PENGAWASAN DPRD DAN KENDALA-KENDALA YANG …

13
[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal Hukum JATISWARA] [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 121 PENGAWASAN DPRD DAN KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH AD Basniwati 1 Fakultas Hukum Universitas Mataram ABSTRAK Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan kewenangan yang luas kepada daerah otonom untuk menyelenggarakan Pemerintahan Daerah. Dengan kewenangan tersebut, memberi kesempatan bagi daerah otonom untuk menggali dan memanfaatkan semua potensi yang ada untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Sebaliknya dengan kewenangan yang luas, terbuka juga peluang terjadinya penyalahgunaan kewenangan pemerintahan, sehingga membutuhkan pengawasan. Dengan penelitian yang dilakukan ini, di harapkan nantinya akan memberikan dampak yang lebih maju lagi tentang konsep pengawasan pengelolaan keuangan oleh Kepala Daerah dan DPRD, sehingga kemungkinan-kemungkinan yang tidak di inginkan akan bisa di atasi sedini mungkin. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian normatif yang menggunakan pendekatan perundang-undangan dan metode pendekatan konseptual, dengan melakukan penelahaan-penelahaan terhadap peraturan-peraturan perundang-undangan guna menjawab atau yang berhubungan dengan permasalahan sehingga relevan dengan pokok bahasan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan : a. Bentuk pengawasan DPRD terhadap pengelolaan keuangan daerah dalam mewujudkan pemerintahan daerah yang baik. b. Faktor-faktor yang menjadi kendala pengawasan DPRD terhadap pengelolaan keuangan daerah tersebut. Kata Kunci: Pengawasan DPRD ABSTRACT Law No. 32 Year 2004 on Regional Government , gives broad authority to autonomous regions to organize Regional Government . With such authority , giving an opportunity for the region to explore and exploit all the potential that exists for the welfare of the people . In contrast with broad authority , also open opportunities for abuse of governmental authority , thus requiring supervision. With this research conducted , in hope will provide more advanced impact on the concept of financial management oversight by the Regional Chief and Council , so the possibilities are not in want will be solved as soon as possible . The method used in this study is a research method that uses normative law approach and conceptual approach , by conducting periodic review - review of the regulations in order to answer the law or which deals with issues that are relevant to the subject . Based on research conducted found : a. The shape of the Parliament supervision of financial management in achieving good local governance . b . Factors that constrain the supervision of Parliament for the area of financial management. Keywords : Oversight Council 1 Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Mataram

Transcript of PENGAWASAN DPRD DAN KENDALA-KENDALA YANG …

Page 1: PENGAWASAN DPRD DAN KENDALA-KENDALA YANG …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal Hukum

JATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 121

PENGAWASAN DPRD DAN KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI

TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

AD Basniwati 1

Fakultas Hukum Universitas Mataram

ABSTRAK

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan

kewenangan yang luas kepada daerah otonom untuk menyelenggarakan Pemerintahan

Daerah. Dengan kewenangan tersebut, memberi kesempatan bagi daerah otonom untuk

menggali dan memanfaatkan semua potensi yang ada untuk mewujudkan kesejahteraan

rakyat. Sebaliknya dengan kewenangan yang luas, terbuka juga peluang terjadinya

penyalahgunaan kewenangan pemerintahan, sehingga membutuhkan pengawasan. Dengan

penelitian yang dilakukan ini, di harapkan nantinya akan memberikan dampak yang lebih

maju lagi tentang konsep pengawasan pengelolaan keuangan oleh Kepala Daerah dan DPRD,

sehingga kemungkinan-kemungkinan yang tidak di inginkan akan bisa di atasi sedini

mungkin. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

normatif yang menggunakan pendekatan perundang-undangan dan metode pendekatan

konseptual, dengan melakukan penelahaan-penelahaan terhadap peraturan-peraturan

perundang-undangan guna menjawab atau yang berhubungan dengan permasalahan sehingga

relevan dengan pokok bahasan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan : a. Bentuk

pengawasan DPRD terhadap pengelolaan keuangan daerah dalam mewujudkan pemerintahan

daerah yang baik. b. Faktor-faktor yang menjadi kendala pengawasan DPRD terhadap

pengelolaan keuangan daerah tersebut.

Kata Kunci: Pengawasan DPRD

ABSTRACT

Law No. 32 Year 2004 on Regional Government , gives broad authority to autonomous

regions to organize Regional Government . With such authority , giving an opportunity for

the region to explore and exploit all the potential that exists for the welfare of the people . In

contrast with broad authority , also open opportunities for abuse of governmental authority ,

thus requiring supervision. With this research conducted , in hope will provide more

advanced impact on the concept of financial management oversight by the Regional Chief

and Council , so the possibilities are not in want will be solved as soon as possible . The

method used in this study is a research method that uses normative law approach and

conceptual approach , by conducting periodic review - review of the regulations in order to

answer the law or which deals with issues that are relevant to the subject . Based on research

conducted found : a. The shape of the Parliament supervision of financial management in

achieving good local governance . b . Factors that constrain the supervision of Parliament for

the area of financial management.

Keywords : Oversight Council

1 Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Mataram

Page 2: PENGAWASAN DPRD DAN KENDALA-KENDALA YANG …

[Jurnal Hukum

JATISWARA] [FAKULTAS HUKUM]

122 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

Pokok Muatan

PENGAWASAN DPRD DAN KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI

TERHADAP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH................................................... 121

A. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 122 B. METODE PENELITIAN ............................................................................................... 124

1. Jenis penelitian ......................................................................................................... 124

2. Metode pendekatan .................................................................................................. 124

3. Sumber bahan hukum .............................................................................................. 124

4. Teknik pengumpulan bahan hukum ......................................................................... 124

5. Pengolahan dan analisis bahan hukum .................................................................... 124

C. PEMBAHASAN ............................................................................................................. 125 1. Pengawasan DPRD Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam

Mewujudkan Pemerintahan Daerah yang Baik ...................................................... 125

