Post on 06-Feb-2018
PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN MEDIASI
PENGADILAN AGAMA DALAM WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN
PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN 2009
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt.,karena hanya
dengan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya Pedoman Teknis
Pelaksanaan Mediasi pada Pengadilan Agama dalam wilayah hukum
Pengadilan Tinggi Agama Banten dapat diselesaikan. Salawat dan salam
atas junjungan kita Nabi Muhammad Saw., yang telah membawa ajaran
Agama Islam sebagai pedoman hidup yang sempurna.
Buku ini dinamakan Pedoman Teknis Pelaksanaan Mediasi dengan
harapan dapat membantu pelaksanaan tugas sehari-hari di lingkungan
Peradilan Agama khususnya di wilayah hukum PTA Banten sehingga
penyelesaian perkara lebih cepat,sederhana dan murah serta memenuhi rasa
keadilan.
Mediasi sebagai upaya penyelesaian sengketa di luar pengadilan (non
litigasi) sebagaimana diatur dalam Perma No.01 Tahun 2008, kini belum
mempunyai petunjuk teknis yang lebih rinci tentang pelaksanaannya,
sementara Hukum Acara Perdata hanya bersifat mengikat (imperative)
terhadap majelis hakim dalam menyidangkan perkara (litigasi), sehingga
untuk menunggu pedoman yang berlaku secara nasional, membutuhkan
waktu yang lama, sementara pelaksanaan mediasi merupakan suatu hal
yang bersifat mendesak dan wajib dilaksanakan, oleh sebab itu sambil
menunggu peraturan yang lebih rinci, pedoman teknis pelaksanaan mediasi
tersebut, maka Pengadilan Tinggi Agama Banten merasa perlu untuk
menerbitkan Pedoman Pelaksanaan Mediasi untuk menyatukan persepsi,
langkah dan mekanisme mediasi agar dipedomani majelis hakim, mediator
dan para pencari keadilan dalam melaksanakan mediasi.
Penghargaan dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada
Kelompok Kerja (Pokja) PTA Banten dan Sdr.Drs.H.Endang Ali Maksum,MH
dan Drs.H.R.Manshur para Hakim Tinggi PTA Banten sebagai nara sumber
yang telah memberikan sumbangan pemikirannya sehingga buku pedoman
ini selesai dengan baik.
Demikianlah semoga buku pedoman ini bermanfaat, dan dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
Serang, 23 Juni 2009
Ketua Pengadilan Tinggi Agama Banten
Drs. H. Soufyan M. Saleh, SH.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................................ iii
Sambutan Tuada Uldilag............................................................................................................ iv
Daftar Isi ................................................................................................................................... v
I. Surat Keputusan Ketua Pengadilan Tinggi Agama Banten
Tentang Pedoman Teknis Mediasi pada Pengadilan Agama
dalam wilayah hukum Pengadilan Tinggi Agama Banten ............................................... 1
II. Lampiran I ( Pedoman Teknis Pelaksanaan Mediasi pada Pengadilan Agama dalam wilayah
hukum Pengadilan Tinggi Agama Banten)
Bab I Pengertian Umum ............................................................................................... 3
Bab II Sidang Pra Mediasi ............................................................................................ 4
Bab III Pelaksanaan Mediasi .......................................................................................... 6
Bab IV Laporan Mediasi .................................................................................................. 7
Bab V Sidang Lanjutan Laporan Mediasi ....................................................................... 9
Lampiran II (Administrasi Mediasi)
1. SK. Ketua Pengadilan Agama tentang Daftar Mediator (Format M.1) ....................... 11
2. Surat Penunjukan Mediator yang dipilih para pihak (Format M.2.1) ......................... 15
3. Surat Penunjukan Mediator yang ditunjuk Majelis Hakim (Format M.2.2) .................. 16
4. Surat Penunjukan Hari Mediasi (Format M.3) ........................................................... 17
5. Instrumen Mediasi (Format M.4) ................................................................................ 19
6. Contoh Register (Format M.5) ................................................................................... 20
7. Inventarisasi Masalah (Format M.6) .......................................................................... 21
8. Laporan Mediasi Gagal (Format M.7.1) ..................................................................... 23
9. Laporan Perkara tidak layak dimediasi (Format M.7.2) .............................................. 24
10. Laporan Proses Mediasi Gagal (Format M.7.3.1) ...................................................... 25
11. Pernyataan Proses Mediasi Gagal (Format M.7.3.2) ................................................. 26
12. Kesepakatan Perdamaian (Format M.7.4) ................................................................. 27
13. BAP Pemusnahan Catatan Mediasi (Format M.8) .................................................... 28
14. BAP Sidang Pertama P dan T hadir, berhasil memilih Mediator ................................ 29
(Format M.9.1)
15. BAP Sidang Pertama P dan T hadir, tidak berhasil memilih Mediator ....................... 30
(Format M.9.2)
16. BAP Sidang Pertama, salah satu tidak hadir (Format M.9.3). .................................... 31
17. BAP Sidang Lanjutan, salah satu tidak hadir kedua kalinya ...................................... 32
(Format M.9.4)
18. BAP Sidang pembacaan laporan mediasi gagal (Format M.9.5) ................................ 33
19. Akta Perdamaian (Format M.9.6) ............................................................................... 34
20. Laporan Perkara Yang Diproses Melalui Mediasi …………………………………….. 36
III. Surat Keputusan Ketua Pengadilan Tinggi Agama Banten Tentang Kelompok kerja (Pokja)
Pengadilan Tinggi Agama Banten .................................................................................. 37
KEPUTUSAN
KETUA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN
Nomor : W27.A/1493/HK.05/VI/2009
Tentang
PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN MEDIASI PADA
PENGADILAN AGAMA DALAM WILAYAH HUKUM
PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN
KETUA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN
Menimbang:
a. Bahwa mediasi merupakan salah satu alternatif yang sangat efektif dan efisien
dalam penyelesaian perkara serta dapat memberikan akses yang lebih besar
kepada para pencari keadilan dalam upaya menemukan penyelesaian
sengketa yang lebih memuaskan dan memenuhi rasa keadilan;
b. Bahwa pasca berlakunya Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, pelaksanaan
mediasi dalam setiap perkara perdata yang diterima Pengadilan Agama
merupakan suatu keharusan (Qonditio sine qua non);
c. Bahwa untuk mewujudkan kesatuan langkah, arah, tujuan serta teknis
pelaksanaan mediasi di Pengadilan Agama sebagaimana dikehendaki oleh
Perma Nomor 01 Tahun 2008 tersebut, dipandang perlu untuk menetapkan
Pedoman Teknis Pelaksanaan Mediasi pada Pengadilan Agama wilayah
Pengadilan Tinggi Agama Banten dalam suatu keputusan;
Mengingat:
1. Pasal 24 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Reglemen Indonesia yang diperbaharui (HIR) Staatsblad 1941 Nomor 44 ;
3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman;
4. Undang-undang No.3 Tahun 2009 Tentang Perubahan kedua atas Undang-
undang No.14 Tahun 1985;
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah
dirubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
6. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2008
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan;
MEMUTUSKAN
Menetapkan: PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN MEDIASI PADA
PENGADILAN AGAMA DALAM WILAYAH HUKUM PENGADILAN
TINGGI AGAMA BANTEN.
