Post on 15-Jul-2016
description
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Hampir semua perempuan memimpikan tubuh langsing ideal. Tapi, jika anda
ketakutan berlebih menjadi gemuk sehingga menolak makan, sebaiknya mulai berhati-hati.
Ada kemungkinan menderita gangguan makan yang dikenal dengan anorexia nervosa.
Setiap orang saat ini terlihat begitu memperhatikan berat badan dan karena
kebanyakan orang pernah melakukan diet setidaknya sekali, sangat susah untuk menyatakan
diet yang normal dan mana diet yang dapat membahayakan dan kebahagiaan.
Apalagi tahap awal dari suatu gangguan makan bisa sangat susah untuk didiagnosa,
kapan suatu diet menjadi suatu masalah kesehatan dan emosi? Kapan kehilangan berat badan
menjadi patologi? Menjawab pertanyaan ini sangat susah, terutama apabila orang tersebut
belum kehilangan berat badan yang berarti untuk didiagnosa klinis. Bagaimanapun,
pertanyaan tersebut penting, semakin awal gangguan makan ditangani, makin besar
kemungkinan sembuh. Jika tanda dan gejala dari gangguan makan ini dibiarkan sampai
menjadi kebiasaan, orang harus berjuang bertahun-tahun untuk sembuh.
Perempuan penderita anorexia tidak bisa melihat bahwa tubuh mereka sudah
kekurangan nutrisi karena memandang makanan adalah masalah utama. Menurut data yang
dikutip situs womenfitness.com, sekitar 30 persen penderita anoreksia mengalami gangguan
ini seumur hidup, dan hampir semuanya pernah mengalami fase yang membahayakan nyawa
mereka. Sembilan puluh persen dari penderita anorexia adalah perempuan. Setiap dua ratus
perempuan dalam populasi umum, satu hingga enam orang akan diserang anoreksia. lima
hingga delapan belas persen dari penderita akan meninggal akibat gangguan ini. Anorexia
merupakan penyebab kematian utama di antara orang-orang yang mencari bantuan psikiater.
Banyak penderita yang meninggal di usia dini, dan paling tidak lima hingga delapan
belas persen yang dirawat akibat anoreksia selanjutnya meninggal karena kelaparan atau
bunuh diri.
Orang yang menderita anoreksia nervosa memiliki ketakutan yang berlebihan apabila
berat badannya bertambah. Sebisa mungkin penderita akan mengurangi konsumsi
makanannya agar memiliki tubuh yang luar biasa kurus. Anoreksia nervosa berdampak pada
1
tubuh dan pikiran. Anoreksia biasanya terjadi karena depresi dan perasaan gemuk yang
berlebihan. Anoreksia nervosa biasanya menimpa para model dan penari balet karena
tubuhnya dituntut untuk kurus agar performanya tetap terlihat maksimal akan tetapi,
anoreksia nervosa juga dapat menimpa seseorang yang merasa bentuk tubuhnya tidak
sempurna dan terus-menerus khawatir akan bentuk tubuhnya. Sekitar 9 dari 10 wanita
menjadi penderita anoreksia nervosa di Amerika. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan
seorang lelaki menjadi penderita anoreksia nervosa ini.
Korban masalah gangguan pola makan atau yang dalam bahasa Inggris dikenal
sebagai eating disorder sudah banyak sekali, dari kelompok selebriti sampai orang biasa. Jika
tidak segera diobati secara serius, gangguan pola makan bisa mengakibatkan korban jiwa.
Remaja, terutama remaja putri, termasuk kelompok yang rentan terhadap gangguan ini.
Mungkin karena remaja berusaha untuk menjadi “gaul” dan cenderung menjadi korban mode
yang menuntut seseorang langsing cenderung kurus. Seseorang dapat dikatakan mengalami
gangguan pola makan apabila ia terobsesi dengan pengaturan makanan dan berat badannya.
Mereka melakukan hal-hal yang ekstrem untuk menjaga berat badannya. Ada dua gangguan
pola makan yaitu anorexia dan bulimia nervosa. Salah satu teori menyebutkan bahwa
penyebabnya adalah karena seseorang merasa sangat tertekan dengan “kewajiban” untuk
tampil langsing seperti yang dimunculkan oleh televisi dan majalah. Teori ini menunjuk
adanya gangguan pada sebagian fungsi otak yang berkaitan dengan body image.
Pencitraan tubuh langsing semampai masih menjadi idaman wanita. Fenomena ini
dikhawatirkan melipat gandakan kasus anoreksia. Sebab, para wanita ada kecenderungan
menggunakan semua cara agar punya tubuh ideal.
Penderita anoreksia beranggapan bahwa kulit dan daging tubuhnya sebagai lemak
yang harus dilenyapkan. "Seseorang yang mengalami anoreksia akan menolak makanan,
muntah, dan menggunakan obat diet berlebihan.