2. Faktor-Faktor Apa Saja yang Menjadi Kendala Pengawasan DPRD Terhadap

Pengelolaan Keuangan Daerah ................................................................................ 128

D. PENUTUP ...................................................................................................................... 132 1. Kesimpulan .............................................................................................................. 132

2. SARAN .................................................................................................................... 132

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 132

A. PENDAHULUAN

Otonomi Daerah bukanlah me-

rupakan suatu kebijakan yang baru dalam

penyelenggaraan pemerintahan di

Indonesia karena sejak berdirinya negara

kesatuan Republik Indonesia sudah dikenal

adanya otonomi daerah yang dipayungi

oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar

1945.1 Sedangkan inti dari pelaksanaan

otonomi daerah adalah terdapatnya

keleluasaan pemerintah daerah (dis-

cretionary power) untuk menyeleng-

garakan pemerintahan sendiri atas dasar

prakarsa, kreatifitas, dan peran serta

masyarakat dalam rangka mengembangkan

dan memajukan daerahnya.

Perubahan penyelenggaraan pe-

merintahan daerah dari Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-

1. Syamsudin Haris, Desentralisasi & otonomi

Daerah, LIPI Press, Jakarta, 2005 hal. 101

pokok Pemerintahan di Daerah ke

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pusat dan

Daerah, kemudian direvisi dengan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, telah

membawa perubahan yang fundamental

dalam sistem Pemerintahan Daerah, yaitu

dari sistem pemerintahan yang sentralistik

kepada desentralisasi.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat

(5) Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004, Otonomi daerah adalah hak,

wewenang dan kewajiban daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintah dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Pengertian

ini memberikan implikasi bahwa Pe-

merintah Pusat memberikan kewenangan

Page 3: PENGAWASAN DPRD DAN KENDALA-KENDALA YANG …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal Hukum

JATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 123

seluas-luasnya kepada daerah untuk

mengatur rumah tangganya sendiri. Daerah

dengan inisiatifnya sendiri dapat

menyelenggarakan Pemerintahan Daerah

dengan membuat peraturan-peraturan

daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah me-

nempatkan Pemerintah Daerah dan DPRD

selaku penyelenggara pemerintahan

daerah. Sesama unsur pemerintahan daerah

pada dasarnya kedudukan Pemerintah

Daerah (eksekutif) dan DPRD (legislatif)

adalah sama, yang membedakannya adalah

fungsi, tugas dan wewenang serta hak dan

kewajibannya. Karena itu hubungan yang

harus dibangun antara Pemerintah Daerah

dan DPRD mestinya adalah hubungan

kemitraan dalam rangka mewujudkan

pemerintahan daerah yang baik (good

local governance ).2

Dalam Undang-Undang Nomor 32

tahun 2004, posisi DPRD ditempatkan

pada posisi yang sangat strategis dan

menentukan dalam pelaksananaan otonomi

daerah dalam penyelenggaraan pe-

merintahan daerah. DPRD merupakan

lembaga perwakilan rakyat daerah dan

berkedudukan sebagai unsur penyeleng-

garaan pemerintahan daerah yang memiliki

fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan.

Bentuk pengawasan yang dilakukan

oleh DPRD adalah pengawasan politik,

yaitu pengawasan yang dilakukan oleh

lembaga legislatif (DPRD) terhadap

lembaga eksekutif (Kepala Daerah,Wakil

Kepala Daerah besarta perangkat daerah)

yang lebih bersifat kebijakan strategis dan

bukan pengawasan teknis maupun

2. penjelasan umum UU Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Lebih lanjut disebutkan: ”Hubungan

kemitraan bermakna bahwa antara Pemerintah Daerah dan

DPRD adalah sama-sama mitra sekerja dalam membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai

dengan fungsi masing-masing, sehingga antar kedua lembaga

tersebut membangun suatu hubungan bukan merupakan lawan ataupun pesaing satu sama lain dalam melaksanakan fungsi

masing-masing.

administratif, sebab DPRD adalah lembaga

politik seperti penggunaan anggaran yang

telah dialokasikan disalah gunakan untuk

hal-hal yang merugikan rakyat dan negara.

Menurut Mardiasmo ada tiga aspek

utama yang mendukung keberhasilan

otonomi daerah, yaitu pengawasan,

pengendalian,dan pemeriksaan3. Ketiga hal

tersebut pada dasarnya berbeda baik

konsepsi maupun aplikasinya. Pengawasan

mengacu pada tingkatan atau kegiatan

yang dilakukan diluar pihak eksekutif

yaitu masyarakat dan DPRD, untuk

mengawasi kinerja pemerintahan.

Pengendalian (control) adalah mekanisme

yang dilakukan oleh pihak eksekutif

(pemerintah Daerah) untuk menjamin

dilaksanakanya sistem dan kebijakan

manajemen sehingga tujuan organisasi

dapat tercapai. Pemeriksaan Audit

merupakan kegiatan oleh pihak yang

memiliki independensi dan memiliki

kompetensi profesional untuk memeriksa

apakah hasil kinerja pemerintah daerah

telah sesuai dengan standar atau kreteria

yang ada.

Tugas dan wewenang DPRD

melaksanakan pengawasan terhadap

pelaksanaan peraturan daerah terdapat

dalam pasal 42 huruf c Undang-Undang

Nomor 32 tahun 2004 mengatakan : Tugas

dan wewenang DPRD melaksanakan

pengawasan terhadap pelaksanaan

peraturan daerah dan peraturan perundang-

undangan lainya peraturan Kepala Daerah,

APBD, Kebijakan Pemerintah Daerah

dalam melaksanakan program

pembangunan daerah dan kerjasama

Internasional di daerah.

Fungsi pengawasan DPRD me-

mpunyai kaitan yang erat dengan fungsi

legislasi, karena pada dasarnya objek

pengawasan adalah menyangkut

3 Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan

Daerah, Yogyakarta, 2002 hal 219

Page 4: PENGAWASAN DPRD DAN KENDALA-KENDALA YANG …

[Jurnal Hukum

JATISWARA] [FAKULTAS HUKUM]

124 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

pelaksanaan dari perda itu sendiri dan

pelaksanaan kebijakan publik yang telah

tertuang dalam perda.4. Kewengangan

DPRD mengontrol kinerja eksekutif agar

terwujud good governance seperti yang

diharapkan rakyat. Demi mengurangi

beban masyarakat, DPRD dapat menekan

eksekutif untuk memangkas biaya yang

tidak perlu, dalam memberikan pelayanan

kepada warganya.