PERTAMA : Pedoman Teknis Pelaksanaan Mediasi pada Pengadilan Agama
dalam wilayah hukum Pengadilan Tinggi Agama Banten yang
menjadi lampiran dalam Surat Keputusan ini merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari surat keputusan ini
KEDUA : Memerintahkan kepada seluruh Ketua Pengadilan Agama,
Mediator, dan para pihak yang terlibat dalam proses mediasi, untuk
mempedomani dan melaksanakan keputusan ini dengan sebaik-
baiknya dan penuh tanggung jawab;
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan
ketentuan bahwa apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan
dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan seperlunya.
Ditetapkan di : Serang.
Pada Tanggal : 23 Juni 2009.
Ketua
Drs. H. Soufyan M. Saleh,SH.
Tembusan : Disampaikan dengan hormat kepada yth :
1. Ketua Mahkamah Agung RI di Jakarta;
2. Ketua Muda Uldilag MA RI di Jakarta;
3. Dirjen Badan Peradilan Agama MA RI di Jakarta;
PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN MEDIASI
PENGADILAN AGAMA DALAM WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA
BANTEN.
BAB I Pengertian Umum
Dalam keputusan ini, yang dimaksud dengan :
1. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan
untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator;
2. Mediator adalah hakim atau pihak lain yang berwenang melakukan mediasi
pada Pengadilan Agama ;
3. Surat Penunjukan Mediator adalah Penetapan Ketua Majelis Hakim
Pengadilan Agama dalam suatu perkara tentang mediator yang akan
melaksanakan mediasi berdasarkan pilihan para pihak maupun atas
penunjukkan majelis Hakim;
4. Majelis Hakim adalah hakim yang ditunjuk Ketua Pengadilan Agama untuk
menyidangkan suatu perkara;
5. Para pihak adalah semua subjek hukum yang berperkara di Pengadilan
Agama;
6. Tempat mediasi adalah ruangan pada Pengadilan Agama yang
diperuntukkan untuk mediasi, atau tempat lain yang disepakati para pihak
berperkara dalam hal mediator bukan hakim;
7. Penetapan Hari Mediasi/PHM adalah penetapan yang dikeluarkan oleh
mediator tentang jadual mediasi yang telah disepakati;
8. Jadual mediasi adalah hari dan tanggal pelaksanaan mediasi yang telah
ditetapkan berdasarkan kesepakatan pihak-pihak berperkara dengan
mediator;
9. Resume perkara adalah penjelasan masing-masing pihak tentang sengketa
yang dihadapi serta alternatif penyelesaiannya, dengan dilampiri foto copy
dokumen yang dipandang relevan;
10. Catatan mediasi adalah segala dokumen yang berkaitan dengan
pelaksanaan mediasi, baik dalam tahap persiapan, pelaksanaan maupun
pelaporan;
11. Surat Kesepakatan Perdamaian adalah surat pernyataan yang ditanda
tangani para pihak dan mediator tentang penyelesaian akhir dari sengketa
yang mereka hadapi berdasarkan kesepakatan para pihak;
12. Akta Perdamaian adalah akta yang dibuat oleh Majelis Hakim atas dasar
kesepakatan para pihak untuk mengakhiri sengketa di antara mereka;
13. Surat pernyataan proses mediasi gagal adalah surat yang dibuat oleh
mediator dan para pihak dalam hal mediasi tidak berhasil mencapai
kesepakatan;
14. Surat pernyataan mediasi gagal adalah surat yang dibuat oleh mediator
dalam hal salah satu pihak atau keduanya tidak hadir setelah dipanggil dua
kali secara patut;
15. Surat pernyataan tidak layak dimediasi adalah surat yang dibuat oleh
mediator dalam hal para pihak tidak lengkap;
16. Pemusnahan catatan mediasi adalah penghancuran dokumen-dukumen yang
berkaitan dengan proses mediasi, yang dituangkan dalam berita acara
pemusnahan. Laporan akhir mediator kepada majelis hakim tidak termasuk
yang dimusnahkan.
BAB II
SIDANG PRA MEDIASI
1. Pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditentukan dan dihadiri kedua
belah pihak, majelis hakim menjelaskan tentang keharusan para pihak untuk
menempuh proses mediasi serta menjelaskan prosedur mediasi menurut
Peraturan Mahkamah Agung RI No.1 tahun 2008;
2. Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada para pihak untuk memilih
mediator yang dikehendaki bersama dan berunding tentang pembebanan
biaya yang timbul jika memilih mediator bukan hakim. Untuk itu, majelis hakim
menskors persidangan:
2.1. Para pihak dengan dibantu panitera sidang, memilih salah satu atau dua
mediator yang tertera di dalam Daftar Mediator;
2.2. Hakim yang memeriksa perkara tidak boleh ditunjuk sebagai mediator
kecuali dalam hal tidak terdapat mediator lain;
2.3. Jika belum berhasil, para pihak hanya dapat meminta penundaan
persidangan paling lama 2 (dua) hari kerja;
3. Setelah mendapat laporan dari panitera sidang, ketua majelis kemudian
mencabut skors dan melanjutkan persidangan :
3.1. Dalam hal para pihak telah menentukan pilihan, ketua majelis membuat
Surat Penunjukan Mediator, sidang ditunda untuk proses mediasi;
3.2. Dalam hal para pihak menyatakan gagal memilih mediator yang
dikehendaki, ketua majelis menunjuk mediator dengan membuat Surat
Penunjukan Mediator, sidang ditunda untuk proses mediasi;
3.3. Menunda persidangan paling lama 2 (dua) hari kerja, dalam hal proses
pemilihan mediator belum selesai.
