Post on 05-Mar-2018
METODE-METODE
PRE/POST CONFERENCE
BEDSIDE TEACHING
COACHING
PRESEPTORING DAN MENTORING
SUPERVISI PRAKTEK KLINIK
BIMBINGAN KLINIK
PRE CONFERENCE
Pre conference (pertemuan pra praktek klinik) adalah pertemuan pembimbing
lahan praktik klinik dengan mahasiswa setiap hari ketika akan dimulainya shift
praktik. Pertemuan pre conference membicarakan antara lain ;
Tujuan pembelajaran untuk hari yang bersangkutan
Setiap perubahan jadwal yang mungkin perlu
Peran dan tanggung jawab mahasiswa untuk hari yang bersangkutan
Tugas-tugas khusus yang harus diselesaikan pd hari-hari yang bersangkutan
Topik untuk pertemuan pasca pelatihan klinik
Pertanyaan-pertanyaan yg berkaitan dg kegiatan pd hari-hari yg bersangkutan
atau dari hari sebelumnya.
POST CONFERENCE
Post conference (pertemuan pasca praktek klinik) adalah pertemuan pembimbing
lahan praktik klinik dengan mahasiswa setiap hari ketika shift praktik berakhir.
Adapun pertemuan post conference membicarakan ;
Kaji ulang tujuan pembelajaran utk hari yg bersangkutan & evaluasi kemajuan menjelang
penyelesaian
Presentasikam kasus-kasus yang disaksikan pada hari yg bersangkutan, khususnya kasus-
kasus yang menarik, luar biasa atau sulit
Jawablah pertanyaan-pertanyaan mengenai situasi & klien/informasi di dlm buku acuan
Buatkan rencana untuk sesi selanjutnya, sambil membuat perubahan dlm jadual bila perlu
Laksanakan praktek tambahan dengan menggunakan model jika diperlukan
Kaji ulang & diskusikan studi kasus, role-play, atau tugas-tugas yg sudah dipersiapkan
sebelumnya.
Tahapan Umpan balik, meliputi :
Mahasiswa harus terlebih dahulu mengidentifikasi kelebihan pribadi dan bidang-
bidang dimana ia merasa perlu peningkatan
Selanjutnya pembimbing memberikan umpan balik spesifik yg bersifat menjelaskan,
mencakup saran-saran yang bukan hanya mengena apa, tetapi bagaimana carauntuk meningkatkan
Akhirnya mahasiswa dan pembimbing harus sepkat tentang apa yang akan menjadi
fokus sesi praktikum termasuk bagaimana cara berinteraksi bersama klien
Umpan balik positif selama prosedur harus memperhatikan; jaga umpan balik
terkendali dan rendah hati, terlalu banyak memuji mungkin bisa membuat klien
bertanya-tanya, disampaikan dengan ekspresi wajah serta nada suara dan bukan
kata-kata, tetap sangat efektif.
Umpan balik korektif selama prosedur harus memperhatikan :
Penglihatan atau isyarat bisa sama efektifnya dengan kata-kata dan lebih tidak mencemaskan
bagi klien
Saran-saran sederhana untuk mempermudah prosedur bisa diberikan dg cara yg tenang dan
langsung
Untuk membantu seseorang mahasiswa menghindari kesalahan, pembimbing bisa dengan tenang
mengajukan pertanyaan sederhana langsung mengenai prosedur tersebut
Bersiaplah untuk mengintervensi dan mengambil alih prosedur tersebut dengan segera (tanpa
pemberitahuan jauh sebelumnya)
Pendekatan yang terbaik terhadap pemberian umpan balik korektif ialah mengurangi perlunya
umpan balik korektif itu dengan jalan melakukan sesi praktek yang efektif.
BEDSIDE TEACHING
Bedside teaching adalah suatu metode pembelajaran klinis yang melibatkan pasien,
mahasiswa dan pembimbing klinis yang dilakukan dalam konteks klinis. Metode ini
bertujuan untuk memberikan pengalaman klinis pada konteks nyata (real setting) dan mahasiswa dapat belajar dari pengalaman tersebut dan dari umpan balik dari
pembimbing klinik dan pasien.
Metode ini dirasakan yang paling efektif dibanding pembelajaran di kelas dalam
melatih keterampilan klinis mahasiswa, seperti berkomunikasi dengan pasien (history taking), melakukan pemeriksaan fisik, observasi dan menerapkan etika klinis,
profesionalisme dan mengembangkan kemampuan nalar klinis (clinical reasoning).
Bedside teaching terdiri atas tiga
tahap :
1. Tahap persiapan : Mahasiswa dan pembimbing mendiskusikan
tujuan belajar yang ingin dicapai. Pembimbing memastikan bahwa
mahasiswa paham atas apa yang akan dihadapi pada saat
interaksi dengan pasien dan bagaimana mengoptimalkan
kesempatan itu untuk mencapai tujuan belajar.
2. Tahap pengalaman : Pasien hadir bersama mahasiswa dan
pembimbing. Pasien mendapat penjelasan tentang aktivitas
pembelajaran dan memberikan persetujuan. Tahap pengalaman dapat berupa demonstrasi atau observasi
Demonstrasi : Pembimbing klinik mendemonstrasikan suatu interaksi dg pasien
(anamnesis, pemeriksaan fisik, manajemen pasien dan aspek komunikasi lainnya).
Mahasiswa belajar dari demonstrasi tersebut dan dapat dilibatkan dalam diskusi dengan pasien. Demonstrasi direkomendasikan pada saat mahasiswa mempelajari
keterampilan baru atau pada fase-fase awal pembelajaran. Pembimbing klinis
berperan sebagai role model.
Observasi : Mahasiswa mendemonstrasikan suatu interaksi dengan pasien
(anamnesis, pemeriksaan fisik, manajemen pasien dan aspek komunikasi lainnya).
Pembimbing mengamati kinerja mahasiswa dan memberikan umpan balik. Observasi direkomendasikan pada saat fase belajar yang lebih lanjut.
Pembimbing klinik berperan sebagai fasilitator.
Diskusi antara pembimbing dan mahasiswa pada tahap pengalaman harus
mempertimbangkan kepentingan dan kenyamanan pasien. Oleh karena itu, umpan balik diberikan pada saat dibutuhkan, misalnya pembimbing melakukan
koreksi cara palpasi. Pasien juga dapat diminta untuk memberikan umpan balik,
misalnya pada aspek komunikasi.
3. Tahap refleksi : Mahasiswa dan pembimbing mendiskusikan pencapaian tujuan
belajar. Mahasiswa mendapatkan umpan balik, mendiskusikan hal-hal yang belum
dipahami, memperkuat pengetahuan klinis dan clinical reasoning, serta merumuskan tujuan belajar untuk bedside teaching atau aktivitas pembelajaran lain selanjutnya.
Untuk menjaga kenyamanan pasien sebaiknya tahap ini dilakukan di tempat lain
tanpa keberadaan pasien.
COACHING
Coaching adalah keterampilan klinik diciptakan melalui sebuah proses.
Proses meliputi 3 fase yang saling berhubungan erat;
Demonstrasi keterampilan klinik oleh pembimbing klinik
Praktek keterampilan oleh mahasiswa dibawah pengawasan pembimbing klinik, pertama
dengan model kemudian dengan klien
Evaluasi kompetensi keterampilan oleh mahasiswa lain
SUPERVISI PRAKTEK KLINIK
Supervisi (pengawasan) dapat dilakukan oleh pembimbing insitusi.
Supervisi meliputi kompetensi dan keterampilan yang telah dicapai,
proses bimbingan yang efektif, kedisiplinan mahasiswa.
BIMBINGAN KLINIK
Pembimbing klinik harus selalu bersama mahasiswa pd waktu mereka bekerja dg klien
Mahasiswa harus mengerti apa yg mereka lakukan secara independen dan apa yg
memerlukan pengawasan dari pembimbing
Mahasiswa harus dibuat bertanggung jawab utk memastikan bahwa mereka diawasi
bila perlu
Kegiatan-kegiatan tambahan yg tdk memerlukan pengawasan langsung akan memberi
kesempatan bagi mahasiswa utk terlibat aktif dlm pembelajaran ketika tdk dg klien
Staf klinik juga dpt bertindak sbgpengawas jika pembimbing yg ditunjuk yakin akan
kemampuan keterampilan klinik mereka serta kemampuannya utk memberikan umpan
balik yg sesuai
Jika banyak tempat klinik yang dipakai selama praktek, seorang instruktur klinik harus ditugaskan
untuk masing-masing tempat
Informasi mngenai mahasiswa harus dibagi dengan staf klinik
Staf klinik harus didorong untuk melakukan evaluasi awal atas keterampilan awal mahasiswa
sebelum mengijinkan bekerja dengan klien
Staf klinik harus menyadari umpan balik yang ingin diterima oleh pembimbing dari mereka
mengenai mahasiswa
Tanggung jawab terakhir untuk pengawasan dan penilaian mahasiswa tetap ada pada
pembimbing klinik/instruktur klinik