Post on 13-Apr-2018
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DENGAN SISTEM MOVING CLASS
(STUDI KASUS DI SMP NEGERI 3 SEMARANG)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
dalam Ilmu Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh:
INTAN NUR RAHMASARI
NIM: 073111128
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
JUDUL : PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DENGAN SISTEM MOVING CLASS (STUDI
KASUS DI SMP NEGERI 3 SEMARANG).
PENULIS : INTAN NUR RAHMASARI
NIM : 073111128
Penelitian ini di latarbelakangi karena SMP Negeri 3 Semarang
menggunakan sistem belajar yang berbeda dengan sekolah-sekolah lain, yaitu
menggunakan sistem moving class. Dengan dilaksanakannya moving class,
diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
Tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk mengetahui proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Semarang dengan sistem moving class,
Untuk mengetahui motivasi belajar siswa SMP Negeri 3 Semarang, Untuk
mengetahui prestasi belajar siswa SMP Negeri 3 Semarang, dan Untuk mengetahui
kendala-kendala dalam pelaksanaan sistem moving class.
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif lapangan. Pendekatan
penelitian ini yaitu dengan studi kasus. Metode pengumpulan datanya dengan
menggunakan metode observasi, metode wawancara dan metode dokumentasi.
Dalam penelitian ini, metode analisis data yang akan digunakan dalam membahas
masalah-masalah yaitu dengan menggunakan metode analisis deskriptif dengan
teknik triangulasi.
Hasil penelitiannya yaitu 1) SMP Negeri 3 Semarang sudah melaksanakan
sistem moving class. Sistem pembelajaran Moving Class mempunyai ciri khas guru
mempunyai kelas pribadi sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, Dengan
perpindahan kelas siswa merasa lebih fresh dan tidak mudah bosan dalam
menerima pelajaran yang diajarkan oleh guru. Begitu juga dengan guru, dengan
diadakannya moving class di SMP Negeri 3 Semarang, guru mata pelajaran di SMP
Negeri 3 Semarang sangat diuntungkan, karena tidak perlu pindah dari kelas satu ke
kelas yang lain. 2) Kendala-kendala dalam Moving Class yaitu kelas harus banyak,
fasilitas harus lengkap dan media belajar kelas harus memadai, kebersihan kelas
harus terjaga, tepat waktu saat berpindah dan siswa harus sehat.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan Sistem Moving Class (Studi Kasus di SMP Negeri 3 Semarang)” ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata 1
(S.1) IAIN Walisongo Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat
terealisasikan. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Bapak Dr. Suja’i, M.Ag.
2. Dosen Pembimbing I, Bapak Dr. Ruswan, M.A. dan dosen pembimbing II,
Bapak Syamsul Ma’arif, M. Ag yang telah bersedia meluangkan waktu dan
kebaikannya untuk membimbing saya.
3. Dosen Wali, Ibu Dra. Muntholi’ah, M.Ag. yang selalu memberi motivasi dan
arahan
4. Para Dosen/ staf pengajar dilingkungan IAIN Walisongo Semarang yang telah
memberikan berbagai informasi pengetahuan kepada penulis.
5. Staf pengelola perpustakaan baik fakultas maupun institut yang telah
memberikan pelayanan dan fasilitas yang baik
6. Kepala sekolah SMP Negeri 3 Semarang, Ibu Dra. Roch Mulyati, M. Si, Guru
Pendidikan Agama Islam, Bapak Suhudi, S. Pd.I, dan Ibu Sri Winarni, S. Pd.
yang telah memberikan izin lokasi penelitian, memberikan arahan dan
membimbing penulis.
7. Ayahku Drs. Musyahid (Alm) dan Ibuku Mazro’ah, S.Pd.I, yang telah menjadi
inspirator, motivator, fasilitatorku dan selalu mendoakanku dalam setiap
hembusan nafasnya.
8. Kakak dan adikku, (mbak Ita, mas Abib-mbak Dwi, mas Afif dan dek Liza)
yang telah membuat hidupku lebih bermakna, berwarna dan bermanfaat dalam
setiap hari-hariku.
viii
9. Sahabat-sahabatku KKN Posko 55 Cacaban dan Keluarga Cacaban yang selalu
mendoakan dan memberi motivasi kepadaku
10. Teman-teman seperjuanganku PAI D 2007 yang telah menemani masa-masa
bahagia dan di masa-masa sulit saat perkuliahan
11. Sahabat-sahabatku Pakde, Bang Munir, Bari, Dewi, Diel, Izum, Ifah, Bimta
yang selalu ada dalam suka dan duka
12. Keluarga baruku di Kos I.32 dan J.30 mb Fida, Dewi, mb Nina, Dek Nur, Dek
Isti yang selalu memberikan masukan dan motivasi kepadaku
13. Semua pihak yang tidak dapat aku sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan spirit, motivasi dalam membantu penyusunan skripsi ini.
Penulis hanya berdoa semoga amal baik semua pihak, baik yang telah tersebut
dan yang tidak penulis sebutkan satu persatu mendapat imbalan dari Allah SWT
dengan balasan yang berlipat ganda. Amin ya robbal ‘alamin.
Akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh
mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya.
Semarang,28 November 2011
Penulis
Intan Nur Rahmasari NIM. 073111128
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................. ii
PENGESAHAN ....................................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ........................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 3
BAB II : PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ............
AGAMA ISLAM DENGAN SISTEM MOVING CLASS
A. Kajian Pustaka ......................................................................... 5
B. Pelaksanaan Pembelajaran ....................................................... 7
1. Pengertian Belajar ............................................................... 7
2. Ciri-ciri Belajar ................................................................... 9
3. Teori-teori Belajar ............................................................... 11
4. Pelaksanaan pembelajaran .................................................. 13
C. Moving Class ............................................................................. 17
1. Pengertian Moving Class .................................................... 17
2. Tujuan dan Manfaat Moving Class ..................................... 18
3. Strategi Pelaksanaan Moving Class .................................... 20
D. Metode-metode Pembelajaran .................................................. 24
E. Kompetensi Guru ....................................................................... 31
F. Kendala-kendala ........................................................................ 33
x
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 33
B. Pendekatan Penelitian 33
C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 34
D. Data-data Penelitian ................................................................. 34
E. Sumber Penelitian .................................................................... 35
F. Fokus Penelitian ......................................................................... 35
G. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 36
H. Metode Analisis Data ............................................................... 37
BAB IV : ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN SISTEM MOVING CLASS
(STUDI KASUS DI SMP NEGERI 3 SEMARANG)
A. Gambaran Umum SMP Negeri 3 Semarang ............................ 39
1. Sejarah singkat SMP Negeri 3 Semarang ............................. 39
2. Letak Geografis .................................................................... 40
3. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 3 Semarang ................... 41
4. Struktur organisasi SMP Negeri 3 Semarang ........................ 43
5. Sarana dan Prasarana ............................................................. 44
B. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP
Negeri 3 Semarang dengan Sistem Moving Class ....................45
C. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Sistem Moving Class ..... 49
xi
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................... 52
B. Saran .......................................................................................... 52
C. Penutup ..................................................................................... 53
DAFTAR KEPUSTAKAAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengelolaan pendidikan merupakan usaha memanusiakan manusia.1
Dalam proses usahanya pastilah tidak semuanya bisa berjalan dengan lancar.
Ada hambatan dan godaan yang bisa membelokkan usaha tersebut.
Kurikulum Pendidikan yang selalu berubah – ubah sesuai dengan pergantian
kabinet pemerintahan, membuat ketidaknyamanan pengampu pendidikan
yaitu guru dan murid selaku pelaku utama pendidikan di sekolah. Kurikulum
Pendidikan yang telah digunakan di Indonesia yaitu Kurikulum 1994,
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), hingga Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
Dalam pelaksanaan pembelajaran, sekolah mempunyai kewenangan
untuk mengatur jalannya kemajuan sekolah tersebut. Peningkatan kualitas
pendidikan sangat menekankan pentingnya peranan sekolah sebagai pelaku
dasar utama yang otonom, dan peranan orang tua dan masyarakat dalam
mengembangkan pendidikan. Sekolah perlu diberikan kepercayaan untuk
mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan
dan kebutuhan pelanggan. Sekolah sebagai institusi otonom diberikan
peluang untuk mengelola dalam proses koordinasi untuk mencapai tujuan-
tujuan pendidikan sesuai dengan UU Sisdiknas, yaitu berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Demi kemajuan dan meningkatkan kualitas sekolah, SMP Negeri 3
Semarang mempunyai kewenangan dalam menentukan sistem belajar yang
akan digunakan. SMP Negeri 3 Semarang menggunakan sistem belajar yang
1Teguh Triwiyanto dan Ahmad Yusuf S., Panduan Mengelola Sekolah Bertaraf
Internasional, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2010), hlm.7
1
2
berbeda dengan sekolah-sekolah lain, yaitu menggunakan sistem moving
class. SMP Negeri 3 Semarang, termasuk salah satu sekolah yang konsisten
menggunakan sistem moving class karena sudah dijalankan selama 4 tahun
terakhir sampai sekarang. Jika melihat kasus lain, ada beberapa sekolah yang
telah menggunakan sistem moving class tetapi tidak bertahan lama.
Moving Class (kelas berpindah) suatu model pembelajaran yang di
ciptakan untuk belajar aktif dan kreatif, dengan sistem belajar mengajar
bercirikan peserta didik yang mendatangi guru kelas, bukan sebaliknya.
Dalam sistem ini guru dan mata pelajaran mempunyai kelas pribadi. Untuk
mengikuti setiap pelajaran, peserta didik harus berpindah dari satu kelas ke
kelas lain yang sudah ditentukan. Sehingga, terdapat penamaan kelas
berdasarkan bidang studi. Misalnya, Kelas Biologi, Kelas Bahasa, Kelas
Fisika, Kelas Pendidikan Agama Islam dll. Setiap kali subjek pelajaran
berganti, maka peserta didik akan meninggalkan kelas, dan mendatangi kelas
lainnya sesuai bidang studi yang dijadwalkan.2
Semua pelajaran mempunyai kelas sendiri-sendiri, tak terkecuali kelas
Pendidikan Agama Islam. Dalam kelas Pendidikan Agama Islam, guru
diberikan kewenangan untuk mengatur jalannya kegiatan belajar mengajar
secara mandiri. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam
sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya
tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur,
fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan
terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer.
Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik,
belajar, ujian dan sebagainya.3
2 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2009), hlm. 183.
3Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. VII,
hlm. 57.
3
Pelaksanaan pembelajaran dinilai berhasil, tidak hanya mengandalkan
pengajaran dengan cara menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru
bagi murid, seperti halnya metode imposisi dalam pengajaran tradisional.
Dengan perpaduan menggunakan metode-metode pembelajaran yang
disesuaikan dengan materi pelajaran, Kegiatan Belajar Mengajar akan lebih
menyenangkan.
Tidak cukup hanya dengan metode-metode pembelajaran saja,
kompetensi guru juga sangat menentukan pelaksanaan pembelajaran berjalan
menyenangkan atau tidak menyenangkan. 4 Kompetensi guru yang harus ada
pada pendidik yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional dan kompetensi sosial.
Setiap pelaksanaan pembelajaran dengan sistem apapun, pasti akan
mempunyai kendala-kendala dalam pelaksanaannya, begitu juga dengan
sistem moving class yang ada di SMP Negeri 3 Semarang. Penulis akan
mencari kendala-kendala dalam pelaksanaan sistem moving class di SMP
Negeri 3 Semarang.
Berdasarkan deskripsi diatas, peneliti akan mencoba meneliti di SMP
Negeri 3 Semarang dengan judul, “PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN SISTEM MOVING CLASS
(Studi Kasus di SMP Negeri 3 Semarang).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalahnya yaitu:
1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMP Negeri 3 Semarang dengan sistem moving class?