4. Dalam hal mediator sudah ditunjuk, selanjutnya majelis hakim :
4.1 Memberitahukan Mediator yang ditunjuk melalui panitera sidang, dengan
menyerahkan Surat Penunjukan Mediator disertai salinan
gugatan/permohonan/perlawanan;
4.2 Memerintahkan para pihak untuk menemui mediator yang ditunjuk guna
memusyawarahkan jadual mediasi;
5. Paling lambat satu hari kerja berikutnya, mediator yang ditunjuk wajib
menentukan hari pelaksanaan mediasi dalam sebuah Penetapan, dengan
ketentuan tenggang waktu antara Surat Penunjukan Mediator dengan hari
pelaksanaan mediasi tidak boleh lebih dari 7 hari kerja;
6. Panggilan para pihak untuk mediasi dapat dilakukan oleh Jurusita Pengganti
dan biayanya dibebankan kepada panjar biaya perkara;
7. Sebelum melaksanakan mediasi, mediator wajib:
a. Mempelajari gugatan/permohonan sehingga diperoleh suatu gambaran
awal tentang pokok permasalahan;
b. Mempersiapkan usulan jadual pertemuan mediasi yang akan dibahas dan
disepakati;
BAB III
PELAKSANAAN MEDIASI
1. Mediasi dilaksanakan di tempat mediasi Pengadilan Agama, kecuali para pihak
menghendaki lain,apabila mediator bukan dari hakim;
2. Pada hari pelaksanaan mediasi yang dihadiri oleh kedua pihak , terlebih
dahulu Mediator melakukan hal-hal sebagai berikut :
2.1. Memperkenalkan diri dan menjelaskan posisinya sebagai pihak yang
neteral;
2.2. Menjelaskan urgensi dan relevansi institusi mediasi sebagai salah satu
alternatif penyelesaian perkara;
2.3. Membuat kesepakatan tentang biaya mediasi, dalam hal mediator adalah
non hakim;
2.4. Menjelaskan tahapan-tahapan dalam proses penyelesaian sengketa
melalui mediasi;
2.5. Menyusun jadual mediasi berdasarkan kesepakatan;
4. Dalam hal kedua belah pihak tidak hadir maka mediasi ditunda untuk
memanggil para pihak. Apabila telah dipanggil 2 kali berturut-turut tidak hadir,
maka mediator menyatakan mediasi gagal (Pasal 14 ayat 1 Perma Nomor 1
Tahun 2008);
5. Proses mediasi diawali dengan identifikasi masalah. Untuk itu Mediator
memberi kesempatan kepada kedua pihak/pihak yang hadir untuk menyiapkan
‘resume perkara’ baik secara lisan maupun tertulis;
6. Pada hari dan tanggal yang ditentukan, Penggugat/Pemohon
menyampaikan/membacakan resumenya, kemudian dilanjutkan dengan
penyampaian/pembacaan resume perkara dari Tergugat/Termohon atau
Kuasanya;
7. Setelah menginventarisasi permasalahan dan alternatif penyelesaian yang
disampaikan para pihak, mediator menawarkan kepada pihak
Tergugat/Termohon alternatif solusi yang diajukan Penggugat/Pemohon dan
sebaliknya, untuk dimintai pendapatnya;
8. Dalam hal terjadi kebuntuan, mediator dapat melakukan kaukus;
9. Sebelum mengambil kesimpulan, mediator memberikan kesempatan kepada
pihak untuk merumuskan pendapat akhir atas perkara tersebut;
10. Dalam hal tidak diperoleh kesepakatan, mediator menyatakan proses mediasi
gagal, mediator melaporkan kegagalan tersebut kepada majelis hakim pada
hari sidang yang telah ditentukan;
11. Dalam hal diperoleh kesepakatan, para pihak merumuskan kesepakatan
tersebut secara tertulis dalam suatu Surat Kesepakatan dibantu oleh mediator.
Setelah surat kesepakatan tersebut disetujui dan ditanda tangani para pihak
dan mediator, dilaporkan oleh para pihak kepada majelis hakim.
12. Dalam hal kesepakatan dilakukan oleh kuasa hukum maka para pihak in
person harus ikut menandatangani kesepakatan tersebut sebagai tanda
persetujuannya.
BAB IV
LAPORAN MEDIASI
1. Mediator wajib menyusun laporan pelaksanaan mediasi, baik dalam hal
mediasi berhasil yang diakhiri dengan perdamaian atau tidak berhasil.
1.1. Dalam hal mediasi mengenai harta atau pengasuhan anak berhasil, maka
dibuatkan kesepakatan dan dapat dimohonkan kepada hakim untuk
dibuatkan Akta Perdamaian (van dading).
1.2. Dalam hal kesepakatan bersama (tidak dikuatkan dengan putusan
Pengadilan), maka kesepakatan perdamaian harus ada klausula
pencabutan gugatan.
1.3. Dalam hal perceraian telah terjadi kesepakatan perdamaian, maka
kesepakatan tersebut sebaiknya diikuti dengan surat pencabutan
permohonan/gugatan.
1.4. dalam hal perceraian tidak terjadi perdamaian, sedangkan akibat
perceraian (aksesoris) terjadi kesepakatan, maka isi laporan mediator
harus memuat :
1.4.1. Bahwa mediasi perceraian telah gagal,
1.4.2. Bahwa apabila tercapai kesepakatan, maka kesepakatan
tersebut harus dibuat secara terperinci.
2. Laporan mediator sudah harus disampaikan melalui panitera sidang sebelum
persidangan dimulai.
3. Apabila mediator dalam laporannya menyatakan bahwa mediasi telah gagal,
dalam hal majelis hakim telah menentukan hari sidang berikutnya, maka
persidangan dibuka kembali dengan acara biasa. Sedangkan dalam hal sidang
berikutnya belum ditentukan, maka sidang dilanjutkan terlebih dahulu
memanggil para pihak dengan Penetapan Hari Sidang baru;
4. Dalam hal mediasi gagal, maka laporan mediasi cukup ditanda tangani oleh
mediator;
5. Jika para pihak dalam proses mediasi diwakili oleh kuasa hukum, maka
laporan kesepakatan harus dilampiri pernyataan persetujuan tertulis dari para
pihak
6. Apabila mediasi tidak berhasil, maka seluruh catatan mediasi dimusnahkan
dengan berita acara pemusnahan catatan mediasi sebelum sidang dibuka
kembali yang ditandatangi oleh mediator;
BAB V
SIDANG LANJUTAN LAPORAN MEDIASI
1. Mediasi berhasil :
1.1. Perkara perceraian :
1.1.1. Apabila semua tahapan mediasi telah dilaksanakan dan mediator
telah menyampaikan laporan akhirnya kepada majelis hakim
sebelum jatuh tempo penundaan sidang 40 hari, maka ketua
majelis dapat membuat Penetapan Hari Sidang (PHS) baru dan
memanggil para pihak berperkara untuk melanjutkan persidangan,
dengan memperhatikan pemanggilan harus dilakukan secara sah
dan patut;
1.1.2. Pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditentukan, sidang
dibuka untuk umum, kemudian kedua belah pihak dipanggil masuk
ke ruang sidang dan dibacakan laporan mediator yang telah
dilaksanakan, kemudian menanyakan kepada para pihak tentang
kebenaran laporan mediator tersebut;
1.1.3. Dari laporan mediator tersebut dan pernyataan para pihak, majelis
