Post on 12-Jul-2020
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM KOTAKU (KOTATANPA KUMUH) STUDI KASUS DI KELURAHAN SAWAH LAMA
(Skripsi)
Oleh
PRAYOGA BIANTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRAK
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM KOTAKU (KOTATANPA KUMUH) STUDI KASUS DI KELURAHAN SAWAH LAMA
Oleh
PRAYOGA BIANTARA
Kawasan kumuh perkotaan menjadi satu permasalahan yang perlu untuk diatasimelalui pembangunan wilayah. Pembangunan suatu wilayah bukan hanyamelakukan program pembangunan yang bergerak dibidang pembangunan fisiktetapi juga harus bergerak dibidang pembangunan non fisik atau sosial. Sebagailangkah mewujudkan sasaran RPJMN 2015-2019, Direktorat Jenderal CiptaKarya menginisiasi pembangunan platform kolaborasi melalui Program KotaTanpa Kumuh (KOTAKU) dengan pemerintah Kota Bandar Lampung sebagainahkoda dalam penanganan permukiman kumuh dan menyiapkan masyarakatsebagai subyek pembangunan melalui revitalisasi peran Badan KeswadayaanMasyarakat (BKM).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi dalam pelaksanan programKOTAKU di Kelurahan Sawah Lama. Penelitian ini menggunakan tipe penelitiandeskriptif dengan pendekatan kualitatif Program KOTAKU menjadikanmasyarakat sebagai subyek pelaksanaan, dalam hal ini masyarakat KelurahanSawah Lama belum mampu berpartisipasi baik partisipasi secara fisik dan nonfisik dengan penuh karena kurangnya sumberdaya masyarakat serta kemauanmasyarakat untuk berbubah kearah yang lebih baik.
Kata kunci : Partisipasi Fisik Dan Partisipasi Non Fisik, Revitalisasi
ABSTRACT
COMMUNITY PARTICIPATION IN THE KOTAKU PROGRAM (CITYWITHOUT GROWTH) CASE STUDY IN KELURAHAN SAWAH LAMA
By
PRAYOGA BIANTARA
Urban slum areas are one problem that needs to be addressed through regionaldevelopment. The development of a region is not only carrying out a developmentprogram that is engaged in physical development but also must move in the fieldof non-physical or social development. As a step towards realizing the 2015-2019RPJMN target, the Directorate General of Human Settlements initiated thedevelopment of a collaboration platform through the No Slum City Program(KOTAKU) with the Bandar Lampung city government as a captain in handlingslums and preparing the community as development subjects through revitalizingthe role of Community Self-Sufficiency Board )
This study aims to determine participation in the implementation of the KOTAKUprogram in Sawah Lama Village. This study uses a descriptive type of researchwith the qualitative approach of the KOTAKU Program which makes thecommunity the subject of implementation, in this case the community of SawahLama Village has not been able to fully participate both physically and non-physically due to lack of community resources and the willingness to changetowards a better direction.
Keywords: Physical Participation and Non Physical Participation,Revitalization
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM KOTAKU (KOTATANPA KUMUH) STUDI KASUS DI KELURAHAN SAWAH LAMA
Oleh
PRAYOGA BIANTARA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA ADMINISTRASI NEGARA
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi NegaraFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Prayoga Biantara, dilahirkan pada 20
Maret 1995 di Kota Prabumulih Sumatera Selatan. Lahir dari
pasangan Bapak Salim.S dan Ibu Rusmiliana. Penulis memiliki
satu kakak perempuan yang bernama Wiwik Bethara Mandasari,
satu kakak laki-laki yang bernama Yudis Sitra Aprianto. Penulis memulai
pendidikan di TK Aisiyah Kota Prabumulih 1999 dan lulus pada tahun 2000.
Kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri 15 (SDN 15) K
tahun 2000 dan lulus pada tahun 2006, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 2
Kota Prabumulih tahun 2006 dan lulus pada tahun 2010. Lalu penulis menempuh
pendidikan lanjutan di SMA Negeri 3 Kota Prabumulih pada tahun 2010 dan lulus
pada tahun 2013.
Penulis diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP
Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui jalur masuk SNMPTN (Jalur
Undangan). Pada jenjang SMP, penulis aktif berorganisasi dan menjabat sebagai
Anggota Organiasasi Intra Sekolah (OSIS) SMP Negeri 2 Kota Prabumulih pada
periode 2007/2008. Pada jenjang SMA Aktif sebagai Anggota Organisasi Intra
Sekolah (OSIS) SMA Negeri 3 Kota Prabumulih. Pada jenjang perguruan tinggi
penulis berkesempatan berorganisasi di HIMAGARA.
Motto
Dan Apabila hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila iamemohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka berimanKepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
(QS Al Baqarah : 186)
Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
(QS : Al Insyirah : 5-6)
Kalau tidak bisa mengejar mimpi, berjalan perlahan saja.Satu langkah kecil setiap hari akan lebih baik dibandingkan
diam dan berandai-andai. (Fiersa Besari)
Rendahkanlah dirimu, jangan rendahkan harga dirimu.(Prayoga Biantara)
Bukanlah kesabaran jika masih mempunyai batasBukanlah keikhlasan jika masih merasakan sakit.
(Prayoga Biantara)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur kepada Alloh Subhaanahu wata’ala
yang maha baik telah meridhoi penyusunan skripsi ini dengan banyak hikmah
yang disertakan olehNya selama proses penyusunan skripsi ini berlangsung.
Terimakasih yang tak terkira kepada kedua orangtuaku:
Bapakku tercinta, Salim.S bin Sainadan
Ibuku tercinta, Rusmiliana binti Winan
seorang kakak laki-laki, seorang kakak perempuan,
Terimakasih untuk guru, dosen, teman-teman , dan seluruh
pihak yang membantu
SANWACANA
Alhamdulillah, dengan yakin atas rencana Allah SWT beserta segala rahmat, rohmaan, dan
rohiim NYA, skripsi dengan judul Partisipasi Masyarakat Dalam Program KOTAKU
(Kota Tanpa Kumuh) Studi Kasus Di Kelurahan Sawah Lama.
ini telah selesai pada waktu terbaik menurut perencanaan nya. Selama proses penyusunan
skripsi ini, penulis menyadari ada banyak sekali pihak yang membantu dari berbagai aspek,
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Untuk bapak Dr. Bambang Utoyo, M.Si.selaku dosen pembimbing utama. Terimakasih
banyak atas bimbingan, arahan, ilmu, waktu, nasehat, dan tenaga selama ini. Terimakasih
telah menjadi mentor yang baik, yang telah mengajari cara berfikir dan berkembang.
2. Ibu Ita prihantika S.Sos, M.A. terima kasih untuk kebaikan dan kesabaran ibu selama
proses bimbingan skripsi ini, semoga Allah selalu melimpahkan rezeki untuk ibu dan
keluarga Ibu.
3. Bapak Syamsul Ma’arif, S.IP., M.Si selaku dosen pembahas. Terimakasih atas setiap
saran, kritik dan masukan yang membangun selama ini. Saya sangat kagum dengan cara
mengajar dan kesabaran bapak selama ini.
4. Kedua orangtuaku, ibu dan bapak terimakasih atas kasih sayang yang tak terhingga dan
segala nya yang telah engkau korban kan selama ini. Ter khusus Ibu ku yang selama ini
membesarkan ku seorang diri sejak bapak meninggal, yang selalu menyayangi ku sama
seperti aku masih bayi dulu, yang selalu terjaga saat aku tertidur untuk mendoakan ku
dalam keadaan apapun. Segala yang ku perbuat adalah untuk membahagiakan mu ibu,
dan semoga Allah selalu menjaga ibu dan bapak dalam rahmat, keimanan dan
ketaqwaan
5. Untuk mbak ku wiwik bethara dan kakak ku yudis sitra yang selalu memotivasiku untuk
menyelesaikan skripsi ini semoga Allah selalu melindungi mu dalam keadaan apapun.
6. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara,, Bapak Eko Budi Sulistio, S.Sos.,
M.A.P., Ibu Dewie Brima Atika, S.I.P, M.Si., Ibu Rahayu Sulistiowati, Bapak
Dr.Noverman Duadji, Bapak Nana Mulyana, S.I.P., M.Si., Ibu Meiliyana, S.I.P., M.A.,
Bapak Dr. Dedi Hermawan,S.Sos,M.Si, Bapak Syamsul Maarif, Ibu Dra.Dian Kagungan,
M.H., Ibu Intan Fitri Meutia, S.A.N., M.A., Ph.D. terimakasih banyak atas setiap ilmu
yang diajarkan kepada penulis.
7. Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pak Azhari dan bu Nur. Terimakasih telah
membantu setiap urusan administrasi yang dibutuhkan penulis selama ini.
8. Terimakasih brother Keluarga kosdik/basecamp 758/ benteng belanda/ rumah kedua
(Alasmenara bujang), Sukses bro semua , Sidik Aryono (tukang edit edit klub yang paling
rajin, alim, sabar kalo dirusuhin), Dinda Safutra (kebanyakan ngijang idup lo cok, buruan
lagi nyari kerja oyy), M.Leo Andika Chandra (babang tamvan ceo lampung tour), Pindo
Riski Saputra (dari dulu kebanyakan alasan jagain adek), Zulham Effendi Putra (caleg
waykanan, semoga menang brader), Dhimas Cahyo Pratama (yang sudah merantau
duluan ke jakarta, sukses sob), hafiz ramadhan/Apis kriting (brader aug cuti, kelarin
kuliah bree ngejer duit mah ga ada abis nya), Ari Ismarangga/balur (dedek ayuy galak
tapi rendah hati dan Bijaksana), Gibran Kalibongso (anak IPDN yang garing kalo
ngelucu), Rahmad galih risadi (udah nikah duluan boy, abis masa bujang lo. Moga cepet
punya anak kalo bisa sih yang banyak), Hendro/ Mat Golok (yang udah punya lapas lapas
kota agung).
