Post on 15-Nov-2020
PENERAPAN METODE GREEN QUALITY FUNCTION
DEPLOYMENT (QFD) II UNTUK PROSES PRODUKSI BATIK
RAMAH LINGKUNGAN
(Studi Kasus : UKM Batik Ogud, Laweyan Surakarta)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Oleh :
MISHBAHU RIZA AFFANDI
D 600 150 113
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka
akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya
Surakarta, Juni 2019
Penulis
MISHBAHU RIZA AFFANDI
D 600 150 113
1
PENERAPAN METODE GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) II UNTUK
PROSES PRODUKSI BATIK RAMAH LINGKUNGAN
(Studi Kasus : UKM Batik Ogud, Laweyan Surakarta)
Abstrak
Batik merupakan jenis produk sandang yang telah mengalami perkembangan pesat di tanah Jawa
sejak ratusan tahun silam. Kampung Batik Laweyan adalah salah satu pusat perkampungan
pengrajin batik di Solo yang terdiri dari beberapa UKM Batik. Sebagian besar UKM Batik
melakukan proses produksi secara tradisional dan mengakibatkan lingkungan tercemar. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui permintaan pelanggan terhadap kualitas produk batik, dampak
lingkungan dari proses produksi dan biaya yang dikeluarkan produsen per hari. Dalam proses
produksi batik dapat menghasilkan dampak lingkungan, seperti masih ada malam yang terbuang
dan tidak digunakan kembali. Jika malam dikumpulkan secara maksimal dan digunakan kembali
untuk proses produksi maka dampak lingkungan dapat berkurang dari 38Pt menjadi 37,4Pt dan
biaya pembelian bahan baku juga lebih hemat dari Rp 702.250 menjadi Rp 506.250. Dalam
gambaran concept comparison house, konsep batik usulan memilki tingkat kepuasan sebesar 762
dan tingkat kepuasan batik dasar sebesar 587, sehingga batik usulan terpilih untuk konsep produk
yang lebih baik.
Kata kunci: Green QFD II, Batik Ramah lingkungan, Kualitas
Abstract
Batik is a type of clothing products that have undergone a rapid development in the land of Java
since hundreds of years ago. Kampung Batik Laweyan is one of the village center of Batik
craftsmen in Solo consisting of several SMEs Batik. Most Batik SMEs perform the traditional
production process and cause the environment to be polluted. Research aims to know the demands
of customers on the quality of batik products, the environmental impact of the production process
and the cost of the producers incurred per day. In the process of batik production can produce
environmental impact, such as there are still night wasted and not reused. If the night is collected
maximally and reused for production process then the environmental impact can be reduced from
38Pt to 37, 4Pt and the cost of purchasing raw materials is also more efficient than Rp 702,250 to
Rp 506,250. In the description of concept comparison House, proposal batik concept has a
satisfaction level of 762 and basic batik satisfaction level of 587, so that the proposal batik selected
for better product concept.
Keywords: Green QFD II, Batik Environmentally Friendly, Quality
2
1. PENDAHULUAN
Industri batik di Indonesia sebagian besar merupakan industri kecil menengah (IKM) yang menjadi
salah satu ladang penghasilan masyarakat. Seiring berjalannya waktu masyarakat Indonesia telah
mengenal corak batik tradisional dan modern. Perjalanan batik di Indonesia berkaitan erat dengan
kemajuan zaman. Perkembangan batik banyak terjadi pada zaman kerajaan mataram dilanjutkan
pada zaman kerajaan Solo dan Yogyakarta (Nurainun, Heriyana, & Rasyimah, 2008). Di Indonesia
jenis maupun motif batik bermacam-macam, salah satunya adalah Batik Laweyan Solo, Jawa
Tengah. Kampung Batik Laweyan merupakan pusat perkampungan pengrajin batik di Solo yang
memiliki keunikan tersendiri. Keunikan tersebut antara lain peninggalan budaya, kondisi sosial
ekonomi masyarakat dan industri kerajinan batik. Mulanya corak batik tradisional sangat
mendominasi pada produk batik di Laweyan secara umum. Semenjak Forum Pengembangan
Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) dibentuk, corak batik mulai mengalami perkembangan
menyesuaikan zaman (Setyanto, Samudro, & Pratama, 2015).
