Post on 16-Oct-2021
1
Terbit Online pada laman webjurnal:https://jurnal.stairahmaniyah.ac.id/index.php/alulum
Vol. 1 No. 1 (2021) ISSN Media Elektronik: xxxx-xxxx
METODE PENDIDIKAN RASULULLAH SAW DAN RELEVANSINYA
DENGAN METODE PENDIDIKAN ISLAM MASA KINI
Oleh: Sonin
Abstrak: Metode sebagai jalan untuk mencapai suatu tujuan tidak terkecuali dalam proses
pembeajaran, maka menunjukkan bahwasanya metode mempunyai peranaan penting dalam
upaya menjamin kelangsungan proses belajar mengajar. Karena itu seorang guru sebelum
menyampaikan materi pelajaran seorang guru di tuntut untuk menentukan terlebih dahulu
metode yang akan digunakan, mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode itu sendiri,
kesesuain metode dengan materi, tingkat perkembangan anak didik, sarana dan prasarana
pendukung dan kemampuan guru dalam penggunaan metode yang akan dipakai.
Beberapa metode yang sering diterapkan Rasulullah SAW dalam membentuk
akhlak dan kepribadian Islami adalah “metode keteladanan, metode pembiasaan dan metode
targhib wa tarhib (pemberian motivasi), metode dialog (tanya jawab), metode ceramah,
metode perumpamaan, metode nasihat, dan metode demonstrasi”. Sedangkan metode
pendidikan Islam yang sangat terkenal saat ini adalah “Metode ceramah, metode tanya
jawab, metode demonstrasi dan pengembangan dari metode-metode yang diterapkan oleh
Rasulullah”.1
Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman bermunculan metode-metode baru
dalam dunia pendidikan sehingga metode-metode lama dianggap usang dan tidak relevan
lagi dengan pendidikan masa kini.
Sedangkan krakteristik methodologi pembelajaran dalam pendidikan Islam itu sendiri
secara umum yang paling menonjol adalah sebagai berikut:
1. Berpadunya antara metode dan cara-cara pengajaran dari segi tujuan dan alat dengan
jiwa dan ahlak Islam yang mulia.2
2. Metode hendaklah bersifat luwes, dapat menerima perubahan dan penyesuaian dengan
keadaan dan suasana serta sifat peserta pendidik.3
3. Metode hendaknya sungguh-sungguh mengaitkan antara teori dan praktek, proses
belajar dan amal, memelihara hafalan dan kemampuan berpikir.
4. Menekankan kebebasan kepada peserta didik untuk berdiskusi, berdebat dan berdialog
dalam batas-batas kesopanan dan hormat menghormati.4
Melihat dari karakteristik methodologi pembelajaran pendidikan Islam di atas dan
keberhasilan Rasullah Saw dalam mendidik para sahabat maka penulis berhipotesa bahwa
metode pendidikan Rasulullah Saw masih relevan dengan metode pendikan masa kini.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka disimpulkan bahwa metode-metode yang
diterapkan Rasulullah SAW bersifat fleksibel dan masih sangat relevan dengan metode
pendidikan masa kini yaitu: Metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode
demonstrasi dan metode-metode lain yang merupakan hasil dari pengembangan metode-
metode disebut. Diterima Redaksi: 21-06-2021 Selesai Revisi: 23-06-2021 Diterbitkan Online: 27-06-2021
Kata Kunci: Metode Pendidikan Rasulullah SAW, Relevansi, Pendidikan Masa Kini
1 Zuhairini Abdul Ghofur dan Slamet AS Yusuf, Metodik khusus Pendidikan Agama,
(Surabaya : Usaha Nasional, 1983), hal. 82
2Oemar Muhammad al Thoumy al Sayibany, Op. Cit., hal. 83.
3 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta :Rajawali press, 1986), hal, 21
4 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, ( Jakarta, Bumi
Aksara, 1982 ), hal, 33
1
Pendahuluan
Dari segi bahasa metode berasal
dari dua suku kata yaitu, meta dan hodos.
Meta berarti “melalui” dan hodos berarti
”jalan atau cara”.5 Dengan demikian
metode dapat berarti cara atau jalan yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Selain itu ada pula yang mengatakan
bahwa metode adalah “suatu sarana untuk
menemukan, menguji dan menyusun data
yang diperlukan bagi pengembangan
ilmu”. Ada lagi pendapat yang
mengatakan bahwa “metode sebenarnya
jalan untuk mencapai suatu tujuan”.6 Jalan
untuk mencapai suatu tujuan itu bermakna
cara untuk menemukan, menguji dan
menyusun data yang diperlukan bagi
pengembangan ilmu atau
tersistematisasikannya suatu pemikiran.
Dalam kegiatan belajar mengajar metode
diperlukan oleh guru dan penggunaanya
bervariasi sesuai dengan materi yang akan
disampaikan serta tujuan yang ingin
dicapai setelah pengajaran berakhir.
Metode mempunyai peranaan
penting dalam upaya menjamin
kelangsungan proses belajar mengajar
lebih–lebih lagi bagi seorang guru yang
akan menyampaikan materi pelajaran.
Sebelum menyampaikan materi pelajaran
5 Zuhairini Abdul Ghofur dan Slamet AS.
Yusuf, metodik khusus Pendidikan Agama,
(Surabaya: Usaha Nasional 1983), hal. 82 6 M. Athiyah Al-Abrassyi, Dasar-dasar
Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang,
1970), hal.10.
seorang guru di tuntut untuk mengetahui
apa dulu pengertian metode, kelebihan
dan kekurangan dari metode itu sendiri.
Dengan menguasai metode mengajar
merupakan keniscayaan, sebab seorang
guru tidak akan dapat mengajar dengan
baik apabila tidak menguasai metode
secara tepat. Makin tepat metode yang
digunakan oleh seoarang guru dalam
kegiatan belajar mengajar, diharapkan
makin efektif pula pencapaian tujuan
pembelajaran. Pada dasarnya pendidikan
Islam menganut “prinsip-prinsip
demokrasi, kebebasan, persamaan dan
kesempatan yang sama buat belajar tanpa
diskriminasi antara sikaya dan simiskin”.7
Artinya semuanya berhak mendapatkan
pendidikan yang layak baik pada keluarga
dan para sahabat serta kaum muslimin.
Keberhasilan pendidikan yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW karena
disebabkan oleh beberapa faktor. Dimana
salah satu faktor yang mendukung
keberhasilan pendidikannya adalah “metode
yang beliau gunakan, tanpa sebuah metode,
maka pikiran, pengetahuan, keterampilan,
pengalaman dan sikap tidak akan berpindah
dari pendidik kepeserta didik dalam mencapai
tujuan pendidikan”. Bagaimanapun baiknya
materi pengajaran yang disampaikan tanpa
menggunakan metode yang baik semuanya itu
tidak akan berhasil dengan memuaskan. Oleh
7 Oemar Muhammad Al-Tomy Al-Saibany,
Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : Bulan
Bintang, 1979), hal.554.
2
karena pentingnya kedudukan yang dimiliki
oleh metode dalam proses pendidikan dan
pengajaran, maka para pendidik dalam
berbagai zaman menaruh perhatian besar
untuk mengangkat derajat metode pendidikan.
