BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan...
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Terminologi
Menurut GBCI (2011), secara definisi green building adalah bangunan yang
sejak di mulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga
dalam pemeliharaannya memperlihatkan aspek–aspek dalam melindungi,
menghemat, serta mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari
kualitas udara di ruangan, dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang
semuanya berpegang pada kaidah pembangunan yang berkelanjutan.
Menurut Sastra dan Marlina (2006), perumahan adalah kelompok rumah
yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi
dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya
penyediaan air minum, pembuangan sampah, listrik, telepon, jalan, yang
memungkinkan lingkungan perumahan berfungsi sebagaimana mestinya.
2.2 Konsep dan Dasar Teori
Menurut Hartanto (2011) dalam Dedy (2011), konsep green building mulai
berkembang sejak tahun 1970. Konsep ini mulai dikembangkan sebagai bentuk
tanggapan terhadap krisis energi dan keprihatinan masyarakat akan kondisi
lingkungan. Green building adalah konsep yang juga dikenal sebagai bangunan
berkelanjutan. Banyak pihak sepakat bahwa green building harus memenuhi syarat
lokasi sistem rancangan, renovasi dan pengoperasian yang menganut prinsip hemat
energi serta berdampak positif bagi lingkungan, ekonomi dan sosial.
Menurut GBCI (2011), didalam menjalankan proses green home ada empat
aspek utama yang perlu dipertimbangkan dalam membangun green home yaitu
aspek kesehatan, aspek penggunaan material, aspek penghematan energi, dan aspek
penggunaan air. Untuk memperhatikan aspek kesehatan dalam pembangunan green
home hendaknya menggunakan bahan-bahan bangunan dan furnitur yang tidak
beracun serta produk yang dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan,
6
untuk mengurangi risiko asma, alergi, dan penyakit lainnya. Bahan-bahan yang
dimaksud adalah bahan bebas emisi, rendah atau non-Volatile Organic Compounds
(VOC), dan tahan air untuk mencegah datangnya kuman dan mikroba lainnya.
Kualitas udara dalam ruangan juga dapat ditingkatkan melalui sistem ventilasi dan
alat pengatur kelembaban udara.
Maka dari itu material yang digunakan untuk membangun green home
haruslah diperoleh dari alam, yang merupakan sumber energi terbarukan yang
dikelola secara berkelanjutan, atau bahan bangunan yang didapat secara lokal untuk
mengurangi biaya transportasi. Daya tahan material bangunan yang layak
sebaiknya tetap teruji, namun tetap mengandung unsur bahan daur ulang,
mengurangi produksi sampah, dan dapat digunakan kembali atau didaur ulang.
Sedangkan dari aspek energi yang harus diperhatikan adalah penerapan
panel surya diyakini dapat mengurangi biaya listrik bangunan. Selain itu, bangunan
juga selayaknya dilengkapi jendela untuk menghemat penggunaan energi (terutama
untuk lampu serta AC). Untuk siang hari, jendela sebaiknya dibuka untuk
mengurangi pemakaian listrik. Jendela tentunya juga dapat meningkatkan
kesehatan dan produktivitas penghuninya. Green home juga harus menggunakan
lampu hemat energi, peralatan listrik hemat energi, serta teknologi energi
terbarukan seperti panel surya.
Kemudian aspek yang tidak kalah penting dalam pembangunan green home
adalah penggunaan air. Untuk menghemat penggunaan air dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain dengan menginstal sistem tangkapan air hujan. Cara ini
akan mendaur ulang air yang misalnya dapat digunakan untuk menyiram tanaman
atau menyiram toilet. Selain itu di perlukan peralatan hemat air, seperti pancuran
air beraliran rendah, tidak menggunakan bathub di kamar mandi, menggunakan
toilet flush hemat air atau toilet kompos tanpa air, dan memasang sistem pemanas
air tanpa listrik.
2.3 Standar Penilaian Kriteria Green Building
Suatu bangunan dapat disebut sudah menerapkan konsep bangunan hijau
apabila berhasil melalui suatu proses evaluasi untuk mendapatkan sertifikasi
7
bangunan hijau. Di dalam evaluasi tersebut tolok ukur penilaian yang dipakai
adalah sistem peringkat yang dipersiapkan dan disusun oleh Green Building
Council yang ada di negara-negara tertentu yang sudah mengikuti gerakan
bangunan hijau (GBCI, 2011). Setiap negara tersebut mempunyai sistem peringkat
masing-masing. Seperti beberapa yang akan dijelaskan berikut:
1. BREEAM (Building Research Establishment Enviromental Assessment
Method)-UKGBC
BREEAM merupakan standar penilaian green building di Inggris, pertama
kali diluncurkan pada tahun 1990. Sekitar 200.000 bangunan telah memiliki
sertifikat penilaian BREEAM. BREEAM menetapkan standar kriteria pada
tahap desain, konstruksi, dan penggunaan, kriteria ini sudah diakui secara
luas sebagai penilaian kinerja bangunan ramah lingkungan. Kriteria
BREEAM mengacu pada beberapa aspek yang berhubungan dengan
penggunaan energi, air, kesehatan, polusi transportasi, bahan, limbah,
ekologi dan proses manajemen.