Berdasarkan kenyataan yang

demikian, maka permasalahannya adalah

sebagai berikut: Bagaimana bentuk

pengawasan DPRD dan Faktor-faktor apa

saja yang menjadi kendala pengawasan

DPRD terhadap pengelolaan keuangan

daerah tersebut.

B. METODE PENELITIAN

1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian

hukum normatif atau penelitian hukum

kepustakaan yaitu penelitian hukum yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan

pustaka atau data sekunder belaka.5

2. Metode pendekatan

Metode pendekatan yang

dipergunakan adalah pendekatan peraturan

perundang-undangan (statute approach)

karena yang akan diteliti adalah berbagai

aturan hukum yang menjadi fokus

sekaligus tema sentral penelitian.6 Selain

pendekatan perundang-undangan, pen-

dekatan yang dipergunakan adalah Pen-

dekatan konseptual (conceptual approach)

yaitu pendekatan yang beranjak dari

pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin

4 Inosentius Syamsul, Meningkatkan Kinerja

Fungsi legislasi DPRD, Adeksi, Jakarta, 2004,

hal.73 5 Soerjono soekanto dan sri mamudji, penelitian hukum

normatif, suatu tinjauan singkat, rajagrafindo persda, Jakarta,

2007, hal. 13-14 6 Johnny Ibrahim,Teori dan Metodologi Penelitian

Hukum Normatif, Edisi Revisi,Bayumedia Publishing, Malang,

2006, hlm. 302

yang berkembang di dalam ilmu hukum,

terutama yang berkenaan dengan pe-

rmasalahan yang di bahas dalam penelitian

ini.

3. Sumber bahan hukum

Sumber bahan hukum dalam

penelitian ini adalah bahan hukum primer

berupa produk peraturan perundang-

undangan, bahan hukum sekunder berupa

buku literatur hukum, majalah ilmiah

hukum, jurnal hukum dan berbagai

makalah dan bentuk tulisan ilmiah hukum

yang lainnya, bahan hukum tersier berupa

kamus hukum, ensiklopedia dan lain-lain

yang dapat menjelaskan bahan hukum

primer dan skunder.7

4. Teknik pengumpulan bahan hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum

dilakukan dengan cara menginventarisir

berbagai peraturan perundang-undangan,

berbagai literatur dengan melakukan

diskusi-diskusi secara intensif. Pe-

ngumpulan bahan penelitian juga

dilakukan melalui internet untuk

mendapatkan berbagai bahan penelitian

guna melengkapi bahan yang sudah

diperoleh dari peraturan perundang-

undangan dan literatur.

5. Pengolahan dan analisis bahan

hukum

Pengolahan dan analisis bahan

hukum dilakukn dengan cara meng-

klasifikasi bahan hukum yang sudah

dikumpulkan,dicari hubungannya satu

sama lain dengan menggunakan penalaran

deduktif dan induktif untuk menghasilkan

proposisi, konsep hukum mengenai

pengawasan. Analisis yang dipergunakan

adalah diskriptif-analitik yang dilakukan

dengan memaparkan,menelaah, men-

sistematisasi, menginterpretasi dan

mengevaluasi hukum positif.8 Selain itu,

7 Ibid., hlm. 295-296 8 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, Sebuah

Pengantar, Liberty Yogyakarta, 1998, hlm 61

Page 5: PENGAWASAN DPRD DAN KENDALA-KENDALA YANG …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal Hukum

JATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 125

analisis terhadap bahan hukum yang

diperoleh juga dilakukan dengan meng-

gunakan analisis kualitatif. Analisis

kualitaif artinya menguraikan data secara

bermutu dalam bentuk kalimat yang

teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih,

dan efektif, sehingga memudahkan

interpretasi data dan pemahaman hasil

analisis.9

C. PEMBAHASAN

1. Pengawasan DPRD Terhadap

Pengelolaan Keuangan Daerah

Dalam Mewujudkan Pemerintahan

Daerah yang Baik

a. Pengawasan DPRD

Pasal 292 dan pasal 343 UU

No.27/2009 tentang Majelis Per-

musyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

menyatakan bahwa DPRD provinsi-

/kabupaten/kota mempunyai fungsi:

legislasi, anggaran, dan pengawasan.

Ketiga fungsi tersebut dijalankan dalam

kerangka representasi rakyat di provinsi-

/kabupaten/kota. Selanjutnya, pasal 293

dan 344 menyatakan tugas dan wewenang

DPRD provinsi/kabupaten/kota, yang

perlu dipahami lebih jauh dalam konteks

pengelolaan keuangan daerah.

Tugas dan wewenang DPRD

menurut pasal 293 dan 344 UU

No.27/2009 tersebut adalah:

1) membentuk peraturan daerah provinsi

bersama gubernur/bupati/walikota;

2) membahas dan memberikan per-

setujuan rancangan peraturan daerah

mengenai anggaran pendapatan dan

belanja daerah provinsi yang diajukan

oleh gubernur/bupati/walikota;

9 Abdulkadir Muhamad, Hukum dan Penelitian Hukum,

Citra Aditya Bakti,Bandung,2004,hlm.127

3) melaksanakan pengawasan terhadap

pelaksanaan peraturan daerah dan

anggaran pendapatan dan belanja

daerah provinsi/kabupaten/kota.

Pelaksanaan pengawasan terhadap

pelaksanaan Perda APBD memiliki

beberapa implikasi penting, yakni:

1. DPRD haruslah memiliki kecakapan

atau kemampuan secara kelembagaan

untuk “mengimbangi” Pemerintah

Daerah. Kecakapan ini dapat diperoleh

melalui pembekalan dan pendampingan

oleh tenaga ahli dan kelompok pakar-

/tim ahli.