Para pakar pendidikan Islam telah
mengakui bahwa “Rasulullah adalah pendidik
yang agung yang selalu memperhatikan
penggunaan metode yang baik dalam
mendidik dan membimbing umatnya.
Abdurrahman an- Nahwi dalam bukunya
“Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan
Islam” mengatakan bahwa:
Orang yang mengkaji kepribadian
Rasulullah SAW akan mengetahui bahwa
beliau adalah benar-benar pendidik yang
agung, mempunyaai metode pendidikan yang
luar biasa dan memperhatikan segala
kebutuhan dan tabiat anak. Beliau
memerintahkan agar pembicaraan yang
diarahkan kepada orang lain hendaknya
disesuaikan dengan tarap berfikir mereka.
Disamping itu beliau tidak pernah lalai untuk
menyeru agar mereka beribadah kepada Allah
SWT, guna menyempurnakan fitrah dan
mendidik jiwa secara perlahan serta
menyatukan hati mereka.8
Dari beberapa metode yang
diterapkan Rasulullah SAW dalam
membentuk akhlak dan kepribadian Islami
adalah “metode keteladanan, metode
pembiasaan dan metode targhib wa tarhib
(pemberian motivasi), metode dialog (tanya
jawab), metode ceramah, metode
8 Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-
Prinsip dan Metode Pedidikan Islam, (Bandung :
1989), hal. 47
perumpamaan, metode nasihat, dan metode
demonstrasi”. Sedangkan metode pendidikan
Islam yang sangat terkenal saat ini adalah
“Metode ceramah, metode tanya jawab,
metode demonstrasi dan pengembangan dari
metode-metode yang diterapkan oleh
Rasulullah”.9 Sebagaimana dengan latar
belakang diatas, maka peneliti akan
mengadakan penelitian yang berjudul
“Metode Pendidikan Rasulullah SAW dan
Relevansinya dengan Metode Pendidikan
Masa Kini”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, dapat dirumusan permasalahan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana metode pendidikan
Islam pada masa Rasulullah SAW
?
2. Bagaimana relevansi metode-
metode tersebut dalam konteks
pendidikan Islam masa kini?
Deskripsi Teoritis
Dalam penelitian ini ada beberapa
pendapat Menurut Para ahli yang berkaitan
dengan kerangka teori penelitian ini. Menurut
Barnadib dalam buku Ta’dib menyebutkan
bahwa metode ialah “suatu jalan atau cara
yang harus dilalui untuk mencapai suatu
tujuan”.10
Adapun menurut Knox dalam buku
dasar-dasar pendidikan sains menyebutkan
9 Zuhairini Abdul Ghofur dan Slamet AS
Yusuf, Metodik khusus Pendidikan Agama,
(Surabaya : Usaha Nasional, 1983), hal. 82 10
Ramayulis, Metodologi Pengajaran
Islam(Jakarta:Kalam Mulia 1994), hal. 103
3
bahwa metode adalah “suatu cara untuk
melangkah maju dengan terencana dan teratur
untuk mencapai suatu tujuan tertentu, yang
dengan sadar mempergunakan pengetahuan-
pengetahuan sistematis untuk keadaan yang
berbeda-beda”.11
Adapun bagian – bagian dari
metode adalah :
1. Guru yaitu semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan murid, baik
secara individual atau klasikal, baik
disekolah maupun luar sekolah.
2. Materi pembelajaran atau materi
ajar (instructional materials) adalah
pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang harus dipelajari
siswa dalam rangka mencapai
standar kompetensi yang telah
ditentukan. Materi pelajaran
diartikan pula sebagai bahan
pelajaran yang harus dikuasai oleh
siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Materi pembelajaran
pada hakekatnya merupakan
pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan sebagai isi dari suatu
mata pelajaran yang diarahkan
untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Sehingga dapat
dikatakan bahwa materi pelajaran
adalah berbagai pengalaman yang
akan diberikan kepada siswa selama
11
Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, (
Palembang :Rafah Press 2009),hal. 32.
mengikuti proses pendidikan atau
proses pembelajaran.
Prinsip-Prinsip Dasar Metode
Mengajar Dalam Pendidikan Islam.
Semua orang mengakui adanya
hubungan yang erat antara metode dan proses
belajar mengajar. tujuan akhir metode
mengajar adalah berhasilnya proses belajar
mengajar dengan baik. Karena adanya
hubungan yang erat antara metode mengajat
dan proses belajar mengajar, maka sudah
menjadi kewajiban pendidik untuk memahami
proses belajar mengajar dan metode yang
digunakannya. Ia juga harus memahami
prinsip-prinsip umum yang menjadi dasar
bagi metode pendidikan.
Adapun beberapa prinsip yang
menjadi dasar metode mengajar dalam
pendidikan Islam, yaitu:
1. Pentingnya menjaga motivasi,
kebutuhan, minat dan keinginan peserta
didik dalam proses belajar mengajar.
Sebab dengan menggerakkan motivasi
yang ada pada peserta didik akan
menjadikan peserta didik belajar lebih
efektif. Siapapun orangnya jika bekerja
dengan landasan motivasi yang kuat,
maka ia tidak akan cepat lelah. Oleh
sebab itu seorang pendidik harus
mampu memelihara motivasi peserta
didiknya termasuk kebutuhan,
keinginan dan minatnya. Sehingga para
peserta didik dapat lebih aktip dan
bergairah dalam belajar. Sehubungan
dengan hal ini Hadirja Paraba
mengatakan bahwa ”memberikan
4
petunjuk, tuntunan dan keteladanan
merupakan salah satu cara mencapai
keberhasilan dalam pendidikan Islam.12
2. Pentingnya menjaga tujuan belajar dan
membantu peserta didik untuk
mengembangkan tujuan tersebut. Sebab
dengan tujuan yang jelas dalam proses
belajar akan sangat membantu peserta
didik untuk menentukan tujuannya
dalam belajar dan menjaga tujuan
tersebut dalam proses belajar mengajar.
Menjaga dan membantu murid tidaklah
bertentangan dengan falsafah
pendidikan Islam. Malah sebaliknya,
keduanya sesuai dengan jiwa
pendidikan Islam yang selalu menjaga
kemaslahatan dan tujuan-tujuan yang
baik.13
3. Memperhatikan tahap perkembangan
dan kematangan peserta didik dalam
menyerap dan menerima materi
pelajaran. Seorang pendidik harus
menjaga tahap perkembangan
kematangan peserta didik dan
pengalaman-pengalaman dalam proses
belajar mengajarnya. Termasuk
menyesuaikan materi yang diberikan
kepada peserta didik dengan tahap
perkembangan berpikir mereka. Oleh
karena itu pendidik yang baik adalah
pendidik yang mengajarkan kepada
peserta didiknya sesuai dengan tahap
kematangan jasmani, akal dan emosi
mereka, dan memulai dari yang telah
12
Oemar Muhammad al Sayibany, Op
Cit, hal. 594 13
Hadirja Paraba, Op. Cit., hal.15.