9. Abang abang Himagara, Terimakasih atas bimbingan nya selama ini kepada peneliti,
nanti kalo gua udah sukses kita reoni di kapal pesiar bang haha. Untuk Bang Loy (sukses
bang, banyak masukan yang sangat membangun), Bang Aden (gua di ocehin suruh pulang
pas cuti dulu, makasih gua menang taruhan sepatu ama elo bang, calon sekda prov
lampung), Bang Samsu (sukses gudang kuota nya bang), Bang Liba (sebelum lulus
kekosan terus der, sebat dulu geh woles), Bang uyung (yang udah punya anak duluan
namanya dedek uju), Bang guruh (abang asuransi yang juga pengusaha sukses nih,
onemixorder), Bang Rido (masuk kemenkumham tugas di jambi, sok galak bener dulu
mah tapi kok gua nurut ya haha), Bang Begh (tinggal di BTN 2 , dulu mah sering kesana
waktu maba sok ngasih pencerahan wkwk),Menceng, oji, upil, ahmed, Wahyu, Kiki,
Alga, Akbar, Berry, Danu, Denish, Irlan, Satria mbah,Dll. Terimakasih dan semoga
sukses selalu bang.
10. Temen-temen Alasmenara Zikri, Hasby, Iqbal, Arif, BJ Shedy, Yogi, Resghi, Respaty,
Revardo, Rico, Taufiq, , Edo, Bayu tongba, Khaidir, Hendriko, Okta, Hendriyansyah,
Anggi, Fajar, Wahyu, Ayu W, Uun, Dila, Dwi, Eka, Laras, Ratu, Riska, Sasa, Luse,
Arinta, Desti, Rindu, Pepah, Meilika, Ade, Agnes, Andan, Asti, Ayu Krui, Cici, Eci,
Emon, Devi P, Devi Y, Nuris, Ellyza, Elva, Fella, Ghozie, Isti, Kartika F, Lela, Nanda,
Nisa, Nita, Oca, Syntia, Tiara, Tulva, Vania, Wiza, Wulan, Dewi A, Fitri Wahyuni, Jita,
Maya, Meylani, Pepy, Rahma, Rijkiana, Sarah/ala, Kartika Re.
11. Keluarga besar “ANAK KOPI” , kak Ade Fazriansyah, Tri Wira (iik), Yerandi Anarki
(riki), Afrizal (ijal), Bayu P, Imam, Tommy gede, Tommy Babe, Bung Angga, Kak Dona,
Bang Firhad, Bang Ewok, Rio Ijul, Awal, Bayu, Rio Linantha, Kiki, Novalco, AA’
Ujang, dan semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas segala
pelajaran hidup yang di berikan kepada saya selama ini.
12. Keluarga besar HIMAGARA, terimakasih banyak Anti Mapia, Ampera, Gelas Antik dan
Atlantik yang telah menjadi teman kuliah bagi peniliti dalam masa ahir studi peneliti dan
telah mengajarkan banyak hal kepada peneliti selama kuliah di FISIP Unila. Sukro
Anung, Adi, Idin, Binter, Sangga, Fery, Adon, Yunia, Astri, Isti, Bela, Kadek, Jeki,
Aldino, Goten, Dedi, Meika, Maul, Cindy, Galuh, Septri, Niko, Refani, dll yang tidak
dapat disebutkan.
13. Semua pihak yang membantu secara langsung atau tidak langsung selama penulis kuliah
sampai dengan penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini ditulis dengan usaha yang maksimal sesuai dengan kemampuan peneliti. Jika
masih terdapat banyak kekurangan, dapat dijadikan evaluasi atau penelitian lanjutan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang memerlukan.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................. i
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ iv
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1B. Rumusan Masalah ............................................................................ 13C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 13D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 14
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 14A. Tinjauan Tentang partisipasi ............................................................ 15
1. Pengertian Tentang Kebijakan Publik ......................................... 152. Prinsip-Prinsip Partisipasi Masyarakat ........................................ 163. Macam-Macam Partisipasi dalam Masyarakat............................ 174. Tingkatan Partisipasi .................................................................. 185. Bentuk-Bentuk Partisipasi .......................................................... 19
B. Tinjauan Tentang Pemukiman Kumuh ........................................... 211. Definisi Permukiman Kumuh ..................................................... 212. Karakteristik Pemukiman Kumuh .............................................. 223. Kriteria Kawasan Pemukiman Kumuh ........................................ 274. Faktor Penyebab Pertumbuhan Kawasan Permukiman .............. 275. Perubahan Lingkungan Permukiman .......................................... 28
III. METODE PENELITIAN ................................................................... 33A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ....................................................... 34B. Fokus Penelitian ............................................................................... 35C. Lokasi Penelitian .............................................................................. 36D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 37E. Teknik Analisis Data ........................................................................ 39F. Teknik Keabsahan Data ................................................................... 40
ii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 43
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................ 43B. Hasil Penelitian ................................................................................ 49
1. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Kota TanpaKumuh (KOTAKU) di Kelurahan Sawah Lama........................ 52a. Bentuk Partisipasi Non-Fisik ............................................... 53b. Bentuk Partisipasi Fisik ....................................................... 63
C. Pembahasan...................................................................................... 691. Bentuk Partisipasi Non Fisik...................................................... 712. Bentuk Partisipasi Fisik ............................................................. 77
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 85
A. Kesimpulan ...................................................................................... 85B. Saran................................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Kelurahan Program KOTAKU Bandar Lampung ....................... 10
Tabel 2.1 Data Informan Penelitian ............................................................. 29
Tabel 4.1 Kepadatan Penduduk Sawah Lama.............................................. 44
Tabel 4.2 Permasalahan Keluarahan Sawah Lama ...................................... 48
Tabel 4.3 Laporan Keuangan Kegiatan........................................................ 67
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Peta Kelurahan Sawah Lama Bandar Lampung.................................42
Gambar 4.2 Jaringan Jalan................................................................................... .45
Gambar 4.3 Kondisi Drainase yang Buruk............................................................45
Gambar 4.4 Kegiatan Awal Perencanaan..............................................................54
Gambar 4.5 penyediaan alat oleh Dinas Pembangunan Umum (PU)....................63
vi
DAFTAR SINGKATAN
BAPPEDA : Badan Perncanaan Pembangunan DaerahBKM : Badan Keswadayaan MasyarakatKOTAKU : Kota Tanpa KumuhLKM : Lembaga Keswadayaan MasyarakatPLPBK : Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis KomunitasPNPM : Program Nasional Pemberdayaan MasyarakatPU : Pekerjaan UmumRTH : Ruang Terbuka HijauRWT : Rembug Warga TahunanSK : Surat KeputusanUU : Undang-UndangUUD : Undang-Undang Dasar
1
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembukaan Undang Undang Dasar (UUD) 1945 alinea keempat menyatakan
bahwa pemerintah harus melindungi rakyatnya dan untuk memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan
amanat UUD 1945 tersebut, maka pemerintah memiliki kewajiban melakukan
pembangunan dalam segala sektor kehidupan yang menyangkut kesejahteraan dan
kecerdasan rakyatnya.
Pembangunan menjadi salah satu hal yang penting dalam kehidupan bernegara,
melalui pembangunan terencana sektor-sektor penting dalam keberlangsungan
negara kedepannya dapat bersaing dengan negara lainnya. Tujuan dari
pembangunan itu sendiri salah satunya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Effendi dalam Pramana (2013:586) di dalam pembangunan suatu wilayah bukan
hanya melakukan program pembangunan yang bergerak dibidang pembangunan
fisik tetapi juga harus bergerak dibidang pembangunan non fisik atau sosial. Oleh
2
karena itu, pembangunan hendaknya harus adanya keseimbangan antara
pembangunan fisik ataupun non fisik nya.
Menurut Soetomo dalam proses pembangunan, masyarakat tidak semata-mata
diperlakukan sebagai obyek, tetapi lebih sebagai subyek dan aktor atau pelaku
(2008:93). Hoofsteede dalam khairuddin (1992:125), membagi partisipasi menjadi
tiga tingkatan : Pertama, Partisipasi inisiasi (inisiasion participation) adalah
partisipasi yang mengundang inisiatif dari pemimpin desa, baik formal maupun
informal, ataupun dari anggota masyarakat mengenai suatu proyek yang nantinya
proyek tersebut menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Kedua, Partisipasi legitimasi
(legitimation participation) adalah partisipasi pada tingkat pembicaraan atau atau
pembuatan keputusan tentang proyek tersebut. Ketiga, Partisipasi eksekusi
(execution participation) adalah partisipasi pada tingkat pelaksanaan.
Ada dua hal yang harus dilaksanakan oleh pemerintah, Pertama : perlu akan
terhadap aspirasi yang disampaikan oleh masyrakatnya, dan perlu sensitif
terhadap kebutuhan rakyatnya. Pemerintah perlu mengetahui apa yang
dibutuhkan oleh rakyatnya dan mau mendengarkan apa kemauannya. Kedua :
Pemerintah perlu melibatkan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam
melaksanakan pembangunan. Dengan kata lain Pemerintah perlu menempatkan
rakyat sebagai subjek pembangunan, bukan sebagai objek pembangunan.