hakim menyatakan menyetujui pencabutan perkara tersebut, dan
membuat penetapan pencabutan perkara;
1.2. Perkara selain perceraian :
1.2.1. Apabila semua tahapan mediasi telah dilaksanakan dan mediator
telah menyampaikan laporan akhirnya kepada majelis hakim
sebelum jatuh tempo penundaan sidang 40 hari, maka ketua
majelis dapat membuat Penetapan Hari Sidang (PHS) baru dan
memanggil para pihak berperkara untuk melanjutkan persidangan,
dengan memperhatikan pemanggilan harus dilakukan secara
resmi dan patut;
1.2.2. Pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditentukan sidang
dibuka untuk umum, kedua belah pihak dipanggil masuk ke ruang
sidang dan dibacakan laporan mediator yang telah dilaksanakan,
kemudian menanyakan kepada para pihak tentang isi laporan
mediator tersebut ;
1.2.3. Dari laporan mediator tersebut dan pernyataan para pihak, majelis
hakim menanyakan tentang kesepakatan para pihak apa sudah
dibuat atau belum ;
1.2.3.1. Apabila telah dibuat kesepakatan (perdamaian), maka
majelis hakim memutuskan dengan putusan akta
perdamaian;
1.2.3.2. Apabila belum dibuat klausula kesepakatan
(perdamaian) maka sidang ditunda untuk keperluan
tersebut dan pada sidang berikutnya diputus dengan
putusan akta perdamaian;
2. Mediasi gagal :
2.1. Apabila semua tahapan mediasi telah dilaksanakan dan mediator telah
menyampaikan laporan akhirnya kepada majelis hakim sebelum jatuh
tempo penundaan sidang 40 hari, maka ketua majelis dapat membuat
Penetapan Hari Sidang (PHS) baru dan memanggil para pihak
berperkara untuk melanjutkan persidangan, dengan memperhatikan
pemanggilan harus dilakukan secara resmi dan patut;
2.2. Pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditentukan sidang dibuka
untuk umum, kemudian kedua belah pihak dipanggil masuk ke ruang
sidang dan dibacakan laporan mediator, yang isinya tentang mediasi
gagal sehingga Majelis Hakim melanjutkan persidangan sesuai ketentuan
hukum acara yang berlaku;
Format M.1. SK Ketua PA tentang Daftar Mediator
KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA……….. Nomor : ……………………..2009.
TENTANG
DAFTAR MEDIATOR PADA PENGADILAN AGAMA……..
KETUA PENGADILAN AGAMA…….. Menimbang: 1. Bahwa, untuk mendukung pelaksanaan mediasi pada Pengadilan Agama
………sesuai dengan ketentuan Perma Nomor 1 Tahun 2008 perlu ditetapkan daftar mediator pada Pengadilan Agama ………;
2. Bahwa oleh karena di lingkungan Pengadilan Agama ………belum/telah ada mediator bersertifikat dari hakim namun belum memadai dibandingkan dengan volume perkara, maka untuk mendukung efektifitas pelaksanaan Perma Nomor 1 Tahun 2008 tersebut perlu menunjuk mediator dari hakim yang belum bersertifikat;
3. Bahwa semua hakim yang namanya tersebut dalam lampiran surat keputusan ini, di samping tugas pokoknya sebagai hakim, dipandang mampu dan cakap untuk ditunjuk menjadi mediator pada Pengadilan Agama ………dengan ketentuan bahwa hakim tersebut menjadi mediator tidak terhadap perkara yang ditanganinya sendiri;
Mengingat: 1. Pasal 24 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Reglemen Indonesia yang diperbaharui (HIR) Staatsblad 1942 Nomo 44 ; 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman 4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan kedua atas
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 ; 5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1989; 6. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2008
Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan; Memperhatikan : - Hasil Pelatihan di Magamendung Bogor (Pusdiklat MA RI). - Hasil Rapat Koordinasi Pengadilan Tinggi Agama Banten.
MEMUTUSKAN
Menetapkan: DAFTAR MEDIATOR PADA PENGADILAN AGAMA…….…
PERTAMA :
Mediator yang tersebut dalam lampiran I surat keputusan ini adalah mediator yang sudah terregistrasi sebagaimana tersebut dalam lampiran 2, bertugas dan bertanggung jawab untuk melaksanakan mediasi sesuai dengan ketentuan Perma Nomor 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan;
KEDUA :
Daftar Mediator ini sebagai dasar bagi para pihak untuk memilih mediator sesuai dengan kesepakatan atau bagi ketua majelis untuk menunjuknya bila tidak tercapai kesepakatan diantara para pihak ;
KETIGA :
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan seperlunya.
Ditetapkan di :………………... Pada Tanggal : ………………... Ketua Pengadilan Agama……..,
…………………………………..
Tembusan ; Disampaikan dengan hormat kepada yth ; - Ketua Pengadilan Tinggi Agama Banten; - Arsip
Lampiran 1 (Ditunjukkan kepada para pihak)
DAFTAR MEDIATOR PADA PENGADILAN AGAMA ……….
NO NAMA LENGKAP PENDIDIKAN PROFESI PENGALAMAN 1. 2. 3. 4.
5.
Lampiran 2. (Berkas Panitera)
REGISTER MEDIATOR
NO Nama Pendidikan Lembaga yang mengeluarkan Sertifikat
No dan Tanggal Sertifikat
Keterangan
Format M.2.1
P E N E T A P A N
Nomor: ……/Pdt… / 200 /PA.....
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Majelis Hakim Pengadilan Agama ....................., telah membaca surat
gugatan/permohonan tanggal.... ……………… 20. Nomor: ……/Pdt… / 200 /PA....;
Menimbang menurut hukum, bahwa setiap sengketa perdata wajib terlebih
dahulu diselesaikan melalui mediasi. Untuk itu perlu ditetapkan atau ditunjuk mediator;
Menimbang, bahwa oleh karena para pihak telah sepakat memilih mediator
yang namanya sebagaimana tersebut dibawah ini, maka yang bersangkutan perlu
ditetapkan sebagai mediator dalam perkara ini;
Menimbang, kepada Mediator yang ditunjuk supaya melaksanakan mediasi
dan melaporkan hasilnya secara tertulis kepada Majelis Hakim;
Memperhatikan, Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor: 01 Tahun 2008
Tentang Prosedur Mediasi pada Pengadilan serta ketentuan hukum lain yang terkait;
M E N E T A P K A N :
1. ………………………………………: sebagai mediator dalam perkara ini;
2. Memerintahkan mediator yang ditunjuk agar melaksanakan proses mediasi dan
melaporkan hasilnya secara tertulis kepada majelis hakim;
Ditetapkan di ………………………… ;
Pada tanggal : ……………………200 ….
Ketua Majelis,
…………………………………………
Tembusan:
Ketua Pengadilan Agama ................
Format M.2.2
P E N E T A P A N
Nomor: ……/Pdt… / 200 /PA.....