2. LEED (Leadership In Energy And Environment Design)-USGBC
LEED adalah standar penilaian lingkungan tingkat sertifikasi green
building di USA. LEED bertujuan untuk membuat standar bangunan hijau
yang layak agar dapat diterapkan di setiap bangunan dan dapat digunakan
tidak hanya di lingkungan sekitar saja. Ada enam kriteria penilaian
bangunan ramah lingkungan yang dievaluasi oleh LEED. Berikut empat
diantaranya yaitu Sustainable Sites, Efisiensi Air, Energi dan Atmosphere,
serta Bahan dan Sumber Daya. LEED bersertifikat bangunan yang
dirancang untuk menurunkan biaya operasi dan meningkatkan nilai aset,
mengurangi limbah yang dikirim ke tempat pembuangan sampah,
menghemat energi dan air, menjadi tempat yang sehat dan aman bagi
penghuni, mengurangi emisi gas rumah kaca yang berbahaya.
3. Greenstar-GBCA
Greenstar adalah standar penilaian lingkungan tingkat sertifikasi green
building di Australia. Tujuan Greenstar adalah untuk mempromosikan
pembangunan berkelanjutan. Dengan menerapkan program green building,
pada tahap desain dan dalam penoperasian. Kriteria Greenstar di dasarkan
8
pada sistem yang telah ada yaitu BREEAM dan LEED. Kriteria Greenstar
mengacu pada beberapa aspek yang terkait dengan manajemen, kualitas
lingkungan, energi, air, transportasi, material, ekologi, emisi dan inovasi.
4. Greenmark-SGBC
Greenmark adalah standar penilaian industri konstruksi Singapura terhadap
bangunan ramah lingkungan. Hal ini dimaksudkan untuk mempromosikan
keberlanjutan dalam lingkungan binaan dan meningkatkan kesadaran
lingkungan di kalangan pengembang, desainer dan pembangun ketika
mereka mulai konseptualisasi proyek dan desain, serta selama konstruksi.
5. Greenship-GBCI
Greenship adalah sistem penilaian yang digunakan sebagai alat bantu bagi
para pelaku industri bangunan, meliputi pengusaha, arsitek, teknisi
mekanikal elektrikal, desainer interior, teknisi bangunan, lanskaper, serta
pelaku lainnya dalam rangka menerapkan praktik-praktik terbaik dan
berupaya untuk mencapai standar yang terukur serta dapat dipahami oleh
masyarakat umum beserta para pengguna bangunan (GBCI,2011).
Greenship terdiri dari new building, existing building dan home.
2.4 Penelitian Sebelumnya
Untuk menunjang penelitian ini sudah ada penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Dermanto (2012) dengan judul “Penilaian Kriteria Green Building
pada Gedung Rektorat ITS”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
rating/sertifikasi sebagai tolok ukur sudah sejauh mana tingkat penerapan kriteria
green building gedung-gedung di ITS, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai
acuan langkah program eco-campus kedepannya. Kriteria yang survei meliputi 41
kriteria bredasarkan Greenship Existing Building 2008. Hasil penelitian ini
mendapatkan 7 kriteria dominan, yaitu Alternative Water Resource, Thermal
Comfort, Visual Comfort, Natural Lightning, Water Use Reduction, Environmental
Tobacco Smoke Control, Energy Efficiency Measure dengan perolehan rating
sebesar 48%.
9
2.5 Rumah Ramah Lingkungan (Green Home)
Menurut GBCI (2011), rumah merupakan bangunan yang berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Konsep rumah ramah
lingkungan sudah sepatutnya memenuhi dasar layak huni dengan memenuhi
persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta
kesehatan penghuninya. Rumah ramah lingkungan merupakan rumah yang bijak
dalam menggunakan lahan, efisien dan efektif dalam penggunaan energi maupun
dalam menggunakan air, memperhatikan konservasi material sumber daya alam
serta sehat dan aman bagi penghuni rumah. Perawatan rumah yang ramah
lingkungan dan aman juga merupakan faktor penting, karena keberlanjutan dari
rumah ramah lingkungan harus disertai dengan perilaku ramah lingkungan oleh
penghuninya. Pemahaman konsep akan rumah ramah lingkungan merupakan faktor
utama yang harus diprioritaskan untuk menghindari kesalahpahaman akan
anggapan bahwa rumah ramah lingkungan atau green home merupakan rumah yang
memerlukan biaya perawatan tinggi ataupun merupakan rumah yang hanya
memiliki banyak lahan hijau.
2.6 Greenship Home
Pertumbuhan penduduk menuntut pembangunan menyediakan lahan untuk
tempat tinggal dan aktivitas penduduk sehingga mendesak keberadaan ruang
terbuka hijau, meninggalkan jejak karbon yang cukup tinggi serta menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan. Suatu perangkat penilaian dapat membantu
untuk mengarahkan pelaku pembangunan agar dapat meniminalkan dampak negatif
tersebut. Seperti tertuang pada Undang-Undang No 1 tahun 2011 tentang
Perumahan dan Permukiman; bahwa peningkatan dan pembangunan perumahan
dan permukiman dengan berbagai aspek permasalahannya perlu diupayakan
sehingga merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang fisik,
kehidupan ekonomi, dan sosial budaya yang mampu menjamin kelestarian
lingkungan hidup dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia Indonesia dalam
berkeluarga dan bermasyarakat. Greenship sebagai perangkat penilaian Indonesia
dapat berperan sebagai alat transformasi untuk mewujudkan terciptanya suatu
10
rumah yang sehat, layak, dan ramah lingkungan, yang dapat memberikan manfaat
optimal baik kepada penghuninya maupun masyarakat sekitar. Dokumen penilaian
Greenship Home v.1.0 ini merupakan draft pertama, sehingga masih akan terjadi
perubahan dalam konteks penyempurnaan seiring dengan praktik yang dilakukan
oleh para pelaku industri bangunan rumah serta kepentingan terhadap isu‐isu
lingkungan yang akan terjadi. Oleh sebab itu sistem penilaian ini pada waktu
tertentu masih akan mengalami revisi (GBCI, 2011).