Meskipun pembangunan terus dilakukan namun kenyataannya masih banyak
permasalahan yang meliputi kesejahteraan masyarakat yang belum terselesaikan.
3
Tidak meratanya pembangunan antar desa dan perkotaan menjadi salah satu
permasalahannya. Ketimpangan pembangunan antara desa dan perkotaan menjadi
alasan tersendiri terjadinya urbanisasi. Urbanisasi akan mengakibatkan cepatnya
pertumbuhan jumlah penduduk sehingga jumlah hunian semakin berkurang.
Dengan demikian, peningkatkan jumlah penduduk tersebut harusnya diimbangi
tata kota yang baik.
Jumlah penduduk global di perkotaan diperkirakan akan mencapai 60% pada
tahun 2030, dan 70% pada tahun 2050. Jumlah kota berpenduduk lebih dari 1 juta
jiwa akan mencapai 450 kota, dengan lebih dari 20 kota sebagai megacity, dengan
penduduk melampaui 10 juta jiwa. Kondisi kota-kota di Indonesia yang
berkembang dan berfungsi sebagai pusat-pusat kegiatan mengundang penduduk
daerah sekitarnya untuk datang mencari lapangan kerja dan kehidupan yang lebih
baik. Mereka yang bermigrasi ke perkotaan relatif meningkat dari tahun ke tahun.
Mereka ini berasal dari latar belakang sosial ekonomi yang berbeda-beda dan
sebagian dari mereka datang tanpa tujuan yang jelas.
Ketidaksiapan kota dengan rencana sistem perkotaan guna mengakomodasi
perkembangan kegiatan perkotaan dalam sistem rencana tata ruang kota dengan
berbagai aspek dan implikasinya termasuk di dalamnya menerima, mengatur dan
mendayagunakan pendatang. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya aktivitas
yang sangat heterogen dan tidak dalam kesatuan sistem kegiatan perkotaan yang
terencana, akibatnya munculah permukiman yang berkembang di luar rencana
sehingga terbentuklah permukiman-permukiman kumuh.
4
Permukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota-
kota besar di Indonesia, bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya.
Pertumbuhan penduduk merupakan faktor utama yang mendorong pertumbuhan
permukiman. Sedangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kemampuan
pengelola kota akan menentukan kualitas permukiman yang terwujud.
Permukiman kumuh adalah produk pertumbuhan penduduk kemiskinan dan
kurangnya pemerintah dalam mengendalikan pertumbuhan dan menyediakan
pelayanan kota yang memadai.
Di daerah perkotaan, warga yang paling tidak terpenuhi kebutuhan fasilitas
perumahan dan permukimannya secara memadai adalah mereka yang tergolong
berpenghasilan rendah dan atau dengan kata lain orang miskin. Masalahnya, bagi
mereka masyarakat miskin yang berpenghasilan rendah, tidak dapat mengabaikan
begitu saja kebutuhan akan rumah dan tempat tinggal karena masalah ini penting
dalam dan bagi kehidupan mereka, tetapi di satu sisi mereka juga tidak mampu
untuk mengeluarkan biaya prioritas bagi pengembangan dan pemeliharaan rumah
dan lingkungan permukimannya agar layak untuk dihuni. Semakin kecil bagian
dari penghasilan yang dapat disisihkan guna pembiayaan pemeliharaan rumah dan
fasilitas permukiman, semakin kumuh pula kondisi permukimannya.
Jika pertumbuhan lingkungan permukiman kumuh ini dibiarkan, derajat kualitas
hidup masyarakat miskin akan tetap rendah. Akan mudah menyebabkan
kebakaran, memberi peluang tindakan kriminalitas, terganggunya norma tata
susila, tidak teraturnya tata guna tanah dan sering menimbulkan banjir yang
5
akhirnya menimbulkan degradasi lingkungan yang semakin parah. Penggusuran
pada permukiman kampung kota yang kumuh oleh pihak-pihak terkait tidak
sepenuhnya menyelesaikan masalah, selain cara ini tidak manusiawi, para
pemukim kembali menyerobot tanah terbuka lainnya sehingga hilang satu akan
tumbuh dua atau lebih permukiman kumuh yang baru lagi.
Tetapi berdasarkan fenomena yang terjadi masih terdapat banyak pemukiman
kumuh yang tersebar di wilayah perkotaan. Hal ini berdasarkan data yang
dipaparkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bahwa
pada tahun 2016 masih terdapat 35.291 ha permukiman kumuh perkotaan yang
tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia sesuai hasil perhitungan
pengurangan luasan permukiman kumuh perkotaan yang dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Cipta Karya. Kondisi tersebut diperkirakan akan terus
mengalami penambahan apabila tidak ada bentuk penanganan yang inovatif,
menyeluruh, dan tepat sasaran.
Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman dijelaskan bahwa permukiman kumuh adalah permukiman yang
tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan
yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak
memenuhi syarat, sedangkan Perumahan Kumuh adalah perumahan yang
mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian.
6
Oleh sebab itu, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun
2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun
2015-2019 yang didalamnya mengamanatkan pembangunan dan pengembangan
kawasan perkotaan melalui penanganan kualitas lingkungan permukiman yaitu
peningkatan kualitas permukiman kumuh, pencegahan tumbuh kembangnya
permukiman kumuh baru, dan penghidupan yang berkelanjutan.
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum berperan dalam
menangani kawasan kumuh dengan melakukan penataan lingkungan maupun
penyediaan rumah layak huni dan berkelanjutan. Ditjen Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum menyebutnya dengan Key Performance Indicators 100-0-100.
“Bahasa” sederhana tersebut merupakan aktualisasi visi Cipta Karya untuk
mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan pada lima tahun ke
depan.
Menjawab tantangan tersebut, pemerintah memberikan fasilitas pembangunan
prasarana dan sarana dasar permukiman seperti air minum, sanitasi, jalan
lingkungan, revitalisasi kawasan, dan peningkatan kualitas permukiman serta
penyediaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa). Pelaksanaan
pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman tersebut juga dilaksanakan
dengan model pemberdayaan yang melibatkan masyarakat sejak perencanaan
sampai dengan operasi dan pemeliharaan insfrastruktur, salah satu program yang
diinisiasi oleh pemerintah untuk mewujudkan visi tersebut adalah Penataan
Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK).
7
PLPBK pada dasarnya adalah kelanjutan dari transformasi sosial Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan sehingga
beberapa prinsip dasar yang digunakan di PNPM Mandiri Perkotaan seperti
demokrasi, partisipasi, transparansi, akuntabel dan desentraliasi, dan sebagainya
juga menjadi prinsip dasar pada pelaksanaan PLPBK. Meskipun pembangunan
manusia melalui pembangunan bidang sosial, ekonomi dan lingkungan masih
tetap menjadi andalan utama dalam penanggulangan kemiskinan.
Namun, secara khusus dalam program PLPBK pembangunan lingkungan
diberikan penekanan khusus untuk mewujudkan perubahan perilaku masyarakat
yang sejalan dengan menciptakan lingkungan hunian yang kondusif terhadap
berbagai aspek pembangunan manusia sehingga penanggulangan kemiskinan
melalui pembangunan manusia seutuhnya (spiritual dan material) dengan segera
terwujud. Untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang sejalan dengan
menciptakan lingkungan hunian yang kondusif, dibutuhkan komunikasi yang
efektif terhadap semua pelaku program. Guna menciptakan komunikasi yang
efektif ini dibutuhkan konsep manajemen pengelolaan kawasan. Konsep ini
adalah gagasan untuk memberikan pembelajaran dalam mengubah pemikiran,
sikap dan perilaku masyarakat yang terorganisir dengan aturan-aturan atau
kesepakatan yang dikelola secara bersama berdasarkan ilmu pengelolaan
(manajemen).
Permukiman kumuh masih menjadi tantangan bagi pemerintah kabupaten/kota,
karena selain merupakan masalah, di sisi lain ternyata merupakan salah satu pilar
8
penyangga perekonomian kota. Mengingat sifat pekerjaan dan skala
pencapaiannya yang sangat kompleks, diperlukan kolaborasi beberapa pihak
antara pemerintah mulai tingkat pusat sampai dengan tingkat kelurahan/desa,
pihak swasta, masyarakat, dan pihak terkait lainnya.
Pelibatan beberapa pihak secara kolaboratif diharapkan memberikan berbagai
dampak positif, antara lain meningkatkan komitmen pemerintah daerah dalam
pencapaian kota layak huni, meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab
masyarakat dalam memanfaatkan dan memelihara hasil pembangunan, menjamin
keberlanjutan, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat dan swasta terhadap
Pemerintah. Oleh karena itu, sebagai salah satu langkah mewujudkan sasaran
RPJMN 2015-2019 yaitu kota tanpa permukiman kumuh di tahun 2019,
Pemerintah menginisiasi pembangunan platform kolaborasi melalui Program Kota
Tanpa Kumuh (KOTAKU). Program KOTAKU mendukung Pemerintah Daerah
sebagai pelaku utama penanganan permukiman kumuh dalam mewujudkan
permukiman layak huni diantaranya melalui revitalisasi peran Badan
Keswadayaan Masyarakat (BKM).