2. Ketersediaan data/statistik yang lengkap

pada setiap alat kelengkapan, terutama

komisi-komisi. Artinya, setiap komisi

memiliki database tentang data penting

yang berhubungan dengan Tupoksi

SKPD mitra kerjanya. Misalnya:

database dan statistik untuk bidang

pendidikan. Dalam hal ini harus

tersedia data tentang jumlah guru, masa

pensiun, jumlah murid setiap tingkatan

pendidikan, jenis kelamin guru dan

murid, penyebaran sekolah, prestasi

murid dan sekolah, kompetensi guru,

kebutuhan guru (jumlah, bidang

pelajaran, kompetensi, dll.), dan kondisi

sekolah dan perlengkapannya.

3. Kelengkapan peraturan kepala daerah

(Gubernur/bupati/walikota) yang

merupakan pedoman pelaksanaan atau

petunjuk teknis yang dipatuhi oleh

semua SKPD. Dalam hal ini, seluruh

peraturan kepala daerah semestinya

disampaikan kepada DPRD, tanpa

terkecuali, karena peraturan kepala

daerah adalah dasar dilaksanakannya

Perda oleh SKPD. Dalam teori

organisasi, “bos” seorang kepala SKPD

adalah kepala daerah, karena kepala

daerah lah yang mengangkat dan

memberhentikan kepala SKPD. Dalam

konteks ini, tidak ada kewajiban kepala

Page 6: PENGAWASAN DPRD DAN KENDALA-KENDALA YANG …

[Jurnal Hukum

JATISWARA] [FAKULTAS HUKUM]

126 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

SKPD untuk melaksanakan Perda

apabila pedoman pelaksanaan (perintah

pelaksanaan) dari kepala daerah belum

mereka peroleh.

Selanjutnya Perubahan penye-

lenggaraan pemerintahan daerah dari

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974

tentang Pokok-pokok Pemerintahan di

Daerah kepada Undang-undang Nomor 22

Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

dan Undang-Undang Nomor 25 tahun

1999 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pusat dan Daerah, kemudian

direvisi dengan Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

telah membawa perubahan yang

fundamental dalam sistem Pemerintahan

Daerah, yaitu dari sistem pemerintahan

yang sentralistik kepada desentralisasi.

Undang-undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah

menempatkan Pemerintah Daerah dan

DPRD selaku penyelenggara pemerintahan

daerah. Sesama unsur pemerintahan daerah

pada dasarnya kedudukan Pemerintah

Daerah (eksekutif) dan DPRD (legislatif)

adalah sama, yang membedakannya adalah

fungsi, tugas dan wewenang serta hak dan

kewajibannya. Karena itu hubungan yang

harus dibangun antara Pemerintah Daerah

dan DPRD mestinya adalah hubungan

kemitraan dalam rangka mewujudkan

pemerintahan daerah yang baik (good

local governance ).10

Bentuk pengawasan yang dilakukan

oleh DPRD adalah pengawasan politik,

yaitu pengawasan yang dilakukan oleh

lembaga legislatif (DPRD) terhadap

lembaga eksekutif (Kepala Daerah,Wakil

10. penjelasan umum UU Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Lebih lanjut disebutkan: ”Hubungan

kemitraan bermakna bahwa antara Pemerintah Daerah dan

DPRD adalah sama-sama mitra sekerja dalam membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai

dengan fungsi masing-masing, sehingga antar kedua lembaga

tersebut membangun suatu hubungan bukan merupakan lawan ataupun pesaing satu sama lain dalam melaksanakan fungsi

masing-masing.

Kepala Daerah besarta perangkat daerah)

yang lebih bersifat kebijakan strategis dan

bukan pengawasan teknis maupun

administratif, sebab DPRD adalah lembaga

politik seperti penggunaan anggaran yang

telah dialokasikan disalah gunakan untuk

hal-hal yang merugikan rakyat dan negara.

Menurut Mardiasmo11 ada tiga aspek

utama yang mendukung keberhasilan

otonomi daerah, yaitu pengawasan,

pengendalian,dan pemeriksaan. Ketiga hal

tersebut pada dasarnya berbeda baik

konsepsi maupun aplikasinya. Pengawasan

mengacu pada tingkatan atau kegiatan

yang dilakukan diluar pihak eksekutif

yaitu masyarakat dan DPRD, untuk

mengawasi kinerja pemerintahan.

Pengendalian (control) adalah mekanisme

yang dilakukan oleh pihak eksekutif

(pemerintah Daerah) untuk menjamin

dilaksanakanya sistem dan kebijakan

manajemen sehingga tujuan organisasi

dapat tercapai. Pemeriksaan Audit

merupakan kegiatan oleh pihak yang

memiliki independensi dan memiliki

kompetensi profesional untuk memeriksa

apakah hasil kinerja pemerintah daerah

telah sesuai dengan standar atau kreteria

yang ada.

Tugas dan wewenang DPRD me-

laksanakan pengawasan terhadap

pelaksanaan peraturan daerah terdapat

dalam pasal 42 huruf c Undang-Undang

Nomor 32 tahun 2004 mengatakan : Tugas

dan wewenang DPRD melaksanakan pe-

ngawasan terhadap pelaksanaan peraturan

daerah dan peraturan perundang-undangan

lainya peraturan Kepala Daerah, APBD,

Kebijakan Pemerintah Daerah dalam

melaksanakan program pembangunan

daerah dan kerjasama Internasional di

daerah.

Fungsi pengawasan DPRD mem-

punyai kaitan yang erat dengan fungsi

11. Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan

Daerah, Yogyakarta, 2002 hal 219

Page 7: PENGAWASAN DPRD DAN KENDALA-KENDALA YANG …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal Hukum

JATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 127

legislasi, karena pada dasarnya objek

pengawasan adalah menyangkut

pelaksanaan dari perda itu sendiri dan

pelaksanaan kebijakan publik yang telah

tertuang dalam perda.12. Kewengangan

DPRD mengontrol kinerja eksekutif agar

terwujud good governance seperti yang

diharapkan rakyat. Demi mengurangi

beban masyarakat, DPRD dapat menekan

eksekutif untuk memangkas biaya yang

tidak perlu, dalam memberikan pelayanan

kepada warganya.

