Post on 31-Oct-2020
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Bringin yang terletak di
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah.
Peta dibawah ini adalah gambar dimana SDN Bringin 03 yang
berlokasikan di Kecamatan Bringin.
Gambar 01. Peta Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang
Sumber: Peta Kantor Kecamatan Bringin
SDN Bringin
03
42
Penelitian ini dilakukan di Desa Kroya. Gambar yang
ditunjuk oleh anak panah merupakan tempat penelitian yang
diteliti peneliti. Penelitian dilakukan di SD Negeri Bringin 03. SD
Negeri Bringin 03 berada di Desa Kroya yang merupakan Desa
yang terletak di Kecamatan Bringin. Desa Kroya merupakan
Desa yang terletak di Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang
yang tidak jauh dengan kota Salatiga. Kecamatan Bringin sudah
memiliki fasilitas-fasilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia, mulai dari kebutuhan pangan, kesehatan dan juga
salah satunya yaitu fasilitas penunjang di bidang pendidikan. Di
Kecamatan Bringin tersebut memiliki fasilitas pendidikan yaitu 26
SD, 4 SMP dan 4 SMA/SMK (Data Referensi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2008). Dari tempat-tempat fasilitas
pendidikan tersebut, penelitian yang diteliti yaitu pada salah satu
Sekolah Dasar di Bringin yaitu Sekolah Dasar Negeri Bringin 03
Kecamatan Bringin. Peneliti telah melakukan studi pendahuluan
di SDN Bringin 03 yang ternyata terdapat masalah yang perlu
diteliti peneliti yaitu tentang pentingnya sarapan.
4.2 Gambaran Responden Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di Sekolah Dasar Bringin 03
dimana sekolah tersebut memiliki 10 guru diantaranya Kepala
Sekolah, lima guru tetap, 4 guru tidak tetap dan seorang penjaga
sekolah. Disamping itu seluruh siswa di SD Negeri Bringin 03
43
berjumlah 102 siswa yang terbagi atas kelas 1 sebanyak 17
siswa, kelas 2 sebanyak 20 siswa, kelas 3 sebanyak 12 siswa,
kelas 4 sebanyak 18 siswa, kelas 5 sebanyak 17 siswa dan kelas
6 sebanyak 18 siswa. Responden penelitian ini yaitu seluruh
siswa kelas 3, 4 dan 5 di Sekolah Dasar Negeri Bringin 03 yang
berjumlah 47 siswa, dimana diantaranya ada siswa siswi yang
belum terbiasa sarapan.
4.3 Pelaksanaan Penelitian
4.3.1 Proses Penelitian
Peneliti mengawali pelaksanaan penelitian dengan
melakukan observasi ke dalam kelas. Selain melakukan
observasi, peneliti juga melakukan studi dokumentasi seperti
mencari data-data lain yaitu dengan meminjam data nilai siswa
dari guru dan peneliti juga melakukan pengambilan gambar.
Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara singkat atau
bertanya kepada guru, siswa dan orang tua tentang kebiasaan
sarapan dan konsentrasi siswa siswi di kelas.
Setelah melakukan wawancara singkat, peneliti masuk ke
dalam kelas 3. Peneliti kemudian menjelaskan maksud dan
tujuan dari penelitian ini. Sebelum kuesioner diisi, peneliti
terlebih dahulu menjelaskan bagaimana tata cara untuk
mengisi kuesioner, kemudian membagikan dua kuesioner yaitu
tentang sarapan dan juga konsentrasi belajar yang sudah
44
disiapkan dan siswa siswi langsung mengerjakan kedua
kuesioner peneltian tersebut. Alur pengambilan data penelitian
yang sama juga dilakukan pada kelas 4 dan 5.
Kendala yang peneliti hadapi selama penelitian adalah
siswa siswi seringkali ikut berbicara saat peneliti menjelaskan.
Solusi untuk kendala tersebut, peneliti memberikan penjelasan
agar tetap tenang dan memperhatikan peneliti untuk dapat
mengisi kuesioner dengan baik. Selain kendala, terdapat juga
kemudahan yang didapat peneliti selama penelitian yaitu
semua guru-guru di SDN Bringin 03 sangat ramah, baik,
kooperatif dan mengijinkan untuk melakukan penelitian di SDN
Bringin 03 sesuai jadwal yang telah disepakati antara peneliti
dengan pihak sekolah, semua responden sangat antusias
dalam penelitian ini, sehingga peneliti mudah untuk
mendapatkan informasi dan hasil baik dari guru maupun siswa.