Rancangan program ini berpijak pada pengembangan dari program nasional
sebelumnya. Program tersebut telah memberikan berbagai pembelajaran penting
untuk pengembangan Program KOTAKU dan investasi berharga berupa
terbangunnya kelembagaan tingkat masyarakat, kerja sama antara masyarakat dan
pemerintah daerah, sistem monitoring dan kapasitas tim pendamping. Berdasarkan
9
pembelajaran tersebut, Program KOTAKU dirancang bersama dengan Pemerintah
Daerah sebagai nakhoda dalam mewujudkan permukiman layak huni di
wilayahnya, yang mencakup: (1)pengembangan kapasitas dalam perencanaan dan
pelaksanaan penanganan permukiman kumuh tingkat kabupaten/kota karena peran
pemda menjadi sangat penting dalam penyediaan infrastruktur dan pelayanan di
tingkat kabupaten/kota; (2) penyusunan rencana penanganan permukiman kumuh
tingkat kota termasuk rencana investasi dengan pembiayaan dari berbagai sumber
(pusat, provinsi, kabupaten/kota, masyarakat, swasta, dll); (3) perbaikan serta
pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur tingkat kota (primer atau sekunder)
yang terkait langsung dengan penyelesaian permasalahan di permukiman kumuh;
(4) penyediaan bantuan teknis untuk memperkuat sistem informasi dan
monitoring penanganan permukiman kumuh, mengkaji pilihan-pilihan untuk
penyelesaian masalah tanah /lahan, dan sebagainya.
Program KOTAKU adalah program yang dilaksanakan secara nasional di 271
kabupaten/kota di 34 Propinsi yang menjadi “platform kolaborasi” atau basis
penanganan permukiman kumuh yang mengintegrasikan berbagai sumber daya
dan sumber pendanaan, termasuk dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota,
donor, swasta, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya. Sebagai bentuk
kesatuan pembangunan dalam mengatasi kawasan tidak layak huni, Pemerintah
Kota Bandar Lampung melaksanakan program KOTAKU tersebut, dimana pada
program tersebut mengutamakan kegiatan Penataan Lingkungan Pemukiman
Berbasis Komunitas (PLBPK). Tujuan dari program tersebut yaitu peningkatan
10
pemungkinan kumuh, mencegah tumbuh kembangnya pemukiman kumuh baru
dan penghidupan yang berkelanjutan.
Walikota Bandar Lampung mengatakan di Bandar Lampung terdapat 266,64 Ha
kawasan kumuh. menargetkan menuju 0 Ha kawasan kumuh tahun 2019
(ragamlampung.com, 2016). Terkait dengan usaha pemerintah dalam mengatasi
permasalahan lingkungan umum, melalui program tersebut pemerintah
menetapkan indikator-indikator guna mempermudah klasifikasi penataan
lingkungan tersebut. Dalam program tersebut terdapat tujuh indikator yang
termasuk lingkungan kumuh yaitu: (1) Jalan lingkungan; (2) Drainase; (3)
Persampahan; (4) Sanitasi ;(5) Proteksi kebakaran ;(6)Keteraturan bangunan, dan
(7) Air bersih. Selain itu terdapat tiga indikator tambahan yaitu Ruang Terbuka
Hijau (RTH), sosial dan ekonomi. (PU, 2016) Bandar Lampung sendiri dalam
Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung No. 406/III.24/HK/2016 terdapat 66
kelurahan di Kota Bandar Lampung termasuk di dalam katagori lingkungan
kumuh. Sedangkan di Kota Bandar Lampung terdapat 126 kelurahan yang berarti
lebih dari 50% daerah di Kota Bandar Lampung termasuk dalam kategori kumuh.
Tabel 1.1 Daftar Kelurahan Program KOTAKU Bandar Lampung
No Kecamatan Kelurahan
1 Kedaton 2
2 Way Halim 2
3 Sukarame 3
4 Sukabumi 5
11
5 Teluk Betung Timur 2
6 Teluk Betung Barat 2
7 Panjang 8
8 Bumi Waras 5
9 Teluk Betung Selatan 6
10 Teluk Betung Utara 2
11 Tanjung Karang Barat 2
12 Tanjung Karang Timur 4
13 Kedamaian 4
14 Tanjung Senang 1
15 Kemiling 6
16 Tanjung Karang Pusat 7
17 Enggal 1
18 Rajabasa 4
Jumlah 66
(Sumber: ciptakarya.pu.go.id).
Terkait banyaknya wilayah kumuh ada di Kota Bandar Lampung, dibutuhkan
penanganan yang melibatkan semua unsur terkait yang berkoordinasi untuk
menangani kawasan kumuh. Hal ini sejalan dengan diadakannya workshop yang
melibatkan unsur-unsur terkait guna melakukan pemutakhiran data kawasan
kumuh dalam program KOTAKU. Senada dengan hal diatas, permasalahan
permukiman kumuh menjadi salah satu isu utama dalam pembangunan perkotaan
yang upaya penanganannya dari waktu ke waktu berbanding lurus dengan terus
berkembang dan munculnya kawasan kumuh baru apabila tidak ditangani secara
12
inovatif, menyeluruh, dan tepat sasaran. Pelibatan secara kolaboratif baik
Pemerintah Daerah, pemangku kepentingan baik sektor maupun aktor di tingkatan
pemerintahan, serta melibatkan masyarakat dan kelompok peduli lainnya agar
dapat mencapai keberhasilan kota tanpa permukiman kumuh di tahun
2019. (Sumber: ciptakarya.pu.go.id).
Kelurahan Sawah Lama merupakan salah satu daerah yang menjadi sasaran dari
pelaksanaan Program KOTAKU berdasarkan indikator SK Kumuh Walikota,
untuk itu maka dibentuk Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) agar
terciptnya sinergitas dengan pemerintah dan actor lainnya. Program KOTAKU
dapat dilaksanakan dengan baik apabila terdapat kesadaran dari masyarakat
setempat untuk berkerja sama secara gotong royong. Pelaksanaan program
KOTAKU tidak terlepas dari permasalahan terutama terkait dengan partisipasi
masyarakat daerah itu sendiri, karena program tersebut secara penuh mulai dari
pelaksanaan sampai ke proses evaluasi dilaksanakan oleh masyarakat.
Permasalahan kurangnya partisipasi masyarakat merupakan faktor penghambat
dari keberhasilan program KOTAKU terutama di Kelurahan Sawah Lama.
Berdasarkan penuturan Lurah Kelurahan Sawah Lama Hendra Hilal “program ini
dimaksudkan agar masyarakat lebih sadar. Hanya saja kadang masyarakat perduli
dan juga kadang tidak perduli. Ketika ada maunya saja baru mau bergerak.
(Sumber: Saibumi.com). Hal serupa juga disampaikan oleh Pak Bambang selaku
Pembina Bada Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan Sawah Lama,
berdasarkan wawancara dengan beliau Program KOTAKU tidak dapat berjalan
13
dengan maksimal apabila kurang didukung oleh partisipasi masyarakat dari
daerah itu sendiri. Terkhusus bagi Kelurahan Sawah Lama beliau sangat
menyayangkan sikap masyarakat yang mau bergerak untuk melaksanakan
kegiatan gotong royong pembangunan apabila ada bayaran atau upah (Sumber:
Hasil Wawancara tanggal 1 Desember 2017).
Berdasarkan hal diatas, perlu diperhatikan bahwa di Kelurahan Sawah Lama
terdapat permasalahan mengenai kurangnya masyarakat untuk berpartisipasi,
maka peneliti tertarik melakukan penelitian di Kelurahan tersebut dengan judul
‘Partisipasi Masyarakat dalam Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) Studi
Kasus Di Kelurahan Sawah Lama”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam Program KOTAKU (Kota Tanpa
Kumuh) Studi Kasus Kelurahan Sawah Lama.
2. Faktor apa saja yang menjadi penghambat partisipasi masyarakat dalam
Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) Studi Kasus Kelurahan Sawah
Lama.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana Partisipasi Masyarakat
dalam Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) Studi Kasus Kelurahan Sawah
Lama.
14
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penghambat berjalannya
program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) Studi Kasus Kelurahan Sawah Lama.
D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran dan tambahan wawasan
dalam kajian Ilmu Administrasi Negara khususnya.
2. Penelitian ini dapat berguna bagi Pemerintah Kota Bandar Lampung, serta para
pembaca dan masyarakat agar dapat menjadi acuan bagi organisasi
pemerintahan maupun swasta dalam menerapkan kebijakan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Partisipasi
1. Pengertian Partisipasi
Partisipasi merupakan salah satu prinsip-prinsip dasar yang ada dalam good
governance yang menjelaskan betapa pentingnya keterlibatan masyarakat dalam
suatu proses pemerintahan yang baik, pada dasarnya terdapat banyak batasan atau
definisi mengenai apa yang dimaksud dengan partisipasi. Setiap definisi yang
dikemukakan para ahli memiliki penekanan dan penjelasan yang berbeda-beda.
Berikut ini adalah pengertian partisipasi menurut para ahli:
a. Partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang didalam kelompok sosial untuk
mengambil bagian dari kegiatan masyarakat, di luar kerjaan atau profesinya
sendiri. Menurut Theodorson dan Raharjo dalam Mardikanto Keikutsertaan
tersebut, dilakukan sebagai akibat dari terjadinya interaksi sosial antar
individu yang bersangkutan dengan anggota masyarakat yang lain (2013:81).
b. Bornby dalam Theresia (2015:196) Partisipasi adalah sebuah tindakan untuk
mengambil bagian yaitu kegiatan atau pernyataan untuk mengambil mengambil
bagian-bagian tersebut dengan maksud memperoleh manfaat.
c. Verhangen dalam Mardikanto (2013:81), menyatakan bahwa partisipasi
16
merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan
dengan pembagian kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosional.