2. Bagaimanakah kendala-kendala dalam pelaksanaan sistem moving class?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMP Negeri 3 Semarang dengan sistem moving class
4
b. Untuk mengetahui kendala-kendala dalam pelaksanaan sistem
moving class
2. Manfaat Penelitian
a. Dari hasil pembahasan skripsi ini diharapkan dapat digunakan
sebagai tambahan kontribusi dalam ilmu pengetahuan khususnya
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa
b. Apabila dari hasil penelitian ini sistem moving class mempunyai
banyak sisi positifnya, diharapkan sistem moving class mampu
diterapkan oleh sekolah lain.
5
BAB II
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DENGAN SISTEM MOVING CLASS
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan kajian-kajian terhadap penemuan-
penemuan terdahulu, baik buku-buku, skripsi, ataupun sumber lain yang
relevan terhadap penelitian yang sedang dilaksanakan. Adapun kajian pustaka
yang berkaitan dengan judul diatas adalah sebagai berikut:
1. Skripsi yang ditulis Firtia Iva Widyastuti yang berjudul “Implementasi
Pembelajaran tematik melalui metode moving class dalam pembelajaran
PAI di SDIT Bina Amal Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa implementasi sistem pembelajaran moving class untuk
meningkatkan kompetensi siswa dalam pembelajaran PAI di SDIT Bina
Amal Semarang menghasilkan lima bentuk, metode membaca dan
menulis, metode hafalan, metode demonstrasi, metode cerita, metode
pembiasaan diri. Secara umum metode ini diterapkan melalui tiga
tahapan yaitu tahapan kegiatan awal, inti dan penutup. Dalam hal ini
kegiatan pembelajaran PAI melalui metode-metode pembelajaran tematik
moving class sudah hampir mendekati teori yang ditetapkan di lembaga
itu. Hal ini dibuktikan dengan persiapan guru dalam mempraktekan
pembelajaran tematik, salah satu diantaranya mengelompokkan
kompetensi dasar sejenis atau beririsan dari masing-masing mata
pelajaran.
2. Skripsi Dwi Nur Sholihah yang berjudul “Implementasi Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) dalam Upaya
meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SDN 1
Cepogo Boyolali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) Implementasi
PAKEM dalam upaya meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama
6
Islam siswa SDN 1 Cepogo Boyolali sudah berjalan dengan baik, hal ini
terbukti dengan diterapkannya metode-metode pembelajaran yang
menjadikan siswa aktif. Salah satu metode yang digunakan adalah
metode diskusi kelompok kecil (Small Group Discussion) pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sehingga pada metode ini
potensi yang dimiliki setiap siswa dapat dikembangkan karena melalui
masing-masing kelompok seorang siswa dapat dengan bebas
menyalurkan pemikiran mereka. 2) Hasil penerapan PAKEM dalam
upaya meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa
SDN 1 Cepogo Boyolali berdampak terhadap peningkatan mutu
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun indikator peningkatan
mutu tersebut adalah: a) Dengan penerapan PAKEM siswa lebih aktif
dalam proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, b) siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya
dan mengembangkan daya imajinasi secara maksimal, c) memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar
Pendidikan Agama Islam yang baik dengan cara menyediakan
lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif, d) dengan adanya PAKEM,
hasil belajar Pendidikan Agama Islam lebih meningkat dengan baik, e)
Guru dapat menciptakan metode-metode yang efektif sehingga siswa
lebih mudah memahami pelajaran Pendidikan Agama Islam.
3. Skripsi Ria Aprillia Nugraheni. 2011. Pengaruh Sistem Moving class dan
Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Diklat Menerapkan
Prinsip Kerjasama Dengan Kolega Dan Pelanggan ( Studi Kasus Pada
Siswa Kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK
Negeri 9 Semarang ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa moving class
dan motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal ini
dibuktikan dengan uji F yang diperoleh Fhitung = 166,460, sehingga H3
yang berbunyi ” Ada pengaruh positif sistem moving class dan motivasi
belajar terhadap prestasi belajar”, diterima. Pada pengujian secara parsial
(uji t) untuk variabel moving class (X1) diperoleh thitung = 2,362,
7
sehingga H1 yang berbunyi “Ada pengaruh positif sistem moving class
terhadap prestasi belajar”, diterima. Untuk variabel motivasi belajar (X2)
diperoleh thitung = 5,225, sehingga H2 yang berbunyi “Ada pengaruh
positif motivasi belajar terhadap prestasi belajar”, diterima. Secara
simultan moving class dan motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi
belajar sebesar 73,6 %. Secara parsial pengaruh moving class terhadap
prestasi belajar sebesar 4,54%% dan pengaruh motivasi belajar terhadap
prestasi belajar sebesar 18,92%. Simpulan penelitian ini adalah moving
class dan motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar baik
secara simultan maupun parsial.
Dari penelitian yang telah dilakukan di atas, sekilas memang adanya
hubungan permasalahan dengan yang akan penulis teliti. Keunikan penelitian
ini dibanding dengan penelitian yang terdahulu yaitu menggambarkan tentang
pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
sistem moving class yang menyoroti tentang metode, materi, kompetensi-
kompetensi guru menguak kendala-kendala yang dihadapi pihak sekolah,
guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dari situlah penulis
mengadakan penelitian dengan judul skripsi “Pelaksanaan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan Sistem Moving Class, (Studi Kasus di SMP
Negeri 3 Semarang).”
B. Pelaksanaan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Menurut Elizabeth B. Hurlock,“Learning is development that
comes from exercise and effort.” 1
Artinya: “Belajar adalah suatu perkembangan setelah adanya (proses)
latihan dan usaha (belajar).”
Menurut Ngalim Purwanto “belajar merupakan suatu
perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah
1Elizabeth B. Hurlock, Child Development, (Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha, 1982),
hlm. 28.
8
kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan
mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk”.2
Menurut James O. Whittaker, belajar sebagai proses di mana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.3
Menurut Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is
the process by which behavior (in the broader sense) is originated or
changed through practice or training.4 Belajar adalah proses dimana
tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui
praktek atau latihan.
Menurut Mahmud, kata kunci dari belajar adalah perubahan
perilaku.5
Dari beberapa pengertian tentang belajar tersebut. Menurut
Sumadi Suryabrata paling tidak ada tiga aspek penting dalam belajar,
yaitu:
a. Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral
changes, actual maupun potensial),
b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya
kecakapan baru,
c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).6
Jadi belajar adalah didapatkannya pengalaman baru dan
perubahan perilaku melalui usaha dan pengalaman yang dilakukan
dengan sadar.
2M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2011),
hlm. 85.
3Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 12.
4 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm. 13.
5 Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), hlm. 63.
6Sumadi Suryabrata, Pengantar Psikologi Pendidikan,(Yogyakarta: YPF Psikologi UGM,
2010), hlm. 232.
9
2. Ciri-ciri Belajar
Dari pengertian belajar adalah didapatkannya pengalaman baru
dan perubahan perilaku melalui usaha dan pengalaman yang
dilakukan dengan sadar, maka ada beberapa perubahan tertentu yang
dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar, antara lain:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar (Intensional)
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
c. Perubahan dalam belajar positif dan aktif
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku7
g. Perubahan yang berkesinambungan (Kontinyu)8
Dari ciri-ciri diatas akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar (Intensional)
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha yang
dilakukan dengan sadar. Jadi, Individu bersangkutan menyadari telah
terjadi perubahan dalam dirinya. Misalnya, setelah belajar materi
sifat-sifat terpuji dalam Pendidikan Agama Islam, siswa jadi lebih
memahami apa saja sikap yang harus ditampilkan dalam kehidupan
sehari-hari, siswa menyadari pengetahuannya bertambah,
kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah dan perilakunya
menjadi lebih terpuji dari sebelumnya.
b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik masa
sekarang maupun masa mendatang.9 Contoh: dalam perkuliahan
mahasiswa belajar ilmu Psikologi Pendidikan, dengan belajar
7 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm. 15-16.
8 Mahmud, Psikologi Pendidikan, hlm. 64.
9 Mahmud, Psikologi Pendidikan, hlm. 64.
10
Psikologi Pendidikan mahasiswa bisa menerapkannya dalam diri
maupun dalam pekerjaannya kelak menjadi guru.
c. Perubahan dalam belajar positif dan aktif
Setelah melalui perbuatan belajar, perubahan perilaku akan
menunjukkan kemajuan yang positif dan usaha untuk lebih aktif
untuk melakukan perubahan. Perilaku akan terarah lebih baik setelah
melakukan perbuatan belajar.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar
cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam
dirinya.10
Misalnya, seorang siswa yang belajar komputer, jika
dilatih dan digunakan terus maka keterampilan dalam memainkan
komputer akan menetapdan melekat.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Seseorang yang melakukan perbuatan belajar, pasti
mempunyai tujuan yang akan dicapai, entah tujuan jangka pendek,
jangka menengah ataupun jangka panjang. Misalnya, mahasiswa
yang kuliah di bidang Pendidikan dengan tujuan jika lulus akan
menjadi guru di suatu sekolah.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang terjadi pada individu yang telah melakukan
perbuatan belajar maka akan berdampak baik pada perubahan
tingkah laku individu tersebut. Misalnya, seseorang yang belajar
mengendarai mobil, lama kelamaan individu tersebut akan mudah
mengendarai dan mahir dalam menjalankan mobil.
10
Mahmud, Psikologi Pendidikan, hlm. 65.
11
g. Perubahan yang berkesinambungan (Kontinyu)
Bertambahnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki
pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh sebelumnya.11
Misalnya, seorang yang
belajar komputer dalam program Word atau mengetik biasa
kemudian dilanjutkan dalam berlatih program Excel, ilmu yang
sebelumnya akan berguna bagi kelangsungan belajar ilmu
selanjutnya.
3. Teori- teori Belajar
a. Teori Koneksionisme
Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang
ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike
berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1980-an.
Eksperimen Thondike ini menggunakan hewan-hewan terutama
kucing untuk mengetahui fenomena belajar.12
Menurut teori ini
belajar adalah pembentukan atau penguatan hubungan antara
stimulus dan respons.13
Misalnya, seorang guru memberikan
pertanyaan kepada siswa, Apa kitab suci agama Islam? Kemudian
siswa menjawab “ Al Qur’an”, kemudian guru menilai benar dan
dilanjutkan tepuk tangan. Pertanyaan Apa kitab suci agama Islam?
Itu adalah sebagai stimulus, sedangkan jawaban Al Qur’an adalah
sebagai bentuk respon, dan guru menjawab benar dan dilanjutkan
tepuk tangan itu sebagai penguat.
Dalam penelitiannya Thorndike menyimpulkan bahwa
proses belajar melalui dua bentuk yaitu trial and error dan law and
11
Mahmud, Psikologi Pendidikan, hlm. 64.
12 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, Cet. III, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1996), hlm. 103.
13 Mahmud, Psikologi Pendidikan, hlm. 75.
12
effect.14
Law and effect mengandung arti bahwa segala tingkah laku
yang mengakibatkan suatu keadaan yang memuaskan akan diingat
dan dipelajari dengan sebaik-baiknya. Adapun tingkah laku yang
mengakibatkan ketidaksenangan akan diabaikan dan dilupakan.
Kaitannya dalam pendidikan adanya sistem reward and punishment,
dimana guru akan memberikan penghargaan bagi siswa yang bisa
menjawab pertanyaan dan siswa yang tidak bisa menjawab
pertanyaan diberi hukuman.
b. Teori Pavlovionisme
Teori Pavlovionisme atau teori pembiasaan klasikal (clasical
conditioning) ini berkembang berdasarkan eksperimen yang
dilakukan oleh Ivan Pavlov, seorang ilmuwan besar Rusia yang
berhasil menggondol hadiah Nobel paa tahun 1909. Pada dasarnya
classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks
baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks
tersebut.15
Teori ini bisa dikatakan refleks bersyarat.16
Misalnya,
seorang pengendara motor tentu akan berhenti ketika melihat lampu
lalu lintas berwarna merah dan akan segera bergerak ketika melihat
lampu lalu lintas berwarna hijau.
c. Teori Pembiasaan Perilaku Respons
Teori pembiasaan perilaku respons (operant conditioning) ini
merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat
berpengaruh di kalangan para ahli psikologi belajar masa kini.
