan oleh John Dewey
bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah :
1. Mengemukakan persoalan atau masalah. Guru menghadapkan
masalah kepada siswanya.
2. Memperjelas persoalan atau masalah. Masalah tersebut
dirumuskan oleh guru bersama siswa.
3. Siswa bersama guru mencari kemungkinan-kemungkinan yang
akan dilaksanakan dalam pemecahan masalah.
4. Mencoba kemungkinan yang dianggap menguntungkan. Guru
menetapkan cara pemecahan yang dianggap paling cepat
5. Penilain cara yang di tempuh dinilai, apakah dapat yang
mndapatkan hasil yang di harapkan atau tidak.97
Dengan menerapkan metode berbasis masalah siswa menjadi lebih
aktif, inisiatif, dan bertanggung jawab dalam kegiatan proses belajar-
mengajar karena metode berbasis masalah menuntut siswa yang
mengerjakan masalah yang diberikan guru dan dipecahkan untuk mencari
jawaban. Dengan begitu siswa yang memiliki kendala berupa berkesulitan
belajar dapat ditangani dan membuat siswa antusias dalam belajar melalui
penerapan metode berbasis masalah.
B. Kendala-Kendala Belajar Yang Dihadapi Siswa Pada Kelas VI Mata
Pelajaran Fiqih di MI NW Dasan Agung Mataram
Setiap anak didik datang disekolah tidak kecuali untuk belajar dikelas
agar menjadi orang yang berilmu dikemudian hari. Sebagian besar waktu
yang teredia harus digunakan oleh anak didik untuk belajar, tidak mesti
96 Mulyono, Strategi Pembelajaran Di Abad Digital, (Yogyakarta, Gawe Buku, 2018),
Hlm. 80-8197
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung:Pustaka Setia, 2011), Hlm. 85.
67
ketika disekolah, dirumahpun harus ada waktu yang disediakan untuk
kepentingan belajar.
Tidak ada hari tanpa belajar adalah ungkapan yang tepat bagi anak
didik.98
Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh anak didik jika
mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman
hambatan, dan gangguan. Namun, sayangnya ancaman, hambatan, dan
gangguan dialami oleh anak didik tertentu sehingga mereka mengalami
kesulitan dalam belajar. Pada tingkat tertentu memang ada anak didik yang
dapat mengatasi kesulitan belajarnya tanpa harus melibatkan orang lain.
Tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena anak didik belum mampu
mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat
diperlukan oleh anak didik.
Disetiap sekolah dalam berbabagi jenis dan tingkatan pasti memiliki
anak didik yang berkesulitan belajar. Masalah yang satu ini tidak hanya
dirasakan oleh sekolah modern, tapi juga dimiliki oleh sekolah dipedesaan
dengan segala keminiman dan kesederhanaannya. Hanya membedakanya
pada sifat jenis dan faktor penyebabnya.
Setiap kali kesulitan anak didik dapat diatasi, tetapi pada waktu yang
lain muncul lagi kasus kesulitan belajar anak didik yang lain dalam setiap
bulan atau bahkan setiap minggu tidak jarang ditemukan anak didik yang
berkesulitan belajar. Walaupun sebenarnya masalah yang menggangu
keberhasilan belajar anak didik ini sangat tidak disenangi oleh guru dan
98
Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 233.
68
bahkan oleh anak didik itu sendiri. Tetapi disadari atau tidak kesulitan
belajar datang kepada anak didk. Namun begitu usaha demi usaha harus
diupayakan dengan berbagai strategi dan pendekatan agar anak didik dapat
keluar dari kesulitan belajar sebab bila tidak, gagalah anak didik meraih
prestasi belajar yang memuaskan. Sekolah sebagai miniatur masyarakat
menampung bermacam-macam siswa dengan latar belakang kepribadian
yang berbeda. Diantara mereka ada yang miskin, yang kaya, bodoh, dan
pintar, yang penurut dan penentang juga didalamnya ada anak-anak dari
kondisi yang berbeda. Inilah yang disebut dengan perbedaan individu
diantara mereka.99
Sesuai dengan perbedaan individu diatas, maka ada pula diantara
mereka sejumlah siswa yang dapat dikategorikan sebagai siswa yang
bermasalah. Mereka harus dipahami sesuai dengan latar belakang
masalahnya, bentuk-bentuk masalahnya sekaligus teknik-teknik
penanganannya.
Berdasarkan yang telah di paparkan pada bab II bahwa kendala-
kendala siswa belajar berupa kesulitan belajar siswa kelas VI di Madrasah
Ibtidaiyah Nahdatul Wahtan Dasan Agung Mataram dapat dikemukakan
sebagai berikut:
99
Mustaqim dan Abdul Wahid, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Renika Cipta, 2003), h.