Untuk memperoleh hasil yang

maksimal dalam pengawasan terhadap

implementasi pengelolaan keuangan

daerah oleh DPRD, perlu dilakukan

pengawasan terhadap APBD secara

konprehensif, yaitu dimulai dari pen-

gawasan pada tahap penyusunan APBD,

tahap penetapan APBD, tahap pelaksanaan

APBD, hingga tahap per-tanggungjawaban

keuangan daerah.13

b. Pengawasan DPRD pada Tahap

Penyusunan APBD

Dalam proses penyususnan APBD,

DPRD terlibat untuk melakukan pe-

ngawasan cesara preventif, yaitu melalui:

penyusunan arah dan kebijakan umum

APBD, dalam menyususn arah kebijakan

umum APBD harus dilakukan melalui

penjaringan aspirasi masyarakat, di

samping itu harus mendasarkan pada

rencana strategi daerah, dan PROPERDA.

Berdasarkan arah kebijakan umum itu

pemerintah menyususn strategi dan

proritas APBD yang kemudian dijabarkan

kedalam penyusunan APBD.

12 Inosentius loc.cit, hal.73 13. Muji Estiningsi, ”Fungsi Pengawasan

DPRD; Tinjauan Kritis Pengelolaan Keuangan

Daerah Dalam Mewujudkan Pemerintahan yang

Bersih dan Berwibawa”, Universitas Atmajaya,

Yogyakarta, 2005, hal 47.

c. Pengawasan DPRD pada Tahap

Penetapan APBD

Peran pengawasan dalam proses

penetapan APBD, dalam pembahasan

RAPBD dapat dilakukan oleh DPRD

melalui klarifikasi, uji validitas, uji

relevansi dan uji efectiv dan kompromi

penetapan APBD, rekomendasi penetapan

dan pengujian ulang.14

d. Pengawasan DPRD pada Tahap

Pelaksanaan APBD

Tahap pelaksanaan APBD diatur

dalam Pasal 24 PP Nomor 105 tahun 2000

tentang Pengelolaan dan Pertang-

gungjawaban Keuangan Daerah. Dalam

hal pengawasan yang dilakukan oleh

DPRD tersebut, hal-hal yang harus

dilakukan adalah:

1). Dewan harus memahami ruang lingkup

hak yang akan digunakan

2). Menentukan obyek yang akan diawasi

3). Menentukan cara melaksanakan hak

tersebut

4). Merumuskan tindak lanjut out put

penggunaan hak tersebut

e. Pengawasan Fungsional Sebagai

Pendukung Pengawasan DPRD

Adanya keterbatasan waktu, tenaga

maupun dana dari DPRD dan adanya

keinginan untuk dapat mewujudkan

penggunaan APBD secara efektif dan

14. Ibid, hal 48. lebih lanjut dijelaskan:

”Dalam pengawasan ini DPRD mempunyai hak

untuk menolak RAPBD yang diajukan oleh

pemerintah daerah dengan alasan-alasan: dari hasil

uji atau analisa yang dilakukan DPRD bahwa

RAPBD yang diajukan tidak realistis untuk

besarnya biaya yang dianggarkan maupun manfaat

yang diperoleh tidak menyentuh kepentingan

masyarakat, karena usulan kegiatan tidak sesuai

dengan arah kebijakan umum, sehingga RAPBD

perlu disempurnakan.apabila setelah di-

sempurnakan RAPBD itu tetap tidak dapat disetujui

DPRD, pemerintah daerah menggunakan APBD

tahun sebelumnya”.

Page 8: PENGAWASAN DPRD DAN KENDALA-KENDALA YANG …

[Jurnal Hukum

JATISWARA] [FAKULTAS HUKUM]

128 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

efesien, menyebabkan munculnya

kebutuhan akan adanya pengawasan pihak

lain yang dapat mendukung pengawasan

DPRD. Selain pengawasan oleh

masyarakat, ada pengawasan bentuk lain

yang dapat mendukung kerja pengawasan

DPRD, yaitu pengawasan fungsional

ekstern yang dilakukan oleh BPK.

Selain itu juga Pengawasan DPRD

dapat dilakukan melalui beberapa

mekanisme, yaitu rapat kerja, rapat dengar

pendapat, rapat dengar pendapat umum,

dan kunjungan kerja. Di samping itu,

pengawasan dilakukan melalui

penggunaan hak-hak DPRD, antara lain:

hak interpelasi, hak angket, hak

mengajukan/menganjurkan, memberikan

persetujuan, memberikan pertimbangan,

dan memberikan pendapat.

2. Faktor-Faktor Apa Saja yang

Menjadi Kendala Pengawasan

DPRD Terhadap Pengelolaan

Keuangan Daerah

a. Individu/ Pribadi

Terdapat dua tingkat orientasi politik

yang mempengaruhi perilaku politik, yaitu

sistem dan individu. Lemahnya peran

DPRD dalam kesalahan pada keuangan

daerah (APBD) mungkin dikarenakan oleh

lemahnya sistem politik atau individu

sebagai aktor politik.

Sumber daya manusia merupakan

pilar penyangga utama sekaligus peng-

gerak roda organisasi dalam usaha

mewujudkan elemen organisasi yang

sangat penting, karenanya harus dipastikan

sumber daya manusia ini harus dikelola

sebaik mungkin dan akan mampu

memberikan kontribusi secara optimal

dalam upaya pencapaian tujuan organisasi

Adanya para anggota dewan sedikit

banyaknya memberikan pengaruh dalam

melaksanakan fungsi dan tugasnya.

