Pembahasan

Post on 14-Jul-2015

54 views 1 download

Transcript of Pembahasan

74

B. Pembahasan

Berdasarkan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Post Op

Laparatomi POD III a/i Ileus Obstruksi Parsial di Ruangan Kemuning Bedah

Umum Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, yang telah di berikan melalui

pendekatan proses keperawatan selama tiga hari, penulis akan membahas

mengenai kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan yang penulis

temui.

1. Tahap Pengkajian

Secara konsep data-data yang didapatkan pada klien dengan Post Op

Laparatomi POD III a/i Ileus Obstruksi Parsial ditemukan adanya

keluhan nyeri pada luka post operasi dan sedangkan keluhan yang

ditemukan pada Tn. A dengan Post Op Laparatomi POD III a/i Ileus

Obstruksi Parsial juga ditemukan nyeri pada daerah luka bekas oprasi

yaitu pada daerah abdomen bekas post op, hal ini sesuai dengan

konsep teori yang ada.

a. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan secara secara “ Head To Toe ”

namun dituangkan secara persistem, adapun data – data fokus yang

diperoleh saat pemeriksaan pada klien dengan Post Op Laparatomi

POD III a/i Ileus Obstruksi Parsial adalah sebagai berikut :

1). Sistem Pencernaan

Pada pengkajian sistem pencernaan pada Tn. A tidak ditemukan

penyimpangan, karena hasil yang didapatkan sesuai dengan konsep

75

yaitu : terdapat luka post op laparatomi, nyeri tekan pada luka post

op, maupun paristaltik usus yang menurun. Hal ini sesuai dengan

praktek dimana terdapat luka post op laparatomi pada daerah

abdomen, nyeri pada luka post op, dan penurunan paristaltik usus.

2). Sistem Muskuloskeletal

Pada Tn. A ditemukan adanya keterbatasan gerak akibat adanya

luka post op. Hal ini pun sesuai dengan konsep yang ada dimana

pada pasien dengan post op laparatomi ditemukan keterbatasan

gerak akibat luka post op.

3). Sistem Integumen

Pada Tn. A ditemukan luka post op laparatomi pada daerah

abdomen. Selain itu keadaan kulit klien juga kotor dan lengket,

rambut kusam dan berketombe, kuku panjang dan kotor, serta

keadaan gigi kotor dan mulut yang bau ini dikarenakan klien belum

pernah melakukan perawatan diri karena keterbatasan gerak dan

nyeri saat melakukan aktifitas. Hal ini juga sesuai dengan konsep

yang telah ada.

b. Pola aktivitas sehari – hari

Pada klien Tn. O tidak mengalami gangguan dalam asupan nutrisi,

selain itu intake cairan juga adekuat. Hanya saja klien masih

bermasalah pada personal hygiene dan aktivitas gerak di mana

terjadinya keterbatasan aktivitas akibat luka post op. Tetapi setelah 3

hari penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. A klien sudah

76

dapat melakukan perawatan diri dan aktivitas gerak secara mandiri

tanpa bantuan. Untuk eliminasi BAB klien sudah kembali normal yaitu

klien sudah bisa BAB seperti semula hanya untuk eliminasi BAK klien

masih melalui kateter tetapi hal tersebut menurut klien sudah bukan

masalah lagi dikarenakan klien sudah terbiasa BAK melalui selang

sebelumnya.

c. Aspek Psikologis

Pada Tn. A ditemukan terdapat ansietas terhadap penyakitnya. Tn. A

selalu bertanya mengenai penyakit yang dialaminya penyakit yang

dialaminya dan Tn. A selalu tampak gelisa dengan kondisinya saat ini.

Hal ini sesuai dengan konsep yang ada, yaitu biasanya klien

mengalami kecemasan yang diakibatkan kurangnya pengetahuan klien

tentang penyakit, prosedur perawatan dan pengobatan serta dampak

dari penyakitnya.

2. Diagnosa Keperawatan.

Adapun masalah keperawatan yang penulis dapatkan dari berbagai

literatur yang berhubungan dengan post operasi laparatomi yang sering

muncul, antara lain :

a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat.

c. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan

dengan pembatasan pasca operasi (puasa)

77

d. Perubahan pola eliminasi (BAB) berhubungan dengan tindakan bedah.

e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan

keterbatasan gerak.

f. Defisit perawatan diri kurang berhubungan keterbatasan gerak dan

kelemahan.

g. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adanya luka

operasi.

h. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap

penyakit

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan

gangguan sistem pencernaan post op laparatomi selama 3 hari, penulis

mengangkat beberapa diagnosa yang terdiri dari :

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan

c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

e. Ansietas berhubungan kurang terpaparnya informasi

Masalah keperawatan yang tidak muncul pada kasus sesuai dengan

teori adalah :.

a. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat.

b. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan

dengan pembatasan pasca operasi (puasa)

78

c. Perubahan pola eliminasi (BAB) berhubungan dengan tindakan bedah.