137
69
1. Tidak memahami apa yang dijelaskan guru.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, aktivitas belajar tidak
selamanya dapat berjalan lancar. Kemungkinan ada saja masalah yang
ditemukan, terutama masalah kesulitan belajar yang dialami peserta
didik. Keadaan ini merupakan masalah umum terjadi dalam proses
belajar-mengajar, terutama dalam prinsip belajar tuntas. Dalam proses
belajar-mengajar selalu saja mengalami hambatan-hambatan terutama
siswa sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal
seperti yang terjadi di Madrasah Ibtidaiyah NW Dasan Agung Mataram,
siswa mengalami kesulitan belajar tidak memahami penjelasan guru
siswa ini tergolong dalam belajar lambat (slow learner) yaitu
membutuhkan waktu yang lama dalam memahami pelajaran yang
dijelaskan oleh gurunya seperti yang dikemukakan oleh Ratna
Yudhawati dan Dany Haryanto dalam bukunya yang berjudul Teori-
teori dasar psikologi pendidikan bahwa:
Slow learner atau belajar lambat adalah siswa yang lambat dalam
proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang cukup
lama.100
Pengertian Slow Lerner yaitu suatu istilah nonteknis yang dengan
berbagai cara dikenakan kepada anak anak yang sedikit terbelakang
secara mental, atau yang berkembang lebih lambat dari pada kecepatan
normal. Slow learner merupakan anak dengan tingkat penguasaan
materi yang rendah, padahal materi tersebut merupakan prasyarat bagi
100
Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan,
(Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 143
70
kelanjutan pelajaran berikutnya, sehingga mereka sering harus
mengulang. Kecerdasan mereka memang di bawah rata rata, tetapi
mereka bukan anak yang tidak mampu, hanya mereka butuh perjuangan
yang keras untuk menguasai apa yang diminta di kelas regular.101
Slow learner atau Lambat belajar adalah peserta didik yang lambat
dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan sekelompok peserta didik lain yang memiliki taraf potensi
intelektual yang sama.102
Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa
yang belajar lambat adalah siswa yang memiliki potensi intelektual
sedikit dibawah rata-rata, mereka membutuhkan waktu yang cukup
lama dalam memahami penjelasan gurunya dan berulang-ulang untuk
dapat memahami pelajaran.
2. Tidak mau mendengarkan penjelasan guru.
Dalam proses belajar-mengajar selalu ada kesulitan-kesulitan yang
dialami siswa selain yang telah dijelaskan diatas juga di Madrasah
Ibtidaiyah NW Dasan Agung Mataram siswa mengalami kesulitan
belajar yang bervariasi bukan saja yang belajar lambat (slow learner)
ada juga yang tidak mendengarkan penjelasan guru saat kegiatan proses
belajar berlangsung siswa ini tergolong kesulitan belajar
ketidakmampuan belajar (learning disabilities) seperti yang dikatakan
101
Agustin, Mubiar, Permasalahan Belajar dan Inovasi pembelajaran (Bandung: Refika
Aditama, 2011), h. 38. 102
Dany Haryanto, Teori teori Dasar Psikologi Pendidikan (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2011), h. 144.
71
oleh Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto dalam bukunya yang
berjudul “Teori-teori dasar psikologi pendidikan” bahwa:
Learning disabilities adalah ketidakmampuan belajar mengacu pada
gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar,
sehingga hasil belajar dibawah potensi intelektualnya.103
Siswa yang mengalami learning disabilities akan tampak dari
perilaku yang memperlihatkan bahwa siswa itu tidak mau belajar atau
menghindari belajar seperti tidak mendengarkan saat guru
menyampaikan materi pelajaran, ini senada dengan yang dikemukakan
oleh Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto dalam bukunya yang
berjudul “Teori-teori dasar psikologi pendidikan” menyebutkan bahwa:
Siswa yang mengalami kesulitan belajar akan tampak dari berbagai
macam gejala-gejala yang dimanifestasikan dari beberapa perilakunya
baik aspek kognikfif, afektif, maupun psikomotorik. Beberapa perilaku
yang merupakan hasil manifestasi dari gejala kesulitan belajar antara
lain: Menunjukan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai
yang dicapai atau dibawah potensi yang dimilikinya, hasil yang dicapai
tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan, lambat dalam
melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dari waktu yang disediakan, menunjukan sikap-sikap
yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura,
dusta dan sebagainya, menunjukan prilaku yang berkelainan, seperti
membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah,
103
Ibid, Hlm. 143.