Pencetus teori ini yaitu Burrhus Frederic Skinner. Operant adalah
14
Mahmud, Psikologi Pendidikan, hlm. 76.
15 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, hlm. 105.
16 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm. 26.
13
sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama
terhadap lingkungan yang dekat.17
4. Pelaksanaan pembelajaran
Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru
untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar
memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap.18
Beberapa definisi pembelajaran menurut para ahli, antara lain:
a. Prof. Dr. Sukintaka
Pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru
mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi disamping itu juga
terjadi peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya. Jadi, di
dalam suatu peristiwa pembelajaran terjadi dua kejadian secara
bersama, ialah pertama, ada satu pihak yang memberi dan kedua,
pihak lain yang menerima. Oleh sebab itu, dalam peristiwa tersebut
dapat dikatakan terjadi proses interaksi edukatif.19
b. Dr. Oemar Hamalik
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, pelengkap dan prosedur
yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia
terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari peserta didik, guru dan
tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi
buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio
dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas,
perlengkapan audiovisual, juga komputer, prosedur, meliputi jadwal
17
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, hlm. 107.
18Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006),
hlm. 157.
19 Sukintaka, Teori Pendidikan Jasmani, Filosofis, Pembelajaran dan Masa Depan,
(Bandung: Nuansa Cendekia, 2004), hlm. 55.
14
dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian dan
sebagainya.20
c. Agus Suprijono
Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses,
cara, perbuatan mempelajari.21
Oleh karena itu pembelajaran mempunyai tujuan yaitu membantu
pada peserta didik agar memperoleh berbagai pengalaman baik kuantitas
maupun kualitas. Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan,
keterampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali
sikap dan perilaku peserta didik.
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.
Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
dan kegiatan penutup.
a. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk
mengikuti pembelajaran
2) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
3) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang
akan dicapai
4) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai silabus22
b. Kegiatan inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran
untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,
20
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 57.
21 Agus Suprijono, Cooperative Learning- Teori & Aplikasi Paikem, cet. III, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 13.
22 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang:
RaSAIL Media Group, 2008), hlm. 144.
15
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi
proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
1) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan
dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari
dengan menerapkan prinsip alam takambang (potensi) jadi
guru dan belajar dari aneka sumber
b) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain
c) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta
antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya
d) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran
e) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium, studio atau lapangan.23
2) Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas tertentu bermakna
b) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas,
diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru
baik secara lisan maupun tertulis
23
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, hlm. 145.
16
c) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut
d) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif
dan kolaboratif
e) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar
f) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi
yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual
maupun kelompok
g) Memfasilitsi peserta didik untuk menyajikan kreasi, kerja
individual maupun kelompok
h) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan
i) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaandan rasa percaya diri peserta
didik.24
3) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
a) Memberikan umpanbalik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik
b) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan
elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber
c) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman
belajar yang dilakukan
d) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman
yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
(1) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitor dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi
24
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, hlm. 145.
17
kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan
benar
(2) Membantu menyelesaikan masalah
(3) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan
pengecekan hasil eksplorasi
(4) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh
(5) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang
kurang atau belum berpartisipasi aktif.25
c. Kegiatan penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
1) Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran
2) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram
3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran
4) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling
dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik
5) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.26
C. Moving Class
1. Pengertian Moving Class
Moving Class adalah salah satu sistem pembelajaran yang mana
setiap guru mata pelajaran sudah siap mengajar di ruang kelas yang telah
ditentukan sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya sehingga saat
pergantian pelajaran bukan guru yang datang ke kelas siswa, namun
25 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, hlm. 146-147.
26 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, hlm. 147.
18
siswa datang ke kelas guru.27
Sistem moving class ini, seorang siswa
dituntut untuk kreatif dalam belajar. Guru sudah tidak saatnya lagi
memerintahkan siswa untuk belajar. Namun siswa harus belajar dengan
kesadaran sendiri, sehingga siswa mampu menguasai konsep dengan
sepenuhnya, maka siswa yang berperan aktif dalam menerima pelajaran
dari guru.
Moving Class merupakan belajar mengajar bercirikan siswa yang
mendatangi guru di kelas bukan sebaliknya, sehingga terdapat penamaan
kelas berdasarkan bidang studi misalnya kelas kompetensi matematika,
kelas kompetensi agama dan lain sebagainya.
2. Tujuan dan manfaat Moving Class
a. Menciptakan sistem pembelajaran baru dalam pembelajarannya
Upaya menciptakan sistem pembelajaran baru dalam
pembelajaran diantaranya pengajaran dapat diselenggarakan dengan
jumlah siswa yang banyak dibawah bimbingan seorang guru.
Prinsip-prinsip individualitas maupun kelompok, siswa terlibat aktif
melakukan tugas-tugas individualitas maupun kelompok, siswa
terlibat aktif melakukan tugas-tugas dengan tidak terikat pada
ruangan yang terbatas.
Sistem pembelajaran yang tidak terikat dalam satu kelas
(moving class) diharapkan siswa lebih aktif dan mandiri melakukan
aktifitasnya sendiri sehingga mendukung siswa lebih aktif dan
mandiri, siswa dapat menyelesaikan tugas menurut kecakapan, minat
dan perhatian.28
27
Muhammad Saifullah, dalam http://koran.seveners.com., diakses 31 Januari 2011.
28Djaja Djajuri, dkk., Upaya Pembelajaran dalam Pendidikan dan Pengajaran,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 177.
19
b. Terjadinya kerja sama antar siswa dalam kegiatan belajar
Waktu pergantian mata pelajaran siswa harus berpindah
dalam kelas yang berbeda sehingga dibutuhkan adanya kerja sama
dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan belajar bersama dapat
membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di
kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif, namun kemampuan
untuk belajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil akan
memungkinkan siswa untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif
dengan khusus.29
c. Memulihkan motivasi Belajar siswa
Dengan sistem moving class, siswa tentunya akan selalu
memperoleh suasana baru sehingga dapat mengurangi kebosanan di
dalam kelas. Beberapa kelas siswa mengembangkan perasaan
akrabnya terhadap teman kelas lainnya. Secara khusus peserta didik
telah mengambil bagian dalam aktifitas belajar aktif.30
Maka akan
tercipta pembelajaran yang menyenangkan.
d. Guru dapat mempersiapkan dan merencanakan materi secara baik
Keterkaitan guru terhadap program pembelajaran menjadikan
guru terikat terhadap tujuan yang dirumuskan dalam program
pembelajaran.31
Dengan kesiapan guru dalam menyampaikan materi
akan tercipta pembelajaran yang menyenangkan.
29
Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Active, (Bandung:
Nusa Media Nuansa, 2006), Cet. III, hlm. 31.
30Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Active, hlm. 274.
31 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, hlm. 124.
20
e. Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Waktu Pembelajaran
Guru mata pelajaran tetap berada di ruang/laboratorium mata
pelajarannya, sehingga waktu guru mengajar tidak terganggu dengan
hal-hal lain.
f. Meningkatkan Disiplin Siswa dan Guru
1) Guru akan dituntut datang tepat waktu, karena kunci setiap
ruang/laboratorium dipegang oleh masing-masing guru mata
pelajaran.
2) Siswa ditekankan oleh setiap guru mata pelajaran untuk masuk
tepat waktu pada saat pelajarannya.32
g. Meningkatkan keterampilan guru dalam memvariasikan metode dan
media pembelajaran yang diaplikasikan dalam kehidupan siswa
sehari-hari.
h. Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab,
mengemukakan pendapat dan bersikap terbuka pada setiap mata
pelajaran.33
3. Strategi Pelaksanaan Moving Class
a. Pengelolaan Perpindahan Peserta didik
1) Peserta didik berpindah ruang belajar sesuai mata pelajaran yang
diikuti berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan
2) Waktu perpindahan antar kelas adalah 5 menit
3) Peserta didik diberi kebebasan untuk menentukan tempat
duduknya sendiri
32
Anim Hadi, “Mengapa harus menggunakan moving class?”, dalam
http://animhadi.wordpress.com, diakses 16 November 2008. 33
Anim Hadi, “Mengapa harus menggunakan moving class?”, dalam
http://animhadi.wordpress.com, diakses 16 November 2008.
21
4) Peserta didik perlu ditegaskan peraturan tentang penggunaan
ruang dan tata tertib dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran
serta konsekuensinya
5) Bel tanda perpindahan suatu kegiatan pembelajaran dibunyikan
pada saat pelajaran kurang 5 menit
6) Sebelum tersedia loker, peserta didik diperkenankan membawa
tas masuk dalam ruang belajar. Kegiatan pembelajaran di
Laboratorium dibuat peraturan tersendiri hasil kesepakatan guru
dengan laboran
7) Peserta didik diberi toleransi keterlambatan 10 menit, diluar
waktu tersebut peserta didik tidak diperkenankan masuk kelas
sebelum melapor kepada guru piket atau Penanggung Jawab
Akademik
8) Keterlambatan berturut-turut lebih dari 3 (tiga) kali diadakan
tindakan pembinaan yang dilakukan Penanggung Jawab
akademik bersama dengan Guru Pembimbing.34
b. Pengelolaan ruang belajar-mengajar
1) Guru diperkenankan untuk mengatur ruang belajar sesuai
karakteristik mata pelajarannya
2) Ruang belajar setidak-tidaknya memiliki sarana dan media
pembelajaran yang sesuai, Jadwal Mengajar Guru, Tata Tertib
Peserta didik dan Daftar Inventaris yang ditempel di dinding.
3) Ruang belajar dapat dilengkapi dengan perpustakaan referensi
dan sarana lainnya yang mendukung proses Pembelajaran
4) Tiap rumpun Mata pelajaran telah disediakan prasarana
multimedia. Penggunaan prasarana diatur oleh Penanggung
Jawab Rumpun Mata Pelajaran
34
Anim Hadi, “Mengapa harus menggunakan moving class?”, dalam
http://animhadi.wordpress.com, diakses 16 November 2008.
22
5) Guru bertanggungjawab terhadap ruang belajar yang
ditempatinya. Dengan demikian setiap guru memiliki kunci
untuk ruang masing-masing.35
c. Pengelolaan Administrasi Guru dan Peserta didik
1) Guru berkewajiban mengisi daftar hadir peserta didik dan guru
2) Guru membuat catatan-catan tentang kejadian-kejadian di kelas
brerdasarkan format yang telah disediakan
3) Guru mengisi laporan kemajuan belajar peserta didik, absensi
peserta didik, keterlambatan peserta didik dan membuat rekapan
sesuai format yang disediakan
4) Guru membuat laporan terhadap hal-hal khusus yang
memerlukan penanganan kepada Penanggung Jawab Akademik
5) Guru membuat Jadwal topik/materi yang diajarkan kepada
peserta didik yang ditempel di ruang belajar36
d. Pengelolaan Remedial dan Pengayaan
1) Remedial dan Pengayaan dilaksanakan diluar jam kegiatan
Tatap Muka dan Praktik.
2) Remedial dan Pengayaan dilaksanakan secara TIM Teaching,
dimana kolaboran dapat menjadi guru utama pada materi
tertentu
3) Kegiatan Remedial dan Pengayaan dapat menggunakan waktu
dalam kegiatan Pembelajaran Tugas Terstruktur (25 menit)
maupun Tak terstruktur ( 25 menit ) .
4) Remedial dan Pengayaan dilaksanakan dalam waktu berbeda
maupun secara bersamaan jika memungkinkan, misal : Guru
35
Anim Hadi, “Mengapa harus menggunakan moving class?”, dalam
http://animhadi.wordpress.com, diakses 16 November 2008.
36 Anim Hadi, “Mengapa harus menggunakan moving class?”, dalam
http://animhadi.wordpress.com, diakses 16 November 2008.
23
utama memberi pengayaan, sedangkan kolaboran memberi
remedial.
5) Remedial dan Pengayaan dilaksanakan secara berkelanjutan
berdasarkan hasil analisis postest, ulangan harian dan ulangan
mid semester.37
e. Pengelolaan Penilaian
1) Penilaian dilakukan untuk mengukur proses dan produk hasil
pembelajaran
2) Penilaian Proses dilakukan setiap saat untuk menilai kemajuan
belajar peserta didik, sedangkan penilaian produk/hasil belajar
dilakukan melalui ulangan harian, mid semester maupun
ulangan semester.
3) Penilaian meliputi Kognitif, Praktik dan Sikap yang disesuaikan
dengan peraturan yang telah ditetapkan serta mengacu pada
karakteristik mata pelajaran
4) Hasil penilaian dimasukkan sesuai dengan format yang telah
disediakan dalam bentuk file excel yang kemudian diserahkan
kepada Penanggung Jawab Akademik
5) Untuk memudahkan Pengelolaan hasil penilaian maka hasil-
hasil penilaian harian yang telah dilaksanakan segera diserahkan
kepada Penanggung Jawab Akademik agar dapat dimasukkan
kedalam Pengelolaan SIM Sekolah oleh Tim TIK
6) Tidak diadakan Remedial untuk ujian/ulangan semester.
Remedial dilakukan sesuai dengan ketentuan pengelolaan
Remedial dan Pengayaan.
7) Guru mata pelajaran bertanggungjawab dan memiliki
kewenangan penuh terhadap hasil penilaian terhadap mata
37
Anim Hadi, “Mengapa harus menggunakan moving class?”, dalam
http://animhadi.wordpress.com, diakses 16 November 2008.
24
pelajaran yang diampunya. Segala perubahan terhadap hasil
penilaian hanya dapat dilakukan oleh guru yang bersangkutan.38
D. Metode-metode Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pembelajaran materi ajar akan diserap oleh siswa
lebih dalam jika guru mampu mengajarkan materi lebih menarik, dengan
penggunaan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan, siswa akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang
diajarkan. Dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang tepat,
yang disesuaikan dengan materi pelajaran siswa tidak akan merasa bosan
dengan pelajaran yang diajarkan.
Metode-metode pembelajaran yang sering digunakan antara lain:
1. Metode Ceramah
Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Guru
menjelaskan materi di depan kelas dengan waktu yang sudah ditentukan.
Dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat dan mendengarkan
serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru itu adalah benar. Murid
mencatat hasil ceramah dan kemudian menghafalnya.
2. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah metode pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru dan murid.39
Guru memberikan pertanyaan kemudian siswa menjawab, maupun
sebaliknya siswa bertanya, guru yang akan menjawab, sehingga ada
hubungan timbal balik antara guru dan siswa.
38
Anim Hadi, “Mengapa harus menggunakan moving class?”, dalam
http://animhadi.wordpress.com, diakses 16 November 2008. 39
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: RaSAIL
Media Group, 2008), hlm. 20.
25
3. Metode diskusi
Diskusi pada dasarnya adalah saling menukar informasi pendapat
dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk
mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang
sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan
bersama.40
4. Metode eksperimen
Metode ini biasanya dilakukan dalam suatu pelajaran tertentu
seperti ilmu alam, ilmu kimia, dan sejenisnya. Biasanya digunakan
terhadap ilmu-ilmu alam yang di dalam penelitiannya menggunakan
metode yang sifatnya obyektif, baik yang dilakukan di dalam/di luar
kelas maupun di dalam suatu laboratorium tertentu.
5. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran dengan peragaan
langsung agar siswa lebih mengerti dan paham. Biasanya dalam
Pendidikan Agama Islam metode ini digunakan untuk mempraktekkan
shalat, wudhu, dan membaca Al Qur’an.
6. Metode pemberian tugas dan resitasi
Metode pemberian tugas dan resitasi adalah suatu cara dalam
proses pembelajaran bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid
mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan
kepada guru.
7. Metode sosio drama (Role Playing)
Metode sosio drama pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku
dalam hubungannya dengan masalah sosial. Kalau drama atau sandiwara
itu dilakukan oleh sekelompok orang untuk memainkan suatu cerita yang
telah disusun naskah ceritanya dan dipelajari sebelum dimainkan.
40
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, hlm. 20.
26
8. Metode Drill (Latihan)
Metode drill biasanya digunakan untuk mengulang atau latihan
kembali. Latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu
dapat dimiliki dan dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik.
9. Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok adalah metode dimana siswa dibagi dalam
kelompok kecil, dikarenakan guru akan memberikan tugas pada masing-
masing kelompok dengan bahasan tema yang berbeda.
10. Metode Proyek
Metode ini disebut juga dengan teknik pembelajaran unit.41
Siswa
diberi bermacam-macam masalah dan anak didik bersama-sama
menghadapi masalah itu dengan mengikuti langkah-langkah tertentu
secara ilmiah, logis dan sistematis.
11. Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah)
Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) merupakan suatu
metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mencari dan
memecahkan persoalan-persoalan tertentu.
12. Metode sistem Regu (team teaching)
Team teaching pada dasarnya ialah metode mengajar, dua orang
guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa. Jadi
kelas dihadapi beberapa guru.
13. Metode karyawisata (Field-trip)
Metode karyawisata merupakan perjalanan atau pesiar yang
dilakukan oleh peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar, dan
secara langsung di suatu tempat tertentu yang mempunyai obyek ilmiah
dalam rangka belajar. Biasanya setelah karya wisata siswa membuat
laporan tertulis hasil dari pengamatan yang ada di temapat karyawisata,
bisa disebut juga dengan study tour.
41
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, hlm. 22.
27
14. Metode Resourch Person (Manusia Sumber)
Metode Resourch Person dimaksudkan ialah orang luar (bukan
guru) memberikan pelajaran kepada siswa.42
Orang luar ini diharapkan
memiliki keahlian khusus, misalnya: petugas haji dari KBIH,
menjelaskan tentang praktek ibadah haji, dan langsung mengunjungi
tempat miniatur Haji yang sesuai di Negara Asalnya. Siswa bisa
mengetahui langsung dan mempraktekkannya ditempat itu dengan binaan
petugas haji.
15. Metode survai masyarakat
Survai berarti cara untuk memperoleh informasi atau keterangan
dari sejumlah unit tertentu dengan jalan observasi dan komunikasi
langsung. Masalah-masalah yang dipelajari dalam survai adalah masalah-
masalah sosial.
16. Metode simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang berarti pura-pura atau
berbuat seolah-olah. Dengan demikian simulasi dalam metode
pembelajaran dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu
(bahan pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui
proses tingkah laku imitasi43
. Atau bermain peranan mengenai suatu
tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang
sebenarnya.44
Dalam menerapkan metode-metode diatas harus disesuaikan dengan
materi pelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Penerapan metode-
metode tersebut diharapkan mampu mencakup 3 ranah pembelajaran
yang diangkat oleh Benyamin S. Bloom. 3 ranah pembelajaran tersebut
antara lain:
42
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, hlm. 23.
43Berarti tiruan
44 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, hlm. 24.
28
1. Ranah Psikomotor
Mengembangkan kekuatan otot dan koordinasi adalah fungsi
utama tujuan-tujuan dalam ranah psikomotor.45
Penekanan yang
sangat besar pada ranah psikomotorik diberikan pada materi-materi
semisal pendidikan fisik, pendidikan profesi,dan musik.
Tingkatan-tingkatan dalam ranah Psikomotor antara lain:
a. Gerakan-gerakan Refleks
b. Gerakan- gerakan Dasar
c. Kemampuan-kemampuan Persepsi
d. Kemampuan-kemampuan Fisik
e. Gerakan- gerakan Terampil
f. Komunikasi yang Nondiskursif46
Tingkatan-tingkatan diatas akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Gerakan-gerakan Refleks
Gerakan yang muncul tanpa kemauan yang sadar dalam diri
pembelajar. Misalnya, seorang anak melihat temannya jatuh,
maka dia segera menolongnya.
b. Gerakan- gerakan Dasar
Pola-pola gerakan dasar terjadi pada pembelajar selama
berumur satu tahun.47
Aktivitas gerakan dasar umumnya
meliputi tindakan melacak benda secara visual, mencapai,
memahami, memanipulasi sasaran dengan tangan, dan terus
berkembang yang ditandai dengan tingkat-tingkat
perkembangan, seperti merangkak, menjalar dan akhirnya
berjalan.
45
David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, ed. 8, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009), hlm. 91.
46 David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, hlm. 91-92.
47 David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, hlm. 91.
29
c. Kemampuan-kemampuan Persepsi
Fungsi gerakan dan persepsi merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan.48
Kemampuan ini memudahkan siswa untuk
membuat penyesuaian yang dibutuhkan dalam lingkungannya.
d. Kemampuan-kemampuan Fisik
Kemampuan fisik yang mencakup stamina, kekuatan,
fleksibilitas, dan ketangkasan sangatlah bermanfaat untuk
efisiensi pembelajar.
e. Gerakan- gerakan Terampil
Gerakan ini bisa berarti kecakapan dalam mengerjakan
sebuah tugas. Skill ini juga memberikan efisiensi dalam
performa perilaku gerak tertentu yang rumit dan masuk akal.
f. Komunikasi yang Nondiskursif
Pada tingkatan ini, siswa mengembangkan gaya gerakan
yang mengomunikasikan perasaannya tentang dirinya yang
afektif pada pengamat yang perspektif.49
Menafsirkan secara
tepat aktivitas-aktivitas gerakan yang komunikatif ini dapat
meningkatkan persepsi pendidiktentang perasaan, kebutuhan
dan minat siswa dengan cara ini memungkinkan pendidik untuk
memilih strategi pembelajaran yang lebih ampuh dan bermakna
bagi pembelajar.
2. Ranah Afektif
Ranah Afektif berkaitan dengan tingkah laku, perasaan dan
nilai.50
Fokus utama ranah afektif adalah pengembangan sikap-sikap
dan nilai-nilai. Sikap terbentuk dari pengalaman merupakan sesuatu
yang menguntungkan sebab ini bisa memungkinkan guru untuk
mempengaruhi sikap-sikap ini secara positif.
48
David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, hlm. 91.
49 David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, hlm. 92.
50 David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, hlm. 92.
30
Tingkatan-tingkatan dalam ranah Afektif yaitu menerima,
merespons, menghargai, dan mengatur.51
Tingkatan-tingkatan ini
akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Menerima
Tingkatan terendah dalam ranah afektif adalah menerima
(receiving). Moment saat siswa menunjukkan tingkat pemikiran
terbuka (open-mindedness) terhadap gagasan baru dan siswa
mampu menerima gagasan yang berbeda.
b. Meresponns
Dalam tingkatan merespons (responding), siswa
menunjukkan minat, keterlibatan, atau bahkan komitmen. Misal,
siswa mampu berdialog dan berdiskusi dalam suatu kajian tema
tertentu.
c. Menghargai
Tingkatan menghargai (valuing) ini menyiratkan siswa
merasakan sikap, nilai, atau kepercayaan yang berharga dan
berhasil memasukkan beberapa hal tersebut dalam perilakunya,
sehingga tercermin dalam perilaku sehari-harinya.
d. Mengatur
Tingkatan mengatur (organization) ini, menyiratkan sebuah
komitmen yang menyeluruh dan terpadu terhadap kepercayaan
atau kedudukan tertentu.52
Misal, materi toleransi beragana yang
dipelajari di sekolah bisa diterapkan dalam diri di kehidupan
sehari-hari.