Gangguan ini umumnya muncul di usia 17 dan sangat jarang dijumpai pada
perempuan di atas 40. Masalah ini bisa dipicu oleh peristiwa yang memicu depresi, seperti
dikeluarkan dari kampus. Anoreksia bisa saja hanya terjadi untuk jangka pendek. Tapi
anorexia biasanya merupakan penyakit kronis yang datang dan menghilang atau memburuk
seiring waktu.
2
Gangguan anorexia nervosa biasanya berkembang di masa dewasa ataupun dewasa
akhir, gangguan ini umumnya mulai muncul pada masa remaja dan dewasa awal ketika
tuntutan untuk menjadi kurus sangat kuat (Beck, Casper & Andersen, 1996). Seiring dengan
meningkatnya tekanan sosial semakin meningkat pula tingkat gangguan makan. Kira – kira
0,5% (1:200) wanita di lingkungan kita mengidap anorexia nervosa (APA,2000). Penelitian
terhadap mahasiswi menunjukkan bahwa mungkin 1 diantara 2 dari mereka makan berlebih
dan memuntahkannya setidaknya satu kali (Fairbun & Wilson, 1993). Jumlah penderita
anorexia pada pria sekitar sepersepuluh jumlah wanitanya (APA, 2000).
Penyimpangan perilaku makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia nervosa pada
umumnya dialami oleh wanita serta berhubungan dengan beberapa masalah kesehatan
lainnya. Pada penderita anoreksia nervosa keadaan kelaparan yang kronis dapat
menyebabkan keabnormalan kelenjar endokrin, kurang optimalnya pertumbuhan selama
masa remaja, osteoporosis, anemia, hipotermia, sinus bradycardia, dan beberapa penyakit
lainnya (McIntire & Lacy, 2007). Fairburn dan Hill (2005) menyebutkan penderita anoreksia
umumnya akan mengalami amenorrhoea. Menurut jurnal yang dikeluarkan oleh National
Institute of Mental Health (NIMH) pada tahun 2007 pada penderita anoreksia nervosa
memiliki angka kematian sepuluh kali lipat lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
mengalami kelainan ini.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang mengancam jiwa yang ditandai dengan
penolakan klien untuk mempertahankan berat badan normal ynag minimal, gangguan
persepsi yang bermakna tentang bentuk atau ukuran tubuh atau menolak untuk mengakui
bahwa ada masalah. Anoreksia Nervosa merupakan sebuah penyakit kompleks yang
melibatkan komponen psikologikal, sosiologikal, dan fisiologikal, pada penderitanya
ditemukan peningkatan rasio enzim hati ALT dan GGT, hingga disfungsi hati akut pada
tingkat lanjut.
2.2. EPIDEMIOLOGI
Terjadinya anoreksia nervosa (AN) meningkat sejak 2 dekade terakhir. Diperkirakan ada
satu setiap 100 wanita usia 16 – 18 tahun, menderita anoreksia nervosa. Distribusinya
merupakan distribusi bimodal, puncak pertama pada 14,5 tahun dan puncak yang lain pada
18 tahun; 25 % lebih muda dari 13 tahun . Peningkatan telah dilaporkan disemua Negara
barat, sedangkan Negara lain ada beberapa laporan yang sporadic. Perbandingan penderita
wanita dengan pria adalha 10 : 1. Pada mulanya dilaporkan hanya ada pada kelompok
sosioekonomi menengah keatas, namun sekarang AN juga ada pada golongan sosioekonomi
yang lebih rendah. AN telah didiagnosis pada berbagai etnik dan ras. Bulimia lebih umum
terjadi daripada AN. Meningkatnya insidens gangguan makan yang berhubungan dengan AN
dan bulimia berkaitan dengan latar belakang keluarga.
2.3. ETIOLOGI
Seperti gangguan psikologis lainnya, anorexia melibatkan interaksi yang kompleks dari
berbagai faktor. Namun demikian, faktor yang paling signifikan adalah tekanan sosial yang
dirasakan oleh wanita muda yang menyebabkan mereka mendasarkan self – worth pada
penampilan fisik, terutama berat badan.
1. Faktor Biologis
4
Kelaparan menyebabkan banyak perubahan biokimia, beberapa diantaranya
juga ditemukan pada depresi. Para ilmuwan menduga bahwa terdapat
ketidaknormalan dalam mekanisme otak yang mengatur rasa lapar dan kenyang pada
penderita anoreksia nervosa kemungkinan terbesar berkaitan dengan serotonin
kimiawi otak (Goode,2000).
Opiat endogen mungkin memberikan konstribusi pada penyangkaan dan
keadaan lapar pasien anoreksia nervosa. Penelitian sebelumnya menunjukkan
peningkatan berat badan yang berarti pada beberapa pasien yang diberi opiat
antagonis.
