Post on 14-Apr-2017
KECACINGAN
(OBAT CACING)
Disusun oleh:
Nama :WINIEY TILLICH WAHYUNI
NPM : 1443057050
MK: FARMAKOLOGI I
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
JAKARTA
2016
1 |F a r m a k o l o g i I
Makalah Penyakit Kecacingan
A. Latar Belakang
Waspadai dan kenali penyakit cacing pada anak. Penyakit yang sering terjadi
ini sangat menganggu tumbuh kembang anak. Sehingga sangat penting untuk mengenali
dan mencegah penyakit cacing pada anak sejak dini. Gangguan yang ditimbulkan mulai
dari yang ringan tanpa gejala hingga sampai yang berat bahkan sampai mengancam jiwa.
Secara umum gangguan nutrisi atau anemia dapat terjadi pada penderita. Hal ini secara
tidak langsung akan mengakibatkan gangguan kecerdasan pada anak.
Sekitar 60% orang Indonesia mengalami infeksi cacing. Kelompok umur
terbanyak adalah pada usia 5-14 tahun. Angka prevalensi 60 persen itu, 21 persen di
antaranya menyerang anak usia SD dan rata-rata kandungan cacing per orang enam ekor.
Data tersebut diperoleh melalui survei dan penelitian yang dilakukan di beberapa
provinsi pada tahun 2006.
Hasil penelitian sebelumnya (2002-2003), pada 40 SD di 10 provinsi
menunjukkan prevalensi antara 2,2 persen hingga 96,3%. Sekitar 220 juta penduduk
Indonesia cacingan, dengan kerugian lebih dari Rp 500 miliar atau setara dengan 20 juta
liter darah per tahun. Penderita tersebar di seluruh daerah, baik di pedesaan maupun
perkotaan. Karena itu, cacingan masih menjadi masalah kesehatan mendasar di negeri
ini.
B. Sifat-sifat umum cacing :
Bentuk, ada 2 macam :
1) Pajang serta bulat, seperti silinder misalnya yang disebut cacing kalung.
2) Panjang tapi pipih, misalnya cacing pita.
2 |F a r m a k o l o g i I
C. Ukurannya:
1) Ada yang amat panjang misalnya cacing pita 12-18m.
2) Ada yang kecil kira-kira 1mm, hingga untuk dapat melihat dengan jelas harus
menggunakan mikroskop
D. Patogenesis:
Cara memimbulkan penyakit pada manusia dan hewan dengan berbagai macam
kemungkinan. Pada umumnya peranan cacing yang telah dewasa pada tubuh manusia
dengan jalan:
1) Mengisap darah manusia.
2) Mengisap darah dan mengeluarkan bisa atau racun
3) Didalam tubuh (usus) menghisap zat-zat makanan manusia hingga kekurangan zat
makanan.
4) Karena cacing di dalam usus dapat berkembang biak dengan banyak maka dapat
menimbulkan sumbatan pada saluran pencernaan.
5) Ada cacing berbentuk larva bersarang di dalam pembuluh limfa dan pembuluh darah
sehingga peredaran darah dan limfe terganggu, akibatnya badan atau organ menjadi
bengkak.
E. Perkembangan Cacing
Cacing dapat berkembang melalui perkawinan antara cacing betina dan cacing
jantan. Kemudian cacing betina bertelur. Seekor cacing betina dapat bertelur seharinya
sebanyak 200 butir. Bentuk telur cacing itu ada yang bulat dan ada pula yang bulat
lonjong ukurannya berkisar antara 20 dan 100 mikron. Maka untuk dapat melihat dengan
nyata kita harus pergunakan mikroskop.
1) Faktor resiko terkena penyakit cacingan
3 |F a r m a k o l o g i I
Setiap orang dari semua usia bisa terkena penyakit cacing, akan tetapi faktor
resiko terbesar terserang penyakit cacingan adalah para balita dan anak-anak. Karena
mereka sering tidak menjaga kebersihan dengan baik, maka dari itu orang tua harus
ikut menjaga dan selalu memperhatikan kebersihan misalnya saja, kuku yang tidak
dipotong pendek dan dibiarkan dalam keadaan kotor, tidak mencuci tangan dengan
sabun setelah bermain di tanah, membiasakan menggigit jari-jari kuku dsb. Cacingan
tidak mengenal usia, orang dewasapun dapat terserang penyakit cacing kremi yang
sering disebabkan karena pemakaian handuk secara bersamaan, mengonsumsi
makanan setengah matang, tidak menjaga kebersihan badan dan lingkungan dsb.