3. Ranah Kognitif
Ranah ini adalah yang paling umum diterapkan di sekolah-
sekolah karena fokus dalam penyebaran pengetahuan. Tingkatan-
tingkatan dalam ranah kognitif ini antara lain, mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi,
51 David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, hlm. 92-93.
52 David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, hlm. 93.
31
menciptakan.53
Tingkatan-tingkatan ini akan dijelaskan sebagai
berikut:
a. Mengingat
Mengingat nama-nama, hari-hari, dan istilah-istilah penting
dalam materi pelajaran.
b. Memahami
Mengucapkan kembali informasi dengan bahasa sendiri dan juga
menerjemahkan itu termasuk dalam bentuk memahami.
c. Menerapkan
Mengharuskan siswa menggunakan informasi dalam beberapa
jenis pemecahan masalah, kemudian menerapkan pemecahan
masalah dengan masalah yang lain.
d. Menganalisis
Analisis merupakan aktivitas yang melibatkan proses
mengamati seluruh entitas atau fenomena dan memetakannya ke
dalam beberapa bagian yang terpisah, atau menentukan ciri-ciri
khususnya.
e. Mengevaluasi
Tingkatan ini mengharuskan siswa untukmelakukan keputusan
penilaian beberapa hasil atau pekerjaan.
f. Menciptakan
Aktifitas menciptakan melibatkan proses meletakkan sesuatu
secara bersama-sama untuk menghasilkan suatu hal yang baru
dan unik.54
E. Kompetensi Guru
Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
pasal 28 ayat 3 menerangkan Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini
meliputi:
53
David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, hlm. 94-96.
54 David A. Jacobsen, dkk, Methods for Teaching, hlm. 96.
32
1. Kompetensi pedagogik
2. Kompetensi kepribadian
3. Kompetensi profesional
4. Kompetensi sosial55
Guru harus mempunyai kompetensi-kompetensi diatas. 4 Kompetensi
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik
dan berakhlak mulia
3. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan
4. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.56
Jadi, seorang guru harus mempunyai 4 kompetensi diatas sebagai
modal untuk menjadi pendidik.
55
Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI, Undang-undang
dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Pendidikan,(Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam, 2007), hlm. 155.
56 Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI, Undang-undang
dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Pendidikan, hlm. 210.
33
F. Kendala-Kendala
Kendala adalah halangan, rintangan, gendala, faktor atau keadaan yang
membatasi, menghalangi atau mencegah pencapaian sasaran.57
57
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: PT Gramedia, 2008), Ed. IV, hlm. 667.
33
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah
jenis penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan (Field
Research) adalah penelitian yang dilakukan di lingkungan masyarakat
tertentu baik di lembaga – lembaga dan organisasi kemasyarakatan (sosial)
maupun lembaga-lembaga pemerintahan.1 Dalam hal ini, penulis mengadakan
penelitian di SMP Negeri 3 Semarang.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan studi kasus. Studi kasus yaitu
penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam, terhadap
suatu organisasi lembaga atau masyarakat mengenai gejala-gejala tertentu.2
Jenis studi kasus dalam penelitian ini adalah studi kasus intrinsik
(intrinsic case study). Jenis ini ditempuh oleh peneliti yang ingin lebih
memahami sebuah kasus tertentu. Jenis ini ditempuh bukan karena suatu
kasus mewakili kasus-kasus lain atau karena menggambarkan sifat atau
problem tertentu, namun karena, dalam seluruh aspek kekhususan dan
kesederhanaannya, kasus itu sendiri menarik minat.3
Hal terpenting bagi seorang peneliti kualitatif yang menggunakan
pendekatan studi kasus adalah sebagai berikut:
1) Membingkai kasus dan mengonseptualisasikan objek penelitian
2) Memilih fenomena (gejala), menentukan tema-tema atau isu-isu yang
menjadi fokus pertanyaan riset
1
Hadari Nawawi, Metode Penelitian bidang Sosial, (Yogyakarta: gajahmada University
Press, 1991), Cet. V, hlm. 31.
2Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya, 2006), Cet.XIII, hlm. 142.
3 Robert E. Stake,”Studi Kasus”, dalam Norman K Denzin dan Yvonna S. Lincoln (eds),
Handbook Of Qualitative Research, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 301.
34
34
3) Melacak pola-pola data untuk memperkaya isu-isu dalam penelitian
4) Menggunakan teknik triangulasi untuk hasil-hasil observasi penting dan
landasan interpretasi
5) Menghadirkan beberapa alternatif penafsiran
6) Merumuskan pernyataan sikap atau generalisasi tentang kasus4
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Alasan menggunakan penelitian kualitatif adalah karena permasalahan belum
jelas, holistik, dan penuh makna sehingga data pada kondisi/obyek penelitian
yang menjadi sumber data itu tidak mungkin diperoleh melalui instrumen tes,
angket dan pedoman wawancara. Penelitian ini bersifat deskriptif. Karena
penelitian ini berusaha menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang
pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan sistem moving
class di SMP Negeri 3 Semarang.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian: SMP Negeri 3 Semarang
Waktu penelitian: 7 Oktober – 7 November 2011
D. Data-data Penelitian
Data yang akan dicari yaitu
a. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan sistem
Moving Class
b. Kendala-kendala dalam pelaksanaan sistem Moving Class
4 Robert E. Stake,”Studi Kasus”, dalam Norman K Denzin dan Yvonna S. Lincoln (eds),
Handbook Of Qualitative Research, hlm. 313.
35
35
E. Sumber penelitian
Sumber data dalam penelitian lapangan adalah orang atau lembaga
yang diteliti.5 Dalam penelitian ini, data-data yang dijadikan acuan dalam
penelitian ini diambil dari banyak sumber, antara lain:
a. Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Semarang
b. Staf Guru atau Pengajar SMP Negeri 3 Semarang
c. Siswa SMP Negeri 3 Semarang
d. Kepustakaan, arsip maupun dokumen yang berkaitan dengan penelitian
tersebut.
Jenis Data Sumber Data Metode
Pengumpulan
data
Analisis Data
Pelaksanaan
pembelajaran
Pendidikan Agama
Islam dengan
sistem Moving
Class
- Guru
- Siswa
Observasi Deskriptif
Kendala-kendala
dalam pelaksanaan
sistem Moving
Class
- Kepala
Sekolah
- Guru
- Siswa
Wawancara Deskriptif
dengan
teknik
triangulasi
Sejarah dan profil
SMP Negeri 3
Semarang
- Kepustakaan Dokumentasi Deskriptif
F. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan sistem Moving Class (Studi Kasus di SMP
Negeri 3 Semarang)
5
Tim Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Pedoman penulisan Skripsi
Program Strata Satu, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010), hlm.20.
36
36
G. Metode Pengumpulan Data
Adapun metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan terhadap objek.6 Pengumpulan data dengan
observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan
mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.7
Melalui pengamatan mata dan kepala sendiri seorang peneliti diharuskan
melakukan tindakan pengamatan terhadap tindakan dan perilaku
responden di lapangan dan kemudian mencatat dan merekamnya sebagai
material utama untuk dianalisis.8
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang
pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
sistem Moving Class. Sumber Data diperoleh dari kegiatan Guru dan
murid saat Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas.
b. Metode interview (wawancara)
Lexy J. Moleong mengartikan wawancara
(interview) adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
oleh dua pihak, yaitu interviewer (pewawancara) sebagai pengaju
pertanyaan dan interviewee (terwawancara) sebagai pemberi jawaban.
Tujuan dari metode interview ini adalah mengkonstruksi mengenai orang,
kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain
sebagainya.9 Pendapat itu senada dengan Muhammad Ali, Wawancara
adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
6 Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 72.
7 Moh. Nadzir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indah, 2005), cet. Ke-VI, hlm. 193-
194.
8 Sukardi, Penelitian-Kualitatif-naturalistik dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Usaha
Keluarga, 2006), hlm. 49.
9Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), (Bandung: Rosdakarya,
2005), Cet. XXI, hlm. 186.
37
37
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam satu topik
tertentu.
Teknik yang digunakan dalam wawancara adalah dengan
wawancara terstruktur yaitu wawancara yang pewawancaranya
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan.10
Wawancara terstruktur digunakan untuk mencari tahu
kendala-kendala dalam pelaksanaan Moving Class. Sumber Data
diperoleh dari Guru, Siswa dan Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Semarang.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.11
Metode ini digunakan
untuk mencari data tentang profil sekolah. Sumber data dari Guru
Pendidikan Agama Islam dan TU SMP Negeri 3 Semarang.
H. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai
temuan.12
Dalam penelitian ini, metode analisis data yang akan digunakan dalam
membahas masalah-masalah yaitu dengan menggunakan metode analisis
deskriptif dengan teknik triangulasi. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk
membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-
10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), hlm.190.
11Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, hlm. 231.
12Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), hlm. 236.
38
38
fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.13 Penelitian ini terbatas
pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa
sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta
(fact finding).14 Metode tersebut menuturkan dan menafsirkan data yang ada,
data yang mula-mula dikumpulkan, disusun, dijelaskan dan dianalisis.
Teknik Triangulasi biasanya merujuk pada suatu proses pemanfaatan
persepsi yang beragam untuk mengklarifikasi makna, memverifikasi
kemungkinan pengulangan dari suatu observasi ataupun interpretasi, namun
harus dengan prinsip bahwa tidak ada observasi atau interpretasi yang 100%
dapat diulang.15 Satu strategi penting tertentu untuk melakukan evaluasi
adalah menerapkan metode ganda. Upaya atas triangulasi bisa berarti sebagai
serangkaian metode yang diimplementasikan secara amat kurang daripada
hanya satu pendekatan yang diputuskan dengan amat baik.16 Dikaitkan
dengan penelitian ini metode ini menggambarkan serta menjelaskan tentang
Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan sistem Moving
Class di SMP Negeri 3 Semarang.
13
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1997),
Cet. X, hlm. 18.
14Hadari Nawawi, Metode Penelitian bidang Sosial, hlm.31.
15Robert E. Stake,”Studi Kasus”, dalam Norman K Denzin dan Yvonna S. Lincoln (eds),
Handbook Of Qualitative Research, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 307.
16 Michael Quinn Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),
cet. II, hlm. 99-100.
39
BAB IV
ANALISIS PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DENGAN SISTEM MOVING CLASS
(STUDI KASUS DI SMP NEGERI 3 SEMARANG)
A. Gambaran Umum SMP Negeri 3 Semarang
Penelitian ini berlangsung di SMP Negeri 3 Semarang, karena SMP
Negeri 3 Semarang telah menggunakan sistem belajar Moving Class yang
sudah berlangsung selama 4 tahun. Sehingga menarik untuk dijadikan tempat
penelitian Sistem Moving Class itu sendiri.
1. Sejarah singkat SMP Negeri 3 Semarang
Sebelum tahun 1950 SMP 3 bernama "Be Biau Tjoan", sekolah ini
setingkat dengan HCS (Hollands Chineese School) yang waktu
belajarnya selama 7 tahun. Mulai tahun 1950 sekolah ini berubah
menjadi SMP 3 sampai sekarang. Dalam perkembanganya terbagi
menjadi 3 periode :
Periode I ( Tahun 1950 - 1970 ) pada periode ini SMP 3 oleh
masyarakat dikenal sebagai sekolah "Gupon Doro", sebutan ini karena
bentuk dan bangunannya mirip dengan "kandang doro" (rumah burung
merpati) terutama jendelanya. Disamping itu sekolah ini sering
kebanjiran akibat meluapnya sungai " Kampung Kali " karena sungai nya
lebih tinggi dari halaman sekolah. Namun demikian pada periode ini
sekolah telah memiliki 12 kelas dengan jumlah siswa kurang lebih 576
orang. Adapun prestasi yang diraih belum begitu menonjol.
Periode II ( Tahun 1950 - 1970 ) pada periode ini SMP 3 mulai
menunjukkan perkembanganya dengan diubahnya sekolah "Gupon
Doro" menjadi sekolah yang berlantai dua. Hal ini atas prakarsa Bapak
Kepala Sekolah Drs. Abdul Latief Nawawi, SH dengan dukungan BP-3.