Kelaparan menghasilkan beberapa perubahan biokimia, yang sebagian juga
ada pada pasien depresi, seperti hiperkortikolemia dan non supresi dari
dexamethason. Fungsi tiroid juga tertekan, kelainan ini hanya bisa dikoreksi dengan
kaliminasi. Kelaparan juga menyebabkan amenorrhea yang menunjukkan kadar
hormon (luitenizing hormon, FSH, gonadotropin, realising hormon). Meskipun
begitu, beberapa pasien anoreksia nervosa menderita amenorrhea sebelum kehilangan
berat badan yang signifikan.
Pembatasan makan terlalu banyak mengaktifkan saraf yang berhubungan
dengan reward (contoh dopamine dan sistem opioid endogen) khususnya saat syaraf
tersebut berasosiasi dengan latihan fisik yang meningkat. (Heubner, 1993 ; Bergh &
Sodersten, 1996; Sodersen et al. 2006) dapat menyebabkan simptom – simptom yang
berhubungan dengan Anoreksia nervosa (contoh, depresi, obsesi (keys et al. 1950;
zandian et al, 2007) dan menghasilkan efek fisiologis yang merugikan serta rasa
permusuhan terhadap asupan makanan (Capaldi & Myers, 1982; Pinel et al. 2000).
Farmakologi dan bukti genetik memperlihatkan bahwa dopamin dan sistem
opioid berkontribusi terhadap pengurangan keinginan makan pada Anoreksia Nervosa
(Yeomans & Gray, 2002; Frank et al. 2005; Brown et al.2007).
Sedikit priming efek untuk ekspersi wajah bawah sadar terhadap rasa jijik.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa efek rasa takut itu lebih kuat
dibandingkan dengan rasa jijik terhadap penolakan makanan.
Hal tersebut dapat dihipotesiskan bahwa efek takut mungkin merefleksikan
keterlibatan struktur otak, seperti amygdala yang berperan penting dalam mediasi
5
otonom dan respon perilaku terhadap ancaman stimulus (Ledoux, 1996; Ohman et
al.2007).
Interpretasi tentatif yang berhubungan dengan simptom Anoreksia nervosa
terhadap ketakutan irasional pada asupan makanan atau pertambahan berat badan,
berasal dari hyperaktifasi amigdala yang dapat mempengaruhi penilaian negatif
terhadap makanan. Dapat dicatat bahwa minuman berkalori telah menunjukkan
penderita anoreksia nervosa untuk memunculkan emosi takut terhadap kalori atau
caloric fear dengan mengaktifnya limbik dan para limbik. (Contoh : amygdala,
insula, anterior cinglate gyrus) (Ellison et al, 1998).
Secara perilaku, wanita dengan anoreksia nervosa menunjukkan rating positif
yang lebih tinggi terhadap respon stimulus underweight atau kurus. Sementara pada
wanita sehat lebih memilih terhadap stimulus dengan berat badan normal. Pada
penderita anoreksia nervosa mempunyai aktifasi yang lebih tinggi terhadap ventral
stiratal activity saat memproses stimulus undreweight dibandingkan dengan stimulus
berat badan normal atau normal weight stimuly. Pada wanita dengan anoreksia
nervosa, aktifasi tersebut lebih tinggi selama memproses stimulus underweight
dibandingkan dengan stimulus normal weight (Anna Katharina Fladung et al, 2010).
2. Faktor Sosial.
Penderita menemukan dukungan untuk tindakan mereka dalam masyarakat
yang menekankan kekurusan dan latihan.. Tidak ada gambaran keluarga yang spesifik
untuk anoreksia nervosa. Walaupun begitu, ditemukan bukti yang menunjukkan
pasien-pasien anoreksia nervosa mempunyai masalah yang berhubungan dengan
keluarga dan penyakit mereka. Pasien anoreksia nervosa mempunyai sejarah keluarga
yang depresi, ketergantungan alkohol, atau gangguan makan. Tetapi, faktor sosial
memegang peran penting dimana penderita ingin menjadi kurus karena kegemukan,
dianggap tidak menarik, tidak sehat, dan tidak diinginkan.
3. Faktor Psikologis dan Psikodinamis.
Anoreksia nervosa merupakan suatu reaksi terhadap kebutuhan pada remaja
untuk menjadi lebih mandiri dan meningkatkan fungsi sosial dan seksual. Biasanya
mereka tidak mempunyai rasa otonomi dan kemandirian, biasanya tumbuh di bawah
6
kendali orang tua. Kelaparan yang diciptakan sendiri (self starvation) mungkin
merupakan usaha untuk meraih pengakuan sebagai orang yang unik dan khusus.
Hanya memalui tindakan disiplin diri yang tidak lazim pasien anoreksia dapat
mengembangkan rasa otonomi dan kemandirian.