Perbedaan tersebut diatas disebabkan oleh respon yang berbeda

antara setiap individu dan pengalaman yang sudah ada terhadap suatu

penyakit atau suatu prosedur tindakan (operasi). Pada Tn. A tidak terjadi

gangguan perubahan nutrisi dikarenakan klien tidak mengalami mual

muntah, serta masa indeks tubuh klien berada pada keadaan normal.

Diagnosa selanjutnya yang tidak diangkat adalah devisit volume

cairan. Diagnosa ini tidak diangkat karna pada Tn. A tidak menunjukan

pnurunan volume cairan misalnya turgor kulit yang buruk, mukosa bibir

yang kering, dll.

Untuk diagnosa perubahan pola eliminasi (BAB) tidak diangkat karena

pola eliminasi pada Tn. A tidak mengalami gangguan maupun perubahan.

3. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini rencana keperawatan yang penulis rancang sesuai dengan

data – data fokus yang menunjukkan terjadinya kesenjangan yang

ditemukan saat pengkajian. Pada tahap ini penulis dapat menetapkan

perencanaan karena ada faktor pendukung sebagai berikut :

a. Bimbingan dan arahan dari pembimbing pendidikan maupun ruangan.

b. Penulis mencoba untuk mencari buku yang sesuai dengan kasus

termasuk media lainnya.

c. Rencana tindakan disesuaikan dengan masalah keperawatan dan

kemungkinan untuk dapat diatasi sesuai dengan tujuan yang

diharapkan.

79

Pada masalah resiko infeksi penulis mengganti balutan klien

setiap hari (1 kali sehari), memberikan antibiotik Cefotaxim 2x 1 gram

IV sesuai order, selalu menjaga sterilitas dari alat yang akan

digunakan untuk mengganti balutan luka klien. Penulis membantu

klien dalam merawat kebersihan diri klien (personal hygiene) seperti ;

membantu klien keramas, dan potong kuku. Penulis juga memberikan

analgetik Ketorolac 2x 1 mg/Drips sesuai order, mengatur posisi tidur

klien (semi fowler) untuk memberikan rasa nyaman dan mengurangi

rasa nyeri. Selain itu juga penulis memberikan penkes tentang

manajemen nyeri non farmakologi.

4. Tahap Pelaksanaan

Selama pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan penulis dapat

melakukan semua tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan, karena didukung oleh faktor faktor sebagai berikut :

a. Peran serta keluarga klien yang mau terlibat dalam asuhan

keperawatan

b. Bimbingan dari para pembimbing

c. Kelengkapan alat – alat untuk melakukan tindakan keperawatan yang

telah tersedia.

Pada tahap ini merupakan realisasi dari perencanaan yang telah

disusun sehingga dalam pelaksanaan ini mengacu pada perencanaan

yang merupakan suatu pendukung berjalanya tahap pelaksanaan adalah

80

kerjasama yang baik antara perawat, klien, keluarga yang

memudahkan dalam setiap tindakankeperawatan yang dilakukan.

5. Tahap Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan.

Pada tahap ini dapat menunjukkan adanya kemajuan atas keberhasilan

dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien. Evaluasi yang

dilakukan penulis selama 3 hari terhadap masalah yang dialami klien tidak

teratasi. Hal ini disebabkan karena studi kasus yang dilakukan dengan

waktu yang sangat terbatas yaitu 3 hari.

Pada tahap evaluasi ini akan diuraikan pencapaian tujuan setelah

asuhan keperawatan dilaksanakan. Selama melakukan asuhan keperawata

selama 3 hari, semua masalah keperawatan klien dapat diatasi. Hal ini

didukung karna kerjasama yang baik antara perawat, klien maupun

keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan. Adapun salah satu

masalah yang telah teratasi selama melakukan asuhan keperawatan namun

masi beresiko untuk dapat terjadi adalah resiko infeksi. Hal ini disebabkan

oleh karna luka post op yang belum sembuh dan klien masih dirawat di

RS.

Jadi pengkajian akhir belum dapat di evaluasi secara tuntas. Pasien

masih sementara dirawat di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung akan tetapi

dengan gambaran yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa keberhasilan

terlaksananya implementasi ini karena ditunjang oleh sarana dan prasarana

81

yang ada, kerjasama yang baik antara keluarga dan perawat serta tenaga

kesehatan lainnya