2) Cara Penularan
Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang
tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus
yang banyak berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan
penyakit cacing dapat lewat berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal
dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat makanan atau minuman yang dimasak
menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah tercemar itu dipakai untuk
menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka
menempel pada butiran debu.
Telur yang menumpang pada debu itu bisa menempel pada makanan dan
minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke tempat-tempat yang sering
dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain.
4 |F a r m a k o l o g i I
3) Siklus:
Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak,
membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi,
termasuk protein untuk membangun otak.
Setiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein
per hari. Cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing
tambang minum 0,2 milimeter
darah per hari. Kalau jumlahnya
ratusan, berapa besar kehilangan
zat gizi dan darah yang
digeogotinya. Seekor cacing
gelang betina dewasa bisa
menghasilkan 200.000 telur setiap
hari. Bila di dalam perut ada tiga ekor saja, dalam sehari mereka sanggup
memproduksi 600.000 telur.
F. Manifestasi Klinik dari Cacingan
1) Pada kasus infeksi cacing ringan, tanpa gejala atau kadang tidak menimbulkan gejala
nyata. Gejala yang harus dikenali adalah lesu, tak bergairah, suka mengantuk, badan
kurus meski porsi makan melimpah, serta suka menggaruk-garuk anusnya saat tidur
karena bisa jadi itu pertanda cacing kremi sedang beraksi. Gangguan ini
menyebabkan, kurang zat gizi, kurang darah atau anemia. Berkurangnya zat gizi
maupun darah, keduanya berdampak pada tingkat kecerdasan, selain berujung
anemia. Anemia akan menurunkan prestasi belajar dan produktivitas. Menurut
penelitian, anak yang kehilangan protein akibat cacing tingkat kecerdasannya bisa
5 |F a r m a k o l o g i I
menurun. Anemia kronis bisa mengganggu daya tahan tubuh anak usia di bawah
lima tahun (balita).
2) Tetapi pada kasus-kasus infeksi berat bisa berakibat fatal. Ascaris pada cacing dapat
bermigrasi ke organ lain yang menyebabkan peritonitis, akibat perforasi usus dan
ileus obstruksi akibat bolus yang dapat berakhir dengan kematian.
3) Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi penderita yang
menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi
penyakit lain, termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Jenis penyakit parasit
ini kecil sekali perhatiannya dari pemerintah bila dibandingkan dengan HIV/AIDS
yang menyedot anggaran cukup besar, padahal semua bentuk penyakit sama
pentingnya dan sikap masyarakat sendiri juga tak peduli terhadap penyakit jenis ini.
G. Beberapa Jenis Cacing
Beberapa jenis cacing sangat potensial untuk menimbulkan infeksi pada anak-
anak. Dan untuk selanjutnya mereka akan menjadi sumber penularan bagi infeksi
berikutnya yang sangat potensial. Keadaan yang demikian inilah yang menyebabkan
infeksi akibat parasit cacing sukar diatasi secara tuntas. Penderita yang tidak
mendapatkan pengobatan yang tepat, merupakan sumber penularan bagi orang-orang
dekat di sekitarnya.
1) Cacing gelang ( Ascaris lumbricoidus )
Cacing betinanya yang panjangnya kira-¬kira 20-30 cm ini mampu bertelur 200.000
telur per harinya. Dalam waktu lebih kurang 3 minggu telur ini akan berisi larva yang
bersifat infektif, yang dapat menjadi sumber penularan jika secara tidak sengaja
mencemari makanan/minuman yang kita konsumsi. Cacing ini hidup sebagai parasit
dalam usus halus, sehingga akan mengambil nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh kita
dan menimbulkan kerusakan pada` lapisan usus tersebut. Akhirnya timbullah diare
6 |F a r m a k o l o g i I
dan gangguan penyerapan sari-sari makanan tersebut. Bahkan pada keadaan yang
berat, larva dapat masuk ke paru sehingga membutuhkan tindakan operatif.