Bisa dijelaskan sebagai bentuk demokrasi dimana individu atau kelompok
(masyarakat) ikut serta dalam perencanaan dan dalam pelaksanaan serta juga
memikul tanggungjawab sesuai dengan tingkat kematangan dan kewajibannya
dalam mencapai tujuan.
2. Prinsip-Prinsip Partisipasi
Didalam partisipasi juga terdapat beberapa prinsip-prinsip yang mendasari
jalannya proses partisipasi dalam masyarakat, adapun prinsip-prinsip partisipasi
tersebut sebagaimana yang dijelaskan dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan
Partisipatif yang disusun oleh Depart mentfor International Development (DFID)
dalam Sumampouw (2004:106-107), adalah:
a. Cakupan
Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak
dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.
b . Kesetaraan dan Kemitraan (Equal Partnership)
Pada dasarnya setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan
prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut
dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan
jenjang dan struktur masing-masing pihak.
17
c. Transparansi
Semua pihak harus dapat menumbuh kembangkan komunikasi dan iklim
berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.
d . Kesetaraan Kewenangan (Sharing Power/ Equal Powership)
Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi
kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.
e. Kesetaraan Tanggungjawab (Sharing Responsibility)
Berbagai pihak mempunyai tanggungjawab yang jelas dalam setiap proses
karena adanya kesetaraan kewenangan (Sharing Power) dan
keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah
selanjutnya.
f. Pemberdayaan (Empowerment)
Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif
dalam setiap proses kegiatan,terjadi suatu proses saling belajar dan saling
memberdayakan satu sama lain.
g. Kerjasama
Diperlukan adanya kerjasama berbagai pihak yang terlibat untuk saling
berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada,
khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.
3. Macam-macam Partisipasi dalam Masyarakat
Menurut Cohen dan Uphoff dalam Astuti D. (2011:61), membedakan
partisipasi menjadi empat jenis dalam tahap pelaksanaanya yaitu:
18
a. Pengambilan Keputusan
Tahapan ini diartikan sebagai penentuan alternatif dengan masyarakat
untuk menuju sepakat dari berbagai gagasan yang menyangkut
kepentingan bersama.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan penggerakan sumber daya dan dana dalam
pelaksanaan dan sekaligus penentu keberhasilan program yang
dilaksanakan.
c. Pengambilan Manfaat
Partisipasi ini berkaitan dengan kualitas dan kuantitas hasil
pelaksanaan program yang bisa dicapai.
d. Evaluasi
Evaluasi adalah partisipasi yang berkaitan dengan pelaksanaan
program secara menyeluruh dan bertujuan mengetahui bagaimana
pelaksanaan program berjalan.
4. Tingkatan Partisipasi
Partisipasi juga dapat dilihat dan diukur dari tingkatan-tingkatan atau tahapan
partisipasinya seperti yang dijelaskan dan dipaparkan oleh Wilcox dalam
Mardikonto (2013:86), mengemukakan adanya 5 (lima) tingkatan partisipasi,
yaitu:
a. Memberikan Informasi (information)
b. Konsultasi (consultation): yaitu menawarkan pendapat, sebagai
pendengar yang baik untuk memberikan umpan balik, tetapi tidak
19
terlibat dalam implementasi ide atau gagasan tersebut.
c. Pengambilan keputusan bersama (deciding together): dalam arti
memberikan dukungan terhadap ide, gagasan, pilihan-pilihan serta,
mengembangkan peluang untuk mengambil keputusan.
d. Bertindak bersama (acting together): dalam arti tidak sekedar ikut
dalam pengambilan keputusan, tetapi juga terlibat dalam menjalin
kemitraan dalam pelaksanaan kegiatan.
e. Memberikan dukungan (supporting independent): dimana kelompok-
kelompok lokal menawarkan pendanaan, nasehat, dan dukungan lain
untuk mengembangkan agenda kegiatan.
5. Bentuk-Bentuk Partisipasi
Selain tingkatan dalam partisipasi terdapat pula Bentuk-bentuk dalam partisipasi
sebagaimana yang dijelaskan oleh Effendi dalam Astuti D. (2011:58), bahwa
terdapat dua bentuk partisipasi, yaitu partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal,
penjelasan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Partisipasi Vertikal
Partisipasi vertikal adalah bentuk kondisi tertentu vertikal di masyarakat
yang terlibat di dalamnya atau mengambil bagian dalam program pihak
lain yang terlibat didalamnya, sehubungan dengan yang masyarakat ada
sebagai posisi bawahan.
b. Partisipasi Horizontal
20
Partisipasi horizontal merupakan bentuk partisipasi yang
menggambarkan di mana orang tidak mungkin memiliki inisiatif di
mana setiap kelompok anggota masyarakat berpartisipasi secara
horizontal antara satu sama lain, baik dalam melakukan bisnis bersama-
sama, dan melakukan kegiatan dengan pihak lain. Menurut Effendi
sendiri, tentu saja partisipasi merupakan awal dari komunitas yang
berkembang yang mampu berjalan secara mandiri.
Sedangkan menurut Basrowi dalam Astuti D. (2011:58), partisipasi dilihat dari
bentuknya dapat dibedakan dan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Partisipasi secara Non Fisik
Partisipasi non fisik diartikan sebagai partisipasi atau keikutsertaan
masyarakat dalam menentukan arah dan tujuan, serta animo masyarakat.
Secara konsep partisipasi non fisik dilakukan secara tidak tampak seperti
ide, gagasan, pendapat atau buah pikir.
2. Partisipasi secara Fisik.
Bentuk partisipasi secara fisik merupakan bentuk partisipasi masyarakat
dalam bentuk menyelenggarakan usaha-usaha seperti membangun dan
mendirikan gedung atau fasilitas untuk masyarakat, seperti gedung
sekolah penyediaan buku dan usaha beasiswa. Berdasarkan penjelasanya
partisipasi fisik merupakan partisipasi yang dilakukan secara nyata dan
dapat dilihat atau dirasakan, baik berupa tenaga, keterampilan, uang,
harta benda dan lain sebagainya.
21
B. Tinjauan Tentang Pemukiman Kumuh
1. Definisi Pemukiman Kumuh
Pemukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Pemukiman
berasal dari kata housing dalam bahasa Inggris yang artinya adalah
perumahan dan kata human settlement yang artinya pemukiman. Perumahan
memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana
dan sarana ligkungannya. Perumahan menitiberatkan pada fisik atau benda
mati, yaitu houses dan land settlement.
Pemukiman memberikan kesan tentang pemukim atau kumpulan pemukim
beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga pemukiman
menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati
yaitu manusia (human). Dengan demikian perumahan dan pemukiman
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan sangat erat
hubungannya, pada hakekatnya saling melengkapi.
Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah
laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas
menengah. kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan
golongan atas yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum
mapan. Berdasarkan Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman dijelaskan bahwa permukiman
kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan
22
bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan
serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat, sedangkan
Perumahan Kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas
fungsi sebagai tempat hunian.
Sedangkan menurut pendapat lain mengatakan bahwa permukiman kumuh
sering dilihat sebagai suatu kawasan yang identik dengan kawasan yang
apatis, kelebihan penduduk, tidak mencukupi, tidak memadai, miskin,
bobrok,berbahaya, tidak aman, kotor, di bawah standar, tidak sehat dan masih
banyak stigma negatif lainnya. Rahardjo (2010:28).
2. Karaketristik Pemukiman Kumuh
Karakteristik perumahan kumuh dan permukiman kumuh dari aspek fisik sebagai
berikut: (a) Merupakan satuan entitas perumahan dan permukiman; (b) Kondisi
bangunan tidak memenuhi syarat, tidak teratur dan memiliki kepadatan tinggi; (c)
Kondisi sarana dan prasarana tidak memenuhi syarat. Khusus untuk bidang
keciptakaryaan, batasan sarana dan prasarana adalah sebagai berikut:; (d)
Drainase Lingkungan, (e) Penyediaan Air Bersih/Minum; (f) Pengelolaan
Persampahan; (g) Pengelolaan Air Limbah; (h) Pengamanan Kebakaran; (i) Ruang
Terbuka Publik; dan (j) Jalan Lingkungan.
(Sumber: Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum 1993/1994)
Karakteristik fisik tersebut selanjutnya menjadi dasar perumusan kriteria dan
indikator dari gejala kumuh dalam proses identifikasi lokasi perumahan kumuh
23
dan permukiman kumuh. Selain karakteristik fisik, karakteristik non fisik pun
perlu diidentifikasi guna melengkapi penyebab kumuh dari aspek non fisik seperti
perilaku masyarakat, kepastian bermukim, kepastian berusaha, dsb.
Karakteristik permukiman kumuh seringkali digambarkan dan identik sebagai
kawasan perumahan yang digambarkan memiliki lingkungan yang tidak teratur,
kotor, kurang sehat, tidak estetis yang keadaanya tidak sesuai lagi dengan
perkembangan kota, serta berkaitan erat dengan kemiskinan. Menurut Soestrisno
(31:1998), secara umum lingkungan permukiman yang dikategorikan sebagai
permukiman kumuh, adalah lingkungan perumahan yang memiliki karakteristik
sebagai berikut : (a) Kondisi fisik lingkungannya tidak memenuhi persyaratan
teknis dan kesehatan; (b) Kondisi bangunan yang sangat buruk serta bahan
bangunan yang digunakan adalah bahan bangunan semi permanen; (c) Kepadatan
bangunan dengan koefisien dasar bangunan (KDB) lebih besar dari yang
diizinkan, dengan kepadatan penduduk yang sangat tinggi yang lebih dari 500
jiwa/ha; (d) Fungsi – fungsi rumah yang bercampur tidak jelas.