Berikut adalah katagori green home menurut Greenship Home v.1.0:
a. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD)
b. Konservasi dan Efisiensi Energi (Energy Efficiency and
Conservation/EEC)
c. Konservasi Air (Water Conservation/WAC).
d. Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle/MRC)
e. Kualitas Udara dan Kenyamanan Udara (Indoor Air Health and
Comfort/IHC)
f. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Enviroment
Management/BEM)
2.7 Kriteria
Menurut Mistiani (2010), kriteria merupakan hasil komitmen bersama yang
disahkan oleh pimpinan atau pejabat terkait dan telah berhasil disosialisasikan
terutama kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan akhir dari penggunaan
kriteria adalah agar pengembalian keputusan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekeompok orang dapat lebih tepat, lebih baik, dan lebih cepat berdasarkan
perbandingan satu atau lebih alternatif penyelesaian yang dihasilkannya.
Sifat-sifat dari kriteria tersebut adalah selalu mengandung nilai-nilai yang
universal maupun lokal, harus dipastikan bahwa kriteria tersebut berfungsi dengan
baik pada saat dipergunakan (mengandung nilai-nilai yang statis maupun dinamis),
serta harus dipastikan bahwa orang yang akan menggunakan kriteria tersebut benar-
benar memahami seluk beluk tentang kriteria yang dimaksud.
11
2.8 Katagori Penelitian
Katagori yang diamati pada pengukuran kinerja kriteria green home
mengacu pada lembaga sertifikasi nasional Greenship Home v.1.0, yaitu:
a. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD)
Penggunaan lahan juga turut mempengaruhi, jadi sebaiknya lahan
digunakan seoptimal mungkin. Penempatan lokasi perumahan juga harus
strategis dan memperhatikan beberapa hal seperti berikut ini:
1. Area Hijau (Green Area)
Memiliki lahan vegetasi untuk meningkatkan fungsi alamiah tanaman
dan kesehatan fisik serta psikis pengguna. Vegetasi adalah keseluruhan
tetumbuhan dari suatu kawasan baik yang berasal dari kawasan itu atau
didatangkan dari luar, meliputi pohon, perdu, semak, rumput (termasuk
green roof, wall garden, dll).
2. Infrastruktur Pendukung
Untuk mendorong pembangunan tempat yang sudah memiliki
infrastruktur pendukung serta menghindari pembangunan area
greenfileds dan pembukaan lahan baru.
3. Aksebilitas Komunitas (Community Accesibility)
Untuk menghargai lokasi rumah yang memiliki aksebilitas yang baik
sehingga mempermudah penghuni untuk mencapai berbagai fasilitas
dalam kegiatan sehari-hari.
4. Pengendalian Hama
Menghindari ganguan kenyamanan dan keamanan penghuni akibat
hama serta mencegah penularan penyakit dari hama.
5. Transportasi Umum
Mengupayakan pengurangan emisi dari kendaraan pribadi.
6. Penanganan Air Limpasan Hujan
Mengurangi beban limpasan air hujan ke jaringan drainase kota yang
berpotensi menyebabkan banjir.
12
b. Konservasi dan Efisiensi Energi (Energy Efficiency and
Conservation/EER)
Perumahan dengan konsep green home didesain untuk menghemat energi
karena saat ini energi semakin langka. Untuk penghematan energi harus
memperhatikan nilai-nilai di bawah ini:
1. Sub Meteran (Sub-Metering)
Memfasilitasi agar mudah dalam pemantauan konsumsi listrik.
2. Pencahayaan Buatan
Mengetahui besar konsumsi energi dari sistem pencahayaan buatan.
3. Pengkondisian Udara
Menghemat penggunaan energi dari perencanaan penggunaan AC
sesuai kebutuhan.
4. Reduksi Panas
Mengurangi panas rumah beban AC/alat penyejuk ruangan.
5. Sumber Energi Terbarukan
Mengurangi ketidak berlanjutan energi non-terbarukan.
c. Konservasi Air (Water Conservation/WAC)
Dengan adanya konsep green home ini dapat dilakukan pengelolahan air
kotor untuk digunakan sebagai irigasi sehingga penggunaan air bersih dapat
berkurang. Penggunaan air bersih dapat seefisien mungkin dengan
memperhatikan beberapa hal di bawah ini:
1. Alat Keluaran Hemat Air
Menghemat air dari teknologi alat keluaran air.
2. Penggunaan Air Hujan
Menggunakan air hujan sebagai sumber air altenatif.
3. Irigasi Hemat Air
Menggunakan strategi penghematan dalam penyiraman tanaman.
d. Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle/MRC)
Penggunaan bahan material dan pemilihan setiap partikel bahan material
memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap lingkungan. Karena itu
dalam penggunaan material harus memperhatikan hal-hal berikut:
13
1. Refrigen Bukan Perusak Ozon (BPO)
Menghindari penipisan lapisan ozon karena penggunaan BPO pada
refrigen.
2. Penggunaan Material Lama
Memperpanjang daur hidup material dan mengurangi sampah
konstruksi. Material lama yang dimaksud merupakan material yang
sudah dipakai sebelumnya. Syarat material tersebut adalah:
Masih layak pakai, dengan indikator: Tidak menganggu kesehatan,
misalnya penggunaan material yang mengandung bahan beracun
dan berbahaya (B3). Tidak menganggu kenyamanan, misalnya
memberi kesan kusam, kotor dan sebagainya. Tidak membahayakan
keamanan pengguna, misalnya dapat melukai pengguna.
Untuk elemen struktural, material bekas tidak mendapatkan
apresiasi kecuali merupakan bagian dari struktur bangunan rumah
lama yang difungsikan kembali.
Untuk elemen mekanika elektrikal, material bekas tidak
mendapatkan apresiasi.
3. Material Dari Sumber Yang Ramah Lingkungan
Mendorong penggunaan material yang bahan baku utamanya berasal
dari sumber yang ramah lingkungan. Material dari sumber yang
terbarukan adalah material yang bahan mentahnya berasal dari hasil
pertanian yang membutuhkan masa panen jangka pendek (maksimal 10
tahun). Contoh bahan mentah tersebut misalnya: Serabut kapas, Serabut
kelapa, Jerami, Bambu, Rotan, Kayu sengon, eceng gondok.
4. Material Dengan Proses Produksi Ramah Lingkungan
Menghindari kerusakan ekologis dari produksi produk material.
Material dengan proses produksi ramah lingkungan merupakan material
yang manufakturnya memiliki Sistem Manajemen Lingkungan atau
(SML) untuk penggunaan sumber daya dan pengolahan limbah.
14
5. Kayu Bersertifikat
Mendukung penggunaan kayu legal dan menjaga keberlanjutan hutan.
Sertifikat legal dimaksud berupa Faktur Angkutan Kayu Olahan
(FAKO) atau Faktur Angkutan Kayu Bulat (FAKB).
6. Material Prefabrikasi
Mengurangi sampah dari aktivitas konstuksi. Material prefabrikasi
merupakan material yang telah diproduksi sesuai dengan kebutuhan
secara detail di lapangan. Diharapkan melalui sistem prefabrikasi ini,
pekerja konstruksi hanya melakukan pemasangan saja tanpa harus
memotong sehingga mengasilkan sampah konstruksi.
7. Material Lokal
Mengurangi jejak karbon dan meningkatkan ekonomi setempat.
Material lokal yang dimaksud harus memiliki kriteria sebagai berikut:
Bahan mentah atau bahan bakunya berasal dari wilayah radius 1000
km dari lokasi proyek atau dalam negeri.
Proses produksi atau manufakturnya berasal dari dalam wilayah
radius 1000 km dari lokasi proyek atau dalam negeri.
8. Pemilahan Sampah
Membantu tercapainya sistem manajemen sampah yang baik sampai
dengan rantai pembuangan akhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
e. Kualitas Udara dan Kenyamanan Udara (Indoor Air Health and
Comfort/IHC)
Kualitas lingkungan di dalam ruangan meliputi sirkulasi udara dalam
ruangan, pencahayaan, suhu udara, tingkat polusi. Untuk meningkatkan
kesehatan dan kenyamanan harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Sirkulasi Udara Bersih
Menjaga sirkulasi udara bersih di dalam rumah dan mempertahankan
kebutuhan laju udara ventilasi sehingga kesehatan dan produktivitas
penghuni dapat terpelihara, serta menghemat energi.
2. Minimalisasi Sumber Polutan
Mengurangi kontaminasi udara dalam ruang dari emisi material interior
yang dapat membahayakan kesehatan.
15
3. Memaksimalkan Pencahayaan Alami
Meningkatkan kualitas hidup dalam rumah dengan pencahayaan alami
yang baik dan mengurangi penggunaan lampu pada siang hari.
4. Tingkat Akuistik
Memberikan kenyamanan dari gangguan suara luar ruangan.
f. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Enviroment
Management/BEM)
Untuk meningkatkan manajemen lingkungan bangunan harus
memperhatikan hal-hal berikut:
1. Aktivitas Ramah Lingkungan
Meningkatkan perilaku ramah lingkungan dan terciptanya suatu
komunikasi yang dapat mendukung penerapan green home baik di
dalam dan di luar lingkungan rumah.
2. Panduan Bangunan Rumah
Memberikan informasi oprasional rumah dan lingkungannya untuk
penghuni rumah.
3. Keamanan
Meningkatkan keamanan dan kenyamanan penghuni rumah.
4. Desain dan Konstruksi Berkelanjutan
Menjaga kualitas lingkungan dan daya dukung lingkungan akibat
pembangunan rumah.
5. Inovasi
Meningkatkan kreativitas untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan
kualitas hidup penghuninya.
6. Desain Rumah Tumbuh
Memfasilitasi peningkatan kualitas hidup penghuni tanpa mengurangi
fungsi rumah terhadap lingkungan.
2.9 Survei
Survei ini dilakukan untuk mendapatkan kriteria utama berdasarkan
pendapat para ahli yang memahami tentang konsep green home untuk mencari
16
kriteria yang paling utama. Survei ini dilakukan dengan media kuesioner.
Kuesioner ini berisi kriteria Greenship Home v.1.0 dengan jumlah total 32 kriteria.