2) Cacing cambuk (Trichuris trichiura)
Cacing ini juga menghisap sari makanan yang kita makan. Dia menghisap darah dan
hidup di dalam usus besar. Cacing betinanya bisa bertelur 5 ribu-10 ribu butir per
hari. Biasanya infeksi cacing ini menyerang pada usus besar. Infeksinya sering
menimbulkan perlakaan usus, karena kepala cacing dimasukkan ke dalam permukaan
usus penderita. Pada infeksi yang ringan biasanya hanya timbul diare saja. Tetapi
pada infeksi yang berat, hampir pada sebagian besar permukaan usus besar dapat
ditemukan cacing jenis ini. Akibatnya diare yang terjadi juga relatif berat dan dapat
berlangsung terus menerus. Karena juga dapat menyebabkan perlukaan usus, maka
anemia sebagai komplikasi perdarahan merupakan akibat yang tidak begitu saja dapat
dianggap ringan. Inilah sebetulnya akibat-akibat infeksi cacing yang tidak pernah kita
perkirakan selama ini dan proses yang merugikan itu berlangsung terus tanpa kita
sadari. Infeksi cacing biasanya menimbulkan anemia.
3) Cacing tambang ( Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)
Inilah cacing yang paling ganas, karena ia menghisap darah. Cacing betinanya
bisa bertelur 15 ribu-20 ribu butir per hari. Penularannya cepat, karena larva cacing
tambang sanggup menembus kulit kaki dan selajutnya terbawa oleh pembuluh darah
ke dalam usus. Cacing dewasa bertahan hidup 2-10 tahun. Cacing tambang ini
menimbulkan perlukaan pada permu-kaan usus, sehingga perdarahan dapat terjadi
secara lebih berat dibanding dengan infeksi cacing jenis lainnya. Perdarahan yang
lebih berat ini disebabkan karena mulut (stoma) cacing mengerat permukaan usus.
Bahkan satu ekor cacing saja dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak
0,005¬0,34 cc sehari. Mengingat itu semua, maka infeksi cacing tambang merupakan
7 |F a r m a k o l o g i I
penyebab anemia yang paling sering ditemukan pada anak-anak, sehingga dapat
mempengaruhi daya tubuhnya dan menurunkan prestasi belajar.
Telur cacing gelang yang masuk ke pencernaan akan menetas menjadi larva.
Larva ini menembus dinding usus halus menuju jantung dan paru-paru. Cacing
gelang menyebabkan gizi buruk dan membuat anak tidak nafsu makan, karena
nutrisinya direbut cacing. Cacing betinanya bisa bertelur mencapai 200 ribu butir per
hari. Cacing dewasa dapat bertahan hidup 6-12 bulan.
Frekuensi penyebaran: terdapat di daerah katulistiwa, daerah pertambangan
dan perkebunan, prevalensi lebih dari 70%.
4) Cacing kremi ( Oxyuris vermicularis )
Cacing ini hidup di bagian akhir dari usus halus, di dekat usus besar. Cacing
ini kecil sekali, yang betina panjangnya 8-10mm, yang jantan ± 5mm dengan ekor
bengkok. Telurnya banyak, sampai 10.000. Bentuk telur panjang, sedikit cekung.
Besarnya 20-45 mikron. Cacing ini mirip kelapa parut, kecil-kecil dan berwarna
putih. Awalnya, cacing ini akan bersarang di usus besar. Saat dewasa, cacing kremi
betina akan pindah ke anus untuk bertelur. Telur-telur ini yang menimbulkan rasa
gatal. Bila balita menggaruk anus yang gatal, telur akan pecah dan larva masuk ke
dalam dubur. Saat digaruk, telur-telur ini bersembunyi di jari dan kuku, sebagian
lagi menempel di sprei, bantal atau pakaian. Lewat kontak langsung, telur cacing
menular ke orang lain. Lalu siklus cacing dimulai lagi.
H. Pencegahan Penyakit Cacing Pada Anak
Untuk dapat mengatasi infeksi cacing secara tuntas, maka upaya pencegahan
dan terapi merupakan usaha yang sangat bijaksana dalam memutus siklus penyebaran
infeksinya. Pemberian obat anti cacing secara berkala setiap 6 bulan dapat pula
dikerjakan. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta sumber bahan pangan adalah
8 |F a r m a k o l o g i I
merupakan sebagian dari usaha pencegahan untuk menghindari dari infeksi cacing.
Memasyarakatkan cara-cara hidup sehat, terutama pada anak-anak usia sekolah dasar,
dimana usia ini merupakan usia yang sangat peka untuk menanamkan dan
memperkenalkan kebiasaan-kebiasaan baru. Kebiasaan untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala merupakan salah satu contohnya.
1) Beberapa Tips Pencegahan :
a. Cucilah tangan sebelum makan.
Budayakan kebiasaan dan perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga untuk
mencuci tangan sebelum makan. Kebiasaan akan terpupuk dengan baik apabila
orangtua meneladani. Dengan mencuci tangan makan akan mengeliminir
masuknya telur cacing ke mulut sebagai jalan masuk pertama ke tempat
berkembang biak cacing di perut kita.
b. Pakailah alas kaki jika menginjak tanah. Jenis cacing ada macamnya. Cara
masuknya pun beragam macam, salah satunya adalah cacing tambang (Necator
americanus ataupun Ankylostoma duodenale). Kedua jenis cacing ini masuk
melalui larva cacing yang menembus kulit di kaki, yang kemudian jalan-jalan
sampai ke usus melalui trayek saluran getah bening. Kejadian ini sering disebut
sebagai Cutaneus Larva Migran (dari namanya ini kita sudah tahu lah apa artinya;
cutaneus: kulit, larva: larva, migrant: berpindah). Setelah larva cacing sampai ke
usus, larva ini tumbuh dewasa dan terus berkembang biak dan menghisap darah
manusia. Oleh sebab itu Anda akan mengalami anemia.
c. Gunting dan bersihkan kuku secara teratur. Kadang telur cacing yang terselip di
antara kuku Anda kemudian masuk ke usus Anda dan mendirikan koloni di sana.
d. Jangan buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh. Setiap
kotoran baiknya dikelola dengan baik, termasuk kotoran manusia. Di negara kita
9 |F a r m a k o l o g i I
masih banyak warga yang memanfaatkan sungai untuk buang hajat. Dengan
perilaku ini maka kotoran-kotoran dapat mencemari lingkungannya. Jika
lingkungan sudah tercemar, penularan sering terjadi pada semua orang. Orang
yang sudah menjaga diri sebersih apapun terkadang masih dapat terjangkit parasit
cacing ini.
e. Peduli dengan lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik. Jika
air yang digunakan terkontaminasi dengan tinja manusia, memungkinkan telur
cacing bertahan pada kelopak-kelopak tanaman yang ditanam dan terbawa oleh
angin sehingga dapat memungkinkan menempel pada makanan yang kita
konsumsi.
f. Cucilah sayur dengan baik sebelum diolah. Cucilah sayur di bawah air yang
mengalir. Agar kotoran yang melekat akan terbawa air yang mengalir, di samping
itu nilai gizi sayuran tidak hilang jika dicuci di bawah air yang mengalir.
g. Berhati-hati terhadap makanan mentah atau setengah matang, terutama di daerah
yang sanitasinya buruk. Perlu dicermati juga, makanan mentah tidak selamanya
buruk. Yang harus diperhatikan adalah kebersihan bahan makanan agar makanan
dapat kita makan sesegar mungkin sehingga enzim yang terkandung dalam
makanan dapat kita rasakan manfaatnya.
h. Buanglah kotoran hewan peliharaan seperti kucing atau anjing pada tempat
pembuangan khusus.
i. Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi Anda
yang risiko tinggi terkena infestasi cacing ini, seperti petani, anak-anak yang
sering bermain pasir, pekerja kebun, dan pekerja tambang (orang-orang yang
terlalu sering berhubungan dengan tanah.
10 |F a r m a k o l o g i I
I. Penanggulangan
1) Penanganan untuk mengatasi infeksi cacing dengan obat-obatan merupakan pilihan
yang dianjurkan. Obat anti cacing Golongan Pirantel Pamoat (Combantrin dan lain-
lain) merupakan anti cacing yang efektif untuk mengatasi sebagian besar infeksi yang
disebabkan parasit cacing.
2) Intervensi berupa pemberian obat cacing ( obat pirantel pamoat 10 mg / kg BB dan
albendazole 10 mg/kg BB ) dosis tunggal diberikan tiap 6 bulan pada anak SD dapat
mengurangi angka kejadian infeksi ini pada suatu daerah.
3) Paduan yang serasi antara upaya prevensi dan terapi akan memberikan tingkat
keberhasilan yang memuaskan, sehingga infeksi cacing secara perlahan dapat diatasi
secara maksimal, tuntas dan paripurna.
J. Obat-Obat Antelmintik
Antelmintika atau obat cacing (Yunani anti = lawan, helmintes = cacing)
adalah obat yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Dalam
istilah ini termasuk semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari saluran cerna
maupun obat-obat sistemik yang membasmi cacing serta larvanya, yang menghinggapi
organ dan jaringan tubuh (Tjay, 2007)
Kebanyakan antelmintik efektif terhadap satu macam cacing, sehingga
diperlukan diagnosis tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Kebanyakan antelmintik
diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan. Beberapa senyawa
antelmintik yang lama, sudah tergeser oleh obat baru seperti Mebendazole, Piperazin,
Levamisol, Albendazole, Tiabendazole, dan sebagainya. Karena obat tersebut kurang
dimanfaatkan. (Gunawan, 2009)
Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan
menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia diseluruh dunia. Walaupun tersedia obat-obat
11 |F a r m a k o l o g i I
baru yang lebih spesifik dangan kerja lebih efektif, pembasmian penyakit ini masih tetap
merupakan salah satu masalah antara lain disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi di
beberapa bagian dunia. Jumlah manusia yang dihinggapinya juga semakin bertambah
akibat migrasi, lalu-lintas dan kepariwisataan udara dapat menyebabkan perluasan
kemungkinan infeksi. (Tjay, 2007)
Terdapat tiga golongan cacing yang menyerang manusia yaitu matoda,
trematoda, dan cestoda. Sebagaimana penggunaan antibiotika, antelmintik ditujukan
pada target metabolik yang terdapat dalam parasit tetapi tidak mempengaruhi atau
berfungsi lain untuk pejamu. (Mycek,2001)
1) Obat-Obat Untuk Pengobatan Nematoda
a. Mebendazol
Mebendazol merupakan obat cacing yang paling luas spektrumnya. Obat
ini tidak larut dalam air, tidak bersifat higroskopis sehingga stabil dalam keadaan
terbuka (Ganirwarna, 1995). Mebendazol adalah obat cacing yang efektif
terhadap cacing Toxocara canis, Toxocara cati, Toxascaris leonina. Trichuris
vulpis, Uncinaria stenocephala, Ancylostoma caninum, Taenia pisiformis, Taenia
hydatigena, Echinococcus granulosus dan aeniaformis hydatigena (Tennant,
2002). Senyawa ini merupakan turunan benzimidazol, obat ini berefek pada
hambatan pemasukan glukosa ke dalam cacing secara ireversibel sehingga terjadi
pengosongan glikogen dalam cacing. Mebendazol juga dapat menyebabkan
kerusakan struktur subseluler dan menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing
(Ganirwarna, 1995). Nama kimia mebendazole yaitu methyl [(5-benzoyl-3H-
benzoimidazol-2-yl)amino]formate. Rumus kimia : C16H13N3O3
Farmakokinetika : Mebendazol tidak larut dalam air dan rasanya enak.
Pada pemberian oral absorbsinya buruk. Obat ini memiliki bioavailabilitas
12 |F a r m a k o l o g i I
sistemik yang rendah yang disebabkan oleh absorbsinya yang rendah dan
mengalami first pass hepatic metabolisme yang cepat. Diekskresikan lewat urin
dalam bentuk yang utuh dan metabolit sebagai hasil dekarboksilasi dalam waktu
48 jam. Absorbsi mebendazol akan lebih cepat jika diberikan bersama lemak
(Ganirwarna, 1995).
Efek Nonterapi dan Kontraindikasi : Mebendazol tidak menyebabkan efek
toksik sistemik mungkin karena absorbsinya yang buruk sehingga aman diberikan
pada penderita dengan anemia maupun malnutrisi. Efek samping yang kadang-
kadang timbul berupa diare dan sakit perut ringan yang bersifat sementara. Dari
studi toksikologi obat ini memiliki batas keamanan yang lebar. Tetapi pemberian
dosis tunggal sebesar 10 mg/kg BB pada tikus hamil memperlihatkan efek
embriotoksik dan teratogenik (Ganirwarna, 1995).
b. Pirantel Pamoat
Pirantel pamoat adalah obat cacing yang banyak digunakan saat ini.
Mungkin karena cara penggunaannya yang praktis, yaitu dosis tunggal, sehingga
disukai banyak orang. Selain itu khasiatnya pun cukup baik. Pirantel pamoat dapat
membasmi berbagai jenis cacing di usus. Beberapa diantaranya adalah cacing
tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale), cacing gelang
(Ascaris lumbrocoides), dan cacing kremi (Enterobius vermicularis)
(MIMS,1998).
Cara kerja pirantel pamoat adalah dengan melumpuhkan cacing. Cacing
yang lumpuh akan mudah terbawa keluar bersama tinja. Setelah keluar dari
tubuh, cacing akan segera mati. Pirantel pamoat dapat diminum dengan keadaan
perut kosong, atau diminum bersama makanan, susu atau jus. (Drugs.Com, 2007).
13 |F a r m a k o l o g i I
Pemakaiannya berupa dosis tunggal, yaitu hanya satu kali diminum.Dosis
biasanya dihitung per berat badan (BB), yaitu 10 mg / kgBB. Walaupun
demikian, dosis tidak boleh melebihi 1 gr. Sediaan biasanya berupa sirup (250
mg/ml) atau tablet (125 mg /tablet). Bagi orang yang mempunyai berat badan 50
kg misalnya, membutuhkan 500 mg pirantel. Jadi jangan heran jika orang tersebut
diresepkan 4 tablet pirantel (125 mg) sekali minum. Nama dagang pirantel
pamoat yang beredar di Indonesia bermacam-macam, ada Combantrin, Pantrin,
Omegpantrin, dan lain-lain (MIMS,1998) .
c. Tiabendazol
Tiabendazol adalah suatu benzimidazol sintetik yang berbeda, efektif
terhadap strongilodiasis yang disebabkan Strongyloides stercoralis (cacing
benang), larva migrans pada kulit atau erupsi menjalar dan tahap awal trikinosis
disebabkan Trichinella spinalis. Obat juga menganggu agregasi mikrotubular.
Meskipun hampir tidak larut dalam air, obat mudah diabsorbsi pada pemberian per
oral. Obat dihidroksilasi dalam hati dan dikeluarkan dalam urine. Efek samping
yang dijumpai ialah pusing, tidak mau makan, mual dan muntah. Terdapat
beberapa laporan tentang gejala SSP. Diantara kasus eritema multiforme dan
sindrom Stevens Johnson yang dilaporkan akibat tiabendazol, terdapat beberapa
kematian. (Mycek, 2001)
d. Invermektin
Invermektin adalah obat pilihan untuk pengobatan onkoserkiasis (buta
sungai) disebabkan Onchocerca volvulus dan terbukti pula efektif untuk scabies.
Ivermektin bekerja pada reseptor GABA (asam ɣ-amionobutirat) parasite. Aliran
klorida dipacu keluar dan terjadi hiperpolarisasi, menyebabkan paralisis cacing.
Obat diberikan oral. Tidak menembus sawar darah otak dan tidak memberikan
14 |F a r m a k o l o g i I
efek farmakologik. Namun, tidak boleh diberikan pada pasien meningitis karena
sawar darah otak lebih permiabel dan terjadi pengaruh SSP. Ivermektin juga tidak
boleh untuk ibu hamil. Tidak boleh untuk pasien yang menggunakan
benzodiasepin atau barbiturate – obat bekerja pada reseptor GABA. Pembunuhan
mikrofilia dapat menyebabkan reaksi seperti ’’Mozatti’’ (demam, sakit kepala,
pusing, somnolen, hipotensi dan sebagainya) (Mycek, 2001)
2) Obat Untuk Pengobatan Trematoda
Trematoda merupakan cacing pipih berdaun, digolongkan sesuai jaringan yang
diinfeksi. Misalnya sebagai cacing isap hati, paru, usus atau darah.
a. Prazikuantel
Infeksi trematoda umumnya diobati dengan prazikuantel. Obat ini
merupakan obat pilihan untuk pengobatan semua bentuk skistosomiasis dan
infeksi cestoda seperti sistisercosis. Permeabilitas membran sel terhadap kalsium
meningkat menyebabkan parasite mengalami kontraktur dan paralisis.
Prazikuantel mudah diabsorbsi pada pemberian oral dan tersebar sampai ke cairan
serebrospinal. Kadar yang tinggi dapat dijumpai dalam empedu. Obat
dimetabolisme secara oksidatif dengan sempurna, meyebabkan waktu paruh
menjadi pendek. Metabolit tidak aktif dan dikeluarkan melalui urin dan empedu
(Mycek, 2001)
Efek samping yang biasa termasuk mengantuk, pusing, lesu, tidak mau
makan dan gangguan pencernaan. Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita
hamil atau menyusui. Interaksi obat yang terjadi akibat peningkatan metabolisme
telah dilaporkan jika diberikan bersamaan deksametason, fenitoin, dan
karbamazepin, simetidin yang dikenal menghambat isozim sitokrom P-450,
menyebabkan peningkatan kadar prazikuantel. Prazikuantel tidak boleh diberikan
15 |F a r m a k o l o g i I
untuk mengobati sistiserkosis mata karena penghancuran organisme dalam mata
dapat merusak mata (Mycek, 2001).
3) Obat Untuk Pengobatan Cestoda
Cestoda atau cacing pita, bertubuh pipih, bersegmen dan melekat pada usus pejamu.
Sama dengan trematoda, cacing pita tidak mempunyai mulut dan usus selama
siklusnya.
a. Niklosamid
Niklosamid adalah obat pilihan untuk infeksi cestoda (cacing pita) pada
umumnya. Kerjanya menghambat fosforilasi anaerob mitokondria parasit
terhadap ADP yang menghasilkan energi untuk pembentukan ATP. Obat
membunuh skoleks dan segmen cestoda tetapi tidak telur-telurnya. Laksan
diberikan sebelum pemberian niklosamid oral. Ini berguna untuk membersihkan
usus dari segmen-segmen cacing yang mati agar tidak terjadi digesti dan
pelepasan telur yang dapat menjadi sistiserkosisi. Alkohol harus dilarang selama
satu hari ketika niklosamid diberikan (Mycek, 2001)
16 |F a r m a k o l o g i I
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswara, S.G., Setiabudi, R., Suyatna, F.D., Purwantyastuti, Nafrialdi (Editor).1995.
Farmakologi dan Terapi. Edisi 4.. Bagian Farmakologi FK UI: Jakarta
Hoan Tan Tjay,drs & Kirana Rahardja. 2003. Obat-obat penting, Khasiat,
penggunaan dan efek sampingnya : Elexmedia Computindo
Katzung.1989.Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 3.EGC: Jakarta
Mycek.2001.Farmakologi Ulasan Bergambar.Widya Medika : Jakarta
MIMS Annual (1998) : Combantrin. Edisi 8. Singapore.
Drugs.Com (2016). Pyrantel Pamoate. Dikutip 25 Nop 2016.
Combantrin Product Inf
http://biologi-news.blogspot.com/2011/02/mebendazole-hexamine-adidryl.html
17 |F a r m a k o l o g i I