diketahui kepada yang belum diketahui,
dari yang kongkrit kepada yang
abstrak, dari yang sederhana kepada
yang komplek dan dari yang mudah
kepada yang susah, serta menjaga dan
memperhatikan perbedaan individu
peserta didik. Seorang pendidik harus
mengetahui bahwa diantara peserta
didik ada kelainan dan perbedaan
dalam segala aspek.14
Adapun menurut Tabrani Rusyan dkk
dalam bukunya yaitu pendekatan dalam
proses belajar mengajar dalam hal ini
menjelaskan bahwa:
Perbedaan individu dapat ditinjau dari
dua segi, yaitu segi horizontal dan segi
vertikal. Dari segi horizontal, setiap individu
berbeda satu sama lain dalam bidang
mentalnya seperti tingkat kecerdasan emosi,
minat, ingatan dan sebagainya. Dari segi
vertikal tidak ada dua individu yang sama
dalam hal bentuk, tinggi, besar badannya dan
berbeda-beda dalam segi jasmaniyah.15
Jadi berdasarkan dari penjelasan diatas,
prinsip-prinsip dasar metode mengajar dalam
pendidikan Islam yaitu harus memperhatikan
tahap perkembangan dan kematangan peserta
didik dalam menerima materi yang
disampaikan oleh pendidik, serta memberi
motipasi kepada peserta didik dalam proses
belajar agar dapat menjadikan peserta didik
14
Tabrani Rosyan, et.al, Pendekatan
dalam Proses Belajar Mengajar, ( Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1994), hal 31
15 Thabrani Rusyan, et, al,
Pendekatan dalam proses belajar
mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1994), hal. 31.
5
belajar lebih efektif. Untuk itu hendaklah
seorang guru menyadari pentingnya menjaga
perbedaan dan kelainan yang ada pada peserta
didik dalam segala bentuk. Oleh karena itu
pendekatan mutlak diperlukan oleh seorang
guru dalam proses belajar mengajar termasuk
dalam pemilihan dan penggunaan metode
agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Ciri-Ciri Metode Mengajar dalam
pendidikan Islam.
Walaupun methodologi pembelajaran
dalam pendidikan Islam berbeda, tetapi
terdapat ciri-ciri dan tujuan-tujuan umum
tersebut tidak keluar dari ciri-ciri dan sifat-
sifat serta prinsip-prinsip umum yang terdapat
pada tujuan-tujuan, kurikulum dan metode
mengajar, karena semuanya merupakan
bagian dan aspek-aspek dari proses
pendidikan. Diantara ciri-ciri umum metode
mengajar yang paling menonjol adalah
sebagai berikut:
1. Berpadunya antara metode dan cara-
cara pengajaran dari segi tujuan dan
alat dengan jiwa dan ahlak Islam
yang mulia. Pendidik muslim
hendaknya mengambil tujuan-tujuan
pengajaran dari akhlak Islam.Ia
melaksanakannya dalam suasana
keislaman yang sempurna. Misalnya
seorang guru memulai pelajarannya
dengan menyebut asma Allah SWT
dan shalawat kepada Rasulullah
SAW, dengan tujuan mendapat ridho
atas apa yang telah dilakukan. 16
2. Metode hendaklah bersifat luwes,
dapat menerima perubahan dan
penyesuaian dengan keadaan dan
suasana serta sifat peserta pendidik.
Dengan demikian metode yang
digunakan oleh seorang guru
hendaknya disesuaikan dengan
materi, tujuan pelajaran dan keadaan
peserta didik serta tahap kematangan
mereka. Oleh karena itu kompetensi
guru dalam memilih dan
menggunakan metode mengajar
sangat diperlukan demi tercapainya
proses belajar mengajar yang baik.17
3. Metode hendaknya sungguh-sungguh
mengaitkan antara teori dan praktek,
proses belajar dan amal, memelihara
hafalan dan kemampuan berpikir.
karena itu seorang pendidik harus
selalu membimbing peserta didiknya
untuk menerapkan teori-teori yang
telah di dapatnya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga apa yang telah
disampaikan oleh pendidik akan
selalu melekat dan menyatu dengan
jiwa dan pikirannya. Hal ini harus
disertai keteladanan seorang guru
16
Oemar Muhammad al
Thoumy al Sayibany, Op. Cit., hal. 83. 17 Sardiman, Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta
:Rajawali press, 1986), hal, 21
6
dalam proses pendidikan. Jadi
metode - metode pendidikan Islam
berusaha memadukan dan
mengaitkan antara semua perkara
yang berlawanan tersebut.
4. Menekankan kebebasan kepada
peserta didik untuk berdiskusi,
berdebat dan berdialog dalam batas-
batas kesopanan dan hormat
menghormati. Para peserta didik
mempunyai kebebasan mutlak untuk
menyatakan pendapat di depan
gurunya dan untuk berbeda dalam
berpendapat. Beranjak dari hal
tersebut maka dapat dilihat bahwa
konsep demokrasi dalam pendidikan
sangat diperhatikan oleh Islam.
Dengan adanya kelonggaran yang
diberikan kepada anak didik dalam
beragumen akan dapat membantu
merangsang cara berpikir mereka.18
Dari penjelasan tentang ciri-ciri
metode mengajar dalam pendidikan Islam
di atas dapat disimpulkan bahwasanya
penggunaan metode harus tepat dengan
materi yang akan disampaikan oleh
pendidik serta memberi kebebasan kepada
peserta didik untuk berdiskusi
18
Nasution, Berbagai
Pendekatan dalam Proses Belajar dan
Mengajar, ( Jakarta, Bumi Aksara, 1982 ),
hal, 33
mengeluarkan pendapat mereka didepan
guru maupun peserta didik yang lain.
Macam-Macam Metode Dalam
Pendidikan.
Macam-macam metode mengajar
dalam proses pendidikan secara global sudah
sangat terkenal dalam dunia pendidikan.
Diantara metode-metode tersebut adalah:
1. Metode ceramah.
Metode ceramah adalah metode yang
boleh dikatakan metode tradisional.
Karena metode ini sudah sejak dulu
dipergunakan sebagai alat komunikasi
lisan antara pendidik dengan peserta
didik dalm proses belajar mengajar.
Metode ini lebih banyak menuntut
keaktifan pendidik daripada peserta
didik, Jadi metode ceramah adalah
”cara penyajian pelajaran yang
dilakukan pendidik dengan penuturan
atau penjelasan lisan secara langsung
terhadap peserta didik”.19
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah ”cara
penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab,
terutama dari pendidik kepada peserta
didik, tetapi dapat pula dari peserta
didik kepada pendidik. Metode ini
sudah lama dikenal dan dipakai orang
semenjak zaman Yunani. Ahli-ahli
pendidikan Islam telah mengenal
metode ini, yang dianggap oleh
19
Syaiful Bahri Djamarah,
Op. Cit., hal. 109.
7
pendidikan modern berasal dari
socrates seorang filosof Yunani
3. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah ”cara
penyajian bahan pelajaran dengan
memperagakan atau mempertunjukkan
kepada siswa suatu proses, situasi atau
benda tertentu yang sedang dipelajari
dan sering disertai dengan penjelasan
lisan”.20
4. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara
penyajian bahan pelajaran, dimana para
guru memberikan kesempatan pada
para siswa membentuk kelompok untuk
membicarakan suatu pembicaraan
ilmiah guna mengumpulkan pendapat,
membuat kesimpulan dan menyusun
berbagai alternatip pemecahan atas
suatu masalah. Dalam metode diskusi
yang perlu mendapat perhatian
hendaknya para siswa dapat
berpartisipasi secara aktif dalam setiap
forum diskusi. Semakin banyak siswa
terlibat dalam menyumbangkan
pikirannya, akan semakin banyak pula
yang mereka pelajari.