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Majelis hakim Pengadilan Agama ......................., telah membaca surat
gugatan/ permohonan tanggal ……………… 200 Nomor: ……/Pdt… / 200 /PA....;
Menimbang menurut hukum, bahwa setiap sengketa perdata wajib terlebih
dahulu diselesaikan melalui mediasi. Untuk itu perlu ditetapkan atau mediator;
Menimbang oleh karena para pihak telah tidak sepakat tentang siapa yang
dipilih sebagai mediator, maka majelis hakim perlu menunjuk mediator dalam perkara ini
yang namanya seperti tersebut dibawah ini;
Menimbang kepada mediator yang ditunjuk supaya melaksanakan mediasi dan
melaporkan hasilnya secara tertulis kepada Majelis Hakim;
Memperhatikan Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor: 01 Tahun 2008
Tentang Prosedur Mediasi pada Pengadilan serta ketentuan hukum lain yang terkait;
M E N E T A P K A N :
1. Menunjuk: …………………………………: sebagai mediator dalam perkara ini;
2. Memerintahkan mediator yang ditunjuk agar melaksanakan proses mediasi dan
melaporkan hasilnya secara tertulis kepada majelis;
Ditetapkan di …………..............................;
Pada tanggal : ……………………200 …...
Ketua Majelis,
…………………………………………
Tembusan:
Ketua Pengadilan Agama ................
Format M.3
P E N E T A P A N
Nomor: …./Pdt.G/ 200.. /PA…..
Membaca, Surat Penunjukan Mediator tanggal……………………………..
Nomor : …….. /……… /……../PA….; dalam perkara antara:
……………………………………………………………, umur..… tahun, agama
…………… pekerjaan …………………………………… tempat kediaman di
…………………………………………………………………………………………
selanjutnya disebut sebagai: P.........................;
m e l a w a n
……………………………………………………………, umur..… tahun, agama
…………… pekerjaan …………………………………… tempat kediaman di
……………………….…………………………………………………………………
selanjutnya disebut sebagai: T.........................;
Menimbang bahwa untuk melaksanakan prosedur mediasi terhadap perkara
tersebut perlu ditetapkan hari, tanggal dan tempat pelaksanaan mediasi sebagaimana
tersebut di bawah ini ;
Menimbang bahwa kepada petugas yang ditunjuk diperintahkan memanggil para
pihak beperkara sesuai ketentuan yang berlaku;
Mengingat, ketentuan dalam Perma Nomor 01 Tahun 2008 dan ketentuan hukum
yang berkaitan;
MENETAPKAN :
1. Menentukan, bahwa mediasi akan dilangsungkan di ……………………………. pada
hari ……………… tanggal ……………………………..200.., jam 09.00 Wib;
2. Memerintahkan juru sita pengganti lewat ketua majelis hakim untuk melakukan
pemanggilan kepada para pihak agar hadir pada hari, tanggal dan jam yang telah
ditetapkan;
Ditetapkan di : ............................................... ;
Pada Tanggal : ………………………200...;
Mediator,
…………………………………………………
Tembusan
Majelis Hakim perkara No…../Pdt.G/200./PA…;
Format M.4
INSTRUMEN MEDIASI
Supaya dicatat dalam register:
Nama Mediator : ...................................................................................................... ;
Perkara Nomor : ……/Pdt.G/200./PA…..;
Penggugat/Pemohon : ............................................................................................. ;
Tergugat/Termohon : .............................................................................................. ;
Tgl Penetapan : ...................................................................................................... ;
……., ……………………….200.,-
Ketua Majelis,
……………………………………………
Format M.5
REGISTER MEDIASI
No No. Perkara
Para Pihak
Majelis Hakim
Tanggal Penetapan Penunjukan Mediator
Nama Mediator
Mediasi yang gagal
Tanggal Kesepakatan Perdamaian
Isi Akta Perdamaian/Kesempatan Perdamaian
Tanggal Put./Pen
Ket.
Format M.6
DAFTAR INVENTARISASI MASALAH
DAN USULAN PENYELESAIAN SENGKETA
Perkara Nomor : ……………./Pdt.G/………../PA….. Tanggal Mediasi : ……………………………………………..
I. Masalah Pokok : 1. ………………………………………………………………………………….. 2. ………………………………………………………………………………….. 3. ………………………………………………………………………………….. 4. …………………………………………………………………………………. 5. ………………………………………………………………………………….
II. Masalah Biasan :
1. ………………………………………………………………………………….. 2. …………………………………………………………………………………. 3. …………………………………………………………………………………. 4. …………………………………………………………………………………. 5. ………………………………………………………………………………….
III. Faktor-Faktor Pemicu Konflik :
1. ................................................................................................................. 2. ................................................................................................................. 3. ................................................................................................................. 4. ................................................................................................................. 5. .................................................................................................................
IV. Faktor-faktor Penyatuan Persepsi:
1. ………………………………………………………………………………… 2. ………………………………………………………………………………… 3. ………………………………………………………………………………… 4. ………………………………………………………………………………… 5. …………………………………………………………………………………
V. Alternatif Penyelesaian :
1. ………………………………………………………………………………… 2. ………………………………………………………………………………… 3. ………………………………………………………………………………… 4. ………………………………………………………………………………... 5. …………………………………………………………………………………
VI. Kesimpulan : 1. ………………………………………………………………………………… 2. ………………………………………………………………………………… 3. ………………………………………………………………………………... 4. ………………………………………………………………………………… 5. …………………………………………………………………………………
………………,…………….200.. Mediator, ………………………..
Format M.7.1. Laporan Mediasi Gagal Hal: Laporan mediasi gagal Kepada: Yth. Majelis Hakim Yang memeriksa Perkara No. ________________________________ Di Pengadilan Agama ___________________ Dengan hormat,
Bersama ini kami, selaku mediator dalam perkara No,______________
memberitahukan bahwa oleh karena salah satu/ para pihak tidak menghadiri pertemuan mediasi sebanyak dua kali berturut-turut tanpa alasan setelah dipanggil secara patut, sehingga mediasi gagal.
Demikian laporan ini kami sampaikan dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
________,_______________20__
Mediator
( )
Format M.7.2 Laporan Perkara Ttidak Layak Dimediasi Hal: Laporan perkara tidak layak dimediasi Kepada: Yth. Majelis Hakim yang memeriksa perkara No. ________________________________ Di Pengadilan Agama ___________________ Dengan hormat,
Bersama ini kami, selaku mediator dalam perkara No,______________
memberitahukan bahwa oleh karena sengketa yang dimediasi melibatkan aset atau harta kekayaan atau kepentingan yang nyata-nyata berkaitan dengan pihak lain yang tidak disebutkan dalam gugatan sehingga pihak lain yang berkepentingan tidak menjadi salah satu pihak dalam proses mediasi, maka perkara tersebut tidak layak untuk dimediasi.