Anggota DPRD yang dipilih dan diangkat

dari partai-partai pemenang pemilu mem-

punyai individu/pribadai dan pekerjaan

yang berbeda sebelum menjadi anggota

DPRD. Ada beberapa hal yang meliputi

uraian tersebut

a. Jenis Kelamin

Anggota dewan terdiri dari laki-laki dan

perempuan. Jumlah anggota dewan

yang berjenis kelamin laki-laki lebih

banyak dibanding dengan perempuan.

Anggota dewan dipilih dari partai-partai

politik pemenang pemilu. Keterwakilan

perempuan sebagai anggota legislatif

diatur dalam Pasal 52 Ayat (3) dan

Pasal 53 Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum

Anggota DPR, DPD, dan DPRD yang

menyebutkan. Setiap partai politik

peserta pemilu dapat mengajukan calon

anggota DPR, DPRD Provinsi, dan

DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap

daerah pemilihan dengan

memperhatikan keterwakilan anggota

perempuan sekurang-kurangnya 30%.

Undang-Undang ini juga akan me-

minimasi kemungkinan praktek

diskriminasi berdasarkan jenis kelamin

dalam menentukan kapabilitas se-

seorang untuk menjadi kandidat dalam

pemilu.

b. Usia

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor

10 Tahun 2008 tentang Pemilihan

Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Pasal 50 Ayat (1) (a) menyatakan

Anggota DPRD me-rupakan warga

Indonesia yang telah berumur 21 (dua

puluh satu) tahun atau lebih.

c. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan anggota dewan

sangat penting diperhatikan karena

tingkat pendidikan yang dimiliki

seseorang akan mempengaruhi pola

Page 9: PENGAWASAN DPRD DAN KENDALA-KENDALA YANG …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal Hukum

JATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 129

fikir, sikap dan tingkah laku mereka

dalam melakukan suatu aktivitas.

d. Latar Belakang Pendidikan

Latar belakang pendidikan yang

dimiliki oleh anggota DPRD terpilih

terdiri dari bidang pendidikan ekonomi,

hukum, sosial politik, ilmu agama dan

jurusan lainnya. Bahkan sebagian besar

tidak berasal dari pendidikan yang

berhubungan dengan administrasi

pemerintahan dan bertolak belakang

dengan situasi pekerjaan sebagai

dewan.

e. Latar Belakang Pekerjaan

Pekerjaan atau profes terakhir i ini

umumnya terdiri dari wiraswasta,

karyawan swasta dan Pegawai Negeri

Sipil (PNS).

f. Pengalaman Organisasi

Pengalaman organisasi anggota DPRD

sebelum terpilih menjadi anggota

dewan pada umumnya terdiri dari LSM,

non-LSM, organisasi politik, akademisi,

organisasi masyarakat, dan lainnya.

b. Pengetahuan Anggota DPRD tentang

Anggaran

Pengetahuan anggota DPRD tentang

anggaran dapat diartikan sebagai

pengetahuan dewan terhadap mekanisme

penyusunan anggaran mulai dari tahap

perencanaan sampai pada tahap pertang-

gungjawaban serta pengetahuan dewan

tentang peraturan perundangan yang

mengatur pengelolaan keuangan

daerah/APBD.

Pengetahuan anggota DPRD tentang

anggaran berkaitan erat dengan fungsi

penganggaran dan fungsi pengawasan

yang dimiliki oleh anggota dewan. Fungsi

penganggaran menempatkan anggota

DPRD untuk selalu ikut dalam proses

anggaran bersama-sama dengan eksekutif.

Fungsi pengawasan DPRD memberikan

kewenangan dalam pengawasan kinerja

eksekutif dalam pelaksanaan APBD.

Dalam situasi demikian anggota DPRD

dituntut memiliki keterampilan dalam

membaca anggaran serta memiliki

kemampuan terlibat dalam proses

anggaran di daerah sehingga DPRD dapat

bekerja secara efektif dalam melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan

anggaran.

Untuk meningkatkan kapabilitas

dalam pengawasan keuangan daerah,

DPRD harus menguasai keseluruhan

struktur dan proses anggaran. Untuk itu,

pengetahuan dasar tentang ekonomi dan

anggaran daerah harus dikuasai oleh

anggota DPRD. Pengetahuan dewan

tentang mekanisme anggaran ini berasal

dari kemampuan anggota dewan yang

diperoleh dari latar belakang pen-

didikannya ataupun dari pelatihan dan

seminar tentang keuangan daerah yang

diikuti oleh anggota dewan.

Pelatihan/seminar mengenai ke-

uangan daerah yang diikuti oleh anggota

dewan akan meningkatkan pemahaman

anggota dewan bahwa proses alokasi

anggaran bukan sekedar proses admi-

nistrasi, tetapi juga politik.

Memastikan anggaran sesuai

prioritas harus dilakukan oleh DPRD sejak

penyusunan rencana jangka menengah

daerah hingga proses penentuan Kebijakan

Umum APBD (KUA) dan Prioritas Plafon

Anggaran Sementara (PPAS).

Menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 58 Tahun 2005 tentang keuangan

daerah Pasal 34 ayat (3 dan 4) yang

menyatakan bahwa Kepala Daerah

menyampaikan rancangan kebijakan

umum APBD (KUA) kepada DPRD.

Rancangan kebijakan umum APBD

(KUA) tersebut selanjutnya disepakati

menjadi Kebijakan Umum APBD (KUA).

Page 10: PENGAWASAN DPRD DAN KENDALA-KENDALA YANG …

[Jurnal Hukum

JATISWARA] [FAKULTAS HUKUM]

130 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

Berdasarkan kebijakan umum APBD

(KUA) yang telah disepakati, pemerintah

daerah dan DPRD membahas prioritas

plafon anggaran sementara (PPAS). Pada

tahap inilah peran DPRD dalam

menjalankan fungsi pengawasan harus

dioptimalkan.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui

dan mengidentifikasi dengan jelas alokasi

dana dalam anggaran pemerintah daerah

dengan harapan agar tidak terjadi

penyelewengan pada saat pelaksanaan

anggaran. Untuk menghasilkan kinerja

yang baik dalam pengawasan keuangan

daerah/APBD, anggota dewan harus

membekali dirinya dengan pengetahuan

tentang anggaran secara keseluruhan serta

menambah pengetahuan tentang me-

kanisme pengawasan terhadap pelaksanaan

keuangan daerah/APBD.

c. Pengetahuan Politik

Faktor lain yang mempengaruhi

perilaku lembaga politik dalam hal ini

DPRD adalah budaya politik. Sebagai

sebuah perwujudan dari sikap politik,

perilaku politik tidak dapat dipisahkan dari

pengetahuan tentang politik. Pengetahuan

politik maksudnya adalah berkaitan

denganu: pengalaman politik, pengalaman

di DPRD, latar belakang partai politik,

latar belakang ideologi partai politik dan

bahkan asal komisi dari anggota dewan

tersebut.