4. Faktor Sosiokultural
Teoritikus sosiokultural menitik beratkan pada tekanan sosial dan harapan dari
masyarakat pada wanita muda sebagai kontributor terhadap perkembangan gangguan
makan (Bempoard, 1996; Stice, 1994). Tekanan untuk mencapai stabdar kurus yang
tidak realisitis, dikombinasikan dengan pentingnya faktor penampilan sehubungan
dengan peran wanita dalam masyarakat, dapat menyebabkan wanita muda menjadi
tidak puas dengan tubuh mereka sendiri (Stice, 2001). Model sosiokultural didukung
pula dengan bukti – bukti yang menunjukkan bahwa gangguan makan lebih tidak
umum, bahkan jarang terjadi di negara – negara nonBarat (Stice, 1994; Wakeling,
1996). Bahkan pada budaya barat, gangguan makan yang terkait dengan obsesi
terhadap berat badan lebih umum terjadi di Amerika daripada negara – negara barat
lainnya, seperti Yunani dan Spanyol atau pada negara Timur jauh yang teknologinya
telah berkembang seperti Jepang (Stice, 1994).
5. Faktor Psikososial
Ketidakpuasan terhadap tubuh sendiri adalah faktor penting dalam anorexia
nervosa.(Heatherton dkk, 1997). Ketidakpuasan terhadap tubuh dapat menghasilkan
usaha – usaha yang maladaptif dengan melaparkan diri dan memuntahkan untuk
mencapai berat badan atau bentuk tubuh yang diinginkan. Wanita pengidap anorexia
cenderung menjadi sangat peduli pada berat dan bentuk tubuh mereka (Fairbun dkk,
1997). Wanita muda dengan anorexia sering kali memiliki sikap perfeksionis dan
berjuang mencapai prestasi yang tinggi (Halmi dkk, 2000). Mereka sering kali
kecewa pada diri mereka ketika gagal mencapai standar tinggi mereka yang tidak
mungkin dicapai. Diet yang ekstrem dapat memberikan perasaan bisa mengontrol dan
7
kebebasan yang lebih besar daripada yang didapat dari aspek kehidupan lainnya
(Shafran & Mansell, 2001).
6. Faktor Keluarga
Gangguan makan, anoreksia nervosa sering jali berkembang dari adanya
konflik dalam keluarga (Fairbun dkk, 1997; Wonderlich dkk, 1997). Beberapa remaja
menggunakan penolakan untuk makan sebagai cara menghukum orang tua mereka
karena perasaan kesepian dan keterasingan yang mereka rasakan di rumah. Ibu dari
remaja yang memiliki gangguan makan lebih tidak bahagia terhadap fungsi
keluarganya, juga memiliki masalah makan dan diet dan percaya bahwa putrinya
harus menurunkan berat badan serta memandang putrinya sebagai orang yang tidak
menarik.(Pike & Rodin, 1991). Keluarga dari wanita dengan anoreksia cenderung
lebih sering mengalami konflik, kurang memiliki kedekatan dan kurang saling
memberi dukungan namun lebih bersikap overprotective dan kritis daripada
kelompok pembanding.(Fairbun dkk, 1997). Orang tua terlihat kurang mampu untuk
membangkitkan kemandirian dalam diri anak perempuan mereka. konflik dengan
orang tua mengenai isu otonomi sering kali mengakibatkan munculnya anoreksia
nervosa (Ratti, Humphrey & Lyons, 1996).
7. Spiritual
Disebabkan karena individu tersebut mengingkari nikmat yang telah diberikan
padanya seperti tercantum dalam surat Ibrahim ayat 7 “Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklumkan; sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka
sesungguhnya azabku sangat pedih”. Serta mereka ragu terhadap dirinya sendiri
seperti dijelaskan dalam surat Al Mu’minuun ayat 47 “Dan mereka berkata “apakah
(patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), padahal kaum
mereka (Bani Israil) adalah orang – orang yang menghambakan diri kepada kita?”
8
2.5 MENURUT TEORI-TEORI
1. Prespektif Psikoanalisis
Teori psikoanalisis menerangkan bahwa anorexia nervosa adalah pernyataan
terhenti atau mundurnya perkembangan kepribadian seseorang pada fase oral.
Keadaan ini dapat disertai oleh gejala – gejala lain, hal ini ada sangkut pautnya
dengan kegagalan integrasi sensasi tubuh yang normal sebagai akibat trauma psikik
pada masa anak.
Penderita anorexia tampaknya memiliki kesulitan untuk berpisah dari keluarga
mereka dan menyatukan identitas terpisah dan terindividuasi (Bruch, 1973; Minuchin,
Rosman & Baker, 1978). Anoreksia mungkin mencerminkan usaha alam bawah sadar
dari remaja putri untuk mempertahankan masa prapubertasnya. Hal ini dilakukan
dengan isu – isu orang dewasa seperti peningkatan kemandirian dan perpisahan
dengan keluarga, kematangan sexual dan asumsi adanya tanggung jawab pribadi.