Demikian laporan ini kami sampaikan dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
________,_______________20__
Mediator
( )
Format M.7.3.1. Laporan Proses Mediasi Gagal Hal: Laporan proses mediasi gagal Kepada: Yth. Majelis Hakim yang memeriksa perkara No. ________________________________ Di Pengadilan Agama ___________________ Dengan hormat,
Bersama ini kami, selaku mediator dalam perkara No,______________
memberitahukan bahwa proses mediasi yang kami laksanakan telah gagal mencapai kesepakatan (pernyataan tentang kegagalan tersebut terlampir).
Demikian laporan ini kami sampaikan dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
________,_______________20__
Mediator
( )
Format M.7.3.2. Pernyataan Proses Mediasi Gagal (dibuat oleh mediator dan para pihak)
PERNYATAAN
Pada hari ini,……… tanggal………………….,20…. saya, (Nama Mediator), Mediator terdaftar di Pengadilan Agama ………………….,dengan ini menyatakan bahwa:
Perkara : No. ………………………………/20…… Antara : .....…………………………………………
melawan
…………………………………………
Telah gagal mencapai kesepakatan dalam proses mediasi yang telah kami tempuh dari tanggal ……………………….,20… s.d……………………………...,20…..
Demikian pernyataan ini dibuat dan ditandatangani oleh saya, selaku
mediator dan para pihak yang bersangkutan tersebut.
…………..,………….20…..
Pihak Tergugat,
Pihak Penggugat,
Mediator,
Format M.7.4. Kesepakatan Perdamaian Hal: Laporan kesepakatan perdamaian Kepada: Yth. Majelis Hakim yang memeriksa perkara No. ________________________________ Di Pengadilan Agama ___________________ Dengan hormat,
Pada hari ini …...…….. tanggal …………… kami para pihak dalam perkara
No..…………….., antara …………………., melawan ……………………, melaporkan bahwa dalam proses mediasi yang kami laksanakan, telah tercapai kesepakatan untuk mengakhiri sengketa dengan ketentuan sebagai berikut :
1. ……………………………………………….. 2. ……………………………………………….. 3. dst.
Bahwa selanjutnya kami para pihak sepakat untuk mencabut perkara
No.……………… tersebut di atas dan menyatakan perkara bahwa telah selesai.(alternatif 1)
Bahwa selanjutnya kami para pihak mohon kepada majelis hakim untuk menguatkan kesepakatan perdamaian tersebut dalam akta perdamaian. (alternatif 2)
Demikian laporan kesepakatan perdamaian ini ditandatangani oleh para pihak dan mediator.
____________________20__
Mediator,
Pihak Tergugat,
Pihak Penggugat,
Format M.8.
BERITA ACARA PEMUSNAHAN CATATAN MEDIASI Nomor: …../Pdt…../………/PA…….
Pada hari ini …………………………., tanggal ………………………….. pukul ……………………..WIB, bertempat di ………………………………………………….., Saya ………………………………………… yang ditunjuk sebagai mediator dalam perkara Nomor: ………/ Pdt…../………/PA……., berdasarkan surat pernyataan mediasi gagal tertanggal ……………………, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 19 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 01 tahun 2008, demi menjaga kerahasiaan perkara dan kebebasan hakim dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara a quo dengan ini melakukan pemusnahan catatan mediasi dalam perkara tersebut; Demikian berita acara ini dibuat dengan ditandatangani oleh mediator dan pihak-pihak berperkara.
…………., ………………… Mediator, …………………………
Para Pihak :
Penggugat/Pemohon,
Tergugat/Termohon,
Format M.9.1. Berita Acara Persidangan (bila para pihak berhasil memilih mediator)
BERITA ACARA PERSIDANGAN Nomor:…/Pdt.G/200…/PA…..
Persidangan Pengadilan Agama…………,yang memeriksa dan mengadili
perkara perdata agama dalam tingkat pertama yang dilangsungkan pada hari…..,tanggal….200….dalam perkara yang diajukan :
……………………………..umur…..tahun… agama Islam, pekerjaan………bertempat tinggal di jalan……………. Kelurahan ………………….. Kecamatan………….……., Kota………..…… sebagai Pemohon.
melawan
……………………… umur …..tahun…….. agama Islam, pekerjaan………bertempat tinggal di jalan…………….. Kelurahan ……………….. Kecamatan……………….…., Kota………………………… sebagai Termohon.
Susunan Persidangan: 1. ………………, sebagai Ketua Majelis. 2. ………………, sebagai Hakim Anggota. 3. ………………, sebagai Hakim Anggota. 4. ………………, sebagai Panitera Pengganti.
..Setelah persidangan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum oleh ketua majelis, maka kedua belah pihak yang berperkara dipanggil masuk kedalam ruang persidangan.
Pemohon datang mengahadap sendiri di persidangan. Termohon datang mengahadap sendiri di persidangan.
Ketua Majelis mengawali persidangan dengan upaya perdamaian melalui mediasi, dengan menjelaskan kepada para pihak tentang kewajiban untuk menempuh proses mediasi dan prosedur mediasi itu sendiri, lalu memberi kesempatan kepada para pihak untuk berunding guna memilih mediator diantara mediator yang telah disediakan oleh pengadilan.
Selanjutnya berdasarkan kesepakatan mereka telah memilih ………… sebagai mediator , maka ketua majelis menunjuk mediator tersebut dengan penetapan yang dibacakan oleh ketua majelis .
Selanjutnya ketua majelis hakim memberitahukan kepada para pihak untuk menghubungi mediator yang sudah ditunjuk tersebut dan kemudian memerintahkan panitera sidang untuk menyampaikan penetapan mediator tersebut kepada mediator yang bersangkutan.
Ketua Majelis kemudian menyatakan sidang ditunda untuk mediasi dan akan dibuka kembali pada hari …………., tanggal ………………….
Setelah penundaan tersebut diumumkan, kemudian ketua majelis menyatakan sidang ditutup.
Demikian berita acara persidangan ini dibuat dan ditanda tangani oleh ketua majelis dan panitera pengganti.
Ketua Majelis (…………………..)
Panitera Pengganti
Ketua Majelis
Format M.9.2. Berita acara Persidangan (apabila para pihak gagal memilih mediator)
BERITA ACARA PERSIDANGAN Nomor : ………/Pdt.G/200…/PA ….
Persidangan Pengadilan Agama …… yang memeriksa dan mengadili
perkara perdata agama dalam tingkat pertama yang dilangsungkan pada hari ………. tanggal ………200.. dalam perkara yang diajukan : …………………………… Umur,…… tahun, agama Islam,pekerjaan ……….. beralamat di jalan………………….Kelurahan………… Kecamatan …………. Kab/Kota…………. Sebagai Pemohon.
m e l a w a n
……………………………. Umur,……tahun, agama Islam, pekerjaan …………, beralamat di jalan…………. Kelurahan…………..Kecamatan…………………. Kabupaten/Kota………….. sebagai Termohon. Susunan Persidangan : 1 ………sebagai Ketua Majelis. 2 ………sebagai Hakim Anggota. 3 ………sebagai Hakim Anggota. 4………..sebagai Panitera Pengganti
Setelah persidangan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum oleh ketua majelis maka kedua belah pihak yang berperkara dipanggil masuk ke dalam ruang persidangan . Pemohon datang menghadap sendiri di persidangan ; Termohon datang menghadap sendiri di persidangan.