4.3.2 Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan peneliti pada hari Kamis 28 Juli 2016
pukul 08.00 WIB yang bertempat di SD Negeri Bringin 03
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Provinsi Jawa
Tengah.
45
4.3.3 Jumlah Subyek Penelitian
Responden penelitian adalah seluruh siswa siswi kelas 3,
4 dan 5 Sekolah Dasar di SD Negeri Bringin 03 Kecamatan
Bringin Kabupaten Semarang yang berjumlah 47 siswa.
Masing-masing kelas dari kelas 3 berjumlah 12 siswa, kelas 4
berjumlah 18 siswa dan kelas 5 berjumlah 17 siswa.
4.4 Hasil Penelitian
4.4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Umur
Responden yang diambil peneliti yaitu siswa siswi kelas
3, 4 dan 5 yang memiliki umur yang berbeda-beda. Untuk
mengetahui gambaran responden berdasarkan umur dapat
dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Umur
No Umur Jumlah Presentase
(%)
1 9 th 16 siswa 34,04
2 10 th 16 siswa 34,04
3 11 th 12 siswa 25,54
4 12 th 3 siswa 6,38
Total 47 siswa 100
Data Olahan Pribadi (2016)
Dari data di atas diketahui bahwa siswa siswi dari kelas
3, 4 dan 5 berumur dari 9 tahun sampai 12 tahun. Diperoleh
46
dari wawancara singkat guru disana bahwa dari ketiga kelas
terdapat siswa siswi yang berbeda umur karena ada siswa
yang dulu pernah tidak naik kelas.
4.4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden yang diambil peneliti dari ketigakelas baik
yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Untuk
mengetahui gambaran responden berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Jumlah Presentase
(%)
1 Laki-laki
19 siswa 40,5
2 Perempuan
28 siswa 59,5
Total 47 siswa 100
Data Olahan Pribadi (2016)
Dari data di atas diketahui bahwa seluruh responden
terbagi atas tiga kelas yaitu kelas 3, 4 dan 5. Siswa laki-laki dan
perempuan memiliki selisih jumlah yang jauh berbeda dimana
jumlah perempuan lebih banyak dari jumlah laki-laki.
47
4.4.3 Deskripsi Variabel Sarapan
Berdasarkan jumlah butir dan jumlah pilihan jawaban
kuesioner ditetapkan tinggi rendahnya skor tentang sarapan
yang ternyata ditemukan skor minimum adalah 9 dan skor
maksimum adalah 45 dengan ketentuan interval sebagai
berikut:
Interval = jumlah skor tertinggi–jumlah skor terendah
Kategori
= 45-9
3
= 12
Untuk mengetahui kadar sarapan digunakan kuesioner.
Kategori sarapan dibagi menjadi tiga yaitu buruk berada pada
batasan 9 - 20, sedang berada pada batasan 21 - 32, dan baik
berada pada batasan 33 - 45. Hasil analisis presentasi kategori
sarapan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sarapan
Data Olahan Pribadi (2016)
No Kategori Range Jumlah Presentase
(%)
1. Buruk 9 - 20 4 8,51
2. Sedang 21 - 32 37 78,73
3. Baik 33 - 45 6 12,76
Total 47 100
48
Dari tabel di atas, maka dapat dilihat presentase frekuensi
sarapan siswa siswi kelas 3, 4 dan 5 di SD Negeri Bringin 03
memiliki presentase yang berbeda karena siswa siswi tidak
semua membiasakan untuk sarapan sebelum sekolah
sehingga kategori-kategori yang didapat responden juga
berbeda. Kategori-kategori tersebut terbagi menjadi tiga
tingkatan yaitu baik, sedang dan buruk.
4.4.3 Deskripsi Variabel Konsentrasi Belajar
Berdasarkan kuesioner tingkat konsentrasi belajar
terdapat tiga kategori yaitu buruk, sedang dan baik. Kategori
buruk berkisar pada 0 - 10 angka, sedang berkisar pada 11 -
20 angka dan baik berkisar pada >21 angka. Hasil analisis
presentasi kategori konsentrasi belajar dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Konsentrasi Belajar
No Kategori Range Jumlah Presentase
(%)
1 Buruk 0 -10 8 17,02
2 Sedang 11 - 20 35 74,47
3 Baik >21 4 8,51
Total 47 100
Data Olahan Pribadi (2016)
49
Dari tabel di atas, maka dapat dilihat presentase frekuensi
konsentrasi belajar siswa siswi kelas 3, 4 dan 5 di SD Negeri
Bringin 03 memiliki presentase yang berbeda dan tingkat
konsentrasi yang berbeda pula. Hal tersebut dikarenakan
seluruh responden sebanyak 47 siswa memiliki kemampuan
dalam belajar dan konsentrasi yang berbeda.