Psikoanalisis juga memandang bahwa gangguan tersebut dikarenakan oleh id
yang tumpul dengan padukan oleh superego yang tinggi. Id yang tumpul ditandai
dengan kurangnya rasa ingin memakan sesuatu meskipun individu tersebut sudah
merasa lapar (penolakan / denial terhadap fungsi id). Superego beranggapan bahwa ia
harus mempunyai berat badan yang ideal, sehingga untuk mengkompensasi superego
maka ego akan bertindak untuk tidak makan atau sangat memperihatinkan kandungan
gizi dalam makanan. Yang terpenting baginya adalah dia akan mempunyai berat
badan yang ideal menurut dia.
2. Perspektif Humanistik
Memandang anoreksia sebagai suatu fobia berat badan. Ketakutan berlebihan
dan tidak rasional terhadap pertambahan berat badan dapat merefleksikan
kecenderungan dalam budaya untuk mengidealkan untuk bentuk badan wanita yang
ramping. Mengeluarkan makanan merupakan sebuah tipe ritual kompulsif yang
diperkuat dengan berkurangnya ketakutan akan pertambahan berat badan yang
mengikuti episode makan berlebihan seperti mencuci tangan yang kompulsif pada
individu obsesif kompulsif yang diperkuat dengan munculnya perasaan lega karena
terlepas dari gangguan kecemasan yang ditimbulkan oleh pikiran obsesif.
9
3. Perpektif Behavioristik
Teori behavioristik memandang bahwa gangguan anoreksia nervosa
disebabkan oleh proses belajar yang salah. Individu tersebut beranggapan bahwa
dengan memiliki tubuh yang ideal tersebut dengan berpenampilan tidak gemuk.
Selain itu, anorexia nervosa berkembang dikarenakan oleh persepsi reward jika
makan sedikit dan tindakan melaparkan diri diperkuat oleh rendahnya reinforcement
atau nilai hedonic pada makanan.
4. Psikologi Islami
Pendekatan islami memandang individu yang terkena gangguan anorexia
nervosa karena individu tersebut tidak mensyukuri keadaannya sekarang atau bisa
karena individu tersebut mendholimi dirinya sendiri.
5. Kognitif
Teori kognitif memandang gangguan anorexia nervosa bahwa individu yang
terkena gangguan anorexia nervosa disebabkan oleh pola pikir yang salah bahwa
dengan cara diet secara berlebihan maka akan mendapatkan hasil tubuh yang ideal.
Dan mereka pun mengalami distorsi kognitif mengenai body image mereka. Sehingga
mereka berpikir bahwa mereka masih overweight meskipun badannya sudah sangat
kurus.
2.4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis/symptom :
1. Gejala yang predominan adalah ketakutan yang sangat akan kenaikan berat badan,
sampai terjadi phobia terhadap makanan. Ketakutan terhadap makanan disertai dengan
penyalahartian dari body image; banyak pasien merasa diri mereka sangat gendut,
walaupun sebenarnya mereka sangat kurus.
2. Banyak penderita anoreksia nervosa mempunyai obsessive compulsive behavior,
misalnya mereka sering sekali mencuci tangan berulang-ulang, pasien cenderung kaku
10
dan perfeksionis yang mengarahkan pada diagnosis gangguan kepribadian, seperti
narcissisme, atau riwayat gangguan kepribadian.
3. Penderita anoreksia nervosa biasanya menunjukan perilaku yang aneh tentang makanan,
seperti menyembunyikan makanan, membawa makanan dalam kantong, saat makan
mereka membuang makanan, memotong makanan menjadi potongan kecil-kecil.
4. Gangguan tidur dan gangguan depresi pada umumnya.
5. Muntah yang dipaksakan.
6. Biasanya aktifitas dan program olah raga yang berlebihan.
7. Ketakutan yang luar biasa akan kegemukan.
8. Penolakan untuk mempertahankan berat badan yang normal.
9. Hilangnya siklus menstruasi ( pada wanita ).
10. Denyut jantung lambat.
11. Tekanan darah lambat.
12. Suhu tubuh rendah.
13. Pembengkakan jaringan karena penimbunan cairan (edema)
14. Rambut yang tipis dan lembut atau rambut tubuh dan wajah yang berlebihan.
15. Mengurangi berat badan dengan sengaja, dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita.
16. Gejala kekurangan gizi
17. Konstipasi
18. Gangguan pencernaan dan perut kembung
19. Dehidrasi
20. Kram otot
21. Gemetaran
22. Tumbuh rambut halus di wajah, punggung atau lengan
23. Payudara semakin datar
24. Rambut kusam, menipis dan mudah patah
25. Kulit kering dan pecah-pecah
26. Tangan dan kaki dingin
27. Detak jantung tidak beraturan
28. Depresi dan kecemasan.
11
Tanda Anoreksia nervosa :
1. Menyamarkan kekurusan mereka dengan baju dan make-up.
2. Kulit kering dan kering, rambut halus, dan alopesia ringan.
3. Subtype bulimia berat, seperti kehilangan enamel gigi karena asam lambung, ketika
penderita muntah. Bahkan terdapat scar pada dorsum akibat jari-jari yang dimasukan ke
mulut untuk memaksakan muntah.