Lebih lanjut Soetrisno (1998) mengatakan bahwa lingkungan permukiman kumuh
dibagi dalam lima kategori, berdasarkan pola lokasinya yaitu :
a. Lingkungan perumahan kumuh yang berada di lokasi strategis dalam
mendukung fungsi kota yang menurut rencana kota dapat dibangun
bangunan komersial.
b. Lingkungan permukiman kumuh yang lokasinya kurang strategis dalam
mendukung fungsi kota.
24
c. Lingkungan perumahan kumuh yang berada di lokasi yang menurut
rencana kota tidak untuk perumahan.
d. Lingkungan perumahan kumuh yang berada di lokasi yang berbahaya,
yang menurut rencana kota disediakan untuk jalur pengaman seperti
batasan sumgai, jalur jalan kereta api dan jalur listrik tegangan tinggi.
e. Lingkungan perumahan kumuh yang berada di lokasi yang menurut
rencana kota boleh dibangun untuk perumahan.
Ciri-ciri kawasan permukiman kumuh dalam kota, dapat ditinjau dari beberapa
sudut pandang seperti : karakteristik fisik, sosial ekonomi, dan budaya. Menurut
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum 1993/1994, bahwa
karakteristik fisik lingkungan, sosial ekonomi dan budaya pada kawasan
permukiman kumuh adalah sebagai berikut : (a) Perumahan yang tidak teratur; (b)
Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi; (c) Fasilitas dan sarana lingkungan yang
tidak memadai; (d) Tingkat pendapatan masyarakat rendah; (e) Sebagian besar
penghuni berpenghasilan tidak tetap; (f) Tingkat pengangguran tinggi; (g)Tingkat
kerawanan sosial dan angka kriminalitas cukup tinggi; (h) Masyarakat terdiri dari
berbagai berbagai suku bangsa dan golongan; (i) Status lahan legal yaitu
permukiman yang umumnya terletak pada area yang sesuai dengan perencanaan
perkotaan, sedangkan status yang tidak legal adalah perumahan yang berada di
atas lahan yang peruntukkannya bukan untuk permukiman.
Menurut Laboratorium Perumahan ITS (1997), secara lebih terinci karakteristik
permukiman kumuh adalah sebagai berikut :
25
a. Kondisi Rumah
1. Struktur rumah :
a. Kerangka rapuh, asal sambung, bahan sama bersifat semi permanen.
b. Atap pelindung semi permanen dari bahan bekas (seng, plastic)
c. Dinding rumah semi permanen, tidak tahan cuaca.
2. Kepadatan hunian/rumah : 3m2 sampai dengan 5m2 per orang.
3. Pemisahan fungsi ruang, hampir semua aktivitas anggota keluarga
menjadi satu dan sudah ada pemisahan jenis kelamin pada kamar tidur.
4. Ventilasi sangat terbatas dari atap atau dinding.
5. Separuh lantai rumah ada perkerasan plester, tegel, keramik bekas.
6. Kepadatan bangunan terbangun antara 70%-60%.
7. Tatanan bangunan ada sirkulasi tetapi kurang memenuhi syarat.
b. Ketersediaan Prasarana Dasar Lingkungan
1. Air bersih masih menggunakan sumur dangkal untuk mencuci, jika ada
air PDAM digunakan secara kolektif (membeli).
2. Sanitasi
a. Tersedia MCK kolektif tapi tidak memenuhi rasio penggunaan.
b. Sebagian kegiatan MCK dilakukan diruang terbuka (sungai,
cubluk).
c. Jarak sepitank dan resapan rumah kurang dari 8 m.
3. Sirkulasi
a. Gang sempit, kendaraan roda dua tidak bisa bersimpangan
langsung.
26
b. Tidak dijangkau oleh kendaraan PMK.
4. Fasilitas sarana ibadah, pendidikan dan kesehatan :
a. Ada satu musholla/tempat ibadahkecil di setiap kampung.
b. Sarana pendidikan hanya ada TK di tingkat kelurahan.
c. Hanya ada salah satu sarana kesehatan (posyandu).
5. Sarana ekonomi
a. Ada kios kecil, tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan seluruh
keluarga.
b. Ada pedagang sayur keliling berlokasi di gang.
6. Ruang terbuka atau lahan terbuka di luar perumahan hanya 7% dari
lahan perumahan.
7. Keadaan kawasan marjinal tapi dapat diperbaiki yang sifatnya hanya
sebagai penjelasan transisi.
c. Kerentanan Satus Penduduk
1. Masih banyak pengangguran atau 50% ke atas penduduknya bekerja di
sector informal.
2. Hanya ada satu organisasi masyarakat seperti PKK, karang taruna,
koperasi, dll.
d. Aspek Pendukung Lingkungan
1. Jenis lapangan kerja yang ada hanya bersifat untu bertahan hidup (sub
sistem) dan sulit ditinggalkan oleh masyarakatnya sehingga perlu upaya
27
peningkatan kreatifitas masyarakat dan perlu didukung oleh Pemerintah
Daerah.
2. Tingkat partisipasi dan kreatifitas masyarakat yang terbatas hanya dalam
menyelesaikan masalah pribadi, sehingga perlu pendapingan dalam hal
peningkatan partisifasi, kreatifitas dan pengembangan individu
masyarakat.
3. Kriteria Kawasan Permukiman Kumuh
Berdasarkan persyaratan lingkungan permukiman yang sehat dan aman serta
merujuk pada pedoman Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, maka
didapat beberapa kriteria yang disesuaikan dengan wilayah kajian yaitu Pusat
Kota Bandung khususnya Kelurahan Nyengseret. Berdasarkan definisinya
permukiman dapat dikatakan kumuh apabila mencakup beberapa variable
diantaranya yaitu : (a) Permukiman tidak layak huni atau membahayakan
kehidupan penghuni baik berupa keamanan maupun dari sisi kesehatan; (b)
Permukiman yang memiliki lingkungan tidak memadai dengan tingkat
kenyamanan dan keamanan bangunan yang rendah. Dengan ciri-ciri, tidak sesuai
dengan tata ruang (illegal), kepadatan bangunan tinggi, kualitas banguanan
rendah, serta sarana dan prasarana lingkungan yang rendah.
4. Faktor Penyebab Pertumbuhan Kawasan Permukiman
Dalam perkembangannya perumahan permukiman di pusat kota ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Doxiadis dalam Surtiani (2006:50)
28
disebutkan bahwa perkembangan perumahan permukiman (development of human
settlement) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Growth of density (Pertambahan jumlah penduduk)
Dengan adanya pertambahan jumlah penduduk yaitu dari kelahiran dan
adanya pertambahan jumlah keluarga, maka akan membawa masalah baru.
Secara manusiawi mereka ingin menempati rumah milik mereka sendiri.
Dengan demikian semakin bertambahlah jumlah hunian yang ada di
kawasan permukiman tersebut yang menyebabkan pertumbuhan
perumahan permukiman.
b. Urbanization (Urbanisasi)
Dengan adanya daya tarik pusat kota maka akan menyebabkan arus
migrasi desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat kota. Kaum urbanis
yang bekerja di pusat kota ataupun masyarakat yang membuka usaha di
pusat kota, tentu saja memilih untuk tinggal di permukiman di sekitar
kaeasan pusat kota (down town). Hal ini juga akan menyebabkan
pertumbuhan perumahan permukiman di kawasan pusat kota. Menurut
Danisworo dalam Khomarudin (1997: 83-112) bahwa kita harus akui pula
bahwa tumbuhnya permukiman-permukiman spontan dan permukiman
kumuh adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
urbanisasi.
5. Perubahan Lingkungan Permukiman Kearah Kekumuhan
a. Fenomena Kekumuhan Lingkungan Permukiman
29
Seiring dengan pertumbuhan kehidupan manusia baik ekonomi, sosial maupun
budaya maka manusia berkeinginan untuk memiliki kehidupan dan status yang
lebih baik yaitu dengan mengadakan perubahan-perubahan, seperti gaya hidup
dan bentuk hunian yang mereka tinggali. Doxiadis dalam Surtini ,Pertumbuhan
berarti pula berubah baik bentuk dan ukurannya. Tidak dimungkinkan
pertumbuhan ukuran dengan tidak menyebabkan perubahan bentuk fisiknya
(2006:53). Dengan bertambahnya jumlah penghuni rumah dan dengan
bertambahnya penghasilan mereka membuat ruang-ruang baru. Perubahan hunian
ini akan merubah wajah suatu hunian. Hal ini akan berpengaruh pada penyediaan
fasilitas sarana prasarana lingkungan yang harus bertambah juga jika jumlah
permukiman bertambah. Selain hal tersebut di atas, faktor kemiskinan juga sangat
berpengaruh pada kualitas lingkungan fisik permukiman. Karena dana yang
terbatas dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, maka
masyarakat kurang mampu tidak dapat memperbaiki maupun memelihara
bangunan rumah hunian mereka. Yang akan berakibat pada kekumuhan
lingkungan permukiman.