Di bawah ini adalah nilai rata-rata responden pada
semester genap tahun 2016 dari ketiga kelas 3, 4 dan 5 dapat
dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5 Nilai Rata-Rata Pelajaran Responden
Semester Genap
Kelas
Mata Pelajaran
Matematika Bahasa
Indonesia IPA
Bahasa
Inggris
3 76 77 78 80
4 66 70 65 75
5 70 70 82 80
Total 212 217 225 235
Rata-rata 70 72 75 78
Rata-rata
keseluruhan
73,75
Daftar Nilai Guru (2015)
50
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketiga kelas (3, 4 dan
5) memiliki nilai rata-rata kelas diatas 60 di setiap mata
pelajaran. Selain itu nilai rata-rata keseluruhan kelas dan
semua mata pelajaran adalah sebesar 73,75. Nilai rata-rata
tersebut masuk dalam kategori baik karena berada diantara
nilai 71 - 85 (Panduan Penilaian Sekolah Dasar, 2015).
4.4.4 Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data
yang diperoleh normal atau tidak. Pengujian pada SPSS
dengan menggunakan uji one sample Shapiro-Wilk karena
responden yang diambil <50 orang dan memiliki taraf
signifikansi 0,05. Data dinyatakan normal jika signifikansi lebih
besar dari 5% atau 0,05 (Duwi Priyatno, 2008).
Uji normalitas yang telah dilakukan peneliti dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 4.6 One sample Shapiro-Wilk
Variabel P-value
Sarapan .070
Konsentrasi .220
Data Olahan Pribadi (2016)
51
Pada data uji normalitas diperoleh kedua variabel yaitu
sarapan dan konsentrasi merupakan data yang normal karena
lebih besar dari nilai signifikansi 5% atau 0,05.
4.4.5 Analisis Hasil Uji Korelasi Spearman
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji reliabilitas, uji
korelasi yang digunakan peneliti untuk peneltian ini adalah
menggunakan uji korelasi Spearman.
Tabel 4.7 Hubungan Antara Sarapan Dengan Konsentrasi
Belajar
Konsentrasi
Sarapan Total Koefisiensi
korelasi
P-
value Buruk % Sedang % Baik % n %
Buruk 3 37,5 5 62,5 0 0 8 100
.479 .001 Sedang 1 2,86 30 85,71 4 11,43 35 100
Baik 0 0 2 50 2 50 4 100
Data Olahan Pribadi (2016)
Dari data yang diperoleh dari uji korelasi Spearman
diperoleh hasil 0,001 dimana p-value< dari nilai signifikansi 5%
atau 0,05 yang artinya Ha diterima. Maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara sarapan pagi dengan
konsentrasi yang mempunyai koefiensi korelasi sebesar 0,479
yang artinya sedang dan arah korelasi yang positif.
52
4.5 Pembahasan
Dapat dilihat dari hasil variabel sarapan terdapat 4 siswa
yang memiliki kategori buruk dengan presentase 8,51%, karena
hasil kuesioner yang didapat berada pada batasan nilai interval 9
- 20. Terdapat 37 siswa yang memiliki kategori sedang dengan
presentase 78,73%, karena hasil kuesioner yang didapat berada
pada batasan nilai interval 21 - 32. Kemudian terdapat 6 siswa
yang memiliki kategori baik dengan presentase 12,76%, karena
hasil kuesioner yang didapat berada pada batasan nilai interval
33 - 45.
Pada kelompok siswa yang masuk dalam tingkat kategori
sarapan buruk, yaitu siswa siswi yang malas untuk sarapan pagi
atau tidak mau sarapan walaupun terkadang orang tua sudah
menyediakan sarapan, tidak terbiasa sarapan dan juga terdapat
faktor dari pekerjaan orang tua yang tidak sempat menyediakan
sarapan.
Kelompok siswa yang masuk dalam tingkat kategori
sarapan sedang, yaitu siswa siswi yang mau sarapan apabila
disediakan oleh orang tua. Tetapi apabila orang tua tidak
menyediakan sarapan, maka siswa tersebut juga tidak akan
sarapan sebelum berangkat sekolah. Hal tersebut dikarenakan
pekerjaan orang tua yang tidak menentu. Kedua pernyataan
53
diatas didapat berdasarkan wawancara singkat kepada orang tua
siswa.