Penjelasan di atas sudah
tergambarkan secara global tentang sebagian
metode yang digunakan dalam proses
pendidikan dewasa ini. Tetapi perlu diketahui,
bahwa metode-metode pendidikan modern
20
Pohan , James.W. dan Baker,
Eva.L., Teknik mengajar secara
sistematis, (Jakarta: Penerbit. Rineka
Cipta, 2005), hal, 11
pada umumnya berorientasi pada
pengembangan aspek kognetif (pengetahuan)
dan psikomotor (ketrampilan) peserta didik,
sedangkan pengembangan aspek afektif
(mental dan keimanan) kurang mendapat
perhatian.
Metode pendidikan Islam berusaha
untuk menyempurnakan dan menutupi
sebagian kekurangan dari metode pendidikan
modern yang banyak berasal dari barat
dengan memperhatikan pengembangan aspek
afektif menuju kepada terbentuknya pribadi
muslim. Metode-metode pendidikan Islam
yang banyak dipergunakan oleh para pendidik
Islam dari berbagai zaman, dalam
pembentukan pribadi muslim diantaranya
adalah :
a. Metode Teladan
Pendidikan dengan metode teladan
berarti pendidikan dengan memberi
contoh, baik berupa tingkah laku, cara
berpikir dan lain-lain. Keteladanan
dalam metode pendidikan adalah
”metode yang paling meyakinkan
keberhasilannya dalam meyakinkan
dan membentuk moral spritual dan
sosial anak”.21
Hal ini disebabkan
karena keteladanan merupakan contoh
terbaik dalam pandangan anak yang
tanpa disadari atau tidak akan terpatri
dalam jiwa dan perasaannya.
Mengenai metode ini Alla Swt
Berfiman:
Artinya : “Sesungguhnya dalam
diri Rasullullah itu kamu dapat
21
Ibid, hal. 96.
8
menemukan teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah.
Dari ayat diatas Al-Baidhawi memberi
makna uswatun hasanah pada ayat di
atas adalah perbuatan baik yang dapat
dicontoh. Dengan demikian,
keteladanan menjadi penting dalam
pendidikan, keteladanan akan menjadi
metode yang ampuh dalam membina
perkembangan anak didik. Keteladanan
sempurna, adalah keteladanan
Rasulullah saw., yang dapat menjadi
acuan bagi pendidik sebagai teladan
utama, sehingga diharapkan anak didik
mempunyai figur pendidik yang dapat
dijadikan panutan.
b. Metode Pembiasaan
Pembiasaan adalah upaya praktis dalam
pembinaan dan pembentukan anak.22
Hasil dari pembiasaan yang dilakukan
oleh pendidik adalah terciptanya suatu
kebiasaan bagi peserta didik.
Pembiasaan dalam pendidikan agama
hendaknya dimulai sedini mungkin.
Rasulullah SAW memerintahkan
kepada pendidik agar mereka
menyuruh anak-anak mereka
mengerjakan sholat tatkala berumur
tujuh tahun.
c. Metode Nasihat
Dimaksud dengan nasihat ialah
penjelasan tentang kebenaran dan
22
Ibid, hal. 99.
kemaslahatan dengan tujuan
menghindarkan orang yang dinasehati
dari bahaya, serta menunjukkannya
kejalan yang mendatangkan
kebahagiaan dan manfaat.23
Metode
nasihat merupakan salah satu metode
yang penting dalam pendidikan Islam.
Salah satu hal yang harus diperhatikan
dalam menggunakan metode nasihat,
pendidik hendaknya berusaha
menghindari perintah dan larangan
langsung. Sebaiknya pendidik
menggunakan teknik-teknik tidak
langsung, seperti bercerita dan
membuat perumpamaan.
d. Metode Targhib wa tarhib (motivasi)
Metode targhib wa tarhib adalah cara
memberi pelajaran dengan memberi
dorongan (motivasi) untuk memperoleh
kegembiraan bila mendapatkan sukses
dalam kebaikan, sebaliknya bila tidak
sukses karena tidak mau mengikuti
petunjuk yang benar akan mendapat
kesusahan.24
Jadi tekanannya adalah
”targhib” agar orang melakukan
kebaikan, sedangkan ”tarhib” agar
orang menjauhi kejahatan dan
kemaksiatan. Metode ini banyak
disebutkan dalam Al-Qur’an seperti
dalam surat Al-Waqi’ah, disebutkan
tentang balasan orang-orang yang
beriman dan beramal shaleh berupa
kebahagiaan hidup di surga, dan
23
Abdurrahman An Nahlawi,
Op. Cit., hal. 253. 24
H. M. Arifin, Ilmu
Pendidikan Islam, Op. Cit.,
hal. 77.
9
sebaliknya orang sesat yang tidak
mentaati perintah Allah SWT
mendapatkan balasan hidup yang
sengsara di neraka. Metode ini sangat
efektip bila mana diikuti dengan hadiah
atau pemberian hukuman yang bersifat
mendidik kalau diperlukan.
Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan sumber data, jenis
penelitian dalam penulisan skripsi ini
adalah penelitian kepustakaan ( library
research ) berupa penelitian kualitatif
yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu
dengan jalan menguraikan data dan
mencari hubungan-hubungan masalah
yang telah ditelaah, kemudian ditarik
kesimpulan secara deduktif yaitu
“menarik kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan yang bersipat dari umum ke
khusus, sehingga penyajian hasil
penelitian dapat dipahami dengan
mudah”.25
2. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data
kualitatif yakni data yang berkaitan
dengan penelitian ini yaitu metode
pendidikan Rasulullah SAW dan
relevansinya dengan pendidikan masa
kini.
b. Sumber Data
25
Nana Syaodih
Sukmadinata, Metodologi Penelitian
Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda
Karya, 2007), Hal. 18
1. Sumber data primer yaitu
sumber data yang di ambil
dari Al-Qur’an dan hadits-
hadist Rasulullah SAW.
2. Sumber data sekunder yaitu
sumber data penunjang dari
data primer seperti buletin,
majalah, buku-buku, dan
sebagainya yang mempunyai
hubungan dengan penelitian
tersebut.
3. Metode Pengumpulan Data.
Dalam metode pengumpulan data
digunakan metode dokumentasi yaitu
“mencari data mengenai hal–hal atau
variabel yang berupa catatan, buku,
surat kabar, majalah, agenda, dan lain
sebagainya”.26
Jadi metode
dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data yang berupa catatan
yang dapat dijadikan sebagai bukti dan
mengumpulkan data dari bahan–bahan
tertulis. Dokumentasi merupakan
catatan peristiwa yang berlalu, metode
ini digunakan untuk menghimpun data
tertentu melalui catatan dokumentasi
yang ada pada objek yang diteliti.
4. Teknik Analisa Data
Data yang telah terkumpul dalam
penelitian ini dihimpun dan
diklasifikasikan, untuk selanjutnya
dianalisa secara deskriptif kualitatif
yaitu dengan jalan menguraikan data
dan mencari hubungan-hubungan
26
Akmal Hawi. Kompetensi
Guru PAI, (Palembang : Rafah Press,
2008), hal 1-2
10
masalah yang telah ditelaah, kemudian
ditarik kesimpulan secara deduktif
yaitu menarik kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan yang bersipat
dari umum ke khusus, sehingga
penyajian hasil penelitian dapat
dipahami dengan mudah. Adapun
langkah-langkah analisisnya menurut
Miles & Huberman adalah:
a. Reduksi data merupakan
bagian dari analisis. Reduksi
data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan,
menggolongkan,
mengarahkan, membuang
yang tidak perlu, dan
mengorganisasi data dengan
cara sedemikian rupa hingga
kesimpulan-kesimpulan
finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi.
b. Penyajian data merupakan
salah satu kegiatan dalam
pembuatan laporan hasil
penelitian yang telah
dilakukan agar dapat
dipahami dan dianalisis sesuai
dengan tujuan yang di
inginkan. Data yang disajikan
harus sederhana agar mudah
dibaca. Penyajian data juga
dimaksudkan agar para
pengamat dapat dengan
mudah memahami apa yang
kita ajukan untuk selanjutnya
dilakukan penelitian atau
perbandingan dan lain-lain.
c. Verifikasi data merupakan
pemeriksaan tentang
kebenaran sesuatu, baik
berupa laporan atau suatu
informasi. Sementara data
merupakan satuan terkecil
yang diwujudkan dalam
bentuk angka atau huruf yang
menggambarkan tentang nilai
dari suatu variabel. Dengan
demikian, teknis verifikasi
data adalah suatu cara untuk
melakukan pemeriksaan
tentang kebenaran nilai dari
suatu variabel. Verifikasi data
sangat diperlukan sehingga
hasil analisis data akan
bermanfaat bagi pembuatan
keputusan bila data yang ada
adalah data yang baik dan
benar.
Pembahasan Hasil Penelitian
A. Relevansi Metode Pendidikan
Rasulullah SAW Dengan Metode
Pendidikan Islam Masa Kini
Sebagaimana telah diuraikan
pada teori sebelumnya, bahwa ada
beberapa metode pendidikan yang
digunakan oleh Rasulullah SAW yaitu
metode keteladanan, metode
11
pembiasaan dan metode targhib wa
tarhib dan lain-lain. Maka dari itu pada
bab ini akan dianalisis tentang
relevansinya masing-masing metode
tersebut dengan metode Pendidikan
Islam Masa Kini.
1. Metode Keteladanan.
Pemilihan metode yang
tepat adalah suatu hal yang mutlak
dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Penerapan metode
harus memperhatikan baik faktor
pendidik, anak didik, tujuan
maupun faktor-faktor lain. Sutu
metode yang bagus ditangan
pendidik yang satu, mungkin
kurang baik di tangan pendidik
yang lain. Demikian halnya
metode yang sesuai dengan tujuan
yang satu belum tentu sesuai
dengan tujuan yang lain. Dengan
demikian penerapan metode
keteladanan tapatnya digunakan
dalam bidang studi Akidah
Akhlak, dikarenakan metode
keteladanan merupakan sarana
pendidikan yang peling tinggi. Hal
ini terjadi karena secara Naluriah
dalam diri anak ada potensi untuk
meniru hal-hal yang ada disekitar .
keteladanan mempunyai arti
penting dalam mendidik dan
membina akhlak anak didik, kalau
pendidik berakhlak baik ada
kemungkinan anak didiknya juga
berahklak baik karena murid
meniru gurunya, begitu sebaliknya
jika pendidik berahklak buruk
maka ada kemungkinan murid
berahklak buruk juga.
Keteladanan dalam
pendidikan merupakan metode
yang berpengaruh dalam aspek
moral spiritual anak dalam hal
keagamaan sesuai dengan sifat
agama pada anak, maka kegiatan
yang paling dominan dalam
keberagaman anak adalah proses
peniruan, kecenderungan guru
sangat berpengaruh terhadap
kepribadian anak. Oleh karena itu
baik buruknya pribadi anak, taat
tidaknya anak pada ajaran Agama
akan sangat bergantung pada
contoh dan keteladanan yang
dilihatnya dari keseharian orang
tua. Dengan demikian keteladanan
guru adalah suatu perbuatan atau
tingkah laku yang baik yang patut
ditiru oleh anak didik yang
dilakukan oleh seorang guru
didalam tugasnya sebagai
pendidik, baik tutur kata ataupun
perbuatannya yang dapat
diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.27
Disamping itu
metode keteladanan sangat
penting, karena dalam belajar
orang pada umumnya lebih muda
menangkap yang kongkrit dari
pada yang abstrak. Abdullah
Nashih Ulwan, sebagaimana
27
Ramayulis, Op. Cit., hal. 97.
12
dikutip oleh Heri Noer Aly
mengatakan: ”Pendidik barangkali
merasa mudah mengkonsumsikan
pesannya secara lisan, namun anak
akan merasa kesulitan dalam
memahami pesan itu apabila ia
melihat pendidiknya tidak
memberi contoh tentang pesan
yang disampaikannya”.28
Denagan
demikian jelaslah bahwa
penggunaan metode keteladanan
dalam pendidikan, khususnya
pendidikan yang berhubungan
dengan aspek moral spiritual itu
sangat penting. Karena moral atau
ahlak itu dipelajari oleh peserta
didik bukan semata-mata melalui
pemahaman tetapi melalui
peniruan dan kebiasaan.
Dalam kehidupan sehari-
hari dapat kita saksikan tindakan
keagamaan yang dilakukan anak-
anak yang pada dasarnya mereka
peroleh dari meniru. Berdo’a
ketika habis shalat dapat dilakukan
anak-anak karena melihat
perbuatan dilingkungannya, baik
berupa pembiasaan ataupun
pengajaran yang intensif. Para ahli
psikologi menganggap bahwa
”dalam segala hal anak merupakan
peniru yang ulung, Sifat meniru
ini merupakan metode yang positif
dalam pendidikan moral dan
28
Heri Noer Aly, Ilmu Pendidikan
Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hal. 178
keagamaan pada anak”.29
Hal
senada juga diungkapkan oleh
Charles Bird sebagaimana dikutip
oleh H. M. Arifinmengatakan
bahwa ”peniruan (imitasi)
terhadap perbuatan orang lain
adalah merupakan salah satu aspek
dari kegiatan belajar manusia”.30
2. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi
merupakan metode yang paling
baik diterapkan dalam proses
pengajaran ketika kita menyajikan
materi yang berkenaan dengan
praktek atau kerja fisik. Artinya
dengan melalui metode
demonstrasi keaktifan peserta
didik akan bertambah, lebih-lebih
kalau peserta didik diikut sertakan.
Contohnya pada saat materi
tentang ibadah haji dan umrah,
peserta didik mendemonstrasikan
kedepan bagaimana cara-cara
mengelilingi ka’bah disertakan
bacaannya, dengan menggunakan
alat media yang telah mereka
siapkan. Dengan demikian
pengalaman peserta didik akan
bertambah karena peserta didik
terlibat secara langsung dalam
mempraktekkan materi yang
disajikan. Sehingga ia dapat
menerima pengalaman yang bisa
29
Jalaluddin dan Ramayulis,
Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam
Mulia,1989), hal. 30 30
H. M. Arifin, Psikologi Da’wah,
(Jakarta: Bumi Aksara,1997), hal. 113.
13
menambah wawasan dan
mengembangkan kecakapannya,
dalam ssuatu metode
demonstrasipeserta didik bukan
hanya mendengar materi yang
disajikan tetapi juga
memperhatikan dengan seksama.
Dengan metode
demonstrasi pengertian tentang
materi yang disampaikan lebih
cepat tercapai, karena peserta
didik dalam menanggapi suatu
proses pembelajaran dengan
menggunakan alat pendengar,
penglihat dan bahkan dengan
perbuatannya, sehingga
mempermudah dalam pemahaman
materi yang disajikan. Melalui
mertode demonstrasi perhatian
peserta didik akan dapat
dipusatkan dan titik yang dianggap
sangat penting oleh pendidik dapat
diamati oleh peserta didik
seperlunya, karena sewaktu
demonstrasi, perhatian peserta
didik hanya tertuju kepada sesuatu
yang didemonstrasikan.
Dengan demikian
diharapkan kepada para pendidik,
hendaknya dalam mempersiapkan
demonstrasi benar-benar teliti dan
penuh kecermatan dengan
mempertimbangkan berbagai hal
termasuk perumusan tujuan
instruksional khusus yang jelas,
yang meliputi berbagai aspek,
sehingga diharapkan peserta didik
dapat melaksanakan dan
menetapkan garis besar lngkah-
langkah denstrasi serta
mempertimbangkan waktu yang
dibutuhkan. Kiranya nilai-nilai
yang terkandung dalam metode
demonstrasi itulah yang
menyebabkan metode demonstrasi
masih tetap diterapkan sebagai
salah satu metode dalam
pendidikan masa kini.
3. Metode Pembiasaan.
Para pakar pendidikan
moderen berpendapat bahwa
metode pembiasaan merupakan
metode yang sangat penting dalam
pembentukan moral, terutama
karena pembiasaan itu
berpengaruh baik terhadap jiwa
manusia yang memberikan rasa
nikmat jika diamalkan sesuai
dengan moral atau ahlaq yang
telah terbentuk dalam dirinya. Ahli
pendidikan Amerika Serikat, John
Dewey pernah mengatakan bahwa:
Pendidikan moral itu terbentuk
dari proses pendidikan dalam
kehidupan dan kegiatan yang
dilakukan oleh murid secara terus
menerus. Sama halnya dengan
metode keteladanan, metode
pembiasaan juga tepat digunakan
dalam bidang studi Akidah
Akhlak, karena ahlaq tidak dapat
diajarkan melaui cara lain kecuali
pembiasaan melakukan perbuatan
14
yang berproses, yang mengandung
keutamaan-keutamaan. Dalam
hubungan ini hendaknya kita tidak
melupakan bahwa sesungguhnya
nilai ajaran agama kita
mengandung watak sosial, yang
dengan watak ini jika peserta didik
membiasakan berbuat demikian
niscaya perbuatan itu akan
menjadi salah satu
kepribadiannya. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa ahlaq baik
tidak akan terbentuk kecuali
dengan membiasakan suatu
perbuatan yang sesuai dengan sifat
ahlaq itu. Metode pembiasaan
sangat diperlukan terutama bagi
anak-anak. Hal ini disebabkan
karena mereka belum menginsafi
apa yang disebut dengan baik dan
buruk dalam arti susila. Selain itu
mereka belum memiliki
kewajiban-kewajiban yang harus
dikerjakan seperti halnya orang
dewas. Ingatan mereka belum kuat
dan akan dengan mudah
melupakan sesuatu yang barui
terjadi. Apabila pada anak-anak
yang baru lahir, semua itu belum
ada sama sekali . Dalam kondisi
seperti ini mereka perlu dibiasakan
dengan tingkah laku, ketrampilan,
kecakapan dan pola pikir tertentu.
Sehubungan dengan hal ini
hujjatul Islam Imam Al-Ghazali,
mengatakan "jikalau sejak tumbuh
anak itu tumbuhnya sudah
diajarkan dan dibiasakan yang
baik-baik, maka nantinya setelah
ia mencapai usia hampir baligh,
tentulah ia akan mendapat
mengetahui rahasianya yakni
mengapa perbuatan-perbuatan
yang tidak baik itu dilarang oleh
orang tuanya”.31
4. Metode Targhib wa tarhib.
Penggunaan metode
targhib wa tarhib (motivasi)
dalam proses pendidikan sangat
diperlukan. Oleh karena itu
seorang guru harus mampu
memberikan motivasi dengan
beraneka macam cara, serta
menciptakan suasana yang
kondusif sehingga peserta didik
dapat belajar dengan perasaan
bahagia dan bergairah. Hal ini
akan membantu kelancaran dalam
proses belajar mengajar yang pada
gilirannya akan dapat
mempermudah jalan menuju
kepada pendidikan yang
diharapkan. Metode targhib wa
tarhib dalam pendidikan modern
dikenal dengan metode motivasi.
Metode targhib wa tarhib (
motipasi ) ini cocok digunakan
dalam bidang studi apapun, karena
motipasi merupakan hal yang
sangat penting dalam setiap proses
31
Zainuddin, et., al, Seluk Beluk
Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991, hal. 107
15
pembelajaran. Contohnya
”memotipasi agar siswa lebih giat
lagi dalam belajar, supaya
mendapatkan nilai yang sesuai
dengan apa yang diharapkan ”.
Rasulullah SAW selalu
berusaha memotivasi dan memberi
sugersti kepada peserta didiknya
untuk berbuat kebajikan dan
meninggalkan kemungkaran.
Semua itu beliau lakukan agar
peserta didiknya lebih bergairah
dan lebih bersemangat dalam
melakukan suatu amal perbuatan.
Karena tanpa adanya motivasi
yang tinggi maka semua perbuatan
yang dilakukan seseorang tidak
akan membuahkan hasil yang
baik. Bahkan para pakar
pendidikan modern telah sepakat
bahwa motivasi mutlak diperlukan
dalam proses belajar mengajar.
Beberapa eksperimen
membuktikan adanya peranan
motivasi yang sangat besar untuk
membangkitkan aktivitas dan
gairah belajar. Richard A. Fear,
sebagaimana dikutip oleh
Ramayulis menyatakan bahwa
”motivasi yang dimiliki seseorang
akan menentukan keberhasilan
suatu pekerjaan”.32
Perlu diketahui bahwa ada
dua jenis motivasi, yang kedua
jenis motivasi tersebut sangat
32
Ramayulis, Op. Cit.,hal. 85.
berperan besar dalam pencapaian
hasil proses belajar mengajar,
yaitu:
a. Motivasi intrinsik
adalah suatu cita-cita
atau daya yang telah
ada dalam diri individu
yang mendorong
seseorang untuk
melakukan sesuatu
b. Motivasi ekstrinsik
adalah segala sesutau
yang datang dari luar
yang menjadi
pendorong bagi peserta
didik untuk berbuat
lebih giat.
Dengan demikian jelaslah
bahwa seorang pendidik haruslah
dapat memainkan peranan yang
tepat, guna mencapai pendidikan
yang tepat, guna mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan. Salah
satu diantara alat untuk
memotivasi peserta didik adalah
pujian. Dalam melaksanakan
proses pengajaran kepada umatnya
Rasulullah SAW sering
menggunakan cara ini. Cara yang
digunakan Rasulullah SAW
sampai sekarang masih digunakan
oleh pendidik dalam rangka
memotivasi peserta didiknya. Dan
memang secara psikologis setiap
16
individu membutuhkan akan
pujian dari orang lain.
5. Metode Nasihat.
Metode nasihat ini
mengarah kepada pembentukan
iman, mempersiapkan moral,
spiritual dan sosial anak. Nasihat
akan dapat membukakan mata
peserta didik pada hakikat sesuatu
dan mendorongnya serta
menghiasinya dengan ahlaq yang
mulia. Oleh karena itulah
Rasulullah SAW sering
memberikan nasihat kepada para
sahabatnya dalam mengajarkan
nilai-nilai luhur Islam. Sudah
menjadi kata sepakat bahwa
nasihat yang tulus akan berbekas
dan berpengaruh jika memasuki
jiwa yang hening, hati terbuka,
akal yamg bijak dalam berpikir.
Di samping itu dengan
metode nasihat pendidik akan
dapat menanamkan pengaruh yang
baik apabila digunakan
dengansebaik mungkin. Bahkan
dengan metode nasihat ini
pendidik mempunyai kesempatan
luas untuk mengarahkan peserta
didik pada berbagai kabaikan dan
kemaslahatan. Untuk itu kepada
pendidik hendaknya dalam
memberikan mnasihat harus
dialndasi dengan ketulusan dan
keikhlasan sekaligus bertanggung
jawab.
Dalam interaksi antara
pihak yang memberi nasihat dan
yang diberi nasihat seringkali
terjadi kesalahpahaman yang
disebabkan ketika pihak yang
diberi nasihat merasa direndahkan
dan karenanya nasihat terasa
membosan. Oleh sebab itu dalam
menggunakan metode nasihat,
pendidik hendaknya menghindari
perintah dan larangan langsung,
sehingga peserta didik tidak
merasa diremehkan.
6. Metode Ceramah.
Metode ceramah
merupakan cara menyampaikan
materi ilmu pengetahuan dan
agama kepada peserta didik dan
dilakukan secara lisan. Isinya
mudah dipahami dan mampu
menstimulasi pendengar (peserta
didik) untuk melakukan hal-hal
yang baik dan benar dari isi
ceramah yang disampaikan.
Metode ceramah ini lebih tepat
digunakan dalam pembelajaran
yang berhubungan dengan aspek
keimanan dan akidah.
Sebagaimana gambaran Nabi
Musa menyampaikan risalah dan
mengajak Fir’aun yang bertindak
melampau batas untuk beriman
kepada Allah swt. Namun, dalam
situasi tertekan Nabi Musa
memohon kepada Allah swt. agar
pembicaraan yang disampaikan
17
mempunyai bobot, logis, fasih,
dan jelas, sehingga materi ceramah
yang disampaikan dapat dipahami,
dimengerti, dan dapat diterima
dengan baik. Dengan demikian
banyak manfaat yang dapat
diambil dari penggunaan metode
ceramah ini, walaupun masih ada
kelemahan pada metode ceramah.
Manfaat dari metode ceramah itu
sendiri antara lain:
a. Tidak membutuhkan
tenaga yang banyak dan
waktu yang lama
b. Dapat diikuti oleh peserta
didik yang jumlahnya besar
c. Melatih peserta didik untuk
menggunakan
pandangannya dengan
baik, sehingga mereka bisa
menagkap dan
menyimpulkan.
Dengan metode ceramah
pendidik akan dapat menguasai
keadaan, karena pendidik akan
dapat mengamati gerak-gerik
peserta didik setiap saat. Dengan
ceramah juga seorang pendidik
akan dapat menyampaikan materi
dalam jumlah yang agak banyak.
Perlu diketahui oleh pendidik
bahwa isi ceramah harus
disesuaikan dengan tingkat
kesanggupan para peserta didik
yang menjadi sasaran ceramah,
sebagaimana yang telah diterapkan
oleh Rasulullah SAW, karena
tanpa adanya penyesuaian antara
materi dan kemampuan peserta
didik tujuan yang diharapkan dari
metode ceramah tidak akan
mungkin tercapai. Dalam
ceramahpun seorang pendidik
harus dapat menggunakan bahasa
yang indah, tutur kata terperinci,
jelas dan tidak terburu-buru serta
sesekali diselingi dengan canda
tawa sehingga peserta didik tidak
lekas bosan. Oleh karena itu daya
tarik ceramah bisa berbeda-beda
tergantung pada siapa
pembicaranya dan bagaimana
pribadi si pembicara. Beberapa
hal tersebut bisa menjadi faktor
yang bisa membuat orang tertarik
atau tidak untuk mendengarnya,
maka dari itu seorang pendidik
haruslah oranng yang memiliki
kualitas yang baik, baik dari segi
ilmu mapun ahlaqnya. .
7. Metode Perumpamaan.
Para pakar pendidikanpun
mengakui akan pentingnya metode
perumpamaan dalam pendidikan
terutama mengenai pendidikan
moral dan keimanan, karena
“perumpamaan akan memberi
kesan pengaruh yang dalam pada
diri anak dan sangat berperan
dalam kehidupan sehari-hari
dalam membentuk sikap dan
18
tingkah lakunya”.33
Metode
perumpamaan dapat mempertajam
nalar dan mengembangkan potensi
berpikir untuk meningkatkan
kecerdasan. Perumpamaan
biasanya hanya dapat dipahami
oleh peserta didik yang memiliki
penalaran yang kuat serta tajam,
karena pada dasarnya untuk
menelaah sebuah perumpamaan
dibutuhkan konsentrasi yang
matang. Untuk itu seorang
pendidik diharapkan mampu
menjelaskan materi secara
terperwinci, sehingga mudah
dipahami.
Perumpamaan yang baik
adalah perumpamaan yang mampu
menerangkan tentang sesuatu,
bukan Cuma sekedar basa-basi,
sehingga perumpamaan yang
digunakan mampu menyentuh
perasaan dan pemikiran peserta
didik..
Demikianlah relevansi
beberapa metode Rasulullah SAW
dengan metode pendidikan
kontemporer, Apabila dianalisis
secara mendalam maka akan
ditemukan nialai-nilai penting
yang terdapat dalam metode
pendidikan yang digunakan oleh
Rasululullah SAW yang sampai
saat ini masih sesuai dan sangat
33
Asnelly Ilyas, Op. Cit. Hal. 42
diperlukan dalam dunia
pendidikan.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisa penelitian
ini, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dalam memberikan pendidikan
dan pengajaran kepada peserta
didiknya (kelurga, para sahabat
dan umatnya) Rasulullah SAW
selalu menggunakan metode yang
baik dan fleksibel. Sehingga apa
yang beliau sampaikan mudah
diterima dan dilaksanakan oleh
peserta didiknya. Diantara metode-
metode Rasulullah SAW dalam
rangka membentuk pribadi yang
beriman dan bertakwa adalah:
metode keteladanan, metode
dialog, metode nasihat, metode
ceramah, metode perumpamaan
dan metode demonstrasi. Semua
metode tersebut saling
berhubungan dan saling
mendukung antara satu metode
dengan metode lainnya.
Metode-metode yang diterapkan
Rasulullah SAW ternyata masih sangat
relevan dengan metode pendidikan masa kini
yaitu: Metode ceramah, metode tanya jawab,
metode diskusi, metode demonstrasi dan
metode-metode lain yang merupakan hasil
dari pengembangan metode-metode disebut di
atas. Hal ini dapat dilihat dari nilai-nilai yang
19
terkandung dalam metode pendidikan
Rasulullah SAW yang ternyata masih sesuai
dan dinilai penting untuk diterapkan dalam
metode pendidikan masa kini,sesuai dengan
materi yang diberikan. Dan juga pemikiran
para pakar pendidikan modern yang
mengakui akan pentingnya penggunaan-
penggunaan metode tersebut
3. Peserta didik adalah komponen
pasukan dalam sistem pendidikan,
yang selanjutnya diproses dalam
proses pendidikan, sehingga
menjadi manusia yang berkualitas
sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional. Sebagai suatu komponen
pendidikan.34
Metode Pendidikan Islam menurut
Muhammad al Toumy al Syaibany adalah
“suatu usaha mengubah tingkah laku individu
dalam kehidupan pribadinya dan dalam alam
sekitarnya melalui proses pendidikan”.35
Sedangkan Sholih Al Fauzan dan Syakir Ali
Syalim menambahkan bahwa “Islam
mewajibkan kepada orang tua untuk mendidik
anaknya dengan pendidikan yang baik dan
benar sesuai dengan manhaj Islam”.36
Adapun
Menurut Ahmad D. Marimba memberikan
pengertian bahwa “metode pendidikan Islam
adalah bimbingan jasmani dan rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam
34
Satori Djam’an dkk.Profesi
Keguruan, ( Jakarta : kalam mulia 2010 ), Hlm, 21 35
HM. Arifin, Filsafat Pendidikan
Islam, (Jakarta : Bina Aksara 1987), hal. 13 36
Sholih Al Fauzan dan Syakir ali
Syalim Ad daulah, Pemuda Islam,( Surabaya:
Risalah Gusti 1992), hal. 5
menuju kepada terbentuknya kepribadian
utama menurut ukuran-ukuran Islam”.37
Jadi
metode pendidikan Rasulullah SAW adalah
suatu jalan atau cara yang digunakan oleh
Rasulullah SAW dalam membimbing dan
mendidik umatnya. Sedangkan Metode
pendidikan masa kini adalah suatu jalan atau
cara-cara pendidikan yang muncul dan
diterapkan dalam pendidikan masa kini.
37
Ahmad D. Marimba, Pengantar
Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif
1989), hal. 28
2
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid Al-Hasyimi, Mendidik Ala Rasulullah. (Jakarta Selatan, Pustaka Azzam, 2001 )
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam ( Semarang, Asy Syifa,
1981 )
Abdurrahman Shaleh Abdullah, Teori-teori pendidikan berdasarkan Al-Qur’an, (Jakarta,
Gema Insani Press, 1990 )
Abdurrahman, An-NAHLAWI, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung,
Diponegoro, 1989 )
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, ( Surabaya, Bina Ilmu, 1982 )
Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, ( Semarang, Asy- syifa, 1991 )
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, ( Bandung, Al-Ma’arif, 1989 )
Ali Al-Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam, ( Jakarta Rineka Cipta, 1994 )
Al Qura’an dan Terjemahannya, Lajnah Pentashih Mushaf Al-Qur’an Depertemen Agama R.I
( Bandung, PT. Syamil Cipta Media 2005 )
AM. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta :Rajawali press,
1986 )
Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Bandung,
Rineka Cipta, 1993)
Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Shaleh, ( Bandung, Mizan, 1997 )
Bambang Tri Cahyono Manajemen sumber Daya Manusia ( Yogyakarta, IPWI, 1996 )
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta, Proyek Penyelenggara
Terjemah Alqur’an, 1998 )
H. M. Arifin, Ilmu Pendidika Islam, ( Jakarta, Bumi Aksara, 1994 )
Hadirja Paraba, Wawasan Tugas Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam, (
Jakarta, Friska Agung Insani, 1999 )
Haekal, Sejarah Hidup Muhammad SAW, ( Jakarta, Tinta Mas, 1990 )
Hamza B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di bidang Pendidikan
( Jakarta, Bumi Aksara, 2009 )
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, ( Bandung, AL-Mu’arif,
1991 )
Husaini Usman, Manajemen, Teori Praktik, dan Riset pendidikan ( Jakarta, PT Bumi
Aksara, 2006 )
Heri Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta, logos, 1999 )
Isbandi Rukmito Adi, Psikologi , Pekerjaan Sosial, dan dan Ilmu Kesehatan Sosioal : Dasar-
dasar Pemikiran, ( Jakarta, Grafindo Persada, 1994 )
Jalaluddin, Ramayulis, Pengantar Ilmu dan Jiwa Agama, ( Jakarta, Kalam Mulia, 1989 )
Jalaluddin et.al, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, ( Jakarta, Bumi Aksara, 1991 )
Khairiyah H. Thaha, Konsep Ibu Teladan, ( Surabaya, Risalah Gusti, 1992 )
M. Manullang dan Marihot Manullang, Manejemen Sumber daya Manusia ( Yogyakarta,
BPFE, 2001)
M. Nur Ghufron , Teori – teori Psikologi ( Yogyakarta, Ar-Ruzzemedia, 2010 )
Muhammad Bin Ismail Al-Bukhari, Shaheh Bukhari, ( Bandung, Asy’ Syifa, 1993 )
Muhammad Ra’fat Sa’id, Rasulullah SAW, Profil Seorang Pendidik, ( Jakarta, Firdaus, 1994
)
Najib Khaliq Al-Amin, Tarbiyah Rasulullah, ( Jakarta, Gema Insani Press, 1996 )
Nana Syaudih Sukmadinata, Metodelogi pendidikan ( Bandung, Remaja Rosda Karya, 2007 )
Oemar Hamalik, Psikolagi Belajar dan Mengajar ( Bandung, Sinar Baru Algensido,
3
2009 )
Peter Salim dan Yeni Salim, kamus besar kontemporer (Jakarta, Modern English Press, 1991 )
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi pendidikan (Bandung, Rajawali Rosdakarya, 1990 )
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi pendidikan( Bandung, Rajawali Rosdakarya, 1996 )
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Islam, ( Jakarta, Kalam Mulia,1994 )
Sugono, Dendy, dkk, Kamus Bahasa Indonesia,( Jakarta, Pusat Bahasa Depertemen
Pendidikan Nasional, 2008 )
Syaiful Bahri Jamarah, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta, Rineka Cipta, 1997)
Tabrani Rosyan, et.al, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, ( Bandung, Remaja
Rosda Karya, 1994 )
T. M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, ( Jakarta, Bulan Bintang, 1974 )
Yahya Jaya, Sepritualisasi Islam, ( Bandung, Ruhama, 1994 )
Yusuf Qardhawi, Konsepsi Ilmu dalam Persepsi Rasulullah SAW, ( Jakarta, Firdaus, 1994 )
Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As Yusuf, Metodik Kusus Pendidikan Agama, ( Surabaya,
Usaha Nasional, 1983 )
Zuhairini, et.al, Sejarah Pendidikan Islam, ( Jakarta, Bumi Aksara, 1992 )
Wahosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi ( Jakarta, Ghalia Indonesia, 1992)