4. Hypokalemi dan kelainan EKG
5. Kelainan neurology (seperti seizure dan neuropaty) dan anemia yang berhubungan
dengan kekurangan gizi dan kelaparan.
Kenyataanya semua sistem organ terganggu dalam anoreksia nervosa. Pasien
seringkali terjadi bradikardi, hipertensi, dehidrasi, amenore, lekopenia, dan mungkin anemia.
Pasien juga mengalami gangguan elektrolit, khususnya ekskresi. Osteopeni, osteoporosis,
tambahan aritmia jantung (meliputi interval Q-T yang panjang), motilitas lambung yang
lambat, meningkatnya tingkat aminotransferase hepar, insufisiensi renal, rambut rontok, dan
adanya lanugo (rambut halus di muka, leher dan punggung) dihubungkan dengan anoreksia
nervosa yang berat.
Hilangnya jaringan lemak sebagai akibat dari pembatasan gizi dikaitkan dengan
hypoleptinemia dan sekresi peptida abnormal terlibat dalam kontrol makanan (neuropeptide
Y, melanocortins dan corticotropin-releasing factor, antara lainnya). Suatu penelaahan
terhadap kelainan endokrin, gangguan di neurotransmitters, serta rinci analisis tanda-tanda
kepadatan tulang dan mineral tulang pada pasien dengan anoreksia nervosa.
2.6 DIAGNOSIS
Pedoman diagnostic Anoreksia Nervosa menurut PPDGJ-III adalah :
Mempunyai ciri khas gangguan adalah mengurangi berat badan dengan sengaja,
dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita. Untuk suatu diagnosis yang pasti dibutuhkan
semua hal seperti di bawah ini, yaitu:
12
a. Berat badan tetap dipertahankan 15% di bawah yang seharusnya ( baik yang
berkurang maupun yang tidak tercapai) atau Quetelet’s body mass index adalah
17,5% atau kurang.
b. Berkurangnya berat badan dilakukan sendiri dengan menghindari makanan yang
mengandung lemak dan salah satu hal di bawah ini :
Merangsang muntah oleh dirinya sendiri
Menggunakan pencahar
Olah raga berlebihan
Menggunakan obat penahan nafsu makan dan atau diuretika.
Terdapat distorsi body image dalam psikopatologi yang spesifik dimana ketakutan
gemuk terus menerus menyerang penderita, penilaian yang berlebihan terhadap
berat badan yang rendah.
Adanya gangguan endokrin yang meluas, melibatkan hypothalamic-piyuitary-
gonadal aksis, dengan manifestasi pada wanita sebagai amenore dan pada pria
suatu kehilangan minat dan potensi seksual. Juga dapat terjadi kenaikan hormon
pertumbuhan, kortisol, perubahan metabolisme peripheral dari hormone tiroid,
dan sekresi insulin abnormal.
Jika onset terjadinya pada masa prubertas, perkembangan prubertas tertunda atau
dapat juga tertahan. Pada penyembuhan, prubertas kembali normal, tetapi
menarche terlambat.
2.7 PEMERIKSAAN FISIK DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk penderita gangguan makan meliputi
pemeriksaan tanda vital, mengukur tinggi dan berat badan penderita dan pemeriksaan status
pubertas. Kelainan yang didapat pada pemeriksaan fisik berupa kehilangan berat badan yang
nyata, bradikardi, hipotensi postural, hipotermi, penipisan email akibat tumpahan asam
lambung, luka pada anus akibat penggunaan pencahar yang berlebihan, kulit dan bibir kering
akibat dehidrasi. Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain darah rutin, kadar
elektrolit, kadar kalsium dan fosfat serum, pemeriksaan fungsi hati dan tiroid. Pemeriksaan
13
elektrokardiografi dilakukan bila ada gangguan fungsi jantung atau mendapat pengobatan
antidepresan.
Foto rontgen dapat membantu menentukan densitas tulang dan keadaan dari jantung
dan paru-paru, juga bisa menemukan kelainan saluran pencernaan yang disebabkan oleh
malnutrisi.
2.8 KOMPLIKASI
Berhubungan dengan penurunan berat badan :
o Kaheksia : hilangnya lemak, massa otot, penurunan metabolisme tiroid (sindrom T3
rendah), intoleransi dingin, dan sulit mempertahankan temperatur inti tubuh.
o Jantung : hilangnya otot jantung, jantung kecil, aritmia jantung, termasuk kontraksi
premature atrium dan ventrikel, perpanjangan transmisi berkas HIS (perpanjangan
interval QT, bradikardia, takikardia ventricular, kematian mendadak.
o Pencernaan-gastrointestinal: perlambatan pengosongan lambung, kembunng, konstiopasi,
nyeri abdomen.
o Reproduktif : Amenore, kadar leutenizing hormone (LH) dan follicle stimulating
hormone (FSH) yang rendah.
o Dermatologis: lanugo (rambut halus tumbuh di seluruh tubuh), edema.
o Hematologys : leucopenia.
o Neuropsikiatri : sensasi kecap yng abnormal ( mungkin karena defesiensi dari seng ),
depresi apatetik, gangguan kognitif ringan.
o Rangka osteoporosis. Berhubungan dengan mencahar ( muntah dan penyalahgunaan
laksatif).
o Metabolisme : kelainan elektrolit, terutama alkalosis hipokalemik, hipokloremik, dan
hipomagnesimia.
o Pencernaan-gastrointestinal : peradangan dan pembesaran kelenjar liur dan pancreas,
dengan peningkatan amylase serum, erosi esophagus dan lambung, usus disfungsional
dengan dilatasi haustra.
o Gigi: erosi enamel gigi, terutama bagian depan, dengan dengan kerusakan gigi yang
bersangkutan.
14
o Neuropsikiatrik : kejang (berhubungan dengan pergeseran cairan yang besar dan
gangguan elektrolit), neuropati ringan, kelelahan, dan kelemahan, gangguan kognitif
lainnya.
2.9 DIGNOSIS BANDING
Diagnosis banding anoreksia nervosa adalah dipersulit oleh penyangkalan pasien
tentang gejalanya, kerahasiaan di sekitar ritual makan pasien yang aneh dan penolakan pasien
untuk mencari pengobatan. dibawah ini adalah diagnosis banding untuk anoreksia nervosa.
1. Anoreksia nervosa harus dibedakan dengan dengan kekurusan pada umumnya, terlalu
kurus, tetapi penurunan berat badannya kurang dari 15% berat badan normal.
Pemikiran sekarang diperkirakan, bahwa anoreksia nervosa adalah gangguan yang
khusus, dan tidak mencerminkan penurunan berat badan yang berlanjut.
2. Gangguan organic, seperti tumor otak yang melibatkan jaras hypothalamus-pituitary,
penyakit Addison, Diabetes Mellitus, dan gangguan gastrointestinal.
3. Gangguan psikologi, pada umumnya pasien depresi mengalami suatu penurunan
nafsu makan, sedangkan pada anoreksia nervosa mengaku memiliki nafsu makan
yang normal dan merasa lapar. Pada agitasi depresif, hiperaktifitas yang ditemukan
pada anoreksia nervosa adalah direncanakan dan merupakan ritual. Preokupasi
dengan makanan yang mengandung kalori, resep makanan dan persiapan pesta
pencicipan makanan adalah tipikal pada pasien anoreksia nervosa dan tidak
ditemukan pada penderita gangguan depresif. Dan pada pasien dengan gangguan
depresif tidak memiliki ketakutan yang kuat akan kegemukan atau gangguan citra
tubuh, seperti yang dimiliki oleh pasien anoreksia nervosa.
4. Sekitar 50% penderita anoreksia nervosa ditemui ktiteria untuk diagnosis tersangka
bulimia, dinamakan bullimarexia atau bulimia nervosa sebagai variasi dari penyakit.
2.10 PENATALAKSANAAN
Treatment untuk anoreksia nervosa dilakukan dengan 3 tahap;
1) Mengembalikan berat badan kembali normal.
Dilakukan program diet ulang yang sehat untuk mengembalikan berat badan kembali
normal, pada pasien tertentu kadang diperlukan perawatan di rumah sakit. Check
15
kesehatan akan dilakukan untuk melihat pelbagai kemungkinan komplikasi yang
muncul.
2) Terapi psikologi
Terapi ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri, menghilangkan cara
pandang yang salah terhadap citra tubuh, meningkatkan penghargaan diri dan
mengatasi konflik interpersonal. Terapi yang dilakukan biasanya dipilih CBT
(Cognitive Behavioral Therapy) dianggap paling efektif dalam mengembalikan
kepercayaan diri, dan mencegah timbulnya pikiran dan perilaku gangguan makan
kembali. Terapi dilakukan dapat berlangsung lama, oleh karenanya CBT juga kadang
disertai dengan terapi keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien dalam
menjalani penyembuhan
3) Penyembuhan total
Beberapa upaya yang dilakukan agar pasien kembali stabil, menghilangkan kebiasaan
dan pikiran-pikiran yang dapat menimbulkan gangguan makan kembali
4) Mengurangi atau menghapuskan perilaku atau pemikiran yang awalnya mengarah ke
makan tidak teratur.