Sementara itu, hasil dari variabel konsentrasi terdapat 8
siswa yang memiliki kategori buruk dengan presentase 17,02%,
karena nilai tes konsentrasi mendapatkan 0 - 10 urutan angka.
Terdapat 35 siswa yang memiliki kategori sedang dengan
presentase 74,47%, karena nilai tes konsentrasi mendapatkan
11 - 20 urutan angka. Kemudian terdapat 4 siswa yang memiliki
kategori baik dengan presentase 8,51%, karena nilai tes
konsentrasi mendapatkan > 21 urutan angka. Jika dibandingkan
dengan tingkat konsentrasi belajar, nilai rata-rata mata pelajaran
dari seluruh kelas yang menjadi responden memiliki nilai rata-
rata sebesar 73,75 yang termasuk dalam kategori baik menurut
panduan penilaian sekolah dasar (2015). Pengkategorian yang
terdapat di dalam panduan penilaian sekolah dasar
mencantumkan tingkatan penilaian sebagai berikut:
Sangat baik: 86 - 10
Baik: 71 - 85
Cukup: 56 - 70
Perlu bimbingan: ≤ 55
Jika dilihat dari perbandingan antara sarapan dengan
konsentrasi, terdapat beberapa nilai yang menunjukkan
perbandingan yang tidak sama. Pada variabel sarapan terdapat
54
tingkatan kategori baik, sedang dan buruk. Sedangkan pada
tingkat konsentrasi terdapat pula tingkatan kategori baik, sedang
dan buruk. Oleh karena itu, peneliti melakukan perbandingan
baik perbandingan yang terbalik, perbandingan yang sejajar dan
perbandingan searah yang positif.
Dari seluruh responden yang berjumlah 47 siswa, hasil
dari perbandingan yang terbalik terdapat 5 siswa yang memiliki
hasil tingkat sarapan sedang, dengan tingkat konsentrasi yang
buruk. Ada 4 siswa yang memiliki hasil tingkat sarapan baik,
dengan tingkat konsentrasi yang sedang. Hasil dari
perbandingan yang sejajar, terdapat 3 siswa yang memiliki hasil
tingkat sarapan buruk, dengan tingkat konsentrasi yang buruk.
Ada 30 siswa yang memiliki hasil tingkat sarapan sedang,
dengan tingkat konsentrasi yang sedang. Ada 2 siswa yang
memiliki hasil tingkat sarapan baik, dengan konsentrasi yang
baik. Hasil dari perbandingan searah yang positif, terdapat 1
siswa yang memiliki hasil tingkat sarapan buruk, dengan tingkat
konsentrasi yang sedang. Ada 2 siswa yang memilliki hasil
tingkat sarapan sedang, dengan tingkat konsentrasi yang baik.
Setelah peneliti membandingkan, peneliti juga melakukan
uji Spearman dengan hasil p-value 0,001 yang berarti p-value <
0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara sarapan pagi dengan konsentrasi belajar.
55
Hubungan yang signifikan tersebut memiliki arah yang positif
dengan kekuatan korelasi sebesar 0,479. Analisa statistik
tersebut juga didukung oleh perbandingan yang telah peneliti
lakukan sebelumnya dimana hasil perbandingan yang nilainya
meningkat atau naik ternyata lebih banyak dari pada
perbandingan yang nilainya turun, artinya semakin tinggi tingkat
sarapan maka semakin tinggi tingkat konsentrasi dibandingkan
dengan jumlah perbandingan semakin rendah sarapan maka
semakin tinggi tingkat konsentrasi.
Hasil perbandingan kedua variabel tersebut, masing-
masing variabel memiliki faktor yang mengganggu yaitu pada
variabel sarapan seperti sikap malas pada diri siswa dan untuk
variabel konsentrasi yaitu faktor lingkungan, karena SD Negeri
Bringin 03 berada di pinggir jalan raya sehingga terdengar suara
kendaraan saat pelajaran berlangsung dan membuat para siswa
tidak nyaman saat belajar.