Disamping renovasi gedung, prestasi siswa-siswi SMP 3 cukup
39
40
menggembirakan diantaranya pernah 5 kali menjadi juara lomba paduan
suara tingkat SLTP se Jawa Tengah, Juara lomba siswa teladan baik
Tingkat Propinsi maupun Tingkat Nasional, Juara I lomba Geguritan
Tingkat Propinsi, Juara II Ansamble Musik SLTP tingkat Propinsi, dan
juara I Tari Klasik.
Periode III ( Tahun 1991 - 1996 ) pada periode ini dibawah pembinaan Bapak Drs. Haji
Radjab Senen, perkembangan SMP 3 semakin meningkat baik fisik maupun non fisik. Hal
ini dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara Kepala Sekolah dengan BP-3.
Pertama diawali mengubah ruang-ruang kelas lama yang masih berbentuk "kandang
doro" menjadi kelas berlantai 3 (tiga) yang dilengkapi dengan ruang laboratorium,
perpustakaan, dan aula yang dapat menampung sekitar 400 orang. Penggunaan gedung
baru tersebut telah diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. , Bapak
Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojone goro pada tanggal 14 April 1994. Pada waktu peresmian
gedung tersebut Bapak Wardiman mengatakan agar sekolah-sekolah lain dapat
mencontoh SMP 3 Semarang. Setelah peresmian gedung baru, SMP 3 Semarang semakin
dikenal oleh masyarakat Jawa Tengah, hal ini terbukti dengan adanya kunjungan-
kunjungan dari Kepala Sekolah beserta staf dan pengurus BP-3 SMP Batu Malang,
Peserta penataran Kepala-Kepala Sekolah se- Jawa Tengah dan Kalimantan dan Bank
Dunia (World Bank Washington D.C.) sebanyak 3 kali.1
2. Letak Geografis
SMP Negeri 3 Semarang yang berdomisili di jalan D.I Panjaitan 58
Semarang, mempunyai batasan-batasan sebagai berikut:
a. Sebelah Timur dibatasi dengan Perkantoran
b. Sebelah selatan dibatasi dengan Theresiana School, SMP Negeri 32,
c. Sebelah Barat dibatasi dengan Perkantoran
d. Sebelah Utara dibatasi dengan Perumahan
Dengan lokasi yang demikan ini, menjadikan SMP N 3 Semarang
berada dalam posisi yang strategis, apalagi jalan raya terdapat banyak
angkutan umum sebagai sarana yang sangat vital bagi masyarakat kota
Semarang. SMP N 3 Semarang termasuk SMP favorit di kota Semarang.
1 Diambil dari website resmi SMP Negeri 3 Semarang, www.sltpn3.cjb.net
41
Dengan fasilitas dan sarana prasarana yang dibilang cukup lengkap dan
memadai, ruang kelas yang banyak serta lingkungan yang asri, bersih dan
kondusif, SMP Negeri 3 Semarang menjadi pilihan utama bagi calon
siswa yang ingin meneruskan sekolahnya.
Sekolah yang bertempat di kelurahan Brumbungan ini, terletak di
area yang sangat asri, karena di sekitar jalan Kartini terdapat pohon-
pohon peneduh yang rindang, sehingga kawasan sekolah tidak terlalu
panas. Saat berangkat dan pulang sekolah siswa disambut dengan
teduhnya area Kartini.
Semarang bawah yang terkenal “hujan sedikit banjir dan rob”, tidak
berpengaruh kepada SMP Negeri 3 Semarang. Sekolah yang berdomisili
di kecamatan Semarang Tengah ini, termasuk sekolah yang aman dari
banjir dan rob, jadi siswa, guru dan civitas akademika tidak perlu
khawatir jikalau hujan melanda area sekolah.
3. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 3 Semarang
Setiap sekolah pasti mempunyai visi, misi dan tujuan tersendiri demi
kemajuan dan ciri khas dari sekolah tersebut. Begitu juga dengan SMP
Negeri 3 Semarang, mempunyai Visi, Misi dan tujuan tersendiri, yang
akan dibahas dibawah.
a. Visi SMP Negeri 3 Semarang
Menjadi Sekolah yang unggul dan Berprestasi dengan
mengembangkan siswa sebagai insan bertaqwa, berkarya dan
berbudi mulia serta mutu lulusan yang berkualitas dan berdaya saing
b. Misi SMP Negeri 3 Semarang
1) Menanamkan sikap disiplin bagi tenaga kependidikan dan siswa
dalam menjalankan kewajibannya
2) Melaksanakan optimalisasi layanan kepada siswa dan orang tua
dengan karya nyata sebagai tuntutan profesi dengan penuh
dedikasi
42
3) Melaksanakan pembelajaran yang berkualitas, inovatif dan
manusiawi untuk membentuk siswa yang takwa, cerdas dan
trampil serta mandiri.
4) Melaksanakan konsolidasi sekolah, pembinaan potensi dan
sumber daya dan dana menuju sekolah yang mandiri.
5) Mengembangkan lingkungan sekolah yang kondusif dalam alam
edukasi.
43
4. Struktur organisasi SMP Negeri 3 Semarang
: garis Komando
: garis koordinasi
Kepala Sekolah
Dra. Roch Mulyati, M. Si
NIP.196601061998021003
Wakil Kep.Sek
Rohadi Wibowo, S. Pd.
NIP.196601061998021003
Ka. Komite Sekolah
Dr. dr. H. Shofa Chasani,
Sp. PD-KGH
SISWA
Ur. Bang Siswa
Orbani Imama W, S.Pd
NIP.19670225199412200
3
Wali Kelas
Guru Mata Pelajaran
Guru Pembimbing
Ur. Pembinaan Siswa
Drs. S. Langgeng N
NIP.19650126199502100
1
Ka. Tata Usaha
Sri Harnawati
NIP.196801191988032001
Ur. Ev. Pembelajaran
Agusalim,S.Pd,S.Kom
NIP.197008251998021001
Ur. Renbang Guru
Drs.Purba Haryono
NIP.196505271994121002
44
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana di SMP Negeri 3 sudah terbilang cukup
lengkap dan bisa dimanfaatkan dengan baik. Sarana dan prasarananya
antara lain:
a. Ruang Ibadah (Aula)
b. Ruang Olah Raga
c. Ruang Koperasi
d. Ruang Kelas Bahasa Inggris
e. Ruang Kelas IPA
f. Ruang Kelas IPS
g. Ruang Kelas Matematika
h. Ruang Kelas Agama Islam
i. Ruang Kelas Agama Kristen
j. Ruang Kelas Ekonomi
k. Ruang Kelas Bahasa Indonesia
l. Ruang Kelas PKn
m. Ruang Kelas Bahasa Jawa
n. Ruang Kelas
o. Ruang BK
p. Ruang UKS
q. Ruang Perpustakaan
r. Kantin
s. Lapangan Olah Raga
t. Kamar Mandi
Selain itu penambahan ruang kelas baru sedang dilaksanakan,
dengan merombak dan membangun kembali ruang kelas lama, kemudian
penambahan lantai atas sedang berlangsung. Ruang kelas bisa
dimaksimalkan semuanya.
45
B. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3
Semarang dengan Sistem Moving Class
Pada awalnya SMP Negeri 3 Semarang menggunakan sistem
pendidikan konvensional seperti halnya sekolah-sekolah lain yang
menerapkan guru mendatangi tiap-tiap kelas saat pergantian pelajaran
berlangsung. Guru mempunyai ruang guru yang menyatu dan mengelompok
dengan guru mata pelajaran yang lain. Siswapun mempunyai ruang kelas
tersendiri untuk belajar tanpa berpindah.
Tahun 2007, SMP Negeri 3 Semarang mulai membenahi sistem
pembelajarannya, yang awalnya sistem pembelajaran guru mendatangi kelas
dan siswa mempunyai kelas mandiri, berbeda dengan sekarang, saat ini SMP
Negeri 3 Semarang menerapkan sistem pembelajaran siswa mendatangi kelas
sesuai dengan mata pelajaran masing-masing dan guru mempunyai kelas
pribadi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Sistem yang
sudah dilaksanakan SMP Negeri 3 Semarang sudah berjalan 4 tahun sampai
sekarang. Sistem pembelajaran seperti itu dinamakan dengan Moving Class
atau kelas berpindah.
Sistem pembelajaran moving class memang baru diimplementasikan
di Indonesia khususnya Kota Semarang. Tidak semua sekolah menggunakan
sistem pembelajaran ini. Sekolah yang menerapkan sistem ini dalam
pembelajarannya harus mempunyai ruang kelas yang mencukupi untuk tiap
mata pelajaran di sekolah tersebut. Misalnya saja ruang kelas Pendidikan
Agama Islam ada 2 kelas dengan guru yang berbeda, ruang kelas PKn
terdapat 2 kelas, di tiap kelas terdapat 1 guru mata pelajaran begitupun
dengan tiap-tiap mata pelajaran yang lain.
Sekolah yang mempunyai 3 lantai ini, berkomitmen dalam
menjalankan sistem moving class. Pembangunan dan pembaharuan gedung
sekolah, penambahan fasilitas LCD di tiap kelas segera di usahakan demi
kelancaran dan penunjang Kegiatan Belajar Mengajar di kelas. Pengadaan
46
loker siswa di depan tiap kelas sudah terrealisasikan dan dimanfaatkan baik
oleh siswa, dengan adanya loker siswa dan pengamannya, siswa bisa
meletakkan buku dan tasnya di loker dengan aman karena ada penguncinya.
Sistem pembelajaran Moving Class mempunyai ciri khas guru
mempunyai kelas pribadi sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Di SMP
Negeri 3 Semarang mempunyai 2 kelas Pendidikan Agama Islam, 4 kelas
IPS, 2 kelas Bahasa Inggris, 5 kelas IPA, 2 kelas Komputer, 1 kelas Agama
Kristen, 2 kelas Seni Budaya, 5 kelas Matematika, 4 kelas Bahasa Indonesia,
2 kelas PKn, 1 kelas BK, dan 2 kelas Bahasa Jawa. Adanya penamaan kelas
sesuai mata pelajaran itu menandakan sistem moving class berlangsung di
sekolah tersebut.
Kelas Pendidikan Agama Islam terdapat 2 kelas, dan 2 kelas itu dibagi
sesuai jadwal kelas VII – IX. Seminggu 2x jam pelajaran tatap muka di kelas
Pendidikan Agama Islam bagi tiap kelas. Setiap tatap muka mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam mempunyai waktu 2x 40 menit.
Dalam pembelajaran PAI di kelas guru bertindak sebagai pendidik,
fasilitator, motivator, innovator dan pembimbing layaknya guru mata
pelajaran yang lain. Dengan mempersiapkan RPP, Silabus, dan Media guru
siap mengajarkan mata pelajaran PAI bagi peserta didik. Saat peserta didik
memasuki ruang kelas guru mampu mengkondisikan peserta didik, setelah itu
guru mengawali Kegiatan Belajar Mengajar dengan Salam dan disertai
kalimat-kalimat motivasi supaya peserta didik lebih semangat dalam
mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam. Guru mengulas kembali
pelajaran yang telah disampaikan dipertemuan sebelumnya, guru menanyakan
soal-soal ringan kepada siswa untuk mengingatkan memori siswa tentang
materi pertemuan kemarin. Siswa pun aktif menjawab pertanyaan yang
dilontarkan guru. Penguatan kembali dirasa cukup, guru memulai pelajaran
dengan materi baru. Guru mempersiapkan media untuk keperluan mengajar.
Diawali dengan penjelasan guru tentang materi, siswa aktif mendengarkan
penjelasan-penjelasan dari guru. Setelah materi diterangkan, siswa diberi
47
tugas baik secara mandiri ataupun kelompok untuk menyelesaikan masalah
yang diberikan guru.
Dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran Active Learning
yang disesuaikan dengan materi, guru mampu mengatur jalannya
pembelajaran dan peserta didik mampu mengikuti pelajaran. Jika, peserta
didik kurang memahami materi yang dijelaskan, peserta didik tak segan untuk
bertanya kepada guru. Dan guru pun akan menjelaskan kembali secara
perlahan dan jelas supaya siswa lebih memahami materi yang diajarkan.
Tak jarang ditemui, walaupun guru sudah menjelaskan materi dengan
jelas, peserta didik kurang memperhatikan karena ada yang mengobrol
sendiri, mengganggu temannya dan juga mengantuk, dan terlihat wajah bosan
di raut muka mereka. Itu sesuatu yang wajar dialami oleh peserta didik jika
sudah kelelahan dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar.
Kegiatan belajar mengajar diakhiri dengan penugasan dalam Lembar
Kerja Siswa (LKS) dan di akhir pembelajaran guru menyampaikan pokok
bahasan selanjutnya. Setelah bel berbunyi peserta didik diberi waktu 5 menit
untuk berpindah ke kelas lain sesuai jadwal pelajaran yang ada. Jikalau siswa
hadir terlambat di dalam kelas, maka siswa akan dikenakan sanksi yang
berlaku.
Sistem Moving Class dirancang bertujuan untuk membiasakan anak-
anak agar merasa hidup dan nyaman dalam belajar. Selain itu agar mereka
tidak jenuh dan bertanggung jawab terhadap apa yang dipelajari. Kedisiplinan
dalam mengatur waktu sangat ditekankan dalam Moving Class. Saat
pergantian waktu guru bisa lebih mempersiapkan materi, media dan kelas
yang dipakai. Sedangkan siswa bergegas berpindah ke kelas yang dituju.
Banyak siswa merasa senang dengan diadakannya moving class di
SMP N 3 Semarang ini, berbeda dengan sistem belajar saat bersekolah di SD.
Sistem belajar moving class lebih menyenangkan, dengan berpindah kelas
tiap pergantian jam pelajaran membuat siswa mampu berinteraksi dengan
teman diluar kelas, siswa berbincang, melihat keadaan sekolah, melihat
pemandangan, tanaman dan bergurau saat perpindahan kelas sehingga mampu
48
meningkatkan motivasi untuk mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar lagi.
Siswa merasa lebih fresh dan tidak mudah bosan dalam menerima pelajaran
yang akan diajarkan oleh guru. Tubuh juga ikut bergerak menjadikan badan
tidak kaku dan tidak cepat lelah karena duduk seharian di kursi seperti yang
ada dalam sistem konvensional.
Dalam tiap perpindahan kelas, siswa tidak akan mudah bosan dengan
selalu menempati kelas yang berbeda setiap harinya. Dengan berpindah
kelas, siswa dapat belajar di kelas dengan setting kelas yang berbeda sesuai
dengan mata pelajarannya, sehingga siswa tidak mudah jenuh menempati
kelas yang setiap harinya berbeda satu sama lain. Rasa ingin bertanya kepada
guru akan meningkat seiring dengan peletakan media pembelajaran yang
digunakan guru. Setting kelas yang bervariasi akan memancing ketertarikan
siswa untuk memasuki kelas dan bertanya kepada guru, misalnya dalam kelas
Pendidikan Agama Islam ditempel foto-foto Tokoh-tokoh Walisongo, siswa
bertanya kepada guru karena rasa penasaran dan rasa ingin tahu yang besar
pada foto yang dipajang itu. Kemudian guru akan menerangkan tentang tokoh
yang ada pada gambar beserta dedikasi tokoh tersebut terhadap
perkembangan Agama Islam di Indonesia. Dengan begitu diluar jam pelajaran
siswa juga bisa belajar tentang Mata Pelajaran Agama Islam dengan melihat
dan bertanya melalui setting media yang terdapat dikelas Pendidikan Agama
Islam.
Begitu juga dengan guru, dengan diadakannya moving class di SMP
Negeri 3 Semarang, guru mata pelajaran di SMP Negeri 3 Semarang sangat
diuntungkan, karena tidak perlu pindah dari satu kelas ke kelas yang lain.
Guru tetap ada di kelas menyiapkan materi yang akan diajarkan, menyiapkan
media yang akan digunakan dan mental untuk menghadapi siswa.
Berbeda lagi jika siswa sedang merasa kurang sehat jasmani, seperti
sedang sakit, tidak sarapan, itu akan berdampak kurang baik dalam
menjalankan sistem pembelajaran moving class. Siswa yang kurang energi
akan merasa capek dan lemas di saat-saat pergantian kelas. Apalagi SMP
Negeri 3 Semarang mempunyai 3 lantai, jika siswa berpindah kelas dari lantai
49
pertama ke lantai ketiga itu akan menguras banyak energi siswa. Jika siswa
dalam kondisi kurang fit akan berdampak pada penerimaan pembelajaran
yang kurang maksimal di kelas. Siswa lebih cenderung diam, menundukkan
kepala ke meja dan bersandar santai di kursi. Jika siswa mempunyai ciri-ciri
seperti itu, maka peran guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
sangat diperlukan. Misalnya, pemberian reward and punishment, pujian dan
kata-kata mutiara yang bisa membangkitkan motivasi siswa.
C. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Sistem Moving Class
Dalam penerapan sistem baru di suatu sekolah tidak semuanya lancar
sesuai rencana dan target. Pastinya banyak kendala-kendala yang dihadapi
saat berlangsungnya sistem baru di sekolah tersebut.
Kendala-kendala itu bisa datang dari pihak sekolah sendiri dan juga
siswa. Banyak kendala yang di hadapi dari pihak sekolah, yang pertama Kelas
harus banyak, sekolah harus menyiapkan kelas lebih untuk masing-masing
pelajaran disesuaikan dengan kebutuhan mata pelajaran tersebut. Misalnya,
kelas IPS yang terdapat 4 kelas, kelas IPA terdapat 5 kelas, Kelas Agama
Islam terdapat 2 kelas yang saling berdampingan.
Yang kedua, kelengkapan fasilitas dan media belajar kelas,
kelengkapan kelas disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran tersebut.
Seperti dalam kelas Geografi terdapat gambar peta, batu-batuan dll. Berbeda
lagi dengan kelas Pendidikan Agama Islam, terdapat kitab-kitab Al Qur’an,
gambar tokoh-tokoh besar muslim, yaitu Walisongo, gambar khat kaligrafi,
atau gambar-gambar lain yang sesuai dengan karakteristik Pendidikan Agama
Islam.
Yang ketiga kebersihan kelas, Sebelum diadakannya sistem moving
class kebersihan kelas sepenuhnya menjadi tanggung jawab kelas dibawah
kordinasi wali kelas, dengan adanya moving class maka kebersihan menjadi
tanggung jawab guru mata pelajaran. Saat pelajaran berlangsung siswa
dituntut untuk menjaga kebersihan kelas, dan tiap pergantian jam selesai, jika
50
ada sampah tertinggal siswa bertanggung jawab untuk membuangnya di
tempat sampah yang sudah disediakan.
Waktu untuk berpindah dari satu kelas ke kelas lain juga menjadi
kendala. Banyak siswa yang memanfaatkan waktu berpindah kelas untuk
mampir ke kantin dan ada juga yang membolos. Pihak sekolah sudah
menetapkan waktu perpindahan kelas hanya 5 menit, jikalau ada siswa yang
membolos dan memperlambat langkah kaki untuk memolorkan waktu,
keterlambatan memasuki kelas akan dikenakan sanksi.
Kendala juga terjadi pada siswa, sebagian kecil siswa mudah capek,
karena faktor kesehatan yang sedang kurang fit atau karena sedang merasa
lemas badan yang mengakibatkan moving class kurang menyenangkan bagi
mereka. Biasanya siswa yang mempunyai permasalahan seperti itu hanya
sedikit, jika terlihat siswa yang sedang tidak sehat guru di kelas mengijinkan
siswanya untuk beristirahat dan meminta obat di ruang kesehatan.
Dari keterangan diatas bisa dipahami banyak kekurangan dan
kelebihan penggunaan sistem moving class dalam pembelajaran di Sekolah.
Kelebihan-kelebihannya antara lain:
1. Dengan penggunaan sistem moving class mampu meningkatkan motivasi
belajar siswa
2. Siswa lebih fokus terhadap satu mata pelajaran yang sedang berlangsung
3. Prestasi belajar bagus karena nilai diatas KKM
4. Mampu menanamkan sikap disiplin kepada siswa dan guru
5. Guru tetap berada di kelas tanpa berpindah kelas
6. Guru bisa mempersiapkan materi, media dan mental untuk menghadapi
siswa
7. Siswa lebih fresh dalam menerima pelajaran
8. Siswa bisa bergerak saat perpindahan kelas
Kekurangan-kekurangannya antara lain:
1. Jika siswa dalam keadaan kurang sehat maka siswa menjadi lemas dan
kurang konsentrasi dalam menerima pelajaran
51
2. Ruang kelas Agama Islam yang kurang fasilitas dan media, misalnya
LCD, komputer dan Buku-buku Islami
3. Jika siswa terlambat masuk, maka waktu belajar siswa juga akan tersita
4. Tidak ada piket kebersihan kelas, jadi Kebersihan kelas tanggung jawab
guru mata pelajaran, guru menyerukan kepada siswa supaya menjaga
kebersihan kelas
52
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah diadakan penelitian lapangan dan menganalisis data yang
diperoleh dalam rangka pembahasan Skripsi yang berjudul “Pelaksanaan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Sistem Moving Class (Studi
Kasus di SMP Negeri 3 Semarang)” dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Di SMP Negeri 3 Semarang sudah melaksanakan sistem moving class.
Sistem pembelajaran Moving Class mempunyai ciri khas guru
mempunyai kelas pribadi sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.
Kelas Pendidikan Agama Islam mempunyai 2 kelas yang saling
berdampingan.
Dengan perpindahan kelas siswa merasa lebih fresh dan tidak
mudah bosan dalam menerima pelajaran yang akan diajarkan oleh guru.
Siswa tidak mudah bosan dengan selalu menempati kelas yang berbeda
setiap harinya. Begitu juga dengan guru, dengan diadakannya moving
class di SMP Negeri 3 Semarang, guru mata pelajaran di SMP Negeri 3
Semarang sangat diuntungkan, karena tidak perlu pindah dari kelas satu
ke kelas yang lain.
2. Kendala-kendala dalam Moving Class yaitu kelas harus banyak, fasilitas
harus lengkap dan media belajar kelas harus memadai, kebersihan kelas
harus terjaga, tepat waktu saat berpindah dan siswa harus sehat.
B. Saran
1. Bagi siswa diharapkan sarapan dahulu karena moving class akan
menguras energi dan jika kurang fit maka minta ijin guru untuk dirawat
diruang kesehatan.
53
2. Bagi guru diharapkan pelaksanaan pembelajaran diatur lebih
menyenangkan dengan menggunakan metode mengajar active Learning
yang menarik yang disesuaikan dengan tema pelajaran sehingga siswa
lebih aktif dan senang saat Kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru
mata pelajaran diharapkan mampu menata ruang kelas sedemikian
menarik supaya siswa mempunyai rasa ingin tahu untuk bertanya.
3. Bagi sekolah diharapkan mampu memenuhi kelengkapan fasilitas
penunjang belajar di tiap-tiap kelas.
4. Penutup
Dengan mengucap alhamdulillah wa syukrulillah, akhirnya penulis
dapat meyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Penulis sadar bahwa apa yang telah penulis tuangkan dalam skripsi ini
adalah jauh dari kesempurnaan yang ada, sebab penulis sadar atas
keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu, kritik serta saran
yang konstruktif dari pembaca sekalian penulis harapkan guna kesempurnaan
skripsi ini dan juga bagi penulis pribadi guna kesempurnaan tulisan-tulisan di
masa mendatang.
Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada semua
pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini dan semoga skripsi ini
benmanfaat bagi kita semua, amien.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2004.
Ali, Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993.
Animhadi, “Mengapa harus menggunakan sistem moving class” dalam
http://animhadi.wordpress.com, diakses 16 November 2008.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cet.XIII,
Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2006.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahnya, Bandung:
Diponegoro, 2008.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1995.
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2006.
Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI, Undang-
undang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang
Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2007.
Djajuri, Djaja, dkk., Upaya Pembelajaran dalam Pendidikan dan Pengajaran,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998.
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, cet. XXIV,
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, cet. VII, Jakarta: Bumi Aksara,
2008.
Hurlock, Elizabeth B., Child Development, Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha,
1982.
Jacobsen, David A., dkk, Methods for Teaching, ed. 8, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009.
Kartono, Kartini, Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, Jakarta:
Rajawali Pers, 1985.
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010.
McDonald, Frederick J., Educational Psychology, Tokyo: Overseas Publications
LTD, 1959.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), Cet. XXI,
Bandung: Rosdakarya, 2005.
Monks, F.J., A.M.P. Knoers, Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan
Dalam Berbagai Bagiannya, Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2004.
Nadzir, Moh., Metode Penelitian, cet. VI, Bogor: Ghalia Indah, 2005.
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cet. VI, Yogyakarta:
gajahmada University Press, 1991.
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Patton, Michael Quinn, Metode Evaluasi Kualitatif, cet. II (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009).
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2011.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Ed. IV, Jakarta: PT. Gramedia, 2008.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: PT Gramedia, 2008.
Sagala, Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
Bandung: Alfabeta, 2009.
Saifullah, Muhammad, http://koran.seveners.com,diakses 31 Januari 2011.
Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang,
1982.
Silberman, Melvin L., Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Active, Cet. I
Bandung: Nusa Media Nuansa, 2006.
SM, Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang:
RaSAIL Media Group, 2008.
Stake, Robert E.,”Studi Kasus”, dalam Norman K Denzin dan Yvonna S. Lincoln
(eds), Handbook Of Qualitative Research, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009.
Sukardi, Penelitian-Kualitatif-naturalistik dalam Pendidikan, Yogyakarta: Usaha
Keluarga, 2006.
Sukintaka, Teori Pendidikan Jasmani, Filosofis, Pembelajaran dan Masa
Depan, Bandung: Nuansa Cendekia, 2004.
Suprijono, Agus, Cooperative Learning- Teori & Aplikasi Paikem, cet. III,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
1997.
, Sumadi, Pengantar Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: YPF Psikologi
UGM, 2010.
, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2010.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru, Cet. III, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1996.
Syah, Muhibbin, Psikologi Suatu Baru, Cet. III, Bandung: Remaja Rosdakarya,
1996.
Tim Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Pedoman penulisan Skripsi
Program Strata Satu, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,2010.
Triwiyanto, Teguh dan Ahmad Yusuf S., Panduan Mengelola Sekolah Bertaraf
Internasional, Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2010.
PEDOMAN WAWANCARA
A. Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Semarang
1 Bagaimanakah sistem pelaksanaan pembelajaran yang dipakai oleh SMP Negeri 3
Semarang?
2 Mengapa pelaksanaan pembelajaran menggunakan sistem moving class?
3 Sistem moving class itu seperti apa?
4 Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan sistem moving class?
5 Kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan sistem Moving Class?
B. Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 3 Semarang
1 Apakah benar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Semarang
menggunakan sistem moving class?
2 Apakah kelebihan menggunakan sistem Moving class dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam?
3 Kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan sistem moving class?
4 Metode-metode apa sajakah yang dipakai saat pelaksanaan pembelajaran kegiatan
belajar mengajar?
5 Bagaimanakah motivasi siswa saat pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dengan sistem Moving Class?
C. Wawancara dengan siswa SMP Negeri 3 Semarang
1 Apakah pendapat kalian tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan sistem Moving Class? (menyenangkan atau tidak) Alasannya kenapa?
2 Apakah dengan sistem Moving Class, motivasi anda dalam belajar Pendidikan
Agama Islam meningkat atau tidak? Jelaskan dengan alasan!
3 Apa yang membuat kalian termotivasi/tidak termotivasi dalam belajar PAI dengan
sistem moving class? Jelaskan dengan alasan!
4 Kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan sistem moving class?
1
PEDOMAN OBSERVASI
KATEGORI PRABABILITAS CHECK
LIST
KETERANGAN
A. Perencanaan
Pembuatan Rencana
Pembelajaran
Guru membuat Rencana
Pembelajaran
Penyusunan tujuan
pembelajaran
a. Guru merumuskan
tujuan sesuai dengan
kebutuhan
kemampuan dan
pengalaman siswa
b. Guru merumuskan
sesuai dengan tujuan
pembelajaran
B. Pelaksanaan siswa
Proses KBM a. Siswa mempunyai
keberanian untuk
merefleksikan
keinginan dan
berpendapat didalam
kelas
b. Siswa ragu untuk
merefleksikan
keinginan didalam
kelas
Proses KBM a. Siswa mempunyai
keberanian untuk
berpartisipasi dalam
persiapan proses
pembelajaran
b. Siswa mempunyai
keberanian untuk
berpartisipasi dalam
persiapan proses
pembelajaran apabila
diinstruksikan oleh
guru
c. Siswa tidak
mempunyai
keberanian untuk
berpartisipasi dalam
persiapan proses
pembelajaran
a. Siswa mempunyai
serta kreatifitas
mandiri untuk
menyelesaikan
2
kegiatan belajarnya
b. Siswa mempunyai
kemauan serta
kreatifitas sendiri
untuk menyelesaikan
kegiatan belajarnya
apabila
diinstruksikan oleh
guru
c. Siswa tidak
mempunyai kemauan
serta kreatifitas
mandiri untuk
menyelesaikan
kegiatan belajarnya.
Proses KBM a. Siswa mempunyai
dorongan ingin tahu
yang besar untuk
mengetahui dan
mengerjakan sesuatu
dalam proses belajar
b. Siswa kurang
mempunyai dorongan
ingin tahu yang besar
untuk mengetahui
dan mengerjakan
yang besar sesuatu
dalam proses belajar
c. Siswa tidak
mempunyai dorongan
ingin tahu untuk
mengetahui dan
mengerjakan sesuatu
dalam proses belajar
a. Siswa mempunyai
rasa bebas dan lapang
untuk melakukan
sesuatu apapun
dalam proses belajar
b. Siswa merasa
mendapat tekanan
dari guru sehingga ia
tidak bebas untuk
melakukan sesuatu
dalam proses belajar
c. Siswa merasa
mendapat
pengawasan dari
guru sehingga kurang
3
bebas untuk
melakukan sesuatu
dalam proses belajar
Kemampuan dalam
menjalankan fungsi
dan peran guru
a. Guru bertindak
sebagai motivator
dan innovator bagi
siswa
b. Guru hanya bertindak
sebagai pendidik
c. Guru hanya bertindak
sebagai tenaga
pengajar
Kemampuan dalam
menggunkan setrategi
pembelajaran
a. Strategi yang
digunakan mampu
menunjang
pencapaian tujuan
pembelajaran
b. Strategi yang
digunakan kurang
mampu menunjang
pencapaian tujuan
pembelajaran
c. Strategi yang
digunakan tidak
mampu menunjang
pencapaian tujuan
pembelajaran
Strategi yang
digunakan dalam
pembelajaran
a. Membaca dan
menulis
b. Menghafal
c. Bercerita
d. Demonstrasi
e. Pembiasaan diri
f. Bercakap-cakap
Kesesuaian antara
strategi dan materi
Strategi yang
digunakan sesuai
dengan materi
Kesesuaian antara
strategi dengan tujuan
pembelajaran
a. Stretegi yang
digunakan mampu
memenuhi
kebutuhan, minat
serta harapan siswa
dalam proses
pembelajaran
b. Strategi yang
digunakan kurang
mampu memenuhi
kebutuhan, minat
serta harapan siswa
4
dalam proses
pembelajaran
c. Strategi yang
digunakan tidak
mampu memenuhi
kebutuhan, minat
serta harapan siswa
dalam proses
pembelajaran
Model pembelajaran a. Guru sebagai pusat
pembelajaran
b. Siswa sebagai pusat
pembelajaran
Gaya mengajar a. Guru memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk belajar
menurut cara dan
tingkat kemampuan
masing-masing
b. Guru kurang
memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk belajar
menurut cara dan
tingkat kemampuan
masing-masing
c. Guru tidak
memberikan
kesempatan kepada
siswa untuk belajar
menurut cara dan
tingkat kemampuan
masing-masing
Penggunaan media
pembelajaran
a. Guru menggunakan
dan memanfaatkan
media pembelajaran
yang ada
b. Guru kurang
memanfaatkan media
pembelajaran yang
ada
c. Guru tidak
memanfaatkan media
pembelajaran yang
ada
Situasi pembelajaran a. Guru memberikan
penekanan pada
siswa untuk
menerima
5
pengetahuan
b. Guru memberikan
penekanan pada
siswa untuk
menemukan
pengetahuan
Situasi pembelajaran a. Guru mampu
menciptakan
komunikasi yang
hangat dan produktif
dengan siswa
b. Gurur kurang mampu
menciptakan
komunikasi yang
hangat dan produktif
dengan siswa
c. Guru tidak mampu
menciptakan
komunikasi yang
hangat dan produltif
dengan siswa
Situasi pembelajaran a. Adanya rasa
kegairahan dan
menyenangkan pada
saat proses belajar
mengajar
berlangsung
b. Kurang adanya rasa
kegairahan dan
menyenangkan pada
saat proses belajar
mengajar
c. Tidak adanya rasa
kegairahan dan
menyenangkan pada
saat proses belajar
mengajar
C. Evaluasi
Evaluasi kegiatan
belajar mengajar
a. Tes tertulis
b. Penugasan
c. Buku penghubung
antara guru dan siswa
d. Pembiasaan diri
Evaluasi materi a. Materi yang
disampaikan mampu
mendorong siswa
untuk berperilaku
hidup bersih, jujur,
kasih sayang dan
6
dermawan
b. Materi yang
digunakan kurang
mampu mendorong
berperilaku hidup
bersih, jujur, kasih
sayang dan
dermawan serta ingin
menabung
Evaluasi
pembelajaran
a. Dalam akhir
pembelajaran guru
menyampaikan
pokok bahasan
selanjutnya
b. Dalam akhir
pembelajaran guru
tidak menyampaikan
pokok bahasan
selanjutnya
7
PEDOMAN DOKUMENTASI
1. Mencari data tentang Prestasi Belajar Siswa kepada Guru Pendidikan Agama Islam
- Nilai Pendidikan Agama Islam Harian, UTS, dan Semester Kelas VIII SMP Negeri 3
Semarang
2. Mencari data tentang profil SMP Negeri 3 Semarang kepada pegawai TU SMP Negeri 3
Semarang
- Profil SMP Negeri 3 Semarang
- Sejarah SMP Negeri 3 Semarang
- Visi dan misi SMP Negeri 3 Semarang
- Data Guru SMP Negeri 3 Semarang
- Sarana dan Prasarana SMP Negeri 3 Semarang
- Data-data penunjang yang kiranya diperlukan
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Intan Nur Rahmasari
2. Tempat & Tgl. Lahir : Semarang, 18 Juli 1989
3. NIM : 073111128
4. Alamat Rumah : Jl. Satrio Wibowo I No. 21 Tlogosari – Semarang
5. E-mail : intan.innura@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal:
a. SD Negeri Tlogosari Kulon 07 Semarang Lulus: 2001
b. MTs Negeri 1 Semarang Lulus: 2004
c. SMA Negeri 1 Semarang Lulus: 2007
d. IAIN Walisongo Semarang Lulus: 2011
2. Pendidikan Non- Formal:
a. BBC Conversation
Semarang, 28 November 2011
Intan Nur Rahmasari
NIM: 073111128