Dalam menjalankan tugasnya ang-

gota DPRD diharuskan mengikuti aturan

kerja yang telah ditetapkan sesuai bidang

masing-masing, di sinilah latar belakang

politik terkadang menyebabkan perbedaan

sudut pandang bahkan terjadinya per-

selisihan. Seorang anggota dewan harus

mempunyai latar belakang politik yang

baik dalam menjalankan tugasnya sebagai

angota dewan.

Ada beberapa hal yang mem-

pengaruhi prilaku anggota dewan dalam

melaksanakan fungsinya antara lain

meliputi:

a. Pengalaman Politik

Merupakan pengalaman anggota dewan

di bidang politik atau lama menjabat di

partai politik.

b. Pengalaman di DPRD

Pengalaman anggota dewan menjadi

anggota DPRD. Anggota DPRD yang

terpilih dalam pemilu ada yang pernah

menjadi anggota dewan pada periode

sebelumnya dan ada juga muka-muka

baru yang duduk di lembaga legislatif.

c. Asal Partai Politik

Asal Partai politik yang dimaksud

adalah partai politik yang telah

memenuhi persyaratan sebagai peserta

pemilu. Partai-partai tersebut mem-

peroleh suara terbanyak dalam pemilu

dan mendapatkan kursi bagi kadernya

di Lembaga DPRD. Di lembaga

legislatif daerah, peran partai politik

juga sangat signifikan dan menentukan.

Melalui fraksinya yang merupakan

perwakilan partai politik di lembaga

legislatif, parpol merupakan institusi

yang mengarahkan, bahkan menetukan

pengambilan keputusan di DPRD.

d. Latar Belakang Ideologi Partai Politik

Setiap partai politik memiliki dasar

ideologi yang berbeda-beda. Dasar

ideologi ini disesuaikan dengan visi,

misi, serta tujuan dari partai politik

tersebut.

e. Asal Komisi

Menurut Undang-Undang Nomor 27

Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD,

dan DPRD Pasal 356 (b) menyatakan

bahwa DPRD Kabupaten/Kota yang

beranggotakan lebih dari 35 (tiga puluh

lima) orang membentuk 4 (empat)

komisi. DPRD beranggotakan 45

(empat puluh lima) orang. Semua

Page 11: PENGAWASAN DPRD DAN KENDALA-KENDALA YANG …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal Hukum

JATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 131

DPRD yang menjadi sampel terdiri dari

4 (empat) komisi yaitu Komisi A, B, C,

dan D.

f. Jabatan di Partai Politik

Merupakan keaktifan anggota dewan

dalam partai politik yang dilihat dari

keikutsertaannya sebagai pengurus di

dalam partai politik.

g. Jabatan di DPRD

Kedudukan anggota dewan dalam

DPRD. Kedudukan ini meliputi ketua

dewan, wakil ketua dewan, ketua

komisi, wakil ketua komisi, dan

anggota dewan.

h. Jumlah Partai yang Pernah Diikuti

Merupakan jumlah partai yang pernah

diikutii oleh anggota DPRD. Ada

diantara anggota DPRD yang pernah

berada lebih dari satu partai atau pernah

pindah dari satu partai ke partai yang

lain dan ada juga baru bernaung dalam

satu partai politik.

d. Pemahaman Dewan terhadap Pera-

turan, Prosedur dan Kebijakan

Adanya peraturan, prosedur dan

kebijakan tentang keungan daerah

ditujukan untuk membantu anggota dewan

dalam melaksanakan perannya dalam hal

ini yaitu melakukan pengawasan keuangan

daerah. Peraturan, prosedur dan kebijakan

ini berfungsi sebagai pedoman untuk

memastikan apakah pelaksanaan keuangan

daerah (APBD) telah sesuai dengan tujuan

dan peraturan perundang-undangan yang

ditetapkan. Adanya undang-undang juga

berpengaruh terhadap perilaku organi-

sasional karena besarnya eksistensi dari

organisasi dan hal tersebut berhubungan

dengan kegiatan harian dalam kerangka

peraturan yang akan mempengaruhi

peraturan pusat dan peraturan daerah.

Pemahaman anggota DPRD tentang

peraturan, kebijakan dan prosedur juga

berkaitan dengan pemahaman anggota

DPRD tentang Undang-Undang atau

peraturan-peraturan yang mengatur tentang

pengelolaan keuangan daerah. Hal ini

sesuai dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 58 Tahun 2005 tentang Penge-

lolaan Keuangan Daerah Pasal 132 dan

133 yang menyatakan bahwa DPRD

melakukan pengawasan terhadap pe-

laksanaan peraturan daerah tentang APBD.

Selanjutnya dalam Pasal 133 menyebutkan

bahwa pengawasan pengelolaan keuangan

daerah berpedoman pada ketentuan pe-

raturan perundang-undangan yang berlaku.

Hal ini berarti bahwa dalam me-

laksanakan pengawasan terhadap APBD,

DPRD harus mengacu kepada peraturan

yang berlaku. Hal ini juga mengin-

dikasikan bahwa anggota dewan harus

mempunyai bekal pemahaman yang cukup

mengenai peraturan, kebijakan dan

prosedur yang berlaku.