Ketua Majelis mengawali persidangan dengan upaya perdamaian melalui mediasi, dengan menjelaskan kepada para pihak tentang kewajiban untuk menempuh proses mediasi dan prosedur mediasi itu sendiri,lalu memberi kesempatan kepada para pihak untuk berunding guna memilih mediator diantara mediator yang telah disediakan oleh pengadilan.
Selanjutnya berdasarkan laporan para pihak yang menyatakan telah gagal memilih mediator, maka ketua majelis menunjuk mediator …………………. untuk menjalankan proses mediasi dalam perkara ini dengan penetapan yang dibacakan oleh ketua majelis.
Selanjutnya ketua majelis memberitahukan kepada para pihak untuk menghubungi mediator yang sudah ditunjuk tersebut dan kemudian memerintahkan panitera pengganti untuk menyampaikan penetapan mediator tersebut kepada mediator yang bersangkutan.
Ketua Majelis kemudian menyatakan sidang ditunda untuk mediasi dan akan dibuka kembali pada hari…………., tanggal ……………… kemudian ketua majelis menyatakan sidang ditutup.
Demikian berita acara persidangan ini dibuat dan ditanda tangani oleh ketua majelis dan panitera pengganti Format M.9.3. BAP Sidang Pertama salah satu pihak tidak hadir
Panitera Pengganti
Ketua Majelis
BERITA ACARA PERSIDANGAN
Nomor : ………/Pdt.G/200…/PA ….
Persidangan Pengadilan Agama …… yang memeriksa dan mengadili perkara perdata agama dalam tingkat pertama yang dilangsungkan pada hari ………. tanggal ………200.. dalam perkara yang diajukan : …………………………… Umur,…… tahun, agama Islam, pekerjaan ……….. beralamat di jalan………………….Kelurahan………… Kecamatan …………. Kab/Kota…………. sebagai Pemohon m e l a w a n ……………………………. Umur,……tahun, agama Islam, pekerjaan …………, beralamat di jalan…………. Kelurahan…………..Kecamatan…………………. Kabupaten/Kota………….. sebagai Termohon. Susunan Persidangan : 1 ………sebagai Ketua Majelis. 2 ………sebagai Hakim Anggota. 3 ………sebagai Hakim Anggota. 4………..sebagai Panitera Pengganti
Setelah persidangan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum oleh ketua majelis maka kedua belah pihak yang berperkara dipanggil masuk ke dalam ruang persidangan . Pemohon datang menghadap sendiri di persidangan ; Termohon tidak datang menghadap sendiri di persidangan.
Ketua Majelis mengawali persidangan dengan memeriksa relaas panggilan kepada Termohon dan ternyata relaas panggilan tersebut telah dilaksanakan secara sah dan patut. Selanjutnya ketua majelis menjelaskan kepada pihak yang hadir tentang kewajiban untuk menempuh proses mediasi dan prosedur mediasi itu sendiri, namun karena Termohon tidak hadir maka tahapan mediasi tidak dapat dilaksanakan.
Berhubung termohon tidak hadir sidang ditunda guna memanggil termohon dan memerintahkan kepada pemohon untuk hadir pada sidang berikutnya hari …………., tanggal ………………..
Setelah penundaan tersebut diumumkan, selanjutnya ketua majelis menyatakan sidang ditutup.
Demikian berita acara persidangan ini dibuat dan ditanda tangani oleh ketua majelis dan panitera pengganti
Format M.9.4 BAP Sidang lanjutan Termohon tidak hadir kedua kalinya
Panitera Pengganti
Ketua Majelis
BERITA ACARA PERSIDANGAN Nomor : ………/Pdt.G/200…/PA ….
Persidangan Pengadilan Agama …… yang memeriksa dan mengadili
perkara perdata agama dalam tingkat pertama yang dilangsungkan pada hari ………. tanggal ………200.. dalam perkara yang diajukan : …………………………… Umur,…… tahun, agama Islam, pekerjaan ……….. beralamat di jalan………………….Kelurahan………… Kecamatan …………. Kab/Kota…………. sebagai Pemohon m e l a w a n ……………………………. Umur,……tahun, agama Islam, pekerjaan …………, beralamat di jalan…………. Kelurahan…………..Kecamatan…………………. Kabupaten/Kota………….. sebagai Termohon. Susunan Persidangan : 1 ………sebagai Ketua Majelis. 2 ………sebagai Hakim Anggota. 3 ………sebagai Hakim Anggota. 4………..sebagai Panitera Pengganti
Setelah persidangan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum oleh ketua majelis maka kedua belah pihak yang berperkara dipanggil masuk ke dalam ruang persidangan . Pemohon datang menghadap sendiri di persidangan ; Termohon tidak datang menghadap sendiri di persidangan.
Ketua Majelis mengawali persidangan dengan memeriksa relaas panggilan kepada termohon dan ternyata relaas panggilan tersebut telah dilaksanakan secara sah dan patut.
Berhubung termohon untuk kedua kalinya tidak hadir didalam persidangan setelah dipanggil secara patut, majelis hakim berpendapat, oleh karena para pihak tidak lengkap, maka perkara ini tidak layak dimediasi.
Selanjutnya, majelis hakim menyatakan pemeriksaan perkara dilaksanakan dengan acara biasa dan di awali upaya perdamaian sesuai ketentuan Pasal 130 HIR.
Majelis hakim melanjutkan pemeriksaan dengan …………………………… ………………………………………………………………………………………………
Demikian berita acara persidangan ini dibuat dan ditanda tangani oleh ketua majelis dan panitera pengganti Format M.9.5. BAP Sidang Pembacaan Laporan Mediasi Gagal
BERITA ACARA PERSIDANGAN
Panitera Pengganti
Ketua Majelis
Nomor : ………/Pdt.G/200…/PA …. Persidangan Pengadilan Agama …… yang memeriksa dan mengadili perkara perdata agama dalam tingkat pertama yang dilangsungkan pada hari ………. tanggal ………200.. dalam perkara yang diajukan : …………………………… Umur,…… tahun, agama Islam, pekerjaan ……….. beralamat di jalan………………….Kelurahan………… Kecamatan …………. Kab/Kota…………. sebagai Pemohon m e l a w a n ……………………………. Umur,……tahun, agama Islam, pekerjaan …………, beralamat di jalan…………. Kelurahan…………..Kecamatan…………………. Kabupaten/Kota………….. sebagai Termohon. Susunan Persidangan : 1 ………sebagai Ketua Majelis. 2 ………sebagai Hakim Anggota. 3 ………sebagai Hakim Anggota. 4………..sebagai Panitera Pengganti
Setelah persidangan dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum oleh ketua majelis maka kedua belah pihak yang berperkara dipanggil masuk ke dalam ruang persidangan . Pemohon datang menghadap sendiri di persidangan ; Termohon tidak datang menghadap sendiri di persidangan, meskipun ia telah dipanggil dengan resmi dan patut sebanyak 2(dua) kali tanpa alasan yang sah.
Ketua Majelis mengawali persidangan dengan membaca laporan dari mediator tertanggal .................................... yang melaporkan bahwa Termohon tidak menghadiri pertemuan mediasi sebanyak 2(dua) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah setelah dipanggil secara patut, dan oleh karenanya sesuai ketentuan Pasal 14 ayat (1) Perma No.01 Tahun 2008, dilaporkan oleh mediator bahwa mediasi telah gagal dilaksanakan ;
Selanjutnya ketua majelis memerintahkan kepada pihak yang berperkara untuk melanjutkan persidangan sesuai dengan ketentuan hukum acara yang berlaku, dan majelis hakim akan tetap mengupayakan perdamaian pada setiap tahap pemeriksaan perkara hingga sebelum putusan diucapkan.
Setelah penundaan tersebut diumumkan, selanjutnya ketua majelis menyatakan sidang ditutup.
Demikian berita acara persidangan ini dibuat dan ditanda tangani oleh ketua majelis dan panitera pengganti. .)
AKTA PERDAMAIAN
Panitera Pengganti
Ketua Majelis
Pada hari ini……….. tanggal …………………, dalam persidangan Pengadilan
Agama………………. Yang terbuka untuk umum yang memeriksa dan mengadili perkara-
perkara perdata dalam tingkat pertama, telah datang menghadap :
I. A…………. bertempat tinggal di…………… pekerjaan……………
menurut surat gugatan dalam perkara daftar No……….., sebagai
Penggugat.
II. B…………. bertempat tinggal di…………… pekerjaan……………
menurut surat gugatan dalam perkara daftar No……….., sebagai
Tergugat;
Yang menerangkan bahwa mereka bersedia untuk mengakhiri
persengketaan antara mereka seperti termuat dalam surat gugatan tersebut,
dengan jalan perdamaian melalui proses mediasi dengan mediator
……………………., Pengadilan Agama tersebut, dan untuk itu telah mengadakan
persetujuan sebagai berikut :
(isi persetujuan)
…………………………..
…………………………..
Setelah isi persetujuan perdamaian tersebut dibuat secara tertulis
tertanggal ………… dan dibacakan kepada kedua belah pihak, maka mereka
masing-masing menerangkan dan menyatakan menyetujui seluruh isi persetujuan
perdamaian tersebut.
Kemudian Pengadilan Agama menjatuhkan putusan sebagai berikut.
P U T U S A N
No…………/Pdt.G/200…/PN……..
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Agama tersebut;
Telah membaca surat persetujuan perdamaian tersebut diatas;
Telah mendengar kedua belah pihak yang berperkara;
Mengingat Pasal 130 HIR/154 RBg dan PERMA No. 01 Tahun 2008 serta
ketentuan perundang-undangan lain yang bersangkutan;
MENGADILI
Menghukum kedua belah pihak A dan B tersebut untuk mentaati isi
persetujuan yang telah disepakati tersebut diatas,
Menghukum kedua belah pihak untuk membayar biaya perkara sebesar
Rp………………..…… masing-masing separuhnya.
Demikianlah diputuskan pada hari……… tanggal………………………..
oleh…………….……., sebagai Ketua Majelis
dan…………………………………..sebagai Hakim-Hakim Anggota, putusan mana
pada hari itu juga diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis
tersebut, dengan dibantu oleh ……………………………., Panitera Pengganti dan
kedua belah pihak yang berperkara.
Hakim-Hakim Anggota Ketua Majelis
Panitera Pengganti
Lampiran M.11
(Berkas Panitera)
LAPORAN PERKARA PERDATA AGAMA YANG DIPROSES MELALUI MEDIASI
(PERMA No.1 TAHUN 2008)
PENGADILAN AGAMA………..
BULAN………………….20…….
No
No.Perkara
Tgl
Pendaftaran
Klafikasi
Para
Piha
k
Didampingi
Kuasa
Hukum
Mediator
Tangga
l
penunju
kan
Mediato
r
Hasil Akhir/Laporan
Mediator (Tanggal) Ket
Ya Tidak Terdaftar di PA
Luar
PA Kesepakatan
Gagal
Hakim
Non
Hakim Damai Cabut
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
……,…………20….
Mengetahui
Ketua Pengadilan Agama ……… Panitera ……..…………..
(……………………………) (……………………………)
NIP. ……………………… NIP. ……………………
SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN
Nomor : W27-A/ 714 /HK.03.5/2009
TENTANG
KELOMPOK KERJA PTA BANTEN
KETUA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANTEN
Menimbang : a. Dalam rangka memecahkan permasalahan permasalahan yang
timbul dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Pengadilan
Agama di lingkungan Pengadilan Tinggi Agama Banten
dipandang perlu membentuk kelompok kerja Pengadilan Tinggi
Agama Banten (POKJA PTA BANTEN);
b. Bahwa yang namanya tersebut dalam lampiran surat keputusan
ini dipandang cakap dan mampu melaksanakan tugas tersebut;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 Jo. Undang-Undang
Nomor 3 tahun 1987 tentang Peradilan Agama;
2. Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang kekuasaan
kehakiman;
3. Undang-Undang Nomor 5 tahun 2004 Jo. Undang-Undang
Nomor 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung;
4. Undang-Undang Nomor 4 tahun 2005 tentang pembentukan
Pengadilan Tinggi Agama Banten;
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Pengadilan Tinggi Agama Banten dengan
Pengadilan Agama se- wilayah PTA Banten tanggal 4 s/d 6 Februari
tahun 2009;
MEMUTUSKAN
Pertama : Membentuk Kelompok Kerja ( POKJA ) Pengadilan Tinggi Agama
Banten;
K e d u a : Menunjuk yang namanya tersebut pada daftar terlampir sebagai
kelompok kerja
( POKJA ) Pengadilan Tinggi Agama Banten;
Ke t i g a : Tugas POKJA adalah :
1. Menginventarisir permasalahan-permasalahan dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi;
2. Mendiskusikan/memecahkan permasalahan tersebut ;
3. Melaporkan hasil diskusi/pemecahan masalah kepada pimpinan
Pengadilan Tinggi Agama Banten;
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan, dengan ketentuan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini,
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya;
Salinan surat keputusan ini disampaikan kepada yangbersangkutan untuk
diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya;
Ditetapkan di : S e r a n g
Pada Tanggal : 6 April 2009
K e t u a,
Drs. H. Soufyan M Saleh, S.H.
NIP : 150110843