Menurut Doxiadis dalam Surtini (2006:54) menyebutkan bahwa mempelajari
tentang kawasan Perumahan Permukiman tidak hanya mempelajari area terbangun
dan area terbuka saja tetapi juga fungsi dari kawasan tersebut. Oleh karenanya
dalam mempelajari tentang perumahan permukiman atau fungsinya, kita juga
harus mengetahui hubungan kawasan tersebut dengan lingkungan sekitar di luar
kawasan tersebut dan mengetahui jalur transportasi yang menghubungkan
30
kawasan tersebut dengan kawasan lainnya. Karena aktifitas disekitar kawasan
permukiman juga sangat mmempengaruhi fungsi dari permukiman.
b. Bentuk Perubahan Lingkungan Permukiman Kearah Kekumuhan
Ada dua pendekatan dalam menangani lingkungan kumuh ini menurut Komarudin
(1997: 85) yaitu: (1) Penggunaan/pemindahan teknologi (technological transfer)
dan; (2) Penangannan sendiri (self reliant technology) Dalam kaitannya dengan
dua hal tersebut diatas ada tujuh belas hal sulitnya menangani masalah lingkungan
permukiman ini:
a. High rise building (bangunan tinggi) yang akan ditangani oleh
penghuni yang tergusur, memerlukan biaya yang besar karena biaya
yang digunakan bukan hanya untuk membangun kamar tidur saja
b. Peremajaan lingkungan kumuh, yang merupakan proyek yang besar
(large project). Jadi harga dipertimbangkan dengan matang dan harus
dipikirkan masak-masak karena menyangkut banyak orang yang akan
digusur atau dimukimkan kembali,
c. Adanya dualisme antara peremajaan lingkungan dengan penataan
lingkungan. Penghuni rumah kumuh biasanya masih lebih senang
tinggal di rumah kumuhnya daripada di rumah sewa bertingkat
(rusunawa).
d. Banyak peremajaan lingkungan kumuh yang tidak melalui survey sosial
(social survey) tentang karakteristik penduduk yang akan tergusur.
e. Banyak peremajaan lingkungan kumuh yang kurang memperhatikan
kelengkapan lingkungan seperti taman, tempat terbuka, tempat rekreasi,
31
sampah, pemadam kebakaran dan tempat bermain anak. Karena hal
tersebut memerlukan biaya besar.
f. Tenaga yang bergerak di dalam program peremajaan lingkungan kumuh
tidak profesional.
g. Penggusuran (squater clearance) sering diartikan jelek, padahal
pemerintah berusaha meremajakan lingkungan dan memukimkan
penduduk ke lingkungan yang lebih baik.
h. Keterbatasan lahan (land shortage). Dalam melaksanakan peremajaan
lingkungan kumuh harus memilih lokasi yang tepat dan disesuaikan
dengan tujuannya dan konsumen yang akan menempati.
i. Belum kuatnya dana pembangunan perumahan (no housing finance).
j. Perlu lingkungan hidup yang baik (the nice environment).
k. Perlu diciptakan kebersamaan antar warga.
l. Belum berkembangnya prinsip relationship. Dalam melakukan
peremajaan lingkungan kumuh, harus dilakukan pendekatan yang
manusiawi tanpa kekerasan.
m. Sulitnya menegakkan hukum (upholding the law) Akan diperlukan
waktu yang lama untuk mengubah pola hidup masyarakat kumuh untuk
dibawa ke lingkungan permukiman yang teratur.
n. Perlu adanya informasi kepemilikan, di lingkungan kumuh masyarakat
merasa memiliki rumah tapi di lingkungan yang baru mereka harus
menyewa, jadi perlu diadakan penyuluhan yang terus menerus.
o. Mawas diri (knowing our limit) Jika dana terbatas hendaklah jangan
mengadakan peremajaan secara besar-besaran. Mungkin bisa diadakan
32
pendekatan dengan dua tahap yaitu penataan lingkungan dan
peremajaan pada bagian yang sangat kumuh.
p. Perlu koordinasi terpadu, dimana semua instansi terkait harus
mensukseskan program peremajaan lingkungan kumuh ini.
q. Pengelola program peremajaan lingkungan kumuh ini harus
berpandangan obyektif dan luas serta harus melihat kepentingan
pemerintah dan masyarakat yang bersangkutan.
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian ini digunakan karena peneliti ingin mencoba mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai deskripsi, gambaran faktual, dan akurasi
tentang Partisipasi Masyarakat dalam Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh)
Studi Kasus Kelurahan Sawah Lama Kota Bandar Lampung. Hal ini sesuai
dengan pendapat Nazir (2005:55) yang meyatakan bahwa tipe penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Sehingga,
Penelitian kualitatif deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara
terperinci fenomena-fenomena yang terjadi guna menganalisis Partisipasi
Masyarakat dalam Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) Studi Kasus
Kelurahan Sawah Lama Bandar Lampung.
34
B. Fokus Penelitian
Penetapan fokus dalam penelitian kualitatif ini bertujuan untuk memberikan
batasan dalam pengumpulan data, sehingga dengan pembatasan tersebut, peneliti
dapat memfokuskan penelitian terhadap masalah yang menjadi tujuan penelitian.
Selain itu, fokus penelitian ini juga memiliki peranan yang penting dalam
memandu dan mengarahkan jalannya penelitian. Karena dengan adanya panduan
dan arahan dalam penelitian, suatu informasi dilapangan dapat dipilah pilah sesuai
dengan konteks permasalahan yang ada. Oleh karena itu fokus penelitian yang
diambil penulis adalah menggunakan fokus teori dalam konsep partisipasi pada
good governance. Guna melihat dan mengetahui lebih jauh partisipasi yang
dilakukan masyarakat di kelurahan Sawah lama dalam Program Kotaku.
Bentuk-bentuk partisipasi yang dilakukan partisipasi yang dilakukan masyarakat
di kelurahan Sawah lama dalam Program Kotaku. Sebagaimana yang dijelaskan
Menurut Basrowi dalam Astuti D. (2011:58), partisipasi dilihat dari bentuknya
dapat dibedakan dan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Partisipasi secara Non Fisik
Partisipasi non fisik diartikan sebagai partisipasi atau keikutsertaan masyarakat
dalam menentukan arah dan tujuan, serta animo masyarakat. Secara konsep
partisipasi non fisik dilakukan secara tidak tampak seperti ide, gagasan,
pendapat atau buah pikir. Partisipasi yang dilakukan masyarakat Keluarahan
Sawah Lama dalam program KOTAKU yaitu:
a. Partisipasi dalam Perencanaan
35
Untuk mengetahui proses perencanaan program KOTAKU Kota Bandar
Lampung yang dilakukan oleh masyarakat dan penyelenggara tingkat
kelurahan.
b. Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan
Untuk mengetahui sejauh mana proses pemngambilan keputusan yang
dilakukan masyarakat dan pihak penyelenggara tingkat kelurahan.
c. Partisipasi dalam Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana proses evaluasi oleh pihak penyelenggara
tingkat kelurahan terhadap pelaksanaan program.
d. Konseling/konsultasi
Untuk mengetahui proses konsultasi program oleh penyelenggara tingkat
kelurahan terhadap masyarakat.
e. Partisipasi dalam Pelaksanaan
Untuk mengetahui pelaksanaan yang dilakukan oleh masyarakat dan
penyelenggara program tingkat kelurahan.
f. Pendampingan
Untuk mengetahui pendampingan yang dilakukan oleh penyelenggara
program tingkat kelurahan kepada masyarakat.
g. Rehabilitasi (pemulangan atau pemberdayaan)
2. Bentuk Partisipasi Fisik
Bentuk partisipasi secara fisik merupakan bentuk partisipasi masyarakat
dalam bentuk menyelenggarakan usaha-usaha seperti membangun dan
mendirikan gedung atau fasilitas untuk masyarakat, seperti gedung sekolah
36
penyediaan buku dan usaha beasiswa. Berdasarkan penjelasanya partisipasi
fisik merupakan partisipasi yang dilakukan secara nyata dan dapat dilihat atau
dirasakan, baik berupa tenaga, keterampilan, uang, harta benda dan lain
sebagainya. Partisipasi yang dilakukan masyarakat Keluarahan Sawah Lama
dalam program KOTAKU yaitu:
a. Materi (Matrials) / bahan dan kebutuhan yang diperlukan
Untuk mengetahui bahan dan kebutuhan apa saja yang diperlukan
masyarakat dan penyelenggara tingkat kelurahan dalam
pelaksanaan program KOTAKU
b. Mesin (Machines) berupa pengadaan sarana prasarana kelompok
Untuk mengetahui pengadaan sarana dan prasarana oleh pihak
penyelenggara tingkat kelurahan terhadap masyarakat dalam
pelaksanaan program.
c. Uang (Money) atau pemberian modal usaha
3. Faktor-faktor yang menjadi kendala-kendala pelaksanaan program KOTAKU
(Kota Tanpa Kumuh) di Kelurahan Sawah Lama.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang diambil ialah Kelurahan Sawah Lama Kota Bandar
Lampung. Alasan pemilihan lokasi ini ialah karena Kelurahan Sawah Lama
termasuk dalam kelurahan yang tergolong kawasan kumuh di Kota Bandar
37
Lampung dan juga karena terdapat permasalahan mengenai partisipasi
masyarakat dalam berlangsungnya Program KOTAKU.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan
berbagai cara. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang benar dan akurat
sehingga mampu menjawab permasalahan penelitian maka pengumpulan data
yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
1) Wawancara
Menurut Sugiyono (2013:194) wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri sendiri atau self-report,
atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Jadi
dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan
fenomena yang terjadi. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data
langsung terkait dengan partisipasi dari penyelenggara program KOTAKU
tingkat Kelurahan Sawah Lama dan masyarakat. Adapun yang menjadi
informan dalam penelitian ini adalah:
38
Tabel 2.1 Data Informan Penelitian
No. Informan Informasi Tanggal Wawancara
1 Koordinator BKM(Badan KeswadayaanMasyarakat) KelurahanSawah Lama.
Informasi tentang programKOTAKU dan permasalahandalam pelaksansaan program
12 September 2018
2 Sekertaris BKM (BadanKeswadayaanMasyarakat) KelurahanSawah Lama.
Peran masyarakat dalampelaksanaan programKOTAKU
12 September 2018
3 Fasilitator tingkatKelurahan Sawah Lama
Informasi mengenai prosespelaksanaan program
14 September 2018
4 Ketua KSM KelurahanSawah Lama
Koordinasi dalam ProgramKOTAKU
14 September 2018
Sumber : diolah Peneliti, 2018
2) Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode
wawancara dalam penelitian kualitatif. Studi ini merupakan salah satu
teknik pengumpulan data dengan melihat atau menganalisis dokumen-
dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek.