Proses produksi batik sebagian besar masih menggunakan peralatan tradisional dan proses
produksi yang tradisional. Proses produksi batik secara tradisional dapat mencemari lingkungan
terutama jika penggunaan bahan baku didominasi dengan bahan baku yang kurang ramah
lingkungan. UKM Batik Ogud merupakan salah satu bagian dari Industri Kecil Menengah
Kampung Batik Laweyan, Solo. UKM Batik Ogud melakukan proses produksi secara tradisional
dengan peralatan tradisional. Beberapa limbah hasil proses produksi yang bisa dijual atau
digunakan kembali tidak dilakukan secara maksimal oleh UKM tersebut. Misalnya seperti
penggunaan bahan baku malam dalam proses pembatikan. Sisa malam dari hasil proses nglorod
tidak dikumpukan dan digunakan kembali secara maksimal. Selain itu banyak ceceran malam yang
terjadi selama proses pengecapan berlangsung. Hal tersebut dapat mengurangi tingkat efisiensi
bahan baku dan menyebabkan limbah yang mencemari lingkungan (Rinawati dkk., 2013).
Saat ini harapan konsumen terhadap produk batik ramah lingkungan lebih tinggi
dibandingkan produk batik konvensional. Zaman sekarang isu lingkungan menjadi faktor yang
perlu dipertimbangkan oleh para pelaku industri. Konsumen zaman sekarang menginginkan produk
batik yang berkualitas namun tetap ramah lingkungan, sehingga konsumen puas dengan batik yang
dihasilkan dan lingkungan tidak rusak akibat proses produksi yang dilakukan. Oleh karena itu,
diperlukan penerapan metode Green Quality Function Deployment (QFD) II dengan tujuan
menghasilkan produk sesuai permintaan pelanggan, ramah lingkungan dan ekonomis. Green QFD
II adalah metode yang dikembangkan dari Green QFD dan QFD. Green QFD II memasukkan unsur
3
quality, environmental impact, dan cost ke dalam matriks, sehingga produk yang diharapkan adalah
produk yang berkualitas, ramah lingkungan dan ekonomis.
2. METODE
Penelitian ini dilaksanakan di UKM Ogud yang terletak di Kampung Laweyan, Solo. Pada proses
pembuatan batik cap di UKM Ogud masih melakukan proses produksi secara tradisional dengan
menggunakan jenis material yang beragam. Sebagian material yang dapat digunakan beberapa kali
produksi tidak dilakukaan secara maksimal oleh UKM tersebut, sehingga tingkat efisiensi bahan
baku kurang. Selain itu penggunaan material yang mengandung zat kimia buatan juga dapat
mencemari lingkungan di sekitarnya. Sedangkan konsumen dan masyarakat menginginkan proses
produksi batik dapat dilakukan dengan cara yang lebih ramah lingkungan. Sehingga pada penilitan
ini akan membahas tentang bagaimana kualitas produk batik yang diinginkan konsumen, dampak
penggunaan material pada proses produksi, dan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan proses
produksi. Green Quality Function Deployment (QFD) II merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk memenuhi kriteria-kriteria tersebut. (Zhang, Wang, & Zhang, 1999).
Proses mengumpulkan data dilakukan secara langsung melalui wawancara dan menyebarkan
kuesioner. Data-data terkumpul selanjutnya diolah dengan masing-masing rumah dalam bentuk
matriks yang telah disediakan. Rumah kualitas (House of Quality) menggunakan data penilaian
konsumen terhadap atribut kualitas produk batik. Data tersebut adalah customer needs yang akan
diolah dan dimasukkan ke dalam rumah kualitas (House of Quality) sebagai acuan untuk
peningkatan kualitas produk yang akan dilakukan oleh produsen (Devani dan Kartikasari, 2012).
Rumah hijau (Green House) menggunakan data dampak lingkungan yang diperoleh dari hasil
pengolahan data menggunakan software SIMAPRO. Pengolahan data dalam software SIMAPRO
menggunakan metode Eco Indicator 99 (H) untuk menampilkan seberapa besar jumlah dampak
yang dihasilkan dari penggunaan material dalam proses produksi. Dampak lingkungan yang
diperoleh dibagi dalam tiga lingkup kategori yaitu human health, ecosystem quality, dan resources.
Dampak lingkungan yang dihasilkan dari penggunaan material akan dipilih untuk material mana
saja yang dapat dikurangi dampak lingkungannya tanpa mengurangi kualitas yang dihasilkan.
Selanjutnya Rumah Biaya (Cost House) menggunakan data biaya bahan baku per hari yang
dikeluarkan pihak UKM. Dalam Rumah biaya akan diidentifikasi mana saja biaya pembelian bahan
baku yang dapat dikurangi per hari dengan mempertimbangkan faktor fungsi material tersebut
dalam proses produksi, kualitas penggunaannya, dan dampak lingkungan yang ditimbulkan.
4
Setelah tiga rumah diperoleh hasilnya, maka langkah berikutnya adalah membuat rumah baru
untuk penentuan konsep proses produksi yang dilakukan (concept comparison house) CCH yang
didalamnya melibatkan tiga rumah sebelumnya yaitu House of Quality, Green House, Cost House
(Astuti dan Ciptomulyono, 2004). Priotritas-prioritas terpilih dari tiap rumah tersebut akan
dimasukkan dalam CCH sebagai acuan pemilihan konsep proses produksi. Usulan yang dilakukan
adalah membuat konsep proses produksi batik yang lebih ramah lingkungan dengan pertimbangan
tiga rumah House of Quality, Green House, Cost House. Sehingga proses produksi yang akan
dilakukan lebih ramah lingkungan, efisien, dan menghasilkan produk berkualitas yang sesuai
dengan permintaan konsumen.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada tahap ini menjelaskan tentang tahapan-tahapan pembuatan House of Quality, Green House,
Cost House. Selanjutnya akan menjelaskan tahapan pembuatan concept comparison house.
3.1 House of Quality
Tahapan-tahapan yang dilakukan untuk membangun House of Quality diantaranya:
1. Voice of Customer (VOC)
Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan data mengenai customer needs. Data tiap
kepentingan customer needs diperoleh dari hasil pembagian kuesioner kepada responden.
2. Planning Matrix
Data-data yang sudah diuji selanjutnya akan diolah menyesuaikan dengan kebutuhannya.
Data pertama adalah tingkat kepentingan pelanggan, data kedua adalah tingkat kepuasan, data
ketiga adalah tingkat harapan. Data-data ini diperoleh dari kuesioner yang dibagikan. Data yang
memiliki nilai gap negatif menunjukkan atribut kualitas tidak memenuhi kebutuhan pelanggan,
sehingga dibutuhkan repon teknis untuk mengatasi hal tersebut.
Tabel 1. Data atribut kualitas tidak memenuhi harapan
5
3. Technical Response
Technical Response bertujuan mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan oleh produsen
guna memenuhi customer needs. Dalam technical response akan didapatkan berupa jawaban
pengembang terhadap customer needs pada matriks “what”.
Tabel 2. Respon Teknis Produk
4. Korelasi Teknis
Tahap ini menetapkan keterkaitan dan saling ketergantungan antar respon teknis. Tahap
ini sangat berguna dalam proses perancangan dan pengembangan produk karena seringkali satu
fungsi dengan fungsi yang lainnya saling mempengaruhi. Derajat pengaruh teknis dalam
pengolahan data QFD menggunakan simbol yang terdapat dalam tabel 3.
Tabel 3. Simbol Derajat Pengaruh Teknis
5. Planning Matrix
Penyusunan planning matrix membutuhkan beberapa data diantaranya: importance rating
yang diperoleh dari hasil jawaban responden terhadap kepentingan atribut kualitas, goal
merupakan harapan pelanggan yang ingin dicapai pihak produsen, improvement rasio
didapatkan dari perbandingan goal dan importance rating, sales point merupakan informasi
kemampuan produk dapat memenuhi kebutuhan konsumen, raw weight dan normalized raw
weight merupakan model kepentingan keseluruhan bagi produsen dari setiap kebutuhan
pelanggan berdasarkan tingkat kepentingan dan nilai sales point.
6
Tabel 4. Planning Matrix Quality House
6. Technical Matrix
Technical Matrix merupakan kontribusi relatif respon teknis terhadap kepuasan
pelanggan. Tingkatan prioritas didapatkan dari data normalized raw weight pada tahap
planning matrix yang dikaitkan dengan nilai numerik pada hubungan antar matriks. Prioritas
untuk setiap respon teknis merupakan jumlah perkalian tersebut dari semua customer needs.
…
…
Tabel 5. Technical Matrix Quality House
Berdasarkan pengolahan data untuk tahap-tahap pembuatan rumah kualitas, dapat dilihat
quality house pada gambar 1.
7
Gambar 1. Quality House
3.2 Green House
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data untuk membangun Green House
adalah sebagai berikut :
1. Life Cycle Impact Proses Produksi
Pengelompokan dampak lingkungan didasarkan pada penggunaan software
SIMAPRO dengan menggunakan metode Eco-Indicator 99 Endpoint (H). Metode ini
merupakan metode evaluasi yang mengkalsifikasikan zat menurut dampaknya terhadap
lingkungan serta dapat menunjukkan kontribusi relatif dari setiap proses. Beberapa
indikator impact category dalam tahapan characterization dapat dikelompokkan menjadi
tiga lingkup kategori kerusakan menurut dampak karakterisasinya. Tiga lingkup kategori
dampak kerusakan yaitu human health, ecosystem quality, resources.
2. Enviromental Inventory
Kandungan dampak lingkungan dalam hal ini berupa bahan atau material apa saja
yang digunakan sehingga menghasilkan dampak yang terkandung dalam lingkungan.
Kandungan dampak lingkungan yang dapat ditampilkan adalah nilai-nilai dampak
lingkungan yang tersedia dalam database software SIMAPRO.
8
Tabel 6. Enviromental Inventory
3. Inventory/Impact Realtionship Matrix
Matriks ini menggambarkan kontribusi dari penggunaan bahan baku material
terhadap setiap kategori dampak lingkungan. Pemberian bobot berdasarkan hasil nilai
dampak lingkungan yang dihasilkan dari software SIMAPRO kemudian dilakukan
normalisasi untuk menentukan nilai hubungan matriks.
4. Calculation Matrix
Dalam calculation matrix membutuhkan beberapa data yang sudah ada
sebelumnya. Data pertama adalah impact characterization yamg diperoleh dari hasil
perkalian amount dengan inventory/impact relationship matrix numerical value. Data
kedua yang diperlukan adalah impact priorities yang diperoleh dari hasil pembobotan tiap
lingkup kategori dampak lingkungan. Data selanjutnya yaitu raw weight (RW) dan
normalized raw weight (NRW). Nilai RW didapatkan dari hasil perkalian antara impact
characterization dan impact priorities. Nilai NRW diperoleh dari hasil pembobotan nilai
RW.
Tabel 7. Calculation Matrix
5. Technical Matrix
Tahap ini menunjukkan penggunaan bahan baku/material yang mengakibatkan
dampak lingkungan yang dapat ditangani saat ini sehingga perlu mendapatkan prioritas.
9
Tabel 8. Technical Matrix Green House
Setelah melakukan tahapan-tahapan pengolahan data, berikut ini merupakan green house
yang ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2. Green House Batik
3.3 Cost House
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data untuk membangun Cost House
adalah sebagai berikut :
1. Life Cycle Cost Analysis
Membahas mengenai biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.
2. Affection Strength Matrix
Mengidentifikasi peluang terjadinya biaya dapat dikurangi dan peluang terjadinya dampak
negatif yang diakibatkan dari biaya yang dikurangi tersebut.