72
mengganggu didalam ataupun diluar kelas, tidak mau mencatat
pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya,
menunjukan gejala emosional yang kurang wajar, seperti: pemurung,
mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam
menghadapi situasi tertentu.104
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa siswa yang mengalami
kendala-kendala berupa kesulitan belajar akan menunjukkan prilaku-
prilaku yang menyimpang dari yang tidak diharapkan, hal demikian
adalah bentuk perwujudan dari kendala berupa kesulitan belajar yang
siswa alami baik aspek kogniktif, afektif, maupun psikomotorik
sehingga terjadinya kesenjangan antara hasil belajar yang dicapai
dengan tingkat intelegensi siswa.
Bersandar pada pandangan diatas bahwa, seorang guru dalam
mengatasi siswa yang mendapatkan kendala dalam belajarnya berupa
kesulitan belajar, seorang guru sejatinya harus dapat memahami serta
mengerti akan kondisi anak didik karena dengan ia mengetahui apa saja
penyebab dari masalah belajar yang dialami oleh murid tersebut akan
memudahkannya dalam membantu murid yang merasakan kendala
dalam belajar berupa kesulitan dalam menerima pati pelajaran. Dengan
mengetahui kendala-kendala berupa kesulitan belajar yang dialami
siswa guru dapat dengan mudah menentukan sebuah strategi untuk
104
Ibid, Hlm. 144-145.
73
mengatasi kendala-kendala berupa kesulitan belajar yang dialami
siswanya, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.
74
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Penerapan metode berbasis masalah (problem solving) dapat
membuat siswa yang berkesulitan belajar menjadi aktif, inisiatif dan
bertanggung jawab dalam belajarnya serta menanbah keterampilan
dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
2. Kendala-kendala yang dihadapi siswa kelas VI mata pelajaran Fiqih
di MI NW Dasan Agung Mataram sebagai berikut: (a) Tidak
memahami yang di jelaskan guru. (b) Tidak mau mendengarkan
guru.
B. Saran
1. Saran untuk Guru:
a. Guru harus tetap belajar agar proses pembelajaran didalam kelas
berjalan secara efektif dan efisien.
b. Guru harus tetap istiqomah dalam mengajar agar mecapai tujuan
belajar yang maksimal.
2. Saran untuk Siswa:
a. Tingkatkan kedisiplinan dalam belajar serta belajar lebih giat
lagi.
b. Tingkatkan motivasi dan minat belajar.
75
DAFTAR PUSTAKA
Abdul rahman shaleh, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Prespektif Islam,
(Jakarta: Kencana, 2004).
Agustin, Mubiar, Permasalahan Belajar dan Inovasi pembelajaran (Bandung:
Refika Aditama, 2011)
Asnawi, Perbandingan Ushul Fiqih, (Jakarta: Amzah, 2011),
Aminah, Penerapan metode pembelajaran problem solving dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa materi pokok segitiga kelas VII Mts. Fajrul hidayah
batu jai tahun pelajaran, (skripsi fakultas ilmu tarbiyah iain mataram,
2012/2013 )
Derek Wood. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar (Jogjakarta : katahati, 2007).
Hamdani, Strategi belajar mengajar (Bandung:Pustaka Setia, 2011)
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohammad, Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM,
(Jakarta, PT Bumi Aksara, 2015).
Koejaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2003).
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda Karya,
2011).
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2016).
Mulyono, Strategi Pembelajaran Di Abad Digital, (Yogyakarta, Gawe Buku,
2018)
M. Taufik, Kreativitas Jalan Baru Pendidikan Islam, (Lembaga Pengkajian-
Publikasi Islam dan Masyarakat LEPPIM Mataram :Kurnia Kalam
Semesta)
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta :
Rineka Cipta, 2009).
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (jakarta:
rineka cipta, 2003).
76
Marno dan M. Idris, strategi dan metode pengajaran (Ar-ruzz Media, jogjakarta
2008).
M. Ismail, Strategi Pembelajan Pkn (FKIP Press Universitas Mataram, mataram
2013).
Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar Dan Bimbingan Terhadap Kesulitan
Belajar Khusus, (Yogyakarta, Nuha Litera, 2010).
Mulyono, Strategi Pembelajaran Di Abad Digital, (Yogyakarta, Gawe Buku,
2018).
Mustaqim dan Abdul Wahid, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Renika Cipta, 2003)
Nasrul HS, Profesi Dan Etika Keguruan, (Sleman Yogyakarta: Aswaja Pressindo,
2014).
Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan,
(Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011).
Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2011)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2008).
Saini, Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Al-Qur’an Melalui
Bimbingan Belajar Siswa Kelas Iv Mi Maraqitta’limat Tirpas Kecematan
Labuhan Haji (Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah Iain Mataram, 2012/2013
)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian :Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2013).
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan
R&D), (Bandung: Alfabeta, 2010).
S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar,
(Jakarta, PT bumi aksara, 2013).
Tim Revisi Pedoman Penulisan Skripsi IAIN Mataram, (IAIN Mataram : 2011).
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: SIC, 2012).
Zakiyah Daradjat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2014).
77
80
81