Peraturan, kebijakan dan prosedur

yang digunakan sebagai untuk mengetahui

tingkat pemahaman dewan dalam penga-

wasan keuangan daerah (APBD) terdiri

dari:

a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah.

b. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah.

c. Undang-Undang Nomor 27 tahun 2009

tentang Majelis Permusyawaratan

Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun

2007 tentang Laporan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah Kepada Pe-

merintah, Laporan Keterangan

Pertanggungjawaban Kepala Daerah

Kepada Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah, dan Informasi Laporan

Page 12: PENGAWASAN DPRD DAN KENDALA-KENDALA YANG …

[Jurnal Hukum

JATISWARA] [FAKULTAS HUKUM]

132 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

kepada Masyarakat.

e. Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 8 Tahun 2009 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007

tentang Pedoman Tata Cara

Pengawasan Atas Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah.

D. PENUTUP

1. Kesimpulan

a. Bentuk pengawasan DPRD

terhadap pengelolaan keuangan

daerah dalam mewujudkan

pemerintahan daerah yang baik

adalah Untuk memperoleh hasil

yang maksimal dalam pengawasan

terhadap implementasi pengelolaan

keuangan daerah oleh DPRD, perlu

dilakukan pengawasan terhadap

APBD secara konprehensif, yaitu

dimulai dari pengawasan pada

tahap penyusunan APBD, tahap

penetapan APBD, tahap pe-

laksanaan APBD, hingga tahap

pertanggungjawaban keuangan

daerah.

b. Faktor-faktor yang menjadi ken-

dala pengawasan DPRD ter-hadap

pengelolaan keuangan daerah

tersebut adalah: faktor indifidu atau

pribadi, Pengetahuan Anggota

DPRD tentang Anggaran, pe-

ngetahuan politik dan Pema-

haman Anggota Dewan ter-hadap

Peraturan, Prosedur dan Kebijakan.

Dengan faktor-faktor tersebut bisa

mempengaruhi kinerja anggota

dewan dalam pelaksanaan penga-

wasan yang dilakukan ter-hadap

pengelolaan keuangan daerah.

2. SARAN

a. Diharapkan DPRD lebih me-

ningkatkan pengawasan terhadap

pengelolaan keuangan daerah

dalam mewujudkan pemerintahan

daerah yang baik Untuk mem-

peroleh hasil yang maksimal.

b. Diharapkan faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja anggota

dewan dalam pelaksanaan pe-

ngawasan yang dilakukan terhadap

pengelolaan keuangan daerah bisa

segera ditindak lanjuti agar

kedepannya hal tersebut tidak

menjadi penghalang Anggota

DPRD dalam melaksanakan

pengawasan.

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Abdulkadir Muhamad, Hukum dan

Penelitian Hukum, Citra Aditya

Bakti, Bandung, 2004.

Bambang Sunggono., “Metodologi

Penelitian Hukum”, Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2003.

Bacrul Amiq, “Aspek Hukum Pen-

gawasan Pengelolaan Ke-

uangan Daerah Dalam

Perspektif Penyelenggara

Negara yang Bersih”, LaksBang

Perssindo, Yogyakarta, 2010.

Deni Firmansyah, Pelimpahan Kewe-

nangan Pemerintah Daerah

Kepada Pemerintah Kecamatan,

(Skripsi Starata satu Fakultas

Hukum, Universitas Mataram),

Mataram, 2008.

--------------, “Sanksi Administrasi

Dalam Hukum Lingkungan”

LaksBang, Yogyakarta, 2005

Page 13: PENGAWASAN DPRD DAN KENDALA-KENDALA YANG …

[UNIVERSITAS MATARAM] [Jurnal Hukum

JATISWARA]

[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA 133

Galang Asmara, “Ombusmand

Nasional dalam Sistem Pe-

merintahan Ngara Republik

Indonesia”, Laksbang, Pres-

sindo, yogyakarta, 2005

Inosentius Syamsul, Meningkatkan

Kinerja Fungsi legislasi DPRD,

Adeksi, Jakarta, 2004

Johnny Ibrahim,Teori dan Me-

todologi Penelitian Hukum

Normatif, Edisi Revisi,

Bayumedia Publishing, Malang,

2006.

Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen

Keuangan Daerah, Yogyakarta,

2002

Mertokusumo, Penemuan Hukum,

Sebuah Pengantar, Liberty

Yogyakarta, 1998.

M Subagio, “Hukum Keuangan

Negara Republik Indonesia,

Rajawali Pers, Jakarta, 1991

Muji Estiningsi, ”Fungsi Pengawasan

DPRD; Tinjauan Kritis Pen-

gelolaan Keuangan Daerah

Dalam Mewujudkan Pe-

merintahan yang Bersih dan

Berwibawa”, Universitas

Atmajaya, Yogyakarta, 2005

Peter Mahmud Marzuki., “Penelitian

Hukum”, Kencana, Jakarta, 2005

Philipus M.hadjon, Pengantar Hukum

Administrasi Indonesia

(Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2001).

Sarwoto, “Dasar-dasar Organisasi

dan Manajem , Ghalia

Indonesia, Jakarta, 1981.

Siswanto Sunarno, “Hukum Pe-

merintahan Daerah di

Indonesia”, Sinar Grafika,

Jakarta, 2006.

S.P. Siagian, “Filsafat Administrasi”,

Gunung Agung, Jakarta,1970

Syamsudin Haris, Desentralisasi &

otonomi Daerah, LIPI Press,

Jakarta, 2005

Soerjono soekanto dan sri mamudji,

Penelitian Hukum Normatif,

Suatu Tinjauan Singkat, Raja

Grafindo Persda, Jakarta, 2007

Syaripin Pipin dan Jubaedah,

Pemerintahan Daerah di

Indonesia (Bandung: Pustaka

Setia, 2005)

Zudan Arif Fakrullah, “Arah Politik

Hukum Pengembangan Ka-

wasan Perekonomian Terpadu

Dalam era Otonomi Daerah”,

Legality, Volume 11, Nomor 1,

Maret-Agustus 2003

B. UNDANG-UNDANG

Undang-undang Nomor 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang Nomor 33 tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan

Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah