pendidikan yaman

Post on 29-Jun-2015

261 views 3 download

Transcript of pendidikan yaman

Yaman, yang tengah bergulat dengan konflik kekerasan dan kemiskinan yang parah, bukanlah ide bagi setiap orang untuk peluang investasi yang memikat.

Namun pengusaha India, Ravinder Singh, berbicara dengan positif mengenai keuntungan melakukan bisnis di sebuah negara yang tidak banyak menarik perhatian.

“Saya kagum dengan kualitas tenaga kerja Yaman,” ujar Singh, yang membangun sebuah pabrik baja di pelabuhan utara Aden pada tahun 2005. “Saya telah bekerja di beberapa tempat di India selama lebih dari 30 tahun, tapi saya belum pernah melihat tenaga kerja dengan komitmen seperti orang-orang Yaman.”

Ini mungkin terlihat seperti penghargaan yang tidak biasa di sebuah negara yang oleh PBB diperkirakan hanya 54% kaum dewasanya yang melek huruf dan hanya 55% anak-anak yang sekolah. Kebanyakan pria Yaman menghabiskan separuh harinya mengunyah qat, narkoba sejenis amphetamine ringan.

Namun Singh, yang produksi baja pabriknya tiap tahun sebesar 100.000 ton metrik menutupi seperenam permintaan Yaman, menggambarkan para pekerjanya sebagai orang-orang yang cerdas, dengan pikiran murni yang mudah dilatih.

Ia berpikir Yaman telah siap untuk pertumbuhan industri, sebuah sudut pandang yang bertentangan dengan kemuraman ekonomi meluas yang berpusat pada berkurangnya produksi minyak dan suplai air di negara tersebut.

Singh, yang bekerja untuk Perusahaan Besi dan Baja Yaman-Saudi, sedang mengawasi perluasan pabrik Aden untuk meningkatkan kapasitas menjadi 1.5 juta ton metrik tiap tahun dalam waktu satu dekade.

Perusahaan itu sedang membangun 150 gudang pabrik dan unit perumahan  untuk  investor yang, Singh yakini, akan berbondong-bondng ke pabrik yang kini mempekerjakan 400 orang Yaman, jumlah yang ia rencanakan akan bertambah.

Pabrik itu terletak di dekat jalan menuju provinsi Lahej, lokasi bagi banyak protes separatis melawan pemerintahan Presiden Ali Abdullah Saleh di utara, namun ini tidak mengganggu Singh.

Ia juga tidak khawatir tentang pengaruh Al Qaeda bagi kaum muda Yaman. “Saya telah bertemu ratusan dari mereka. Mereka ingin bekerja, mereka ingin berpartisipasi,” ujarnya.

Negara di sebelah selatan semenanjung Arab ini dapat menghasilkan sebuah kisah ekonomi yang sukses, dan lebih banyak lapangan kerja bagi generasi mudanya yang berjumlah 23 juta. Saat ini 45% penduduk Yaman hidup dengan kurang dari dua dolar per hari.

Beberapa investor terhalang oleh kelemahan otoritas pemerintah di banyak wilayah. Para diplomat mengatakan sejumlah hambatan lain bagi investasi adalah korupsi dan kronisme yang merajalela, dengan posisi-posisi tinggi dalam pekerjaan yang seringkali diberikan atas dasar loyalitas bukan kompetensi.

Terlepas dari sedikitnya sumber daya Yaman, tersedia dana untuk infrastruktur dan proyek lainnya. Donatur menjanjikan 4.7 miliar dolar AS di tahun 2006, namun sebagian besar uang itu belum digunakan.

“Banyak proyek yang tertunda karena kau hanya menemukan sedikit sumber daya atau orang yang berkompeten dalam kementerian,” ujar seorang diplomat yang bekerja untuk sebuah organisasi internasional di Sanaa. “Seringkali kau harus mempekerjakan staf ekspatriat untuk menjalankan sebuah proyek.”

Baik atau buruk, Yaman adalah salah satu dari sedikit negara di dunia tanpa restoran McDonald atau Burger King, namun setidaknya berusaha menarik investor asing ke zona perdagangan bebas Aden, di mana pabrik baja Singh berada.

Selama bertahun-tahun zona itu memberikan keuntungan bebas pajak, tidak ada batasan kepemilikan dan tanah yang murah bagi investor, yang sejauh ini telah melakukan sekitar 800 juta dolar, menurut manajernya Abdul Galil Al Shaibi.

“Kami telah bergerak dengan cepat namun dalam pandangan saya masih kurang cepat,” ujar Shaibi, menambahkan bahwa zona itu diharapkan akan melipatgandakan investasi dalam waktu lima tahun dengan bantuan orang-orang Yaman yang tinggal di luar negeri.

“Kami memiliki tenaga kerja yang murah. Prosesnya adalah untuk menarik orang-orang Yaman di dalam negara mereka, untuk mengembangkannya sehingga yang lain akan datang,” ujarnya.

Aden, salah satu pelabuhan terbesar di dunia, adalah rumah bagi banyak industri minyak dan gas Yaman, namun blok-blok perumahan yang menjemukan dan jalan-jalan yang berlubang di kota itu menjadi saksi atas pengabaian selama bertahun-tahun.

Bangunan otoritas pelabuhan, dengan papan tanda dalam bahasa Inggris dan tangga dari kayu, telah sedikit berubah sejak kekuasaan Inggris, yang berakhir pada tahun 1967 dan memberi jalan pada sebuah republik yang didukung Soviet.

Banyak dari penduduk di wilayah selatan yang mengatakan bahwa mereka jauh lebih baik sebelum bergabung dengan bekas negara sosialis utara di tahun 1990, hanya untuk melawan dan kalah perang kemudian memisahkan diri empat tahun kemudian. Sejak saat itu, penduduk utara mengambil sebagian besar lapangan kerja dan sumber daya yang ada.

Meski demikian masih ada sedikit tanda-tanda aktivitas ekonomi baru.

Operator pelabuhan Dubai DP World memperluas pelabuhan kontainer, berharap Aden akan menjadi pusat pelayaran kapal regional ke dan dari Terusan Suez, terlepas dari ancaman pembajakan di Teluk Aden. Sampai saat ini pelabuhan itu telah memiliki 7oo staf dan masih mencari tambahan.

“Kami bekerjasama dengan universitas setempat untuk membantu kami mengevaluasi dan menilai para staf,” ujar John Fewer, penasihat DP World di Aden.

Yaman juga melakukan pembicaraan dengan investor untuk memodernisasi

kilang minyak Aden yang tidak sehat, meskipun para ahli mengatakan itu akan menjadi pekerjaan berat yang membutuhkan dana miliaran dolar. Kilang minyak tersebut dibangun di era Inggris dan rusak dalam perang sipil tahun 1994.

Pekerjaan persiapan untuk sebuah rencana pembangunan pabrik gula oleh investor Saudi baru saja dimulai, ujar Shaibi. (rin/yh)

Pendidikan

Kemarin Dr.Abdussalam Muhammad al-Jawfi, Menteri Pendidikan dan Pengajaran, bertolak ke Ibukota Saudi Arabia Keberangkatan al-Jaufi beserta rombongan untuk hadir dan bergabung dalam rapat kementerian pendidikan dan pengajaran tingkat negara-negara teluk, rapat ini akan dimulai pada hari Selasa mendatang, 3 November 2009. Rapat ini akan mendiskusikan rencana dan program bersama yang akan dipraktikkan dalam sistem pendidikan dan pengajaran di negara-negara teluk, sekaligus tukar pengalaman pendidikan dari masing-masing negara. Yaman akan menerapkan penyatuan kurikulum pendidikan dengan negara-negara teluk. Pertemuan ini juga kan dimanfaatkan untuk mencari jalan untuk mempererat hubungan Yaman dengan negara-negara teluk.