Hasil yang senada juga didapat pada penelitian Hanum
Aprilia Wardoyo (2013) di SDN Wonocatur dan SDN Sumberejo
01 Kabupaten Kediri, menyatakan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara makan pagi dengan daya konsentrasi
serta antara tingkat konsumsi zat gizi (kalori, karbohidrat, protein,
dan zat Besi) dengan daya konsentrasi pada siswa sekolah
dasar. Selain itu, penelitian Henry Yuhan Winata (2015) di
56
Yogyakarta, menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara perilaku sarapan dengan konsentrasi belajar mahasiswa
tahun ketiga PSIK UMY dengan nilai p =0,014 (p<0,05). Hasil
penelitian Anas Tamsuri (2012), menyatakan bahwa dari hasil
tabulasi silang menunjukkan bahwa semakin baik kebiasaan
sarapan pagi seorang anak maka semakin baik pula tingkat
konsentrasi belajarnya. Hasil tabulasi silang tersebut dapat
dibuktikan pada nilai hasil korelasi 0,546 dengan uji signifikansi
(α)=0,000 dan taraf kesalahan α =0,05 sehingga didapatkan ρ <
α maka hipotesa H1 diterima. Sehingga didapatkan hasil bahwa
ada hubungan yang positif antara kebiasaan sarapan pagi
dengan tingkat konsentrasi belajar pada anak. Selain hasil yang
didapat dari penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini juga di
dukung oleh adanya teori-teori yaitu penelitian Sunarti dkk (2006)
menunjukkan bahwa konsentrasi dipengaruhi oleh asupan energi
makan pagi dan energi snack pagi, protein makan pagi dan
protein snack pagi dan skor konsentrasi pagi. Kondisi tersebut
berkaitan dengan penggunaan glukosa sebagai sumber energi.
Dalam keadaan normal, sistem saraf pusat hanya dapat
menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Dalam proses
absorbsi, glukosa di absorbsi secara aktif menggunakan alat
angkut protein dan energi sehingga jika kecukupan protein
kurang maka proses pengangkutan glukosa sebagai nutrisi otak
57
akan terganggu yang menyebabkan otak mengalami kekurangan
glukosa yang akan memengaruhi daya konsentrasi.
Tjut Rifameutia (2012) mengemukakan bahwa di pagi hari
kegiatan anak menuntut banyak gerak sehingga anak
memerlukan energi untuk belajar dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Membiasakan sarapan, anak menjadi lebih
bersemangat dan terlibat aktif dalam belajar. Selain itu,
konsentrasi pada akhirnya membuat anak lebih percaya diri dan
prestasi belajarnya pun cenderung akan meningkat. Ada dua
manfaat yang bisa diambil dari kebiasaan makan pagi. Pertama,
sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap
digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar
gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi
belajar bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk
meningkatkan produktifitas dalam hal ini adalah prestasi belajar.
Kedua, pada dasarnya makan pagi akan memberikan kontribusi
penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti
protein, lemak, vitamin dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini
bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh.
Melewatkan makan pagi akan menyebabkan tubuh kekurangan
glukosa dan hal ini menyebabkan tubuh lemah dan kurang
konsentrasi karena tidak adanya suplai energi. Pernyataan
tersebut diperkuat oleh pendapat Ali Khomsan (2002) bahwa
58
dengan tidak makan pagi, maka kadar gula (glukosa) akan
menurun, kadang-kadang sampai dibawah normal. Padahal gula
darah adalah sumber energi utama bagi otak, itulah sebabnya
tidak makan pagi bisa membuat tubuh loyo.
Dari hasil penelitian peneliti dan juga didukung oleh
penelitian sebelumnya serta teori-teori diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa sarapan tersebut penting untuk konsentrasi
belajar karena pada sarapan dapat meningkatkan kadar gula
darah. Kadar gula darah tersebut yang terjamin normal, maka
gairah dan konsentrasi belajar akan meningkat. Maka sarapan
sebelum berangkat sekolah untuk anak sekolah terdapat
hubungannya dengan konsentrasi belajar mereka.
4.6 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kejelasan korelasi
hubungan antara sarapan pagi dengan konsentrasi belajar siswa
siswi kelas 3, 4 dan 5 Sekolah Dasar Negeri Bringin 03
Kecamatan Bringin. Namun peneliti menyadari bahwa masih
terdapat keterbatasan, antara lain: peneliti tidak dapat menggali
informasi lebih dalam pada variabel sarapan seperti tentang jenis
makanan siswa siswi yang dikonsumsi, kecukupan tidur, fungsi
panca indra serta variabel lain yang kemungkinan berhubungan
dengan tingkat konsentrasi, karena pada penelitian ini hanya
59
menggunakan instrumen kuesioner dan hanya melakukan
wawancara singkat.