Untuk menyembuhkan anoreksia nervosa diperlukan kesabaran. Hal-hal yang dapat
dilakukan adalah konseling bersama dengan anggota keluarga, serta edukasi tentang
nutrisi, psikoterapi, dan kesehatan. Si penderita sangat membutuhkan dukungan dari
keluarga dan orang-orang terdekat. Jika ada salah satu anggota keluarga anda yang
menderita kelainan ini, jangan berhenti mendukungnya untuk sembuh.
5) Psikofarmakologi
Beberapa kelas obat-obatan telah diteliti, tetapi sedikit yang menunjukkan
keberhasilan secara klinis. Amitriptilin (Elavil) dan siproheptadin antihistamin dalam
dosis tinggi ( sampai 28mg/ hari ). Dapat meningkatkan penambahan berat badan
pasien rawat inap dengan anoreksia nervosa.
6) Psikoterapi
Terapi keluarga dapat bermanfaat bagi keluarga dari klien yang berusia kurang dari
18 tahun. Keluarga yang menunjukkan enmeshment, terapi keluarga juga berguna
untuk membantu anggota keluarga menjadi partisipan yang efektif dalam terapi klien.
16
2.11 PROGNOSIS
Anoreksia diperkirakan memiliki angka kematian tertinggi dari semua gangguan
jiwa, dengan mana saja 6-20% dari mereka yang didiagnosis dengan gangguan akhirnya
mati karena penyebab yang terkait. tingkat bunuh diri orang-orang dengan anoreksia juga
lebih tinggi dari itu dari populasi umum. Dalam sebuah studi longitudinal wanita
didiagnosis dengan DSM-IV baik anorexia nervosa (n = 136) atau bulimia nervosa (n =
110) masing-masing yang dinilai setiap 6 - 12 bulan selama 8 tahun berada di cukup
risiko bunuh diri. Dokter diperingatkan risiko sebagai 15% subyek melaporkan
setidaknya satu usaha bunuh diri. Telah dicatat bahwa secara signifikan lebih aneroxia
(22,1%) dibandingkan bulimia (10,9%) subyek membuat usaha bunuh diri.
Pada pasien dengan anoreksia nervosa setiap sistem organ utama yang terlibat,
dan substansial risiko kematian. Daerah khusus perhatian yang disorot dalam artikel dan
termasuk perubahan Dermatologic (beberapa di antaranya terbukti membutuhkan
intervensi akut, misalnya, purpura), endokrin abnormalitas (termasuk kesalahan
manajemen diabetes), masalah gastrointestinal (termasuk risiko dilatasi lambung)
masalah jantung/paru (termasuk aritmia dan pneumomediastinum), kelainan elektrolit
yang berat, dan demineralisasi tulang. Dokter yang merawat pasien ini harus agresif
dalam mengejar, dan ketika mereka ditemukan dalam mengobati, ini berpotensi
membahayakan hidup.
17
BAB III
KESIMPULAN
Anoreksia nervosa adalah suatu bentuk ketakutan yang kuat mengalami kenaikan
berat badan atau menolak untuk mempertahankan berat badan pada atau diatas berat
badan normal minimal menurut usia dan tinggi badan, dan mengalami gangguan dalam
cara memandang berat atau bentuk badannya sendiri. Sehingga menimbulkan bermacam
komplikasi yang serius bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu penderita
anoreksia nervosa membutuhkan pengobatan medis dan psikis yang menyeluruh, yaitu
perawatan di rumah sakit jika diperlukan, terapi individual serta keluarga.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Chandrasoma,Parakrama.2005.Ringkasan Patologi Anatomi edisi 2. Jakarta: EGC
2. Nelson.1999.Ilmu Kesehatan Anak edisi 1. Jakarta: EGC
3. Wong,Dona,L.2008.Masalah Kesehatan Anak usia sekolah dan remaja.Jakarta:EGC
4. Sherwood, lauralee.2001.Fisiologi Manusia.Jakarta :EGC
5. Maslim, Rusdi Dr. Pedoman Diagnostik dari PPDGJ III. Buku Saku Diagnosis
Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. 2003. Jakarta : PT. Nuh Jaya
6. Kaplan, Harold I. dkk. 1997. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
klinis Ed. Ketujuh. Jakarta : EGC pp. 178-87.
7. Mittche J., Crow S. 2006. Medical Complicaion of Anorexa Nervosa and Bulimia
Nervosa. Current Opinion in Psychiatry 2006. pp. 438-443.
19