3. Technical Matrix
Menggambarkan prioritas biaya-biaya yang dapat dikurangi. Peluang terhadap pengurangan
biaya disimbolkan dengan tanda plus (+) dan peluang terjadinya dampak negatif disimbolkan
dengan tanda minus (-).
10
Gambar 3. Cost House Batik
3.4 Concept Comparison House
Concept Comparison House digunakan untuk pengembangan beberapa pilihan product
concept guna memenuhi permintaan yang telah diperoleh dari Quality House, Green House, Cost
House. Konsep-konsep tersebut selanjutnya dievaluasi untuk dipilih salah satu rancangan product
concept dari gambaran Concept Comparison House (CCH).
Gambar 4. Concept Comparison House
11
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
antara lain:
1. Atribut produk batik yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan adalah Batik
diproduksi oleh karyawan berpengalaman, Motif presisi, tidak belepot, Warna tidak mudah
luntur, Batik memiliki ciri khas, Proses produksi ramah lingkungan. Untuk mewujudkan
harapan pelanggan, pihak produsen perlu melakukan beberapa perbaikan yaitu: Memilih
karyawan yang berpengalaman baik (rapi, teliti), Pengecekan rutin alat pengecapan batik,
Menggunakan bahan pengunci warna dengan takaran yang sesuai, Membuat kreasi batik
sebagai ciri khas, Mengurangi penggunaan bahan baku yang mencemari lingkungan.
2. Dampak lingkungan dari penggunaan material dalam proses produksi batik yang dapat
dikurangi dampak lingkungannya adalah penggunaan malam/lilin. Dengan melakukan
penampungan tetesan malam dan pengumpulan sisa malam secara maksimal maka dapat
menurunkan dampak lingkungan sebesar 38 Pt menjadi 37,4 Pt.
3. Biaya produksi yang dapat dilakukan cost reduction adalah biaya pembelian bahan baku
malam/lilin dengan penghematan biaya sebesar Rp. 196.000 per hari.
4. Berdasarkan kriteria QEC (Quality, Environment, Cost) melalui pendekatan Green QFD II
diperoleh konsep produk batik usulan memiliki tingkat satisfaction (kepuasan) yang lebih
tinggi dengan nilai sebesar 762, sedangkan batik dasar sebesar 586. Sehingga konsep produk
batik usulan terpilih untuk mewujudkan produk batik yang berkualitas, proses produksi lebih
ramah lingkungan dan lebih hemat biaya.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, S. P. dan U. Ciptomulyono. 2004. Evaluasi konsep produk dengan pendekatan. Universitas
Stuttgart. 6(2):156–167
Devani, V. dan D. D. Kartikasari. 2012. Usulan perbaikan kualitas pelayanan administrasi
mahasiswa menggunakan metode quality function deployment (qfd). Jurnal Ilmiah Teknik
Industri Jurusan Teknik Industri Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Sultan Syarif Kasim
Jl.H.R.Soebrantas No. 11155(18):185–197.
Nurainun, Heriyana, dan Rasyimah. 2008. ANALISIS industri batik di indonesia oleh: nurainun,
heriyana dan rasyimah fakultas ekonomi universitas malikussaleh banda aceh. Fokus Ekonomi.
7(3):124–135.
12
Rinawati, D. I., D. P. Sari, S. N. W.P., F. Muljadi, dan S. P. Lestari. 2013. Pengelolaan produksi
menggunakan pendekatan lean and green untuk menuju industri batik yang berkelanjutan
(studi kasus di ukm batik puspa kencana). J@Ti Undip : Jurnal Teknik Industri. 8(1):43–50.
Setyanto, A. R., B. R. Samudro, dan Y. P. Pratama. 2015. Kajian pola pengembangan umkm di
kampung batik laweyan melalui modal sosial dalam menghadapi perdagangan bebas kawasan
asean. Jiep. 15(2):71–90.
Zhang, Y., Wang, H. P., & Zhang, C. (1999). Green QFD-II: A life cycle approach for
environmentally conscious manufacturing by integrating LCA and LCC into QFD matrices.
International Journal of Production Research, 37(5), 1075–1091.
https://doi.org/10.1080/002075499191418