Studi dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari sudut
pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang
ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan. Dokumentasi
ini diambil untuk memperoleh data-data, foto, serta catatan lapangan yang
berkaitan dengan partisipasi masyarakat di kelurahan Sawah Lama.
3) Observasi
Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap kondisi yang
sebenarnya di lokasi penelitian. Dalam penelitian ini, sesuai dengan objek
39
penelitian maka, peneliti memilih observasi partisipan. Observasi partisipan yaitu
suatu teknik pengamatan dimana peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan yang
dilakukan oleh objek yang diselidiki. Peneliti secara langsung mengamati
partisipasi masyarakat Kelurahan Sawah Lama terhadap penyelenggara tingkat
kelurahan dalam pelaksanaan program KOTAKU.
E. Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik analisis data Menurut
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013:338) yang meliputi:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peniliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan. Reduksi data merupakan proses penggabungan dan
penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk
tulisan yang akan dianalisis.
b. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data merupakan pembagian pemahaman peneliti tentang hasil
penelitian. Penyajian data mempermudah peneliti dalam melihat gambaran
secara keseluruhan dari penelitian. Pada penelitian ini, penyajian data yang
digunakan pada data yang telah direduksi yaitu disajikan dalam bentuk
40
naratif yang didukung oleh dokumen-dokumen, tabel data, foto maupun
gambar yang berkaitan dengan penelitian.
c. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan/Verifikasi)
Pengambilan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam rangkaian analisis
data kualitatif. Peneliti menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan
persamaan hal-hal yang sering timbul yang dituangkan dalam kesimpulan.
Dalam penelitian ini, pengambilan kesimpulan dilakukan dengan
pengambilan intisari dari serangkaian kategori hasil penelitian berdasarkan
wawancara, dan dokumentasi hasil penelitian.
F. Teknik Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dikatakan valid atau sah apabila
tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Untuk menetapkan keabsahan data
diperlukan teknik pemeriksaan. Uji keabsahan data dalam penelitian ini meliputi :
1. Credibility (Derajat Kepercayaan)
Derajat kepercayaan mempertunjukan bahwa hasil-hasil penemuan dapat
dibuktikan dengan cara peneliti melakukan pengecekan dalam berbagai
sumber yaitu dengan mewawancarai lebih dari satu informan yang berasal
dari elemen yang berbeda.
Untuk menguji credibility, peneliti melakukan:
a. Triangulasi
41
Peneliti menggunakan triangulasi sumber yang mana dilakukan dengan
membandingkan hasil wawancara kepada sumber berbeda seperti
sumber dokumentasi dan observasi dari berbagai informan yang
berbeda, kemudian hasil wawancara dikategorisasikan mana pandangan
yang sama, berbeda, dan spesifik.
b. Pengecekan Sejawat
Pengecekan sejawat dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau
hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-
rekan sejawat agar hasil penelitian dapat lebih baik.
c. Kecukupan Refrensial
Kecukupan refrensial dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan,
catatan-catatan, rekaman-rekaman yang berhubungan dengan penelitian
untuk menguji kembali penelitian yang ada.
2. Transferability (Keteralihan)
Pengujian ini berkaitan dengan sampai mana hasil penelitian ini dapat
diterapkan atau dingunakan dalam situasi lain. Transferbility akan tercapai
bila pembaca memperoleh gambaran yang sedemikian jelas. Oleh sebab
itu, penelitian akan menyajikan laporan yang sedemikian rinci, jelas,
sistematis dan dapat dipercaya.
3. Dependability (Kebergantungan)
Pengujian ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap
keseluruhan proses penelitian. Pengujian dependanbility dalam penelitian
42
ini dilakukan oleh pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas
peneliti dalam melakukan penelitian.
4. Conformability (Kepastian)
Uji kepastian dilakukan dengan mengadakan seminar yang dihadiri oleh
rekan sejawat beserta pembimbing.Uji kepastian dilakukan untuk melihat
apakah data hasil laporan bersifat objektif atau tidak. Objektif berarti dapat
dipercaya, faktual dan dapat dipastikan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, terkait dengan partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan program KOTAKU kelurahan Sawah Lama, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Partisipasi Non-Fisik masyarakat dalam pelaksanaan Program KOTAKU di
kelurahan Sawah Lama:
a. Bentuk partisipasi masyarakat secara non-fisik adalah dengan
melakukan kegiatan agenda pokok masyarakat seperti melakukan
perencanaan, pengambilan keputusan dan evaluasi serta adanya
pelaksanaan pemberdayaan, pendampingan. Dalam hal tersebut
masyarakat mempunyai peran aktif untuk berpartisipasi, walaupun pada
pelaksanaannya program KOTAKU masih terhambat akibat kesadaran
masyarakat sendiri mengikuti setiap agenda yang ada.
b. Bentuk partisipasi fisik yang dilakukan masyarakat adalah mewujudkan
partisipasinya dalam bentuk: Materi (Materials) bahan dan kebutuhan
yang diperlukan dalam kelompok pemberdayaan, mesin (Machines)
berupa pengadaan sarana prasarana kelompok, serta uang (Money) atau
pemberian modal usaha. Masyarakat mempunyai peran secara mandiri
untuk menyediakan kebutuhan tersebut. Dan juga masyarakat secara
86
penuh tidak dapat menyediakan kebutuhan tersebut, maka masyarakat
lebih ditekankan untuk berkerjasama dengan pihak yang terlibat dalam
program KOTAKU.
B. SaranAdapun saran yang dapat peneliti berikaan sesuai dengan analisa Program KOTAKU
Di Kelurahan Sawah Lama adalah sebagai berikut :
1. Sebelum kegiatan dilaksanakan sangat dibutuhkan akan kesadaran masyarakat
untuk berpartipasi, hal ini berkaitan dengan tugas dari pihak-pihak yang
terlibat.
2. Evaluasi yang dilakukan dalam wujud Rembug Warga Tahunan (RWT)
seharusnya dapat diikuti oleh seluruh masyarakat, dan juga evaluasi
seharusnya dilakukan lebih rutin tidak terbatas satu tahun sekali
87
DAFTAR PUSTAKA
Adasasmita, Rahardjo. 2010. Pembangunan dan Tata Ruang. Yogyakarta: GrahaIlmu
Astuti D, Siti Irene 2011. Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalamPendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Handayaningrat, S. 1985. Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan Nasional.Penerbit Gunung Agung, Jakarta.
Hasibuan, Malayu. 2008. Manajemen dasar, pengertian dan masalah. Jakarta: PTBumi Aksara
Inu Kencana, Syafei. 1998. Manajemen Pemerintahan. Jakarta: PT Pertja.
Khomarudinm. 1997, Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Permukiman,Jakarta:
Yayasan Real Estate Indonesia, PT. Rakasindo, Jakarta.
Mardikanto, Toto dan Poerwoko Soebianto. 2013. Pemberdayaan Masyarakat DalamPersepektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Ndraha, Taliziduhu. 2011. Kybernology. Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress.
Pramana, Gilang. 2013. Pembangunan Fisik dan Non Fisik Di Desa Bedak AkarKecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. eJournal IlmuAdministrasi Negara Vol:2
Soetomo. 2008. Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta : Putra Pelajar.
Soetrisno, Loekman. 2004. Menuju Masyarakat Partisipatif. Jakarta: Kanisius.
Sondang P. Siagian, 2005. Administrasi Pembangunan. Jakarta : Bumi Aksara.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta.
88
Sutarto. 2002. Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada UniversityPress.
Sutiani, Eny Endang. 2006. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terciptanya KawasanPermukiman Kumuh Di Kawasan Pusat Kota. Magister Teknik PembangunanWilayah dan Kota. Pasca Sarjana Universitas Diponogoro
Syamsi, Ibnu. 1988. Pokok-Pokok Organisasi & Manajemen. Jakarta: PenerbitRineka Cipta.
Usman, Husaini. 2013 . Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 4.Jakarta: Bumi Aksara.
Wursanto, Ignasius. 2003 . Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi.
1. Peraturan-peraturan
UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan PermukimanPeraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019
Surat Edaran Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor40/SE/DC/2016 Tentang Program Umum Kotaku Tanpa Kumuh
Surat Keputusan Walikota Bandar Lampung No. 406/III.24/HK/2016 TentangPemukiman Kumuh Di Kota Bandar Lampung
ragamlampung.com