Untuk mengukur kriteria pada survei adalah dengan menggunakan skala
pengukuran. Skala pengukuran yang digunakan dalam kuisioner ini adalah skala
interval 1-4, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1 = Tidak setuju, 2 = Kurang setuju, 3 = Setuju, 4 = Sangat setuju
Skala pengukuran ini diberikan untuk mengklasifikasikan kriteria yang
akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam melakukan analisis data
kuesioner. Menurut Gay dan Diehl (1992) dalam Dedy (2011), untuk penelitian
deskriptif, jumlah sampel diambil sebanyak 10% dari populasi atau paling sedikit
30 elemen populasi.
Skala interval merupakan metode skala pengukuran yang menunjukkan
jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama
(Riduwan, 2005). Para responden diminta untuk menilai tingkat pencapaian yang
akan menunjukkan kriteria mana yang paling dominan. Diagram skala pengukuran
menggambarkan apabila kriteria itu masuk kedalam skor 4 maka kiteria itu bersifat
sangat menentukan sedangkan apabila kriteria itu masuk kedalam skor 1 maka
kriteria itu dianggap tidak terlalu menentukan dalam menerapkan kriteria green
home pada vila Biu-Biu.
2.10 Analisis Kriteria Dominan
Metode yang akan digunakan untuk menentukan kriteria dominan pada
tugas akhir ini adalah mengunakan metode analisa deskriptif dengan menggunakan
mean dan standar deviasi.
Mean adalah nilai rata-rata dari suatu nilai dan standar deviasi adalah
simpangan baku atau suatu nilai yang menunjukkan tingkat variasi kelompok atau
ukuran standar penyimpangan dari rata-ratanya (Santika, 2010).
Mean =∑ Xi
n (2.1)
Standar deviasi adalah ukuran sebaran statistik atau rata-rata jarak
penyimpangan titik-titik data diukur dari nilai rata-rata data tersebut.
17
𝑆=√Σ(Xi‐X̅)2
n‐1 (2.2)
Setelah melakukan perhitungan nilai mean dan standar deviasi dari masing-
masing nilai yang diberikan pada setiap kriteria oleh para responden, maka langkah
selanjutnya ialah memasukkan data ke dalam diagram mean dan standar deviasi.
Selanjutnya kriteria-kriteria tersebut diurutkan dari yang paling dominan dengan
melihat skor rata-rata tertinggi dan deviasi terendah. Untuk diagramnya dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Diagram mean-standart deviasi
Garis yang membagi nilai mean dan standar deviasi pada diagram
merupakan nilai rata–rata dari mean dan standar deviasi. Dengan adanya
pembagian tempat yang ditandai dengan kuadran I sampai dengan IV, maka dapat
ditentukan tingkatan kriteria dari yang paling menentukan (kuadran I) sampai
kriteria yang tidak menentukan (kuadran IV).
Selanjutnya dilakukan analisa deskriptif dengan melakukan skoring untuk
setiap kriteria agar dapat diketahui kriteria mana yang paling dominan dan mana
yang paling kurang berpengaruh untuk diteliti.
Kuadran 1. Nilai mean besar, nilai standar deviasi kecil
Mean besar: responden memberikan skor yang tinggi terhadap
faktor
Rata-rata X
S
2 3
Rata-rata S
4 1
0 X
Keterangan:
S = Standart Deviasi
X = Mean
18
Standar deviasi kecil: responden sepakat terhadap jawaban
tersebut.
Kuadran 2. Nilai mean besar, nilai standar deviasi besar
Mean besar: responden memberikan skor yang tinggi terhadap
faktor
Standar deviasi besar: responden kurang sepakat terhadap jawaban
tersebut.
Kuadran 3. Nilai mean kecil, nilai standar deviasi besar
Mean kecil: responden memberikan skor yang rendah terhadap
factor
Standar deviasi besar: responden kurang sepakat terhadap jawaban
tersebut.
Kuadran 4. Nilai mean kecil, nilai standar deviasi kecil
Mean kecil: responden memberikan skor yang rendah terhadap
faktor
Standar deviasi kecil: responden sepakat terhadap jawaban
tersebut.
Setelah diketahui letak dari masing-masing kriteria kemudian ditentukan
kriteria yang paling dominan dengan melihat letak dari kriteria tersebut. Apabila
kriteria tersebut masuk kedalam kategori paling dominan maka selanjutnya kriteria
dominan tersebut dianalisa.
2.11 Tolok Ukur Greenship
Tolok ukur (benchmark) adalah patokan yang dianggap sebagai
implementasi dari praktik terbaik sehingga menjadi syarat pencapaian suatu
peringkat. Dari tolok ukur inilah batasan pencapaian suatu peringkat dapat diukur.
Sebagian besar tolok ukur menggunakan standar yang berlaku di Indonesia.
Sebagian peringkat yang belum memiliki standar lokal mengacu kepada standar
yang berlaku secara universal (GBCI, 2011). Berikut beberapa pengukuran tolok
ukur sesuai Greenship Home v.1.0 sebagai berikut:
19
1. Area Hijau (Green Area)
Area Hijau (Green Area) merupakan salah satu kriteria green home yang
bertujuan untuk memiliki lahan vegetasi untuk meningkatkan fungsi
alamiah tanaman dan kesehatan fisik serta psikis pengguna. Pengukuran
kriteria area hijau dilakukan dengan cara menghitung persentase area
vegestasi pada suatu hunian serta pengamatan langsung dan wawancara
kepada pihak terkait mengenai penggunaan tanaman yang berasal dari
nursery lokal dan adanya penanaman pohon pelindung pada pekarangan
hunian. Perhitungan persentase luas area hijau sebagai berikut:
Luas area hijau =Luas vegestasi
Luas tanah x 100% (2.3)
2. Infrastruktur Pendukung
Infrastruktur pendukung merupakan salah satu kriteria green home yang
bertujuan untuk mendorong pembangunan tempat yang sudah memiliki
infrastruktur pendukung. Untuk jenis infrastruktur pendukung disajikan
dalam Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Infrastruktur pendukung
No Jenis prasarana dan utilitas
1 Jaringan jalan
2 Jaringan drainase
3 STP kawasan
4 Pelayanan jaringan air bersih
5 Jaringan penerangan dan listrik
6 Jaringan telepon
7 Sistem pembuangan sampah terintegrasi
8 Sistem pemadam kebakaran
9 Sistem perpipaan gas
10 Jalur pedestrian kawasan
20
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Jenis prasarana dan utilitas
11 Jaringan fiber optik
12 Penanganan air hujan kawasan
Sumber: Greenship 2011
Pengukuran dalam kriteria infrastruktur pendukung dilakukan melalui
pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait mengenai jenis
prasarana dan utilitas apa saja yang terdapat di kawasan suatu hunian.
3. Penanganan Air Limpasan Hujan
Penanganan air limpasan hujan merupakan salah satu kriteria green home
yang bertujuan untuk mengurangi beban limpasan air hujan ke jaringan
drainase kota. Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan
langsung dan wawancara kepada pihak terkait mengenai adanya
penanganan limpasan air hujan pada atap dan halaman hunian.
4. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan merupakan salah satu kriteria green home yang
bertujuan untuk mengetahui besar konsumsi energi dari sistem pencahayaan
buatan. Selain menghitung besar konsumsi energi dari sistem pencahayaan
pengamatan langsung dan wawancara juga dilakukan kepada pihak terkait
mengenai adanya fitur otomatisasi seperti sensor gerak, timer, atau sensor
cahaya.
Perhitungan kriteria pencahayaan buatan dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
Daya pencahayaan =Jumlah lampu x Daya lampu (Watt)
Luas bangunan x 100% (2.4)
5. Pengkondisian Udara
Pengkondisian udara merupakan salah satu kriteria green home bertujuan
untuk mengetahui persentase penggunaan AC dari total luas bangunan serta
21
mengetahui koifisien kinerja (COP) dari AC yang digunakan. Perhitungan
kriteria pengkondisian udara dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Persentase penggunaa AC = Luas ruangan ber AC
Luas bangunan x 100% (2.5)
koifisien kinerja (COP) AC
Secara umum rata-rata manufakturAC menuliskan 9.000 Btu/h untuk
AC 1pk wall mounted itu artinya jika kompressor dengan daya 1pk akan
menghasilkan pendinginan sebesar 9.000 Btu/h.
1pk = 0,746 kW
1Btuh = 0,000293071kW
Jadi jika AC memiliki kapasitas pendinginan 9.000 Btu/h dengan daya
input 1pk maka:
COP = (9.000 x 0,000293071) x 0,746
COP = 2,638 x 0,746
COP = 1,97
6. Reduksi Panas
Reduksi panas merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan
untuk mengurangi panas hunian akibat sinar matahari. Pengukuran dalam
kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada
pihak terkait mengenai adanya penggunakan bahan bangunan yang dapat
mereduksi panas pada seluruh atap dan penggunakan bahan bangunan yang
dapat mereduksi panas pada seluruh kaca.
7. Sumber Energi Terbarukan
Sumber energi terbarukan merupakan salah satu kriteria green home yang
bertujuan untuk mengurangi penggunaan energi listrik pada hunian.
Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan
wawancara kepada pihak terkait mengenai adanya pemanas air tenaga surya
dan pembangkit listrik alternatif untuk energi listrik.
22
8. Alat Keluaran Hemat Air
Alat keluaran hemat air merupakan salah satu kriteria green home yang
bertujuan untuk mengetahui penghematan air dari teknologi alat keluaran
air (WC flush, Shower, Keran). Pengukuran kriteria alat keluaran hemat air
dilakukan dengan cara pengecekan spesifikasi alat keluaran air pada suatu
hunian yang dapat di lihat pada brosur produk merek alat keluaran air yang
digunakan.
9. Penggunaan Air Hujan
Penggunaan air hujan merupakan salah satu kriteria green home yang
bertujuan untuk menggunakan air hujan sebagai sumber air altenatif.
Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan
wawancara kepada pihak terkait mengenai adanya penampungan air hujan
di suatu hunian.
10. Irigasi Hemat Air
Irigasi hemat air merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan
untuk penghematan dalam penyiraman tanaman. Pengukuran dalam kriteria
ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak
terkait mengenai adanya strategi penghematan dalam penyiraman tanaman.
11. Refrigen Bukan Perusak Ozon (BPO)
Refrigen bukan perusak ozon (BPO) merupakan salah satu kriteria green
home yang bertujuan untuk menghindari penipisan lapisan ozon karena
penggunaan BPO pada refrigen. Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan
melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait
mengenai tidak menggunakan refrigeran HCFC atau R 22 untuk sistem AC.
12. Penggunaan Material Lama
Penggunaaan material lama merupakan salah satu kriteria green home yang
bertujuan untuk mengetahui persentase harga penggunaan material lama
23
dari harga material keseluruhan pada suatu hunian. Perhitungan kriteria
penggunaaan material lama dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Persentase material lama =Harga material lama
Harga material keseluruhan x 100% (2.6)
13. Material Dari Sumber Yang Ramah Lingkungan
Material dari sumber yang ramah lingkungan merupakan salah satu kriteria
green home yang bertujuan untuk mengetahui persentase harga penggunaan
material dari sumber ramah lingkunagn dari harga material keseluruhan
pada suatu hunian. Perhitungan kriteria penggunaaan material dari sumber
ramah lingkungan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Persentase material sumber ramah lingkungan =
Harga material sumber ramah lingkungan
Harga material keseluruhan x 100% (2.7)
14. Material Dengan Proses Produksi Ramah Lingkungan
Material dengan proses produksi ramah lingkungan merupakan salah satu
kriteria green home yang bertujuan untuk mengetahui persentase harga
penggunaan material proses produksi ramah lingkunagn dari harga material
keseluruhan pada suatu hunian. Perhitungan kriteria penggunaaan material
dengan proses ramah lingkungan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Persentase material proses produksi sumber ramah lingkungan =
Harga material proses produksi sumber ramah lingkungan
Harga material keseluruhan x 100% (2.8)
15. Kayu Bersertifikat
Kayu bersertifikat merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan
untuk mengetahui penggunaan kayu yang bersertifikat legal atau
penggunaan kayu dengan sertifikat lembaga independen seperti LEI atau
FRC. Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui wawancara kepada
pihak terkait mengenai adanya penggunaan kayu yang bersertifikat legal
atau penggunaan kayu dengan sertifikat lembaga independen seperti LEI
atau FRC.
24
16. Material Prefabrikasi
Material prefabrikasi salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk
mengetahui persentase harga penggunaan material prefabrikasi dari harga
material keseluruhan pada suatu hunian. Perhitungan kriteria penggunaaan
material material prefabrikasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Persentase material prefabrikasi =
Harga material prefabrikasi
Harga material keseluruhan x 100% (2.9)
17. Material Lokal
Material lokkal salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk
mengetahui persentase harga penggunaan material lokal dari harga material
keseluruhan pada suatu hunian. Perhitungan kriteria Penggunaaan material
lokal dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Persentase material lokal =Harga material lokal
Harga material keseluruhan x 100% (2.10)
18. Pemilahan Sampah
Pemilihan sampah merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan
untuk membantu tercapainya sistem manajemen sampah yang baik sampai
di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pengukuran dalam kriteria ini
dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak
terkait mengenai adanya pemilahan sampah organik dan anorgarnik pada
suatu hunian.
19. Sirkulasi Udara Bersih
Sirkulasi udara bersih salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk
menjaga sirkulasi udara bersih di dalam rumah dan mempertahankan
kebutuhan laju udara ventilasi. ventilasi yang dimaksud adalah bukaan
permanen, jendela, pintu atau sarana lain yang dapat dibuka. Terdapat 2
jenis ventilasi yang biasa di gunakan pada hunian. Untuk jenis ventilasi
dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.
25
Gambar 2.2 Ventilasi tipe menerus
Gambar 2.3 Ventilasi tipe silang
Sedangkan untuk pengukuran kriteria sirkulasi udara bersih dilakukan
melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait
mengenai adanya pemasangan exhaust fan untuk seluruh kamar mandi dan
dapur serta menghitung persentase luas ventilasi dari luas ruangan dan
menghitung persentase ruangan yang menggunakan ventilasi silang dari
total luas ruangan reguler. Ruangan reguler adalah ruangan yang terdapat
aktivitas penghuni seperti ruang tidur dan ruang keluarga. Sedangkan yang
Ventilasi
Ventilasi
Ventilasi
Ventilasi
Ventilasi
Ventilasi
26
tidak termasuk ruangan reguler adalah kamar mandi, toilet, dapur, gudang
dan tempat parkir.
Perhitungan persentase luas ventilasi dari luas ruangan sebagai berikut:
Persentase luas ventilasi =Luas ventilasi
Luas ruangan reguler x 100% (2.11)
Perhitungan persentase ruangan yang menggunakan ventilasi silang dari
total luas ruangan regular sebagai berikut:
Persentase ruangan reguler yang berventilasi silang
=Total luas ruangan reguler yang berventilasi Silang
Total luar ruangan reguler x 100 (2.12)
20. Minimalisasi Sumber Polutan
Minimalisasi sumber polutan merupakan salah satu kriteria green home
yang bertujuan untuk Mengurangi kontaminasi udara dalam ruang dari
emisi material interior yang dapat membahayakan kesehatan. Pengukuran
dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara
kepada pihak terkait mengenai adanya penggunaan cat dengan VOC rendah
dan penggunaan sealant dan perekat dengan kadar VOC rendah.
21. Memaksimalkan Pencahayaan Alami
Meningkatkan kualitas hidup dalam rumah dengan pencahayaan alami yang
baik dan mengurangi penggunaan lampu pada siang hari. Merupakan salah
satu kriteria green home yang menetapkan perencanaan tingkat
pencahayaan ruangan sesuai yang dianjurkan SNI 03-6197-2000 seperti
yang tersaji pada Tabel 2.2, yang berisi tentang tingkat pencahayaan yang
berbeda-beda tergantung fungsi ruangan, meliputi rumah tinggal,
perkantoran, lembaga pendidikan, hotel dan restauran agar tercapainya
kenyamanan visual suatu ruangan.
27
Tabel 2.2 Tingkat pencahayaan pada Perumahan
No Fungsi Ruangan Rumah
Tinggal
Tingkat Pencahayaan
(Lux)
1 Teras 60
2 Ruang Tamu 120 – 150
3 Ruang Makan 120 – 250
4 Ruang Kerja 120 – 250
5 Kamar Tidur 120 – 250
6 Kamar Mandi 250
7 Dapur 250
8 Garasi 60
Sumber: SNI 03-6197-2000
Tata cara pengukuran tingkat pencahayaan pada suatu ruangan dilakukan
pada waktu pagi,siang,sore.Sesuai dengan SNI 16-7062-2004 pengukuran
dilakukan dengan penentuan titik pengukuran dimana luas ruangan yang
berkisar antara 10 meter – 100 meter persegi dibagi menjadi beberapa titik
pengukuran seperti yang terlihat pada Gambar 2.4 :
Gambar 2.4 Ttitk pengukuran
28
Menurut Heinz (2008), terdapat 3 kriteria pokok dalam menerapkan
iluminasi adalah:
1. Supaya tugas visual dapat terlaksana secara baik, yaitu cepat dan tepat
(visual performance)
2. Supaya tercapai comfort dan suasana santai bagi mata (visual comfort
and pleasantness)
3. Supaya memperhitungkan faktor ekonomi
Pengukuran tingkat pencahayaan atau iluminasi dilakukan dengan alat lux
meter, yang dilakukan di beberapa titik pada setiap ruangan, sehingga
dihasilkan pola pencahayaan dan didapatkan rata-rata pencahayaan pada
setiap ruangan yang diukur.
Gambar 2.5 Digital Lux Meter
22. Tingkat Akuistik
Tingkat akustik merupakan salah satu kriteria green home yang menetapkan
tingkat kebisingan di dalam ruangan. Pengukuran tingkat ke bisingan di
lakukan dengan alat Sound Level Meter.
29
Gambar 2.6 Sound Level Meter
Berdasarkan Greenship Home v.1.0 batas maksimum tingkat kebisingan
sebesar 40 db. Tujuan dari kriteria ini adalah memberikan kenyamanan dari
gangguan suara luar ruangan.
23. Aktifitas Ramah Lingkungan
Aktifitas ramah lingkungan merupakan salah satu kriteria green home yang
bertujuan untuk meningkatkan perilaku ramah lingkungan. Pengukuran
dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara
kepada pihak terkait mengenai adanya aktifitas rutin di sekitar kawasan
hunian sebagai upaya kepedulian lingkungan.
24. Panduan bangunan Rumah
Panduan bangunan rumah merupakan salah satu kriteria green home yang
bertujuan untuk memberikan informasi oprasional rumah dan
lingkungannya untuk penghuni rumah. Pengukuran dalam kriteria ini
dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak
terkait mengenai panduan teknis rumah dan lingkungan seperti: Gambar as
built, Gambar design, Spesifikasi teknis, Gambar rencana instalasi dan
perlengkapan bangunan rumah.
30
25. Keamanan
Keamanan merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk
meningkatkan keamanan pada suatu hunian. Pengukuran dalam kriteria ini
dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak
terkait mengenai adanya sistem alarm manual atau otomatis pada suatu
hunian.
26. Desain dan Konstruksi Berkelanjutan
Desain dan konstruksi berkelanjutan merupakan salah satu kriteria green
home yang bertujuan untuk menjaga kualitas lingkungan dan daya dukung
lingkungan akibat pembangunan rumah. Pengukuran dalam kriteria ini
dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak
terkait mengenai adanya melibatkan minimal seorang tenaga ahli yang
memiliki kompetensi dalam pembangunan rumah mulai dari tahapan
perencanaan (desain) sampai selesainya tahapan konstruksi. Contoh tenaga
ahli bangunan: arsitek, ahli lansekap, desainer interior, ME, sipil serta
adanya sistem kesehatan dan keselamatan untuk pekerja selama masa
konstruksi berlangsung dan adanya sistem manajemen lingkungan di dalam
lahan selama masa konstruksi berlangsung.
Tolok ukur untuk masing-masing kriteria secara lebih lengkap dapat dilihat
pada lampiran.
2.12 Sistem Peringkat
Sistem pemeringkatan adalah suatu alat yang berisi butir-butir dari aspek
yang dinilai yang disebut peringkat dan setiap butir peringkat mempunyai nilai
(point). Apabila suatu bangunan berhasil melaksanakan butir peringkat tersebut,
maka mendapatkan nilai dari butir tersebut. Kalau jumlah semua nilai yang berhasil
dikumpulkan bangunan tersebut dalam melaksanakan sistem peringkat tersebut
dalam mencapai suatu jumlah yang ditentukan, maka bangunan tersebut dapat
disertifikasi pada tingkat sertifikasi tertentu (GBCI, 2011). Peringkat disini
menurut Greenship Home v.1.0, berupa nilai persentase tingkat green home.
31
Persentase tersebut diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus
perbandingan sebagai berikut:
Persentase green home vila Biu-Biu:
Total nilai vila Biu-Biu
Total nilai Greenship Home v.1.0 x 100% (2.14)
Pada dasarnya, Greenship Home v.1.0 telah menetapkan sistem
pemeringkatan tingkat persentase green home suatu bangunan rumah ke dalam
kategori-kategori tertentu. Kategori pemeringkatan rating tersebut:
Tabel 2.3 Kategori peringkat Greenship Home v.1.0
Sumber: Greenship Home v.1.0
Peringkat Persentase
Platinum ≥ 73 %
Emas 57 – 72 %
Perak 45 – 56 %
Perunggu 35 – 44 %